4. hasil dan pembahasan -...
Post on 30-Mar-2019
222 Views
Preview:
TRANSCRIPT
22
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum
4.1.1 Lokasi Penelitian
Desa Tlogoweru terletak di Kecamatan Guntur Kabupaten Demak,
Provinsi Jawa Tengah, dengan perbatasan wilayah Desa sebagai berikut
Batas Desa sebelah Timur : Desa Tajemsari
Batas Desa sebelah Selatan : Desa Sidorejo
Batas Desa sebelah Barat : Desa Pundenarum
Batas Desa sebelah Utara : Desa Bogosari
4.1.2 Keadaan Pertanian Desa Tlogoweru
Secara administratif, luas wilayah di Desa Tlogoweru adalah 291,65 Ha,
dengan tanah pertanian seluas 243 Ha dan permukiman 36 Ha. Lainnya adalah
berupa sungai, jalan, pemakaman dan lain-lain, yakni seluas 12,65 Ha (BPS,
2012).
Jenis tanaman pangan yang diusahakan warga di Desa Tlogoweru adalah
padi, jagung, kedelai, kacang, ubi, sedangkan untuk jenis tananaman sayur
terdapat bayam, kangkung.
4.2 Karakteristik Petani Responden
Petani sampel adalah seluruh petani yang melakukan kegiatan usahatani
padi sawah dengan jumlah responden 32 petani. Karakteristik petani responden
meliputi luas lahan, produksi, tenaga kerja, benih, pupuk, pestisida, umur petani,
pengalaman, dan risiko produksi.
4.2.1 Luas Lahan
Luas lahan pertanian merupakan salah satu bagian sumber daya lahan.
Lahan adalah tempat untuk melakukan kegiatan bercocok tanam dan
menghasilkan produk pertanian yang diinginkan oleh petani dengan hasil yang
sangat beragam. Data distribusi luas lahan petani dapat dilihat pada tabel 4.2.1
sebagai berikut :
23
Tabel 4.2.1 Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Luas Lahan, Tahun 2014
Luas Lahan (m2)
Jumlah Sampel
Orang %
1875,00-7916,67 23 71,88
7916,68-13958,35 7 21,88
13958,38-20000,05 2 6,24
Jumlah 32 100,00
Rata-rata 6,620
Sumber : Analisis Data Primer 2015
Dari tabel 4.1 berdasarkan analisi hasil penelitian yang dilakukan terhadap
32 petani sampel. Dapat diketahui rata – rata petani memiliki luas lahan paling
banyak antara 1875,00 – 7916,67 m/ha yaitu sebanyak 23 orang petani atau
71,88%.
4.2.2 Produktivitas
Produksi memiliki keterkaitan antara penggunaan berbagai input dengan
jumlah dan kualitas output yang dihasilkan. Serangkaian proses dalam
penggunaan input yang ada untuk menghasilkan suatu output (barang atau jasa)
merupakan suatu kegiatan produksi. Data distribusi produksi petani dapat dilihat
pada tabel 4.2.2 distribusi produksi sebagai berikut :
Tabel 4.2.2 Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Produktivitas per Musim
Tanam, Tahun 2013/2014
Produktivitas (kg/ha) Musim Tanam 1 Musim Tanam 2
Orang % Orang %
428,57-3841,27 6 18,74 9 28,12
3841,28-7253,98 25 78,13 22 68,75
7253,98-10666,69 1 3,13 1 3,13
Jumlah 32 100,00 32 100,00
Rata-rata 5267,97
Sig 0,388ns
Sumber : Analisis Data Primer 2015
Pada tabel 4.2.2, musim tanam 1 dan musim tanam 2 produktivitas
tanaman padi paling banyak tersebar antara 3841,28 – 7253,98 kg/ha yaitu
masing–masing sebanyak 23 orang (71,88%) dan 20 orang (62,50%) dari jumlah
24
total sampel. Terjadi penurunan produktivitas petani dari musim tanam 1 ke
musim tanam 2 dikarenakan tanaman padi pada musim tanam 2 lebih banyak
terserang hama, penyakit dan faktor kurangnya air. Dari analisis beda t-test dapat
disimpulkan produktivitas musim tanam 1 dan musim tanam 2 tidak berbeda
nyata (0,388).
4.2.3 Tenaga Kerja
Dalam rangka mencukupi tenaga kerja untuk usahatani digunakan tenaga
kerja luar, yaitu tenaga kerja pria (TKP) dan tenaga kerja wanita (TKW). Upah
dari tenaga kerja ini pun berbeda. Sudah menjadi patokan di Desa Tlogoweru
bahwa upah tenaga kerja wanita adalah Rp 25.000,00 dan Rp 30.000,00 untuk
tenaga kerja pria per satu hari orang kerja (HOK). Satu hari orang kerja (HOK)
bekerja selama 8 jam dan istirahat selama 1 jam.
Kegiatan-kegiatan usahatani yang diperhitungkan untuk menghitung
variabel upah adalah kegiatan-kegiatan yang menggunakan tenaga kerja upahan
harian, seperti pencangkulan, penanaman dan perawatan. Sedangkan kegiatan
seperti pembajakan sawah dan pemanenan tidak diperhitungkan karena sistem
upahnya menggunakan borongan untuk pembajakan dan sebagian petani
menggunakan sistem bagi hasil untuk pemanenan. Pekerjaan yang diberikan untuk
TKW dan TKP pun berbeda. Untuk kegiatan penanaman, dan penyiangan petani
memperkerjakan TKW. Sedang untuk kegiatan lain seperti pengolahan lahan,
pemupukan, pengaplikasian pestisida dan pemanenan petani memperkerjakan
TKP.
