17.2.3 naskah akademik sistem pendidikan kedokteran gigi 8maret 2011 kelompok prof. latief
Post on 31-Oct-2015
327 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
1
NASKAH AKADEMIK RUU TENTANG
PENDIDIKAN KEDOKTERAN GIGI
Kata Pengantar
Draft
Diundu
h dari
www.hp
eq.di
kti.go
.id
2
DAFTAR ISI
Draft
Diundu
h dari
www.hp
eq.di
kti.go
.id
3
Kata Pengantar ......................................................................................2
Daftar Isi.........................................................................................…3
BAB I. Pendahuluan...............................................................................…… 4
1. Latar belakang.................................................................………4
2. Landasan hukum..........................................................................4
3. Sejarah dan prkembangan pendidikan dokter gigi (sekarang dan bgmna ke
depannya).................................................
4. Tujuan dan kegunaan naskah akademik....................................
BAB II. Profil Institusi Pendidikan Kedokteran Gigi di Indonesia saat
ini....................................
BAB III Standar Pendidikan Kedokteran gigi............................... 5
III.1 Standar Isi
Kurikulum (KKNI dan standar kompetensi secara garis besar) …. 5
III.2 Standar Proses
Tata pamong …………………..
Sistem Pembelajaran ………….
Suasana akademik …………….
III.3 Standar Kompetensi Lulusan
Mahasiswa dan lulusan ……….
III.4 Standar Pendidik dan tenaga
Sumber daya manusia ………..
kependidikan
III.5 Standar Sarana dan Prasarana
Sarana Dan Prasarana ……….
III.6 Standar Pengelolaan
Visi, Misi, Sasaran dan Tujuan
Sistem Pengelolaan……………
Sistem Informasi ……………..
Sistem Penjamin Mutu ………
III.7 Standar Pembiayaan
Pembiayaan …………………..
III.8 Standar Penilaian Pendidikan
Penelitian, Pelayanan/Pengabdian
Kepada Masyarakat dan Kerjasama
BAB IV. Standar Kompetensi dan Jenis Tindakan serta Jumlah Kasus
Draft
Diundu
h dari
www.hp
eq.di
kti.go
.id
4
1.
BAB V. RSGMsebagai Wahana Penyelenggaraan Tahap Profesi Pendidikan Kedokteran
Gigi …......................................... 15
1. Latar belakang
2. Keberadaan RSGM di Indonesia
3. Gambaran RSGM sebagai wahana pendidikan dokter gigi di luar Negri
4. RSGM P sebagai whanan pendidikan profesi KG
5. Kondisi RSGM sebagai wahana pendidikan KG saat ini
6. Pekerjaan klinik yang dilakukan peserta didik di RSGMP
7. Kondisi kelainan/penyakit gigi dan mulut di Indonesia
8. Sumber daya manusia di RSGMP
9. RSGMP di masa mendatang
10. Peran serta RSGMP dalam mendukung Tridarma Perguruan Tinggi
11. Pelaksaan standarisasi, akreditasi dan perizinan RSGMP
12. Pendanaan
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
KEPUSTAKAAN
Draft
Diundu
h dari
www.hp
eq.di
kti.go
.id
5
DAFTAR SINGKATAN
Kemkes: Kementrian Kesehatan
Kemdiknas:Kementrian Pendidikan Nasional
Ditjen Dikti: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
KKI: Konsil Kedokteran Indonesia
KKG: Konsil Kedokteran Gigi
MKKGI: Majelis Kolegium Kedokteran Gigi Indonesia
KDGI: Kolegium Dokter Gigi Indonesia
AFDOKGI: Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia
ARSGMP: Asosiasi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan
KIPDGI: Kurikulum Inti Pendidikan Dokter Gigi Indonesia
BAN PT: Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi
ED: Evaluasi Diri
RKAT: Rencana Kegiatan dan Anggaran Tahunan
RENSTRA: Rencana Strategis
PENGERTIAN UMUM
Draft
Diundu
h dari
www.hp
eq.di
kti.go
.id
6
Pendidikan profesi dokter gigi merupakan pendidikan akademik dan pendidikan
professional yang diarahkan pada penguasaan ilmu dan penerapan ilmu kepada
masyarakat dalam bidang kedokteran gigi.
Standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di
seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Standar kompetensi lulusan adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup
sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Kurikulum berbasis kompetensi adalah kurikulum yang disusun berdasarkan atas
elemen-elemen kompetensi yang dapat menghantarkan peserta didik untuk
mencapai kompetensi utama, kompetensi penunjang, dan kemampuan dasar.
Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan
dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi
mata pelajaran dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik
pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitandengan
pelaksanan dengan pembelajaran pada satu satuan pendidikanuntuk mencapai
standar kompetensi lulusan.
Standar pendidik dan tenaga kependidikan adalah kriteria pendidikanprajabatan dan
kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikandalam jabatan.
Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikanyang berkaitan
dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempatberolahraga, tempat beribadah,
perpustakaan, laboratorium, bengkelkerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan
berekreasi, serta sumberbelajar lain, yang diperrlukan untuk menunjang proses
pembelajaran,termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.
Pengabdian kepada masyarakat merupakan salah satu aktivitas dosendan
mahasiswa dalam bentuk jasa Perguruan Tinggi yang dilaksanakandengan
menganut azas kelembagaan, ilmu, kerjasama, kesinambungan,dan edukatif serta
pengembangan.
Penelitian merupakan kegiatan telaah taat kaidah dalam upayamenemukan
kebenaran dan atau menyelesaikan masalah dalam ilmupengetahuan, teknologi juga
merupakan kegiatan dalam upayamenghasilkan pengetahuan empirik, teori, konsep,
metode, modelatau informasi baru yang memperkaya iptek.
Draft
Diundu
h dari
www.hp
eq.di
kti.go
.id
7
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan
bahwa Negara menjamin hak setiap warga negara untuk memperoleh
pendidikan lebih lanjut Negara mengusahakan dan menyelenggarakan satu
sistem pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.Serta
menjamin pemerataan kesempatan dan meningkatkan mutu pendidikanuntuk
mencapai kesejahteraan masyarakat.
Pendidikan profesi dokter gigi sebagai salah satu pofesi bidang kesehatan
telah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1928, dan telah mengalami pasang
surutnya sampai saat ini. Pada hakikatnya, sistem pendidikan dokter gigi di
Indonesia saat ini terdiri atas tahap akademik dan tahap profesi. Tahap
akademik adalah pendidikan sarjana yang bertujuan meraih kompetensi melalui
pembangunan kemampuan dasar sesuai dengan ketetapan pada standar
kompetensi dokter gigi. Tahap profesi adalah pendidikan setelah pendidikan
sarjana kedokteran gigi yang bertujuan untuk membekali mahasiswa dengan
kompetensi klinik tertentu yang mencakup pembinaan sikap dan perilaku
profesional sesuai dengan standar kompetensi dokter gigi yang disahkan oleh
Konsil Kedokteran Gigi Indonesia, untuk meraih gelar dokter gigi. Tahap profesi
ini diselenggarakan pada sebuah wahana pendidikan klinis di sebuah sarana
pelayanan kesehatan gigi dan mulut berbentuk rumah sakit.
Kompetensi klinik dokter gigi dan dokter gigi spesialis tidak dapat dicapai
pada sarana dan prasarana pelayanan yang berbentuk sebuah Klinik; untuk itu
diperlukan sebuah rumah sakit khusus yang kemudian dikenal sebagai Rumah
Sakit Gigi dan Mulut (RSGM). RSGM yang digunakan sebagai wahana
penyelenggaraan pendidikan kedokteran gigi, perlu terakreditasi dan memenuhi
persyaratan klasifikasi RS khusus untuk menjadi RSGM Pendidikan.
Demi peningkatan kualitas serta penjaminan mutu dokter gigi dan dokter gigi
spesialis di Indonesia, BAN-PT telah mengembangkan instrumen akreditasi bagi
Program Studi Pendidikan Dokter Gigi termasuk di dalamnya instrument
akreditasi baik bagi Institusi Pendidikan Kedokteran Gigi maupun bagi Rumah
Draft
Diundu
h dari
www.hp
eq.di
kti.go
.id
8
Sakit Gigi dan Mulut sebagai wahana penyelenggaraan pendidikan dokter gigi
dan dokter gigi spesialis.
2. Sejarah dan perkembangan pendidikan Kedokteran Gigi di Indonesia
a. Zaman Penjajahan Belanda (tahun 1928-1942)
Pendidikan dokter gigi di Indonesia mulai sejak pemerintahan kolonial
Belanda, pada bulan September 1928 dengan didirikannya “STOVIT” (School
Tot Opleiding Van Indische Tandartsen). Lamanya pendidikan dokter gigi ini 5
tahun, dan yang diterima sebagai mahasiswanya adalah lulusan sekolah
lanjutan menengah pertama (MULO) dan HBS (3 tahun). Penerimaan
mahasiswa didasarkan atas penilaian angka-angka ilmu alam, matematika dan
ilmu hayat, dan juga berasal dari keturunan orang-orang baik, dalam arti mereka
yang dianggap setia kepada Pemerintah Hindia Belanda.
Lulusan STOVIT dapat melanjutkan studinya ke Tandheelkundig Instituut di
Utrecht Nederland, tanpa ujian dan mencapai gelar Tandarts, yang dianggap
telah mencapai tingkatan sepadan dengan Dokter Gigi Belanda. Seluruh
kurikulum disesuaikan dengan kurikulum di Utrecht dengan tambahan Fisika,
Kimia, Matematika, Botani, Zoologi, Bahasa Latin dan Bahasa Jerman, oleh
karena hampir semua buku-buku pelajaran diambil dari bahasa Jerman.
Pemerintahan Hindia Belanda, tidak mendirikan STOVIT untuk memberi
perawatan secara menyeluruh kepada rakyat banyak, oleh karena de Dienst der
Volksgezondheid (Jawatan Kesehatan) tidak mempunyai Dinas Kesehatan Gigi.
