agama resume.docx
Post on 25-Oct-2015
24 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
RESUME
AGAMA
A. Pengertian
Menurut bahasa:
1. Sansekerta a : tidak
gama : rusak
( tidak rusak / teratur )
Maksudnya adalah sesuatu yang menjaga suatu tatanan agar tidak rusak atau tetap
(teratur) sesuai ketentuan-ketentuan.
2. Arab : Al-Din = dal , ya, nun ( dibaca da’in ) : hutang
Din : agama, menguasai, menundukan, patuh, kebiasaan ,hari kiamat.
Din (bahasa semit) : UU/hukum
Allah swt. Menetapkan suatu hukum yang harus dipatuhi agar tatanan
kehidupan tetap terjaga yaitu agama
Menurut istilah:
Sampai saat ini masih belum ada kesepakatan tentang definisi agama. Dimulai dari
manusia purba (primitif), bahwa manusia dalam posisi yang lemah dan mengakui
serta mencari adanya kekuatan di luar kekuatan manusia. Harun Nasution
menyebutkan ada empat unsur penting dalam agama yaitu
a. Kekuatan ghaib manusia : manusia merasa dirinya lemah dan berhajat pada
kekuatan ghaib, sebagai tempat minta tolong atau berlindung.
b. Keyakinan manusia bahwa kesejahteraan di dunia ini dan hidup di akhirat
tergantung pada adanya hubungan baik itu kesejahteraan dan kebahagian itu
akan hilang pula.
c. Respon yang bersifat emosional dari manusia : perasaan takut dan bentuk
penyenbahan dalam agama-agama primitif, perasaan cinta dan pemujaan dalam
agama monotheisme.
d. Paham adanya yang kudus ( seced ) dan suci, dalam bentuk kekuatan ghaib, kitab
yang mengandung ajaran agama dan tempat-tempat tertentu.
Banyak para ahli yang menafsirkan pengertian agama dimana, secara umum, agama
mengandung arti ikatan-ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan ini
1
berpengaruuh besar terhadap kehidupan manusia sehari-hari. Ikatan itu bersala dari
suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia. Sesuatun kekuatan ghaib yang tidak
dapat ditangkap dengan panca indera.
Berikut kesimpulan pengertian agama menurut para ahli
‘ Suatu peraturan Tuhan yang mendorong jiwa seseorang yang mempunyai akal
memegang peraturan tuhan itu dengan kehendaknya sendiri, untuk mencapai
kebhagiaan hidup di dunia dan diakhirat’.
B. FUNGSI DAN TUJUAN.
Tiga alasan perlunya manusia terhadap agama :
1. Latar belakang fitrah manusia
2. Kelemahan dan kekurangan manusia
3. Tantangan manusia dalam kehidupan
Agama berfungsi sebagai pedoman untuk membimbing umat manusia dengan tata
nilai yang diakui kebenarannya agar hidup tenang di dunia dan akhirat.
Tujuan utamanya secara jelas adalah menjaga tatanan kehidupan agar manusia
mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
C. PENGGOLONGAN AGAMA.
Berdasarkan kepercayaan nya agama dibagi menjadi 4bagian, yaitu :
1. Dinamisme, agama yang mengandung kepercayaan kepada kekuatan ghaibyabng
misterius ( benda benda tertentu ).
2. Animisme, agama yang mengajarkan tiap tiap benda yang bernyawa atau tidak
menyerupai roh ( materi menyerupai udara atau uap ).
3. Polytheisme, agama yang mnempunyai tuhan yang banyak.
4. Monotheisme, yaitu agama yang mempunyai tuhan satu. :
Bedasarkan turunannya agama dibagi menjadidua, yaitu :
1. Agama samawi, agama yang turun dari langit atau melalui agama wahyu, seperti :
islam, nasrani, yahusi.
