analisis alih kode dan campur kode dalam iklan radio
Post on 28-Oct-2021
7 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
ANALISIS ALIH KODE DAN CAMPUR KODE
DALAM IKLAN RADIO MERAPI INDAH 104.9 FM
KABUPATEN MAGELANG
SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Disusun Oleh:
Samsul Arifin 122160026
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA JAWA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2017
ii
iii
iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN
MOTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan, maka kerjakanlah sesuatu
dengan bersungguh-sungguh, dan hanya kepada Tuhanlah hendaknya kita
berharap. (QS. Al-Insyirah : 5-8)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini ku persembahkan untuk:
1. Kedua orang tuaku Bapak
Trubus, Ibu Wurwiyati, kakakku
Nestu Yulaiman Sidik serta
adikku Retno Wulandari tercinta
atas doa, bimbingan, dan kasih
sayangnya yang selalu
mengiringi perjalanan hidupku.
2. Terkasihku Dina Kurniawati
terimakasih atas perhatian,
pengertian dan kesabaran yang
selalu mendampingiku sehari-
hari dalam menyelesaikan
skripsi.
v
3. Semua teman-teman PBSJ
angkatan 2012, khususnya kelas
A yang telah memberi semangat,
saran dan rasa kebersamaannya
untuk sama-sama berjuang.
vi
vii
PRAKATA
Alhamdulilah, pujisyukur penulis persembahkan ke hadirat Allah Swt.
Karena rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Analisis Alih Kode dan Campur Kode dalam Iklan Radio Merapi
Indah 104.9 FM Kabupaten Magelang”. Skripsi ini penulis susun sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Penulis menyadari dalam menyusun skripsi ini banyak mengalami
kesulitan dan hambatan. Namun, berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai
pihak, skripsi ini dapat penulis selesaikan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Bapak Drs. H. Supriyono, M.Pd. selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Purworejo yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menuntut
ilmu di lembaga pendidikan tinggi ini;
2. Yuli Widyono, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan izin dan
rekomendasi kepada penulis mengadakan penelitian untuk penyusunan skripsi
ini;
3. Rochimansyah, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Jawa yang telah memberikan izin dan rekomendasi kepada penulis
mengadakan penelitian untuk penyusunan skripsi ini;
viii
ix
ABSTRAK
Samsul Arifin. 2017. “Analisis Alih Kode dan Campur Kode dalam Iklan Radio Merapi Indah 104.9 FM Kabupaten Magelang”. Skripsi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa. FKIP, Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah (1) mendeskripsikan bentuk campur kode yang berupa kata, frasa, pengulangan kata, baster dan klausa dalam tuturan iklan radio Merapi Indah 104.9 FM Kabupaten Magelang dan (2) mendeskripsikan bentuk alih kode antarbahasa dalam iklan radio Merapi Indah 104.9 FM Kabupaten Magelang. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Data dalam penelitian ini adalah berupa seluruh tuturan dalam iklan radio Merapi Indah 104.9 FM Kabupaten Magelang. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik rekam yang dibantu dengan handphone serta teknik catat pada kartu data. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai instrumen utama, dengan menggunakan bantuan alat berupa handphone, nota pencatat data beserta alat tulisnya, serta laptop. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis wacana. Teknik penyajian hasil analisis data menggunakan teknik informal. Hasil penelitian yang ditemukan adalah, pertama wujud Alih kode dalam iklan Radio Merapi Indah 104.9 FM Kabupaten Magelang ditemukan 5 peristiwa alih kode antar bahasa, yang kedua wujud Campur kode dalam iklan Radio Merapi Indah 104.9 FM Kabupaten Magelang ditemukan 41 peristiwa campur kode. a) Peristiwa campur kode yang berwujud kata 28 buah indikator, b) Peristiwa campur kode yang berwujud frasa 4 buah indikator, c) Peristiwa campur kode yang berwujud pengulangan kata 2 buah indikator, d) Peristiwa campur kode yang berwujud baster 6 buah indikator, e) Peristiwa campur kode yang berwujud klausa 1 buah indikator.
Kata Kunci: alih kode, campur kode, iklan radio.
x
SARIPATI
Samsul Arifin. 2017. “Analisis Alih Kode lan Campur Kode ing Iklan Radio Merapi Indah 104.9 FM Kabupaten Magelang”. Skripsi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa. FKIP, Universitas Muhammadiyah Purworejo. Ancasipun panaliten punika ngandharaken (1) wujudipun campur kode kayata tembung, frasa, tembung rangkep, baster, lan klausa tutur ing Iklan Radio Merapi Indah 104.9 FM Kabupaten Magelang lan (2) wujudipun alih kode kayata alih kode antarbasa tutur ing iklan radio Merapi Indah 104.9 FM Kabupaten Magelang. Jinising panaliten ingkang dipunginakaken inggih punika panaliten deskriptif kualitatif. Dhata panaliten punika sedaya wawan pangandikan wonten ing iklan radio Merapi Indah 104.9 FM Kabupaten Magelang. Teknik ngempalaken dhata ingkang dipunginakaken inggih punika teknik rekam ngagem handphone, lan teknik catat wonten kartu dhata. Instrumen ingkang dipunginakaken inggih punika pangripta piyambak, handphone, nota pencatat kaliyan alat tulisipun, sarta laptop. Teknik penyajian hasil analisis dhata dipunginakaken teknik informal. Asil panaliten kaping setunggal inggih punika wujudipun alih kode pangandikan wonten ing iklan radio Merapi Indah 104.9 FM Kabupaten Magelang dipuntemokaken 5 prastawa alih kode inggih punika alih kode antarbasa, ingkang kaping kalih inggih punika, wujudipun campur kode pangandikan wonten ing iklan radio Merapi Indah 104.9 FM Kabupaten Magelang dipuntemokaken 41 prastawa campur kode. a) campur kode wujud tembung cacah 28 indikator, b) campur kode wujud frasa cacah 4 indikator, c) campur kode wujud tembung rangkep cacah 2 indikator, d) campur kode wujud baster cacah 6 indikator, lan e) campur kode wujud klausa cacah 1 indikator.
Tembung Wos: alih kode, campur kode, iklan radio
xi
DAFTAR ISI
Hal.
JUDUL ....................................................................................................... i
PERSETUJUAN ......................................................................................... ii PENGESAHAN .......................................................................................... iii
MOTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. iv PERNYATAAN ......................................................................................... v
PRAKATA ................................................................................................. vi ABSTRAK ................................................................................................. viii
SARIPATI .................................................................................................. ix DAFTAR ISI .............................................................................................. x
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1 B. Identifikasi Masalah .................................................................... 6 C. Batasan Masalah ........................................................................ 7 D. Rumusan Masalah ....................................................................... 8 E. Tujuan Penelitian ........................................................................ 8 F. Manfaat Penelitian ...................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 10 B. Kajian Teori ................................................................................ 12
1. Sosiolinguistik ..................................................................... 12 2. Bahasa ................................................................................ 14 3. Hakikat Kedwibahasaan atau Bilingualisme ......................... 15 4. Alih Kode.. .......................................................................... . 16
a. Jenis-jenis Alih Kode ....................................................... 17 b. Faktor-faktor yang Melatarbelakangi Alih Kode. ............. . 19 c. Fungsi Alih kode ............................................................. .. 22
5. Campur Kode ...................................................................... 22 a. Pengertian Campur Kode (code mixing) ........................... 22 b. Jenis-jenis Campur Kode ................................................. 24 c. Ciri-ciri Campur Kode ..................................................... 25 d. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode 25
xii
e. Wujud Campur Kode ....................................................... 27 6. Perbedaan dan Persamaan Alih kode dan Campur Kode ....... 30 7. Radio……………………………. ........................................ . 31 8. Iklan……………………………… ...................................... . 33
a. Pengertian Iklan ............................................................... . 33 b. Bahasa Iklan ................................................................... 33
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ......................................................................... 36 B. Subjek dan Objek Penelitian ..................................................... 37 C. Waktu Penelitian ...................................................................... 37 D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 38 E. Instrumen Penelitian ................................................................. 40 F. Teknik Analisis Data ................................................................ 41 G. Penyajian Hasil Analisis .......................................................... 42
BAB IV PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA A. Penyajian Data ............................................................................ 43
1. Alih Kode….. ....................................................................... 44 2. Campur Kode ....................................................................... 49
a. Campur Kode yang berwujud Kata .................................. 49 b. Campur Kode yang berwujud Frasa ................................. 59 c. Campur Kode yang berwujud Pengulangan Kata ............. 62 d. Campur Kode yang berwujud Baster ................................ 63 e. Campur Kode yang berwujud Klausa ............................... 67
B. Pembahasan Data ...................................................................... 69 1. Alih Kode…………. ............................................................ 70
a. Alih Kode yang Berwujud Alih Kode Antarbahasa dari Bahasa Jawa ke Bahasa Indonesia……… ................................... 70
b. Alih Kode yang Berwujud Alih Kode Antarbahasa dari Bahasa Jawa ke Bahasa Indonesia…………………………….. .. 71
c. Alih Kode yang Berwujud Alih Kode Antarbahasa dari Bahasa Jawa ke Bahasa Indonesia………………………………. 73
d. Alih Kode yang Berwujud Alih Kode Antarbahasa dari Bahasa Indonesia ke Bahasa Jawa………………………………. 74
e. Alih Kode yang Berwujud Alih Kode Antarbahasa dari Bahasa Indonesia ke Bahasa Jawa……………………………….. 75
2. Campur Kode ....................................................................... 77 a. Campur Kode yang berwujud Kata ................................ 77 b. Campur Kode yang berwujud Frasa ............................... 94
xiii
c. Campur Kode yang berwujud Pengulangan Kata ........... 99 d. Campur Kode yang berwujud Baster ............................. 101 e. Campur Kode yang berwujud Klausa ............................ 107
BAB V PENUTUP A. Simpulan ......................................................................................... 110 B. Saran ............................................................................................... 111
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 112
LAMPIRAN………………………………. ……………………………… 113
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Distribusi Waktu Penelitian ........................................................ 38
Tabel 2. Wujud Alih Kode........................................................................ 44
Tabel 3. Wujud Campur Kode Berwujud Kata .......................................... 49
Tabel 4. Wujud Campur Kode Berwujud Frasa......................................... 59
Tabel 5. Wujud Campur Kode Berwujud Pengulangan Kata ..................... 62
Tabel 6. Wujud Campur Kode Berwujud Baster ....................................... 64
Tabel 7. Wujud Campur Kode Berwujud Klausa ..................................... 67
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Transliterasi Iklan Radio Merapi Indah 104.9 FM Kabupaten Magelang
Lampiran 2. Surat Keputusan Dosen Pembimbing Skripsi
Lampiran 3. Surat Keputusan Dosen Penguji Skripsi
Lampiran 4. Kartu Bimbingan Skripsi Pembimbing 1
Lampiran 5. Kartu Bimbingan Skripsi Pembimbing 2
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bahasa merupakan suatu sistem vokal simbol yang bebas yang
dipergunakan oleh anggota masyarakat untuk berinteraksi. Bahasa
memungkinkan manusia untuk saling berhubungan ataupun berkomunikasi,
saling belajar dari orang lain, dan saling memahami orang lain. Melalui
bahasa, seseorang akan dapat mengungkapkan sesuatu yang ingin
dikemukakannya, sehingga lawan tuturnya akan memahami maksud ungkapan
yang dikemukakan oleh lawan tutur tersebut. Dengan demikian, manusia tidak
dapat terlepas dari bahasa.
Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa merupakan faktor yang
penting untuk menentukan lancar tidaknya suatu komunikasi. Oleh karena itu,
ketepatan berbahasa sangat diperlukan demi kelancaran komunikasi.
Ketepatan berbahasa tidak hanya berupa ketepatan memilih kata dan
merangkai kalimat tetapi juga ketepatan melihat situasi. Artinya, seorang
pemakai bahasa selalu harus tahu bagaimana menggunakan kalimat yang baik
atau tepat, juga harus melihat dalam situasi apa dia berbicara, kapan, di mana,
dengan siapa, untuk tujuan apa dan sebagainya.
Sosiolinguistik memandang bahasa (language) pertama-tama sebagai
sistem sosial dan sistem komunikasi serta merupakan bagian dari masyarakat
2
dan kebudayaan tertentu. Dengan demikian, memandang bahasa tidak saja dari
sudut penuturnya, tetapi juga dari sudut pendengarnya. Dari segi
penggunanya, bahasa dapat menimbulkan keberagaman juga. Istilah
penggunaan di sini adalah orang atau penutur bahasa yang bersangkutan.
Pemakaian bahasa di dalam masyarakat, dewasa ini semakin bervariasi.
Dalam kehidupan sosial, tidak hanya bahasa yang mempunyai peran
sebagai alat komunikasi, tetapi peran media-media komunikasi tidak kalah
penting karena dapat mempermudah komunikasi antar manusia yang berada di
tempat yang berbeda. Media adalah sarana atau alat untuk menyampaikan
informasi. Media yang merupakan tempat bertukar informasi memungkinkan
terjadi gejala alih kode dan campur kode di dalamnya. Salah satu jenis media
komunikasi yang dapat membantu mempermudah komunikasi antarmanusia
yaitu radio, karena dapat digunakan untuk menyampaikan berbagai informasi
kepada masyarakat.
Radio merupakan media massa yang mudah dan murah, karena hanya
dengan membeli perangkat radio tanpa harus membayar iuran hiburan dan
informasi bisa didapatkan. Media radio banyak dipilih masyarakat karena
dalam kenyataannya mendengarkan radio tidak menyita waktu dan tempat.
Media radio tidak hanya soal hiburan dan penyampaian informasi semata. Di
dalamnya juga terdapat persaingan antar sponsor acara yang berupa
periklanan. Iklan merupakan salah satu jenis dan bentuk siaran dalam radio
yang biasanya diputar setiap jeda acara, terutama pada acara yang memiliki
rating tinggi. Terkadang iklan memberi hiburan tersendiri bagi pendengarnya
3
dengan kemasan yang unik dan mudah diingat baik dari ilustrasi musik
maupun bahasa yang digunakan. Dengan demikian, bahasa iklan di radio
harus dapat menarik konsumen, supaya orang yang mendengar dapat tertarik
pada produk yang ditawarkan.
Iklan merupakan salah satu bentuk pesan, dalam dunia usaha
kebutuhan iklan bagi pengusaha merupakan hal yang penting. Hal ini
disebabkan oleh persaingan produk yang semakin ketat. Untuk itulah,
pembuat iklan dituntut untuk mengemas iklan dengan semenarik mungkin.
Menurut Wright, iklan merupakan proses komunikasi yang mempunyai
kekuatan penting sebagai sarana pemasaran, membantu layanan serta gagasan
dan ide-ide melalui saluran tertentu dalam bentuk informasi yang bersifat
persuasif (Mulyana, 2005: 63-64). Dalam pembuatannya, pembuat iklan harus
memperhatikan syarat-syarat iklan seperti, bahasa iklan menggunakan pilihan
kata yang tepat, sopan dan logis. Ungkapan majas yang digunakan untuk
memikat dan sugestif, disusun secara singkat dan menonjolkan bagian-bagian
yang dipentingkan. Isi dalam sebuah iklan harus objektif, jujur, singkat, jelas
dan tidak menyinggung golongan tertentu atau produsen lain. Iklan yang
dibuat juga harus mengutamakan iklan yang menarik perhatian banyak orang.
Menginformasikan pelanggan mengenai produk baru dan mendorong calon
pelanggan untuk melakukan pembelian.
Bahasa yang digunakan dalam iklan merupakan hal yang sangat
menarik untuk diteliti, karena pada pemakaian ragam dan variasi bahasa iklan
radio terdapat adanya alih kode dan campur kode yang dapat dijadikan objek
4
penelitian. Dalam bentuk bahasa, iklan radio biasanya berbentuk percakapan
yang terdiri dari dua atau lebih penutur. Bahasa yang digunakan dalam
percakapan iklan radio tersebut tidak jarang penutur menggunakan lebih dari
satu bahasa. Penggunaan bahasa yang lebih dari satu tersebut adalah untuk
membuat kemasan iklan lebih menarik dan para konsumen lebih tertarik untuk
membeli barang yang diiklankan.
Pada penelitian ini penulis memilih stasiun Radio Merapi Indah FM
Magelang sebagai tempat penelitian. Stasiun Radio Merapi Indah FM adalah
stasiun radio yang berdiri sejak 20 Juni 1991, pendiri radio Merapi Indah FM
adalah Bapak Haji Taifur. Stasiun Radio Merapi Indah FM beralamat di Jl.
Raya Gulon Salam No. 104, Muntilan, Magelang, Jawa Tengah. Radio ini
mengudara dengan frekuensi FM 104.9 MHz, dengan jam siaran dari pukul
05.00-24.00 WIB. Jumlah karyawan di radio Merapi Indah ada 13 orang.
Program acara yang disiarkan oleh radio Merapi Indah FM antara lain Lagu
Religi, Pengajian Fajar, Dendang Pagi 1, Berita KBR 68H, Sekilas Merapi,
Langgam Merapi, Mitra Karya dan masih banyak lagi program-program
lainnya. Stasiun radio Merapi Indah FM menjadi pilihan penulis dalam
melakukan penelitian karena Merapi Indah FM adalah salah satu radio di
Kabupaten Magelang. Pada siaran di Radio Merapi Indah FM Magelang tidak
jarang bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa. Bahasa Jawa yang
digunakan untuk berkomunikasi di radio merupakan cerminan bahasa
masyarakat. Bahasa yang merupakan cerminan bahasa dari masyarakat dapat
menyebabkan gejala sosial, yang tidak dapat dilepaskan dari pemakaiannya.
5
Selain menyiarkan acara hiburan dan menyampaikan informasi, di
dalam siaran radio Merapi Indah FM juga terdapat berbagai macam iklan.
Selain untuk menarik konsumen, bahasa yang digunakan dalam iklan radio
Merapi Indah FM juga dimaksudkan untuk menghibur para pendengar, karena
tidak jarang bahasa yang digunakan menggunakan bahasa Jawa dialek khas
Magelang yang terkesan lucu dan humoris.
Keberagaman penggunaan bahasa yang lebih dari satu bahasa tersebut
menimbulkan variasi atau ragam bahasa. Bentuk variasi bahasa yang ada
adalah alih kode dan campur kode. Alih kode adalah peristiwa peralihan dari
satu kode ke kode yang lain dalam suatu peristiwa tutur, sedangkan campur
kode adalah menyelipkan unsur-unsur bahasa lain ketika sedang memakai
bahasa tertentu.
Alih kode dan campur kode timbul akibat dari penggunaan bahasa
dalam berkomunikasi. Hal ini hanya terjadi dalam masyarakat multilingual
yaitu masyarakat yang menggunakan dua bahasa atau lebih. Alih kode dan
campur kode juga dapat terjadi jika penutur menyelipkan bahasa lain ketika
menggunakan bahasa tertentu dalam pembicaraannya. Unsur-unsur yang
diambil dari bahasa lain itu sering kali berwujud kata, frasa, perulangan kata,
idiom, maupun klausa. Peralihan alih kode dan campur kode dapat dilihat
dalam pemakaian bahasa secara lisan maupun tulisan. Pada penelitian ini
bentuk alih kode dan campur kode yang penulis teliti adalah alih kode dan
campur kode yang berbentuk tuturan (lisan), karena objek dari penelitian ini
adalah tuturan yang terdapat dalam iklan radio Merapi Indah FM Magelang.
6
Berdasarkan uraian di atas, penulis memilih wujud alih kode dan
campur kode dalam iklan radio sebagai objek penelitian. Dengan demikian,
penelitian ini berjudul “Analisis Alih Kode dan Campur Kode dalam Iklan
Radio Merapi Indah 104.9 FM Kabupaten Magelang”.
B. Identifikasi Masalah
Uraian masalah dapat digunakan untuk mengidentifikasi permasalahan
yang akan diteliti. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diuraikan
identifikasi masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut.
1. Peran media komuikasi tidak kalah penting dalam kehidupan sosial
masyarakat. Media komunikasi dapat mempermudah komunikasi antar
manusia yang berada di tempat yang berbeda.
2. Media sebagai sarana atau alat untuk menyampaikan informasi. Salah satu
jenis media komunikasi yang dapat membantu mempermudah komunikasi
antar manusia yaitu radio, karena dapat digunakan untuk menyampaikan
berbagai hal kepada masyarakat.
3. Stasiun Radio Merapi Indah FM salah satu stasiun radio yang menjadi
favorit para pendengar karena menjadi salah satu stasiun radio yang sudah
memiliki alamat streaming internet. Radio Merapi Indah 104.9 FM di
dalamnya tidak hanya menyiarkan acara hiburan dan penyampaian
informasi semata, tetapi juga iklan radio yang memberi hiburan tersendiri
bagi pendengarnya.
7
4. Iklan radio memberi hiburan tersendiri bagi pendengarnya dengan
kemasan yang unik dan mudah diingat baik dari ilustrasi musik maupun
bahasa yang digunakan. Dalam bentuk bahasa, iklan radio Merapi Indah
104.9 FM biasanya berbentuk percakapan yang terdiri dari dua atau lebih
penutur yang tidak jarang menggunakan lebih dari satu bahasa.
5. Bahasa yang digunakan dalam iklan radio Merapi Indah 104.9 FM juga
dimaksudkan untuk menghibur para pendengar dengan menggunakan
ragam dan variasi bahasa, seperti penggunaan bahasa Jawa dialek khas
Magelang yang terkesan lucu dan humoris. Keragaman tersebut
menimbulkan variasi atau ragam bahasa. Akibat keberagaman penggunaan
bahasa dalam iklan tersebut adalah terjadinya peristiwa alih kode dan
campur kode.
C. Batasan Masalah
Batasan masalah merupakan pembatasan terhadap permasalahan yang
muncul pada identifikasi masalah yang akan dibahas lebih lanjut. Berdasarkan
latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi
masalah yang akan diteliti pada tuturan dalam iklan radio Merapi Indah 104.9
FM di Kabupaten Magelang. Dalam hal ini wujud bahasa yang penulis soroti
adalah penggunaan alih kode dan campur kode pada bulan Agustus tahun
2016.
8
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, rumusan masalah utama pada
penelitian ini ada dua sebagai berikut.
1. Wujud alih kode apa sajakah dalam Iklan Radio Merapi Indah 104.9 FM
Kabupaten Magelang?
2. Wujud campur kode apa sajakah dalam Iklan Radio Merapi Indah 104.9
FM Kabupaten Magelang?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai
penulis dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:
1. wujud alih kode apa sajakah dalam Iklan Radio Merapi Indah 104.9 FM di
Kabupaten Magelang;
2. wujud campur kode apa sajakah dalam Iklan Radio Merapi Indah 104.9
FM di Kabupaten Magelang.
