6. skripsi ira ferawati g1d010015
Post on 08-Oct-2015
80 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
-
i
FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA ULKUS
DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2
DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO
SKRIPSI
Oleh :
IRA FERAWATI
G1D010015
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PURWOKERTO
2014
-
ii
-
iii
-
iv
PERSEMBAHAN
Alhamdullillah, terimakasih ya allah SWT atas segala rahmat, nikmat, hidayah
serta kelancaran yang telah engkau berikan dalam penyusunan skripsi ini.
Ku persembahkan skripsi ini untuk :
Kedua Orang Tuaku tercinta, tersayang, Bapak Rohadi dan Ibu Tuti yang tak
pernah lupa memberi segala dukungan dan kasih sayang selama hidupku ini,
terimakasih ibu bapak atas segala doa restunya, tanpa kalian aku tidak
mungkin bisa seperti ini. Alm. Bapak gede, mak gede, bapak asir, bapak
hasan, Nenek ku mak, iah yang tak pernah lupa mendokan ku, terimakasih...
Untuk saudara- saudara ku tercinta A Rendi, Ka sefti, A yayan, Teh Ai, Teh
Neneng, Adik adik ku, Ayu, Putri, Putra, keponakan ku Kakak eca, dan
dede eril yang cantik dan lucu- lucu. Terimakasih untuk Keluarga besarku,
kalian adalah alasanku untuk semangat serta kekuatanku untuk menjadi
seorang yang berhasil.
Untuk Bu Yunita dan Bu Sulis, terima kasih atas bimbingan, doa, dan motivasi
dalam penyusunan skripsiku ini, Untuk Bu Anti selaku penguji terima kasih
atas saran dan masukan yang telah diberikan untuk menyempurnakan
penyusunan skripsi ini. Terima kasih untuk semuanya...
Untuk teman-temanku 2010 yang selalu memberikan keceriaan, semangat, dan
dukungan selama kuliah. Untuk oncom yang selalu mewarnai hari- hari ku
selama penyusunan skripsi, Untuk shella, rian, titin, dena, maya, nita, isnani
yang tidak pernah kurang memberikan semangat untukku, yang selalu
membantuku disaat aku kesulitan, dan untuk teman kosan ku tersayang (heti,
mila, tria, mimpi, dan risna) terima kasih atas doa, bantuan dan semangatnya.
Terima kasih untuk keluarga besar keperawatan UNSOED, dosen-dosen
keperawatan, bapendik,.
Terimakasih....
-
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Ira Ferawati
Alamat : Jalan Cabe V no. 18 a rt 02/ 05 Pondok Cabe Udik,
Pamulang- Tangerang Selatan
Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 14 Juni 1992
Email : Iraferawati_93@yahoo.co.id
Riwayat Pendidikan : 1. SDN Pondok Cabe Udik 1
2. SMP N 1 Ciputat, Tangerang Selatan
3. SMA N 1 Kebomas Gresik
4. Jurusan Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu-Ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman
Tahun Angkatan 2010
-
vi
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
petunjuk, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul Faktor- faktor yang mempengaruhi terjadinya ulkus
diabetikum pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di RSUD Prof. dr.
Margono Soekarjo Purwokerto dengan lancar dan tanpa hambatan suatu
apapun. Terimakasih penulis sampaikan kepada:
1. Dr. Warsinah,M.Si.,Apt, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu
Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman.
2. Dr. Saryono,S.Kp.,M.Kes., selaku Ketua Jurusan Keperawatan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman.
3. Yunita Sari, MHS.,Ph.D, selaku dosen pembimbing I yang telah bersedia
memberikan bimbingan sejak awal sampai akhir penyusunan skripsi ini.
4. Sulistiani,S.Kep.Ns.,selaku dosen pembimbing II, terimakasih atas
bimbingan dan kesediaan waktunya untuk mengoreksi secara detail dari
setiap tulisan yang telah tertuang dalam lembaran-lembaran kertas putih.
5. Atyanti Isworo.,M.Kep.,Sp.KMB selaku dosen penguji yang telah
berkenan memberikan pengarahan demi kesempurnaan penelitian ini.
6. Kedua orang tuaku tercinta atas semua motivasi, kasih sayang, perhatian
dan doa dalam penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT senantiasa
melimpahkan hidayah dan karunia-Nya.
-
vii
7. Kakak, adik dan keponakan- keponakan ku atas semua kasih sayang dan
motivasinya.
8. Sahabat dan teman seperjuangan angkatan 2010, terima kasih atas
kerjasama dan bantuannya selama penyusunan skripsi ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas bantuan
moral maupun material dalam penulisan skripsiini.
10. Almamaterku, Universitas Jenderal Soedirman
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak
kekurangan,walaupun demikian semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang membutuhkan.
Purwokerto, Februari 2014
Ira Ferawati
G1D010015
-
viii
FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA ULKUS
DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2
DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO
Ira Ferawati1, Yunita Sari
2, Sulistiani
3
ABSTRAK
Latar Belakang: Diabetes melitus tipe 2 merupakan diabetes melitus yang terjadi
karena resistensi tubuh terhadap efek insulin yang diproduksi oleh sel beta
pankreas. Diabetes melitus yang tidak terkontrol pada pasien diabetes melitus
akan menyebabkan berbagai komplikasi salah satunya ulkus diabetikum.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor- faktor yang
mempengaruhi terjadinya ulkus diabetikum pada pasien diabetes melitus tipe 2 di
RSUD Prof dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain case control. Pengambilan sampel
menggunakan metode quota sampling dengan sampel sebanyak 72 orang terdiri
dari 36 kelompok kasus (penderita diabetes melitus dengan ulkus diabetikum dan
36 kelompok kontrol (penderita diabetes melitus tanpa ulkus diabetikum) di
RSUD dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Instrumen yang digunakan pada
penelitian ini adalah kuesioner. Data dianalisis secara univariat, bivariat dan
multivariat.
Hasil: Faktor perawatan kaki tidak teratur (p=0,000), penggunaan alas kaki tidak
tepat (p=0,000), adanya deformitas kaki (p=0,004), adanya riwayat ulkus
sebelumnya (p=0,002), lama diabetes mellitus 8tahun (p=0,018), dan olahraga tidak teratur (p=0,000) merupakan faktor yang mempengaruhi terjadinya ulkus
diabetikum sedangkan faktor gangguan penglihatan (p=0,083), dukungan keluarga
(p=0,083) dan merokok (p=0,101) tidak mempengaruhi terjadinya ulkus
diabetikum.
Kesimpulan: faktor olahraga merupakan faktor yang paling dominan dalam
mempengaruhi terjadinya ulkus diabetikum, penderita diabetes mellitus yang
tidak melakukan olahraga secara teratur berisiko 10.617 kali terjadinya ulkus
diabetikum.
Kata kunci: Ulkus diabetikum, diabetes mellitus tipe 2, faktor- faktor
-
ix
FACTORS AFFECTING DIABETICUM ULCERS OF PATIENT
DIABETES MELLITUS TYPE 2
IN RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO
Ira Ferawati1, Yunita Sari
2, Sulistiani
3
ABSTRACT
Background : Diabetes mellitus type 2 is a diabetes mellitus that occurs because
the body's resistance to the effects of insulin which is produced by the beta cells
of the pancreas . Uncontrolled diabetes mellitus in patients who has diabetes
mellitus cause lead to various complications one of them is diabeticum ulcer.
Purpose : This research aimed to know the factors that influence of the
occurrence of diabeticum ulcers in patients with diabetes mellitus type 2 in RSUD
Prof. dr . Margono Soekarjo Purwokerto.
Methods : This research used a case control design. Taking sampleuse quota
sampling method with the total of sample are 72 people consist of 36 groups of
cases (patients with diabetes mellitus with diabeticum ulcers) and 36 control
group (patients with diabetes mellitus without diabeticum ulcers in RSUDProf. dr
. Margono Soekarjo Purwokerto. Instrument that used in this research is
questionnaire, and it was analyzed used univariate , bivariate and multivariate
analyzes.
Results : Factor irregular foot care (p = 0.000), incorrect use of footwear (p =
0.000), presence of foot deformity (p = 0.004), a history of previous ulcers (p =
0.002), duration of diabetes mellitus 8year (p = 0.018) , and irregular exercise (p = 0.000) are factors that influence the occurrence of diabeticum ulcers while
impaired vision factors (p = 0.083), family support (p = 0.083) and smoking (p =
0.101) did not influence the occurrence of diabeticum ulcers.
Conclusion : sport factor is the most dominant factor that influencing the
occurrence of diabeticum ulcers , patient who has diabetes mellitus and did not do
regularly exercise will easily get 10,617 times of the risk of diabeticum ulcers.
Keywords : diabeticum ulcers , diabetes mellitus type 2 , the factors
-
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ............................................ iii
PERSEMBAHAN ....................................................................................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................... v
PRAKATA .................................................................................................. vi
ABSTRAK .................................................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................... x
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 7
E. Keaslian Penelitian .................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ........................................................................ 11
1. Diabetes Mellitus ................................................................. 11
a. Pengertian ....................................................................... 11
b. Klasifikasi Diabetes Mellitus .......................................... 11
c. Kriteria Diagnosis Diabetes Mellitus ............................... 13
-
xi
d. Gejala Diabetes Mellitus ................................................. 14
e. Komplikasi ...................................................................... 16
2. Ulkus diabetikum................................................................. 20
a. Pengertian ....................................................................... 20
b. Klasifikasi ulkus diabetikum .......................................... 21
c. Tanda dan gejala ulkus diabetikum............................... . 21
d. Patofisiologi ulkus diabetikum....................................... 21
e. Faktor terjadinya ulkus diabetikum ................................ 22
B. Kerangka Teori ........................................................................ 34
C. Kerangka Konsep .................................................................... 35
D. Hipotesis Penelitian .................................................................. 36
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian .................................................................. 38
B. Tempat dan waktu penelitian ................................................. 38
C. Populasi dan Sampel .............................................................. 38
D. Variabel Penelitian ................................................................. 41
E. Definisi Operasional. ............................................................. 42
F. Instrumen Penelitian .............................................................. 45
G. Validitas dan Reliabilitas Instrumen.. .................................... 46
H. Jalannya Penelitian ................................................................ 49
I. Analisis Data .......................................................................... 50
J. Etika Penelitian ..................................................................... 53
-
xii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ........................................................................ 54
B. Pembahasan ............................................................................. 64
C. Kelemahan dan keterbatasan penelitian ................................. 85
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................... 86
B. Saran ...................................................................................... 87
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
-
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Definisi operasional ......................................................................... 42
4.1 Karakteristik responden ................................................................... 55
4.2 Gambaran lama dm, deformitas kaki, merokok dan olahraga...........56
4.3 Gambaran penggunaan alas kaki, perawatan kaki, riwayat ulkus
sebelumnya, gangguan penglihatan, dukungan keluarga................. 58
4.4 Analisis bivariat ............................................................................... 60
4.5 Analisis multivariat pemodelan awal ...............................................62
4.6 Analisis multivariat pemodelan akhir ..............................................63
-
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Teori ............................................................................. 34
2.2 Kerangka Konsep........................................................................ . 35
-
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Izin Survei Pendahuluan dari Jurusan Keperawatan FKIK
UNSOED.
