2b permukiman
Post on 19-Jan-2016
44 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2011STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2011 II - 8II - 8
PERMUKIMAN II B
B. PERMUKIMAN
B.1. Tekanan Permukiman Terhadap Lingkungan
Pada umumnya karakteristik permukiman penduduk di Kota Tegal sudah diatas rata-rata,
karena sebagian besar penduduk telah berkehidupan diatas garis kemiskinan. Kondisi permukiman
penduduknya sudah banyak yang berlantai dan setiap rumah rata-rata dihuni oleh 4 orang. Namun
di Kota Tegal keberadaan fasilitas perumahan belum dapat dijumpai setiap kecamatan, hanya
kecamatan yang berada di jalur aksesibilitas utama yang memiliki fasilitas tersebut. Prosentase
jumlah penduduk miskin terhadap keseluruhan penduduk Kota Tegal mencapai 13,66%, dapat
dilihat pada tabel dibawah ini;
Tabel 2.1 Jumlah rumah tangga miskin kota Tegal tahun 2010
No. Kecamatan
Jumlah Rumah Tangga
Jumlah Rumah Tangga Miskin
1. Tegal Selatan 15.875 2.679
2. Tegal Timur 19.839 2.584
3. Tegal Barat 17.092 1.731
4. Margadana 14.979 2.269
Jumlah 67.785 9.263
Sumber: Bappermas Kota Tegal
Penduduk yang tinggal diwilayah kumuh, bantaran sungai dan pasang surut sebenarnya
prosentasenya lebih kecil,namun secara intens gaya hidup mereka banyak memberi tekanan pada
lingkungan dengan membuang sampah dan limbahnya sembarangan ke badan air maupun lahan
terbuka sekitarnya Semakin tinggi tingkat ekonomi, sampah yang dihasilkan semakin beragam.
Sebaran permukiman kota Tegal dapat dilihat pada peta berikut (gambar 2.2) ini;
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2011STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2011 II - 9II - 9
PERMUKIMAN II B
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2011STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2011 II - 15II - 15
PERMUKIMAN II B
2.2.1. Cara Pembuangan Sampah
Sumber-sumber sampah di Kota Tegal antara lain berasal dari :
1. Sampah
Permukiman,
Sampah ini berasal
dari rumah tangga
perkampungan
maupun permukiman
jalan protokol.
Sampah ini berasal
dari aktivitas dapur,
sampah pohon di
halaman maupun
kegiatan rumah
tangga lain.
2. Sampah Pasar Tradisional, Merupakan sampah dari kegiatan pasar, baik sisa bahan
pembungkus maupun sisa bahan-bahan yang diperjualbelikan yang tidak dapat
dimanfaatkan lagi. Kebanyakan merupakan sisa sayur-mayur dan buah-buahan.
3. Sampah Pasar Modern, sumber sampah berasal dari pertokoan atau daerah
perdagangan, biasanya berupa sampah kertas plastik pembungkus atau sisa bahan
yang dijual. sampah bersifat tidak mudah membusuk.
4. Sampah Hotel dan Penginapan, sumber sampah ini berasal dari semua kegiatan
hotel atau penginapan. Sampah yang dihasilkan biasanya berupa sampah kertas,
makanan. sampah dapur dan lain-lain.
5. Sampah Rumah Sakit, merupakan sampah yang berasal dari aktivitas rumah sakit
baik ternasuk sampah yang berasal dari kegiatan laboratorium. Biasanya sampah
yang dibuang di TPA adalah sampah jenis non B3.
6. Sampah Industri, sampah jenis ini berasal dari sisa-sisa aktivitas pemrosesan di
industri. Sampah dari kawasan ini yang dihasilkan dan dibuang ke TPA adalah
sampah jenis non B3.
7. Sampah Jalan, merupakan sampah yang berasal dari pejalan kaki, pengendara
kendaraan maupun berasal dari pengguna jalan yang lain. Sampah jalan ditangani
oleh penyapu jalan baik dalam pengumpulan maupun pengangkutan. Sebenarnya
seluruh jalan di Kota Tegal memberikan kontribusi sampah, akan tetapi hanya pada
jalan-jalan utama (jalan protokol) yang telah ditangani oleh Diskimtaru Kota Tegal.