Tabel 4.2.3 Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Tenaga Kerja per Musim
Tanam, Tahun 2013/2014
Jumlah Tenaga Kerja
(HOK/ha)
Musim Tanam 1 Musim Tanam 2
Orang % Orang %
18,33-60,89 17 53,12 17 53,12
60,90-103,46 12 37,50 13 40,63
103,47-146,03 3 9,38 2 6,25
Jumlah 32 100,00 32 100,00
Rata – rata 66,77
Sig 0,898ns
Sumber : Analisis Data Primer 2015
25
Pada musim tanam 1 dan musim tanam 2, pada tabel 4.2.3 jumlah tenaga
kerja yang digunakan paling banyak tersebar di 18,33 – 60,89 HOK/ha sebanyak
17 sampel atau 53,12% dari keseluruhan sampel. Berdasarkan analisis beda t-test
dapat disimpulkan bahwa di kedua musim tanam jumlah penggunaan tenaga kerja
tidak berbeda nyata atau non signifikan (0,898).
4.2.4 Benih
Dari hasil wawancara, sebagian petani sampel menyimpan hasil panennya
dengan perlakuan khusus untuk selanjutnya dijadikan benih kembali. Sebagian
lainnya membeli benih kemasan di toko pertanian. Untuk memperoleh benih,
petani mendapatkan dari toko dengan harga berkisar Rp 17.000,00 s/d Rp
75.000,00 per sak (5 kg).
Pada tabel 4.2.4, musim tanam 1 terlihat bahwa pengguna benih sebesar
20,17 – 36,76 kg/ha yaitu sebanyak 17 orang petani atau 53,12% dari jumlah total
sampel. Tetapi pada musim tanam 2, terlihat penggunaan jumlah benih terbanyak
sebesar 36,77-53,33 kg/ha yaitu sebanyak 15 orang atau 46,88% dari jumlah total
sampel. Persebaran penggunaan benih musim tanam 2 meningkat dari musim
tanam 1 dikarenakan pada musim tanam 2 sebagian petani menggunakan benih
turunan dari musim tanam 1. Dari analisis beda t-test maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat beda nyata atau signifikan antara jumlah benih pada musim tanam
1 dan musim tanam 2 (0,000).
Tabel 4.2.4 Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Jumlah Benih per Musim
Tanam, Tahun 2013/2014
Jumlah Benih
(kg/ha)
Musim Tanam 1 Musim Tanam 2
Orang % Orang %
3,57-20,16 2 6,25 3 9,37
20,17-36,76 17 53,12 14 43,75
36,77-53,36 13 40,63 15 46,88
Jumlah 32 100,00 32 100,00
Rata – rata 28,89
Sig 0,000*
Sumber : Analisis Data Primer 2015
4.2.5 Pupuk
Sebagai penunjang pertumbuhan tanaman secara optimal dan untuk
meningkatan produksi, pupuk merupakan sarana produksi yang tidak bisa
26
ditinggalkan. Pupuk yang biasa digunakan petani padi di Desa Tlogoweru adalah
Urea, SP-36, pupuk kandang, ZA, Petroorganik dan Phonska. Untuk menghitung
produksi, semua pupuk ini tetap diperhitungkan.
Untuk memperoleh pupuk kimia Urea, biasanya petani membeli di
kelompok tani atau toko pertanian terdekat. Harga beli pupuk Urea berkisar Rp
90.000,00 s/d Rp 95.000,00 per sak (50 kg), pupuk SP-36 Rp 105.000,00 s/d Rp
130.000,00 per sak (50 kg), pupuk ZA Rp 85.000,00 s/d Rp 90.000,00 per sak (50
kg), Petroorganik Rp 20.000,00 per sak (40 kg), Phonska Rp 100,000,00 s/d Rp
125.000,00 per sak (50 kg). Sedangkan untuk pupuk kandang tidak semua petani
memakainya. Hanya petani yang mempunyai hewan ternak saja yang
menggunakan pupuk kandang. Untuk pupuk kandang, para petani memberi
sebesar Rp. 400,00 per kg.
Pada tabel 4.2.5, musim tanam 1 dan musim tanam 2 pemakaian pupuk
paling banyak tersebar antara 71,43 – 547,62 kg/ha yaitu masing–masing
sebanyak 14 orang (43,75%) dan 15 orang (46,88%) dari jumlah total sampel.
Dari analisis beda t-test maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan jumlah
pupuk di kedua musim tidak berbeda nyata (0,954).
Tabel 4.2.5 Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Jumlah Pupuk per Musim
Tanam, Tahun 2013/2014
Jumlah Pupuk (kg/ha) Musim Tanam 1 Musim Tanam 2
Orang % Orang %
71,43-547,62 14 43,75 15 46,88
547,63-1023,82 11 34,37 8 25,00
1023,83-1500,02 7 21,88 9 28,12
Jumlah 32 100,00 32 100,00
Rata-rata 659,45
Sig 0,954ns
Sumber : Analisis Data Primer 2015
4.2.6 Pestisida
Sebagai penunjang agar tanaman tidak diserang hama dan dapat tumbuh
dengan baik, pestisida merupakan sarana produksi yang tidak bisa ditinggalkan.
Pestisida yang biasa digunakan petani padi di Desa Tlogoweru sangat bermacam –
27
macam seperti Alfadin, Prevaton, Heksa, Starban, Spontan, Plenum dll. Distibusi
penggunaan pesitisida dapat dilihat pada tabel 4.2.6 sebagai berikut :
Tabel 4.2.6 Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Jumlah Pestisida per Musim
Tanam, Tahun 2013/2014
Jumlah Pestisida
(l/ha)
Musim Tanam 1 Musim Tanam 2
Orang % Orang %
1,25-49,10 30 93,75 29 90,63
49,11-96,96 2 6,25 2 6,25
96,97-144,82 0 - 1 3,12
Jumlah 32 100,00 32 100,00
Rata-rata 23,80
Sig 0,298ns
Sumber : Analisis Data Primer 2015
Pada tabel 4.2.6 diatas, dapat diketahui bahwa pada musim tanam 1 dan
musim tanam 2 penggunaan pestisida terbanyak petani sampel tersebar di kisaran
1,25 – 49,10 l/ha, masing – masing sebesar 30 orang (93,75%) dan 29 orang
(90,63%) dari jumlah total sampel musim tanam 2. Berdasarkan analisis beda t-
test dapat disimpulkan bahwa di kedua musim tanam jumlah penggunaan pestisida
tidak beda nyata atau non signifikan (0,298).
