aktivitas dakwah di pondok pesantren al-um · pdf filegelar sarjana ilmu sosial islam...
Post on 14-Feb-2018
218 Views
Preview:
TRANSCRIPT
AKTIVITAS DAKWAH DI PONDOK PESANTREN AL-UM
BOGOR DALAM REHABILITASI SANTRI NARKOBA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh
Inne Tresnayanti NIM: 104051001864
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2008 M./ 1429 H.
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata I di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 06 Juni 2008
Inne Tresnayanti
AKTIVITAS DAKWAH DI PONDOK PESANTREN AL-UM BOGOR
DALAM REHABILITASI SANTRI NARKOBA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh
Inne Tresnayanti NIM: 104051001864
Di Bawah Bimbingan
Drs. M. Lutfi, M.Ag. NIP. 150268782
JURUSAN KOMUNIKSI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKSI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2008 M./1429 H.
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul AKTIVITAS DAKWAH DI PONDOK PESANTREN AL-UM BOGOR DALAM REHABILITASI SANTRI NARKOBA telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 18 Juni 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I) pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Jakarta 18 Juni 2008
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota Sekertaris Merangkap Anggota Dr. Arief Subhan, MA Umi Musyarrofah, MA NIP: 150 262 442 NIP: 150 281 980 Anggota Penguji I Penguji II Drs. Sunandar, M. Ag Drs. Wahidin Saputra NIP: 150 273 477 NIP: 150 276 299 Pembimbing Drs. M. Lutfi, M. Ag NIP: 150 268 782
Abstrak
INNE TRESNAYANTI
Dakwah Pondok Pesantren Al-Um Dalam Rehabilitasi Santri Narkoba
Penyalahgunaan Narkoba atau NAZA, merupakan candu yang membuat keterggantungan kepadanya, dan dapat mengakibatkan gangguan jiwa. Pecandu Narkoba tidak mampu lagi memfungsikan dirinya secara wajar dalam masyarakat, dan sebaliknya menunjukan prilaku “maladaptif” (prilaku menyimpang). Ternyata perkembangan kasus penyalahgunaan Narkoba dari tahun ke tahun terus meningkat. Bahkan Dadang Hawari menyatakan jumlah pasien NAZA yang ada dimasyarakat sebanyak 10 kali dari angka resmi. Menyimak fenomena tersebut, banyak elemen masyarakat dan berbagai lembaga yang berupaya mengadakan kegiatan dalam rangka penanggulangan Narkoba, salah satu lembaga yang ikut melaksanakan kegiatan tersebut yaitu Pondok Pesantren Al-Um Bogor, Pondok Pesantren ini adalah wadah pengkajian ilmu agama pada awalnya. Namun, karena kepedulian pimpinan Pondok Pesantren terhadap para korban Narkoba maka beliau menambahkan kegaitan pada Pondok Pesantrennya dengan rehabilitasi korban Narkoba, dengan mengunakan metode non medis (spiritual/keagamaan). Berdasarkan pernyataan di atas maka timbul pertanyaan bagaimana keadaan santi narkoba (objek dakwah) yang berada di Pondok Pesantren Al-Um Bogor? Bagaimana dakwah yang diterapkan (meliputi materi, metode dan media) di Pondok Pesantren Al-Um Bogor? Serta bagaimana keberhasilan dakwahnya? Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Dengan menjabarkan hasil wawancara dengan pihak-pihak terkait mengenai keadaan santri narkoba dan dakwah yang diterapkan serta keberhasilan dakwahnya. Keadaan santri narkoba yang berada di Pondok Pesantren Al-Um yaitu mengalami ketergantungan terhadap Narkoba, cenderung memberontak, susah diatur, suka mencuri uang orang tuanya dan kurangnya pengetahuan akan ajaran agama. Adapun bentuk metode dakwah yang digunakan adalah Al-Mauidzah Hasanah. Sedangkan materi yang diterapkan yaitu mengenai aqidah akhlak, fiqih, tauhid, al-Qur`an dan hadis. Dalam melakukan kegiatannya Pondok Pesantren tersebut menggunakan sebuah media yaitu media lisan, dan hal (perbuatan). Keberhasilan dakwah dalam merehabilitasi santri narkoba dapat dikatakan cukup berhasil hal tersebut dibuktikan dari pernyataan santri narkoba, yaitu mereka bisa kembali normal, menyadari kekeliruannya dan bisa menjalani hidupnya tanpa Narkoba. Dari hasil penelitian ini, bahwa selama santri narkoba berada di Pondok Pesantren Al-Um banyak sekali hal-hal yang didapatkan misalnya dapat mengetahui tentang agama Islam, menyadari akan kekeliruanya mengkonsumsi Narkoba, mendapatkan ketenangan batin dan kedamaian. Selain itu banyak pula perubahan yang mereka rasakan diantaranya mau mengerjakan kewajibannya
sebagai muslim (solat wajib 5 waktu), lebih dewasa, bisa berfikir secara positif, bisa lebih hormat kepada orang tua intinya bisa lebih baik dari sebelumnya.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Maha suci Allah SWT yang menganugerahi setiap manusia jalan hidup
yang berbeda-beda. Maha Indah Karunia-Nya yang telah membekali masing-
masing insan dengan potensi yang beraneka ragam. Sang penggenggam hati
manusia dengan kasih sayang-Nya memberikan nikmat yang tak terbatas,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Untaian shalawat dan salam
semoga selalu tercurah keharibaan satu-satunya kekasih Allah, maha guru
kemanusiaan, pembawa risalah terbesar dengan segala keteladanan bagi umatnya,
khotamul anbiya Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat serta seluruh
umatnya.
Skripsi yang berjudul Dakwah Pondok Pesantren Al-Um Bogor Dalam
Rehabilitasi Santri Narkoba diajukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I) pada Fakultas Dakwah dan
Komunikasi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dengan segala macam daya dan upaya yang penulis miliki dalam
menyelesaikan skripsi ini. Namun tak luput dari beberapa pihak yang telah banyak
membantu baik secara moril maupun materil. Dalam kata pengantar ini penulis
menyampaikan rasa terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah
membantu, terutama sekali kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. H. Murodi, MA. Selaku Dekan Fakultas Dakwah dan
Komunikasi
2. Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA. Selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam.
3. Bapak Drs. M. Lutfi, M.Ag. Selaku Dosen pembimbing yang telah dengan
kesabaran dan ketelitiannya serta kesempatan waktunya dalam
memberikan pengarahan kepada penulis hingga mencapai kesuksesan
dalam menyelesaikan skprisi
4. Ibu Umi Musyarrofah, M.A. Selaku Sekertaris Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam.
5. Kedua Orang Tua Ayahanda Bapak Abdul Rojak dan Ibunda Sumyati
yang telah memberikan dukungan moril serta materil yang tiada terkira,
kesabaran, nasihat dan do’a yang selalu kalian panjatkan untuk anakmu
tercinta di setiap sujudmu.
6. Kepada semua keluarga, terutama untuk kaka perempuan beserta suami,
adik-adik, yang sama-sama berjuang dalam menuntut Ilmu demi
kebahagiaan orang tua, kalianlah yang selalu menjadi penyemangat
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan juga keponakan "Jasmine"
dan "Adel" yang selalu memberikan keceriaan kepada penulis disaat
penulis merasa jenuh dalam menyelesaikan skripsi ini .
7. Kepada Bapak. K.H. Bahrum Zaman selaku pimpinan Pondok Pesantren
Al-Um Bogor dan para Ustad yang telah membantu penulis dalam
memberikan keterangan-keterangan yang diperlukan.
8. Semua dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah memberikan
ilmunya kepada penulis dengan semangat jihadnya.
9. Pimpinan Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah dan Fakultas Dakwah
dan Komunikasi serta para staffnya yang telah memberikan kenyamanan
fasilitas pada penulis.
10. My Spesial Person "Pur” yang telah memberikan dukungan serta semangat
kepada penulis thanks for all.
11. Kepada sahabat "Lilis & wiwit", terimakasih atas dukungan serta do,a
yang selalu kalian panjatkan untuk sahabatmu ini, semoga kita diberikan
kesuksesan di dunia dan akhirat amin…..
12. Kepada ustad "Hamdi" terimakasih atas dukungan serta do’anya. Semoga
kebaikan serta keikhlasan mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah
SWT.
13. Semua teman-teman di KPI D angkatan 2004, dan teman-teman KKS
2007 (Suzy, Nida, Ulpah, Eka, Dian, Tina, Dede, ba’Yuli, Yusup, Hilmi,
Faisal, Herdi, Yayan, Away, Irfa, Tanjung. Terimakasih atas semangat dan
dukunganya. Love U All
Semoga Allah SWT selalu memberikan kebahagiaan, keselamatan dan
kesuksesan di dunia maupun di akhirat.
Akhirnya atas saran dan kritiknya sebagai pembangun dan pengembangan
dalam penelitian ini, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT
senantiasa memberikan balasan terbaik jasa-jasa mereka, di dunia maupun di
akhirat kelak amin…..
Ciputat, 07-06-2008
Wasalam
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah .................................................. 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 7
D. Tinjauan Pustaka ........................................................................ 8
E. Metodologi Penelitian ................................................................. 9
F. Sistematika Penulisan ................................................................ 12
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Dakwah ...................................................................................... 14
1. Pengertian Dakwah .............................................................. 14
2. Bentuk-bentuk Dakwah ........................................................ 15
3. Fungsi, Tujuan, dan Hukum Dakwah .................................. 17
4. Unsur-unsur Dakwah ........................................................... 21
B. Rehabilitasi ................................................................................. 27
1. Pengertian Rehabilitasi ......................................................... 27
2. Fungsi dan Tujuan Rehabilitasi ........................................... 27
3. Bentuk dan Tahapan Rehabilitasi ......................................... 29
C. Narkoba ...................................................................................... 32
1. Pengertian Narkoba .............................................................. 32
2. Jenis-jenis Narkoba .............................................................. 34
3. Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkoba ......................... 36
BAB III PROFIL PONDOK PESANTREN AL-UMM BOGOR
A. Sejarah Berdirinya ...................................................................... 38
B. Organisasi dan Pengelolaannya................................................... 40
C. Visi, Misi, dan Tujuannya........................................................... 42
D. Sarana dan Prasarana................................................................... 43
E. Kegiatannya ................................................................................ 44
BAB IV
........................................................................
DAKWAH PONDOK PESANTREN AL-UM
BOGOR DALAM REHABILITASI SANTRI
NARKOBA
A. ............................................................................................P
rofil Subjek ................................................................................. 46
1. Profil Mad’u (Objek Dakwah) ............................................... 46
2. Profil Da’i (Subjek Dakwah) .................................................. 57
B. ............................................................................................T
ahapan-tahan Rehabilitasi Santri Narkoba .................................. 64
C. ............................................................................................M
ateri Rehabilitasi Santri Narkoba ................................................ 65
D. ............................................................................................M
etode yang digunakan dalam Rehabilitasi Santri Narkoba ......... 68
E..............................................................................................M
edia yang diterapkan dalam Rehabilitasi Santri Narkoba ........... 70
F. .............................................................................................A
nalisis Keberhasilan Dakwah ...................................................... 70
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................ 72
B. Saran ........................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 76
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan zaman yang semakin cepat sebagai akibat dari kemajuan
teknologi, indrusteri dan modernisasi secara langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi kehidupan manusia baik sebagai individu, keluarga, masyarakat
dan bangsa. Salah satu dampak dari kemajuan teknologi dewasa ini antara lain
adalah mempercepat transfer kebudayaan. Kebudayaan Barat dengan cepat
menjalar keberbagai penjuru dunia. Kaum remaja yang merasa sebagai orang
moderen, dan menggandrungi kemajuan teknologi banyak yang menerima begitu
saja kebudayaan Barat yang tidak jarang bertentangan dengan kebudayaan dan
adat istiadat orang Timur dan kebudayaan Islam. Mulai dari kebiasaan meminum-
minuman keras, penyalahgunaan Narkoba dan obat-obatan terlarang yang
dilakukan oleh sebagian remaja Indonesia adalah akibat dari mencontoh pergaulan
yang dilakukan oleh remaja di negara lain.
Pada dasarnya penyalahgunaan Narkotika dan obat-obatan terlarang
lainnya tidak akan menjadi masalah jika tidak mempunyai dampak besar pada
tatanan sosial, keluarga, masyarakat sampai pada tingkat kriminal dengan
gangguan ketertiban dan keamanan. Selain itu penggunaan Narkoba dan minuman
yang mengandung alkohol juga mempunyai dampak terhadap syaraf manusia
yang menimbulkan berbagai perasaan. Sebagian dari Narkoba itu meningkatkan
gairah, semangat, dan keberanian. Sebagian lagi menimbulkan perasaan
mengantuk, yang lain bisa menyebabkan rasa tenang dan nikmat sehingga bisa
melupakan segala kesulitan, oleh karena efek-efek itulah beberapa remaja
menyalahgunakan Narkoba dan alkohol.
Akan tetapi penggunaan Narkoba dan alkohol dalam dosis yang berlebihan
bisa membahayakan jiwa orang yang bersangkutan. Karena sifat Narkoba dan
alkohol itu antara lain adalah menimbulkan ketergantungan pada pemakainya.
Makin sering ia mengkonsumsi Narkoba atau minuman beralkohol, maka makin
besar ketergantugannya sehingga pada suatu saat tidak bisa melepaskan diri lagi.1
Narkoba merupakan racun yang tidak hanya merusak manusia secara fisik, tetapi
juga merusak jiwa dan masa depannya. Secara fisik semakin lama semakin
ambruk, sedangkan mentalnya sudah terlanjur ketergantungan dan membutuhkan
pemenuhan Narkoba yang semakin tinggi. Jika dia tidak menemukan Narkoba
maka tubuh akan mengadakan reaksi yang menyakitkan.2
Dr. Belle Woodcomestock mengatakan bahwa Narkoba adalah kampium yang sangat merusak kehidupan manusia. Karena tidak ada jalan yang lebih pendek untuk merusak tubuh, pikiran, dan jiwa manusia dari pada memakai morfin, heroin, cocaine, candu, marijuana, dan lain-lain. Minimal ada sembilan sebab mengapa Narkoba menjadi berbahaya bagi para penggunanya yaitu merusak kemampuan berfikir (syaraf), meniadakan garis pemisah antara yang baik dan yang buruk, menutupi hukum, mempengaruhi nafsu sex, kemiskinan, kehancuran karier, merusak jiwa, merusak lingkungan sosial kemasyarakatan dan kematian tidak wajar.3
Pemaparan diatas menjelaskan bahwa betapa berbahayanya penyalahgunaan
Narkoba bagi diri manusia. Oleh karena itu tidak ada alasan lagi bagi manusia
untuk melakukan atau terlibat dalam penyalahgunaan Narkoba. Selain berbahaya
dan dapat merusak jiwa seseorang, penggunaan Narkoba dalam islampun sangat
1 Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004),
h. 216-217. 2 Abu al-Gifari, Generasi Narkoba, (Bandung: PT. Mujahid, 2003), cet. ke-3, h. 10. 3 Ahmadi Sofyan, Narkoba Mengincar Anak Anda; Panduan bagi Orang tua, Guru dan
Badan Narkotika dalam Penanggulangan Bahaya Narkoba di Kalangan Remaja, (Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya, 2007), cet. Ke-1, h. 8-11.
diharamkan. Hal ini terbukti karena Narkoba memiliki Mudharat (daya rusak)
yang sangat besar ketimbang manfaat yang didapatkan. Selain haram dalam Islam
penyalahgunaan Narkoba, juga dipahami sebagai perbuatan syetan:
Allah SWT berfirman
☺ ☺
☺ ☺
☺
☺
☺ Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya minum khamar, berjudi, berkorban untuk berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan syetan. Maka jauhilah perbuatan itu agar kamu mendapatkan keberuntungan. Sesungguhnya syetan itu hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian diantara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjud”. (Qs Al-Maidah: 90-91)4
Berdasarkan kandungan ayat suci al-Qur’an di atas, jelas bahwa penggunaan
Narkoba hanya akan merugikan pemakainya dan dapat menimbulkan kebencian
dan permusuhan sasama anggota keluarga dan masyarakat. Adapun yang dapat
mengambil manfaat dari Narkoba adalah kalangan medis, yaitu untuk menunjang
upaya pengobatan pasien. Walaupun demikian kenyataannya masih banyak
kalangan umat Islam, terutama remaja Islam yang mengkonsumsinya. Hal ini
dibuktikan dari jumlah pecandu Narkoba yang saat ini menurut kepolisian, sudah
4 Ibid., h. 33-34.
mencapai angka 2 % dari keseluruhan penduduk Indonesia. Jika penduduk
Indonesia 200 juta jiwa berarti ada 4 juta jiwa pecandu Narkoba di Indonesia.
Padahal data ini seperti diakui kapolri hanya sebagian kecil saja yang berhasil
didata. Sementara data sebenarnya jauh lebih banyak. Seperti halnya gunung es
yang hanya tampak kecil di permukaan sementara yang terpendam di lautan
sungguh besar sekali.5
Menyadari akan bahaya penyalahgunaan Narkoba dan alkohol ini, hampir
semua pemerintah di seluruh dunia mempunyai undang-undang anti narkotika dan
alkohol. Berbagai upaya dan tindakan (oleh aparat pemerintahan dan hukum) telah
dilakukan untuk memberantas sindikat-sindikat pembuat dan pengedar obat
terlarang dan alkohol yang tak berizin. Akan tetapi sampai sekarang
penyalahgunaan zat-zat yang berbahaya ini tidak pernah ditangani dengan tuntas.6
Bahkan bisnis barang haram tersebut juga menembus “dinding-dinding” lembaga
pemasyarakatan tempat para pelaku dihukum. Meskipun sangsi hukum yang
dijatuhkan kepada pelakunya semakin berat, akan tetapi para pelaku bisnis barang
haram tersebut tidak pernah jera.7
Di Indonesia penyalahgunaan Narkoba menjadi perbincangan yang serius
oleh berbagai kalangan. Baik pemerintah, lembaga sosial masyarakat, ormas,
bahkan masyarakat juga turut membicarakan tentang Narkoba. Saat ini, jumlah
penyalahguna Narkoba meningkat drastis. Tidak ada Kabupaten atau Kecamatana
atau Kelurahan yang terbebas dari Narkoba. Bahkan Menurut data WHO jika ada
5 al-Gifari, Generasi Narkoba, h. 11. 6 Sarlito, Psikologi Remaja, h. 26. 7 M. Lutfi, Bimbingan Islam untuk Korban NAZA (Narkotika, Alkohol, dan Zat Adiktif
Lain) Jurnal Kajian Dakwah, Komunikasi dan penyiaran, Vol. X , 2003, h. 155.
1 kasus maka yang sebenarnya ada 10 kasus di tempat tersebut8. Memperhatikan
fenomena tersebut jelas memprihatinkan betapa kian ke depan Indonesia bukan
semakin maju, malah mundur beberapa langkah ke belakang, masa depan menjadi
taruhan. Kesadaran seluruh lapisan masyarakat untuk menjadikan Narkoba
sebagai musuh bersama adalah salah satunya jalan yang efektif untuk
membendung peredaran obat terlarang tersebut.
Bagi mereka yang sudah terlanjur menjadi budak Narkoba, saatnya
mengembalikan mereka kepada aqidah ajaran Islam. Mempertemukan kembali
fitrah mereka sebagai manusia, dengan agama atau menyadarkan mereka
(manusia) supaya mengakui kebenaran Islam dan mau mengamalkan ajaran Islam
sehingga menjadi orang baik. Menjadikan orang baik itu berarti menyelamatkan
mereka dari kesesatan. Orang yang menjadi budak Narkoba adalah orang yang
tersesat oleh sebab itu manusia sebagai khalifah di bumi ini mempunyai
kewajiban mengingatkan, menyeru dan mengembalikan mereka kejalan yang
diridhai oleh Allah SWT. Sebagai muslim, manusia mempunyai kewajiban
memerangi kemungkaran di muka bumi ini, salah satunya memerangi Narkoba.
Hal tersebut sesuai dengan kewajiban dakwah yaitu melakukan amal ma’ruf dan
nayi munkar.
