abstrak penelitian - repository.unpak.ac.id filekegiatan mendaur ulang sampah anorganik dan...
Post on 05-May-2019
279 Views
Preview:
TRANSCRIPT
3
ABSTRAK PENELITIAN
Perkembangan suatu daerah menununjukkan kondisi keberhasilan
Pembangunan di daerah yang bersangkutan. perkembangan tersebut dapat dilihat
dari banyaknya sarana dan prasarana yang baik untuk kehidupan masyarakat
sekitar. Sehingga, dapat dikatakan, perkembangan suatu daerah dapat dilihat dari
semakin membaiknya kehidupan masyarakat yang mengarah pada kehidupan
modern, dengan segala kemudahan fasilitas pada daerah yang bersangkutan.
Seiring dengan perkembangan daerah tersebut, dengan semakin mudahnya
masyarakat melakukan semua aktivitas nya, kondisi tersebut dapat mengakibatkan
semakin meningkatnya konsumsi masyarakat. Peningkatan konsumsi masyarakat
sudah barang tentu akan mengakibatkan semakin meningkatnya sampah yang
dihasilkan.
Masalah sampah saat ini merupakan masalah besar bagi setiap daerah di
Indonesia, mengingat semakin sempitnya lahan untuk pembuangan ahir sampah.
Dan, TPA ini dapat mengakibatkan konflik di lingkungan masyarakat. Kondisi
tersebut dihadapi oleh setiap daerah, tidak terkecuali Kota Bogor. perkembangan
wilayah dengan bertambahnya penduduk mengakibatkan semakin banyaknya
tumpukan sampah, tidak menutup kemungkinan sampah tersebut menggunung, hal
tersebut dapat dilihat pada setiap ruas jalan yang ada di wilayah kota Bogor.
Penanganan sampah merupakan topik yang sering dijumpai dalam berita media
masa, baik meda cetak maupun media elektronik, yaitu merubah sampah menjadi
produk yang dapat dimanfaatkan untuk kehidupan manusia. Pemanfaatan sampah
tersebut bisa dilakukan dengan menciptakan produk dari sampah anorganik yang
sulit didaur ulang, yaitu produk-produk yang memerlukan daya kreativitas manusia,
ataupun sampah organik yang dapat menghasilkan pupuk, baik pupuk cair maupun
pupuk kompos, serta gas. Penciptaan produk baru dengan memanfaatkan sampah
dapat menambah pendapatan masyarakat disamping mengatasi permasalahan
sampah yang semakin banyak pada suatu daerah. Lelbih jauh lagi, Peningkatan
pendapatan masyarakat tersebut, serta dapat dijadikan sebagai lapangan kerja bagi
masyarakat setempat. Hal tersebut tentunya dapat meningkatkan Laju
Pembangunan Ekonomi daerah yang bersangkutan.
4
Permasalahan penangan sampah di Kota Bogor pun dapat dilakukan melalui
kegiatan mendaur ulang sampah anorganik dan mengelola sampah organik menjadi
kompos, pupuk cair, serta gas yang sangat bermanfaat. Pengelolaannya dapat
dilakukan dilingkungan masyarakat, misalnya untuk lingkungan Rukun Warga. Dari
produk daur ulang maupun pupuk serta gas tentunya dapat memberkan tambahan
pendapatan bagi masyarakat setempat, disamping lingkungan menjadi jauh lebih
bersih, saluran air tidak mampet karena sampah, masyarakat terkendali dalam
membuang sampah karena tidak sembarangan lagi membuang sampah, Pemerintah
daerah pun tidak disibukkan lagi dengan permasalahan sampah, sehingga dapat
lebih konsentrasi untuk pembangunan daerah. Dengan demikian masyarakat jauh
lebih sehat karena hidup di lingkungan yang bersih, disamping memiliki tambahan
penadapatan, sehingga laju pembangunan Ekonomi dapat meningkat, disamping itu
pengelolaan sampah yang dilakukan pemerintah daerah dapat menambah
Pendapatan Asli Daerah setempat.
Untuk mengetahui kondisi sampah di Kota Bogor serta peluang
pengelolaannya agar permasalahan yang ditimbulkan sampah tersebut dapat diatasi
sekaligus menciptakan peluang dalam menambah pendapatan masyarakat, peneliti
melakukan penelitian untuk dikaji dan dianalisis perubahan pendapatan masyarakt
sebagai hasil dari pengelolaan sampah tersebut.
Penelitian dilakukan di Taruna Kompos, Kelurahan Mulyaharja – Bogor
Selatan. Hasil penelitian ini menunjukkan dengan adanya kreatifitas para pemuda
yang tergabung dalam organisasi taruna Kompos, dengan menciptakan poeluang
melalui pengolahan sampah dapat memberi peluang pekerjaan untuk tenaga kerja
lainnya, walau dengan kegiatan yang relatif masih sangat sederhana.
Perubahan pendapatan masyarakat dari operasional pengelolaan sampah
yang dilakukan Taruna Kompos ini sebesar Rp. 26.036.000,00 per bulan, atau Rp.
312.432.000,00 per tahun nya. Jumlah tersebut diperoleh dari Perubahan unsur
Sewa sebesar Rp. 114.000,00 per bulan; perubahan unsur Upah sebesar
Rp. 14.650.000,00 per bulan; perubahan unsur Bunga sebesar Rp. 5.180.000,00 per
bulan; dan perubahan unsur keuntungan sebesar Rp. 6.092.000,00 per bulan.
Dengan adanya perubahan pendapatan masyarakat maka secara otomatis
pungutan pemerintah daerah mengalami perubahan pula. Dan pungutan pemerintah
daerah ini merupakan salah satu unsur Pendapatan Asli Daerah.
5
DAFTAR ISI
Halaman LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... 1 ABSTRAK PENELITIAN ........................................................................... 3 DAFTAR ISI .......................................................................................... 5 DAFTAR TABEL ..................................................................................... 6 DAFTAR GAMBAR ................................................................................. 7 Bab 1. Pendahuluan
A. Latar Belakang Penelitian .......................................................... 8 B. Perumusan dan Identifikasi Masalah ........................................ 9 C. Tujuan Penelitian ................................................................... 10
Bab 2. Tinjauan Pustaka A. Pengelolaan Sampah ........................................................... 11 B. Pendapatan Masyarakat ...................................................... 13 C. Pendapatan Asli Daerah ...................................................... 14 D. Laju Pertumbuhan Ekonomi ................................................ 16 E. Investasi ........................................................................... 17
Bab 3. Metodologi Penelitian A. Pendekatan Umum ............................................................ 20 B. Jenis dan Sumber Data Penelitian ...................................... 21 C. Analisis Data .................................................................... 21
Bab 4. Hasil dan Pembahasan A. Profil Taruna Kompos ........................................................ 22 B. Pengelolaan Sampah Taruna Kompos ................................. 25 C. Tambahan Pendapatan Masyarakat dari Pengelolaan Sampah 33
Bab 5. Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan ...................................................................... 37 B. Saran .............................................................................. 37
Daftar Pustaka Lampiran
6
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1. Tabel Pengeluaran Taruna Kompos per bulan ......................... 30
Tabel 4.2. Tabel Pemasukan an Taruna Kompos per bulan ...................... 31
7
DAFTAR GAMBAR Halaman
Gambar 1. Gambar Struktur Organisasi Taruna Kompos ..................................... 21 Gambar 2-3 Gambar Bangunan Taruna Kompos ................................................ 22 Gambar 4-9 Gambar Mesin dan Peralatan yang diperoleh Taruna Kompos ........... 23 Gambar 10-13 Gambar Mesin dan Peralatan yang diperoleh Taruna Kompos ....... 24 Gambar 14. Gambar Sampah Berserakan di Salah Satu Wilayah Kel Mulyaharja.... 25 Gambar 15 Gambar Tumpukan Sampah sebagai Bahan Baku Kompos.................. 26 Gambar 16-17 Gambar Kegiatan Sortir Sampah ................................................. 27 Gambar 18 Gambar Tenaga Pelaksana Kegiatan Sortir Sampah............................ 28 Gambar 19 Gambar Degister untuk Penimbunan Sampah Penghasil Kompos Cair...29 Gambar 20 Gambar Sampah Residu ................................................................. 30 Gambar 21-22 Gambar Kompos Kering ............................................................. 30
Gambar 23-25 Gambar Uji Coba Penggunaan Kompos di Wilayah Taruna Kompos 31
8
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Permasalahan sampah dewasa ini semakin banyak dan meluas, setiap
negara menghadapi masalah yang sama mengenai sampah di wilayah masing-
masing. Kesulitan membuang sampah mengakibatkan suatu negara melakukan
ekspor sampah ke negara yang masyarakatnya berkenan menerima dan
mempergunakan produlk bekas pakai.
