acp kista ovarium
Post on 23-Jan-2016
70 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
AFTER CARE PATIENT
KISTA OVARIUM
Pembimbing :
Kolonel CKM dr. Tri Joko, Sp.OG
Disusun oleh :
Faraida Jilzani Arsad
NRP 1410221046
KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RST TK.II DR. SOEDJONO MAGELANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UPN “VETERAN’ JAKARTA
2015
LEMBAR PENGESAHAN
AFTER CARE PATIENT
“KISTA OVARIUM”
Disusun oleh :
Faraida Jilzani Arsad 1410221046
Makalah Presentasi Kasus ini telah dipresentasikan dan disahkan
sebagai salah satu persyaratan mengikuti ujian kepaniteraan klinik di
Departemen Obstetri dan Ginekologi RST Tk.II Dr. Soedjono Magelang.
Magelang, September 2015
Mengetahui,
Pembimbing
Kolonel CKM dr. Tri Joko, Sp.OG
2
KATA PENGANTAR
Pertama-tama penulis panjatkan puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan penyusunan laporan after care patient dengan judul kista
ovarium ini.
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan Departemen Obstetri
dan Ginekologi RST Tk.II Dr. Soedjono Magelang sebagai salah satu syarat
mengikuti ujian, serta untuk menambah ilmu dan wawasan penulis sebagai
koasisten di Departemen Obstetri dan Ginekologi.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan penyelesaian makalah ini,
terutama kepada:
1. Kolonel CKM dr. Tri Joko, Sp.OG selaku pembimbing diskusi kasus ini
2. Seluruh staf departemen Obstetri dan Ginekologi RST Tk. II Dr. Soedjono
Magelang.
3. Rekan-rekan kepaniteraan klinik Departemen Obstetri dan Ginekologi
RST Tk. II Dr. Soedjono Magelang.
Penulis menyadari dalam penyusunan laporan kasus ini masih banyak terdapat
kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan
saran dan kritik yang membangun guna penyempurnaan laporan presentasi
kasus ini. Harapan penulis, semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi
kita semua dan dapat membuka wawasan serta ilmu pengetahuan terutama
dalam bidang obstetri dan ginekologi.
Magelang, 30 September 2015
Penulis
3
DAFTAR ISI
1. Sampul depan........................................................................................... 1
2. Lembar Pengesahan................................................................................. 2
3. Kata Pengantar......................................................................................... 3
4. Daftar Isi.................................................................................................. 4
5. BAB I : Pendahuluan............................................................................... 5
6. BAB II : Laporan Kasus.......................................................................... 7
7. BAB III : Tinjauan Pustaka...................................................................... 15
8. Daftar Referensi....................................................................................... 35
4
BAB I
LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
Nama : Ny. M
Alamat : Glagah Ombo, Magelang
Jenis Kelamin : Wanita
Usia : 50 tahun
No.RM : 111381
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Pendidikan terakhir : SD
Bangsa : Indonesia
Suku : Jawa
Agama : Islam
Status Pernikahan : Sudah Menikah
II. Anamnesis
Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 14 September 2015 pukul 10.30
WIB.
a. Keluhan utama
Nyeri perut bawah.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan nyeri perut dibagian kanan bawah kadang terasa sampai ke
pinggul kanan sudah 1 tahun. Nyeri tidak menjalar. Nyeri hilang-timbul
seperti ditusuk-tusuk. Pasien sudah berobat ke puskesmas dalam 2 tahun
ini namun tidak mengalami perubahan dan nyeri dirasakan semakin parah
terutama saat haid dan berkurang setelah haid selesai.
Pasien mengakui siklus haid yang tidak teratur, seing perdarahan
banyak diluar tanggal haid biasanya, serta saat haid keluar darah banyak.
Pasien tidak merasa ada benjolan diperutnya dan pasien tidak merasakan
perutnya membesar, tidak merasa penuh di perut. Keluhan lain seperti flek
5
atau keluar duh dari vagina disangkal. Penurunan nafsu makan (-),
penurunan berat badan (-), tidak ada gangguan BAB maupun BAK.
c. Riwayat pengobatan
Sudah ke dokter dan dilakukan USG 2 minggu yang lalu. Hasilnya
didapatkan kista.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Keluhan serupa sebelumnya disangkal. Riwayat penyakit diabetes (-),
hipertensi (-), asma (-), dan alergi (-).
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Hipertensi (-), diabetes (-), alergi (-), asma (-)
f. Riwayat Sosial dan Kebiasaan
Merokok dan alkohol (-), olahraga (-)
g. Riwayat obstetri
Pasien P2A0, menikah usia 16 tahun.
- Anak 1 : laki-laki, hidup, riwayat lahir aterm, BBLC, normal di
bantu dukun pada tahun 1986
- Anak 2 : permpuan, hidup, riwayat lahir aterm, BBLC, normal di
bantu dukun pada tahun 1988
h. Riwayat ginekologi
Pasien mengaku menarche pada usia 11 tahun, lama menstruasi 5-7
hari, tidak teratur, siklus 28 hari, sehari mengganti pembalut sebanyak 3-4
kali, saat menstruasi sering mengalami dismenore yang berat dan sangat
mengganggu aktivitas. Riwayat keputihan (+). Pasien menggunakan KB
suntik setiap 3 bulan setiap.
III. Pemeriksaan Fisik
pemeriksaan fisik dilakukan di poliklinik Obstetri dan Ginekologi RST
Tk.II Dr. Soedjono Magelang pada tanggal 15 September 2015.
