1. nibung (eddy).pdf
Post on 13-Oct-2015
19 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
5/23/2018 1. Nibung (Eddy).pdf
1/12
PENYELIDIKAN BATUBARA BERSISTIM DALAM CEKUNGAN SUMATERA SELATANDI DAERAH NIBUNG DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SAROLANGUN, PROVINSI JAMBI;
KABUPATEN BATANGHARILEKO DAN MUSI RAWAS, PROVINSI SUMATERA SELATAN
Oleh :
Eddy R. Sumaatmadja dan IskandarSub Direktorat Batubara
S A R I
Daerah penyelidikan adalah bagian Cekungan Sumatera Selatan yang diisi oleh dua perioda sedimentasi
sejak Awal Tersier hingga Kuarter. Perioda pertama adalah fase transgresi yang menghasilkan Formasi Talang
Akar dan Gumai. Perioda kedua merupakan fase regresi menghasilkan Formasi-Formasi Air Benakat, Muaraenim
dan Kasai.
Evaluasi terhadap keadaan geologi daerah Nibung dan Sekitarnya dapat disimpulkan bahwa hanya
Formasi Muaraenim yang mengandung endapan batubara berpotensi besar untuk dikembangkan, dan terdapat
dalam 3 (tiga) anggota yaitu M1, M2 dan M3. Dari hasil korelasi singkapan batubara dan ditunjang data
pemboran, terdapat 8 lapisan batubara, yaitu : Lapisan Kladi >1,00->6,50m, Merapi 1,00-1,50m, Suban >1,00-
10,75m, Mangus >2,00-15,10m, Burung 1,00->2,80m, Gantung 2 1,00->2,80m, Benuang 1,00->4,00m dan
Gantung 1 >0,50m.
Analisa kimia terhadap conto inti bor dengan dasar kering udara (adb) memberikan nilai panas berkisar
dari 5.285-5.870 kal/gr, kandungan abu 3,10-12,90%, sulfur kurang 0,40% dan nilai HGI 50-64. Batubara ini
umumnya mempunyai kandungan air total (ar) sangat tinggi berkisar dari 43,75-47,00%, sedangkan air tertambat
(adb) 10,15-10,95%. Dari hasil analisa tersebut ranknya menunjukan Kelas Sub-bituminous Lignitc.
Hasil analisa petrografi batubara menunjukan batubara di daerah penyelidikan didominasi oleh maseral
vitrinit (>87%), sedangkan maseral lain
-
5/23/2018 1. Nibung (Eddy).pdf
2/12
memiliki kesamaan dalam ciri-ciri sedimentasinya
yang terbentuk akibat pergerakan ulang sesar
bongkah pada batuan dasar Pra-Tersier yang diikuti
oleh kegiatan volkanik.
Stratigrafi umumnya memperlihatkan bahwa
pembentukan batubara hampir bersamaan dengan
proses sedimentasi Tersier yaitu pada saat
pengendapan Formasi Talang Akar, Air Benakat dan
Muaraenim.
Akumulasi endapan batubara hanya pada
siklus pertengahan regresi pada saat pengendapan
Formasi Muaraenim, yaitu dalam Anggota M1
(Lapisan Merapi dan Kladi), M2 (Lapisan Mangus,
Suban dan Petai), M3 (Lapisan Burung dan Benuang)
dan M4 (Lapisan Niru, Lematang, Benakat/Babat,
Enim dan Kebon).
2.2. Geologi Daerah Penyelidikan
Morfologi
Daerah penyelidikan terdapat disebelah
timur Pegunungan Bukit Barisan dan secara umum
terdiri dari Satuan Morfologi Perbukitan
Bergelombang dan Pedataran.
Satuan Morfologi Perbukitan Bergelombang
menempati hampir seluruh daerah penyelidikan yang
litologinya disusun oleh batuan sedimen klastika
halus dengan kemiringan lereng antara 100 650dan
berada pada ketinggian 60 150m diatas permukaan
air laut.
Pedataran menempati bagian sebelah barat-
daya daerah penyelidikan dengan ketinggian berkisar
Stratigrafi
Stratigrafi di daerah penyelidikan mem-
bentuk suatu antiklinorium dan berdasarkan Peta
Geologi Lembar Sarolangun (1994) dan Shell (1978),
stratigrafi daerah penyelidikan mencakup 4 (empat)
formasi dari tua ke muda yaitu Formasi Gumai, Air
Benakat, Muaraenim dan Kasai (Tabel 1).
