a. data umum dinas ketahanan pangan dan pertanian · 2020. 2. 21. · halaman 2 pertanian adalah...
Post on 03-Feb-2021
1 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
``
Halaman 1
A. DATA UMUM DINAS KETAHANAN PANGAN DAN
PERTANIAN
Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian
Kabupaten Probolinggo sebagai salah satu OPD yang
khusus menangani urusan pangan dan urusan
pertanian subsektor tanaman pangan, hortikultura,
dan perkebunan, dalam pelaksanaannya banyak
berkoordinasi dengan Dinas Pertanian dan Ketahanan
Pangan Provinsi Jawa Timur, Dinas Perkebunan Provinsi
Jawa Timur maupun Kementerian Pertanian RI
terutama Ditjen Tanaman Pangan, Ditjen Hortikultura,
Ditjen Perkebunan, Badan Ketahanan Pangan
Kementan RI, Badan Penyuluhan dan Pengembangan
SDM Pertanian, dan Ditjen Prasarana dan Sarana
Pertanian.
Sesuai dengan Perda No. 6 tahun 2016 tentang
PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH,
yang merupakan penjabaran dari PP 23 tahun 2014
tentang Pemerintah Daerah ditetapkan nomenklatur
OPD yang mengurusi Urusan Pangan dan Urusan
-
Halaman 2
Pertanian adalah Dinas Ketahanan Pangan dan
Pertanian Kabupaten Probolinggo. Uraian Tugas dan
Fungsi Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian
Kabupaten Probolinggo terdapat dalam Peraturan
Bupati nomor 66 tahun 2018 tentang KEDUDUKAN,
SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI DINAS
KETAHANAN PANGAN DAN PERTANIAN KABUPATEN
PROBOLINGGO. Dalam BAB IV pasal 5 ayat 1
dinyatakan Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan
Pertanian mempunyai tugas pokok membantu bupati
melaksanakan urusan pemerintahan bidang pangan
dan pertanian serta tugas pembantuan yang
diberikan kepada daerah. Sedang ayat 2 dinyatakan
untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Kepala Dinas Ketahanan
Pangan dan Pertanian mempunyai fungsi :
(1) Perumusan kebijakan dibidang ketahanan
pangan, pertanian dan perkebunan;
(2) Pelaksanaan kebijakan dibidang ketahanan
pangan, pertanian, dan perkebunan;
(3) Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan dibidang
ketahanan pangan, pertanian, dan perkebunan;
(4) Pelaksanaan administrasi Dinas Ketahanan
Pangan dan Pertanian;
-
``
Halaman 3
(5) Pembinaan terhadap UPT dan Kelompok Jabatan
Fungsional Dinas Ketahanan Pangan dan
Pertanian;enetapan perencanaan program
(6) Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh
Bupati.
Di lingkungan Dinas Ketahanan Pangan dan
Pertanian Kabupaten Probolinggo secara keseluruhan
mempunyai karyawan sebanyak 227 orang (Pejabat
struktural, staf, Petugas UPT, BPP-PPL, POPT tanaman pangan,
hortikultura, dan perkebunan, UPT PSB).
Tabel 1.1. DATA APARATUR SIPIL NEGARA YANG MENDUKUNG
KINERJA
DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PERTANIAN TAHUN
2019
No. Nama Jabatan
Eselon II, III, dan IV
1 IR. NANANG TRIJOKO S, MM Kepala Dinas
2 DRS. DARMAWAN, M.SI. Sekretaris
3 IR. YULIS SETYANINGSIH, MM. Kepala Bidang Tanaman Pangan
dan Hortikultura
4 NURUL KOMARIL ASRI, SP.,MP Kepala Bidang Perkebunan
5 IR. BAMBANG SUPRAYITNO, MMA Kepala Bidang Sarana dan
Prasarana
6 SYAFI`I, SP, MMA. Kepala Bidang Ketahanan Pangan
7 EDI SUYOTO, SP. Kepala Bidang Pelaksanaan
Penyuluhan dan Bina Usaha Tani
8 NANANG SETYODJATMIKO, SP,
MP.
Kasi. Pengolahan dan
Penganekaragaman Pangan
9 SAFARUL LUKMAN FAUZI, S.P. Kasi. Alat Mesin Pertanian
10 FEBTI SURYANI, SP Kasi. Kelembagaan
11 HETI LISNAWATI, S.TP. Kasi. Ketersediaan dan Cadangan
Pangan
12 SURYANA NURING P, ST. M.SI. Kasi. Konsumsi Pangan
13 SUHAERIYANTO, SP.MMA Kasi. Bina Usaha Tani
-
Halaman 4
14 ARIF KURNIADI, SP Kasi. Perlindungan Tanaman
Pangan dan Hortikultura
15 MUCHLISIN, SP Kasi. Perlindungan Tanaman
Perkebunan
16 UMI NUR AZIZAH, SP.,M.MA. Kasi. Penyuluhan
17 SUPARLAN, SP. Kasi. Pupuk dan Pestisida
18 M. HARI AGUSTAMI, SP. Kasi. Tanaman Hortikultura
19 DIDIK TULUS PRASETYO, SP Kasi. Tanaman Pangan
20 IR. EVI ROSELLAWATI, MM Kasi. Tanaman Perkebunan Semusim
21 SUYITNO, SP, MM Kasi. Tanaman Perkebunan Tahunan
22 SITI HOESNOEL CHOTIMAH, S.P. Kasi. Tata Guna Lahan dan Irigasi
23 ARIF YUDI PURWANTO, SE Kasubbag. Keuangan
24 MURFI ANGGORO, STP MAP Kasubbag. Perencanaan
25 ENDANG DWI SULISTYOWATI, SP Kasubbag. Umum dan
Kepegawaian
26 ARIEF RACHMAN, SP,MM Kepala UPT Produksi Benih Tanaman
Pangan
27 NURHADI, SP Kepala UPT Produksi Benih Tanaman
Hortikultura
28 ABDUL AZIS, SP. Kepala UPT Pengawasan dan
Sertifikasi Pertanian
Petugas Penyuluh Pertanian (PNS)
1 ABD. RASYID, SP. MMA Penyuluh Pertanian Utama
2 MARDI TOTO BASUKI, SP Penyuluh Pertanian Madya
3 NUR HAFID, SP Penyuluh Pertanian Madya
4 NURWIN, SP. Penyuluh Pertanian Madya
5 HAMDANI, SP Penyuluh Pertanian Madya
6 ENY PUDYASTUTI, SP. Penyuluh Pertanian Madya
7 SULISMINI, SP. Penyuluh Pertanian Madya
8 JOKO SUSILO, SP. Penyuluh Pertanian Madya
9 SRI PASEMI SOFIA, SP. Penyuluh Pertanian Madya
10 ENDANG RESINOWIYATI, SP. Penyuluh Pertanian Madya
11 SUMADI, SP, MP. Penyuluh Pertanian Madya
12 SLAMET, SP. Penyuluh Pertanian Madya
13 LUSIAR AGUS, sp Penyuluh Pertanian Muda
14 HENI IRAWATI Penyuluh Pertanian Muda
15 YOYOK WAGIYANTO, SP Penyuluh Pertanian Muda
16 GURITNO DWIJANTORO, SP. Penyuluh Pertanian Muda
17 ENDANG KARSINI WATI, SP Penyuluh Pertanian Muda
18 SUADHINI, SP Penyuluh Pertanian Muda
19 ABD. RACHMAN, SP. Penyuluh Pertanian Muda
20 JEMMARUDDIN Penyuluh Pertanian Pelaksana
Lanjutan
21 NASRUL HALIM, SP Penyuluh Pertanian Pelaksana
Lanjutan
22 SLAMET HARIYONO, SP Penyuluh Pertanian Pelaksana
Lanjutan
-
``
Halaman 5
23 SUROTO Penyuluh Pertanian Penyelia
24 REKNO WAHYU WIDOWATI Penyuluh Pertanian Penyelia
25 SYAMSUL ABDULLAH Penyuluh Pertanian Penyelia
26 EKO BUDI SANTOSO, S.P.,MMA Penyuluh Pertanian Penyelia
27 KURNIAWAN PRIHANDHOKO, SP Penyuluh Pertanian Pertama
28 DILLA HERMANTO, SP Penyuluh Pertanian Pertama
29 AKHMAD MULYONO, SP. Penyuluh Pertanian Pertama
30 AMELIA FIRIKA RIZAL, S.TP Penyuluh Pertanian Pertama
31 KHOLID MANSHUR, SP. Penyuluh Pertanian Pertama
32 NANANG SETIONO, SP Penyuluh Pertanian Pertama
33 AGUS STYAGUNG
PURWANDONO, S.TP Penyuluh Pertanian Pertama