2. Agama ardhi, agama yang diturunkan di bumi, seperti : hindu, budha, Shinto.
Dan ada agama yang memiliki kitab suci dan tidak memiliki kitab suci ( majusi ).
2
D. RUANG LINGKUP
1. Kepercayaan atau akidah . “ Setiap agama memiliki kepercayaan atau keyakinan
tertentu “.
2. Aturan atau syariah. “ setiap agama memiliki peraturan yang dianut dan diamalkan.
3. Pelaksanaan atau ibadah. “ setiap agama memiliki pengamalan atau ibadah yang
mengikat.
MENGAPA DAN PERLUKAN MANUSIA BERAGAMA
Perlukah manusia beragama?
1. Manusia lahir tanpa sesuatu.
2. Dengan panca indera akal, dan jiwanya sedikit demi sedikit pengetahuan nya
bertambah.
3. Dengan pengamatan, pemikiran yang logis, dan pengalamannya yang menemukan
pengetahuan.
Definisi agama.
Agama adalah suatu aturan Tuhan yang mendorong umat manusia yang berakal
untuk mau mengikuti dengan baik dan benar agar hidupnya bahagia dunia dan
akhirat.
Keterbatasan panca indera dan akal manusia menjadikan banyak tanda tanya dan
jiwa nya semakin mendesak apabila pertanyaan itu tidak terjawab, karean naluri
manusia yang ingin tahu.
Manusia membutuhkan informasi yang tak diketahuiuntuk ketenangan jiw,
keamanan, dan kebahagiaan hidup.
Disinilah informasi tuhan dating berupa Al-Qur’an.
Segi psikologis :
1. Manusia memerlukan ketentraman, kedamaian, kebahagiaan dalam hidupnya di
dunia dan akhirat.
2. Untuk memperoleh ketentraman, kedamaian, kesejahteraan, kebahagiaan,
manusia memerlukan kebahagiaan.
3. Aturan yang dapat memberikan atau menjamin ketentraman dan kebahagiaan.
4. Aturan yang terdapat dalam agama dapat diterima akal manusia.
5. Akhirnya secara psikologis manusia mau menerima dan memerlukan agama
dengan reasa yakin, percaya tunduk dan patuh.
3
Secara sosiologis :
Sejak keberadaan manusia dari zaman purba sampai abad modern manusia selalu
memiliki aturan sebagai pedoman dalam kehidupan beragama.
HAKIKAT DAN KARAKTERISTIK AGAMA ISLAM
Perkataan “ aslama “ dapat juga diterjemahkan “ berislam “ ( hidup pasrah, dan tunduk
kepada tuhan ).
Inti dari islam : ketundukan, ketaatan, dan sikap pasrah seorang ham,ba terhadap khalik-Nya
yang dilakukan atas dasar kemauan sendiri secara menyeluruh ( kaffah dan universal ),
sehingga diperoleh suatu kebahagiaan akhirat (QS. Al-Baqarah : 112).
“ Hai orang orang yang beriman masuklah kamu dalam agama Islam secara keseluruhan dan
janganlah kamu turuti langkah langkah syaitan, sesungguhnya syaitan itu adalah nyata
bagimu “.
Istilah :
1. Harun Nasution.
“ Agama yang ajaran ajarannya diwahyukan Tuhan kepada masyarakat melalui Nabi
Muhammad SAW yang berisi ajaran yang bukan hanya mengenal segi, tapi mengenal
berbagai segi kehidupan manusia “
2. Maulana Muhammad Ali.
“ Islam adalah agama perdamaian “.
3. Kalangan Barat.
“ Islam sering identik dengan istilah Muhammadinism dan Muhammamedan, karena
kebiasaan diluar islam nama disandarkan pada dirinya seperti studisme, yuroaster,
pemahaman yang benar bahwa islam adalah
“ Agama yang bersumber dari Allah SWT (QS. Al-Maidah : 163).
