analisis ekonomi kelembagaan untuk menjelasakan
Post on 11-May-2022
7 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
Analisis Ekonomi Kelembagaan untuk Menjelasakan
Masalah yang Terjadi di LPD
Penulis: Drs. I Gede Trunajaya
NIP : 19521231 198103 1 032
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Udayana
2017
2
Judul : Analisis Ekonomi Kelembagaan untuk Menjelaskan Masalah yang Terjadi
LPD
:a .Nama : Drs. I Gede Trunajaya
b.Jenis kelamin : Laki-Laki
c.NIP/NIDEN : 19521231 1981031 032
d.Jabataan Struktural :-
e.Jabatan Fungsional : Lektor Kepala
f.Fakultas/Jurusan : Ekonomi dan Bisnis Unud/Ekonomi Pembangunan
g.Pusat Penelitian : Universitas Udayana
h.Alamat : Kampus Bukit Jimbaran,Badung Bali
k.Telpon/Hp/E-mail : 08174766141
3. Jumlah Onggota Peneliti : - Orang
4. Jumlah Mahasiswa :- Orang
5. Pembiayaan : Pribadi
Jumlah biaya yang di butuhkan Rp.5,000,000
Mengetahui : Denpasar, Januari 2017
Ketua Jurusan Ekonomi dan Bisnis Peneliti
Unud
Dr.Dra Ida Ayu Nyoman Saskara,M.Si Drs I Gede Trunajaya
Nip. 195802191986012001 Nip. 19521231 1981031 032
Mengetahui :
Dekan Fak Ekonomi dan Bisnis Unud
Dr.I Nyoman Mahaendra Yasa,SE,M.Si
Nip. 19610620 198603 1 001
3
Daftar Isi
Sampul Dalam ...................................................................................................... 1
Lembaran Pengesahan........................................................................................ 2
Daftar Isi................................................................................................................. 3
Abstrak ................................................................................................................... 5
BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 6
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 6
1 2. Rumusan Masalah ........................................................................................... 8
1 3. Pertanyaan Penelitian ...................................................................................... 9
1 4. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 9
BAB II. LANDASAN TEORI ............................................................................ 10
2.1 Pengertian LPD .............................................................................................. 10
2.2. Fungsi dan Tujuan LPD ................................................................................ 12
2.3 Ilmu Ekonomi Kelembagaan Baru ................................................................. 14
2.3.1 Teori Principal-Agent ................................................................................. 15
BAB III. METODA PENELITIAN ..................................................................... 21
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................................... 21
3.2 Pendekatan Penelitian .................................................................................... 21
3.3 Unit Analisis................................................................................................... 24
3.4 Teknik Pemilihan Informasi ........................................................................... 23
3.5 Jenis Data ....................................................................................................... 24
3.6 Teknik Pengumpulan Data………………………………………………… 24
3 7.Teknik Analisis Data ...................................................................................... 25
4
3 7.1 Analisis Statistik Deskriftif Cross Tabulation ...................................... 25
3 7.2 Analisis Kualitatif ................................................................................. 25
BAB IV. PEMBAHASAN ................................................................................... 27
4.1 Motivasi Menabung karena Undian Berhadiah dan Bukan Karena Undian
Berhadiah di LPD Desa Manuaba .................................................................. 27
4.2 Tingkat Kepuasan Nasabah atas Proses Undian Berhadiah di LPD Desa
Manuaba ........................................................................................................ 28
4.3 Penyebab Kredit Macet di LPD Desa Pekraman Se-Kecamatan Tembuka .. 29
4.4 Pendapat Nasabah Kredit dan Tabungan atas dilakukannya Undian
Berhadiah di Masa yang Akan Datang.......................................................... 30
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 31
5.1 Kesimpulan .................................................................................................... 31
5.2 Saran ............................................................................................................... 33
Daftar Pustaka ...................................................................................................... 34
5
Abstrak Analisis Ekonomi Kelembagaan untuk Menjelasakan
Masalah yang Terjadi di LPD
Oleh:
Drs I Gede Trunajaya
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana
. LPD Desa Manuaba telah melaksanakan undian berhadiah untuk
meningkatkan kepuasan dan manarik nasabah tabungan dan nasabah kredit untuk
memiliki fasilitas tabungan atau fasilitas kredit di LPD Desa Manuaba. Pelaksanaan
undian berhadiah di LPD Manuaba masih dirasa kurang berjalan dengan baik.
Sehingga untuk itu penelitian ini ingin menganalisa masalah tersebut dengan
pendekatan ekonomi kelembagaandan metode kualitatif dengan alat analisis statistic
dekriftif. Untuk itu dalam penelitian ini terdapat tiga pertanyaan penelitian yang ingin
dijawab antara lain adalah 1.Apakah motivasi nasahab kredit dan tabungan menjadi
nasabah krdit dan tabungan karena undian berhadiah di LPD Desa Manuaba?,
2.Bagaimana tingkat kepuasan nasabah kredit dan tabungan atas proses pemberian
undian berhadiah di LPD Desa Manuaba?, 3.Bagaimana pendapat nasabah kredit dan
tabungan mengenai pelaksanaan undian berhadiah di tahun mendatang pada LPD
Desa Manuaba?. Hasil penelitian adalah terdapat total 80 persen nasabah tabungan
dan kredit memilih produk di LPD bukan karena ada undian berhadiah. Nasabah
tabungan dan kredit merasa tidak puas karena ada masalah hidden information dalam
proses pelaksanaan pengundian berhadiah, karena sering kali yang mendapatkan
undian adalah pegawai LPD Manuaba atau keluarga dari pegawai. Kesimpulan yang
terakhir adalah nasabah tabungan dan kredit berpedapat bahwa sebaiknya undian
berhadiah yang dimasa akan datang dilakukan dengan lebih baik dengan
menyempurnakan kontrak dalam proses pengundian, kontrak yang dimaksud adalah
aturan main dalam proses undian berhadiah.
Keyword : LPD, Hidden Information, Kontrak
6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lembaga perkreditan desa (LPD) merupakan lembaga keuangan non-informal
yang dibuat secara lokal untuk memfasilitasi dan mendukung ekonomi di tingkat
desa. Lembaga perkreditan desa (LPD) mejadi lembaga keuangan yang sangat unik
dibandingkan lembaga keuangan yang lain. Keunikannya adalah sebuah LPD hanya
boleh memberikan pinjaman kredit kepada anggota desa adat dimana LPD tersebut
bernaung dan LPD diatur dan didukung oleh aturan adat yang berlaku namun
pengelolaannya dilakukan secara moderen dengan mengedepankan kaidah dan
standar keuangan yang berlaku.
LPD sebagai lembaga kuangan dianggap sebuah lembaga yang mampu
memberikan dukungan yang besar terhadap perbaikan ekonomi masyarakat desa.
LPD yang merupakan lembaga keuangan tidak memiliki syarat yang rumit baik
pengajuan kredit dan proses tarik setor tabungan. LPD menjadi alternatif yang sangat
membantu karena memiliki beberapa keunggulan jika dibandingkan lembaga
keuangan formal, yaitu: 1. Pemberian kredit/pinjaman diprioritaskan bagi masyarakat
ekonomi lemah sebagai modal usaha, 2. Bunga pinjaman ringan (termasuk pinjaman
lunak), 3. Jangka waktu pengembalian 1-5 tahun tergantung besar kecilnya pinjaman,
dengan sistem bunga menurun, 4. Untuk pinjaman dalam jumlah tertentu dapat
diajukan tanpa agunan/barang jaminan, 5. Tidak dikenakan biaya administrasi, 6.
Prosesnya cepat (Widya, 2007).
