analisis faktor yang mempengaruhi permintaan …
Post on 03-Oct-2021
17 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) DI KOTA MALANG
(STUDI KASUS PADA BANK TABUNGAN NEGARA CABANG MALANG TAHUN 2010-2015)
JURNAL ILMIAH
Disusun oleh :
Achmad Mirza Zubair
125020407111040
JURUSAN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL
Artikel Jurnal dengan judul :
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN KREDIT PEMILIKAN
RUMAH (KPR) DI KOTA MALANG (STUDI KASUS PADA BANK TABUNGAN
NEGARA CABANG MALANG TAHUN 2010-2015)
Yang disusun oleh :
Nama : Achmad Mirza Zubair
NIM : 125020407111040
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : S1 Ilmu Ekonomi
Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang dipertahankan di
depan Dewan Penguji pada tanggal 04 Agustus 2017
Malang, 04 Agustus 2017
Dosen Pembimbing,
Prof. Dr. Ghozali Maski, SE., MS
NIP. 19580927 198601 1 002
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN KREDIT
PEMILIKAN RUMAH (KPR) DI KOTA MALANG
(STUDI KASUS PADA BANK TABUNGAN NEGARA CABANG MALANG TAHUN 2010-2015)
Achmad Mirza Zubair
Ghozali Maski
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Email: achmirza19@gmail.com
ABSTRACT
This study aims to determine the factors that affect the demand for housing loans (KPR). In this research use case
study of State Savings Bank branch of Malang. The results obtained that Loan to Value is the most dominant factor
affecting banks in providing mortgages. In addition, the Income Level becomes the second factor affecting the bank
in providing mortgages while interest rates are also a supporting factor that affects banks in providing mortgages
and Duration does not directly affect the decision of the bank in providing mortgages. By considering these factors,
it is expected that banks can improve the prudential aspects of banks in providing mortgages.
Keywords: Housing Loan, Loan to Value, Revenue, Interest Rate, Term of credit
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi permintaan kredit pemilikan rumah (KPR).
Dalam penelitian ini menggunakan studi kasus Bank Tabungan Negara cabang Malang. Hasil penelitian didapat
bahwa Loan to Value merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi bank dalam memberikan KPR. Selain
itu, Tingkat Pendapatan menjadi faktor kedua yang mempengaruhi bank dalam memberikan KPR sedangkan suku
bunga juga merupakan faktor pendukung yang mempengaruhi bank dalam memberikan KPR dan Jangka waktu
tidak berpengaruh langsung terhadap keputusan bank dalam memberikan KPR. Dengan memperhatikan faktor-
faktor tersebut diharapkan bank dapat meningkatkan aspek kehati-hatian bank dalam memberikan KPR .
Kata kunci: Kredit pemilikan rumah, Loan to Value, Pendapatan, Suku bunga, Jangka watu kredit
A. PENDAHULUAN
Rumah adalah salah satu kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, karena rumah merupakan kebutuhan primer bagi masyarakat pada umumnya. Seiring perkembangan jaman, rumah tidak hanya diartikan sebagai tempat tinggal semata akan tetapi kepemilikan rumah atau tanah dianggap sebagai barang investasi dalam jangka panjang khususnya bagi kalangan masyarakat menengah ke atas yang sering dijadikan sebagai tolak ukur kesejahteraan manusia.
Produk perbankan berupa Kredit Pemilikan Rumah (KPR) sebagai pembiayaan dalam memenuhi kebutuhan
tempat tingggal merupakan wadah pembiayaan masyarakat untuk membeli atau memiliki rumah dengan membayar
secara mengangsur. Namun, pengalaman krisis mengakibatkan perbankan tidak terlalu fokus dalam mengucurkan
kredit tersebut. Tingginya tingkat resiko yang dihadapi perbankan serta pengalaman buruk runtuhnya sektor industry
properti pada saat krisis menyumbangkan kredit macet lebih dari Rp. 100 triliun kepada BPPN (Badan Penyehatan
Perbankan Nasional). Dari luar negeri, krisis yang terjadi di Amerika Serikat tahun 2008 dimana disebabkan
pemberian kredit perumahan kepada debitur tidak kredibel (subprime mortgage) turut memicu kondisi tersebut.
