analisa resep bipolar disorder
Post on 30-Oct-2015
219 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
-
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap orang memiliki karakter dan sifat yang
berbeda. Namun, baik disadari ataupun tidak, perilaku abnormal dapat terjadi
disekitar kita. Perubahan sikap dan perilaku secara drastis dalam waktu cepat kadang
diacuhkan begitu saja oleh masyarakat, atau bahkan dipahami secara keliru. Salah
satu perilaku abnormal yang kurang begitu dikenal dan dipahami masyarakat adalah
gangguan bipolar.
Gangguan Bipolar, yang sering disebut dengan gangguan manik depresi, adalah
suatu gangguan mood yang dikarakterisasikan oleh adanya fluktuasi mood yang
ekstrim dari euforia menjadi depresi berat, dan diperantarai oleh periode mood yang
normal (eutimik). Gangguan bipolar merupakan salah satu masalah kesehatan mental
yang penting, yang terjadi hampir 2% - 4% dari populasi. Hal ini mungkin
disebabkan oleh karena seringnya terjadi kekambuhan dan banyaknya dampak yang
merugikan yang dapat disebabkan olehnya, dimana gangguan bipolar mengakibatkan
dampak yang berat untuk pasien, keluarga, dan masyarakat.
American Psychology Association mendefinisikan gangguan bipolar sebagai
gangguan yang disertai satu atau lebih episode manik, kemudian digantikan dengan
episode depresi major dengan jeda periode mood yang normal. Episode manik
adalah suatu periode peningkatan euphoria yang tidak realistis, sangat gelisah, dan
aktivitas yang berlebihan, yang ditandai dengan perilaku yang tidak terorganisasi.
Episode manik biasanya muncul secara tiba-tiba. Selama satu episode manik,
orang tersebut merasakan kegembiraan dan optimisme yang tidak biasa. Cenderung
berbicara sangat cepat, pikiran-pikiran dan pembicaraan dapat melompat dari satu
topik ke topik lain. Memasuki episode depresi, mereka menjadi sosok yang selalu
merasa sedih dan depresi hampir sepanjang hari. Hampir tidak ada aktifitas yang
dikerjakan, karena menjadi orang-orang yang sangat tidak bersemangat, menarik diri
-
2
dari lingkungan, dan selalu tampak murung. Mereka memiliki konsep diri yang
negatif, selalu menyalahkan diri sendiri, merasa tidak berharga, dan selalu tampak
gelisah, sampai memiliki pikiran untuk bunuh diri.
Gangguan bipolar biasanya berkembang sekitar usia 20-30 tahun, baik laki-laki
ataupun perempuan. waktu tertentu. Semakin dini seseorang menderita bipolar,
risiko penyakit akan lebih berat, berkepanjangan, bahkan sering kambuh. Sementara
anak-anak berpotensi mengalami perkembangan gangguan ini ke dalam bentuk yang
lebih parah dan sering bersamaan dengan gangguan hiperaktif defisit atensi. Orang
yang berisiko mengalami gangguan bipolar adalah mereka yang mempunyai anggota
keluarga mengidap penyakit bipolar.Pikiran-pikiran negatif seringkali muncul dalam
benak para penderita bipolar. Seperti gangguan depresi mayor, gangguan bipolar pun
cenderung kambuh.
Berbagai obat-obatan yang berfungsi untuk menstabilkan emosi semakin
berkembang. Setiap pilihan terapi memiliki kelebihan yang diharapkan mampu
mengatasi emosi penderita agar tidak terlalu tinggi saat episode manik atau terlalu
rendah ketika memasuki episode depresi. Sebuah penelitian kecil membuktikan
bahwa pemberian pengetahuan mengenai gangguan bipolar dan cara-cara
penanganannya dapat meningkatkan kepatuhan penderita untuk mengkonsumsi obat-
obatan. Sayangnya, penderita umumnya tidak dapat mempertahankan keteraturan
meminum obat karena merasa sudah sembuh. Oleh karena itu, dukungan dari
keluarga, teman, dan lingkungan sekitarnya dapat berperan penting untuk
mengurangi perubahan emosi pada penderita dan diharapkan dapat mengurangi
tekanan yang dirasakan penderita.Kebanyakan pasien dengan gangguan afektif
bipolar secara potensial dengan terapi yang optimal dapat kembali fungsi yang
normal. Dengan pengobatan yang kurang optimal hasilnya kurang baik dan dapat
kambuh untuk melakukan bunuh diri lagi. Data menunjukkan bahwa pengobatan
sering kurang optimal. Studi longitudinal bahwa pasien dengan kecenderungan
bunuh diri pada kasus dengan afektif bipolar 50% dapat dikurangi dengan terapi
maintenance/pemeliharaan dan terapi depresi yang tepat.
-
3
Proses pemulihan yang dilalui oleh seorang penderita penyakit bipolar
merupakan suatu proses pemulihan yang panjang dan membutuhkan usaha keras,
dan kestabilan emosi adalah tujuan dari pemulihan tersebut. Banyak faktor yang
turut mendukung proses pemulihan penderita, baik motivasi dalam diri sendiri,
maupun dari luar, salah satunya adalah dukungan dari seorang apoteker. Apoteker
dapat bekerja sama dengan dokter dalam memberikan edukasi, memonitor respons
pasien melalui farmasi komunitas, kepatuhan terhadap terapi obat dan non-obat,
mendeteksi dan mengenali secara dini reaksi efek samping, dan mencegah atau
memecahkan masalah yang berkaitan dengan pemberian obat.
B. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memahami pengertian, jenis,
patofisiologi, etiologi, diagnosa, tanda dan gejala, serta faktor resiko gangguan
bipolar, sehingga dapat mengetahui pilihan terapi yang digunakan dan dapat
memberikan informasi serta edukasi pengobatan yang tepat bagi pasien. Analisa dan
pembahasan contoh resep pasien bipolar pada makalah ini juga dapat dijadikan studi
kasus mengenai terapi penyakit ini.
