1. judul 2. abstraksi - pustakamaya.lan.go.id
Post on 26-Jan-2022
11 Views
Preview:
TRANSCRIPT
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 1
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
1. JUDUL
Membangun Komitmen dalam Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika dengan
Gerakan BeNar di Indonesia.
2. ABSTRAKSI
Presiden Joko Widodo pada tahun 2015 menyatakan bahwa Indonesia kini
berada dalam kondisi darurat narkoba. Indonesia kini dilirik sebagai pasar oleh bandar
narkoba dunia. Indonesia saat ini salah satu pasar (narkoba) yang paling besar. Di
dalam laporan yang disajikan oleh Jurnal Data Puslitdatin BNN tahun 2018, proyeksi
jumlah kerugian biaya ekonomi dan sosial akibat penyalahgunaan narkoba
Diproyeksikan akan terjadi peningkatan kerugian biaya sosial dan ekonomi (Sosek)
akibat penyalahgunaan narkoba sekitar hampir 2 kali lipatnya atau meningkat dari
Rp.84,7 trilyun menjadi Rp.152,5 trilyun di tahun 2022. Berdasarkan data yang dimuat
dalam Indonesia Drugs Report 2019 yang dikeluarkan Puslildatin BNN, angka
prevalensi penggunaan narkoba berjumlah 3.811.529 orang. Dari jumlah tersebut 60%
diantaranya adalah pengguna dari kalangan pelajar dan mahasiswa Sementara itu data
penanganan kasus narkoba di Indonesia tahun 2013 S/D 2019 yang dirilis oleh
Direktorat Tindak Pidana Narkoba menunjukkan bahwa tahun 2018 terjadi penurunan
jumlah kasus narkoba dibandingkan tahun 2017. tetapi secara kuantitas jumlah barang
bukti sangat besar dan bahkan bisa dikatakan spektakuler, lebih kurang 3.5 ton berhasil
disita oleh penyidik BNN dan Polri Di sisi lain, selama 2015-2017 terjadi peningkatan
drastis penyelundupan melalui jasa pos atau perusahaan jasa titipan. Pada 2015,
tercatat ada 65 kasus pengiriman paket narkoba melalui jasa pos/kargo. Pada 2016, ada
80 kasus dan pada 2017 meningkat menjadi 152 kasus. Di samping itu, juga ada
jaringan narkoba yang dikendalikan oleh narapidana narkoba dari Lapas. Berkaitan
dengan masalah penanggulangan tindak pidana narkotika, maka penyelidikan terhadap
tindak pidana narkotika merupakan salah satu tugas Kepolisian Negara Republik
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 2
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
Indonesia sebagai bagian dari penegakan hukum. Melakukan penyidikan terhadap
tindak pidana narkotika tidaklah mudah, karena kejahatan penyalahgunaan narkotika
dilakukan secara rapi, terorganisir dan tersembunyi. Polri memiliki keterbatasan untuk
mendapatkan akses cepat karena Polri tidak memasuki secara leluasa wilayah kerja
instansi tersebut untuk melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika sehingga ada
cara yang lebih efektif yaitu membangun komitmen masyarakat untuk tidak
mengonsumsi narkotika sehingga tidak ada transaksi pembelian lagi bisa memberantas
peredaran narkotika. Untuk itu, perlu adanya pedoman atau SOP kolaborasi antara
Polri dengan instansi keagamaan untuk bisa mengimun masyarakat dan mendidik
generasi muda sejak dini untuk menjauhi narkotika. Berdasarkan uraian di atas,
menjadi sangat penting untuk membangun komitmen dalam pencegahan
penyalahgunaan narkotika dengan Gerakan BeNar sebagai salah satu teknik Proyek
perubahan yang dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu: jangka pendek, menengah dan
panjang. Pada jangka pendek fokus pada pembuatan produk SOP dengan instansi
keagamaan dan SOP Gerakan BeNar dan diujicobakan kelayakannya. Pada jangka
menengah fokus pada penyempurnaan dan pengesahan tentang SOP Gerakan BeNar.
Sedangkan dalam jangka panjang, focus pada penerapan tentang MOU Gerakan BeNar
di seluruh wilayah. Kolaborasi proper dilakukan dengan stakeholder internal yaitu
Bareskrim Polri sedangkan stakeholder eksternal terdiri dari: BNN, Organisasi
GRANAT, Pendidikan Bimbingan Keagamaan (Pesantren, sekolah keagamaan, dll).
Setelah SOP ditandatangani oleh Direktur Tipid Narkoba, dilakukan ujicoba.
Rekomendasi yang bisa diberikan adalah: (1) Draft MOU tentang Gerakan BeNar
harus segera disampaikan kepada Divkum Mabes Polri untuk segera dibahas dan
disahkan. (2) Apabila perkabareskrim telah disahkan, segera dilakukan sosialisasi ke
wilayah dan kemudian dilakukan anev hasil pelaksanaan untuk masukan
penyempurnaan. Pelajaran (lesson learned) yang bisa ditarik oleh project leader dari
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 3
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
PKN I dan penyusunan proper adalah: (1) Kepemimpinan kolaboratif untuk menjawab
tantangan pembangunan yang membutuhkan akselerasi dan koordinasi antar instansi,
karena kepemimpinan kolaboratif menjadi penggerak terjadinya perubahan. Hal itu
bisa dilakukan jika pemimpin terbuka terhadap perbedaan dan keragaman serta
bersedia membangun sinergi. (2) Penyusunan proper membelajar pada project leader
untuk mampu berpikir strategis melihat masalah yang prioritas untuk dipecahkan.
Proses itu dimulai dengan memahami mengapa masalah itu muncul dan kemudian
menyusun langkah-langkap pemecahan masalah secara terencana dan bertahap serta
melibatkan pihak internal dan eksternal secara kolaboratif. (3) Proses pelatihan
kepemimpinan nasional tingkat I yang mengharuskan pesertanya tidak lepas dari
jabatan, menjadi sebuah tantangan tersendiri untuk membagi waktu, pikiran, energi
dan juga biaya untuk tetap bisa melaksanakan tanggung jawab tugas dari jabatan yang
diemban sekaligus bisa menyelesaikan tuntutan tugas selama mengikuti pelatihan.
Kata Kunci: Komitmen, Pencegahan, Penyalahgunaan Narkotika, Gerakan BeNar
3. LATAR BELAKANG
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,
baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (Undang-
Undang No. 35 tahun 2009). Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman
atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan
ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang Ini
(Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 4
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
Tentang Narkotika). Peredaran dan penyalahgunaan narkotika di Indonesia sudah
sangat prihatin dan mengkhawatirkan, Pidato Presiden Joko Widodo di Istana Negara
dalam rangka hari anti narkoba ( HANI ) tanggal 26 juni 2015 menetapkan Indonesia
Darurat Narkoba Presiden menyatakan korban narkoba pada tahun 2015 mencapai 4.1
juta orang atau 2.2% dari jumlah populasi penduduk dan memerintahkan seluruh aparat
penegak hukum, kementerian, lembaga dan masyarakat untuk Perang terhadap
Narkoba dan berperan aktif melakukan upaya pencegahan dan pemberantasan
narkotika. Kejahatan narkotika digolongkan kejahatan luar biasa dan serius, terlebih
lagi kejahatan narkotika terjadi dilintas negara dan terorganisasi sehingga menjadi
ancaman nyata yang membutuhkan penanganan serius dan mendesak untuk itu
Presiden indonesia memerintahkan kepada seluruh aparat penagak hukum BNN,
Polri,TNI,dan kementrian / lembaga agar melakukan tindakan tegas terhadap para
sindikat jaringan narkoba.
Berdasarkan data yang dimuat dalam Indonesia Drugs Report pada tahun 2019
yang dikeluarkan Puslitdatin BNN, angka prevalensi penggunaan narkoba sudah
berjumlah 3.811.529 orang dari total populasi penduduk indonesia. Pada tanggal 14
Juli 2017 pukul 09.00 wib, Tim merah putih Polda Metro jaya melakukan
pengungkapan 1 Ton sabu-sabu di Pelabuhan Anyer dengan 8 orang tersangka dan di
tahun 2018, Tim TNI-AL juga melakukan pengungkapan 1 ton sabu-sabu di perairan
Selat Philip, kepulauan Riau. Terkait dengan pengungkapan yang dilakukan oleh Polri,
BNN dan TNI, Presiden Joko Widodo menerbitkan Inpres No 6 tahun 2018 tentang
Rencana Aksi Nasional (RAN) Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan
Peredaran Gelap Narkotika (P4GN).