4.2.7 Umur
Petani yang berusia produktif tentu akan memiliki tingkat produktivitas
yang lebih tinggi dibanding dengan petani–petani yang telah memasuki usia senja.
Umur juga dapat mempengaruhi petani dalam mengelola kegiatan usahataninya.
Distribusi responden berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 4.2.7 sebagai
berikut :
Tabel 4.2.7 Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Umur, Tahun 2014
Umur (tahun) Jumlah Sampel
Orang %
27 – 40 7 21,88
41 – 54 15 46,88
55 – 68 10 31,24
Jumlah 32 100,00
Rata – rata 49
Sumber : Analisis Data Primer 2015
28
Dari tabel 4.2.7 terlihat sebagian besar petani sampel berada pada umur
antara 41-54 tahun dengan jumlah sampel 15 atau 46,88%. Keadaan ini
menunjukkan bahwa pada daerah penelitian, kebanyakan petani sudah berusia
tua/hampir tidak produktif. Sedangkan penduduk yang berusia muda rata – rata
bekerja pada bidang lain/diluar pertanian. Kurangnya minat pemuda untuk bertani
menjadi salah satu penyebab sedikitnya tenaga kerja berusia produktif pada
kegiatan usahatani padi.
4.2.8 Pengalaman
Pengalaman dalam usahatani dapat menentukan suatu keberhasilan
usahatani dan dapat mempengaruhi pada tingkat produktivitas usahatani padi.
Petani responden dengan pengalaman yang cukup lama mempunyai pemahaman
yang lebih baik dalam menangani masalah yang ada. Kemampuan tersebut dapat
seperti kemampuan menentukan dalam faktor produksi yang digunakan dalam
usahatani. Oleh karena itu tingkat pengalaman petani dapat dilihat dari berapa
lama petani terjun dalam usahatani. Distribusi responden berdasarkan pengalaman
dapat dilihat pada Tabel 4.2.8 sebagai berikut :
Tabel 4.2.8 Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Pengalaman, Tahun 2014
Pengalaman (tahun) Jumlah Sampel
Orang %
9 – 21 7 21,88
22 – 34 13 40,62
35 – 47 12 37,50
Jumlah 32 100,00
Rata-rata 29
Sumber : Analisis Data Primer 2015
Berdasarkan tabel 4.2.8 diatas, menunjukkan bahwa petani memiliki
pengalaman dalam berusahatani padi antara 22-34 tahun dengan jumlah sampel
sebanyak 13 orang atau 40,62%.
29
4.3 Hasil Komputasi
4.3.1 Risiko Produktivitas
Perbandingan risiko produktivitas antar musim tanam dapat dilihat melalui
tabel 4.3.1 berikut :
Tabel 4.3.1 Risiko Produktivitas per Musim Tanam, Tahun 2014
MT 1 MT 2
Rerata Produktivitas (kg/ha) 5.459,89 5.187,47
Stdev (σy) 1.426,16 1.867,41
Koefisien Variasi (KV) 0,2612 0,3600
KV (%) 26,12 36,00
Sig 0,288ns
Sumber: Analisis Data Primer 2015
Dengan melihat tabel 4.9 di atas, koefisien variasi (KV) musim tanam 1
sebesar 0,2612 lebih kecil daripada musim tanam 2 sebesar 0,3600. Menunjukkan
bahwa risiko produktivitas usahatani padi pada musim tanam 2 lebih tinggi
dibandingkan musim tanam 1. Secara statistik tidak berbeda nyata (0,288), hal itu
disebabkan karena terdapat perbedaan rerata produktivitas hasil panen padi pada
musim tanam 1 yang lebih tinggi jika dibandingkan musim tanam 2. Musim
tanam 1 telah berhasil menghasilkan 5.459,89 kg/ha sedangkan musim tanam 2
hanya menghasilkan 5.187,47 kg/ha. Dapat dikatakan bahwa terjadi variasi
produksi yang lebih kecil pada musim tanam 2 jika dibandingkan musim tanam 1.
4.3.2 Risiko Pendapatan
Berikut perbandingan risiko pendapatan antar musim tanam dapat dilihat
melalui tabel 4.3.2 berikut :
Tabel 4.3.2 Risiko Pendapatan per Musim Tanam, Tahun 2014
MT 1 MT 2
Rerata Pendapatan (Rp/ha) 58.985.379,75 43.327.500,76
Stdev (σI) 37.290.442,75 31.944.983,37
Koefisien Variasi (KV) 0,63 0,74
KV (%) 63,00 74,00
Sig 0,000*
Sumber: Analisis Data Primer 2015
Dengan melihat tabel 4.3.2 diatas, rerata pendapatan musim tanam 1
sebesar Rp 58.985.379,75 lebih besar daripada musim tanam 2 yang sebesar Rp
43.327.500,76. Hal itu mempengaruhi hasil koefisien variasi (KV) musim tanam
30
pertama yakni 0,63, lebih rendah daripada musim tanam kedua yang sebesar 0,74.
Secara statistik signifikan (0,000), hal itu disebabkan karena tidak terdapat
perbedaan harga jual yang terlalu jauh antara musim tanam 1 yang lebih tinggi
(Rp 5.500,00) jika dibandingkan musim tanam 2 (Rp 4.600,00).
