akuntansi kewajiban lancar dan penggajian
Post on 18-Jul-2015
2.858 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Company name
KELOMPOK 6:
1. YUNITA SAPUTRI
2. WULANDARI RIMA KUMARI
3. EKA RAMA PUTRA
4. WAHYU WURI
5. DIAN NOVITASARI
AKUNTANSI KEWAJIBAN
LANCAR DAN PENGGAJIAN
APAKAH KEWAJIBAN LANCAR ITU ?
Kewajiban lancar adalah utang yang diharapkan akan dibayar (1) dalam jangka waktu satu
tahun atau satu siklus operasi normal perusahaan (tergantung mana yang lebih panjang), dan
(2) dengan menggunakan aktiva lancar yang ada atau hasil dari pembentukan kewajiban lancar
yang lain. Kewajiban lancar meliputi meliputi utang wesel, utang dagang, pendapatan diterima
dimuka dan biaya yang masih harus dibayar seperti utang gaji, utang pajak dan utang bunga.
Perusahaan selalu memperhatikan besarnya kewajiban lancar dalam hubungannya dengan
jumlah aktiva lancar. Perusahaan yang memiliki kewajiban lancar lebih besar dari aktiva lancar
berada dalam posisi yang mengkhawatirkan, karena ada kemungkinan perusahaan tersebut
tidak akan dapat melunasi kewajiban yang segera harus dibayar.
KEWAJIBAN LANCAR
JENIS-JENIS KEWAJIBAN LANCAR
1. UTANG WESEL
Kewajiban yang didukung dengan bukti tertulis secara formal, dalam bentuk wesel atau promes, disebut utang wesel atau wesel bayar.
Utang wesel biasanya mengharuskan pihak yang berutang untuk membayar bunga, dan utang semacam ini biasanya diambil untuk memenuhi kebutuhan dana jangka pendek.
Wesel bisa dibuat dengan jangka waktu yang berbeda-beda. Apabila jangka waktu wesel kurang dari satu tahun, maka wesel tersebut digolongkan sebagai kewajiban lancar atau kewajiban jangka pendek. Untuk membedakan kedua jenis wesel ini dimisalkan CV Progo membutuhkan pinjaman sebesar Rp 10.000.000,00 selama 4 bulan, untuk memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendek.
• Wesel Berbunga
Bank Duta Pertiwi menyetujui untuk memberi pinjaman sebesar Rp 10.000.000,00 pada tanggal 1 Oktober 1992. Untuk itu bank minta kepada CV Progo untuk menandatangani sebuah promes dengan bunga 12%, dan berjangka waktu 4 bulan. Apabila wesel berbunga, maka jumlah uang yang diterima CV Progo setelah wesel ditandatanagani adalah sebesar nilai nominal wesel tersebut. Jurnal yang harus dibuat oleh CV Progo pada tanggal 1 Oktober 1992 adalah sebagai berikut:
Okt. 1 Kas 10.000.000,00
Utang Wesel 10.000.000,00
(Untuk mencatat penerimaan kas dan penarikan wesel, 12%, 4bulan)
Seandainya tahun buku CV Progo berakhir tanggal 31 Desember, dan pada tanggal tersebut
perusahaan menyusun neraca maka pada tanggal 31 Desember perlu dibuat jurnal
penyesuaian untuk mencatat utang bunga sebesar Rp 300.000,00 (Rp 10.000.000,00 x 12% x
3/12) yaitu untuk priode bulan Oktober sampai dengan Desember 1992. Jurnal penyesuaian
yang harus dibuat pada tanggal 31 Desember adalah sebagai berikut:
Des. 31 Biaya Bunga 300.000,00
Utang Bunga 300.000,00
(Untuk mencatat biaya bunga wesel selama 3 bulan)
Jurnal untuk mencatat pembayaran nilai nominal dan bunga wesel pada tanggal 1 Februari 1993
(tanggal jatuh wesel) adalah sebagai berikut:
Feb. 1 Utang Wesel 10.000.000,00
Utang Bunga 300.000,00
Biaya Bunga 100.000,00
Kas 10.400.000,00
(Untuk mencatat biaya bunga 1 bulan dan pelunasan wesel)
Pada tanggal jatuh wesel, CV Progo harus membayar nilai jatuh wesel yang terdiri dari nilai nominal wesel Rp 10.000.000,00 ditambah biaya bunga Rp 400.000,00 (Rp 10.000.000,00 x 12% x 4/12). Pada saat pelunasan, biaya bunga yang diperhitungkan hanya satu bulan, sebab biaya bunga untuk periode Oktober sampai dengan Desember 1992, telah dibebankan sebagai biaya untuk periode tahun 1992 yang lalu.