0 500 1,000
675
675
600
700
700
379
400
400
400
400
(M3)
Volume Yang Terangkut
Gambar 9. Volume Sampah dan Sampah yang Terangkut per haridi Kota Tegal Tahun 2006-2010 (M3)
Volume of Waste and Waste Transported per day in Tegal 2006-2010Grafik 2.4 Volume sampah dan jumlah yang telah terangkut
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2011STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2011 II - 15II - 15
PERMUKIMAN II B
Pengelolaan sampah Kota Tegal berada dibawah Dinas Permukiman dan Tata Ruang Kota
Tegal. Pengelolaan dilakukan dengan cara komunal oleh masyarakat yaitu dengan
ditimbun/dibakar pada lahan di pekarangannya sendiri dan oleh Dinas Permukiman dan
Tata Ruang Kota Tegal dilakukan dengan metode pengumpulan pada bak-bak sampah,
pengengkutan oleh gerobak sampah menuju TPS dan pengangkutan dengan truk menuju
TPA.
Gambar 2.3 Kontainer Sampah Kota Tegal (Jalan Perintis Kemerdekaan)
Gambar 2.4.TPS Sampah Kota Tegal di tepi jalan
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2011STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2011 II - 15II - 15
PERMUKIMAN II B
Gambar 2.5 TPS pelabuhan Kota Tegal
Gambar 2.6. TPS dekat industri ikan
Kondisi eksiting prasarana dan sarana persampahan Kota Tegal dapat dilihat sebagai
berikut :
Tabel 2.2 Pengumpulan
No Jenis jumlah Volume Rata-rata
1 Gerobak/Becak sampah 360 2520 m3 360 m3
2 Becak motor 4 - -
3 TPS 85 5950 m3 850 m3
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2011STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2011 II - 15II - 15
PERMUKIMAN II B
Sumber : RPIJM Bidang Keciptakaryaan Kota Tegal Tahun Anggaran 2008
Tabel 2.3 Pemindahan
No Jenis Sarana Jumlah
1 Transfer Depo 4
2 Transfer Station -
Sumber : RPIJM Bidang Keciptakaryaan Kota Tegal Tahun Anggaran 2008
Tabel 2.4 Pengangkutan
No Jenis Angkutan Volume Jumlah Kondisi
1 Dump truk 5 m3 11 baik
2 Arm Roll Truck 4 m3 4 baik
3 Compactor truck - - -
4 Trailer Truck - - -
5 Truck bak Kayu - - -
6 Mimi truck - - -
Sumber : RPIJM Bidang Keciptakaryaan Kota Tegal Tahun Anggaran 2008
Pengelolaan persampahan di Kota Tegal saat ini ditangani oleh Diskimtaru Kota Tegal dan
didukung oleh masyarakat melalui Paguyuban Kebersihan Lingkungan yang dikelola oleh
Kelurahan (RT/RW). Diskimtaru Kota Tegal dalam melaksanakan tugasnya khusus
menangani persampahan di Kota Tegal dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.5 Prosentase Asumsi Timbulan Produksi Sampah Kota Tegal Tahun 2007
No Sumber Produksi sampah (m3/hari) Persentase (%)
1 Pemukiman 542 77,42
2 Pasar Tradisional 48 6,86
3 Pasar Modern 36 5,14
4 Hotel dan penginapan 27 3,86
5 Rumah sakit 11 1,57
6 Industri (non B3) 28 4,00
7 Urban 6 0,86
8 Lain-lain 2 0,29
Jumlah 700 100
Sumber : RPIJM Bidang Keciptakaryaan Kota Tegal Tahun Anggaran 2008
Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Lokasi Jalan Mataram Kelurahan Muarareja Kecamatan Tegal Barat, dengan luas lahan
TPA 6,6 Ha. Jarak TPA ke pemukiman terdekat 0,5 Km serta Jarak TPA ke sungai/pantai
terdekat 0,3 Km, untuk rencana pemakaian TPA tersebut dari tahun 2006 sampai dengan
tahun 2010
Tabel 2.6 Kondisi Eksisting Prasarana Dan Sarana Persampahan Kota Tegal
