akuntansi tanaman perkebunan pada pt klm - megan freelycia sumarandak
Post on 11-Apr-2016
80 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
UNIVERSITAS INDONESIA
AKUNTANSI TANAMAN PERKEBUNAN PADA PT KLM
KARYA AKHIR
MEGAN FREELYCIA SUMARANDAK 0906568420
PROGRAM VOKASI BIDANG STUDI AKUNTANSI
DEPOK JUNI 2012
i Universitas Indonesia
UNIVERSITAS INDONESIA
AKUNTANSI TANAMAN PERKEBUNAN PADA PT KLM
KARYA AKHIR
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya
MEGAN FREELYCIA SUMARANDAK 0906568420
PROGRAM VOKASI UNIVERSITAS INDONESIA BIDANG STUDI AKUNTANSI
KEKHUSUSAN AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK DEPOK
JUNI 2012
v Universitas Indonesia
KATA PENGANTAR & UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa
mencurahkan berkat dan tuntunan-Nya kepada Penulis selama menyelesaikan
karya akhir ini. Penulisan karya akhir ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah
satu syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya pada Program Vokasi Universitas
Indonesia Bidang Ilmu Akuntansi.
Karya akhir ini dapat diselesaikan dengan baik karena bantuan, bimbingan dan
doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, Penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
(1) Ibu Dr. Dwi Martani, S.E., Ak. selaku dosen pembimbing yang senantiasa
menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing Penulis
menyelesaikan karya akhir ini.
(2) KAP Mulyamin Sensi Suryanto & Lianny, khususnya Ci Yelly Warsono,
Ibu Lianny Leo, Mas Ario Bulan Awalia Noor dan Mbak Anastasia Dyaning
Anggraini, yang telah memberikan kesempatan bagi Penulis untuk
melaksanakan magang dan memberikan pelajaran dan bimbingan selama
pelaksanaan magang.
(3) PT KLM yang telah menjadi objek penulisan laporan magang.
(4) Orang tua dan adik Penulis, yaitu Papa Ferry Sumarandak, Mama Magda
Matindas dan Adik Maria Christie Sumarandak yang senantiasa memberikan
doa, dukungan, bimbingan dan cinta kasih kepada Penulis setiap waktu.
(5) Emeraldy Putra Petrus yang tiada henti memberikan doa, dukungan, waktu
dan bantuan kepada Penulis setiap saat.
(6) Seluruh dosen dan karyawan Program Vokasi Universitas Indonesia Bidang
Ilmu Akuntansi yang senantiasa memberikan bantuan dan bimbingan selama
Penulis menjalani perkuliahan, khususnya Ibu Birawani D. Anggraeni,
S.E., M.S.M. dan Ibu Marsdenia, S.E., Ak., MARS yang ikut serta
memberikan masukan yang baik kepada Penulis dalam pembuatan karya
akhir ini.
vi Universitas Indonesia
(7) Rekan-rekan seperjuangan di Program Vokasi Universitas Indonesia Bidang
Ilmu Akuntansi angkatan 2009 yang telah bersama-sama dengan Penulis
menjalani suka dan duka selama masa perkuliahan.
(8) Pihak lain yang tidak dapat Penulis sebut satu persatu.
Penulis adalah manusia biasa yang memiliki banyak keterbatasan. Oleh karena itu,
Penulis meminta maaf untuk segala kekurangan dalam karya akhir ini. Penulis
berharap karya akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Depok, 23 Mei 2012
Penulis
(Megan Freelycia Sumarandak)
viii Universitas Indonesia
ABSTRAK Nama : Megan Freelycia Sumarandak Program Studi : Vokasi Akuntansi Judul : Akuntansi Tanaman Perkebunan pada PT KLM
Karya Akhir ini mengenai Akuntansi Tanaman Perkebunan pada PT KLM. Akuntansi tanaman perkebunan hanya diterapkan oleh perusahaan perkebunan. Hasil audit atas penyajian dan pengungkapan atas tanaman nanas, kelapa sawit dan tebu milik PT KLM pada laporan keuangan tahun 2011 menunjukkan bahwa penyajian dan pengungkapan telah sesuai dengan SE Bapepam No. SE-02/PM/2002 tentang Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri Perkebunan. Perbandingan antara SE Bapepam No. SE-02/PM/2002 yang menggunakan metode biaya perolehan dengan IAS No. 41 mengenai Agriculture yang menggunakan metode nilai wajar dibutuhkan karena IAI sedang mempertimbangkan pengadopsian IAS No. 41. Kata kunci: Akuntansi Tanaman Perkebunan, Penyajian dan Pengungkapan.
ix Universitas Indonesia
ABSTRACT Name : Megan Freelycia Sumarandak Study Program : Vokasi Akuntansi Title : Accounting for Plantation of PT KLM
This Final Project is about Accounting for Plantation of PT KLM. Accounting for plantation is only applied by plantation companies. Audit result for presentation and disclosures of PT KLM’s pineapple, palm and sugarcane plants on financial statement 2011 showed that the presentation and disclosures are in accordance with SE Bapepam No. SE-02/PM/2002 about Presentation and Disclosures Guidelines for Financial Statement of Public Companies in Plantation Industry. Comparison between SE Bapepam No. SE-02/PM/2002 that uses cost method and IAS No. 41 about Agriculture that uses fair value method is required because IAI is considering the adoption of IAS No. 41. Keywords: Accounting for Plantation, Presentation and Disclosures.
x Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN KARYA AKHIR .......................................... ii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .......................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv KATA PENGANTAR & UCAPAN TERIMA KASIH ................................ v HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ......................................... vii ABSTRAK .................................................................................................. viii ABSTRACT .................................................................................................. ix DAFTAR ISI .................................................................................................. x DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv 1. PENDAHULUAN .................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang Program Magang ...................................................... 1 1.2 Tujuan Pelaksanaan Program Magang ............................................... 2 1.2.1 Tujuan umum ............................................................................ 2 1.2.2 Tujuan khusus ........................................................................... 3 1.3 Ruang Lingkup Pelaksanaan Magang ................................................ 4 1.4 Ruang Lingkup Penulisan Karya Akhir ............................................. 6 1.5 Metodologi Penulisan Karya Akhir ................................................... 8 1.6 Sistematika Penulisan Karya Akhir ................................................... 8 2. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ................................................ 10 2.1 Gambaran Umum KAP MSSL ........................................................... 10 2.1.1 Sejarah perusahaan .................................................................. 10 2.1.2 Visi, misi dan nilai perusahaan ................................................ 10 2.1.3 Struktur organisasi perusahaan ................................................ 12 2.1.4 Jasa perusahaan ......................................................................... 13 2.2 Gambaran Umum PT KLM ............................................................... 14 2.2.1 Sejarah perusahaan ................................................................... 14 2.2.2 Profil perusahaan ..................................................................... 14 2.2.3 Visi, misi, nilai dan kode etik perusahaan ................................ 18 2.2.4 Struktur organisasi perusahaan ................................................. 21 2.2.5 Ikhtisar keuangan perusahaan ................................................... 22 3. LANDASAN TEORI ............................................................................... 27 3.1 Gambaran Umum Standar Akuntansi untuk Tanaman Perkebunan... 27 3.2 SE Bapepam No. SE-02/PM/2002 tentang Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri Perkebunan ........................................................................... 28
xi Universitas Indonesia
3.2.1 Definisi tanaman perkebunan ................................................... 29 3.2.2 Pengakuan, pengukuran dan penyajian tanaman perkebunan .. 30 3.2.3 Pengungkapan tanaman perkebunan ......................................... 34
3.3 Standar Akuntansi selain SE Bapepam No. SE-02/PM/2002 yang Terkait dengan Akun Tanaman Perkebunan PT KLM ....................... 37 3.3.1 PSAK No. 7 tentang Pengungkapan Pihak-pihak Berelasi ...... 37 3.3.2 PSAK No. 48 tentang Penurunan Nilai Aset ............................ 39 3.4 IAS No. 41 tentang Agriculture ......................................................... 41
3.4.1 Ruang lingkup penerapan IAS No. 41 ...................................... 41 3.4.2 Pengakuan dan pengukuran tanaman perkebunan .................... 42 3.4.3 Pengungkapan tanaman perkebunan ......................................... 52 3.4.4 Hasil penelitian penggunaan nilai wajar pada IAS No. 41 ....... 55 3.5 Audit atas Tanaman Perkebunan ........................................................ 56 3.5.1 Asersi manajemen dan tujuan audit mengenai penyajian dan pengungkapan ........................................................................... 57 3.5.2 Fase-fase audit atas laporan keuangan ...................................... 58 4. PEMBAHASAN ...................................................................................... 59 4.1 Analisis Industri ................................................................................. 59 4.2 Prosedur Akuntansi Tanaman Perkebunan PT KLM ......................... 61 4.2.1 Prosedur akuntansi tanaman PT KLM yang diklasifikasikan sebagai persediaan .................................................................... 63 4.2.2 Prosedur akuntansi tanaman belum menghasilkan PT KLM ... 67 4.2.3 Prosedur akuntansi tanaman telah menghasilkan PT KLM ...... 71 4.2.4 Penggunaan IAS No. 41 pada PT KLM ................................... 77 4.3 Audit atas Penyajian dan Pengungkapan Tanaman Perkebunan PT KLM ............................................................................................. 80 4.3.1 Perencanaan dan pembuatan pendekatan audit ......................... 80 4.3.2 Tujuan audit atas penyajian dan pengungkapan tanaman Perkebunan ............................................................................... 82 4.3.2.1 Keterjadian serta hak dan kewajiban (occurrence and rights and obligations) .................................................. 82 4.3.2.2 Kelengkapan (completeness) ........................................ 83 4.3.2.3 Penilaian dan pengalokasian (valuation and allocation) 84 4.3.2.4 Pengklasifikasian dan pemahaman (classification and understandability) ......................................................... 84 4.3.3 Penyelesaian audit dan penerbitan Laporan Auditor Independen ................................................................................ 85 4.4 Penambahan Proyek Tebu oleh PT KLM pada Tahun 2011 .............. 86 4.5 Analisis Akuntansi dan Audit atas Tanaman Perkebunan PT KLM .. 88 4.5.1 Analisis akuntansi tanaman perkebunan PT KLM ................... 88 4.5.2 Analisis audit atas tanaman perkebunan PT KLM ................... 90 5. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 92 5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 92 5.2 Saran ....................................................................................... 93
xii Universitas Indonesia
5.2.1 Saran untuk KAP MSSL ........................................................... 93 5.2.2 Saran untuk PT KLM ................................................................ 93 5.2.3 Saran untuk Program Vokasi Universitas Indonesia Bidang Studi Akuntansi ........................................................................ 94 DAFTAR REFERENSI ............................................................................... 96
xiii Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Daftar Pemegang Saham PT KLM ......................................... 15 Tabel 2.2 Ikhtisar Keuangan PT KLM ................................................... 22 Tabel 2.3 Rasio Keuangan PT KLM ...................................................... 23 Tabel 3.1 Perbedaan Aset Biologis dan Produk Agrikultur ................... 44 Tabel 4.1 Klasifikasi Tanaman Nanas Belum Menghasilkan PT KLM . 68 Tabel 4.2 Komparasi Jurnal antara Metode Biaya Perolehan dengan Metode Nilai Wajar ................................................................ 77 Tabel 4.3 Komparasi Penyajian Laporan Keuangan antara Metode Biaya Perolehan dengan Metode Nilai Wajar ........................ 79 Tabel 4.4 Tren Penjualan dan Laba Kotor PT KLM Divisi Nanas Tahun 2008 – 2010 ................................................................. 87 Tabel 4.5 Kesesuaian Prosedur Akuntansi PT KLM dengan SE Bapepam No. SE-02/PM/2002 ......................................... 89
xiv Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur Organisasi KAP MSSL ............................................ 12 Gambar 2.2 Daftar Anak Perusahaan PT PQR Tbk ................................... 15 Gambar 2.3 Alur Penjualan Tandan Buah Segar PT KLM ........................ 16 Gambar 2.4 Alur Penjualan Nanas Mentah PT KLM ................................ 17 Gambar 2.5 Struktur Organisasi PT KLM ................................................. 21 Gambar 4.1 Skema Umur Tanaman Perkebunan ....................................... 62 Gambar 4.2 Penyajian Persediaan PT KLM .............................................. 64 Gambar 4.3 Pengungkapan Persediaan PT KLM pada Bagian Ikhtisar Kebijakan Akuntansi dan Pelaporan Penting ............ 65 Gambar 4.4 Pengungkapan Persediaan PT KLM pada Bagian Persediaan 66 Gambar 4.5 Penyajian Tanaman Belum Menghasilkan PT KLM ............. 68 Gambar 4.6 Pengungkapan Tanaman Belum Menghasilkan PT KLM pada Bagian Ikhtisar Kebijakan Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Penting................................................................... 69 Gambar 4.7 Pengungkapan Tanaman Belum Menghasilkan PT KLM pada Bagian Tanaman Belum Menghasilkan ......................... 70 Gambar 4.8 Penyajian Tanaman Telah Menghasilkan PT KLM ............... 74 Gambar 4.9 Pengungkapan Tanaman Telah Menghasilkan PT KLM pada Bagian Ikhtisar Kebijakan Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Penting................................................................... 75 Gambar 4.10 Pengungkapan Tanaman Telah Menghasilkan PT KLM pada Bagian Tanaman Telah Menghasilkan .......................... 76 Gambar 4.11 Laporan Auditor Independen – Paragraf 2 & 3 ...................... 86
xv Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Checklist SE-02/PM/2002 Bagian Tanaman Perkebunan ...... 98 Lampiran 2 Laporan Posisi Keuangan PT KLM per 31 Desember 2011 dan 2010 ................................................................................. 102 Lampiran 3 Laporan Laba Rugi Komprehensif PT KLM untuk Tahun- tahun yang Berakhir 31 Desember 2011 dan 2010 ................ 104 Lampiran 4 Laporan Perubahan Ekuitas PT KLM untuk Tahun-tahun yang Berakhir 31 Desember 2011 dan 2010 .......................... 105 Lampiran 5 Laporan Arus Kas PT KLM untuk Tahun-tahun yang Berakhir 31 Desember 2011 dan 2010 ................................... 106
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Program Magang
Indonesia sebagai negara berkembang pasti membutuhkan sumber daya
manusia yang berkualitas. Salah satu cara pemenuhan kebutuhan ini adalah
melalui jalur pendidikan formal, yaitu pendidikan tinggi. Menurut Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan, pendidikan vokasi merupakan salah satu pendidikan
yang dapat diselenggarakan oleh pendidikan tinggi.
Penulis adalah salah satu mahasiswi Program Vokasi Universitas
Indonesia Bidang Ilmu Akuntansi yang menyadari adanya kondisi ini dan
berusaha memberikan kontribusi positif bagi perkembangan Indonesia. Oleh
karena itu, Penulis mengambil mata kuliah Magang yang diwajibkan sebagai
syarat kelulusan oleh Program Vokasi Universitas Indonesia Bidang Ilmu
Akuntansi untuk meningkatkan dan menerapkan kemampuan teknikal dan
analitikal dalam bidang akuntansi di dunia kerja yang sesungguhnya.
Program Vokasi Universitas Indonesia Bidang Studi Akuntansi
merupakan transformasi dari Program Diploma III Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia. Transformasi ini diselenggarakan berdasarkan
SK Rektor UI No. 696A/SK/R/UI/2008. Perbedaan utama dari kedua entitas ini
adalah struktur organisasi. Program Diploma III Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia berada di bawah naungan Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, sedangkan Program Vokasi Universitas Indonesia Bidang Studi
Akuntansi berada di bawah naungan Program Vokasi Universitas Indonesia. Jika
dilihat dari sisi akademik, tidak ada perbedaan yang signifikan antara kedua
entitas tersebut karena jenis mata kuliah yang diajarkan dan bobot bagi masing-
masing mata kuliah tersebut tetap sama.
Magang yang merupakan salah satu mata kuliah di Program Vokasi
Universitas Indonesia Bidang Studi Akuntansi diselenggarakan dalam usaha
mencapai visi Program Vokasi Universitas Indonesia, yaitu “Menjadi pusat
2
Universitas Indonesia
unggulan pendidikan vokasional di ASEAN” dan visi Program Vokasi Universitas
Indonesia Bidang Studi Akuntansi, yaitu “Menjadi center of excellence dalam
pendidikan tinggi non gelar di bidang akuntansi di Indonesia”. Mata kuliah
Magang membuka peluang bagi mahasiswa/mahasiswi untuk semakin mendalami
setiap disiplin ilmu yang telah ditekuni di bangku kuliah, menerapkan setiap
disiplin ilmu tersebut dengan baik di dunia kerja yang sesungguhnya dan
mengikuti setiap perkembangan yang terjadi pada setiap disiplin ilmu tersebut.
Tingkat pencapaian ini dapat memberikan kontribusi positif bagi sistem
perekonomian Indonesia yang semakin berkembang dari hari ke hari.
1.2 Tujuan Pelaksanaan Program Magang
Pelaksanaan magang ini memiliki beberapa tujuan yang sejalan dengan
misi pertama Program Vokasi Universitas Indonesia, yaitu “Menyelenggarakan
pendidikan vokasional dengan penekanan pada keahlian dan praktek selaras
dengan kebutuhan dunia kerja dan industri untuk menghasilkan tenaga ahli
madya profesional yang berstandar internasional”. Tujuan tersebut dapat
dikelompokkan menjadi tujuan umum dan tujuan khusus.
1.2.1 Tujuan umum
Secara umum, pelaksanaan magang bagi mahasiswa/mahasiswi jurusan
Akuntansi Sektor Publik bertujuan untuk menghasilkan praktisi yang kompeten
dalam penyusunan dan pemeriksaan laporan keuangan untuk organisasi sektor
publik dan komersial. Tujuan tersebut mencakup enam bidang kompetensi, yaitu:
• Akuntansi Keuangan dan Manajemen
• Akuntansi Keuangan Organisasi Sektor Publik
• Auditing
• Perpajakan
• Komputer Akuntansi
• Manajemen Keuangan
3
Universitas Indonesia
1.2.2 Tujuan khusus
Secara khusus, pelaksanaan magang bagi mahasiswa/mahasiswi Program
Vokasi Universitas Indonesia Bidang Studi Akuntansi bertujuan untuk:
• Meningkatkan kredibilitas Program Vokasi Universitas Indonesia Bidang
Studi Akuntansi dalam menciptakan lulusan dengan kualitas tinggi dan
siap kerja.
• Menjalin kerja sama antara Program Vokasi Universitas Indonesia
dengan perusahaan tempat magang.
• Memberikan pemahaman kepada mahasiswa/mahasiswi untuk
menerapkan setiap kompetensi yang telah didapatkan selama
menjalankan perkuliahan di Program Vokasi Universitas Indonesia
Bidang Studi Akuntansi pada dunia kerja yang sesungguhnya.
• Meningkatkan kemampuan mahasiswa/mahasiswi dalam menyelesaikan
setiap permasalahan yang terjadi pada dunia kerja yang sesungguhnya
menggunakan kemampuan teknikal dan analitikal yang telah didapatkan
selama menjalani perkuliahan di Program Vokasi Universitas Indonesia
Bidang Studi Akuntansi.
• Membentuk budaya kerja yang disiplin kepada mahasiswa/mahasiswi
dalam hal pengaturan waktu, penggunaan busana kerja, penempatan diri
dalam kerja tim dan penguasaan diri dalam menghadapi setiap tekanan
dalam dunia kerja.
• Menjembatani dunia pendidikan dan dunia kerja, sehingga dapat terjalin
keharmonisan dan keselarasan.
• Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan kegiatan bisnis
perusahaan tempat magang.
• Memberikan kesempatan kepada perusahaan tempat magang untuk
mengangkat karyawan/karyawati yang berkualitas tinggi.
4
Universitas Indonesia
1.3 Ruang Lingkup Pelaksanaan Magang
Sesuai dengan kebijakan dari Program Vokasi Universitas Indonesia
Bidang Studi Akuntansi, magang harus dilaksanakan dalam jangka waktu minimal
tiga bulan di perusahaan yang telah disetujui. Oleh karena itu, Penulis
melaksanakan magang selama tiga bulan, terhitung sejak tanggal 16 Januari 2012
sampai dengan tanggal 16 April 2012 di Kantor Akuntan Publik Mulyamin Sensi
Suryanto & Lianny, selanjutnya disebut KAP MSSL, yang terletak di Intiland
Tower Lt. 7, JL. Jend. Sudirman Kav. 32 Jakarta 10220.
Penulis dipercaya untuk menjadi junior auditor bagi tiga klien, salah
satunya adalah PT KLM. Penulis tergabung dalam tim yang terdiri dari satu orang
partner, satu orang senior manager, satu orang manager 2, dua orang associate
manager, satu orang supervisor, dua orang associate supervisor, dua orang senior
auditor dan lima orang junior auditor.
Penulis dilibatkan secara aktif dalam pelaksanaan audit. Deskripsi
pekerjaan yang diberikan kepada Penulis selama pelaksanaan magang adalah:
• Membandingkan saldo awal setiap akun yang ada dengan saldo akhir
tahun sebelumnya yang sudah diaudit.
• Memeriksa kesamaan antara neraca saldo dengan buku besar.
• Membandingkan saldo setiap akun antara tahun 2010 dan 2011,
kemudian meminta bukti – bukti pendukung untuk setiap akun yang
memiliki presentase pergerakan yang material dan akun yang sifatnya
lancar, namun tidak mengalami pergerakan dari tahun 2010 sampai 2011.
• Mencari informasi mengenai siklus dan prosedur akuntansi klien melalui
wawancara dan melihat langsung.
• Mengirimkan konfirmasi atas saldo masing-masing bank, piutang, utang
dan modal.
• Memeriksa saldo atas transaksi antar divisi.
• Melakukan prosedur analitik.
• Membuat rekapitulasi atas rekening bank dari Januari sampai Desember
2011.
• Membuat rekapitulasi PPh 21/26, PPh 22, PPh 23/26, PPh 25 dan
PPh 4 (2).
5
Universitas Indonesia
• Memeriksa keandalan saldo setiap akun dengan memeriksa setiap
dokumen pendukung, antara lain dokumen permintaan pembelian,
dokumen pemesanan pembelian, laporan penerimaan barang, tagihan
pembelian, slip PPN Masukan, memo retur pembelian, journal voucher
pembelian, cek pembayaran, slip pembayaran melalui bank, dokumen
pemesanan penjualan, dokumen pengiriman barang, tagihan penjualan,
slip PPN Keluaran, memo retur penjualan, journal voucher penjualan,
dokumen pembayaran dari pelanggan, perjanjian dan tabel angsuran
pinjaman bank, perjanjian dan tabel angsuran kewajiban sewa
pembiayaan, perjanjian dengan kontraktor, laporan aktuaris dan dokumen
penutupan bank.
• Memeriksa rekonsiliasi bank yang telah dibuat oleh klien.
• Membuat rekapitulasi atas kewajiban kontinjensi.
• Melakukan identifikasi atas klasifikasi kewajiban sewa pembiayaan dan
pinjaman bank.
• Menghitung bunga yang seharusnya diakui per tanggal pelaporan
keuangan.
• Menghitung ulang depresiasi aset tetap.
• Menguji ketepatan atas akun piutang usaha, piutang lain-lain, persediaan,
aset tetap, tanaman belum menghasilkan, uang muka pembelian, utang
usaha, utang lain-lain, uang muka penjualan, pajak pertambahan nilai,
harga pokok penjualan, beban penjualan, serta beban umum dan
administrasi dengan membandingkan rincian akun dengan laporan
keuangan.
• Membuat mutasi atas akun aset tetap, tanaman menghasilkan dan
tanaman belum menghasilkan.
• Menguji ketepatan pencatatan kas dengan membuat mutasi dari tanggal
pemeriksaan kas sampai dengan tanggal pelaporan keuangan.
• Menguji ketepatan pencatatan persediaan dengan membuat mutasi dari
tanggal pemeriksaan persediaan sampai dengan tanggal pelaporan
keuangan.
6
Universitas Indonesia
• Menguji ketepatan pencatatan utang dan piutang dengan memeriksa
pembayaran yang terjadi setelah tanggal pelaporan keuangan.
• Membuat konsolidasi atas akun persediaan, beban pokok penjualan dan
liabilitas sewa pembiayaan.
• Memeriksa pengungkapan atas masing-masing akun dalam laporan
keuangan.
• Menyajikan laporan keuangan yang telah diaudit.
