siafif.comsiafif.com/kuliah/sukma/semester 8/skripsi_sukma/bab… · web view2012. 2. 9. · di...
Post on 17-May-2021
0 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Benalu merupakan salah satu kelompok tumbuhan parasit yang termasuk
dalam suku Loranthaceae. Tumbuhan parasit ini umumnya menyerang pepohonan
atau pun tumbuhan perdu terutama pada bagian ranting dan cabang-cabangnya.
Pohon atau pun perdu yang diserang benalu akan terganggu bahkan dapat mati
apabila serangan tersebut dalam jumlah besar (Sunaryo et al., 2006). Benalu
sering merugikan secara ekonomis dan mengganggu kehidupan tubuhan inang.
Selain dikenal sebagai tumbuhan yang merugikan ternyata benalu telah sejak
lama dikenal sebagai sumber bahan obat tradisional Indonesia (Kirana, 1996;
Chozin dkk, 1998 dan Widandri & Rahajoe, 1998). Mengingat bahwa
pemanfaatan suatu jenis benalu untuk bahan obat maupun penelitian fitokimia
harus berkaitan dengan jenis inanngnya, sedangkan tidak semua jenis tumbuhan
dapat menjadi inang benalu, maka perlu mengkaji keanekaragaman jenis benalu di
berbagai inang karena tanaman ini tergolong unik dan penelitian tentang tanaman
ini belum banyak dilakukan terutama tentang morfologi benalu. Hasil penelitian
tentang keanekaragaman jenis Loranthaceae yang menempel pada family
Anacardiaceae di Surakarta ini akan diaplikasikan ke dalam media pembelajaran
SMA guna mengetahui pengaruhnya terhadap kemampuan kognitif siswa.
Proses belajar mengajar saat ini cenderung berorientasi pada terselesaikannya
materi pembelajaran, bukan pada ketercapaian tujuan pembelajaran seperti
peningkatan hasil belajar. Menurut Nana Sudjana (2005:50) ”Ada tiga ranah
(domain) hasil belajar, yaitu ranah afektif, ranah psikomotorik, dan ranah
kognitif”. Dari hasil belajar dapat diketahui tingkat keberhasilan kemampuan
kognitif seseorang. Dalam pelajaran biologi dituntut untuk memenuhi tiga tujuan
pendidikan yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ranah kognitif
merupakan kemampuan yang sangat diperhatikan. Tiga kemampuan yang harus
dikuasai sebagai jembatan untuk sampai pada penguasaan kemampuan kognitif,
yaitu persepsi, mengingat, dan berpikir. Persepsi merupakan proses yang
2
menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui
persepsi, manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya.
Dalam pengajaran, guru harus menanamkan pengertian dengan cara menjelaskan
materi pelajaran yang sejelas-jelasnya kepada siswa. Penjelasan yang diberikan
harus mendekati obyek yang sebenarnya agar tidak terjadi kesalahan persepsi.
Berdasarkan pengamatan, SMA N 1 Kebak Kramat telah dikembangkan
sebuah kelas ICT dengan seperangkat komputer untuk setiap siswa dan LCD,
serta sudah dikembangkan pula system jaringan terpadu yang dihubungkan
dengan jaringan internet. Siswa telah terbiasa dalam merespon perkembangan
teknologi dan informasi, hal ini ditunjukkan dengan banyaknya siswa yang
mampu mengoperasikan komputer. Kendala yang dihadapi dalam proses
pembelajaran adalah masih minimalnya kemampuan kognitif siswa saat
pembelajaran berlangsung, selain itu proses pembelajaran yang belum bervariasi
membuat kejenuhan serta konsentrasi belajar siswa terhadap pelajaran berkurang.
Kenyataan yang diamati di kelas menunjukan pemahaman siswa terhadap materi
masih kurang dan minimalnya kemampuan kognitif siswa terlihat dari
bergantungnya proses pembelajaran pada guru.
Siswa diharapkan lebih antusias dan aktif dalam belajar dengan baru dalam
pembelajaran. E-learning sebuah alternatif dalam proses pembelajaran.
LearnFrame.Com dalam Glossary of e-learning Terms (Farhad, 2001)
menyatakan bahwa: e-learning adalah sistem pendidikan yang menggunakan
aplikasi elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media Internet dan
jaringan computer.
Pemanfaatan teknologi elektronik dalam pembelajaran memberi penguatan
terhadap pola perubahan paradigma pembelajaran. Sistem e-learning merupakan
bentuk implementasi pembelajaran yang memanfaatkan teknologi dan tidak
dibatasi oleh ruang dan waktu. Dengan demikian proses pembelajaran ini dapat
dilakukan baik dengan synchronous maupun asynchronous. Synchronous adalah
3
proses pembelajaran yang ilakukan dalam waktu yang sama, sedangkan
asynchronous pembelajaran yang dilakukan dalam waktu yang berbeda.
Salah satu aplikasi dari E-learning adalah moodle. Moddle merupakan sebuah
nama untuk sebuah program aplikasi yang dapat merubah sebuah media
pembelajaran kedalam bentuk web. Aplikasi ini memungkinkan siswa untuk
masuk kedalam “ruang kelas” digital untuk mengakses materi-materi
pembelajaran. Dengan menggunakan moodle, kita dapat membuat materi
pembelajaran, kuis, jurnal elektronik dan lain-lain. Moodle itu sendiri adalah
singkatan dari Modular Object Oriented Dynamic Learning Environment.
Model pembelajaran e-learnig berbasis moodle dipilih karena memiliki
kerakteristik yang sesuai dengan pembelajaran biologi yang sering sekali
membahas tentang kehidupan dan kejadian yang sering terjadi di kehidupan
sehari-hari. Sarana media pembelajaran untuk mata pelajaran biologi perlu dibuat
untuk menyajikan pelajaran agar lebih menarik diera komputerisasi seperti
sekarang ini. Siswa akan lebih tertarik dengan media pembelajaran yang disajikan
secara menarik, interaktif dan mudah dipahami. Moodle dapat memberikan materi
tidak hanya menggunakan tulisan saja, tapi juga memberikan materi dalam bentuk
multimedia. Dengan menggunakan moodle, siswa akan lebih memahami materi
pelajaran dengan lebih cepat menggunakan animasi dan visualisasi yang dapat di-
upload oleh guru mata pelajaran. Siswa akan lebih tertarik dengan berbagai
bentuk media yang tersedia pada moodle baik dalam bentuk Microsoft Words,
Power Point, animasi Flash, bahkan file yang berupa audio dan video dapat
ditempelkan sebagai akses.
Salah satu alternatif yang diajukan untuk meningkatkan kemampuan kognitif
dalam proses pembelajaran adalah dengan implementasi moodle. Pembelajaran
dengan moodle merupakan pembelajaran yang juga menekankan pembelajaran
yang mampu meningkatkan kemampuan kognitif siswa. Selain itu juga dapat
dijadikan sebagai sumber bahan ajar siswa yang interaktif dan menarik. Sumber
bahan ajar yang diterapkan pada moodle seperti modul, Power Point, gambar atau
foto, animasi flash, film serta konsep-konsep materi biologi. Materi ini membahas
4
tentang hasil penelitian Keanekaragaman jenis Loranthaceae pada family
Anacardiaceae. Penelitian ini membahas tentang karakteristik morfologi baik
akar, batang, daun serta bunga tanaman Loranthacea yang menempel pada family
Anacardiaceae.
Pengajar berupaya untuk menampilkan rangsangan (stimulus) siswa yang
dapat diproses dengan berbagai indera pada berbagai media berbasis moodle
yang diterapkan. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Azhar
Arsyad (2007:9) “Semakin banyak alat indera yang digunakan untuk menerima
dan mengolah informasi, semakin besar kemungkinan informasi tersebut
dimengerti dan dapat dipertahankan dalam ingatan”. Penggunaan media
pembelajaran berbasis moodle diharapkan dapat membantu siswa dalam
menerima dan menyerap dengan baik pesan-pesan dari materi yang
disampaikan. Penggunaan sumber belajar berbasis moodle pada pembelajaran
Biologi yaitu pada materi Keanekaragaman Hayati dalam hal ini adalah sub
pokok bahasan plantae diharapkan dapat meningkatkan kemampuan kognitif
siswa.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, perlu dilakukan penelitian dengan
judul:“IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN KEANEKARAGAMAN
JENIS LORANTHACEAE PADA FAMILI ANACARDIACEAE SEBAGAI
SUMBER BAHAN AJAR BERBASIS MOODLE TERHADAP
KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA KELAS X SMA”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka barbagai permasalahan dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Model ceramah membuat siswa kurang temotivasi.
2. Media yang diterapkan guru kepada siswa kurang menarik
3. Guru kurang memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada di kelas.
4. Pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher center), sedangkan siswa
hanya menerima pelajaran secara pasif yang berpengaruh pada kemampuan
kognitif siswa.
5
5. Untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa perlu dikembangkan
model pembelajaran e-learning berbasis moodle .
6. Kurangnya penelitian yang mendukung materi pembelajaran disekolah.
C. Pembatasan Masalah
Dalam Penelitian peneliti membatasi masalah sebagai berikut:
1. Subyek penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X semester genap SMA Negeri 1 Kebak
Kramat Tahun Ajaran 2010/2011
2. Objek Penelitian
Objek penelitian ini dibatasi pada:
a. Materi pembelajaran biologi pada sub pokok bahasan Plantae.
b. Model pembelajaran yang digunakan soft moodle secara yang dapat
digunakan secara bebas sebagai produk open source dibawah lisensi GNU.
c. Aspek yang diteliti adalah kemampuan kognitif siswa.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Apa saja jenis-jenis Loranthaceae yang menempel pada famili
Anacaridiaceae di daerah Surakarta berdasarkan identifikasi ciri morfologi
2. Adakah pengaruh penerapan hasil penelitian keanekaragaman
Loranthaceae pada famili Anacardiacea sebagai sumber bahan ajar
berbasis moodle terhadap kemampuan kognitif siswa kelas X-9 SMA
Negeri 1 Kebakkramat tahun ajaran 2010/2011.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Mengetahui keanekaragaman Loranthaceae pada family Anacardiaceae di
Surakarta.
2. Membuat bahan ajar hasil penelitian keanekaragaman Loranthaceae pada
family Anacardiaceae di Surakarta berbasis moodle.