Formasi Gumai (Tmg) merupakan batuan
tertua dan terdapat di sebelah baratlaut. Litologinya
terdiri dari serpih dengan sisipan batupasir halus dan
setempat napal dan batugamping. Umurnya adalah
Akhir Miosen AwalAwal Miosen Tengah; di-
endapkan dalam lingkungan laut dalam (Neritik).
Formasi Air Benakat (Tma) tersingkap
disebelah tengah-utara dengan litologi terdiri dari
perselingan antara batulempung dan batupasir,
dengan sisipan konglomerat gampingan, napal dan
batulanau. Umurnya adalah Akhir Miosen Tengah
Awal Miosen Akhir, diendap-kan secara selaras
diatas Formasi Gumai dalam lingkungan laut
dangkal.
Formasi Muaraenim (Tmpm) tersingkap
diseluruh daerah penyelidikan yang diendapkan
secara selaras diatas Formasi Air Benakat dalam
lingkungan laut dangkal sampai peralihan. Umurnya
diperkirakan Miosen Akhir. Formasi ini dibagi 4
anggota yaitu :
Anggota M1 terdapat 2 lapisan batubara (Lapisan
Kladi dan Merapi). Litologinya disusun oleh oleh
batuan sedimen klastika halus yang terdiri dari
batupasir dan batulempung dengan sisipan batu-
-
5/23/2018 1. Nibung (Eddy).pdf
3/12
Anggota M2 terdapat 2 (dua) lapisan utama yaitu
Lapisan Suban dan Mangus. Anggota ini sebagian
ditembus oleh lubang bor RWS-01, RWS-02, RWS-
04, RWS-06, RWS-07, RWS-10 RWS-11, BMR-02,
RH-17, RH-02 dan RH-12. Anggota ini dikenali ber-
dasarkan kandungan batubaranya yaitu Lapisan
Mangus yang dicirikan oleh sisipan batulempung
tufa-an dengan kandungan mineral biotit. Lapisan
Mangus merupakan batas atas Anggota M2,
sedangkan batas bawahnya adalah Lapisan Petai.
Litologinya disusun oleh perselingan batulanau
dengan batulempung; sisipan batupasir dan batubara.
Batulanau berwarna abu-abu muda sampai abu-abu
kecoklatan, kompak, terdapat nodul-nodul pirit, tebal
lapisan 1,50 - >15,00m. Batulempung berwarna abu-
abu muda sampai abu-abu kehijauan, lunak-padu,
mengandung sisa-sisa tumbuhan, struktur sedimen
khas lentikular, tebal lapisan 0,50 7,75m. Batupasir
berwarna abu-abu terang, halus-sedang, tufaan,
rapuh-keras, dominan kuarsa, struktur sedimen
flacer, gelembur gelombang, paralel laminasi dan
graded bedding. Berdasarkan hasil penyelidik
terdahulu dibagian selatan, anggota ini dapat
ditembus oleh beberapa lobang bor dengan ketebalan
sampai dengan 27,29m ; sedangkan dari data
singkapan ditemukan di 37 lokasi yang umumnya
terendam air/lumpur.
Anggota M3 terdapat 2 (dua) lapisan utama yaitu
Lapisan Burungdan Binuang. Batas atasnya adalah
Lapisan Kebon (Anggota M4) dan batas bawah
adalah Lapisan Mangus (Anggota M2) Litologinya
air/lumpu. Anggota ini ber-dasarkan penyelidik
terdahulu ditembus oleh satu lobang bor RH 06.
Anggota M4 di daerah penyelidikan lapisan batubara
tidak ditemukan. Litologinya terdiri dari batupasir,
batulanau, batulempung dan batubara. Batupasir
berwarna abu-abu terang, halus-sedang, dominan
kuarsa, rapuh. Batulanau, berwarna abu-abu terang
ke-hijauankecoklatan, kompak, jejak tumbuhan.
Batulempung, berwarna abu-abu sampai abu
kecoklatan, lunak-padu, jejak tumbuhan.