-
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Gangguan Bipolar dikenal juga dengan gangguan manik depresi, yaitu gangguan
pada fungsi otak yang menyebabkan perubahan yang tidak biasa pada suasana
perasaan, dan proses berfikir, ditandai dengan perubahan mood yang sangat ekstrim,
yaitu berupa depresi dan mania. Diagnosis penyakit ini melibatkan kemunculan
mania, depresi, atau kombinasi antar episode selama perjalanan penyakit.
B. Epidemiologi
Penyakit bipolar (Bipolar Disorder) diderita oleh lebih dari 2 juta orang AS
(atau 1 % populasi) berusia 18 th ke atas. Belum diketahui secara pasti jumlah
penderita Bipolar disorder di Indonesia. Rata-rata usia pasien saat pertama kali
mengalami episode mania adalah 21 tahun. Lebih dari 80% pasien mengalami lebih
dari 4 episode sepanjang hidupnya, dan interval waktu antar episode semakin pendek
dengan pertambahan usia. Umumnya pasien memiliki fungsi normal dalam interval
waktu tersebut.
Pasien dengan siklus yang cepat (10% sampai 20% dari pasien bipolar)
mengalami 4 atau lebih episode per tahun (depresi major, mania, kombinasi
episode). Faktor risiko dari siklus yang cepat, meliputi : penggunaan obat
antidepresan atau stimulan, hipotiroidisme, dan keadaan pre-menstruasi atau paska
melahirkan. Wanita mengalami episode depresi yang lebih banyak dibandingkan
episode mania; sedangkan pria mengalami jumlah episode depresi dan mania yang
sebanding.
Sampai dengan 50% pasien dengan penyakit bipolar dilaporkan mencoba bunuh
diri. Sekitar 10% sampai 15% remaja dengan episode depresi mayor yang berulang
selanjutnya akan mengalami episode mania. Konsumsi alkohol dan penyalahgunaan
-
5
atau ketergantungan obat juga merupakan salah satu penyebab seseorang menderita
bipolar disorder.
C. Etiologi
Bipolar disorder dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Genetik
Gen bawaan adalah faktor umum penyebab bipolar disorder. Seseorang yang
lahir dari orang tua yang salah satunya merupakan pengidap bipolar disorder
memiliki resiko mengidap penyakit yang sama sebesar 15%-30% dan bila kedua
orang tuanya mengidap bipolar disorder, maka 50%-75%. anak-anaknya beresiko
mengidap bipolar disorder. Kembar identik dari seorang pengidap bipolar
disorder memiliki resiko tertinggi kemungkinan berkembangnya penyakit ini
daripada yang bukan kembar identik. Penelitian mengenai pengaruh faktor
genetis pada bipolar disorder pernah dilakukan dengan melibatkan keluarga dan
anak kembar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 10-15% keluarga dari
pasien yang mengalami gangguan bipolar disorder pernah mengalami satu
episode gangguan mood.
2. Fisiologis
a. Sistem Neurochemistry dan Mood Disorders
Salah satu faktor utama penyebab seseorang mengidap bipolar disorder
adalah terganggunya keseimbangan cairan kimia utama di dalam otak.
Sebagai organ yang berfungsi menghantarkan rangsang, otak membutuhkan
neurotransmitter (saraf pembawa pesan atau isyarat dari otak ke bagian tubuh
lainnya) dalam menjalankan tugasnya.
Norepinephrin, dopamine, dan serotonin adalah beberapa jenis
neurotransmitter yang penting dalam penghantaran impuls syaraf. Pada
penderita bipolar disorder, cairan-cairan kimia tersebut berada dalam keadaan
yang tidak seimbang. Sebagai contoh, suatu ketika seorang pengidap bipolar
disorder dengan kadar dopamine yang tinggi dalam otaknya akan merasa
sangat bersemangat, agresif, dan percaya diri. Keadaan inilah yang disebut
-
6
fase mania. Sebaliknya dengan fase depresi. Fase ini terjadi ketika kadar
cairan kimia utama otak itu menurun di bawah normal, sehingga penderita
merasa tidak bersemangat, pesimis, dan bahkan keinginan untuk bunuh diri
yang besar.
Seseorang yang menderita bipolar disorder menandakan adanya gangguan
pada sistem motivasional yang disebut dengan behavioral activation system
(BAS). BAS memfasilitasi kemampuan manusia untuk memperoleh reward
(pencapaian tujuan) dari lingkungannya. Hal ini dikaitkan dengan positive
emotional states, karakteristik kepribadian seperti ekstrovert (bersifat
terbuka), peningkatan energi, dan berkurangnya kebutuhan untuk tidur.
Secara biologis, BAS diyakini terkait dengan jalur saraf dalam otak yang
melibatkan dopamine dan perilaku untuk memperoleh reward.
Peristiwa kehidupan yang melibatkan reward atau keinginan untuk
mencapai tujuan diprediksi meningkatkan episode mania tetapi tidak ada
kaitannya dengan episode depresi. Sedangkan peristiwa positif lainnya tidak
terkait dengan perubahan pada episode mania.
b. Sistem Neuroendokrin
Area limbik di otak berhubungan dengan emosi dan mempengaruhi
hipotalamus.Hipotalamus berfungsi mengontrol kelenjar endokrin dan tingkat
hormon yang dihasilkan. Hormon yang dihasilkan hipotalamus juga
mempengaruhi kelenjar pituarity. Kelenjar ini terkait dengan gangguan
depresi seperti gangguan tidur dan rangsangan selera. Berbagai temuan
mendukung hal tersebut, bahwa orang yang depresi memiliki tingkat dari
cortisol (hormon adrenocortical) yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh
produksi yang berlebih dari pelepasan hormon rotropin oleh hipotalamus.