Lampiran 2. Surat Izin Survei Pendahuluan dari Diklat RSUD Prof. dr.
Margono Soekarjo Purwokerto
Lampiran 3. Surat izin Uji Validitas dari Jurusan Keperawatan FKIK UNSOED.
Lampiran 4. Surat Izin Uji Validitas dari Diklat RSUD Prof. Margono Soekarjo
Purwokerto
Lampiran 5. Surat Izin Penelitian dari Jurusan Keperawatan FKIK UNSOED.
Lampiran 6. Surat Izin Penelitian dari Diklat RSUD Prof. Margono Soekarjo
Purwokerto
Lampiran 7. Jadwal Kegiatan Penelitian
Lampiran 8. Lembar Permohonan Menjadi Responden.
Lampiran 9. Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 10. Lembar Observasi Identitas Biodata Responden
Lampiran 11. Lembar Kuesioner Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Ulkus
Diabetikum
Lampiran 12. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 13. Hasil Analisa Data Univariat, Bivariat, Multivariat
Lampiran 14.Lembar Bimbingan Konsultasi Skripsi
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Diabetes melitus merupakan penyakit degeneratif ditandai dengan
adanya hiperglikemia atau kelebihan kadar glukosa dalam darah yang
memerlukan penanganan tepat (Lanywati, 2001). American Diabetes
Association (ADA) (dalam Standards of Medical Care in Diabetes, 2009)
mengklasifikasikan diabetes melitus menjadi 4 yaitu diabetes melitus tipe
1, diabetes melitus tipe 2, diabetes melitus gestastional dan diabetes
melitus tipe khusus. Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia,
(2011), seseorang dapat didiagnosa diabetes melitus apabila mempunyai
gejala klasik diabetes melitus seperti poliuria, polidipsi dan polifagi diserta
dengan gula darah sewaktu 200 mg/dL dan gula darah puasa 126mg/dL.
Prevalensi diabetes melitus menurut International Diabetes Federation
(IDF) (dalam Perkeni, 20111) pada tahun 2006 terdapat 250 juta penduduk
dunia menderita diabetes melitus dan diperkirakan akan terjadi peningkatan
hingga 450 juta orang pada tahun 2030. Jumlah penderita diabetes melitus
di Indonesia maupun di dunia terus meningkat dengan pesat. Berdasarkan
data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) (dalam Kemenkes RI, 2011)
tahun 2010, pasien diabetes melitus tipe 2 di Indonesia naik dari 8,4 juta
pada 2000 menjadi 21,3 juta pada tahun 2010.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Kabupaten Banyumas,
prevalensi diabetes melitus tipe 2 mencapai 1583 kasus dan menduduki
1
-
2
urutan atas dalam kasus penyakit tidak menular. Hasil studi pendahuluan di
RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto menunjukkan pada tahun
2010 terdapat 542 pasien diabetes melitus tipe 2 (rawat jalan 407 dan rawat
inap sebanyak 63), pada tahun 2011 jumlah pasien diabetes melitus tipe 2
periode januari sampai desember mencapai 634 pasien (rawat jalan 251 dan
rawat inap 383). Tahun 2012 kasus diabetes melitus tipe 2 terdapat 210
kasus (rawat inap 105 kasus dan rawat 105 kasus), dan pada tahun 2013
periode januari sampai oktober pasien diabetes melitus tipe 2 mencapai
4352 kasus (rawat inap 827, rawat jalan 3525 kasus).
Diabetes melitus yang tidak terkontrol dengan baik dapat
menimbulkan berbagai komplikasi salah satunya yaitu ulkus diabetikum.
Ulkus diabetikum merupakan luka terbuka pada lapisan kulit sampai ke
dalam dermis. Komplikasi ini dapat terjadi karena adanya hiperglikemia
dan neuropati yang mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan otot,
sehingga terjadi ketidakseimbangan distribusi tekanan pada telapak kaki
dan selanjutnya akan mempermudah terjadinya ulkus (Waspadji, 2006).
Ulkus diabetikum di Indonesia merupakan permasalahan yang belum
dapat terkelola dengan baik. Prevalensi terjadinya ulkus diabetikum di
Indonesia sebesar 15% dan sering kali berakhir dengan kecacatan dan
kematian(Waspadji, 2006). Menurut data di RSUPNCM (Rumah Sakit
Umum Pusat dr. Mangun CiptoMangunkusomo) tahun 2003 (dalam
Waspadji, 2006) angka kematian dan angka amputasi di RSUPNCM
(Rumah Sakit Umum Pusat dr Mangun CiptoMangunkusomo) masih tinggi
-
3
masing-masing sebesar 16% dan 28%. Pasien diabetes melitus dengan
ulkus diabetikum pasca amputasi sebanyak 14,3% akan meninggal dalam
setahun pasca amputasi dan sebanyak 37% akan meninggal 3 tahun pasca
amputasi.
Data rekam medik di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto
menunjukkan kasus diabetes melitus dengan ulkus diabetikum tahun 2010
mencapai 592(rawat inap yaitu 63 kasus, rawat jalan yaitu 529 kasus). Pada
tahun 2011 diabetes melitus dengan ulkus diabetikum terdapat 772 kasus
(di rawat inap yaitu 562 kasus, di rawat jalan yaitu 205 kasus). Sedangkan
ulkus diabetikum dan pada tahun 2013 periode januari- oktoberpasien
diabetes melitus tipe 2 mecapai 149 kasus ( rawat inap 10 kasus, di rawat
jalan 139 kasus).
Penelitian yang dilakukan oleh Hastuti (2008) menunjukkan bahwa
faktor terjadinya ulkus yaitu lama diabetes melitus >10 Tahun, kadar
kolesterol >200 mg/dl, kadar HDL 8%, obesitas dan
hipertensi, sedangkan jenis kelamin dan riwayat merokok tidak memiliki
hubungan dengan kejadian ulkus diabetikum.
Angka terjadinya ulkus diabetikum pada pasien diabetes melitus lebih
banyak terjadi pada pasien diabetes melitus tipe 2, dan mayoritas berusia
-
4
lanjut (Zahtamal, 2007). Proses penuaan secara degeratif berdampak pada
perubahan secara keseluruhan, dengan adanya proses penuaan disertai
kondisi penyakit. Penderita diabetes melitus harus lebih memperhatikan
kesehatannya untuk mencegah terjadinya komplikasi. Lamanya diabetes
melitus 8 tahun, adanya deformitas kaki karena kadar glukosa darah yang
tidak terkontrol dan adanya gangguan penglihatan mempengaruhi
penatalaksanaan dalam pencegahan terjadinya ulkus seperti sulitnya
melakukan perawatan kaki atau inspeksi kaki. Penderita diabetes melitus
dengan riwayat ulkus sebelumnya berisiko terjadinya ulkus berulang. Hal
tersebut dapat disebabkan karena banyaknya penderita diabetes melitus
yang mengatakan tidak paham dalam melakukan pencegah terhadap
terjadinya ulkus berulang disertai dengan riwayat merokok sehingga
memperburuk kondisi kesehatan.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan dengan wawancara yang
dilakukan peneliti terhadap 3 responden diabetes melitus tipe 2 menyatakan
bahwa keluarga memberikan dukungan keluarga yang cukup baik seperti
membantu mengatur diet, menyarankan untuk berjalan kaki setiap hari dan
memberikan bantuan terhadap perawatan diri terutama pada responden
diabetes melitus dengan lanjut usia. Selain itu terdapat responden yang
menyatakan bahwa tidak pernah menggunakan alas kaki pada saat
beraktivitas, tidak memperhatikan perawatan kaki tidak teratur, dan
melakukan olahraga dengan jalan kaki setiap pagi. Namun dari 3 orang
responden tersebut terdapat 1 responden yang menyatakan bahwa ia tinggal
-
5
seorang diri tanpa pendampingan dari keluarga sehingga responden
mengatur diet seorang diri untuk mengkontrol gula darahnya dan pergi ke
rumah sakit tanpa didampingi oleh anggota keluarganya.
Peneliti juga melakukan wawancara terhadap 3 orang responden ulkus
diabetikum menyatakan bahwa keluarga selalu memberikan bantuan dalam
mengatur makanan, namun tidak membantu dalam perawatan diri seperti
memotong kuku atau perawatan kaki, responden mengatakan setiap
anggota keluarga memiliki kesibukan masing- masing sehingga angota
keluarga tidak memiliki waktu untuk membantu dalam melakukan
perawatan kaki untuk mencegah terjadinya ulkus diabetikum.
Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti
terhadap beberapa pasien diabetes melitus dan didukung dengan data
kejadian ulkus diabetikum yang cukup tinggi. Peneliti tertarik melakukan
penelitian mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi terjadinya ulkus
diabetikum pada pasien diabetes melitus tipe 2 seperti lama diabetes
melitus 8 tahun, gangguan penglihatan, penggunaan alas kaki, perawatan
kaki, dukungan keluarga, deformitas kaki, riwayat ulkus sebelumnya,
olahraga, merokok di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
-
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkanpada latar belakang tersebut dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut : Faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi
terjadinya ulkus diabetikum pada pasien diabetes melitus tipe 2 di RSUD
Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini yaitu sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi terjadinya
ulkus diabetikum pada pasien diabetes melitus tipe 2 di RSUD Prof. dr.