Laporan Akhir Survei Nasional Perkembangan Penyalahguna Narkoba di
Indonesia Tahun Anggaran 2014 oleh BNN memproyeksikan jumlah penyalahguna
narkoba setahun terakhir di Indonesia (2014-2029) melalui pengembangan tiga
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 5
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
skenario yaitu skenario naik, stabil, dan turun. Skenario naik adalah terjadinya situasi
kenaikan jumlah penyalahguna akibat tekanan yang lebih kuat dari para
pengedar/bandar narkoba. Skenario turun adalah terjadinya situasi penurunan jumlah
penyalahguna akibat tekanan yang lebih kuat dari para aparat penegak hukum dan
seluruh lapisan masyarakat untuk melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan
narkoba, terutama aspek sosialisasi dan edukasi. Sementara skenario stabil adalah
kondisi di mana relatif tidak ada kenaikan jumlah penyalahguna narkoba dari tahun ke
tahun karena adanya keseimbangan kekuatan antara pihak aparat penegak hukum dan
seluruh lapisan masyarakat melawan para pengedar/bandar narkoba (BNN, 2014). Jika
menggunakan skenario naik, maka jumlah penyalahguna pada tahun 2016 akan
mencapai 4.505.900, jika menggunakan skenario stabil akan mencapai 4.173.600 dan
pada skenario turun akan mencapai jumlah 3.766.800. Sebagai gambaran pelengkap,
dapat ditambahkan data penyalahguna narkoba di Indonesia dari laporan kinerja BNN
tahun 2015 berdasarkan jenis penyalahguna (kelompok coba pakai, teratur pakai,
penyalahguna Narkoba Non-Suntik, dan penyalahguna Narkoba Suntik). Mengenai
ruang lingkup penyalahguna, Laporan Akhir Survei Nasional Perkembangan
Penyalahguna Narkoba di Indonesia Tahun Anggaran 2014 menemukan bahwa semua
provinsi di Indonesia telah menjadi target narkoba. Provinsi di Jawa mempunyai
jumlah penyalahguna terbanyak dibandingkan provinsi di luar Jawa karena Pulau Jawa
memiliki populasi yang lebih besar. DKI Jakarta memiliki angka prevalensi tertinggi
(4,73%) disusul oleh Kalimantan Timur (3,07%) dan Kepulauan Riau (2,94%) (BNN,
2014). Sementara dari berbagai jenis narkoba yang beredar di Indonesia tercatat ganja,
sabu-sabu, dan ekstasi merupakan jenis narkoba yang paling banyak digunakan
mencapai 85% seluruh pecandu di Indonesia. Sebagai gambaran, menurut the United
Nations Office of Drugs and Crime (UNODC) setidaknya terdapat 44 narkotika jenis
baru psychoactive substances (NPS) di Indonesia dari keseluruhan 461 NPS di
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 6
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
dunia. Jenis sabu tidak hanya diperoleh dari luar namun ditemukan juga sabu
(methamphetamine) yang sudah berhasil diproduksi dalam skala besar di dalam negeri
(DW, 2018). Survei Nasional BNN 2014 berhasil mengumpulkan data dasar
penggunaan jenis narkoba pada tiga kelompok survei yaitu kelompok
pelajar/mahasiswa, kelompok pekerja dan kelompok rumah tangga. Tiga jenis narkoba
(ganja, sabu-sabu, dan ekstasi) amat populer pada tiga kelompok tersebut dengan
sedikit perbedaan pola pemakaian selain ganja dan sabu, yaitu pemakaian pil koplo
pada kelompok pelajar dan pekerja.
Pada tanggal 12 juni 2018, project leader melakukan perjalanan disebuah
Dusun Lobunahot, Kecamatan Andian Koting, Tapanuli Utara dengan jumlah
penduduk 35 Kartu Keluarga ( KK ) dengan tingkat kehidupan masyarakat yang rendah
secara ekonomi, pendidikan dan infrastruktur bahkan listrik tidak ada, project leader
mendapat informasi dari masyarakat setempat bahwa adanya peredaran narkotika di
desa tersebut. Menurut analisa project leader bila disetiap desa telah terkontaminasi
dengan peredaran narkotika maka ini merupakan ancaman yang sudah sangat
membahayakan bagi bangsa dan negara, ini merupakan fenomena gunung es yang
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 7
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
tentunya peredaran dan penyalah gunaan Narkotika di Indonesia harus dicegah dan
diberantas secara tegas dan konsisten tanpa toleransi.
Pada perkembangan saat ini, narkotika tidak hanya digunakan dalam bidang
farmasi saja, tetapi sudah terjadi penyalahgunaan narkotika. Hal ini sering kali
ditemukan pada kalangan remaja hingga masyarakat usia dewasa. remaja adalah masa
di mana seorang individu mengalami peralihan dari masa anak-anak menuju ke
dewasa. masa remaja disebut masa yang paling rawan dihadapi individu sebagai anak.
Dari yang tadinya anak-anak mereka mengalami perkembangan secara fisik maupun
psikis dengan beberapa perubahan. Orang tua yang memiliki anak tentu akan
menghadapi hal ini di kala membesarkan anak mereka, anak yang beranjak remaja
akan mengalami perubahan sesuai dengan pertumbuhan moral seorang anak. Jika
kontrol dari orang tua dan orang terdekat anak kurang, maka seringkali terjadi
penyimpangan pada anak tersebut. Penyimpangan ini cenderung kearah negatif yang
sering disebut dengan kenakalan remaja. Ada banyak jenis kenakalan remaja, seperti
perkelahian dan minum-minuman keras, pencurian, perampokan,
perusakan/pembakaran, seks bebas bahkan konsumsi narkotika. Salah satu bentuk
kenakalan remaja yang saat ini dapat dikategorikan mengkhawatirkan adalah
penyalahgunaan narkotika. Peredaran dan penyalahgunaan Narkotika merupakan salah
satu permasalahan nasional yang dipandang serius oleh pemerintah, karena dapat
menyebabkan rusaknya moral bangsa. Karena itu pemerintah sangat memberikan
perhatian terhadap penanganan atas penyalahgunaan Narkotika. Di negara kita,
masalah merebaknya penyalahgunaan narkotika semakin lama semakin meningkat.
Efek domino akibat dari penyalahgunaan narkotika juga semakin beragam, serta usaha
untuk mengatasi penyalahgunaan Narkotika merupakan langkah yang tidak mudah
untuk dilaksanakan. Penyalah guna adalah orang yang menggunakan Narkotika tanpa
hak atau melawan hukum. Ketika seseorang melakukan penyalahgunaan Narkotika
secara terus-menerus, maka orang tersebut akan berada pada keadaan ketergantungan
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 8
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
pada Narkotika, baik secara fisik maupun psikis. Ketergantungan Narkotika adalah
kondisi yang ditandai oleh dorongan untuk menggunakan Narkotika secara terus-
menerus dengan takaran yang meningkat agar menghasilkan efek yang sama dan
apabila penggunaannya dikurangi dan/atau dihentikan secara tiba-tiba, menimbulkan
gejala fisik dan psikis yang khas. Untuk penanggulangan penyalahgunaan narkotika
diperlukan upaya yang terpadu dan komprenhensif yang meliputi upaya preventif,
represif, terapi dan rehabilitasi. Penyebab terjadinya penyalahgunaan narkotika
disebabkan oleh beberapa faktor yang saling mempengaruhi satu sama lain, yaitu: 1)
Faktor letak geografi Indonesia; 2) Faktor ekonomi; 3) Faktor kemudahan memperoleh
narkotika; 4) Faktor keluarga dan masyarakat; 5) Faktor kepribadian; 6) Faktor fisik
dari individu yang menyalahgunakannya. Metode pencegahan dan pemberantasan
penyalahgunaan narkotika yang paling efektif dan mendasar adalah metode preemtif
dan preventif. Upaya yang paling praktis dan nyata adalah represif dan upaya yang
manusiawi adalah kuratif serta rehabilitatif.
1. Preemtif
Program preemtif ini kerap disebut juga sebagai program promotif atau
program pembinaan. Pada program ini yang menjadi sasaran pembinaanya adalah para
anggota masyarakat yang belum memakai atau bahkan belum mengenal narkoba sama
sekali. Prinsip yang dijalani oleh program ini adalah dengan meningkatkan peranan
dan kegitanan masyarakat agar kelompok ini menjadi lebih sejahtera secara nyata
sehingga mereka sama sekali tidak akan pernah berpikir untuk memperoleh
kebahagiaan dengan cara menggunakan narkoba. Bentuk program yang ditawarkan
antara lain pelatihan, dialog interaktif dan lainnya pada kelompok belajar, kelompok
olah raga, seni budaya, atau kelompok usaha. Pelaku program yang sebenarnya paling
tepat adalah lembaga-lembaga masyarakat yang difasilitasi dan diawasi oleh
pemerintah.
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 9
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
2. Preventif
Program preventif ini disebut juga sebagai program pencegahan dimana
program ini ditujukan kepada masyarakat sehat yang sama sekali belum pernah
mengenal narkoba agar mereka mengetahui tentang seluk beluk narkoba sehingga
mereka menjadi tidak tertarik untuk menyalahgunakannya. Program ini selain
dilakukan oleh pemerintah, juga sangat efektif apabila dibantu oleh sebuah instansi dan
institusi lain termasuk lembaga-lembaga profesional terkait, lembaga swadaya
masyarakat, perkumpulan, organisasi masyarakat dan lainnya. Bentuk dan agenda
kegiatan dalam program preventif ini:
a. Kampanye anti penyalahgunaan narkoba
Program pemberian informasi satu arah dari pembicara kepada pendengar
tentang bahaya penyalahgunaan narkoba. Kampanye ini hanya memberikan informasi
saja kepada para pendengarnya, tanpa disertai sesi tanya jawab. Biasanya yang
dipaparkan oleh pembicara hanyalah garis besarnya saja dan bersifat informasi umum.
Informasi ini biasa disampaikan oleh para tokoh masyarakat. Kampanye ini juga dapat
dilakukan melalui spanduk poster atau baliho. Pesan yang ingin disampaikan hanyalah
sebatas arahan agar menjauhi penyalahgunan narkoba tanpa merinci lebih dala
mengenai narkoba.
b. Penyuluhan tentang bahaya narkoba
Berbeda dengan kampanye yang hanya bersifat memberikan informasi, pada
penyuluhan ini lebih bersifat dialog yang disertai dengan sesi tanya jawab. Bentuknya
bisa berupa seminar atau ceramah. Tujuan penyuluhan ini adalah untuk mendalami
pelbagai masalah tentang narkoba sehingga masyarakat menjadi lebih tahu karenanya
dan menjadi tidak tertarik enggunakannya selepas mengikuti program ini. Materi
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 10
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
dalam program ini biasa disampaikan oleh tenaga profesional seperti dokter, psikolog,
polisi, ahli hukum ataupun sosiolog sesuai dengan tema penyuluhannya.
c. Pendidikan dan pelatihan tentang bahaya narkoba pada kelompok sebaya
Perlu dilakukan pendidikan dan pelatihan didalam kelompok masyarakat agar
upaya menanggulangi penyalahgunaan narkoba didalam masyarakat ini menjadi lebih
efektif. Pada program ini pengenalan narkoba akan dibahas lebih mendalam yang
nantinya akan disertai dengan simulasi penanggulangan, termasuk latihan pidato,
latihan diskusi dan latihan menolong penderita. Program ini biasa dilakukan dilembaga
pendidikan seperti sekolah atau kampus dan melibatkan narasumber dan pelatih yang
bersifat tenaga profesional.
d. Upaya mengawasi dan mengendalikan produksi dan upaya distribusi
narkoba di masyarakat.