Maksud didirikannya LPD di Bali ditujukan untuk membantu masyarakat di
daerah provinsi Bali dalam mengembangkan kegiatan ekonomi dan tujuan
pendidiriannya adalah untuk membantu masyarakat pedesaan khususnya bagi
masyarakat ekonomi lemah untuk memberantas ijon, rentenir dan lain- lain usaha
7
sejenis yang kurang sehat, memajukan ekonomi masyarakat khususnya masyarakat di
pedesaan dan menyelenggarakan aktifitas perkreditan di pedesaan (Gunawan, 2009).
Usaha pengembengan ekonomi masyarakat desa dilakukan dengan menghimpun dana
masyarakat dan menyalurkan dalam bentuk kredit kepada masyarakat desa dimana
LPD tersebut bernaung. Usaha perbaikan dan pengembangan ekonomi didesa juga
dilakukan oleh LPD Desa Manuaba yang berlokasi di Desa Manuaba, Kecamatan
Tegalalang, Kabupaten Gianyar. LPD Desa Manuaba memiliki kondisi yang baik jika
dilihat dari Modal dan cadagang, serta Tabungan yang mampu diserap serta kredit
yang mampu di salurkan. Pada tahun 2006, jumlah modal dan cadagang di LPD
Manuaba adalah Rp. 520.447.500. dan pada tahun 2015 modal dan cadangan di LPD
Manuaba adalah Rp. 1.484.807.000.
Rata-rata pertumbuhan modal dan cadangan LPD Manuaba selama tahun
2006-2015 adalah 11.37 persen dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun
2012 dengan tingkat pertumbuhan mencapai 29.66 persen. Jumlah tabungan di LPD
Manuaba tahun 2006 adalah Rp. 1.073.140.800. dan jumlah tabungan tertinggi terjadi
pada tahun 2015 yaitu Rp. 5.540.193.000.. Rata-rata pertumbuhan tabungan di LPD
Manuaba adalah 19.52 persen dengan tingkat pertumbuhan tertinggi terjadi pada
tahun 2011 dengan tingkat pertumbuhan mencapai 65.34 persen. Untuk jumlah kredit
di LPD Manuaba tahun 2006 adalah Rp. 1.612.485.000., jumlah kredit tertinggi ada
pada tahun 2015 yaitu Rp. 11.297.493.000.. Rata-rata pertumbuhan penyaluran kredit
selama tahun 2006-2015 adalah 23 persen, dengan tingkat pertumbuhan kredit
tertinggi terjadi pada tahun 2011 dengan tingkat pertumbuhan mencapai 88.8 persen.
Pertumbuhan modal dan cadangan, Tabungan dan kredit LPD Manuaba sudah sangat
baik. Sehingga dengan pertumbuhan kredit yang besar, maka sudah tentu banyak
penduduk di Desa Manuaba yang telah merasakan dampak dari kredit yang
disalurkan. Data Tabungan, kredit, modal dan cadagang LPD Manuaba tahun 2006-
2015 disajikan pada tabel 1.2 berikut ini.
8
Tabel 1.2 Kondisi Modal dan Cadagang, Tabungan, dan Kredit di LPD Desa
Manuaba, Kecamatan Tegalalang, Kabupaten Gianyar Tahun 2006-2009.
Tahun Modal dan Cadagang Tabungan Kredit
2006 520.447.500. 1.073.140.800. 1.612.485.000.
2007 584.697.950. 1.322.625.800. 1.929.733.900.
2008 653.415.000. 1.565.637.800. 2.221.682.900.
2009 733.520.900. 1.582.557.100. 3.069.459.300.
2010 829.741.200. 1.584.000.900. 3.069.459.300.
2011 966.897.900. 2.619.038.600. 5.795.190.000.
2012 1.253.669.000. 2.892.279.000. 6.144.368.000.
2013 1.229.861.000. 3.120.515.000. 7.824.347.000.
2014 1.292.988.000. 4.735.656.000. 8.838.760.000.
2015 1.484.807.000. 5.540.193.000. 11.297.493.000.
Sumber : Laporan Keuangan LPD Manuaba (2016)
Pertumbuhan Tabungan dan kredit di LPD Manuaba merupakan hasil
kepercayaan dari Masyarakat Desa Manuaba yang telah mempercayakan dananya
dikelola oleh LPD. Selama periode tersebut untuk meningkatkan kepuasan maka LPD
Manuaba melakukan undian berhadiah yang dilakukan setiap setahun sekali. Melalui
undian berhadiah ini LPD memberikan peluang untuk seluruh nasabah tabungan dan
kredit untuk mendapatkan hadiah. Undian berhadiah ini juga berguna untuk menarik
minat penduduk untuk menabung atau memiliki fasilitas kredit di LPD Manuaba.
1.2. Rumusan Masalah
Undian Berhadian sering digunakan oleh lembaga keuangan untuk menarik
nasabah kredit atau tabungan untuk menjadi nasabah di lembaga kuangan. Hal ini
terjadi di Lembaga Pekreditan Desa (LPD) Desa Manuaba, Kecamatan Tegalalang,
Kabupaten Gianyar. Hadian undian berhadiah yang diberikan oleh LPD Desa
Manuaba sangat beragam setiap tahunya. Tetapi ada hal menarik dalam proses
pemberian undian berhadian tersebut, yaitu terindikasi terjadi proses pemberian
undian yang tidak sesuai dengan kaidah yang berlaku sehingga ada rasa tidak puas
9
dari para nasabah kredit atau tabungan. Untuk itu penelitian ini dilakukan oleh
peneliti.
1.3. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian diatas maka pertanyaan penelitian ini adalah :
1) Apakah motivasi nasahab kredit dan tabungan menjadi nasabah krdit dan
tabungan karena undian berhadiah di LPD Desa Manuaba?
2) Bagaimana tingkat kepuasan nasabah kredit dan tabungan atas proses pemberian
undian berhadiah di LPD Desa Manuaba?
3) Bagaimana pendapat nasabah kredit dan tabungan mengenai pelaksanaan undian
berhadiah di tahun mendatang pada LPD Desa Manuaba?
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah :
1) Untuk mengetahui motivasi nasahab kredit dan tabungan menjadi nasabah krdit
dan tabungan karena undian berhadiah di LPD Desa Manuaba
2) Untuk mengetahui tingkat kepuasan nasabah kredit dan tabungan atas proses
pemberian undian berhadiah di LPD Desa Manuaba
3) Untuk mengetahui pendapat nasabah kredit dan tabungan mengenai pelaksanaan
undian berhadiah di tahun mendatang pada LPD Desa Manuaba
10
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian LPD
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Bali No.2 Tahun 1998 Bab 3 Pasal 3
dikemukakan pengertian tentang Lembaga Perkreditan Desa (LPD) adalah suatu
nama bagi badan usaha simpan pinjam yang dimiliki Desa Adat yang berada di
Provinsi Daerah Tingkat I Bali dan merupakan wadah perekonomian rakyat pedesaan.
