3. bab ii -...
Post on 07-Feb-2018
223 Views
Preview:
TRANSCRIPT
9
BAB II
TINJAUAN KONSEP DAN TEORI
A. PENDIDIKAN KESEHATAN
1. Pengertian Pendidikan Kesehatan
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan
untuk mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok atau masyarakat,
sehingga mereka melakukan apa yang di harapkan oleh pelaku pendidikan,
yang tersirat dalam pendidikan adalah: input adalah sasaran pendidikan
(individu, kelompok, dan masyarakat), pendidik adalah (pelaku
pendidikan), proses adalah (upaya yang direncanakan untuk
mempengaruhi orang lain), output adalah (melakukan apa yang diharapkan
atau perilaku) (Notoatmodjo, 2012).
Kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual,
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomi, dan menurutWHO yang paling baru ini
memang lebih luas dan dinamis dibandingkan dengan batasan sebelumnya
yang mengatakan, bahwa kesehatan adalah keadaan sempurna, baik fisik
maupun mental dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat
(Notoatmodjo, 2012).
Pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan
dalam bidang kesehatan. Secara opearasional pendidikan kesehatan adalah
semua kegiatan untuk memberikan dan meningkatkan pengetahuan, sikap,
10
praktek baik individu, kelompok atau masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan mereka sendiri (Notoatmodjo, 2012).
2. Tujuan Pendidikan Kesehatan
Menurut Susilo (2011) tujuan pendidikan kesehatan terdiri dari :
a. Tujuan kaitannya dengan batasan sehat
Menurut WHO (1954) pendidikan kesehatan adalah untuk
mengubah perilaku orang atau masyarakat dari perilaku tidak sehat
menjadi perilaku sehat. Seperti kita ketahui bila perilaku tidak sesuai
dengan prinsip kesehatan maka dapat menyebabkan terjadinya
gangguan terhadap kesehatan. Masalah ini harus benar-benar dikuasai
oleh semua kader kesehatan di semua tingkat dan jajaran, sebab istilah
sehat, bukan sekedar apa yang terlihat oleh mata yakni tampak
badannya besar dan kekar. Mungkin saja sebenarnya ia menderita
batin atau menderita gangguan jiwa yang menyebabkan ia tidak stabil,
tingkah laku dan sikapnya. Untuk menapai sehat seperti definisi
diatas, maka orang harus mengikuti berbagai latihan atau mengetahui
apa saja yang harus dilakukan agar orang benar-benar menjadi sehat.
b. Mengubah perilaku kaitannya dengan budaya
Sikap dan perilaku adalah bagian dari budaya. Kebiasaan, adat
istiadat, tata nilai atau norma, adalah kebudayaan. Mengubah
kebiasaan, apalagi adat kepercayaan yang telah menjadi norma atau
nilai di suatu kelompok masyarakat, tidak segampang itu untuk
mengubahnya. Hal itu melalui proses yang sangat panjang karena
11
kebudayaan adalah suatu sikap dan perilaku serta cara berpikir orang
yang terjadinya melalui proses belajar.
Meskipun secara garis besar tujuan dari pendidikan kesehatan
mengubah perilaku belum sehat menjadi perilaku sehat, namun
perilaku tersebut ternyata mencakup hal yang luas, sehingga perlu
perilaku tersebut dikategorikan secara mendasar. Susilo membagi
perilaku kesehatan sebagai tujuan pendidikan kesehatan menjadi 3
macam yaitu :
1) Perilaku yang menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai di
masyarakat. Dengan demikian kader kesehatan mempunyai
tanggung jawab di dalam penyuluhannya mengarahkan pada
keadaan bahwa cara-cara hidup sehat menjadi kebiasaan hidup
masyarakat sehari-hari.
2) Secara mandiri mampu menciptakan perilaku sehat bagi dirinya
sendiri maupun menciptakan perilaku sehat di dalam kelompok.
Itulah sebabnya dalam hal ini Pelayanan Kesehatan Dasar (PHC =
Primary Health Care) diarahkan agar dikelola sendiri oleh
masyarakat, dalam hal bentuk yang nyata adalah PKMD. Contoh
PKMD adalah Posyandu. Seterusnya dalam kegiatan ini diharapkan
adanya langkah-langkah mencegah timbulnya penyakit.
