abstrak model klasifikasi numerik spasial pada … filei abstrak model klasifikasi numerik spasial...
Post on 09-May-2019
227 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
ABSTRAK
MODEL KLASIFIKASI NUMERIK SPASIAL PADA KAWASAN LAHAN
PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DI KABUPATEN BADUNG
DAN KOTA DENPASAR
Pertambahan jumlah dan aktivitas penduduk untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya sangat mempengaruhi terhadap pemanfaatan sumberdaya lahan.
Kebutuhan lahan untuk kegiatan dan aktivitas penduduk semakin lama terus
bertambah, sedangkan ketersediaan lahan jumlahnya terbatas, sehingga akan
terjadi perubahan penggunaan lahan. Akibatnya permasalahan yang dihadapi
terjadinya degradasi lahan dan konversi lahan pertanian menjadi non-pertanian.
Tujuan penelitian ini adalah (1) Menentukan parameter klasifikasi numerik spasial
pertanian pangan berkelanjutan di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar (2)
Mengetahui proyeksi neraca pangan di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar
pada tahun 2020, 2030, 2040, dan 2050 (3) Menetapkan fungsi klasifikasi
numerik spasial dalam pembuatan model zonasi kawasan lahan pertanian
berkelanjutan di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar (4) Menentukan model
kawasan yang sesuai untuk melindungi lahan pertanian berkelanjutan dalam skala
ruang dan waktu di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar.
Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif (survei dan analisis
tanah) dan metode kualitatif (studi pustaka, wawancara dan analisis spasial).
Parameter yang diamati untuk Kabupaten Badung sebanyak 11 parameter dan
Kota Denpasar sebanyak 9 parameter. Klasifikasi numerik hasil analisis parameter
menggunakan standar deviasi dan rata-rata dari populasi data serta hubungan
proyeksi lahan sawah dalam neraca pangan dengan pemodelan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, jumlah parameter klasifikasi
numerik di wilayah pedesaan (Kabupaten Badung) berbeda dengan di wilayah
perkotaan (Kota Denpasar). Pada wilayah perkotaan jumlah parameter lebih
sedikit dibandingkan dengan wilayah pedesaan. Klasifikasi numerik berdasarkan
pembobotan dan skor menghasilkan sebaran populasi hasil analisis parameter
yang memiliki standar deviasi dan nilai rata-rata. Klasifikasi numerik
menghasilkan 5 model, yang terbagi menjadi 3 kawasan yaitu kawasan lestari,
penyangga dan terkonversi di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar. Kurva
populasi hasil analisis parameter di Kabupaten Badung menunjukkan kurva yang
tidak normal berbeda dengan Kota Denpasar menunjukkan kurva normal. Oleh
karena itu Kota Denpasar pemodelan dilakukan diseluruh wilayah sedangkan di
Kabupaten Badung pemodelan dilakukan disetiap kecamatan. Hubungan
pemodelan dan proyeksi lahan dalam neraca pangan di Kabupaten Badung
ditentukan dari luas lahan lestari sedangkan di Kota Denpasar disesuaikan dengan
ii
RTH dalam RTRW Kota Denpasar 2011-2031. Pemodelan di Kecamatan Petang
pada tahun 2020, 2030, 2040 dan 2050 menggunakan model 5, di Kecamatan
Abiansemal pada tahun 2020, 2030, 2040 dan 2050 berturut-turut menggunakan
model 5, 4, 1, dan 2, di Kecamatan Mengwi pada tahun 2020, 2030, 2040 dan
2050 berturut-turut menggunakan model 5,4,3, dan 1, di Kecamatan Kuta Utara
pada tahun 2020, 2030, 2040 dan 2050 berturut-turut menggunakan model 5, 4, 4,
dan 4 dan di Kecamatan Kuta pada tahun 2020, 2030, 2040 dan 2050 berturut-
turut menggunakan model 4, 3, 1, dan 1. Di Kota Denpasar pada tahun 2020,
2030, 2040 dan 2050 berturut-turut menggunakan model 5, 4, 3 dan 2.
Kesimpulan umum menunjukkan bahwa klasifikasi numerik menghasilkan 5
model, yang terbagi menjadi 3 kawasan yaitu kawasan lestari, penyangga dan
terkonversi di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar. Pemodelan di Kabupaten
Badung (perdesaan) berbeda dengan di Kota Denpasar (perkotaan), begitu juga
kurva populasi hasil analisis parameter di Kabupaten Badung menunjukkan kurva
tidak normal sedangkan di Kota Denpasar menunjukkan kurva normal. Hubungan
pemodelan dan proyeksi lahan dalam neraca pangan di Kabupaten Badung
didasarkan dari luas lahan lestari sedangkan di Kota Denpasar disesuaikan dari
RTHK dalam RTRW Kota Denpasar 2011-2031.
Kata Kunci : spasial, sistem informasi spasial, klasifikasi numerik, model pertanian
pangan berkelanjutan
iii
ABSTRACT
MODEL OF NUMERICAL SPATIAL CLASIFICATION IN
SUSTAINABLE AGRICULTURE REGION IN BADUNG REGENCY AND
DENPASAR CITY
Increase in the number and activity of the population to meet the needs
of their lives greatly affect the utilization of land resources. Land needs for
activities and activities of the population continues to grow, while the availability
of land is limited, so that there will be changes in land use. As a result, the
problems faced by land degradation and conversion of agricultural land become
non-agricultural. The objectives of this research are: (1) Determine parameter of
spatial numerical classification of sustainable food agriculture in Badung Regency
and Denpasar City (2) To know the projection of food balance in Badung Regency
and Denpasar City in 2020, 2030, 2040, and 2050 (3) The specify of function of
spatial numerical classification in the making of zonation model of sustainable
agricultural land area in Badung regency and Denpasar city (4) Determine the
appropriate model of the area to protect sustainable agricultural land in spatial and
time scale in Badung and Denpasar regencies. The method used are quantitative methods (survey and soil analysis) and
qualitative methods (literature review, interviews and spatial analysis). The parameters
observed for a total of 11 parameters Badung regency and Denpasar as much as 9
parameters. Numerical classification parameter analysis results using the standard
deviation and the mean of the population data and projections relationship rice field in the
food balance sheet by modeling.
