01 trisusanti 14 1 hubungan o,,
Post on 30-Oct-2015
82 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
-
HUBUNGAN PARITAS, UMUR KEHAMILAN DAN KEKUATAN OTOT ABDOMEN TERHADAP PRESENTASI BOKONG
Disusun Oleh
PENELITIAN
OLEH
TRI SUSANTI (KETUA)
ENDAH TRI LESTARI (ANGGOTA)
AKADEMI KEBIDANAN PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP
TAHUN 2010
-
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini angka kematian Maternal di Indonesia masih tinggi. Di
negara-negara maju angka kematian maternal berkisar antara 5-10 per
100.000 kelahiran hidup, sedangkan di negara-negara sedang berkembang
berkisar antara 750-1000 per 100.000 kelahiran hidup. Tingkat kematian
maternal di Indonesia diperkirakan sekitar 450 per 100.000 kelahiran hidup.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kematian maternal tersebut dapat
meliputi faktor-faktor reproduksi, komplikasi obstetrik, faktor-faktor pelayanan
kesehatan dan faktor-faktor sosial budaya (Prawirohardjo, 2002: 14). Lebih
dari 90% kematian ibu disebabkan komplikasi obstetrik, diantaranya adalah
kelainan letak janin, perdarahan, infeksi, eklampsia, dan partus lama yang
sering tak dapat diramalkan pada saat kehamilan. Diperkirakan 15%
kehamilan akan mengalami keadaan resiko tinggi dan komplikasi obstetrik,
yang dapat membahayakan kehidupan ibu maupun janinnya bila tidak
ditangani dengan memadai (Saifuddin, 2001: 6).
Salah satu sasaran yang ditetapkan untuk tahun 2010 adalah
menurunkan angka kematian maternal menjadi 125 per 100.000 kelahiran
hidup sesuai dengan misi MPS (Making Pregnancy Safer) yaitu menurunkan
kesakitan dan kematian maternal dan neonatal melalui penetapan sistem
kesehatan untuk menjamin akses terhadap intervensi yang cost effective
berdasarkan bukti ilmiah yang berkualitas, memberdayakan wanita, keluarga,
dan masyarakat melalui kegiatan yang mempromosikan kesehatan ibu dan
bayi baru lahir, serta menjamin agar kesehatan maternal dan neonatal
-
dipromosikan dan dilestarikan sebagai prioritas program pembangunan
nasional (Saifuddin, 2001: 5).
Kehamilan dengan presentasi bokong pada janin merupakan salah
satu faktor yang masih menjadi masalah besar karena disebutkan bahwa
presentasi bokong pada mortalitas maternal dan perinatalnya lebih tinggi
daripada mortalitas maternal dan perinatal pada presentasi kepala (Saifuddin,
2001: 15). Mortalitas perinatal 13 kali lebih tinggi daripada presentasi kepala,
morbiditas perinatal 5-7 kali lebih tinggi daripada presentasi kepala.
Kejadian presentasi bokong dalam kehamilan lebih banyak dikaitkan
dengan multipara atau multigravida, khususnya yang belum pernah ada
riwayat presentasi bokong sebelumnya, walaupun tidak jarang pada
primigravida juga dapat berisiko mengalami presentasi bokong. Hal ini sesuai
dengan teori yang ada menurut Sweet et al., (1997: 639) menyatakan bahwa
otot-otot dalam kehamilan umumnya mengalami peregangan dan
kelonggaran karena adanya penyesuaian dengan perkembangan janin,
diantaranya adalah otot abdomen, dasar pelvis, dan uterus, dimana ketiga
otot tersebut saling mempengaruhi satu sama lain dan berperan dalam
terjadinya presentasi bokong.
Berdasarkan hasil pengambilan data untuk tahun 2005 ditemukan
kasus kehamilan dengan presentasi bokong berjumlah 84 orang dari 1196
persalinan, cenderung terjadi pada primigravida maupun multigravida. Pada
primigravida cenderung didapatkan adanya keadaan perut yang tegang, ibu
hamil tidak mengalami banyak kesulitan saat melakukan aktivitas akibat dari
pembesaran perutnya, adanya rahim yang tegang, dimana setelah dilakukan
pemeriksaan kekuatan otot dinyatakan bahwa otot abdomen, dasar pelvis,
-
dan uterusnya masih kencang atau baik. Sedangkan pada multigravida
keadaan perut cenderung longgar, perut menggantung, rahim agak lunak,
dan ibu hamil mengeluh banyak mengalami kesulitan dalam melakukan
aktivitasnya, dimana setelah dilakukan pemeriksaan kekuatan otot
dinyatakan bahwa otot abdomen, dasar pelvis, dan uterus sudah mengalami
kelonggaran/kelemahan.
Dari kecenderungan terjadinya presentasi bokong pada primigravida
dan multigravida, dapat dikaitkan dengan peran dari ketiga otot tersebut
dalam kehamilan. Oleh karena itu Penulis mengambil judul: HUBUNGAN
PARITAS, UMUR KEHAMILAN DAN KEKUATAN OTOT ABDOMEN
TERHADAP PRESENTASI BOKONG
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dapat mengambil
identifikasi masalah sebagai berikut.
1. Kecenderungan kejadian presentasi bokong pada ibu yang akan
melahirkan terjadi pada primigravida dengan keadaan perut yang tegang,
ibu hamil tidak mengalami banyak kesulitan saat melakukan aktivitas
akibat dari pembesaran perutnya, serta adanya rahim yang tegang.
2. Kecenderungan kejadian presentasi bokong pada ibu yang akan
melahirkan terjadi pada multigravida dengan keadaan perut cenderung
longgar, perut menggantung, rahim agak lunak, dan ibu hamil mengeluh
banyak mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitasnya
Untuk membuktikan kebenaran dari identifikasi masalah diatas, dapat
dilakukan suatu peneltian.
-
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran Paritas di RSUD Purbalingga?
2. Bagaimana gambaran umur kehamilan di RSUD Purbalingga?
3. Bagaimana gambaran otot abdomen di RSUD Purbalingga?
4. Bagaimana gambaran presentasi bokong di RSUD Purbalingga?
5. Bagaimana hubungan paritas, umur kehamilan dan kekuatan otot
abdomen terhadap presentasi bokong ?
D. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penelitian ini adalah menemukan bukti-bukti empiris
tentang:
1. Mengetahui gambaran Paritas di RSUD Purbalingga?
2. Mengetahui gambaran umur kehamilan di RSUD Purbalingga?
3. Mengetahui gambaran otot abdomen di RSUD Purbalingga?
4. Mengetahui gambaran presentasi bokong di RSUD Purbalingga?
5. Mengetahui hubungan paritas, umur kehamilan dan kekuatan otot
abdomen terhadap presentasi bokong ?
E. Manfaat Penelitian
1. Secara teoritis
Mengembangkan ilmu kebidanan secara umum dan khususnya resiko
terjadinya presentasi bokong oleh tingkat kekuatan otot agar mampu
memecahkan masalah secara tepat dan sesuai.
-
2. Secara Praktis
a. Tenaga kesehatan agar dapat memperluas pengetahuan dan
memberikan asuhan kebidanan secara umum dan khususnya
berkaitan dengan resiko kejadian presentasi bokong dalam kehamilan
oleh tingkat kekuatan otot dapat tepat dan sesuai.
b. Mahasiswi agar dapat memperluas wawasan sehingga dapat
meningkatkan kualitas layanan kebidanan sesuai standar dan
wewenang yang berlaku.
c. Ibu hamil diharapkan dapat menjaga kehamilan dan dapat
meningkatkan kenyamanan dalam kehamilan.
F. Sistematika Penulisan
Penelitian ini disusun berdasarkan sistematika penulisan sebagai
berikut.
BAB I PENDAHULUAN yang berisi tentang Latar Belakang Masalah,
Identifikasi Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat
Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA yang berisi tentang Kajian Pustaka,
Landasan Teori, dan Hipotesis.
BAB III METODE PENELITIAN yang berisi tentang Subjek Penelitian,
Variabel Penelitian, Rancangan Penelitian, Kisi-kisi Instrumen Penelitian,
Instrumen Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, dan Teknik Analisa Data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN yang berisi tentang
Data Penelitian, Analisa Data, Uji Hipotesis, dan Pembahasan.
BAB V PENUTUP yang berisi tentang Simpulan dan Saran.
DAFTAR PUSTAKA.
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Presentasi Bokong
Menurut Bennett et al., (1999: 520) menyebutkan bahwa presentasi
bokong merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala
di fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Hal ini
sejalan dengan pendapat Smellie (2001) sebagai berikut.
Breech presentation refers to the position of the baby in the uterus such that it will be delivered buttocks first as opposed to the normal head first position.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa diameter presentasi ini adalah diameter
bitrochanter (10 cm) dan denominator adalah sacrum. Sedangkan menurut
Cunningham et al., (1997: 510) menyebutkan bahwa presentasi bokong
adalah ketika bokong janin memasuki pelvic terlebih dahulu. Hal ini sesuai
dengan pendapat Sweet et al., (1997: 639) yang menyebutkan sebagai
berikut.