3) Mendorong berkembangnya dan penggunaan sarana pelayanan
kesehatan yang ada secara tepat. Ada kalanya masyarakat
memanfaatkan sarana kesehatan yang ada secara berlebihan.
12
Sebaliknya sudah sakit belum pula menggunakan sarana kesehatan
yang ada sebagaimana mestinya.
3. Sasaran Pendidikan Kesehatan
Menurut Susilo (2011) sasaran pendidikan kesehatan di indonesia,
berdasarkan kepada program pembangunan di Indonesia adalah:
a. Masyarakat umum dengan berorientasi pada masyarakat pedesaan.
b. Masyarakat dalam kelompok tertentu, seperi wanita, pemuda, remaja.
Termasuk dalam kelompok khusus ini adalah kelompok pendidikan
mulai dari TK sampai perguruan tinggi, sekolah agama swasta
maupun negeri.
c. Sasaran individu dengan teknik pendidikan kesehatan individu.
4. Metode Pendidikan Kesehatan
Menurut Notoatmodjo (2012) metode pendidikan kesehatan dibagi
menjadi 3 macam, yaitu :
a. Metode Individual (Perorangan)
Metode ini dibagi menjadi 2 bentuk, yaitu :
1) Bimbingan dan penyuluhan (Guidance and counceling)
2) Wawancara (interview)
b. Metode Kelompok
Metode kelompok ini harus memperhatikan apakah kelompok
tersebut besar atau kecil, karena metodenya akan lain. Efektifitas
metodenya pun akan tergantung pada besarnya sasaran pendidikan.
13
1) Kelompok besar
a) Ceramah
Metode yang cocok untuk yang berpendidikan tinggi
maupun rendah.
b) Seminar
Metode ini cocok digunakan untuk kelompok besar dengan
pendidikan menengah atas. Seminar sendiri adalah presentasi
dari seorang ahli atau beberapa orang ahli dengan topik tertentu.
2) Kelompok kecil
a) Diskusi kelompok
Kelompok ini dibuat saling berhadapan, ketua kelompok
menempatkan diri diantara kelompok, setiap kelompok punya
kebebasan untuk mengutarakan pendapat,biasanya pemimpin
mengarahkan agar tidak ada dominasi antar kelompok.
b) Curah pendapat (Brin storming)
Merupakan hasil dari modifikasi kelompok, tiap kelompok
memberikan pendapatnya, pendapat tersebut di tulis di papan
tulis, saat memberikan pendapat tidak ada yang boleh
mengomentari pendapat siapapun sebelum semuanya
mengemukakan pendapatnya, kemudian tiap anggota
berkomentar lalu terjadi diskusi.
14
c) Bola salju (Snow balling)
Setiap orang di bagi menjadi berpasangan, setiap pasang
ada 2 orang. Kemudian diberikan satu pertanyaan, beri waktu
kurang lebih 5 menit kemudian setiap 2 pasang bergabung
menjadi satu dan mendiskuskan pertanyaan tersebut, kemudian
2 pasang yang beranggotakan 4 orang tadi bergabung lagi
dengan kelompok yang lain, demikian seterusnya sampai
membentuk kelompok satu kelas dan timbulah diskusi.
d) Kelompok-kelompok kecil (Buzz group)
Kelompok di bagi menjadi kelompok-kelompok kecil
kemudian dilontarkan satu pertanyaan kemudian masing-masing
kelompokmendiskusikan masalah tersebut dan kemudian
kesimpulan dari kelompok tersebut dicari kesimpulannya.
e) Bermain peran (Role play)
Beberapa anggota kelompok ditunjuk untuk memerankan
suatu peranan misalnya menjadi dokter, perawat atau bidan,
sedangkan anggotayang lain sebagai pasien atau masyarakat.
f) Permainan simulasi (Simulation game)
Metode ini merupakan gabungan antara role play dengan
diskusi kelompok. Pesan-pesan kesehatan dsajikan dalam
beberapa bentuk permainan seperti permainan monopoli,
beberapa orang ditunjuk untuk memainkan peranan dan yang
lain sebagai narasumber.