F. Manfaat Penelitian
Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat baik secara teoretis maupun
praktis.
1. Manfaat Teoretis
Penelitian mengenai penggunaan alih kode dan campur kode dalam
iklan radio Merapi Indah 104.9 FM di Kabupaten Magelang dapat
memberikan pengetahuan tentang teori sosiolinguistik, khususnya alih
9
kode dan campur kode. Selain itu, penelitian ini dapat memberikan
tambahan pengetahuan mengenai teori wujud alih kode dan wujud campur
kode yang digunakan dalam Iklan Radio Merapi Indah 104.9 FM di
Kabupaten Magelang dan menambah penelitian tentang alih kode dan
campur kode.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk:
a. mengetahui tentang seluk beluk alih kode dan campur kode dalam
iklan Radio Merapi Indah 104.9 FM;
b. dapat menggunakan bahasa Jawa yang baik dan benar dalam iklan
Radio Merapi Indah 104.9 FM, serta penuh diharapkan dapat
memotivasi peneliti lain khususnya tentang alih kode dan campur
kode;
c. bagi peneliti, dapat menambah wawasan tentang pengetahuan bahasa
Jawa dalam iklan radio;
d. bagi penyiar, dapat menggunakan bahasa yang baik dan benar dalam
iklan radio.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan kajian secara kritis terhadap kajian
terdahulu, sehingga diketahui perbedaan yang khas antara bagian yang
terdahulu dengan kajian yang akan dilakukan sehingga bahan perbandingan
dalam penelitian ini. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis mengacu
pada hasil penelitian yang dianggap relevan dengan penelitian yang penulis
teliti serta dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam penelitian ini. Skripsi
atau penelitian yang relevan dengan kajian penelitian ini adalah penelitian Siti
Masitoh dan Antika Indra Hafari dari Universitas Muhammadiyah Purworejo.
1. Siti Masitoh (2013) dengan judul “Campur Kode Bahasa Indonesia ke
dalam Bahasa Jawa pada Siaran Radio Jampi Sayah di Radio POP FM
GOMBONG”.
Hasil penelitian yang telah dilakukan adalah campur kode berupa
kata berjumlah 53 buah, campur kode berupa frasa berjumlah 22 buah,
campur kode baster berjumlah 9 buah, campur kode pengulangan kata
berjumlah 19 buah, campur kode idiom berjumlah 13 buah, dan campur
kode klausa berjumlah 24 buah.
Persamaan yang ada antara penelitian di atas dengan penelitian
yang dilakukan penulis lakukan adalah sama-sama mengkaji tentang alih
kode dan campur kode bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa.
10
11
Perbedaannya adalah objek yang peneliti lakukan yaitu dalam iklan radio
Merapi Indah FM kabupaten Magelang, sedangkan penelitian dari Siti
Masitoh objek kajiannya pada siaran radio Jampi Sayah di radio POP FM
Gombong.
2. Antika Indra Hafari (2015) dengan judul “Analisis Campur Kode dan Alih
Kode dalam Iklan Radio CITRA FM Kabupaten Wonosobo pada bulan
April tahun 2015”.
Hasil penelitian yang telah dilakukan adalah campur kode berupa
kata berjumlah 22 buah, campur kode berupa frasa berjumlah 5 buah,
campur kode berupa perulangan kata berjumlah 3 buah, campur kode
berupa baster berjumlah 2 buah, campur kode berupa klausa berjumlah 2
buah, dan wujud alih kode berjumlah 6 buah.
Persamaan yang ada antara penelitian di atas dengan penelitian
yang dilakukan penulis lakukan adalah sama-sama mengkaji tentang alih
kode dan campur kode dalam iklan radio. Perbedaannya adalah objek
kajian yang peneliti lakukan yaitu dalam iklan radio Merapi Indah FM
kabupaten Magelang, sedangkan penelitian dari Antika Indra Hafari objek
kajiannya pada iklan radio CITRA FM kabupaten Wonosobo.
Dari tinjauan pustaka di atas, dapat dipahami bahwa penelitian
mengenai campur kode dan alih kode bukanlah penelitian yang baru karena
sudah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu. Akan tetapi,
penelitian berjudul “Analisis Alih Kode dan Campur Kode dalam Iklan Radio
Merapi Indah 104.9 FM Kabupaten Magelang” layak dilakukan mengingat
12
objek penelitian yang penulis lakukan berbeda dengan penelitian-penelitian
terdahulu, walaupun memang tidak dapat dipungkiri adanya persamaan antara
penelitian penulis dengan penelitian terdahulu.
B. Kajian Teori
1. Sosiolinguistik
Masyarakat bahasa selalu berkembang sesuai dengan budaya yang
dimilikinya. Sebagai produk sosial atau budaya tentu bahasa merupakan
wadah aspirasi sosial, kegiatan dan teknologi yang diciptakan oleh
masyarakat bahasa. Bahasa bisa dianggap sebagai cermin zamannya.
Artinya, bahasa itu dalam masa tertentu mewadahi apa yang terjadi di
dalam masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan pengertian sosiolinguistik
mengenai penggunaan bahasa yang mencerminkan kondisi masyarakat
penggunanya. Menurut Sumarsono (2013: 5), batasan kajian
sosiolinguistik meliputi tiga hal, yaitu bahasa, masyarakat, dan hubungan
antara bahasa dan masyarakat. Sosiolinguistik mempelajari mengenai
bahasa yang digunakan oleh suatu masyarakat, dimana masyarakat
tersebut bersifat heterogen yang berakibat akan munculnya variasi bahasa
yang digunakan, sehingga akan terbentuk pola-pola bahasa tertentu yang
digunakan oleh masyarakat satu dengan masyarakat lainnya.
Hal ini sejalan dengan Wijana dan Rohmadi (2013: 7) menjelaskan
bahwa sosiolinguistik sebagai ilmu yang bersifat interdisipliner yang
menggarap masalah-masalah kebahasaan dalam hubungannya dengan
13
faktor-faktor sosial, situasi, dan budaya. Faktor-faktor sosial yang
mempengaruhi pemakaian bahasa misalnya status sosial, tingkat
pendidikan, umur, tingkat ekonomi, jenis kelamin, dan sebagainya.
Pemakaian bahasa juga dipengaruhi oleh faktor-faktor situasional, yaitu
siapa berbicara dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan, dimana, dan
mengenai masalah seperti apa.
Senada dengan pendapat di atas, menurut Chaer dan Agustina (2010:
4) bahwa sosiolinguistik adalah cabang ilmu linguistik yang bersifat
interdisipliner dengan ilmu sosiologi, dengan objek penelitian hubungan
antara bahasa dengan faktor-faktor sosial di dalam masyarakat tutur. Oleh
karena itu, batasan sosiolinguistik yaitu ilmu yang mempelajari mengenai
penggunaan bahasa oleh suatu masyarakat yang dipengaruhi oleh faktor-
faktor sosial yang ada. Keanekaragaman masyarakat menyebabkan
beranekaragam pula bahasa yang digunakan. Keanekaragaman bahasa
yang digunakan masyarakat dipengaruhi oleh faktor sosial, seperti status
sosial, tingkat pendidikan, umur, tingkat ekonomi dan jenis kelamin.
Dari beberapa pengertian tersebut penulis menyimpulkan bahwa
sosiolinguistik adalah cabang dari linguistik (ilmu bahasa) yang
mempelajari tentang hubungan bahasa dengan masyarakat dan faktor-
faktor yang mempengaruhinya. Adapun faktor-faktor tersebut seperti
faktor sosial, situasional, dan budaya yang ada di dalam masyarakat.
14
2. Bahasa
Setiap manusia umumnya hidup dalam ikatan suatu masyarakat.
Dengan sesamanya seseorang itu senantiasa bergaul, berhubungan, dan
bekerjasama untuk kepentingan bersama pula. Untuk melaksanakan segala
kegiatan sosial, manusia membutuhkan pemakaian suatu bahasa. Bahasa
itu merupakan alat atau syarat berhubungan antara manusia satu dengan
manusia yang lainnya dalam kegiatannya.
Chaer dan Agustina (2010: 11-12) menyatakan bahwa bahasa ialah
sebuah sistem dimana bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen yang
berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sebagai sebuah sistem bahasa
selalu bersifat sistematis dan sistemis. Sistematis artinya bahasa tersusun
secara berpola. Sedangkan sistemis, artinya sistem bahasa bukan
merupakan sistem tunggal, melainkan dari sejumlah subsistem, yakni
subsistem fonologi, subsistem morfologi, subsistem sintaksis, dan
subsistem leksikon.
Berdasarkan pendapat tersebut, batasan konsep bahasa adalah
lambang-lambang bunyi yang disusun secara sistematis dan sistemis.
Sistematis berarti disusun secara berpola, bukan secara sembarangan dan
acak. Sistemis berarti tersusun atas kaidah atau aturan kebahasaan. Adapun
kaidah tersebut seperti bunyi-bunyi bahasa (subsistem fonologi), tata kata
(subsistem morfologi), tata kalimat, frasa, dan klausa (subsistem sintaksis),
makna yang terkandung dalam suatu kata dan pemakaian kata(subsistem
leksikon).
15
3. Hakikat Kedwibahasaan atau Bilingualisme
Konsep dasar dari sosiolinguistik adalah tentang hubungan bahasa
dengan masyarakat. Masyarakat bahasa yang terbuka mempunyai
hubungan dengan masyarakat bahasa lainnya, hal tersebut mengakibatkan
adanya kontak bahasa. Salah satu wujud kontak bahasa tersebut yaitu
masyarakat bahasa sekarang ini tidak hanya mampu menggunakan satu
jenis bahasa tetapi dua jenis bahasa. Peristiwa tersebut disebut dengan
kedwibahasaan atau bilingualisme. Aslinda dan Syafyahya (2014: 8)
menjelaskan bahwa kedwibahasaan adalah kemampuan mempergunakan
dua bahasa dan kebiasaan memakai dua bahasa. Kedwibahasaan yaitu
masyarakat mempunyai penguasaan yang baik kedua bahasa tersebut.
Kedua bahasa itu digunakan oleh masyarakat sesuai dengan lingkungan
bahasa yang dipakai.
Sementara Weinreich dalam Suwito (1983: 39) menyatakan bahwa
kedwibahasaan adalah peristiwa pemakaian dua bahasa secara bergantian
oleh seorang penutur. Pemakaian dua bahasa adalah bahasa daerah dan
bahasa Indonesia yang dilakukan oleh seorang penutur. Senada dengan
pendapat di atas, menurut Kridalaksana (2008: 36), bilingualisme adalah
penggunaan dua bahasa oleh seseorang atau suatu masyarakat. Jadi,
konsep kedwibahasaan yaitu penggunaan dua bahasa oleh seorang penutur
bahasa baik individu atau suatu masyarakat. Penggunaan dua bahasa
berarti menguasai dua sistem kode, dua dialek atau ragam suatu bahasa.
16
Pendapat lain, menurut Chaer dan Agustina (2010: 84), bilingualisme
ialah berkenaan dengan penggunaan dua bahasa atau kode bahasa. Kedua
bahasa tersebut berupa bahasa pertama atau bahasa ibu dan bahasa kedua.
Bahasa ibu adalah bahasa yang pertama diterima oleh masing-masing
individu, sedangkan bahasa kedua yaitu bahasa lain yang dikuasai dan
diterima oleh individu. Bahasa kedua selalu diterima setelah bahasa ibu.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hakikat
kedwibahasaan atau bilingualisme merupakan kemampuan dan kebiasaan
menggunakan dua bahasa oleh seorang penutur atau masyarakat. Jenis
kedua bahasa tersebut yaitu bahasa ibu dan bahasa kedua. Penutur dan
masyarakat mempunyai penguasaan yang baik mengenai kedua bahasa
tersebut. Selain itu, penutur juga terbiasa menggunakannya. Orang yang
dapat menggunakan dua bahasa itu disebut dwibahasawan.
4. Alih Kode
Alih kode adalah peristiwa peralihan dari satu kode ke kode yang lain
dalam suatu peristiwa tutur. Misalnya, penutur menggunakan bahasa
Indonesia beralih menggunakan bahasa Jawa. Alih kode merupakan salah
satu aspek ketergantungan bahasa dalam masyarakat multilingual. Dalam
masyarakat multilingual sangat sulit seorang penutur mutlak hanya
menggunakan satu bahasa. Dalam alih kode masing-masing bahasa masih
cenderung mendukung fungsi masing-masing dan masing-masing fungsi
sesuai dengan konteksnya.
17
Menurut Suwito (1983: 68-69), alih kode ialah peristiwa peralihan dari
kode yang satu ke kode yang lain. Apabila alih kode itu terjadi antar
bahasa-bahasa daerah dalam satu bahasa nasional, atau antara dialek-
dialek dalam satu bahasa daerah atau antara beberapa ragam dan gaya
yang terdapat dalam satu dialek, alih kode seperti itu disebut bersifat
intern. Apabila yang terjadi adalah antar bahasa asli dengan bahasa asing,
maka disebut alih kode ekstern.
Senada dengan Suwito, Kridalaksana (2008: 9) menyatakan bahwa
“alih kode adalah penggunaan variasi bahasa lain atau bahasa lain dalam
satu peristiwa bahasa sebagai strategi untuk menyesuaikan diri dengan
peran atau situasi lain, atau karena adanya partisipan lain”. Dapat
disimpulkan bahwa alih kode adalah peristiwa peralihan dari kode yang
satu ke kode yang lain. Dengan catatan bahwa alih kode memiliki dua
bahasa yang berbeda sistem gramatikalnya, kemudian dua bahasa itu
masih mendukung fungsi-fungsi tersendiri sesuai dengan konteks, dan
fungsi masing-masing bahasa disesuaikan dengan situasi yang relevan
dengan perubahan konteks. Alih kode intern terjadi dalam satu bahasa
nasional dan alih kode ekstern terjadi dari bahasa nasional ke dalam
bahasa asing.
a. Jenis-jenis Alih Kode
Poedjosoedarmo dalam Lia Rusmiyati (2012:19) membagi jenis
alih kode berdasarkan sifat momentum serta jarak hubungan antar
penutur, yaitu alih kode sementara dan alih kode permanen.
18
1) Alih kode sementara merupakan pergantian kode bahasa yang
berlangsung hanya sebentar dan pergantian bahasa itu hanya
berlangsung dalam suatu kalimat atau beberapa kalimat. Misalnya,
seseorang penutur yang sedang berbicara menggunakan bahasa lain
tiba-tiba karena suatu hal dia berganti menggunakan bahasa jawa
ragam krama. Pergantian itu hanya berlangsung dalam satu kalimat
atau beberapa kalimat, kemudian pembicaraan kembali lagi ke
dalam bahasa Indonesia. Alih kode sementara dapat terjadi dengan
frerkuensi tinggi rendah.
2) Alih kode permanen ialah pergantian kode bahasa yang
berlangsung cukup lama. Namun peristiwa alih kode ini jarang
terjadi. Hal ini mencerminkan pengertian status penutur dan sifat
hubungan antar penutur. Pergantian ini biasanya berarti adanya
sikap relasi terhadap O2 secara sadar.
Sedangkan Djajasudarma dalam Lia Rusmiyati (2012:19-20)
membagi jenis alih kode berdasarkan asal bahasanya, antara lain alih
kode intern dan ekstern.
1) Alih kode intern
Alih kode intern adalah kode yang terjadi antara dialek-
dialek dalam satu bahasa daerah atau antar ragam dan gaya bahasa
tang terdapat dalam satu dialek. Dalam suatu wilayah tertentu
biasanya penutur mempunyai kemampuan menggunakan lebih dari
satu variasi bahasa. Bahasa-bahasa tersebut akan digunakan pada
19
saat tertentu apabila diperlukan. Kenyataan ini dapat ditemukan
menggunakan ragam karama apabila berkomunikasi dengan orang
yang lebih dihormati atau orang yang baru dikenal. Alih kode
intern juga dapat terjadi antara Jawa dan bahasa Sunda. Alih kode
intern dapat terjadi dari bahasa nasional ke bahasa daerah atau juga
sebaliknya (Subekti, 1998:17). Misalnya, penuturnya mula-mula
menggunakan kode bahasa Indonesia laliu ia berganti
menggunakan kode bahasa Jawa.
2) Alih kode ekstern
Alih kode ekstern adalah alih kode yang terjadi antar
bahasa. Didalam masyarakat Indonesia sering terjadi alih kode
ekstern, terutama bagi penutur yang menguasai bahasa asing
disamping menguasai bahasa Indonesia. Perpindahan tersebut
bergantung situasi dan yang sesuai untuk memakai atau
menggunakan bahasa asing tersebut.
b. Faktor-faktor yang Melatarbelakangi Alih Kode
Suwito (1983: 72-74) menjelaskan alih kode adalah peristiwa
kebahasaan yang disebabkan oleh faktor-faktor luar bahasa, terutama
faktor-faktor yang sifatnya sosio-situasional. Faktor yang
melatarbelakangi terjadinya alih kode sebagai berikut.
1) Penutur
Seorang penutur kadang-kadang dengan sadar berusaha
beralih kode terhadap lawan tuturnya karena suatu maksud.
20
Biasanya usaha tersebut dilakukan dengan maksud mengubah
situasi, yaitu dari situasi resmi ke situasi tak resmi.
2) Lawan tutur
Lawan bicara atau lawan tutur dapat menyebabkan
terjadinya alih kode karena setiap penutur pada umumnya ingin
mengimbangi bahasa yang dipergunakan oleh lawan tuturnya.
3) Hadirnya penutur ketiga
Kehadiran orang ketiga yang tidak berlatar belakang, dua
orang yang berasal dari kelompok etnik yang sama pada umumnya
saling berinteraksi dengan bahasa kelompok etniknya. Tetapi
apabila kemudian hadir orang ketiga dalam pembicaraan itu, dan
orang itu berbeda latar kebahasaannya, biasanya dua orang pertama
beralih kedalam bahasa yang dikuasai oleh ketiganya.
4) Pokok pembicaraan (topik)
Topik pembicaraan merupakan hal dominan yang
menentukan terjadinya alih kode. Pokok pembicaraan yang bersifat
formal biasanya di ungkapkan dengan ragam baku dengan gaya
netral dan serius. Sedangkan pokok pembicaraan yang bersifat
informal di sampaikan dengan bahasa tak baku, gaya sedikit
emosional, dan serba seenaknya.
5) Untuk membangkitkan rasa humor
Alih kode sering dimanfaatkan oleh guru, pimpinan rapat
atau pelawak untuk membangkitkan rasa humor. Bagi pimpinan
21
rapat bangkitnya rasa humor diperlukan untuk menyegarkan
suasana yang dirasakan mulai lesu.
6) Untuk sekadar bergengsi
Sebagian penutur yang beralih kode sekedar untuk
bergengsi. Hal itu terjadi apabila baik faktor situasi, lawan bicara,
topic dan faktor-faktor sosio-situasional yang lain sebenarnya tidak
mengharuskan dia untuk beralih kode.
Senada dengan Suwito, Fishman (dalam Chaer dan Agustina,
2010: 108) juga menyatakan bahwa faktor penyebab alih kode adalah
siapa berbicara, dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan, dan dengan
tujuan apa.
Dari pernyataan-pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa hal
yang melatarbelakangi terjadinya alih kode adalah adanya penutur
yang terkadang mempunyai maksud tersendiri melakukan alih kode,
lawan tutur yang ingin mengimbangi bahasa yang digunakan oleh
lawan tuturnya, hadirnya penutur ketiga yang berbeda latarbelakang
kebahasaannya, pokok pembicaraan yang merupakan faktor dominan
dalam menentukan terjadinya alih kode, membangkitkan rasa humor
yang diperlukan untuk menyegarkan suasana yang dirasa mulai lesu,
dan untuk sekedar bergengsi. Faktor lain yang melatarbelakangi
terjadinya alih kode adalah siapa berbicara, dengan bahasa apa, kepada
siapa, kapan, dan dengan tujuan apa.
22
c. Fungsi Alih Kode
Suwito (1983: 69) menyatakan bahwa alih kode masing-masing
bahasa mendukung fungsi tersendiri secara eksklusif dan peralihan
kode terjadi apabila penuturnya merasa bahwa situasinya relevan
dengan peralihan kodenya. Alih kode menunjukkan suatu gejala saling
ketergantungan antara fungsi kontekstual dan fungsi relefansial
didalam pemakaian satu bahasa atau lebih.
Fungsi atau tujuan penggunaan alih kode dalam penelitian ini
lebih secara kebahasaan dan tidak terlepas dari faktor yang
melatarbelakangi terjadinya sebagai suatu hasil dari proses sosio-
situasional. Jadi fungsi alih kode adalah lebih persuasif mengajak atau
menyuruh, lebih argumentatif, lebih komunikatif, dan lebih prestis.
5. Campur Kode
a. Pengertian campur kode (code mixing)
Chaer dan Agustina (2010: 114), peristiwa campur kode adalah
apabila di dalam suatu peristiwa tutur, klausa-klausa maupun frase-
frase yang digunakan terdiri dari klausa dan frase campuran (hybrid
clauses, hybrid phrases), dan masing-masing klausa atau frase itu tidak
lagi mendukung fungsi-fungsi sendiri. Campur kode merupakan
percampuran unsur-unsur frasa atau klausa suatu bahasa ke dalam
bahasa lain. Kedudukan fungsi-fungsi klausa atau frasa tersebut sudah
bergabung menjadi satu kesatuan fungsi dalam percampuran tersebut.
23
Dijelaskan lebih lanjut, Chaer dan Agustina (2010: 114)
mengatakan bahwa di dalam campur kode ada sebuah kode utama atau
kode dasar yang digunakan dan memiliki fungsi keotonomiannya,
sedangkan kode-kode lain yang terlibat dalam peristiwa tutur itu
hanyalah berupa serpihan-serpihan saja, tanpa fungsi atau
keotonomiannya sebagai kode. Misalnya seorang penutur yang
berbahasa Indonesia banyak menyelipkan serpihan-serpihan bahasa
daerahnya, bisa dikatakan bahasa Indonesia yang kejawa-jawaan. Jadi,
fungsi keotonomian sebuah kode dalam campur kode tidak ada.
Maksudnya frasa dan klausa yang merupakan wujud campur kode
memiliki struktur gramatikal yang sudah bergabung dengan bahasa
yang dicampurinya.