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2011STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2011 II - 15II - 15
PERMUKIMAN II B
No Jenis Sarana Jumlah Kondisi
1 Buldoser 1 baik
2 Power shovel - -
3 Excavator 1 baik
4 Whell oader - -
5 Kantor pengelola
Sumber : RPIJM Bidang Keciptakaryaan Kota Tegal Tahun Anggaran 2008
Gambar 2.7. TPA Kota Tegal
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2011STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2011 II - 15II - 15
PERMUKIMAN II B
Gambar 2.8. Unit pengolahan sampah komposting TPA Kota Tegal
Gambar 2.9 Unit pengolahan sampah komposting TPA Kota Tegal
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2011STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2011 II - 16II - 16
PERMUKIMAN II B
Gambar 2.10 Peta Jaringan Sampah Kota Tegal
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2011STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2011 II - 18II - 18
PERMUKIMAN II B
Permasalahan persampahan ditingkat masyarakat
1. Kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat masih kurang
2. Prilaku masyarakat Kota Tegal membuang sampah di sungai atau badan saluran
masih banyak terlihat
3. Kesadaran masyarakat untuk membayar retribusi kebersihan masih rendah
4. Terdapat beberapa masyarakat yang belum terjangkau oleh layanan persampahan
5. Pada saat ini rumah tangga yang berasal dari permukiman yang berada diluar jalan
protokol belum ditangani secara baik, dan masih ditangani secara individual.
Permasalahan persampahan ditingkat pemerintah
1. Minimnya sistem perencanaan persampahan termasuk data base persampahan
2. Pihak Pemerintah Kota Tegal melalui Dinas Permukiman dan Tata Ruang Kota Tegal
mengalami kesulitan menempatkan TPS ( baik permanen maupun kontainer)
3. Status lahan TPA yang masih sewa dengan masa akhir pemakaian Tahun 2010
4. Pemerintah Kota Tegal belum memiliki TPA sanitary landfil
Permasalahan persampahan ditingkat swasta
Peran swasta masih terbatas pada pemanfaatan sampah yang masih dapat dijual kembali
bukan secara langsung mendaur ulang sampah tersebut
2.2.2. Tempat Buang Air Besar.
Permasalahan air limbah rumah tangga di Kota Tegal adalah sebagai berikut :
1. Terbatasnya sarana infrastruktur pengelolaan air limbah rumah tangga, dibeberapa
wilayah banyak dijumpai sarana pembuangan air limbah tidak tertata atau dikelola
dengan benar.
2. Kerusakan IPLT (Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja) yang terletak di Kelurahan
Muarareja Kecamatan Tegal Barat Kota Tegal.
Pengelolaan air limbah Kota Tegal telah alihkan kewenangannya dari Kantor Kantor
Lingkungan Hidup Kota Tegal ke Dinas Permukiman dan Tata Ruang Kota Tegal.
Pengelolaan sanitasi dapat dilakukan dengan 2 (dua) sistem yaitu : Sistem Pengolahan Air
Limbah Setempat (on-site system) dan Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat (off-site
system).
Sistem pengolahan air limbah setempat (on-site system) adalah sistem penanganan air
limbah domestik yang dilakukan secara individual/komunal dengan fasilitas dan pelayanan
dari satu atau beberapa bangunan, yang pengelolaannya diselesaikan secara setempat
atau di lokasi sumber, seperti : cubluk, tangki septik (septic tank) dan paket pengolahan
skala kecil.
