267198961 status ujian skizoafektif tipe depresif galih
Post on 11-Dec-2015
55 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Case Report
CASE REPORT
F25.1 SKIZOAFEKTIF TIPE DEPRESI
Oleh:
Egi Zainal Muttaqien 0618011052Yopi Dwi Muhyi 1018011104
Pembimbingdr. Cahyaningsih Fibri Rokhmani Sp.KJ
BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI LAMPUNG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
2015
1
STATUS PSIKIATRI
I. Identitas Pasien
Nama : Sdr. I.S
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 24 tahun
Agama : Islam
Alamat : Galuh Suka Negri, Desa Negara Bumi, Kota Bumi
Suku Bangsa : Jawa
Pendidikan terakhir : SD
Status pernikahan : Belum menikah
Pekerjaan : Petani
Tanggal masuk RSJI : 18 Agustus 2015
Tempat wawancara : Ruang Kutilang RS. Jiwa Provinsi Lampung
Rawat jalan : -
Rawat Inap : 18 Agustus 2015 di RSJ Provinsi Lampung
II. Riwayat Psikiatrik
Berdasarkan :
Autoanamnesis :
Diambil pada tanggal : 5 September 2015 (pukul 11.00 WIB)
A. Keluhan Utama
Dikeluhkan keluarga karena sering mengamuk, bicara melantur, mencederai diri
sendiri, bersedih dan menyendiri sendiri setelah itu.
B. Keluhan Tambahan
Pasien bicara kacau, suka ngomong sendiri.
Sulit tidur
Merasa diri tidak berguna.
2
Tidak ada semangat melakukan apapun
Sering marah-marah dan mudah tersinggung
C. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien datang dengan keluhan sering mengamuk sekitar kurang lebih sebulan
ini. Sebulan sebelum masuk Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung, pasien
mengatakan os tidak jadi menikah dengan pacarnya, keluarganya mengatakan os
tertekan karena ekonomi nya rendah dan tidak percaya diri. Pasien sama sekali
tidak tidur malam harinya. Pasien mengoceh sepanjang malam dan merasa
dirinya tidak berguna, tidak ada yang mengurus dan tidak bisa sehat kembali.
jarang mandi, namun mau makan sedikit sehingga badannya mulai kurus, tidak
mau nonton televisi, dan tidak mau diajak berbicara. Pasien suka keluyuran di
luar rumah tanpa mengenakan pakaian dan kembali lagi ke rumah. Pasien
mengaku di pikirannya selalu ada yang menyuruh untuk waspada, curiga pada
orang-orang yang mendekatinya akan mencekik lehernya dan memukulinya.
Pasien menyangkal pernah ada riwayat trauma atau benturan di kepala
sebelumnya. Riwayat kejang sebelumnya disangkal.
D. Riwayat gangguan Sebelumnya
1. Riwayat Gangguan Jiwa Sebelumnya
OS ± 15 hari sebelumnya sepulang bekerja di ladang mulai berprilaku
tidak jelas serta menangis setelah mengamuk, dan berbicara sendiri,
berbicara tentang agama dan keyakinan (Waham agama).
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Menurut orang tua pasien, pasien belum pernah sakit serius sebelumnya
sampai dibawa ke puskesmas atau Rumah Sakit.
3
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga mengatakan bahwa keluarga tidak ada riwayat dengan keluhan
serupa seperti yang dialami oleh pasien ini.
4. Riwayat Penggunaan Zat Adiktif
Pasien merupakan perokok, dalam sehari dapat menghabiskan hingga 1
bungkus rokok. Selain itu pasien mengaku meminum minuman
beralkohol sejak bersekolah dulu.
