amobilisasi enzim lipase jamur tiram pada kalsium …lib.unnes.ac.id/26938/1/4311412041.pdf ·...
Post on 10-Mar-2019
248 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
AMOBILISASI ENZIM LIPASE JAMUR TIRAM
PADA KALSIUM ALGINAT SEBAGAI BIOKATALIS
DALAM SINTESIS LAURIL DIETANOLAMIDA
Skripsi
disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains program Studi Kimia
oleh
Khodikotul Masubah
4311412041
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
ii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa skripsi ini bebas plagiat, dan apabila di kemudian hari
terbukti terdapat plagiat dalam skripsi ini, maka saya bersedia menerima sanksi
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Semarang, 24 Mei 2016
Khodikotul Masubah
NIM. 4311412041
iii
PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul
Amobilisasi Enzim Lipase Jamur Tiram pada Kalsium Alginat sebagai
Biokatalis dalam Sintesis Lauril Dietanolamida
disusun oleh
Khodikotul Masubah
4311412041
telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA Unnes pada
tanggal 24 Mei 2016.
Panitia ;
Ketua Sekretaris
Prof. Dr Zaenuri, S.E, M. Si, Akt Dr. Nanik Wijayati, M. Si
196412231988031001 196910231996032002
Ketua Penguji
Harjono, S.Pd, M. Si
197711162005011001
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Supartono, M. Si Dr. Nanik Wijayati, M. S
195412281983031003 196910231996032002
iv
MOTTO
Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu, sesungguhnya Alloh bersama
orang-orang yang sabar (QS 2:133)
Tidak ada kemudahan kecuali apa yang engkau jadikan mudah. Sedangkan yang
susah bisa engkau jadikan mudah apabila engkau menghendakinya (HR. Ibnu
Hibban).
PERSEMBAHAN
Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Penyayang
Abah dan Ibu Tersayang
Kakak-kakakku dan Adikku Tersayang
Teman-teman seperjuangan Kimia Angkatan 2012
v
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan kasih dan
kemurahanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Amobilisasi Lipase Jamur Tiram pada Kalsium Alginat sebagai Biokatalis dalam
Sintesis Lauril Dietanolamida”. Selama menyususn skripsi ini, penulis telah
banyak menerima bantuan, kerjasama, dan sumbangan pemikiran dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan
terimakasih kepada :
1. Rektor Universitas Negeri Semarang (Unnes).
2. Dekan FMIPA Unnes.
3. Ketua Jurusan Kimia FMIPA Unnes.
4. Ketua Prodi Kimia FMIPA Unnes.
5. Prof. Dr Supartono, M. Si. Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Dr. Nanik Wijayati, M. Si. Pembimbing II yang telahmemberikan
petunjuk, arahan, dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
7. Harjono, S. Pd, M. Si, sebagai penguji yang telah memberikan saran dan
motivasi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Kimia yang telah memberikan bekal dalam
penyususnan skripsi ini.
9. Kepala Laboratorium Kimia FMIPA Unnes yang telah memberikan izin
penelitian.
10. Seluruh staf teknisi dan laboran atas bantuan yang diberikan selama
pelaksanaan penelitian.
11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi yang tidak
dapat penulis sebutkan satu per satu.
12. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak yang
membutuhkan.
Semarang, 24 Mei 2016
Penulis
vi
ABSTRAK
Masubah, K. 2016. Amobilisasi Enzim Lipase Jamur Tiram pada Kalsium Alginat
sebagai Biokatalis dalam Sintesis Lauril dietanolamida. Skripsi Jurusan Kimia
Fakultas MAtematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.
Pembimbing Utama Prof. Dr. Supartono, M. Si, dan Pembimbing Pendamping Dr.
Nanik wijayati, M. Si.
Kata Kunci : Entrapment, Ca Alginat, lipase, lauril dietanolamida
Lipase merupakan enzim dengan aplikasi bioteknologi yang sangat luas, seperti
hidrolisis dalam industri makanan, aplikasi pada industri oleokimia, sintesis
struktur trigliserida, polimer dan surfaktan. Lipase sebagai biokatalis memiliki
kelemahan diantaranya hanya dapat dipakai untuk satu kali reaksi. Imobilisasi
lipase perlu dilakukan agar dapat dipakai secara berulang. Pada penelitina ini,
lipase yang digunakan diisolasi dari jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus)
dengan aktivitas lipase 4,03 U/mg dan kadar protein 1,1234 mg/mL. Lipase
diamobilisasi menggunakan metode entrapment dalam matriks Ca-alginat.
Penelitian ini bertujuan mengetahui konsentrasi Na-alginat optimum dan stabilitas
lipase amobil terhadap penggunaan berulang dalam sintesis lauril dietanolamida.
Pada penelitian ini dilakukan variasi konsentrasi Na alginat (1 ; 2 ; 3; 4) % (b/v).
Kadar protein enzim dilakukan dengan reagen biuret dan aktivitas lipase
dilakukan dengan metode titrimetrik. Hasil penelitian menunjukan bahwa kondisi
optimum lipase amobil dicapai pada konsentrasi 3% dengan kadar protein terjebak
0,84 mg/mL dan aktivitas sebesar 3,33 U/mg. Selain itu, stabilitas lipase amobil
dalam sintesis lauril dietanolamida menunjukkan lipase amobil dapat digunakan
sebanyak tiga kali.
vii
ABSTRAC
Masubah, K. 2016. Immobilization of oyster mushroom on Calcium Alginate as a
biocatalyst in the synthesis of lauryl diethanolamide. Chemistry Departement
Mathematic and Science Faculty. Prof. Dr. Supartono, M. Si, Pembimbing
Pendamping Dr. Nanik wijayati, M. Si.