Margono Soekarjo Purwokerto.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Mengetahui karakteristik responden (usia, jenis kelamin, pekerjaan,
pendidikan)
b. Mengetahui pengaruh faktor merokok pada pasien diabetes
melitustipe 2 terhadap terjadinya ulkus diabetikum
c. Mengetahui pengaruh faktor penggunaan alas kaki pada pasien
diabetes melitus tipe 2 terhadap terjadinya ulkus diabetikum
d. Mengetahui pengaruh faktor lama diabetes Melitus 8 tahun pada
pasien diabetes melitustipe 2 terhadap terjadinya ulkus diabetikum
e. Mengetahui pengaruh faktor olahraga pada pasien diabetes
melitustipe 2 terhadap terjadinya ulkus diabetikum
-
7
f. Mengetahui pengaruh faktor gangguan penglihatan pada pasien
diabetes melitus tipe 2 terhadap terjadinya ulkus diabetikum
g. Mengetahui pengaruh faktor deformitas kaki pada pasien diabetes
melitus tipe 2 terhadap terjadinya ulkus diabetikum
h. Mengetahui pengaruh faktor riwayat ulkus sebelumnya pada pasien
diabetes melitus tipe 2 terhadap terjadinya ulkus diabetikum
i. Mengetahui pengaruh faktor perawatan kaki tidak teratur pada
pasien diabetes melitus tipe 2 terhadap terjadinya ulkus diabetikum
j. Mengetahui pengaruh faktor dukungan keluarga pada pasien
diabetes melitus tipe 2 terhadap terjadinya ulkus diabetikum
k. Mengetahui pengaruh faktor dominan yang mempengaruhi
terjadinya ulkus diabetikum pada pasien diabetes melitus tipe 2
terhadap terjadinya ulkus diabetikum.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi pasien diabetes melitus
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tentang faktor-
faktor apa saja yang dapat mengakibatkan terjadinya ulkus diabetikum
sehingga bagi pasien diabetes melitus dapat meminimalkan timbulnya
ulkus diabetikum.
2. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan
Penelitian ini dapat dijadikan tambahan kepustakaan dalam
pengembangan ilmu kesehatan khususnya mengenai faktor- faktor yang
-
8
dapat menyebabkan terjadinya ulkus diabetikum pada pasien diabetes
melitus tipe 2.
3. Bagi Peneliti
Peneliti dapat mengembangkan ide-ide penelitian selanjutnya sehingga
dapat menambah variasi dalam penelitian selanjutnya. Penelitian ini
bermanfaat untuk mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi
terjadinya ulkus diabetikum pada pasien diabetes melitus tipe 2.
4. Bagi institusi pelayanan kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam pemberian
pendidikan kesehatan pada pasien diabetes melitus agar dapat
mencegah timbulnya ulkus diabetikum.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian dengan judul Faktor- faktor yang mempengaruhi
terjadinya ulkus diabetikum pada pasien diabetes melitus tipe 2 di RSUD
Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokertomemiliki tujuan untuk
mengetahui faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya ulkus
diabetikum pada pasien diabetes melitus tipe 2 di RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto. Akan tetapi ada penelitian sejenis yang
memiliki kesamaan yakni :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Hastuti (2008) dengan judul Faktor-
faktor resiko ulkus diabetika pada panderita diabetes melitus (studi
kasus di RSUD Dr. Moewardi Surakarta). Penelitian ini merupakan
jenis penelitian observasional analitik dengan desain case control
-
9
study, dengan tujuan untuk membuktikan ada faktor risiko yang tidak
dapat diubah dan dapat diubah terhadap terjadinya ulkus diabetika
pada pasien diabetes melitus. Jumlah sampel pada penelitian ini yaitu
72 orang yang terdiri dari 36 kasus (pasien diabetes Melitus dengan
ulkus diabetika) dan 36 orang sebagai kelompok kontrol (penderita
diabetes melitus tanpa ulkus diabetika) di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta. Data dianalisis secara univariat, bivariat dan multivariat.
Faktor terjadinya ulkus diabetik yang tidak dapat diubah dan dapat
diubah secara bersama- sama terbukti sebagai faktor risiko ulkus
diabetika adalah lama DM >10 Tahun, kadar kolesterol >200 mg/dl,
kadar HDL
-
10
Purwokerto. desain penelitian case- control dan menggunakana
teknik quota sampling. Jumlah sampel 58 responden terdiri 29 pasien
ulkus diabetika dan 29 pasien diabetes melitus tipe 2 tanpa ulkus
diabetika di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa faktor risiko yang berhubungan
dengan kejadian ulkus diabetika adalah tingkat pendidikan (p= 0,000),
usia 50 tahun (p= 0,000), HbA1c >8% (p= 0,000), obesitas (p=
0,000), dan hipertensi (p= 0,002). Faktor yang tidak terbukti
berhubungan dengan kejadian ulkus diabetika adalah jenis kelamin
(p= 0,059) dan riwayat merokok (p= 0,791). Dalam uji multivariat,
usia 50 tahun dan kadar HbA1c > 8% merupakan faktor dominan
terhadap kejadian ulkus diabetika. Persamaan dengan penelitian yang
akan dilakukan terletak pada variabel bebas (merokok), variabel
terikat, dan metode penelitian. Perbedaan penelitian tersebut dengan
penelitian ini terletak pada beberapa komponen dari variabel bebas
yaitu (penggunaan alas kaki, deformitas kaki, olahraga, riwayat ulkus,
perawatan kaki tidak teratur, lama diabetes melitus 8 tahun,
gangguan penglihatan dan dukungan keluarga).
-
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Diabetes Melitus
a. Pengertian
Diabetes melitus adalah suatu keadaan kelebihan kadar
glukosa dalam tubuh disertai dengan kelainan metabolik akibat
gangguan hormonal dan dapat menimbulkan berbagai kompilkasi
kronik. Diabetes melitus juga merupakan penyakit yang menahun
atau tidak dapat disembuhkan (Mansjoer et al., 2000). Menurut
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, (2011) seseorang dapat
didiagnosa diabetes melitus apabila mempunyai gejala klasik
diabetes melitus seperti poliuria, polidipsi dan polifagi diserta
dengan gula darah sewaktu 200 mg/dL dan gula darah puasa
126mg/dL.
b. Klasifikasi Diabetes Melitus
American Diabetes Association (ADA) mengklasifikasikan
diabetes melitus berdasarkan patogenesis sindrom diabetes melitus
dan gangguan toleransi glukosa. Diabetes melitus diklasifikasikan
menjadi 4 yaitu diabetes melitus tipe 1, diabetes melitus tipe 2,
diabetes gestational dan diabetes melitus tipe khusus Price &
Wilson, 2005)
11
-
12
1) Diabetes tipe 1
Diabetes tipe 1 (insulin-dependent diabetes melitus atau
IDDM) merupakan diabetes yang disebabkan oleh proses
autoimun sel- T (autoimmune T- Cell attack) yang
menghancurkan sel- sel beta pankreas yang dalam keadaan
normal menghasilkan hormon insulin, sehingga insulin tidak
terbentuk dan mengakibatkan penumpukan glukosa dalam
darah. Pasien dengan diabetes tipe 1 membutuhkan
penyuntikan insulin untuk mengendalikan kadar glukosa darah.
(Smeltzer & Bare, 2001).
2) Diabetes Tipe 2
Diabetes melitus tipe 2 adalah diabetes melitus yang
tidak tergantung dengan insulin. Diabetes melitus ini terjadi
karena pankreas tidak dapat menghasilkan insulin yang cukup
atau tubuh tidak mampu menggunakan insulin secara efektif
sehingga terjadi kelebihan gula dalam darah. Diabetes melitus
tipe 2 dapat terjadi pada usia pertengahan dan kebanyakan
penderita memiliki kelebihan berat badan (Smeltzer & Bare,
2001).
3) Diabetes Gestastional ( diabetes kehamilan )
Diabetes gestastional adalah diabetes yang terjadi pada
masa kehamilan dan mempengaruhi 4% dari semua kehamilan.
Diabetes gestastional disebabkan karena peningkatan sekresi
-
13
berbagai hormon yang mempunyai efek metabolik terhadap
toleransi glukosa. Diabetes gastastional dapat hilang setelah
proses persalinan selesai. (Price & Wilson, 2005).
4) Diabetes melitus tipe khusus
Diabetes melitus tipe khusus merupakan diabetes yang
terjadi karena adanya kerusakan pada pankreas yang
memproduksi insulin dan mutasi gen serta mengganggu sel
beta pankreas sehingga mengakibatkan kegagalan dalam
menghasilkan insulin secara teratur sesuai dengan kebutuhan
tubuh. Sindrom hormonal yang dapat mengganggu sekresi dan
menghambat kerja insulin yaitu sindrom chusing, akromegali
dan sindrom genetik (Arisman, 2011).
c. Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni) membagi
alur diagnosis diabetes melitus menjadi dua bagian besar
berdasarkan ada tidaknya gejala khas diabetes melitus. Gejala khas
diabetes melitus terdiri dari poliuria, polidipsia, polifagiadan berat
badan menurun tanpa sebab yang jelas, sedangkan gejala tidak
khas diabetes melitus diantaranya lemas, kesemutan, luka yang
sulit sembuh, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pada pria, dan
pruritus vulva pada wanita (Purnamasari, 2009). Diagnosis
diabetes melitus dalam buku ajar ilmu penyakit dalam Purnamasari
(2009) dapat ditegakkan melalui cara sebagai berikut :
-
14
1) Gejala klasik diabetes melitus + glukosa plasama sewaktu 200
mg/dl (11,1 mmol/L). Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil
pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu
makan terakhir.
2) Gejala klasik diabetes melitus + glukosa plasama puasa 125
mg/dl (7,0 mmol/L). Puasa diartikan pasien tidak mendapat
kalori tambahan sedikitnya 8 jam.
3) Glukosa plasma 2 jam pada TTGO 200 mg/dL (11,1 mmol/L).
TTGO dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban
glukosa yang setara dengan 75 gram glukosa anhidrus yang
dilarutkan ke dalam air.
d. Gejala Diabetes Melitus
Menurut Wicak (2009) gejala umum yang ditimbulkan oleh
penyakit diabetes melitus dianataranya :
1) Pengeluaran urin (Poliuria)
Poliuria adalah keadaan dimana volume air kemih dalam
24 jam meningkat melebihi batas normal. Poliuria timbul
sebagai gejala diabetes melitus dikarenakan kadar gula dalam
tubuh relatif tinggi sehingga tubuh tidak sanggup untuk
mengurainya dan berusaha untuk mengeluarkannya melalui
urin. Gejala pengeluaran urin ini lebih sering terjadi pada
malam hari dan urin yang dikeluarkan mengandung glukosa.
-
15
2) Timbul rasa haus (Polidipsia)
Polidipsia adalah rasa haus berlebihan yang timbul
karena kadar glukosa terbawa oleh urinsehingga tubuh
merespon untuk meningkatkan asupan cairan.
3) Timbul rasa lapar (Polifagia)
Pasien diabetes melitus akan merasa cepat lapar,hal ini
disebabkan karena glukosa dalam tubuh semakin habis,
sedangkan kadar glukosa dalam darah cukup tinggi.
