akses dan dampak pembiayaan usaha mikro, kecil, dan...
Post on 11-Jan-2020
17 Views
Preview:
TRANSCRIPT
AKSES DAN DAMPAK PEMBIAYAAN USAHA MIKRO,
KECIL, DAN MENENGAH (UMKM) AGRIBISNIS KOPERASI
KELUARGA MITRA MANUNGGAL,
KOTA TANGERANG SELATAN
Skripsi
Dhea Risqi Pentana
1113092000054
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019 M/1440 H
i
AKSES DAN DAMPAK PEMBIAYAAN USAHA MIKRO,
KECIL, DAN MENENGAH (UMKM) AGRIBISNIS KOPERASI
KELUARGA MITRA MANUNGGAL,
KOTA TANGERANG SELATAN
Dhea Risqi Pentana
1113092000054
Skripsi
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada
Program Studi Agribisnis
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
ii
2019 M/1440
iii
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-
BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH
DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN
Depok, Mei 2019
Dhea Risqi Pentana
NIM. 1113092000054
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA DIRI
Nama : Dhea Risqi Pentana
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 12 Juni 1996
Agama : Islam
Alamat
: Jl. Bhakti, gg. Bhakti dalam II
No.54 RT 004/RW 005,
Kelurahan Bojongsari Baru,
Kecamatan Bojongsari, Kota Depok
No. HP : 087887167116
Email : dhearisqi1206@gmail.com
RIWAYAT PENDIDIKAN
PENGALAMAN ORGANISASI
1. 2001 – 2007 : SDN Pondok Labu 08 Petang
2. 2007 – 2010 : SMPN 96 Jakarta
3. 2010 – 2013 : SMAN 97 Jakarta
5. 2013 – 2019 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1 2012 – 2013 : Bendahara MPK (Majelis Perwakilan Kelas)
SMAN 97 Jakarta
2 2012 – 2013 : Bendahara Rohis (Rohani Islami) SMAN 97
Jakarta
3 2013 – 2014 : Anggota Departemen Kemahasiswaan DEMA
(Dewan Eksekutif Mahasiswa) Fakultas Sains dan
Teknologi Uin Syarif Hidayatullah Jakarta
v
PENGALAMAN KERJA
PENGHARGAAN
4 2013 – 2015 : Anggota Divisi Penelitian, Pengembangan dan
Keprofesian DPW (Dewan Perwakilan Wilayah)
II POPMASEPI (Perhimpunan Organisasi Profesi
Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian Indonesia)
5 2014 – 2015 : Anggota Departemen Kerohanian DEMA (Dewan
Eksekutif Mahasiwa) Fakultas Sains dan
Teknologi Uin Syarif Hidayatullah Jakarta
6 2015 – 2016 : Bendahara SEMA (Senat Mahasiswa) Fakultas
Sains dan Teknologi Uin Syarif Hidayatullah
Jakarta
7 2015 – 2017 : Bendahara DPW (Dewan Perwakilan Wilayah) II
POPMASEPI (Perhimpunan Organisasi Profesi
Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian Indonesia)
6 2016 – 2017 : Anggota Komisi I SEMA (Senat Mahasiswa) Uin
Syarif Hidayatullah Jakarta
1 2014 : PT. Godong Ijo Asri (Asisten Trainer)
1 2014 : Juara III Lomba Video Pertanian Dies Natalis
KMSEP UGM
2 2014 : Student Achievement UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
vi
RINGKASAN
Dhea Risqi Pentana. Akses dan Dampak Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM) Agribisnis Koperasi Keluarga Mitra Manunggal, Kota
Tangerang Di Bimbing oleh Acep Muhib Dan Dewi Rohma Wati.
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memiliki peranan penting dan
strategis dalam pembangunan ekonomi nasional. Namun, dalam upaya
pengembangan UMKM, terdapat beberapa masalah yang dihadapi, salah satunya
adalah masalah dalam hal pembiayaan. Begitu juga dengan UMKM di Kota
Tangerang Selatan yang masih kesulitan dalam mengakses pembiayaan pada
perbankan. Walaupun mengalami peningkatan dalam hal jumlah unit dan
penyerapan tenaga kerja, namun keberlanjutan UMKM di Kota Tangerang Selatan
dalam menjalankan usahanya masih tergolong kecil karena masih banyak UMKM
yang berhenti ditengah jalan. Oleh karena itu, salah satu solusi yang dapat
dilakukan dalam mengatasi permasalahan permodalan yang dihadapi oleh UMKM
adalah dengan meningkatkan dan mengoptimalkan peran koperasi sebagai sumber
pembiayaan UMKM.
Koperasi Keluarga Mitra Manunggal (KEMIMA) merupakan salah satu koperasi
di Tangerang Selatan yang sudah bersertifikat. Namun, dalam menyalurkan
pembiayaan masih berfluktuatif karena pengembalian yang tidak lancar oleh
anggota sehingga tidak dapat meminjam sebelum melunasi peinjaman
sebelumnya. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) mengetahui karakteristik
UMKM sektor agribisnis di Kota Tangerang Selatan pada Koperasi Keluarga
Mitra Manunggal; (2) menganalisis akses pembiayaan UMKM sektor agribisnis
pada Koperasi Keluarga Mitra Manunggal; dan (3) menganalisis dampak akses
pembiayaan UMKM sektor agribisnis pada Koperasi Keluarga Mitra Manunggal.
Sampel dalam penelitian ini terdiri dari responden yang mengakses sebagai
responden bebas dan tidak mengakses pembiayaan pada koperasi Keluarga Mitra
Manunggal sebagai responden kontrol. Tujuan pertama dianalisis menggunakan
analisis deskriptif dan tujuan kedua serta ketiga dianalisis menggunakan model
seleksi heckman yang terdiri dari dua persamaan untuk melihat akses pembiayaan
melalui persamaan pertama dan persamaan kedua untuk melihat dampak
pembiayaan UMKM terhadap usaha.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik UMKM yang mengakses
pembiayaan pada koperasi merupakan pengusaha dalam usia produktif, telah
menempuh pendidikan minimal 9 tahun, memiliki jumlah anggota keluarga 3
hingga 4 orang, tergolong usaha mikro dan berposisi ikut bekerja dalam
menjalankan usahanya. Tingkat akses pembiayaan UMKM ditentukan secara
negatif oleh usia pengusaha, dan omzet usaha, dan dipengaruhi secara positif oleh
keikutsertaan pelatihan, dan lama usaha. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa
biaya operasional dan omzet usaha dapat memberikan dampak terhadap
pendapatan UMKM yang mengakses pembiayaan pada koperasi. Berdasarkan
vii
hasil tersebut, pengusaha UMKM harus meningkatkan karakter dan kemampuan
dalam mengelola usaha melalui pelatihan-pelatihan. Selain itu, perlu adanya
lembaga pembiayaan yang mampu mengakomodasi kebutuhan permodalan
UMKM yang sesuai dengan karakteristik usaha agribisnis.
Kata kunci: akses, dampak, pembiayaan, koperasi, pendapatan UMKM
viii
KATA PENGANTAR
بسم هللا الر حمن الر حيم
Assalamu’alaikum Wr Wb
Alhamdulillah, segala puji serta syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, hidayah serta innayah yang selalu tercurah kepada seluruh
hamba-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Akses dan Dampak Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM) Agribisnis Koperasi Keluarga Mitra Manunggal, Kota Tangerang
Selatan” sebagai syarat untuk kelulusan program studi Strata 1 Agribisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada
junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa umatnya kepada
jalan kebenaran untuk menuju cahaya kemuliaan seperti saat ini.
Penulis menyadari dalam menyusun skripsi ini tidaklah mungkin dapat
terselesaikan tanpa adanya dukungan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
kepada:
1. Ayah, yang selalu menjadi motivasi bagi penulis untuk selalu terus berjuang
dan tidak menyerah dalam melakukan segala hal yang dihadapi sehingga
penulis selalu termotivasi untuk melanjutkan perjuangan beliau.
2. Ibu dan Adik serta anggota keluarga tercinta yang senantiasa memerikan
doa, nasehat, serta motivasi sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan tugas akhir program strata I ini.
ix
3. Bapak Drs. Acep Muhib, MM selaku dosen pembimbing I yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan arahan materi dan teknis kepada
penulis selama proses penulisan skripsi ini.
4. Ibu Dewi Rohma Wati SP, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan arahan baik
arahan materi maupun arahan teknis sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
5. Bapak Dr. Ir. Akhmad Riyadi Wastra, S.IP, M.M selaku dosen penguji I dan
dosen pembimbing akademik yang telah meluangkan waktunya dan
membantu penulis dalam memberikan saran dan masukan serta senantiasa
memberikan motivasi dan dukungan bagi penulis dalam menyelesaikan
semua jenjang akademik.
6. Bapak Dr. Iwan Aminudin, M.Si selaku dosen penguji II yang telah
meluangkan waktunya dan memberikan masukan serta saran kepada penulis
dalam menyempurnakan skripsi ini.
7. Ibu Prof. Dr. Lily Surayya Eka Putri, M.Env.Stud. selaku Dekan Fakultas
Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
beserta jajaran dan staf.
8. Bapak Dr. Ir. Edmon Daris, MS dan Bapak Dr. Iwan Aminudin, M.Si,
selaku Ketua dan Sekertaris Program Studi Agribisnis.
9. Seluruh dosen Program Studi Agribisnis yang tidak bisa penulis sebutkan
satu persatu namun tidak mengurangi rasa hormat penulis. Terima kasih atas
x
segala ilmu yang sudah diberikan kepada penulis, baik ilmu akademik
maupun non akademik.
10. Bapak Muri Rahmanto, selaku staf Kementerian Koperasi dan UMKM yang
sudah memberikan waktunya dan izin dalam membantu penulis
memperoleh data di Kementerian Koperasi dan UMKM.
11. Bapak Artito Yugo, selaku staf Dinas Koperasi dan UMKM Kota
Tangerang Selatan yang sudah memberikan waktunya dan izin dalam
membantu penulis memperoleh data di Dinas Koperasi dan UMKM Kota
Tangerang Selatan.
12. Bapak Winardi, selaku ketua Koperasi Keluarga Mitra Manunggal yang
sudah menyempatkan waktunya, izin, dan mengarahkan penulis dalam
melakukan penelitian di Koperasi Keluarga Mitra Manunggal, serta seluruh
anggota koperasi Keluarga Mitra Manunggal yang tidak bisa saya sebutkan
satu per satu.
13. Pengusaha UMKM di Kota Tangerang Selatan selaku responden dalam
penelitian ini, yang telah memberikan izin dan waktunya untuk penulis
penulis dalam melakukan penelitian.
14. Larasati Hardian, SP, yang sudah memberikan waktunya, masukan, dan
saran, serta semangat untuk membantu penulis dalam menyelesaikan tugas
akhir ini.
15. Kawan-kawan seperjuangan, agribisnis angkatan 2013 yang selalu saling
mendukung satu sama lain agar cepat menyelesaikan tugas akhir ini.
16. Pihak lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
xi
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini.
Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan agar penulis menjadi
lebih baik. Akhir kata, semoga skripsi ini memberikan manfaat untuk
berbagai pihak.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Jakarta, 24 Mei 2019
Dhea Risqi Pentana
xii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah .................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 8
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... 9
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ........................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Koperasi ...................................................................................... 10
2.2 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ............................ 14
2.3 Pembiayaan Usaha ...................................................................... 17
2.4 Akses UMKM terhadap Pembiayaan .......................................... 19
2.5 Dampak Akses Pembiayaan UMKM terhadap Usaha ................ 20
2.6 Penelitian Terdahulu ................................................................... 22
2.7 Kerangka Pemikiran .................................................................... 27
2.8 Hipotesis Penelitian .................................................................... 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 30
3.2 Jenis dan Sumber Data ................................................................ 30
3.3 Metode Pengambilan Sampel ..................................................... 31
3.4 Metode Pengumpulan Data ......................................................... 32
3.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data ....................................... 32
3.5.1 Analisis Deskriptif .............................................................. 33
xiii
3.5.2 Analisis Seleksi Heckman .................................................. 34
3.6 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Akses UMKM
terhadap Sumber Pembiayaan .................................................... 36
3.7 Dampak Akses Pembiayaan UMKm terhadap Usaha ................. 38
3.8 Definisi Operasional.................................................................... 39
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Kota Tangerang Selatan .............................................................. 41
4.1.1 Kondisi Geografis Kota Tangerang Selatan ....................... 41
4.1.2 Kondisi Ekonomi Kota Tangerang Selatan ........................ 43
4.2 Kondisi UMKM Sektor Pertanian di Kota Tangerang Selatan ... 45
4.3 Koperasi Keluarga Mitra Manunggal .......................................... 47
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik UMKM Sektor Agribisnis Kota Tangerang
Selatan ......................................................................................... 51
5.1.1 Karakteristik Sosial Ekonomi Responden .......................... 51
5.1.2 Statistik Deskriptif Variabel-variabel dalam Model ........... 63
5.2 Akses Pembiayaan UMKM Sektor Agribisnis pada Koperasi
Keluarga Mitra Manunggal ......................................................... 68
5.3 Dampak Akses Pembiayaan UMKM terhadap Pendapatan ........ 74
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan .................................................................................. 78
6.2 Saran ............................................................................................ 78
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 80
LAMPIRAN ........................................................................................................ 83
xiv
DAFTAR TABEL
No. Hal
1. Kontribusi UMKM terhadap PDB Nasional Tahun 2015-2017 .................. 1
2. Jumlah Tenaga Kerja pada UMKM di Indonesia Tahun 2015-2017 ........... 2
3. Jumlah UMKM di Indonesia pada Tahun 2015-2017 ................................. 3
4. Jumlah Koperasi di Indonesia Tahun 2010-2015 ........................................ 5
5. Jumlah UMKM Kota Tangerang Selatan Tahun 2015-2017 ....................... 6
6. Data Jumlah Pinjaman yang diberikan oleh Koperasi Keluarga Mitra
Manunggal (KEMIMA) Tahun 2013-2017 ................................................. 7
7. Penelitian Terdahulu .................................................................................... 25
8. PDRB Kota Tangerang Selatan Tahun 2013-2017 (Juta Rupiah) ............... 43
9. Jenis Kelamin Responden ............................................................................ 52
10. Usia Pengusaha Responden ......................................................................... 53
11. Jumlah Anggota Keluarga Responden ......................................................... 54
12. Tingkat Pendidikan Responden ................................................................... 55
13. Lama Usaha Responden ............................................................................... 56
14. Posisi Pemilik ............................................................................................... 57
15. Keikutsertaan Organisasi ............................................................................. 58
16. Keikutsertaan Pelatihan ............................................................................... 59
17. Pendapatan Usaha Responden ..................................................................... 60
18. Pembiayaan yang diterima ........................................................................... 61
19. Biaya Operasional Responden ..................................................................... 62
20. Statistik Deskriptif Variabel-variabel dalam Model .................................... 64
21. Akses Pembiayaan UMKM Sektor Agribisnis pada Koperasi Keluarga
Mitra Manunggal ......................................................................................... 70
22. Dampak Pembiayaan terhadap Pendapatan UMKM ................................... 75
xv
DAFTAR GAMBAR
No. Hal
1. Hubungan Input Modal dengan Marginal Return ....................................... 21
2. Kerangka Pemikiran ..................................................................................... 27
3. Peta Kota Tangerang Selatan ....................................................................... 42
4. Grafik Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Tangerang Selatan .......... 44
5. Peran Sektor Pertanian di Kota Tangerang Selatan ..................................... 46
6. Perkembangan UMKM Sektor Pertanian di Kota Tangerang Selatan ......... 47
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal
1. Kuisioner Penelitian ..................................................................................... 83
2. Nama Variabel dalam Analisis Data menggunakan STATA 13.0............... 88
3. Data Karakteristik Sampel ........................................................................... 89
4. Statistik Deskriptif Variabel-variabel Berdasarkan Akses Pembiayaan
dengan Program STATA 13.0 ..................................................................... 93
5. Hasil Pengolahan Model Seleksi Heckman 2 Tahap untuk Akses dan
Dampak Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
Agribisnis Koperasi Keluarga Mitra Manunggal, Kota Tangerang
Selatan dengan menggunakan STATA 13.0 ................................................ 94
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) mempunyai peran penting dan
strategis dalam pembangunan ekonomi nasional. Selain berperan dalam
pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja, UMKM juga berperan dalam
mendistribusikan hasil-hasil pembangunan. UMKM juga telah terbukti tidak
terpengaruh terhadap krisis. Ketika krisis menerpa pada periode tahun 2007 –
2008, hanya UMKM yang mampu tetap berdiri kokoh (LPPI dan BI, 2015).
Tabel 1. Kontribusi UMKM terhadap PDB Nasional Tahun 2015-2017
Indikator
Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017
Jumlah
(milyar) Rp
Pangsa
(%)
Jumlah
(milyar) Rp
Pangsa
(%)
Jumlah
(milyar) Rp
Pangsa
(%)
PDB 10.141.340,0 11.712.450,6 12.840.859,0
1.
UMKM 6.228.285,0 61,4 7.009.283,0 59,84 7.704.635,9 60,00
a. Umi 3.841.836,0 37,9 4.292.287,8 36,65 4.727.989,4 36,82
b. UK 984.489,0 9,7 1.128.056,8 9,63 1.234.210,7 9,61
c. UM 1.401.960,0 13,8 1.588.938,3 13,57 1.742.435,7 13,57
2. UB 3.913.055,0 38,6 4.703.167,6 40,16 5.136.223,1 40,00
Sumber: Kementerian Koperasi dan UMKM, (2018)
Keterangan:
PDB : Produk Domestik Bruto (UMKM)
Usaha Besar
UMKM : Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah
Umi : Usaha Mikro
UK : Usaha Kecil
UM : Usaha Menengah
UB : Usaha Besar
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia mempunyai
peranan yang penting terhadap perekonomian nasional khususnya Produk
Domestik Bruto (PDB), penyerapan tenaga kerja dan pengentasan kemiskinan.
Berdasarkan Tabel 1, kontribusi UMKM terhadap PDB Nasional pada tahun 2017
2
tercatat sebesar 7.704,6 trilliun rupiah atau sekitar 60,00 persen dari keseluruhan
jumlah PDB Nasional. Jumlah tersebut lebih besar dibandingkan dengan
kontribusi usaha besar terhadap PDB Nasional pada tahun 2017 yaitu sebesar
5.136,2 triliun rupiah atau sekitar 40 persen dari keseluruhan jumlah PDB
Nasional.
Tabel 2. Jumlah Tenaga Kerja pada UMKM di Indonesia Tahun 2015-2017
Indikator
Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017
Jumlah
(orang)
Pangsa
(%)
Jumlah
(orang)
Pangsa
(%)
Jumlah
(orang)
Pangsa
(%)
Tenaga Kerja 127.423.437 116.273.356 120.260.185
1. UMKM 123.229.386 96,71 112.828.610 97,04 116.673.416 97,02
a. Umi 110.807.864 86,96 103.839.015 89,31 107.232.992 89,17
b. UK 7.307.503 5,73 5.402.073 4,65 5.704.321 4,74
c. UM 5.114.020 4,01 3.587.522 3,09 3.736.103 3,11
2. UB 4.194.051 3,29 3.444.746 2,96 3.586.769 2,98
Sumber: Kementerian Koperasi dan UMKM (2018)
Keterangan:
PDB : Produk Domestik Bruto
(UMKM + Usaha Besar)
UMKM : Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah
Umi : Usaha Mikro
UK : Usaha Kecil
UM : Usaha Menengah
UB : Usaha Besar
Kontribusi UMKM dalam penyerapan tenaga kerja dari tahun 2015-2017
berfluktuatif. Tercatat pada tahun 2017 kontribusi dalam menyerap tenaga kerja
sebesar 116,7 juta orang atau 97,02 persen keseluruhan tenaga kerja. Jumlah
tersebut lebih besar dibandingkan dengan kontribusi usaha besar dalam menyerap
tenaga kerja yang hanya sebesar 3,59 juta orang atau 2,98 persen (Tabel 2).
Jumlah UMKM hampir meguasai seluruh pangsa usaha di Indonesia.
Tercatat pada tahun 2017 jumlah UMKM di Indonesia sebanyak 62,92 juta unit
usaha atau 99,99 persen dari keseluruhan jumlah unit usaha di Indonesia. Hal ini
berbanding jauh dengan usaha besar yang hanya sebanyak 5.450 unit usaha pada
3
tahun 2017 (Tabel 3). Terlepas dari peranan penting UMKM terhadap
perekonomian Indonesia, sebagian besar UMKM menghadapi kendala dalam hal
permodalan karena masih banyak UMKM yang mengandalkan modal sendiri
untuk menjalankan usahanya, sedangkan jumlah UMKM yang telah memiliki
akses kredit pada perbankan hanya 22 persen dari jumlah keseluruhan UMKM
pada tahun 2016 (Chandra, 2016).