Krisis sub prime mortgage telah menyebabkan gelembung (bubble) harga aset. Beberapa faktor yang berkontribusi
terhadap terjadinya bubble adalah tingginya pertumbuhan kredit dibarengi dengan rendahnya suku bunga. Dalam
mengantisipasi hal ini Bank Sentral Indonesia, BI mengeluarkan kebijakan Loan to Value (LTV). Kebijakan Loan to
Value (LTV) merupakan kebijakan untuk mengatur besarnya jumlah kredit yang dapat diberikan oleh bank terhadap
nilai agunan pada saat awal, yaitu ditetapkan maksimal 70% atau dengan kata lain uang muka sebesar 30% dari
harga jual. Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan aspek prudential bank dalam penyaluran kredit properti.
Di Indonesia secara umum bank dikelompokkan menjadi dua yakni Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat
baik itu konvensional maupun syariah. Bank Umum terdiri atas Bank Umum Persero (BUMN), Bank Umum Swasta
Jan
-09
Jun
-09
No
v-0
9
Ap
r-1
0
Sep
-10
Feb
-11
Jul-
11
Dec
-11
May
-12
Oct
-12
Mar
-13
Au
g-1
3
Jan
-14
Jun
-14
No
v-1
4
Ap
r-1
5
Nasional (BUSN) devisa, Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) non devisa, Bank Pembangunan Daerah, Bank
Campuran dan Bank Asing. Selama beberapa tahun terakhir pertumbuhan kredit investasi Bank Umum di
Indonesia menunjukkan hasil positif, dengan garis trend yang cenderung naik terus. Bank Umum dipilih karena
mencakup berbagai jenis bank yang ada di Indonesia, dengan kegiatan usaha secara konvensional dan atau
berdasarkan prinsip syariah dalam memberikan jasa lalu lintas pembayaran (Peraturan Bank Indonesia No.
9/7/PBI/2007)
Gambar 1.1 Grafik Pertumbuhan Kredit Bank Umum
Kredit Bank Umum
2000000
1500000
1000000
500000
Modal Kerja
Investasi
Konsumsi
0
Sumber : Bank Indonesia, 2016.
Dari grafik 1.1 dapat dilihat bahwa dari ketiga jenis kredit, kredit modal kerja menempati urutan pertama
dalam penyaluran kredit bank umum di Indonesia. Urutan selanjutnya disusul oleh kredit konsumsi dan kredit
investasi. Walaupun jumlah penyaluran kredit konsumsi lebih tinggi dibandingkan kredit investasi, dalam kurun
waktu 5 tahun tingkat pertumbuhan kredit investasi mengalami lonjakan dibandingkan kredit konsumsi. Dimana
selisih jumlah penyaluran semakin kecil antara kredit investasi dan modal kerja dari awal januari 2009 hingga 2015. Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan dalam pemberian kredit diperlukan fokus perhatian terhadap
analisis kredit yakni faktor internal calon debitur yang akan mengajukan kredit untuk menentukan calon debitur
tersebut kredibel atau tidak. Analisis kredit harus benar-benar mencakup latar belakang calon debitur, jaminan yang
diberikan serta faktor-faktor lainnya. Pemberian kredit tanpa menganalisis calon debitur dapat menyebabkan kredit
yang disalurkan mengalami kemacetan sehingga membahayakan kondisi bank. Berdasarkan uraian latar belakang
maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan
Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) Di Kota Malang (Studi Kasus pada Bank Tabungan Negara Kantor
Cabang Malang Tahun 2010-2015)”
Teori Permintaan Kredit Gambar 2.1 Kurva Permintaan Kredit
Sumber : Mankiw, 2012
B. KAJIAN PUSTAKA
Kurva permintaan pinjaman seperti pada gambar 2.1, mempunyai kemiringan negatif, bergerak turun dari
kiri atas ke kanan bawah. Bila tingkat bunga rendah, permintaan pinjaman akan bertambah karena akan semakin
banyak investasi, modal kerja maupun konsumsi dengan asumsi cateris paribus, dan begitu pula sebaliknya. Di sisi
permintaan kredit terjadinya penurunan kredit antara lain dapat disebabkan oleh meningkatnya suku bunga kredit,
melemahnya aktivitas perekonomian, kondisi internal debitur dan faktor non ekonomi lainnya.
