akuntansi syariah,
Post on 24-May-2015
4.800 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Take Home Exam
Akuntansi Syariah
Oleh:Early Ridho Kismawadi
11 EKNI 2364
Dosen Pembimbing:
Dr. Saparuddin Siregar SE. Ak, SAS, MAg, MA
PROGRAM PASCASARJANAINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARAMEDAN
2013 M/1433 H
1
1. Pesan Al Quran dan Sunnah Terhadap Akuntansi
a. Pengertian AkuntansiDalam Bahasa Arab yang bermakna akuntansi adalah muhasabah ( �ة ب ( م�ح�اس�
berasal dari kata kerja hasaba ( ) dan diucapkan juga dengan hisab ( ح�اس�ب� ,( ح س�اب hasibah ( ة� ب �ا ) dan hisaba ( ح�اس اب .( ح س�
Akuntansi Konvensional dalam Alquran juga mengandung beberapa
kemungkinan pengertian sebagai informasi atau sebagai pertanggung jawaban tetapi kita
akan memilih pengertian "main stream" yang berlaku saat ini yaitu sebagai sistem
informasi keuangan, untuk kemungkinan kedua juga lebih kompleks karena akuntansi
Islam itu juga masih belum jelas bentuknya. dalam hal ini ada tiga kemungkinan1:
1. Apakah Akuntansi Islam berdasarkan nilai nilai normatif yang ada dalam
ideologi Islam (Via Alquran dan Hadist) atau
2. Akuntansi Islam yang dipraktekkan oleh pemerintahan (kedaulatan) Islam
zaman kerajaan Islam dahulu.
3. Akuntansi Islam berdasarkan pemeikiran para Intelektual Islam yang
Hidup pada era hegemono sivilisasi barat (Occident) seperti sekarang ini.
Hal ini disebabkan oleh pembahasan tentang Islam harus selalu dikaitkan dengan
sumber utamanya yaitu Alquran, disisi lain Alquran tidak dapat dipisahkan oleh masalah
pada masa turunya Alquran tersebut namun juga tidak dapat dipisahkan oleh masa ketika
Alquran itu dipahami dan di interprestasikan.
Akuntansi konvensional menurut Accounting Principle Board (APB) Statement
No 4 (Belkaoui,1985) adalah: "Akuntansi adalah suatu kegiatan jasa. fungsinya adalah
memberikan informasi kuantitatif, umumnya dalam ukuran uang, mengenai suatu badan
ekonomi yang dimaksudkan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi
sebagai dasar memilih di antara beberapa alternatif".2
b. Pesan Al Quran Terhadap AkuntansiDalam bukunya Prinsip-prinsip Akuntansi dalam Al-Qur’an Muhamad yang
dikembangakan dari tesisnya tentang Prinsip-prinsip Akuntansi dalam Al-Qur’an dapat
menjadi salah satu contoh dari metodologi ini. Hasilnya, Muhamad menyimpulkan
1 Sofyan Syafri Harahap, Beberapa Dimensi Akuntansi: Menurut Alquran, Ilahiyah, sejarah Islam dan Kini,(Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, Vol 2, No. 2 Agustus 2002), h. 58.
2 Ibid, h. 59.
2
bahwa ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah hisab (perhitungan) pada intinya adalah
mengandung nilai-nilai yang dapat diterapkan dalam pelaksanaan akuntansi syari’ah, di
antaranya prinsip kebenaran, keadilan, dan pertanggungjawaban.3
Pesan Melakukan Pencatatan
Artinya: dan segala sesuatu yang telah mereka perbuat tercatat dalam buku-buku catatan, Maksudnya buku-buku catatan yang terdapat di tangan Malaikat yang mencatat amal perbuatan manusia. dan segala (urusan) yang kecil maupun yang besar adalah tertulis. (QS Qamar: 52-53)
Artinya: dan segala sesuatu telah Kami catat dalam suatu kitabYang dimaksud dengan kitab di sini adalah buku catatan amalan manusia. (QS An Nabaa': 29)
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai
untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah seorang
penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. dan janganlah penulis enggan
menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan
hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan
hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun
daripada hutangnya. jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah
3 Dwi Suwiknyo, Teorisasi Akuntansi Syari'ah di Indonesia, (Jurnal Ekonomi Islam La_Riba, Vol 1, No. 2, Desember 2007), h. 218.
3
(keadaannya) atau Dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, Maka hendaklah walinya
mengimlakkan dengan jujur. dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-
orang lelaki (di antaramu). jika tak ada dua oang lelaki, Maka (boleh) seorang lelaki dan
dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa Maka
yang seorang mengingatkannya. janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan)
apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil
maupun besar sampai batas waktu membayarnya. yang demikian itu, lebih adil di sisi
Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan)
keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai
yang kamu jalankan di antara kamu, Maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak
menulisnya. dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan
saksi saling sulit menyulitkan. jika kamu lakukan (yang demikian), Maka Sesungguhnya
hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. dan bertakwalah kepada Allah; Allah
mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu. (QS. Al Baqarah: 282)
Berikut uraian ketiga prinsip yang terdapat dalam surat Al-Baqarah 282.4
1. Prinsip Pertanggungjawaban
Implikasi dalam bisnis dan akuntansi adalah bahwa individu yang terlibat dalam
praktik bisnis harus selalu melakukan pertanggngjawaban apa yang telah
diamanatkan dan diperbuat kepada pihak-pihak yang terkait dan biasanya dalam
bentuk laporan akuntansi.
2. Prinsip Keadilan
Kata keadilan dalam konteks aplikasi akuntansi mengandung dua pengertian,
yaitu: Pertama, adalah berkaitan dengan praktik moral, yaitu kejujuran, yang
merupakan faktor yang sangat dominan. Kedua, kata adil bersifat lebih
fundamental (dan teetap berpijak pada nilai-nilai etika/syari’ah dan moral).
3. Prinsip Kebenaran
Prinsip kebenaran ini sebenarnya tidak dapat dilepaskan dengan prinsip keadilan.
Kebenaran di dalam Al-qur’an tidak diperbolehkan untuk dicampuradukkan
4 Muhammad, Prinsip-prinsip Akuntansi dalam Al-Qur’an, Yogyakarta: UII Press, 2000, hal. 10.
4
dengan kebathilan. Al-qur’an telah menggariskan, bahwa ukuran, alat atau
instrument untuk menetapkan kebenaran tidaklah didasarkan pada nafsu.
