analisis deiksis dalam novel emprit abuntut bedhug …
Post on 01-Feb-2022
9 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
ANALISIS DEIKSIS DALAM NOVEL
EMPRIT ABUNTUT BEDHUG
KARYA SUPARTO BRATA
SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
Gumilang Laksana
NIM 112160412
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA JAWA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2014
ii
iii
iv
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama mahasiswa : Gumilang Laksana
NIM : 112160412
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa
Judul Skripsi : Analisis Deiksis dalam Novel Emprit
Abuntut Bedhug karya Suparto Brata
menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil
karya sendiri dan bukan plagiat orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya.
Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau
dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Apabila terbukti/dapat dibuktikan bahwa skripsi ini adalah hasil plagiat,
saya bersedia bertanggung jawab secara hukum yang diperkarakan oleh
Universitas Muhammadiyah Purworejo.
Purworejo, 24 Maret 2014
Yang membuat pernyataan,
Gumilang Laksana
NIM 112160412
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt.
Yang telah melimpahkan nikmat dan kasih sayang-Nya kepada penulis dalam
proses penyusunan skripsi ini. Berkat petunjuk dan pertolongan-Nya, penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa halangan yang berarti.
Skripsi ini disusun dalam rangka penyelesaian studi Strata I Program
Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Purworejo. Penulis menyadari bahwa
penyusunan skripsi ini dapat berhasil berkat dukungan dan bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis merasa berkewajiban menyampaikan ucapan
terima kasih kepada beberapa pihak di bawah ini.
1. Drs. H. Supriyono, M.Pd. selaku Rektor Universitas Muhammadiyah
Purworejo.
2. Drs. H. Hartono, MM. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Purworejo.
3. Yuli Widiyono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa
dan Sastra Jawa.
4. Rochimansyah, M.Pd. selaku pembimbing I.
5. Herlina Setyowati, M.Pd. selaku pembimbing II.
6. Semua Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa di
Universitas Muhammadiyah Purworejo.
7. Berbagai pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu, yang
telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
vi
Penulis berharap skripsi ini dapat memberi manfaat untuk pembaca pada
umumnya, dan khususnya Program Studi Bahasa dan Sastra Jawa sebagai
pengembangan dan pengkajian analisis deiksis dalam bentuk novel. Selain itu,
kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk perbaikan penelitian
ini.
Purworejo, 24 Maret 2014
Gumilang Laksana
NIM 112160412
vii
MOTO DAN PERSEMBAHAN
MOTO
1. “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Q.S.
Al-Baqarah: 153)
2. Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya, yang boleh
direbut oleh manusia ialah menundukan diri sendiri. (Ibu Kartini)
PERSEMBAHAN
Tak henti-hentinya penulis berucap syukur
pada Mu Rabb, atas segala karunia yang Engkau
selipkan dalam perjalanan hidupku. Terima kasih
untuk setiap curahan doa dukungan, semangat dan
kasih sayang yang tak terbatas dan hanya kepada
insan mulia berikut ini ku persembahkan karya
kecil ini:
1. Kepada kedua orang tuaku Bapak Kuat
Handoko dan Ibu Suharyati tercinta, terima
kasih atas kasih sayang dan cintamu, aku
yakin aku ada dalam setiap nafas dan doa-
doamu.
2. Adik-adikku Didik Eko SA, Rizal Dewanto
dan Mutiara Aulia KW terima kasih telah
memberikan motivasi.
3. Teman tersayang dan terbaikku Ari
Kurniawati, Andi, Akbar, Avan, Dimas,
Ilham, Agus, Aji, Anggit yang selalu
memberikan motivasi dalam penyelesaian
skripsi.
4. Teman-teman angkatan 2009 khususnya PBSJ
kelas B yang selama 4 tahun telah bersama-
sama terima kasih atas dukungan dan
semangatnya.
viii
ABSTRAK
Gumilang Laksana. “Analisis Deiksis dalam Novel Emprit Abuntut Bedhug
Karya Suparto Brata”. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bahasa
dan sastra Jawa. Universitas Muhammadiyah Purworejo. 2014.
Penelitian ini bertujuan: (1) mendeskripsikan bentuk deiksis dalam novel
Emprit Abuntut Bedhug karya Suparto Brata, (2) mendeskripsikan fungsi deiksis
dalam novel Emprit Abuntut Bedhug karya Suparto Brata.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Data dalam
penelitian ini berupa kutipan-kutipan kalimat percakapan yang terdapat dalam
novel Emprit Abuntut Bedhug karya Suparto Brata. Sumber data adalah novel
Emprit Abuntut Bedhug karya Suparto Brata. Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini digunakan teknik pustaka, teknik simak dan teknik catat. Instrumen
penelitian adalah peneliti dan nota pencatat. Teknik analisis data digunakan
teknik analisis isi, dan dalam penyajian hasil analisis peneliti menggunakan teknik
informal.
Hasil analisis deiksis dalam novel Emprit Abuntut Bedhug karya Suparto
Brata adalah ditemukanya jenis deiksis persona, deiksis temporal, dan deiksis
lokatif. Jenis deiksis persona adalah deiksis persona pertama tunggal (aku, -ku,
dak-, kula), deiksis persona pertama jamak (awake dhewe, kita), deiksis persona
kedua tunggal (kowe, -mu, panjenengan, sampean, kok-), dan deiksis persona
ketiga tunggal (dheweke, piyambakipun). Wujud deiksis temporal adalah deiksis
temporal „samenika‟, deiksis temporal „saiki‟, deiksis temporal „mengko‟, deiksis
temporal „mangke‟, deiksis temporal „mau‟, dan deiksis temporal „wingi‟.
Sedangkan wujud deiksis lokatif adalah deiksis lokatif „kono‟, deiksis lokatif
„kana‟, deiksis lokatif „mriki‟, deikisi lokatif „mriku‟ dan deiksis lokatif „ngrika‟.
Kata kunci: deiksis; novel.
ix
ABSTRAK
Gumilang Laksana. “Analisis Deiksis dalam Novel Emprit Abuntut Bedhug
Karya Suparto Brata”. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bahasa
dan sastra Jawa. Universitas Muhammadiyah Purworejo. 2014.
Panaliten punika ancasipun: (1) ngandharaken wujud deiksis ing salebeting
novel Emprit Abuntut Bedhug anggitanipun Suparto Brata, (2) ngandharaken
fungsi deiksis ing salebeting novel Emprit Abuntut Bedhug anggitanipun Suparto
Brata.
Jinis panaliten inggih punika deskriptif kualitatif. Data wonten panaliten
punika arupi kutipan-kutipan kalimat percakapan wonten novel Emprit Abuntut
Bedhug anggitanipun Suparto Brata. Sumber data inggih punika novel Emprit
Abuntut Bedhug anggitanipun Suparto Brata. Anggenipun ngempalaken data
migunakaken teknik pustaka, teknik simak lan teknik cathet. Instrumen panaliten
inggih punika panaliti lan nota cathetan. Teknik analisis data migunakaken teknik
analisis isi, lan anggenipun nyamektakaken asil dipun ginakaken metode informal.
Asil analisis deiksis ing salebeting novel Emprit Abuntut Bedhug
anggitanipun Suparto Brata inggih punika dipunmangertosi jinis deiksis persona,
deiksis temporal, deiksis lokatif lan fungsi deiksis. Wujudipun lan fungsi deiksis
inggih punika deiksis persona pertama tunggal (aku, -ku, dak-, kula), deiksis
persona pertama jamak (awake dhewe, kita), deiksis persona kedua tunggal
(kowe, -mu, panjenengan, sampean, kok-), lan deiksis persona ketiga tunggal
(dheweke, piyambakipun). Wujudipun deiksis temporal inggih punika deiksis
temporal „samenika‟, deiksis temporal „saiki‟, deiksis temporal „mengko‟, deiksis
temporal „mangke‟, deiksis temporal „mau‟, lan deiksis temporal „wingi‟. Dene
wujudipun deiksis lokatif inggih punika deiksis lokatif „kono‟, deiksis lokatif
„kana‟, deiksis lokatif „mriki‟, deikisi lokatif „mriku‟ lan deiksis lokatif „ngrika‟.
Tembung wos: deiksis; novel
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii
PERNYATAAN ................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................ v
MOTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................ vii
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
ABSTRAK .......................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ....................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................... 3
C. Batasan Masalah ......................................................................... 4
D. Rumusan Masalah ...................................................................... 4
E. Tujuan Penelitian ......................................................................... 4
F. Manfaat Penelitian ....................................................................... 5
1. Manfaat Teoretis ..................................................................... 5
2. Manfaat Praktis ....................................................................... 5
G. Sistematika Skripsi ...................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORITIS ......................... 7
A. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 7
B. Kajian Teoretis ............................................................................ 10
1. Pragmatik ................................................................................ 10
2. Ruang Lingkup Pragmatik ...................................................... 13
a. Deiksis ................................................................................ 13
b. Tindak Ujar ....................................................................... 13
c. Praanggapan (presupposition) ........................................... 14
d. Implikatur Percakapan (conversational implicature) ........ 14
3. Hakikat Deiksis ....................................................................... 15
a. Pengertian Deiksis ............................................................ 15
b. Macam-macam Deiksis ..................................................... 16
c. Fungsi Deiksis .................................................................... 19
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 20
A. Jenis Penelitian ............................................................................ 20
B. Sumber Data dan Data ................................................................. 20
C. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 21
D. Instrumen Penelitian Data ........................................................... 22
xi
E. Teknik Analisis Data ................................................................... 23
F. Metode Penyajian Data................................................................ 24
BAB IV PENYAJIAN DATA DAN HASIL ANALISIS PENELITIAN ........ 25
A. Penyajian Data ............................................................................. 25
1. Deiksis Persona ....................................................................... 25
2. Deiksis Temporal .................................................................... 27
3. Deiksis Lokatif ........................................................................ 27
B. Pembahasan Data......................................................................... 28
1. Deiksis Persona ....................................................................... 28
a. Deiksis Persona Pertama Tunggal “aku” ........................... 28
b. Deiksis Persona Pertama Tunggal “-ku” ........................... 52
c. Deiksis Persona Pertama Tunggal “dak-“ ......................... 56
d. Deiksis Persona Pertama Tunggal “kula” ......................... 62
e. Deiksis Persona Pertama Jamak “awake dhewe” .............. 70
f. Deiksis Persona Pertama Jamak “kita” ............................. 71
g. Deiksis Persona Kedua Tunggal “kowe”........................... 72
h. Deiksis Persona Kedua Tunggal “-mu”............................. 81
i. Deiksis Persona Kedua Tunggal “panjenengan” .............. 89
j. Deiksis Persona Kedua Tunggal “sampeyan” ................... 92
k. Deiksis Persoan Kedua Tunggal “kok-“ ............................ 94
l. Deiksis Persona Ketiga Tunggal “dheweke” ..................... 95
m. Deiksis Persona Ketiga Tunggal “piyambakipun” ........... 97
2. Deiksis Temporal..................................................................... 99
a. Deiksis Temporal “samenika”........................................... 99
b. Deiksis Temporal “saiki” .................................................. 101
c. Deiksis Temporal “mengko” ............................................. 105
d. Deiksis Temporal “mangke” ............................................. 108
e. Deiksis Temporal “mau” ................................................... 108
f. Deiksis Temporal “wingi” ................................................. 112
3. Deiksis Lokatif ........................................................................ 114
a. Deiksis Lokatif “kono” ...................................................... 114
b. Deiksis Lokatif “mriki” ..................................................... 115
c. Deiksis Lokatif “mriku” .................................................... 116
d. Deiksis Lokatif “kana” ...................................................... 117
e. Deiksis Lokatif “ngrika” ................................................... 117
4. Fungsi Deiksis ........................................................................ 118
BAB V PENUTUP ......................................................................................... 134
A. Simpulan ...................................................................................... 134
B. Saran ............................................................................................ 135
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 136
LAMPIRAN ....................................................................................................... 138
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1: Sajian Data Deiksis Persona dalam Novel Emprit Abuntut Bedhug karya
Suparto Brata ..................................................................................... 25
Tabel 2: Sajian Data Deiksis Temporal dalam Novel Emprit Abuntut Bedhug
karya Suparto Brata ........................................................................... 27
Tabel 3: Sajian Data Deiksis Lokatif dalam Novel Emprit Abuntut Bedhug karya
Suparto Brata ..................................................................................... 28
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Sinopsis novel Emprit Abuntut Bedhug ......................................... 139
Lampiran 2. Biografi Pengarang ........................................................................ 141
Lampiran 3. Kutipan ........................................................................................... 143
Lampiran 4. Surat Penetapan Dosen Pembimbing Skripsi ................................ 194
Lampiran 5. Kartu Bimbingan Skripsi .............................................................. 195
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Karya sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang
objeknya adalah manusia dan kehidupannya menggunakan bahasa sebagai
medianya. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan suatu kecakapan
dalam menggunakan bahasa yang berbentuk dan bernilai sastra. Berkaitan
dengan maksud tersebut, sastra selalu bersinggungan dengan pengalaman
manusia yang lebih luas daripada yang bersifat estetik saja. Sastra selalu
melibatkan pikiran pada kehidupan sosial, moral, psikologi, dan agama.
Berbagai segi kehidupan dapat diungkapkan dalam karya sastra. Sastra dapat
memberikan kesenangan atau kenikmatan kepada pembacanya. Seringkali
dengan membaca sastra muncul ketegangan–ketegangan (suspense). Dalam
ketegangan itulah diperoleh kenikmatan estetis yang aktif. Adakalanya dengan
membaca sastra kita terlibat secara total dengan apa yang dikisahkan.
Manusia diciptakan sebagai makhluk Tuhan yang dibekali dengan akal
untuk berpikir. Kemampuan berpikir tersebut dilengkapi dengan kemampuan
berbahasa untuk mengungkapkan ide, gagasan dan pikiran. Kemampuan
berbahasa tersebut sebagai refleksi kebutuhan manusia akan perlunya
berinteraksi dengan yang lain. Manusia memiliki potensi atau bekal kodrati
untuk menguasai bahasa yang dominan di lingkungannya. Menurut Chaer dan
Agustina (2010:11) bahasa adalah sistem, artinya, bahasa itu dibentuk oleh
sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan.
1
2
Deiksis selalu hadir baik dalam komunikasi sehari-hari maupun dalam
suatu teks atau bacaan. Deiksis merupakan kata-kata yang bersifat menunjuk
pada hal tertentu, baik orang atau benda, tempat maupun waktu.. Deiksis
digunakan untuk mengetahui siapa penuturnya, siapa atau apa yang dimaksud
dalam tuturan tersebut, dan kapan waktu dalam tuturan itu terjadi. Hal ini
disebut juga dengan konteks kalimat. Dengan kata lain, deiksis juga terikat
dengan konteksnya untuk menentukan mengacu ke manakah rujukannya
tersebut. Sifat rujukan digunakan untuk mengetahui arah rujukan yang
dituturkan oleh penutur. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai deiksis dan
sifat rujukannya, maka penulis mengambil data mengenai jenis-jenis deiksis
dan fungsi deiksis dari cerita yang terdapat pada novel Emprit Abuntut Bedhug
karya Suparto Brata. Di dalam karya sastra terdapat kesulitan untuk melakukan
suatu komunikasi menggunakan bahasa tertentu apabila tidak terdapat sistem
referensi atau deiksis. Dalam ungkapan deiksis mempunyai peranan penting,
sehingga lawan bicara dapat memahami ungkapan tersebut, yang antara lain
melalui konteks. Setiap konteks lisan maupun tulisan memiliki latar belakang,
tujuan pembicaran dan tempatnya.
Emprit Abuntut Bedhug merupakan salah satu novel Karya Suparto Brata.
Novel ini disusun dengan indah menggunakan bahasa Jawa. Novel Emprit
Abuntut Bedhug karya Suparto Brata banyak menggunakan kata penunjuk
(deiksis). Banyaknya deiksis yang digunakan Suparto Brata dalam
menceritakan isi novel, menjadikan novel tersebut dapat dianalisis dengan
pendekatan bahasa, khususnya tentang deiksis. Analisis deiksis di novel
3
tersebut berpusat di aspek deiksis persona, deiksis lokatif, deiksis temporal.
Aspek tersebut berguna sekali untuk memudahkan pembaca dalam memahami
isi novel.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti sangat tertarik untuk menganalisis
novel Emprit Abuntut Bedhug karya Suparto Brata secara deiksis. Alasan yang
melatarbelakangi penelitian ini adalah banyak makna deiksis yang belum
diungkapkan dengan sebenarnya, sehingga banyak pembaca mengalami
kesulitan untuk memahami deiksis dalam novel tersebut. Oleh sebab itu,
dalam penelitian ini dipilih judul “Analisis Deiksis dalam Novel Emprit
Abuntut Bedhug karya Suparto Brata”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat
mengidentifikasi masalah yang ada sebagai berikut :
1. banyak orang yang tidak memahami deiksis dalam novel Emprit Abuntut
Bedhug karya Suparto Brata.
2. kurangnya pemahaman para pembaca terhadap deiksis dalam novel Emprit
Abuntut Bedhug yang disebabkan karena beberapa faktor, misalnya tingkat
pandidikan, ketajaman berpikir, kurangnya pengetahuan dan lain-lain.
3. di dalam novel Emprit Abuntut Bedhug Karya Suparto Brata, banyak
terdapat makna deiksis yang belum diungkapkan sehingga perlu dikaji untuk
memudahkan pembaca dalam memahami novel tersebut.
4
4. kurangnya ilmu dan pengetahuan kepada peneliti dalam memahami karya
sastra khususnya keperluan kebahasaan dalam bentuk deiksis dalam novel
Emprit Abuntut Bhedug Karya Suparto Brata.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penelitian ini dibatasi pada
masalah berikut ini.
1. Bagaimana bentuk deiksis dalam novel Emprit Abuntut Bedhug karya
Suparto Brata.
2. Bagaimana fungsi deiksis dalam novel Emprit Abuntut Bedhug karya
Suparto Brata.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang peneliti rumuskan dalam
penelitian ini yaitu:
1. bagaimana bentuk deiksis dalam novel Emprit Abuntut Bedhug karya
Suparto Brata?
2. bagaimana fungsi deiksis dalam novel Emprit Abuntut Bedhug karya
Suparto Brata?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah:
5
1. mendeskripsikan bentuk deiksis dalam novel Emprit Abuntut Bedhug karya
Suparto Brata;
2. mendeskripsikan fungsi deiksis dalam novel Emprit Abuntut Bedhug karya
Suparto Brata.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat secara teoretis
Penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah khazanah kajian tentang
bahasa, terutama di bidang pragmatik khususnya di bagian deiksis.
2. Manfaat secara praktis
a. Penelitian ini dapat memberikan wawasan tambahan kepada mahasiswa
bahasa Jawa.
b. Penelitian ini dapat memberikan referensi kepada peneliti lain yang akan
melakukan penelitian di bidang deiksis.
c. Penelitian ini dapat memberikan ilmu dan pengetahuan kepada peneliti
dalam memahami karya sastra khususnya keperluan kebahasaan dalam
bentuk deiksis dalam novel Emprit Abuntut Bedhug karya Suparto Brata.
G. Sistematika Skripsi
Sistematika skripsi merupakan suatu gambaran dalam penulisan
skripsi. Dalam penyusunan skripsi ini ada lima bab yang masing-masing
mencangkup beberapa sub bab, yaitu:
6
Bab I Pendahuluan, berisi tujuh sub bab, yaitu (a) latar belakang,
(b) identifikasi masalah, (c) pembatasan masalah, (d) rumusan masalah (e)
tujuan penelitian (f) manfaat penelitian (g) sistematika skripsi.
Bab II landasan teori, berisi dua sub bab, yaitu (a) tinjauan pustaka,
dan (b) kajian teori. Dalam bab ini, berisi uraian tentang kajian terdahulu
dan teori-teori yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian.
Bab III metode penelitian, berisi enam sub bab, yaitu (a) jenis
penelitian, (b) data dan sumber data, (c) teknik pengumpulan data, (d)
instrumen penelitian, (e) teknik analisis data, (f) metode penyajian data.
Bab IV pembahasan, berisi tentang penyajian dan pembahasan
data. Dalam bab ini penulis menganalisis bentuk dan fungsi deiksis dalam
novel Emprit Abuntut Bedhug karya Suparto Brata.
Bab V penutup, kesimpulan dan saran. Bagian akhir dari skripsi ini
memuat daftar pustaka dan lampiran. Lampiran terdiri dari: Biografi
singkat pengarang dan sinopsis cerita.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS
A. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka merupakan kajian secara kritis terhadap kajian
yang terdahulu sehingga diketahui perbedaan yang khas antara kajian
terdahulu dengan kajian yang akan dilakukan. Di bawah ini adalah
penelitian-penelitian terdahulu terhadap novel dengan analisis deiksis yang
dijadikan sebagai tinjauan pustaka oleh peneliti.
Nanik Mugiarti (2010), mahasiswa Fakultas Pendidikan Bahasa
dan Seni Progam Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa, IKIP PGRI
Semarang, menulis skripsi dengan judul “Analisis Deiksis ing Salebeting
Novel Kubur Ngemut Wewadi Anggitanipun A.Y. Suharyono“. Nanik
mempermasalahkan tentang bagaimana deiksis (1) deiksis persona yang
mencakup (a) deiksis persona pertama tunggal, (b) deiksis persona
pertama jamak, (c) deiksis persona kedua tunggal, dan (d) deiksis persona
ketiga tunggal, (2) deiksis temporal (samenika, saiki, mengko, mangke,
mau, wingi), (3) deiksis lokatif (kana, ngriki, ngriku, ngrika) dalam novel
Kubur Ngemut Wewadi Anggitanipun A.Y. Suharyono. Dalam
penelitiannya, Nanik menyebutkan bagaimana wujud deiksis yang ada
dalam novel Kubur Ngemut Wewadi Anggitanipun A.Y. Suharyono.
Wujud deksis yang terdapat dalam novel yang diteliti Nanik adalah
dieksis persona yaitu meliputi: bentuk deiksis persona pertama dak- „-ku‟
7
8
(enklitik), ingkang- „-ku‟ (enklitik) dan –ku „-ku‟ (enklitik). Bentuk deiksis
persona pertama singularis yang berupa kata meliputi aku „saya‟, ulun
„saya‟, kula „saya‟, kawula „saya‟ dan ingsun „saya‟. Bentuk deiksis
persona pertama singularis yang berupa frasa, yaitu: pun kakang „saya‟.
Deiksis persona pertama dualis yang berbentuk kata, yaitu: kita „kita‟,
sedangkan yang berbentuk frasa, yaitu: awake dhewe „kita sendiri‟, kula
dalah paduka „saya dan anda‟. Adapun bentuk deiksis persona pertama
pluralis dalam penelitian ini muncul dalam wujud kata, yaitu: kita „kita‟.
Adapun bentuk deiksis persona kedua singularis dalam wujud klitika, yaitu
kok- „- mu‟ (proklitik), keng- „-mu‟ (proklitik), -mu „-mu‟ (enklitik),
sedangkan yang berwujud kata meliputi kowe „kamu‟, sira „kamu‟, Paduka
„anda‟, kita „kamu‟. Bentuk deiksis persona kedua pluralis yang berupa
kata, yaitu: kita ‟kamu‟, sedangkan dalam bentuk frasa, yaitu: sira
katelune „kalian bertiga‟, sira kabeh „kalian semua‟, kita kabeh „kalian
semua‟. Bentuk deiksis persona ketiga singularis yang berupa klitika
adalah –e „-nya‟ (enklitik), sedangkan bentuk deiksis persona ketiga yang
berupa kata meliputi sing ‟yang‟, kang „yang‟, dheweke „dia‟ Kelebihan
penelitian yang dilakukan oleh Nanik Mugiarti (2010) ialah selain meneliti
bentuk deiksis, dalam penulisan skripsinya Nanik menggunakan bahasa
jawa. Persamaan dengan yang akan penulis lakukan adalah sama-sama
menggunakan pendekatan pragmatik dan sama-sama mengkaji novel.
Perbedaan penelitian yang dilakukan penulis adalah meneliti tentang
bentuk-bentuk dan fungsi deiksis dalam novel Emprit Abuntut Bedhug
9
Karya Suparto Brata, sedangkan Nanik mengkaji macam-macam dieksis
yang terdapat dalam novel Kubur Ngemut Wewadi Anggitanipun A.Y.
Suharyono.
Penelitian yang dilakukan oleh Nofitasari (2012) dalam skripsinya
yang berjudul ”Deiksis Sosial dalam Novel Laskar Pelangi”. Dalam
penelitiannya Nofitasari menemukan deiksis dan mendeskripsikan tindak
tutur lokusi, ilokusi, perlokusi, serta mendeskripsikan peranan tindak tutur
dalam novel Laskar Pelangi. Hasil penelitian pada deiksis sosial meliputi
empat macam yang pertama bentuk deiksis sosial dikelompokkan menjadi
tiga yaitu deiksis sosial berupa kata, frasa dan klausa. Kedua deiksis sosial
tersebut dibedakan menurut makna ungkapannya yaitu lugas dan kias.
Ketiga dijabarkan lagi dengan penggunaan fungsi yaitu fungsi pembeda
tingkatan sosial seseorang, menjaga sikap sosial, dan menjaga sopan
santun berbahasa. Keempat maksud deiksis sosial mencakup enam
maksud, yaitu maksud merendah, meninggikan, kasar, normal, halus,
sopan, melebih lebihkan dan menyindir.
Penelitian yang dilakukan Nofitasari memiliki persamaan dan
perbedaan dengan penelitian yang akan penulis lakukan. Persamaan
dengan yang akan penulis lakukan adalah sama-sama mengkaji novel
dalam deiksis yang digunakan dalam novel tersebut. Perbedaan penelitian
yang dilakukan penulis adalah meneliti tentang bentuk-bentuk deiksis
dalam novel Emprit Abuntut Bedhug Karya Suparto Brata, sedangkan
10
Novitasari hanya mengkaji deiksis sosial yang terdapat dalam novel
Laskar Pelangi.
B. Kajian Teoretis
Kajian teoretis merupakan penjabaran kerangka teoretis yang memuat
beberapa kumpulan materi terpilih dari beberapa sumber untuk dijadikan
sebagai acuan pokok dalam membahas masalah yang diteliti.
1. Pragmatik
a. Pengertian Pragmatik
Istilah pragmatik digunakan pertama oleh filosof yaitu Charles
Morris. Menurut pendapatnya, pragmatik adalah cabang semiotik yang
mempelajari relasi tanda dan penafsirannya (Lavinson dalam Rustono,
1999:1). Pragmatik merupakan bagian ilmu tanda atau semiotik.
Kekhususan bidang ini adalah penafsiran atas tanda atau bahasa.
Levinson (dalam Rustono, 1999:2) menjabarkan delapan
pengertian pragmatik yaitu (1) pragmatik adalah kajian mengenai
hubungan antara tanda (lambang) dan penafsirannya, (2) pragmatik
adalah kajian mengenai penggunaan bahasa, (3) pragmatik adalah
kajian bahasa dari perspektif fungsi di dalam arti bahwa kajian ini
mencoba untuk menjelaskan aspek-aspek struktur linguistik dengan
mengacu pada pengaruh-pengaruh dan sebab-sebab nonlinguistis, (4)
pragmatik kajian mengenai hubungan-hubungan di antara bahasa dan
konteks, (5) pragmatik berkaitan dengan topik mengenai aspek-aspek
11
makna ujaran yang tidak dapat dijelaskan dengan mengacu langsung
pada persyaratan kebenaran (truth condition) dan kalimat yang
diajarkan, (6) pragmatik adalah kajian tentang hubungan-hubungan di
antara bahasa dan konteks yang merupakan dasar dari penjelasan
tentang pemahaman bahasa, (7) pragmatik adalah kajian mengenai
kemampuan pengguna bahasa untuk menyesuaikan kalimat dengan
konteks sehingga kalimat tersebut patut (diujarkan), (8) pragmatik
adalah kajian tentang deiksis, implikatur, praanggapan, tindak tutur,
dan aspek- aspek struktur wacana. Dari delapan pengertian itu dapat
dinyatakan bahwa Levinson telah berusaha meliput berbagai aspek
yang terkait dengan pragmatik. Aspek-aspek itu adalah relasi tanda dan
penafsirannya, penggunaan bahasa, fungsi bahasa, konteks, penutur,
kepatutan, dan topik-topik pragmatik.
Parker (dalam Rustono, 1999:3) berpandangan bahwa pragmatik
adalah kajian mengenai bagaimana bahasa dipakai untuk
berkomunikasi. Pragmatik dan semantik itu berbeda tetapi saling
melengkapi (Leech dalam Rustono, 1999:14). Bambang Kaswanti
Purwo (dalam Rustono, 1999:10) berpendapat, pragmatik dapat dibagi
menjadi dua hal yaitu: (1) pragmatik sebagai sesuatu yang diajarkan,
yang dibedakan menjadi: (a) pragmatik sebagai bidang kajian
linguistik, dan (b) pragmatik sebagai salah satu segi di dalam bahasa.
(2) pragmatik sebagai sesuatu yang mewarnai tindakan mengajar.
12
Verhaar (2010: 14) menegaskan bahwa pragmatik merupakan
cabang ilmu linguistik yang membahasa apa yang termasuk dalam
struktur bahasa sebagai alat komunikasi antara penutur dan lawan
tutur, serta sebagai pengacuan tanda-tanda bahasa yang mencakup
unsur-unsur luar bahasa. Kushartanti (2005:104) berpendapat bahwa
pragmatik merupakan suatu cabang ilmu linguistik yang mengkaji
makna yang dipengaruhi oleh hal-hal di luar bahasa. Sementara itu,
menurut Wijana (2009:4) pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang
mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yaitu bagaimana satuan
kebahasaan itu digunakan di dalam komunikasi.
Leech (dalam Wijana 2009:5), memaparkan bahwa pragmatik
sebagai cabang ilmu bahasa yang mengkaji penggunaan bahasa
berintegrasi dengan tata bahasa yang terdiri atas fonologi, morfologi,
sintaksis, dan semantik melalui pragmatik. Yule (2006:3) menjelaskan
bahwa pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh
penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca).
Yule juga menjelaskan bahwa tipe studi ini perlu melibatkan
penafsiran tentang apa yang dimaksudkan orang di dalam suatu
konteks khusus dan bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap apa
yang dikatakan. Diperlukan suatu pertimbangan tentang bagaimana
cara penutur mengatur apa yang ingin mereka katakan yang sesuai
dengan orang yang mereka ajak bicara, di mana, kapan, dan dalam
keadaan apa. Berdasarkan berbagai pengertian tentang pragmatik di
13
atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian pragmatik
adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur atau
penulis dan ditafsirkan oleh pendengar atau pembaca.
b. Ruang Lingkup Pragmatik
Mulyana (2005:79) menjelaskan bahwa bidang kajian pragmatik
mencakup empat hal yaitu deiksis, tindak ujar (speech acts),
praanggapan (presupposition), dan implikatur percakapan
(conversational implicature).
1. Deiksis
Deiksis yaitu hal atau fungsi menunjuk sesuatu di luar
bahasa (Mulyana, 2005:79). Kata-kata yang bermakna persona
(saya), tempat (sini), dan waktu (sekarang), misalnya adalah kata-
kata yang bersifat deiktis. Kata-kata seperti itu tidak memiliki
referensi yang tetap. Referensi kata saya, sini, sana, sekarang,
besok, baru dapat diketahui jika dikatakan pula siapa, di tempat
mana, dan waktu kapan kata-kata itu diucapkan.
2. Tindak Ujar
Tindak ujar (speech acts) yaitu fungsi bahasa sebagai sarana
penindak (Mulyana, 2005:80). Semua kalimat atau ujaran yang
diucapkan oleh penutur sebenarnya mengandung fungsi
komunikasi tertentu. Tuturan dari seseorang (penutur) tentu saja
14
tidak semata-mata hanya asal bicara, tetapi mengandung maksud
tertentu. Konsep tindak ujar dalam kajian pragmatik terbagi
menjadi tiga macam, yaitu tindak lokusi (locutionary act), ilokusi
(ilocutionary act), dan perlokusi (perlocutionary act).
3. Praanggapan (presupposition)
Istilah presuposisi yaitu turunan dari bahasa Inggris
presupposition, yang berarti „perkiraan,persangkaan‟ (Mulyana,
2005:14). Konsep ini muncul dari perdebatan panjang tentang
„hakekat rujukan‟ (yaitu apa-apa, sesuatu, benda, keadaan, dan
sebagainya).Rujukan itulah yang dimaksud sebagai praanggapan,
yaitu anggapan dasar atau menyimpulkan dasar mengenai konteks
dan situasi berbahasa yang membuat bentuk bahasa menjadi
bermakna bagi pendengar atau pembaca.
4. Implikatur percakapan (conversational implicature)
Dalam lingkup analisis wacana, implikatur adalah ujaran
yang menyiratkan sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya
diucapkan (Grice dalam Mulyana, 2005:11). Secara struktural,
implikatur berfungsi sebagai jembatan atau rantai yang
menghubungkan antara “yang diucapkan” dengan “yang
diimplikasikasikan”. Jadi, suatu dialog yang mengandung
implikatur akan selalu melibatkan penafsiran yang tidak langsung.
15
Dalam komunikasi verbal, implikatur biasanya sudah diketahui
oleh pembicara, dan karenanya tidak perlu diungkapkan secara
eksplisit.
Kajian pragmatik menurut Mulyana (2005:79) bidang kajian
pragmatik mencakup empat hal yaitu deiksis, tindak ujar (speech acts),
praanggapan (presupposition), dan implikatur percakapan
(conversational implicature). Kajian pragmatik menurut Levinson
memasukkan hal yang berbeda yaitu aspek-aspek struktur wacana yang
terkait dengan pragmatik. Aspek tersebut yaitu relasi tanda dan
penafsirannya, penggunaan bahasa, fungsi bahasa, konteks, penutur,
kepatutan, dan topik-topik pragmatik. Analisis yang akan dibahas
dalam penelitian ini hanya tentang deiksis dalam sebuah novel.
2. Hakikat Deiksis
a. Pengertian Deiksis
Menurut Yule (2006:13) dalam bahasa Yunani deiksis adalah
istilah teknis untuk salah satu hal mendasar yang kita lakukan dengan
tuturan. Bentuk bahasa tersebut bisa berbentuk kata atau frasa. Deiksis
dapat juga sebagai ungkapan yang terkait dengan konteksnya.
Contohnya di kalimat “Aku tresna marang dheweke”, informasi dari
kata ganti “aku” dan “dheweke” hanya dapat ditelusuri dari konteks
ujarannya. Ungkapan-ungkapan yang hanya dapat dimengerti dari
konteks ujaran itu yang disebut deiksis.
16
Kushartanti (2005:111) menjelaskan deiksis yaitu cara merujuk
dalam suatu hal yang berkaitan erat dengan konteks penutur, dengan
demikian ada rujukan yang berasal dari penutur, dekat dengan penutur
dan jauh dari penutur. Dari pendapat para ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa deiksis adalah kalimat yang digunakan di dalam
tindak tutur, yang referennya berpindah-pindah atau berubah-ubah,
tergantung pada siapa yang jadi penutur, dan tergantung pada waktu
dan tempat dituturkan kalimat tersebut.
b. Macam Deiksis
Yule (2006:13) membagi deiksis menjadi tiga jenis yaitu deiksis
persona, deiksis lokatif (tempat), dan deiksis temporal (waktu).
1. Deiksis Persona
Istilah persona berasal dari kata Latin persona merupakan
terjemahan dari kata Yunani proposan yang mempunyai arti
„topeng‟ (topeng yang digunakan dalam tokoh sandiwara), dan
juga dapat diartikan peranan atau watak para tokoh sandiwara
(Yule, 2006:15). Referen yang diacu oleh kata ganti persona
berubah-ubah tergantung pada peranan peserta tindak ujar. Orang
yang masih berbicara memperoleh peranan sebagai persona
pertama. Apabila jadi pendengar, orang itu jadi persona kedua.
Jika orang yang tidak ada di tempat terjadi pembicaraan tetapi jadi
bahan pembicaraan, orang tersebut jadi persona ketiga.
17
Di bahasa Indonesia ada tiga bentuk kata ganti persona,
begitu juga dalam bahasa Jawa. Kata ganti persona tersebut
berbentuk persona pertama, persona kedua, dan persona ketiga.
Persona pertama adalah bentuk yang digunakan oleh penutur untuk
menunjuk dirinya sendiri seperti aku, kula, kawula, ingsun, dak/
tak, ku-, -ku, dan kita. Persona kedua adalah pendengar atau
pembaca sebagai partisipan di dalam situasi bahasa tertentu; teman
berbicara, seperti kowe, sampeyan, panjenengan, kok-/ ko-, dan –
mu. Persona ketiga adalah bentuk persona yang digunakan penutur
untuk menunjuk pihak lain di luar penutur dan pendengar, seperti
dheweke, panjenenganipun, piyambakipun, di-, dipun-, -e, -ne, -
ipun, dan –nipun.
2. Deiksis Temporal (waktu)
Deiksis temporal adalah pemberian bentuk di rentang waktu
seperti yang dimaksud penutur di dalam kejadian bahasa (Yule,
2006:22). Deiksis temporal menuju pada waktu kejadiannya
pembicaraan. Contoh kata dan frase samenika, saiki, mengko,
mangke, mau, wingi.
3. Deiksis Lokatif (tempat)
Deiksis lokatif adalah pemberian bentuk di tempat menurut
peserta di dalam kejadian bahasa (Yule, 2006:19). Deiksis lokatif
18
pusatnya ada di penutur. Contohnya kata dan frasa kene, ing kono,
dan nang kana termasuk deiksis karena untuk mengerti makna kata
tersebut harus mengerti siapa, kapan, dan dimana pembicaraan
tersebut dituturkan.
Menurut Chaer dan Agustina (2010:57) yang dimaksud
deiksis yaitu hubungan antara kata yang digunakan dalam tindak
tutur dengan referen kata itu yang tidak tetap atau dapat berubah
dan berpindah. Kata-kata yang referennya bisa menjadi tidak tetap
ini disebut kata-kata deiktis. Kata-kata yang referensnya deiksis ini
antara lain, adalah kata-kata yang berkenaan dengan persona
(dalam tindak tutur berupa kata-kata pronominal), tempat (dalam
tindak tutur berupa kata-kata yang menyatakan tempat, seperti di
sini, di sana, di situ), dan waktu, seperti tadi, besok, nanti, dan
kemarin.
Verhaar (2010:398) menjelaskan bahwa deiksis berakar
pada persona pertama tunggal, dan menyangkut persona, waktu,
dan ruang. Waktu yang menjadi akar adalah waktu penutur
menuturkan sesuatu dan waktu tersebut adalah saat kini. Ruang
yang menjadi akar adalah tempat penutur berada sewaktu ia
menuturkan tuturan.
19
c. Fungsi Deiksis
Dalam KBBI (2005:245), deiksis diartikan hal atau fungsi
menunjuk sesuatu di luar bahasa; kata yang mengacu kepada persona,
waktu, dan tempat suatu tuturan. Dalam kegiatan berbahasa, kata-kata
atau frasa-frasa yang mengacu kepada beberapa hal tersebut
penunjukannya berpindah-pindah atau berganti-ganti, tergantung pada
siapa yang menjadi pembicara, saat dan tempat dituturkannya kata-
kata itu. Kata-kata seperti saya, dia, kamu rnerupakan kata-kata yang
penunjukannya berganti-ganti. Rujukan kata-kata tersebut barulah
dapat diketahui jika diketahui pula siapa, di mana, dan pada waktu
kapan kata-kata itu diucapkan. Dalam bidang linguistik istilah
penunjukan semacam itu disebut deiksis (Yule, 2006:13).
Dari definisi di atas, bisa disimpulkan bahwa deiksis adalah bentuk
bahasa baik berupa kata maupun lainnya yang berfungsi sebagai
penunjuk hal atau fungsi tertentu di luar bahasa. Dengan kata lain,
sebuah bentuk bahasa bisa dikatakan bersifat deiksis apabila acuan/
rujukan/ referennya berpindah-pindah atau berganti-ganti pada siapa
yang menjadi si pembicara dan bergantung pula pada saat dan tempat
dituturkannya kata itu. Jadi, deiksis merupakan kata-kata yang tidak
memiliki referen yang tetap.