4) Berkeringan banyak
Glukosa yang tidak dapat terurai akan dikeluarkan oleh
tubuh melalui keringat sehingga pada pasien diabetes melitus
akan mudah berkeringat banyak.
5) Lesu
Pasien diabetes melitus akan mudah merasakan lesu. Hal
ini disebabkan karena pada gukosa dalam tubuh sudah banyak
dibuang oleh tubuh melalui keringat atau urin, sehinggu tubuh
merasa lesu dan mudah lelah.
6) Penyusutan berat badan
Penyusutan berat badan pada pasien diabetes melitus
disebabkan karena tubuh terpaksa mengambil dan membakar
lemak sebagai cadangan energi.
-
16
e. Komplikasi
Diabetes melitusmerupakan salah satu penyakit yang dapat
menimbulkan berbagai komplikasi. Menurut Smeltzer & Bare
(2001) komplikasi pada pasien diabetes melitus dibagi menjadi dua
yaitu komplikasi metabolik akut dan komplikasi metabolik kronik.
1) Komplikasi metabolik akut
Komplikasi metabolik akut pada penyakit diabetes melitus
terdapat tiga macam yang berhubungan dengan gangguan
keseimbangan kadar glukosa darah jangka pendek diantaranya :
(Smeltzer & Bare, 2001)
a) Hipoglikemia
Hipoglikemia (kekurangan glukosa dalam darah) timbul
sebagai komplikasi diabetes yang disebabkan karena
pengobatan yang kurang tepat. Pasien diabetes melitus pada
umumnya mengalami hiperglikemia (kelebihan glukosa
dalam darah) namun karena kondisi tersebut pasien diabetes
melitus berusaha untuk menurunkan kelebihan glukosa
dengan memberikan suntik insulin secara berlebihan,
konsumsi makanan yang terlalu sedikit dan aktivitas fisik
yang berat sehingga mengakibatkan hipoglikemia (Smeltzer
& Bare, 2001).
-
17
b) Ketoasidosis diabetik
Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah komplikasi diabetes
yang disebabkan karena kelebihan kadar glukosa dalam darah
sedangkan kadar insulin dalam tubuh sangat menurun
sehingga mengakibatkan kekacauan metabolik yang ditandai
oleh trias hiperglikemia, asidosis dan ketosis (Soewondo,
2006).
c) Sindrom HHNK (koma hiperglikemia hiperosmoler
nonketotik)
Sindrom HHNK adalah komplikasi diabetes melitus
yang ditandai dengan hiperglikemia berat dengan kadar
glukosa serum lebih dari 600 mg/dl. Sindrom HHNK
disebabkan karena kekurangan jumlah insulin efektif.
Hiperglikemia ini muncul tanpa ketosis dan menyebabkan
hiperosmolalitas, diuresis osmotik dan dehidrasi berat. (Price
& Wilson, 2005).
2) Komplikasi metabolik kronik
Komplikasi metabolik kronik pada pasien diabetes
melitus menurut Price and Wilson (2005) dapat berupa
kerusakan pada pembuluh darah kecil (mikrovaskuer) dan
komplikas pada pembuluh darah besar (makrovaskuer)
diantaranya :
-
18
a) Komplikasi pembuluh darah kecil (mikrovaskuer)
Komplikasi yang ditimbulkan oleh penyakit diabetes
melitus terhadap pembuluh darah kecil (mikrovaskuler)
yaitu:
(1) Kerusakan retina mata (Retinopati)
Kerusakan retina mata (retinopati) adalah suatu
mikroangiopati ditandai dengan kerusakan dan
sumbahan pembuluh darah kecil. Retinopati belum
diketahui penyebabnya secara pasti, namun keadaan
hiperglikemia diangap sebagai faktor risiko yang paling
utama. Pasien diabetes melitus memiliki risiko 25 kali
lebih mudah mengalami retinopati dan meningkat
dengan lamanya diabetes. (Pandelaki, (2009).
(2) Kerusakan ginjal (Nefropati diabetik)
Kerusakan ginjal pada pasien diabetes melitus
ditandai dengan albuminuria menetap (>300mg/24jam
atau >200ih/menit) minimal dua kali pemeriksaan
dalam kurun waktu 3 sampai dengan 6 bulan. Nefropati
diabetik merupakan penyebab utama terjadinya gagal
ginjal terminal. Pasien diabetes melitus tipe 1 dan tipe 2
memiliki faktor risiko yang sama namun angka
kejadian nefropati diabetikum lebih tinggi pada pasien
-
19
diabetes melitus tipe 2 dibandingkan pada pasien
diabetes melitus tipe 1 (Hendromartono, 2006)
(3) Keruskan syaraf (Neuropati diabetik)
Neuropati diabetik merupakan komplikasi yang
paling sering ditemukan pada pasien diabetes melitus.
Neuropati pada diabetes melitus mengacu pada
sekelompok penyakit yang menyerang semua tipe saraf.
Neuropati diabetik berawal dari hiperglikemia yang
berkepanjangan. Risiko yang dihadapi pasien diabetes
melitus dengan neuropati diabetik yaitu adanya ulkus
yang tidak sembuh- sembuh dan amputasi jari atau
kaki(Subekti, 2006).
b) Komplikasi pembuluh darah besar ( makrovaskuer )
Komplikasi pada pembuluh darah besar (efek
makrovaskuler) pada pasien diabetes yaitu stroke dan
risiko jantung koroner.
(1) Penyakit jantung koroner
Komplikasi penyakit jantung koroner pada
pasien diabetes melitus disebabkan karena adanya
iskemia atau infark miokard yang terkadang tidak
disetai dengan nyeri dada atau disebut dengan SMI
(silent myocardial infarction). Risiko komplikasi
penyakit jantung koroner pada pasien diabetes melitus
-
20
dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
hipertensi, hiperglikemia, kadar kolesterol total, kadar
kolestrol LDL (low density lipoprotein), kadar
kolesterol HDL (high density lipoprotein), kadar
trigliserida, merokok, dan adanya riwayat
keluarga(Yanti, 2008).
(2) Penyakit serebrovaskuler
Pasien diabetes melitus berisiko 2 kali lipat
dibandingkan dengan pasien nondiabetes untuk terkena
penyakit serebrovaskuler. Gejala yang ditimbulkan
pada penyakit ini menyerupai gejala pada komplikasi
akut diabetes, seperti adanya keluhan pusing atau
vertigo, gangguan penglihatan, kelemahan dan bicara
pelo. (Smeltzer & Bare, 2001).
2. Ulkus diabetikum
a. Pengertian
Ulkus diabetikum merupakan salah satu komplikasi kronik dari
penyakit diabetes melitus. Ulkus diabetikum merupakan luka terbuka
pada lapisan kulit sampai ke dalam dermis.Ulkus diabetikum terjadi
karena adanya penyumbatan pada pembuluh darah di tungkai dan
neuropati perifer akibat kadar gula darah yang tinggi sehingga pasien
tidak menyadari adanya luka (Waspadji, 2006).
-
21
b. Klasifikasi
Ulkus diabetikum diklasifikasikan dalam beberapa grade
menurut Wagner dikutip oleh Veves and Lyons (2007) yaitu :
Grade 0 : Tidak ada lesi terbuka, kulit masih utuh disertai dengan
pembentukan kalus
Grade 1 : Ulkus superfisial terbatas pada kulit
Grade 2 : Ulkus dalam dan menembus tendon dan tulang
Grade 3 : Abses dalam, dengan atau tanpa osteomielitis
Grade 4 : Gangren pada jari kaki atau bagian distal kaki dengan atau
tanpa selullitus
Grade 5 : Gangren seluruh kaki atau sebagian tungkai bawah.
c. Tanda dan gejala ulkus diabetikum
1. Sensasi nyeri berkurang
2. Sensasi nyeri pada saat istirahat
3. Penurunan denyut nadi arteri dorsalis perdis, tibialis dan
poplitea
4. Kaki dingin, kuku menebal
5. Kulit kering
6. Kerusakan jaringan (Hastuti, 2008)
d. Patofisologi ulkus diabetikum
Ulkus diabetikum diawali dengan adanya hiperglikemia pada
pasien dengan diabetes melitus yang menyebabkan kelainan
neuropati, baik neuropati sensorik maupun motorik dan automik.
-
22
Kelainan tersebut akan mengakibatkan berbagai perubahan pada
kulit dan otot, kemudian akan menyebabkan terjadinya perubahan
distribusi tekanan pada telapak kaki dan selanjutnya akan
mempermudah terjadinya ulkus, dengan adanya kerentanan terhadap
infeksi dapat menyebabkan infeksi mudah merebak menjadi infeksi
yang luas. Faktor aliran darah yang kurang juga akan lebih lanjut
menambah kesulitan dalam pengelolahan ulkus
diabetikum(Waspadji, 2009).
e. Faktor terjadinya ulkus diabetikum
1) Faktor secara langsung
a) Usia 50 tahun
Usia 50 tahun berisiko terhadap terjadinya ulkus
diabetikum. Pada usia 50 tahun fungsi tubuh secara fisiologis
menurun, hal ini disebabkan karena penurunan sekresi atau
resistensi insulin, sehingga kemampuan fungsi tubuh terhadap
pengendalian glukosa darah yang tinggi kurang optimal (Prastica,
2013). Penelitian yang dilakukan oleh Merza & Tesdaye di
Amerika Serikat pada tahun 2003 menunjukkan bahwa usia 45-
64 tahun sangat berisiko terhadap terjadinya ulkus diabetikum.
b) Jenis kelamin
Jenis kelamin perempuan berisiko terhadap terjadinya ulkus
diabetikum. Hal ini disebabkan karena adanya perubahan
hormonal pada perempuan yang memasuki masa menopause.
