59939550 bab ii obat anti nyeri 1
Post on 09-Aug-2015
82 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi
Obat adalah semua zat baik dari alam (hewan maupun tumbuhan) atau
kimiawi yang dalam takaran (dosis) yang tepat atau layak dapat
menyembuhkan, meringankan atau mencegah penyakit atau gejala-gejalanya.
Nyeri adalah rasa sensorik tidak nyaman dan pengalaman emosional yang
berkaitan dengan kerusakan atau berpotensi untuk kerusakan jaringan atau
yang di skripsikan dengan suatu kerusakan. (ISSP, 1986).
Obat anti nyeri merupakan obat yang ditujukan untuk mengurangi atau
melenyapkan rasa nyeri, misalnya pada sakit kepala, sakit kepala pada migren,
sakit gigi, nyeri otot, nyeri haid (dismenorea primer). Beberapa obat anti nyeri
atau analgesik memiliki khasiat sebagai penurun demam (antipiretik) dan
mengurangi proses peradangan (anti inflamasi). Obat ini digolongkan sebagai
obat anti inflamasi non steroid (OAINS). Obat anti nyeri yang beredar sebagai
obat bebas adalah untuk sakit yang bersifat ringan, sedangkan untuk sakit yang
berat (misalnya sakit karena batu empedu, kanker) perlu menggunakan jenis
obat keras yang membutuhkan pemeriksaan dokter.
2. Klasifikasi
a. Klasifikasi Obat
Analgesik dibagi dua yaitu :
1) Analgesik opioid / analgesik narkotika Analgesik opioid merupakan
kelompok obat yang memiliki sifat-sifat seperti opium atau morfin.
Golongan obat ini terutama digunakan untuk meredakan atau
menghilangkan rasa nyeri.
Tetapi semua analgesik opioid menimbulkan adiksi/ketergantungan,
maka usaha untuk mendapatkan suatu analgesik yang ideal masih tetap
diteruskan dengan tujuan mendapatkan analgesik yang sama kuat
dengan morfin tanpa bahaya adiksi.
Ada 3 golongan obat ini yaitu :
a) Obat yang berasal dari opium-morfin,
b) Senyawa semisintetik morfin, dan
c) Senyawa sintetik yang berefek seperti morfin.
2) Analgesik lainnya, Seperti golongan salisilat seperti aspirin, golongan
para amino fenol seperti paracetamol, dan golongan lainnya seperti
ibuprofen, asam mefenamat, naproksen/naproxen dan banyak lagi.
Biasanya obat yang digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri
biasanya terdiri dari tiga komponen, yaitu :
a) analgetik (menghilangkan rasa nyeri),
b) antipiretik (menurunkan demam), dan
c) anti-inflamasi (mengurangi proses peradangan).
Sebagai analgesik, misalnya untuk mengurangi rasa nyeri pada sakit
kepala, sakit gigi, sakit waktu haid dan sakit pada otot.menurunkan
demam pada influenza dan setelah vaksinasi.
b. Klasifikasi Nyeri
1) Berdasarkan sumbernya
a) Cutaneus/ superfisial,
yaitu nyeri yang mengenai kulit/ jaringan subkutan. Biasanya bersifat
burning (seperti terbakar)
ex: terkena ujung pisau atau gunting
b) Deep somatic/ nyeri dalam,
yaitu nyeri yang muncul dari ligament, pemb. Darah, tendon dan
syaraf, nyeri menyebar & lbh lama daripada cutaneus
ex: sprain sendi
c) Visceral
(pada organ dalam), stimulasi reseptor nyeri dlm rongga abdomen,
cranium dan thorak. Biasanya terjadi karena spasme otot, iskemia,
regangan jaringan.
2) Berdasarkan penyebab
a) Fisik. Bisa terjadi karena stimulus fisik. (Ex: fraktur femur)
b) Psycogenic. Terjadi karena sebab yang kurang jelas/susah
diidentifikasi, bersumber dari emosi/psikis dan biasanya tidak
disadari.
(Ex: orang yang marah-marah, tiba-tiba merasa nyeri pada
dadanya). Biasanya nyeri terjadi karena perpaduan 2 sebab tersebut
3) Berdasarkan lama/durasinya
a) Nyeri akut
Nyeri yang terjadi segera setelah tubuh terkena cidera, atau
intervensi bedah dan memiliki awitan yan cepat, dengan intensitas
bervariasi dari berat sampai ringan . Fungsi nyeri ini adalah sebagai
pemberi peringatan akan adanya cidera atau penyakit yang akan
datang. Nyeri ini terkadang bisa hilang sendiri tanpa adanya
intervensi medis, setelah keadaan pulih pada area yang rusak.