34 ENDANG RAHMAWATI, SP Penyuluh Pertanian Pertama
35 JULAIHIN, SP Penyuluh Pertanian Pertama
36 MUHAMMAD YAHYA, S.TP. Penyuluh Pertanian Pertama
37 YUNI INDRIAWATI, S.TP Penyuluh Pertanian Pertama
38 ADSAN RAHYONO, SP. Penyuluh Pertanian Pertama
39 RATIH AGUNG PRADANA,
S.Pt,MM Penyuluh Pertanian Pertama
40 TRI LAKSONO HENDRO
GUWANAN, SP Penyuluh Pertanian Pertama
41 GUNTUR EKO SETIAWAN, SP Penyuluh Pertanian Pertama
42 YACONUS KURNIAWAN, SP. Penyuluh Pertanian Pertama
43 MUHAMMAD MUSTAJIB, SP Penyuluh Pertanian Pertama
44 VIVIN TYAS PAMUNGKAS, SP.MP Penyuluh Pertanian Pertama
45 MUHAMAD TEGUH ARISTO ADHY,
S.Pt Penyuluh Pertanian Pertama
Staf (PNS)
1 SUGI Staf UPT Produksi Benih Hortikultura
2 FALENTINA EKAWATI DYAH P, SP Staf Seksi. Tata guna lahan dan
Irigasi
3 SUJONO .E Staf Seksi. Ketersediaan Pangan
4 RP.RONY SUJATMIKO Staf Seksi. Konsumsi Pangan
5 KUSNADI HARYONO Staf Subbag. Umum dan
Kepegawaian
6 SUBOWO Staf Subbag. Umum dan
Kepegawaian
7 PURWANINGRUM Staf Seksi. Konsumsi Pangan
8 SUHERI, S.Sos Staf Seksi. Penyuluhan
9 IMAM SUJARWANTO Staf Seksi. Penyuluhan
10 ISLAMAH Staf Seksi. Distribusi Pangan
11 LILIK PURWATI Staf Seksi. Perlindungan Tanaman
Perkebunan
12 OKTA PURWO INA RANY, S.TP Staf Seksi. Tanaman Hortikultura
13 DADIK EKO SUPRAPTO, SP Staf Seksi. Tanaman Hortikultura
14 HIDAYAT TAUFIQ, SP Staf UPT Produksi Benih Tanaman
Pangan
-
Halaman 6
15 NURAISYAH RAGIL
CAHYANINGATI Staf Seksi. Pupuk dan Pestisida
16 DIDIK KRISTIADI Staf Seksi. Tanaman Perkebunan
Musiman
17 HESTI WIJAYANTI, S.Hut Staf Seksi. Tanaman Perkebunan
Musiman
18 HERI YULIANTO Staf Seksi. Tanaman Perkebunan
Tahunan
19 DINI ARIYANI, S.Si Staf Sub Bagian Perencanaan
20 ARIFANI WULANDARI, SP Staf UPT Produksi Benih Hortikultura
21 HIMYATUL AMANAH, SP Staf Subbag. Keuangan /
Bendahara Pengeluaran
22 NIKE APRIAS WULANSARI, S.Sos Staf Subbag. Keuangan /
Bendahara Pengeluaran
23 DJUHANTORO Staf Subbag. Umum dan
Kepegawaian
24 ENI SUHARTI Staf Subbag. Umum dan
Kepegawaian
25 ABDUL ASIS Staf UPT Produksi Benih Pangan
Staf (Non PNS)
1 INDRIANA MILAHAYATI, SP Staf seksi tanaman pangan
2 EDY SAPUTRO, A.MD Staf seksi Alat Mesin Pertanian
3 MOH. FAJAR YUNUS, ST Staf UPTD Kecamatan Gading
4 NURANI WITYASARI, S.TP Staf Subbag Perencanaan
5 SANTI YUNIANDARI Staf Seksi Ketenagaan dan
Pemberdayaan
6 UMMI KHOIRUN NISA, SP Staf Seksi Pupuk dan Pestisida
7 SHELLY ANDRANTY, S.TP Staf Seksi Ketersediaan dan Distribusi
Pangan
8 AGUS MULYANIK Staf Seksi Seksi Alat dan Mesin
Pertanian
9 ANITA WINDIAASTUTI Staf Seksi Keanekaragaman dan
Pengolahan
10 ARIE DWI ARDINA Staf Seksi Tata Guna Lahan dan Air
11 ARIESTA YESY MANDELA Staf Seksi Perlindungan Tanaman
Pangan dan Hortikultura
12 BUDI SANTOSO Staf Seksi Tanaman Hortikultura
13 BUDI SUSANTO Staf seksi Tanaman pangan
14 ELIDA NURUL UMAMI Staf Seksi Tamanan Perkebunan
Semusim
15 ENGGAR WAHYUDIANTO Staf Seksi Programa dan Informasi
16 IRVAN YULIANTO PUTRO PRATAMA Staf Subbag Keuangan
17 TOMI Staf Subbag Umum Kepegawaian
18 PRIA MUJAHIT Staf Seksi Ketersediaan dan Distribusi
Pangan
19 SAMUD Staf Subbag Umum Kepegawaian
20 TAUFIK BURAHMAN Staf Subbag Umum Kepegawaian
21 TOFAN FIRGUNTORO Staf Subbag Umum Kepegawaian
-
``
Halaman 7
22 TONI CAHYO SANTOSO Staf Subbag Umum Kepegawaian
23 YOSSY AGUS BASTIAN Staf Seksi Programa dan Informasi
24 ZUL FITRI KANTI LESTARI Staf Seksi Konsumsi dan Keamanan
Pangan
25 DRS. I MADE DARMAYANA Staf Seksi Kelembagaan dan Bina
Usaha
26 EDY YULYUS, S.HUT. Staf Subag Perencanaan
27 ARIEF NUR HIDAYAT, S.SOS
Staf Seksi Kelembagaan dan Bina
Usaha
Penyuluh Pertanian Lapangan-Non PNS
1 AGUNG SUPRAYITNO Alas Tengah, Sumberan, Alas Sumur
Lor (Besuk)
2 MAHMUD YUNUS Randu Jalak, Sindet Lami, Alas
Kandang (Besuk)
3 SLAMET SETIAWAN Besuk Agung, Krampilan, Matekan
(Besuk)
4 HARDJONO PRAWIRO, SP Sumberagung, Watuwungkuk,
Pabean (Dringu)
5 MISNADI Sekarkare, Sumbersuko, Kalisalam
(Dringu)
6 SAIFUL HAK Randu Putih, Tamansari (Dringu)
7 SUTARMI Kaliacar, Nogosaren, Gading
Wetan (Gading)
8 DWI RAMANDATI Prasi, Bulu Pandak, Condong
(Gading)
9 YETTI HARINI WENIWATI, S.TP Wangkal, Keben, Ranu Wurung
(Gading)
10 INTAN TRI ASRI Gending, Bulang (Gending)
11 VERAWATI SANTI DEWI M, SP Klaseman, Jatiadi, Brumbungan Lor
(Gending)
12 IWAN PRASETYO, SP Sidomulyo, Tambak Ukir (Kotaanyar)
13 HARJONO, A. MD Kandangjati Wetan, Sumberlele,
Kandang Jati Kulon (Kraksaan)
14 ATMADIYANTO Taman Sari, Asembakor (Kraksaan)
15 PRIYO BASUKI, SP Kregenan, Sidopekso, Rangkang
(Kraksaan)
16 SAENOL ARIFIN Kamal Kuning, Rawan (Krejengan)
17 BIBIT Krobungan, Seneng, Betek (Krucil)
18 DONY PRAYOGO, SP Tambenglang, Bremi, Krucil (Krucil)
19 HERI IRAWAN Pandan Laras, Plaosan (Krucil)
20 AGUS SURYANTO, AMD Menyono, Wonoasri, Jatisari
(Kuripan)
20 SUKANAN Branggah, Sapih, Palang besi
(Lumbang)
22 SUHERWOTO Negororejo, Lambangkuning, Boto
(Lumbang)
23 SATRIYONO Ganting Kulon, Suko, Pegalangan
Kidul (Maron)
-
Halaman 8
24 MOHAMMAD SUGIYANTO Maron Kulon, Gerongan (Maron)
25 SULASTRI Kedungsari, Brumbungan Kidul,
Maron Wetan (Maron)
26 BABUN, AMD Taman, Petunjungan, Pandean
(Paiton)
27 ZAKIYATUL UMMAH, SP Paiton, Sumber Anyar (Paiton)
28 ABDUL RAJAK Tanjung, Karanggeger (Pajarakan)
29 ABDUL HARIS NASRULLAH, STP Kertonegoro, Kalidandan
(Pakuniran)
30 HADI PRASETYO, SP Bima, Gunggungan Kidul
(Pakuniran)
31 MOHAMMAD ZAMRONI Ranon (Pakuniran)
32 ROHMADI Pakel, Kedasih, Ngepung
(Sukapura)
33 IFTACHOL ARIFIN, SP Pandan Sari, Sumber, Tukul,
Cepoko, Rambaan (Sumber)
34 RIDHO S WAHYUDI, SP Pesisir, Sumberbendo, Mentor
(Sumberasih)
35 MOHAMMAD SIDIK, SP Banjar sari, Lemah Kembar, Jangur
(Sumberasih)
36 ALI MUKHSIN, SP Tegalmojo, Blado Kulon
(Tegalsiwalan)
37 YETTI PUJI RAHAYUNINGSIH, SP Bulujaran Kidul, Tegalsiwalan
(Tegalsiwalan)
38 DIDIK KURNIAWAN Rejing, Tulupari (Tiris)
39 GUNADI Tiris, Ranuagung, ranugedang (Tiris)
40 DARTONO Tongas Kulon, Sumberrejo (Tongas)
41 KARYANTOKO Sumberkramat, Pamatan, Klampok
(Tongas)
42 FAKTUL ARIFIN, SP Jrebeng, Wonorejo, Poh sangit
ngisor (Wonomerto)
43 TITIN AGUSTINI, SP Sepuh Gembol, Patalan
(Wonomerto)
44 AHMADI Kramat Agung, Kropak (Bantaran)