Produksi yang berlebih dari cortisol pada orang yang depresi juga
menyebabkan semakin banyaknya kelenjar adrenal. Banyaknya cortisol
tersebut juga berhubungan dengan kerusakan pada hipoccampus dan
penelitian juga telah membuktikan bahwa pada orang depresi menunjukkan
-
7
hipoccampal yang tidak normal. Penelitian mengenai Cushings Syndrome
juga dikaitkan dengan tingginya tingkat cortisol pada gangguan depresi
3. Lingkungan
Bipolar Disorder tidak memiliki penyebab tunggal. Tampaknya orang-orang
tertentu secara genetik cenderung untuk bipolar disorder. Namun tidak semua
orang dengan kerentanan mewarisi penyakit berkembang, menunjukkan bahwa
gen bukanlah satu-satunya penyebab. Beberapa studi pencitraan otak
menunjukkan perubahan fisik pada otak orang dengan bipolar disorder. Dalam
penelitian lain disebutkan, poin ketidakseimbangan neurotransmitter, fungsi
tiroid yang abnormal, gangguan ritme sirkadian, dan tingkat tinggi hormon stres
kortisol. Faktor eksternal lingkungan dan psikologis juga diyakini terlibat dalam
pengembangan bipolar disorder. Faktor-faktor eksternal yang disebut pemicu.
Pemicu dapat memulai episode baru mania atau depresi atau membuat gejala
yang ada buruk. Namun, banyak episode gangguan bipolar terjadi tanpa pemicu
yang jelas.
Penderita penyakit ini cenderung mengalami faktor pemicu munculnya
penyakit yang melibatkan hubungan antar perseorangan atau peristiwa-peristiwa
pencapaian tujuan (reward) dalam hidup. Contoh dari hubungan perseorangan
antara lain jatuh cinta, putus cinta, dan kematian sahabat. Sedangkan peristiwa
pencapaian tujuan antara lain kegagalan untuk lulus sekolah dan dipecat dari
pekerjaan. Selain itu, seorang penderita bipolar disorder yang gejalanya mulai
muncul saat masa ramaja kemungkinan besar mempunyai riwayat masa kecil
yang kurang menyenangkan seperti mengalami banyak kegelisahan atau depresi.
Selain penyebab diatas, alkohol, obat-obatan, dan penyakit lain yang diderita
juga dapat memicu munculnya bipolar disorder.
Di sisi lain, keadaan lingkungan di sekitarnya yang baik dapat mendukung
penderita gangguan ini sehingga bisa menjalani kehidupan dengan normal.
Berikut ini adalah faktor lingkungan yang dapat memicu terjadinya Bipolar
disorder, antara lain:
-
8
1) Stress
Stres dapat memicu gangguan bipolar pada seseorang dengan kerentanan
genetik. Peristiwa ini cenderung melibatkan perubahan drastis atau tiba-tiba-
baik atau buruk-seperti akan menikah, akan pergi ke perguruan tinggi,
kehilangan orang yang dicintai, dipecat.
2) Penyalahgunaan Zat
Meskipun penyalahgunaan zat tidak menyebabkan gangguan bipolar, itu
dapat membawa pada sebuah episode dan memperburuk perjalanan penyakit.
Obat-obatan seperti kokain, ekstasi, dan amphetamine dapat memicu mania,
sedangkan alkohol dan obat penenang dapat memicu depresi.
3) Obat - obat tertentu
Terutama obat-obatan antidepresan, bisa memicu mania. Obat lain yang
dapat menyebabkan mania termasuk obat flu over-the-counter (OTC),
penekan nafsu makan, kafein, kortikosteroid, dan obat tiroid.
4) Perubahan Musiman
Episode mania dan depresi sering mengikuti pola musiman. Manic episode
lebih sering terjadi selama musim panas, dan episode depresif lebih sering
terjadi selama musim dingin, musim gugur, dan musim semi (untuk negara
dengan 4 musim).
5) Kurang Tidur - Rugi tidur-bahkan sesedikit melewatkan beberapa jam
istirahat-bisa memicu episode mania
D. Diagnosis dan Klasifikasi
Sebelum melakukan penanganan terhadap gangguan bipolar, biasanya terlebih
dahulu dilakukan diagnosa dengan memperhatikan secara seksama gejala, tingkat
ketakutan, angka waktu, dan frekuensi. Dan gejala yang paling mudah untuk dikenali
adalah gejala peralihan mood yang tinggi (dari yang tinggi ke rendah) yang tidak
berpola. Gejala-gejala dari tahap depresi bipolar disorder adalah sebagai berikut:
1. Suasana hati yang murung dan perasaan sedih yang berkepanjangan
2. Sering menangis atau ingin menangis tanpa alasan yang jelas
-
9
3. Kehilangan minat untuk melakukan sesuatu
4. Tidak mampu merasakan kegembiraan
5. Mudah letih, tak bergairah, tak bertenaga
6. Sulit konsentrasi
7. Merasa tak berguna dan putus asa
8. Merasa bersalah dan berdosa
9. Rendah diri dan kurang percaya diri
10. Beranggapan masa depan suram dan pesimistis
11. Berpikir untuk bunuh diri
12. Hilang nafsu makan atau makan berlebihan
13. Penurunan berat badan atau penambahan berat badan
14. Sulit tidur, bangun tidur lebih awal, atau tidur berlebihan
15. Mual, mulut kering, Susah BAB, dan terkadang diare
16. Kehilangan gairah seksual
17. Menghindari komunikasi dengan orang lain, dan
18. Hampir semua penderita bipolar disorder mempunyai pikiran tentang bunuh diri
dan 30% diantaranya berusaha untuk merealisasikan niat tersebut dengan
berbagai cara.
Gejala manik biasanya ditandai dengan perasaan gembira yang berlebihan, seperti
perubahan mendadak dari perasaan gembira menjadi tiba-tiba marah, keresahan,
tutur kata cepat dan konsentrasi kurang, energi yang meningkat dan keinginan tidur
kurang, dorongan seksualitas tinggi, cenderung membuat rencana besar dan sulit
dicapai, cenderung kurang dalam memberikan penilaian terhadap sesuatu,
penyalahgunaan obat dan alkohol, dan impulsivitas meningkat.