Pesan Al Quran Terhadap Akuntansi Berpasangan (Double Entry Sistem)
Artinya: Maha suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui. (QS Yaasii: 36)
Artinya: Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. (QS Adz Dzariyat: 49)
Prinsip Pengawasan
4. berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, Maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya.5. dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik.6. dan ujilah Yakni: Mengadakan penyelidikan terhadap mereka tentang keagamaan, usaha-usaha mereka, kelakuan dan lain-lain sampai diketahui bahwa anak itu dapat dipercayai. anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), Maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya. dan janganlah kamu Makan harta anak yatim lebih dari batas kepatutan dan (janganlah kamu) tergesa-gesa (membelanjakannya) sebelum mereka dewasa. barang siapa (di antara pemelihara itu) mampu, Maka hendaklah ia menahan diri (dari memakan harta anak yatim itu) dan Barangsiapa yang miskin, Maka bolehlah ia Makan harta itu menurut yang patut. kemudian apabila kamu menyerahkan harta kepada mereka, Maka hendaklah kamu adakan saksi-saksi (tentang penyerahan itu) bagi mereka. dan cukuplah Allah sebagai Pengawas (atas persaksian itu). (QS. An Nisa' :4 dan 6)
5
Artinya: Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir. (QS. Qaaf, Ayat: 18)
Artinya: Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya). (QS Al Anbiyaa: 1)
Artinya: 182. dan timbanglah dengan timbangan yang lurus. 183 dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan. (Qs Asy Syuraa: 182-183)
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. jika ia Kaya ataupun miskin, Maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui segala apa yang kamu kerjakan. (QS An Nisa: 135)
Artinya: Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS Al Maidah: 8)
Prinsip Pertanggungjawaban (Akuntabilitas)
Artinya: Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)? (QS Al Qiyyamah: 36)
6
Artinya:Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.(QS Al Israa: 36)
Artinya: Mereka Itulah orang-orang yang mendapat bahagian daripada yang mereka usahakan; dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya. (QS Al Baqarah 202)
Artinya: Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, Maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu. (QS Annisa': 86)
Artinya: Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. (QS Annisa': 1)
Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya. dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula. (QS Al Zalzalah: 7-8)
7
Artinya: dan terang benderanglah bumi (padang Mahsyar) dengan cahaya (keadilan) Tuhannya; dan diberikanlah buku (perhitungan perbuatan masing-masing) dan didatangkanlah Para Nabi dan saksi-saksi dan diberi keputusan di antara mereka dengan adil, sedang mereka tidak dirugikan. (QS Azzumar: 69)
c. Pesan Sunnah Terhadap AkuntansiPesan Melakukan Pencatatan
�ة� ك ئ �م�ال� ال و�ق�ف�ت� �ج�م�ع�ة ال �و�م� ي �ان� ك ذ�ا إ &م� ل و�س� �ه �ي ع�ل &ه� الل ص�ل&ى ي- &ب الن ق�ال�&ذ ي ال �ل �م�ث ك �م�ه�ج6ر ال �ل� و�م�ث و&ل�
� ف�األ� و&ل�� األ� �ون� �ب �ت �ك ي د ج �م�س� ال �اب ب ع�ل�ى
ج� خ�ر� ذ�ا ف�إ �ض�ة� �ي ب �م& ث د�ج�اج�ة� �م& ث ا �ش� �ب ك �م& ث ة� �ق�ر� ب �ه�د ي ي &ذ ي �ال ك �م& ث �ة� �د�ن ب �ه�د ي ي�ر� الذ6ك �م ع�ون� ت �س� و�ي ص�ح�ف�ه�م� ط�و�و�ا م�ام� اإل�
Telah menceritakan kepada kami Adam berkata, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Dzi'b dari Az Zuhri dari Abu 'Abdullah Al Aghar dari Abu Hurairah berkata, "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Pada hari Jum'at para Malaikat hadir di pintu Masjid mencatat siapa orang yang datang paling awal dan seterusnya. Orang yang paling awal datang ke Masjid seperti orang yang berkurban dengan seekor unta, kemudian seperti orang yang berkurban dengan seekor sapi, kemudian seperti orang yang berkurban seekor kambing yang bertanduk, kemudian seperti orang yang berkurban seekor ayam, kemudian seperti orang yang berkurban sebutir telur. Dan apabila Imam sudah keluar (untuk memberi khutbah), maka para Malaikat menutup buku catatan mereka kemudian mendengarkan dzikir (khutbah)."Telah menceritakan kepada kami Adam berkata, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Dzi'b dari Az Zuhri dari Abu 'Abdullah Al Aghar dari Abu Hurairah berkata, "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Pada hari Jum'at para Malaikat hadir di pintu Masjid mencatat siapa orang yang datang paling awal dan seterusnya. Orang yang paling awal datang ke Masjid seperti orang yang berkurban dengan seekor unta, kemudian seperti orang yang berkurban dengan seekor sapi, kemudian seperti orang yang berkurban seekor kambing yang bertanduk, kemudian seperti orang yang berkurban seekor ayam, kemudian seperti orang yang berkurban sebutir telur. Dan apabila Imam sudah keluar (untuk memberi khutbah), maka para Malaikat menutup buku catatan mereka kemudian mendengarkan dzikir (khutbah)." (Kitab Bukhari Hadist No – 877)
Prinsip Pertanggungjawaban (Akuntabilitas)
�اد�ة� ق�ت ع�ن� �م�ة� ل س� �ن� ب ح�م&اد� �ا �ن ح�د&ث Jح�ج&اج �ا �ن ح�د&ث &ى �ن �م�ث ال �ن� ب م�ح�م&د� �ا �ن ح�د&ثق�ال� Kك م�ال �ن ب �س �ن أ ع�ن� Jت �اب و�ث Jد� و�ح�م�ي
�ا ي �وا ف�ق�ال &م� ل و�س� �ه �ي ع�ل &ه� الل ص�ل&ى &ه الل ول س� ر� ع�ه�د ع�ل�ى ع�ر� الس6 غ�ال� ض� �ق�اب ال ع6ر� �م�س� ال ه�و� &ه� الل ن& إ ف�ق�ال� �ا �ن ل ع6ر� ف�س� ع�ر� الس6 غ�ال� ق�د� &ه الل ول� س� ر� Kم�ة� م�ظ�ل ب ي �ن �ب �ط�ل ي Jح�د� أ �س� �ي و�ل 6ي ب ر� �ق�ى �ل أ �ن� أ ج�و ر�
� أل� 6ي ن إ از ق� الر& �اس ط� �ب ال Kم�ال و�ال� K د�م ف ي
8
Telah menceritakan kepada kami Muhammad Ibnul Mutsanna berkata, telah menceritakan kepada kami Hajjaj berkata, telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah dari Qatadah dan Humaid dan Tsabit dari Anas bin Malik ia berkata, "Pernah terjadi kenaikan harga pada masa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, maka orang-orang pun berkata, "Wahai Rasulullah, harga-harga telah melambung tinggi, maka tetapkanlah setandar harga untuk kami." Beliau lalu bersabda: "Sesungguhnya Allah lah yang menentukan harga, yang menyempitkan dan melapangkan, dan Dia yang memberi rizki. Sungguh, aku berharap ketika berjumpa dengan Allah tidak ada seseorang yang meminta pertanggungjawaban dariku dalam hal darah dan harta." (Kitab Ibnumajah Hadist No – 2191)
�ن� اب ه�و� ع�م�رKو ع�ن� �ان� ف�ي س� �ا �ن ح�د&ث اه يم� �ر� ب إ �ن� ب م�ع يل� س� إ Kم�ع�م�ر �و �ب أ �ا �ن ح�د&ث�ق�ول� ي ع�م�رKو �ن� ب &ه الل �د� ع�ب م ع�ت� س� ق�ال� Kر ع�ام �ن اب �ى م�و�ل Kب� ص�ه�ي ع�ن� Kار� د ين ح�ق6ه �ر غ�ي ب ا ع�ص�ف�ور� �ل� ق�ت م�ن� &م� ل و�س� �ه �ي ع�ل &ه� الل ص�ل&ى &ه الل ول� س� ر� ق�ال�
�ه� �ل ك� �أ ف�ت �ح�ه� �ذ�ب ت �ن� أ ق�ال� ح�ق-ه� و�م�ا ق يل� �ام�ة �ق ي ال �و�م� ي �ه� ع�ن &ه� الل �ه� ل
� أ س�
Telah menceritakan kepada kami Abu Ma'mar Isma'il bin Ibrahim telah menceritakan kepada kami Sufyan dari 'Amru yaitu Ibnu Dinar dari Shuhaib bekas budak Ibnu 'Amir, ia berkata; aku mendengar Abdullah bin 'Amru berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa membunuh seekor burung (pipit) tanpa hak, maka Allah akan meminta pertanggungjawaban kepadanya pada hari Kiamat kelak." Beliau ditanya; "Apakah haknya?" Beliau menjawab: "Engkau menyembelih lalu memakannya."Telah menceritakan kepada kami Abu Ma'mar Isma'il bin Ibrahim telah menceritakan kepada kami Sufyan dari 'Amru yaitu Ibnu Dinar dari Shuhaib bekas budak Ibnu 'Amir, ia berkata; aku mendengar Abdullah bin 'Amru berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa membunuh seekor burung (pipit) tanpa hak, maka Allah akan meminta pertanggungjawaban kepadanya pada hari Kiamat kelak." Beliau ditanya; "Apakah haknya?" Beliau menjawab: "Engkau menyembelih lalu memakannya." (Kitab Darimi Hadist No – 1896)
ع�م�ر� �ن اب ع�ن Kع �اف ن ع�ن� -وب� �ي أ �ا ن �ر� ب خ�� أ م�اع يل� س� إ �ا �ن ح�د&ث
�م ير� ف�األ� Jول� ئ م�س� �م� -ك �ل و�ك Kاع ر� �م� -ك �ل ك ق�ال� &م� ل و�س� �ه �ي ع�ل &ه� الل ص�ل&ى ي& &ب الن �ن& أ �ه�ل أ ع�ل�ى Kاع ر� ج�ل� و�الر& ه &ت ي ع ر� ع�ن� Jول� ئ م�س� و�ه�و� Kاع ر� &اس الن ع�ل�ى &ذ ي ال�د� �ع�ب و�ال Jة� �ول ئ م�س� و�ه ي� و�ج ه�ا ز� �ت �ي ب ع�ل�ى Jة� ي اع ر� �ة� أ �م�ر� و�ال Jول� ئ م�س� و�ه�و� ه �ت �ي ب