Keyword : Entrapment, Ca Alginate, lipase, lauryl diethanolamide
Lipase is an enzyme with large biotechnology applications, such as hydrolysis in
the food industry, applications in chemical industry, synthesis of triglyceride,
polymers and surfactants. Lipase as biocatalyst has the disadvantage of which can
only be used for one reaction. Immobilization of lipase is required to be used in
repetition. Lipase was isolated from Pleurotus ostreatus with activity 4.03 U/mg
and protein content 1.12 mg/mL. Lipase was immobilized by entrapment method
in a matrix of Ca-alginate. The study aimed to determine optimum concentration
of Na-alginate and stability of immobilized lipase in reuse cycle for synthesis
lauryl diethanolamide. In this research, Na-alginate concentretion (1; 2; 3; 4) %
(v/w). Protein content was determined by Biuret reagen and enzyme activity was
determined by titrimetric method. The result showed that the optimum condition
of immobilization lipase is achieved on 3% Na-alginate solution with protein
content 0,84 mg/mL and the activity is 3.33 U/mg. Furthermore, stability of
immobilized lipase for synthesis of lauryl diethanolamide showed that
immobilized lipase can be used for 3 cycles.
Keyword : entrapment, Ca-alginate, lipase, lauryl diethanolamide.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN iv
PRAKATA v
ABSTRAK vi
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN xi
BAB
1. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 5
1.3 Tujuan Penelitian 5
1.4 Manfaat Penelitian 5
2. TINJAUAN PUSTAKA 7
1.1 Jamur Tiram Putih 7
2.1 Enzim Lipase 9
2.2 Imobilisasi Enzim Lipase 11
2.3 Alginat 15
2.4 Surfaktan Alkanolamida 17
2.5 Dietanolamida 18
3. METODE PENELITIAN 20
3.1 Lokasi Penelitian 20
3.2 Variabel Penelitian 20
3.3 Alat dan Bahan 21
3.4 Prosedur Kerja 21
3.4.1 Preparasi Enzim Lipase 21
3.4.1.1 Isolasi Enzim Lipase 21
3.4.1.2 Imobilisasi Lipase 21
3.4.2 Sintesis Lauril Dietanolamida 22
3.4.3 Analisis 22
3.4.3.1 Uji Aktivitas Lipase 23
3.4.3.2 Analisis Kadar Protein 23
ix
3.4.3.3 Analisis Bilangan Ester 24
3.4.4 Karakterisasi Produk 24
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 25
4.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Standar 25
4.2 Penentuan Konsentrasi Na-alginat Optimum Lipase Amobil 27
4.3 Penentuan Penambahan Lipase Amobil Optimum dalam Sintesis Lauril
Dietanolamida 30
4.4 Stabilitas Lipase Amobil terhadap Penggunaan Berulang 31
4.5 Karakterisasi Produk Hasil Sintesis 33
5. PENUTUP 39
5.1 Kesimpulan 38
5.2 Saran 38
DAFTAR PUSTAKA 43
LAMPIRAN 44
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Murni 2
Tabel 2.1 Kandungan Gizi Jamur Tiram Segar Per 100 Gram 7
Tabel 4.1. Komposisi Larutan standar Protein 24
Tabel 4.2 Hasil Absorbansi dan Konsentrasi dari Lipase dan Lipase
Amobil 25
Tabel 4.3. Interpretasi spektrum IR dari asam Laurat, Dietanolamina,
dan Produk Hasil Sintesis 33
Tabel 4.4. Interpretasi Kromatogram HPLC hasil reaksi Amidasi 36
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) 7
Gambar 2.2 Klasifikasi Metode Imobilisasi Enzim 10
Gambar 2.3 Imobilisasi Lipase dengan Metode Entrapment 11
Gambar 2.4 Imobilisasi Enzim dengan Metode Carrier-Binding 12
Gambar 2.5 Imobilisasi Enzim Lipase dengan Metode Cross-Linking 13
Gambar 2.6 Struktur Guluronat dan Mannuronat pada Alginat 14
Gambar 2.7 Reaksi Amidasi Asam Laurat dengan Dietanolamina 17
Gambar 4.1 Kurva Kalibrasi Standar BSA 25
Gambar 4.2 Bead Lipase Amobil yang dihasilkan dari Konsentrasi
Na alginat a.1%, b. 2%, c. 3%, dan d. 4%. 27
Gambar 4.3 Hubungan antara Konsentrasi Na-alginat terhadap Kadar Protein
Terjebak 28
Gambar 4.4 Hubungan konsentrasi Na Alginat % (v/v) dengan aktivitas
Lipase (U/mL)(max= 540 nm) 28
Gambar 4.5. Hubungan variasi konsentrasi Lipase Amobil %
(b/b asam laurat) dengan bilangan ester 29
Gambar 4.6. Hubungan Reusability (Penggunaan Berulang Entrapped Lipase
terhadap Aktivitas Entrapped lipase 30
Gambar 4.7. Spektra IR a. dietanolamina, b. Asam Laurat, dan
c. Produk Sintesis 33
Gambar 4.8 Spektra IR palmitin dietanolamida (Hendra et al., 2013) 34
Gambar 4.9 Kromatogram HPLC Hasil Reaksi Amidasi 35
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Diagram Alir 44
Lampiran 2. Analisis Data 47
Lampiran 3. Hasil Analisis FTIR 53
Lampiran 3. Hasil Analisis HPLC 61
Lampiran 4. Foto Penelitian 63
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Permintaan surfaktan yang melebihi kapasitas produksi menyebabkan
Indonesia harus mengimpor surfaktan dengan jumlah yang cukup besar. Sebagian
besar surfaktan yang diproduksi masih menggunakan minyak bumi sebagai bahan
baku, sementara cadangan minyak bumi terus menipis dan tidak dapat diperbarui.
Hal ini sangat berpotensi menimbulkan krisis energi pada skala global di masa
yang akan datang. Permasalahan lain yang juga harus dihadapi adalah surfaktan
ini tidak ramah lingkungan (Arbianti et al., 2008).
Surfaktan banyak digunakan pada berbagai industri detergen, pelembut,
cat , tinta, bahan pengemulsi (emulsifier), insektisida dan lain-lain. Di Indonesia,
kebutuhan surfaktan sekitar 95 ribu ton pertahun, sedangkan kapasitas produksi
dalam negeri hanya 55 ribu ton pertahun, sehingga ada kekurangan sebesar 45
ribu ton yang harus diimpor (LIPI, 2008). Data dari Badan Pusat Statistik (BPS)
menyebutkan bahwa pada tahun 2013, impor surfaktan di Indonesia mencapai
54.624.484 Kg atau setara dengan US$ 161.480.272,-. Melihat kegunaan
surfaktan yang sangat luas dan konsumsi dalam negeri yang besar tersebut
menjadi pendorong berkembangnya industri pembuatan surfaktan di Indonesia.