Pada program ini sudah menjadi tugas bagi para aparat terkait seperti polisi,
Departemen Kesehatan, Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), Imigrasi, Bea
Cukai, Kejaksaan, Pengadilan dan sebagainya. Tujuannya adalah agar narkoba dan
bahan prekusor tidak beredar secara illegal didalam masyarakat namun melihat
keterbatasan jumlah dan kemampuan petugas, program ini masih belum dapat berjalan
optimal.
3. Kuratif
Program ini juga dikenal dengan program pengobatan dimana program ini
ditujukan kepada para pemakai narkoba. Tujuan dari program ini adalah mebantu
mengobati ketergantungan dan menyembuhkan penyakit sebagai akibat dari
pemakaian narkoba, sekaligus menghentikan peakaian narkoba.Tidak sembarang
pihak dapat mengobati pemakai narkoba ini, hanya dokter yang telah mempelajari
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 11
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
narkoba secara khususlah yang diperbolehkan mengobati dan menyembuhkan pemakai
narkoba ini. Pengobatan ini sangat rumit dan dibutuhkan kesabaran dala menjalaninya.
Kunci keberhasilan pengobatan ini adalah kerjasama yang baik antara dokter, pasien
dan keluarganya. Bentuk kegiatan yang yang dilakukan dalam program pengobat ini
adalah:
a) Penghentian secara langsung;
b)Pengobatan gangguan kesehatan akibat dari penghentian dan pemakaian narkoba
(detoksifikasi);
c) Pengobatan terhadap kerusakan organ tubuh akibat pemakaian narkoba;
d) Pengobatan terhadap penyakit lain yang dapat masuk bersama narkoba seperti
HIV/AIDS, Hepatitis B/C, sifilis dan lainnya. Pengobatan ini sangat kompleks dan
memerlukan biaya yang sangat mahal. Selain itu tingkat kesembuhan dari pengobatan
ini tidaklah besar karena keberhasilan penghentian penyalahgunaan narkoba ini
tergantung ada jenis narkoba yang dipakai, kurun waktu yang dipakai sewaktu
menggunakan narkoba, dosis yang dipakai, kesadaran penderita, sikap keluarga
penderita dan hubungan penderita dengan sindikat pengedar. Selain itu ancaman
penyakit lainnya seperti HIV/AIDS juga ikut mempengaruhi, walaupun bisa sembuh
dari ketergantungan narkoba tapi apabila terjangkit penyakit seperti AIDS tentu juga
tidak dapat dikatakan berhasil.
4. Rehabilitatif
Program ini disebut juga sebagai upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga
yang ditujukan kepada penderita narkoba yang telah lama menjalani program kuratif.
Tujuannya agar ia tidak memakai dan bisa bebas dari penyakit yang ikut
menggerogotinya karena bekas pemakaian narkoba. Kerusakan fisik, kerusakan mental
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 12
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
dan penyakit bawaan macam HIV/AIDS biasanya ikut menghampiri para pemakai
narkoba. Itulah sebabnya mengapa pengobatan narkoba tanpa program rehabilitasi
tidaklah bermanfaat. Setelah sembuh masih banyak masalah yang harus dihadapi oleh
bekas pemakai tersebut, yang terburuk adalah para penderita akan merasa putus asa
setelah dirinya tahu telah terjangit penyakit macam HIV/AIDS dan lebih memilih
untuk mengakhiri dirinya sendiri. Cara yang paling banyak dilakukan dalam upaya
bunuh diri ini adalah dengan cara menyuntikkan dosis obat dalam jumlah berlebihan
yang mengakibatkan pemakai mengalami Over Dosis (OD). Cara lain yang biasa
digunakan untuk bunuh diri dalah dengan melompat dari ketinggian, membenturkan
kepala ke tembok atau sengaja melempar dirinya untuk ditabrakkan pada kendaraaan
yang sedang lewat. Banyak upaya pemulihan namun keberhasilannya sendiri sangat
bergantung pada sikap profesionalisme lembaga yang menangani program rehabilitasi
ini, kesadaran dan kesungguhan penderita untuk sembuh serta dukungan kerja sama
antara penderita, keluarga dan lembaga. Masalah yang paling sering timbul dan sulit
sekali untuk dihilangkan adalah mencegah datangnya kembali kambuh (relaps) setelah
penderita menjalani pengobatan. Relaps ini disebabkan oleh keinginan kuat akibat
salah satu sifat narkoba yang bernama habitual. Cara yang paling efektif untuk
menangani hal ini adalah dengan melakukan rehabilitasi secara mental dan fisik.Untuk
pemakai psikotropika biasanya tingkat keberhasilan setelah pengobatan terbilang
sering berhasil, bahkan ada yang bisa sembuh 100 persen.
5. Represif
Ini merupakan program yang ditujukan untuk menindak para produsen, bandar,
pengedar dan pemakai narkoba secara hukum.Program ini merupakan instansi
peerintah yang berkewajiban mengawasi dan mengendalikan produksi aupun distribusi
narkoba.Selain itu juga berupa penindakan terhadap pemakai yang melanggar undang-
undang tentang narkoba. Instansi yang terkain dengan program ini antara lain polisi,
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 13
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
Departemen Kesehatan, Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), Imigrasi, Bea
Cukai, Kejaksaan, Pengadilan. Begitu luasnya jangkauan peredaran gelap narkoba ini
tentu diharapkan peran serta masyarakat, termasuk LSM dan lembaga kemasyarakatan
lain untuk berpartisipasi membantu para aparat terkait tersebut Masyarakat juga harus
berpartisipasi, paling tidak melaporkan segala hal yang berhubungan dengan kegiatan
yang terkait dengan penyalahgunaan narkoba dilingkungannya. Untuk memudahkan
partisipasi masyarakat tersebut, polisi harus ikut aktif menggalakkan pesan dan ajakan
untuk melapor ke polisi bila melihat kegiatan penyalahgunaan narkoba.Cantumkan
pula nomor dan alamat yang bisa dihubungi sehingga masyarakat tidak kebingungan
bila hendak melapor. Melaporkan kegiatan pelanggaran narkoba seperti ini tentu saja
secara tidak langsung ikut mebahayakan keselamatan si pelapor, karena sindikat
narkoba tentu tak ingin kegiatan mereka terlacak dan diketahui oleh aparat. Karena itu
sudah jadi tugas polisi untuk melindungi keselamatan jiwa si pelapor dan merahasiakan
identitasnya. Masalah penyalahgunaan narkoba adalah masalah yang kompleks yang
pada umumnya disebabkan oleh tiga faktor yaitu: faktor individu, faktor
lingkungan/sosial dan faktor ketersediaan, menunjukkan bahwa pencegahan
penyalahgunaan narkoba yang efektif memerlukan pendekatan secara terpadu dan
komprehensif. Pendekatan apa pun yang dilakukan tanpa mempertimbangkan ketiga
faktor tersebut akan mubazir. Oleh karena itu peranan semua sektor terkait termasuk
para orangtua, guru, tokoh masyarakat, tokoh agama, kelompok remaja dan LSM di
masyarakat, dalam pencegahan narkoba sangat penting.
1. Peran remaja
a. Pelatihan keterampilan.
b. Kegiatan alternatif untuk mengisi waktu luang seperti : kegiatan olahraga, kesenian
dan lainlain.
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 14
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
2. Peran orangtua
a. Menciptakan rumah yang sehat, serasi, harmonis, cinta, kasih saying dan komunikasi
terbuka.
b. Mengasuh, mendidik anak yang baik.
c. Menjadi contoh yang baik.
d. Mengikuti jaringan orang tua.
e. Menyusun peraturan keluarga tentang keluarga bebas narkoba.
f. Menjadi pengawas yang baik.
3. Peran Tokoh Masyarakat
a. Mengikutsertakan dalam pengawasan narkoba dan pelaksanaan Undang-undang.
b. Mengadakan penyuluhan, kampanye pencegahan penyalahgunaan narkoba.
c. Merujuk korban narkoba ke tempat pengobatan.
d. Merencanakan, melaksanakan dan mengkoordinir program-program pencegahan
penyalahgunaan narkoba.
Masyarakat mempunyai peran penting didalam usaha pencegahan dan
penanggulangan penyalahgunaan narkoba. Untuk itu tokoh masyarakat dapat
melaksanakan hal-hal sebagai berikut :
1) Pahami masalah penyalahgunaan narkoba, pencegahan dan penanggulangannya.
2) Amati situasi dan kondisi lingkungan.
3) Galang potensi masyarakat yang dapat membantu pelaksanaan penanggulangannya,
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 15
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
terutama orangtua, para remaja, sekolah, organisasi-organisasi sosial dalam
masyarakat di sekitar lingkungan.
4) Arahkan, dorong dan kendalikan gerakan masyarakat tersebut.
Cara menggerakkan masyarakat dengan tahap-tahap sebagai berikut :
1) Tatap muka dan berbicara secara terbuka maksud gerakan tersebut.
2) Adakan rapat untuk menyusun program kerja.
3) Libatkan tokoh-tokoh masyarakat, organisasi sosial, tokoh agama dan potensi-
potensi masyarakat yang ada.