The result of the reasearch showed that, the number of different numerical
classification parameters in rural areas (Badung) and urban areas (Denpasar), in urban
areas the number of parameters is less than the rural areas. The based on numerical
classification weighting and scores generate population distribution parameter analysis
results of a standard deviation and average value. Numerical classification produces 5
models, which is divided into three zones are sustainable neighborhood, buffer and
converted in Denpasar and Badung. The results of Population curve parameter analysis in
Denpasar showed normal curve, in contrast to the Badung regency showed abnormal
curve, therefore Denpasar modeling carried out throughout the region, while in the
Badung regency modeling done in each district. Relationship modeling and projections
lands role in food balance in Badung views of sustainable land area whereas in Denpasar
seen from any connection to the green open spaces in the spatial plan Denpasar 2011-
2031. Modeling in District of Petang in 2020, 2030, 2040 and 2050 model 5, in District of
Abiansemal in 2020, 2030, 2040 and 2050 respectively using a model 5, 4, 1, and 2, in
District of Mengwi in 2020, 2030, 2040 and 2050 respectively using the model 5,4,3, and
1, in the district of North Kuta in 2020, 2030, 2040 and 2050 respectively using a model
5, 4, 4, and 4 and in the district of Kuta on 2020, 2030, 2040 and 2050 respectively using
model 4, 3, 1 and Denpasar City in 2020, 2030, 2040 and 2050 respectively using a
model 5, 4, 3 and 2. The general conclusion shows that the numerical classification
produces 5 models, which is divided into three area ie sustainable region, buffer and
converted in Badung and Denpasar. Modeling in Badung (rural) is different in Denpasar
(urban), as well as population curve parameter analysis results in Badung showed
abnormal curve while in Denpasar showed normal curve. Relationship modeling and
projections lands role in food balance in the Badung regency sustainable in terms of land
iv
area, while in Denpasar in terms of linkages with RTHK in Denpasar City RTRW 2011-
2031.
Keywords: Spatial, GIS, Model of numerical classification, Model of sustainable
food agriculture.
v
RINGKASAN
MODEL KLASIFIKASI NUMERIK SPASIAL PADA KAWASAN
PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DI KABUPATEN BADUNG
DAN KOTA DENPASAR
Pertambahan jumlah dan aktivitas penduduk untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya sangat mempengaruhi terhadap pemanfaatan sumberdaya lahan.
Kebutuhan lahan untuk kegiatan dan aktivitas penduduk semakin lama terus
bertambah, sedangkan ketersediaan lahan jumlahnya terbatas, sehingga akan
terjadi perubahan penggunaan lahan. Disamping itu permasalahan yang dihadapi
dalam pangan nasional saat ini adalah degradasi kesuburan tanah, adanya impor
beras, kompetisi pemanfaatan air semakin meningkat dan infrastruktur
pertanian/pedesaan masih kurang memadai serta maraknya fenomena
konversi/alih fungsi lahan pertanian saat ini.
Tujuan umum penelitian ini adalah (1) Menentukan parameter klasifikasi
kawasan lahan pertanian berkelanjutan (2) Proyeksi neraca pangan di Kabupaten
Badung dan Kota Denpasar pada tahun 2020, 2030, 2040, dan 2050 (3) Membuat
model klasifikasi numerik untuk menentukan zonasi kawasan lahan pertanian
berkelanjutan (4) Menentukan model yang sesuai untuk melindungi lahan
pertanian berkelanjutan dengan bertambahnya waktu di Kabupaten Badung dan
Kota Denpasar.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif
(survei dan analisis tanah) dan metode kualitatif (studi pustaka, wawancara dan
analisis spasial). Parameter yang diamati dalam penelitian untuk Kabupaten
Badung sebanyak 11 parameter dan Kota Denpasar sebanyak 9 parameter.
Adapun parameter klasifikasi numerik dan data spasial meliputi yaitu : (1)
kesesuaian lokasi sawah dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), (2)
penggunaan lahan, (3) posisi dan lokasi subak pada DAS, (4) sumber air, (5)
bentuk wilayah, (6) curah hujan, (7) tinggi tempat, (8) kesesuaian lahan
agroekosistem, (9) produktivitas, (10) jarak dari pusat kota, dan (11) luas
minimal. Sedangkan parameter yang tidak diamati dari 11 parameter untuk Kota
Denpasar hanya parameter nomor (5) dan (7) yaitu tinggi tempat dan bentuk
wilayah. Citra yang dipakai untuk Kabupaten Badung adalah Citra Quick Bird
2013 liputan tahun 2012, sedangkan untuk Kota Denpasar menggunakan Citra
Wordview tahun 2015.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proyeksi neraca pangan di
Kabupaten Badung yaitu di Kecamatan Petang dengan model IP = 2,5 dan
produktivitas sebesar 7 ton/ha, Kecamatan Abiansemal, Mengwi, Kuta Utara dan
Kuta masing-masing dengan model IP = 2,5 dan produktivitas 8 ton/ha didapatkan
kondisi neraca pangan pada tahun 2015 yaitu defisit pangan (-32843,44 ton beras),
tahun 2020 yaitu surplus pangan (25155,19 ton beras), tahun 2030 yaitu surplus
pangan (3401,79 ton beras), tahun 2040 yaitu defisit pangan (- 18434,78 ton
beras) dan tahun 2050 yaitu defisit pangan (-11824,82 ton beras). Proyeksi neraca
pangan di Kota Denpasar dengan model IP =2,5 dan produktivitas 8 ton/ha
didapatkan kondisi neraca pangan pada tahun 2015 yaitu defisit pangan
vi
(-90931,35 ton beras), tahun 2020 yaitu defisit pangan (-112514,73 ton beras),
tahun 2030 yaitu defisit pangan (-142065,17 ton beras), tahun 2040 yaitu defisit
pangan (-173229,00 ton beras), dan tahun 2050 yaitu defisit pangan (-203716,97
ton beras).