E. Riwayat Kehidupan Pribadi Sebelum Sakit
a. Riwayat Perkembangan prenatal dan perinatal
Tidak didapatkan informasi
.
b. Riwayat Perkembangan masa kanak - kanak ( 0 – 3 tahun)
Tidak didapatkan informasi
c. Riwayat Kanak-kanak dini ( 3 – 12 tahun)
Perkembangan fisik pasien umumnya baik. Secara keseluruhan pasien
adalah anak yang baik dan memiliki banyak teman. Pasien mulai masuk
Sekolah Dasar ketika berusia 7 tahun. Semasa sekolah dasar pasien
dinilai tidak banyak bertingkah di sekolah, pasien tidak sulit bergaul
dengan teman sebayanya. Pasien sulit untuk mengerti sebuah pelajaran
disekolah bahkan terlambat dari teman-temannya dan cenderung
tertinggal dari kakak. Hal ini dibuktikan bahwa prestasi pasien di sekolah
biasa-biasa saja, tidak pernah mendapatkan juara kelas namun tidak
pernah tinggal kelas. Pasien menyelesaikan sekolahnya selama enam
tahun.
Pada saat setelah lulus SD pasien tidak mau melanjutkan sekolahnya
karena kemauannya sendiri.
4
d. Riwayat Masa Pubertas dan remaja
Pada saat sudah masuk baligh pasien mempunyai rasa suka kepada teman
lawan jenisnya.
.
o Riwayat Masa Dewasa
Riwayat Pekerjaan
Pasien hanya membantu orang tuanya disawah
Riwayat Pendidikan
Pasien hanya lulus SD, karena biaya dan tidak melanjutkan
sekolahnya. Semasa sekolah pasien termasuk pribadi yang pendiam
dan cenderung kurang aktif mengikuti kegiatan sekolah. Semasa
sekolah pasien belum pernah menjalin hubungan (berpacaran)
dengan perempuan. Prestasi pasien tidak menonjol dan cenderung
cukup di sekolah.
Setelah lulus SD dan beranjak masa remaja pasien merasa tertarik
oleh seorang wanita dan sempat berpacaran, setelah itu mereka
putus kemudian pasien merasa dirinya tidak berguna dan merasa
paling jelek.
Riwayat Perkawinan
Pasien belum menikah
.
Riwayat Psikoseksual
Pasien mulai menyukai lawan jenis pada usia 17 tahun. Pasien
pernah pacaran. Namun putus tanpa sebab yang jelas, menurut
pengakuan pasien sudah lima kali pacaran dan putus sehingga
pasien merasa dirinya tak berguna dan jelek dimata semua orang.
Riwayat Agama
Pasien beragama Islam dan sering melaksanakan solat 5 waktu.
Pasien jarang ikut pengajian setiap hari Minggu.
5
Riwayat Militer
Pasien tidak memiliki riwayat militer.
Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak memiliki riwayat pelanggaran hukum.
F. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Sejak lahir hingga saat
ini pasien diasuh oleh ayah dan ibu kandungnya. Ayah pasien bekerja
sebagai petani untuk memenuhi kebutuhan keluarga nya.
Sejak kecil pasien cenderung pendiam dan tidak terbuka sehingga kedekatan
antara kelurga pun kurang terbina dengan baik. Selain itu pasien di didik
oleh ayah pasien dengan cara yang berat dan kadang dengan cara kekerasan.
Keterangan :
= Laki-laki
= Perempuan
= Pasien
G. Presepsi Pasien Tentang Diri Dan Kehidupannya
Pasien merasa dirinya tidak sakit serta tidak mengerti dan memahami tentang
penyakitnya yang membutuhkan pengobatan.
6
III. Status Mental
1) Deskripsi Umum
o Penampilan
Pasien laki-laki 24 tahun, tinggi 168 cm, bentuk tubuh kurus dengan
taksiran berat badan 52 Kg, memiliki kulit sawo matang, wajah tampak
bingung ketakutan, rambut pendek lurus tampak rapih. Saat wawancara
pasien menggunakan kaos warma biru, menggunakan celana panjang
biru dan tidak memakai alas kaki. Kuku tangan dan kaki bersih, tampak
gelisah dan kontak mata kurang.
o Perilaku dan aktivitas psikomotor
Selama wawancara pasien tidak dapat duduk tenang, gelisah, menunduk,
suka merubah posisi duduk, garuk-garuk tangan dan rambut, kooperatif,
sopan dan bersikap baik pada pemeriksa. Pertanyaan dijawab dengan
bingung dengan intonasi agak tersendat-sendat dan volume berkurang.
o Pembicaraan (speech)
Cara berbicara : Spontan.