Breech presentation occurs when the fetal buttocks lie lower most in the maternal uterus. The lie is longitudinal, the denominator is the sacrum and the presenting diameter is the botrochanteric, which measures 10 cm.
Cunningham et al., (1995: 403) menjelaskan bahwa karena berbagai
sebab yang belum begitu jelas, menjelang kehamilan aterm, kavum uteri telah
mempersiapkan janin pada posisi longitudinal dengan presentasi verteks.
Presentasi bokong umumnya terjadi pada akhir trimester kedua kehamilan
atau mendekati aterm, hal ini juga dijelaskan oleh Rahayu (1996) bahwa letak
-
janin bergantung pada proses adaptasinya di dalam rahim. Posisi sungsang
menjadi lebih tinggi pada usia kehamilan dibawah 32 minggu, pada usia
kehamilan ini jumlah air ketuban relatif lebih banyak sehingga janin masih
dapat bergerak bebas. Faktor predisposisi untuk presentasi bokong selain
usia adalah sebagai berikut.
a. Relaksasi uterus yang disebabkan oleh multiparitas, ibu yang telah
melahirkan banyak anak sehingga rahimnya sudah sangat elastis dan
membuat janin berpeluang besar untuk berputar hingga minggu ke-37
dan seterusnya.
b. Hamil kembar, adanya lebih dari satu janin dalam rahim
menyebabkan terjadinya perebutan tempat. Setiap janin berusaha
mencari tempat yang lebih nyaman, sehingga ada kemungkinan
bagian tubuh yang lebih besar (yakni bokong janin) berada di bagian
bawah rahim.
c. Hidramnion, jumlah air ketuban yang melebihi normal menyebabkan
janin lebih leluasa bergerak walau sudah memasuki trimester ketiga.
d. Hidrosefalus, besarnya ukuran kepala akibat kelebihan cairan
(hidrosefalus) membuat janin mencari tempat yang lebih luas, yakni di
bagian atas rahim.
e. Plasenta previa, adanya plasenta yang menutupi jalan lahir dapat
mengurangi luas ruangan dalam rahim. Akibatnya, janin berusaha
mencari tempat yang lebih luas yakni di bagian atas rahim.
f. Panggul sempit, sempitnya ruang panggul mendorong janin
mengubah posisinya menjadi sungsang.
-
g. Kelainan bawaan, jika bagian bawah rahim lebih besar daripada
bagian atasnya, maka janin cenderung mengubah posisinya menjadi
sungsang.
Hal ini sejalan dengan pendapat Bennett et al., (1999: 521) yang
mengemukakan bahwa pada umunya penyebab presentasi bokong tidak
dapat diketahui dengan pasti. Beberapa keadaan yang sering disertai dengan
presentasi bokong, antara lain: persalinan preterm, kehamilan kembar,
hidramnion, hidrosefalus, kelainan uterus, plasenta previa. Sedangkan
menurut Sweet et al., (1997: 641) ada beberapa penyebab tambahan pada
presentasi bokong sebagai berikut.
Cause associated with excessive space in the uterus include: a. Grande multiparity, because of lax abdominal and uterine
muscles b. Polihydramnions which causes overdistension of the uterus and
therefore allows the fetus to be more mobile.
Dari keterangan diatas dijelaskan bahwa penyebab tambahan dari
presentasi bokong antara lain adalah karena dari paritas tinggi, hal ini
dikarenakan akibat kelelahan dan kelonggaran dari otot abdomen dan
uterusnya.
Menurut Bennett et al., (1999: 520) menjelaskan tentang tipe dari
presentasi bokong ada 4 macam, adalah sebagai berikut.
a. Frank breech (presentasi bokong murni)
Bokong dengan pangkal paha fleksi dan kaki ekstensi pada
abdomen. Sekitar 70% presentasi bokong didapatkan pada presentasi
ini. Akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki terangkat ke atas
sehingga ujungnya terdapat setinggi bahu atau kepala janin. Pada
posisi ini kebanyakan terjadi pada primigravida. dimana tonus otot
-
uterusnya masih baik sehingga menghambat fleksi dari kaki dan
kebebasan gerakan dari janin. Hal ini sesuai dengan pendapat
Bennett et al., (1999: 520) menyebutkan sebagai berikut.
70% of breech presentations are of this type and it is particularly common in primigravidae whose good uterine muscle tone inhibits flexion of the legs and free turning of the uterus.
b. Complete breech (presentasi bokong kaki sempurna)
Janin berada dalam sikap fleksi sempurna, pangkal paha dan
kedua lutut flexi dan lipatan kaki berada disamping bokong, sehingga
pada presentasi ini di samping bokong dapat diraba kedua kaki.
c. Footling breech (presentasi kaki)
Kasus ini jarang terjadi, pada presentasi ini satu atau kedua
kaki dapat berada di bawah atau lebih rendah dari bokong dengan
pangkal paha dan lutut ekstensi.
d. Knee presentation (presentasi lutut)
Pada presentasi ini bagian paling rendah ialah lutut. Satu atau
kedua lutut dapat berada di bawah bokong dengan satu atau kedua
pangkal paha ekstensi dan lutut flexi.
Bennett et al., (1999: 521) menyebutkan diagnosis pada presentasi
bokong, sebagai berikut.
a. Pernyataan Ibu
Wanita biasanya mengeluh bahwa dirinya merasa tidak
nyaman pada bagian bawah tulang iga karena adanya tekanan kepala
janin yang keras disana atau karena adanya tendangan di bagian
bawah uterus.
-
b. Palpasi
Pada primigravida, diagnosis lebih sulit karena otot perutnya.
Pada palpasi di bagian bawah uterus tidak dapat diraba bagian yang
keras dan bulat, yakini kepala, dan kepala teraba di fundus uteri.
Kadang-kadang bokong janin teraba bulat dan dapat memberi kesan
seolah-olah kepala, tetapi bokong tidak dapat digerakkan semudah
kepala. Dengan perasat Leopold pertama, secara khas ditemukan
bahwa kepala janin yang keras dan bulat dengan ballottement sudah
menempati bagian fundus uteri. Perasat kedua, menunjukkan
punggung sudah berada satu sisi dengan abdomen dan bagian-
bagian kecil berada pada sisi yang lain. Pada perasat ketiga, bokong
janin masih dapat digerakkan diatas pintu atas panggul selama
engagement belum terjdi, misalnya karena diameter intertrokanterika
dari panggul janin tidak dapat melewati pintu atas panggul. Setelah
engagement, perasat keempat memperlihatkan posisi bokong yang
mapan dibawah simphisis.
c. Auskultasi
DJJ umumnya ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi
daripada umbilicus.
d. Pemeriksaan ultrasound
Pemeriksaan ini mungkin digunakan untuk menunjukkan
adanya presentasi bokong.
e. Pemeriksaan X-ray
Pemeriksaan ini dilakukan jika ada keragu-raguan pada
pemeriksaan abdomen, dan jika sarananya memungkinkan.
-
Mc Call, Pauline (1993: 1438) menyebutkan bahwa bahaya dan
komplikasi pada presentasi bokong, bisa pada maternal dan fetalnya. Bahaya
dan komplikasi presentasi bokong pada maternal antara lain: memperpanjang
persalinan dan maternal distress, laserasi perineum yang parah dan ruptur
uteri, persalinan macet dari aftercoming head, infeksi pada penanganan,
perdarahan postpartum, bahaya dari anastesi biasa, dan ruptur uteri.
Sedangkan bahaya dan komplikasi presentasi bokong pada fetalnya, antara
lain: presentasi dan prolaps tali pusat, fetal hipoksia dan distress, asphyxia
neonatorum, dan luka persalinan.
2. Kekuatan otot yang berperan dalam kehamilan
Otot-otot dalam kehamilan umumnya mengalami peregangan dan
kelonggaran karena adanya penyesuaian dengan perkembangan janin,
diantaranya adalah otot abdominal, otot dasar pelvis, dan otot uterus, dimana
ketiga otot tersebut saling mempengaruhi satu sama lain. Berikut ini akan
dibahas ketiga otot tersebut dalam kehamilan.
a. Otot Abdomen
Menurut Bennett et al., (1999: 877) membagi otot-otot
abdominal menjadi 4 otot berpasangan, antara lain:
1) Musculus Rectus Abdominis
2) Musculus Obliqus Externus Abdominis
3) Musculus Obliqus Internus Abdominis
4) Musculus Transversus Abdominis
Whalley, Janet (1991: 98) menjelaskan bahwa otot abdominal
pada kehamilan menjadi lebih teregang. Ada empat otot berpasangan
-
dari otot abdominal tersebut, seperti korset yang menyokong
abdomen.