20
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang berjudul “Analisis Deiksis dalam Novel Emprit Abuntut
Bedhug Karya Suparto Brata“ merupakan penelitian deskriptif kualitatif.
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan
naturalistik untuk mencari dan menemukan pengertian atau pemahaman
tentang fenomena dalam suatu latar yang berkonteks khusus (Moleong, 2011:
5). Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian.
Misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik
dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
alamiah (Moleong, 2011: 6). Penelitian ini mengkaji tentang analisis deiksis
yang terdapat dalam novel Emprit Abuntut Bedhug karya Suparto Brata.
Penelitian ini dilakukan dengan pengumpulan data dan kemudian analisis
data dengan tujuan untuk menemukan dan mendeskripsikan makna deiksis
dalam novel Emprit Abuntut Bedhug karya Suparto Brata.
B. Sumber Data dan Data
Menurut Arikunto (2010: 161), data yaitu hasil pencatatan peneliti, baik
berupa fakta ataupun angka. Sumber data merupakan subjek dari mana data
dapat diperoleh (Arikunto, 2010: 172). Data dalam penelitian ini berupa
20
21
kutipan-kutipan kalimat percakapan yang terdapat dalam novel Emprit
Abuntut Bedhug karya Suparto Brata. Sumber data dalam penelitian ini
adalah novel yang berjudul Emprit Abuntut Bedhug karya Suparto Brata yang
diterbitkan oleh Penerbit Narasi tahun 2009. Kutipan-kutipan kalimat
percakapan tersebut tidak semua sebagai data, tetapi hanya yang mengandung
deiksis yaitu deiksis persona, deiksis lokatif, dan deiksis temporal.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik pustaka, teknik simak dan catat. Teknik pustaka menurut Edi Subroto
(1992: 42) yaitu mempergunakan sumber-sumber tertulis untuk memperoleh
data. Mahsun (2012: 92) menjelaskan teknik baca catat merupakan
penyimakan penggunaan bahasa, istilah menyimak di sini tidak hanya
berkaitan dengan penggunaan bahasa lisan tetapi juga bahasa tulis (catat).
Teknik ini digunakan untuk mengadakan penyimakan terhadap analisis
bentuk deiksis yang terdapat dalam novel Emprit Abuntut Bedhug karya
Suparto Brata antara lain dengan membaca novel Emprit Abuntut Bedhug
karya Suparto Brata. Hasil penyimakan ini kemudian dicatat dalam kartu
pencatat data.
Adapun langkah-langkah dalam pengumpulan data dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
1. membaca secara kritis dan teliti novel Emprit Abuntut Bedhug karya
Suparto Brata.
22
2. mengidentifikasikan makna deiksis yang terkandung dalam novel
Emprit Abuntut Bedhug karya Suparto Brata,
3. mencatat data yang berhubungan dengan makna deiksis tersebut ke
dalam kartu pencatat data.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan
hasilnya lebih baik, dalam arti cermat, lengkap dan sistematis sehingga
lebih mudah diolah (Arikunto, 2010: 203). Dalam penelitian kualitatif
instrumen utamanya adalah peneliti sendiri (human instrument) dan
dibantu dengan kertas pencatat data yang berbentuk nota catatan yang
dibuat tabel untuk mempermudah penulis dalam pencatatan data. Segala
sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam
keadaan serba tidak pasti dan tidak jelas itu sendiri sebagai alat satu-
satunya yang dapat mencapainya.
Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah peneliti sebagai
instrumen dibantu dengan bolpoin, buku dan kartu pencatat data. Buku
pencatat data digunakan untuk mencatat kutipan, ikhtisar dan beberapa
acuan yang ditulis sebagaimana adanya baik secara lengkap maupun tidak
keseluruhan dikutip, sedangkan kartu pencatat data digunakan untuk
membuat catatan yang khusus datang dari penyidik sendiri sebagai reaksi
terhadap sesuatu sumber yang dibaca.
23
Tabel
Sajian Data Bentuk Deiksis dalam Novel Emprit Abuntut Bedhug
Karya Suparto Brata
No. Deiksis Data Nomor Data
E. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik analisis
isi atau content analysis. Content analysis merupakan teknik penelitian
untuk keperluan mendeskripsikan secara objektif, sistematik dan
kuantitatif isi komunikasi yang tampak (Ismawati, 2011: 81). Penulis
mengkaji isi novel Emprit Abuntut Bedhug karya Suparto Brata melalui
pendekatan deiksis. Data yang telah terkumpul, kemudian peneliti analisis
dengan menggunakan langkah – langkah sebagai berikut:
1. mengidentifikasi dan mengumpulkan data sesuai dengan teori deiksis
dalam novel Emprit Abuntut Bedhug karya Suparto Brata. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
pustaka, teknik simak dan teknik catat. Teknik pustaka
mempergunakan sumber – sumber tertulis untuk memperoleh data,
sedangkan teknik simak dan catat digunakan untuk mengadakan
24
penyimakan terhadap analisis bentuk deiksis kemudian hasil
penyimakan tersebut dicatat di dalam kartu pencatat data,
2. menganalisis data berdasarkan teori deiksis dalam novel Emprit
Abuntut Bedhug karya Suparto Brata,
3. menyimpulkan hasil penelitian. Kesimpulan ditentukan setelah
menganalisis bentuk bentuk deiksis yang terdapat pada novel Emprit
Abuntut Bedhug karya Suparto Brata.
F. Metode Penyajian Data
Dalam penyajian hasil analisis data digunakan metode informal. Metode
informal adalah perumusan dengan menggunakan kata-kata biasa walaupun
dengan terminologi yang teknis sifatnya (Sudaryanto, 1993: 145). Dalam
skripsi ini penyajian hasil analisis yang berupa kata-kata biasa tanpa lambang-
lambang, meskipun dalam penyajian hasil analisis penelitian ini menggunakan
tabel dan angka itu hanya untuk mempermudah dalam penyajian data.
25
BAB IV
PENYAJIAN DATA DAN HASIL ANALISIS PENELITIAN
A. Penyajian Data
Sebelum dilakukan pembahasan data, terlebih dahulu disajikan
data hasil penelitian. Data mencakup: (i) deiksis persona dalam novel
Emprit Abuntut Bedhug karya Suparto Brata, (ii) deiksis temporal dalam
novel Emprit Abuntut Bedhug karya Suparto Brata, (iii) deiksis lokatif
dalam novel Emprit Abuntut Bedhug karya Suparto Brata.
1. Deiksis Persona
Di bawah ini disajikan tabel yang memuat data deiksis persona
terkait dengan kutipan percakapan dalam novel Emprit Abuntut Bedhug
karya Suparto Brata. Agar efektif, data yang berupa kutipan percakapan
novel tidak disertakan, tetapi hanya ditunjukkan dengan halaman teks
kutipan tersebut dalam novel Emprit Abuntut Bedhug. Teks data akan
disajikan dalam subbab pembahasan.
Tabel 1
Sajian Data Deiksis Persona dalam Novel Emprit Abuntut Bedhug
Karya Suparto Brata
No. Deiksis Data Nomor Data
1. Deiksis
Persona
Persona
Pertama
Tungggal
a. Aku 23,24,27,28,3
0,34,39,41,43,
49,53,55,58,5
9,60,61,62,63,
65,66,73,75,8
4,86,88,89,90,
92,101,103,10
9,110,111,114
,128,132,133,
135,145,146,1
50,153,156,15
25
26
7,159,
b. - ku 35,89,100,105
,108,132,133,
138,146,159
c. dak- 23,28,29,34,3
9,40,59,98,10
4,110,114,132
,137,147,157
d. kula 31,33,36,38,4
7,50,53,55,62,
63,66,73,75,9
2,105,108,113
,115,122,
Persona
Pertama
Jamak
a. awake dhewe 65,150
b. kita 50,130
Persona
Kedua
Tunggal
a. kowe 40,52,58,59,6
2,64,66,67,68,
69,71,75,87,8
9,90,91,94,10
3,108,122,130
,132,142,144,
153
b. –mu 33,34,39,43,5
4,55,58,65,66,
71,73,76,85,8
7,90,96,99,10
3,114,158
c. panjenengan 46,47,53,74,9
9,101,139
d. sampeyan 30,31,32,35,4
8,119,126
e. kok- 69,70,84
Persona
Ketiga
Tunggal
a. dheweke 49,101,104,14
8,157
b. piyambakipun 76,80,81,105,
115,124
27
2. Deiksis Temporal
Di bawah ini disajikan tabel yang memuat data deiksis temporal
terkait dengan kutipan percakapan dalam novel Emprit Abuntut Bedhug
karya Suparto Brata. Agar efektif, data yang berupa kutipan percakapan
novel tidak disertakan, tetapi hanya ditunjukkan dengan halaman teks
kutipan tersebut dalam novel Emprit Abuntut Bedhug. Teks data akan
disajikan dalam subbab pembahasan.
Tabel 2
Sajian Data Deiksis Temporal dalam Novel Emprit Abuntut Bedhug
Karya Suparto Brata
No. Deiksis Data Nomor Data
1. Temporal a. Samenika 68,93,103,123
b. Saiki 33,35,36,50,66,115,134
c. Mengko 55,59,63,101,160
d. Mangke 109
e. Mau 18,36,50,53,61,91,100,131,150
f. Wingi 55,91,114
3. Deiksis Lokatif
Di bawah ini disajikan tabel yang memuat data deiksis lokatif
terkait dengan kutipan percakapan dalam novel Emprit Abuntut Bedhug
karya Suparto Brata. Agar efektif, data yang berupa kutipan percakapan
novel tidak disertakan, tetapi hanya ditunjukkan dengan halaman teks
28
kutipan tersebut dalam novel Emprit Abuntut Bedhug. Teks data akan
disajikan dalam subbab pembahasan.
Tabel 3
Sajian Data Deiksis Lokatif dalam Novel Emprit Abuntut Bedhug
Karya Suparto Brata
No. Deiksis Data Nomor Data
1. Lokatif a. Kono 155
b. Mriki 106,123
c. Mriku 147,148
d. Kana 99
e. Ngrika 151
B. Pembahasan Data
Pada skripsi ini, penulis menganalisis deiksis dalam novel Emprit Abuntut
Bedhug karya Suparto Brata. Penulis memfokuskan pada 3 tahap
pembahasan, meliputi: 1. menganalisis deiksis persona dalam novel Emprit
Abuntut Bedhug karya Suparto Brata, 2. menganalisis deiksis temporal dalam
novel Emprit Abuntut Bedhug karya Suparto Brata, 3. menganalisis deiksis
lokatif dalam novel Emprit Abuntut Bedhug karya Suparto Brata.
1. Deiksis Persona
a. Deiksis Persona Pertama Tunggal “aku”
1) Jarot nyaut buku, dibukaki ana ing ngisor lampu. Karepe
arep sinau. Marga kabare kantore arep nganakake ujian
29
kanggo unggah-unggahan pangkat. Nanging pikirane
Jarot ora bisa uwal saka kanthong biru-kuning kang katon
ngegla ana ngarepe.
“Umpama kantong iki dakbukak, isine mas-inten kang
larang regane ngono, aku mesti enggal-enggal lapur pulisi
Nanging mokal yen isine mas-inten kok sing duwe
ngemohi. Lan ndeleng gemandhule lan grenjele ora pantes
yen bangsane mas-masan”(Emprit Abuntut Bedhug:23)
Terjemahan:
Jarot mengambil buku, dibuka di bawah lampu.
Keinginannya ingin belajar. Karena kabarnya kantornya
akan mengadakan ujian kenaikkan pangkat. Tetapi pikiran
Jarot tidak bisa lepas dari bungkusan biru-kuning yang
terlihat tergeletak di depannya.
“Seandainya bungkusan ini saya buka, isinya mas-berlian
yang mahal harganya, saya harus cepat-cepat lapor polisi.
Tetapi tidak mungkin kalau isinya mas-berlian tapi yang
punya menolak. Dan dilihat dari gantungannya dan
bentuknya tidak pantas kalau itu merupakan mas-berlian.”
Percakapan di atas menunjuk adanya bentuk deiksis persona
pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan tersebut dituturkan oleh
Jarot. „Aku‟ disini mengarah kepada Jarot.
2) “Kok nyiksa piker timen! Yen aku wis weruh apa isine,
apa anane terus daktata, dakbalekake asale rak uwis. Rak
ora jenenge dosa.”pikirane Jarot digathuk-gathukake
dhewe.(Emprit Abuntut Bedhug:24)
Terjemahan:
“Kenapa begitu menyiksa pikiran! Kalau saya sudah
melihat apa isinya, apa adanya terus saya tata, saya
kembalikan asalnya maka sudah, dan tidak mungkin akan
berdosa.”pikiran Jarot sendiri.
Dalam kutipan percakapan di atas menunjuk adanya bentuk
deiksis persona pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan tersebut
dituturkan oleh Jarot.„Aku‟ disini mengarah kepada Jarot.
30
3) “Layak kok sengol timen guneme! Dicungi barang darbeke
kok wangsulane mbesengut, nulak! Lan mlayu nggenjrit!
Ah, ora mokal saiki, Nyalawadi tenan! Aku sing goblog!
Ora mikir cepet! Utawa mikir kliru marga srakah! Dhuwe
melik kepengin ndhakoni duweke wong liya.”(Emprit
Abuntut Bedhug:27)
Terjemahan:
“Kenapa ucapannya dengan nada tinggi! Ditunjukkan
barang seperti ini kenapa jawabanya marah dan menolak!
Dan lari tunggang langgang! Ah tidak mungkin sekarang.
Aneh sekali! Saya yang bodoh! Tidak berpikir cepat! Atau
berfikir salah karena serakah! Mempunyai keinginan
memiliki barang milik orang lain.”
Percakapan di atas menunjuk adanya bentuk deiksis persona
pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan tersebut dituturkan oleh
Jarot. „Aku‟ di sini mengarah kepada Jarot. Kutipan di atas
mengungkapkan bahwa Jarot merasa dirinya yang bodoh tidak bisa
berfikir cepat dan serakah.
4) “Pirang-pirang sasi iki aku repot banget, Dhik Handaka,”
ngendikane Pak Indra marang dayohe.(Emprit Abuntut
Bedhug:28)
Terjemahan:
“Beberapa bulan ini saya sibuk sekali, Dhik Handaka,”
ucap Pak Indra kepada tamunya.
Kutipan percakapan di atas juga menunjuk adanya bentuk
deiksis persona pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan tersebut
dituturkan oleh Inspektur Indra. „Aku‟ di sini mengarah kepada
Inspektur Indra. Dalam percakapan di atas mengungkapkan bahwa
Inspektur Indra mengutarakan kepada Detektif Handaka bahwa
beberapa bulan ini dirinya sedang sibuk sekali.
31
5) “La ya ora dadi ngapa. Aku mung kluyar-kluyur, kok.
Menggko yen wis bosen neng Surabaya rak mulih neh
nyang Sala dhewe.”wangsulane Handaka.(Emprit Abuntut
Bedhug:30)
Terjemahan:
“La tidak jadi masalah. Saya cuma mondar-mandir saja.
Nanti kalau sudah bosan di Surabaya kan pulang lagi ke
Solo sendiri.” Jawaban Detektif Handaka.
Percakapan di atas menunjuk adanya bentuk deiksis persona
pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan tersebut dituturkan oleh
Detektif Handaka. „Aku‟ di sini mengarah kepada Detektif
Handaka.
6) “Aku krungu kabar, jare wis ana sing ditangkepi, antara
liya maratuwane si manten lanang, Tionghoa sing
mbangun omah setan kui.”(Emprit Abuntut Bedhug:30)
Rerembugan iku lagi tekan kono. Inspektur Indra durung
njlentrehake critane omah angker iku, kasigeg tekane
punggawa pulisi piket ngirid Jarot menyang kamar
Inspekturan.
Terjemahan:
“saya dengar kabar, katanya sudah ada yang ditangkap,
antara lain mertuanya pengantin pria, Tionghoa yang
membangun rumah setan tersebut.”
Obrolan baru sampai di situ. Inspektur Indra belum
menjelaskan cerita rumah angker itu, terhenti datangnya
petugas polisi piket yang membawa Jarot ke kamar
Inspektur.
Dalam kutipan percakapan di atas menunjuk adanya bentuk
deiksis persona pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan tersebut
dituturkan oleh Inspektur Indra. „Aku‟ di sini mengarah kepada
Inspektur Indra.
32
7) “La iya, ta, yen mengkono. Aku saguh-saguh wae, nanging
bantuan saka panjenengan iya tetep dakarep-
arep.”(Emprit Abuntut Bedhug:34)
“Wis, ta, aja kuwatir. Bab honorarium mesthi ana! Aku
ngreti.”
“Sing baku bantuan kapercayan, Mas. Panjenengan kudu
percaya marang caraku nyambutgawe,” clathune
Handaka.
Terjemahan:
“La iya kan, kalau begitu. Saya siap siap saja tapi bantuan
dari anda juga tetap saya tunggu-tunggu.”
“Sudahlah jangan khawatir. Soal bayaran pasti ada! Saya
paham.”
“Yang benar bantuan kepercayaan,Mas. Anda harus
percaya dengan cara saya bekerja,” ujar Handaka.
Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa terdapat deiksis
persona tunggal „aku‟. Percakapan tersebut dituturkan oleh
Detektif Handaka. „Aku‟ di sini mengarah kepada Detektif
Handaka.
8) Jarot ora kober mangsuli. Dheweke terus mlebu, diiringi
Detektip Handaka. Ing kelonggaran iku, Apip salaman
tepungan karo Handaka.
“Yok apa, Rot, kabare awak pena?” Apip mindhoni takon.
“Suwi, ya, awake dhewe iki padha-padha gak cethukan?”
“Ah, kowe iku, Pip. Gak ngrasakna repote uwong! Anu,
Pip. Ana gawene aku mrene iki. Kowe eling tenan, aku
srempetan sepedhah mau?”
“Jelas! Kowe ngalamun ruh arek ayu, nggak?”ujare karo
ngguyu.
“Nah, iku! Aku perlu seksi, Pip. Seksi lek aku tiba
srempetan ndhuk tengahe praliman Blawuran ngisor jam
lonceng.”(Emprit Abuntut Bedhug:39)
Terjemahan:
Jarot tidak sempat menjawab. Dirinya terus masuk, diiringi
detektif Handaka. Pada kesempatan itu, Apip berjabat
tangan berkenalan dengan Handaka.
33
“Yok apa, Rot, kabarnya baik kan?” Apip bertanya kedua
kalinya. “Lama ya, kita sama-sama tidak pernah bertemu?”
“Ah, kamu itu, Pip. Tidak merasakan repotnya orang! Itu
Pip. Ada sebabnya saya kesini. Kamu ingat betul, Saya
srempetan sepeda tadi?”
“Jelas! Kamu melamun melihat orang cantik, iya tidak?”
sambil tertawa.
“Nah itu! Saya butuh saksi, Pip. Saksi kalau saya jatuh
terserempet di tengah tengah simpang lima Blawuran
bawah jam lonceng.”
Berdasarkan kutipan di atas dapat dilihat bahwa terdapat
deiksis persona pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan tersebut
dituturkan oleh Jarot. „Aku‟ di sini mengarah kepada Jarot.
9) “Tapine, Rot. Lah mongsok aku ngerti koen nemu
kanthong iku?terus ndhuk kantong ana ali-aline? Kapan
eruhku nyekseni sampek njlimet ngono iku?”(Emprit
Abuntut Bedhug:41)
“Nanging rak bener, ta, dheweke tabrakan?” pitakone
Handaka.
“Srempetan, Mas. Srempetan terus dhawah. Lak ngono,
tah, Rot?” clathune Apip, setengah nganggo tata krama
marang Handaka.
Terjemahan:
“Tetapi, Rot Lah masak saya tahu kamu menemukan
bungkusan itu? Terus di bungkusan tersebut ada cincin?
Kapan melihatku menyaksikan sampai teliti seperti itu?”
“Tetapi tidak betul, kan, dirinya kecelakaan?” pertanyaan
Handaka.
“Srempetan, Mas. Srempetan terus jatuh. Bukan begitu,
Rot?” ujar Apip, setengah memakai tata krama kepada
Handaka.
Berdasarkan kutipan di atas dapat dilihat bahwa terdapat
deiksis persona pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan tersebut
dituturkan oleh Apip. „Aku‟ di sini mengarah kepada Apip.
10) “Sara, Pip! Gak ngira aku! Permulaan cumak srempetan,
le. Ndadak kedibelan perkara koyo ngene! Mbok!” Jarot
34
gedheg-gedheg karo mlaku metu menyang pekarangan
omah.(Emprit Abuntut Bedhug:43)
Terjemahan:
“Sakit, Pip! Tidak menyangka saya! Permulaan hanya
srempetan. Mendadak terkena masalah seperti ini!” Jarot
geleng-geleng kepala sambil berjalan keluar menuju
halaman rumah.
Percakapan di atas menunjukan adanya bentuk deiksis
persona pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan tersebut
dituturkan oleh Jarot. „Aku‟ di sini mengarah kepada Jarot.
11) “oh, wong sing ngetutake aku mau mesthi!”pocapane
Jarot kawetu. (Emprit Abuntut Bedhug:49)
Terjemahan:
“Oh pasti orang ini yang membuntuti saya tadi!” ucap
Jarot.
Dalam kutipan percakapan di atas juga menunjuk adanya
bentuk deiksis persona pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan
tersebut dituturkan oleh Jarot. „Aku‟ disini mengarah kepada Jarot.
12) “Ora, dhik. Aku kudu weruh reaksi sing wajar. Nganggo
ali-ali mau aku isih durung cetha, Jeng Era iki mung
ethok-ethok ora ngerti, apa temenan ora ngerti bab
kanthong saisine iki. Reaksi iku perlu kanggo
penyelidikan,”ujare Handaka adreng (Emprit Abuntut
Bedhug:53)
Terjemahan:
“Tidak, Dik. Saya harus melihat reaksi yang wajar.
Memakai cincin tadi saya masih belum jelas, Jeng Era ini
hanya pura-pura tidak tahu, apa memang tidak tahu tentang
bungkusan seisinya ini. Reaksi ini perlu untuk
penyelidikan” ujar Handaka lagi.
35
Dalam kutipan percakapan di atas menunjuk adanya bentuk
deiksis persona pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan tersebut
dituturkan oleh Detektif Handaka. „Aku‟ di sini mengarah kepada
Detektif Handaka.
13) “Mengko yen wonge muncul, sliramu kudu enggal aweh
sasmita. Bisa, ta?” rembuge Detektip Handaka.
“Benjing-enjing kula mucal,” wangsulane Erawati.
“Mengko aku sing mamitake menyang sekolahan. Kanthi
layang kapulisian. Nangendi ta anggonmu
mulang?”(Emprit Abuntut Bedhug:55)
Terjemahan:
“Nanti jika orangnya muncul, kamu harus cepat memberi
tanda. Bisa, kan?” rencana Detektif Handaka.
“Besok pagi-pagi saya mengajar,” jawab Erawati.
“Nanti saya yang memintakan ijin ke sekolahan. Dengan
surat dari kepolisian. Dimana tempat kamu mengajar?”
Dalam kutipan percakapan di atas menunjuk adanya bentuk
deiksis persona pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan tersebut
dituturkan oleh Detektif Handaka. „Aku‟ di sini mengarah kepada
Detektif Handaka. Kutipan percakapan di atas mengungkapkan
bahwa Detektif Handaka yang akan memintakan izin ke sekolah
tempat Erawati mengajar.
14) “Hello, Er! Kena apa, ta, Er, sikepmu ok owah timen
marang aku?” clathune Nusyirwan. (Emprit Abuntut
Bedhug:58)
Terjemahan:
“Hello, Er! Kenapa Er, sikapmu kok sangat berubah
terhadap saya?” ujar Jarot.
36
Dalam kutipan percakapan di atas menunjuk adanya bentuk
deiksis persona pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan tersebut
dituturkan oleh Nusyirwan. „Aku‟ di sini mengarah kepada
Nusyirwan.
15) “Mesthi wae aku tepung karo Dhik Erawati iki. Rong
minggu lawase dheweke nginep ana ngomahku,
dakkandhani kowe! La kowe apane?“ wangsulane Jarot
tumantang.(Emprit Abuntut Bedhug:59)
Terjemahan:
“Pasti saya kenal sama Dhik Erawati ini. Dua minggu
lamanya dia tidur di rumah saya, saya beri tahu kamu! La
kamu apanya?” Jawab Jarot menantang.
Dalam kutipan percakapan di atas menunjuk adanya bentuk
deiksis persona pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan tersebut
dituturkan oleh Nusyirwan. „Aku‟ di sini mengarah kepada
Nusyirwan.
16) “Sajrone rong minggu iki, kowe nyang endi, ta, Er, kok
nggeblas ora kandha-kandha?Lan yen ketemu aku banjur
mlayu kepati-pati ninggal aku?” pitakone Jarot.(Emprit
Abuntut Bedhug:60)
Terjemahan:
“Selama dua minggu ini, kamu kemana saja Er? Kok, tidak
bilang-bilang dan kalau bertemu saya langsung lari
tunggang-langgang meninggalkan saya” tanya Nusyirwan.
Dalam kutipan percakapan di atas menunjuk adanya bentuk
deiksis persona pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan tersebut
dituturkan oleh Nusyirwan. „Aku‟ di sini mengarah kepada
37
Nusyirwan. Kutipan percakapan di atas mengungkapkan bahwa
Erawati lari tunggang langgang jika bertemu dengan Nusyirwan.
17) “aku kandha blaka wae, aku iki pulisi.Yen kowe nyata
tepung karo Jeng iki, apa kowe bisa mbuktekake?”
pitakone Handaka iku nratas rembug. (Emprit Abuntut
Bedhug:61)
Terjemahan:
“Saya berbicara terang terangan saja, saya ini polisi. Kalau
kamu memang tahu gadis ini, apa kamu bisa
membuktikan?” Tanya Handaka menyela percakapan.
Percakapan di atas menunjuk adanya bentuk deiksis persona
pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan tersebut dituturkan oleh
Detektif Handaka. „Aku‟ di sini mengarah kepada Detektif
Handaka.
18) “aku ora rumangsa tepung kowe!” Erawati kaya Srikandi
nantang Bisma. (Emprit Abuntut Bedhug:62)
Terjemahan:
“Saya tidak merasa kenal anda!” Erawati seperti Srikandhi
menantang Bisma.
Kutipan percakapan di atas juga menunjuk adanya bentuk
deiksis persona pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan tersebut
dituturkan oleh Erawati. „Aku‟ di sini mengarah kepada Erawati.
Dalam kutipan percakapan di atas mengungkapkan bahwa Erawati
merasa tidak mengenal Nusyirwan.
19) “Iya, Iya. Nusyirwan, ya? Aku Handaka. Kene numpak
pick-up kene. O, iya. Anu, Dhik. Aku kepingin krungu
pengakune keng ibu dhewe bab tepungmu karo Dhik
Erawati iki.”(Emprit Abuntut Bedhug:63)
38
Terjemahan:
“Iya, Iya. Nusyirwan, ya? Saya Handaka. Sini naik pick-up
sini. O, Iya. Itu, Dhik. Saya ingin mendengar pengakuan
dari ibu sendiri tentang perkenalanmu dengan Dhik Erawati
ini.”
Percakapan di atas menunjuk adanya bentuk deiksis persona
pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan tersebut dituturkan oleh
Detektif Handaka. „Aku‟ di sini mengarah kepada Detektif
Handaka. Kutipan percakapan di atas mengungkapakan bahwa
Detektif Handaka berbicara kepada Nusyirwan bahwa Detektif
Handaka ingin mendengar pengakuan dari ibu tentang
perkenalannya dengan Erawati .
20) “Aku rak pareng, ta, nyuwun ngampil tilpun kuwi
dhisik?” pitakone Handaka nalika weruh tilpun ing meja
cedhak gang memburi. (Emprit Abuntut Bedhug:65)
Terjemahan:
“Saya tidak boleh, kan, meminjam telepon itu dulu?” tanya
Handaka sewaktu melihat telepon di meja dekat jalan ke
belakang.
Percakapan di atas menunjuk adanya bentuk deiksis persona
pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan tersebut dituturkan oleh
Detektif Handaka. „Aku‟ di sini mengarah kepada Detektif
Handaka.
21) “Aku nganti duwe pangiro ala marang polahmu.kang
nyalawadi, nak Era! Sokur, saiki kowe wis bali!
Sokur…!”(Emprit Abuntut Bedhug:66)
Terjemahan:
39
“Saya sampai punya prasangka buruk terhadap tingkahmu
yang salah nak Era! Sukur, sekarang kamu sudah pulang,
Sukur…!”
Percakapan di atas menunjuk adanya bentuk deiksis persona
pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan tersebut dituturkan oleh
Jarot. „Aku‟ disini mengarah kepada Jarot. Kutipan percakapan
diatas mengungkapkan bahwa Jarot hampir memiliki prasanggka
buruk kepada tingkah laku Erawati.
22) “Ah Ora bisa! Aku nemu ya wis ngono kuwi”ujare Jarot
(Emprit Abuntut Bedhug:73)
Terjemahan:
“Ah tidak bisa! Saya menemukan sudah seperti itu” ujar
Jarot.
Dalam kutipan percakapan di atas menunjuk adanya bentuk
deiksis persona pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan tersebut
dituturkan oleh Jarot. „Aku‟ di sini mengarah kepada Jarot.
23) “Ssttt! Aja regejegan dhewe! Aku sing ngurus” Handaka
nugel rembug engkel-engkelan mau.(Emprit Abuntut
Bedhug:75)
Terjemahan:
“Ssttt! Jangan ribut sendiri! Saya yang mengurus” Handaka
menghentikan percakapan yang sama kerasnya tadi.
Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa terdapat deiksis
persona tunggal „aku‟. Percakapan tersebut dituturkan oleh
Detektif Handaka. „Aku‟ di sini mengarah kepada Detektif
Handaka.
40
24) “Percaya aku, aku ora tau ngambah omah kene sak
durunge iki.”(Emprit Abuntut Bedhug:84)
Handaka katon nyepelekake. Dheweke takon maneh
marang Nusyirwan.
“Dadi, kokkira Jeng Erawati iki saiki wong sing lagi lali!”
Terjemahan:
“Percaya saya, saya belum pernah menapakkan kaki di
rumah ini sebelumnya.”
Handaka terlihat menyepelekan. Dirinya bertanya kembali
kepada Nusyirwan.
“Jadi, kamu kira Jeng Erawati ini sekarang orang yang
sedang lupa!”
Berdasarkan kutipan percakapan di atas terdapat deiksis
persona tunggal „aku‟. Percakapan tersebut dituturkan oleh
Erawati. „Aku‟ di sini mengarah kepada Erawati. Kalimat
percakapan di atas mengungkapkan bahwa Erawati belum pernah
menapakan kakinya di rumah yang ditunjukkan oleh Nusyirwan.
25) Detektip Handaka mencerengi Jarot, nudingi bungkusan
tangan tugel karo nyuwara sora,“iki bisa uga perkara
rajapati kang nyalawadi, dhik Jarot! Aku kang kapasrahan
mbongkar wewadi iki dening polisi! Yen aku ora waspada,
bisa uga kadurjanan kaya ngene iki mbrabag, temahan ora
becik kanggone masyarakat!”(Emprit Abuntut Bedhug:86)
Terjemahan:
Detektif Handaka melihat Jarot sambil menunjuk
bungkusan potongan tangan dengan bersuara keras, “ini
bisa saja masalah pembunuhan yang berbahaya, dik Jarot!
Saya yang ditugaskan membongkar masalah ini oleh polisi!
Kalau saya tidak waspada, bisa saja kejahatan seperti ini
bisa menyebar, dan contoh yang tidak baik untuk
masyarakat!”
Berdasarkan kutipan percakapan di atas terdapat deiksis
persona pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan tersebut
41
dituturkan oleh Detektif Handaka. „Aku‟ di sini mengarah kepada
Detektif Handaka.
26) Erawati nyendhal tangane, ucul saka gondhelane
Nusyirwan.
“Aku wis kanthi becik nulung nggoleki uwong ndugal
kuwi.”(Emprit Abuntut Bedhug:88)
Terjemahan:
Erawati melepaskan tangannya, melepaskan dari
genggaman Nusyirwan.
“Saya sudah sangat baik menolong mencari orang jahat
itu.”
Dalam kutipan percakapan di atas menunjuk adanya bentuk
deiksis persona pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan tersebut
dituturkan oleh Erawati. „Aku‟ di sini mengarah kepada Erawati.
27) “Oh, aku ngerti, kowe pulisi palsu! Ora duwe sandhangan
dhines. Palsu! Kowe padha wae karo wartawan-wartawan
kae! Oh, oh!”(Emprit Abuntut Bedhug:89)
“Ana ngendi??!! Wangsulana!!” pitakone Handaka sora.
“Iku urusanku dhewe! Urusanku dheeeweeee!!”
wangsulane Erawati karo kesuh.
Terjemahan:
“Oh, saya tau, kamu polisi palsu! Tidak punya pakaian
dinas. Palsu! Kamu sama saja dengan wartawan-wartawan
itu! Oh, oh!”
“Ada dimana??!! Jawab!!” tanya Handaka keras.
“Itu urusanku sendiri! Urusanku sendiiiriii!!” jawab
Erawati marah.
Dalam kutipan percakapan di atas menunjuk adanya bentuk
deiksis persona pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan tersebut
dituturkan oleh Erawati. „Aku‟ di sini mengarah kepada Erawati.
42
Kalimat percakapan di atas mengungkapkan bahwa menunjukan
Erawati menganggap Detektif Handaka itu polisi palsu.
28) “Aku lunga menyang Semarang! Semaraaang!!
Kandhakna kancamu yen arep kandha! Kandhakna
marang sekongkelanmu!! Aku lunga menyang
Semaraaang!!” ujare Erawati jerat-jerit.(Emprit Abuntut
Bedhug:90)
Terjemahan:
“Saya pergi ke Semarang! Semaraaang!! Sampaikan
kepada temanmu kalau mau bilang! Bilang ke
sekongkolannu!! Saya pergi ke Semaraaaang!!” ujar
Erawati sambil berteriak-teriak.
Berdasarkan kutipan percakapan di atas menunjuk adanya
bentuk deiksis persona pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan
tersebut dituturkan oleh Erawati. „Aku‟ di sini mengarah kepada
Erawati. Kalimat percakapan di atas mengungkapkan bahwa
Erawati pergi ke Semarang.
29) “O, ngreti aku saiki. Jenengmu ki Erawati, mesthi!”
“Ah! Apa pantes aku duwe jeneng apik kaya
ngono?”(Emprit Abuntut Bedhug:92)
“Pantes banget! Cocog! Saiki aku ngundang kowe Dhik
Era ngono wae. Ya?”
Terjemahan:
“O, tahu saya sekarang. Namamu Erawati, pasti!”
“Ah! Apa pantas saya punya nama bagus seperti itu?”
“Pantas sekali! Cocok! Sekarang saya memanggil kamu
Dik Era begitu saja. Ya?”
Kutipan percakapan di atas juga menunjuk adanya bentuk
deiksis persona pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan tersebut
dituturkan oleh Erawati. „Aku‟ di sini mengarah kepada Erawati.
43
Kalimat percakapan di atas mengungkapkan bahwa apakah dia
pantas untuk memiliki nama sebagus itu.
30) Jarot sedang berbicara dengan Detektif Handaka.
Jarot arep muni,”Yen mung Nunus aku wis ora kuwatir.
Tangkepe Erawati marang Nunus saprene iki nyata-nyata
ora dhemen.”Emprit Abuntut Bedhug:101)
Terjemahan:
Jarot mau berkata,”kalau hanya Nunus saya sudah tidak
khawatir. Tanggapan Erawati kepada Nunus sampai
sekarang ini kenyataanya tidak senang”
Berdasarkan kutipan percakapan diatas terdapat deiksis
persona pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan tersebut
dituturkan oleh Jarot. „Aku‟ di dalam kutipan mengarah kepada
Jarot.
31) “Kula lingsem sanget. Mas Jarot! Aja nyawang aku
dhisik. Yen ora merga karepe pulisi, aku ora wani ngaton
kaya ngene ana ngarepe priya”(Emprit Abuntut
Bedhug:103)
“Heh! Jeng Erawati! Kowe ngreti apa sing dikarepake
Dhik Nunus kuwi! Kowe ngreti apa kekuranganmu! Iya,
apa, ora?” pitakone Handaka.
Terjemahan:
“Saya malu sekali. Mas Jarot! Jangan melihat saya dahulu.
Kalau tidak karena keinginan polisi, aku tidak berani tampil
begini di depan pria.”
“Hei! Jeng Erawati! Kamu tahu apa yang diinginkan Dik
Nunus itu!Kamu tahu apa kekuranganmu! Iya, apa tidak?”
pertanyaan Handaka.
Kutipan percakapan di atas menunjuk adanya bentuk
deiksis persona pertama tunggal yaitu „aku‟. „Aku‟ di sini
mengarah kepada Erawati. Dalam percakapan di atas Erawati
44
mengungkapkan bahwa jangan melihat dirinya dahulu, dirinya
sangat malu karena dia tidak biasa tampil di depan pria.
Percakapan tersebut dituturkan oleh Erawati dan „aku‟ di dalam
kutipan percakapan mengarah kepada Erawati.
32) “Kajaba kuwi aku perlu tenagane Dhik Jarot. Aku butuh
wong kuwat.”(Emprit Abuntut Bedhug:109)
“Tiyang kiyat? Kangge menapa? Usung-usung kursi? Kula
kadospundi?”pitakone Erawati
“Eh, sida! Kepriye, wong wis dandan ngono! Ya, sida.
Nanging ora karo Dhik Jarot. Karo Dhik Nusyirwan!”
ujare Handaka kuwasa.
Terjemahan:
“Selain itu saya membutuhkan tenaga Dik Jarot. Saya
butuh orang kuat.”
“Orang kuat? Untuk apa? Mengangkat kursi? Saya
bagaimana?” tanya Erawati.
“Eh, jadi! Bagaimana, sudah bersolek begitu! Iya, jadi.
Tetapi tidak dengan Dik Jarot. Dengan Dik Nusyirwan!”
ujar Handaka berkuasa.
Berdasarkan kutipan percakapan di atas terdapat deiksis
persona pertama tunggal yaitu „aku‟. „Aku‟ di dalam kutipan
menunjukkan kata ganti Detektif Handaka, dalam kutipan tersebut
Detektif Handaka menyatakan dirinya membutuhkan bantuan
tenaga Jarot. Percakapan tersebut dituturkan oleh Detektif Handaka
dan „aku‟ di dalam kutipan percakapan mengarah kepada Detektif
Handaka.
33) “Sing nemu aku ki ya kapan?! Aku ki jan dadi kurban
tenan! Wong nyatane, diganggu dioyak-oyak! Saiki
ditindhes dipeksa laku kesiksen ngene!” gumremenge
Erawati. (Emprit Abuntut Bedhug:110)
Terjemahan:
45
“Yang menemukan saya ini kapan?! Saya juga menjadi
korban! Nyatanya, diganggu dikeja-kejar! Sekarang
ditindas sampai tersiksa begini!” ujar Erawati.
Kutipan percakapan di atas juga menunjuk adanya bentuk
deiksis persona pertama tunggal yaitu „aku‟. „Aku‟ di sini
menunjukkan kata ganti tokoh Erawati. Dalam percakapan di atas
Erawati bercerita bahwa dirinya merasa disiksa dan ditindas.
Percakapan tersebut dituturkan oleh Erawati dan „aku‟ di dalam
kutipan percakapan mengarah kepada Erawati.
34) “Aku iki kudune wes wegah ngono, nggugu pakone pulisi.
Gela aku, kena apa wong-wong iki nalika teka ing omahku
ora dakusir kaya wartawan-wartawan plonco
iku!”grenang-greneng Erawati kanthi ulat
mbesengut.(Emprit Abuntut Bedhug:111)
Terjemahan:
“Saya ini seharusnya tidak mau seperti itu, percaya
perintah polisi. Kecewa aku. Kenapa orang-orang ini jika
datang kerumahku tidak saya usir seperti wartawan-
wartawan tidak sopan itu!” gumam Erawati sampai terlihat
marah.