• Wesel Tidak Berbunga
Wesel tidak berbunga adalah wesel yang tidak secara eksplisit menyebutkan tingkat bunga tertentu dalam surat wesel yang bersangkutan. Sebenarnya, wesel tersebut tetap mengandung bunga, karena peminjam diwajibkan membayar jumlah yang lebih besar pada tanggal jatuh dibandingkan dengan jumlah pinjaman yang diterimanya. Dalam hal ini, bunga wesel adalah selisih antara jumlah yang dibayar pada tanggal jatuh dengan jumlah pinjaman yang diterima pada saat wesel ditandatangani. Dengan perkataan lain, peminjam menerima kas sebesar nilai tunai atau nilai wesel saat ini (present value). Nilai tunai adalah sama dengan nilai nominal wesel pada tanggal jatuh dikurangi bunga atau diskonto yang dibebankan oleh pihak pemberi pinjaman selama jangka waktu wesel. Sebagai contoh, misalkan CV Progo menandatangani wesel dengan nilai nominal Rp 10.400.000,00, jangka waktu 4 bulan, tanpa bunga untuk Bank Duta Pertiwi. Nilai tunai wesel adalah Rp 10.400.000,00. Jurnal untuk mencatat transaksi di atas dalam pembukuan CV Progo adalah sebagai berikut:
Okt. 1 Kas 10.000.000,00
Diskonto Utang Wesel 400.000,00
Utaang Wesel 10.400.000,00
(Untuk mencatat penerimaan kas dan penarikan wesel, 4 bulan, tanpa bunga)
Dalam jurnal diatas, rekening utang wesel di kredit sebesar nilai nominal wesel yaitu Rp
10.400.000,00 yang jumlahnya lebih besar daripada jumlah kas yang diterima. Selisih antara
nilai nominal wesel dengan jumlah kas yang diterima didebetkan ke rekening Diskonto Utang
wesel. Diskonto utang wesel bisa dikurangi jumlahnya secara bertahap dalam jumlah yang
sama besarnya (garis lurus) selama jangka waktu wesel. Semakin rendahnya jumlah saldo
rekening diskonto, maka saldo bersih rekening kewajiban semakin naik.
• Perbandingan Wesel Berbunga dengan Wesel Tak Berbunga
Laporan Rugi-Laba
Biaya Bunga 300.000,00 Biaya Bunga 300.000,00
Neraca Neraca
Utang Wesel 10.000.000,00 Utang Wesel 10.400.000,00
Utang Bunga 300.000,00 Diskonto Wesel 100.000,00
10.300.000,00 10.300.000,00
Wesel Berbunga Wesel Tidak Berbunga
Laporan Rugi-Laba
2. UTANG PAJAK
Sebagai konsumen, kita sering dikenai pajak atas barang atau jasa yang kita beli, seperti kita makan di rumah makan, menginap di hotel, atau jika kita membeli barang-barang tertentu, misalnya mobil. Pajak ini disebut PajakPertambahan Nilai (PPN) atau pajak penjualan. Tarif pajak ditetapkan atas dasar persentase tertentu dari harga jual. Pihak penjual (atau Pabrikan) memungut pajak tersebut dari pembeli pada saat penjualan terjadi, dan secara periodik (biasanya secara bulanan) menyetorkannya ke Kas Negara. Dengan demikian, pajak yang dipungut dari pembeli untuk disetorkan ke Kas Negaraditinjau dari pihak penjual merupakan utang kepada negara yang disebut utang pajak PPN. Sebagai contoh, misalkan pada tanggal 25 Maret1992, PT Kelud menjual barang seharga Rp 10.000,00. Atas penjualantersebut PT Kelud memungut pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar 10 %, sehingga jumlah kas yang diterima dari pembeli menjadi Rp 11.000,00. Jurnal yang dibuat oleh PT Kelud atas transaksi penjualan diatas adalahsebagai berikut:
Maret 25 Kas 11.000,00
Penjualan 10.000,00
Utang PPN 1.000,00
(Untuk mencatat penjualan dan utang Pajak Pertambahan Nilai)
Apabila PT Kelud menyetorkan potongan-potongan pajak tersebut ke Kas Negara, maka
rekening Utang PPN didebet dan rekening Kas dikredit. Dengan demikian PT Kelud hanya
bertindak sebagai pemungut pajak mewakili negara. Pajak tersebut tidak dilaporkan oleh PT
Kelud sebagai biaya, karena Pt Kelud tidak menanggung beban apapun atas pembayaran
tersebut. Dalam hal ini pembeli yang dibebani pajak oleh negara.