Untuk keterangan tempat dan fungsi ke-4 otot berpasangan dari
otot abdomen tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel-1 Otot Utama Dinding Abdomen Ventrolateral
Otot Origo Insertio Inervasi Fungsi
M. Rectus abdominis M. Obliqus externus abdominis M. Obliqus internus abdominis M. Transver sus abdominis
Symphisis pubica & crista pubica Permukaan luar costae V-XII Fascia thoracolumbal bag 2/3 ventral crista illiaca, dan separuh lateral lig. Inguinale Permukaan dalam cartilagines VII-XII, crista illiaca, 7 1/3 lateral lig. Inguinale, fascia thoracolumbal
Proc. Xiphoideus & cartilagines costales V-VII Linea alba, tuberculum pubicum & bag. Ventral crista illiaca Tepi kaudal costae X-XII, linea alba & os. Pubis melalui conjoint tendon Linea alba dengan aponeurosis M. obliqus internus crista pubica & pecten ossis pubis melalui conjoint tendon
Cabang-cabang ventral ke enam saraf spinal torakal terkaudal Enam saraf spinal toracal terkaudal & n. subcostalis
Cabang-cabang ventral ke enam saraf spinal torakal terkaudal & lumbal pertama
Fleksi
batang
tubuh &
menekan
visera
abdomen
Menekan & menyokong visera abdominis, membung kukkan & memutar badan
Menekan & menyokong visera abdomen
-
Selain dari tabel diatas, untuk keterangan masing-masing otot
abdominal dapat dilihat pada gambar dibawah. Musculus Rectus
Abdominis yang digambar oleh Brayshaw & Wright (1994) dalam
Bennett et al., 1999: 878.
Gambar-1 Musculus Rectus Abdominis
Musculus Obliqus External Abdominis yang digambar oleh
Brayshaw & Wright (1994) dalam Bennet et al., 1999: 879.
-
Gambar-2 Musculus Obliqus External Abdominis
Musculus Obliqus Internal Abdominis yang digambar oleh
Brayshaw & Wright (1994) dalam Bennet et al., 1999: 879.
Gambar-3 Musculus Obliqus Internal Abdominis
Musculus Transversus Abdominis yang digambar oleh
Brayshaw & Wright (1994) dalam Bennet et al., 1999: 880.
-
Gambar-4 Musculus Transversus Abdominis
Roger, A. W (1992: 229) menjelaskan untuk memeriksa atau
test kekuatan otot abdominal dapat dilihat dan dirasakan aktivitasnya,
jika pasien diminta untuk mengangkat kepala dan bahu dari tempat
tidur secara berlawanan dengan arah gavitasi. Otot abdomen bisa
dikatakan kuat apabila pasien dapat mengangkat punggung dan
kepalanya dari tempat tidur minimal selama 6 detik atau dalam 6x
hitungan. Otot abdomen bisa dikatakan lemah apabila hal itu tidak
dapat dilakukan selama 6 detik atau dalam 6x hitungan.
b. Otot dasar pelvis
Menurut Verralls, Sylvia (1996: 57) menyebutkan bahwa dasar
pelvis dibentuk oleh diaphragma pelvis yang dibentuk oleh otot
superficial dasar pelvis dan otot profundal dasar pelvis. Dasar otot
pelvis (atau perineal) terletak di bagian dalam dari tulang pelvis dan
bertindak untuk menyokong abdomen dan organ pelvis. Otot
superficial dasar pelvis kurang penting dibandingkan dengan musculus
-
levator ani (otot profundal dasar pelvis) yang terletak diatasnya, tetapi
otot-otot ini memberikan kekuatan tambahan pada otot-otot yang lebih
dalam dengan topangannya. Otot-otot superficial dasar pelvis meliputi:
1) Musculus transversus perinei, membantu memfiksasi perineum
maupun memberi topangan kepada musculus levator ani yang
lebih dalam letaknya.
2) Musculus bulbocavernosus, menunjang musculus levator ani yang
lebih dalam letaknya.
3) Musculus ischiocavernosus, membantu mengisi ruang anterior
pintu ke luar pelvis.
4) Musculus sphincter ani externus, merupakan cincin otot yang
mengelilingi anus.
5) Otot-otot yang mengendalikan ostium urethrae externum
6) Ligamenta triangulares
7) Lemak ischiorectalis
Otot-otot profundal dasar pelvis (musculus levator ani) adalah
otot terbesar dan terpenting pada dasar pelvis. Musculus levator ani
terdiri dari 3 bagian yang dibedakan sesuai dengan arah dan
perlekatan serabutnya, antara lain:
1) M. Pubococcygeus merupakan otot yang paling penting diantara
semua otot dasar pelvis. Masing-masing otot ini berorigo pada tepi
dalam corpus pubis dan pada linea alba fasciae.
2) M. Iliococcygeus, berasal dari linea alba fasciae pada permukaan
dalam masing-masing os ilii dari masing-masing spina ischiadica,
serta berjalan ke belakang os coccygi.
-
3) M. Ischiococcygeus, berasal dari masing-masing spina ischiadica
dan berjalan ke bagian atas os coccygi dan tepi bawah sacrum.
Untuk keterangan tempat dan fungsi otot-otot dasar pelvis dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel-2 Otot Utama Dasar Pelvis
Otot Perlekatan proksimal
Perlekatan dorsal
Persarafan Fungsi utama
M. Obtura tor internus M. Priformis M. Levator ani (M.Pubococcygeus, M.Iliococcygeus, M. Ischiococcygeus) M. coccygeus
Permukaan-permukaan pelvic os illii&os ischii; membrane obturatoria Permukaan pelvic segmen-segmen sacral ke-2 ke-4; tepi cranial incisura isciadika major&lig. Sacrotuberale Corpus ossis pubis; arcus tendineus fascia obturatoria & spina ischiadica Spina ischiadica
Trochanter major ossis femoris
Centrum tendineum perinea, os coccyges, lig. Anococcygeum, dinding prostate, dinding rectum&canalis analis Ujung kaudal os coccyges
Saraf untuk M. Obturator internus (L5, S1&S2) Ramus anterior n. sacralis I dan n. sacralis II Cabang-cabang n. sacralis IV dan n. pudendus Cabang-cabang n. sacralis IV dan n. sacralis V
Eksorotasi paha; membantu fiksasi caput femoris dalam acetabulum Eksorotasi paha; abduksi paha; membantu fiksasi caput femoris dalam acetabulum Bantu menyokong visera pelvis dan menahan kenaikan tekanan intra abdominal Bag. Kecil diaphragma pelvis,
-
penopang visera pelvis; fleksi os coccygis
Selain dari tabel diatas, untuk keterangan otot-otot dasar pelvis
dapat dilihat pada gambar dibawah. Diaphragma Pelvis dilihat dari
bawah yang digambar oleh Frank H. Netter, MD (1965) dalam Verralls,
1996: XI.
-
Gambar-5 Diaphragma Pelvis (dilihat dari bawah)
Diaphragma Pelvis dilihat dari samping yang digambar oleh
Frank H. Netter, MD (1965) dalam Verralls, 1996: XI.
-
Gambar-6 Diaphragma Pelvis (dilihat dari samping)
Whalley, Janet (1991: 96) menjelaskan tentang cara mengecek
atau memeriksa kekuatan otot dasar pelvis, sebagai berikut.
-
1) Mencoba untuk menghentikan aliran urine pada pertengahan
aliran, jika tidak bisa ini merupakan tanda dari kelemahan otot.
2) Dengan memasukkan 1 jari di vagina dan mengencangkan dasar
pelvis, jika tidak dirasakan sensasi kekuatan pada jari,
kemungkinan ini tanda dari kelemahan otot dasar pelvis.
Otot dasar pelvis bisa dikatakan kuat apabila ada sensasi
kekuatan pada jari saat 1 jari pemeriksa dimasukkan ke dalam vagina
pasien. Otot dasar pelvis dikatakan lemah apabila tidak ditemukan
sensasi kekuatan atau kekuatan yang dirasakan lemah pada jari
pemeriksa. Menurut Whalley, Janet (1991: 96) menyebutkan bahwa
selama kehamilan, otot ini mungkin menjadi longgar untuk
menyeimbangi dari peningkatan kenaikan berat uterus dan mengendur
karena efek dari produksi hormon dari tubuh.
c. Otot Uterus
Menurut Sweet et al., (1997: 29) menyebutkan bahwa fungsi
uterus antara lain: menyiapkan tempat untuk ovum yang telah
mengalami fertilisasi, menyediakan lingkungan yang cocok untuk
pertumbuhan dan perkembangan janin selama kehamilan, untuk
membantu pengeluaran janin, plasenta dan selaput pada waktunya.