Pelayanan pasien-pasien penyakit gigi yang terdapat di Indonesia dilakukan di
CBZ (Central Burgerlijk Ziekenhuis) Jakarta, dimana terdapat seorang dokter
gigi; serta CBZ di Surabaya. Pelayanan kesehatan gigi yang dilakukan antara
lain: pencabutan, penambalan, pembedahan, pemasangan gigi tiruan, dan
meratakan gigi (orthodonti). Tindakan pembedahan yang dilakukan adalah
bedah minor dan bedah mayor, untuk itu dibutuhkan fasilitas rawat inap.
b. Zaman Penjajahan Jepang (tahun 1942-1945)
Pada saat pecahnya perang dunia ke-II, dan negeri Belanda diduduki oleh
Jerman, berimbas juga di Indonesia yang ditandai dengan pendudukan oleh bala
tentara Jepang pada tahun 1942. Penjajahan Jepang walaupun berlangsung
Draft
Diundu
h dari
www.hp
eq.di
kti.go
.id
9
singkat menimbulkan penderitaan rakyat dimana-mana, namun ada sisi positif
bagi dunia kedokteran gigi yaitu naiknya orang-orang Indonesia menduduki
jabatan yang ditinggalkan oleh Belanda.
Dalam rangka membangun negara dan dengan slogan kemakmuran
bersama di Asia Raya. Pendidikan kedokteran gigi pada zaman pendudukan
Jepang kemudian diganti namanya. STOVIT dibubarkan dan diganti dengan
nama IKA DAIGAKU SHIKA IGAKUBU dalam tahun 1943, dengan guru-guru
besar bangsa Jepang. Lamanya pendidikan adalah 3 tahun, dan yang dapat
diterima sebagai mahasiswanya adalah lulusan sekolah Menengah 5- 6 tahun
yaitu dari AMS/SMT/HBS Pada waktu itu mahasiswa-mahasiswa bekas STOVIT
dipanggil kembali dan harus belajar bahasa Jepang, supaya dapat mengikuti
kuliah-kuliah dalam bahasa Jepang.
Sementara itu mahasiswa baru yang diterima diharuskan memilih jurusan
kedokteran gigi, walaupun mereka mendaftarkan diri pada sekolah insinyur atau
olah raga.
Shika Daigaku tidak pernah meluluskan mahasiswa didikannya selama
pendudukan, akan tetapi mahasiswa-mahasiswa yang diterima dalam zaman
Jepang akhirnya akan menyelesaikan studinya di Malang dan Jogja. Dua belas
mahasiswa yang lulus dalam masa pendudukan Jepang adalah bekas murid
STOVIT.
c. Zaman R.I.S. ( tahun 1945-1950)
Setelah Kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus
1945. Kota Surabaya kemudian diduduki kembali oleh Tentara Sekutu ( Belanda
dan Inggris) Pendidikan dokter gigi, kemudian dipindahkan ke Malang yang
dipimpin oleh Prof. drg. Indrojono dan Dr. Eggink. Tidak lama kemudian kota
Malang pun diserbu oleh Belanda.
Mahasiswa-mahasiswa kedokteran gigi kemudian pindah lagi ke Solo.
Tahun 1946, Sekolah Kedokteran Gigi digabungkan dengan Sekolah
Kedokteran, yang didirikan di Klaten dengan pimpinan Prof. Dr. Sardjito. Untuk
jurusan kedokteran gigi dipimpin oleh drg. Soedomo. Setelah itu pendidikan
kedokteran gigi dimasukkan ke dalam lingkungan Universitas Gajah Mada
digabungkan dengan Kedokteran dan Farmasi.
Draft
Diundu
h dari
www.hp
eq.di
kti.go
.id
10
Sementara itu, setelah kota Surabaya diduduki kembali oleh Belanda,
pada bulan September 1947, pendidikan dokter gigi dibuka kembali dengan
nama Tandheelkundig Instituut. Pada tanggal 15 Januari 1948, Tandheelkundig
Instituut berubah nama lagi menjadi Universitair Tandheelkundig Instituut,
sebagai bagian dari Fakultas Kedokteran di Surabaya. Lamanya pendidikan
adalah 4 tahun dan yang dapat diterima sebagai mahasiswa adalah lulusan
sederajat dengan SMA bagian B.
Dalam bulan Desember tahun 1949, pemerintahan diserahkan kembali
kepada Republik Indonesia. Pendidikan Kedokteran Gigi di Surabaya kemudian
berubah lagi menjadi Lembaga Kedokteran Gigi, dengan lama pendidikan 4
tahun.
a. Zaman Pemerintahan R.I. (tahun 1950 - sekarang)
Pada tanggal 10 November 1954 Universitas Airlangga diresmikan oleh
Presiden Ir Soekarno. Tahun 1958, Lembaga Ilmu Kedokteran Gigi digabungkan
dalam Universitas Airlangga, dan kemudian namanya berubah lagi menjadi
Fakultas Kedokteran Gigi. Lamanya pendidikan 5 tahun dan yang diterima
sebagai mahasiswa adalah lulusan SMA bagian B.
Waktu itu hanya ada 2 fakultas kedokteran gigi, yaitu Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Gajah Mada, dan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Airlangga. Pada tanggal 1 September 1959, Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Padjajaran didirikan dan dalam waktu 5 ½ tahun dapat meluluskan
6 orang dokter gigi yang pertama. Pendirian Fakultas Kedokteran gigi
Universitas Padjadjaran, telah membuka jalan berdirinya fakultas-fakultas
Kedokteran Gigi lainnya seperti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
tanggal 21 Desember 1961 yang dipimpn oleh dekan seorang Dokter Gigi
Sampai awal tahun 2012 telah berdiri 26 Fakultas Kedokteran Gigi dan/atau
Program Studi Kedokteran Gigi di Indonesia,
Perkembangan kedokteran gigi disuatu negara dipengaruhi oleh berbagai
faktor, dan merupakan hasil interaksi dari faktor-faktor tersebut yakni: faktor politik,
faktor sosial, faktor ekonomi, faktor demografi, faktor luasnya dan macamnya
kebutuhan akan kesehatan gigi dan faktor mental manpower.
Draft
Diundu
h dari
www.hp
eq.di
kti.go
.id
11
Jika kita memperhatikan faktor-faktor tersebut diatas (selainnya faktor
demografi), dapat diperkirakan bahwa dalam waktu 10 tahun mendatang
perkembangan kedokteran gigi akan lebih pesat.
Faktor pertambahan penduduk merupakan masalah sehingga perlu
diperhitungkan dalam setiap perencanaan program. Menurut sensus penduduk
tahun 2011, penduduk Indonesia berjumlah 237.556.363 orang, yang terdiri dari
119.507.580 laki-laki dan 118.048.783 perempuan dengan laju pertumbuhan
penduduk Indonesia per tahun adalah sebesar 1,49 persen. Hasil Sensus penduduk
Indonesia 2010 oleh BPS menunjukkan bahwa distribusi penduduk Indonesia masih
terkonsentrasi di Pulau Jawa yaitu sebesar 57 persen, yang diikuti oleh Pulau
Sumatera sebesar 21 persen .Selanjutnya untuk pulau-pulau/kelompok kepulauan
lain berturut-turut adalah sebagai berikut: Sulawesi sebesar 7 persen ;Kalimantan
sebesar 6 persen; Bali dan NusaTenggara sebesar 6 persen; dan Maluku dan
Papua sebesar 3 persen. Ini berarti penambahan 3.539.589 juta penduduk setiap
tahunnya, yang harus dipelihara kesehatan gigi dan mulutnya. Yang merupakan
suatu beban yang berat sekali untuk profesi kedokteran gigi, dan yang dapat
membuat rasio dokter gigi penduduk menjadi berubah
Jika kita perkirakan jumlah lulusan dokter gigi dalam 5 tahun yang akan datang
@ 1250 per tahun, maka dalam 5 tahun yang akan datang diproduksikan 6250
dokter gigi, sehingga jumlah dokter gigi pada akhir tahun 2016 akan menjadi kurang
lebih 26.905 orang, sesudah dikurangi oleh dokter gigi yang pensiun dan yang
meninggal.Jumlahini jelas tidak akan dapat menampung kebutuhan/permintaan akan
kesehatan gigi dari 237.556.363+ 17697945= 255.254.308juta penduduk, yang
diharapkan pada waktu itu akan lebih dental-minded.
Selain itu, penyebaran penduduk yang tidak merata dan berkonsentrasi pada
beberapa daerah serta keadaan geografis yang dipisahkan lautan dan tersebar di
berbagai kepulauan, menyebabkan banyak pembangunan dan penyebaran
informasi yang tidak merata. Salah satu masalah yang muncul adalah kurang
maksimalnya penyebaran fasilitas dan pelayanan kesehatan diseluruh Indonesia.
Ditiap ibu kota propinsi hendaknya mulai dibangun suatu Dental Specialist
Centre, khususnya untuk Bedah Mulut, Konservasi Gigi, Periodontik, Prostetik dan
Ortodontik guna menampung penderita-penderita dari perifer dengan suatu sistem
rujukan
Draft
Diundu
h dari
www.hp
eq.di
kti.go
.id
12
3. Tujuan dan Kegunaan Naskah Akademik
a. Tujuan
Sebagai pedoman dalam pelaksanaan pendidikan kedokteran gigi berdasar
hasil telaah masalah yang berkaitan dengan pendidikan kedokteran gigi ditinjau
dari aspek historis, filosofis, sosiologis dan landasan hukum.
b. Kegunaan
Kegunaan Naskah Akademik Pendidikan Kedokteran gigi sebagai dasar dalam
pelaksanaan dan penerapan pendidikan kedokteran gigi di Indonesia
c. Metode Pendekatan.......(apakah masih diperlukan?)
