analisis daya saing ekspor biji kopi hijau (green …
Post on 14-Nov-2021
7 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ANALISIS DAYA SAING EKSPOR BIJI KOPI HIJAU (GREEN COFFEE
BEANS) INDONESIA TAHUN 1990 – 2020
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh
Anki Utari
NIM: 11170840000019
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1442 H/2021 M
i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
ANALISIS DAYA SAING EKSPOR BIJI KOPI HIJAU (GREEN COFFEE
BEANS) INDONESIA TAHUN 1990 – 2020
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
untuk Memenuhi Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh
Anki Utari
NIM: 11170840000019
Di Bawah Bimbingan
Prof. Dr. H. Abdul Hamid, MS
NIP. 19570617 198503 1 002
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1442 H/2021 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Senin, 19 April 2021 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:
1. Nama : Anki Utari
2. NIM : 11170840000019
3. Jurusan : Ekonomi Pembangunan
4. Judul Skripsi : Analisis Daya Saing Ekspor Biji Kopi Hijau (Green Coffee
Beans) Indonesia Tahun 1990 – 2020
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 19 April 2021
1. Dr. Fitri Amalia, M.Si
NIP. 19820710 200912 2 002 ( )
Penguji I
2. Najwa Khairina, SE, MA
NIP. 19871113 201801 2 001 ( )
Penguji II
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Senin, 21 Juni 2021 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Anki Utari
2. NIM : 11170840000019
3. Jurusan : Ekonomi Pembangunan
4. Judul Skripsi : Analisis Daya Saing Ekspor Biji Kopi Hijau (Green Coffee
Beans) Indonesia Tahun 1990 – 2020
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di
atas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 21 Juni 2021
1. Dr. Fitri Amalia, M.Si
NIP. 19820710 200912 2 002 ( )
Ketua
2. Prof. Dr. H. Abdul Hamid, MS
NIP. 19570617 198503 1 002 ( )
Pembimbing
3. Djaka Badranaya, ME
NIP. 19770530 200701 1 008 ( )
Penguji Ahli
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Anki Utari
NIM : 11170840000019
Jurusan : Ekonomi Pembangunan
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini.
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap
dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 31 Mei 2021
Anki Utari
NIM. 11170840000019
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Identitas Pribadi
1. Nama : Anki Utari
2. Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 9 Maret 1999
3. Alamat : Jln. Swadaya No. 49 RT 003 RW 04,
Kelurahan Kelapa Dua, Kecamatan Kelapa
Dua, Kabupaten Tangerang, Banten
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Agama : Islam
6. Kewarganegaraan : Indonesia
7. Telepon : 089607981636
8. Email : ankiutari99@gmail.com
II. Riwayat Pendidikan
1. SD Negeri Kelapa Dua I 2005 – 2011
2. SMP Negeri 1 Legok 2011 – 2014
3. SMA Negeri 23 Kabupaten Tangerang 2014 – 2017
4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2017 – 2021
III. Pengalaman Organisasi dan Kepanitiaan
1. Anggota Divisi Advokasi Forum Mahasiswa Bidikmisi (FORMABI)
Tahun 2018 – 2019
2. Anggota Divisi Humas Economic Call for Paper National
Championship (ECLASHIP) Tahun 2017
3. Anggota Divisi Konsumsi 2nd Youth Economics Summit Tahun 2017
4. Anggota Divisi Kesekretariatan Rapat Kerja FORMABI Tahun 2018
5. Anggota Divisi Konsumsi Pelatihan Kepenulisan FORMABI Tahun
2018
6. Mentor Research Academic HMPS Economic Development Tahun
2021
vi
IV. Seminar
1. Seminar Nasional Ekonomi Digital “Menjawab Peluang dan Tantangan
Perkembangan Financial Technology di Indonesia” Tahun 2018 oleh
HMJ Ekonomi Pembangunan
2. Seminar “The Function of Micro Economic on Poverty Reduction and
It’s Intense Impacts Rural People and Community” Tahun 2019 oleh
Program Studi Ekonomi Pembangunan
3. Seminar Bank Indonesia (BI) Mengajar “Peran Bank Indonesia sebagai
Bank Sentral dalam Digitalisasi Ekonomi dan Keuangan untuk
Indonesia Maju” Tahun 2020
4. Seminar “Dampak Resesi dan UU Ciptakerja terhadap Proyeksi
Perekonomian Tahun 2021” Tahun 2020 oleh Program Studi Ekonomi
Pembangunan
V. Prestasi dan Penghargaan
1. Juara 3 ECLASHIP Tahun 2018
VI. Pengalaman Magang
1. PT Metalfrio Solutions Indonesia sebagai Admin (April – Juni 2021)
vii
ABSTRACT
The growing number of processed coffee-based products are not
accompanied by a consistent value and volume of exports of green coffee beans as
the main ingredient. This study aims to determine the position of Indonesia's
competitiveness in marketing the green coffee bean commodity using export value
data and complement it by analyzing the effect of land area, green coffee bean
export price, and tea export price on the export volume of Indonesian green coffee
beans. The data used are secondary data in the form of time series from 1990 to
2020. Competitiveness analysis uses the formula RCA, ISP and EPD. The
determinant analysis uses multiple linear regression method with the OLS
approach. The results of the competitiveness of these commodities began to decline
and were lagging behind other countries. Partially, land area has no effect, the
export price of green coffee beans has a significant negative effect, and the export
price of tea has a significant positive effect on export volume. The three independent
variables together have an effect on the export volume of Indonesian green coffee
beans.
Keywords: Coffee, Exports, Competitiveness, Multiple Linear Regression.
viii
ABSTRAK
Produk olahan berbahan dasar kopi yang semakin menjamur tidak diiringi
dengan konsistensi nilai dan volume ekspor biji kopi hijau sebagai bahan utamanya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui posisi daya saing Indonesia dalam
memasarkan komoditas biji kopi hijau menggunakan data nilai ekspor dan
melengkapinya dengan menganalisis pengaruh luas lahan, harga ekspor biji kopi
hijau, dan harga ekspor teh terhadap volume ekspor biji kopi hijau Indonesia. Data
yang digunakan ialah data sekunder berupa time series tahun 1990 – 2020. Analisis
daya saing menggunakan rumus RCA, ISP dan EPD. Analisis determinan
menggunakan metode regresi linier berganda dengan pendekatan OLS. Hasil daya
saing komoditas tersebut mulai mengalami penurunan dan ketertinggalan dengan
negara-negara lain. Secara parsial, luas lahan tidak berpengaruh, harga ekspor biji
kopi hijau berpengaruh negatif signifikan, dan harga ekspor teh berpengaruh positif
signifikan terhadap volume ekspor. Ketiga variabel bebas tersebut secara bersama-
sama berpengaruh terhadap volume ekspor biji kopi hijau Indonesia.
Kata Kunci: Kopi, Ekspor, Daya Saing, Regresi Linier Berganda.
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmannirrahiim.
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Segala puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya. Tak lupa shalawat dan salam senantiasa
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita ke zaman
terang-benderang. Alhamdu lillahi rabbil 'alamin penulis telah menyelesaikan
skripsi dengan judul “Analisis Daya Saing Ekspor Biji Kopi Hijau (Green Coffee
Beans) Indonesia Tahun 1990 – 2020”.
Skripsi ini merupakan ikhtiar penulis guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi
(S.E) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Rangkaian proses telah dilalui oleh
penulis dengan bantuan berbagai pihak, baik dalam hal moral, spiritual, ataupun
material. Oleh karena itu, penulis ingin menghaturkan ucapan terima kasih sebesar-
besarnya kepada:
1. Kedua orang tua penulis, Bapak Madsuki dan Umi Nurhayanah, yang
mempunyai peran paling utama di berbagai hal bagi putri tunggalnya ini
dalam upaya menuntut ilmu sejak kecil. Serta keluarga (Kakek, Almarhumah
Nenek, Tante, Om, dan Sepupu-sepupu) atas panjatan doa-doa baiknya dan
terkadang ikut terlibat untuk membantu penulis menyelesaikan berbagai
tugas dari kampus.
2. Bapak Prof. Dr. Amilin, S.E.Ak., M.Si., CA., QIA., BKP., CRMP., selaku
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta
jajarannya.
3. Bapak Dr. Muhammad Hartana Iswandi Putra, M.Si., dan Ibu Dr. Fitri
Amalia, M.Si., selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Hamid, MS., selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah menyediakan waktu dan tenaga dalam memberikan arahan, ilmu,
dan motivasi bagi penulis hingga penyusunan skripsi ini selesai. Semoga
x
Bapak senantiasa selalu dalam lindungan dan diberikan keberkahan oleh
Allah SWT.
5. Bapak Dr. Arief Fitrijanto, M.Si., selaku dosen pembimbing akademik yang
selalu bersedia membantu mengarahkan dan memotivasi penulis dalam
menjalani proses perkuliahan dari awal hingga saat ini.
6. Seluruh jajaran dosen dan staff Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta atas ilmu dan pelayanan yang telah diberikan selama ini.
7. Teman-teman seperjuangan (Audi, Epi, Erina, Inday, Lia, Mimin, Monik,
Nidya, Pundi) yang selalu saling menyemangati dan membantu selama ini.
Semoga kita dapat meraih kesuksessan di jalannya masing-masing.
8. Teman-teman penerima Beasiswa Bidikmisi Angkatan 2017 yang telah
berjuang bersama menyelesaikan pendidikan guna mencapai cita-cita mulia.
9. Teman-teman Ekonomi Pembangunan Angkatan 2017 atas kebaikan dan
kebersamaan selama ini.
10. Seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih atas
dukungannya kepada penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam skripsi ini
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun akan sangat diterima sebagai bahan perbaikan
skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat untuk banyak pihak.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Jakarta, 31 Mei 2021
Anki Utari
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ........................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ........................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ....................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ............................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................ v
ABSTRACT ............................................................................................................ vii
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 11
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 12
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 14
A. Teori-teori Terkait dengan Penelitian ..................................................... 14
1. Teori Permintaan dan Penawaran ....................................................... 14
2. Teori Perdagangan Internasional ........................................................ 18
3. Teori Ekspor ....................................................................................... 23
xii
4. Teori Produksi..................................................................................... 24
5. Teori Pembentukan Harga .................................................................. 26
B. Penelitian Terdahulu ............................................................................... 28
C. Kerangka Pemikiran ............................................................................... 39
D. Keterkaitan Antarvariabel dan Hipotesis................................................ 39
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 42
A. Data dan Sumber Data ............................................................................ 42
B. Metode Pengumpulan Data .................................................................... 43
C. Metode Analisis Data ............................................................................. 44
1. Daya Saing .......................................................................................... 44
2. Model Regresi Linier Berganda .......................................................... 48
3. Uji Asumsi Klasik ............................................................................... 49
4. Uji Signifikansi ................................................................................... 52
D. Definisi Operasional Variabel ................................................................ 54
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 55
A. Gambaran Umum Objek Penelitian........................................................ 55
B. Temuan Hasil Penelitian......................................................................... 58
1. Hasil Analisis Daya Saing .................................................................. 58
2. Hasil Uji Asumsi Klasik ..................................................................... 63
3. Hasil Uji Signifikansi.......................................................................... 67
C. Pembahasan ............................................................................................ 72
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 79
A. Simpulan ................................................................................................. 79
xiii
B. Saran ....................................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 83
LAMPIRAN .......................................................................................................... 87
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1. Contoh Keunggulan Absolut ............................................................... 20
Tabel 2. 2. Contoh Keunggulan Komparatif ......................................................... 21
Tabel 2. 3. Perhitungan DTDN ............................................................................. 22
Tabel 2. 4. Penelitian Terdahulu........................................................................... 28
Tabel 3. 1. Dasar Pengambilan Keputusan Uji Durbin-Watson .......................... 51
Tabel 3. 2. Definisi Operasional Variabel ............................................................ 54
Tabel 4. 1. Rekapitulasi Kategori Hasil Analisis EPD ......................................... 63
Tabel 4. 2. Uji Normalitas..................................................................................... 64
Tabel 4. 3. Uji Heteroskedastisitas ....................................................................... 65
Tabel 4. 4. Uji Autokorelasi .................................................................................. 66
Tabel 4. 5. Uji Multikolinearitas ........................................................................... 67
Tabel 4. 6. Hasil Estimasi Regresi Linier Berganda ............................................ 68
Tabel 4. 7. Uji t-Statistik ....................................................................................... 69
Tabel 4. 8. Uji F-statistik ...................................................................................... 71
Tabel 4. 9. Koefisien Determinasi ......................................................................... 71
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. 1. Grafik PDB Tanaman Perkebunan Indonesia ADHK ...................... 2
Gambar 1. 2. Grafik Konsumsi Kopi oleh Negara Importir ................................... 4
Gambar 1. 3. Grafik Tujuh Besar Peringkat Negara Eksportir Biji Kopi Hijau .... 6
Gambar 1. 4. Grafik Volume dan Nilai Ekspor Biji Kopi Hijau Indonesia ............ 7
Gambar 1. 5. Grafik Luas Areal Biji Kopi Hijau Indonesia ................................... 9
Gambar 1. 6. Grafik Harga Ekspor Biji Kopi Hijau Indonesia ............................ 10
Gambar 1. 7. Grafik Harga Ekspor Teh Indonesia .............................................. 11
Gambar 2. 1. Kurva Permintaan........................................................................... 16
Gambar 2. 2. Kurva Penawaran ........................................................................... 18
Gambar 2. 3. Kurva Perdagangan Internasional ................................................. 19
Gambar 2. 4. Kurva Fungsi Produksi ................................................................... 25
Gambar 2. 5. Kerangka Pemikiran ....................................................................... 39
Gambar 3. 1. Grafik ISP ....................................................................................... 46
Gambar 3. 2. Kategori Analisis EPD.................................................................... 47
Gambar 4. 1. Grafik Sentra Produksi Kopi Robusta ............................................ 56
Gambar 4. 2. Grafik Sentra Produksi Kopi Arabika Indonesia ............................ 57
Gambar 4. 3. Grafik Nilai Hasil Analisis RCA Biji Kopi Hijau Indonesia .......... 59
Gambar 4. 4. Grafik Nilai Hasil Analisis ISP Biji Kopi Hijau Indonesia ............ 60
xvi
Gambar 4. 5. Grafik Kategori Hasil Analisis EPD Biji Kopi Hijau Indonesia .... 62
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suatu negara tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. Selain
disebabkan oleh bedanya kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), kondisi
geografis juga menjadi penentu kekayaan yang dimiliki negara tersebut.
Keterbatasan sumber daya di setiap negara menyebabkan terjadinya
perdagangan internasional. Transaksi jual beli lintas negara ini membut setiap
negara mampu memenuhi kebutuhan masyarakatnya melalui impor ataupun
mendapatkan keuntungan (pendapatan negara) melalui ekspor.
Indonesia menjadi salah satu negara yang terlibat dalam perdagangan
internasional, berperan sebagai eksportir dan importir. Pada posisi eksportir,
Indonesia menjual kelebihan sumber dayanya ke negara lain. Sedangkan
sebagai importir, membeli beberapa komoditas dari negara lain untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri. Menurut data publikasi Badan Pusat
Statistik (BPS), terdapat 5 ribu lebih produk Indonesia telah memasuki pasar
global. Pemasaran berbagai komoditas produksi tersebut memiliki dampak
inklusif bagi sektor-sektor di bawahnya, seperti pendapatan negara,
penyerapan tenaga kerja hingga kesejahteraan petani.
Secara keseluruhan, Indonesia melakukan ekspor di dua sektor utama,
yaitu migas dan non-migas. Dalam sektor migas memperdagangkan hasil
alam berupa minyak dan gas bumi, sedangkan pada non-migas menjual
2
berbagai olahan hasil tanam atau produk lainnya. Pertanian merupakan salah
satu bagian dari sektor non-migas. Kondisi negara dinobatkan sebagai agraris
membuat Indonesia memiliki banyak komoditas pertanian. Dalam sektor
pertanian, terdapat beberapa subsektor lainnya, yaitu tanaman pangan,
tanaman hortikultura, tanaman perkebunan, peternakan, jasa pertanian dan
perburuan. Tanaman perkebunan menjadi subsektor andalan Indonesia. Hal
ini dapat dilihat dari posisi Produk Domestik Bruto (PDB) hasil perkebunan
yang menempatkan diri sebagai posisi pertama di antara subsektor pertanian
lainnya. Berikut merupakan data mengenai nilai PDB tanaman perkebunan.