45 IR. SUGIK HARIYONO
Klenang Kidul, Gading Kulon,
Banyuanyar Kidul, Sentulan
(Banyuanyar)
46 HARIYANTO Bago, Kecik, Jambangan,
Klampokan (Besuk)
47 AHMAD RIYADI, AMD Renteng, Duren, Sumber Secang
(Gading)
48 ZAENAL ARIFIN, AMD Batur, Betek Taman, Jurang Jero
(Gading)
49 EDY AHMAD SALEH Sumber Kerang, Pikatan (Gending)
50 ABDUL TAWAB, SP Sambirampak Kidul, Curah Temu
(Kotaanyar)
51 ASWARIANTO, SP Pasembon, Sidorejo (Kotaanyar)
52 RUSMINI, SP Kedung Rejoso, Sukorejo
(Kotaanyar)
-
``
Halaman 9
53 ALI USMAN Kebun Agung, Alassumur Kulon
(Kraksaan)
54 EKO YULIANTO, SP Semampir, Kalibuntu (Kraksaan)
55 DIAH PERMATASARI, SP Sokaan, Gebangan (Krejengan)
56 ABDUL RACHMAN, AMD Patemon, Tanjang Sari (Krejengan)
57 MUNALI Kalianan, Watu Panjang, Guyangan
(Krucil)
58 NURSIADI, AMD Kedawung, Resongo (Kuripan)
59 TITIK MUKTI RAHAYU, AMD Waru Jinggo, Clarak, (Leces)
60 EKO SISWANTO, SP Tigasan Kulon, Malasan Kulon,
Jorongan (Leces)
61 IR. RAHARTO Tigasan Wetan (Leces)
62 NURHAYATI, AMD Tandon Sentul, Purut (Lumbang)
63 HERMANTO, SPT Puspan, Santrean, Brani Wetan
(Maron)
64 IR. NUR SAMSU Plampang, Pondok Kelor, Sukodadi
(Paiton)
65 JAMALUDDIN Binor Sumberrejo (Paiton)
66 EKA KUSWILWATIKTANTO,SP Kalikajar Wetan, Alas Tengah,
Kalikajar Kulon (Paiton)
67 SURYADI Karangbong, Ketompen
(Pajarakan)
68 SUSI CANDRA KIRANA Selogudig Kulon, Selogudig Wetan
(Pajarakan)
69 MARGONO, AMD Pakuniran, Glagah (Pakuniran)
70 SRI HASTUTI, SP Bucor Kulon, Bucor Wetan
(Pakuniran)
71 SYAIFUDDIN, SP Sogaan, Kedungsumur (Pakuniran)
72 AMAN, AMD Sapikerep, Sariwani (Sukapura)
73 EDI SUTAMAN, SP Gemito, Wonokerso, Sumber Anom,
Ledokombo (Sumber)
74 ARWAN PRAHARA, SP Gili Ketapang, Sumurmati,
Laweyan, Ambulu (Sumberasih)
75 DEDI TRI BASUKI, SP Gunung Bekel (Tegalsiwalan)
76 RINA BUDHI WIJAYANTI, AMD Andungbiru, Segaran, Andungsari
(Tiris)
77 SUGENG EKO SUBANDRI, AMD Racek, Jangkang, Wedusan (Tiris)
78 ASMADI, AMD Wringin Anom, Curah Dringu,
Tongas Wetan (Tongas)
79 ISTIYAR HIDAYADI, SP
Sumber kare, Pohsangit Tengah,
Kareng Kidul, Poh Sangit Lor
(Wonomerto)
Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) Tanaman
Pangan dan Hortikultura (ASN Provinsi Jatim) 1 SAENUL HADI POPT Paiton/Besuk
2 SUGIONO POPT Kotaanyar/Pakuniran
3 SUYONO POPT Kraksaan
4 M. ILYAS POPT Krejengan
-
Halaman 10
5 SADI POPT Pajarakan
6 SUPARTO POPT Gading-Tiris-Krucil
7 BRENY HERMANTO POPT Gending - Banyuanyar
8 BAMBANG SUDJOKO POPT Maron
9 SUHARSONO POPT Dringu
10 GATOT PRAWIRO S POPT Bantaran-Wonomerto
11 KASIADI POPT Tegalsiwalan-Leces (Koordinator)
12 KUSNADI POPT Tongas
13 SUPARMIN POPT Sumberasih
14 SUGIYANTO POPT Sukapura-Sumber-Lumbang
Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (ASN Balai Besar
Proteksi dan Perbenihan Tan. Perkebunan Jombang)
1 RUDY TRISNADI POPT wilayah Kabupaten
Probolinggo
2 IKA POPT wilayah Kabupaten
Probolinggo
Petugas Pembenihan tanaman pangan & hortikultura (ASN
Diperta KP Provinsi Jatim)
1 AGUS FIRMAN UPT-PSB Diperta Propinsi
2 M. SYAIFUDIN MALIK UPT-PSB Diperta Propinsi
Sumber : Sekretariat Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kab. Probolinggo
(2019)
B. ASPEK STRATEGIS DINAS KETAHANAN PANGAN
DAN PERTANIAN
Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian
Kabupaten Probolinggo mempunyai tujuan yang
berkaitan dengan Urusan Pangan dan Urusan
Pertanian dimana kedua urusan ini sangat penting
bagi kesejahteraan masyarakat Kabupaten
Probolinggo, sehingga dalam RPJMD ditetapkan
secara langsung yang terkait dengan urusan pangan
(Indeks Ketahanan Pangan) dan urusan pertanian ini
(Laju pertumbuhan ekonomi). Sebagaimana tercantum
-
``
Halaman 11
dalam RPJMD Kabupaten Probolinggo tahun 2018-
2023 Misi 2 Sasaran 10 (meningkatkan ketahanan
Pangan) dan Misi 4 Sasaran 13 (Meningkatnya Produk
Domestik Regional Bruto sektor Strategis).
Dalam penjabarannya Indeks ketahanan
pangan dapat dicapai jika bisa melaksanakan
implementasi kegiatan yang mengacu kepada
Standar Pelayanan Minimal (SPM) Ketahanan Pangan.
Pencapaian SPM ketahanan Pangan akan
menggambarkan seberapa jauh pemenuhan/
kesejahteraan pangan masyarakat Kabupaten
Probolinggo, yang untuk saat ini masih mencapai
tahap 69,75 (kategori sedang). Beberapa instrument
yang digunakan dalam meningkatkan ketahanan
pangan di Kabupaten Probolinggo, antara lain :
(1) Meningkatkan ketersediaan dan cadangan
pangan ~ Secara keseluruhan wilayah
Kabupaten Probolinggo mempunyai
karakteristik yang berbeda-beda antara
daerah satu dengan daerah lainnya. Sehingga
dalam pemenuhan pangan mempunyai
tingkat kesulitan yang berbeda. Di beberapa
desa malahan terindikasi sebagai daerah yang
rawan / rentan pangan atau malahan daerah
dengan tingkat kemiskinan cukup tinggi yang
-
Halaman 12
disebabkan oleh masalah pangan ini. Jika
dihitung dengan ketersediaan beras sebagai
pangan utama maka terdapat desa-desa
yang benar-benar harus mengimpor beras,
sedang akses mendapatkan beras bisa
diperoleh dengan biaya yang lebih mahal.
(2) Meningkatkan tingkat konsumsi pangan ~ profil
Kabupaten Probolinggo yang mempunyai
daerah pantai hingga penggunungan telah
menyebabkan perbedaan pola konsumsi.
Dimana hal tersebut terkait dengan jenis
makanan yang dikonsumsi, tingkat
pengetahuan tentang pola pangan oleh
masyarakat, dan peredaran pangan segar
yang aman di masyarakat.
(3) Meningkatkan distribusi pangan~ Pangan
yang seharusnya didapatkan setiap hari
secara mudah dan dan terjangkau ternyata
tidak selalu tersedia. Persoalannya adalah
harga pangan yang tidak stabil karena dari
waktu ke waktu. Jika melihat komoditi beras
sebagai pangan utama maka komoditi beras
ini bisa diperoleh dengan harga yang cukup
stabil karena beras sendiri diperlakukan
sebagai komoditi inelastisitas oleh pemerintah,
-
``
Halaman 13
sehingga komoditi beras selalu dijaga tingkat
harganya dari tingkat petani hingga tingkat
pemasarannya. Namun terdapat beberapa
komoditi pertanian lainnya yang masih sering
mengalami fluktuasi harga yang cukup tinggi
yang tentu saja hal ini juga memberatkan para
petani sebagai produsen dan masyarakat
umum secara konsumen.