Apabila pajak tidak dicatat secara terpisah, maka pendapatan penjualan harus dipecah menjadi
pendapatan penjualan (setelah dikurangi pajak) dan utang pajak. Dalam contoh di atas, apabila
penjualan dicatat dengan jumlah Rp 11.000,00, maka dari jumlah tersebut 100/110 bagian atau
Rp 10.000,00 menjadi pendapatan penjualan dan 10/110 bagian atau Rp 1.000,00 menjadi
utang pajak.
Perlakuan seperti diatas berlaku juga untuk jenis pajak lain, selain pajak pertambahan nilai (jika
ada), yang pemungutannya dari pembeli diserahkan oleh negara kepada perusahaan selaku
wajib pungut. Dengan demikian utang pajak tidak lain adalah jumlah pungutan pajak dari
pembeli yang menjadi kewajiban perusahaan untuk menyetorkannya ke Kas Negara.
3. PENDAPATAN DITERIMA DI MUKA
Perusahaan kadang-kadang menerima pembayaran di muka atas barang
atau jasa yang penyerahannya akan dilakukan di waktu yang akan datang.
Sebagai contoh, perusahaan penerbangan sering menjual tiket untuk
penerbangan bulan berikutnya. Penerimaan kas yang terjadi sebelum
barang atau jasa diserakan kepada pembeli, harus diperlakkan sebagai
utang, karena penjual mempunyai kewajiban untuk menyerahkan barang
atau jasa diwaktu yang akan datang. Pencatatan atas penerimaan
pendapatan di muka dan penyelesaiannya adalah sebagai berikut :
1. Apabila perusahaan menerima pembayaran dimuka dari pembeli,
maka rekening Kas didebet dan rekening utang yang disebut
Pendapatan Diterima di Muka dikredit.
2. Apabila barang telah dikirimkan atau jasa telaah diberikan, maka
rekening Pendapat Diterima di Muka didebet, dan rekening
pendapatan dikredit.
Sebagai contoh, misalkan pada tanggal 1 Desember 1992, CV Serayu
menerima pesanan 400 buah kursi kuliah dari PT Merbabu dengan harga Rp
10.000,00 per buah. Pada tanggal tersebut PT Merbabu membayar uang
muka sebesar Rp 2.500.000,00. Jurnal yang dibuat oleh CV Serayu untuk
mencatat penerimaan kas diatas adalah :
Des. 1 Kas 2.500.000,00
Pendapatan Diterima di Muka 2.500.000,00
(Untuk mencatat penerimaan uang muka Pesanan 400 buah kursi)
Pada tanggal 31 Desember, CV Serayu mengirimkan 100 buah kursi sebagai penyerahan tahap
pertama. Jurnal yang harus dibuat untuk mencatat pendapatan dari 100 buah kursi yang sudah
diserahkan adalah :
Des. 31 Pendapatan Diterima di Muka 1.000.000,00
Penjualan 1.000.000,00
(Untuk mencatat pendapatan atas penyerahan 100 buah kursi)
Selain jurnal di atas, CV Serayu juga membuat jurnal untuk mencatat hrga pokok penjualan dan
pengurangan persediaan, sebagai berikut:
Des. 31 Harga Pokok Penjualan xxx
Persediaan xxx
(Untuk mencatat harga pokok penjualan100 buah kursi)
Dari contoh cara pencatatan di atas, jelaslah bahwa suatu penerimaan kas di muka adalah
merupakan kewajiban. Penerimaan ini baru akan menjadi pendapatan, apabila barang atau jasa
telah diserahkan kepada pemberi uang muka. Dengan demikian, saldo rekening Pendapatan
Diterima di Muka mencerminkan kewajiban perusahaan untuk menyerahkan barang atau jasa di
masa yang akan datang.
4. BAGIAN DARI UTANG JANGKA PANJANG YANG JATUH TEMPO
PADA TAHUN INI
Perusahaan kadang-kadang mempunyai kewajiban jangka panjang yang
sebagian diantaranya akan jatuh tempo (harus dibayar) dalam waktu tidak
lebih dari setahun sejak tanggal nerca. Sebagai contoh, misalkan PT Kerinci
pada tanggal 1 Januari 1990 menerima pinjaman jangka panjang dari Bank
Nusantara. Pada tanggal tersebut ditanda tangani sebuah sebuah promes
yang bernilai nominal Rp 25.000.000,00 dengan jangka waktu 5 tahun.
Dalam perjanjian ditetapkan bahwa promes tersebut harus diangsur pada
setiap tanggal 1 Januari (mulai 1 Januari 1991) sebesar Rp 5.000.000,00.