1.4 Ruang Lingkup Penulisan Karya Akhir
Seluruh tulisan yang disajikan dalam karya akhir ini adalah murni hasil
pekerjaan Penulis selama pelaksanaan magang. Berdasarkan peraturan dari
Program Vokasi Universitas Indonesia Bidang Studi Akuntansi yang mengacu
pada Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik, maka Penulis menyamarkan
identitas perusahaan menjadi PT KLM untuk menjaga kerahasiaan perusahaan
yang diaudit.
Ruang lingkup penulisan karya akhir ini adalah Akuntansi Tanaman
Perkebunan pada PT KLM. PT KLM merupakan perusahaan yang bergerak
dalam bidang perkebunan nanas, sawit dan tebu. Laporan keuangan
PT KLM untuk tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 dan
2010 diaudit oleh KAP MSSL. Audit meliputi pemeriksaan, atas dasar pengujian,
bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan
keuangan. Audit juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan
dan estimasi signifikan yang dibuat oleh manajemen, serta penilaian terhadap
penyajian laporan keuangan secara keseluruhan.
Karya akhir ini akan membahas mengenai prosedur akuntansi atas
tanaman perkebunan yang dijalankan oleh PT KLM selama tahun 2011, terutama
pada bagian penyajian dan pengungkapan. Prosedur akuntansi tersebut dilihat dari
sisi auditor sebagai pihak yang menerima data mengenai tanaman perkebunan
PT KLM dari manajemen. Selanjutnya, auditor memeriksa penyajian dan
pengungkapan atas tanaman perkebunan untuk memenuhi presentation and
disclosure-related audit objective.
7
Universitas Indonesia
Ada beberapa alasan yang membuat Penulis tertarik mengangkat akun
tanaman perkebunan sebagai topik laporan magang dan menganggap akun
tersebut unik. Alasan tersebut dapat dilihat dari tiga sisi, yaitu dari sisi akun
tanaman perkebunan, sisi standar akuntansi yang berlaku dan sisi PT KLM.
Dari sisi akun perkebunan, hanya perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan
yang memiliki akun tersebut, sehingga perlakuan atas akun tersebut perlu
dipelajari lebih lanjut.
Jika dilihat dari standar akuntansi yang berlaku, Indonesia belum
memiliki Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang khusus mengatur
tentang tanaman perkebunan. Indonesia masih mempertimbangkan untuk
mengadopsi International Accounting Standard (IAS) No. 41 mengenai
Agriculture. Butuh pertimbangan yang matang untuk mengimplementasikan
standar tersebut di Indonesia karena terdapat kesulitan dalam penentuan nilai aset
biologis menggunakan nilai wajar.
Selanjutnya, keunikan tersendiri yang nampak dari PT KLM adalah
keberadaan tiga proyek perkebunan yang dijalankan, yaitu kelapa sawit, nanas dan
tebu. Ketiga proyek tersebut tidak dimulai pada saat yang bersamaan. Perusahaan
diawali dengan proyek kelapa sawit, kemudian proyek kelapa sawit ditutup dan
diganti dengan proyek nanas. Pada tahun 2005, manajemen memutuskan untuk
mengaktifkan kembali proyek kelapa sawit tanpa menutup proyek nanas,
kemudian pada tahun 2011 dimulai proyek tebu tanpa menutup kedua proyek
sebelumnya. Jika dilihat dari lamanya masa tanam, ketiga proyek ini memiliki
perbedaan masa tanam yang cukup jauh, yaitu kelapa sawit dalam waktu empat
sampai lima tahun, nanas dalam waktu dua puluh dua bulan dan tebu dalam waktu
enam bulan. Kondisi tersebut menyebabkan adanya perbedaan perlakuan
akuntansi untuk masing-masing proyek. Keterlibatan Penulis secara langsung
pada audit atas PT KLM membuat Penulis dapat mempelajari akun tanaman
perkebunan.
8
Universitas Indonesia
1.5 Metodologi Penulisan Karya Akhir
Metodologi yang digunakan Penulis dalam pencarian data untuk laporan
magang ini adalah dengan cara:
• Praktek lapangan
• Studi literatur
• Wawancara dengan auditor KAP MSSL
• Wawancara dengan PT KLM
1.6 Sistematika Penulisan Karya Akhir
Sistematika penulisan karya akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Pendahuluan
Pada bab ini, Penulis membahas tentang hal-hal mendasar dalam
pelaksanaan program magang, yaitu latar belakang program magang,
tujuan magang, ruang lingkup pelaksanaan magang, ruang lingkup
penulisan laporan, metodologi penulisan laporan, serta sistematika
penulisan laporan.
2. Gambaran Umum Perusahaan
Pada bab ini, Penulis membahas mengenai gambaran umum KAP MSSL
yang merupakan tempat Penulis melaksanakan program magang dan
PT KLM yang merupakan perusahaan yang menjadi objek penulisan
laporan magang. Gambaran umum ini meliputi profil perusahaan, jenis
perusahaan, struktur organisasi, visi dan misi perusahaan dan informasi
lainnya yang berhubungan dengan perusahaan.
3. Landasan Teori
Pada bab ini, Penulis membahas mengenai konsep, standar, maupun
peraturan yang mendasari penulisan laporan magang, yaitu mengenai
prosedur akuntansi tanaman perkebunan dan prosedur audit atas
penyajian dan pengungkapan tanaman perkebunan.
9
Universitas Indonesia
4. Pembahasan
Pada bab ini, Penulis membahas akuntansi tanaman perkebunan yang
dijalankan oleh PT KLM, perbandingan antara standar akuntansi yang
dijalankan oleh PT KLM dengan standar akuntansi internasional yang
belum diterapkan di Indonesia, serta audit atas tanaman perkebunan yang
dilihat dari sisi penyajian dan pengungkapan.
5. Kesimpulan dan Saran
Pada bab ini, Penulis membuat kesimpulan atas prosedur akuntansi
tanaman perkebunan pada PT KLM, prosedur audit atas penyajian dan
pengungkapan tanaman perkebunan PT KLM dan hasil audit atas
penyajian dan pengungkapan tanaman perkebunan PT KLM, serta
memberikan saran bagi KAP MSSL, PT KLM dan Program Vokasi
Universitas Indonesia Bidang Studi Akuntansi.
10 Universitas Indonesia
BAB 2
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Gambaran Umum KAP MSSL
2.1.1 Sejarah perusahaan
KAP MSSL yang berpusat di Intiland Tower Lt. 7, JL. Jend. Sudirman
Kav. 32 Jakarta 10220, berawal dari sebuah KAP yang didirikan oleh HL pada
tanggal 1 Oktober 2002, yaitu KAP DMR. Pada saat itu, susunan partner terdiri
dari DM, ES dan GMK. Pada awal tahun 2003, KAP DMR memulai afiliasi
dengan Moore Stephens International Limited. Dengan adanya afiliasi ini,
KAP DMR semakin berkembang demi menjadi KAP terkemuka di Indonesia.
Sampai dengan saat ini, KAP DMR telah dua kali mengalami
restrukturisasi organisasi. Restrukturasi organisasi yang pertama terjadi pada
bulan Oktober 2006. Pada saat itu, susunan partner menjadi ES, GMK, LL, LSW
dan SS. Pergantian partner tersebut secara otomatis membuat KAP DMR berganti
nama menjadi KAP MSS. Restrukturisasi organisasi yang kedua terjadi pada
bulan Oktober 2011. Proses restrukturisasi organisasi ini kembali mengubah
susunan partner menjadi sebelas orang, yaitu AH, AS, AM, GMK, JM, LL, LSW,
ML, SAR, SS dan YW. Satu hal yang sedikit berbeda dalam restrukturisasi
organisasi yang kedua ini adalah terdapat managing partner yang dijabat oleh ES.
Restrukturisasi organisasi tersebut menyebabkan KAP MSS kembali berganti
nama menjadi KAP MSSL sampai sekarang.
2.1.2 Visi, misi dan nilai perusahaan
Sebagai perusahaan afiliasi dari Moore Stephens International Limited di
Indonesia, KAP MSSL senantiasa menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam
perusahaan untuk mencapai visi dan misi Moore Stephens International Limited.
11
Universitas Indonesia
• Visi
Menjadi pemimpin yang paling diakui dan dihargai dalam dunia
akuntansi dan konsultasi internasional, serta selalu menjadi pilihan utama
dalam pasar.
• Misi
Memberi kesuksesan bagi perusahaan afiliasi melalui kepemimpinan
yang kuat dan sumber daya internasional yang terbaik, yang disertai
dengan budaya yang berkualitas dari atas ke bawah.
• Nilai
o Serius dalam kesuksesan
Kualitas – tidak ada kompromi.
Inovasi atas apa yang dilakukan dan bagaimana melakukan hal
tersebut.
Mendukung perkembangan profit perusahaan afiliasi.
Jujur, bermoral dan terbuka.
o Menunjukkan komitmen kepada perusahaan afiliasi, pegawai dari
perusahaan afiliasi dan klien dari perusahaan afiliasi
Memberikan kepercayaan melalui integritas dan kejujuran.
Ada dan cepat tanggap.
Proaktif dan cerdik
o Bertanggungjawab terhadap penduduk setempat
Terlibat dan memberikan dukungan kepada komunitas lokal.
Memperkecil dampak negatif terhadap lingkungan.
o Nyaman dengan apa yang kami lakukan
Memiliki perasaan yang kuat.
Terlibat dengan perusahaan afiliasi kami dan Negara tempat
perusahaan afiliasi bernaung.
12
Universitas Indonesia
2.1.3 Struktur organisasi perusahaan
Managing Partner
(1 orang)
Partner (11 orang)
Management Support Director Senior Manager (2 orang) (4 orang)
Manager 2 (6 orang)
Manager 1 (4 orang) Associate Manager (14 orang)
Supervisor (17 orang)
Associate Supervisor (36 orang)
Senior (39 orang)
Junior (50 orang)
Gambar 2.1 Struktur Organisasi KAP MSSL
Sumber: Struktur Organisasi KAP MSSL (“ telah diolah kembali”)
Office Secretary
IT
Admin Support
HRD & GA
F & A
Keterangan: HRD & GA Human Resources Development & General Affair IT Information & Technology F & A Finance and Accounting
13
Universitas Indonesia
Jabatan tertinggi KAP MSSL adalah managing partner. Tugas managing
partner adalah mengatur keseluruhan operasional KAP MSSL dan membawahi
sebelas orang partner. Partner bertugas menjadi pemimpin dari masing-masing
tim audit KAP MSSL. Selain itu, partner juga yang berwenang membubuhkan
tanda tangan di atas Laporan Auditor Independen dan bertanggung jawab atas
opini audit yang dikeluarkan.
Masing-masing tim audit terdiri dari partner, senior manager,
manager 2, manager 1, associate manager, supervisor, associate supervisor,
senior dan junior. Semakin tinggi jabatan seseorang, semakin tinggi pula
tanggung jawab yang diemban. Setiap anggota tim harus bekerja sama agar
pelaksanaan audit dapat berjalan dengan baik. Jumlah anggota dalam setiap tim
berbeda satu sama lain karena disesuaikan dengan kebutuhan audit.
KAP MSSL juga memiliki dua orang director. Director bertugas sebagai
quality control, yaitu pihak yang memeriksa kualitas pelaksanaan audit dan
Laporan Auditor Independen yang dikeluarkan. Staf yang membantu pekerjaan
director memiliki jabatan yang setara dengan manager 2.
Keseluruhan operasional KAP MSSL ditunjang dengan keberadaan
management support yang terdiri dari beberapa bagian, yaitu Human Resources
Development & General Affair, Office Secretary, Information & Technology,
Admin Support dan Finance & Accounting. Management support tidak terlibat
secara langsung dalam pelaksanaan audit, namun KAP MSSL tidak dapat berjalan
dengan baik tanpa keberadaan mereka.
2.1.4 Jasa perusahaan
KAP MSSL menawarkan jasa audit dan assurance yang dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
• Audit atas laporan keuangan perusahaan.
• Audit atas laporan keuangan untuk publik, termasuk penawaran umum
dan pengajuan bursa.
• Jasa atestasi, Review, dan Agreed Upon Procedure seperti : pemeriksaan
laporan keuangan perspektif, informasi keuangan proforma, struktur
pengendalian internal pada laporan keuangan, dan atestasi kepatuhan.
14
Universitas Indonesia
• Review of management discussion on analysis.
• Performance audit.
2.2 Gambaran Umum PT KLM
2.2.1 Sejarah perusahaan
Keberadaan Indonesia sebagai negara agraris yang kaya dengan hasil
alam yang berkualitas ditanggapi dengan sigap oleh PT KLM dengan mendirikan
badan usaha yang bergerak dalam bidang perkebunan. Berdasarkan akta pendirian
yang telah ditandatangani oleh notaris, perusahaan resmi berdiri sejak tanggal
20 Maret 1995. Akta pendirian tersebut mengalami perubahan pada tanggal
3 September 1996. Akta pendirian dan perubahan tersebut telah disahkan oleh
Menteri Kehakiman Republik Indonesia.
Perkebunan merupakan salah satu jenis industri yang unik. Industri ini
membutuhkan pengetahuan dan perhatian khusus untuk menjalankan prosedur
akuntansi untuk tanaman yang merupakan makhluk hidup yang senantiasa tumbuh
dan berkembang. Sampai dengan tahun 2010, perusahaan telah memiliki dua
divisi perkebunan, yaitu divisi perkebunan nanas dan kelapa sawit. Pada tahun
2011, perusahaan memperluas usahanya dengan menambah divisi perkebunan
tebu. Pencatatan akuntansi untuk masing-masing divisi ditangani oleh pegawai
yang berbeda.
2.2.2 Profil perusahaan
Sejak tahun 1999, perusahaan diakuisisi oleh PT PQR Tbk yang telah
mengembangkan sayap di kancah nasional dan internasional. Oleh karena itu,
PT KLM semakin terdorong untuk maju mengikuti jejak PT PQR Tbk. Pada tahun
2011, jika dibandingkan dengan anak perusahaan PT PQR Tbk yang lain,
PT KLM mengalami kemajuan yang paling besar. Kemajuan ini tercermin melalui
penambahan divisi perkebunan tebu. Presentase kepemilikan PT PQR Tbk sampai
dengan tanggal 31 Desember 2011 adalah sebesar 99,75% yang terlihat pada
Tabel 2.1.
15
Universitas Indonesia
Tabel 2.1 Daftar Pemegang Saham PT KLM
Nama JumlahPemegang Jumlah Presentase Modal
Saham Saham Kepemilikan Disetor% Rp '000.000
PT PQR Tbk 997.500 99,750 99.750Bpk. ABC 1.250 0,125 125Bpk. GHI 1.250 0,125 125
Jumlah 1.000.000 100,000 100.000
Sumber: Laporan Keuangan 2011 PT KLM – KAP MSSL (“telah diolah kembali”)
PT KLM bersama tujuh perusahaan yang lain merupakan anak
perusahaan PT PQR Tbk. Struktur anak perusahaan PT PQR Tbk terlihat pada
Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Daftar Anak Perusahaan PT PQR Tbk
Sumber: Laporan Keuangan 2011 PT PQR Tbk – KAP MSSL (“telah diolah kembali”)
16
Universitas Indonesia
Delapan anak perusahaan PT PQR Tbk bergerak dalam beberapa bidang usaha.
PT DEF, PT GHI, PT LMN dan PT MNO bergerak dalam bidang perkebunan
kelapa sawit, PT JKL bergerak dalam bidang perkebunan kelapa sawit dan jeruk,
PT KLM bergerak dalam bidang perkebunan nanas, kelapa sawit dan tebu,
PT ABC bergerak dalam bidang pabrikasi minyak sawit dan minyak inti sawit,
dan PT OPQ merupakan holding company. PT OPQ mempunyai dua anak
perusahaan, yaitu PT CBA dan PT FED. Kedua anak perusahaan PT OPQ tersebut
sama-sama bergerak dalam bidang perkebunan kelapa sawit.
PT PQR Tbk dan anak perusahaan sering terlibat dalam transaksi pihak
berelasi. Seluruh hasil perkebunan kelapa sawit milik anak perusahaan
PT PQR Tbk, termasuk hasil perkebunan kelapa sawit PT KLM, dijual ke
PT ABC yang akan mengolah hasil perkebunan tersebut menjadi minyak sawit
dan minyak inti sawit yang kemudian dijual ke PT PQR Tbk. Selanjutnya,
PT PQR Tbk memasarkan minyak sawit dan minyak inti sawit ke pasar lokal dan
internasional. Alur transaksi tersebut terlihat pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3 Alur Penjualan Tandan Buah Segar PT KLM
Sumber: Marshalling PT KLM – KAP MSSL (“telah diolah kembali”)
17
Universitas Indonesia
Transaksi pihak berelasi yang melibatkan PT KLM juga terjadi atas
penjualan nanas mentah. Perusahaan menjual seluruh nanas mentah kepada
PT XYZ Tbk, yang merupakan anak perusahaan dari PT DCB (induk perusahaan
dari PT PQR Tbk). Skema penjualan tersebut terlihat pada Gambar 2.4.
Gambar 2.4 Alur Penjualan Nanas Mentah PT KLM
Sumber: Marshalling PT KLM – KAP MSSL (“telah diolah kembali”)
Pada periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2011, belum terjadi
penjualan tebu karena tanaman masih berbentuk tanaman belum menghasilkan.
Apabila tanaman tebu sudah dipanen, perusahaan tidak akan langsung menjual
tebu tersebut. Perusahaan sudah merencanakan untuk mengolah tebu menjadi
gula cair. Oleh karena itu, mulai tahun 2011 perusahaan memulai proses
konstruksi pabrik gula. Sampai dengan tanggal 31 Desember 2011, proses
konstruksi tersebut masih berlangsung. Konstruksi ini direncanakan akan selesai
pada tahun 2012.
18
Universitas Indonesia
2.2.3 Visi, misi, nilai dan kode etik perusahaan
Seluruh anak perusahaan PT PQR Tbk, termasuk PT KLM, senantiasa
bersatu padu dalam menerapkan nilai-nilai dan kode etik yang terkandung pada
perusahaan untuk mencapai visi dan misi PT PQR Tbk.
• Visi
Menjadi produsen minyak goreng nabati dan turunannya yang
terintegrasi penuh dengan biaya produksi yang rendah dan ramah
lingkungan.
• Misi
Kekuatan melalui integrasi.
• Nilai
o Transparansi (Keterbukaan Informasi)
Penyerahan Laporan Berkala Tepat Waktu
Perusahaan selalu menyadari pentingnya penyediaan informasi
yang cukup, jelas, akurat, konsisten dan tepat waktu bagi para
pengguna laporan keuangan.
Penyebaran Informasi
Perusahaan berusaha menyediakan berbagai informasi melalui
media publik.
o Akuntabilitas
Perusahaan memiliki struktur organisasi dan fungsi
pertanggungjawaban yang jelas guna menciptakan pengelolaan
perusahaan secara efektif.
o Tanggungjawab
Kebijakan Perusahaan dalam Pengelolaan Limbah
Perusahaan selalu menyadari pentingnya pengelolaan limbah yang
dihasilkan sebagai bentuk tanggungjawab terhadap masyarakat dan
lingkungan. Perusahaan sedang mengembangkan pembuatan pupuk
organik dengan memanfaatkan limbah berupa tandan kosong.
19
Universitas Indonesia
Kebijakan Penciptaan Lapangan Kerja di Sekitar Unit Usaha
Perkebunan Milik Perusahaan
Kebijakan ini dilakukan untuk mendukung pemerintah dalam
penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat setempat, terutama
daerah-daerah sekitar tempat operasi unit usaha perusahaan.
o Kemandirian
Independensi di dalam perusahaan tercermin dengan keberadaan
seorang Komisaris Independen yang bertanggungjawab dan
berwenang mengawasi kebijakan dan tindakan direksi, serta
memberikan nasihat kepada direksi jika diperlukan. Keberadaan
Komisaris Independen dalam perusahaan juga sebagai penyeimbang
dalam pengambilan keputusan Dewan Komisaris. Komite Audit
perusahaan secara independen dan profesional memberikan pendapat
kepada Dewan Komisaris. Laporan yang dibuat oleh Komite Audit
menjadi landasan bagi Komisaris, termasuk Komisaris Independen,
dalam menilai dan mengidentifikasi hal-hal yang menyangkut laporan
keuangan dengan berbagai pertimbangan risiko yang ada.
o Kewajaran
Perusahaan memberikan perlakuan yang setara, baik kepada publik,
maupun pemegang saham. Hubungan dengan karyawan juga terus
dijaga dengan menghindari praktik diskriminasi.
• Kode Etik
o Semua pekerja akan memenuhi semua peraturan dan hukum yang
berlaku.
o Setiap Direksi atau karyawan harus menyatakan suatu benturan
kepentingan yang dapat memungkinkan terjadinya keuntungan pribadi
yang menjadi beban perusahaan.
o Karyawan seharusnya tidak memegang jabatan Direktur di luar
perusahaan tanpa persetujuan terlebih dahulu dari Dewan Direksi.
20
Universitas Indonesia
o Tidak ada karyawan yang mencoba mendapatkan atau menerima
kepuasan dalam berbagai bentuk, baik dalam bentuk uang maupun
hadiah.
o Tidak ada karyawan yang menawarkan, memberikan atau menjanjikan
kepuasan dalam bentuk apapun.
o Tidak ada pembayaran dalam hubungan dengan transaksi jual-beli
yang akan dibayar kepada perorangan kecuali mereka yang berhak
secara hukum atas sejumlah uang tersebut.
o Pekerja hanya dapat menerima hadiah yang diterima dalam jumlah
yang wajar.
o Dimana hadiah dianggap perlu dalam kepentingan meningkatkan
hubungan dengan pelanggan, jamuan/kepada klien dan calon klien
mungkin dapat dilakukan.
o Kontribusi kepada partai atau gerakan politik yang diizinkan oleh
hukum hanya dapat dilakukan dengan persetujuan dari Pimpinan
Perusahaan.
21
Universitas Indonesia
2.2.4 Struktur organisasi perusahaan
Gambar 2.5 Struktur Organisasi PT KLM
Sumber: Data Perusahaan PT KLM – KAP MSSL (“telah diolah kembali”)
Dewan Komisaris dan Dewan Direksi PT KLM sama dengan Dewan
Komisaris dan Dewan Direksi PT PQR Tbk dan tujuh anak perusahaan yang lain.
Sejumlah pegawai yang bekerja pun relatif sama. Keberadaan ini diungkapkan
dalam Catatan atas Laporan Keuangan PT KLM.
Dewan Komisaris bertanggungjawab dan berwenang mengawasi
tindakan, kebijakan dan keputusan Direksi. Hal ini dilakukan agar Direksi
22
Universitas Indonesia
berjalan sesuai dengan Anggaran Dasar Perusahaan, regulasi yang berlaku dan
prinsip tata kelola perusahaan yang baik. Selain itu, Dewan Komisaris juga
bertugas memberikan nasihat yang diperlukan bagi Direksi.
Dewan Direksi bertugas mengelola perusahaan dan kekayaan
perusahaan. Hasil pekerjaan Direksi harus dipertanggungjawabkan pada Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS). Direksi dibantu oleh sejumlah pegawai
perusahaan yang akan bekerja sama untuk memajukan perusahaan.