Dalam penjabaran Peningkatan PDRB Sektor
Strategis. PDRB sektor Lapangan Usaha Pertanian
kabupaten Probolinggo memberikan kontribusi + 33%
dari keseluruhan PDRB. Namun dalam
perkembangannya PDRB sektor pertanian
pertumbuhannya cenderung stagnan atau semakin sulit
untuk meningkat dibanding sektor lainnya, padahal
hingga saat ini postur PDRB Kabupaten Probolinggo
masih didominasi oleh sektor pertanian keseluruhan
dan sektor pertanian diperkiraan masih memberikan
dampak ikutan kepada keberlangsungan sektor
lainnya (pengolahan). Jika PDRB sektor pertanian ini
mengalami penurunan maka akan memberikan
angka penurunan yang sangat besar bagi
pertumbuhan ekonomi yang ada di Kabupaten
Probolinggo.
-
Halaman 14
Di Kabupaten Probolinggo, mayoritas
masyarakat adalah petani baik petani subsektor
tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan
kebanyakan mereka (77,7%) adalah petani gurem
(kepemilikan lahan rata-rata kurang 0,5 ha), sehingga
secara kelayakan usaha (feasibility) mereka masih
sangat kurang. Hal inilah yang membuat perlunya
campur tangan/ intervensi pemerintah untuk
mengurangi beban para petani melalui
pembangunan. Campur tangan pemerintah daerah
melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian
berupa pelaksanaan program dan kegiatan.
Tabel 1.2. Komposisi Penguasaan lahan
Pertanian Kabupaten
Probolinggo Tahun 2013
Luas Lahan yang dikuasai
Jumlah Rumah Tangga Usaha
Pertanian Persentase
Akumulasi persentase
< 0.1 ha 44.081 23,2% 23% 0.1 - 0.19 ha 35.906 18,9% 42% 0.2- 0.49 ha 67.634 35,7% 78% 0.5 - 0.99 ha 27.628 14,6% 92% 1 - 1.99 ha 10.523 5,5% 98% 2 - 2.99 ha 2.327 1,2% 99% 3 -3.99 ha 849 0,4% 100% 4 - 4.99 ha 308 0,2% 100% 5 - 9.99 ha 447 0,2% 100%
Jumlah 189.703 100%
Sumber : Sensus Pertanian tahun 2013 diolah.
-
``
Halaman 15
Kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh
Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian mengacu
kepada Program-program yang telah ditentukan
dalam RPJMD TA 2018-2023 Kabupaten Probolinggo
dan program nasional utamanya Kementerian
Pertanian. Sub sektor tanaman pangan, hortikultura
dan perkebunan mempunyai permasalahan-
permasalahan yang kompleks yang memerlukan
penanganan yang sungguh-sungguh, ini disebabkan
beragamnya kepentingan sosial, ekonomi dan
budaya yang terjadi di bidang pertanian.
Peningkatan produksi, dan kesejahteraan petani
menjadi isu sentral, karena ini menjadi pijakan dari
semua aktivitas masyarakat baik pertanian maupun
non pertanian.
Peran Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian
sendiri kepada masyarakat lebih banyak pada transfer
teknologi pertanian kepada petani, bantuan sarana
prasarana pertanian, fasilitasi agribisnis, dan
penerapan teknologi pertanian untuk
pengembangan pertanian. Hasil yang diharapkan
nampak dari kegiatan di Dinas Ketahanan Pangan
dan Pertanian adalah peningkatan besaran produksi
hasil pertanian baik produksi pra panen maupun
-
Halaman 16
pasca panen. Disini Dinas Ketahanan Pangan dan
Pertanian berusaha memperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhi pencapaian besaran produksi
tanaman pangan dan hortikultura, baik secara sosial,
ekonomi, maupun budaya. Hasil dari kegiatan-
kegiatan yang ada di Dinas Ketahanan Pangan dan
Pertanian tersebut diharapkan berpangaruh positif
pada masa sekarang maupun masa akan datang.
Dengan struktur organisasi seperti sekarang ini
maka diharapkan terjadi sinkronisasi Dinas Ketahanan
Pangan dan Pertanian dengan partisipasi masyarakat
dalam melaksanakan pembangunan pangan dan
pertanian. Dengan adanya sistem demokrasi yang
dianut negara ini, maka partisipasi masyarakatlah
yang sangat diperlukan. Intervensi-intervensi yang
dilakukan oleh Dinas Ketahanan Pangan dan
Pertanian Kabupaten Probolinggo hanya bersifat
stimulus dan memberikan fasilitasi untuk meningkatkan
partisipasi masyarakat yang mana hal itu diharapkan
membawa perubahan positif yang besar. Selain itu
dampak yang diharapkan dari program kegiatan
yang dilakukan oleh Dinas Ketahanan Pangan dan
Pertanian adalah Pengurangan angka kemiskinan .
-
``
Halaman 17
C. STRUKTUR ORGANISASI DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PERTANIAN
Adapun Struktur Organisasi Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten
Probolinggo dapat dilihat pada bagan struktur organisasi berikut ini.
-
Halaman 18
D. PERMASALAHAN UTAMA
Terdapat beberapa Permasalahan utama dari
pembangunan Urusan Pangan dan Pertanian secara
umum adalah bagaimana harus menyediakan
pangan yang berkualitas sehingga dapat
meningkatkan indeks ketahanan pangan sedangkan
kondisi masyarakat di Kabupaten Probolinggo masih
banyak yang miskin dan meningkatkan nilai tambah
produksi pertanian/ Produksi Pertanian bagi
masyarakat Kabupaten Probolinggo, sedangkan
lahan dan sarana pendukung produksi semakin
terbatas.
Beberapa permasalahan utama yang
mempengaruhi kinerja dalam urusan pangan dan
urusan pertanian antara lain :
d.1. Permasalahan Urusan Pangan (Wajib non pelayanan
dasar)
Sesuai dengan Renstra Dinas Ketahanan Pangan dan
Pertanian disebutkan terdapat tiga aspek yang ditangani
dalam bidang Ketahanan Pangan yaitu [1] Ketersediaan
Pangan dan Cadangan Pangan, [2] Konsumsi Pangan, dan
[3] Distribusi dan Akses Pangan, yang melalui ketiga aspek
-
``
Halaman 19
ini diharapkan bisa memenuhi kebutuhan pangan
masyarakat secara layak. Di Kabupaten Probolinggo
indeks Ketahanan Pangan pada tataran sedang (indeks
ketahanan pangan = 69,75). Dari angka ini dapat
disimpulkan masih terdapat permasalahan yang perlu
diselesaikan.
Berikut ini disampaikan permasalahan urusan
Pangan di Kabupaten Probolinggo melalui pendekatan 3
Pilar Ketahanan Pangan yaitu Ketersediaan Pangan, Akses
Pangan, dan Pemanfaatan Pangan sehingga dapat
diidentifikasikan beberapa hal yang perlu ditangani.
i. Ketersediaan Pangan
Ketersediaan Pangan dapat diuraikan menjadi
Ketersediaan Pangan dan Cadangan Pangan, dimana
kedua hal tersebut pada intinya adalah mengukur
keberadaan pangan bagi masyarakat di Kabupaten
Probolinggo. Sedangn pangan yang dihitung terdiri
pangan nabati dan hewati. Kondisi ketersediaan pangan
yang ada di Kabupaten Probolinggo dapat diuraikan
sebagaimana berikut ini :
(1) Ketersediaan Pangan
Ketersediaan pangan di Kabupaten Probolinggo
tergantung kepada tingkat produksi, pangan yang masuk,
-
Halaman 20
pangan yang keluar, stok pangan yang ada di pemerintah
dan stock pangan dimasyarakat. Beberapa komoditi
pangan didapatkan dapat diperoleh secara mandiri dari
dalam daerah Kabupaten Probolinggo sendiri seperti
misalnya padi, jagung, ubi kayu, kentang, ikan, dan
lainnya. Sedang produksi seperti susu, daging unggas, dan
pangan lainnya masih harus mendatangkan daerah
lainnya. Untuk daging ruminansia walaupun populasi
sangat melimpah namun sapi-sapi tersebut kebanyakan
dikirim keluar daerah dalam keadaan hidup-hidup, dan
pemotongan sapi di Kabupaten Probolinggo relatif sedikit
dibanding populasi yang ada. Sehingga tidak bisa diklaim
sebagai produksi daging sapi.
Ketersediaan komoditi pangan di tiap-tiap daerah
berbeda-beda, di daerah dataran tinggi ketersediaan
ikan lebih sedikit dibanding di daerah rendah (dekat
pantai), Hingga saat ini Ketersediaan pangan belum
terdeteksi dan tertata secara baik, masih kurang
kelembagaan yang menopang ketersediaan pangan
bagi masyarakat. Di beberapa daerah (kecamatan)
kondisi pangan dalam keadaan defisit dalam bulan-bulan
tertentu.
Upaya back up tata kelola ketersediaan dan
cadangan pangan adalah membangun gudang
-
``
Halaman 21
cadangan pangan, dimana dalam pelaksanaannya
adalah pembangunan gudang, lantai jemur, dan RMU.