Perang melawan Narkoba dalam Islam merupakan jihad melawan
kemunkaran. Dan bagi mereka yang sudah terlanjur menjadi budak Narkoba,
seyogyanya dimasukan ke panti rehabilitasi untuk ditangani dengan terapi yang
efektif. Baik dengan terapi medis maupun non medis (spiritual keagamaan). Salah
satu lembaga yang mempunyai kepedulian terhadap remaja dan korban Narkoba
8 Sofyan, Narkoba Mengincar Anak Anda, h. 1-2.
adalah Pondok Pesantren Al-Um Bogor, dalam kegiatan rehabilitasinya Pondok
Pesantren ini menggunakan metode non medis (spiritual/keagamaan). Dengan
menanamkan kembali nilai-nilai keislaman (aqidah) yang pernah hilang dari diri
mereka. Pondok Pesantren Al-Um ini adalah Pondok Pesantren salafi pada
awalnya, karena kepedulian pimpinan Pondok Pesantren terhadap remaja akibat
menyalahgunakan Narkoba. Maka Pondok Pesantren ini menambah kegiatannya
dengan panti rehabilitasi korban Narkoba. Pondok Pesantren Al-Um dipimpin
oleh seorang kiai yang tidak memiliki pendidikan formal yang tinggi, tetapi
memiliki kemampuan/kelebihan dalam pengetahuan agama dibandingkan orang
biasa dan mampu mengobati para pecandu Narkoba dengan metode yang
digunakan. Dengan ilmu yang dimilikinya beliau mampu mendirikan sebuah
Pondok Pesantren sebagai wadah menuntut ilmu agama dan juga panti rehabilitasi
untuk para korban Narkoba. Pondok Pesantren Al-Um Bogor, berlokasi di Jl.
Gunung Batu, Rt/Rw. 01/ 08. Kp. Pagentongan, Desa. Loji, Kec. Bogor Barat,
Kota Bogor.
Dari paparan di atas, penulis tertarik melakukan kegiatan penelitian secara
mendalam, sekaligus dijadikan bahan skripsi, dengan judul Dakwah Pondok
Pesantren Al-Um Bogor Dalam Rehabilitasi Santri Narkoba.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Berdasarkan pokok pemikiran pada latar belakang masalah tersebut, pada
hal ini penulis membatasi pada dakwah Pondok Pesantren al-Um Bogor dalam
rehabilitasi santri Narkoba. Adapun yang dimaksud Santri Narkoba di sini adalah
para pecandu Narkoba yang berada di Pondok Pesantren al-Um Bogor.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan di atas, maka perumusannya dalam penelitian ini yaitu
sebagai berikut:
1. Bagaimana keadaan (masalah) yang dihadapi santri Narkoba (objek
dakwah) yang berada di Pondok Pesantren Al-Um Bogor?
2. Apa saja tahapan-tahapan rehabilitasi yang dilakukan oleh Pondok
Pesantren Al-Um dalam merehabilitasi santri narkoba?
3. Bagaimana dakwah yang dilakukan (meliputi materi, metode, dan media)
di Pondok Pesantren Al-Um Bogor?
4. Bagaimana keberhasilan dakwahnya?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
a. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan dari permasalahan di atas, tujuan penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui keadaan (masalah) yang digadapi Santri Narkoba
(objek dakwah).
2. Untuk mengetahui dakwah yang dilakukan (meliputi materi, media dan
metode) di Pondok Pesantren al-Um Bogor,
3. Analisis keberhasilan dakwahnya.
b. Manfaat Penelitian
Sedangkan manfaat penelitian ini dikelompokan dalam dua segi yaitu:
1. Segi Teoritis
Penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat digunakan sebagai bahan
informasi dalam pengembangan konsep Ilmu Dakwah dan sebagai tambahan
literatur keislaman, sekaligus untuk menambah wawasan bagi para pembaca.
2. Segi Praktis
Kiranya penelitian ini dapat memberikan inpuut bagi praktisi dakwah,
khususnya yang berada di Pondok Pesantren al-Um Bogor, dalam
meningkatkan kwalitas pondok pesantren melalui kegiatan dakwah.
D. Tinjauan Pustaka
Dalam penyusunan karya ilmiah ini, sebelum penulis mengadakan
penelitian lebih jauh dan kemudian menyusunnya menjadi sebuah karya ilmiah,
maka langkah awal yang penulis tempuh adalah mengkaji terlebih dahulu karya
ilmiah yang mempunyai judul hampir sama dengan yang akan penulis teliti.
Adapun maksud dari penelitian ini untuk mengetahui bahwa permasalahan yang
penulis teliti berbeda dengan yang diteliti sebelumnya.
Setelah penulis mengadakan suatu kajian pustaka, penulis akhirnya
menemukan beberapa skripsi yang memiliki judul hampir sama dengan yang akan
penulis teliti. Skripsi tersebut antara lain adalah skripsi karya Wiwin
Wirdaningsih-2004 yang berjudul “Peran Terapi Tarikat Qadariyah
Naqsabandiyah dalam Menyembuhkan Korban Narkotika di Pondok Inabah VII
Pondok Pesantren Suryalaya” dan skripsi karya Anita-2006, yang berjudul
“Upaya Bimbingan Rohani Islam dalam Mewujudkan Kesehatan Mental Korban
Narkoba di BNN Pamardi Siwi Cawang”.
Fokus penelitian pada skripsi karya Wiwin Wirdaningsih memfokuskan
pada penerapan terapi Tariqat Qadariyah Naqsabandiyah dalam upaya
menyembuhkan para korban Narkoba dan pada skripsi karya Anita fokus
penelitiannya pada upaya bimbingan rohani Islam dalam mewujudkan kesehatan
mental pada para korban Narkoba di BNN Pamardisiwi Cawang sedangkan fokus
penelitian yang akan diteliti oleh penulis yaitu pada dakwah Pondok Pesantrn Al-
Um Bogor dalam rehabilitasi santri Narkoba.
E. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang dibahas dalam karya ilmiah ini, maka
penulis menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Metode penelitian deskriptif, yaitu metode penelitian yang berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Sedangkan penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller adalah: tradisi trtentu dalam ilmu pengetahuan yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya9.
2. Penempatan Lokasi dan Jadwal Penelitian
Lokasi penelitian ini bertempat di Pondok Pesantren Al-Um Bogor. Jl.
Gunung Batu RT 01/08 Kp. Pagentongan Desa. Loji. Kec. Bogor Barat, Kota
Bogor. Adapun waktu penelitian dilakukan pada tanggal 23 Maret sampai dengan
10 Mei 2008.
3. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitin
9 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
2006), cet. ke-21, h. 4.
Dalam hal ini subjek penelitiannya adalah Pondok Pesantren Al-Um
Bogor.
b. Objek Penelitian
Dalam hal ini objek penelitiannya adalah apa yang akan diteliti,
adapun yang akan penulis teliti adalah aktivitas dakwah Pondok
Pesantren Al-Um Bogor dalam rehabilitasi santri Narkoba.
4. Sumber Data
Sumber utama dalam meneliti masalah di atas penulis menggunakan dua
sumber data yaitu:
a. Data primer
Yang menjadi sumber data primer dalam penelitian ini adalah subjek
dakwah (da’i), objek dakwah (santri Narkoba), dan pihak-pihak terkait
lainnya.
b. Data sekunder
Sumber data sekunder dari penelitian ini adalah buku-buku tertentu
dari berbagai literatur yang berhubungan dengan dakwah, rehabilitasi dan
Narkoba.
5. Teknik Pengumpulan Data.
a. Studi Kepustakaan
Penulis mengumpulkan dan menganalisis buku-buku dan literatur
lainnya yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas untuk mendapatkan
teori-teori yang akan digunakan sebagai dasar menganalisa hasil penelitian.
b. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematik
terhadap fenomena-fenomena yang sedang diselidiki.10 Dalam penelitian ini
penulis mengamati langsung objek yang akan diteliti, yaitu keadaan (masalah)
yang dihadapi santri narkoba di Pondok Pesantren Al-Um, dakwah yang
diterapkan (meliputi materi, metode dan media) di Pondok Pesantren Al-Um, serta
keberhasilan dakwahnya. Adapun hal-hal yang diperlukan dalam observasi ini
adalah tape recorder, kamera, dan note book yang akan digunakan selama
observasi berlangsung.
b. Wawancara
Wawncara ini ditujukan kepada K.H. Tb Bahrum Zaman selaku
pimpinan Pondok Pesantren Al-Um Bogor, dua orang ustad (pengajar santri
narkoba), dan lima orang santri narkoba, metode ini digunakan untuk melengkapi
data yang dianggap perlu sehingga lebih menyakinkan data yang akan diperoleh
dari sumber lain, dalam hal ini penulis menggunakan pedoman wawancara.
c. Dokumentasi
Adalah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.11
Sumber data yang merupkan catatan atau dokumen yang tersedia di Pondok
Pesantren tersebut, bisa termasuk sumber data yang resmi. Dokumentasi ini
digunakan untuk melengkapi data-data hasil penelitian yang didapatkan melalui
observasi dan wawancara.
6. Analisis Data
10 Dedy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung PT Rosdakarya: 2002), h.81. 11 Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta:
Bumi Aksara, 1998), cet. ke-2, h. 73.
Analisis data merupakan proses penyederhanaan ke dalam bentuk yang
lebih mudah dan diinterpretasikan.12 Setelah penulis menghimpun data-data yang
dibutuhkan sesuai dengan permasalahan penelitian ini, maka selanjutnya penulis
mengolah/menganalisis data-data tersebut:
a. Data dan Informasi yang diperoleh melalui wawancara, penulis
memasukan hasil wawancara tersebut kedalam uraian pembahasan-
pembahasan skripsi ini.
b. Data dan Informasi yang diperoleh melalui observasi dan pengamatan,
dijadikan sebagai tambahan untuk menggambarkan objektivitas dari
proses rehabilitasi di Pondok Pesantren Al-Um Bogor.
c. Data dan Dokumentasi, digunakan sebagai bahan dan kerangka analisis
dalam menimbang dan memperkuat penelitian kedalam skripsi ini.
7. Teknik Penulisan Data
Adapun teknik penulisan skripsi ini penulis berpedoman pada buku
“pedoman penulisan skripsi, tesis dan disertasi” yang diterbitkan oleh UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2007.
F. Sistematika Penulisan
Kemudian dalam penulisan skripsi ini, penulis menguraikan dalam V
(lima) bab dan masing-masing bab akan dibagi menjadi beberapa sub, yaitu
sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan meliputi Latar Belakang Masalah, Tujuan dan Manfaat
Penelitian, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.
12 Masri Singarimbun & Sofian Efendy, Metode Penelitian Survey, (Jakarta: LP3S, 1989),
cet. ke-1, h. 263.
BAB II : Seputar Teori Tentang Dakwah, Rehabilitasi, dan Narkoba.
BAB III : Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Al-Um Bogor, Visi, Misi, dan
Tujuannya, Organisasi dan Pengelolaannya, serta kegiatan-kegiatan
(aktifitas) yang dilakukan Pondok Pesantren Al-Um Bogor.
BAB IV : Membahas Tentang objek dakwah dan subjek dakwah, membahas
tentang keadaan (masalah) yang dihadapi santri narkoba (subjek
dakwah) yang ada di Pondok Pesantren Al-Um, membahas tentang
dakwah yang dilakukan (meliputi materi, metode, dan media) yang
diterapkan Pondok Pesantren Al-Um Bogor dalam habilitasi Santri
Narkoba, serta membahas tentang keberhasilan dakwahnya.
BAB V : Berisi Penutup yang didalamnya dibahas Tentang Kesimpulan dan
Saran.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Dakwah
1. Pengertian Dakwah
Secara etimologi (bahasa) kata dakwah berasal dari bahasa Arab yang
berarti pemanggilan, pengajakan, penyeruan, atau orang yang mengajak13.
Sedangkan secara terminologi (istilah) dakwah memiliki pengertian yang variatif.
Hal ini terbukti dengan banyaknya perbedaan sudut pandang para pakar ilmu
dakwah dalam mendefinisikan makna dakwah. Di antara pendapat-pendapat
tersebut yaitu:
a. Menurut Syeh Ali Mahfuz yang dikutif Abdul Rosyad Saleh dakwah
adalah “mendorong manusia agar berbuat kebaikan dan menurut petunjuk,
menyeru mereka berbuat kebijakan dan melarang mereka dari perbuatan
munkar agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat”.14
b. Menurut M. Arif Hakim dakwah adalah “suatu kegiatan ajakan baik
bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya, yang dilakukan secara
sadar dan berencana dalam usaha mempengaruhi orang lain baik secara
individu maupun secara kelompok agar supaya timbul dalam dirinya suatu
pengertian, kesadaran, sikap, penghayatan serta pengamalan terhadap
13 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta: PT. Hidayakarya Agung, 1989), h.
128. 14 Abdul. Rosyad Saleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1977),
cet. ke-1, h. 9.
ajaran agama sebagai massage yang disampaikan kepadanya dengan tanpa
adanya unsur-unsur paksaan”.15
c. Menurut Prof. Toha Yahya Omar dakwah adalah “sebagai upaya mengajak
umat dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan
perintah Tuhan untuk kemaslahatan di dunia dan akhirat”.16
d. Menurut H.S.M Nasrudin, dalam bukunya Teori dan praktek Dakwah
islamiyah mendefinisikan dakwah sebagai “setiap usaha/ aktivitas dengan
lisan/tulisan dan lainya. Yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil,
manusia lainnya untuk beriman mentaati Allah swt, sesuai dengan garis-
garis aqidah dan syariat serta akhlak islamiyah”.17
Dari definisi tesebut di atas, meskipun terdapat perbedaan dalam
perumusan satu sama lain, tetapi dapat artikan bahwa dakwah adalah seruan mulia
yang diwajibkan pada setiap umat Islam dengan tujuan menyeru atau mengajak
kepada jalan yang benar (Islam), mencegah dari perbuatan munkar, menciptakan
kesejahteraan umat, membawa kepada kehidupan yang bahagia di dunia dan
akhirat serta diridhai Allah SWT.
2. Bentuk-bentuk Dakwah
Seorang da’i harus mempunyai berbagai cara dan harus dapat memilih
cara atau bentuk dakwah yang tepat agar dakwahnya tidak sia-sia. Diantaranya
bentuk-bentuk dakwah adalah
a) Dakwah bil-lisan
15 Arif Hakim, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Bumi Aksara, cet. ke-4, 1997), h. 6. 16 Toha Yahya Omar, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Wijaya, 1992), cet. ke-5, h. 1. 17 Rosyid Saleh, Manajemen Dakwah Islam, h. 9.
Ialah dakwah yang penyampaiannya secara lisan antara lain:
1) Qaulun Ma’rufum ialah dengan berbicara dalam pergaulan sehari-hari
yang disertai dengan misi agama, yaitu agama Islam.
2) Mudzakarah ialah mengingatkan orang lain jika berbuat salah, baik
dalam lidah maupun dalam perbuatan.
3) Nasihatuddin ialah memberikan nasehat kepada orang yang telah
dilanda problem kehidupan agar mempu melaksanakan agamanya
dengan baik.
4) Majlis Ta’lim dengan menggunakan buku-buku, kitab dan berakhir
dengan dialog atau tanya jawab.
5) Mujadalah ialah perdebatan dengan menggunakan argumentasi serta
alasan dan diakhiri dengan kesepakatan bersama dengan menarik
kesimpulan18.
b) Dakwah Bil-qalam
Adalah dakwah dengan menggunakan keterampilan menulis berupa artikel atau naskah yang kemudian dimuat
di dalam majalah atau surat kabar, brosur, buletin, buku, dan sebagainya. Dakwah seperti ini dapat dimanfaatkan dalam
waktu yang lebih lama serta jangkauannya luas, disamping itu masyarakat atau suatu kelompok dapat mempelajarinya serta
memahaminya sendiri.19
c) Dakwah Bil-hal
Yaitu dakwah yang dilakukan melalui berbagai kegiatan yang langsung menyentuh kepada masyarakat sebagai
objek dakwah dengan karya subjek serta ekonomi sebagai materi dakwah. Adapun cara melaksanakan dakwah bil hal
adalah sebagai berikut:
1. Pemberian bantuan berupa dana untuk usaha yang produktif.
2. Pemberian bantuan yang bersifat konsumtif.
3. Bersilaturahmi ke yayasan-yayasan dan panti-panti asuhan dan
18 Adi Sasono, Solusi Islam atas Problematika Umat Ekonomi; Pendidikan dan Dakwah,
(Jakarta: Gema Insani Press, 1998), h. 49. 19 Ibid., h. 49.
4. Pengobatan.20
3. Fungsi, Tujuan, dan Hukum Dakwah.
a. Fungsi atau Kegunaan Dakwah
Dakwah mempunyai fungsi atau kegunaan di dunia dan akhirat. Secara
ringkas adalah sebagai berikut:
Pertama, mendatangkan pertolongan dan bantuan rabbani dalam
perjuangan melawan kebatilan jahiliyah.
Kedua, menggugah dan membangun manusia dari tidur panjangnya
menuju kebangkitan hakiki yang agung bersama Islam.
Ketiga, menegakan hujah kepada orang-orang yang terus menerus berbuat
salah dan dosa.
Keempat, membentuk nasehat umum yang benar dan selamat, nasehat
umum inilah yang mempunyai peranan besar di dalam menjaga dan memelihara
adab, akhlak, dan hak-hak umat serta membentuk kepribadian dalam hidup
bermasyarakat.
Kelima, dakwah akan membuat baiknya perilaku dan istiqamahnya akhlak
manusia.
Keenam, dengan dakwah, manusia akan memperoleh keberuntungan
berupa jumlah dan keridhaan Allah di akhirat.
Ketujuh, dengan dakwah manusia akan terlepas dari siksa di dunia dan
akhirat. Sebaliknya ditinggalkannya kewajiban dakwah akan berakibat
20 Ibid., h. 50.
tersebarnya kerusakan dan kejelekan yang akan merambah keseluruh wilayah
kehidupan.21
b. Tujuan Dakwah
Dakwah merupakan suatu rangkaian kegiatan atau proses, dalam rangka
mencapai suatu tujuan tertentu. Tujuan ini dimaksudkan untuk memberi arah atau
pedoman bagi gerak kegiatan dakwah. Sebab tanpa tujuan yang jelas seluruh
aktivitas dakwah akan sia-sia.22 Kimosa A. Machfoeld dalam bukunya “Filsafat
Dakwah” mengemukakan bahwa tujuan dakwah adalah “mempertemukan kembali
fitrah manusia dengan agama atau menyadarkan manusia supaya mengakui
kebenaran Islam dan mau mengamalkan ajaran Islam sehingga menjadi orang
baik”. Menjadikan orang baik berarti menyelamatkan orang dari kesesatan, dari
kebodohan, dari kemiskinan dan dari keterbelakangan. 23
Seperti yang dikutip Syeh Ali Mahfudz, bahwa tujuan dakwah ada lima
perkara yaitu:
1. Menyiarkan tuntutan Islam, membetulkan aqidah dan meluruskan amal
perbuatan manusia, terutama budi pekertinya.
2. Memindahkan hati dari keadaan yang jelek kepada keadaan yang baik.
3. Membentuk persaudaraan dan menguatkan tali silaturahmi diantara kaum
muslim.
4. Menolak faham ateisme, dengan mengimbangi cara-cara mereka bekerja.
21 Sayid Muhamad Nuh, Dakwah Fardiyah; Pendekatan Personal dalam Dakwah, (Solo:
Era Intermedia, 2000), cet. ke-2, h. 33-39. 22 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: PT. Al-Ikhlas, 1983),
h.49. 23 Kimosa A. Machfoeld, Filsafat Dakwah; Ilmu Dakwah dan Penerapannya, (Jakarta: PT.
Bulan Bintang, 2004), h. xii.
5. Menolak syubhat-syubhat, bid’ah dan khurafat dengan kepercayaan yang
tidak bersumber pada agama dengan mendalami ilmu Usuludin.24
Sedangkan Mohamad Ardani menyatakan bahwa tujuan dakwah terdiri
dari tujuan umum (mayor objektive) dan tujuan khusus (minor objektive).
a). Tujuan Umum Dakwah
Tujuan umum dakwah adalah mengajak manusia (meliputi orang mukmin,
kafir atau musyrik) kepada jalan yang benar yang diridhai allah SWT agar dapat
hidup bahagia sejahtera di dunia dan akhirat.25
b). Tujuan Khusus Dakwah
Tujuan khusus dakwah merupakan perumusan tujuan sebagai perincian dari
pada tujuan umum dakwah. Tujuan ini dimaksudkan agar dalam pelaksanaan
seluruh aktivitas dakwah dapat jelas diketahui kemana arahnya, ataupun jelas
kegiatan apa yang hendak dikerjakan, kepada siapa berdakwah, dengan cara yang
bagaimana dan sebagainya secara terperinci. Di bawah ini akan diuraikan tujuan
khusus dakwah sebagai terjemahan dari tujuan umum dakwah yaitu:
1. Mengajak umat manusia yang sudah memeluk agama Islam selalu
meningkatkan taqwanya kepada Allah swt. artinya mereka diharapkan agar
senantiasa mengerjakan segala perintahnya dan menjauhi segala
larangannya.