Apabila nyeri akut ini muncul, biasanya tenaga kesehatan sangat
agresif untuk segera menghilangkan nyeri. Nyeri akut secara serius
mengancam proses penyembuhan klien, untuk itu harus menjadi
prioritas perawatan. Rehabilitasi bisa tertunda dan hospitalisasi bisa.
b) Nyeri kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap
sepanjang suatu periode tertentu, berlangsung lama, intensitas
bervariasi, dan biasanya berlangsung lebih dari enam bulan. Nyeri ini
disebabkan oleh kanker yang tidak terkontrol, karena pengobatan
kanker tersebut atau karena gangguan progresif lain. Nyeri ini bisa
berlangsung terus sampai kematian. Pada nyeri kronik, tenaga
kesehatan tidak seagresif pada nyeri akut. Klien yang mengalami
nyeri kronik akan mengalami periode remisi (gejala hilang sebagian
atau keseluruhan) dan eksaserbasi (keparahan meningkat). Nyeri ini
biasanya tidak memberikan respon terhadap pengobatan yang
diarahkan pada penyebabnya. Nyeri ini merupakan penyebab utama
ketidakmampunan fisik dan psikologis. Sifat nyeri kronik yang tidak
dapat diprediksi membuat klien menjadi frustasi dan seringkali
mengarah pada depresi psikologis. Individu yang mengalami nyeri
kronik akan timbul perasaan yan gtidak aman, karena ia tidak pernah
tahu apa yang akan dirasakannya dari hari ke hari.
Perbedaan karakteristik nyeri akut dan kronik
Nyeri akut Nyeri kronik*Lamanya dalam hitungan menit
*Ditandai peningkatan BP, nadi, dan respirasi
*Respon pasien:Fokus pada nyeri, menyetakan nyeri menangis dan mengerang
*Tingkah laku menggosok bagian yang nyeri
*Lamanyna sampai hitungan bulan, > 6bln*Fungsi fisiologi bersifat normal
*Tidak ada keluhan nyeri
*Tidak ada aktifitas fisik sebagai respon terhadap nyeri
4) Berdasarkan lokasi/letak
a) Radiating pain
Nyeri menyebar dr sumber nyeri ke jaringan di dekatnya
(ex: cardiac pain)
b) Referred pain
Nyeri dirasakan pada bagian tubuh tertentu yg diperkirakan berasal
dari jaringan penyebab
c) Intractable pain
Nyeri yg sangat susah dihilangkan
(ex: nyeri kanker maligna)
d) Phantom pain
Sensasi nyeri dirasakan pada bagian.Tubuh yg hilang
(ex: bagian tubuh yang diamputasi)
atau bagian tubuh yang lumpuh karena injuri medulla spinalis
5) FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON NYERI
a) Usia
Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat
harus mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang
melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan
fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami, karena
mereka mengangnggap nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani
dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal
jika nyeri diperiksakan.
b) Jenis kelamin
Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wnita tidak berbeda
secara signifikan dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi
faktor budaya (ex: tidak pantas kalo laki-laki mengeluh nyeri, wanita
boleh mengeluh nyeri)
c) Kultur
Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka
berespon terhadap nyeri. (ex: suatu daerah menganut kepercayaan
bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima karena mereka
melakukan kesalahan, jadi mereka tidak mengeluh jika ada nyeri)
d) Makna nyeri
Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang
terhadap nyeri dan dan bagaimana mengatasinya.
e) Perhatian
Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri
dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Menurut Gill (1990), perhatian
yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat,
sedangkan upaya distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang
menurun. Tehnik relaksasi, guided imagery merupakan tehnik untuk
mengatasi nyeri.
f) Ansietas
Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa
menyebabkan seseorang cemas.
g) Pengalaman masa lalu
Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa
lampau, dan saat ini nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih
mudah mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya seseorang mengatasi
nyeri tergantung pengalaman di masa lalu dalam mengatasi nyeri.
h) Pola koping
Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi
nyeri dan sebaliknya pola koping yang maladaptive akan menyulitkan
seseorang mengatasi nyeri.
i) Support keluarga dan social
Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada
anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan,
bantuan dan perlindungan.