Salah satu faktor pendorong berkembangnya industri surfaktan adalah
keberadaan bahan baku. Secara umum sintesis surfaktan menggunakan bahan
baku yang renewable maupun non renewable. Hendra et al. (2013 : 55-63)
menyatakan bahwa surfaktan pada umumnya disintesis dari turunan minyak bumi,
2
seperti linier alkil benzen sulfonat (LAS) dan alkil sulfonat (AS). Namun
surfaktan ini dapat menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan karena setelah
digunakan akan menjadi limbah yang sukar terdegradasi dan tidak dapat
diperbarui (non renewable). Pada saat ini dengan terbatasnya bahan baku non
renewable, maka perlu dilakukan berbagai usaha untuk menggantikan bahan baku
non renewable.
Potensi Indonesia sebagai produsen surfaktan yang disintesa dari asam
lemak minyak kelapa sangat besar, mengingat produksi minyak kelapa Indonesia
yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Kandungan asam laurat yang
tinggi pada minyak kelapa murni berpotensi untuk dibuat surfaktan.
Tabel 1.1 Komposisi Asam Lemak Minyak
Kelapa Murni
Asam lemak Jumlah (%)
Asam kaproat 0,20
Asam kaprilat 6,10
Asam kaprat 8,60
Asam laurat 50,50
Asam miristat 16,18
Asam palmitat 7,50
Asam stearat 1,50
Asam arachnidat 0,02
Asam palmitoelat 0,20
Asam oleat 6,50
Asam linoleat 2,70
Sumber : Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2005)
Surface active agent (surfaktan) merupakan bahan aktif permukaan yang
mempunyai peranan penting sebagai emulsifier (industri kosmetik, industri
makanan, dan industri minuman), pelarut obat (industri farmasi), penyempurna
dalam penyebaran warna kain (industri tekstil) dan pelunak kulit (Anah dan
3
Mahfud, 2011). Surfaktan dengan bahan baku alami (oleokimia) memiliki
beberapa keunggulan yaitu mudah didegradasi, biaya produksi lebih rendah,
kebutuhan energi lebih rendah, bebas dari hidrokarbon aromatik, dan bebas
kontaminan (Arbianti et al., 2008).
Lauril dietanolamida merupakan surfaktan non ionik turunan dari
alkanolamida. Surfaktan ini diperoleh dari amidasi enzimatik asam laurat dan
dietanolamina. Menurut Masyitah (2008) surfaktan dietanolamida bersifat lebih
efektif baik sebagai penstabil busa, pengental dan boster busa. Pemanfaatan
dietanolamida dapat ditemukan pada pembuatan deterjen, agen emulsifier, dan
kosmetika.
Asam laurat dipilih sebagai sumber asam lemak karena amida dari asam
laurat banyak digunakan pada berbagai produk kosmetka dan obat-obatan
(Sharma et al., 2005). Asam laurat banyak terdapat dalam minyak inti sawit, yang
dihasilkan sebagai hasil samping pengolahan minyak sawit serta terdapat dalam
jumlah besar dan berkesinambungan di Indonesia.
Saat ini, Penggunaan enzim sebagai biokatalis telah memegang peranan
yang sangat penting pada industri kimia dan farmasi (Lee et al., 2009). Yang XM
et al. (2010 : 167-173) menyatakan bahwa lipase (EC 3.1.1.3) merupakan enzim
dengan aplikasi bioteknologi yang sangat luas, seperti hidrolisis pada lemak susu
dalam industri makanan, aplikasi pada industri oleokimia, pada sintesis struktur
trigliserida dan pada sintesis polimer dan surfaktan. Menurut Bjorkling (dalam
Marini, 2011) dari sudut pandang industri, Jamur merupakan sumber enzim yang
menarik dalam bioteknologi karena ketersediaan dan stabilitasnya yang tinggi.
4
Namun, penggunaan lipase sebagai biokatalis mempunyai beberapa kelemahan,
diantaranya adalah hanya dapat dipakai untuk satu kali reaksi. Salah satu cara
untuk mengatasi kelemahan ini adalah dengan menerapkan teknik imobilisasi
pada enzim yang akan digunakan. Imobilisasi enzim bertujuan untuk
meningkatkan stabilitas dan produktivitas enzim tersebut sehingga lipase dapat
digunakan kembali (Cao, 2005).
Metode imobilisasi enzim secara entrapment dalam kalsium alginat adalah
salah satu metode penting dalam imobilisasi. Salah satu alginat yang tersedia
secara komersial adalah natrium alginat yang sudah digunakan lebih dari 65 tahun
dalam industri makanan dan farmasi sebagai pelapis, pengemulsi dan agen
pembentuk film. Menurut Fraser, J. E. And G. F. Bickerstaff (dalam Anwar,
2009), entrapment menggunakan gel kalsium alginat yang tidak larut dikenal
cepat, tidak beracun, murah, dan metode serbaguna dari imobilisasi suatu enzim.
Berdasarkan latar belakang, sintesis surfaktan dari bahan yang terbarukan
dan ramah lingkungan sangat penting karena untuk meminimalisir dampak
pencemaran lingkungan. Surfaktan Lauril dietanolamida merupakan salah satu
surfaktan berbahan alami yang mudah terdegradasi dan bebas kontaminan. Enzim
lipase merupakan biokatalis ramah lingkungan yang mengkatalis sintesis
surfaktan. Namun, dalam penggunaannya enzim lipase memiliki kelemahan. Oleh
karena itu, peneliti mengangkat judul “Amobilisasi Enzim Lipase Jamur Tiram
pada Kalsium Alginat sebagai Biokatalis dalam Sintesis Lauril Dietanolamida”.
5
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa
permasalahan yaitu :
1. Bagaimanakah aktivitas lipase dan lipase amobil jamur tiram pada kalsium
alginat?
2. Berapa konsentrasi (%) optimal lipase amobil jamur tiram dalam sintesis
Lauril dietanolamida?