Metode pendekatan Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang tentang
Pendidikan Kedokteran Gigi adalah sebagai berikut:
Metode Deskriptif-Analitis, yaitu metode yang menggambarkan dan
menganalisis ketentuan-ketentuan yang ada yang terkait dengan RUU tentang
Pendidikan Kedokteran Gigi. yang bertujuan untuk mengumpulkan data primer
dan cara yang ditempuh dalam pengumpulan data primer tersebut adalah
melalui studi kepustakaan, konsultasi publik/undang pakar, dan penelitian
lapangan.
a. Studi kepustakaan sebagai salah satu pendekatan dalam pengumpulan
bahan, data dan materi informasi yang berkaitan dengan Pendidikan
Kedokteran gigi. Materi studi pustaka berupa kajian dan review terhadap
buku-buku, majalah, surat kabar, website, jurnal, serta data lain tentang
peraturan perundang-undangan, dokumen negara, hasil penelitian,
makalah seminar, berita media, dan data lainnya yang terkait dengan
Pendidikan Kedokteran Gigi.
b. Penelitian lapangan (Fact finding) yang dilakukan dengan menghimpun
pendapat dan persepsi dari berbagai pihak yang terkait, baik praktisi
hukum maupun akademisi, pada penelitian mengenai Pendidikan
Kedokteran Gigi ini informasi dan pendapat didapatkan dari Stakeholder
di Jakarta dan 4 daerah yaitu Jawa Barat, Sumatera Utara, Jawa Timur,
dan Yogjakarta (dengan stakeholders institusi pendidikan kedokteran gigi,
Draft
Diundu
h dari
www.hp
eq.di
kti.go
.id
13
Rumah Sakit Pendidikan, Departemen Kesehatan Dan IDI di masing-
masing wilayah penelitian).
c. Konsultasi Publik/mengundang Pakar, dengan melakukan diskusi dan
menyelenggarakan seminar yang melibatkan para stakeholder dengan
latar belakang beragam. Selain melakukan review terhadap bahan-bahan
tertulis, juga dilakukan pengumpulan bahan informasi melalui
brainstorming, kompilasi pendapat dan pemikiran dari pakar dan para ahli
yang memiliki kompetensi dalam masalah Pendidikan Kedokteran Gigi.
Draft
Diundu
h dari
www.hp
eq.di
kti.go
.id
14
BAB II
PROFIL INSTITUSI PENDIDIKAN KEDOKTERAN GIGI
DI INDONESIA SAAT INI
II.1 Persebaran Institusi Pendidikan Dokter Gigi di Indonesia
Perguruan Tinggi Kedokteran Gigi merupakan satuan pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan tinggi Kedokteran Gigi berbentuk Universitas yang mencakup
Program Pendidikan Kedokteran Gigi Dasar (S-1), dan Pendidikan Profesi Dokter Gigi.
Perguruan tinggi yang memenuhi syarat dapat menjalankan Pendidikan Magister (S-2),
Dokter Spesialis (drg. Sp), serta Pendidikan Doktor (S-3).
Saat ini (tahun 2011) ada 26 (duapuluh enam) Institusi Pendidikan Dokter Gigi (IPDG)
milik pemerintah dan swasta yang menyelenggarakan pendidikan kedokteran gigi di
Indonesia, sementara yang sudah meluluskan dokter gigi sebanyak 14 (empat belas) institusi.
Dari grafik II.1.1 di bawah ini dapat dilihat jumlah Institusi Pendidikan Dokter Gigi di
Indonesia.
Institusi Pendidikan Dokter Gigi terbanyak terdapat di Pulau Jawa yaitu ada 16 IPDG
dan di pulau Sumatera ada 6 IPDG, sedangkan wilayah dengan jumlah institusi pendidikan
dokter gigi yang paling sedikit adalah Kalimantan yaitu hanya 1 IPDG, Bali mempunyai 1
IPDG serta Sulawesi memiliki 2 IPDG dan di wilayah Maluku, Nusa Tenggara dan Papua
belum ada Institusi Pendidikan Kedokteran Gigi.
Grafik II.1 Persebaran Institusi Pendidikan Dokter Gigi di Indonesia
(data survey Afdokgi/HPEQ, 2010-2011)
0
5
10
15
20
SumateraJawa
KalimantanSulawesi
Bali
6
16
1 2
1
Draft
Diundu
h dari
www.hp
eq.di
kti.go
.id
15
Pada tabel II.1 di bawah ini ditampilkan nama-nama Universitas dan Fakultas/Prodi
Kedokteran Gigi di seluruh Indonesia beserta wilayah tempat berdirinya institusi tersebut.
Tabel II.1 Nama Institusi Pendidikan Kedokteran Gigi menurut wilayah
No Nama Wilayah
1 Universitas Syah Kuala Banda Aceh
2 Universitas Prima Medan
3 Universitas Sumatera Utara Medan
4 Universitas Andalas Padang
5 Universitas Baiturahmah Padang
6 Universitas Sriwijaya Palembang
7 Universitas Indonesia Jakarta
8 Universitas Trisakti Jakarta
9 Universitas Moestopo (B) Jakarta
10 Universitas Padjadjaran Bandung
11 Universitas Kristen Maranatha Bandung
12 Universitas Jendral Yani Bandung
13 Universitas Jendral Soedirman Purwokerto
14 Universitas Sultan Agung Semarang
15 IIK Bakti Wiyata Kediri
16 Universitas Gajah Mada Yogyakarta
17 Universitas Muhammadyah Yogyakarta Yogyakarta
18 Universitas Muhammadyah Solo Solo
19 Universitas Airlangga Surabaya
20 Universitas Hang Tuah Surabaya
21 Universitas Jember Jember
22 Universitas Brawijaya Malang
23 Universitas Mahasaraswati Denpasar
24 Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin
25 Universitas Hasanudin Makasar
26 Universitas Sam Ratulangi Menado
Draft
Diundu
h dari
www.hp
eq.di
kti.go
.id
16
II.2 Bentuk/sifat Institusi Pendidikan Kedokteran Gigi
Dilihat dari bentuk atau sifatnya tidak semua Institusi Pendidikan Kedokteran Gigi
bernama fakultas. Sejumlah Institusi Pendidikan Kedokteran Gigi berupa fakultas yang
berdiri sendiri, sedangkan sebagian institusi pendidikan kedokteran gigi masih berupa
Program Studi dibawah Fakultas Kedokteran. Masih terdapatnya Prodi tersebut terutama
pada institusi kedokteran gigi yang baru, mengingat hampir 50% institusi pendidikan
kedokteran gigi baru berdiri.
Tabel II.2. Jumlah menurut bentuk/sifat institusi pendidikan KG tahun 2011
Status Jumlah Institusi Pendidikan
Kedokteran Gigi Prosentase
Fakultas 12 46,15 %
Prodi KG 14 53,85 %
II.3 Institusi Pendidikan Dokter Gigi berdasarkan Status Kepemilikan
Jumlah program studi berdasarkan status kepemilikan dibagi menjadi dua yaitu
program studi Kedokteran Gigi yang dimiliki oleh Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan
Perguruan Tinggi Swasta ( PTS). Jumlah program studi kedokteran gigi yang dimiliki oleh
PTN ada 17 dan PTS ada 9. Penyebaran PTN maupun PTS masih belum merata di wilayah
Indonesia, terbanyak masih di pulau Jawa yaitu 7 PTN. Sementara untuk di wilayah Jawa,
lebih banyak Prodi KG yang berstatus PTS dibandingkan PTN. Di wilayah Bali hanya
ada 1 PTS, di wilayah Kalimantan ada 1 PTN dan wilayah Sulawesi ada 2 PTN, dan juga
untuk PTS, wilayah Kopertis II, XI dan XII tidak memiliki PTS.
Tabel II.3. Status Kepemilikan Institusi Pendidikan Dokter Gigi
Status Jumlah Persentase
1 PTN 17 65,38
2 PTS 9 34,62
TOTAL 26 100%
Draft
Diundu
h dari
www.hp
eq.di
kti.go
.id
17
II.4 Akreditasi
Akreditasi program studi kedokteran gigi diklasifikasi berdasarkan jenjang pendidikan
per pulau dan akreditasi untuk tiap bidang ilmu.
Tabel II.4. Akreditasi Prodi Kedokteran Gigi Gigi Jenjang S1 di Beberapa Wilayah di
Indonesia
Wilayah Akreditasi
A
Akreditasi
B
Akreditasi
C Belum Terakreditasi
Sumatera 1 - 4 1
Jawa 5 4 1 6
Bali - 1 - -
Kalimantan - - - 1
Sulawesi 1 - - 1
TOTAL 7 5 5 9
Sumber : Survei AFDOKGI/HPEQ 2010/2011
Berdasarkan Tabel II.4 diatas, IPDG dengan akreditasi A yang terbanyak di Pulau Jawa,
satu IPDG di Sumatera dan satu IPDG di Sulawesi, tetapi masih banyak jumlah program
studi yang belum terakreditasi juga terdapat di Pulau Jawa..
Dengan melihat data di atas maka kualitas 26 Institusi Pendidikan Kedokteran Gigi ini
sangat bervariasi. Pada umumnya institusi yang sudah berdiri sejak lama mempunyai
akreditasi A dan dapat menjadi jaminan karena bila peminatnya banyak maka akan mendapat
mahasiswa yang berkualitas. Akibatnya jurang pemisah antara institusi lama dengan yang
baru menjadi semakin besar.