2. Membina mental agama (Islam) bagi kaum yang masih mualaf.
3. Mengajak umat manusia yang belum beriman untuk beriman dan bertakwa
kepada Allah.
24 Hasanudin, Hukum Dakwah; Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di Indonesia,
(Jakarta: Penerbit. Pedoman Ilmu Jaya, cet. ke-1, 1996), h. 33-34. 25 Mohamad Ardani, Memahami Permasalahan Fiqih Dakwah, (Jakarta: PT. Mitra Cahaya
Utama, 2006), h. 13.
4. Mendidik dan mengajar anak-anak agar tidak menyimpang dari
fitrahnya.26
Dari paparan dakwah di atas, maka menurut penulis dakwah memiliki
tujuan yang borientasi kepada prilaku manusia (akhlak). Dakwah akan mencapai
tujuannya jika ajaran Islam yang berupa norma-norma yang menuntun orang agar
berbuat baik dan menjauhi perbuatan buruk dapat direlisasikan dengan sempurna.
Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa tujuan dakwah adalah dapat
terlealisasinya ajaran-ajaran Islam dalam segala aspek kehidupan di dunia ini,
sehingga mendapatkan sisi yang baik berupa kebahagiaan dan kesejahteraan di
dunia hingga akhirat nanti.
c. Hukum Dakwah
Berdakwah dengan segala bentuknya adalah wajib hukumnya bagi setiap
muslim. Misalnya amar ma’ruf nahi anil munkar, berjihad, pemberi nasehat dan
sebagainya. Hal ini menunjukan bahwa syareat atau hukum Islam tidak
mewajibkan bagi umatnya untuk selalu mendapatkan hasil yang maksimal, akan
tetapi usahanyalah yang diwajibkan semaksimalnya sesuai dengan
kemampuannya.27 Para ulama telah sepakat bahwa melaksanakan dakwah
hukumnya adalah wajib, karena dengan dakwah agama islam telah tersebar
keseluruh plosok dunia hingga sampai ke Indonesia. Sebagaimana firman Allah
SWT dalam al-Qur`an surah Ali Imron/3 :110:
26 Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, h. 54-58. 27 Ibid., h.15-17
Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.
4. Unsur-Unsur Dakwah
Dalam kegiatan dakwah dibutuhkan adanya saling mendukung antara
unsur-unsur dakwah. Adapun unsur-unsur dakwah tersebut yaitu:
a. Subyek Dakwah
Subjek dakwah adalah (ulama, da’i, muballigh) yaitu orang yang
melaksanakan tugas dakwah, pelaksana tugas dakwah ini bisa perorangan/
kelompok pribadi. Subjek dakwah adalah sosok manusia yang mempunyai nilai
keteladanan yang baik (uswatun hasanah) dalam segala hal.28 Seorang da’i haruis
mempunyai bekal yang cukup dalam berdakwah dan harus mampu membimbing
umat untuk memahami realitas, memaksimalkan potensi yang mereka miliki dan
akhirnya memperbaiki objek dakwah. Berdakwah jika dilihat dari kemampuan
da’i terdiri atas dua macam yaitu:
Pertama, dakwah bersifat individual (fardiyah), yakni seorang muslim melakukan
dakwah seorang diri berdasarkan kakuatan, kemampuan dan ilmunya.
Kedua, dakwah bersifat kelompok (jam’iyah).29
b. Obyek Da’wah
Mad’u dalam isim maf’ul dari da’a, berarti orang yang diajak, atau
dikenakan perbuatan dakwah. Mad’u adalah obyek dan sekaligus subyek dalam
dakwah yaitu seluruh manusia tanpa terkeculi. Siapapun mereka, laki-laki maupun
28 Rafudin dan Maman Abdul Jalil, Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandumg: CV. Pustaka
Setia, 1997), h. 47. 29 Said Bin ali al qahthani, Dakwah Islam Dakwah Bijak, (Jakarta: Gema Insani Press,
1994), h. 98.
perempuan, tua ataupun muda, seorang bayi yang baru lahir atupun orang tua
yang menjelang ajalnya, semua adalah mad’u dalam dakwah Islam, tetapi orang-
orang di luar Islam, baik mereka itu ateis, penganut aliran kepercayaan, pemeluk
agama-agama lain, semua adalah mad’u. Hal ini disebabkan oleh karena misi
kedatangan Islam adalah sebagai rahmatan bagi alam semesta.30 Agar dakwah bisa
dilakukan dengan secara efisien, efektif, dan sesuai dengan kebutuhan. Maka
sudah waktunya dibuat dan disusun stratifikasi sasaran. Berdasarkan tingkat, usia,
tingkat pendidikan dan pengetahuan, tingkat sosial ekonomi dan pekerjaan,
berdasarkan tempat tinggal dan lain sebagainya.31
Berdasarkan strata sosial, baik kalangan bangsawan, pembesar, pemuka
kaum ataupun orang-orang lemah, rakyat jelata, semua adalah mad’u dalam
dakwah. Dari segi ekonomi, baik orang kaya raya, konglomerat, sampai pengemis
dan orang-orang gembel yang tidak memiliki kemampuan menghidupi diri
sendiri, semua harus didakwahi, diajak menuju jalan Allah. Orang-orang yang
mapan hidupnya dan tinggal di gedung-gedung mewah, sampai rakyat pinggiran
yang tidak memiliki tempat tinggal semua mad’u dalam dakwah.
Dari tinjauan politik kenegaraan, baik pemerintah, pemegang kekuasaan
eksekutif, yudikatif, ataupun anggota legislatif sampai pada anggota masyarakat
keseluruhan adalah mad’u. Dari segi ideologi, baik yang meyakini sosialisme,
komunisme, feminisme, kapitalisme ataupun penganut ideologi-ideologi lainnya
adalah mad’u yang harus dikenakan dakwah. Pendek kata, semua manusia,
apapun keyakinan hidupnya, ras, bahasa dan bangsa adalah mad’u.32
30 Cahyadi Takariawan, Prinsip-prinsip Dakwah; yang Tegar di Jalan Allah (Yogyakarta:
Izzan Pustaka, 2005), cet. ke-IV, h. 25. 31 Didin Hapidudin, Dakwah Aktual, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998) h. 79. 32 Takariawan, Prinsip-prinsip Dakwah; yang Tegar di Jalan Allah, h. 27.
Dari penjelasan di atas penulis memaparkan bahwa objek dakwah adalah
semua menusia tanpa terkecuali. Karena misi kedatangan dakwah adalah sebagai
rahmat bagi alam semesta. Jika dakwah dibatasi hanya pada kalangan tertentu saja
maka Islam tidak akan terlealisir sebagai rahmat bagi alam semesta.
c. Materi Da’wah
Apapun materi dakwah yang hendak disampaikan pada dasarnya bersumber
dari al-Qur`an dan Hadist. Materi dakwah yang akan disampaikan tergantung
pada tujuan dakwah yang hendak dicapai. Materi yang diperlukan untuk satu
kelompok masyarakat belum tentu cocok untuk kelompok masyarakat yang
berbeda. Oleh sebab itu pemilihan materi haruslah tepat, apakah itu untuk
pemuda, mahasiswa, petani, pekerja kasar, pegawai tinggi, juga apakah pendengar
itu heterogen artinya berbagai tingkat dan mutu pengetahuannya ataukah
sejenisnya.33 Namun secara global dapatlah dikatakan bahwa materi dakwah dapat
diklasifikasikan menjadi tiga hal pokok, yaitu:
1. Masalah keimanan (aqidah)
2. Masalah keislaman (syariyah)
3. Masalah budi pekerti (akhlakul karimah).34
a) Keimanan (aqidah)
Dalam ajaran Islam, aspek aqidah secara umum termaktub dalam rukun-
rukun iman (arkan al-iman) yang terdiri iman kepada Allah, iman kepada para
malaikat-Nya, iman kepada kitab-kitab-Nya, iman kepada rasul-Nya, iman kepada
33 M. Sayfa’at Habib, Buku Pedoman Da’wah, (Jakarta: Widjaya, 1982), cet. ke-1, h. 99. 34 Syukir, Dasar-dasar Strategi dakwah., h. 60.
hari akhir, dan iman kepada qada dan qadar-Nya. Akan tetapi aspek aqidah yang
terpenting adalah tauhid atau mengesakan Allah SWT.35
b) Syari’ah
Kalau aspek aqidah memuat hal-hal yang berkenaan dengan kepercayan,
keyakinan, dan keimanan, maka aspek syari’yah memuat tentang berbagai aturan
dan ketentuan yang berasal dari Allah dan Rasul-Nya. Secara umum, syari’yah
Islam terdiri dari ‘ubudiyah, mu’amala, jinayah, qadhayah, dan siyasah.36
c) Akhlak
Aspek akhlak dalam bahasa sehari-hari sering disebut etika, moral, budi
pekerti, dan lain-lain. Menurut ajaran Islam, aspek akhlak tidak dapat dipisahkan
dari aspek aqidah, ubudiyah, mu’amalah dan lain-lain. Hal ini menunjukan bahwa
aspek akhlak dalam ajaran Islam sangatlah penting dan strategis. Sebab dengan
akhlak manusia dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk37
d. Metode Dakwah
Metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seseorang dai
(komunikator) kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan
kasih sayang.38
Adapun bentuk bentuk metode dakwah yaitu:
1. Al-Hikmah yaitu merupakan kemampuan da’i dalam memilih dan
menyelaraskan teknik dakwah dengan kondisi objektif mad’u
2. Al-Mauidzatul Hasanah yaitu yaitu ungkapan yang mengandung unsur
bimbingan, pendidikan, pengajaran, kisah-kisah, berita gembira, peringatan,
35 Irfan Hielmy, Dakwah Bil-Hikmah,(Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2002), cet, ke-1, h.73-74. 36 Ibid., h. 82. 37 Ibid., h. 89-90. 38Ardani, Memahami Permasalahan Fikih Dakwah, h. 23-24.
pesan-pesan positif yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan agar
mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat.
3. Al-Mujadalah Bi-al-Lati Hiya Ahsan yaitu bertukar pendapat yang dilakukan
oleh dua belah pihak secara sinergis.39
Dalam kegiatan dakwah, metode dakwah harus disesuaikan dengan
kondisi mad’u (penerima dakwah) baik dari segi pendidikan, ekonomi, dan adat
istiadat agar tercapainya keberhasilan dakwah.
e. Media Dakwah
Media atau medium berasal dari bahasa latin yang berarti saluran atau alat
menyalurkan. Dalam pengertian jamak dipakai istilah media sedang dalam
pengertian tunggal dipakai istilah medium.40 Untuk keberhasilan dakwah seorang
da’i memerlukan media dakwah dalam kinerjanya. Terlebih dalam mengantisipasi
perkembangan zaman, saat ini ilmu pengetahuan berkembang dengan sangat pesat
ditandai dengan kemajuan dan kecanggihan teknologi. Dalam berdakwah
diperlukan beberapa media sebagai penunjang aktivitasnya. Adapun media
dakwah tersebut yaitu:
1. Media Lisan (dakwah bil-lisan)
Dakwah bil-lisan merupakan komunikasi yang lebih bersifat informatif,
meskipun nilai persuasinya tidak ketinggalan karena tetap mengarah kepada
loyalitas mengikuti ajaran agama, sebab dakwah bil-lisan pada dasarnya
memberikan atau menyampaikan informasi tentang ajaran agama Islam dengan
39 Munzier Suprta & Harjani Hefni, Metode Dakwah, (Jakatra: Prenada Media, 2003), h. 11-
20. 40 Anwar Arifin, Strategi Komunikasi sebuah Pengantar Ringkas, (Bandung: Armico, 1994
), cet. ke-3, h, 23.
tujuan agar sasaran dakwahnya berubah persepsinya secara luas tentang ajaran
agama sehingga sanggup menyampaikan kepada orang banyak.
2. Media Tindakan atau Uswatun (dakwah bil-hal)
Dakwah berupa perbuatan memanfaatkan situasi dan kondisi
masyarakat sebagai suatu kegiatan agar tumbuh keimanan dan ketaqwaan kepada
Allah SWT.41
3. Media Visual
Merupakan bentuk media dakwah yang dapat menyampaikan
dakwahnya melalui pemanfaatan indera penglihatan. Contohnya: majalah, koran.
slide, foto, gambar dan overheand proyektor.
4. Media Audio
Merupakan suatu bentuk media yang dalam penyampaian dakwahnya
melalui pemanfaatan indera pendengaran. Contohnya: radio, tape recorder, dan
telepon.
5. Media Audio Visual
Merupakan suatu media atau alat yang dapat ditangkap dengan
menggunakan penglihatan dan pendengaran. Misalnya televisi dan film.
6. Media Tulisan
Merupakan suatu media yang penyampaian pesan dakwahnya dalam
bentuk tulisan. Termasuk didalamnya koran, majalah, buku, pamflet, brosur, dan
novel.42
41 H. Hasanuddin, Hukum Dakwah;Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakah di Indonesia, h.
42-43. 42 Ardani, Memahami Permaalahan Fiqih dakwah, h. 38.
Dari berbagai macam media di atas memiliki sasaran yang sama yaitu
mad’u. Namun, dalam penggunaan media tersebut harus disesuaikan dengan
kondisi dan situasi yang dialami mad’u.
B. Rehabilitasi
1. Pengertian Rehabilitasi
Dalam kamus besar bahasa Indonesia rehabilitasi adalah 1). Pemulihan
kepada kedudukan (kadaan, nama baik) yang dahulu (semula), 2). Perbaikan
anggota tubuh yang cacat dan sebagainya atas individu (msl pasien rumah sakit,
korban bencana) supaya menjadi manusia yang berguna dan memiliki tempat di
masyarakat.43 Menurut Prof. Dr. dr. Dadang Hawari Psikiater, yang dimaksud
dengan rehabilitasi adalah upaya memulihkan dan mengembalikan kondisi para
mantan penyalahguna/ketergantungan NAZA (Narkoba) kembali sehat dalam arti
sehat fisik, psikologik, sosial dan spiritual/ agama (keimanaan). Dengan kondisi
sehat tersebut diharapkan mereka akan mampu kembali berfungsi secara wajar
dalam kehidupannya sehari-hari baik di rumah, di sekolah/kampus, di tempat
kerja dan di lingkungan sosialnya.44
2. Fungsi dan Tujuan Rehabilitasi
a. Fungsi Rehabilitasi
1. Fungsi preventif (pencegahaan), yakni mencegah timbulnya masalah
seseorang.
43 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 774. 44 Dadang Hawari, Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA (Narkotika, Alkohol dan
Zat Adiktif), (Jakarta: Penerbit FKUI, 2006), edisi ke-2, cet. ke-1, h.132.
2. Fungsi kuratif/korektif, yakni memecahkan/menanggulangi masalah yang
sedang dihadapi seseorang.
3. Fungsi preventif dan devlopmental, yakni memelihara agar keadaan yang
telah baik tidak menjadi tidak baik kembali, dan mengembalikan keadaan
yang sudah baik untuk menjadi lebih baik.45
b. Tujuan Rehabilitasi
Rehabilitasi bagi para pecandu Narkoba dilakukan dengan maksud untuk
memulihkan dan mengembalikan kemampuan fisik, mental, dan sosial penderita
yang bersangkutan. Menurut Prof. Dr. dr. Dadang Hawari, Psikiater hasil yang
diharapkan setelah mereka (pasien, korban) Narkoba dapat kembali sehat dalam
arti:
1. Sehat jasmani/ fisik biologik.
2. Sehat jiwa (psikologik)
3. Sehat sosial (adaptasi)
4. Sehat rohani/ keimanaan spiritual keagamaan.46
Dan diharapkan setelah mereka (korban Narkoba) telah selesai mejalani
program rehabilitasi mendapatkan hasil yang diharapkan yaitu:
1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME.
2. Memiliki kekebalan fisik maupun mental terhadap NAZA.
3. Memiliki keterampilan.
45 Anurrahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta. UI Press, 2001)
cet. ke-2, h. 2. 46 Dadang Hawari, Terapi (Detoksifikasi) dan Rehabilitasi (Pesantren) MUTAKHIR (Sistem
Terpadu) PASIEN “NAZA” (Narkotika, Alkohol dan Zat Adiktif lain), (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 2004), h.20.
4. Dapat kembali berfungsi secara wajar (layak) dalam kehidupan sehari-hari
baik di rumah (keluarga), di sekolah/kampus, ditempat kerja maupun di
masyarakat.47
Dari pengertian di atas tujuan rehabilitasi secara umum yakni untuk
membantu individu, mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya, memiliki
jiwa yang kuat dan sehat dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.
3. Bentuk dan Tahapan Rehabilitasi
a). Bentuk Rehabilitasi
Ada dua macam bentuk rehabilitasi bagi korban pecandu Narkoba yaitu:
1. Rehabilitasi Medis
Yang dimaksud rehabilitasi medis adalah suatu proses kegiatan pelayanaan
kesehatan secara utuh terpadu melalui pendekatan medis dan sosial agar penderita
yang menderita sindrom ketergantungan dapat mecapai kemampuan fungsional
semaksimal mungkin. Penderita disini selain diberi pengobatan secara medis juga
diberi perhatian akan kepercayaan diri supaya sehat seperti semula.
2. Rehabilitasi Sosial.
Rehabilitasi sosial adalah suatu proses kegiatan pemulihan dan
pengembangan baik fisik, mental, maupun sosial agar pengguna yang menderita
sindrom ketergantungan dapat melaksanakan fungsi sosial secara optimal dalam
kehidupan masyarakat. Pasien dipulihkan kemampuan fisiknya, mentalnya dibina
seperti diberi ceramah agama, pemahaman tentang obat-obatan terlarang dan
sebagainya, kegiatan sosial dalam lingkungan terbatas misalnya diikutsertakan
47 Ibid.
melakukan suatu pekerjaan sesuai kemampuan yang bersangkutan, sehingga dari
kegiatan tersebut dapat dijadikan bekal untuk berhubungan dengan kehidupan
masyarakat setelah selesai menjalankan rehabilitasi.48
b). Tahapan Rehabilitasi
Dalam terapi rehabilitasi ini korban Narkoba menjalani tiga pase/tahapan
rehabilitasi yaitu:
1. Terapi Kelompok
Terapi ini berupa pertemuan rutin yang dilakukan untuk mencapi
maksud dan tujuan tersebut di atas, diperlukan program rehabilitasi yang meliputi
rehabilitasi medik, psikiatrik, psikososial dan psikoreligius.
2. Program Keterampilam dan Olahraga
Pada program ini pasien diberi tugas berupa keterampilan atau olahraga
sesuai dengan program yang diminatinya. Program ini dilakukan pasien disertai
penilaian terhadap kondisi psikis dan emosionalnya dipandu atau dibimbing oleh
social worker atau guru olahraga, dan oleh perawat yang terlatih.
3. Program Selingan Bebas
Program ini diberikan sebagai selingan dari kedua program di atas. Yaitu
acara musik, menonton tv dan olahraga. Ketiga program ini diberikan secara
berselang-seling. Pada saat menjalani program ini pasien tetap dijaga kondisi pisik
dan psikisnya.49
Sedangkan menurut Prof. Dr, dr Dadang Hawari Psikiater bahwa tahapan
rehabilitasi meliputi empat pase yaitu:
48 Ahmad Sanusi Mustofa, Problem Narkotika, Psikotropika dan HIV/AIDS –
Penanggulangannya Menurut al-Qur’an dan as-Sunnah, (Jakarta: Penerbit. Zikrul Hakim, 2002), h. 14.
49 al-Gifari, Generasi Narkoba, h. 44.