15
c. Metode Massa
Pada umumnya bentuk pendekatan ini dilakukan secara tidak
langsung atau menggunakan media massa.
5. Model Pendidikan Kesehatan
Menurut Nursalam (2008) perawat sebagai pendidik harus memiliki
kemampuan untuk mengkaji kekuatan dan dampak yang ditimbulkan oleh
intervensi keperawatan terhadap perilaku subyek yang dapat memperkaya,
memberikan informasi dan melengkapi perilaku subyek yang diinginkan.
Model pendidikan kesehatan yang dapat digunakan oleh perawat adalah
sebagai berikut:
a. Model Perilaku Individu
Ada dua model yang sering digunakan untuk menjelaskan faktor
penentu dari perilaku preventif, yaitu model nilai kesehatan dan model
promosi kesehatan. Secara mendasar model nilai kesehatan ditunjukkan
untuk promosi peningkatan perilaku sehat daripada mengulangi faktor
penyebab. Model ini berfokus pada orientasi mencegah penyakit yang
spesifik. Dimensi yang digunakan pada model nilai kesehatan meliputi
kepekaan, keparahan, penghalang yang dirasakan, variabel struktural
serta sosiopsikologis lainnya. Sedangkan model promosi kesehatan
merupakan modifikasi nilai kesehatan dan lebih memfokuskan pada
prediksi perubahan perilaku akibat promosi kesehatan.
16
b. Model Pemberdayaan Masyarakat
Perubahan perilaku yang terjadi pada individu belum membawa
dampak yang berarti pada perubahan perilaku di masyarakat. Sehingga
perawat perlu membantu individu dan keluarga yang telah berubah
perilakunya yang ditampilkan pada komunitas.Fokus proses
pemberdayaan masyarakat adalah komunikasi, informasi, dan
pendidikan kesehatan (WHO, 1994). Di Indonesia sering disebut
komunikasi informasi dan edukasi (KIE) yang ditujukan pada individu,
keluarga, dan kelompok. Strategi yang dapat digunakan oleh perawat
dalam rangka KIE adalah pembelajaran pemecahan masalah (problem
solving), memperluas jaringan kerja (networking), bernegosiasi dengan
pihak yang bersangkutan (negotiating), pendekatan untuk
mempengaruhi orang lain (lobbying) dan pencarian informasi
(information seeking) untuk meningkatkan derajat kesehatan kliennya.
6. Media Pendidikan Kesehatan
Menurut Nursalam (2008) media pendidikan kesehatan adalah saluran
komunikasi yang dipakai untuk mengirimkan pesan kesehatan. Media
dibagi menjadi 3, yaitu: cetak, elektronik, media papan (billboard).
a. Media cetak
1) Booklet : untuk menyampaikan pesan dalam bentuk pesan tulisan
maupun gambar, biasanya sasarannya masyarakat yang bisa
membaca.
17
2) Leaflet : penyampaian pesan melalui lembar yang dilipat biasanya
berisi gambar atau tulisan atau biasanya kedua-duanya.
3) Flyer (selebaran) :seperti leaflet tetapi tidak berbentuk lipatan.
4) Flip chart (lembar balik) : informasi kesehatan yang berbentuk
lembar balik dan berbentuk buku. Biasanya berisi gambar
dibaliknya berisi pesan kalimat berisi informasi berkaitan dengan
gambar tersebut.
5) Rubik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah, mengenai
hal yang berkaitan dengan hal kesehatan.
6) Poster :berbentuk media cetak berisi pesan-pesan kesehatan
biasanya ditempel di tembok-tembok tempat umum dan kendaraan
umum.
7) Foto : yang mengungkapkan masalah informasi kesehatan.
b. Media elektronik
1) Televisi : dalam bentuk ceramah di TV, sinetron, sandiwara, dan
vorum diskusi tanya jawab dan lain sebagainya.
2) Radio :bisa dalam bentuk ceramah radio, sport radio, obrolan tanya
jawab dan lain sebagainya.
3) Vidio Compact Disc (VCD).
4) Slide : slide juga dapat digunakan sebagai sarana informasi.
5) Film strip juga bisa digunakan menyampaikan pesan kesehatan.
18
c. Media papan (bill board)
Papan yang dipasang di tempat-tempat umum dan dapat dipakai
dan diisi pesan-pesan kesehatan.