Tabel 3.2 Jumlah estimasi Ekspor dan Impor pangan di Kab.
Probolinggo Tahun 2017
Jenis Pangan
Jumlah Estimasi
Impor (ton)
Jumlah Estimasi Ekspor (ton)
Jenis Pangan
Jumlah Estimasi
Impor (ton)
Jumlah Estimasi Ekspor (ton)
Beras 49.917 Susu 18.609 -
Jagung 246.263,5 Minyak Kelapa sawit
10.973,6 -
Terigu 41.723,5
- Kelapa 696 -
Ubi Kayu 35.839 Kacang tanah - 756,2
Ubi Jalar 1.131,6 - Kacang kedelai 13.533 -
Kentang - 49.054 Gula pasir 4.111,3 -
Ikan - 868,5 Gula merah 283,3 -
Daging Ruminansia
74,2 - Sayuran - 47.167,7
Daging Unggas
3.370,8 - Buah-buahan 27.228,1 -
Telur 4.183,3 -
Sumber : Laporan Akhir Analisis Pola Konsumsi dan Suplai Pangan Kabupaten Probolinggo Tahun 2018
(2) Cadangan pangan
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun
2012 tentang Pangan, pada pasal 23 menyatakan bahwa
dalam mewujudkan kedaulatan pangan, kemandirian
pangan dan ketahanan pangan, pemerintah
menetapkan cadangan pangan nasional. Cadangan
pangan nasional terdiri dari atas cadangan pangan
pemerintah, cadangan pangan pemerintah daerah dan
cadangan pangan masyarakat. Pengembangan
-
Halaman 22
cadangan pangan nasional dimaksudkan untuk
mengantisipasi kekurangan ketersediaan pangan,
kelebihan ketersediaan pangan, gejolak harga pangan
dan atau keadaan darurat.
Cadangan Beras Nasional (CBN) sebesar 20% dari
total kebutuhan beras nasional. Cadangan tersebut
terbagi atas 11,5% di masyarakat, 8% dikuasai oleh
pemerintah pusat, dan 0,5 % di pemerintah daerah.
Sedangkan Kebutuhan konsumsi beras nasional 33,47 juta
ton. Survei BPS (2015) beras tersebar di rumah tangga
(47,57%), Bulog (19,30%) pedagang (18,32%), penggilingan
(8,22%), dan Horeka (6,59%).
Tentang lumbung pangan yang ada di Kabupaten
Probolinggo sebagaimana berikut ini :
Lumbung Pangan Pemerintah Daerah
Lumbung Pangan Pemerintah Daerah di Kabupaten
Probolinggo terletak di Desa Sukodadi Paiton Kabupaten
Probolinggo. Dimana pengelolaan lumbung tersebut
sesuai dengan UU 23/2014 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Bidang Pangan, pemerintah daerah baik
provinsi, maupun kabupaten/kota bertanggungjawab
untuk melaksanakan pengembangan cadangan pangan
pemerintah. Pemerintah dan masyarakat bertanggung
-
``
Halaman 23
jawab terhadap pengelolaan Cadangan Pangan
Nasional, penguatan cadangan pangan sebagai
antisipasi terhadap dampak anomali iklim yang semakin
sulit diprediksi, seperti terjadinya pergeseran masa tanam,
masa pemanenan yang tidak merata sepanjang tahun,
dan meningkatnya bencana yang tidak terduga (banjir,
longsor, kekeringan, gempa) sehingga memerlukan sistem
cadangan pangan yang kuat.
i. Kerawanan Pangan
Kerawanan Pangan terdapat di Kabupaten
Probolinggo, dimana Kerawanan Pangan bisa diidentifikasi
melalui metode Food Security and vulnerability Atlas
(FSVA). Terdapat Indikator yang digunakan untuk
penentuan wilayah tahan dan rentan terhadap
kerentanan pangan antara lain :
1. Ketersediaan pangan
a. Rasio warung terhadap rumah tangga
b. Rasio toko terhadap rumah tangga
2. Keterjangkauan pangan
a. Rasio penduduk dengan tingkat kesejahteraan
terendah
b. Rasio rumah tangga tanpa akses listrik
c. Desa tanpa akses penghubung yang memadai
3. Pemanfaatan pangan
-
Halaman 24
a. Rasio anak tidak sekolah terhadap semua anah
umur 7-15 tahun
b. Rasio rumah tangga tanpa akses ke air bersih
c. Rasio tenaga kesehatan terhadap penduduk
d. Rasio rumah tangga tanpa fasilitas buang air
besar.
Dengan menggunakan data dari Potensi Desa
(Podes) yang dimiliki oleh BPS Kabupaten Probolinggo
maka dapat disusun Peta ketahanan dan Kerentanan
Pangan di Kabupaten Probolinggo. Dengan data
tersebut bisa diperoleh indeks ketahanan pangan tiap-tiap
desa sehingga dapat disusun peringkat desa di
Kabupaten Probolinggo. dari Peta dan Data berikut ini
dapat disimpulkan bahwa desa Kalianan Krucil, desa
Renteng Gading, desa Plaosan Krucil, dan desa
Bulupandak Gading merupakan daerah dengan
kerawanan pangan tertinggi.
-
``
Halaman 25
Berdasarkan data tingkat ketahanan dan
kerentanan pangan di Kabupaten Probolinggo,
masih terdapat wilayah yang sangat rawan
sebagaimana data berikut ini.
Tabel 3.5. Data Tingkat ketahanan dan kerentanan pangan di Kabupaten Probolinggo
No Tingkat Ketahanan dan Kerentanan
Pangan Jumlah desa
1 Sangat rawan 12 desa
2 Rawan 103 desa
3 Tahan pangan 168 desa
4 Sangat tahan pangan 47 desa
Sumber : Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Tingkat Desa Provinsi Jawa Timur (2016)
-
Halaman 26
ii. Akses Pangan
Distribusi pangan secara real time, belum
menggambarkan distribusi ketersediaan dan konsumsi
pangan nabati, pangan hewani di seluruh wilayah
Kabupaten Probolinggo hingga tingkat desa;
-
``
Halaman 27
Tabel 3.7. Perbandingan Produksi dan Konsumsi Beras (ton) per per bulan
No Kecamatan Surplus dan Difisit antara Produksi dan Konsumsi Beras (Ton) per per Bulan Tahun 2017
Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okto Nop Des
1. Sukapura -107,5 -141,8 -141,5 -114,1 -105,5 -141,5 -141,5 -141,5 -141,5 -141,5 -141,5 -142,0
2. Sumber -184,1 -130,1 -164,2 -111,9 -183,4 -183,4 -183,4 -183,4 -183,4 -183,4 -183,7 -183,6
3. Kuripan -173,0 587,9 789,1 335,8 -79,7 67,1 -117,6 -212,4 -212,4 -212,5 -216,6 -224,0
4. Bantaran -309,6 29,6 983,5 212,0 -201,6 -290,7 -274,7 -303,4 -303,4 -303,4 -306,3 -309,7
5. Leces -399,4 -293,5 295,8 435,6 -256,5 -406,6 -332,0 -407,0 -406,6 -400,1 -357,2 -411,8
6. Tegalsiwalan -232,4 -125,7 926,4 1.124,7 -53,4 -235,9 -258,0 -258,0 -257,0 -256,9 -254,9 -246,6
7. Banyuanyar -381,4 609,2 2.864,1 979,5 -21,0 -358,3 -286,3 -388,6 -370,6 -394,3 -404,4 -421,5
8. Tiris 865,2 3.486,3 -111,0 54,5 25,9 -353,4 -223,0 -260,9 -167,8 -278,5 -204,4 363,3
9. Krucil -397,5 -387,4 1.047,4 711,4 295,4 7,6 -251,1 -382,7 -337,5 -311,1 -373,3 -362,9
10. Gading 1.411,1 1.748,3 1.662,7 1.335,5 1.450,6 1.502,2 1.644,1 1.527,1 1.527,4 1.495,2 1.720,2 1.313,9
11. Pakuniran -144,1 212,7 1.254,7 1.312,8 413,9 1.096,3 714,8 -298,9 -275,7 -92,6 -216,0 -240,0
12. Kotaanyar -287,1 -180,1 1.678,8 1.912,3 -164,6 -132,3 44,6 -248,1 -96,3 -264,2 -264,4 -271,0
13. Paiton -423,3 -436,2 935,4 3.677,6 387,6 -251,8 232,4 63,0 -466,4 -476,5 -476,5 -483,2
14. Besuk 522,6 2.324,4 3.136,8 2.190,2 2.673,4 2.349,0 1.886,8 691,7 40,4 -136,7 -160,5 -296,9
15. Kraksaan -288,4 -247,4 -205,7 3.443,6 891,5 86,2 1.216,4 867,7 -121,9 -40,8 638,9 774,2
16. Krejengan -165,3 481,3 3.496,3 2.428,1 2.783,2 2.401,9 885,3 211,1 -45,6 -49,4 -20,8 -34,3
17. Pajarakan -23,5 -17,7 317,0 1.149,2 1.293,1 509,0 408,8 744,4 424,1 397,1 671,4 168,0
18. Maron -326,2 1.007,3 3.503,4 1.468,3 -344,6 464,1 1.084,7 567,6 100,0 -313,7 11,3 130,6
19. Gending 96,0 294,8 415,6 990,7 414,2 670,1 854,7 546,3 394,7 101,8 74,9 78,4
20. Dringu -305,0 367,4 881,1 985,5 141,4 -322,2 -366,6 -264,3 -242,2 -355,3 -346,6 -365,9
21. Wonomerto -295,2 115,7 287,5 1.347,7 1.047,1 243,0 -216,3 -264,8 -282,2 -282,2 -283,6 -303,5
22. Lumbang -235,8 -164,1 484,2 707,0 67,4 366,3 70,7 -229,5 -228,3 -170,4 -77,0 -241,8
23. Tongas -150,8 -274,7 1.655,7 4.488,3 219,1 -429,5 -389,8 510,9 -267,2 -424,0 -407,0 149,5
24. Sumberasih -455,7 -360,5 1.100,0 3.484,0 -278,2 -263,2 -373,0 -115,4 -392,9 -392,4 -376,0 -378,2
Jumlah -2.390,0 8.505,7 27.093,2 34.548,3 10.415,2 6.394,2 5.630,3 1.771,1 -2.312,0 -3.485,6 -1.954,1 -1.939,0
Sumber : Bidang Ketahanan Pangan DKPP di olah (2017)
-
Halaman 28
Dari tabel di atas secara keseluruhan Kabupaten
Probolinggo mengalami surplus beras sebesar 82.277 ton
beras, namun terdapat beberapa mengalami defisit
seperti Sukapura, Sumber, Bantaran, Leces, Tegalsiwalan,
Krucil, dan Dringu.