2. Rehabilitasi Medik
Maksud dari rehabilitasi medik ini adalah agar mantan
penyalahguna/ketergantungan NAZA benar-benar sehat secara fisik dalam arti
komplikasi medik diobati dan disembuhkan. Jika diantara peserta rehabilitasi
mengalami cacat fisik maka perlu dilakukan rehabilitasi medik ini agar yang
bersangkutan dapat hidup normal meskipun mengalami kecacatan pada tubuhnya.
3. Rehabilitasi Psikiatrik
Dengan rehabilitasi psikiatrik ini dimaksudkan agar peserta rehabilitasi
yang semula berprilaku maladaptif berubah menjadi adaptif atau dengan kata lain
sikap dan tindakan anti sosial dapat dihilangkan, sehingga mereka dapat
berasosiasi dengan baik.
3. Rehabilitasi Psikososial
Dengan rehabilitasi psikososial ini dimaksudkan agar peserta rehabilitasi
dapat kembali adaptif bersosialisasi dalam lingkungan sosialnya, yaitu di rumah,
di sekolah\kampus dan ditempat kerja. Program rehabiitasi psikososial merupakan
persipan untuk kembali kemasyarakat.
4. Rehabilitasi Psikoreligius
Dengan rehabilitasi psikoreligius ini adalah untuk memulihkan peserta
rehabilitasi menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya masing-
masing. Yang termasuk dalam rehabilitasi psikoreligius ini adalah semua bentuk
ritual keagamaan.50
50 Hawari, Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA, h. 134.
C. Narkoba
1. Pengertian Narkoba (Narkotika dan Obat-Obatan Terlarang)
Istilah Narkoba atau jenis-jenis Narkotika yang dikenal di Indonesia berasal dari bahasa Inggris “narcoties”, yang berarti “obat bius”. Dalam bahasa Yunani “narcosis” yang berarti “menidurkan”. Dan secara umum dipahami sebagai “suatu zat yang dapat menimbulkan perubahan perasaan, suasana pengamatan atau penglihatan karena zat tersebut mempengaruhi pusat syaraf, sehingga dapat menimbulkan rasa ngantuk yang berlebihan51.
Menurut FA Purwoko (2003), istilah Narkoba adalah singkatan dari
Narkotika, Psikotropika, dan Zat (bahan adkitif) lain. Ini diperejelas dalam UU
No.22 Tahun 1997 tentang Narkotika: “narkotika adalah zat atau obat yang
berasal dari tanaman ataupun bukan tanaman baik sintesis maupun semi sintesis
yang dapat menyebabkan penurunan dan perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi hingga menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan, yang dibedakan kedalam golongan-golongan sebagaimana
terlampir dalam undang-undang ini atau yang kemudian ditetapkan dengan
keputusan menteri kesehatan.52.
Menurut Rachman Hermawan. S Narkotika adalah zat yang jika
dimakan, diminum/dimasukan (disuntikan) kedalam tubuh manusia, dapat
mengubah satu atau lebih fungsi dalam badan.53 Sedangkan psikotropika adalah
obat baik alamiah maupun sintesis, bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif,
melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf yang menyebabkan perubahan khas
pada aktivitas mental dan prilaku. (UU RI No.5. Th 1997)54. Bahan Adiktif
51 M. Lutfi, Bimbingan Islam untuk Korban NAZA: Narkotika, Alkohol, dan Zat Adiktif
Lainnya, Jurnal Dakwah, Komunikasi & Budaya V, X. No. 2 (Desember 2003), h. 156. 52 Badan Narkotika Nasional, Efektifitas Penaggulangan Narkoba Melalui Sistem Plug in
dalam Materi Pembelajaran pada lembaga Pendidikan Formal, (Jakarta: BNN RI, 2005), h. 28. 53 Rachman Hermawan. S, Penyalahgunaan Narkotika oleh Remaja, (Bandungh: PT.
Cresco, 1980), cet. ke-1, h. 10. 54 Sofyan, Narkoba Mengincar Anak Anda, h. 14.
Lainya adalah zat atau bahan yang tidak termasuk ke dalam golongan Narkotika
atau Psikotropka tetapi menimbulkan ketergantungan seperti alkohol.55
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat diartikan bahwa Narkoba
adalah suatu zat yang dapat menurunkan kesadaran juga dapat menimbulakan
gejala-gejala fisik dan mental pada pemakainya, dan jika dikonsumsi secara terus-
menerus akan dapat mengakibatkan terjadinya ketergantungan terhadap jenis
tersebut.
Oleh karena itu tidak ada alasan lagi bagi umat Islam untuk menjadi golongan orang-orang yang menyalahgunakan Narkoba. Bagi orang-orang yang terkena kasus Narkoba yang sudah sangat tergantung, maka perlu diikuti dengan upaya merehabilitasinya. Untuk keperluan tersebut, ada beberapa Pondok Pesantren yang sudah melakukan terapi khusus guna merehabilitasi para korban Narkoba. Di antaranya adalah Pondok Pesantren Islam Tebu Ireng Jombang (Jawa Timur), Pondok Pesantren Inabah Abah Anom Tasik Malaya (Jawa Barat), Pondok Pesantren Al-Ihya (Jakarta)56.
Karena keberhasilan dari beberapa Pondok Pesantren yang melakukan
rehabilitasi pada korban Narkoba dengan metode spiritual keagamaan. Banyak
Pondok Pesantren yang mengadopsi metode tersebut salah satunya adalah Pondok
Pesantren Al-Um (Bogor).
2. Jenis-jenis Narkoba
Ada beberapa jenis kategori zat yang sangat berbahaya bagi tubuh
manusia yang termasuk dalam jenis Narkoba. Narkoba terdiri dari beberapa jenis
yaitu: narkotika (terdiri dari tiga golongan), psikotropika (terdiri dari empat
golongan), dan zat adiktif.
55 Badan Narkitika Nasional Indonesia, Pedoman Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba
Bagi Pemuda, (Jakarta: BNN RI, 2004), h. 13. 56 Sofyan, Narkoba Mengincar Anak Anda, h. 36-37.
a. Narkotika
1. Narkotika golongan I Yaitu narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi dan mengakibatkan ketergantungan. Contohnya: Heroin, putaw, Cokain,dan Ganja. Heroin adalah obat bius yang sangat mudah membuat orang kecanduan karena efeknya sangat kuat. Mempunyai 2 kali kekuatan dari morfin, ditemukan dalam bentuk cairan, serbuk, dan pil, berwarna putih suram. Penggunaanya dengan cara menghirup/menyedot dan bisa disuntikan untuk lebih praktis tetapi setelah dipanaskan terlebih dahulu.
2. Narkotika golongan II
Yaitu narkotika yang berkhasiat dalam pengobatan, digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh: Morfin, Petidin.
3. Narkotika golongan III
Yaitu narkotika yang berkhasiat dalam pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan /atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh Codein.
b. Psikotropika
Menurut UU RI No. 5 / 1997, Psikotropika adalah: Zat atau obat, baik alamiah amupun sintesis bukan Narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada aktifitas mental dan prilaku. Adapun jenis-jenisnya yaitu:
1. Psikotropika golongan I Yaitu Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contoh: Ekstasi.
2. Psikotropika golongan II Yaitu Psikotropika yang berkhasiat dalam pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contoh: Amphetamine. Bentuk Amphetamine ada yang bubuk berwarna putih dan keabuan dan ada juga yang berbentuk tablet. Ada dua jenis Amphetamine yaitu:
a. MDM (Methylene dioxy Methamphetamine), istilah yang sering digunakan antara lain: Inex, Ekstas /XTC. Pengemasan zat ini dalam bentuk tablet dan kapsul. b. Metamphetamine Ice, istilah yang sering digunakan adalah: Shabu, SS, ice.
3. Psikotropika golongan III Yaitu psikotropika yang berkhasiat dalam pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan /atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindrom dan ketergantungan. Contoh: Phenobarbital.
4. Psikotropika golongan IV Yaitu psikotropika yang berkhasiat dalam pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi /atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindrom dan ketergantungan. Contoh: Diazepam, nitrazepan (BK, DUM). c. Zat Adiktif Lain
Yang disebut Zat Adiktif lain adalah: bahan /Zat yang berpengaruh psikotrofit di luar Narkotika dan Psikotroika. Adapun jenis-jenisnya yaitu:
1. Alkohol:
Merupakan zat psikoaktif yang sering digunakan manusia. Diperoleh dari proses fermentasi madu, gula, sari buah dan umbi-umbian yang menghasilkan kadar alkohol tidak lebih dari 15%, setelah itu dilakukan proses penyulingan sehinga dihasilkan kadar alkohol yang lebih tinggi, bahkan 100%. Istilah dalam alkohol ini biasanya disebut: Booze dan Drink. Alkohol mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan susunan saraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari-hari dalam kebudayaan tertentu. Jika digunakan bersamaan dengan Narkotika atau Psikotropika akan memperkuat pengaruh obat /zat itu dalam tubuh manusia. Ada tiga golongan minuman beralkohol yaitu: a. Golongan A: Kadar etanol 1-5% (Bir). b. Golongan B: Kadar etanol 5-20% (berbagai minuman anggur). c. Golongan C: Kadar etanol 20-45% (Whisky, Vodca, Manson, House,
Johny, Walker).
2. Inhalasi (gas yang dihirup) dan Solven (zat pelarut). Mudah menguap berupa senyawa organik, yang terdapat pada berbagai keperluan rumah tangga, kantor, dan sebagai pelumas mesin. Beberapa jenis yang sering disalahgunakan oleh pecandu adalah: Lem, Tiner, Penghapus Cat kuku dan Bensin.
3. Tembakau. Tembakau berbentuk daun yang mengandung nikotin dan dapat mengakibatkan ketergantungan jika dikonsumsi secara berlebihan dan terus-menerus.57
57 Ibid., h. 13-16.
3. Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkoba
Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan minuman keras pada
umumnya disebabkan karena zat-zat tersebut menjanjikan sesuatu yang dapat
memberikan rasa kenikmatan, kenyamanan, kesenangan dan ketenangan,
walaupun hal itu sebenarnya hanya dirasakan secara semu. Banyak orang
memakai Narkoba untuk mendapatkan rasa “enak” dan rasa senang akan diri
mereka. Mereka merasa hidup dan percaya diri, tetapi sayangnya, hal ini hanya
terjadi sementara dan sering mengarah pada ketergantungan yang berkepanjangan
bahkan kematian. Sampai sekarang belum ditemukan secara pasti suatu alasan
yang tepat mengapa seseorang menggunakan Narkoba58.
Disinyalir ada beberapa faktor yang menyebabkan atau yang menjadi
alasan awal mengapa para remaja menggunakan Narkoba, antara lain:
a. Memenuhi rasa ingin tahu yang sangat besar dan penasaran hingga berani mencoba.
b. Mengikuti trend agar tidak ketinggalan dari teman-teman yang sudah mencoba lebih dahulu.
c. Sebagai sebuah pelarian dari lingkungan yang kerap mengalami perubahan secara drastis sehingga membuat mereka tidak nyaman dan aman.
d. Suatu bentuk perlawanan terhadap orang tua atau keluarga. e. Komuniaksi yang tidak berjalan dengan baik dalam keluarga sehingga
kurangnya keharmonisan dalam lingkungan keluarga seperti yang mereka idamkan.
f. Mencari kesenangan, iseng, atau untuk mengurangi atau menghilangkan rasa jenuh dan stres dari rutinitas yang dihadapi sehari-hari.
g. Lari dari kebosanan atau kenyataan hidup yang pahit h. Kepercayaan yang salah bahwa pemakaian obat-obatan secara jarang tidak
dapat menyebabkan ketergantungan.59
Beberapa faktor di atas merupakan faktor awal mengapa seseorang
menyalahgunakan Narkoba, faktor lain yang menjadi penyebab seseorang
menyalahgunakan Narkoba dikelompokan sebagai berikut:
58 Ibid., h. 90. 59 Ibid., h. 91.
1. Faktor Pribadi.
Karena adanya kecacatan/kekurangan dalam dirinya sehingga merasa
terasingkan, tidak diperhatikan dan sebagainya maka keadaan seperti ini akan
memicu kepada perbuatan menyimpang yaitu penyalahgunaan Narkoba.
2. Faktor Keluarga
Apa bila seseorang mendapatkan perlakuan buruk dalam keluarga maka
akan buruk pula yang akan diperlihatkan pada lingkungannya.
3. Faktor Sosial dan Dinamika Perubahanya.
Lingkungan pergaulan menjadi fakor yang sangat besar bagi
penyalahgunaan Narkoba pada seseorang karena didalam lingkungan ini
seseorang terpengaruh ciri kepribadiannya. Adapun lingkungan sosial yang
mendukung terjadinya penyalahgunaan Narkoba yaitu, lingkungan sekolah,
lingkungan teman sebaya, dan lingkungan masyarakat.
Sebelum seseorang menjadi ketergantungan pada Narkoba, akan melalui
beberapa tahapan yaitu, penggunaan coba-coba/eksperimen, penggunaan sosial
atau reaksi, penggunaan situasional, kemudian penyalahgunaan dan akhirnya
ketergantungan.60
60 Ibid., h. 97.
BAB III
PROFIL PONDOK PESANTREN AL-UM BOGOR
A. Sejarah Berdirinya
Pondok Pesantren Al-Um Bogor didirikan oleh KH. Tb. Bahrum Zaman.
Pada tanggal 17 April 1976. Nama al-Um diambil dari sebuah kitab fiqih yang
dikarang oleh Imam Syafi'i. Pondok Pesantren Al-Um ini didirikan di atas tanah
seluas + 5000 m2 yang terdiri dari empat (4) gedung diantaranya:
1. Gedung induk berupa majelis ta’lim
2. Gedung anak-anak korban narkoba
3. Gedung asrama putra
4. Gedung asrama putri.61
Yang melatarbelakangi didirikannya Pondok Pesantren Al-Um ini adalah
karena terdorong dari rasa kepedulian K.H. Tb. Bahrum Zaman terhadap remaja,
timbul keinginan dalam diri beliau untuk menjaga tunas-tunas bangsa dari
berbagai hal yang dapat merusak moral mereka akibat mencontoh kebiasaan-
kebiasaan yang dilakukan oleh remaja di negara lain, salah satu contohnya yaitu
pergaulan bebas, minum-minuman keras, fashion dan sebagainya. Oleh sesab itu
setiap kali beliau mengisi acara, tema yang beliau angkat lebih banyak masalah
remaja, mengapa demikian karena remaja merupakan pilar kemajuan suatu
bangsa. Oleh sebab itu harus dijaga dan diselamatkan dari berbagai kebudayaan
61 Company Profile Pondok Pesantren Al-Um Bogor, h. 3.
Barat yang tidak jarang bertentangan dengan aqidah Islam dan adat istiadat orang
Timur.62
Anak-anak remaja yang baru memasuki masa peralihan dari anak-anak
kedewasa ini, banyak yang menerima begitu saja kebudayaan Barat tersebut tanpa
memikirkan akibatnya. Oleh sebab itu mereka harus dijaga dan diselamatkan
dengan cara membekali diri para remaja ini dengan pemahaman-pemahaman
ajaran agama (sistem ajaran Tuhan) agar dapat menjauhi hal-hal yang dilarang
oleh agama dan berakhlak terpuji dan dapat diperaktekan dalam kehidupan sehari-
hari. Hal tersebut yang menjadi alasan beliau mendirikan Pondok Pesantren Al-
Um ini. Agar niat tersebut bisa berjalan dengan efektif tentunya saya tidak bisa
melakukannya sendiri, maka saya bekerjasama dengan pihak-pihak yang
mempunyai misi yang sama, untuk mendirikan sebuah yayasan.63
Dengan berjalannya waktu Pondok Pesantren Al-Um mulai dikenal banyak
orang di berbagai wilayah. Dan pada satu saat ada salah seorang teman yang
datang ke Pondok Pesantren ini dan menitipkan anaknya yang salah pergaulan
(seorang pecandu Narkoba), untuk dijaga dengan harapan bisa kembali kejalan
yang benar jalan yang di ridhai Allah SWT. Dengan bekal kepercayan bahwa
Allah maha kuasa dan keyakinan yang kuat bahwa hanya Allahlah yang dapat
menyembuhkan segala macam penyakit, dengan bekal keyakinan yang beliau
miliki, anak tersebut sembuh dan terbebas dari kebiasaannya mengkonsumsi
Narkoba bahkan dia betah dan tinggal di Pondok Pesantren Al-um ini untuk
memperdalam ilmu agama.64
62 Wawancara Pribadi dengan K.h. Tb. Bahrum Zaman. Bogor, 2 Maret, 2008. 63 Ibid. 64 Ibid.
Kabar tersebut terdengar ke masyarakat luas dan orang-orang yang percaya
dengan kemampuan yang beliau miliki, banyak yang menitipkan anaknya yang
menjadi korban Narkoba untuk disadarkan dari kebiasaan buruknya
mengkonsumsi Narkoba. Banyaknya orang yang percaya dengan metode yang
beliau gunakan dalam menyadarkan para pecandu Narkoba. Akhirnya beliau
menambah kegiatan pada Pondok Pesantren ini dengan rehabilitasi korban
Narkoba, adapun metode yang diterapkan adalah metode spiritual/kagaman (non
medis). Dan diresmikan pada tanggal 9 Januari 1989, yang badan hukumnya
terdaftar diakte notaris No. 14, notaris Supiah Nurbaeti SH. Beralamat di Jl.
Durian Raya No. 12/ BlokI Perumnas Bantar Kemang Bogor. 65
B. Struktur Organisasi dan Pengelolaannya
1. Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan suatu hal yang tidak dapat diabaikan dalam
suatu kelompok yang bekerjasama untuk mencapai tujuan yang sama pula.
Susunan ini dibentuk supaya terdapat pembagian kerja, pelimpahan wewenang
dan kewajiban yang jelas antara individu yang satu dengan yang lainnya. Adapun
struktur organisasi Pondok Pesantren Al-Um Bogor yaitu:
1. Ketua:
K.H. Tb, Bahrum Zaman
2. Sekertaris:
Achmad Mazhar
3. Bendahara:
65 Wawancara Pribadi dengan K.H. Tb, Bahrum Zaman. Bogor, 23 Maret, 2008.
Ny. Hj. Ii Muzayyanah
4. Staf Pengajar
Ustad. Burhanudin
Ustad Mukhtar
Ustad Harun
Ustad Aep Saepudin.
2. Pengelolaan
Pondok Pesantren Al-Um Bogor dikelola oleh sebuah yayasan yaitu
yayasan Al-Um. Yang status badan hukumnya terdaftar diakte notaris No. 14
tanggal 9 Januari 1989. Notaris Supiah Nurbaiti SH, yang beralamat di Jl. Durian
Raya No. 12/ Blok I Perumnas Bantar Kemang Bogor.
1). Sumber dana
Yayasan Al-Um Bogor memiliki sumber dana dari :
a. Wakaf panitia yayasan.
b. Hasil pemanfaatan kolam ikan milik yayasan.
c. Wakaf/jariyah perorangan.
d. Sumbangan dari organisasi pendidikan Islam.
e. Bantuan pemerintah.
f. Bantuan dari penerbit buku Islam.
g. Sumbangan lain dari semua pihak baik dari dalam maupun dari luar
negeri.66
2). Tenaga pengajar.
66 Company Profile Pondok Pesantren al-Um Bogor, h 3..
Untuk kelas khusus direkrut tenaga pengajar (ustadz) tetap, sedangkan
untuk ceramah-ceramah di majelis ta’lim adalah penceramah/ustadz yang
memenuhi kriteri pada bidangnya. Sedangkan untuk penaggulangan/rehabilitasi
korban Narkoba langsung dipimpin oleh K.H. Tb. Bahrum Zaman dengan
beberapa orang asistennya.67
C. Visi
Sebagai lembaga dakwah dan pusat pengembangan rehabilitasi korban
Narkoba, Pondok Pesantren Al-Um Bogor mengedepankan visi membina manusia
beriman dan bertaqwa, yang tidak hanya cerdas secara intelektual dan emosional,
tetapi juga cerdas secara spiritual. Karena sangat ironis bila seseorang
menghabiskan waktu 25 tahun sekolah/pendidikan umum sejak taman kana-kanak
sampai memperoleh gelar doktor (DR) dalam suatu bidang ilmu duniawi. Tetapi
tidak menyisakan waktunya sedikitpun untuk belajar ilmu agama.68
D. Misi
Guna melaksanakan visi di atas, Pondok Pesantren Al-Um Bogor
mempunyai misi sebagai berikut:
1. Melaksanakan pengajian-pengajian yang dilaksanakan pada berbagai
majelis ta’lim.