Gambar 1. 1. Grafik PDB Tanaman Perkebunan Indonesia ADHK
Sumber: BPS
Selama lebih dari dua puluh tahun terakhir PDB tanaman perkebunan
belum pernah mengalami penurunan. Selalu konsisten mengalami kenaikan
di setiap tahunnya. Sejak tahun 2010 sudah mencapai angka di atas Rp300
ribu Milyar, bahkan pada tahun 2020 menyentuh angka Rp410.553,4 Milyar.
0,0
100.000,0
200.000,0
300.000,0
400.000,0
500.000,0
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
Mil
yar
Rupia
h
Tahun
PDB Tanaman Perkebunan Indonesia Atas Dasar
Harga Konstan (ADHK)
3
Trend positif tersebut dapat menjadi peluang untuk meningkatkan
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi Indonesia.
Di antara banyaknya produk tanaman perkebunan, kopi merupakan
salah satu komoditas utama yang diperdagangkan secara luas di dunia saat
ini. Kopi menjadi komoditas penting dalam perdagangan global karena
hampir semua negara di dunia terlibat dalam perdagangannya di pasar
internasional. Sebagian besar negara maju terlibat sebagai konsumen,
sedangkan negara berkembang terlibat sebagai produsen (Ismail et al., 2017).
Mengonsumsi kopi sudah ada sejak abad ke-9. Pertama kali ditemukan
di Etiopia lalu disebarluaskan melalui perdagangan oleh bangsa Arab
sehingga meluas ke berbagai benua. Kopi dan berbagai produk olahannya
beberapa tahun belakangan menjadi lebih banyak diminati. Ramainya kafe
ataupun kedai yang menyajikan berbagai produk berbahan dasar kopi di
setiap negara mendorong daya konsumsi masyarakat terhadap komoditas
tersebut. Hal ini dapat dilihat dari data konsumsi kopi oleh masyarakat
negara-negara importir di dunia yang dihimpun oleh International Coffee
Organization (ICO).
4
Gambar 1. 2. Grafik Konsumsi Kopi oleh Negara Importir
Sumber: ICO
Konsumsi kopi selalu berada di angka 3 – 4 juta ton selama lebih dari
tiga puluh tahun terakhir. Bahkan pada tahun 2018 mulai mencapai angka 5
juta yaitu 5.168.940 ton kopi dikonsumsi oleh masyarakat di negara-negara
importir komoditas tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa banyaknya
permintaan terhadap salah satu produk hasil perkebunan tersebut. Secara
keseluruhan, negara eksportir dapat memanfaatkan keadaan atau peluang ini
untuk meningkatkan volume ekspornya sehingga dapat meningkatkan
pendapatan nasional negara. Salah satunya adalah Indonesia. Negara agraris
ini mengekspor kopi dalam bentuk extracts, green, husks and skin, roasted,
serta subtitutes containing coffee. Namun, 60 – 70 persen dari total ekspor
kopi secara keseluruhan adalah biji kopi hijau (green coffee beans). Hal ini
dikarenakan setiap negara importir memiliki kebutuhan dan seleranya
masing-masing terhadap olahan kopi sehingga mereka lebih memilih
0
1.000.000
2.000.000
3.000.000
4.000.000
5.000.000
6.000.000
Ton
Tahun
Konsumsi Kopi oleh Negara Importir
5
mengimpor biji mentah untuk diolah sesuai standar yang diinginkannya.
Selain itu, masih rendahnya kemampuan SDM Indonesia serta keterbatasan
teknologi dalam menghasilkan produk turunan kopi yang kualitasnya dapat
bersaing dengan negara-negara menjadi faktor lainnya.
Secara rata-rata dari tahun 1990 – 2020, Indonesia berada pada posisi
keempat negara eksportir biji kopi hijau dengan rata-rata nilai ekspor tahunan
US$672.109 ribu. Peringkat pertama ditempati Brazil dengan US$3.215.363
ribu, disusul dengan Kolumbia di posisi kedua sebesar US$1.733.170 ribu.
Vietnam sebagai salah satu negara anggota Association of Southeast Asian
Nations (ASEAN) berada di peringkat ketiga dengan rata-rata nilai ekspor
US$1.403.224 ribu setiap tahunnya. Sedangkan peringkat selanjutnya, yaitu
kelima hingga ketujuh secara berurutan diisi oleh Guatemala US$545.266
ribu, Meksiko US$422.465 ribu, dan Uganda US$271.791 ribu. Hal ini tentu
harus menjadi perhatian khusus bagi stakeholders perdagangan internasional
Indonesia agar dapat meningkatkan ekspor biji kopi hijau sehingga dapat
lebih bersaing dengan negara-negara lainnya, terutama Vietnam yang berada
di satu region Asia Tenggara dengan kondisi geografis dan iklim hampir
6
serupa. Data nilai ekspor yang dihasilkan per tahun tujuh besar peringkat
negara eksportir kopi di dunia dapat dilihat pada Gambar 1.3.
Gambar 1. 3. Grafik Tujuh Besar Peringkat Negara Eksportir Biji Kopi Hijau
Sumber: FAO
Sistem perdagangan dunia yang semakin bebas dan terbuka dapat
menyebabkan persaingan semakin berat bagi Indonesia dalam memasarkan
produknya. Untuk mempertahankan keeksisan biji kopi hijau dalam pasar
global, maka perlu diadakan analisis dengan memanfaatkan data nilai ekspor
ataupun impor. Analisis ini akan mengungkapkan apakah Indonesia memiliki
keunggulan komparatif dalam memperdagangkan biji kopi hijau atau tidak,
tahap perkembangan suatu produk sehingga dapat disimpulkan termasuk
negara eksportir atau importir, dan kedinamisan produk serta pangsa pasar
komoditas biji kopi hijau di pasar tersebut.
Data nilai ekspor digunakan dalam menganalisis daya saing tentu
sejalan dengan banyak atau tidaknya jumlah atau volume ekspor biji kopi
0
2.000.000
4.000.000
6.000.000
8.000.000
10.000.000
Rib
u U
SD
Tahun
Tujuh Besar Peringkat Negara Eksportir Biji Kopi
Hijau
Brazil Kolumbia Vietnam Indonesia
Guatemala Meksiko Uganda
7
hijau. Semakin banyak volume ekspor, maka nilai yang didapatkan juga akan
bertambah, sehingga pendapatan menjadi lebih tinggi. Oleh sebab itu, untuk
menyempurnakan penelitian ini, penulis juga akan menganalisis mengenai
determinan atau faktor-faktor penentu volume ekspor biji kopi hijau. Secara
umum, peringkat Indonesia dalam negara eksportir kopi cukup baik, namun
jumlah ekspornya tidak selalu menunjukkan kenaikan di setiap tahunnya.
Selain itu, konsumsi tinggi oleh negara-negara importir serta kondisi alam
yang tropis dan banyaknya jenis biji kopi dari berbagai daerah di Indonesia
dengan ciri khasnya masing-masing seperti Aceh Gayo, Kintamani Bali,
Bajawa Flores, dan sebagainya seharusnya dapat dijadikan peluang bagi
Indonesia untuk selalu meningkatkan ekspor ke berbagai negara setiap
tahunnya. Grafik data volume ekspor tersebut secara lebih lengkap dapat
dilihat di bawah ini. Dilampirkan pula data nilai ekspor sebagai perbandingan.
Gambar 1. 4. Grafik Volume dan Nilai Ekspor Biji Kopi Hijau Indonesia
Sumber: FAO
0
200.000
400.000
600.000
800.000
1.000.000
1.200.000
1.400.000
Tahun
Volume dan Nilai Ekspor Biji Kopi Hijau Indonesia
Volume Ekspor Nilai Ekspor
8
Kecenderungan ekspor kopi ke berbagai negara masih fluktuatif setiap
tahunnya. Sejak tahun 1990, peningkatan dapat terjadi hanya paling lama
selama tiga tahun, selebihnya akan mengalami penurunan kembali. Bahkan
pada tahun 2018, mengalami penurunan lebih dari 40%. Hal ini dapat
disebabkan faktor internal dan eksternal. Oleh karena itu, perlu dilakukan
penelitian mengenai determinan ekspor biji kopi hijau Indonesia guna
mengetahui hal yang harus lebih diperhatikan agar volumenya tetap
meningkat setiap tahunnya sehingga dapat mendorong daya saing. Mulai dari
luas areal, harga ekspor biji kopi hijau, dan harga ekspor teh diduga menjadi
faktor penentu volume ekspor biji kopi hijau.
Luas areal merupakan seberapa banyak lahan yang ditanami bibit biji
kopi hijau. Buah kopi (coffee cherries) akan matang setelah 9 – 11 bulan dari
waktu berbunga. Buah dipanen jika sudah berwarna merah terang, berkilau,
dan keras. Memproduksi biji kopi hijau dapat dilakukan dengan proses kering
dan basah. Proses kering dilakukan dengan cara menjemur buah yang telah
dipetik di bawah sinar matahari, kemudian dipisahkan dari berbagai
perkamen kering, buah busuk atau belum matang hingga mendapatkan warna
hijau. Sedangkan proses basah dilakukan pemisahan atau penyortiran secara
mekanik menggunakan suatu alat (Ghosh & Venkatachalapathy, 2014).
Lahan perkebunan kopi di Indonesia dibagi menjadi tiga menurut status
pengusahaan, yaitu perkebunan rakyat (smallholder), perkebunan besar
negara (government), dan perkebunan besar swasta (private). Sekitar 96%
dari total lahan tersebut adalah termasuk perkebunan rakyat. Berikut
9
merupakan data luas areal biji kopi hijau dari tahun 1990 – 2020. Sudah
mencapai lebih dari 1.000.000 ton sejak tahun 2000. Posisi tersebut
menjelaskan bahwa peran petani sangat penting dalam mengembangkan
komoditas kopi.
Gambar 1. 5. Grafik Luas Areal Biji Kopi Hijau Indonesia
Sumber: FAO
Menurut (Kotler & Armstrong, 2017), harga dalam arti sempit
merupakan jumlah uang yang dikenakan untuk suatu produk atau layanan.
Sedangkan secara lebih luas diartikan sebagai jumlah dari semua nilai
diberikan pelanggan untuk mendapatkan keuntungan dari memiliki atau
menggunakan barang atau jasa. Harga ekspor diukur berdasarkan harga Free
on Board (FOB) yaitu nilai barang diperjualbelikan ditambah semua biaya
lainnya sampai barang tiba di atas kapal. Berikut ini merupakan data harga
ekspor biji kopi hijau dari tahun 1990 – 2020 yang selalu berbeda di setiap
tahunnya, berkisar antara US$663 hingga mencapai US$1.752 per tonnya.
0
200.000
400.000
600.000
800.000
1.000.000
1.200.000
1.400.000
1.600.000
Hek
tare
Tahun
Luas Areal Biji Kopi Hijau Indonesia
10
Gambar 1. 6. Grafik Harga Ekspor Biji Kopi Hijau Indonesia
Sumber: FAO, diolah
Faktor terakhir dalam penelitian ini yang diduga akan mempengaruhi
volume ekspor biji kopi hijau Indonesia adalah harga ekspor teh.
Sebagaimana diungkapkan dalam teori permintaan bahwa harga substitusi
menjadi salah satu faktor pendorong perubahan permintaan. Teh dianggap
sebagai barang substitusi (barang pengganti) kopi karena keduanya
merupakan komoditas sejenis yang digunakan sebagai bahan pokok dalam
pembuatan berbagai produk olahan. Harga teh naik akan mendorong pembeli
untuk beralih membeli dan mengonsumsi kopi, sehingga dapat dijadikan
pertimbangan untuk memetakan permintaan ekspor kopi Indonesia (Ginting
& Kartiasih, 2019). Variabel ini dapat dikatakan sebagai faktor penentu
eksternal karena tidak berkaitan langsung dengan biji kopi hijau. Mulai
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
3.000
3.500
US
D/T
on
Tahun
Harga Ekspor Biji Kopi Hijau Indonesia
11
dengan harga US$445 pada tahun 1990 sampai US$2.642 di tahun 2020, data
tersebut secara lebih rinci dapat dilihat di bawah ini.
Gambar 1. 7. Grafik Harga Ekspor Teh Indonesia
Sumber: FAO, diolah
Berdasarkan berbagai uraian di atas, penulis akan melakukan penelitian
mengenai analisis daya saing dan untuk melengkapi penelitian juga akan
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor kopi
Indonesia. Dalam hal ini, judul yang diangkat oleh penulis adalah “Analisis
Daya Saing Ekspor Biji Kopi Hijau (Green Coffee Beans) Indonesia Tahun
1990 – 2020”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka rumusan masalah
yang dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana daya saing ekspor biji kopi hijau Indonesia di pasar global?
0
500
1.000
1.500
2.000
2.500
US
D/T
on
Tahun
Harga Ekspor Teh Indonesia
12
2. Apakah luas areal biji kopi hijau Indonesia berpengaruh secara parsial
terhadap volume ekspor biji kopi hijau Indonesia tahun 1990 – 2020?
3. Apakah harga ekspor biji kopi hijau Indonesia berpengaruh secara
parsial terhadap volume ekspor biji kopi hijau Indonesia tahun 1990 –
2020?
4. Apakah harga ekspor teh Indonesia berpengaruh secara parsial terhadap
volume ekspor biji kopi hijau Indonesia tahun 1990 – 2020?
5. Apakah luas areal biji kopi hijau, harga ekspor biji kopi hijau, dan harga
ekspor teh berpengaruh secara bersama-sama terhadap volume ekspor
biji kopi hijau Indonesia tahun 1990 – 2020?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan daya saing ekspor biji kopi hijau Indonesia di pasar global.
2. Mengetahui pengaruh luas areal biji kopi hijau Indonesia secara parsial
terhadap volume ekspor biji kopi hijau Indonesia tahun 1990 – 2020.
3. Mengetahui pengaruh harga ekspor biji kopi hijau Indonesia secara
parsial terhadap volume ekspor biji kopi hijau Indonesia tahun 1990 –
2020.
4. Mengetahui pengaruh harga ekspor teh Indonesia secara parsial
terhadap volume ekspor biji kopi hijau Indonesia tahun 1990 – 2020.
13
5. Mengetahui pengaruh luas areal biji kopi hijau, harga ekspor biji kopi
hijau, dan harga ekspor teh secara bersama-sama terhadap volume
ekspor biji kopi hijau Indonesia tahun 1990 – 2020.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Pemerintah
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menjadi referensi
atau tolak ukur pemerintah terkait dalam membuat kebijakan terutama
pada bidang perdagangan internasional sebagai upaya mendorong
ekspor kopi Indonesia.
2. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan bahan informasi
dalam menambah literatur ataupun sebagai rujukan pembelajaran bagi
pihak akademisi yang juga membahas topik serupa.
3. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tambahan
mengenai hal-hal yang harus dikembangkan oleh masyarakat sebagai
pelaku langsung dalam mengolah komoditas kopi tersebut.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori-teori Terkait dengan Penelitian
1. Teori Permintaan dan Penawaran
a. Teori Permintaan
Sejumlah barang atau jasa yang bersedia diminta dengan
tingkat harga tertentu disebut sebagai permintaan. Semakin tinggi
harga, maka semakin sedikit kuantitas yang diminta dikenal
sebagai hukum permintaan. Teori ini merupakan penggambaran
dasar dari terjadinya berbagai interaksi penjual dan pembeli di
pasar. Dengan memahaminya, maka akan mempermudah dalam
mengartikan berbagai teori lainnya.
Harga barang atau jasa tersebut merupakan faktor
pendorong utama perubahan permintaan dengan mengasumsikan
terjadinya cateris paribus, yaitu hal-hal lain tetap sama. Maka,
dapat dituliskan sebuah persamaan sebagai berikut:
𝑄𝑑𝑥 = 𝑓(𝑃𝑥)
Dimana:
Qdx : Kuantitas barang atau jasa X yang diminta
Px : Tingkat harga barang atau jasa X yang diminta
Suatu permintaan tidak hanya dapat dipengaruhi oleh harga
barang atau jasa itu sendiri. Namun, terdapat banyak faktor
15
lainnya. Menurut (Nuraini, 2016), harga-harga barang atau jasa
lain (substitusi dan komplementer), pendapatan, selera, promosi
perusahaan, kondisi alam, jumlah penduduk, dan ramalan masa
depan menjadi hal-hal yang dapat membuat permintaan berubah.