6
3. Mengetahui pengaruh penerapan hasil penelitian keanekaragaman
Loranthaceae pada famili Anacardiacea sebagai sumber bahan ajar
berbasis moodle terhadap kemampuan kognitif siswa kelas X-9 SMA
Negeri 1 Kebakkramat tahun ajaran 2010/2011.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan mampu memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Bagi Siswa
a. Memberikan pengalaman secara nyata kepada siswa melalui
pengimplementasian model pembelajaran moodle sebagai pemicu
munculnya kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran Biologi.
b. Memberikan suasana baru dalam pembelajaran sehingga siswa lebih
semangat dalam belajar.
c. Membangun budaya belajar mandiri ,mendasar, menyeluruh, dan terpadu
2. Bagi Guru
a. Menyajikan sebuah alternatif bagi Guru untuk mengatasi masalah
pembelajaran yang membutuhkan penyelesaian melalui penggunaan
metode pembelajaran yang bervariasi.
b. Memberikan masukan bagi guru mengenai manfaat implementasi moodle
untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran
Biologi.
c. Mendorong guru untuk melaksanakan pembelajaran yang aktif, inovatif,
kreatif dan menyenangkan.
3. Bagi sekolah
a. Hasil penelitian dapat digunakan untuk referensi peningkatan kemampuan
kognitif siswa dalam pembelajaran Biologi pada tahap berikutnya.
b. Hasil penelitian dapat digunakan untuk perbaikan proses pembelajaran
secara umum pada tahap berikutnya.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Keanekaragaman Jenis Loranthacea pada Inang Famili
Anacardiaceae
a. Keanekaragaman Jenis Loranthaceae
Benalu merupakan salah satu kelompok tumbuhan parasit yang termasuk
dalam suku Loranthaceae. Menurut Sunaryo et al (2006:1) tumbuhan parasit ini
umumnya menyerang pepohonan atau pun tumbuhan perdu terutama pada bagian
ranting dan cabang-cabangnya. Pohon atau pun perdu yang diserang benalu akan
terganggu bahkan dapat mati apabila serangan tersebut dalam jumlah besar.
Benalu telah lama dikenal sebagai tumbuhan hemiparasit pada perdu atau
pohon. Akan tetapi melalui kajian yang menggunakan radiocarbon, Marshall dan
Ehleringer (1990, dalam Luttge, 1997) telah menggungkapkan bahwa benalu
adalah benar-benar parasit karena sebagian besar senyawa karbon benalu berasal
dari larutan apoplastik xylem tanaman inang. Selain menggambil mineral,
haustoria benalu juga menyerap senyawa organic dari inang. Benalu juga
menyerap senyawa organic inang. Benalu sering merugikan secara ekonomis dan
mengganggu kehidupan tubuhan inang. Selain dikenal sebagai tumbuhan yang
merugikan ternyata benalu telah sejak lama dikenal sebagai sumber bahan obat
tradisional Indonesia (Kirana, 1996; Chozin dkk, 1998 dan Widandri & Rahajoe,
1998).
Di Cina, benalu telah digunakan sebagai obat sejak tahun 1910 (Anderson
and Phillipson, 1992). Karena itu, potensi benalu sebagai sumber bahan obat dan
kandungan kimia benalu bergantung pada jenis tanaman inang yang ditempati
( Anderson & Phillipson, 1992) menunjukkna bahwa alkaloid benalu teh Scurulla
ortiana disintesis oleh tanaman teh. Sebaiknya, berbagai flavonoid justru
dihasilkan oleh benalu, namun, konsentrasinya sangat bervariasi bergantung jenis
inangnya.
8
Di kawasan Malesia suku Loranthaceae terdiri atas 23 marga dan 193 jenis
(Barlow, 1997) sedangkan di Jawa dilaporkan hanya dapat ditemukan 38 jenis
benalu dari 14 marga (Backer dan Bakhuizen van den Brink, 1965). Berdasarkan
pengamatan terhadap spesimen herbarium yang disimpan di Herbarium
Bogoriense telah ditemukan 8 jenis tumbuhan benalu di Pulau Bali. Kedelapan
jenis benalu tersebut adalah Amyema cuernosensis (Elmer) Barlow, A. longipes
(Danser) Barlow, A. tristis (Zoll.) Tiegh., Dendrophthoe lanosa (Korth.) Danser,
D. pentandra (L.) Miq., Helixanthera setigera (Korth.) Danser, Scurrula
atropurpurea (Blume) Danser, dan S. parasitica L.
Menurut Gembong Tjitrosoepomo (1993:122) menyatakan bahwa
Loranthaceae merupakan tanaman setengah parasit yang batangnya berkayu,
tumbuh pada dahan anggota-anggota Gymnospermae dan Cotyledoneaae yang
berkayu, dengan daun-daun tunggal yang kaku seperti belulang, duduknya
bersilang/berhadapan atau berkarang, tanpa daun penumpu. Kadang-kadang tidak
terdapat daun-daun, dalam hal ituruas-ruas cabangnya berwarna hijau dan
berfungsi sebagai alat untuk asimilasi. Tumbuh-tumbuhan membentuk alat
penghisap yang beraneka rupa. Pada perkecambahan alat pelekatnya ada yang lalu
membentuk alat penghisap yang pipih dan meluas melekat pada kayu inangnya.
Ada pula yang dari alat pelekat itu tumbuh tumbuh streng-streng penghisap
seperti akar yang meluas pada permukaan gelam tumbuhan inangnya dan dari
streng-streng tersebut masuk ke dalam kayu alat penghisap yang disebut
penyelam, ada pula yang langsung dari cakram pelekatnya mengeluarkan
penyelam ke bagian kayu inangnya.
Di Jawa ada beberapa genus benalu, diantaranya adalah sebagi berikut:
1. Viscum
Semak yang bercabang banyak, tak berambut, kerapkali menggantung.
Antara ruas yang berurutan dan menjadi pipih membuat sudut siku-siku satu
terhadap yang lain. Antara ruas lama sekali tetap hijau. Daun hanya terlihat pada
antar ruas yang sangat muda, sebagai sisik kecil dibawah karangan bunga.
Karangan bunga duduk, berhadapan, pada ujung dari antar ruas; semula ada satu
bunga betina diujung, kemudian dibawahnya masih beberapa bunga, yang jantan
9
maupun yang betina; tiap bunga pada pangkalnya dengan dua daun pelindung
yang bersatu dan berbentuk perahu. Bunga berbilang 4. Buah yang masak bulat
peluru, licin, mengkilat, setengah transparan dan putih, diameter lk 3 mm.
Kerapkali memparasitir Loranthaceae lain. Pada bermacam-macam pohon, 5-2300
mm (Van Steenis et al, 2008).
Gambar 1. 1 Spesies Viscum sp
Sumber: www.parasiticplants.siu.edu
2. Macrosolen
Perdu yang bercabanh banyak. Ranting dengan ruas yang membesar. Daun
bertangkai pendek, elliptis sampai berbentuk lanset, kadang-kadang bulat telur,
gundul, 3,5-17 x 1,5-7 cm, dengan ujung yang agak meruncing, serupa kulit,
mengkilat. Karangan bunga berbunga 5-7, kebanyakn berdiri sendiri diketiak,
kadang-kadang dalam berkas pada ruas yang tua. Tangkai bunga pendek. Tabung
kelopak elipsoid, panjang lk 3 mm; pinggiran mahkota (zoom) sangat pendek.
Mahkota sebagai tunas dewasa: 1-1,5 cm panjangnya, separo bagian bawah
melebar ditengah dengan 6 saayap, diatas menyempit menjadi buluh sempit,
berakhir ke dalam gada tumpul, kuning atau hijau kekuningan, coklat tua diatas
sayap, kuning samapi merah pada ujung. Taju mahkota pada akhirnya
melengkung jauh kembali dan terpuntir. Bagian yang bebas dari benang sari
panjangnya 3-5 mm. Kepala putik bentuk gada. Buah bulat peluru, panjang 6 mm,
akhirnya coklat violet tua. Diatas berbagai jenis pohon;1-1500 m (Van Steenis et
al, 2008).
10
Gambar 1. 2 Spesies Macrosolen sp
Sumber: www.crccfarmasi.ugm.ac.id
3. Dendrophthoe
Semak bercabang kuat, kerapkali lebih tinggi dari 1 m; bagian muda
kerapkali berambut. Hanya ranting tua pada ruas membesar kuat. Daun tersebar,
bertangkai pendek, bentuk lanset sampai bulat, kerapkali memanjang, 5-20 x 2-12
cm, tebal, kaku. Karangan bunga berdiri sendiri dalam ketiak, atau terkumpul
lebih dari satu pada ruas yang tua, bunga 2-20. Tangkai bunga pendek. Tabung
kelopak cylindris sampai bentuk mangkok, tinggi lk 2 mm; tepi mahkota pendek,
lk bergigi. Mahkota waktu kuncup dewasa:1,5-2,5 cm panjangnya, separo bagian
bawah cylindris, kelak melembung, separo bagian atas elipsoid persegi lima;
dengan ujung tumpul; seluruhnya kuning samapi merah orange. Taju akhirnya
melengkung sangat berjauhan satu dengan yang lain. Bagian bebas dari benang
sari 2-4 mm. Kepala putik bentuk tombol tumpul. Buah bnetuk telur, panjang
sampai 1 cm, kuning orange. Pada bermacam-macam jenis, pohon dan perdu;1-
1600 m (Van Steenis et al, 2008).
Gambar 1. 3 Spesies Dendrophthoe sp
11
Gambar 1. 4 Dendrophthoe sp, a. buah, b. bunga, c. daun
Sumber: Hayati (2009:2)
4. Scurulla
Semak. Bagian muda dan karangan bunga kuning sampai coklat beranbut
semacam vilt. Ranting langsing. Daun boleh dikatakan berhadapan, bertangkai,
eliptis sampai bulat telur terbalik, kerapkali membulat pada ujung, 5-9 x 2-4 cm.
Karangan bunga kerapkali berbunga 4-6, yang sebagian terkumpul didalam ketiak.
Tangkai bunga pendek. Tabung kelopak bnetuk kerucut terbalik, tinggi lk 3 mm;
tepi kelopak pendek, bergigi 4 lemah. Mahkota waktu kuncup dewasa; panjang
1,5-2 cm, tabung silindris, dengan ujung yang elipsoid melengkung kebawah,
merah. Taju setelah bunga semuanya membuka mengarah ke satu sisi (ke atas);
tabung mahkota yang berhadapan bercangap dalam. Bagian benang sari yang
bebas 2-3 mm. Kepala putik bnetuk tombol. Buah bentuk kerucut terbalik samapi
bentuk gada. Orange, panjang lk 8 mm. Diatas bermacam jenis pohon; 1-1800 m
(Van Steenis et al, 2008).