B. PROSES BELAJAR
1. Pengertian Belajar
Menurut Susilo (2011) belajar adalah perubahan tingkah laku.
Perubahan itu didapat dari mengalami, observasi, membaca, meniru,
memecahkan masalah, mendengarkan, mengikuti secara langsung, dan
membatasi belajar dalam 3 macam rumusan yakni : rumusan kuantitatif,
institusional, dan kualitatif.
a. Secara kuantitatif
Secara kuantitatif belajar berarti penambahan kemampuan dengan
fakta-fakta.
b. Secara institusional
Secara institusional belajar dipandang sebagai proses penguasaan
peserta didik atas materi yang telah dipelajari.
c. Secara kualitatif
Belajar secara kualitatif adalah proses memperoleh pemahaman,
yang berorientasikan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang
berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang sedang atau akan
dihadapi peserta didik.
19
2. Ciri-ciri Belajar
Menurut Susilo (2011) dengan memperhatikan definisi-definisi diatas,
jelaslah bahwa pada prinsipnya belajar itu adalah perubahan. Adapun ciri-
ciri dari perubahan belajar adalah :
a. Belajar adalah memperoleh perubahan tingkah laku, tetapi tidak semua
perubahan dalam individu merupakan perubahan dalam arti belajar.
Perubahan dalam belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1) Perubahan yang bersifat kontinue dan fungsional, artinya perubahan
itu berlangsung terus menerus atau dinamis. Selain itu berguna bagi
kehidupan ataupun bagi proses belajar berikutnya atau bersifat
fungsional.
2) Perubahan yang disadari, artinya individu yang belajar menyadari
terjadinya perubahan tersebut.
3) Perubahan yang bersifat positif dn aktif, artinya perubahan itu
senantiasa bertambah dari perubahan hasil belajar sebelumnya dan
menuju ke arah belajar yang lebih baik.
4) Perubahan yang bukan bersifat insidentil dan bukan karena proses
kematangan, pertumbuhan dan perkembangan.
5) Perubahan yang bertujuan atau berarah, artinya perubahan tersebut
karena ada tujuan yang dicapai.
b. Hasil belajar ditandai oleh perubahan aspek tingkah laku baik sikap,
kebiasaan, keterampilan maupun pengetahuannya.
20
c. Belajar merupakan suatu proses, artinya perbuatan belajar itu
merupakan suatu kegiatan atau aktivitas, bukan suatu benda.
d. Proses belajar terjadi karena ada dorongan dan tujuan yang ingin
dicapai.
e. Belajar merupakan bentuk pengalaman.
3. Manifestasi Tingkah Laku Dari Hasil Belajar
Telah dijelaskan bahwa seorang yang telah melalui suatu proses belajar
akan kelihatan perubahan tingkah lakunya. Menurut Susilo (2011)
manifestasi tingkah laku dari belajar dibagi menjadi 7 macam, yaitu :
a. Kebiasaan (Habit)
Kebiasaan adalah suatu cara individu bertindak yang sifatnya
relatif menetap, seragam dan otomatis untuk masa tertentu. Pada
umumnya kebiasaan ini fungsinya kurang berpengaruh, artinya kurang
begitu berpikir.
b. Keterampilan (Skill)
Keterampilan adalah pola kegiatan yang bertujuan dan komplek
yang memerlukan manipulasi dan koordinasi informasi yang dipelajari.
Keterampilan bergerak dari yang sangat sederhana ke yang sangat
komplek.
c. Pengamatan (Perception)
Pengamatan adalah proses penerimaan, penafsiran, dan memberi
arti dari perangsang yang diterima melalui alat indera.