Menurut Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999. LPD merupakan lembaga keuangan
non-formal yang dikelola desa adat yang bertujuan untuk mensehjaterakan
masyarakat di desa adat tempat LPD tersebut ada. LPD merupakan lembaga
keuangan yang memiliki keterbatasan berupa tidak boleh menyalurkan kredit di luas
wilayah desa adat tempat LPD tersebut ada. Faktor yang melatarbelakangi karena
penerapan sanksi adat yang hanya berlaku pada suatu wilayah desa adat saja, untuk
itu LPD memiliki keterbatasan tersebut. Keunikan LPD dibandingkan lembaga
keuangan non-bank lainya adalah terdapat penggunaan sanksi dan aturan adat yang
mengikat debitur dan kreditur dalam proses penyaluran kredit. Adapun contoh dari
sanksi dan aturan adat yang berlaku seperti kasepekan/ dikucilkan. Perampasan harta
benda jika macet, dan tidak mendapatkan hak untuk menguburkan orang yang telah
meninggal di kuburan desa. Selanjutnya, dalam Pasal 1 huruf e Keputusan Gubernur
Kepala Daerah Tingkat I Bali No. 972 Tahun 1984 disebutkan, bahwa: “ Lembaga
Perkreditan Desa adalah Lembaga Perkreditan Desa seluruh Bali”. Lebih lanjut dalam
Perda Provinsi Bali No.8 Tahun 2002 Bab I, pasal 1 “LPD adalah lembaga
Perkreditan Desa sebagai suatu badan simpan pinjam keuangan yang dimiliki desa
adat”. Selanjutnya dalam Perda Provinsi Bali No.8 Tahun 2002 dalam Bab I pasal 1
dijelaskan LPD adalah Lembaga Perkreditan Desa di Desa Pakraman dalam wilayah
Provinsi Bali.
11
Dengan demikian LPD yang dimaksudkan adalah merupakan lembaga
keuangan desa mandiri, yang dimiliki oleh masyarakat desa setempat dan dikontrol
oleh pengawas yang terdiri dari ketua dan sekurang-kurangnya dua orang anggota.
Dalam Pasal 2 disebutkan: (1) ditiap- tiap LPD dibentuk Badan Pengawas LPD, (2)
badan pengawas terdiri dari seorang ketua dan sebanyak-banyaknya 2 (dua) orang
anggota, (3 ) Bendesa Adat secara exofficio sebagai ketua badan, dan (4) ketua dan
anggota pengawas tidak dibenarkan merangkap sebagai Badan Pengurus LPD. Dari
ketentuan ini tampak jelas bahwa operasionalisasi LPD akan diawasi atau dikontrol
oleh Bendesa Adat sebagai orang yang dituakan di desa yang bersangkutan, sehingga
perjalannya akan mencapai sasaran sesuai dengan tujuannya, yaitu sebagai usaha
peningkatan taraf hidup krama desa dalam menunjang pembangunan desa.
Sejarah tonggak awal dimulainya LPD di Bali adalah didasarkan pada
Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali No. 972 tahun 1984 tertanggal 1
Oktober 1984 tentang Pendirian Lembaga Perkreditan Desa di Provinsi Daerah
Tingkat I Bali. Tujuan pendirian LPD untuk mempercepat pengembangan
perekonomian di daerah perdesaan, terutama bagi para petani dan pengusaha kecil.
Kemudian untuk memperkuat keberadaan LPD seperti dimaksudkan di atas,
maka berturut – turut dikeluarkan beberapa peraturan, yaitu antara lain :
1. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali No. 180 Tahun 1989
tentang Pendirian Pusat Lembaga Perkreditan Desa Kecamatan (PLPDK) di
Provinsi Daerah Tingkat I Bali.
2. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali No. 242 tahun 1992
tentang Pembentukan dan Susunan Keanggotaan badan Pembina LPD di
Provinsi Daerah Tingkat I Bali.
3. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali No. 344 Tahun 1993
tentang Penunjukkan BPD Bali Sebagai Pembina Teknis LPD.
12
4. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali No. 401 Tahun 1997
tentang pembentukan dan Susunan Keanggotaan Badan Pembina Lembaga
Perkreditan Desa Provinsi Daerah Tingkat I Bali.
5. Keputusan Kepala Daerah Tingkat I Bali No. 491Tahun 1998 Tentang
ketentuan Pembentukan, Pengangkatan dan Pemberhentian Badan Pengawas
Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Provinsi Daerah Tingkat I Bali.
6. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali No. 13 Tahun 1999
tentang Pembagian dan Keuntungan Bersih Lembaga Perkreditan Desa Di
Provinsi Daerah Tingkat I Bali.
2.2. Fungsi dan Tujuan LPD
Kemudian jika dicermati lebih lanjut terhadap ketentuan yang ada dalam
Keputusan Gubernur dati I Bali No. 972 Tahun 1984 tersebut, maka fungsi dan tujuan
didirikan LPD telah dinyatakan secara eksplesit melalui pasal 3-nya yaitu dinyatakan
bahwa :
1. LPD adalah salah satu lembaga desa yang merupakan unit operasional serta
berfungsi sebagai wadah kekayaan desa yang berupa uang atau surat – surat
berharga lainnya.
2. Penggunaan dan pemanfaatan LPD harus ditujukan kepada usaha- usaha baik
yang menyangkut kepentingan desa maupun peningkatan taraf hidup warga
desa yang bersangkutan.
3. LPD didirikan dengan tujuan :
a) Memberantas ijon, gadai gelap, dan lain – lain yang dapat disamakan
dengan itu.
b) Meningkatkan daya beli masyarakat desa.
c) Melancarkan lalu lintas pembayaran dan pertukaran desa.
13
Dari ketentuan di atas dapat dinyatakan, bahwa status LPD adalah sebagai alat
desa dan merupakan unit operasional, berfungsi sebagai wadah kekayaan desa yang
berupa uang atau surat- surat berharga lainnya yang penggunaan dan pemanfaatannya
ditujukan kepada usaha- usaha baik yang menyangkut kepentingan modal dengan
cara memberantas ijon, gadai gelap dan yang dipersamakan dengan itu, meningkatkan
daya beli masyarakat, dan memperlancar lalu lintas pembayaran dan pertukaran uang
di desa. Demikian pula mengenai tujuan didirikan LPD dipertegas lagi melalui
ketentuan Pasal 4 Perda Dati I Bali No. 2 tahun 1988 yang menyatakan LPD
didirikan dengan tujuan sebagai berikut :
a) Mendorong pembangunan ekonomi masyarakat desa melalui tabungan yang
terarah serta penyaluran modal yang efektif.
b) Memberantas sistem ijon, gadai gelap, dan lain – lain yang dapat
dipersamakan dengan itu di Pedesaan.
c) Menciptakan pemerataan dan kesempatan berusaha bagi warga desa dan
tenaga kerja di Pedesaan.
d) Meningkatkan daya beli dan memperlancar lalu lintas pembayaran dan
peredaran uang di Desa.
LPD dalam melakukan usaha-usaha untuk mencapai tujuan seperti dimaksud
dalam pasal 4 ini, secara normatif ditegaskan melalui ketentuan pasal 5 Perda Dati I
Bali No. 2 tahun 1988, yaitu :
a) Menerima Tabungan uang dari warga masyarakat desanya dalam bentuk
tabungan dan Tabungan berjangka yang sah menurut ketentuan yang berlaku.
b) Memberikan pinjaman untuk kegiatan- kegiatan yang bersifat produktif pada
sektor pertanian, sektor kerajinan kecil, perdagangan, dan usaha- usaha lain
yang dipandang perlu.
14
c) Usaha- usaha lainnya yang bersifat pengerahan dana desa.
d) Penyertaan modal pada usaha- usaha lainnya.
e) Menerima pinjaman dan lembaga- lembaga keuangan.
Dari ketentuan di atas dapat dinyatakan, bahwa tujuan LPD adalah bertindak
sebagai perpanjangan tangan keuangan desa untuk meningkatkan ekonomi setempat.
LPD digunakan untuk menunjang bisnis setempat yang penting dan untuk
meningkatkan kondisi kehidupan anggota masyarakatnya. LPD didirikan juga untuk
menyaingi pemberi pinjaman di desa setempat dan untuk membasmi renternir,
dengan menyediakan kredit murah dan prosudur peminjaman sederhana. Selain itu,
LPD bermaksud untuk memperbaiki sikap masyarakat dalam hal pembayaran dan
pertukaran uang di tingkat pedesaan.