Formasi Kasai ( QTk) dijumpai di bagian
tengah daerah penyelidikan, litologinya terdiri dari
tufa dan tufa batuapung dengan sisipan batu-lempung
tufaan dan batupasir tufaan; setempat konglomeratan
dan terdapat kayu terkersikan. Umur formasi ini
adalah Pliosen Akhir Plistosen Awal yang
diendapkan secara tidak selaras diatas Formasi
Muaraenimdalam lingkungan darat.
Struktur Geologi
Pola struktur di daerah penyelidikan mem-
punyai kecenderungan berarah baratdaya-timur-laut.
Pola struktur lipatan adalah hasil gaya kompresi dari
gaya tegasan utama yang berarah baratdaya-
tenggara.
Struktur sesar yang ditemukan adalah sesar
normal Kepahiangan 1, Kepahiangan 2 dan Sungai
Malam; Sesar Geser Sungai Kruh serta Sesar Naik
Sungai Penjagoan, yang arahnya baratdaya-timur
laut.
Sedangkan struktur lipatan yang ditemukan
-
5/23/2018 1. Nibung (Eddy).pdf
4/12
batubara berdasarkan hasil pemetaan geologi
permukaan, data bawah permukaaan dari pemboran
inti batubara dan dibantu hasil interpretasi geofisika
logging.
Dari hasil pemetaan geologi, pemboran inti dan
dibantu interpretasi geofisika logging, maka dibuat
peta geologi yang terdiri dari Peta Geologi daerah
Nibung dan Sekitarnya skala 1 : 50.000 (Peta 1)
Singkapan Batubara
Hasil penyelidikan di daerah Nibung dan
Sekitarnya ditemukan 73 lokasi singkapan batubara
yang terdapat pada Formasi Muaraenim yaitu pada
Anggota M 1, M 2 dan M 3; sedangkan dalam
Anggota M 4 tidak ditemukan lapisan batubara.
Hasil Pemboran Inti
Dari hasil pemetaaan geologi, telah
dilakukan pemboran sebanyak 13 lubang bor dengan
kedalaman berkisar dari 15,80 73,10m, jumlah total
kedalaman 701,90m dan 1 (satu) lubang bor yaitu
BMR 02 dikerjakan oleh Tim Pauh Lubuk Napal.
Korelasi Lapisan Batubara
Dari hasil pemetaan geologi dan korelasi
lubang bor serta berdasarkan kedudukan batubara
secara stratigrafi dibuat penampang korelasi lubang
bor dengan nama lapisan batubaranya yang
mengikuti kepada stratigrafi Shell, 1978; selain itu
korelasi ini dipakai sebagai acuan gambaran pola
sedimentasi dalam lingkungan pengendapannya
ANGGOTA M1
Anggota M1 terdapat di kedua sayap
antiklin maupun sinklin, ditemukan sebanyak 13
lokasi singkapan batubara, dengan jumlah lapisan
sebanyak 2 (dua) lapisan batubara; yaitu Lapisan
Kladi dan Merapi.
Lapisan Kladi
Lapisan Kladi merupakan lapisan paling
bawah dari Formasi Muaraenim, ditemukan di 4
(empat) lokasi (E-17, E-30, K-23 dan R-01) dengan
ketebalan berkisar dari >1,00 - >6,50m dan
kemiringan 12060
0. Berdasarkan data singkapan
batubara, Lapisan Kladi sebarannya tidak menerus
dan tidak semua sayap antiklin maupun sinklin
ditemukan singkapan batubara.
Lapisan Merapi
Lapisan Merapi terletak diatas Lapisan
Kladi, ditemukan di 9 (sembilan) lokasi dengan
ketebalan berkisar dari 1,00 1,50m dan kemiringan
100- 550, diantaranya K-14, R-02, R-17, R-02 dan R-
06. Lapisan Merapi sebarannya tidak menerus dan
tidak semua sayap antiklin maupun sinklin ditemukan
singkapan batubara. Dari hasil penyelidikan
terdahulu lapisan ini dibagian selatan ditembus oleh
lobang bor RH 03 dengan ketebalan 1,55m.