Hal ini sejalan dengan pendapat Bennett et al., (1999: 952): The
uterus exists to shelter the fetus during pregnancy. It prepaers for this
possibility each month and following pregnancy it expels the uterine
contents. Menurut Verrals, Sylvia (1996: 139) menyebutkan bahwa
uterus mempunyai tiga lapisan sebagai berikut.
-
1) Endometrium adalah lapisan membrane mukosa yang mempunyai
aktivitas sekretoris, terdiri atas serabut longitudinal. Selama
menstruasi endometrium dilepaskan sampai lamina basalis dan
diperbarui dalam rata-rata 28 hari sejak dari menarke sampai
menopause.
2) Miometrium merupakan otot yang menyusun bagian terbesar
uterus selama masa kehidupan seksual aktif. Miometrium terdiri
dari serabut otot polos yang bersilangan. Kontarksi dan retraksi
serabut otot ini selama persalinan.
3) Perimetrium melapisi uterus dengan halus hampir menutupi seluruh
uterus, terdiri atas serabut sirkuler.
Untuk keterangan lapisan-lapisan uterus dapat dilihat dari
gambar dibawah. Uterus yang digambar oleh Frank H. Netter, MD
(1965) dalam Verralls, 1996: 141.
-
Gambar-7 lapisan-lapisan uterus
Menurut Verrals, Sylvia (1996: 141) menyebutkan bahwa pada
primigravida, perabaan uterus melalui dinding abdomen sulit dan
kekuatan otot masih kaku. Pada multigravida, perabaan uterus melalui
dinding abdomen dapat dengan mudah dipalpasi, kekuatan otot uterus
pada paritas tinggi sudah megalami kelemahan. Otot uterus bisa
dikatakan kuat apabila saat ada kontraksi, uterus pasien teraba keras,
sedangkan otot uterus bisa dikatakan lemah apabila uterus masih
teraba lembek saat ada kontraksi. Perlu diketahui bahwa dinding otot
uterus dalam kehamilan menjadi meregang, dan pada kenyataannya
menjadi lebih tipis bukan menjadi lebih tebal.
-
3. Keterkaitan Kekuatan Otot Terhadap Presentasi Bokong
Otot abdomen, dasar pelvis, dan uterus yang sudah dijelaskan diatas
juga mempengaruhi atau berperan dalam terjadinya presentasi bokong dalam
kehamilan. Berikut ini akan dibahas ketiga otot tersebut dalam kehamilan dan
bagaimana bisa menyebabkan terjadinya presentasi bokong dalam
kehamilan.
a. Otot Abdomen
James et al., (1996: 199) menjelaskan bahwa pada
primigravida, abdomen biasanya tegang dan kencang serta kekuatan
otot masih baik, hal ini sesuai dengan pendapat Westgren et al.,
(1985) dalam Sweet et al., (1997: 641) yang menyatakan sebagai
berikut. Primigravidae with the firm abdominal and uterine muscles,
especially when the fetal legs are extended, as described above.
Pada primigravida sulit untuk dilakukan palpasi karena otot abdomen
yang masih kaku, sehingga pada primigravida sulit dideteksi yang
berakibat kehamilan dengan presentasi bokong terjadi. Otot abdomen
dan uterus terlalu kaku sehingga janin dalam uterus gerakannya
menjadi terbatas, khususnya ketika lengan janin ekstensi atau
melakukan pergerakan dalam uterus saat kehamilan. Karena hal inilah
presentasi bokong dapat terjadi pada primigravida. Pada multipara dan
paritas tinggi, dinding abdomen biasanya kendor dan seringkali
pendulus. Kekuatan otot abdomen pada multipara sudah mengalami
kelemahan. Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan
cepat dan jumlah air ketuban relativ berkurang. Umumnya karena
bokong dengan kedua tungkai yang terlipat lebih besar daripada
-
kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih
besar di fundus uteri, sedangkan kepala berada dalam ruangan yang
lebih kecil di segmen bawah uterus. Tetapi pada multigravida/multipara
dengan keadaan otot abdomen dan uterus yang lebih longgar
menyebabkan bagian pusat ke ekstremitas bawah atau bokong janin
berada di segmen bawah uterus. Hal ini bisa juga didukung dengan
adanya gaya gravitasi, sehingga bagian pusat ke ekstremitas atas atau
kepala janin cenderung tidak dapat turun ke segmen bawah uterus.
Hal ini sejalan dengan pendapat Bennett et al., (1999: 393)
menjelaskan sebagai berikut.
In the multiparous the abdominal muscles tend to be more lax and as a result, the abdomen becomes somewhat pendulous so that the fetal head may not engage.
Selain itu menurut James et al., (1996: 199) menjelaskan
sebagai berikut.
High parity increasing laxity in the maternal anterior abdominal wall musculature; which thereby fails to act as a brace to encourage and maintain a fetal longitudinal lie, is probably the most frequent associated uterus has reduced myometrial tone discouraging a stable lie; this has not been proven and is of doubtful relevance.
Dalam paritas tinggi terjadi peningkatan kelelahan dalam
lapisan otot abdominal anterior ibu, disebutkan bahwa paritas tinggi
dapat menyebabkan posisi janin tidak stabil karena kelemahan otot
miometrium tersebut. Dari pendapat-pendapat tersebut menjelaskan
bahwa pada kenyataannya presentasi bokong dapat disebabkan dari
kekuatan otot abdomen yang masih kencang dan kaku ataupun
kekuatan otot abdomen yang sudah mengalami kelemahan dan
kelonggaran, baik pada primigravida maupun multigravida/multipara.
-
b. Otot Dasar Pelvis
Selain dari kelelahan otot abdomen pada multigravida, otot
dasar pelvis juga dapat berpengaruh pada presentasi bokong, karena
sifat dari otot-otot tersebut yang mengalami kelemahan. Salah satu
fungsi dari otot dasar pelvis itu sendiri adalah untuk menyokong
abdomen, jika otot dasar pelvis itu sendiri relaks atau mengalami
kelemahan maka abdomen tidak dapat tersokong dengan baik.
Sebaliknya jika pada primigravida kecenderungan otot dasar pelvis
sangat kencang dan kaku, maka hal ini akan menghambat pergerakan
janin dalam uterus, sehingga pada akhirnya menyebabkan janin
memposisikan diri pada letak sungsang. Relaksnya otot dasar pelvis
pada multigravida pada saat persalinan presentasi bokong juga
mempermudahkan pengeluaran bokong dan kepala janin. Varney,
Helen (1997: 387) menjelaskan sebagai berikut.
...In addition, multiparas have more pronounced fundal dominance with their contraction and more relaxed pelvic floor, which offer less resistance to the passage of the baby and decrease the length of labor. Howefer, the duration of labor in grand multiparas may progressively increase with greater number of babies, presumably as a result of changes in the uterine musculature a condition that is often referred to as exhaustion of the uterine muscle.
Dari pendapat-pendapat tersebut menjelaskan bahwa pada
kenyataannya presentasi bokong dapat dipengaruhi dari kekuatan otot
dasar pelvis yang masih kencang dan kaku ataupun kekuatan otot
dasar pelvis yang sudah mengalami kelemahan dan kelonggaran, baik
pada primigravida maupun multigravida/multipara.
-
c. Otot Uterus
Menururt Verrals, Sylvia (1996: 141) menyebutkan bahwa pada
primigravida, perabaan uterus melalui dinding abdomen sulit dan
kekuatan otot masih kaku. Westgren et al., (1985) dalam Sweet et al.,
(1997: 641) menyatakan sebagai berikut. Primigravidae with the firm
abdominal and uterine muscles, especially when the fetal legs are
extended, as described above. Seperti pada otot abdomen, otot
uterus yang terlalu kuat menyebabkan janin dalam uterus gerakannya
menjadi terbatas, khususnya ketika lengan janin ekstensi atau
melakukan pergerakan dalam uterus saat kehamilan. Karena hal inilah
presentasi bokong dapat terjadi pada primigravida.
Pada multigravida, perabaan uterus melalui dinding abdomen
dapat dengan mudah dipalpasi, kekuatan otot uterus pada paritas
tinggi sudah mengalami kelemahan. Perlu diketahui bahwa dinding
otot uterus dalam kehamilan menjadi meregang, dan pada
kenyataannya menjadi lebih tipis bukan menjadi lebih tebal.
Cunningham et al., (1997: 510) menyebutkan sebagai berikut. Factors
other than gestational age that appear to predispose to breech
presentation include uterine relaxation associated with great parity.
Pada paritas tinggi dengan keadaan otot uterus yang longgar dan
sudah tidak kencang lagi menyebabkan uterus tidak terfiksasi dengan
baik sehingga menyebabkan janin memposisikan diri pada letak
sungsang. Seller, Pauline Mc Call (1993: 1436) menguatkan pendapat
diatas dengan pendapatnya sebagai berikut. The multipara woman
usually has stretched and fibrosed uterine muscles which are unable to
-
keep the fetus in a stable position. Dari pendapat Seller, Mc Call
dapat memperkuat anggapan bahwa pada multipara biasanya otot
uterusnya mengalami kelonggaran/kemuluran sehingga dapat
menyebabkan otot uterus tidak dapat menjaga janin dalam posisi yang
stabil.