Jika dicermati dari segi kepemilikan dan permodalan, LPD sebagai lembaga
keuangan yang dengan kebijaksanaan Pemerintah Daerah Tingkat I Bali,
kepemilikannya diserahkan kepada desa adat dengan harapan dalam jangka panjang
desa adat dapat berperan lebih besar menopang pembangunan ekonomi, sosial, dan
spiritual di daerah perdesaan. Sedangkan sebagai sumber permodalan LPD berasal
dari: swadaya masyarakat sendiri atau urunan dari krama desa adat, bantuan
pemerintah daerah, dan pemupukan modal dari laba ditahan serta pemupukan
Tabungan masyarakat dan pinjaman dari BPD Bali. Untuk memotivasi pertumbuhan
LPD seperti ditegaskan dalam Pasal 22 ayat 1 Perda Provinsi Bali No. 8 tahun 2002,
maka pembagian keuntungan bersih pada akhir tahun ditetapkan sebagai berikut: (a)
Cadangan umum / modal 60%, (b) Dana Pembangunan Desa 20%, (c) Jasa Produksi
10%, (d) Dana Pembinaan, Pengawsan dan Perlindungan 5%, (e ) Dana sosial 5%.
2.3. Ilmu Ekonomi Kelembagaan Baru
Ilmu ekonomi memiliki banyak cabang ilmu, diantaranya ilmu ekonomi
kelembagaan. Ilmu ekonomi kelembagaan secara umum dibagi menjadi yaitu ilmu
15
ekonomi kelembagaan lama (old institutional economics) dan ilmu ekonomi
kelembagaan baru (new institutional economics). Menurut Yustika (2008)
menyatakan Ilmu ekonomi kelembagaan lama (old institutional economics)
berargumentasi bahwa kelembagaan merupakan faktor kunci dalam menjelaskan dan
mempengaruhi perilaku ekonomi namun dengan sedikit pendekatan teoritis yang
mumpuni, sedangkan ekonomi kelembagaan baru (new institutional economics)
mencoba memperkenalkan pentingnya peran kelembagaan, namun tetap
berargumentasi bahwa pendekatan ini bisa disandingkan dengan kreangka neoklasik
tetapi dibawah ekonomi kelembagaan baru beberapa asumsi tidak dipakai seperti nilai
transaksi yang nol, rasionalitas yang lengkap serta informasi yang sempurna.
Ekonomi kelembagaan baru memiliki banyak cabang. Banyaknya cabang ekonomi
kelembagaan disebabkan karena ekonomi kelembagaan baru merupakan ilmu yang
secara umum merupakan sebuah studi multidisiplin. Cabang pertama dari ekonomi
kelembagaan baru adalah sejarah ekonomi baru, dan selanjutnya terdapat aliran
pilihan konsumen, teori tindakan kolektif, ekonomi dan hukum serta ekonomi biaya
transaksi yang terdiri dari teori modal sosial, teori hak kepemilikan dan ekonomi
informasi (Yustika, 2008).
2.3.1 Teori Principal-Agent
Kontrak merupakan aturan penting dalam mengatur berbagai kegiatan
khusunya kegiatan ekonomi, sehingga dalam kegiatan ekonomi tidak terdapat pihak
yang dirugikan dan diuntungkan. Menurut Yustika (2008), kontrak secara umum
menggambarkan kesepakatan satu pelaku untuk melakukan tindakan yang memiliki
nilai ekonomi kepada pihak lain, tentunya dengan konsekwensi adanya tindakan
balasan atau pembayaran. Dengan adanya kontrak yang jelas maka tidak ada pihak
yang merasa dirugikan atau diuntungkan. Dalam teori kontrak terdapat beberapa
permasalaha. Furubotn dan Richter (2001) terdapat beberapa 6 model teori kontrak
dan permasalahanya, diantaranya sebagai berikut :
16
1. The expense-preference model of the managerial theory. Dalam teori ini
pemilik perusahaan memiliki informasi yang terbatas mengenai operasi dan
tidak dapat mengawasi kegiatan dari manajer. Disini terjadi masalah bahwa
keuntungan dan output maksimum tidak akan terjadi karena adanya
opportunistic behaviour setelah kontrak disetujui antara pemilik perusahaan
dengan manajer.
2. The principal-agent model of the moral hazard. Dalam teori ini diasumsikan
bahwa principal tidak memliki informasi yang lengkap mengenai agent dan
tidak dapat mengawasi kegiatan agent. Principal mencoba untuk secara aktif
mendekati utilitas maksimum nya yang pertama. Dimana dalam model ini
agent berusaha untuk mendapatkan keuntungan untuk dirinya dengan
melakukan kegiatan beresiko.
3. The principal-agent model of the adverese selcetion. Dalam teori ini masih
memiliki asumsi yang sama atas principal yang tidak memliki informasi yang
sempurna mengenai agent sebelum kontrak disetujui, dimana agent tidak
menggambarkan keadaan yang tidak sesunguhnya mengenai dirinya.
4. The theory of implicit contract deal. Dimana teori ini juga membahas
mengenai kekakuan upah. Dimana teori ini berbeda dengan teori
disekuilibrium, menyediakan penjelasan ekonomi mengenai kekakuan upah
dan perbedaan antara upah pekerja dan penerimaan marginal.
5. The incomplete contract model. Teori ini menjelaskan menganai dormula
pendekatan biaya transaksi williamson. Dimana terdapat 2 asumsi, yaitu
adanya informasi tidak sempurna antara pembuat keputusan dan
ketidakpastian masa depan.
6. Selft-enforcing agreements merupakan teori yang menjelaskan kontrak tidak
dapat diselengarakan pengadilan. Dalam situasi ini hanya suatu kegiatan
hanya dapat dilaksanakan dengan perjanjian yang berarti mengancam untuk
menghentikan perjanjian. Disini informasi dianggap sempurna dan
17
keseimbangan akan mencapai steady state , dimana penjual selalu memenuhi
janjinya sepanjang waktu dan pembeli dapat memenuhi harapanya.
Dari 6 model masalah kontrak mana diturunkanlah teori mengenai pricipal-
agent. Teori pricipal-agent lebih dikenal sebagai teori yang memisahkan antara peran
pemilik lembaga yang sering disebut principal yang menyerahkan pengelolaan
lembaga terhadap tenaga-tenaga profesional atau orang yang berada dibawah
principal yang disebut agent yang lebih mengerti menjalankan non oprasional
lembaga sehari hari. Teori principal-agent menganalisis susunan kontraktual di antara
dua atau lebih individu, kelompok, atau organisasi. Salah satu pihak (principal)
membuat suatu kontrak, baik secara implisit maupun eksplisit, dengan pihak lain
(agent) dengan harapan bahwa agen akan bertindak/melakukan pekerjaan seperti
yang dinginkan oleh prinsipal (dalam hal ini terjadi pendelegasian wewenang) (Halim
dan Abdulah, 2010). Menurut Furubotn dan Richter (2001) menyatakan pricipal
dapat berupa pemilik dari perusahaan dan agent adalah manajer dari perusahaan
tersebut dan juga principal mungkin seperti yang memberikan pekerjaan dan agent
yang pekerjannya. Hal yang serupa dinyatakan oleh Berle dan Means (1932, dalam
Arifin, 2004) bahwa terpisahnya kepemilikan (ownership) dan manajemen (control)
akan memunculkan masalah karena kepentingan pemilik dan manajer tidak selalu
sejalan, permasalahan yang muncul karena seorang agent (orang yang menerima
tugas atau wewenang) tidak selalu bertindak sesuai dengan keinginan prinsipal (orang
yang memberikan tugas atau wewenang) dikenal dengan nama masalah principal-
agent.