1. Pemeriksaan Fisik
Status generalis
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
6
Tanda vital
Tekanan darah : 120/60 mmHg
Nadi : 80x/menit, reguler, kuat angkat, isi cukup
Nafas : 16x/menit, reguler
Suhu : 36,6⁰C
Berat badan : 57 kg
Tinggi badan : 153 cm
BMI : 24,35 kg/m2
Mata
o Inspeksi : alis mata cukup, enoftalmus (-)/(-), eksoftalmus
(-)/(-), nistagmus (-)/(-), ptosis (-)/(-), lagoftalmus (-)/(-),
edema palpebra (-)/(-), konjungtiva anemis (-)/(-), sklera
ikterik (-)/(-), sekret (-)/(-), tampak berair, pterigium (-)/(-),
ulkus kornea (-)/(-), kekeruhan lensa (-)/(-), arkus senilis
(-)/(-)
o Palpasi : tekanan bola mata secara manual normal
Telinga hidung tenggorokan
Hidung
o Inspeksi : deformitas (-), kavum nasi lapang, sekret (-)/(-),
deviasi septum (-)/(-), konka nasal hiperemis (-)/(-), edema
(-)/(-), NCH (-)/(-)
o Palpasi : nyeri tekan sinus (-)/(-), krepitasi (-)
Telinga
o Inspeksi : hiperemis (-)/(-), abses (-)/(-), massa (-)/(-), skar
(-)/(-), liang telinga lapang, serumen (-)/(-), ottorhea (-)/(-),
membran timpani SDE.
Tenggorokan dan rongga mulut
o Inspeksi : warna mukosa bucal normal, ulkus (-), massa (-),
plak (-), tonsil T1-T1 tenang, pursed lips breathing (-),
karies dentis (-), kandidiasis oral (-)
Leher
7
o Inspeksi : bentuk simetris, penonjolan vena jugularis (-),
tumor (-), retraksi suprasternal (-), tidak tampak
pembesaran KGB.
o Palpasi : pulsasi arteri karotis normal, pembesaran tiroid (-)
posisi trakea ditengah, KGB tidak teraba besar
o Auskultasi : bruits (-)
o Tekanan vena jugularis tidak meningkat.
Thoraks
o Inspeksi : penggunaan otot bantu nafas (-)/(-), retraksi sela
iga (-)/(-), bentuk dada normal, barrel chest (-), pectus
carinatum (-)/(-), pectus ekscavatum (-)/(-), pelebaran sela
iga (-)/(-), tumor (-)/(-), skar (-), emfisema subkutis (-)/(-),
spider naevi (-)/(-), pergerakan kedua paru simetris statis
dan dinamis, pola pernafasan normal.
o Palpasi : massa (-)/(-), emfisema subkutis (-)/(-), ekspansi
dada simetris, vokal fremitus sama di kedua lapang paru,
pelebaran sela iga (-)/(-)
o Perkusi : sonor di kedua lapang paru, batas paru hati pada
garis midklavikula kanan sela iga 6, peranjakan hati sebesar
2 jari. Batas paru lambung pada garis aksilaris anterior kiri
sela iga 8
o Auskultasi : suara nafas dasar vesikuler (+)/(+), wheezing
(-)/(-), ronkhi (-)/(-)
Jantung
o Inspeksi : pulsasi iktus kordis tidak terlihat
o Palpasi : pulsasi iktus kordis teraba 2 jari medial dari linea
midklavikula sinistra ICS V, thrill (-), lifting (-), heaving
(-) tapping (-)
o Perkusi : batas jantung kanan ICS V linea sternalis dextra,
batas jantung kiri ICS V 1 jari medial linea midklavikularis
sinistra, pinggang jantung ICS II line parasternal sinistra
8
o Auskultasi : bunyi jantung I-II reguler normal, murmur (-),
gallop (-).
Abdomen
o Inspeksi : simetris, buncit, striae (-), skar (-), penonjolan (-)
bekas operasi (-), kaput medusa (-)
o Auskultasi : bising usus (+) normal,
o Palpasi : supel, massa (+) di abdomen kanan bawah,
permukaan rata dan licin, mobile, nyeri tekan (-), ukuran 2
jari hepar/lien tidak teraba besar, nyeri ketok CVA (-)/(-)
o Perkusi : timpani, shifting dullness (-), undulasi (-), perut
papan catur (-)
Ekstremitas
o Akral teraba hangat, sianosis (-), CRT < 2 detik, edema (-)/
(-), jari tabuh (-), koilonikia (-), hiperemis (-), deformitas(-)
2. Pemeriksaan genitalia
- Pemeriksaan luar : keputihan (-)
- Pemeriksaan dalam : teraba porsio kaku, panjang ± 2 cm, arah
posterior, dinding vagina terdorong keluar karena efek tekanan.
Massa (-) darah (-)
3. Pemeriksaan penunjang (09-09-2015)
Pemeriksaan Laboratorium
Hasil Nilai normal
HEMATOLOGIHemoglobinHematokritLeukositTrombositEritrosit
8,624,110.300730.0004,43 juta
11,7 – 15,533 – 455,0 – 10,0 150 – 4403,80 – 5,20
FUNGSI HATISGOTSGPTTotal proteinAlbuminGlobulin
29196.674,622,05
0,00-370,00-416,6-8,83,6-6,22,7-3,5
FUNGSI GINJALUreum 21 8 – 50
9
Kreatinin 0,9 0 – 1,3 DIABETESGDS 94 70 – 115 ELEKTROLITNatriumKaliumKlorida
IV. Assessment
1. P2A0 dengan kista ovarium
V. Planning
1. Diagnosis
a. Lab darah lengkap
b. USG
Tanggal 08/09/15 didapatkan gambaran massa hipoechoic
berdinding tebal dengan internal echo didalamnya di ovarium
sinistra kesan sugestif kista ovarium 5 cm.