Kutipan percakapan di atas juga menunjuk adanya bentuk
deiksis persona pertama tunggal yaitu „aku‟. „Aku‟ di sini
menunjukkan kata ganti tokoh Erawati. Dalam percakapan di atas
Erawati mengungkapkan bahwa dirinya sangat kecewa terhadap
polisi karena tidak tegas. Percakapan tersebut dituturkan oleh
Erawati dan „aku‟ di dalam kutipan percakapan mengarah kepada
Erawati.
46
35) “Aku seneng yen kowe nganggo klambi ireng kaya
duwekmu sing wingi kae. Koksimpen neng endi, ta, saiki?”
pitakone Nusyirwan. (Emprit Abuntut Bedhug:114)
Terjemahan:
“Saya senang kalau kamu memakai baju hitam seperti
milikmu kemarin. Kamu simpan dimana, ta, serkarang?”
tanya Nusyirwan.
Dalam kutipan percakapan di atas menunjuk adanya bentuk
deiksis persona pertama tunggal yaitu „aku‟. „Aku‟ di sini
mengarah kepada Nusyirwan. Nusyirwan menyatakan bahwa
dirinya lebih suka kalau Erawati memakai baju hitam miliknya
yang dulu pernah dia pakai.
36) “Aku eling kabeh apa lelakonku. Aku ora edan. Ora perlu
kowe tuku apa-apa sing padha karo sing dhek wingi.”ujare
Erawati. (Emprit Abuntut Bedhug:114)
Terjemahan:
“Saya ingat semua kelakuanku. Saya tidak gila. Tidak perlu
kamu membeli apa-apa seperti yang kemarin.” Ucap
Erawati.
Kutipan percakapan di atas juga menunjuk adanya bentuk
deiksis persona pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan tersebut
dituturkan oleh Erawati. „Aku‟ di sini menunjukkan kata ganti
tokoh Erawati.
37) “Dudu, Pak. Kuwi dudu badan aluse Ndara Siti,”
wangsulane Handaka.
“Lha kok olehe jebles! Sak penganggone!”
“Iya. Anu, Pak. Aku mengko perlu katerangan saka kowe.
Sapa jenengmu, Pak?”(Emprit Abuntut Bedhug:128)
Terjemahan:
47
“Bukan, Pak. Itu bukan arwah Nyonya Siti,” jawab
Handaka.
“Lah kok sangat mirip!
“iya. Itu, Pak. saya nanti memerlukan keterangan dari
kamu. Siapa namamu, Pak?”
Dalam kalimat percakapan di atas terdapat deiksis persona
pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan tersebut dituturkan oleh
Detektif Handaka. „Aku‟ di sini mengarah kepada Detektif
Handaka.
38) “Iya. Iya, ngono. Akur aku karo mas Nunus,” ujare
Erawati. (Emprit Abuntut Bedhug:132)
Terjemahan:
“Iya. Iya, begitu. Setuju saya dengan mas Nunus,” ujar
Erawati
Kutipan percakapan di atas menunjuk adanya bentuk
deiksis persona pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan tersebut
dituturkan oleh Erawati. „Aku‟ disini mengarah kepada Erawati..
Dalam percakapan diatas Erawati mengungkapkan bahwa dirinya
setuju dengan pemikiran Mas Nusyirwan.
39) “Mas Nunus, aku dudu anake wong sugih. Bapakku ngasta
ana DPU Sala, pidalem ing Kampung Batangan.
Sedulurku pat-belas sing urip sanga” Siti Respati leren.
Nata ambegan. Nata pikiran. (Emprit Abuntut
Bedhug:132)
Terjemahan:
“Mas Nunus, saya bukan anak orang kaya. Ayah saya
bekerja di DPU Solo, tempat tinggal di Desa Batangan.
Saudaraku empat belas yang hidup sembilan” Siti Respati
berhenti, mengatur nafas dan mengatur pikiran.
48
Dalam kutipan percakapan di atas menunjuk adanya bentuk
deiksis persona pertama tunggal yaitu „aku‟. „Aku‟ disini
menunjukan kata ganti tokoh Siti Respati.
40) “Tenan ta, sing iki aku durung krungu. Terus?“ pitakone
Erawati.(Emprit Abuntut Bedhug:133)
Terjemahan:
“Benar kan, yang ini saya belum mendengar. Terus?” tanya
Erawati.
Kutipan percakapan di atas juga menunjuk adanya bentuk
deiksis persona pertama tunggal yaitu „aku‟. „Aku‟ di sini
menunjukkan kata ganti tokoh Erawati. Dalam percakapan di atas
mengungkapkan bahwa Erawati belum pernah mendengar masalah
tersebut.
41) “Sapa?” pitakone Jarot marang Bu Guru.
“Sutahal kuwi! Mongsok aku tepung karo wong kaya
ngono!? Huh! Pratingkahe wae aku wis mbleneg!” ujare
Erawati sumengit.(Emprit Abuntut Bedhug:135)
Terjemahan:
“Siapa?” pertanyaan Jarot kepada Bu Guru.
“Sutahal itu! Masa saya kenal dengan orang seperti itu!?
Huh! Tingkahnya saja sudah membuat saya muak.” Ucap
Erawati marah
Dalam kutipan percakapan di atas menunjuk adanya bentuk
deiksis persona pertama tunggal yaitu „aku‟. „Aku‟ di sini
menunjukakn kata ganti tokoh Erawati. Dalam percakapan di atas
Erawati mengungkapkan bahwa dirinya sudah muak melihat
tingkah Sutahal.
49
42) “Aku wis ikhlas, kok, kelangan tangan. Marga aku wis
tetep ketemu karo sedulur kembarku, lan oleh ijol bojo
Mas Nunus iki. Rak iya, ta, Mas? Panjenengan rak tetep
kersa nggarwa aku, ta, sanajan tanganku sing kiwa
puthul?” Siti Respati kanthi legane ati ngakoni
kesalahane. (Emprit Abuntut Bedhug:145)
Terjemahan:
“Saya sudah ikhlas kok, kehilangan tangan. Karena saya
sudah bertemu dengan saudara kembar saya, dan mendapat
Suami Mas Nunus ini. Bukan begitu, kan, Mas? Anda tetap
mau menjadi suami saya, kan, walaupun tangan kiri saya
terpotong?” Siti Respati sangat lega hatinya mengakui
kesalahannya.
Dalam kutipan percakapan di atas menunjuk adanya bentuk
deiksis persona pertama tunggal yaitu „aku‟. „Aku‟ di sini
menunjukkan kata ganti tokoh Siti Respati.
43) “Oh, kuwi layangku, Dhiajeng! Aku sing nulis!” Aloke Siti
Respati. (Emprit Abuntut Bedhug:146)
Terjemahan:
“Oh, itu surat saya, Nona! Saya yang menulis” ujar Siti
Respati
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis
persona tunggal pertama yaitu kata imbuhan „aku‟. „Aku‟ di dalam
percakapan menunjukkan kata ganti tokoh Siti Respati.
44) “Iya, iya, Yu. Aku ngreti, kok, saiki. Pancen, wong
ngukuhi benere dhewe kuwi sebenere wong bodho,
pandelenge ditutupi setan.” Wangsulane Erawati. (Emprit
Abuntut Bedhug:150)
Terjemahan:
50
“Iya, iya, Mbak. Saya tahu, kok, sekarang. Memang, orang
mempertahankan benarnya sendiri itu sebenarnya orang
bodoh, penglihatannya di tutupi setan.” Jawab Erawati.
Dari kutipan percakapan di atas menunjuk adanya bentuk
deiksis persona pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan tersebut
dituturkan oleh Erawati. „Aku‟ di sini menunjukkan kata ganti
tokoh Erawati.
45) Kabeh padha ngguyu krungu tantangane Erawati nganggo
tembung Madura.
“Wartawanmu piye, wartawanmu?” Nusyirwan isih duwe
karep mbeda.
“E, lha cobo yen wani cedhak aku,…”(Emprit Abuntut
Bedhug:153)
Terjemahan:
Semua tertawa mendengar tantangan Erawati memakai
bahasa Madura.
“Wartawan kamu bagaimana, wartawanmu?” Nusyirwan
masih mempunyai keinginan yang lain.
“E, lah coba saja kalau berani mendekat pada saya,...”
Dalam kalimat percakapan di atas menunjuk adanya bentuk
deiksis persona pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan tersebut
dituturkan oleh Erawati. „Aku‟ di sini menunjukkan kata ganti
tokoh Erawati.
46) “Wah Mas Handaka ki sakjane kejem, lho.”ujare Erawati.
“Gek umpama ora enggal konangan Sutahal...? utawa
babar pisan ora bakal ketemu? Kepripun?”
“Ya, aku ki detektip. Ya mesthi ana akal liya.”(Emprit
Abuntut Bedhug:156)
Terjemahan:
“Wah, Mas Handaka ini sebenarnya kejam lo.” Ujar
Erawati.
51
“Seumpama tidakcepat ketahuan Sutahal...? atau sama
sekali tidak ketemu? Bagaimana?”
“Iya, saya ini detektif. Iya pasti banyak akal yang lain.”
Dalam kutipan kalimat percakapan di atas terdapat deiksis
persona pertama tunggal yaitu „aku‟. „Aku‟ di dalam kutipan di atas
menunjukkan kata ganti tokoh Detektif Handaka.
47) “Iiiih, siya-siya! Aku ora kesurupan, kok. Waras. Eling.
Kenya ayu, suci-murni, disapa wong lanang ora ditepungi,
ya genah cemberut, kok aneh!” aloke Erawati. (Emprit
Abuntut Bedhug:157)
Terjemahan:
“Iiiih, sia-sia! Saya tidak kesurupan, kok. Sehat. Ingat.
Kenya cantik, suci-murni, disapa laki-laki tidak dikenali,
ya jelas cemberut. Kok aneh!” ujar Erawati.
Dari kutipan percakapan di atas menunjuk adanya bentuk
deiksis persona pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan tersebut
dituturkan oleh Erawati. „Aku‟ di sini menunjukkan kata ganti
tokoh Erawati.
48) “Kosik. Kosik. Kelingan aku. Piye lelakonku dhek cilik,
aku durung ngreti? Apa ya tenan ibune Yu Siti ki ya
ibuku?” pitakone Erawati. (Emprit Abuntut Bedhug:159)
Terjemahan:
“Sebentar. Sebentar. Teringat saya. Bagaimana kelakuanku
waktu kecil, saya belum tahu? Apa benar ibu Mbak Siti itu
juga ibuku?” tanya Erawati.
Kutipan dari percakapan di atas menunjuk adanya bentuk
deiksis persona pertama tunggal yaitu „aku‟. Percakapan tersebut
52
dituturkan oleh Erawati. „Aku‟ di sini menunjukkan kata ganti
tokoh Erawati.
b. Deiksis Persona Pertama Tunggal “-ku”
1) “Ya ngono iku cara nyambutgaweku. Panjenengan kari
kersa percaya apa ora?”(Emprit Abuntut Bedhug:35)
“Ya, ya, ya. Aku pancen durung tau nyambutgawe bareng
kowe. Kapan wiwitmu nyambutgawe?”
“Saiki,” wangsulane Handaka.
Terjemahan:
“Ya begini ini cara kerja saya. Anda tinggal percaya apa
tidak?”
“Ya, ya, ya. Saya memang belum pernah bekerja bersama
kamu. Kapan kamu mulai bekerja?”
“Sekarang,” jawab Handaka.
Dalam kutipan percakapan di atas menunjukkan adanya
bentuk deiksis persona pertama tunggal yaitu „-ku‟. Percakapan
tersebut dituturkan oleh Detektif Handaka. „-ku‟ di sini
menunjukkan kata ganti tokoh Detektif Handaka.
2) “iku urusanku dhewe! Urusanku dheeeeweeee!!”
wangsulane Erawati(Emprit Abuntut Bedhug:89)
Terjemahan:
“Itu urusan saya sendiri! Urusan saya sendiiiriii!!” jawab
Erawati.
Dalam kutipan percakapan di atas menunjukkan adanya
bentuk deiksis persona pertama tunggal yaitu „-ku‟. Percakapan
tersebut dituturkan oleh Erawati. „-ku‟ di sini menunjukkan kata
ganti tokoh Erawati.
53
3) “Aku ora ngira priye-priye, Dhik. Aku mung nonton
kanyatane. Anggone ngilang saka ngomah utawa saka
sekolahane iku ora kalap. Nanging genah
sengaja”wangsulane Detektip Handaka.
“Sengaja ?! Dados Mas Handaka ndakwa Dhik Era mboten
kalap?”
“Dhik Jarot. Ngati-ati, lo!”
Jarot mbrabak abang raine.
“Lha kuwi, atimu wiwit buntu! Iku ateges kurban moril.
ngilangake kepercayaanku marang kowe.”(Emprit Abuntut
Bedhug:100)
Terjemahan:
“Saya tidak mengira bagaimana, Dik. Saya hanya melihat
kenyataannya. Dirinya menghilang dari rumah atau dari
sekolahan itu tidak lupa tetapi benar sengaja” jawab
Detektif Handaka.
“Sengaja?! Jadi Mas Handaka menuduh Dik Era tidak
lupa?”
“Dik Jarot. Hati-hati, lho!”
Muka Jarot berubah menjadi merah.
“Nah itu, hatimu mulai buntu! Itu menandakan korban
moral. Menghilangkan kepercayaan saya kepada kamu”
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat deiksis persona
pertama tunggal yaitu „-ku‟. „-ku‟ di dalam kutipan menunjukkan
kata ganti Detektif Handaka.
4) “Kena apa, Bu?”
“nak Era nyilih cemaraku.”(Emprit Abuntut Bedhug:105)
Terjemahan:
“Kenapa, Bu?”
“saudari Era pinjam cemaraku.”
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis
persona pertama tunggal yaitu „-ku‟. „-ku‟ disini menunjukkan kata
ganti tokoh ibu dari Nusyirwan.
54
5) “Sumbut karo anggonku kacipuhan.”wangsulane Erawati.
(Emprit Abuntut Bedhug:108)
Terjemahan:
“imbang dengan perjuanganku.” Jawab Erawati.
Kutipan percakapan di atas juga terdapat bentuk deiksis
persona pertama tunggal yaitu „-ku‟. „-ku‟ di sini menunjukkan kata
ganti tokoh Erawati.
6) “Mas Nunus, aku dudu anake wong sugih. Bapakku
ngasta ana DPU Sala, pidalem ing kampung batangan.
Sedulurku pat-belas sing urip sanga. Aku nomer sepuluh,
utawa nomer pitu kang urip.” Siti Respati leren. Nata
ambegan. Nata pikiran.(Emprit Abuntut Bedhug:132)
Terjemahan:
“Mas Nunus, saya bukan anak orang kaya. Ayah saya
bekerja di DPU Solo, tempat tinggal di Desa Batangan.
Saudara saya empat belas yang hidup sembilan. Saya
nomor sepuluh, atau nomor tujuh dari yang masih hidup.
Bapak saya bekerja di DPU Sala.” Siti Respati berhenti.
Mengatur nafas. Mengatur pikiran.
Kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis persona
pertama tunggal yaitu „-ku‟. Percakapan tersebut dituturkan oleh
Siti Respati. „-ku‟ di sini menagarah kepada Siti Respati.
7) Siti Respati leren. Nata ambegan. Nata pikiran.
“Tenan, ta, sing iki aku durung krungu. Terus?” pitakone
Erawati.
“Atiku wiwit goreh maneh…”(Emprit Abuntut Bedhug:133)
Terjemahan:
Siti Respati berhenti. Mengatur nafas dan pikiran.
“Benar, kan, yang ini saya belum pernah mendengar.
Terus?” tanya Erawati.
“hatiku mulai goyah lagi..”
55
Kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis persona
pertama tunggal yaitu „-ku‟. „-ku‟ di sini menunjukkan kata ganti
tokoh Siti Respati. Dalam percakapan di atas Siti Respati
mengungkapkan bahwa hatinya mulai goyah lagi.
8) “Kena apa kok terus nggeblas saka sandingku?” pitakone
Nusyirwan kepengin banget ngreti. (Emprit Abuntut
Bedhug:139)
Terjemahan:
“Kenapa kok terus pergi dari sampingku?” tanya
Nusyirwan ingin sekali mengetahui.
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis
persona pertama tunggal yaitu „-ku‟. „-ku‟ di sini menunjukkan kata
ganti tokoh Nusyirwan.
9) “Oh, kuwi layangku dhiajeng!”aloke Siti Respati. (Emprit
Abuntut Bedhug:146)
Terjemahan:
“Oh, itu suratku dik!” jawab Siti Respati.
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis
persona tunggal pertama yaitu kata imbuhan „-ku‟. „-ku‟ di dalam
percakapan menunjukkan kata ganti tokoh Siti Respati. Dalam
percakapan di atas menyatakan Siti Respati yang mengirim surat.
10) “Kosik. Kosik. Kelingan aku. Piye lelakonku dhek cilik,
aku durung ngreti? Apa ya tenan ibune YuSiti ki ya ibuku?”
pitakone Erawati. (Emprit Abuntut Bedhug:159)
Terjemahan:
56
“Sebentar. Sebentar. Ingat saya. bagaimana tingkah laku
saya saat kecil, saya belumtahu? Apa benar ibu Mbak Siti
itu juga adalah ibuku?” tanya Erawati.
Dari kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis
persona pertama tunggal yaitu „-ku‟. „-ku‟ di sini menunjukkan
kata ganti tokoh Erawati.
c. Deiksis Persona Pertama Tunggal “dak-“
1) Jarot nyaut buku, dibukaki ana ing ngisor lampu. Karepe
arep sinau. Marga kabare kantore arep nganakake ujian
kanggo unggah-unggahan pangkat. Nanging pikirane
Jarot ora bisa uwal saka kanthong biru-kuning kang katon
ngegla ana ngarepe.
“Umpama kantong iki dakbukak, isine mas-inten kang
larang regane ngono, aku mesti enggal-enggal lapur pulisi
Nanging mokal yen isine mas-inten kok sing duwe
ngemohi. Lan ndeleng gemandhule lan grenjele ora pantes
yen bangsane mas-masan”(Emprit Abuntut Bedhug:23)
Terjemahan:
Jarot mengambil buku, dibuka di bawah lampu.
Keinginannya ingin belajar. Karena kabarnya kantornya
akan mengadakan ujian kenaikkan pangkat. Tetapi pikiran
Jarot tidak bisa lepas dari bungkusan biru-kuning yang
terlihat tergeletak di depannya.
“Seandainya bungkusan ini saya buka, isinya mas-berlian
yang mahal harganya, saya harus cepat-cepat lapor polisi.
Tetapi tidak mungkin kalau isinya mas-berlian tapi yang
punya menolak. Dan dilihat dari gantungannya dan
bentuknya tidak pantas kalau itu merupakan mas-berlian.”
Kutipan percakapan di atas juga menunjuk adanya bentuk
deiksis persona pertama tunggal yaitu „dak-„. „Dak-„ di sini
menunjukkan kata ganti tokoh Jarot. Mengungkapkan bahwa Jarot
berandai andai bungkusan itu dibuka olehnya.
57
2) “Aku lagi ngurus rajakaya ilang iki. Nanging dakkira
gampang wae. Barange genah rajakaya, gedhe-gedhe,gek
ora umum, mesthi gampang olehe nggoleki. Dakkira ora
perlu pembantu,” wangsulane Pak Indra. (Emprit Abuntut
Bedhug:29)
Terjemahan:
“Saya sedang mengurus barang yang sangat mahal yang
hilang ini. Tapi saya kira mudah saja. Barangnya jelas
sangat berharga, besar-besar, tidak umum, pasti sangat
mudah mencarinya. Saya kira tidak perlu orang lain untuk
membantu,” jawab Pak Indra.
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis
persona pertama tunggal yaitu „dak-„. „Dak-„ di sini menunjukkan
kata ganti tokoh Inspektur Indra.
3) “Ora ngono, Mas. Sing dakkarepake iku, yen wong iki
ditahan, wong bukti kaculikane durung ana,” wangsulane
Handaka. (Emprit Abuntut Bedhug:34)
Terjemahan:
“ Tidak begitu, Mas. Yang saya inginkan itu, jika orang ini
ditahan, tetapi bukti kejahatannya belum ada,” jawab
Handaka.
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis
persona pertama tunggal yaitu „dak-„. „Dak-„ di sini menunjukkan
kata ganti tokoh Detektif Handaka.
4) “Iya, iya. Apa butuhmu dakbantu.”(Emprit Abuntut
Bedhug:34)
“Aku nyuwun pulisi saregu sing gampang diajak playon
ngetutake langkahku”
“Kanggo ngurus tangan putung iki? Perlu pulisi saregu?
Kanggo apa wae?” pitakone Inspektur Indra.
Terjemahan:
“Iya, iya. Apa kebutuhanmu saya bantu.”
58
“Saya meminta polisi satu regu yang mudah diatur dengan
caraku”
“Untuk mengurus tangan patah ini? Butuh polisi satu regu?
Untuk apa saja?” tanya Inspektur Indra.
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis
persona pertama tunggal yaitu „dak-„. „Dak-„ di sini menunjukkan
kata ganti tokoh Inspektur Indra.
5) “Koen iku aneh-aneh ae. Ngono ae perlu seksi, Rot!”
“Ngene, le, Pip. Ndhuk kana maeng aku nemu kanthong.
Dakkira ae, kantong iku duweke arek klambi koning sing
nyrempet sepedhaku maeng.”(Emprit Abuntut Bedhug:39)
Terjemahan:
“Kamu itu aneh-aneh saja. Begitu saja perlu saksi, Rot!”
“Begini Pip. Di sana tadi saya menemukan bungkusan.
Saya kira, bungkusan itu punya anak baju kuning yang
menyerempet sepeda saya tadi.”
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis
persona pertama tunggal yaitu „dak-„. „Dak-„ di sini menunjukkan
kata ganti tokoh Jarot. Dalam percakapan di atas mengungkapkan
bahwa Jarot mengira bahwa bungkusan tersebut milik anak baju
kuning yang tadi menyerempetnya.
6) “Dadi kowe weruh, rak iya, ta?”Handaka takon.
Apip manthuk rada kurang seneng atnie
“Ngene, dakterangake. Kancamu iki diterka ngumpetake
barang colongan wujud ali-ali rega limang-ewu
rupiyah”(Emprit Abuntut Bedhug:40)
Terjemahan:
“Jadi kamu melihat, bukan begitu, kan?” Tanya Handaka.
Apip menganggukkan kepalanya agak kurang senang
hatinya.
59
“Begini, saya terangkan. Teman kamu ini dituduh
menyembunyikan barang curian berbentuk cincin dengan
harga lima ribu rupiah”
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis
persona pertama tunggal yaitu „dak-„. „Dak-„ di sini menunjukkan
kata ganti tokoh Detektif Handaka.
7) “Mesthi wae aku tepung karo Dhik Erawati iki. Rong
minggu lawase dheweke nginep ana ing ngomahku,
dakkandani kowe! La kowe, apane?” wangsulane
Nusyirwan. (Emprit Abuntut Bedhug59)
Terjemahan:
“Jelas saja saya kenal dengan Dik Erawati ini. Dua minggu
lamanya dirinya menginap di rumah saya, saya kasih tahu
kamu! Lha kamu, apanya?” jawab Nusyirwan.
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis
persona pertama tunggal yaitu „dak-„. „Dak-„ di sini menunjukkan
kata ganti tokoh Nusyirwan.
8) “Daksuwun kanthi alus, Jeng. Kowe kersa mbiyantu
penggaweanku iki,” celathune Handaka.(Emprit Abuntut
Bedhug:98)
Terjemahan:
“Saya minta dengan halus, Jeng. Kamu mau membantu
pekerjaan saya ini,” tanya Handaka.
Berdasarkan kutipan percakapan di atas terdapat deiksis
persona pertama tunggal yaitu „dak-‟. „Dak-„ di sini menunjukkan
kata ganti Detektif Handaka. Dalam percakapan tersebut
mengungkapkan bahwa Handaka meminta kepada erawati untuk
membantu pekerjaannya.
60
9) “Ora, Dhik Nunus. Nalika nginep ana kene, Jeng Era apa
ora tau ngirim layang?”pitakone Handaka.
“Kintun serat? Dhateng sinten?”
“Lha ya kuwi sing arep daktakokake. Yen wis tau kirim
layang, dheweke kirim layang menyang kutha ngendi,
menyang sapa?”(Emprit Abuntut Bedhug:104)
Terjemahan:
“Tidak, Dik Nunus. Sewaktu menginap di sini, Jeng Era
apa tidak pernah mengirim surat?” tanya Handaka.
“Menulis surat? Kepada siapa?”
“ lah ya itu yang akan saya tanyakan. Kalau pernah
mengirim surat, dirinya mengirim surat ke kota mana,
kepada siapa?”
Berdasarkan kutipan percakapan di atas terdapat deiksis
persona pertama tunggal yaitu „dak-„. „Dak-„ di dalam kutipan
menunjukkan kata ganti Detektif Handaka.
10) “Jeng Era. Daksuwun maneh, manuto pokoke Mas
Handaka kuru iki,” ujare Handaka. (Emprit Abuntut
Bedhug:110)
Terjemahan:
“Jeng Era. Saya minta lagi, pokoknya percaya Mas
Handaka yang kurus ini,” ujar Handaka.
Berdasarkan kutipan percakapan di atas terdapat deiksis
persona pertama tunggal yaitu „dak-„. „Dak-„ di dalam kutipan
menunjukkan kata ganti Detektif Handaka, dalam kutipan tersebut
menyatakan bahwa Detektif Handaka meminta Erawati untuk
percaya pada dirinya.
11) “Ora ana barang sing dakmilikake saka kowe!”(Emprit
Abuntut Bedhug:114)
Terjemahan:
61
“Tidak ada barang yang aku miliki dari kamu.”
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis
persona pertama tunggal yaitu „dak-„. „Dak-„ di sini menunjukkan
kata ganti tokoh Nusyirwan
12) “Sakjane Mas Nunus rak wis dhamang kabeh, wong wis
dakcritani. Mas Handaka uga wis pirsa.” ujare Siti
Respati. (Emprit Abuntut Bedhug:132)
Terjemahan:
“Sebenarnya Mas Nunus juga sudah tahu semua, orang
sudah saya kasih tahu. Mas Handaka juga sudah tahu.”
Ujar Siti Respati.
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis
persona pertama tunggal yaitu „dak-„. „Dak-„ di sini menunjukkan
kata ganti tokoh Siti Respati.
13) “Lha Mas Nunus salah tampa. Aku takon apa Mas Nunus
tepung Erawati ing SGKP, kok banjur ngira aku jeneng
Erawati. Ya, wis, jeneng iku banjur dakenggo ngono wae,
sawetara, tanpa permisi karo sing duwe.”(Emprit Abuntut
Bedhug:137)
Terjemahan:
“Lah Mas Nunus salah tanggap. Saya tanya apa Mas
Nunus kenal dengan Erawati di SGKP, kok jadi mengira saya
namanya Erawati. Iya, sudah nama ini terus saya pakai itu
saja, sementara, tanpa meminta izin dengan yang punya.”
Kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis persona
pertama tunggal yaitu „dak-„. „Dak-„ di sini menunjukkan kata
ganti tokoh Siti Respati.
14) “Dakkira kowe nggoleki Jeng Era.”(Emprit Abuntut
Bedhug:147)
62
Terjemahan:
“Saya sangka kamu mencari Jeng Era.”
Dalam kalimat percakapan di atas terdapat kutipan yang
terdapat deiksis persona pertama tunggal yaitu „dak-„. „Dak-„ di
dalam kutipan menunjukkan kata ganti Detektif Handaka.
15) “Dadi wong wadon liya sing daktemokake keri mesthi
jenenge jeneng wadon sing sijine.”(Emprit Abuntut
Bedhug:157)
Terjemahan:
“Jadi wanita lain yang saya temukan terakhir pasti
namanya nama wanita yang satu.”
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis
persona pertama tunggal yaitu „dak-„. „Dak-„ di sini menunjukkan
kata ganti tokoh Nusyirwan.
d. Deiksis Persona Pertama Tunggal “kula“
1) “ Anu, Pak. Kula manggih kanthong menika. Wonten
praliman Blawuran mrika.”(Emprit Abuntut Bedhug:31)
“Nah, enggih. Mang dhudhah isine, terus mang pek
artane, nggih, ta?”
“Anu, Pak. Mboten ngaten. Sanes arta. Nanging
menika....! Pareng kuladhudhah kulaedalaken, Pak?”
pitakone Jarot.
Terjemahan:
“ Begini, Pak. Saya menemukan bungkusan tersebut. Di
simpang lima Blawuran.”
“Nah, iya. Di buka isinya, terus di ambil uangnya, begitu,
kan?”
63
“Begini, Pak. Bukan begitu. Bukan uang. Tetapi itu....!
Boleh saya buka lalu saya keluarkan, Pak?” tanya Jarot.
Berdasarkan kutipan percakapan di atas terdapat bentuk
deiksis persona pertama tunggal yaitu „kula‟. „Kula‟ di atas
menunjukkan kata ganti Jarot. Jarot mengungkapkan bahwa dia
menemukan bungkusan tersebut.
2) “Saestu, kok, Pak!”
“Mokal niku. Pun ngaku mawon. Teng pundi sampeyan
angsal tangan niku? Tiyange mang aniaya teng pundi?
Ngaku!”
“Leres, Pak. Kula mboten damel crita mokal!” wangsulane
Jarot. (Emprit Abuntut Bedhug: 33)
Terjemahan:
“Betul, kok, Pak!”
“Palsu itu. Sudah mengaku saja. Dimana anda mendapat
potongan tangan itu? Orang tersebut disiksa di mana?
Mengaku!”
“Benar,Pak. Saya tidak mengarang cerita plasu!” jawab
Jarot.
Berdasarkan kutipan di atas dapat dilihat bahwa terdapat
deiksis persona pertama tunggal yaitu „kula‟. „Kula‟ di atas
menunjukkan kata ganti Jarot. Jarot mengungkapkan bahwa dia
membenarkan bahwa dia tidak mengarang cerita sendiri.
3) “Oh, inggih. Wonten, Pak, anu, Mas. Si Apip, kanca kula.
Kula saweg ketheker-ketheker nagekaken sepedhah, Apip
langkung lan aruh-aruh kula. Kula sumerep griyanipun,”
celathune Jarot. (Emprit Abuntut Bedhug:36)
Terjemahan:
“Oh, Iya. Ada, Pak, eh, Mas. Apip, teman saya. Saya
sedang berusaha membangunkan sepeda, Apip lewat dan
menolong saya. Saya tahu rumahnya,” ujar Jarot.
64
Berdasarkan kutipan di atas terdapat deiksis persona pertama
tunggal yaitu „kula‟. „Kula‟ di atas menunjukkan kata ganti Jarot.
Jarot mengungkapkan bahwa dia tahu rumah Apip.
4) “Kula mboten pangling. Menika griyanipun kanca kula,
yen dereng pindhah,” ujare Jarot. (Emprit Abuntut
Bedhug:38)
Terjemahan:
“Saya tidak lupa. Jika rumah teman saya, kalau belum
pindah,” ujar Jarot
Berdasarkan kutipan di atas terdapat deiksis persona pertama
tunggal yaitu „kula‟. „Kula‟ di atas menunjukkan kata ganti Jarot.
Jarot mengungkapkan bahwa dia tidak lupa dengan rumah
temannya.
5) “Kula mboten kesesa. Nanging menapa perlu kula
criyosaken? Kula sampun bosen kedah criyos bab dhiri
kula dhateng para wartawan, terus wawancara wonten
majalah. Bosen! Risi kula kalyan wartawan-wartawan
ingusan menika!” ujare Erawati dadi sumengit.”(Emprit
Abuntut Bedhug:47)
Terjemahan:
“Saya. Tidak tergesa-gesa. Tetapi apa perlu saya ceritakan?
Saya sudah bosan bercerita tentang diri saya kepada para
wartawan, terus wawancara di majala. Bosan! Terganggu
saya dengan wartawan-wartawan itu!”
Kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis persona
pertama tunggal yaitu „kula‟. „Kula‟ di sini menunjukkan kata ganti
tokoh Erawati.
6) “Kula sanes ingkang gadhah kanthong menika”(Emprit
Abuntut Bedhug:50)
65
Terjemahan:
“Saya bukan yang punya bungkusan tersebut”
Kutipan percakapan di atas juga menunjuk adanya bentuk
deiksis persona pertama tunggal yaitu „kula‟. „Kula‟ di sini
menunjukkan kata ganti tokoh Jeng Erawati. Dalam percakapan di
atas Jeng Erawati mengungkapkan bahwa barang tersebut bukan
miliknya.
7) “Mboten sisah, mboten sisah, Pak. Kula naming kaget
sekedhap, kok!” ujare Erawati. (Emprit Abuntut
Bedhug:53)
Terjemahan:
“Tidak usah, tidak usah, Pak. Saya cuma terkejut sebentar,
kok!” ujar Erawati.
Kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis persona
pertama tunggal yaitu „kula‟. „Kula‟ di sini menunjukkan kata ganti
tokoh Erawati.
8) “Kadospundi cara kula mbiyantu?” putusane
Erawati(Emprit Abuntut Bedhug:55)
Terjemahan:
“Bagaimana cara saya ikut membantu?” keputusan Erawati.
Kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis persona
pertama tunggal yaitu „kula‟. „Kula‟ di sini menunjukkan kata ganti
tokoh Erawati. Dalam percakapan di atas Erawati menyanggupi
bagaimana cara ikut membantu.
9) “Aku ora rumangsa tepung karo kowe!” ujare Erawati
kaya Srikandhi nantang Bisma. “Saestu Mas Handaka
66
Kula mboten tepang kaliyan piyambakipun.” (Emprit
Abuntut Bedhug:62)
Terjemahan:
“Saya tidak merasa kenal kamu!” ujar Erawati seperti
Srikandhi menantang Bisma. “Benar Mas Handaka. Saya
tidak mengenal orang tersebut”
Kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis persona
pertama tunggal yaitu „kula‟. „Kula‟ di sini menunjukkan kata ganti
tokoh Erawati.
10) “O, inggih, inggih. Kula mangertos.” Ujare Nusyirwan
wicaksana.
“Wis, ayo numpak pick-up!”printahe Handaka.
“Mas. Kula mbekta sepedhah motor piyambak”(Emprit
Abuntut Bedhug:63)
Terjemahan:
“O, iya, iya. Saya mengerti” ujar Nusyirwan Bijaksana.
“Sudah, ayo naik pick-up!” perintah Handaka.
“Mas. Saya membawa sepeda motor sendiri”
Berdasarkan kutipan kalimat percakapan di atas terdapat
deiksis persona pertama tunggal yaitu „kula‟. „Kula‟ di atas
menunjukkan kata ganti Nusyirwan..
11) “Menika kamar kula. Lajeng, sebelah menika, kamaripun
Dhik Erawati nalika wonten mriki. Kelingan ora kowe,
Er?” ujare Nusyirwan sinambi lumaku ndhereake Detektip
Handaka. (Emprit Abuntut Bedhug:66)
Terjemahan:
“Itu kamar saya. Terus, disebelahnya, kamar Dik Erawati
pada saat tinggal di sini. Ingat tidak kamu, Er?” ujar
Nusyirwan sambil menemani Detektif Handaka.
67
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis
persona pertama tunggal yaitu „kula‟. „Kula‟ di sini menunjukkan
kata ganti tokoh Nusyirwan.
12) Nusyirwan mesem. Pitakon iku diwangsuli kanthi senenge
ati,“Kala piyambakipun wonten ing griya ngriki,
piyambakipun nyanggupi badhe dados sisihan
kula.”(Emprit Abuntut Bedhug:75)
Terjemahan:
Nusyirwan tersenyum. Pertanyaan tersebut dijawabnya
dengan senang hati,“Pada saat itu dirinya ada di rumah ini,
dirinya bersedia akan jadi pendamping saya.”
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis
persona pertama tunggal yaitu „kula‟. „Kula‟ di sini menunjukkan
kata ganti tokoh Nusyirwan. Nusyirwan menjelaskan bahwa
Erawati menyanggupi untuk menjadi pendamping dirinya.
13) Nusyirwan ngeterake nganti Erawati lungguh, terus mateni
pick-up. Bubar ngono Nusyirwan gage nyedhaki Handaka.
“Anu, Mas Pulisi. Eh, Detektip. Kula kemutan kadospundi
wiwitipun piyambakipun ngaken nama Erawati.”(Emprit
Abuntut Bedhug:92)
Terjemahan:
Nusyirwan mengantarkan hingga Erawati duduk, lalu
mematikan pick-up. Setelah itu Nusyirwan ceoat
mendekati Handaka.
“Begini, Mas Polisi. Eh, Detektif. Saya ingat bagaimana
dirinya mengaku bernama Erawati.”
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis
persona pertama tunggal yaitu „kula‟. „Kula‟ di sini menunjukkan
kata ganti tokoh Nusyirwan.
68
14) Yu Sikah diiringi Nusyirwan menyang ngarepan.
Ing ngarepan bareng ditakoni Handaka Yu Sikah
mangsuli,“Inggih, Den. Kula dipunutus ngeposaken.
Nanging mboten ngretos serat menika dhumateng sinten.
Kula radi wegah maos seratan tangan, Den.”(Emprit
Abuntut Bedhug:105)
Terjemahan:
Yu Sikah ditemani Nusyirwan hingga depan.
Di depan setelah di tanya oleh Handaka, Yu Sikah
menjawab,“Iya, Mas. Saya di perintah untuk mengeposkan.
Tetapi tidak tahu surat tersebut ditujukan kepada siapa.
Saya agak malas membaca tulisan tangan, Mas.”
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis
persona pertama tunggal yaitu „kula‟. „Kula‟ di sini menunjukkan
kata ganti tokoh Yu Sikah.
15) “Priye, Dhik Nunus, saiki?” pitakone Handaka
“Jebles Putri Sala!”
“Apa kowe wis tau weruh Putri Sala?”
“Kula sampun nate wektu dipunajak marak dhateng
nglebet Kraton Solo.”(Emprit Abuntut Bedhug:108)
Terjemahan:
“Bagaimana, Dik Nunus, sekarang?” tanya Handaka
“Mirip Putri Solo!”
“Apa kamu sudah pernah melihat Putri Solo?”
“Saya sudah pernah waktu diajak ke dalam Keraton Solo.”
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis
persona pertama tunggal yaitu „kula‟. „Kula‟ di sini menunjukkan
kata ganti tokoh Nusyirwan. Nusyirwan menjelaskan bahwa
dirinya pernah di ajak berkunjung ke dalam Keraton Solo.
16) “Kula inggih sampun bosen, lho, Mas Handaka. Nganti
apal rega-regane barang sing didhasar kabeh!” Erawati
nyelani kandha. (Emprit Abuntut Bedhug:113)
69
Terjemahan:
“Saya juga sudah bosan, lho, Mas Handaka. Sampai hafal
harga-harganya barang yang ada di dasar semua!” Erawati
menyela pembicaraan.
Kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis persona
pertama tunggal yaitu „kula‟. „Kula‟ di sini menunjukkan kata
ganti tokoh Erawati.
17) “Kena apa ta Dhik Jarot, katone kok kuwatir?”
“Piyambakipun sampun mboten purun ningali kula menika
wau.”(Emprit Abuntut Bedhug:115)
Terjemahan:
“Kenapa Dik Jarot, kelihatannya khawatir sekali?
“Dirinya tadi sudah tidak mau menemui saya.”
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis
persona pertama tunggal yaitu „kula‟. „Kula‟ di sini menunjukkan
kata ganti tokoh Jarot.
18) “Lan tresna dumateng kula malih, inggih?”(Emprit
Abuntut Bedhug:122)
Terjemahan:
“Dan cinta kepada saya lagi, iya?”
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis
persona pertama tunggal yaitu „kula‟. „Kula‟ di sini menunjukkan
kata ganti tokoh Nusyirwan.
70
e. Deiksis Persona Pertama Jamak “awake dhewe”
1) “Aku rak pareng, ta, nyuwun ngampil tilpun kuwi dhisik?”
pitakone Handaka.
“La mangga, menawi ngersakaken.”
“Kene nomer tilpune pira?”
“Selatan, empat-delapan-tujuh.”