Gambar 1. 5 Spesies Scurulla sp
12
Gambar 1. 6 Scurulla sp, a. Bunga, b. buah
Sumber: Hayati (2009:2)
5. Helixanthera
Semak parasit, gundul ataupun berambut. Duduk daun berhadapan atau
brselang-seling, kadang-kadang melingkar. Perbungaan axillary, kadang-kadang
pada pucuk, berkarang atau berdiri sendiri. Bunga berkelamin ganda, 4-6 bunga,
actinomorphic, sesil atau pedicelatus. Calyx bercabang 4-6 gigi, keras. Kuncup
bunga dewasa berbentuk lurus, pada setengah dasar biasanya sedikit
menggembung dan membengkok, bagian distal biasanya subclavatus. Corolla
berwarna merah, pink, orange, atau kekuningan, petal bebas, lurus dan menyebar.
Stamen biasanya di dalam atau di tengah-tengah petal. Filamen pendek, anther 2-4
lokul, kadang-kadang multicelatus, elipsoid. Pollen berbentuk semiangular atau
semilobatus. Ovari 1 lokol; plasenta terdapat dibasal. Stilus subsilindris, 4-6
menyebar; stigma capitatus atau truncus. Buah berbentuk ovoid atau elipsoid,
kulit luar kasar, halus atau pubescent (Gilbert, 2003).
Gambar 1. 7 Spesies Helixanthera sp
Sumber: Hayati (2009:2)
13
b. Anacardiaceae
Tanaman berkayu dengan saluran damar. Daun tersebar, tunggal atau
menyirip ganjil. Daun penumpu tidak ada. Tanaman berumah 1 atau 2. Bunga
beraturan atau sedikit tidak beraturan, berkelamin 1 atau 2, kadang-kadang
berkelamin campuran; dalam malai; daun kelopak 4-5, bersatu atau tidak bersatu.
Daun mahkota 4-5, berdaun lepas, atau tidak berdaun. Benang sari 10 atau 5,
jarang lebih, kerapkali mereduksi menjadi staminodia. Bakal buah menumpang
atau setengah tenggelam, beruang 1-10, kerapkali 3-1, seringkali miring, kadang-
kadang bertangkai pendek; kadang-kadang beberapa bakal buah lepas. Bakal biji
per ruang 1. Buah batu (Van Steenis et al, 2008: 251).
Menurut Gembong (1996: 305) Suku anacardiaceae membawahi kira-kira 500
jenis, terbagi dalam 70 marga yang tersebar dari daerah-daerah beriklim panas
sampai daerah-daerah beriklim sedang. Contoh-contohnya: Anacardium: A.
occidentale (jambu mete), penghasil mete; buah semu yang berasal dari tangkai
bunganya juga dapat dimakan. Mangifera: M. indica (mangga dengan puluhan
varietas budidaya), penghasil buah-buahan; M. odorata (kuweni), M. foetida
(pakel, limus), M.caesia (kemang). Spondias: S. dulcis, S.pinnata, S.lutea
(kedondong), buahnya dimakan. Lannea: L. grandis (kayu kuda), tumbuh cepat,
penghasil kayu bakar dan gom.
2. HERBARIUM
a. Definisi Herbarium
Herbarium berasal dari kata “hortus dan botanicus”, artinya kebun botani
yang dikeringkan. Secara sederhana yang dimaksud herbarium adalah koleksi
spesimen yang telah dikeringkan, biasanya disusun berdasarkan sistim klasifikasi
(Rizal, 2005:1). Fungsi herbarium secara umum antara lain:
1. Sebagai pusat referensi; merupakan sumber utama untuk identifikasi
tumbuhan bagi para ahli taksonomi, ekologi, petugas yang menangani
jenis tumbuhan langka, pecinta alam, para petugas yang bergerak dalam
konservasi alam.
14
2. Sebagai lembaga dokumentasi; merupakan koleksi yang mempunyai nilai
sejarah, seperti tipe dari taksa baru, contoh penemuan baru, tumbuhan
yang mempunyai nilai ekonomi.
3. Sebagai pusat penyimpanan data; ahli kimia memanfaatkannya untuk
mempelajari alkaloid, ahli farmasi menggunakan untuk mencari bahan
ramuan untuk obat kanker, dan
sebagainya.
b. Cara Mengkoleksi Tumbuhan
Persiapan koleksi yang baik di lapangan merupakan aspek penting dalam
praktek pembuatan herbarium. Spesimen herbarium yang baik harus memberikan
informasi terbaik mengenai tumbuhan tersebut kepada para peneliti. Dengan kata
lain, suatu koleksi tumbuhan harus mempunyai seluruh bagian tumbuhan dan
harus ada keterangan yang memberikan seluruh informasi yang tidak nampak
pada spesimen herbarium. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengkoleksi
tumbuhan antara lain:
1) Perlengkapan
Beberapa perlengkapan yang diperlukan untuk mengkoleksi tumbuhan di
lapangan antara lain: gunting tanaman, buku catatan, label, pensil, lensa tangan,
Koran bekas, penekan/penghimpit, tali pengikat, vasculum, kantong plastik,
alkohol, kantong kertas (untuk cryptogamae, buah dan biji), peta, kamera dan
sebagainya.
2) Pengkoleksian
Apa yang dikoleksi:
a) Tumbuhan kecil harus dikoleksi seluruh organnya
b) Tumbuhan besar atau pohon, dikoleksi sebagian cabangnya dengan
panjang 30-40 cm yang mempunyai organ lengkap: daun (minimal punya
3 daun untuk melihat phylotaksis), bunga dan buah, diambil dari satu
tumbuhan. Untuk pohon yang sangat tinggi, pengambilan organ
generatifnya bisa dilakukan dengan galah, ketapel atau menggunakan
hewan, misalnya beruk.
15
c) Untuk pohon atau perdu kadang-kadang penting untuk mengkoleksi
kuncup (daun baru) karena kadang-kadang stipulanya mudah gugur dan
brakhtea sering ditemukan hanya pada bagian-bagian yang muda.
d) Tumbuhan herba dikoleksi seluruh organnya kecuali untuk herba besar
seperti Araceae.
e) Koleksi tumbuhan hidup; dianjurkan untuk ditanam di kebun botani dan
rumah kaca.
3) Catatan Lapangan
Catatan lapangan segera dibuat setelah mengkoleksi tumbuhan, berisi
keterangan-keterangan tentang ciri-ciri tumbuhan tersebut yang tidak terlihat
setelah spesimen kering. Beberapa keterangan yang harus dicantumkan antara
lain: lokasi, habitat, habit, warna (bunga, buah), bau, eksudat, pollinator (kalau
ada), pemanfaatan secara lokal, nama daerah dan sebagainya.
4) Pengeringan Spesimen
Setelah dilabel (etiket gantung) koleksi dimasukkan ke dalam lipatan
kertas koran dimasukkan ke kantong plastik disiram dengan alkohol 70 % hingga
basah dikeringkan. Pengeringan dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
panas matahari, menggunakan kayu bakar, arang dan dengan listrik.
5) Proses Pengeringan
Menurut Hidayat (2005: 5) menyatakan bahwa proses pengeringan
specimen sebagai berikut:
a) 5-10 spesimen diapit dengan penekan atau sasak ukuran 45 x 35 cm.
Untuk specimen yang banyak, bisa digunakan karton atau aluminium
berombak/beralur untuk mengapit specimen sehingga tidak perlu
mengganti-ganti kertas Koran, diletakkan vertikal.
b) Buah-buah besar dipisah, dimasukkan ke dalam kantong, beri label dan
keringkan terpisah.
c) Tumbuhan yang sangat lunak dimasukkan ke dalam air mendidih beberapa
menit untuk membunuh jaringan dan mempercepat pengeringan.
d) Dibalik-balik secara teratur, kertas diganti beberapa kali terutama hari
pertama, kalau specimen sudah kaku lebih ditekan lagi.
16
e) 1,5-2 hari specimen akan kering.
6) Pembuatan Herbarium
Menurut Sutisna (1998) menyatakan bahwa pembuatan herbarium
meliputi tiga tahap yaitu:
a) Mounting
Spesimen yang sudah kering dijahit atau dilem di atas kertas karton.
Gunakan kertas yang kuat atau tidak cepat rusak dan kaku, ukuran 29 x 43
cm. Untuk tumbuhan Palmae atau tumbuhan lain yang organnya besar, 1
spesimen dimounting pada beberapa lembar kertas.
b) Labeling
Label yang berisi keterangan-keterangan tentang tumbuhan tersebut
diletakkan di sudut kiri bawah atau sudut kanan bawah. Spesimen
dipisahkan sesuai dengan kelompoknya kemudian diidentifikasi.
Dianjurkan membuat lembar label kosong untuk kemungkinan perubahan
nama.
c) Pengasapan dan peracunan (Fumigasi)
Sebelum memasukkan spesimen ke herbarium terlebih dahulu harus diasap
dengan carbon bisulfida dalam ruangan tertentu. Metode lain dapat
dilakukan dengan menambahkan kristal paradiklorobenzen. Umumnya
herbarium-herbarium melakukan fumigasi dengan interval 1, 2, 3 tahun.
Umumnya spesimen disusun ke dalam kotak atau lemari khusus
berdasarkan alphabet.
3. Model Pembelajaran E-learning
a. Pengertian E-learning
Banyak para ahli mendefinisikan e-learning sesuai sudut pandangnya. E-
learning kepanjangan dari elektronik learning ada yang menafsirkan elearning
sebagai bentuk pembelajaran yang memanfaatkan teknologi elektronik (radio,
televisi, film, komputer, internet, dan lain-lain).
C.Koran (2002), mendefinisikan e-learning sebagai sembarang pengajaran
dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau
17
internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan. Ada
pula yang menafsirkan e-learning sebagai bentuk pendidikan jarak jauh (distance
learning) yang dilakukan melalui model internet. Sedangkan Dong (dalam
Kamarga, 2002) mendefinisikan e-learning sebagai kegiatan belajar asynchronous
melalui perangkat elektronik komputer yang memperoleh bahan belajar yang
sesuai dengan kebutuhannya.
Wahono mendefinisikan e-learning sebagai sistem atau konsep pendidikan
yang memanfaatkan teknologi informasi dalam proses belajar mengajar
(ilmukomputer.com). E-learning merupakan bentuk pembelajaran konvensional
yang dituangkan dalam format digital melalui teknologi internet
(Murnomo,2006:124). Sehingga dapat disimpulkan bahwa e-learning merupakan
pembelajaran konvensional yang berbentuk pembelajaran jarak jauh dengan
memanfaatkan teknologi komputer (informasi) baik secara formal maupun
informal.