4) Beri pengertian tentang masalah penyalahgunaan narkoba dimana masalah tersebut
bukan hanya menjadi tanggungjawab pemerintah tapi juga masyarakat. Adapun
strategi pencegahan penyalahgunaan narkoba di masyarakat dapat dilakukan melalui
langkah-langkah sebagai berikut.
a. Pelatihan dan Pendidikan
Merencanakan dan melaksanakan kursus pelatihan untuk berbagai kelompok
masyarakat seperti orang tua, tokoh-tokoh masyarakat, kelompok remaja tentang
strategi-strategi pencegahan, keterampilan mengasuh anak, pelatihan kerja untuk anak-
anak remaja dan lainlain.
b. Kebijakan dan Peraturan
Masyarakat perlu menyusun kebijakan dan peraturan tentang penanggulangan
dan pencegahan narkoba dan zat adiktif lainnya.
c. Kegiatan Kemasyarakatan
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 16
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
Tokoh-tokoh masyarakat dapat mendorong dan menggerakkan masyarakat
terutama para remaja untuk bergiat dalam kegiatan-kegiatan yang positif fan kegiatan
kemasyarakatan seperti kerja bakti, pemeliharaan kebersihan, kesehatan, dan
penghijauan lingkungan.
d. Promosi Hidup Sehat
Tokoh-tokoh masyarakat dapat menyusun program-program yang
mengutamakan pada pengembangan hidup sehat seperti : gerak jalan, lomba olahraga,
senam bersama, rekreasi bersama, dll.
e. Sistem Rujukan
Tokoh-tokoh masyarakat bisa membantu mereka yang rawan atau yang korban
narkoba untuk mendapatkan pelayanan pengobatan, perawatan atau rehabilitasi sosial
melalui sistem rujukan atau tata cara yang disepakati.
f. Pembentukan Kelompok Konseling
Pembentukan kelompok konseling dari warga masyarakat, tokoh-tokoh
masyarakat atau organisasi sosial masyarakat, sebagai relawan untuk memberikan
konsultasi/konseling kepada warga atau remaja-remaja yang memiliki masalah pribadi
atau memiliki kerawanan atau telah menjadi korban narkoba.
g. Organisasi
Penetapan prosedur hubungan kerjasama antara organisasi sosial masyarakat
yang satu dengan yang lainnya dan dengan tokoh-tokoh masyarakat formal/informal
sangat penting untuk memperlancar dan meningkatkan koordinasi dalam
penanggulangan dan pencegahan penyalahgunaan narkoba di lingkungannya. Di
daerah yang kena wabah narkoba, akibatnya sudah amat jelas.Selain orang yang
terkena narkoba menjadi tidak produktif, kehadirannya amat membebani bahkan
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 17
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
menghancurkan kehidupan keluarga, mengancam keamanan lingkungan, dan memicu
aksi-aksi kejahatan di masyarakat. Keadaan buruk ini sudah menimbulkan masyarakat
benar-benar cemas dan merasa muak dan masyarakat sudah mulai perang melawan
narkoba. Pengalaman pencegahan penyalahgunaan narkoba diluar dan didalam negeri
menunjukkan bahwa pencegahan penyalahgunaan narkoba yang efektif memerlukan
peranan aktif dari segenap lapisan masyarakat termasuk para orang tua, tokoh
masyarakat dan agama, kelompok remaja dan kelompok masyarakat lainnya.
Partisipasi dan kolaborasi oleh segenap lapisan masyarakat adalah strategi yang sangat
diperlukan untuk merespon secara multi disiplin pada permasalahan penyalahgunaan
narkoba yang sangat kompleks. Permasalahan penyalahgunaan narkoba merupakan
hasil interaksi berbagai faktor seperti tersedianya narkoba sendiri aspek kepribadian
dan perilaku individu. Dengan kenyataan ini, tidak ada satu sistem atau kelompok pun
yang bisa memberantas dan mencegah sendiri penyalahgunaan narkoba
dilingkungannya. Pemerintah tidak dapat mengatasi masalah narkoba sendiri. Masalah
penyalahgunaan narkoba yang sangat kompleksi ini tetap menuntut penanganan secara
komprehensif dan terpadu, dengan partisipasi aktif dari masyarakat baik secara
individu maupun kelompok yang mempunyai potensi membantu generasi muda
mencegah penyalahgunaan narkoba.
Andrie Wongso (motivator terkemuka di Indonesaa) mengatakan,’’Tanpa
komitmen yang kuat dan konsistensi dalam memperbaiki diri, jangan berharap
kehidupan kita hari ini dan besok bisa lebih baik dari hari kemarin. Banyak orang gagal
bukan karena mereka tidak mampu melainkan karena mereka tidak memiliki
komitmen”. Dengan peredaran dan penyalah gunaan narkotika saat ini, tentunya kita
sangat prihatin sehingga project leader tertarik untuk melakukan proyek perubahan.
Untuk itu, isu strategis yang menjadi proyek perubahan yang akan diterapkan
oleh project leader adalah Bagaimana membangun komitmen dalam pencegahan
dan pemberantasan narkotika dengan Gerakan BeNar di Indonesia.
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 18
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
4. TUJUAN PROYEK PERUBAHAN
Untuk mengatasi pencegahan penyalahgunaan narkotika dibutuhkan komitmen
yang meliputi:
• Penerapan Gerakan BeNar dalam pencegahan penyalahgunaan narkotika
kolaborasi dengan lingkup keagamaan, BNN, Organisasi Anti Narkoba
• Pengembangan publikasi manual dan berbasis teknologi dalam pencegahan dan
penyalahgunaan narkotika kepada masyarakat
• Membangun koordinasi dan kolaborasi dalam pencegahan penyalahgunaan
narkotika
a. Tujuan Jangka Pendek
1) Mengembangkan kebijakan terkait pencegahan penyalahgunaan narkotika di
lingkungan kepolisian melalui bimbingan teknis
2) Meningkatkan integritas, pola pikir dan pola tindak dalam pencegahan
penyalahgunaan narkotika melalui coaching clinic dan workshop
3) Membangun kesadaran masyarakat khususnya remaja dalam pencegahan
penyalahgunaan melalui paparan public, media elekronik, Radio Talks,
banner,sosialisasi.
4) Mengembangkan booklet dan buku saku pencegahan penyalahgunaan narkotika
5) Membangun sistem laporan pencegahan penyalahgunaan narkotika di
lingkungan kepolisian
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 19
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
b. Tujuan Jangka Menengah
1) Meningkatkan komitmen kepolisian terkait tugas dan tanggung jawab
pencegahan penyalahgunaan narkotika melalui Roadshow.
2) Membangun kesadaran masyarakat khususnya remaja dalam pencegahan dan
pemberantasan narkotika melalui Seminar Talks di Pesantren, Sekolah Buddhist,
dan bimbingan keagamaan lainnya.
3) Membangun kolaborasi dengan BNN terkait pengembangan sistem Gerakan
BeNar pencegahan penyalahgunaan narkotika berbasis teknologi
4) Membangun kesadaran masyarakat dalam pencegahan penyalahgunaan narkotika
Gerakan BeNar melalui video pencegahan penyalahgunaan narkotika
5) Membangun koordinasi dengan kementerian agama serta organisasi anti narkoba
terkait komitmen pencegahan penyalahgunaan narkotika
c. Tujuan Jangka Panjang
1) Mengembangkan kebijakan pencegahan penyalahgunaan narkotika koordinatif
dengan instansi sekolah bimbingan keagamaan,BNN,lembaga
swadaya,masyarakat
2) Roadshow membangun integritas, pola pikir dan pola tindak dalam pencegahan
penyalahgunaan narkotika komitmen dengan eksternal stakeholders
3) Pengembangan publikasi manual dan berbasis teknologi dalam pencegahan
penyalahgunaan narkotika Gerakan BeNar
5. ANALISIS PERMASALAHAN
Permasalahan dan tantangan dalam pencegahan penyalahgunaan narkotika antara
lain adalah semakin beragamnya modus operandi kejahatan di lapangan sebagai akibat
dari perkembangan teknologi dan informasi yang sangat pesat. Hal ini meningkatkan
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 20
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
kompleksitas masalah dalam upaya pemberantasan narkotika. Selain itu, juga ditemukan
permasalahan seperti merebaknya fenomena narkotika masuk kampung dan perilaku
madat di kalangan remaja yang meracik obat-obatan legal dengan berbagai zat obat-
obatan lain.
Saat ini, strategi yang digunakan oleh para sindikat jaringan narkotika ke
Indonesia semakin beragam, dengan menggunakan modus-modus operandi yang
dapat mengelabui para remaja dengan cara memasukkan kedalam kemasan makanan,
minuman dan banyak lagi cara-cara lain, para sindikat melancarkan aksinya dengan
menggunakan jalur darat, laut dan udara, untuk meminimalisir tertangkapnya para
pelaku slalu menggunakan indentitas palsu,serta menggunakan pola jaringan
komunikasi terputus ini menjadi modus para sindikat narkotika Selain itu para
sindikat juga melakukan upaya mempengaruhi para petugas dilapangan sehingga
para petugas yang tidak memiliki komitmen, integritas dan profesionalisme dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sehingga dapat dipengaruhi dengan
memberikan uang ataupun barang untuk tutup mulut guna melancarkan peredaran
dan perdagangan narkotikadi Indonesia.
Oleh karena itu, dalam proyek perubahan ini akan berfokus untuk menyusun
dan melakukan sosialisasi ke masyarakat tentang bahaya narkotika lebih mendalam.
Dengan tidak adanya permintaan atau pembelian narkotika, maka dengan sendirinya
transaksi narkotika akan terhenti sehingga tercapailah tujuan pemberantasan narkotika.
6. MANFAAT PROYEK PERUBAHAN
a. Manfaat bagi Polri
Melalui proyek perubahan ini, manfaat bagi Polri adalah sebagai berikut:
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 21
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
1) Perintah Presiden dan Kapolri untuk pencegahan dan pemberantasan
peredaran narkotika dapat dilakukan secara efektif.
2) Upaya untuk mengungkap jaringan dan memutus jaringan para sindikat
dapat dilakukan secara efektif
3) Citra Polri di mata masyarakat semakin positif dan baik
b. Manfaat bagi Stakeholders
1) Stakeholder memahami perannya dalam membantu pencegahan
penyalahgunaan narkotika
2) Stakeholder dapat berpartisipasi aktif dalam pencegahan
penyalahgunaan narkotika.