3. Patofisiologi Nyeri
"Nyeri didefinisikan sebagai pengalaman sensorik baik fisik atau emosional
tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan aktual atau
potensial. Pada sudut pandang kedokteran, nyeri telah selalu disebut sebagai
tanda vital 5 Patofisiologi rasa sakit ini. Biasanya dibagi menjadi 4 tahap yang
berbeda : (1) transduksi, (2) transmisi, (3) modulasi nyeri, dan (4) persepsi Otak
dapat menghambat atau memfasilitasi intensitas dan propagasi dari rangsangan
nyeri melalui jalur saraf tertentu Fungsi modulasi dari rekening otak untuk..
variasi dalam persepsi nyeri dari individu-individu yang berbeda yang menopang
cedera identik dan sebagai respons terhadap terapi obat.
Transduksi terjadi di tingkat sensorik, ketika stimulus diubah menjadi sinyal
saraf. Transmisi adalah fungsi utama dari saraf dengan bertindak sebagai
saluran mentransfer informasi sakit dari saraf perifer ke sistem saraf pusat
modulasi Pain mengacu. dengan fungsi sel-sel saraf untuk menghambat,
mengurangi, atau mengurangi aktivitas modulatory intrinsik dari sistem saraf
pusat, sehingga mengurangi rangsangan yang menyakitkan Persepsi adalah.
kesadaran sadar, biasanya lokal di daerah tertentu dari tubuh. Tingkat persepsi
nyeri tergantung pada faktor-faktor seperti pengalaman pribadi, lingkungan
sekitar, dan pengaruh sosial-budaya. "
4. Contoh Obat Anti Nyeri
1) PARACETAMOL
Parasetamol yang dijual dengan berbagai nama dagang. Beberapa
diantaranya adalah Sanmol, Pamol, Fasidol, Panadol, Itramol dan lain lain.
Menurut peraruran Depkes, semua obat yang dijual bebas harus menuliskan
nama generik di bawah nama dagangnya yang dicantumkan di bawah
“kandungan”. Namun, patut diingat bila gejalanya hanya demam, tidak
dibenarkan untuk menggunakan parasetamol yang dicampur dengan bahan
aktif lain, misalnya untuk pilek, batuk, dan sebagainya. Tambahan bahan lain
itu selain tidak ada gunanya, juga menjadikan obat lebih mahal. Belum lagi
bila menimbulkan efek sampingan, akan menjadi mubazir.
Merupakan derivat para amino fenol. Di Indonesia penggunaan
parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik, telah menggantikan
penggunaan salisilat. Sebagai analgesik, parasetamol sebaiknya tidak
digunakan terlalu lama karena dapat menimbulkan nefropati analgesik.
Jika dosis terapi tidak memberi manfaat, biasanya dosis lebih besar
tidak menolong. Dalam sediaannya sering dikombinasi dengan cofein yang
berfungsi meningkatkan efektivitasnya tanpa perlu meningkatkan dosisnya.
Paracetamol adalah sebuah obat analgetik untuk pasien yang tak tahan
asetosal (dikenal dengan nama populer : aspirin)
Kontra Indikasi:
Hipersensitif terhadap parasetamol dan defisiensi glokose-6-fosfat
dehidroganase.tidak boleh digunakan pada penderita dengan gangguan
fungsi hati.
Deskripsi:
Paracetamol adalah derivat p-aminofenol yang mempunyai sifat
antipiretik/analgesik
Sifat antipiretik disebabkan oleh gugus aminobenzen dan mekanismenya
diduga berdasarkan efek sentral. Sifat analgesik parasetamol dapat
menghilangkan rasa nyeri ringan sampai sedang. Sifat antiinflamasinya
sangat lemah sehingga sehingga tindak digunakan sebagai antirematik.
Segera ke dokter bila salah satu dari tanda berikut muncul setelah anda
minum paracetamol. Tanda tanda itu antara lain : terjadi perdarahan ringan
sampai berat, keluhan demam dan nyeri tenggorokan tidak berkurang yang
kemungkinan disebabkan oleh karena infeksi sehingga perlu penanganan
lebih lanjut.
Jika tidak ada masalah di organ hati, dosis maksimum paracetamol
untuk orang dewasa adalah 4 gram (4000mg) per hari atau 8 tablet
paracetamol 500mg. Bila karena suatu sebab yang tidak jelas pasien bandel
minum obat ini melebih dosis maksimum tadi maka jangan heran bila kelak
terjadi kerusakan hati yang fatal. Gejala kerusakan hati yang perlu
mendapatkan perhatian dan harus segera ke dokter antara lain : mual sampai
muntah, kulit dan mata berwarna kekuningan, warna air seni yang pekat
seperti teh, nyeri di perut kanan atas, dan rasa lelah dan lemas.