Sedangkan gejala depresi biasanya ditunjukkan dengan kesedihan, kehilangan
energi, perasaan putus asa atau tak berarti, hilangnya kegembiraan terhadap hal yang
belum dirasa menyenangkan, sulit berkonsentrasi, menangis tak terkendali, sulit
mengambil keputusan, lekas marah, insomnia, perubahan nafsu makan, berfikir dan
mencoba untuk melakukan bunuh diri. Gangguan bipolar ini juga bisa terjadi pada
-
10
laki-laki maupun perempuan. Perempuan dengan gangguan bipolar mengalami
peralihan mood yangn lebih cepat.
Jika penderita sedang mencapai klimaks maka dia akan cenderung untuk
melakukan semua aktivitas dan tidak pernah berada di rumah. Namun sebaliknya,
suatu saat ketika dia sedang mencapai tahap titik antiklimaks (penurunan) maka dia
cenderung untuk selalu berdiam diri di rumah.
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual (DSM) IV, gangguan bipolar
dibedakan menjadi 2 yaitu gangguan bipolar I dan II. Gangguan bipolar I atau tipe
klasik ditandai dengan adanya 2 episode yaitu manik dan depresi, sedangkan
gangguan bipolar II ditandai dengan hipomanik dan depresi. Pedoman Penggolongan
dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) III membaginya dalam klasifikasi yang
berbeda yaitu menurut episode kini yang dialami penderita :
1. Gangguan afektif bipolar, episode kini hipomanik
2. Gangguan afektif bipolar, episode kini manik tanpa gejala psikotik
3. Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala psikotik
4. Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif ringan atau sedang
5. Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala psikotik
6. Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat dengan gejala psikotik
7. Gangguan afektif bipolar, episode kini campuran
8. Gangguan afektif bipolar, kini dalam remisi
9. Gangguan afektif bipolar lainnya
10. Gangguan afektif bipolar yang tidak tergolongkan
E. Terapi
Tujuan terapi meliputi memperbaiki gejala, pencegahan episode yang akan datang,
minimalisasi efek samping obat, kepatuhan yang baik terhadap terapi, edukasi pasien
tentang penyakit maupun terapi yang didapatkan, dan pencegahan pemicu stres yang
dapat memperburuk episode akut.
-
11
1. Terapi non farmakologi
Edukasi tentang psikologi penyakit bipolar, terapi, dan pemantauan yang perlu
dilakukan pasien dan keluarganya:
a. Tanda dan gejala awal mania dan depresi, dan pendataan perubahan suasana
hati yang terjadi
b. Pentingnya kepatuhan terhadap terapi
c. Pemicu stres psikososial ataupun fisik yang dapat memperburuk episode
d. Pembatasan substansi dan obat yang dapat memicu episode gangguan
suasana hati
e. Strategi untuk mengatasi kehidupan dengan tingkat stres yang tinggi
f. Pengembangan rencana untuk mengatasi krisis Psikoterapi (misalnya:
individu, kelompok. dan keluarga), terapi interpersonal. Teknik untuk
mengurangi stres, terapi relaksasi, pijat, yoga, dan lain-lain. Tidur (jadwal
tidur-bangun yang teratur; hindari konsumsi alkohol atau kafein menjelang
tidur). Nutrisi (konsumsi makanan atau minuman kaya protein dan asam
lemak esensial; suplemen vitamin dan mineral). Olah raga (aerobik dan
latihan beban secara teratur minimal 3 kali seminggu).
2. Terapi farmakologi
Tiga jenis obat yang digunakan untuk mengobati berbagai tahapan gangguan
bipolar adalah mood stabilizer, antipsikotik, dan antidepresan bila diperlukan.
Penstabil mood biasanya diresepkan untuk mengurangi intensitas perubahan
suasana hati dan biasanya mengembalikan orang tersebut ke tingkat yang lebih
normal berfungsi. Lithium, Depakote dan carbamazepine adalah obat-obat umum
dalam grup ini. Mereka juga sangat penting untuk membantu orang mencegah
gejala-gejala dari datang kembali setelah mereka dikendalikan.
Gunakan obat penstabil suasana hati (mood stabilizers) untuk terapi episode
akut gangguan suasana hati dan untuk terapi lanjutan. Jika pasien memberikan
respon yang baik pada jenis obat tertentu dimasa lalu, dan dapat mentoleransi
dengan baik, maka terapi yang sama dapat digunakan lagi. Jika pasien tidak
dapat mentoleransi atau mendapatkan efek samping terhadap jenis obat tertentu
-
12
dimasa lalu, atau menolak kuat penggunaan suatu jenis obat, maka sebaiknya
obat tersebut tidak digunakan lagi. Sebaiknya pengobatan dikurangi berangsur-
angsur daripada dihentikan secara tiba-tiba. Tidak terdapat pedoman terapi yang
menyatakan secara jelas kapan harus mengganti terapi ataupun kapan harus
memberikan terapi kombinasi.
Secara umum, jika pasien dengan mania atau kombinasi episode tidak
memberikan respon dalam waktu 2-4 minggu terhadap obat penstabil suasana
hati (misal: litium, lamotigrin. atau valproat), obat lini pertama yang kedua dapat
ditambahkan ke dalam terapi untuk meningkatkan efek; alternatif terapi yang lain
meliputi penambahan karbamazepin, okskarbazepin atau obat antipsikotik
atipikal yang digunakan sebagai pengganti obat lini pertama.
Untuk pasien yang tidak memberikan respon atau tidak dapat mentoleransi
efek samping obat lini pertama, harus dilakukan penggantian dengan obat lain.
Perubahan pada terapi obat dan dosis harus didasarkan pada respon pasien (atau
perubahan gejala), kemampuan mentoleransi efek samping, konsentrasi serum
obat (Jika memungkinkan), dan upaya menghindari interaksi obat.