“ Pada hari ini telah aku sempurnakan untukmu, agamamu, dan telah aku cukupkan
nikmat-Ku dan telahKu ridhoi Islam sebagai Agama mu “ Nabi Muhammad
menyatakan dirinya sebagai orang muslim ( QS. Al-An’am : 163 ).
“Dan aku adalah orang yang pertama tama menyerahkan diri ( Muslim ).
Karakteristik Islam :
1. Islam memiliki visi rahmatan lil’alamin.
2. Islam adalah pengakuan terhadap adanya pluralism beragama.
4
3. Islam bersifat autentikdan orisinal, yaitu agama yang lahir atas dasar wahyu
Allah.
4. Islam agama yang selalu mengedepankan sikap progresivitas, dinamis, dan
inovatif.
KONTRIBUSI UMAT ISLAM TERHADAP PEMBINAAN MASYARAKAT, BANGSA DAN
NEGARA
Kehadiran Islam di Indonesia mendorong terjadinya perubahan pola kekuasaan dan
melahirkan kesatuan politik Islam dalam bentuk Kesultanan.
Islam dalam bidang ekonomi dan social membuka masyarakat untuk berperilaku adil, tak
curang, kesepakatan pembeli dan penjual dan konsep keseimbangan.
Sebelum kemerdekaan.
Islam tidak serta merta menolak agama terdahulu, dan dianggap sebagai
penghormatan.
Dalam kancah politik, Islam memiliki doktrin rasa mencintai tanah airnya sehingga
menimbulkan rasa nasionalisme.
Banyak pejuang dalam tokoh Islam secara fisik menjadi pelopor pengusiran penjajah.
Kearifan para ulama tokoh agama islam melahirkan falsafah pancasila sebagai haluan
NKRI.
Dalam bidang pendidikan para ulama turut berkontribusi dalam adanya madrasah
dan pesantren.
Setelah kemerdekaan.
Banyak para cendikiawan muslim yang berperan dalam penyelenggaraan Negara
baik yudikatif, eksekutif maupun legislative.
Lahirnya departemen agama sebagai wadah pengatur kelembagaan, pendidikan, dan
pembinaan umat dalam hal keagamaan.
Banyak dan eksisnya lembaga pendidikan agama islam secara formal dari tingkat
ibtidaiyah sampai perguruan tinggi, dan lemnaga non formal seperti
Muhammadiyah, NU, Alwasliyah, Majelis Ta’lim sebagai tegaknya basis islam di
Nusantara.
PENGAMALAN AJARAN ISLAM DALAM KEHIDUPAN
Aqidah.
5
Mengetahui dan meyakini aqidah Islam ( memperoleh informasi secara benar,
mempelajari, mendalami dan meyakini ).
Meyakini aqidah Islam, umat islam pada umumnya.
Meyakini Islam bukan karena ikut ikutan.
Syari’ah.
Mengetahui, mempelajari, mendalami, dan menjalani syari’ah Islam secara benar.
Sedikit pengetahuan, meyakini dan menjalankan syariah Islam.
Meyakini dan menjalankan syariah Islam.
Meyakini dan menjalankan syari’ah Islam.
ISLAM SEBAGAI RAHMATAN LIL’ALAMIN
Visi
Islam pembawa rahmat bagi seluruh umat manusia di duni: Tidak kuutus hai Muhammad
kecuali membawa rahmat dunia (QS. Al-Anbiyya)
Misi
Islam pembawa kesejahteraan umat ( arti islam : sejahtera, kebahagiaan, selamat,
sentosa ).
Islam pembawa kedamaian, yang menghendaki seluruh umat hidup damai dan
tenteram.
Islam mengajarkan persamaan : disisi Allah semua umat manusia sama kecuali taqwa
nya kepada Allah.
Islam merupakan penegak keadilan, yaitu kebenaran harus dijunjung sangat tinggi,
dan yang salah harus dipersalahkan.