Jول� ئ م�س� �م� -ك �ل و�ك Kاع ر� �م� -ك �ل ف�ك �ال� أ Jول� ئ م�س� و�ه�و� 6د ه ي س� م�ال ع�ل�ى Kاع ر�
Telah menceritakan kepada kami Isma'il telah mengabarkan kepada kami Ayyub dari Nafi' dari Ibnu Umar, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggung jawaban. Maka seorang penguasa atas manusia, ia adalah pemimpin bagi mereka dan ia akan dimintai
9
pertanggung jawaban atas rakyatnya. Seorang laki-laki adalah pemimpin bagi keluarganya dan ia akan dimintai pertanggungjawaban. Seorang wanita adalah pemimpin bagi rumah suaminya dan ia akan dimintai pertanggungjawaban. Dan seorang budak adalah pemimpin atas harta tuannya, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban. Ketahuilah, setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban." (Kitab Ahmad Hadist No – 4266)
Prinsip Pengawasan
Kة �ق�ر� ب ع�ل�ى Jب اك ر� Jج�ل ر� �م�ا �ن �ي ب ق�ال� &م� ل و�س� �ه �ي ع�ل &ه� الل ص�ل&ى ي6 &ب الن ع�ن��و �ب و�أ �ا �ن أ ه ب �ت� آم�ن ق�ال� �ة اث �ح ر� ل ل ق�ت� ل خ� ه�ذ�ا ل �ق� ل �خ� أ �م� ل �ت� ف�ق�ال �ه �ي ل إ �ت� �ف�ت �ت ال
�و�م� ي �ه�ا ل م�ن� �ب� الذ6ئ �ه� ل ف�ق�ال� اع ي الر& ع�ه�ا �ب ف�ت اة� ش� �ب� الذ6ئ �خ�ذ� و�أ و�ع�م�ر� Kر� �ك ب�و �ب أ ق�ال� و�ع�م�ر� Kر� �ك ب �و �ب و�أ �ا �ن أ ه ب �ت� آم�ن ق�ال� �ر ي غ�ي �ه�ا ل اع ي� ر� ال� �و�م� ي �ع ب الس&
�ق�و�م ال ف ي Kذ �و�م�ئ ي ه�م�ا و�م�ا �م�ة� ل س�
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar telah menceritakan kepada kami Ghundar telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Saad bin Ibrahim berkata; Aku mendengar Abu Salamah dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "(Nanti pada hari qiyamat) orang yang menunggang sapi betina akan diremukkan oleh sapi tersebut seraya berkata; Aku diciptakan bukan untuk ini, tapi aku diciptakan untuk membawajak ". Beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersabda; "Aku beriman tentang kejadian itu, begitu juga Abu Bakar dan 'Umar". Dan akan ada pula seekor serigala yang memakan kambing lalu pengembalanya mengikutinya. Maka serigala berkata kepada penggembala itu: "Siapa yang mengawasi kambing itu pada hari berburu ini yang tidak ada yang menjaganya kecuali aku?" Beliau bersabda: "Aku beriman tentang kejadian itu, begitu juga Abu Bakar dan 'Umar". Berkata, Abu Salamah: "Saat itu Abu Bakar dan 'Umar tidak berada ditengah-tengah orang saat Beliau menceritakan." (Kitab Bukhari Hadist No – 2156)
2. Akuntansi dalam Khazanah Islam dan hubungkan dengan Luca Faciolli yang mendapat label sebagai bapak Akuntansi.
a. Akuntansi dalam Khazanah Islam
Kewajiban zakat berdampak pada pendirian Baitulmal oleh Rasulullah, yang
berfungsi sebagai lembaga penyimpan zakat beserta pendapatan lain yang diterima
negara. Pada masa pemerintahan Rasulullah memilik 42 pejabat yang digaji dan
terspesialisasi dalam peran dan tugas tersendiri. Praktik akuntansi pada zaman Rasulullah
baru berada pada tahap penyiapan personal yang menangani fungsi-fungsi lembaga
keuangan negara. Pada masa tersebut, harta kekayaan yang diperoleh negara langsung
10
didistribusikan setelah harta tersebut diperoleh. Dengan demikian, tidak terlalu
diperlukan pelaporan atas penerimaan dan pengeluarannya.
Pada zaman Khalifah Umar bin Khattab, penerimaan negara meningkat secara
signifikan. Dengan demikian, kekayaan negara yang disimpan juga semakin besar. Para
sahabat merekomendasikan perlunya pencatatan untuk pertanggungjawaban penerimaan
dan pengeluaran negara. Kemudian, Khalifah Umar bin Khattab mendirikan unit khusus
bernama Diwan yang bertugas membuat laporan keuangan sebagai bentuk akuntabilitas
Khalifah atas dana Baitulmal yang menjadi tanggungjawabnya. Selanjutnya, reliabilitas
laporan keuangan pemeritahan dikembangkan oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz
berupa praktik pengeluaran bukti penerimaan uang. Kemudian, Khalifah Al Walid bin
Abdul Malik mengenalkan catatan dan register yang terjilid dan tidak terpisah seperti
sebelumnya.
Evolusi perkembangan pengelolaan buku akuntansi mencapai tingkat tertinggi
pada masa Daulah Abbasiah. Akuntansi diklasifikasikan pada beberapa spesialisasi,
antara lain; akuntansi peternakan, akuntasi pertanian, akuntansu bendahara, akuntansi
konstruksi, akuntansi mata uang, dan pemeriksaan buku (auditing). Pada masa itu, sistem
pembukuan telah menggunakan model buku besar, yang meliputi :
1. Jaridaj al-Kharaj (mirip receivable subsidiary ledger), merupakan
pembukuan pemerintah terhadap piutang pada individu atas zakat tanah,
hasil pertanian, serta hewan ternak yang belum dibayar dan cicilan yang
telah dibayar. Piutang dicatat disatu kolom dan pembayaran cicilan
dikolom yang lain.
2. Jaridah an-Nafaqat (jurnal pengeluaran), mencatat pengeluaran
3. Jaridah al-Mal (jurnal dana), mencatat penerimaan dan pengeluaran
4. Jaridah al-Musadareen, pembukuan yang digunakan untuk mencatat
penerimaan denda atau sita dari individu yang tidak sesuai syariah,
termasuk dari pejabat yang korup.
Adapun untuk pelaporan, telah dikembangkan berbagai laporan akuntansi, antara lain :
1. Al-Khitmah, menunjukkan total pendapatan dan pengeluaran yang dibuat
perbulan
11
2. Al-Khitmah al-Jame’ah, laporann keuangan komperhensif yang berisikan
gabungan antara laporan laba rugi dan neraca yang dilaporkan di akhir
tahun. Dalam perhitungan dan penerimaan zakat, utang zakat
diklasifikasikan dalam laporan keuangan menjadi tiga kategori, yaitu
collecteble debts, doubtful debts, dan uncollectable debts.
b. Luca Faciolli sebagai bapak Akuntansi.
Eksistensi akuntansi sejak islam lahir tidak diragukan keberadaannya. dan rasanya
benar bahwa akuntansi lahir sejak lahirnya society atau paling tidak transaksi ekonomis
antara dua pihak. dalam buku-buku teori akuntansi masalah sejarah ini telah banyak
dibahas, vernom Kam (1990) dalam buku Accounting Theorynya menyatakan bahwa5:
"Menurut sejarahnya, kita mengetahui bahwa sistem pembukuan double entry
muncul di Italia pada abad ke-13. Itulah catatan paling tua yang kita miliki
mengenai sistem akuntansi "double entry" sejak akhir abad ke-13 itu, namun
adalah mungkin aadalah sistem double entry sudah ada sebelumnya.
Ali Shawki Ismail Shehata (Khir dalam Harahap, 1991) menyatakan bahwa: suatu
pengkajian selintas terhadap sejarah Islam menyatakan bahwa akuntansi dalam islam
bukanlah merupakan seni dan ilmu yang baru “ dapat di lihat dalam peradaban islam
yang pertama sudah memiliki “Baitul Mal “ yang merupakan lembaga keuangan yang
berfungsi sebagai “Bendara Negara “ serta menjamin kesejahteraan sosial. Sejak itu
masyarakat muslim telah memiliki jenis akuntansi yang disebut “Kitabat al-
Amwal”(pencatatan Uang) tulisan ini telah muncul sebelum double entry detemukan oleh
Lucas Pacioli di Italia pada tahun 19496.
c. Hubungan Akuntansi dalam Khazanah Islam dengan Luca Faciolli
Sejakabad VIII, Bangsa Arab berlayar sepanjang pantai Arabi dan India, singgah
di Italia dan menjual barang dagangan yang mewah yang tidak diproduksi oleh Eropa
(Have, 1976) Buku Pacioli didasarkan pada tulisan Leonard of Piza, orang Eropa pertama
5 Sofyan Safri Harahap, Beberapa Dimensi Akuntansi: Menurut Alqur'an, Ilahiyah, Sejarah Islam dan Kini, Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, Vol 2, No.2, Agustus 2002, h. 83.
6 Shawki Ismail Shehata, The Theoretical Framwork for Accounting in Islamic Bank; Analysis and Diagnosis, hal, 1-2.
12
yang menerjemahkan buku Algebra (pada saat itu ditulis dalam bahasaArab), yang
berisikan dasar-dasar mengenai bookkeeping(Ball, 1960)
Apa kaitan ini dengan Akuntansi ? Jawabannya adalah besar sekali. Pengetahuan
terhadap islam ini mutlak perlu dalam melihat akuntansi dalam pespektif islam. Perlu
diketahui bahwa akuntansi yang kita kenal sekarang ini diklaim berkembang dari
peradaban barat (sejak Pacioli). Kendatipun setelah dilihat dari Uraian diatas proses
lahirnya dan perkembangannya masih dapat dikaji dan terlihat sangan dipengaruhi oleh
keadaan masyarakat atau perkembangan peradaban sebelumnya baik Yunani Arab Islam.