Dilihat dari persebaran persediaan setiap bulan maka
dapat diketahui bahwa masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan beras (pangan) harus mengambil beras dari
daerah lain (sekitar/ lain), disini peran distribusi pangan
dan cadangan pangan menjadi sangat penting.
Contohnya adalah daerah seperti Sukapura
menggantungkan pasokan beras dari luar , Peran
penyimpanan beras oleh masyarakat sendiri sangat
penting.
iii. Pemanfaatan Pangan
Pola komsumsi pangan akan mempengaruhi status
gizi individu. Permasalahan gizi di Kabupaten Probolinggo
cenderung pada gizi kurang, Hal ini ini terlihat dengan
banyaknya jumlah balita kurus, pendek dan wanita
(ibu/calon ibu) yang beresiko kurang energi kronis. Hasil
Pemantauan status gizi (PSG) 2017, terdapat balita dengan
gizi kurang dan buruk (underweight) sebesar 16%, balita
pendek dan sangat pendek (stunting) sebesar 32 %, balita
kurus dan sangat kurus (wasting) 6.1% dan balita gemuk
-
``
Halaman 29
4%. Balita yang mendapat ASI eksklusif hanya sebesar
33,6%, ibu hamil beresiko KEK (Kurang Energi Kronis) sebesar
25,1% dan wanita usia subur beresiko KEK sebesar 14,9%.1
Tabel 3.8. Desa yang diprioritaskan dalam penanganan balita stunting
No Kecamatan Desa No Kecamatan Desa
1 Krejengan Widoro 10 Gading Batur
2 Pakuniran Alaspandan 11 Banyuanyar Banyuanyar Tengah
3 Dringu Mranggon Lawang
12 Paiton Kalikajar Kulon
4 Paiton Petunjungan 13 Krejengan Kedung Caluk
5 Gending Klaseman 14 Dringu Randuputih
6 Krejengan Opo-opo 15 Paiton Sukodadi
7 Gending Bulang 16 Gading Nogosaren
8 Pakuniran Betektaman 17 Sumber Pandansari
9 Gading Bucor wetan 18 Sumber Cepoko
Sumber : Bappeda Kabupaten Probolinggo
Konsumsi pangan penduduk Kabupaten
Probolinggo sudah mencukupi secara kuantitas namun
belum berkualitas. Konsumsi energi dan protein di
Kabupaten Probolinggo tahun 2016 sebesar 2.078
kkal/kap/hari (96,6% AKE) dan 55,9 g/kap/hari (98% AKP).
Adapun konsumsi energi dan protein tahun 2017 sebesar
2.055 kkal/kap/hari (95,5% AKE) dan 55,5 gr/kap/hari (97,3
AKP). Konsumsi energi menurun sebesar 1.1% konsumsi
1 Laporan akhir analisis pola konsumsi dan suplai pangan Kabupaten Probolinggo tahun 2018 DKPP & MWA
-
Halaman 30
protein menurun sebesar 0,72% dari tahun 2017 terhadap
tahun 2016. Skor PPH Kabupaten Probolinggo tahun 2016
adalah 69, meningkat sebesar 4,3% menjadi 72 pada tahun
2017. Konsumsi padi-padian dan gula sudah mencukupi
standar ideal. Kelompok pangan lainnya yaitu umbi-
umbian, pangan hewani, minyak dan lemak, buah/biji
berminyak, kacang-kacangan, serta sayur dan buah
masih belum memenuhi standar ideal.
Pada tahun 2016, pola konsumsi pangan sumber
karbohidrat penduduk adalah beras (71%), terigu (16%),
dan jagung (10%). Pada tahun 2017, pola konsumsi
pangan sumber karbohidrat adalah beras (70%) dan
terrigu (21%). Jagung tidak lagi menjadi konsumsi pangan
sumber karbohidrat. Selain ikan dan kacang kedelai, pola
konsumsi pangan sumber protein pada tahun 2016 adalah
kacang kedelai (45%), ikan (19%), daging unggas (10%),
telur (10%), dan susu (9%). Adapun pola konsumsi pangan
sumber protein pada tahun 2017 memiliki pola yang sama
dengan tahun sebelumnya yaitu kacang kedelai (40%),
ikan (22%), daging unggas (13%) , telur (11%), susu (6%) dan
daging ruminansia (5%). Pola konsumsi vitamin dan mineral
pada tahun 2016-2017 adalah sayuran dan buah-buahan.
Minyak sawit adalah sumber kelompok minyak dan lemak
yang paling banyak dikonsumsi. Hal ini terlihat dari
kontribusi konsumsi energi minyak sawit tahun 2016 dan
-
``
Halaman 31
2017 sebesar 90% dan 93% berturut-turut. Gula pasir
menjadi pola konsumsi pangan sumber gula dengan
kontribusi energi sebesar 98%.
Tabel 3.9. Konsumsi Pangan Penduduk Kabupaten Probolinggo Tahun 2017
No Kelompok Pangan Gram/ kapita/
hari
Kkal/ Kapita/ hari
% AKE 2
g/kapita/ hari
% AKP 3
1 Padi-padian 326,5 1.329 61,8 29,5 51,6
2 Umbi-umbian 48,5 54 2,5 0,5 0,9
3 Pangan hewani 71,3 111 5,2 11,5 20,2
4 Minyak dan Lemak 23,6 213 9,9 0,0 0,0
5 Buah/ Biji berminyak
2,1 12 0,6 0,2 0,4
6 Kacang-kacangan 34,0 86 4,0 8,7 15,3
7 Gula 33,1 121 5,6 0,0 0,0
8 Sayur dan buah 152,9 85 3,9 2,8 4,9
9 Lain-lain 70,8 45 2,1 2,3 4,0
Total 2.055 95,6 55,5 97,3
Sumber : Laporan Akhir Analisis Pola Konsumsi dan Suplai Pangan Kabupaten Probolinggo Tahun 2018
Kemandirian pangan di suatu wilayah dianalisis
berdasarkan perspektif swasembada pangan dimana
pemenuhan kebutuhan (konsumsi) pangan diutamakan
berasal dari kemampuan produksi pangan wilayah.
Kemandirian energi di Kabupaten Probolinggo adalah
3.527 kkal/kapita/hari (147% AKE), protein sebesar 94,3
g/kapita/hari (94,3 %AKE) dan skor PPH 55,8. Kondisi ini
2 Angka Kecukupan Energi : 2.150 kkal/ kapita/ hari 3 Angka Kecukupan Protein : 57 g /kapita /hari
-
Halaman 32
menunjukkan bahwa secara umum Kabupaten
Probolinggo tergolong surplus pangan (>110% AKE) 57
gram namun pangan yang diproduksi keragamannya
masih rendah. Produksi pangan padi-padian (beras,
jagung), umbi-umbian dan sayuran sudah mampu
memenuhi kebutuhan penduduknya dan berpotensi
ekspor. Namun produksi kelompok pangan lainnya masih
belum mampu memenuhi kebutuhan pangan penduduk
secara ideal dan harus dipenuhi dari pasokan (impor)
pangan.