Pada tabel II.5 diperlihatkan bahwa baru 65,38% dari 26 Fakultas/Prodi kedokteran gigi
yang telah terakreditasi, sedangkan 34,62% masih belum terakreditasi
Tabel II.5. Situasi akreditasi jenjang sarjana kedokrean gigi Institusi Pendidikan
Kedokteran Gigi 2011
AKREDITASI IPDG
Jenjang Sarjana Kedokteran Gigi
Status Jumlah IPDG Prosentase
Terakreditasi 17 65,38 %
Belum Terakreditasi 9 34,62 %
Draft
Diundu
h dari
www.hp
eq.di
kti.go
.id
18
II.5 Jumlah Penerimaan Mahasiswa Baru
Tabel II.6. Kapasitas Institusi Pendidikan menurut Jumlah penerimaan
mahasiswa baru
No Nama Jumlah
1 Universitas Syah Kuala 118
2 Universitas Prima 32
3 Universitas Sumatera Utara 210
4 Universitas Andalas 50
5 Universitas Baiturahmah 95
6 Universitas Sriwijaya 80
7 Universitas Indonesia 101
8 Universitas Trisakti 220
9 Universitas Moestopo (B) 172
10 Universitas Padjadjaran 150
11 Universitas Kristen Maranatha 35
12 Universitas Jendral A. Yani 38
13 Universitas Jendral Soedirman 53
14 Universitas Sultan Agung 55
15 IIK Bakti Wiyata Kediri 50
16 Universitas Gajah Mada 147
17 Universitas Muhammadyah Yogyakarta 100
18 Universitas Muhammadyah Solo 50
19 Universitas Airlangga 170
20 Universitas Hang Tuah 75
21 Universitas Jember 100
22 Universitas Brawijaya 107
23 Universitas Mahasaraswati 76
24 Universitas Lambung Mangkurat 52
25 Universitas Hasanudin 119
26 Universitas Sam Ratulangi 106
Total penerimaan mahasiswa baru 2421
II.6 Jumlah Mahasiswa (sesuaikan dengan 26 IPDG 2011)
Jumlah mahasiswa dari 14 Institusi Pendidikan Kedokteran Gigi yang disurvei
sebanyak 6800 mahasiswa yang terdiri dari mahasiswa tahap akademik 4832 orang dan
tahap profesi 1968 orang. Ada 50% Institusi Pendidikan Kedokteran Gigi yang belum
mempunyai mahasiswa tahap profesi (Tabel II.7)
Draft
Diundu
h dari
www.hp
eq.di
kti.go
.id
19
Tabel II.7. Jumlah Mahasiswa di 14 Institusi Pendidikan Kedokteran Gigi
No
Institusi Pendidikan
Kedokteran Gigi
Jumlah Mahasiswa
Tahap Akademik
Jumlah Mahasiswa
Tahap Profesi
Jumlah Total
Mahasiswa
1 IIK BW 166 13 179 2 UKM 101 0 101 3 UMS 100 0 100 4 UMY 389 179 468 5 UNAIR 610 230 840 6 UNAND 162 0 162
7 UNEJ 497 199 696
8 UNISULA 169 0 169
9 UNJANI 116 0 116
10 UNPAD 642 522 1164
11 UNPRI 96 0 96
12 UNSOED 163 0 163
13 USAKTI 829 564 1393
14 USU 738 300 1038
TOTAL 4778 2007 6785
II.7 Jumlah Lulusan
Pada tabel ini diperlihatkan data lulusan dokter gigi pada periode 2010/2011 di 14
Fakultas/Prodi Kedokteran Gigi yang telah menghasilkan lulusan dokter gigi. Total lulusan
adalah 1057 orang dengan rincian pada tabel II.8 di bawah ini.
Dua belas Fakultas/Prodi Kedokteran Gigi belum menghasilkan lulusan dokter gigi,
karena masih dalam tahap sarjana ataupun masih sedang menjalankan tahap profesi. Tahun
2012 yang akan datang jumlah Fakultas/Prodi Kedokteran Gigi yang akan menghasilkan
lulusan dokter gigi akan bertambah.
Tabel II.8. Jumlah lulusan dokter gigi pada periode 2010/2011
No Nama Jumlah
1 Universitas Sumatera Utara 23
2 Universitas Baiturahmah 63
3 Universitas Sriwijaya 18
4 Universitas Indonesia 88
5 Universitas Trisakti 184
6 Universitas Moestopo (B) 88
7 Universitas Padjadjaran 164
8 Universitas Gajah Mada 130
9 Universitas Muhamadyah 42
10 Universitas Airlangga 39
11 Universitas Hang Tuah 33
12 Universitas Jember 89
Draft
Diundu
h dari
www.hp
eq.di
kti.go
.id
20
13 Universitas Mahasaraswati
14 Universitas Hasanudin 103
Total 1064
II.8. Jumlah Dosen Tetap Menurut Institusi
Tabel II.9. Jumlah dosen tetap
No Nama Institusi
Jumlah
Dosen
Tetap
(drg)
Jumlah
Dosen
Tetap
(drg. Sp)
Jumlah
Dosen
Tetap
(S2)
Jumlah
Dosen
Tetap
(S3)
Jumlah
Dosen
Tetap
Total
1 UI 5 54 14 27 100
2 UNSYIAH 5 11 17 1 34
3 UGM 0 67 29 13 109
4 UNMAS 28 10 18 0 56
5 UNLAM 10 1 0 0 11
6 UNSRI 3 0 2 0 5
7 UHT 12 13 8 5 38
8 UNSRAT 6 3 3 0 12
9 UPDM(B) 28 20 29 4 81
10 UB 5 14 7 1 27
11 UNHAS 24 19 36 21 100
12 UNBRAH 16 4 9 1 30
13 IIK 17 4 2 0 23
14 UKM 6 5 4 0 15
15 UMS 6 2 2 0 10
16 UMY 9 1 6 0 16
17 UNAIR 5 113 72 33 223
18 UNAND 11 0 0 0 11
19 UNEJ 11 7 51 7 76
20 UNISULA 11 2 3 1 17
21 UNJANI 0 7 2 2 11
22 UNPAD 3 44 47 25 119
23 UNPRI 7 5 6 0 18
24 UNSOED 10 1 3 1 15
25 USAKTI 31 47 28 21 127
26 USU 45 13 19 13 90
Total 134 466 416 178 1194/1352
Draft
Diundu
h dari
www.hp
eq.di
kti.go
.id
21
II.9 Rasio Jumlah Dosen Dan Jumlah Mahasiswa ( p e r i k s a l a g i )
Sumber Daya Manusia untuk rasio jumlah dosen dan jumlah mahasiswa untuk
pendidikan ditemukan data sebagai berikut; Pada tabel II.11 untuk tahap Akademik
terdapat 8 Institusi Pendidikan Kedokteran Gigi yang mempunyai rasio dosen dengan
mahasiswa di atas 1:10 (30.77%), hal ini tidak sesuai dengan dengan standar pendidikan
yang dikeluarkan Konsil Kedokteran Gigi tahun 2008. Sedangkan 18 Institusi
Pendidikan Kedokteran Gigi mempunyai rasio 69.23 %
Sedang rasio dosen dengan mahasiswa tahap profesi dari 16 Institusi Pendidikan
Kedokteran Gigi yang telah mempunyai mahasiswa tahap profesi, hanya 7 Institusi
Pendidikan Kedokteran Gigi (43,75%) yang memenuhi standar pendidikan dokter gigi
dengan rasio dosen dengan mahasiswa tahap profesi 1 : ≤ 5 (Tabel II.12 ). Sedangkan
9 Institusi Pendidikan Kedokteran Gigi mempunyai rasio 1 : ≥ 5 (56.25 %)
Tabel II.10. Rasio Jumlah Dosen Tetap dengan Jumlah Mahasiswa
Rasio Jumlah IPDG Prosentase
1 : < 10 12 46,15 %
1 : > 10 14 53,85 %
Tabel II.11 Rasio dosen tetap dengan mahasiswa Tahap Akademik
Rasio Jumlah IPDG Prosentase
1 : ≤ 10 18 69.23 %
1 : > 10 8 30.77 %
Tabel II.12. Rasio Dosen dengan Mahasiswa Tahap Profesi
Rasio Jumlah Institusi Pendidikan
Kedokteran Gigi Prosentase
1 : ≤ 5 7 43.75 %
1 : ≥ 5 9 56.25 %
Draft
Diundu
h dari
www.hp
eq.di
kti.go
.id
22
II.10 Pendidikan Spesialis
Berdasarkan hasil survei terdapat 7 Institusi Pendidikan Kedokteran Gigi (26,92 %)
menyelenggarakan pendidikan lanjutan Sp-1, sedangkan 9 Institusi Pendidikan
Kedokteran Gigi (64,3 %) belum mempunyai pendidikan lanjutan Sp-1.
Untuk pendidikan spesialis ada 8 (delapan) cabang spesialisasi dokter gigi yang
diselenggarakan oleh 6 PTN dan 1 PTS institusi penyelenggara pendidikan dokter gigi
spesialis.
Pendidikan spesialis setiap tahun di seluruh Indonesia menghasilkan 120 dokter gigi
spesialis. Lulusan dokter gigi spesialis diharapkan meningkat menjadi 200 sampai 250 orang
pertahun. Jumlah ini hanya dapat dicapai apabila ada perubahan mendasar pada sistem
pendidikan dokter gigi spesialis. Berbagai perubahan mendasar antara lain mengenai
pertambahan jumlah rumah sakit gigi dan mulut sebagai tempat pendidikan spesialis.
Mahalnya pendikan dokter gigi spesialis dan kurangnya pendanaan dan bantuan lain.
Pada masa yang akan datang Fakultas Kedokteran Gigi harus menghasilkan produk
dokter gigi yang kompeten untuk mengabdi kepada masyarakat. Lebih dari itu semua
Fakultas hendaknya dapat menyelenggarakan pendidikan dokter gigi berkelanjutan (CPD)
untuk meningkatkan kompetensi lulusan dan staf pengajar.
Tabel II.13. Institusi Pendidikan Kedokteran Gigi (IPDG) yang menyelenggarakan
Pendidikan Dokter Gigi Spesialis-1
Jumlah Institusi Pendidikan
Kedokteran Gigi
Prosentase
Mempunyai Sp-1 7 26,92 %
Belum Mempunyai Sp-1 9 73,08 %
Tabel II.14. Institusi Penyelenggara Pendidikan Dokter Gigi Spesialis dan Cabang
Spesialisasi
ORTO IBM KGA PROSTO KONSER IPM PERIO RADIO
USU V - - V V - V -
UI V V V V V V V -
USAKTI - - - - V - - -
UNPAD V V V V V V V V
UGM V V V V V V V -
UNAIR V V V V V V V -
Draft
Diundu
h dari
www.hp
eq.di
kti.go
.id
23
UNHAS - - - V V - V -
Tabel II.15. Kapasitas peserta didik PPDGS menurut institusi
ORTO IBM KGA PROSTO KONSER IPM PERIO RAD Total
USU 28 - - 5 7 - 4 - 39
UI
USAKTI
UNPAD
UGM
-
UNAIR 44 22 29 22 59 5 21 - 202
UNHAS - - -
-
-
Tabel II.16. Jumlah lulusan Spesialis tahun 2010-2011
No Nama Jumlah
1 Universitas Sumatera Utara
2 Universitas Indonesia
3 Universitas Trisakti
4 Universitas Padjadjaran 36
5 Universitas Gajah Mada
6 Universitas Airlangga
7 Universitas Hasanudin
Tabel II.17. Jumlah Dental Chair Unit untuk PPDGS pada 7 IPDG
RSGMP Jumlah Dental Chair Unit Jumlah Peserta
BM Kons KGA Prosto Orto Perio OM Total
UI 4* 14 8 12 15 10 1* 64
USAKTI
13
24
UNPAD 2* 6 7 10 14 5 1* 45
UGM
UNAIR
UNHAS 7 6 6
USU - 3 - 3 6 3 - 15
II.11. Pendidikan Pascasarjana
Berdasarkan hasil survei Pendidikan lanjutan S-2 terdapat di 5 Institusi Pendidikan
Kedokteran Gigi (35,7%) sedangkan 9 Institusi Pendidikan Kedokteran Gigi (64,3 %)
belum mempunyai pendidikan lanjutan S-2 (tabel II.19). Pendidikan lanjutan S-3
diselenggarakan oleh 4 Institusi Pendidikan Kedokteran Gigi (28,6 %), sedangkan 10
Institusi Pendidikan Kedokteran Gigi (71,4 %) belum memiliki pendidikan lanjutan S-3 (tabel
II.20). Sebagian besar yang tidak mempunyai pendidikan lanjutan adalah Institusi
Draft
Diundu
h dari
www.hp
eq.di
kti.go
.id
24
Pendidikan Kedokteran Gigi yang masih berstatus Program Studi.