Hal ini digambarkan oleh Al Dhaffa (1976, 1988) sebagai Berikut7:
Sumbangan Islam dan Pengaruhnya pada Kebudayaan Barat
7 Sofyan Safri Harahap, Beberapa Dimensi Akuntansi: Menurut Alqur'an, Ilahiyah, Sejarah Islam dan Kini, Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, Vol 2, No.2, Agustus 2002, h. 89
13
3. Analisis perbedaan Teori akuntansi Kapitalis dengan Teori akuntansi syariah. Dan
contoh yang jelas yang membedakan keduanya.
a. Analisis perbedaan Teori akuntansi Kapitalis dengan Teori akuntansi syariah
Perbedaan Akuntansi Konvensional dengan Akuntansi Syari’ah
(Laporan Keuangan)8
8 Nur Hidayat, Simposium Nasional Akuntansi VII yang akan diselenggarakan di Fakultas Ekonomi Universitas Udayana Denpasar, 2-3 Desember 2004, h. 12.
14
Menurut Haniffa dan Hudaib (2001); Muhammad (2002:16), Perbedaan Postulat antara akuntansi konvensional dengan akuntansi syari’ah, yang meliputi9:
(1) Entitas, akuntansi konvensional mengakui adanya pemisahan antara entitas bisnis dan pemilik, dalam akuntansi syari’ah entitas tidak memiliki kewajiban yang terpisah dari pemilik.
(2) Going concern, bisnis terus beroperasi sampai dengan tujuan tercapai (akuntansi konvensional), kelangsungan usaha tergantung pada kontrak dan kesepakatan yang didasari oleh saling ridha (akuntansi syari’ah).
(3) Periode akuntansi, meskipun ada kesamaan dalam menentukan periode akuntansi selama 12 bulan (satu tahun) namun akuntansi konvensional periode dimaksudkan mengukur kesuksesan kegiatan perusahaan, sedangkan dalam akuntansi syari’ah periodisasi bertujuan untuk penghitungan kewajiban zakat.
(4) Unit pengukuran, akuntansi konvensional menggunakan unit moneter sebagai unit pengukuran, akuntansi syari’ah menggunakan harga pasar untuk barang persediaan, dan emas sebagai alat ukur dalam penghitungan zakat.
(5) Pengungkapan penuh (menye-luruh), pengungkapan ini ditujukan sebagai alat dalam pengambilan keputusan, dalam akuntansi syari’ah pengungkapan penuh ditujukan untuk memenuhi kewajiban kepada Allah swt., kewajiban sosial, dan kewajiban individu.
(6)Obyektivitas, bebas dari bias subyektif, dalam akuntansi syari’ah obyektivitas dimaknai dengan konsep ketakwaan, yaitu pengeluaran materi maupun non-materi untuk memenuhi kewajiban,
(7) Meterialitas, ukuran materialitas dihubungkan dengan kepentingan relatif mengenai informasi terhadap pengambilan keputusan, sedangkan akuntansi syari’ah mengakui materialitas berkaitan dengan pengu-kuran yang adil dan pemenuhan kewajiban kepada Allah, sosial, dan individu.
(8) Konsistensi, yang dimaksudkan adalah pencatatan dan pelaporan secara konsisten sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang diterima oleh umum, dalam akuntansi syari’ah konsistensi dimaknai dengan pencatatan dan pelaporan secara konsisten sesuai dengan prinsip syari’ah.
(9) Konservatisme, akuntansi konvensional memilih teknik akuntansi yang paling memberikan pengaruh kecil terhadap pemilik, sedangkan akuntansi syari’ah memilih teknik akuntansi yang paling mengun-tungkan (berdampak posistif) bagi masyarakat. Secara jelas perbandingan dapat diamati Sebagai berikut:
Perbedaan Postulat antara Akuntansi Konvensionaldengan Akuntansi Syari'ah10
No. Postulat Akuntansi Konvensional Akuntansi Syari'ah
1 Entitas Pemisahan antara entitas bisnis Entitas didasarkan pembagian labadan pemilik Entitas tidak memiliki kewajiban
terpisah dari pemilik.
2 Going Concern (Kesi- Bisnis terus beroperasi sampai ter- Kelangsungan usaha tergantung pa-
9 Ibid, h. 12-13.
10 Ibid, h. 13-14.
15
nambungan) capai tujuan dan semua asset ter- da kontrak persetujuan anatar pihakjual. yang terlibat dalam kegaiatan bagi
hasil.
3 Periode Akuntansi Akuntansi tidak dapat menunggu Tahun hijriyah untuk perhitungansampai akhir kehidupan perusahaan zakat, kecuali untuk sektor pertani-untuk mengukur sukses-tidaknya an berdasarkan musim panenkegiatan perusahan
4 Unit Pengukuran Pengukuran nilai moneter Kuantitas atau harga pasar untukternak, barang pertanian, dan emasuntuk memenuhi kewajiban zakat.
5 Pengungkapan Penuh Untuk tujuan pengambilan keputu- Untuk menunjukkan pemenuhan(Menyeluruh) san. kewajiban kepada Allah, kewajiban
sosial, dan kewajiban individu.
6 Obyektivitas Kepercayan terhadap pengukuran Berhubungan erat dengan konsepyaitu bebas dari bias subyektif ketaqwaan, yaitu pengeluaran mate-
ri maupun non-materi untuk meme-nuhi kewajiban.
7 Materialitas Dihubungkan dengan kepentingan Berkaitan dengan pengukuran yangrelatif mengenai informasi terhadap adil dan pemenuhan kewajiban ke-pengambilan keputusan pada Allah, sosial, dan individu.
8 Konsistensi Dicatat dan dilaporkan secara kon- Dicatat dan dilaporkan secara kon-sisten sesuai GAAP sisten sesuai dengan prinsip syari'ah
9 Konservatisme Memilih teknik akuntansi yang paling
Memilih teknik akuntansi yang paling
memberikan pengaruh kecil terhadap menguntungkan (dampak posistif)Pemilik bagi masyarakat.
Haniffa dan Hudaib (2001); Harahap (2001:226); Muhammad (2002:116)
Perbedaan Karakteristik Akuntansi Konvensional dengan Akuntansi Syari'ah11
No. Karakteristik Akuntansi Konvensional Akuntansi Syari'ah
1 Sistem Akuntansi Ekonomi yang rasional Ketauhiddan (unity of God)
2 Prinsip Akuntansi Sekuler Syari'ah
11 Ibid, h. 14-15.
16
Individualis Kepentingan umatMemaksimalkan keuntungan Keuntungan yang wajarSurvival of the fittest PersamaanPenekanan pada proses Rahmatan li al-'alamin
3 Kriteria Berdasarkan pada hukum perdaga- Berdasarkan pada etika yang ber-ngan masyarakat kapitalis modern sumber pda hukum Al-Qur'an dan
SunnahPenyajian informasi yang sangat Full disclosure untuk memenuhiTerbatas ketuhan informasi keuangan yang
sesuai dengan syari'ah dan memenuhi kebutuhan IslamicFinancial Report User
Informasi yang ditujukan pada per- Pertanggungjawaban kepada umat/tanggungjawaban kepada pemilik masyarakat luas (khususnya da-modal lam memanfaatkan sumberdaya).
Baydoun dan Willet (1994:82); Harahap (2001:216)
Menurut Syahatah (2001:94-95) segi-segi perbedaan antara akuntansi konvensional dengan akuntansi syari’ah dalam menyajikan laporan keuangan dapat diidentifikasi sebagai berikut12:
1. Akuntansi konvensional menganut sistem penilaian aktiva dan modal dengan prinsip historical cost, sedangkan akuntansi syari’ah lebih menghendaki konsep penilaian berdasarkan nilai tukar yang berlaku (current value), hal ini didasari oleh keinginan melindungi modal pokok yang hakiki dari kemampuan produksi di masa akan datang dalam ruang lingkup perusahaan dan kontinuitas.
2. Akuntansi konvensional membagi modal (aktiva) dalam dua golongan yakni, aktiva lancar (modal yang beredar) dan aktiva tetap (modal tetap). akuntansi syari’ah membedakan modal yang terdiri dari harta berupa uang tunai (cash), dan harta berupa barang, harta dalam bentuk barang ini kemudian dibagi lagi menjadi barang milik dan barang dagangan.