Dari pendapat-pendapat tersebut menjelaskan bahwa pada
kenyataannya presentasi bokong dapat dipengaruhi dari kekuatan otot
uterus yang masih kencang dan kaku ataupun kekuatan otot uterus
yang sudah mengalami kelemahan dan kelonggaran, baik pada
primigravida maupun multigravida/multipara.
4. Hasil-hasil Penelitian
Presentasi bokong dapat terjadi sekitar 3-4% pada semua persalinan.
Presentasi bokong terjadi sekitar 25% pada kehamilan kurang dari 28 minggu,
7% terjadi pada kehamilan 32 minggu, dan terjadi sekitar 1-3% pada umur
kehamilan atterm. Insidensi presentasi bokong sebagai salah satu indikasi SC
meningkat dari 9 sampai 155 dalam tahun 1981-1982 dan dalam tahun 2000-
2001 dari 30 jumlah kejadian presentasi bokong menjadi 310 kejadian
presentasi bokong (Flanagan and co-workers, 1987). Kanakura et al., (2001)
menemukan bahwa 133 wanita hamil yang mengalami presentasi bokong
cenderung lebih banyak pada umur kehamilan 28 minggu. Selama bulan
Januari 1993 sampai Desember 1996, ditemukan angka kelahiran bayi di
sebuah RS di China sebesar 1437 kelahiran, diantaranya adalah 61
primigravida dengan presentasi bokong dan 72 multigravida dengan
presentasi bokong.
-
Faktor predisposisi dari presentasi bokong meliputi prematuritas,
abnormalitas dari uterus, kelainan pada janin, dan kehamilan kembar.
Presebntasi bokong dapat terjadi sekitar 17% pada kehamilan preterm, dan
terjadi sekitar 9% pada kehamilan atterm. Smellie (2001) menyebutkan bahwa
persalinan premature memperbesar kemungkinan terjadinya presentasi
bokong, pada miinggu ke-28 kehamilan 25% kemungkinan mengalami
presentasi bokong, dan persentase ini dapat menurun saat umur kehamilan
atterm (40 minggu umur kehamilan). Adanya presentasi bokong dapat
memperbasar insidensi kematian janin dan persalinan lama, hal ini akan
memungkinkan atau memperbasar indikasi untuk SC. Cheng dan Hannah
(1993) menambahkan bahwa factor-faktor lain yang dapat memperbesar
kematian perinatal dan neonatal diantaranya adalah: primigravida tua, adanya
toxaemia dalam kehamilan, trauma persalinan, dll.
Menurut Smellie (2001) tali pusat menumbung dapat terjadi pada
presentasi bokong, yang dapat memperbesar kemungkinan adanya
komplikasi pernafasan pada bayi, sehingga hal ini harus segera ditangani
dan akan memperbesar kemungkinan dilahirkan secara SC (Sectio
Caecarea). Adanya tali pusat yang menumbung terjadi pada presentasi
bokong murni sekitar 0,5 persen, pada presentasi bokong sempurna
sekitar 4-6 persen, dan pada presentasi kaki sekitar 15-18 persen.
B. Landasan Teori
Otot abdomen, dasar pelvis, dan uterus yang masih kuat dan
kencang/kaku dapat menyebabkan kehamilan dengan presentasi bokong,
-
dapat terjadi pada primigravida. Hal ini sesuai dengan pendapat Sweet et al.,
(1997: 641): Primigravidae with the firm abdominal and uterine muscles,
especially when the fetal legs are extended, as described above (Westgren et
al., 1985).
Sedangkan kelemahan otot-otot serta berkurangnya sifat-sfat otot
pada wanita dapat menyebabkan presentasi bokong, umumnya terjadi pada
paritas tinggi atau multigravida. Hal ini diperkuat dengan pendapat James et
al., (1996: 199) sebagai berikut.
High parity increasing laxity in the maternal anterior abdominal wall musculature; which thereby fails to act as a brace to encourage and maintain a fetal longitudinal lie, is probably the most frequent associated uterus has reduced myometrial tone discouraging a stable lie; this has not been proven and is of doubtful relevance.
Dari kajian pustaka diatas, maka dapat dibuat definisi operasionalnya
sebagai berikut: presentasi bokong sebagai akibat kekuatan otot yang terlalu
kaku kecenderungan terjadi pada wanita yang baru pertama kali hamil dan
presentasi bokong sebagai akibat kekuatan otot yang sudah mengalami
kelemahan kecenderungan terjadi pada wanita yang sudah pernah
melahirkan lebih dari 1 kehamilan viabel yaitu keadaan dimana janin terletak
memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian
bawah kavum uteri, yang terjadi pada ibu yang akan melahirkan di BPS Ny.
Ummu Kulsum Cilacap.
C. Hipotesis
Terdapat hubungan paritas, umur kehamilan, dan kekuatan otot abdomen
terhadap presentasi bokong.
-
BAB III METODE PENELITIAN
A. Subyek Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002: 108).
Populasi dalam penelitian ini diambil dari semua ibu yang akan melahirkan
pada Ibu yang Akan Melahirkan DI bps Ny. Ummu Kulsum Cilacap Tahun
2010.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2002:
109). Pada penelitian ini tidak menggunakan sampel karena penelitian ini
dilakukan pada semua populasi, sehingga penelitian ini berupa penelitian
populasi.
B. Variabel Penelitian
1. Variabel terikat atau variable tidak bebas (Dependent Variable) adalah
Presentasi Bokong.
2. Variabel tidak terikat atau variable bebas (Independent Variable) adalah
paritas, umur kehamilan, dan kekuatan otot abdomen.
C. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Studi asosiatif (Sugiyono, 2004: 49).
Maksud dari penelitian ini adalah menghubungkan resiko kejadian presentasi
-
bokong yang disebabkan karena paritas, umur kehamilan dan kekuatan oto
abdomen.
Bagan-1 Kerangka Konsep Rancangan Penelitian
D. Kisi-kisi Instrumen penelitian
Kisi-kisi dari penelitian untuk mengetahui kekuatan otot ini berupa
pemeriksaan langsung pada pasien yang meliputi beberapa aspek, antara
lain: kekuatan otot abdomen, dasar pelvis, dan uterus. Kisi-kisi instrumen
penelitian ini tercantum di lampiran. Sedangkan aspek-aspek penelitian untuk
mengetahui presentasi bokong bisa dari pemeriksan abdomen, dan data dari
diagnosa pasien atau rekam medik pasien.
E. Instrumen Penelitian
1. Instrumen penelitin untuk mendapatkan data kekuatan otot yang berperan
berupa pemeriksaan langsung pada pasien tentang kekuatan otot pada
bagian abdomen, dasar pelvis, dan uterus. Instrumen penelitian tercantum
di lampiran 3.
2. Instrumen penelitin untuk mengetahui data presentasi bokong dapat
berupa pemeriksaan abdomen pada pasien dan bisa dari diagnosis dari
dokter untuk pasien itu sendiri (hasil USG, dll). Instrumen penelitian
tercantum di lampiran 4.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik
pengumpulan data secara primer dan sekunder.
Paritas, Umur Kehamilan, Kekuatan otot abdomen
Presentasi bokong
-
1. Data secara primer yaitu mengambil data langsung dari objeknya, dengan
kata lain mengambil langsung dari ibu yang akan melahirkan (dengan
batasan masih dalam kala I fase laten) dengan cara melakukan
pemeriksaan langsung pada semua ibu yang akan melahirkan di BPS Ny.
Ummu Kulsum Cilacap..
2. Data secara sekunder yaitu mengambil data dari rekam medik pasien,
yang memuat diagnosis pasien itu sendiri.
G. Teknik Analisa Data
Teknik yang digunakan pada hipotesis no 1 sampai 7 disesuaikan
dengan pendekatan penelitian dengan statistic nonparametris. Untuk menguji
hipotesis komparatif dua sampel independen dengan data berkualitas
nominal dengan jumlah sampel besar, dalam menganalisa data ini dapat
menggunakan tabel kontingensi 2x2 dan penghitungan dengan chi kuadrat
( 2 ) dua sampel independen (Sugiyono, 2004: 54).
Tabel-3 Tabel Kontingensi Chi Kuadrat
Sampel
Frekuensi pada Jumlah sampel Obyek I Obyek II
Sampel A a B a + b
Sampel B c D c + d
Jumlah a + c b + d N
n = jumlah sampel
Dengan memperhatikan koreksi Yates, rumus yang digunakan untuk
menguji hipotesis, adalah sebagai berikut.
2 = n (ad bc- n )2
(a+b) (a+c) (b+d) (c+d)
-
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Data penelitian
Dari penelitian yang dilakukan di RSUD Purbalingga sebagai berikut.