3. Bagaimana stabilitas lipase amobil terhadap penggunaan berulang dalam
sintesis lauril dietanolamida?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini antara lain:
1. Mengetahui aktivitas lipase dan lipase amobil jamur tiram pada kalsium
alginat
2. Mengetahui konsentrasi (%) optimal lipase amobil dari jamur tiram dalam
sintesis Lauril dietanolamida?
3. Mengetahui stabilitas lipase amobil terhadap penggunaan berulang dalam
sintesis lauril dietanolamida.
1.4 Manfaat Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan dapat :
1. Memberikan pengetahuan tentang aktivitas lipase dan lipase amobil pada
kalsium alginat.
2. Memberikan pengetahuan tentang konsentrasi (%) optimal entrapped
lipase dalam sintesis Lauril dietanolamida.
3. Memberikan pengetahuan tentang stabilitas lipase amobil terhadap
penggunaan berulang.
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jamur Tiram Putih
Jamur tiram atau dalam bahasa latin disebut Pleurotus sp merupakan salah
satu jamur konsumsi yang bernilai tinggi. Beberapa jenis jamur tiram yang biasa
dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia yaitu jamur tiram putih (Pleurotus
osteorus), jamur tiram merah muda (Pleurotus flabellatus), jamur tiram abu-abu
(Pleurotus sajor caju), dan jamur tiram abalone (Pleurotus cystidiosus) (Susilawati
dan Raharjo, 2010).
Ditinjau dari segi morfologisnya, tubuh jamur tiram terdidi dari tudung
(pileus) dan tangkai (stipe). Pileus berbentuk mirip cangkang telinga dengan
ukuran diameter 5-15 cm dan permukaan bagian bawah berlapis-lapis seperti
ingsang berwarna putih dan lunak yang berisi basidiospora. Bentuk pelekatan
lamella ini adalah memanjang sampai ke tangkai atau disebut dicdirent.
Sedangkan tangkainya dapat pendek atau panjang (2-6 cm) tergantung pada
kondisi lingkungan dan iklim yang mempengaruhi pertumbuhannya. Tangkai ini
yang menyangga tudung agak lateral (dibagian tepi) atau eksentris (agak ke
tengah) (Alexopoulus, C. J., dan C. J., Mims., 1979).
Jamur tiram dapat menghasilkan enzim hidrolisis dan oksidasi (Widiastuti
dan Panji, 2008). Lipase diklasifikasikan sebagai enzim hidrolase yang
menghidrolisis trigliserida menjadi asam lemak bebas, gliserida (monogliserida),
digliserida dan gliserol. Uji aktivitas katalis lipase jamur tiram pada reaksi
transesterifikasi etil p-metoksisinamat hasil isolasi rimpang kencur dengan
7
vitamin C telah dilakukan oleh Alchaddad (2010) diperoleh aktivitas lipase jamur
tiram sebesar 1,78 U/mL.
Tabel 2.1 Kandungan Gizi Jamur Tiram
Segar Per 100 Gram
Kandungan Gram
Protein 13,8
Serat 3,5
Lemak 1,41
Abu 3,6
Karbohidrat 61,7
Kalori 0,41
Kalsium 32,9
Zat besi 4,1
Fosfor 0,31
Vitamin B1 0,12
Vitamin B2 0,64
Vitamin C 5
Niacin 7,8
Sumber : FAO 1992
Gambar 2.1 Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus)
(Susilawati dan Budi K., 2010)
Taksonomi jamur tiram putih adalah sebagai berikut (Alexxopoulus, C. J.,
dan C. J., Mims., 1979)
Kingdom : Fungi
Divisi : Basidiomycota
8
Kelas : Hymenomycetes
Ordo : Agaricales
Familia : Agaricaceae
Genus : Pleurotus
Spesies : Pleurotus ostreatus
2.2 Enzim Lipase
Hampir 2000 jenis enzim telah diketahui dan diklasifikasikan berdasarkan
jenis reaksi yang dikatalisis. Salah satu jenis enzim yang memiliki sifat sebagai
katalis pada reaksi amidasi adalah lipase.
Lipase (EC 3.1.1.3; triasil gliserol hidrolase) merupakan enzim yang
berperan penting dalam reaksi hidrolisis triasilgliserol menghasilkan asam lemak
dan gliserol. Lipase cenderung bersifat polar, sedangkan substratnya,
triasilgliserol, berupa senyawa nonpolar, sehingga lipase bekerja pada bagian
antar muka (interface) fasa air dan fasa minyak (Yapasan, 2008).
Lipase mampu mengkatalisis berbagai reaksi diantaranya reaksi hidrolisis,
esterifikasi, transesterifikasi (asidolisis, interesterifikasi, alkoholisis), dan
aminolisis (Ozturk, 2001). Lipase akan bertindak sebagai enzim yang
mengkatalisis reaksi hidrolisis apabila berada dalam medium dengan kandungan
air yang tinggi atau dengan kata lain medium yang digunakan adalah air (aqueous
medium). Namun, dalam kondisi terdapat pelarut organik dan kandungan air yang
sedikit lipase cenderung bekerja dalam reaksi esterifikasi, transesterifikasi
(asidolisis, interesterifikasi, alkoholisis), daripada reaksi hidrolisis (Adamopoulus,
9
2006). Menurut Ozturk (2001) Reaksi yang dapat dikatalisis oleh lipase adalah
sebagai berikut :
1. Hidrolisis
R1COOR2 + H2O R1COOH +R2OH
2. Sintesis Ester
R1COOH + R2OH R1COOR2 +H2O
3. Asidolisis
R1COOR2 + R3COOH R3COOR2 +R1COOH
4. Interesterifikasi
R1COOR2 + R3COOR4 R3COOR2 +R1COOR4
5. Alkoholisis
R1COOR2 + R3OH R1COOR2 +R2OH
6. Aminolisis
R1COOR2 + R3NH2 R1CONHR3 +R2OH
2.3 Imobilisasi Enzim Lipase
Pemilihan metode imobilisasi berdasarkan pada spesifikasi proses yang
berlangsung untuk katalis, termasuk parameter secara keseluruhan dari aktivitas
enzim, efektifitas pengugunaan lipase, deaktifasi dan sifat regenarasi, biaya
prosedur imobilisasi, tingkat berbahaya reagen imobilisasi, dan sifat akhir dari
imobilisasi. Metode kimia memiliki sifat pembentukan formasi dengan ikatan
kovalen antara lipase support, sementara metode fisik bersifat ikatan yang lemah
antara enzim dan support. Metode untuk mengimobilisasi terbagi menjadi tiga
10
klasifikasi yaitu, carrier binding, entrapment dan cross linking. Pembagian
terdapat pada Gambar 2. 2.