Tabel 3. Jumlah UMKM di Indonesia pada Tahun 2015-2017
Indikator
Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017
Jumlah (unit) Pangsa
(%)
Jumlah
(unit)
Pangsa
(%) Jumlah (unit)
Pangsa
(%)
Unit Usaha 59.267.759 61.656.547 62.928.077
1. UMKM 59.262.772 99,99 61.651.177 99,99 62.922.617 99,99
a. Umi 58.521.987 98,74 60.863.578 98,71 62.106.900 98,70
b. UK 681.522 1,15 731.047 1,19 757.090 1,20
c. UM 59.263 0,1 56.551 0,09 58.627 0,09
2. UB 4.987 0,01 5.370 0,01 5.460 0,01
(Sumber: Kementerian Koperasi dan UMKM 2018)
Keterangan:
Unit Usaha : UMKM + Usaha Besar
UMKM : Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah
Umi : Usaha Mikro
UK : Usaha Kecil
UM : Usaha Menengah
UB : Usaha Besar
Dalam upaya pengembangan UMKM, terdapat masalah yang dihadapi oleh
UMKM, salah satunya adalah masalah dalam hal pembiayaan. Menurut Tanjung
(2017), persoalan yang paling sering dihadapi UMKM dalam hal pembiayaan
adalah kurangnya modal kerja untuk menunjang aktivitas perusahaan, terutama
untuk meningkatkan volume produksi dan biaya pemasaran. Undang-Undang No.
8 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah telah mengamanatkan
kepada perbankan dan lembaga keuangan non bank sebagai sarana untuk
meningkatkan sumber pembiayaan UMKM. Namun pelaku UMKM tidak
4
memiliki pengetahuan tentang cara-cara mengakses sumber-sumber keuangan
(terutama KUR yang disalurkan perbankan, sementara Lembaga Keuangan Mikro
(LKM) dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) tidak terdapat di wilayah kerja
mereka. Di samping itu, perbankan umumnya tidak bersedia menambah
pemberian pinjaman dalam jumlah yang kecil karena tidak adanya aset yang dapat
dijadikan jaminan untuk pinjaman ke perbankan.
Oleh karena itu, untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi UMKM
dibutuhkan sebuah wadah kerjasama antar UMKM yaitu koperasi. Dimana
koperasi merupakan salah satu lembaga pembiayaan yang dapat mendukung
permodalan UMKM. Di Indonesia, peranan koperasi dalam perkembangan
UMKM sudah lama menjadi perhatian pemerintah. Melalui Kementerian Koperasi
dan UMKM, koperasi difungsikan sebagai salah satu lembaga pembiayaan yang
diandalkan oleh pengusaha untuk dapat melakukan pinjaman kredit dari koperasi
dengan prosedur lebih mudah, namun dapat menjangkau sampai ke pelosok
negeri. Adapun pinjaman yang disalurkan oleh koperasi telah mencapai 66,13
triliun rupiah (Kementerian Koperasi dan UMKM, 2014). Nilai tersebut cukup
besar dan masih bisa ditingkatkan lagi, mengingat akan lebih digalakkan lagi
pemberdayaan koperasi dan UMKM di seluruh penjuru tanah air agar bisa lebih
mensejahterakan masyarakat dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Selain berperan dalam mengembangkan usaha, koperasi juga untuk membantu
dalam pemasaran dan pengadaan bahan baku (Tambunan, 2009).
Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UMKM tahun 2016,
pertumbuhan jumlah koperasi tertinggi terjadi pada tahun 2011 yaitu sebanyak
5
6,03 persen dengan jumlah anggota sebanyak 30.849.913 juta orang. Pada tahun-
tahun selanjutnya, jumlah anggota koperasi terus mengalami kenaikan yang
signifikan (Tabel 4).
Tabel 4. Jumlah Koperasi di Indonesia Tahun 2010-2015
Tahun Jumlah Pertumbuh
an (%)
Jumlah
Anggota
Modal Sendiri Modal Luar Volume Usaha
(juta) Rp (juta) Rp (juta) Rp
2010 177.482
30.461.121 30.102.013,90 34.686.712,67 76.822.082,40
2011 188.181 6,03 30.849.913 35.794.284,64 39.689.952,51 95.062.402,21
2012 194.295 3,25 33.869.439 51.422.621,07 51.403.537,20 119.182.690,08
2013 203.701 4,84 35.258.176 89.536.290,61 80.840.572,48 125.584.976,19
2014 209.488 2,84 36.443.953 105.800.829,73 94.861.986,91 189.858.671,87
2015 212.135 1,26 37.783.160 142.650.992,83 99.794.403,06 266.134.619.42
(Sumber: Kementerian Koperasi dan UMKM, 2016)
Untuk mendukung Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RPJPN) 2005-2025 khususnya dalam hal pengembangan UMKM dan Koperasi
agar mampu berkembang menjadi pelaku ekonomi yang berkeunggulan
kompetitif melalui perkuatan wirausahaan dan peningkatan produktivitas.
Pemerintah membagi rencana pembangunan tersebut menjadi empat tahap jangka
menengah. Dimana saat ini, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) telah memasuki tahap ketiga yaitu RPJMN 2015-2019 yang bertujuan
untuk meningkatkan daya saing UMKM dan koperasi sehingga mampu tumbuh
menjadi usaha yang berkelanjutan dengan skala usaha yang lebih besar dalam
rangka mendukung kemandirian perekonomian nasional. Untuk itu diperlukan
pemberdayaan UMKM dan koperasi pada daerah yang memiliki potensi tinggi
dalam sektor riil. Salah satunya adalah Kota Tangerang Selatan yang berada di
Provinsi Banten, sebagaimana tercantum pada Tabel 5.
6
Tabel 5. Jumlah UMKM Kota Tangerang Selatan Tahun 2015-2017
Tahun Jumlah (unit) Pertumbuhan
(%)
2015 20.671 0
2016 23.085 11,7
2017 26.051 12,8 Sumber: Dinas Koperasi dan UMKM Kota Tangerang Selatan (diolah, 2017)
Kota Tangerang Selatan memiliki potensi dalam pengembangan UMKM
dan Koperasi yang sangat besar. Selain dikarenakan lokasinya yang dekat dengan
Ibukota Negara, jumlah UMKM di Kota Tangerang Selatan terbilang banyak dan
semakin berkembang dari tahun ke tahun. Dapat dilihat pada Tabel 5, jumlah
UMKM di Kota Tangerang Selatan dari tahun 2015-2017 selalu mengalami
peningkatan. Pada Tahun 2015 jumlah UMKM di Kota Tangerang Selatan
berjumlah 20.671 unit dan terus meningkat hingga tahun 2017 sebanyak 26.051
unit. Berdasarkan data Dinas Koperasi dan UMKM Kota Tangerang Selatan
(2017), pada tahun 2015 jumlah koperasi di Tangerang selatan tercatat sebanyak
490 koperasi.
1.2 Perumusan Masalah
Menurut Anggraini, dkk (2015), ada 5 permasalahan yang menyebabkan
terbatasnya akses pembiayaan di lembaga keuangan oleh UMKM, yaitu : (1)
Terbatasnya fasilitas kredit dalam pengembangan produk UMKM; (2) Prosedur
dan persyaratan kredit relatif lebih rumit dan birokratis; (3) Ketidakmampuan
dalam menyediakan jaminan tambahan; (4) Tingginya bunga kredit terutama
untuk modal investasi; (5) Terbatasnya jangkauan pelayanan kredit di daerah.
Begitu juga dengan UMKM di Kota Tangerang Selatan yang masih kesulitan
7
dalam mengakses pembiayaan pada perbankan. Meskipun mengalami peningkatan
dalam hal jumlah unit dan penyerapan tenaga kerja, namun keberlanjutan UMKM
di Kota Tangerang Selatan dalam menjalankan usahanya masih tergolong kecil,
dimana masih banyak UMKM yang berhenti ditengah jalan. Oleh karena itu,
solusi yang dapat dilakukan dalam mengatasi permasalahan permodalan yang
dihadapi oleh UMKM adalah dengan meningkatkan dan mengoptimalkan peran
lembaga keuangan semi formal yang memiliki persyaratan lebih mudah dengan
bunga yang lebih rendah, salah satu lembaga semi formal tersebut adalah
koperasi. Pemanfaatan peran koperasi ini sejalan dengan salah satu program Dinas
Koperasi dan UMKM Kota Tangerang Selatan yaitu Satu Koperasi Seribu
UMKM (NewsTangsel, 2017) sehingga dapat mengurangi permasalahan yang
dihadapi oleh UMKM dalam hal sumber pembiayaan.
Tabel 6. Data Jumlah Pinjaman yang diberikan oleh Koperasi Keluarga Mitra
Manunggal (KEMIMA) Tahun 2013-2017
Tahun Pinjaman Anggota (rupiah) Perkembangan (%)
2013 47.000.000
2014 40.000.000 -14,9
2015 85.500.000 113,8
2016 94.000.000 9,9
2017 48.500.000 -48,4 Sumber: Koperasi Keluarga Mitra Manunggal (diolah, 2018)
Salah satu koperasi yang berada di Kota Tangerang Selatan adalah Koperasi
Keluarga Mitra Manunggal. Koperasi ini telah memiliki sertifikat dan
menyalurkan pembiayaan untuk usaha agribisnis. Berdasarkan penjelasan yang
dikemukakan oleh Anggraini, dkk (2015) tentang 5 permasalahan yang
menyebabkan terbatasnya akses pembiayaan di lembaga keuangan oleh UMKM,
juga menjadi permasalahan di Koperasi Keluarga Mitra Manunggal diantaranya
8
adalah terbatasnya fasilitas pembiayaan dalam pengembangan UMKM.
Berdasarkan Tabel 6, jumlah pinjaman yang diberikan oleh koperasi KEMIMA
selama lima tahun terakhir masih berfluktuasi. Kenaikan jumlah pinjaman
tertinggi terjadi pada tahun 2015 yaitu sebesar 113,8% dan penurunan jumlah
pinjaman terbanyak terjadi pada tahun 2017 yaitu sebesar 48,4%. Selain itu,
persyaratan pembiayaan yang birokratis juga menjadi salah satu kendala yang
dialami oleh UMKM dalam mengakses pembiayaan di koperasi. Terkait dengan
hal tersebut, dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik UMKM sektor agribisnis di Kota Tangerang
Selatan?
2. Bagaimana akses pembiayaan UMKM sektor agribisnis pada Koperasi
Keluarga Mitra Manunggal?
3. Bagaimana dampak akses pembiayaan UMKM sektor agribisnis pada
Koperasi Keluarga Mitra Manunggal terhadap pengembangan usaha
UMKM?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas maka secara umum
penelitian ini bertujuan:
1. Mengetahui karakteristik UMKM sektor agribisnis di Kota Tangerang
Selatan pada Koperasi Keluarga Mitra Manunggal.
2. Menganalisis akses pembiayaan UMKM sektor agribisnis pada Koperasi
Keluarga Mitra Manunggal.
9
3. Menganalisis dampak akses pembiayaan UMKM sektor agribisnis pada
Koperasi Keluarga Mitra Manunggal terhadap pengembangan usaha
UMKM.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi penulis, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pertanian pada Program Studi Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bagi Pemerintah daerah setempat, diharapkan penelitian ini dapat menjadi
bahan pertimbangan dan sumbangan pemikiran dalam menentukan
kebijakan terutama untuk pengembangan UMKM di Tangerang Selatan.
3. Bagi UMKM Kota Tangerang Selatan, diharapkan dapat menjadi bahan
referensi dan informasi mengenai pentingnya akses pembiayaan pada
koperasi.
4. Bagi pembaca, diharapkan penelitian ini dapat menjadi tambahan informasi
dan referensi dalam penyusunan penelitian selanjutnya.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Koperasi Keluarga Mitra Manunggal. Penelitian
ini lebih memfokuskan pada tingkat akses UMKM sektor agribisnis pada koperasi
dan dampaknya terhadap usaha UMKM anggota Koperasi KEMIMA.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Koperasi
Sejak terbentuknya koperasi di Rochdale, Inggris pada tahun 1844, koperasi
didefinisikan dalam berbagai pendekatan dan sudut pandang. Perbedaan
pendekatan dan sudut pandang lebih disebabkan oleh faktor-faktor yang bersifat
situasional dan kondisional. Faktor-faktor tersebut di antaranya adalah perilaku
sosial, fenomena empiris, pragmatisme ekonomi, hukum suatu negara, fungsional
dan lain sebagainya. Koperasi yang diadopsi dari kata co (bersama) dan operation
(bekerja). Pada akhirnya, koperasi mengandung berbagai makna, meskipun tidak
keluar dari konteks pendirian awal sebagaimana telah digagaskan Robert Owen
dan kaum buruh di Rochdale. Jika merujuk kepada awal didirikannya koperasi,
maka koperasi dapat didefinisikan sebagai wadah gerakan ekonomi yang berdiri
kepada kekuatan anggota guna meningkatkan kesejahteraan dan daya tawar
ekonomi anggota (Tanjung, 2017).
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992,
koperasi didefinisikan sebagai badan usaha yang beranggotakan individu-individu
atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan
prinsip-prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang
berdasarkan atas asas kekeluargaan. Definisi yang dirumuskan Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 1992 ini mengandung makna:
11
1. Koperasi merupakan badan hukum. Ini menunjukkan bahwa dengan
menggunakan koperasi sebagai badan usaha, maka anggota koperasi akan
memiliki kekuatan hukum guna kelangsungan usaha, terutama dalam aspek
legalitas usaha, baik dalam mendapatkan modal, kepastian sistem,
profesionalisme dan sebagainya.
2. Koperasi beranggotakan individu-individu atau badan hukum koperasi. Ini
menunjukkan bahwa koperasi tidak membedakan status seseorang dalam
keanggotaannya. Dalam koperasi, seseorang memiliki hak dan kewajiban
yang sama dalam memanfaatkan sarana swadaya guna memperkuat
ekonomi.
3. Koperasi berdasarkan prinsip. Ini menunjukkan bahwa ada koridor yang
diatur secara tegas tentang bagaimana koperasi seharusnya digerakkan. Baik
keanggotaan, pengelolaan, pembagian keuntungan, balas jasa (SHU),
maupun kemandirian usaha.
4. Koperasi adalah sebuah gerakan ekonomi rakyat. Ini menunjukkan bahwa
koperasi adalah alat yang dapat digunakan secara positif dan efektif guna
membangun ekonomi rakyat sebagai sebuah kekuatan moral ekonomi guna
menunjang dan memajukan kesejahteraan masyarakat yang tidak hanya
sekelompok kecil masyarakat apalagi individu-individu tertentu.
5. Koperasi berasaskan kekeluargaan. Ini menunjukkan bahwa dengan
koperasi, para anggota senantiasa bekerjasama dalam berusaha, bersatu
padu, dan menumbuhkan sikap tolong-menolong.
12
Mohammad Hatta (2015) mendefinisikan koperasi berdasarkan perilaku
sosial masyarakat Indonesia, terutama dengan menonjolkan sikap tolong-
menolong dan kepedulian antarsesama yang tinggi. Bapak Koperasi Indonesia ini
secara sederhana mendefinisikan koperasi sebagai usaha bersama untuk
memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarkan tolong-menolong.
Semangat tolong-menolong tersebut menunjukkan sikap hidup rakyat Indonesia
pada masa-masa penjajahan yang banyak terjerat berbagai persoalan ekonomi,
terutama terlilit utang dan ketidakberdayaan mereka untuk mengakses sumber-
sumber ekonomi (Hatta dalam Tanjung, 2017).
Dasar hukum keberadaan koperasi di Indonesia adalah pasal 33 Undang-
Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1992 tentang
perkoperasian. Dalam penjelasan pasal 33 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945
antara lain dikemukakan bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama
berdasar atas asas kekeluargaan dan ayat (4) dikemukakan bahwa perekonomian
nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip
kebersamaan, efisiensi, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan,
kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan, sedangkan menurut pasal 1
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992, yang dimaksud dengan koperasi di
Indonesia adalah Badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan
hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.
Tujuan koperasi sebagaimana dikemukakan dalam pasal 3 Undang-Undang
Nomor 25 Tahun1992 adalah untuk memajukan kesejahteraan anggota pada
13
khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan
perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil,
dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Berdasarkan
tujuan tersebut daoat dimengerti bahwa koperasi adalah sebagai satu-satunya
bentuk perusahaan yang secara konstitusional dinyatakan sesuai dengan susunan
perekonomian yang hendak dibangun di Indonesia, sebagaimana dikemukakan
dalam pasal 33 ayat (4) Undang-Undang Dasar 1945.
Dasar demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh semua, untuksemua di
bawah pimpinan atau kepemilikan anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran
masyarakat yang diutamakan, bukan kemakmuran orang seorang. Sebab itu
perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan
(Moonti, 2016).
Koperasi di Indonesia berasaskan kekeluargaan dan gotong-royong. Hal
tersebut menunjukkan ciri khas bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi
kebersamaan sebagai sebuah sikap sebagaimana pepatah klasik bersatu kita teguh,
bercerai kita runtuh. Kesadaran yang demikian diharapkan mendorong
tumbuhnya sikap mental yang bermuara kepada semangat kekeluargaan dalam
ekonomi.
Koperasi diharapkan mampu mengangkat harkat dan derajat ekonomi
UMKM dengan menyatukan diri dan mengakumulasikan berbagai sumber daya
yang dimiliki. Fungsi koperasi sebagai lembaga yang menyatukan kepentingan-
kepentingan ekonomi dibutuhkan untuk mengatur penggunaan sumber-sumber
ekonomi secara efektif serta memobilisasi potensi ekonomi lokal sebagai sebuah
14
kekuatan komparatif. Sebagaimana yang diamanatkan undang-undang, peran dan
fungsi koperasi adalah sebagai berikut:
1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi
anggota pada khususnya, dan masyarakat pada umumnya, untuk
meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial.
2. Berperan serta secara aktif dalam upaya meningkatkan kualitas kehidupan
manusia dan masyarakat.
3. Memperkokoh prekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan
perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko gurunya.
4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional
yang merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan
demokrasi ekonomi.
Dengan fungsi dan peran yang dimiliki koperasi, diharapkan kedepannya
mampu menciptakan berbagai peluang usaha dan kesempatan kerja baru. Dengan
ini, maka koperasi dapat menjadi inspirasi terciptanya demokrasi ekonomi dan
keadilan berusaha guna terciptanya kemakmuran bagi seluruh rakyat (Tanjung,
2017).
2.2 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peranan penting
dalam mengentaskan kemiskinan dan pengangguran di Indonesia. Namun karena
memiliki skala usaha yang sangat kecil, UMKM sering mengalami kendala dalam
mengakses pembiayaan dari lembaga formal. Selain karena tidak memiliki badan
15
hukum yang formal, UMKM juga terkendala dengan administrasi yang rumit dan
membutuhkan agunan/jaminan dalam mengakses sumber pembiayaan dari
lembaga formal.
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memiliki definisi yang
bervariasi. Hal tersebut bergantung pada konsep yang digunakan di berbagai
negara. Di Indonesia, definisi UMKM tercantum dalam Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Berdasarkan Undang-
Undang tersebut definisi UMKM dibagi menjadi tiga bagian diantaranya:
1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan atau badan
usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang. Usaha yang memiliki kekayaan bersih paling
banyak Rp. 50 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau
memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300 juta.
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bahkan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah
atau badan usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang. Usaha yang memiliki kekayaan bersih
lebih dari Rp. 50 juta sampai dengan paling banyak Rp. 500 juta tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan
tahunan lebih dari Rp. 300 juta sampai dengan paling banyak Rp. 2,5 miliar.
16
3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau
Usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang. Usaha yang memiliki kekayaan
bersih lebih dari Rp. 500 juta sampai dengan paling banyak Rp. 10 milyar
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau yang memiliki hasil
penjualan tahunan lebih dari Rp. 2,5 milyar sampai dengan paling banyak
Rp. 50 milyar.