Pendapat lain, menurut Kridalaksana (2008: 40), campur kode
merupakan penggunaan satuan bahasa dari satu bahasa kebahasa lain
untuk memperluas gaya bahasa atau ragam bahasa termasuk di
dalamnya pemakaian kata, klausa, idiom, sapaan. Kegunaan campur
kode untuk memperluas gaya bahasa atau ragam bahasa dalam suatu
tuturan. Wujud campur kode itu berupa pemakaian kata, klausa, idiom,
dan sapaan.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
campur kode adalah menyisipkan suatu unsur-unsur bahasa lain ketika
sedang memakai bahasa tertentu. Adapun masing-masing unsur
tersebut tidak lagi mendukung fungsi-fungsi sendiri. Artinya, fungsi
24
gramatikal unsur yang mencampurinya sudah bergabung dengan unsur
yang dicampurinya. Kegunaan campur kode tersebut adalah
memperluas gaya bahasa atau ragam bahasa.
b. Jenis-jenis campur kode
Suwito (1983: 75-76) membedakan campur kode menjadi dua
yaitu campur kode ke dalam dan campur kode ke luar.
1) Campur kode ke dalam (inner code mixing) yaitu campur kode
bersumber dari bahasa asli dengan berbagai variasinya. Misalnya,
apabila seorang penutur menyisipkan unsur-unsur bahasa
daerahnya ke dalam bahasa nasional, unsur dialeknya ke dalam
bahasa daerahnya atau unsur-unsur ragam dan gaya ke dalam
dialeknya. Penyisipan demikian juga dapat menunjukkan
identifikasi peranan tertentu, identifikasi register tertentu atau
keinginan dan tafsiran tertentu. Campur kode dengan unsur-unsur
bahasa daerah menunjukkan si penutur cukup kuat rasa daerahnya
atau ingin menunjukkan kekhasan daerahnya. Bercampur kode
dengan unsur-unsur dialek Jakarta dapat member kesan bahwa
penutur termasuk ‘orang metropolitan’, bukan lagi ‘orang udik’,
telah ke luar dari lingkungannya yang sempit.
2) Campur kode ke luar (outer code mixing) yaitu campur kode yang
bersumber dari bahasa asing. Misalnya, campur kode dengan
bahasa Arab memberi kesan bahwa dia penutur merupakan orang
muslim, taat beribadah atau pemuka agama Islam.
25
c. Ciri-ciri campur kode
Menurut Suwito (1983: 75), terdapat ciri-ciri dari gejala campur
kode adalah sebagai berikut.
1) Hubungan timbal balik antara peranan dan fungsi kebahasaan
Dalam hal tersebut peranan mempunyai maksud siapa yang
menggunakan bahasa itu, sedangkan fungsi kebahasaan berarti apa
yang hendak dicapai oleh penutur dengan tuturannya. Jika seorang
penutur dalam penuturannya bercampur kode, maka perlu
dipertanyakan lebih dulu siapakah dia. Dalam hal ini sifat-sifat
khusus penutur (misalnya latar belakang sosial, tingkat pendidikan,
rasa keagamaan) sangat penting. Di pihak lain fungsi kebahasaan
menentukan sejauh mana bahasa yang dipakai oleh penutur member
kesempatan untuk melakukan campur kode.
2) Unsur-unsur bahasa atau variasi-variasinya yang menyisip di dalam
bahasa lain tidak lagi mempunyai fungsi tersendiri
Maksud dari unsur-unsur bahasa atau variasi-variasinya yang
menyisip di dalam bahasa lain tidak lagi mempunyai fungsi
tersendiri adalah unsur-unsur itu telah menyatu dengan bahasa yang
disisipi. Dengan kata lain secara keseluruhan unsur tersebut telah
mendukung dalam satu fungsi.
d. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya campur kode
Suwandi (2008: 95) menyatakan bahwa faktor yang
menyebabkan terjadinya campur kode antara lain: (1) partisipan
26
mempunyai latar belakang bahasa ibu yang sama, (2) adanya keinginan
penutur untuk memperoleh ungkapan yang “pas”, (3) kebiasaan dan
kesantaian peserta tindak tutur dalam berkomunikasi. Campur kode
dapat terjadi karena antara penutur dan lawan tutur mempunyai bahasa
ibu yang sama. Kesamaan bahasa ibu tersebut akan mempermudah
dalam komunikasi karena antara penutur dan lawan tutur saling
memahami makna tuturannya. Selanjutnya, campur kode terjadi karena
tidak ada istilah yang sesuai dengan bahasa yang sedang digunakan.
Setelah itu campur kode terjadi juga karena situasi yang santai.
Pendapat lain, menurut Suwito (1983: 77), faktor-faktor yang
melatarbelakangi terjadinya campur kode antara lain identifikasi
peranan, identifikasi ragam, dan keinginan untuk menjelaskan dan
menafsirkan. Identifikasi peranan adalah sosial, registral, dan
edukasional. Identifikasi ragam ditentukan oleh bahasa dimana seorang
penutur melakukan campur kode yang akan menempatkan dia di dalam
hierarkhi status sosialnya. Keinginan untuk menjelaskan dan
menafsirkan nampak karena campur kode juga menandai sikap dan
hubungannya terhadap orang lain, dan sikap dan hubungan orang lain
terhadapnya. Oleh karena itu, identifikasi peran meliputi status sosial,
pendidikan serta golongan dari penutur bahasa tersebut. Identifikasi
ragam ditentukan oleh bahasa yang digunakan oleh penutur pada saat
melakukan campur kode, ragam tersebut akan menentukan kedudukan
pada status sosial.
27
Penulis menyimpulkan bahwa campur kode terjadi karena
beberapa faktor. Hal ini merupakan faktor yang melatarbelakangi
terjadinya campur kode persamaan bahasa ibu, mendapatkan ungkapan
yang sesuai, kebiasaan dan kesantaian peserta tutur, identifikasi
peranan, identifikasi ragam, keinginan untuk menjelaskan dan
menafsirkan.
e. Wujud campur kode
Suwito (1993: 78-80) menjelaskan bahwa wujud campur kode
yaitu campur yang berwujud kata, frasa, baster, perulangan kata, idiom,
klausa.
1) Campur kode yang berwujud kata
Kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atu dituliskan
yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang
dapat digunakan dalam berbahasa, atau deretan huruf yang diapit
oleh dua buah spasi dan mempunyai arti (Chaer, 1994: 164). Kata
merupakan susunan dari deretan-deretan huruf yang terletak di
antara dua spasi dan deretan tersebut mempunyai makna tertentu
yang merupakan hasil perwujudan pikiran dan perasaan penutur.
Campur kode berwujud kata merupakan penyisipan unsur kata
suatu bahasa ke dalam bahasa lain.
2) Campur kode yang berwujud frasa
Frasa merupakan satuan gramatikal yang berupa gabungan
kata yang bersifat non predikatif atau gabungan kata yang mengisi
28
salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat (Chaer, 1994: 222).
Frasa merupakan gabungan dari kata yang tidak mengandung unsur
predikat. Unsur yang ada dalam frasa tidak dapat mengisi unsur
lainnya. Misalnya unsur S saja, unsur O saja, unsur pelengkap saja,
atau unsur K saja.
Senada dengan pendapat Kridalaksana (2008: 66), frasa
merupakan gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak
predikatif; gabungan itu dapat rapat, dapat renggang. Jadi, batasan
frasa tidak melebihi unsur yang terkandung di dalam klausa. Frasa
bisa terbentuk lebih dari dua kata tetapi hal tersebut tidak
mengandung unsur predikat.
Berdasarkan pendapat di atas, frasa merupakan gabungan
dua kata atau lebih yang bersifat non predikatif yang susunannya
tidak melebihi batas fungsi klausa. Cmpur kode berwujud kata
merupakan penyisipan dua kata atau lebih suatu bahasa satu ke
dalam bahasa lainnya yang tidak mengandung unsur predikat.
Selain itu tidak melebihi batas fungsi klausa.
3) Campur kode yang berwujud baster
Baster merupakan hasil proses afiksasi suatu bahasa dengan
unsur-unsur bahasa dari bahasa lain. Misalnya afiksasi bahasa
Indonesia dengan unsur-unsur bahasa dari bahasa Jawa atau
sebaliknya.
29
Proses afiksasi disebut juga dengan proses imbuhan.
Menurut Chaer (1994: 177), Afiksasi merupakan proses
pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar. Dalam
proses ini terlibat unsur-unsur (1) bentuk dasar, (2) afiks atau
imbuhan, dan (3) makna gramatikal yang dihasilkan. Proses
afiksasi terbentuk jika ada kata dasar yang ditempeli imbuhan baik
di depan, tengah atau di belakang dari suatu unsur bahasa ke dalam
unsur bahasa lain untuk membentuk suatu kata baru.
4) Campur kode yang berwujud perulangan kata
Campur kode yang berwujud perulangan kata merupakan
mengulang kata lebih dari satu kali (reduplikasi). Reduplikasi
adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara
keseluruhan secara sebagian (parsial), maupun dengan perubahan
bunyi (Chaer, 2014: 182).
5) Campur kode yang berwujud idiom
Idiom merupakan satuan ujaran yang maknanya tidak dapat
‘diramalkan’ dari makna unsur-unsurnya, baik secara leksikal
maupun gramatikal (Chaer, 2014: 296).
Kridalaksana (2008: 90) mengungkapkan bahwa idiom
adalah konstruksi dari unsur-unsur yang saling memilih, masing-
masing anggota mempunyai makna yang ada hanya karena
bersama yang lain, konstruksi maknanya tidak sama dengan
gabungan makna anggota-anggotanya.
30
Jelaslah bahwa idiom terbentuk dari gabungan beberapa kata
untuk membentuk makna yang baru. Masing-masing kata tersebut
mempunyai makna yang berbeda.
6) Campur kode yang berwujud klausa
Klausa merupakan satuan gramatikal berupa kelompok kata
yang sekurang-kurangnya terdiri dari subyek dan predikat, dan
mempunyai potensi untuk menjadi kalimat (Kridalaksana, 2008:
124). Dapat disimpulkan bahwa klausa tersusun atas predikat. Jika
dikembangkan maka klausa akan membentuk suatu kalimat.
Dijelaskan lebih lanjut, menurut Khairah dan Ridwan (2014:
86), klausa mengandung suatu proses, perbuatan, atau keadaan,
sedangkan frasa tidak. Jelaslah bahwa susunan kelompok kata yang ada
di dalam klausa menggambarkan suatu perpindahan atau perubahan.
Hal tersebut merupakan pergerakan suatu perbuatan atau keadaan.
6. Perbedaan dan Persamaan Alih Kode dan Campur Kode
Persamaan alih kode dan campur kode adalah kedua peristiwa ini
lazim terjadi dalam masyarakat multilingual dalam menggunakan dua
bahasa atau lebih. Namun terdapat perbedaan yang cukup nyata, yaitu alih
kode terjadi dengan masing-masing bahasa yang digunakan masih
memiliki otonomi masing-masing, dilakukan dengan sadar, dan disengaja,
karena sebab-sebab tertentu sedangkan campur kode adalah sebuah kode
utama atau kode dasar yang digunakan memiliki fungsi dan otonomi.
Sebagai contoh, penutur menggunakan bahasa dalam peristiwa tutur
31
menyisipkan unsur bahasa Jawa, sehingga tercipta bahasa Indonesia
kejawa-jawaan.
Chaer dan Agustina, 2010: 114-115) membedakan alih kode dan
campur kode dengan apabila dalam suatu peristiwa tutur terjadi peralihan
dari satu klausa suatu bahasa ke klausa bahasa lain maka peristiwa yang
terjadi adalah alih kode. Akan tetapi, jika dalam suatu peristiwa tutur
klausa dan frasa yang digunakan terdiri dari klausa dan frasa campuran
dan masing-masing klausa atau frasa itu tidak lagi mendukung fungsi
sendiri-sendiri, maka peristiwa yang terjadi adalah campur kode.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa alih kode dan
campur kode mempunyai persamaan ialah menggunakan dua bahasa atau
lebih atau dua varian dari sebuah bahasa dalam satu masyarakat tutur,
sedangkan perbedaan alih kode dan campur kode ialah jika terjadi
peralihan dari satu klausa suatu bahasa ke klausa bahasa lain maka disebut
alih kode dan apabila masing-masing klausa atau frasa itu tidak lagi
mendukung fungsi sendiri-sendiri maka disebut campur kode.
7. Radio
Menurut Sunarjo (1995: 277), radio adalah keseluruhan sistem
gelombang suara yang dipancarkan dari satu stasiun dan kemudian dapat
diterima oleh berbagai pesawat penerima seperti rumah, kapal, dan mobil.
Media radio banyak dipilih masyarakat karena dalam kenyataannya
mendengarkan radio tidak menyita waktu. Radio merupakan media massa
32
yang mudah dan murah, karena hanya dengan membeli perangkat radio
tanpa harus membayar iuran, hiburan dan informasi bisa didapatkan.
Dijelaskan lebih lanjut oleh Sunarjo (1995: 278) bahwa radio juga
memiliki kekuatan yaitu:
a. radio memungkinkan partisipasi audience atau seolah-olah audience
menyaksikan sendiri suatu kejadian yang sedang disiarkan,
b. para pendengar seolah-olah memperoleh suatu acara untuk keperluan
pribadi,
c. komunikasi melalui radio seolah-olah mewakili komunikasi tatap
muka (face-to-face communication),
d. bahwa radio dapat menyebarkan berita lebih cepat disbanding dengan
media massa yang lain (pers, televisi, dan film),
e. setiap pendengar radio mungkin merasa bahwa salah satu dari sekian
banyak anggota kelompok pendengar radio yang jumlahnya sangat
besar.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa radio adalah sistem
gelombang suara yang dipancarkan dari satu stasiun ke berbagai pesawat
penerima. Radio juga merupakan media massa yang banyak diminati
masyarakat karena penggunaannya yang mudah, harganya murah, tidak
menyita waktu dan tempat, serta mempunyai banyak kelebihan seperti
memberi hiburan bagi pendengarnya.
33
8. Iklan
a. Pengertian Iklan
Menurut KBBI (Dendy Sugono dkk, 2008: 521), disebutkan
bahwa iklan adalah berita pesanan (untuk mendorong, membujuk)
tentang barang atau jasa yang ditawarkan. Senada dengan pendapat di
atas, Mulyana (2005: 64) menjelaskan bahwa umumnya, iklan
dipasang di media massa, baik cetak maupun elektronik. Perbedaan
antara iklan dengan informasi atau pengumuman biasa terletak pada
ragam bahasa, retorika penyampaian, dan daya persuasi yang
diciptakan. Pada iklan, bahasanya distrategikan agar berdaya persuasi,
yaitu mempengaruhi masyarakat agar tertarik dan membeli.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa iklan
adalah berita pemasaran dan penyampaian informasi tentang barang
dan jasa dengan menggunakan media non personal yang dibayar. Iklan
bersifat mengajak, mendorong dan mempengaruhi seseorang agar
tertarik dan membeli barang dan jasa yang ditawarkan.
b. Bahasa Iklan
Pada umumnya iklan dirancang untuk menarik perhatian
konsumen agar membeli atau menggunakan barang atau jasa yang
ditawarkan. Untuk itu, peran bahasa sangatlah penting. Dengan bahasa
yang menarik, indah dan sesuai dengan sasaran yang hendak dicapai
akan lebih mudah di mengerti.
34
Sebagai bentuk wacana, bahasa iklan memiliki ciri dan karakter
tertentu. Dalam iklan, penggunaan bahasa menjadi salah satu aspek
penting bagi keberhasilan iklan. Oleh karena itu, bahasa iklan harus
mampu menjadi manifestasi atau presentasi dari hal yang diinginkan
pihak pengiklan kepada masyarakat luas. Tujuannya ialah untuk
mempengaruhi masyarakat agar tertarik dengan sesuatu yang
diiklankan.
Bahasa iklan memegang peranan sangat vital dalam
menyampaikan maksud iklan itu sendiri. Di media elektronik, seperti
televise misalnya, terkadang ditemukan iklan yang minim bahasa.
Gejala itu tidak dengan sendirinya menafikkan pentingnya bahasa
dalam iklan. Persoalan sedikit banyaknya bahasa yang digunakan
hanya berkutat pada pemahaman tentang aspek mana yang lebih perlu
untuk ditonjolkan dalam iklan, gambar atau bahasa verbal.
Pada kenyataannya, bahasa (iklan) sebagai kenyataan sosial
(social reality) telah ikut mempengaruhi masyarakat dalam
menentukan pandangan, gagasan, dan perilaku mereka. Bahasa iklan
yang terus-menerus didengar akan merasuk dan mengkristal di dalam
pikiran dan jiwa masyarakat. Akibatnya, hal yang diiklankan akan
secara otomatis dimunculkan tatkala seorang menghadapi sesuatu
persoalan” (Mulyana, 2005: 65).
Di samping bahasa yang wajib mendapat perhatian, ada
pedoman kebahasaan yang digunakan untuk bahasa iklan, yaitu:
35
mudah dipahami konsumen, sederhana bahasanya dan jernih
pengutaraannya, tanpa kalimat majemuk, kalimatnya aktif, bukan
kalimat pasif, padat dan kuat bahasanya, positif bahasanya, bukan
bahasa negatif. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa
bahasa iklan adalah bahasa yang memegang peranan penting dalam
penyampaian maksud dari iklan yang disampaikan/ditawarkan serta
dapat mempengaruhi masyarakat luas. Bahasa iklan tersebut harus
menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan dapat diterima oleh
masyarakat.
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian “Analisis Alih Kode
dan Campur Kode dalam Iklan Radio Merapi Indah 104.9 FM Kabupaten
Magelang” adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif. Deskriptif kualitatif
adalah suatu proses penelitian yang dialami suatu subjek penelitian yang
digambarkan apa adanya dan tidak memanfaatkan perhitungan angka atau
dilakukan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata atau bahasa. Ismawati
(2011: 112) berpendapat bahwa data deskriptif kualitatif yakni digambarkan
dengan kata-kata atau kalimat dipisah-pisahkan menurut kategori untuk
memperoleh kesimpulan. Kualitatif berarti hasil temuannya tidak diperoleh
dengan cara yang bisa diperhitungkan. Data dalam penelitian ini berupa uraian
kata-kata dan tidak menggunakan data statistik.
Hal ini sejalan dengan Moleong (2015: 6) menjelaskan bahwa
penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku,
persepsi tindakan dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk
kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian deskriptif
kualitatif adalah suatu proses penelitian yang berdasarkan pada metodologi
36
37
yang meneliti fenomena dan masalah sosial. Penelitian dilakukan dengan
membuat suatu gambaran kompleks dengan meneliti kata-kata maupun satuan
kata dari informan dan melakukannya pada situasi yang alami. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif kualitatif karena data yang dikaji dan diteliti
berupa kata-kata / satuan kata dari tingkat tutur bahasa yang menyebabkan
adanya alih kode dan campur kode dalam iklan di Radio Merapi Indah 104.9
FM Kabupaten Magelang.
B. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian menurut Arikunto (2014: 188) adalah subjek yang
dituju untuk diteliti oleh peneliti. Subjek dalam penelitian ini adalah iklan
di radio Merapi Indah FM Kabupaten Magelang.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian menurut Arikunto (2014: 161) merupakan apa yang
menjadi pusat perhatian suatu penelitian. Objek dalam penelitian ini adalah
kutipan-kutipan alih kode dan campur kode yang terdapat di dalam iklan di
radio Merapi Indah FM Kabupaten Magelang.
C. Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah bulan Agustus 2016 hingga
Januari 2017. Dimulai dengan persiapan penelitian sampai pemerolehan data
38
yang diperlukan dalam iklan radio maka waktu penelitian kurang lebih 6
bulan. Deskripsi tersebut dapat dirangkum dalam tabel berikut.
Tabel 1 Distribusi Waktu Penelitian
No Waktu Agust Sept Okt Nov Des Jan
1 Penulisan Proposal
2 Pengambilan Data
3 Pengolahan Data
4 Analisis Data
5 Penulisan Laporan
D. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2014: 224), teknik pengumpulan data
merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama
dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik
pengumpulan data, peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi
standar data yang diterapkan.
Hal ini senada dengan Sugiyono, pengumpulan data dalam penelitian
ini menggunakan metode simak. Menurut Mahsun (2014: 92), istilah
menyimak tidak hanya berkaitan dengan penggunaan bahasa secara lisan,
tetapi juga secara tertulis. Metode simak memiliki teknik dasar yang berwujud
teknik sadap.
39
Teknik sadap adalah menyadap penggunaan bahasa dari objek
penelitian. Caranya dengan segenap kemampuan dan pikiran menyadap
pemakaian bahasa di masyarakat. Teknik ini dipakai untuk mendapatkan data
dari informan secara spontan dan wajar. Kemudian teknik lanjutannya sebagai
berikut.
1. Teknik Rekam
Menurut Sudaryanto (2015: 135), teknik rekam ialah merekam
pemakaian bahasa yang bersifat spontan. Pelaksanaan merekam itu sudah
barang tentu harus dilakukan sedemikian sehingga tidak mengganggu
kewajaran proses kegiatan pertuturan yang sedang terjadi sehingga dalam
prakteknya, kegiatan merekam itu cenderung dilakukan tanpa
sepengetahuan penutur sumber data atau pembicara.
2. Teknik Catat
Menurut Sudaryanto (2015: 135), teknik catat ialah memperoleh
data dengan mencatat data kebahasaan atau istilah-istilah yang relevan
sesuai dengan sasaran dan tujuan penelitian. Teknik catat dalam penelitian
ini adalah mencatat penggunaan bahasa atau mentranskripsi penggunaan
bahasa lisan menjadi data tulis yang sesuai dengan kenyataan. Pencatatan
itu dapat dilakukan langsung ketika teknik pertama atau kedua selesai
digunakan atau sesudah perekaman dilakukan, dan dengan alat tulis
tertentu.
Dalam hal ini peneliti menyimak seluruh iklan yang disiarkan di
Radio Merapi Indah FM Kabupaten Magelang tanpa ikut berpatisipasi
40
didalamnya. Peneliti mendengarkan seluruh iklan di Radio Merapi Indah
FM dan merekamnya dengan menggunakan handphone.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
disesuaikan dengan metode yang digunakan. Metode simak menggunakan
teknik lanjutan berupa, teknik rekam dengan menggunakan alat bantu
handphone dan teknik catat pada kartu kata.
E. Instrumen Penelitian
Menurut Arikunto (2010: 203), instrumen penelitian ialah alat atau
fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar
pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,
lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Instrumen penelitian
meliputi instrumen utama dan instrumen bantu. Disebut sebagai instrumen
utama karena instrumen tersebut yang paling dominan dalam penelitian
khususnya dalam pencarian data. Instrumen utama dalam penelitian ini adalah
peneliti itu sendiri. Menurut Sugiyono (2014: 222), peneliti itu sendiri sebagai
instrumen juga harus divalidasi seberapa jauh peneliti kualitatif siap
melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan. Validasi terhadap
peneliti sebagai instrumen meliputi validasi terhadap pemahaman metode
penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti,
kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian, baik secara akademik
maupun logistiknya.