Pengembangan model e-learning perlu dirancang secara cermat
sesuai tujuan yang diinginkan. Jika kita setuju bahwa e-learning di
dalamnya juga termasuk pembelajaran berbasis internet, maka pendapat Haughey
perlu dipertimbangkan dalam pengembangan e-learning. Pengembangan e-
learning tidak semata-mata hanya menyajikan materi pelajaran secara on-
line saja, namun harus komunikatif dan menarik. Materi pelajaran didesain
selah peserta didik belajar di hadapan pengajar melalui layar komputer yang
dihubungkan melalui jaringan internet. Untuk dapat menghasilkan e-learning
yang menarik dan diminati, Onno W. Purba (2002) mensyaratkan tiga hal
yang harus dipenuhi dalam merancang e-learning, yaitu sederhana, personal
dan cepat. Sistem yang sederhana akan memudahkan peserta didik dalam
memanfaatkan teknologi dan menu yang ada, dengan kemudahan pada panel
yang disediakan akan mengurangi pengenalan sistem e-learning itu sendiri,
sehingga waktu belajar peserta dapat diefisiensikan untuk proses belajar itu
sendiri dan bahkan para pengajar menggunakan sistem e-learning nya.
18
b. Komponen -komponen Pembelajaran E-learning
Dalam pembelajaran terdapat komponen-komponen yang penting untuk
menunjang dalam pembelajaran, begitu juga dengan e-learning tidak bisa lepas
dari komponen-komponen pembelajaran sebagai berikut:
a) Tujuan Pembelajaran.
Suatu rumusan yang menunjukkan dan menjelaskan hal yang ingin di capai.
Tujuan tersebut menunjukkan dan menjelaskan perubahan apa yang harus terjadi
dan yang dialami oleh siswa, seperti perubahan pola pikir, perasaan dan tingkah
laku siswa. Jadi tujuan pelatihan merupakan orientasi penyelenggaraan
pembelajaran yang ditujukan untuk mengembangkan pengetahuan, sikap dan
ketrampilan siswa.
b) Bahan Belajar
Merupakan subtansi yang akan disampaikan dalam proses pembelajaran oleh
karena itu bahan merupakan salah satu guru bagi siswa yang disebut juga sebagai
guru yaitu sesuatu yang membawa pesan untuk tujuan pembelajaran. Ini berupa
bahan ajar yang di upload ke web-site. Bahan atau materi belajar dapat berupa
paket atau modul belajar yang disusun berdasarkan sistematika bahan belajar
tertentu, kurikulum tertentu serta inisiasi untuk melaksanakan belajar secara on-
line.
c) Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran merupakan interaksi yang terjadi dalam proses
pelatihan, Interaksi tersebut dapat terjadi antara guru dengan siswa, interaksi
dalam kegiatan belajar dan ineraksi lain dalam proses atau situasi pembelajaran.
Interaksi disini adalah melalui chating, email dan tutorial face to face
d) Metode Pembelajaran
Merupakan metode yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran untuk
menujang pencapaian tujuan pembelajaran pelatihan. Metode pembelajaran dalam
pelatihan merupakan suatu cara dalam mereaksi terhadap stimulus dengan
memperhatikan isyarat guna menunjang tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan oleh guru dalam upaya membelajarkan siswa. Jadi metode belajar
19
yang digunakan dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan materi pembelajaran
pelatihan
e) Model atau Sarana Pembelajaran
Model atau sarana pembelajaran merupakan komponen masukan yang dapat
membantu pelaksanaan proses pembelajaran pelatihan. Model atau sarana
pembelajaran dapat berupa sumber, alat, bahan yang diperlukan untuk kegiatan
belajar.
f) Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi merupakan bagian terpenting dalam proses pembelajaran karena
dengan evaluasi dapat ditentukan tingkatan keberhasislan suatu program,
sekaligus juga dapat diukur hasil-hasil yang dicapai oleh suatu program. Evaluasi
dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai jarak antara situasi yang ada
dan situasi yang diharapkan untuk mendapatkan informasi mengenai jarak yang
memgambarkan informasi yang diharapkan. Jadi evaluasi merupakan tindakan
atau proses untuk menentukan nilai sesuatu, atau dapat diartikan sebagai tindakan
atau proses untuk menentukan nilai segala sesuatu yang ada hubungannya dengan
pendidikan. Evaluasi pendidikan merupakan satu proses penaksiran terhadap
kemajuan pertumbuhan dan perkembangan anak menuju ke tujuan kurikulum.
Langkah-langkah evaluasi meliputi ; (a) formulasi tujuan-tujuan pokok daripada
kurikulum; (b) definisi dan klasifikasi tujuan-tujuan pokok; (c) seleksi mengenai
tes-tes dan ukuran-ukuran yang tersedia untuk tiap tujuan pokok; (d) konstruksi
skala-skala tes atau teknik-teknik yang dibutuhkan; (e) aplikasi daripada macam-
macam tes dan teknik yang formal dan informal untuk ukuran pertumbuhan dan
perkembangan individu. Teknik-teknik evaluasi dapat dilakukan melalui : tes
objektif, dan teknik observasi, ujian lesan dan bentuk essay, kuesioner,
wawancara, rating scahe, laporan pribadi, teknik proyektif, metode sosiometri,
studi kasus, dan komulatif. (Raharjo, 2005:11-13)
c. Karakteristik E-learning
E-learning mempunyai karakteristik sebagai berikut:
20
a) Memanfaatkan jasa teknologi elektronik; di mana guru dan siswa, siswa
dan sesama siswa atau guru dan sesame guru dapat berkomunikasi dengan
relatif mudah dengan tanpa dibatasi oleh hal- hal yang protokoler.
b) Memanfaatkan keunggulan komputer (digital model dan computer
networks).
c) Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials)
disimpan di komputer sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa kapan
saja dan di mana saja bila yang bersangkutan memerlukannya.
d) Memanfaatkan jadwal pembelajaran kurikulum, hasil kemajuan belajar
dan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat
setiap saat di komputer.
4. MOODLE
a. Pengertian MOODLE
Moodle adalah sebuah paket perangkat lunak yang berguna untuk membuat
dan mengadakan kursus/pelatihan/pendidikan berbasis internet (Prakoso, 2005:
13). Moodle diberikan secara gratis sebagai perangkat lunak open source (di
bawah lisensi GNU Public License). Moodle dapat langsung bekerja tanpa
modifikasi pada Unix, Linux, Windows, Mac OS X, Netware dan sistem lain yang
mendukung PHP. Data diletakkan pada sebuah database. Data terbaik bagi
Moodle adalah MySQL dan PostgreSQL dan tak menutup kemungkinan untuk
digunakan pada Oracle, Acces, Interbase, ODBC, dan sebagainya. Moodle
didesain untuk mendukung kerangka konstruksi sosial (social construct) dalam
pendidikan. Moodle termasuk dalam model CAL+CALT (Computer Assisted
Learning + Computer Assisted Teaching) yang disebut LMS (Learning
Management System). Moodle merupakan akronim dari Modular Object Oriented
Dynamic Learning Environment. Moodle adalah sebuah jalan menuju pendidikan
tanpa batas. Sebuah pionir yang akan membangun kreativitas dan pemikiran. Hal
ini dapat diterapkan ketika moodle dibuat, dan ketika pengajar dan pendidik
melakukan aktivitas pengajaran dalam pembelajaran online.
21
b. Desain MOODLE
Desain moodle memberikan kemudahan bagi penggunanya dalam mengelola
situs, pengguna yang terdaftar dalam situs, serta pelatihan yang dikelola oleh
moodle. Moodle memberikan semua hal yang dibutuhkan untuk mengadakan
pelatihan online melalui modul yang ada. Jadi, seperti inilah desain moodle:
a. Mendukung pendagogi kontruksi sosial (kolaborasi, aktivitas, kritik
refleksi, dan sebagainya).
b. Sangat sesuai untuk kelas online dan dapat pula digunakan sebagai
tambahan kelas tatap muka.
c. Simple, ringan, efisien, dan antar muka browser sederhana.
d. Mudah diinstal pada berbagai macam platform yang mendukung PHP.
e. Abstraksi database moodle mendukung hampir semua merek database
(kecuali definisi tabel).
f. Daftar kursus/pelatihan yang diselenggarakan dilengkapi deskripsi dari
setiap pelatihan yang ada. Selain itu, moodle juga memberikan akses bagi
tamu (guest).
g. Kategori kursus/pelatihan. Satu situs moodle mampu mendukung ribuan
kursus/pelatihan.
h. Penekanan yang tinggi pada sisi keamanan, pemeriksaan ulang terhadap
formulir, validasi data, enskripsi cookie, dan sebagainya.
i. Sebagian besar area entry, seperti resource (sumber/bahan pelatihan),
forum, jurnal, dan sebagainya; dapat diedit menggunakan editor HTML
WYSIWYG (What You See Is What You Get) yang terintegrasi dalam
moodle (Prakoso, 2005: 48).
c. Tipe Modul pada MOODLE
Sebagai penunjang pembelajaran mandiri, moodle memiliki tipe-tipe
modul yaitu:
(1) Modul Penugasan (Assigment)
a. Modul ini dapat dikelompokkan berdasarkan tanggal pengumpulan dan
urutan penilaian tugas.
22
b. Para peserta didik dapat meng-upload penugasan yang telah dikerjakan
(dalam berbagai format) ke dalam server. Tanggal pengumpulan tugas
oleh peserta didik akan tercatat secara otomatis. Pengumpulan tugas
walaupun terlambat dari tenggat waktu masih dapat dilakukan. Namun,
pengajar dapat menjadikan jumlah hari/jam keterlambatan pengumpulan
tugas sebagai bahan pertimbangan.
c. Untuk setiap penugasan yang diberikan, seluruh kelas dapat memberikan
penilaian (tanggapan dan komentar) dalam satu halaman dan satu format.
d. Umpan balik dari pengajar ditambahkan ke dalam halaman penugasan
setiap peserta didik disertai pemberitahuan melalui e-mail.
e. Pengajar dapat memberikan penugasan baru yang terkait dengan
penugasan sebelumnya. Hal ini bisa dilakukan setelah diadakan penilaian
terhadap tugas sebelumnya. Tujuannya adalah mengadakan
f. penilaian ulang terkait penugasan sebelumnya.
(2) Modul Chat
a. Modul ini memungkinkan interaksi sinkron (dalam waktu yang
bersamaan) berbentuk teks.
b. Modul ini menyertakan foto/gambar dan profil dalam jendela chat.
c. Modul chat mendukung URL, smiles, HTML, image, dan sebagainya.
d. Semua sesi dapat direkam dalam log agar dapat dilihat di lain waktu.
Fasilitas ini juga diberikan bagi peserta didik.