2.2.5 Ikhtisar keuangan perusahaan
Ikhtisar keuangan PT KLM dalam dua tahun terakhir dapat digunakan
untuk melihat kondisi keuangan PT KLM. Ikhtisar keuangan tersebut terlihat pada
Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Ikhtisar Keuangan PT KLM
Laporan Posisi Keuangan
2011 2010Rp '000.000 Rp '000.000
Aset LancarPersediaan 20.337 3.307Aset lancar lainnya 3.019 870
Aset Tidak LancarTanaman telah menghasilkan 14.903 15.551Tanaman belum menghasilkan 71.230 49.232Aset tidak lancar lainnya 92.004 46.121
Jumlah Aset 201.493 115.081Liabilitas Jangka Pendek 8.836 3.791Liabilitas Jangka Panjang 152.358 73.630
Jumlah Liabilitas 161.194 77.421Ekuitas (Defisiensi Modal) 40.299 37.660
Jumlah Liabilitas dan Ekuitas 201.493 115.081
Per tanggal 31 Desember
Sumber: Data Ikhtisar Keuangan PT KLM – KAP MSSL (“telah diolah kembali”)
23
Universitas Indonesia
Tabel 2.2 (“sambungan”)
Laporan Laba Rugi Komprehensif
2011 2010Rp '000.000 Rp '000.000
Penjualan Bersih 15.893 8.985Laba Kotor 5.443 2.231Laba (Rugi) Komprehensif 2.638 (37)
Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember
Penulis menghitung rasio-rasio keuangan PT KLM untuk mempermudah
pemahaman atas Ikhtisar Keuangan PT KLM. Rasio-rasio tersebut terlihat pada
Tabel 2.3
Tabel 2.3 Rasio Keuangan PT KLM
2011 2010% %
Pertumbuhan Penjualan 76,88 64,53Pertumbuhan Laba (Rugi) Kotor 143,97 -163,07Pertumbuhan Laba (Rugi) Komprehensif -7.229,73 -99,46Pertumbuhan Aset 75,09 -2,09Pertumbuhan Liabilitas 108,20 -53,03Pertumbuhan Ekuitas (Defisiensi Modal) 7,01 -179,61
Laba (Rugi) Komprehensif terhadap Penjualan 16,60 -0,41Laba (Rugi) Komprehensif terhadap Total Aset 1,31 -0,03Laba (Rugi) Komprehensif terhadap Total Ekuitas 6,55 -0,10
Aset Lancar terhadap Liabilitas Lancar 264,33 110,18Liabilitas terhadap Ekuitas 400,00 205,58Liabilitas terhadap Aset 80,00 67,28
Sumber: Marshalling PT KLM – KAP MSSL (“telah diolah kembali”)
• Rasio Pertumbuhan Penjualan
Pada tahun 2010, perusahaan berhasil meningkatkan penjualan sebesar
64,53% dari tahun 2009, sedangkan pada tahun 2011 perusahaan berhasil
meningkatkan penjualan sebesar 76,88% dari tahun 2010. Rasio ini
24
Universitas Indonesia
membuktikan bahwa terjadi pertumbuhan penjualan yang signifikan dari
tahun 2009 ke tahun 2010 dan dari tahun 2010 ke tahun 2011. Selain itu,
dapat dilihat juga bahwa pertumbuhan penjualan yang terjadi pada tahun
2011 lebih besar daripada tahun 2010. Pertumbuhan ini disebabkan oleh
penjualan hasil panen kelapa sawit pada tahun 2011 lebih besar daripada
penjualan hasil panen kelapa sawit pada tahun 2010.
• Rasio Pertumbuhan Laba (Rugi) Kotor
Pada tahun 2010, perusahaan berhasil menurunkan rugi kotor sebesar
163,07% dari tahun 2009. Dengan kata lain, perusahaan telah berhasil
mengubah rugi kotor pada tahun 2009 menjadi laba kotor pada tahun
2010, sedangkan pada tahun 2011 perusahaan berhasil meningkatkan
laba kotor sebesar 143,97% dari tahun 2010. Rasio ini menunjukkan
bahwa mulai tahun 2010, kinerja perusahaan semakin membaik dalam
mengelola beban pokok penjualan. Kinerja ini senantiasa berkembang
sampai dengan tahun 2011.
• Rasio Pertumbuhan Laba (Rugi) Komprehensif
Pada tahun 2010, perusahaan berhasil menurunkan rugi komprehensif
sampai sebesar 99,46% dari tahun 2009, sedangkan pada tahun 2011
terjadi perubahan yang sangat signifikan, yakni perusahaan berhasil
menurunkan rugi komprehensif sampai dengan 7.229,73% dari tahun
2010. Hal tersebut berarti perusahaan berhasil mengubah rugi
komprehensif pada tahun 2010 menjadi laba komprehensif pada tahun
2011. Perubahan yang sangat besar ini terjadi karena dua hal, yakni pada
tahun 2011 perusahaan telah berhasil meningkatkan laba kotor
perusahaan dan tidak ada penurunan nilai atas tanaman nanas seperti
yang terjadi di tahun 2010.
• Rasio Pertumbuhan Aset
Pada tahun 2010, total aset milik perusahaan mengalami penurunan
sebesar 2,09% dari tahun 2009, namun pada tahun 2011 total aset milik
perusahaan justru mengalami kenaikan sebesar 75,09%. Perbedaan yang
signifikan tersebut terjadi karena pada tahun 2011 perusahaan memulai
proyek baru, yaitu proyek tebu yang diklasifikasikan sebagai persediaan.
25
Universitas Indonesia
• Rasio Pertumbuhan Liabilitas
Pada tahun 2010, jumlah liabilitas milik perusahaan mengalami
penurunan sebesar 53,03% dari tahun 2009, sedangkan pada tahun 2011
total liabilitas perusahaan mengalami kenaikan sebesar 108,20% dari
tahun 2010. Kenaikan yang signifikan ini terjadi karena pada tahun 2011
perusahaan menambah liabilitas sewa pembiayaan dan utang bank untuk
membiayai alat-alat berat yang digunakan untuk proyek tebu.
• Rasio Pertumbuhan Jumlah Ekuitas (Defisiensi Modal)
Pada tahun 2010, perusahaan telah berhasil menurunkan defisiensi modal
sebesar 179,61% dari tahun 2009. Hal ini berarti perusahaan telah
berhasil mengubah defisiensi modal pada tahun 2009 menjadi ekuitas
pada tahun 2010. Penurunan defisiensi modal yang signifikan ini
disebabkan oleh adanya penambahan modal saham sebesar
Rp 85.000 juta pada tahun 2010 dan penurunan rugi komprehensif dari
tahun 2009 ke 2010. Pada tahun 2011, perusahaan kembali meneruskan
keberhasilan di tahun 2010, dengan meningkatkan jumlah ekuitas sebesar
7,01% dari tahun 2010.
• Rasio Laba (Rugi) Komprehensif terhadap Penjualan
Pada tahun 2010, setiap Rp 1 penjualan justru menghasilkan rugi bersih
sebesar Rp 0,41, sedangkan pada tahun 2011 perusahaan telah mampu
menghasilkan laba bersih sebesar Rp 16,60 dari setiap Rp 1 penjualan.
Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2011 perusahaan dapat mengatur
setiap beban yang dikeluarkan dengan lebih baik dibandingkan dengan
tahun 2010, sehingga kenaikan beban pada tahun 2011 lebih kecil
daripada kenaikan penjualan.
• Rasio Laba (Rugi) Komprehensif terhadap Total Aset
Pada tahun 2010, setiap Rp 1 investasi atas aset perusahaan hanya
membawa rugi bersih sebesar Rp 0,03, namun pada tahun 2011
perusahaan telah berhasil mengelola investasi atas aset perusahaan
menjadi laba bersih. Hal tersebut dapat dibuktikan menggunakan rasio
laba bersih terhadap jumlah aset tahun 2011 yaitu setiap Rp 1 investasi
atas aset perusahaan dapat dikelola menjadi Rp 1,31 laba bersih.
26
Universitas Indonesia
• Rasio Laba (Rugi) Komprehensif terhadap Total Ekuitas
Pada tahun 2010, setiap Rp 1 ekuitas perusahaan hanya mendapatkan
pengembalian berupa rugi bersih sebesar Rp 0,10, sedangkan pada tahun
2011 perusahaan berhasil meningkatkan laba komprehensif, sehingga
setiap Rp 1 ekuitas mendapatkan pengembalian berupa laba bersih
sebesar Rp 6,55.
• Rasio Aset Lancar terhadap Liabilitas Lancar
Pada tahun 2010, jumlah aset lancar 1,10 kali jumlah liabilitas lancar,
sedangkan pada tahun 2011, jumlah aset lancar menjadi 2,64 kali
liabilitas lancar. Hal ini berarti, baik tahun 2011 maupun 2010,
perusahaan dapat menutupi seluruh liabilitas lancarnya menggunakan
aset lancar. Kenaikan lebih dari 100% pada tahun 2011 disebabkan
adanya tanaman tebu yang diklasifikasikan sebagai persediaan, sehingga
meningkatkan nilai aset lancar.
• Rasio Liabilitas terhadap Ekuitas
Pada tahun 2010, total liabilitas 2,05 kali total ekuitas, sedangkan pada
tahun 2011 mengalami kenaikan menjadi 4,00 kali. Angka ini
menunjukkan bahwa dalam hal pendanaan, perusahaan cenderung
menambah utang daripada menambah jumlah saham. Pada tahun 2011
pun proporsi utang yang digunakan lebih besar daripada tahun 2010.
• Rasio Liabilitas terhadap Aset
Perhitungan rasio ini digunakan untuk memperjelas proporsi pendanaan
menggunakan utang perusahaan yang telah dijelaskan pada rasio
sebelumnya. Pada tahun 2010, 67,28% aset perusahaan didapat melalui
pendanaan dari utang. Sedangkan pada tahun 2011, mengalami
peningkatan menjadi 80%.
27 Universitas Indonesia
BAB 3
LANDASAN TEORI
3.1 Gambaran Umum Standar Akuntansi untuk Tanaman Perkebunan
Tanaman merupakan aset vital bagi kelangsungan hidup perusahaan yang
bergerak dalam industri perkebunan. Tanaman memiliki karakteristik khusus yang
berbeda dengan aset tetap pada umumnya, yaitu keberadaan tanaman sebagai aset
biologis yang mengalami transformasi biologis. Transformasi biologis tersebut
dipengaruhi oleh banyak faktor yang kadang kala berada di luar kendali
manajemen, misalnya terjadi gagal panen karena cuaca yang sedang tidak
menentu, yang terjadi di luar prediksi manajemen. Oleh karena itu, manajemen
perlu pengetahuan khusus secara jelas dan spesifik mengenai prosedur akuntansi
bagi tanaman.
Keberadaan Indonesia sebagai negara agraris telah membuka peluang
bagi para pengusaha untuk menjalankan industri di bidang perkebunan, namun
keadaan ini belum didukung dengan adanya Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan, selanjutnya disebut PSAK, yang khusus mengatur mengenai tanaman
maupun aset biologis. Ikatan Akuntan Indonesia, selanjutnya disebut IAI, masih
mempertimbangkan untuk mengadopsi International Accounting Standard,
selanjutnya disebut IAS, No. 41 mengenai Agriculture.
Pada tahun 1994, Indonesia memiliki PSAK No. 32 tentang Kehutanan
yang dapat dijadikan referensi untuk prosedur akuntansi bidang perkebunan. Hal
ini karena kehutanan dan perkebunan merupakan industri yang mengelola aset
biologis. PSAK No. 32 disahkan pada tanggal 7 September 1994 dan berlaku
efektif untuk pelaporan yang dimulai atau setelah tanggal 1 Januari 1995.
Pada tahun 2009 PSAK No. 32 ini dicabut. Pencabutan tersebut berlaku
efektif sejak tahun 2010. Martani, Dwi (2010, hal.77) menyatakan bahwa:
“Alasan DSAK melakukan pencabutan tersebut dalam rangka melakukan
konfergensi IFRS. Tidak ada standar khusus akuntansi kehutanan dalam
IFRS. Alasan kedua, karena PSAK 32 melanggar konsep matching
principles dalam pengakuan beban dan HTI dalam pengembangan tidak
sesuai dengan definisi aset.”
28
Universitas Indonesia
Saat ini, PSAK yang paling erat hubungannya dengan perkebunan adalah
PSAK No. 14 tentang Persediaan dan PSAK No. 16 tentang Aset Tetap.
PSAK No. 14 tentang Persediaan dapat diaplikasikan untuk tanaman yang dapat
ditanam dan habis dipanen dalam satu siklus tanam, sedangkan PSAK No. 16
tentang Aset Tetap dapat diaplikasikan untuk tanaman yang memerlukan waktu
pemeliharaan lebih dari satu tahun sebelum dapat dipanen secara komersial
pertama kali.
Standar akuntansi, selain PSAK, yang juga berlaku di Indonesia adalah
Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal, selanjutnya disebut
SE Bapepam. Bapepam telah mengeluarkan SE Bapepam No. SE-02/PM/2002
mengenai Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau
Perusahaan Publik Industri Perkebunan. Standar ini yang digunakan oleh
PT KLM dalam menjalankan siklus akuntansi bidang perkebunan. Oleh karena
itu, Penulis akan menjabarkan standar ini secara lebih mendalam.
Penulis menyadari keberadaan penulis sebagai insan pendidikan
Indonesia. Isu pertimbangan untuk mengadopsi IAS No. 41 tentang Agriculture
telah berhasil menggerakkan naluri kependidikan penulis untuk membahas lebih
jauh mengenai standar ini. Hal ini dilakukan dalam rangka memberikan
perbandingan antara SE Bapepam No. SE-02/PM/2002 tentang Pedoman
Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik
Industri Perkebunan yang sudah berlaku di Indonesia dengan IAS No. 41 tentang
Agriculture yang kemungkinan akan berlaku di Indonesia pada waktu yang akan
datang.
3.2 SE Bapepam No. SE-02/PM/2002 tentang Pedoman Penyajian dan
Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik
Industri Perkebunan
SE Bapepam No. SE-02/PM/2002 tentang Pedoman Penyajian dan
Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri
Perkebunan mengatur mengenai prosedur akuntansi khusus untuk industri
perkebunan. Standar ini menjelaskan bahwa industri perkebunan memiliki
karakteristik khusus yang membedakan industri perkebunan dengan sektor
29
Universitas Indonesia
industri lain. Karakteristik khusus tersebut adalah adanya aktivitas pengelolaan
dan transformasi biologis atas tanaman untuk menghasilkan produk yang akan
dikonsumsi atau diproses lebih lanjut.
Standar ini menggolongkan industri perkebunan dalam empat kegiatan,
yaitu:
• Pembibitan dan penanaman, yaitu proses pengelolaan bibit tanaman agar
siap untuk ditanam dan diikuti dengan proses penanaman.
• Pemeliharaan, yaitu pemeliharaan tanaman melalui proses pertumbuhan
dan pemupukan hingga dapat menghasilkan produk.
• Pemungutan hasil, yaitu proses pengambilan atau panen atas produksi
tanaman untuk kemudian dijual atau dibibitkan kembali.
• Pengemasan dan pemasaran, yaitu proses lebih lanjut yang dibutuhkan
agar produk tersebut siap dijual.
3.2.1 Definisi tanaman perkebunan
SE Bapepam No. SE-02/PM/2002 menjabarkan istilah-istilah tanaman
perkebunan sebagai berikut:
• Tanaman semusim, yaitu tanaman yang dapat ditanam dan habis dipanen
dalam satu siklus tanam.
Contoh: padi, kedelai, jagung dan tebu.
• Tanaman keras, yaitu tanaman yang memerlukan waktu pemeliharaan
lebih dari satu tahun sebelum dapat dipanen secara komersial pertama
kali.
Contoh: kelapa sawit, karet dan coklat.
• Tanaman yang dapat dipanen lebih dari satu kali panen tetapi bukan
tanaman keras.
Contoh: cabe, tomat, semangka, melon dan timun.
• Tanaman holtikultura, yaitu tanaman yang hasil panennya dapat
dikonsumsi langsung. Tanaman holtikultura dapat berupa tanaman
semusim, tanaman keras dan tanaman yang dapat dipanen lebih dari satu
kali panen tetapi bukan tanaman keras.
Contoh: buah-buahan dan sayuran.
30
Universitas Indonesia
• Tanaman nonholtikultura, yaitu tanaman yang hasil panennya tidak dapat
dikonsumsi secara langsung. Tanaman nonholtikultura dapat berupa
tanaman semusim, tanaman keras dan tanaman yang dapat dipanen lebih
dari satu kali panen tetapi bukan tanaman keras.
Contoh: padi, kopi, teh, kelapa sawit dan bunga matahari.
• Tanaman belum menghasilkan, yaitu tanaman yang dapat berupa semua
jenis tanaman yang dapat dipanen lebih dari satu kali. Tanaman belum
menghasilkan digunakan sebagai sebutan akun untuk menampung
biaya-biaya yang terjadi sejak saat penanaman sampai saat tanaman
tersebut siap untuk menghasilkan secara komersial.
• Tanaman telah menghasilkan, yaitu tanaman keras yang dapat dipanen
lebih dari satu kali yang telah menghasilkan secara komersial. Tanaman
menghasilkan digunakan sebagai sebutan akun untuk biaya-biaya yang
sudah harus dikapitalisasi sebagai bagian aktiva tetap.
3.2.2 Pengakuan, pengukuran dan penyajian tanaman perkebunan
“Financial statements are the principal means through which a company
communicates its financial information to those outside it” (Kieso, Donald E.
et al, 2011, hal.5). Hal tersebut berarti laporan keuangan merupakan sarana utama
yang digunakan perusahaan untuk menyebarluaskan informasi keuangan
perusahaan kepada pihak di luar perusahaan. Pihak di luar perusahaan adalah
investor yang dapat memberikan pendanaan bagi perusahaan, kreditur yang dapat
memberikan pinjaman kepada perusahaan, badan perpajakan yang mewajibkan
perusahaan untuk membayar pajak sebesar proporsi dari laba bersih perusahaan,
serta pihak-pihak lain yang erat kaitannya dengan kemajuan perusahaan. Oleh
karena itu, laporan keuangan perusahaan harus disajikan secara benar.
Penyajian laporan keuangan secara benar harus dilakukan baik dari segi
jumlah, maupun klasifikasi dari masing-masing akun yang ada, termasuk akun
yang berkaitan dengan tanaman perkebunan. Tanaman perkebunan dapat
diklasifikasikan menjadi tiga bagian dalam laporan keuangan, yaitu persediaan,
tanaman belum menghasilkan dan tanaman telah menghasilkan. Akun persediaan
termasuk dalam aset lancar karena memenuhi salah satu dari kriteria berikut ini:
31
Universitas Indonesia
• Berupa kas atau setara kas yang penggunaannya tidak dibatasi.
• Diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan
dalam jangka waktu siklus operasi normal perusahaan.
• Dimiliki untuk diperdagangkan atau untuk tujuan jangka pendek dan
diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan dari
tanggal neraca.
Akun tanaman belum menghasilkan dan tanaman telah menghasilkan termasuk
dalam aset tidak lancar karena tidak memenuhi salah satu dari ketiga kriteria aset
lancar.
Yang termasuk dalam persediaan adalah aset yang tersedia untuk dijual
dalam kegiatan usaha normal, aset dalam proses produksi, aset dalam bentuk
bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau
pemberian jasa, atau aset dalam perjalanan. Persediaan disajikan sebesar nilai
yang lebih rendah antara biaya perolehan dan nilai realisasi bersih (the lower of
cost or net realizable value). Pada industri perkebunan, persediaan meliputi:
• Barang jadi yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal
perusahaan yang terdiri dari:
o Hasil produksi perkebunan yang merupakan hasil panen atau hasil
produksi dari perkebunan, misalnya buah-buahan, getah kerat,
sayuran, tanaman pangan dan bunga.
o Tanaman untuk dijual, misalnya pohon buah-buahan, bonsai dan
sebagainya.
o Bibit tanaman untuk dijual
Barang jadi yang tersedia untuk dijual disajikan sebesar nilai yang
lebih rendah antara biaya perolehan dan nilai realisasi bersih (the
lower of cost or net realizable value).
• Tanaman semusim yang belum menghasilkan disajikan sebesar biaya
yang dikeluarkan untuk pembibitan atau pembelian bibit dan penanaman
tanaman semusim sampai tanaman tersebut siap panen. Pengklasifikasian
sebagai persediaan tidak memperhatikan jangka waktu dari saat tanam
sampai panen lebih atau kurang dari satu tahun. Tanaman semusim
32
Universitas Indonesia
diperlakukan seperti barang setengah jadi (work in process) sampai
dipanen.
• Barang atau material yang digunakan secara langsung dalam proses
produksi yang terdiri dari:
o Bibit tanaman yang dapat dipandang dari dua sisi. Bagi perusahaan
penjual bibit, bibit tanaman merupakan persediaan, sedangkan bagi
perusahaan perkebunan bibit merupakan persediaan sepanjang belum
digunakan sendiri oleh perusahaan untuk menghasilkan secara
komersial. Jika sudah digunakan oleh perusahaan sendiri untuk
menghasilkan secara komersial, bibit merupakan tanaman belum
menghasilkan dalam aset tidak lancar.
o Persediaan bahan pembantu merupakan bahan baku atau barang yang
diperlukan dalam proses transformasi untuk menghasilkan barang jadi
tetapi hubungannya dalam proses tidak langsung, misalnya pestisida,
pupuk dan sebagainya.
o Persediaan lain merupakan barang yang diperlukan dalam proses
produksi perusahaan seperti solar, suku cadang dan sebagainya.
o Barang dalam perjalanan merupakan barang atau material yang
merupakan milik perusahaan yang sudah dibeli, tetapi masih ada
dalam perjalanan.
Bagi perusahaan yang mengikuti program Perkebunan Inti Rakyat, maka
pencatatan atas tanaman semusim yang belum menghasilkan harus mencadangkan
kemungkinan rugi apabila biaya penggantian dari pemberi pinjaman lebih rendah
dari biaya yang telah dikeluarkan oleh perusahaan. Dalam pola Perkebunan Inti
Rakyat, perusahaan membiayai operasional terlebih dahulu dan penggantiannya
dapat lebih rendah sehingga sudah dapat dihitung berapa nilai penggantian yang
akan diterima, selisihnya harus dicadangkan sebagai rugi. Perkebunan Inti Rakyat
merupakan program pemerintah yang mewajibkan perusahaan tertentu untuk
membina masyarakat transmigran untuk menghasilkan komoditas perkebunan
tertentu, sedangkan Perkebunan Inti Plasma merupakan program pemerintah yang
33
Universitas Indonesia
mewajibkan perusahaan tertentu untuk membina masyarakat menghasilkan
komoditas perkebunan.
Tanaman belum menghasilkan merupakan tanaman yang belum
menghasilkan dan dapat dipanen lebih dari satu kali. Tanaman belum
menghasilkan dicatat sebesar biaya-biaya yang terjadi sejak penanaman sampai
tanaman tersebut siap untuk menghasilkan secara komersial. Biaya-biaya tersebut
terdiri dari biaya persiapan lahan, penanaman, pemupukan, pemeliharaan dan
kapitalisasi biaya pinjaman yang dipakai dalam pendanaan. Pada saat tanaman
siap untuk menghasilkan, maka tanaman belum menghasilkan direklasifikasi
menjadi tanaman telah menghasilkan. Pencatatan atas tanaman belum
menghasilkan untuk perusahaan yang mengikuti pola PIR harus dibedakan
menjadi dua bagian, yaitu:
• Tanaman belum menghasilkan yang ditujukan sebagai plasma. Cadangan
atas kerugian yang mungkin terjadi apabila terdapat kenaikan harga bibit,
tenaga kerja yang harus ditanggung oleh perusahaan dan tidak dapat
dibebankan pada petani penerima atau taksiran jumlah penggantian lebih
rendah dari jumlah biaya yang telah dan akan dikeluarkan. Penyesuaian
atas cadangan ini akan dilakukan pada saat fakta atas kerugian telah
diketahui.
• Tanaman belum menghasilkan yang ditujukan sebagai inti yang dimiliki
perusahaan.
Tanaman belum menghasilkan disajikan sebesar biaya perolehan dan tidak
disusutkan.
Tanaman telah menghasilkan merupakan tanaman keras yang dapat
dipanen lebih dari satu kali yang telah menghasilkan secara komersial. Tanaman
telah menghasilkan dicatat sebesar biaya perolehan, yaitu semua biaya-biaya yang
dikeluarkan sampai tanaman tersebut dapat menghasilkan. Tanaman telah
menghasilkan disajikan sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi deplesi.
34
Universitas Indonesia
3.2.3 Pengungkapan tanaman perkebunan
Menurut SE Bapepam No. SE-02/PM/2002, pos-pos yang nilainya
material harus dirinci dan dijelaskan dalam Catatan atas Laporan Keuangan,
sedangkan untuk pos-pos yang bersifat khusus untuk industri perkebunan harus
dirinci dan dijelaskan dalam Catatan atas Laporan Keuangan tanpa
mempertimbangkan materialitasnya. Oleh karena itu, akun-akun yang
mengandung tanaman perkebunan, seperti persediaan, tanaman belum
menghasilkan dan tanaman telah menghasilkan harus dirinci dan dijelaskan dalam
Catatan atas Laporan Keuangan, baik pada bagian Ikhtisar Kebijakan Akuntansi,
maupun pada bagian Pengungkapan atas Pos-pos Laporan Keuangan dan
Pengungkapan Lainnya.
Pada bagian Ikhtisar Kebijakan Akuntansi, hal-hal yang harus
diungkapkan adalah:
• Persediaan
o Pengakuan Nilai Persediaan
Perusahaan harus menjelaskan metode yang digunakan dalam
pengakuan nilai persediaan, yaitu berdasarkan nilai yang lebih rendah
antara biaya perolehan dan nilai realisasi bersih (the lower of cost or
net realizable value).
o Rumus Biaya Persediaan
Perusahaan harus menjelaskan rumus yang digunakan untuk biaya
persediaan. Rumus yang dapat digunakan adalah biaya masuk pertama
keluar pertama (first in, first out), biaya rata-rata tertimbang (weighted
average), biaya masuk terakhir keluar pertama (last in, first out) dan
identifikasi khusus (specific identification).
o Metode penyisihan untuk persediaan mati atau hilang dan persediaan
yang perputarannya lambat (slow moving).