Sedangkan sistem pengolahan air limbah terpusat (off-site system) adalah sistem
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2011STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2011 II - 18II - 18
PERMUKIMAN II B
penanganan air limbah domestik melalui jaringan pengumpul yang diteruskan ke Instalasi
Pengelolaan Air Limbah (IPAL)
Sistem ini adalah yang terbaik untuk memecahkan masalah sanitasi di daerah padat
penduduk dalam jangka waktu lama, tetapi mebutuhkan biaya investasi yang tinggi. Sistem
ini dibangun berdasarkan standar kualitas yang cukup tinggi dan terdiri atas sambungan
rumah, jaringan pipa pengumpul, pipa pembawa, stasiun pompa dan instalasi pengolahan
air limbah yang dipusatkan pada satu atau beberapa lokasi saja untuk melayani
permukiman di suatu kota. Sistem ini menganut metoda self cleansing sehingga
membutuhkan kemiringan saluran yang cukup. Sistem pengelolaan air limbah di Kota Tegal
masih banyak menggunakan sistem pengolahan air limbah setempat (on-site system) baik
itu secara individu dan dibeberapa tempat secara komunal. Di sisi lain masih banyak warga
masyarakat yang belum memiliki pengelolaan air limbah dan membuang limbahnya ke
saluran atau sungai. Berdasarkan data dari Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan Kota
Tegal Tahun 2007 baru 75,244% dari total penduduk Kota Tegal yang sudah dilayani oleh
sarana pembuangan air limbah dengan sistem setempat (on site) dengan perincian dilayani
dengan Cubluk Non Leher Angsa (CNLA) dan 0,224% dilayani dengan Septictank Leher
Angsa (STLA). Sedangkan yang telah memanfaatkan atau menggunakan Saluran
Pembuangan Air Limbah (SPAL) adalah 0,112% dari total penduduk Kota Tegal.
Pembuatan IPAL domestik skala komunal yang melayani 14 kk lebih dibuat di Kelurahan
Margadana, sebagai kegiatan percontohan. Sedangkan penanganan sanitasi secara
komunal yang lainnya berupa kegiatan pembangunan sanimas di Kelurahan Keturen,
Kelurahan Tegalsari dan Kelurahan Pesurungan Lor untuk mengatasi permasalahan limbah
domestik. Pengelolaan limbah rumah tangga di Kota Tegal dilakukan secara individual pada
masing-masing rumah tangga serta belum terdapat penanganan air limbah dengan system
rioolering atau sistem lainnya. Pengelolaan air bekas rumah tangga dilakukan secara
individual dengan memanfaatkan saluran drainase dan sebagian menggunakan SPAL.
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2011STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2011 II - 19II - 19
PERMUKIMAN II B
Gambar 2.11 Peta Jaringan Sampah Kota Tegal
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2011STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2011 II - 21II - 21
PERMUKIMAN II B
2.2.3. Kebutuhan Air Bersih
Jumlah Pengguna jasa PDAM di Kota Tegal Tahun 2011 dapat dilihat pada tabel dibawah
ini :
Tabel 2.7 Jumlah Pelanggan Air PDAM di Kota Tegal Tahun 2010
No BulanSosial
Instansi Rumahtangga Niaga Industri Pelabuhan Lainnya JumlahPemerintah
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1 Januari 158 156 11.564 1.610 37 1 90 13.616
2 Pebruari 158 156 11.564 1.605 35 2 87 13.607
3 Maret 158 156 11.560 1.604 35 2 89 13.604
4 April 158 156 11.554 1.601 35 2 92 13.598
5 Mei 158 156 11.559 1.597 35 2 94 13.601
6 Juni 156 156 11.562 1.593 35 2 89 13.593
7 Juli 155 156 11.557 1.591 35 2 92 13.588
8 Agustus 155 156 11.551 1.592 35 2 99 13.590
9 September 154 156 11.560 1.591 35 2 91 13.589
10 Oktober 154 156 11.564 1.587 35 2 91 13.589
11 Nopember 154 156 11.574 1.587 35 2 92 13.600
12 Desember 151 156 11.569 1.588 35 2 90 13.591
Sumber:PDAM Kota Tegal/ PDAM of Tegal
Gambar 2.12 Reservoir Air Bersih Kota Tegal
Tabel diatas memperlihatkan bahwa konsumen PDAM yang mencapai 20% menunjukkan tingginya
kebutuhan masyarakat Kota Tegal akan air bersih yang terjamin kualitasnya.
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2011STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2011 II - 21II - 21
PERMUKIMAN II B
Permasalahan air bersih Kota Tegal ditingkat masyarakat :
1. Besarnya angka pertumbuhan penduduk Kota Tegal mengakibatkan harus mencari
alternatif baru sumber air baku.
2. Beberapa masyarakat di Kota Tegal yang belum terakses oleh layanan air bersih,
contohnya Kecamatan Margadana dan Kecamatan Tegal Timur belum seluruhnya terlayani
jaringan perpipaan PDAM.