3) Adanya kejelasan langkah strategis, peran dan komitmen dalam
pencegahan penyalahgunaan narkotika di Indonesia.
7. OUTPUT KUNCI
Kriteria keberhasilan yang menjadi output kunci dari proyek perubahan ini
adalah:
1. Terbentuk kesamaan pemahaman di antara personil yang terlibat dalam proyek
perubahan tentang kegiatan yang akan dilaksanakan.
2. Tersedianya kebijakan internal kepolisian (Direktorat Tindak Pidana Narkoba
Bareskrim Polri) dan lintas Institusi sebagai dasar dalam pencegahan
penyalahgunaan narkotika dengan Gerakan BeNar.
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 22
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
3. Terbentuknya sistem kolaboratif berbasis teknologi dalam pencegahan
penyalahgunaan narkotika Gerakan BeNar.
4. Terlaksananya evaluasi internal dan eksternal yang terprogram dan berkelanjutan
terhadap pengelolaan pencegahan penyalahgunaan narkotika dengan Gerakan
BeNar di Indoneisa
5. Terlaksananya sosialisasi kepada stakeholders dalam pencegahan dan
pemberantasan narkotika
8. PENTAHAPAN PROYEK PERUBAHAN
Pelaksanaan proyek perubahan dilaksanakan dalam tiga tahapan, yaitu: jangka
pendek, jangka menengah, dan jangka Panjang. Tahapan jangka pendek dilaksanakan
dalam jangka waktu 2 bulan. Jangka menengah dalam waktu 6 bulan sd 1 tahun dan
jangka Panjang dalam waktu 1 tahun atau lebih.
Milestone proyek perubahan jangka pendek kegiatannya dilaksanakan mulai
bulan April sampai dengan Mei 2020, dengan rincian kegiatan sebagai berikut:
1. Peningkatan Integritas dengan cara coaching clinic, workshop, roadshow di
Pesantren, Sekolah Buddhist, dan bimbingan keagamaan lainnya.
2. Pembuatan SOP tentang Membangun komitmen pencegahan penyalahgunaan
Narkotika Dengan Gerakan BeNar di Indonesia dengan BNN, Kementerian
Agama dan organisasi anti narkoba.
3. Pertemuan koordinasi dan kolaborasi dengan stakeholder melalui coaching
clinic, workshop
Milestone proyek sesuai tahapan jangka pendek, menengah dan panjang
disajikan pada dalam tabel di halaman berikut.
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 23
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
A. Tahapan Jangka Pendek
No TAHAP
WAKTU
PRODUK
APRIL MEI JUNI
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
4
1 Pembentukan
Tim Efektif
Tim efektif terbentuk
2 Menyusun SOP
Naskah SOP
3
Pertemuan
Koordinasi
dengan
stakeholder
internal
Surat dukungan dan
notulen
4
Pertemuan
koordinasi
dengan BNN RI
Surat dukungan
5
Pertemuan
koordinasi
dengan
Surat dukungan
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 24
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
Kementerian
Agama
6
Pertemuan
koordinasi
dengan Ketua
DPP Granat
Surat dukungan
7 menyusun draft
draft
8. SOP
SOP ditandatangani
9 Penyusunan
paparan publik
Paparan Publik
10.
Menyusun dan
memaparkan
laporan proper
laporan
B. Tahapan Jangka Menengah
No. TAHAP UTAMA WAKTU OUTPUT
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 25
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
1 Roadshow kebijakan pencegahan
penyalahgunaan Narkotika dengan Gerakan
BeNar ke satres
Juli 2020 Pemahaman
roadshow dalam
notulen
2 Implementasi Gerakan BeNar Agustus 2020 draft
3 Publikasi manual dan berbasis teknologi
September
2020
Hasil publikasi
4 Penyusunan draft M O U
Oktober
2020
Draft M O U
5 Pembahasan naskah M O U
November
2020
Naskah M O U
6 Pengajuan penandatanganan M O U
Desember
2020 M O U
C. Tahapan Jangka Panjang
No. TAHAP UTAMA WAKTU OUTPUT
1
M O U Pencegahan penyalahgunan
narkoba
Januari-
Maret 2021
T R Kapolri
kejajaran
direktorat
narkoba
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 26
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
2 Sosialisasi dalam rapat teknis Bareskrim Januari-
Maret 2021
paparan,
jadwal kegiatan
3 Roadshow membangun integritas, pola pikir,
pola tindak dalam komitmen pencegahan
penyalahgunaan dengan eksternal stakeholders
April-Juni
2021
paparan,
jadwal kegiatan
Dokumentasi
3 Penerapan Sosialisasi ke pesantren, sekolah
Buddhist dan bimbingan keagamaan lainnya
baik sosialisasi langsung maupun iklan,
promosi,dll
2021
dokumen
laporan hasil
4 Publikasi manual dan berbasis teknologi
tentang pencegahan penyalahgunaan narkotika
Gerakan BeNar
2021
Publikasi
9. TATA KELOLA PROYEK PERUBAHAN
Untuk memperlancar pelaksanaan proyek perubahan “Membangun
Komitmen dalam Pencegahan dan Pemberantasan Narkotika di Indonesia” dibentuk
tim efektif yang bertugas melaksanakan proyek perubahan yang dipimpin oleh
project leader. Tim efektif bekerja berdasarkan surat perintah.
1. Struktur Organisasi Proyek
Sponsor/Mentor
Penanggung Jawab
:
:
Brigjen Pol. Krisno H Siregar, S.I.K, M.H
KBP. Wawan Munawar, S.I.K, M.Si
Coach : Dr. PM. Marpaung, M.Sc (Marps)
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 27
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
Project Leader : KBP. Hendri Marpaung, SH
Ketua Tim Pokja I
Anggota
:
:
KBP. Gusde Wardana, SH
1. AKP NI Nyoman Parbawati, SH
2. IPTU Wahyudi Gultom, SH
3. IPDA Yudha Rizki Adikumara, SH
4. AIPTU Y. Johny Hardiyanto
5. BRIPTU Probo Yudha A, S.Kep.,NS
6. IPDA Febri Tri Haryono
Ketua Tim Pokja II : KBP. Jimmy A. Anes, S.I.K
Anggota : 1. AKP Abdul Arif
2. AKP Grace Adelina Sopacua
3. IPTU Vita Andriani, SH., MH
4. IPDA Eka Frestya Yulianti, SH., MM
5. AIPDA Moch. Afrokhudin, SH
6. AIPDA Setmigar
Gambar 1
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 28
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
Struktur Organisasi Tim Proyek Perubahan
2. Deskripsi Tugas
NO JABATAN DALAM
PROYEK
DESKRIPSI TUGAS
1 Mentor • Memberikan dukungan dalam rancangan dan implementasi
proyek perubahan
• Memberikan kesepakatan dan persetujuan atas proposal
proyek perubahan, memberikan bimbingan dan dukungan
penuh kepada project leader dalam pelaksanaan proyek
perubahan
2 Coach Memberikan motivasi, arahan/konsultasi dan memantau kegiatan
yang dilaksanakan dalam proyek perubahan
COACH Dr.PM.Marpaung,M.Sc
PROJECT LEADER KBP. Hendri Marpaung,SH
POKJA 1 POKJA 2
SPONSOR/MENTOR Direktur Tipid-EkSus Bareskrim Polri Brigjen Pol.Daniel T.M.Silitonga,S.H,MA
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 29
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
3 Project leader Merancang proyek perubahan, melakukan eksekusi terhadap
keseluruhan tahap yang telah dirancang dengan mendayagunakan
seluruh sumber daya yang dimiliki
4 Pokja I Menyiapkan administasi persuratan dan mengarsipkan dokumen-
dokumen terkait pelaksanaan proyek perubahan mempersiapkan
pelaksanaan kegiatan koordinasi dengan stakeholders
5 Pokja II Menyusun draf
10. PETA SUMBER DAYA
Gonsalves et al. yang dikutip oleh Iqbal (2007) mendeskripsikan stakeholder
sebagai siapa yang memberikan dampak dan/atau yang terkena oleh dampak dari suatu
program, kebijakan, dan/atau pembangunan. Mereka bisa sebagai individu, komunitas,
kelompok sosial, atau suatu lembaga yang terdapat dalam setiap tingkat golongan
masyarakat. Peta sumber daya di dalam proyek perubahan ini merupakan penjelasan
tentang kepada siapa kegiatan atau acara tersebut akan dilaksanakan. Peta Sumber
Daya ini adalah:
1. Badan Reserse Kriminal Polri
2. Stakeholder eksternal:
a. BNN
o Deputi Bidang Pencegahan
o Deputi Bidang Pemberantasan
o Deputi Bidang Hukum dan kerjasama
o Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 30
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
b. Kementerian Agama Republik Indonesia
o Dirjen BIMAS Islam
o Dirjen BIMAS Buddha
o Dirjen BIMAS Kristen
o Dirjen BIMAS Katolik
o Dirjen BIMAS Hindu
c. Dinas Kesehatan
o Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan
NAPZA
d. Dinas Sosial
o Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial
e. Tokoh Masyarakat
o GRANAT (Gerakan Anti Narkoba)
o LAN (Lembaga Anti Narkoba)
o GIAN (Gerakan Indonesia Anti Narkoba)
o GANN (Gerakan Anti Narkoba Nasional)
f. Tokoh agama
o MUI (Majelis Ulama Indonesia)
o PGI (Persatuan Gereja Indonesia)
o WALUBI (Perwakilan Umat Buddha Indonesia)
o MATAKIN (Majelis Agama Tinggi Konghuchu)
g. Akademisi
o Para Profesor
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 31
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
o Para Ilmuwan
11. POTENSI PENGEMBANGAN SUMBER DAYA
Proyek perubahan tidak dapat dilakukan sendiri oleh project leader, tetapi harus
melakukan kolaborasi dengan stakeholder internal dan eksternal. Kolaborasi adalah
bentuk kerjasama, interaksi, kompromi beberapa elemen yang terkait baik individu,
lembaga dan atau pihak-pihak yang terlibat secara langsung dan tidak langsung yang
menerima akibat dan manfaat. Nilai-nilai yang mendasari sebuah kolaborasi adalah
tujuan yang sama, kesamaan persepsi, kemauan untuk berproses, saling memberikan
manfaat, serta kejujuran.