• Tanaman Perkebunan
o Dasar klasifikasi untuk jenis tanaman sebagai persediaan, tanaman
belum menghasilkan atau tanaman telah menghasilkan.
o Dasar penilaian dan pengukuran.
35
Universitas Indonesia
o Kebijakan akuntansi reklasifikasi tanaman belum menghasilkan ke
tanaman telah menghasilkan.
o Metode penyusutan dan masa manfaat tanaman yang disusutkan.
o Kebijakan akuntansi biaya pinjaman.
Pada bagian Pengungkapan atas Pos-pos Laporan Keuangan dan
Pengungkapan Lainnya, rincian yang harus diungkapkan adalah:
• Persediaan
o Total jumlah tercatat dan nilai tercatat menurut klasifikasi tertentu,
seperti persediaan barang jadi, persediaan dalam pertumbuhan, serta
bahan baku dan pembantu.
o Jumlah penyesuaian atas penurunan nilai persediaan.
o Kondisi dan peristiwa penyebab terjadinya pemulihan nilai persediaan
yang diturunkan.
o Jumlah penyisihan atau penghapusan persediaan mati atau usang.
o Pendapat manajemen atas kecukupan jumlah penyisihan atau
penghapusan persediaan yang mati dan usang.
o Nilai tercatat persediaan yang dijaminkan dan nama pihak yang
menerima jaminan.
o Nilai persediaan yang diasuransikan, nilai pertanggungan asuransi dan
risiko yang ditutup.
o Pendapat manajemen atas kecukupan jumlah pertanggungan asuransi.
o Nilai tercatat persediaan yang dijadikan jaminan.
o Dalam situasi depresiasi rupiah luar biasa, yaitu jumlah selisih kurs
yang dikapitalisasi, biaya pengganti (replacement cost) dan jumlah
yang dapat diperoleh kembali (recoverable amount).
o Penjelasan mengenai kerugian persediaan yang jumlahnya material
dan sifatnya luar biasa, seperti bencana alam.
o Jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi dan tingkat kapitalisasi
yang digunakan.
36
Universitas Indonesia
• Tanaman Belum Menghasilkan
o Mutasi tanaman belum menghasilkan yang terdiri dari saldo awal,
tambahan tahun berjalan, pengurangan tahun berjalan dan saldo akhir.
Tambahan tahun berjalan terdiri dari biaya langsung, jumlah
kapitalisasi biaya pinjaman dan rugi kurs dalam hal terjadi depresiasi
luar biasa. Pengurangan tahun berjalan terdiri dari jumlah yang
direklasifikasi ke tanaman telah menghasilkan dan pengurangan
lainnya.
o Nilai perkebunan dalam Perkebunan Inti Rakyat / Perkebunan Inti
Plasma yang menjadi milik perusahaan (inti) dan tanaman yang bukan
milik perusahaan (perkebunan rakyat / perkebunan plasma).
o Cadangan kerugian yang mungkin timbul pada plasma.
• Tanaman Telah Menghasilkan
o Rincian nilai tercatat dan akumulasi penyusutan menurut jenis
tanaman.
o Rekonsiliasi nilai tercatat awal tahun dan akhir tahun tanaman untuk
setiap kelompok selama paling tidak dua tahun terakhir.
o Status tanah yang digunakan untuk menanam.
o Nilai tanaman telah menghasilkan berdasarkan area/lokasi
penanaman.
o Perbandingan saldo tanaman belum menghasilkan selama paling tidak
dua tahun.
o Tanaman yang dijaminkan.
37
Universitas Indonesia
3.3 Standar Akuntansi selain SE Bapepam No. SE-02/PM/2002 yang
Terkait dengan Akun Tanaman Perkebunan PT KLM
3.3.1 PSAK No. 7 tentang Pengungkapan Pihak-pihak Berelasi
Pihak-pihak berelasi adalah orang atau entitas yang terkait dengan entitas
tertentu dalam menyiapkan laporan keuangan.
• Orang atau anggota keluarga terdekat berelasi dengan entitas pelapor
jika:
o Memiliki pengendalian atau pengendalian bersama atas entitas
pelapor.
o Memiliki pengaruh signifikan terhadap entitas pelapor.
o Personil manajemen kunci entitas pelapor atau entitas induk dari
entitas pelapor.
• Suatu entitas berelasi dengan entitas pelapor jika:
o Entitas dan entitas pelapor adalah anggota dari kelompok usaha yang
sama.
o Salah satu entitas adalah entitas asosiasi atau ventura bersama bagi
entitas yang lain.
o Kedua entitas tersebut adalah ventura bersama dari pihak ketiga yang
sama.
o Salah satu entitas adalah ventura bersama dari entitas ketiga dan
entitas yang lain adalah entitas asosiasi dari entitas ketiga.
o Entitas tersebut adalah suatu program imbalan pasca kerja untuk
imbalan kerja dari salah satu entitas pelapor atau entitas yang terkait
dengan entitas pelapor.
o Entitas yang dikendalikan atau dikendalikan bersama oleh orang yang
termasuk dalam tiga syarat pada poin pertama.
o Orang yang memenuhi syarat pertama pada poin pertama memiliki
pengaruh signifikan terhadap entitas atau anggota manajemen kunci
entitas (atau entitas induk dari entitas).
38
Universitas Indonesia
• Yang tidak termasuk dalam pihak-pihak berelasi adalah:
o Dua entitas yang memiliki direktur atau anggota manajemen kunci
yang sama, maupun manajemen kunci dari salah satu entitas
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap entitas lain.
o Dua venturer yang mengendalikan bersama atas venturer bersama.
o Penyandang dana, serikat dagang, entitas pelayanan publik, maupun
departemen dan instansi pemerintah yang tidak mengendalikan,
mengendalikan bersama, atau memiliki pengaruh signifikan terhadap
entitas pelapor.
o Pelanggan, pemasok, pemegang hak waralaba, distributor, atau
perwakilan/agen umum yang mengadakan transaksi usaha dengan
entitas dalam volume yang signifikan.
Apabila terjadi transaksi pihak-pihak berelasi, maka entitas harus
mengungkapkan transaksi tersebut dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Hal-hal
yang perlu diungkapkan adalah:
• sifat dari hubungan dengan pihak-pihak berelasi;
• informasi mengenai transaksi, saldo dan komitmen yang diperlukan
untuk memahami potensi dampak hubungan tersebut dalam laporan
keuangan, yaitu:
o nilai transaksi;
o jumlah saldo dan komitmen;
o penyisihan piutang ragu-ragu yang terkait dengan jumlah saldo
tersebut;
o beban yang diakui selama periode dalam hal piutang ragu-ragu atau
penghapusan piutang dari pihak-pihak yang mempunyai hubungan
istimewa.
39
Universitas Indonesia
3.3.2 PSAK No. 48 tentang Penurunan Nilai Aset
Aset mengalami penurunan nilai apabila jumlah tercatat aset melebihi
jumlah yang akan dipulihkan melalui penggunaan atau penjualan aset. Penurunan
nilai ini didasarkan atas indikasi yang dinilai oleh entitas bahwa aset mengalami
penurunan nilai. Indikasi-indikasi yang perlu dipertimbangkan oleh entitas adalah:
• Informasi dari Sumber Eksternal
o Nilai pasar aset mengalami penurunan secara signifikan selama suatu
periode laporan keuangan yang disebabkan oleh lamanya masa
pemakaian atau pemakaian normal.
o Terdapat perubahan signifikan atas teknologi, pasar, ekonomi atau
lingkup hukum yang terkait dengan aset tetap selama suatu periode
laporan keuangan yang merugikan entitas.
o Kenaikan suku bunga pasar atau tingkat imbalan pasar atas investasi
selama suatu periode laporan keuangan yang akan memengaruhi
tingkat diskonto yang digunakan dalam menghitung nilai pakai aset.
o Jumlah tercatat aset neto entitas melebihi kapitalisasi pasar.
• Informasi dari Sumber Internal
o Terdapat bukti mengenai keusangan atau kerusakan fisik aset.
o Terjadi atau akan terjadi perubahan signifikan atas cara penggunaan
aset yang merugikan entitas, misalnya aset menjadi tidak digunakan,
rencana untuk menghentikan atau restrukturisasi operasi yang di
dalamnya aset digunakan, rencana untuk melepas aset sebelum
tanggal yang diharapkan sebelumnya dan penilaian ulang umur
manfaat aset dari tidak terbatas menjadi terbatas.
o Terdapat bukti dari pelaporan internal yang mengindikasikan bahwa
kinerja ekonomi aset lebih buruk, maupun akan lebih buruk, dari yang
diharapkan.
Jika terdapat salah satu atau lebih dari indikasi-indikasi di atas, maka
entitas mengestimasi jumlah terpulihkan atas aset yang bersangkutan. Jumlah
terpulihkan didapat dari nilai yang lebih tinggi antara nilai wajar dikurangi biaya
untuk menjual dengan nilai pakai. Perbedaan kedua nilai tersebut adalah:
40
Universitas Indonesia
• Nilai Wajar Dikurangi Biaya untuk Menjual
Cara terbaik yang dapat digunakan untuk menentukan nilai wajar
dikurangi biaya untuk menjual adalah menggunakan harga dalam suatu
perjanjian penjualan mengikat yang disesuaikan dengan biaya tambahan
yang dapat diatribusikan langsung pada pelepasan aset. Apabila tidak
tersedia perjanjian penjualan mengikat maka entitas dapat menggunakan
harga pasar aset dikurangi biaya pelepasan aset tersebut dalam pasar
aktif. Apabila tidak tersedia perjanjian penjualan mengikat dan pasar
aktif, maka entitas dapat menggunakan informasi terbaik yang tersedia,
misalnya hasil dari transaksi terkini untuk aset serupa dalam industri
yang sama.
• Nilai Pakai
Langkah pertama yang dilakukan entitas untuk menentukan estimasi nilai
pakai aset adalah mengestimasi arus kas masa depan yang meliputi
proyeksi arus kas masuk dari penggunaan aset, proyeksi arus kas keluar
yang diperlukan untuk menghasilkan arus kas masuk dari penggunaan
aset, serta arus kas neto yang akan diterima untuk pelepasan aset pada
akhir masa manfaat. Langkah kedua yang dilakukan entitas adalah
menerapkan tingkat diskonto yang tepat atas arus kas masa depan
tersebut. Tingkat diskonto ditetapkan dengan dasar tingkat diskonto
sebelum pajak yang menggambarkan penilaian pasar kini dari nilai waktu
uang dan risiko spesifik atas aset yang belum disesuaikan dengan
estimasi arus kas masa depan.
Setelah menentukan jumlah terpulihkan aset, entitas membandingkan
jumlah terpulihkan tersebut dengan jumlah tercatat aset. Apabila jumlah
terpulihkan aset lebih kecil daripada jumlah tercatat aset, maka nilai aset harus
diturunkan. Penurunan tersebut adalah rugi penurunan nilai yang diakui dalam
laba rugi, kecuali aset disajikan pada jumlah direvaluasi sesuai dengan PSAK lain.
Setelah pengakuan rugi penurunan nilai, beban penyusutan aset disesuaikan di
periode selanjutnya, yakni menggunakan jumlah tercatat aset revisian (aset yang
41
Universitas Indonesia
sudah diturunkan nilainya) yang dikurangi dengan nilai residu dan dialokasikan
sesuai sisa umur manfaat.
Apabila pada periode selanjutnya rugi penurunan nilai mengalami
penurunan atau tidak ada lagi, maka jumlah tercatat aset dinaikkan ke jumlah
terpulihkan aset. Jumlah tercatat aset yang telah dinaikkan kembali tidak boleh
melebihi jumlah tercatat aset seandainya aset tidak mengalami rugi penurunan
nilai pada tahun-tahun sebelumnya. Kenaikan ini merupakan suatu pembalikan
rugi penurunan nilai yang diakui dalam laba rugi, kecuali aset disajikan pada
jumlah direvaluasi sesuai dengan PSAK lain. Setelah pengakuan pembalikan rugi
penurunan nilai, beban penyusutan aset disesuaikan di periode selanjutnya, yakni
menggunakan jumlah tercatat aset revisian (aset yang sudah dinaikkan nilainya)
yang dikurangi dengan nilai residu dan dialokasikan sesuai sisa umur manfaat.
3.4 IAS No. 41 tentang Agriculture
IAS No. 41 tentang Agriculture mengatur prosedur akuntansi yang
berkaitan dengan aktivitas agrikultur. Aktivitas agrikultur merupakan pengelolaan
atas transformasi biologis (proses penambahan dan penurunan kualitas/kuantitas,
produksi, serta penciptaan aset biologis baru) suatu aset biologis dengan tujuan
untuk dijual, dibuat menjadi produk agrikultur, atau dibuat menjadi aset biologis
tambahan.
3.4.1 Ruang lingkup penerapan IAS No. 41
IAS No. 41 mengenai Agriculture dapat diaplikasikan untuk akun-akun
berikut yang terkait dengan aktivitas agrikulutur:
• Aset Biologis
Aset biologis merupakan makhluk hidup berupa tanaman atau hewan.
• Produk Agrikultur Saat Dipanen
Produk agrikultur merupakan hasil dari aset biologis milik perusahaan.
Panen merupakan saat pelepasan hasil dari aset biologis atau penghentian
proses hidup aset biologis. Jadi, produk agrikultur saat dipanen adalah
hasil dari aset biologis milik perusahaan pada saat aset tersebut dilepas
atau dihentikan dari proses hidup. Standar ini tidak berlaku lagi untuk
42
Universitas Indonesia
proses lanjutan yang dilakukan oleh perusahaan atas aset biologis setelah
dipanen.
Contoh: Perusahaan memproduksi tanaman nanas. Standar ini berlaku
sampai tanaman nanas tersebut dipanen. Pada saat perusahaan
memproduksi nanas ini menjadi selai, standar ini tidak berlaku lagi.
• Hibah Pemerintah
Hibah pemerintah merupakan bantuan dari pemerintah dalam bentuk
transfer sumber daya kepada suatu entitas sebagai imbalan untuk masa
lalu atau masa depan sesuai dengan kondisi tertentu yang berkaitan
dengan aktivitas operasional entitas tersebut.
Standar ini tidak berlaku bagi:
• Tanah yang Berhubungan dengan Aktivitas Agrikultur
Standar yang digunakan untuk akun ini adalah IAS No. 16 mengenai
Property, Plant and Equipment dan IAS No. 40 mengenai Investment
Property.
• Aset Takberwujud yang Berhubungan dengan Aktivitas Agrikultur
Standar yang digunakan untuk akun ini adalah IAS No. 38 mengenai
Intangible Assets.
3.4.2 Pengakuan dan pengukuran tanaman perkebunan
Perusahaan dapat mengakui suatu aset biologis dan produk agrikultur
jika, dan hanya jika:
• Perusahaan memiliki kontrol atas aset biologis dan produk agrikultur
sebagai hasil dari kegiatan di masa lampau. Kontrol tersebut dapat
dimiliki oleh perusahaan melalui kepemilikan secara hukum atau
keberadaan tanda khusus atas akuisisi aset biologis dan produk
agrikultur.
• Ada kemungkinan yang besar bahwa keuntungan ekonomis di masa
depan yang berkaitan dengan aset tersebut akan mengalir untuk
perusahaan. Keuntungan ekonomis di masa depan biasanya dinilai
dengan mengukur atribut fisik yang signifikan.
43
Universitas Indonesia
• Nilai wajar atau biaya perolehan atas aset tersebut dapat diukur dengan
andal. Aset biologis dan produk agrikultur seharusnya diukur pada saat
pengakuan awal, pada akhir setiap periode pelaporan dan pada saat panen
menggunakan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual, kecuali
untuk kasus-kasus tertentu saat nilai wajar tidak dapat diukur dengan
andal.
Konsep yang membedakan IAS No. 41 mengenai Agriculture dengan
SE Bapepam No. SE-02/PM/2002 mengenai Pedoman Penyajian dan
Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri
Perkebunan adalah konsep pengukuran aset biologis dan produk agrikultur
menggunakan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual. Penentuan nilai wajar
bagi aset biologis dan produk agrikultur dapat dilakukan dengan cara
mengelompokkan aset biologis dan produk agrikultur ke dalam atribut yang
signifikan, misalnya berdasarkan umur atau kualitas. Perusahaan memilih atribut
yang sesuai dengan atribut yang digunakan di pasar sebagai dasar pemberian
harga. Pengukuran menggunakan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual dapat
menimbulkan keuntungan atau kerugian bagi perusahaan. Keuntungan atau
kerugian atas perhitungann nilai wajar harus dilaporkan pada laporan laba rugi
komprehensif pada saat keuntungan atau kerugian tersebut terjadi.
Secara umum, IAS No. 41 membagi bagian pengakuan dan pengukuran
menjadi dua bagian utama, yaitu aset biologis dan produk agrikultur. Perbedaan
antara keduanya terlihat pada Tabel 3.1.
44
Universitas Indonesia
Tabel 3.1 Perbedaan Aset Biologis dan Produk Agrikultur
Perbedaan Aset
Biologis
Produk
Agrikultur
Waktu pengukuran
menggunakan nilai wajar
dikurangi dengan biaya
penjualan
• Saat pengakuan
awal
• Setiap akhir
periode laporan
keuangan
• Saat pengakuan
awal (panen)
Sumber: IAS No. 41 tentang Agriculture (“telah diolah kembali”)
Aset biologis diukur menggunakan nilai wajar dikurangi dengan biaya
penjualan pada saat pengakuan awal dan setiap akhir periode laporan keuangan,
sedangkan produk agrikultur diukur menggunakan nilai wajar dikurangi dengan
biaya penjualan pada saat pengakuan awal (panen). Setelah panen, produk
agrikultur diukur menggunakan pendekatan persediaan. Penulis menggunakan
ilustrasi tanaman kelapa sawit untuk memperjelas pemahaman.
Ilustrasi 1:
Perusahaan memulai penanaman tanaman kelapa sawit pada tanggal 2 Jan 2006.
Selama tahun 2006, perusahaan mengeluarkan biaya perawatan dan penanaman
sebesar Rp 1.250.000.000 Menurut appraiser, nilai wajar tanaman kelapa sawit
belum menghasilkan pada tanggal 31 Desember 2006 adalah sebesar
Rp 1.300.000.000. Biaya untuk menjual merupakan biaya broker sebesar
Rp 75.000.000.
Jurnal pengakuan tanaman belum menghasilkan adalah:
Tanaman kelapa sawit belum menghasilkan -
beban perawatan Rp 1.250.000.000
Kas Rp 1.250.000.000
45
Universitas Indonesia
Perhitungan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual:
Nilai wajar Rp 1.300.000.000
Biaya untuk menjual Rp 75.000.000
Nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual Rp 1.225.000.000
Perhitungan keuntungan atau kerugian:
Nilai tercatat (31 Des 2006) Rp 1.250.000.000
Nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual (31 Des 2006) Rp 1.225.000.000
Kerugian Rp 25.000.000
Jurnal pada tanggal 31 Des 2006:
Kerugian atas perhitungan nilai wajar
aset biologis pada akhir periode Rp 25.000.000
Tanaman kelapa sawit belum menghasilkan Rp 25.000.000
Penyajian dalam laporan keuangan:
• Laporan Posisi Keuangan Per 31 Desember 2006
Tanaman belum menghasilkan Rp 1.225.000.000
• Laporan Laba Rugi Komprehensif Untuk Periode yang Berakhir pada
Tanggal 31 Desember 2006
Kerugian atas perhitungan nilai wajar
aset biologis pada akhir periode (Rp 25.000.000)
Ilustrasi 2:
Pada tanggal 31 Desember 2010, tanaman kelapa sawit telah menghasilkan secara
komersial. Tanaman kelapa sawit telah menghasilkan masih dapat diklasifikasikan
sebagai aset biologis. Nilai tercatat tanaman kelapa sawit telah menghasilkan per
tanggal 31 Desember 2010 adalah Rp 5.000.000.000. Menurut appraiser, nilai
wajar tanaman kelapa sawit telah menghasilkan pada saat itu adalah sebesar
46
Universitas Indonesia
Rp 6.500.000.000. Biaya untuk menjual merupakan biaya broker sebesar
Rp 250.000.000.
Jurnal pengakuan tanaman telah menghasilkan (31 Desember 2010):
Tanaman kelapa sawit telah menghasilkan Rp 5.000.000.000
Tanaman kelapa sawit belum menghasilkan Rp 5.000.000.000
Perhitungan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual:
Nilai wajar Rp 6.500.000.000
Biaya untuk menjual Rp 250.000.000
Nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual Rp 6.250.000.000
Perhitungan keuntungan atau kerugian:
Nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual (31 Des 2010) Rp 6.250.000.000
Nilai tercatat (31 Des 2010) Rp 5.000.000.000
Keuntungan Rp 1.250.000.000
Jurnal pada tanggal 31 Des 2010:
Tanaman kelapa sawit telah menghasilkan Rp 1.250.000.000
Keuntungan atas perhitungan nilai
wajar aset biologis pada akhir periode Rp 1.250.000.000
Penyajian dalam laporan keuangan:
• Laporan Posisi Keuangan Per 31 Desember 2010
Tanaman telah menghasilkan Rp 6.250.000.000
47
Universitas Indonesia
• Laporan Laba Rugi Komprehensif Untuk Periode yang Berakhir pada
Tanggal 31 Desember 2010
Keuntungan atas perhitungan nilai wajar
aset biologis pada akhir periode Rp 1.250.000.000
Ilustrasi 3:
Pada tanggal 7 Juni 2011, perusahaan melakukan panen atas tanaman kelapa
sawit. Hasil panen berupa tandan buah segar diklasifikasikan sebagai produk
agrikultur. Panen merupakan saat pengakuan awal produk agrikultur. Hal ini
berarti perusahaan harus menilai produk agrikultur menggunakan nilai wajar
dikurangi biaya untuk menjual. Tandan buah segar yang berhasil dipanen sebesar
1.000.000 kg. Menurut appraiser, nilai wajar untuk tandan buah segar tersebut
adalah sebesar Rp 1.700.000.000, sedangkan biaya broker adalah sebesar
Rp 300.000.000.
Biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan saat panen adalah:
- Upah buruh panen (1.000.000 kg x Rp 1.000/kg) Rp 1.000.000.000
- Biaya angkut panen (1.000.000 kg / 1000 * Rp 250.000) Rp 250.000.000
Total biaya panen Rp 1.250.000.000
Perhitungan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual:
Nilai wajar Rp 1.700.000.000
Biaya untuk menjual Rp 300.000.000
Nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual Rp 1.400.000.000
Perhitungan keuntungan atau kerugian:
Nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual Rp 1.400.000.000
Biaya panen Rp 1.250.000.000
Keuntungan Rp 150.000.000
48
Universitas Indonesia
Jurnal pada tanggal 7 Juni 2011:
Persediaan – tandan buah segar Rp 1.400.000.000
Kas Rp 1.250.000.000
Keuntungan atas perhitungan nilai wajar
produk agrikultur saat pengakuan awal Rp 150.000.000
Perusahaan langsung menjual seluruh tandan buah segar setelah dipanen. Jurnal
yang dicatat adalah:
Kas Rp 1.400.000.000
Beban penjualan Rp 300.000.000
Penjualan Rp 1.700.000.000
Beban pokok produksi Rp 1.400.000.000
Persediaan Rp 1.400.000.000
Pada tanggal 31 Desember 2011, perusahaan menggunakan jasa penilai untuk
menilai tanaman telah menghasilkan milik perusahaan. Menurut appraiser, nilai
wajar tanaman telah menghasilkan adalah sebesar Rp 6.600.000.000. Biaya untuk
menjual merupakan biaya broker sebesar Rp 300.000.000.