c. EKG
d. Ro. Thorax
2. Terapi :
IVFD RL 14 tpm
Inj. Ranitidin IV 2x50
Inj. Primperan IV
Neurobion drip IV 1 Ampul per hari
Rencana Op tanggal 20/09/15
3. Edukasi
- Penyakit
- Persiapan operasi
4. Monitoring
- Keadaan umum
- Tanda vital
VI. Prognosis
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
10
Ad sanationam : ad malam
VII. Follow Up
tanggal subjektif Objektif Assessment Planning09/09/15 nyeri perut
kanan bawah sampai ke pinggul sejak 2 tahun. Nyeri tidak menjalar. hilang-timbul dan terasa panas. VAS 5. Nyeri kronik Progresif dan mengganggu aktivitas
TD: 120/60 N: 80RR : 16 S : 36,6
Konjungtiva pucat +/+Abdomen :
- Perut datar, skar (-)- BU (+) normal- Supel, teraba massa di
kuadran kanan bawha permukaan rata, mobile, ukuran 2 jari
Ekstremitas : akral hangat
Hasil EKG : tidak ditemukan kelainan
P3A1 dengan kista ovarium
- IVFD RL 14 tpm
- Inj. Ranitidin IV 2x50
- Inj. Primperan IV
- Neurobion drip IV 1 Ampul per hari
- Diet TKTP- Terjadwal
operasi tgl 10/09/15 laparotomi kisterektomi
10/09/15 operasi TD : 120/85 HR : 88RR : 18 S : 36,4
Laporan operasi : ditemukan massa kistik di ovarium dextra menempel ke dinding perut. Cairan kista coklat encer.
P3A1 dengan kista ovarium
- Monitoring tanda vital
- IVFD RL- Inj. Cefotaxim- Inj. Transamin
3x500 mg- As. Mefenamat
3x500- Balance cairan- Pasang kateter- Rencana PA
11/09/15 Post operasi H+1Ku : nyeri pada bekas jahitan operasi, mual +, muntah -, flatus +, BAB -, pusing -, pegal pada daerah punggung +
TD : 110/60 HR : 78RR : 16 S : 36,8
Abdomen : luka bekas jahitan bersih dan terpasang kassa
Post laparotomi kista ovarium
- IVFD RL- Monitoring
tanda vital- Inj. Cefotaxim- Inj. Transamin- As. Mefenamat
3x500- Aff. Kateter- Rencana pulang
11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
III.1. Definisi
Kista ovarium merupakan perbesaran sederhana ovarium normal, folikel
de graff atau korpus luteum atau kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan
dari epithelium ovarium (Dorland,2002).
Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun yang besar,
kistik atau padat, jinak atau ganas yang berada di ovarium.Dalam kehamilan,
tumor ovarium yang dijumpai paling sering ialah kista dermoid, kista coklat atau
kista lutein.Tumor ovarium yang cukup besar dapat menyebabkan kelainan letak
janin dalam rahim atau dapat menghalang – halangi masuknya kepala ke dalam
panggul (Wiknjosastro et al, 2009).
Kistoma ovari adalah kista yang permukaannya rata dan halus, biasanya
bertangkai, bilateral dan dapat menjadi besar.Dinding kista tipis berisi cairan
serosa dan berwarna kuning. Pengumpulan cairan tersebut terjadi pada indung
telur atau ovarium (Mansjoer, 2000)
Jadi, dapat disimpulkan kista ovarium adalah kantong abnormal yang
berisi cairan atau neoplasma yang timbul di ovarium yang bersifat jinak juga
dapat menyebabkan keganasan.
III.3. Etiologi
Etiologi dari kista ovarium belum diketahui secara pasti.Namun, secara
umum dapat digolongkan etiologi terhadap jenis kista yang dialami. Penyebab
terjadinya kista ovarium yaitu terjadinya gangguan pembentukan hormon pada
hipotalamus, hipofisis, atau indung telur itu sendiri.Kista indung telur timbul dari
folikel yang tidak berfungsi selama siklus menstruasi.
Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab. Penyebab inilah yang
nantinya akan menentukan tipe kista. Diantara beberapa tipe kista ovarium, tipe
folikuler merupakan tipe kista yang peling banyak ditemukan.Kista jenis ini
terbentuk oleh karena pertumbuhan folikel ovarium yang tidak terkontrol.Cairan
12
yang mengisi kista dsebagian besar berupa darah yang keluar akibat perlukaan
yang terjadi pada pembuluh darah ovarium.Pada beberapa kasus dapat juga diisi
oleh jaringan abnormal tubuh seperti rambut dan gigi yang dinamakan kista
dermoid.
Folikel adalah suatu rongga cairan yang normal terdapat dalam ovarium.
Pada keadaan normal, folikel yang berisi sel telur ini akan terbuka saat siklus
menstruasi untuk melepaskan sel telur. Namun, pada beberapa kasus, folikel ini
tidak terbuka sehingga menimbulkan bendungan cairan yang nantinya akan
menjadi kista.
Kista folikuler secara tipikal kecil dan timbul dari folikel yang tidak
sampai saat menopause, sekresinya akan terlalu banyak mengandung estrogen
sebagai respon terhadap hipersekresi folikel stimulation hormon (FSH) dan
luteinizing hormon (LH) normalnya ditemui saat menopause berdiameter 1 -10
cm (folikel normal berukuran maksimum 2,5 cm); berasal dari folikel ovarium
yang gagal mengalami involusi atau gagal meresorpsi cairan. Dapat multipel dan
bilateral.Biasanya asimtomatik atau tanpa gejala.