3. Konsep akuntansi syari’ah menilai mata uang seperti emas, perak, dan barang-barang lain yang sama kedudukannya, bukanlah merupakan tujuan, melainkan hanya sebagai alat tukar, perantara untuk pengukuran dan penentuan nilai.
4. Konsep akuntansi konvensioanal mempraktikkan teori pencadangan dan ketelitian dari menanggung semua kerugian (conservatisme), dan mengabaikan laba-laba yang belum direalisasi. Perbedaannya akuntansi syari’ah sangat memperhatikan hal-hal cara menentukan harga dengan berdasarkan pada nilai tukar yang berlaku serta membentuk cadangan untuk kemungkinan-kemungkinan bahaya dan risiko.
5. Akuntansi konvensional menerapkan laba secara menyeluruh, yang terdiri dari laba usaha, laba dari modal pokok, dan lain sebagainya. Konsep akuntansi
12 Ibid, 15-16.
17
syari’ah membedakan antara laba dari aktivitas pokok dan laba yang berasal dari modal. Juga wajib memberikan penjelasan pendapatan-pendatan yang diperoleh yang tidak sesuai dengan syari’ah laba dari aktivitas ini tidak boleh dibagikan kepada mudharib dan musyarik (stakeholder) atau dicampurkan pada modal pokok.
6. Konsep akuntansi konvensional menerapkan prinsip bahwa laba itu hanya ada ketika adanya jual-beli (aktivitas usaha berjalan), sedangkan konsep akuntansi syari’ah mengakui laba apabila nilai barang mengalami perkembangan atau pertambahan, baik hal itu terjadi karena adanya proses jual-beli maupun tidak. Akan tetapi, jual-beli adalah suatu keharusan untuk menyatakan laba dan laba itu tidak boleh dibagi kecuali setelah nyata laba itu diperoleh.
b. Contoh yang jelas yang membedakan keduanya
Modal dalam konsep akuntansi konvensional terbagi menjadi dua bagian, yaitu
modal tetap (aktiva tetap) dan modal yang beredar (aktiva lancar), sedangkan di dalam
konsep Islam barang-barang pokok dibagi menjadi harta berupa uang (cash) dan harta
berupa barang (stock), selanjutnya barang dibagi menjadi barang milik dan barang
dagang;
Konsep konvensional menerapkan prinsip bahwa laba itu hanya ada ketika adanya
jual-beli, sedangkan konsep Islam memakai kaidah bahwa laba itu akan ada ketika
adanya perkembangan dan pertambahan pada nilai barang, baik yang telah terjual
maupun yang belum. Akan tetapi, jual beli adalah suatu keharusan untuk menyatakan
laba, dan laba tidak boleh dibagi sebelum nyata laba itu diperoleh.
Adanya Laporan Penerimaan dan penyaluran zakat pada Akuntansi Syariah, hal
ini tidak dapat ditemukan dalam akuntansi konvensional, dalam akuntansi syariah denda
yang diperoleh tidak dibukukan sebagai pendapatan tetapi akan disalurhan sebagai qard
al hasan.
4. Sejarah perkembangan akuntansi syariah di Indonesia, dan keterkaitannya dengan AAOIFI.
a. Sejarah perkembangan akuntansi syariah di Indonesia.
Perkembangan Akuntansi Bank Syariah secara konkrit baru dikembangkan pada
tahun 1999, Bank Indonesia sebagai pemrakarsa, dan membentuk tim penyusun PSAK
Bank Syariah, dan pada tanggal 1 mei 2002 PSAK No 59 tersebut disahkan dan mulai
18
berlaku efektif tanggal 1 Januari 2003. PSAK no 59 mengatur Bank Umum Syariah
(BUS), Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS), dan kantor cabang syariah bank
konvensional, PSAK ini tidak mencakup Asuransi Syariah, Pegadaian Syariah, Lembaga
Pembiayaan Syariah. Oleh sebab itu dibentuk Komite Akuntansi Syariah (KAS) yang
bertugas melakukan pembahasan akuntansi syariah dan membahas tanggung jawab
DSAK, dan pada tahun 2007 PSAK Syariah disahkan dan berlaku pada tahun buku 2008.
Dan mulai tahun buku 2008 acuan akuntansi dipisahkan menjadi PSAK Syariah dan
PSAK non Syariah
b. Keterkaitannya dengan AAOIFI
The Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions
(AAOIFI) sebelumnya bernama Financial Accounting Organization for Islamic Banks
and Financial Institution didirikan pada tanggal 1 safar 1410 H atau 26 Februari 1990 di
Aljiria13.
Standart Akuntansi Keuangan atau disebut juga General Accepted Accounting
Standart adalah aturan tentang metode penyusunan laporan keungan yang dikeluarkan
oleh lembaga yang memiliki otoritas untuk itu. PSAK perbankan syariah adalah salah
satu standart akuntansi keuangan yang mengatur tentang penyusunan laporan keungan
bank syariah, PSAK ini sebagian besar diambil dari standart yang dikeluarkan oleh
AAOIFI14.
Disini anda bisa lihat bahwa ED yang disusun IAI itu tidak jauh berbeda dari
yang disusun AAOFI. ini ada hikmahnya, karena islam yang universal maka harmonisasi
standart Akuntansi Islam dunia dinilai sangat gampang karena sistem nilai yang sama
(Hameed, dkk, 1993, dan Harahap, 1992)15.
5. KDPPLKS (Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah)16, Uraikan serba ringkas isi daripada KDPPLKS dimaksud.
13 Sofyan Syafri Harahap, Kritik Terhadap PSAK Perbankan Syariah IAI dan AAOIFI, Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, Vol 1, No. 3, Desember 2001, h. 92.
14 Ibid, h. 88.
15 Ibid h. 97.
19
Kerangka dasar ini menyajikan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian
laporan keuangan bagi para penggunanya. Tujuan kerangka dasar ini adalah untuk
digunakan sebagai acuan bagi:
1. Penyusun standar akuntansi keuangan syariah, dalam pelaksanaan tugasnya;
2. Penyusun laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah akuntansi syariah
yang belum diatur dalam standar akuntansi keuangan syariah;
3. Auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi syariah yang berlaku umum; dan
4. Para pemakai laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan
syariah.
Ruang Lingkup
Kerangka dasar ini membahas:
1. Tujuan laporan keuangan;
2. Karakteristik kualitatif yang menentukan manfaat informasi dalam laporan
keuangan; dan
3. Definisi, pengakuan dan pengukuran unsur-unsur yang membentuk laporan
keuangan.
Kerangka dasar ini bukan standar akuntansi keuangan dan karenanya tidak
mendefinisikan standar untuk permasalahan pengukuran atau pengungkapan tertentu.
Kerangka dasar ini membahas laporan keuangan untuk tujuan umum (general
purpose financial statements, yang selanjutnya hanya disebut “laporan keuangan”),
termasuk laporan keuangan konsolidasi. Laporan keuangan disusun dan disajikan
sekurang-kurangnya setahun sekali untuk memenuhi kebutuhan sejumlah besar pemakai.
Kerangka dasar ini berlaku untuk semua jenis transaksi syariah yang dilaporkan
dalam laporan keuangan entitas syariah maupun entitas konvensional, baik sektor publik
maupun sector swasta. Entitas syariah pelapor adalah entitas syariah yang laporan
keuangannya digunakan oleh pemakai yang mengandalkan laporan keuangan tersebut
sebagai sumber utama informasi keuangan entitas syariah.
16 Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah, Ikatan Akuntan Indonesia, 2007.
20
Pemakai dan Kebutuhan Informasi, Pemakai laporan keuangan meliputi investor
sekarang dan investor potensial; pemilik dana qardh; pemilik dana investasi mudharabah;
pemilik dana titipan; pembayar dan penerima zakat, infak, sedekah dan wakaf; pengawas
syariah; karyawan; pemasok dan mitra usaha lainnya; pelanggan; pemerintah serta
lembaga-lembaganya; dan masyarakat.
Paradigma Transaksi Syariah
Transaksi syariah berlandaskan pada paradigma dasar bahwa alam semesta dicipta
oleh Tuhan sebagai amanah (kepercayaan ilahi) dan sarana kebahagiaan hidup bagi
seluruh umat manusia untuk mencapai kesejahteraan hakiki secara material dan spiritual
(al-falah).
Paradigma dasar ini menekankan setiap aktivitas umat manusia memiliki
akuntabilitas dan nilai illahiah yang menempatkan perangkat syariah dan akhlak sebagai
parameter baik dan buruk, benar dan salahnya aktivitas usaha. Paradigmaini akan
membentuk integritas yang membantu terbentuknya karakter tata kelola yang baik (good
governance) dan disiplin pasar (market discipline) yang baik.