-
23
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Purwanti pada tahun 2013
menunjukkan bahwa terdapat 64,7% responden berjenis kelamin
perempuan yang menderita diabetes melitus dibandingkan jenis
kelamin laki- laki. Proses penuaan dapat mempengaruhi
sensitivitas sel- sel tubuh terhadap insulin dan dapat memperburuk
kadar gula darah sehingga dapat menyebabkan komplikasi
diabetes dari waktu ke waktu (Mayasari, 2012).
c) Pendidikan
Pendidikan merupakan aspek status sosial yang sangat
berhubungan dengan status kesehatan. Pendidikan berperan
penting dalam membentuk pengetahun dan pola perilaku
seseorang (Friedman, Bowden & Jones, 2003). Pengetahuan yang
cukup akan membantu dalam memahami dan mempersiapkan
dirinya untuk beradaptasi dengan perubahan- perubahan yang
terjadi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh sugiarto pada tahun
2013 menunjukkan bahwa pendidikan rendah secara signifikan
mempengaruhi terjadinya ulkus diabetikum.
d) Pekerjaan
Pekerjaan merupakan faktor penentu dari kesehatan. Jenis
pekerjaanseseorang ikut berperan dalam mempengaruhi
kesehatannya (Marmot, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh
Dewi (2006) menunjukkan bahwa sebagian besar responden
dengan ulkus diabetikum bekerja sebagai petani. Sedangkan
-
24
penelitian yang dilakukan oleh Diani pada tahun 2013
menunjukkan bahwa responden yang bekerja sebagai pegawai
negeri sipil memiliki perawatan kaki yang lebih baik baik dari pada
pekerjaan yang lain, hal ini disebabkan karena tempat bekerja di
dalam kantor membuat penderita diabetes melitus memiliki
kesempatan lebih banyak untuk melakukan perawatan kaki.
e) Diet
Diet adalah pengaturan terhadap makanan yang
dikonsumsi. Jenis diet yang dilakukan dapat bermacam- macam
sesuai dengan tujuan dari diet (Wicak, 2009). Salah satu
penatalaksanaan pada pasien diabetes melitus untuk mengkontrol
kadar glukosa darah yaitu dengan melakukan diet dengan
mangatur jadwal makan. Penelitian yang dilakukan oleh hastuti
pada tahun 2008 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara diet diabetes melitus dengan terjadinya ulkus
diabetikum dengan p
-
25
tidak terkontrol dari waktu ke waktu dapat mengakibatkan
hiperglikemia sehingga dapat menimbulkan komplikasi yang
berhubungan dengan neuropati diabetik dimana pasien diabetes
melitus akan kehilangan sensasi perasa dan tidak menyadari
timbulnya luka.
g) Merokok
Pasien diabetes melitus yang memiliki riwayat atau kebiasaan
merokok berisiko 10- 16 kali lebih besar terjadinya peripheral
arterial disease(Baker, 2005). Peripheral arterial disease
merupakan penyakit dimana adanya sumbatan aliran darah dari
atau ke jaringan organ. Sumbatan pada aliran darah dapat
terbentuk atas lemak, kalsium, jaringan fibrosa atau zat lain.
Sumbatan akut pada ekstremitas bermanifestasi sebagai gejala-
gejala iskemia yang timbulnya mendadak seperti nyeri, pucat,
hilangnya denyut nadi dan paralisis (Schwartz, Seymour I, 2000).
Penyumbatan pembuluh darah yang terbentuk pada aliran
darah pasien diabetes melitus yang memiliki kebiasaan merokok
disebabkan karena bahan kimia dalam tembakau yang dapat
merusak sel endotel yang melapisi dinding pembuluh darah
sehingga meningkatkan permeabilitas lipid (lemak) dan komponen
darah lainnya serta merangsang pembentukan lemak substansi
atau ateroma. Sumbatan pada pembuluh darah mengakibatkan
penurunan jumlah sirkulasi darah pada kaki dan menurunkan
-
26
jumlah oksigen yang dikirim ke jaringan dan menyebabkan
iskemia dan ulserasi atau ulkus diabetikum (Baker, 2005).
h) Olahraga
Penerapan pola hidup sehat pada pasien diabetes melitus
sangat dianjurkan, salah satunya yaitu dengan berolahraga secara
rutin. Menurut penelitian Dr.Lawrence Kinsell (dalam
Mangoenprasodjo, 2005)responden yang diberikan latihan
olahraga diketahui kebutuhan insulinnya menurun sampai 40 %
dan merasa lebih sehat dibandingkan dengan responden yang
tidak berolahraga. Olahraga tidak hanya menurunkan kebutuhan
insulin pada tubuh, olahraga juga dapat meningkatkan sirkulasi
darah terutama pada bagian kaki (Mangoenprasodjo, 2005).
Penelitian yang dilakukan oleh Yadav, Tiwari, and Dhanaraj
(2008) aktivitas fisik seperti berjalan kaki setidaknya 30 menit
perhari dapat menurunkan terjadinya komplikasi seperti
timbulnya ulkus diabetikum.
i) Penggunaan alas kaki
Kaki pasien diabetes melitus sangat rentan terhadap
terjadinya luka, hal ini disebabkan karena adanya neuropati
diabetik dimana pasien diabetes mengalami penurunan pada indra
perasanya. Pengunaan alas kaki yang benar menurut Armstrong,
SA, GD, and RW (2008) cukup efektif untuk menurunkan angka
terjadinya luka diabetikum karena dengan menggunakan alas kaki
-
27
yang tepat dapat mengurangi tekanan pada plantar kaki dan
mencegah kaki atau melindungi kaki agar tidak tertusuk benda
tajam.
Pencegahan yang dapat dilakukan agar tidak terjadi ulkus
diabetikum yaitu dengan cara melakukan pemeriksaan pada sepatu
yang akan digunakan setiap hari untuk mengetahui ada atau tidak
batu- batu kecil yang dapat mencederai kaki, menggunakan sepatu
sesuai dengan ukuran kaki, menggunakan kaos kaki yang tidak
terlalu ketat atau kaos kaki yang terbuat dari bahan katun,
menganti kaos kaki setiap hari dan selalu menggunakan alas kaki
yang tertutup baik di dalam rumah ataupun diluar rumah(Johnson,
2005)
j) Gangguan penglihatan
Pasien diabetes melitus memiliki risiko 25 kali lebih mudah
mengalami kebutaan dibandingkan dengan nondiabetes salah satu
gangguan mata tersebut yaitu retinopati diabetik yang merupakan
penyebab kebutaan dan sering ditemukan pada usia dewasa antara
20 sampai 74 tahun (Pandelaki, 2009). Menurut Pandelaki
(2009)Risiko mengalami retinopatidiabetik pada pasien diabetes
melitus meningkat sejalan dengan lamanya diabetes melitus,
meskipun penyebab retinopati diabetik sampai saat ini belum
diketahui secara pasti, namun keadaan hiperglikemia yang
berlangsung lama dianggap sebagai faktor risiko utama.
-
28
Gangguan penglihatan pada pasien diabetes melitus dapat
mempengaruhi pelaksanaan perawatan kaki seperti mengkaji ada
atau tidaknya luka di kaki pada setiap harinya.
k) Deformitas kaki
Diabetes melitus dapat menyebabkan gangguan pada saraf
tepi meliputi gangguan pada saraf motorik, sensorik dan otonom.
Gangguan pada saraf ini disebabkan karena hiperglikemia
berkepanjangan dan menyebabkan aktivitas jalur poliol
meningkat, yaitu terjadi aktivitas enzim aldose- reduktase, yang
merubah glukosa menjadi sorbitol, kemudian dimetabolisasi oleh
sorbitol dehidrogenase menjadi fruktosa. Akumulasi sorbitol dan
fruktosa dalam sel saraf merusak sel saraf sehingga
mengakibatkan gangguan pada pembuluh darah yaitu adanya
perfusi ke jaringan saraf yang menurun dan terjadi perlambatan
konduksi saraf (Subekti, 2009).
Gangguan pada saraf tepi terutama pada saraf motorik
mengakibatkan pengencilan otot sehingga otot kaki menjadi tidak
seimbang dan mengakibatkan perubahan bentuk (deformitas)
pada kaki seperti menekuk (cock up toes), bergesernya sendi
(luksasi) pada sendi kaki depan dan terjadi penipisan bantalan
lemak dibawah pangkal jari kaki sehingga terjadi perluasan
daerah yang mengalami penekanan dan menimbulkan calus atau
kapalan (Dewani, 2006). Penelitian yang dilakukan oleh
-
29
(Abouaesha et al., 2001) menunjukkan hasil yang signifikan
antara kejadian ulkus diabetikum dengan penekanan pada kaki
dengan hasil p< 0,0001.
l) Riwayat ulkus sebelumnya
Pasien diabetes melitus yang memiliki riwayat ulkus
sebelumnya berisiko mengalami ulkus berulang. Penelitian yang
dilakukan oleh Peters and Lavery (2001) menunjukkan bahwa
pasien diabetes melitusdengan riwayat ulkus atau amputasi
berisiko 17,8 kali (95% CI 8,3-37,9) mengalami ulkus berulang
pada tiga tahun berikutnya dan memiliki risiko 32 kali untuk
mengalami amputasi pada ekstremitas bawah karena pada pasien
diabetes dengan riwayat ulkus sebelumnya memiliki kontrol gula
darah yang buruk, adanya neuropati, peningkatan tekanan plantar
dan lamanya terdiagnosa diabetes melitus.
m) Perawatan kaki tidak teratur
Ulkus diabetikum dapat terjadi karena perawatan kaki yang
tidak teratur. Perawatan kaki yang tidak teratur dapat
mempermudah timbulnya luka infeksi dan berkembang menjadi
ulkus diabetikum. Menurut Johnson (2005) perawatan kaki yang
dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya ulkus diabetikum
yaitu :
-
30
a. Melakukan pemeriksaan kaki setiap hari untuk mengetahui
apakah terdapat tanda kemerahan, memar, luka, infeksi jamur
ataupun iritasi pada kaki.
b. Mencuci kaki setiap hari menggunakan air dan sabun
c. Menggunting kuku menyesuaikan dengan bentuk kuku dan
tidak memotong kuku terlalu dekat dengan daging atau
terlalu pendek.
d. Melembabkan bagian kaki yang kering menggunakan lotion
e. Menjaga kaki agar selalu bersih
2) Faktor secara tidak langsung
a) Dukungan Keluarga
Keluarga merupakan kelompok sosial utama yang
mempunyai ikatan emosi yang paling besar dan terdekat
dengan klien terutama dalam pemberian dukungan sosial
(Azizah, 2011). Menurut Efendi (2010) dukungan keluarga
adalah proses yang terjadi selama masa hidup dengan sifat dan
tipe dukungan sosial yang bervariasi pada masing- masing
tahap siklus kehidupan keluarga. Dukungan keluarga dianggap
dapat menggurangi atau menyangga efek stress serta
meningkatkan kesehatan mental individu atau keluarga secara
langsung dan berfungsi sebagai startegi pencegahan guna
mengurangi stres.