Gambar 2.2 Klasifikasi Metode Imobilisasi Enzim
(Sheldon dan Pelt, 2013)
2.3.1 Entrapment (Penjebakan)
Metode entrapment membentuk enzim menjadi molekul-molekul kecil gel
semipermeable gel atau memasukan enzim dalam membran semipermeabel.
Metode entrapment berdasarkan pada penempatan enzim didalam kisi-kisi matriks
polimer atau membran dengan tujuan mempertahankan protein saat terjadi
penetrasi substrat. Metode ini berbeda dengan metode ikatan kovalen dan
crosslinking dimana enzim tidak terikat dalam matriks gel atau membran. Metode
ini berlangsung pada kondisi keras. Pemilihan kondisi yang sesuai untuk
imobilisasi merupakan bagian paling penting.
11
Gambar 2.3 Imobilisasi Lipase dengan Metode Entrapment
(Nunes dan Louis, 2006)
Entrapment dapat dibagi menjadi dua yaitu menempatkan enzim dalam kisi-
kisi dan pembentukan mikrokapsul.
1. Entrapment dengan menempatkan kisi melibatkan ruang kosong dari
polimer tidak larut. Sintesis polimer seperti poliacrilamida,
polivinilalkohol, dan lainnya atau polimer alami dapat digunakan untuk
imobilisasi teknik ini.
2. Entrapment dengan mikrokapsulasi, memasukan enzim ke dalam polimer
semipermeabel membran. Metode ini belum banyak dikembangkan untuk
teknik imobilisasi. Mikrokapsulasi membentuk sel tiruan dengan batasan
membran. Molekul besar seperti enzim yang tidak dapat terdifusi melalui
membran sintetik tetapi substrat dan produk dapat melalui membran
tersebut. Preparasi enzim untuk mikrokapsul membutuhkan kondisi
ekstrim yang terkendali dan prosedur untuk mikrokapsul pengeringan
cairan (liquid drying), phase separasi, dan metode intefasial polimerisasi
(Ozturk, 2001).
12
Keuntungan dari imobilisasi teknik ini tidak memerlukan interaksi kimia
antara enzim dengan polimer dan denaturasi dapat terhindar. Fenomena transfer
massa disekitar membran menjadi permasalahan. Transfer massa terjadi dengan
terjadinya difusi yang melalui membran dimana substrat dan produk biasanya
menjadi pembatas. Entrapment enzim lebih baik menggunakan substrat yang
berukuran kecil untuk dapat melalui membran dan mencapai sisi aktif biokatalis.
2.3.2 Carrier-Binding
Metode ini merupakan metode tertua untuk enzim, metode ini mengikat
enzim kepada support yang tidak larut dalam air. Pada metode ini, jumlah enzim
yang terikat pada support dan aktifitas setelah imobilisasi tergantung pada sifat
alami support. Gambar 2.4 merupakan ilustrasi yang menggambarkan ikatan yang
terjadi pada enzim dengan support (pendukung) pada metode ini (Ozturk, 2001).
Kelebihan imobilisasi enzim dengan tehnik ini yaitu enzim dapat dengan mudah
berhubungan dengan substrat karena lokalisasi enzim pada support. Namun biaya
yang diperlukan cukup tinggi sebgai support yang baik dan mahal (misalnya
Eupergit C dan Agaroses. Selain itu enzim juga dapat kehilangan aktivitas,
misalnya karena ketidakcocokan enzim pada carrier seperti keterlibatan pusat
aktif dalam ikatan (Elnashar, 2009).
Gambar 2.4 Imobilisasi Enzim dengan Metode Carrier-Binding
(Ozturk, 2001)
13
2.3.3 Cross-Linking
Metode ini dapat didefinisikan sebagai intermolekul cross-linking enzim
dalam bentuk fungsional atau multifungsional reagen dan berbasiskan pada ikatan
kimia, sama seperti pada ikatan kovalen tetapi support padat tidak dibutuhkan.
Imobilisasi terbentuk dengan formasi intermolekul cross link antara molekul
enzim dengan dua atau multi reagen. Reagen yang paling umum digunakan adalah
glutaraldehida. Reaksi cross linking berlangsung pada kondisi keras yang
mengakibatkan perubahan struktur dari sisi aktif enzim sehingga mengurangi
aktifitas enzim.
Gambar 2.5 Imobilisasi Enzim Lipase dengan Metode Cross-Linking
(Hartoto, 2006)
2.4 Alginat
Alginat adalah polimer linier dengan struktur -D-mannuronicacid (M)
(Asam manuronat) dan -L-guluronicacid (G) (asam guluronat) (Pandurangan, et
al., 2012). Monomer alginat tersusun dalam tiga jenis pengelompokan yaitu
kelompok residu manuronat dan guluronat yang berseling (MGMGM…), asam
guluronat (GGGGG…) dan asam manuronat (MMMM…) (Jayanudin, et al.,
2014).
14
Gambar 2.6 Struktur Guluronat dan Mannuronat pada alginat
(Jayanudin, et al., 2014)
Berat molekul alginat adalah 32-200 kDa, berhubungan erat dengan
derajat 3,4-4,4. Alginat bersifat larut air dalam bentuk garam alkali, magnesium,
ammonia atau amin (Belitz dan Grosch, 2004).
Alginat banyak digunakan sebagai bahan pada proses imobilisasi enzim
atau sel serta pembentukan bahan biocompatible (Yabur et al., 2007). Menurut
Kosman (2011) menyatakan bahwa alginat merupakan salah satu senyawa yang
banyak terkandung dalam jenis alga coklat (Phaeophyta) yang memiliki
kemampuan untuk membentuk gel dan memiliki gugus karboksilat yang dapat
terionisasi menjadi ion negatif dan bereaksi dengan ion-ion kalsium.