Sementara itu, stakeholder adalah semua pihak di dalam masyarakat, baik itu
individu, komunitas atau kelompok masyarakat, yang memiliki hubungan dan
kepentingan terhadap sebuah organisasi/ perusahaan dan isu/ permasalahan yang
sedang diangkat. Keberadaan stakeholder dalam kegiatan proyek perubahan ini akan
diperlukan untuk membantu mengembangkan tujuan proyek perubahan tersebut.
Potensinya adalah sebagai berikut:
1. Dapat menggunakan pendapat stakeholder untuk kepentingan merancang proyek
perubahan;
2. Mendapatkan dukungan dari stakeholder yang kuat untuk memperoleh lebih
banyak sumber daya, dalam mendukung proyek perubahan;
3. Dapat mengantisipasi kemungkinan adanya reaksi orang lain terhadap proyek
perubahan, sehingga dapat merancang strategi komunikasi yang baik;
4. Berkomunikasi dengan stakeholder, dapat memastikan mereka memahami
manfaat dari proyek perubahan;
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 32
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
5. Menumbuhkan keterlibatan terhadap upaya perubahan.
Berdasarkan pengaruh dan kepentingannya, stakeholders dapat dibagi menjadi 4
(empat) macam, yaitu:
1. Stakeholder Promotors, yaitu stakeholder/orang-orang yang harus benar-benar
dilibatkan dan yang membawa pengaruh terbesar dalam proyek perubahan..
2. Stakeholder Latents, yaitu stakeholder/orang-orang dengan High Influence
namun Low Interest, stakeholders ini bisa sangat membantu jika dapat diyakinkan
akan pentingnya proyek perubahan;
3. Stakeholder Defendants, yaitu stakeholder/orang-orang yang memiliki
ketertarikan yang tinggi, tapi memiliki kekuatan yang kecil. khususnya dalam
komunikasi..
4. Stakeholder Apathetics, yaitu stakeholders/orang-orang yang Low Influence dan
Low Interest, mereka tidak peduli terhadap proyek perubahan karena menjadi
stakeholder secara kebetulan
Keempat jenis stakeholder tersebut dapat digambarkan dalam matriks kuadran
stakeholders sebagai berikut:
Matriks Stakeholders
Tinggi
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 33
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
KEPENTINGAN
Merujuk pada jenis stakeholder tersebut di atas, dapat dilakukan identifikasi
stakeholders yang terkait dengan proyek perubahan dapat dikategorikan sebagai
berikut:
1. Stakeholder Promotors, meliputi:
a. BNN
b. Bareskrim Polri
2. Stakeholder Latents, meliputi:
a. Ditjen Kementerian
Tinggi Rendah
Rendah
Latents:
Kepentingan Tinggi Pen garuh Rendah
Promotors:
Kepentingan Tinggi Pengaruh Tinggi
Apathetics:
Kepentingan Rendah Pengaruh Rendah
Defendants:
Kepentingan Tinggi Pengaruh Rendah
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 34
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
3. Stakeholder Defendents, meliputi:
a. Dinas Kesehatan
b. Dinas Sosial
c. Tokoh Masyarakat
d. Tokoh agama
e. Akademisi
4. Stakeholder Apathetics, meliputi:
a. LSM anti narkoba
b. Media massa
Mitra stakeholder yang terkait proyek perubahan tersebut dapat digambarkan
dalam matriks kuadran berikut ini:
Matriks Mitra Stakeholders yang Terkait Proyek Perubahan
Matriks Stakeholders
Tinggi
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 35
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
KEPENTINGAN
12. STRATEGI KOMUNIKASI
Strategi komunikasi merupakan panduan dari perencanaan komuni kasi
(communication planning) dan manajemen (communications management) untuk
mencapai suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus
dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara taktis harus dilakukan,
dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu
tergantung dari situasi dan kondisi (Effendi, 1981 : 84). Sesungguhnya suatu
strategi adalah keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan yang akan
dijalankan, guna mencapai tujuan. Jadi merumuskan strategi komunikasi, berarti
memperhitungkan kondisi dan situasi (ruang dan waktu) yang dihadapi dan yang
akan mungkin dihadapi di masa depan, guna mencapai efektivitas. Dengan strategi
Tinggi Rendah
Rendah
Latents:
Ditjen Kemenag
Promotors:
Bareskrim Polri BNN
Apathetics:
LSM Anti Narkoba Media Massa
Defendants:
Dinas Sosial Tokoh Masyarakat
Tokoh Agama
Dinas Kesehatan
Akademisi
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 36
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
komunikasi ini, berarti dapat ditempuh beberapa cara memakai komunikasi secara
sadar untuk rnenciptakan perubahan pada diri khalayak dengan mudah dan cepat
(Arifin, 1984 :10). Dari beberapa pengertian terkait strategi komunikasi menurut
para ahli diatas, maka dapat disimpulkan mengeanai pengertian strategi
komunikasi ; a. Strategi merupakan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan. b.
Strategi merupakan panduan dari perencanaan komunikasi c. Startegi merupakan
keseluruhan keputusan kondisional Menurut Effendy (2006:35-39) Kolerasi antara
komponen dalarn strategi komunikasi yaitu: 1) Mengenali sasaran komunikasi 2)
Pemilihan media komunikasi 3) Pengkajian tujuan pesan komunikasi 4) Peranan
komunikator dalam komunikasi Komponen korelasi strategi komunikasi diatas
merupakan komponen yang harus diketahui atau dimiliki oleh seorang humas
untuk menciptakan komunikasi yang efektif, Sehingga komunikasi yang
disampaikan secara jelas tersampaikan kepada penerima pesan.
Tidak hanya itu perlu adanya pengkajian-pengkajian tentang tujuan dari
penyebaran informasi tersebut dan pentingnya sosok peranan komunikator yang
dianggap kredibel dalam penyampaian pesan tersebut. Hal ini tentu sangat besar
pengaruhnya dalam tercapainya sebuah koumnikasi yang efektif. Menurut Effendi
(1981: 67) strategi komunikasi terdiri dari dua aspek, yaitu : 1) Secara makro
(Planned multi-media strategy) 2) Secara mikro (single communication medium
strategy) Kedua aspek tersebut mempunyai fungsi ganda, yaitu :Menyebarluaskan
pesan komunikasi yang bersifat informant', persuasif dan instruktif secara
sistematis kepada sasaran untuk memperoleh hasil yang optimal. Menjembatani
"cultural gap", misalnya suatu program yang berasal dari suatu produk kebudayaan
lain yang dianggap baik untuk diterapkan dan dijadikan mill kebudayaan sendiri
sangat tergantung bagaimana strategi mengemas informasi itu dalam
dikomunikasikannya. Untuk mencapai tujuan sebuah perusahaan maupun
organisasi memerlukan strategi dalam bertindak. Strategi yang tepat akan
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 37
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
menentukan tercapainya tujuan tersebut. R Wayne Pace, Brent. D. Petersen dan M.
Dallas Burnett dalam bukunya “Theniquet for Effective Communication”
menyatakan bahwa tujuan sentral dari strategi komunikasi adalah: 1) To secure
understanding: komunikan mengerti pesan yang disampaikan. 2) To establishes
acceptance: pembinaan kepada penerima setelah pesan dimengerti dan diterima. 3)
To motivation action: memotivasi kegiatan organisasi.
Strategi komunikasi banyak menentukan keberhasilan dalam kegiatan
komunikasi. Dalam menyusun strategi komunikasi seorang pemimpin harus
memahami fungsi strategi komunikasi baik secara makro maupun mikro. Dengan
pendekatan makro berarti organisasi dipandang struktur global yang berinteraksi
dengan lingkungannya. Sedangkan dengan pendekatan mikro lebih memfokuskan
kepada komunikasi dalam unit dan sub unit pada suatu organisasi. Komunikasi
yang diperlukan pada tingkat ini adalah komunikasi antara anggota kelompok,
komunikasi untuk memberi orientasi dan latihan, komunikasi untuk menjaga iklim,
komunikasi dalam mensupervisi dan pengarahan pekerjaan dan komunikasi untuk
mengetahui rasa kepuasan dalam bekerja (Muhammad, 2008: 75-76). Berdasarkan
hal tersebut di atas penulis menyimpulkan kesimpulan bahwa suatu strategi
komunikasi bisa berhasil jika memperhatikan tujuan dari komunikasi yang
dilakukan dan memperhatikan ”to secure understanding”, memastikan bahwa
komunikan mengerti pesan yang ia terima ”to establih acceptance”, bila pesan telah
diterima dan dimengerti maka pesan tersebut harus dibina ”to motivate action”
kemudian di motivasi untuk mampu melaksanakan pesan tersebut. Penerapan
strategi komunikasi untuk membangun komitmen dalam pengelolaan pencegahan
pemberantasan narkotika ini adalah dengan mengenali sasaran komunikasi terkait
informasi apa yang akan disampaikan , memilih media seperti apa yang dijadikan
alat untuk menyebarkan informasi tersebut, edukasi masyarakat tentang bahaya
narkotika, Implementasi slogan dan promosi bahaya narkotika,dan lain-lain.