ANGGOTA M2
Dalam Anggota M1 ditemuka sebanyak 37
lokasi singkapan batubara dengan jumlah lapisan
-
5/23/2018 1. Nibung (Eddy).pdf
5/12
tenggara umumnya menebal; sedangkan kearah barat
laut spit menjadi 2 (dua) lapisan dengan ketebalan
3,10m dan 3,25m.
Lapisan Mangus
Lapisan Mangus terletak diatas Lapisan
Suban, ditemukan di 26 lokasi dengan ketebalan
>2,00 10,25m, kemiringan 8o 65o dan ditembus
oleh lubang bor RWS-01, RWS-02, RWS-04, RWS-
06, RWS-07, RWS-10, RWS-11 dan BMR-02 serta
berdasarkan penyelidik terdahulu di bagian selatan
ditembus oleh lobang bor RH-17, RH-12 dan RH-02
dengan ketebalan 18,5-27,29m ; lapisan ini di sebelah
timurlaut split menjadi 2 (dua) yaituLapisan Mangus
1danMangus 2.
ANGGOTA M3
Anggota M3 terdapat di kedua sayap
antiklin maupun sinklin, ditemukan sebanyak 23
lokasi singkapan batubara, dengan jumlah lapisan
sebanyak 4 (empat) lapisan batubara; yaitu Lapisan
Burung, Gantung 1, Benuang dan Gantung 2.
Lapisan Burung
Lapisan Burung merupakan lapisan paling
bawah dari Anggota M3, ditemukan di 8 (delapan)
lokasi dengan ketebalan berkisar dari 1,00 - >2,80m
dan kemiringan 80 65
0. Berdasarkan data singkapan
batubara, Lapisan Burung sebarannya tidak menerus
dan tidak semua sayap antiklin maupun sinklin
ditemukan singkapan batubara
Lapisan Benuang
Lapisan Benuang merupakan lapisan paling
atas dari Anggota M3, ditemukan di 6 (enam) lokasi
dengan ketebalan berkisar dari 1,00 - >4,00m dan
kemiringan 100 65
0, lapisan ini ditembus oleh bor
RWS-12. Berdasarkan data singkapan batubara,
Lapisan Burung sebarannya tidak menerus dan tidak
semua sayap antiklin maupun sinklin ditemukan
singkapan batubara.
Lapisan Gantung 1
Lapisan Gantung 1 berupa lensa terletak
diatas Lapisan Burung, ditemukan di 2 (dua) lokasi
dengan ketebalan tidak jelas (sumur penduduk).
3.2. Lingkungan Pengendapan Batubara
Penafsiran lingkungan pengendapan
diperoleh dari hasil diskripsi inti bor dan korelasi
penampang lubang bor. Dari data litologi
menunjukan adanya sekuen penghalusan butiran
kearah atas mulai dari batupasir, batulanu dan
batulempung; juga terdapat struktur sedimen berupa
strultur lentikular, flaser, gelembur gelombang,
parallel laminasi dan graded bedding.
Dari data karakteristik litologi dan struktur
sedimen tersebut diperkirakan lingkungan
pengendapan sedimen di daerah peninjauan berada
pada daerah fluvial hingga delta.
3.3. Kualitas Batubara
Batubara yang dianalisa kimia sebanyak 41
-
5/23/2018 1. Nibung (Eddy).pdf
6/12
dalam. Dari data hasil analisa proksimat dapat
disarikan sebagai berikut :
Kandungan air total (TM) dari lapisan terbawah
ke lapisan teratas umumnya adanya peningkatan
yaitu berkisar 37,10 - 42,60%, kecuali Lapisan
Burung kandungan air total sebesar 33,75%.
Kandungan air tertambat (M) menunjukan
adanya penurunan dari lapisan paling bawah ke
atas; yaitu berkisar dari 10,10 - 10,80%.
Kandungan Volatile Matter (VM) 41,55 -
49,70%.
Kandungan Abu 5,60 7,80%, kecuali Lapisan
Burung sebesar 11,10%.
Kandungan Sulphur kurang dari 0,40%.
Nilai kalori 5.285 5.870 kal/gr.
Nilai kekerasan batubara berkisar dari 49 - 73,
sehingga batubara tersebut tergolong lunak,
kecuali Lapisan Suban sangat keras HGInya 21.