Untuk pasien dengan siklus cepat (lebih dari 4 episode gangguan suasana hati
per tahun) antara lain lakukan evaluasi dan terapi untuk keadaan yang mendasari
seperti hipotiroidisme, ketidakseimbangan hormon atau penyalahgunaan obat
dan alkohol. Untuk siklus cepat yang diinduksi obat antidepresan kurangi secara
bertahap obat antidepresan dan obat lain yang dapat meningkatkan aktivitas
norepinefrin dan dopamin (misal: golongan stimulant SSP, simpatomimetik, dan
kafein).
Gunakan terapi kombinasi untuk pasien yang memberikan respon sebagian
atau tidak memberikan respon terhadap monoterapi dengan obat penstabil
suasana hati (mood stabilizers). Terapi kombinasi kemungkinan diperlukan untuk
terapi akut mania atau kombinasi episode, depresi yang muncul mendadak, dan
siklus cepat. Pengkajian terapi kombinasi dan penunjang harus dilakukan secara
rutin, dan obat yang tidak lagi diperlukan harus dikurangi secara bertahap untuk
kemudian dihentikan. Gunakan obat antidepresan dan stimulan secara hati-hati
-
13
pada pasien dengan siklus cepat atau pasien dengan riwayat mania yang
diinduksi obat antidepresan; pasien dengan episode depresi yang berulang
kemungkinan memerlukan terapi antidepresan jangka panjang untuk
meminimalkan risiko kekambuhan.
Pasien harus dijaga dengan meneruskan pemberian obat penstabil suasana hati
dalam fase 6 bulan. Untuk pasien yang hanya mengalami 1 episode manik dan
memberikan respon terhadap pengobatan, pemberian obat penstabil suasana hati
harus diteruskan selama 12 bulan, kemudian dikurangi secara bertahap dalam
beberapa bulan (biasanya 6 bulan setelah tercapai remisi secara keseluruhan).
a. Terapi lini pertama
Litium, Natrium divalproat (valproat), dan olanzapin saat ini disetujui oleh
Food and Drug Administration (FDA) sebagai terapi mania akut pada
bipolar. Litium dan lamotigrin disetujui sebagai terapi pemeliharaan pada
penyakit bipolar. Litium adalah obat pilihan untuk penyakit bipolar klasik,
sedangkan valproat mempunyai efikasi yang lebih baik untuk kombinasi
episode dan siklus cepat jika dibandingkan dengan litium. Aripiprazol,
kuetiapin, risperidon, and ziprasidon disetujui oleh FDA sebagai terapi mania
akut (monoterapi dan terapi penunjang litium atau valproat).
Kombinasi terapi (misal: litium dan valproat atau karbamazepin; litium
atau valproat dan obat antipsikotik atipikal) dapat memberikan respon akut
maupun efek pencegahan kekambuhan yang lebih baik dibandingkan
monoterapi pada beberapa pasien dengan kombinasi episode atau siklus
cepat. Natrium divalproat saat ini merupakan obat penstabil suasana hati
yang paling sering diresepkan di Amerika Serikat.
b. Terapi alternatif
Golongan benzodiazepin dengan potensi tinggi (misal: klonazepam dan
lorazepam) merupakan altematif antipsikotik yang sering digunakan untuk
agitasi, ansietas, panik, dan insomnia. Kontraindikasi relatif untuk
penggunaan golongan benzodiazepin jangka panjang adalah penyalahgunaan
atau ketergantungan obat dan alkohol.
-
14
Obat antipsikotik kadang-kadang digunakan untuk orang dengan gangguan
bipolar yang mungkin memiliki halusinasi atau delusi. Halusinasi adalah
pengalaman persepsi yang tidak benar-benar terjadi, seperti mendengar suara-
suara mengatakan satu untuk menyakiti diri sendiri. Delusi adalah tetap
keyakinan palsu tentang diri, seperti "Setiap orang keluar untuk mendapatkan
saya." Obat antipsikotik dapat sangat membantu dalam kasus ini, termasuk obat-
obatan baru seperti olanzapine, quietiapine, risperidol dan ziprasidone.
Antidepresan yang diresepkan untuk orang dengan gejala depresi. Ini
mungkin termasuk perasaan sedih dan depresi serta melambat, perilaku lamban.
Obat-obat ini membantu tubuh mendapatkan kembali energi sehingga orang
tersebut memiliki lebih tertarik pada kehidupan sehari-hari. Penting untuk dicatat
bahwa antidepresan dapat memperburuk gejala manik dan harus digunakan hati-
hati setelah berkonsultasi dengan dokter Anda.
Beberapa pedoman terapi merekomendasikan untuk menghindari pemberian
obat antidepresan dalam terapi depresi bipolar atau membatasi pengunaannya
hanya pada interval yang singkat. Namun bukti menunjukkan bahwa pemberian
bersamaan dengan obat penstabil suasana hati pada dosis terapeutik dapat
menurunkan risiko obat antidepresan dalam menginduksi pertukaran episode.
Umumnya, obat antidepresan harus dihentikan penggunaannya 2-6 bulan setelah
remisi dan selanjutnya pasien dijaga dengan pemberian obat penstabil suasana
hati. Dilaporkan bahwa natrium levotiroksin (0,15 sampai 0,4 mcg/hari)
memberikan efek menstabilkan suasana hati pada pasien bipolar siklus cepat,
pada saat dikombinasikan dengan obat penstabil suasana hati.
Pengobatan mungkin lebih efektif ketika orang bekerja sama dengan dokter
dan berbicara secara terbuka tentang keprihatinan mereka dan pilihan. Melacak
perubahan mood dan gejala dengan grafik kehidupan sehari-hari dapat membantu
dokter menilai respon seseorang terhadap pengobatan. Kadang-kadang dokter
perlu untuk mengubah rencana perawatan untuk membuat gejala memastikan
dikendalikan paling efektif. Seorang psikiater harus membimbing setiap
perubahan jenis atau dosis obat.