Masalah principle-agent disebabkan oleh informasi tidak sempurna diantara
principal dan agent, sehingga salah satu pihak memiliki informasi yang lebih
sempurna dari yang lain. Informasi asimetrik adalah kondisi yang menunjukkan
sebagian investor mempunyai informasi dan yang lainnya tidak memilikinya
(Jogianto dalam Muhamad, 2010). Menurut Furubotn dan Richter (2001), informasi
tidak sempurna merupakan asumsi dasar dari pendekatan principal-agent dimana,
18
agent menikmati kelebihan informasi dari principal. Mishkin dalam Qurrata (2010)
mengungkapkan informasi tidak sempurna terjadi karena salah satu pihak lebih
mengetahui kelengkapan informasi dibandingkan pihak lain, sehingga pihak yang
tidak mengetahui informasi tersebut kesulitan untuk menentukan keputusan yang
tepat dibandingkan pihak yang memiliki informasi lebih lengkap.
Jika teori principal-agent diaplikasi pada pembiayaan pihak debitur sebagai
agent, pasti agent/debitur memiliki informasi yang lebih sempurna dibanding pihak
principal yaitu pihak LPD. Apabila dalam kontrak awal informasi yang disampaikan
pada dewan pengawas dan LPD tidak sempurna, maka tidak dapat dipungkiri lagi
principal-agent problem di antara pihak LPD dan debitur akan terjadi.
Informasi Tidak Sempurna
Principal-agent model memiliki masalah utama berupa informasi tidak
sempurna atau asymetric information, kelebihan informasi yang dimiliki oleh salah
satau pihak akan merugikan pihak lainya. Informasi yang tidak sempurna akan
membuahkan kondisi yang disebut dengan moral hazard dan adverse selection. Petrie
(2002, dalam Halim dan Abdulah,2010) mendefinisikan moral hazard dan adverse
selection sebagai berikut:
Moral hazard refers to the tendency of an agent, after the contract is entered
into, to shirk or otherwise not fully seek to promote the principal’s interests. Adverse
selection refers to the inability of a principal to determine, before the contract is
entered into, which among several possible agents is most likely to promote the
principal’s interests; and, given this imperfect information, the tendency for
candidates with less than average motivation or qualifications to apply.
Adverse Selection
Adverse selection adalah masalah yang terjadi karena informasi tidak
sempurna. Menurut Furubotn dan Richter (2001) dalam principal-agent dengan
19
model adverse selection, terjadi masalah dimana principal tidak mengetahui kualitas
dari agent sebelum kontrak disetujui. Principal tidak dapat mengobservasi fungsi
biaya dari tiap agent dan juga principal tidak tidak mengetahui agen masuk pada tipe
yang mana, namun disisi lain agent mengetahui fungsi biaya dari dirinya sendiri
sebelum kontrak disetujui. Selanjutnya Gilardi (2001, dalam Halim dan Abdulah,
2010:3) menyatakan, bahwa:
Adverse selection (or ex-ante opportunism, or hidden information) occurs
whenever the principal cannot be sure that he is selecting the agent that has the most
appropriate skills or preferences and moral hazard (or ex-post opportunism, or
hidden action) occurs whenever the agent’s actions cannot be perfectly monitored by
the principal.
Didalam model Adverse Selection terdapat ungkapan yang disebut mengenai
lemon principal oleh Akerlof ( 1970, dalam Furubotn dan Richer, 2001). Contoh dari
principal lemon adalah pasar mobil bekas, dimana yang baik disebut peaches dan
yang buruk lemons. Penjual sebagai agent lebih mengetahui mengenai informasi
mobil, dimana pembeli sebagai principal tidak bisa membedakan mobil yang baik
atau yang buruk karena mobil baik dan buruk dijual pada harga yang sama. Selain itu,
kebanyakan mobil yang di jual adalah mobil dengan keadaan yang buruk dan mobil
dengan keadaan baik tidak akan dijual secara keseluruhan. Jika diaplikasikan dalam
pemberian kredit di LPD, maka pihak LPD yang memberikan kredit pada debitur
tidak mengetahui informasi secara sempurna mengenai debitur. Debitur umumnya
akan memperlihatkan kondisi yang dapat membuat pihak LPD mempercayakan
kreditnya kepada pihak debitur.
Moral Hazard
Miller dalam principal agent theory notes (2005, dalam Qurrata, 2010)
mengemukakan bahwa agent melakukan tindakan yang sangat beresiko karena ingin
meningkatkan profitabilitas, namun principal tidak dapat meninjau perilaku agent
tersebut. Dalam hal ini terdapat dua perilaku yang dapat dikatakan sebagai perilaku
20
yang menyimpang dan menjadi moral hazard. Perilaku pertama agent akan
menggunakan yang seharusnya untuk modal usaha, dana tersebut untuk kepentingan
pribadinya seperti untuk berjudi, daripada untuk usaha.
Perilaku kedua Agent ingin meningkatkan profitabilitas sehingga ia memilih
usaha yang resikonya lebih besar dari yang seharusnya atau pihak agent berusaha
untuk memaksimumkan profit usahanya dengan memperbesar pengeluaran. Karena
modal seluruhnya berasal dari lender maka ia akan memaksimumkan kapasitas
usahanya untuk mendapatkan pendapatan yang lebih besar. Sehingga apabila
usahanya gagal, maka ia tidak akan dapat mengembalikan dana yang telah ia pinjam.
Kedua perilaku tersebut menyimpang dari perjanjian transaksi sehingga dikatakan
sebagai perilaku moral hazard.
21
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kabupaten Gianyar, tepatnya di LPD
Desa Pakraman Manuaba, Kecamatan Tegalalang. Penelitian ini dialakukan di Desa
Manuaba karena di LPD Desa Manuaba telah dilakukan undian berhadiah tiap
tahunnya. Dimana hal tersebut merupakan fokus utama dalam penelitian ini.
3.2 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini diarahkan menggunakan pendekatan analisis kualitatif dan
kuantitatif untuk menangkap masalah yang ada dilapangan. Peneliti kualitatif
merupakan penelitian yang berusaha menjangkau berbagai aspek dari dunia sosial
yang membentuk suatu objek amatan yang sulit ditangkap melalui pengukuran yang
presisif atau diekspresikan dalam angka, dengan demikian, penelitian kualitatif lebih
bersifat transendental, termasuk di dalamnya memiliki tujuan menghilangkan
keyakinan palsu yang terbentuk pada sebuah objek kajian ( Somantri, 2005).
Sedangkan analisis kuantitatif adalah metode analisis data yang dilakukan dengan
cara mengklasifikasikan, membandingkan dan menghitung angka dengan rumus
relevan, dalam analisis kuantitatif pada penelitian ini menggunakan alat uji Man -
Whitney. Peneltian kualitatif memiliki beberapa macam jenis, antara lain biografi,
fenomenologi, grounded theory, etnografi, studi kasus. Menurut Afriani ( 2009)
menyatakan terdapat 5 jenis penelitian, yaitu:
1. Biografi
Penelitian biografi adalah studi tentang individu dan pengalamannya yang
dituliskan kembali dengan mengumpulkan dokumen dan arsip-arsip. Tujuan
penelitian ini adalah mengungkap turning point moment atau epipani yaitu
pengalaman menarik yang sangat mempengaruhi atau mengubah hidup
22
seseorang. Peneliti menginterpretasi subjek seperti subjek tersebut
memposisikan dirinya sendiri.