Menurut Hubeis (2009) dalam Tanjung (2017), UMKM dikelompokkan
menjadi dua pemahaman yaitu ukuran dari usaha atau jenis kewirausahaan/tahap
pengembangan usaha dan tingkat penggunaan teknologi. Berdasarkan dari Ukuran
dari usaha jenis kewirausahaan/tahap pengembangan usaha, UMKM
diklasifikasikan atas dasar (1) self employment perorangan, (2) self employment
Kelompok, dan (3) industri rumah tangga yang berdasarkan jumlah tenaga kerja
dan modal usaha. Tahap pengembangan usaha UMKM dapat dilihat dari aspek
pertumbuhan menurut pendekatan efisiensi dan produktivitas, yaitu (1) tingkat
survival menurut ukurannya (self employment perorangan hingga industri rumah
tangga); (2) tingkat konsolidasi menurut penggunaan teknologi tradisional yang
diikuti dengan kemampuan mengadopsi teknologi modern; serta (3) tingkat
akumulasi menurut penggunaan teknologi modern yang diikuti dengan
keterkaitannya dengan struktur ekonomi ataupun industri. Berdasarkan tingkat
17
penggunaan teknologi UMKM terdiri atas UMKM yang menggunakan teknologi
tradisional (yang nantinya meningkat menjadi teknologi modern) dan usaha
UMKM yang menggunakan teknologi modern dengan kecenderungan semakin
menguatnya keterkaitan dengan struktur ekonomi, secara umum, dan struktur
industri, secara khusus.
Pengelompokkan Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah
didasarkan pada nilai aset yang dimiliki usaha dan hasil yang didapatkan
sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008. Usaha
mikro umumnya tidak memiliki aset tetap yang bisa dijadikan agunan, sehingga
tidak semua usaha mikro dapat dibiayai oleh perbankan dan mereka
membutuhkan lembaga lain yang dapat memfasilitasinya. Lembaga yang sangat
memungkinkan adalah badan hukum koperasi yang didirikan oleh sekumpulan
orang yang memiliki tujuan bersama.
2.3 Pembiayaan Usaha
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan,
Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut
setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Menurut Kasmir (2011),
pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank dengan pihak lain yang
18
mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut
setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
Bentuk pembiayaan yang umumnya dikenal di Indonesia adalah Kredit.
Menurut Haryanto, dkk (2009) Kredit didefinisikan sebagai kapasitas dan
kemampuan untuk meminjam uang. Definisi ini menempatkan kredit dalam hak
milik individu atau bisnis dan bukan pada bank atau lembaga pemberi pinjaman
lainnya. Meminjam uang sesungguhnya merupakan pertukaran kredit seorang
peminjam untuk menggunakan uang pemberi pinjaman dengan suatu perjanjian
akan mengembalikan uang dan membayar bunga (interest) atas penggunaannya.
Berdasarkan tujuan penggunaannya, kredit dibagi kedalam dua jenis, yaitu
adalah kredit produksi dan kredit konsumsi. Kredit produksi (productive credit)
menurut Haryanto, dkk (2009) adalah kredit untuk pembelian tanah, ternak,
perlengkapan benih, pakan, bahan bakar, tenaga kerja dan lain-lain, yang berperan
dalam peningkatan produksi dan pendapatan. Termasuk kedalam kategori kredit
produksi adalah 1) kredit peralatan produksi yang akan dibayar kembali dalam
bentuk hasil usaha tani, dan 2) supervised credit, yaitu kredit produksi dengan
bantuan teknis kepada petani dalam membuat rencana produksi dan menggunakan
kredit. Kredit konsumsi (consumption credit), digunakan untuk membeli barang-
barang yang consumable serta tidak berdampak langsung pada peningkatan
produksi dan pendapatan meliputi pangan, pakaian, barang-barang rumah tangga
dan lain-lain.
19
2.4 Akses UMKM terhadap Pembiayaan
Menurut Diagne dan Zeller (2001), akses terhadap kredit sering
dibingungkan antara mengakses kredit dengan partisipasi dalam program kredit.
Individu atau rumah tangga dikatakan memiliki akses terhadap sumber kredit
tertentu jika mampu meminjam dari sumber tersebut, sedangkan dikatakan
berpartisipasi jika individu atau rumah tangga meminjam dari sumber kredit
tertentu. Tingkat akses terhadap kredit dapat diukur dari jumlah maksimum yang
dapat dipinjam oleh individu atau rumah tangga. Jika jumlahnya positif, individu
atau rumah tangga dapat dikatakan memiliki akses. Namun, individu atau rumah
tangga dikatakan tidak memiliki akses apabila mengalami kendala dalam kredit
atau tidak dapat meminjam sebanyak yang diinginkan. Dalam penelitian ini
individu atau rumah tangga yang mengakses terhadap kredit adalah pengusaha.
Akses pada sumber pembiayaan merupakan faktor penting dalam
meningkatkan kemampuan UMKM khususnya dalam pengembangan usahanya.
Selain itu, akses UMKM terhadap modal usaha dapat diindikasikan berdasarkan
ketersediaan lembaga-lembaga keuangan (formal, semi-formal dan informal),
seperti bank umum, Bank Perkreditan Rakyat (BPR), dan berbagai bentuk
koperasi simpan-pinjam di suatu wilayah (Wati, 2015).
Akses UMKM pada sumber pembiayaan ditentukan oleh karakteristik
pemilik kondisi sosial ekonomi pengusaha, karakteristik usaha, ketersediaan
informasi dan networking yang dimiliki pengusaha serta karakteristik dari
pinjaman atau kredit. Putri (2013) dalam penelitian yang dilakukan menghasilkan
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi UMKM dalam mengakses kredit adalah
20
omset usaha sebelum mengakses kredit, pengalaman usaha, pendidikan pengusaha
dan kepemilikan agunan. Kondisi sosial ekonomi yang mempengaruhi pengusaha
dalam mengakses sumber pembiayaan adalah umur, jumlah anggota dan lamanya
berorganisasi (Wati 2015;Wedelia 2016).
Menurut Anggraeni dkk (2013) menemukan bahwa akses simpanan, umur ,
jenis usaha dan omset usaha mempengaruhi akses pembiayaan pengusaha pada
sumber pembiayaan. Pemilik usaha yang berperan hanya sebagai pengelola usaha
akan memiliki waktu dan kesempatan yang lebih banyak dalam hal mencari
informasi mengenai sumber pembiayaan dan memiliki kesempatan yang lebih
luas dalam membuat networking baik dengan pasar kredit maupun pasar produk.
Sehingga membuat pemilik usaha yang berposisi sebagai pengelola usaha
memiliki peluang akses yang lebih besar pada sumber pembiayaan (Azriani,
2014).
2.5 Dampak Pembiayaan terhadap Usaha
Suatu kondisi yang diberikan sebuah perlakukan diharapkan akan memiliki
dampak positif maupun negatif (Wati, 2015). Begitupun dengan UMKM yang
diberikan tambahan modal usaha dapat menambah kapasitas produksinya.
Sehingga diharapkan dengan bertambahnya kapasitas produksi tersebut akan
meningkatkan keuntungan yang didapatkan dari usaha tersebut.
Berdasarkan prinsip dasar Diminishing marginal return to capital, De
Aghion dan Murdoch (2015) menjelaskan bahwa sebuah usaha (UMKM) dengan
modal yang relatif kecil akan menghasilkan pengembalian investasi lebih tinggi
21
dibandingkan dengan usaha berskala besar. Dapat dilihat pada Gambar 1, dengan
penambahan modal yang sama besar antara UMKM dan usaha besar akan
menghasilkan output yang berbeda dimana output yang dihasilkan oleh UMKM
lebih besar dibandingkan dengan usaha besar. Prinsip tersebut diturunkan dari
fungsi produksi konkaf dimana diasumsikan sebuah usaha akan menghasilkan
produk yang lebih besar seiring dengan peningkatan modal. Tetapi tambahan
output yang dihasilkan semakin menurun dibandingkan dengan penambahan
modalnya. Dampak kredit terhadap UMKM dapat dilihat berdasarkan jumlah
output yang dihasilkan. Kredit dapat bermanfaat pada penggunaan input yang
lebih baik dan modern sehingga dapat meningkatkan pendapatan usaha.
Gambar 1.Hubungan Input Modal dengan Marginal Returrn Sumber: Aghion dan Murdoch, 2015
Nuswantara (2012), menjelaskan bahwa adanya peningkatan pengambilan
kredit dan kenaikan input produksi akan berdampak pada kenaikan yang lebih
tinggi pada penerimaan usaha, pendapatan usaha dan total biaya produksi. Azriani
(2014) menjelaskan bahwa bias seleksi yang timbul dalam menilai dampak kredit
Output
O1
UMKM
Usaha Besar
Capital
O2
C1 C2
22
adalah seleksi diri dari kredit itu sendiri. Hal ini dapat terjadi jika anggota
kelompok penerima kredit memiliki atribut yang tidak teramati sehingga hasil dari
perlakuan penyaluran kredit menjadi sulit atau tidak bisa digeneralisasi ke
populasi yang lebih luas dari calon penerima kredit. Sumber kedua dari bias
seleksi adalah penempatan program non-acak. Pada akhirnya metode yang paling
umum digunakan untuk mengatasi bias seleksi dengan menggunakan kelompok
kontrol, yaitu populasi dengan karakteristik indentik tapi tidak memperoleh atau
bukan penerima kredit.
2.6 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan suatu penelitian yang dilakukan sebelum
penelitian ini dimulai yang menjadi sebuah rujukan oleh peneliti. Adapun
penelitian terdahulu yang menjadi rujukan adalah :
1. Anggraeni, dkk (2013) melakukan penelitian tentang akses UMKM
terhadap pembiayaan mikro syariah dan dampaknya terhadap perkembangan
usaha : kasus BMT Tadbiirul Ummah, Kabupaten Bogor. Penelitian ini
untuk menganalisis akses UMKM terhadap pembiayaan syariah BMT dan
dampaknya terhadap perkembangan usaha UMKM. Alat analisis yang
digunakan adalah metode regresi logistik model logit untuk menganalisis
akses UMKM terhadap pembiayaan syariah BMT dan metode regresi linear
berganda untuk menganalisis dampak pembiayaan syariah BMT terhadap
perkembangan usaha UMKM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat 4 faktor yang mempengaruhi akses UMKM terhadap pembiayaan
23
BMT, yaitu jenis usaha, umur usaha, omset usaha dan akses simpanan.
Dimana faktor akses simpanan berpengaruh nyata pada taraf 5 persen dan
faktor jenis usaha, umur usaha dan omset usaha berpengaruh nyata pada
taraf 10 persen. Sedangkan UMKM yang mengakses pembiayaan syariah
yang diberikan oleh BMT memiliki dampak positif terhadap perkembangan
keuntungan usaha sektor perdagangan, jasa dan industri makanan minuman.
Dimana sektor jasa mengalami perkembangan keuntungan usaha paling
besar.
2. Wati (2015) melakukan penelitian tentang akses dan dampak kredit mikro
terhadap produksi dan pendapatan usahatani padi organik di Kabupaten
Bogor. Penelitian ini untuk menganalisis aksesibilitas petani padi organik
pada kredit mikro dan dampaknya terhadap produksi padi dan pendapatan
usahatani padi organik di Kabupaten Bogor. Alat analisis yang digunakan
adalah Heckman Selection Model. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat 5 faktor yang dapat menentukan akses petani terhadap kredit mikro
yaitu usia, jumlah anggota keluarga, lamanya menjadi anggota kelompok
tani, pengalaman usahatani, dan luas lahan garapan. Di antara faktor-faktor
tersebut terdapat 3 faktor yang mempengaruhi secara negatif terhadap akses
petani terhadap kredit mikro, yaitu usia petani, jumlah anggota keluarga dan
pengalaman usahatani, sedangkan dua faktor lainnya yaitu lama
keanggotaan dalam kelompok tani dan luas lahan garapan mempengaruhi
akses kredit secara positif. Sedangkan dengan adanya akses kredit yang
dilakukan oleh petani padi organik, akan berdampak positif terhadap
24
peningkatan produksi dan pendapatan usahatani padi organik. Hal tersebut
dikarenakan, petani padi organik yang mengakses kredit akan menambah
jumlah input produksinya sehingga dengan bertambahnya jumlah input
produksi tersebut dapat meningkatkan jumlah produksi padi organik dan
secara tidak langsung pendapatan usahatani padi organik juga mengalami
peningkatan.
3. Wedelia (2016) melakukan penelitian tentang aksesibilitas industri agro
skala mikro kecil pada sumber pembiayaan dan pengaruhnya terhadap
kinerja usaha di Kabupaten Bogor. Penelitian ini untuk menganalisis
aksesibilitas industri agro skala mikro kecil pada sumber pembiayaan formal
dan pengaruhnya terhadap kinerja usaha di Kabupaten Bogor. Alat analisis
yang digunakan adalah model probit dan Two Stage Heckman Model. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa aksesibilitas industri agro skala mikro kecil
pada sumber pembiayaan formal (bank) di Kabupaten Bogor masih terbatas
dengan persentase sebesar 26,4 persen. Hal ini dikarenakan persyaratan
untuk pengajuan kredit di perbankan yang ketat dan membutuhkan waktu
yang lama sehingga membuat pengusaha kesulitan untuk mengakses sumber
pembiayaan formal. Faktor yang menentukan aksesibilitas industri agro
mikro kecil pada sumber pembiayaan formal adalah agunan (jumlah aset
yang dimiliki), tingkat pendidikan dan posisi pemilik usaha. Sedangkan
analisis pengaruh berbagai sumber pembiayaan terhadap kinerja usaha dapat
dilihat dari kegiatan produksinya yang digambarkan dari nilai aset, nilai
produksi dan pendapatan usaha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa akses
25
kredit formal (bank) dan semi formal (program kemitraan bina lingkungan)
mampu memberikan pengaruh positif terhadap kinerja usaha berupa
peningkatan aset, namun tidak berpengaruh terhadap peningkatan nilai
produksi dan pendapatan. Sedangkan kredit sumber pembiayaan informal
(sekolah berjanji) tidak mampu memberikan pengaruh terhadap kinerja
usaha yang dijalankan.
Tabel 7. Penelitian Terdahulu
Judul
Penelitian
Variabel Hasil
Akses UMKM
terhadap
Pembiayaan
Mikro Syariah
dan
Dampaknya
terhadap
Perkembangan
Usaha
(Lukytawati
Anggraeni
dkk, 2013)
1. Faktor yang mempengaruhi
akses: Umur, dummy jenis
kelamin, lama pendidikan,
jumlah anggota keluarga,
dummy jenis usaha 1, dummy
jenis usaha 2, lama usaha,
omset usaha, total aset, dan
dummy akses simpanan.
2. Faktor yang mempengaruhi
perkembangan usaha:
Umur, lama pendidikan,
dummy jenis usaha 1, dummy
jenis 2, lama usaha, total
tenaga kerja, total aset,
pembiayaan syariah BMT,
frekuensi pembiayaan
syariah BMT, kredit
konvensional.
1. variabel dummy akses
simpanan berpengaruh nyata
pada taraf 5 persen dan
variabel umur, dummy jenis
usaha 2 serta omset usaha
signifikan pada taraf 10
persen.
2. UMKM yang mengakses
pembiayaan syariah yang
diberikan oleh BMT memiliki
dampak positif terhadap
perkembangan keuntungan
usaha sektor perdagangan,
jasa dan industri makanan
minuman.
Akses dan
dampak kredit
mikro
terhadap
produksi dan
pendapatan
usahatani padi
organik di
Kabupaten
Bogor
(Dewi Rohma
Wati, 2015)
1. Faktor yang mempengaruhi
akses:
Usia petani, jumlah anggota
keluarga, lama pendidikan
petani, pengalaman
usahatani padi, lama menjadi
anggota kelompok tani, dan
luas lahan garapan
2. Faktor yang mempengaruhi
produksi padi organik:
Jumlah penggunaan pupuk
organik, jumlah penggunaan
pupuk kimia, jumlah
penggunaan tenaga kerja,
1. Variabel usia, jumlah anggota
keluarga, lamanya menjadi
anggota kelompok tani,
pengalaman usahatani, dan
luas lahan garapan dapat
menentukan peluang petani
dalam mengakses kredit
mikro. Di antara faktor-faktor
tersebut terdapat 3 variabel
yang mempengaruhi secara
negative yaitu usia petani,
jumlah anggota keluarga, dan
pengalaman usahatani.
2. variabel yang berpengaruh
26
jumlah kredit nyata pada taraf nyata 0.05
terhadap produksi padi
organik adalah jumlah
penggunaan benih, jumlah
tenaga kerja, dan jumlah
kredit
Aksesibilitas
industri agro
skala mikro
kecil pada
sumber
pembiayaan
dan
pengaruhnya
terhadap
kinerja usaha
di Kabupaten
Bogor
(Lillah
Wedelia,
2016)
1. Variabel akses pembiayaan:
Umur pengusaha, jumlah
anggota keluarga pendidikan
pengusaha, omset, aset,
dummy posisi pemilik usaha,
dummy aktif organisasi,
dummy ikut pelatihan
2. Variabel dampak terhadap
nilai produksi: penggunaan
bahan baku, lama
pendidikan, jumlah aset,
pengalaman usaha, jumlah
tenaga kerja, praduga
sumber pembiayaan bank,
praduga sumber pembiayaan
PKBL, praduga sumber
pembiayaan informal
3. Variabel dampak terhadap
nilai aset: pendapatan,
pendidikan, pengalaman,
dummy jenis usaha, praduga
sumber pembiayaan bank,
praduga sumber pembiayaan
PKBL, praduga sumber
pembiayaan informal
4. Variabel dampak terhadap
pendapatan usaha: biaya
produksi, penjualan, jumlah
keluarga, praduga sumber
pembiayaan bank, praduga
sumber pembiayaan PKBL,
praduga sumber pembiayaan
informal.
1. Faktor yang menentukan
aksesibilitas industri agro
mikro kecil pada sumber
pembiayaan formal adalah
agunan (jumlah aset yang
dimiliki), tingkat pendidikan
dan posisi pemilik usaha.
2. Sedangkan analisis pengaruh
berbagai sumber pembiayaan
terhadap kinerja usaha dapat
dilihat dari kegiatan
produksinya yang
digambarkan dari nilai aset,
nilai produksi dan pendapatan
usaha. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa akses
kredit formal (bank) dan semi
formal (program kemitraan
bina lingkungan) mampu
memberikan pengaruh positif
terhadap kinerja usaha berupa
peningkatan aset, namun tidak
berpengaruh terhadap
peningkatan nilai produksi
dan pendapatan. Sedangkan
kredit sumber pembiayaan
informal (sekolah berjanji)
tidak mampu memberikan
pengaruh terhadap kinerja
usaha yang dijalankan.
27
2.7 Kerangka Pemikiran
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
1. Akses pembiayaan yang
diterima
2. Biaya produksi
3. Pendidikan
4. Lama usaha
5. Pengalaman usaha
Akses Dampak
UMKM di Kota
Tangerang Selatan
Kendala Modal
Akses Kredit
Perbankan Terbatas
Pembiayaan dari koperasi
Keluarga Mitra Manunggal
1. Usia
2. Jumlah anggota keluarga
3. Pendidikan
4. Omset
5. Lama usaha
6. Posisi pemilik
7. Keikutsertaan dalam organisasi
8. Keikutsertaan dalam pelatihan
Model
Seleksi
Heckman
Faktor-faktor yang berdampak
terhadap perkembangan usaha
Faktor-faktor yang mempengaruhi
pengambilan pembiayaan
28
UMKM di Kota Tangerang Selatan mengalami perkembangan baik dari
jumlah unit maupun penyerapan tenaga kerja. Namun, keberlanjutan UMKM di
Kota Tangerang Selatan dalam menjalankan usahanya masih tergolong kecil,
dimana masih banyak UMKM yang berhenti ditengah jalan. Kendala modal
merupakan salah satu permasalahan utama yang dihadapi oleh UMKM. Sulitnya
UMKM dalam mengakses modal dikarenakan sumber pembiayaan yang mudah
diakses belum banyak tersedia. Sedangkan bank sebagai lembaga keuangan
formal masih sulit diaksesoleh UMKM karena pesyaratan yang rumit (bankable)
dan membutuhkan agunan (jaminan) untuk mengakses modal pada bank.
Sulitnya UMKM dalam pengakses permodalan pada bank dikarenakan
pengetahuan UMKM dalam mengakses modal ke bank masih sedikit dan tidak
adanya agunan sebagai jaminan, maka diperlukan akses permodalan yang tidak
rumit dan mudah diakses oleh UMKM. Koperasi sebagai salah satu sumber
pembiayaan yang dapat diakses oleh UMKM yang mana memiliki sistem
peminjaman yang lebih mudah dan tidak menyulitkan bagi UMKM. Sehingga
UMKM memiliki modal lebih yang dapat digunakan untuk membiayai pembelian
input produksi sampai tercapai kondisi optimal yang pada akhirnya akan
meningkatkan keuntungan dan pendapatan UMKM.