-
15
F. Evaluasi Terhadap Hasil Terapi
Pasien dengan penyakit bipolar barus diperiksa secara teratur (setiap 1 sampai 2
minggu untuk pasien dengan episode akut atau pasien dengan episode yang sering;
atau 1 sampai 3 bulan untuk pasien yang stabil dengan episode yang jarang) dan
dipantau responnya (terkait target gejala) dan munculnya efek samping.
Pasien yang hanya menunjukkan respon sebagian atau tidak memberikan respon
terhadap terapi harus diperiksa ulang untuk mendapajkan diagnosis yang akurat,
informasi kondisi medis atau psikiatrik yang menyertai, dan informasi obat atau
substansi yang dapat memperburuk gejala suasana hati. Pasien dan anggota keluarga
sebaiknya terlibat secara aktif dalam terapi untuk memantau target gejala, respon,
dan efek samping.
-
16
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pengambilan Resep
Pengambilan resep yang terkait dengan gangguan bipolar dilakukan pada tanggal 10
Desember 2012, yang bertempat di Apotek Kimia Farma No. 147, Duren Sawit,
Jakarta Timur. Resep yang digunakan adalah resep terakhir yaitu tanggal 4 Juni
2012.
B. Studi Kasus
Gangguan bipolar biasanya berkembang sekitar usia 20-30 tahun, baik laki-laki
ataupun perempuan. waktu tertentu. Semakin dini seseorang menderita bipolar,
risiko penyakit akan lebih berat, berkepanjangan, bahkan sering kambuh.
Pengobatan yang dilakukan merupakan pengobatan jangka panjang dan tidak dapat
dihentikan secara tiba-tiba. Pemberian beberapa jenis obat juga perlu mendapatkan
perhatian khusus mengenai kemungkinan ketidakrasionalan pengobatan yang
diterima.
C. Studi Literatur
Metode yang digunakan dalam pengkajian penyakit hipertensi ini dan
pengobatannya adalah melalui penelusuran dari berbagai pustaka (studi literatur).
Pustaka yang digunakan untuk menyusun kajian bersumber dari:
a. IONI 2008
b. ISO Indonesia vol. 46 2011/2012
c. MIMS edisi 11 2011/2012
d. Resep yang ada di Apotek Kimia Farma No. 147, Duren Sawit, Jakarta Timur.
e. Berbagai literatur dari jurnal, internet dan pustaka lainnya.
-
17
Dari pustaka yang tersebut, dilakukan analisis perbandingan antara pengobatan
yang tertulis dalam literatur dengan pengobatan yang tertulis dalam resep di Apotek
Kimia Farma No. 147, Duren Sawit, Jakarta Timur.
.Selanjutnya, diidentifikasi apakah peresepan gangguan bipolar tersebut sudah
sesuai atau belum. Jika belum sesuai, dianalisa penyebab ketidaksesuaian tersebut
yang dapat bermanfaat untuk rekomendasi kepada dokter dengan tujuan mencapai
terapi yang optimal.
-
18
BAB IV
PEROLEHAN DATA
A. Data Resep
FARMASI
RSCM KENCANA Jl. Diponegoro No. 71 Jakarta Pusat
CM/07/FM/RSCM
RESEP
Cluster : NS Nama Dokter : dr. Fitria
No. SIP : 1.2.01.3173.2307140
Jakarta, 4-6-2012
R/ Tegretol 200 mg tab CXX
S 3 dd tab -det 20-
R/ As. Folat tab XXX
S 1 dd 3
R/ Clobazam 10 mg tab X S 1 dd 1 (kalau serangan)
Nama Pasien : Ny. dr. Yulia
Umur Pasien : Dewasa
BB/TB : -
Alamat : -
-
19
B. Data Obat
Tegretol
Komposisi : Karbamazepin
Indikasi : Epilepsi, semua jenis, kecuali petitmal, neuralgia, trigeminus;
profilaksis pada manik depresif.
Dosis Lazim : Dosis awal 100-200 mg, 1-2 kali sehari. Dosis dapat dinaikkan bertahap
sampai 800-1200 mg/hari dalam dosis terbagi.
Kontraindikasi: Gangguan konduksi AV riwayat depresi sumsum tulang, porfiria.
Efek samping : Mual, muntah, pusing, mengantuk, sakit kepala, ataksia, bingung dan
agitasi (lansia), gangguan penglihatan (terutama diplopia); konstipasi
atau diare; ruam dengan eritema (hentikan obat bila memburuk atau
disertai dengan gejala lain), leucopenia dan gangguan darah lain,
hepatitis, Syndroma Steven Johnson, artralgia, demam, proteinurea,
gangguan konduksi jantung, depresi, impotensi, ginekomastia, galaktore,
fotosensitifitas, hipersensitifitas paru, hiponatremia dan edema.
Interaksi obat : Karbamazepin merupakan penginduksi enzim yang sangat kuat.
Interaksi penting secara klinis dengan obat-obat atau zat-zat (termasuk
obat-obat kontrasepsi oral, alkohol) biasa terjadi
Peringatan : Gangguan hati atau gangguan ginjal, hamil, menyusui, hindari
pemutusan obat mendadak, riwayat penyakit jantung, glaucoma, riwayat
reaksi hematologic terhadap obat lain.
Asam Folat
Komposisi : Asam Folat
Indikasi : Defisiensi asam folat.
Dosis Lazim : Permulaan, 5 mg sehari untuk 4 bulan; pemeliharaan, 5 mg setiap
1-7 hari tergantung penyakit dasarnya.
Kontraindikasi: Pengobatan Anemia Pernisiosa dan Anemia megaloblastik lainnya yang
diakibatkan defisiensi vitamin B 12.
-
20
Efek Samping : Efek samping atau reaksi merugikan yang menyertai pemberian asam
folat sangt jarang terjadi.
Interaksi Obat: Antibakteri, antikoagulan, diuretik.
Peringatan : Jangan diberikan secara tunggal untuk anemia pernisiosa, adison, dan
penyakit defisiensi B12 lainnya.