-
31
Dukungan keluarga tidak hanya berwujud dalam
bentuk dukungan moral, melainkan dukungan spiritual dan
dukungan material, dukungan keluarga juga dapat
meringankan beban bagi seseorang yang sedang mengalami
masalah masalah serta menyadarkan bahwa masih ada orang
lain yang perduli (Azizah,2011).Atkinson (2000) membedakan
empat jenis dukungan keluarga diantaranya :
(1) Dukungan emosional
Dukungan emosional yaitu bantuan sosial yang
melibatkan ungkapan empati, kepedulian dan perhatian
seseorang yang memberikan mereka rasa nyaman,
memiliki dan dicintai oleh sumber dukungan sosial
(keluarga) sehingga individu dapat menghadapi masalah
dengan lebih baik. Dukungan ini sangat penting dalam
menghadapi keadaan yang dianggap tidak dapat dikontrol.
(2) Dukungan penghargaan
Dukungan penghargaan yaitu bantuan yang
diberikan untuk membangun perasaan berharga,
memberikan nilai positif terhadap orang tersebut ditengah
keadaan yang kurang mampu, baik secara mental maupun
fisik. Dukungan ini membantu individu dalam
membangun harga diri dan kompetensi.
-
32
(3) Dukungan instrumental
Bentuk dukungan instrumental merupakan
penyediaan materi yang dapat memberikan pertolongan
langsung seperti peminjaman uang, pemberian barang,
atau pemberian makanan. Bentuk dukungan ini dapat
mengurangi stres karena individu dapat langsung
memecahkan masalahnya yang berhubungan dengan
bantuan secara langsung. Dukungan instrumental sangat
diperlukan tertutama dalam mengatasi masalah dengan
lebih mudah.
(4) Dukungan informatif
Dukungan ini melibatkan pemberian informasi,
saran, nasihat, petunjuk, atau umpan balik tentang situasi
dan kondisi individu. Jenis dukungan informatif ini dapat
menolong individu dalam mengenali dan mengatasi
masalah dengan mudah.
Pasien dengan diabetes melitus membutuhkan dukungan
keluarga untuk meningkatkan kualitas hidupnya, terutama pada
pasien diabetes dengan usia lanjut dan memiliki keterbatasan
dalam penglihatan atau mobilitasnya. Dukungan keluarga
dapat diberikan dalam bentuk dukungan informatif seperti
memberikan informasi mengenai makanan yang dapat
dikonsumsi, memberikan informasi mengenai perawatan kaki,
-
33
dukungan emosional untuk membantu memberikan
ketenangan, dukungan penghargaan dan dukungan
instrumental seperti mengingatkan untuk melakukan olahraga
setiap hari, mendampingi pada saat check up ke pelayanan
kesehatan agar pasien diabetes melitus tersebut tidak merasa
hidup sendiri, serta membantu dalam perawatan kaki secara
teratur untuk mencegah terjadinya ulkus diabetikum dan
mengingatkan pasien diabetes melitus untuk selalu
menggunakan alas kaki agar tidak kontak secara langsung
dengan lantai guna mencegah terjadinya luka.
-
34
B. Kerangka Teori
Kerangka teori dalam penelitian disusun dari berbagai sumber-
sumber yang sudah ada sebelumnya yaitu Veves and Lyons (2007),
Smeltzer and Bare (2001), Price and Wilson (2005), Waspadji (2006),
Misnadiarly (2006), Adapun kerangka teori dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Diabetes melitus
Makrovaskuler Mikrovaskuler
Penyakit serebrovaskuler
Penyakit jantung koroner Neuropati, Nefropati,
Retinopati
Ulkus diabetikum
Faktor secara langsung
- Merokok
- Olahraga
- Lama diabetes melitus 8
tahun
- Penggunaan alas kaki
- Gangguan penglihatan
- Deformitas kaki
- Riwayat ulkus sebelumnya
- Perawatan kaki tidak teratur
Komplikasi
Faktor secara tidak langsung
Dukungan keluarga
-
35
C. Kerangka Konsep
= Variabel diteliti
= Variabel tidak diteliti
a. Kerangka Konsep
Faktor- faktor yang mempengaruhi
terjadinya ulkus diabetikum :
- Merokok
- Olahraga
- Lama diabetes melitus> 8 tahun
- Penggunaan alas kaki
- Gangguan penglihatan
- Deformitas kaki
- Riwayat ulkus sebelumnya
- Perawatan kaki tidak teratur
- Dukungan keluarga
Ulkus diabetikum
Variabel bebas
Variabel terikat
Usia
Pendidikan
Pekerjaan
Diet
Neuropati
Variabel confounding
-
36
D. Hipotesis
1. Ha: Ada pengaruh faktor merokok pada pasien diabetes melitustipe 2
di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto terhadap terjadinya
ulkus kaki diabetikum
2. Ha: Ada pengaruh faktor penggunaan alas kaki pada pasien diabetes
melitus tipe 2 di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto
terhadap terjadinya ulkus kaki diabetikum
3. Ha: Ada pengaruh faktor lama diabetes melitus> 8 tahun pada pasien
diabetes melitustipe 2 di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo
Purwokerto terhadap terjadinya ulkus kaki diabetikum
4. Ha: Ada pengaruh faktor olahraga pada pasien diabetes melitustipe 2
di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto terhadap terjadinya
ulkus kaki diabetikum
5. Ha: Ada pengaruh faktor gangguan penglihatan pada pasien diabetes
melitustipe 2 di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto
terhadap terjadinya ulkus kaki diabetikum
6. Ha: Ada pengaruh faktor deformitas kaki pada pasien diabetes tipe 2 di
RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto terhadap terjadinya
ulkus kaki diabetikum
7. Ha: Ada pengaruh faktor riwayat ulkus sebelumnya pada pasien
diabetes melitustipe 2 di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo
Purwokerto terhadap terjadinya ulkus kaki diabetikum
-
37
8. Ha: Ada pengaruh faktor perawatan kaki tidak teratur pada pasien
diabetes melitustipe 2 di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo
Purwokerto terhadap terjadinya ulkus kaki diabetikum
9. Ha: Ada pengaruh faktor dukungan keluarga pada pasien diabetes
melitus tipe 2 di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo
Purwokertoterhadap terjadinya ulkus kaki diabetikum
10. Ha: Faktor olahraga tidak teratur merupakan faktor dominan terhadap
terjadinya ulkus diabetikum pada pasien diabetes melitus tipe 2 di
RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto
-
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dengan jenis penelitian
analitik observasionaluntuk mendiskripsikan mengenai kejadian ulkus
diabetikum yang disebabkan oleh beberapa faktor (Merokok, lama
diabetes melitus 8 tahun, gangguan penglihatan, olahraga, penggunaan
alas kaki, riwayat ulkus sebelumnya, deformitas kaki, dukungan
keluarga, dan perawatan kaki tidak teratur). Penelitian ini menggunakan
pendekatan case control dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh
antara variabel bebas dengan variabel terikat (Sastroasmoro, 2011).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian sudah dilakukan di pelayanan kesehatan yaitu di ruang
poli dalam, poli diabetes melitus, ruang dahlia, ruang mawar, ruang asoka
dan ruang dahlia di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Waktu
penelitian telah dilakukan pada 30 Desember 2013- 29 Januari 2014.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi merupakan keseluruhan sumber data yang diperlukan
dalam suatu penelitian. Penentuan sumber data dalam suatu penelitian
sangat penting dan menentukan keakuratan hasil penelitian (Saryono,
38
-
39
2011). Populasi dalam penelitian ini yaitu pasien diabetes melitus tipe 2
dengan ulkus diabetikum dan tanpa ulkus di RSUD Prof. dr. Margono
Soekarjo Purwokerto.
2. Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan peneliti adalah non
probability sampling.Non probability sampling merupakan teknik
pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang atau kesempatan
yang sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel
(Budiarto, 2003). Cara pengambilan sampel yang digunakan adalah
quota sampling.Quota sampling merupakan pengambilan sampel
dengan menentukan ciri- ciri tertentu sampai jumlah kuota yang telah
ditentukan terpenuhi. Jumlah sampel dalam penelitian :
( )( )
( )
( )( )
( ) orang, dibulatkan 36 orang.
Keterangan:
n= Jumlah sampel minimal kelompok kasus dan kelompok kontrol
Z1-/2= Nilai pada distribus normal standar yang sama dengan tingkat
kemaknaan(1,96)
Z1-= Nilai pada distribusi normal standar yang sama dengan kuasa (power)
sebesar diinginkan (0,84)
p0 = Proporsi paparan pada kelompok kontrol atau tidak sakit berdasarkan
Dahlan (2010) apabila proporsi tidak diketahui makan nilai p=0,5
-
40
p1= Proporsi paparan pada kelompok kasus berdasarkan literatur prevalensi
terjadinya ulkus diabetikum sekitar 20%
q0= 1-p0
q1=1-p1
Sampel yang diambil sebanyak 72 responden yang terdiri dari
36 responden kelompok kontrol dan 36 responden kelompok kasus
yang memenuhi kriteria inklusi dimasing- masing kelompok kontrol
ataupun kelompok kasus. Perbandingan untuk pasien diabetes melitus
tipe 2 dengan ulkus dan tanpa ulkus yaitu 1:1
a. Kriteria inklusi
1. Kelompok Kasus
a) Pasien diabetes melitus dengan ulkus diabetikum
b) Grade 1 s/d grade 5
c) Usia >45 tahun
d) Bersedia menjadi responden
2. Kelompok Kontrol
a) Pasien diabetes melitus tanpa ulkus diabetikum
b) Usia >45 tahun
c) Bersedia menjadi responden
b. Kriteria eksklusi
Kelompok kasus dan kelompok kontrol
a) Pasien yang mengalami penurunan kesadaran
-
41
D. Variabel Penelitian
Variabel adalah karakteristik subyek penelitian yang berubah dari
satu subyek ke subyek lain (Sastroasmoro, 2011)Dalam penelitian ini
terdapat dua variabel, yaitu :
1. Variabel bebas (independen) adalah variabel yang apabila ia berubah
akan mengakibatkan perubahan pada variabel lain (Sastroasmoro,
2011). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah faktor- faktor
(merokok, penggunaan alas kaki, lama diabetes melitus 8 tahun,
gangguan penglihatan, deformitas kaki, riwayat ulkus sebelumnya,
perawatan kaki tidak teratur, dukungan keluarga dan olahraga)
2. Variabel terikat (dependen)
Variabel terikat (dependen) adalah variabel yang dipengaruhi sebagai
akibat dari variabel bebas (Saryono, 2009). Variabel terikatpada
penelitian ini yaitu kejadian ulkus diabetikum.
-
42
E. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional dibuat untuk memudahkan pengumpulan data
dan menghindari perbedaan interpretasi serta membatasi ruang lingkup
variabel (Saryono, 2011). Definisi operasional dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Tabel. 3.1 Definisi operasional
No
.