Sampah yang dihasilkan masyarakat suatu wilayah semakin hari semakin
bertambah, hal tersebut disebabkan semakin mudahnya fasilitas memperoleh
produk-produk konsumsi masyarakat, disamping semakin beragamnya satu jenis
produk serta semakin banyaknya produk yang bersangkutank Kemasan setiap
produk semakin banyak dan beragam, kualitas produk yang mudah rusak,
disamping tindakan pengusaha dalam melakukan proses produksi. Contoh yang
dapat dilihat setiap hari adalah semakin menumpuknya sampah di setiap pasar
tradisional, yang menunjukkan sikap pedagang hasil bumi dalam mempersiapkan
dagangannya agar menarik konsumen, membersihkan produk dagangannya
yang mengakibatkan semakin banyaknya sampah di lingkungan pasar. Hal
tersebut dilakukan karena sikap tergesa-gesa, yang di jaman dahulu
membersihkan dagangan tersebut dilakukan di kebun atau di sawah yang
limbahnya akan dapat dijadikan sebagai pupuk untuk tanaman berikutnya. .
Semakin berlimpahnya sampah disekitar lingkungan suatu wilayah
ditunjang pula oleh sikap masyarakat di lingkungan tersebut yang menghendaki
kemudahan, tidak mau repot dan ribet karena selalu bertindak tergesa-gesa,
dibatasi waktu. Akibatnya, sebagai gambaran, produk yang rusak, yang
sebenarnya masih dapat diperbaiki dengan mudahnya dijadikan sebagai
sampah, karena yang bersangkutan merasa akan lebih mudah untuk membeli
kembali produk yang sama. Hal tersebut dapat kita saksikan sehari-hari di setiap
tempat sampah pada setiap ruas jalan di wilyah Kota Bogor, bahkan di
tumpukkan sampah yang dibuang sembarangan baik oleh warga setempat, atau
orang yang lalu lalang ataupun di sungai-sungai.
Berlimpahnya sampah, baik sampah organik maupun sampah anorganik
cukup menyita perhatian, waktu dan pikiran semua pihak, tidak hanya pihak
pemerintah daerah, namun juga pihak masyarakat sendiri, mengingat sampah
9
dapat mengakibatkan banyak penyakit serta ketidak nyamanan di lingkungan
yang bersangkutan. disamping dapat menimbulkan beragam bencana seperti
longsor dan banjir.
Pemahaman sampah merugikan lingkungan, disamping mengakibatkan
masyarakat setempat dan pemerintah daerah cukup repot dengan
permasalahannya, banyak kegiatan-kegiatan masyarakat yang merubah sampah
menjadi produk yang bermanfaat, misalnya dari sampah kemasan plastik dapat
dirubah menjadi bunga plastik, lampion dan banyak ragam lainnya, demikian
pula dari sampah botol beling ataupun sampah kertas, metal dan lain
sebagainya. Sedangkan sampah organik dapat dkirubah menjadi pupuk kompos,
pupuk cair dan gas.
Pengelolaan sampah sehingga dirubah menjadi produk yang bermanfaat
bagi manusia, apabila dilakukan di kelompok masyarakat kecil dapat
menghasilkan tambahan pendapatan bagi masyarakat yang bersangkutan.
Dengan demikian masyarakat yang bersangkutan dapat lebih sejahtera dari
sebelumnya, kondisi tersebut dapat mengakibatkan Laju Pertumbuhan Ekonomi
masyarakat setempat meningkat. Apabila kondisi tersebut dimanfaatkan di
lingkungan suatu pemerintah daerah, tentunya dapat meningkatkan Laju
Pertumbuhan Ekonomi di wilayah pemerintahan daerah tersebut pun meningkat.
Dan apabila dikelola pemerintah daerah setempat, maka dapat meningkatkan
pendapatan asli daerah yang bersangkutan.
Berdasarkan kondisi yang diuraikan tersebut, maka kami tertarik untuk
melakukan penelitian potensi pengelolaan sampah di wilayah Kota Bogor yang
dapat meningkatkan Pendapatan Masyarakat setempat.
B. TUJUAN KHUSUS
Penelitian yang akan kami lakukan di lingkungan wilayah Pemerintahan
Kota Bogor, dengan pemilihan pengelolaan sampah di Kelurahan Mulyaharja,
Kekcamatan Bogor Selatan sebagai Pilot Project bertujuan untuk menggali
potensi masyarakat di wilayah tersebut untuk mengelola sampah di sekitarnya,
berikut memperhitungkan anggaran yang diperlukan untuk mengelola sampah
tersebut, yang kemudian di analisis berdasarkan teori-teori dalam bidang
10
ekonomi, disamping perangkat peraturan yang harus dipersiapkan pemerintah
daerah.
C. PENTINGNYA RENCANA PENELITIAN
Potensi pengelolaan sampah yang dapat merubahnya menjadi produk
yang bermanfaat sehingga dapat menambah pendapatan masyarakat
memerlukan penelaah yang baik sehingga dapat dijadikan pilot project untuk
wilayah lainnya. Dengan demikian, keberhasilan pengelolaan ini dapat ditularkan
kepada wilayah lainnya, sehingga masyarakat dan pemerintah tidak perlu
menguras tenaga maupun pemikiran lagi untuk mengatasi permasalahan
sampah.
Pengelolaan sampah yang berhasil, disamping dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat, yang akan meningkatkan indeks laju pertumbuhan
ekonomi masyarakat dan dapat meningkatkan pendapatan asli daerah, juga
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan hidup di dalam
lingkungan yang sehat.
11
BAB II STUDI PUSTAKA
A. PENGELOLAAN SAMPAH
Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah
berakhirnya suatu proses produksi maupun proses konsumsi. Sampah
didefinisikan oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya, dalam proses-
proses alam. Konsep Sampah sebenarnya adalah produk-produk yang dihasilkan
setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung.
Sampah yang terbentuk, yang kemudian disatukan, sebenarnya dapat
diolah lebih lanjut, baik di lokasi sumber sampah mapun setelah sampah-
sampah tersebut diangkut sampai di TPA. Tujuan pengolahan lebih lanjut
sampah tersebut adalah agar sampah dapat dimanfaatkan kembali, sehingga
dapat mengurangi tumpukan sampah yang dapat menimbulkan banyak masalah
serta memperoleh nilai ekonomi dari sampah. Dengan demikian, dalam
penganganan sampah diperlukan pengelola sampah yang akan mengelola
sampah sehingga tumpukan sampah menjadi berkurang, dan sampah dapat
dimanfaatkan. Adapun pengertian pengelolaan sampah sebagaimana tercantum
pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2012 Tentang
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis bahwa “Pengelolaan
sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan
yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah”.
Pada awalnya ketika jumlah penduduk masih sedikit, sampah bukan
merupakan sebuah permasalahan. Namun, seiring dengan semakin
meningkatnya jumlah penduduk dan aktivitasnya, maka sampah semakin besar
jumlah dan variasinya. Karena itu, diperlukan pengelolaan yang tidak sederhana
untuk menangani sampah dalam jumlah besar, terutama di daerah perkotaan.
Pengelolaan sampah mutlak diperlukan mengingat dampak buruknya bagi
kesehatan dan lingkungan. Sampah menjadi tempat berkembangbiaknya
organisma penyebab dan pembawa penyakit. Sampah juga dapat mencemari
lingkungan dan mengganggu keseimbangan lingkungan. Karena itu, pemerintah
di berbagai belahan dunia berupaya menanganinya walaupun dengan biaya
yang tidak sedikit
Kementerian lingkungan hidup melalui www.menlh.go.id dengan judul
Sampah di Indonesia Memasuki Stadium IV menyampaikan pernyataan Direktur
12
Eksekutif Dana Mitra Lingkungan, Sri Bebasari, bahwa “ Tingkat pencemaran
lingkungan akibat pengelolaan sampah di Indonesia, ibarat kanker sudah
memasuki stadium IV, harus diamputasi. Secara teknis, sampah di Indonesia
harus dikelola dengan mesin pengelola sampah dengan kapasitas satu
ton.(Rabu, 13 Juni 2015).