AKHLAK
A. Pendahuluan
6
Akhlak secara bahasa atau etimologi memiliki kemiripan arti dengan kata adab, budi
pekerti, perilaku, sikap, kelakuan, etiket, karakter, moral, perbuatan, dll. Dari kemiripan kata-
kata tersebut terdapat penggolongan perilaku yakni akhlak, etiket, moral, dan mental. Kata
etiket sendiri berarti tata cara dalam melakukan sesuatu, menentukan nilai sopan santun yang
bersifat lahiriah. Kata moral mengandung arti nilai batin, nilai kejiwaan, dan nilai kepriadian.
Sedangkan kata mental mengacu kepada attitude, kecerdasan, kecerdikan bahkan kelicikan.
Namun ketiga kata ini lebih bersifat general dan universal, yang dalam arti tidak mengenal
agama dalam pelaksanaannya.
B. Isi
Kata akhlak merupakan bentuk jamak dari kata al-khuluq atau al-khulq, yang secara
etimologis berarti (1) tabiat, budi pekerti, (2) kebiasaan atau adat, (3) keperwiraan,
kesatriaan, kejantanan, (4) agama, dan (5) kemarahan (al-gadab). Bentuk lain dari kata dasar
tersebut yaitu khaliq yang artinya pencipta (Allah) dan makhluq yang artinya yang
diciptakan. Dalam hal ini penerapan akhlak tidak lepas dari nilai-nilai agama. Akhlak dapat
diartikan sebagai sesuatu yang terdapat dalam hati dan sanubari yang kontak dengan akal
fikiran tanpa sulit-sulit berfikir dan menimbulkan refleks bertindak tanpa keraguan. Ibnu
Maskawaih mendefenisikan akhlak dengan “keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya
melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan fikiran”. Sebagai contoh,
keyakinan akan hal baik yang telah diyakini oleh batin dan fikiran bahwa hal itu baik, maka
akan menimbulkan tindakan yang baik pula.
Karena akhlak merupakan suatu keadaan yang melekat di dalam jiwa, maka suatu
perbuatan baru disebut akhlak kalau terpenuhi beberapa syarat
1. Perbuatan itu dilakukan berulang-ulang
Kalau suatu perbuatan hanya dilakukan sesekali saja, maka tidak dapat disebut
akhlak. Misalnya, pada suatu saat orang yang jarang berderma tiba-tiba memberikan
uang kepada orang lain karena alasan tertentu. Dengan tindakan ini ia tidak dapt
disebut murah hati atau berakhlak dermawan karena hal itu tidak melekat pada
jiwanya.
2. Perbuatan itu timbul dengan mudah tanpa dipikirkan atau diteliti lebih dahulu
sehingga ia benar-benar merupakan suatu kebiasaan.
Jika perbuatan itu timbul karena terpaksa atau setelah dipikirkan dan
dipertimbangkan secara matang, tidak disebut akhlak.
7
Rasulullah Muhammad SAW diutus ke bumi ini untuk menyempurnakan akhlak manusia.
Tugas yang diberikan Allah kepada Rasullullah ini dapat dikatakan sebagai suatu ujian,
karena akhlak merupakan suatu yang vital bagi pencerminan perilaku manusia dan tugas
menyempurnakan atau memperbiki akhlak manusia bukanlah hal yang mudah. Akhlak
menempati posisi yang sangat penting dalam Islam, sehingga setiap aspek dari ajaran agama
ini selalu berorientasi pada pembentukan dan pembinaan akhlak yang mulia, yang disebut al-
akhlaq al-karimah. Hal ini tercantum antara lain dalam sabda Rasulullah SAW:
“Sesungguhnya saya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR. Ahmad
*Baihaqi, dan *Malik);
“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya.”
(HR. *Tirmidzi);
“Orang yang paling baik keislamannya ialah orang yang paling baik akhlaknya.” (HR.