Luas lahan pertanian pangan berkelanjutan merupakan luas sawah lestari
sesuai proyeksi luas lahan sawah dengan neraca pangan.
Kabupaten Badung meliputi :
(a) Kecamatan Petang tahun 2020 luas sawah lestari sama dengan luas sawah
lestari tahun 2030, tahun 2040 dan tahun 2050 yaitu sebesar 1.173 ha dan
seluruhnya menggunakan model 5,
(b) Kecamatan Abiansemal, luas sawah lestari tahun 2020 sebesar 2.848,51 ha
yang menggunakan model 5, tahun 2030 luas sawah lestari sebesar 2.808,80
ha dengan menggunakan model 4, tahun 2040 luas sawah lestari sebesar
2.767,85 ha menggunakan model 1, dan tahun 2050 luas sawah lestari
sebesar 2.727,52 ha menggunakan model 2,
(c) Kecamatan Mengwi tahun 2020 dengan luas sawah lestari seluas 4.348,05
ha yang menggunakan model 5, tahun 2030 luas sawah lestari sebesar
4.204,08 ha dengan menggunakan model 4, tahun 2040 luas sawah lestari
sebesar 4.060,11 ha menggunakan model 3, dan tahun 2050 luas sawah
lestari sebesar 3916,14 ha menggunakan model 1,
(d) Kecamatan Kuta Utara tahun 2020 luas sawah lestari sebesar 1.425,35 ha
menggunakan model 5, tahun 2030 luas sawah lestari sebesar 1.370,25 ha
dengan menggunakan model 4, tahun 2040 luas sawah lestari sebesar
1.315,15 ha menggunakan model 4, dan tahun 2050 luas sawah lestari
sebesar 1.260,05 ha menggunakan model 4,
(e) Kecamatan Kuta tahun 2020 luas sawah lestari sebesar 18,5 ha
menggunakan model 4, tahun 2030 luas sawah lestari sebesar 1,5 ha dengan
menggunakan model 3, tahun 2040 luas sawah lestari sebesar 0 ha
menggunakan model 1, dan tahun 2050 luas sawah lestari sebesar 0 ha
menggunakan model 1.
Kota Denpasar (perkotaan), tahun 2020 luas sawah lestari sebesar 1705,21
ha yang menggunakan model 5, tahun 2030 luas sawah lestari sebesar 1563,62 ha
yang menggunakan model 4, tahun 2040 luas sawah lestari sebesar 964,22 ha
yang menggunakan model 3, dan tahun 2050 luas sawah lestari sebesar 556,6 ha
yang menggunakan model 2.
Faktor dominan yang mempengaruhi kawsasan lestari, penyangga dan
terkonversi di Kabupaten Badung adalah kesesuaian lahan sawah dengan RTRW,
morfologi DAS, curah hujan, tinggi tempat, dan bentuk wilayah (lereng)
sedangkan di Kota Denpasar faktor dominan yang mempengaruhi adalah
kesesuaian lahan sawah dengan RTRW dan Posisi Sawah subak dalam DAS.
vii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM.......................................................................................... i
PRASYARAT GELAR ................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI KELAYAKAN HASIL PENELITIAN.. iv
UCAPAN TERIMAKASIH ............................................................................ v
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
ABSTRACT .................................................................................................... x
RINGKASAN ................................................................................................. xii
DAFTAR ISI ................................................................................................. xiv
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xix
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xxii
. DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH.................... xxiii
BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................... 7
1.3.1 Tujuan Umum ........................................................... 7
1.3.2 Tujuan Khusus .......................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................. 8
1.4.1 Manfaat Akademik..................................................... 8
1.4.2 Manfaat Praktis.......................................................... 8
BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................
9
2.1 Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (PLP2 ............... .................. 9
2.2 ZonasiKawasan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan ........................................................................
15
2.3
Kriteria Perencanaan dan Penetapan Kawasan, Lahan, dan
Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan...............
18
2.3.1 Pertumbuhan penduduk dan kebutuhan konsumsi pangan
........................................................................
19
2.3.2 Kebutuhan Pangan Indonesia dan Bali ....................... 20
2.3.3 Pengembangan Ilmu Pengetahuan .............................. 22
2.3.4 Musyawarah Petani ..................................................... 23
2.3.5 Kesesuaian lahan lokasi penelitian ............................. 24
2.3.6 Ketersediaan infrastruktur ........................................... 29
2.3.7 Penggunaan lahan ......................................................... 29
2.4 Kriteria Kawasan Lahan Pangan Pertanian Berkelanjutan ... 32
2.5 Penetapan Kawasan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
Berbasis Geography Information System (GIS) ................... 38
viii
BAB III. KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN ................ 42
3.1 Kerangka Berpikir ................................................................................. .................. 42
3.2 Kerangka Konsep ................................................................................... .................. 49
3.3 Hipotesis Penelitian ............................................................................... .................. 53
BAB IV. METODE PENELITIAN ...................................................................... 56
4.1 Rancangan Penelitian ............................................................................. .................. 56
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................. .................. 57
4.2.1 Lokasi Penelitian ............................................................ 57
4.2.2 Waktu Penelitian ............................................................ 58
4.3 Penentuan Sumber Data ......................................................................... .................. 58
4.4 Variabel Penelitian ................................................................................. .................. 61
4.5 Bahan Penelitian .................................................................................... .................. 61
4.6 Instrumen Penelitian .............................................................................. .................. 64
4.7 Prosedur Penelitian ............................................................................... .................. 64
4.7.1 Penelitian Pendahuluan ................................................ 64
4.7.2 Analisis Data dan Interpretasi Citra Satelit ................ 65
4.7.3 Pemutakhiran Sumberdaya Lahan (SDL).................... 66
4.7.4 Penetapan Luas Baku Sawah ....................................... 69
4.7.5 Kriteria Parameter Klasifikasi dan Pemetaan PLP2B .. 70
4.7.6 Neraca Pangan Tahun 2020, 2030, 2040 dan 2050 di
Kabupaten Badung dan Kota Denpasar ......................