4.3.3 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Risiko Produktivitas
Sebelum mengetahui faktor–faktor yang mempengaruhi risiko
produktivitas petani padi, terlebih dahulu kita akan menganalisis faktor-faktor
produktivitas. Berikut adalah hasil analisis faktor produksi
pada musim tanam 1 dapat dilihat pada tabel 4.3.3a berikut :
Tabel 4.3.3a Hasil Analisis Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Produtivitas
Musim Tanam 1, Tahun 2013/2014
Variabel Koefisien Sig. Keterangan
(Constant) 9,135 0,000
X1 Tenaga Kerja 0,200 0,210 Tidak signifikan
X2 Benih 0,286 0,029 Signifikan
X3 Pupuk 0,090 0,315 Tidak signifikan
X4 Pestisida 0,114 0,038 Signifikan
X5 Umur -0,827 0,104 Tidak signifikan
X6 Pengalaman 0,016 0,945 Tidak signifikan
Sumber: Analisis Data Primer 2015
Keterangan :
F = 2,975
R square = 0,417
R = 0,645
Tingkat kepercayaan = 95 %
Berikut adalah model regresi yang dihasilkan dari tabel 4.10 :
LnY = α + LnX1 + LnX2 + LnX3 + LnX4 + LnX5 + LnX6 + Ɛ
LnY = 9,135 + 0,200 LnX1* + 0,286 LnX2 + 0,090 LnX3 + 0,114 LnX4* – 0,827
LnX5 + 0,016 LnX6 + Ɛ
Signifikan = *
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.3.3a diketahui bahwa nilai
koefisien determinasi (R square) sebesar 0,417. Hal ini berarti sebanyak 41,7%
31
variasi dari produksi padi dapat dijelaskan oleh variabel bebas tenaga kerja, benih,
pupuk, pestisida, umur, dan pengalaman. Sedangkan 58,3% lainnya ditentukan
oleh variabel lain yang tidak diteliti. Nilai R menunjukkan kuatnya hubungan
antara produktivitas dengan variabel bebas tenaga kerja, benih, pupuk, pestisida,
umur, dan pengalaman berusahatani, yaitu sebesar 64,5%.
Untuk melihat pengaruh variabel bebas secara serempak terhadap variabel
tak bebas dapat diketahui dengan menggunakan uji F dengan taraf signifikansi
0,05. Dari hasil komputasi tabel 4.3.3a, diperoleh nilai Fhitung sebesar 2,975,
dimana angka ini lebih besar dari nilai Ftabel ,yaitu sebesar 2,59. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa variabel bebas, yaitu harga tenaga kerja (X1), benih
(X2), pupuk (X3), pestisida (X4), umur (X5) dan pengalaman (X6) secara serempak
berpengaruh nyata terhadap faktor produksi.
Untuk melihat pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel
tak bebas digunakan probabilitas. Berdasarkan tabel 4.3.3a dapat diketahui bahwa
variabel benih (X2) dan variabel pestisida (X4) mempunyai pengaruh nyata
terhadap produktivitas usahatani padi sawah karena probabilitas dari kedua
variabel bebas tersebut lebih kecil dari 0,05 yaitu masing-masing 0,029 dan 0,038.
Variabel lain, yaitu tenaga kerja (X1), pupuk (X3), umur (X5) dan pengalaman
(X6) tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani padi karena nilai
probabilitas yang diperoleh lebih besar dari 0,05.
Selanjutnya untuk hasil analisis usahatani padi pada musim tanam 2 dapat
dilihat melalui tabel dibawah ini.
Tabel 4.3.3b Hasil Analisis Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas
Musim Tanam 2, Tahun 2013/2014
Variabel Koefisien Sig. Keterangan
(Constant) 6,729 0,004
X1 Tenaga Kerja -0,776 0,004 Signifikan
X2 Benih 0,603 0,007 Signifikan
X3 Pupuk 0,143 0,319 Tidak signifikan
X4 Pestisida 0,114 0,083 Tidak signifikan
X5 Umur 0,896 0,310 Tidak signifikan
X6 Pengalaman -0,579 0,164 Tidak signifikan
Sumber: Analisis Data Primer 2015
32
Keterangan :
F = 5,435
R square = 0,566
R = 0,752
Tingkat kepercayaan = 95 %
Berikut adalah model regresi yang dihasilkan dari tabel 4.11 :
LnY = α + LnX1* + LnX2 + LnX3 + LnX4 + LnX5 + LnX6 + Ɛ
LnY = 6,729 – 0,776 LnX1* + 0,603 LnX2* + 0,143 LnX3 + 0,114 LnX4 – 0,896
LnX5 – 0,579 LnX6
Signifikan = *
Berdasarkan hasil analisis pada tabel 4.3.3b diketahui bahwa nilai
koefisien determinasi (R square) sebesar 0,566. Hal ini berarti sebanyak 56,6%
variasi dari fakor produksi padi dapat dijelaskan oleh variabel bebas tenaga kerja,
benih, pupuk, pestisida, umur, dan pengalaman. Sedangkan 43,4% lainnya
ditentukan oleh variabel lain yang tidak diteliti. Nilai R menunjukkan kuatnya
hubungan antara produktivitas dengan variabel bebas tenaga kerja, benih, pupuk,
pestisida, umur, dan pengalaman berusahatani, yaitu sebesar 75,2%.
Untuk melihat pengaruh variabel bebas secara serempak terhadap variabel
tak bebas dapat diketahui dengan menggunakan uji F dengan taraf signifikansi
0,05. Dari hasil komputasi tabel 4.3.3b, diperoleh nilai Fhitung sebesar 5,435,
dimana angka ini lebih besar dari nilai Ftabel ,yaitu sebesar 2,59. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa variabel bebas, yaitu harga tenaga kerja (X1), benih
(X2), pupuk (X3), pestisida (X4), umur (X5) dan pengalaman (X6) secara serempak
berpengaruh nyata terhadap faktor produksi.
Untuk melihat pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel
tak bebas digunakan probabilitas. Berdasarkan tabel 4.3.3b dapat diketahui bahwa
tenaga kerja (X1) dan benih (X2) mempunyai pengaruh nyata terhadap faktor
produktivitas usahatani padi karena nilai probabilitas dari kedua variabel bebas
tersebut lebih kecil dari 0,05 yaitu masing-masing 0,004 dan 0,007. Variabel lain,
yaitu pupuk (X3), pestisida (X4), umur (X5) dan pengalaman (X6) tidak
33
berpengaruh nyata terhadap faktor produksi padi karena nilai probabilitas yang
diperoleh lebih besar dari 0,05.