Ahmad);
“Takwa kepada Allah dan akhlak yang baik adalah sesuatu yang paling banyak
membawa manusia ke dalam surga.” (HR. Tirmidzi); dan
“Tidak ada sesuatu yang lebih berat dari timbangan orang mukmin pada hari kiamat
daripada akhlak yang baik.” (HR. Tirmidzi)
Akhlak Nabi Muhammad SAW disebut juga akhlak Islam, karena akhlak ini bersumber
dari Al-Quran, dan Al-Quran datang dari Allah SWT, maka akhlak Islam mempunyai ciri-ciri
tertentu yang membedakannya dengan akhlak wad’iah(ciptaan manusia). Ciri-ciri tersebut
antara lain:
1. Kebaikannya bersifat mutlak (al-khairiyyah al mutlaqah), yaitu kebaikan yang
terkandung dalam akhlak Islam merupakan kebaikan murni, baik untuk individu
maupun untuk masyarakat, di dalam lingkungan, keadaan, waktu, dan tempat
apapun;
2. Kebaikannya bersifat menyeluruh (as-salahiyyah al-‘ammah), yaitukebaikan yang
terkandung didalamnyamerupakan kebaikan untuk seluruh umat manusia di segala
zaman dan di semua tempat;
3. Tetap, langgeng, dan mantap, yaitu kebaikan yang terkandung di dalamnya bersifat
tetap, tidak berubah oleh perubahan waktu dan tempat atau perubahan kehidupan
masyarakat;
8
Akhlak manusia
yang terpuji terhadap
Allah
Sesama
Tauhid
Ibadah ( doa, dzikir, syahadat, sholat, puasa, zakat, haji, dll)
Zat Allah: Tidak ada satupun yang menyerupai Allah
Sifat Allah: Sifat wajib Allah yang 20
Asma Allah: nama – nama Allah yang 98
Af’al: berperilaku terhadap Allah
(Nabi, orang tua, kerabat, teman, guru pemimpin, orang yang meninggal)
4. Kewajiban yang harus dipatuhi (al-izlam al-mustajab), yaitu kebaikan yang
terkandung dalam akhlak Islam merupakan hukum yang harus dilaksanakan sehingga
ada sanksi hukum tertentu bagi orang yang tidak melaksanakannya;
5. Pengawasan yang menyeluruh (ar-rabaqah al-muhitah).
Dalam akhlak dibicarakan tatacara hablumminallah (hubungan dengan Allah) dan
hablumminannas (hubungan dengan manusia) yang baik sesuai ajaran islam. Terkait hal ini,
terdapat istilah akhlak mahmudah yakni akhlak terpuji dan akhlak mazmumah yakni akhlak
yang tercela. Dalam membina hubungan dengan Allah dan ciptaan Nya dibutuhkan akhlak
atau perilaku yang baik. Dalam AI-Quran surat An-Nisa Allah Menjelaskan: “Sembahlah Allah
dan janganlah kamu mempersekutukanNya dengan sesuatu apapun. Dan berbuat baiklah
kepada dua orang ibu-bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga
yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahayamu,
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membamgga-
banggakan diri.” (QS An-Nisa[4]: 36). Jadi, dalam menjalin hubungan dengan Allah dan
ciptaan Nya dibutuhkan akhlak manusia yang baik dan terpuji.
9
Dalam kehidupan terdapat beberapa kriteria dasar yang penting diterapkan sebagai nilai dasar
keislaman yang disebut Ushulul Khomsah, yakni:
1. Hifzuddin, yang artinya memelihara nilai keyakinan dan keagamaan. Dalam
kehidupan penerapan nilai ini dapat dilakukan dengan memelihara ibadah dan
menjaga pengamalan rukun islam.
2. Hifzunnafs, yang artinya memelihara jiwa dan kehidupan. Penerapan nilai ini dapat
dilakukan dengan adanya upaya atau ikhtiyar untuk menyembuhkan diri dari
berbagai penyakit dengan tidak menyerah pada takdir kematian.