Dengan ini, dirumuskan persamaannya sebagai berikut:
𝑄𝑑𝑥 = 𝑓(𝑃𝑥, 𝑃𝑦, 𝐼, 𝑇, 𝐴, 𝑁, 𝑃, 𝑅)
Dimana:
Qdx : Kuantitas barang atau jasa X yang diminta
Px : Tingkat harga barang atau jasa X yang diminta
Py : Tingkat harga barang atau jasa lainnya
I : Pendapatan
T : Selera
A : Promosi perusahaan
N : Kondisi alam
P : Jumlah penduduk
R : Ramalan masa depan
Sesuai hukum yang ada, maka kurva demand mempunyai
slope negatif. Terjadinya perubahan akibat faktor harga membuat
pergerakan di sepanjang kurva (moving). Apabila dipengaruhi
faktor di luar harga barang atau jasa itu sendiri, akan terjadi
pergeseran kurva (shifting).
16
Gambar 2. 1. Kurva Permintaan
Pada kurva tersebut, moving terjadi saat awal di titik a dengan
harga 10.000 mengalami penurunan ke titik b seharga 5.000. Hal
ini membuat konsumen menambah kuantitas permintaan dari 20
menjadi 40. Lalu shifting dapat dilihat jika pada awalnya
permintaan di titik a, misalnya terpengaruh oleh pendapatan,
bergerak ke titik a1 yang akan menjadikan kuantitas meningkat
dengan tingkat harga tetap sama.
b. Teori Penawaran
Supply atau penawaran merupakan sejumlah barang atau
jasa yang bersedia dijual atau ditawarkan oleh produsen dalam
tingkat harga tertentu. Kebalikan dari hukum permintaan, dalam
teori ini saat harga naik akan diikuti dengan peningkatan kuantitas
penawaran oleh produsen. Hal ini betujuan untuk mendapatkan
keuntungan sebanyak-banyaknya.
Menurut (Kurniawan & Kembar Sri Budhi, 2015), faktor-
faktor penentu penawaran selain harga produk tersebut ialah
P
Q
a
b
D
a1
b1
D1
10.000
5.000
20 40
17
biaya input, penerapan teknologi dan produktivitas, pajak, harga
masa depan, harga barang lain yang dapat diproduksi, dan jumlah
barang beredar. Apabila hanya dipengaruhi oleh harga,
persamaannya yaitu:
𝑄𝑑𝑠𝑥 = 𝑓(𝑃𝑥)
Dimana:
Qsx : Kuantitas barang atau jasa X yang ditawarkan
Px : Tingkat harga barang atau jasa X yang ditawarkan
Perubahan kurva dengan faktor penentu selain harga
produk, berikut merupakan fungsi persamaannya:
𝑄𝑠𝑥 = 𝑓(𝑃𝑥, 𝑃𝑦, 𝑃𝑓, 𝑀, 𝑁, 𝑇, 𝑅, 𝐽)
Dimana:
Qsx : Kuantitas barang atau jasa X yang ditawarkan
Px : Tingkat harga barang atau jasa X yang ditawarkan
Py : Tingkat harga barang atau jasa lainnya
Pf : Biaya input
M : Teknologi
N : Kondisi alam
T : Pajak
R : Harga masa depan
J : Jumlah barang beredar
18
Kemiringan positif dimiliki oleh kurva supply sesuai
dengan hukum. Sama seperti demand, terdapat dua jenis
perubahan, yaitu moving dan shifting.
Gambar 2. 2. Kurva Penawaran
Harga awal 7.000 di titik a bergerak ke titik b dengan harga
10.000 mengakibatkan bertambahnya jumlah barang atau jasa
dari 30 menjadi 40. Kondisi tersebut disebut pergerakan
sepanjang kurva. Pergeseran kurva terjadi saat perubahan supply
dipengaruhi oleh biaya produksi sebagai contohnya, kemudian
titik a bergeser ke titik a1. Hal ini berakibat pada peningkatan
jumlahnya tanpa merubah tingkat harga.
2. Teori Perdagangan Internasional
Perdagangan internasional merupakan kegiatan jual beli yang
dilakukan suatu negara dengan negara lainnya, baik antarindividu
ataupun antarpemerintah. Dalam pelaksanaannya, ada berbagai aturan
seperti kebijakan tarif, kuota, bea, dan sebagainya. Banyak manfaat dari
perdagangan internasional, seperti memenuhi kebutuhan dalam negeri
P
Q
21.000
7.000
30 60
10.000
40
S S1
a a1
b
19
yang tidak dapat diproduksi sendiri, memperluas pasar, menambah
pendapatan negara, transfer teknologi, dan lainnya (Hasoloan, 2013).
Interaksi antar demand dan supply menghasilkan keseimbangan
pasar (ekuilibrium). Perubahan-perubahan permintaan dan penawaran
yang disebabkan oleh berbagai faktor akan mengakibatkan terjadinya
jual beli lintas negara. Menurut (Setiawan & Ridho, 2011), teori
perdagangan internasional tersebut dapat digambarkan melalui kurva
sebagai berikut:
Gambar 2. 3. Kurva Perdagangan Internasional
Diasumsikan negara A sebagai eksportir dan negara B sebagai importir.
Sebelum terjadinya perdagangan, negara A produksi lebih banyak
dibandingkan permintaan dalam negeri atau konsumsi domestiknya,
sehingga terjadi kelebihan penawaran (excess supply) dan
menyebabkan harga menjadi lebih murah. Sedangkan di satu sisi
produksi B lebih sedikit dibandingkan konsumsi domestiknya, sehingga
terjadi kelebihan permintaan (excess demand) dan harga lebih tinggi.
Negara B memutuskan untuk mengimpor produk tersebut dari negara
20
lain yang memiliki harga lebih murah untuk memenuhi kebutuhan
masyarakatnya dan negara A akan mengekspor produknya sehingga
tetap dapat terjual habis dan menghasilkan pendapatan.
Dalam (Tampubolon, 2020) ada beberapa teori mengenai
perdagangan internasional yang diungkapkan oleh para ahli ekonomi
terdahulu, antara lain yaitu:
a. Teori Keunggulan Absolut (Absolute Advantage)
Dikemukakan oleh Adam Smith bahwa apabila produksi
suatu komoditas di satu negara lebih efisien dibandingkan negara
lain, maka kedua negara tersebut dapat melakukan spesialisasi
masing-masing dalam memproduksi apa yang menjadi
keunggulannya. Kemudian pertukaran akan terjadi antarnegara
tersebut untuk memenuhi kebutuhannya masing-masing.
Contoh penerapan teori tersebut dapat dilihat melalui tabel
di bawah ini:
Tabel 2. 1. Contoh Keunggulan Absolut
Negara Produksi
Indonesia 40kg Kopi/Hari 20kg Gandum/Hari
India 20kg Kopi/Hari 60kg Gandum/Hari
Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa Indonesia dapat
melakukan spesialisasi pada produksi kopi, sedangkan India pada
produksi gandum. Lalu, negara-negara itu melakukan pertukaran
antarkedua produk tersebut.
21
b. Teori Keunggulan Komparatif (Comparative Advantage)
Teori ini merupakan bentuk kritik terhadap teori
keunggulan absolut. David Ricardo mengemukakan bahwa teori
sebelumnya hanya bisa diterapkan pada negara-negara yang
memiliki kemampuan dalam spesialisasi suatu produk. Melalui
teori ini diungkapkan bahwa negara-negara yang tidak
mempunyai keunggulan dalam suatu produksi komoditas tetap
dapat melakukan perdagangan internasional dengan cara
melakukan spesialisasi pada produk berbiaya relatif lebih rendah
dibandingkan negara lain.
Cara penerapannya dicontohkan dalam tabel sebagai
berikut:
Tabel 2. 2. Contoh Keunggulan Komparatif
Negara Produksi
Indonesia 40kg Kopi/Hari 80kg Beras/Hari
Thailand 20kg Kopi/Hari 50kg Beras//Hari
Dari tabel tersebut jika menggunakan teori keunggulan absolut,
maka tidak dapat terjadi pertukaran karena Thailand tidak
memiliki keunggulan pada kedua produk dibandingkan
Indonesia. Namun, dalam teori keunggulan komparatif,
pertukaran tetap dapat terjadi dengan cara membandingkan Dasar
Tukar Dalam Negeri (DTDN) di masing-masing negara.
22
Tabel 2. 3. Perhitungan DTDN
Negara DTDN
Indonesia 40
40= 1
80
40= 2
1kg kopi = 2kg
beras
Thailand 20
20= 1
50
20= 2,5
1kg kopi = 2,5kg
beras
Terlihat bahwa DTDN yang lebih murah adalah Indonesia dengan
1kg kopi = 2kg beras, maka Indonesia akan melakukan
spesialisasi pada produk kopi, sedangkan Thailand berspesialisasi
pada produk beras. Kemudian, kedua negara tersebut melakukan
pertukaran atau perdagangan internasional.
c. Teori Heckscher-Ohlin (H-O)
Dikemukakan oleh Eli Hecskher dan Bertil Ohlin pada
tahun 1920-an, teori ini mempertimbangkan faktor-faktor
produksi lainnya. Suatu negara akan melakukan spesialisasi dan
mengekspor produk menggunakan faktor produksi relatif lebih
melimpah secara intensif (mobilitas faktor produksi sempurna di
dalam negeri dan mobilitas di luar negeri, lapangan kerja penuh,
teknologi dan selera yang identik, tidak ada biaya transportasi,
dan tidak ada batasan perdagangan internasional, tidak ada
intensitas faktor terbalik, proporsi faktor yang berbeda di antara
negara), karena kelimpahan faktor produksi lebih tinggi berarti
harga relatif lebih rendah. Sebaliknya, jika negara menggunakan
23
lebih sedikit faktor produksi dan harga lebih mahal, maka akan
melakukan impor produk tertentu (Bilas & Bošnjak, 2015).
3. Teori Ekspor
Ekspor adalah kegiatan mengirimkan atau menjual produk dari
dalam negeri ke luar negeri. Studi empiris tingkat perusahaan telah
mengkonfirmasi bahwa eksportir tidak hanya lebih produktif dan lebih
besar, tetapi juga lebih intensif dalam tenaga kerja terampil dan
membayar upah lebih tinggi daripada perusahaan yang hanya menjual
ke pasar domestik. Perluasan peluang ekspor membuat produsen lebih
produktif meningkatkan ekspor dan kualitas serta menaikkan upah
(Bas, 2012).
Menurut (Mankiw, 2012), faktor-faktor pendorong terjadinya
ekspor adalah selera konsumen terhadap produk hasil dalam negeri,
harga produk di dalam dan luar negeri, kurs yang menjadi alat
pembayaran dalam kegiatan ekspor tersebut, pendapatan konsumen
dalam dan luar negeri, biaya angkut barang antarnegara, dan kebijakan
pemerintah mengenai perdagangan internasional.
Manfaat kegiatan ekspor antara lain dapat menambah cadangan
devisa, meningkatkan pendapatan nasional, memperluas pasar untuk
produk dalam negeri, mengeratkan kerja sama antarnegara, dan
sebagainya. Selain bagi negara, salah satu kegiatan perdagangan
internasional ini juga mampu bermanfaat bagi masyarakat, seperti
24
semakin banyak produk diminta oleh pihak importir, maka penyerapan
tenaga kerja semakin meningkat dan pengangguran dapat berkurang.
Sebagaimana adanya kebijakan perdagangan internasional, untuk
menjadi eksportir juga terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi,
yaitu:
a. Memiliki kegiatan usaha, baik dalam bentuk Perseroan Tebatas
(PT), Commanditaire Vennootschap (CV), Firma, Koperasi,
Badan Usaha Milik Negara/Desa (BUMN/D), atau Perusahaan
Perseorangan
b. Memiliki izin usaha dari lembaga terkait.
c. Memiliki Tanda Daftar Perusahaan (TDP).
d. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
e. Tercatat sebagai Eksportir Terdaftar (ET) untuk barang yang tata
niaga ekspornya diatur, seperti kopi, manioc ke Masyarakat
Ekonomi Eropa (MEE), hasil industri dan kerajinan dari kayu
cendana, kayu lapis, kayu gergajian, dan olahan serta lampit rotan
(Supardi, 2019).
4. Teori Produksi
Produksi merupakan proses menghasilkan atau menambah nilai
suatu barang. Proses tersebut memerlukan faktor-faktor yang
mendukungnya. Hubungan antara faktor-faktor produksi (input)
dengan hasilnya (output) disebut sebagai fungsi produksi. Secara umum
diformulasikan sebagai berikut:
25
𝑦 = 𝑓(𝑥)
Dimana:
y : Output produksi
x : Input produksi
f (…) : Fungsi yang mempresentasikan hubungan input dan output
Input atau faktor-faktor produksi tersebut dapat berupa Sumber
Daya Alam (SDA), tenaga kerja, modal, manajemen atau proses
mengatur penggunaan sumber daya tersedia secara efektif guna
mencapai suatu tujuan tertentu, dan teknologi yang merupakan faktor
penting di era modern saat ini. Dengan hal-hal tersebut berbagai
produksi dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Fungsi produksi juga menjelaskan sejauh mana output dihasilkan
dengan memperhatikan penggunaan input dalam produksi. Dalam
(Sujarwo, 2019) digambarkan kurva yang menjelaskan proses produksi
secara keseluruhan.
Gambar 2. 4. Kurva Fungsi Produksi
26
Dimulai dari output meningkat saat penambahan input (increasing
marginal return), lalu terjadi hukum hasil lebih yang semakin
berkurang (the law of diminishing return) atau bertambahnya faktor
produksi akan terus menambah total produksi namun dengan angka
semakin kecil dan selanjutnya akan menurun (decreasing marginal
return), hingga tidak akan terjadi penambahan output walaupun input
tetap ditambah. Ketiga proses tersebut menentukan kondisi rasional dan
irasional dalam produksi.
Kondisi irasional terjadi apabila penambahan faktor produksi
sebesar 1, maka akan menghasilkan output lebih dari 1. Sedangkan
terjadinya kondisi rasional saat penambahan 1 faktor produksi akan
menghasilkan antara 1 sampai 0 atau dicapainya pendapatan
maksimum. Lalu kondisi irasional juga terjadi saat penambahan faktor
produksi hanya menyebabkan pengurangan produk atau tidak
menghasilkan output.
5. Teori Pembentukan Harga
Harga adalah sejumlah nilai suatu barang atau jasa yang harus
dibayarkan oleh konsumen untuk memiliki barang atau jasa tersebut.
Penetapan harga bertujuan agar produsen mendapatkan keuntungan dan
sebagai dasar keputusan pembeli dalam melihat nilai produk yang
diinginkan (Puspita et al., 2015).
Menurut (Stanton, 2004), harga dipengaruhi oleh beberapa hal,
yaitu permintaan produk dengan memperkirakan harga yang
27
diharapkan oleh pasar dan volume penjualan berdasarkan harga-harga
berbeda, pangsa pasar yang ingin diperluas biasanya menetapkan harga
lebih murah, reaksi pesaing, penggunaan strategi (saringan atau
penetrasi), saluran distribusi dan promosi produk, dan biaya membeli
atau memproduksi produk.
Harga setidaknya memiliki dua peranan. Peran sebagai alokasi,
yaitu menjadi dasar bagi konsumen dalam mengambil keputusan untuk
memperoleh manfaat tertinggi yang diharapkan sesuai daya belinya.
Para pembeli akan membandingkan harga antarberbagai produk, lalu
memutuskan mengalokasikan dana pada pilihan yang dikehendaki.
Lalu peran sebagai informasi, yaitu memberikan keterangan atau label
tertentu mengenai kualitas barang. Biasanya harga tinggi
mencerminkan kualitas lebih baik.