Tabel II.18 Pendidikan lanjutan di 5 Institusi Pendidikan Kedokteran Gigi
Program Studi Sumatera Jawa
Bali,
Nusa
Tenggara
Kalimantan Sulawesi Maluku,
Papua
S2 0 6 0 0 0 0
S3 0 2 0 0 0 0
Sp 1 5 0 0 1 0
Tabel II.19 Institusi Pendidikan Kedokteran Gigi (IPDG) yang menyelenggarakan
Pendidikan Pascasarjana S-2
Jumlah IPDG Prosentase
Mempunyai S-2 5 35,7 %
Belum Mempunyai S-2 9 64,3 %
Tabel II.20 Institusi Pendidikan Kedokteran Gigi (IPDG) yang menyelenggarakan Pendidikan Pascasarjana S-3
Jumlah IPDG Prosentase
Mempunyai S – 3 4 28,6 %
Belum Mempunyai S – 3 10 71,4 %
II.12. Tenaga Profesi Kesehatan Gigi (Dental Auxillary Personil)
Bidang Kedokteran Gigi tidak hanya menyangkut dokter gigi dan dokter gigi spesialis
saja, tetapi menyangkut tenaga profesi kesehatan gigi lainnya (dental auxillary personil).
Sebagai salah satu unsur tim perawatan kesehatan gigi masyarakat Indonesia, tenaga profesi
kesehatan gigi sangat diperlukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut
pada masyarakat Indonesia. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor: 284/ Menkes/SK/ IV/ 2006, Perawat Gigi merupakan salah satu jenis tenaga
Draft
Diundu
h dari
www.hp
eq.di
kti.go
.id
25
Kesehatan dalam kelompok Keperawatan yang dalam menjalankan tugas profesinya harus
berdasarkan Standar Profesi sesuai Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesi Nomor:
378/Menkes/SK/III/2007, (terlampir).
Berdasarkan Kepmenkes No. 372 Tahun 2007 Tentang Standar Profesi Teknisi Gigi,
Tekniker gigi adalah individu rekan kerja dokter gigi yang bertugas untuk membuat gigi
tiruan sebagian lepasan, gigi tiruan lengkap lepasan alat ortodonti dan maksilo fasial,
memiliki pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan kompetensi yang diperoleh melalui
jenjang pendidikan formal dan berguna untuk kesejahteraan manusia sesuai dengan kode etik
serta bermitra dengan dokter gigi dan dokter gigi spesialis. Menteri Kesehatan Republik
Indonesia mengeluarkan Surat Keputusan Menteri tertanggal 30 Desember 1950 Nomor:
27998/Kab. memutuskan mendirikan Pendidikan Perawat Gigi (Dental Nurse).
Perawat Gigi
Pada tahun 1953 Sekolah Perawat Gigi Jakarta meluluskan Perawat Gigi yang
pertama. Namun, pada tahun 1957 Sekolah Perawat Gigi diubah menjadi Sekolah Pengatur
Rawat Gigi (SPRG). Pada tahun 1959 SPTG didirikan dan pada tahun 1960 lulus Sekolah
Pengatur Tehniker Gigi angkatan I Jakarta dan akhirnya pada tahun 1967 berdiri Ikatan
Perawat Gigi dan Tehniker Gigi Indonesia ( IPTGI ). Peraturan Pemerintah Nomor 16 tahun
1994 tentang Jabatan Fungsional menyatakan untuk menjadi Jabatan Fungsional
dipersyaratkan adanya profesi yang jelas, etika profesi dan tugas mandiri dari tenaga
kesehatan tersebut dan Jabatan Fungsional menghendaki adanya organisasi profesi.
Sedemikian besar tuntutan pelayanan kesehatan gigi dan mulut serta luasnya tanah air
Indonesia dan bertambahnya penduduk, Perawat Gigi lulusan Sekolah Pengatur Rawat Gigi
di Jakarta sudah barang tentu tidak mampu memenuhi tuntutan tersebut.. Jelaslah bahwa
keberadaan Perawat Gigi bagi masyarakat Indonesia sangat dibutuhkan.
Sekolah Pengatur Rawat Gigi yang berdiri sejak tahun 1951 sampai saat ini telah
mengalami beberapa kali perubahan kurikulum, yang artinya Perawat Gigi juga telah
mempunyai beberapa wajah atau profil (terlampir Pedoman Kurikulum Pendidikan SPRG)
dari lampiran SK Menkes Nomor 62/KEP/DIKLAT/KES/81. Memenuhi tuntutan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai
Negeri Sipil dan Organisasi Profesi serta berkat daya juang yang tinggi melalui berbagai
proses, terbentuklah wadah menghimpun profesi Perawat Gigi pada tanggal 13 September
1996 yang dinamakan Persatuan Perawat Gigi Indonesia/organisasi profesi PPGI di BLKM
Ciloto Jawa Barat yang didukung oleh Direktorat Kesehatan Gigi, Biro Organisasi
Departemen Kesehatan RI, dan PUSDIKNAKES Depkes RI.
Draft
Diundu
h dari
www.hp
eq.di
kti.go
.id
26
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1035/Menkes/SK/IX/1998 tentang Perawat
Gigi merupakan salah satu jenis tenaga Kesehatan kelompok Keperawatan. Selanjutnya untuk
kenyamanan Perawat Gigi bekerja disusunlah peraturan – peraturan Jabatan Fungsional
Perawat Gigi kemudian terbitlah :
1. KEPMENPAN No. 22/KEP/M.PAN/4/2001tentang Jabatan Fungsional Perawat Gigi dan
angka kreditnya.
2. Keputusan Bersama Menkes dan Kesos dan KA. BKN No. 728/MENKES/ KESOS/ SKB/
VII/ 2001 dan No. 32A Tahun 2001 Kep.Menkes No. 1208/Menkes /SK/ XI/2001
Menyadari akan makin meningkatnya need and demand masyarakat akan kebutuhan
pelayanan kesehatan, PUSDIKLAT Depkes (pada waktu itu belum terpisah Pusdiklat dan
Pusdiknakes) telah memikirkan untuk meningkatkan SPRG menjadi Program D3 dengan
mengadakan pertemuan di Tawangmangu tahun 1980 yang dihadiri oleh pakar dari Depkes,
Depdikbud, beberapa dekan FKG, Pimpinan dan staf SPRG.
Setelah melalui proses yang panjang, konsultasi dengan Departemen Kesehatan, Depdikbud,
FKG, FKM, PDGI, IPGI ( pada waktu itu IPTGI ) serta mengacu pada referensi antara lain
Sistem Kesehatan Nasional, lahirlah Akademi Kesehatan Gigi Depkes yang akan melahirkan
tenaga Ahli Madya Kesehatan Gigi.
Tenaga profesi Kesehatan Gigi terdiri dari:
1. Dokter Gigi
2. Perawat Gigi
3. Tehniker Gigi
Bentuk Pendidikan Tinggi Peraturan Pemerintah Nomor 30 tahun 1990 menegaskan
bahwa pendidikan tinggi merupakan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi daripada
pendidikan menengah di jalur pendidikan sekolah. Pendidikan tinggi terdiri atas pendidikan
akademik dan pendidikan professional, satuan pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan tinggi disebut Perguruan Tinggi yang dapat berbentuk Akademi, Politeknik,
Sekolah Tinggi, Institut atau Universitas.
1. Akademi menyelenggarakan program pendidikan professional dalam satu atau sebagian
cabang ilmu pengetahuan, tehnologi, atau kesenian tertentu
2. Politeknik menyelenggarakan program pendidikan professional dalam sejumlah bidang
pengetahuan khusus
Pendidikan Program Diploma di Bidang Kesehatan Pendidikan Perawat Gigi di
Indonesia pada awalnya dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan dengan
kemampuan vokasional setara jenjang pendidikan menengah dengan kelembagaan Sekolah
Draft
Diundu
h dari
www.hp
eq.di
kti.go
.id
27
Pengatur Rawat Gigi berubah menjadi Akademi Kesehatan Gigi (AKG dengan peserta didik
berasal dari lulusan pendidikan menengah (SMU/SMA) dan semenjak tahun 2002 Akademi
Kesehatan Gigi bergabung dalam struktur kelembagaan Politeknik Kesehatan sebagai Jurusan
Kesehatan Gigi ( JKG ).
Pada tabel II.21. diperlihatkan jumlah institusi Pendidikan Perawatan Gigi berdasarkan Pulau
dimana Institusi itu didirikan. Sumatra dan Jawa merupakan pulau yang paling banyak institusi
Pendidikan Perawatan Giginya, diikuti Sulawesi, Bali dan NTB dan serta kalimantan, sedangkan
Maluku dan Papua belum ada.
Tabel II.21 Jumlah Institusi Pendidikan Perawat Gigi
Program Studi Sumatera Jawa Bali,
Nusa Tenggara Kalimantan Sulawesi
Maluku
Papua Total
Jurusan
Keperawatan Gigi
(JKG) Politeknik
Kesehatan
Kemenkes
6 6 2 2 4 0 20
Pada tabel II.21. dan II.22 terperinci daerah tempat Institusi Pendidikan Perawat Gigi
didirikan. Sedang pada tabel II.23 diperlihatkan status Institusi Pendidikan Perawatan Gigi
dimana dari 20 Institusi Pendidikan Perawatan Gigi, 18 diantaranya berstatus PTN dan hanya
dua yang berstatus swasta.