Pengelolaan sampah selayaknya dilaksanakan secara terpadu, baik
sampah dari berbagai sumber, yaitu sampah rumah tangga, sampah pasar,
sampah industri dan sampah dari sumber lain-lainnya. Baik sampah yang
dikumpulkan di wilayah masing-masing, maupun sampah yang langsung
diangkut menuju Tempat Penampungan Sementara (TPS) tanpa melaui proses
pemilahan dan pengolahan, maupun sampah dari TPS tersebut yang kemudian
diangkut menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Pengelolaan sampah selama
ini, sebagaian besar, masih banyak dilakukan hanya dengan menimbun. Namun
demikian, sudah ada pengelolaan sampah yang diproses sehingga dihasilkan
produk yang bermanfaat bagi manusia. Bahkan dapar menambah pendapatan
masyarakat setempat.
Dewasa ini, sudah ada kelompok-kelompok masyarakan yang melakukan
upaya pengelolaan sampah secara terpadu, yang diawali dengan pemilahan
sampah, baik berdasarkan sampah dari sumber penghasil sampah, baik dari
rumah tangga, pasar, industri, fasilitas umum, daerah komersial dan sumber
lainnya. Pemilahan tersebut memisahkan sampah organik (sisa makanan, daun,
dan sisa produk pertanian) dengan sampah anorganik (plastik, kaca, kaleng dan
lain-lain sebagainya). Sampah yang telah dipilah dapat didaur ulang di tempat
sumber sampah atau dapat dibawa atau dijual untuk dilakukan proses daur
ulang di industri daur ulang. Sampah tersebut dapat pula dipakai ulang sebelum
diangkut ke TPS atau dibuat kompos untuk digunakan di lokasi sumber sampah.
Pengelolaan sampah untuk menjadi kompos sebagian besar dilakukan
para pengelola sampah, terutama mengelola sampah rumah tangga, adapun
pemahaman sampah rumah tangga sebagaimana dijelaskan pada Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis, Sampah Rumah Tangga adalah
“Sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari
dalam rumah tangga yang tidak termasuk tinja dan sampah spesifik”. Disamping
13
sampah rumah tangga yang berasal dar rumah tangga, sampah rumah tangga
dapat dihasilkan dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus,
kfasilitas sosial, fasilitas umum dan/atau fasilitas lainnya dalam bentuk sampah
sejenis sampah rumah tangga, sebagai mana dinyatakan lebih jauh bahwa
“Sampah sejenis sampah rumah tangga adalah sampah rumah tangga yang
berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas
sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya.
3. Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.
B. PENDAPATAN MASYARAKAT
Masyarakat dalam memenuhi semua kebutuhannya untuk menjalankan
kehidupan akan mengorbankan pendapatan. Pendapatan Masyarakat merupakan
sejumlah uang yang diterima masyarakat sebagai hasil dari semua kegiatan
yang dilakukannya.
Penggunaan Pendapatan Masyarakat pada dasarnya dapat dibedakan
menjadi 2 kelompok, yaitu penggunaan untuk konsumsi dan penggunaan untuk
usaha/bisnis yang biasa disebut sebagai investasi.
Penggunaan pendapatan masyarakat untuk usaha/bisnis akan
mendapatkan pendapatan, pendapatan dari usaha/bisnis adalah jumlah
uang yang diterima oleh perusahaan dari aktivitasnya, kebanyakan dari
penjualan produk dan/atau jasa kepada pelanggan. Investor atau penanam
modal akan memperhitungkan, pendapatan disamping memperhitungkan
keuntungan, yang merupakan jumlah uang yang diterima setelah dikurangi
pengeluaran investor dalam melakukan usahanya.
Pendapatan Masyarakat, atau Pendapatan Nasional, apabila ditelaah dari
Ilmu Ekonomi merupakan semua pendapatan yang diterima Rumah tangga
Konsumen (House Holds) dalam bentuk Sewa (Rent), Upah (Wages), Bunga
(Interest), dan Keuntungan Pengusaha (Profit). Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Poernomo & Nina Agustina dalam buku “Pengantar Teori Ekonomi
Makro”, “Perhitungan Pendapatan Nasional dengan Pendekatan Pedapatan
adalah perhitungan pendapatan nasional dsengan cara menjumlahkan semua
pendapatan faktor produksi (Tanah/Land, Tenaga Kerja/Labor, Modal/Capital,
14
dan Jiwa Kewirausahaan/Entrepreneurships atau Keahlian Memenej/Managerial
Skill), yaitu Sewa (Rent), Upah/Gaji (Wages), Bunga (Interest) dan Keuntungan
(Profit) ...... (1996, 2)
Perhitungan Pendapatan Nasional dengan pendekatan Pendapatan dapat
dikutip dari pendapat Iskandar Putong dalam bukunya “Pengantar Ekonomi
Mikro & Makro”, “Metoda Pendapatan, metoda ini menjumlahkan semua
pendapatan dari faktor-faktor produksio dalam perekonomian, yaitu manusia
(TK), modal, tanah dan skill. Bila tenaga kerja menghasilkan upah (wages = W),
modal menghasilkan bunga (interest = I), tanah menghasilkan sewa (rent = R),
dan skill atau entrepreneursips menhasilkan profit (profit = P), maaka secara
matematis dapat ditulis: Y = YW,+ YI, + YR + YP....... (2002, 164)
Paul A Samuelson & William D. Nordhaus dalam bukunya “Economics,
fourteenth edition” menyatakan bahwa “National Income, represents the total
factor incomes received by labor, capital, and land. It is constructed principally
by subtracting deprecation and indirect taxes from GNP” (1992, 428)
Pertumbuhan pendapatan merupakan indikator penting dari penerimaan
pasar dari produk dan jasa perusahaan tersebut. Pertumbuhan pendapatan yang
konsisten, dan juga pertumbuhan keuntungan, dianggap penting bagi
perusahaan yang dijual ke publik melalui saham untuk menarik investor.
Perubahan dalam semua variabel pada unsur-unsur pendapatan
masyarakat, seperti perubahan Penerimaan Sewa, perubahan Penerimaan Upah,
perubahan Penerimaan Bunga, dan perubahan Penerimaan Keuntungan para
pengelola akan mengakibatkan perubahan pada Pendapatan Masyarakat.
C. PENDAPATAN ASLI DAERAH
Pendapatan Asli Daerah yang selanjutnya disebut PAD, yaitu penerimaan
yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang
dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004).
Dengan demikian Pendapatan Asli Daerah merupakan sumber pendapatan
yang asli berasal dari potensi daerah. Pemerintah daerah dapat menggali
sumber Pendapatan Asli Daerah tersebut secara optimal.
15
Warsito (2001:128) menyatakan bahwa “Pendapatan asli daerah (PAD)
adalah pendapatan yang bersumber dan dipungut sendiri oleh pemerintah
daerah. Sumber PAD terdiri dari: pajak daerah, restribusi daerah, laba dari
badan usaha milik daerah (BUMD), dan pendapatan asli daerah lainnya yang
sah”.
Sedangkan, Herlina Rahman (2005:38) manyatakan bahwa “Pendapatan
asli daerah Merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak
daerah, hasil distribusi hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan
lain-lain pendapatan asli daerah yang sah dalam menggali pendanaan dalam
pelaksanaan otda sebagai perwujudan asas desentralisasi”.
Kebijakan keuangan daerah diarahkan untuk meningkatkan pendapatan
asli daerah sebagai sumber utama pendapatan daerah yang dapat dipergunakan
oleh daerah dalam rnelaksanakan pemerintahan dan pembangunan daerah
sesuai dengan kebutuhannya guna memperkecil ketergantungan dalam
mendapatkan dana dan pemerintah tingkat atas (subsidi).
Pendapatan asli daerah itu sendiri, dianggap sebagai alternatif untuk
memperoleh tambahan dana yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan
pengeluaran yang ditentukan oleh daerah sendiri khususnya keperluan rutin.
Oleh karena itu peningkatan pendapatan tersebut merupakan hal yang
dikehendaki setiap daerah. (Mamesa, 1995:30)
Berdasarkan batasan-batasan tersebut, pendapatan asli daerah adalah
salah satu sumber dana pembiayaan pembangunan daerah. Dengan demikian
pemerintah daerah akan menggali dan meningkatkan pendapatan daerah
terutama sumber pendapatan asli daerah. Mengingat, Pendapatan Asli Daerah
(PAD) merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah,
hasil retribusi Daerah, basil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan
lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, yang bertujuan untuk memberikan
keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan
otonomi daerah sebagai mewujudan asas desentralisasi. (Penjelasan UU No.33
Tahun 2004)
Kembali pada pengertian Pendapatan Asli Daerah yang sesuai dengan
konteks penelitian, maka dapat diambil kesimpulan bahwa Pendapatan Asli
Daerah merupakan pendapatan daerah yang bersumber dan dipungut sendiri
16
oleh pemerintah daerah. Sumber PAD terdiri dari: pajak daerah, restribusi
daerah, laba dari badan usaha milik daerah (BUMD), dan pendapatan asli daerah
lainnya yang sah”.
D. LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI
Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian
suatu negara atau suatu wilayah, baik Nasional, Regional ataupun Daerah,
secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode
tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan
kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan
pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi
keberhasilan pembangunan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi suatu negara atau wilayah dapat diukur dengan
cara membandingkan, misalnya untuk ukuran nasional, Gross National Product
(GNP), tahun yang sedang berjalan dengan tahun sebelumnya. Laju
pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dapat pula diukur dengan menggunakan
laju pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK), serta dapat pula
diukur dengan menggunakan:Pendapatan-pendapatan Sumber Daya yang
digunakan dalam menghasilkan produk nasional.
Perhitungan Pendapatan Nasional maupun Wilayah dapat dilakukan
melalui 3 – tiga – pendekatan, yaitu:pendekatan produksi, pendekatan
pengeluaran dan pendekatan pendapatan.
1. Pendekatan Produksi; Produk Domestik Regional Bruto adalah jumlah nilai
tambah atas barang dan jasa yang dihasilk an oleh berbagai unit produksi di
wilayah suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun).
Unit-unit produksi dalam penyajian ini dikelompokkan dalam 9 lapangan
usaha (sektor), yaitu: (1) pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan,
(2) pertambangan dan penggalian, (3) industri pengolahan, (4) listrik, gas
dan air bersih, (5) konstruksi, (6) perdagangan, hotel dan restoran, (7)
pengangkutan dan komunikasi, (8) keuangan, real estate dan jasa
perusahaan, (9) jasa-jasa (termasuk jasa pemerintah).
2. Pendekatan Pengeluaran; Produk Domestik Regional Bruto adalah semua
komponen permintaan akhir yang terdiri dari : (1) Pengeluaran konsumsi
17
rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba, (2) Konsumsi para pengusaha,
atau pembentukan modal tetap domestik bruto serta perubahan inventori, (3)
konsumsi pemerintah, dan (4) Ekspor neto (merupakan ekspor dikurangi
impor).
3. Pendekatan Pendapatan; Produk Domestik Regional Bruto merupakan
jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta
dalam proses produksi di suatu daerah dalam jangka waktu tertentu
(biasanya satu tahun). Balas jasa yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa
tanah, bunga modal dan keuntungan; semuanya sebelum dipotong pajak
penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi ini, PDRB mencakup
juga penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak tak langsung dikurangi
subsidi).
William H. Branson dalam bukunya “Macroeconomics Theory and Policy”,
“macro economics focuses on the level of utilization of resources – especially the
level of employment – and the general level of prices. In addition,
macroeconomics is turning more toward the question of what determines the
rate of growth of resources – the growth of potential output – as well as the
determines of their level of utilization at any one time” ......(..., 3).
Dengan demikian Branson menjelaskan mengenai pertumbuhan dari
penggunaan sumber daya – sumber daya pada tingkat harga umum, artinya
perhitungan pertumbuhan ekonomi didasarkan pada pendapatan nasional yang
telah dihilangkan pengaruh tingkat harga yang berlaku, atau pendapatan
nasional yang dihitung berdasarkan harga konstan.
Perhitungan Laju Pertumbuhan Ekonomi dapat dilakukan dengan
mempergunakan formula pertumbuhan (Growth), salah satunya sebagai berikut:
E. INVESTASI
Investasi merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan
pendapatan nasional. Investasi, atau Belanja para pengusaha, bersama-sama
dengan konsumsi masyarakat, konsumsi pemerintah dan belanja neto warga
luar negeri akan menentukan besarnya pendapatan nasional suatu negara.
18
Secara umum pemahaman investasi dapat diartikan sebagai Penyisihan
pendapatan masyarakat untuk melakukan usaha atau untuk melakukan proses
produksi. Semua rumah tangga perusahaan dalam melakukan proses produksi
memerlukan faktor produksi, dan faktor produksi ini harus dibeli. Pembelian
faktor-faktor produksi dilakukan dengan mempergunakan pendapatan yang
disisihkan tersebut.
Dan kegiatan investasi diidentikkan dengan kegiatan penanaman modal.
Penanaman modal untuk memulai suatu proses produksi atau usaha dilakukan
untuk membeli faktor-faktor produksi berubah yaitu penggunaan modal untuk
membeli, misalnya bahan baku, jasa tenaga kerja, bahan pembantu dan lain
sebagainya yang bersifat tergantung pada jumlah produk yang akan dihasilkan.
Dan untuk membeli faktor-faktor tetap, yaitu penggunaan mnodal untuk
membeli, misalnya, sewa/beli lahan tempat usaha. Sewa/membeli bangunan
pabrik. Membeli mesin-mesin, membeli alat-alat transportasi dan lain sebagainya
William F. Sharpe, Gordon J. Alexander & Jeffery V. Bailey dalam buku
mereka “Investment” menyatakan bahwa “ Investment, in its broadest sense,
means the sarcrifice of current dollars for future dollars” (1995.1). Pengertian
tersebut mereka tujukan untuk investasi financial, karena apabila pemahaman
investasi sebagai penanaman modal pada investasi ril, hal tersebut dipergunakan
untuk perhitungan output nasional.
Frank K. Reilly & Keith C. Brown dalam buku mereka “Investment Analysis
and Portfolio Management, fifth Edition”, mengemukakan bahwa “Investment is
the current commitment of dollars for a period of time to derive future payments
that will compensate the investor for (1). the time the funds are committed, (2).
The expected rate of inflation, and (3). The uncertainty of the future payments
(1997.50. Lebih lanjut mereka menyatakan bahwa “The investor can be an
individual, a government, a pension fund, or a corporation” (1997.5). Dan
mempertegas untuk pelaksanaan investasinya, sebagaimana dinyatakan bahwa
“tis definition includes all types of investments, including investments by
corporations in plants and equipment and investments by individuals in stocks,
bonds, commodities, or real estate” (1997.5).
Berdasakan definisi tersebut, dapat diiihat bahwa baik Sharpe dengan
kawaqn-kawan nya, maupun Reilly & Brown, tidak menyatakan jumlah uang
19
yang ditanamkan dalam suatu usaha, yang mereka tekankan adalah
menanamkan modal untuk pelaksanaan kegiatan yang diharapkan di masa
mendaang, uang tersebut dapat kembali lagi.
Pemahaman yang sama yang dikemukakan Sentanoe Kertonegoro dalam
bukunya “Analisa dan Manajemen Investasi”, menyatakan bahwa “ Investai
addalah setiap wahana di mana dana ditempatkan dengan harapan dapat
memelihara atau menaikkan nilai dan/atau memberikan hasil (returns) yang
positif. pada .
20
Penggunaan rumusan
Teori Ekonomi
BAB III. METODA PENELITIAN
A. PENDEKATAN UMUM
Metoda penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah
survey lapangan, dengan melakukan pengumpulan data dari objek penelitian
secara langsung.
Teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah dengan cara
melakukan wawancara langsung
Jenis penelitian yang dilakukan adalah deskriptif, dengan metoda
penelitian deskriptif survey.
Mengatasi Permasalahan Akibat Menimbunnya/menumpuknya sampah di wilayah Kelurahan Mulyaharja Kota Bogor
Pengelolaan Sampah
Meneliti penumpukkan sampah di lingkungan Kelurahan Mulyaharja Kota Bogor..
Meningkatkan Laju Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Kabupaten Bogor
Mengumpulkan data Pengolahan Sampah di Kelurahan Mulyaharja Kota Bogor
Mengumpulkan data adminsitrasi dan Peraturan yang berlaku di Pemerintah Kabupaten Bogor
Melakukan perhitungan kebutuhan dana dalam pengelolaan Sampah serta potensi pendistribusian/penjualan produk hasil olahan sampah
Mengumpulkan data sekunder pengelolaan sampah
Melakukan perhitungan tambahan Pendapatan Masyarakat dari penjualan produk hasil olahan sampah .