2. Fenomenologi
Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkap makna
konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi
pada beberapa individu. Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami,
sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang
dikaji. Pendekatan fenomenologi yaitu menunda semua penilaian tentang
sikap yang alami sampai ditemukan dasar tertentu. Penundaan ini biasa
disebut epoche (jangka waktu). Konsep epoche adalah membedakan wilayah
data (subjek) dengan interpretasi peneliti. Konsep epoche menjadi pusat
dimana peneliti menyusun dan mengelompokkan dugaan awal tentang
fenomena untuk mengerti tentang apa yang dikatakan oleh responden.
3. Grounded theory
Walaupun suatu studi pendekatan menekankan arti dari suatu pengalaman
untuk sejumlah individu, tujuan pendekatan grounded theory adalah untuk
menghasilkan atau menemukan suatu teori yang berhubungan dengan situasi
tertentu . Situasi di mana individu saling berhubungan, bertindak, atau terlibat
dalam suatu proses sebagai respon terhadap suatu peristiwa. Inti dari
pendekatan grounded theory adalah pengembangan suatu teori yang
berhubungan erat kepada konteks peristiwa dipelajari.
4. Etnografi
Etnografi adalah uraian dan penafsiran suatu budaya atau sistem kelompok
sosial. Peneliti menguji kelompok tersebut dan mempelajari pola perilaku,
kebiasaan, dan cara hidup. Etnografi adalah sebuah proses dan hasil dari
sebuah penelitian. Sebagai proses, etnografi melibatkan pengamatan yang
cukup panjang terhadap suatu kelompok, dimana dalam pengamatan tersebut
peneliti terlibat dalam keseharian hidup responden atau melalui wawancara
23
satu per satu dengan anggota kelompok tersebut. Peneliti mempelajari arti
atau makna dari setiap perilaku, bahasa, dan interaksi dalam kelompok.
5. Studi kasus
Penelitian studi kasus adalah studi yang mengeksplorasi suatu masalah
dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam, dan
menyertakan berbagai sumber informasi. Penelitian ini dibatasi oleh waktu
dan tempat, dan kasus yang dipelajari berupa program, peristiwa, aktivitas,
atau individu.
Dari 5 jenis penelitian diatas maka penelitian ini menggunakan pendekatan
fenomenologi karena dapat membantu peneliti dalam melakukan pengamatan,
imajinasi, berpikir secara abstrak, serta dapat merasakan atau menghayati fenomena
di lapangan penelitian, dimana dalam konteks ini adalah gambaran mengenai
fenomena ada atau tidaknya persoalan dalam Principal Agent Theory antara debitur
dengan dewan pengawas dan LPD.
3.3. Unit Analisis
Penelitian ini menggunakan unit analisis yang berfokus pada persoalan
penelitian sehingga tidak mengutamakan tempat. Dalam pengkajiannya, informan
yang dibutuhkan adalah informan kunci. Informan kunci dalam penelitian ini Ketua
pengawas LPD, Ketua LPD, bendesa adat dan debitur LPD untuk mengetahui
masalah yang menyebabkan terjadinya kasus kredit macet di LPD Desa Adat
Manuaba.
3.4 Teknik Pemilihan Informan
Penelitian ini mencoba menggunakan nonprobability sampling dengan
metode purposive sampling. Non probability sampling adalah pengambilan/penarikan
sampel dalam populasi berdasarkan pertimbangan pribadi (subyektif) atau tidak
memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap elemen atau anggota populasi untuk
24
dipilih menjadi sampel (www.metodepenelitian.lecture.ub.ac.id). Dalam penelitian
ini metode purposive adalah taknik pengambilan sampel yang dilakukan dengan
memilih satuan sampling atas dasar pertimbangan sekelompok pakar atau ahli di
bidang ilmu yang sedang diteliti. Dalam penelitian ini sampling akan diberlakukan
pada informan yang berperan sebagai ketua badan pengawas, ketua LPD dan
beberapa debitur debitur LPD.
3.5. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang langsung didapatkan dari sumber informasi
tersebut, yang didapat dari wawancara dan dokumentasi yang dilakukan sendiri oleh
peneliti dan sumber ataupun informan. Data-data tersebut berupa data naratif,
deskriptif, dalam kata-kata mereka yang diteliti, dokumen pribadi, dan catatan
lapangan.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber lain selain
informan. Data tersebut berupa data dokumenter (arsip-arsip yang dimiliki oleh LPD
desa adat manuaba.
3.6. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara,
antara lain:
a. Wawancara
Wawancara dengan metode semi terstruktur diperlukan agar peneliti dapat
leluasa melacak berbagai segi dan arah untuk mendapatkan informasi yang
selengkapnya dan secara mendalam. Dengan demikian, upaya understanding
of understanding dapat terpenuhi secara memadai. Wawancara ini dimulai
dari isyu yang dicakup dalam pedoman wawancara. Pedoman wawancara
25
bukanlah jadwal seperti dalam penelitian kuantitatif. Pertanyaan tidaklah sama
pada tiap partisipan bergantung pada proses dan pedoman wawancara dapat
agak panjang dan rinci walaupun hal itu tidak perlu diikuti secara ketat,
pedoman wawancara berfokus pada subyek area tertentu yang diteliti, tetapi
dapat direvisi setelah wawancara karena ide yang baru muncul belakangan
(Rahcmawati, 2010).
b. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan bagian yang penting dalam kegiatan pengumpulan
data. Sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban atas kekayaan sumber,
dokumentasi dapat digunakan untuk pengujian, penafsiran, atau peramalan.
Dalam hal ini, contoh dokumentasi penelitian berupa foto-foto lapangan.
3 7. Teknik Analisis Data
3 7.1 Analisis Statistik Deskriftif Cross Tabulation
Analisis crosstab adalah suatu metode analisis berbentuk tabel, dimana
menampilkan tabulasi silang atau tabel kontingensi yang digunakan untuk
mengidentifikasi dan mengetahui apakah ada korelasi atau hubungan antara satu
variabel dengan variabel yang lain. Singkatnya, analisis crosstab merupakan metode
untuk mentabulasikan beberapa variabel yang berbeda ke dalam suatu matriks. Tabel
yang dianalisis di sini adalah hubungan antara variabel dalam baris dengan variabel
dalam kolom. Crosstabs (Tabulasi Silang) merupakan metode untuk mentabulasikan
beberapa variabel yang berbeda ke dalam suatu matriks. Hasil tabulasi silang
disajikan ke dalam suatu tabel dengan variabel yang tersusun sebagai kolom dan
baris.
3 7.2. Analisis Kualitatif
Pada penelitian kualitatif, data-data yang telah didapat kemudian
diklarifikasikan ke dalam tabel-tabel. Untuk kemudian dianalisis dengan proses
penalaran secara ilmiah, penuturan, penafsiran, perbandingan dan kemudian
26
penggambaran fenomena-fenomena yang terjadi secara apa adanya, guna dapat
mengambil kesimpulan dan memberikan saran-saran dengan cara menguraikan dalam
kata-kata. Analisis data dalam penelitian kualitatif ini mempunyai beberapa proses,
yaitu :
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Proses pemilihan, penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar
yang tercatat dilapangan. Dengan melakukan reduksi data diharapkan
menghasilkan data yang sesuai, terklasifikasi dengan jelas, tepat guna dan
terorganisir. Reduksi data ini berlangsung selama penelitian dilaksanakan.