Beberapa reaksi alergi yang dilaporkan sering muncul antara lain :
kemerahan pada kulit, gatal, bengkak, dan kesulitan bernafas/sesak. Seperti
biasa, bila mengalami tanda tanda diatas setelah minum paracetamol, segera
ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat menjalani pengobatan
dengan paracetamol antara lain, sebelum minum paracetamol, sampaikan ke
dokter anda kalau anda sebelumnya pernah mengalami alergi setelah
mengkonsumsi paracetamol atau alergi yang disebabkan oleh sebab lain.
Selain itu, informasikan pula ke dokter bila anda mempunyai riwayat
penyakit khronis seperti penyakit hati, ketergantungan alkohol, dan lain lain.
Paracetmol dapat merusak hati, maka bila ditambah dengan mengkonsumsi
alkohol secara berlebihan maka akan mempercepat terjadinya kerusakan
hati.
Paracetamol sering dikombinasikan dengan aspirin untuk mengatasi
rasa nyeri pada rematik sebab paracetamol tidak mempunyai efek anti
inflamasi seperti aspirin sehingga bila kedua obat ini digabung maka akan
didapatkan sinergi pengobatan yang bagus pada penyakit rematik.
Paracetamol aman diberikan pada wanita hamil dan menyusui namun tetap
dianjurkan pada wanita hamil untuk meminum obat ini bila benar benar
membutuhkan dan dalam pengawasan dokter.
2) NEURALGIN
Indikasi:
Meringankan rasa nyeri pada sakit kepala, sakit kepala pada migrain,
nyeri otot, sakit gigi dan nyeri haid.
Kontra Indikasi:
Hipersensitif terhadap paracetamol atau ibuprofen dan anti-inflamasi
non steroid (AINS) lainnya serta caffeine.penderita dengan ulkus peptikum
(tukak lambung dan usus 12jari) yang berat dan aktif.
Penderita dimana bila menggunakan acetosal atau obat-obat anti-inflamasi
non-steroid lainnya akan timbul gejala asma, rinitis(selesma) atau urtikana.
Wanita pada kehamilan tiga bulan terakhir.
Komposisi:
Tiap tablet mengandung:
Paracetamol …………………. 350 mg
Ibuprofen …………………… 200 mg
Cafeine …………………….. 50 mg
Cara Kerja Obat:
Paracetamol merupakan analgesik-antipiretik dan ibuprofen merupakan
obat analgetik, antipiretik dan anti-inflamasi non-steroid (AINS) yang
memiliki efek analgetik (menghilangkan rasa nyeri), antipiretik
(menurunkan demam), dan anti-inflamasi (mengurangi proses peradangan).
Efek Samping:
Yang paling sering adalah gangguan saluran cerna seperti mual,
muntah, nyeri ulu hati, kemerahan pada kulit, trobositopenia, limfopenia,
dll. Dapat terjadi reaksi hipersensitivitas, terutama pada penderita dengan
riwayat asma, atau reaksi alergi lain terhadap golongan anti-inflamasi
nonsteroid (AINS).
Penggunaan jangka lama dan dosis besar dapat menimbulkan
krusakan fungsi hati. Penggunaan pada penderita yang mengkonsumsi
alkohol dapat meningkatkan risiko kerusakan fungsi hati.
Penurunan ketajaman penglihatan dan kesulitan membedakan warna
dapat terjadi, tetapi sangat jarang dan akan sembuh bila penggunaan
dihentikan.
Peringatan dan Perhatian:
Hati-hati penggunaan pada penderita tukak lambung dan pendarahan
saluran cerna (aktif/riwayat), penyakit hati dan ginjal berat, wanita hamil
(tidak dianjurkan) terutama pada kehamilan usia lanjut, wanita menyusui
(tidak dianjurkan), dan penderita dengan ketergantungan alkohol, gagal
jantung, hipertensi, dan penyakit lain yang menyebabkan retensi cairan
tubuh, ganguan pembekuan darah, asma, lupus eritomatosus sistemik.
Pada penderita dengan tukak lambung dan pendarahan saluran cerna
(aktif/riwayat) sebaiknya diminum setelah makan.
Jika selama menggunakan obat ini terjadi efek yang tidak diinginkan atau
setelah 5 hari nyeri tidak hilang segera hubungi dokter atau unit pelayanan
kesehatan.
Selama menggunakan obat ini jangan mengkonsumsi obat lain yang
mengandung Paracetamol/Asetosal/ibuprofen, juga obat antikuogulan
golongan Warfarin.
Interaksi Obat:
* Pemberian ibuprofen bersama-sama dengan methotrexate atau litium
harus dilakukan dengan hati-hati; penderita harus diawasi secara ketat
terhadap tanda-tanda toksik dari methotrexate atau litium.