Tabel 3.10. Perbandingan Produksi dan Konsumsi Pangan di Kabupaten Probolinggo berdasarkan komoditi pertanian Tahun 2017
No Komoditi Produksi
(ton) Konsumsi
(ton)
Surplus/ Defisit (ton)
1 Beras 179.832 97.549,75 82.282
2 Jagung 229.366 4.082,74 184.115
3 Ubi kayu 44.795 16.110,25 28.685,35
4 Kedelai 126 13.682,68 -13.556
5 Daging sapi 3.913 2.202,03 1.711,53
6 Daging ayam Tidak ada
data 2.202,03
Tidak ada data
7 Daging Kambing 121 2.202,03 (2.080,72)
8 Daging Kambing Domba
259 2.202,03 (1.942,04)
9 Daging ayam ras 1.558 2.202,03 (643,96)
10 Daging ayam buras 15 2.202,03 (2.186,54)
11 Telur ayam buras 797 2.202,03 (1.404,26)
-
``
Halaman 33
12 Telur itik 2.454 2.202,03 252,07
13 Telur ayam ras 1.801 2.202,03 (400,09)
14 Daging sapi 24.096 2.202,03 21.893,97
15 Daging ayam 3.913 2.202,03 1.711,53
16 Daging Kambing Domba
121 2.202,03 (2.080,72)
Sumber : Bidang Ketahanan Pangan DKPP (2018)
Keamanan Pangan bagi masyarakat masih belum
dapat dipenuhi, karena perlakuan proses produksi
pangan segar masih belum dapat dipantau secara baik
dan pendidikan bagi produsen pangan masih belum
terselenggara secara optimal.
Salah satu proses meningkatkan keamanan pangan
adalah dengan meningkat standar keamanan produksi
hasil pangan segar yang diproduksi oleh para petani di
Probolinggo, hal ini dilakukan UPT Pengawasan dan
Sertifikasi Hasil Pertanian. Untuk saat ini UPT ini masih dalam
tahap pembangunan gedung UPT. Sehingga tidak banyak
yang bisa diperoleh dari UPT ini.
d.2. Permasalahan Urusan Pertanian (Pilihan)
Secara umum masalah Urusan pertanian berkaitan
dengan bagaimana mendapatkan nilai tambah pada
subsektor bahan pangan, hortikultikultura, dan
perkebunan. Nilai tambah dapat diketahui dengan
menggunakan indikator Produksi sektor Tanaman
-
Halaman 34
Pertanian. Sebagaimana kecenderungan pada tahun-
tahun terakhir sektor Pertanian semakin sulit untuk
meningkatkan laju pertumbuhannya. Indikator Produksi
tanaman pertanian ini juga terkait secara langsung
pendapatan para petani. Baik produksi tanaman
pertanian maupun pendapatan petani saling
mempengaruhi secara langsung. Namun peningkatan
produksi tidak selalu meningkatkan pendapatan petani,
selama beberapa tahun terakhir ini semakin banyak faktor
yang berpengaruh seperti kebijakan impor komoditi
pertanian, persaingan komoditi yang sama antar daerah,
kelembagaan petani yang belum menunjang, tata niaga
lokal komoditi pertanian yang kurang menguntungkan,
dan kapasitas pasca panen yang masih rendah.
-
``
Halaman 35
Sedangkan untuk produksi pertanian mengalami
kesulitan yang sangat besar di 2 (dua) tahun terakhir
(tahun 2017-
2018), dimana
produksi
pertanian
mengalami
penurunan
yang sangat
drastis akibat
serangan
hama
penyakit dan
kurangnya air untuk pertanian. Sebagaimana terlihat
pada tabel 3.2. dimana tanaman padi mengalami
penurunan yang signifikan. Untuk tanaman lainnya dari
tahun ke tahun secara perlahan mengalami penurunan
produksi (tanaman ubi kayu, tembakau, mangga, tebu,
kedelai, kelapa, dan lainnya). Berdasarkan data yang ada
penurunan ini terjadi karena alih komoditi (ke padi atau ke
jagung atau ke sengon) atau terjadi alih fungsi lahan
pertanian ke non pertanian (pemukiman, jalan, dan
lainnya).
Gambar 3.2. Produksi Pertanian Tahun 2003
-
Halaman 36
Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Dinas
Pertanian
Kabupaten
Probolinggo
tahun 2016
bersama
dengan
Universitas
Airlangga
menunjukkan
bahwa
bahwa
permasalahan
terbesar yang
dirasakan petani di Kabupaten Probolinggo adalah
masalah Stabilitas Harga. Hingga sekarang harga komoditi
pertanian belum memuaskan dan belum dapat
memberikan kesejahteraan kepada petani secara layak.
Secara umum ketidakseimbangan antara
permintaan dan penawaran masih menjadi
permasalahan. Ketidakseimbangan ini merugikan
produsen (petani) dan konsumen (masyarakat) karena
ketidakpastian yang tinggi menyebabkan barang /
komoditi pertanian tidak tepat waktu panen dan konsumsi,
dan menimbulkan kerugian akibat kerusakan-kerusakan
Sumber: Evaluasi Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap Dinas Pertanian Unair (2016)
Gambar 3.3. Tingkat permasalahan dirasakan petani
-
``
Halaman 37
yang dialaminya selama masa tunggu antara panen
dengan masa konsumsi.
Masalah harga ini juga disebabkan oleh petani tidak
bisa mengelola hasil produksinya, dimana petani secara
umum tidak mempunyai kemampuan untuk menyimpan
hasil panennya secara maksimal beberapa sebab antara
lain :
o Petani terikat untuk segera menjual dengan para
pemodal yang memberikan sarana produksi saat
budidaya
o Petani membutuhkan dana untuk kehidupan sehari-
hari;
o Hasil panen tidak maksimal (rusak akibat serangan
OPT), sehingga dijual dengan dengan umur tanaman
tidak maksimal
o Biaya panen semakin mahal, misalnya ketiadaan
prasarana (jalan usaha tani)
o Petani tidak memanen hasil panennya sendiri, petani
tidak mau mengalami keruwetan dalam masalah
panen dan pemasaran.
Stabilitas harga komoditi pertanian, Harga komoditi
pertanian setiap tahun selalu mengalami fluktuasi, dimana
hal tersebut telah menyulitkan bagi produsen dan
konsumen. Tingkat harga komoditi pertanian terkait
dengan tingkat produksi yang selalu berubah setiap waktu
-
Halaman 38
dan keadaan. Selama lima tahun terakhir (2014-2018)
terjadi lonjakan inflasi beberapa kali akibat tingkat harga
komoditi pertanian, utamanya tanaman pangan (padi)
dan tanaman hortikultura (bawang merah dan cabe).
Beberapa sebab utama fluktuasi harga komoditi pertanian
yang tinggi antara lain :
o Produksi komoditi yang sama di daerah lain,
dengan sering terjadinya bencana alam yang
mengakibatkan puso menyebabkan lonjakan
harga komoditi;
o Petani kebanyakan sangat tergantung kepada
pola pemasaran tradisional. Sebagaimana
contohnya terjadi pola kemitraan tradisional
pemasaran bawang merah yang melibatkan
petani, kios pertanian, pedagang lokal, pengepul,
pedagang besar dimana proses pembiayaan
yang didapatkan oleh petani pada awal
budidaya membawa konsekuensi pada
penjualan hasil panen yang tidak
menguntungkan para petani dibandingkan
potensi keuntungan yang seharusnya didapatkan.
o Kualitas yang menurun akibat perubahan cuaca
dan serangan hama penyakit;
-
``
Halaman 39
o Semakin mudahnya akses teknologi informasi
mempengaruhi perubahan harga komoditi
secara cepat;
o Kebijakan impor komoditi pertanian, isue impor
bagi petani sering dianggap tidak berpihak
kepada para petani, pada beberapa kasus
petani tebu sering melakukan proses terhadap
kebijakan impor gula oleh pemerintah. Sistem
pasar bebas menyebabkan hasil lelang gula harus
berhadapan dengan gula impor, sehingga
menyulitkan peningkatan harga gula lokal;
o Tidak tersedianya sarana pasca panen dan
pengolahan komoditi pertanian yang memadai
dalam mendongkrak daya saing komoditi
pertanian. Hal ini terjadi pada komoditi tebu,
dimana animo petani tebu dalam budidaya
sering terkendala dengan proses penggilingan
tebu di pabrik gula. Harapan yang tinggi sering
tidak tercapai karena hasil proses penghitungan
rendemen dianggap rendah, dengan beberapa
sebab seperti antrian penggilingan yang
panjang.
o Kurang sesuainya mutu komoditi dengan
permintaan pasar, Hal ini terjadi pada tanaman
jagung, Dimana hasil panen jagung Kabupaten
-
Halaman 40
Probolinggo kurang memenuhi mutu produk yang
diharapkan beberapa perusahaan pembeli
karena dianggap masih kotor, tingkat kerusakan
yang besar. Disini pengaruh varietas benih jagung
dengan produktivitas yang tinggi kadang tidak
bagus jika diolah dengan teknologi pasca panen
yang dimiliki perusahaan tersebut, akibatnya
jagung Probolinggo dibeli dengan harga yang
lebih rendah dari jagung wilayah lain (Banyuwangi
atau Situbondo)
Disamping permasalahan yang dirasakan oleh petani
sebagaimana hasil survei diatas maka terdapat persoalan
besar yaitu masalah perubahan iklim, kerusakan
lingkungan, dan bencana alam yang membawa
konsekuensi kinerja bidang pertanian. Sedangkan untuk
menjaga tingkat kestabilan harga komoditi (terutama
komoditi hortikultura) diperlukan kemitraan, namun hal
tersebut tidak mudah. Selama ini para petani kesulitan
mencari pihak yang dapat diajak bermitra secara
langsung dalam menampung hasil panen mereka.