Clobazam
Komposisi : Clobazam
Indikasi : Ansietas
Dosis Lazim : Ansietas 20-30 mg/hari dalam dosis terbagi atau dosis tunggal sebelum
tidur, dinaikkan pada ansietas yang berat (pasien rawat inap) sampai
dosis maksimal 60mg/hari dalam dosis terbagi. Untuk lansia 10-15mg
perhari.
Kontraindikasi: Depresi pernapasan, gangguan hati berat, miastenia grafis, insufisiensi
pulmoner akut, kondisi phobia dan obsesi, psikosis kronik, glaucoma
sedut sempit akut, serangan asma akut, trimester pertama kehamilan,
bayi premature; tidak boleh digunakan sendiri pada depresi atau ansietas
dengan depresi.
Efek Samping: Mengantuk, kelemahan otot, ataksia, reaksi paradoksikal dalam agresi,
gangguan mental, amnesia, ketergantungan, deprei pernapasan, kepala
terasa ringan hari berikutnya.
Interaksi Obat: Simetidin dapat mengurangi klirens plasma klobazam, meningkatkan
waktu paruh dan konsentrasi klobazam.
Peringatan : Dapat mengganggu kemampuan mengemudi, hamil, menyusui, bayi,
lansia, penyakit hati dan ginjal, penyakit pernapasan, kelemahan otot,
riwayat penyalahgunaan obat atau alkohol.
-
21
C. Data Keabsahan dan Kelengkapan Resep
Resep yang telah dipilih pada bab sebelumnya dianalisis dari segi keabsahan dan
kelengkapannya. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel berikut :
No. Evaluasi Keterangan
1. Keabsahan Resep
a. Nama dokter
b. Nomor ijin praktek dokter
c. Alamat dan nomor telp. Dokter
d. Tanda tangan/paraf dokter
Ada
Ada
Ada
Tidak ada
2. Kelengkapan Resep
a. Inscriptio
Nama Dokter
Tempat, tanggal penulisan resep
Tanda R/
b. Ordinatio
Nama obat
Kadar obat
Jumlah obat
Bentuk sediaan
c. Signatura
Aturan pakai
Nama pasien
Umur pasien
d. Subscriptio
Tanda tangan dokter
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
-
22
D. Perhitungan Dosis
No Obat Dosis Lazim Dosis Resep Keterangan
1. Tegretol
(Karbamazepin
200mg)
1-2 dd 100-200 mg
1x = 100-200 mg
1 hari = 1-2x(100-200)mg
= 100-400 mg
1x = 200mg
= 100 mg ~DL
1 hari = 3x100mg
= 300 mg ~ DL
Masuk
rentang DL
2. Asam Folat
(As. Folat 1mg)
1-5 mg sehari
1x = 1-5 mg
1 hari = 1-5 mg
1x = 3tab x 1 mg
= 3 mg~DL
1 hari = 3tab x
1mg
= 3 mg ~DL
Masuk
rentang DL
3
.
Clobazam
(Clobazam 10mg)
20-30 mg perhari dalam
dosis terbagi
1 hari = 20 30 mg
1x = 1x10 mg
= 10 mg < DL
1hari =1x10 mg
= 10 mg < DL
Lebih kecil
dari DL
-
23
E. Perhitungan Harga
No. Nama
Obat
Jumlah
Obat HNA HJA per Tablet Total
1. Tegretol 20 tablet
50 tab 200mg
(Rp. 102.915)
= Rp. 2.058/tablet
Rp. 2.058,- x 1,1
x 1,25
= Rp.2.830,-
20 tab x Rp 2.830,-
=Rp. 56.600,-
2. Asam
folat 30 tablet
10x10tab 400mcg
(Rp. 61.000)
= Rp. 610/tablet
Rp. 610,- x 1,1 x
1,25
= Rp.839,-
30 tab x Rp 839,-
=Rp. 25.162,5,-
3. Clobazam 10 cap
25x4kap 1000mcg
(Rp. 140.000)
=Rp. 1.400/tablet
Rp. 1.400,- x 1,1
x 1,25
= Rp.1.925,-
10 cap x Rp 1.925,-
=Rp. 19.250,-
T O T A L
Resep 1 = Rp. 56.600,-+ Rp. 25.162,5,-+ Rp.19.250,-+ Rp. 1000
= Rp. 102.012,5,- = Rp. 102.000,-
(Resep non racikan : +Rp. 1000,-)
-
24
BAB V
PEMBAHASAN
A. Analisis Resep
Pada resep ini Tegretol dipilih untuk mengatasi perubahan mood secara drastis.
Tegretol merupakan mood stabilizer dengan komposisi karbamazepin. Obat ini harus
diminum setiap hari untuk menjaga kestabilan mood, dan juga tidak boleh dihentikan
secara mendadak. Tegretol 300 mg perhari diberikan dengan tujuan pemeliharaan,
agar tidak terjadi perubahan mood secara drastis.
Asam folat 3 mg perhari digunakan untuk mencegah terjadinya defisiensi asam
folat akibat penggunaan jangka panjang dari tegretol.
Clobazam 10 mg merupakan antidepresan. Clobazam hanya diberikan saat terjadi
serangan. Tujuan penggunaan kombinasi dimaksudkan agar efek terapi yang
diinginkan. Mood stabilizer umumnya lebih efektif mengobati mania ketimbang
depresi. Oleh karena itu terkadang untuk mengatasi periode depresi tersebut
diberikan antidepresan
B. Langkah-langkah Dalam PWDT (Pharmacists Workup of Drug
Therapy)
STEP 1 : Patient Database
Karakteristik klinik pasien/Deskripsi Pasien
Nama : Ny. dr. Yulia
Umur : -
Alamat : -
Jenis Kelamin : Wanita
Pekerjaan : Wiraswasta
-
25
Farmakoterapi pasien
a. Riwayat penyakit dahulu : -
b. Proses penyakit pasien
- Keluhan utama : Perubahan mood secara drasrtis
- Sejarah penyakit yang ada : -
- Sejarah obat pada masa lalu : -
- Review of system :
Pemeriksaan jasmani : -
Pemeriksaan laboratorium : -
Diagnosa sementara : Bipolar disorder
Obat yang diberikan : Tegretol, Asam folat, dan Clobazam
Step 2 : Drug, Disease dan Life style Factor
Drug : 1. Tegretol
2. Asam folat
3. Clobazam
Disease : 1. Bipolar disorder
Life Style : -
STEP 3 : Mengidentifikasi DRP
Tidak ada DRP yang ditemukan dalam resep, karena indikasi, dosis, dan
obat yang diberikan sudah sesuai
STEP 4 : Menetapkan farmakoterapi dan pencegahan DRP
Tidak ditemukan adanya DRP.