“Dhik Jarot. Nyambat, Dhik, tilpuna Pak Indra seksi III,
matura awake dhewe ana kene.”(Emprit Abuntut
Bedhug:65)
Terjemahan:
“Saya tidak boleh, ya, meminjam telepon itu dulu?” tanya
Handaka.
“Silahkan, apabila menginginkan.”
“Sini nomor teleponnya berapa?”
“Selatan, empat-delapan-tujuh.”
“DikJarot. Bicara, Dik, teleponkan Pak Indra seksi III,
bicara saja kita ada di sini.”
Kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis persona
pertama jamak yaitu „awake dhewe‟. „Awake dhewe‟ di sini
menunjukkan kata ganti tokoh Detektif Handaka dan Jarot. Dalam
percakapan di atas Detektif Handaka memerintah jarot untuk
menelepon Inspektur Indra dan memberitahukan bahwa Handaka
dan Jarot ada di sini.
2) “Lha wong salah tampa, kok, Jeng. Wong salah tampa,
salah pangreten, lali, kuwi mesthi fanatik ngira awake
dhewe bener, ngugemi kebenerane. Wani mati. Diterka
ndhugal apa kurangajar, ya wani wae. Ora arep isin! Lha
wong rupamu ya jebles rupaku, ya disengguh yen kowe
kuwi aku!” Siti Respati mbelani tunangane. (Emprit
Abuntut Bedhug:150)
Terjemahan:
“Lah memang salah menerima, kok, Jeng. Memang salah
salah menerima, salah pengertian, lupa, itu pasti fanatik
menyangka dirinya sendiri benar, membanggakan
71
kebenarannya. Berani mati. Dituduh jahat apa kurang ajar,
berani saja. Tidak ingin malu! Lah muka kamu mirip muka
Saya, ya jelas kamu disangka sebagai Saya!” Siti respati
membela tunangannya.
Kutipan percakapan di atas terdapat deiksis persona
pertama jamak yaitu „awake dhewe‟. „Awake dhewe‟ di sini
menunjukkan kata ganti Erawati. Siti Respati mengungkapkan
bahwa tunangannya tidak bersalah, karena terjadi kesalah
pahaman yang mengira Erawati adalah Siti Respati.
f. Deiksis Persona Pertama Jamak “kita”
1) “Inggih. Saged ugi mekaten. Nanging, nanging kula
mboten tepang kaliyan tiyang menika menika?” ujare
Jarot.
“Dhek mau kowe ya kandha ora kenal lan ora niteni Dhik
Erawati iki. Sidane saiki ya bisa nemokake. Jeng Era
mesthi kersa mbiyantu kita, arep mbenerake barang kang
ora bener! Nggih, ta, Jeng?” ujare Handaka kanthi yakin.
(Emprit Abuntut Bedhug:50)
Terjemahan:
“Iya. Bisa jadi begitu. Tetapi, tetapi saya tidak kenal
dengan orang-orang tersebut?” ujar Jarot.
“Dek, kamu tadi bilang tidak mengenal dan tidak
menunggu Dik Erawati ini. Akhirnya juga bisa
menemukan. Jeng Era pasti mau membantu kita, mau
membenarkan hal yang tidak benar! Bukan begitu Jeng?”
ujar Handaka sangat yakin.
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis
persona pertama jamak yaitu „kita‟. „Kita‟ di sini menunjukkan
dan mengarah ke tokoh Detektif Handaka dan Jarot.
2) Dina Sebtu wayah jam papat sore panase isih sumelet, ana
becak mandheg ing omah nomer sewelas. Sing numpak
72
priyayi nom-noman. Sing lanang mbayar becak, sing
wadon ngenteni karo mbener-mbenerake roke kang
sakjane wis bener. Wong nom-noman loro mau Jarot lan
Erawati.
“Ayo, ta, Mas, rada cepet. Aku selek pengin ketemu Yu
Siti. Saiki dheweke mesthi wis dandan, dadi ora kaya sing
kita weruhi yen ana rumah sakit kae.” (Emprit Abuntut
Bedhug:130)
Terjemahan:
Hari Sabtu sekitar jam empat sore panasnya masih
menyengat, ada becak berhenti di Rumah nomor sebelas.
Yang menaiki anak muda. Yang laki-laki membayar becak,
yang perempuan menunggu sambil membenarkan roknya
yang sebenarnya sudah benar. Dua anak muda tersebut
adalah Jarot dan Erawati.
“ Ayo , ta, Mas, agak cepat. Saya tidak sabar untuk segera
bertemu Mba Siti. Sekarang dirinya pasti sudah berdandan,
jadi tidak seperti yang kita lihat pada waktu di Rumah
Sakit itu.”
Berdasarkan kutipan percakapan di atas terdapat deiksis
persona pertama jamak yaitu „kita‟. „Kita‟ di atas menunjukkan
kata ganti Jarot dan Erawati.
g. Deiksis Persona Kedua Tunggal“kowe”
1) “Dadi kowe weruh, rak iya, ta?” Handaka takon sereng.
Apip manthuk rada kurang seneng atine.(Emprit Abuntut
Bedhug:40)
Terjemahan:
“Jadi kamu melihat, iya kan?” Handaka bertanya dengan
tegas. Apip mengangguk sedikit kurang suka hatinya
Dalam percakapan di atas terdapat deiksis persona kedua
tunggal yaitu terdapat pada kata „kowe‟. „Kowe‟ dalam
73
percakapan di atas dituturkan oleh Handaka dan mengarah kepada
Apip.
2) “Mas Jarot dateng kapulisen! Manggih barang adi ingkang
cilik ngene, upama disingitake dhewe wae rak ora dadi
perkara, Mas? Kowe ki kebangetan jujure….!” Ujare
Erawati terus mbalekake ali-ali mau marang
Handaka.(Emprit Abuntut Bedhug:52)
Terjemahan:
“ Mas Jarot ke kepolisian! Menemukan barang yang kecil
begini, seandainya dismpan sendiri saja kan tidak jadi
masalah mas? Kamu keterlaluan jujurnya…!” ucap Erawati
sambil mengembalikan cincin tadi ke Handaka.
Dalam percakapan di atas terdapat deiksis persona kedua
tunggal yaitu terdapat kata „kowe‟. „Kowe‟ di atas dituturkan oleh
Erawati dan mengarah kepada Jarot.
3) “Kowe apa tepung karo putri iki, kok nyapa-nyapa?”
pitakone pemuda kuru sing mau meh ketabrak si Kenya iku
sajak nantan marang wong bagus sing nyapa si
kenya.(Emprit Abuntut Bedhug:58)
Terjemahan:
“ Kamu apa kenal sama putri ini, kenapa menyapa-nyapa?”
Tanya pemuda kurus yang tadi hampir tertabrak si gadis itu
sambil seakan-akan menantang orang gagah yang menyapa
si gadis.
Dalam percakapan di atas terdapat deiksis persona kedua
tunggal yaitu terdapat kata „kowe‟. „Kowe‟ di atas dituturkan oleh
Detektif Handaka dan mengarah kepada Nusyirwan.
4) “yen bener kowe tepung priyayi putri iki, ayo padha ngiwa
kana. Aku duwe rembug sethitik karo kowe,” celathune
nom noman sing kuru mau.(Emprit Abuntut Bedhug:59)
Terjemahan:
74
“kalau bener kamu kenal orang terhormat ini, ayo kita
kesana. Saya punya musyawarah sedikit sama kamu,” ucap
orang muda yang kurus tadi.
Dalam percakapan di atas terdapat deiksis persona kedua
tunggal yaitu terdapat kata „kowe‟. „Kowe‟ di atas dituturkan oleh
Detektif Handaka dan mengarah kepada Nusyirwan.
5) “Kowe ki piye ta, Er?! Kok mentolo muni mengkono?”
panyarune wong bagus.(Emprit Abuntut Bedhug:62)
Terjemahan:
“Kamu bagamana sih, Er?! Kenapa tega bilang seperti
itu?” ujarnya orang bagus.
Dalam percakapan di atas terdapat deiksis persona kedua
tunggal yaitu terdapat kata „kowe‟. „Kowe‟ di atas dituturkan oleh
Nusyirwan dan mengarah kepada Erawati
6) “Kowe apa anak ontang-anting?” (Emprit Abuntut
Bedhug:64)
Terjemahan:
“Kamu apakah anak tunggal?
Dalam percakapan di atas terdapat deiksis persona kedua
tunggal yaitu terdapat kata „kowe‟. „Kowe‟ di atas dituturkan oleh
Detektif Handaka dan mengarah kepada Nusyirwan.
7) “Aku nganti duwe pangiro ala marang polahmu.kang
nyalawadi, nak Era! Sokur, saiki kowe wis bali!
Sokur…!”(Emprit Abuntut Bedhug:66)
Terjemahan:
“Saya sampai punya prasangka buruk terhadap tingkahmu
yang sudah keterlaluan nak Era! Sukur, sekarang kamu
sudah pulang, Sukur…!”
75
Dalam percakapan di atas terdapat deiksis persona kedua
tunggal yaitu terdapat kata „kowe‟. „Kowe‟ di atas mengarah
kepada Erawati.
8) “ Rak ya waras, ta, Kowe, Nak Era? Rak ora kurang sawiji
apa?”(Emprit Abuntut Bedhug:67)
Terjemahan:
“ sehat kan kamu, nak Era? tidak kurang sedikitpun?”
Dalam percakapan di atas terdapat deiksis persona kedua
tunggal yaitu terdapat kata „kowe‟. „Kowe‟ di atas dituturkan oleh
Ibu Nusyirwan dan mengarah kepada Erawati.
9) “Kowe rak neng mburi kene dhisik, ta, Er? Ibu durung
mari kangene ngono sajake?” penarine Nisyirwan marang
Erawati, ngrengkuh-ngregkuh.(Emprit Abuntut
Bedhug:68)
Terjemahan:
“Kamu tidak di belakang sini dahulu, ta, Er? Ibu belum
sembuh kangennya bengitu kelihatanya?” bujuknya
Nusyirwan kepada Erawati mengiba.
Dalam percakapan di atas terdapat deiksis persona kedua
tunggal yaitu terdapat kata „kowe‟. „Kowe‟ di atas dituturkan oleh
Nusyirwan dan mengarah kepada Erawati.
10) “Kapan kowe weruh kantong iki kang
pungkasan?”(Emprit Abuntut Bedhug:69)
Terjemahan:
“kapan kamu melihat bungkusan ini terakhir kali?”
Dalam percakapan di atas terdapat deiksis persona kedua
tunggal yaitu terdapat kata „kowe‟. „Kowe‟ di atas dituturkan oleh
Handaka dan mengarah kepada Nusyirwan
11) “Dadi kowe ngakoni yen kanthong lan ali-ali iki asale
saka kowe?”(Emprit Abuntut bedhug:71)
76
Terjemahan:
“Jadi kamu mengakui kalau bungkuan dan cincin ini
berasal dari kamu?”
Dalam percakapan di atas terdapat deiksis persona kedua
tunggal yaitu terdapat kata „kowe‟. „Kowe‟ di atas dituturkan oleh
Handaka dan mengarah kepada Nusyirwan.
12) “Kowe ora perlu nutuh-nutuh aku!” panggetake
Erawati.(Emprit Abuntut Bedhug:75)
Terjemahan:
“Kamu tidak perlu nuduh-nuduh saya?” ancam Erawati
Dalam percakapan di atas terdapat deiksis persona kedua
tunggal yaitu terdapat kata „kowe‟. „Kowe‟ di atas dituturkan oleh
Handaka dan mengarah kepada Nusyirwan.
13) “Er,. Kena apa kowe kok kakehan punika?” bisike
Nusyirwan bareng wis dansah sawatara. Saya larut ing
wirama musike.(Emprit Abuntut Bedhug:87)
Terjemahan:
“Er. Kenapa kamu kok kebanakan seperti itu?” bisik
Nusyirwan saat dansa sudah di mulai sebentar. Semakin
larut dalam irama musiknya.
Dalam percakapan di atas terdapat deiksis persona kedua
tunggal yaitu terdapat kata „kowe‟. „Kowe‟ di atas dituturkan oleh
Nusyirwan dan mengarah kepada Erawati.
14) “kowe rak wes ngerti pitakonku. Wangsulana!”(Emprit
Abuntut Bedhug:89)
Terjemahan:
“kamu kan sudah tahu pertanyaan saya. Makanya
dijawab!”
Percakapan di atas menunjuk adanya bentuk deiksis
persona kedua tunggal yaitu „kowe‟. „Kowe‟ di sini menunjukkan
kata ganti tokoh Erawati yang dituturkan oleh Detektif Handaka.
77
15) “Erawati! Erawati! elinga, kowe dadi urusane pulisi
ngertia! Aja nggugu karepmu dhewe! Swarane Handaka
nggreget lan atos.(Emprit Abuntut Bedhug:90)
Terjemahan:
“Erawati! Erawati! ingatlah! Kamu jadi urusannya polisi
tahu tidak! Jangan nurut kemauan km sendiri! Suaranya
Handaka sedikit membentak dan keras.
Percakapan di atas menunjuk adanya bentuk deiksis
persona kedua tunggal yaitu „kowe‟. „Kowe‟ di sini menunjukkan
kata ganti tokoh Erawati yang dituturkan oleh Detektif Handaka.
16) “O, dadi kowe ki guru SGKP, ta?” bisike Nusyirwan
swarane kendho.(Emprit Abuntut Bedhug:91)
Terjemahan:
“ O, jadi kamu ini guru SGKP, ta?” bisik Nusyirwan
dengan suara melemah.
Percakapan di atas menunjuk adanya bentuk deiksis
persona kedua tunggal yaitu „kowe‟. „Kowe‟ di sini menunjukkan
kata ganti tokoh Erawati yang dituturkan oleh Nusyirwan.
17) “Kowe kabeh ditelik, diawasi obah mosikmu dening polisi,
marga tinerka kacenthok melu urun tumindak ing
kadurjanan iki. Ngerti?” ujare Handaka mbubarake
parepatan.(Emprit Abuntut Bedhug:94)
Terjemahan:
“Kamu semua diintai, diawasi tingkahlakumu oleh polisi,
sebab diterka terlibat si kejahatan ini. Paham?” ujar
Handaka membubarkan diskusi.
Percakapan di atas menunjuk adanya bentuk deiksis
persona kedua tunggal yaitu „kowe‟. „Kowe‟ di sini menunjukkan
kata ganti tokoh semuanya yang ada di diskusi tersebut dan
dituturkan oleh Detektif Handaka.
78
18) “Kowe kersa mbiyantu pegaweanku iki,” celathune
Handaka.(Emprit Abuntut Bedhug:103)
Terjemahan:
“Kamu merasa membantu pekerjaanku ini” ucap Handaka.
Percakapan di atas menunjuk adanya bentuk deiksis
persona kedua tunggal yaitu „kowe‟. „Kowe‟ di sini menunjukkan
kata ganti tokoh Jarot yang dituturkan oleh Detektif Handaka.
19) “Heh! Jeng Erawati! Kowe ngerti apa sing dikarepke Dhik
Nunus kuwi! Kowe ngerti apa kekuranganmu! Iya apa
ora?” pitakonane Handaka.(Emprit Abuntut Bedhug:103)
Terjemahan:
“Heh! Jeng Erawati! Kamu tahu apa yang diinginkan Dhik
Nunus itu! Kamu tahu apa kekuranganmu! Iya apa tidak?”
Tanya Handaka.
Percakapan di atas menunjuk adanya bentuk deiksis
persona kedua tunggal yaitu „kowe‟. „Kowe‟ di sini menunjukkan
kata ganti tokoh Erawati yang dituturkan oleh Detektif Handaka.
20) “Apa kowe wis tau weruh Putri Sala?”(Emprit Abuntut
Bedhug:108)
Terjemahan:
“Apa kamu pernah melihat Putri Solo?”
Percakapan di atas menunjuk adanya bentuk deiksis
persona kedua tunggal yaitu „kowe‟. „Kowe‟ di sini menunjukkan
kata ganti tokoh Jarot yang dituturkan oleh Detektif Handaka.
21) “Apa kowe isih rumangsa cocog karo Erawati iki?”
Pitakonane Handaka.(Emprit Abuntut Bedhug:122)
Terjemahan:
“Apakah Kamu masih merasa cocok sama Erawati ini?”
Tanya Handaka
Percakapan di atas menunjuk adanya bentuk deiksis
persona kedua tunggal yaitu „kowe‟. „Kowe‟ di sini menunjukkan
kata ganti tokoh Nusyirwan yang dituturkan oleh Detektif
Handaka.
22) “Heh, Jeng Erawati! Kowe aja lali yen isih dadi teliking
pulisi!” mrana-mrana keprungu swara sora
sumingit.(Emprit Abuntut Bedhug:130)
79
Terjemahan:
“Heh, Jeng Erawati! Kamu jangan lupa kalau masih jadi
mata-mata polisi” kesana kesana ketahuan tingkahnya.
Percakapan di atas menunjuk adanya bentuk deiksis
persona kedua tunggal yaitu „kowe‟. „Kowe‟ di sini menunjukkan
kata ganti tokoh Erawati yang dituturkan oleh Detektif Handaka.
23) “Jeng Era! Sing arep crita ki, kowe apa mbakyumu?!”
pitakone Detektif Handaka. (Emprit Abuntut Bedhug:132)
Terjemahan:
“Jeng Era! Yang mau cerita ini, kamu apa kakak
perempuanmu?!” Tanya Detektif Handaka.
Percakapan di atas menunjuk adanya bentuk deiksis
persona kedua tunggal yaitu „kowe‟. „Kowe‟ di sini menunjukkan
kata ganti tokoh Erawati yang dituturkan oleh Detektif Handaka.
24) “Lo, kowe ya dansah barang karo Mas Nunus?” pitakone
mbakyu marang adhi kembarane, Siti Respati marang
Erawati.(Emprit Abuntut Bedhug:142)
Terjemahan:
“Lo, kamu juga dansa sama Mas Nunus?” Tanya kakak
perempuan kepada adik kemarnya. Siti Respati pada
Erawati.
Percakapan di atas menunjuk adanya bentuk deiksis
persona kedua tunggal yaitu „kowe‟. „Kowe‟ di sini menunjukkan
kata ganti tokoh Erawati yang dituturkan oleh Siti Respati
25) “Anggone terus-terusan nguber kowe ki sawise tulisane
dipecak ing Arek Surabaya.apa sadurunge?” pitakone
Handaka.(Emprit Abuntu Bedhug:144)
Terjemahan:
“Saat terus- menerus mengejar kamu ni sesudah tulisane
dimuat di Arek Surabaya apa sebelumnya?” Tanya
Handaka.
Percakapan di atas menunjuk adanya bentuk deiksis
persona kedua tunggal yaitu „kowe‟. „Kowe‟ di sini menunjukkan
kata ganti tokoh Siti Respati yang dituturkan oleh Detektif
Handaka.
26) “E, ya bisa cara Madura barang, ta, Kowe kuwi?”
pitakone Handaka.(Emprit Abuntut Bedhug:153)
Terjemahan:
“E, ya bisa cara Madura segala kan. Kamu itu?” Tanya
Handaka
Percakapan di atas menunjuk adanya bentuk deiksis
persona kedua tunggal yaitu „kowe‟. „Kowe‟ di sini menunjukkan
80
kata ganti tokoh Siti Respati yang dituturkan oleh Detektif
Handaka.
h. Deiksis Persona Kedua Tunggal“-mu”
1) “Priye, Dhik Handaka, pamrayogamu? Wong iki kudu
ditahan, rak iya, ta?”(Emprit Abuntut Bedhug:33)
Handaka mikir dhisik sadurunge mangsuli pitakon
Inspektur Indra, “Yen aku, lo, Mas....Yen aku sing ngurus
prekara iki, dheweke dakbebasake wae.”
Terjemahan:
“Bagaimana, Dik Handaka, pendapatmu? Orang ini harus
ditahan., bukan begitu?”
Handaka berfikir dahulu sebelum menjawab pertanyaan
Inspektur Indra, “Seaindainya saya, ya, Mas....Seandainya
saya yang mengurus masalah ini, dirinya saya bebaskan
saja.”
Kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis persona
kedua tunggal yaitu „-mu‟. „-mu‟ di sini menunjukkan kata ganti
tokoh Detektif Handaka. Dalam deiksis tersebut tokoh Detektif
Handaka di tanya oleh Inspektur Indra tentang bagaimana
pendapatnya tentang memutuskan keputusan suatu masalah.
2) “Panjenengan kudu percaya marang caraku
nyambutgawe,”celathune Handaka.
“Iya, iya. Apa butuhmu dakbantu?”(Emprit Abuntut
Bedhug:34)
“Aku nyuwun pulisi saregu?”
“Kanggo ngurus tangan putung iki? Perlu pulisi saregu?
Kanggo apa wae?” Pitakone Inspektur Indra.
Terjemahan:
“Anda harus percaya dengan caraku bekerja,”ucap
Handaka.
“Iya, iya. Apa keperluanmu saya bantu?”
“Saya meminta polisi satu regu?”
“Untuk menangani potongan tangan ini? Membutuhkan
polisi satu regu?Untuk apa saja?” tanya Inspektur Indra
81
Dalam kutipan percakapan di atas terdapa bentuk deiksis
persona kedua tunggal yaitu „-mu‟. „-mu‟ di sini menunjukkan kata
ganti tokoh Detektif Handaka. Dalam deiksis tersebut tokoh
Detektif Handaka di tanya oleh Inspektur Indra tentang apa saja
keperluan yang dibutuhkan oleh Detektif Handaka akan Inspektur
Indra penuhi.
3) “Ngene, lo, Pip. Ndhuk kana maeng aku nemu kanthong.
Dakkira ae, kanthong iku duwekke arek klambi koning sing
nyerempet sepdhahku maeng.”
“La rak enak, nemu barange arek ayu? Kena gawe tandha
mata!”
“Tandha mata gundhulmu iku!”(Emprit Abuntut
Bedhug:39)
Terjemahan:
“Begini, Pip. Di sana tadi saya menemukan bungkusan.
Saya kira, bungkusan itu kepunyaan orang berbaju kuning
yang menyenggol sepdaku tadi.”
“Lah tidak enak, memnemukan barangnya orang cantik?
Bisa dijadikan cendera mata!”
“Cendera mata kepalamu itu!”
Kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis persona
kedua tunggal yaitu „-mu‟. „-mu‟ di sini menunjukkan kata ganti
tokoh Apip.
4) “Slamet ae awakmu, Rot!” ujare Apip (Emprit Abuntut
Bedhug:43)
Terjemahan:
“selamat saja dirimu, Rot!” ucap Apip.
82
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis
persona kedua tunggal yaitu „-mu‟. „-mu‟ di sini menunjukkan kata
ganti tokoh Jarot.
5) “Aku lan Dhik Jarot iki nyuwun kanthi banget supaya Jeng
Era saguh nganakake wektu lan tenaga kanggo mbiyantu
mbabarake prekara iki. Piye-piyea, sliramu ya katut
kesangkut, Jeng, marga kandhane Dhik Jarot, kanthong
iku asale saka setang sepedhamu!” (Emprit Abuntut
Bedhug:54)
Terjemahan:
“Saya dan Dik Jarot ini minta dengan sangat agar Jeng Era
sanggup mengadakan waktu dan tenaga untuk membantu
menyelesaikan masalah ini. Bagaimanapun juga, kamu ikut
terlibat, Jeng, karena kata Dik Jarot, bungkusan itu asalnya
dari stang sepedamu!”
Berdasarkan kutipan percakapan di atas terdapat bentuk
deiksis persona kedua tunggal yaitu „-mu‟. „-mu‟ di atas
menunjukkan kata ganti tokoh Erawati. Dalam percakapan di atas
Jarot memberitahu kalau bungkusan tersebut jatuh dari sepeda
Erawati.
6) ”Ping pira ta sliramu ketemu wong kuwi? Ana ngendi
wae?”(Emprit Abuntut Bedhug:55)
“Kaping kalih. Kalawingi lan kala wau. Sadaya kedadosan
ing Toko Mardi Busana, Lurung Praban.”
“Sesuk-esuk sliramu kudu wira-wiri ing kono
maneh.”rembuge Detektip Handaka.
“Benjing-enjing kula mucal,”wangsulane Erawati.
Terjemahan:
“berapa kali dirimu bertemu orang itu? Dimana saja?”
“Dua kali, waktu kemarin dan tadi. Semua kejadian di Toko
Mardi Busana, Lurung Praban.”
“Besok pagi kamu harus bolak-balik ke situ lagi.”rencana
Detektif Handaka.
83
“Besok pagi saya mengajar,”jawab Erawati.
Berdasarkan kutipan percakapan di atas terdapat bentuk
deiksis persona kedua tunggal yaitu „-mu‟. „-mu‟ di atas
menunjukkan kata ganti tokoh Erawati
7) “Helo, Er! Kena apa, ta, Er, sikepmu kok owah timen
marang aku?”(Emprit Abuntut Bedhug:58)
Terjemahan:
“halo, Er! Kenapa ya, Er, sikapmu kok berbeda sekali sama
saya?”
Berdasarkan kutipan percakapan di atas terdapat bentuk
deiksis persona kedua tunggal yaitu „-mu‟. „-mu‟ di atas
menunjukkan kata ganti tokoh Erawati.
8) “O, ngono. Saiki aku kepengin ketemu keng ibu minangka
seksimu anggonmu srawung karo Jeng Era iki”ujare
Handaka. (Emprit Abuntut Bedhug:65)
“O, inggih. Mangke kulaaturanipun.”
“Yen ngono ora susah diaturi wae. Aku karo Jeng Era wae
sing sowan mrana.”
Nusyirwan mesem.
Terjemahan:
“O, begitu. Sekarang saya ingin bertemu dengan ibu jika
itu saksimu bagimu bergaul dengan Mba Era ini.”
“Oh, iya. Nanti saya kasih tahu.”
“Kalau begitu tidak usah dikasih tahu saja. Saya bersama
Jeng Era yang pergi kesana.”
Nusyirwan tersenyum.
Berdasarkan kutipan percakapan di atas terdapat bentuk
deiksis persona kedua tunggal yaitu „-mu‟. „-mu‟ di atas
menunjukkan kata ganti tokoh Nusyirwan.
84
9) “Aku nganti duwe pangira ala marang polahmu. Nak Era!
Sokur, saiki kowe wis bali! Sokur....!” Ngendika ngono
mau banjur Erawati dirangkul, kaya patrape wong suwe
ora tetemon. (Emprit Abuntut Bedhug:66)
Terjemahan:
“Saya mempunyai pikiran yang jelek terhadap tingkah
lakumu, Nak Era! Syukur, sekarang kamu sudah pulang!
Syukur....!”berbicara seperti itu lalu Erawati dipeluk,
seperti orang yang sudah lama tidak bertemu.
Berdasarkan kutipan percakapan di atas terdapat bentuk
deiksis persona kedua tunggal yaitu „-mu‟. „-mu‟ di atas
menunjukkan kata ganti tokoh Erawati.
10) Sawise sareh sawetara, Nusyirwan lagi bisa kumecap.
“Saka rumangsamu, sapa sing ngiseni kanthong iki
nganggo tangan kuwi?” pitakone Handaka. (Emprit
Abuntut Bedhug:73)
Terjemahan:
Setelah istirahat sementara, Nusyirwan baru bisa bicara.
“Dari pendapatmu, siapa yang mengisi kantong ini
menggunakan tangan itu?” tanya Handaka.
Berdasarkan kutipan percakapan di atas terdapat bentuk
deiksis persona kedua tunggal yaitu „-mu‟. „-mu‟ di atas
menunjukkan kata ganti tokoh Nusyirwan.
11) “Dhik Nunus,” suwarane Handaka kalem lan antep “Aja
angger nerka! Wangsulana dhisik pitakon-pitakonku.
Geneya anggonmu nggodha Jeng Era mesthi ana ing
Mardi Busana”(Emprit Abuntut Bedhug:76)
Terjemahan:
“Dik Nunus,”suara Handaka pelan dan tegas “Jangan
semabarangan menuduh! Jawab dulu pertanyaan-
pertanyaanku. Beginikah caramu menggoda Mba Era pasti
waktu di Mardi Busana”
85
Berdasarkan kutipan percakapan di atas terdapat bentuk
deiksis persona kedua tunggal yaitu „-mu‟. „-mu‟ di atas
menunjukkan kata ganti tokoh Nusyirwan. Dalam percakapan di
atas Detektif Handaka menanyakan kepada Nusyirwan bagaimana
cara Nusyirwan menggoda Erawati di Toko Mardi Busana.
12) “Apa cara kaya ngono iku mathuk karo
gagasanmu?”(Emprit Abuntut Bedhug:85)
Terjemahan:
“Apa cara seperti itu sependapat dengan gagasanmu?”
Berdasarkan kutipan percakapan di atas terdapat bentuk
deiksis persona kedua tunggal yaitu „-mu‟. „-mu‟ di atas
menunjukkan kata ganti tokoh Nusyirwan.
13) “Sapa jenengmu satemene, Cah Ayu?”(Emprit Abuntut
Bedhug:87)
Erawati Ratu Luwes meneng wae.
Terjemahan:
“Siapa nama kamu sebenarnya, Gadis Cantik?”
Berdasarkan kutipan percakapan di atas terdapat bentuk
deiksis persona kedua tunggal yaitu „-mu‟. „-mu‟ di atas
menunjukkan kata ganti tokoh Erawati.
14) “Erawati! Erawati! Elinga, kowe dadi urusane pulisi,
ngerti! Aja nggugu karepmu dhewe!” swarane Handaka
antep. (Emprit Abuntut Bedhug:90)
Terjemahan:
86
“Erawati! Erawati! Ingat, kamu menjadi urusan polisi,
paham! Jangan menuruti kemauanmu sendiri!”suara
Handaka tegas.
Berdasarkan kutipan percakapan di atas terdapat bentuk
deiksis persona kedua tunggal yaitu „-mu‟. „-mu‟ di atas
menunjukkan kata ganti tokoh Erawati.
15) “Weruh Jeng Era nganggo ageman cara Jawa kaya
mengkono, priye prasakanmu?”(Emprit Abuntut
Bedhug:96)
Nusyirwan ngguyu, rumangsa diuja prasakane.
Terjemahan:
“Lihat Jeng Era memakai pakaian adat Jawa seperti itu,
bagaimana perasaan kamu?”
Nusyirwan tersenyum, merasa sedang diuji perasaannya.
Berdasarkan kutipan percakapan di atas terdapat bentuk
deiksis persona kedua tunggal yaitu „-mu‟. „-mu‟ di atas
menunjukkan kata ganti tokoh Nusyirwan.
16) “Gage! Nyang kana, lo! Kamarmu dhek dhisik,”ujare
Nusyirwan bareng ngreti Erawati mogog. (Emprit Abuntut
Bedhug:99)
Terjemahan:
“Cepat! Kesana, itu! Kamar kamu yang dulu,”ucap
Nusyirwan setelah tahu Erawati berhenti.
Berdasarkan kutipan percakapan di atas terdapat bentuk
deiksis persona kedua tunggal yaitu „-mu‟. „-mu‟ di atas
menunjukkan kata ganti tokoh Erawati.
17) “Heh! Jeng Erawati! Kowe ngreti apa sing dikarepake
Dhik Nunus kuwi! Kowe ngerti apa kekuranganmu! Iya,
apa, ora?” pitakone Handaka. (Emprit Abuntut
Bedhug:103)
87
Terjemahan:
“Hei! Jeng Erawati! Kamu tahu apa yang diinginkan Dik
Nunus itu! Kamu mengerti apa kekuranganmu! Iya, apa,
tidak?” tanya Handaka.
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis
persona kedua tunggal yaitu „-mu‟. „-mu‟ di sini menunjukkan kata
ganti tokoh Erawati.
18) “Aku kepengin aweh apa-apa sing anyar tumprapmu kang
kanthi ndadekake senenge atimu saiki iki.”(Emprit Abuntut
Bedhug:114)
Terjemahan:
“Saya ingin memberi apa saja yang baru menurut anda
yang bisa membuat senang hati kamu sekarang ini”
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis
persona kedua tunggal yaitu „-mu‟. „-mu‟ di sini menunjukkan kata
ganti tokoh Erawati.
19) “Sssstt, Jeng Siti! O, iya. Aku wis matur ibumu ing
Batangan yen kowe slamet lan ketemu adhimu barang. Ibu
banget bungahe,” ujare Detektip Handaka. (Emprit
Abuntut Bedhug:158)
Terjemahan:
“Sssstt, Jeng Siti! O, iya. Saya sudah memberi kabar
kepada ibumu di Batangan kalau kamu selamat dan sudah
bertemu adik kamu juga.”
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis
persona kedua tunggal yaitu „-mu‟. „-mu‟ di sini menunjukkan kata
ganti tokoh Siti Respati.
88
i. Deiksis Persona Kedua Tunggal“panjenengan”
1) Handaka ora nerusake pameksane supaya Erawati ayu
kuwi ngakoni kanthong iku. Mikir-mikir sedhela, banjur
takon, “Piye Dhik Jarot?”
“Heh?! O, anu menika. kala wau panjenengan pancen
sampun nampik, kemutan ta?”ujare Jarot nerka.(Emprit
Abuntut Bedhug:46)
Terjemahan:
Handaka tidak meneruskan pemaksaannya supaya Erawati
cantik itu mau mengakui bungkusan tersebut. Berpikir
sebentar, lalu bertanya, “Bagaimana Dik Jarot?”
“Heh?! O, anu begini tadi anda sudah memang sudah
menolak, teringat kan?” ucap Jarot menebak.
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat deiksis persona
kedua tunggal yaitu „panjenengan‟. „Panjenengan‟ di atas
menunjukkan kata ganti DetektifHandaka.
2) “Mboten ngaten, Jeng Erawati. Cobi, kulaaturi
nyariyosaken lelampahan panjenengan sonten menika
wau?”pitakone Handaka.(Emprit Abuntut Bedhug:47)
Terjemahan:
“Tidak begitu, Jeng Erawati. Coba, saya persilahkan
menceritakan kegiatan anda waktu sore tadi?” tanya
Handaka.
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis
persona kedua tunggal yaitu „panjenengan‟. „Panjenengan‟ di sini
menunjukkan kata ganti tokoh Erawati.
3) “Panjenengan menika mbok sampun ngajrih-ajrihi ngaten,
ta , Mas!” ujar Jarot nuduh marang Handaka(Emprit
Abuntut Bedhug:53)
Terjemahan:
89
“Anda itu sudah menakut-nakuti begitu, kan, mas!”ucap
Jarot menuduh kepada Detektif Handaka.
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis
persona kedua tunggal yaitu „panjenengan‟. „Panjenengan‟ di sini
menunjukkan kata ganti tokoh Handaka.
4) “Bisa wae, ta. Upama sliramu weruh kanthong iku
cumanthel ing sepedhahmu ing papan titipan sepedhah
Toko Mardi Busana.”ujar Detektip Handaka gawe crita.
“Dados panjenengan ndakwa tangan menika saking kula
aslinipun?!”pitakone Erawati karo ngadeg, pipine abang
mangar-mangar saking getering atine.(Emprit Abuntut
Bedhug:74)
Terjemahan:
”Bisa saja, kan. Seumpama kamu melihat bungkusan itu
tergantung di sepedamu di tempat penitipan sepeda Toko
Mardi Busana.”ucap DetektifHandak mengarang cerita.
“Jadi anda menuduh ini dari saya aslinya?!” tanya Erawati
sambil berdiri, pipinya memerah karena hatinya gemetar.
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis
persona kedua tunggal yaitu „panjenengan‟. „Panjenengan‟ di sini
menunjukkan kata ganti tokoh Detektif Handaka.
5) “Mas. Punapa panjenengan tetep nginten yen
piyambakipun saweg mboten enget purwa-duksina?
Sawektu kalap ing salebeting kalih minggu
menika?”pitakone Jarot marang Handaka. (Emprit
Abuntut Bedhug:99)
Terjemahan:
“Mas. Apa anda tetap mengira dirinya masih tidak ingat
kejadian awal? Pada saat lupa pada waktu dua minggu
itu?” tanya Jarot kepada Handaka.
90
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis
persona kedua tunggal yaitu „panjenengan‟. „Panjenengan‟ di sini
menunjukkan kata ganti tokoh Detektif Handaka.
6) “Dados miturut panjenengan?”(Emprit Abuntut
Bedhug:101)
“Walah, Dhik Jarot!Lha ya wis genah. Juri-juri kae apa
dhasare nganti milih Erawati nganti dadi Ratu Luwes.”
Terjemahan:
“Jadi menurut anda,?”
“Halah, Dik Jarot! Sudah jelas. Juri-juri itu mempunyai
dasar sampai memilih Erawati hingga menjadi Ratu
Luwes.”
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis
persona kedua tunggal yaitu „panjenengan‟. „Panjenengan‟ di sini
menunjukkan kata ganti tokoh Jarot.
7) “Terus? Kena apa kok terus nggeblas saka
sandhingku?”pitakone Nusyirwan kepengin banget ngreti.
“Panjenengan ora ngrasakake.”(Emprit Abuntut
Bedhug:139)
Terjemahan:
“Terus? Kenapa kok terus pergi dari sampingku?”tanya
Nusyirwan ingin sekali mengetahui.
“Anda tidak merasakannya”
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis
persona kedua tunggal yaitu „panjenengan‟. „Panjenengan‟ di sini
menunjukkan kata ganti tokoh Nusyirwan.
j. Deiksis Persona Kedua Tunggal“sampeyan”
91
1) “Hah, sampeyan mboten goroh?”pitakone Inspektur.
(Emprit Abuntut Bedhug:31)
“mboten, Pak. Yektos, mboten!”wangsulane Jarot.
Terjemahan:
“Hah, anda tidak bohong?”tanya Inspektur.
“tidak, Pak. Yakin, tidak!”jawab Jarot.
Kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis persona
kedua tunggal yaitu „sampeyan‟. „Sampeyan‟ di sini menunjukkan
kata ganti tokoh Jarot. Dalam deiksis tersebut tokoh Jarot di tanya
oleh Inspektur Indra apakah Jarot benar-benar tidak berbohong.
2) “Mokal niku. Pun ngaku mawon. Kang pundi sampeyan
angsal tangan niku? Tiyange mang aniaya teng pundi?
Ngaku!”(Emprit Abuntut Bedhug:32)
“Leres, Pak. Kula mboten damel crita mokal!”wangsulane
Jarot.
Terjemahan:
“Palsu itu. Mengaku saja. Darimana anda meendapat
tangan itu? Orang tersebut dianiaya di mana? Mengaku!”
“Betul, Pak. Saya tidak membuat cerita palsu!”jawab Jarot.
Kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis persona
kedua tunggal yaitu „sampeyan‟. „Sampeyan‟ di sini menunjukkan
kata ganti tokoh Jarot.
3) “Prekara sampeyan kula pasrahake teng pembantu kula
niki. Namine Detektip Handaka.”ujare Inspektur Indra.
(Emprit Abuntut Bedhug:35)
“Asmane sapa, Dhik?”pitakone Handaka.
“Jarot, Mas.”
Terjemahan:
“masalah anda, saya serahkan kepada pembantu saya ini.
Namanya Detektif Handaka.”ucap Inspektur Indra.
“Namanya saiapa, Dik?”tanya Handaka
92
“Jarot, Mas.”
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis
persona kedua tunggal yaitu „sampeyan‟. „Sampeyan‟ di sini
menunjukkan kata ganti tokoh Jarot.
4) “oh!”unine Erawati kaget. Mripate blalak merga wedi.
“Pun, cobi dicritakake mawon lelampahan sampeyan sore
wau,”ujare Handaka. (Emprit Abuntut Bedhug:48)
Terjemahan:
“oh!” ucap Erawati kaget. Matanya meloltot karena takut.
“sudah, coba ceritakan saja kegiatan anda sore tadi.”ucap
Handaka.
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis
persona kedua tunggal yaitu „sampeyan‟. „Sampeyan‟ di sini
menunjukkan kata ganti tokoh Erawati.
5) “Sampeyan napane?”(Emprit Abuntut Bedhug:126)
“abdinipun.”
“Sing onten griya sinten, Pak?”pitakone Detektip
Handaka.
“Den Tahal, Pak.”
Terjemahan:
“Anda apanya?”
“pembantunya.”
“yang ada di rumah siapa?”tanya Detektif Handaka.
“Tuan tahal, Pak.”