Kista granulosa lutein yang terjadi di dalam korpus luteum indung telur
yang fungsional dan membesar bukan karena tumor, disebabkan oleh penimbunan
darah yang berlebihan saat fase pendarahan dari siklus menstruasi.
Kista teka-lutein biasanya bersifat bilateral dan berisi cairan bening,
berwarna seperti jerami; biasanya berhubungan dengan tipe lain dari tumor
indung telur, serta terapi hormon.
III.4. Faktor Risiko
Ada beberapa faktor risiko yang diduga berperan dalam pembentukan
kista ovarium.(Anurogo, 2009):
a. Pengobatan infertilitas
Pasien yang sedang diobati untuk infertilitas dengan induksi ovulasi dengan
gonadotropin atau bahan lainnya, seperti clomiphene citrate atau letrozole,
dapat membentuk kista ovary sebagai bagian dari ovarian hyperstimulation
syndrome.
b. Tamoxifen
13
Tamoxifen dapat mengakibatkan kista ovari benigna fungsional yang biasanya
timbul setelah penghentian terapi.
c. Kehamilan
Pada wanita hamil, kista ovarium dapat terbentuk pada trimester kedua saat
kadar hCG tertinggi.
d. Hypothyroidism
Karena kemiripan antara subunit alpha thyroid-stimulating hormone (TSH)
dan hCG, hipotirodisme dapat menstimulasi pertumbuhan kista ovarii.
e. Gonadotropin maternal
Efek transplasental dari gonadotropin maternal dapat menyebabkan
pembentukan dari kista ovarii neonatal dan fetal.
f. Merokok
Risiko kista ovarii fungsional meningkat dengan merokok; resiko dari
merokok mungkin meningkat lebih jauh dengan penurunan indeks massa
tubuh (IMT)
g. Ligasi tuba
kista fungsional telah dihubungkan dengan sterilisasi ligasi tuba
III.5. Manifestasi Klinis
Kebanyakan tumor ovarium tidak menunjukkan gejala dan tanda.Sebagian
besar gejala dan tanda yang ditemukan adalah akibat pertumbuhan, aktivitas
hormonal atau komplikasi tumor tersebut. Gejala dan tanda tersebut berupa
benjolan di perut, mungkin ada keluhan rasa berat, gangguan atau kesulitan
defekasi karena desakan, udem tungkai karena tekanan pada pembuluh balik atau
limfa dan rasa sesak karena desakan diafragma ke kranial.Letak tumor yang
tersembunyi dalam rongga perut dan sangat berbahaya dapat menjadi besar tanpa
disadari oleh penderita.Pertumbuhan primer diikuti oleh infiltrasi kejaringan
sekitar yang menyebabkan berbagai keluhan samar-samar (Sastrawinata et
al,2004) :
a. Perasaan sebah
b. Rasa nyeri pada perut bagian bawah dan panggul
c. Makan sedikit terasa cepat kenyang
14
d. Sering kembung
e. Nyeri senggama
f. Nafsu makan menurun
g. Rasa penuh pada perut bagian bawah
h. Gangguan miksi karena adanya tekanan pada kandung kemih dan juga tekanan
pada dubur
i. Gangguan menstruasi.
Pada umumnya tumor ovarium tidak mengubah pola haid kecuali tumor itu
sendiri mengeluarakan hormon seperti pada tumor sel granulosa yang dapat
menyebabkan hipermenorrea.
j. Akibat Pertumbuhan
Dengan adanya tumor didalam perut bisa menyebabkan pembengkakan perut.
Tekanan pada alat atau organ sekitar disebabkan oleh besarnya tumor atau
posisinya dalam perut.Misalnya sebuah kista yang tidak seberapa besar tetapi
posisinya terletak didepan uterus sehingga dapat menekan kandung kencing
dan menyebabkan gangguan miksi dan sedang kista besar yang terletak
didalam rongga perut kadang-kadang hanya menimbulkan rasa berat pada
perut.Selain gangguan miksi obstipasi dan oedema pada tungkai dapat terjadi.
Dapat timbul komplikasi berupa asites, atau gejala sindrom perut akut,
akibatnya putaran tungkai tumor atau gangguan peredaran darah karena
penyebab lain ( Sjamjuhidajat, 2004 ).
III.6. Klasifikasi
Kista ovarium dilihat menurut klasifikasinya yaitu tumor ovarium
nonneoplastik dan tumor ovarium neoplastik jinak maka pembagiannya adalah
sebagai berikut:
1. Tumor Non neoplastik
Tumor nonneoplastik jinak disebabkan karena ketidakseimbanganhormon
progesteron dan estrogen.
a. Tumor akibat radang.
Termasuk disini abses ovarial, abses tubo-ovarial dan kista tuboovarial.
b. Tumor lain
15
1) KistaFolikel.
Kista ini berasal dari folikel de graaf yang tidak sampai berovulasi,
namun tumbuh terus menjadi kista folikel atau dari beberapa folikel
primer yang setelah bertumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak
mengalami proses atresia yang lazim melainkan menjadi membesar
menjadi kista. Kista ini berasal dari folikel yang menjadi besar semasa
proses atresia folikuli. Setiap bulan sejumlah besar follikel menjadi
mati, disertai kematian ovum, disusul dengan degenerasi dari epitel
follikel.Pada masa ini tampaknya sebagai kista-kista kecil.Tidak jarang
ruangan follikel diisi dengan cairan yang banyak, sehingga
terbentuklah kista yang besar, yang dapat ditemukan pada pemeriksaan
klinis.Biasanya besarnya tidak melebihi sebuah jeruk.Sering terjadi
pada pubertas, climacterium, dan sesudah salpingektomi.