3. Hifzunnasl, yang artinya memelihara keturunan. Dalam islam, diharamkannya
berzina merupakan suatu bentuk upaya menjaga keturunan agar tetap berada dalam
garis keturunan yang sah sehingga setiap individu yang dilahirkan ke bumi ini dapat
merasakan kasih sayang orang tua yang sesungguhnya.
4. Hifzulaqli, yang artinya memelihara akal fikiran. Akal merupakan suatu nikmat luar
biasa dari Allah yang diberikanNya khusus untuk manusia, oleh karena itu, akal harus
dipelihara dari hal-hal buruk dan maksiat yang tidak diridhai Allah agar tidak merusak
fitrah akal.
5. Hifzulmaal, yang artinya memelihara harta kekayaan. Harta kekayaan merupakan
rezeki yang diberikan Allah untuk hamba-hambaNya. Keberadaan harta harus
dipelihara dari segala bentuk maksiat seperti korupsi, perjudian, riba, dan lain
sebagainya dengan memperbanyak zakat, wakaf, sedekah kepada saudara kita yang
membutuhkan.
10
Kelima nilai diatas merupakan dasar-dasar untuk beragama yang baik. Selain itu terdapat
pula nilai dasar beragama yang disebut Qowaidul Fiqhiyyah atau kaidah-kaidah fiqih yang
penting dilaksanakan dalam penerapan akhlak manusia, diantaranya:
1. Prinsip niat, pada dasarnya segala tindakan yang kita lakukan harus berdasarkan
pada niat.
2. Yakin
3. Al-masaqqah, dalam melakukan tindakan hendaknya menghindari berbagai kesulitan
yang menghambat
4. Ad-dar, dalam melakukan tindakan hendaknya menjauhkan hal-hal yang dapat
mengakibatkan kemudharatan (bahaya)
5. Al-urfi, dalam melakukan tindakan hendaknya mengedepankan adab kebiasaan dan
perilaku baik
Nilai-nilai diatas merupakan nilai vital yang harus diperhatikan dalam menjalankan akhlak
islamiyah yang mahmudah.
PENGANTAR FIQIH ISLAM
Pengertian fiqih
Fiqih berasal dari bahasa arab, secara etimologi artinya adalah paham dan bisa
memahami. Secara terminologi fiqih diartikan menajdi dua yakni yang pertama
pengetahuan tentang hukum-hukum syariat sehingga memahami hukum-hukum
11
tersebut yang diambil dari sumber-sumber misalnya Al-quran, hadis, qias, dan ijma.
Contohnya: hukum sholat 5 waktu adalah wajib hukumnya dan sholat-sholat lainnya
adalah sunnah. Yang kedua adalah hukum syariat itu sendiri, apa yang terkandung
dalam hukum shalat, shalat dibedakan dalam sholat wajib dan sholat yang sunnah.
Hubungan fiqih dan akidah islam
Akidah adalah keimanan kita, kita sebagai umat muslim tentunya mempercayai
tahlil yakni lailahailallah. Seorang yang beriman akan memikirkan fiqh suatu ibadah,
selalu ingin mengetahui hukum syariat suatu ibadah. Seorang yang imannya kuat,
pasti menyadari kewajibannya kepada Allah. Contohnya adalah dalam keseharian
kita menjalankan ibadah sholat yang hukumnya wajib, jika akidah kita kuat maka kita
sebagai sebagai umat tidak mau meninggalkan sholat.
Dalam QS. Al Maidah ayat 6 tentang perintah shalat, terdapat kalimat “Hai
orang-orang yang beriman…..” Di sini diketahui bahwa seruan itu hanya ditujukan
hanya kepada orang-orang yang memiliki akidah.