Rekapitulasi antar musim tanam 1 dan musim tanam 2 dapat dilihat pada
tabel 4.3.3c sebagai berikut :
Tabel 4.3.3c Rekapitulasi Hasil Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi
Produktivitas Antar Musim Tanam, Tahun 2013/2014
Variabel MT 1 MT 2
X1 Tenaga Kerja 0,200ns
-0,776*
X2 Benih 0,286* 0,603*
X3 Pupuk 0,090ns
0,143ns
X4 Pestisida 0,114* 0,114ns
X5 Umur -0,827ns
0,896ns
X6 Pengalaman 0,016ns
-0,579ns
Sumber : Analisis Data Primer 2015
Dari tabel 4.3.3c tentang rekapitulasi hasil analisis, dapat diketahui hanya
variabel benih (X2) yang signifikan pada musim tanam 1 dan musim tanam 2.
Untuk variabel pestisida (X4) hanya musim 1 yang signifikan dan variabel tenaga
kerja (X1) hanya musim tanam 2 yang signifikan. Sedangkan variabel pupuk (X3),
umur (X5), dan pengalaman (X6) tidak signifikan baik musim tanam 1 maupun
musim tanam 2.
Setelah mendapatkan hasil dari analisis faktor–faktor yang mempengaruhi
produktivitas musim tanam 1 dan musim tanam 2, selanjutnya menghitung
analisis faktor–faktor risiko produktivitas. Hasil analisis faktor-faktor risiko
produktivitas dapat dilihat pada tabel 4.3.3d berikut :
Tabel 4.3.3d Hasil Analisis Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Risiko
Produktivitas
Variabel Koefisien Sig. Keterangan
(Constant) 0,338 0,548
X1 Tenaga Kerja 0,090 0,149 Tidak signifikan
X2 Benih 0,060 0,164 Tidak signifikan
X3 Pupuk -0,011 0,764 Tidak signifikan
X4 Pestisida -0,010 0,582 Tidak signifikan
X5 Umur -0,211 0,326 Tidak signifikan
X6 Pengalaman 0,048 0,639 Tidak signifikan
D Musim Tanam -0,085 0,092 Signifikan
Sumber: Analisis Data Primer 2015
34
Keterangan :
d = musim tanam (1 = musim tanam 1, 0 = musim tanam 2)
F = 1,849
R square = 0,188
R = 0,433
Tingkat kepercayaan = 90 %
Berikut adalah model regresi yang dihasilkan tabel 4.13 :
Ɛ2
= Ɵ0 + Ɵ
1LnX1 + Ɵ
2LnX2 + Ɵ
3LnX3 + Ɵ
4LnX4 + Ɵ
5LnX5 + Ɵ
6LnX6
+ Ɵ1D7 + Ɛ
Ɛ2 = 0,338 + 0,090 LnX1 + 0,060 LnX2 – 0,011 LnX3 – 0,010 LnX4 – 0,211 LnX5
+ 0,048 LnX6 – 0,085 D*
Signifikan = *
Untuk melihat pengaruh variabel bebas secara serempak terhadap variabel
tak bebas dapat diketahui dengan menggunakan uji F dengan taraf signifikansi
0,1. Berdasarkan hasil analisis yang tersaji pada tabel 4.3.3d diketahui bahwa nilai
Fhitung sebesar 1,849 lebih besar dari Ftabel 1,82, berarti bahwa variabel independen
secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap risiko produktivitas. Hasil
probabilitas terhadap variabel independen menunjukkan hanya musim tanam (D)
yang berpengaruh nyata terhadap risiko produksi. Nilai koefisien determinasi (R
square) sebesar 0,188. Hal ini berarti sebanyak 18,8% variasi dari risiko produksi
padi dapat dijelaskan oleh variabel bebas dalam model, dengan kata lain 18,8%
variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh terhadap risiko produksi dan
sisanya 81,2% dipengaruhi oleh hal lain yang tidak diteliti yang merupakan
variabel lain di luar model.
Sedangkan untuk melihat pengaruh masing-masing variabel bebas
terhadap variabel tak bebas digunakan probabilitas. Beradasarkan tabel 4.3.3d
dapat diketahui bahwa musim tanam (D) mempunyai pengaruh nyata terhadap
risiko produksi padi karena nilai probabilitas variabel bebas tersebut lebih kecil
dari 0,1, yaitu 0,092.
35
4.4 Pembahasan
4.4.1 Risiko Produktivitas
Berdasarkan pada tabel 4.3.1, koefisien variasi musim tanam 1 lebih kecil
daripada musim tanam 2, sedangkan rerata produksi musim tanam 1 lebih besar
daripada musim tanam 2. Hal ini tidak seperti teori “high risk high return”
(Fahmi, 2011) yang menggambarkan jika produktivitas besar maka semakin besar
pula risiko yang dihadapi. Terbukti pada musim tanam 1, Desa Tlogoweru
berhasil memproduksi panen padi lebih besar dan mendapatakan risiko yang kecil.
Hal itu dikarenakan hama pada musim tanam 1 lebih sedikit dibandingkan musim
tanam 2 sehingga tidak mengganggu proses produksi tanaman padi. Selain hama,
faktor musim juga mempengaruhi hasil produktivitas. Pada musim tanam 1
(penghujan) petani mendapatakan rerata produktivitas yang lebih tinggi dari pada
musim tanam 2 (kemarau).
Selain itu menurut Soemarno (2007) setiap aktivitas manusia akan
mendatangkan risiko. Perilaku atau aktivitas manusia ini bisa saja mendatangkan
risiko yang besar ataupun risiko yang kecil. Hal inilah yang terjadi di Desa
Tlogoweru dimana aktivitas petani mendatangkan risiko yang kecil di musim
tanam 1 (produktivitas padi sebanyak 5.459,89 kg/ha) dibandingkan musim
tanam 2 (produktivitas padi sebanyak 5.187,47 kg/ha) dengan risiko yang lebih
besar. Dari hasil pengujian menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan antara
risiko produktivitas musim tanam 1 dan musim tanam 2.