2. Membina ukhuwah islamiyah serta menambah syi'ar agama Islam.
67 Ibid., h.4. 68 Ibid., h. 1.
3. Melaksanakan pengkajian metode terapi dan rehabilitasi ketergantungan
Narkoba.69
E. Tujuan
Tujuan adalah sesuatu yang akan dicapai. Adapun tujuan Pondok
Pesantren Al-Um Bogor adalah
1. Untuk membantu pemerintah dalam pembangunan mental spiritual
keagamaan pada remaja.
2. Membantu pemerintah dalam hal ikut menyelamatkan para generasi muda
dari ancaman berbagai kenakalan salah satunya adalah penyalahgunaan
Narkoba.
3. Mengembalikan generasi muda yang telah kecanduan Narkoba ketengah-
tengah masyarakat, agar dapat berguna bagi agama, nusa dan bangsa.
4. Membentuk generasi muda yang akhlakul karimah.70
F. Sarana dan Prasarana (Fasilitas).
Sarana dan prasarana merupakan hal yang sangat diperlukan untuk
mencapai suatu tujuan, misalnya sarana fisik untuk suatu lembaga pendidikan
adalah gedung-gedung yang diperlukan untuk penyelenggaraan pendidikan
tersebut.71 Begitu pula dengan Pondok Pesantren Al-Um Bogor. Pondok
Pesantren Al-Um Bogor memiliki sarana dan prasarana yang dapat menunjang
69 Ibid., h. 2. 70 Ibid., h.2. 71 Soegarda Poerba Kawatja, et al, Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta: PT. Gunung Agung,
1981), cet. ke-2, h. 320-321.
proses belajar-mengajar bagi santri salafi dan proses rehabilitasi bagi para korban
Narkoba (santri narkoba). Pondok Psesantren Asl-Um Bogor dibangun di atas
tanah seluas + 5000 m2, dan pada tanah seluas + 5000 m tersebut didirikan empat
(4) buah gedung diantaranya:
1. Gedung induk berupa majelis ta’lim berukuran 8X 12 m2.
2. Gedung asrama anak-anak korban narkotika berukuran 19X9 m2.
3. Gedung asrama putra berukuran 19X9 m2.
4. Gedung asrama putri berukuran 19X9 m2.72
Adapun sarana pendukung lainnya yang ada di Pondok Pesantren Al-Um
Bogor yaitu: pendopo untuk menerima tamu (wali santri), kamar mandi, dapur
umum, ruang makan, ruang belajar, lapangan olahraga, dan tempat hiburan atau
rekreasi. Khusus tempat hiburan dan rekreasi ini hanya digunakan untuk santri
korban narkoba saja. Karena santri narkoba memerlukan hiburan agar mereka
tidak merasa jenuh atau bosan berada di pondok tersebut. Sehingga mereka (santri
narkoba) betah dan nyaman berada di Pondok Pesantren tersebut.73
G. Kegiatannya
Adapun kegiatan-kegiatan yang ada di Psondok Pesantren Al-um Bogor
meliputi:
1. Majelis Ta’lim
Majelis ta’lim ini diisi dengan kehiatan-kegiatan pengajian umum untuk
berbagai tingkatan usia baik laki-laki maupun perempuan. Dan materi
pengajian meliputi: aqidah-akhlak, tauhid, fiqih, al-Qur`an dan hadist. Metode
yang digunakan dalam pengajian ini yaitu metode tanya jawab antara santri
dan pengajar (ustad/ustdj).
72 Campany Profile Pondok Pesantren al-Um Bogor, h. 3. 73 Wawancara Pribadi dengan K.H. Tb. Bahrum Zaman. Bogor, 2 Maret, 2008.
2. Kelas Khusus
Yang diisi dengan pendidikan khusus yang bertujuan menggembleng para
remaja kearah pemahaman agama Islam, meskipun kelas khusus ini bukan
merupakan madrasah, namun materi pembelajarannya disesuaikan dengan
kebutuhan dan dalam memahami ajaran Islam secara efektif dan menyeluruh.
3. Rehabilitasi Korban Narkoba.
Dalam proses rehabilitasi ini metode yang diterapkan adalah metode non
medis (spiritual/keagamaan) dan terapi yang digunakan adalah menyadarkan
akan kekeliruannya dalam menyalahgunakan Narkoba, yang akan ditanamkan
adalah konsep ajaran Islam secara bijaksana dimulai dengan upaya
mempertebal iman, pelaksanaan ibadah, dan amalan lain sesuai dengan ajaran
Islam.74
74 Company Profile, Pondok Pesantren Al-Um Bogor, h. 2.
BAB IV
DAKWAH PONDOK PESANTREN AL-UM BOGOR
DALAM REHABILITASI SANTRI NARKOBA
A. Profil Subjek
1. Profil Mad’u (objek dakwah)
Penulis melakukan penelitian pada bulan Maret 2008, selama melakukan
penelitian untuk mengetahui hal-hal atau masalah yang dialami santri narkoba,
langkah pertama yang dilakukan adalah mengadakan wawancara dengan
pimpinan Pondok Pesantren, mengenai latar belakang (masalah) yang dihadapi
santri narkoba di Pondok Pesantren Al-Um. Dari hasil wawancara dapat
diidetifikasi beberapa hal mengenai masalah yang menyebabkan santri narkoba
menyalahgunakan Narkoba, yaitu:
1. Santri narkoba mempunyai kebiasaan mengkonsumsi Narkoba karena
pergaulan yang terlalu bebas, dan tidak dapat dibentengi kecuali
dengan diri sendiri.
2. Akibat teknologi komunikasi dan informasi baik cetak maupun
elektronik yang sangat mudah disajikan dewasa ini, seringkali
menampilkan dan menyuguhkan hasil yang kurang biak, kebanyakan
santri narkoba melihat dan mendengar bahwa kebudayaan orang-orang
yang bebas dan tanpa beban dirasakan menyenangkan dan bisa hidup
tenang.
3. Kurangnya perhatian dari orang tua. Akibat tuntutan era moderen,
seringkali membuat para orang tua mulai bergegas dan lupa akan
tanggung jawabnya, bahwa ibu dan bapak adalah awal pendidikan bagi
anak-anaknya, tetapi kebanyakan orang tua kurang memberikan
perhatian kepada mereka sehingga mereka melarikan diri kepada
Narkoba.
4. Kurangnya pengetahuan akan agama. Kurangnya pendidikan akan
dasar agama bagi seseorang sangat memungkinkan untuk terjerumus
kepada Narkoba atau kenakalan lain yang melanggar hukum agama
maupun hukum pemerintah. Oleh sebab itu, seseorang harus dibekali
dengan ilmu agama sedini mungkin. Selain itu orang tuapun harus
mampu menerapkan konteks agama dalam kehidupan keluarganya.
Semakin mampu seseorang mengetahui konsep-konsep ajaran
agamanya dan melihat konsep-konsep tersebut dalam bentuk aplikasi
yang dicontohkan oleh orang tuanya maka hal itu akan lebih
menanamkan nilai-nilai keimanannya yang tentunya akan terus
berkembang disanubarinya dan tidak akan luntur dengan apapun yang
buruk misalnya penggunaan Narkoba. Karena, mereka mempunyai
modal yang kuat tentang pengetahuan agama. 75
Dari hasil wawancara tersebut, ternyata ada banyak hal yang menjadi
penyebab santri narkoba terjerumus ke lembah Narkoba, tentunya dari kelima hal
di atas yang menjadi hal istimewa yaitu penanaman nilai-nilai ajaran agama pada
diri seseorang akan dapat menghindarkan mereka dari hal-hal yang dilarang, salah
satunya penyelahgunaan Narkoba. Itulah beberapa poin yang menyebabkan santri
75 Wawancara pribadi dengan K.H. Tb. Bahrum Zaman. Pimpinan Pondok Pesantren Al-
Um Bogor. Bogor, 30 Maret 2008.
Narkoba yang berada di Pondok Pesantren Al-Um menjadi penyalahguna
Narkoba sejauh ini.
Adapun keadaan santri narkoba yang berada di Pondok Persantren Al-Um
yaitu:
1. Santri narkoba telah kehilangan aqidahnya
2. Cenderung memberontak, tidak pernah mau mendengarkan
perkataan/nasehat orang tuanya.
3. Susah diatur/semaunya sendiri.
4. Suka mencuri uang milik orang tuanya.
5. Tertutup, tidak mau bersosialisasi dengan masyarakat dan keluarga
kecuali, dengan teman-teman sepergaulannya yang sama-sama
pengguna Narkoba.
6. Memiliki ketergantungan terhadap Narkoba yang cukup parah. 76
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan pimpinan Pondok Pesantren
Al-Um, bahwa santri narkoba telah kehilangan aqidahnya, cenderung
memberontak, susah diatur, suka mencuri uang milik orang tuanya, tertutup, tidak
mau bersosialisasi dengan lingkungan masyarakat dan keluarga kecuali, dengan
teman-teman sepergaulannya yang sama-sama pengguna Narkoba dan memiliki
ketergantungan terhadap Narkoba yang cukup parah. Keadaan yang mereka alami
dikarnakan Narkoba telah merusak kemampuan berfikirnya sehingga mereka tidak
mampu lagi membedakan antara yang baik dan buruk.
76 Ibid.
Selain informasi dari kiai yang begitu berharga bagi penulis. Tentunya
penulis juga membutuhkan informasi dari beberapa orang santri narkoba yang
berada di Pondok Pesantren Al-Um. Guna mendapatkan informasi yang
mendalam, untuk memudahkan penulis dalam memaparkan temuannya dari
pemberi informasi, maka penulis mengistilahkan pemberi informasi ini dengan
“informan”. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan lima santri narkoba,
penulis dapat menguraikan beberapa hal tentang informan tersebut, dan yang
melatarbelakangi mereka datang ke Pondok Pesantren ini serta hal-hal yang telah
mereka dapatkan selama berada di Pondok Pesantren Al-Um.
Mad’u (santri narkoba) yang berada di Pondok Pondok Pesantren Al-Um
Bogor adalah titipan orang tua mad’u, untuk disembuhkkan/disadarkan dari
kekeliruanya mengkonsumsi Narkoba. Agar kelak bisa terbebas dari kebiasannya
mengkonsumsi Narkoba. Selain itu orang tua mad’u juga berharap setelah mereka
selesai menjalani rehabilitasi di Pondok Pesantren Al-Um, dapat menjadi anak
yang baik budi pekerti dan bisa menjalani hidupnya dengan berpegang teguh
kepada ajaran Islam. Dengan kepercayaan yang diberikan orang tua santri kepada
Pondok Pesantren, maka menjadi tanggung jawab para da’i untuk mewujudkan
harapan orang tua santri narkoba tersebut.
Berikut ini adalah hasil wawancara penulis dengan santri narkoba:
Hasil wawancara dengan informan I
Yang melatarbelakangi saya menjadi pengguna Narkoba, karena
terbawa arus pergaulan yang bebas dan coba-coba. Motivasi saya masuk ke
Pondok Pesantren Al-Um, karena saya ingin sembuh dan tersebas dari
kebiasaan mengkonsumsi Narkoba. Selama saya berada di sini, banyak sekali
hal-hal yang saya dapatkan. Misalnya bisa berfikir positif, jadi banyak tahu
tentang ajaran agama Islam, karena semua kegiatan-kegiatan yang diberikan
sesuai dengan aturan agama, misalnya belajar ilmu agama (seperti belajar fiqih,
aqidah-akhlak, al-Qur`an-Hadist dan tauhid), shalat berjamaah, membaca al-
Qur`an, mendengarkan ceramah-ceramah keagamaan, ritual do’a bersama yang
dilakukan setiap malam jum’at, wiridan/zikir setiap setelah selesai
melaksanakan shalat lima waktu, mengikuti kegiatan ceramah di luar Pondok
Pesantren bersama kiai, dan sebagainya. Saya berada di Pondok Pesantren ini
sudah hampir 3 tahun. Adapun metode yang digunakan oleh para da’i dalam
kegiatan belajar ilmu agama yaitu metode tanya jawab, ceramah, dan pemberian
tugas, yang saya suka dari ketiga metode tersebut yaitu metode tanya jawab.
Karena, dengan metode tanya jawab tersebut saya bisa bertanya tentang materi-
materi yang belum saya pahami.77
Ternyata yang melatarbelakangi informan I ini, menjadi pengguna
Narkoba karena pergaulan yang terlalu bebas, motivasinya masuk ke Pondok
Pesantren Al-Um karena kesadaran sendiri ingin sembuh dari kebiasaannya
77 Wawancara Pribadi dengan Ubaidillah, santri narkoba yang ada di Pondok Pesantre Al-
Um Bogor. Bogor, 13 April 2008.
mengkonsumsi Narkoba. Setelah berada di Pondok Pesantren Al-Um banyak hal-
hal yang ia dapatkan, misalnya ia bisa berfikir positif, dan banyak mengetahui
tentang ajaran agama Islam semua itu karena kegiatan-kegiatan yang ia ikuti
selama berada di Pondok Pesantren.
Hasil wawancara dengan informan II
Yang melatarbelakangi saya menjadi pengguna Narkoba, karena
pergaulan yang cukup bebas. Motivasi saya masuk ke Pondok Pesantren Al-
Um, karena kesadaran sendiri kasihan sama keluarga saya, anak dan suami.
Banyak sekali perubahan yang saya rasakan selama berada di Pondok Pesantren
ini, diantaranya saya mendapatkan ketenangan batin, kedamaian, bisa lebih
bersemangat dalam menjalani hidup, dan satu hal yang sangat berharga yaitu
saya bisa kembali ke jalan yang benar yaitu jalan yang di ridhai oleh Allah
SWT. Saya bisa menjalankan kewajiban saya sebagai umat muslim misalnya,
melakukan shalat lima waktu dan sebagainya. Dan sekarang saya sadar bahwa
tidak ada untungnya menjadi pengguna Narkoba yang ada hanya tersiksa.
Tersiksa merasakan pengaruh-pengaruh dari Narkoba dan tersiksa dijauhi oleh
lingkungan pergaulan di masyarakat. Hal-hal yang saya dapatkan selama berada
di Pondok Pesantren Al-Um banyak sekali, salah satunya yaitu saya bisa
berfikir positif, dan jadi banyak tahu tentang ajaran agama Islam. Keinginan
saya setelah keluar dari Pondok Pesantren Al-Um yaitu ingin menjadi ibu
rumah tangga yang baik untuk anak dan suami saya dan melanjutkan usaha
saya.78
78 Wawancara pribadi dengan Areta, santri narkoba yang ada di Pondok Pesantren Al-Um,
Bogor, 13 April 2008.
Dari pemaparan wawancara dengan informan II ternyata yang
melatarbelakangi informan ini menjadi pengguna Narkoba karena pergaulan yang
terlalu bebas. Motivasinya masuk ke Pondok Pesantren Al-Um karena kesadaran
sendiri dan merasa kasihan terhadap keluarganya, banyak sekali hal-hal yang
didapatkan serta perubahan yang dirasakan selama ia berada di Pondok Pesantren
Al-Um ini, salah satunya menjadi banyak mengetahui tentang ajaran agama Islam
adapun perubahan yang ia rasakan yaitu bisa berfikir positif dan banyak
mengetahui tentang ajaran agama Islam. Harapan ia setelah keluar dari Pondok
Pesantren Al-Um yaitu ingin menjadi ibu rumah tangga yang baik untuk anak dan
suaminya dan melanjutkan usahanya.
Hasil wawancara dengan informan III
Yang melatarbelakangi saya menjadi penguna Narkoba karena terbawa
arus pergaulan. Motivasi saya masuk ke Pondok Pesantren Al-Um karena,
kesadaran sendiri, ingin terbebas dari barang haram yang bernama Narkoba,
terbebas dari kebiasaan mengkonsumsinya. Setelah saya masuk ke Pondok
Pesantren ini, ternyata banyak sekali perubahan-perubahan yang saya rasakan
dan banyak juga hal-hal yang saya dapatkan, perubahan yang saya rasakan saya
bisa berfikir lebih positif, lebih bijaksana, lebih dewasa dan saya bisa
menjalankan kewajiban saya sebagai seorang muslim. Adapun hal-hal yang
saya dapatkan selama saya berada di Pondok Pesantren ini yaitu yang pertama,
saya bisa menyadari kekeliruan saya, mengetahui ajaran Islam lebih mendalam,
dan masih banyak yang lainnya. 79
79 Wawancara pribadi dengan Hendra, santri narkoba yang ada di Pondok Pesantren, 13
April 2008.
Dari pemaparan wawancara dengan informan III, ternyata yang melatar
belakangi informan ini menjadi pengguna Narkoba yaitu karena pergaulan yang
terlalu bebas, adapun motivasinya masuk ke Pondok Pesantren Al-Um yaitu
karena kesadaran sendiri, ia ingin terbebas dari barang haram yang bernama
Narkoba. Perubahan yang ia rasakan selama berada di Pondok Pesantren Al-Um
yaitu ia bisa berfikir lebih positif, lebih bijaksana, lebih dewasa dan bisa
menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslim adapun hal-hal yang ia
dapatkan yaitu menyadari akan kekeliruannya, dan dapat mengetahui ajaran Islam
lebih mendalam.
Hasil wawancara dengan informan IV
Yang melatar belakangi saya menjadi pengguna Narkoba, karena
merasa nikmat jadi penguna Narkoba. Motivasi saya masuk ke Pondok
Pesantren ini karena kemauan orang tua awalnya, tetapi sekarang saya
menyadari ternyata orang tua saya peduli dan sayang kepada saya, makanya
beliau memasukan saya ke Pondok Pesantren ini untuk disadarkan dan
disembuhkan. Alhamdulillah saya betah dan merasa tenang berada di Pondok
Pesantren ini. Setiap kegiatan-kegiatan yang saya lakukan sesuai dengan aturan
agama. Banyak sekali perubahan yang saya rasakan selama berada di Pondok
Pesantren Al-Um diantaranya, bisa tidur nyenyak, lebih tenang, bisa berfikir
lebih dewasa, bisa lebih hormat kepada orang tua, dan pastinya merasa lebih
dekat dengan Allah. Hal-hal yang saya dapatkan cukup banyak, salah satunya
saya bisa lebih bertaqwa kepada Allah SWT.80
80 Wawancara pribadi dengan Anton, santri narkonba yang ada di Pondok Pesantren, Bogor,
13 April 2008.
Dari pemaparan wawancara dengan informan IV, bahwa yang melatar
belakangi ia menjadi pengguna Narkoba yaitu karena ia merasa nikmat menjadi
penguna Narkoba, dan motivasinya masuk ke Pondok Pesantren Al-Um yaitu
karena paksaan dari orang tuanya. Banyak sekali perubahan yang ia rasakan
selama berada di Pondok Pesantren Al-Um diantaranya ia bisa tidur nyenyak,
merasa lebih tenang, bisa berfikir lebih dewasa, lebih menghormati orang tuanya,
dan yang pasti ia merasa lebih dekat dengan Allah SWT. Adapun hal-hal yang ia
dapatkan selama berada di Pondok Pesantren Al-Um salah satunya ia bisa lebih
bertaqwa kepada Allah SWT.
Hasil wawancara dengan informan V
Yang melatar belakangi saya menjadi pengguna Narkoba karena,
kurangnya perhatian dari orang tua, motivasi saya masuk ke Pondok Pesantrn
Al-Um karena, paksaan orang tua walnya, mereka ingin melihat saya hidup
normal seperti anak-anak lainnya tanpa Narkoba. Awalnya memang berat
mengikuti kegiatan-kegiatan yang diberikan apalagi semua kegiatannya bersifat
kerohanian. Lama-kelamaan akhirnya saya terbiasa dengan semua kegiatan
yang ada di Pondok Pesantren ini, dan saya bisa mengikutinya tanpa ada
paksaan dari siapapun melainkan kesadaran dari diri saya sendiri. Perubahan
yang saya rasakanpun cukup banyak diantaranya, saya bisa menyadari
kekeliruan saya mengkonsumsi Narkoba, lebih dewasa dalam bersikap,
bersikap sopan terhadap orang tua atau yang lebih tua dan masih banyak lagi
yang lainnya. Adapun hal-hal yang saya dapatkan yaitu, saya bisa mengetahui
dan mempelajari Islam lebih mendalam. 81
Dari pemaparan wawancara dengan informan V, ternyata yang
melatarbelakngi informan ini menjadi pengguna Narkoba yaitu karena kurangnya
perhatian dari orang tuanya, motivasinya masuk ke Pondok Pesantren Al-Um
karena dipaksa oleh orang tuanya, selama ia berada di Pondok Pesantren Al-Um
banyak sekali perubahan yang ia rasakan diantaranya ia bisa menyadari
kekeliruannya mengkonsumsi Narkoba, bisa lebih dewasa dalam bersikap, dan
bisa bersikap sopan terhadap orang tuanya atau kepada yang lebih tua.