Perhitungan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual:
Nilai wajar Rp 6.600.000.000
Biaya untuk menjual Rp 300.000.000
Nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual Rp 6.300.000.000
Perhitungan keuntungan atau kerugian:
Nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual (31 Des 2011) Rp 6.300.000.000
Nilai tercatat (31 Des 2010) Rp 6.250.000.000
Keuntungan Rp 50.000.000
49
Universitas Indonesia
Jurnal pada tanggal 31 Des 2010:
Tanaman kelapa sawit telah menghasilkan Rp 50.000.000
Keuntungan atas perhitungan nilai
wajar aset biologis pada akhir periode Rp 50.000.000
Penyajian dalam laporan keuangan:
• Laporan Posisi Keuangan Per 31 Desember 2011
Tanaman telah menghasilkan Rp 6.400.000.000
• Laporan Laba Rugi Komprehensif Untuk Periode yang Berakhir pada
Tanggal 31 Desember 2011
Penjualan Rp 1.700.000.000
Beban pokok produksi Rp 1.400.000.000
LABA KOTOR Rp 300.000.000
Beban penjualan (Rp 300.000.000)
Keuntungan atas perhitungan nilai wajar
produk agrikultur saat pengakuan awal Rp 150.000.000
Keuntungan atas perhitungan nilai wajar
aset biologis pada akhir periode Rp 50.000.000
IAS No. 41 juga mengatur mengenai hal-hal khusus yang biasa terjadi
pada perusahaan yang bergerak dalam industri perkebunan, yaitu:
• Kontrak pembelian atau penjualan
Perusahaan biasanya menjalin kontrak untuk menjual aset biologis atau
produk agrikultur kepada pihak ketiga di masa depan. Nilai kontrak tidak
selalu relevan dalam menentukan nilai wajar, karena nilai wajar
menunjukkan keadaan pasar kini saat calon pembeli dan penjual akan
masuk dalam suatu transaksi. Jadi, nilai wajar atas aset biologis dan
produk agrikultur tidak disesuaikan dengan nilai kontrak yang ada.
50
Universitas Indonesia
• Pasar aktif
Perusahaan dapat berada dalam pasar aktif untuk aset biologis dan
produk agrikultur. Pasar aktif adalah pasar yang di dalamnya terdapat
kondisi berikut:
o Barang atau jasa yang diperdagangkan sifatnya homogen.
o Calon pembeli dan penjual dapat ditemukan setiap waktu.
o Daftar harga tersedia untuk umum.
Harga yang tertera di pasar aktif tersebut merupakan dasar yang sesuai
untuk menentukan nilai wajar aset biologis dan produk agrikultur.
Apabila perusahaan memiliki akses ke beberapa pasar aktif, perusahaan
menggunakan harga yang paling relevan.
Apabila tidak terdapat pasar aktif, perusahaan menentukan nilai wajar
aset biologis dan produk agrikultur dengan menggunakan salah satu atau
beberapa pilihan berikut (jika tersedia):
o Harga transaksi pasar terkini, dengan ketentuan tidak ada perubahan
yang signifikan pada keadaan ekonomi antara tanggal transaksi
dengan akhir periode pelaporan.
o Harga pasar untuk aset sejenis dengan penyesuaian untuk
menggambarkan perbedaan yang ada.
o Sektor standar seperti nilai sebuah kebun dinyatakan per baki ekspor,
gantang atau hektar.
Pilihan di atas dapat memberikan kesimpulan yang berbeda atas nilai
wajar aset biologis atau produk agrikultur. Apabila kasus terjadi,
perusahaan mempertimbangkan alasan untuk setiap perbedaan yang ada
untuk mendapatkan estimasi nilai wajar yang terpercaya dan masuk akal.
• Harga atau nilai pasar tidak tersedia
Harga atau nilai pasar yang ditentukan mungkin tidak tersedia untuk aset
biologis. Apabila keadaan ini terjadi, perusahaan menentukan nilai wajar
dengan menggunakan nilai kini atas arus kas bersih yang diharapkan dari
aset biologis. Perusahaan mempertimbangkan tingkat diskonto yang
digunakan dan estimasi arus kas bersih yang diharapkan. Arus kas bersih
mencakup ekspektasi pelaku pasar bahwa aset akan menghasilkan di
51
Universitas Indonesia
pasar yang paling relevan. Perusahaan tidak memasukkan arus kas untuk
pendanaan aset, perpajakan, atau pembentukan kembali aset biologis
setelah panen (Contoh: biaya penanaman pohon perkebunan setelah
panen).
Calon pembeli dan penjual menyetujui konsep arm’s length transaction
price, sehingga mereka mempertimbangkan kemungkinan adanya variasi
arus kas. Keadaan ini mengikuti ciri dari nilai wajar yang menunjukkan
kemungkinan adanya variasi. Oleh karena itu, perusahaan
menggabungkan ekspektasi mengenai kemungkin variasi arus kas
menjadi arus kas yang diharapkan, atau tingkat diskonto, atau kombinasi
atas dua pilihan sebelumnya. Perusahaan menentukan tingkat diskonto
dengan menggunakan estimasi yang konsisten dengan estimasi yang
digunakan saat menentukan arus kas yang diharapkan. Hal ini dilakukan
untuk menghindari adanya asumsi yang diperhitungkan dua kali atau
diabaikan.
• Biaya perolehan disetarakan dengan nilai wajar
Biaya perolehan dapat disetarakan dengan nilai wajar. Hal ini terjadi
dalam dua situasi. Situasi pertama adalah pada saat aset biologis dan
produk agrikultur hanya mengalami sedikit transformasi biologis sejak
saat perolehannya sampai tanggal laporan keuangan. Misalnya, bibit
pohon buah baru ditanam beberapa saat sebelum tanggal laporan
keuangan. Pada tanggal laporan keuangan, transformasi biologis yang
terjadi atas bibit pohon buah tersebut masih sedikit, sehingga biaya
perolehan dapat disetarakan dengan nilai wajar. Situasi kedua adalah
pada saat dampak transformasi biologis atas harga aset biologis dan
produk agrikultur tidak material. Misalnya, awal pertumbuhan dari
30 tahun siklus produksi perkebunan pinus. Transformasi biologis yang
terjadi pada awal pertumbuhan perkebunan pinus tidak material karena
siklus produksi yang panjang, yaitu 30 tahun.
• Aset biologis dan tanah untuk menanam aset biologis
Aset biologis biasanya ditanam di atas tanah. Tidak ada pasar yang
terpisah untuk aset biologis yang ditanam di atas tanah, namun terdapat
52
Universitas Indonesia
pasar aktif untuk kombinasi aset tersebut, yaitu aset biologis, raw land
dan land improvements. Perusahaan dapat menggunakan informasi dari
kombinasi aset tersebut untuk menentukan nilai wajar aset biologis.
Misalnya, perusahaan mengurangi nilai wajar atas raw land dan land
improvement dari nilai wajar kombinasi aset untuk mendapatkan nilai
wajar aset biologis.
• Nilai wajar tidak dapat diandalkan
Nilai wajar tidak selalu dapat diandalkan. Oleh karena itu, IAS No. 41
mengizinkan penggunaan biaya perolehan dikurangi akumulasi
depresiasi dan akumulasi penurunan nilai untuk kasus tertentu, yaitu pada
saat pengakuan awal tidak tersedia nilai atau harga pasar yang ditentukan
dan alternatif estimasi nilai wajar yang tidak dapat diandalkan. Pada saat
nilai wajat dari aset biologis tersebut sudah dapat diukur secara andal,
perusahaan harus mengukur aset biologis tersebut menggunakan nilai
wajar dikurangi biaya untuk menjual. Penggunaan biaya perolehan
dikurangi akumulasi depresiasi dan akumulasi kerugian penurunan nilai
hanya diperbolehkan pada saat pengakuan awal, karena pada saat panen
nilai wajar dapat diukur secara andal.
3.4.3 Pengungkapan tanaman perkebunan
Catatan Atas Laporan Keuangan merupakan bagian dari laporan
keuangan yang berguna untuk mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan
akun-akun yang ada di laporan keuangan. Akun tanaman juga memerlukan
pengungkapan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan. IAS No. 41 menjabarkan
hal-hal yang perlu diungkapkan oleh perusahaan sehubungan dengan akun
tanaman, yaitu:
• Keuntungan dan kerugian secara agregat yang timbul selama periode
berjalan yang mencakup keuntungan dan kerugian saat pengakuan awal
aset biologis dan produk agrikultur dan dari perubahan nilai wajar
dikurangi biaya untuk menjual aset biologis.
• Deskripsi dari masing-masing kelompok aset biologis yang dapat
berbentuk narasi atau uraian. Perusahaan disarankan untuk melengkapi
53
Universitas Indonesia
deskripsi dari masing-masing kelompok aset biologis dengan
memisahkan antara consumable biological assets dan bearer biological
assets. Consumable biological assets adalah aset biologis yang akan
dipanen menjadi produk agrikultur atau dijual sebagai aset biologis,
sedangkan bearer biological assets adalah aset biologis selain
consumable biological assets yang tidak termasuk dalam produk
agrikultur melainkan self-regenerating. Selain itu, kelompok aset
biologis juga dapat dipisahkan menjadi tanaman belum menghasilkan
dan tanaman menghasilkan. Pemisahan ini memberikan informasi yang
membantu dalam penentuan waktu atas arus kas masa depan. Perusahaan
juga mengungkapkan standar yang digunakan dalam pembuatan
pemisahan tersebut.
• Sifat dasar dari masing-masing kelompok aset biologis.
• Pengukuran atau estimasi non-keuangan atas kuantitas fisik dari masing-
masing kelompok aset biologis pada akhir periode dan hasil keluaran dari
produk agrikultur selama periode berjalan.
• Metode dan asumsi signifikan yang diterapkan dalam menentukan nilai
wajar dari masing-masing kelompok produk agrikultur saat panen dan
masing-masing kelompok aset biologis.
• Nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual yang ditentukan pada saat
panen atas produk agrikultur yang dipanen selama periode berjalan.
• Keberadaan dan nilai tercatat atas aset biologis yang penggunaannya
dibatasi dan nilai tercatat atas aset biologis yang dijaminkan untuk
liabilitas.
• Nilai komitmen untuk pengembangan dan akuisisi aset biologis
• Strategi manajemen resiko keuangan yang berhubungan dengan aktivitas
agrikutur.
• Rekonsiliasi atas perubahan nilai tercatat aset biologis antara awal dan
akhir periode berjalan yang meliputi:
o keuntungan dan kerugian yang muncul karena perubahan nilai wajar
dikurangi biaya untuk menjual;
o peningkatan yang disebabkan oleh pembelian;
54
Universitas Indonesia
o penurunan yang disebabkan oleh penjualan dan aset biologis yang
diklasifikasikan sebagai held for sale;
o penurunan yang disebabkan oleh panen;
o peningkatan yang disebabkan oleh kombinasi bisnis;
o nilai bersih selisih kurs yang disebabkan oleh adanya translasi laporan
keuangan ke penyajian mata uang yang berbeda dan translasi atas
operasional dalam negeri ke mata uang yang digunakan untuk
penyajian laporan keuangan; dan
o perubahan-perubahan lain.
• Perubahan atas nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual. Perusahaan
sebaiknya memisahkan antara perubahan yang disebabkan oleh
perubahan fisik dan perubahan harga di pasar. Pemisahan ini berguna
untuk menilai kinerja pada periode berjalan dan prospek untuk masa
depan, terutama untuk perusahaan yang memiliki siklus produksi lebih
dari satu tahun.
• Sifat dasar dan nilai pengaruh iklim, penyakit dan risiko alam lain
terhadap aktivitas agrikultur yang menimbulkan pendapatan dan beban
yang material bagi perusahaan.
• Pengungkapan tambahan untuk aset biologis yang tidak dapat diukur
secara andal menggunakan nilai wajar, melainkan menggunakan biaya
perolehan dikurang akumulasi depresiasi dan akumulasi kerugian
penurunan nilai, yaitu:
o deskripsi aset biologis;
o penjelasan mengenai alasan nilai wajar tidak dapat diukur secara
andal;
o berbagai estimasi yang menunjukkan bahwa nilai wajar tidak dapat
diandalkan
o metode depresiasi yang digunakan;
o masa manfaat atau tingkat depresiasi yang digunakan;
o nilai kotor tercatat dan akumulasi depresiasi serta akumulasi kerugian
penurunan nilai pada awal dan akhir periode;
55
Universitas Indonesia
o keuntungan atau kerugian yang diakui atas pelepasan aset biologis;
dan
o rekonsiliasi sebagaimana yang dijabarkan pada poin 10, dengan
tambahan pengungkapan atas kerugian penurunan nilai, penyesuaian
kembali kerugian penurunan nilai dan depresiasi.
• Pengungkapan tambahan untuk aset biologis yang awalnya diukur
menggunakan biaya perolehan dikurangi akumulasi depresiasi dan
akumulasi kerugian penurunan nilai, kemudian sudah dapat diukur secara
andal menggunakan nilai wajar pada periode berjalan, yaitu:
o deskripsi aset biologis;
o penjelasan mengenai alasan nilai wajar tidak dapat diukur secara
andal; dan
o efek atas perubahan.
3.4.4 Hasil penelitian penggunaan nilai wajar pada IAS No. 41
Konsep nilai wajar pada IAS No. 41 ternyata menimbulkan pro dan
kontra. Ada pihak yang menganggap penggunaan nilai wajar lebih baik
dibandingkan dengan nilai historis, namun ada juga pihak yang menganggap
penggunaan nilai historis lebih baik daripada nilai wajar.
Penelitian Saur dan Aria (2010) di Indonesia merupakan replikasi dari
penelitian yang telah dilakukan terlebih dahulu oleh Argilés, et.al (2009) di
Spanyol. Secara keseluruhan, hasil penelitian tersebut memberikan hasil yang
sejalan. Kedua penelitian ini lebih menekankan kepada kelebihan penggunaan
nilai wajar pada IAS No. 41 dibandingkan dengan penggunaan nilai historis,
yaitu:
• Tidak ada perbedaan yang signifikan baik dalam pendapatan, maupun
peningkatan volatilitas.
• Tidak ada perbedaan profitabilitas dan manipulasi akuntansi.
• Tidak ada perbedaan dalam relevansi informasi akuntansi.
• Menghindari kompleksitas sektor agrikultur yang tidak terjangkau oleh
perhitungan biaya. Oleh karena itu, ketika tersedia harga pasar yang
56
Universitas Indonesia
andal menjadi metode penilaian sederhana yang berguna untuk mencapai
penggunaan akuntansi yang lebih luas di sektor agrikultur.
Penelitian yang dilakukan oleh Elad dan Herbohn (2011) berbanding
terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh Saur dan Aria (2010), serta
Argiles, et.al (2009). Penelitian tersebut lebih menekankan kepada kekurangan
penggunaan nilai wajar pada IAS No. 41 dibandingkan dengan penggunaan nilai
historis, yaitu:
• Adanya kemungkinan terjadi perbedaan sistem internasional atas praktek
penggunaan nilai wajar di antara perusahaan yang mengadopsi IFRS. Hal
ini disebabkan oleh tersedianya pilihan dalam IAS No. 41 untuk tidak
menggunakan nilai wajar pada kondisi tertentu.
• Menimbulkan konflik sosial di negara tropis. Stakeholder advocacy
organizations berpendapat bahwa nilai wajar yang ditentukan melalui
kekuatan pasar tidak merefleksikan nilai sebenarnya atas komoditas
agrikultur seperti kopi, teh, pisang dan coklat.
3.5 Audit atas Tanaman Perkebunan
“Auditing is the accumulation and evaluation about information to
determine and report on degree of correspondence between the information and
established criteria. Auditing should be done by a competent, independent
person” (Arens, Alvin A. et al, 2009, hal. 4). Hal ini berarti audit dijalankan
dengan mengumpulkan dan mengevaluasi informasi yang diterima dari
manajemen untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara
informasi tersebut dengan kriteria yang ada. Proses tersebut harus dilakukan oleh
orang yang kompeten dalam bidang akuntansi dan independen.
“Auditors conduct financial statements audits using the cycle approach
by performing audit tests of the transactions making up ending balances and also
by performing audit tests of the account balances and related disclosures”
(Arens, Alvin A. et al, 2009, hal. 89). Penulis tertarik dengan bagian terakhir
kalimat itu, yaitu mengenai audit test untuk pengungkapan. Oleh karena itu,
Penulis mengangkat hal tersebut dalam laporan magang ini.
57
Universitas Indonesia
3.5.1 Asersi manajemen dan tujuan audit mengenai penyajian dan
pengungkapan
Asersi manajemen adalah pernyataan manajemen mengenai laporan
keuangan, yang dilihat dari sisi transaksi, saldo dan pengungkapan. Tujuan audit
adalah kerangka kerja yang dapat membantu auditor dalam melaksanakan
prosedur audit. Asersi manajemen dan tujuan audit sama-sama diklasifikasikan
menjadi tiga kategori, yaitu asersi manajemen dan tujuan audit mengenai kelas
transaksi dan aktivitas yang terjadi selama periode audit, saldo pada akhir periode
audit, serta penyajian dan pengungkapan.
Penulis lebih menekankan pada bagian yang ketiga, yaitu penyajian dan
pengungkapan. Khusus untuk bagian penyajian dan pengungkapan, asersi
manajemen dan tujuan audit menyatakan empat hal yang sama, yaitu:
• Keterjadian serta Hak dan Kewajiban (Occurrence and Rights and
Obligations)
Tanaman perkebunan yang dideskripsikan dalam Catatan atas Laporan
Keuangan benar-benar ada dan milik perusahaan.
• Kelengkapan (Completeness)
Pengungkapan yang disyaratkan untuk tanaman perkebunan telah
diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
• Penilaian dan Pengalokasian (Valuation and Allocation)
Pengungkapan pada Catatan atas Laporan Keuangan yang berhubungan
dengan tanaman perkebunan telah diungkapkan dengan akurat.
• Pengklasifikasian dan Pemahaman (Classification and
Understandability)
Tanaman perkebunan telah diklasifikasikan sesuai dengan jenis tanaman,
yaitu termasuk dalam aset lancar atau aset tidak lancar. Selain itu,
pengungkapan yang disajikan harus dapat dipahami oleh pembaca
laporan keuangan.
58
Universitas Indonesia
3.5.2 Fase-fase audit atas laporan keuangan
Auditor membutuhkan bukti-bukti untuk mendukung asersi manajemen
dan mencapai tujuan audit. Oleh katena itu, auditor menjalankan empat fase audit
untuk mendapatkan bukti-bukti tersebut. Keempat fase audit yang perlu
dijalankan adalah:
• Merencanakan dan Membuat Pendekatan Audit
Pada fase ini, auditor mencari informasi mengenai bisnis dan industri
klien, terutama untuk klien baru dan klien yang memiliki industri yang
unik. Setelah itu, auditor memahami internal control klien dan menilai
control risk. Dengan beberapa pemahaman yang telah dimiliki, auditor
dapat menilai risiko atas salah saji yang material.
• Melaksanakan Uji Pengendalian dan Uji Substantif atas Transaksi
Pada fase ini, auditor menguji penerapan internal control benar-benar
terjadi atau tidak. Selanjutnya, auditor memeriksa transaksi-transaksi
yang terjadi selama periode akuntansi untuk memastikan bahwa transaksi
benar-benar terjadi, diotorisasi dan disertai dengan bukti dan pencatatan
yang lengkap.
• Melaksanakan Prosedur Analitis dan Uji atas Rincian Saldo
Pada fase ini, auditor melaksanakan prosedur analitis untuk memastikan
bahwa setiap akun mengalami kenaikan atau penurunan saldo yang
masuk akal. Auditor juga menguji saldo akhir masing-masing akun untuk
memastikan bahwa tidak ada salah saji yang material.
• Menyelesaikan Audit dan Mengeluarkan Laporan Auditor Independen
Pada fase ini, auditor melakukan tes atas penyajian dan pengungkapan
laporan keuangan. Setelah itu, auditor menggabungkan keseluruhan
informasi yang didapatkan dari masing-masing fase. Auditor melakukan
evaluasi atas hasil audit secara keseluruhan yang bertujuan untuk
mengeluarkan opini audit. Opini audit tersebut dituangkan dalam
Laporan Auditor Independen.
59 Universitas Indonesia
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Analisis Industri
Industri perkebunan merupakan industri yang cocok untuk dikembangkan
di Indonesia. Industri ini telah berjalan sejak Indonesia belum merdeka. Tekstur
tanah yang subur di sebagian besar wilayah Indonesia merupakan salah satu faktor
yang dapat meningkatkan industri perkebunan di Indonesia.
Industri perkebunan juga dapat menjadi penunjang perekonomian di
Indonesia karena perkembangan industri ini dapat didukung dengan sumber daya
dalam negeri. Sumber daya tersebut dapat berupa sumber daya alam dan sumber
daya manusia. Sumber daya alam meliputi tanah, bibit perkebunan dan pupuk
perkebunan, sedangkan sumber daya manusia meliputi orang yang ahli dalam
bidang perkebunan dan para pekerja perkebunan. Pengelolaan yang baik atas
semua sumber daya tersebut dapat memberikan hasil perkebunan yang berkualitas
tinggi.
Perusahaan yang bergerak dalam industri perkebunan membutuhkan
prosedur akuntansi yang tepat untuk menunjang aktivitas ekonomi perusahaan.
Prosedur akuntansi tersebut dapat dijalankan oleh seorang akuntan yang memiliki
pengetahuan yang cukup mengenai industri perkebunan. Kebutuhan atas akuntan
juga harus berjalan beriringan dengan kebutuhan atas standar akuntansi untuk
industri perkebunan. Indonesia masih dalam tahap pemenuhan kedua kebutuhan
tersebut secara optimal.
SE Bapepam No. SE-02/PM/2002 tentang Pedoman Penyajian dan
Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri
Perkebunan menjabarkan mengenai sembilan risiko yang melekat pada industri
perkebunan, yaitu:
• Kegagalan Panen
Kegagalan panen dapat disebabkan oleh dua hal, yakni:
o Keadaan alam, seperti kekeringan, kebakaran dan hama penyakit.
o Kesalahan manajemen dalam hal perencanaan dan proses produksi.
60
Universitas Indonesia
• Kegagalan karena Ikatan Tertentu
Perusahaan kemungkinan menjalankan ikatan Perkebunan Inti Rakyat
yang merupakan program pemerintah. Kegagalan yang ditimbulkan oleh
Perkebunan Inti Rakyat harus ditanggung perusahaan.
• Pembatasan melalui Peraturan Perundangan Tertentu
Pembatasan melalui peraturan perundangan yang harus ditaati dapat
berupa pembatasan lahan perkebunan, pengenaan pajak dan pembatasan
wilayah distribusi regional. Hal ini membuat perusahaan terbatas dalam
melakukan produksi dan pemasaran sehingga perusahaan harus memiliki
perencanaan yang rapi dalam menjalankan aktivitas operasional.
• Kondisi Internasional dan Regional
Kondisi internasional dan regional dapat berupa:
o perubahan harga, kuota, fluktuasi nilai tukar valuta asing;
o perubahan iklim; dan
o pembatasan-pembatasan tertentu.
• Tingkat Kompetisi
Jumlah penduduk Indonesia yang semakin bertambah akan meningkatkan
kebutuhan akan pangan. Hal ini menjadi peluang bagi industri
perkebunan yang sudah ada untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas
untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat. Setiap perusahaan, baik lokal
maupun luar negeri, akan berlomba-lomba dalam hal produksi dan
pemasaran.
• Perubahan Teknologi
Bio-teknologi sektor perkebunan senantiasa berkembang setiap waktu.
Kondisi ini mendorong perusahaan untuk mengikuti perkembangan
teknologi karena perusahaan yang menggunakan teknologi lama tidak
mampu bersaing dengan perusahaan yang menggunakan teknologi baru.
• Pemogokan Karyawan
Karyawan suatu perusahaan dapat merasa tidak nyaman dalam hal
kompensasi, perubahan peraturan, serta keadaan ekonomi dan politik
yang tidak stabil. Ketidakpuasan ini dapat dinyatakan dalam bentuk
61
Universitas Indonesia
demonstrasi dan pemogokan massal yang dapat menimbulkan kerusuhan.
Kondisi ini didukung oleh kekuatan serikat karyawan.
• Kerusuhan dan Penjarahan
Kerusuhan yang dapat ditimbulkan karena kondisi pada poin sebelumnya
dapat semakin parah dan mencapai tahap penjarahan. Penjarahan ini
dapat disebabkan oleh penyebaran pengaruh negatif. Masyarakat menjadi
mudah terpengaruh karena desakan sosial dan ekonomi.
• Risiko Leverage
Perusahaan membutuhkan pendanaan yang cukup untuk pengembangan
usaha perkebunan. Pendanaan dapat dilakukan melalui external
financing. Semakin besar external financing yang diperoleh perusahaan,
semakin besar pula kemungkinan perusahaan tidak mampu melunasi
utang tersebut.
PT KLM merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam industri
perkebunan di Indonesia. PT KLM berusaha untuk terus maju dan berkembang
baik di kancah nasional, maupun internasional. Oleh karena itu, perusahaan terus
meningkatkan aktivitas ekonomi perusahaan. Aktivitas ekonomi perusahaan
dituangkan dalam laporan keuangan perusahaan yang dibuat oleh akuntan.