83
BAB V.
HASIL DAN PEMBAHASAN
91
5.1 Hasil Penelitian....................................................................... 91
5.1.1 Parameter Klasifikasi Numerik Spasial Di Kawasan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) Di Kabupaten
Badung dan Kota Denpasar ...................................................
91
5.1.1.1 Kesesuaian sawah dengan RTRW (Rencana Tata
Ruang Wilayah) Kabupaten Badung dan Kota
Denpasar ..................................................................
92
5.1.1.2 Penggunaan Lahan .................................................. 95
5.1.1.3 Posisi Sawah dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) . 97
5.1.1.4 Jenis Pengairan Sawah ......................................... 103
5.1.1.5 Curah Hujan ............................................................ 105
5.1.1.6 Bentuk Wilayah ....................................................... 110
5.1.1.7 Tinggi Tempat ........................................................ 111
5.1.1.8 Kesesuaian Lahan Agroekosistem ........................... 113
5.1.1.9 Produksi Padi Sawah .............................................. 122
5.1.1.10 Jarak Dari Pusat Kota ............................................ 123
5.1.1.11 Luas Sawah Minimal ............................................ 126
5.1.2
Proyeksi Jumlah Penduduk, Luas Sawah dan Neraca Pangan di
Kabupaten Badung dan Kota Denpasar.................
131
5.1.2.1 Proyeksi Jumlah Penduduk di Kabupaten Badung dan
ix
Kota Denpasar ........................................................ 131
5.1.2.2 Proyeksi Luas Sawah di Kabupaten Badung dan Kota
Denpasar ..........................................................
134
5.2.3 Neraca Pangan di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar
..................................................................
152
5.1.3
Klasifikasi Numerik, Zonasi Kawasan Lahan di Kabupaten
Badung dan Kota Denpasar .................................................
157
5.1.3.1 Model Klasifikasi Numerik dan Zonasi Kawasan
Lahan sawah di Kabupaten Badung.........................
157
5.1.3.2 Model Zonasi Kawasan Lahan Sawah Subak di Kota
Denpasar...........................................................
177
5.1.4 Hasil Hubungan Pemodelan Neraca Pangan dan Pemodelan
Skoring Parameter di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar
.........................................................................
190
5.2 Pembahasan Umum ......................................................... 198
Kebaharuan (Novelty) Hasil Penelitian ............................ 201
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 202
6.1 Simpulan .................................................................................... 202
6.2 Saran ........................................................................................... 204
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 206
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................... 212
x
DAFTAR TABEL
Halaman
2.1 Luas Lahan Sawah di Provinsi Bali Tahun 1999 - 2013 ................... 14
2.2 Luas Tanah Menurut Penggunaan Lahan di Kabupaten Badung
Per Kecamatan Tahun 2015................................................................ 31
2.3 Luas Wilayah Kota Denpasar Dirinci per Kecamatan (hektar) .........
2.4 Kriteria Pembobotan dan Penskoran Masing-Masing Parameter
Untuk Klasifikasi Subak ..................................................................... 32
4.1 Hubungan Variabel dengan Sumber Data (Data Primer, Data
Sekunder dan Analisis Data).............................................................. 34
4.2 Hubungan Parameter dengan Jenis Analisis dan Metode Analisis...... 59
4.3 Kriteria Pembobotan dan Penskoran masing-masing Parameter untuk
Klasifikasi Lahan Pertanian pada Kabupaten Badung ...............................
63
4.4 Kriteria Pembobotan dan Penskoran masing-masing Parameter untuk Klasifikasi Lahan Pertanian pada Kota Denpasar ........................................
76
4.5 Kriteria Pembobotan dan Penskoran masing-masing Parameter untuk Klasifikasi Lahan Pertanian pada Kabupaten Badung .........................
80
5.1 Rata-rata Produksi Padi Sawah per Kecamatan di Kabupaten Badung
(BPP Kecamatan Petang, Kecamatan Abiansemal, Kecamatan Mengwi,
Kuta Utara 2015) .........................................................................................
75
5.2 Data Proyeksi Jumlah Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Badung
pada Tahun 2015, 2020, 2040 dan 2050 ......................................................
122
5.3 Data Hasil Proyeksi Luas Sawah Per Kecamatan di Kabupaten Badung
pada Tahun 2020, 2030, 2040 dan 2050........................................................
132
5.4 Data Neraca Pangan di Kabupaten Badung Tahun 2015, 2020,
2030, 2040 dan 2050..........................................................................
135
5.5 Data Hasil Analisis Neraca Pangan di Kota Denpasar
pada Tahun 2020, 2030, 2040 dan 2050............................................
152
5.6 Data Hasil Overlay Poligon Parameter di Kabupaten Badung ......... 153
5.7 Zonasi Kawasan Dalam Berbagai Pemodelan di Kabupaten
Badung..............................................................................................
156
5.8 Data Hasil Overlay Poligon Parameter di Kota Denpasar ............... 158
5.9 Zonasi Kawasan dalam berbagai Pemodelan di Kabupaten
Denpasar............................................................................................