Apabila PT Kerinci menyusun neraca pada tanggal 31 Desember 1990,
maka dalam neraca tersebut 1/5 bagian dari utang wesel diatas (Rp
5.000.000,00), harus dilaporkan sebagai kewajiban jangka pendek,
sedangkan sisanya (Rp 20.000.000,00) dilaporkan sebaga kewajiban jangka
panjang. Dalam neraca, bagian utang yang akan jatuh tempo dalam waktu
kurang dari satu tahun, dilaporkan dengan judul Utang Jangka Panjang Jatuh
Tempo dalam Satu Tahun.
PELAPORAN KEWAJIBAN LANCAR DALAM NERACA
Kewajiban lancar adalah kelompok kewajiban yang harus dilaporkan paling atas dalam neraca.
Dalam kelompok ini, setiap jenis kewajiban dicantumkan secara terpisah. Selain itu, jangka
waktu utang wesel dan informasi penting lainnya, harus diungkapkan dalam catatan atas
laporan keuangan.
Kewajiban lancar biasanya tidak dicantumkan berdasar urutan tanggal pelunasannya, karena
tanggal pelunasan untuk suatu kewajiban lancar tertentu (misalnya utang wesel) mungkin terdiri
dari beberapa tanggal jatuh. Cara penyajian yang lazim dalam praktik, ialah mencantukan utang
wesel paling atas, kemudian diikuti dengan utang dagang, dan berikutnya utang lancar lainnya.
Contoh pelaporan kewajiban lancar dalam neraca adalah sebagai berikut:
PT Jayawjaya Kewajiban Lancar (dalam jutaan) Utang wesel................................................................................................ Rp 362 Utang dagang............................................................................................. 1.498 Utang gaji................................................................................................... 733 Utang pajak................................................................................................ 356 Utang janka panjang jatuh tempo dalam satu tahun.................................................................................. 78 Utang bunga.............................................................................................. 190 Utang lain-lain........................................................................................... 65 Jumlah kewajiban lancar………………………………………………………………………. Rp 3.482
Kewajiban perusahaan kepada para karyawan dalam bentuk upah dan gaji
yang belum dibayar, kadang-kadang cukup besar jumlahnya. Lebih-lebih
dalam perusahaan yang memiliki tenaga kerja yang banyak jumlahnya,
biaya gaji sering kali mencerminkan jumlah yang cukup besar bila
dibandingkan dengan jenis biaya yang lain. Selain gaji, perusahaan
biasanya juga memberikan berbagai kompensasi berupa tunjangan, seperti
tunjangan kesehatan, tunjangan asuransi, dan tunjangan lainnya. Dengan
adanya berbagai komponen yang harus dibayarkan kepada karyawan, maka
diperlukan akuntansi penggajian yang tepat, disertai pengawasan yang
memadai.
Akuntansi penggajian tidak semata-mata menyangut soal pembayaran gaji
atau upah kepada para karyawan. Perusahaan juga mempunyai kewajiban
untuk menyelenggarakan administrasi penggajian untuk setiap karyawan,
termasuk juga data pajak penghasilan tiap karyawan.
GAJI DAN UPAH
Istilah gaji sebesarnya meliputi semua gaji dan upah yang dibayarkan
perusahaan kepada karyawannya. Tarif gaji biasanya dinyatakan dalam gaji
per bulan.
AKUNTANSI PENGGAJIAN
Dalam istilah gaji, tidak termasuk uang jasa atau honorarium yang dibayarkan kepada pihak
luar yang memberikan jasanya kepada perusahaan. Contoh, honorarium yang dibayarkan
kepada penasehat hukum atau akuntan publik oleh perusahaan tidak termasuk dalam gaji
pegawai, karena pihak luar bukanlah karyawan perusahaan.
PENTINGNYA PENGENDALIAN INTEREN ATAS PENGGAJIAN
Apabila diterapkan dalam perusahaan, maka tujuan pengendalian intern adalah (1)
mengamankan kekayaan perusahaan dari pembayaran gaji yang tidak sah, (2) menjamin
ketelitian dan dapat dipercayanya catatan akuntansi tentang penggajian. Penyelewengan dalam
kegiatan penggajian kerapkali terjadi pada perusahaan, seperti : menambahkan nama-nama
karyawan palsu dalam daftar gaji, dan uangnya diterima oleh si pemalsu daftar tersebut.
Kegiatan penggajian meliputi empat fungsi yaitu : pengangkatan pegawai, perhitungan waktu
kerja pegawai, pembuatan daftar gaji, dan pembayaran gaji. Agar sistem pengendalian intern
berjalan efektif, maka keempat fungsi tersebut harus diberikan pada bagian atau orang yang
berbeda.
PENGANGKATAN PEGAWAI
Calon pegawai, wawancara dan seleksi pendaftar, serta pengangkatan pegawai dilaksanakan
oleh bagian personalia. Apabila seorang karyawan diangkat, bagian personalia mencatat
berbagai informasi penting mengenai karyawan tersebut, yang meliputi data diri, status, tingkat
gaji/upah, mutasi.