Volume berbicara : Rendah
Irama : Teratur
Kelancaran berbicara : Tidak Lancar
Kecepatan berbicara : Pelan
Gaya berbicara : Tampak bingung.
o Sikap terhadap pemeriksa
Pemeriksa agak sulit menggali pertanyaan, karena pasien tidak begitu
mengerti dan aktif menjawab pertanyaannya sehingga terkadang
pemeriksa harus mengulang pertanyaan. Sikap pasien kooperatif, dapat
menerima pemeriksa, menjawab dengan bingung, terkadang menyangkal
namun cukup sopan. Pasien cukup perhatian dalam mendengarkan
pertanyaan yang dilontarkan pemeriksa, tatapan matanya tidak mampu
bertahan lama untuk menyimak pertanyaan yang dilontarkan
pewawancara, karena terlihat gelisah dan kontak mata juga jarang.
7
2) Aspek dan Ekspresi Afektif
o Mood : Hipotimia, anhedonia
o Afek : Terbatas
o Kesesuaian : Appropiate
3) Gangguan Persepsi (persepsi panca indera)
o Halusinasi
o Auditorik : ada riwayat
o Visual : ada riwayat
o Taktil : Tidak ada
o Olfaktorik : Tidak ada
o Gustatorik : Tidak ada
o Ilusi : Tidak ada
o Depersonalisasi : Tidak ada
o Derealisasi : Tidak ada
4) Proses Fikir
o Arus pikir
Produktivitas : Miskin ide
Kontinuitas :
Though Retardatium : Tidak Ada
Blocking : Tidak Ada
Asosiasi Longgar : Tidak Ada
Flight of idea : Tidak Ada
Word Salad : Tidak Ada
Neologisme : Tidak Ada
Sirkumstansialitas : Tidak Ada
Tangensialitas : Tidak Ada
Hendaya berbahasa : Tidak Ada
o Isi pikir
Gangguan isi pikiran :
Waham : Curiga, Bersalah
Ideas of References : Tidak Ada
8
Obsesi : Tidak Ada
5) Fungsi Kognitif dan Kesadaran
Kesadaran : Compos mentis
Orientasi : Cukup Baik
Waktu (pasien ingat hari, mampu menjelaskan saat ini sore hari
namun tidak ingat tanggal berapa)
Tempat (Ruang cendrawasih RSJ Lampung)
Orang (ingat nama pemeriksa : dokter muda Yopi dan mengetahui
bahwa yang mewawancarai adalah dokter muda, kenal teman
sekamarnya)
Konsentrasi : Kurang baik karena pasien tidak dapat menghitung dengan
baik pengurang 100-7 dan seterusnya.
Daya ingat.
Daya ingat segera : baik (pasien ingat nama dokter muda yang
wawancara saat itu).
Daya ingat tentang keadaan baru-baru ini (pasien ingat makan siang
dengan apa)
Daya Ingat Lama (Pasien ingat siapa nama guru SDnya)
Intelegensia dan Pengetahuan umum : kurang.
Nama 3 presiden yang pernah memimpin Indonesia?
(pertanyaan tidak dapat dijawab dengan baik oleh pasien)
Pikiran abstrak : kurang (pasien tidak dapat menjawab apa itu panjang
tangan, dan perbedaan serta persamaan jeruk dan apel).
6) Daya Nilai
o Daya nilai sosial: Baik.
o Menurut pasien tidak baik untuk memukul orang lain.
o Uji daya nilai : Kurang.
o Jika menemukan dompet di jalan dan terdapat identitas di dalam
dompet itu, pasien tidak berbuat apa-apa.
9
7) Reality Test Ability (RTA)
Terganggu
8) Tilikan : Derajat
Tilikan 1.
9) Taraf dapat Dipercaya.
o Dapat dipercaya.