21
d. Berfikir rasional
Berfikir rasional adalah berfikir dengan menggunakan prinsip-
prinsip dan dasar-dasar pengertian dalam tingkat abstrak yang tinggi.
e. Sikap (Attitude)
Sikap dapat diartikan sebagai suatu kecenderungan untuk
bertindak. Sikap merupakan suatu tingkah laku yang dipelajari, artinya
terbentuknya sikap ini dengan melalui proses belajar.
f. Inhibisi (Inhibition)
Inhibisi adalah kesangggupan seorang untuk memilih tindakan
yang perlu dilakukan dan meninggalkan tindakan-tindakan yang tidak
perlu dalam rangka interaksi dalam lingkungan.
g. Tingkah laku efektif
Tingkah laku efektif adalah tingkah laku yang menyangkut emosi,
marah, takut, sedih, dan sebagainya dipengaruhi oleh pengalaman
belajar. Dalam hubungan ini Burton mengemukakan bahwa hasil yang
dicapai dari belajar adalah : 1) Kecakapan, 2) Keterampilan, 3) prinsip-
prinsip atau generalisasi atau pengertian, 4) keterampilan mental, sikap-
sikap dan respon emosi, fakta-fakta dan pengetahuan.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar
Menurut Nursalam (2008) proses pendidikan kesehatan adalah tidak
lain dari proses belajar yang mempunyai tiga komponen utama, yaitu :
22
a. Masukan (Input)
Input dari pendidikan kesehatan ini adalah individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat yang sedang belajar dengan berbagai
masalahnya.
b. Proses
Proses adalah mekanisme dan interaksi terjadinya perubahan
kemampuan (perilaku) pada diri subjek belajar.Dalam proses terjadi
umpan balik terhadap berbagai faktor yang didapat saling
mempengaruhi.
c. Hasil (Output)
Output-nya adalah hasil belajar itu sendiri yaitu berupa
kemampuan atau perubahan perilaku dari subjek belajar.
Beberapa ahli pendidikan, antara lain j. Guilbert, mengelompokan
faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar ini kedalam empat
kelompok besar, yaitu :
1) Materi atau hal yang dipelajari, ikut menentukan proses dan hasil
belajar. Misalnya, pengetahuan dan sikap atau keterampilan atau
menentukan keberadaan proses belajar
2) Lingkungan yang dikelompokan menjadi dua, yaitu lingkungan fisik
yang antara lain terdiri atas suhu, kelembaban udara, dan kondisi
tempat belajar. Sedangkan faktor lingkungan kedua adalah
lingkungan sosial yaitu manusia dengan segala interaksinya serta
23
representasinya seperti keramaian atau kegaduhan, lalu lintas, pasar
dan sebagainya
3) Instrumen, yang terdiri atas perangkat keras (hardwer) seperti
perlengkapan belajar alat-alat peraga dan perangkat lunak (softwere)
seperti kurikulum (dalam pendidikan formal), pengajar atau
fasilitator belajar, serta metode belajar mengajar. Untuk memperoleh
hasil belajar yang efektif, faktor instrumental ini dirancang
sedemikian rupa sehingga sesuai dengan materi dan subjek belajar.
Misalnya metode untuk belajar pengetahuan lebih baik digunakan
metode ceramah. Sedangkan untuk belajar sikap, tindakan, atau
ketermpilan lebih baik digunakan metode diskusi kelompok,
demonsrasi, bermain peran (role play), atau metode permainan.
4) Kondisi individu subjek belajar yang dibedakan kedalam kondisi
fisiologis seperti kekurangan gizi dan kondisi pancaindara (terutama
pendengaran dan penglihatan). Sedangkan kondisi psikologis,
misalnya intelegensi, pengamatan, daya tankap, ingatan, motivasi,
dan sebagainya
C. AIR SUSU IBU
1. Pengertian Air Susu Ibu
ASI merupakan makanan utama bagi bayi, yang sangat dibutuhkan
olehnya, Tidak ada makanan lainnya yang mampu menyaingi kandungan
gizinya. ASI mengandung protein, lemak, gula dan kalsium dengan kadar
24
yang tepat. Dalam ASI mengandung zat-zat yang disebut antibodi, yang
dapat melindungi bayi dari serangan penyakit selama ibu menyusuinya,
dan beberapa waktu sesudah itu. Bayi yang senantiasa mengkonsumsi ASI
jarang mengalami infeksi saluran pernafasan atas pada tahun pertama
kelahiran, jika dibandingkan dengan bayi yang tidak mengkonsumsinya.