Syariah merupakan ketentuan hukum Islam yang mengatur aktivitas umat
manusia yang berisi perintah dan larangan, baik yang menyangkut hubungan interaksi
vertical dengan Tuhan maupun interaksi horisontal dengan sesama makhluk. Prinsip
syariah yang berlaku umum dalam kegiatan muamalah (transaksi syariah) mengikat
secara hukum bagi semua pelaku dan stakeholder entitas yang melakukan transaksi
syariah. Akhlak merupakan norma dan etika yang berisi nilainilai moral dalam interaksi
sesama makhluk agar hubungan tersebut menjadi saling menguntungkan, sinergis dan
harmonis
Asas Transaksi Syariah
Transaksi syariah berasaskan pada prinsip:
(a) persaudaraan (ukhuwah);
(b) keadilan (‘adalah);
(c) kemaslahatan (maslahah);
(d) keseimbangan (tawazun); dan
(e) universalisme (syumuliyah).
Karakteristik Transaksi Syariah
21
Implementasi transaksi yang sesuai dengan paradigm dan azas transaksi syariah
harus memenuhi karakteristik dan persyaratan sebagai berikut:
(a) transaksi hanya dilakukan berdasarkan prinsip saling paham dan saling ridha;
(b) prinsip kebebasan bertransaksi diakui sepanjang objeknya halal dan baik
(thayib);
(c) uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan satuan pengukur nilai, bukan
sebagai komoditas;
(d) tidak mengandung unsur riba;
(e) tidak mengandung unsur kezaliman;
(f) tidak mengandung unsur maysir;
(g) tidak mengandung unsur gharar;
(h) tidak mengandung unsur haram;
(i) tidak menganut prinsip nilai waktu dari uang (time value of money) karena
keuntungan yang didapat dalam kegiatan usaha tersebut sesuai dengan prinsip al-
ghunmu bil ghurmi (no gain without accompanying risk);
(j) transaksi dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang jelas dan benar serta
untuk keuntungan semua pihak tanpa merugikan pihak lain sehingga tidak
diperkenankan menggunakan standar ganda harga untuk satu akad serta tidak
menggunakan dua transaksi bersamaan yang berkaitan (ta’alluq) dalam satu akad;
(k) tidak ada distorsi harga melalui rekayasa permintaan (najasy), maupun melalui
rekayasa penawaran (ihtikar); dan
(l) tidak mengandung unsur kolusi dengan suap menyuap (risywah).
Transaksi syariah dapat berupa aktivitas bisnis yang bersifat komersial maupun
aktivitas sosial yang bersifat nonkomersial. Transaksi syariah komersial dilakukan antara
lain berupa: investasi untuk mendapatkan bagi hasil; jual beli barang untuk mendapatkan
laba; dan atau pemberian layanan jasa untuk mendapatkan imbalan.
Transaksi syariah nonkomersial dilakukan antara lain berupa: pemberian dana
pinjaman atau talangan (qardh); penghimpunan dan penyaluran dana sosial seperti zakat,
infak, sedekah, wakaf dan hibah.
Tujuan Laporan Keuangan
22
Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi
keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu entitas syariah yang bermanfaat
bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Disamping itu,
tujuan lainnya adalah:
1. Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua transaksi dan
kegiatan usaha;
2. Informasi kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip syariah, serta informasi
aset, kewajiban, pendapatan dan beban yang tidak sesuai dengan prinsip syariah
bila ada dan bagaimana perolehan dan penggunaannya;
3. Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab entitas
syariah terhadap amanah dalam mengaman-kan dana, menginvestasikannya pada
tingkat keuntungan yang layak; dan
(d) informasi mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh penanam modal dan
pemilik dana syirkah temporer; dan informasi mengenai pemenuhan kewajiban
(obligation) fungsi sosial entitas syariah, termasuk pengelolaan dan penyaluran zakat,
infak, sedekah, dan wakaf.
Asumsi Dasar
Dasar AkrualUntuk mencapai tujuannya, laporan keuangan disusun atas dasar akrual. Dengan
dasar ini, pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian (dan bukan pada
saat kas atau setara kas diterima atau dibayar) dan diungkapkan dalam catatan akuntansi
serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan. Laporan
keuangan yang disusun atas dasar akrual memberikan informasi kepada pemakai tidak
hanya transaksi masa lalu yang melibatkan penerimaan dan pembayaran kas tetapi juga
kewajiban pembayaran kas di masa depan serta sumber daya yang merepresentasikan kas
yang akan diterima di masa depan. Oleh karena itu, laporan keuangan menyediakan jenis
informasi transaksi masa lalu dan peristiwa lainnya yang paling berguna bagi pemakai
dalam pengambilan keputusan ekonomi
23
Penghitungan pendapatan untuk tujuan pembagian hasil usaha menggunakan
dasar kas. Dalam hal prinsip pembagian hasil usaha berdasarkan bagi hasil, pendapatan
atau hasil yang dimaksud adalah keuntungan bruto (gross profit).
Kelangsungan Usaha
Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha entitas
syariah dan akan melanjutkan usahanya di masa depan. Karena itu, entitas syariah
diasumsikan tidak bermaksud atau berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara
material skala usahanya. Jika maksud atau keinginan tersebut timbul, laporan keuangan
mungkin harus disusun dengan dasar yang berbeda dan dasar yang digunakan harus
diungkapkan
Karakteristik Kualitatif Laporan KeuanganKarakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam
laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat karateristik kualitatif pokok
yaitu: dapat dipahami, relevan, keandalan, dan dapat diperbandingkan.
Dapat Dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah
kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini, pemakai
diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis,
akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.
Namun demikian, informasi kompleks yang seharusnya dimasukkan dalam laporan
keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi
tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh pemakai tertentu.
Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai
dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat
mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi
peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengkoreksi, hasil
evaluasi mereka di masa lalu
24
Materialitas
Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakekat dan materialitasnya. Dalam
beberapa kasus, hakekat informasi saja sudah cukup untuk menentukan relevansinya.
Misalnya, pelaporan suatu segmen baru dapat mempengaruhi penilaian risiko dan
peluang yang dihadapi entitas syariah tanpa mempertimbangkan materialitas dari hasil
yang dicapai segmen baru tersebut dalam periode pelaporan. Dalam kasus lain, baik
hakekat maupun materialitas dipandang penting, misalnya jumlah serta kategori
persediaan yang sesuai dengan kebutuhan entitas syariah.
Keandalan
Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki
kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan
dapat diandalkanpemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful
representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat
disajikan.
Penyajian Jujur
Agar dapat diandalkan, informasi harus menggambarkan dengan jujur transaksi
serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat
diharapkan untuk disajikan. Jadi, misalnya, neraca harus menggambarkan dengan jujur
transaksi serta peristiwa lainnya dalam bentuk aset, kewajiban, dana syirkah temporer,
dan ekuitas entitas syariah pada tanggal pelaporan yang memenuhi kriteria pengakuan
Substansi Mengungguli Bentuk
Jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur transaksi serta
peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka peristiwa tersebut perlu dicatat dan
disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk
hukumnya. Substansi transaksi atau peristiwa lain tidak selalu konsisten dengan apa yang
tampak dari bentuk hukum.
Substansi transaksi tersebut harus mengacu kepada substansi transaksi sesuai
prinsip syariah dan dalam kondisi tertentu, prinsip syariah menentukan substansi
ekonomi dalam transaksi syariah. Contohnya ijarah dengan hak opsi untuk pengalihan
kepemilikan aset ijarah kepada penyewa (ijarah muntahiyah bittamlik) secara substansi
ekonomi aset ijarah tidak diakui sebagai aset oleh penyewa.
25
Netralitas
Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, dan tidak bergantung
pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu. Tidak boleh ada usaha untuk menyajikan
informasi yang menguntungkan beberapa pihak, sementara hal tersebut akan merugikan
pihak lain yang mempunyai kepentingan yang berlawanan.
Pertimbangan Sehat
Penyusun laporan keuangan adakalanya menghadapi ketidakpastian peristiwa dan
keadaan tertentu, seperti ketertagihan piutang yang diragukan, prakiraan masa manfaat
pabrik serta peralatan, dan tuntutan atas jaminan garansi yang mungkin timbul.
Ketidakpastian semacam itu diakui dengan mengungkapkan hakekat serta tingkatnya dan
dengan menggunakan pertimbangan sehat (prudence) dalam penyusunan laporan
keuangan. Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan
prakiraan dalam kondisi ketidakpastian, sehingga aset atau penghasilan tidak dinyatakan
terlalu tinggi dan kewajiban atau beban tidak dinyatakan terlalu rendah. Namun demikian
penggunaan pertimbangan sehat tidak memperkenankan, misalnya, pembentukan
cadangan tersembunyi atau penyisihan (provision) berlebihan, dan sengaja menetapkan
aset atau penghasilan yang lebih rendah atau pencatatan kewajiban atau beban yang lebih
tinggi, sehingga laporan keuangan menjadi tak netral, dan karena itu, tidak memiliki
kualitas andal
KelengkapanAgar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam
batasan materialitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak mengungkapkan (omission)
mengakibatkan informasi menjadi tidak benar atau menyesatkan dan karena itu tidak
dapat diandalkan dan tidak sempurna ditinjau dari segi relevansi.