Pada waktu yang berbeda, pasien memberikan kesimpulan jawaban
kurang lebih sama.
IV. Pemeriksaan Fisik
o Status internus
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital
- Tekanan darah : 110/70 mmhg
- Suhu : Afebris
- Nadi : 88 x/menit
- Pernafasan : 20 x/menit
Kepala : Normocephal, rambut hitam tidak mudah
dicabut
Thorax : Paru : Vesikuler +/+ , Rh-/-, Wh -/-
Jantung : S1-S2 reguler, Murmur -, gallop -
Abdomen : Tidak ada kelainan
Urogenital : Tidak ada kelainan
Ekstrimitas : Tidak ada kelainan
Kelainan khusus lainnya : tidak ada kelainan khusus
o Status Neurologis
Gangguan rangsang meningeal : tidak ada
Mata :
gerakan baik : Kelumpuhan tidak ada, nistagmus(-)
Persepsi : Baik
Bentuk Pupil : Bentuk bulat (+/+), isokor
10
Rangsang Cahaya : Reaksi cahaya (+/+)
Motorik
Tonus : Baik
Turgor : Baik
Kekuatan : Baik
Koordinator : Baik
Refleksi : Baik
V. Ikhtisar Penemuan Bermakna
Pasien seorang laki-laki usia 24 tahun, belum menikah, berpenampilan sesuai
dengan usianya, bertubuh tinggi dan kurus, berkulit sawo matang, berambut
pendek lurus dan berwarna hitam. Pada saat diwawacara pasien mengenakan
kaos warna biru dan celana panjang warna biru. Pasien duduk di samping
pewawancara, kadang-kadang tampak gelisah, kontak mata kadang ada kadang
tidak. Pasien masih mampu menjawab pertanyaan dengan baik, namun
bahasanya tidak lancar dan tampak bingung.
Pasien sebelumnya datang diantar dengan ayah dan ibu kandung serta dua
saudaranya, tepatnya pada tanggal 18 Agustus 2015 pukul 11.00 WIB.
Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 5 september 2015 pukul 11.30 WIB,
Pasien dibawa ke RSJ Bandar Lampung karena dikeluhkan sering mengamuk,
berkata tidak jelas, merusak perabotan rumah tangga serta menangis sendiri.
Sekitar 1 bulan sebelum masuk rumah sakit keluhan pasien dirasakan, semakin
lama semakin memberat, pasien menjadi sangat mudah marah dan mengamuk
serta pembicaraanya menjadi lebih kacau seperti orang kebingungan lalu
menangis setelah itu.
Sekitar 1 tahun SMRS pasien mengalami perubahan dalam hidupnya. Pada
dasarnya pasien pendiam dan tertutup kepada siapapun termasuk keluarganya.
Mulai pada usia 17 tahun pasien mempunyai prasaan suka kepada lawan jenis.
Namun menurut pengakuan pasien dia tidak dapat meneruskan prasaannya
tersebut. Hal tersebut dibenarkan oleh ayahnya. Awalnya pasien tidak mau
11
meneruskan sekolah lagi setelah lulus SD dikarenakan kemauannya sendiri.
Pasien sehari-harinya membantu kedua orang tuanya di sawah. Pasien bercerita
kepada orang tuanya bahwa pasien merasa putus asa dalam mengejar wanita.
Kemudian tiba-tiba beberapa hari setelah itu pasien mudah marah mengamuk,
berkata-kata tidak jelas, Namun beberapa waktu setelah itu pasien kembali
marah-marah, mengamuk-ngamuk berkata tidak jelas, dan merusak perabotan
rumah tangga serta mengganggu lingkungan sekitar dan selalu menangis
sesudah itu. Sejak saat itu pasien sedikit makan.
Secara umum kondisi pasien semakin lama semakin menurun dan menjadi lebih
parah dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Akhirnya oleh keluarga, pasien
diputuskan untuk dibwa ke RSJ.