2) Kista Korpus Luteum.
Kista ini terjadi akibat perdarahan yang sering terjadi didalam korpus
luteum, berisi cairan yang berwarna merah coklat karena darah tua.
3) Kista Lutein.
Kista ini biasanya bilateral dan menjadi membesar sebesar
tinju.Tumbuhnya kista ini adalah akibat dari pengaruh hormon
koriogonadotropin yang berlebihan.Kista ini dapat terjadi pada
kehamilan, lebih jarang di luar kehamilan.Kista lutein yang
sesungguhnya, umumnya berasal dari corpus luteum
haematoma.Perdarahan ke dalam ruang corpus selalu terjadi pada masa
vaskularisasi.Bila perdarahan ini sangat banyak jumlahnya, terjadilah
corpus luteum haematoma, yang berdinding tipis dan berwarna
kekuning-kuningan.Secara perlahan-lahan terjadi resorpsi dari unsur-
unsur darah, sehingga akhirnya tersisa cairan yang jernih, atau sedikit
bercampur darah. Pada saat yang sama dibentuklah jaringan fibroblast
pada bagian dalam lapisan lutein sehingga pada kista korpus lutein
yang tua, sel-sel lutein terbenam dalam jaringan-jaringan perut.
4) Kista Inklusi Germinal.
Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian – bagian kecil
16
dari epitel germinativum pada permukaan ovarium.
5) Kista Endometrium.
Belum diketahui penyebabnya dan tidak ada hubungannya dengan
endometroid.
6) Kista Stein-Laventhal.
Kista ini dikenal sebagai sindrom Stein-Laventhal dan kiranya
disebabkan oleh ketidakseimbangan hormonal.Biasanya kedua
ovarium membesar dan bersifat polikistik, permukaan rata, berwarna
keabu-abuan dan berdinding tebal. Pada pemeriksaan mikroskopis
akan tampak tunika yang tebal dan fibrotik. Dibawahnya tampak
folikel dalam bermacam-macam stadium, tetapi tidak ditemukan
corpus luteum.Secara klinis memberikan gejala yang disebut Stein-
Leventhal Syndrom, yaitu yang terdiri dari hirsutisme, sterilitas,
obesitas dan oligomenorrhoe.Kecenderungan virilisasi mungkin
disebabkan hyperplasi dari tunica interna yang menghasilkan zat
androgenik.Kelainan ini merupakan penyakit herediter yang autosomal
dominan.
2. Tumor Neoplastik Jinak
Tumor neoplastik jinak terdiri dari :
a. Tumor Kistik
1) Kistoma ovarii simpleks.
Kistoma ovarii simpleks diduga kista ini adalah suatu jenis
kistadenoma serosum yang kehilangan epitel kelenjarnya berhubung
dengan tekanan cairan dalam kista.Kista ini mempunyai permukaan
rata dan halus, biasanya bertangkai, seringkali bilateral, dan dapat
menjadi besar.Dinding kista tipis dan cairan di dalam kista jernih,
serus, dan berwarna kuning.Pada dinding kista tampak lapisan epitel
kubik.Berhubung dengan adanya tangkai, dapat terjadi torsi (putaran
tangkai) dengan gejala-gejala mendadak.Diduga bahwa kista ini suatu
jenis kistadenoma serosum yang kehilangan epitel kelenjarnya
berhubung dengan tekanan cairan dalam kista.
2) Kistadenoma Ovarii Musinosum.
17
Asal kista ini belum pasti, menurut Mayer, mungkin kista ini berasal
dari suatu teratoma dimana dalam pertumbuhannya satu elemen
mengalahkan elemen lainnya.Ada penulis yang berpendapat bahwa
tumor berasal dari lapisan germinativum, sedang penulis lain menduga
tumor ini mempunyai asal yang sama dengantumorBrenner.
3) Kistadenoma Ovarii Serosum.
Pada umumnya kista ini berasal dari epitel permukaan ovarium
(germinal ephitelium).Kista jenis ini tak mencapai ukuran yang amat
besar dibandingkan dengan kistadenoma musinosum. Permukaan
tumor biasanya licin, akan tetapi dapat pula berrbagala karena kista
serosum pun dapat berbentuk multilokuler, meskipun lazimnya
berongga satu. Warna kista putih keabu-abuan.Ciri khas kista ini
adalah potensi pertumbuhan papiler ke dalam rongga kista sebesar
50%, dan keluar pada permukaan kista sebesar 5%.Isi kista cair,
kuning, dan kadang-kadang coklat karena campuran darah.Tidak
jarang kistanya sendiri kecil, tetapi permukaannya penuh dengan
pertumbuhan papiler (solid papilloma).
4) Kista endometrioid.
Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin; pada dinding
dalam terdapat satu lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan epitel
endometrium.Kista ini, yang ditemukan oleh Sartesson dalam tahun
1969, tidak ada hubungannya dengan endometriosis ovarii.
5) Kista dermoid.