2. Penyajian Data (Data Display)
Data yang telah terkumpul dan terklasifikasikan selanjutnya disajikan dalam
tabel maupun kalimat. Kumpulan data tersebut selanjutnya dapat menjadi
informasi yang tersusun dengan baik, sehingga memungkinkan penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan.
3. Penarikan kesimpulan (Verification)
Data yang diperoleh dilapangan, dianalisis dengan beberapa cara untuk
mencapai validitas dan akuratisasi
27
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Motivasi Menabung karena Undian Berhadiah dan Bukan Karena Undian
Berhadiah di LPD Desa Manuaba
LPD Desa Manuaba memiliki dua jenis produk keuangan yang paling diminati
yaitu produk tabungan dan produk kredit. Penelitian ini berusaha menjelaskan apakah
motivasi dari nasabah tabungan dan kredit memilih produk tabungan dan kredit di
LPD Desa Manuaba karena ada undian berhadiah atau tidak. Berdasarkan wawancara
yang dilakukan kepada 15 orang nasabah kredit dan 15 orang nasabah tabungan.
Terdapat 73.3 persen nasabah tabunga menyimpan uangnya di LPD Desa Manuaba
bukan karena ada undian berhadiah, dan sisanya 26.7 persen menabung di LPD Desa
Manuaba karena ada undian berhadiah. Untuk nasabah kredit diketahui bahwa
terdapat 86.7 persen yang memilih produk kredit di LPD Desa Manuaba bukan
karena undian berhadiah dan sisanya sebesar 13.3 persen memilih produk kredit LPD
Desa Manuaba karena ada undian berhadiah. Jika dilihat secara keseluruhan bahwa
hanya 20 persen dari nasabah kredit dan tabungan yang memilih produk tabungan dan
kredit di LPD Desa Manuaba karena ada undian berhadiah. Sisanya sekitar 80 persen
memilih produk tabungan dan kredit bukan karena undian berhadiah. Kebanyakan
orang yang memilih produk LPD bukan karena undian berhadiah namun disebabkan
oleh kemudahan-kemudahan yang tidak dimiliki oleh lembaga keuangan yang lain.
Misalnya syarat pengajuan kredit yang tidak terlalu banyak, kemudahan proses
analisa kredit. Untuk nasabah tabungan yang menabung di LPD bukan karena undian
berhadiah disebabkan karena kemudahan jarak yang dekat dari rumah dan proses
yang tidak ribet seperti di Bank dan tidak perlu antre dan tingkat kepercayaan
terhadap LPD Desa Adat Manuaba masih relatif baik. Berikut lebih jelas hal diatas
dijelaskan pada tabel 4.1 dibawah ini.
28
Tabel. 4.1 Motivasi Menabung atau Meminjam Kredit di LPD Desa Manuaba
Tahun 2016
Jenis_nasabah * Motivitasi_menabung_Atau_Meminjam Crosstabulation
% within Jenis_nasabah
Motivitasi_menabung_Atau_Memin
jam
Total
Motivasi bukan
karena ada
undian
berhadiah
Motivasi karena
ada undian
berhadiah
Jenis_nasabah Nasabah Tabungan 73.3% 26.7% 100.0%
Nasabah Kredti 86.7% 13.3% 100.0%
Total 80.0% 20.0% 100.0%
Sumber: Data diolah (2016)
4.2 Tingkat Kepuasan Nasabah atas Proses Undian Berhadiah di LPD Desa
Manuaba
Perlu diketahui mengenai tingkat kepuasan nasabah kredit dan tabungan atas
proses undian berhadiah di LPD Desa Manuaba. Berdasarkan penelitian dilapangan
diketahui bahwa nasabah kredit dan tabungan seluruhnya tidak puas atas proses
undian berhadiah tersebut, dimana 100 persen nasabah kredit dan tabungan
menyatakan tidak puas atas proses undian berhadiah di LPD Desa Manuaba. Hal ini
terjadi karena sering kali terjadi bahwa undian dimenangkan oleh keluarga dari
karyawan yang bekerja di LPD atau karyawan LPD Desa Manuaba. Nasabah kredit
dan tabungan berpendapat proses tidak berjalan dengan adil dan informasi mengenai
proses undian tidak diektahui dengan baik oleh nasabah. Ini berarti berdasarkan teori
kelembagaan terjadi masalah hidden information dalam proses pelaksanaan undian,
sehingga terdapat peluang terjadinya proses kecurangan dalam proses undian.
Selanjutnya, disini terjadi masalah kontrak yang tidak sempurna, sehingga
29
menyebabkan terjadi masalah berupa karyawan LPD atau keluarga karyawan
memenangkan undian. Kontrak mengenai proses pelaksanaan undian berarti masih
kurang sempurna, karena seharusnya di dalam kontrak undian yang sempurna
sebaikanya keluarga karyawan dan karyawan tidak boleh masuk sebagai nominasi
perserta undian berhadiah di LPD Desa Manuaba. Jadi ketidakpuasan nasabah atas
proses undian berhadiah disebabkan karena kontrak yang tidak sempurna dan
terjadinya masalah hidden information. Berikut pada tabel 4.2 disajikan data pengenai
tingkat kepuasan nasabah kredit dan tabungan atas proses pelaksanaan undian
berhadiah di LPD Manuaba tahun 2016.
Tabel. 4.2 Tingkat Kepuasan Nasabah kredit dan Tabungan atas Proses
Pelaksanaan Undian Berhadiah di LPD Desa Manuaba Tahun 2016
Jenis_nasabah *
Tingkat_Kepuasan_dalam_proses_pelaksanaan_undian
Crosstabulation
% within Jenis_nasabah
Tingkat_Kepuas
an_dalam_prose
s_pelaksanaan_
undian
Total Tidak Puas
Jenis_nasabah Nasabah Tabungan 100.0% 100.0%
Nasabah Kredti 100.0% 100.0%
Total 100.0% 100.0%
Sumber: Data diolah (2016)
30
4.3 Pendapat Nasabah Kredit dan Tabungan atas dilakukannya Undian
Berhadiah di Masa yang Akan Datang
Berdasarkan penjelasan pada tingkat kepuasan mengenai proses pelaksanaan
undian berhadiah, maka perlu juga diketahui mengenai pendapat nasabah kredit dan
tabungan atas dilakukannya undian berhadiah di masa yang akan dating. Berdasarkan
survey lapangan yang diketahui bahwa terdapat 73.3% nasabah tabungan yang tidak
setuju dilakukannya undian berhadiah dimasa yang akan dating, dan 26.7 persen
nasabah tabungan yang setuju dilakukannya undian berhadiah di masa yang akan
dating. Untuk nasabah kredit yang setuju dilakukanya undian berhadiah di masa yang
akan dating adalah 20 persen dan yang tidak setuju dilakukannya undian berhadiah di
masa yang akan datang adalah 80 persen. Jika dijumlahkan maka terdapat 76.7
persen nasabah tabungan dan kredit yang tidak setuju dilakukannya undian berhadiah
di masa yang akan datang, selanjutnya terdapat 23.3 persen nasabah tabungan dan
kredit untuk dilakukannya undian berhadiah di masa yang akan datang. Walaupun
terdapat 100 persen nasabah tabungan dan kredit yang merasa tidak puas, namun
masih terdapat nasabah yang menginginkan dilakukannya undian berhadiah walapun
jumlahnya sedikit. Nasabah tabungan dan kredit yang menginginkan undian
berhadiah yang akan dilakukan di masa yang akan datang dengan syarat membuat
prsoses pengundiang lebih terbuka dan keluarga karyawan dan laryawan tidak boleh
mengikuti undian berhadiah.