3. Faktor ekonomi masyarakat yang rendah/terbatas menjadi alasan masyarakat tersebut
untuk tidak melakukan pemasangan jaringan air bersih dari PDAM.
4. Banyak masyarakat berpendapat bahwa kualitas air PDAM kurang bagus, sehingga
masyarakat lebih mengandalkan sumber sumur dalam untuk memperoleh sumber air
bersih.
Permasalahan air bersih ditingkat PDAM
1. Debit air dari suplai PDAM sangat kecil, sehingga tidak mencukupi kebutuhan air bersih
masyarakat di Kota Tegal.
2. Banyak terjadi sehingga kinerja dan usia sistem distribusi kurang efesien. Kebocoran air
sebesar 48,20% yang dikarenakan adanya sambungan liar/pencurian air, water meter
rusak/tidak berfungsi, pencatatan meter air yang tidak akurat.
3. Kurangnya jam kerja operasional, hal ini disebabkan oleh kurangnya tekanan air pada sistem
transmisi dan distribusi.
4. Kinerja dan umur sistem distribusi kurang efesien.
B.2. Kemiskinan
Jumlah penduduk miskin di Tegal cenderung menurun. Kemiskinan juga berhubungan
dengan rumah tempat tinggal. Mengingat masih banyak penduduk yang tidak mampu membuat
atau memperbaiki rumah secara layak, maka kondisi rumah dapat juga mencerminkan kondisi
lingkungan sekitar rumah. Keberadaan jamban dan saluran pembuangan air limbah (SPAL)
bagi setiap rumah dapat mencerminkan kondisi lingkungan sekitar rumah. Kondisi rumah di
Tegal yang memiliki jamban tercatat 95,89 persen. Ditinjau dari pentahapan keluarga
sejahtera dapat dibedakan menjadi Keluarga Pra Sejahtera, Keluarga Sejahtera I, Keluarga
Sejahtera II, Keluarga Sejahtera III dan Keluarga Sejahtera III Plus. Untuk Keluarga Sejahtera II, III,
dan III Plus terjadi peningkatan kesejahteraan. Hal ini kemungkinan disebabkan kondisi lingkungan
yang baik sehingga mempengaruhi kegiatan/ pertumbuhan ekonomi yang naik, yang selanjutnya
pendapatan keluarga meningkat.
Pembangunan Perkotaan di Indonesia saat ini dihadapi oleh masalah besarnya jumlah
penduduk yang bermukim di perkotaan dan tingginya arus urbanisasi. Hampir seperempat dari
penduduk perkotaan tersebut (23,1%), hidup di kawasan permukiman kumuh. Ini artinya hampir 10%
dari total penduduk masih memerlukan perhatian yang serius dalam pembangunan perkotaan,
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2011STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2011 II - 21II - 21
PERMUKIMAN II B
khususnya perumahan dan permukiman perkotaan. Semakin banyaknya penduduk Indonesia yang
tinggal di daerah perkotaan, terutama disebabkan oleh tingginya arus urbanisasi penduduk. Dengan
adanya tingkat perpindahan penduduk yang cepat (laju urbanisasi antara 1% - 1,5% per tahun),
maka dalam kurun waktu 20 hingga 25 tahun lagi jumlah penduduk perkotaan di Indonesia akan
dapat mencapai 65%.
Besarnya arus urbanisasi ini disebabkan oleh adanya 2 faktor, yaitu daya tarik perkotaan
sebagai penyedia lapangan kerja, fasilitas dan utilitas publik (pull factor) dan adanya tekanan
kawasan perdesaan yang mempunyai keterbatasan lapangan kerja, fasilitas dan utilitas publik (push
factor). Selain itu, terdapat beberapa faktor yang dapat memperluas besaran permukiman kumuh di
perkotaan, yaitu :
a. Kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hunian/papan masih sangat terbatas;
b. Belum adanya data dan informasi serta peta masalah yang terukur dari setiap kota yang
menggambarkan data up to date kawasan permukiman kumuh. Minimnya data dan informasi ini
dapat menjadi kendala dalam penyusunan kebijakan penanganan perumahan dan permukiman
kumuh perkotaan. Selain itu, masih terdapat Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW)
kabupaten dan kota yang belum dapat memberikan jaminan ketersediaan lahan bagi perumahan
masyarakat berpenghasilan rendah. Akibatnya, strategi untuk menangani kawasan permukiman
kumuh, termasuk pembagian peran yang sinergis antara pemerintah pusat, pemerintah daerah,
masyarakat, dan sektor swasta belum dapat dilaksanakan dengan baik.