28
B. Penelitian Terdahulu
Tabel 2. 4. Penelitian Terdahulu
No. Judul
Penulis
(Tahun)
Hasil Persamaan Perbedaan
1 The Analysis of
Competitiveness and
Export Demand of
Acehnese
Coffee in The International
Market
Ismail, dkk
(2017)
Secara individual, variabel lag
ekspor, ekspor kopi dunia, harga
kopi dunia, nilai tukar dan stok
konsumsi impor negara
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap permintaan
ekspor. Sedangkan variabel stok
ekspor kopi dunia dan penerimaan
negara pengimpor berpengaruh
negatif dan tidak signifikan. Lalu,
Menganalisis
daya saing dan
faktor penentu
terhadap ekspor
kopi.
Menganalisis
menggunakan
objek penelitian
berbeda, yaitu biji
kopi hijau
Indonesia secara
keseluruhan.
29
variabel harga dunia berpengaruh
negatif signifikan terhadap
permintaan ekspor komoditas
kopi Aceh Indonesia di pasar
internasional.
2 Indonesian Coffee
Competitiveness in The
International Market:
Review from The Demand
Side
Baroh, dkk
(2014)
Berdasarkan indeks RCA, kopi
Indonesia daya saing di antara 10
komoditas utama di pasar
domestik berada di peringkat ke-
6. Sedangkan berdasarkan Model
Armington, wajah kopi Indonesia
beda pesaing di setiap negara
tujuan ekspor.
Menganalisis
daya saing kopi
Indonesia.
Meneliti variabel-
variabel yang
diduga
mempengaruhi
volume ekspor
biji kopi hijau
Indonesia.
30
3 Analisis Daya Saing
Ekspor Kopi Indonesia dan
Vietnam di
Pasar ASEAN
Zuhdi &
Sunarno (2015)
Daya saing ekspor kopi Vietnam
lebih tinggi dibandingkan
Indonesia berdasarkan analisis
RCA. Namun analisis EPD kedua
negara tersebut menunjukkan
posisi berada di kategori rising
star.
Menganalisis
daya saing ekspor
kopi Indonesia.
Menganalisis
determinan
volume ekspor
biji kopi hijau
Indonesia.
4 Analisis Daya Saing dan
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Ekspor
Kopi Indonesia di Pasar
Internasional
Utami, dkk
(2018)
Berdasarkan analisis daya saing
menunjukkan Indonesia memiliki
keunggulan komparatif dan
berada di posisi rising star dalam
mengekspor kopi ke enam negara
tujuan. Sedangkan dalam analisis
pengaruh, semua variabel
Menganalisis
daya saing dan
faktor-faktor yang
mempengaruhi
volume ekspor
kopi Indonesia.
Menganalisis
ekspor ke negara-
negara importir
biji kopi hijau di
dunia secara
keseluruhan.
31
independen berupa PDB, kurs,
dan harga berpengaruh signifikan
terhadap volume ekspor kopi
Indonesia.
5 Determinants and Export
Competiveness of Coffee:
Comparison Between
Indonesia and Viet Nam
Ishak (2016) PDB dan populasi berpengaruh
positif terhadap perdagangan
kopi, dan nilai tukar serta jarak
berpengaruh negatif terhadap
kinerja perdagangan Indonesia
dan Vietnam. Berdasarkan RCA,
daya saing ekspor kopi Indonesia
hampir sama dengan Vietnam,
sedangkan berdasarkan hasil
Constant Market Share (CMS),
Menganalisis
daya saing dan
determinan ekspor
kopi Indonesia.
Menganalisis
daya saing
melalui rumus
RCA, ISP, dan
EPD dengan
fokus pada
lingkup
Indonesia.
32
daya saing ekspor kopi Indonesia
lebih kuat dibandingkan Vietnam.
6 Analisis Ekspor Kopi
Indonesia ke Amerika
Serikat dengan Pendekatan
Error Correction Model
(ECM)
Elisha (2015) Variabel produksi kopi
berpengaruh positif dan
signifikan dalam jangka pendek
dan panjang, harga kopi dunia
tidak signifikan dalam jangka
pendek dan panjang, kurs tidak
signifikan dalam jangka pendek
sedangkan dalam jangka panjang
berpengaruh positif dan
signifikan.
Meneliti faktor-
faktor yang
mempengaruhi
ekspor kopi
Indonesia.
Melakukan
analisis daya
saing dan
variabel-variabel
yang diduga
sebagai faktor
penentu volume
ekspor biji kopi
hijau Indonesia ke
pasar global
secara
keseluruhan.
33
7 Analisis Ekspor Kopi
Indonesia ke Negara-
Negara ASEAN
Ginting &
Kartiasih
(2019)
Ekspor kopi Indonesia ke negara-
negara ASEAN dipengaruhi oleh
variabel harga riil ekspor, harga
teh, GDP negara tujuan, nilai
tukar riil negara tujuan, dan
indeks kompetitif RCA.
Sedangkan variabel produksi
domestik kopi tidak
mempengaruhi ekspor kopi
Indonesia.
Meneliti variabel-
variabel yang
diduga
mempengaruhi
ekspor kopi
Indonesia.
Menganalisis
daya saing dan
faktor-faktor yang
mempengaruhi
volume ekspor
biji kopi hijau
Indonesia ke
negara-negara lain
secara
keseluruhan.
8 Analysis of Factors
Affecting The Export Value
of Indonesian Coffee and
Wishanesta &
Setiawina
(2019)
Variabel jumlah uang yang
dibelanjakan dan nilai tukar US
dollar berpengaruh positif dan
signifikan terhadap ekspor kopi.
Meneliti variabel-
variabel yang
mempengaruhi
Menganalisis
daya saing dan
determinan
menggunakan
34
Competitiveness of The
2002 – 2017 Period
Variabel harga internasional
berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap ekspor kopi.
ekspor kopi
Indonesia.
periode yang
berbeda, yaitu
tahun 1990 –
2020.
9 Analysis of Indonesia’s
Coffee Exports to The
United States in 1996 –
2018
Sanny &
Natallya
(2020)
Dalam jangka pendek dan
panjang, tingkat inflasi memiliki
pengaruh negatif terhadap ekspor
kopi Indonesia ke Amerika
Serikat. Nilai tukar US dollar
dalam jangka pendek
berpengaruh positif, sedangkan
dalam jangka panjang
beperngaruh negatif terhadap
ekspor kopi Indonesia. Sedangkan
Meneliti faktor-
faktor yang
mempengaruhi
ekspor kopi
Indonesia.
Menganalisis
daya saing dan
variabel-variabel
yang diduga
mempengaruhi
volume ekspor
biji kopi hijau
Indonesia ke pasar
global tahun 1990
– 2020.
35
variabel produksi Indonesia
memiliki pengaruh positif dalam
jangka pendek dan panjang.
10 Analisis Ekspor Kopi
Indonesia
Nopriyandi &
Haryadi (2017)
Dalam jangka panjang, variabel
harga, PDB Indonesia, dan nilai
tukar tidak mempengaruhi
volume ekspor kopi. Sedangkan
dalam jangka pendek, ketiga
variabel tersebut mempengaruhi
volume ekspor kopi.
Meneliti variabel-
variabel yang
diduga
mempengaruhi
ekspor kopi
Indonesia.
Melakukan
analisis daya
saing dan faktor-
faktor yang
mempengaruhi
dengan
menggunakan
data jenis kopi
yang lebih
spesifik, yaitu biji
kopi hijau.
36
11 Analisis Daya Saing
Ekspor Kopi Indonesia di
Pasar Dunia
Purnamasari,
dkk (2014)
Kolumbia diikuti Brazil dan
Vietnam memiliki keunggulan
komparatif untuk semua periode.
Di sisi lain, Indonesia termasuk
yang paling rendah di antara
mereka.
Meneliti daya
saing kopi
menggunakan
RCA.
Melakukan
penyempurnaan
penelitian dengan
menganalisis
faktor penentu
ekspor biji kopi
hijau.
12 Analisis Daya Saing
Ekspor Kopi Indonesia di
Pasar Internasional
Parnadi &
Loisa (2017)
Berdasarkan analisis nilai RCA,
Indonesia memiliki keunggulan
komparatif dalam perdagangan
kopi di pasar internasional.
Namun keunggulan komparatif
Indonesia masih tergolong rendah
dibandingkan Kolombia, Vietnam
Menganalisis
daya saing
melalui
perhitungan RCA
dan mendeteksi
negara eksportir
atau importir
Menjelaskan
tahapan eksportir
negara Indonesia
dan melakukan
analisis
determinan.
37
dan Brazil, meski masih lebih
tinggi dari India. Kopi Indonesia
memiliki daya saing yang tinggi,
karena nilai ISP sebesar 0,91. Hal
ini menunjukkan bahwa
Indonesia merupakan negara
pengekspor komoditas kopi.
menggunakan
ISP.
13 Analysis and Strategy for
Improving Indonesian
Coffee Competitiveness in
The International Market
Rahardjo, dkk
(2020)
Indonesia memiliki rata-rata nilai
RCA terkecil dibandingkan
negara pengekspor kopi dunia
lainnya. Berdasarkan EPD,
diketahui ada tiga negara
termasuk Indonesia yang
kehilangan peluang untuk dapat
Melakukan
analisis daya
saing dengan
menghitung nikai
RCA dan EPD.
Meneliti faktor-
faktor yang
mempengaruhi
volume ekspor
biji kopi hijau.
38
berdagang dengan negara lain,
khususnya produk kopi.
39
C. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan penjelasan-penjelesan yang sudah dikemukan, berikut
dibuat kerangka pemikiran agar dapat memudahkan dalam memahami alur
penelitian ini.
Gambar 2. 5. Kerangka Pemikiran
D. Keterkaitan Antarvariabel dan Hipotesis
Luas lahan tersedia menentukan berapa banyak area dapat ditanami
bibit biji kopi hijau. Semakin banyak bibit ditanam, maka kemungkinan biji
kopi hijau yang dihasilkan pun semakin tinggi. Hasil tersebut lalu digunakan
untuk ekspor dan konsumsi domestik. Sehingga banyak atau sedikitnya luas
areal kopi berpengaruh terhadap volume ekspor kopi.
Ekspor
Analisis Daya Saing Analisis Determinan
Alat/Metode Analisis
Revealed Comparative
Advantage (RCA)
Indeks Spesialisasi
Perdagangan (ISP)
Export Product
Dynamics (EPD)
Variabel X1
Luas Areal Biji
Kopi Hijau
Indonesia
Variabel X2
Harga Ekspor
Biji Kopi Hijau
Indonesia
Variabel X3
Harga Ekspor Teh
Indonesia
Alat/Metode Analisis
Ordinary Least Square (OLS)
Variabel Y
Volume Ekspor Biji Kopi Hijau Indonesia
Hasil dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
40
Harga ekspor juga menjadi penentu volume ekspor, karena diasumsikan
jika harga semakin naik maka produsen memilih untuk mengekspor biji kopi
hijau hasil produksinya guna mendapatkan keuntungan lebih besar.
Sebaliknya, jika harga lebih rendah dibandingkan biaya yang dikeluarkan
dalam melakukan ekspor, maka keuntungan menjadi lebih sedikit atau bahkan
tidak ada, membuat para produsen akan lebih dulu memenuhi permintaan
dalam negeri.
Teh dan kopi memiliki banyak persamaan, keduanya termasuk dalam
komoditas perkebunan dan menjadi bahan dasar dalam membuat berbagai
produk makanan dan minuman. Dalam ekonomi, ada yang dinamakan barang
substitusi (barang pengganti), kondisi saat masyarakat dapat mengganti suatu
hal dengan hal lain yang memiliki fungsi atau manfaat hampir sama. Salah
satu faktor pendorong dalam melakukan pergantian tersebut adalah naik
turunnya harga. Oleh karena itu, harga teh sebagai barang substitusi diduga
memiliki hubungan dengan volume ekspor biji kopi hijau, karena jika harga
ekspor teh naik, maka kemungkinan masyarakat beralih mengonsumsi kopi
menjadi meningkat.
Berdasarkan berbagai penjelasan teori serta permasalahan yang telah
dirumuskan, maka penulis dapat membuat hipotesis penelitian ini sebagai
berikut:
1. H0: Luas areal biji kopi hijau Indonesia tidak memiliki pengaruh positif
dan signifikan secara parsial terhadap volume ekspor biji kopi hijau
Indonesia tahun 1990 – 2020.
41
H1: Luas areal biji kopi hijau Indonesia memiliki pengaruh positif dan
signifikan secara parsial terhadap volume ekspor biji kopi hijau
Indonesia tahun 1990 – 2020.
2. H0: Harga ekspor biji kopi hijau Indonesia tidak memiliki pengaruh
negatif dan signifikan secara parsial terhadap volume ekspor biji kopi
hijau Indonesia tahun 1990 – 2020.
H1: Harga ekspor biji kopi hijau Indonesia memiliki pengaruh negatif
dan signifikan secara parsial terhadap volume ekspor biji kopi hijau
Indonesia tahun 1990 – 2020.
3. H0: Harga ekspor teh Indonesia tidak memiliki pengaruh positif dan
signifikan secara parsial terhadap volume ekspor biji kopi hijau
Indonesia tahun 1990 – 2020.
H1: Harga ekspor teh Indonesia memiliki pengaruh positif dan
signifikan secara parsial terhadap volume ekspor biji kopi hijau
Indonesia tahun 1990 – 2020.
4. H0: Luas areal biji kopi hijau, harga ekspor biji kopi hijau, dan harga
ekspor teh tidak memiliki pengaruh signifikan secara bersama-sama
terhadap volume ekspor biji kopi hijau Indonesia tahun 1990 – 2020.
H1: Luas areal biji kopi hijau, harga ekspor biji kopi hijau, dan harga
ekspor teh memiliki pengaruh signifikan secara bersama-sama terhadap
volume ekspor biji kopi hijau Indonesia tahun 1990 – 2020.
42
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam menganalisis daya saing terdiri dari nilai
ekspor biji kopi hijau Indonesia dan dunia, nilai impor biji kopi hijau
Indonesia, serta total nilai ekspor Indonesia dan dunia, kemudian diolah
menggunakan rumus-rumus yang ada dan dihitung memakai Microsoft Excel.
Sedangkan variabel dependen (endogenous) dalam melakukan analisis
determinan adalah Volume Ekspor Biji Kopi Hijau Indonesia. Variabel
independen (exogenous) dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel, antara
lain Luas Areal Biji Kopi Hijau Indonesia, Harga Ekspor Biji Kopi Hijau
Indonesia, dan Harga Ekspor Teh Indonesia. Jenis pendekatan penelitian yang
digunakan merupakan pendekatan kuantitatif, yaitu suatu proses menemukan
pengetahuan menggunakan data berupa angka sebagai alat menganalisis
keterangan mengenai apa yang ingin diketahui (Kasiram, 2008). Dari
pengolahan data tersebut kemudian akan didapatkan deskripsi hasil analisis
untuk menarik kesimpulan penelitian.
Penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu data yang diperoleh
berdasarkan informasi berupa fakta disusun oleh lembaga atau instansi
tertentu. Data untuk analisis utama diperoleh dari situs web resmi Food and
Agriculture Organization of The United Nations (FAO), United Nations
(UN), dan World Bank serta dihimpun pula data-data dari sumber lain untuk
43
mendukung pembahasan seperti Asociación Nacional del Café (ANACAFÉ)
Badan Pusat Statistik (BPS), International Coffee Organization (ICO),
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia (KEMENDAG RI),
Direktorat Jenderal Perkebunan – Kementerian Pertanian Republik Indonesia
(DITJENBUN – KEMENTAN RI), Asociación Nacional del Café
(ANACAFÉ), dan Uganda Coffee Development Authority (UCDA).
Jenis data yang digunakan adalah time series, yaitu data yang terdiri
dari satu objek meliputi beberapa periode waktu (Winarno, 2011). Periode
waktunya meliputi data tahunan dari tahun 1990 – 2020 untuk melihat
fluktuasi data. Penelitian ini dibatasi pada ruang lingkup studi kasus di
Indonesia, namun tidak secara spesifik menganalisis potensi tiap provinsi
karena keterbatasan ketersediaan data.
