2. landasan dan identifikasi data 2.1 tinjauan tentang
Post on 16-Oct-2021
5 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Universitas Kristen Petra
9
2. LANDASAN DAN IDENTIFIKASI DATA
2.1 Tinjauan Tentang Kota Malang
2.1.1 Sejarah Kota Malang
Malang merupakan kota terbesar kedua di Provinsi Jawa Timur dan memiliki
nilai historis yang tinggi. Kota Malang mulai berkembang pada saat zaman kolonial
Belanda. Pada zaman itu, fasilitas umum yang dimiliki oleh kota Malang dengan
sengaja direncanakan dengan maksimal untuk memenuhi kebutuhan keluarga
Belanda yang berada di Tengah kota Malang. Sedangkan untuk masyarakat pribumi
hanya diberikan fasilitas yang sangat minim yang terletak di daerah pinggiran. Hal
tersebut pada saat ini dapat dibuktikan dengan keberadaan Jalan Ijen yang kini
merupakan kawasan elit kota Malang.
Gambar 2.1.1 Malang Tempoe Doeloe
Sumber: (http://halomalang.com/serba-serbi/sejarah-kota-malang)
Sebelum masa Kolonial Belanda, Malang merupakan sebuah daerah yang
berbentuk seperti kerajaan, yang pada zaman itu dipimpin oleh Raja Gajayana dan
memiliki pusat pemerintahan di Dinoyo. Kemudian pada tahun 1767, Kompeni mulai
memasuki kota Malang dan pada tahun 1821 kedudukan Pemerintah Belanda
dipusatkan di sekitar Kali Brantas. Selang dua tahun tepatnya pada tahun 1823,
Malang memiliki Asisten Residen. Dan Pada tahun 1882, terjadi perombakan yang
terjadi di sekitar Alun-Alun Kota Malang. Alun-Alun Kota Malang dibangun dan di
bagian barat banyak rumah-rumah yang didirikan.
Pada tanggal 1 April 1914, Malang telah ditetapkan sebagai Kotapraja. Hal
ini terjadi ketika Jepang masih belum menduduki Kota Malang pada 8 Maret 1992.
Universitas Kristen Petra
10
Barulah kemudian pemuda bangsa berhasil merebut kemerdkaan. Pada tanggal 21
September 1945, Kota Malang akhirnya masuk ke Wilayah Republik Indonesia.
Tetapi keberhasilan tersebut tidak bertahan lama, tepat pada tanggal 22 Juli 1947
Belanda kembali menduduki Kota Malang. Tetapi pada akhirnya, kekuasaan tersebut
dapat direbut kembali oleh pemuda bangsa dan tepat pada tanggal 1 Januari 2001
setelah melalui proses yang panjang, Kota Malang secara resmi menjadi kota yang
ada di wilayah Pemerintahan Republik Indonesia.
Pada sekitar tahun 1987, perkembangan Kota Malang mulai terlihat sangat
pesat. Hal ini ditandai saat kereta api sudah mulai beroperasi di Kota Malang. Mulai
saat itulah, kebutuhan masyarakat Kota Malang mulai meningkat. Dan seiring
dengan perkembangan zaman, perubahan tata guna tanah di Kota malang juga
semakin meningkat, berbagai kegiatan untuk meningkatkan kemajuan pun semakin
marak. Hal ini dapat terlihat dari perubahan fungsi yang terjadi pada lahan pertanian
yang kemudian mulai berubah menjadi kawasan perumahan dan industri. Dan
sampai saat ini kota Malang terus berkembang pesat dan memiliki penduduk yang
cukup padat.
2.1.2 Sosial Budaya Kota Malang
Seperti halnya dengan kota-kota lainnya, kota Malang juga memiliki
kekayaan budaya, etnis, dan tradisi-tradisi. Kekayaan budaya dan etnis ini
berpengaruh terhadap kesenian tradisional yang ada. Salah satunya kesenian
tradisional yang terkenal di kota Malang yaitu Wayang Topeng Malangan (Topeng
Malang) dan Seni Tari Beskalan Putri. Namun dengan seiring perkembangan zaman,
kekayaan budaya ini semakin terkikis oleh kesenian modern. Selain kesenian
tradisionalnya, kota Malang juga memiliki tempat yang digunakan sebagai sarana
apresiasi budaya Jawa Timur yaitu Taman Krida Budaya Jawa Timur. Tempat ini
merupakan sarana bagi masyarakat kota Malang untuk mempertunjukkan aneka
budaya khas Jawa Timur seperti Ludruk, Ketoprak, Wayang Orang, Wayang Kulit,
Reog, Kuda Lumping, Sendratari, dan Kesenian Bantengan.
Selain dari bidang keseniannya, kota Malang juga memiliki festival tahunan
yang menjadi acara ikon kota. Acara ini merupakan acara yang diadakan setiap
tahun. Beberapa festival kota tahunan tersebut antara lain Festival Malang Kembali,
Universitas Kristen Petra
11
Karnaval Bunga, dan Karnaval Lampion. Festival Malang Kembali diadakan untuk
memperingati HUT Kota Malang, biasanya acara ini digelar pada tanggal 21 Mei.
Festival ini dikonsep dengan mengusung situasi kota pada masa lalu, mengubah
suasana jalan-jalan pusat utama kota Malang seperti Jalan Ijen, Jalan Semeru, Jalan
Wilis menjadi suasana pada lampau. Acara ini diadakan selama kurang lebih 3
hingga 4 hari. Sedangkan untuk acara Karnaval Bunga, dan Karnaval Lampion
biasanya diadakan untuk merayakan hari raya imlek.
2.2 Tinjauan Tentang Tari Beskalan Putri
2.2.1 Sejarah Tari Beskalan Putri
Berdasarkan wawancara dengan Bapak Yongki Irawan, selaku staf Dewan
Kesenian Malang menjelaskan tentang sejarah Tari Beskalan Putri. merupakan salah
satu tari tradisional yang dimiliki oleh kota Malang. Tarian ini dianggap sebagai
bentuk tari yang yang muncul pertama kali atau tari tertua. Tarian ini bermula sekitar
tahun 1920-an, di mana pada saat itu lahir seorang penari legendaris Beskalan yaitu
Miskayah. Ia berasal dari Desa Ngadirekso, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten
Malang.
Cerita awal dari Tari Beskalan Putri ini bermula, pada saat Miskayah atau
yang sebelumnya bernama Sukanti ini masih berusia belasan tahun, ia sudah bekerja
menjadi tandak pada Andong atau yang disebut juga dengan penari jalanan. Pada
suatu ketika, Sukanti tidak dapat menjalankan pekerjaannya sebagai penari karena
sakit yang tidak diketahui sebabnya. Dalam keadaan sakit tersebut, Sukanti bermimpi
bertemu dengan seorang putri dari kerajaan Mataram yang bernama Proboretno yang
sedang mencari kekasihnya bernama Baswara. Baswara merupakan seorang pemuda
yang berasal dari Cirebon. Pencarian itu sudah dilakukan sebelum Proboretno
meninggal. Dalam mimpinya, Proboretno berpesan kepada Sukanti, yaitu : “Sukanti,
marilah ikut aku, kamu akan sembuh dari sakitmu dan akan aku ajarkan menari.
Tetapi kamu harus membantu aku mencari pemuda yang bernama Baswara”.
Seketika itu pula Sukanti terbangun dan langsung menari dan Sukanti meminta
tariannya diiringi dengan kendangan. Dan setelah Sukanto terbangun dan menarikan
tarian tersebut, seketika itu pula Sukanti yang awalnya sakit tanpa diketahui
sebabnya sembuh. Biasanya orang desa memiliki kebiasaan yang sangat taat untuk
Universitas Kristen Petra
12
memenuhi nazar. Dan dengan kejadian ini, akhirnya mereka memenuhi nazarnya
dengan cara mengganti nama Sukanti menjadi Miskayah.
Pada semasa hidupnya, Miskayah adalah seorang penari Andong yang cukup
terkenal. Miskaya juga menceritakan bahwa tarian yang dilakukan ketika Ia terserang
sakit yang tidak diketahui sebabnya itu adalah Tari Beskalan Putri. Tari Beskalan
Putri ini merupakan tarian yang menjadi awal atau sumber perkembangan tari Tayub
dan juga tari Remo Putri di Malang.
Selanjutnya Bapak Yongki Irawan pada blog resminya yaitu
http://www.lintasbudayakotamalang.blogspot.com memaparkan bahwa Tari
Beskalan Putri ini memiliki keistimewaan yaitu tarian ini tetap digunakan oleh
masyarakat sebagai tarian pembuka pada sebuah acara. Hal ini sudah terjadi sejak
Tari Beskalan Putri ini pertama kali muncul dan masih dilakukan hingga sekarang.
Pada zaman dulu, tarian ini digunakan untuk mengawali sebuah ritual khusus. Ritual
tersebut sebagai bentuk penghormatan roh leluhur yaitu Dewi Sri. Dewi Sri
dipercaya sebagai Dewi Kesuburan ketika akan menanam padi. Tetapi dengan
seiring berjalannya waktu, Tari Beskalan Putri tidak lagi digunakan sebagai tarian
ritual kepada leluhur melainkan digunakan sebagai tarian pembuka pada acara
pernikahan atau penyambutan tamu-tamu. Tari Beskalan Putri ini merupakan sebuah
tarian yang menggambarkan adanya seorang putri yang sedang berhias untuk
mempercantik dirinya.