Meneliti dan mengumpulkan data pengelolaan sampah di Wilayah Kelurahan Mulyaharja Kota Bogor
21
B. JENIS DAN SUMBER DATA PENELITIAN
Penelitian ini mempergunakan sumber data yang berasal dari data
primer melalui wawancara dengan pengelola objek penelilitan. Disamping
pengumpulan data sekunder untuk melengkapi data yang terkumpul. Data
sekunder peneliti kumpulkan dari berbagai catatan yang menyangkut objek
penelitian.
C. ANALISIS DATA
Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis deskriptif, untuk
mendapatkan gambaran mengenai objek penelitian secara jelas.
22
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. PROFIL TARUNA KOMPOS KELURAHAN MULAYAHARJA KOTA BOGOR
Taruna Kompos, merupakan organisasi kepemudaan di lingkungan
Kelurahan Mulyaharja yang mengelola Sampah. Organisasi ini berdiri sejak
Agutus 2009 di bawah kepemimpinan Sdr. Teddy Supriadi. Dan pada awal
pendirian, Taruna Kompos ini dijalankan oleh 11 orang personalia dengan
beralamatkan di Gg Sawah Kelurahan Mulyaharja, Bogor.
Organisasi Karang Taruna “Taruna Kompos” ini merupakan organisasi
yang relatif masih sederhana. Operasional Taruna Kompos, yang awal nya
dikelola 11 orang personil, saat ini dikelola 4 orang, yang diakui sebagai pendiri
organisasi ini.
Pengelolaan sampah yang dilakukan 4 orang personil ini sekaligus
merupakan personil yang melakukan proses pengolahan sampah. Dan, 3 dari 4
orang pengelola tersebut merupakan satu keluarga dengan hubungan adik dan
kakak. Dalam opersional mengolah sampah, pengelola dibantu oleh 9 orang
tenaga kerja dan 5 orang tenaga kerja lepas sebagai pengumpul sampah dan
penagih iuran/kredit penjualan kompos.
Struktur Organisasi “Taruna Kompos” pun masih sederhana, yang terdiri
dari
Gambar 1. Struktur Organisasi Taruna Kompos
Ketua, yaitu Sdr. Teddy, Bendahara, yaitu Sdr. Denny, Sekretaris, yaitu Sdr Hedi
M, serta bagian operasional, yaitu Sdr. Dede. Adapun struktur organisasi Taruna
Kompos dapat dilihat sebagai mana disajikan pada gambar 13. Ke-empat
pengelola ini, dengan alasan sebagai pendiri, maka memperoleh pendapatan
KETUA
TEDDY SUPRIADI
BENDAHARA
DENNY HERYADI
SEKRETARIS
HEDI MAULANA
OPERASIONAL
DEDE MULYANA
23
adalah Rp. 1.300.000,00 per orang per orang. Dengan demikian pengeluaran
Taruna Kompos untuk Pengelolan sebesar Rp. 5.200.000,00 per bulan.
Awal pengelolaan sampah Taruna Kompos di gg Sawah dengan kegiatan
yang dilakukan secara manual oleh 11 orang pemudda. Kegiatanannya masih
sangat sederhana, dan terbatas daya serap operasionalnya, hal tersebut
mengakibatkan 7 orang pengelola nya melepaskan diri dari Organisasi ini.
Pada tahun 2011, Operasional Taruna Kompos pindah dari gg Sawah ke
jalan Kabayan Kelurahan Mulyaharja. Operasional Taruna Kompos ini dilakukan
dengan perijinan melalui Bidang 3R DKP Kota Bogor, disamping ijin penggunaan
lahan, ijin warga setempat, serta kegiatan AMDAL. Dan, operasional nya
dilakukan pada Bangunan di atas lahan seluas 4.000M2, tempat operasional
semua kegiatan Taruna Kompos ini di atas lahan berstatus HGB, Hak Guna
Bangunan untuk jangka waktu 10 tahun. Penggunaan bangunan ini merupakan
bantuan dari Pemerintah Daerah Kota Bogor.
Gambar 2-3, Bangunan “Taruna Kompos”
Bangunan yang terdapat di atas lahan tersebut terdiri dari 3 bangunan.
Satu bangunan untuk kantor Taruna Kompos, satu bangunan untuk opersional
prengelolaan sampah, dan satu bangunan untuk pengolahan kompos cair.
Bangunan yang dipergunakan untuk operasional mengolah sampah,
merupakan bangunan yang dipergunakan untuk menempatkan bantuan lainnya
yaitu mesin-mesin, alat-alat, serta perlengkapan lain yang diperlukan dalam
operasional mengelola sampah. Bantuan tersebut antara lain gerobak besi
manual, rori, Mesin Pencacah sampah, Generator Set, Gerobak Motor, Mesin
Pencacah Plastik, Mesin Ayak, Mesin Pres, Timbangan, Cangkul, Skop.
24
Disamping mesin, alat, dan perlengkapan tersebut. Taruna kompos pun
mendapat bantuan gerobak motor pengangkut sampah, Degister serta motor.
Gambar 4-9, Mesin & Peralatan Bantuan yang diperoleh “Taruna Kompos”
25
Gambar 10 - 13 Mesin & Peralatan Bantuan yang diperoleh “Taruna Kompos”
Operasional Taruna Kompos mengolah sampah menjadi kompos kering
dan kompos cair dari sampah-sampah rumah tangga di sebagian wilayah
Kelurahan Mulyaharja dan sebagian wilayah Perumahan Bogor Nirwana
Residence. Namun, untuk kompos cair, sampai saat ini belum dilakukan
kegiatannya, hal tersebut dikarenakan keterbatasan yang dimiliki Taruna
Kompos. Wilayah Operasional pengumpulan sampah di kelurahan Mulyaharja
dan di perumahan Bogor Nirwana Residence ini dikarenakan keterbatasan yang
dimiliki Taruna Kompos. Disisi lain, Sampah di wilayah Kelurahan Mulyaharja
wilayahnya yang relatiif sangat luas masih berserakan dimana-mana, karena
belum tertangani secara maksimal, baik oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan
Kota Bogor, dinas yang berwenang dan bertugas sesuai struktur Kota Bogor,
maupun Organisasi Taruna Kompos. Berserakannya sampah-sampah diwilayah
Kelurahan Mulyaharja ini pun ditunjang karena kebiasaan penduduknya dalam
menangani sampah yang dihasilkannya. Bukan hanya sampah rumah tangga,
namun juga sampah-sampah sisa produksi yang dilakukan “Home Industri” yang
banyak di wilayah ini.
26
Gambar 14. Sampah berserakan di salah satu wilayah Kelurahan Mulyaharja
Sampah yang dikumpulkan Taruna Kompos merupakan sampah rumah tangga
dari rumah-rumah sekitar wilayah “Gg Kabayan” Kelurahan Mulyaharja serta
berbagai “Cluster” perumahan Bogor Nirwana Residence. Dan setiap rumah
dikenai biaya Rp. 5.000,00 per bulan untuk Keluarga Miskin, kurang lebih ada 20
keluarga, dan Rp. 15.000,00 per bulan untuk Keluarga Mampu, sekitar 130
keluarga. Iuran sampah juga dikumpulkan dari perumahan-perumahan di sekitar
Kelurahan Mulyaharja. Secara keseluruhan jumlah iuran sampah yang diperoleh
Taruna Kompos dari lingkungan perumahan perbulannya adalah
Rp. 10.500.000,00.
Kegiatan mengumpulan sampah oleh Taaruna Kompos, dengan
keterbatasan personil yang dimiliki Taruna Kompos, mengakibatkan tidak semua
wilayah Kelurahan Mulyaharja dapat diangkut sampah rumah tangga nya.
Pengumpulan dana iuran sampah dari setiap rumah tersebut dilakukan
oleh 2 orang tenaga kerja pembantu. 2 orang tenaga kerja pembantu ini
mendapatkan upah dari dana yang terkumpul dengan proporsi 30% untuk
pengumpul dana dan 70% untuk Taruna Kompos. Pemasukan Taruna Kompos
dari iuran sampah warga ini sebesar Rp. 10.500.000,00 per bulannya.
Sedangkan untuk 2 tenaga kerja pembantu untuk mengumpulkan iuran sampah
ini adalah Rp. 4.500.000,00
27
Disamping tenaga pembantu yang mengumpulkan dana iuran sampah,
Taruna Kompos juga dibantu 3 orang tenaga kerja pembantu yang
mengumpulkan dana dari penjualan kompos yang dihasilkan. 3 orang tenaga
kerja pembantu ini diberi upah Rp. 50.000,00 per bulan dengan demikian, upah
untuk pembantu untuk menagih penjualan kompos secara keseluruhan adalah
Rp.150.000,00 per bulan.