B. Metode Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, penulis mengumpulkan data dari beberapa instansi
melalui situs web resminya. Adapun berikut penjelasan mengenai metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini:
1. Data Sekunder
Pada umumnya data sekunder diperoleh melalui perantara seperti
lembaga, orang lain, atau dokumen yang dipublikasikan oleh pihak lain
(Sugiyono, 2018). Kelebihan data sekunder adalah tidak membutuhkan
waktu lama untuk memperoleh data serta tidak mengeluarkan banyak
biaya. Namun, terkadang tingkat keakuratan data yang diterbitkan lebih
44
rendah dan nantinya akan mempengaruhi hasil penelitan dan
analisisnya.
2. Studi Kepustakaan
Metode studi pustaka dilakukan dengan cara mengumpulkan
informasi melalui buku, situs, jurnal dan berbagai literatur terkait
lainnya. Studi ini digunakan sebagai landasan teori dalam menganalisis
kasus.
C. Metode Analisis Data
1. Daya Saing
Dalam menganalisis daya saing, penulis menggunakan tiga alat
analisis, yaitu:
a. Revealed Comparative Advantage (RCA)
RCA digunakan untuk mengetahui daya saing suatu
komoditas, dalam hal ini biji kopi hijau Indonesia, dengan
komoditas lain di pasar global. Rumusnya yaitu:
𝑅𝐶𝐴 =(𝑋𝑖𝑗/𝑋𝑗)
(𝑋𝑖𝑤/𝑋𝑤)
Dimana:
Xij : Nilai ekspor komoditas i (biji kopi hijau) negara j
Xj : Total nilai ekspor negara j
Xiw : Nilai ekspor komoditas i (biji kopi hijau) dunia
Xw : Total nilai ekspor dunia
45
Ketentuannya adalah apabila hasil nilai indeks RCA lebih
dari 1 (RCA > 1) menunjukkan keunggulan komparatif.
Sebaliknya, jika hasil nilai indeks RCA sama atau kurang dari 1
(RCA ≤ 1), ini menunjukkan tidak adanya keunggulan komparatif
(Baroh et al., 2014).
b. Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)
Untuk mengukur pengembangan produk suatu negara
termasuk ke dalam negara eksportir atau importir, maka
digunakan ISP sebagai alat analisisnya. Dinyatakan dalam rumus
sebagai berikut:
𝐼𝑆𝑃 =(𝑋𝑖𝑗 − 𝑀𝑖𝑗)
(𝑋𝑖𝑗 + 𝑀𝑖𝑗)
Dimana:
Xij : Nilai ekspor biji kopi hijau negara j
Mij : Nilai impor biji kopi hijau negara j
Secara keseluruhan, jika hasil ISP > 0 maka negara tersebut
termasuk eksportir. Namun, apabila ISP ≤ 0 maka termasuk
importir. Hasilnya kemudian dirincikan kembali dalam lima
tahap dan juga dapat dilihat dari grafik. Tahapan-tahapan tersebut
antara lain:
46
Gambar 3. 1. Grafik ISP
Sumber: KEMENDAG RI
1) Pengenalan (-1,00 sampai -0,50), merupakan tahap awal
industri di suatu negara melakukan ekspor produk barunya.
2) Substitusi Impor (-0,51 sampai 0,00), kondisi pada tahap ini
menunjukkan produk industri di suatu negara masih
berdaya saing rendah karena produksi dalam negeri belum
begitu tinggi, kurang berkualitas, dan masih mengandalkan
impor.
3) Pertumbuhan (0,01 sampai 0,80), ekspor di negara tersebut
mulai meningkat karena telah melakukan produksi berskala
besar.
4) Kematangan (0,81 sampai 1,00), negara pada tahap ini
termasuk net exporter, yaitu lebih banyak penjualan ke
negara lain dibandingkan pembelian dari negara lain.
5) Kembali Mengimpor (mengalami penurunan kembali
antara 1,00 sampai 0,00), pada tahap ini negara mulai
47
melakukan impor kembali karena kalah bersaing dengan
negara lain di pasar (Hasibuan et al., 2012).
c. Export Product Dynamics (EPD)
Mengukur posisi pasar produk suatu negara merupakan
salah satu indikator pengukuran daya saing, sehingga EPD dapat
menjadi alat analisisnya. Selain itu, EPD juga dapat mengukur
kedinamisan (pergerakan cepat) suatu produk di pasar. Terdiri
dari daya tarik pasar dihitung berdasarkan jumlah permintaan
suatu komoditas dan informasi kekuatan bisnis yang merupakan
ukuran pertumbuhan pangsa pasar. Hasilnya akan terbagi menjadi
empat kategori.
Gambar 3. 2. Kategori Analisis EPD
Kategori paling baik adalah rising star, ialah pasar berada
di posisi ideal ditandai dengan ekspor suatu produk (dalam
penelitian ini adalah biji kopi hijau) mengalami peningkatan dan
diiringi semakin meningkatnya perolehan pangsa pasar. Lost
opportunity menandakan produk masih dinamis namun
Y
X
Rising Star
Falling StarRetreat
Lost Opportunity
48
kehilangan pangsa ekspor di pasar dunia. Falling star
menunjukkan pergerakan ekspor produk mengalami penurunan,
namun pangsa ekspor meningkat. Terakhir adalah retreat, kondisi
saat produk tersebut tidak diinginkan lagi di pasar tersebut (Zuhdi
& Suharno, 2016).
Untuk menghitungnya digunakan dua rumus, yaitu rumus
sumbu X untuk mengukur pertumbuhan pangsa ekspor Indonesia
dan Y untuk mengukur kedinamisan komoditas biji kopi hijau.
𝑆𝑢𝑚𝑏𝑢 𝑋 =∑ (
𝑋𝑖𝑗𝑊𝑖𝑗)𝑡 × 100% − ∑ (
𝑋𝑖𝑗𝑊𝑖𝑗)𝑡−1 × 100%𝑡
𝑡=1𝑡𝑡=1
𝑇
𝑆𝑢𝑚𝑏𝑢 𝑌 =∑ (
𝑋𝑡𝑊𝑡)𝑡 × 100% − ∑ (
𝑋𝑡𝑊𝑡)𝑡−1 × 100%𝑡
𝑡=1𝑡𝑡=1
𝑇
Dimana:
Xij : Nilai ekspor biji kopi hijau Indonesia
Wij : Nilai ekspor biji kopi hijau dunia
Xt : Total nilai ekspor Indonesia
Wt : Total nilai ekspor dunia
t : Tahun ke-t
t-1 : Tahun sebelumnya
T : Jumlah tahun analisis
2. Model Regresi Linier Berganda
Berdasarkan penjelasan mengenai keterkaitan antarvariabel
sebelumnya, didapatkan model regresi dalam penelitian ini, yaitu:
𝑉𝐿𝑀𝑖𝑡 = 𝑎 + 𝛽1𝐿𝑆𝐴𝑖𝑡 + 𝛽2𝐻𝑅𝐺𝐾𝑖𝑡 + 𝛽3𝐻𝑅𝐺𝑇𝑖𝑡 + 𝑒𝑖𝑡
49
Keterangan:
VLMit : Volume ekspor biji kopi hijau Indonesia
LSAit : Luas areal biji kopi hijau Indonesia
HRGKit : Harga ekspor biji kopi hijau Indonesia
HRGTit : Harga ekspor teh Indonesia
α : Konstanta
β1, β2, β3, β4 : Koefisien regresi
eit : Error terms
3. Uji Asumsi Klasik
Menurut (Basuki & Prawoto, 2016), dalam melakukan regresi,
terdapat uji asumsi klasik yang diterapkan, yaitu uji normalitas,
heteroskedastisitas, autokorelasi, dan multikolinearitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk melihat distribusi nilai
residual normal atau tidak. Apabila hasilnya menunjukkan data
terdistribusi normal, maka kemungkinan untuk bias sangat kecil.
Dapat dilihat melalui Uji Kolmogorov-Smirnov. Kriteria penentu
keputusannya adalah:
1) Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05 maka data penelitian
telah terdistribusi normal.
2) Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05 maka data penelitian
tidak terdistribusi normal.
50
b. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas merupakan uji yang dilakukan untuk
menilai apakah terdapat ketidaksamaan varian dari residual untuk
semua pengamatan pada model regresi linier. Untuk
membuktikan penelitian ini bebas dari heteroskedastisitas, maka
dapat dilakukan Uji Glejser dan membandingkan nilai
probaibilitasnya apakah lebih besar dari α = 5%. Berikut
merupakan dasar pengambilan keputusannya:
1) Jika nilai (Sig.) > 0,05 maka tidak ada gejala
heteroskedastisitas dalam model regresi.
2) Jika nilai (Sig.) < 0,05 maka terdapat gejala
heteroskedastisitas dalam model regresi.
c. Uji Autokorelasi
Bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi
linier terdapat korelasi antar kesalahan pengganggu (residual)
pada periode waktu (t) dengan kesalahan pada periode
sebelumnya (t-1). Pengujiannya dapat dilakukan dengan
menggunakan Uji Durbin-Watson dengan kriteria pengambilan
keputusan sebagai berikut:
51
Tabel 3. 1. Dasar Pengambilan Keputusan Uji Durbin-Watson
Nilai d Hitung Keputusan
d < dL Terdapat autokorelasi positif
dL ≤ d ≤ dU Tidak dapat mengambil keputusan
dU < d < 4-dU Tidak ada autokorelasi
4-dU ≤ d ≤ 4-dL Tidak dapat mengambil keputusan
4-dL < d Terdapat autokorelasi negatif
Apabila hasilnya tidak dapat diketahui melalui Uji Durbin-
Watson, maka dapat melakukan pengujian kembali menggunakan
Uji Run dengan dasar pengambilan keputusannya sebagai
berikut:
1) Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05 maka tidak terdapat
gejala autokorelasi.
2) Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05 maka terdapat gejala
autokorelasi.
d. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas merupakan uji yang dilakukan untuk
melihat apakah terjadi korelasi antara variabel independen satu
sama lainnya dalam penelitian ini. Jika nilai Variance Inflation
Factor atau lebih dikenal dengan VIF < 10, maka dapat dikatakan
tidak terjadi multikolinearitas dalam model regresi tersebut.
Sebaliknya, jika nilai VIF > 10, maka terdapat multikolinearitas.
52
4. Uji Signifikansi
Dalam menganalisis menggunakan metode Ordinary Least
Square (OLS), dilakukan uji t-statistik, F-statistik, dan koefisien
determinasi untuk menentukan hipotesis atau pengaruh antarvariabel
(N. Gujarati & C. Porter, 2009).
a. Uji t-statistik
Uji t dilakukan untuk menguji apakah variabel independen
berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependennya. Uji t-
statistik dilakukan dengan cara membandingkan nilai probabilitas
t-statistik terhadap tingkat signifikan α = 5% (0,05) melihat
apakah hipotesisnya diterima atau ditolak. Hipotesisnya adalah
sebagai berikut:
H0: Variabel independen secara parsial tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen.
H1: Variabel independen secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen.
Jika nilai Sig. < 0,05, maka H0 ditolak yaitu variabel bebas
(independen) tesebut dinyatakan berpengaruh signifikan terhadap
variabel terikat (dependen). Sedangkan jika nilai Sig. > 0,05,
maka H0 diterima yaitu variabel bebas tersebut dinyatakan tidak
perbengaruh signifikan terhadap variabel terikat.
53
b. Uji F-statistik
Uji F dilakukan untuk menguji apakah variabel independen
dalam penelitian ini memiliki pengaruh signifikan secara
bersama-sama terhadap variabel dependennya. Uji F dilakukan
dengan cara melihat nilai probabilitas dari F-statistik apakah lebih
kecil dari α = 5% atau 0,05. Adapun hipotesis pada uji ini adalah
sebagai berikut:
H0: Variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen.
H1: Variabel independen secara bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen.
Jika nilai Sig. dari F-statistik > 0,05 maka H0 diterima,
dapat diartikan bahwa semua variabel independen dalam
penelitian ini secara bersama-sama tidak memiliki pengaruh
terhadap variabel dependennya. Namun sebaliknya, jika nilai Sig.
dari F-statistik < 0,05 maka H0 ditolak, dapat diartikan bahwa
semua variabel independen dalam penelitian ini secara bersama-
sama memiliki pengaruh terhadap variabel dependennya.
c. Uji Koefisien Determinansi (Adjusted R2)
Koefisien determinansi dilakukan untuk mengetahui
seberapa besar kemampuan model dalam penelitian ini
menjelasan variasi variabel dependennya. Apabila nilai adjusted
R2 kecil berarti kemampuan variabel independen dalam
54
menjelaskan variabel dependen sangat terbatas. Begitupun
sebaliknya, jika nilainya besar, variabel independen mampu
memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen.
D. Definisi Operasional Variabel
Tabel 3. 2. Definisi Operasional Variabel
Variabel Definisi Satuan
Volume Ekspor Biji
Kopi Hijau Indonesia
Jumlah biji kopi hijau yang diekspor
Indonesia setiap tahunnya.
Ton
Luas Areal Biji Kopi
Hijau Indonesia
Total keseluruhan luas lahan yang
ditanami bibit biji kopi hijau.
Ton
Harga Ekspor Biji Kopi
Hijau Indonesia
Harga ekspor biji kopi hijau Indonesia (per
satu ton).
US
Dollar
Harga Ekspor Teh
Indonesia
Harga ekspor teh Indonesia (per satu ton).
US
Dollar
55
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Pada abad ke-15, kopi mulai memasuki kawasan Asia Tenggara, salah
satunya adalah Indonesia. Perkebunan kopi pertama kali di Pulau Jawa
merupakan milik Eropa dan didirikan pada masa tanam paksa dengan
perjanjian antara Vereenigde Oostitindische Compagnie (VOC) dan Sultan
Banten. Perkembangan penjualan kopi selanjutnya diawali dengan adanya PT
Perkebunan Nusantara XII (Sunarharum et al., 2019). Sampai saat ini, kopi
di Indonesia menjadi salah satu komoditas penting dalam menyokong
perekonomian negara.
Berdasarkan spesiesnya, terdapat tiga jenis kopi yaitu robusta, arabika,
dan liberika. Namun, Indonesia sendiri paling banyak memproduksi jenis
robusta dan arabika. Perbedaan antarkeduanya disebabkan pada kondisi alam
yang meliputi komponen tanah, matahari, kelembaban, lereng, penyakit, dan
kondisi hama. Hal ini menyebabkan kandungan kafein di dalamnya berbeda.
Kafein dalam biji kopi hijau robusta dapat setengah hingga dua kali lebih
tinggi dibandingkan arabika (Fibrianto & Ramanda, 2018). Banyak orang
lebih memilih robusta karena memiliki efek penahan kantuk dan cita rasa
lebih kuat. Namun, sering kali konsumen mengkonsumsi arabika karena
dianggap memiliki efek terhadap kesehatan lebih baik. Preferensi dalam
56
mengkonsumsi kopi tentu kembali pada selera masing-masing individu
tersebut.
Tercatat data pada tahun 2001 - 2020, sebanyak 80,31% produksi kopi
adalah jenis robusta. Sedangkan arabika hanya mencapai 19,69% dari total
keseluruhan produksi. Kondisi dataran yang tersedia untuk ditanami lebih
banyak berada di dataran rendah, sedangkan arabika hanya mampu tumbuh
di dataran tinggi (Widaningsih, 2020). Selama lima tahun terakhir, sentra
produksi robusta berada di Provinsi Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu,
Jawa Timur, dan Jawa Tengah dengan masing-masing total share rata-rata
yang dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Gambar 4. 1. Grafik Sentra Produksi Kopi Robusta
Sumber: KEMENTAN RI - DITJENBUN
Sementara itu, arabika sendiri memiliki harga lebih mahal
dibandingkan robusta dikarenakan perawatannya lebih rumit dan tidak terlalu
tahan terhadap hama. Bentuk biji kopi arabika adalah oval dan sedikit lebih
Sumatera
Selatan; 40%
Lampung;
25%
Bengkulu;
13%
Jawa Timur;
8%
Jawa Tengah;
4%
Lainnya; 11%
Sentra Produksi Kopi Robusta Indonesia
57
besar. Sentra produksi arabika terdapat di empat provinsi, yaitu Aceh,
Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Sumatera Barat. Secara rinci, data tersebut
dapat dilihat di bawah ini.