Bagian personalia juga bertanggungjawab untuk mengotorisasi (1)
perubahan tingkat gajih atau upah, (2) pemberhentian pegawai. Pemberian
otorisasi harus dilakukan secara tertulis, dan salah satu copy perubahan
status harus dikirim ke bagian penggajian.
PENCATATAN WAKTU KERJA
Pada akhir periode gaji(misalnya akhir minggu atau akhir bulan ), pengawas
harus menandatangani waktu kerja pegawai dalam kartu waktu. Apabila
pegawai melakukan kerja lembur, maka hal itu harus dilakukan dengan
persetujuan tertulis dari pengawas. Tujuannya untuk mencegah pemalsuan
jam kerja melalui kerja lembur yang sesungguhnya tidak dilakukan. Kartu
kerja yang telah disahkan pengawas dikirimkan ke bagian penggajian.
PEMBUATAN DAFTAR GAJI
Daftar gaji dibuat oleh bagian penggajian berdasarkan dua sumber berikut :
(1) otorisasi dari bagian personalia (2) kartu waktu yang telah mendapat
persetujuan. Berhubung perhitungan gaji cukup rumit, kadang diperlukan
petugas kedua, yang bekerja secara terpisah, untuk memeriksa perhitungan
yang dilakukan petugas pertama. Daftar gaji yang telah diperiksa
ditandatangani oleh kepala bagian penggajian. Bagian penggajian juga
berkewajiban untuk menyiapkan cek gaji (tapi tidak boleh
menandatanganinya), menyimpan catatan gaji, dan menyiapkan
pembayaran pajak penghasilan karyawan.
PEMBAYARAN GAJI
Pembayaran gaji biasanya dilakukan oleh kasir di bagian keuangan. Pembayaran gaji dengan
menggunakan cek dilakukan dengan maksud untuk mengurangi risiko kerugian akibat pencurian,
dan demi kepraktisan. Agar tercipta pengendalian interen yang baik, cek gaji harus bernomor
urut tercetak, dan pemakaian setiap lembar cek harus dapat dipertanggungjawabkan. Semua
cek harus ditandatangani oleh kepala bagian keuangan (atau bendahara atau pejabat yang
ditunjuk), dan penyerahannya kepada pegawai yang berhak harus selalu berada di bawah
pengawasan bagian keuangan. Apabila pembayaran dilakukan dengan uang (bukan dengan
cek), maka diperlukan orang kedua untuk menghitung uang yang dimasukkana ke dalam
amplop gaji, dan untuk mendapatkan tandatangan penerimaan dari pegawai yang telah
menerima amplop gajinya.
PENGHASILAN KOTOR
Penghasilan kotor terdiri atas 3 sumber, yaitu upah, gaji dan bonus.
UPAH DAN GAJI
Total upah seorang pegawai dihitung dengan mengalikan tarif upah per jam dengan jumlah jam
kerja pegawai yang bersangkutan. Selain upah yang dibayar untuk jam kerja biasa, pegawai
mungkin masih menerima upah lembur yang tarifnya biasanya lebih tinggi daripada tarif biasa.
Berikut adalah contoh perhitungan upah kotor Budiman yang telah bekerja selama 44 jam
dalam minggu ini:
Gaji pegawai pada umumnya didasarkan pada tarif per bulan atau per tahun. Tarif tersebut digunakan dalam perhitungan gaji pegawai sesuai dengan periode pembayaran gaji pada perusahaan yang bersangkutan.
BONUS
Perusahaan kadang-kadang memiliki perjanjian pemberian bonus dengan karyawannya. Perjanjian bonus bisa didasarkan pada bermacam-macam faktor, misalnya kelebihan penjualan di atas jumlah tertentu, atau jumlah laba bersih. Sebagai contoh, misalkan PT. Lawu memberi bonus kepada karyawannya sebesar 10% dari penjualan. Seandainya penjualan pada suatu tahun berjumlah Rp 200.000.000,00 maka bonus yang dibayarkan kepada karyawan berjumlah Rp 20.000.000,00 (10% x Rp 200.000.000,00). Jurnal untuk mencatat bonus adalah sebagai berikut:
Biaya Bonus 20.000.000,00
Utang Bonus 20.000.000,00
(Untuk mencatat bonus)
Jenis Penghasilan
Pembayaran Kotor
Biasa 160 2.500Rp 400.000Rp
Lembur 16 3.000Rp 48.000Rp
Total Upah 448.000Rp
Jam Tarif
POTONGAN GAJI
Jumlah gaji yang di bayarkan kepada karyawan seringkali tidak sama dengan jumlah
penghasilan kotor karyawan yang di terapkandi atas. Hal ini di sebabkan adanya berbagai
potongan yang di kenakan terhadap penghasilan kotor. Potongan tersebut ada yang sifatnya
wajib dan ada pula yang di terapkan berdasarkan aturan intern dalam perusahaan.