Tari Beskalan Putri ini kemudian diteliti dan populerkan kembali oleh Alm.
A. Munardi. Beliau merupakan seorang koreografer yang berasal dari Yogyakarta
yang bermukim di Kota Surabaya. Tarian ini dipopulerkan kembali oleh beliau
melalui Konsevatori Karawitan Indonesia Surabaya (Sekolah Menengah karawitan
Indonesia di Surabaya). Kemudian gerakan dari koreografi Tarian Beskalan Putri ini
disusun dan disempurnakan kembali oleh Bapak Chattam AR (Ensiklopedi Seni
Musik dan Seni Tari Daerah Jawa Timur).
Tari Beskalan ini juga pernah mendapatkan pengakuan dari Belanda.
Diceritakan pada saat jaman Kolonial Belanda, pada saat itu terdapat 4 orang penari
Beskalan Putri yang sedang menarikan tarian ini, dan di saat yang sama terdapat
Kolonial Belanda yang memperhatikan dan tertarik dengan tarian ini. Dan pada
beberapa waktu kemudian, Kolonial Belanda memberikan surat atas apresiasi
Universitas Kristen Petra
13
terhadap Tari Beskalan Putri.
Gambar 2.2.1 Surat Apresiasi Kolonial Belanda
(Sumber: Yongki Irawan)
2.2.2 Fungsi Tari Beskalan Putri
Pada awalnya, Tari Beskalan Putri merupakan sebuah bentuk tarian ritual
khususnya ritual ritus tanah yang berhubungan dengan kesuburan tanah. Ritual ritus
tanah ini biasanya dilakukan ketika ada masyarakat yang baru membuka lahan atau
mendirikan bangunan-bangunan besar yang baru. Pengharapan ritus tanah ini
dimaksudkan sebagai bentuk penghormatan kepada manivestasi tanah yang telah
memberikan rejeki melimpah.
Sebelum Tari Beskalan Putri dipertunjukkan, terdapat beberapa tahap yang
harus dilewati sebagai bentuk ritual. Pada saat mengawali penggalian tanah selalu
diadakan upacara penanaman tumbal yang biasanya berupa kepala kerbau sebagai
kurban. Pada saat itu diselenggarakan juga pertunjukkan Tayub yang diawali dengan
mempertunjukkan Tari Beskalan Putri. Beskalan dianggap sebagai simbol yang
memiliki makna yang sama dengan Cok Bakal (sesajen) yang artinya simbol dari
segala kehidupan.
Tetapi dengan berkembangnya zaman, fungsi Tari Beskalan Putri ini sudah
tidak digunakan sebagai tarian ritual. Melainkan digunakan sebagai tarian untuk
menyambut tamu atau acara-acara kebudayaan. (Wawancara dengan Yongki Irawan
pada tanggal 4 Maret 2013).
Universitas Kristen Petra
14
2.2.3 Tata Rias dan Gaya Rambut
Tata Rias yang digunakan untuk Penari Beskalan Putri biasanya rias wajah
yang terlihat cantik, segar, dan cerah. Oleh karena itu, penggunaan warna-warna
pada rias wajah menggunakan warna-warna yang cerah tetapi tetap terlihat cantik
karena Tari Beskalan Putri sendiri merupakan tarian yang menggambarkan seorang
putri yang sedang berhias untuk mempercantik dirinya. Warna-warna segar yang
dimaksud misalnya warna merah pada bibir yang selalu digunakan oleh Penari
Beskalan Putri.
Selain tata rias wajah, adapun beberapa hal dari tatanan rambut yang harus
dimiliki oleh Penari Beskalan Putri, yaitu sunggar, sanggul, Cundhuk Menthul,
hiasan melati-melatian dan Bunga mawar. Cundhuk Menthul merupakan hiasan atau
aksesoris rambut yang digunakan pada bagian atas sanggul. Cundhuk Menthul yang
digunakan oleh Penari Beskalan Putri ini berjumlah 3 buah. Serta pada bagian atas
sanggul dimana cundhuk menthul tersebut diletakkan, terdapat aksesoris hiasan
melati-melatian. Hiasan lainnya juga terdapat bunga mawar atau Kembang Mekrok.
2.2.4 Kostum dan Perlengkapan
Kostum yang digunakan oleh penari Beskalan Putri ini jika kita lihat sangat
menggambarkan ciri khas busana dari Jawa Timur. Adapun beberapa hal yang
diperlukan untuk melengkapi busana Penari Beskalan Putri, yaitu:
- Kemben yang dipadu dengan ilat-ilatan
- Mekak Sabuk
- Sampur
- Rapek
Rapek terdiri dari 2 yaitu rapek depan dan rapek belakang.
- Celana Panji
Celana panji merupakan celana pendek yang digunakan sebelum rapek depan.
- Sampur
Sampur merupakan selendang yang juga merupakan ciri khas utama dari
tarian ini, karena tarian ini banyak memainkan selendang pada gerakannya.
- Pedang-pedangan
Universitas Kristen Petra
15
Pedang-pedangan terdiri dari 2 macam yaitu pedang-pedangan kanan dan kiri.
- Kaos kaki putih
- Gongseng
Semacam kerincing yang digunakan di kaki. Gongseng berfungsi sebagai
ritme gerakan saat kaki dihentakkan.
- Giwang (Anting)
- Kalung
- Gelang
2.2.5 Musik Pengiring
Tari Beskalan Putri awalnya hanya diiringi oleh alat musik sederhana yang
disebut jidor. Jidor merupakan sebuah alat pemukul yang terbuat dari bambu atau
kayu jati yang dipahat. Namun seiring dengan perkembangan zaman, jidor tidak lagi
digunakan sebagai alat musik pengiring Tari Beskalan Putri. Kini alat musik
pengiring Tari Beskalan Putri menggunakan gamelan Jawa yang digunakan lengkap
dengan Laras Slendro. Laras Slendro juga merupakan ciri khas alat musik gamelan
Jawa Timuran (Bambang Priatono).
2.2.6 Gerak Tari
Bapak Chattam AR yang merupakan penyusun dari gerakan Tari Beskalan
Putri membagi gerakan tersebut ke dalam 30 ragam gerakan. Pengambilan nama
dari tiap-tiap gerakan tersebut diambil secara spontanitas pada saat penyusunan
gerakan tanpa memiliki suatu arti khusus. Pengambilan nama hanya disesuaikan
dengan gerakannya. Berikut merupakan 30 ragam gerakan beserta rincian dari
gerakan tersebut, yaitu:
1. Gejug Gawang
2. Kebyok Walikan
3. Gejug-Singget
4. Persiapan Junjungan
5. Kebyok Kepat Sampur
6. Persiapan – Ongkekan - Walikan
7. Ukel Pakis – Ongkekan Walikan
Universitas Kristen Petra
16
8. Ngrawit – Seblak – Wiwir Sampur
9. Ngrawit Atas Bawah
10. Ceklekan Lombo Rangkep
11. Selut
12. Lawung – Walikan – Sekar Suwun
13. Singget Puketan – Singget Kebyokan
14. Persiapan Singget Puketan
15. Ayam Alas – Kebyokan - Mentang
16. Gejugan Keter
17. Gejugan Mundur
18. Lampah Telu
19. Persiapan – Pentangan Sampur
20. Kebyok – Labas - Kebyokan
21. Kebyok Walikan - Singget
22. Buka Bumi - Singget
23. Sembahan – Kebyok – Sirig Masuk
2.2.7 Beskalan Putri Sebagai Tarian Gaya Putri
Tari Beskalan Putri sendiri merupakan sebuah tarian gaya putri yang terdiri
dari beberapa rangkaian ragam. Rangkaian ragam-ragam tersebut disebut dengan
‘Solah’. Solah disusun dengan penghubung-penghubung gerak tertentu yang disebut
‘Sendi’. Artinya gerakan tariannya bersifat non representative. Terkadang, penari
Beskalan Putri juga ikut menyanyikan lagu-lagu daerah setempat. Lagu rakyat
tersebut dipentaskan dengan diiringi gending laras Slendro sesuai dengan daerah
setempat di mana tarian tersebut dipentaskan.
Tari Beskalan Putri ini merupakan landasan dasar dari tarian putri untuk gaya
Malangan. Tarian gaya Malangan tersebut, antara lain Dewi Sekartadji, Ragil
Kuning dan sejenisnya. Tari Beskalan Putri ini sempat mendapat pujian pada jaman
kolonial Belanda. Karena tarian ini dianggap memiliki nilai-nilai peradaban yang
sangat tinggi (Wawancara dengan Yongki Irawan pada tanggal 4 Maret 2013).