176
5.10 Data Luas Lahan Sawah Dalam Neraca Pangan di Kabupaten
Badung..............................................................................................
178
5.11 Data Luas Kawasan Dalam Pemodelan di Kabupaten Badung ....... 189
5.12 Data Kesesuaian Luas Lahan Sawah Dalam Neraca Pangan Dengan
xi
Pemodelan di Kabupaten Badung .................................................... 190
5.13 Data Luas Lahan Sawah Dalam Neraca Pangan di Kota Denpasar .. 191
5.14 Data Luas Kawasan Dalam Pemodelan di Kota Denpasar .............. 195
5.15 Data Kesesuaian Luas Lahan Sawah Dalam Neraca Pangan Dengan
Pemodelan di Kota Denpasar ............................................................
196
xii
DAFTAR GAMBAR
2.1 Grafik batang luas lahan sawah di Provinsi Bali
Tahun 1999-2013.....................................................................................................
3.1 Bagan alir kerangka berpikir penelitian ...........................................................
3.2 Bagan alir kerangka konsep penelitian...........................................................
4.1 Peta lokasi penelitian dan lokasi sampel di Kabupaten Badung ...............
4.2 Peta lokasi penelitian dan lokasi sampel di Kota Denpasar.......................
4.3 Diagram alir penelitian tahap I – III ................................................................
5.1. Peta kesesuaian lahan sawah dengan RTRW Kabupaten Badung .............
5.2. Peta kesesuaian sawah tahun 2015 dengan RTRW Kota Denpasar
Tahun 2011-2031 ............................................................................................
5.3. Peta penggunaan lahan di Kabupaten Badung ..............................................
5.4. Peta penggunaan lahan sawah tahun 2015 di Kota Denpasar .....................
5.5. Peta posisi sawah dalam DAS di Kabupaten Badung....................................
5.6. Peta posisi sawah dalam DAS di Kota Denpasar............................................
5.7. Peta jenis pengairan sawah di Kabupaten Badung.........................................
5.8. Peta jenis pengairan sawah di Kota Denpasar................................................
5.9. Peta curah hujan di Kabupaten Badung ........................................................
5.10. Peta curah hujan di Kota Denpasar ..............................................................
5.11. Peta bentuk wilayah sawah di Kabupaten Badung ......................................
5.12. Peta ketinggian tempat sawah di Kabupaten Badung ..................................
5.13. Peta kesesuaian lahan potensial sawah di Kabupaten Badung....................
5.14. Peta kesesuaian lahan potensial pada lahan sawah Kota Denpasar ...........
5.15. Peta produksi padi sawah di Kabupaten Badung .......................................
5.16. Peta produksi padi sawah di Kota Denpasar ..............................................
5.17. Peta jarak sawah dari pusat kota di Kabupaten Badung ...........................
5.18 Peta jarak sawah dari pusat kota di Kota Denpasar ....................................
5.19. Peta luas sawah di Kabupaten Badung .......................................................
5.20 Peta luas sawah di Kota Denpasar ..............................................................
Hal.
15
49
55
60
62
90
94
95
98
99
101
102
106
107
109
110
112
114
118
121
124
125
127
128
130
131
xiii
5.21. Grafik Proyeksi Jumlah Penduduk di Kota Denpasar pada Tahun 2020,
2030, 2040 dan 2050 ..................................................................................
5.22 Grafik Proyeksi Luas Lahan di Kota Denpasar pada Tahun
2020, 2030, 2040 dan 2050 ........................................................................
5.23 Grafik Hubungan Jumlah Penduduk, Kebutuhan pangan, Luas lahan dan
Kesediaan Pangan di Kecamatan Petang dengan IP = 1 dan produktivitas
6,53ton/ha ...................................................................................................
5.24 Grafik Hubungan Jumlah Penduduk, Kebutuhan pangan, Luas lahan dan
Kesediaan Pangan di Kecamatan Petang dengan IP = 2,5 dan produktivitas
7 ton/ha .............................................................................................
5.25 Grafik Hubungan Jumlah Penduduk, Kebutuhan pangan, Luas lahan dan
Kesediaan Pangan di Kecamatan Abiansemal dengan IP = 1 dan
produktivitas 6,4 ton/ha .................................................................................
5.26 Grafik Hubungan Jumlah Penduduk, Kebutuhan pangan, Luas lahan dan
Kesediaan Pangan di Kecamatan Abiansemal dengan IP = 2,5 dan
produktivitas 8 ton/ha ................................................................................
5.27 Grafik Hubungan Jumlah Penduduk, Kebutuhan pangan, Luas lahan dan
Kesediaan Pangan di Kecamatan Mengwi dengan IP = 1 dan produktivitas
6,42 ton/ha ...................................................................................................
5.28 Grafik Hubungan Jumlah Penduduk, Kebutuhan pangan, Luas lahan dan
Kesediaan Pangan di Kecamatan Mengwi dengan IP = 2,5 dan
produktivitas 8 ton/ha ..............................................................................
5.29 Grafik Hubungan Jumlah Penduduk, Kebutuhan pangan, Luas lahan dan
Kesediaan Pangan di Kecamatan Kuta Utara dengan IP = 1 dan
produktivitas 6,5 ton/ha ..............................................................................
5.30 Grafik Hubungan Jumlah Penduduk, Kebutuhan Pangan, Luas Lahan dan
Ketersediaan Pangan di Kecamatan Kuta Utara dengan IP = 2,5 dan
Produktivitas 8 ton / ha ................................................................................
5.31 Grafik Hubungan Jumlah Penduduk, Kebutuhan Pangan, Luas Lahan dan
Ketersediaan Pangan di Kecamatan Kuta dengan IP= 1 dan
Produktivitas 4,4 ton/ha .................................................................................