Penelitian ini akan mengkaji mengenai akses pembiayaan UMKM sektor
agribisnis dan dampaknya terhadap usaha pada koperasi Keluarga Mitra
Manunggal yang terletak di Kota Tangerang Selatan. Koperasi KEMIMA
merupakan salah satu alternatif sumber pembiayaan yang dapat memperkuat
permodalan UMKM. Akan tetapi akses pinjaman yang disalurkan masih
29
berfluktiasi. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dalam
penelitian ini faktor-faktor yang diduga mempengaruhi akses UMKM sektor
agribisnis pada koperasi KEMIMA. Akses pada sumber pembiayaan dalam
penelitian ini adalah fungsi dari umur pengusaha, jumlah anggota keluarga,
pendidikan pengusaha, omset, lama usaha, aliran informasi yang diproksi dengan
dummy posisi pemilik usaha sebagai pengelola atau ikut bekerja, keikutsertaan
organisasi dan keikutsertaan pelatihan. Penentuan fungsi-fungsi tersebut
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Angraeni, dkk (2013), Wati (2015),
dan Wedelia (2016).
2.8 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran, dapat dirumuskan suatu hipotesis dari penelitian
ini yaitu:
1. Variabel Umur, jumlah anggota keluarga, pendidikan, omset, keikutsertaan
organisasi, dan umur berpengaruh signifikan positif terhadap peluang akses
UMKM ke sumber pembiayaan koperasi.
2. Akses kredit pada koperasi memberi dampak positif terhadap pendapatan
UMKM.
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Koperasi Keluarga Mitra Manunggal di Kota
Tangerang Selatan, Provinsi Banten dengan melibatkan beberapa stakeholder di
dalamnya, yaitu Pemerintah Kota Tangerang Selatan, Koperasi dan UMKM di
Tangerang Selatan. Waktu penelitian dilaksanakan dalam dua periode, yaitu
periode pengambilan data dan periode pengolahan data. Periode pengambilan data
dilakukan pada bulan Agustus - Oktober 2018 dan periode pengolahan data
dilakukan pada bulan November – Maret 2019.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Data adalah Bahan keterangan tentang sesuatu objek penelitian yang
diperoleh di lokasi penelitian (Bungin, 2005). Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data cross section yang bersifat kuantitatif. Sumber data yang
digunakan yaitu:
1. Data Primer
Data primer diperoleh dari penelusuran langsung ke koperasi dan UMKM
terkait melalui wawancara langsung dengan informan kunci dari pengurus
koperasi dan responden menggunakan daftar pertanyaan terstruktur (kuisioner).
31
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari dokumentasi instansi terkait. Adapun instansi
terkait yang dimaksud antara lain: Kementerian Koperasi dan UMKM, Badan
Pusat Statistika, Dinas Koperasi dan UMKM Kota Tangerang Selatan, Koperasi
terkait, Jurnal-jurnal ilmiah, tesis maupun disertasi serta dokumen atau publikasi
dari instansi terkait lainnya.
3.3 Metode Pengambilan Sampel
Data yang diambil untuk penentuan sampel didapatkan dari koperasi
Keluarga Mitra Manunggal. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari sampel bebas
dan sampel khusus. Sampel bebas merupakan responden yang mengakses
pembiayaan pada koperasi KEMIMA sedangkan sampel control merupakan
responden yang tidak mengakses pada koperasi KEMIMA. Untuk pengambilan
sampel dilakukan dengan cara purposive sampling yaitu sesuai dengan kriteria
yang dibutuhkan peneliti.
Kriteria sampel bebas yang mengakses kredit atau pembiayaan pada
koperasi Keluarga Mira Manunggal adalah sebagai berikut:
1. Anggota dari koperasi Keluarga Mitra Manunggal
2. Domisili usaha di Tangerang Selatan
3. Usaha sektor agribisnis
Berdasarkan kriteria tersebut, jumlah sampel bebas dalam penelitian ini
berjumlah 51 dari 108 UMKM anggota koperasi KEMIMA. Untuk penentuan
sampel kontrol dalam penelitian ini mengacu pada penelitian terdahulu yang
32
dilakukan oleh Anggraeni, dkk (2013) dengan perbandingan responden bebas
berbanding responden kontrol sebesar 2:1. Sehingga untuk jumlah sampel kontrol
dalam penelitian ini sebesar 26 responden.
Untuk kriteri sampel kontrol yakni UMKM yang tidak mengakses kredit
atau pembiayaan di KEMIMA adalah sebagai berikut:
1. Domisili usaha di Tangerang Selatan
2. Usaha sektor agribisnis
3. Berada pada radius 2 kilometer dari koperasi dalam penelitian.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara
yaitu:
a. Studi dokumentasi, yaitu dengan menganalisis dokumen-dokumen yang
dijadikan objek penelitian.
b. Wawancara, yaitu dengan melakukan wawancara secara terstruktur
berdasarkan kuisioner yang telah disiapkan.
3.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Metode pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode tabulasi dengan bantuan perangkat lunak (software)
program Microsoft Excel 2010. Data yang diperoleh baik berupa data primer
maupun data sekunder disusun dan disederhanakan serta disajikan dalam bentuk
33
tabulasi. Setelah proses tabulasi selesai, maka data dianalisis sesuai dengan tujuan
dari penelitian ini.
Metode analisis data yang digunakan adalah metode kualitatif dan metode
kuantitatif. Metode kualitatif dilakukan dengan analisis deskriptif untuk melihat
karakteristik UMKM yang ada di Kota Tangerang Selatan, sedangkan metode
kuantitatif menggunakan analisis ekonometrika dengan model Seleksi Heckman
(Heckman 1976; Hopkins 2005; Ibrahim dan Bauer 2013), dimana model ini
terdiri dari dua langkah yang terdiri dari dua persamaan yaitu outcome equation
dan selection equation. Langkah pertama menggunakan model probit (selection
equation) yang bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi UMKM mengakses pembiayaan pada koperasi. Sedangkan
langkah kedua (outcome equation) dilakukan untuk melihat dampak yang
ditimbulkan terhadap pendapatan usaha dari adanya akses kredit tersebut.
3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif
Analisis deskriptif dilakukan untuk menjawab tujuan pertama yaitu
mengetahui karakteristik pelaku UMKM berbasis pertanian di Kota Tangerang
Selatan dan untuk melengkapi hasil analisis kuantitatif yang dilakukan. Data yang
digunakan dalam analisis deskriptif adalah data primer maupun data sekunder
berupa data-data umum sampel, seperti profil usaha responden dan informasi
mengenai pembiayaan yang diperoleh responden dari koperasi Keluarga Mitra
Manunggal.
34
3.5.2 Model Seleksi Heckman
Model Seleksi Heckman digunakan untuk menjawab tujuan kedua dan
ketiga yaitu identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi UMKM mengakses
pembiayaan pada koperasi dan dampaknya terhadap usaha. Model Seleksi
Heckman ini memperbolehkan penggunaan informasi dari persamaan seleksi pada
tahap pertama yang diestimasi dengan menggunakan metode estimasi Likelihood
maksimum (Ibrahim dan Bauer, 2013). Model ini lebih konsisten, estimasi efisien
secara asimtotik untuk semua parameter dalam model. Untuk melihat kesesuaian
Model Seleksi Heckman dilakukan uji parameter secara parsial dan serentak.
Penggunaan model Seleksi Heckman dilakukan dengan pertimbangan bahwa nilai
pencocokan yang dihasilkan dari pendugaan model probit lebih mendekati nilai
mediannya dan dapat langsung diubah sebagai probabilitas dari variabel tersebut
dengan mencocokkan nilai z dengan tabel z. Model probit didasarkan atas asumsi
bahwa variabel dependen yang diteliti mengikuti fungsi distribusi kumulatif yang
berbentuk normal. Penggunaan model probit dilakukan untuk menjelaskan
perilaku suatu variabel tak bebas (dependen) yang bersifat dummy atau dikotomis
yakni bernilai 0 atau 1 (Gujarati, 1997).
Pengujian statistik dilakukan untuk menentukan apakah variabel-variabel
bebas yang terdapat dalam model memiliki hubungan nyata (signifikan) dengan
variabel tidak bebas. Pengujian ini dilakukan dalam bentuk sebagai berikut:
35
1. Uji Serentak (Goodness of fit)
Uji serentak dilakukan untuk memeriksa keberartian koefisien α (parameter
pada persamaan seleksi) dan β (parameter pada persamaan hasil) secara
keseluruhan atau serentak. Hipotesis pengujinya adalah:
H0 : α1 = α2 = ... = αn = 0 dan β1 = β2 = ... βn = 0
H2 : paling sedikit ada satu αi atau βi ≠ 0; i = 1,2,...,n
statistik uji yang dilakukan adalah uji G2 atau likelihood ratio test, yaitu
∑ ̂ ̂
Dengan:
n1= banyaknya observasi yang memiliki nilai y=1
n2= banyaknya observasi yang memiliki nilai y=0
n= n1 + n0
Statistik uji G2 mengikuti distribusi X2, maka pengujian dilakukan dengan
membandingkan antara nilai statistik uji G dan nilai tabel X2 dengan derajat
bebas v (banyaknya parameter) pada α(taraf signifikan 0,05). Ditolak H0 jika
G2> X2 (vα) atau p- value <α.
2. Uji Parsial
Uji parsial dilakukan untuk menguji keberartian koefisien β (parameter pada
persamaan seleksi) dan α (parameter pada persamaan hasil) secara parsial
dengan membandingkan dugaan β dan α dengan penduga standar erornya.
Dengan hipotesis:
H0: β dan α = 0
H1: β dan α ≠ 0: i = 1,2, …, n
36
Dengan statistik Uji Wald:
W =
Statistik Uji Wald mengikuti distribusi normal strandar, maka pengujian
dilakukan dengan membandingkan statistik uji Wald dengan distribusi
normal standar pada taraf nyata 0.05. Ditolak H0 jika nilai mutlak W > Za/2
atau p-value < taraf nyata.
3.6 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Akses UMKM terhadap
Sumber Pembiayaan
Untuk menjawab tujuan kedua, digunakan model probit. Model probit
diperkenalkan pertama kali oleh Chester Bliss pada tahun 1934. Model ini
merupakan sebuah model fungsi distribusi kumulatif yang cocok menjelaskan
respon variabel dependen biner (binary response) yang bersifat kualitatif
(Intriligator et al. 1996). Kondisi variabel dependen bersifat kualitatif, maka
urutan angka variabel dapat dinyatakan sebagai frekuensi relatif. Sampel dihitung
dari satu atau dua kemungkinan, yaitu akses atau tidak akses terhadap kredit.
Model untuk melihat akses kredit UMKM pada sumber pembiayaan koperasi
mengacu model probit yang digunakan juga oleh Ibrahim dan Bauer (2013);
Azriani (2014); Wati (2015); dan Wedelia (2016) sebagai berikut:
Pr ((Z = 1|w) = ɸ (w’α)
Keterangan :
Pr = Peluang kejadian (P(1) = terjadi ; P(0) = tidak terjadi)
ɸ = Fungsi Distribusi Kumulatif (Cumulatif Distribution Cumulatif)
α = parameter estimasi
37
Adapun persamaan seleksi dimaksud di atas menurut Hopkins (2005) adalah:
Z* = W’ α + εi
Dimana ε~N(0.1) dan Y dapat diperlihatkan sebagai sebuah indikator untuk
variabel tersembunyi yang bernilai positif:
Z = {
}
Untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi akses UMKM sektor agribisnis
terhadap pembiayaan pada Koperasi Keluarga Mitra Manunggal dianalisis dengan
menggunakan model probit, dibuatlah persamaan seleksi dalam bentuk regresi
probit. Variabel-variabel yang digunakan adalah variabel yang juga digunakan
pada beberapa studi terdahulu mengenai akses pada sumber pembiayaan yaitu
Ibrahim dan Bauer (2013); Azriani (2014); Wati (2015); dan Wedelia (2016)
sebagai berikut:
…… (3.1)
Dimana:
Z = peluang akses terhadap sumber pembiayaan (1 = akses; 0 = tidak akses)
αi = parameter estimasi
W1 = usia pengusaha (tahun)
W2 = jumlah anggota keluarga (orang)
W3 = lama pendidikan pengusaha (tahun)
W4 = omzet (Rp/tahun)
W5 = lama usaha (tahun)
W6 = dummy posisi pemilik usaha, D = 1 jika pemilik ikut bekerja, D = 0 Jika
pemilik tidak ikut bekerja
W7 = dummy aktif ikut organisasi, D = 1 jika pernah ikut organisasi seperti
koperasi, arisan atau organisasi lainnya, D = 0 Jika tidak pernah ikut
organisasi.
W8 = dummy ikut pelatihan, D = 1 jika pengusaha pernah ikut pelatihan
seperti manajemen akutansi untuk usaha atau penggunaan alat yang
berhubungan dengan usaha, D = 0 jika tidak pernah ikut pelatihan
εi = variabel acak
38
Tanda parameter yang diharapkan = α1, α2, α3, α4, α5, α6, α7, > 0
Dikarenakan model peluang melibatkan variabel tidak bebas yang
dikotomis, maka semua variabel bebas dikonversi nilainya dalam bentuk
logaritma untuk menghindari bias dan agar sesuai dengan metode estimasi yang
digunakan. Seperti halnya yang dilakukan oleh Ibrahim dan Bauer (2013); Wati
(2015); dan Wedelia (2016).
3.7 Dampak Akses Pembiayaan UMKM pada Koperasi terhadap
Pendapatan UMKM
Untuk menjawab tujuan ketiga yaitu dampak akses kredit terhadap
pendapatan UMKM, menggunakan outcome equation sebagai berikut:
Y = …………………………………………………………. (3.2)
Dimana:
Y = variabel terikat dari persamaan hasil
Xi = tiap unit observasi dari persamaan hasil
= variabel acak [U2i ~ N (0,1)]
= parameter estimasi
Pendapatan UMKM diduga dipengaruhi oleh jumlah kredit yang diterima,
biaya produksi, pendapatan total rumah tangga pengusaha, lama pendidikan dan
pengalaman usaha. Variabel-variabel yang digunakan adalah variabel yang juga
digunakan pada beberapa studi terdahulu mengenai dampak akses pada sumber
pembiayaan yaitu Ibrahim dan Bauer (2013); Azriani (2014); Wati (2015); dan
Wedelia (2016). Adapun bentuk persamaan hasil (outcome equation) untuk
dampak akses kredit terhadap pendapatan UMKM adalah sebagai berikut:
39
Y = β0 + β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + β5 X5 + µ ………………...... (3.3)
Dimana:
Y = Pendapatan (juta rupiah/tahun)
X1 = Jumlah kredit yang diterima (juta rupiah)
X2 = Biaya produksi (juta rupiah/tahun)
X3 = Tingkat pendidikan pengusaha (tahun)
X4 = Omzet usaha (juta rupiah/tahun)
X5 = Lama usaha (tahun)
β0 = Konstanta
β1 – β5 = Parameter estimasi
µ = Variabel acak
Tanda parameter yang diharapkan β1 β2 β3 β4 β5 > 0
3.8 Definisi Operasional
1. Umur pengusaha adalah umur pengusaha responden pada saat penelitian
dilakukan dengan satuan tahun.
2. Jumlah anggota keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang masih
dibiayai oleh pengusaha responden dengan satuan yang digunakan adalah
banyaknya orang.
3. Pendidikan pengusaha adalah lamanya pendidikan formal yang ditempuh
oleh pengusaha dengan satuan yang digunakan adalah tahun.
4. Omzet adalah jumlah uang yang diterima oleh pelaku usaha dalam
menjalankan usahanya.
5. Posisi pemilik usaha (dummy) adalah keikutsertaan pemilik dalam
menjalankan usaha.
6. Keikutsertaan organisasi (dummy) adalah pengalaman pengusaha dalam
keikutsertaan kegiatan masyarakat seperti koperasi atau arisan.
40
7. Keikutsertaan pelatihan (dummy) adalah pengalaman keikutsertaan
pengusaha dalam kegiatan pelatihan yang diadakan oleh lembaga tertentu
seperti pelatihan manajemen akuntansi untuk usaha atau penggunaan alat
yang berhubungan dengan usaha.
8. Pendapatan adalah keuntungan bersih yang didapatkan oleh pengusaha
dengan satuan yang digunakan adalah rupiah per tahun.
9. Jumlah pembiayaan yang diterima adalah banyaknya rupiah yang diterima
dalam mengakses permodalan pada koperasi.
10. Biaya produksi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam melakukan
proses produksi selama setahun.
11. Tingkat pendidikan pengusaha adalah tahapan pendidikan terakhir yang
telah diselesaikan oleh pelaku usaha.
12. Lama usaha adalah waktu yang telah dilalui oleh pelaku usaha dalam
menjalankan usahanya.
41
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Kota Tangerang Selatan
Kota Tangerang Selatan merupakan daerah otonom yang terbentuk pada
akhir tahun 2008 berdasarkan Undang-undang Nomor 51 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Kota Tangerang Selatan di Provinsi Banten tertanggal 26 November
2008. Pembentukan daerah otonom baru tersebut merupakan pemekaran dari
Kabupaten Tangerang. Pemekaran tersebut bertujuan untuk meningkatkan
pelayanan dalam bidang pemerintah, pembangunan dan kemasyarakatan serta
dapat memberikan kemampuan dalam pemanfaatan potensi daerah guna
mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat (BPS Kota Tangerang
Selatan, 2018).
4.1.1 Kondisi Geografis Kota Tangerang Selatan
Tangerang Selatan merupakan kota termuda yang resmi memisahkan diri
sejak tahun 2008 dari Kabupaten Tangerang. Secara geografis Kota Tangerang
Selatan terletak antara 6○39’ – 6
○47’ Lintang Selatan dan 106
○14’ – 106
○22’
Bujur Timur dengan luas wilayah 147,19 kilometer persegi (km2) atau sebesar
1,63 persen dari luas wilayah Provinsi Banten. Kota Tangerang Selatan terletak di
daerah dataran rendah dari wilayah terendah yaitu Kecamatan Setu sekitar 14,80
mdpl hingga yang tertinggi yaitu Kecamatan Pondok Aren sekitar 29,88 mdpl.
42
Suhu udara rata-rata di Kota Tangerang Selatan adalah 27,8○C dengan
kelembabannya adalah 83,1% (BPS Kota Tangerang Selatan, 2017).
Kota Tangerang Selatan memiliki batas wilayah sebagai berikut:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Tangerang dan DKI Jakarta
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kota Depok dan DKI Jakarta
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kota Depok
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tangerang
Gambar 3. Peta kota Tangerang Selatan Sumber: Tangerangselatankota.go.id
Secara administratif, berdasarkan Undang-Undang Nomor. 51 Tahun 2008
Tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan di Provinsi Banten, Kota
Tangerang Selatan terdiri dari 7 Kecamatan dan 54 Kelurahan. Jumlah penduduk
Kota Tangerang Selatan pada tahun 2017 berjumlah 1.644.899 jiwa. Terdiri atas
43
828.392 laki-laki dan 816.507 perempuan dengan rasio jenis kelamin 101,46 yang
artinya adalah setiap 100 penduduk perempuan terdapat 101 orang penduduk laki-
laki. Laju pertumbuhan penduduk Kota Tangerang Selatan pada tahun 2017
sebesar 3,21 persen. Jika dibandingkan dengan luas wilayah 147,19 km2,
kepadatan penduduk Kota Tangerang Selatan sebanyak 11.175 jiwa per kilometer
persegi (BPS Kota Tangerang Selatan, 2018).
4.1.2 Kondisi Ekonomi Kota Tangerang Selatan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator
penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah dalam periode waktu
tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB
pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit
usaha suatu wilayah pada periode waktu tertentu tanpa memperhatikan apakah
faktor produksi yang dimiliki residen atau non-residen. Penyusunan PDRB dapat
dilakukan melalui 3 (tiga) pendekatan yaitu pendekatan produksi, pengeluaran,
dan pendapatan yang disajikan atas dasar harga berlaku dan harga konstan.
Tabel 8. PDRB Kota Tangerang Selatan Tahun 2013-2017 (Juta Rupiah)
Tahun PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
(juta rupiah)
PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010
(juta rupiah)
2013 44.346.740,54 39.251.537,48
2014 50.074.110,56 42.411.467,14
2015r
56.237.398,04 45.485.613,63
2016* 61.367.465,12 48.602.863,79
2017** 68.317.151,06 52.213.998,57
Sumber: BPS Kota Tangerang Selatan, 2018
Keterangan: r)Angka revisi
*)Angka sementara
**)Angka sangat sementara
44
Selama lima tahun terakhir perekonomian Kota Tangerang Selatan yang
diukur berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku
maupun atas dasar harga konstan 2010 selalu mengalami peningkatan. PDRB
Kota Tangerang Selatan tahun 2017 yang diukur berdasarkan atas dasar harga
berlaku mencapai 68,32 trilyun rupiah, bertambah sebesar 23,97 trilyun rupiah
dari tahun 2013 yang hanya sebesar 44,35 trilyun rupiah. Begitu pun PDRB Kota
Tangerang Selatan tahun 2017 jika dihitung atas dasar harga konstan 2010
mencapai 52,21 trilyun rupiah, bertambah sebesar 12,96 trilyun rupiah dari tahun
2013 yang hanya sebesar 39,25 trilyun rupiah (Tabel 8).