Tabel1 Distribusi paritas di RSUD Purbalingga.
Paritas f %
Primigravida 53
45,30
Multigravida 64
54,70
Jumlah 117
100
Tabel-2 Distribusi Umur Kehamilan di RSUD Purbalingga.
Umur Kehamilan f %
Prematur 21
17,95
Aterm 96
82,05
Jumlah 117
100
Table-3 Distribusi kekuatan otot abdomen di RSUD Purbalingga.
Kekuatan otot abdomen f %
Ya 75
64,10
tidak 42
35,90
Jumlah 117
100
-
B. Analisa Bivariat
1. Hubungan Paritas dengan Presentasi Bokong
Tabel7 Frekuensi kejadian presentasi bokong antara primigravida dengan multigravida
Kelompok Jenis Presentasi
Presbo Preskep Primigravida 6 47 53
Multigravida 9 55 64
Total 15 102 117
Taraf kesalahan 5%, dk = 1 dengan 2 tabel = 3,481
2 = n (ad bc- n )2
(a+b) (a+c) (b+d) (c+d) = 117 (330 423- 58,5 )2
(53) (15) (102) (64)
= 139259,25
5189760 = 0,026
2. Hubungan Umur Kehamilan dengan Presentasi Bokong
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 4.656a 1 .031
Continuity Correctionb 3.584 1 .058
Likelihood Ratio 4.459 1 .035
Fisher's Exact Test .038 .031
Linear-by-Linear Association 4.605 1 .032
N of Valid Casesb 91
-
3. Hubungan Kekuatan abdomen dengan Presentasi Bokong
a. Tabel8 Frekuensi kejadian presentasi bokong pada primigravida antara otot abdomen kuat dengan otot abdomen lemah
Otot Abdomen Primigravida
Presbo Preskep Otot abdomen kuat 5 45 50
Otot abdomen lemah 1 2 3
Total 6 47 53
Taraf kesalahan 5%, dk = 1 dengan 2 tabel = 3,481
2 = n (ad bc- n )2
(a+b) (a+c) (b+d) (c+d)
= 53 (10 45- 26,5 )2
(50) (6) (47) (3)
= 3829,25
42300 = 0,09
Untuk menganalisa rumusan masalah dan hipotesis nomor 3 Terdapat
perbedaan kejadian presentasi bokong pada multigravida antara otot
abdomen kuat dengan otot abdomen lemah (pada Ibu yang akan
melahirkan di BPS Ny. Ummu Kulsum Cilacap) dilakukan menggunakan
penghitungan chi kuadrat ( 2) dua sampel independen dengan
memperhatikan koreksi Yates.
b. Tabel9 Frekuensi kejadian presentasi bokong pada multigravida antara otot abdomen kuat dengan otot abdomen lemah
Otot Abdomen Multigravida
Presbo Preskep Otot abdomen kuat 1 24 25
Otot abdomen lemah 8 31 39
Total 9 55 64
Taraf kesalahan 5%, dk = 1 dengan 2 tabel = 3,481
2 = n (ad bc- n )2
-
(a+b) (a+c) (b+d) (c+d)
= 64 (31 192- 32 )2
(25) (9) (55) (39)
= 1065024
482625
= 2,20
C. Uji Hipotesis
1. Uji hipotesis yang pertama dari analisa data yang pertama Terdapat
hubungan paritas dengan presentasi bokong dengan taraf kesalahan 5%,
dan dk = 1 ditemukan harga 2 hitung = 0,026 lebih kecil dari harga 2
tabel = 3,481 (0,026 < 3,481) maka Ho diterima dan Ha ditolak. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara paritas dengan
presentasi bokong.
2. Uji hipotesis yang kedua dari analisa data yang kedua dengan taraf
kesalahan 5%, dan dk = 1 ditemukan harga 2 hitung = 4,656 lebih besar
dari harga 2 tabel = 3,481 (4,656 > 3,481) maka Ha diterima. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara umur kehamilan
dengan presentasi bokong hal ini sesuai dengan Presentasi bokong
umumnya terjadi pada akhir trimester kedua kehamilan atau mendekati
aterm, hal ini juga dijelaskan oleh Rahayu (1996) bahwa letak janin
bergantung pada proses adaptasinya di dalam rahim. Posisi sungsang
menjadi lebih tinggi pada usia kehamilan dibawah 32 minggu, pada usia
kehamilan ini jumlah air ketuban relatif lebih banyak sehingga janin masih
dapat bergerak bebas.
-
3. Uji hipotesis yang ketiga:
a. dari analisa data yang kedua Terdapat perbedaan kejadian
presentasi bokong pada primigravida antara otot abdomen kuat
dengan otot abdomen lemah dengan taraf kesalahan 5%, dan dk =
1 ditemukan harga 2 hitung = 0,09 lebih kecil dari harga 2 tabel =
3,481 (0,09 < 3,481) maka Ho diterima dan Ha ditolak. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa kecenderungan kejadian presentasi
bokong adalah sama pada primigravida antara otot abdomen kuat
dengan otot abdomen lemah.
b. Uji hipotesis yang ketiga dari analisa data yang ketiga Terdapat
perbedaan kejadian presentasi bokong pada multigravida antara
otot abdomen kuat dengan otot abdomen lemah (pada Ibu yang
akan melahirkan dengan taraf kesalahan 5%, dan dk = 1 ditemukan
harga 2 hitung = 2,206 lebih kecil dari harga 2 tabel = 3,481 (2,206
< 3,481) maka Ho diterima dan Ha ditolak. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa kecenderungan kejadian presentasi bokong
adalah sama pada multigravida antara otot abdomen kuat dengan
otot abdomen lemah.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Pembahasan hipotesis 1 dan 2
Berdasarkan syarat pengujian hipotesis yang pertama, ditemukan harga
2 hitung = 0,026 lebih kecil dari harga 2 tabel = 3,481 (0,026 < 3,481) maka
Ho diterima dan Ha ditolak, sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat
hubungan paritas dengan presentasi bokong, serta Uji hipotesis yang kedua
-
dari analisa data yang kedua dengan taraf kesalahan 5%, dan dk = 1
ditemukan harga 2 hitung = 4,656 lebih besar dari harga 2 tabel = 3,481
(4,656 > 3,481) maka Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan antara umur kehamilan dengan presentasi bokongmaka
Bidan dapat memberikan asuhan kebidanan yang komprehensif meliputi
aspek-aspek sebagai berikut.
a. Tujuan
Mencegah terjadinya presentasi bokong dan menurunkan angka
kejadian presentasi bokong pada ibu hamil.
b. Cara
Melakukan pemeriksaan pada ibu hamil dan melakukan intervensi
dengan mengubah posisi sungsang pada janin.
c. Teknik
Palpasi, posisi knee-chest, dan dengan menggunakan musik atau
suara.
d. Prosedur
1) Palpasi (tercantum di lampiran 4)
2) Posisi knee chest
Knee chest secara rutin dilakukan setiap hari sebanyak 2
kali sehari, misalnya pagi dan sore. Masing-masing selama 10
15 menit, latihan ini hanya efektif jika usia kehamilan maksimal 35-
36 minggu. Prosedur dari latihan knee chest ini adalah sebagai
berikut: a)Menganjurkan ibu agar berada pada posisi seperti sujud,
yaitu kedua kaki ditekuk dan kedua tangan berada didepan kepala
-
ibu dengan disandarkan pada matras atau tempat tidur; b)
Usahakan ibu tetap merasa nyaman dengan meletakkan bantal
untuk sandaran kepala ibu; c) Kepala ibu berada pada posisi
miring dan dada ditempelkan pada matras atau tempat tidur; d)
Usahakan ibu tetap rileks atau tidak tegang selama 10 menit.
3) Menggunakan musik
Menurut Kanakura et al., (2001) menyebutkan bahwa bayi
dapat mendengar suara diluar rahim, dapat dilakukan dengan
prosedur sebagai berikut: a) Ibu dianjurkan menggunakan musik
atau tape recorder untuk membuat bayi mereka bergerak
mendekati kearah suara; b) Headphone diletakkan pada bagian
bawah perut; c) Kemudian mainkan beberapa musik atau suara.
Hal ini akan memungkinkan bayi bergerak kearah suara dan
mengubah presentasi bokong ke presentasi kepala.
2. Pembahasan hipotesis 3
a. Ditemukan harga 2 hitung = 0,09 lebih kecil dari harga 2 tabel =
3,481 (0,09 < 3,481) maka Ho diterima dan Ha ditolak, sehingga
dapat disimpulkan bahwa kecenderungan kejadian presentasi
bokong pada primigravida antara otot abdomen kuat dengan otot
abdomen lemah adalah sama. Begitu juga dari uji hipotesis yang
ketiga, ditemukan harga 2 hitung = 2,206 lebih kecil dari harga 2
tabel = 3,481 (2,006 < 3,481) maka Ho diterima dan Ha ditolak,
sehingga dapat disimpulkan bahwa kecenderungan kejadian
presentasi bokong adalah sama pada multigravida antara otot
abdomen kuat dengan otot abdomen lemah.