Fiqh banyak macamnya. Fiqh dibuat bukan oleh Allah SWT tetapi sumbernya dari
Allah. Maka dari pada suatu kasus banyak taerdapat pendapat karena menurut
orang yang berbeda-beda. Misalnya orang yang merokok ada yang bilang hukumnya
haram dan ada yang mengatakan hukumnya makruh
Ada 7 rincian fiqih, yaitu :
1. Fiqih ibadah
Yaitu hukum-hukum yang terkait dengan ibadah. Contohnya wudhu, sholat, puasa,
haji, dan lain sebagainya
2. Fiqih Ahwalussakhsiyah (munakahat)
Yaitu hukum-hukum yang terkait dengan kekeluargaan. Contohnya mengenai
pernikahan, hak waris dan nasab
3. Fiqih muamalah
Yaitu hukum-hukum yang terkait dengan perbuatan manusia. Misalnya masalah jual-
beli, sewa-menyewa dan masih banyak lagi
4. Fiqih Siyasah Syar’iyah
12
Yaitu hukum-hukum yang terkait dengan kewajiban-kewajiban Negara. Contohnya
kepemimpinan dan berantas kezaliman
5. Fiqih al-uqubad
Yaitu hukum-hukum yang terkait dengan pelaku-pelaku kejahatan. Misalnya untuk
menjaga keamanan, menjaga ketertiban, mencegah perzinahan, pemabuk dan
pencuri
6. Fiqih Assyiar
Yaitu hukum-hukum yan terkait dengan Negara-negara lain. Contohnya mengenai
perdamaian, batas-batas Negara dan lain sebagainya
7. Fiqih adab
Yaitu hukum-hukum yang terkait dengan adab dan perilaku seseorang. Contohnya
maslaah sopan santun, baik dan buruknya perbuatan manusia.
Sumber fiqih berasal dari Allah yakni dalam bentuk Al-quran, sunnah, ijma dan
qiyas
1. Al-quran
Al-quran merupakan sumber hukum islam yang pertama dan utama. Al-quran itu
sendiri terdiri dari 30 juz, 114 surat, dan 6000 ayat. Al-quran pasti sama semua di
dunia ini, yang berbeda hanyalah terjemahannya. Al-quran memiliki mukjizat yang
dapat dihapal oleh umat nabi Muhammad. Al-quran jika dibaca salah maka akan
langsung kelihatan. Al quran adalah firman yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi
Muhammad SAW sebagai penerang dalam kegelapan. Al quran merupakan hukum
Islam yang pertama dan utama.
2. Sunnah
Perkataan, perbuatan, dan diamnya (kesepakatan) Nabi Muhammad SAW. Jumlahnya
banyak sekali, dan para ulama telah mengklasifikasikannya. Hadits menempati posisi yang
penting dalam kajian keislaman. Kedudukan dan keberadaannya tidak diragukan lagi.
13
Pembukuan hadits baru dilakukan ratusan tahun setelah nabi wafat, ditambah lagi dalam
kenyataan sejarah banyak hadits yang dipalkan, maka keabsahan hadits-hadits yang beredar
diperdebatkan oleh para ulama hadits. Hadits juga merupakan sumber hukum Islam yang
kedua. Contih klasifikasi hadits misalnya kutubu sitta dan kutubu tis’a.
3. Ijma
Ijma merupakan kesepakatan para ulama berdasarkan Al quran dan Al Hadits. Dalam
memutuskan hukum suatu hal, kadang-terjadi perbedaan pendapat antara para ulama,
misalnya hukum merokok ada yang mengatakan haram dan ada yang mengatakan makruh.
Ijma’ merupakan sumber rujukan ketiga. Jika kita tidak mendapatkan didalam Al Qur’an
dan demikian pula sunnah, maka untuk hal yang seperti ini kita melihat, apakah hal tersebut
telah disepakatai oleh para ulama muslimin, apabila sudah, maka wajib bagi kita
mengambilnya dan beramal dengannya.