Alginat tidak stabil terhadap panas, oksigen, ion logam, dan sebagainya.
dalam keadaan demikia, alginat akan mengalami degradasi. Selama penyimpanan,
alginat cepat mengalami degradasi dengan adanya oksigen, terutama dengan
naiknya kelembaban udara. Alginat dengan viskositas tinggi lebih cepat
terdegradasi dibandingkan alginat dengan viskositas sedang atau rendah. Urutan
stabilitas alginat selama penyimpanan adalah : Natrium alginat > ammonium
alginat > asam alginat (Sembiring, 2010).
15
Kekakuan struktur gel alginat akan bertambah secara umum seiring
dengan afinitasnya terhadap ion berdasarkan urutan sebagai berikut,
Mn>Co>Zn>Cd>Ni>Cu>Pb>Ca>Sr>Ba. Tidak semua ion-ion ini dapat
digunakan untuk imobilisasi sel. Ion Ca2+
adalah ion yang paling umum
digunakan untuk tujuan immobilisasi sel. Ion Ca2+
adalah ion yang paling umum
digunakan untuk tujuan immobilisasi sel karena toksisitasnya paling rendah
(Betha, 2009).
Metode imobilisasi lipase dapat menggunakan metode penjebakan dengan
matriks berupa Ca-alginat. Kelebihan metode penjebakan ini yaitu struktur enzim
pada sisi aktifnya tidak mengalami perubahan (Gulay, 2009). Keuntungan
menggunakan Ca-alginat yaitu dapat membentuk gel yang kokoh, tidak beracun,
murah serta metode yang dapat digunakan untuk imobilisasi sel (Anwar et al.,
2009). Keefektifan metode imobilisasi dipengaruhi oleh kerapatan pori dari Na-
alginat. Dengan semakin tinggi konsentrasi dari Na-alginat maka porositas gel
akan semakin rendah sehingga enzim akan tertahan di dalam gel (Resminingsih,
2005). Tingkat porositas dari metode imobilisasi enzim juga dipengaruhi oleh ion
logam perangkap dan konsetrasi enzim itu sendiri.
2.5 Surfaktan Alkanolamida
Amida asam lemak pada industri oleokimia dapat dibuat dengan
mereaksikan amina dengan trigliserida, asam lemak atau metil ester asam lemak
(Masyitah, 2010). Amida dapat bereaksi dengan asam dan reaksi ini tidak
membentuk garam karena amida merupakan basa yang sangat lemah. Selain itu
senyawa amida merupakan nukleofilik yang lemah dan bereaksi sangat lambat
16
dengan alkil halida. Senyawa amina yang digunakan dalam reaksi amida sangat
bervariasi seperti etanolamina dan dietanolamina, yang dibuat dengan
mereaksikan ammonia dengan etilen oksida.
Alkanolamida merupakan kelompok surfaktan non ionik yang
berkembang dengan pesat. Disamping itu alkanolamida dapat dipergunakan pada
rentang pH yang luas, biodegrable, lembut dan bersifat non iritasi dan surfaktan
alkanolamida juga sangat kompatibel dengan jenis surfaktan lainnya
(Oppusunggu et al., 2015).
2.6 Dietanolamida
Dietanolamida merupakan salah satu surfaktan alkanolamida yang paling
penting. Dietanolamida berfungsi sebagai bahan penstabil dan pengembang busa.
Hal ini disebabkan karena adanya kotoran berminyak seperti sebum menyebabkan
stabilitas busa sabun cair atau sampo akan berkurang secara drastic. Untuk
mengatasi masalah tersebut, diperlukan penstabil busa yang lebih banyak, pekat
sabun menjadi lembut. Pemakaian dietanolamida pada formula shampoo dapat
mencegah terjadinya proses penghilangan lemak yang berlebihan pada rambut dan
produk yang dihasilkan tidak menyebabkan rasa pedih di mata, sehingga cocok
untuk digunakan sebagai produk sabun dan sampo bayi (Holmberg, 2001).
Sintesis dietanolamida menggunakan bahan baku dietanolamina dan asam
laurat. Dietanolamina adalah senyawa yang terdiri dari gugus hidroksil pada
molekulnya. Gambar 2.7 berikut ini adalah reaksi sintesis Lauroil dietanolamida
dari dietanolamina dan asam laurat.
17
Gambar 2.7 Reaksi amidasi Asam Laurat dengan Dietanolamina
(Masyitah, 2008)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Masyitah et al. (2008),
amidasi enzimatik pada sintesis lauroil dietanolamida menggunakan lipase
Novozym 435 (Lipase Candida antartica teramobilisasi pada resin acrylic)
diperoleh waktu optimum reaksi 24 jam pada rentang konsentrasi lipase sebesar
10% - 11% (b/b asam laurat), rasio mol dietanolamin : asam laurat 2:1 dan
temperatur reaksi 55C. Reaksi pada kondisi optimum tersebut menghasilkan
konversi asam lemak 73 %. Selain itu, optimasi reaksi amidasi enzimatis
dietanolamida menggunakan Rhizomucor meihei juga dilakukan oleh Kurniasih
dan Herawan (2013), hasil penelitian memberikan respons optimal pada
konsentrasi Rhizomucor meihei 10 % (b/b), rasio mol dietanolamna terhadap asam
lemak (10:1) dan temperatur 50C dengan konversi 80,83%.
Sebagian besar sintesis surfaktan alkanolamida dilakukan dengan
menggunakan katalis lipase mulai dari Candida antartica, Novozym 435,
Rhizomucor miehei, hingga latex dari Carica papaya. Namun harga lipase yang
18
ada sangat tinggi , oleh karena itu dilakukan imobilisasi lipase dari sumber lain
agar dapat digunakan secara berulang-ulang (reuse) tanpa mengurangi tingkat
aktivitasnya sehingga biaya produksi alkanolamida dapat berkurang. Oleh karena
itu, pada penelitian ini akan dilakukan imobilisasi lipase yang bersumber dari dari
jamur tiram menggunakan metode entrapment dalam sintesis lauril dietanolamida.