Setelah melakukan wawancara dengan kelima informan di atas, ternyata
yang melatarbelakang mereka menjadi pengguna Narkoba sangat beragam.
Diantaranya ada yang karena lingkungan pergaulan, ikut-ikutan teman atau coba-
coba, menganggap nikmatnya menjadi pengguna Narkoba, dan ada juga yang
karena kurangnya perhatian dari orang tuanya. Adapun motivasi mereka masuk ke
Pondok Pesantren Al-Um sangat bervariasi, diantaranya ada yang karena
kesadaran sendiri, karena ingin terbebas dari Narkoba, ada yang karena dipaksa
oleh orang tuanya, dan ada juga yang mengikuti kemauan orang tuanya karena
kasihan. Banyak sekali perubahan yang dirasakan serta hal-hal yang didapatkan
oleh mereka selama berada di Pondok Pesantren Al-Um. Adapun perubahan yang
dirasakan yaitu bisa kembali mengimani Allah dan mau mengerjakan perintah-
Nya serta menjauhi larangan- Nya, bisa bersikap lebih dewasa, berfikir positif,
intinya mereka merasa menjadi lebih baik dari sebelumnya. Tentunya, perubahan
81 Wawancara pribadi dengan Ibnu Rajib, santri narkoba yang ada di Pondok Pesantren,
Bogor, 13 April 2008.
yang mereka rasakan tersebut didorong oleh kesadaran sendiri dan juga karena
mereka mau mengikuti kegiatan-kegiatan yang diberikan oleh Pondok Pesantren.
Adapun kegiatan-kegiatan tersebut yaitu: belajar ilmu agama, shalat berjamaah,
membaca al-Qur`an, konsultasi pribadi, do’a bersama yang dilaksanakan setiap
malam jum’at, mendengarkan ceramah-ceramah keagamaan, mengikuti kegiatan
ceramah di luar Pondok Pesantren bersama da’i, dan melaksanakan wiridan/zikir
setiap selesai shalat 5 waktu. Dengan kegiatan-kegiatan tersebut santri narkoba
merasa lebih dekat dengan Allah SWT. Selain itu hal-hal yang didapatkanpun
cukup banyak diantaranya, mereka bisa menyadari akan kekeliruannya
mengkonsumsi Narkoba, jadi lebih tahu tentang ajaran agama (Islam) yang
tadinya hanya sekedar/biasa saja tetapi setelah berada di Pondok Pesantren Al-Um
banyak sekali yang mereka ketahui tentang ajaran agama Islam.
Sebagai mad’u yang tinggal di Pondok Pesantren Al-Um, tentunya mereka
sadar harus mempunyai hubungan yang erat dengan para da’i. Dengan adanya
hubungan erat antara mad’u dengan para da’i maka, mad’u akan merasa dihargai,
disayangi dan diperhatikan dan mereka akan merasa menemukan kembali sesuatu
yang hilang dalam diri mereka, bahkan mereka akan merasa mendapatkan
keluarga baru dan bisa dijadikan sahabat. Hal ini dikatakan oleh salah seorang
mad’u “saking dekatnya kami dengan para da’i kami suka diajak mengikuti
kegiatan ceramah di luar Pondok Pesantren”.82 Terjalinnya hubungan yang erat
antara mad’u dengan para da’i, ternyata banyak sekali manfaat yang dirasakan
oleh mad’u. Misalnya, mereka bisa curhat tentang masalah-masalah yang mereka
82 Wawancara Pribadi dengan Ubaidillah, santri narkoba yang ada di Pondok Pesantren.
Bogor, 13 April 2008.
hadapi, mereka juga bisa mengatakan tentang keinginan-keinginan mereka, selain
itu juga mereka menjadi betah tinggal di Pondok Pesantren.83
2. Profil Da’i (subjek dakwah)
Yayasan Al-Um yang mengkhususkan pendidikannya untuk mengkaji
kitab-kitab agama Islam pada awalnya, sekarang dan hampir beberapa tahun ini
mengurusi juga panti rehabilitasi untuk para korban Narkoba, semuanya itu
dilakukan Pondok Pesantren dengan menggunakan azas-azas keislaman sesuai
dengan al-Qur`an dan Hadist Rasulullah SAW. Arah tujuan yang dilakukan
Pondok Pesantren melalui tenaga-tenaga pengajarnya atau da’i memiliki satu visi
dan misi untuk menjaga tunas-tunas bangsa dari kerusakan moral akibat budaya
westrn atau kebaratan. Sehingga para da’i mempunyai tanggung jawab untuk
dapat memenuhi keinginan santri dan untuk menyadarkan atau mengobati santri
narkoba dari kebiasaan mengkonsumsi Narkoba melalui pola dakwah secara
islami.
Secara rinci penulis akan menjabarkan profil da’i yang
mengobati/menyadarkan santri yang ada di Pondok Pesantren Al-Um sebagai
berikut:
1. Da’i I
Latarbelakang pendidikan formal tidak tinggi namun, ia (da’i)
mempunyai pengetahuan ilmu agama dan penguasaan terhadap semua jenis-
jenis ilmu keagamaan yang sangat mapan dan bisa dianggap lebih. Beliau
juga memiliki pengalaman dalam mengurusi lembaga pendidikan Islam,
83 Ibid.
usianya yaitu + 50 tahun. Motivasi beliau mendirikan Pondok Pesantren ini
yaitu ingin menyelamatkan tunas-tunas bangsa dari budaya westrn salah
satunya penyalahgunaan Narkoba. Tugas beliau berbeda dengan para da’i
lainnya karena, beliau yang bertanggung jawab penuh atas kesembuhan
santri narkoba. Adapun tugas utama beliau adalah menyadarkan santri
narkoba dengan pendekatan individual, menterapi santri narkoba dengan
ramuan-ramuan khusus, memberikan amalan-amalan kepada santri narkoba
untuk membantu proses kesembuhan dan lain-lain. Moto yang beliau
jadikan pedoman adalah “didalam badan yang sehat terdapat jiwa yang
kuat”. Adapun harapan yang beliau miliki setelah santri narkoba selesai
direhabilitasi yaitu mereka dapat kembali beriman dan bertakwa kepada
Allah, sehat secara jasmani dan rohani, dan dapat beradaptasi dengan
lingkungan sosial baik di rumah, di sekolah dan dimana saja mereka
berada84.
2. Da’i II
Latarbelakang pendidikan beliau berasal dari perguruan tinggi yang
berazaskan Islam, dan memiliki pengetahuan agama yang cukup mapan.
Usia beliau yaitu + 35 tahun. Motivasi beliau menjadi da’i dan bergabung
dengan Pondok Pesantren Al-Um yaitu karena, beliau merasa memiliki
kewajiban sebagai seorang muslim untuk saling tolong-menolong, dan ingin
mengamalkan ilmu yang beliau miliki. Adapun moto beliau adalah “hidup
sehat tanpa narkoba” harapan yang beliau miliki yaitu agar santri narkoba
84 Wawancara pribadi dengan K.H. Tb. Bahrum Zaman. Bogor, 06 April 2008.
ini bisa kembali ke jalan yang diridhai Allah SWT, dan dapat kembali hidup
normal seperti sebelumnya.85
3. Da’i III
Latrbelakang pendidikan beliau berasal dari pesantren, tentunya
memiliki pengetahuan agama yang cukup mapan dibandingkan dengan
orang biasa. Usia beliau yaitu + 45 Tahun. Motivasi beliau menjadi da’i dan
bergabung dengan Pondok Pesantren Al-Um yaitu karena rasa kepedulian
terhadap generasi penerus bangsa, dan ingin menyelamatkan para generasi
penerus bangsa ini dari kesesatan yang semakin dalam, intinya merasa
mempunyai kewajiban untuk saling tolong-menolong antar sesama. Adapun
moto yang beliau miliki yaitu “tanpa Narkoba hidup sehat dan bermanfaat”.
Harapan beliau untuk santri narkoba yang telah selesai direhabilitasi yaitu
agar santri narkoba bisa sehat secara fisik, jasmani dan rohani dan dapat
berguna di masyarakat.86
Dari hasil pemaparan wawancara dengan para da’i di atas, ternyata para
da’i yang berada di Pondok Pesantren Al-Um ini memiliki latarbelakang
pendidikan yang bervariatif. Ada yang hanya lulusan pesantren saja, tetapi
menguasai ilmu agama yang cukup mapan bahkan bisa di anggap lebih jika
dibandingkan dengan orang biasa, (mengamalkan ilmu hikmah) dan ada juga
yang berasal dari perguruan tinggi yang berazaskan Islam. Usia para dai antara
35-50 tahun. Adapun motivasi para da’i bergabung dengan Pondok Pesantren
85 Wawancara pribadi dengan Ust. Mukhtar S. Ag. Bogor 21 April 2008. 86 Wawancara pribadi dengan Ust. Burhanudin. Bogor April 21 April 2008.
Al-Um sangat beragam, ada yang karena ingin menyelamatkan para generasi
muda dari pengaruh budaya westrn, menyelamatkan para generasi muda dari
kesesatan yang semakin dalam akibat menyalahgunakan Narkoba dan ada juga
yang karena mempunyai kewajiban untuk saling tolong menolong antar sesama.
Satu hal yang menarik dari Pondok Pesantren Al-Um ini yaitu dalam melakukan
rehabilitasi kepada santri narkoba kiai menggunakan ilmu hiklmah (ilmu
kebatinan), ilmu yang tidak bisa dimiliki oleh setiap orang. Hal tersebut yang
membuat Pondok Pesantren Al-Um berhasil menyembuhkan dan menyadarkan
santri narkoba.
Adapun tugas-tugas para da’i di Pondok Pesantren Al-Um yaitu:
1. Mengajarkan ilmu pengetahuan agama Islam kepada mad’u.
2. Membentuk kepribadian muslim yang kuat.
3. Menanamkan kembali spirit keimanan dan ketaqwaan dalam jiwa mad’u.
4. Mendidik mad’u untuk beristiqomah dalam menjalankan agama
5. Menenamkan nilai keislaman melalui pendekatan individual.
6. Mengajarkan atau memberikan amalan-amalan yang dapat menyadarkan
santri narkoba dari kebiasaan buruknya mengkonsumsi Narkoba.
7. Menterapi para santri narkoba dengan ramuan-ramuan khusus.87
Dalam menjalankan dakwahnya untuk mengajarkan ilmu agama dan
menyadarkan santri narkoba. Tentunya para da’i mempunyai hubungan yang erat
dengan mad’u. Karena kedekatan emosional akan dapat menjalin rasa
persaudaraan/kekeluargaan sehingga para da’i memiliki kemudahan untuk
menyampaikan materi pelajaran dan dalam menyadarkan santri narkoba dari
87 Wawancara Pribadi dengan K.H. Tb. Bahrum Zaman 06 April 2008.
kekeliruannya tersebut. Disamping itu juga santri narkoba akan merasa disayangi
dianggap dan dihargai. Dengan demikian mad’u akan merasa nyaman dan betah
tinggal/berada di Pondok Pesantren dan akan timbul kesadaran dalam diri mereka
untuk mengikuti pelajaran yang diberikan oleh para da’i tanpa adanya paksaan
dari orang lain/merasa terpaksa.
Di dalam sebuah Pondok Pesantren, tentunya terdapat kegiatan-kegiatan
yang harus diikuti oleh santri narkoba. Adapun kegiatan-kegiatan yang diberikan
Pondok Pesantren Al-Um adalah mengikuti kegiatan belajar ilmu keagamaan,
mendengarkan siraman rohani (ceramah keagamaan), shalat berjamaah, membaca
al-Qur`an atau surat-surat pendek, dan do’a bersama setiap malam jum’at ba’da
shalat isya.88
1. Kegiatan Belajar-mengajar
Dengan kegiatan ini diharapkan santri dapat mengetahui materi-materi
pelajaran tentang agama, seperti aturan serta hukum-hukum yang diterapkan
dalam Islam. Adapun materi pelajaran yang diberikan adalah fiqih, tauhid, aqidah-
akhlak, dan al-Qur`an-hadist. Ilmu fiqih mempelajari tentang kehidupan manusia
serta hukum-hukumnya, seperti shalat beserta hukum dan tatacaranya, puasa,
zakat, syariah, munakahah, dan sebagainya. Tauhid adalah ilmu yang mempelajari
tentang ketuhanan. Aqidah-akhlak adalah ilmu yang mempelajari tentang
bagaimana tatacara bergaul, berbicara, dan besikap. Sedangkan al-Qur`an-hadist
adalah merupakan pedoman bagi umat muslim untuk itu umat muslim memiliki
kewajiban untuk mempelajarinya serta mengamalkan isi kandungannya.
2. Siraman Rohani
88 Ibid.
Dengan kegiatan memberikan siraman rohani ini agar dapat menanamkan
kembali kepada diri santri narkoba tentang ajaran Islam, atau kepercayaan tentang
agama yang hilang dari dirinya. Agama diturunkan kepada umat manusia guna
membuat kestabilan, kedamaian, dan keamanan bagi kehidupan manusia sendiri
oleh karena itu pemahaman suatu masyarakat terhadap ajaran-ajaran atau nilai-
nilai yang terkandung dalam suatu agama sangatlah penting demi mencegah
godaan nafsu, termasuk di dalamnya adalah penyalahgunaan Narkoba. Dengan
pemahaman yang benar terhadap ajaran agama, maka manusia akan mampu
memberikan batasan-batasan dalam dirinya. Oleh sebab itu setelah mereka (santri
narkoba) selesai mengikuti kegiatan ini mereka dapat berfikir secara benar dan
mau menjadikan aturan-aturan yang ada dalam agama sebagai batasan untuk
melakukan hal-hal yang baik dan tidak baik.
3. Shalat Berjamaah
Shalat merupakan suatu aktifitas yang diwajibkan oleh Allah AWT kepada
hambanya, karena mampu mencegah perbuatan keji dan munkar. Shalat
berjamaah tidak dipaksakan kepada para santri narkoba, karena menurut da’i
santri narkoba berbeda dengan santri biasa (salafi) berbeda dari cara berfikir,
bertindak dan sebagainya. Karena efek Narkoba yang ada di dalam tuibuh mereka
membawa perubahan yang negatif baik perasaan, prilaku, ataupun pikiran. Akan
tetapi walaupun shalat berjamaah tidak dipaksakan kepada santri narkoba, santri
narkoba tetap mengikuti kegiatan shalat berjamaah seperti yang dilakukan oleh
santri salafi karena mereka merasa malu dan atas kesadaran yang timbul dari diri
mereka itu, mereka dapat mengikuti kegiatan shalat berjamaah setiap waktu.89
89 Ibid., Bogor, 30 Maret 2008.
4. Membaca al-Qur`an
Al-Qur`an merupakan kitab suci umat Islam karena semua jawaban atas
permasalahan manusia ada didalamnya, selain itu al-Qur`an juga dapat
menyejukan hati dan memberikan ketenangan batin pada santri narkoba, untuk itu
para da’i sangat andil dalam melakukan kegiatan ini, adapun cara
penyampaiannya yaitu da’i yang membacakan ayat-ayat al-Qur`an kemudian
santri narkoba mengikutinya. Banyak sekali manfaat yang didapatkan oleh santri
narkoba dalam kegiatan membaca al-Qur`an ini. Salah satunya yaitu santri
narkoba yang belum bisa membaca al-Qur`an menjadi bisa/lebih baik dari pada
sebelumnya. Kegiatan membaca al-Qur`an ini juga diselingi dengan mengkaji
tafsiran ayat al-Qur`annya sehingga santri narkoba dapat memahami isi
kandungan ayat tersebut. Dengan demikian santri narkoba akan termotivasi untuk
belajar al-Qu`an lebih dalam lagi .
5. Do’a Bersama
Do’a bersama dilakukan setiap malam jum’at. Dalam melakukan do’a
bersama ini santri narkoba diberi keyakinan bahwa ‘Allah akan mengabulkan
do’a-do’a hambanya’ karna Allah SWT mengatakan bahwa ‘berdo’alah kapadaKu
niscaya akan Ku kabulkan kepadamu’. Dengan keyakinan seperti ini santri
narkoba lebih termotivasi untuk sembuh dan mau meninggalkan kebiasannya
menggunakan Narkoba90.
6. Konsultasi Pribadi
Sebagai hamba Allah manusia memiliki kewajiban untuk saling tolong-
menolong, karena tidak semua permasalahan yang dihadapi manusia mampu
90Ibid.
diatasi sendiri. Dalam hal ini santri narkoba sangat membutuhkan bantuan dari
da’i, jadi da’i dapat memberikan perhatian dan bantuan dalam menyelesaikan
permasalahan yang dihadapai santri narkoba. Dengan adanya kegiatan ini santri
narkoba sangat terbantu sekali dalam menyelesaikan permasalahannya, selain itu
juga santri narkoba memiliki kesempatan untuk mengungkapkan keinginan-
keinginanya dan masalah-masalah yang dihadapinya. 91
7. Mengikuti Ceramah Keagamaan di Luar Pondok Pesantren Bersama Da’i.
Dalam kegiatan ini da’i sengaja mengajak santri narkoba untuk mengikuti
ceramah keagamaan di luar Pondok Pesantren, tujuannya yaitu agar santri narkoba
mendapatkan pemahaman keislaman sehingga agama benar-benar menjadi terapi
bagi manusia dalam menghadapi permasalahan kehidupan. Dapat membangkitkan
keimanan yang selama ini hilang, mengembalikan akhlak santri narkoba kepada
akhlak yang mulia. Dengan adanya kegiatan ini diharapkan agar santri narkoba
dapat mengenal/mempelajari cara berhubungan yang baik dengan anggota
masyarakat, juga sebagai persiapan mereka (santri narkoba) untuk kembali
melakukan aktivitasnya ditengah-tengah masyarakat.92
B. Tahapan-tahapan Rehabilitasi yang Dilakukan dalam Merehabilitasi
Santri Narkoba
Tahapan rehabilitasi yang diterapkan oleh Pondok Pesantren Al-Um dalam
merehabilitasi santri narkoba yaitu:
1. Mengajak berbicara/mengobrol melalui pendekatan emosional secara individual
2. Memberikan air minum yang sudah diberi do’a-do’a khusus oleh kiai
91 Ibid. 92 Ibid.
3. Memberi minum air kelapa untuk menetralisir racun yang ada didalam tubuh
4. Dimandikan dengan air yang sudah diberi do’a-do’a khusus
5. Mengikuti kegiatan Pesantren seperti shalat berjamaah. Dan mengaji.
Itulah lima tahapan rehabilitasi yang dilakukan Pondok Pesantren al-Um
kepada santri narkoba yang baru masuk ke Pondok Pesantren Al-Um. Tahapan
rehabilitasi yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Al-Um lebih kepada
psikoreligius karena semua kegiatan-kegiatan yang diberikan kepada santri
narkoba sesuai dengan aturan agama (Islam).
C. Materi yang Diterapkan dalam Proses Rehabilitasi Santri Narkoba.
Materi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam melaksanakan
suatu kegiatan, karena pemilihan materi yang cocok sangat membantu santri
narkoba untuk menyadari akan kekeliruannya menyalahgunakan Narkoba93. Pada
dasarnya pemberian materi yang disampaikan kepada mad’u menyangkut
berbagai hal yang berhubungan dengan tugas dan kewajiban disetiap kehidupan
manusia. Terutama yang berkaitan dengan tugas dan kewajiban manusia kepada
Tuhan-Nya dan terhadap sesama manusia (habluminallah wa habluminannas).
Karena tugas dan kewajiban merupakan suatu bahan utama di dalam menjalankan
kehidupan sehari-hari yaitu tugas dan kewajiban sebagai seorang muslim yang
mempunyai norma-norma tertentu. Yaitu menjalankan perintah Allah dan
menjauhi segala larangan-Nya. Yang berarti menjalankan tugas dan kewajiban
sebagai hamba-Nya yaitu beribadah kepada-Nya dan menjalankan segala syari’at
yang diperintahkan-Nya.