4.4.2 Risiko Pendapatan
Berdasarkan pada tabel 4.3.2, koefisien variasi musim tanam 1 lebih kecil
daripada musim tanam 2, sedangkan rerata produksi musim tanam 1 lebih besar
daripada musim tanam 2. Hal ini tidak seperti teori “high risk high return”
(Fahmi, 2011) yang menggambarkan jika pendapatan besar maka semakin besar
pula risiko yang dihadapi. Terbukti pada musim tanam 1, petani di desa
Tlogoweru berhasil mendapatan rerata pendapatan lebih besar dan mendapatakan
risiko yang kecil. Hal itu dikarenakan harga yang didapatkan petani dari tengkulak
pada musim tanam 1 lebih tinggi (Rp. 5.500,00) dengan rerata produktivitas yang
tinggi pula. Sedangkan pada musim tanam 2 dengan rerata produktivitas yang
36
rendah, harga jual yang diterima petani lebih rendah dari musim sebelumnya (Rp.
4.600,00).
Selain itu menurut Soemarno (2007) setiap aktivitas manusia akan
mendatangkan risiko. Perilaku atau aktivitas manusia ini bisa saja mendatangkan
risiko yang besar ataupun risiko yang kecil. Hal inilah yang terjadi di Tlogoweru
dimana dengan harga jual yang tinggi menyebabkan petani mendapatakan risiko
yang kecil di musim tanam 1 (pendapatan sebanyak Rp 58.985.379,75/ha)
dibandingkan musim tanam 2 (pendapatan padi sebanyak Rp 43.327.500,76/ha)
dengan risiko yang lebih besar. Selain itu faktor penggunaan tenaga kerja yang
berlebih dapat menurunkan tingkat pendapatan karena biaya yang dikeluarkan
petani akan semakin banyak. Dari hasil pengujian menunjukan bahwa terdapat
perbedaan antara risiko pendapatan musim tanam 1 dan musim tanam 2.
4.4.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produktivitas
4.4.3.1 Pengaruh Tenaga Kerja (X1) Terhadap Risiko Produktivitas (Ɛ)
Pada tabel 4.3.3c, dapat dilihat signifikansi musim tanam 1 adalah 0,210
dan musim tanam 2 adalah 0,004, yang berarti musim tanam 1 lebih besar dari
0,05 dan musim tanam 2 lebih kecil dari 0,05. Dengan tingkat kepercayaan 90%
pada tabel 4.3.3d, di dalam penelitian ini tenaga kerja terbukti tidak
mempengaruhi risiko produksi karena nilai signifikansinya 0,149 lebih besar dari
pada 0,10. Dengan demikian tenaga kerja pada musim tanam 1 terbukti signifikan
pengaruhnya terhadap produktivitas, dan musim tanam 2 tidak signifikan
pengaruhnya, tetapi hal ini variabel tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap
risiko produktivitas.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa penambahan tenaga kerja
pada usahatani secara nyata dapat meningkatkan produksi tanaman (Suroso,
2006). Penelitian itu hanya berlaku pada musim tanam 2 yang berpengaruh nyata
terhadap produksi.
Tenaga kerja yang digunakan dalam kegiatan usahatani ini terdiri dari
tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja di luar keluarga. Pada penelitian ini
berdasarkan tabel 4.2.3, rata – rata penggunaan tenaga kerja pada musim tanam 1
sangat berlebihan, sehingga menyebabkan peningkatan jumlah tenaga kerja tidak
berpengaruh nyata terhadap produktivitas. Melihat dari musim tanam 1 yang
37
berlebihan dalam menggunakan tenaga kerja membuat petani menggunakan
tenaga kerja lebih sedikit pada musim tanam 2. Hal inilah yang menjadikan
jumlah tenaga kerja musim tanam 2 menjadi berpengaruh nyata terhadap
produktivitas.
Menurut Fufa dan Hasan (2003) peningkatan tenaga kerja untuk
pengolahan lahan pada usahatani dapat mengurangi risiko produksi. Fariyanti dkk.
(2007) juga menyatakan bahwa semakin tinggi penggunaan tenaga kerja pada
usahatani maka risiko produksinya juga menurun. Hasil dari analisis penelitian
berbanding terbalik dengan pernyataan diatas.
Walaupun sudah menyewa tenaga kerja luar keluarga (yang berarti sudah
menambah tenaga kerja), namun tidak nampak adanya pengurangan risiko usaha
tani. Pada musim tanam 2 dimana pekerjaan menjadi lebih berat, petani
menggunakan lebih banyak tenaga namun hasil KV menunjukan risiko produksi
yang dihadapi semakin bertambah jika dibandingkan musim tanam 1. Dengan
demikian penambahan tenaga kerja, tidak menjamin terjadi penurunan risiko.
4.4.3.2 Pengaruh Benih (X2) Terhadap Risiko Produktivitas (Ɛ)
Pada tabel 4.3.3c, variabel benih pada musim tanam 1 dan musim 2 nilai
signifikansi 0,029 dan 0,007, signifikansi kedua musim tersebut lebih kecil dari
0,05. Hal itu berarti benih memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
produktivitas, tetapa variabel benih tidak mempengaruhi risiko produksi. Hal itu
dapat dilihat pada tabel 4.3.3d, dimana nilai signifikansi variabel benih sebesar
0,164 lebih besar dari 0,10.
Dalam perolehan benih biasanya petani membeli dari toko atau membuat
benih sendiri dengan memperlakukan sebagian kecil hasil panennya untuk
dijadikan benih kembali. Pada musim pertama petani di Desa Tlogoweru membeli
benih yang memiliki kualitas bagus sehingga menghasilkan hasil panen yang
bagus pula. Pada musim tanam 2 dengan menggunakan benih F1 (turunan pertama
dari musim tanam sebelumnya), petani berhasil panen walaupun mengalami
penurunan produktivitas. Hal ini sejalan dengan pendapat Putra (2011) yang
menunjukkan bahwa penambahaan penggunaan benih secara nyata dapat
meningkatkan produktivitas tanaman. Dapat dilihat dari tabel 4.2.4 diatas, terlihat
sebagian besar penggunaan benih pada musim tanam 1 antara 20,17 – 36,76 kg/ha
38
dan meningkat pada musim tanam 2 yaitu 36,77 – 53,36 kg/ha. Keadaan ini
menunjukkan peningkatan jumlah penggunaan benih dari musim tanam 1 ke
musim tanam 2, akibat perubahan musim yang memaksa petani menggunakan
benih yang lebih banyak.