Laporan keuangan ini dapat digunakan oleh pihak internal dan eksternal. Pada
tahap ini, perusahaan membutuhkan jasa auditor untuk memeriksa kewajaran
laporan keuangan PT KLM sehingga dapat memberikan informasi yang tepat bagi
para pengguna laporan keuangan.
4.2 Prosedur Akuntansi Tanaman Perkebunan PT KLM
PT KLM memiliki tiga jenis tanaman perkebunan, yaitu nanas, kelapa
sawit dan tebu. Ketiga tanaman ini memiliki ciri yang berbeda-beda. Oleh karena
itu, PT KLM memiliki empat orang staf akuntan untuk menangani masing-masing
proyek, yakni proyek nanas, proyek kelapa sawit lokasi A dan B, proyek tebu
lokasi C dan proyek tebu lokasi D. Perbedaan utama dari ketiga proyek tersebut
adalah lama masa panen yang terlihat pada Gambar 4.1.
62
Universitas Indonesia
Gambar 4.1 Skema Umur Tanaman Perkebunan
Sumber: Marshalling PT KLM – KAP MSSL (“telah diolah kembali”)
Nanas merupakan salah satu jenis tanaman yang memerlukan waktu
pemeliharaan lebih dari satu tahun sebelum dapat dipanen. Oleh karena itu, nanas
disebut tanaman keras. Tanaman nanas milik PT KLM dapat dipanen pertama kali
pada saat berumur dua puluh dua bulan. Sebelas bulan kemudian, tanaman nanas
tersebut dapat dipanen untuk kedua kalinya. PT KLM memiliki beberapa blok
perkebunan nanas. Hal ini menyebabkan panen dapat terjadi beberapa kali dalam
satu periode laporan keuangan.
Kelapa sawit memiliki karakteristik yang sama dengan nanas, yaitu
memerlukan waktu pemeliharaan lebih dari satu tahun sebelum dapat dipanen,
63
Universitas Indonesia
namun waktu yang dibutuhkan oleh proyek kelapa sawit lebih lama daripada
waktu yang dibutuhkan oleh proyek nanas. Proyek kelapa sawit PT KLM dimulai
pada saat perusahaan mulai melakukan kegiatan operasional, namun proyek
ditutup dan diganti dengan proyek nanas. Pada tahun 2005, perusahaan membuka
kembali proyek kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit milik PT KLM dapat dipanen
pada saat berumur empat tahun. Setelah panen, perusahaan menyusutkan tanaman
kelapa sawit telah menghasilkan selama dua puluh lima tahun. Perkebunan kelapa
sawit milik PT KLM terletak di dua lokasi yang berbeda, yakni lokasi A dan B.
Pencatatan akuntansi pada kedua lokasi tersebut dipisahkan untuk beberapa akun
tertentu, termasuk akun tanaman perkebunan. Hal ini dilakukan untuk
mempermudah kontrol atas kedua lokasi tersebut.
PT KLM memulai proyek tebu pada tahun 2011. Tebu termasuk dalam
tanaman semusim karena tebu dapat ditanam dan habis panen dalam satu siklus
tanam. PT KLM memiliki dua lokasi perkebunan tebu, yakni lokasi C dan D.
Kedua lokasi ini tidak dimulai secara bersamaan. Perkebunan di lokasi C dimulai
pada bulan Oktober 2011, sedangkan perkebunan di lokasi D dimulai pada bulan
November 2011. Tanaman tebu ini akan siap dipanen dalam waktu enam bulan
setelah ditanam.
PT KLM menjalankan setiap prosedur akuntansi secara keseluruhan
dengan berpedoman pada SE Bapepam No. SE-02/PM/2002 tentang Pedoman
Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik
Industri Perkebunan. Standar tersebut diterapkan secara konsisten oleh PT KLM.
4.2.1 Prosedur akuntansi tanaman PT KLM yang diklasifikasikan sebagai
persediaan
Tanaman tebu milik PT KLM merupakan tanaman semusim maka harus
diklasifikasikan sebagai persediaan, yakni “persediaan – tanaman tebu dalam
pertumbuhan”. Akun ini berisi biaya-biaya yang dikeluarkan oleh PT KLM
sehubungan dengan tanaman tebu sampai tanaman tebu siap dipanen.
Akun persediaan – tanaman tebu dalam pertumbuhan diakui oleh
PT KLM pada saat transaksi terjadi. Pengakuan tersebut dilakukan berdasarkan
metode nilai yang lebih rendah antara biaya perolehan dan nilai realisasi bersih
64
Universitas Indonesia
(the lower of cost or net realizable value). Salah satu transaksi dan jurnal yang
dicatat oleh PT KLM pada saat mengakui persediaan – tanaman tebu dalam
pertumbuhan terlihat di bawah ini. Jurnal dan transaksi tersebut berdasarkan
sample of journal voucher yang diterima oleh Penulis.
Transaksi
Pada tanggal 31 Desember 2011, PT KLM – divisi tebu mengakui beban asuransi
atas 10 unit alat berat yang digunakan untuk pengelolaan tanaman tebu lokasi D.
Beban asuransi yang diakui sampai dengan tanggal 31 Desember 2011 adalah
sebesar Rp 23 juta.
Jurnal pada tanggal 31 Desember 2011
Persediaan tanaman tebu dalam pertumbuhan –
beban asuransi Rp 23 juta
Asuransi dibayar di muka Rp 23 juta
Selanjutnya, akun persediaan – tanaman tebu dalam pertumbuhan
disajikan dalam Laporan Posisi Keuangan bagian Aset Lancar. Bentuk penyajian
tersebut terlihat pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2 Penyajian Persediaan PT KLM
Sumber: Laporan Posisi Keuangan PT KLM 2011 (“telah diolah kembali”)
65
Universitas Indonesia
Pengungkapan persediaan – tanaman tebu dalam pertumbuhan dibagi
dalam dua bagian, yaitu bagian Ikhtisar Kebijakan Akuntansi dan Pelaporan
Penting (selanjutnya disebut bagian pertama) dan bagian Persediaan (selanjutnya
disebut bagian kedua). Pada bagian pertama, PT KLM mengungkapkan metode
pengakuan nilai persediaan, metode pengakuan biaya persediaan, pengakuan
tanaman semusim sebagai persediaan, serta metode penyisihan kerugian
persediaan usang dan penyisihan penurunan nilai persediaan. Bentuk
pengungkapan pada bagian pertama terlihat dalam Gambar 4.3.
Gambar 4.3 Pengungkapan Persediaan PT KLM pada Bagian Ikhtisar Kebijakan Akuntansi dan
Pelaporan Penting
Sumber: Catatan Atas Laporan Keuangan 2011 PT KLM – KAP MSSL (“telah diolah kembali”)
Ikhtisar Kebijakan Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Penting h. Persediaan
Persediaan dinyatakan berdasarkan nilai yang lebih rendah antara biaya perolehan atau nilai realisasi bersih (the lower of cost and net realizable value). Biaya persediaan ditentukan dengan metode rata-rata tertimbang. Termasuk dalam persediaan adalah tanaman perkebunan yang dimaksudkan untuk dijual, bukan sebagai tanaman menghasilkan sebagaimana diatur dalam Catatan 2j. Perusahaan mengklasifikasikan tanaman tebu sebagai persediaan tanaman semusim. Tanaman semusim disajikan sebesar biaya yang dikeluarkan untuk pembibitan atau pembelian bibit dan penanaman tanaman semusim sampai tanaman tersebut siap dipanen. Penyisihan kerugian persediaan usang dan penyisihan penurunan nilai persediaan dibentuk untuk menyesuaikan nilai persediaan ke nilai realisasi bersih. Nilai realisasi bersih adalah estimasi harga jual dalam kegiatan usaha biasa, dikurangi estimasi biaya penyelesaian dan estimasi biaya yang diperlukan untuk membuat penjualan.
Keterangan: Catatan 2j mengenai Tanaman Perkebunan
66
Universitas Indonesia
Persediaan 2011 2010
Rp '000.000 Rp '000.000
Tanaman tebu dalam pertumbuhan 13.096 -Pupuk dan obat-obatan 3.452 1.841Suku cadang 3.329 1.334Bahan bakar dan pelumas 432 131Bibit 28 1
Jumlah 20.337 3.307
Termasuk dalam tanaman tebu dalam pertumbuhan pada tahun 2011 adalah kapitalisasi penyusutan aset tetap sebesar Rp 1.259 juta (Catatan 8). Manajemen berpendapat bahwa nilai tercatat persediaan tidak melebihi nilai realisasi bersihnya. Pada tanggal 31 Desember 2011, persediaan diasuransikan kepada Asuransi Jaya Proteksi, pihak ketiga, terhadap risiko kebakaran, pencurian, gempa bumi, dan risiko lainnya dengan jumlah pertanggungan sebesar Rp 5.130 juta. Sedangkan pada tahun 2010 seluruh persediaan tidak diasuransikan.
Pada bagian kedua, PT KLM mengungkapkan jumlah tercatat untuk
masing-masing klasifikasi persediaan (termasuk tanaman tebu dalam
pertumbuhan), jumlah kapitalisasi penyusutan aset tetap yang termasuk dalam
tanaman tebu dalam pertumbuhan, besarnya nilai realisasi bersih berdasarkan
pendapat manajemen dan nilai pertanggungan asuransi atas persediaan yang
diasuransikan. Pengungkapan pada bagian kedua terlihat pada Gambar 4.4.
Gambar 4.4 Pengungkapan Persediaan PT KLM pada Bagian Persediaan
Sumber: Catatan Atas Laporan Keuangan 2011 PT KLM – KAP MSSL (“telah diolah kembali”)
67
Universitas Indonesia
4.2.2 Prosedur akuntansi tanaman belum menghasilkan PT KLM
Akun tanaman belum menghasilkan PT KLM berisi biaya-biaya yang
terjadi sejak penanaman tanaman sampai tanaman tersebut siap untuk
menghasilkan secara komersial. Akun ini hanya digunakan untuk tanaman nanas
dan kelapa sawit karena kedua tanaman tersebut diklasifikasikan sebagai tanaman
keras.
Manajemen menentukan kebijakan pengalokasian biaya yang terjadi ke
tanaman belum menghasilkan. Alokasi untuk masing-masing proyek berbeda satu
sama lain, yaitu 100% dari biaya yang terjadi pada proyek nanas, 74% dari biaya
yang terjadi pada proyek kelapa sawit lokasi A dan 69% dari biaya yang terjadi
pada proyek kelapa sawit lokasi B.
PT KLM mengakui tanaman belum menghasilkan pada saat transaksi
terjadi. Selanjutnya, tanaman belum menghasilkan tersebut disajikan sebesar
biaya perolehan yang tidak disusutkan. Penyajian ini terdapat pada Laporan Posisi
Keuangan bagian Aset Tidak Lancar. Salah satu sample of journal voucher
mengenai transaksi tanaman belum menghasilkan yang terjadi pada proyek kelapa
sawit lokasi A terlihat di bawah ini.
Transaksi
Pada tanggal 31 Maret 2011, alat berat yang digunakan untuk proyek kelapa sawit
lokasi A disusutkan sebesar Rp 224 juta. Penyusutan tersebut dialokasikan sebesar
74% ke tanaman belum menghasilkan, yakni Rp 166 juta.
Jurnal pada tanggal 31 Maret 2011
Tanaman belum menghasilkan – beban penyusutan Rp 166 juta
Akumulasi penyusutan alat berat Rp 166 juta
Pada akhir periode pelaporan keuangan, setiap biaya yang terjadi
diklasifikasikan dalam lima kategori, yaitu penanaman, pembibitan dan
pemeliharaan, pupuk dan obat-obatan, kapitalisasi penyusutan aset tetap, upah
buruh, serta lain-lain. Besarnya biaya yang termasuk dalam tanaman belum
menghasilkan yang terjadi selama tahun 2011 terlihat pada Tabel 4.1.
68
Universitas Indonesia
Nanas Kelapa SawitRp '000.000 Rp '000.000
Penanaman, pembibitan dan pemeliharaan 8.398 1.498 Pupuk dan obat-obatan 4.028 3.165 Kapitalisasi penyusutan aset tetap 1.894 2.941 Upah buruh 240 1.310 Lain-lain 369 2.521
Jumlah 14.929 11.435
Tabel 4.1 Klasifikasi Tanaman Nanas Belum Menghasilkan PT KLM
Sumber: Marshalling PT KLM – KAP MSSL (“telah diolah kembali”)
Apabila tanaman nanas dan kelapa sawit telah siap untuk menghasilkan
secara komersial, perusahaan melakukan reklasifikasi dari tanaman belum
menghasilkan ke tanaman telah menghasilkan. Pengadaan reklasifikasi tersebut
ditentukan oleh kebijakan manajemen.
Tanaman belum menghasilkan diklasifikasikan sebagai Aset Tidak
Lancar pada Laporan Posisi Keuangan. Bentuk penyajian tersebut terlihat pada
Gambar 4.5.
Gambar 4.5 Penyajian Tanaman Belum Menghasilkan PT KLM
Sumber: Laporan Posisi Keuangan PT KLM 2011 (“telah diolah kembali”)
69
Universitas Indonesia
Setiap rincian atas tanaman belum menghasilkan harus diungkapkan
dalam Catatan atas Laporan Keuangan. PT KLM membagi pengungkapan dalam
dua bagian, sama halnya dengan persediaan, yaitu bagian Ikhtisar Kebijakan
Akuntansi dan Pelaporan Penting (selanjutnya disebut bagian pertama) dan bagian
Tanaman Belum Menghasilkan (selanjutnya disebut bagian kedua). Pada bagian
pertama, PT KLM mengungkapkan dasar penilaian dan pengukuran tanaman
belum menghasilkan, jenis-jenis biaya yang termasuk dalam tanaman belum
menghasilkan, serta kebijakan reklasifikasi dari tanaman belum menghasilkan ke
tanaman telah menghasilkan. Bentuk pengungkapan tanaman belum menghasilkan
pada bagian pertama terlihat pada Gambar 4.6.
Gambar 4.6 Pengungkapan Tanaman Belum Menghasilkan PT KLM pada Bagian Ikhtisar
Kebijakan Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Penting
Sumber: Catatan atas Laporan Keuangan 2011 PT KLM – KAP MSSL (“telah diolah kembali”)
Tanaman Belum Menghasilkan
Tanaman belum menghasilkan disajikan sebesar biaya perolehannya dan merupakan
akumulasi biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan pembiayaan atas tanaman
nanas dan kelapa sawit selama belum menghasilkan. Biaya ini meliputi biaya persiapan
lahan, pembibitan, pemupukan, pemeliharaan, upah buruh, penyusutan aset tetap, bunga,
dan biaya pinjaman lainnya yang timbul dari fasilitas kredit yang digunakan untuk
membiayai perolehan tanaman selama masa pengembangan sampai dengan
menghasilkan. Tanaman belum menghasilkan tidak disusutkan.
Tanaman belum menghasilkan dipindahkan ke tanaman telah menghasilkan pada saat
mulai menghasilkan secara normal.
70
Universitas Indonesia
Pada bagian kedua, PT KLM mengungkapkan mutasi yang terjadi atas tanaman
belum menghasilkan, yang terdiri dari saldo awal, penambahan biaya selama
tahun 2011, reklasifikasi ke tanaman telah menghasilkan dan saldo akhir. Selain
itu, PT KLM juga mengungkapkan besarnya tanaman belum menghasilkan yang
diasuransikan dan kebijakan manajemen mengenai jumlah penyisihan kerugian
penurunan nilai atas tanaman belum menghasilkan. Bentuk pengungkapan yang
disajikan oleh PT KLM terlihat pada Gambar 4.7.
Gambar 4.7 Pengungkapan Tanaman Belum Menghasilkan PT KLM pada Bagian Tanaman Belum
Menghasilkan
Sumber: Catatan atas Laporan Keuangan 2011 PT KLM – KAP MSSL (“telah diolah kembali”)
Tanaman Belum Menghasilkan
Nanas Kelapa Sawit JumlahRp '000.000 Rp '000.000 Rp '000.000
Saldo awal tahun 14.973 34.259 49.232 Penambahan:
Penanaman, pembibitan dan pemeliharaan 8.399 1.498 9.897
Pupuk dan obat-obatan 4.028 3.165 7.193 Kapitalisasi penyusutan
aset tetap (Catatan 8) 1.894 2.941 4.835
Upah buruh 240 1.310 1.550 Lain-lain 369 2.522 2.891
Reklasifikasi ke tanaman telah menghasilkan (4.368) - (4.368)
Saldo akhir tahun 25.535 45.695 71.230
2011
71
Universitas Indonesia
Gambar 4.7 (“sambungan”)
4.2.3 Prosedur akuntansi tanaman telah menghasilkan PT KLM
Tanaman belum menghasilkan PT KLM yang sudah dapat menghasilkan
secara komersial akan direklasifikasi ke tanaman telah menghasilkan. Biaya-biaya
pada tanaman belum menghasilkan sudah siap dikapitalisasi dalam tanaman telah
menghasilkan. Tanaman telah menghasilkan tersebut diperlakukan seperti aset
tetap.
PT KLM mengakui tanaman telah menghasilkan pada saat terjadi
reklasifikasi dari tanaman belum menghasilkan. Jumlah yang diakui adalah
sebesar jumlah yang direklasifikasi dari tanaman belum menghasilkan. Penulis
mengambil sample of journal voucher yang digunakan untuk mengakui
reklasifikasi tanaman belum menghasilkan ke tanaman telah menghasilkan.
Nanas Kelapa Sawit JumlahRp '000.000 Rp '000.000 Rp '000.000
Saldo awal tahun 10.171 41.313 51.484 Penambahan:
Penanaman, pembibitan dan pemeliharaan 3.655 688 4.343
Pupuk dan obat-obatan 2.103 1.136 3.239 Kapitalisasi penyusutan
aset tetap (Catatan 8) 1.196 2.671 3.867
Upah buruh - 1.115 1.115 Lain-lain 239 3.535 3.774
Reklasifikasi ke tanaman telah menghasilkan (2.391) (16.199) (18.590)
Saldo akhir tahun 14.973 34.259 49.232
2010
Pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010, tanaman nanas dan sawit tidak diasuransikan.
Manajemen berkeyakinan bahwa jumlah penyisihan penurunan nilai atas tanaman belum menghasilkan pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010 adalah cukup untuk menutup kerugian penurunan nilai tanaman belum menghasilkan.
72
Universitas Indonesia
Salah satu journal voucher tersebut adalah reklasifikasi tanaman nanas belum
menghasilkan ke tanaman telah menghasilkan yang terlihat seperti di bawah ini.
Tanaman telah menghasilkan Rp 524 juta
Tanaman belum menghasilkan Rp 524 juta
Penyajian tanaman telah menghasilkan PT KLM didasarkan pada biaya
perolehan dikurangi akumulasi penyusutan. Penyusutan dilakukan setiap akhir
periode laporan keuangan, yaitu pada tanggal 31 Desember. Pada tanggal
31 Desember 2011 dan 2010, tanaman telah menghasilkan yang disusutkan adalah
tanaman kelapa sawit. Tanaman kelapa sawit disusutkan dengan metode garis
lurus dengan tarif 4% (100% : 25 tahun). Tanaman nanas tidak disusutkan karena
tanaman nanas dihapuskan secara langsung pada akhir periode laporan keuangan.
Penghapusan langsung ini dilakukan untuk menghabiskan tanaman nanas yang
tidak memberikan keuntungan bagi perusahaan secara bertahap. Perhitungan dan
jurnal untuk mengakui penyusutan tanaman kelapa sawit telah menghasilkan yang
dicatat oleh PT KLM – divisi sawit pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010
terlihat di bawah ini.
31 Desember 2011 dan 2010
Divisi Kelapa Sawit Lokasi A
Perhitungan:
Beban penyusutan = jumlah tanaman telah menghasilkan x tarif penyusutan
Beban penyusutan = Rp 9.763 juta x 4%
Beban penyusutan = Rp 391 juta
Jurnal:
Beban penyusutan tanaman telah menghasilkan Rp 391 juta
Akumulasi penyusutan tanaman telah menghasilkan Rp 391 juta
73
Universitas Indonesia
Divisi Kelapa Sawit Lokasi B
Perhitungan:
Beban penyusutan = jumlah tanaman telah menghasilkan x tarif penyusutan
Beban penyusutan = Rp 6.436 juta x 4%
Beban penyusutan = Rp 257 juta
Jurnal:
Beban penyusutan tanaman telah menghasilkan Rp 257 juta
Akumulasi penyusutan tanaman telah menghasilkan Rp 257 juta
Perubahan pada tanaman telah menghasilkan dapat terjadi karena adanya
reklasifikasi dari tanaman, penurunan nilai tanaman dan penghapusan langsung
tanaman. Penurunan nilai tanaman terjadi pada tanaman nanas pada tahun 2010,
yaitu sebesar Rp 751 juta. Pada tahun 2011 tidak terjadi penurunan nilai atas
tanaman nanas. Penurunan nilai ini didasarkan pada kebijakan manajemen. Jurnal
yang dicatat oleh PT KLM untuk mengakui penurunan nilai tanaman nanas
terlihat di bawah ini.
31 Desember 2010
Kerugian atas penurunan nilai tanaman Rp 751 juta
Tanaman telah menghasilkan Rp 751 juta
Penghapusan langsung tanaman nanas mencerminkan pembabatan habis tanaman
nanas yang dilakukan oleh PT KLM. Perusahaan memulai pembabatan habis atas
tanaman nanas sejak proyek kelapa sawit telah diaktifkan kembali. Pembabatan
habis ini dilakukan secara bertahap yang bertujuan untuk menghabiskan tanaman
nanas. Penghapusan langsung tanaman nanas yang terjadi pada tahun 2011 dan
2010 adalah sebesar Rp 4.368 juta dan Rp 1.640 juta. Pengakuan penghapusan
langsung tanaman nanas dicatat oleh PT KLM melalui jurnal berikut:
74
Universitas Indonesia
31 Desember 2011
Beban pokok penjualan Rp 4.368 juta
Tanaman telah menghasilkan Rp 4.368 juta
31 Desember 2010
Beban pokok penjualan Rp 1.640 juta
Tanaman telah menghasilkan Rp 1.640 juta
Tanaman telah menghasilkan PT KLM diklasifikasikan sebagai Aset Tidak
Lancar pada Laporan Posisi Keuangan. Bentuk penyajian tersebut terlihat pada
Gambar 4.8.
Gambar 4.8 Penyajian Tanaman Telah Menghasilkan PT KLM
Sumber: Laporan Posisi Keuangan PT KLM 2011 (“telah diolah kembali”)
Setiap tahun PT KLM senantiasa mengungkapkan rincian atas tanaman
telah menghasilkan pada Catatan Atas Laporan Keuangan. Pengungkapan tersebut
terbagi menjadi dua, yaitu bagian Ikhtisar Kebijakan Akuntansi dan Pelaporan
Penting (selanjutnya disebut bagian pertama) dan bagian Tanaman Telah
Menghasilkan (selanjutnya disebut bagian kedua). Pengungkapan pada bagian
pertama berisi umur tanaman nanas dan kelapa sawit saat dipanen, metode
75
Universitas Indonesia
penyajian tanaman telah menghasilkan, serta dasar perhitungan atas metode
penyajian yang digunakan. Pengungkapan tersebut terlihat pada Gambar 4.9.
Gambar 4.9 Pengungkapan Tanaman Telah Menghasilkan PT KLM pada Bagian Ikhtisar
Kebijakan Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Penting
Sumber: Catatan atas Laporan Keuangan 2011 PT KLM – KAP MSSL (“telah diolah kembali”)
Tanaman Telah Menghasilkan Tanaman nanas dapat dipanen pertama kali pada saat berumur 22 bulan dan kedua kali pada saat berumur 33 bulan. Tanaman kelapa sawit dinyatakan sebagai tanaman telah menghasilkan bila sudah berumur 4 - 5 tahun. Waktu tanaman telah menghasilkan yang sebenarnya ditentukan oleh pertumbuhan vegetatif dan penilaian manajemen. Tanaman nanas dan kelapa sawit dinyatakan berdasarkan biaya perolehan setelah dikurangi akumulasi penyusutan dan penurunan nilai. Tanaman kelapa sawit disusutkan dengan metode garis lurus berdasarkan taksiran masa menghasilkan selama 25 tahun. Penyusutan tanaman nanas dihitung dengan tarif sebagai berikut:
Tarif
Panen I (tanaman berumur 22 bulan) 67%Panen II (tanaman berumur 33 bulan) 33% Setelah panen kedua, saldo biaya perolehan dan saldo akumulasi penyusutan atas tanaman nanas dikeluarkan dari akun ini dan selisihnya (sebesar nilai tercatatnya) disajikan sebagai “Penghapusan langsung atas tanaman menghasilkan” dalam beban pokok penjualan. Beban penyusutan atas tanaman telah menghasilkan dibebankan ke beban pokok penjualan.