Gambar 4. 2. Grafik Sentra Produksi Kopi Arabika Indonesia
Sumber: DITJENBUN – KEMENTAN RI
Banyaknya wilayah di Indonesia sebagai areal penanaman bibit kopi
menghasilkan cita rasa berbeda pada kopi tersebut. Terdapat kopi dengan
aroma buah-buahan, tercampur sedikit rasa kacang-kacangan, atau bahkan
sedikit asam. Kekhasan tersebut dilindungi dengan sertifikasi Indikasi
Geografis (IG) oleh Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual – Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia Rebuplik Indonesia (DJKI –
KEMENKUMHAM RI) di bawah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016
Tentang Merek dan IG. Sertifikasi tersebut berguna sebagai perlindungan
hukum terhadap produk lokal asli Indonesia di pasar luar negeri dan
Aceh; 32%
Sumatera
Utara; 31%
Sulawesi
Sekatan; 12%
Sumatera
Barat; 5%
Lainnya; 20%
Sentra Produksi Kopi Arabika Indonesia
58
pemegang hak sehingga responsif terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh
pihak lain. (Sudjana, 2018).
Jenis robusta yang sudah termasuk IG adalah Empat Lawang,
Lampung, Pinogu, Pupuan Bali, Semendo, Tambora, dan Temanggung. Lalu
contoh arabika hasil Indonesia tersertifikasi IG adalah Flores Bajawa, Flores
Manggarai, Gayo, Java Ijen Raung, Java Preanger, Java Sindoro-Sumbing,
Kalosi Enrekang, Kintamani Bali, Sumatera Koerintji, Sumatera Lintong,
Sumatera Mandailing, Sumatera Simalungun, dan Toraja.
B. Temuan Hasil Penelitian
1. Hasil Analisis Daya Saing
Penulis menggunakan tiga alat analisis atau rumus dalam
mengukur daya saing biji kopi hijau Indonesia di pasar global. Rumus-
rumus tersebut digunakan oleh pemerintah dalam menganalisis setiap
perdagangan internasional suatu komoditas Indonesia. Ketiganya
memiliki perspektif berbeda dalam menganalisis daya saing guna
membuat pembahasan lebih rinci.
a. Revealed Comparative Advantage (RCA)
Nilai ekspor biji kopi hijau dan total nilai ekspor suatu
negara serta dunia digunakan dalam menganalisis menggunakan
rumus RCA. Jika hasilnya > 1, maka keunggulan komparatif
dimiliki negara tersebut dalam memasarkan biji kopi hijau. Selain
menganalisis Indonesia, dihitung pula nilai RCA milik enam
59
negara lainnya yang termasuk dalam tujuh besar negara eksportir
biji kopi hijau. Hasilnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
Gambar 4. 3. Grafik Nilai Hasil Analisis RCA Biji Kopi Hijau Indonesia
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Microsoft Excel
Sejak tahun 1990, nilai RCA Indonesia berada di antara
3,67 – 7,26 dinyatakan memiliki keunggulan komparatif karena >
1. Namun, angkanya termasuk terkecil kedua di antara tujuh besar
negara-negara eksportir tersebut, setelah Meksiko dengan 0,83 –
4,34. Angka tertinggi dimiliki oleh Uganda, yaitu 61,95 – 450,15.
Disusul oleh nilai sebesar 39,87 – 96,36 yang dimiliki Guatemala,
lalu Kolumbia di antara 30,22 – 80,45. Brazil dan Vietnam secara
berurutan dengan 14,85 – 24,33 dan 12,30 – 44,11.
0,00
100,00
200,00
300,00
400,00
500,00
Nil
ai R
CA
Tahun
Nilai Hasil Analisis RCA Biji Kopi Hijau Indonesia
Brazil Kolumbia Vietnam Indonesia
Guatemala Meksiko Uganda
60
b. Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP)
Perbandingan nilai ekspor dengan impor biji kopi hijau
dihitung guna mengetahui nilai ISP Indonesia. Dijelaskan bahwa
negara termasuk negara eksportir jika dihasilkan nilai > 0. Indeks
ini dapat digunakan sebagai salah satu tolak ukur dalam
mengatasi kebijakan ekspor impor suatu komoditas di sebuah
negara. Hasil perhitungan tahun 1990 – 2020 tercantum dalam
grafik di Gambar 4.4.
Gambar 4. 4. Grafik Nilai Hasil Analisis ISP Biji Kopi Hijau Indonesia
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Microsoft Excel
Dari tahun 1990, Indonesia sudah termasuk negara
eksportir biji kopi hijau karena pada grafik hasil analisis ISP
menunjukkan semua nilai di atas 0 setiap tahunnya. Jika diteliti
berdasarkan tahapan, negara ini berada di tahapan antara
0,00
0,20
0,40
0,60
0,80
1,00
1,20
Nil
ai I
SP
Tahun
Nilai Hasil Analisis ISP Biji Kopi Hijau Indonesia
61
kematangan dan kembali mengimpor dengan rata-rata indeks
ialah 0,94. Tahun 2007 dan 2018 menunjukkan penurunan yang
cukup signifikan dikarenakan jumlah impor meningkat untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri.
c. Export Product Dynamics (EPD)
Untuk mengetahui apakah biji kopi hijau masih mengalami
peningkatan ekspor atau tidak, serta bagaimana posisi negara
dalam memasarkannya di pasar global, penulis menganalisis
melalui rumus EPD yang tersedia. Dengan membagi hasil
perhitungan pada dua sumbu, X dan Y, dapat diketahui kategori
ekspor Indonesia ke dalam empat kategori berbeda setiap
tahunnya.
62
Gambar 4. 5. Grafik Kategori Hasil Analisis EPD Biji Kopi Hijau Indonesia
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Microsoft Excel
Secara rata-rata selama lebih dari tiga puluh tahun terakhir
tersebut, Indonesia berada pada posisi lost opportunity. Kategori
tersebut menunjukkan kondisi produk masih bertumbuh namun
tidak diiringi dengan berkembangnya pangsa pasar. Hasil per
tahun dapat dilihat lebih jelas pada tabel sebagai berikut:
63
Tabel 4. 1. Rekapitulasi Kategori Hasil Analisis EPD
Rising Star Falling Star
1991; 1993; 1994; 1996;
1998; 2003; 2005; 2008;
2013; 2017; 2020.
2002; 2012; 2015; 2019.
Lost Opportunity Retreat
1992; 2000; 2001; 2004;
2006; 2007; 2009; 2010;
2011; 2018.
1990; 1995; 1997; 1999;
2014; 2016.
Dari tahun 1990 – 2020, Indonesia lebih banyak berada di
kategori rising star dengan sebelas kali termasuk tahun 2020.
Namun, hasil perhitungan angka rata-rata menunjukkan kategori
berbeda. Hal ini disebabkan oleh besar atau kecilnya angka nilai
ekspor yang dianalisis.
2. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Pelaksanaan uji ini bertujuan untuk melihat kenormalan
suatu distribusi data. Melalui Uji Kolmogorov-Smirnov
dilakukan perbandingan antara nilai Asymp. Sig. (2-tailed)
dengan nilai probability sebesar 5% atau 0,05.
64
Tabel 4. 2. Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 31
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 60153.72994000
Most Extreme Differences Absolute .122
Positive .079
Negative -.122
Test Statistic .122
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan SPSS
Pada tabel hasil di atas diketahui bahwa Asymp. Sig. (2-
tailed) bernilai 0,200 > 0,05 yang berarti data pada penelitian ini
telah terdistribusi normal.
b. Uji Heteroskedastisitas
Dalam sebuah penelitian, residual dari satu pengamatan ke
pengamatan lainnya harus sama atau homoskedastisitas.
Meregresikan variabel bebas dengan variabel terikat absolute
65
residual ialah cara pada Uji Glejser guna mengetahui apakah
terdapat heteroskedastisitas atau tidak.
Tabel 4. 3. Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -12663.457 35620.258 -.356 .725
LSA .039 .032 .240 1.214 .235
HRGK 6.804 13.127 .143 .518 .608
HRGT 2.716 22.322 .035 .122 .904
a. Dependent Variable: Abs_RES
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan SPSS
Nilai Sig. LSA sebesar 0,235 > 0,05. Nilai Sig. HRGK
sebesar 0,608 > 0,05. Nilai Sig. HRGT sebesar 0,904 > 0,05.
Ketiga variabel independen tersebut memiliki nilai Sig. lebih
besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada gejala
heteroskedastisitas dalam model regresi.
c. Uji Autokorelasi
Untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi antara data
tahun sekarang dengan data tahun sebelumnya yang membentuk
pola tertentu, dilakukanlah pengecekan autokorelasi melalui Uji
Durbin-Watson.
66
Tabel 4. 4. Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-Watson
1 .637a .406 .340 63407.599 1.876
a. Predictors: (Constant), HRGT, LSA, HRGK
b. Dependent Variable: VLM
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan SPSS
Nilai Durbin-Watson pada hasil uji tersebut ialah 1,876.
Kemudian dibandingkan dengan nilai tabel dengan cara melihat
jumlah variabel bebas dan jumlah data atau sampel yang
digunakan, yaitu (k ; N) = (3 ; 31). Didapatkan dL sebesar 1,229
dan dU sebesar 1,650, serta 4-dL adalah 2,771 dan 4-dU adalah
2,350. Hal ini menunjukkan kriteria dU < d < 4-dU atau 1,650 <
1,876 < 2,350 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
masalah autokorelasi.
d. Uji Multikolinearitas
Melihat besarnya nilai VIF dilakukan sebagai upaya dalam
mendeteksi adanya hubungan antarvariabel bebas dalam sebuah
data penelitian (multikolinearitas).
67
Tabel 4. 5. Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 211999.528 62987.785
LSA .016 .056 .047 .847 1.181
HRGK -51.699 23.212 -.500 .436 2.295
HRGT 148.051 39.472 .891 .390 2.565
a. Dependent Variable: VLM
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan SPSS
Nilai VIF LSA 1,181 < 10, nilai VIF HRGK 2,295 < 10,
nilai VIF HRGT 2,565 < 10 maka ketiga variabel independen
tersebut tidak ada yang menunjukkan gejala multikolinearitas.
3. Hasil Uji Signifikansi
Sebelum menginterpretasikan hasil uji signifikansi, perlu
diketahui model regresi yang didapat dari pengolahan data yang telah
dilakukan. Model tersebut dapat diketahui melalui tabel di bawah ini.
68
Tabel 4. 6. Hasil Estimasi Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 211999.528 62987.785 3.366 .002
LSA .016 .056 .047 .292 .772
HRGK -51.699 23.212 -.500 -2.227 .034
HRGT 148.051 39.472 .891 3.751 .001
a. Dependent Variable: VLM
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan SPSS
Berdasarkan hasil regresi tersebut, model persamaan yang
didapat adalah sebagai berikut:
𝑉𝐿𝑀𝑖𝑡 = 211.999,528 + 0,016𝐿𝑆𝐴𝑖𝑡 − 51,699𝐻𝑅𝐺𝐾𝑖𝑡
+ 148,051𝐻𝑅𝐺𝑇𝑖𝑡 + 𝑒𝑖𝑡
Konstanta sebesar 211.999,528 menggambarkan nilai VLM apabila
variabel LSA, HRGK, dan HRGT bernilai nol.
Interpretasi variabel-variabel independen terhadap variabel
dependen ialah peningkatan LSA sebanyak 1 hektare akan menambah
VLM sebesar 0,016 ton. Apabila HRGK bertambah US$1 per ton, maka
mengurangi VLM sebesar 51,699 ton. Variabel terakhir adalah jika
HRGT meningkat US$1 per ton akan membuat VLM mengalami
peningkatan juga sebesar 148,05 ton.
69
a. Uji t-statistik
Dalam upaya mengetahui apakah variabel-variabel bebas
pada penelitian ini berpengaruh atau tidak terhadap variabel
terikatnya secara parsial, maka uji t-statistik dilakukan dengan
membandingkan hasil nilai Sig. dengan 0,05 sebagai nilai α.
Tabel 4. 7. Uji t-Statistik
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 211999.528 62987.785 3.366 .002
LSA .016 .056 .047 .292 .772
HRGK -51.699 23.212 -.500 -2.227 .034
HRGT 148.051 39.472 .891 3.751 .001
a. Dependent Variable: VLM
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan SPSS
1) Nilai Sig. variabel LSA sebesar 0,772 lebih besar dari 0,05
(0,711 > 0,05). H0 diterima dan H1 ditolak sehingga
dinyatakan tidak berpengaruh terhadap variabel VLM. Luas
areal biji kopi hijau Indonesia tidak memiliki pengaruh
positif dan signifikan secara parsial terhadap volume ekspor
biji kopi hijau Indonesia tahun 1990 – 2020.
70
2) Variabel HRGK memiliki nilai Sig. 0,034 lebih kecil dari
0,05 (0,034 < 0,05). H0 ditolak dan H1 diterima maka
variabel tersebut berpengaruh terhadap variabel VLM.
Harga ekspor biji kopi hijau Indonesia memiliki pengaruh
negatif dan signifikan secara parsial terhadap volume
ekspor biji kopi hijau Indonesia tahun 1990 – 2020.
3) Nilai Sig. variabel HRGT sebesar 0,001 lebih kecil dari
0,05 (0,001 < 0,05). H0 ditolak dan H1 diterima sehingga
dinyatakan berpengaruh terhadap variabel VLM. Harga
ekspor teh Indonesia memiliki pengaruh positif dan
signifikan secara parsial terhadap volume ekspor biji kopi
hijau Indonesia tahun 1990 – 2020.
b. Uji F-statistik
Selain menganalisis pengaruh secara individu (parsial),
dilakukan pula uji untuk mengetahui pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama.
71
Tabel 4. 8. Uji F-statistik
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 74290238720.000 3 24763412910.000 6.159 .002b
Residual 108554136800.000 27 4020523584.000
Total 182844375500.000 30
a. Dependent Variable: VLM
b. Predictors: (Constant), HRGT, LSA, HRGK
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan SPSS
Dari tabel hasil pengolahan data di atas menunjukkan
besaran nilai Sig. ialah 0,002 lebih kecil dari 0,05 (0,002 < 0,05).
Hal ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Hasilnya adalah luas
areal biji kopi hijau, harga ekspor biji kopi hijau, dan harga ekspor
teh memiliki pengaruh signifikan secara bersama-sama terhadap
volume ekspor biji kopi hijau Indonesia tahun 1990 – 2020.
c. Uji Koefisien Determinansi (Adjusted R2)
Tabel 4. 9. Koefisien Determinasi
Model Summary
Model R R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .637a .406 .340 63407.599
a. Predictors: (Constant), HRGT, LSA, HRGK
Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan SPSS
72
Pada Tabel 4.9 terlihat bahwa Adjusted R Square (Adjusted
R2) bernilai 0,340. Nilai tersebut menyatakan bahwa 34% dari
variabel volume ekspor biji kopi hijau Indonesia mampu
dijelaskan oleh variabel luas areal, harga ekspor, dan harga ekspor
teh. Sedangkan sisanya 66% dijelaskan oleh variabel lain di luar
penelitian ini.
Berdasarkan hasil pengamatan penulis, nilai uji koefisien
determinasi yang hanya mencapai sebesar 34% dapat disebabkan
oleh ketiga variabel independen pilihan penulis dalam melakukan
analisis determinan pada penelitian ini hanya seputar supply side,
karena keterbatasan data variabel lain yang dapat ditemukan
penulis. Lalu analisis tersebut menghasilkan variabel LSA tidak
signifikan dan variabel HRGK memiliki nilai Sig. mendekati
batas probabilitas 0,05. Hal-hal tersebut menjadi penyebab
dihasilkannya nilai Adjusted R2 cukup rendah, berarti bahwa
adanya variabel-variabel lain yang tidak termasuk dalam
penelitian ini mampu menjelaskan variabel VLM dengan lebih
baik.
C. Pembahasan
Berawal dari ketidakkonsistenan Indonesia dalam ekspor biji kopi
hijau, dibuktikan dengan data fluktuatif. Kemudian melalui penelitian ini,
penulis menganalisis mengenai ekspor biji kopi hijau dari dua hal, yaitu
73
menggunakan data nilai ekspor yang dihitung untuk menghasilkan sebuah
penjelasan tentang kemampuan Indonesia bersaing dalam memasarkan
produk tersebut. Di lain sisi, dilakukan pula regresi linier berganda metode
OLS dengan menggunakan data volume ekspor sebagai variabel Y yang
merupakan penyempurnaan penelitian ini agar lebih merinci.