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis
persona kedua tunggal yaitu „sampeyan‟. „Sampeyan‟ di sini
menunjukkan kata ganti tokoh Pembantu dari tokoh Sutahal.
k. Deiksis Persona Kedua Tunggal“kok-”
93
1) “Mas, aku aja kokculake ijen ana kene, ya?”celathune
Erawati marang Jarot. (Emprit Abuntut Bedhug:69)
Terjemahan:
“Mas, saya jangan kamu lepas sendirian di sini, ya?”ucap
Erawati kepada Jarot.
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis
persona kedua tunggal yaitu „kok-„. „Kok-„ di sini menunjukkan
kata ganti tokoh Jarot.
2) “kena apa ora kokjaluk bali saka tangane Dik
Jarot?”(Emprit Abuntut Bedhug:70)
Terjemahan:
“kenapa tidak kamu minta dari tangan dik Jarot?”
Dalam kutipan percakapan di atas menunjukan adanya
bentuk deiksis persona kedua tunggal yaitu „kok-„. „Kok-„ disini
menunjukan kata ganti tokoh Erawati. Dalam deiksis tersebut
tokoh Erawati di tanya oleh Detektif Handaka kenapa bungkusan
tersebut tidak di minta oleh Erawati.
3) Handaka katon nyepelekake ujare wong ayu iku. Dheweke
takon maneh marang Nusyirwan.
“dadi, kokkira Jeng Erawati iki saiki wong sing lagi lali,
wong sing lagi ora eling marang lelakon kang wis tau
dilakoni?”(Emprit Abuntut Bedhug:84)
Terjemahan:
Handaka terlihat menyepelekan ucapan orang cantik ini.
Dirinya bertanya lagi kepada Nusyirwan.
“jadi, kamu kira Mba Erawati ini sekarang orang yang
sedang tidak ingat, orang yang sedang lupa dengan
kelakuan yang pernah dilakukannya?”
94
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat unsur deiksis
persona kedua tunggal yaitu kata „kok-„. „Kok-„ di sini
menunjukkan kata ganti tokoh Nusyirwan.
l. Deiksis Persona KetigaTunggal“dheweke”
1) “… Dheweke mesthi kena didadekake seksi, seksi kang
wigati!”(Emprit Abuntut Bedhug:49)
Terjemahan:
“… dirinya pasti bisa dijadikan saksi, saksi yang berarti!”
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis
persona kedua tunggal yaitu „dheweke‟. „Dheweke‟ di sini
menunjukkan kata ganti tokoh Nusyirwan. Dalam percakapan
tersebut Nusyirwan bisa dijadikan saksi yang sangat berarti.
2) “Ing sekolahan dheweke nemoni direktrise...”(Emprit
Abuntut Bedhug:101)
Terjemahan:
“Di sekolahan dirinya menemui kepalanya...”
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis
persona kedua tunggal yaitu „dheweke‟. „Dheweke‟ di sini
menunjukkan kata ganti tokoh Erawati.
3) “Dheweke durung rampung tenan anggone
macak…”(Emprit Abuntut Bedhug:104)
Terjemahan:
“Dia belum benar selesai berdandan...”
95
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis
persona kedua tunggal yaitu „dheweke‟. „Dheweke‟ di sini
menunjukkan kata ganti tokoh Erawati.
4) “Dheweke wis nggeblas nyopiri pickup…”(Emprit Abuntut
Bedhug:148)
Terjemahan:
“Dia sudah pergi mengendarai pickup…”
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis
persona kedua tunggal yaitu „dheweke‟. „Dheweke‟ di sini
menunjukkan kata ganti tokoh Sutahal. Dalam percakapan
tersebut Sutahal sudah pergi mengendarai pickup.
5) “Nanging sajrone dadi urusan neng kene biyen kae
dheweke rak genah.”(Emprit Abuntut Bedhug:157)
Terjemahan:
“Tapi sesungguhnya jadi urusan disini adalah dulu dirinya
itu tidak jelas.”
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis
persona kedua tunggal yaitu „dheweke‟. „Dheweke‟ di sini
menunjukkan kata ganti tokoh Siti Respati.
m. Deiksis Persona KetigaTunggal “piyambakipun”
1) “Piyambakipun nyuwun ditumbas-ake bahan
pakean”(Emprit Abuntut Bedhug:80)
Terjemahan:
“dirinya minta dibelikan bahan pakaian”
96
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis
persona kedua tunggal yaitu „piyambakipun‟. „Piyambakipun‟ di
sini menunjukkan kata ganti tokoh Erawati.
2) “Dangu- dangu piyambakipun purun kula ajak mlampah-
mlampah…”(Emprit Abuntut Bedhug:81)
Terjemahan:
“Lama-lama dirinya mau saya ajak jalan-jalan…”
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis
persona kedua tunggal yaitu „piyambakipun‟. „Piyambakipun‟ di
sini menunjukkan kata ganti tokoh Erawati.
3) “...piyambakipun nyuwun kertas,...”(Emprit Abuntut
Bedhug:105)
Terjemahan:
“...dirinya meminta kertas,...”
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis
persona kedua tunggal yaitu „piyambakipun‟. „Piyambakipun‟ di
sini menunjukkan kata ganti tokoh Erawati.
4) “Piyambakipun sampun mboten purun ningali kula menika
wau”(Emprit Abuntut Bedhug:115)
Terjemahan:
“Dia sudah tidak mau menengok saya dari tadi”
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis
persona kedua tunggal yaitu „piyambakipun‟. „Piyambakipun‟ di
sini menunjukkan kata ganti tokoh Erawati.
97
5) “Kula kraos sanget nalika mbeta piyambakipun ndamel
variasi ingkang radi rumit”(Emprit Abuntut Bedhug:124)
Terjemahan:
“Saya merasakan sangat saat membawa dirinya membuat
variasi yang agak rumit”
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis
persona kedua tunggal yaitu „piyambakipun‟. „Piyambakipun‟ di
sini menunjukkan kata ganti tokoh Erawati.
Berdasarkan analisis deiksis persona dalam novel Emprit Abuntut Bedhug
karya Suparto Brata, peneliti dapat menghitung jumlah deiksis persona yang
terdapat pada kutipan-kutipan kalimat percakapan sebagai berikut:
1. Jumlah deiksis persona pertama tunggal “aku”: 45
2. Jumlah deiksis persona pertama tunggal “-ku” 10
3. Jumlah deiksis persona pertama tunggal “dak-“ 15
4. Jumlah deiksis persona pertama tunggal “kula” 19
5. Jumlah deiksis persona pertama jamak “awake dhewe” 2
6. Jumlah deiksis persona pertama jamak “kita” 2
7. Jumlah deiksis persona kedua tunggal “kowe” 25
8. Jumlah deiksis persona kedua tunggal “-mu” 20
9. Jumlah deiksis persona kedua tunggal “panjenengan” 7
10. Jumlah deiksis persona kedua tunggal “sampeyan” 7
11. Jumlah deiksis persona kedua tunggal “kok-“ 3
12. Jumlah deiksis persona kedua tunggal “dheweke” 5
13. Jumlah deiksis persona kedua tunggal “piyambakipun” 6
98
2. Deiksis Temporal
a. Deiksis Temporal “samenika”
1) Nusyirwan bertanya kepada Detektif Handaka
“Kadospundi samenika, Mas Pulisi?” pitakone Nusyirwan,
nagih menange anggone oleh paseksen.(Emprit Abuntut
Bedhug:68)
Terjemahan:
“Bagaimana sekarang, Mas Polisi?” pertanyaan Nusyirwan,
meminta menang dalam kesaksian.
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis
temporal yaitu „samenika‟. „Samenika‟ di sini menunjukkan kata ganti
waktu yaitu sekarang. Percakapan tersebut dituturkan oleh Nusyirwan.
Kata „samenika‟ mengarah kepada waktu saat penutur menuturkan
percakapan tersebut.
2) Nusyirwan sedang bercerita
“Nanging kula lajeng mboten enget bab SGKP menika ngantos
samenika wau.” Mengkono critane Nusyirwan.(Emprit
Abuntut Bedhug:93)
Terjemahan:
“Tetapi saya tidak ingat bab SGKP itu sampai sekarang.”
Begitu cerita Nusyirwan.
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis
temporal yaitu „samenika‟. „Samenika‟ di sini menunjukkan kata ganti
waktu yaitu sekarang. Percakapan tersebut dituturkan oleh Nusyirwan.
Dalam percakapan tersebut mengungkapkan bahwa sampai saat ini
99
atau sekarang Nusyirwan tidak ingat sama sekali bab SGKP tersebut.
Kata „samenika‟ mengarah kepada waktu saat penutur menuturkan
percakapan tersebut.
3) Nusyirwan glogap-glagep, wangsulane,”Inggih. Inggih.
Nanging kok benten kaliyan Dhik Erawati kala sepisanan
kepanggih kula? Samenika.... Samenika, nuwun sewu, kirang
luwes. Kirang trap, kirang trep...."(Emprit Abuntut
Bedhug:103)
Terjemahan:
Nusyirwan gugup menjawabnya,”Iya. Iya. Tetapi kok berbeda
dengan Dik Erawati waktu pertama kali bertemu saya?
Sekarang.... Sekarang, permisi, kurang cocok. Kurang pas.....”
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis temporal
yaitu „samenika‟. „Samenika‟ di sini menunjukkan kata ganti waktu
saat ini atau sekarang. Percakapan tersebut dituturkan oleh Nusyirwan.
Dalam percakapan tersebut mengungkapkan bahwa Nusyirwan
sekarang menjadi gugup karena jawaban yang berbeda pada saat
pertama kali bertemu Erawati. Kata „samenika‟ mengarah kepada
waktu saat penutur menuturkan percakapan tersebut.
4) Nusyirwan menjawab pertanyaan Detektif Handaka.
“...Dene Dhik Era samenika yen omong sampun kados tiyang
Surabaya mriki.”(Emprit Abuntut Bedhug:123)
Terjemahan:
“....Kalau Dik Era sekarang berbicaranya sudah seperti orang
Surabaya sini.”
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis temporal
yaitu „samenika‟. „Samenika‟ di sini menunjukkan kata ganti waktu
100
saat ini atau sekarang. Percakapan tersebut dituturkan oleh Nusyirwan.
Dalam percakapan tersebut mengungkapkan bahwa sekarang berbicara
Erawati sudah seperti orang Surabaya. Kata „samenika‟ mengarah
kepada waktu saat penutur menuturkan percakapan tersebut.
b. Deiksis Temporal “saiki”
1) Inspektur Indra berbicara kepada Detektif Handaka.
“Heh, wong kaculikan jaman saiki, jare! Maling bisa wae
slinthutan ana ngarep kacamatane pulisi!”(Emprit Abuntut
Bedhug:33)
Terjemahan:
“Heh, orang sudah terbawa zaman sekarang, katanya! Pencuri
bisa saja berkeliaran di depan kacamata polisi!”
Dalam kutipan percakapan diatas menunjukan adanya bentuk
deiksis temporal yaitu „saiki‟. „Saiki‟ disini menunjukan kata ganti
waktu sekarang. Percakapan tersebut dituturkan oleh Inspektur Indra.
Dalam percakapan tersebut mengungkapkan bahwa zaman sekarang
banyak pencuri yang banyak lolos dari pengawasan polisi.
2) Inspektur Indra menyuruh Detektif Handaka untuk
membenarkan sikap duduknya.
“Saiki,” wangsulane Handaka karo mbenerake sikep
lungguhe.(Emprit Abuntut Bedhug:35)
Terjemahan:
“Sekarang,” jawaban Handaka sambil membenarkan sikap
duduknya.
101
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis temporal
yaitu „saiki‟. „Saiki‟ di sini menunjukkan kata ganti waktu sekarang.
Percakapan tersebut dituturkan oleh Detektif Handaka. Dalam
percakapan tersebut mengungkapkan bahwa sekarang Handaka
membenarkan sikap duduknya yang semula duduknya tidak benar.
3) Inspektur Indra mengajak Jarot dan Detektif Handaka.
“La, ngono. Ayo, saiki diparani.”(Emprit Abuntut Bedhug:36)
Terjemahan:
“La, begitu. Ayo, sekarang di datangi.”
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis temporal
yaitu „saiki‟. „Saiki‟ di sini menunjukkan kata ganti waktu sekarang.
Percakapan tersebut dituturkan oleh Inspektur Indra. Dalam
percakapan tersebut mengungkapkan bahwa Inspektur Indra mengajak
Jarot dan Detektif handaka untuk memeriksa segera potongan tangan
yang telah ditemukan. Kata „saiki‟ mengarah kepada waktu saat
penutur menuturkan percakapan tersebut.
4) Handaka berbicara kepada Jarot.
“Dhek mau kowe ya kandha ora kenal lan ora niteni Dhik
Erawati iki. Sidane saiki ya bisa nemokake.”(Emprit Abuntut
Bedhug:50)
Terjemahan:
“Saat tadi kamu bicara tidak kenal dan tidak memahami Dik
Erawati ini. Akhirnya sekarang dapat menemukannya.”
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis temporal
yaitu „saiki‟. „Saiki‟ di sini menunjukkan kata ganti waktu sekarang.
102
Percakapan tersebut dituturkan oleh Handaka. Kata „saiki‟ mengarah
kepada waktu saat penutur menuturkan percakapan tersebut.
5) Ibu Nusyirwan berbicara kepada Erawati.
“Nak Era! Sokur, saiki kowe wis bali! Sokur.....!” Ngendika
ngono mau banjur gapyuk Erawati dirangkul, dikekep-kekep
kaya patrape wong tresna suwe ora tetemon.(Emprit Abuntut
Bedhug:66)
Terjemahan:
“Nak Era! Syukur, sekarang kamu sudah pulang! Syukur....!”
Setelah berbicara lalu Erawati dirangkul, dipeluk, ibarat orang
yang saling suka yang sudah lama tidak bertemu.
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis temporal
yaitu „saiki‟. „Saiki‟ di sini menunjukkan kata ganti waktu sekarang.
Percakapan tersebut dituturkan Ibu Nusyirwan. Dalam percakapan
tersebut mengungkapkan bahwa saat Erawati sampai dirumah
Nusyirwan dan bertemu Ibu Nusyirwan. Kata „saiki‟ mengarah kepada
waktu saat penutur menuturkan percakapan tersebut.
6) Handaka berbicara kepada Nusyirwan.
“Saiki wis ana majune ngono, lo, Dhik,” aloke Handaka
ngandhani Nusyirwan, weruh Erawati sing ndhisiki ngajak
Nusyirwan.(Emprit Abuntut Bedhug:115)
Terjemahan:
“Sekarang sudah ada kemajuannya, lo, Dik.”ucap Handaka
memberi tahu Nusyirwan, melihat Erawati lebih dulu mengajak
Nusyirwan.
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis temporal
yaitu „saiki‟. „Saiki‟ di sini menunjukkan kata ganti waktu sekarang.
Percakapan tersebut dituturkan oleh Handaka. Dalam percakapan
103
tersebut mengungkapkan bahwa Handaka melihat sebuah kemajuan
dari Nusyirwan. Kata „saiki‟ mengarah kepada waktu saat penutur
menuturkan percakapan tersebut.
7) Jarot berbicara kepada Siti Respati.
“Iya. Iya. Saiki jamane Siti Respati! Golek tunangan nganggo
detektip!” ujare jaka bagus cedhake Siti Respati ngarih-
arih.(Emprit Abuntut Bedhug:134)
Terjemahan:
“Iya. Iya. Sekarang zamannya Siti Respati! Mencari tunangan
memakai detektif!” kata Jaka Bagus mendekati Siti Respati
diam-diam.
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis temporal
yaitu „saiki‟. „Saiki‟ di sini menunjukkan kata ganti waktu sekarang.
Percakapan tersebut dituturkan oleh Jarot. Dalam percakapan tersebut
mengungkapkan bahwa cara zaman sekarang mencari tunangan sudah
semakin modern yaitu dengan menggunakan detektif. Kata „saiki‟
mengarah kepada waktu saat penutur menuturkan percakapan tersebut.
c. Deiksis Temporal “Mengko”
1) Detektif Handaka memberi perintah kepada Erawati.
“...Sesuk esuk sliramu kudu wira wiri ing kono meneh. Kita
ngulat-ulatake. Mengko yen wonge muncul, sliramu kudu
enggal aweh sasmita. Bisa, ta?” rembuge Detektip
Handaka.(Emprit Abuntut Bedhug:55)
Terjemahan:
“...Besok pagi kamu harus kesana kemari di tempat itu lagi.
Kita harus menyempatkan. Nanti kalau orangnya terlihat, kamu
104
harus cepat memberi informasi, bisa kan?” rencananya Detektif
Handaka.
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis
temporal yaitu „mengko‟. „Mengko‟ di sini menunjukkan kata ganti
waktu nanti. Percakapan tersebut dituturkan oleh Detektif Handaka.
Kata „mengko‟ mengarah kepada waktu sesudah penutur menuturkan
percakapan tersebut.
2) Jarot berbicara kepada Erawati.
“Aku ora mung ngaku-aku tepung Dhik Erawati iki. Mengko
dakbuktekake. Rak iya, ta, Er?”(Emprit Abuntut Bedhug:59)
Terjemahan:
“Aku tidak Cuma mengaku-aku kenal Dik Erawati ini. Nanti
kubuktikan. Bukan begitu, Er?”
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis
temporal yaitu „mengko‟. „Mengko‟ di sini menunjukkan kata ganti
waktu nanti. Percakapan tersebut dituturkan oleh Jarot. Dalam
percakapan tersebut mengungkapkan bahwa Jarot tidak hanya berpura
pura kenal Erawati, dan dia bersedia membuktikan nanti jika orang
lain tidak percaya padanya. Kata „mengko‟ mengarah kepada waktu
sesudah penutur menuturkan percakapan tersebut.
3) Handaka bertanya kepada Nusyirwan.
“O, mengkono? Wis, ngene wae. Dhik Jarot nggocenga
sepedhah montor. Mengko dietutake pick-up saka mburi. Aja
banter-banter, dalan Surabaya rame. Ngendi, ta, Dhik,
daleme?”.(Emprit Abuntut Bedhug:63)
Terjemahan:
105
“O, begitu? Sudah, begini saja. Dik Jarot mbonceng sepeda
motor. Nanti diikuti pick-up dari belakang. Jangan cepat-cepat,
jalan Surabaya ramai. Dimana Dik, rumahnya?”
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis
temporal yaitu „mengko‟. „Mengko‟ di sini menunjukkan kata ganti
waktu nanti. Percakapan tersebut dituturkan oleh Detektif Handaka.
Dalam percakapan tersebut mengungkapkan bahwa nanti pick up
tersebut mengikuti dari belakang. Kata „mengko‟ mengarah kepada
waktu sesudah penutur menuturkan percakapan tersebut.
4) Detektif Handaka berbicara kepada Jarot.
“Aja nggaya, Dhik Jarot. Yen kowe gelem mbiyantu aku
temenan, mengko dakgolekake sing gandes, ta, wis.”(Emprit
Abuntut Bedhug:101)
Terjemahan:
“Jangan bergaya, Dik Jarot. Kalau kamu membantu aku
beneran, nanti tak carikan yang bagus, bukan begitu.”
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis
temporal yaitu „mengko‟. „Mengko‟ di sini menunjukkan kata ganti
waktu nanti. Percakapan tersebut dituturkan oleh Detektif Handaka.
Dalam percakapan tersebut mengungkapkan detektif Handaka
menyuruh Jarot untuk membantunya, setelah itu Handaka akan segera
membantu Jarot untuk menemukan wanita yang lebih cantik dari
Erawati. Kata „mengko‟ mengarah kepada waktu sesudah penutur
menuturkan percakapan tersebut.
5) Erawati sedang berbicara kepada Siti Respati.
106
“Ibu ngila-ilani ngono marga kuwatir yen aku mengko
nggoleki kowe.”(Emprit Abuntut Bedhug:160)
Terjemahan:
“Ibu berpesan begitu karena khawatir kalau aku nanti mencari
kamu.”
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis
temporal yaitu „mengko‟. „Mengko‟ di sini menunjukkan kata ganti
waktu nanti. Percakapan tersebut dituturkan oleh Erawati. Dalam
percakapan tersebut mengungkapkan bahwa agar selalu ingat pesan
ibu, karena kalau lupa, dia akan segera mencari saudara kembarnya.
Yang dimaksud di sini adalah Erawati yang akan mencari Siti Respati.
Kata „mengko‟ mengarah kepada waktu sesudah penutur menuturkan
percakapan tersebut.
d. Deiksis Temporal “Mangke”
1) Erawati bericara kepada Detektif Handaka.
“Mangke rumiyin ta, ta, tuwan detektip.” (Emprit Abuntut
Bedhug:109)
Terjemahan
“Nanti dulu ta, ta, tuan detektif.”
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis
temporal yaitu „mangke‟. „Mangke‟ di sini menunjukkan kata ganti
waktu nanti. Percakapan tersebut dituturkan oleh Erawati. Dalam
percakapan tersebut mengungkapkan bahwa Erawati menyuruh
107
Detektif Handaka untuk jangan tergesa gesa untuk membantunya,
karena ingatan Erawati yang belum kembali pulih.
e. Deiksis Temporal “Mau”
1) Jarot sedang bergumam dalam Hati.
“La kanthonge sapa yen dudu kanthonge arek mau?...”(Emprit
Abuntut Bedhug:18)
Terjemahan:
“La bungkusan siapa kalau bukan bungkusan anak tadi?...”
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis
temporal yaitu „mau‟. „Mau‟ di sini menunjukkan kata ganti waktu
tadi. Percakapan tersebut dituturkan oleh Jarot. Dalam percakapan
tersebut mengungkapkan bahwa bungkusan yang dibawa oleh
perempuan tadi. Kata „mau‟ mengarah pada waktu sebelum
percakapan tersebut dituturkan.
2) Detektif Handaka bertanya kepada Jarot.
“Kandhamu mau, kowe ora duwe seksi nalika tabrakan ing
Blawuran mau?....”(Emprit Abuntut Bedhug:36)
Terjemahan:
“Katamu tadi, kamu tidak punya saksi dalam kecelakaan di
Blawuran tadi?....”
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis
temporal yaitu „mau‟. „Mau‟ di sini menunjukkan kata ganti waktu
tadi. Percakapan tersebut dituturkan oleh Detektif Handaka. Dalam
percakapan tersebut mengungkapkan bahwa tadi telah terjadi
108
kecelakaan di Blawuran. Kata „mau‟ mengarah pada waktu sebelum
percakapan tersebut dituturkan.
3) Handaka bertanya kepada Jarot
“Dhek mau kowe ya kandha ora kenal lan ora niteni Dhik
Erawati iki.....”(Emprit Abuntut Bedhug:50)
Terjemahan:
“Dek tadi kamu juga bilang tidak kenal dan tidak menduga Dik
Erawati iki...”
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis
temporal yaitu „mau‟. „Mau‟ di sini menunjukkan kata ganti waktu
tadi. Percakapan tersebut dituturkan oleh Detektif Handaka. Dalam
percakapan tersebut mengungkapkan bahwa tadi tidak menduga
bahwa itu Erawati. Kata „mau‟ mengarah pada waktu sebelum
percakapan tersebut dituturkan.
4) Detektif Handaka menjelaskan kepada Jarot.
“Ora, Dhik. Aku kudu weruh reaksi sing wajar. Nganggo ali-
ali mau aku isih durung cetha, .....”(Emprit Abuntut
Bedhug:53)
Terjemahan:
“Tidak, Dik. Saya harus melihat reaksi yang wajar. Memakai
cincin tadi saya masih belum jelas,....”
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis
temporal yaitu „mau‟. „Mau‟ di sini menunjukkan kata ganti waktu
tadi. Percakapan tersebut dituturkan oleh Detektif Handaka. Dalam
percakapan tersebut mengungkapkan bahwa cincin yang dipakai tadi
belum menjelaskan betul pada penyelidikan yang dilakukan oleh
109
Detektif Handaka. Kata „mau‟ mengarah pada waktu sebelum
percakapan tersebut dituturkan.
5) Jarot bertanya kepada Erawati.
“... Seksine napa niku wau?... “(Emprit Abuntut Bedhug:61)
Terjemahan:
“... Saksinya apa itu tadi?...”
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis
temporal yaitu „mau‟. „Mau‟ di sini menunjukkan kata ganti waktu
tadi. Percakapan tersebut dituturkan oleh Jarot. Dalam percakapan
tersebut mengungkapkan bahwa saksi yang tadi dalam urusan polisi
adalah Erawati. Kata „mau‟ mengarah pada waktu sebelum
percakapan tersebut dituturkan.
6) Handaka menyuruh Nunus untuk memutarkan musik tadi.
“Dhik Nunus. Balenana maneh musik iku mau, lan dansaha
maneh!” clathune Detektip Handaka lirih.(Emprit Abuntut
Bedhug:91)
Terjemahan:
“Dik Nunus. Kembalikan musik itu tadi, dan dengarkan
lagi!”ujar Detektif Handaka lirih.
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis
temporal yaitu „mau‟. „Mau‟ di sini menunjukkan kata ganti waktu
tadi. Percakapan tersebut dituturkan oleh Detektif Handaka. Kata
„mau‟ mengarah pada waktu sebelum percakapan tersebut dituturkan.
7) Detektif Handaka berbicara kepada Jarot.
110
“... Perlu dakkandhakake yen nganti jam rolas awan mau, ana
wartawan kang pijer-pijer kepengin nemoni
dheweke....”(Emprit Abuntut Bedhug:100)
Terjemahan:
“... Perlu saya ucapkan kalau sampai jam dua belas siang tadi,
ada wartawan tiba-tiba ingin menemui dia....”
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis
temporal yaitu „mau‟. „Mau‟ di sini menunjukkan kata ganti waktu
tadi. Percakapan tersebut dituturkan oleh Detektif Handaka. Dalam
percakapan tersebut mengungkapkan bahwa tadi siang ada wartawan
yang tiba-tiba ingin menemui Erawati. Kata „mau‟ mengarah pada
waktu sebelum percakapan tersebut dituturkan.
8) Nunus berbicara kepada Erawati
“Alah-alah-alah! Kemayune saya ndadi, adhiku kuwi! Ngukuhi
benere dhewe kuwi wong bodho, lo, kandhamu
mau.....!”(Emprit Abuntut Bedhug:150)
Terjemahan:
“Alah-alah-alah! Sombongnya semakin menjadi, adikku itu!
Memperlihatkan dirinya sendiri itu orang bodo, lo, ucapanmu
tadi...!”
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis
temporal yaitu „mau‟. „Mau‟ di sini menunjukkan kata ganti waktu
tadi. Percakapan tersebut dituturkan oleh Nunus. Dalam percakapan
tersebut mengungkapkan bahwa Nunus melihat kesombongan Erawati
yang senang memamerkan kepribadiannya dan menganggap ucapan
Erawati tadi seperti orang yang bodoh yang hanya bisa berbicara saja.
111
Kata „mau‟ mengarah pada waktu sebelum percakapan tersebut
dituturkan.
f. Deiksis Temporal “wingi”
1) Detektif Handaka bertanya kepada Erawati perihal bertemunya
dengan Sutahal.
“Kaping kalih. Kala wingi lan kala wau....”(Emprit Abuntut
Bedhug:55)
Terjemahan:
“Yang kedua. Yang kemarin dan yang tadi...”
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis
temporal yaitu „wingi‟. „Wingi‟ di sini menunjukkan kata ganti waktu
kemarin. Percakapan tersebut dituturkan oleh Detektif Handaka.
Dalam percakapan tersebut mengungkapkan bahwa Erawati bertemu
sutahal dua kali yaitu kemarin dan tadi.
2) Nusyirwan sedang berbicara dengan Erawati
“Dakkira lulusan SGKP, wingi kae.”(Emprit Abuntut
Bedhug:91)
Terjemahan:
“Saya kira lulusan SGKP, kemarin itu.”
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis
temporal yaitu „wingi‟. „Wingi‟ di sini menunjukkan kata ganti waktu
kemarin. Percakapan tersebut dituturkan oleh Nusyirwan. Dalam
percakapan tersebut mengungkapkan bahwa Nusyirwan mengira
112
Erawati adalah lulusan SGKP kemarin saja, tetapi kenyataanya
Erawati sudah menjadi guru SGKP.
3) Nusyirwan memberi saran kepada Erawati.
“Er. Mundhut bakal iki maneh apa priye? Olehku tuku ya kene,
kok, wingi kae.”(Emprit Abuntut Bedhug:114)
Terjemahan:
“Er. Ambil bahan ini lagi apa bagaimana? Kepunyaanku juga
membeli disini, yang kemarin itu.”
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis
temporal yaitu „wingi‟. „Wingi‟ di sini menunjukkan kata ganti waktu
kemarin. Percakapan tersebut dituturkan oleh Nusyirwan. Dalam
percakapan tersebut mengungkapkan bahwa Nusyirwan kemarin
meembeli bahan di Toko Mardi Busana lalu menyarankan Erawati
untuk mengambil bahan tersebut juga.
Berdasarkan analisis deiksis dalam novel Emprit Abuntut Bedhug karya
Suparto Brata, peneliti dapat menghitung jumlah deiksis temporal yang
terdapat pada kutipan-kutipan kalimat percakapan sebagai berikut:
1. Jumlah deiksis temporal “samenika” 4
2. Jumlah deiksis temporal “saiki” 7
3. Jumlah deiksis temporal “mengko” 5
4. Jumlah deiksis temporal “mangke” 1
5. Jumlah deiksis temporal “mau” 9
6. Jumlah deiksis temporal “wingi” 3
113
3. Deiksis Lokatif
a. Deiksis Lokatif “kono”
1) Detektif Handaka menjawab pertanyaan Jarot
“Nanging dudu kuwi karepku. Uga aku durung oleh titik melik
bab anane Sutahal ing kono.”(Emprit Abuntut Bedhug:155)
Terjemahan:
“Tapi bukan itu keinginanku. Juga aku belum dapat titik terang
masalahnya adanya Sutahal di situ.”
Kutipan percakapan diatas menunjukan adanya bentuk deiksis
lokatif yaitu „kono‟. „Kono‟ disini menunjukan kata ganti tempat yang
menunjukan Toko Mardi Busana. Percakapan tersebut dituturkan oleh
Detektif Handaka. Dalam percakapan tersebut mengungkapkan bahwa
Detektif Handaka belum dapat menemukan titik terang yang
menunjukan adanya Sutahal disitu. Kata „kono‟ mengarah pada Toko
Mardi Busana.
b. Deiksis Lokatif “mriki”
1) Yu Sikah menjawab pertanyaaan dari Nusyirwan.
“...Era dereng wonten mriki.”(Emprit Abuntut Bedhug:106)
Terjemahan:
“...Era belum ada disini.”
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis lokatif
yaitu „mriki‟. „Mriki‟ di sini menunjukkan tempat yaitu Surabaya.
Percakapan tersebut dituturkan oleh Yu Sikah. Dalam percakapan
114
tersebut mengungkapkan bahwa Erawati waktu itu belum ada di
Surabaya. Kata „mriki‟ mengarah pada Kota Surabaya.
2) Nusyirwan sedang berbicara kepada jarot membahas tentang
Erawati.
“Dene Dhik Era samenika yen omong sampun kados tiyang
Surabaya mriki.”(Emprit Abuntut Bedhug:123)
Terjemahan:
“Kalau Dik Era sekarang berbicaranya sudah seperti orang
Surabaya sini.”
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis lokatif
yaitu „mriki‟. Percakapan tersebut dituturkan oleh Nusyirwan. „Mriki‟
di sini menunjukkan kata ganti tempat yang mengungkapkan kalau
Erawati gaya bicaranya sudah seperti orang Surabaya. Kata „mriki‟
mengarah pada kota Surabaya.
c. Deiksis Lokatif “mriku”
1) Nusyirwan bmenjawab pertanyaaan dari Detektif Handaka
“...ingkang kula sengguh Jeng Siti menika wonten ing toko
mriku.”(Emprit Abuntut Bedhug:147)
Terjemahan:
“...yang saya tunggu Jeng Siti itu ada di toko itu.”
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis lokatif
yaitu „mriku‟. Percakapan tersebut dituturkan oleh Nusyirwan. „Mriku‟
di sini menunjukkan kata ganti tempat yang mengungkapkan bahwa
115
Jeng Siti ada di Toko Mardi Busana. Kata „mriku‟ mengarah pada
Toko Mardi Busana.
2) Nusyirwan bertanya kepada Detektif Handaka.
“Ing mriku sumerap kanthongipun, lajeng kemutan menawi
sampun srawung kaliyan kula selaminipun kalih
minggu.”(Emprit Abuntut Bedhug:148)
Terjemahan:
“Di situ terlihat bungkusannya, lalu teringat kalau sudah
bersama dengan saya selama dua minggu.”
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis lokatif
yaitu „mriku‟. Percakapan tersebut dituturkan oleh Nusyirwan. „Mriku‟
di sini menunjukkan kata ganti tempat yang mengungkapkan bahwa di
Toko Mardi Busana tersebut Erawati menemukan bungkusannya. Kata
„mriku‟ mengarah pada Toko Mardi Busana.
d. Deiksis Lokatif “kana”
1) Nusyirwan menyuruh Erawati.
“Gage! Nyang kana, lo! Kamarmu dhek dhisik,”(Emprit
Abuntut Bedhug:99)
Terjemahan:
“Cepat! Kesana, lo! Kamarmu yang dulu,”
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis lokatif
yaitu „kana‟. Percakapan tersebut dituturkan oleh Nusyirwan. „Kana‟
di sini menunjukkan kata ganti tempat yang mengungkapkan
116
Nusyirwan menyuruh Erawati untuk segera pergi ke kamarnya yang
dulu. Kata „kana‟ mengarah pada kamar Erawati.
e. Deiksis Lokatif “ngrika”
1) Erawati bertanya kepada Detektif Handaka.
“Lajeng? Menapa Sutahal leres manggihi lelampahan ingkang
onya ing keramean Mardi Busana ngrika?” pitakone Erawati
(Emprit Abuntut Bedhug:151)
Terjemahan:
“Terus? Kenapa Sutahal benar menampakan diri di keramaian
Mardi Busana itu?”
Dalam kutipan percakapan di atas terdapat bentuk deiksis
lokatif „ngrika‟. Percakapan tersebut dituturkan oleh Erawati.
„Ngrika‟ di sini menunjukkan kata ganti tempat yang
mengungkapkan Erawati tidak percaya kalau Sutahal benar
menampakkan diri di keramaian. Kata „ngrika‟ dalam kutipan
percakapan tersebut mengarah ke Toko Mardi Busana.
Berdasarkan analisis deiksis dalam novel Emprit Abuntut Bedhug karya
Suparto Brata, peneliti dapat menghitung jumlah deiksis temporal yang
terdapat pada kutipan-kutipan kalimat percakapan sebagai berikut:
1. Jumlah deiksis lokatif “kono” 1
2. Jumlah deiksis lokatif “mriki” 2
3. Jumlah deiksis lokatif “mriku” 2
4. Jumlah deiksis lokatif “kana” 1
5. Jumlah deiksis lokatif “ngrika” 1
117
4. Fungsi Deiksis
a. Fungsi Deiksis Persona
1) Deiksis Persona Pertama Tunggal
a) Dalam kutipan percakapan yang terdapat pada novel Emprit
Abuntut Bedhug kata „aku‟ rujukan atau referennya berpindah-
pindah. Kata „aku‟ di sini berfungsi untuk menunjukkan deiksis
persona pertama tunggal yang terdapat pada nomor data
23,24,27,28,30,34,39,41,43,49,53,55,58,59,60,61,62,63,65,66,7
3,75,84,86,88,89,90,92,101,103,109,110,111,114,128,132,133,
135,145,146,150,153,156,157,159.
Berikut adalah salah satu contoh kutipan percakapan yang
terdapat pada nomor data 23:
“Umpama kantong iki dakbukak, isine mas-inten kang
larang regane ngono, aku mesti enggal-enggal lapur pulisi
Nanging mokal yen isine mas-inten kok sing duwe ngemohi.
Lan ndeleng gemandhule lan grenjele ora pantes yen
bangsane mas-masan”(Emprit Abuntut Bedhug:23)
Terjemahan:
“Seandainya bungkusan ini saya buka, isinya mas-berlian
yang mahal harganya, saya harus cepat-cepat lapor polisi.
Tetapi tidak mungkin kalau isinya mas-berlian tapi yang
punya menolak. Dan dilihat dari gantungannya dan
bentuknya tidak pantas kalau itu merupakan mas-berlian.”
Kata „aku‟ dalam kutipan percakapan di atas mengacu kepada
Jarot.
118
b) Dalam kutipan percakapan yang terdapat pada novel Emprit
Abuntut Bedhug kata „-ku‟ rujukan atau referennya berpindah-
pindah. Kata „-ku‟ di sini berfungsi untuk menunjukkan deiksis
persona pertama tunggal yang terdapat pada nomor data
35,89,100,105,108,132,133,139,146,159.
Berikut adalah salah satu contoh kutipan percakapan yang
terdapat pada nomor data 35:
“Ya ngono iku cara nyambutgaweku. Panjenengan kari
kersa percaya apa ora?”(Emprit Abuntut Bedhug:35)
Terjemahan:
“Ya begini ini cara kerja saya. Anda tinggal percaya apa
tidak?”
Kata „-ku‟ dalam kutipan percakapan di atas mengarah kepada
Detektif Handaka.
c) Dalam kutipan percakapan yang terdapat pada novel Emprit
Abuntut Bedhug kata „dak-„ rujukan atau referennya berpindah-
pindah. Kata „dak-„ di sini berfungsi untuk menunjukkan
deiksis persona pertama tunggal yang terdapat pada nomor
data:
23,28,29,34,39,40,59,98,104,110,114,132,137,147,157.
Berikut adalah salah satu contoh kutipan percakapan yang
terdapat pada nomor data 104:
“Lha ya kuwi sing arep daktakokake. Yen wis tau kirim
layang, dheweke kirim layang menyang kutha ngendi,
menyang sapa?”(Emprit Abuntut Bedhug:104)
119
Terjemahan:
“ lah ya itu yang akan saya tanyakan. Kalau pernah
mengirim surat, dirinya mengirim surat ke kota mana,
kepada siapa?”
Kata „dak-„ dalam kutipan percakapan di atas mengarah kepada
Detektif Handaka.
d) Dalam kutipan percakapan yang terdapat pada novel Emprit
Abuntut Bedhug kata „kula‟ rujukan atau referennya berpindah-
pindah. Kata „kula‟ di sini berfungsi untuk menunjukkan
deiksis persona pertama tunggal yang terdapat pada nomor data
31,33,36,38,47,50,53,55,62,63,66,73,75,92,105,108,113,115,12
2,
Berikut adalah salah satu contoh kutipan percakapan yang
terdapat pada nomor data 31:
“ Anu, Pak. Kula manggih kanthong menika. Wonten
praliman Blawuran mrika.”(Emprit Abuntut Bedhug:31)
Terjemahan:
“ Begini, Pak. Saya menemukan bungkusan tersebut. Di
simpang lima Blawuran.”
Kata „kula‟ dalam kutipan percakapan di atas mengarah kepada
Jarot.
2) Deiksis Persona Pertama Jamak
120
a) Dalam kutipan percakapan yang terdapat pada novel Emprit
Abuntut Bedhug kata „awake dhewe‟ rujukan atau referennya
berpindah-pindah. Kata „awake dhewe‟ di sini berfungsi untuk
menunjukkan deiksis persona pertama jamak yang terdapat
pada nomor data 65 dan 150.
Berikut adalah salah satu contoh kutipan percakapan yang
terdapat pada nomor data 150:
“Lha wong salah tampa, kok, Jeng. Wong salah tampa,
salah pangreten, lali, kuwi mesthi fanatik ngira awake
dhewe bener, ngugemi kebenerane. Wani mati. Diterka
ndhugal apa kurangajar, ya wani wae. Ora arep isin! Lha
wong rupamu ya jebles rupaku, ya disengguh yen kowe
kuwi aku!” Siti Respati mbelani tunangane. (Emprit
Abuntut Bedhug:150)
Terjemahan:
“Lah memang salah menerima, kok, Jeng. Memang salah
salah menerima, salah pengertian, lupa, itu pasti fanatik
menyangka dirinya sendiri benar, membanggakan
kebenarannya. Berani mati. Dituduh jahat apa kurang ajar,
berani saja. Tidak ingin malu! Lah muka kamu mirip muka
Saya, ya jelas kamu disangka sebagai Saya!” Siti respati
membela tunangannya.