Fariyanti dkk. (2007) menunjukkan bahwa semakin tinggi penggunaan
benih maka risiko produksinya semakin menurun. Tetapi pada penelitian ini
diperoleh hasil yang berbeda, dimana pengunaan benih meningkat (ditujukan
untuk menekan risiko benih mati) namun pada saat masa panen produksi yang
dihasilkan tidak maksimal (cenderung menurun). Dengan demikian benih banyak
tidak menjamin risiko produksi menurun.
4.4.3.3 Pengaruh Pupuk (X3) Terhadap Risiko Produktivitas (Ɛ)
Pada tabel 4.3.3c, dengan nilai signifikansi 0,05 hasil penelitian
membuktikan variabel pupuk tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi
padi. Pada musim tanam 1 (0,315) dan musim tanam 2 (0,319). Dengan nilai
signifikansi 0,10 pada tabel 4.3.3d, variabel pupuk tidak berpengaruh nyata
terhadap risiko produksi. Ditunjukan dengan nilai signifikansi varibel pupuk
sebesar 0,764 lebih besar dari 0,10.
Tingkat produktivitas usaha tani padi pada dasarnya sangat dipengaruhi
oleh tingkat penerapan teknologinya, dan salah satu diantaranya adalah
pemupukan. Pedoman penggunaan pupuk per satuan luas diharapkan sesuai
dengan anjuran dosis yang dikeluarkan oleh Dinas Pertanian setempat. Ada
dugaan penggunaan pupuk tidak sesuai dengan dosis yang dikeluarkan oleh dinas,
menyebabkan pupuk tidak berpengaruh nyata terhadap produksi padi. Pemakaian
pupuk buatan (an-organik) yang berlebihan dan dilakukan secara terus menerus
menyebabkan kerusakan sifat fisik tanah dan selanjutnya akan menurunkan
produksi tanaman (Lestari, 2009).
Menurut Pratiwi (2011), peningkatan penggunaan pupuk pada usahatani
jagung dapat meningkatkan risiko produksi. Sementara itu, peningkatan
penggunaan pupuk pada usahatani padi dapat mengurangi risiko produksi
(Puspitasari 2011). Pada penelitian ini diperoleh hasil peningkatan penggunaan
pupuk ternyata tidak berdampak terhadap penurunan risiko produksi padi. Dimana
39
pada musim tanam 2 penggunaan pupuk lebih tinggi dari musim tanam 1, namun
KV musim tanam 2 tetap lebih tinggi dibandingkan musim tanam 2.
4.4.3.4 Pengaruh Pestisida (X4) Terhadap Risiko Produktivitas (Ɛ)
Pada tabel 4.3.3c, dapat dilihat signifikansi musim tanam 1 adalah 0,038
dan musim tanam 2 adalah 0,083, yang berarti musim tanam 1 pestisida terbukti
singnifikan karena nilainya lebih kecil dari 0,05 dan pada musim tanam 2 tidak
signifikan karena nilai signifikan lebih besar dari 0,05. Pada tabel 4.3.3d dalam
penelitian ini pestisida tidak mempengaruhi risiko produksi. Ditunjukan dengan
nilai signifikansi varibel pupuk sebesar 0,582 lebih besar dari 0,10.
Dalam upaya peningkatan produksi, tanaman padi sering mengalami
kendala serangan hama. Pengendalian hama yang paling banyak dilakukan adalah
dengan menggunakan pestisida. Menurut pendapat Suroso (2006) dan Putra
(2011), peningkatan penggunaan pestisida secara nyata dapat meningkatkan
jumlah produktivitas. Berdasarkan tabel 4.2.6, rata–rata penggunaan pestisda pada
musim tanam 2 sangat tinggi. Hal inilah yang menyebabkan pestisida berpengaruh
nyata terhadap peroduksi hanya terjadi pada musim tanam 1. Di Desa Tlogoweru
penggunaan pestisida pada musim tanam 1 sesuai dengan dosis yang dianjurkan
oleh Dinas Pertanian. Sedangkan pada musim tanam 2, penambahan dosis
dilakukan oleh petani karena mereka ingin menghabiskan sisa dari pestisida dari
musim tanam sebelumnya. Karena itulah di musim tanam 2 variabel pestisida
tidak berpengaruh nyata terhadap produksi.
Berdasarkan pendapat Puspitasari (2011) peningkatan penggunaan
pestisida cair pada usahatani padi dapat mengurangi risiko produksi. Dalam
penelitian ini pada musim tanam 2 penggunaan pestisida lebih tinggi dari musim
tanam 1, namun KV musim tanam 2 tetap lebih tinggi dibandingkan musim tanam
2. Penggunaan pestisida yang tinggi di musim tanam 2 lebih tinggi karena petani
menambah dosis pestisida dengan tujuan ingin menghabiskan sisa dari pestisida
dari musim tanam sebelumnya. Dengan demikian peningkatan penggunaan
pestisida pada usahatani padi dapat menambah risiko produksi.
4.4.3.5 Pengaruh Umur (X5) Terhadap Risiko Produktivitas (Ɛ)
Pada tabel 4.3.3c, nilai variabel umur pada musim 1 adalah sebesar 0,104
dan musim tanam 2 sebesar 0,310, keduanya lebih besar dari 0,05 yang
40
menyebabkan tidak signifikan terhadap produksi. Pada tabel 4.3.3d, dengan nilai
signifikansi 0,10, dalam penelitian ini variabel umur tidak mempengaruhi risiko
produksi. Hal itu dapat dilihat dari nilai signifikansi variabel tenaga kerja sebesar
0,326 lebih besar dari pada 0,10.
Usia kerja adalah tingkat umur seseorang yang diharapkan sudah dapat
bekerja dan menghasilkan pendapatan sendiri. Usia kerja ini berkisar antara 14
sampai 55 tahun (Suharto, 2009).