Kista dermoid suatu teratoma kistik yang jinak dimana struktur-
struktur ektodermal dengan diferensiasi sempurna, seperti epitel kulit,
rambut, gigi dan produk glandula sebasea berwarna putih kuning
menyerupai lemak nampak lebih menonjol daripada elemen – elemen
endoderm dan mesoderm. Bahan yang terdapat dalam rongga kista ini
ialah produk dari kelenjar sebasea berupa massa lembek seperti lemak
bercampur dengan rambut
III.7. Patofisiologi
18
Banyak tumor tidak menunjukkan gejala dan tanda, terutama
tumor ovarium yang kecil.Sebagian besar gejala dan tanda adalah akibat dari
pertumbuhan, aktivitas endokrin dan kompikasi tumor – tumor tersebut. (Helm,
2008)
1. Akibat pertumbuhan.
Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan pembenjolan
perut.Tekanan terhadap alat–alat disekitarnya disebabkan oleh besarnya tumor
atau posisisnya dalam perut.Apabila tumor mendesak kandung kemih dan
dapat menimbulkan gangguan miksi, sedang suatu kista yang lebih besar
tetapi terletak bebas di rongga perut kadang – kadang hanya menimbulkan
rasa berat dalam perut serta dapat juga mengakibatkan obstipasi, edema pada
tungkai.
2. Akibat aktivitas hormonal.
Pada umumnya tumor ovarium tidak mengubah pola haid kecuali jika tumor
itu sendiri mengeluarkan hormon.
3. Akibat komplikasi
a. Perdarahan ke dalam kista.
Biasanya terjadi sedikit – sedikit sehingga berangsur-angsur menyebabkan
pembesaran luka dan hanya menimbulkan gejala-gejala klinik yang
minimal. Akan tetapi kalau perdarahan terjadidalam jumlah yang banyak
akan menimbulkan nyeri di perut.
b. Putaran tangkai.
Terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm atau lebih.Adanya
putaran tangkai menimbulkan tarikan melalui ligamentum
infundibulopelvikum terhadap peritoneum parietale dan ini menimbulkan
rasa sakit.
c. Infeksi pada tumor
Terjadi jika di dekat tumor ada sumber kuman patogen.Kista dermoid
cenderung mengalami peradangan disusul pernanahan.
d. Robek dinding kista
Terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula sebagai akibat trauma,
seperti jatuh atau pukulan pada perut dan lebih sering pada saat
19
persetubuhan. Jika, robekan kista disertai hemoragi yang timbul secara
akut, maka perdarahan bebas berlangsung ke uterus ke dalam rongga
peritoneum dan menimbulkan rasa nyeri terus menerus disertai tanda –
tanda abdomen akut.
e. Perubahan keganasan
Setelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis yang
seksama terhadap kemungkinan perubahan keganasan.Adanya asites
dalam hal ini mencurigakan, adanya anak sebar (metastasis) memperkuat
diagnosa keganasan.(Wiknjosastro, 2005).
III.8. Diagnosis
a. Anamnesa
Diagnosis dimulai dari anamnesis berdasarkan keluhan pasien.Banyak
tumor ovarium tidak menunjukkan gejala dan tanda, terutama tumor ovarium
yang kecil.Adanya tumor bisa menyebabkan pembenjolan perut.Rasa sakit atau
tidak nyaman pada perut bagian bawah. Rasa sakit tersebut akan bertambah jika
kista tersebut terpuntir atau terjadi ruptur. Terdapat juga rasa penuh di
perut.Tekanan terhadap alat-alat di sekitarnya dapat menyebabkan rasa tidak
nyaman, gangguan miksi dan defekasi.Dapat terjadi penekanan terhadapat
kandung kemih sehingga menyebabkan frekuensi berkemih menjadi sering.
(DeChemey et al,1994)
Kista ovarium dapat menyebabkan obstipasi karena pergerakan usus
terganggu atau dapat juga terjadi penekanan dan menyebabkan defekasi yang
sering.Pasien juga mengeluhkan ketidaknyamanan dalam coitus, yaitu pada
penetrasi yang dalam.Pada tumor yang besar dapat terjadi tidak adanya nafsu
makan dan rasa enak dan rasa sesak.Pada umumnya tumor ovarium tidak
mengubah pola haid, kecuali jika tumor tersebut mengeluarkan
hormon.Ireguleritas siklus menstruasi dan pendarahan vagina yang abnormal
dapat terjadi.Pada anak muda, dapat menimbulkan menarche lebih awal.
Polikistik ovari menimbulkan sindroma polistik ovari, terdiri dari
hirsutism, inferilitas, aligomenorrhea, obesitas dan acne.Pada keganasan, dapat
ditemukan penurunan berat badan yang drastis.
20
b. Pemeriksaan Fisik
Kista yang besar dapat teraba dalam palpasi abdomen.Walau padawanita
premonopause yang kurus dapat teraba ovarium normal tetapi hal ini adalah
abnormal jika terdapat pada wanita postmenopause.Perabaan menjadi sulit pada
pasien yang gemuk. Teraba massa yang kistik, mobile, permukaan massa
umummnya rata. Serviks dan uterus dapat terdorong pada satu sisi.Dapat juga
teraba, massa lain, termasuk fibroid dan nodul pada ligamentum uterosakral, ini
merupakan keganasan atau endometriosis. Pada perkusi mungkin didapatkan
ascites yang pasif.
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium.
Tidak ada tes laboratorium diagnostik untuk kista ovarium.Cancer
antigen 125 (CA 125) adalah protein yang dihasilkan oleh membran sel
ovarium normal dan karsinoma ovarium.Level serum kurang dari 35
U/ml adalah kadar CA 125 ditemukan meningkat pada 85% pasien
dengan karsinoma epitel ovarium. Terkadang CA 125 ditemukan
meningkat pada kasus jinak dan pada 6% pasien sehat.
2) Laparoskopi.
Mengetahui asal tumor dari ovarium atau tidak, dan menentukan sifat-
sifat tumor.
3) Ultrasonografi.