(3) Modul Forum
a. Modul forum menyediakan berbagai macam tipe forum, di antaranya
forum khusus pengajar, berita khusus, forum terbuka, dalam sebuah urutan
sesuai kiriman pengguna.
b. Semua kiriman menyertakan foto pengirim.
c. Diskusi dapat dikelompokkan sesuai tema, flat atau urutan, terlama dan
terbaru.
d. Forum individu dapat didaftarkan ke setiap orang. Kopiannya dapat
dikirim melalui e-mail. Para pengajar dapat memaksa setiap orang untuk
terlibat dalam forum yang ada.
23
e. Guru dapat memilih untuk tidak menerima balasan (reply), misalnya untuk
forum berupa pengumuman. Kumpulan diskusi dapat dipindahkan di
antara forum. Fitur ini hanya berlaku bagi pengajar. Lampiran gambar
(attached images) dapat ditampilkan dalam baris.
(4) Modul Pilihan (Choice)
a. seperti sebuah polling, modul ini digunakan untuk voting (mengambil
pendapat atas suatu masalah) atau untuk mendapatkan umpan balik dari
para peserta didik.
b. Pengajar dapat melihat hasil polling yang ada dalam sebuah table yang
memperlihatkan pilihan seseorang.
c. Para peserta didik secara opsional dapat diberi izin untuk melihat grafik
hasil polling secara up to date.
(4) Modul Kuis (Quiz)
a. Pengajar dapat membuat database pertanyaan agar dapat digunakan pada
kuis yang berbeda.
b. Pertanyaan dapat dikelompokkan dalam kategori untuk memudahkan
akses. Kategori ini bias dipublikasikan agar dapat diakses melalui berbagai
macam pelatihan dalam situs.
b. Kuis secara otomatis akan dinilai. Selain itu, kuis dapat diatur ulang jika
pertanyaan yang ada dimodifikasi.
c. Kuis dapat diatur ulang dalam jangka waktu tertentu. Jika melewati jangka
waktu tersebut maka kuis tidak akan tersedia.
d. Dalam opsi pengajar, kuis dapat dicoba beberapa kali. Selain itu, kuis
dapat menampilkan umpan balik/jawaban yang tepat.
e. Pertanyaan kuis dan jawabannya dapat diacak. Fitur ini bermanfaat untuk
mengurangi kecurangan .
f. Pertanyaan dapat menggunakan kode HTML dan image (gambar).
g. Pertanyaan dapat diambil file eksternal (teks).
h. Kuis dapat dicoba beberapa kali jika diinginkan.
i. Percobaan dapat dilakukan secara komulatif (jika diinginkan), dan akan
berhenti setelah beberapa opsi.
24
j. Pertanyaan pilihan ganda mendukung jawaban tunggal dan berganda.
k. Modul kuis mendukung untuk pertanyaan benar-salah.
l. Modul kuis juga mendukung bentuk pertanyaan pencocokan.
m. Modul kuis mendukung untuk pertanyaan acak.
n. Modul kuis mendukung pertanyaan bernomor (dengan cakupan tertentu).
o. Kuis dapat diatur dalam format berbentuk pertanyaan yang disertai
jawaban atau pertanyaan dengan jawaban berbentuk teks.
p. Modul kuis mendukung deskripsi teks yang disertai dengan grafik.
(5) Modul Jurnal (Journal)
a. Privasi jurnal dapat diatur agar hanya diakses pengajar dan peserta didik.
b. Setiap masukan jurnal dapat dimulai dengan pertanyaan terbuka.
c. Untuk jurnal tertentu, seluruh kelas dapat memberikan penilaian dalam
formulir yang terlampir pada halaman tersebut.
d. Umpan balik pengajar dijadikan satu dengan halaman masukan
e. jurnal, disertai pemberitahuan melalui e-mail.
(6) Modul Resource (Bahan pelatihan)
a. Modul resource mendukung berbagai macam format (word, power point,
flash, video, audio, dan sebagainya).
b. File dapat di-upload dan dikelola didalam server, atau dibuat secara on the
fly menggunakan format web (teks atau HTML).
c. Bahan pelatihan eksternal di web dapat di-link atau disertakan dalam antar
muka kursus/pelatihan. Aplikasi web eksternal dapat di-link dengan
disertai data tambahan yang diperlukan.
(7) Modul Survei
a. Alat survei (COLLES, ATLS) disertakan dalam moodle sebagai alat untuk
menganalisis kelas online.
b. Laporan survei online selalu tersedia disertai dengan grafik.
c. Data ini dapat di-download dalam bentuk spreadsheet Excel atau file text
CSV.
25
d. Antar muka survei menghindari kekuranglengkapan jawaban survey
sehingga apabila ada pertanyaan yang belum dijawab, survei tidak akan
dimasukkan.
e. Umpan balik dapat diperoleh dari peserta didik sebagai perbandingan
dengan rata-rata kelas.
(8) Modul Workshop
a. Modul ini memungkinkan adanya penilaian mendalam terhadap dokumen.
Pengajar dapat mengelola serta mengelompokkan penilaian yang ada
tingkatan.
b. Modul ini juga mendukung adanya penilaian dengan rentang yang luas.
c. Pengajar dapat menyediakan dokumen contoh agar peserta didik dapat
berlatih memberikan penilaian.
d. Modul ini sangat fleksibel dengan disertai berbagai macam pilihan.
5. Hasil Belajar Biologi
a. Pengertian Hasil Belajar
Belajar adalah upaya yang dilakukan untuk mengubah tingkah laku.
Perubahan perilaku tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan
tetapi juga bentuk kecakapan, ketrampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat,
watak, dan penyesuaian diri. Perubahan perilaku menurut Suhaenah Suparno (2000:2)
merupakan hasil perubahan–perubahan yang berdampak memperbaiki kualitas
perilakunya. Perubahan perilaku sebagai hasil proses belajar merupakan perwujudan
dari hasil belajar siswa, yang merupakan tolak ukur keberhasilan suartu proses
pembelajaran. Definisi hasil belajar menurut Nana Sudjana (2002: 22) adalah
“Kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya”. Sardiman A.M (2001: 19) mengemukakan bahwa, “Proses belajar
mengajar akan diperoleh hasil, yang pada umumnya disebut hasil pengajaran atau
hasil belajar”. Belajar mempunyai tujuan pembelajaran yang berupa perubahan untuk
memperbaiki suatu perilaku. Perubahan perilaku tersebut diwujudkan dalam hasil
belajar siswa yang diperoleh setelah mengalami proses pembelajaran.
26
b. Ranah Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan tujuan belajar siswa yang dapat diketahui besarnya
dari hasil pengukuran. Alat untuk mengukur hasil belajar disebut tes hasil belajar
(achievement test). Pengalaman belajar siswa dalam pembelajaran dapat dilihat
dalam pemahaman siswa terhadap materi yang mancakup tiga ranah yaitu ranah
kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Ella Yulaelawati (2004: 59-61)
mengemukakan bahwa ranah hasil belajar siswa dibagi menjadi tiga yaitu: a)
Ranah kognitif berkenaan dengan pengetahuan sederhana terhadap fakta fakta
sebagai tingkatan yang paling rendah ke penilaian yang lebih kompleks sebagai
tingkatan yang paling tinggi. Tingkatan tersebut terdiri dari enam aspek yaitu
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan penilaian; b) Ranah
afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari 5 aspek yaitu penerimaan,
penanggapan, perhitungan, pengelolaan, dan bermuatan nilai; c) Ranah
psikomotor berkenaan dengan ketrampilan bertindak yang terdiri dari lima aspek
yaitu gerakan refleks, gerakan dasar, gerakan tanggap, kegiatan fisik, dan
komunikasi tidak berwacana.
c. Ranah Kognitif
Bloom menggolongkan enam tingkatan pada ranah kognitif dari pengetahuan
sederhana atau penyadaran terhadap fakta-fakta sebagai tingkatan yang paling rendah
ke penilaian (evaluasi) yang lebih kompleks dan abstrak sebagai tingkatan yang
paling tinggi. Menurut Ella Yulaelawati (2004:59-61) keenam tingkatan tersebut
adalah C1 (pengetahuan) merupakan kemampuan mengingat hal-hal yang telah
dipelajari sebelumnya; C2 (pemahaman) merupakan kemampuan memahami materi;
C3 (penerapan) merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari dan dipahami ke dalam situasi yang nyata; C4 (analisis) merupakan
kemampuan untuk menguraikan materi ke dalam komponen-komponen yang lebih
terstruktur dan mudah dipahami; C5 (sintesis) merupakan kemampuan untuk
mengumpulkan bagian-bagian menjadi suatu bagian yang utuh dan menyeluruh; C6
(penilaian) merupakan kemampuan untuk memperkirakan dan menguji nilai suatu
materi untuk tujuan tertentu.
27
6. Pembelajaran Biologi dengan MOODLE
Moodle yang merupakan akronim Modular Object Oriented Dynamic
Environment adalah sistem manajemen yang merupakan software yang open
source, salah satu yang membedakan moodle dengan paket e-learning yang lain
adalah kemampuan moodle untuk menangani pedagogi yang menyangkut aspek
social belajar.
Moodle adalah salah satu perangkat lunak yang mendukung dalam sumber
pembelajaran. Melalui moodle bisa diperoleh tanpa mepedulikan status, usia,
tempat atau jarak (Andi 2005). E-learning dapat didefinisikan sebagai upaya
menghubungkan pembelajar (murid) dengan sumber belajarnya (database,
pakar/guru, perpustakaan) yang secara fisik terpisah atau bahkan berjauhan.
Interaktifitas dalam hubungan tersebut dapat dilakukan secara langsung maupun
tidak langsung (Simamora 2002). E-learning atau electronic learning kini
semakin dikenal sebagai salah satu cara untuk mengatasi masalah pendidikan,
baik di negara-negara maju maupun di negara yang sedang berkembang. Banyak
orang menggunakan istilah yang berbeda-beda dengan elearning adalah
pembelajaran yang menggunakan jasa elektronika sebagai alat bantunya
(Soekartawi 2003). Internet pada dasarnya adalah kumpulan informasi yang
tersedia di komputer yang bisa diakses karena adanya jaringan yang tersedia di
computer tersebut. Oleh karena itu bisa dimengerti kalau e-learning bisa
dilaksanakan karena jasa internet (Soekartawi 2003). Internet akan menjadi
suplemen dan komplemen dalam menjadikan wakil guru yang mewakili sumber
belajar yang penting di dunia (Anwas 2003).