Tabel II.22 Jumlah Institusi Pendidikan Perawat Gigi
No Nama Tempat
1 Poltekkes Jurusan Kesehatan Gigi (JKG) Aceh
2 JKG Poltekkes Medan
3 JKG Poltekkes Bukittinggi
4 JKG Poltekkes Palembang
5 JKG Poltekkes Jambi
6 JKG Poltekkes Lampung
7 JKG Poltekkes Jakarta
Draft
Diundu
h dari
www.hp
eq.di
kti.go
.id
28
8 JKG Poltekkes Bandung
9 JKG Poltekkes Tasikmalaya
10 JKG Poltekkes Semarang
11 JKG Poltekkes Yogyakarta
12 JKG Poltekkes Surabaya
13 JKG Poltekkes Denpasar
14 JKG Poltekkes Kupang
15 JKG Poltekkes Pontianak
16 JKG Poltekkes Banjarmasin
17 JKG Poltekkes Manado
18 JKG Poltekkes Makassar
19 Akademi Kesehatan Gigi Bina Husada Kendari
20 Program Studi Keperawatan Gigi STIKES Amanah Makassar
Tabel II.23 Status Institusi pendidikan perawat gigi
No Status Jumlah Persentase
1 Negeri 18 90 %
2 Swasta 2 10 %
TOTAL 26 100%
Dari table II.24. jumlah penerimaan mahasiswa baru Perawat Gigi pada tahun 2011
sangat bervariasi di setiap daerahnya. Total penerimaan mahasiswa baru mencapai 1065
orang. Dari data ini diketahui bahwa peminat untuk masuk dan menjadi Perawat Gigi cukup
tinggi.
Jumlah lulusan pada tahun 2011 berjumlah 1098 (tabel II.24). Untuk menyerap tenaga
kerja perawat gigi sebanyak ini setiap tahunnya, harus dibuat pogram untuk penempatannya
oleh pemerintah.
Tabel II.24 Jumlah penerimaan mahasiswa baru dan lulusan tahun 2011 :
No Nama Institusi Jumlah
Penerimaan Jumlah lulusan
1 JKG Aceh 60 60
2 JKG Medan 60 60
3 JKG Bukittinggi 45 45
4 JKG Jambi 42 42
5 JKG Lampung 65 65
Draft
Diundu
h dari
www.hp
eq.di
kti.go
.id
29
6 JKG Palembang 37 37
7 JKG Jakarta 34 34
8 JKG Bandung & Tasikmalaya 94 94
9 JKG Semarang 58 58
10 JKG Yogyakarta 59 59
11 JKG Surabaya 130 129
12 JKG Denpasar 45 45
13 JKG Kupang -
14 JKG Pontianak 60 60
15 JKG Banjarmasin 47 47
16 JKG Manado 44 44
17 JKG Makassar 100 100
18 AKG Kendari 35 35
19 Prodi Kep. Gigi STIKES Amanah 50 -
Total 1065 1098
Tekniker Gigi
Berdasarkan Kepmenkes No. 372 Tahun 2007 Tentang Standar Profesi Teknisi Gigi,
Tekniker gigi adalah individu rekan kerja dokter gigi yang bertugas untuk membuat gigi
tiruan sebagian lepasan, gigi tiruan lengkap lepasan alat ortodonti dan maksilo fasial,
memiliki pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan kompetensi yang diperoleh melalui
jenjang pendidikan formal dan berguna untuk kesejahteraan manusia sesuai dengan kode etik
serta bermitra dengan Dokter Gigi dan Dokter Gigi Spesialis. Profesi tekniker gigi adalah
suatu pekerjaan di bidang keteknikeran gigi yang dilaksanakan berdasarkan suatu keilmuan
(Body of knowledge), memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan yang
berjenjang, melalui kode etik yang bersifat melayani masyarakat.
Saat ini pendidikan tekniker gigi di seluruh Indonesia terdapat 11 institusi dan yang
terbanyak adalah di Jawa (6 institusi), Sumatera ( 4 institusi) dan Sulawesi (1 institusi). Di
Bali, Nusatenggara, Maluku dan Papua tidak terdapat Institusi Pendidikan Tekniker Gigi
(tabel dan grafik )
Tabel II.25 Jumlah Institusi Pendidikan Tekniker Gigi
Program Studi Sumatera Jawa Bali,
Nusa Tenggara Kalimantan Sulawesi
Maluku,
Papua
D3 Tehniker Gigi 4 6 0 0 1 0
Draft
Diundu
h dari
www.hp
eq.di
kti.go
.id
30
Grafik II.2 Lokasi Institusi Pendidikan Tekniker Gigi
Dibandingkan dengan perawat gigi, Institusi pendidikan tekniker Gigi lebih banyak
swasta yaitu berjumlah 9, dibandingkan Negeri yang hanya 2 institusi (tabel II.26). Pada
tabel II.27 diperlihatkan tempat dan kota tempat Institusi Pendidikan Tekniker Gigi berada.
Tabel II.26 Status Institusi Pendidikan Teknik Gigi
Status Jumlah InstitusiPendidikan
Teknik Gigi di Indonesia Prosentase
Negeri 2 20%
Swasta 9 80%
Tabel II.28 Nama dan tempat Institusi Pendidikan Teknik Gigi
No Nama Tempat
1 Akademik Teknik Gigi Padang - Sumbar
2 Prog. Studi Diploma III Teknik Gigi STIKES HANG TUAH Pekan Baru
3 Jurusan Teknik Gigi Poltekkes Kemenkes Lampung Tanjungkarang
Bandar Lampung
4 Akademi Teknik Gigi St. Aloan Medan
5 Akademik Teknik Gigi Hang Tuah Ladokgi RE Martadinata Jakarta Jakarta
6 Jurusan Teknik Gigi Poltekkes Kemenkes RI Jakarta II Jakarta
7 Akademi Teknik Gigi Universitas Prof.Dr.Moestopo Jakarta
8 Akademik Teknik Gigi Kediri Kediri
9 Sekolah Teknik Kedokteran Gigi Universitas Airlangga Surabaya
10 Kesehatan Gigi UNAIR Surabaya (DIII Teknik Gigi) Surabaya
11 Akademi Teknik Gigi Universitas Hasanudin (Program Diploma
Teknik Gigi) Makasar
0
1
2
3
4
5
6
Sumatera Jawa Bali, Nusa Tenggara Kalimantan Sulawesi Maluku, Papua
4
6
0 0
1
0
Draft
Diundu
h dari
www.hp
eq.di
kti.go
.id
31
Pada tabel II.29. jumlah penerimaan mahasiswa baru Tekniker Gigi pada tahun 2011
sangat bervariasi di setiap daerahnya. Total penerimaan mahasiswa baru mencapai 219 orang.
Dari data ini diketahui bahwa peminat untuk masuk dan menjadi Tekniker Gigi cukup tinggi.
Jumlah lulusan juga ditampilkan dalam tabel II.29, pada tahun 2011 berjumlah 172
orang Tekniker Gigi bisa bekerja di pemerintah menjadi pegawai negeri, dapat juga bekerja
mandiri. Meskipun demikian tetap saja pemerintah haus merencanakan dan membuat pogram
untuk menyerap lulusan tenaga kerja Tekniker Gigi.
Tabel II.29. Jumlah penerimaan dan lulusan Institusi Pendidikan Tekniker Gigi
No Nama Jumlah
Penerimaan
Jumlah
Lulusan
1 Jurusan Teknik Gigi Poltekkes Kemenkes RI Jakarta II 70 34
2 Jurusan Teknik Gigi Poltekkes Kemenkes Lampung 31 24
3 Akademik Teknik Gigi Hang Tuah Ladokgi RE
Martadinata Jakarta
9 8
4 Prog. Studi Diploma III Teknik Gigi STIKES HANG
TUAH Pekan Baru
23 22
5 Akademik Teknik Gigi Padang - Sumatera Barat 11 21
6 Akademik Teknik Gigi Kediri 5 2
7 Kesehatan Gigi UNAIR Surabaya 45 40
8 Akademi Teknik Gigi Universitas Prof.Dr.Moestopo
9 Sekolah Teknik Kedokteran Gigi Universitas Airlangga 25 21
10 Akademi Teknik Gigi Universitas Hasanudin
11 Akademi Teknik Gigi St. Aloan
219 172
II.13. Sebaran Dokter Gigi Dan Dokter Gigi Spesialis
Status kedokteran gigi sebagai suatu profesi tersendiri, yakni Dental Profession
bagian dari Health-profession, telah mendapat pengakuan umum dan tidak dapat diganggu
gugat lagi. Jumlah dokter gigi yang pada permulaan kemerdekaan hanya terdiri dari lebih
kurang 200 orang, sekarang telah bertambah menjadi lebih dari 20.000 orang.
Data Konsil Kedokteran Gigi Indonesia (KKI) per akhir Desember 2010
menunjukkan bahwa jumlah dokter gigi sebanyak 20.655 dokter gigi dan 1592 dokter gigi
spesialis. Pada saat ini masih terdapat ketimpangan penyebaran dokter gigi, dimana sebagian
besar berada di kota besar khususnya di Pulau Jawa.
Lebih rinci, berdasarkan data dari KKI, distribusi dokter gigi terbanyak adalah di
Pulau Jawa dan Bali serta di Provinsi Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan.
Draft
Diundu
h dari
www.hp
eq.di
kti.go
.id
32
Grafik II.3 Persebaran Dokter Gigi per Provinsi pada Tahun 2010
(sumber: Konsil Kedokteran Gigi Indonesia 2011)
Menurut Indikator Indonesia Sehat (2010), rasio penduduk dengan dokter gigi per
100.000 penduduk adalah 11 dokter gigi, atau idealnya adalah 9090 : 1. Dengan asumsi
jumlah penduduk Indonesia saat ini 238 juta dan jumlah dokter gigi yang ada sebanyak
20.658 orang, maka rasio saat ini adalah 11.521 : 1.