Dapat Dibandingkan
Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan entitas syariah antar
periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan.
Pemakai juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar entitas syariah
untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara
relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan
peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk entitas syariah
26
tersebut, antar periode entitas syariah yang sama, untuk entitas syariah yang berbeda,
maupun dengan entitas lain.
Unsur-Unsur Laporan KeuanganSesuai karakteristik maka laporan keuangan entitas syariah antara lain meliputi:
(a) komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan komersial:
(i) laporan posisi keuangan;
(ii) laporan laba rugi;
(iii) laporan arus kas; dan
(iv) laporan perubahan ekuitas.
(b) komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan sosial:
(i) laporan sumber dan penggunaan dana zakat; dan
(ii) laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan
(c) komponen laporan keuangan lainnya yang mencerminkan kegiatan dan
tanggung jawab khusus entitas syariah tersebut
Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah
aset, kewajiban, dana syirkah temporer dan ekuitas. Pos-pos ini didefinisikan sebagai
berikut:
(a) Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh entitas syariah sebagai akibat dari
peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan
akan diperoleh entitas syariah.
(b) Kewajiban merupakan hutang entitas syariah masa kini yang timbul dari
peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari
sumber daya entitas syariah yang mengandung manfaat ekonomi.
(c) Dana syirkah temporer adalah dana yang diterima sebagai investasi dengan
jangka waktu tertentu dari individu dan pihak lainnya dimana entitas syariah
mempunyai hak untuk mengelola dan menginvestasikan dana tersebut dengan
pembagian hasil investasi berdasarkan kesepakatan.
(d) Ekuitas adalah hak residual atas aset entitas syariah setelah dikurangi semua
kewajiban dan dana syirkah temporer
27
5. Simulasi Transaksi Akuntansi Syariah (Musyarakah dan Mudharabah)
Simulasi transaksi Musyarakah
Pada tanggal 01 Agustus 2008 LKS Anugrah Gusti sepakat untuk melakukan
usaha bersama dengan Amirullah dalam bidang pabrik textil.
Dalam usaha bersama tersebut telah disepakati hal-hal sebagai berikut:
1. Modal Usaha (syirkah) keseluruhan sebesar Rp. 150.000.000,- dimana LKS Anugrah
Gusti mendapatkan porsi modal sebesar Rp.90.000.000,- dan prosi modal untuk
Amirullah sebesar Rp.60.000.000,--
2. Jangka waktu kontrak akad musyarakah selama 2 tahun dan disepakati LKS Anugrah
Gusti hanya menyetor modal dan sebagai pengelola usaha adalah Amirullah
3. Pembagian hasil usaha (nisbah ), untuk LKS Anugrah Gusti sebesar 70% dan untuk
Amirullah sebesar 30% dari pendapatan yang diperoleh (revenue sharing)
4. Modal usaha yang menjadi porsi LKS Anugrah Gusti sebagai mitra pasif sebesar
Rp.90.000.000,-- dibayar dengan tahapan sbb:
a) Tgl 15 Agustus 2008 dibayarkan dalam bentuk kas Rp.36.000.000,--
b) Tgl 20 Agustus 2008 diserahkan modal non kas, berupa sebuah mesin pemintal
“Yamato” sebesar Rp.30.000.000,-- (nilai wajar saat penyerahan) dengan nilai
tercatat sebesar Rp.32.500.000,-- dan
c) c Tgl 25 Agustus 2008 diserahkan modal non kas berupa sebuah mesin tenun
“Yanmar” sebesar Rp.24.000.000,-- (nilai wajar saat penyerahan) dengan nilai
tercatat sebesar Rp.18.000.000,--
5. Modal musyarakah yang menjadi porsi Amirullah sebagai mitra aktif sebesar Rp.
60.000.000,-- dilakukan dengan tahapan sbb:
a) Tgl 2 Agust 2008 diserahkan dlm bentuk kas/uang tunai Rp.15.000.000
b) Tgl 5 Agustus 2008 diserahkan “mesin rajut” merk Daitzu seharga
Rp.30.000.000,- (harga wajar penyarahan) dng nilai tercatat Rp.27.600.000,--
c) Tgl 10 Agustus 2008 diserahkan “mesin pewarna” merk Fujitzu seharga
Rp.15.000.000,-- (harga wajar penyerahan) dng nilai tercatat Rp. 16.200.000,-
28
Tanggal 05 Agustus 2008 dibayar beban pra akad, seperti pembuatan studi kelayakan
proyek, penelitian kelayakan proyek sebesar Rp. 1.000.000,-- pembayaran beban pra
akad
Db. Uang muka pra-akad msy Rp. 1.000.000,--
Cr. Kas Rp. 1.000.000,--
Jika tidak disepakati sebagai investasi musyarakah
Db. Biaya akad Rp. 1.000.000,-
Cr. UM pra-akad musyarakah Rp.1.000.000
Jika disepakati sebagai investasi musyarakah
Db. Investasi Musyarakah Rp. 1.000.000,--
Cr. UM pra-akad musyarakah Rp. 1.000.000
Tanggal 01 Agustus 2008 pada saat pembiayaan musyarakah disetujui dan
disepakati oleh Amirullah, LKS Anugrah Gusti mempunyai kewajiban yang berupa
komitmen atas Investasi Musyarakah sebesar Rp. 90.000.000,--
Dr. Kontra komitmen Investasi Msy Rp.90.000.000,-
Cr. Kewajiban Komitmen Investasi Msy Rp. 90.000.000
Tanggal 15 Agustus 2008 LKS Anugrah Gusti sebagai mitra pasif menyerahkan
modal dalam bentuk uang tunai kepada Amirullah sebagai pengelola usaha sebesar Rp.
36.000.000,--
Db. Investasi Musyarakah Rp. 36.000.000,--
Cr. Kas/Rekening syirkah Rp. 36.000.000,-
Dr. Kewajiban Komitmen Investasi Musy. Rp. 36.000.000,-
Cr. Kontra komitmen Investasi Msy Rp.36.000.000
Tgl 20 Agustus 2008 LKS Anugrah Gusti menyerahkan modal non kas / aset berupa
mesin pemintal “Yamato” dengan nilai sebesar Rp.30.000.000,-- (nilai wajar saat
penyerahan) Atas penyerahan modal non kas / aset
Db. Investasi Musyarakah Rp. 30.000.000,--
Cr. Persediaan / Aset Msy Rp. 30.000.000,-
29
Nilai wajar < nilai tercatat (tercatat Rp. 32.500.00)
Db. Investasi Musyarakah Rp. 30.000.000,--
Db. Kerugian penyerahan Aset Musy Rp. 2.500.000,-
Cr. Persediaan / Aset Msy Rp. 32.500.000,-
Dr. Kewajiban Komitmen Invst Musy Rp. 30.000.000,-
Cr. Kontra komitmen investasi Msy Rp.30.000.000,-
Nilai wajar > nilai tercatat (tercatat Rp. 24.000.000)
Db. Investasi Musyarakah Rp. 24.000.000
Cr. Persediaan / Aset Msy Rp. 18.000.000
Cr. Keuntungan Msy Tangguhan Rp. 6.000.000
Dr. Kewajiban Komitmen Invst Msy Rp. 24.000.000
Cr. Kontra Komitmen Invsti Msy Rp. 24.000.000
Amortisasi keuntungan musyarakah tangguhan
Dr. Keuntungan Msy Tangguhan Rp. 250.000
Cr. Keuntungan Penyerahan Aset Msy Rp. 250.000
Perhitungan:: Rp. 6.000.000 : 24 = Rp. 250.000,--
(a). modal dalam bentuk non kas berupa :
Mesin pemintal “Yamato“ Rp. 30.000.000
Mesin tenun “Yanmar” Rp. 24.000.000
-------------------
Jumlah modal musyarakah non kas Rp. 54.000.000
(b)..Jangka waktu akad musyarakah selama 24 bulan, => penyusutan:
Mesin pemintal “Yamato” : ( 30.000.000 – 0 ) / 24 = Rp. 1.250.000
Mesin tenun “Yanmar” : ( 24.000.000 – 0 ) / 24 = Rp. 1.000.000
-----------------------
Jumlah penurunan nilai (penyusutan) Rp. 2.250.000,-
(a). Penyusutan mesin pemintal “Yamato”
Dr. Biaya penurunan nilai (peny) modal non kas RP. 1.250.000
30
Cr. Akum penurunan nilai (peny) modal non kas Rp. 1.250.000
(b). Penyusutan mesin tenun “yanmar”
Dr. Biaya penurunan nilai (peny) modal non kas RP. 1.000.000
Cr. Akum penurunan nilai (peny)modal non kas Rp. 1.000.000
Pengalihan modal kas
Tanggal 25 Agustus 2010 diterima oleh LKS Anugrah Gusti pengembalian modal
musyarakah sebesar Rp.36.000.000,-- dari Amirullah sebagai mitra aktif pengelola
Db Kas/Rekening syirkah Rp. 36.000.000
Kr Investasi Musyarakah Rp. 36.000.000
Pengembalian modal non kas
(nilai wajar lebih kecil dari nilai tercatat)
Menjelang berakhirnya akad musyarakah, LKS Anugrah Gusti sebagai mitra pasif
menerima kembali dari Amirullah sebagai mitra aktif pengelola, modal musyarakah non
kas berupa mesin pemintal “Yamato” nilai wajar saat penyerahan Rp.500.000,-
- dengan nilai buku / tercatat sebagai berikut:
Nilai perolehan mesin pemintal “Yamato” Rp. 30.000.000,--
Akumulasi penyusutan (sd bulan ke 23) Rp. 28.750.000,--
-----------------------
Nilai buku (tercatat) modal non kas / aset musyarakahRp. 1.250.000,--
Dr. Persediaan / Aset Msy Rp. 500.000
Dr. Akumulasi penyusutan Rp. 28.750.000
Dr. Kerugian Pgbalian Aset Msy Rp. 750.000
Cr. Investasi Msy (non kas) Rp. 30.000.000
Pengembalian modal non kas
(nilai wajar lebih besar dari nilai tercatat)
Menjelang berakhirnya akad musyarakah, LKS Anugrah Gusti sebagai mitra pasif
menerima kembali dari Amirullah sebagai mitra aktif pengelola, modal musyarakah non
kas berupa mesin tenun “Yanmar” dengan nilai wajar saat penerimaan sebesar Rp.