Gambar 4. Grafik Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Tangerang Selatan Sumber: BPS Kota Tangerang Selatan
Laju pertumbuhan Ekonomi (LPE) merupakan suatu indikator ekonomi
mikro yang menggambarkan seberapa jauh keberhasilan pembangunan suatu
daerah dalam periode waktu tertentu. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan
peningkatan kapasitas produksi barang dan jasa secara fisik dalam periode waktu
tertentu. Untuk mengukur besarnya laju pertumbuhan tersebut dapat dihitung dari
data PDRB atas dasar harga konstan.
8,75 8,05 7,25 6,85 7,43
2013 2014 2015 2016 2017
Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Tangerang Selatan
Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Tangerang Selatan
45
Perekonomian Kota Tangerang Selatan tahun 2017 lebih baik
dibandingkan tahun 2016. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya laju
petumbuhan ekonomi Kota Tangerang Selatan tahun 2017 yaitu mencapai 7,43
persen, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2016 yang hanya tumbuh
sebesar 6,85 persen. Selama periode 2013 – 2016, perekonomian Kota Tangerang
Selatan menunjukkan tren yang melambat (Gambar 4). Peningkatan pertumbuhan
ekonomi Kota Tangerang Selatan tahun 2017 disebabkan karena adanya
peningkatan nilai produksi pada hampir semua lapangan usaha. UMKM
merupakan salah satu faktor penunjang pertumbuhan ekonomi rakyat di Kota
Tangerang Selatan dimana UMKM mampu menyerap banyak tenaga kerja
sehingga mampu mengurangi angka pengangguran yang akan berdampak pada
meningkatnya pendapatan masyarakat.
4.2 Kondisi UMKM Sektor Pertanian di Kota Tangerang Selatan
Struktur perekonomian pada dasarnya menunjukkan besaran kontribusi
masing-masing lapangan usaha terhadap pembentukan perekonomian suatu
daerah. Dengan mengamati struktur perekonomian akan tampak sampai sejauh
mana kekuatan suatu lapangan usaha terhadap perekonomian suatu daerah.
Besarnya kontribusi suatu lapangan usaha, mengindikasikan arah kebijakan
pembangunan yang diambil.
Apabila dilihat menurut lapangan usahanya kontribusi sektor pertanian
cenderung mengalami penurunan. Dapat dilihat pada gambar 5, kontribusi sektor
pertanian pada tahun 2017 sebesar 0,25 persen lebih kecil dibandingkan dengan
46
tahun sebelumnya yaitu sebesar 0,27 persen. Berbanding terbalik dengan
kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian yang cenderung mengalami
penurunan, laju pertumbuhan ekonomi sektor pertanian pada Kota Tangerang
Selatan mengalami peningkatan. Dapat dilihat pada Gambar 5, pada tahun 2017
laju pertumbuhan ekonomi sektor pertanian pada Kota Tangerang selatan sebesar
2,15 persen lebih besar dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Gambar 5. Peran Sektor Pertanian di Kota Tangerang Selatan Sumber: BPS Kota Tangerang Selatan
Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kota Tangerang Selatan mengalami
peningkatan pada tahun 2017 sebesar 113,97 milyar rupiah lebih banyak
dibandingkan dengan tahun 2016 yang hanya sebesar 111,57 milyar rupiah. Salah
satu penunjang pertumbuhan ekonomi di Kota Tangerang Selatan adalah UMKM,
dimana UMKM mampu menyerap banyak tenaga kerja sehingga mampu
mengurangi angka pengangguran yang akan berdampak pada meningkatnya
pendapatan masyarakat.
0,27 0,25 0,12
2,15
Kontribusi terhadap Perekonomian Laju Pertumbuhan Ekonomi
Peran Sektor Pertanian pada Kota Tangerang Selatan Tahun 2016-2017
2016 2017
47
Gambar 6. Perkembangan UMKM Sektor Pertanian di Kota Tangerang Selatan
Sumber: Dinas Koperasi dan UMKM Kota Tangerang Selatan, 2018
Berdasarkan data dari Dinas Koperasi dan UMKM Kota Tangerang Selatan,
perkembangan UMKM sektor pertanian mengalami peningkatan. Baik pada
subsektor pertanian maupun subsektor perikanan. Dapat dilihat pada Gambar 6,
perkembangan UMKM subsektor pertanian mengalami peningkatan pada tahun
2017 yaitu sebesar 294 UMKM lebih banyak daripada tahun 2016 yaitu sebanyak
287 UMKM. Berbanding lurus dengan subsektor pertanian, subsektor perikanan
juga mengalami peningkatan pada tahun 2017 yaitu sebesar 180 UMKM lebih
banyak daripada tahun 2016 yaitu sebanyak 166. Meningkatnya jumlah UMKM
sektor pertanian pada Kota Tangerang Selatan mengindikasikan bahwa sektor
pertanian masih memiliki peluang besar dalam berkontribusi terhadap
perekonomian di Kota Tangerang Selatan.
287
166
294
180
Pertanian Perikanan
Perkembangan UMKM Sektor Pertanian di Kota Tangerang Selatan
2016 2017
48
4.3 Koperasi Keluarga Mitra Manunggal
Koperasi Keluarga Mitra Manunggal (KEMIMA) merupakan salah satu
koperasi aktif yang ada di Kota Tangerang Selatan. Koperasi KEMIMA termasuk
ke dalam kelompok koperasi serba usaha (ksu) dan memiliki bidang usaha utama
yaitu pembiyakan dan pembesaran tanaman, baik tanaman hias maupun tanaman
buah. Usaha lainnya yang dijalankan oleh koperasi KEMIMA adalah mengadakan
pelatihan budidaya tanaman hias. Koperasi ini terletak di Jl. Trubus I No. 31,
Pondok Cabe Ilir, Pamulang-Tangerang Selatan.
Pada mulanya koperasi KEMIMA merupakan sebuah kegiatan arisan rutin
yang diadakan oleh beberapa orang. selanjutnya dari arisan tersebut diadakan
sebuah paguyuban yang berlandaskan sosial selama 3 tahun. Namun dikarenakan
banyak anggota yang merupakan pengusaha ukm yang dalam hal permodalan
masih kekurangan sehingga sering diadakan sharing tentang permodalan hingga
tercetus untuk membentuk sebuah koperasi yang tujuannya untuk membantu
permodalan anggota yang kesulitan. Kemudian secara resmi pada tanggal 12
Maret 2012 berdiri Koperasi Keluarga Mitra Manunggal. Nama KEMIMA sendiri
diambil karena setiap anggota yang berteman sudah dianggap seperti saudara dan
sebagai mitra harus tetap manunggal.
Koperasi Keluarga Mitra Manunggal (KEMIMA) merupakan koperasi
simpan pinjam yang memiliki bidang usaha utama yaitu pembiakan dan
pembesaran tanaman hias dan tanaman buah-buahan. Selain itu, koperasi
KEMIMA juga kerap mengadakan penyuluhan dan pelatihan kepada masyarakat
dan sekolah-sekolah yang berada disekitar Pondok Cabe mengenai pengembangan
49
tanaman hias dan buah-buahan yang menjadi satu alternatif usaha yang
menjanjikan.
Dalam menjalankan koperasi, koperasi KEMIMA memiliki visi, misi dan
tujuan yang ingin dicapai. Visi, misi, dan tujuan koperasi KEMIMA adalah
sebagai berikut:
1. Visi:
Menjadi koperasi yang utama yang mampu membangun potensi ekonomi
untuk kesejahteraan anggota.
2. Misi:
Menghimpun dana dari anggota dalam bentuk simpanan sebagai modal
untuk menyelenggarakan berbagai usaha dalam bidang perdagangan, jasa,
investasi dan simpan pinjam yang dikelola secara mandiri, profesionalitas,
berkualitas, dan transparan yang hasilnya dinikmati oleh seluruh anggota koperasi.
3. Tujuan
a. Untuk menghimpun dana dari anggota sebagai modal usaha bersama.
b. Untuk membangun dan mengembangkan potensi ekonomi anggota.
c. Untuk membantu anggota dalam menyediakan sumber daya yang
dibutuhkan.
d. Untuk mendidik dan melatih anggota agar memiliki kemampuan dan
keahlian yang bernilai ekonomi.
e. Untuk meningkatkan kesejahteraan melalui pola pembagian sisa hasil
usaha.
50
4. Struktur Kepengurusan Koperasi KEMIMA
Berdasarkan Surat Pengukuhan Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kota
Tangerang Selatan susunan pengurus dan pengawas Koperasi Keluarga Mitra
Manunggal periode 2012-2017 adalah sebagai berikut.
Susunan Pengurus:
a. Ketua : R. Winardi, S.P
b. Sekretaris : Drs. Soeparno, MM
c. Bendahara : Samino, S.E
Susunan Pengawas:
a. Ketua : Tjoek Surahman
b. Anggota : Ngaiso
c. Anggota : Wiyono
51
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik UMKM Sektor Agribisnis Kota Tangerang Selatan
Jumlah responden pada penelitian ini adalah 77 UMKM yang terdiri dari 51
UMKM yang mengakses pembiayaan pada Koperasi Keluarga Mitra Manunggal
dan 26 UMKM yang tidak mengakses pembiayaan pada Koperasi sebagai
responden kontrol. Jenis usaha yang mengakses UMKM merupakan usaha
pengembangan tanaman hias, pupuk, kios pot, pedagang tanaman, saprodi,
pembibitan tanaman, lanscap, pengembangan pot, pedagang sayur dan buah-
buahan, pembibitan rumput, dan penjual tanaman anggrek. UMKM yang tidak
mengakses pembiayaan jenis usaha yang dilakukan adalah pedagang sayur dan
buah-buahan, pedagang telur, pedagang beras, penjual tanaman hias, saprodi,
penjual ikan hias, dan pedagang umbi-umbian. Untuk menjawab tujuan pertama,
diambil semua responden UMKM yang dapat mengakses dan tidak mengakses
pembiayaan pada Koperasi Keluarga Mitra Manunggal yang dijelaskan
berdasarkan karakteristik sosial ekonomi responden dan statistik deskriptif
variabel-variabel dalam model.
5.1.1 Karakteristik Sosial Ekonomi Responden
Karakteristik sosial ekonomi dapat di kelompokkan berdasarkan faktor
internal dan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi kinerja UMKM (Munizu,
2010). Karakteristik sosial ekonomi responden dalam penelitian ini berdasarkan
52
faktor internal terdiri dari jenis kelamin pengusaha, usia pengusaha, jumlah
anggota keluarga pengusaha, pendidikan terakhir pengusaha, lama usaha, posisi
pemilik, dan biaya operasional, sedangkan yang berdasarkan faktor eksternal
terdiri dari keikutsertaan organisasi, keikutsertaan pelatihan, pendapatan usaha,
dan pembiayaan yang diterima. Seluruh karakteristik sosial ekonomi responden
dijelaskan dalam bentuk tabel.
1) Jenis Kelamin Responden
Responden dalam penelitian ini di dominasi oleh responden yang berjenis
kelamin laki-laki. Dari total 77 responden, 69 responden berjenis kelamin laki-
laki-laki terdiri dari 49 responden (96,08 persen) yang mengakses pembiayaan dan
20 responden (76,92 persen) yang tidak mengakses pembiayaan. Selebihnya
responden yang berjenis kelamin perempuan hanya 8 orang terdiri dari 2
responden (3,92 persen) yang mengakses pembiayaan dan 6 responden (23,08
persen) yang tidak mengakses pembiayaan (Tabel 9).
Tabel 9. Jenis Kelamin Responden
No.
Jenis Kelamin
Pengusaha
UMKM
Akses Pembiayaan Non Akses Pembiayaan
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
1 Laki-laki 49 96,08 20 76,92
2 Perempuan 2 3,92 6 23,08
Jumlah 51 100 26 100 Sumber: Data Primer, 2018 (diolah)
Hal ini menunjukkan bahwa para pengusaha laki-laki merupakan kepala
keluarga yang bertanggung jawab mencari nafkah dalam keluarga dan usahanya
sebagai mata pencaharian utama untuk memenuhi kebutuhan hidup. Selain itu,
53
pengusaha laki-laki lebih banyak mengambil keputusan dalam usahanya.
Responden perempuan yang berperan sebagai pemilik usaha dalam penelitian ini
melakukan usahanya untuk menambah penghasilan keluarganya. Selain itu, ada
juga responden yang berperan sebagai tulang punggung keluarga karena suaminya
sudah memasuki usia pensiun dan hanya membantu usahanya sehingga
pengambilan keputusan sepenuhnya dilakukan oleh responden perempuan.
2) Usia Responden
Responden rata-rata masih berada pada usia produktif baik yang sebagai
usaha tetap atau sebagai usaha sampingan. Usia responden berkisar antara 30 – 75
tahun dengan kriteria jarak umur sebagaimana dilihat pada Tabel 10. Jumlah
responden terbanyak pada usia antara 40-49 tahun yakni 21 responden (41,18
persen) untuk pengusaha yang mengakses pembiayaan pada koperasi KEMIMA
dan 8 responden (30,77 persen) pengusaha yang tidak mengakses pembiayaan.
Tabel 10. Usia Responden
No.
Interval Usia
Pengusaha
Responden
(tahun)
Akses Pembiayaan Non-Akses Pembiayaan
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
1 30 – 39 10 19,61 5 19,23
2 40 – 49 21 41,18 8 30,77
3 50 – 59 13 25,49 8 30,77
4 60 – 69 7 13,73 4 15,38
5 ≥ 70 0 0.00 1 3.85
Jumlah 51 100 26 100 Sumber: Data Primer, 2018 (diolah)
Pengusaha yang berada pada usia produktif lebih memiliki pengalaman dan
semangat yang tinggi dalam menjalankan usaha sehingga dapat menopang
54
kebutuhan hidupnya. Selain itu, keahlian dan penilaian yang dimiliki oleh
pengusaha yang berusia produktif terhadap usaha yang dirintis lebih akurat
dibandingkan dengan pengusaha yang berusia muda. Oleh sebab itu, lebih banyak
pengusaha usia produktif yang memilih untuk berwirausaha.
3) Jumlah Anggota Keluarga Responden
Jumlah anggota keluarga merupakan banyaknya orang yang berada dalam
sebuah keluarga. Jumlah anggota keluarga di dalam sebuah usaha dapat
menentukan dalam hal pemanfaatan modal (tenaga kerja) dan ketersediaan modal
(uang). Semakin banyak anggota keluarga di usia kerja, maka pemanfaatan tenaga
kerja diutamakan dari dalam keluarga (Wati, 2015).
Tabel 11. Jumlah Anggota Keluarga Responden
No. Jumlah Anggota
Keluarga
Akses Pembiayaan Non-Akses Pembiayaan
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
1 0 – 3 15 29,41 10 38,46
2 4 – 6 36 70,59 16 61,54
3 ≥ 7 0 00.00 0 00.00
Jumlah 51 100 26 100 Sumber: Data primer, 2018 (diolah)
Tabel 11 menunjukkan jumlah anggota keluarga, dimana jumlah anggota
keluarga terbanyak berkisar antara 4-6 orang yaitu 52 pengusaha. Pengusaha yang
mengakses pembiayaan mayoritas memiliki anggota keluarga sebanyak 4-6 orang
(70,59%) dan yang tidak mengakses pembiayaan juga sebanyak 4-6 orang (61,54
persen). Hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah anggota keluarga tidak
mempengaruhi pengusaha dalam mengakses pembiayaan pada koperasi karena
55
baik yang mengakses pembiayaan dan yang tidak mengakses pembiayaan
memiliki jumlah anggota keluarga antara 4-6 orang.
4) Pendidikan Terakhir Reponden
Tabel 12 menunjukkan tingkat pendidikan yang telah ditempuh responden
baik yang mengakses pembiayaan maupun yang non-akses pembiayaan.
Berdasarkan tabel tersebut, responden dengan pendidikan SMA lebih banyak
mengakses pembiayaan dengan jumlah 21 responden (41,18 persen). Berbeda
dengan responden yang mengakses pembiayaan, responden yang tidak mengakses
pembiayaan mayoritas memiliki tingkat pendidikan hanya sampai Sekolah Dasar
(SD) dengan jumlah 9 responden (34,62 persen).
Tabel 12. Tingkat Pendidikan Responden
No. Tingkat
Pendidikan
Akses Pembiayaan Non-Akses Pembiayaan
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
1 SD 2 3,92 9 34,62
2 SMP 15 29,41 8 30,77
3 SMA 21 41,18 7 26,92
4 S1 12 23,53 2 7,69
5 S2 1 1,96 0 0
Jumlah 51 100 26 100 Sumber: Data Primer, 2018 (diolah)
Hal tersebut menjelaskan bahwa responden dengan tingkat pendidikan SD
masih sulit untuk mengakses pembiayaan karena minimnya informasi dan
pengetahuan dalam mengakses pembiayaan. Selain itu, responden dengan tingkat
pendidikan yang lebih tinggi mampu menerima persyaratan lebih terbuka
dibandingkan dengan responden yang hanya menempuh pendidikan sampai SD.
56
5) Lama Usaha Responden
Lama usaha merupakan lamanya responden dalam menjalankan usahanya.
Semakin lama usaha tersebut dijalankan semakin banyak juga pengalaman yang
dimiliki oleh pengusaha. responden dalam penelitian ini didominasi oleh
pengusaha yang memiliki pengalaman usaha pada interval 0 hingga 5 tahun baik
yang mengakses pembiayaan maupun yang non-akses pembiayaan. Responden
yang mengakses pembiayaan dengan lama usaha pada interval 0 hingga 5 tahun
yaitu sebanyak 31 responden (60,78 persen) dan diikuti dengan interval 6 sampai
10 tahun sebanyak 17 responden (33,33 persen), sisanya berada pada interval
lebih dari 10 tahun sebanyak 3 responden (5,88 persen), dapat dilihat pada Tabel
13. Hal ini membuktikan bahwa koperasi sebagai solusi pembiayaan bagi UMKM
yang masih baru berdiri di Tangerang Selatan.
Tabel 13. Lama Usaha Responden
No. Lama Usaha
(tahun)
Akses Pembiayaan Non-akses Pembiayaan
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
1 0 – 5 31 60,78 12 46,15
2 6 – 10 17 33,33 9 34,62
3 >10 3 5,88 5 19,23
Jumlah 51 100 26 100 Sumber: Data Primer, 2018 (Diolah)
Tabel 13 juga menunjukkan bahwa responden yang tidak mengakses
pembiayaan paling banyak berada pada interval 0 hingga 5 tahun yaitu sebanyak
12 UMKM (46,15 persen). Diikuti dengan interval antara 5 hingga 10 tahun
sebanyak 9 UMKM (34,62 persen). Sisanya berada pada interval lebih dari 10
tahun yaitu sebanyak 5 UMKM (19,23 persen).
57
6) Posisi Pemilik
Posisi pemilik merupakan posisi atau peran pemilik usaha dalam
menjalankan usahanya. Posisi pengusaha akan menentukan aktivitas dan biaya
produksi yang dikeluarkan (Azriani, 2014). Tabel 14 menunjukkan posisi
kepemilikan usaha responden. Mayoritas pengusaha baik yang mengakses
pembiayaan maupun yang tidak mengakses pembiayaan memiliki posisi sebagai
pengelola dan sekaligus ikut bekerja. Salah satu karakteristik pengusaha mikro
kecil adalah jumlah tenaga kerja yang dikerjakan biasanya berasal dari dalam
keluarga dan berjumlah 1 sampai 4 orang untuk usaha mikro serta 4 sampai 19
orang untuk usaha kecil.
Tabel 14. Posisi Pemilik
No. Posisi Pemilik
Akses Pembiayaan Non-akses Pembiayaan
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
1 Iya 40 78,43 22 84,62
2 Tidak 11 21,57 4 15,38
Jumlah 51 100 26 100 Sumber: Data Primer, 2018 (diolah)
Pengusaha yang mengakses pembiayaan dan berposisi sebagai pemilik dan
juga ikut bekerja dalam kegiatan usaha sebanyak 40 orang (78,43 persen) dan
yang tidak ikut melakukan kegiatan usaha hanya sebanyak 11 orang (21,57
persen). Sama halnya dengan pengusaha yang mengakses pembiayaan, pengusaha
yang tidak mengakses pembiayaan juga di dominasi oleh pengusaha yang
berposisi sebagai pemilik sekaligus ikut bekerja dalam kegiatan usaha. Pemilik
yang berposisi sebagai pemilik dan ikut bekerja dalam kegiatan usaha sebanyak
22 orang (84,62 persen) dan pengusaha yang tidak ikut dalam kegiatan usaha
58
sebanyak 4 orang (15,38 persen). Salah satu karakteristik pengusaha mikro kecil
adalah jumlah tenaga kerja yang digunakan biasanya berasal dari dalam keluarga
dan berkisar antara 1 sampai 4 orang untuk usaha mikro serta 4 sampai 9 orang
untuk usaha kecil. Berdasarkan studi lapang, pemilik usaha memilih ikut bekerja
dalam kegiatan usaha adalah selain untuk mengurangi biaya tenaga kerja, usaha
tersebut merupakan satu-satunya sumber mata pencaharian utama yang dilakukan
oleh responden.