Saat wawancara pasien terlihat hipoaktif, curiga dan menutup diri. Hal ini
terlihat dari tatapan mata pasien yaitu seringnya melihat dan terkesan curiga
terhadap pemeriksa atau pun benda-benda yang ada disekitarnya. kontak mata
dari awal hingga akhir pembicaraan terkesan baik namun terkadang kontak mata
pasien tidak baik lebih banyak menghindari kontak mata. Pembicaraan yang
ditunjukkan pasien spontan, lancar, intonasi menurun namun terkadang
meningkat, volume rendah, kualitas kurang, kuantitas cukup namun sesekali
terdapat irelevansi. Saat wawancara pasien terkesan menutupi masalahnya.
Pasien juga menunjukan sikap kooperatif. Pasien menyangkal penuh terhadap
apa yang dialaminya.
Saat dilakukan anamesis pada pasien ditemukan adanya gejala-gejala psikotik
berupa halusinasi auditorik yang bersifat comenting dan commending.
VI. Formulasi Diagnostik
Berdasarkan ikhtiar penemuan bermakna, kasus ini dapat dinyatakan
mengalami gangguan jiwa karena adanya distres / penderitaan dan akhirnya
timbul suatu Gangguan fungsi (hendaya) dalam fungsi pekerjaan dan aktivitas
sehari-hari pasien. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami
suatu gangguan jiwa sesuai dengan definisi yang tercantum dalam PPDGJ-IV.
12
Berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna, maka kasus ini dapat digolongkan ke
dalam :
1. Gangguan psikotik karena adanya hendaya menilai realita yang
dibuktikan dengan adanya :
Waham : pikiran yang menyuruh pasien mengomentari pasien
adalah orang tidak berguna.
Perilaku kacau atau terdisorganisasi yaitu pasien mondar mandir di
rumah, gelisah, sulit tidur.
2. Gangguan jiwa ini sebagai Gangguan Mental Non Organik (GMO)
karena :
Tidak ada gangguan jiwa yang disebabkan oleh penyakit organic
Tidak ada gangguan kesadaran neurologic
Tidak ada gangguan kognitif (orientasi dan memori)
Tidak ada gangguan akibat penyalahgunaan obat dan psikoaktif
yang berefek pada episode saat ini.
3. Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif : tidak
ada karena pasien tidak pernah menggunakan zat psikoaktif.
Menurut DSM IV-TR kriteria diagnosis untuk menegakkan diagnosis gangguan
Skizoafektif adalah sebagai berikut :
A. Suatu periode penyakit yang berkesinambungan selama sutu waktu,
terdapat salah satu Episode Depresi Mayor, Episode manik atau episode
campuran yang terjadi bersama-sama dengan gejala yang memenuhi
kriteria A. Skizofrenia. Catatan : Episode Depresi Mayor harus termasuk
kriteria A1 : mood terdepresi.
B. Selama periode penyakit yang sama, terdapat waham atau halusinasi
selama paling kurang 2 minggu tanpa gejala mood yang menonjol.
C. Terdapat gejala yang memenuhi kriteria suatu periode mood untuk
bagian besar durasi total periode aktif dan residual dari penyakit.
D. Gangguan bukan karena efek fisiologis langsung dari zat (misalnya,
penyalahgunaan zat, pengobatan) atau suatu kondisi medis umum.
13
Tipe :
a. Tipe bipolar : jika gangguan termasuk suatu episode manik atau
campuran (atau suatu episode manik atau campuran dan episode
depresi mayor)
b. Tipe depresi : jika gangguan hanya termasuk episode depresi mayor.
Menurut DSM IV diagnosis Skizoafektif tipe depresif dapat ditegakkan apabila
terdapat:
1. Pada saat episode yang sama, terdapat episode depresi yang bersamaan
dengan gejala pada kriteria A untuk skizofrenia yakni: Gejala karakteristik :
2 atau lebih dari gejala muncul dalam waktu yang signifikan selama 1 bulan
(atau kurang bila berhasil diobati)
a. Waham
b. Halusinasi
c. Disorganisasi dalam berbicara (inkoherensi, dll)
d. Perilaku disorganized, katatonik
e. Gejala negatif yaitu afek yang mendatar,dll.