134
136
139
140
141
142
143
145
148
149
150
xiv
5.32 Grafik Hubungan Jumlah Penduduk, Kebutuhan Pangan, Luas Lahan dan
Ketersediaan Pangan di Kecamatan Kuta dengan IP= 2, dan
Produktivitas 7 ton/ha .................................................................................
5.33 Grafik Hubungan Jumlah Penduduk, Kebutuhan Pangan, Luas Lahan dan
Ketersediaan Pangan di Kota Denpasar dengan IP = 1, dan
Produktivitas 6,53 ton / ha ..........................................................................
5.34 Grafik Hubungan Jumlah Penduduk, Kebutuhan Pangan, Luas Lahan dan
Ketersediaan Pangan di Kota Denpasar dengan IP = 2,5, dan
Produktivitas 8 ton / ha ..............................................................................
5.35 Total Populasi Poligon Hasil Overlay Parameter Kabupaten Badung........
5.36 Model Zona Lestari, Penyangga dan Terkonversi di Kabupaten Badung...
5.37 Peta Model 1 Zonasi sawah Subak Pada Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan di Kabupaten Badung .........................................................
5.38 Peta Model 2 Zonasi Lahan Sawah Subak Pada Pertanian Pangan
Berkelanjutan di Kabupaten Badung .........................................................
5.39 Peta Model 3 Zonasi Lahan Sawah Subak pada Pertanian Pangan
Berkelanjutan di Kabupaten Badung .........................................................
5.40 Peta Model 4 Zonasi Lahan sawah Subak Pada Pertanian Pangan
Berkelanjutan di Kabupaten Badung .........................................................
5.41 Peta Model 5 Pertanian Pangan Berkelanjutan di Kabupaten Badung ......
5.42 Grafik Batang Pemodelan Sawah dari Model 1- 5 di Kabupaten Badung..
5.43 Total Populasi Poligon Hasil Overlay Parameter di Kota Denpasar ............
5.44 Model Zona Lestari, Penyangga dan Terkonversi di Kota Denpasar...........
5.45 Peta Model 1 Pertanian Pangan Berkelanjutan Kota Denpasar ..................
5.46 Peta Model 2 Pertanian Pangan Berkelanjutan Kota Denpasar ...................
5.47 Peta Model 3 Pertanian Pangan Berkelanjutan Kota Denpasar ..................
5.48 Peta Model 4 Pertanian Pangan Berkelanjutan Kota Denpasar ...................
5.49 Peta Model 5 Pertanian Pangan Berkelanjutan Kota Denpasar ..................
5.50Kriteria subak dalam lima (5) pemodelan di Kota Denpasar ........................
151
154
155
157
160
162
163
165
167
168
169
177
180
181
183
184
185
186
187
xv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Rekapitulasi Data Survei Lapang di Kabupaten Badung ...............................
2. Hasil Analisis Sifat Kimia dan Fisik Tanah Sawah di Kabupaten Badung
3. Rekapitulasi Data Survei Lapang di Kota Denpasar....... ..............................
4. Data Analisis Sifat Kimia dan Fisik Tanah Sawah di Kota Denpasar.........
5 Kriteria kesesuaian Lahan Sawah (Ritung dkk., 2011) .................................
6. Neraca Pangan Kabupaten Badung...........................................................
7 Neraca Pangan Kota Denpasar .................................................................
8 Data Kesesuaian Lahan Sawah Subak dengan Kawasan Pertanian
dan Kriteria Subak Dalam berbagai Permodelan di Kabupaten Badung......
9. Data Kesesuaian Lahan Subak dengan RTHK dan Kriteria Subak
Dalam berbagai Permodelan di Kota Denpasar.........................................
10 Proyeksi Luas Lahan Sawah per Kecamatan di Kabupaten
Badung (Tahun 2020, 2030, 2040, dan 2050) ...............................................
11. Perhitungan Proyeksi Luas Lahan Sawah di Kota Denpasar
(Tahun 2020, 2030, 2040, dan 2050).............................................................
12. Data Luas Sawah per Kecamatan di Kabupaten Badung .............................
13. Data Jumlah Penduduk per Kecamatan di Kabupaten Badung ....................
14. Data Perhitungan Proyeksi Jumlah Penduduk di Kabupaten Badung dan
Kota Denpasar ...............................................................................................
Hal
212
216
223
226
229
230
237
240
252
258
261
263
263
264
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertambahan jumlah dan aktivitas penduduk untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya sangat mempengaruhi terhadap pemanfaatan sumberdaya lahan.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Naional (2015), laju pertumbuhan penduduk
Indonesia mencapai 1,3%, ini berarti setiap tahunnya jumlah penduduk bertambah
3 juta jiwa dari jumlah penduduk Indonesia saat ini mencapai 252 juta jiwa.
Kebutuhan lahan untuk kegiatan dan aktivitas penduduk semakin lama terus
bertambah, sedangkan ketersediaan lahan jumlahnya terbatas, sehingga akan
terjadi perubahan penggunaan lahan. Disamping itu permasalahan yang dihadapi
dalam pangan nasional saat ini adalah degradasi kesuburan tanah, adanya impor
beras, kompetisi pemanfaatan air semakin meningkat dan infrastruktur
pertanian/pedesaan masih kurang memadai serta maraknya fenomena
konversi/alih fungsi lahan pertanian saat ini (Fahar, 2012). Kondisi ini dapat
dilihat dari ketersediaan lahan garapan cenderung terus menurun karena degradasi
lahan, perluasan industri, perkembangan pariwisata, perumahan, dan sektor-sektor
lainnya.