93Ibid.
Adapun materi-materi yang diberikan oleh para da’i di Pondok Pesantren
Al-Um adalah “aqidah-akhlak, fiqih, tauhid, al-Qur’an dan hadist.
1. Aqidah-akhlak, aqidah adalah ilmu yang membicarakan tentang
keyakinan, seperti yakin akan adanya hal-hal yang gaib, akhlak adalah
ilmu yang membicarakan bagaimana cara bergaul/berprilaku/berkata di
dalam kehidupan bermasyarakat sesuai dengan ajaran agama.
2. Fiqih adalah ilmu yang membicarakan tentang masalah kehidupan
manusia serta hukum-hukumnya seperti shalat, puasa, zakat, munakahah,
syariah dan sebagainya.
3. Tauhid, membicarakan tentang ketuhanan yang bertujuan agar semua
manusia selalu ingat akan kekuasaan Allah SWT.
4. al-Qur`an dan Hadis, merupakan pondasi/tuntunan hidup umat Islam,
karena barang siapa yang benar-benar berpegang teguh kapada keduanya
maka mereka tidak akan tersesat selama-lamanya, untuk itu manusia wajib
mempercayai, memahami dan mengamalkan isi/kandungan yang ada
didalamnya.94
Dalam pemberian materi kepada santri narkoba penggunaan metode yang
tepat sangat membantu dalam mendapatkan hasil/tujuan yang diinginkan. Metode
adalah cara/jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Adapun metode
yang digunakan oleh para da’i dalam memberikan meteri-materi tersebut di atas.
Para da’i menggunakan beberapa metode yaitu metode ceramah, tanya jawab, dan
metode pemberian tugas.
1. Metode ceramah
94 Ibid.
Adalah salah satu metode yang digunakan oleh Rasulullah SAW dalam
penyampaian dakwahnya, karena metode ceramah ini merupakan dakwah bil-lisan
yaitu suatu metode yang dilaksanakan dengan menggunakan perkataan saja dan
dalam metode ini ciri khas karakteristik bicara seorang penyampai sangat
berpengaruh pada suatu aktivitas dakwah. Metode ceramah yaitu da’i secara lisan
menyampaikan pesan-psannya secara aktif sedangkan mad’u mendengarkan
materi tersebut. Banyak sekali manfaat dari metode ceramah ini karena setelah
mereka mengetahui ajaran tentang Islam mereka mampu melaksanakan kegiatan-
kegiatan yang diberikan atas kesadaran sendiri, dan prilaku mereka menjadi lebih
baik dari sebelumnya. Yang diharapkan dari metode ceramah ini adalah agar
santri narkoba bisa mengerti akan ajaran Islam secara menyeluruh sehingga dalam
menjalankan kehidupannya mereka mampu menjadikan agama sebagai pondasi
yang kuat dan kokoh saat menghadapi persoalan hidup.95
Dikatakan pula oleh salah seorang da’i “metode ceramah memberikan
banyak manfaat bagi santri narkoba karena dengan metode ini santri narkoba
diberikan pengetahuan keagamaan, dengan demikian mereka dituntut untuk
menjadikan agama sebagai pondasi yang kuat dalam diri mereka. Jadi pada saat
mereka telah selesai direhabilitasi, mereka mampu menahan diri mereka dari
godaan-godaan untuk menggunakan Narkoba lagi di lingkungan mereka
berada”.96
2. Metode Tanya Jawab
Salah satu dari metode yang digunakan para da’i dalam menyampaikan
materi-materi pembelajarannya adalah tanya jawab da’i menyampaikan materi
dengan cara mengajukan pertanyaan kepada mad’u (santri narkoba) dan kemudian
95 Wawancara pribadi dengan K.H. Tb. Bahrum Zaman, pimpinan Pondok Pesantren Al-Um Bogor. Bogor, 13 April 2008.
96 Ibid.
mad’u menjawab, atau sebaliknya mad’u mengajukan pertanyaan dan da’i
menjawab. Dengan metode ini dapat mendorong/memotivasi santri narkoba untuk
bertanya tentang materi-materi yang belum mereka mengerti.
3. Metode Pemberian Tugas.
Yaitu da’i memberikan tugas atau materi-materi yang diberikan seperti,
diberikan tugas untuk menghafal do’a-do’a atau wiridan yang dapat membantu
proses penyembuhan, dan lain-lain. Dalam merehabilitasi santri narkoba, Pondok
Pesantren Al-Um juga menggunakan pendekatan emosional secara individual
dengan cara, memberikan perhatian dan kasih sayang kepada santri narkoba.
Pendekatan emosional secara individual ini dilakukan agar santi narkoba merasa
dihargai/diperhatikan dilindungi, dikasihi dan disayangi. Jika santri narkoba
diasingkan dari pergaulan, dikucilkan dimarahi dan dikasari maka santri narkoba
bukannya malah menyadari kekeliruannya, tetapi justru mereka akan terjerumus
kelembah Narkoba yang semakin parah. Dengan cara pendekatan emosional ini
santri narkoba akan disadarkan dari kekeliruannya itu.97
Dengan pendekatan emosional secara individual ini diharapkan santri
narkoba dapat terbuka dan mau menceritakan masalah-masalah yang dihadapinya,
dengan demikian mereka akan menyedari kekeliruannya, berusaha untuk sembuh
dan terbebas dari Narkoba.
D. Metode yang digunakan dalam Rehabilitasi Santri Narkoba.
97 Ibid.
Metode adalah cara/jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.
Ada tiga bentuk metode dakwah yaitu “Al-Hikmah, Al-Muidzatul Hasanah, dan
Al-Mudzadalah Bi-al-lati Hiya ahsan”.
1. Al-Hikmah yaitu merupakan kemampuan da’i dalam memilih dan
menyelaraskan teknik dakwah dengan kondisi objektif mad’u.
2. Al-Mauidzatul Hasanah yaitu ungkapan yang mengandung unsur bimbingan,
pendidikan, pengajaran, kisah-kisah, berita gembira, peringatan, pesan-pesan
positif yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan agar mendapatkan
keselamatan dunia dan akhirat
3. Al-Mudjadalah bi al-Lati Hiya Ahsan adalah bertukar pendapat yang dilakukan
oleh dua belah pihak secara sinergis.
Dalam merehabilitasi santri narkoba Pondok Pesantren Al-Um
menggunakan bentuk metode dakwah Al-Mauidzatul Hasanah yaitu memberikan
nasehat kepada santri narkoba, memberikan bimbingan, pendidikan, dan
peringatan.98 Para da’i dalam melakukan berbagai kegiatan selalu menggunakan
perkatan yang baik, jika santri narkoba salah selalu menasehatinya dengan baik
tanpa menyakiti perasaannya. Selain menggunakan metode tersebut di atas para
da’i juga menggunakan pendekatan personal untuk mengetahui keadaan mad’u
secara mendalam dan memudahkan para da’i dalam memberikan materi
pembelajaran kepada santri narkoba. Pendekatan dengan cara ini terjadi dengan
cara individual yaitu antara da’i dan santri narkoba (mad’u) langsung bertatap
muka sehingga materi yang disampaikan langsung di terima. Dalam kegiatan
dakwah, metode dakwah harus disesuaikan dengan kondisi mad’u (penerima
98 Wawancara pribadi dengan K.H. Tb. Bahrum Zaman, Bogor, 13 April 2008.
dakwah) baik dari segi pendidikan, ekonomi, dan adat istiadat agar tercapainya
keberhasilan dakwah.
E. Media yang diterapkan dalam Rehabilitasi Santri Narkoba.
Seorang da’i atau juru dakwah, dalam menyampaikan ajaran Islam kepada
umat manusia tidak akan lepas dari sarana atau media. Kepandaian untuk memilih
media atau sarana yang tepat merupakan salah satu unsur keberhasilan dakwah,
terlebih dalam mengantisipasi perkembangan zaman saat ini diman ilmu
pengetahuan berkembang dengan sangat pesat yang ditandai dengan kemajuan
kecanggihan teknologi. Dalam melakukan berbagai kegiatan, para da’i di Pondok
Pesantren Al-Um ini menggunakan media yang sesuai dengan kondisi dan situasi
yang dialami mad’u (santri narkoba). Adapun media yang digunakan oleh para
da’i dalam rehabilitasi santri narkoba di Pondok Pesantren Al-Um ini yaitu
menggunakan media lisan atau ucapan. Seperti pada saat melakukan ceramah,
konsultasi pribadi (pertemuan khusus), media yang digunakan adalah media lisan.
Penggunaan media lisan oleh para da’i di Pondok Pesantren Al-Um ini sesuai
dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para da’i dalam merehabilitasi
santri narkoba.
F. Analisis Keberhasilan Dakwah
Hasil wawancara penulis dengan salah seorang da’i menerangkan bahwa,
penerapan dakwah dalam proses rehabilitasi santri narkoba dapat dikatakan cukup
berhasil. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan dari kelima santri narkoba yang
telah diwawancarai oleh penulis. Mereka mengatakan selama berada di Pondok
Pesantren Al-Um, mereka bisa menyadari kesalahan/kekeliruanya mengkonsumsi
narkoba, bisa kembali hidup normal seperti yang lainnya, yang terpenting yaitu
mereka sudah bisa sedikit-demi sedikit hidup tanpa bayang-bayang Narkoba.
Karena Pondok Pesantren ini adalah bukan lembaga formal jadi data akurat angka
ataupun persentase tidak ada secara tertulis, namun jika dipresentasikan menurut
salah seorang da’i. Bahwa dalam menangani santri Narkoba dikatakan cukup
berhasil dengan pendekatan dakwah Islam dan pendekatan emosional walaupun
dalam pelaksanaannya terdapat banyak hambatan-hambatan yang dialami.99
Kelima santri narkoba mengatakan bahwa, selama mereka berada di
Pondok Pesantren Al-Um, banyak sekali perubahan-perubahan yang mereka
rasakan. Hal ini membuktikan bahwa metode yang diterapkan Pondok Pesantren
Al-Um dalam merehabilitasi santri narkoba cukup berhasil walaupun dalam
pelaksanaannya banyak sekali hambatan-hambatan yang dihadapi. Keberhasilan
metode spiritual/keagamaan yang digunakan Pondok Pesantren Al-Um dalam
merehabilitasi santri narkoba, menimbulkan banyak permintaan dari orang-orang
agar Pondok Pesantren Al-Um juga mau menampung orang-orang yang memiliki
kelainan jiwa (gila) untuk disembuhkan dan disadarkan dengan menggunakan
metode spiritual/keagamaan. Akan tetapi, permintaan tersebut tidak bisa
dikabulkan karena belum adanya fasilitas yang memadai dan dikhawatirkan akan
mengganggu proses belajar-mengajar santri salafi dan juga dapat mengganggu
proses rehabilitasi santri narkoba.100
99 Wawancara Pribadi dengan K.H. Tb. Bahrum Zaman, Bogor, 06 April 2008. 100 Ibid.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah menganalisis dan mengadakan penelitian secara langsung di
Pondok Pesantren Al-Um Bogor, mengenai dakwah Pondok Pesantren Al-Um
Bogor dalam rehabilitasi santri narkoba, penulis dapat merumuskan kesimpulan
sebagai berikut:
1. Keadaan yang dialami santri narkoba di Pondok Pesantren Al-Um Bogor dan
masalah yang melatar belakangi santri narkoba menjadi pengguna Narkoba.
Masalah yang melatarbelakangi santri narkoba menjadi pengguna Narkoba
yaitu karena pergaulan yang terlalu bebas, akibat kemajuan teknologi
informasi dan komunikasi, kurangnya perhatian dari orang tua, dan kurangnya
pengetahuan akan ajaran agama. Adapun keadaan yang dialami santri narkoba
di Pondok Pesantren Al-Um yaitu: santri narkoba telah kehilangan aqidahnya,
cenderung memberontak, tidak pernah mau mendengarkan nasehat/perkataan
dari orang tuanya, susah diatur, semaunya sendiri, suka mencuri uang orang
tuanya, memiliki ketergantungan kepada narkoba yang cukup parah.
2. Dakwah yang diterapkan melalui (materi, metode, dan media) di Pondok
Pesantren Al-Um.
Dalam merehabilitasi santri narkoba, Pondok Pesantren Al-Um
menerapkan dakwah pada kegiatan rehabilitasinya. Penerapan dakwah
tersebut meliputi tiga unsur dakwah yaitu materi, metode dan media. Materi
yang diberikan antara lain aqidah-akhlak, tauhid, fiqih, dan al-Qur`an-hadist.
Dalam pemberian materi kepada santri narkoba Pondok Pesantren Al-Um
menggunakan metode dan media yang sesuai untuk mencapai keberhasilan
yang diinginkan. Metode yang digunakan dalam pemberian materi oleh para
da’i adalah metode tanya jawab, ceramah dan metode pemberian tugas.
Sedangkan metode yang digunakan dalam merehabilitasi santri narkoba
adalah al-Mauidzahtul Hasanah. Adapun media yang digunakan adalah media
lisan dan ucapan/perbuatan Selain penggunaan metode dan media serta
penerapan materi-materi pada kegiatan rehabilitasinya Pondok Pesantren Al-
Um juga mengunakan sebuah pendekatan, pendekatan tersebut adalah
pendekatan personal secara individual.
3. Analisis keberhasilan dakwah
Penerapan dakwah dalam proses rehabilitasi santri narkoba dapat
dikatakan cukup berhasil. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan dari kelima
santri narkoba yang telah diwawancarai oleh penulis. Mereka mengatakan
selama berada di Pondok Pesantren Al-Um, mereka bisa menyadari
kesalahan/kekeliruanya mengkonsumsi Narkoba, bisa kembali hidup normal
seperti yang lainnya, yang terpenting yaitu mereka sudah bisa sedikit-demi
sedikit hidup tanpa bayang-bayang Narkoba. Kelima santri narkoba
mengatakan bahwa, selama mereka berada di Pondok Pesantren Al-Um,
banyak sekali perubahan yang mereka rasakan, selain itu banyak pula hal-hal
yang mereka dapatkan. Salah satu perubahannya yaitu mereka bisa jadi lebih
baik dari sebelumnya, dan salah satu hal yang mereka dapatkan yaitu mereka
jadi mengetahui tentang ajaran agama Islam lebih dalam. Hal ini
membuktikan bahwa metode yang diterapkan Pondok Pesantren Al-Um dalam
merehabilitasi santri narkoba cukup berhasil walaupun dalam pelaksanaannya
banyak sekali hambatan-hambatan yang dihadapi.
Pada akhirnya kesadaran santri narkoba yang berada di Pondok Pesantren
Al-Um merupakan akibat dari dua faktor yaitu, faktor internal dan faktor eksternal
yang keduanya dapat diperoleh dengan pendidikan agama sebagai bekal mereka
untuk menjalani kehidupan.
B. Saran-saran
1. Diharapkan dengan adanya santri narkoba di Pondok Pesantren Al-Um ini,
para da’i dapat meningkatkan loyalitasnya sebagai da’i untuk mencapai hasil
yang sempurna sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai/diinginkan.
2. Diharapkan agar Pondok Pesantren Al-Um dapat menambah materi-materi
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan keadaan para santri narkoba.
3. Diharapkan agar penggunaan metode yang diterapkan dalam melakukan
rehabiitasi kepada para santri narkoba lebih ditingkatkan lagi, karena
penggunaan metode yang tepat sebagai penunjang keberhasilan yang hendak
di capai dan diharapakn medi yang digunakan oleh Pondok Pesantren Al-Um
dapat diperluas lagi.
4. Dengan keberhasilan yang sudah dicapai oleh Pondok Pesantren Al-Um agar
supaya para da’i dapat menjaga atau meningkatkan mutu Pondok Pesantren
agar kelak menjadi pusat unggulan pelayanan terpadu terapi dan rehabilitasi
ketergantungan Narkoba di Indonesia.
5. Diharapkan Pondok Pesantren Al-Um melakukan komparasi ke Pondok
Pesantren Suryalaya dan panti rehabilitasi milik Dadang Hawari
6. Diharapkan agar Pondok Pesantren Al-Um dapat menambah media yang
digunakan seperti media audio dan visual.
7. Diharapakan Pondok Pesantren Al-Um menambah kegiatan-kegiatan dalam
proses rehabilitasi seperti menonton acara-acara dakwah, dokumentasi
dampak narkoba dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Ardani, Moh. Memahami Permasalahan Fiqih Dakwah. Jakarta: PT. Mitra Cahaya Utama, 2006.
Arifin, Anwar. Strategi Komunikasi Sebuah Pengantar Ringkas. Bandung:
Armico, 1994. Badan Narkotika Nasional. Satgas BNN Gerebek PABRIK EKTASI TERBESAR
KETIGA DI DUNIA. Jakarta: BNN RI, 2005. --------------------------------. Efektifitas Penanggulangan Narkoba Melalui Sistem
Plug In dalam Materi Pembelajaran Pada Lemabga Pendidikan Formal, Jakarta, BNN RI, 2005.
Gifari, Abu. Generasi Narkoba. Bandung: Mujahid, 2003. Hakim, Arif M. Bahaya Narkoba, Alkohol: Cara Islam Mencegah, Mengatasi &
Melawan. Bandung: Nuansa, 2004. Hasanuddin, H. Hukum Dakwah; Tinjauan Aspek Hukum dalam Berdakwah di
Indonesia. Jakarta: Penerbit. Pedoman Ilmu Jaya, 1996. Habib, Syafaat M. Buku Pedoman Dakwah. Jakarta: Widjaya, 1982. Hafidudin, Didin. Dakwah Aktual. Jakarta: Gema Insani Press, 1998. Hielmy, Irfan. Dakwah Bil-Hikmah. Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2002. Hawari, Dadang. Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA, (Narkotika,
Psikotropika dan Zat Adiktif Lain). Jakarta: Penerbit FKUI, 2006. --------------------. Terapi (Detoksifikasi), dan Rehabilitasi (Pesantren)
MUTAKHIR (Sistem Terpadu) PASIEN “NAZA” (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Lain), Jakarta, Penerbit Universitas Indonesia, 2004.
Machfoeld, A Kimosa. Filsafat Dakwah; Ilmu Dakwah dan Penerapannya. Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2004.
Muhamad, Nuh Sayid. Dakwah Fardiyah; Pendekatan Personal dalam Dakwah.
Solo: Era Intermedia, 2000. Mulyana, Dedy. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Rosda Karya, 2002. Musthofa, Sanusi Ahmad. Problem NARKOBA-PSIKOTROPIKA dan HIV-AIDS,
Sebuah Tantangan Bagi Generasi Penerus Bangsa dan penaggulangannya Ditinjau dari sudut pandang Al-Quran dan As-Sunnah. Jakarta: Zikrul Hakim, 2002.
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Rosda Karya, 1999. Oemar, Toha Yahya. Ilmu Dakwah. Jakarta: Wijaya, 1992. Qhatani, Said Bin Ali. Dakwah Islam Dakwah Bijak. Jakarta: Gema Insani Press,
1994. Rafudin dan Abdul Jalil, Maman. Prinsif dan Strategi Dakwah. Bandung: CV..
Pustaka Setia, 1997. Saleh, Abdul Rosyad. Abdul. Manajemen Dakwah Islam, Jakarta: PT. Bulan
Bintang, 1977. Sarwono, Sarlito Wirawan. Psikologi Remaja, Jakarta: PT. Remaja Grapindo
Persada, 2004. Sasono, Adi. Solusi Islam atas Problematika Umat Ekonomi; Pendidikan dan
Dakwah. Jakarta: Gema Insani Press, 1998. Suparta, Munzier dan Hefni, Harjani. Metode Dakwah. Jakarta: Prenada Media,
2003. S. Hermawan, Rachman. Penyalahgunaan Narkotika oleh Remaja. Bandung: PT.
Cresco, 1980. Singarimbun, Masri dan Efendy, Sofian. Metodologi Penelitian Survey. Jakarta:
LP3S, 1980. Usman, Husaini dan Setiadi Akbar, Purnomo. Metodologi Penelitian Sosial.
Jakarta: Bumi aksara, 1998. B. Jurnal
Lutfi, M. “Jurnal Kajian Dakwah & Komunikasi”. Jakarta: Fakultas Dakwah & Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah, Vol, X, 2003.