Pengangkutan sampah/limbah rumah tangga tersebut dilakukan 2 kali
setiap harinya, dengan mempergunakan mobil pickup dengan biaya sewa Rp.
60.000 per sekali angkut, atau Rp. 2.880.000,00 per bulan (24 hari dalam 1
bulan). Disamping sewa mobil pickup untuk mengangkut sampah rumah tangga,
Taruna Kompos pun menyewa mobil pickup untuk mengangkut residu sampah
yang tidak bisa diolah menjadi kompos Ke Tempat Pembuangan Akhir Sampah
Galuga. Kegiatan tersebut dilakukan 3 kali dalam seminggu dengan biaya sewa
Rp. 1.300.000,00 per bulan.
B. PENGELOLAAN SAMPAH TARUNA KOMPOS
Taruna Kompos di wilayah Kelurahan Mulyaharja - Bogor, mengelola
sampah melalui pengolahan menjadi kompos kering dan kompos cair. Bahan
baku kompos tersebut adalah sampah rumah tangga yang dikumpulkan setiap
hari.
Pengumpulan sampah rumah tangga yang dilakukan Taruna kompos
mempergunakan 2 gerobak mobil yang bergerak pagi hari. Sampah-sampah
rumah tangga yang terangkut berupa Sampah Plastik, Limbah Dapur, Sampah
Botol, Sampah Kertas, Sampah Kaleng, Sampah Pamper, dan lain sebagainya.
Gambar 15. Tumpukan Sampah Sebagai Bahan Baku Kompos
28
Sampah yang terkumpul sebagai hasil angkutan 2 gerobak mobil sampah
Taruna Kompos, Mulyaharja, kemudian disortir, untuk memisahkan antara
sampah yang bisa diolah menjadi kompos, yang dinamai “Sampah Organik”,
sampah yang bisa dijual seperti sampah plastik, botol, juga botol plastik, kertas,
dus dan lain sebagainya, yang dinamai “Sampah Anorganik” serta sampah residu
yaitu sampah sisa lainnya yang tidak termasuk ke dalam dua kelompok pertama.
Proporsi sampah-sampah tersebut adalah 30% Sampah Organik, 50% Sampah
Anorganik, dan 20% Sampah Residu
Kegiatan penyortiran ini dilakukan oleh 3 orang tenaga kerja, yang
masing-masing dibayar Rp.1.000.000,00 per orang perbulan, sehingga pada
bagian penyortiran ini per bulannya diperlukan dana sebesar Rp. 3.000.000,00.
Hasil penyortiran, yang memisahkan 3 kelompok sampah sebagaimana
diuraikan di atas, sampah organik akan dicacah, menjadi sampah organik
dengan ukuran kecil-kecil. Tanggung jawab pencacahan sampah ini diberikan
kepada 3 orang tenaga kerja. Sebagaimana pada bagian penyortiran, pada
bagian pencacahan ini masing-masing tenaga kerja dibayar Rp. 1.000.000,00.
Dengan demikian pengeluaran pada bagian pencacahan setiap bulannya adalah
Rp. 3.000.000,00.
Gambar 16-17 Kegiatan Sortir Sampah
29
Gambar 18. Tenaga Pelaksana Kegiatan Sortir Sampah
Sampah organik yang telah dicacah, kemudian disimpan dalam bak sesuai
tanggal penyortirannya. Setiap hari sampah organik yang disimpan dalam bak ini
harus dilakukan pembalikan, dan kegiatan ini dilakukan 0leh 2 orang tenaga
kerja. Sampah organik setelah kurang lebih 40 hari dalam bak, sesuai dengana
tanggal penyimpanan, akan menjadi kompos kering/padat. Adapun pengolahan
kompos cair, sampah dimasukkan ke dalam degister.
Sampah yang telah dicacah dan disimpan dalam bak, harus dibolak-balik.
Proses pembalikan ini, dilakukan 2 orang tenaga kerja yang diberi imbalan Rp.
1.000.000,00 per bulan setiap orangnya. Dengan demikian di bagian ini
pengeluaran Taruna Kompos Rp. 2.000.000, perbulan.
Dan, setelah menjadi kompos, maka kompos tersebut harus diayak,
pengerjaan pengayakan sekaligus pengepakan, dilakukan oleh 2 orang tenaga
kerja, masing-masing diberi imbalam Rp. 1.000.000,00 per bulan per orang.
Pengeluaran Taruna Kompos pada bagian ini adalah Rp. 2.000.000,00 per bulan.
Proses produksi Taruna Kompos, disamping mempergunakan bantuan
Tenaga kerja yang diberi imbalan per bulan nya, kegiatan operasional ini juga
melibatkan pengelola sendiri. Dengan demikian ke 4 pengelola Taruna Kompos,
terlibat langsung dalam peroses produksinya.
Mesin pencacah dijalankan dengan mempergunakan listrik, dan
pembayaran listrik kelompok ini adalah Rp. 100.000,00 per bulan. Disamping itu,
pengeluaran lainnya kelompok ini adalah obat M4, yang digunakan untuk
30
mempercepat permentasi. Penggunaan M4 ini 1 botol untuk 2 bulan. Harga M4
perbotol adalah Rp. 28.000,00. Penggunaan M4 dipergunakan pada awal-awal
operaional saja, dengan demikian saat ini sudah tidak mempergunakannya lagi
Gambar 19. Degister untuk penimbunan sampah penghasil kompos cair
Penyortiran, sebagaimana dijelaskan di atas, juga menghasilkan kelompok
sampah organik, sampah yang bisa didaur ulang. Kelompok sampah anorganik
ini dijual ke pengepul sampah rongsokan. yang diangkut 2 dua kali setiap
minggunya dengan hasil Rp. 1.000.000,00 perminggu, sehingga pendapatan
Taruna Kompos dari penjualan sampah Anorganik ini adalah Rp. 4.000.000,00
per bulan.
Sampah lain hasil sortiran, yang diberi nama residu, merupakan sampah
yang tidak dapat diproses menjadi kompos, sekaligus sampah yang tidak dapat
dijual. Residu tersebut diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir Sampah Galuga
3, tiga, kali dalam seminggu nya, sebagaimana telah diuraikan di atas, dengan
biaya angkut sebesar Rp. 1.300.000,00 per bulan.
31
Gambar 20. Sampah Residu
Kompos kering yang dihasilkan dari pengolahan sampah organik tersebut
diperoleh 150kg atau setara dengan 10 karung per 2 minggu, yang kemudian
dikemas dalam kantong plastik, dengan kapasitas masing-masing kantong
plastik tersebut 3kg. Kompos ini dijual ke penduduk setempat, terutama pada
penduduk yang senang bercocok tanam di sekitar rumahnya. Hasil penjualannya
rata-rata Rp. 1.000.000,00 per minggu, atau sama dengan Rp. 4.000.000,00
dalam satu bulannya.
Gambar 21-22. Kompos Kering.
32
Pada saat ini, Taruna Kompos, melakukan uji coba kompos yang
dihasilkan nya untuk tanaman Sayur Bayam, Ceisin, Cabe Rawit. Rencana nya
hasil dari percobaan ini akan dijadikan diversifikasi usaha yang dilakukan Taruna
Kompos, guna memanfaatkan sisa lahan yang masih luas. Dan diversifikasi pada
usaha kolam ikan pun sedang dilakukan.
Gambar 23 – 25 uji Coba penggunaan kompos di wilayah Taruna Kompos
33
C. MANFAAT TARUNA KOMPOS DARI PENGELOLAAN SAMPAH
Kegiatan Taruna Kompos, dalam mengelola sampah, dengan keterbatasan
yang dimiliki memberi dampak positif, disamping berdampak dalam memberi
tambahan pada pendapatan masyarakat, juga memiliki dampak pada lingkungan
yaitu berkurangnya tumpukan sampah lingkungan masyarakat kelurahan
Mulyaharja. Walaupun dikarenakan keterbatasan sarana dan prasarana yang
dimiliki Taruna Kompos. Kegiatan pengelolaan sampah ini tidak optimum,
sehingga tumpukkan-tumpukkan sampah masih banyak berserakan di
lingkungan kelurahan Mulyaharja. Kondisi tersebut diperparah dengan kebiasaan
warga kelurahan Mulyaharja dalam membuang sampah, limbah rumah tangga
yang sembarangan.