Kata „awake dhewe‟ dalam kutipan percakapan di atas
mengarah kepada Erawati.
b) Dalam kutipan percakapan yang terdapat pada novel Emprit
Abuntut Bedhug kata „kita‟ rujukan atau referennya berpindah-
pindah. Kata „kita‟ di sini berfungsi untuk menunjukkan deiksis
persona pertama jamak yang terdapat pada nomor data 50 dan
130.
121
Berikut adalah salah satu contoh kutipan percakapan yang
terdapat pada nomor data 130:
“Ayo, ta, Mas, rada cepet. Aku selek pengin ketemu Yu Siti.
Saiki dheweke mesthi wis dandan, dadi ora kaya sing kita
weruhi yen ana rumah sakit kae.” (Emprit Abuntut
Bedhug:130)
Terjemahan:
“ Ayo , ta, Mas, agak cepat. Saya tidak sabar untuk segera
bertemu Mba Siti. Sekarang dirinya pasti sudah berdandan,
jadi tidak seperti yang kita lihat pada waktu di Rumah Sakit
itu.”
Kata „kita‟ dalam percakapan di atas mengarah kepada Jarot
dan Erawati.
3) Deiksis Persona Kedua Tunggal
a) Dalam kutipan percakapan yang terdapat pada novel Emprit
Abuntut Bedhug kata „kowe‟ rujukan atau referennya
berpindah-pindah. Kata „kowe‟ di sini berfungsi untuk
menunjukkan deiksis persona kedua tunggal yang terdapat pada
nomor data:
40,52,58,59,62,68,69,71,75,87,89,90,91,94,103,108,122,130,13
2,142,144,153.
Berikut adalah salah satu contoh kutipan percakapan yang
terdapat pada nomor data 52:
“Mas Jarot dateng kapulisen! Manggih barang adi ingkang
cilik ngene, upama disingitake dhewe wae rak ora dadi
perkara, Mas? Kowe ki kebangetan jujure….!” Ujare
Erawati terus mbalekake ali-ali mau marang
Handaka.(Emprit Abuntut Bedhug:52)
Terjemahan:
“ Mas Jarot ke kepolisian! Menemukan barang yang kecil
begini, seandainya dismpan sendiri saja kan tidak jadi
122
masalah mas? Kamu keterlaluan jujurnya…!” ucap Erawati
sambil mengembalikan cincin tadi ke Handaka.
Kata „kowe‟ dalam percakapan di atas mengarah kepada Jarot.
b) Dalam kutipan percakapan yang terdapat pada novel Emprit
Abuntut Bedhug kata „-mu‟ rujukan atau referennya berpindah-
pindah. Kata „-mu‟ di sini berfungsi untuk menunjukkan deiksis
persona kedua tunggal yang terdapat pada nomor data:
33,34,39,43,54,55,58,65,66,73,76,85,87,90,96,99,103,114,158.
Berikut adalah salah satu contoh kutipan percakapan yang
terdapat pada nomor data 33:
“Priye, Dhik Handaka, pamrayogamu? Wong iki kudu
ditahan, rak iya, ta?”(Emprit Abuntut Bedhug:33)
Handaka mikir dhisik sadurunge mangsuli pitakon
Inspektur Indra, “Yen aku, lo, Mas....Yen aku sing ngurus
prekara iki, dheweke dakbebasake wae.”
Terjemahan:
“Bagaimana, Dik Handaka, pendapatmu? Orang ini harus
ditahan., bukan begitu?”
Handaka berfikir dahulu sebelum menjawab pertanyaan
Inspektur Indra, “Seaindainya saya, ya, Mas....Seandainya
saya yang mengurus masalah ini, dirinya saya bebaskan
saja.”
Kata „-mu‟ dalam kutipan percakapan di atas mengarah kepada
Detektif Handaka.
c) Dalam kutipan percakapan yang terdapat pada novel Emprit
Abuntut Bedhug kata „panjenengan‟ rujukan atau referennya
berpindah-pindah. Kata „panjenengan‟ di sini berfungsi untuk
123
menunjukkan deiksis persona kedua tunggal yang terdapat pada
nomor data 46,47,53,74,99,101, dan 139
Berikut adalah salah satu contoh kutipan percakapan yang
terdapat pada nomor data 99:
“Mas. Punapa panjenengan tetep nginten yen
piyambakipun saweg mboten enget purwa-duksina?
Sawektu kalap ing salebeting kalih minggu
menika?”pitakone Jarot marang Handaka. (Emprit
Abuntut Bedhug:99)
Terjemahan:
“Mas. Apa anda tetap mengira dirinya masih tidak ingat
kejadian awal? Pada saat lupa pada waktu dua minggu
itu?” tanya Jarot kepada Handaka.
Kata „panjenengan‟ dalam kutipan percakapan di atas
mengarah kepada Detektif Handaka.
d) Dalam kutipan percakapan yang terdapat pada novel Emprit
Abuntut Bedhug kata „sampeyan‟ rujukan atau referennya
berpindah-pindah. Kata „sampeyan‟ di sini berfungsi untuk
menunjukkan deiksis persona kedua tunggal yang terdapat pada
nomor data 31,32,35,48,119, dan 126
Berikut adalah salah satu contoh kutipan percakapan yang
terdapat pada nomor data 48:
“oh!”unine Erawati kaget. Mripate blalak merga wedi.
“Pun, cobi dicritakake mawon lelampahan sampeyan sore
wau,”ujare Handaka. (Emprit Abuntut Bedhug:48)
Terjemahan:
“oh!” ucap Erawati kaget. Matanya meloltot karena takut.
124
“sudah, coba ceritakan saja kegiatan anda sore tadi.”ucap
Handaka.
Kata „sampeyan‟ dalam kutipan percakapan di atas mengarah
kepada Erawati.
e) Dalam kutipan percakapan yang terdapat pada novel Emprit
Abuntut Bedhug kata „kok-„ rujukan atau referennya berpindah-
pindah. Kata „kok-„ di sini berfungsi untuk menunjukkan
deiksis persona kedua tunggal yang terdapat pada nomor data
69,70, dan 84.
Berikut adalah salah satu contoh kutipan percakapan yang
terdapat pada nomor data 69:
“Mas, aku aja kokculake ijen ana kene, ya?”celathune
Erawati marang Jarot. (Emprit Abuntut Bedhug:69)
Terjemahan:
“Mas, saya jangan kamu lepas sendirian di sini, ya?”ucap
Erawati kepada Jarot.
Kata „kok-„ dalam kutipan percakapan di atas mengarah kepada
Jarot.
4) Deiksis Persona Ketiga Tunggal
a) Dalam kutipan percakapan yang terdapat pada novel Emprit
Abuntut Bedhug kata „dheweke‟ rujukan atau referennya
berpindah-pindah. Kata „dheweke‟ di sini berfungsi untuk
menunjukkan deiksis persona ketiga tunggal yang terdapat pada
nomor data 49,101,104,148, dan 157.
125
Berikut adalah salah satu contoh kutipan percakapan yang
terdapat pada nomor data 157:
“Nanging sajrone dadi urusan neng kene biyen kae
dheweke rak genah.”(Emprit Abuntut Bedhug:157)
Terjemahan:
“Tapi sesungguhnya jadi urusan disini adalah dulu dirinya
itu tidak jelas.”
Kata „dheweke‟ dalam kutipan percakapan di atas mengarah
kepada Siti Respati.
b) Dalam kutipan percakapan yang terdapat pada novel Emprit
Abuntut Bedhug kata „piyambakipun‟ rujukan atau referennya
berpindah-pindah. Kata „piyambakipun‟ di sini berfungsi untuk
menunjukkan deiksis persona ketiga tunggal yang terdapat pada
nomor data 76,80,81,105,115, dan 124
Berikut adalah salah satu contoh kutipan percakapan yang
terdapat pada nomor data 81:
“Dangu- dangu piyambakipun purun kula ajak mlampah-
mlampah…”(Emprit Abuntut Bedhug:81)
Terjemahan:
“Lama-lama dirinya mau saya ajak jalan-jalan…”
Kata „piyambakipun‟ dalam kutipan percakapan di atas
megarah kepada Erawati.
126
b. Fungsi Deiksis Temporal
1) Dalam kutipan percakapan yang terdapat pada novel Emprit
Abuntut Bedhug kata „samenika‟ rujukan atau referennya
berpindah-pindah. Kata „samenika‟ di sini berfungsi untuk
menunjukkan deiksis temporal yang terdapat pada nomor data
68,93,103, dan 123
Berikut adalah salah satu contoh kutipan percakapan yang
terdapat pada nomor data 123:
“...Dene Dhik Era samenika yen omong sampun kados
tiyang Surabaya mriki.”(Emprit Abuntut Bedhug:123)
Terjemahan:
“....Kalau Dik Era sekarang berbicaranya sudah seperti
orang Surabaya sini.”
Kata „samenika‟ dalam kutipan percakapan di atas mengarah
kepada waktu saat penutur menuturkan percakapan tersebut.
2) Dalam kutipan percakapan yang terdapat pada novel Emprit
Abuntut Bedhug kata „saiki‟ rujukan atau referennya berpindah-
pindah. Kata „saiki‟ di sini berfungsi untuk menunjukkan
deiksis temporal yang terdapat pada nomor data
33,35,36,50,66,115, dan 134.
Berikut adalah salah satu contoh kutipan percakapan yang
terdapat pada nomor data 66:
“Nak Era! Sokur, saiki kowe wis bali! Sokur.....!”
Ngendika ngono mau banjur gapyuk Erawati dirangkul,
127
dikekep-kekep kaya patrape wong tresna suwe ora
tetemon.(Emprit Abuntut Bedhug:66)
Terjemahan:
“Nak Era! Syukur, sekarang kamu sudah pulang!
Syukur....!” Setelah berbicara lalu Erawati dirangkul,
dipeluk, ibarat orang yang saling suka yang sudah lama
tidak bertemu.
Kata „saiki‟ dalam kutipan percakapan di atas mengarah kepada
waktu saat penutur menuturkan percakapan tersebut.
3) Dalam kutipan percakapan yang terdapat pada novel Emprit
Abuntut Bedhug kata „mengko‟ rujukan atau referennya
berpindah-pindah. Kata „mengko‟ di sini berfungsi untuk
menunjukkan deiksis temporal yang terdapat pada nomor data
55,59,63,101, dan 160.
Berikut adalah salah satu contoh kutipan percakapan yang
terdapat pada nomor data 55:
“...Sesuk esuk sliramu kudu wira wiri ing kono meneh. Kita
ngulat-ulatake. Mengko yen wonge muncul, sliramu kudu
enggal aweh sasmita. Bisa, ta?” rembuge Detektip
Handaka.(Emprit Abuntut Bedhug:55)
Terjemahan:
“...Besok pagi kamu harus kesana kemari di tempat itu lagi.
Kita harus menyempatkan. Nanti kalau orangnya terlihat,
kamu harus cepat memberi informasi, bisa kan?”
rencananya Detektif Handaka.
4) Dalam kutipan percakapan yang terdapat pada novel Emprit
Abuntut Bedhug kata „mangke‟ rujukan atau referennya
berpindah-pindah. Kata „mangke‟ di sini berfungsi untuk
128
menunjukkan deiksis temporal yang terdapat pada nomor data
109.
Berikut adalah salah satu contoh kutipan percakapan yang
terdapat pada nomor data 109:
“Mangke rumiyin ta, ta, tuwan detektip.” (Emprit Abuntut
Bedhug:109)
Terjemahan
“Nanti dulu ta, ta, tuan detektif.”
5) Dalam kutipan percakapan yang terdapat pada novel Emprit
Abuntut Bedhug kata „mau‟ rujukan atau referennya berpindah-
pindah. Kata „mau‟ di sini berfungsi untuk menunjukkan
deiksis temporal yang terdapat pada nomor data
18,36,50,53,91,100,131, dan 150.
Berikut adalah salah satu contoh kutipan percakapan yang
terdapat pada nomor data 36:
“Kandhamu mau, kowe ora duwe seksi nalika tabrakan ing
Blawuran mau?....”(Emprit Abuntut Bedhug:36)
Terjemahan:
“Katamu tadi, kamu tidak punya saksi dalam kecelakaan di
Blawuran tadi?....”
Kata „mau‟ dalam kutipan percakapan di atas mengarah kepada
waktu sebelum percakapan tersebut dituturkan.
6) Dalam kutipan percakapan yang terdapat pada novel Emprit
Abuntut Bedhug kata „wingi‟ rujukan atau referennya
129
berpindah-pindah. Kata „wingi‟ di sini berfungsi untuk
menunjukkan deiksis temporal yang terdapat pada nomor data
55,91, dan 114.
Berikut adalah salah satu contoh kutipan percakapan yang
terdapat pada nomor data 114:
“Er. Mundhut bakal iki maneh apa priye? Olehku tuku ya
kene, kok, wingi kae.”(Emprit Abuntut Bedhug:114)
Terjemahan:
“Er. Ambil bahan ini lagi apa bagaimana? Kepunyaanku
juga membeli disini, yang kemarin itu.”
Kata „wingi‟ dalam kutipan percakapan di atas mengarah
kepada waktu sebelum percakapan tersebut dituturkan.
c. Fungsi Deiksis Lokatif
1) Dalam kutipan percakapan yang terdapat pada novel Emprit
Abuntut Bedhug kata „kono‟ rujukan atau referennya berpindah-
pindah. Kata „kono‟ di sini berfungsi untuk menunjukkan
deiksis lokatif yang terdapat pada nomor data 155.
Berikut adalah salah satu contoh kutipan percakapan yang
terdapat pada nomor data 155:
“Nanging dudu kuwi karepku. Uga aku durung oleh titik
melik bab anane Sutahal ing kono.”(Emprit Abuntut
Bedhug:155)
Terjemahan:
“Tapi bukan itu keinginanku. Juga aku belum dapat titik
terang masalahnya adanya Sutahal di situ.”
130
Kata „kono‟ dalam kutipan percakapan di atas mengarah pada
Toko Mardi Busana.
2) Dalam kutipan percakapan yang terdapat pada novel Emprit
Abuntut Bedhug kata „mriki‟ rujukan atau referennya
berpindah-pindah. Kata „mriki‟ di sini berfungsi untuk
menunjukkan deiksis lokatif yang terdapat pada nomor data
106 dan 123,
Berikut adalah salah satu contoh kutipan percakapan yang
terdapat pada nomor data 123:
“Dene Dhik Era samenika yen omong sampun kados tiyang
Surabaya mriki.”(Emprit Abuntut Bedhug:123)
Terjemahan:
“Kalau Dik Era sekarang berbicaranya sudah seperti orang
Surabaya sini.”
Kata „mriki‟ dalam kutipan percakapan di atas mengarah pada
Kota Surabaya.
3) Dalam kutipan percakapan yang terdapat pada novel Emprit
Abuntut Bedhug kata „mriku‟ rujukan atau referennya
berpindah-pindah. Kata „mriku‟ di sini berfungsi untuk
menunjukkan deiksis lokatif yang terdapat pada nomor data
147 dan 148.
Berikut adalah salah satu contoh kutipan percakapan yang
terdapat pada nomor data 148:
131
“Ing mriku sumerap kanthongipun, lajeng kemutan
menawi sampun srawung kaliyan kula selaminipun kalih
minggu.”(Emprit Abuntut Bedhug:148)
Terjemahan:
“Di situ terlihat bungkusannya, lalu teringat kalau sudah
bersama dengan saya selama dua minggu.”
Kata „mriku‟ dalam kutipan percakapan di atas mengarah pada
Toko Mardi Busana.
4) Dalam kutipan percakapan yang terdapat pada novel Emprit
Abuntut Bedhug kata „kana‟ rujukan atau referennya berpindah-
pindah. Kata „kana‟ di sini berfungsi untuk menunjukkan
deiksis lokatif yang terdapat pada nomor data 99.
Berikut adalah salah satu contoh kutipan percakapan yang
terdapat pada nomor data 99:
“Gage! Nyang kana, lo! Kamarmu dhek dhisik,”(Emprit
Abuntut Bedhug:99)
Terjemahan:
“Cepat! Kesana, lo! Kamarmu yang dulu,”
Kata „kana‟ dalam kutipan percakapan di atas mengarah pada
kamar Erawati.
5) Dalam kutipan percakapan yang terdapat pada novel Emprit
Abuntut Bedhug kata „ngrika‟ rujukan atau referennya
berpindah-pindah. Kata „ngrika‟ di sini berfungsi untuk
menunjukkan deiksis lokatif yang terdapat pada nomor data
151.
132
Berikut adalah salah satu contoh kutipan percakapan yang
terdapat pada nomor data 151:
“Lajeng? Menapa Sutahal leres manggihi lelampahan
ingkang onya ing keramean Mardi Busana ngrika?”
pitakone Erawati (Emprit Abuntut Bedhug:151)
Terjemahan:
“Terus? Kenapa Sutahal benar menampakan diri di
keramaian Mardi Busana itu?”
Kata „ngrika‟ dalam kutipan percakapan di atas mengarah pada
Toko Mardi Busana.
133
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap Novel Emprit
Abuntut Bedhug Karya Suparto Brata, peneliti mengambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Deiksis yang ditemukan di dalam novel Emprit Abuntut Bedhug karya
Suparto Brata yaitu deiksis persona, deiksis temporal, dan deiksis lokatif.
Wujud deiksis persona yang ditemukan yaitu a) deiksis persona pertama
tunggal, seperti: aku, -ku, dak-, kula, b) deiksis pertama jamak, seperti:
awake dhewe, kita, c) deiksis persona kedua tunggal, seperti: kowe, -mu,
panjenengan, sampeyan, sliramu, kok-, d) deiksis persona ketiga tunggal,
seperti: dheweke, piyambakipun. Wujud deiksis temporal yang ditemukan
yaitu: a) deiksis temporal „samenika‟, b) deiksis temporal „saiki‟, c) deiksis
temporal „mengko‟, d) deiksis temporal „mengke‟, e) deiksis temporal
„mau‟, dan f) deiksis temporal „wingi‟. Wujud deiksis lokatif yang
ditemukan yaitu: a) deiksis lokatif „kene‟, b) deiksis lokatif „kono‟, c)
deiksis lokatif „kana‟, d) deiksis lokatif „ngriki‟, e) deiksis lokatif „ngriku‟,
dan f) deiksis lokatif „ngrika‟.
2. Fungsi deiksis yang ditemukan di dalam novel Emprit Abuntut Bedhug
karya Suparto Brata yaitu a) aku, -ku, dak-, kula menunjukan fungsi
deiksis persona pertama tunggal, b) awake dhewe, kita menunjukan fungsi
deiksis persona pertama jamak, c) kowe, -mu, panjenengan, sampeyan,
sliramu, kok- menunjukan fungsi deiksis persona kedua tunggal, d)
133
134
dheweke, piyambakipun menunjukan fungsi deiksis persona ketiga
tunggal. Fungsi deiksis temporal yang ditemukan yaitu: a) deiksis
temporal „samenika‟, b) deiksis temporal „saiki‟, c) deiksis temporal
„mengko‟, d) deiksis temporal „mengke‟, e) deiksis temporal „mau‟, dan f)
deiksis temporal „wingi‟. Fungsi deiksis lokatif yang ditemukan yaitu: a)
deiksis lokatif „kene‟, b) deiksis lokatif „kono‟, c) deiksis lokatif „kana‟, d)
deiksis lokatif „ngriki‟, e) deiksis lokatif „ngriku‟, dan f) deiksis lokatif
„ngrika‟.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan, penulis ingin
menyampaikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat memberikan informasi awal bagi penelitian
berikutnya. Novel Emprit Abuntut Bedhug diharapkan dapat ditulis dari
segi yang berbeda sekaligus melestarikan khasanah kesusastraan
terutama kesusastraan Jawa.
2. Bagi Pembaca
Bagi pembaca pada umumnya diharapkan skripsi ini dapat
menambah wawasan dan pengetahuan tentang karya sastra, khususnya
tentang deiksis dalam novel.
135
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: PT Rineka Citra.
Brata, Suparto. 2007. Emprit Abuntut Bedhug. Yogyakarta: Narasi.
Chaer, Agustina. 2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Ismawati, Esti. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra.
Surakarta: Yuma Pustaka.
Kushartanti, 2005. Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum.
Mahsun, 2012. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode dan
Tekniknya. Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Moleong, Lexsi. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosda Jaya.
Mugiarti, Nanik. 2010. Analisis Deiksis ing Salebeting Novel Kubur Ngemut
Wewadi. Semarang: IKIP PGRI Semarang.
Mulyana, 2005. Kajian Wacana: Teori, Metode, dan Aplikasi Prinsip-Prinsip
Analisis Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Nofitasari. 2012. Deiksis Sosial dalam Novel Laskar Pelangi. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta.
Rustono, 1999. Pokok-Pokok Pragmatik. Semarang: CV. IKIP Semarang
Press.
Subroto, Edi. 1992. Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural.
Surakarta: Sebelas Maret University Press.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta
Wacana University Press.
Verhaar, J.W.M. 2012. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Verhaar, J.W.M. 2010. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
136
Wijana, I Dewa Putu dan Rohmadi, Muhammad. 2009. Analisis Wacana
Pragmatik: Kajian Teori dan Analisis. Surakarta: Yuma Pustaka.
Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: PT Pustaka Pelajar.
137
LAMPIRAN
138
LAMPIRAN 1
SINOPSIS
NOVEL EMPRIT ABUNTUT BEDHUG
KARYA SUPARTO BRATA
Novel "Emprit Abuntut Bedhug " karya Suparto Brata. Novel ini
menceritakan tentang perjuangan seorang wanita yang mencari saudara
kembarnya di Surabaya dengan bekal majalah yang memuat saudara kembarnya
tersebut. Wanita itu bernama Siti Respati, Siti Respati dari Solo ke Surabaya
karena dia ingin membuktikan apa yang dikatakan neneknya benar sewaktu ia
kecil bahwa ia memiliki saudara kembar. Setiap ia bertanya pada keluarganya,
tidak ada yang mau menjawab. Kebetulan teman kerja Siti Respati berkata kalau
dirinya dimuat di majalah " Arek Surabaya " dan dikenal sebagai Ratu Luwes.
Cepat – cepat Siti Respati membaca majalah tersebut dan yakin kalau Erawati
adalah saudara kembarnya. Dari awal berangakat, Siti Respati sudah mulai tidak
tenang batinnya, dia gelisah, perutnya enek dan muntah – muntah. Kemudian ada
seorang lelaki yang menawarinya agar diberi balsem , Siti Respati mau dan
percaya kalau Sutahal itu orang baik. Karena kurang hati – hatinya akhirnya Siti
Respati tertipu oleh Sutahal, laki – laki yang memberi balsem itu. Jadi, sebaiknya
kita harus lebih hati – hati dan waspada terhadap orang yang belum kita kenal.
Sutahal pura – pura baik dihadapan Siti Respati. Ketika Siti Repati sakit didalam
kereta, Sutahal menawari balsem dan sehingga Siti terkena rayuan gombal Tahal.
Hingga Jarot, pemuda yang ikut dalam klub atlit bianarag menemukan ptongan
tangan yang misterius.
139
Jarot yang awalnya tabrakan ketika naik sepeda dengan seorang wanita
muda yang cantik, kemudian menemukan kantong yang awalnya Jarot bahkan
belum tahu isi kantong tersebut. Kemudian jarot mengembalikan kantong itu
kepada wanita yang tabrakan dengan Jarot. Tetapi wanita itu menolak dengan
ketakutan, Jarot lalu membawa pulang kantong misterius tersebut.
Setelah sesampainya dirumah, Jarot penasaran akan isi kantong tersebut,
kemudian ia memberanikan diri membuka kantong itu. Jarot kaget dan takut,
ternyata isi kantong tersebut ialah potongan tangan seorang wanita yang dimana
di jari manisnya ada cincin berlian. Karena takut, Jarot membawa kantong itu ke
kantor polisi. Kemudian, pencarian dan penyelidikan pun dimulai. Didalam
pencarian saudara kembarnya Siti memang berbeda dengan Erawati, perempuan
yang cantik luar dalam. Dia memang berbeda dengan kembarannya Siti Respati.
Kalau erawati sering berpakaian modern yaitu dengan memakai rok gaya eropa,
sedangkan Siti Respati masih menggunakan pakaian adat jawa yakni kebaya dan
jarik lengkap dengan rias rambut diwajahnya.
Didalam penyidikan kasus yang dihadapi Jarot itu ternyata potongan
tangan yang ditemui itu adalah sebuah tangan wanita yang bernama Siti Repati
saudara kembarnya Erawati. Setelah sekian banyak bukti – bukti yang cukup luat
akhirnya polisi datang kerumah Sutahal, Sutahal adalah orang yang menculik dan
memotong tangan Siti Respati. Kemudian Erawati bisa menemukan saudara
kembarnya yang telah disekap oleh Sutahal di kediamannya . Siti Respati yang
sudah tidak berdaya itu lalu ditangani dengan dibawa kerumah sakit.
140
LAMPIRAN 2
BIOGRAFI PENGARANG
Suparto Brata, nama lengkapnya adalah Raden Mas Suparto Brata
terlahir di Surabaya pada tanggal 27 Februari 1923 dari pasangan Raden Suratman
dan Bandara Raden Ajeng Jembawati. Kedua orangtuanya berasal dari Surakarta
Hadiningrat. Suparto Brata adalah sastrawan yang produktif menerbitkan buku
fiksi berbahasa Jawa dan Indonesia. Suparto Brata pernah mendapat penghargaan
dari South East Asia Write Award (2007), penghargaan Rancage (2000, 2001 dan
2005) serta tercatat dalam buku Five Thousand Personalities of the World Sixth
Edition (1998) terbitan The American Biographical Institute, Inc, USA. Dalam
menulis, Suparto Brata seringkali menggunakan nama amara, di antaranya Peni
dan Eling Jatmiko.
Karier sastra Jawanya bermula dari tulisan-tulisannya di Majalah Panjebar
Semangat, Surabaya. Majalah berbahasa Jawa ini juga memberinya anugerah saat
sayembara penulisan Cerita bersambung pada tahun 1959. Cerita bersambung itu
kemudian dibukukan dalam bentuk novel yang berjudul Lara Lapane Kaum
Republik. Novel ini kemudian diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh
Suparto sendiri menjadi Kaum Republik.
Dalam menulis, acap kali ia menggunakan nama samaran, di antaranya
Peni dan Eling Jatmiko. Berkat kegigihannya, ia pernah mendapat penghargaan
Hadiah Sastera Rancagé tiga kali. Novel dan kumpulan cerpen Jawa yang pernah
ia tulis di antaranya: Tanpa Tlacak, Emprit Abuntut Bedhug, Kadurakan ing Kidul
141
Dringu, Katresnan kang Angker, Asmarani, Pethite Nyai Blorong,Nyawa 28,
Tretes Tintrim, Lara Lapane Kaum Republik, Sanja Sangu Trembela, Lintang
Panjer Sore, Jaring Kalamangga, Kamar Sandi, Garuda Putih, Nglacak Ilange
Sedulur Ipe, Ngingu Kutuk ing Suwakan, Donyane Wong Culika, dan Lelakone Si
lan Man
Istri bernama Rr. Ariyati, anak seorang petani kaya di Ngombol,
Purworejo (Jawa Tengah). Menikah tanggal 22 Mei 1962, mempunyai anak 4
orang, yaitu Tatit Merapi Brata (1963), Teratai Ayuningtyas (1965), Neograha
Semeru Brata (1969), Tenno Singgalang Brata (1971). Tahun 1988 pensiun
sebagai pegawai negeri, rumahnya pindah ke Rungkut Asri III / 12 Perum YKP
RL I-C 17 Surabaya. Istri meninggal 2 Juni 2002. Anak-anaknya sudah sarjana
semua, punya istri, anak, rumah, kendaraan, pekerjaan. Sekarang Suparto Brata
hidup serumah dengan anak-cucu dan menantu, keluarga Ir. Wahyudi Ramadani,
MMT .
142
LAMPIRAN 3
Kutipan deiksis dalam novel Emprit Abuntut Bedhug
Karya Suparto Brata
a. Deiksis Persona
a. Deiksis Persona Pertama Tunggal “aku”
1) Jarot nyaut buku, dibukaki ana ing ngisor lampu. Karepe arep
sinau. Marga kabare kantore arep nganakake ujian kanggo
unggah-unggahan pangkat. Nanging pikirane Jarot ora bisa
uwal saka kanthong biru-kuning kang katon ngegla ana
ngarepe.
“Umpama kantong iki dakbukak, isine mas-inten kang larang
regane ngono, aku mesti enggal-enggal lapur pulisi Nanging
mokal yen isine mas-inten kok sing duwe ngemohi. Lan ndeleng
gemandhule lan grenjele ora pantes yen bangsane mas-
masan”(Emprit Abuntut Bedhug:23)
Terjemahan:
Jarot mengambil buku, dibuka di bawah lampu. Keinginannya
ingin belajar. Karena kabarnya kantornya akan mengadakan
ujian kenaikkan pangkat. Tetapi pikiran Jarot tidak bisa lepas
dari bungkusan biru-kuning yang terlihat tergeletak di
depannya.
“Seandainya bungkusan ini saya buka, isinya mas-berlian yang
mahal harganya, saya harus cepat-cepat lapor polisi. Tetapi
tidak mungkin kalau isinya mas-berlian tapi yang punya
menolak. Dan dilihat dari gantungannya dan bentuknya tidak
pantas kalau itu merupakan mas-berlian.”
2) “Kok nyiksa piker timen! Yen aku wis weruh apa isine, apa
anane terus daktata, dakbalekake asale rak uwis. Rak ora
jenenge dosa.”pikirane Jarot digathuk-gathukake
dhewe.(Emprit Abuntut Bedhug:24)
Terjemahan:
“Kenapa begitu menyiksa pikiran! Kalau saya sudah melihat apa
isinya, apa adanya terus saya tata, saya kembalikan asalnya
maka sudah, dan tidak mungkin akan berdosa.”pikiran Jarot
sendiri.
3) “Layak kok sengol timen guneme! Dicungi barang darbeke kok
wangsulane mbesengut, nulak! Lan mlayu nggenjrit! Ah, ora
143
mokal saiki, Nyalawadi tenan! Aku sing goblog! Ora mikir
cepet! Utawa mikir kliru marga srakah! Dhuwe melik kepengin
ndhakoni duweke wong liya.”(Emprit Abuntut Bedhug:27)
Terjemahan:
“Kenapa ucapannya dengan nada tinggi! Ditunjukkan barang
seperti ini kenapa jawabanya marah dan menolak! Dan lari
tunggang langgang! Ah tidak mungkin sekarang. Aneh sekali!
Saya yang bodoh! Tidak berpikir cepat! Atau berfikir salah
karena serakah! Mempunyai keinginan memiliki barang milik
orang lain.”
4) “Pirang-pirang sasi iki aku repot banget, Dhik Handaka,”
ngendikane Pak Indra marang dayohe.(Emprit Abuntut
Bedhug:28)
Terjemahan:
“Beberapa bulan ini saya sibuk sekali, Dhik Handaka,” ucap Pak
Indra kepada tamunya.
5) “La ya ora dadi ngapa. Aku mung kluyar-kluyur, kok. Menggko
yen wis bosen neng Surabaya rak mulih neh nyang Sala
dhewe.”wangsulane Handaka.(Emprit Abuntut Bedhug:30)
Terjemahan:
“La tidak jadi masalah. Saya cuma mondar-mandir saja. Nanti
kalau sudah bosan di Surabaya kan pulang lagi ke Solo sendiri.”
Jawaban Detektif Handaka.
6) “Aku krungu kabar, jare wis ana sing ditangkepi, antara liya
maratuwane si manten lanang, Tionghoa sing mbangun omah
setan kui.”(Emprit Abuntut Bedhug:30)
Rerembugan iku lagi tekan kono. Inspektur Indra durung
njlentrehake critane omah angker iku, kasigeg tekane punggawa
pulisi piket ngirid Jarot menyang kamar Inspekturan.
Terjemahan:
“saya dengar kabar, katanya sudah ada yang ditangkap, antara
lain mertuanya pengantin pria, Tionghoa yang membangun
rumah setan tersebut.”
144
Obrolan baru sampai di situ. Inspektur Indra belum menjelaskan
cerita rumah angker itu, terhenti datangnya petugas polisi piket
yang membawa Jarot ke kamar Inspektur.
7) “La iya, ta, yen mengkono. Aku saguh-saguh wae, nanging
bantuan saka panjenengan iya tetep dakarep-arep.”(Emprit
Abuntut Bedhug:34)
“Wis, ta, aja kuwatir. Bab honorarium mesthi ana! Aku ngreti.”
“Sing baku bantuan kapercayan, Mas. Panjenengan kudu
percaya marang caraku nyambutgawe,” clathune Handaka.
Terjemahan:
“La iya kan, kalau begitu. Saya siap siap saja tapi bantuan dari anda juga tetap saya tunggu-tunggu.” “Sudahlah jangan khawatir. Soal bayaran pasti ada! Saya paham.” “Yang benar bantuan kepercayaan,Mas. Anda harus percaya dengan cara saya bekerja,” ujar Handaka.
8) Jarot ora kober mangsuli. Dheweke terus mlebu, diiringi
Detektip Handaka. Ing kelonggaran iku, Apip salaman tepungan
karo Handaka.
“Yok apa, Rot, kabare awak pena?” Apip mindhoni takon.
“Suwi, ya, awake dhewe iki padha-padha gak cethukan?”
“Ah, kowe iku, Pip. Gak ngrasakna repote uwong! Anu, Pip.
Ana gawene aku mrene iki. Kowe eling tenan, aku srempetan
sepedhah mau?”
“Jelas! Kowe ngalamun ruh arek ayu, nggak?”ujare karo
ngguyu.
“Nah, iku! Aku perlu seksi, Pip. Seksi lek aku tiba srempetan
ndhuk tengahe praliman Blawuran ngisor jam lonceng.”(Emprit
Abuntut Bedhug:39)
Terjemahan:
Jarot tidak sempat menjawab. Dirinya terus masuk, diiringi
detektif Handaka. Pada kesempatan itu, Apip berjabat tangan
berkenalan dengan Handaka.
“Yok apa, Rot, kabarnya baik kan?” Apip bertanya kedua
kalinya. “Lama ya, kita sama-sama tidak pernah bertemu?”
“Ah, kamu itu, Pip. Tidak merasakan repotnya orang! Itu Pip.
Ada sebabnya saya kesini. Kamu ingat betul, Saya srempetan
sepeda tadi?”
“Jelas! Kamu melamun melihat orang cantik, iya tidak?” sambil
tertawa.
145
“Nah itu! Saya butuh saksi, Pip. Saksi kalau saya jatuh terserempet di tengah tengah simpang lima Blawuran bawah jam lonceng.”
9) “Tapine, Rot. Lah mongsok aku ngerti koen nemu kanthong
iku?terus ndhuk kantong ana ali-aline? Kapan eruhku nyekseni
sampek njlimet ngono iku?”(Emprit Abuntut Bedhug:41)
“Nanging rak bener, ta, dheweke tabrakan?” pitakone
Handaka.
“Srempetan, Mas. Srempetan terus dhawah. Lak ngono, tah,
Rot?” clathune Apip, setengah nganggo tata krama marang
Handaka.
Terjemahan:
“Tetapi, Rot Lah masak saya tahu kamu menemukan bungkusan
itu? Terus di bungkusan tersebut ada cincin? Kapan melihatku
menyaksikan sampai teliti seperti itu?”
“Tetapi tidak betul, kan, dirinya kecelakaan?” pertanyaan
Handaka. “Srempetan, Mas. Srempetan terus jatuh. Bukan begitu, Rot?” ujar Apip, setengah memakai tata krama kepada Handaka.
10) “Sara, Pip! Gak ngira aku! Permulaan cumak srempetan, le.
Ndadak kedibelan perkara koyo ngene! Mbok!” Jarot gedheg-
gedheg karo mlaku metu menyang pekarangan omah.(Emprit
Abuntut Bedhug:43)
Terjemahan:
“Sakit, Pip! Tidak menyangka saya! Permulaan hanya
srempetan. Mendadak terkena masalah seperti ini!” Jarot
geleng-geleng kepala sambil berjalan keluar menuju halaman
rumah.
11) “oh, wong sing ngetutake aku mau mesthi!”pocapane Jarot
kawetu. (Emprit Abuntut Bedhug:49)
Terjemahan:
“Oh pasti orang ini yang membuntuti saya tadi!” ucap Jarot.
12) “Ora, dhik. Aku kudu weruh reaksi sing wajar. Nganggo ali-ali
mau aku isih durung cetha, Jeng Era iki mung ethok-ethok ora
ngerti, apa temenan ora ngerti bab kanthong saisine iki. Reaksi
iku perlu kanggo penyelidikan,”ujare Handaka adreng (Emprit
Abuntut Bedhug:53)
Terjemahan:
146
“Tidak, Dik. Saya harus melihat reaksi yang wajar. Memakai
cincin tadi saya masih belum jelas, Jeng Era ini hanya pura-pura
tidak tahu, apa memang tidak tahu tentang bungkusan seisinya
ini. Reaksi ini perlu untuk penyelidikan” ujar Handaka lagi.
13) “Mengko yen wonge muncul, sliramu kudu enggal aweh
sasmita. Bisa, ta?” rembuge Detektip Handaka.
“Benjing-enjing kula mucal,” wangsulane Erawati.
“Mengko aku sing mamitake menyang sekolahan. Kanthi
layang kapulisian. Nangendi ta anggonmu mulang?”(Emprit
Abuntut Bedhug:55)
Terjemahan:
“Nanti jika orangnya muncul, kamu harus cepat memberi tanda.
Bisa, kan?” rencana Detektif Handaka.
“Besok pagi-pagi saya mengajar,” jawab Erawati.
“Nanti saya yang memintakan ijin ke sekolahan. Dengan surat
dari kepolisian. Dimana tempat kamu mengajar?”
14) “Hello, Er! Kena apa, ta, Er, sikepmu ok owah timen marang
aku?” clathune Nusyirwan. (Emprit Abuntut Bedhug:58)
Terjemahan:
“Hello, Er! Kenapa Er, sikapmu kok sangat berubah terhadap
saya?” ujar Jarot.
15) “Mesthi wae aku tepung karo Dhik Erawati iki. Rong minggu
lawase dheweke nginep ana ngomahku, dakkandhani kowe! La
kowe apane?“ wangsulane Jarot tumantang.(Emprit Abuntut
Bedhug:59)
Terjemahan:
“Pasti saya kenal sama Dhik Erawati ini. Dua minggu lamanya
dia tidur di rumah saya, saya beri tahu kamu! La kamu apanya?”
Jawab Jarot menantang.
16) “Sajrone rong minggu iki, kowe nyang endi, ta, Er, kok
nggeblas ora kandha-kandha?Lan yen ketemu aku banjur mlayu
kepati-pati ninggal aku?” pitakone Jarot.(Emprit Abuntut
Bedhug:60)
Terjemahan:
“Selama dua minggu ini, kamu kemana saja Er? Kok, tidak
bilang-bilang dan kalau bertemu saya langsung lari tunggang-
langgang meninggalkan saya” tanya Nusyirwan.
147
17) “aku kandha blaka wae, aku iki pulisi.Yen kowe nyata tepung
karo Jeng iki, apa kowe bisa mbuktekake?” pitakone Handaka
iku nratas rembug. (Emprit Abuntut Bedhug:61)
Terjemahan:
“Saya berbicara terang terangan saja, saya ini polisi. Kalau
kamu memang tahu gadis ini, apa kamu bisa membuktikan?”
Tanya Handaka menyela percakapan.
18) “aku ora rumangsa tepung kowe!” Erawati kaya Srikandi
nantang Bisma. (Emprit Abuntut Bedhug:62)
Terjemahan:
“Saya tidak merasa kenal anda!” Erawati seperti Srikandhi
menantang Bisma.
19) “Iya, Iya. Nusyirwan, ya? Aku Handaka. Kene numpak pick-up
kene. O, iya. Anu, Dhik. Aku kepingin krungu pengakune keng
ibu dhewe bab tepungmu karo Dhik Erawati iki.”(Emprit
Abuntut Bedhug:63)
Terjemahan:
“Iya, Iya. Nusyirwan, ya? Saya Handaka. Sini naik pick-up sini.