* Risiko terjadi efek toksik dari paracetamol dapat meningkat apabila
diberikan bersama-sama dengan obat yang bersifat toksik terhadap hati
(hepatotoksik).
Penyimpanan:
Simpan pada suhu kamar (di bawah 30 derajat C).
3) Ibuprofen
Asetosal (dikenal sebagai aspirin) tidak dianjurkan bila lambung pasien
tidak tahan karena sifat asamnya. Asetosal dalam dosis 1 tablet dewasa
menyebabkan darah menjadi encer sehingga perdarahan (seperti dalam
haid atau terluka) akan sulit berhenti karena darah tidak dapat membeku.
Asetosal juga tidak dianjurkan bila penyebab demam adalah virus (campak,
cacar air, dan sebagainya), terutama pada anak karena asetosal
dihubungkan dengan komplikasi fatal yang disebut Reye syndrome.
Ibuprofen merupakan derivat asam propionat yang diperkenalkan
banyak negara. Obat ini bersifat analgesik dengan daya antiinflamasi yang
tidak terlalu kuat. Efek analgesiknya sama dengan aspirin.
Ibuprofen tidak dianjurkan diminum oleh wanita hamil dan menyusui.
4) Asam mefenamat
(Tidak termasuk golongan obat bebas kecuali yang 250 mg untuk orang
dewasa). Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik. Asam mefenamat
sangat kuat terikat pada protein plasma, sehingga interaksi dengan obat
antikoagulan harus diperhatikan. Efek samping terhadap saluran cerna
sering timbul misalnya dispepsia dan gejala iritasi lain terhadap mukosa
lambung.
5) Tramadol
Tramadol adalah senyawa sintetik yang berefek seperti morfin.
Tramadol digunakan untuk sakit nyeri menengah hingga parah. Sediaan
tramadol pelepasan lambat digunakan untuk menangani nyeri menengah
hingga parah yang memerlukan waktu yang lama.
Minumlah tramadol sesuai dosis yang diberikan, jangan minum
dengan dosis lebih besar atau lebih lama dari yang diresepkan dokter.
Jangan minum tramadol lebih dari 300 mg sehari.
6) Benorylate
Benorylate adalah kombinasi dari parasetamol dan ester aspirin. Obat
ini digunakan sebagai obat antiinflamasi dan antipiretik. Untuk pengobatan
demam pada anak obat ini bekerja lebih baik dibanding dengan parasetamol
dan aspirin dalam penggunaan yang terpisah. Karena obat ini derivat dari
aspirin maka obat ini tidak boleh digunakan untuk anak yang mengidap
Sindrom Reye.
7) Fentanyl
Fentanyl termasuk obat golongan analgesik narkotika. Analgesik
narkotika digunakan sebagai penghilang nyeri. Dalam bentuk sediaan injeksi
IM (intramuskular) Fentanyl digunakan untuk menghilangkan sakit yang
disebabkan kanker.
Menghilangkan periode sakit pada kanker adalah dengan
menghilangkan rasa sakit secara menyeluruh dengan obat untuk
mengontrol rasa sakit yang persisten/menetap. Obat Fentanyl digunakan
hanya untuk pasien yang siap menggunakan analgesik narkotika.
Fentanyl bekerja di dalam sistem syaraf pusat untuk menghilangkan
rasa sakit. Beberapa efek samping juga disebabkan oleh aksinya di dalam
sistem syaraf pusat. Pada pemakaian yang lama dapat menyebabkan
ketergantungan tetapi tidak sering terjadi bila pemakaiannya sesuai dengan
aturan.
Ketergantungan biasa terjadi jika pengobatan dihentikan secara
mendadak. Sehingga untuk mencegah efek samping tersebut perlu
dilakukan penurunan dosis secara bertahap dengan periode tertentu
sebelum pengobatan dihentikan.
8) Naproxen
Naproxen termasuk dalam golongan antiinflamasi nonsteroid.
Naproxen bekerja dengan cara menurunkan hormon yang menyebabkan
pembengkakan dan rasa nyeri di tubuh.
9) Obat lainnya
Metamizol, Aspirin (Asetosal/ Asam asetil salisilat), Dypirone/Methampiron,
Floctafenine, Novaminsulfonicum, dan Sufentanil.
Daftar Pustaka
1. http://dikaameliaifani.blogspot.com/2010/05/bijak-mengkonsumsi-obat-
anti-nyeri.html
2. http://forbetterhealth.wordpress.com/2009/01/20/klasifikasi-nyeri/
3. http://ishak.unpad.ac.id/?p=886
4. http://reference.com/motif/Health/pathophysiology-of-pain
top related