Ini berarti nasabah menginginkan terjadinya perubahan kontrak agar kontrak
lebih sempurna sehingga tidak menimbulka kecurigaaan. Pelaksanaan undian
berhadiah dianggap cacat oleh pihak nasabah tabungan dan nasabah kredit karena
kontrak tidak dibuat sempurna. Pada ekonomi kelembagaan kontrak yang sempurna
adalah kontrak yang menyebabkan keuntungan dari dari principle dalam hal ini
nasabah tabungan dan nasabah kredit tidak berkurang. Sehingga sebelum dilakukan
undian sebaiknya pihak LPD dengan warga harus membuat suatu kontrak bersama
yang harus dipatuhi misalnya seperti pegawai LPD berserta keluarga tidak boleh
31
sebagai perseta undian. Ini penting dilakukan untuk membuat kontrak yang sempurna
untuk meningkatkan kepuasan dan meningkatkan kepercayaan principle (nasabah
kredit dan tabungan) kepada agent (LPD Manuaba). Kontrak yang dimaksud adalah
aturan main yang lebih sempurna. Aturan main dalam proses pengundian harus dibuat
sebaik mungkin sehingga menyebabkan principle menjadi lebih baik. Berikut tabel
4.3 adalah disajikan pendapat nasabah kredit dan tabungan tentang pelaksanaan
undian berhadiah pada masa yang akan datang di LPD Mabuaba tahun 2016.
Tabel. 4.3 Pendapat Nasabah kredit dan Tabungan Pelaksanaan Undian
Berhadiah pada masa yang akan datang di LPD Desa Manuaba Tahun 2016
Jenis_nasabah * Setuju_Atau_tidak_Untuk_dilakukannya_UndianBerhadiah
Crosstabulation
% within Jenis_nasabah
Setuju_Atau_tidak_Untuk_dilakuka
nnya_UndianBerhadiah
Total Tidak Setuju Setuju
Jenis_nasabah Nasabah Tabungan 73.3% 26.7% 100.0%
Nasabah Kredti 80.0% 20.0% 100.0%
Total 76.7% 23.3% 100.0%
Sumber: Data diolah (2016)
32
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas maka peneliti memiliki kesimpulan sebagai
berikut ini.
1. Berdasarkan wawancara diketahui bahwa 20 persen dari nasabah kredit dan
tabungan yang memilih produk tabungan dan kredit di LPD Desa Manuaba
karena ada undian berhadiah. Sisanya sekitar 80 persen memilih produk
tabungan dan kredit bukan karena undian berhadiah. Kebanyakan orang yang
memilih produk LPD bukan karena undian berhadiah namun disebabkan oleh
kemudahan-kemudahan yang tidak dimiliki oleh lembaga keuangan yang lain.
Misalnya syarat pengajuan kredit yang tidak terlalu banyak, kemudahan
proses analisa kredit.
2. Terjadi ketidakpuasan atas kegiatan pengudian berhadiah karena terjadi
masalah hidden information karen kontrak tidak sempurna. Ini menyebabkan
principle ( nasabah tabungan dan kredit LPD Manuaba) tidak puas terhadap
pelaksanaan undian berhadiah yang telah dilakukan.
3. Nasabah tabungan dan kredit yang menginginkan undian berhadiah yang
akan dilakukan di masa yang akan datang dengan syarat membuat prsoses
pengundiang lebih terbuka dan keluarga karyawan dan laryawan tidak boleh
mengikuti undian berhadiah. Ini berarti nasabah menginginkan terjadinya
perubahan kontrak agar kontrak lebih sempurna sehingga tidak menimbulka
kecurigaaan. Pelaksanaan undian berhadiah dianggap cacat oleh pihak
nasabah tabungan dan nasabah kredit karena kontrak tidak dibuat sempurna.
Pada ekonomi kelembagaan kontrak yang sempurna adalah kontrak yang
menyebabkan keuntungan dari dari principle dalam hal ini nasabah tabungan
dan nasabah kredit tidak berkurang. Sehingga sebelum dilakukan undian
sebaiknya pihak LPD dengan warga harus membuat suatu kontrak bersama
33
yang harus dipatuhi misalnya seperti pegawai LPD berserta keluarga tidak
boleh sebagai perseta undian. Ini penting dilakukan untuk membuat kontrak
yang sempurna untuk meningkatkan kepuasan dan meningkatkan kepercayaan
principle (nasabah kredit dan tabungan) kepada agent (LPD Manuaba).
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka peneliti memberikan saran –saran untuk
masalah yang terjadi di LPD Desa Manuaba atas kegiatan undian berhadiah. Berikut
merupakan saran- saran yang diberikan oleh peneliti.
1. Untuk meningkatkan kepuasan dan kepercayaan nasabah tabungan dan kredit
di LPD Desa Manuaba mengenai proses undian berhadiah maka perlu
dilakukannya penyempurnaan kontrak sebelum dilakukan undian berhadiah
dnegan cara musyawarah bersama antara pengelola LPD dan nasabah.
2. Untuk membuat proses undian berjalan dengan baik, maka sebaiknya
dilakukan kerjsama dengan pihak ketiga seperti lembaga terkait agar proses
pengundian berjalan sesuai dengan yang dinginkan.
34
Daftar Pustaka
Anonim. Peraturan Gubernur Bali No. 16 Tahun 2008 Tentang Pengurus dan
Pengawas Internal Lembaga Perkreditan Desa.
Anonim. Undang-Undang RI No.10 Tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang
No. 7 Tahun 1992.
Arsyad, Lincolin. 2005. “Institution Do realy matter : Important Lessons From
Village Credit Institution Of Bali”. Vol.20, no2. Jurnal Ekonomi dan Bisnis.
Arifin, Zaenal. 2004. “Solusi masalah agensi perusahaan publik di indonesia:
pendekatan game-modeling dan pendekatan positif empiris”. Jurnal Siasat
Bisnis. Vol 9.
Afriani, Iyan. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. www.penalaran-
unm.org/index.php.
Firdaus, M. Rachmat. 1994. Teori dan Analisa Kredit. Bandung : PT. Purna Sarana
Lingga Utama.
Furubotn, Eirik G and Richter Rudolf. 2001. Institutions and Economic Theory. USA.
The University Of Michigan Press.
Gunawan, ketut. 2009. Analisis Faktor Kinerja Organisasi Lembaga Perkreditan Desa
di Bali (Suatu Pendekatan Perspektif Balanced Scorecard). Jurnal manajemen
dan kewirausahaan, vol.11: 172-182.
Halim, Abdulah dan Abdulah Syukri. 2010. Hubungan dan Masalah Keagenan di
Pemerintah daerah. Jurnal Akuntansi Pemerintah.
Muhamad. 2010. Penyesuaian Masalah Agensi (Agency Problem) dalam Kontrak
Pembiayaan Mudharabah. www.journal.Uii.ac.id/index.php/Unisia/
article/view/143/107.
Rachmawati, Imami Nur. 2010. Metode Pengumpulan Data Dalam Penelitian
Kualitatif: Wawancara.
Somatri, Gumilar Rusliwa. 2005.”Memahami Metode Kualitatif”. Makara, Sosio
Humaniora. Vol.2 No 2.
Yustika, Ahmad Erani. 2008. Ekonomi Kelembagaan. Malang. Bayumedia
Publising.
35
Wiyda, Tri Kurniasari. 2007. Lembaga Perkreditan Desa (Lpd) Dalam Perspektif
Hukum : Sebuah Lembaga Keuangan Adat Hindu Penggerak Usaha Sektor
Informal Di Bali. Jurnal Masyarakat dan Budaya. Volume 9: 1.
Web:
www. bank indonesia.go.id.20/08/2010.
www.metodepenelitian.lecture.ub.ac
top related