Menentukan letak dan batas tumor kistik atau solid, cairan dalam rongga
perut yang bebas dan tidak.USG adalah alat diagnostik imaging yang
utama untuk kista ovarium.Kista simpleks bentuknya unilokular,
dindingnya tipis, satu cavitas yang didalamnya tidak terdapat internal
echo.Biasanya jenis kista seperti ini tidak ganas, dan merupakan kista
fungsioal, kista luteal atau mungkln juga kistadenoma serosa atau kista
inklusi. Kista kompleks multilokular, dindingnya menebal terdapat papul
ke dalam lumen.Kista seperti ini biasanya maligna atau mungkin juga
kista neoplasma benigna.USG sulit membedakan kista ovarium dengan
21
hidrosalfing, paraovarian dan kista tuba.USG endovaginal dapat
memberikan pemeriksaan morfologi yang jelas dari struktur
pelvis.Pemeriksaana ini tidak memerlukan kandung kemih yang penuh.
USG transabdominal lebih baik dari endovaginal untuk mengevaluasi
massa yang besar dan organ intrabdomen lain, seperti ginjal, hati dan
ascites. Ini memerlukan kandung kemih yang penuh.
4) MRI.
MRI memberikan gambaran jaringan lunak lebih baik dari CT scan,
dapat memberikan gambaran massa ginekologik yang lebih baik. MRI
ini biasanya tidak diperlukan
5) CT Scan.
Untuk mengidentifikasi kista ovarium dan massa pelvik, CT Scan
kurang baik bila dibanding dengan MRI. CT Scan dapat dipakai
untukmengidentifikasi organ intraabdomen dan retroperitoneum dalam
kasus keganasan ovarium.
6) Foto Rontgen.
Menentukan adanya hidrotoraks.Pada kista dermoid kadang dapat
terlihat gigi.
7) Parasentesis.
Pungsi pada asites berguna untuk menentukan sebab asites.
8) Tes kehamilan dengan HCG negatif, kecuali bila terjadi kehamilan.
Diagnosis kista ovarium dapat ditegakkan bila ditemukan hal-hal berikut
yaitu pada anamnesa menunjukkan gejala seperti yang disebutkan diatas disertai
pada pemeriksaan fisik:
1. Ditemukan tumor di rongga perut bagian depan dengan ukuran >5cm
2. Pada pemeriksaan dalam, letak tumor di parametrium kiri atau kanan
ataumengisi kavum douglasi
3. Konsistensi kistik, mobile, permukaan tumor umumnya rata.
III.9. Komplikasi
Perdarahan ke dalam kista, biasanya terjadi sedikit-sedikit, berangsur-
22
angsur menyebabkan pembesaran kista, dan hanya menimbulkan gejala klinik
yang minimal. Tetapi bila dalam jumlah banyak akan terjadi distensi cepat dan
nyeri perut mendadak.
Putaran tangkai menimbulkan rasa sakit yang berat akibat tarikan melalui
ligamentum infundibulopelvikum terhadap peritoneum parietale.Robekan dinding
kista terjadi pada torsi tangkai, tetapi dapat pula akibat trauma yaitu jatuh,
pukulan pada perut dan coitus. Bila kista hanya mengandung cairan serosa, rasa
nyeri akbat robekan akan segera berkurang. Namun bila terjadi hemoragi yang
timbul secara akut, perdarahan bebas dapat berlangsung terus menerus dalam
rongga peritoneum dan menimbulkan rasa nyeri terus menerus disertai tanda-
tanda abdomen akut.
Infeksi dapat terjadi, jika dekat tumor terdapat sumber kuman patogen,
seperti appendisitis, divertikulitis, atau salpingitis akut.Perubahan keganasan
dapat terjadi pada kista jinak, misalnya pada kista denoma ovarii derosum,
kistadenoma ovarii musinosum dan kista dermoid.Sindroma Meigs ditemukan
pada 40% dari kasus fibroma ovarii yaitu tumor ovarium disertai asites dan
hidrotoraks.
III.10. Penatalaksanaan
Dapat dipakai prinsip bahwa tumor ovarium neoplastik memerlukan
operasi dan tumor non neoplastik tidak. Tumor non neoplastik biasanya besarnya
tidak melebihi 5 cm. Tidak jarang tumor-tumor tersebut mengalami pengecilan
secara spontan dan menghilang.
Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas adalah
pengangkatan tumor dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang
mengandung tumor.Tetapi jika tumornya besar atau ada komplikasi perlu
dilakukan pengangkatan ovarium, disertai dengan pengangkatan tuba.Seluruh
jaringan hasil pembedahan perlu dikirim ke bagian patologi anatomi untuk
diperikasa.
Pasien dengan kista ovarium simpleks biasanya tidak membutuhkan
terapi. Penelitian menunjukkan bahwa pada wanita postmenopause, kista yang
berukuran kurang dari 5 cm dan kadar CA 125 dalam batas normal, aman untuk
23
tidak dilakukan terapi, namun harus dimonitor dengan pemeriksaan USG serial.
Sedangkan untuk wanita premenopause, kista berukuran kurang dari 8 cm
dianggap aman untuk tidak dilakukan terapi.
Terapi bedah diperlukan pada kista ovarium simpleks persisten yang lebih
besar 10 cm dan kista ovarium kompleks.Laparoskopi digunaknan pada pasien
dengan kista benigna, kista fungsional atau simpleks yang memberikan
keluhan.Laparotomi harus dikerjakan pada pasien dengan resiko keganasan dan
panda pasien dengan kista benigna yang tidak dapat diangkat dengan
laparaskopi.Eksisi kista dengan konservasi ovarium dikerjakan pada pasien yang
menginginkan ovarium tidak diangkat untuk fertilitas di masa mendatang.