Media pembelajaran berbasis moodle dapat diterapkan dalam kegiatan
belajar mengajar dengan bantuan dari guru. Menurut Woodall (2005:2)
menyebutkan terdapat 8 langkah kunci dalam menerapan moodle dengan bantuan
guru tersebut. Dengan langkah langkah sebagai berikut : (1) Prepare Me :
menyiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pembelajaran terutama
kompetensi dan pemahaman ; (2) Tell Me : Guru menjelaskan secara mendetail
terkait dengan moodle terutama manfaat dan kelebihannya; (3) Show Me : Guru
memberikan contoh penerapan moodle baik prosedur, konsep maupun cara kerja
28
moodle dalam pembelajaran; (4) Let Me : siswa menerapkan moodle dalam
belajarnya sesuai dengan petunjuk dari guru; (5) Check Me : Guru memberikan
penilaian terhadap kinerja siswa dalam menerapkan moodle dan mencatat umpan
balik dari siswa; (6) Support Me : Guru memberikan bantuan kepada serta
mengembangkan moodle; (7) Coach Me : Guru melakukan pelatihan dan
pemantuan dalam penerapan moodle yang efektif dan efisien. Dalam langkah ini
guru juga bisa duduk bersama dengan siswa untuk membicarakan rencana
pengembangan selanjutnya; (8) Connect Me : siswa berkolaborasi dengan teman
temannya untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan memanfaatkan
teknologi informasi dalam pembelajaran.
B. KERANGKA BERPIKIR
Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang mampu melibatkan
keaktifan siswa dalam pembelajaran. Keaktifan siswa berupa kegiatan
memperhatikan, diskusi, mendengarkan, menyalin/mencatat, membuat
konstruksi/ringkasan, minat. Interaksi dua arah ini penting dalam pembelajaran,
karena siswa akan dapat saling bertukar pikiran dalam pembelajaran sehingga
lebih mandiri dalam menemukan konsep pembelajaran.
Permasalahan dalam pembelajaran biologi SMA N 1 Kebak Kramat
adalah masih kurangnya kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran. Pada
pembelajaran pokok bahasan keanekaragaman hayati yang diajarkan di SMA
kelas X sukar dipahami siswa, hal ini disebabkan materi ini bersifat abstrak dan
banyak mengandung bahasa latin yang harus dihafalkan dan dipahami oleh siswa,
sehingga memerlukan penjelasan yang lebih untuk memahami konsep. Selain itu,
kurangnya media yang interaktif dan inovatif kurang diberikan kepada siswa.
Akibatnya siswa belum tahu persis tujuan dan target yang akan dicapai dalam
pembelajaran ini. Siswa kurang siap dalam proses pembelajaran yang akan
berlangsung. Penggunaan model pembelajaran konvensional saja belum cukup
untuk merangsang kemampuan dan kemampuan kognitif siswa. Sehingga
membutuhkan media serta model pembelajaran yang lebih agar kesempatan siswa
untuk mandiri dan aktif dalam proses pembelajaran.
29
Media pembelajaran berbasis moodle menuntut siswa untuk dapat
mandiri dalam kegiatan pembelajaran. Moodle ini diterapkan melalui
pembelajaran tatap muka (face to face) dan e-learning. Bentuk metode tatap muka
(face to face) berupa diskusi ( focus group discussion) dan studi pustaka di
perpustakkaan sedang e-learning menggunakan perangkat komputer multimedia,
penggunaan jaringan internet, learning management system dengan menggunakan
moodle serta mobile learning, sehingga siswa mampu memperluas sumber sumber
belajar dengan menggunakan sarana teknologi informasi.
Terkait dengan permasalahan kurang kemampuan kognitif siswa dalam
pembelajaran dan peluang yang dimiliki sekolah maupun siswa, maka penerapan
media pembelajara berbasis moodle dalam pembelajaran diharapkan mampu
meningkatkan kemampuan kognitif siswa sehingga semua siswa dapat aktif baik
fisik maupun mental dalam kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan karena
kemampuan kognitif belajar siswa dalam mencari sumber belajar akan terlatih
dengan begitu hasil belajar siswa berupa prestasi belajar mampu meningkat
Adapun alur kerangka berpikir yang digunakan dalam melaksanakan
kegiatan penelitian ini, secara sederhana digambarkan pada skema berikut:
Kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran Biologi meningkat.
Output
ProsesTerjadi pembelajaran yang
merangsang siswa untuk aktif dan madiri mencari sumber belajar dengan variasi media
pembelajaran yang diterapkan
GuruMerangsang guru untuk mampu meguasai penerapan ICT pada dunia pendidikan.Memberikan kemudahan bagi guru dalam hal mengontrol serta mengevaluasi siswa.
SiswaSiswa dapat lebih banyak materi dan informasi.Siswa dapat belajar dimanapun kapanpun dan dengan siapapun.
Penerapan hasil penelitian sebagai bahan ajar berbasis
moodle
Kurangnya kemampuan kognitif siswa pada proses
pembelajaran
Pemanfaatan sarana dan prasarana sekolah dalam
bidang ICT yang belum optimal
Proses pembelajaran yang masih didominasi
metode ceramahInput
Manfaat
30
Gambar 1: Skema Kerangka Berpikir Penelitian
31
C. HIPOTESIS
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, maka hipotesis penelitian
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Jenis-jenis Loranthaceae yang menempel pada famili anacardiaceae di
daerah Surakarta mempunyai perbedaan ciri morfologi.
2. Ada perbedaan kemampuan kognitif siswa dengan implementasi hasil
penelitian keanekaragaman Loranthaceae pada famili Anacaediaceae
sebagai sumber bahan ajar berbasis moodle dan tanpa implementasi
hasil penelitian keanekaragaman Loranthaceae pada famili
Anacaediaceae sebagai sumber bahan ajar berbasis moodle.
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
I. Penelitian Keanekaragaman Loranthaceae
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian pengumpulan spesimen tumbuhan benalu yang tumbuh pada
seluruh jenis tanaman family Anacardiacea dilakukan diseluruh area di Surakarta.
Pengambilan sampel benalu dilakukan di daerah Surakarta secara random
purposive. Pengambilan sampel meliputi 4 kecamatan, yaitu kecamatan Jebres
(kampus Universitas Sebelas Maret), kecamatan Banjarsari (Manahan), kecamatan
Laweyan (Pajang), dan kecamatan Pasar Kliwon (Keraton Kasunanan Surakarta).
Identifikasi dilakukan di Laboratorium Pendidikan Biologi Fakultas FKIP
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2.
3.
Gambar 1: Peta Surakarta
2.Waktu Penelitian
Pengumpulan spesimen tumbuhan benalu yang tumbuh pada seluruh jenis
tanaman family Anacardiacea dilaksanakan mulai bulan Januari 2010 sampai
Maret 2011. Waktu pelaksanaan kegiatan penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.
33
Tabel 1. Waktu Pelaksanaan Penelitian Keanekaragaman LoranthaceaeNo Kegiatan Jan-10 Feb-11 Maret-11
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan penelitian :
a. Analisis kurikulum SMA kelas X
b. Pengajuan judul penelitian
c. Pembuatan Rancangan penelitian
d. Pengajuan izin penelitian
No Kegiatan Jan-10 Feb-11 Maret-11
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2 Pelaksanaan
a. Persiapan alat dan bahan
b. Penelitian pengumpulan spesimen
c. Analisa data
3 Penyusunan modul hasil penelitian
B. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan observasi dan
eksperimen. Hasil penelitian ini akan ditulis dalam dentuk media pembelajaran
berbasis moodle yang akan digunakan dalam penelitian di kelas X-9 SMA Negeri
1 Kebak Kramat.
C. Data dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian keanekaragaman jenis
Loranthaceae pada famili Rutaceae adalah sebagai berikut:
1) Karakterisasi morfologi akar
2) Karakterisasi morfologi daun
3) Karakterisasi morfologi batang
4) Karakterisasi morfologi bunga
5) Karakterisasi morfologi buah
D. Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian Keanekaragaman Loranthaceae pada Famili Anacardiaceae
teknik pengumpulan datanya yaitu :
34
1) Dokumentasi
Dokumentasi berupa foto berupa karakteristik morfolofi akar, batang, daun,
bunga dan buah pada famili Loranthaceae.
2) Herbarium
Herbarium berupa herbarium basah dan herbarium kering untuk mengkoleksi
tanaman benalu tersebut.
E. Prosedur Penelitian
Penelitian dilakukan dengan metode jelajah (Balgooy, 1987; Rugayah et
al., 2004) yaitu dengan cara menjelajahi seluruh area di Surakarta, serta
mengumpulkan spesimen tumbuhan benalu yang tumbuh pada seluruh jenis
tanaman family Anacardiacea. Setiap jenis tanaman family Anacardiacea beserta
benalu yang memparasitinya dikoleksi dan dibuat spesimen herbariumnya.
Khusus untuk spesimen tumbuhan benalu identifikasinya juga dibantu dengan
menggunakan acuan pustaka yang ada.
1. Identifikasi Tanaman
Penelitian dilakukan dengan mencari spesies-spesies Loranthaceae yang
berinang pada famili Anacardiacea serta mengumpulkan spesimen-spesimen
benalu yang tumbuh pada famili Anacardiacea. Kemudian spesimen-spesimen
tersebut di identifikasi dengan deskriptor yang telah dibuat yang di dukung
dengan acuan pustaka yang ada. Identifikasi dapat dilakukan pada saat spesimen
masih segar tetapi dapat juga dilakukan setelah dibuat herbarium bila keadaan
tidak memungkinkan tetapi pada saat di lapangan dicatat sifat-sifat dari spesimen
yang sekiranya dapat berubah setelah menjadi herbarium.
2. Herbarium
Untuk keperluan tersebut peneliti dianjurkan agar membuat herbarium
dari pohon atau tumbuhan lain yang sedang diteliti.
a. Bahan dan Perlengkapan
35
1. Alat untuk mengambil material herbarium: a.l. parang, kapak, pisau,
gunting stek, galah berpisau, dan kadang-kadang ketapel. Untuk terna
perlu sekop, dan untuk rotan diperlukan sarung tangan anti duri.