Jika jumlah penduduk saat ini ada 238 juta, masih ada kekurangan dokter gigi 5.525
dokter gigi. Dengan mempertimbangkan hasil kelulusan uji kompetensi dokter gigi dan
penerbitan STR, rata-rata lulusan dokter gigi per tahun 1.250 orang, maka kebutuhan baru
akan tercukupi dalam 4,5 tahun, akan tetapi hal ini tidak menjamin meratanya pelayanan
kesehatan gigi bagi seluruh rakyat Indonesia karena masalah distribusi/ penyebaran lulusan
dokter gigi yang tidak merata.
Mengacu pada grafik persebaran dokter gigi di atas, terlihat bahwa untuk daerah
Indonesia bagian timur dan sebagian daerah Indonesia bagian barat sangat kekurangan dokter
gigi. Dengan kata lain diperlukan pengaturan distribusi untuk daerah-daerah yang
persebarannya masih belum memenuhi rasio ideal. Terkait dengan hal ini maka pertimbangan
untuk pendirian Institusi Pendidikan Kedokteran Gigi harus disesuaikan dengan pola
kebutuhan daerah yang kekurangan.
159
1347
500427149239
1429
24655 122
4630
3187
1359
767
3324
1070
634
140 95 145 70 148331
75 68
1001
80 27 26 39 20 22 81
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
4000
4500
5000N
AD
SUM
UT
SUM
BA
R
RIA
U
JAM
BI
SUM
SEL
BEN
GK
ULU
LAM
PU
NG
BA
BEL
KEP
RI
DK
I
JAB
AR
JATE
NG
DIY
JATI
M
BA
NTE
N
BA
LI
NTB
NTT
KA
LBA
R
KA
LTEN
G
KA
LSEL
KA
LTIM
SULU
T
SULT
ENG
SULS
EL
SULT
RA
GO
RO
NTA
LO
SULB
AR
MA
LUK
U
MA
LUT
PA
BA
R
PA
PU
A
Jumlah : 20.655 Orang Dokter Gigi
Draft
Diundu
h dari
www.hp
eq.di
kti.go
.id
33
Data Depkes menyatakan bahwa jumlah puskesmas yang ada kurang lebih sebanyak
7.236 unit, sedangkan puskesmas dengan pelayanan kesehatan gigi dan mulut ada sebanyak
5.427 unit. Data ini memperlihatkan adanya kekurangan sarana kesehatan gigi dalam rangka
untuk melayani masyarakat serta mendukung peningkatan derajat kesehatan gigi
masyarakat.(....................)
Rasio dokter gigi terhadap jumlah puskesmas saat ini adalah 1 : 3, artinya setiap 1
tenaga dokter gigi harus melayani 3 puskesmas. Sesuai konsep wilayah kerja puskesmas serta
keadaan demografi wilayah di Indonesia yang relatif sulit dijangkau maka tidak
dimungkinkan 1 orang dokter gigi dapat melakukan tugasnya dengan baik untuk 3 puskesmas
sekaligus. Hal ini berakibat pada mutu pelayanan dan efektifitas pelayanan yang selanjutnya
akan berpengaruh pada pencapaian keberhasilan upaya peningkatan derajat kesehatan
masyarakat. ( data Depkes)
Rasio ini masih kurang bila dibandingkan dengan rasio ideal, setiap puskesmas
disarankan setidaknya terdapat seorang dokter gigi. Rasio dokter gigi per puskesmas penting
untuk menjadi acuan, untuk melihat sejauh mana fasilitas kesehatan yang menjadi ujung
tombak pembangunan kesehatan masyarakat dapat berfungsi dengan baik. Secara umum
dapat dilihat bahwa daerah dengan rasio lebih rendah dari satu menunjukkan jumlah dokter
gigi lebih kecil dari jumlah puskesmas, artinya banyak puskesmas yang tidak memiliki tenaga
dokter gigi. Saat ini diperkirakan 75% Puskesmas tidak memiliki tenaga dokter gigi terutama
di daerah sulit
Yang perlu menjadi perhatian adalah daerah-daerah dengan rasio dokter gigi per
puskesmas yang kecil dan akses yang sulit, seperti di Indonesia bagian Timur antara lain
Maluku dan Papua. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat mengalami kesulitan untuk
mengakses fasilitas kesehatan. Kalaupun pada akhirnya masyarakat dapat mengakses
fasilitas kesehatan, dalam hal ini puskesmas, pelayanan yang diterima belum memuaskan
karena ketiadaan dokter gigi.
Saat ini tidak ada peraturan perundang-undangan tentang wajib kerja bagi dokter dan
dokter spesialis. Pertanyaan selanjutnya adalah perihal lahan pekerjaan para lulusan dokter
gigi yang efektif untuk melayanai kantung-kantung masayarakat yang jauh dari akses
pelayanan kesehatan gigi. Perlu dicermati kendala apa yang menyebabkan enggan untuk
mengabdi didaerah terpencil, perbatasan dan kepulauan. Apakah kendala tersebut terkait
masalah insentif/kompensasi, ataukah terkait dengan masalah kurikulum yang tidak
menyiapkan sikap, motivasi dan kesiapan mental peserta didik agar bersedia untuk bekerja
di daerah yang sulit.
Draft
Diundu
h dari
www.hp
eq.di
kti.go
.id
34
Grafik II.4 Distribusi Dokter Gigi Spesialis di Indonesia berdasarkan spesialisasinya
(KKI 2010)
Jumlah Dokter Gigi Spesialis di Indonesia adalah sebanyak 1.592 orang (data KKI per
31 Desember 2010). Spesialis terbanyak adalah bidang Ortodonti diikuti oleh spesialis
Konservasi, spesialis Bedah Mulut dan Maksilofasial, spesialis Prostodonti, spesialis
Kedokteran Gigi Anak, spesialis Periodonti, spesialis Penyakit Mulut dan spesialis Radiologi
Kedokteran Gigi. Idealnya rasio dokter gigi spesialis adalah 1 dokter gigi spesialis untuk
16.667 penduduk, dengan jumlah penduduk sebanyak 238 juta maka rasio dokter gigi
spesialis saat ini adalah 1: 16.667. dengan demikain kekurangan dokter gigi spesialis adalah
12.688 orang. Jika pendidikan dokter gigi spesialis masih menghasilkan sekitar 200 orang
pertahun, maka kebutuhan dokter gigi spesialis baru bisa dicukupi setelah 63 tahun
mendatang.
Terlihat jelas disini bahwa jumlah dan kualitas dokter spesialis harus ditingkatkan.
Peningkatan jumlah dokter spesialis dari segi kuantitas terutama ditujukan untuk mengatasi
distribusinya yang tidak merata, karena dokter gigi spesialis hampir 92% berkonsentrasi di
pulau Jawa, sedangkan peningkatan dari segi kualitas ditujukan untuk meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan di berbagai daerah.
Pembiayaan pendidikan spesialis cukup mahal, selama ini konstribusi pemerintah dalam
pembiayaan pendidikan spesialis sangat kecil, sehingga pendidikan spesialis sebagian besar
dananya masih mengandalkan PNBP. Saat ini bidang kedokteran gigi baru hanya satu
spesialisasi yang pembiayaan pesertanya dibantu oleh Kementrian Kesehatan yaitu
spesialisasi Bedah Mulut. Diharapkan untuk tahun-ahun selanjutnya, bidang spesialisasi
11 318 6 2 4 2 3 3 5
546
280
67
120
355
6518 3 0 3 2 2 12 4 1
261 0 0 1 1 0 1
0
100
200
300
400
500
600N
AD
SUM
UT
SUM
BA
R
RIA
U
JAM
BI
SUM
SEL
BEN
GK
ULU
LAM
PU
NG
BA
BEL
KEP
RI
DK
I
JAB
AR
JATE
NG
DIY
JATI
M
BA
NTE
N
BA
LI
NTB
NTT
KA
LBA
R
KA
LTEN
G
KA
LSEL
KA
LTIM
SULU
T
SULT
ENG
SULS
EL
SULT
RA
GO
RO
TL
SULB
AR
MA
LUK
U
MA
LUT
PA
BA
R
PA
PU
A
Jumlah: 1.592 orang drg. Sp.
Draft
Diundu
h dari
www.hp
eq.di
kti.go
.id
35
lainnya dapat diikut sertakan dalam program pembiayaan oleh Kementrian Kesehatan,
mengingat persyaratan rumah sakit sudah mencantumkan
II.14. Uji Kompetensi (dari standar kompetensi KKI)
Monitoring mempunyai makna mengawasi apa yang sedang terjadi (to get in touch
with what is going on) atau menjaga agar kemajuan suatu program berjalan pada jalurnya dan
sesuai perencanaan (to keep track of the progresses and keep plan on track). Dengan
demikian kegiatan monitoring seharusnya dilakukan oleh pihak eksekutif pengelola
pendidikan karena dilakukan pada saat proses pendidikan. Pada pelaksanaan mewujudkan
standar kompetensi, karena berkaitan dengan kurikulum maka kegiatan monitoring dan
evaluasi ini berada dibawah tanggung jawab Dekan dan Wakil Dekan Bidang Akademik.
Dalam upaya memenuhi Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
(UUPK), setiap dokter gigi yang lulus harus mempunyai sertifikat kompetensi, oleh karena
itu setelah lulus pendidikan formal kedokteran gigi, setiap lulusan harus melalui suatu uji
kompetensi yang dilakukan oleh Bersama Uji Kompetensi Dokter Gigi Indonesia
(KBUKGDI). Uji Kompetensi ini merupakan evaluasi terhadap hasil pendidikan yaitu lulusan
yang akan dilaksanakan Kolegium melalui uji kompetensi dalam rangka memperoleh
Sertifikat Kompetensi. Materi ujian disusun bersama oleh tim terpadu dibawah koordinasi
dan pengawasan Kolegium. Selain itu evaluasi kurikulum yang menggunakan standar
kompetensi ini, akan dilakukan bersama oleh Konsil Kedokteran Indonesia, Badan Akreditasi
Nasional Perguruan Tinggi beserta Kolegium pada saat akreditasi pendidikan profesi di
masing-masing institusi pendidikan. Dalam UUPK tersebut juga dinyatakan bahwa sertifikat
kompetensi (dokter) adalah surat tanda pengakuan terhadap kemampuan seorang dokter
untuk menjalankan praktik kedokteran di seluruh Indonesia. Sertifikat kompetensi
dikeluarkan oleh kolegium yang bersangkutan yang selanjutnya dapat memperoleh Surat
Tanda Registrasi (STR) yang dikeluarkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia. (KKI).