41
Instrumen bantu berguna untuk memperlancar jalannya penelitian.
Adapun instrumen bantu dalam penelitian ini adalah handphone dan nota
pencatat data/kartu data beserta alat tulisnya. handphone digunakan untuk
merekam seluruh iklan yang disiarkan di Radio Merapi Indah FM Magelang
pada bulan Juli 2016 dan nota pencatat/kartu data digunakan untuk menulis
data yang sudah diperoleh.
F. Teknik Analisis Data
Ismawati (2011: 20) menjelaskan analisis data adalah proses yang
digunakan untuk mengurutkan dan mengorganisasikan data ke dalam pola,
kategori, dan satuan uraian dasar sehingga melalui proses tersebut dapat
ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan
oleh data tersebut. Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti dalam
penelitian ini adalah analisis wacana. Analisis wacana merujuk pada upaya
mengkaji analisis wacana tentang satuan-satuan kebahasaan yang lebih luas
serta mengkaji tentang pengaturan bahasa di antaranya klausa dan kalimat,
seperti pertukaran atau percakapan atau bahasa tulis. Analisis wacana juga
harus memperhatikan interaksi antarpenutur (Mulyana, 2005: 69).
Metode ini dilakukan sebagai prosedur penelitian yang
menggambarkan keadaan atau fakta tentang adanya bentuk alih kode dan
campur kode dalam iklan radio Merapi Indah FM Kabupaten Magelang.
Langkah-langkah yang peneliti lakukan dalam menganalisis data
penelitian ini adalah:
42
1. menganalisis data-data yang telah diperoleh dari media komunikasi tersebut
yang berkaitan dengan titik perhatian dalam penelitian ini;
2. data yang dikumpulkan diidentifikasikan dan diklasifikasikan berdasarkan
bentuk alih kode dan campur kode yang berupa kata, frasa, klausa, idiom,
pengulangan kata, baster pada iklan radio.
G. Penyajian Hasil Analisis
Dalam penyajian hasil analisis digunakan metode informal. Sudaryanto
(2015: 145) menyatakan bahwa metode penyajian informal merupakan
perumusan dengan menggunakan kata-kata biasa meskipun dengan
terminology yang bersifat teknis. Dengan demikian, dalam penyajian hasil
analisis pada penelitian “Analisis Alih Kode dan Campur Kode dalam Iklan
Radio Merapi Indah 104.9 FM Kabupaten Magelang” menggunakan
perumusan dengan kata-kata biasa yang lebih terperinci sehingga mudah untuk
dipahami.
43
BAB IV
PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN
A. Penyajian Data
Penulis akan menyajikan data penelitian terlebih dahulu sebelum
membahas data yang telah ditemukan. Hal tersebut bertujuan untuk
mengetahui pencapaian tujuan penelitian dan hasil akhir penelitian. Data-data
tersebut menjelaskan adanya beberapa peristiwa alih kode dan campur kode
dalam Iklan Radio Merapi Indah 104.9 FM Kabupaten Magelang.
Seperti yang telah penulis uraikan di atas, data penelitian ini adalah
tuturan dalam iklan Radio Merapi Indah 104.9 FM Kabupaten Magelang.
Setelah penulis analisis tuturan dalam iklan tersebut, ditemukan 5 peristiwa
alih kode dan 41 peristiwa campur kode. Peristiwa alih kode berupa alih
bahasa. Alih bahasa meliputi: alih bahasa Jawa ke bahasa Indonesia, alih
bahasa Indonesia ke bahasa Jawa. Adapun peristiwa campur kode terdiri dari:
1) penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata; 2) penyisipan unsur-unsur
yang berwujud frasa; 3) penyisipan unsur-unsur yang berwujud pengulangan
kata; 4) penyisipan unsur-unsur yang berwujud baster; 5) penyisipan unsur-
unsur yang berwujud klausa.
Untuk lebih jelasnya, berikut adalah tabel penyajian data hasil
penelitian ini tentang alih kode dan campur kode dalam iklan Radio Merapi
Indah 104.9 FM Kabupaten Magelang. Wujud alih kode dalam iklan Radio
Merapi Indah 104.9 FM Kabupaten Magelang akan dikaji meliputi wujud alih
43
44
kode, berupa: alih bahasa Jawa ke bahasa Indonesia, alih bahasa Indonesia ke
bahasa Jawa. Adapun wujud campur kode dalam iklan Radio Merapi Indah
104.9 FM Kabupaten Magelang akan dikaji meliputi wujud campur kode,
terdiri campur kode berupa kata, campur kode frasa, campur kode klausa,
campur kode pengulangan kata, campur kode baster. Hal tersebut diuraikan di
bawah ini.
1. Alih kode
Dari data tuturan dalam iklan Radio Merapi Indah 104.9 FM
Kabupaten Magelang, ditemukan peristiwa alih kode berjumlah 5 bentuk
alih kode. Peristiwa alih kode tersebut dipaparkan dalam tabel di bawah
ini.
Tabel 2 Wujud Alih Kode
No. Tuturan Keterangan
1. Penutur I : “Ehh bu”.
Penutur II : “Apa?”
Penutur I : “Tak kandani”.
Penutur II : “Kosek!”
Penutur I : “Sekarang kalau mau belanja di HS
Toserba aja komplit-plit bu.
Pakaian anak sampai dewasa,
perlengkapan bayi klontong
sembako semua lengkap, alat tulis
Alih kode antarbahasa
dari bahasa Jawa ke
bahasa Indonesia
45
juga ada bu”.
Penutur II : “Lha harganya gimana?”
Penutur I : “Halah takon kok rega. Di jamin pasti
murah mau kulakan, eceran bisa”.
Penutur II : “Wahh asik kuwi terus alamate?”
Penutur I : “Hahh koe ki ra gaul tenan kok.
Sabane ning Muntilan kok ra ngerti
ki lho HS Toserba Jl. Tentara
Pelajar Panalan taman agung
Muntilan / ning sijine HS Toserba
lara Jl. Kaer santri no. tiga
Muntilan”.
2. Penutur I :“Wahh, ketoke kok seger tenan to
kuwi. Wedang apa ta mas?”
Penutur II : “Belum tau dia. Ni saya pakai
yang bisa bikin badan sehat anti
masuk angin, capek-capek dan
pegel linu”.
Penutur I : “Ow. Coba lihat. Weee, JM
Harmoni, jahe merah
kesehatan”.
Penutur II : “Betul sekali JM Harmoni itu
jahe merah untuk kesehatan.
Alih kode antarbahasa
dari Jawa ke dalam
bahasa Indonesia.
46
Gimana mau nyoba?”
Penutur I : “Wahh haiya cocok mas, mau
banget to. Wah iki luar biasa
mas habis minum JM Harmoni
awakku ki lha dadi sehat, capek-
capek hilang greng sisan”.
Penutur II : “Hah lha apa ku bilang. Makanya
slalu minum JM Harmoni / jahe
merah kesehatan”.
3. Penutur I : “Mangga Mas”.
Penutur II :“Nggih mangga-mangga. Ow
jenengan ta, mau kemana?”
Penutur I : “Biasa Mas mau cari cat dan
keramik di Toko Besi Afrika
Selatan”.
Penutur II : “Waha, tuman nek iki”.
Penutur I : “Iya jhe mas, barangnya itu lho
komplit tur harganya itu kacek
tenan”.
Penutur II : “Makanya kalau cari keramik dan
bahan bangunan tetep di Toko
Besi Afrika Selatan to”.
Alih kode antarbahasa
dari bahasa Jawa ke
dalam bahasa Indonesia
4. Penutur I : “Yuda, Cici jangan lupa besok Alih kode antarbahasa
47
minggu disiapkan bekalnya
untuk piknik”.
Penutur II : “Wong kula mboten nderek
piknik kok”.
Penutur I : “Tenane Yuda ra melu? Ya
wis tak karo Cici wae Pak’e”.
Penutur III : “Wong kula mboten nderek
kok Pak”.
Penutur I : “ko padha dengaren to?”
Penutur III : “Kula ki sakniki nek Minggu
isuk pingin mirengke radio
Merapi Indah Pak”.
Penutur I : “Lha emange ana apa Minggu
isuk?”
Penutur III : “Program baru Merapi Indah
tiap Minggu jam 8 pagi
acarane Minggu ceria”.
Penutur I : “Wiii, lha kok padha pinter-
pinter, terus lagu-lagune piye
kuwi?”
Penutur II : “Lagu-lagune special anak-
anak Pak. Apik-apik pokoke”.
Penutur III : “Rugi nek mboten mirengke.
dari bahasa Indonesia ke
dalam bahasa Jawa
48
Jangan lupa ya Minggu pagi
jam 8 di Merapi Indah 104,9”.
Penutur II : “Acarane Minggu Ceria”.
Penutur I : “Malahane Pak’e ra kelong
duwite”.
5. Penutur I : “ pak”
Penutur II : “ pie pie ana apa?”
Penutur I : “ anak kita sakit ni pak
badannya panas aduh
gimana ini ya cari dokter
anak sore gini dimana. Mana
ada poli klinik yang buka
sore”
Penutur II : “ aku sakjane ya butuh priksa
e bu”
Penutur I : “ walah priksa apa maneh
pak?”
Penutur II : “kuwi lho ah fisioterapi”
Penutur I : “banjur pie iki pak?”
Penutur II : “ya ra piye-piye kok. Teka
tenang rumah sakit Aisyah
Muntilan sekarang ini sudah
buka poliklinik sore”.
Alih kode antarbahasa
dari bahasa Indonesia ke
bahasa Jawa
49
Penutur I : “ning isa nganggo BPJS ora
kuwi Pak?”
Penutur II : “Ya isa kok ya”.
Penutur I : “Ayo lhek uwis Pak”.
Penutur II : “Entrane ki sing lara sapa to?
Anake ki ya dijak kok ya”.
2. Campur Kode
a. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata
Penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata dalam tuturan iklan
Radio Merapi Indah 104.9 FM Kabupaten Magelang berjumlah 28 kata.
Penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata dipaparkan dalam tabel di
bawah ini.
Tabel 3 Wujud Campur Kode Berwujud Kata
No. Tuturan
Wujud
campur
kode
Wujud
campur kode
yang
seharusnya
Keterangan Data
1. “Wahh, nek ngene iki ya
kangelan, blanja sembako kok
juk arep muter-muter golek
baju. Heemm. Marai kesel,
Baju Klambi Baju = pakaian
penutup bagian
atas. (KBBI, 2008:
120)
Data 2
Iklan
Abadi Mart
dan
50
wegah aku mas!”
Terjemahan:
‘wah, kalau gini ya
kesusahan, blanja sembako
kok terus mau muter-muter
cari baju.heemm bikin kesel
tidak mau aku mas’
Fashion
2. “Kanca-kanca sing hasil
pertanian ra mirakna, ra
cucuk dikumpulke wae ben
dijelaske karo sing kawagan
ben do sukses”
Terjemahan:
‘teman-teman yang hasil
pertanian tidak seberapa, tidak
sebanding dikumpulkan aja
supaya dijelaskan sama orang
yang ahli biar sukses’
Sukses Kasil apik Sukses = berhasil,
beruntung. (KBBI,
2008: 1349)
Data 3
Iklan
Biotogrow
3. “Ngene Kang rokok kuwi aja
asal. Ananging di delok
bercukai asli apa ora? Pira
kandungan tar, nikotin aja
asal kemelun wae to Kang”
Bercukai
Pajak
Bercukai = ber-
cukai = dikenakan
cukai, pajak atau
bea yang
dikenakan pada
Data 4
Iklan Cukai
Tembakau
51
Terjemahan:
‘gini Mas rokok itu jangan
asal. Tetapi dilihat bercukai
asli atau tidak? Berapa
kandungan tar, nikotin jangan
asal kemelun aja to Mas’
Kandungan
Ngandhut
barang import dan
barang konsumsi.
(KBBI, 2008: 278)
Kandungan =
barang yang
terkandung atau
termuatdi
didalamnya
(KBBI,2008:1038)
.
4. “Makane Kang awak dewe
kudu ngati-ati, aja asal
sebagai warga Negara yang
baik. Awak dewe kudu taat
karo peraturan Kang”.
Terjemahan:
‘makanya Mas, kita sendiri
harus hati-hati jangan asal,
sebagai warga Negara yang
baik. Kita harus taat dengan
peraturan Mas’
Sebagai
Baik
Minangka
Sae
Sebagai= Kata
depan untuk
menyatakan hal
yang serupa, sama,
semacam atau
itu.(KBBI,2008:11
2)
Baik= elok, patut,
teratur,tidak jahat
(tentang
Data 4
Iklan Cukai
Tembakau
52
Taat
Nurut kelakuan,budi
pekerti).
(KBBI,2008:118).
Taat = senantiasa
tunduk, tidak
berlaku curang.
(KBBI, 2008:
1370)
5. “Saiki ki wong lara penyakite
werna-werna ta ya. Nganti le
ragat we entek akeh ra mari-
mari. Haiya bangkrut”
Terjemahan:
‘sekarang ini orang sakit
penyakitnya bermacam-
macam ta ya. Sampai habis
biaya banyak tidak sembuh-
sembuh. Haiya bangkrut’
Bangkrut Tuna Bangkrut =
menderita
kerugian besar
hingga jatuh
(tentang
perusahaan,
toko),gulung tikar.
(KBBI,2008:133).
Data 5
Iklan
Herbal Rml
6. “Nggih ta mbah. Wong niki
nggih terapi tinggi badan ting
gen’e Bu Nur Azimah’e”.
Terjemahan:
Tinggi Dhuwur Tinggi = panjang
(tentang badan).
(KBBI, 2008:
1468)
Data 6
Iklan Bu
Nur
Azimah
53
‘iya ta mbah. Ini juga terapi
tinggi badan di Bu Nur
Azimah’
7. “Rugi nek mboten mirengke.
Jangan lupa ya Minggu pagi
jam 8 di Merapi Indah”.
Terjemahan:
‘rugi kalau tidak
mendengarkan. Jangan lupa
ya Minggu pagi jam 8 di
Merapi Indah’.
Jangan
Pagi
Aja
Esuk
Jangan = kata yang
menyatakan
melarang, berarti
tidak boleh.
(KBBI,2008:564)
Pagi = bagian awal
dari hari, waktu
setelah matahari
terbit hingga
menjelang siang
hari. (KBBI, 2008:
998)
Data 7
Iklan
Promo
Minggu
Ceria
8. “Lho-lho ning ngapa cah wit
gedhang kok disruduk lha ya
tambah pusing to”.
Terjemahan:
‘Lho-lho kenapa Cak, pohon
pisang kok ditabrak lha ya
tambah pusing’
Pusing Mumet Pusing = putar,
sakit kepala,
pening. (KBBI,
2008: 1121)
Data 8
Iklan Puder
38
54
9. “gus agus reuni SMP N
tujupuluh empat blabak ki
sidane kapan?”
Terjemahan:
‘Gus Agus reuni SMP N tujuh
puluh empat blabak itu
jadinya kapan?’
Reuni Kumpul Reuni = pertemuan
kembali (bekas
teman sekolah,
kawan
seperjuangan, telah
berpisah cukup
lama). (KBBI,
2008: 1172)
Data 9
Iklan Reuni
SMP N
10. “halah sek penting ki le teka
ketemu ro konca konca, iya to
perkara arep ngisi kas
silahkan ora ya ora popo.
Lha ya to.”
Terjemahan:
‘halah yang penting itu datang
ketemu sama teman-teman,
iya ta masalah mau mengisi
kas silahkan tidak juga tidak
apa-apa. Lha ya ta’.
Silahkan mangga Silahkan =
menyuruh,
mengajak,
mengundang
dengan hormat.
(KBBI, 2008:
1305)
Data 10
Iklan Reuni
SMP N
11. “kula ngadahi keluhan
wonten ing payudara sampun
matahun-tahun kula
raosaken. Raosipun
Keluhan
sambat
Keluhan = apa
yang dikeluhkan,
keluh kesah.
(KBBI, 2008: 660)
Data 11
Iklan
microbac
Bu Titik
55
kemranyas lajeng medal
kados nanah menika lewat
putingipun. Sak umpami kula
resiki setiap hari niku malah
tambah katah ambetipun
mboten eco pecing lajeng kula
tumbasaken jamu herbal
microbac kula konsumsi niku
sehari tiga kali pisan tigang
tetes”.
Terjemahan:
‘saya punya keluhan di
payudara sudah bertahun-
tahun saya rasakan. Rasanya
panas lalu keluar seperti
nanah lewat puting.
Seumpama saya bersihkan
setiap hari malah tambah
banyak baunya tidak enak lalu
saya belikan jamu herbal
microbac. Saya konsumsi itu
sehari tiga kali sekali tiga
tetes’
Setiap
Saben
Setiap = waktu;
sewaktu-waktu.
(KBBI, 2008:
1459)
Susilo
Ningsih
56
12. “Kae lho anake ki lak bar
lulus SD, karepku ki lak ya
ben sempurna sisan. Enake
daftar ngendi ngana lho?”
Terjemahan :
‘itu lho anaknya kan baru
lulus SD, pengenku itu ya
supaya sempurna sekalian.
Enaknya daftar dimana begitu
lho?’
Sempurna Dirampungke Sempurna =
selesai dengan
sebaik-baiknya
(tidak bercacat dan
bercela). (KBBI,
2008: 1265)
Data 12
Iklan SMP
M Plus
13. “Wahh, sing nganten anyar
sibuk iki”.
Terjemahan:
‘Wahh, yang pengantin baru
sibuk ini’
Sibuk Akeh gawean Sibuk = banyak
yang dikerjakan,
giat dan rajin,
penuh dengan
kegiatan. (KBBI,
2008: 1301)
Data 13
Iklan Toko
Besi Fahri
Group
14. “Kaya jagad iki senyum.
Ning aja ngguya-ngguyu aku
weruh untumu rengket kaya
kana kuwi. Kuwi nek mangan
mesti okehe. Piye ya?”
Terjemahan:
‘seperti bumi ini senyum.
Senyum mesem Senyum = gerak
tawa ekspresif
yang tidak
bersuara untuk
menunjukkan rasa
senang, gembira,
suka. (KBBI,
Data 14
Iklan
Promo
Basiyo
57
Tetapi jangan senyam-senyum
aku lihat gigimu rapi seperti
itu. Itu kalau makan pasti
banyak. Gimana ya?’
2008: 1277)
15. “Ok mas. Siap. Lha jamune
sek marai mak greng wis
tuku nang kana sisan?”
Terjemahan:
‘baik mas. Siap. Lha jamunya
yang bikin mak greng sudah
beli di sana sekalian?’
Ok
Siap
Sarujuk
Siaga
Setuju = sepakat,
sependapat (tidak
bertentangan).
(KBBI, 2008:
1494)
Siap = sudah
disediakan; sudah
sedia.
(KBBI,2008:1298)
Data 16
Iklan Aki
Musthang
16. “Sory mbak bro mbabas”.
Terjemahan:
‘maaf mbak bro mbalas’
Sory Ngapura Maaf = ungkapan
permintaan ampun
atau penyesalan.
(KBBI, 2008: 852)
Data 17
Iklan
Bengkel
Pak Muji
17. “Yes, betul duwit sing mbok
simpen ngisor kasur kae
gawa kabeh ngo tuku emas”.
Trejemahan:
Iya, betul uang yang di
Yes Iya Iya = ya. (KBBI,
2008: 553)
Data 18
Iklan Toko
Emas Pak
Tani
58
simpan bawah kasur itu bawa
semua buat bali emas’.
18. “Ok Yu”.
Terjemahan:
‘setuju mbak’.
Ok Sarujuk Setuju = sepakat,
sependapat (tidak
bertentangan).
(KBBI, 2008:
1494)
Data 18
Iklan Toko
Emas Pak
Tani
19. “Ow ya. Ok terima kasih,
hallo”.
Terjemahan:
‘ow ya. Setuju trima kasih.
Hallo
Ok Sarujuk Setuju = sepakat,
sependapat (tidak
bertentangan).
(KBBI, 2008:
1494)
Data 19
Iklan JNE
20. “Wah, Ok bu Silvi. Segera
saya atur pengirimannya”.
Terjemahan:
‘Wah, setuju bu Silvi. Segera
saya atur pengirimannya’.
Ok Sarujuk Setuju = sepakat,
sependapat (tidak
bertentangan).
(KBBI, 2008:
1494)
Data 19
Iklan JNE
21. “Bu, ibu ki ngapain ta
mondar-mandir kaya
setrikaan gitu”.
Terjemahan:
‘Bu, ibu ini ngapain ta
mondar-mandir seperti
Ngapain
Gitu
kenangapa
Ngono
Ngapain =
mengapa; kata
Tanya untuk
menanyakan
sebab, alasan.
(KBBI, 2008: 79)
Data 20
Iklan PTA
59
b. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud frasa
Penyisipan unsur-unsur yang berwujud frasa dalam tuturan iklan Radio
Merapi Indah 104.9 FM Kabupaten Magelang berjumlah 4 frasa. Penyisipan
unsur-unsur yang berwujud frasa dipaparkan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4 Wujud Campur Kode Berwujud Frasa
No. Tuturan Wujud campur
kode
Wujud campur
kode yang
seharusnya
1. “Ow..sek-sek. Aku ngerti dek.
Gon toko aki musthang. Oh
malah isa konsultasi barang.
Nek seka lor ki kae lho
sadurunge pertigaan tape ketan
Muntilan ning sing kanan
jalan”.
Kanan jalan Tengen dalan
setrikaan gitu’
Gitu = begitu;
seperti itu;
demikian itu;
bukan begitu.
(KBBI, 2008: 156)
60
Terjemahan:
‘ow… bentar-bentar. Aku tau dik
tempat toko aki musthang. Oh
malah bisa konsultasi juga. Kalau
dari utara itu lho sebelumnya
pertigaan tape ketan muntilan tapi
yang kanan jalan’
2. “em, kowe ki di kandani bola
bali ya mung lali kok dina
minggu 10 juli badha limang
dina jam 9 isuk sing ning
Jakarta, Surabaya, luar jawa
barang arep pada teka lha iki pa
maneh kok mung magelang”
Terjemahan:
‘em, kamu ini dibilangin berkali-
kali ya cuma lupa kok hari
Minggu 10 Juli, lebaran lima
hari, jam 9 pagi. Yang dari
Jakarta, Surabaya, luar Jawa mau
pada datang, lha ini apalagi kok
hanya Magelang’
Luar Jawa Sajabane Jawa
61
3. “Aja kuatir. Saka murah tekan
VIP aman. Manasike teori
karo praktek, seka jogja tekan
tanah suci di bimbing oleh
ustad yang sudah
berpengalaman kayata ustad
haji Ulin Nuha alumnus
Universitas Islam Malinah,
ustad haji Zulfikar AKH
alumnus Universitas Khaira
Mesir, ustad Drs. Haji Toyib
Hidayat alumnus Universitas
Sunan Kalijaga Jogja lan liya-
liyane. Insya Allah pasti
berangkat”.