Universitas Kristen Petra
17
2.3 Tinjauan Literatur Tentang Buku
2.3.1 Tinjauan Buku
Menurut Ensiklopedia 223, secara luas buku mencakup semua tulisan dan
gambar yang ditulis dan dilukis atas segala macam lembaran papyrus, lontar,
perkamen, dan kertas dengan segala bentuknya; berupa gulungan, dilubangi, dan
diikat dengan atau dijild muka belakangnya dengan perbanyakan (multiplikasi) yang
paling popular dan awet. Buku memiliki perbedaan dengan majalah atau surat kabar
yaitu tanggal penerbitannya tidak terlalu mempengaruhi, karena sesuai dengan
fungsinya buku direncanakan untuk dibaca dengan tidak seberapa memperdulikan
kebaruannya.Oleh karena tersebut, buku merupakan alat komunikasi yang berjangka
panjang dan berpengaruh terhadap perkembangan kebudayaan manusia. Buku juga
sebagai alat pendidikan yang berpengaruh kepada anak-anak didik daripada sarana-
sarana yang lain, dengan adanya sistem perbanyakan modern sekarang harga tiap
eksemplar buku semakin murah, sehingga produksi semakin banyak dan masyarakat
semakin mudah untuk membeli alat komunikasi jangka panjang ini.
2.3.2 Sejarah dan Perkembangan Buku di Dunia
Pada masa lampau, untuk berkomunikasi manusia menyampaikan informasi,
cerita, ilmu pengatahuan, syair dilakukan secara lisan dari mulut ke mulut. Seiring
dengan kebutuhannya, semakin banyak informasi yang harus dihafalkan, sehingga
manusia tidak mampu lagi untuk menghafalkan semuanya. Bedasarkan alasan
tersebut, maka terpikirlah pemikiran untuk menuangkan informasi yang didapat ke
dalam tulisan yang pada saat itu disebut buku kuno. Buku kuno merupakan tulisan-
tulisan yang dituliskan di atas kepingan batu yang disebut prasasti atau dapat juga
merupakan tulisan yang dituliskan di atas kertas yang terbuat dari daun papyrus
(sejenis alang-alang yang banyak tumbuh di tepi Sungai Nil).
Bangsa Mesir merupakan bangsa pertama yang mengenal tulisan dan mereka
menyebut tulisan dengan sebutan hieroglif. Tulisan hieroglif ini pada awal mulanya
berbentuk binatang atau gambar-gambar yang dituliskan pada batu atau kertas
papyrus yang berbentuk gulungan.
Universitas Kristen Petra
18
Selain Mesir, terdapat juga bangsa lain yang menggunakan papyrus yaitu
bangsa Romawi. Gulungan Papyrus terpanjang terdapat di British Museum di
London yang mencapai 40,5 meter. Panjang gulungan papyrus yang mencapai
puluhan meter. menjadi hambatan masyarakat untuk menulis ataupun membaca
informasi-informasi yang dicatat. Oleh karena itu, gulungan-gulungan papyrus itu
akhirnya dipotong menjadi bagian-bagian kecil untuk memudahkan orang yang ingin
menulis dan membacanya (Ensiklopedia Umum 223).
Kesulitan menggunakan gulungan papyrus menimbulkan sebuah inovasi baru
pada zaman itu. Bedasarkan kebutuhan untuk sisi kemudahannya, maka awal Abad
Pertengahan gulungan Papyrus digantikan dengan lembaran kulit domba yang
terlipat dan dilapisi oleh kulit kayu yang keras yang diberi nama codex (Hidayati,
par.4).
Kata codex diambil dari bahasa Latin yang memiliki arti blok kayu. Blok
kayu ini nantinya pada bagian atasnya di dilapisi dengan lilin yang akhirnya
membentuk menjadi buku kuno. Pada zaman tersebut, codex disebut juga sebagai
kumpulan naskah kuno yang berisi tentang ajaran agama. Codex dianggap memiliki
kelebihan dibandingkan dengan papyrus, karena codex dapat dipakai ulang.
Pemakaian ulang tersebut dapat dilakukan dengan cara memanaskan lapisan lilinnya
hingga meleleh dan kosong. (Hidayati, par.5).
Sekitar abad ke-7, terdapat peralihan kembali yang membuat masyarakat
beralih menggunakan perkamen. Perkamen merupakan semacam kulit binatang
(domba, anak sapi, keledai) yang dimasak menjadi tipis dan licin. Perkamen yang
sudah ditulisi dengan tulisan tangan, dilipat dan disusun dalam bentuk buku seperti
sekarang. Harga perkamen pada saat itu tergolong sangat mahal, sehingga untuk
menghemat seringkali lembaran buku digosok sampai bersih dan kemudian ditulis
kembali.
Berbeda lagi dengan Negara Cina, di sana penulisan menggunakan sutra yang
kemudian ditemukan pembuatan kertas dari potongan-potongan kain. Pada abad ke-
14 pada zaman kebesaran Yunani dan Romawi, pembuatan kertas mulai dikenal yang
dan dibawa oleh orang Cina ke Eropa. Pada abad ke-15, mesin cetak pertama kali
ditemukan. Mesin cetak ini ditemukan oleh Gutenberg dan merupakan tahap
Universitas Kristen Petra
19
perkembangan selanjutnya. Sejak saat itu, perkembangan pembuatan buku
berkembang pesat hingga saat ini (Ensiklopedia Umum 223).
2.3.3 Perkembangan Buku di Indonesia
Pada saat kedatangan Belanda pada tahun 1956, percetakan di Indonesia
mulai berkembang. Perkembangan percetakan ini sangat erat hubungannya dengan
VOC. Pada tahun 1624, percetakan dikenalkan pertama kali di Hindia Belanda oleh
seorang misionaris Gereja Protestan Belanda dengan cara membeli sebuah mesin
cetak di Belanda untuk menerbitkan literatur Kristen yang diterbitkan dalam bahasa
daerah, untuk keperluan penginjilan. Tetapi dengan banyaknya keterbatasan pada
zaman tersebut, mesin cetak tersebut masih belum dapat begitu berfungsi secara
maksimal, karena kurangnta tenaga sebagai operator untuk menjalankannya.
Pada tahun 1776 dibawah pemerintahan VOC, L. Dominicus menerbitkan
surat kabar yang diberi nama Vendu News. Surat kabar ini merupakan surat kabar
yang pertama yang langsung berhubungan dengan masyarakat Indonesia. Medan
Prijaji yang merupakan surat kabar pertama yang terbit di Jakarta menjadi tanda
bahwa perkembangan percetakan di Indonesia mulai berkembang. Medan Prijaji
terbit pada tahun 1910 dan memiliki pabrik pabrik kertas pertama yang bernama N.
V. Papier Fabriek Padalarang yang memiliki kapasitas produksi 9 ton per hari.
Sejak saat itu, percetakan di Indonesia mulai berkembang pesat khususnya pada
tahun 1910 hingga 1949.
Pada zaman sekarang ini, percetakan di Indonesia sudah sangat berkembang.
Saat ini, percetakan besar di Indonesia mulai mengadopsi teknologi Computer to
Press berupa digital imaging (tanpa master) dan banyak menggunakan teknologi
digital printing. Dan juga banyak percetakan-percetakan di Indonesia juga sudah
melengkapi peralatannya tidak hanya dengan pre-press, tetapi sudah mulai
merambah ke post-press (proses finishing). Sehingga perkembangan percetakan di
Indonesia kini sudah tergolong sangat maju dan menjadi bisnis yang cukup
menjanjikan.
2.3.4 Jenis-jenis buku
Menurut jenisnya, buku dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu:
Universitas Kristen Petra
20
2.3.4.1 Kamus
Merupakan sejenis buku rujukan yang di dalamnya menjelaskan dan
menerangkan makna sebuah kata. Kamus memiliki fungsi untuk membantu
mengenalkan sebuah makna dan perkataan baru, sebagai pedoman sebutan,
dan juga etimologi (asal usul) suatu perkataan. Untuk memperjelas sebuah
makna, di dalam kamus juga dijelaskan melalui sebuah ilustrasi. Biasanya hal
ini digunakan di dalam kamus bahasa asing. (“Pengertian Kamus”, par.1)
2.3.4.2 Buku Panduan
Buku yang digunakan sebagai buku panduan untuk diri sendiri dengan
inoformasi yang diberikan di dalam buku.
2.3.4.3 Ensiklopedia
Buku yang berisi tentang penjelasan setiap cabang ilmu pengetahuan yang
disusun menurut abjad dan menurut kategori secara singkat dan padat.
2.3.4.4 Novel
Merupakan karya fiksi prosa dalam bentuk buku cerita yang disajikan secara
tertulis dan naratif. Kata novel berasal dari kata “Novella” yang diambil dari
bahasa Italia. Kata Novella memiliki arti yaitu sebuah kisah atau sepotong
berita. Novel memiliki ciri khas yang berbeda dari buku biasa lainnya.
Novelterdiri dari kurang lebih 40.000 kata, bersifat lebih kompleks dari
cerpen, tidak terbatasi keterbatasan structural dan metrical sandiwara atau
sajak. Secara umum, novel menceritakan tentang tokoh-tokoh dan sifat-
sifatnya dalam kehidupan sehari-hari. Novel bahasa Indonesia dibedakan
menurut roman, artinya roman pada alur cerita dibedakan menurut ceritanya
yang lebih kompleks dan jumlah pemeran beserta dengan tokoh ceritanya
yang banyak. (“Pengertian Novel”, par.1)
2.3.4.5 Majalah
Merupakan jenis buku yang penerbitannya dilakukan secara berkala dan
berisi bermacam-macam artikel dalam subjek yang bervariasi. Majalah
biasanya diterbitkan lebih sering dibandingkan dengan jenis buku yang lain.