-
26
STEP 5 : Alternatif lain untuk mengatasi DRP
Pemantauan efek samping obat utuk mencegah reaksi obat yang tidak
diinginkan.
Step 6 : Implementasi dari rencana terapi yang terbaik
Tegretol dipilih untuk mengatasi perubahan mood secara drastis (sebagai mood
stab ilizer).
Dosis : awal 100-200 mg, 1-2 kali sehari. Dosis dapat dinaikkan bertahap sampai
800-1200 mg/hari dalam dosis terbagi.
Asam Folat dipilih untuk mengatasi defisiensi asam folat akibat pemakaian
tegretol.
Dosis : permulaan, 5 mg sehari untuk 4 bulan; pemeliharaan, 5 mg setiap 1-7 hari
tergantung penyakit dasarnya.
Penggunaan Clobazam sebagai penenang saat terjadi serangan.
Dosis : ansietas 20-30 mg/hari dalam dosis terbagi atau dosis tunggal sebelum
tidur, dinaikkan pada ansietas yang berat (pasien rawat inap) sampai dosis
maksimal 60mg/hari dalam dosis terbagi. Untuk lansia 10-15mg perhari.
Step 7 : Desain pengobatan
Pengobatan Farmakologi
- Pemberian Tegretol tiga kali sehari setengah tablet, diminum setelah makan.
- Pemberian Asam folat satu kali sehari 3 tablet setelah makan.
- Pemberian Clobazam satu kali sehari, setelah makan.
Pengobatan Non Farmakologi
Edukasi tentang psikologi penyakit bipolar, terapi, dan pemantauan yang perlu
dilakukan pasien dan keluarganya:
- Tanda dan gejala awal mania dan depresi, dan pendataan perubahan suasana
hati yang terjadi
- Pentingnya kepatuhan terhadap terapi
- Pemicu stres psikososial ataupun fisik yang dapat memperburuk episode
-
27
- Pembatasan substansi dan obat yang dapat memicu episode gangguan
suasana hati
- Strategi untuk mengatasi kehidupan dengan tingkat stres yang tinggi
- Pengembangan rencana untuk mengatasi krisis Psikoterapi (misalnya:
individu, kelompok. dan keluarga), terapi interpersonal. Teknik untuk
mengurangi stres, terapi relaksasi, pijat, yoga, dan lain-lain. Tidur (jadwal
tidur-bangun yang teratur; hindari konsumsi alkohol atau kafein menjelang
tidur). Nutrisi (konsumsi makanan atau minuman kaya protein dan asam
lemak esensial; suplemen vitamin dan mineral). Olah raga (aerobik dan
latihan beban secara teratur minimal 3 kali seminggu).
Step 8 : Hasil terapi yang diharapkan
- Diharapkan terjadi penurunan serangan.
- Diharapkan tidak bertambah parahnya efek depresi yang dapat menimbulkan
pikiran untuk bunuh diri.
- Diharapkan tidak terjadi defisiensi asam folat
- Kepatuhan pasien terhadap terapi yang dijalani
Step 9 : Tindak lanjut
- Pemantauan tingkat manik dan depresi secara berkala
- Melakukan monitoring terhadap kemungkinan terjadinya efek samping
- Jika kondisi pasien tidak membaik maka dilakukan evaluasi kembali terhadap
terapi yang sudah diberikan dan dilakukan identifikasi masalah kembali yang
disesuaikan dengan kondisi pasien sehingga dapat mengatasi masalah pasien dan
tujuan terapi dapat tercapai.
-
28
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Gangguan Bipolar dikenal juga dengan gangguan manik depresi, yaitu gangguan
pada fungsi otak yang menyebabkan perubahan yang tidak biasa pada suasana
perasaan, dan proses berfikir, ditandai dengan perubahan mood yang sangat
ekstrim, yaitu berupa depresi dan mania. Diagnosis penyakit ini melibatkan
kemunculan mania, depresi, atau kombinasi antar episode selama perjalanan
penyakit. Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan bipolar,
diantaranya genetik, lingkungan, dan konsumsi alkohol serta obat-obatan.
2. Pengobatan gangguan bipolar dapat dilakukan secara farmakologi dan non
farmakologi. Secara farmakologi dapat menggunakan kombinasi dari mood
stabilizer, antipsikotik, dan antidepresan bila diperlukan. Sedangkan pengobatan
non farmakologi dapat dilakukan dengan pendataan perubahan suasana hati yang
terjadi, menghindari faktor yang dapat menyebabkan stress, serta meningkatkan
kepatuhan pasien.
B. Saran
1. Apoteker perlu memberikan pelayanan kefarmasian secara paripurna mengenai
pola hidup untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.
2. Farmasis harus lebih teliti lagi dalam menganalisis drug related problem.
3. Komunikasi dengan dokter diperlukan, terutama jika terjadi drug related
problem agar terapi pasien menjadi optimal.
-
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia. Informatorium
Onbat Nasional Indonesia.2008.Jakarta;Sagung Seto.
2. Yosep,iyus. 2007. Keperawatan jiwa. Bandung : PT. Refika Aditama
3. Nasir, Abdul dan muhith, Abdul.2011.Dasar Dasar Keperawatan Jiwa
pengantar dan teori. Jakarta. Salemba medika
top related