Terjemahan:
‘Jangan kawatir dari murah
sampai VIP aman. Manasiknya
teori dengan praktek, dari Jogja
sampai tanah suci di bimbing
oleh ustad yang sudah
berpengalamn seperti ustad haji
Ulin Nuha alumnus Universitas
Pasti berangkat Mesthi mangkat
62
Islam Malinah, ustad haji
Zulfikar AKH alumnus
Universitas Khaira Mesir, ustad
Drs. Haji Toyib Hidayat alumnus
Universitas Sunan Kalijaga Jogja
dan lain-lainnya. Insya Allah
pasti berangkat’
4. “Nggih mangga-mangga. Ow
jenengan ta, mau ke mana?”
Terjemahan:
‘iya silahkan-silahkan. Ow kamu
ya, mau kemana ?
Mau ke mana Arep nangdi
c. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud perulangan kata
Penyisipan unsur-unsur yang berwujud perulangan kata dalam
tuturan iklan Radio Merapi Indah 104.9 FM Kabupaten Magelang
berjumlah 2 perulangan kata. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud
perulangan dipaparkan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 5 Wujud Campur Kode Berwujud Perulangan Kata
No. Tuturan Wujud
campur kode
Wujud campur
kode yang
seharusnya
Keterangan
63
1. “Kalau menurut aku sih.
e e Sik-sik sory-sory nek
menurut aku bro. aduh
duh sek-sek”.
Terjemahan:
‘kalau menurut aku sih. e
e bentar-bentar maaf-
maaf kalau menurut aku
bro. aduh duh bentar-
bentar’
Sory-sory Maaf-maaf Maaf =
ungkapan
permintaan
ampun atau
penyesalan.
(KBBI, 2008:
852)
2. “Apaan sih dari tadi yes
yes yes melulu”.
Terjemahan:
‘apaan sih dari tadi iya
iya iya melulu’
yes yes yes Iya-iya-iya Iya = ya.
(KBBI, 2008:
553)
d. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud baster
Penyisipan unsur-unsur yang berwujud baster dalam tuturan iklan
Radio Merapi Indah 104.9 FM Kabupaten Magelang berjumlah 5 baster.
Penyisipan unsur-unsur yang berwujud baster dipaparkan dalam tabel di
bawah ini.
64
Tabel 6 Wujud Campur Kode Berwujud Baster
No. Tuturan Wujud
campur kode
Wujud
campur kode
yang
seharusnya
Keterangan
1. “Eee.. lha ning kana ki
pelayanane apik bu ne,
luwih cepet, memuaskan,
nyaman, petugase
ramah-ramah tur bu ne
gedunge anyar, megah,
modern kuwi. Lha ning
Jalan Pemuda no. dua
belas Pucungreja,
Muntilan”.
Terjemahan:
‘eee.. lha disana ini
pelayanannya bagus bu,
lebih cepat, memuaskan,
nyaman, petugasnya
ramah-ramah juga bu,
gedungnya baru, megah,
Petugase pegawene Petugas = orang yang
bertugas melakukan
sesuatu. (KBBI,
2008: 1493), -e =
imbuhan yang
berfungsi untuk
menegaskan kata
sebelumnya yang
berbahasa Indonesia
menjadi seolah-olah
berbahasa Jawa
65
modern itu. Lha di Jalan
Pemuda no. dua belas
Pucungrejo, Muntilan’
2. “Lak ya biasane
kongkonan Pak Muji ta
bu? Ngana kok repot”.
Terjemahan:
‘kan ya biasanya
menyuruh Pak Muji ta
bu? Begitu kok repot’
Biasane Lumrahe Biasa = lazim, umum,
seperti sediakala.
(KBBI, 2008: 186), -
e = imbuhan yang
berfungsi untuk
menegaskan kata
sebelumnya yang
berbahasa Indonesia
menjadi seolah-olah
berbahasa Jawa
3. “Haiya pancen to kuwi.
Lha wong pada njaga
kesehatan nganggo
herbal wi ya do wegah
kok ya mbasan padha
lara sambat le biayane
ra kuwat”.
Terjemahan:
‘haiya emang to itu. Lha
pada menjaga kesehatan
Biayane Ragate Biaya = uang yang
dikeluarkan untuk
mengadakan sesuatu,
pengeluaran. (KBBI,
2008: 186), -e =
imbuhan yang
berfungsi untuk
menegaskan kata
sebelumnya yang
berbahasa Indonesia
66
memakai herbal itu ya
pada tidak mau kok ya
pada saat sakit mengeluh
biayanya tidak kuat’
menjadi seolah-olah
berbahasa Jawa
4. “Lewat PT Permata
Ummat tour and travel.
Wahh, terbukti
memuaskan pelayanane
tenan lho. Gek wis duwe
ijin resmi kementrian
agama RI PPIU nomer
146”.
Terjemahan:
‘lewat PT Permata
Ummat tour and travel.
Wahh, terbukti
memuaskan
pelayanannya tenan lho.
Sudah punya ijin resmi
kementrian agama RI
PPIU nomer 146’
Pelayanane Peladenane Pelayanan = perihal
atau cara melayani.
(KBBI, 2008: 797), -
e = imbuhan yang
berfungsi untuk
menegaskan kata
sebelumnya yang
berbahasa Indonesia
menjadi seolah-olah
berbahasa Jawa
5. “Makane Kang awak
dewe kudu ngati-ati, aja
Makane Mulane Maka = kata
penghubung untuk
67
asal sebagai warga
Negara yang baik. Awak
dewe kudu taat karo
peraturan Kang”.
Terjemahan:
‘makanya Mas, kita
sendiri harus hati-hati
jangan asal, sebagai
warga Negara yang baik.
Kita harus taat dengan
peraturan Mas’
menyatakan
hubungan akibat.
(KBBI, 2008: 860), -
e = imbuhan yang
berfungsi untuk
menegaskan kata
sebelumnya yang
berbahasa Indonesia
menjadi seolah-olah
berbahasa Jawa
e. Penyisipan unsur-unsur yang berwujud klausa
Penyisipan unsur-unsur yang berwujud klausa dalam tuturan iklan
Radio Merapi Indah 104.9 FM Kabupaten Magelang berjumlah 1 klausa.
Penyisipan unsur-unsur yang berwujud klausa dipaparkan dalam tabel di
bawah ini.
Tabel 7 Wujud Campur Kode Berwujud Klausa
No. Tuturan Wujud campur
kode
Wujud campur
kode yang
seharusnya
Judul Iklan
68
1. “Aja kuatir. Saka
murah tekan VIP
aman. Manasike teori
karo praktek, seka
jogja tekan tanah suci
di bimbing oleh ustad
yang sudah
berpengalaman
kayata ustad haji Ulin
Nuha alumnus
Universitas Islam
Malinah, ustad haji
Zulfikar AKH alumnus
Universitas Khaira
Mesir, ustad Drs. Haji
Toyib Hidayat
alumnus Universitas
Sunan Kalijaga Jogja
lan liya-liyane. Insya
Allah pasti
berangkat”.
Terjemahan:
‘Jangan kawatir dari
di Bimbing oleh
ustad yang
sudah
berpengalaman
Di Tutun marang
ustad sing uwis
nglakoni,ngalami
Permata
umat
69
murah sampai VIP
aman. Manasiknya
teori dengan praktek,
dari Jogja sampai
tanah suci di bimbing
oleh ustad yang sudah
berpengalamn seperti
ustad haji Ulin Nuha
alumnus Universitas
Islam Malinah, ustad
haji Zulfikar AKH
alumnus Universitas
Khaira Mesir, ustad
Drs. Haji Toyib
Hidayat alumnus
Universitas Sunan
Kalijaga Jogja dan
lain-lainnya. Insya
Allah pasti berangkat’
B. Pembahasan Data
Dalam pembahasan data ini, penulis akan membahas data-data
peristiwa alih kode dan campur kode dalam iklan radio Merapi Indah
70
104.9 FM Kabupaten Magelang. Pada peristiwa alih kode akan dibahas 5
buah bentuk alih kode antarbahasa. Adapun , pada peristiwa campur kode
akan dibahas penyisipan-penyisipan unsur berwujud kata sebanyak 28
buah tuturan dalam iklan, penyisipan unsur-unsur yang berwujud frasa
sebanyak 4 buah tuturan, penyisipan unsur-unsur yang berwujud
pengulangan kata berjumlah 2 buah tuturan dalam iklan, penyisipan
unsur-unsur yang berwujud baster sebanyak 6 buah tuturan dalam iklan,
dan penyisipan unsur-unsur yang berwujud klausa sebanyak 1 buah
tuturan dalam iklan.
1. Alih Kode
a. Alih kode yang berwujud alih kode antarbahasa dari bahasa
Jawa ke bahasa Indonesia
Alih kode yang berwujud alih kode antarbahasa dari bahasa
Jawa ke bahasa Indonesia yang dianalisis ada 1 buah tuturan dari
keseluruhan tuturan yang mengalami peristiwa alih kode. Data alih
kode dan pembahasan kalimat yang mengalami peristiwa alih kode
akan penulis bahas di bawah ini.
(1) Penutur I : “Tak kandani”.
Penutur II : “Kosek!”
Penutur I : “Sekarang kalau mau belanja di HS
Toserba aja komplit-plit bu. Pakaian anak
sampai dewasa, perlengkapan bayi
71
klontong sembako semua lengkap, alat tulis
juga ada bu”. (HS Toserba)
Terjemahan:
Penutur I : “saya kasih tahu”.
Penutur II : “sebentar!”
Penutur I : “Sekarang kalau mau belanja di HS Toserba aja
komplit-plit bu. Pakaian anak sampai dewasa,
perlengkapan bayi, klontong sembako semua
lengkap, alat tulis juga ada bu”.
Data tuturan (1) di atas merupakan alih kode antarbahasa,
dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia. Hal tersebut ditandai
dengan perubahan tuturan penutur 1. Peralihan kode pada
tuturan di atas yang dilakukan oleh penutur 1 tak kandani ‘saya
kasih tahu’ yang kemudian beralih kode ke bahasa Indonesia
‘sekarang kalau mau belanja di HS Toserba aja komplit-plit bu.
Pakaian anak sampai dewasa, perlengkapan bayi, klontong
sembako semua lengkap, alat tulis juga ada bu’ untuk
menjelaskan kepada istrinya bahwa kalau mau belanja di HS
Toserba aja sudah komplit dan murah. Peristiwa alih kode
tersebut terjadi karena faktor kedwibahasaan yang dimiliki oleh
penutur.
72
b. Alih kode yang berwujud alih kode antarbahasa dari bahasa
Jawa ke dalam bahasa Indonesia
Alih kode yang berwujud alih kode antarbahasa dari bahasa
Jawa ke bahasa Indonesia yang dianalisis 1 buah tuturan dari
keseluruhan tuturan yang mengalami peristiwa alih kode. Data alih
kode dan pembahasan kalimat yang mengalami peristiwa alih kode
akan penulis bahas di bawah ini.
(1) Penutur I :“Wahh, ketoke kok seger tenan to kuwi. Wedang
apa ta mas?”
Penutur II : “Belum tau dia. Ni saya pakai yang bisa bikin
badan sehat anti masuk angin, capek-capek dan
pegel linu”.
Penutur I : “Ow. Coba lihat. Weee, JM Harmoni, jahe
merah kesehatan”. (JM Harmoni)
Terjemahan:
Penutur I : “Wahh, kelihatannya kok segar sekali itu.
Minuman apa itu mas?”
Penutur II : “Belum tahu dia. Ini saya pakai yang bisa buat
badan sehat anti masuk angin, capek-capek dan
pegel linu”.
Penutur I : “Ow. Coba lihat. Weee, JM Harmoni, jahe
merah kesehatan”.
73
Data tuturan (2) di atas berupa alih kode antarbahasa dari
bahasa Jawa ke bahasa Indonesia. Hal tersebut ditandai dengan
perubahan tuturan penutur 1. Peralihan kode pada tuturan di atas
yang dilakukan oleh penutur 1 dari bahasa Jawa Wahh, ketoke kok
seger tenan to kuwi. Wedang apa ta mas? ‘Wahh, kelihatannya kok
segar banget itu. Minuman apa ta mas?’ yang beralih kode ke
bahasa Indonesia ‘Ow. Coba lihat. Wee, JM Harmoni, jahe merah
kesehatan’ untuk menanyakan apa yang sedang diminum oleh
penutur kedua. Peristiwa alih kode tersebut terjadi karena faktor
kedwibahasaan yang dimiliki oleh penutur.
c. Alih kode yang berwujud alih kode antarbahasa dari bahasa
Jawa ke dalam bahasa Indonesia
Alih kode yang berwujud alih kode antarbahasa dari bahasa
Jawa ke bahasa Indonesia yang dianalisis 1 buah tuturan dari
keseluruhan tuturan yang mengalami peristiwa alih kode. Data alih
kode dan pembahasan kalimat yang mengalami peristiwa alih kode
akan penulis bahas di bawah ini.
(1) Penutur I : “Mangga Mas”.
Penutur II :“Nggih mangga-mangga. Ow jenengan ta, mau
kemana?”
Penutur I : “Biasa Mas mau cari cat dan keramik di Toko
Besi Afrika Selatan”. (Toko Besi Afrika Selatan)
Terjemahan:
74
Penutur I : “Silahkan Mas”.
Penutur II : “Iya silahkan-silahkan. Ow kamu ya, mau
kemana!”
Penutur I : “Biasa Mas mau cari cat dan keramik di Toko
Besi Afrika Selatan”.
Data tuturan (3) di atas merupakan alih kode antarbahasa,
dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia. Hal tersebut ditandai
dengan perubahan tuturan penutur 1. Peralihan kode pada tuturan
di atas yang dilakukan oleh penutur 1 dari bahasa Jawa Nggih
mangga-mangga ‘iya silahkan-silahkan’ yang beralih kode ke
bahasa Indonesia ‘Biasa Mas mau cari cat dan keramik di Toko
Besi Afrika Selatan’. Peristiwa alih kode tersebut terjadi karena
faktor kedwibahasaan yang dimiliki oleh penutur. Dalam tuturan
di atas, penutur beralih kode karena penutur kedua menanyakan ke
penutur pertama jika mau pergi mencari cat dan keramik.
d. Alih kode yang berwujud alih kode antarbahasa dari bahasa
Indonesia ke bahasa Jawa
Alih kode yang berwujud alih kode antarbahasa dari bahasa
Indonesia ke bahasa Jawa yang dianalisis 1 buah tuturan dari
keseluruhan tuturan yang mengalami peristiwa alih kode. Data alih
kode dan pembahasan kalimat yang mengalami peristiwa alih kode
akan penulis bahas di bawah ini.
75
(1) Penutur I : “Yuda, Cici jangan lupa disiapkan bekalnya untuk
piknik”.
Penutur II : “Wong kula mboten nderek piknik kok”.
Penutur I : “Tenane Yuda ra melu? Ya wis tak karo Cici
wae Pak’e”. (Promo Minggu Ceria)
Terjemahan:
Penutur I : “Yuda, Cici jangan lupa disiapkan bekalnya untuk
piknik”.
Penutur II : “Saya tidak ikut piknik kok”.
Penutur I : “Benar Yuda tidak ikut? Ya sudah bapak sama
Cici saja ”.
Data tuturan (4) di atas merupakan alih kode antarbahasa,
dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa. Hal tersebut ditandai
dengan perubahan tuturan penutur 1. Peralihan kode pada tuturan
di atas yang dilakukan oleh penutur 1 dari bahasa Indonesia
‘Yuda, Cici jangan lupa disiapkan bekalnya untuk piknik’ yang
beralih kode ke bahasa Jawa tenane Yuda ra melu? Ya wis tak
karo Cici wae Pak’e ‘Benar Yuda tidak ikut? Ya sudah bapak
sama Cici saja’. Peristiwa alih kode tersebut terjadi karena faktor
kedwibahasaan yang dimiliki oleh penutur. Dalam tuturan di atas,
penutur beralih kode karena penutur mengingatkan kepada
anaknya jika jangan lupa bawa bekal untuk piknik tetapi anaknya
tidak ikut.
76
e. Alih kode yang berwujud alih kode antarbahasa dari bahasa
Indonesia ke bahasa Jawa
Alih kode yang berwujud alih kode antarbahasa dari bahasa
Indonesia ke bahasa Jawa yang dianalisis 1 buah tuturan dari
keseluruhan tuturan yang mengalami peristiwa alih kode. Data alih
kode dan pembahasan kalimat yang mengalami peristiwa alih kode
akan penulis bahas di bawah ini.
(1) Penutur I : “ pak”
Penutur II : “ pie pie ana apa?”
Penutur I : “ anak kita sakit ni pak badannya panas
aduh gimana ini ya cari dokter anak sore gini
dimana. Mana ada poli klinik yang buka
sore”
Penutur II : “ aku sakjane ya butuh priksa e bu”
Penutur I : “ walah priksa apa maneh pak?”
Terjemahan:
Penutur I : “Pak”
Penutur II : “ Bagaimana ada apa?
Penutur I : “Anak kita sakit ini Pak badannya panas
aduh bagaimana ini ya cari dokter anak
sore begini dimana. Mana ada poliklinik
yang buka sore”.
77
Penutur II : “Aku sebenarnya ya butuh periksa bu”.
Penutur I : “Periksa apa lagi Pak?”
Data tuturan (5) di atas merupakan alih kode antarbahasa,
dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa. Hal tersebut ditandai
dengan perubahan tuturan penutur 1. Peralihan kode pada tuturan
di atas yang dilakukan oleh penutur 1 dari bahasa Indonesia ‘Anak
kita sakit ini Pak badannya panas aduh gimana ini ya cari dokter
anak sore gini dimana. Mana ada poliklinik yang buka sore’ yang
beralih kode ke bahasa Jawa walah priksa apa maneh Pak?
‘periksa apa lagi Pak?’. Peristiwa alih kode tersebut terjadi
karena faktor kedwibahasaan yang dimiliki oleh penutur. Dalam
tuturan di atas, penutur beralih kode karena penutur menanyakan
ke penutur kedua jika anaknya sakit.
2. Campur Kode
a. Penyisipan unsur-unsur berwujud kata
Penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata yang dianalisis
28 buah tuturan dari keseluruhan tuturan yang mengalami peristiwa
campur kode. Data campur kode dan pembahasan kalimat yang
megalami peristiwa campur kode akan penulis bahas di bawah ini.
(1) “Wahh, nek ngene iki ya kangelan, blanja sembako kok juk arep
muter-muter golek baju. Heemm. Marai kesel, wegah aku mas!”
(Abadi Mart and Fashion)
78
Terjemahan:
‘wah, kalau gini ya kesusahan, belanja sembako kok terus
mau muter-muter cari baju. Heemm buat capek tidak mau aku
mas’
Pada data (1) terjadi peristiwa campur kode kata bahasa
Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Hal tersebut terlihat dari
penggunaan kata baju. Penggunaan kata baju sebenarnya dapat
diganti dengan bahasa Jawa oleh penutur. Dalam tuturan ini,
penutur menggunakan kata baju dimaksudkan bahwa si penutur
tidak mau muter-muter cari baju kepada penutur sebelumnya.
Apabila kata baju diubah ke dalam bahasa Jawa menjadi
‘klambi’. Perbaikan salah satu tuturan pada iklan Abadi Mart
and Fashion di atas dipaparkan di bawah ini.
(1a) “Wahh, nek ngene iki ya kangelan, blanja sembako kok juk
arep muter-muter golek klambi. Heemm. Marai kesel,
wegah aku mas!”
Terjemahan:
‘wah, kalau begini ya kesusahan, belanja sembako kok
terus mau muter-muter cari baju. Heemm buat capek tidak mau
aku mas’
(2) “Kanca-kanca sing hasil pertanian ra mirakna, ra cucuk
dikumpulke wae ben dijelaske karo sing kawagan ben do sukses”
(Biotogrow)
79
Terjemahan:
‘teman-teman yang hasil pertanian tidak seberapa, tidak
sebanding dikumpulkan aja supaya dijelaskan sama orang yang ahli
supaya sukses’
Pada data (2) terjadi peristiwa campur kode kata bahasa
Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Hal tersebut terlihat dari
penggunaan kata sukses. Penggunaan kata sukses sebenarnya dapat
diganti dengan bahasa Jawa oleh penutur. Dalam tuturan ini, penutur
menggunakan kata sukses dimaksudkan bahwa si penutur menyuruh
temannya untuk mengumpulkan teman yang lain supaya ikut sukses.
Apabila kata sukses diubah ke dalam bahasa Jawa menjadi ‘kasil
apik’. Perbaikan salah satu pada iklan Biotogrow di atas dipaparkan
di bawah ini.
(2a) “Kanca-kanca sing hasil pertanian ra mirakna, ra cucuk
dikumpulke wae ben dijelaske karo sing kawagan ben do kasil
apik”
Terjemahan:
‘teman-teman yang hasil pertanian tidak seberapa, tidak
sebanding dikumpulkan aja supaya dijelaskan sama orang yang ahli
supaya sukses’
(3) “Ngene Kang rokok kuwi aja asal. Ananging di delok bercukai
asli apa ora? Pira kandungan tar, nikotin aja asal kemelun
wae to Kang” (Cukai Tembakau)
80
Terjemahan:
‘begini Mas rokok itu jangan asal. Tetapi dilihat bercukai asli
atau tidak? Berapa kandungan tar, nikotin jangan asal berasap saja
ya Mas’
Pada data (3) terjadi campur kode kata bahasa Indonesia ke
dalam bahasa Jawa. Hal tersebut terlihat dari penggunaan kata
bercukai dan kandungan. Penggunaan kata bercukai dan
kandungan sebenarnya dapat diganti dengan bahasa Jawa oleh
penutur. Apabila kata bercukai dan kandungan diubah ke dalam
bahasa Jawa menjadi ‘pajak’ dan ‘ngandhut’. Perbaikan salah satu
tuturan pada iklan Cukai Tembakau di atas dipaparkan di bawah
ini.