c. Orientasi pembangunan daerah yang lebih banyak ditujukan untuk peningkatan ekonomi formal,
dan hanya sedikit mempertimbangkan kebutuhan sosial ekonomi rakyat miskin dan rentan di
perkotaan.
Kecenderungan ini dapat membatasi kesempatan untuk masyarakat miskin mendorong
kemampuan sosial ekonominya sebagai warga permukiman kumuh yang umumnya berada disektor
informal.
Saat ini Departemen PU melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya telah berupaya untuk menangani
permukiman kumuh perkotaan secara maksimal yang dilakukan melalui berbagai program, yaitu:
a. Peningkatan Kualitas Permukiman Perkotaan
Peningkatan kualitas permukiman untuk permukiman kumuh kategori ringan dan sedang,
dilakukan dengan peningkatan kualitas prasarana permukiman seperti jalan setapak, saluran
drainase dan prasarana air minum. Program ini juga dilakukan untuk prasarana permukiman di
lingkungan Rumah Sederhana Sehat (RSH). Hingga saat ini telah dilakukan peningkatan kualitas
prasarana dan sarana permukiman pada lingkungan RSH sebanyak 201.364 unit.
b. Peremajaan Kota (Pembangunan Rusunawa)
Untuk menangani permukiman kumuh kategori berat dilakukan dengan upaya peremajaan kota
dan pembangunan Rumah Susun Sederhana (Rusuna), khususnya pada lahan-lahan yang
STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2011STATUS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2011 II - 21II - 21
PERMUKIMAN II B
bernilai ekonomi tinggi dan berkepadatan penduduk tinggi di perkotaan. Hingga saat ini telah
dilakukan pembanguna Rusunawa 12.672 unit yang tersebar di berbagai kota di Indonesia.
c. Peningkatan Pelayanan Prasarana Permukiman Berbasis Masyarakat (Pamsimas/Sanimas)
Program pembangunan prasarana permukiman, khususnya untuk air minum berbasis
masyarakat (Pamsimas) dilaksanakan di 110 kota yang mencakup 5000 kelurahan/desa.
Program ini membangun prasarana air minum dengan basis pemberdayaan masyarakat serta
pengembangan kondisi sosial ekonomi penduduk setempat. Program ini juga menekankan
capacity building untuk meningkatkan peran masyarakat dalam pembangunan yang berprinsip
bottom up development. Program Pembangunan Sanitasi berbasis Masyarakat (Sanimas)
dilaksanakan di 206 lokasi yang mencakup 15.968 keluarga atau 75.203 penduduk. Program ini
membangun prasararana sanitasi berdasarkan partisipasi masyarakat yang juga menekankan
pentingnya capacity building masyarakat.
d. Pengentasan Kemiskinan (PNPM Mandiri/P2KP)
Salah satu upaya untuk mengurangi besaran permukiman kumuh perkotaan adalah melalui
peningkatan kesejahteraan masyarakat dan penciptaan lapangan kerja masyarakat perkotaan.
Hal ini dilakukan melalui Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) dan Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM Mandiri) yang bermanfaat bagi 14 juta keluarga dan
dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sebanyak 11% melalui penciptaan lapangan kerja
baru.
e. Peningkatan Kualitas Permukiman Perdesaan (Agropolitan dan PPIP)
Penanganan masalah permukiman kumuh perkotaan juga ditempuh dengan upaya pencegahan
arus urbanisasi, yaitu melalui peningkatan kualitas permukiman perdesaan. Program yang telah
dilakukan adalah Agropolitan yang bertujuan untuk meningkatkan kondisi ekonomi perdesaan
dan PPIP yang membangun prasarana permukiman di perdesaan.
top related