Potongan Wajib
Adalah potongan yang harus dilakukan oleh perusahaan atau penghasilan kotor para
karyawannya yang di tetapkan berdasarkan undang-undang atau peraturan Pemerintah.
Contoh potongan wajib adalah pajak penghasilan karyawan dan iuran asuransi tenaga kerja.
Pengurangan-pengurangan ini tidak menjadi biayaperusahaan, karena perusahaan hanya
berkewajiban memotong dari penghasilan karyawan dan kemudian menyetorkannya ke kas
Negara atau kepala pihak yang berwenang.
Pajak Penghasilan Karyawan
Berdaraka Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 tentang pajak penghasilan (UU,PPH 1984),
perusahaan wajib melakukan pemotongan pajak atas penghasilan para karyawannya yang
memenuhi ketentuan sebaimana diatur dalam Undang-Undang tersebut. Pajak penghasilan
bagi karyawan yang bekerja pada suatu perusahaan menurut UU PPH 1984 tergolong dalam
pajak penghasilan pasal 21.
Pajak penghasilan PPH pasal 21 adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji,
upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama apapun sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan atau sebagai imbalan atas jasa.
Wajib pajak PPH pasal 21 adalah wajib pajak dalam Negeri yang meliputi:
1. Pegawai, karyawan atau karyawatitetap
2. Pegawai, karyawan atau karyawati lepas
3. Penerima honorarium
4. Penerima upah, baik upah harian, upah borongan, maupun upah satuan
Obyek pph pasal 21 adalah penghasilan. Adapun penghasilan yang
dikenakan pemotonganPPH pasal 21 adalah:
1. Penghasilan rutin Bulanan, baik berupa penghasilan pokok mau[pun
tunjangan-tunjangan rutin bulanan
2. Penghasilan tidak rutin bulanan dan yang biasanya diberikan sekali saja
atau sekali dalam setahun
3. Upah harian, mingguan upah satuan, dan upah borongan
4. Upah pensiun, uang tebusan pensiun, uang tabungan hari tua (THT), uang
tunggu, uang pesangon dan pembayaran lain sejenis
5. Honorarium, komisi atau pembayaran lain sebagai imbalan atas jasa yang
dilakukan di Indonesia
Besarnya pemungutan PPH pasal 21 dengan tarif dikalikan penghasilan kena pajak (PKP).
Penghasilan kena pajak (PKP) sama dengan penghasilan bruto dikurangi dengan :
1. Biaya jabatan sebesar 5% dari penghasilan bruto, maksimum Rp540.000,00 setahun, atau
Rp45.000,00 sebulan
2. Iuran pensiun, iuran tabungan hari tua atau tunjangan hari tua yang dibayar wajib pajak
3. Penghasilan tidak kena pajak (PTKP)
Untuk memperoleh PKP setahun, PKP sebulan dikalikan 12, dan untuk memperoleh jumlah
pajak penghasilan per bulan, jumlah pajak penghasilan setahun dikalikan 12.
Iuran program Asuransi Sosial Tenaga kerja (ASTEK)
Berdasarkan pasal 3 ayat 1 perturan Pemerintah No 33 Tahun 1977,perusahaan wajib
menyelenggarakan program astek baik dengan mempertanggungkan tenaga kerjanya yang
bekerja dalam suatu ikatan kerja dengan perusahaan dalam program asuransi kecelakaan kerja
dan asuransi kematian maupun dengan memenuhi kewajibannya dalam program tabungan hari
tua kepada badan penyelenggara.
Program ASTEK meliputi :
1. Program asuransi kecelakaan kerja
2. Program-program tabungan hari tua yang dikaitkan dengan asuransi kematian
Sebagaimana disebutkan dalam pasal 9 surat keputusan menteri Tenaga
kerja, Transmigrasi, dan Koperasi No. Kep-116/Men/1977 (tentang peretutan
tata cara, persyaratan pendaftaran, pembayaran iuran dan pembayaran
jaminan asuransi sosial tenaga kerja), pembayaran iuran ASTEK dilakukan
secara Bulanan oleh perusahaan dan paling lambat telah dibayarkan pada
Tanggal 15 bulan dari iuran bulan yang bersangkutan.