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 38
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
13. RESIKO/POTENSI KENDALA DAN ALTERNATIF
SOLUSI
Resiko/Potensi Kendala bermakna bahaya, akibat atau konsekuensi yang
dapat terjadi akibat sebuah proses yang sedang berlangsung atau kejadian yang
akan datang. Oleh karena itu, resiko/potensi kendala harus diantisipasi agar proyek
perubahan yang dilaksanakan dapat berlangsung secara efektif. Beberapa
resiko/potensi kendala yang harus diantisipasi, adalah:
1. Waktu pelaksanaan proyek perubahan yang sangat terbatas, yaitu kurang lebih 2
(dua) bulan, sehingga dapat mempengaruhi hasil capaian proyek perubahan
2. Kesibukan Mentor sebagai Direktur Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus,
sehingga dapat menimbulkan hambatan dan kendala dalam melakukan diskusi
untuk mendapatkan arahan dan petunjuk terhadap pelaksanaan proyek perubahan.
3. Personel yang terlibat dalam Tim Pokja juga memiliki tugas-tugas rutin yang harus
dilaksanakan, sehingga dimungkinkan jadwal pelaksanaan proyek perubahan akan
mengalami keterlambatan dalam pelaksanaannya
4. Kesibukan kegiatan dalam Rakernis Dittipidnarkoba dan Rakornis Bareskrim
yang melibatkan mentor, project leader dan tim efektif.
5. Kesibukan menangani perkara terkait narkoba yang mengharuskan mentor, project
leader dan tim efektif dating ke TKP yang berada di luar kota.
Alternatif solusi untuk menangani faktor resiko yang terjadi adalah:
1. Mengatasi kendala
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 39
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
a) Untuk mengatasi kesulitan bertemu mentor, project leader membuat jadwal
pertemuan yang disesuaikan dengan waktu luang mentor
b) Untuk mengatasi kesulitan terkait kesibukan rutin project leader dan tim
efektif, project leader mendokumentasikan secara cermat semua dokumen
yang sudah diperoleh dan selalu dibawa kemanapun project leader
bertugas,sehingga memungkinkan untuk terus mengikuti perjalanan proyek
perubahan. Selain itu, project leader juga menyiapkan copy dokumen untuk
ditinggal di kantor.
c) Berkoordinasi dengan stakeholder yang terkait untuk melanjutkan
implementasi proyek perubahan yang hanya dilakukan selama 2 bulan
d) Melakukan sosialisasi secara continue dan dibuat agenda rencana kegiatan
sosialisasi
e) Sosialisasi berjenjang tentang pentingnya penerapan proyek perubahan
2. Meminimalisir resiko
a) Adanya perwakilan personil stakeholder terkait dalam implementasi proyek
perubahan apabila stakeholder tidak dapat hadir dalam pertemuan
b) Perlunya disusun rencana kegiatan yang tidak menghalangi waktu dan tugas
masing-masing stakeholder yang terkait sehingga seluruh rencana kegiatan
dapat dilakukan.
14. FAKTOR KUNCI KEBERHASILAN
Faktor-faktor yang menjadi kunci keberhasilan pencapaian tujuan proyek
perubahan secara tepat sasaran dan tepat waktu adalah sebagai berikut:
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 40
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
1. Adanya produk hukum dalam bentuk Undang-Undang, Peraturan Pemerintah,
Peraturan Presiden, Peraturan Menteri, Peraturan Kapolri dan Kepala BNN
terkait dengan penanganan tindak pidana narkotika
2. Terjalinnya sinergitas dan kolaborasi antara Polri dengan stakeholder dalam
penanganan tindak pidana narkotika
3. Adanya komitmen dan dukungan pimpinan Bareskrim Polri dan Direktur Tindak
Pidana Narkoba sebagai atasan langsung, sehingga tercapai sesuai dengan tujuan
dan waktu yang ditentukan.
4. Adanya komitmen pencegahan penyalahgunaan di lingkungan masyarakat
terutama di remaja yang berada di pesantren, sekolah Buddhist, dan bimbingan
keagamaan lainnya.
Capaian Proyek Perubahan Pelaksanaan proyek perubahan sesuai tahapan
telah memberikan hasil yang memuaskan, dengan rincian hasil sebagai berikut:
1. Telah terlaksana koordinasi dan komunikasi dengan stakeholder internal
maupun eksternal
2. Telah tersusun SOP Gerakan BeNar
3. Terlaksana ujicoba SOP Gerakan BeNar
Pelaksanaan Proyek Perubahan Sebagai tindak lanjut rancangan
proyek perubahan, project leader telah melaksanakan langkah-langkah
implementasi jangka pendek, sebagaimana diuraikan berikut ini.
1. Rapat Tim Efektif
Rapat tim efektif dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 2 April
2020 di ruang rapat Direktor Tindak Pidana Narkoba di Gedung
baru Bareskrim Polri. Rapat dipimpin langsung oleh project
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 41
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
leader. Dalam rapat tersebut project leader menjelaskan isi
rancangan proper dan hal-hal apa yang akan dilaksanakan dalam
proyek perubahan dan apa tugas dari anggota tim efektif.
Selanjutnya disampaikan jadwal kegiatan untuk pelaksanaan
proyek perubahan. Rapat tim efektif tidak dapat dihadiri oleh
semua anggota tim karena sebagian masih melaksanakan tugas
yang tak bisa ditinggalkan. Namun semua anggota tim sudah
mendapatkan sprint penugasan sebagai tim efektif proper dan
telah menyatakan bersedia bergabung, meski tak selalu hadir
dalam kegiatan rapat atau pertemuan. Dokumentasi kegiatan rapat
tim efektif disajikan pada gambar berikut.
Gambar. Rapat Tim Efektif dipimpin oleh Project Leader
2. Pokja Awal Penyusunan SOP Gerakan BeNar
Pokja awal ini dilakukan pada tanggal 9 April 2020 di ruang rapat
Direktor Tindak Pidana Narkoba di Gedung baru Bareskrim Polri.
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 42
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
Pelaksanaan pokja dipimpin oleh project leader dan diikuti oleh
beberapa anggota tim efektif. Hasil dari pokja tersebut selanjutnya
dibahas di pertemuan berikutnya di Jakarta. Beberapa hal yang
didiskusikan dalam pokja tersebut, terkait dengan SOP Gerakan
BeNar adalah :
a. Tujuan dari S.O.P
b. Persiapan Gerakan BeNar
c. Pelaksanaan Gerakan BeNar
d. Teknik Gerakan BeNar
Dokumentasi kegiatan Pokja Awal Penyusunan SOP Gerakan
BeNar dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar. Foto Kegiatan Pokja Awal Penyusunan S.O.P Gerakan BeNar
3. Pembahasan SOP
Pembahasan SOP Gerakan BeNar dilaksanakan pada ruangan
forum Direktorat Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri yang
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 43
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
dilaksanakan di Jakarta. Pembahasan dilakukan di kelompok II
yang dimentori oleh project leader. Peserta dalam pokja tersebut
berasal dari Direktur Resnarkoba. Hasil pembahasan dalam
kelompok tersebut menyepakati agar draf SOP Gerakan BeNar bisa
ditanda tangani oleh Direktur Tindak Pidana Narkoba Bareskrim
Polri. Dokumentasi kegiatan pembahasan draft SOP Gerakan
BeNar tersebut disajikan pada gambar di bawah ini.
Gambar dokumentasi kegiatan pembahasan draf
SOP Gerakan BeNar
Draft SOP yang dibahas kemudian telah disetujui forum untuk
dimintakan tangan tangan pengesahan pada Direktur Tipidnarkoba
Bareskrim Polri.
4. Komunikasi dan Koordinasi dengan Stakeholder Internal
Komunikasi dan koordinasi dengan stakeholder internal dilakukan
sebagai wujud dari kepemimpinan kolaboratif yang dilakukan
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 44
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
project leader. Komunikasi internal dengan Direktur Tindak Pidana
Narkoba. Dokumentasi kegiatan koordinasi dan komunikasi dengan
Direktur Tindak Pidana Narkoba dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.
Gambar. Foto kegiatan koordinasi dan komunikasi dengan
Direktur Tindak Pidana Narkoba
5. Komunikasi dengan Kepala BNN RI Deputi Pencegahan
Komunikasi dengan Kepala BNN RI Deputi Pencegahan,
dilaksanakan pada April 2020 di bertempat di ruang kerja Kepala
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 45
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
BNN RI Deputi Pencegahan, Inspektur Jenderal Polisi Drs. Anjan
Pramuka Putra, S.H, M.Hum. Dalam komunikasi dengan Kepala
BNN RI Deputi Pencegahan, project leader memberikan informasi
terkait hal-hal yang dapat dikolaborasikan oleh Bareskrim Polri
dalam pencegahan penyalahgunaan narkotika di Indonesia. Di akhir
pertemuan, Kepala BNN RI Deputi Pencegahan menyatakan
dukungan terhadap rencana dan pelaksanaan proyek perubahan ini
dengan harapan kerjasama ini ke depan lebih optimal. Dokumentasi
kegiatan koordinasi dan komunikasi dengan Kepala BNN RI Deputi
Pencegahan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar. Foto kegiatan koordinasi dan komunikasi Dengan
Kepala BNN RI Deputi Pencegahan
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 46
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
6. Komunikasi dengan Ketua DPP GRANAT
Komunikasi dengan Ketua DPP GRANAT, dilaksanakan pada Mei
2020 di bertempat di ruang kerja Ketua DPP GRANAT, Dr.H.
KRH. Henry Yosodiningrat, S.H., M.H. Dalam komunikasi dengan
Ketua DPP GRANAT, project leader memberikan informasi terkait
hal-hal yang dapat dikolaborasikan oleh Bareskrim Polri dalam
pencegahan penyalahgunaan narkotika di Indonesia. Di akhir
pertemuan, Ketua DPP GRANAT menyatakan dukungan terhadap
rencana dan pelaksanaan proyek perubahan ini dengan harapan
kerjasama ini ke depan lebih optimal. Dokumentasi kegiatan
koordinasi dan komunikasi dengan Ketua DPP GRANAT dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar. Foto kegiatan koordinasi dan komunikasi
dengan Ketua DPP GRANAT
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 47
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
7. Komunikasi dengan Direktur Jenderal BIMAS Islam
Komunikasi dengan Direktur Jenderal BIMAS Islam, dilaksanakan
pada April 2020 di bertempat di ruang kerja Direktur Jenderal
BIMAS Islam, Prof. Dr. P hil. H. Kamaruddin Amin. MA. Dalam
komunikasi dengan Direktur Jenderal BIMAS Islam, project leader
memberikan informasi terkait hal-hal yang dapat dikolaborasikan
oleh Bareskrim Polri dalam pencegahan penyalahgunaan narkotika
di Indonesia. Di akhir pertemuan, Direktur Jenderal BIMAS Islam
menyatakan dukungan terhadap rencana dan pelaksanaan proyek
perubahan ini dengan harapan kerjasama ini ke depan lebih optimal.