Bila waham yang terdapat pada pasien adalah waham aneh atau halusinasi yang
bersifat commenting maka 1 gejala sudah dapat memenuhi.
2. Selama periode sakit (episode), terdapat waham atau halusinasi setidaknya
minimal 2 minggu dimana tidak ada gejala gangguan mood/afektif yang
berarti
3. Gejala yang memenuhi kriteria episode gangguan mood jelas terjadi pada
bagian dari total durasi periode aktif dan residual dari penyakit
4. Gangguan ini terjadi bukan karena efek langsung dari zat psikoatif ataupun
penyakit sistemik tertentu.
14
Adapun Gejala utama untuk mood depresif yaitu :
Mood depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi yang
menyebabkan rasa mudah lelah dan menurunnya aktifitas.
Gejala lainnya, yaitu :
• Konsentrasi berkurang
• Kepercayaan diri berkurang
• Rasa bersalah dan tidak berguna
• Pandangan masa depan yang suram dan pesimis
• Pikiran-pikiran yang membahayakan diri atau bunuh diri
• Tidur kebanyakan atau sedikit
• Nafsu makan bisa berkurang atau sebaliknya.
Menurut PPDGJ-III Gangguan Skizoefektif tipe depresif :
Kategori ini harus dipakai baik untuk episode skizoafektif tipe depresif yang
tunggal, dan untuk gangguan berulang dimana sebagian besar episode
didominasi oleh skizoafektif tipe depresif.
Afek depresif harus menonjol, disertai sedikitnya dua gejala khas, baik
depresif maupun kelainan perilaku terkait seperti tercantum dalam uraian
untuk episode depresif.
Dalam episode yang sama, sedikitnya harus jelas ada satu, dan sebaiknya ada
dua, gejala khas skizofrenia.
Menurut PPDGJ-IV
Diagnosa skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitif adanya
skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat yang
bersamaan (simultaneously) atau beberapa hari yang satu sesudah yang
lainnya dalam satu episode penyakit yang sama dan bila mana sebagai
konsekuensi dari ini episode penyakit tidak memenuhi kriteria baik
skizofrenia atau episode manik atau depresif.
Diagnosa tidak bisa digunakan bila gejala skizofrenia dan gangguan afektif
dalam episode penyakit yang berbeda.
Sedangkan gangguan skizoafektif tipe depresif digunakan baik untuk
episode skizoafektif tipe depresif yang tunggal maupun berulang dengan
sebagian besar episode skizoafektif tipe depresif. Afek depresif harus
15
menonjol, disertai oleh sedikitnya dua gejala khas, baik depresif maupun
kelainan perilaku terkait seperti tercantum dalam uraian untuk episode
depresif (F32).
Pada pasien ini telah memenuhi gejala yang khas untuk skizofrenia yaitu
halusinasi auditorik dan waham tidak sistematis. Menurut pasien ia mendengar
suara bisikan yang tidak ada wujudnya di telinganya yang tidak jelas seorang
wanita. Selain itu juga pasien merasa dirinya tidak berguna di dunia ini. Pada saat
yang bersamaan pasien juga mengalami gangguan afektif berupa tipe depresif
yaitu mood depresif (sedih, murung), kehilangan minat dan mudah lelah sehingga
aktifitas menurun, selain itu juga pasien merasa hidupnya tidak berguna, nafsu
makan berkurang, konsentrasi dan perhatian menurun, dan terkadang terlintas
pikiran untuk mengakhiri hidupnya.
Kemampuan intelegensia atau kognitif yang kurang yang menyebabkan pasien
tidak dapat melanjutkan pendidikannya sehingga diagnosis retardasi mental dapat
ditegakkan untuk axis II. Jadi, retardasi mental pada pasien ini diakibatkan karena
adanya physical abuse.
.