Pengangkatan ovarium sebelahnya harus dipertimbangkan pada wanita
postmenopause, perimenopause, dan wanita premenopasue yang lebih tua dari 35
tahun yang tidak menginginkan anak lagi serta yang beresiko menyebabkan
karsinoma ovarium.
Jika keadaan meragukan, perlu pada waktu operasi dilakukan pemeriksaan
sediaan yang dibekukan (frozen section) oleh seorang ahli patologi anatomik
untuk mendapat kepastian tumor ganas atau tidak.Untuk tumor ganas ovarium,
pembedahan merupakan pilihan utama.Prosedurnya adalah total abdominal
histerektomi, bilateral salfingo-ooforektomi, dan appendiktomi (optional).
Tindakan hanya mengangkat tumornya saja (ooforektomi atau ooforokistektomi)
masih dapat dibenarkan jika stadiumnya ia masih muda, belum menpunyai anak,
derajat keganasan tumor rendah seperti pada fow potential malignancy
(borderline).
Radioterapi hanya efektif untuk jenis tumor yang peka terhadap radisi,
disgerminoma dan tumor sel granulosa.Kemoterapi menggunakan obat sitostatika
seperti agents alkylating (cyclophosphamide, chlorambucyl) dan antimetabolit
(adriamycin). FoIlow up tumor ganas sampai 1 tahun setelah penanganan setiap 2
bulan, kemudian 4 bulan selama 3 tahun setiap 6 bulan sampai 5 tahun dan
seterusnya setiap tahun sekali. (Moeloek et al, 2006)
24
BAB III
TINJAUAN AFTER CARE
3.1. Fungsi keluarga
3.1.1. Fungsi biologik
Pasien adalah seorang perempuan berusia 50 tahun, sudah
memiliki dua orang anak yang lahir normal di bidan.
3.1.2. Fungsi psikologik
Hubungan pasien dengan keluarga dan lingkungan sekitarnya baik.
3.1.3. Fungsi ekonomi
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Penghasilan keluarga
pasien berasal dari suami pasien yang bekerja sebagai buruh tani.
Kondisi ekonomi pasien termasuk golongan menengah kebawah.
3.1.4. Fungsi pendidikan
Pendidikan terakhir pasien dan suami pasien adalah sekolah dasar.
3.1.5. Fungsi religius
Pasien dan keluarganya beragama islam dan menjalankan ibadah
sesuai dengan agamanya.
3.1.6. Fungsi sosial dan budaya
Kedudukan pasien dalam lingkungan sosial budaya adalah sebagai
warga negara yang baik. Pasien tetap menjalin hubungan baik
dengan warga lingkungan sekitarnya.
3.2. Rencana pembinaan keluarga
3.2.1. Terhadap pasien
- Edukasi pasien tentang program keluarga berencana
- Edukasi pasien pasien tentang risiko kehamilan pada usia
lanjut
- Melakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik sederhana
untuk melihat perkembangan kesembuhan pasien.
- Pemantauan vital sign
- Pemeriksaan luka op
- Edukasi cuci tangan dan perawatan luka
25
- Edukasi pola makan sehat
3.2.2. Terhadap keluarga
- Memberikan motivasi dan edukasi mengenai risiko
kehamilan dan persalinan pada usia lanjut, sehingga pasien
dan keluarga mengerti sepenuhnya mengenai risiko
tersebut.
3.3. Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan pasien
3.3.1. Faktor perilaku
- Pasien sudah cukup memahami perawatan luka operasi.
Setelah pulang pasien melakukan follow up ke RST
dr.Soedjono.
- Pasien juga melakukan konsultasi tentang kontrasepsi.
3.3.2. Faktor non perilaku
- Sarana kesehatan cukup mudah dijangkau oleh pasien.
Akses transportasi untuk mencapai tempat-tempat tertentu
dinilai mudah.
26
DAFTAR PUSTAKA
Anurogo D. 2009. Kista ovarium. Available from http://www.netsains.com.
(accessed on 15 Juni 2013)
Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstrom KD.
Obstetri Williams Edisi ke-21 Vol. 2.Jakarta : ECG; 2004. p. 934, 1035-7.2.
DeChemey AH, Pernoll ML. Current Obstetric and Gynecologic Diagnosis and
Treatment 8th edition.Norwalk : Appleton & Lange; 1994. p. 744-51.
Dorland N. Dalam: Hartanto H, Koesoemawati H, Salim IN, dkk (eds). Kamus
Kedokteran Dorland, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC;2002.
Helm, CW. Ovarian Cyst.19 maret 2008. (Available at
:http://.emedicine.com/med/topic1699.htm, accessed on 15 Juni 2013)
Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI, Setiowulan W. Tumor Ovarium
Neoplastik Jinak. Dalam : Kapita Selekta Kedokteran.Jilid I. Jakarta :Media
Aesculapius Fakultas KedokteranUniversitas Indonesia; 2000. p. 388-9.
Moeloek FA, Nuranna L, Wibowo N, Purbadi S. Standar Pelayanan Medik
Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi
Indonesia; 2006. p.130-16. Ovarian Cyst. 6 April 2008. (Available at
http://en.wikipedia.org/wiki/Ovarian_cyst, accessed on 15 Juni 2013
Sastrawinata, Sulaiman. dkk. 2004. Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri
Patologi.Edisi 2. Jakarta: EGC hal :104.
Winkjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadi T. Ilmu Kandungan. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2009. p. 346-65.
27
top related