(3a) “Ngene Kang rokok kuwi aja asal. Ananging di delok pajak
asli apa ora? Pira ngandhut tar, nikotin aja asal kemelun wae
to Kang”
Terjemahan:
begini Mas rokok itu jangan asal. Tetapi dilihat bercukai asli
atau tidak? Berapa kandungan tar, nikotin jangan asal berasap aja
ya Mas’
(4) “Makane Kang awak dewe kudu ngati-ati, aja asal sebagai
warga Negara yang baik. Awak dewe kudu taat karo peraturan
Kang”. (Cukai Tembakau)
Terjemahan:
81
‘oleh karena itu Mas, kita sendiri harus hati-hati jangan asal,
sebagai warga Negara yang baik. Kita harus taat dengan peraturan
Mas’
Pada data (4) terjadi campur kode kata bahasa Indonesia ke
dalam bahasa Jawa. Hal tersebut terlihat dari penggunaan kata
sebagai, baik dan taat. Penggunaan kata sebagai, baik dan taat
sebenarnya dapat diganti dengan bahasa Jawa oleh penutur. Apabila
kata semangat diubah ke dalam bahasa Jawa menjadi ‘minangka’,
‘sae’ dan ‘miturut’. Perbaikan salah satu tuturan pada iklan Cukai
Tembakau di atas dipaparkan di bawah ini.
(4a) “Makane Kang awak dewe kudu ngati-ati, aja asal minangka
warga Negara ingkang sae. Awak dewe kudu miturut karo
peraturan Kang”.
Terjemahan:
‘oleh karena itu Mas, kita sendiri harus hati-hati jangan
asal, sebagai warga Negara yang baik. Kita harus taat dengan
peraturan Mas’
(5) “Saiki ki wong lara penyakite werna-werna ta ya. Nganti le
ragat we entek akeh ra mari-mari. Haiya bangkrut” (Herbal
RmI)
Terjemahan:
‘sekarang ini orang sakit penyakitnya bermacam-macam.
Sampai habis biaya banyak tidak sembuh-sembuh. ya bangkrut’
82
Pada data (5) terjadi campur kode kata bahasa Indonesia ke
dalam bahasa Jawa. Hal tersebut terlihat dari penggunaan kata
bangkrut. Penggunaan kata bangkrut sebenarnya dapat diganti
dengan bahasa Jawa oleh penutur. Dalam tuturan ini, penutur
menggunakan kata bangkrut dimaksudkan bahwa si penutur
memberitahukan jika orang sakit penyakitnya bermacam-macam
akan membutuhkan biaya banyak. Apabila kata bangkrut diubah ke
dalam bahasa Jawa menjadi ‘tuna’. Perbaikan salah satu tuturan
pada iklan Herbal RmI di atas dipaparkan di bawah ini.
(5a) “Saiki ki wong lara penyakite werna-werna ta ya. Nganti le
ragat we entek akeh ra mari-mari. Haiya tuna”
Terjemahan:
‘sekarang ini orang sakit penyakitnya bermacam-macam.
Sampai habis biaya banyak tidak sembuh-sembuh. ya bangkrut’
(6) “Nggih ta mbah. Wong niki nggih terapi tinggi badan ting
gen’e Bu Nur Azimah’e”. (Bu Nur Azimah)
Terjemahan:
‘iya mbah. Ini juga terapi tinggi badan di Bu Nur Azimah’
Pada data (6) terjadi campur kode kata bahasa Indonesia ke
dalam bahasa Jawa. Hal tersebut terlihat dari penggunaan kata
tinggi. Penggunaan kata tinggi sebenarnya dapat diganti dengan
bahasa Jawa oleh penutur. Dalam tuturan ini, penutur menggunakan
kata tinggi dimaksudkan bahwa si penutur memberitahukan jika
83
mau terapi atau berobat kepada penutur sebelumnya. Apabila kata
tinggi diubah ke dalam bahasa Jawa menjadi ‘dhuwur’. Perbaikan
salah satu tuturan pada iklan Bu Nur Azimah di atas dipaparkan di
bawah ini.
(6a) “Nggih ta mbah. Wong niki nggih terapi dhuwurke awak ting
gen’e Bu Nur Azimah’e”.
Terjemahan:
‘iya mbah. Ini juga terapi tinggi badan di Bu Nur Azimah’
(7) “Rugi nek mboten mirengke. Jangan lupa ya Minggu pagi jam
8 di Merapi Indah”. (Promo Minggu Ceria)
Terjemahan:
‘rugi kalau tidak mendengarkan. Jangan lupa ya Minggu pagi jam
8 di Merapi Indah’.
Pada data (7) terjadi campur kode kata bahasa Indonesia ke
dalam bahasa Jawa. Hal tersebut terlihat dari penggunaan kata jangan
dan pagi. Penggunaan kata jangan dan pagi sebenarnya dapat diganti
dengan bahasa Jawa oleh penutur. Apabila kata jangan dan pagi
diubah ke dalam bahasa Jawa menjadi ‘aja’ dan ‘esuk’. Perbaikan
salah satu tuturan pada iklan Promo Minggu Ceria di atas dipaparkan
di bawah ini.
(7a) “Rugi nek mboten mirengke. Aja lupa ya Minggu esuk jam 8
nang Merapi Indah”
84
Terjemahan:
‘rugi kalau tidak mendengarkan. Jangan lupa ya Minggu pagi jam
8 di Merapi Indah’.
(8) “Lho-lho ning ngapa cah wit gedhang kok disruduk lha ya tambah
pusing to” (Puder 38)
Terjemahan:
‘Lho-lho kenapa cah, pohon pisang kok ditabrak lha ya tambah
pusing’
Pada data (8) terjadi campur kode kata bahasa Indonesia ke
dalam bahasa Jawa. Hal tersebut terlihat dari penggunaan kata pusing.
Penggunaan kata pusing sebenarnya dapat diganti dengan bahasa Jawa
oleh penutur. Dalam tuturan ini, penutur menggunakan kata pusing
dimaksudkan bahwa si penutur memberitahukan bahwa penutur ke dua
menabrak pohon pisang menjadi tambah pusing. Apabila kata pusing
diubah ke dalam bahasa Jawa menjadi ‘mumet’. Perbaikan salah satu
tuturan pada iklan PUDER 38 di atas dipaparkan di bawah ini.
(8a) “Lho-lho ning ngapa cah, wit gedhang kok disruduk lha ya
tambah mumet to.”
Terjemahan:
‘Lho-lho kenapa cah, pohon pisang kok ditabrak lha ya tambah
pusing’
(9) “gus agus reuni SMP N tujupuluh empat blabak ki sidane
kapan?” (Reuni SMP N)
85
Terjemahan:
‘Gus Agus reuni SMP N tujuh puluh empat blabak itu jadinya
kapan?’
Pada data (9) terjadi campur kode kata bahasa Indonesia ke
dalam bahasa Jawa. Hal tersebut terlihat dari penggunaan kata reuni.
Penggunaan kata reuni sebenarnya dapat diganti dengan bahasa Jawa
oleh penutur. Dalam tuturan ini, penutur menggunakan kata reuni
dimaksudkan bahwa si penutur memberitahukan bahwa akan ada reuni
di SMP N 47. Apabila kata reuni diubah ke dalam bahasa Jawa
menjadi ‘kumpul’. Perbaikan salah satu tuturan pada iklan Reuni SMP
N di atas dipaparkan di bawah ini.
(9a) “gus agus kumpul SMP N tujupuluh empat blabak ki sidane
kapan?”
Terjemahan:
‘Gus Agus reuni SMP N tujuh puluh empat blabak itu jadinya
kapan?’
(10) “halah sek penting ki le teka ketemu ro konca konca, iya to
perkara arep ngisi kas silahkan ora ya ora popo. Lha ya to.”
(Reuni SMP N)
Terjemahan:
‘halah yang penting itu datang bertemu teman-teman, iya masalah
mau mengisi kas silahkan tidak juga tidak apa-apa. Betul kan?.
86
Pada data (10) terjadi campur kode kata bahasa Indonesia ke
dalam bahasa Jawa. Hal tersebut terlihat dari penggunaan kata
silahkan. Penggunaan kata silahkan sebenarnya dapat diganti dengan
bahasa Jawa oleh penutur. Dalam tuturan ini, penutur menggunakan
kata silahkan dimaksudkan bahwa si penutur memberitahukan kalau
mau mengisi kas silahkan tidak juga tidak apa-apa. Apabila kata
silahkan diubah ke dalam bahasa Jawa menjadi ‘mangga’. Perbaikan
salah satu tuturan pada iklan Reuni SMP N di atas dipaparkan di
bawah ini.
(10a) “halah sek penting ki le teka ketemu ro konca konca, iya to
perkara arep ngisi kas mangga ora ya ora popo. Lha ya to.”
Terjemahan:
‘halah yang penting itu datang bertemu teman-teman, iya masalah
mau mengisi kas silahkan tidak juga tidak apa-apa’.betul kan?
(11) “kula ngadahi keluhan wonten ing payudara sampun matahun-
tahun kula raosaken. Raosipun kemranyas lajeng medal kados
nanah menika lewat putingipun. Sak umpami kula resiki setiap
hari niku malah tambah katah ambetipun mboten eco pecing
lajeng kula tumbasaken jamu herbal microbac kula konsumsi niku
sehari tiga kali pisan tigang tetes”. (Microbac Bu Titik Susilo
Ningsih)
87
Terjemahan:
‘saya punya keluhan di payudara sudah bertahun-tahun saya
rasakan. Rasanya panas lalu keluar seperti nanah lewat puting.
Seumpama saya bersihkan setiap hari malah tambah banyak baunya
tidak enak lalu saya belikan jamu herbal microbac. Saya konsumsi itu
sehari tiga kali sekali tiga tetes’
Pada data (11) terjadi campur kode kata bahasa Indonesia ke
dalam bahasa Jawa. Hal tersebut terlihat dari penggunaan kata keluhan,
dan setiap. Penggunaan kata keluhan dan setiap sebenarnya dapat
diganti dengan bahasa Jawa oleh penutur. Apabila kata semangat
diubah ke dalam bahasa Jawa menjadi ‘ngesah awit krasa lara’, dan
‘saben’. Perbaikan salah satu tuturan pada iklan Microbac Bu Titik
Susilo Ningsih di atas dipaparkan di bawah ini.
(11a) “kula ngadahi sambat wonten ing payudara sampun matahun-
tahun kula raosaken. Raosipun kemranyas lajeng medal kados
nanah menika lewat putingipun. Sak umpami kula resiki saben
dinten niku malah tambah katah ambetipun mboten eco pecing
lajeng kula tumbasaken jamu herbal microbac kula konsumsi
niku sehari tiga kali pisan tigang tetes”.
Terjemahan:
‘saya punya keluhan di payudara sudah bertahun-tahun saya
rasakan. Rasanya panas lalu keluar seperti nanah lewat puting.
Seumpama saya bersihkan setiap hari malah tambah banyak baunya
88
tidak enak lalu saya belikan jamu herbal microbac. Saya konsumsi itu
sehari tiga kali sekali tiga tetes’
(12) “Kae lho anake ki lak bar lulus SD, karepku ki lak ya ben
sempurna sisan. Enake daftar ngendi ngana lho?” (M Plus)
Terjemahan :
‘itu lho anaknya kan baru lulus SD, keinginan saya itu ya supaya
sempurna sekalian. Enaknya daftar dimana begitu lho?’
Pada data (12) terjadi campur kode kata bahasa Indonesia ke dalam
bahasa Jawa. Hal tersebut terlihat dari penggunaan kata sempurna.
Penggunaan kata sempurna sebenarnya dapat diganti dengan bahasa Jawa
oleh penutur. Dalam tuturan ini, penutur menggunakan kata sempurna
dimaksudkan bahwa si penutur mengeluh agar anaknya sekolah lagi.
Apabila kata sempurna diubah ke dalam bahasa Jawa menjadi
‘drampungke’. Perbaikan salah satu tuturan pada iklan M Plus di atas
dipaparkan di bawah ini.
(12a) “Kae lho anake ki lak bar lulus SD, karepku ki lak ya ben
dirampungke sisan. Enake daftar ngendi ngana lho?”
Terjemahan :
‘itu lho anaknya kan baru lulus SD, keinginan saya itu ya supaya
sempurna sekalian. Enaknya daftar dimana begitu lho?’
(13)“Wahh, sing nganten anyar sibuk iki”. (Toko Besi Fahri Group)
Terjemahan:
‘Wahh, yang pengantin baru sibuk ini’
89
Pada data (13) terjadi campur kode kata bahasa Indonesia ke dalam
bahasa Jawa. Hal tersebut terlihat dari penggunaan kata sibuk. Penggunaan
kata sibuk sebenarnya dapat diganti dengan bahasa Jawa oleh penutur.
Dalam tuturan ini, penutur menggunakan kata sibuk dimaksudkan bahwa
si penutur dua lagi banyak kerjaan. Apabila kata sibuk diubah ke dalam
bahasa Jawa menjadi ‘akeh gawean’. Perbaikan salah satu tuturan pada
iklan Toko Besi Fahri Group di atas dipaparkan di bawah ini.
(13a) “Wahh, sing nganten anyar akeh gawean iki”.
Terjemahan:
‘Wahh, yang pengantin baru sibuk ini’
(14 )“Kaya jagad iki senyum. Ning aja ngguya-ngguyu aku weruh untumu
rengket kaya kana kuwi. Kuwi nek mangan mesti okehe. Piye ya?”
(Promo Basiyo)
Terjemahan:
‘seperti bumi ini senyum. Tetapi jangan senyam-senyum aku lihat
gigimu rapi seperti itu. Itu kalau makan pasti banyak. Gimana ya?’
Pada data (14) terjadi campur kode kata bahasa Indonesia ke dalam
bahasa Jawa. Hal tersebut terlihat dari penggunaan kata senyum.
Penggunaan kata senyum sebenarnya dapat diganti dengan bahasa Jawa
oleh penutur. Dalam tuturan ini, penutur menggunakan kata senyum
dimaksudkan bahwa si penutur mengumpamakan bumi seperti senyum
wanita. Apabila kata senyum diubah ke dalam bahasa Jawa menjadi
‘mesem. Perbaikan salah satu tuturan pada iklan Promo Basiyo di atas
dipaparkan di bawah ini.
90
(14a) “Kaya jagad iki mesem. Ning aja ngguya-ngguyu aku weruh untumu
rengket kaya kana kuwi. Kuwi nek mangan mesti okehe. Piye ya?”
Terjemahan:
‘seperti bumi ini senyum. Tetapi jangan senyam-senyum aku lihat
gigimu rapi seperti itu. Itu kalau makan pasti banyak. Gimana ya?’
‘baik mas. Siap. Lha jamunya yang bikin mak greng sudah beli di
sana sekalian?’
Pada data (15) terjadi campur kode kata bahasa Indonesia ke dalam
bahasa Jawa. Hal tersebut terlihat dari penggunaan kata ok dan siap.
Penggunaan kata ok dan siap sebenarnya dapat diganti dengan bahasa
Jawa oleh penutur. Apabila kata ok dan siap diubah ke dalam bahasa Jawa
menjadi ‘setuju’ dan ‘siaga’. Perbaikan salah satu tuturan pada iklan Aki
Musthang di atas dipaparkan di bawah ini.
‘baik mas. Siap. Lha jamunya yang bikin mak greng sudah beli di
sana sekalian?’
(16) “Sory mbak bro mbablas”. (Bengkel Pak Muji)
(15) “Ok mas. Siap. Lha jamune sek marai mak greng wis tuku nang
kana sisan?” (Iklan Aki musthang)
Terjemahan:
(15a) “setuju mas. Siaga. Lha jamune sek marai mak greng wis tuku
nang kana sisan?”
Terjemahan:
91
Terjemahan:
‘maaf mbak bro kelepasan’
Pada data (16) terjadi campur kode kata bahasa Inggris ke dalam
bahasa Indonesia. Hal tersebut terlihat dari penggunaan kata sory.
Penggunaan kata sory sebenarnya dapat diganti dengan bahasa Indonesia
oleh penutur. Dalam tuturan ini, penutur menggunakan kata sory
dimaksudkan bahwa si penutur minta maaf karena kelepasan buang angin.
Apabila kata sory diubah ke dalam bahasa Indonesia menjadi ‘maaf’.
Perbaikan salah satu tuturan pada iklan Bengkel Pak Muji di atas
dipaparkan di bawah ini
(16a) “maaf mbak bro mbablas”.
Terjemahan:
‘maaf mbak bro kelepasan’
(17) “Yes, betul duwit sing mbok simpen ngisor kasur kae gawa kabeh
nggo tuku emas”. (iklan Toko Emas Pak Tani)
Terjemahan:
‘Iya, betul uang yang di simpan bawah kasur itu bawa semua buat bali
emas’.
Pada data (17) terjadi campur kode kata bahasa Inggris ke dalam
bahasa Indonesia. Hal tersebut terlihat dari penggunaan kata yes.
Penggunaan kata yes sebenarnya dapat diganti dengan bahasa Indonesia
oleh penutur. Dalam tuturan ini, penutur menggunakan kata yes
dimaksudkan bahwa si penutur menjawab kepada penutur kedua jika uang
92
yang dibawah kasur supaya dibawa semua. Apabila kata yes diubah ke
dalam bahasa Indonesia menjadi ‘iya’. Perbaikan salah satu tuturan pada
iklan Toko Emas Pak Tani di atas dipaparkan di bawah ini.
(17a) “iya, betul duwit sing mbok simpen ngisor kasur kae gawa kabeh
nggo tuku emas”.
Terjemahan:
‘Iya, betul uang yang di simpan bawah kasur itu bawa semua buat bali
emas’.
‘setuju mbak’
Pada data (18) terjadi campur kode kata bahasa Inggris ke
dalam bahasa Indonesia. Hal tersebut terlihat dari penggunaan kata ok.
Penggunaan kata ok sebenarnya dapat diganti dengan bahasa Indonesia
oleh penutur. Dalam tuturan ini, penutur menggunakan kata ok
dimaksudkan bahwa si penutur menyetujui kepada penutur kedua. Apabila
kata ok diubah ke dalam bahasa Indonesia menjadi ‘setuju’. Perbaikan
salah satu tuturan pada iklan Toko Emas Pak Tani di atas dipaparkan di
bawah ini.
‘setuju mbak’
(18) ‘‘Ok Yu”. (Iklan toko emas pak tani)
Terjemahan:
(18a) “setuju Yu”.
Terjemahan:
93
‘ow ya. Setuju trima kasih. Hallo
Pada data (19) terjadi campur kode kata bahasa Inggris ke
dalam bahasa Indonesia. Hal tersebut terlihat dari penggunaan kata ok.
Penggunaan kata ok sebenarnya dapat diganti dengan bahasa Indonesia
oleh penutur. Dalam tuturan ini, penutur menggunakan kata ok
dimaksudkan bahwa si penutur menyetujui kepada penutur kedua dalam
percakapan melalui telepon. Apabila kata ok diubah ke dalam bahasa
Indonesia menjadi ‘setuju’. Perbaikan salah satu tuturan pada iklan JNE di
atas dipaparkan di bawah ini.
‘ow ya. Setuju trima kasih. Hallo
‘Wah, setuju bu Silvi. Segera saya atur pengirimannya’.
Pada data (20) terjadi campur kode kata bahasa Inggris ke
dalam bahasa Indonesia. Hal tersebut terlihat dari penggunaan kata ok.
Penggunaan kata ok sebenarnya dapat diganti dengan bahasa Indonesia
oleh penutur. Dalam tuturan ini, penutur menggunakan kata ok
(19) “Ow ya. Ok terima kasih, hallo”. (JNE)
Terjemahan:
(19a) “ Ow ya. setuju terima kasih, hallo”.
Terjemahan:
(20) “Wah, Ok bu Silvi. Segera saya atur pengirimannya”. (JNE)
Terjemahan:
94
dimaksudkan bahwa si penutur menyetujui kepada penutur kedua jika akan
mengatur pengirimannya. Apabila kata ok diubah ke dalam bahasa
Indonesia menjadi ‘setuju’. Perbaikan salah satu tuturan pada iklan JNE di
atas dipaparkan di bawah ini.
‘Wah, setuju bu Silvi. Segera saya atur pengirimannya’
(21) “Bu, ibu ki ngapain ta mondar-mandir kaya setrikaan gitu”. (PTA)
Terjemahan:
‘Bu, ibu ini ngapain ta mondar-mandir seperti setrikaan gitu’
Pada data (21) terjadi campur kode kata bahasa Indonesia ke dalam
bahasa Jawa. Hal tersebut terlihat dari penggunaan kata ngapain dan gitu.
Penggunaan kata ngapain dan gitu sebenarnya dapat diganti dengan
bahasa Jawa oleh penutur. Apabila kata ngapain dan gitu diubah ke dalam
bahasa Jawa menjadi ‘kenangapa’ dan ‘ngono’. Perbaikan salah satu
tuturan pada iklan PTA di atas dipaparkan di bawah ini.
(21a) “Bu, ibu ki kenangapa ta mondar-mandir kaya setrikaan ngono”.
Terjemahan:
‘Bu, ibu ini ngapain ta mondar-mandir seperti setrikaan gitu’
b. Penyisipan unsur-unsur berwujud frasa
Penyisipan unsur-unsur yang berwujud frasa yang dianalisis 4 buah
tuturan dari keseluruhan tuturan yang mengalami peristiwa campur kode.
(20a) “Wah, setuju bu Silvi. Segera saya atur pengirimannya”.
Terjemahan:
95
Data campur kode dan pembahasan kalimat yang mengalami peristiwa
campur kode akan penulis bahas di bawah ini.
(1) “Ow..sek-sek. Aku ngerti dek. Gon toko aki musthang. Oh malah isa
konsultasi barang. Nek seka lor ki kae lho sadurunge pertigaan tape
ketan Muntilan ning sing kanan jalan”. (Aki Musthang)
Terjemahan:
‘ow… bentar-bentar. Aku tahu dik tempat toko aki musthang. Oh
malah bisa konsultasi juga. Kalau dari utara itu lho sebelumnya pertigaan
tape ketan muntilan tapi yang kanan jalan’
Pada data (1) mengalami campur kode yaitu penutur menyisipkan
frasa kanan jalan yang berasal dari bahasa Indonesia. Penggunaan frasa
kanan jalan sebenarnya dapat diganti dengan bahasa Jawa oleh penutur.
Arti dari frasa kanan jalan adalah petunjuk arah, dalam tuturan ini penutur
menggunakan frasa kanan jalan dimaksudkan untuk memberitahukan
alamat kepada penutur kedua. Apabila frasa kanan jalan diganti ke dalam
bahasa Jawa menjadi ‘tengen dalan’. Perbaikan salah satu tuturan dalam
iklan Aki Musthang di atas dipaparkan di bawah ini.
(1a) “Ow..sek-sek. Aku ngerti dek. Gon toko aki musthang. Oh malah isa
konsultasi barang. Nek seka lor ki kae lho sadurunge pertigaan tape
ketan Muntilan ning sing tengen dalan”.