1. Perkembangan Daya Saing
Pada dasarnya daya saing ekspor merupakan kemampuan negara
dalam menjual produk hasil masyarakatnya di pasar internasional atau
global serta mempertahankan tingkat pendapatan yang tinggi dan
berkelanjutan. Dari hasil hitung RCA, Indonesia termasuk memiliki
keunggulan komparatif, namun angkanya lebih kecil dibandingkan
negara-negara eksportir terbesar lainnya dan hanya mampu lebih baik
dari Meksiko. Bahkan Uganda dan Guatemala yang peringkat nilai
ekspornya berada di bawah Indonesia mampu memiliki keunggulan
lebih tinggi.
Berdasarkan penjelasan dari teori David Ricardo bahwa negara
yang tidak memiliki keunggulan kuantitas suatu komoditas tetap dapat
memiliki keunggulan komparatif. Hal ini terjadi pada Uganda dan
Guatemala dimana kedua negara tersebut memiliki nilai ekspor di
bawah Indonesia, namun setelah dianalisis memiliki nilai keunggulan
komparatif di atas Indonesia.
Uganda Coffee Development Authority (UCDA)
mengungkapkan bahwa kopi menyumbang sebagian besar pendapatan
74
ekspor Uganda, yaitu sebesar 15% dari total ekspor. Selain itu,
diperkirakan sekitar 1,7 juta rumah tangga di Uganda menanam kopi
dengan rata-rata ukuran areal kurang dari 1 hektare. Areal tersebut akan
turun-temurun diwariskan kepada generasi selanjutnya sehingga para
pemuda atau anak-anak di sana sudah dikenalkan terhadap cara
pengolahan kopi dengan baik agar siap melanjutkan produksi dari areal
yang dimiliki keluarganya. Hal ini membuat produksi kopi Uganda
akan berkembang dari tahun ke tahun, terutama dalam segi kualitas
karena pengalaman pengolahan dari generasi sebelumnya.
Berdasarkan pernyataan Asociación Nacional del Café
(ANACAFÉ) yang merupakan asosiasi kopi nasional Guatemala, areal
tanam kopi di Guatemala lebih banyak daerah dataran tinggi dengan
ketinggian 5.000 kaki. Oleh karena itu, jenis arabika mampu tumbuh
dengan baik. Telah dijelaskan dalam pembahasan sebelumnya bahwa
arabika sendiri memiliki harga lebih mahal karena perawatannya lebih
rumit dan kualitas lebih baik dibandingkan robusta. Guatemala sendiri
memiliki berbagai biji kopi hijau arabika yang khas, salah satunya
adalah Guatemala Antigua yang sudah memiliki pasar tersendiri,
terutama di Amerika Serikat.
Sejalan dengan penelitian (Purnamasari et al., 2014) yang
menyatakan bahwa hasil RCA Kolumbia, Brazil, dan Vietnam lebih
tinggi dibandingkan Indonesia karena ketiga negara tersebut sudah jelas
memiliki keunggulan dari total produksi biji kopi hijau setiap tahunnya.
75
Hal ini juga disebabkan karena hampir 90% ekspor Indonesia adalah
jenis robusta. Robusta sendiri mempunyai harga lebih murah sehingga
hasil nilai ekspor atau pendapatan negara ini menjadi lebih sedikit.
Belum tepatnya penanganan pasca panen dan masih banyaknya
penggunaan alat tradisional memicu kualitas biji kopi hijau menjadi
kalah saing dengan hasil negara lain. Selain itu, banyak perjanjian
perdagangan internasional terkadang membuat suatu negara harus lebih
ekstra dalam meningkatkan kinerja kompetisi ekspornya. Sistem kuota,
pasar tunggal, produk utama, tarif, dan sebagainya dapat menjadi
tantangan tersendiri dalam meningkatkan ekspor suatu komoditas.
Terlebih lagi dengan kondisi semua negara yang terkena dampak
pandemi virus corona membuat beberapa negara menurunkan
permintaannya karena keterbatasan biaya.
Hasil perhitungan ISP menunjukkan bahwa Indonesia termasuk
negara eksportir biji kopi hijau. Sesuai dengan penelitian (Parnadi &
Loisa, 2017), nilai positif di atas 0 dimiliki oleh Indonesia karena nilai
ekspor melebihi impornya. Namun, tahapannya tidak terus konsisten.
Di beberapa tahun mengalami penurunan atau berada di tahapan
kembali mengimpor. Hal tersebut disebabkan karena menurunnya nilai
ekspor yang dihasilkan pada tahun tersebut. Sedangkan nilai impor
sejauh ini hanya mencapai 10% dari total ekspor. Dari penjelasan
tersebut, Indonesia harus terus mendorong kebijakan promosi ekspor
76
guna meningkatkan daya saingnya dengan produk sejenis dari negara
lain.
Secara rata-rata hasil EPD menyatakan bahwa Indonesia berada
di kategori lost opportunity, berarti produk masih dinamis atau
berkembang namun kehilangan pangsa pasar. Seperti penelitian
(Rahardjo et al., 2020) yang memiliki hasil sama mengatakan bahwa
penyebab Indonesia kehilangan pangsa pasar dapat dilihat dari
penurunan produksi atau penurunan kualitas produksi tersebut.
Disebutkan pula dua cara efektif dalam mengatasinya, yaitu melalui
diversifikasi pasar dengan cara mencari pasar lain yang memiliki
peluang pasar lebih tinggi. Cara lainnya adalah diversifikasi produk
yaitu ekspansi tidak terbatas pada produk segar saja, namun juga dalam
bentuk olahan lainnya sehingga dapat menambah nilai barang tersebut.
Secara keseluruhan, daya saing biji kopi hijau Indonesia tahun
2019 – 2020 menunjukkan hasil tidak begitu baik. Mulai mengalami
penurunan daya saing dan ketertinggalan dengan negara-negara lain.
Oleh karena itu, perlu adanya perhatian khusus kembali terhadap
penjualan komoditas biji kopi hijau ini.
2. Luas Areal terhadap Volume Ekspor Biji Kopi Hijau Indonesia
Luas areal merupakan luas tanah yang ditaburi bibit kopi. Penulis
beranggapan bahwa semakin banyak lahan tanam, maka kuantitas
hasilnya juga semakin tinggi sehingga volume ekspor akan semakin
banyak. Dengan cuaca tropis dan banyaknya tanah subur Indonesia
77
memiliki kesempatan dalam memanfaatkannya guna menghasilkan
produk tersebut lebih baik.
Hasil analisis menunjukkan bahwa luas areal tidak berpengaruh
positif dan signifikan terhadap volume ekspor. Seberapa luas tanah
yang ditaburi bibit tidak menentukan berapa banyak volume ekspor. Ini
berarti tidak semua lahan menghasilkan buah kopi yang dapat diproses.
3. Harga Ekspor terhadap Volume Ekspor Biji Kopi Hijau Indonesia
Setiap penelitian menggunakan jenis harga berbeda sebagai
variabelnya. Harga produksi merupakan salah satunya, yaitu nilai
pertama dibayarkan ke petani. Lalu ada harga internasional ialah batas
atau acuan tingkat harga dalam menjual suatu produk ke pasar. Dalam
penelitian ini adalah harga ekspor dengan menggunakan harga FOB
yaitu nilai jual akhir barang tersebut sampai tiba di kapal pengantar.
Harga ekspor dapat juga disebut sebagai harga domestik, karena jika
dirinci setiap negara tujuan ekspor akan memiliki tingkat harga
berbeda.
Hasil penelitian ini adalah harga ekspor biji kopi hijau memiliki
pengaruh negatif dan signifikan terhadap volume ekspor biji kopi hijau.
Hasil tersebut sesuai dengan teori permintaan yang mengatakan bahwa
harga menjadi faktor penentu perubahan kuantitas permintaan suatu
produk. Didukung oleh penelitian (Ni Made et al., 2018) dengan harga
ekspor berpengaruh signifikan terhadap volume ekspor pada tingkat
probabilitas 5%.
78
4. Harga Ekspor Teh terhadap Volume Ekspor Biji Kopi Hijau Indonesia
Variabel ini dipilih oleh penulis sebagai hasil dari ungkapan teori
permintaan bahwa harga barang substitusi dapat menentukan jumlah
permintaan suatu barang. Berdasarkan fungsi yang sama sebagai bahan
utama pembuatan minuman atau bahkan makanan dan dengan
banyaknya buku-buku ekonomi, jurnal, serta sumber lainnya yang
menyebutkan teh dan kopi dapat saling menjadi barang pengganti,
penulis menggunakan harga ekspor teh tersebut sebagai salah satu
variabel X dalam penelitian ini.
Hipotesis yang menyatakan bahwa harga ekspor teh memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap volume ekspor biji kopi hijau
terbukti benar. Dapat dinyatakan bahwa barang substitusi dalam
penelitian ini dapat menjadi faktor penentu permintaan suatu produk.
Hasil tersebut didukung oleh hasil dari penelitian (Ginting & Kartiasih,
2019) yang telah diungkapkan pada sub bab latar belakang di atas, yaitu
ekspor kopi dipengaruhi oleh harga ekspor teh.
79
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan permasalahan pada nilai dan volume ekspor yang masih
berfluktuasi setiap tahunnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah
menganalisis bagaimana posisi daya saing menggunakan data nilai ekspor
Indonesia dalam memasarkan biji kopi hijau di pasar global melalui
perhitungan tiga cara analisis, yaitu RCA, ISP, dan EPD sehingga dapat
diketahui kondisi Indonesia secara lebih rinci.
Selain itu, dilakukan analisis variabel Luas Areal Biji Kopi Hijau
Indonesia, Harga Ekspor Biji Kopi Hijau Indonesia, dan Harga Ekspor Teh
Indonesia apakah berpengaruh atau tidak terhadap Volume Ekspor Biji Kopi
Hijau Indonesia tahun 1990 - 2020. Berikut merupakan simpulan yang
didapat dari penjabaran hasil penelitian dan pembahasan:
1. Rentang nilai RCA Indonesia adalah 3,67 – 7,26 lebih kecil
dibandingkan lima negara lainnya. Hasil rata-rata nilai ISP adalah 0,94
menyatakan negara ini sebagai eksportir biji kopi hijau, akan tetapi
beberapa kali mengalami penurunan kembali sehingga berada di Tahap
Kembali Mengimpor. Nilai EPD rata-rata berada di kategori atau
kuadran lost opportunity. Secara keseluruhan, daya saing Indonesia
dengan negara-negara yang terlibat dalam perdagangan intenasional
80
komoditas biji kopi hijau mengalami penurunan dalam rentang tahun
1990 – 2020.
2. Variabel Luas Areal Biji Kopi Hijau memiliki nilai koefisien positif
sebesar 0,016 dan Sig. 0,772. Dinyatakan tidak memiliki pengaruh
signifikan secara parsial terhadap variabel Volume Ekspor Biji Kopi
Hijau Indonesia tahun 1990 – 2020.
3. Secara parsial, variabel Harga Ekspor Biji Kopi Hijau Indonesia
memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap variabel Volume
Ekspor Biji Kopi Hijau Indonesia tahun 1990 – 2020 dengan nilai
koefisien sebesar -51,699 dan Sig. 0,034. Artinya, jika harga kopi
tersebut meningkat, masyarakat akan mengurangi konsumsinya
terhadap komoditas tersebut sehingga suatu negara akan mengurangi
permintaan terhadap ekspornya yang kemudian membuat volume
ekspor biji kopi hijau Indonesia menurun.
4. Secara parsial, variabel Harga Ekspor Teh Indonesia berpengaruh
positif dan signifikan terhadap variabel Volume Ekspor Biji Kopi Hijau
Indonesia tahun 1990 – 2020 dengan nilai koefisien sebesar 148.051
dan Sig. 0,001. Artinya, jika harga teh tersebut meningkat, para
konsumen teh akan beralih membeli biji kopi hijau sebagai barang
pengganti sehingga meningkatkan volume ekspor biji kopi hijau
Indonesia.
5. Variabel Luas Areal Biji Kopi Hijau Indonesia, Harga Ekspor Biji Kopi
Hijau Indonesia, dan Harga Ekspor Teh Indonesia secara bersama-sama
81
berpengaruh signifikan terhadap variabel Volume Ekspor Biji Kopi
Hijau Indonesia tahun 1990 – 2020 dengan nilai Sig. hasil dari Uji F-
statistik sebesar 0,002.
B. Saran
Dari hasil simpulan di atas, beberapa saran dimiliki oleh penulis, antara
lain sebagai berikut:
1. Bagi pemerintah diharapkan hasil penelitian dapat menjadi rujukan
dalam merumuskan kebijakan-kebijakan terkait perdagangan
internasional atau dapat mengadakan berbagai macam pelatihan dan
pengembangan dalam meningkatkan ekspor biji kopi hijau, baik dari
kuantitas maupun kualitasnya agar tetap dapat menjadi komoditas
unggulan dengan memanfaatkan semakin tingginya tingkat konsumsi
masyarakat terhadap kopi.
2. Bagi peneliti bisa dijadikan sebagai referensi atau acuan dalam
mengembangkan penelitian ini dengan menggunakan variabel-variabel
yang lebih bervariasi guna menggambarkan hal-hal yang
mempengaruhi atau menjadi penentu volume ekspor biji kopi hijau
Indonesia.
3. Bagi masyarakat sebagai pelaku yang terhubung langsung dengan
pengolahan biji kopi hijau agar dapat meningkatkan kemampuannya
dalam menghasilkan produk kopi yang memiliki nilai tambah melalui
82
pelatihan-pelatihan teknologi yang diadakan, sehingga bisa menambah
pangsa pasar dan pendapatan.
83
DAFTAR PUSTAKA
Asociación Nacional del Café (ANACAFÉ).
Badan Pusat Statistik (BPS).
Baroh, I., Hanani, N., Setiawan, B., & Koestiono, D. (2014). Indonesian Coffee
Competitiveness in The International Market: Review from The Demand Side.
International Journal of Agriculture Innovations and Research, 3(2), 2319–
1473.
Bas, M. (2012). Technology Adoption, Export Status, and Skill Upgrading: Theory
and Evidence. Review of International Economics, 20(2), 315–331.
https://doi.org/10.1111/j.1467-9396.2012.01024.x
Basuki, A. T., & Prawoto, N. (2016). Analisis Regresi dalam Penelitian Ekonomi
dan Bisnis: Dilengkapi Aplikasi SPSS dan EViews. Rajawali Press.
Bilas, V., & Bošnjak, M. (2015). Empirical Evidence on Heckscher-Ohlin Trade
Theorem: The Case of International Trade between Croatia and The Rest of
The European Union Member States. Zbornik Radova Ekonomskog Fakulteta
u Rijeci : Časopis Za Ekonomsku Teoriju i Praksu, 33(1), 103–124.
Direktorat Jenderal Perkebunan – Kementerian Pertanian Republik Indonesia
(DITJENBUN – KEMENTAN RI).
Fibrianto, K., & Ramanda, M. P. A. D. (2018). Perbedaan Ukuran Partikel dan
Teknik Penyeduhan Kopi terhadap Persepsi Multisensoris: Tinjauan Pustaka.
Jurnal Pangan Dan Agroindustri, 6(1), 12–16.
https://doi.org/10.21776/ub.jpa.2018.006.01.2
84
Food and Agriculture Organization of The United Nations (FAO).
Ghosh, P., & Venkatachalapathy, N. (2014). Processing and Drying of Coffee - A
Review. International Journal of Engineering Research & Technology, 3(12),
784–794.
Ginting, C. P., & Kartiasih, F. (2019). Analisis Ekspor Kopi Indonesia ke Negara-
Negara ASEAN. Jurnal Ilmiah Ekonomi Dan Bisnis, 16(2), 143–157.
https://doi.org/10.31849/jieb.v16i2.2922
Hasibuan, A. M., Nurmalina, R., & Wahyudi, A. (2012). Analisis Kinerja dan Daya
Saing Perdagangan Biji Kakao dan Produk Kakao Olahan Indonesia di Pasar
Internasional. Jurnal Tanaman Industri Dan Penyegar, 3(1), 57–70.
https://doi.org/10.21082/jtidp.v3n1.2012.p57-70
Hasoloan, J. (2013). Peranan Perdagangan Internasional dalam Produktifitas dan
Perekonomian. Jurnal Ilmiah Pend. Ekonomi, 1(2), 102–112.