37
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Aktivitas lipase yang diperoleh dari hasil penelitian adalah 4,03 U/mg dan
aktivitas entrapped lipase dengan konsentrasi Na alginat 1%, 2%, 3%, dan
4% (v/v) berturut-turut adalah 1,64 U/mg, 2,22 U/mg, 3,33 U/mg, dan
2,18 U/mg.
2. Kondisi optimum entrapped lipase pada Ca alginat diperoleh pada
konsentrasi Na alginat 3% (v/v) dengan aktivitas spesifik sebesar 3,33
U/mg.
3. Stabilitas entrapped lipase terhadap penggunaan berulang dapat digunakan
sebanyak tiga kali dalam sintesis lauril dietanolamida.
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan optimasi entrapped lipase dengan variasi yang lebih
beragam seperti variasi konsentrasi CaCl2, variasi waktu perendaman
entrapped lipase dan variasi ion divalent.
2. Memperbaiki proses imobilisasi sehingga menghasilakn enzim lipase
dengan aktivitas yang tinggi dan tidak mudah rusak.
3. Pada proses sintesis Lauril dietanolamida perlu diperhatikan pemilihan
bahan baku yang memiliki kemurnian tinggi, mudah diperoleh dan bersifat
ekonomis sehingga dapat menghasilkan produk yang bagus.
38
DAFTAR PUSTAKA
Adamopoulos, Lambrini. 2006. Understanding the Formation of Sugar Fatty Acid
Esters. United State : Faculty of North Carolina State University.
Alchaddad, M., Kusoro Siadi dan Supartono. 2015. Transesterifikasi Etil P-
Metoksisinamat Hasil Isolasi Rimpang Kencur dengan Vitamin C
Terkatalis Lipase. Indonesian Journal of Chemical Science, 4 (2) : 2252-
6951.
Alexopoulus, C. J., and C. J., Mims. 1979. Introductory Mycology. 3rd
edition.
Newyork : John Willey and Sons.
Anwar A., Shah Ali U. Q., Samina I., dan Abid A. 2009. Calcium Alginate :
Support Material for Immobilization of Proteases from Newly Isolated
Strain of Bacilus subtilis KIBGE-HAS. World Applied Science Journal, 7
(10) : 1281-1286.
Arbianti, R., Utami, T. S., Hermansyah, H., dan Andani, D., 2008. Pengaruh
Kondisi Reaksi Hidrogenasi Metil Laurat terhadap Aktivitas dari
Surfaktan Berbahan baku Minyak Kelapa, repository.ui.ac.id/
dokumen/lihat/1816. pdf , 24 September 2015 .
Anah L dan Mahpud. 2011. Kinetika Reaksi Esterifikasi Asam Oleat dan Sorbitol
Dengan Katalis Asam p-Toluen Sulfonat. Bandung : Pusat Penelitian
Kimia LIPI.
Belitz, H. D and Grosch, W. 2004. Food Chemistry. Second Edition. Springer. P.
284-286.
Betha, Ofa Suzanti. 2009. Amobilisasi Sel Lactobacilus Acidophilus FNCC116
dan Bacilus licheciformis F114 untuk Demineralisasi dan Deprotonasi
Limbah Udang dalam Pengolahan Kitin. Depok : Farmasi FMIPA UI.
Cao, L. 2005. Carrier-Bounded Immobilization Enzymes. Weinherm, Jerman :
WILEY-VCH Verlag GmbH & Co. KgaA.
Daniel, Kaban J., dan Linasari, V. 2008. Interaksi Kalsium Alginat dengan
Etanolamin dalam Pembuatan Membran. Jurnal Kimia Mulawarman, 5 (2)
: 1693-5616.
Elnashar, Magdy M.M. 2009. The art of Immobilization using Biopolymers,
Biomaterials and Nanobiotechnology. Journal of Application Polymer and
Science, 17 : 114.
Erviana, Wienda, Ersanggono K., dan Supartono. 2014. Sintesis Ester-C melalui
reaksi Esterifikasi dengan Katalis Enzim Lipase. Indonesian Journal of
Science, 3 (3) : 2252-6951
39
Fernandez-Perez, M dan Otero, C. 2003. Selective enzymatic synthesis of amide
surfactants from diethanolamine. Enzyme and Microbial Technology, (33)
: 650-660.
Gaber, Y., Akerman, C. O., and Hatti-kaul, R. 2014. Environmentally evaluated
HPLC-ELSD method to monitor enzymatic synthesis of a non-ionic
surfactant. Chemistry Central Journal, 8 (1) : 33.
Gulay S. 2009. Immobilization of Thermophilic Recombinant Esterase Enzyme
by Entrapment in Coated Ca-Alginate Beads, Thesis, Izmir Institute of
Technology, Izmir.
Hartoto, L. 2008. Immobilisasi Enzim Program Studi TIP Institut Pertanian
Bogor. Bogor : IPB.
Hendra, Rahman, dan Nurhaeni. 2013. Sintesis Biosurfakatan Palmitin
Etanolamida menggunakan Lipase Getah Pepaya. Online Journal of
Natural Science, 2 (3) : 55-63.
Holmberg, K. 2001. Natural Surfactans, Colloid and Interface Science, 6 : 148-
159.
Jayanudin, Ayu Zakiyah Lestari, dan Feni N. 2014. Pengaruh Suhu dan Rasio
Pelarut Ekstraksi terhadap Rndemen dan Viskositas Natrium Alginat dari
Rumput Laut Coklat (Sargassum sp). Jurnal Integrasi Proses, 5 (1) : 51-
55.
Kaban, J., H. Bangun, Meriaty, dan H. R. Brahmana. 2005. Pembuatan Serta
Karakteristik Membran Haemodialisis melalui Reaksi antara ALginat
dengan Kalsium Klorida dan Magnesium Klorida. Jurnal Komunikasi
Penelitian, 17 (15) : 89-97.
Kavardi, S. S. S., Alemzadeh, dan Kazemi. 2012. Optimation of Lipase
Immobilization. IJE transaction, 25 (1):1-9.
Kosman R., 2011. Pemurnian Natrium alginat dari Sargassum duplicatum j. G.
Agardh, Turbinaria decurrens (bory) dan Turbinaria ornata (turner) j.