Konversi lahan sawah di Indonesia untuk kepentingan bukan pertanian
(pariwisata, pemukiman, pedagangan, industri kecil, dan prasarana bisnis), saat ini
sudah berada pada kondisi yang sangat memperihatinkan. Badan Pusat Statistik
(BPS) Nasional, 2010) menyatakan bahwa, konversi lahan sawah menjadi bukan
pertanian sebesar 110.000 ha/tahun. Kebutuhan pangan nasional ± 32 juta ton
xvii
beras/tahun untuk mencukupi 238 juta jiwa (BPS Nasional, 2010), sementara
persediaan pangan hanya 26 juta ton beras (defisit pangan sebanyak 6 juta ton
beras) apabila indeks panen (IP) satu kali dalam setahun (IP = 1 kali/tahun). Pada
tahun yang sama Provinsi Bali sudah mengalami defisit pangan, akibat pesatnya
alih fungsi lahan sawah/subak mencapai 800 ha/tahun (Subadiyasa et al. 2010).
Persediaan pangan 132.009 ton beras, sementara kebutuhan pangan 572.040 ton
beras untuk penduduk 3.891.428 jiwa (BPS Provinsi Bali, 2010). Defisit pangan
akan terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk dan konversi
lahan sawah untuk kebutuhan lahan pemukiman. Akibatnya berdampak pada
berkurangnya lahan sawah dan keberadaan subak di Bali akan semakin berkurang.
Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW), selama ini belum mampu mengendalikan alih
fungsi lahan dengan berbagai permasalahannya, dan belum cukup untuk
melindungi lahan sawah sebagai produksi pangan. Pasal 60 ayat (3) butir f
dituangkan mengenai pencegahan dan pembatasan alih fungsi lahan sawah
beririgasi. Untuk mencegah perubahan penggunaan lahan/alih fungsi lahan sawah
diperlukan peraturan perundang-undangan yang lebih mengikat agar tidak
kehilangan sistem subak di Bali.
Menurut Hutauruk, et al., (2015), Kota Denpasar sudah kehilangan subak
Peraupan Timur yang seluas 15 ha akibat terjadinya alih fungsi lahan, tetapi
dalam data BPS masih tercantum keberadaannya. Berdasarkan data hasil
intrepretasi citra, subak tersebut sudah tidak memiliki lahan sejak tahun 1992.
Selain itu Subak Dangin Puri Kangin juga sudah tidak ada akibat adanya
xviii
pembangunan perkantoran dan pemukiman. Oleh karena itu Kota Denpasar hanya
memiliki 41 subak. Disamping itu Kabupaten Badung juga sudah kehilangan
satu sawah subak Uluntanjung di Kecamatan Kuta, akibat d=adanya alih fungsi
lahan pertanian menjadi non-pertanian seperti pemukiman dan sarana prasarana
pariwisata. Selain itu Kabupaten Badung juga mengalami permasalahan yang sulit
diatasi seperti meningkatnya laju pertumbuhan penduduk yang sangat pesat akibat
dari jumlah urban/penduduk pendatang yang masuk ke wilayah Badung dan
Denpasar setiap tahun semakin meningkat. Tahun 2010 laju pertumbuhan
penduduk di Kabupaten Badung tertinggi jika dibandingkan dengan tahun
sebelumnya, yakni mencapai 4,63% jauh di atas rata-rata nasional 1,47 % dan
Provinsi Bali 2,15 %. Di Kota Denpasar lahan sawah yang ada sebagian sistem
irigasinya sudah rusak, karena Land Consolidation (LC). Rusaknya jaringan
irigasi khususnya di wilayah pemukiman dan juga diakibatkan oleh pemanfaatan
sumber air untuk sektor bukan pertanian (kemasan), PDAM, sehingga
ketersediaan air pengairan untuk sawah semakin berkurang. Pengembangan
pertanian tanaman pangan di Kota Denpasar mengalami gangguan dengan adanya
kemajuan pembangunan di sektor pariwisata, industri, perdagangan, dan sektor
lain di luar pertanian. Oleh karena itu lahan sawah yang berada di Kabupaten
Badung dan Kota Denpasar perlu dilindungi agar tidak terjadi defisit pangan dan
kehilangan subak.
Subak merupakan lahan lestari yang perlu dilindungi keberadaannya,
sebagai aktivitas pertanian yang memiliki kelembagaan adat yang dijiwai oleh
filosofi Tri Hita Karana. Tri Hita Karana, meliputi palemahan (wilayah subak),
xix
pawongan (petani) dan parahiyangan (relegi/Pura Bedugul). Ketiga konsep yang
terkandung dalam pengelolaan subak memberi makna bahwa anggota subak
harus menyelaraskan hubungannya dengan Sang Pencipta (adanya pura dan
upacara keagamaan), dengan sesama manusia (aktivitas anggota subak), dan
dengan lingkungannya (lahan pertanian). Oleh karena itu subak sebagai “Warisan
Budaya Dunia” tidak hanya bentang persawahannya saja, melainkan kawasan
yang luas merupakan satu kesatuan, meliputi danau/sumber air, desa, areal
pertanian, petani, dan pura di dalamnya (Suastika, 2013 dan Lanya 2007).
Adanya Undang-undang (UU) No. 41 Tahun 2009 mengamanatkan lahan
pertanian pangan perlu diselamatkan dari lahan cadangan yang disusun
berdasarkan kriteria yang mencakup kesesuaian lahan, ketersediaan infrastruktur,
penggunaan lahan, potensi lahan dan adanya luasan dalam suatu hamparan (Pasal
9, UU No 41, 2009). Amanat UU tersebut perlu ditindaklanjuti dengan
mengidentifikasi lahan pertanian yang ada di Kabupaten Badung dan Kota
Denpasar dengan menentukan kriteria dan variabel sesuai dengan karakteristik
wilayah penelitian. Untuk membangun variabel diperlukan data-data penunjang
yang relevan. Data-data karakteristik wilayah di Kabupaten Badung dan Kota
Denpasar belum tersedia secara spasial. Data yang tersedia umumnya berbentuk
tabular, dan tidak lengkap, oleh karena itu untuk menyediakan data spasial
dibutuhkan teknologi spasial.