O, Iya. Itu, Dhik. Saya ingin mendengar pengakuan dari ibu
sendiri tentang perkenalanmu dengan Dhik Erawati ini.”
20) “Aku rak pareng, ta, nyuwun ngampil tilpun kuwi dhisik?”
pitakone Handaka nalika weruh tilpun ing meja cedhak gang
memburi. (Emprit Abuntut Bedhug:65)
Terjemahan:
“Saya tidak boleh, kan, meminjam telepon itu dulu?” tanya
Handaka sewaktu melihat telepon di meja dekat jalan ke
belakang.
21) “Aku nganti duwe pangiro ala marang polahmu.kang
nyalawadi, nak Era! Sokur, saiki kowe wis bali!
Sokur…!”(Emprit Abuntut Bedhug:66)
Terjemahan:
“Saya sampai punya prasangka buruk terhadap tingkahmu yang
salah nak Era! Sukur, sekarang kamu sudah pulang, Sukur…!”
22) “Ah Ora bisa! Aku nemu ya wis ngono kuwi”ujare Jarot
(Emprit Abuntut Bedhug:73)
148
Terjemahan:
“Ah tidak bisa! Saya menemukan sudah seperti itu” ujar Jarot.
23) “Ssttt! Aja regejegan dhewe! Aku sing ngurus” Handaka nugel
rembug engkel-engkelan mau.(Emprit Abuntut Bedhug:75)
Terjemahan:
“Ssttt! Jangan ribut sendiri! Saya yang mengurus” Handaka
menghentikan percakapan yang sama kerasnya tadi.
24) “Percaya aku, aku ora tau ngambah omah kene sak durunge
iki.”(Emprit Abuntut Bedhug:84)
Handaka katon nyepelekake. Dheweke takon maneh marang
Nusyirwan.
“Dadi, kokkira Jeng Erawati iki saiki wong sing lagi lali!”
Terjemahan:
“Percaya saya, saya belum pernah menapakkan kaki di rumah
ini sebelumnya.”
Handaka terlihat menyepelekan. Dirinya bertanya kembali
kepada Nusyirwan.
“Jadi, kamu kira Jeng Erawati ini sekarang orang yang sedang
lupa!”
25) Detektip Handaka mencerengi Jarot, nudingi bungkusan tangan
tugel karo nyuwara sora,“iki bisa uga perkara rajapati kang
nyalawadi, dhik Jarot! Aku kang kapasrahan mbongkar wewadi
iki dening polisi! Yen aku ora waspada, bisa uga kadurjanan
kaya ngene iki mbrabag, temahan ora becik kanggone
masyarakat!”(Emprit Abuntut Bedhug:86)
Terjemahan:
Detektif Handaka melihat Jarot sambil menunjuk bungkusan
potongan tangan dengan bersuara keras, “ini bisa saja masalah
pembunuhan yang berbahaya, dik Jarot! Saya yang ditugaskan
membongkar masalah ini oleh polisi! Kalau saya tidak waspada,
bisa saja kejahatan seperti ini bisa menyebar, dan contoh yang
tidak baik untuk masyarakat!”
26) Erawati nyendhal tangane, ucul saka gondhelane Nusyirwan.
“Aku wis kanthi becik nulung nggoleki uwong ndugal
kuwi.”(Emprit Abuntut Bedhug:88)
Terjemahan:
149
Erawati melepaskan tangannya, melepaskan dari genggaman
Nusyirwan.
“Saya sudah sangat baik menolong mencari orang jahat itu.”
27) “Oh, aku ngerti, kowe pulisi palsu! Ora duwe sandhangan
dhines. Palsu! Kowe padha wae karo wartawan-wartawan kae!
Oh, oh!”(Emprit Abuntut Bedhug:89)
“Ana ngendi??!! Wangsulana!!” pitakone Handaka sora.
“Iku urusanku dhewe! Urusanku dheeeweeee!!” wangsulane
Erawati karo kesuh.
Terjemahan:
“Oh, saya tau, kamu polisi palsu! Tidak punya pakaian dinas.
Palsu! Kamu sama saja dengan wartawan-wartawan itu! Oh,
oh!”
“Ada dimana??!! Jawab!!” tanya Handaka keras.
“Itu urusanku sendiri! Urusanku sendiiiriii!!” jawab Erawati
marah.
28) “Aku lunga menyang Semarang! Semaraaang!! Kandhakna
kancamu yen arep kandha! Kandhakna marang
sekongkelanmu!! Aku lunga menyang Semaraaang!!” ujare
Erawati jerat-jerit.(Emprit Abuntut Bedhug:90)
Terjemahan:
“Saya pergi ke Semarang! Semaraaang!! Sampaikan kepada
temanmu kalau mau bilang! Bilang ke sekongkolannu!! Saya
pergi ke Semaraaaang!!” ujar Erawati sambil berteriak-teriak.
29) “O, ngreti aku saiki. Jenengmu ki Erawati, mesthi!”
“Ah! Apa pantes aku duwe jeneng apik kaya ngono?”(Emprit
Abuntut Bedhug:92)
“Pantes banget! Cocog! Saiki aku ngundang kowe Dhik Era
ngono wae. Ya?”
Terjemahan:
“O, tahu saya sekarang. Namamu Erawati, pasti!”
“Ah! Apa pantas saya punya nama bagus seperti itu?”
“Pantas sekali! Cocok! Sekarang saya memanggil kamu Dik Era
begitu saja. Ya?”
30) Jarot arep muni,”Yen mung Nunus aku wis ora kuwatir.
Tangkepe Erawati marang Nunus saprene iki nyata-nyata ora
dhemen.”Emprit Abuntut Bedhug:101)
Terjemahan:
150
Jarot mau berkata,”kalau hanya Nunus saya sudah tidak
khawatir. Tanggapan Erawati kepada Nunus sampai sekarang ini
kenyataanya tidak senang”
31) “Kula lingsem sanget. Mas Jarot! Aja nyawang aku dhisik. Yen
ora merga karepe pulisi, aku ora wani ngaton kaya ngene ana
ngarepe priya”(Emprit Abuntut Bedhug:103)
“Heh! Jeng Erawati! Kowe ngreti apa sing dikarepake Dhik
Nunus kuwi! Kowe ngreti apa kekuranganmu! Iya, apa, ora?”
pitakone Handaka.
Terjemahan:
“Saya malu sekali. Mas Jarot! Jangan melihat saya dahulu.
Kalau tidak karena keinginan polisi, aku tidak berani tampil
begini di depan pria.”
“Hei! Jeng Erawati! Kamu tahu apa yang diinginkan Dik Nunus
itu!Kamu tahu apa kekuranganmu! Iya, apa tidak?” pertanyaan
Handaka.
32) “Kajaba kuwi aku perlu tenagane Dhik Jarot. Aku butuh wong
kuwat.”(Emprit Abuntut Bedhug:109)
“Tiyang kiyat? Kangge menapa? Usung-usung kursi? Kula
kadospundi?”pitakone Erawati
“Eh, sida! Kepriye, wong wis dandan ngono! Ya, sida. Nanging
ora karo Dhik Jarot. Karo Dhik Nusyirwan!” ujare Handaka
kuwasa.
Terjemahan:
“Selain itu saya membutuhkan tenaga Dik Jarot. Saya butuh
orang kuat.”
“Orang kuat? Untuk apa? Mengangkat kursi? Saya bagaimana?”
tanya Erawati.
“Eh, jadi! Bagaimana, sudah bersolek begitu! Iya, jadi. Tetapi
tidak dengan Dik Jarot. Dengan Dik Nusyirwan!” ujar Handaka
berkuasa.
33) “Sing nemu aku ki ya kapan?! Aku ki jan dadi kurban tenan!
Wong nyatane, diganggu dioyak-oyak! Saiki ditindhes dipeksa
laku kesiksen ngene!” gumremenge Erawati. (Emprit Abuntut
Bedhug:110)
Terjemahan:
“Yang menemukan saya ini kapan?! Saya juga menjadi korban!
Nyatanya, diganggu dikeja-kejar! Sekarang ditindas sampai
tersiksa begini!” ujar Erawati.
151
34) “Aku iki kudune wes wegah ngono, nggugu pakone pulisi. Gela
aku, kena apa wong-wong iki nalika teka ing omahku ora
dakusir kaya wartawan-wartawan plonco iku!”grenang-
greneng Erawati kanthi ulat mbesengut.(Emprit Abuntut
Bedhug:111)
Terjemahan:
“Saya ini seharusnya tidak mau seperti itu, percaya perintah
polisi. Kecewa aku. Kenapa orang-orang ini jika datang
kerumahku tidak saya usir seperti wartawan-wartawan tidak
sopan itu!” gumam Erawati sampai terlihat marah.
35) “Aku seneng yen kowe nganggo klambi ireng kaya duwekmu
sing wingi kae. Koksimpen neng endi, ta, saiki?” pitakone
Nusyirwan. (Emprit Abuntut Bedhug:114)
Terjemahan:
“Saya senang kalau kamu memakai baju hitam seperti milikmu
kemarin. Kamu simpan dimana, ta, serkarang?” tanya
Nusyirwan.
36) “Aku eling kabeh apa lelakonku. Aku ora edan. Ora perlu kowe
tuku apa-apa sing padha karo sing dhek wingi.”ujare Erawati.
(Emprit Abuntut Bedhug:114)
Terjemahan:
“Saya ingat semua kelakuanku. Saya tidak gila. Tidak perlu
kamu membeli apa-apa seperti yang kemarin.”ucap Erawati.
37) “Dudu, Pak. Kuwi dudu badan aluse Ndara Siti,” wangsulane
Handaka.
“Lha kok olehe jebles! Sak penganggone!”
“Iya. Anu, Pak. Aku mengko perlu katerangan saka kowe. Sapa
jenengmu, Pak?”(Emprit Abuntut Bedhug:128)
Terjemahan:
“Bukan, Pak. Itu bukan arwah Nyonya Siti,” jawab Handaka.
“Lah kok sangat mirip!
“iya. Itu, Pak. saya nanti memerlukan keterangan dari kamu.
Siapa namamu, Pak?”
38) “Iya. Iya, ngono. Akur aku karo mas Nunus,” ujare Erawati.
(Emprit Abuntut Bedhug:132)
Terjemahan:
“Iya. Iya, begitu. Setuju saya dengan mas Nunus,” ucap Erawati.
152
39) “Mas Nunus, aku dudu anake wong sugih. Bapakku ngasta ana
DPU Sala, pidalem ing Kampung Batangan. Sedulurku pat-
belas sing urip sanga” Siti Respati leren. Nata ambegan. Nata
pikiran. (Emprit Abuntut Bedhug:132)
Terjemahan:
“Mas Nunus, saya bukan anak orang kaya. Ayah saya bekerja di
DPU Solo, tempat tinggal di Desa Batangan. Saudaraku empat
belas yang hidup sembilan” Siti Respati berhenti, mengatur
nafas dan mengatur pikiran.
40) “Tenan ta, sing iki aku durung krungu. Terus?“ pitakone
Erawati.(Emprit Abuntut Bedhug:133)
Terjemahan:
“Benar kan, yang ini saya belum mendengar. Terus?” tanya
Erawati.
41) “Sapa?” pitakone Jarot marang Bu Guru.
“Sutahal kuwi! Mongsok aku tepung karo wong kaya ngono!?
Huh! Pratingkahe wae aku wis mbleneg!” ujare Erawati
sumengit.(Emprit Abuntut Bedhug:135)
Terjemahan:
“Siapa?” Pertanyaan Jarot ke Bu Guru
“Sutahal itu! Masa saya kenal dengan orang kaya begitu!? Huh!
Tingkahnya saja saya sudah muak!” ucap Erawati marah.
42) “Aku wis ikhlas, kok, kelangan tangan. Marga aku wis tetep
ketemu karo sedulur kembarku, lan oleh ijol bojo Mas Nunus
iki. Rak iya, ta, Mas? Panjenengan rak tetep kersa nggarwa
aku, ta, sanajan tanganku sing kiwa puthul?” Siti Respati kanthi
legane ati ngakoni kesalahane. (Emprit Abuntut Bedhug:145)
Terjemahan:
“Saya sudah ikhlas kok, kehilangan tangan. Karena saya sudah
bertemu dengan saudara kembar saya, dan mendapat Suami Mas
Nunus ini. Bukan begitu, kan, Mas? Anda tetap mau menjadi
suami saya, kan, walaupun tangan kiri saya terpotong?” Siti
Respati sangat lega hatinya mengakui kesalahannya.
43) “Oh, kuwi layangku, Dhiajeng! Aku sing nulis!” Aloke Siti
Respati. (Emprit Abuntut Bedhug:146)
Terjemahan:
153
“Oh, itu surat saya, Nona! Saya yang menulis” ujar Siti Respati.
44) “Iya, iya, Yu. Aku ngreti, kok, saiki. Pancen, wong ngukuhi
benere dhewe kuwi sebenere wong bodho, pandelenge ditutupi
setan.” Wangsulane Erawati. (Emprit Abuntut Bedhug:150)
Terjemahan:
“Iya, iya, Mbak. Saya tahu, kok, sekarang. Memang, orang
mempertahankan benarnya sendiri itu sebenarnya orang bodoh,
penglihatannya di tutupi setan.” Jawab Erawati.
45) Kabeh padha ngguyu krungu tantangane Erawati nganggo
tembung Madura.
“Wartawanmu piye, wartawanmu?” Nusyirwan isih duwe karep
mbeda.
“E, lha cobo yen wani cedhak aku,…”(Emprit Abuntut
Bedhug:153)
Terjemahan:
Semua tertawa mendengar tantangan Erawati memakai bahasa
Madura.
“Wartawan kamu bagaimana, wartawanmu?” Nusyirwan masih
mempunyai keinginan yang lain.
“E, lah coba saja kalau berani mendekat padaku,...”
46) “Wah Mas Handaka ki sakjane kejem, lho.”ujare Erawati.
“Gek umpama ora enggal konangan Sutahal...? utawa babar
pisan ora bakal ketemu? Kepripun?”
“Ya, aku ki detektip. Ya mesthi ana akal liya.”(Emprit Abuntut
Bedhug:156)
Terjemahan:
“Wah, Mas Handaka ini sebenarnya kejam lo.” Ujar Erawati.
“Seumpama tidakcepat ketahuan Sutahal...? atau sama sekali
tidak ketemu? Bagaimana?”
“Iya, saya ini detektif. Iya pasti banyak akal yang lain.”
47) “Iiiih, siya-siya! Aku ora kesurupan, kok. Waras. Eling. Kenya
ayu, suci-murni, disapa wong lanang ora ditepungi, ya genah
cemberut, kok aneh!” aloke Erawati. (Emprit Abuntut
Bedhug:157)
Terjemahan:
“Iiiih, sia-sia! Saya tidak kesurupan, kok. Sehat. Ingat. Kenya
cantik, suci-murni, disapa laki-laki tidak dikenali, ya jelas
cemberut. Kok aneh!” ujar Erawati.
154
48) “Kosik. Kosik. Kelingan aku. Piye lelakonku dhek cilik, aku
durung ngreti? Apa ya tenan ibune Yu Siti ki ya ibuku?”
pitakone Erawati. (Emprit Abuntut Bedhug:159)
Terjemahan:
“Sebentar. Sebentar. Teringat saya. Bagaimana kelakuanku
waktu kecil, saya belum tahu? Apa benar ibu Mbak Siti itu juga
ibuku?” tanya Erawati.
b. Deiksis Persona Pertama Tunggal “-ku”
1) “Ya ngono iku cara nyambutgaweku. Panjenengan kari kersa
percaya apa ora?”(Emprit Abuntut Bedhug:35)
“Ya, ya, ya. Aku pancen durung tau nyambutgawe bareng kowe.
Kapan wiwitmu nyambutgawe?”
“Saiki,” wangsulane Handaka.
Terjemahan:
“Ya begini ini cara kerja saya. Anda tinggal percaya apa tidak?”
“Ya, ya, ya. Saya memang belum pernah bekerja bersama kamu.
Kapan kamu mulai bekerja?”
“Sekarang,” jawab Handaka.
2) “iku urusanku dhewe! Urusanku dheeeeweeee!!” wangsulane
Erawati(Emprit Abuntut Bedhug:89)
Terjemahan:
“Itu urusan saya sendiri! Urusan saya sendiiiriii!!” jawab
Erawati.
3) “Aku ora ngira priye-priye, Dhik. Aku mung nonton kanyatane.
Anggone ngilang saka ngomah utawa saka sekolahane iku ora
kalap. Nanging genah sengaja”wangsulane Detektip Handaka.
“Sengaja ?! Dados Mas Handaka ndakwa Dhik Era mboten
kalap?”
“Dhik Jarot. Ngati-ati, lo!”
Jarot mbrabak abang raine.
“Lha kuwi, atimu wiwit buntu! Iku ateges kurban moril.
ngilangake kepercayaanku marang kowe.”(Emprit Abuntut
Bedhug:100)
Terjemahan:
155
“Saya tidak mengira bagaimana, Dik. Saya hanya melihat
kenyataannya. Dirinya menghilang dari rumah atau dari
sekolahan itu tidak lupa tetapi benar sengaja” jawab Detektif
Handaka.
“Sengaja?! Jadi Mas Handaka menuduh Dik Era tidak lupa?”
“Dik Jarot. Hati-hati, lho!”
Muka Jarot berubah menjadi merah.
“Nah itu, hatimu mulai buntu! Itu menandakan korban moral.
Menghilangkan kepercayaan saya kepada kamu”
4) “Kena apa, Bu?”
“nak Era nyilih cemaraku.”(Emprit Abuntut Bedhug:105)
Terjemahan:
“Kenapa, Bu?”
“saudari Era pinjam cemaraku.”
5) “Sumbut karo anggonku kacipuhan.”wangsulane Erawati.
(Emprit Abuntut Bedhug:108)
Terjemahan:
“imbang dengan perjuanganku.” Jawab Erawati.
6) “Mas Nunus, aku dudu anake wong sugih. Bapakku ngasta ana
DPU Sala, pidalem ing kampung batangan. Sedulurku pat-belas
sing urip sanga. Aku nomer sepuluh, utawa nomer pitu kang
urip.” Siti Respati leren. Nata ambegan. Nata pikiran.(Emprit
Abuntut Bedhug:132)
Terjemahan:
“Mas Nunus, saya bukan anak orang kaya. Ayah saya bekerja di
DPU Solo, tempat tinggal di Desa Batangan. Saudara saya
empat belas yang hidup sembilan. Saya nomor sepuluh, atau
nomor tujuh dari yang masih hidup. Bapak saya bekerja di DPU
Sala.” Siti Respati berhenti. Mengatur nafas. Mengatur pikiran.
7) Siti Respati leren. Nata ambegan. Nata pikiran.
“Tenan, ta, sing iki aku durung krungu. Terus?” pitakone
Erawati.
“Atiku wiwit goreh maneh…”(Emprit Abuntut Bedhug:133)
Terjemahan:
156
Siti Respati berhenti. Mengatur nafas dan pikiran.
“Benar, kan, yang ini saya belum pernah mendengar. Terus?”
tanya Erawati.
“hatiku mulai goyah lagi..”
8) “Kena apa kok terus nggeblas saka sandingku?” pitakone
Nusyirwan kepengin banget ngreti. (Emprit Abuntut
Bedhug:139)
Terjemahan:
“Kenapa kok terus pergi dari sampingku?” tanya Nusyirwan
ingin sekali mengetahui.
9) “Oh, kuwi layangku dhiajeng!”aloke Siti Respati. (Emprit
Abuntut Bedhug:146)
Terjemahan:
“Oh, itu suratku dik!” jawab Siti Respati.
10) “Kosik. Kosik. Kelingan aku. Piye lelakonku dhek cilik, aku
durung ngreti? Apa ya tenan ibune YuSiti ki ya ibuku?”
pitakone Erawati. (Emprit Abuntut Bedhug:159)
Terjemahan:
“Sebentar. Sebentar. Ingat saya. bagaimana tingkah laku saya
saat kecil, saya belum tahu? Apa benar ibu Mbak Siti itu juga
adalah ibuku?” tanya Erawati.
c. Deiksis Persona Pertama Tunggal “dak-“
1) Jarot nyaut buku, dibukaki ana ing ngisor lampu. Karepe arep
sinau. Marga kabare kantore arep nganakake ujian kanggo
unggah-unggahan pangkat. Nanging pikirane Jarot ora bisa
uwal saka kanthong biru-kuning kang katon ngegla ana
ngarepe.
“Umpama kantong iki dakbukak, isine mas-inten kang larang
regane ngono, aku mesti enggal-enggal lapur pulisi Nanging
mokal yen isine mas-inten kok sing duwe ngemohi. Lan ndeleng
gemandhule lan grenjele ora pantes yen bangsane mas-
masan”(Emprit Abuntut Bedhug:23)
Terjemahan:
157
Jarot mengambil buku, dibuka di bawah lampu. Keinginannya
ingin belajar. Karena kabarnya kantornya akan mengadakan
ujian kenaikkan pangkat. Tetapi pikiran Jarot tidak bisa lepas
dari bungkusan biru-kuning yang terlihat tergeletak di depannya.
“Seandainya bungkusan ini saya buka, isinya mas-berlian yang
mahal harganya, saya harus cepat-cepat lapor polisi. Tetapi tidak
mungkin kalau isinya mas-berlian tapi yang punya menolak.
Dan dilihat dari gantungannya dan bentuknya tidak pantas kalau
itu merupakan mas-berlian.”
2) “Aku lagi ngurus rajakaya ilang iki. Nanging dakkira gampang
wae. Barange genah rajakaya, gedhe-gedhe,gek ora umum,
mesthi gampang olehe nggoleki. Dakkira ora perlu pembantu,”
wangsulane Pak Indra. (Emprit Abuntut Bedhug:29)
Terjemahan:
“Saya sedang mengurus barang yang sangat mahal yang hilang
ini. Tapi saya kira mudah saja. Barangnya jelas sangat berharga,
besar-besar, tidak umum, pasti sangat mudah mencarinya. Saya
kira tidak perlu orang lain untuk membantu,” jawab Pak Indra.
3) “Ora ngono, Mas. Sing dakkarepake iku, yen wong iki ditahan,
wong bukti kaculikane durung ana,” wangsulane Handaka.
(Emprit Abuntut Bedhug:34)
Terjemahan:
“ Tidak begitu, Mas. Yang saya inginkan itu, jika orang ini
ditahan, tetapi bukti kejahatannya belum ada,” jawab Handaka.
4) “Iya, iya. Apa butuhmu dakbantu.”(Emprit Abuntut Bedhug:34)
“Aku nyuwun pulisi saregu sing gampang diajak playon
ngetutake langkahku”
“Kanggo ngurus tangan putung iki? Perlu pulisi saregu?
Kanggo apa wae?” pitakone Inspektur Indra.
Terjemahan:
“Iya, iya. Apa kebutuhanmu saya bantu.”
“Saya meminta polisi satu regu yang mudah diatur dengan
caraku”
“Untuk mengurus tangan patah ini? Butuh polisi satu regu?
Untuk apa saja?” tanya Inspektur Indra.
158
5) “Koen iku aneh-aneh ae. Ngono ae perlu seksi, Rot!”
“Ngene, le, Pip. Ndhuk kana maeng aku nemu kanthong.
Dakkira ae, kantong iku duweke arek klambi koning sing
nyrempet sepedhaku maeng.”(Emprit Abuntut Bedhug:39)
Terjemahan:
“Kamu itu aneh-aneh saja. Begitu saja perlu saksi, Rot!”
“Begini Pip. Di sana tadi saya menemukan bungkusan. Saya
kira, bungkusan itu punya anak baju kuning yang menyerempet
sepeda saya tadi.”
6) “Dadi kowe weruh, rak iya, ta?”Handaka takon.
Apip manthuk rada kurang seneng atnie
“Ngene, dakterangake. Kancamu iki diterka ngumpetake
barang colongan wujud ali-ali rega limang-ewu
rupiyah”(Emprit Abuntut Bedhug:40)
Terjemahan:
“Jadi kamu melihat, bukan begitu, kan?” Tanya Handaka.
Apip menganggukkan kepalanya agak kurang senang hatinya.
“Begini, saya terangkan. Teman kamu ini dituduh
menyembunyikan barang curian berbentuk cincin dengan harga
lima ribu rupiah”
7) “Mesthi wae aku tepung karo Dhik Erawati iki. Rong minggu
lawase dheweke nginep ana ing ngomahku, dakkandani kowe!
La kowe, apane?” wangsulane Nusyirwan. (Emprit Abuntut
Bedhug59)
Terjemahan:
“Jelas saja saya kenal dengan Dik Erawati ini. Dua minggu
lamanya dirinya menginap di rumah saya, saya kasih tahu kamu!
Lha kamu, apanya?” jawab Nusyirwan.
8) “Daksuwun kanthi alus, Jeng. Kowe kersa mbiyantu
penggaweanku iki,” celathune Handaka.(Emprit Abuntut
Bedhug:98)
Terjemahan:
“Saya minta dengan halus, Jeng. Kamu mau membantu
pekerjaan saya ini,” tanya Handaka.
159
9) “Ora, Dhik Nunus. Nalika nginep ana kene, Jeng Era apa ora
tau ngirim layang?”pitakone Handaka.
“Kintun serat? Dhateng sinten?”
“Lha ya kuwi sing arep daktakokake. Yen wis tau kirim layang,
dheweke kirim layang menyang kutha ngendi, menyang
sapa?”(Emprit Abuntut Bedhug:104)
Terjemahan:
“Tidak, Dik Nunus. Sewaktu menginap di sini, Jeng Era apa
tidak pernah mengirim surat?” tanya Handaka.
“Menulis surat? Kepada siapa?”
“ lah ya itu yang akan saya tanyakan. Kalau pernah mengirim
surat, dirinya mengirim surat ke kota mana, kepada siapa?”
10) “Jeng Era. Daksuwun maneh, manuto pokoke Mas Handaka
kuru iki,” ujare Handaka. (Emprit Abuntut Bedhug:110)
Terjemahan:
“Jeng Era. Saya minta lagi, pokoknya percaya Mas Handaka
yang kurus ini,” ujar Handaka.
11) “Ora ana barang sing dakmilikake saka kowe!”(Emprit
Abuntut Bedhug:114)
Terjemahan:
“Tidak ada barang yang aku miliki dari kamu.”
12) “Sakjane Mas Nunus rak wis dhamang kabeh, wong wis
dakcritani. Mas Handaka uga wis pirsa.” ujare Siti Respati.
(Emprit Abuntut Bedhug:132)
Terjemahan:
“Sebenarnya Mas Nunus juga sudah tahu semua, orang sudah
saya kasih tahu. Mas Handaka juga sudah tahu.” Ujar Siti
Respati.
13) “Lha Mas Nunus salah tampa. Aku takon apa Mas Nunus
tepung Erawati ing SGKP, kok banjur ngira aku jeneng
Erawati. Ya, wis, jeneng iku banjur dakenggo ngono wae,
sawetara, tanpa permisi karo sing duwe.”(Emprit Abuntut
Bedhug:137)
Terjemahan:
160
“Lah Mas Nunus salah tanggap. Saya tanya apa Mas Nunus
kenal dengan Erawati di SGKP, kok jadi mengira saya namanya
Erawati. Iya, sudah nama ini terus saya pakai itu saja,
sementara, tanpa meminta izin dengan yang punya.”
14) “Dakkira kowe nggoleki Jeng Era.”(Emprit Abuntut
Bedhug:147)
Terjemahan:
“Saya sangka kamu mencari Jeng Era.”
15) “Dadi wong wadon liya sing daktemokake keri mesthi jenenge
jeneng wadon sing sijine.”(Emprit Abuntut Bedhug:157)
Terjemahan:
“Jadi wanita lain yang saya temukan terakhir pasti namanya
nama wanita yang satu.”
d. Deiksis Persona Pertama Tunggal “kula”
1) “ Anu, Pak. Kula manggih kanthong menika. Wonten praliman
Blawuran mrika.”(Emprit Abuntut Bedhug:31)
“Nah, enggih. Mang dhudhah isine, terus mang pek artane,
nggih, ta?”
“Anu, Pak. Mboten ngaten. Sanes arta. Nanging menika....!
Pareng kuladhudhah kulaedalaken, Pak?” pitakone Jarot.
Terjemahan:
“ Begini, Pak. Saya menemukan bungkusan tersebut. Di
simpang lima Blawuran.”
“Nah, iya. Di buka isinya, terus di ambil uangnya, begitu, kan?”
“Begini, Pak. Bukan begitu. Bukan uang. Tetapi itu....! Boleh
saya buka lalu saya keluarkan, Pak?” tanya Jarot.
2) “Saestu, kok, Pak!”
“Mokal niku. Pun ngaku mawon. Teng pundi sampeyan angsal
tangan niku? Tiyange mang aniaya teng pundi? Ngaku!”
“Leres, Pak. Kula mboten damel crita mokal!” wangsulane
Jarot. (Emprit Abuntut Bedhug: 33)
161
Terjemahan:
“Betul, kok, Pak!”
“Palsu itu. Sudah mengaku saja. Dimana anda mendapat
potongan tangan itu? Orang tersebut disiksa di mana?
Mengaku!”
“Benar,Pak. Saya tidak mengarang cerita plasu!” jawab Jarot.
3) “Oh, inggih. Wonten, Pak, anu, Mas. Si Apip, kanca kula. Kula
saweg ketheker-ketheker nagekaken sepedhah, Apip langkung
lan aruh-aruh kula. Kula sumerep griyanipun,” celathune
Jarot. (Emprit Abuntut Bedhug:36)
Terjemahan:
“Oh, Iya. Ada, Pak, eh, Mas. Apip, teman saya. Saya sedang
berusaha membangunkan sepeda, Apip lewat dan menolong
saya. Saya tahu rumahnya,” ujar Jarot.
4) “Kula mboten pangling. Menika griyanipun kanca kula, yen
dereng pindhah,” ujare Jarot. (Emprit Abuntut Bedhug:38)
Terjemahan:
“Saya tidak lupa. Jika rumah teman saya, kalau belum pindah,”
ujar Jarot.
5) “Kula mboten kesesa. Nanging menapa perlu kula criyosaken?
Kula sampun bosen kedah criyos bab dhiri kula dhateng para
wartawan, terus wawancara wonten majalah. Bosen! Risi kula
kalyan wartawan-wartawan ingusan menika!” ujare Erawati
dadi sumengit.”(Emprit Abuntut Bedhug:47)
Terjemahan:
“Saya. Tidak tergesa-gesa. Tetapi apa perlu saya ceritakan?
Saya sudah bosan bercerita tentang diri saya kepada para
wartawan, terus wawancara di majala. Bosan! Terganggu saya
dengan wartawan-wartawan itu!”
6) “Kula sanes ingkang gadhah kanthong menika”(Emprit
Abuntut Bedhug:50)
Terjemahan:
162
“Saya bukan yang punya bungkusan tersebut”
7) “Mboten sisah, mboten sisah, Pak. Kula naming kaget
sekedhap, kok!” ujare Erawati. (Emprit Abuntut Bedhug:53)
Terjemahan:
“Tidak usah, tidak usah, Pak. Saya cuma terkejut sebentar, kok!”
ujar Erawati.
8) “Kadospundi cara kula mbiyantu?” putusane Erawati(Emprit
Abuntut Bedhug:55)
Terjemahan:
“Bagaimana cara saya ikut membantu?” keputusan Erawati.
9) “Aku ora rumangsa tepung karo kowe!” ujare Erawati kaya
Srikandhi nantang Bisma. “Saestu Mas Handaka Kula mboten
tepang kaliyan piyambakipun.” (Emprit Abuntut Bedhug:62)
Terjemahan:
“Saya tidak merasa kenal kamu!” ujar Erawati seperti Srikandhi
menantang Bisma. “Benar Mas Handaka. Saya tidak mengenal
orang tersebut”
10) “O, inggih, inggih. Kula mangertos.” Ujare Nusyirwan
wicaksana.
“Wis, ayo numpak pick-up!”printahe Handaka.
“Mas. Kula mbekta sepedhah motor piyambak”(Emprit Abuntut
Bedhug:63)
Terjemahan:
“O, iya, iya. Saya mengerti” ujar Nusyirwan Bijaksana.
“Sudah, ayo naik pick-up!” perintah Handaka.
“Mas. Saya membawa sepeda motor sendiri”
11) “Menika kamar kula. Lajeng, sebelah menika, kamaripun Dhik
Erawati nalika wonten mriki. Kelingan ora kowe, Er?” ujare
Nusyirwan sinambi lumaku ndhereake Detektip Handaka.
(Emprit Abuntut Bedhug:66)
163
Terjemahan:
“Itu kamar saya. Terus, disebelahnya, kamar Dik Erawati pada
saat tinggal di sini. Ingat tidak kamu, Er?” ujar Nusyirwan
sambil menemani Detektif Handaka.
12) Nusyirwan mesem. Pitakon iku diwangsuli kanthi senenge
ati,“Kala piyambakipun wonten ing griya ngriki, piyambakipun
nyanggupi badhe dados sisihan kula.”(Emprit Abuntut
Bedhug:75)
Terjemahan:
Nusyirwan tersenyum. Pertanyaan tersebut dijawabnya dengan
senang hati,“Pada saat itu dirinya ada di rumah ini, dirinya
bersedia akan jadi pendamping saya.”
13) Nusyirwan ngeterake nganti Erawati lungguh, terus mateni
pick-up. Bubar ngono Nusyirwan gage nyedhaki Handaka.
“Anu, Mas Pulisi. Eh, Detektip. Kula kemutan kadospundi
wiwitipun piyambakipun ngaken nama Erawati.”(Emprit
Abuntut Bedhug:92)
Terjemahan:
Nusyirwan mengantarkan hingga Erawati duduk, lalu
mematikan pick-up. Setelah itu Nusyirwan ceoat mendekati
Handaka.
“Begini, Mas Polisi. Eh, Detektif. Saya ingat bagaimana dirinya
mengaku bernama Erawati.”
14) Yu Sikah diiringi Nusyirwan menyang ngarepan.
Ing ngarepan bareng ditakoni Handaka Yu Sikah
mangsuli,“Inggih, Den. Kula dipunutus ngeposaken. Nanging
mboten ngretos serat menika dhumateng sinten. Kula radi
wegah maos seratan tangan, Den.”(Emprit Abuntut
Bedhug:105)
Terjemahan:
Yu Sikah ditemani Nusyirwan hingga depan.
Di depan setelah di tanya oleh Handaka, Yu Sikah
menjawab,“Iya, Mas. Saya di perintah untuk mengeposkan.
164
Tetapi tidak tahu surat tersebut ditujukan kepada siapa. Saya
agak malas membaca tulisan tangan, Mas.”
15) “Priye, Dhik Nunus, saiki?” pitakone Handaka
“Jebles Putri Sala!”
“Apa kowe wis tau weruh Putri Sala?”
“Kula sampun nate wektu dipunajak marak dhateng nglebet
Kraton Solo.”(Emprit Abuntut Bedhug:108)
Terjemahan:
“Bagaimana, Dik Nunus, sekarang?” tanya Handaka
“Mirip Putri Solo!”
“Apa kamu sudah pernah melihat Putri Solo?”
“Saya sudah pernah waktu diajak ke dalam Keraton Solo.”
16) “Kula inggih sampun bosen, lho, Mas Handaka. Nganti apal
rega-regane barang sing didhasar kabeh!” Erawati nyelani
kandha. (Emprit Abuntut Bedhug:113)
Terjemahan:
“Saya juga sudah bosan, lho, Mas Handaka. Sampai hafal harga-
harganya barang yang ada di dasar semua!” Erawati menyela
pembicaraan.
17) “Kena apa ta Dhik Jarot, katone kok kuwatir?”
“Piyambakipun sampun mboten purun ningali kula menika
wau.”(Emprit Abuntut Bedhug:115)
Terjemahan:
“Kenapa Dik Jarot, kelihatannya khawatir sekali?
“Dirinya tadi sudah tidak mau menemui saya.”
18) “Lan tresna dumateng kula malih, inggih?”(Emprit Abuntut
Bedhug:122)
Terjemahan:
“Dan cinta kepada saya lagi, iya?”
165
e. Deiksis Persona Pertama Jamak “awake dhewe”
1) “Aku rak pareng, ta, nyuwun ngampil tilpun kuwi dhisik?”
pitakone Handaka.
“La mangga, menawi ngersakaken.”
“Kene nomer tilpune pira?”
“Selatan, empat-delapan-tujuh.”
“Dhik Jarot. Nyambat, Dhik, tilpuna Pak Indra seksi III, matura
awake dhewe ana kene.”(Emprit Abuntut Bedhug:65)
Terjemahan:
“Saya tidak boleh, ya, meminjam telepon itu dulu?” tanya
Handaka.
“Silahkan, apabila menginginkan.”
“Sini nomor teleponnya berapa?”
“Selatan, empat-delapan-tujuh.”
“DikJarot. Bicara, Dik, teleponkan Pak Indra seksi III, bicara
saja kita ada di sini.”
2) “Lha wong salah tampa, kok, Jeng. Wong salah tampa, salah
pangreten, lali, kuwi mesthi fanatik ngira awake dhewe bener,
ngugemi kebenerane. Wani mati. Diterka ndhugal apa
kurangajar, ya wani wae. Ora arep isin! Lha wong rupamu ya
jebles rupaku, ya disengguh yen kowe kuwi aku!” Siti Respati
mbelani tunangane. (Emprit Abuntut Bedhug:150)
Terjemahan:
“Lah memang salah menerima, kok, Jeng. Memang salah salah
menerima, salah pengertian, lupa, itu pasti fanatik menyangka
dirinya sendiri benar, membanggakan kebenarannya. Berani
mati. Dituduh jahat apa kurang ajar, berani saja. Tidak ingin
malu! Lah muka kamu mirip muka Saya, ya jelas kamu disangka
sebagai Saya!” Siti respati membela tunangannya.
f. Deiksis Persona Pertama Jamak “kita”
1) “Inggih. Saged ugi mekaten. Nanging, nanging kula mboten
tepang kaliyan tiyang menika menika?” ujare Jarot.
“Dhek mau kowe ya kandha ora kenal lan ora niteni Dhik
Erawati iki. Sidane saiki ya bisa nemokake. Jeng Era mesthi
kersa mbiyantu kita, arep mbenerake barang kang ora bener!
166
Nggih, ta, Jeng?” ujare Handaka kanthi yakin. (Emprit Abuntut
Bedhug:50)
Terjemahan:
“Iya. Bisa jadi begitu. Tetapi, tetapi saya tidak kenal dengan
orang-orang tersebut?” ujar Jarot.
“Dek, kamu tadi bilang tidak mengenal dan tidak menunggu Dik
Erawati ini. Akhirnya juga bisa menemukan. Jeng Era pasti mau
membantu kita, mau membenarkan hal yang tidak benar! Bukan
begitu Jeng?” ujar Handaka sangat yakin.
2) Dina Sebtu wayah jam papat sore panase isih sumelet, ana
becak mandheg ing omah nomer sewelas. Sing numpak priyayi
nom-noman. Sing lanang mbayar becak, sing wadon ngenteni
karo mbener-mbenerake roke kang sakjane wis bener. Wong
nom-noman loro mau Jarot lan Erawati.
“Ayo, ta, Mas, rada cepet. Aku selek pengin ketemu Yu Siti.
Saiki dheweke mesthi wis dandan, dadi ora kaya sing kita
weruhi yen ana rumah sakit kae.” (Emprit Abuntut Bedhug:130)
Terjemahan:
Hari Sabtu sekitar jam empat sore panasnya masih menyengat,
ada becak berhenti di Rumah nomor sebelas. Yang menaiki anak
muda. Yang laki-laki membayar becak, yang perempuan
menunggu sambil membenarkan roknya yang sebenarnya sudah
benar. Dua anak muda tersebut adalah Jarot dan Erawati.
“ Ayo , ta, Mas, agak cepat. Saya tidak sabar untuk segera
bertemu Mba Siti. Sekarang dirinya pasti sudah berdandan, jadi
tidak seperti yang kita lihat pada waktu di Rumah Sakit itu.”
g. Deiksis Persona Kedua Tunggal “kowe”
1) “Dadi kowe weruh, rak iya, ta?” Handaka takon sereng. Apip
manthuk rada kurang seneng atine.(Emprit Abuntut Bedhug:40)
Terjemahan:
“Jadi kamu melihat, iya kan?” Handaka bertanya dengan tegas.