Agardh Asal Perairan Ternate, Maluku Utara. Majalah Farmasi dan
Farmakologi. 15 : 30-34.
Kurniasih, E. dan Herawan, T. 2013. Optimasi Reaksi Amidasi Enzimatis
Dietanolamida menggunakan Rizomuchor meihei. Prosiding SNYube.
Marini, A., Imelio, N., Pico, G., Romanini, D., dan Farruggia B. 2011. Isolat ion of
a Aspergillus niger lipase from a Solis Culture Medium with aqueous two-
phase systems. Journal of Chromatography B, 879 (2011) : 2135-2141.
40
Masyitah Z., Herawan T., Alfian Z., dan Sembiring S B. 2008. Amidasi Enzimtik
pada Sintesis Lauil-Dietanolamida. Jurnal Penelitian Kelapa Sawit, 16 (3)
: 147-162
Mc. Hugh, D. J. 2003. A Guide to Seaweed Industry, FAO Fisheries Technical
Paper, No. 441.
Nunes, G. S., dan Jean-Louis, M. 2006. Immobilization of Enzymes on
Electrodes. In G. J. M, Immobilization of Enzymes and cells. New Jersey:
Humana Press Inc.
Oppusunggu, Jojor R., Vinta R. S., dan Zuhrina M. 2015. Pengaruh Jenis Pelarut
dan Temperatur Reaksi pada Sintesis Surfaktan dari asam Oleat dan n-
Metil Glukamina dengan Katalis Kimia. Jurnal Teknik Kimia USU, 4 (1) :
25-29.
Ozturk, B. 2001. Immobilization of Lipase from Candida rugosa On Hydrophobic
and Hydrophilic Support. Turkey. Dissertation Master of Science. Turki:
Izmir Institute of Technology.
Ozyilmaz, G. dan Esra Gezer. 2009. Production of aroma esters by immobilized
Candida rugosa and porcin pancreatic Lipase into Calcium Alginate Gel.
Journal of Molecular Catalysis B, 64 (2010): 140-145.
Pandurangan, G., Subbiah J., Thiyagarajan, K., dan David J. K.2012. Small Scale
Production and Characterization of Alginate From Azobacter Chrooccum
Using Different Substrates Under Various Stress Condition. International
Journal of Applied Biology and Fharmaceutical Technology, 3 (1) : 40-50
Redaktur Warta Penelitan dan Pengembangan Pertanian. 2005. Minyak Kelapa
Murni : Harapan Nilai Tambah yang Menjanjikan. Bogor : BPPP.
Reminingsih E. 2005. Amobilisasi Lipase Bacillus subtilis dalam Ca-alginat.
Skripsi. Malang : Universitas Brawijya.
Sebayang, firman. 2006. Imobilisasi Enzim Papain Getah Pepaya dengan Alginat.
Jurnal Komunikasi Penelitian, 18(2): 34-38.
Sembiring, Firdaus. 2010. Penggunaan film Pelapis Ca-alginat Kitosan dan
Pelapis Plastik terhadap Kadar Pati Roti Tawar dan Pertumbuhan Isolat
Bakteri. Medan : FMIPA USU
Sharma, Jitender, Daniela B., Yuko K. 2005. Enzymatic Chemoselective
Synthesis of Secondary-Amide Surfactant from N-Methylethanol Amine.
Journal of Bioscience and Bioenginering, 100 (6) : 662-666.
Sheldon, Roger A. dan Sander van Pelt. 2013. Enzyme immobilization in
biocatalyst: why, what and how. Chem Soc Rev.
41
Silverstein, R. M. and Webster, F. X. 1996. Spectrometric Identification of
Organic Compounds. Sixth Edition. New York : State University of New
York.
Stoytcheva, M., Gisela M., Roumen Z., Jose Angel L., dan Velizar G. 2012.
Analytical Method for Lipases Activity Determination. A Review.
Bulgaria: Plowdiv University.
Susilawati dan Budi R. 2010. Budidaya Jamur Tiram (Pleurotus Ostreotus var
florida) yang Ramah Lingkungan. Sumatera Selatan : BPTP.
Wahyuningtyas, Puspita, Bambang Dwi A., dan Wahyunanto Agung N. 2013.
Studi Pembuatan Enzim Selulase dari Mikrofungi Trichoderma reesei
dengan Substrat Jerami Padi sebagai Katalis Hidrolisis Enzimatik pada
Produksi Bioetanol. Jurnal Bioproses Komoditas Tropis, 1 (1) : 21-25.
Wardoyo, Fandhi A., Tri Joko R., dan Respati Tri S. 2015.Uji Stabilitas Enzim
Lipase teramobilisasi pada Kitosan Serbuk Melalui Teknik Taut Silang.
The 2rd University Research Coloquium. Semarang: Universitas
Muhamadiyah Semarang.
Widiastuti, H. dan Tri Panji. 2008. Pola Aktivitas Enzim Lignolitik Pleurotus
ostreatus pada limbah sludge pabrik kertas. Menara Perkebunan, 76 (1) :
47-60.
Won, Keehon, Sangbum Kim, Kwang je-kim, dan Hong Wo Park. 2005.
Optimization of Lipase in Ca alginate gel beads. Process Biochemistry 40,
2149-2154.
Yabur, R., Bashan, Y., and Carmmona, G. H. 2007. Alginate from Sargassum
sinicola as a novel source for microbial immobilization material in
wastewater treatment and plant growth promotion. J. Appl. Phycol. 19 :
43-53.
Yang XM, Yu W, Ou ZP, Ma HL, Liu WM, Ji XL. 2009. Antioxidant and
immunity activity of water extract and crude polysaccharide from ficus
carica L, fruit, plant food Hum Nutr 64:167-173.
Yapasan, E. 2008. Partial Purification and characterization of Lipase Enzyme
from A Pseudomonas Strain. Tesis. Turki : Izmir Insitute of Technology.
Zarcula, C.R., Croitoru, R., Corici L., Csunderlik C., dan Peter F. 2009.
Improvement of Lipase Catalytic Properties by Immobilization in Hybrid
Matrices. International Journal of Chemical, Molecular, Nuclear,
Material and Metallurgical Enginering, 3 (4): 203-208.
top related