4. Qiyas
Qiyas yaitu menyamakan atau membandingkan sesuatu yang belum diketahui
hukumnya dengan sesuatu yang lain yang sudah diketahui hukumnya. Contoh qiyas : hukum
meminum khamar adalah haram, maka hal-hal apapun yang memabukkan dihukumi haram.
Anggur fermentasi diqiyaskan dengan khamar, maka anggur fermentasi haram. Pada qiyas
inilah kita meruju’ apabila kita tidak mendapatkan nash dalam suatu hukum dari suatu
permasalahan, baik di dalam Al Qur’an, sunnah maupun ijma’. Ia merupakan sumber rujukan
keempat setelah Al Qur’an, as Sunnah dan Ijma’.
Qiyas memiliki empat rukun:
a) Dasar (dalil).
b) Masalah yang akan diqiyaskan.
c) Hukum yang terdapat pada dalil.
d) Kesamaan sebab/alasan antara dalil dan masalah yang diqiyaskan.
Maqasid Assar’iyah
Maqasid Assar’iyah yaitu tujuan hukum yang diturunkan oleh Allah SWT. setiap
tindakan-tindakan yang kita lakukan pasti ada maqasit assar’iyah. Hukum itu
bertujuan mewujudkan kemashalahatan manusia di dunia dan di akhirat. Tidak
14
seorangpun dapat menyangkal bahwa semua yang dibawa nabi untuk
kemashlahatan umat bukan untuk kemudaratan, yang membuat syariat adalah Allah
karena yang menciptakan manusia adalah Allah.
Menurut Imam Al Ghazali Maqasid Assar’iyah dibagi menjadi:
1. Dhoruriyah (primer)
Definisinya adalah tingkat kebutuhan yang harus ada atau disebut juga kebutuhan primer.
Apabila tingkat kebutuhan ini tidak terpenuhi maka keselamatan umat manui akan
terancam, baik di dunia maupun di akhirat.
2. Haajiyah (sekunder)
Kebutuhan ini disebut juga sebagai kebutuhan sekunder. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi
maka keselamatan manusia tidak sampai terancam. Namun ia akan mengalami kesulitan,
dan syariat islam menghilangkan segala kesulitan tersebut. Adanya hokum rukhshah
(keringanan) merupakan penjelasan dalam kebutuhan haajiyah. Contohnya adalah
pembolehan tidak berpuasa bagi musafir, hukum diyat (denda) bagi seseorang yang
membunuh secara tidak sengaja.
3. Tahsiniyah (suplemen)
Definisinya adalah kebutuhan yang tidak mengancam eksistensi umat manusia dan tidak
pula menimbulkan kesulitan apabila tidak terpenuhi. Tingkat kebutuhan ini berupa
pelengkap. Allah SWT telah mensyariatkan hal yang berhubungan dengan kebutuhan
tahsiniyat, contohnya adalah anjuran berhias ketika hendak ke masjid, anjuran
memperbanyak ibadah sunnah, larangan penyiksaan mayat dalam peperangan.
Lima kategori fiqh:
1. Hifdzuddin : menjaga dan menghargai agama,sebagai dasar toleransi.
2. Hifdzunafs : bentuk penjagaan jiwa-jiwa yang lain.
3. Hifdzunasl : menjaga keturunan,sebagai dasar pernikahan.
4. Hifdzuaql : melindungi akal pikiran.
5. Hifdzumal : menjaga harta kekayaan.
Contoh : Setiap orang berhak mendapat pekerjaan, Setiap orang berhak dilindungi
kekayaannya
DAFTAR PUSTAKA
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam. 1999. Ensiklopedi Islam. Jakarta: Ichtiar Baru
Wahyuddin, Achmad etal. 2007. Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi.
Surabaya: Grasindo
15
Kurniawan, Beni. 2009. Pendidikan Agama Islam. Surabaya: Grasindo
16
top related