Apip mengangguk sedikit kurang suka hatinya.
2) “Mas Jarot dateng kapulisen! Manggih barang adi ingkang
cilik ngene, upama disingitake dhewe wae rak ora dadi perkara,
167
Mas? Kowe ki kebangetan jujure….!” Ujare Erawati terus
mbalekake ali-ali mau marang Handaka.(Emprit Abuntut
Bedhug:52)
Terjemahan:
“ Mas Jarot ke kepolisian! Menemukan barang yang kecil
begini, seandainya dismpan sendiri saja kan tidak jadi masalah
mas? Kamu keterlaluan jujurnya…!” ucap Erawati sambil
mengembalikan cincin tadi ke Handaka.
3) “Kowe apa tepung karo putri iki, kok nyapa-nyapa?” pitakone
pemuda kuru sing mau meh ketabrak si Kenya iku sajak nantan
marang wong bagus sing nyapa si kenya.(Emprit Abuntut
Bedhug:58)
Terjemahan:
“ Kamu apa kenal sama putri ini, kenapa menyapa-nyapa?”
Tanya pemuda kurus yang tadi hampir tertabrak si gadis itu
sambil seakan-akan menantang orang gagah yang menyapa si
gadis.
4) “yen bener kowe tepung priyayi putri iki, ayo padha ngiwa
kana. Aku duwe rembug sethitik karo kowe,” celathune nom
noman sing kuru mau.(Emprit Abuntut Bedhug:59)
Terjemahan:
“kalau bener kamu kenal orang terhormat ini, ayo kita kesana.
Saya punya musyawarah sedikit sama kamu,” ucap orang muda
yang kurus tadi.
5) “Kowe ki piye ta, Er?! Kok mentolo muni mengkono?”
panyarune wong bagus.(Emprit Abuntut Bedhug:62)
Terjemahan:
“Kamu bagamana sih, Er?! Kenapa tega bilang seperti itu?”
ujarnya orang bagus.
6) “Kowe apa anak ontang-anting?” (Emprit Abuntut Bedhug:64)
Terjemahan:
168
“Kamu apakah anak tunggal?
7) “Aku nganti duwe pangiro ala marang polahmu.kang
nyalawadi, nak Era! Sokur, saiki kowe wis bali!
Sokur…!”(Emprit Abuntut Bedhug:66)
Terjemahan:
“Saya sampai punya prasangka buruk terhadap tingkahmu yang
sudah keterlaluan nak Era! Sukur, sekarang kamu sudah pulang,
Sukur…!”
8) “ Rak ya waras, ta, Kowe, Nak Era? Rak ora kurang sawiji
apa?”(Emprit Abuntut Bedhug:67)
Terjemahan:
“ sehat kan kamu, nak Era? tidak kurang sedikitpun?”
9) “Kowe rak neng mburi kene dhisik, ta, Er? Ibu durung mari
kangene ngono sajake?” penarine Nisyirwan marang Erawati,
ngrengkuh-ngregkuh.(Emprit Abuntut Bedhug:68)
Terjemahan:
“Kamu tidak di belakang sini dahulu, ta, Er? Ibu belum sembuh
kangennya bengitu kelihatanya?” bujuknya Nusyirwan kepada
Erawati mengiba.
10) “Kapan kowe weruh kantong iki kang pungkasan?”(Emprit
Abuntut Bedhug:69)
Terjemahan:
“kapan kamu melihat bungkusan ini terakhir kali?”
11) “Dadi kowe ngakoni yen kanthong lan ali-ali iki asale saka
kowe?”(Emprit Abuntut bedhug:71)
Terjemahan:
“Jadi kamu mengakui kalau bungkuan dan cincin ini berasal dari
kamu?”
12) “Kowe ora perlu nutuh-nutuh aku!” panggetake
Erawati.(Emprit Abuntut Bedhug:75)
Terjemahan:
“Kamu tidak perlu nuduh-nuduh saya?” ancam Erawati
169
13) “Er,. Kena apa kowe kok kakehan punika?” bisike Nusyirwan
bareng wis dansah sawatara. Saya larut ing wirama
musike.(Emprit Abuntut Bedhug:87)
Terjemahan:
“Er. Kenapa kamu kok kebanakan seperti itu?” bisik Nusyirwan
saat dansa sudah di mulai sebentar. Semakin larut dalam irama
musiknya
14) “kowe rak wes ngerti pitakonku. Wangsulana!”(Emprit Abuntut
Bedhug:89)
Terjemahan:
“kamu kan sudah tahu pertanyaan saya. Makanya dijawab!”.
15) “Erawati! Erawati! elinga, kowe dadi urusane pulisi ngertia!
Aja nggugu karepmu dhewe! Swarane Handaka nggreget lan
atos.(Emprit Abuntut Bedhug:90)
Terjemahan:
“Erawati! Erawati! ingatlah! Kamu jadi urusannya polisi tahu
tidak! Jangan nurut kemauan km sendiri! Suaranya Handaka
sedikit membentak dan keras.
16) “O, dadi kowe ki guru SGKP, ta?” bisike Nusyirwan swarane
kendho.(Emprit Abuntut Bedhug:91)
Terjemahan:
“ O, jadi kamu ini guru SGKP, ta?” bisik Nusyirwan dengan
suara melemah.
17) “Kowe kabeh ditelik, diawasi obah mosikmu dening polisi,
marga tinerka kacenthok melu urun tumindak ing kadurjanan
iki. Ngerti?” ujare Handaka mbubarake parepatan.(Emprit
Abuntut Bedhug:94)
Terjemahan:
“Kamu semua diintai, diawasi tingkahlakumu oleh polisi, sebab
diterka terlibat si kejahatan ini. Paham?” ujar Handaka
membubarkan diskusi.
170
18) “Kowe kersa mbiyantu pegaweanku iki,” celathune
Handaka.(Emprit Abuntut Bedhug:103)
Terjemahan:
“Kamu merasa membantu pekerjaanku ini” ucap Handaka.
19) “Heh! Jeng Erawati! Kowe ngerti apa sing dikarepke Dhik
Nunus kuwi! Kowe ngerti apa kekuranganmu! Iya apa ora?”
pitakonane Handaka.(Emprit Abuntut Bedhug:103)
Terjemahan:
“Heh! Jeng Erawati! Kamu tahu apa yang diinginkan Dhik
Nunus itu! Kamu tahu apa kekuranganmu! Iya apa tidak?”
Tanya Handaka.
20) “Apa kowe wis tau weruh Putri Sala?”(Emprit Abuntut
Bedhug:108)
Terjemahan:
“Apa kamu pernah melihat Putri Solo?”
21) “Apa kowe isih rumangsa cocog karo Erawati iki?” Pitakonane
Handaka.(Emprit Abuntut Bedhug:122)
Terjemahan:
“Apakah Kamu masih merasa cocok sama Erawati ini?” Tanya
Handaka
22) “Heh, Jeng Erawati! Kowe aja lali yen isih dadi teliking
pulisi!” mrana-mrana keprungu swara sora sumingit.(Emprit
Abuntut Bedhug:130)
Terjemahan:
“Heh, Jeng Erawati! Kamu jangan lupa kalau masih jadi mata-
mata polisi” kesana kesana ketahuan tingkahnya.
23) “Jeng Era! Sing arep crita ki, kowe apa mbakyumu?!” pitakone
Detektif Handaka. (Emprit Abuntut Bedhug:132)
Terjemahan:
“Jeng Era! Yang mau cerita ini, kamu apa kakak
perempuanmu?!” Tanya Detektif Handaka.
171
24) “Lo, kowe ya dansah barang karo Mas Nunus?” pitakone
mbakyu marang adhi kembarane, Siti Respati marang
Erawati.(Emprit Abuntut Bedhug:142)
Terjemahan:
“Lo, kamu juga dansa sama Mas Nunus?” Tanya kakak
perempuan kepada adik kemarnya. Siti Respati pada Erawati.
25) “Anggone terus-terusan nguber kowe ki sawise tulisane dipecak
ing Arek Surabaya.apa sadurunge?” pitakone Handaka.(Emprit
Abuntu Bedhug:144)
Terjemahan:
“Saat terus- menerus mengejar kamu ni sesudah tulisane dimuat
di Arek Surabaya apa sebelumnya?” Tanya Handaka.
26) “E, ya bisa cara Madura barang, ta, Kowe kuwi?” pitakone
Handaka.(Emprit Abuntut Bedhug:153)
Terjemahan:
“E, ya bisa cara Madura segala kan. Kamu itu?” Tanya
Handaka.
h. Deiksis Persona Kedua Tunggal “-mu”
1) “Priye, Dhik Handaka, pamrayogamu? Wong iki kudu ditahan,
rak iya, ta?”(Emprit Abuntut Bedhug:33)
Handaka mikir dhisik sadurunge mangsuli pitakon Inspektur
Indra, “Yen aku, lo, Mas....Yen aku sing ngurus prekara iki,
dheweke dakbebasake wae.”
Terjemahan:
“Bagaimana, Dik Handaka, pendapatmu? Orang ini harus
ditahan., bukan begitu?”
Handaka berfikir dahulu sebelum menjawab pertanyaan
Inspektur Indra, “Seaindainya saya, ya, Mas....Seandainya saya
yang mengurus masalah ini, dirinya saya bebaskan saja.”
2) “Panjenengan kudu percaya marang caraku
nyambutgawe,”celathune Handaka.
“Iya, iya. Apa butuhmu dakbantu?”(Emprit Abuntut
Bedhug:34)
172
“Aku nyuwun pulisi saregu?”
“Kanggo ngurus tangan putung iki? Perlu pulisi saregu?
Kanggo apa wae?” Pitakone Inspektur Indra.
Terjemahan:
“Anda harus percaya dengan caraku bekerja,”ucap Handaka.
“Iya, iya. Apa keperluanmu saya bantu?”
“Saya meminta polisi satu regu?”
“Untuk menangani potongan tangan ini? Membutuhkan polisi
satu regu?Untuk apa saja?” tanya Inspektur Indra.
3) “Ngene, lo, Pip. Ndhuk kana maeng aku nemu kanthong.
Dakkira ae, kanthong iku duwekke arek klambi koning sing
nyerempet sepdhahku maeng.”
“La rak enak, nemu barange arek ayu? Kena gawe tandha
mata!”
“Tandha mata gundhulmu iku!”(Emprit Abuntut Bedhug:39)
Terjemahan:
“Begini, Pip. Di sana tadi saya menemukan bungkusan. Saya
kira, bungkusan itu kepunyaan orang berbaju kuning yang
menyenggol sepdaku tadi.”
“Lah tidak enak, memnemukan barangnya orang cantik? Bisa
dijadikan cendera mata!”
“Cendera mata kepalamu itu!”
4) “Slamet ae awakmu, Rot!” ujare Apip (Emprit Abuntut
Bedhug:43)
Terjemahan:
“selamat saja dirimu, Rot!” ucap Apip.
5) “Aku lan Dhik Jarot iki nyuwun kanthi banget supaya Jeng Era
saguh nganakake wektu lan tenaga kanggo mbiyantu
mbabarake prekara iki. Piye-piyea, sliramu ya katut kesangkut,
Jeng, marga kandhane Dhik Jarot, kanthong iku asale saka
setang sepedhamu!” (Emprit Abuntut Bedhug:54)
Terjemahan:
“Saya dan Dik Jarot ini minta dengan sangat agar Jeng Era
sanggup mengadakan waktu dan tenaga untuk membantu
173
menyelesaikan masalah ini. Bagaimanapun juga, kamu ikut
terlibat, Jeng, karena kata Dik Jarot, bungkusan itu asalnya dari
stang sepedamu!”
6) ”Ping pira ta sliramu ketemu wong kuwi? Ana ngendi
wae?”(Emprit Abuntut Bedhug:55)
“Kaping kalih. Kalawingi lan kala wau. Sadaya kedadosan ing
Toko Mardi Busana, Lurung Praban.”
“Sesuk-esuk sliramu kudu wira-wiri ing kono maneh.”rembuge
Detektip Handaka.
“Benjing-enjing kula mucal,”wangsulane Erawati.
Terjemahan:
“berapa kali dirimu bertemu orang itu? Dimana saja?”
“Dua kali, waktu kemarin dan tadi. Semua kejadian di Toko
Mardi Busana, Lurung Praban.”
“Besok pagi kamu harus bolak-balik ke situ lagi.”rencana
Detektif Handaka.
7) “Helo, Er! Kena apa, ta, Er, sikepmu kok owah timen marang
aku?”(Emprit Abuntut Bedhug:58)
Terjemahan:
“halo, Er! Kenapa ya, Er, sikapmu kok berbeda sekali sama
saya?”
8) “O, ngono. Saiki aku kepengin ketemu keng ibu minangka
seksimu anggonmu srawung karo Jeng Era iki”ujare Handaka.
(Emprit Abuntut Bedhug:65)
“O, inggih. Mangke kulaaturanipun.”
“Yen ngono ora susah diaturi wae. Aku karo Jeng Era wae sing
sowan mrana.”
Nusyirwan mesem.
Terjemahan:
“O, begitu. Sekarang saya ingin bertemu dengan ibu jika itu
saksimu bagimu bergaul dengan Mba Era ini.”
“Oh, iya. Nanti saya kasih tahu.”
“Kalau begitu tidak usah dikasih tahu saja. Saya bersama Jeng
Era yang pergi kesana.”
Nusyirwan tersenyum.
174
9) “Aku nganti duwe pangira ala marang polahmu. Nak Era!
Sokur, saiki kowe wis bali! Sokur....!” Ngendika ngono mau
banjur Erawati dirangkul, kaya patrape wong suwe ora
tetemon. (Emprit Abuntut Bedhug:66)
Terjemahan:
“Saya mempunyai pikiran yang jelek terhadap tingkah lakumu,
Nak Era! Syukur, sekarang kamu sudah pulang!
Syukur....!”berbicara seperti itu lalu Erawati dipeluk, seperti
orang yang sudah lama tidak bertemu.
10) Sawise sareh sawetara, Nusyirwan lagi bisa kumecap.
“Saka rumangsamu, sapa sing ngiseni kanthong iki nganggo
tangan kuwi?” pitakone Handaka. (Emprit Abuntut Bedhug:73)
Terjemahan:
Setelah istirahat sementara, Nusyirwan baru bisa bicara.
“Dari pendapatmu, siapa yang mengisi kantong ini
menggunakan tangan itu?” tanya Handaka.
11) “Dhik Nunus,” suwarane Handaka kalem lan antep “Aja
angger nerka! Wangsulana dhisik pitakon-pitakonku. Geneya
anggonmu nggodha Jeng Era mesthi ana ing Mardi
Busana”(Emprit Abuntut Bedhug:76)
Terjemahan:
“Dik Nunus,”suara Handaka pelan dan tegas “Jangan
semabarangan menuduh! Jawab dulu pertanyaan-pertanyaanku.
Beginikah caramu menggoda Mba Era pasti waktu di Mardi
Busana”
12) “Apa cara kaya ngono iku mathuk karo gagasanmu?”(Emprit
Abuntut Bedhug:85)
Terjemahan:
“Apa cara seperti itu sependapat dengan gagasanmu?”
13) “Sapa jenengmu satemene, Cah Ayu?”(Emprit Abuntut
Bedhug:87)
175
Erawati Ratu Luwes meneng wae.
Terjemahan:
“Siapa nama kamu sebenarnya, Gadis Cantik?”
14) “Erawati! Erawati! Elinga, kowe dadi urusane pulisi, ngerti!
Aja nggugu karepmu dhewe!” swarane Handaka antep. (Emprit
Abuntut Bedhug:90)
Terjemahan:
“Erawati! Erawati! Ingat, kamu menjadi urusan polisi, paham!
Jangan menuruti kemauanmu sendiri!”suara Handaka tegas.
15) “Weruh Jeng Era nganggo ageman cara Jawa kaya mengkono,
priye prasakanmu?”(Emprit Abuntut Bedhug:96)
Nusyirwan ngguyu, rumangsa diuja prasakane.
Terjemahan:
“Lihat Jeng Era memakai pakaian adat Jawa seperti itu,
bagaimana perasaan kamu?”
Nusyirwan tersenyum, merasa sedang diuji perasaannya.
16) “Gage! Nyang kana, lo! Kamarmu dhek dhisik,”ujare
Nusyirwan bareng ngreti Erawati mogog. (Emprit Abuntut
Bedhug:99)
Terjemahan:
“Cepat! Kesana, itu! Kamar kamu yang dulu,”ucap Nusyirwan
setelah tahu Erawati berhenti.
17) “Heh! Jeng Erawati! Kowe ngreti apa sing dikarepake Dhik
Nunus kuwi! Kowe ngerti apa kekuranganmu! Iya, apa, ora?”
pitakone Handaka. (Emprit Abuntut Bedhug:103)
Terjemahan:
“Hei! Jeng Erawati! Kamu tahu apa yang diinginkan Dik Nunus
itu! Kamu mengerti apa kekuranganmu! Iya, apa, tidak?” tanya
Handaka.
176
18) “Aku kepengin aweh apa-apa sing anyar tumprapmu kang
kanthi ndadekake senenge atimu saiki iki.”(Emprit Abuntut
Bedhug:114)
Terjemahan:
“Saya ingin memberi apa saja yang baru menurut anda yang bisa
membuat senang hati kamu sekarang ini”
19) “Sssstt, Jeng Siti! O, iya. Aku wis matur ibumu ing Batangan
yen kowe slamet lan ketemu adhimu barang. Ibu banget
bungahe,” ujare Detektip Handaka. (Emprit Abuntut
Bedhug:158)
Terjemahan:
“Sssstt, Jeng Siti! O, iya. Saya sudah memberi kabar kepada
ibumu di Batangan kalau kamu selamat dan sudah bertemu adik
kamu juga.”
i. Deiksis Persona Kedua Tunggal “panjenengan”
1) Handaka ora nerusake pameksane supaya Erawati ayu kuwi
ngakoni kanthong iku. Mikir-mikir sedhela, banjur takon, “Piye
Dhik Jarot?”
“Heh?! O, anu menika. kala wau panjenengan pancen sampun
nampik, kemutan ta?”ujare Jarot nerka.(Emprit Abuntut
Bedhug:46)
Terjemahan:
Handaka tidak meneruskan pemaksaannya supaya Erawati
cantik itu mau mengakui bungkusan tersebut. Berpikir sebentar,
lalu bertanya, “Bagaimana Dik Jarot?”
“Heh?! O, anu begini tadi anda sudah memang sudah menolak,
teringat kan?” ucap Jarot menebak.
2) “Mboten ngaten, Jeng Erawati. Cobi, kulaaturi nyariyosaken
lelampahan panjenengan sonten menika wau?”pitakone
Handaka.(Emprit Abuntut Bedhug:47)
Terjemahan:
177
“Tidak begitu, Jeng Erawati. Coba, saya persilahkan
menceritakan kegiatan anda waktu sore tadi?” tanya Handaka.
3) “Panjenengan menika mbok sampun ngajrih-ajrihi ngaten, ta ,
Mas!” ujar Jarot nuduh marang Handaka(Emprit Abuntut
Bedhug:53)
Terjemahan:
“Anda itu sudah menakut-nakuti begitu, kan, mas!”ucap Jarot
menuduh kepada Detektif Handaka.
4) “Bisa wae, ta. Upama sliramu weruh kanthong iku cumanthel
ing sepedhahmu ing papan titipan sepedhah Toko Mardi
Busana.”ujar Detektip Handaka gawe crita.
“Dados panjenengan ndakwa tangan menika saking kula
aslinipun?!”pitakone Erawati karo ngadeg, pipine abang
mangar-mangar saking getering atine.(Emprit Abuntut
Bedhug:74)
Terjemahan:
”Bisa saja, kan. Seumpama kamu melihat bungkusan itu
tergantung di sepedamu di tempat penitipan sepeda Toko Mardi
Busana.”ucap DetektifHandak mengarang cerita.
“Jadi anda menuduh ini dari saya aslinya?!” tanya Erawati
sambil berdiri, pipinya memerah karena hatinya gemetar.
5) “Mas. Punapa panjenengan tetep nginten yen piyambakipun
saweg mboten enget purwa-duksina? Sawektu kalap ing
salebeting kalih minggu menika?”pitakone Jarot marang
Handaka. (Emprit Abuntut Bedhug:99)
Terjemahan:
“Mas. Apa anda tetap mengira dirinya masih tidak ingat
kejadian awal? Pada saat lupa pada waktu dua minggu itu?”
tanya Jarot kepada Handaka.
6) “Dados miturut panjenengan?”(Emprit Abuntut Bedhug:101)
“Walah, Dhik Jarot!Lha ya wis genah. Juri-juri kae apa
dhasare nganti milih Erawati nganti dadi Ratu Luwes.”
Terjemahan:
178
“Jadi menurut anda,?”
“Halah, Dik Jarot! Sudah jelas. Juri-juri itu mempunyai dasar
sampai memilih Erawati hingga menjadi Ratu Luwes.”
7) “Terus? Kena apa kok terus nggeblas saka
sandhingku?”pitakone Nusyirwan kepengin banget ngreti.
“Panjenengan ora ngrasakake.”(Emprit Abuntut Bedhug:139)
Terjemahan:
“Terus? Kenapa kok terus pergi dari sampingku?”tanya
Nusyirwan ingin sekali mengetahui.
“Anda tidak merasakannya”
j. Deiksis Persona Kedua Tunggal “sampeyan”
1) “Hah, sampeyan mboten goroh?”pitakone Inspektur. (Emprit
Abuntut Bedhug:31)
“mboten, Pak. Yektos, mboten!”wangsulane Jarot.
Terjemahan:
“Hah, anda tidak bohong?”tanya Inspektur.
“tidak, Pak. Yakin, tidak!”jawab Jarot.
2) “Mokal niku. Pun ngaku mawon. Kang pundi sampeyan angsal
tangan niku? Tiyange mang aniaya teng pundi?
Ngaku!”(Emprit Abuntut Bedhug:32)
“Leres, Pak. Kula mboten damel crita mokal!”wangsulane
Jarot.
Terjemahan:
“Palsu itu. Mengaku saja. Darimana anda meendapat tangan itu?
Orang tersebut dianiaya di mana? Mengaku!”
“Betul, Pak. Saya tidak membuat cerita palsu!”jawab Jarot.
3) “Prekara sampeyan kula pasrahake teng pembantu kula niki.
Namine Detektip Handaka.”ujare Inspektur Indra. (Emprit
Abuntut Bedhug:35)
“Asmane sapa, Dhik?”pitakone Handaka.
“Jarot, Mas.”
179
Terjemahan:
“masalah anda, saya serahkan kepada pembantu saya ini.
Namanya Detektif Handaka.”ucap Inspektur Indra.
“Namanya saiapa, Dik?”tanya Handaka
“Jarot, Mas.”
4) “oh!”unine Erawati kaget. Mripate blalak merga wedi.
“Pun, cobi dicritakake mawon lelampahan sampeyan sore
wau,”ujare Handaka. (Emprit Abuntut Bedhug:48)
Terjemahan:
“oh!” ucap Erawati kaget. Matanya meloltot karena takut.
“sudah, coba ceritakan saja kegiatan anda sore tadi.”ucap
Handaka.
5) “Sampeyan napane?”(Emprit Abuntut Bedhug:126)
“abdinipun.”
“Sing onten griya sinten, Pak?”pitakone Detektip Handaka.
“Den Tahal, Pak.”
Terjemahan:
“Anda apanya?”
“pembantunya.”
“yang ada di rumah siapa?”tanya Detektif Handaka.
“Tuan tahal, Pak.”
k. Deiksis Persona Kedua Tunggal “kok-”
1) “Mas, aku aja kokculake ijen ana kene, ya?”celathune Erawati
marang Jarot. (Emprit Abuntut Bedhug:69)
Terjemahan:
“Mas, saya jangan kamu lepas sendirian di sini, ya?”ucap
Erawati kepada Jarot.
2) “kena apa ora kokjaluk bali saka tangane Dik Jarot?”(Emprit
Abuntut Bedhug:70)
Terjemahan:
180
“kenapa tidak kamu minta dari tangan dik Jarot?”
3) Handaka katon nyepelekake ujare wong ayu iku. Dheweke takon
maneh marang Nusyirwan.
“dadi, kokkira Jeng Erawati iki saiki wong sing lagi lali, wong
sing lagi ora eling marang lelakon kang wis tau
dilakoni?”(Emprit Abuntut Bedhug:84)
Terjemahan:
Handaka terlihat menyepelekan ucapan orang cantik ini. Dirinya
bertanya lagi kepada Nusyirwan.
“jadi, kamu kira Mba Erawati ini sekarang orang yang sedang
tidak ingat, orang yang sedang lupa dengan kelakuan yang
pernah dilakukannya?”
l. Deiksis Persona Ketiga Tunggal “dheweke”
1) “… Dheweke mesthi kena didadekake seksi, seksi kang
wigati!”(Emprit Abuntut Bedhug:49)
Terjemahan:
“… dirinya pasti bisa dijadikan saksi, saksi yang berarti!”
2) “Ing sekolahan dheweke nemoni direktrise...”(Emprit Abuntut
Bedhug:101)
Terjemahan:
“Di sekolahan dirinya menemui kepalanya...”
3) “Dheweke durung rampung tenan anggone macak…”(Emprit
Abuntut Bedhug:104)
Terjemahan:
“Dia belum benar selesai berdandan...”
4) “Dheweke wis nggeblas nyopiri pickup…”(Emprit Abuntut
Bedhug:148)
Terjemahan:
181
“Dia sudah pergi mengendarai pickup…”
5) “Nanging sajrone dadi urusan neng kene biyen kae dheweke
rak genah.”(Emprit Abuntut Bedhug:157)
Terjemahan:
“Tapi sesungguhnya jadi urusan disini adalah dulu dirinya itu
tidak jelas.”
m. Deiksis Persona Ketiga Tunggal “piyambakipun”
1) “Piyambakipun nyuwun ditumbas-ake bahan pakean”(Emprit
Abuntut Bedhug:80)
Terjemahan:
“dirinya minta dibelikan bahan pakaian”
2) “Dangu- dangu piyambakipun purun kula ajak mlampah-
mlampah…”(Emprit Abuntut Bedhug:81)
Terjemahan:
“Lama-lama dirinya mau saya ajak jalan-jalan…”
3) “...piyambakipun nyuwun kertas,...”(Emprit Abuntut
Bedhug:105)
Terjemahan:
“...dirinya meminta kertas,...”
4) “Piyambakipun sampun mboten purun ningali kula menika
wau”(Emprit Abuntut Bedhug:115)
Terjemahan:
“Dia sudah tidak mau menengok saya dari tadi”
5) “Kula kraos sanget nalika mbeta piyambakipun ndamel variasi
ingkang radi rumit”(Emprit Abuntut Bedhug:124)
182
Terjemahan:
“Saya merasakan sangat saat membawa dirinya membuat variasi
yang agak rumit”
b. Deiksis Temporal
a. Deiksis Temporal “samenika”
1) Nusyirwan bertanya kepada Detektif Handaka
“Kadospundi samenika, Mas Pulisi?” pitakone Nusyirwan,
nagih menange anggone oleh paseksen.(Emprit Abuntut
Bedhug:68)
Terjemahan:
“Bagaimana sekarang, Mas Polisi?” pertanyaan Nusyirwan,
meminta menang dalam kesaksian.
2) Nusyirwan sedang bercerita
“Nanging kula lajeng mboten enget bab SGKP menika ngantos
samenika wau.” Mengkono critane Nusyirwan.(Emprit
Abuntut Bedhug:93)
Terjemahan:
“Tetapi saya tidak ingat bab SGKP itu sampai sekarang.” Begitu
cerita Nusyirwan.
3) Nusyirwan glogap-glagep, wangsulane,”Inggih. Inggih.
Nanging kok benten kaliyan Dhik Erawati kala sepisanan
kepanggih kula? Samenika.... Samenika, nuwun sewu, kirang
luwes. Kirang trap, kirang trep...."(Emprit Abuntut
Bedhug:103)
Terjemahan:
Nusyirwan gugup menjawabnya,”Iya. Iya. Tetapi kok berbeda
dengan Dik Erawati waktu pertama kali bertemu saya?
Sekarang.... Sekarang, permisi, kurang cocok. Kurang pas.....”
183
4) Nusyirwan menjawab pertanyaan Detektif Handaka.
“...Dene Dhik Era samenika yen omong sampun kados tiyang
Surabaya mriki.”(Emprit Abuntut Bedhug:123)
Terjemahan:
“....Kalau Dik Era sekarang berbicaranya sudah seperti orang
Surabaya sini.”
b. Deiksis Temporal “saiki”
1) Inspektur Indra berbicara kepada Detektif Handaka.
“Heh, wong kaculikan jaman saiki, jare! Maling bisa wae
slinthutan ana ngarep kacamatane pulisi!”(Emprit Abuntut
Bedhug:33)
Terjemahan:
“Heh, orang sudah terbawa zaman sekarang, katanya! Pencuri
bisa saja berkeliaran di depan kacamata polisi!”
2) Inspektur Indra menyuruh Detektif Handaka untuk
membenarkan sikap duduknya.
“Saiki,” wangsulane Handaka karo mbenerake sikep
lungguhe.(Emprit Abuntut Bedhug:35)
Terjemahan:
“Sekarang,” jawaban Handaka sambil membenarkan sikap
duduknya.
3) Inspektur Indra mengajak Jarot dan Detektif Handaka.
“La, ngono. Ayo, saiki diparani.”(Emprit Abuntut Bedhug:36)
Terjemahan:
“La, begitu. Ayo, sekarang di datangi.”
184
4) Handaka berbicara kepada Jarot.
“Dhek mau kowe ya kandha ora kenal lan ora niteni Dhik
Erawati iki. Sidane saiki ya bisa nemokake.”(Emprit Abuntut
Bedhug:50)
Terjemahan:
“Saat tadi kamu bicara tidak kenal dan tidak memahami Dik
Erawati ini. Akhirnya sekarang dapat menemukannya.”
5) Ibu Nusyirwan berbicara kepada Erawati.
“Nak Era! Sokur, saiki kowe wis bali! Sokur.....!” Ngendika
ngono mau banjur gapyuk Erawati dirangkul, dikekep-kekep
kaya patrape wong tresna suwe ora tetemon.(Emprit Abuntut
Bedhug:66)
Terjemahan:
“Nak Era! Syukur, sekarang kamu sudah pulang! Syukur....!”
Setelah berbicara lalu Erawati dirangkul, dipeluk, ibarat orang
yang saling suka yang sudah lama tidak bertemu.
6) Handaka berbicara kepada Nusyirwan.
“Saiki wis ana majune ngono, lo, Dhik,” aloke Handaka
ngandhani Nusyirwan, weruh Erawati sing ndhisiki ngajak
Nusyirwan.(Emprit Abuntut Bedhug:115)
Terjemahan:
“Sekarang sudah ada kemajuannya, lo, Dik.”ucap Handaka
memberi tahu Nusyirwan, melihat Erawati lebih dulu mengajak
Nusyirwan.
7) Jarot berbicara kepada Siti Respati.
“Iya. Iya. Saiki jamane Siti Respati! Golek tunangan nganggo
detektip!” ujare jaka bagus cedhake Siti Respati ngarih-
arih.(Emprit Abuntut Bedhug:134)
Terjemahan:
185
“Iya. Iya. Sekarang zamannya Siti Respati! Mencari tunangan
memakai detektif!” kata Jaka Bagus mendekati Siti Respati
diam-diam.
c. Deiksis Temporal “mengko”
1) Detektif Handaka memberi perintah kepada Erawati.
“...Sesuk esuk sliramu kudu wira wiri ing kono meneh. Kita
ngulat-ulatake. Mengko yen wonge muncul, sliramu kudu
enggal aweh sasmita. Bisa, ta?” rembuge Detektip
Handaka.(Emprit Abuntut Bedhug:55)
Terjemahan:
“...Besok pagi kamu harus kesana kemari di tempat itu lagi. Kita
harus menyempatkan. Nanti kalau orangnya terlihat, kamu harus
cepat memberi informasi, bisa kan?” rencananya Detektif
Handaka.
2) Jarot berbicara kepada Erawati.
“Aku ora mung ngaku-aku tepung Dhik Erawati iki. Mengko
dakbuktekake. Rak iya, ta, Er?”(Emprit Abuntut Bedhug:59)
Terjemahan:
“Aku tidak Cuma mengaku-aku kenal Dik Erawati ini. Nanti
kubuktikan. Bukan begitu, Er?”
3) Handaka bertanya kepada Nusyirwan.
“O, mengkono? Wis, ngene wae. Dhik Jarot nggocenga
sepedhah montor. Mengko dietutake pick-up saka mburi. Aja
banter-banter, dalan Surabaya rame. Ngendi, ta, Dhik,
daleme?”.(Emprit Abuntut Bedhug:63)
Terjemahan:
“O, begitu? Sudah, begini saja. Dik Jarot mbonceng sepeda
motor. Nanti diikuti pick-up dari belakang. Jangan cepat-cepat,
jalan Surabaya ramai. Dimana Dik, rumahnya?”
186
4) Detektif Handaka berbicara kepada Jarot.
“Aja nggaya, Dhik Jarot. Yen kowe gelem mbiyantu aku
temenan, mengko dakgolekake sing gandes, ta, wis.”(Emprit
Abuntut Bedhug:101)
Terjemahan:
“Jangan bergaya, Dik Jarot. Kalau kamu membantu aku
beneran, nanti tak carikan yang bagus, bukan begitu.”
5) Erawati sedang berbicara kepada Siti Respati.
“Ibu ngila-ilani ngono marga kuwatir yen aku mengko nggoleki
kowe.”(Emprit Abuntut Bedhug:160)
Terjemahan:
“Ibu berpesan begitu karena khawatir kalau aku nanti mencari
kamu.”
d. Deiksis Temporal “mangke”
1) Erawati bericara kepada Detektif Handaka.
“Mangke rumiyin ta, ta, tuwan detektip.” (Emprit Abuntut
Bedhug:109)
Terjemahan
“Nanti dulu ta, ta, tuan detektif.”
e. Deiksis Temporal “mau”
1) “La kanthonge sapa yen dudu kanthonge arek mau?...”(Emprit
Abuntut Bedhug:18)
Terjemahan:
“La bungkusan siapa kalau bukan bungkusan anak tadi?...”
2) Detektif Handaka bertanya kepada Jarot.
187
“Kandhamu mau, kowe ora duwe seksi nalika tabrakan ing
Blawuran mau?....”(Emprit Abuntut Bedhug:36)
Terjemahan:
“Katamu tadi, kamu tidak punya saksi dalam kecelakaan di
Blawuran tadi?....”
3) Handaka bertanya kepada Jarot
“Dhek mau kowe ya kandha ora kenal lan ora niteni Dhik
Erawati iki.....”(Emprit Abuntut Bedhug:50)
Terjemahan:
“Dek tadi kamu juga bilang tidak kenal dan tidak menduga Dik
Erawati iki...”
4) Detektif Handaka menjelaskan kepada Jarot.
“Ora, Dhik. Aku kudu weruh reaksi sing wajar. Nganggo ali-ali
mau aku isih durung cetha, .....”(Emprit Abuntut Bedhug:53)
Terjemahan:
“Tidak, Dik. Saya harus melihat reaksi yang wajar. Memakai
cincin tadi saya masih belum jelas,....”
5) Jarot bertanya kepada Erawati.
“... Seksine napa niku wau?... “(Emprit Abuntut Bedhug:61)
Terjemahan:
“... Saksinya apa itu tadi?...”
6) Handaka menyuruh Nunus untuk memutarkan musik tadi.
“Dhik Nunus. Balenana maneh musik iku mau, lan dansaha
maneh!” clathune Detektip Handaka lirih.(Emprit Abuntut
Bedhug:91)
Terjemahan:
188
“Dik Nunus. Kembalikan musik itu tadi, dan dengarkan
lagi!”ujar Detektif Handaka lirih.
7) Detektif Handaka berbicara kepada Jarot.
“... Perlu dakkandhakake yen nganti jam rolas awan mau, ana
wartawan kang pijer-pijer kepengin nemoni dheweke....”(Emprit
Abuntut Bedhug:100)
Terjemahan:
“... Perlu saya ucapkan kalau sampai jam dua belas siang tadi,
ada wartawan tiba-tiba ingin menemui dia....”
8) Nunus berbicara kepada Erawati
“Alah-alah-alah! Kemayune saya ndadi, adhiku kuwi! Ngukuhi
benere dhewe kuwi wong bodho, lo, kandhamu
mau.....!”(Emprit Abuntut Bedhug:150)
Terjemahan:
“Alah-alah-alah! Sombongnya semakin menjadi, adikku itu!
Memperlihatkan dirinya sendiri itu orang bodo, lo, ucapanmu
tadi...!”
f. Deiksis Temporal “wingi”
1) Detektif Handaka bertanya kepada Erawati perihal bertemunya
dengan Sutahal.
“Kaping kalih. Kala wingi lan kala wau....”(Emprit Abuntut
Bedhug:55)
Terjemahan:
“Yang kedua. Yang kemarin dan yang tadi...”
2) Nusyirwan sedang berbicara dengan Erawati
“Dakkira lulusan SGKP, wingi kae.”(Emprit Abuntut
Bedhug:91)
189
Terjemahan:
“Saya kira lulusan SGKP, kemarin itu.”
3) Nusyirwan memberi saran kepada Erawati.
“Er. Mundhut bakal iki maneh apa priye? Olehku tuku ya kene,
kok, wingi kae.”(Emprit Abuntut Bedhug:114)
Terjemahan:
“Er. Ambil bahan ini lagi apa bagaimana? Kepunyaanku juga
membeli disini, yang kemarin itu.”
c. Deiksis Lokatif
a. Deiksis Lokatif “kono”
1) Detektif Handaka menjawab pertanyaan Jarot
“Nanging dudu kuwi karepku. Uga aku durung oleh titik melik
bab anane Sutahal ing kono.”(Emprit Abuntut Bedhug:155)
Terjemahan:
“Tapi bukan itu keinginanku. Juga aku belum dapat titik terang
masalahnya adanya Sutahal di situ.”
b. Deiksis Lokatif “mriki”
1) Yu Sikah menjawab pertanyaaan dari Nusyirwan.
“...Era dereng wonten mriki.”(Emprit Abuntut Bedhug:106)
Terjemahan:
“...Era belum ada disini.”
2) Nusyirwan sedang berbicara kepada jarot membahas tentang
Erawati.
“Dene Dhik Era samenika yen omong sampun kados tiyang
Surabaya mriki.”(Emprit Abuntut Bedhug:123)
190
Terjemahan:
“Kalau Dik Era sekarang berbicaranya sudah seperti orang
Surabaya sini.”
c. Deiksis Lokatif “mriku”
1) Nusyirwan bmenjawab pertanyaaan dari Detektif Handaka
“...ingkang kula sengguh Jeng Siti menika wonten ing toko
mriku.”(Emprit Abuntut Bedhug:147)
Terjemahan:
“...yang saya tunggu Jeng Siti itu ada di toko itu.”
2) Nusyirwan bertanya kepada Detektif Handaka.
“Ing mriku sumerap kanthongipun, lajeng kemutan menawi
sampun srawung kaliyan kula selaminipun kalih
minggu.”(Emprit Abuntut Bedhug:148)
Terjemahan:
“Di situ terlihat bungkusannya, lalu teringat kalau sudah
bersama dengan saya selama dua minggu.”
d. Deiksis Lokati “kana”
1) Nusyirwan menyuruh Erawati.
“Gage! Nyang kana, lo! Kamarmu dhek dhisik,”(Emprit
Abuntut Bedhug:99)
Terjemahan:
“Cepat! Kesana, lo! Kamarmu yang dulu,”
191
e. Deiksis Lokatif “ngrika”
1) Erawati bertanya kepada Detektif Handaka.
“Lajeng? Menapa Sutahal leres manggihi lelampahan ingkang
onya ing keramean Mardi Busana ngrika?” pitakone Erawati
(Emprit Abuntut Bedhug:151)
Terjemahan:
“Terus? Kenapa Sutahal benar menampakan diri di keramaian
Mardi Busana itu?”
192
193
194
top related