2.500.000. Sedangkan nilai tercatat mesin tenun
31
“Yanmar” sebagai berikut:
Nilai perolehan mesin tenun “Yanmar” Rp. 24.000.000,--
Akumulasi penyusutan (sd bulan ke 23) Rp. 23.000.000,--
-----------------------
Nilai buku (tercatat) modal non kas / aset musyarakah Rp. 1.000.000,--
Dr. Aset Rp. 2.500.000,--
Dr. Akumulasi penyusutan Rp. 23.000.000,--
Cr. Keuntungan Pgblian Aset Msy Rp. 1.500.000,--
Cr. Investasi Musyarakah Rp. 24.000.000,--
Tanggal 1 Nopember 2008, LKS Anugrah Gusti menerima kembali modal musyarakah
sebesar Rp.25.000.000,-- dari Amirullah sebagai mitra aktif pengelola, dalam rangka
pengalihan modal LKS Anugrah Gusti ke Amirullah.
Db Kas/Rekening syirkah Rp. 25.000.000
Cr Investasi Musyarakah Rp. 25.000.000
Bagi Hasil
Berdasarkan laporan yang diterima atas pengelolaan modal musyarakah,
diperoleh bagi hasil sebesar Rp. 5.000.000,-- dimana pembagian bagi hasil 30 untuk
Amirullah dan 70 untuk Bank Syariah.
Jadi porsi bagi hasil mitra pasif adalah : 70/100 x Rp.5.000.000,- = Rp.3.500.000,--
(a) penerimaan pendapatan bagi hasil - kas
Db Kas/Rekening syirkah Rp. 3.500.000
Cr Pendapatan Bagi Hasil msy Rp. 3.500.000
(b) pegakuan pendapatan bagi hasil - akrual
Db Pendapatan yadit Msy Rp. 3.500.000
Cr Pendapatan Bagi Hasil msy Rp. 3.500.000
c) Pembayaran bagi hasil akrual
Dr. Rekening mitra/ kas dsb Rp. 3.500.000
32
Cr Pendapatan yadit Msy Rp. 3.500.000
Sesuai kesepakatan pada tanggal 25 Agustus 2010 (jatuh tempo akad musyarakah)
sisa modal musyarakah sebesar Rp.5.000.000, harus dikembalikan oleh Amirullah
sebagai mitra aktif namun hingga tanggal jatuh tempo pembayaran
Amirullah sebagai mitra aktif belum mengembalikan modal tersebut. jatuh tempo
mitra aktif belum membayar
Dr. Piutang Mitra Rp. 5.000.000
Cr. Investasi Musyarakah Rp. 5.000.000
pembayaran sisa kewajibannya
Dr. Kas / Rek Nasabah Rp. 5.000.000
Cr. Piutang Mitra Rp. 5.000.000
Simulasi Transaksi Mudharabah.
Bank Syariah menerima setoran tunai atas nama Maskaryo sebesar Rp.25.000.000,--
sebagai investasi deposito mudharabah untuk jangka waktu satu bulan dengan nisabah 65
untuk nasabah dan 35 untuk bank syariah.
Dr. Kas Rp 25.000.000
Cr. Dana Syirkah Temporer Rp. 25.000.0000
(Dep Mudharabah-a/n Maskaryo)
Dibayar deposito Mudharabah yang telah jatuh tempo atas nama Maskaryo sebesar
Rp.25.000.000,- Bagi hasil sebesar Rp. 170.000,- setelah dikurangi PPH 21 sebesar
Rp.30.000,-
Jurnal
Dr. Dana Syirkah Temporer Rp. 25.000.000,--
(Dep Mudharabah-a/n Maskaryo)
Dr. Hak pihak ke3 atas bagi hasil Rp 200.000,-
Cr. Titipan PPh 21 Rp 30.000,--
Cr. Kas/Rek nasabah Rp. 25.170.000
Diterima setoran tunai pembukaan rekening tabungan mudharabah atas nama Zaenab
sebesar Rp.10.000.000,-
33
Dr. Kas / Rek Zaenab Rp. 10.000.000,--
Cr. Dana Syirkah Temporer Rp. 10.000.000,--
(Tab Mudharabah - a/n Zaenab)
2. Zaenab melakukan penarikan tabungan atas namanya melalui counter teller sebesar
Rp.1.000.000,--
Dr. Dana Syirkah Temporer Rp 1.000.000,-- (Tab Mudharabah - a/n Zaenab)
Cr. Kas Rp 1.000.000
dibayarkan bagi hasil tabungan mudharabah untuk Zaenab sebesar Rp. 20.000,- dan atas
pembayaran bagi hasil tersebut dipotong pajak 15%
Dr. Hak pihak ke3 atas Bagi hasil Rp. 20.000,--
Cr. Kas / Rekening Zaenab Rp. 17.000,--
Cr. Titipan kas negara Rp. 3.000
Daftar Bacaan.
Baydoun, N dan Willet, Roger, Islamic Accounting Theory, The AAANZ Annual
Conference, 3-4 Juli 1994, Australia: University of Wollongong, 1994.
Suwiknyo, Dwi, Teorisasi Akuntansi Syari'ah di Indonesia, (Jurnal Ekonomi Islam
La_Riba, Vol 1, No. 2, Desember, 2007.
Haniffa, Ross, dan Hudaib, (2001). A Conceptual Framework for Islamic Accountting:
The Syari’ah Paradigme, The Accounting, Commerce, and Finance: The Islamic
Perspective, International conference IV, 12-14 Pebruari 2001, New Zealand:
Massey University
Ikatan Akuntan Indonesia, Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan Syariah, 2007.
Muhammad, Pengantar Akuntansi Syari’ah, Jakarta: Salemba Empat, 2002.
Muhammad, Prinsip-prinsip Akuntansi dalam Al-Qur’an, Yogyakarta: UII Press, 2000.
Hidayat, Nur, Simposium Nasional Akuntansi VII yang akan diselenggarakan di Fakultas
Ekonomi Universitas Udayana Denpasar, 2-3 Desember, 2004.
Shawki Ismail Shehata, The Theoretical Framwork for Accounting in Islamic Bank;
Analysis and Diagnosis.
34
Harahap, Sofyan Safri, Kritik Terhadap PSAK Perbankan Syariah IAI dan AAOIFI,
Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, Vol 1, No. 3, Desember 2001.
Harahap, Sofyan Syafri, Beberapa Dimensi Akuntansi: Menurut Alquran, Ilahiyah,
sejarah Islam dan Kini, Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, Vol 2,
No. 2 Agustus 2002.
Harahap, Sofyan Syafri, Teori Akuntansi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.
Syahatah, Husein, Usul al-Fikr al-Muhasab al-Islami (terjemahan), Ja- karta: Akbar
Media Sarana, 2001.
Wiroso, PSAK 105 (Akuntansi Mudharabah) Pelatihan Akuntansi Perbankan Syariah,
Bandung, 2011.
Wiroso, PSAK 106 (Akuntansi Musyarakah) Pelatihan Akuntansi Perbankan Syariah,
Bandung, 2011.
Wiroso, Akuntansi Transaksi Syariah, Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia, 2011
35
top related