Majalah biasanya diterbitkan secara mingguan, dwi mingguan (diterbitkan
dua minggu sekali), dan bulanan. Artikel pada majalah biasanya membahas
Universitas Kristen Petra
21
tentang topik umum yang sedang populer dan ditulis dengan bahasa yang
mudah dimengerti oleh masyarakat.
2.4 Tinjauan Buku panduan
2.4.1 Pengertian Buku Panduan
Kata ‘Panduan’ berasal dari kata dasar ‘pandu’ dan berkembang menjadi kata
lain yaitu ‘memandu’ dan ‘dipandu’. Kata memandu dan dipandu diibaratkan
menjadi dua sisi logam, artinya jika ada yang memandu, tentu ada juga yang
dipandu. Pihak yang memandu disebut juga dengan sumber panduan. Sumber
panduan dapat juga berupa orang, benda (misalnya buku), atau juga dapat berupa
gabungan keduanya (misalnya guru dan buku). Bedasarkan pengertian di atas, buku
panduan dapat diartikan menjadi buku yang didesain agar dapat digunakan oleh
peserta panduan untuk memandu diri sendiri. Adapun beberapa jenis buku yang
termasuk sebagai buku panduan antara lain, buku panduan, buku paket pelajaran, dan
buku latihan soal (Rusli 5).
Adapun beberapa ciri-ciri khusus yang membedakan buku panduan dengan
buku lainnya, antara lain:
1. Isi buku
- Setiap babnya terdapat rumusan tujuan yang jelas
- Disajikan rangkuman sebelum memasuki materi
- Isi disusun secara sistematis dan disajikan secara sederhana, jelas, dan
ringkas.
2. Tata kebahasaan
- Dalam buku panduan, bahasa menggunakan bahasa yang tidak formal,
seperti bahasa yang familiar atau bahasa lisan.
- Menggunakan rumus 6x6, artinya dalam satu paragraf paling banyak
terdapat 6 kalimat dan di dalam 2 baris paling banyak terdapat 6 kata.
3. Sumber Bacaan
- Dalam buku panduan, terdapat keterangan sumber bacaan atau referensi
yang digunakan.
- Buku panduan dilengkapi dengan sumber bacaan lanjut atau perluasan
bahan.
Universitas Kristen Petra
22
2.4.2 Fungsi Buku Panduan
Menurut Cohen, B.J. 1992, buku panduan memiliki fungsi utama sebagai alat
yang bukan hanya sebagai alat untuk menyampaikan materi pembelajaran terhadap
pembacanya melainkan juga memberikan kesempatan pembacanya untuk
bertanggung jawab pada diri mereka sendiri untuk mengikuti instruksi yang
disampikan dalam buku panduan. Maka dari itu, pembaca dapat memiliki
kemampuan lebih untuk menentukan tujuan yang nyata dalam membuat rencana
kerja, mengembangkan strategi dalam menangani situasi yang baru dan tidak
terduga. Bedasarkan hal-hal di atas, maka dapat disimpulkan juga untuk merancang
sebuah buku diperlukan beberapa pertimbangan terhadap beberapa faktor, yaitu
waktu yang digunakan untuk proses belajar, kebutuhan belajar, pengetahuan awal,
serta tipe belajar agar fungsi dari buku tersebut dapat tersalurkan dengan baik dan
sesuai harapan.
2.4.3 Isi Buku Panduan
Sebelum menyusun sebuah buku, khususnya buku panduan terlebih dahulu
harus diketahui apa saja tujuan dan sasaran dari buku panduan tersebut. Hal ini
dimaksudkan agar perancang mengetahui tujuan secara umum apa yang diharapkan
pembaca setelah memabaca buku panduan ini.
Buku panduan dibuat untuk memudahkan pembacanya untuk belajar. Oleh
karena itu buku panduan dibuat sesederhana dan sepraktis mungkin agar dapat
dipahami oleh pembaca dengan mudah. Berikut merupakan isi dari buku panduan
secara garis besar, antara lain:
1. Terdapat bagian pendahuluan yang menjelaskan tujuan buku paduan.
2. Terdapat daftar isi yang jelas.
3. Terdapat glossary atau daftar padanan kata untuk mejelaskan istilah yang
asing atau istilah yang sulit.
4. Terdapat ringkasan materi pada setiap babnya.
5. Terdapat daftar pustaka yang dicantumkan dengan jelas.
6. Terdapat bagian lampiran yang berisikan data-data yang berkaitan dengan
materi panduan.
Universitas Kristen Petra
23
2.4.4 Potensi Buku Panduan di Indonesia
Respon yang positif dari masyarakat terhadap jenis buku panduan, membuka
peluang besar bagi pihak-pihak yang terlibat di dalamnya, termasuk penulis buku itu
sendiri. Seperti yang terjadi pada penulis-penulis yang cukup ternama Anand
Krishna dan Andrias Harefa. Anand Krishna misalnya, selama tahun 1999, dalam
setahun ia mampu menghasilkan 15 judul buku. Jumlah tersebut merupakan jumlah
yang cukup tinggi yang dapat dihasilkan oleh seorang penulis Indonesia dalam satu
tahun. Lain halnya dengan yang dialami oleh Andrias Harefa, menurutnya menjadi
penulis buku merupakan pekerjaan yang cukup menjanjikan. Dalam satu tahun,
secara materi ia dapat menghasilkan 40 juta sampai 60 juta dari hasil royalty
penjualan buku-bukunya.
Buku-buku jenis buku panduan ini cukup diminati oleh masyarakat, karena
masyarakat menilai banyak manfaat yang dapat diambil dari buku panduan. Buku
panduan dapat memberikan cara belajar suatu hal dengan lebih praktis dan lebih
mudah. Hal ini diungkapkan melalui hasil jajak pendapat Kompas terhadap 931
pemilik telepon yang tersebar di kota besar di Indonesia.
Minat masyarakat terdapat panduan juga terlihat pada buku-buku panduan
berjenis buku how to atau self help. Hal ini terlihat dari 60% responden yang
mengaku pernah membaca buku-buku jenis panduan yang berisi kiat-kiat, petunjuk
praktis suatu tata cara, dan pemberdayaan diri. Prosentase ini tergolong tinggi,
apalagi seperti yang kita ketahui di Indonesia budaya membaca buku masih
tergolong rendah.
2.5 Tinjauan Tentang Layout
2.5.1 Pengertian dan pembahasan Layout
Di dalam buku yang berjudul “Layout Dasar dan Penerapannya,” karya
Surianto Rustan, S.Sn., layout merupakan tata letak elemen-elemen desain terhadap
suatu bidang dalam media tertentu untuk mendukung konsep atau pesan yang
dibawanya. Layout merupakan salah satu aspek penunjang yang penting agar dari
sebuah buku agar buku tersebut terlihat bagus dan menarik. Me-layout juga
merupak-nan salah satu proses tahapan bekerja dalam dunia desain. Menurut
Surianto Rustan, S.Sn., buku dan layout dapat diumpamakan menjadi arsitek dan
Universitas Kristen Petra
24
pekerjanya, di mana buku dianggap sebagai arsiteknya dan layout merupakan
pekerjanya.
Untuk mendapatkan layout yang baik terdapat beberapa prasyarat yaitu yang
pertama, layout harus bekerja sesuai dengan fungsinya, artinya layout tersebut harus
dapat mempermudah pemahaman terhadap suatu karya desain. Layout harus
tersusun secara jelas, rapi, efisien, dan menarik perhatian publik. Agar layout dapat
bekerja sesuai dengan fungsinya maka sebelum membuat kita harus mengetahui
terlebih dahulu tujuan pembuatan, target karya desain ini ditujukan ke pada siapa,
dan di mana karya desain tersebut akan ditempatkan nantinya.
Syarat yang kedua, di dalam layout harus terdapat urutan informasi yang
ditemptkan pada urutan pertama. Artinya informasi yang dianggap paling penting
dan dapat menarik perhatian orang diletakkan pertama dan kemudian diikuti dengan
informasi pendukung lainnya. Semua informasi-informasi yang disajikan harus
tersusun secara baik agar dapat diinformasikan dengan jelas.
Untuk syarat yang terakhir, layout harus disusun semenarik mungkin agar
layout yang disajikan tetap dapat mencolok dan menarik perhatian diantara
keramaian. Maka untuk itu, untuk mendapatkan syarat yang terakhir layout yang
dibuat harus memiliki ciri khas dan berbeda daripada yang lain (Siebret, 20).
2.5.2 Perkembangan Layout
Komposisi pada sebuah layout semakin lama semakin berkembang, tidak
hanya melalu vertikal dan horizontal saja, namun juga dalam penataan miring atau
bahkan objek yang digambarkan di tepi atau di pinggir media gambar. Sama halnya
pada saat kita ingin menggambar wajah atau proporsi tubuh manusia. Penggambaran
tidak lagi digambarkan secara frontal, tetapi dapat digambarkan dengan posisi
menyamping atau tiga per-empat.
Di dalam perkembangannya, layout memiliki beberapa aturan-aturan yang
berlaku yang disebut juga dengan Hukum layout. Berikut merupakan beberapa
hokum layout yang dikemukakan oleh Jefkins:
1. The law of unity (kesatuan)
Merupakan cara pengorganisasian yang membentuk kesatuan di antara unsur-
unsur pendukung layout.