2. Alat pembungkus material herbarium: kertas koran, karung plastik besar,
kantong plastik (40 x 60 cm, dan ukuran lebih kecil), tali plastik dan
hekter. Alat pengepres: sasak dari kayu atau bambu (30 x 50 cm)
3. Alat tulis: label gantung (3 x 5 cm, dari manila karton), balngko isian/tally
sheet, pensil, buku catatan dan alat tulis lain
4. Alkohol 70 % atau spiritus (1 liter untuk 30 – 50 spesimen)
5. Alat pelengkap: kamera dan perlengkapannya, altimeter, teropong, pita
ukur, dll
b. Pengumpulan Material
Material herbarium yang diambil harus memenuhi tujuan pembuatan
herbarium, yakni untuk identifikasi dan dokumentasi. Dalam pekerjaan
identifikasi tumbuhan diperlukan ranting, daun, kuncup, kadang-kadang bunga
dan buah, dalam satu kesatuan. Material herbarium yang lengkap mengandung
ranting, daun muda dan tua, kuncup, bunga muda dan tua yang mekar, serta buah
muda dan tua. Material herbarium dengan bunga dan buah jauh lebih berharga
dan biasa disebut herbarium fertil, sedangkan material herbarium tanpa bunga
dan buah disebut herbarium steril. Untuk keperluan dokumentasi ilmiah
dianjurkan agar dibuat material herbarium fertil dan untuk setiap nomor koleksi
agar dibuat beberapa spesimen sebagai duplikat (3 spesimen atau lebih per nomor
koleksi). Material herbarium dari pohon berdiameter besar maupun kecil agar
dipilih ranting yang berbunga dan berbuah. Apabila hal ini sulit dilakukan,
cukup diambil ranting dengan satu daun-daun dan kuncup utuh dalam satu
kesatuan. Selain material herbarium harus lengkap, perlu diperhatikan pula
bahwa pada saat pengambilan material herbarium harus dilakukan pula
pencatatan data tumbuhannya, terutama karakter/sifat yang akan hilang jika
diawetkan. Material herbarium tanpa catatan tumbuhannya dianggap sangat tidak
36
ada artinya. Pencatatan data tumbuhan dengan menggunakan buku catatan atau
blangko isian/tally sheet.
Bersamaan dengan pencatatan identitas tumbuhan tersebut, perlu dengan
segera dibuat pula label ganting yang diikat pada material herbarium. Satu label
untuk satu spesimen. Pada setiap label gantung ditulis kode (singkatan nama)
kolektor (pengumpul), nomor koleksi, nama lokal (daerah) tumbuhan yang
dikumpulkan, lokasi pengumpulan, dan tanggal. Dianjurkan agar untuk
penulisan pada label gantung tersebut menggunakan pensil, supaya tulisan tidak
larut bila kena siraman alkohol atau spiritus.
c. Pengolahan dan Pengawetan
1) Di Lokasi Pengumpulan
Ada dua cara yang memungkinkan dalam pembuatan herbarium di lokasi
pengumpulan, yaitu cara basah dan cara kering.
a) Cara basah
Setelah material herbarium diberi label gantung dan dirapikan, kemudian
dimasukkan ke dalam lipatan kertas koran. Satu lipatan kertas koran untuk satu
spesimen (contoh). Tidak dibenarkan menggabungkan beberapa spesimen di
dalam satu lipatan kertas. Selanjutnya, lipatas kertas koran berisi material
herbarium tersebut ditumpuk satu di atas lainnya. Tebal tumpukan disesuaikan
dengan daya muat kantong plastik (40 x 60 cm) yang akan digunakan. Tumpukan
tersebut dimasukkan ke dalam kantong plastik dan disiram alkohol 70 % atau
spiritus hingga seluruh bagian tumbukan tersiram secara merata, kemudian
kantong plastik ditutup rapat dengan isolatip atau hekter supaya alkohol atau
spiritus tidak menguap ke luar kantong.
b) Cara kering
Cara kering menggunakan 2 macam proses, yaitu: Pengeringan langsung,
yakni tumpukan material herbarium yang tidak terlalu tebal di pres di dalam
37
sasak, kemudian dikeringkan di atas tungku pengeringan dengan panas yang
diatur atau di dalam oven (suhu 80 C selama 48 jam). Pengeringan bertahap,
yakni material herbarium dicelup terlebih dahulu di dalam air mendidih sekitar 3
menit, kemudian dirapikan lalu dimasukkan ke dalam lipatan kertas koran.
Selanjutnya ditumpuk dan dipres, dijemur atau dikeringkan di atas tungku
pengeringan. Selama proses pengeringan material herbarium itu harus sering
diperiksa dan diupayakan agar pengeringannya merata.
Setelah kering, material herbarium dirapikan kembali dan kertas koran
bekas pengeringan tadi diganti dengan kertas yang baru. Kemudian material
herbarium dapat dikemas untuk diidentifikasi.
2) Di Tempat Koleksi Herbarium
a. Material basah harus segera dikeluarkan dari kantongnya, kemudian dirapikan
tumpukannya dan bila perlu kertasnya diganti dengan kertas baru. Selanjutnya,
tumpukan material herbarium dipres di dalam sasak, kemudian dimasukkan ke
dalam tungku pengeringan atau oven dengan suhu 80 C selama 48 jam.
b. Material yang sudah kering diidentifikasi nama botaninya. Biasanya secara
berturutturut material tersebut termasuk suku apa, marga dan jenis apa. Hasil
identifikasi ini ditulis pada label identifikasi yang telah disiapkan. Dalam hal ini
harus diperhatikan agar nomor koleksi yang ditulis pada label identifikasi sesuai
dengan nomor koleksi pada label gantung.
d. Material herbarium kering kemudian diplak atau ditempelkan pada kertas
gambar yang kaku dan telah disterilkan. Bersamaan dengan pengeplakkan
dilakukan pula 3pemasangan label identifikasi yang telah diisi. Dalam hal ini,
perlu diperhatikan agar tidak terjadi salah pasang antara label identifikasi dengan
nomor koleksi herbarium yang bersangkutan Material herbarium kering yang
sudah diplak dan memiliki label identifikasi selanjutnya bisa disimpan di ruangan
herbarium.
38
II. Aplikasi Hasil Penelitian Keanekaragaman Loranthaceae
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakasanakan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Kebak
Kramat kelas X semester genap tahun pelajaran 2010/2011.
2. Waktu Penelitian
Pada penelitian ini waktu penelitian dilakukan secara bertahap yang
secara garis besar dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap
penelitian dan tahap penyelesaian.
a. Tahap Persiapan
Tahap persiapan, meliputi: permohonan pembimbing, survey sekolah yang
bersangkutan, pengajuan judul skripsi, pembuatan proposal, pembuatan
instrumen penelitian, dan perijinan penelitian yang dilaksanakan pada bulan
Desember 2010 sampai Maret 2011
b. Tahap Penelitian
Tahap penelitian, meliputi : Semua kegiatan yang dilaksanakan di tempat
penelitian yang meliputi uji coba instrumen penelitian, dan pengambilan data.
Dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai Mei 2011
c. Tahap Penyelesaian
Tahap penyelesaian, meliputi : analisa data dan penyusunan laporan.
Dilaksanakan bulan Juni 2011 sampai Juli 2011
B. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
1 Populasi Penelitian
Suharsimi Arikunto (1996: 114) menyatakan bahwa populasi adalah
keseluruhan subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X
SMA Negeri 1 Kebak Kramat tahun pelajaran 2010/2011.
39
2 Sampel Penelitian
Peneliti tidak meneliti seluruh individu dalam populasi melainkan hanya
meneliti beberapa sampel, karena keterbatasan waktu, tenaga, dan dana.harapan
peneliti hasil yang didapat sudah dapat menggambarkan populasi yang
bersangkutan. Sampel penelitian adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti
(Menurut Arikunto, 1996: 116). Dalam penelitian ini sebagai sampel diambil x-6
sebagai kelas kontrol dan x-9 sebagai kelas eksperimen.
3 Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara cluster random sampling. Dari 9
kelas X dilakukan pemilihan secara acak dan diambil 2 kelas sebagai kelas
eksperimen dan sebagai kelas kontrol. Hasil pengambilan sampel diperoleh kelas
X-6 sebagai kelas kontrol dan kelas X-9 sebagai kelas eksperimen.
C. Teknik Pengumpulan Data
1. Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang menjadi sumber objek pengamatan dan
sebagai faktor yang berperan dalam peristiwa yang diteliti.
Dalam penelitian ini terdapat satu variabel bebas dan satu variabel
terikat, yaitu :
a. Variabel bebas
Variabel bebas merupakan variabel perlakuan yaitu variabel yang dipilih
untuk dicari pengaruhnya terhadap variabel terikat. Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah media pembelajaran.
b. Variabel terikat
Variabel terikat adalah variabel yang kehadirannya dipengaruhi oleh
variabel yang lain. Variabel dalam penelitian ini adalah Kemampuan kognitif siwa
2. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data
adalah sebagai berikut:
a. Teknik Tes
40
Amir Daien Indrakusuma (1975) dalam Arikunto (2006: 32) menyatakan
bahwa tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk
memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang
seseorang , dengan cara yang boleh dikatakan cepat dan tepat. Riduwan (2009:
76) menyatakan bahwa tes sebagai instrumen pengumpulan data adalah
serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur ketrampilan
pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau
kelompok. Teknik tes digunakan untuk mengambil data penguasaan konsep yang
dicerminkan dari hasil belajar siswa ranah kognitif. Tes berbentuk tes objektif
yaitu bentuk pilihan ganda.
b. Teknik Dokumentasi
Riduwan (2009: 77) menyatakan bahwa teknik dokumentasi ditujukan
untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang
relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, data
yang relevan dengan penelitian. Teknik dokumentasi dilakukan dengan
mengumpukan data, mengambil catatan-catatan dan menelaah dokumen yang ada
yang dimiliki kaitan dengan objek penelitian. Data yang dikumpulkan dengan
teknik ini adalah data nilai siswa (nilai ulangan harian yang meliputi nilai pada
ranah kognitif). Data yang dikumpulkan dengan teknik ini adalah data nilai siswa
(nilai ulangan harian yang meliputi nilai pada ranah kognitif) semester 1.
3. Analisis Instrumen
Instrumen penilaian kemampuan kognitif yang digunakan berupa tes
objektif. Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen tersebut
diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas soal. Kelayakan
instrumen yang digunakan dalam penelitian ini maka dilakukau uji kelayakan
yang diuji dengan statistik sebagai berikut:
a. Validitas
Validitas adalah kemampuan suatu alat ukur untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
validitas item/butir. Validitas butir soal dan butir angket dihitung dengan
41
menggunakan rumus koefisien Product moment dari Karl Pearson sebagai
berikut:
Rxy =
N∑ xy−(∑ x) (∑ y )
√{N∑ x2−¿(∑ x )2}{N∑ y2−(∑ y )2}¿
Keterangan :
Rxy : koefisien korelasi antara x dan y
n : cacah subyek yang dikenai tes (instrumen)
X : skor untuk butir ke-i
Y : skor total (dari subyek uji coba)b
Jika harga ruv < r tabel, maka korelasi tidak signifikan sehingga item
pertanyaan dikatakan tidak valid. Dan sebaliknya, jika ruv > r tabel maka
item petanyaan dinyatakan valid (Suharsimi Arikunto, 2002: 72).