Berdasarkan data yang terkumpul dari keterangan dari Sdr Hedi,
pengelola Taruna Kompos, dapat dikelompokkan pengeluaran dan pemasukan
sebagai disajikan pada tabel 4.1 dan tabel 4.2 berikut
Tabel 4.1. Tabel Pengeluaran Taruna Kompos per bulan
No Item Pengeluaran Unit Harga per Unit Total per Bulan
1 Pengelola 4 1.300.000,00 5.200.000,00
2 Tenaga Kerja Penyortiran 3 1.000.000,00 3.000.000,00
3 Tenaga Kerja Pencacah 3 1.000.000,00 3.000.000,00
4 Tenaga Kerja Pembalikan 2 1.000.000,00 2.000.000,00
5. Tenaga Kerja Pengayakan dan
Pengepakan 2 1.000.000,00 2.000.000,00
6 Tenaga Pembantu Penagihan 3 50.000,00 150.000,00
7 Sewa Pick Up pengangkut sampah dari Masyarakat
24 120.000,00 2.880.000,00
8. Sewa Pick up menganggkut Residu ke Galuga
12 1.300.000,00
9. Listrik 100.000,00
10. M4. 28.000,00
Total Pengeluaran Taruna Kompos per bulan 19.658.000,00
34
Tabel 4.2. Tabel Penerimaan Taruna Kompos per bulan
No Item Pemasukkan Unit Harga per Unit Total per Bulan
1 Iuran sampah dari Warga 20 5.000,00 100.000,00
2 Iuran Warga Mampu 130 15.000,00 1.950.000,00
3 Iuran Sampah Perumahan 10.500.000,00
4 Penjualan Sampah Anorganik 4 1.000.000,00 4.000.000,00
5. Penjualan Kompos Kering 4 1.000.000,00 4.000.000,00
Total Penerimaan Taruna Kompos per bulan 20.550.000,00
Berdasarkan data yang tertera pada tabel 4.1. Tabel Pengeluaran Taruna
Kompos, pengeluaran yang dilakukan Taruna Kompos setiap bulannya rata-rata
sebesar Rp. 19.658.000,00. Dan, dengan memperhatikan data pada Tabel 4.2. Tabel
Penerimaan Taruna Kompos, tercantum penerimaan setiap bulan Taruna Kompos,
rata-rata adalah Rp. 20.550.000,00 maka Taruna Kompos, setiap bulannya dapat
menyisihkan pendapatannya sebesar Rp. 20.550.000,00 – Rp. 19.658.000,00 yaitu
sebesar Rp. 892.000,00
D. Tambahan Pendapatan Masyarakat dari Pengelolaan Sampah
Pengelola sampah Taruna Kompos, walau dengan keterbatasan tenaga
kerja dan pengetahuan, namun sudah menunjukkan adanya perubahan dalam
mengelola sampah di lingkungan Kelurahan Mulyaharja. Dengan mengelola sampah,
Taruna Kompos telah merubah pendapatan Masyarakat
Pendapatan Masyarakat dapat dihitung melalui penjumlahan pendapatan
faktor-faktor produksi, yaitu pendapatan dalam bentuk sewa untuk pendapatan
faktor produksi tanah. Pendapatan dalam bentuk upah untuk pendapatan faktor
produksi tenaga kerja. Pendapatan dalam bentuk bunga untuk pendapatan faktor
produksi modal. Dan, pendapatan dalam bentuk keuntungan untuk pendapatan
faktor produksi para wirausaha.
Data yang terkumpul dari pengelolaan sampah Taruna Kompos dapat kita
kumpulkan dalam susunan Pendapatan Masyarakat, yaitu unsur Sewa, unsur Upah,
unsur Bunga dan unsur Keuntungan.
Penghasilan 4 orang Pengelola bisa kita masukkan sebagai keuntungan
pengelola sebesar Rp. 5.200.000,00 ditambah dengan labaa ditahan sebesar Rp.
35
892.000,00, sehingga total Keuntungan dari pengelola Taruna Kompos adalah
Rp. 6.092.000,00 per bulan
Upah para pekerja dari 3 orang pada bagian penyortiran sebesar Rp.
3.000.000,00, 3 orang pada bagian pencacah sebesar Rp. 3.000.000,00, 2 orang
pada bagian bagian pembalikan sebesar Rp. 2.000.000,00, 2 orang pada bagian
pengayakan dan Pengepakan sebesar Rp. 2.000.000,00, 3 orang tenaga pembantu
Penagihan sebesar Rp. 150.000,00, dan 2 orang tenaga pembantu pengumpul iuran
sampah sebesar Rp. 4.500.000,00. Dengan demikian total upah dari pengelolaan
sampah Taruna Kompos adalah Rp. 14.650.000,00 per bulan
Sewa tempat untuk melakukan operasional Taruna Kompos, selama ini
mendapat bantuan dari dinas Pertanaman dan Kebersihan Kota Bogor, sehingga
Taruna Kompos hanya membayar biaya Listrik sebesar Rp 100.000, 00 per bulan,
dengan pembelian M4 sebesar Rp. 28.000,00 dalam 2 bulan. Dengan demikian,
dapat ditentukan biaya sewa Taruna per bulannya sebesar Rp. 114.000,00 per
bulan.
Taruna Kompos mendapat bantuan mesin dan peralatan dari dinas
pertanaman dan Kebersian Kota Bogor, dengan demikian tidak melakukan pinjaman
untuk membeli peralaltan dan mesin, namun demikian, ada perlengkapan angkutan
sampah yang disewa yaitu Pick Up untuk mengangkut sampah dari Masyarakat
sebesar Rp. 2.880.000,00 per bulan, Sewa Pick up menganggkut Residu ke Galuga
sebesar Rp. 1.300.000,00 per bulan. Perhitungan sewa perlengkapan transportasi ini
dapat ditetapkan sebagai bunga yang harus dibayar Taruna Kompos. Secara total
biaya ini per bulannya adalah Rp. 5.180.000,00 per bulan.
Perhitungan Pendapatan Masyarakat berdasarkan pengertian Pendapatan
Nasional dengan pendekatan Pendapatan dinyatakan sebagai jumlah pendapatan
faktor-faktor produksi yang ada yaitu pendapatan faktor produksi tanah, berikut apa
yang ada di atas tanah tersebut dan apa yang terkandung di dalam tanah tersebut,
dalam bentuk sewa. Pendapatan faktor produksi Tenaga Kerja dalam bentuk upah.
Pendaptan faktor produksi Modala dalam bentuk bunga. Dan, pendaptan faktor
produksi Kewirausahaan dalam bentuk keuntungan. Berdasarkan kondisi Taruna
Kompos, karena peneliti hanya mengumpulkan data 1 usaha saja, yaitu Tauna
Kompos, maka perhitungan Pendapatan Masyarakat disini dilihat dari sisi perubahan
nya saja, yaitu Perhiutngan Perubahan Pendapatan Masyarakat.
36
Perubahan Pendapatan Masyarakat di kelurahan Mulyaharja dengan
adanya usaha pengelolaan sampah oleh Taruna Kompos dapat dijumlahlah dari
poendapatan faktor-faktor produksi pada organisai tersebut. Perubahan Pendapatan
Masyarakat adalah Perubahan pendapatan dari unsur Sewa sebesar Rp. 114.000,00
per bulan; perubahan pendapatan dari unsur Upah sebesar Rp. 14.650.000,00 per
bulan; perubahan pendapatan dari unsur Bunga sebesar Rp. 5.180.000,00 per
bulan; dan perubahan pendapatan dari unsur keuntungan sebesar Rp. 6.092.000,00
per bulan. Secara total, perubahan pendapatan masyarakat dari kegiatan Taruna
Kompos adalah Rp. 114.000,00 + Rp. 14.650.000,00 + Rp. 5.180.000,00 +
Rp. 6.092.000,00 = Rp. 26.036.000,00 per bulan, atau Rp. 312.432.000,00 per
tahun nya.
Perubahan Pendapatan Masyarakat tentunya akan memiliki dampak
terhadap Pendapatan Asli Daerah suatu wilayah pemerintahan. Perubahan tersebut
diperoleh dari pengenaan pajak.
Kondisi yang ditunjukkan oleh data sederhana dari Pengelolaan Taruan
Kompos, merupakan perwakilan salah satu penanganan untuk mengatasi
berserakannya sampah di setiap wilayah di Kota Bogor ini.
37
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Taruna Kompos, organisasi kepemudaan di lingkungan Kelurahan
Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, yang bergerak dalam pengelolaan sampah.
Dengan proses yang relatif masih sederhana, dan masih dalam skala minimum,
namun sudah dapat menunjukkan adanya geliat perubahan ekonomi, teruatama
dalam perubahan memperoleh penghasilan.