76
Universitas Indonesia
Pada bagian kedua, PT KLM mengungkapkan mutasi tanaman telah menghasilkan
yang terdiri dari saldo awal, penambahan/reklasifikasi, pengurangan dan saldo
akhir. Pengungkapan tersebut terlihat pada Gambar 4.10.
Gambar 4.10 Pengungkapan Tanaman Telah Menghasilkan PT KLM pada Bagian Tanaman Telah
Menghasilkan
Sumber: Catatan atas Laporan Keuangan 2011 PT KLM – KAP MSSL (“telah diolah kembali”)
Tanaman Telah Menghasilkan
Penambahan/1 Januari 2011 Reklasifikasi Pengurangan 31 Desember 2011
Rp '000.000 Rp '000.000 Rp '000.000 Rp '000.000
Biaya perolehanNanas - 4.368 (4.368) -Sawit 16.199 - - 16.199
Jumlah 16.199 4.368 (4.368) 16.199
Akumulasi penyusutanSawit (648) (648) - (1.296)
Nilai Tercatat 15.551 14.903
Perubahan selama tahun 2011
Penambahan/1 Januari 2010 Reklasifikasi Pengurangan 31 Desember 2010
Rp '000.000 Rp '000.000 Rp '000.000 Rp '000.000
Biaya perolehanNanas - 2.391 (2.391) -Sawit - 16.199 - 16.199
Jumlah - 18.590 (2.391) 16.199
Akumulasi penyusutanSawit - (648) - (648)
Nilai Tercatat - 15.551
Perubahan selama tahun 2010
Pada tanggal 31 Desember 2011 dan 2010, pengurangan tanaman telah menghasilkan merupakan penghapusan langsung dan penurunan nilai atas tanaman nanas yang telah menghasilkan sebesar nilai tercatatnya masing-masing sebesar Rp 4.367.731.101 dan Rp 2.391.107.858 yang dibebankan ke beban pokok penjualan (Catatan 14). Keterangan: Catatan 14 mengenai beban pokok penjualan
77
Universitas Indonesia
4.2.4 Penggunaan IAS No. 41 pada PT KLM
IAS No. 41 belum berlaku di Indonesia, sehingga PT KLM tidak
menerapkan standar tersebut. Laporan magang ini akan menunjukkan bentuk
prosedur akuntansi yang dapat digunakan oleh PT KLM apabila IAS No. 41
diterapkan. Penulis membuat komparasi dengan standar yang telah diterapkan
oleh PT KLM. Komparasi jurnal terlihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Komparasi Jurnal antara Metode Biaya Perolehan dengan Metode Nilai Wajar
Persediaan tanaman dalam Persediaan tanaman dalampertumbuhan - beban pertumbuhan - bebanasuransi Rp 23 juta asuransi Rp 23 juta
Asuransi dibayar Asuransi dibayardi muka Rp 23 juta di muka Rp 23 juta
Tanaman belum menghasilkan - Tanaman belum menghasilkan -biaya penyusutan Rp 166 juta biaya penyusutan Rp 166 juta
Akumulasi penyusutan Akumulasi penyusutanalat berat Rp 166 juta alat berat Rp 166 juta
Tanaman telah menghasilkan Rp 524 juta Tanaman telah menghasilkan Rp 524 jutaTanaman belum Tanaman belum
menghasilkan Rp 524 juta menghasilkan Rp 524 juta
Beban penyusutan tanamantelah menghasilkan Rp 257 juta
Akumulasi penyusutantanaman telahmenghasilkan Rp 257 juta
Saat pengakuan penyusutan tanaman telah menghasilkan
Metode Biaya Perolehan Metode Nilai Wajar (IAS No. 41)
Saat pengakuan persediaan tanaman dalam pertumbuhan
Saat pengakuan tanaman belum menghasilkan
Saat pengakuan reklasifikasi tanaman belum menghasilkan ke tanaman telah menghasilkan
- no entry -
Sumber: Marshalling PT KLM – KAP MSSL dan IAS No.41 tentang Agriculture
(“telah diolah kembali”)
78
Universitas Indonesia
Tabel 4.2 (“sambungan”)
Tanaman telah menghasilkan Rp 3.801 jutaKeuntungan atas
perhitungan nilai wajaraset biologis padaakhir periode Rp 3.801 juta
Kerugian atas Rp 1.230 jutaperhitungan nilai wajaraset biologis padaakhir periode
Tanaman belummenghasilkan Rp 1.230 juta
Persediaan tanaman tebu Rp 904 jutadalam pertumbuhan
Keuntungan atasperhitungan nilai wajaraset biologis padaakhir periode Rp 904 juta
Metode biaya perolehan Metode nilai wajar (IAS No. 41)
Saat pengakuan nilai wajar tanaman telah menghasilkan pada akhir periodenilai tercatat tanaman telah menghasilkan sebelum penyusutan sebesar Rp 16.199 juta
nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual sebesar Rp 20.000 juta
- no entry -
Saat pengakuan nilai wajar persediaan tanaman tebu dalam pertumbuhan pada akhir periodenilai tercatat persediaan tanaman tebu dalam pertumbuhan sebesar Rp 13.096 juta
nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual sebesar Rp 14.000 juta
- no entry -
Saat pengakuan nilai wajar tanaman belum menghasilkan pada akhir periodenilai tercatat tanaman belum menghasilkan sebesar Rp 71.230 juta
nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual sebesar Rp 70.000 juta
- no entry -
Perbedaan jurnal antara metode biaya perolehan dengan metode nilai wajar terjadi
pada saat pengakuan penyusutan tanaman telah menghasilkan, karena penyusutan
hanya dilakukan jika metode yang digunakan adalah metode biaya perolehan.
Selain itu, perbedaan juga terjadi pada saat pengakuan nilai wajar tanaman telah
menghasilkan, tanaman belum menghasilkan dan persediaan tanaman tebu dalam
pertumbuhan. Hal tersebut dikarenakan nilai wajar hanya diakui jika metode yang
digunakan adalah metode nilai wajar.
79
Universitas Indonesia
Penulis juga membuat komparasi mengenai penyajian laporan keuangan
antara metode biaya perolehan dan metode nilai wajar. Penyajian laporan
keuangan tersebut meliputi laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi
komprehensif. Komparasi tersebut terlihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Komparasi Penyajian Laporan Keuangan antara Metode Biaya Perolehan dengan
Metode Nilai Wajar
Persediaan tanaman tebu Persediaan tanaman tebudalam pertumbuhan dalam pertumbuhan
Tanaman telah menghasilkan Tanaman telah menghasilkandikurangi akumulasipenyusutan
Tanaman belum menghasilkan Tanaman belum menghasilkan
Keuntungan (kerugian) atas Keuntungan (kerugian) atasperhitungan nilai wajar aset perhitungan nilai wajar asetbiologis pada akhir periode biologis pada akhir periode
70.000Rp
Metode biaya perolehan Metode nilai wajar (IAS No. 41)
LAPORAN POSISI KEUANGAN
LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF(dalam jutaan rupiah)
-Rp 3.475Rp
(dalam jutaan rupiah)
13.096Rp
14.903Rp 71.230Rp
14.000Rp 20.000Rp
Sumber: Laporan Keuangan 2011 PT KLM dan IAS No. 41 tentang Agriculture
(“telah diolah kembali”)
Komparasi laporan posisi keuangan menunjukkan perbedaan atas total
aset biologis yang dilaporkan. Apabila perusahaan menggunakan metode biaya
perolehan, total aset biologis berupa persediaan tanaman tebu dalam pertumbuhan
dan tanaman belum menghasilkan disajikan berdasarkan akumulasi biaya yang
terjadi, sedangkan tanaman telah menghasilkan disajikan berdasarkan nilai tercatat
dikurangi akumulasi penyusutan. Apabila perusahaan menggunakan
menggunakan metode nilai wajar, total aset biologis berupa persediaan tanaman
tebu dalam pertumbuhan, tanaman telah menghasilkan dan tanaman belum
80
Universitas Indonesia
menghasilkan disajikan berdasarkan nilai wajar pada akhir periode laporan
keuangan.
Komparasi laporan laba rugi komprehensif menunjukkan perbedaan
pengakuan keuntungan (kerugian) atas perhitungan nilai wajar aset biologis pada
akhir periode. Pengakuan tersebut hanya dilakukan apabila perusahaan
menggunakan metode nilai wajar. Pengakuan ini terjadi karena adanya selisih
antara nilai tercatat dengan nilai wajar aset biologis pada akhir periode laporan
keuangan. Apabila nilai wajar lebih besar daripada nilai tercatat, perusahaan
mengakui selisih tersebut sebagai keuntungan atas perhitungan nilai wajar aset
biologis pada akhir periode. Apabila nilai wajar lebih kecil daripada nilai tercatat,
perusahaan mengakui selisih tersebut sebagai kerugian atas perhitungan nilai
wajar aset biologis pada akhir periode.
4.3 Audit atas Penyajian dan Pengungkapan Tanaman Perkebunan
PT KLM
4.3.1 Perencanaan dan pembuatan pendekatan audit
KAP MSSL telah memahami bisnis dan industri PT KLM karena
PT KLM merupakan klien lama. Selain itu, pada bulan Juni 2011 telah dilakukan
Limited Review atas laporan keuangan interim PT KLM. Pemahaman ini
mempermudah pembuatan pendekatan audit.
Pada tahap ini, KAP MSSL melakukan pemilihan anggota tim audit yang
sesuai untuk PT KLM. Pemilihan ini dilakukan oleh engagement partner
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang objektif. Penulis terpilih menjadi
staf yang menjalankan audit atas PT KLM secara keseluruhan di bawah supervisi
dari senior auditor dan manager. Sebelum melaksanakan audit atas PT KLM,
engagement partner mengadakan pertemuan dengan seluruh anggota tim audit
PT KLM untuk memberikan pemahaman yang mendalam mengenai kondisi bisnis
dan internal control PT KLM. Selain itu, pertemuan juga membahas mengenai
prosedur audit secara keseluruhan atas PT KLM. Pembekalan seperti ini
dilakukan untuk mempersiapkan auditor yang kompeten dalam melaksanakan
audit atas PT KLM.
81
Universitas Indonesia
Selanjutnya, KAP MSSL menetapkan risiko bawaan untuk audit atas PT
KLM. Risiko bawaan untuk tanaman perkebunan PT KLM adalah kemungkinan
gagal panen yang disebabkan keadaan alam yang berada di luar kuasa manajemen.
Letak perkebunan yang sulit untuk dijangkau menambah risiko bawaan atas
tanaman perkebunan PT KLM karena dapat menghambat proses stock opname.
Selain itu, kerusuhan yang terjadi di daerah dekat perkebunan PT KLM juga
menjadi salah satu penghambat.
KAP MSSL juga menetapkan tingkat materialitas sebesar 5%, tolerable
error sebesar 30% dan cakupan nilai untuk PAJE (Proposed Adjustment Journal
Entries) dan PRJE (Proposed Reclassification Journal Entries) sebesar 10%
untuk audit atas PT KLM. Tingkat materialitas sangat penting dalam proses audit
karena auditor memberikan pendapat yang meyakinkan pengguna laporan
keuangan bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji yang bersifat material.
Tingkat materialitas untuk masing-masing perusahaan berbeda satu sama lain.
Pada akhir tahap ini, KAP MSSL menetapkan pendekatan audit atas
PT KLM. Pendekatan audit yang ditetapkan khusus untuk tanaman perkebunan
adalah untuk memastikan bahwa:
• Aset tanaman perkebunan yang ada dalam Laporan Posisi Keuangan
dimiliki oleh perusahaan atau dimiliki oleh pihak lain untuk perusahaan.
• Aset tanaman perkebunan yang dimiliki oleh perusahaan per tanggal
Laporan Posisi Keuangan sudah termasuk dalam Laporan Posisi
Keuangan.
• Aset tanaman perkebunan dicatat dengan jumlah yang sesuai (setelah
dikurangi akumulasi penyusutan).
• Biaya atas tanaman telah menghasilkan dialokasikan pada periode
akuntansi yang tepat secara sistematis dan rasional.
• Biaya atas tanaman telah menghasilkan yang belum disusutkan dapat
diperoleh kembali melalui penggunaan di masa depan.
• Aset tanaman perkebunan yang sifatnya held for disposal dicatat
menggunakan nilai yang lebih rendah antara nilai tercatat dengan nilai
wajar dikurangi biaya untuk menjual.
82
Universitas Indonesia
• Perusahaan memiliki, atau memiliki hak secara hukum, atas seluruh aset
perkebunan dalam Laporan Posisi Keuangan per tanggal Laporan Posisi
Keuangan.
• Seluruh aset tanaman perkebunan bebas dari hak gadai, perjanjian,
kepentingan keamanan dan pembatasan. Apabila ada hak gadai,
perjanjian, kepentingan keamanan dan pembatasan atas aset tanaman
perkebunan, harus dapat diidentifikasi.
• Aset tanaman perkebunan dan akun-akun yang berhubungan dengan
tanaman perkebunan telah diklasifikasikan, dijelaskan dan diungkapkan
dengan benar pada laporan keuangan, termasuk Catatan Atas Laporan
Keuangan, sesuai dengan standar yang berlaku.
4.3.2 Tujuan audit atas penyajian dan pengungkapan tanaman
perkebunan PT KLM
Penulis melaksanakan audit atas PT KLM berdasarkan masing-masing
tujuan audit. Penulis akan menjelaskan mengenai tujuan audit atas penyajian dan
pengungkapan tanaman perkebunan secara lebih mendalam.
4.3.2.1 Keterjadian serta hak dan kewajiban (occurrence and rights and
obligations)
Keterjadian serta hak dan kewajiban mengacu pada kebenaran atas
keberadaan dan kepemilikan tanaman perkebunan. Tim audit PT KLM
mengadakan stock opname pada bulan Desember 2012 ke lokasi perkebunan milik
PT KLM untuk memastikan keberadaan tanaman perkebunan PT KLM. Pada saat
itu, Penulis belum memulai program magang, sehingga Penulis tidak ikut serta
dalam kegiatan stock opname. Tim audit menghampiri empat lokasi perkebunan
milik PT KLM, yaitu lokasi A, B, C dan D. Di lokasi A dan B terdapat
perkebunan kelapa sawit, di lokasi C terdapat perkebunan nanas dan tebu,
sedangkan di lokasi D terdapat perkebunan tebu. Kegiatan stockopname ini
membuat tim audit percaya dengan keberadaan masing-masing perkebunan milik
PT KLM.
83
Universitas Indonesia
Penulis memeriksa kepemilikan tanaman perkebunan menggunakan akta
kepemilikan atas masing-masing tanaman. Berdasarkan akta yang Penulis terima
dari PT KLM, tanaman nanas, kelapa sawit dan tebu yang berada di empat
perkebunan PT KLM adalah benar milik PT KLM.
4.3.2.2 Kelengkapan (completeness)
Kelengkapan berarti seluruh pengungkapan yang disyaratkan oleh
standar akuntansi yang berlaku telah diungkapkan dalam Catatan Atas Laporan
Keuangan. Standar akuntansi yang digunakan adalah SE Bapepam
No. SE-02/PM/2002 mengenai Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan
Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri Perkebunan. Penulis, junior
auditor KAP MSSL, memeriksa penyajian dan pengungkapan laporan keuangan
milik PT KLM dan mencocokkan penyajian dan pengungkapan laporan keuangan
tersebut dengan persyaratan yang ada pada SE Bapepam No. SE-02/PM/2002.
Tindakan ini dilakukan untuk memberikan keyakinan bahwa laporan keuangan
PT KLM telah sesuai dengan standar yang berlaku.
Di tahun 2012, PT PQR Tbk, induk perusahaan PT KLM, bermaksud
mengadakan Penawaran Umum Obligasi II PQR dengan Tingkat Bunga Tetap
Tahun 2012. Oleh karena itu, Bapepam memberikan Checklist SE-02/PM/2002
tentang Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau
Perusahaan Publik Industri Perkebunan yang harus diisi.
Checklist SE-02/PM/2002 tentang Pedoman Penyajian dan
Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri
Perkebunan berisi list pengungkapan yang disyaratkan dalam SE Bapepam
No. SE-02/PM/2002 tentang Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan
Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri Perkebunan. Ada tiga pilihan
yang diberikan kepada perusahaan, yaitu ‘Ada’, ‘Tidak’ dan ‘N/A’. Perusahaan
memberikan tanda (√) pada kolom pilihan yang sesuai. Pilihan ’Ada’ dipilih pada
saat perusahaan telah mengungkapkan pengungkapan yang disyaratkan oleh
Bapepam, pilihan ’Tidak’ dipilih pada saat perusahaan tidak mengungkapkan
pengungkapan yang disyaratkan oleh Bapepam, sedangkan pilihan ’N/A’ dipilih
84
Universitas Indonesia
pada saat pengungkapan yang disyaratkan tidak dapat diaplikasikan pada
perusahaan.
Penulis menggunakan Checklist SE-02/PM/2002 tentang Pedoman
Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik
Industri Perkebunan pada bagian yang berhubungan dengan tanaman perkebunan.
Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa pengungkapan mengenai tanaman
perkebunan PT KLM pada Laporan Keuangan PT KLM untuk Tahun yang
Berakhir 31 Desember 2011 dan 2010 telah sesuai dengan pedoman dari
SE Bapepam No. SE-02/PM/2002. Isi checklist tersebut terlihat pada Lampiran 1.
4.3.2.3 Penilaian dan pengalokasian (valuation and allocation)
Penilaian dan pengalokasian mengacu pada pengungkapan dengan nilai
yang akurat pada Catatan atas Laporan Keuangan yang berhubungan dengan
tanaman perkebunan. Penulis menghitung ulang penyusutan atas tanaman kelapa
sawit untuk memastikan bahwa nilai penyusutan yang diungkapkan telah akurat.
Penulis juga melakukan vouching atas biaya-biaya yang termasuk dalam tanaman
belum menghasilkan dan persediaan untuk memastikan keakuratan angka yang
diungkapkan. Selain itu, penulis memeriksa dokumen pelengkap reklasifikasi
tanaman belum menghasilkan ke tanaman telah menghasilkan, seperti buku besar
dan journal voucher.
4.3.2.4 Pengklasifikasian dan pemahaman (classification and
understandability)
Pengklasifikasian mengacu pada ketepatan klasifikasi tanaman
perkebunan sesuai jenis tanaman, yaitu termasuk dalam aset lancar atau aset tidak
lancar. Pemahaman mengacu pada kemudahan pembaca laporan keuangan dalam
memahami setiap pengungkapan.
Penulis mengidentifikasi jenis dari masing-masing tanaman milik PT
KLM. Proses identifikasi dilakukan dengan cara melakukan wawancara dengan
klien dan membaca pedoman SE Bapepam No. SE-02/PM/2002 tentang Pedoman
Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik
Industri Perkebunan. Hasil dari proses identifikasi tersebut adalah:
85
Universitas Indonesia
• Tanaman tebu termasuk tanaman semusim karena tanaman tebu dapat
ditanam dan habis dipanen dalam satu siklus tanam.
• Tanaman nanas dan kelapa sawit termasuk tanaman keras karena
memerlukan waktu pemeliharaan lebih dari satu tahun sebelum dapat
dipanen secara komersial pertama kali
SE Bapepam No. SE-02/PM/2002 mensyaratkan bahwa tanaman
semusim diklasifikasikan sebagai persediaan, sedangkan tanaman keras
diklasifikasikan sebagai tanaman belum menghasilkan dan tanaman telah
menghasilkan. Persediaan diklasifikasikan sebagai aset lancar, sedangkan
tanaman belum menghasilkan dan tanaman telah menghasilkan diklasifikasikan
sebagai aset tidak lancar. Penulis memeriksa Catatan atas Laporan Keuangan klien
dan membandingkan angka yang diungkapkan dengan data masing-masing proyek
tanaman perkebunan PT KLM yang sudah diolah. Proses pemeriksaan tersebut
menunjukkan bahwa angka yang diungkapkan oleh PT KLM telah
diklasifikasikan dengan benar.
Penulis, auditor KAP MSSL, memiliki keyakinan bahwa Catatan atas
Laporan Keuangan PT KLM dapat dipahami oleh setiap pengguna laporan
keuangan. Keyakinan tersebut didasari dengan penggunaan metode penulisan
Catatan atas Laporan Keuangan PT KLM yang sistematis, menggunakan Ejaan
Yang Disempurnakan (EYD) dan disertai dengan tabel yang dapat mempermudah
pemahaman pembaca.
4.3.3 Penyelesaian audit dan penerbitan Laporan Auditor Independen
Pada tahap ini, Penulis mengumpulkan semua informasi dari
masing-masing fase audit dan tujuan audit atas penyajian dan pengungkapan
tanaman perkebunan PT KLM yang telah dilaksanakan. Bedasarkan informasi
tersebut, Penulis memperoleh keyakinan bahwa penyajian dan pengungkapan
tanaman perkebunan PT KLM dalam laporan keuangan telah disajikan secara
wajar dan bebas dari salah saji material. Penulis menggunakan asumsi bahwa
pos-pos lain, selain tanaman perkebunan, juga telah disajikan secara wajar dan
bebas dari salah saji material.
86
Universitas Indonesia
Keyakinan auditor bahwa laporan keuangan PT KLM tahun 2011 telah
disajikan secara wajar dan bebas dari salah saji material dituangkan dalam
Laporan Auditor Independen. Laporan tersebut ditandatangani oleh partner.
Bagian Laporan Auditor Independen yang menyatakan keyakinan auditor bahwa
laporan keuangan PT KLM tahun 2011 telah disajikan secara wajar dan bebas dari
salah saji material terlihat pada Gambar 4.11.
Gambar 4.11 Laporan Auditor Independen – Paragraf 2 & 3
Sumber: Laporan Auditor Independen PT KLM 2011 – KAP MSSL (“telah diolah kembali”)
4.4 Penambahan Proyek Tebu oleh PT KLM pada Tahun 2011
Penulis mendapatkan data dari manajemen PT KLM mengenai
penambahan proyek tebu berupa notulen Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Notulen RUPS tersebut berisi pertimbangan manajemen untuk menambah proyek
tebu pada tahun 2011. Ada beberapa alasan penambahan proyek tebu PT KLM,
yaitu:
Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Institut Akuntan Publik Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami merencanakan dan melaksanakan audit agar memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu audit meliputi pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh manajemen, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Kami yakin bahwa audit kami memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.
Menurut pendapat kami, laporan keuangan yang kami sebut di atas menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan PT KLM tanggal 31 Desember 2011 dan hasil usaha, serta arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia.
87
Universitas Indonesia
• Kemunduran Proyek Nanas
Perusahaan terus mengalami kerugian selama menjalankan proyek nanas.
Hal ini karena tanah milik PT KLM kurang cocok untuk tanaman nanas.
Selain itu, nanas bukan makanan pokok masyarakat Indonesia, sehingga
permintaan akan nanas di Indonesia juga tidak banyak. Oleh karena itu,
perusahaan mengaktifkan kembali proyek kelapa sawit. Sejak proyek
kelapa sawit diaktifkan, perusahaan berusaha untuk mengurangi proyek
nanas dengan melakukan pembabatan secara bertahap. Proses
pembabatan tersebut membuat penjualan nanas semakin menurun, diikuti
dengan laba kotor yang senantiasa negatif. Hal ini dapat dilihat dari
penjualan nanas yang semakin menurun dari tahun
2008 – 2010 disertai dengan laba kotor yang senantiasa negatif. Kondisi
ini terlihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Tren Penjualan dan Laba Kotor PT KLM Divisi Nanas Tahun 2008-2010
2008 2009 2010Rp '000.000 Rp '000.000 Rp '000.000
Penjualan 6.836 5.461 1.362 HPP 8.587 8.998 2.506
Laba (Rugi) Kotor (1.751) (3.537) (1.144)
Sumber: Marshalling PT KLM – KAP MSSL (“telah diolah kembali”)
• Pembatasan Ekspor Minyak Sawit
Pemerintah merencanakan pembatasan ekspor produk sawit mentah
sebesar 50% dari total produksi pada 2015 dan sebesar 30% dari total
produksi pada 2020. Peraturan ini berpengaruh pada proyek kelapa sawit
milik PT KLM karena kelapa sawit ini akan diolah dan diekspor melalui
PT PQR Tbk (induk perusahaan PT KLM). Oleh karena itu, walaupun
88
Universitas Indonesia
PT KLM tetap akan melanjutkan proyek kelapa sawit, PT KLM perlu
mencari alternatif usaha lain yang memiliki prospek lebih baik.