Berdasarkan peraturan pemerintah No.33 Tahun 1977, besarnya iuran dan
penanggungan iuran adalah sebagai berikut :
a. Iuran Asuransi Kecelakaan Kerja
Iuran untuk asuransi kecelakaan kerja di tanggung oleh perusahaan.
Besarnya iuran untuk pembiayaan program asuransi kecelakaan kerja dibagi
dalam 10 kelas, dengan iuran terendah 2,4 permil, dan iuran tettinggi 36
permil.
b. Iuran Tabungan Hari Tua
Iuran untuk tabungan hari tua di tranggung oleh perusahaan dan tenaga
kerja. Besarnya iuran tabungan hari tua (pasal 9 ayat 2 peraturan
pemerintah no 33 Tahun 1977) ialah:
1. dari perusahaan 1,5% dari upah, dan
2.Dari tenaga kerja 1% dari upah.
c. Iuran Asuransi Kematian
Iuran untuk pembiayaan program asuransi kematian di tanggung perusahaan. Besarnya iuran
untuk program asuransi kematian di tetapkan sebesar 0,5% dari upah.
Dengan demikian dari ketiga program ASTEK di atas hanya program tabungan hari tua yang
menjadi beban karyawan, sedang selebihnyamenjadi tanggungan perusahaan. Untuk
melaksanakan ketentuan tersebut pada pasal 9 ayat 2, perusahaan diberi kewenangan untuk
melakukan pemotongan upah dari tenaga kerja yang bersangkutan, sepanjang yang menjadi
kewajiban tenaga kerja yang bersangkutan, sepanjang yang menjadi kewajiban tenaga kerja
dan wajib membayarkannya kepada badan penyelenggara (dalam hal ini PERUM ASTEK).
Potongan Sukarela
Penghasilan kotor karyawan bisa dipotong untuk tujuan-tujuan tertentu atas permintaan atau
persetujuan karyawan. Potongan ini bisa dilakukan secara kelompok atau perorangan.
Sebagai contoh :
Potongan secara berkelompok dilakukan untuk iuran koperasi kayrawan atau iuran Korpri
(khusus pegawai Negeri). Potongan perorangan hanya dilakukan atas penghasilan karyawan
tertentu. Misalnya potongan gaji untuk angsuran pinjaman karyawan kepada perusahaan.
PENGHASILAN BERSIH KARYAWAN
Penghasilan bersi seorang karyawan dihitung dengan mengurangkan potongan-potongan (baik wajib pajak maupun sukarela) terhadap penghasilan kotornya. Berikut adalah contoh perhitungan penghasilan bersih Budiman untuk Bulan ini :
Dalam perhitungan diatas PPh pasal 21 dihitung sebesar 15% dari pendapatan kena pajak ( penghasilan kotor dikurangi dengan pendapatan tidak kena pajak).
Penghasilan kotor Rp448.000,00
Dikurangi potongan :
PPh pasal 21 Rp 16.426,00
Iuran ASTEK 4.480,00
Iuran Koperasi 1.000,00
Angsuran pinjaman 5.000,00
26 .906,00
Penghasilan Bersih Rp421.094,00
CATATAN – CATATAN DI BAGIAN PENGGAJIAN
Catatan penghasilan karyawan adalah pencatatan kumulatif mengenai penghasilan karyawan
yang meliputi penghasilan kotor,potongan – potongan, dan penghasilan bersih selama satu
tahun atau periode.
Untuk setiap karyawan akan diberikan catatan penghasilan yang dibuat khusus untuk karyawan perusahaan.Setiap kali terjadinya transaksi yang berhubungan dengan penghasilan karyawan yang bersangkutan, maka catatan tersebut segera di mutahirkan.Untuk penggajian akan membuat daftar gaji.Dalam daftar tersebut akan dicantumkan seluruh gaji karyawan yang meliputi penghasilan kotor,potongan – potongan dan penghasilan bersih stiap karyawan untuk tiap periode pembayaran gaji dan upah.
Pada perusahaan tertentu,daftar gaji sekaligus berfungsi sebagai jurnal,dan pembukuan ke
buku besar ( posting ) langsung diselenggarakan dari daftar gaji tersebut.
PENCATATAN GAJI DAN UPAH
Contoh Jurnal
Jan. 31 Biaya Gaji Kantor ............................. 2.550.000
Biaya Upah ....................................... 2.162.000
Utang PPh. 21 Karyawan ................................. 308.762
Utang Astek - Karyawan .................................. 47.120
Utang Koperasi Karyawan ............................... 12.500
Piutang Karyawan ............................................ 17.500
Utang Gaji & Upah .......................................... 4.326.946
(Untuk mencatat gaji dan upah januari)
PEMBAYARAN KEPADA KARYAWAN
Pembayaran gaji perusahaan bisa menggunakan uang tunai ataupun berupa cek.Contoh
Jurnal untuk memcatat pembayaran gaji ;
Jan. 31 Utang Gaji & Upah ...................... 4.326.964
Kas ..................................