Untuk mengklasifikasikan ke dalam jenis retardasi mental ringan, sedang, berat,
dan sangat berat, kita dapat menentukan dari seberapa berat tingkat gangguan
intelegensia dan disfungsi dalam pekerjaan, sosial, maupun perawatan diri. Pada
pasien ini memiliki fungsi pekerjaan tidak baik dan fungsi sosial yang tidak baik
Dalam kemampuan menolong diri sendiri pada saat ini dapat dikatakan cukup
karena pasien mau makan dan mandi sendiri.
Berdasarkan keterangan di atas, maka sesuai dengan kriteria PPDGJ III diusulkan
diagnosis axis II pada pasien memenuhi kriteria diagnosis: retardasi mental
sedang (F71).
VII. Evaluasi Multiaksial
AKSIS I : Gangguan Skizoafektif tipe depresif (F25.1)
16
AKSIS II : Belum ada diagnosa
AKSIS III : Belum ada diagnosa
AKSIS IV : Problem psikososial & lingkungan kasus ini terdiri dari :
Masalah ekonomi dalam keluarga.
Masalah kekerasan fisik
AKSIS V : Skala GAF tertinggi pada 1 tahun terakhir: 52 (Gejala
sedang / moderate, disabilitas sedang. GAF sekarang : 57.
VIII. Daftar Masalah
Organo biologis : tidak ada
Psikologis :
Riwayat melakukan percobaan kekerasan fisik pada dirinya.
Pasien merasa dirinya tidak berguna lagi di dunia
Adanya pikiran pasien yang menyuruhnya untuk melakukan
tindakan melindungi diri dari orang-orang yang jahat.
Pasien merasa sedih dan terlihat murung serta sering melamun
Lingkungan dan sosial ekonomi :
Hubungan keluarga yang tidak dekat antar keluarga
Keluarga termasuk dalam ekonomi dan penidikan yang
menengah ke bawah
.
IX. Rencana Terapi
Psikofarmakologi:
Obat anti Depresan golongan SSRI cth :
fluoxetine 20mg (dewasa) 1x1 dengan dosis maksimal 80mg/hari.
Obat antipsikosis : Risperidon 1x2mg
Non-Farmakologi
Terapi Kognitif :
17
Suatu teknik mengajarkan pasien cara berpikir dan bersikap untuk
menggantikan sikap negative yang salah mengenai diri mereka
sendiri, dunia dan masa depan. Terapi ini merupakan terapi
program jangka pendek.
Terapi perilaku
Terapi perilaku sering digunakan untuk menerapi
ketidakberdayaan yang dipelajari pada sejumlah pasien yang
tampaknya menghadapi setiap tantangan kehidupan dengan rasa
ketidakmampuan.
Terapi Interpersonal
Berlangsung sekitar 12-16 minggu sesi dan dapat dikombinasi
dengan obat antidepresan.
Terapi keluarga dan Kelompok
Terapi keluarga dapat membantu pasien dan keluarga pasien untuk
menghadapi gejala gangguan. Dapat membantu pasien yang menarik
diri serta mempelajari cara baru menghadapi masalah
interpersonalnya di dalam situasi sosial.
VIII. Prognosis
o Quo ad Vitam : Ad bonam
o Quo ad Functionam : Dubia ad bonam
o Qua ad Sanationam : Dubia ad malam
DAFTAR PUSTAKA
18
1. Kaplan, I. H. and Sadock, J. B. Sinopsis Psikiatri Ilmu Perilaku Psikiatri
Klinis, Edisi Ketujuh. Binarupa Aksara Publisher: Jakarta. 2010.
2. Departemen Psikiatri FKUI. Buku Ajar Psikiatri.Fakultas Kedokteran
Indonesi. Jakarta: 2010.
3. Hawari, D. Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Dana Bhakti Prima
Yasa: Yogyakarta. 1997.
4. Maslim, Rasdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan ringkas dari
PPDGJ-III. Cetakan pertama.
5. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder. 4th Edition. American
Psychiatric Association. Washington DC.
6. American Psychiatric Association. Diagnosis dan Statistical Manual of Mental
disorders (DSM IV TM). American Psychological Association (APA):
Washington DC. 1996.
19
top related