• Peluang Proyek Tebu
PT KLM melakukan penelitian atas tanah perkebunan yang mereka
miliki. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, tanah perkebunan milik
PT KLM cocok untuk tanaman tebu. PT KLM menanggapi hasil
penelitian ini dengan melakukan penelitian lanjutan, yaitu penelitian
pasar. Berdasarkan hasil penelitian pasar, permintaan terhadap gula
selalu tinggi setiap tahun. Hal ini karena gula merupakan salah satu
kebutuhan pokok. Kondisi ini tidak beriringan dengan jumlah produsen
gula yang berkualitas di Indonesia. Jumlah produsen gula di Indonesia
masih relatif sedikit. Hasil produksi yang dihasilkan juga masih belum
optimal. Oleh karena itu, Indonesia terus melaksanakan impor gula setiap
tahun untuk memenuhi kebutuhan gula. Faktor-faktor di atas yang
semakin membuat manajemen PT KLM yakin bahwa proyek tebu
mempunyai prospek yang baik untuk masa depan PT KLM.
4.5 Analisis Akuntansi dan Audit atas Tanaman Perkebunan PT KLM
4.5.1 Analisis akuntansi tanaman perkebunan PT KLM
Prosedur akuntansi atas tanaman perkebunan terdiri dari pengakuan dan
pengukuran tanaman perkebunan, serta penyajian dan pengungkapan tanaman
perkebunan dalam laporan keuangan. PT KLM harus menjalankan masing-masing
prosedur akuntansi sesuai dengan SE Bapepam No. SE-02/PM/2002. Penulis
melakukan analisis mengenai masing-masing prosedur akuntansi tanaman
perkebunan PT KLM.
• Pengakuan dan Pengukuran Tanaman Perkebunan
Pengakuan dan pengukuran tanaman perkebunan PT KLM telah
dilakukan sesuai SE Bapepam No. SE-02/PM/2002. Hal tersebut terlihat
pada Tabel 4.5.
89
Universitas Indonesia
Tabel 4.5 Kesesuaian Prosedur Akuntansi PT KLM dengan SE Bapepam
No. SE-02/PM/2002
No. SE Bapepam
No. SE-02/PM/2002
PT KLM Keterangan
1. 2. 3. 4. 5.
Tanaman semusim diakui sebagai persediaan. Tanaman keras diakui sebagai tanaman belum menghasilkan dan tanaman telah menghasilkan. Tanaman semusim dicatat sebesar biaya yang dikeluarkan untuk pembibitan dan penanaman sampai tanaman siap dipanen. Tanaman belum menghasilkan dicatat sebesar biaya yang terjadi sejak penanaman sampai panen.
Tanaman telah menghasilkan dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan.
Tanaman tebu diakui sebagai persediaan. Tanaman nanas dan kelapa sawit diakui sebagai tanaman belum menghasilkan dan tanaman telah menghasilkan. Tanaman tebu dicatat sebesar biaya yang dikeluarkan untuk pembibitan dan penanaman sampai tanaman siap dipanen. Tanaman nanas dan kelapa sawit belum menghasilkan dicatat sebesar biaya yang terjadi sejak penanaman sampai panen. Tanaman nanas dan kelapa sawit telah menghasilkan dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan
Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai
Sumber: Marshalling PT KLM – KAP MSSL (“telah diolah kembali”)
• Penyajian dan Pengungkapan Tanaman Perkebunan
Penyajian tanaman perkebunan PT KLM telah sesuai dengan
SE Bapepam No. SE-02/PM/2002, yaitu persediaan disajikan sebagai
bagian dari Aset Lancar pada Laporan Posisi Keuangan, serta tanaman
belum menghasilkan dan tanaman telah menghasilkan disajikan sebagai
bagian dari Aset Tidak Lancar pada Laporan Posisi Keuangan.
90
Universitas Indonesia
Pengungkapan tanaman perkebunan PT KLM juga telah sesuai dengan
SE Bapepam No. SE-02/PM/2002. PT KLM telah mengungkapkan setiap
rincian tanaman perkebunan yang disyaratkan Bapepam.
PT KLM belum menerapkan IAS No. 41 karena standar tersebut belum
diadopsi oleh IAI. Selain itu, saham PT KLM juga tidak diperdagangkan di negara
yang telah mengadopsi IAS No. 41. Apabila di masa depan PT KLM harus
menerapkan IAS No. 41, PT KLM perlu menggunakan jasa penilai untuk menilai
nilai wajar tanaman perkebunan belum menghasilkan saat awal pengakuan
tanaman perkebunan dan setiap akhir periode laporan keuangan. Jasa penilai juga
dibutuhkan untuk menilai nilai wajar tanaman perkebunan telah menghasilkan
saat panen.
4.5.2 Analisis audit atas tanaman perkebunan PT KLM
Pelaksanaan audit atas tanaman perkebunan membutuhkan perhatian
khusus karena objek yang diaudit adalah makhluk hidup yang senantiasa
bertumbuh dan berkembang. Auditor harus memiliki perhatian khusus atas akun
ini. Penulis melakukan analisis mengenai hal-hal yang perlu diperhatikan dengan
seksama oleh auditor.
• Keberadaan tanaman perkebunan
Tanaman perkebunan merupakan bagian yang sangat material bagi
industri perkebunan. Auditor perlu melakukan stock opname dalam setiap
pelaksanaan audit untuk memastikan bahwa tanaman perkebunan milik
klien benar-benar ada. Tim audit PT KLM telah melakukan prosedur ini
dengan baik.
• Pembatasan tertentu atas tanaman perkebunan
Auditor harus memiliki inisiatif untuk meminta data mengenai
pembatasan tertentu atas tanaman perkebunan. Setelah data diterima,
auditor harus memiliki keyakinan yang cukup bahwa data yang diberikan
adalah data yang benar. PT KLM merupakan klien yang sudah lama
dipegang oleh KAP MSSL. Oleh karena itu, klien selalu menyediakan
data yang dibutuhkan oleh auditor, bahkan ada data yang diberikan
91
Universitas Indonesia
sebelum diminta oleh auditor. Hal ini akan mempermudah proses audit
yang dilaksanakan.
• Reklasifikasi dari tanaman belum menghasilkan ke tanaman
menghasilkan
Pada saat tanaman telah siap menghasilkan, perusahaan harus melakukan
reklasifikasi atas seluruh biaya yang dicatat dalam tanaman belum
menghasilkan ke tanaman telah menghasilkan. Auditor harus memastikan
bahwa jumlah yang direklasifikasi benar-benar akurat. Cara yang
digunakan oleh KAP MSSL adalah memeriksa buku besar akun tanaman
belum menghasilkan, kemudian mencocokkan saldo saat tanggal
reklasifikasi dengan jumlah yang direklasifikasi. KAP MSSL
menemukan bahwa jumlah yang direklasifikasi oleh PT KLM telah
sesuai.
Prosedur audit atas tanaman perkebunan PT KLM telah dijalankan
dengan baik oleh KAP MSSL. Hal ini karena tanaman perkebunan merupakan
komoditas utama yang sangat penting dalam industri perkebunan yang dijalankan
oleh PT KLM. Setiap tujuan audit atas tanaman perkebunan PT KLM telah
tercapai.
92 Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penulis telah melaksanakan audit atas tanaman perkebunan PT KLM.
Penulis menarik kesimpulan dari tiga sisi, yaitu:
• Prosedur Akuntansi Tanaman Perkebunan PT KLM
PSAK yang khusus mengatur tanaman perkebunan belum dimiliki oleh
Indonesia. Kondisi ini tidak melumpuhkan prosedur akuntansi tanaman
perkebunan PT KLM. Perusahaan menggunakan standar akuntansi lain
yang berlaku di Indonesia, yaitu SE Bapepam No. SE-02/PM/2002
tentang Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan
Emiten atau Perusahaan Publik Industri Perkebunan. Prosedur akuntansi
tersebut telah dijalankan dengan baik.
• Prosedur Audit atas Penyajian dan Pengungkapan Tanaman Perkebunan
PT KLM
Prosedur audit atas penyajian dan pengungkapan tanaman perkebunan
PT KLM telah dijalankan dengan baik oleh auditor. Masing-masing
tujuan audit atas penyajian dan pengungkapan tanaman perkebunan
PT KLM telah tercapai. Hal ini dapat tercapai karena auditor mengikuti
Generally Accepted Auditing Standards (GAAS).
• Hasil Audit atas Penyajian dan Pengungkapan Tanaman Perkebunan
PT KLM
Hasil audit PT KLM menunjukkan opini wajar tanpa pengecualian. Hal
ini berarti tanaman perkebunan yang merupakan salah satu bagian yang
diaudit juga telah disajikan secara wajar dalam segala hal yang material,
serta sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
93
Universitas Indonesia
5.2 Saran
5.2.1 Saran untuk KAP MSSL
Penulis melaksanakan magang selama tiga bulan di KAP MSSL. Penulis
dilibatkan secara langsung dalam setiap proses audit. Berdasarkan pengalaman
tersebut, Penulis ingin menyampaikan beberapa saran untuk kemajuan
KAP MSSL.
KAP MSSL merupakan salah satu kantor akuntan publik yang baik bagi
peserta magang untuk menimba ilmu dan pengalaman. Sistem pembelajaran yang
diterapkan adalah prinsip “learning by doing”. Menurut Penulis, sistem tersebut
baik untuk meningkatkan inisiatif dan kemampuan auditor dalam memecahkan
suatu masalah, namun akan lebih baik apabila diadakan pelatihan bagi para
auditor baru. Hal ini dapat didasarkan pada fakta bahwa setiap auditor baru
memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Pelatihan ini akan menjadi bekal
yang sangat baik, apalagi untuk industri yang sifatnya khusus, seperti industri
perkebunan. Pelatihan dapat berupa pemberian pemahaman mengenai prosedur
akuntansi tanaman perkebunan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku dan
prosedur audit yang dijalankan untuk akun tanaman perkebunan. Pelatihan juga
dapat dilakukan kepada auditor lama. Misalnya, saat IAS No. 41 telah
diaplikasikan di Indonesia, auditor lama perlu diberi pelatihan agar benar-benar
mengerti seluk-beluk IAS No. 41.
KAP MSSL memiliki auditor yang berpengalaman dan ahli dalam
bidang audit, namun tingkat turnover auditor cukup tinggi. Oleh karena itu,
KAP MSSL perlu meningkatkan kerja sama magang dengan universitas-
universitas yang berkualitas, seperti Unversitas Indonesia. Melalui kerja sama ini,
KAP MSSL akan mendapatkan bibit-bibit auditor handal untuk memajukan
KAP MSSL.
5.2.2 Saran untuk PT KLM
PT KLM merupakan salah satu klien KAP MSSL yang menjadi objek
laporan magang ini. Selama pelaksanaan magang, Penulis berhubungan langsung
dengan staf akuntansi dan manager keuangan PT KLM. Penulis memiliki
beberapa saran bagi PT KLM yang terkait dengan prosedur akuntansi perkebunan.
94
Universitas Indonesia
PT KLM memiliki staf untuk masing-masing proyek, yaitu staf untuk
proyek nanas, staf untuk proyek kelapa sawit dan staf untuk proyek tebu.
PT KLM perlu memberikan pengetahuan yang mendalam kepada masing-masing
staf mengenai prosedur akuntansi untuk masing-masing tanaman perkebunan. Hal
ini dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan secara berkala.
PT KLM telah melakukan kontrol atas prosedur akuntansi yang
dijalankan. Kontrol tersebut berupa pemeriksaan laporan keuangan setiap bulan
oleh supervisor. Menurut Penulis, kontrol tersebut perlu ditingkatkan. Misalnya,
laporan keuangan bulanan diperiksa oleh supervisor, kemudian diperiksa lagi oleh
manager keuangan agar hasilnya lebih meyakinkan.
5.2.3 Saran untuk Program Vokasi Universitas Indonesia Bidang Studi
Akuntansi
Program Vokasi Universitas Indonesia Bidang Studi Akuntansi
merupakan tempat perkuliahan yang baik bagi para mahasiswa yang mau
mengembangkan kemampuan praktikal. Penulis menjalankan perkuliahan di
Program Vokasi Universitas Indonesia Bidang Studi Akuntansi selama tiga tahun.
Penulis mendapatkan banyak pengetahuan selama berkuliah. Penulis ingin
menyampaikan beberapa saran untuk kemajuan Program Vokasi Universitas
Indonesia Bidang Studi Akuntansi.
Tenaga praktisi membutuhkan bekal yang kuat untuk melaksanakan
praktek. Bekal yang dibutuhkan oleh tenaga praktisi bidang akuntansi adalah
pemahaman yang mendalam atas standar akuntansi yang berlaku di Indonesia.
Pemahaman tersebut sudah Penulis dapatkan selama menjalankan perkuliahan,
namun bahan perkuliahan hanya mencakup perlakuan akuntansi atas industri-
industri yang sifatnya umum. Menurut Penulis, mahasiswa juga perlu
mengeetahui standar akuntansi untuk industri-industri yang sifatnya spesifik,
misalnya industri perkebunan. Oleh karena itu, pelaksanaan kuliah umum
mengenai prosedur akuntansi untuk industri tertentu perlu diadakan secara
berkala.
Mahasiswa juga memerlukan staf pengajar dan sistem pengajaran yang
berkualitas. Penulis merasakan pengaruh yang sangat baik dari staf pengajar
95
Universitas Indonesia
berkualitas yang senantiasa membimbing Penulis dengan baik. Menurut Penulis,
setiap staf pengajar perlu mengikuti setiap perkembangan dalam bidang akuntansi
agar dapat meneruskan informasi perkembangan tersebut kepada mahasiswa.
Salah satu perkembangan yang ada adalah prosedur akuntansi dan prosedur audit
yang tidak lagi dijalankan secara manual. Perkembangan ini sebaiknya diikuti
oleh Program Vokasi Universitas Indonesia Bidang Studi Akuntansi melalui
pelaksanaan mata kuliah Laboratorium Akuntansi dan Laboratorium Audit
menggunakan komputer. Hal ini dapat membiasakan mahasiswa dengan dunia
kerja yang sesungguhnya.
Program Vokasi Universitas Indonesia Bidang Studi Akuntansi juga
memberikan bekal mengenai praktek kerja melalui pelaksanaan magang.
Pelaksanaan magang ini telah didukung oleh kerja sama dengan sejumlah KAP
dan perusahaan. Program kerja sama ini sebaiknya ditingkatkan dengan cara
menambah jumlah KAP dan perusahaan, serta melakukan seleksi yang cukup bagi
setiap KAP dan perusahaan. Selain itu, pihak Program Vokasi Universitas
Indonesia Bidang Studi Akuntansi juga perlu memantau pelaksanaan magang
tersebut.
Hasil akhir dari pelaksanaan magang adalah laporan magang. Penulisan
laporan magang membutuhkan keterampilan khusus dalam hal penggunaan EYD
(Ejaan Yang Disempurnakan), sistematika penulisan dan format penulisan. Oleh
karena itu, perlu diadakan kuliah umum mengenai penulisan laporan magang.
Penulis berharap setiap mahasiswa dapat menyelesaikan laporan magang dengan
baik setelah diberikan bekal yang cukup.
96
Universitas Indonesia
DAFTAR REFERENSI
Arens, Alvin A, Amir Abadi Jusuf, Mark S. Beasley, & Randal J. Elder. (2009). Auditing and Assurance Services An Integrated Approach An Indonesian Adaptation. Singapura : Prentice Hall.
Argiles, Joseph M, et al. (2009). Fair Value versus Historic Cost Valuation for Biological Assets: Implications for the Quality of Financial Information. Documents De Treball De La Facultat D’Economia I Empresa, 1-21.
Badan Pengawas Pasar Modal. (2002, Desember 27). Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri Perkebunan. Februari 25, 2012. http://www.bapepam.go.id/old/ragam/Lampiran13-Perkebunan.pdf
Elad, Charles & Kathleen Herbohn. (2011). Implementing Fair Value Accounting in the Agricultural Sector Executive Summary. The Scottish Accountancy Trust for Education and Research, v-x.
European Commission. (2009). International Accounting Standards 41 Agriculture. Februari 25, 2012. http://ec.europa.eu/internal_market/accounting/docs/consolidated/ias41_en.pdf.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2008). PSAK No. 14: Persediaan. Jakarta: Salemba Empat.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2009). PSAK No. 48: Penurunan Nilai Aset. Jakarta: Salemba Empat.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2010). PSAK No. 7: Pengungkapan Pihak-pihak Berelasi. Jakarta: Salemba Empat.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2011). PSAK No. 16: Aset Tetap. Jakarta: Salemba Empat.
Kieso, Donald E, Jerry J. Weygandt, & Terry D. Warfield. (2011). Intermediate Accounting, volume 1 (IFRS ed.). United States of America : John Wiley & Sons, Inc.
97
Universitas Indonesia
Martani, Dwi. (2010). Dampak Pencabutan PSAK: Akuntansi Kehutanan PSAK 32. Jurnal Economics Business and Accounting Review, 71-79.
Martani, Dwi. Slide Agriculture (IAS 41).Maret 4, 2012. http://www.iaiglobal.or.id/prinsip_akuntansi/seminar_ias41/2-Agriculture IAS 41- Dwi Martani.pdf
Mita, Aria Farah & Saur Maruli. (2010). Analisis Pendekatan Nilai Wajar dan Nilai Historis dalam Penilaian Aset Biologis pada Perusahaan Agrikultur: Tinjauan Kritis Rencana Adopsi IAS 41. Karya Ilmiah dipresentasikan pada Simposium Nasional Akuntansi XIII Purwokerto 2010, Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.
PricewaterhouseCoopers. (2009, November). A Practical Guide to Accounting for Agricultural Assets. April 10, 2012. http://pwcinform.pwc.com/inform2/content?action=resource&id=0000000585 03175.pdf
98
Universitas Indonesia
Lampiran 1: Checklist SE-02/PM/2002 Bagian Tanaman Perkebunan
No Keterangan Ada Tidak N/A Keterangan
2. Unsur-unsur Catatan Atas Laporan
Keuangan
d. Ikhtisar Kebijakan Akuntansi
2) Kebijakan akuntansi tertentu yang
diterapkan terhadap peristiwa dan
transaksi penting
Kebijakan akuntansi meliputi tetapi tidak
terbatas pada hal sebagai berikut :
c) Persediaan
Yang harus dijelaskan adalah:
(1) Pengakuan nilai persediaan, yaitu
berdasarkan biaya atau nilai realisasi bersih
secara agregat, mana yang lebih rendah,
(the lower of cost or net realizable value).
√ Catatan 2.h
Rumus biaya persediaan.
(2) Rumus yang digunakan apakah biaya
masuk pertama keluar pertama (MPKP atau
FIFO), rata-rata tertimbang (weighted
average cost method), masuk terakhir
keluar pertama (MTKP atau LIFO) atau
identifikasi khusus (specific identification)
√ Catatan 2.h
(3) Metode penyisihan untuk persediaan mati
atau hilang dan persediaan yang
perputarannya lambat (slow moving).
√ Catatan 2.h
(f) Tanaman Perkebunan
Yang harus dijelaskan adalah
(1) Dasar klasifikasi untuk jenis tanaman
sebagai persediaan, tanaman belum
menghasilkan, atau tanaman telah
menghasilkan.
√ Catatan 2.j
(2) Dasar penilaian dan pengukuran. √ Catatan 2.j
99
Universitas Indonesia
(“lanjutan”)
(3) Kebijakan akuntansi reklasifikasi tanaman
belum menghasilkan ke tanaman telah
menghasilkan.
√ Catatan 2.j
(4) Metode penyusutan dan masa manfaat
tanaman yang disusutkan. √ Catatan 2.j
(5) Kebijakan akuntansi biaya pinjaman. √ Catatan 2.j
e. Pengungkapan atas Pos-Pos Laporan
Keuangan dan Pengungkapan Lainnya
Bagian ini menjelaskan hal-hal yang
penting untuk diungkapkan pada tiap-tiap
pos, yang dapat mempengaruhi pembaca
dalam pengambilan keputusan, yang
disusun dengan memperhatikan urutan
penyajian Neraca, Laporan Laba Rugi,
Laporan
Perubahan Ekuitas, dan Laporan Arus Kas,
serta informasi tambahan. Pengungkapan
pos-pos laporan keuangan dan
pengungkapan lainnya sebagai berikut:
6) Persediaan
Yang harus diungkapkan antara lain:
a) Total jumlah tercatat dan nilai tercatat
menurut klasifikasi tertentu, seperti:
(1) Persediaan barang jadi √
(2) Persediaan dalam pertumbuhan √ Catatan 5
(3) Bahan baku dan pembantu √ Catatan 5
b) Jumlah penyesuaian atas penurunan nilai
persediaan;
√
c) Kondisi dan peristiwa penyebab terjadinya
pemulihan nilai persediaan yang
diturunkan;
√
d) Jumlah penyisihan atau penghapusan
persediaan mati atau usang;
√
100
Universitas Indonesia
(“lanjutan”)
e) Pendapat manajemen atas kecukupan
jumlah penyisihan atau penghapusan
persediaan yang mati atau usang;
√
f) Nilai tercatat persediaan yang dijaminkan
dan nama pihak yang menerima jaminan;
√
g) Nilai persediaan yang diasuransikan, nilai
pertanggungan asuransi, dan risiko yang
ditutup;
√ Catatan 5
h) Pendapat manajemen atas kecukupan
jumlah pertanggungan asuransi; √ Catatan 5
i) Nilai tercatat persediaan yang dijadikan
jaminan;
√
j) Dalam situasi depresiasi rupiah luar biasa:
jumlah selisih kurs yang dikapitalisasi,
biaya pengganti (replacement cost) dan
jumlah yang dapat
diperoleh kembali (recoverable amount);
√
k) Penjelasan mengenai kerugian persediaan
yang jumlahnya material atau sifatnya luar
biasa, seperti bencana alam;
√
l) Jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi
dan tingkat kapitalisasi yang dipergunakan,
untuk persediaan yang memenuhi kriteria
aktiva tertentu (qualifying asset).
√
14) Tanaman Perkebunan
Yang harus diungkapkan antara lain:
a) Untuk tanaman telah menghasilkan ;
(1) Rincian nilai tercatat dan akumulasi
penyusutan menurut jenis tanaman √ Catatan 7
(2) Rekonsiliasi nilai tercatat awal tahun dan
akhir tahun tanaman untuk setiap
kelompok selama paling tidak 2 tahun
terakhir.
√ Catatan 7
(3) Status tanah yang digunakan untuk
menanam. √ Catatan 18
101
Universitas Indonesia
(“lanjutan”)
(4) Nilai tanaman telah menghasilkan
berdasarkan area/lokasi penanaman
√
(5) Perbandingan saldo tanaman belum
menghasilkan selama paling tidak 2 tahun. √ Catatan 7
(6) Tanaman yang dijaminkan. √
b) Untuk tanaman belum menghasilkan ;
(1) Mutasi tanaman belum menghasilkan
sebagai berikut :
(a) Saldo awal. √ Catatan 7
(b) Tambahan tahun berjalan
i. Biaya langsung √ Catatan 7
ii. Jumlah kapitalisasi biaya pinjaman, dan
rugi kurs dalam hal terjadi depresiasi luar
biasa.
√
(c) Pengurangan tahun berjalan
i. Jumlah yang direklasifikasi ke tanaman
telah menghasilkan. √ Catatan 7
ii. Pengurangan lainnya. √
(d) Saldo akhir. √ Catatan 7
(2) Nilai tanaman dalam Perkebunan Inti
Rakyat / Perkebunan Inti Plasma yang
menjadi milik perusahaan (inti) dan
tanaman yang bukan milik perusahaan
(perkebunan rakyat/perkebunan plasma).
√
(3) Cadangan kerugian yang mungkin timbul
pada plasma.
√
102
Universitas Indonesia
Lampiran 2: Laporan Posisi Keuangan PT KLM per 31 Desember 2011 dan 2010
103
Universitas Indonesia
(“lanjutan”)
104
Universitas Indonesia
Lampiran 3: Laporan Laba Rugi Komprehensif PT KLM untuk Tahun-tahun yang
Berakhir 31 Desember 2011 dan 2010
105
Universitas Indonesia
Lampiran 4: Laporan Perubahan Ekuitas PT KLM untuk Tahun-tahun yang
Berakhir 31 Desember 2011 dan 2010
106
Universitas Indonesia
Lampiran 5: Laporan Arus Kas PT KLM untuk Tahun-tahun yang Berakhir
31 Desember 2011 dan 2010
top related