Terjemahan:
‘ow… bentar-bentar. Aku tahu dik tempat toko aki musthang. Oh
malah bisa konsultasi juga. Kalau dari utara itu lho sebelumnya pertigaan
tape ketan muntilan tapi yang kanan jalan’
96
(2) “em, kowe ki di kandani bola bali ya mung lali kok dina minggu 10
juli badha limang dina jam 9 isuk sing ning Jakarta, Surabaya, luar
jawa barang arep pada teka lha iki pa maneh kok mung magelang”
(Reuni SMP N)
Terjemahan:
‘em, kamu ini dikasih tahu berkali-kali ya hanya lupa kok hari
Minggu 10 Juli, lebaran lima hari, jam 9 pagi. Yang dari Jakarta,
Surabaya, luar Jawa mau pada datang, lha ini apalagi kok hanya
Magelang’
Pada data (2) mengalami campur kode yaitu penutur menyisipkan
frasa luar Jawa yang berasal dari bahasa Indonesia. Penggunaan frasa luar
Jawa sebenarnya dapat diganti dengan bahasa Jawa oleh penutur. Arti dari
frasa luar Jawa adalah daerah yang berada di luar sekitar Jawa, dalam
tuturan ini penutur menggunakan frasa luar Jawa dimaksudkan untuk
memberitahukan keberadaan temannya yang berada di luar Jawa kepada
penutur kedua. Apabila frasa luar Jawa diganti ke dalam bahasa Jawa
menjadi ‘sajabane Jawa’. Perbaikan salah satu tuturan dalam iklan Reuni
SMP N di atas dipaparkan di bawah ini.
(2a) “em, kowe ki di kandani bola bali ya mung lali kok dina minggu 10
Juli badha limang dina jam 9 isuk sing ning Jakarta, Surabaya,
sajabane Jawa barang arep pada teka lha iki pa maneh kok mung
magelang”
97
Terjemahan:
‘em, kamu ini dikasih tahu berkali-kali ya hanya lupa kok hari
Minggu 10 Juli, lebaran lima hari, jam 9 pagi. Yang dari Jakarta,
Surabaya, luar Jawa mau pada datang, lha ini apalagi kok hanya
Magelang’
(3)“Aja kuatir. Saka murah tekan VIP aman. Manasike teori karo
praktek, seka jogja tekan tanah suci di bimbing oleh ustad yang
sudah berpengalaman kayata ustad haji Ulin Nuha alumnus
Universitas Islam Madinah, ustad haji Zulfikar AKH alumnus
Universitas Khaira Mesir, ustad Drs. Haji Toyib Hidayat alumnus
Universitas Sunan Kalijaga Jogja lan liya-liyane. Insya Allah pasti
berangkat”. (Permata Ummat)
Terjemahan:
‘Jangan khawatir dari murah sampai VIP aman. Manasiknya teori
dengan praktek, dari Jogja sampai tanah suci di bimbing oleh ustad
yang sudah berpengalamn seperti ustad haji Ulin Nuha alumnus
Universitas Islam Malinah, ustad haji Zulfikar AKH alumnus
Universitas Khaira Mesir, ustad Drs. Haji Toyib Hidayat alumnus
Universitas Sunan Kalijaga Jogja dan lain-lainnya. Insya Allah pasti
berangkat’
Pada data (3) terjadi campur kode yaitu penutur menyisipkan
frasa pasti berangkat yang berasal dari bahasa Indonesia. Penggunaan
frasa pasti berangkat sebenarnya dapat diganti dengan bahasa jawa
98
oleh penutur. Arti dari frasa pasti berangkat adalah orang yang sudah
lama bekerja dalam bidangnya, dalam tuturan ini penutur
menggunakan frasa pasti berangkat dimaksudkan untuk memberikan
penjelasan kepada seorang yang ingin pergi ibadah umroh. Apabila
frasa pasti berangkat diganti kedalam bahasa jawa menjadi ‘mesthi
mangkat’.perbaikan salah satu tuturan dalam iklan permata umat di
atas dpaparkan di bawah ini.
(3a) “Aja kuatir. Saka murah tekan VIP aman. Manasike teori karo
praktek, seka jogja tekan tanah suci di bimbing oleh ustad yang
sudah berpengalaman kayata ustad haji Ulin Nuha alumnus
Universitas Islam Madinah, ustad haji Zulfikar AKH alumnus
Universitas Khaira Mesir, ustad Drs. Haji Toyib Hidayat
alumnus Universitas Sunan Kalijaga Jogja lan liya-liyane.
Insya Allah mesthi mangkat”.
Terjemahan:
‘Jangan kawatir dari murah sampai VIP aman. Manasiknya teori
dengan praktek, dari Jogja sampai tanah suci di bimbing oleh ustad
yang sudah berpengalamn seperti ustad haji Ulin Nuha alumnus
Universitas Islam Malinah, ustad haji Zulfikar AKH alumnus
Universitas Khaira Mesir, ustad Drs. Haji Toyib Hidayat alumnus
Universitas Sunan Kalijaga Jogja dan lain-lainnya. Insya Allah pasti
berangkat’
99
(4)“Nggih mangga-mangga. Ow jenengan ta, mau ke mana?” (Toko
Besi Afrika Selatan)
Terjemahan:
‘iya silahkan-silahkan. Ow kamu ya, mau ke mana ?’
Pada data (4) terjadi campur kode yaitu penutur menyisipkan
frasa mau kemana yang berasal dari bahasa Indonesia. Penggunaan
frasa mau kemana sebenarnya dapat diganti dengan bahasa jawa oleh
penutur. Arti dari frasa mau kemana adalah orang yang ingin pergi,
dalam tuturan ini penutur menggunakan frasa mau kemana
dimaksudkan untuk menanyakan kepada penutur kalau mau pergi
kemana. Apabila frasa mau kemana diganti kedalam bahasa jawa
menjadi ‘arep nangdi’.perbaikan salah satu tuturan dalam iklan
permata umat di atas dpaparkan di bawah ini.
(4a) “Nggih mangga-mangga. Ow jenengan ta, arep nangdi?”
Terjemahan:
‘iya silahkan-silahkan. Ow kamu ya, mau kemana ?’
c. Penyisipan unsur-unsur berwujud pengulangan kata
Penyisipan unsur-unsur yang berwujud pengulangan kata yang
dianalisis 2 buah tuturan dari keseluruhan tuturan yang mengalami
peristiwa campur kode. Data campur kode dan pembahasan kalimat yang
mengalami peristiwa campur kode akan penulis bahas di bawah ini.
(1) “Kalau menurut aku sih. e e Sik-sik sory-sory nek menurut aku bro.
aduh duh sek-sek”. (Iklan Diapet)
100
Terjemahan:
‘kalau menurut aku sih. e e bentar-bentar maaf-maaf kalau menurut
aku bro. aduh duh bentar-bentar’
Pada tuturan (1) di atas mengalami campur kode berwujud
pengulangan kata bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia. Hal tersebut
terlihat dari penggunaan pengulangan kata sory-sory yang berasal dari
bahasa Inggris. Penggunaan pengulangan kata sory-sory dapat diganti
dengan bahasa Indonesia. Namun, dalam tuturan ini penutur lebih memilih
menggunakan pengulangan kata sory-sory karena beranggapan
pengulangan kata tersebut lebih familiar daripada arti dalam bahasa
Indonesianya. Pengulangan kata sory-sory lebih mengarah pada arti maaf-
maaf dalam bahasa Indonesia. Apabila pengulangan kata sory-sory diganti
ke dalam bahasa Indonesia menjadi ‘maaf-maaf’. Perbaikan salah satu
tuturan dalam iklan Diapet di atas dipaparkan di bawah ini.
(1a) “Kalau menurut aku sih. e e Sik-sik maaf-maaf nek menurut aku bro.
aduh duh sek-sek”.
Terjemahan:
‘kalau menurut aku sih. e e bentar-bentar maaf-maaf kalau menurut
aku bro. aduh duh bentar-bentar’
(2) “Apaan sih dari tadi yes yes yes melulu”. (Iklan JNE)
Terjemahan:
‘apaan sih dari tadi iya iya iya melulu’
101
Pada tuturan (2) di atas mengalami campur kode berwujud
pengulangan kata bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia. Hal tersebut
terlihat dari penggunaan pengulangan kata yes yes yes yang berasal dari
bahasa Inggris. Penggunaan pengulangan kata yes yes yes dapat diganti
dengan bahasa Indonesia. Namun, dalam tuturan ini penutur lebih memilih
menggunakan pengulangan kata yes yes yes karena beranggapan
pengulangan kata tersebut lebih familiar daripada arti dalam bahasa
Indonesianya. Pengulangan kata yes yes yes lebih mengarah pada arti iya
iya iya dalam bahasa Indonesia. Apabila pengulangan kata yes yes yes
diganti ke dalam bahasa Indonesia menjadi ‘iya iya iya’. Perbaikan salah
satu tuturan dalam iklan JNE di atas dipaparkan di bawah ini.
(2a) “Apaan sih dari tadi iya iya iya melulu”.
Terjemahan:
‘apaan sih dari tadi iya iya iya melulu’
d. Penyisipan unsur-unsur berwujud baster
Penyisipan unsur-unsur yang berwujud baster yang dianalisis 5
buah tuturan dari keseluruhan tuturan yang mengalami peristiwa campur
kode. Data campur kode dan pembahasan kalimat yang mengalami
peristiwa campur kode akan penulis bahas di bawah ini.
(1) “Eee.. lha ning kana ki pelayanane apik bu ne, luwih cepet,
memuaskan, nyaman, petugase ramah-ramah tur bu ne gedunge
anyar, megah, modern kuwi. Lha ning Jalan Pemuda no. dua belas
Pucungreja, Muntilan”. (Bank Kembang Parama)
102
Terjemahan:
‘eee.. lha disana ini pelayanannya bagus bu, lebih cepat,
memuaskan, nyaman, petugasnya ramah-ramah juga bu, gedungnya
baru, megah, modern itu. Lha di Jalan Pemuda no. dua belas
Pucungrejo, Muntilan’
Pada data (1) mengalami campur kode berupa baster dari
bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Hal tersebut terlihat dari
penggunaan kata yang berimbuhan di akhir bentuk dasar yaitu kata
‘petugase’ yang berasal dari bentuk dasar tugas dari bahasa
Indonesia dan mendapat imbuhan –e yang membuatnya seakan-akan
menjadi satu bentuk kata dalam bahasa Jawa. Penggunaan imbuhan
akhiran –e oleh penutur berfungsi untuk menegaskan kata
sebelumnya yang menggunakan bahasa Indonesia. Penggunaan
bentuk baster petugase pada tuturan di atas sebenarnya dapat diganti
dengan bahasa Jawa. Apabila bentuk baster petugase diganti ke
dalam bahasa Jawa menjadi ‘pegawene’. Perbaikan salah satu tuturan
dalam iklan Bank Kembang Parama di atas dipaparkan di bawah ini.
(1a) “Eee.. lha ning kana ki pelayanane apik bu ne, luwih cepet,
memuaskan, nyaman, pegawene ramah-ramah tur bu ne
gedunge anyar, megah, modern kuwi. Lha ning Jalan Pemuda
no. dua belas Pucungreja, Muntilan”.
103
Terjemahan:
‘eee.. lha disana ini pelayanannya bagus bu, lebih cepat,
memuaskan, nyaman, petugasnya ramah-ramah juga bu, gedungnya
baru, megah, modern itu. Lha di Jalan Pemuda no. dua belas
Pucungrejo, Muntilan’
(2) “Lak ya biasane kongkonan Pak Muji ta bu? Ngana kok repot”.
(Bengkel Pak Muji)
Terjemahan:
‘kan ya biasanya menyuruh Pak Muji ta bu? Begitu kok repot’
Pada data (2) mengalami campur kode berupa baster dari
bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Hal tersebut terlihat dari
penggunaan kata yang berimbuhan di akhir bentuk dasar yaitu kata
‘biasane’ yang berasal dari bentuk dasar biasa dari bahasa Indonesia
dan mendapat imbuhan –e yang membuatnya seakan-akan menjadi
satu bentuk kata dalam bahasa Jawa. Penggunaan imbuhan akhiran –
e oleh penutur berfungsi untuk menegaskan kata sebelumnya yang
menggunakan bahasa Indonesia. Penggunaan bentuk baster biasane
pada tuturan di atas sebenarnya dapat diganti dengan bahasa Jawa.
Apabila bentuk baster biasane diganti ke dalam bahasa Jawa menjadi
‘lumrahe’. Perbaikan salah satu tuturan dalam iklan Bengkel Pak
Muji di atas dipaparkan di bawah ini.
(2a) “Lak ya lumrahe kongkonan Pak Muji ta bu? Ngana kok repot”.
Terjemahan:
104
‘kan ya biasanya menyuruh Pak Muji ta bu? Begitu kok repot’
(3) “Haiya pancen to kuwi. Lha wong pada njaga kesehatan nganggo
herbal wi ya do wegah kok ya mbasan padha lara sambat le
biayane ra kuwat”. (Herbal RmI)
Terjemahan:
‘Memang itu. Lha menjaga kesehatan memakai herbal itu ya pada
tidak mau kok ya saat sakit mengeluh biayanya tidak kuat’
Pada data (3) mengalami campur kode berupa baster dari
bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Hal tersebut terlihat dari
penggunaan kata yang berimbuhan di akhir bentuk dasar yaitu kata
‘biayane’ yang berasal dari bentuk dasar biaya dari bahasa Indonesia
dan mendapat imbuhan –e yang membuatnya seakan-akan menjadi
satu bentuk kata dalam bahasa Jawa. Penggunaan imbuhan akhiran –e
oleh penutur berfungsi untuk menegaskan kata sebelumnya yang
menggunakan bahasa Indonesia. Penggunaan bentuk baster biayane
pada tuturan di atas sebenarnya dapat diganti dengan bahasa Jawa.
Apabila bentuk baster biayane diganti ke dalam bahasa Jawa menjadi
‘ragate’. Perbaikan salah satu tuturan dalam iklan Herbal Rml di atas
dipaparkan di bawah ini.
(3a) “Haiya pancen to kuwi. Lha wong pada njaga kesehatan nganggo
herbal wi ya do wegah kok ya mbasan padha lara sambat le
ragate ra kuwat”.
105
Terjemahan:
‘Memang itu. Lha menjaga kesehatan memakai herbal itu ya pada
tidak mau kok ya saat sakit mengeluh biayanya tidak kuat’
(4) “Lewat PT Permata Ummat tour and travel. Wahh, terbukti
memuaskan pelayanane tenan lho. Gek wis duwe ijin resmi
kementrian agama RI PPIU nomer 146”. (Permata Ummat)
Terjemahan:
‘lewat PT Permata Ummat tour and travel. Wahh, terbukti
memuaskan pelayanannya tenan lho. Sudah punya ijin resmi kementrian
agama RI PPIU nomer 146’
Pada data (4) mengalami campur kode berupa baster dari bahasa
Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Hal tersebut terlihat dari penggunaan
kata yang berimbuhan di akhir bentuk dasar yaitu kata ‘pelayanane’
yang berasal dari bentuk dasar layan dari bahasa Indonesia dan
mendapat imbuhan –e yang membuatnya seakan-akan menjadi satu
bentuk kata dalam bahasa Jawa. Penggunaan imbuhan akhiran –e oleh
penutur berfungsi untuk menegaskan kata sebelumnya yang
menggunakan bahasa Indonesia. Penggunaan bentuk baster pelayanane
pada tuturan di atas sebenarnya dapat diganti dengan bahasa Jawa.
Apabila bentuk baster pelayanane diganti ke dalam bahasa Jawa menjadi
‘peladenane’. Perbaikan salah satu tuturan dalam iklan Permata Ummat
di atas dipaparkan di bawah ini.
106
(4a) “Lewat PT Permata Ummat tour and travel. Wahh, terbukti
memuaskan peladenane tenan lho. Gek wis duwe ijin resmi
kementrian agama RI PPIU nomer 146”.
Terjemahan:
‘lewat PT Permata Ummat tour and travel. Wahh, terbukti
memuaskan pelayanannya tenan lho. Sudah punya ijin resmi kementrian
agama RI PPIU nomer 146’
(5) “Makane Kang awak dewe kudu ngati-ati, aja asal sebagai warga
Negara yang baik. Awak dewe kudu taat karo peraturan Kang”.
(Cukai Tembakau)
Terjemahan:
‘Oleh karena itu Mas, kita sendiri harus hati-hati jangan asal, sebagai
warga Negara yang baik. Kita harus taat dengan peraturan Mas’
Pada data (6) mengalami campur kode berupa baster dari
bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Hal tersebut terlihat dari
penggunaan kata yang berimbuhan di akhir bentuk dasar yaitu kata
‘makane’ yang berasal dari bentuk dasar maka dari bahasa Indonesia dan
mendapat imbuhan –e yang membuatnya seakan-akan menjadi satu
bentuk kata dalam bahasa Jawa. Penggunaan imbuhan akhiran –e oleh
penutur berfungsi untuk menegaskan kata sebelumnya yang
menggunakan bahasa Indonesia. Penggunaan bentuk baster makane pada
tuturan di atas sebenarnya dapat diganti dengan bahasa Jawa. Apabila
bentuk baster makane diganti ke dalam bahasa Jawa menjadi ‘mulane’.
107
Perbaikan salah satu tuturan dalam iklan Cukai Tembakau di atas
dipaparkan di bawah ini.
(5a) “Mulane Kang awak dewe kudu ngati-ati, aja asal sebagai warga
Negara yang baik. Awak dewe kudu taat karo peraturan Kang”.
Terjemahan:
‘oleh karena itu Mas, kita sendiri harus hati-hati jangan asal, sebagai
warga Negara yang baik. Kita harus taat dengan peraturan Mas’
e. Penyisipan unsur-unsur berwujud klausa
Penyisipan unsur-unsur yang berwujud klausa yang dianalisis 1 buah
tuturan dari keseluruhan tuturan yang mengalami peristiwa campur kode.
Data campur kode dan pembahasan kalimat yang mengalami peristiwa
campur kode akan penulis bahas di bawah ini.
(1) “Aja kuatir. Saka murah tekan VIP aman. Manasike teori karo praktek,
seka jogja tekan tanah suci di bimbing oleh ustad yang sudah
berpengalaman kayata ustad haji Ulin Nuha alumnus Universitas Islam
Malinah, ustad haji Zulfikar AKH alumnus Universitas Khaira Mesir,
ustad Drs. Haji Toyib Hidayat alumnus Universitas Sunan Kalijaga Jogja
lan liya-liyane. Insya Allah pasti berangkat”.(Permata Ummat)
Terjemahan:
‘Jangan kawatir dari murah sampai VIP aman. Manasiknya teori
dengan praktek, dari Jogja sampai tanah suci di bimbing oleh ustad yang
sudah berpengalamn seperti ustad haji Ulin Nuha alumnus Universitas
Islam Malinah, ustad haji Zulfikar AKH alumnus Universitas Khaira
108
Mesir, ustad Drs. Haji Toyib Hidayat alumnus Universitas Sunan Kalijaga
Jogja dan lain-lainnya. Insya Allah pasti berangkat’
Pada tuturan (1) di atas mengalami campur kode berwujud klausa
bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa. Hal tersebut terlihat dari
penggunaan klausa di bimbing oleh ustad yang sudah berpengalaman
yang berasal dari bahasa Indonesia. Penggunaan klausa di bimbing oleh
ustad yang sudah berpengalaman dapat diganti dengan bahasa Jawa.
Namun, dalam tuturan ini penutur lebih memilih menggunakan klausa di
bimbing oleh ustad yang sudah berpengalaman karena beranggapan
klausa tersebut lebih sering digunakan daripada arti dalam bahasa
Jawanya. Apabila bentuk klausa di bimbing oleh ustad yang sudah
berpengalaman diganti ke dalam bahasa Jawa menjadi ‘di tuntun marang
ustad sing uwis nglakoni/ngalami’. Perbaikan salah satu tuturan dalam
iklan Permata Ummat di atas dipaparkan di bawah ini.
(1a) “Aja kuatir. Saka murah tekan VIP aman. Manasike teori karo
praktek, seka jogja tekan tanah suci di tuntun marang ustad sing
uwis nglakoni/ngalami kayata ustad haji Ulin Nuha alumnus
Universitas Islam Malinah, ustad haji Zulfikar AKH alumnus
Universitas Khaira Mesir, ustad Drs. Haji Toyib Hidayat alumnus
Universitas Sunan Kalijaga Jogja lan liya-liyane. Insya Allah pasti
berangkat”.
Terjemahan:
109
‘Jangan kawatir dari murah sampai VIP aman. Manasiknya teori
dengan praktek, dari Jogja sampai tanah suci di bimbing oleh ustad yang
sudah berpengalamn seperti ustad haji Ulin Nuha alumnus Universitas
Islam Malinah, ustad haji Zulfikar AKH alumnus Universitas Khaira
Mesir, ustad Drs. Haji Toyib Hidayat alumnus Universitas Sunan Kalijaga
Jogja dan lain-lainnya. Insya Allah pasti berangkat’
110
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data tentang alih kode dan campur kode
dalam tuturan iklan Radio Merapi Indah 104.9 FM Kabupaten Magelang,
dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Alih kode dalam tuturan iklan Radio Merapi Indah 104.9 FM Kabupaten
Magelang ditemukan 5 peristiwa alih kode antarbahasa. Peristiwa alih
kode terjadi karena penutur menggunakan dua bahasa dalam tuturannya,
misal bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa.
2. Campur kode dalam tuturan iklan Radio Merapi Indah 104.9 FM
Kabupaten Magelang ditemukan 41 peristiwa campur kode. a) Peristiwa
campur kode yang berwujud kata ditemukan 28 buah indikator. b)
Peristiwa campur kode yang berwujud frasa 4 buah indikator. c)
Peristiwa campur kode yang berwujud pengulangan kata 2 buah
indikator. d) Peristiwa campur kode yang berwujud baster 6 buah
indikator. e) Peristiwa campur kode yang berwujud klausa 1 buah
indikator. Peristiwa campur kode terjadi karena menggunakan
pencampuran antar dua bahasa seperti bahasa Indonesia ke dalam bahasa
Inggris, bahasa Indonesia ke dalam bahasa Jawa, bahasa Jawa ke dalam
bahasa Indonesia dan iklan yang disiarkan tersebut supaya menarik
pendengar.
110
111
B. Saran
Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini dipaparkan di
bawah ini.
1. Bagi Masyarakat, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan untuk
menambah wawasan dan pengetahuan tentang penggunaan bahasa
Jawa yang baik dan benar. Salah satu caranya dengan mendengarkan
iklan radio.