Sebagaimana diketahui bahwa hampir seluruh aktivitas usahatani
berhubungan dengan kegiatan fisik. Dari tabel 4.2.7, sebagian besar petani sampel
berada pada umur antara 41-54 tahun. Keadaan ini menunjukkan bahwa sebagian
besar petani di Desa Tlogoweru umurnya relatif tua. Umur petani yang sudah tua
dapat mempengaruhi kondisi fisik, tenaga dan tingkat produktivitas dalam
mengelola kegiatan usahatani. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan pernyataan
Maponya (2012) yang menyatakan bahwa petani yang lebih tua mampu merespon
perubahan iklim dengan lebih baik karena lebih berpengalaman.
Petani di Desa Tlogoweru memiliki karakteristik usia yang homogen atau
sama. Usia muda dan usia tua tidak ada perbedaan. Hal itu menyebabkan variabel
usia tidak signifikan terhadap produksi.
Umur erat kaitannya dengan kekuatan fisik dan berjiwa dinamis dalam
menerima macam-macam inovasi baru. Semakin muda umur petani, kekuatan
fisik yang dimiliki semakin besar, sehingga curahan tenaga yang dikeluarkan
untuk kegiatan pengelolaan usahataninya juga semakin besar. Di samping
kekuatan fisik yang lebih, petani yang berusia muda juga cenderung lebih dinamis
menerima berbagai inovasi yang sekiranya positif untuk usahataninya. Menurut
Daniel (2002) menyatakan bahwa petani yang berumur muda dengan keadaan
fisik yang kuat biasanya lebih cepat dan lebih dinamis dalam menerima inovasi
dan teknologi baru dibandingkan dengan petani yang berusia lanjut, sehingga
dalam menghadapi risiko petani berusia muda lebih cepat mengatasi daripada
petani berusia tua.
Dalam penelitian ini tidak sejalan dengan pendapat diatas, petani di Desa
Tlogoweru baik petani yang berusia muda dan tua, sama–sama menghadapi
masalah yang sama di lahan. Alam tidak pernah memandang seorang petani
41
berusia muda ataupun tua, yang diperlukan alam adalah petani yang siap
merespon segala perubahan. Karakteristik usia petani yang homogen atau sama
menyebabkan usia muda dan usia tua tidak ada perbedaan. Penyebab itulah yang
menjadikan umur tidak berpengaruh signifikan terhadap risiko produksi.
4.4.3.6 Pengaruh Pengalaman (X6) Terhadap Risiko Produktivitas (Ɛ)
Pada tabel 4.3.3c, pengalaman pada musim 1 sebesar 0,945 dan musim
tanam 2 sebesar 0,164, kedua angka tersebut lebih besar dari 0,05 menunjukkan
bahwa pengalaman petani tidak berpengaruh nyata terhadap produksi padi. Pada
tabel 4.3.3d, dengan nilai signifikansi 0,10, dalam penelitian ini variabel umur
tidak mempengaruhi risiko produksi. Hal itu dapat dilihat dari nilai signifikansi
variabel tenaga kerja sebesar 0,639 lebih besar dari pada 0,10.
Pengalaman seorang petani tidak hanya dari apa yang dialami sendiri oleh
petani tersebut. Pengalaman dapat pula didapatkan dari mengamati dengan
seksama petani lain mencoba sebuah inovasi baru. Proses pengamatan dan belajar
ini bisa dilakukan dengan sadar atau bakhan tanpa disadari sekalipun (Soekartawi,
2002 : 1). Pengalaman petani lain sangat penting karena merupakan cara yang
lebih baik untuk mengambil keputusan dari pada dengan cara mengolah sendiri
informasi yang ada.
Berdasarkan tabel 4.2.8, menunjukkan bahwa petani di Desa Tlogoweru
memiliki pengalaman dalam berusahatani padi antara 22–34 tahun, dengan
demikian petani dianggap cukup berpengalaman dan memiliki informasi yang
cukup dalam berusahatani. Hal sejalan dengan pendapat Johnson (2007), petani
yang cukup berpengalaman akan memiliki lebih banyak pengetahuan dan
informasi.
Petani di Desa Tlogoweru memiliki karakteristik pengalaman yang
homogen atau sama. Petani yang memiliki dan tidak memiliki pengalaman sama –
sama dapat menghasilkan produksi padi yang tidak jauh berbada. Hal itu
menyebabkan variabel pengalaman tidak signifikan terhadap produksi.
Menurut penelitian yang dilakukan Saihani (2011) dalam penelitiannya
yang menyatakan bahwa ketepatan petani padi di Desa Sungai Durait dalam
pengambilan keputusan untuk menghadapi risiko kemungkinan terjadi karena
mereka mempunyai pengalaman yang lebih dalam berusahatani. Tidak sejalan
42
dengan pernyataan diatas, petani di Desa Tlogoweru memiliki karakteristik
pengalaman yang homogen atau sama. Petani yang memiliki dan tidak memiliki
pengalaman sama–sama dapat menghadapi produksi. Hal inilah yang meyebabkan
pengalaman tidak signifikan terhadap risiko produksi.
4.4.3.7 Pengaruh Musim Tanam (D) Terhadap Risiko Produktivitas (Ɛ)
Dari tabel 4.3.3d, nilai signifikansi variabel musim tanam 0,092 lebih kecil
dari 0,1. Hasil analisis risiko produksi menunjukkan bahwa musim berpengaruh
nyata terhadap risiko produksi. Pada masing-masing musim tanam memberi risiko
dengan pengaruh yang berbeda.
Pada musim kemarau ancaman terbesar bagi tanaman padi adalah
kekeringan dan angin kencang. Sementara itu pada musim hujan intensitas
serangan hama dan penyakit meningkat serta pengaruh kelebihan air. Menurut
petani pada musim kemarau banyak tanaman padi yang gagal mengeluarkan
anakan, banyak tanaman yang mati karena kekeringan dan adapula tanaman yang
tidak berbuah/menghasilkan bulir. Hal ini dikarenakan petani tidak melakukan
penggenangan lahan yang baik. Menurut petani pada musim hujan serangan ulat
dan belalang meningkat dibandingkan pada musim kemarau. Selain itu, pada
musim hujan lahan mengalami kebanjiran karena saluran air yang kurang baik.
top related