Variabel Definisi
Variabel
Alat ukur Paremeter Skala
Data
1. Variabel
bebas :
(merokok)
Kebiasaan
responden
merokok
dihitung dengan
banyaknya
(batang) rokok
yang dihisap
dalam satu hari
Wawancara Banyaknya rokok
yang dihisap
0. 8
tahun
Durasi dari
pertama kali di
diagnosa
diabetes melitus
sampai pada
saat
dilakukannya
observasi
Wawancara 0.
-
43
4. Penggunaa
n alas kaki
Menggunakan
alas kaki
merupakan salah
satu cara untuk
melindungi kaki
agar tidak
kontak secara
langsung dengan
lantai.
LembaranKu
isioner skala
Guttman
terdiri dari 8
pertanyaan
dengan
jawaban
Ya:2
Tidak: 1
0. penggunaan alas kaki tepat
12-16
1. penggunaan alas kaki tidak
tepat 8-11
Ordinal
5. Gangguan
penglihatan
Suatu keadaan
seseorang
memiliki
hambatan dalam
melihat atau
membaca
Wawancara 0. tidak memiliki
gangguan
penglihatan
1. ada gangguan
penglihatan
Nominal
6. Deformitas
kaki
Adanya
perubahan
bentuk
(deformitasi)
kaki dan
terbentuknya
kalus atau
kapalan karena
penekanan yang
lama.
Wawancara
dan
observasi
0. tidak ada deformitas
kaki
1. ada deformitas kaki
Nominal
7. Dukungan
keluarga
Dukungan
keluarga adalah
dukungan atau
bantuan yang
berasal dari
orang yang
memiliki
hubungan sosial
akrab dengan
individu yang
menerima
bantuan
(keluarga).
Lembaran
Kuisioner
skala
Guttman
terdiri dari
17
pertanyaan
dengan
jawaban
Ya:2
Tidak: 1
0. dukungan keluarga
tinggi skor 26-
34
1. dukungan keluarga
rendah 17-25
Ordinal
8. Riwayat
ulkus
sebelumnya
Pasien pernah
memiliki ulkus
pada beberapa
bulan atau tahun
sebelumnya.
Wawancara 0. tidak ada riwayat ulkus
sebelumnya
1. ada riwayat ulkus
sebelumnya.
Nominal
-
44
9. Perawatan
kaki tidak
teratur
Perawatan kaki
yang dilakukan
secara tidak
teratur
mempermudah
timbulnya
infeksi dan
ulkus
diabetikum
Aspek dalam
perawatan kaki
mencakup :
1. mencuci kaki setiap
hari
2. menggunakan lotion
untuk
melembabka
n bagian
kaki yang
kering
3. memeriksa kondisi kaki
untuk
mengetahui
ada tidaknya
kemerah,luk
a, infeksi
jamur atau
iritasi pada
kaki
4. menggunting kuku sesuai
dengan
bentuk kuku
5. menjaga kaki agar
selalu bersih.
Kuisioner
Lembaran
Kuisioner
skala
Guttman
terdiri dari 8
pertanyaan
dengan
jawaban
Ya:2
Tidak: 1
0. perawatan kaki teratur
skor 12-16
1. perawatan kaki tidak
teratur skor 8-
11
Ordinal
14 Variabel
terikat :
Ulkus
diabetikum
Ulkus
diabetikum
merupakan luka
terbuka pada
permukaan kulit
yang dapat
menyebabkan
nekrosis
Rekammedis 0. tidak ada ulkus
diabetikum
1. ada ulkus diabetikum
Nominal
-
45
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data untuk mempermudah hasil penelitian
dan hasilnya lebih baik sehingga data dapat lebih mudah untuk diolah
(Saryono, 2011). Peneliti menggunakan instrumen penelitian yang terdiri
dari :
1. Instrumen karakteristik responden
Lembar observasi digunakan untuk mencatat karakteristik
responden berisi jenis kelamin, usia, pendidikan dan pekerjaan.
2. Instrumen variabel penelitian
Lembar observasi variabel terikat dan bebas yang merujuk
pada diagnosis dokter, diperoleh melalui rekam medik, observasi dan
wawancara terhadap pasien diabetes melitus. Instrumen pada
penelitian faktor perawatan kaki, penggunaan alas kaki, dan dukungan
keluarga menggunakan kuisioner dengan skala guttman. Cara
pengukuran melalui pengisian kuisioner terstruktur, kemudian
dilakukan skoring sesuai jawaban.
Kuisioner perawatan kaki terdiri dari 8 pertanyaan, kuisioner
perawatan kaki dibuat sesuai dengan teori yang ada, kuisioner
penggunaan alas kaki terdiri dari 8 pertanyaan dibuat sesuai dengan
teori yang ada dan kuisioner dukungan keluarga terdiri dari 17
pertanyaan. Hasil ukur dikumulatifkan menjadi dua kategori, pada
kuisioner perawatan kaki dikategorikan teratur dan tidak teratur,
-
46
penggunaan alas kaki dikategorikan penggunaan alas kaki tepat dan
tidak tepat sedangkan pada kuisioner dukungan keluarga
dikategorikan tinggi dan rendah.
G. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
1. Uji Validitas
Validitas adalah uji yang dilakukan untuk menguji apakah
kuisioner yang akan digunakan dalam penelitian dianggap valid atau
tidak. Uji validitas dapat dilakukan pada tempat yang sama dengan
responden yang berbeda (responden yang tidak digunakan untuk sampel
penelitian) (Saryono, 2011). Uji validitas kuisioner perawatan kaki,
penggunaan alas kaki dan dukungan keluarga telah dilakukan di RSUD
Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokertodengan responden yang berbeda
ketika melaksanakan penelitian.
Uji validitas dilakukan pada 22 responden yang terdiri dari 11
responden diabetes melitus tipe 2 tanpa ulkus diabetikum dan 11
responden diabetes melitus dengan ulkus diabetikum. Responden pada
uji validitas memiliki karakteristik sama dengan responden saat
pelaksanaan penelitian sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi. Uji
statistik yang digunakan untuk menguji validitasnya setiap butir
pertanyaan kuisioner yaitu dengan menggunakan uji korelasi pearson
product moment. Rumus korelasi pearson product moment yaitu
sebagai berikut :
-
47
2222 )()()()(
))(()(
YYnXXn
YXXYnrxy
Keterangan:
rxy : korelasi pearson product moment
N : jumlah sampel
X : skor variabel x
Y : skor variabel y
Xy : skor variabel x dikalikan skor variabel y
Hasil uji validitas terhadap kuisioner perawatan kaki,
penggunaan alas kaki dan dukungan keluarga menunjukkan kuisioner
perawatan kaki dari 9 pertanyaan terdapat 7 pertanyaan yang valid,
yaitu pertanyaan pada no.2 dan no.9 namun pertanyaan no.2 tetap
digunakan dalam melaksanakan penelitian karena pertanyaan no.2
mewakili kebersihan kaki dengan mencuci kaki menggunakan air dan
sabun minimal 3x perhari. Pada kuisioner penggunaan alas kaki dari 9
pertanyaan terdapat 8 pertanyaan yang valid dan pada kuisioner
dukungan keluarga dari 24 kuisoner terdapat 17 pertanyaan yang
valid. Item pada setiap pertanyaan dinyatakan valid apabila
mempunyai nilai r hitung yang lebih besar dari r tabel.
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana
suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan.
Reliabilitas harus didahului dengan validitas. Pengukuran yang
-
48
memiliki reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliable
(Saryono, 2011). Instrumen pada penelitian ini sudah dilakukan uji
validitas dan realibitas. Uji statistik yang digunakan untuk menguji
reliabilitas dari kuisioner perawatan kaki, penggunaan alas kaki dan
dukungan keluarga yaitu menggunakan alpha cronbach. Rumus alpha
cronbach yaitu sebagai berikut :
2
2
11 11 t
b
Vk
kr
Keterangan :
r11 : reliabilitas instrument
k : banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
2b : jumlah varian butir/item
2
tV : varian total
Kriteria suatu instrumen penelitian dikatakan reliable bila
koefisien reliabilitas (r11) > 0,6(Arikunto, 2005). Hasil uji reliabilitas
didapatkan nilai koefisien alfa sebesar 0,744untuk kuisioner
penggunaan alas kaki, 0,704 untuk kuisioner perawatan kaki yaitu,
dan 0,727 kuisioner dukungan keluarga. Hasil uji reliabilitas tersebut
menunjukkan bahwa instrumen reliabel untuk digunakan dalam
penelitian.
-
49
H. Jalannya Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui tahap-tahap berikut :
1. Tahap persiapan
a. Persiapan materi dan konsep yang mendukung jalannya penelitian.
b. Studi pendahuluan penelitian ke Dinas Kesehatan (DINKES)
Kabupaten Banyumas, RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo
Purwokerto untuk mendapatkan datadata yang mendukung
penelitian.
c. Penyusunan proposal penelitian dan konsultasi dengan dosen
pembimbing.
d. Melaksanakan ujian proposal penelitian.
e. Melakukan revisi proposal penelitian yang dikonsultasikan
terlebih dahulu kepada pembimbing sebelum memulai penelitian.
f. Mengurus perijinan dari pihak Universitas, RSUD Prof. dr.
Margono Soekarjo Purwokerto untuk mendapatkan ijin
melaksanakan penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Mengumpulkan data primer dan data sekunder kelompok kontrol
dan kelompok kasus di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo
Purwokerto.
b. Melakukan pendekatan interpersonal dengan pasien dan
menawarkan untuk menjadi responden penelitian.
-
50
c. Melakukan informed consent kepada pasien dan keluarga untuk
memberikan informasi dan teknis penelitian dan persetujuan
menjadi responden.
d. Responden mengisi kuisioner karakteristik responden berupa
usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan mengisikuisioner
faktor- faktor yang mempengaruhi terjadinya ulkus diabetikum
e. Melakukan pengecekan data (editing), apakah data sudah sesuai.
f. Data yang sudah lengkap seleksi, kemudian diolah
menggunakan bantuan komputer meliputi tahap coding dan
tabulating.
g. Data yang telah diolah dianalisis hasilnya.
h. Membuat laporan hasil penelitian.
i. Seminar hasil penelitian.
j. Pengumpulan skripsi
I. Analisis Data
Data yang terkumpul dari kuisionerakan diolah dengan cara
sebagai berikut :
1. Editing, yaitu menyusun data yang sudah terkumpul dengan memeriksa
daftar pertanyaan untuk mengoreksi kelengkapan data dan mengoreksi
kesalahan. Tujuan editing yaitu untuk mengurangi kesalahan dan
kekurangan yang ada di daftar pertanyaan.