Universitas Kristen Petra
25
2. The law of variety (variasi)
Untuk menghindari suatu kesan yang monoton atau membosankan, salah satu
unsur dapat ditampilkan lebih menonjol dari unsur yang lainnya sebagai fokus.
3. The law of balance (keseimbangan)
Suatu keseimbangan dalam layout dapat tercapai bila unsur-unsurnya disusun secara
sepadan, serasi, dan selaras atau dengan pengertian lain jika bobot setiap elemen
layout itu setelah diorganisir menghasilkan kesan tang mantap. Jenis hukum The law
of balance ini memiliki 2 kategori,yaitu:
a. Formal Balance (simetris)
Apabila unsur-unsur bentuknya sama posisinya pada kedua belah sisi dan garis
poros (tengah) ruang layout.
b. Informal Balance
Apabila unsur-unsur pendukung bentuk layout pada kedua belah sisinya sedikit
tidak sama dari garis poros ruang layout.
4. The law of rhythm (ritme atau irama)
Irama perlu diperhatikan dalam perancangan sebuah layout. Karena suatu irama
diperlukan untuk mencapai kesatuan. Irama dapat dicapai dengan kesamaan
pengulangan penempatan unsur-unsur layout, pengulangan bentuk dan unsur-
unsur layout atau dengan pengulangan warna.
5. The law of harmony
Keselarasan atau keserasian antara unsur-unsur layout yang memberikan kesan
kenyamanan dan keindahan.
6. The law of proportion
Proporsi merupakan suatu perbandingan yang menunjukkan hubungan antara satu
unsur dengan unsur lainnya, serta hubungan antara unsur layout dengan dimensi
ruang layoutnya (bidang gambar).
7. The law of scale (kontras)
Merupakan perpaduan antara warna gelap terang, hitam putih, besar dan kecil dari
unsur-unsur layout dalam suatu hubungan yang tidak seimbang (kontras).
Universitas Kristen Petra
26
2.5.3 Grid
Grid merupakan garis khayalan atau garis semu yang mebagi-bagi bidang
desain dalam jumlah dan ukuran tertentu. Menurut Ambrose, sebuah grid diciptakan
sebagai solusi terhadap permasalahan penataan elemen-elemen visual dalam sebuah
ruang. Grid system digunakan sebagai perangkat untuk mempermudah menciptakan
sebuah komposisi visual. Melalui grid system, seorang perancang dapat membuat
sebuah sistematika yang berguna untuk menjaga konsistensi dalam melakukan
repetisi dari sebuah komposisi yang sudah diciptakan. Tujuan utama penggunaan
grid system dalam desain grafis adalah untuk menciptakan suatu rancangan yang
komunikatif dan memuaskan secara estetik.
Untuk menyusun sebuah layout secara sistematis maka diperlukan adanya
sebuag grid. Struktur grid menciptakan kesatuan dan fleksibilitas diantara elemen-
elemen grafis, membantu menampung berbagai macam elemen grafis, dan
memudahkan desainer untuk membuat layout elemen-elemen grafis tersebut dengan
berbaai varias sehingga layout setiap halaman tidak tampak monoton, tetapi memiliki
kesatuan karena pengaturannya didasarkan oleh pengaturan grid yang sama. Dan
juga melalui grid system, seorang desainer grafis dapat membuat sistematika untuk
menjaga konsistensi dalam melakukan repetisi sebuah komposisi yang sudah
diciptakan. Tujuan utama dari penggunaan grid system adalah untuk menciptakan
suatu rancangan yang komunikatif dan memuaskan secara estetik (Muller-Brockman,
155).
Pada dasarnya grid dibedakan menjadi 4 macam, yaitu:
1. Manuscript Grid
Manuscript Grid disebut juga dengan “Block Layout”. Jenis grid ini
merupakan sebuah modul grid tunggal dengan margin dan marker
seperlunya. Struktur grid ini digunakan untuk penataan jumlah teks
yang banyak, seperti dalam sebuah buku. Margin yang lebih luas
memungkinkan ruang kososng yang dapat membantu mata untuk tetap
fokus.
Universitas Kristen Petra
27
Gambar 2.5.3 Manuscript Grid
Sumber: http://finearts.fontbonne.edu/tech/layout/grid_type.html
Gambar 2.5.3 Manuscript Grid
Sumber: http://finearts.fontbonne.edu/tech/layout/grid_type.html
2. Column Grid
Grid jenis ini membagi kolom menjadi 2, 3 dan seterusnya. Dan juga
perlu mempertimbangkan kesesuaiannya dengan ukuran font. Jika
proporsi font terlalu esar, akan ada banyak kata yang terputus, dan teks
menjadi sulit dibaca. Jika proporsi font terlalu kecil, pembaca akan sulit
untuk membedakan baris-baris yang berdampingan.
Gambar 2.5.3 Column Grid
Sumber: http://www.w3.org/TR/css3-grid/
Universitas Kristen Petra
28
3. Modular Grid
Modular grid terdiri atas column grid yang terbagi dalam garis-garis
horizontal. Sistem grid ini sangat berguna untuk menampilkan isi yang
kompleks dan biasanya digunakan untuk layout koran.
Gambar 2.5.3 Modular Grid
Sumber: http://www.thinkingwithtype.com/contents/grid/
Gambar 2.5.3 Modular Grid
Sumber: http://www.thinkingwithtype.com/contents/grid/
4. Hierarchical Grid
Struktur hierarchical grid dibentuk berdasarkan pertimbangan isi yang
akan ditampilkan. Ukuran, penempatan, dan pertimbangan layout lainnya
sangat penting untuk membuat sistem hierarchical grid. Halaman-
halaman website pada dasarnya terbentuk dari hierarchical grid.
Universitas Kristen Petra
29
Gambar 2.5.3 Hierarchical Grid
Sumber: http://www.johnroach.net/dm/pdf/hierarchy_grid_slides.pdf
Gambar 2.5.3 Hierarchical Grid
Sumber: http://www.johnroach.net/dm/pdf/hierarchy_grid_slides.pdf
2.5.4 Tinjauan Golden Section
Sebelum membuat sebuah grid, diperlukan sebuah halaman untuk
meletakkannya. Di bidang seni grafis, golden section menjadi dasar pembuatan
ukuran kertas dan prinsip tersebut dapat digunakan untuk menyusun keseimbangan
sebuah desain. Golden Section ditemukan pada jaman kuno untuk menghadirkan
proporsi yang sangat sempurna dan indah.
Membagi sebuah garis dengan perbandingan mendekati rasio 8:13 berarti
bahwa jika garis yang lebih panjang dibagi dengan garis yang lebih pendek hasilnya
akan sama dengan pembagian panjang garis utuh sebelum dipotong dengan garis
yang lebih panjang tadi.
Golden Section juga dikenal dengan sebutan deret bilangan, yaitu fibonacci.
Fibonacci memiliki arti yaitu deret bilangan yang setiap bilangannya adalah hasil
jumlah dari dua bilangan sebelumnya dan di mulai dari nol. Deret bilangan ini
memiliki rasio 8:13 yaitu rasio golden section. Bilangan ini biasanya sering
Universitas Kristen Petra
30
digunakan dalam pengukuran bangunan, arsitektur, karya seni, huruf hingga layout
sebuah halaman karena proporsinya yang harmonis. 0 1 1 2 3 5 8 13 21 34 55 89 144
233 377…
Sebuah objek yang memiliki golden section memiliki sifat mampu
memuaskan mata dan sekaligus tercermin pada benda-benda alam. Ujung daun dan
spiral dalam rumah keong adalah contoh yang sangat populer.
2.5.5 Tinjauan Symetrical Grid
Dalam grid simetris, halaman kanan akan berkebalikan persis seperti
bayangan cermin dari halaman kiri. Ini memberikan dia margin yang sama, baol
margin luar atapun margin bagian dalam. Untuk menjaga proporsi, margin luar
memiliki bidang yang lebih lebar. Ada layout klasik yang dipelopori oleh Jan
Tschichold (1902-1974) yang merupakan seorang typographer dari Jerman ini
didasari ukuran halaman dengan proporsi 2:3.
2.6 Tinjauan Tentang Fotografi
2.6.1 Pengertian Fotografi
Kata Fotografi merupakan hasil kata serapan dari bahasa Yunani yaitu
“Photon” yang berarti cahaya dan “Graphos” yang memiliki arti gambar. Di dalam
bahasa Indonesia sendiri ‘Graphos’ diartikan sebagai suatu proses bagaiman
merekam atau menggambar dengan bantuan cahaya untuk menghasilkan suatu
gambar atau foto (Mustapha 9). Sehingga menurut hal di atas dapat kita ketahui
bahwa aspek terpenting dari fotografi adalah cahaya.
Secara umum orang yang terjun ke dalam dunia fotografi atau melibatkan diri
memiliki beberapa faktor. Antara lain untuk sekedar memperoleh rekaman peristiwa-
peristwa, bahan informasi foto-foto berita, terutama dengan melihat motto :ssebuah
gambar bernilai ribuan kata-kata”, kebutuhan akan data-data tertentu yang
melengkapi usaha atau kerja pokok, keperluan promosi, hanya untuk mencari
kesenangan atau hiburan, dan ekspresi diri (Soeprapto 1-2).