Dari hasil analisa kimia batubara, kualitasnya
termasukKelas Sub-bituminous Lignitic.
Analisa Ultimat
Dari hasil analisa, unsur karbon (C) berkisar
dari 68,08 72,82%; hidrogen ( 4,71 5,74% dan
oksegen (O2) 20,69 23,32%. Sedangkan unsur
nitogen dan sulphur umumnya sangat kecil.
Dari hasil analisa abu sebanyak 16 conto
(lihat lampiran) dapat diketahui sebagai berikut :
Lapisan Benuang, unsur SiO2 24,79%, Al2O3
Lapisan Suban, unsur SiO2 44,34%, Al2O3
41,60%, Fe2O33,20%, CaO 1,28%, MgO 1,00%
dan HD 6,38%.
Analisa Petrografi Batubara
Hasil analisa petrografi terlihat bahwa
batubara didominasi oleh maceral vitrinit yaitu
berkisar dari 87,40-92,90% yang merupakan bahan
pembentuk batubara. Sedangkan maceral lain
umumnya relatif kecil kurang dari 6,60%. Nilai
reflektansi mencirikan rank batubara, dimana
kisaranya antara 0,19-0,25 dan lapisan Mangus
terlihat relatif tingi dibandingkan dengan lapisan lain.
Berdasarkan klasifikasi Cook (1982) rangknya adalah
Lignit.
3.4. Sumberdaya Batubara
Perhitungan sumberdaya batubara
berdasarkan singkapan yang ditemukan (terindikasi)
dan data hasil pemboran inti, dengan kriteria sebagai
berikuti :
Sebaran ke arah jurus perlapisan batubara
didasarkan atas singkapan batubara dan bor yang
dapat dikorelasikan, dibatasi sampai 2.000 meter
dari singkapan.
Sebaran ke arah kemiringan dihitung sampai
kedalaman 50m tegak lurus (vertikal) dari
permukaan singkapan / pemboran.
Berat jenis batubara berdasarkan hasil analisa.
Tebal batubara yang dihitung > 1,00 meter.
-
5/23/2018 1. Nibung (Eddy).pdf
7/12
3.5. Kemungkinan Pengembangan Batubara
Hasil penyelidikan ketiga blok, terdapat
daerah-daerah yang mungkin dapat dikembangkan
lebih lanjut adalah :
Blok Rawas merupakan perioritas pertama
dengan jumlah sumberdaya sebesar 178 juta ton
dan masih bisa dikembangkan lebih lanjut.
Blok Batanghari Leko merupakan periotas
kedua, karena data yang diperoleh masih kurang
dan masih bisa dikembangkan lebih lanjut.
Blok Pauh, walaupun sebarannya terbatas, tetapi
sumberdayanya cukup besar.
4. KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil pengkajian batubara bersisitim
dalam Cekungan Sumatera Selatan di daerah Tanah
Abang dan Sekitarnya, dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Daerah Nibung dan Sekitarnya , litologi
penyusunnya terdiri dari Formasi Gumai, Air
Benakat, Muaraenim dan Kasai yang umurnya
Miosen AwalPliosen. Formasi pembawa
batubara adalah Formasi Muaraenim.
2. Endapan batubara yang berkembang terdapat
dalam Formasi Muaraenim, paling tidak terdapat
8 lapisan batubara, yaitu dari atas muda ke tua
terdiri dari :Lapisan Kladi, tebal >1,00->6,50m
dan kemiringan 120 600;Lapisan Merapi, tebal
1,00 1,50m dan kemiringan 100- 55
0;Lapisan
Suban tebal > 1 00 7 00m kemiringan 100
650;Lapisan Gantung 2, tebal berkisar dari 1,00
- > 2,80m dan kemiringan 80 650; Lapisan
Benuang, tebal berkisar dari 1,00 - > 4,000m
dan kemiringan 100 65
0danLapisan Gantung
1,tidak jelas (sumur penduduk).
3. Kualitas Batubara batubara daerah Nibung dan
Sekitarnya, Kandungan air total Volatile Matter
(VM) 43,75-47,00%, Abu 3,10-12,90%, Sulphur
(St) kurang dari 0,40%, Nilai kalori (CV) 5.285-
5.870 kal/gr dan Kekerasan batubara (HGI)
berkisar dari 50-64, sehingga batubara tersebut
tergolong lunak dan ranknya Sub-bituminous-
Lignitic.