Sumber pemberian ASI dikenal sebagai salah satu yang memberikan
pengaruh yang paling kuat terhadap kelangsungan hidup anak,
pertumbuhan dan perkembangan bayi pun berlangsung dengan baik berkat
ASI (Prasetyono, 2009 )
2. Proses Terbentuknya ASI
Proses terbentuknya ASI yaitu selama kehamilan hormon prolaktin
dari plasenta meningkat tetapi ASI biasanya belum keluar karena masih
dihambat oleh kadar esteron yang tinggi. Pada hari kedua pasca persalinan,
kadar esteron dan progesterone turun drastis, sehingga pengaruh prolaktin
lebih dominan sehingga pada saat inilah mulai terjadi sekresi ASI. Dengan
menyusukan lebih dini terjadi perangsangan putting susu, terbentuklah
prolaktin oleh hipofisis, sehingga sekresi ASI semakin lancar. Dua refleks
pada ibu yang sangat penting dalam proses laktasi, refleks prolaktin dan
refleks aliran timbul akibat oleh rangsagan putting susu oleh hisapan bayi.
a. Refleks prolactin
Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf peraba pada putting susu
terangsang. Rangsang tersebut oleh serabut afferent di bawa ke
hipotalamus di dasar otak. Lalu memacu hipofise anterior untuk
25
mengeluarkan hormon prolaktin kedalam darah. Melalui kelenjar
prolaktin memacu sel kelenjar alveoli untuk memproduksi air susu.
b. Refleks Aliran (Let Down Reflex)
Rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi saat menyusu selain
mempengaruhi hipofise anterior mengeluarkan hormone prolaktin juga
mempengaruhi hipofise posterior mengeluarkan hormon oksitosin.
Setelah oksitosin dilepas kedalam darah akan mengacu otot-otot polos
yang mengelilingi alfeoli dan duktulus berkontraksi sehingga memeras
air susu dari alveoli, duktulus, dan sinus menuju putting susu
(Kristiyanasari, 2009).
3. Manfaat ASI (Kristiyansari, 2009)
a. Manfaat ASI Bagi Bayi
1) Dapat membantu memulai kehidupannya dengan baik.
2) Mengandung anti body sehingga mampu melindungi tubuh bayi dari
berbagai macam penyakit infeksi.
3) ASI mengandung komposisi yang tepat.
4) Mengurangi kejadian karies dentis.
5) Memberi rasa nyaman dan aman pada bayi dan adanya ikatan pada
ibu dan bayi.
6) Terhindar dari alergi
7) ASI meningkatkan kecerdasan bagi bayi.
8) Membantu perkembangan rahang dan merangsang pertumbuhan
gigi.
26
b. Manfaat bagi ibu
1) Aspek kontrasepsi
Hisapan mulut bayi pada putting susu merangsang ujung syaraf
sensorik sehingga post anterorhipofise mengeluarkan prolactin,
prolactin masuk ke indung telur, menekan produksi estrogen
akibatnya tidak ada ovulasi.
2) Aspek kesehatan ibu
Hisapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya
oksitosin oleh kelenjar hipofisis. Kelenjar membantu ovolusi uterus
dan mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan.
3) Aspek penurunan berat badan
Ibu yang menyusui eksklusif ternyata lebih mudah dan lebih
cepat kembali ke berat badan semula seperti sebelum hamil.
Logikanya, jika timbunan lemaknya menyusut, berat badan ibu akan
cepat kembali seperti sebelum hamil.
4) Aspek psikologis
Ibu akan merasa bangga dan diperlukan, rasa yang dibutuhkan
oleh semua manusia.
27
c. Manfaat Bagi Keluarga
1) Aspek ekonomi
ASI tidak perlu dibeli sehingga dana yang seharusnya dibelikan
susu formula dapat digunakan untuk keperluan lain.
2) Aspek psikologis
Kebahagiaan keluarga bertambah karena kelahiran lebih jarang,
sehingga suasana kejiwaan ibu lebih baik dan dapat mendekatkan
hubungan bayi dengan keluarga.
3) Aspek kemudahan
Menyusui lebih praktis, karena dapat diberikan kapan saja dan
dimana saja.
d. Bagi Negara
1) Menurunkan angaka kesakitan dan kematian bayi
2) Menghemat devisa Negara
ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional, jika semua ibu
menyusui diperkirakan dapat menghemat devisa Rp. 8,6 milyar yang
seharusnya dipakai untuk membeli susu formula.