7) Keikutsertaan Organisasi
Keikutsertaan organisasi merupakan pernah atau tidaknya pemilik usaha
dalam sebuah organisasi. Responden dalam penelitian ini mayoritas tidak pernah
mengikuti organisasi baik yang mengakses pembiayaan maupun yang tidak
mengakses pembiayaan. Tabel 15 menunjukkan bahwa pengusaha yang
mengakses pembiayaan yang pernah mengikuti organisasi hanya sebanyak 7
orang (13,73 persen) dan sisanya sekitar 44 orang (86,27 persen) tidak pernah ikut
organisasi sama sekali. Begitupun dengan responden yang tidak mengakses
pembiayaan juga di dominasi oleh pengusaha yang tidak pernah mengikuti
organisasi yaitu sebanyak 23 orang (88,46 persen).
Tabel 15. Keikutsertaan Organisasi
No. Keikutsertaan
Organisasi
Akses Pembiayaan Non-akses
pembiayaan
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
1 Iya 7 13,73 3 11,54
2 Tidak 44 86,27 23 88,46
Jumlah 51 100 26 100 Sumber: Data Primer, 2018 (diolah)
59
Berdasarkan hasil wawancara, responden yang tidak pernah ikut dalam
organisasi disebabkan karena responden kurang tertarik berorganisasi dan hanya
membuang waktu sehingga lebih memilih untuk menghabiskan sebagian
waktunya untuk menjalankan usahanya dan berkumpul bersama keluarga.
Responden yang pernah mengikuti organisasi biasanya dilakukan hanya pada saat
di bangku sekolah atau kuliah seperti Organisasi Intra Sekolah (OSIS) dan Badan
Eksekutif Mahasiswa (BEM). Selain itu, responden ada juga yang mengikuti
pekumpulan pedagang tanaman.
8) Keikutsertaan Pelatihan
Keikutsertaan pelatihan merupakan pernah atau tidaknya pemilik usaha
mengikuti sebuah pelatihan. Tabel 16 menunjukkan keikutsertaan responden
dalam sebuah pelatihan. Pengusaha yang mengakses pembiayaan di dominasi oleh
responden yang tidak pernah mengikuti pelatihan. Responden yang pernah
mengikuti pelatihan hanya sebanyak 17 orang (33,33 persen), lebih sedikit
dibandingkan dengan yang tidak pernah mengikuti pelatihan sebanyak 34 orang
(66,67 persen).
Tabel 16. Keikutsertaan Pelatihan
No. Keikutsertaan
Pelatihan
Akses Pembiayaan Non-akses
Pembiayaan
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
1 Iya 17 33,33 2 7,69
2 Tidak 34 66,67 24 92,31
Jumlah 51 100 26 100 Sumber: Data Primer, 2018 (diolah)
60
Seiring dengan yang mengakses pembiayaan, yang tidak mengakses
pembiayaan juga didominasi oleh responden yang tidak pernah mengikuti
pelatihan. Responden yang pernah ikut dalam pelatihan sebanyak 2 orang (7,69
persen) jauh lebih sedikit dibandingkan dengan responden yang tidak pernah ikut
dalam pelatihan yaitu sebanyak 24 orang (92,31 persen). Berdasarkan hasil
wawancara, pengusaha tidak pernah mengikuti pelatihan karena kurang tertarik
untuk mengikuti pelatihan dan hanya menghabiskan waktunya untuk melakukan
kegiatan usahanya.
9) Pendapatan Usaha
Pendapatan usaha merupakan keuntungan yang diperoleh responden dalam
menjalankan usahanya. Responden yang mengakses pembiayaan didominasi oleh
responden yang memiliki pendapatan usaha pada interval Rp 25,1 juta hingga Rp
50 juta per tahun. Berbeda dengan yang mengakses pembiayaan, responden yang
tidak mengakses pembiayaan didominasi oleh responden yang memiliki
pendapatan usaha pada interval Rp. 50,1 juta hingga Rp. 75 juta per tahun.
Tabel 17. Pendapatan Usaha Responden
No. Pendapatan Usaha
(Juta Rupiah/tahun)
Akses Pembiayaan Non-akses
Pembiayaan
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
1 < 25 0 0 1 3,85
2 25,1 – 50 24 47,06 8 30,77
3 50,1 – 75 20 39,22 9 34,62
4 75,1 – 100 5 9,80 2 7,69
5 >100 2 3,92 6 23,08
Jumlah 51 100 26 100 Sumber: Data Primer, 2018 (diolah)
61
Berdasarkan tabel 17, jumlah responden yang mengakses pembiayaan dan
memiliki pendapatan usaha pada interval Rp 25,1 juta hingga Rp 50 juta per tahun
sebanyak 24 orang (47,06 persen), diikuti oleh responden yang memiliki
pendapatan usaha pada interval Rp 50,1 juta hingga Rp 75 juta per tahun sebanyak
20 orang (39,22 persen), kemudian responden dengan pendapatan usaha Rp 75,1
juta hingga Rp 100 juta per tahun sebanyak 5 orang (9,80 persen), dan sisanya
responden dengan pendapatan usaha lebih dari Rp 100 juta per tahun sebanyak 2
orang (3,92 persen).
10) Pembiayaan yang diterima
Tabel 18. Pembiayaan yang diterima
No. Pembiayaan yang diterima
(juta rupiah)
Akses Pembiayaan
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
1 0 – 3 36 70,59
2 3,1 – 7 14 27,45
3 7,1 – 10 1 1,96
Jumlah 51 100 Sumber: Data Primer, 2018 (diolah)
Pengusaha yang ingin mengajukan pembiayaan harus menjadi anggota
koperasi dan telah membayar simpanan pokok. Jumlah pembiayaan yang diterima
oleh pengusaha tergantung dari jumlah omzet yang diterima responden dan
kelancaran responden dalam membayar simpanan wajib. Penelitian ini di
dominasi oleh responden yang menerima pembiayaan pada interval Rp 0 hingga
Rp 3 juta sebanyak 36 orang (70,59 persen), diikuti oleh responden yang
menerima pembiayaan antara Rp 3,1 juta sampai dengan Rp 7 juta sebanyak 14
orang (27,45 persen), dan responden yang menerima pembiayaan antara Rp 7,1
62
juta sampai dengan Rp 10 juta sebanyak 1 orang (1,96 persen).Adapun rincian
pembiayaan yang diterima oleh responden dapat dilihat pada tabel 18.
Berdasarkan hasil di lapangan, sebagian besar responden masih merintis
usahanya (kurang dari 5 tahun) sehingga pembiayaan yang diterima masih relatif
rendah (< Rp. 3 juta). Hal ini dikarenakan pendapatan usaha masih belum stabil,
oleh karena itu koperasi tidak mau mengambil risiko gagal bayar (kredit macet)
dari para pengusaha tersebut.
11) Biaya Operasional
Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan oleh responden dalam
menjalankan usahanya. Responden dalam penelitian ini di dominasi oleh
pengusaha dengan biaya operasional pada interval Rp 0 hingga Rp 30 juta per
tahun dan lebih dari Rp 50 juta per tahun, untuk responden yang mengakses
pembiayaan dan tidak mengakses pembiayaan.
Tabel 19. Biaya Operasional Responden
No. Biaya Operasional
(juta rupiah/tahun)
Akses Pembiayaan Non-akses Pembiayaan
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
1 0 – 30 38 74,51 3 11,54
2 30,1 – 50 9 17,65 2 7,69
3 >50 4 7,84 21 80,77
Jumlah 51 100 26 100 Sumber: Data Primer, 2018 (diolah)
Berdasarkan Tabel 19, responden yang mengakses pembiayaan di dominasi
oleh responden dengan biaya operasional pada interval Rp 0 hingga Rp 30 juta per
tahun sebanyak 38 orang (74,51 persen), diikuti oleh responden dengan biaya
operasional pada interval Rp 30,1 juta hingga Rp 50 juta per tahun sebanyak 9
63
orang (17,65 persen), dan sisanya merupakan responden dengan biaya operasional
lebih dari Rp 50 juta per tahun sebanyak 4 orang (7,84 persen). Sedangkan
responden yang tidak mengakses pembiayaan di dominasi oleh responden dengan
biaya operasional lebih dari Rp 50 juta rupiah sebanyak 21 orang (80,77 persen),
diikuti oleh responden dengan biaya operasional pada interval Rp 0 hingga Rp 30
juta per tahun, dan sisanya merupakan responden dengan biaya operasional pada
interval Rp 30,1 juta hingga Rp 50 juta per tahun.
Berdasarkan hasil dilapangan, responden yang mengakses pembiayaan
memiliki biaya operasional yang lebih kecil dibandingkan dengan responden yang
tidak mengakses pembiayaan. Hal tersebut dikarenakan responden yang
mengakses pembiayaan memiliki perputaran usaha yang lebih lama dibandingkan
dengan responden tidak mengakses pembiayaan.
5.1.2 Statistik Deskriptif Variabel-variabel dalam Model
Analisis akses pembiayaan UMKM dan dampaknya terhadap usaha dihitung
menggunakan perangkat lunak STATA 13.0 dan dilakukan dalam dua tahap.
Dikarenakan model seleksi Heckman membolehkan memasukkan responden
kontrol sebagai pembanding, maka penghitungan menggunakan STATA hanya
dilakukan dua kali. Sebagai gambaran awal, dilakukan penghitungan awal secara
deskriptif untuk melihat keragaman data UMKM anggota koperasi terhadap
masing-masing variabel. Tabel 20 menyajikan hasil perhitungan deskriptif
variabel-variabel dalam model. Dapat dilihat bahwa data pada setiap variabel
64
memiliki keragaman yang relatif tinggi. Hal ini dibuktikan dengan nilai standar
deviasi relatif besar.
Usia rata-rata responden berusia 47 dan 50 tahun untuk responden yang
mengakses pembiayaan dan non-akses pembiayaan. Hal tersebut menunjukkan
bahwa rata-rata responden berada pada usia produktif. Pengusaha yang berada
pada usia produktif memiliki pengalaman dan semangat yang tinggi dalam
mengisi waktunya untuk hal yang dapat menopang kebutuhan hidup pengusaha.
Tabel 20. Statistik Deskriptif Variabel-variabel dalam Model
Variabel
Jumlah
Responden Rata-rata Standar Deviasi
AKSES=1
Usia Pengusaha (tahun) 51 47,4902 10,4007
Jumlah Anggota Keluarga (orang) 51 3,9412 0,7852
Lama Pendidikan Pengusaha (tahun) 51 12,0000 2,9189
Omzet UMKM 1 tahun (juta rupiah) 51 88,9020 57,5778
Dummy Posisi Pemilik 51 0,7843 0,4154
Dummy Ikut Organisasi 51 0,1373 0,3475
Dummy Ikut Pelatihan 51 0,3333 0,4761
Pendapatan 51 54,9451 19,2118
Pembiayaan 51 2,9902 1,9887
Biaya Operasional UMKM 1 tahun (juta
rupiah) 51 33,9569 52,8866
Lama Usaha (tahun) 51 5,4902 2,8870
AKSES=0
Usia Pengusaha (tahun) 26 50,5385 10,5080
Jumlah Anggota Keluarga (orang) 26 3,8846 0,8162
Lama Pendidikan Pengusaha (tahun) 26 9,3077 3,0954
Omzet UMKM 1 tahun (juta rupiah) 26 459,1831 3740,0736
Dummy Posisi Pemilik 26 0,7692 0,4297
Dummy Ikut Organisasi 26 0,1154 0,3258
Dummy Ikut Pelatihan 26 0,0769 0,2717
Pendapatan 26 86,7908 69,9583
Pembiayaan 26 0,0000 0,0000
Biaya Operasional UMKM 1 tahun (juta
rupiah) 26 372,3923 353,7285
Lama Usaha (tahun) 26 7,8462 7,4924
Sumber: Data Primer (2018)
Rata-rata jumlah anggota keluarga responden sebanyak 3,94 orang dan 3,88
orang untuk yang mengakses dan non-akses pembiayaan. Hal ini menunjukkan
65
bahwa rumah tangga pengusaha responden merupakan keluarga kecil yaitu itu
berkisar antara tiga sampai empat orang per unit keluarga. Jumlah anggota
keluarga menunjukkan ukuran keluarga responden. Ukuran keluarga dapat dilihat
dari dua sisi, yaitu sebagai penyedia tenaga kerja keluarga dan sebagai beban
tanggungan keluarga (Kusnadi, 2005). Ukuran keluarga juga dapat menunjukkan
kemampuan keluarga dalam menanggung resiko untuk mengakses pembiayaan.
Pengusaha yang memiliki ukuran keluarga yang besar cenderung untuk tidak
meminjam ke sumber pembiayaan, karena beban resiko yang ditanggung juga
semakin besar (Azriani, 2014).
Pendidikan formal tertinggi merupakan masa belajar responden selama di
bangku sekolah formal sampai pada saat dia tidak lagi menjalani masa sekolah
tersebut. Tabel 20 menunjukkan, rata-rata responden telah menempuh pendidikan
selama 12 tahun atau setingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) untuk yang
mengakses pembiayaan dan 9 tahun atau setingkat Sekolah Menengah Pertama
(SMP) untuk yang non-akses pembiayaan. Hal tersebut menjelaskan bahwa
responden dengan tingkat pendidikan yang tinggi lebih mudah dalam mengakses
pembiayaan karena lebih terbuka dalam menerima setiap persyaratan yang
diberikan.
Omzet merupakan hasil penjualan usaha yang diterima responden selama 1
tahun. Omzet responden rata-rata sebesar 88,90 juta rupiah untuk yang mengakses
pembiayaan dan 459,18 juta rupiah untuk tidak mengakses pembiayaan (Tabel
14). Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008, usaha mikro merupakan
usaha yang memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,-
66
(tiga ratus juta rupiah). Usaha kecil merupakan usaha yang memiliki hasil
penjualan tahunan antara Rp. 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) hingga Rp.
2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta rupiah). Usaha menengah merupakan
usaha yang memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,- (2
milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 50.000.000.000,-
(lima puluh milyar rupiah). Hal tersebut menunjukkan bahwa responden yang
mengakses pembiayaan mayoritas merupakan usaha mikro karena memiliki omzet
rata-rata sebesar 88,90 juta rupiah sedangkan responden non-akses pembiayaan
mayoritas merupakan usaha kecil karena memiliki omzet rata-rata sebesar 459,18
juta rupiah.
Dummy posisi pemilik merupakan posisi responden dalam menjalankan
usahanya baik sebagai pengelola usaha maupun sebagai pengelola dan ikut
bekerja dalam usahanya. Posisi responden baik yang mengakses maupun yang
tidak mengakses pembiayaan memiliki rata-rata sebesar 0,78 dan 0,77 (Tabel 20).
Hal tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden berposisi sebagai
pengelola dan ikut bekerja dalam usahanya baik yang mengakses pembiayaan
maupun yang tidak mengakses pembiayaan. Berdasarkan hasil wawancara,
responden ikut bekerja dalam usahanya agar mengurangi biaya tenaga kerja yang
dikeluarkan dan hanya menggunakan tenaga kerja dalam keluarga.
Dummy ikut organisasi merupakan keikutsertaan responden dalam suatu
organisasi. Berdasarkan Tabel 20, rata-rata keikutsertaan responden dalam suatu
organisasi adalah 0,14 dan 0,12 untuk yang mengakses pembiayaan dan tidak
mengakses pembiayaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa responden yang
67
mengakses pembiayaan maupun yang tidak mengakses pembiayaan sebagian
besar tidak pernah mengikuti organisasi. Berdasarkan hasil wawancara, mayoritas
responden tidak pernah mengikuti organisasi karena responden tidak tertarik
untuk mengikuti organisasi dan sebagian besar waktunya digunakan untuk
usahanya.
Dummy ikut pelatihan merupakan keikutsertaan responden dalam suatu
pelatihan. Rata-rata keikutsertaan responden dalam sebuah pelatihan sebesar 0,33
dan 0,08 untuk yang mengakses pembiaayaan dan tidak mengakses pembiayaan
(Tabel 20). Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden baik yang
mengakses pembiayaan maupun yang tidak mengakses pembiayaan tidak pernah
mengikuti pelatihan. Sebagian besar responden tidak pernah mengikuti pelatihan
karena keterbatasan informasi mengenai sebuah pelatihan yang akan diadakan dan
jika pun mengetahuinya responden kurang tertarik untuk mengikutinya.
Pendapatan rata-rata responden yang mengakses pembiayaan adalah sebesar
Rp 54,95 juta dengan standar deviasi 19,21. Sedangkan pendapatan rata-rata
responden yang tidak mengakses pembiayaan adalah sebesar Rp 86,79 juta
dengan standar deviasi 69,96. Standar deviasi yang lebih tinggi menunjukkan
pendapatan responden yang tidak mengakses pembiayaan lebih heterogen atau
beragam daripada responden yang mengakses pembiayaan sehingga memiliki
kecenderungan data yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Biaya operasional rata-rata responden yang mengakses pembiayaan adalah
sebesar Rp 33,96 juta dengan standar deviasi 52,89. Sedangkan yang tidak
mengakses pembiayaan biaya operasional rata-ratanya sebesar Rp 372,39 juta
68
dengan standar deviasi 353,73. Standar deviasi yang tidak mengakses pembiayaan
lebih besar daripada yang mengakses pembiayaan menunjukkan bahwa responden
yang tidak mengakses pembiayaan memiliki kecenderungan data yang lebih
heterogen atau beragam satu dengan yang lainnya.
Lama usaha rata-rata responden adalah 5,49 dan 7,85 untuk yang mengakses
dan tidak mengakses pembiayaan. Responden yang tidak mengakses pembiayaan
memiliki rata-rata lama usaha lebih besar dibandingkan dengan yang mengakses
pembiayaan. Artinya adalah responden yang tidak mengakses pembiayaan lebih
berpengalaman dalam mengelola dan mengatur usahanya dengan baik
dibandingkan dengan yang mengakses pembiayaan. Berdasarkan pengalaman
juga, pengusaha lebih dapat memahami kendala-kendala yang terjadi dalam
menjalankan usahanya sehingga lebih cepat tanggap dalam mengatasi kendala-
kendala yang terjadi dalam usahanya.
5.2 Akses Pembiayaan UMKM Sektor Agribisnis pada Koperasi Keluarga
Mitra Manunggal
Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi akses pembiayaan pengusaha
UMKM sektor agribisnis pada Koperasi Keluarga Mitra Manunggal adalah umur
pengusaha, jumlah anggota keluarga, lama pendidikan pengusaha, omzet usaha,
lama usaha, dummy posisi pemilik, dummy keikutsertaan organisasi, dummy
keikutsertaan pelatihan. Analisis Model Seleksi Heckman tahap pertama (model
Probit) dilakukan dengan bantuan perangkat lunak STATA 13.0. Tabel 21,
menunjukkan hasil pendugaan parameter faktor-faktor yang mempengaruhi akses
pembiayaan UMKM sektor agribisnis pada Koperasi Mitra Manunggal. Nilai
69
Likelihood ratio chi-square (LR Chi2) adalah sebesar 61,76 dan nilai prob>chi
2 =
0,0000 (p<0,05). Jika H0 = variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap
variabel tak bebas dan H1 = variabel bebas berpengaruh nyata terhadap variabel
tak bebas. Dikarenakan 0,0000 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak.
Artinya setidaknya ada variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap peluang
pengusaha dalam mengakses pembiayaan pada Koperasi Keluarga Mitra
Manunggal. Pengujian parameter secara parsial dilakukan dengan uji Wald,
variabel yang berpengaruh nyata pada taraf nyata 0,05 adalah Usia pengusaha,
omzet usaha, dan keikutsertaan pengusaha dalam pelatihan. Sedangkan variabel
yang berpengaruh nyata pada taraf nyata 0,15 adalah lama usaha seperti terlihat
pada Tabel 21.