4.326.964
(Jurnal untuk memcatat pembayaran gaji & upah)
BIAYA TENAGA KERJA YANG MENJADI TANGGUNGAN PERUSAHAAN
Contoh jurnalPengeluaran untuk keperluan karyawan yang diharuskan oleh peraturan pemerintah,seperti telah disinggung diatas,misalnya asuransi sosial tenaga kerja (ASTEK).Bagian dari iuran astek yang menjadi beban perusahaan merupakan biaya perusahaan. Bagian dari iuran astek yang menjadi beban perusahaan adalah Asuransi Kecelakaan (28permil), tabungan Hari Tua (1,5%), dan Asuransi Kematian (0,5%). Tarif iuran Astek ini apabila diterapkan pada gaji dan upah kotor PT. Gunung Mas di atas adalah sebagai berikut :
Asuransi Kecelakaan : 28/1000 x Rp. 4.662.000,00 = Rp. 130.563,00Tabungan Hari Tua : 1,5% x Rp. 4.662.000,00 = Rp. 69.930,00Asuransi Kematian : 0,5 % x Rp. 4.662.000,00 = Rp. 23.310,00Jumlah iuran Astek bulan Januari yang menjadi bebanperusahaan = Rp. 223.776,00
Jurnal untuk mencatat biaya iuran Astek yang menjadi beban perusahaan adalah sebagai berikut :Jan. 31 Biaya Tenaga Kerja ......................
223.776,00Utang Astek – Perusahaan .......
223.776,00(Jurnal untuk mencatat biaya iuran Astek yang menjadi
beban perusahaan)
Jurnal yang harus dipotong untuk mencatat pembayaran iuran Astek yang telah dipotong dari
gaji karyawan maupun yang menjadi beban perusahaan ke perum Astek adalah sebagai berikut
:
Feb. 5 Utang Astek - Perusahaan ...................... 223.776,00
Utang Astek – Karyawan ...................... 47.120,00
Kas ............................................ 270.896,00
(Pembayaran iuran Astek)
Dalam hal ini digunakan rekening Utang Astek yang terpisah dengan utang Astek yang bersal
dari potongan gaji dan upah kawyawan,agar perhitungannya mudah diperiksa.Utang ini
dilaporkan dalam neraca sabagai utang lancar,karena harus dibayar perusahaan dalam waktu
kurang dari satu tahun. Biaya tenaga kerja dilaporkan dalam laporan rugi-laba sebagai biaya
operasi.
Contoh Soal Latihan
Perusahaan PT. SUKARYAWAS BRONGTI adalah tempat sarkhan
bekerja telah mengikuti program Astek yang meliputi tabungan hari
tua,asuransi kecelakaan,dan asuransi kematian. Untuk penghasilan
sarkhan sebesar Rp. 675.000,00.Pada tanggal 06 november 1999
sarkhan meminjam uang karna anaknya masuk rumah sakit sebesar
Rp. 250.000,00 dengan pengembalian potong gaji Rp.50.000,00 per
bulan.Stiap bulannya sarkhan harus membayar PPh Pasal 21
sebesar Rp. 20% dari pendapatan kena pajak dan iuran koperasi
sebesar Rp. 5.000,00Hitunglah Iuran astek yang harus dibayar
kepada Perum Astek kemudian buatkan perhitungan bersih yang
akan diterima sarkhan pada bulan ini?(Asuransi kecelekaan
32permil,Tabungan hari tua 2,5% dan Asuransi kematian 1%).
Penyelesaian
Ditanggung oleh
Perusahaan Tenaga kerja
Asuransi kecelakaan :
32/1000 x Rp. 675.000,00 Rp. 21.600,00 -
Tabungan hari tua :
2% x Rp. 675.000,00 Rp. 13.500,00
1,5% x Rp. 675.000,00 Rp. 10.125,00
Asuransi kematian :
1% x Rp. 675.000,00 Rp. 6.750,00
Rp. 41.850,00 Rp. 10.125,00
Yang harus dibayarkan ke Perum Askes sebagai berikut
Ditanggung Perusahaan + Ditanggung Tenaga Kerja = Pembayaran Perum
Askes
Rp. 41.850,00 + Rp. 10.125,00 = Rp. 51.975,00
Penghasilan KotorRp. 675.000,00
Dikurangi Potongan PPh Pasal 21 Rp.,63.025,00Iuran Astek 10.125,00 Iuran Koperasi 5.000,00Angsuran Pinjaman 50.000,00
128.150,00
Penjualan Bersih Rp. 546.850,00
top related