Company Profile. Pondok Pesantren Al-Um Bogor. C. Wawancara
Wawancara Pribadi dengan K.H. Tb. Bahrum Zaman, Pimpinan Pondok
Pesantren Al-Um Bogor, Bogor, 2 Maret 2008, pukul 13.00 WIB
-------, 23 Maret 2008, pukul 13.00 WIB
-------, 30 Maret 2008, pukul 13.00 WIB
-------, 06 April 2008, pukul 13.00 WIB
-------, 20 April 2008, pukul 13.00 WIB
Wawancara Pribadi dengan Ust. Burhanudin, Pengajar santri narkoba di Pondok
Pesantren Al-Um Bogor, Bogor 21 April 2008, pukul 13.00 WIB
Wawancara pribadi dengan Ust. Mukhtar S.Ag, Bogor, Pengajar santri narkoba di
Pondok Pesantren Al-Um Bogor, 21 April 2008, pukul 13.00 WIB
Wawancara Pribadi dengan 5 orang santri narkoba yang berada di Pondok
Pesantren Al-Um Bogor, Bogor 13 April 2008
Nama-nama Santri narkoba yang ada di Pondok Pesantren Al-Um, Maret
2008
No Nama Usia
1 Areta 37 Th
2 Abdul Rahman 22 Th
3 Hendra 22 Th
4 Anaton 25 Th
5 Sidiq 23 Th
6 Tian 23 Th
7 Yudha Bakti 24 Th
8 Sugiarto 23 Th
9 M. Irfan 22 Th
10 Bagastio 20 Th
11 Meta Ardani 21 Th
12 Rafli 18 Th
13 Gunawan 18 Th
14 Yadi 23 Th
15 Tedi 17 Th
16 Sugandi 20 Th
17 Saprudin 17 Th
18 Kemal 17 Th
19 Adjat Sudrajat 21 Th
20 Irfan 24 Th
21 Firmansyah 24 Th
22 Suhendar 22 Th
23 Alekx 17 Th
24 Rianto 18 Th
25 Bima Sakti 22 Th
26 Zenal Solam 22 Th
27 Muhidin 23 Th
28 Kefin 24 Th
29 Iwan 20 Th
30 Bima 21 Th
Nama-nama santri narkoba yang ada di Pondok Pesantren Al-Um Juni 2008
No Nama Usia
1 Abdul Rahman 22 Th
2 Hendra 22 Th
3 Anaton 25 Th
4 Sidiq 23 Th
5 Tian 23 Th
6 Tian 23 Th
7 Sugiarto 23 Th
8 M. Irfan 22 Th
9 Bagastio 20 Th
10 Meta Ardani 21 Th
11 Rafli 18 Th
12 Gunawan 18 Th
13 Yadi 23 Th
14 Tedi 17 Th
15 Sugandi 20 Th
16 Saprudin 17 Th
17 Kemal 17 Th
18 Adjat Sudrajat 21 Th
20 Firmansyah 24 Th
Identitas Responden:
Nama : Ubaidilah (laki-laki), 24 tahun
Pendidikan akhir : Mahasiswa
Alamat : Tanggerang. (Islam)
Pertanyaan/pedoman wawancara, bagi santri narkoba:
1. Tanya: Apa yang melatar belakangi anda menjadi pengguna Narkoba?
Jawab: Awalnya si cuma coba-coba ya....karena pergaulan juga si.
2. Tanya: Apa motivasi anda masuk ke Pondok Pesantren Al-Um?
Jawab: Ingin sembuh dan terbebas dari Narkoba.
3. Tanya: Bagaimana hubungan anda dengan para da’i yang ada di Pondok
Pesantren Al-Um?
Jawab: Deket banget, saking deketnya saya suka di ajak pa kiai makan di luar.
4. Tanya: Sudah berapa lama anda berada di Pondok Pesantren Al-Um?
Jawab: Sudah hampir 3 tahunan.
5. Tanya: Apa saja yang anda dapatkan selama berada di Pondok Pesantren Al-
Um?
Jawab: Banyak hal yang saya dapatkan selama berada di Pondok Pesantren ini,
salah satunya saya jadi mengetahui tentang ajaran-ajaran agama Islam.
Karena semua kegiatan-kegiatan yang diberikan sesuai dengan aturan
agama, misalnya belajar ilmu agama (seperti belajar fiqih, aqidah-
akhlak, al-Qur`an-Hadist dan tauhid), shalat berjamaah, membaca al-
Qur`an, mendengarkan ceramah-ceramah keagamaan, ritual do’a
bersama yang dilakukan setiap malam jum’at, wiridan/zikir setiap
setelah selesai melaksanakan shalat lima waktu, mengikuti kegiatan
ceramah di luar Pondok Pesantren bersama kiai, dan sebagainya.
6. Tanya: Metode apa yang digunakan oleh para da’i dalam mengajarkan ilmu
agama?
Jawab: Metode yang digunakan oleh para da’i dalam kegiatan belajar ilmu
agama yaitu metode tanya jawab, ceramah, dan pemberian tugas.
7. Tanya: Dari ke tiga metode tersebut, metode apa yang paling kamu suka?
Jawab: Ketiga metode tersebut saya suka, tapi yang paling saya suka yaitu
metode tanya jawab. Karena, dengan metode tanya jawab tersebut saya
bisa bertanya tentang materi-materi yang belum saya pahami.
8. Tanya: Perubahan apa yang anda rasakan selama berada di Pondok Pesantren
ini?
Jawab: Perubahannya banyak banget, saya bisa terbiasa mengerjakan shalat 5
waktu, bisa berfikir positif dan masih banyak yang lainnya.
9. Tanya: Apa keinginan anda setelah keluar dari Pondok Pesantren ini?
Jawab: Pengen ngelanjutin kuliah,terus bisa dibanggain sama orang tua
Identitas Responden:
Nama : Areta (perempuan) 26 tahun.
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Ambon. (Islam)
Pertanyaan/ pedoman wawancara, bagi santri narkoba:
1. Tanya: Apa yang melatar belakang anda menjadi pengguna Narkoba?
Jawab: Pergaulan saya yang lumayan bebas.
2. Tanya: Apa motivasi anda masuk ke Pondok Pesantren Al-Um?
Jawab: Kesadaran sendiri, pingin sembuh kasian sama keluarga, anak dan
suami saya.
3. Tanya: Bagaimana hubungan anda denagn para da’i di Pondok Pesantren Al-
Um?
Jawab: Cukup dekat karena para da’i perhatian sekali terutama pa kiai.
4. Tanya: Sudah berapa lama anda berada di Pondok Pesantren Al-Um?
Jawab: Em.....alhamdulillah sudah 1 tahunan lebih.
5. Tanya: Perubahan apa yang anda rasakan selama berada di Pondok Pesantren
Al-Um?
Jawab: Perubahan yang saya rasakan saat ini, saya jadi bisa lebih tenang,
mendapat ketenangan batin, kedamaian, lebih bersemangat dalam
menjalani hidup, dan yang paling penting dapat kembali ke jalan yang
di ridhai Allah.
6. Tanya: Apa saja yang anda dapatkan selama berada di Pondok Pesantren Al-
Um?
Jawab: Yang saya dapatkan selama berada di sini banyak sekali, salah satunya
bisa mengetahui tentang ajaran agama Islam lebih mendalam.
7. Tanya: Apa keinginan anda setelah keluar dari Pondok Pesantren Al-Um ini?
Jawab: Jadi ibu rumah tangga yang baik untuk anak dan suami saya. Dan
melanjutkan usaha saya.
Identitas Responden:
Nama : Ibnu Rajib, (laki-laki) 21 tahun
Pendidikan akhir : Pelajar/ SMU
Alamat : Kalimantan. (Islam)
Pertanyaan/pedoman wawancara, bagi santri narkoba:
1. Tanya: Apa yang melatar belakangi anda menjadi pengguna Narkoba?
Jawab: ya... saya merasa nikmat aja jadi pengguna Narkoba.
2. Tanya: Apa motivasi anda masuk ke Pondok Pesantren Al-Um?
Jawab: em.....Ikutin keinginan ortu sih awalnya, tapi sekarang udah lumayan
betah alhamdulillah.
3. Tanya: Bagaimana hubungan anda dengan para da’i di Pondok Pesantren ini?
Jawab: Hubungannya baik, kalo ditanya dekat apa engga ya...cukup deka.
4. Tanya: Sudah berapa lama anda berada di Pondok Pesantren Al-Um?
Jawab: Sudah hampir satu tahun
5. Tanya: Perubahan apa yang anda rasakan selama berada di Pondok Pesantren
Al-Um?
Jawab: Perubahan yang dirasain banyak pokonya bisa tidur nyenyak, merasa
lebih tenang, damai, terus bisa ngaji and sholat yang tadinya ga bisa
ngaji and sholat sekarang alhamdulillah deh.
6. Tanya: Apa saja yang anda dapatkan selama berada di Pondok Pesantren Al-
Um?
Jawab: Yang saya dapatkan selama berada di Pondok Pesantren ini, banyak
banget yang pasti jadi bisa ngaji and solat, dah gitu jadi banyak tau
tentang Islam.
7. Tanya: Apa keinginan anda setelah keluar dari Pondok Pesantren ini?
Jawab: Keinginan setelah keluar dari sini pastinya nerusin sekolah, biar bisa
jadi orang yang berguna.
Identitas Responden:
Nama : Anton, (laki-laki) 31 tahun.
Pendidikan akhir : SMU
Alamat : Jakarta/Kedoya. (Islam)
Pertanyaan/ pedoman wawancara, bagi para santri narkoba:
1. Tanya: Apa yang melatar belakangi anda menjadi penguna Narkoba?
Jawab: Terbawa arus pergaulan yang bebas.
2. Tanya: Apa motivasi anda masuk ke Pondok Pesantren Al-Um ini?
Jawab: Kesadaran sendiri, pingin sembuh.
3. Tanya: Bagaimana hubungan anda dengan para da’i yang ada di Pondok
Pesantren ini?
Jawab: Dekat sekali, malah suka dia jak makan dirumah makan sama pa kiyai.
4. Tanya: Sudah berapa lama anda berada di Pondok Pesantren Al-Um?
Jawab: Udah lama juga kira-kira tiga tahunan lah.
5. Tanya: Perubahan apa yang anda rasakan selama berada di Pondok Pesantren
ini?
Jawab: Ya..perubahannya banyak deh, pastinya bisa lebih baik dari kemarin
aja.
6. Tanya: Apa saja yang anda dapatkan selama berada di Pondok Pesantren Al-
Um?
Jawab: Yang saya dapatkan sangat banyak, salah satunya saya bisa lebih
bertaqwa kepada Allah SWT.
7. Tanya: Apa keinginan anda setelah keluar dari Pondok Pesantren ini?
Jawab: Pingin jadi bapak yang baik, terus ngelanjutin usaha saya.
Identitas Responden:
Nama :Hendra, (laki-laki), 24 tahun.
Pendidikan akhir : Mahasiswa, fakultas Hukum.
Alamat : Jakarta, Ps. Minggu (Islam)
Pertanyaan/ pedoman wawancara, bagi para santri narkoba:
1. Tanya: Apa yang melatar belakangi anda menjadi penguna Narkoba?
Jawab: Orang tua saya terlalu sibuk jadi kurang merhatiin saya, akhirnya saya
kebawa sama temen-temen make Narkoba,
2. Tanya: Apa motivasi anda masuk ke Pondok Pesantren ini?
Jawab: Ikutin keinginan ortang tua. Awalnya dipaksa gitu deh.
3. Tanya: Bagaimana hubungan anda dengan para da’i yang ada di Pondok
Pesantren ini?
Jawab: Hubungan saya dengan para da’i di Pondok Pesantren ini baik dan
sangat dekat.
4. Tanya: Sudah berapa lama anda berada di Pondok Pesantren Al-Um?
Jawab: Em.....lumayan lama sih, kira-kira ada 2 tahunan lebih gitu deh.
5. Tanya: Perubahan apa yang anda rasakan selama berada di Pondok Pesantren
ini?
Jawab: Banyak sekali perubahan yang saya rasakan selama berada di Pondok
Pesantren Al-Um diantaranya, bisa tidur nyenyak, lebih tenang, bisa
berfikir lebih dewasa, bisa lebih hormat kepada orang tua, dan pastinya
merasa lebih dekat dengan Allah.
6. Tanya: Apa saja yang anda dapatkan selama berada di Pondok Pesantren Al-
Um?
Jawab: Pokonya lebih baik dari kemarin, ngerasa lebih dekat sama Allah.
Perubahan yang paling kecil saja saya jadi gampang tidur dan merasa
tenang.
7. Tanya: Apa keinginan anda setelah keluar dari Pondok Pesantren ini?
Jawab: Ngelanjutin kuliah, ngebahagiain orang tua, and jadi orang yang lebih
baik lagi .
Hasil wawancara dengan K.H. Tb. Bahrum Zaman.
1. Tanya: Apa alasan bapak mendirikan Pondok Pesantren Al-Um ini?
Jawab: Karena kepedulian saya kepada remaja, dan ingin menyelamatkan para
generasi bangsa dari budaya westrn. Saya tidak mau kemajuan teknologi
dan kebuidayaan barat merusak moral generasi remaja.
2. Tanya: Apa tugas bapak di Pondok Pesantren Al-Um?
Jawab: Tugas bapak menyadarkan santri narkoba dari kekeliruannya,
mengembalikan mereka ke jalan yang diridhai oleh Allah SWT,
menterapi santri Narkoba dengan ramuan–ramuan khusus.
3. Tanya: Apa harapan yang bapak miliki setelah santri narkoba keluar dari
Pondok Pesantren Al-Um?
Jawab: Harapan bapak yaitu mereka dapat kembali beriman dan bertakwa
kepada Allah , sehat secara jasmani dan rohani, dan dapat beradaptasi
dengan lingkungan sosial baik di rumah, di sekolah dan dimana saja
mereka tinggal.
4. Tanya: Bagaiman hubungan para da’i dengan santri narkoba?
Jawab: Hubungan para da’i dengan santri narkoba dekat sekali, karena
memang keeratan hubungan denagan para da’i sangat di wajibkan.
Untuk memudahkan proses penyembuhan.
5. Tanya: Apa saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para da’i di Pondok
Pesantren Al-Um?
Jawab: Kegiata-kegiatan yang kami lakukan yaitu belajar ilmu agama, shalat
berjamaah, membaca al- Qur`an, do’a bersama yang dilakukan setiap
malam jum’at, konsultasi pribadi, lain-lain.
6. Tanya: Apa saja metode yang digunakan oleh para da’i dalam merehabilitasi
santri narkoba?
Jawab: Metode yang kami gunakan dalam memberikan materi pmbelajaran
kepada santri narkoba adalah tanya jawab, ceramah, dan metode
pemberian tugas.
7. Tanya: Apa saja meteri yang diterapkan dalam mempelajari ilmu agama?
Jawab: Adapun materi yang kami berikan kepada santri narkoba yaitu aqidah-
akhlak, fiqih, tauhid, al-qur`an dan hadist.
Hasil Wawancara dengan Ustd.Mukhtar S.Ag.
1. Tanya: Apa motivasi bapak menjadi da’i di Pondok Pesantren Al-Um?
Jawab: Motivasi saya menjadi da’i di Pondok Pesantren yaitu karena merasa
mempunyai kewajiban untuk saling tolong-menolog sesama muslim
dan mengamalkan ilmu yang saya miliki.
2. Tanya: Tugas bapak di Pondok Pesantren Al-Um ini sebagai apa?
Jawab: Tugas saya di sini memberikan materi-meteri pembelajaran kepada
santri salafi dan juga santri narkoba.
3. Tanya: Sejak kapan bapak bergabung dengan Pondok Pesantren Al-Um?
Jawab: Udah lama juga, tahun berapa pastinya saya lupa.
4. Tanya: Apa harapan yang bapak miliki untuk santri narkoba?
Jawab: Harapan saya agar santri narkoba ini bisa kembali kejalan yang
diridhai Allah SWT, dan dapat kembali hidup normal seperti
sebelumnya
Hasil Wawancara dengan Ustd. Burhanudin
1. Tanya: Apa motivasi bapak menjadi da’i di Pondok Pesantren Al-Um?
Jawab: Karena rasa kepedulian terhadap generasi penerus bangsa, dan ingin
menyelamatkan para generasi penerus bangsa ini dari kesesatan yang
semakin dalam, intinya merasa mempunyai kewajiban untuk saling
tolong-menolong antar sesama
2. Tanya: Tugas bapak di Pondok Pesantren Al-Um ini sebagai apa?
Jawab: Tugas saya di sini yaitu memberikan materi-meteri pembelajaran
kepada santri salafi dan juga santri narkoba.
3. Tanya: Sejak kapan bapak bergabung dengan Pondok Pesantren Al-Um?
Jawab: Cukup lama, dari awal berdirinya Pondok Pesantren saya sudah
menjadi pengajar di sini karena, saya sahabat dekat pa kiai kami
pernah mondok bareng.
4. Tanya: Apa harapan yang bapak miliki untuk santri narkoba?
Jawab: Agar santri narkoba ini bisa sehat secara fisik, jasmani dan rohani dan
dapat berguna di masyarakat.
Nomor :
Lamp :
Hal : Surat keterangan pernah melakukan penelitian
Saya yang bertanda tangan di bawah ini.
Nama : KH. TB. Bahrum Zaman
Alamat : Jl. Gunung Batu, Rt/Rw 01/08, Kp. Pagentongan, Desa. Loji. Kec.
Bogor Barat, Kota Bogor.
Jabatan : Pimpinan Pondok Pesantren Al-Um Bogor.
Dengan ini menerangkan dengan sebenar-benarnya bahwa:
Nama : Inne Tresnayanti
NIM : 104051001864
Pekerjaan : Mahasiswi
Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Telah melakuakn penelitian dalam lembaga yang saya pimpin Pondok Pesantren
Al-Um Bogor, untuk keperluan penyelesaian skripsi S-1 yang berjudul. Dakwah
Pondok Pesantren al-Um Bogor dalam Rehabilitasi Santri Narkoba.
Demikian surat ini kami sampaikan agar dapat dipergunakan berbagai pihak
sebagai mana mestinya.
Bogor, 18 Me 2008
KH.Tb.Bahru Zaman
SURAT KETERANGAN WAWANCARA
Yang bertanda tangan di bawah ini, K.H. Tb. Bahrum Zaman
Menerangkan bahwa:
Nama : Inne Tresnayanti
NIM : 104051001864
Fakultas : Dakwah dan Komunikasi
Jurusan : Komunikasi dan Penyiaran Islam
Nama tersebut di atas benar-benar telah melakukan wawancara di Yayasan Al-Um
Bogor.
Demikianlah surat keterangan ini kami buat untuk dipergunakan dengan
sebaik-baiknya.
Bogor, 18 Mei 2008.
K.H. Tb. Bahrum Zaman
Nomor :
Lamp :
Hal : Surat keterangan pernah melakukan penelitian
Saya yang bertanda tangan di bawah ini.
Nama : KH. TB. Bahrum Zaman
Alamat : Jl. Gunung Batu, Rt/Rw 01/08, Kp. Pagentongan, Desa. Loji. Kec.
Bogor Barat, Kota Bogor.
Jabatan : Pimpinan Pondok Pesantren Al-Um Bogor.
Dengan ini menerangkan dengan sebenar-benarnya bahwa:
Nama : Inne Tresnayanti
NIM : 104051001864
Pekerjaan : Mahasiswi
Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Telah melakuakn penelitian dalam lembaga yang saya pimpin Pondok Pesantren
Al-Um Bogor, untuk keperluan penyelesaian skripsi S-1 yang berjudul. Dakwah
Pondok Pesantren al-Um Bogor dalam Rehabilitasi Santri Narkoba.
Demikian surat ini kami sampaikan agar dapat dipergunakan berbagai pihak
sebagai mana mestinya.
Bogor, 18 Mei
2008
KH. Tb. Bahrum
Zaman
SURAT KETERANGAN WAWANCARA
Yang bertanda tangan di bawah ini, K.H. Tb. Bahrum Zaman
Menerangkan bahwa:
Nama : Inne Tresnayanti
NIM : 104051001864
Fakultas : Dakwah dan Komunikasi
Jurusan : Komunikasi dan Penyiaran Islam
Nama tersebut di atas benar-benar telah melakukan wawancara di Yayasan Al-Um
Bogor.
Demikianlah surat keterangan ini kami buat untuk dipergunakan dengan
sebaik-baiknya.
Bogor, 18 Mei
2008.
K.H. Tb. Bahrum
Zaman
top related