Hasil analisis Model Seleksi Heckman tahap pertama (model probit) yang
diterapkan untuk mengetahui dampak terhadap pendapatan UMKM sektor
agribisnis, diperoleh bahwa terdapat 4 variabel yang dapat menentukan akses
pembiayaan UMKM sektor agribisnis pada Koperasi Mitra Manunggal (Tabel
21). Hal ini sesuai dengan hipotesis dimana variabel usia pengusaha, omzet usaha,
lama usaha dan keikutsertaan pelatihan dapat menentukan peluang pengusaha
dalam mengakses pembiayaan pada koperasi Keluarga Mitra Manunggal,
sedangkan variabel jumlah anggota keluarga, lama pendidikan, dummy posisi
pemilik, dan dummy keikutsertaan organisasi tidak menentukan UMKM sektor
agribisnis dalam mengakses pembiayaan pada koperasi Keluarga Mitra
Manunggal (tidak signifikan secara statistik). Di antara faktor-faktor tersebut
terdapat 2 variabel yang berpengaruh secara negatif terhadap akses pembiayaan
70
UMKM sektor agribisnis pada koperasi Keluarga Mitra Manunggal, yaitu usia
pengusaha dan omzet usaha, sedangkan variabel yang mempengaruhi akses
pembiayaan secara positif adalah keikutsertaan pelatihan dan lama usaha (Tabel
21).
Tabel 21. Akses Pembiayaan UMKM Sektor Agribisnis pada Koperasi Keluarga
Mitra Manunggal
Variabel Koefisien Z P>│z│
Usia pengusaha (tahun) -12,01561 -2,26 0,024*
Jumlah anggota keluarga (orang) -0,73362 -0,23 0,817
Lama pendidikan pengusaha (tahun) -0,37754 -0,18 0,860
Omzet usaha (juta rupiah/tahun) -4,64480 -4,11 0,000*
Lama usaha (tahun) 2,58100 1,54 0,123**
Dummy Posisi Pemilik -0,79189 -1,01 0,311
Dummy keikutsertaan organisasi 0,09006 0,08 0,937
Dummy Keikutsertaan pelatihan 3,02839 2,04 0,042*
Konstanta 29,77105 2,67 0,008
LR Chi2 = 61,76 Prob > chi
2 = 0,0000
Log Likelihood = -18,360709 Pseudo R2
= 0,6271 Sumber : Data Primer (diolah, 2018)
Keterangan : *α= 0,05; **α 0,15
Terdapat juga nilai Pseudo R2 sebesar 0,63 atau 63 persen. Nilai ini
menunjukkan bahwa akses pembiayaan UMKM sektor agribisnis pada Koperasi
Keluarga Mitra Manunggal dapat dipengaruhi oleh variabel-variabel yang ada
dalam model namun masih ada variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam
model yang mungkin dapat menentukan akses pembiayaan UMKM. Di antara
variabel yang diduga dapat mempengaruhi akses pembiayaan UMKM adalah
jarak tempat tinggal ke lokasi koperasi, lama keanggotaan koperasi, dan jumlah
aset yang dimiliki oleh responden. Tabel 21 berikut menyajikan hasil
penghitungan Model Seleksi Heckman tahap pertama.
71
Variabel usia memiliki koefisien negatif dan signifikan pada taraf 5 persen.
Hal ini menunjukkan bahwa usia berpengaruh secara negatif pada taraf 5 persen
terhadap akses pembiayaan UMKM sektor agribisnis pada koperasi. Artinya
adalah pengusaha dengan usia tua cenderung tidak mau mengambil resiko dan
hanya mengandalkan modal sendiri dalam mengembangkan usahanya sehingga
keinginan untuk mengakses pembiayaan juga rendah. Selain itu, pengusaha
dengan usia tua memiliki produktifitas kerja yang lebih rendah. Berbeda dengan
pengusaha dengan usia muda yang lebih berani dalam mengambil resiko untuk
mengembangkan usahanya.
Hasil ini sejalan dengan temuan Wati (2015) yang juga menghasilkan
temuan bahwa usia memiliki koefisien negatif dimana semakin tua usia maka
sikap pengusaha cenderung tidak ingin mengambil resiko dan produktifitas
kerjanya cenderung lebih rendah dibandingkan dengan pengusaha berusia muda
sehingga dianggap tidak layak memperoleh pembiayaan. Berbeda dengan temuan
Anggraeni, dkk (2013) yang menemukan bahwa usia tidak berpengaruh terhadap
akses pembiayaan UMKM pada koperasi. Hal ini menandakan bahwa tidak ada
kaitan antara usia dengan akses pembiayaan pada koperasi sehingga pengusaha
berusia tua ataupun muda tetap memiliki keinginan yang sama dalam mengakses
pembiayaan pada koperasi.
Variabel omzet usaha juga memiliki koefisien negatif dan signifikan pada
taraf 5 persen. Hal ini menunjukkan bahwa omzet usaha dapat mempengaruhi
pengusaha UMKM sektor agribisnis dalam mengakses pembiayaan pada koperasi
secara negatif dan pada taraf 5 persen. Artinya adalah semakin tinggi omzet yang
72
diperoleh pengusaha UMKM sektor agribisnis maka keinginan untuk mengakses
pembiayaan semakin berkurang. Hal tersebut dikarenakan pengusaha akan lebih
mengandalkan keuntungan untuk mengembangkan usahanya. Selain itu,
berdasarkan karakteristik usaha yang sudah dibahas pada subbab sebelumnya
menjelaskan bahwa pengusaha UMKM sektor agribisnis yang tidak mengakses
pembiayaan pada koperasi memiliki rata-rata omzet usaha yang lebih besar
dibandingkan dengan yang mengakses pembiayaan pada koperasi.
Tingginya rata-rata omzet UMKM sektor agribisnis yang tidak mengakses
pembiayaan dibandingkan dengan yang mengakses pembiayaan pada koperasi
terjadi karena jenis usaha yang berbeda antara yang tidak mengakses pembiayaan
dengan yang mengakses pembiayaan. UMKM sektor agribisnis yang tidak
mengakses pembiayaan sebagian besar di dominasi oleh UMKM yang perputaran
usahanya lebih cepat dibandingkan dengan yang mengakses pembiayaan seperti
penjual beras, penjual telur, penjual sayuran, dan penjual buah-buahan. Selain itu,
UMKM sektor agribisnis yang tidak mengakses pembiayaan sebagian besar
permodalannya berasal dari modal sendiri dan keluarga.
Hal ini berkebalikan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Anggraeni,
dkk (2013) dengan menggunakan taraf nyata 10 persen dengan koefisien positif,
artinya meningkatnya omzet usaha dapat meningkatkan keinginan pengusaha
untuk mengakses pembiayaan. Pada penelitian tersebut dapat dikatakan bahwa
omzet dapat mempengaruhi pengusaha dalam mengakses pembiayaan. Berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh Wedelia (2016) yang menghasilkan bahwa
omzet usaha tidak berpengaruh terhadap keinginan pengusaha dalam mengakses
73
pembiayaan artinya dengan omzet yang meningkat maupun menurun pengusaha
tetap akan mengakses pembiayaan.
Variabel lama usaha dapat mempengaruhi pengusaha dalam mengakses
pembiayaan pada koperasi. Dapat dilihat pada Tabel 21, dimana variabel lama
usaha memiliki koefisien positif dan signifikan pada taraf 15 persen. Artinya
semakin lama usaha yang telah dijalankan oleh pengusaha maka semakin besar
pula keinginan pengusaha untuk mengakses pembiayaan. Hal tersebut terjadi
karena pengusaha yang lebih lama berwirausaha dianggap lebih berpengalaman
dalam menjalankan usahanya dan lebih mampu mengelola keuangan sehingga
berani mengambil resiko untuk mengakses pembiayaan. Hasil ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Wati (2015) bahwa lama usaha dapat
mempengaruhi pengusaha dalam mengakses pembiayaan. Berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh Wedelia (2016) yang menghasilkan bahwa lama
usaha tidak mempengaruhi pengusaha dalam mengakses pembiayaan.
Variabel keikutsertaan pemilik dalam pelatihan juga dapat mempengaruhi
pengusaha dalam mengakses pembiayaan pada koperasi. Dalam penelitian ini,
keikutsertaan pemilik dalam pelatihan memiliki koefisien positif dan signifikan
pada taraf 5 persen. Artinya keinginan pengusaha yang pernah mengikuti
pelatihan untuk mengakses pembiayaan semakin meningkat. Hal ini dikarenakan
keahlian yang pengusaha dapatkan dalam pelatihan dapat berguna dalam
menjalankan usahanya sehingga berani dalam mengambil resiko dengan
menambah beban biaya untuk membayar pinjaman yang akan diakses. Namun
hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wedelia
74
(2016), karena keikutsertaan pemilik tidak mempengaruhi keinginan pengusaha
untuk mengakses pembiayaan.
5.3 Dampak Akses pembiayaan UMKM terhadap Pendapatan
Analisis akses pembiayaan UMKM pada koperasi dan dampaknya terhadap
usaha dilakukan menggunakan Model Seleksi Heckman dua tahap, dimana hasil
regresi probit tahap pertama mengindikasikan akses pembiayaan yang telah
dijelaskan sebelumnya. Pada tahap kedua dari Model Seleksi Heckman ini akan
dibahas mengenai dampak akses pembiayaan UMKM terhadap pendapatan
UMKM dan juga untuk membuktikan bahwa pembiayaan tersebut dapat
berdampak positif terhadap pendapatan UMKM. Sampel yang diikutsertakan
dalam perhitungan dampak adalah keseluruhan sampel dalam penelitian karena
model ini dapat mengakomodasi penggunaan data tersebut. Analisis Model
Seleksi Heckman tahap kedua dilakukan juga dengan bantuan perangkat lunak
STATA 13.0.
Tabel 22, menunjukkan bahwa model seleksi Heckman tahap kedua ini
menggunakan persamaan hasil dimana variabel yang dimasukkan adalah faktor-
faktor yang berdampak terhadap pendapatan UMKM. Hasil pengujian parameter
secara simultan dengan uji G didapatkan nilai statistik Wald Chi-square sebesar
55,88 dengan nilai prob>chi2 = 0,0000 (p<0,05). Jika H0= variabel bebas tidak
berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas dan H1= variabel penjelas
berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas, maka dapat disimpulkan bahwa H0
ditolak karena 0,0000 < 0,05. Artinya adalah terdapat setidaknya satu variabel
75
bebas yang berpengaruh nyata terhadap pendapatan UMKM dan dalam model ini
terdapat 2 variabel yang berpengaruh terhadap pendapatan UMKM. Pengujian
parameter secara parsial dilakukan dengan uji Wald, variabel yang berpengaruh
nyata pada taraf nyata 0,05 adalah biaya operasional dan omzet UMKM. Model
ini juga tidak mengalami bias seleksi karena nilai Lambda pada Mill’s Ratio tidak
signifikan secara statistic yaitu 0,123 > 0,05 sehingga model yang dibangun sudah
tepat.
Tabel 22. Dampak Pembiayaan terhadap Pendapatan UMKM
Variabel Koefisien Z P>│z│
PENDAPATAN UMKM (outcome equation)
Pembiayaan diterima (juta rupiah) -0,02452 -0,27 0,789
Biaya operasional (juta rupiah/tahun) -0,67448 -3,85 0,000*
Lama pendidikan pengusaha (tahun) 0,18768 1,07 0,287
Omzet usaha (juta rupiah/tahun) 1,56314 5,87 0,000*
Lama usaha (tahun) 0,08327 0,85 0,397
Konstanta -0,54303 -1,61 0,108
AKSES (selection equation)
Usia pengusaha (tahun) -12,01561 -2,26 0,024*
Jumlah anggota keluarga (orang) -0,73362 -0,23 0,817
Lama pendidikan pengusaha (tahun) -0,37754 -0,18 0,860
Omzet usaha (juta rupiah/tahun) -4,64480 -4,11 0,000*
Lama usaha (tahun) 2,58100 1,54 0,123**
Dummy Posisi Pemilik -0,79189 -1,01 0,311
Dummy keikutsertaan organisasi 0,09006 0,08 0,937
Dummy Keikutsertaan pelatihan 3,02839 2,04 0,042*
Konstanta 29,77105 2,67 0,008
RASIO MILLS
Λ -0,12313 -1,95 0,051
Ρ = -1,00000
Σ = 0,12813
Wald chi2(5) = 55,88 Prob > chi
2 = 0,0000
Sumber : Data Primer (diolah, 2018)
Keterangan : * α= 0,05; **α= 0,15
Variabel biaya operasional secara statistika berpengaruh signifikan pada
taraf 0,05 dengan koefisien parameter bernilai negatif. Hal ini menunjukkan
76
bahwa biaya operasional akan berdampak terhadap pendapatan usaha yang
dihasilkan oleh pengusaha UMKM sektor agribisnis. Artinya adalah semakin
tinggi biaya operasional yang digunakan oleh pengusaha UMKM sektor agribisnis
maka pendapatan usaha yang diperoleh akan semakin menurun.
Kondisi dilapangan juga menggambarkan bahwa pengusaha UMKM sektor
agribisnis yang memperoleh omzet usaha besar akan mendapatkan pendapatan
yang tidak jauh berbeda dengan pengusaha UMKM sektor agribisnis yang
memperoleh omzet usaha kecil. Hal tersebut dapat terjadi karena pengusaha
UMKM sektor agribisnis yang memperoleh omzet usaha besar, menggunakan
biaya operasional yang besar juga dibandingkan dengan pengusaha UMKM sektor
agribisnis yang memperoleh omzet usaha yang lebih kecil seperti yang sudah
dibahas pada subbab sebelumnya tentang karakteristik pengusaha UMKM
agribisnis.
Hasil penelitian ini sesuai dengan prinsip The Law of Diminishing Marginal
Return of Capital. De Aghion dan Murdoch (2015) menjelaskan bahwa sebuah
usaha dengan modal (biaya operasional) yang relatif kecil akan menghasilkan
pengembalian investasi (pendapatan) lebih tinggi dibandingkan dengan usaha
dengan modal (biaya operasional) yang relatif besar. Namun hasil ini tidak sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Wedelia (2016) yang menyatakan bahwa
biaya operasional tidak berdampak positif terhadap pendapatan usaha karena
hanya variabel penjualan yang berdampak positif terhadap pendapatan usaha.
Variabel berikutnya yang signifikan adalah omzet usaha yang berpengaruh
signifikan pada taraf 0,05 dengan koefisien parameter bernilai positif. Hal ini
77
menunjukkan bahwa omzet usaha akan berdampak terhadap pendapatan usaha
yang dihasilkan oleh pengusaha UMKM sektor agribisnis. Artinya adalah semakin
besar omzet usaha yang diperoleh pengusaha UMKM agribisnis maka pendapatan
usaha yang dihasilkan akan semakin meningkat.
Hasil dilapangan menggambarkan bahwa pengusaha UMKM sektor
agribisnis yang memperoleh omzet usaha yang besar, menghasilkan pendapatan
usaha yang tidak jauh berbeda dengan pengusaha UMKM sektor agribisnis yang
memperoleh omzet usaha lebih kecil. Hal tersebut dikarenakan pengusaha
UMKM sektor agribisnis yang memperoleh omzet usaha yang lebih besar juga
menggunakan biaya operasional yang besar juga sehingga pendapatan usaha yang
dihasilkan tidak terlalu besar perbedaannya dibandingkan dengan pengusaha
UMKM sektor agribisnis yang memperoleh omzet lebih kecil. Selain itu,
pengusaha UMKM sektor agribisnis yang memperoleh omzet usaha lebih besar
juga perputaran usahanya lebih cepat dibandingkan dengan pengusaha UMKM
sektor agribisnis yang memperoleh omzet usaha lebih kecil.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Septiana
(2013), yang menghasilkan perubahan omzet akan berpengaruh positif terhadap
perkembangan keuntungan yang diperoleh. Bahwa semakin besar perubahan
omzet maka semakin besar perkembangan keuntungan usaha yang diperoleh.
78
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang disesuaikan dengan tujuan
penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Karakteristik UMKM yang mengakses pembiayaan pada koperasi adalah
pengusaha dalam usia produktif, telah menempuh pendidikan minimal 9 tahun,
memiliki jumlah anggota keluarga 3 hingga 4 orang, tergolong usaha mikro
dan berposisi ikut bekerja dalam menjalankan usahanya.
2. Akses pembiayaan UMKM pada koperasi dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu
usia pengusaha, omset usaha, dan keikutsertaan pemilik dalam pelatihan.
3. Biaya operasional dan omzet usaha mampu memberikan dampak terhadap
pendapatan UMKM yang mengakses pembiayaan pada koperasi. Biaya
operasional berdampak negatif sedangkan omzet usaha berdampak positif
terhadap pendapatan UMKM.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil dan kesimpulan penelitian, beberapa saran penelitian yang
dapat diberikan adalah:
1. Para pengusaha UMKM sebaiknya lebih meningkatkan kualitas diri dan
mengembangkan usaha sehingga bisa meningkat menjadi usaha kecil atau
menengah.
79
2. Pemerintah dan Stakeholder harus memperbanyak pelatihan yang berkaitan
dengan pengelolaan usaha dan pengusaha harus lebih giat dalam mengikuti
pelatihan tersebut untuk meningkatkan kemampuan berwirausahanya agar
omzet yang didapatkan meningkat dan pengusaha yang tidak dalam usia
produktif masih dapat mengakses pembiayaan sehingga tingkat akses
pembiayaan pada koperasi pun meningkat.
3. Pengusaha UMKM sebaiknya harus efektif dan efisien dalam pengelolaan
usahanya terutama dalam pembelian untuk operasional usaha agar omzet yang
didapatkan bertambah sehingga pendapatan usaha akan meningkat.
80
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, L, Herdiana P, Salahuddin EA dan Ranti W. 2013. Akses UMKM
terhadap pembiayaan mikro syariah dan dampaknya terhadap
perkembangan usaha: kasus BMT Tadbiirul Ummah, Kabupaten Bogor.
Bogor: Jurnal al-Muzara’ah. Vol. I No. 1.
Azriani Z. 2014. Aksesibilitas dan Partisipasi Industri Kecil dan Rumahtangga
pada Sumber Pembiayaan dan Pengaruhnya terhadap Kinerja Usaha dan
Kesejahteraan Rumahtangga di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. [Disertasi].
Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Badan Pusat Statistika Kota Tangerang Selatan. 2018. Tangerang Selatan dalam
Angka 2018. Tangerang Selatan: Badan Pusat Statistik Kota Tangerang
Selatan.
Bank Indonesia. 2006. Laporan Perekonomian Indonesia 2006. Jakarta: Bank
Indonesia.
Bungin, H.M. Burhan. 2017. Metodologi Penelitian Kuantitatif Komunikasi,
Ekonomi dan Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Jakarta:
Kencana
Diagne A and M Zeller. 2001. Access to Credit and Its Impact on Welfare in
Malawi [Laporan Penelitian]. Washington DC (AS): International Food
Policy Research Institute Report 116.
de Aghion BA and J Morduch. 2005. The Economics of Microfinance. London
(UK) : The MIT Press.
Haryanto, T, Nur AH, Wagiono, D. 2009. Ekonomi Pertanian. Surabaya:
Airlangga University Press
Hasibuan, M. 2008. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: bumi aksara.
Hatta, Muhammad. 2015. Membangun Koperasi dan Koperasi Membangun:
Gagasan Pemikiran Dr. Muhammad Hatta. Jakarta: Kompas.
Heckman JJ. 1976. The Common Structure of Statistical Models of Truncation,
Sample Selection and Limited Dependent Variables and A simple Estimator
for such Models. Annuals of Economic and Social Measurement. Vol. 5 No.
1, pp: 475-492.
81
Hopkins D. 2005. Heckman Selection Models. [Bahan Ajar]. Massachusets (AS) :
MIT.
Hubeis, Musa. 2009. Prospek Usaha Kecil dalam Wadah Inkubator. Jakarta:
Ghalia Indonesia.
Ibrahim ALH and Bauer, S. 2013. Access to Micro credit and its Impact on Farm
Profit Among Rural Farmers in Dryland of Sudan. Global Advanced
Research Journal of Agricultural Science. Vol. 2 No. 3, pp: 88-102.
Kasmir. 2011. DASAR-DASAR PERBANKAN. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Kementerian Koperasi dan UMKM. 2014. Blueprint pembiayaan Koperasi,
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Tahun 2015-2019. Jakarta. Kementerian
Koperasi dan UMKM
Kementerian Koperasi dan UMKM. 2016. Perkembangan Data Usaha Mikro,
Kecil Dan Menengah (Umkm) dan Usaha Besar (Ub) Tahun 2010-2015.
Jakarta: Kementerian Koperasi dan UMKM.