3) Mengurangi subsidi untuk rumah sakit
Subsidi untuk rumah sakit dapat berkurang, karena rawat
gabung akan memperpendek lama rawat ibu dan bayi, mengurangi
komplikasi persalian dan infeksi.
28
4) Meningkatkan kualitas generasi penerus
Anak yang mendapat ASI dapat tumbuh kembang secara
optimal sehingga kualitas generasi penerus bangsa akan optimal.
4. Jenis – jenis ASI Dan Manfaatnya (Marimbi, 2010)
1. Kolostrum
Kolostrum merupakan cairan yang agak kental berwarna kekuning-
kuningan lebih kuning dibandingkan ASI mature, bentuknya agak kasar
karena mengandung butiran lemak dan sek-sel epitel dengan kasiat
kolostrum sebagai berikut:
a. Sebagai pembersih selaput usus bayi yang baru lahir sehingga
saluran pencernaan siap untuk menerima makanan
b. Mengandung kadar protein yang tinggi terutama gamaglobulins
ehingga dapat memberikan perlindungan tubuh terhadap infeksi.
c. Mengandung zat antibodi sehingga mampu melindungi tubuh bayi
dari berbagai penyakit infeksi hingga jangka waktu 6 bulan.
2. Air Masa Transisi
ASI yang dihasilkan mulai hari keempat sampai hari kesepuluh.
3. ASI Mature
Adapun ciri dari susu matur adalah sebagai berikut:
a. Merupakan ASI yang disekresikan pada hari ke-10 dan seterusnya,
komposisi relatif konstan (ada pula yang mengatakan bahwa
komposisi ASI relatif konstan baru dimulai pada minggu ke-3
sampai minggu ke-5).
29
b. Pada ibu yang sehat, maka produksi ASI untuk bayi akan tercukupi,
ASI ini merupakan makanan satu-satunya yang paling baik dan
cukup untuk bayi sampai usia 6 bulan.
c. Merupakan suatu cairan berwarna putih kekuning-kuningan yang
diakibatkan warna dari garam kalsium caseinat, riboflavin, dan
karoten yang terdapat di dalamnya.
d. Tidak menggumpal jika dipanaskan.
e. Terdapat antimikrobial faktor, antara lain sebagai berikut: 1)
Antibodi terhadap bakteri dan virus, 2) Sel (fagosit, granulosit,
makrofag, dan limfosit tipe T), 3) Enzim (lizimin, laktoperoksidase,
lipase, katalase, fosfatase, amilase, fosfodiesterase, dan alkalin
fosfotase), 4) Protein (laktoferin, B12binding protein), 5) Resistance
factor terhadap stafilokokus, 6) Komplemen, 7) Sifat biokimia yang
khas, kapasitas buffer yang rendah dan adanya faktor bifidus.
5. Komposisi ASI
Komposisi/100 ml ASI Susu Formula
Protein 1,2 1,5
Air 87,1 90
Lemak 4,5 3,8
Karbohidrat 7,1 6,9
Vitamin A 182 210
Vitamin C 5 5,2
Vitamin D 2,2 42
30
6. Hal-hal Yang Mempengaruhi Produksi ASI (Marimbi, 2010)
Pada ibu yang normal dapat menghasilkan ASI kira-kira 550-1000 ml
setiap hari, jumlah prodiksi ASI tersebut di pengaruhi oleh bebrapa factor
sebagai berikut:
a. Makanan ibu
Produksi ASI sangat dipegaruhi oleh asupan makanan ibu, apabila
jumlah asupan makanan ibu mengandung gizi yang diperlukan baik
jumlah kalori, protein, lemak dan vitmin serta mineral maka produksi
ASI juga cukup, selain itu dianjurkan minum lebih banyak lagi yaitu
sekitar 8-12 gelas sehari.
b. Ketenangan jiwa dan pikiran
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh keadaan jiwa ibu, bila ibu
dalam keadaan tertekan maka atau sedih maka akan mempengaruhi
produksi ASI menurun bahkan terjadi tidak memproduksi ASI.
c. Penggunaan alat kontrasepsi
Pada ibu yang menyusui bayinya, penggunaan alat kontrasepsi
hendaknya di perhatikan, pemakaian kontrasepsi yang tidak tepat akan
mempengaruhi produksi ASI.
d. Perawatan payudara
Perawatan payudara hendaknya dimulai sejak masa kehamilan
dan pada saat menyusui, untuk ibu yang mengalami kelainan masalah
puting susu misalnya putting susu masuk kedalam atau datar,
31
perawatannya dilakukan pada kehamilan 3 bulan.apabila tidak ada
masalah perawatannya di lakukan pada kehamilan 6 bulan sampai
menyusui.