Menurut (Joseph E. Stiglitz 2003) dalam buku Globalization And Its Discontents, Sebuah Negara
berkembang akan meminta uang dalam rangka memperbaiki tingkat kemiskinannya. Stiglitz akan memberikan
kredit kepada Negara berkembang yang memiliki struktur makro ekonomi yang kokoh, seperti inflasi rendah,
pengangguran rendah dan perkembangan makro ekonomi tetap naik. Hal ini dapat dikatakan bahwa permintaan
uang analog dengan permintaan kredit. Penyaluran kredit pastinya diberikan kepada individu atau nasabah yang
berusaha keluar dari kotak kemiskinannya. Nasabah yang meminta kredit harus sesuai dengan kebutuhannya.
Namun perbankan tetap harus memilih nasabah sesuai dengan kriteria kredit sehingga mengurangi risiko kredit
macet.
Teori Kuantitas Uang
Teori Keynes membedakan tiga motif motivasi memegang uang yaitu motif transaksi, berjaga-jaga dan spekulasi. Tiga motif inilah yang menyebabkan munculnya permintaan uang yang diberi istilah Liquidity
Preference. Adanya Permintaan uang menurut teori Keynes berlandaskan pada konsepsi bahwa umumnya orang
yang menginginkan dirinya tetap likuid untuk memenuhi tiga motif tersebut. Teory Keynes menekankan adanya
hubungan langsung antara kesediaan orang membayar harga uang tersebut (tingkat bunga) dengan unsur permintaan
akan uang untuk tujuan spekulalsi dalam hal ini permintaan besar apabila tingkat bunga rendah dan permintaan
kecil apabila tingkat bunga tinggi (Boediono 2011).
Kemajuan teori kuantitas modern menganggap bahwa permintaan uang sama halnya dengan permintaan
untuk kekayaan finansial ataupun fisik lainnya. Dalam teori menjelaskan pemilihan kekayaan yang dipegang
ditentukan oleh karakteristik masing-masing, termasuk didalamnya hasil yang dapat berkaitan dengan kendala
terbatasi kekayaan yang dimiliki. Menurut friedman uang dapat dianggap sebagai salah satu dari lima cara
pemegang kekayaan yaitu uang, obligasi, saham, barang-barang fisik dan kekayaan humani. Masing-masing
mempunyai karakterisitk yang berbeda dan menawarkan hasil yang berbeda disetiap resikonya (Boediono, 2011).
Secara singkat permintaan uang Friedman dapat dituliskan sebagai berikut:
𝑀=𝑓( 𝑃,𝑟 ,𝑌𝑝,𝑢)
Dimana P adalah harga barang r adalah tingkat bunga
Yp adalah permanent income
U adalah faktor preferensi
Kredit Pemilikan Rumah
Selama ini dikenal berbagai macam kredit, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Namun penelitian hanya menganalisis kredit perumahan maka terlebih dahulu ditinjau beberapa pustaka terkait dengan kredit
perumahan. Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 4 tahun 1992 tentang perumahan dan pemukiman,
rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga, adapun
perumahan didefinisikan sebagai kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan hunian yang dilengkapi
dengan sarana dan prasarana lingkungan.
Kredit perumahan atau yang biasa disebut dengan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) tergolong ke dalam
kredit konsumtif. Berdasarkan segmentasi pasarnya, secara umum produk kredit perumahan digolongkan menjadi 3
(tiga) antara lain KPR dan KPA (Kredit Pemilikan Apartemen) di atas 70m² , KPR dan KPA di bawah 70m² , dan
fasilitas KPR untuk kepemilikan ruko atau rukan. Proses pemilikan tempat tinggal/rumah melalui kredit pemilikan
rumah (KPR) tentunya berkaitan dengan industri di bidang property, dan saat ini semakin maraknya industri bidang
properti tidak terlepas dari dukungan pembiayaan dari lembaga perbankan dalam bentuk kredit property
(Simanungkalit, 2002).