-
Sehubungan dengan terjadinya presentasi bokong pada
primigravida dan multigravida berdasarkan tingkat kekuatan otot
abdomen, maka Bidan dapat memberikan asuhan kebidanan yang
komprehensif meliputi aspek-aspek sebagai berikut.
a. Tujuan
1) Primigravida
Mengelastiskan dan melatih kekuatan otot abdomen
2) Multigravida
Memperbaiki keelastisan dan kekuatan dari otot abdomen
tersebut.
b. Cara
Memberikan informasi tentang peran kekuatan otot abdomen dalam
kehamilan dan bagaimana menjaga kekuatan dan keelastisan otot
tersebut.
c. Teknik
Konseling tentang peran kekuatan otot dalam kehamilan dan latihan
untuk otot abdomen
d. Prosedur
1) Konseling yang dapat Bidan berikan meliputi prosedur sebagai
berikut: a) Menyapa Ibu dan memberikan salam; b)Menanyakan
keluhan Ibu dan alasan Ibu datang pada Bidan; c) Menjelaskan
tentang pengetahuan kesehatan dan manfaat kekuatan otot dalam
kehamilan pada Ibu; d) Memberikan informasi tentang bagaimana
aktivitas sehari-hari masih dapat dilakukan untuk Ibu hamil, seperti
berjalan, berenang, bersepeda, dan yang lainnya selama Ibu
-
merasa mampu; e)Menjelaskan tentang sikap tubuh yang baik
dalam kehamilan, seperti cara berdiri, cara duduk, cara mengambil
benda di lantai, serta cara tidur yang baik untuk Ibu hamil.
Sehingga sikap tubuh yang berhubungan dengan adanya
kekuatan dan keelastisan otot untuk Ibu hamil dapat terjaga
dengan baik; f) Menjelaskan tentang cirri-ciri dari kekuatan dan
keelastisan otot yang sudah berkurang pada Ibu hamil, seperti
didapatkan adanya keadaan perut yang terlalu tegang pada
primigravida, adanya rahim yang tegang. Sedangkan pada
multigravida ditemukan keadaan perut cenderung longgar, perut
menggantung, rahim agak lunak, dan Ibu mengeluh banyak
mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitasnya; g)
Menganjurkan untuk menjaga kekuatan dan keelastisan otot
dalam kehamilan dengan melakukan latihan-latihan tertentu untuk
otot abdomen, dasar pelvis, maupun uterusnya (untuk latihan-
latihan otot tercantum di prosedur masing-masing latihan); h)
Membantu klien untuk melakukan latihan-latihan tertentu sampai
klien mengerti dan dapat mempraktikkannya di rumah; i)
Menjelaskan secara lengkap bagaimana fungsi latihan-latihan
tersebut dalam kehamilan; j) Menganjurkan klien untuk melakukan
kunjungan ulang.
2) Latihan-latihan otot abdomen
Simkin et al., (1991: 98) menyebutkan bahwa latihan-latihan
khusus pada ibu hamil baik primigravida maupun multigravida
-
dapat dimulai saat umur kehamilan mencapai 22 minggu atau bila
ibu mampu, dilakukan masing-masing 5x sehari.
a) Latihan otot abdomen variasi 1
Dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
(1) Berbaring terlentang dengan lutut ditekuk dan kaki
menapak di lantai, tempatkan tangan dibawah punggung; (2)
Tekan perlahan punggung pada lantai untuk mengencangkan
otot abdomen, tahan kekencangan otot abdomen dalam 5
hitungan kemudian hembuskan nafas, relax.
Untuk keterangan latihan otot abdomen variasi 1 dapat
dilihat pada gambar dibawah. Disadur dari Simkin, 1991: 98.
Gambar-9 Latihan otot abdomen variasi 1
b) Latihan otot abdomen variasi 2
Dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
(1) Menggunakan tangan dan lutut seperti posisi merangkak; (2) Jaga agar punggung tetap lurus, tidak melengkung/cekung dan lutut diusahakan senyaman mungkin; (3) Kencangkan otot abdomen dengan melengkungkan punggung belakang, tahan sampai 5 hitungan. Relax.
Untuk keterangan latihan otot abdomen variasi 2 dapat
dilihat pada gambar dibawah. Disadur dari Simkin, 1991: 99.
-
Gambar-10 Latihan otot abdomen variasi 2
c) Latihan otot abdomen variasi 3
Dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
(1) Berdiri lurus berlawanan dengan dinding, buat pantat dan
bahu menyentuh dinding, kaki terpisah dari dinding sejauh 12-
15 inci. Kedua tangan berada dibelakang punggung; (2) Ambil
nafas dalam, hembuskan sambil menekan punggung belakang
berlawanan dengan dinding untuk mengencangkan otot
abdomen; (3) Tahan sampai 5 hitungan tanpa menahan nafas,
kemudian relax.
Untuk keterangan latihan otot abdomen variasi 3 dapat
dilihat pada gambar dibawah. Disadur dari Simkin, 1991: 99.
-
Gambar-11 Latihan otot abdomen variasi 3 Sedangkan untuk wanita setelah melahirkan latihan-latihan
khusus pada otot abdomen dapat dilakukan dengan prosedur
sebagai berikut.
a) Latihan otot abdomen variasi 4
Dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut: (1)
Berbaring terlentang dengan kedua lutut ditekuk dan kaki
menapak di lantai; (2) Silangkan kedua tangan pada perut,
tempatkan tangan pada masing-masing sisi dari pinggang; (3)
Ambil nafas, hembuskan nafas sambil mengangkat kepala
berlawanan dengan lantai atau tempat tidur; (4) Pada waktu
yang sama tarik otot rectus kearah tengah dengan kedua
tangan; (5) Tahan dengan pelan dalam 5 hitungan, perlahan
turunkan kepala kemudian relax.
b) Latihan otot abdomen variasi 5
Dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut: (1)
Seminggu atau 2 minggu setelah melahirkan dapat melakukan
-
latihan ini; (2) Berbaring terlentang dengan kedua lutut ditekuk
dan kaki menapak di lantai, tempatkan kedua tangan
disamping badan; (3) Ambil nafas dalam, kemudian
hembuskan sambil mengangkat kepala dan punggung
berlawanan dengan arah gravitasi, untuk membantu kepala
dan punggung terangkat kedua tangan dapat diangkat; (4)
Perlahan kembalikan posisi/turunkan kepala dan punggung
pada tempat tidur atau lantai. Relax; (5) Perlahan-lahan latihan
ini dapat dilakukan dengan posisi kedua tangan dibawah
kepala.
c) Latihan otot abdomen variasi 6
Dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
(1)Berbaring terlentang dengan kedua lutut ditekuk dan kaki
menapak di lantai, tempatkan kedua tangan disamping badan;
(2) Ambil nafas dalam, setelah itu hembuskan sambil
mengangkat kepala,bahu dan salah satu tangan dengan posisi
diagonal. Begitu juga dengan pengangkatan kepala dan bahu
untuk sisi yang satunya lagi; (3) Perlahan kembalikan
posisi/turunkan kepala dan bahu pada tempat tidur atau lantai.
Relax.
b. Hipotesis 3 b, Berdasarkan syarat pengujian hipotesis yang ketiga
b, ditemukan harga 2 hitung = 0,387 lebih kecil dari harga 2 tabel
= 3,481 (0,387 < 3,481) maka Ho diterima dan Ha ditolak,
sehingga dapat disimpulkan bahwa kecenderungan kejadian
presentasi bokong adalah sama pada primigravida antara otot
-
dasar pelvis kuat dengan otot dasar pelvis lemah. Begitu juga dari
uji hipotesis yang kelima, ditemukan harga 2 hitung = 0,6 lebih
kecil dari harga 2 tabel = 3,481 (0,6 < 3,481) maka Ho diterima
dan Ha ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa
kecenderungan kejadian presentasi bokong adalah sama pada
multigravida antara otot dasar pelvis kuat dengan otot dasar pelvis
lemah.
Sehubungan dengan terjadinya presentasi bokong pada
primigravida dan multigravida berdasarkan tingkat kekuatan otot dasar
pelvis, maka Bidan dapat memberikan asuhan kebidanan yang
komprehensif meliputi aspek-aspek sebagai berikut.
a. Tujuan
1) Primigravida
Mengelastiskan dan melatih kekuatan otot dasar pelvis
2) Multigravida
Memperbaiki keelastisan dan kekuatan dari otot dasar pelvis
tersebut.
b. Cara
Memberikan informasi tentang peran kekuatan otot dasar pelvis dalam
kehamilan dan bagaimana menjaga kekuatan dan keelastisan otot
tersebut.
c. Teknik
Konseling tentang kekuatan otot dalam kehamilan dan latihan untuk
otot dasar pelvis
-
d. Prosedur
1) Menerapkan konseling seperti pada prosedur konseling yang
sudah tertulis diatas dengan menganjurkan klien menjaga dan
melatih kekuatan otot dasar pelvis tersebut.