D. ASI EKSKLUSIF
1. Pengertian ASI Eksklusif
ASI eksklusif menurut WHO (World Health Organizaton) adalah
pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan lain baik susu formula, air
putih, air jeruk ataupun makanan tambahan lain. Sebelum mencapai usia
6 bulan system pencernaan bayi belum mampu berfungsi dengan
sempurna, sehingga belum mampu mencerna makanan selain ASI
(Marimbi, 2010).
Pengenalan makanan tambahan di mulai pada usia 6 bulan bukan 4 bulan
di karenakan:
a. Dari hasil penelitian jumlah komposisi ASI masih cukup untuk
pertumbuhan dan perkembangan bagi bayi apabila ASI diberikan secara
tepat dan benar sampai bayi berumur 6 bulan. Namun pada kenyataanya
bayi baru berusia 4 bulan sudah mendapatkan tambahan susu sapi.
b. Bayi pada saat umur 6 bulan system pencernaanya mulai atur. Jaringan
pada usus halus bayi pada umumnya seperti saringan pasir. Pori-
porinya berongga sehingga memeungkinkan bentuk protein ataupun
kuman yang langsung masuk kedalam sistem peredaran darah dan dapat
menimbulkan alergi. Pori-pori dalam usus bayi ini akan tertutup rapat
32
setelah bayi berusia 6 bulan, dengan demikian, usus bayi setelah
berumur 6 bulan mampu menolak faktor alergi ataupun kuman yang
masuk.
E. PENGKAJIAN
1. Pengkajian Kognitif dan Sensori
Pada pengkajian tersebut menggambarkan pola pendengaran, penglihatan,
pengecap penciuman, persepsi nyeri, bahasa, memori, dan pengambilan
keputusan, adapun komponen pola pengkajian tersebt adalah:
a. Kemampuan menulis dan membaca, ini dapat dilihat dari tingkat
pendidikan klien.
b. Kemampuan pasien berbahasa.
c. Kesulitan mendengar, dapat di kaji apakah pasien dapat mendengar
dengan baik atau tidak.
d. Penggunaan alat bantu mendengar atau melihat.
F. DIAGNOSA
Kurang pengetahuan tentang ASI Eksklusif berhubungan dengan kurang
terpaparnya informasi.
Kurang pengetahuan adalah suatu keadaan individu atau kelompok
mengalami defisiensi kognitif atau keterampilan- keterampilan psikomotor
berkenaan dengan suatu kondisi kesehatan ditandai dengan :
33
Data mayor : mengungkapkan kurang pengetahuan dan keterampilan-
keterampialn atau permintaan informasi.
Data minor : yaitu memperlihatkan atau mengekspresikan perubahan
psikologis (mis ansietas, depresi) mengakibatkan kesalahan informasi atau
kurang informasi (Nanda, 2010).
G. INTERVENSI
Setelah dilakukan tindakan pendidikan kesehatan masalah kurang
pengetahuan dapat teratasi dengan kriteria hasil : pasien dan keluarga
menyatakan pemahaman terhadap informasi, pasien dan keluarga mampu
menjelaskan prosedur yang sudah dijelaskan dengan benar, pasien mampu
menjelaskan kembali apa yang sudah dijelaskan perawat atau tim kesehatan
lain.
NIC :
1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien terhadap keluhan.
2. Diskusikan dengan klien seputar keluhan yang ada pada klien.
3. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi dengan cara yang tepat.
4. Beri kesempatan pasien bertanya atas hal yang belum jelas seputar
informasi yang sudah disampaikan.
5. Motivasi pasien untuk menjelaskan ulang pengetahuan yang sudah
disampaikan perawat.
6. Berikan reinforcement positif atas jawan yang benar.
top related