Universitas Kristen Petra
31
2.6.2 Jenis-jenis fotografi
Fotografi merupakan penemuan yang jasanya dinikmati dan bermanfaat bagi
banyak manusia. Kebutuhan seseorang untuk mendokumentasikan sesuatu, baik
untuk kepentingan personal maupun umum, menjadi bagian yang tak terpisahkan
dari dinamika zaman. Perkembangan teknologi kamera yang pesat memudahkan
setiap orang untuk mengabadikan sesuatu. Kini, fotografi menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Hampir setiap bidang kehidupan
memanfaatkan fotografi.
Fotografi tersegmentasi sedemikian banyak. Kategori dalam jenis fotografi
menjadi keragaman kajian fotografi dalam spesialisasi. Kegunaan, kepentingan,
teknik, fungsi, dan medan membedakan beragam jenis fotografi. Fotografi memiliki
banyak spesialisasi, hal tersebut tidak terlepas dari kemajemukan kehidupan itu
sendiri. Pembagian kategori fotografi bertujuan untuk lebih memudahkan pemaknaan
realitas dalam sifat yang lebih homogeny. Hingga saat ini fotografi terspesialisasikan
kurang lebih ke dalam beberapa kategori, yaitu:
1. Fotografi Komersial
Fotografi Komersial dapat dibagi menjadi beberapa kategori yaitu:
a. Still Life Photography
Fotografi ini dibagi menjadi 2, yaitu fotografi still life benda diam dan
bergerak. Untuk fotografi benda diam meliputi pemotretan produk, seperti
jam tangan, perhiasan emas dan berlian, peralatan elektronik. Sedangkan
untuk benda bergerak misalnya tetesan air yang membentuk butiran,
gelombang air, dsb.
b. Photojurnalism
Merupakan jenis fotografi dengan melihat kehidupan dunia dalam
berbagai sisi. Bahwa kehidupan itu beragam, orang bisa dihadirkan dalam
tawa atau tangis, gembira atau sedih dalam foto. Jenis fotografi ini
bercerita tentang manusia, hubungan manusia dengan manusia, hubungan
manusia dengan alam.
c. Wedding Photography
Merupakan sebuah tahap seremonial yang teragenda dengan rapi
mengikuti budaya dan adat istiadat tempat pernikahan dilangsungkan.
Universitas Kristen Petra
32
d. Landscape Photography
Merupakan foto dengan prioritas utamanya adalah pemandangan dengan
mempertajam view dan mengeksplorasi keindahan.
2. Street Photography
Merupakan jenis fotografi yang mengkhususkan pengambilan gambar
secara candid tentang aktivitas kehidupan masyarakat urban.
3. Model Photography
Merupakan jenis fotografi yang penyajiannya menggunakan foto model
dan foto model ini biasanya perempuan.
4. Architectural Photography
Merupakan seni menampilkan bangunan dalam bentuk foto. Di mana
desain bangunan bisa bersifat level makro-mikro, eksterior maupun
interior.
5. Documentary Photography
Pembagian genre ini meliputi dokumen pribadi, dokumen
negara/pemerintahan, dan dokumen kemasyarakatan. Foto dokumen dapat
menjadi foto jurnalistik ketika dipublikasikan ke media dan punya nilai
berita.
6. Aerial Photography
Merupakan fotografi yang diambil dari udara dengan menggunakan media
bergerak di udara.
7. Etnophotography
Merupakan penggunaan fotografi sebagai metode analisis kebudayaan, tata
hidup, pengaturan, dan komunikasi dalam kehidupan sehari-hari.
8. Underwater Photography
Merupakan fotografi yang pengambilan gambarnya dilakukan di air.
2.7 Tinjauan Fotografi Sebagai Ilustrasi
2.7.1 Pengertian Ilustrasi
Menurut Groiler (1990:48) dilihat dari segi etimologinya, Ilustrasi berasal
dari Bahasa Latin yaitu “Lustrate”. Lustrate memiliki arti yang berarti memurnikan
Universitas Kristen Petra
33
atau menerangi. Sebenarnya kata “Lustrate” sendiri merupakan kata turunan dari
bahasa Indo-Eropa yaitu leuk-. Leuk sendiri berarti ‘cahaya’.
Ilustrasi merupakan hasil visualisasi dari suatu tulisan dengan teknik drawing,
lukisan, fotografi, atau teknik seni rupa lainnya yang lebih menekankan hubungan
sunjek dengan tulisan yang berupa bentukan gambar. Salah satu kegunaan utama
ilustrasi adalah digunakan untuk menerangkan atau menghiasi suatu cerita, tlisan,
puisi, atau informasi tertulis lainnya. Dengan adanya bantuan visual, diharapkan
tulisan tersebut dapat membantu agar lebih mudah untuk dicerna.
Oleh karena itu, Ilustrasi memiliki makna lain, yaitu:
a. Proses grafis membuat goresan atau menciptakan sosok dan bentuk pada
suatu permukaan ddengan menggunakan alat-alat tertentu.
b. Upaya untuk mengekspresikan kesan atau menampakkan secara visual
yang ada disekitar kita sehingga orang lain mampu untuk menangkap
gagasan kita.
c. Upaya untuk menjelaskan obyek dan lingkungan dengan mendetailkan
suatu bentuk.
d. Memahami, mengevaluasi dan mencari pemecahan masalah desain.
Misalnya menjadikan suatu bentuk menjadi bentuk lain. Ilustrasi dapat
berupa diagram, bilangan/angka, ilustrasi vocabulary atau kata-kata dan
huruf, fotografi, dan sebagainya. Namun yang dimaksud ilustrasi dalam
perancangan ini yaitu gambar ilustrasi yang menjelaskan suatu subjek
dengan lukisan ataupun gambar. Ilustrasi mempergunakan teknik
gabungan antara manual dan komputerisasi. Material pendukung, seperti
pensil, computer, dan sebagainya.
2.7.2 Pemahaman Fotografi Sebagai Ilustrasi
Fotografi ilustrasi merupakan teknik ilustrasi yang dipergunakan sejak
ditemukannya alat atau kamera yang diperlukan untuk memotret pada tahun 1665.
Yang merupakan penggambaran atau melukis objek dengan menggunakan cahaya.
Fotografi terbagi menjadi dua macam, yaitu fotografi dokumentasi yang memotret
objek atau peristiwa penting tanpa memperhatikan segi estetisnya. Sedangkan yang
kedua adalah fotografi yang sangat memperhatikan estetis dan keindahan dari objek
Universitas Kristen Petra
34
yang akan dipotret serta hasil dari fotografi tersebut, yang kemudian menjadi media
ekspresi keindahan dan seni baru yang disebut pictorial.
2.7.3 Fotografi Ilustrasi Bedasarkan Bidang Kajian
Dalam konteks ini, fotografi bersifat jurnalistik. Fotografi telah
mempengaruhi cara banyak budaya untuk mengerti and memahami dunianya. Salah
satu bidang utama dalam fotografi yang terkait dengan paradigma ini adalah foto
jurnalistik. Foto jurnalistik merupakan penerapan fotografi untuk menyampaikan
berita melalui media seperti koran, majalah, televisi, dan internet. Penggabungan
fotografi ke dalam laporan berita ini sudah sangat meluas di mana banyak audience
sekarang merasa suatu berita kurang lengkap tanpa kehadiran sebuah foto dan
mereka merasa hanya mampu menyerap berita itu hanya separuh. Konsumen
bergantung pada foto jurnalistik untuk memberi mereka gambaran yang dapat
membuat merea merasa terhubung pada realita-realita yang jauh dan kemudian dapat
dididik oleh realita-realita itu (Dillon Wesrbrook 1).
Foto jurnalistik berbeda dengan fotografi-fotografi professional lainnya
karena terkait pada prinsip-prinsip jurnalisme, yaitu ketepatan waktu, akurasi,
penggambaran yang jujur konteks suatu peristiwa dan realita, serta dapat
dipertanggung jawabkan kepada publik. Berbeda halnya dengan fotografi wedding,
walaupun sifatnya mendokumentasikan realita suatu acara juga, tetapi tanggung
jawab yang diberikan hanya kepada klien saja. Di sisi lain, seorang foto jurnalis
harus menghasilkan foto yang mampu melaporkan berita akurat ke publik.
Seorang foto jurnalis harus berhati-hati untuk tidak meniadakan bagian-
bagian yang penting pada suatu realita yang diliputnya. Sebagai contoh, potret
seirang perusuh yang memecahkan kaca sebuah took bias terlihat seperti seorang
pencuri jika fotografernya tidak menampilkan konteks peristiwa social yang lebih
besar. Sehingga kejadian tersebut terlihat seperti tindak criminal yang bersifat
individual.
2.7.4 Fotografi Ilustrasi Bedasarkan Sifat dan Fungsi
Bedasarkan sifatnya, menurut F.X. Arie Soeprapto (1-4), fotografi dibedakan
menjadi 3 bagian, yaitu:
Universitas Kristen Petra
35
- Fotografi yang bersifat dokumentatif, artinya fotografi ini arahnya sangat
terbatas, hanya berkaitan dengan apa atau siapa yang tertera pada foto itu dan
tidak membutuhkan keindahan yang tinggi. Foto yang dihasilkan tampak apa
adanya.