Acuan penilaian validitas dari butir soal atau item menurut Riduwan
(2009:98) adalah:
0,8 – 1,00 : Sangat Tinggi (ST)
0,6 – 0,799 : Tinggi (T)
0,4 – 0,599 : Cukup (C)
0,2 – 0,399 : Rendah (R)
0,00 – 0,199 : Sangat Rendah (SR)
b. Reliabilitas
Reliabel artinya dapat dipercaya. Suatu tes dikatakan mempunyai taraf
reliabilitas yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap
apabila diteskan berulang-ulang. Untuk menghitung tingkat reliabilitas tes
hasil belajar, diguanakan rumus Kuder Richason (KR-20) sebagai berikut:
r11 = ( nn−1 )( S2−∑ pq
S2 )
(Riduwan, 2009: 108).
Sedangkan untuk menghitung tingkat reliabilitas item angket, dalam penelitian ini
digunakan rumus Alpha dari Cronbach, yaitu:
42
r11=( kk−1 )(1−∑ S t
S t)
Keterangan:
r11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan
k = Banyaknya item
S = Standar deviasi dari tes
p = Proporsi siswa yang menjawab item dengan benar
q = Proporsi siswa yang menjawab item dengan salah (1 – p)
∑pq = Jumlah hasil perkalian antara p dan q
∑St = Jumlah varians skor tiap-tiap item
St = Varians total
(Riduwan, 2009: 115).
c. Indeks Kesukaran
Taraf kesukaran suatu item dapat diketahui dari banyaknya siswa yang
menjawab benar. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan
juga tidak terlalu sukar atau bisa dikatakan bahwa soal yang baik adalah soal
dengan kategori sedang. Untuk mengukur tingkat kesukaran tiap butir soal
digunakan rumus :
P = BJ s
Keterangan :
P = tingkat kesukaran item soal
B = jumlah siswa yang menjawab benar
Js = jumlah seluruh siswa yang mengikuti tes
Kriteria tingkat kesukaran soal :
Soal dengan 0,00 ¿ p < 0,30 : sukar
Soal dengan 0,30 ¿ p < 0,70 : sedang
Soal dengan 0,70 ¿ p¿ 1,00 : mudah
(Suharsimi Arikunto, 2006 : 209-210)
43
d. Daya Pembeda Soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai dengan yang berkemampuan kurang. Suatu soal
yang mempunyai daya pembeda tinggi mengisyaratkan bahwa soal tersebut
dapat membedakan siswa yang pandai dengan yang kurang pandai. Rumus
yang digunakan untuk menentukan daya pembeda adalah:
D=BA
J A−
BB
J B=PA−PB
Keterangan :
J : Jumlah peserta tes
J A : banyaknya peserta kelompok atas
JB : banyaknya peserta kelompok bawah
Y : skor total (dari subyek uji coba)
BA: banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
BB: banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
BA
J A: proporsi peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
BB
J B: proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan
benar
Klasifikasi daya pembeda menurut Suharsimi Arikunto (2006: 218)
adalah sebagai berikut:
D : 0.00 – 0.20 : jelek (poor)
D: 0.20 – 0.40 : cukup (satisfactory)
D: 0.40 – 0.70 : baik (good)
D: 0.70 – 1.00 : baik sekali (excellent)
D: Negatif : semua butir soal yang mempunyai D negatif
dibuang
Butir soal yang dipakai adalah yang mempunyai nilai D baik dengan
indeks 0.40 – 0.70 dan baik sekali dengan indeks 0.70 – 1.00.
(Suharsimi Arikunto, 2002: 213-218)
44
D. Rancangan Penelitian
Berdasarkan masalah-masalah yang akan dipelajari, maka penelitian ini
menggunakan metode eksperimen semu (Quasi exsperimental research)
karena peneliti tidak dapat mengontrol semua variabel. Tujuan penelitian
eksperimen adalah untuk mencari hubungan sebab akibat dengan memberi
perlakuan-perlakuan tertentu pada dua kelompok eksperimen. Rancangan
penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2 Rancangan Penelitian Randomized Control Only Design
Group Treatment Post Test
Eksperimen Group (R) X T2
Control Group (R) - T2
Keterangan:
X : Perlakuan yang diberikan kepada kelompok eksperimen yaitu dengan
penggunaan media berbasis moodle
T2 : Tes akhir yang diberikan kepada kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol
(R) : Random assigment (pemilihan kelompok secara random)
Apabila disimpulkan dalam gambar akan tampak sebagai berikut:
X
X2 Y X2Y2
X1 Y X1Y
45
Gambar 1. Skema Paradigma Penelitian
Keterangan:
X : Pembelajaran
X1 : Implementasi moodle (kelompok eksperimen)
X2 : Tanpa perlakuan implementasi moodle (kelompok kontrol)
Y : Hasil belajar aspek kognitif
X1Y : Hasil belajar aspek kognitif siswa kelompok eksperimen
X2Y : Hasil belajar aspek kognitif siswa kelompok kontrol
E. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji t. Teknik
analisis data ini digunakan untuk menguji hipotesis yang telah dikemukakan di
depan.
Selain menggunakan uji t, digunakan pula analisis data lain yaitu uji F,
metode Lilliefors dan metode Barlett. Uji F digunakan untuk menguji
keseimbangan hasil belajar khususnya ranah kognitif antara kelompok eksperimen
dan kolompok kontrol sedangkan metode Lilliefors dan metode Barllett
digunakan untuk menguji prasyarat analisis yaitu normalitas dan homogenitas.
1. Uji Keseimbangan
Uji ini dilakukan pada saat kedua kelompok belum dikenai perlakuan
bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelompok tersebut seimbang. Secara
statistik, apakah terdapat perbedaan mean yang berarti dari dua sampel yang
independen.
Langkah-langkahnya sebagai berikut:
a. Hipotesis
H0 : µ1 = µ2 (kedua kelompok memiliki kemampuan awal sama)
H1 : µ1 ≠ µ2 (kedua kelompok memiliki kemampuan awal berbeda)
b. Taraf signifikan (α) = 0,05
c. Statistik uji yang digunakan :
46
t=( X1−X2 )
S p √ 1n1
+ 1n2
t ( n1+n2−2 )
Keterangan :
t : t hitung,
: mean dari sampel kelompok eksperimen
: mean dari sampel kelompok kontrol
n1 : ukuran sampel kelompok eksperimen
n2 : ukuran sampel kelompok kontrol
Sp : variansi :
d. Daerah kritik
DK =
e. Keputusan uji
H0 ditolak jika t ϵ DK
f. Kesimpulan
1) Kedua kelompok memiliki kemampuan awal sama jika H0 diterima.
2) Kedua kelompok memiliki kemampuan awal berbeda jika H0 ditolak.
(Budiyono, 2004: 151)
2. Uji Prasyarat
a. Uji Normalitas
Uji normalitas yang digunakan adalah uji Liliefors. Uji ini digunakan
untuk mengetahui apakah sampel yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari
populasi yang terdistribusi normal atau tidak. Rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut :
1) Statistik Uji
L = Maks |F ( z i )−S (z i)|
Dimana zi= Xi−Xs
47
2) Taraf Signifikansi (α) = 0,05
3) Keputusan Uji
H0 diterima jika Llilifors < Ltabel
H0 ditolak jika Llilifors > Ltabel
(Budiyono, 2004:170-171)
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian
mempunyai variansi yang sama atau tidak. Uji homogenitas pada penelitian ini
menggunakan metode Bartlett dengan statistik uji Chi kuadrat dalam Budiyono
(2004 : 176-177) dengan prosedur sebagai berikut :
1) Statistik Uji yang digunakan :
x2=2,203c ( f log RKG−∑
j=1
k
f j log s j2)
Dengan :
k = banyaknya populasi
f = derajat kebebasan RKG = N- k
N = cacah semuapengukuran
fj = derajat kebebasan untuk Sj : nj -1
j = 1,2,...,k
ni = cacah pengukuran pada sampel ke –j
2) Taraf signifikan (α) = 0,05
3) Keputusan Uji
H0 diterima jika X2hitung < X2
tabel
H0 ditolak jika X2hitung > X2
tabel
(Budiyono, 2004: 175)
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah uji t dalam
Sudjana (2005: 239) dengan rumus sebagai berikut:
48
t= xi−x
S √ 1n1
+ 1n2
Dimana:
Xi = Rata-rata kelompok pembelajaran tanpa perlakuan implementasi moodle
x = Rata-rata kelompok pembelajaran dengan perlakuan implementasi moodle
S = Variansi gabungan
n1 = jumlah sampel kelompok pembelajaran tanpa perlakuan implementasi moodle
n2 = Jumlah sampel kelompok pembelajaran dengan implementasi moodle
Langkah-langkah uji t adalah sebagai berikut:
a. Menghitung simpangan baku gabungan
Menghitung simpangan baku dengan rumus sebagai berikut:
S2 = (n1−1 ) S 212+(n2−1)S2
2
n1+n2−2
Dimana:
S2 = Variansi gabungan
n1 = Jumlah sampel kelompok pembelajaran tanpa perlakuan implementasi
moodle
n2 = Jumlah sampel kelompok pembelajaran dengan perlakuan implementasi
moodle
S12= Variansi kelompok pembelajaran tanpa perlakuan implementasi moodle
S22 = Variansi kelompok pembelajaran dengan perlakuan implementasi moodle
b. Menghitung harga t dengan rumus:
t=xi−x
S √ 1n1
+ 1n2
Dimana:
49
Xi = Rata-rata kelompok pembelajaran tanpa perlakuan implementasi moodle
x = Rata-rata kelompok pembelajaran dengan perlakuan implementasi moodle
S = Variansi gabungan
n1 = jumlah sampel kelompok pembelajaran tanpa perlakuan implementasi moodle
n2 = Jumlah sampel kelompok pembelajaran dengan implementasi moodle
c. Mencari harga t dari daftar, dengan = 0.05 dan dk = n1+n2-2
Keterangan:
n1 = Jumlah sampel kelompok pembelajaran tanpa perlakuan implementasi
moodle
n2 = Jumlah sampel kelompok pembelajaran dengan perlakuan implementasi
moodle
Kriteria:
1. Kedua perlakuan memberikan hasil yang nyata tidak berbeda jika thitung <
ttabel
2. Kedua perlakuan memberikan hasil yang nyata berbeda jika thitung > ttabel
top related