2. Coding, adalah mengkelompokkan jawaban yang telah diisi oleh
responden ke dalam angka berdasarkan dengan klasifikasi yang sudah
-
51
ditentukan. Kegiatan ini mempermudah dalam melakukan pengujian
hipotesis.
3. Entry, yaitu kegiatan memasukkan data ke dalam program komputer
untuk diolah dengan aplikasi komputer.
4. Tabulating, yaitu mengkelompokkan data sesuai variabel yang diteliti
untuk keperluan analisis.
5. Pengolahan data menggunakan komputer dan dianalisis dengan
menggunakan uji statistik yaitu uji univariat, uji bivariat menggunakan
chi square dan uji multivariat regresi logistik.
Analisis data dilakukan menggunakan komputer yang dilakukan
secara bertahap, yaitu :
1. Analisis Univariat
Analisa univariat merupakan analisis yang dilakukan terhadap
tiap variabel dari penelitian dengan mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul. Pada umumnya dalam
analisa yang akan dilakukan ini hanya menghasilkan distribusi dan
persentase dari tiap variabel (Saryono, 2011). Tujuan dari analisis ini
adalah untuk menjelaskan karakteristik masing-masing variabel yang
akan diteliti. Data hasil penelitian ini ditampilkan dalam proporsi
dan persentase dalam tabel pada tiap variabel
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat merupakan analisi yang digunakan untuk
melihat hubungan antara dua variabel yang diduga berhubungan.
-
52
Analisi bivariat pada penelitian ini menggunakan uji chi square
untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara variabel bebas
dengan variabel terikat.
3. Analisis Multivariat
Analisis multivariat merupakan analisis yang menghubungkan
beberapa variabel independen dengan beberapa variabel dependen.
Analisis multivariat yang digunakan pada penelitian yaitu dengan
regresi logistik karena variabel terikatnya adalah variabel kategorik
dikotom. Variabel yang dimasukkan ke dalam analisis regresi
logistik adalah variabel yang pada analisis bivariat mempunyai nilai
nilai p
-
53
J. Etika Penelitian
Saryono (2011) menyatakan bahwa etika adalah prinsip moral yang
mempengaruhi tindakan. Penelitian ini memperhatikan beberapa hal yang
menyangkut etika penelitian sebagai berikut :
1. Informed consent,
Informed consent diberikan sebelum penelitian dilakukan
dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden
dengan terlebih dahulu dijelaskan oleh peneliti. Lembar persetujuan
dilengakapi dengan judul penelitian dan manfaat penelitian. Apabila
responden menolak maka peneliti tidak memaksa dan tetap
menghormati hak responden. Pada saat penelitian terdapat beberapa
responden yang menolak menjadi responden penelitian.
2. Anomity (tanpa nama)
Peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar
pengumpulan data cukup dengan memberi kode.
3. Confidentiality (kerahasiaan),
Peneliti merahasiakan informasi responden, hanya kelompok
data tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai
hasil penelitian. Kelompok data karakteristik responden (usia, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaa) dan faktor yang mempengaruhi
terjadinya ulkus diabetikum.
-
54
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Penelitian
Penelitian dengan tujuan untuk mengetahui faktor- faktor apa
yang dapat mempengaruhi terjadinya ulkus diabetikum telah dilakukan
pada 30 Desember sampai dengan 29 Januari 2014 di rawat jalan (Poli
Diabetes melitus dan Poli Penyakit dalam) dan rawat inap (Ruang
Asoka, Ruang Dahlia, Ruang Mawar dan Ruang Kenanga) RSUD Prof.
dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Pada periode tersebut, peneliti
memperoleh 72 responden, yang terdiri dari 2 kelompok (pasien
diabetes melitus dengan ulkus diabetikum dan pasien diabetes melitus
tanpa ulkus diabetikum), setiap kelompok terdiri atas 36 responden
yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditentukan.
Pengambilan sampel menggunakan teknikquota samping yaitu memilih
sampel sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh peneliti sampai
jumlah kuota yang telah ditentukan tercukupi.
54554
-
55
2. Hasil analisis univariat
a. Karakteristik Jenis Kelamin, usia, pekerjaan, riwayat pendidikan
Tabel
4.1.
Karakteristik jenis kelamin, usia, pekerjaan dan
riwayat pendidikan
Variabel Kasus Kontrol
n (%) n (%)
Jenis
kelamin
Perempuan 20 55,6 17 47,2
Laki- laki 16 44,4 19 52,8
Usia
45-55 tahun 11 30,6 13 36,1
56-65 tahun 21 58,3 19 52,8
>65 tahun 4 11,1 4 11,1
Pekerjaan
Buruh 11 30,6 7 19,4
Petani 14 38,9 2 5,6
PNS 3 8,3 13 36,1
Tidak bekerja 8 22,2 14 38,9
Riwayat
pendi
dikan
Pendidikan rendah 27 75,0 15 41,7
Pendidikan tinggi 9 25,0 21 58,3
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa karakteristik responden
berdasarkan jenis kelamin pada kelompok kasus sebagian besar
perempuan sebanyak 20 responden (55,6%), sedangkan pada
kelompok kontrol sebagian besar berjenis kelamin laki- laki
sebanyak 19 responden (52,8%). Karakteristik responden
berdasarkan usia sebagian besar menunjukkan bahwa pada
kelompok kasus dan kelompok kontrol yaitu usia 56-65 tahun,
sebanyak 21 responden (58,3%) pada kelompok kasus, dan 19
responden (52,8%) pada kelompok kontrol, sedangkan pada
rentang usia 45- 55 tahun kelompok kontrol lebih banyak yaitu 13
responden (36,1%) daripada kelompok kasus sebanyak 11
responden (30,6%).
-
56
Karakteristik responden beerdasarkan pekerjaan sebagian
besar pada kelompok kasus bekerja sebagai petani 14 responden
(38,9%) %), sedangkan pada kelompok kontrol, sebagian besar
bekerja sebagian besar PNS yaitu 13 responden (36,1%) dan tidak
bekerja yaitu 14 (38,9%).Riwayat pendidikan pada kelompok kasus
mayoritas berpendidikan rendah (SD dan SMP) sebanyak 27
responden (75%), sedangkan pada kelompok kontrol sebaliknya,
yaitu pendidikan tinggi (SMA dan PT) dengan jumlah 21
responden 58,3% dan 15 responden (41.7%) pendidikan rendah.
b. Gambaran lama diabetes mellitus, deformitas kaki, riwayat
merokok, olahraga
Tabel 4.2. Gambaran lama diabetes mellitus, deformitas kaki,
riwayat merokok, olahraga
Variabel Kasus Kontrol
N (%) n (%)
Lama
Diabetes
mellitus
-
57
(58,3%), sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar lama
diabetes melitus
-
58
c. Gambaran penggunaan alas kaki, perawatan kaki, riwayat ulkus
sebelumnya, gangguan penglihatan, dukungan keluarga
Tabel 4.3. Gambaran penggunaan alas kaki, perawatan kaki,
riwayat ulkus sebelumnya, gangguan
penglihatan, dukungan keluarga
Variabel Kasus Kontrol
N (%) n (%)
Penggunaan
alas kaki
Tepat 7 19,4 29 80,6
Tidak tepat 29 80,6 7 19,4
Perawatan
kaki
Teratur 12 33,3 31 86,1
Tidak teratur 24 66,7 5 13,9
Riwayat
ulkus
sebelumnya
Tidak ada riwayat ulkus
sebelumnya
20 55,6 32 88,9
Ada riwayat ulkus
sebelumnya 16 44,4 4 11,1
Gangguan
penglihatan
Tidak ada gangguan
penglihatan 20 55,6 27 75,0
Ada gangguan
penglihatan 16 44,4 9 25,0
Dukungan
keluarga
Tinggi 20 55,6 27 75,0
Rendah 16 44,4 9 25,0
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui gambaran penggunaan alas kaki
tepat sebagian besar dilakukan oleh kelompok kontrol sebanyak 29
responden (80,6%), sedangkan pada kelompok kasus sebagian besar
tidak menggunakan alas kaki yang tidak tepat 29 responden (80,6%).
Perawatan kaki teratur sebagian besar dilakukan oleh responden pada
kelompok kontrol 31 responden (86,1%) sedangkan pada kelompok
kasus tidak melakukan perawatan kaki tidak teratur sebanyak 24
responden (66,7%).
-
59
Gambaran riwayat ulkus sebelumnya pada kelompok kasus
dengan riwayat ulkus sebelumnya sebanyak 16 responden (44,4%),
sedangkan kelompok kontrol sebagian besar tidak memiliki riwayat
ulkus sebelumnya sebanyak 32 responden (88,9%). Gambaran adanya
gangguan penglihatan didominasi oleh kelompok kasus sebanyak 16
responden (44,4%). Sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar
tidak memiliki gangguan penglihatan. sebanyak 27 responden
(75%).Gambaran dukungan keluarga pada kelompok kasus yaitu 20
responden (55,6%) dan pada kelompok kontrol yaitu 27 responden
(75,0%), sedangkan gambaran dukungan keluarga yang rendah pada
kelompok kasus yaitu 16 responden (44,4%) dan pada kelompok
kontrol yaitu 9 responden (25%).
-
60
3. Hasil analisis bivariat
Tabel 4.4. Hubungan antara lama diabetes melitus, gangguan
penglihatan, penggunaan alas kaki, perawatan kaki,
deformitas kaki, riwayat ulkus sebelumnya, riwayat merokok,
olahraga, dukungan keluarga dengan ulkus diabetikum.
Variabel
Kasus Kontrol p
n % % n %
Lama
diabetes
melitus
-
61
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa faktor yang
berhubungan secara signifikan dengan terjadinya ulkus diabetikum
adalah lama diabetes melitus 8 tahun (p= 0,018), penggunaan alas kaki
(p=0,000), perawatan kaki (p=0,000), deformitas kaki (p= 0,004),
riwayat ulkus sebelumnya (p= 0,002), dan olahraga (p=0,000). Faktor
yang tidak berhubungan dengan terjadinya ulkus diabetikum adalah
gangguan penglihatan (p=0,084), riwayat merokok (p=0,101)dan
dukungan keluarga (p=0,084).
-
62
4. Hasil analisis multivariat
Variabel bebas yang mempunyai p
-
63
langkah kedua nilai faktor yang memiliki pvalue>0,25 pada langkah
sebelumnya dikeluarkan secara otomatis yaitu faktor lama diabetes
8tahun (p=0,359), diikuti variabel dukungan keluarga (p=0,299),
gangguan penglihatan (p=0,271) dan variabel rokok pada langkah
terak
top related