- Fotografi yang bersifat ilustratif, artinya fotografi ini memiliki ruang lingkup
yang lebih luas dan mengutamakan keindahan, serta mampu menggerakkan
dan mensugesti seseorang untuk melakukan suatu kegiatan atau membeli
barang dan jasa. Contohnya, foto pada majalah hiburan, brosur-brosur
pariwisatam dan lain-lain.
- Fotografi yang bersifat interpretative, artinya fotografi ini sepenuhnya
merupakan ekspresi diri dari fotografernya. Jadi karya yang dihasilkan
cenderung melanggar norma-norma artistika dan tidak banyak yang bias
menikmatinya.
Sedangkan fotografi bedasarkan fungsinya, seseorang terlibat dalam dunia fotografi
berdasarkan dorongan-dorongan antara lain sebagai berikut:
- Untuk sekedar memperoleh rekaman peristiwa-perstiwa, seperti foto
perkawinan, ulang tahun, dan lain-lain
- Sebagai bahan informasi, seperti foto berita, dan lain-lain.
- Untuk kebutuhan akan data-data tertentu yang melengkapi usaha pokok.
- Untuk keperluan-keperluan promosi, antara lain foto iklan, foto fashion, dan
lain-lain
- Untuk mencari kesenangan/hiburan semata. Fotografi ini bersifat pribadi.
- Sebagai perwujudan ekspresi diri.
2.7.5 Fotografi Ilustrasi Berdasarkan Teknik
Fotografi merupakan menulis atau menggambar sesuatu menggunakan
cahaya. Dan untuk menghasilkan gambar yang baik, maka diperlukan beberapa hal
perlu diperhatikan antara lain:
• Komposisi, ada beberapa macam kategori yaitu
- Komposisi Simetris
- Komposisi Asimetris
Universitas Kristen Petra
36
- Komposisi Sentral
- Komposisi Diagonal
- Komposisi Vertikal
- Komposisi Horizontal
• Ruang Tajam Luas dan sempit
Untuk teknik ruang tajam luas tampilan yang dihasilkan adalah keseluruhan
objek yang dipotret terlihat tajam atau tidak ada yang blur. Teknik ini
biasanya digunakan untuk memotret pemandangan alam. Sedangkan untuk
teknik ruang tajam sempit bertujuan untuk memberi penonjolan lebih pada
objek utama sehingga tampilan dari teknik ini adalah latar belakang yang blur
atau tidak tajam.
• Freezing
Teknik ini digunakan untuk menghasilkan gambar dari keseluruhan objek
yang bergerak dengan menampilkan yang tajam, sehingga seolah-olah objek
yang bergerak ini dibekukan.
2.8 Tinjauan Teori Belajar
2.8.1 Pengertian Belajar Menurut Benjamin S. Bloom
Benjamin S. Bloom (1956) merupakan seorang tokoh pakar pendidikan dan
pencetus konsep taksonomi belajar. Menurut Benjamin S. Bloom (Nana Sudjana,
2009:22), hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa
setelah menerima sebuah proses pengalaman belajarnya. Berdasarkan hal tersebut,
menurutnya kemampuan belajar dapat dikelompokkan berdasarkan hasil belajar yang
dicapai seseorang. Pengelompokkan dalam belajar tersebut terbagi menjadi 3 ranah
(domain), yaitu kemampuan kognitif, kemampuan psikomotorik, dan kemampuan
afektif.
2.8.2 Kemampuan Kognitif
Kemampuan Kognitif merupakan kemampuan dalam berpikir, kompetensi,
pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan, dan penalaran yang diamati
sebagai hasil-hasil kegiatan atau proses memperoleh pengetahuan melalui
pengalaman sendiri. Menurut Benjamin S. Bloom (1956), kemampuan kognitif dapat
Universitas Kristen Petra
37
diklasifikasikan lagi ke dalam 6 jenjang proses berpikir, yaitu:
a. Pengetahuan (knowledge), adalah kemampuan seseorang untuk mengingat
atau mengenali kembali tentang nama, ide, istilah, rumus dan sebagainya
tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya. Pada tahap ini,
kemampuan seseorang dalam menjawab pertanyaan berdasarkan hapalan
saja. Untuk itu, pengetahuan dikategorikan sebagai proses berpikir yang
paling rendah.
b. Pemahaman (comprehension), adalah kemampuan seseorang untuk
mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu tersebut diketahui dan
diingat. Pada kemampuan ini, seseorang dikatakan memahami jika orang
tersebut dapat menguraikan dan menyatakan suatu yang lebih rinci
dengan kata-katanya sendiri dengan memberi contoh suatu konsep atau
prinsip. Pada tahap ini, pemahaman merupakan jenjang kemampuan
berppikir yang setingkat lebih tinggi dibandingkan pengetahuan.
c. Penerapan (application), adalah kemampuan seseorang untuk menerapkan
atau menggunakan ide-ide umum, tata cara, teori, rumus, dan sebagainya
dalam situasi yang baru.
d. Analisis (analysis), adalah kemampuan untuk menguraikan informasi ke
dalam beberapa bagian, menemukan asumsi, membedakan fakta dengan
pendapat, dan menemukan sebab akibat.
e. Sintesis (synthesis), adalah kemampuan untuk merinci dan menguraikan
suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan
memapu memahami hubungan di antara faktor yang satu dengan faktor
lainnya dengan menggunakan unsur-unsur logis sehingga dapat menjadi
suatu pola atau struktur yang baru.
f. Evaluasi (evaluation), adalah kemampuan untuk mengvaluasi informasi,
seperti bukti sejarah, editorial, teori-teori, dan termasuk di dalamnya
melakukan judgement terhadap hasil analisis untuk membuat kebijakan.
2.8.3 Kemampuan Afektif
Kemampuan afektif merupakan kemampuan yang berhubungan dengan sikap
(attitude), apresiasi (appreciation), motivasi (motivation) siswa dalam hal belajar dan
Universitas Kristen Petra
38
mengajar. Benjamin S. Bloom (Dimyati & Mudjiono, 1994; Syambasri Munaf, 2001)
membagi kemampuan afektif menjadi 5 bagian, yaitu:
a. Penerimaan (receiving), bagian ini meliputi penerimaan secara pasif
terhadap suatu masalah, situasi, gejala, nilai dan keyakinan. Bagian ini
termasuk tingkat afektif terendah.
b. Jawaban (responding), bagian ini meliputi kesenangan dan keinginan
menanggapi atau merealisasikan sesuatu dengan nila-nilai yang dianut
masyarakat.
c. Penilaian (valuing), bagian ini mengacu pada nilai dan kepercayaan
terhadap gejala dan stimulus tertentu. Reaksi yang muncul dapat berupa
hal menerima, menolak, atau tidak menghiraukan.
d. Organisasi (organization), bagian ini meliputi konseptualisasi nilai-nilai
menjadi satu system nilai. Sikap-sikap yang membuat lebih konsisten
dapat menimbulkan konflik internal dan membentuk suatu nilai internal.
e. Karakteristik (caracterization), merupakan keterpaduan semua sistem
nilai yang telah dimiliki seseorangyang mempengaruhi pola kepribadian
dan tingkah lakunya.
2.8.4 Kemampuan Psikomotorik
Keterampilan motorik (motor skills) merupakan suatu kemampuan yang
berupa keterampilan fisik (motorik) yang terdiri dari gerakan refleks, keterampilan
gerakan dasar, ketepatan, dan ekspresif. Dalam bagian ini, secara garis besar
dibedakan ke dalam 4 ranah, yaitu:
a. Meniru, merupakan suatu kemampuan untuk melakukan gerakan sesuai
dengan contoh yang diamatinya walaupun belum memahami makna dari
keterampilan tersebut.
b. Memanipulasi, merupakan suatu kemampuan melakukan keterampilan
sesuai dengan yang diajarkan dan mampu memilih mana yang diperlukan.
c. Pengalamiahan, merupakan suatu tindakan di mana hal-hal yang
diajarkan sebagai contoh telah menjadi suatu kebiasaan dan gerakan
ditampilkan dengan lebih meyakinkan.
Universitas Kristen Petra
39
d. Artikulasi, merupakan suatu tahap di mana seseorang dapat melakukan
suatu gerakan dengan lebih kompleks terutama dengan hal yang
berhubungan dengan gerakan interpretatif.
2.9 Teori Desain Instruksional
Menurut Hartono Karnadi, desain dan instruksi memiliki arti masing-masing.
Desain merupakan sebuah bentuk potongan, model, pola, konstruksi, mode, tujuan
dengan maksud merencanakan dan membuat pola-pola. Sedangkan instruksi juga
memiliki arti tersendiri, yaitu pengajaran, pelajaran, perintah, manual buku, buku
panduan, dan pedoman. Dan dengan kedua arti tersebut, maka desain instruksional
juga memiliki arti sendiri, yaitu desain instruksional merupakan suatu pola
pengajaran, pelajaran, atau perintah yang di interpretasikan dalam bentuk rancangan
gambar atau foto, agar menjadi lebih mudah untuk dipahami oleh target audience
sehingga menjadi tepat guna. Penyampaian dari instruksi tersebut dilakukan dengan
cara mengungkapkan dan mengidentifikasi sesuatu hal atau memberi informasi
tentang bagaimana sebuah benda bekerja, struktur pembentukan benda maupun
fungsinya.
Desain instruksional dapat disajikan dalam wujud gambar atau foto.