4. Hasil analisa petrografi terlihat bahwa batubara
didominasi oleh maceral vitrinit 87,40-92,90%,
sedangkan maceral lain kurang dari 6,60%. Nilai
reflektansi mencirikan rank batubara, dimana
kisaranya antara 0,19-0,25. Berdasarkan
klasifikasi Cook (1982), termasuk kedalam
Brown Coal /Lignitic.
5. Sumberdaya batubara di daerah Nibung dan
sekitarnya dihitung dengan ketebalan > 1,00m
dan sampai kedalaman 50m sebesar 271.138.815
ton.
6. Prospek pengembangan batubara di daerah
Nibung dan Sekitarnya, umumnya dapat
dikembangkan lebih lanjut mengingat data-data
yang diperoleh masih kurang terutama Blok
-
5/23/2018 1. Nibung (Eddy).pdf
8/12
DAFTAR PUSTAKA
Andi Mangga S., dkk., 1983; Peta Geologi Lembar Jambi, Sumatera skala 1:250.000, Pusat Penelitian danPengembangan Geologi.
De Coster G.L., 1974; The Geology of the Central Sumatera Basins, Proceeding Indonesian Petroleum Assoc., 4th
Annual Conventionn.
Geoservice Report No.10.151, 1980;Recent Development in Indonesia Coal Geology, (Unpublished).
Hardjono dan Sufra Ilyas, 1989: Batubara Sungai Malam, Sumatera Selatan, Laporan eksplorasi akhir untukmemenuhi persyaratan permohonan KP. Eksploitasi dari KP DU 1290 dan 1291, Musi Rawas, PT.Triayani, Jakarat.
Koesoemadinata, R.P., dan Hardjono., 1977; Kerangka sedimenter endapan batubaraTersier Indonesia. Pertemuan
Ilmiah Tahunan ke VI, IAGI.
Reineck, H.E., and Sigh. I.B, 1980;Depositional Sedimentary Environments, Springer-Verlag, Berlin.
Suwarna, Suharsono, Gafoer, Amin, Kusnama, Hermanto, 1994; Geologi Lembar Sarolangun, Sumatera, Skala 1 :250.000
Shell Mijnbouw, 1978; Geological Map of the South Sumatera Coal Province, Scale 1:250.000.
Simandjuntak T.O., dkk., 1981; Peta Geologi Lembar Muara Bungo, Sumatera, skala1:250.000, PusatPengembangan dan Penelitian Geologi, Bandung.
-
5/23/2018 1. Nibung (Eddy).pdf
9/12
PROVINSI JAMBI
PALEMBANG
Bayunglincir
Babat
SEKAYUBetung
PRABUMULIH
KAYUAGUNG
GelumbangTalangubi
LUBUKLINGGAU
Muaralakitan
MUARAENIM
Sungsang
200' LS
300' LS
10300' BT 10400' BT 10500' BT
Gambar 1. Peta lokasi dan kesampaian daerah penyelidikan
Mandiangin
Pauh
Tebingtinggi
Sarolangun
Lokasi daerah penyelidikan
PROVINSI SUMATERA SELATAN
-
5/23/2018 1. Nibung (Eddy).pdf
10/12
Kasai
(QTk)
M4
Air
Benakat
(Tma)
Perselingan batupasir abu-abu muda
dan batulempung abu-abu hijau serta
sisipan lapisan batubara, batulempung
dan batupasir mengandung nodul
ironstone dengan rongga-rongga gas.
Tebal 115 - 365 m.
Perselingan batulempung coklat danbatupasir abu-abu kehijauan, lapisan
batubara dengan kandungan tuf biotit
terpudarkan.
Tebal 45 - 100 m.
Batupasir hijau-biru, batulempung hijau
dan sisipan batulanau.
Tebal 100 - 150 m.
Batulempung abu-abu kecoklatan,
batupasir abu-abu kekuningan,
glaukonitan, mengandung cangkang
moluska dan foraminifera
Perselingan serpih, napal dan
batulempung. Napal setempat
mengandung pirit.