Salah satu teknologi spasial yang digunakan adalah sistem informasi
geografis (SIG) dan remote sensing. SIG merupakan suatu teknologi yang dapat
digunakan sebagai alat bantu untuk mengumpulkan, menyimpan, mengolah,
xx
menganalisis, dan menampilkan kondisi alam dengan bantuan data atribut dan
spasial (Harseno et al. (2007). Disamping itu SIG dapat mengarsipkan
(penyimpanan) semua data-data yang penting dalam suatu sistem informasi dan
kita juga dapat mengelola, memproses atau memanipulasi, menganalisis, serta
menampilkan kembali dalam bentuk data kompleks. Struktur data kompleks
tersebut mencakup baik jenis data spasial maupun atribut, oleh karena itu untuk
mengelola data yang kompleks ini, diperlukan suatu sistem informasi yang secara
terintegrasi mampu mengolah baik data spasial maupun data atribut ini secara
efektif dan efisien. SIG juga dapat dimanfaatkan sebagai salah satu media
mempresentasikan semua data-data tentang subak (khususnya data spasial), serta
menyajikan karakteristik-karakteristik subak dan informasi yang terkait dengan
subak ke dalam komputerisasi. Remote Sensing (penginderaan jauh) merupakan
ilmu dan seni yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi dari suatu
objek di permukaan bumi dengan menggunakan suatu alat yang tidak
berhubungan langsung dengan objek yang dikaji (Lillesand dan Kiefer, 1994).
Seluruh data-data variabel akan disajikan dalam bentuk spasial.
Data-data spasial di masing-masing daerah akan dilakukan analisis
spasial untuk mendapatkan nilai populasi data. Nilai populasi data akan
menunjukkan keragaman karakteristik wilayah. Nilai populasi juga menghasilkan
statistik sebaran data yang digunakan untuk mengklasifikasikan kawasan lestari,
penyangga dan terkonversi dalam berbagai pemodelan secara numerik.
Kawasan lestari menunjukkan areal sawah subak yang harus dilindungi
dalam kurun waktu tertentu. Kawasan penyangga menunjukkan areal sawah subak
xxi
yang dapat berfungsi sebagai kawasan lestari dan kawasan terkonversi. Kawasan
terkonversi menunjukkan areal sawah subak yang dapat mengalami alih fungsi
lahan dalam kurun waktu tertentu. Masing-masing areal sawah subak di setiap
kawasan dalam kurun waktu tertentu akan ditunjukkan di setiap areal subak di
Kabupaten Badung dan Kota Denpasar dalam sistem informasi geografis.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penulis melakukan penelitian
tentang lahan pertanian pangan berkelanjutan dengan judul “ Model Klasifikasi
Numerik Spasial Kawasan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan di Kabupaten
Badung dan Kota Denpasar “
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan utama yang ditemukan adalah :
1. Apakah parameter klasifikasi numerik spasial pertanian pangan
berkelanjutan di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar?
2. Bagaimanakah proyeksi neraca pangan di Kabupaten Badung dan Kota
Denpasar pada tahun 2020, 2030, 2040 dan 2050?
3. Bagaimanakah fungsi klasifikasi numerik spasial dalam pembuatan model
zonasi kawasan (lestari, penyangga dan terkonversi) lahan pertanian pangan
berkelanjutan di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar ?
4. Bagaimanakah model kawasan yang sesuai untuk melindungi lahan
pertanian pangan berkelanjutan dalam skala ruang dan waktu di Kabupaten
Badung dan Kota Denpasar?
1.3 Tujuan Penelitian
xxii
Tujuan penelitian dijabarkan dalam bentuk tujuan umum dan tujuan
khusus penelitian.
1.3.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan umum penelitian ini adalah untuk menentukan model
klasifikasi numerik spasial yang berbasis informasi teknologi. Model yang akan
diadopsi dalam penelitian ini adalah model zonasi pertanian pangan
berkelanjutan yang sesuai dengan RTHK maupun dengan zonasi pertanian yang
dapat memenuhi kebutuhan pangan masyarakat dan dapat menyediakan lahan
untuk zonasi pertanian abadi dan lestari untuk dilindungi.
1.3.2 Tujuan Khusus
(1) Menentukan parameter klasifikasi numerik spasial pertanian pangan
berkelanjutan di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar.
(2) Mengetahui proyeksi neraca pangan di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar
tahun 2020, 2030, 2040, dan 2050.
(3) Menetapkan fungsi klasifikasi numerik spasial dalam pembuatan model zonasi
kawasan lahan pertanian berkelanjutan di Kabupaten Badung dan Kota
Denpasar.
(4) Menentukan model kawasan yang sesuai untuk melindungi lahan pertanian
berkelanjutan dalam skala ruang dan waktu di Kabupaten Badung dan Kota
Denpasar.
1.4 Manfaat Penelitian
xxiii
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masayarakat tani,
pemerintah sebagai pengambil kebijakan, dan perguruan tinggi sebagai
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1.4.1 Manfaat Akademik
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk :
a. Meningkatkan ilmu dan teknologi di bidang sumberdaya lahan (SDL)
b. Bahan kuliah di bidang Ilmu Tanah dan Lingkungan: perencanaan wilayah,
sistem informasi geografi (SIG), penginderaan jauh, dan Konservasi Tanah
dan air.
1.4.2 Manfaat Praktis
Model klasifikasi numerik dapat digunakan untuk membuat kajian
akademik PLP2B dan peta zonasi : kawasan lindung/lestari, penyangga dan
terkonversi.
top related