International Coffee Organization (ICO).
Ismail, D., Masbar, R., Nur Syechalad, M., & Nasir, M. (2017). The Analysis of
Competitiveness and Export Demand of Acehnese Coffee in The International
Market. Journal of Economics and Sustainable Development, 8(8), 102–114.
Kasiram, M. (2008). Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. UIN - Maliki
Press.
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia (KEMENDAG RI).
Kotler, P., & Armstrong, G. (2017). Principles of Marketing. Pearson.
Kurniawan, P., & Kembar Sri Budhi, M. (2015). Pengantar Ekonomi Mikro dan
Makro. ANDI.
85
Mankiw, G. N. (2012). Pengantar Ekonomi Makro. Salemba Empat.
N. Gujarati, D., & C. Porter, D. (2009). Basic Econometrics. McGraw-Hill.
Ni Made, A. W. U., D, D. P., & Dewi, R. K. (2018). Analisis Daya Saing dan
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Kopi Indonesia di Pasar
Internasional. Jurnal Manajemen Agribisnis, 6(1), 8–15.
Nuraini, I. (2016). Pengantar Ekonomi Mikro. UMM Press.
Parnadi, F., & Loisa, R. (2017). Analisis Daya Saing Ekspor Kopi Indonesia di
Pasar Internasional. Jurnal Manajemen Bisnis Dan Kewirausahaan, 2(4), 52–
62.
Purnamasari, M., Hanani, N., & Huang, W.-C. (2014). Analisis Daya Saing Ekspor
Kopi Indonesia di Pasar Dunia. AGRISE, XIV(1).
Puspita, R., Hidayat, K., & Yulianto, E. (2015). Pengaruh Produksi Kakao
Domestik, Harga Kakao Internasional, dan Nilai Tukar terhadap Ekspor Kakao
Indonesia ke Amerika Serikat (Studi pada Ekspor Kakao Periode Tahun 2010-
2013). Jurnal Administrasi Bisnis S1 Universitas Brawijaya, 27(1), 86337.
Rahardjo, B., Akbar, B. M. B., Iskandar, Y., & Shalehah, A. (2020). Analysis and
Strategy for Improving Indonesian Coffee Competitiveness in The
International Market. BISMA (Bisnis Dan Manajemen), 12(2), 154.
https://doi.org/10.26740/bisma.v12n2.p154-167
Setiawan, H., & Ridho, S. L. Z. (2011). Perdagangan Internasional. Pustaka
Nusantara.
Stanton, W. J. (2004). Prinsip Pemasaran. Erlangga.
Sudjana. (2018). Implikasi Perlindungan Indikasi Geografis berdasarkan Undang-
86
Undang Nomor 20 Tahun 2016 terhadap Pengembangan Ekonomi Lokal.
Veritas et Justitia, 4(1), 30–58. https://doi.org/10.25123/vej.2915
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif. Alfabeta.
Sujarwo. (2019). Ekonomi Produksi: Teori dan Aplikasi. UB Press.
Sunarharum, W. B., Fibrianto, K., Yuwono, S. S., & Nur, M. (2019). Sains Kopi
Indonesia. UB Press.
Supardi, E. (2019). Ekspor Impor: Teori dan Praktikum Kegiatan Ekspor Impor
untuk Praktisi Logistik dan Bisnis. Deepublish.
Tampubolon, J. (2020). Perdagangan dan Bisnis Internasional: Teori dan Analisis
Empiris. Deepublish.
Uganda Coffee Development Authority (UCDA).
United Nations (UN).
Widaningsih, R. (2020). Buku Outlook Komoditas Perkebunan Kopi (A. A. Susanti
& R. K. Putra (eds.)). Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat
Jenderal - Kementerian Pertanian.
Winarno, W. W. (2011). Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan EViews. UPP
STIM YKPN.
World Bank.
Zuhdi, F., & Suharno. (2016). Analisis Daya Saing Ekspor Kopi Indonesia dan
Vietnam di Pasar ASEAN 5. Habitat, 26(3), 152–162.
file:///C:/Users/Adilla/Downloads/208-667-2-PB.pdf
87
LAMPIRAN
Lampiran 1: Data Penelitian (Analisis Daya Saing)
Tahun
Nilai Ekspor
Biji Kopi
Hijau
Indonesia
(Ribu USD)
Total Nilai
Ekspor
Indonesia
(Ribu USD)
Nilai Ekspor
Biji Kopi
Hijau Dunia
(Ribu USD)
Total Nilai
Ekspor Dunia
(Ribu USD)
Nilai Impor
Biji Kopi
Hijau
Indonesia
(Ribu USD)
1990 376.615 50.386.206 7.004.524 6.803.937.494 93
1991 371.345 60.403.116 6.627.766 6.996.949.954 621
1992 236.224 69.260.871 5.359.040 7.190.131.556 833
1993 341.007 73.838.134 5.786.884 7.476.900.737 868
1994 744.682 81.178.522 10.782.829 8.131.942.185 1.142
1995 605.655 87.446.456 12.286.744 8.858.951.873 1.120
1996 594.913 94.057.425 10.408.663 9.419.277.698 461
1997 510.694 101.393.879 13.208.964 10.268.882.678 13.731
1998 581.058 112.732.934 11.959.867 10.724.784.495 4.049
1999 459.139 76.878.246 9.786.470 11.222.467.440 3.090
2000 312.221 97.239.387 8.460.087 12.550.474.815 10.665
2001 182.900 97.866.561 5.435.203 12.616.985.859 4.650
2002 218.906 96.675.593 5.086.706 12.984.976.545 3.699
2003 251.250 102.366.286 5.710.124 13.559.669.896 3.758
2004 283.328 116.214.736 7.162.231 14.928.833.110 4.697
2005 498.372 135.507.909 9.733.251 15.976.946.362 2.055
88
2006 583.513 148.253.140 11.439.208 17.358.006.765 7.666
2007 634.155 160.918.376 13.596.997 18.481.239.907 72.708
2008 989.401 176.259.466 16.587.722 19.010.981.940 12.738
2009 822.313 159.179.680 14.366.572 17.086.666.438 22.208
2010 812.533 183.480.564 17.929.507 19.041.726.052 32.240
2011 1.034.815 210.580.495 27.145.582 20.288.377.038 45.519
2012 1.244.147 213.968.206 24.052.109 20.855.464.020 113.009
2013 1.166.244 222.884.170 18.950.740 21.443.381.535 34.278
2014 1.030.807 225.279.372 21.731.997 22.225.008.108 41.287
2015 1.189.725 220.502.909 20.486.705 23.018.774.362 27.440
2016 1.001.068 216.841.439 19.660.367 23.664.413.341 44.173
2017 1.175.755 236.134.455 21.074.099 24.881.726.095 26.801
2018 809.140 251.593.056 18.780.153 25.922.244.950 147.151
2019 872.727 249.396.218 18.198.838 26.229.059.716 5.573
2020 900.719 256.436.481 18.763.097 26.787.420.979 59.582
Lampiran 2: Data Penelitian (Analisis Determinan)
Tahun
Volume
Ekspor Biji
Kopi Hijau
Indonesia
(Ton)
Luas Areal
Biji Kopi
Hijau
Indonesia
(Hektare)
Harga Ekspor
Biji Kopi
Hijau
Indonesia
(USD/Ton)
Harga Ekspor
Teh Indonesia
(USD/Ton)
1990 421.627 746.759 893 1.631
1991 380.122 760.308 977 1.299
89
1992 269.176 793.000 878 1.161
1993 348.984 810.000 977 1.256
1994 288.958 797.000 2.577 1.133
1995 230.066 846.078 2.633 1.107
1996 366.473 836.621 1.623 1.106
1997 312.960 831.782 1.632 1.329
1998 356.904 844.172 1.628 1.684
1999 351.047 900.000 1.308 993
2000 337.600 1.260.687 925 1.062
2001 249.202 1.313.383 734 1.002
2002 322.758 1.372.184 678 1.032
2003 321.180 1.381.730 782 1.087
2004 339.880 1.303.943 834 1.177
2005 443.366 1.255.272 1.124 1.188
2006 411.721 1.308.732 1.417 1.411
2007 320.600 1.295.912 1.978 1.513
2008 468.019 1.295.111 2.114 1.652
2009 510.189 1.266.235 1.612 1.859
2010 432.781 1.268.476 1.877 2.050
2011 346.092 1.293.000 2.990 2.210
2012 447.064 1.233.900 2.783 2.237
2013 532.157 1.241.700 2.192 2.223
2014 382.774 1.230.500 2.693 2.027
2015 499.651 1.230.001 2.381 2.036
90
2016 412.529 1.228.512 2.427 2.204
2017 485.931 1.238.598 2.420 2.163
2018 277.475 1.252.825 2.916 2.211
2019 330.953 1.258.032 2.637 2.304
2020 402.078 1.277.468 2.240 1.884
Lampiran 3: Hasil Hitung RCA
Tahun
Negara
Brazil Kolumbia Vietnam Indonesia Guatemala Meksiko Uganda
1990 16,69 77,30 22,68 7,26 57,23 3,34 370,99
1991 20,49 70,89 15,65 6,49 60,53 3,95 357,62
1992 15,69 80,45 19,14 4,58 61,02 3,46 319,08
1993 14,85 66,16 20,49 5,97 59,34 3,19 359,99
1994 17,35 67,31 30,47 6,92 39,87 2,57 282,74
1995 15,04 57,28 44,11 4,99 57,39 3,96 425,70
1996 16,54 56,31 31,46 5,72 58,05 4,18 450,15
1997 20,44 67,18 27,60 3,92 57,56 4,03 225,13
1998 19,08 60,45 31,93 4,62 64,53 3,32 291,66
1999 22,09 51,07 32,70 6,85 75,54 3,58 287,68
2000 17,70 50,26 29,84 4,76 96,36 4,34 199,91
2001 19,64 54,97 31,21 4,34 83,70 2,53 102,48
2002 20,08 62,95 25,61 5,78 78,06 2,14 181,98
2003 18,33 56,67 31,11 5,83 83,49 1,86 61,95
2004 18,88 53,62 27,64 5,08 74,19 1,64 149,12
91
2005 19,50 59,90 21,18 6,04 84,46 1,36 142,17
2006 20,01 50,18 29,13 5,97 74,48 1,65 133,80
2007 19,48 49,55 36,43 5,36 75,90 1,65 128,45
2008 20,00 45,12 29,87 6,43 71,78 1,36 94,92
2009 20,83 40,24 26,42 6,14 68,90 1,66 78,90
2010 22,93 42,86 23,55 4,70 71,07 1,22 77,80
2011 23,77 37,30 22,25 3,67 72,30 1,47 88,45
2012 19,58 30,22 28,59 5,04 74,30 1,74 72,49
2013 20,10 37,14 22,97 5,92 67,84 1,44 101,28
2014 24,33 44,21 24,10 4,68 53,51 1,06 88,22
2015 23,01 48,86 17,11 6,06 56,81 0,96 97,49
2016 21,31 50,16 20,26 5,56 58,31 0,83 93,84
2017 18,92 49,92 17,33 5,88 64,82 1,03 102,45
2018 20,16 52,20 16,51 4,44 69,12 1,06 86,07
2019 22,67 53,31 12,30 5,04 70,52 0,90 69,03
2020 22,49 50,77 14,32 5,01 69,33 0,93 74,41
Lampiran 4: Hasil Hitung ISP
Tahun Nilai ISP
1990 1,00
1991 1,00
1992 0,99
1993 0,99
1994 1,00
92
1995 1,00
1996 1,00
1997 0,95
1998 0,99
1999 0,99
2000 0,93
2001 0,95
2002 0,97
2003 0,97
2004 0,97
2005 0,99
2006 0,97
2007 0,79
2008 0,97
2009 0,95
2010 0,92
2011 0,92
2012 0,83
2013 0,94
2014 0,92
2015 0,95
2016 0,92
2017 0,96
2018 0,69
93
2019 0,99
2020 0,88
Rata-rata 0,94
Lampiran 5: Hasil Hitung EPD
Tahun
Nilai EPD
Sumbu X Sumbu Y Kategori
1990 -0,0000090060 -0,0000121660 Retreat
1991 0,0000729448 0,0000395913 Rising Star
1992 -0,0003854563 0,0000322577 Lost Opportunity
1993 0,0004789688 0,0000078301 Rising Star
1994 0,0003269120 0,0000034572 Rising Star
1995 -0,0006376926 -0,0000036033 Retreat
1996 0,0002536192 0,0000036987 Rising Star
1997 -0,0005965445 -0,0000036043 Retreat
1998 0,0003200420 0,0000205660 Rising Star
1999 -0,0000538159 -0,0001180985 Retreat
2000 -0,0003229198 0,0000289509 Lost Opportunity
2001 -0,0001049735 0,0000002860 Lost Opportunity
2002 0,0003027073 -0,0000100498 Falling Star
2003 0,0000311572 0,0000033591 Rising Star
2004 -0,0001432959 0,0000075891 Lost Opportunity
2005 0,0003756262 0,0000224801 Rising Star
2006 -0,0000062298 0,0000019175 Lost Opportunity
94
2007 -0,0001409861 0,0000053617 Lost Opportunity
2008 0,0004195885 0,0000182044 Rising Star
2009 -0,0000776983 0,0000014375 Lost Opportunity
2010 -0,0003845077 0,0000103127 Lost Opportunity
2011 -0,0002321698 0,0000239889 Lost Opportunity
2012 0,0004389101 -0,0000038642 Falling Star
2013 0,0003165699 0,0000043388 Rising Star
2014 -0,0004551009 -0,0000083154 Retreat
2015 0,0003432368 -0,0000179689 Falling Star
2016 -0,0002308050 -0,0000134218 Retreat
2017 0,0001572064 0,0000105513 Rising Star
2018 -0,0004098912 0,0000069486 Lost Opportunity
2019 0,0001571048 -0,0000063641 Falling Star
2020 0,0000016037 0,0000020847 Rising Star
Rata-rata -0,0000062870 0,0000018631 Lost Opportunity
95
Lampiran 6: Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 31
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 60153.72994000
Most Extreme
Differences
Absolute .122
Positive .079
Negative -.122
Test Statistic .122
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
96
Lampiran 7: Uji Heteroskedastisitas
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -12663.457 35620.258 -.356 .725
Luas Areal Kopi .039 .032 .240 1.214 .235
Harga Ekspor Kopi 6.804 13.127 .143 .518 .608
Harga Ekspor Teh 2.716 22.322 .035 .122 .904
a. Dependent Variable: Abs_RES
97
Lampiran 8: Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-
Watson
1 .637a .406 .340 63407.599 1.876
a. Predictors: (Constant), Harga Ekspor Teh, Luas Areal Kopi, Harga Ekspor Kopi
b. Dependent Variable: Volume Ekspor Kopi
98
Lampiran 9: Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 211999.528 62987.785 3.366 .002
Luas Areal Kopi .016 .056 .047 .292 .772 .847 1.181
Harga Ekspor Kopi -51.699 23.212 -.500 -2.227 .034 .436 2.295
Harga Ekspor Teh 148.051 39.472 .891 3.751 .001 .390 2.565
a. Dependent Variable: Volume Ekspor Kopi
99
Lampiran 10: Uji t-statistik
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 211999.528 62987.785 3.366 .002
Luas Areal Kopi .016 .056 .047 .292 .772
Harga Ekspor Kopi -51.699 23.212 -.500 -2.227 .034
Harga Ekspor Teh 148.051 39.472 .891 3.751 .001
a. Dependent Variable: Volume Ekspor Kopi
100
Lampiran 11: Uji F-statistik
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 74290238720.000 3 24763412910.000 6.159 .002b
Residual 108554136800.000 27 4020523584.000
Total 182844375500.000 30
a. Dependent Variable: Volume Ekspor Kopi
b. Predictors: (Constant), Harga Ekspor Teh, Luas Areal Kopi, Harga Ekspor Kopi
Lampiran 12: Uji Koefisien Determinansi (Adjusted R2)
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 .637a .406 .340 63407.599
a. Predictors: (Constant), Harga Ekspor Teh, Luas Areal Kopi, Harga Ekspor Kopi
top related