Dokumentasi kegiatan koordinasi dan komunikasi dengan Direktur
Jenderal BIMAS Islam dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar. Foto kegiatan koordinasi dan komunikasi
dengan Direktur Jenderal BIMAS Islam
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 48
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
8. Komunikasi dengan Direktur Jenderal BIMAS Kristen
Komunikasi dengan Direktur Jenderal BIMAS Kristen,
dilaksanakan pada April 2020 di bertempat di ruang kerja Direktur
Jenderal BIMAS Kristen, Prof. Dr. Thomas Pentury,M.Si. Dalam
komunikasi dengan Direktur Jenderal BIMAS Kristen, project
leader memberikan informasi terkait hal-hal yang dapat
dikolaborasikan oleh Bareskrim Polri dalam pencegahan
penyalahgunaan narkotika di Indonesia. Di akhir pertemuan,
Direktur Jenderal BIMAS Kristen menyatakan dukungan terhadap
rencana dan pelaksanaan proyek perubahan ini dengan harapan
kerjasama ini ke depan lebih optimal. Dokumentasi kegiatan
koordinasi dan komunikasi dengan Direktur Jenderal BIMAS
Kristen dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar. Foto kegiatan koordinasi dan komunikasi dengan
Direktur Jenderal BIMAS Kristen
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 49
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
9. Komunikasi dengan Direktur Jenderal BIMAS Katolik
Komunikasi dengan Direktur Jenderal BIMAS Katolik,
dilaksanakan pada April 2020 di bertempat di ruang kerja Direktur
Jenderal BIMAS Katolik, Dr. Aloma Sarumaha,M.A, M.Si. Dalam
komunikasi dengan Direktur Jenderal BIMAS Katolik, project
leader memberikan informasi terkait hal-hal yang dapat
dikolaborasikan oleh Bareskrim Polri dalam pencegahan
penyalahgunaan narkotika di Indonesia. Di akhir pertemuan,
Direktur Jenderal BIMAS Katolik menyatakan dukungan terhadap
rencana dan pelaksanaan proyek perubahan ini dengan harapan
kerjasama ini ke depan lebih optimal. Dokumentasi kegiatan
koordinasi dan komunikasi dengan Direktur Jenderal BIMAS
Katolik dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar. Foto kegiatan koordinasi dan komunikasi dengan
Direktur Jenderal BIMAS Katolik
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 50
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
10. Komunikasi dengan Direktur Jenderal BIMAS Buddha
Komunikasi dengan Direktur Jenderal BIMAS Buddha,
dilaksanakan pada April 2020 di bertempat di ruang kerja Direktur
Jenderal BIMAS Buddha, Caliadi, S.H., M.H. Dalam komunikasi
dengan Direktur Jenderal BIMAS Buddha, project leader
memberikan informasi terkait hal-hal yang dapat dikolaborasikan
oleh Bareskrim Polri dalam pencegahan penyalahgunaan narkotika
di Indonesia. Di akhir pertemuan, Direktur Jenderal BIMAS
Buddha menyatakan dukungan terhadap rencana dan pelaksanaan
proyek perubahan ini dengan harapan kerjasama ini ke depan lebih
optimal. Dokumentasi kegiatan koordinasi dan komunikasi dengan
Direktur Jenderal BIMAS Buddha dapat dilihat pada gambar di
bawah ini.
Gambar. Foto kegiatan koordinasi dan komunikasi dengan
Direktur Jenderal BIMAS Buddha
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 51
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
11. Komunikasi dengan Plt. Direktur Jenderal BIMAS Hindu
Komunikasi dengan Plt. Direktur Jenderal BIMAS Hindu,
dilaksanakan pada April 2020 di bertempat di ruang kerja
Plt.Direktur Jenderal BIMAS Hindu, I Made Sutresna, S.Ag., MA.
Dalam komunikasi dengan Plt. Direktur Jenderal BIMAS Hindu,
project leader memberikan informasi terkait hal-hal yang dapat
dikolaborasikan oleh Bareskrim Polri dalam pencegahan
penyalahgunaan narkotika di Indonesia. Di akhir pertemuan, Plt.
Direktur Jenderal BIMAS Hindu menyatakan dukungan terhadap
rencana dan pelaksanaan proyek perubahan ini dengan harapan
kerjasama ini ke depan lebih optimal. Dokumentasi kegiatan
koordinasi dan komunikasi dengan Plt. Direktur Jenderal BIMAS
Hindu dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar. Foto kegiatan koordinasi dan komunikasi dengan
Plt. Direktur Jenderal BIMAS Hindu
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 52
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
15. PERSETUJUAN PROJECT SPONSOR
Direktorat Narkoba
16. PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pelaksanaan proyek perubahan Membangun Komitmen
dalam Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika dengan Gerakan BeNar di Indonesia,
dapat ditarik beberapa kesimpulan, sebagai berikut:
1. Indonesia sudah mengalami darurat narkoba. Bahkan Presiden Joko Widodo
sudah menyatakan perang terhadap narkoba. Hal ini disebabkan Indonesia
sudah menjadi negara tujuan penjualan narkoba. Berbagai cara narkoba masuk
ke Indonesia, antara lain melalui jalur transportasi resmi seperti pesawat,
transportasi darat dan laut. Di samping itu ada juga melalui jasa pengiriman
seperti melalui Pos Indonesia
2. Penangkapan langsung pembawa narkoba seringkali tidak memberikan hasil
yang optimal karena yang tertangkap hanya pelaku, tetapi jaringan pembeli dan
penjualnya yang melibatkan lebih banyak orang tidak bisa terungkap. Oleh
karena itu perlu dikembangkan Gerakan BeNar guna untuk mendidik
masyarakat khususnya agar tidak menggunakan dan membeli narkoba.
3. Dengan Gerakan BeNar, proses pemberantasan narkotika semakin efektif
karena menekan demand agar tidak ada permintaan. Di samping itu kolaborasi
antara Polri dalam hal Bareskrim Polri dengan stakeholder eksternal semakin
kuat.
4. Pembentukan SOP dan paparan publikasi sangat mendukung tercapainya
edukasi ke masyarakat khususnya generasi muda.
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 53
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
5. Pelaksanaan proyek perubahan bisa efektif karena proses kolaborasi berjalan
dengan sangat baik.
B. SARAN
Beberapa saran dapat dirumuskan dalam upaya menuntaskan proyek perubahan ini,
sebagai berikut:
1. Draft peraturan Kabareskim tentang Standar Operasional Prosedur Gerakan BeNar
harus segera disampaikan kepada Divkum Mabes Polri untuk segera dibahas dan
disahkan.
2. Apabila perkabareskrim telah disahkan, segera dilakukan sosialisasi ke wilayah
dan kemudian dilakukan anev hasil pelaksanaan untuk masukan penyempurnaan.
3. Proses uji coba S.O.P Gerakan BeNar diharapkan dapat berjalan baik dan
diterapkan setelah wabah covid19 selesai sehingga banyak generasi muda semakin
tahu dan mendalami tentang bahayanya narkoba.
C. LESSON LEARNT KEPEMIMPINAN
Lesson Learnt merupakan pembelajaran yang diperoleh dari pengalaman suatu
kegiatan apa saja, dan biasanya proyek, program, event, yang secara niat dan aktif
digali untuk menjadi pembelajaran pada kegiatan berikutnya. Beberapa hal yang bisa
dijadikan pelajaran bagi project leader selama mengikuti Pendidikan di Pelatihan
Kepemimpinan Nasional tingkat I dan menyusun proyek perubahan, adalah sebagai
berikut:
1. Kepemimpinan kolaboratif untuk menjawab tantangan pembangunan yang
membutuhkan akselerasi dan koordinasi antar instansi, karena kepemimpinan
kolaboratif menjadi penggerak terjadinya perubahan. Hal itu bisa dilakukan
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 54
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
jika pemimpin terbuka terhadap perbedaan dan keragaman serta bersedia
membangun sinergi
2. Penyusunan proper mengajarkan project leader untuk mampu berpikir strategis
melihat masalah yang prioritas untuk dipecahkan. Proses itu dimulai dengan
memahami mengapa masalah itu muncul dan kemudian menyusun langkah-
langkap pemecahan masalah secara terencana dan bertahap serta melibatkan
pihak internal dan eksternal secara kolaboratif.
3. Proses pelatihan kepemimpinan nasional tingkat I yang mengharuskan
pesertanya tidak lepas dari jabatan, menjadi sebuah tantangan tersendiri untuk
membagi waktu, pikiran, energi dan juga biaya untuk tetap bisa melaksanakan
tanggung jawab tugas dari jabatan yang dilakukan sekaligus bisa
menyelesaikan tuntutan tugas selama mengikuti pelatihan.
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 55
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
Lampiran 1. SOP Gerakan BeNar
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 56
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 57
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 58
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 59
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 60
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
Lampiran 2. Persetujuan Mentor
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 61
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
Lampiran 3. Sprint Tim Efektif
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 62
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 63
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
Lampiran 4. Surat Dukungan Stakeholder
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 64
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 65
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 66
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 67
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 68
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 69
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
KBP. HENDRI MARPAUNG SH , Proyek Perubahan PKN Tk. I | 70
MEMBANGUN KOMITMEN DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
DENGAN GERAKAN BENAR DI INDONESIA
Lampiran 5. Paparan Publikasi
top related