2. Bagi peneliti berikutnya, penelitian ini memang hanya salah satu
bagian kecil dari proyek penelitian bahasa yang lain, tetapi diharapkan
penelitian ini dapat dijadikan sebagai motivasi dalam melakukan
penelitian sejenis, agar penelitian tersebut dapat dikembangkan lebih
lanjut dan lebih baik lagi.
91
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2014. Prosedur Penelitian: suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Aslinda dan Leni Syafyahya. 2014. Pengantar Sosiolinguistik. Bandung: Refika
Aditama. Chaer, Abdul. 2014. Linguistik Umum Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. Chaer, Abdul dan Leoni Agustina. 2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal.
Jakarta: Rineka Cipta. Departemen Pendidikan Indonesia. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Echols dan Hassan Shadily. 2002. Kamus Inggris-Indonesia An English-
Indonesian Dictionary. Jakarta: PT Graedia Pustaka Umum. Hafari, Antika Indra. 2015. “Analisis Campur Kode dan Alih Kode dalam Iklan
Radio CITRA FM Kabupaten Wonosobo pada bulan April tahun 2015”. Skripsi: Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Ismawati, Esti. 2011. Metode Penelitian Bahasa dan Sastra. Surakarta: Yuma
Pustaka. Kridalaksana, Harimurti. 1983. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama. Mahsun. 2014. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan
Tekniknya Edisi RevisiVIII. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Masitoh, Siti. 2013. “Campur Kode Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Jawa pada
Siaran Radio Jampi Sayah di radio POP FM Gombong”. Skripsi: Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Moleong, J. Lexy. 2015. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:
Remaja Rosdakarya. Mulyana. 2005. Teori, Metode dan Aplikasi Prinsip-prinsip Analisis Wacana.
Yogyakarta: Tiara Wacana.
112
Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta: Sanata Dharma University Press.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta. Sumarsono. 2013. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sunarjo. 1995. Himpunan Istilah Komunikasi. Yogyakarta: Liberty. Suwandi, Sarwiji. 2010. Serba Linguistik Mengupas Berbagai Praktik Berbahasa.
Surakarta: UNS Press. Suwito. 1985. Sosiolinguistik Pengantar Awal. Surakarta: Hinary Offset. Tim Balai Bahasa Yogyakarta. 2011. Edisi Kedua Kamus Basa Jawa (Bausastra
Jawa). Yogyakarta: Kanisius. Wijana, I Dewa Putu dan Muhammad Rohmadi. 2013. Sosiolinguistik Kajian
Teori dan Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
113
LAMPIRAN
Transliterasi iklan radio.
Data 1 Iklan Abadi Mart dan Fashion
Penutur I : “Wahh, nek ngene iki ya kangelan, blanja sembako kok juk arep
muter-muter golek baju. Heemm. Marai kesel, wegah aku mas!”
Penutur II : “Sing ngakon muter-muter ki ya sapa lho! Lha wong jujuk sakenggon
wae wis komplit kok”.
Penutur I : “Arep jujuk toko nangdi to mas”.
Penutur II : “Wis langsung wae nang Abadi mart and Fashion. Ning kana wis
komplit-plit pokokmen arep blanja sembako apa arep mipik klambi
ana!”
Penutur I : “Nek adoh aku tetep emoh lho mas!”
Penutur II : “nha lak ming iyik wong iki Lha wong nang Growong rt 3 rw 14
Pucungrejo, Muntilan”.
Data 2 Iklan Biotogrow
Penutur I : “Kang Saleh wit’e lombok kok lemu-lemu banget to”.
Penutur II : “Haiya to”.
Penutur I : “Halah jiaannn. Lomboke ki lho gedhi-gedhi sak keris-keris,
dampyak-dampyak akeh tenan. Hanek iki malah jenenge panen
tenan”.
Penutur II : “Aku dewe ya ora ngira’e Jo. Tenan kuwi ming tak jajal nganggo iki
lho biotogrow”.
Penutur I : “Biotogrow?”
Penutur II : “Heem, biotogrow ki pupuk cair hayati sing isa nyuburke tanaman
tanah lan minangka obat tanaman Jo. Uga Ramah lingkungan,
regane murah, berhadiah. Piye cocok ra?”
Penutur I : “Wee, nek iki mana mathuk tenan Kang”.
Penutur II : “Ya wis jelas mathuk kok ya”.
Penutur I : “Kanca-kanca sing hasil pertanian ra mirakna, ra cucuk dikumpulke
wae ben dijelaske karo sing kawagan ben do sukses”
Data 3 Iklan Cukai Tembakau
Penutur I : “Wahh Kang kok sajake nikmat banget. Rokok apa ta kuwi?”
Penutur II : “Iki rokok cap randu Kang”.
Penutur I : “Lha nek sing kuwi?”
Penutur II : “Cap Ratu”.
Penutur I : “Weelha anyar iki”.
Penutur II : “Sing penting lak kemutuk to Kang kaya sepur”.
Penutur I : “Wahh, ya iki sek jenenge cilaka pitulas”.
Penutur II : “Maksude?”
Penutur I : “Ngene Kang rokok kuwi aja asal. Ananging di delok bercukai asli
apa ora? Pira kandungan tar, nikotin aja asal kemelun wae to
Kang”.
Penutur II : “Halah ra usah rewel nek kepengin jikuk wae”.
Penutur I : “Ora ngana Kang, sapa wonge sing sengaja nawakake, ngedol utawa
nyediake kanggo didol barang kena cukai sing ora dikemas kanggo
penjual eceran utawa ora dilekati pita cukai bakal dikenai ancaman
pidana penjara utawa denda Kang”.
Penutur II : “Waduh cilaka 17 tenan ki”.
Penutur I : “Makane Kang awak dewe kudu ngati-ati, aja asal sebagai warga
Negara yang baik. Awak dewe kudu taat karo peraturan Kang”.
Data 4 Iklan Herbal Rml
Penutur I : “Pak”.
Penutur II : “Napa?”
Penutur I : “Saiki ki wong lara penyakite werna-werna ta ya. Nganti le ragat we
entek akeh ra mari-mari. Haiya bangkrut”.
Penutur II : “Haiya pancen to kuwi. Lha wong pada njaga kesehatan nganggo
herbal wi ya do wegah kok ya mbasan padha lara sambat le biayane
ra kuwat”.
Penutur I : “Bener kuwi Pak. Nek ngana kanca-kanca ben awake pada sehat kon
ngunjuk herbal mau warnane apa wae ta”.
Penutur II : “Ya werna-werna dea rice, bio activa, bio seven, moringa, soman,
gula semut organik, black tea”.
Data 5 Iklan Bu Nur Azimah
Penutur I : “Alhamdulilah, putuku wis teka. Rene le mlebu rene”.
Penutur II : “Nggih mbah. Kulanuwun mbah”.
Penutur I : “Simbah ki bangga karo kowe le, awakmu ki lho gagah tur dhuwur”.
Penutur II : “Nggih ta mbah. Wong niki nggih terapi tinggi badan ting gen’e Bu
Nur Azimah’e”.
Penutur I : “Ngendi kuwi le. Isa nambani penyakite simbah pora?”
Penutur II : “Eee, lha nggih mesti saged ta mbah. Alamate niku ting jalan gunung
pring, Wanasari, Muntilan ngertos to?”
Data 6 Iklan Promo Minggu Ceria
Penutur I : “Yuda, Cici jangan lupa besok minggu disiapkan bekalnya untuk
piknik”.
Penutur II : “Wong kula mboten nderek piknik kok”.
Penutur I : “Tenane Yuda ra melu? Ya wis tak karo Cici wae Pak’e”.
Penutur III : “Wong kula mboten nderek kok Pak”.
Penutur I : “ko padha dengaren to?”
Penutur III : “Kula ki sakniki nek Minggu isuk pingin mirengke radio Merapi
Indah Pak”.
Penutur I : “Lha emange ana apa Minggu isuk?”
Penutur III : “Program baru Merapi Indah tiap Minggu jam 8 pagi acarane Minggu
ceria”.
Penutur I : “Wiii, lha kok padha pinter-pinter, terus lagu-lagune piye kuwi?”
Penutur II : “Lagu-lagune special anak-anak Pak. Apik-apik pokoke”.
Penutur III : “Rugi nek mboten mirengke. Jangan lupa ya Minggu pagi jam 8 di
Merapi Indah 104,9”.
Penutur II : “Acarane Minggu Ceria”.
Penutur I : “Malahane Pak’e ra kelong duwite”.
Data 7 Iklan Puder 38
Penutur I : “Aduhh cekot-cekot sirahku”.
Penutur II : “Lho-lho ning ngapa cah wit gedhang kok disruduk lha ya tambah
pusing to”.
Penutur I : “Iki lha sirahku wes tak kei werno-werno obat kok ya iseh lara to
aduh”.
Penutur II : “Wis-wis ora usah bingung nek sirahe cekot-cekot diombeni puder
tiga delapan ben gek waras”.
Data 8 Iklan Reuni SMP N
Penutur I : “gus agus reuni SMP N blabak tujuh puluh empat ki sidane kapan?”
Penutur II : “em, kowe ki di kandani bola bali ya mung lali kok dina minggu 10
juli badha limang dina jam 9 isuk sing ning Jakarta, Surabaya, luar
jawa barang arep pada teka lha iki pa maneh kok mung magelang”
Penutur I : “haiya kudu teka kuwi wis patang puluh loro tahun ora ketemu konca
konca e.lha terus bayare”
Penutur II : “halah sek penting ki le teka ketemu ro konca konca, iya to perkara
arep ngisi kas silahkan ora ya ora popo. Lha ya to.”
Data 9 Iklan microbac Bu Titik Susilo Ningsih
Penutur : “ assalamualaikum Wr.Wb nami kula Titik Susilo Ningsih umur kula
`sekawan pitu tahun alamat kula mbedangan kolo madu, kula
ngadahi keluhan wonten ing payudara sampun matahun-tahun kula
raosaken. Raosipun kemmranyas lajeng medal kados nanah menika
lewat putingipun. Sak umpami kula resiki setiap hari niku malah
tambah katah ambetipun mboten eco pecing lajeng kula
tumbasaken jamu herbal microbac kula konsumsi niku sehari tiga
kali pisan tigang tetes. Enjang siang sontendiparingi toya
pethak,saksampunipun kula konsumsi menika dereng wonten
setunggal botol raosipun sampun kepenak. Microbac pancen ajaib.
Data 10 Iklan SMP M Plus
Penutur I : “Pak Salim kok malah ndelek-ndelek ki ngapa ta? Sampean ki kok
sajake”.
Penutur II : “Kae lho anake ki lak bar lulus SD, karepku ki lak ya ben sempurna
sisan. Enake daftar ngendi ngana lho?”
Penutur I : “Owalah nang M Plus wae, percaya to prestasi karo agamane ya wis
jelas kecekel wi. Wong tuwa ora kakean pikiran, le kerja ya tenang
ya to. Malah sek biyen sekolah nang M Plus iki merga mentale juara
saiki wis padha ketampa ning Universitas sek top-top lho, tenan
kuwi”.
Penutur II : “Ow ya bener kuwi M Plus. Ya wis ben daftar kana wae. Ya Lek ya”.
Penutur III : “Eh Pak-pak ternyata sing do sekolah nang M Plus ki bocah’e pinter-
pinter karo dadi juara ki Pak tenan”.
Penutur II : “Mula kuwi ora rugi nyekolahke kowe nang M Plus”.
Penutur III : “Malah bocahe tegik-tegik ro cakep-cakep’e kaya aku”.
Data 11 Iklan Toko Besi Fahri Group
Penutur I : “Wahh, sing nganten anyar sibuk iki?”
Penutur II : “Haiya Kang, iki ukur-ukur arek mbojo ra sabar selak kon gaweke
omah”.
Penutur I : “Ow, lha padha karo mbok bojoku”.
Penutur II : “Jenengan njur piye Kang? Lha wong rung siap kabeh”.
Penutur I : “Hah gampang soal kuwi. Kabeh kebutuhan arep gawe omah wis ana
nang toko besi Fahri group. Alamate dukuh Ngadipuro dukuh kuwi”.
Penutur II : “Ow toko besi Fahri group”.
Penutur I : “Lha iya. Mebel Jepara nang kana ya adol. Meja, kursi, lemari, bifet
wah komplit pokoke. Rasah samar, kabeh nang kana regane murah.
Cocok iki seka arep gawe omah tekan isine ana”.
Data 12 Iklan Promo Basiyo
Penutur I : “Lha awakmu ki yen ijeh gegandengan kanca karo kowe wong ayu”.
Penutur II : “Inggih”.
Penutur I : “Kuwi kaya meteng-metengi jagad”.
Penutur II : “Lho?”
Penutur I : “Kaya jagad iki senyum. Ning aja ngguya-ngguyu aku weruh untumu
rengket kaya kana kuwi. Kuwi nek mangan mesti okehe. Piye ya?”
Penutur II : “Lha kuwi jenengan badhe menapa?”
Data 13 Iklan Aki Musthang
Penutur I : “Ahh jann kok mati toh. Wah rasida mangkat ki dek”.
Penutur II : “Ora isa makgreng po mas?”
Penutur I : “Halah nek greng lak ya urusan jamu to dek-dek. Kuwi sesok. Nek
saiki ki lho mobile ra kena distater angel tenan lho”.
Penutur II : “Wahh akine entek setrume mas. Setrumke sisan wae, ning nang gon
sing professional sisan”.
Penutur I : “Ow..sek-sek. Aku ngerti dek. Gon toko aki musthang. Oh malah isa
konsultasi barang. Nek seka lor ki kae lho sadurunge pertigaan tape
Kalimat persuasif :
“haha…anda mengalami masalah aki mobil/sepeda motor. Serahkan saja pada
ahlinya di toko Aki Musthang sekaligus melayani penjualan dan tukar tambah
aneka merk Aki berkualitas dan bergaransi. Hubungi toko Aki Musthang
sebelum peremapatan tape ketan Muntilan dari arah utara kanan jalan lihat papan
nama. Toko Aki Musthang jujur rega sedulur”.
Penutur I : “Ahaa…dek ki lha mobile wis muni. Ayo mangkat saiki”.
Penutur II : “Oke mas. Siap. Lha jamune sek marai mak greng wis tuku nang kana
sisan?”
Penutur I : “Uwis beres”.
Penutur II : “Asiikkk!”
Data 14 Iklan Bengkel Pak Muji
Penutur I : “Budi, mriki le ibu direwangi”.
Penutur II : “Jenengku ki saiki hudu Budi ning Aril”.
Penutur I : “Ahh embuh!”
Penutur II : “Salahe ket mau kok ming bengak bengok. Ada apa ta bu? Ganggu
Le dolanan wae emoh lho bu aku nek kon adus!”
Penutur I : “Ibu ki lagi ngolekii pacul je le. Arep kongkonan tukang tak kon
ngeduk sumur”.
Penutur II : “Lak ya biasane kongkonan Pak Muji ta bu? Ngana kok repot”.
Penutur I : “Wahh, toko dan bengkel Pak Muji dina Minggu tetep bukak ya le?”
Penutur II : “Karna separuh aku”.
Penutur I : “Malah nyanyi, ayo iki direwangi ngangkat!”
Penutur II : “Preeettt!”
Penutur I : “Eeee, apa kuwi?”
Penutur II : “Sory mbak bro mbablas”.
Data 15 Iklan Toko Emas Pak Tani
Penutur I : “Ayo ta Jeng”.
Penutur II : “Nangdi to Yu?”
Penutur I : “Melu aku Jeng sapa ngerti sesok oleh hadiah mobil”.
Penutur II : “Weh mobil”.
Penutur I : “Wis to teka melu aku Yu ning Toko Mas Pak Tani”.
Penutur II : “Lha critane ki piye to Yu, mobil kok ning toko emas”.
Penutur I : “Lha iki mumpung lagi gebyar ulang tahun toko emas Pak Tani ke-50.
Setiap pembelian emas dua gram dan emas muda empat gram dapat
kupon undian berhadiah”.
Penutur II : “Wah, hadiahe apa wae kuwi?”
Penutur I : “satu unit mobil daihatsu Ayla, dua unit motor matic, TV, kulkas lan
isih akeh maneh hadiah liyane”.
Penutur II : “Cocok, ya langsung mangkat ning toko Pak Tani sing ana ning Jalan
Mataram 1C Pasar Rejowinangun Magelang kae to?”
Penutur I : “Yes, betul duwit sing mbok simpen ngisor kasur kae gawa kabeh ngo
tuku emas”.
Penutur II : “Oke Yu”.
Data 16 Iklan JNE
Penutur I : “Selamat Pagi, dari brand office Singapura ada di line 3”
Penutur II : “Ow ya. Oke terima kasih, hallo”.
Penutur I : “Selamat Pagi Pak Andri. Ingin konfirmasi, pemasaran produk kita di
Singapur dan Cina laris manis Pak dan mereka saat ini memesan lagi
sebanyak tiga ribu paket Pak”.
Penutur II : “Wah, Oke bu Silvi. Segera saya atur pengirimannya”.
Penutur I : “Dalam minggu ini sudah sampai disana. Supaya tidak terjadi
kekosongan stock”.
Penutur II : “Tenang bu, dalam beberapa hari produk kita sudah sampai disana.
Saya selalu percaya pengiriman barang dengan JNE”.
Data 17 Iklan PTA
Penutur I : “Bu, ibu ki ngapain ta mondar-mandir kaya setrikaan gitu”.
Penutur II : “Bapak iki lho bisanya kok mung maido.ibu lagi bingung mikirke
ambeyene sito le”.
Penutur I : “Lha ngapain bingung, tambake wae di pengobatan PTA sudah
banyak yang membuktikan, mulai ambeyen, kanker payudara
pokokmen kabeh penyakit”.
Penutur II : “Alamate mana Pak?”
Penutur I : “Jl Raya Jogja Magelang km.20 dusun Jangkidul, depan Palek Salam
ada papan namanya kok”.
Data 18 Iklan Permata Ummat
Penutur I : “Pakdhe jan le mang tindak umroh wingi daftarke lewat pundi to?”
Penutur II : “Lewat PT Permata Ummat tour and travel. Wahh, terbukti
memuaskan pelayanane tenan lho. Gek wis duwe ijin resmi
kementrian agama RI PPIU nomer 146”.
Penutur I : “Lha terus biayane pripun?”
Penutur II : “Aja kuatir. Saka murah tekan VIP aman. Manasike teori karo
praktek, seka jogja tekan tanah suci di bimbing oleh ustad yang
sudah berpengalaman kayata ustad haji Ulin Nuha alumnus
Universitas Islam Malinah, ustad haji Zulfikar AKH alumnus
Universitas Khaira Mesir, ustad Drs. Haji Toyib Hidayat alumnus
Universitas Sunan Kalijaga Jogja lan liya-liyane. Insya Allah pasti
berangkat”.
Penutur I : “Wahh, terus alamate pundi Pakdhe”.
Penutur II : “Jl Parangtritis km. lima tujuh Pendes, Panggungharjo Sewon, Bantul
Jogjakarta. Telp.0274380389, 08122705524”.
Penutur III : “Bener kuwi lek karya atau bisa juga hubungi H. Ahwan, Jl Saelendra
raya no. 1 jayen Borobudur”.
Data alih kode 19 Iklan TB Afrika Selatan
Penutur I : “Prit-prit terus-terus hoop siip”.
Penutur II : “Mangga Mas”.
Penutur I : “Nggih mangga-mangga. Ow jenengan ta, mau kemana?”
Penutur II : “Biasa Mas mau cari cat dan keramik di Toko Besi Afrika Selatan”.
Penutur I : “Waha, tuman nek iki”.
Penutur II : “Iya jhe mas, barangnya itu lho komplit tur harganya itu kacek tenan”.
Penutur I : “Makanya kalau cari keramik dan bahan bangunan tetep di Toko Besi
Afrika Selatan to”.
Penutur II : “Mangga mas kula dhisik nggih”.
Penutur I : “Owalah nggih mangga-mangga, sampun?”
Penutur II : “Sampun sing penting tetep hoop-hoop siip”.
Penutur I : “Kuwi wekku”.
Data 20 Iklan Diapet
Penutur I : “Widih keren banget lagu terbarunya ini. Gimana menurut kamu
bro?”
Penutur II : “Kalau menurut aku sih. e e Sik-sik sory-sory nek menurut aku bro.
aduh duh sek-sek”.
Penutur I : “Sampean kenapa to?”
Penutur II : “Waduh bocor bro diare”.
Penutur I : “Makanya kalau diare atasi dengan diapet bro. diapet dibuat dari daun
jambu biji dan kunyit bahan alami yang dipercaya membantu
frekuensi buang air besar. Pake diapet diare jadi mampet”.
Data 21 Iklan JNE
Penutur I : “Ndik-ndik dokumen buat Renda dikirim sekarang ya biar besok
sampai”.
Penutur II : “Yes”.
Penutur III : “Ndik, aku juga minta tolong dong brosur ini dikirim ke Surabaya ya
soalnya buat besok pembukaan pameran”.
Penutur II : “Yes”.
Penutur III : “Ndik sekalian nih kirimin penawaran produksi event tapi harus
sampai juga ya?”
Penutur II : “Yes”.
Penutur I : “Apaan sih dari tadi yes yes yes melulu”.
Penutur III : “Tau ni serius dong harus sampai besok semua ni!”
Penutur II : “Tenang aja mas, mbak. Maksud Andi itu pakai servis yes dari JNE
kirim hari ini dijamin besok sampai”.
Data 22 Iklan Bank Kembang Parama
Penutur I : “Iki wes tak siapke kabeh Pak. Klambi sing apik, gelang, kalung,
cincin, kabeh gedhe-gedhe Pak. Ning iki ora emas, ning imitasi”.
Penutur II : “Entrane ki arep acara apa to bu ne?”
Penutur I : “Lha sida ora le arep njileh duit. Penampilan penting ta Pak ben duite
ndang cair”.
Penutur II : “Owalah, ting krembyah ko ngene iki ra penting bu ne. Wis ya saiki
mangkat wae ning Bank Kembang Parama”.
Penutur I : “Lha njur iki piye?”
Penutur II : “Kuwi dienggo sesok nek ibu arep kondangan wae. Ngerti ra?”
Penutur I : “Ahh, nek bapak kok njur ngana”.
Penutur II : “Huss, isin ah wong krembyah-krembyah”.
Penutur I : “Apa ta Pak istimewane Bank Kembang Parama?”
Penutur II : “Eee.. lha ning kana ki pelayanane apik bu ne, luwih cepet,
memuaskan, nyaman, petugase ramah-ramah tur bu ne gedunge
anyar, megah, modern kuwi. Lha ning Jalan Pemuda no. dua belas
Pucungreja, Muntilan”.
top related