Penyajian ini diharapkan dapat mampu mengatasi atau memenuhi kebutuhan akan
informasi secara visual, artinya diharapkan dapat mampu memengatasi kesulitan
dalam memperjelas informasi secara verbal yang dimana terkadang menjadi
hambatan. Misalnya bahasa verbal. Di dalam membuat mendesain secara
instruksional diperlukan kemampuan untuk berpikir gambar (visual thinking), sebab
objek harus digambar atau difoto secara benar bagian demi bagian. Gambar yang
dibuat juga harus dapat dipahami secara rasional oleh pengamat.
Gambar 2.9
sumber: Hartono Karnadi
Universitas Kristen Petra
40
Sebagai bahasa komunikasi visual, gambar atau foto dipilih menjadi sarana
untuk meyampaikan suatu instruksi ini, memiliki beberapa kekhasan, yaitu:
1. Gambar atau foto hadir melalui bahasa visual, bentuk, warna,
komposisi yang lebih bebas, tidak seperti tulisan yang lebih kuat
terikat oleh simbol atau struktur bentuk-bentuk hasil suatu
kesepakatan.
2. Faktor keserentakan unsur-unsur pembangun gambar atau foto saat
dipisahkan memungkinkan ia lebih cepat ditangkap ungkapannya
daripada tulisan yang umum dibaca huruf demi huruf, kata demi kata,
hingga keseluruhan kalimat.
3. Muatan nilai-nilai emosional gambar atau foto seringkali sangat kuat,
utamanya pada saat menyajikan ide, rekaman fakta dan informasi.
4. Ruang gerak dalam menyajikan ruang visual sangat fleksibel
sehingga mampu diolah dan ditampilkan mengikuti keutuhan
informasi yang hendak disampaikan.
5. Di dalam beberapa hal, gambar atau foto sering digunakan sebagai
jalan keluar untuk mengatasi berbagai hambatan bahasa verbal.
Desain instruksional juga merupakan suatu cara untuk mendapatkan efisiensi
atau memperlihatkan suatu subjek. Hal tersebut memiliki bebrapa maksud dan
tujuan, yaitu:
1. Untuk menggambarkan suatu cara kerja subjek.
2. Sebagai suatu panduan agar benar, tepat guna, dan aman.
3. Menggambarkan suatu peristiwa atau kejadian yang dinilai sedikit
mustahil bila dilakukan dengan teks semata.
4. Memperjelas teks dengan bahasa verbal.
5. Menjelaskan mengenai susunan suatu ilustrasi dalam bidang medis
atau teknik, dengan gambar yang memperlihatkan bagaiman susunan
otot atau cara kerja sebuah mesin.
6. Menggambarkan sesuatu secara rinci seperti ilustrasi untuk ilmu
tumbuh-tumbuhan yang mengurai bagian tampak dari tumbuhan.
Universitas Kristen Petra
41
2.9.1 Jenis-jenis Desain Instruksional
Menurut Hartono Karnadi, jika dilihat dari cara kerjanya, desain instruksional
dikelompokkan ke dalam beberapa jenis sesuai dengan cara kerja dan tunjuannya.
Pengelompokkan tersebut, antara lain:
1. Potongan (Cutaway)
Teknik ini menampilkan bagian dari mekanik sebuah benda yang tidak
terlihat dari luar. Objek dari benda tersebut dipotong menjadi ¼ atau ½
bagian dengan penampakan secara enprofil. Artinya dari bagian yang
dipotong akan disajikan detail mekanik benda.
Gambar 2.9.1
Sumber: Hartono Karnadi
Gambar 2.9.1
Sumber: Hartono Karnadi
Universitas Kristen Petra
42
Gambar 2.9.1
Sumber: Hartono Karnadi
2. Ilustrasi Trasparan (Ghosted Illustration)
Teknik ini menggunakan objek yang dipresentasikan dapat dilihat secara
langsung dari luar (tembus pandang).
Gambar 2.9.1
Sumber: Hartono Karnadi
Gambar 2.9.1
Sumber: Hartono Karnadi
Universitas Kristen Petra
43
Gambar 2.9.1
Sumber: Hartono Karnadi
3. Teknik Gabungan (Cutaway dan Ghosted Illustration)
Teknik ini merupakan perpaduan dari teknik potongan dan teknik
transparan (tembus pandang).
Gambar 2.9.1
Sumber: Hartono Karnadi
4. Diagram (Chart/Sceme/Scetch)
Teknik ini dapat diartikan sebagai bentuk lain dari sketsa dimensional.
Karakteristik yang menonjol dari teknik ini hanya mengandalkan garis
outline yang membentuk dan struktur bendanya.
Gambar 2.9.1
Sumber: Hartono Karnadi
Universitas Kristen Petra
44
Gambar 2.9.1
Sumber: Karnadi
5. Separasi (Separate)
Teknik ini menggunakan penggambaran secara terpisah dari bagian
detail-detail suatu benda atau obyek.
Gambar 2.9.1
Sumber: Hartono Karnadi
Gambar 2.9.1
Sumber: Hartono Karnadi
Universitas Kristen Petra
45
2.9.2 Penyajian Desain Instruksional
Penyajian dari desain instruksional dikelompokkan ke dalam beberapa
kategori, yaitu:
1. Bentuk instruksinya disajikan dengan dan digambarkan dalam beberapa
urutan atau rangkaian gambar (sequence).
Gambar 2.9.2
Sumber: Hartono Karnadi
2. Instruksi yang dipresentasikan ke dalam bentuk gambar atau foto
dilengkapi dengan garis petunjuk dan angka-angka dan teks penjelasannya.
Gambar 2.9.2
Sumber: Hartono Karnadi
Gambar 2.9.2
Sumber: Hartono Karnadi
Universitas Kristen Petra
46
3. Instruksi yang dipresentasikan ke dalam bentuk satu gambar atau foto
keseluruhan dari suatu objek lalu dipisah dalam beberapa bagian gambar
yang dilengkapi oleh simbol-simbol tertentu. Misalnya ✔, ✗ atau
ç è é ê ë ì í î, dll.
Gambar 2.9.2
Sumber: Hartono Karnadi
Gambar 2.9.2
Sumber: Hartono Karnadi
4. Instruksi yang diperagakan dengan cara peragaan. Biasanya model
memperagakan cara kerja suatu hal.
Gambar 2.9.2
Sumber: Hartono Karnadi
Universitas Kristen Petra
47
Gambar 2.9.2
Sumber: Hartono Karnadi
Gambar 2.9.2
Sumber: Hartono Karnadi
2.10 Data Visual
Buku-buku tentang panduan menari saat ini sudah sangat sukar ditemui. Dari
survey yang telah dilakukan oleh penulis ke beberapa toko buku yang ada di
Surabaya, buku-buku panduan menari tersebut sudah tidak ada lagi. Adapun
buku panduan yang ditemui adalah buku panduan seni bela diri yang tidak
dilengkapi dengan foto-foto, hanya terdapat panduan yang dijelaskan melalui
tulisan. Tetapi penulis medapatkan referensi buku panduan menari yang
diperoleh dari internet dengan judul Buku Seni Tari Jawa Tradisi Surakarta.
Buku ini merupakan karya dari Clara Brakel Papenhuyzen kerja sama dengan
Ngaliman S dan dengan penerbit dari Proyek Pengembangan Bahasa
Indonesia, Universitas Leiden, Belanda. Cetakan tahun 1991 dengan ukuran
buku 16 x 24 cm, dengan jumlah halaman 336 halaman. Buku ini berisi tentang
panduan menari yang terdiri dari 80 halaman ilustrasi gerakan tari dan 15 foto
contoh gerakan yang diperagakan oleh penari.
Universitas Kristen Petra
48
Gambar 2.9 Buku Seni Tari Jawa Tradisi Surakarta
(sumber: Toko Bagus, 2013)
Gambar 2.9 Isi Buku Tari Jawa Tradisi Surakarta
(sumber: Toko Bagus, 2013)
Gambar 2.9 Isi Buku Tari Jawa Tradisi Surakarta
(sumber: Toko Bagus, 2013)
Universitas Kristen Petra
49
Gambar 2.9 Isi Buku Tari Jawa Tradisi Surakarta
(sumber: Toko Bagus, 2013)
Gambar 2.9 Isi Buku Tari Jawa Tradisi Surakarta
(sumber: Toko Bagus, 2013)
Gambar 2.9 Isi Buku Tari Jawa Tradisi Surakarta
(sumber: Toko Bagus, 2013)
Universitas Kristen Petra
50
2.10.1 Analisis
• Strength
- Buku membahas lengkap mengenai panduan tata rias, tata kostum, dan
koreografi
- Bisa dipakai setiap saat tanpa persiapan khusus
- Bisa disimpan dengan umur yang panjang
• Weakness
- Karena buku ini bersifat cetakan sehingga memiliki nilai yang tidak
seperti e-book
- Distribusinya lebih terbatas daripada e-book yang memiliki daya sebar
lebih luas
• Opportunity
- Banyak sekolah yang masih memiliki mata pelajaran tambahan seperti
ekstrakulikuler seni tari, sehingga buku panduan menari dibutuhkan.
- Buku panduan tentang menari saat ini sudah sangat sukar ditemui
sehingga tidak banyak kompetitor.
• Threats
- Ebook
- VCD Beskalan Putri Malang
top related