2) Latihan-latihan otot dasar pelvis
Simkin et al., (1991: 99) menyebutkan bahwa latihan-latihan
untuk menjaga dan meningkatkan kekuatan otot dasar pelvis
pada ibu hamil dapat dilakukan masing-masing 5x sehari dengan
prosedur sebagai berikut.
a) Latihan otot dasar pevis variasi 1
Dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut: (1)
Berbaring terlentang dengan lutut ditekuk dan kaki menapak
di lantai atau tempat tidur; (2) Kontraksikan atau kencangkan
otot dasar pelvis seperti kamu menahan aliran kencing; (3)
Tahan kekencangan otot dasar pelvis dalam 10 hitungan
kemudian hembuskan nafas, relax.
Untuk keterangan latihan otot dasar pelvis variasi 1
dapat dilihat pada gambar dibawah. Disadur dari Varney,
1997: 156.
-
Gambar-15 Latihan otot dasar pelvis variasi 1
b) Latihan otot dasar pelvis variasi 2
Dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut: (1)
Berdiri dengan kedua kaki yang nyaman dan tumit pada lantai;
(2) Kemudian jongkok dan stabilkan atau jaga
keseimbangan.Untuk menjaga keseimbangan bisa dengan
meminta bantuan pada partner, berpegangan pada pintu atau
kursi; (3) Jangan terlalu bersemangat, tetap jongkok dan jaga
keseimbangan sampai 13 detik, kemudian berdiri dengan
perlahan.
Untuk keterangan latihan otot dasar pelvis variasi 2
dapat dilihat pada gambar dibawah. Disadur dari Simkin,
1991:98.
-
Gambar-16 Latihan otot dasar pelvis variasi 2
c) Latihan otot dasar pelvis variasi 3
Dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
(1)Berlutut dengan lengan menahan pada lantai, posisi
telapak tangan terbuka, punggung diluruskan; (2)Punggung
dibengkokkan ke atas dengan mengerutkan liang dubur
selama 3 sampai 5 detik; (3)Hembuskan nafas sambil
mengendorkan liang dubur, relax.
Untuk keterangan latihan otot dasar pelvis variasi 3
dapat dilihat pada gambar-10 diatas (untuk latihan otot
abdomen variasi 2).
Sedangkan untuk wanita setelah melahirkan latihan-latihan
khusus pada otot dasar pelvis dapat dilakukan dengan prosedur
sebagai berikut.
a) Latihan otot dasar pelvis variasi 4
-
Dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
(1)Latihan ini bisa dilakukan sesegera mungkin setelah
melahirkan; (2) Berbaring terlentang dengan kedua kaki lurus
menapak di tempat tidur, bisa dengan posisi duduk atau
berdiri; (3) Ambil nafas, dan hembuskan sambil mencoba
mengencangkan otot dasar pelvis; (4) Tahan dengan pelan
dalam 5 hitungan, perlahan kendorkan kekencangan otot
dasar pelvis. Relax.
b) Latihan otot dasar pelvis variasi 5
Dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
(1)Berbaring terlentang dengan kedua lutut ditekuk dan kaki
menapak di lantai, tempatkan kedua tangan dibawah
punggung; (2) Ambil nafas dalam, kemudian hembuskan
sambil mengencangkan otot dasar pelvis dengan mengangkat
sedikit punggung; (3) Tahan selama 5 hitungan dan kemudian
kendorkan, relax.
c) Latihan otot dasar pelvis variasi 6
Dapat dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
(1)Duduk dengan lengan menahan dilantai; (2) Tungkai kaki
kanan ditekankan keatas tungkai kaki kiri, kemudian tungkai
kaki kiri menekan keatas serta sekaligus mengkerutkan dubur;
(3) Tahan selama 5 hitungan atau 5 detik, kemudian
kendorkan dan relax.
4. Berdasarkan syarat pengujian hipotesis yang keenam, ditemukan
harga 2 hitung = 0,14 lebih kecil dari harga 2 tabel = 3,481 (0,14 <
-
3,481) maka Ho diterima dan Ha ditolak, sehingga dapat disimpulkan
bahwa kecenderungan kejadian presentasi bokong pada primigravida
antara otot uterus kuat dengan otot uterus lemah adalah sama.
Sedangkan dari uji hipotesis yang ketujuh, ditemukan harga 2 hitung
= 5,341 lebih besar dari harga 2 tabel = 3,481 (5,341 3,481) maka
Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa
kecenderungan kejadian presentasi bokong pada multigravida dengan
otot uterus kuat lebih sedikit dibanding multigravida dengan otot
uterus lemah.
Sehubungan dengan terjadinya presentasi bokong pada
primigravida dan multigravida berdasarkan tingkat kekuatan otot uterus,
maka Bidan dapat memberikan asuhan kebiudanan yang komprehensif
meliputi aspek-aspek sebagai berikut.
a. Tujuan
1) Primigravida
Mengelastiskan dan melatih kekuatan otot uterus.
2) Multigravida
Memperbaiki keelastisan dan kekuatan dari otot uterus tersebut.
b. Cara
Pemberian informasi tentang peran kekuatan otot uterus dalam
kehamilan dan aktivitas sehari-hari yang berguna dalam menjaga
kekuatan otot uterus dalam kehamilan.
c. Teknik
Konseling tentang kekuatan otot dalam kehamilan dan latihan untuk
otot uterus.
-
d. Prosedur
1) Menerapkan konseling seperti pada prosedur konseling yang
sudah tertulis diatas dengan menganjurkan klien menjaga dan
melatih kekuatan otot dasar pelvis tersebut.
2) Selain latihan-latihan otot abdomen dan dasar pelvis, Simkin et
al., (1991: 98) juga menyebutkan bahwa gerakan-gerakan atau
aktivitas sehari-hari berguna untuk menjaga keelastisan otot,
hanya saja tidak diperlukan latihan-latihan khusus didalamnya
untuk menguatkan atau mengelastiskan otot uterus, karena uterus
akan dapat tersokong dengan baik dengan adanya bantuan
kekuatan otot abdomen dan dasar pelvis itu sendiri.
Seorang ibu dapat berjalan, berenang, bersepeda,
berkendaraan, dapat diteruskan dengan aman selama wanita
tersebut masih mampu, hal ini berguna agar kondisi tubuh tetap
sehat.
-
BAB V
PENUTUP
A. SIMPULAN
Berdasarkan pada hasil penelitian pada ibu yang akan melahirkan di
BPS Ny. Ummu Kulsum Tahun 2010 adalah sebagai berikut.
1. Terdapat gambaran primipara yaitu 45,30%
2. Terdapat kejadian premature sebesar 17,95%
3. Terdapat gambaran kekuatan otot abdomen sebesar 64,10%
5. tidak terdapat hubungan antara paritas dengan presentasi bokong.
6. terdapat hubungan antara umur kehamilan dengan presentasi bokong
7. hipotesis ke tiga yaitu:
a. kecenderungan kejadian presentasi bokong adalah sama pada
primigravida antara otot abdomen kuat dengan otot abdomen lemah.
b. kecenderungan kejadian presentasi bokong adalah sama pada
multigravida antara otot abdomen kuat dengan otot abdomen lemah.
B. SARAN
1. Ibu hamil
Agar lebih memperhatikan kehamilannya dengan melakukan
pemeriksaan kehamilan secara teratur pada tenaga kesehatan terdekat
sehingga dapat segera mendeteksi jika ada komplikasi atau kelainan
letak janin dalam kehamilannya. Selain itu untuk memelihara kekuatan
otot abdomen ,uterus dan dasar pelvis, ibu dapat melakukan latihan-
latihan tertentu setelah persalinan.
-
2. Mahasiswa
Bagi mahasiswa Akademi Kebidanan Pemreintah Kabupaten Cilacap
diharapkan dapat meningkatkan skill dan pengetahuan tentang cakupan
asuhan kebidanan secara luas sehingga dapat meningkatkan nilai
personal, social dan professional.
3. Tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan khususnya Bidan agar dapat menjalin kerjasama
dengan institusi lain dan juga masyarakat. Serta dalam melaksanakan
atau memberikan layanan asuhan kebidanan pada ibu hamil dan bersalin
harus sesuai dengan standar asuhan kebidanan yang ada.
4. Masyarakat
Masyarakat diusahakan agar dapat lebih sadar akan arti pentingnya
pemeriksaan kesehatan, dapat memanfaatkan setiap sarana dan
prasarana serta tenaga kesehatan yang ada sehingga dapat terwujud
masyarakat Indonesia yang sehat.
top related