Kerjasama Dinas Komunikasi dan Informatika dengan Badan Pusat Statistika
Kota Tangerang Selatan. 2018. Data dan Statistik Bidang Ekonomi Kota
Tangerang Selatan. Tangerang Selatan: BPS Kota Tangerang Selatan
Koperasi Keluarga Mitra Manunggal. 2017. Rapat Anggota Tahunan 2013-2017.
Tangerang Selatan: Koperasi Keluarga Mitra Manunggal
Kusnadi, N. 2005. Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani dalam Pasar
Persaingan tidak Sempurna di Beberapa Provinsi di Indonesia. [Disertasi].
Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institute Pertanian Bogor.
LPPI dan BI, 2015. Profil Bisnis Mikro, Kecil Dan Menengah (Umkm). Jakarta:
Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia dan Bank Indonesia.
Moonti, H. Usman. 2016. Bahan Ajar Mata Kuliah Dasar-Dasar Koperasi.
Yogyakarta: Interpena Yogyakarta.
Nuswantara, Bayu. 2012. Peranan Kredit Mikro dan kecil terhadap Kinerja
Usaha Kecil dan Ekonomi Wilayah di Provinsi Jawa Tengah. [Disertasi].
Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Putri, Johana Elvira. 2013. Analisis Profil dan Pemanfaatan kredit oleh Usaha
Mikro serta Dampaknya pada Perkembangan Usaha. [Skripsi]. Bogor:
Institut Pertanian Bogor
82
Rochmah, Aldita Nur. 2016. Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan antar Usaha
Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sebelum dan sesudah Menggunakan
Dana Kredit Usaha Rakyat (KUR) (Studi Kasus: UMKM di Wilayah
Tangerang Selatan) [Skripsi]. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Septiana, Risya Maulida. 2013. Analisis Dampak Pembiayaan Mikro Syariah
terhadap Perkembangan Keuntungan UMKM di Kabupaten Bogor
[Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor
Sujarwo. 2016. Akses UMKM pada Kredit Bank [Skripsi]. Depok: Politeknik
Negeri Jakarta.
Tambunan, Tulus. 2009. UMKM di Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia
Tanjung, M. Azrul. 2017. Koperasi dan UMKM sebagai Fondasi Perekonomian
Indonesia. Erlangga: Jakarta
Wati, Dewi Rohma. 2015. Akses dan Dampak Kredit Mikro terhadap Produksi
dan Pendapatan Usahatani Padi Organik di Kabupaten Bogor [Tesis].
Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Wedelia, Lillah. 2016. Aksesibilitas Industri Agro Skala Mikro Kecil pada Sumber
Pembiayaan dan Pengaruhnya terhadap Kinerja Usaha di Kabupaten
Bogor [Thesis]. Bogor. Institut Pertanian Bogor.
83
Lampiran 1. Kuisioner Penelitian
KUISIONER PENELITIAN
AKSES PEMBIAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH
(UMKM) PADA KOPERASI DAN DAMPAKNYA TERHADAP
PERKEMBANGAN USAHA DI KOTA TANGERANG SELATAN
(Studi Kasus: Koperasi keluarga Mitra Manunggal)
Assalamualaikum wr.wb.
Saya Dhea Risqi Pentana mahasiswa Program Studi Agribisnis, Fakultas
Sains dan Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta saat ini sedang
melaksanakan penelitian untuk tugas akhir mengenai akses pembiayaan Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) pada koperasi dan dampaknya terhadap
perkembangan usaha di Kota Tangerang Selatan (Studi Kasus: Koperasi Keluarga
Mitra Manunggal). Saya mohon kesediaan bapak atau ibu atau saudara/I untuk
berkenan mengisi lembar kuisioner ini dengan sebenar-benarnya. Atas kesediaan
dan kerjasama bapak atau ibu atau saudara/I saya mengucapkan terima kasih.
A. Karakteristik Responden
1. Nama Lengkap : ……………………………………………..............
2. Jenis Kelamin : (a). Laki-laki (b). Perempuan
3. Alamat Lengkap : ………………………………………….................
RT/RW: …../….. Kelurahan: …………………
Kecamatan: …………………………………………
4. Usia : ………. tahun
5. Pekerjaan : …………………………………………..................
6. Status dalam Keluarga : (a). Suami (b). Istri (c). Anak (d). Family (…....
84
7. Pendidikan Terakhir : (a). SD (b). SMP (c). SMA
(d). S1 (e). S2
8. Jumlah Anggota Keluarga : ………. orang
9. Keikutsertaan Organisasi : (a). ya, ………. (b). tidak
10. Keikutsertaan Pelatihan : (a) ya, ………. (b). tidak
B. Karakteristik Usaha
1. Sifat Usaha : (a). Usaha tetap (b). Usaha sampingan
2. Alamat Usaha : ………………………………………………..........
RT/RW: ….. / ….. Kelurahan:……………………...
Kecamatan:………………………………………….
3. Jenis Usaha : …...………………………………………………...
4. Lama Usaha : ………. tahun
5. Posisi dalam Usaha : (a). Pemilik (b). Pengelola
(c). investor (d). Lainnya, ……
6. Biaya Operasional :……...…………………………………….... rupiah
7. Omset :.….………………………………….. rupiah/tahun
C. Karakteristik Modal
1. Sumber Modal awal : (a). Modal Sendiri (b). Modal Luar (c). Campuran
2. Sumber Modal saat ini : (a). Modal Sendiri (b). Modal Luar (c). Campuran
3. Mengapa tidak mengambil modal dari luar? (jika menjawab modal sendiri)
……………………………………………………………..............................
4. Apakah anda berencana untuk meminjam modal dari modal luar?
(a). Ya (b). Tidak
85
5. Jika Ya, untuk kebutuhan apa?
a) Pengembangan usaha
b) Biaya Operasional
c) Lainnya……………………………………………………...
6. Jika modal campuran, berapa proporsi modal yang digunakan:
a) Modal sendiri < dari 50%
b) Modal sendiri = 50%
c) Modal sendiri > dari 50%
7. Kapan terakhir anda mengajukan pinjaman modal? Dan lembaganya apa?
……………………………………………………………………………
D. Akses Modal di Koperasi KEMIMA
1. Berapakah jumlah pinjaman yang sudah anda terima?..........................
rupiah
2. Bagaimana mekanisme peminjaman tersebut :
a) Bunga:
b) Cicilan:
c) Denda:
d) Jaminan:
3. Apakah anda mengalami masalah dalam pengembaliannya?
a) Jika YA, kenapa?.........................................................................................
b) Jika TIDAK, kenapa?...................................................................................
4. Untuk dialokasikan kemana pinjaman yang anda terima?
………………………
86
5. Bagaimana mekanisme penyaluran pinjaman dari Koperasi Keluarga Mitra
Manunggal (KEMIMA):
a) Persyaratan
pembiayaan………………………………………………………
b) Tingkat suku bunga: (a). tinggi (b). rendah
c) Prosedur pembiayaan (proses pencairan):
(a). berbelit-belit
(b). mudah, alasannya…………………………………………………
d) Prosedur pengembalian:
(a). Ketat
(b). ada kebijakan
(c). mudah, alasannya……………………………………………………
e) Berdasarkan pengalaman anda, apakah Koperasi KEMIMA sudah
sesuai…
E. Dampak Pinjaman Modal
1. Perkembangan omset (sebelum mengambil pembiayaan/awal berdiri dan
saat ini)
No
.
Jenis
Komoditas
Siklus Usaha *) Omset/Siklus
Usaha
Jumlah Waktu Usaha Nilai Omset/Tahun (hrg
x Jumlah Omset)
Awal/
Sebelum
Pembiayaan
Saat
ini
Awal/
Sebelum
Pembiayaan
Saat
ini
Awal/
sebelum
pembiayaan
Saat ini Awal/
Sebelum
Pembiayaan
Saat ini
Jumlah
(rupiah)
Jum
lah
(rup
iah)
H/
M
M
/B
B/
T
H/
M
M
/B
B/
T
Jumlah
(rupiah)
Jumlah
(rupiah)
*) Harian/Mingguan/Bulanan/Tahunan
87
2. Bagaimana pendapatan usaha anda setelah memperoleh pembiayaan pada
koperasi? …………………………………………………….......................
3. Bagaimana kondisi usaha anda apabila tidak didukung pembiayaan
koperasi? .....................................................................................................
4. Jika berkembang, dari sudut pandang apa bahwa usaha anda telah
berkembang? ............................................................................................
5. Jika usaha anda tetap/turun, kenapa hal tersebut bisa terjadi?
................................................................................................................
6. Bagaimana kondisi pengeluaran anda?
.........................................................................................................................
88
Lampiran 2. Nama variabel dalam analisis data menggunakan STATA 13.0
Variabel Deskripsi Satuan
USIA Usia Pengusaha Tahun
JAKL Jumlah Anggota Keluarga Orang
PDKN Lama Pendidikan Pengusaha Tahun
OMZET Omzet UMKM 1 tahun Juta Rp
DPPMLK Dummy Posisi Pemilik
DORG Dummy Ikut Organisasi
DPLTHN Dummy Ikut Pelatihan
AKSES Akses atau Tidak Akses Pembiayaan
PNDPTN Pendapatan UMKM 1 tahun Juta Rp
PMBYN Pembiayaan yang sudah diterima Juta Rp
BO Biaya Operasional 1 tahun Juta Rp
LUSHA Lama Usaha Tahun
89
Lampiran 3. Data Karakteristik Sampel
No Usia
Jumlah
Anggota
Keluarga
Pendidikan Omzet
Dummy
Posisi
Pemilik
Dummy
Organisasi
Dummy
Pelatihan Pendapatan Pembiayaan
Biaya
Operasional
Lama
Usaha
Dummy
Akses
1 67 4 16 150 1 0 1 96 10 54 15 1
2 64 5 18 125 0 1 1 83 6 42 10 1
3 65 5 16 120 0 0 1 74.4 7 45.6 8 1
4 56 3 16 90 0 1 0 54 2.5 36 5 1
5 61 4 16 120 1 0 1 72 4 48 8 1
6 68 6 12 180 0 0 1 120 7 60 6 1
7 46 4 12 90 0 0 0 60 2 30 3 1
8 45 4 12 120 0 0 1 78 3 42 2 1
9 58 3 9 55 1 0 0 43 3 12 5 1
10 52 3 9 65 1 0 0 47 2 18 7 1
11 43 6 16 72 1 0 0 54 3 18 3 1
12 48 4 16 96 0 1 1 72 3 24 5 1
13 55 3 9 108 1 0 1 84 4 24 6 1
14 68 3 12 72 1 0 0 54 3 18 6 1
15 37 3 12 66 1 1 0 54 2 12 3 1
16 40 3 12 84 0 0 1 66 1.5 18 3 1
17 45 4 12 50 1 1 0 38 2.5 12 5 1
18 43 4 12 70 1 0 1 52 5 18 8 1
90
19 37 3 12 63 1 0 0 46 2 17 4 1
No USIA
Jumlah
Anggota
Keluarga
Pendidikan Omzet
Dummy
Posisi
Pemilik
Dummy
Organisasi
Dummy
Pelatihan Pendapatan Pembiayaan
Biaya
Operasional
Lama
Usaha
Dummy
Akses
20 46 4 9 70 1 0 0 46 1.5 24 3 1
21 40 3 12 50 1 0 0 38 2 12 3 1
22 43 4 12 60 0 0 0 42 1.5 18 3 1
23 44 5 9 80 1 0 0 56 2 24 5 1
24 31 3 12 50 1 0 0 35.6 1 14.4 3 1
25 48 4 6 396 1 0 0 36 5 360 10 1
26 42 3 12 60 1 0 0 42 1 18 3 1
27 50 5 9 100 1 0 0 76 1 24 6 1
28 58 4 12 70 0 0 0 32.8 4 37.2 8 1
29 34 3 16 60 1 1 1 48 1 12 4 1
30 45 4 16 90 0 0 0 60 1.5 30 5 1
31 30 3 12 54 1 0 0 42 1 12 2 1
32 32 3 12 50 1 0 1 35.6 1 14.4 2 1
33 33 4 12 45 1 0 1 33 1 12 2 1
34 36 4 9 240 1 0 0 60 7 180 5 1
35 40 4 9 60 1 1 0 36 2 24 5 1
36 47 5 12 80 1 0 0 50 2 30 6 1
37 52 5 16 100 1 0 0 58 5 42 7 1
38 40 4 9 40 1 0 0 31.6 2.5 8.4 2 1
91
39 56 5 12 80 1 0 1 56 3 24 5 1
No USIA
Jumlah
Anggota
Keluarga
Pendidikan Omzet
Dummy
Posisi
Pemilik
Dummy
Organisasi
Dummy
Pelatihan Pendapatan Pembiayaan
Biaya
Operasional
Lama
Usaha
Dummy
Akses
40 60 4 9 75 1 0 0 51 2 24 8 1
41 49 4 9 54 1 0 0 42 4 12 4 1
42 43 4 12 48 1 0 0 33.6 1.5 14.4 5 1
43 59 5 6 54 1 0 0 36 2 18 7 1
44 44 4 9 90 1 0 0 66 2 24 4 1
45 40 4 12 108 1 0 1 72 4 36 5 1
46 55 4 16 50 1 0 0 35.6 7 14.4 12 1
47 41 4 9 60 1 0 1 48 1.5 12 6 1
48 59 4 16 60 1 0 1 42 3 18 5 1
49 51 4 9 84 1 0 0 60 1.5 24 8 1
50 38 3 12 70 1 0 0 52 1.5 18 2 1
51 52 4 16 150 1 0 0 102 4 48 13 1
52 75 3 6 343.2 1 0 0 31.2 0 312 40 0
53 34 4 16 960 1 1 1 85.8 0 874.2 1 0
54 60 3 6 1260 0 1 1 180 0 1080 2 0
55 69 5 12 48 1 0 0 24 0 24 12 0
56 59 3 9 1350 0 0 0 150 0 1200 9 0
57 48 4 6 297 1 0 0 27 0 270 3 0
58 42 3 9 405 1 0 0 345 0 60 5 0
92
59 40 5 12 1206 0 0 0 102 0 1104 10 0
No USIA
Jumlah
Anggota
Keluarga
Pendidikan Omzet
Dummy
Posisi
Pemilik
Dummy
Organisasi
Dummy
Pelatihan Pendapatan Pembiayaan
Biaya
Operasional
Lama
Usaha
Dummy
Akses
60 62 5 12 110 0 0 0 62 0 48 8 0
61 56 5 9 655.2 0 0 0 187.2 0 468 13 0
62 44 4 9 324 1 0 0 36 0 288 4 0
63 36 3 6 513 1 0 0 45 0 468 3 0
64 40 3 9 360 1 0 0 54 0 306 7 0
65 45 4 6 402 1 0 0 42 0 360 2 0
66 55 5 12 252 0 0 0 132 0 120 4 0
67 50 4 9 108 1 0 0 72 0 36 7 0
68 62 5 12 218.4 1 0 0 62.4 0 156 12 0
69 54 3 12 72 1 0 0 54 0 18 4 0
70 58 4 6 720 1 0 0 72 0 648 10 0
71 45 4 12 126 1 0 0 60 0 66 7 0
72 39 3 9 336.96 1 0 0 24.96 0 312 3 0
73 50 4 6 78 1 0 0 60 0 18 5 0
74 44 4 9 138 1 0 0 78 0 60 6 0
75 58 3 6 540 1 0 0 54 0 486 14 0
76 38 3 16 612 1 1 0 72 0 540 8 0
77 51 5 6 504 1 0 0 144 0 360 5 0
93
Lampiran 4. Statistik Deskriptif variabel-variabel berdasarkan akses pembiayaan
by DAKSES, sort : summarize USIA JAKL PDKN OMZET DPPMLK DORG DPLTHN PNDPTN PMBYN BO LUSHA DAKSES, separator(0) -> DAKSES = 0
Variable Obs Mean Std. Dev. Min Max
Usia 26 50.53846 10.50802 34 75
JAKL 26 3.884615 .8161825 3 5
PDKN 26 9.307692 3.095406 6 16
OMZET 26 459.1831 374.0736 48 1350
DPPMLK 26 .7692308 .4296689 0 1
DORG 26 .1153846 .3258126 0 1
DPLTHN 26 .0769231 .2717465 0 1
PNDPTN 26 86.79077 69.9583 24 345
PMBYN 26 0 0 0 0
BO 26 372.3923 353.7285 18 1200
LUSHA 26 7.846154 7.492355 1 40
-> DAKSES = 1
Variable Obs Mean Std. Dev. Min Max
Usia 51 47.4902 10.40072 30 68
JAKL 51 3.941176 .7851564 3 6
PDKN 51 12 2.918904 6 18
OMZET 51 88.90196 57.57786 40 396
DPPMLK 51 .7843137 .4153902 0 1
DORG 51 .1372549 .3475404 0 1
DPLTHN 51 .3333333 .4760952 0 1
PNDPTN 51 54.9451 19.21179 31.6 120
PMBYN 51 2.990196 1.988694 1 10
BO 51 33.95686 52.88662 8.4 360
LUSHA 51 5.490196 2.887023 2 15
94
Lampiran 5. Hasil Pengolahan model Seleksi Heckman 2 tahap untuk akses dan
dampak Pembiayaan usaha mikro, kecil, dan menengah (umkm)
Agribisnis Koperasi Keluarga Mitra Manunggal, Kota Tangerang
Selatan dengan menggunakan STATA 13.0
heckman PNDPTN PMBYN BO PDKN OMZET LUSHA, twostep select(DAKSES =
USIA JAKL PDKN OMZET LUSHA DPPMLK DORG DPLTHN) rhosigma first
Iteration 0: log likelihood = -49.2394
Iteration 1: log likelihood = -24.034426
Iteration 2: log likelihood = -19.815307
Iteration 3: log likelihood = -18.581682
Iteration 4: log likelihood = -18.372708
Iteration 5: log likelihood = -18.360797
Iteration 6: log likelihood = -18.360709
Iteration 7: log likelihood = -18.360709
Probit regression Number of obs = 77
LR chi2(8) = 61.76
Prob > chi2 = 0.0000
Log likelihood = -18.360709 Pseudo R2 = 0.6271
Akses Koef. Std. Err. Z P>│z│ [95% Conf. Interval]
LogUSIA -12.01561 5.305065 -2.26 0.024 -22.41335 -1.617876
LogJAKL -.7336183 3.167592 -0.23 0.817 -6.941985 5.474748
LogPDKN -.3775449 2.139953 -0.18 0.860 -4.571776 3.816686
LogOMZET -4.644804 1.130065 -4.11 0.000 -6.859689 -2.429918
LogLUSHA 2.581004 1.67173 1.54 0.123 -.6955269 5.857536
DPPMLK -.7918922 .7814848 -1.01 0.311 -2.323574 0.7397898
DORG .090056 1.142293 0.08 0.937 -2.148796 2.328908
DPLTHN 3.028395 1.488097 2.04 0.042 0.1117789 5.94501
_Cons 29.77105 11.16916 2.67 0.008 7.879894 51.6622
Heckman selection model -- two-step estimates Number of obs = 77
(regression model with sample selection) Censored obs = 26
Uncensored obs = 51
Wald chi2(5) = 55.88
Prob > chi2 = 0.0000
Koef. Std. Err. Z P>│z│ [95% Conf. Interval]
LogPNDPTN
LogPMBYN -.0245224 .0915136 -0.27 0.789 -.2038858 .1548409
LogBO -.6744818 .1752404 -3.85 0.000 -1.017947 -.331017
LogPDKN .1876824 .1761985 1.07 0.287 -.1576603 .5330251
LogOMZET 1.563136 .2664061 5.87 0.000 1.04099 2.085282
LogLUSHA .0832729 .0982788 0.85 0.397 -.10935 .2758957
_Cons -.5430303 .3377806 -1.61 0.108 -1.205068 .1190075
95
Koef. Std. Err. Z P>│z│ [95% Conf. Interval]
Akses
LogUSIA -12.01561 5.30506 -2.26 0.024 -22.41335 -1.61788
LogJAKL -0.73362 3.16759 -0.23 0.817 -6.94198 5.47475
LogPDKN -0.37754 2.13995 -0.18 0.860 -4.57178 3.81669
LogOMZET -4.64480 1.13006 -4.11 0.000 -6.85969 -2.42992
LogLUSHA 2.58100 1.6717 1.54 0.123 -0.69553 5.85754
DPPMLK -0.79189 .781485 -1.01 0.311 -2.32357 0.73979
DORG 0.09005 1.14229 0.08 0.937 -2.14880 2.32891
DPLTHN 3.02839 1.48810 2.04 0.042 0.11178 5.94501
_Cons 29.77105 11.16916 2.67 0.008 7.87990 51.66220
Mills
Lambda
-0.12813 0.06558 -1.95 0.051 -0.25668 0.00041
Rho -1.00000
Sigma .12813539
top related