Para stakeholders dan masyarakat juga diharapkan dapat memonitor dan memberikan umpan
balik berdasarkan fenomena yang terjadi di lapangan. Mekanisme dan tata laksana
monitoring dan evaluasi akan disusun dalam pedoman tersendiri. Uji Kompetensi yan
dilaksanakan oleh UKGDI dilakukan sejak tahun 2007. Sampai saat ini (Desemeber 2011)
sudah dilakukan sebanyak 14 kali.
Hasil uji kompetensi 2010 dan 2011 ditampilkan dalam tabel II.30 di bawah ini.
Hasil uji kompetensi 2010 diikuti oleh 10 Fakultas yang telah meluluskan dokter gigi dan
Draft
Diundu
h dari
www.hp
eq.di
kti.go
.id
36
hasil Indikator Kunci kinerja Key Performence Index mencapai 80,665 %, sedangkan pada
tahun 2011 diikuti oleh 13 Fakultas (table II.31) yang telah meluluskan dokter gigi dan Key
Performence Index mencapai mengalami kenaikan mencapai 85.25 %. Hal ini berarti usaha
pelatihan yang dilakukan oleh tim UKGDI dan Afdokgi membawa hasil yang memuaskan
Tabel II.30 Hasil Uji Kompentensi Dokter Gigi Indonesia Lulusan Baru First Taker
dalam % Tahun 2010
No FKG/PSKG Januari
2010
April
2010
Juli
2010
Oktober
2010 Jumlah Total %
Universitas Jml L Jml L Jml L Jml L Peserta Lulusan
1 Sumatra Utara 25 21 29 24 49 45 47 41 150 131 87,33
2 Baiturrahmah 62 40 58 33 27 13 64 26 211 112 53,08
3 Indonesia 30 29 35 33 29 21 29 25 123 108 87,80
4 Trisakti 107 90 88 63 42 40 87 63 324 256 79,01
5 Moestopo (B) 38 34 46 34 28 22 82 51 194 141 72,68
6 Padjadjaran 44 43 43 32 56 55 55 50 198 180 90,91
7 Gajah Mada 34 34 35 35 36 29 60 52 165 150 90,91
8 Jember 48 47 68 41 37 26 21 21 174 135 77,59
9 Hasanuddin 62 55 39 27 35 35 21 10 157 127 80,89
10 Mahasaraswati 19 17 60 48 38 34 97 86 214 185 86,45
Jumlah 1910 1525 80,66
Keterangan: - Jml. : jumlah peserta uji kompetensi, - L : jumlah peserta yang lulus.
Tabel II.31. Hasil uji kompentensi Dokter Gigi Indonesia Lulusan Baru First Taker dalam
% Tahun 2011
No FKG/PSKG Januari
2011
April
2011
Juli
2011
Oktober
2011 Jumlah Total
Universitas Jml L Jml L Jml L Jml L Peserta Lulusan %
1 Sumatra Utara 40 35 36 30 52 46 50 48 178 159 89.33
2 Baiturrahmah 54 52 1 1 27 9 16 14 98 78 79.59
3 Indonesia 24 24 20 19 20 17 - - 64 60 93.75
4 Trisakti 83 66 135 115 102 75 34 26 354 282 79.66
5 Moestopo(B) 58 44 52 34 40 22 31 17 181 117 64.64
6 Padjadjaran 41 40 34 31 26 22 41 36 142 129 90.85
Draft
Diundu
h dari
www.hp
eq.di
kti.go
.id
37
7 Gajah Mada 54 49 41 39 - - 59 58 154 146 94.81
8 Airlangga - - 47 42 - - 111 107 158 149 94.30
9 Hang Tuah 18 16 19 17 14 13 10 5 61 51 83.61
10 Jember 26 25 20 20 20 18 25 24 91 87 95.60
11 Hasanuddin 44 35 45 37 82 55 68 56 239 183 76.57
12 Mahasaraswati 53 45 - - 45 24 - - 98 69 70.41
13 Muhammadi-
yah Yogya - - - - 27 26 10 10 37 36 97.30
Jumlah 495 431 450 385 455 327
1400 1143 85.25
Keterangan: - Jml. : jumlah peserta uji kompetensi, - L : jumlah peserta yang lulus.
Perbandingan hasil kelulusan Uji kompetensi 2010-2011 per fakultas dengan
ditampilkan dalam grafik II.5 dibawah ini. Beberapa fakultas mengalami kenaikan yang
cukup pesat sedangkan beberapa fakultas mengalami penurunan hasil ujian.
Draft
Diundu
h dari
www.hp
eq.di
kti.go
.id
38
Grafik II.5 Perbandingan Hasil Uji Kompentensi Dokter Gigi Indonesia Lulusan Baru
First Taker dalam % Tahun 2020/ 2011
Hasil analisis uji kompetensi sejak tahun 2007 dapat dilihat pada grafik II.6 di bawah
ini. Hasil kelulusan uji kompetensi tahun 2007 dan tahun 2008 cukup tinggi di atas 90 %.
Pada tahun 2008 dilaksanakan program HPEQ oleh Dikti dimana diajarkan cara-cara
pembuatan soal, dll, hasilnya ujian pada tahun 2008 mengalami penurunan yang cukup tajam
menjadi 78,41%. Setelah fakultas dan Prodi melakukan pelatihan dengan panduan oleh tim
UKGDI, HPEQ, UKDGI dan AFDOKGI terjadi kenaikan yang cukup bermakna pada tahun
2010 dan tahun 2011. Hal ini berarti pelatihan-pelatihan ini membawa hasil yang
memuaskan.
Grafik II.6 Hasil Kelulusan Uji Kompetensi
0,0010,0020,0030,0040,0050,0060,0070,0080,0090,00
100,0087,33
53,08
87,80
79,0172,68
90,91 90,91
77,5980,89
86,4589,33
79,59
93,75
79,66
64,64
90,8594,8194,3
83,61
95.60
76,5770,41
97,3
60,00%
80,00%
100,00%
2007 2008 2009 2010 2011
93,99% 90,58%78,41% 80,67% 85,25%
Draft
Diundu
h dari
www.hp
eq.di
kti.go
.id
39
DAFTAR ACUAN
1. Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi: Pedoman Penilaian Instrumen Akreditasi,
Buku V. Jakarta, 2009.
2. Jain M et al. Dental teaching clinic in India: perception of dental students and teachers.
J.Int Oral Health, 2009; 1:33-46
3. http://en.wikipedia.org/wiki/Baltimore_College_of_Dental_Surgery
4. http://en.wikipedia.org /wiki/Pierre_Fauchard
5. Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan. DepKes RI, 2009
6. Pedoman Penerapan Cabang Ilmu Kedokteran Gigi, KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA, 2009
7. Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan dokter gigi Indonesia Berbasis Kompetensi,
AFDOKGI, 2007, diterbitkan KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA tahun 2009
8. Prof Hardiyanto, PENDIDIKAN KEDOKTERAN Permasalahan dan Usulan Solusi,
paparan di DPR 4 Febr 2011
9. Prof SMK Soerono Akbar, Mengawal Perkembangan Kedokteran Gigi Indonesia, ed.1,
2005
10. Richard A. Glenner, D.D.S. HOW IT EVOLVED: Connections Dentistry and Medicine
diunduh dari: http://www.fauchard.org/history/articles/jdh/v49n2_July01/connections_
dentistry_49_2.html0
11. Schwenk TL: Clinical Teaching. Center for Research on Leraning and Teaching,
Occasional Paper No1, University of Michigan, 1987.
12. Konsil Kedokteran Indonesia. Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia nomor
22/KKI/KEP/XI/2006 tentang Pengesahan Standar Kompetensi Dokter Gigi . 2006
13. Konsil Kedokteran Indonesia. Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia nomor
23/KKI/Kep/XI/2006 tentang Pengesahan Standar Profesi Dokter Gigi . 2006
14. Standar Kompetensi Profesi Drg, KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA, 2006
15. Standar Kompetensi Profesi Drg Sp, KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA, 2008
16. Standar Pendidikan Profesi Dokter Gigi. Kep KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA
nomor 22/KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA/KEP/XI/2006. Lamp 2. Standar dan
Kriteria RSGMP
17. Standar Pendidikan Profesi Dokter Gigi Spesialis, KONSIL KEDOKTERAN
INDONESIA, 2007.
18. Eky S. Soeria soemantri (editor). Menjangkau Masa Depan – Kumpulan Tulisan Prof.
R.G. Soeria Soemantri dalam Perkembangan Ilmu dan Profesi Kedokteran Gigi-20002011
19. Persatuan Perawat gigi Indonesia. (ppgi.wordpress.com). 2011.
20. Forum Teknik Gigi Poltekes (teknikgigi.forumid.net/forum). 2011
21. Naskah Akademik Kajian Kebutuhan Masyarakat Akan Pelayanan Kesehatan Gigi
Sebagai Dasar Pertimbangan Revisi Standar Pendidikan-Standar Kompetensi Dokter
Gigi. HPEQ-DIKTI-AFDOKGI. 2011
22. Naskah Akademik Revisi Standar Kompetensi Dokter Gigi Indonesia. HPEQ-DIKTI-
AFDOKGI. 2011
Draft
Diundu
h dari
www.hp
eq.di
kti.go
.id
40
23. Naskah Akademik Revisi Standar Pendidikan Dokter Gigi Indonesia. HPEQ-DIKTI-
AFDOKGI. 2011
24. Naskah Akademik Rumah Sakit Gigi Dan Mulut Pendidikan (RSGMP). HPEQ-DIKTI-
AFDOKGI. 2011
25. Hasil Survei Pemetaan Institusi Pendidikan Kedokteran Gigi, Rumh Sakit Gigi Dan
Mulut (RSGM), dan Jejaring Rumah Sakit/Puskesmas. HPEQ-DIKTI-AFDOKGI.
2011
Draft
Diundu
h dari
www.hp
eq.di
kti.go
.id
top related