Perselingan serpih, napal dan
batulempung gampingan
Batupasir, batulanau, batulempung
coklat, abu-abu, dengan batupasir
glaukonitan
Batulempung abu-abu - coklat, biru,
serpih pasiran hijau - abu-abu, hijau,
glaukonitan
Batulempung coklat, abu-abu,batulempung pasiran, batupasir halus,
hijau-abu-abu di bagian bawah,
sedimen interseam Mangus batupasir
tufaan mengandung biotit
Perselingan batupasir dan batulanau
menindih lempung biru-hijau dan
abu-abu, horizon batupasir tebal 3-6 m
Lempung tufaan, pasir tufaan, warna
terang, pasir batuapungan, lensa-lensa
batubara
Batupasir tufaan, lempung tufaan,
abu-abu putih, biru-hijau, batuapung
Batulempung hijau-biru, abu-abu, kaya
material volkanik, sisipan batupasir
abu-abu hijau dan putih, beberapa
lapisan batubara. Tebal 180 - 240 m.
Lempung tufaan, hijau-biru, dan lempung
pasiran, pasirhalus-kasar, abu-abu &
putih, glaukonitan, lapisan batuapung
Gumai
(Tmg)
M
uara
Enim
(Tmpm)
Cekungan Sumatera Selatan
(Daerah Langgaran - Shell, 1978)Daerah Nibung - Jambi - Sumatera Selatan
(Eddy RS, 2001)FormasiU m u r
Pliosen
M
i
o
s
e
n
Akhir
Te
ngah
Awa
l
Tabel 1. Kesebandingan Stratigrafi Daerah Nibung dan Sekitarnya dengan Cekungan Sumatera Selatan
Deskripsi Lapisan
Horizon MarkerCatatan :
Benakat/Babat
EnimKebon
N i r uLematang
Lapisan Deskripsi
M3
M2
M1
Benuang
Burung
Mangus11
22
Suban
Kladi
Merapi
Mangus
Suban
Petai
Kladi
Merapi
Benuang
Burung
-
5/23/2018 1. Nibung (Eddy).pdf
11/12
-
5/23/2018 1. Nibung (Eddy).pdf
12/12
B
Tma
215'00''
230'00''
10300'00''
S
u
n
g
a
i
K
r
u
h
Sung
ai
K
e p
ah
ian
g a
n
A
PENAMPA NG GEOLOGI SKA LA 1 : 50.000
Tma
S
u
n
g
ai
K
ul
i
m
QTk
QTk
Tmg
Se sar
Ge se
r Ai rK
ruh
A
Tma
Sungai
Penj
agoa
n
Tma
Tma
Tma
S
ungai
Pe
n y
a ngg a
an
Se sa r
Ge s
e rP e
njago
an
Su
ng
a
i
Pu t
i
h
Tma
Tma
Tma
Tma
QTk
U
D
A
i
r
M
e
r
a
n
t
i
Tmg
Sun
ga
i
An
gg
angK
ec
il
B
PETA INDEK
SKALA 1 : 50.000
DEPARTEMENENERGI DAN S UMBERDAYA M INERAL
DIREKTORATJENDERAL GEOLOGI D AN SUMBER DAYA MINERAL
DIREKTORA T INVENTARISASISUMB ER DAYA MINERAL
DAFTARISIANKEGIATAN SUPLEMEN(DIK-S)
PETA G EOLOGI DAN SEB ARAN BATUBARA
DAERAH NIBUN GDA N SEKITARNYA
PROVINSI JAMBI DAN S UMATERA SELATAN
No. Lokasi , ketebal an dan arahjurus/kemiringan
batubara
Indik asi adanyabatubara
No. Lokasi dan ar ah j urus/k emiringanlapisanbatuan
PROVINSI
SUMATERASELATAN
Jalan tanah dankampung
0
KETERANGAN
PROVINSI JAMBI
10315'00''
1 2 3
U
Ses ar normal
Ses ar geser
Sebaran batubara
Formasi Kasai
For mas i Airbenakat
Formasi Muaraenim
Formasi Gumai
Lokasi lubangbor
Kontur ketinggian
Pena mpa ng Geologi
Sesar naik
Sun gai
1
PALEMBANG
4 5 Km
top related