Banyak tanaman buah dan tanaman perkebunan
tahunan (misalnya mangga, alpokat, kelapa, dan kopi)
yang mengalami penurunan produktivitas-beberapa
-
``
Halaman 41
penyebabnya antara lain tanaman tua atau rusak akibat
diserang penyakit sehingga perlu dilakukan eradikasi.
Gambar 3.4. Grafik Produktivitas tanaman buah di Kabupaten Probolinggo tahun 2002-2017
Sumber : Statistik Pertanian DKPP (2002-2017)
Serangan hama penyakit, Sejak beberapa tahun
terakhir sering terjadi serangan organisme pengganggu
tanaman secara masif sehingga menimbulkan kerugian
yang sangat besar. Terjadinya serangan OPT yang masif
ini bersamaan dengan perubahan iklim yang tidak pasti
(hujan sepanjang tahun ataupun cuaca yang sangat
panas) sehingga mendorong perkembangbiakan OPT
yang ekstrim. Penyebab lain adalah pola budidaya
tanaman pertanian yang masif sehingga mengganggu
ekosistem, seperti misalnya tahun 2017 terjadi ledakan
(outbreak) serangan hama wereng coklat pada tanaman
-
Halaman 42
padi sehingga menyebabkan ratusan hektar mengalami
penurunan produktivitas dan puso. Pada kasus ini terjadi
resurjensi karena hama tidak mempan dikendalikan
secara kimia, proses terjadi karena sejak tahun 2015
dilakukan penamaman padi secara masif. Kejadian pada
tanaman padi juga terjadi pada tanaman bawang
merah, dimana petani harus mengeluarkan biaya ektra
untuk pengendalian hama ulat bawang (spodoptera
exiqua).
Serangan hama penyakit pada tanaman padi –
berdasarkan kawasan padi terdapat perbedaan karakter
seranngan OPT seperti misalnya Kecamatan Gading yang
lebih banyak mengalami serangan hama tikus
dibandingkan jenis OPT lain.
Pada tanaman kelapa banyak terjadi serangan
hama kwangwung, pada daerah sepanjang pantai
utara, sehingga sepanjang pantai utama tidak layak untuk
pengembangan tanaman kelapa.
Ketersediaan air semakin terbatas, Para petani
dalam melakukan budidayanya tergantung kepada
ketersediaan air, Selama kurun waktu 2010-2017 budidaya
pertanian cenderung mengalami penurunan. Salah satu
faktor yang sangat mempengaruhi adalah ketersediaan
air, sebagaimana terlihat pada tabel dibawah ini yang
-
``
Halaman 43
menunjukkan adanya kecenderungan penurunan indeks
penanaman padi selama 4 tahun terakhir. Penanaman
padi 3 kali menurun menjadi 2 atau 1 kali tanam.
Penurunan luas tanam padi ini disebabkan oleh peralihan
ke komoditi non padi yang lebih sedikit memerlukan air,
seperti tanaman jagung, tembakau, ataupun tanaman
hortikultura (cabe dan bawang merah).
Subsidi pupuk, Para petani sering mengalami
permasalahan dengan ketersediaan pupuk, dimana
waktu tanam dan ketesediaan pupuk tidak selalu sinkron.
Di wilayah yang agak jauh dari pusat perkotaan, petani
sering tidak mendapatkan pupuk yang berimbang atau
hanya menggunakan pupuk urea saja akibatnya
produktivitasnya sangat rendah (hal ini dibuktikan dengan
data ubinan yang ada). Penyebabnya adalah petani
belum memiliki pengetahuan dan kemampuan / akses
dalam mengaplikasikan teknologi pemupukan.
Upaya pemerintah dalam memperbaiki distribusi
pupuk bersubsidi melalui kartu tani masih belum optimal
akibat belum selesainya pendataan para petani secara
akurat sehingga bisa diaplikasikan oleh pihak bank
sebagai penyalur dana.
Penggunaan alsintan, masih belum optimal, selama
5 (lima) tahun terakhir ini bantuan alsintan sangat banyak
-
Halaman 44
dan telah dibentuk kelompok-kelompok tanam panen
(brigade alsintan). Namun seringkali alat mesin pertanian
yang dibantukan tidak dapat diaplikasi secara optimal,
penyebabnya adalah ketidaksesuaian alsintan mesin
dengan kondisi lahan, suku cadang yang rusak. Bantuan
alsintan yang terdahulu belum didukung kesiapan yang
memadai tentang kelembagaan, ketrampilan kelompok,
kesiapan prasarana utamanya jalan usaha tani.
Berkurangnya lahan pertanian baik lahan sawah
maupun non sawah, permasalahan alih fungsi lahan
pertanian merupakan permasalahan yang terjadi di
mana-mana, dan mengancam tingkat produksi hasil
pertanian. Dari data penggunaan lahan terlihat bahwa
terdapat penurunan penggunaan lahan untuk budidaya
pertanian. Perubahan ini tidak bisa dihindari, namun yang
perlu dilakukan adalah penataan alih fungsi lahan melalui
penetapan RTRW dan RDTR, sehingga perubahan alih
fungsi tidak liar dan merusak lahan pertanian yang masih
berpotensi. Untuk saat ini telah ditetapkan LP2B yang
berfungsi sebagai kendali perubahan lahan pertanian.
1. Semakin banyak alih fungsi lahan pertanian ke non
pertanian. Pada tahun 2018 dilakukan identifikasi
dan verifikasi luas sawah tanaman pangan,
hortikultura, dan perkebunan oleh BPN dimana hasil
-
``
Halaman 45
akhir ditemukan luasan 39.525 Ha, angka ini
menjadi bahan bagi pemerintah pusat dalam
mengambil kebijakan tentang PLP2B;
Alih fungsi lahan pertanian yang terjadi adalah
diluar LP2B, sebagaimana diketahui bahwa luas
LP2B yang ditetapkan adalah 38.692 Ha sehingga
untuk mengendalikan luasan LP2B itu dibentuk
TKPRD (Tim Koordinasi Penataan Ruang Daerah) yang
secara teknis menilai pemanfaatan tata ruang
khususnya lahan-lahan pertanian yang akan
dialihfungsikan.
Dalam prakteknya walaupun Luas LP2B masih tetap
namun masih ada penurunan luas lahan pertanian
di area non LP2B, dan sawah tersebut adalah
sawah yang cukup produktif. Hal inilah yang
secara langsung mengurangi kinerja produksi
tanaman pertanian. Peruntukan paling banyak
adalah Permukiman, industri pengolahan, dan
gudang.
Namun pengendalian lahan ini masih banyak
kendala diantaranya adalah belum adanya data
kepemilikan LP2B by name by adress. Berdasarkan Perda
nomor 10 tahun 2015 tentang PLP2B, dalam pelaksanaan
harus mempunyai data kepemilikan lahan pertanian di
kawasan PLP2B dalam bentuk by name by adress.
-
Halaman 46
Berkembangnya secara pesat pohon sengon di
wilayah Kabupaten Probolinggo telah mengikis produksi
tanaman pangan, hortikultura, dan tanaman perkebunan.
Perkembangan lima tahun terakhir ini telah terjadi alih
fungsi tananam jagung, tanaman mangga, tanaman ubi
kayu ke tanam sengon. Selain itu tanaman sengon di
sinyalir sebagai penyebab penurunan kualitas tanaman
pertanian lainnya, karena tanaman sengon dianggap
mendominasi penyerapan unsur lain tanaman lainnya
disekitarnya dan tingginya pohon sengon yang menutupi
tanaman lainnya.
Kelembagaan petani yang masih lemah, Jika
dibandingkan dengan kelompok tani di Jawa Timur maka
Kelompok tani di Kabupaten Probolinggo masih bisa
dianggap tertinggal. Persoalan ini kelembagaan ini tentu
saja sangat menentukan kinerja bidang pertanian di
Kabupaten Probolinggo terutama bagaimana petani
secara umum menerapkan teknologi pertanian yang ada.
Sebaran kelas kelompok tani ini yang perlu
diperhatikan adalah kelompok tani Pemula yang masih
banyak di Kabupaten Probolinggo, jika dilihat korelasi
antara kelompok pemula dengan kinerja maka terlihat
bahwa daerah dengan kelompok pemula yang dominan
juga mengalami kinerja yang tidak bagus.
-
``
Halaman 47
Jika dilihat grafik disamping terlihat kelompok tani
pemula mempunyai
komposisi mencapai 69 %
hal ini saja menjadi
perhatian bagaimana
mengangkat kelompok
tani pemula menjadi
kelompok tani lanjutan.
Tentu saja ini berkorelasi
dengan hasil survey yang telah dilakukan perlu
meningkatkan kunjungan para petugas lapangan kepada
para petani. Selain itu terdapat kelompok petani yang
berpotensi sehingga diharapkan dapat mengembangkan
agribisnis lebih lanjut di masa akan datang.
Gambar 3 5. Perbandingan % kelas kelompok tani
top related