Taruna Kompos telah menciptakan lapangan pekerjaan dari pelaksanaan
investasi ril walau masih sederhana. Dengan kesederhanaan operasional Taruna
Kompos, mereka dapat merubah pendapatan masyarakat dengan perubahan
sebesar Rp. 26.036.000,00 per bulan, atau Rp. 312.432.000,00 per tahun nya.
Perubahan pendapatan masyarakat tersebut diperoleh dari Perubahan
unsur Sewa sebesar Rp. 114.000,00 per bulan; dari perubahan unsur Upah sebesar
Rp. 14.650.000,00 per bulan; dari perubahan unsur Bunga sebesar Rp. 5.180.000,00
per bulan; dan dari perubahan unsur keuntungan sebesar Rp. 6.092.000,00 per
bulan. Secara total, perubahan pendapatan masyarakat dari kegiatan Taruna
Kompos adalah Rp. 114.000,00 + Rp. 14.650.000,00 + Rp. 5.180.000,00 +
Rp. 6.092.000,00 = Rp. 26.036.000,00 per bulan, atau Rp. 312.432.000,00 per
tahun nya.
B. SARAN
Taruna Kompos, yang semula merupakan kumpulan pemuda di wilayah
Kelurahan Mulya Harja, yang mengelola sampah di sekitar lokasi mereka tinggal,
kemudian berpindah ke jalan kabayan Kelurahan Mulya Harja, dan dibawah binaan
SKPD Kebersihan dan Taman Kota Bogor.
Pembinaan yang dilakukan baik pihak SKPD Kebersihan dan Taman Kota
Bogor, maupun pihak Kelurahan Mulyaharja kepada Taruna Kompos perlu dilakukan
secara berkelanjutan. Pembinaan tersebut diperlukan untuk meningkatkan
operasional Taruna Kompos mendekati optimal.
Dengan perhatian dan pembinaan yang lebih serius lagi, maka kapasitas
mesin dan peralatan yang ada di Taruna Kompos dapat dioperasionalkan secara
optimum, sehingga mampu menyerap sampah lebih banyak dari yang selama ini
38
dilakukan. Dengan demikian sampah yang masih berserakan di wilayah Kelurahan
Mulyaharja dapat diangkut dan diolah di Taruna Kompos.
Perhatian dan pembinaan yang lebih serius lagi dapat dilakukan pihak
kelurahan Mulyaharja juga kepada masyarakat, khususnya dalam membuang
sampah yang mereka hasilkan. Dengan demikian perilaku masyarakat Kelurahan
Mulyaharja dalam membuang sampah dapat lebih baik, dan dapat menangani
senidir terutama sampah yang tidak dapat didaur ulang, khususnya sampah
pampers. Kegiatan ini dilakukan dengan memanfaatkan para RW dan RT juga
lembaga-lembaga unsur kelurahan. Melalui pemanfaatan RW dan RT tersebut pula,
pihak kelurahan dapat memberi arahan agar mereka dapat mempergunakan tenaga-
tenaga pemuda di wilayah masing-masing untuk mengelola sampah dari semua
warganya. dan sampah yang terkumpul di masing-masing RT dan RW dapat
diserahkan kepada pihak Taruna Kompos, melalui kerja sama diantara mereka.
Dengan demikian, Taruna Kompos tidak perlu turun ke lapangan untuk
mengumpulkan sampah sebagai bahan baku untuk diolah menjadi kompos. Manfaat
lain yang ada, tentunya lingkungan Kelurahan Mulyaharja menjadi lebih bersih, dan
bisa ditingkatkan menjadi lebih asri.
Perhatian dan pembinaan pihak SKPD Kebersihan dan Taman yang
selama ini dilakukan dengan memberi bantuan Peralatan dan mesin yang memadai.
Bantuan mesin dan peralatan tersebut merupakan peralatan dan mesin mutakhir
untuk proses operasional pengolahan sampah, namun kenyataannya tidak dapat
dimanfaatkan dan dioperasikan Taruna Kompos dengan baik, tampak dari
penyimpanan mesin dan peralatan yang tidak pada tempatnya, dan tidak semestinya
atau penempatannya dilakukan begitu saja dan karena belum dimanfaatkan seperti
perlengkapan degister, atau tidak dimanfaatkan karena rusak, tidak diperbaiki
seperti mesin pencacah dan mesin pres. Kondisi ini menunjukkan perlunya
mendapat perhatian dan pembinaan yang lebih serius lagi.
39
Perhatian dan pembinaan pihak SKPD Kebersihan dan Taman dapat
dilakukan secara berkelanjutan, terutama untuk teknis Operasional pengelolaan
sampah Taruna Kompos, yaitu dalam mengoperasikan peralatan dan mesin,
sehingga mesin dan peralatan yang ada tidak disia-siakan. Dengan perhatian dan
binaan tersebut, operasional untk menghasilkan kompos kering yang selama ini
mempergunakan metoda sangat sederhana, dapat dirubah dengan memanfaatkan
mesin dan peralatan yang ada, sekaligus apabila mengalami kerusahan, pihak
Taruna Kompos dapat mengatasinya, tidak membiarkan sehingga menjadi
rongsokan.
Pengelola Taruna Kompos sendiri, selayaknya setelah mendapatkan
bantuan peralatan dan mesin yang relatif dapat dikatakan “mutakhir” tersebut,
dapat memanfaatkannya dengan optimal. Hal tersebut dapat dilakukan dengan
mempersiapkan sumber daya manusia yang tepat, yang mampu mengoperasikan
mesin dan peralatan dengan selayaknya, atau meningkatkan ketrampilan sumber
daya yang ada dalam hal operasi mesin dan perlengkapan, terutama apabila
mengalami kerusakan.
Pihak Taruna Kompos, melalui Kelurahan Mulyaharja, dapat melakukan
kerjasama dengan para RW dan RT untuk pengumpulan sampah dari semua Rumah
Tangga yang ada di wilayah Kelurahan Mulyaharja. Dengan demikian Taruna
Kompos tidak perlu mengumpulkan sendiri sampah-sampah tersebut, sehingga
operasional di Taruna Kompos dapat maksimum.
40
DAFTAR PUSTAKA
1. Branson, William H. ........., “Macroeconomic Theory anf Policy”, New York, Harper & Row Publishers
2. Dominick Salvatore, 2004, “Managerial Economics; In A Global Economy”, fifth edition
3. Dominick Salvatore.”Micro Economics, Theory And Problems” 4. Douglas r. Emery & john d. Finnerty, 1997,”Corporate Finance Management”,
International Edition. 5. Eugene Diollio, “Macro Economics, Theory and Problem” 6. Griffin, Ricky W & Pustay, Michael W, 2010, “International Business, 6th Edition”.
(RG) 7. Dr. Hamdy Hady, 1998, “Ekonomi Internasional, Teori dan Kebijaksanaan
Perdagangan Internasional”. 8. Iskandar Putong, 2002, “Pengantar Ekonomi Mikro & Makro”, Jakarta, Ghalia
Indonesia 9. Michael e. Porter, 1985, A Competitive Advantage of Nation” 10. ......... Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor. dkp.kotabogor.go.id 11. Poernomo; Nina Agustina, 1996, “Pengantar Teori Ekonomi Makro”, Bogor,
Penerbit Lembaga Penelitian dan Pengembangan Universitas Pakuan. 12. Samuelson, Paul A; Nordhaus William D., 1992, “Economics, Fourteenth
Edition”, New York, Mc Graw Hill.
42
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga yang tidak termasuk tinja dan sampah spesifik. 2. Sampah … - 2 - 2. Sampah sejenis sampah rumah tangga adalah sampah rumah tangga yang berasal dari kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya. 3. Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. 4. Sumber sampah adalah asal timbulan sampah. 5. Produsen adalah pelaku usaha yang memroduksi barang yang menggunakan kemasan, mendistribusikan barang yang menggunakan kemasan dan berasal dari impor, atau menjual barang dengan menggunakan wadah yang tidak dapat atau sulit terurai oleh proses alam. 6. Tempat penampungan sementara yang selanjutnya disingkat TPS adalah tempat sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan, dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu. 7. Tempat pengolahan sampah dengan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle) yang selanjutnya disebut TPS 3R adalah tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, dan pendauran ulang skala kawasan. 8. Tempat pengolahan sampah terpadu yang selanjutnya disingkat TPST adalah tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir. 9. Tempat pemrosesan akhir yang selanjutnya disingkat TPA adalah tempat untuk memroses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan. Pasal 2
top related