Berdasarkan definisi Bank Indonesia, kredit property merupakan semua pembiayaan dari perbankan untuk
bidang usaha yang kegiatannya berkaitan dengan pengadaan tanah, bangunan, dan fasilitasnya untuk dijual atau
disewakan. Kredit properti ini diberikan dalam bentuk kredit investasi, kredit modal kerja maupun kredit konsumsi.
Dilihat dari komposisinya, kredit properti terdiri dari tiga jenis kredit, yaitu kredit kontruksi, real estate serta kredit
pemilikan rumah (KPR). Ketiga jenis kredit tersebut berbeda peruntukkan dan segmen pasarnya. Kredit kontruksi
umumnya diberikan kepada para pengusaha atau kontraktor untuk membangun perkantoran, mal, ruko, dan pusa t
bisnis lainnya. Kredit real estate diberikan kepada para pengembang untuk membangun kompleks perumahan kelas
atas. Sedangkan kredit KPR diberikan kepada perorangan yang akan membeli atau memilik rumah pribadi
(www.bi.go.id ).
Hipotesis
Berdasarkan kerangka pikir serta rumusan masalah dalam penelitian ini, maka disusunlah hipotesis sebagai berikut :
- Diduga bahwa Jangka waktu kredit berhubungan negatif dan berpengaruh tidak signifikan terhadap
permintaan kredit pemilikan rumah (KPR) di kota Malang.
- Diduga bahwa Pendapatan, Suku bunga dan Loan to value berhubungan Positif dan berpengaruh
signifikan terhadap permintaan kredit pemilikan rumah (KPR) di kota Malang.
Pendekatan Penelitian
C. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai
metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi dan sampel
tertentu. Analisis data kuantitatif bertujuan untuk menguji hipotesis yang ditetapkan (Sugiyono, 2011). Jenis data
adalah data sekunder, karena data yang diperoleh untuk penelitian ini secara tidak langsung atau dari perantara pihak
lain. Waktu penelitian dimulai dari bulan Januari 2010 sampai dengan bulan Oktober 2015. Dimana pada periode itu
permintaan kredit semakin naik dari tahun ke tahun, hingga akhirnya Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan Loan
to Value tahun 2012 untuk mencegah terjadinya property bubble seperti kejadian di AS hingga akhirnya terjadi krisis keuangan efek kredit properti yang gagal bayar.
Penentuan Populasi dan Sampel Penelitian
Tipe data yang digunakan dalam penelitian adalah time series. Data Time series sering disebut juga data runtut waktu yaitu merupakan rangkaian observasi pada suatu nilai yang layak diambil pada waktu berbeda-beda
(Gujarati, 2012). Data time series yang dipilih dalam penelitian adalah perbulan. Sehingga populasi penelitian dari
waktu dibentuknya Kredit Pemilikan Rumah Bank Tabungan Negara sejak tahun 1976 sampai tahun 2015. Sampel
penelitian dipilih dengan teknik purposive sampling, dimana penentuan sampel dilakukan dengan cara dipilih
berdasarkan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2011). Dalam hal ini ketentuan sampel yaitu periode disaat sebelum
adanya kebijakan Loan to Value yang mengatur dalam pengambilan Kredit Pemilikan Rumah dengan periode
sesudah kebijakan Loan to Value ditetapkan. Yaitu periode tahun 2010 hingga tahun 2015.
Definisi Operasinal Variabel
Kredit pemilikan rumah (Y) Sejumlah dana yang dipinjam masyarakat dari pihak bank dengan tujuan konsumsi. Besarnya posisi
nominal (outstanding) seluruh kredit pemilikan rumah yang telah disalurkan dalam satuan Rupiah. Untuk
mendapatkan posisi outstanding kredit riil diperoleh dari total outstanding kredit yang terdapat dalam laporan
keuangan Bank BTN. Sumber data didapatkan dari publikasi Bank Tabungan Negara laporan triwulan. Dinyatakan
dalam satuan rupiah
Pendapatan (X1)
Besarnya penerimaan calon debitur yang dihasilkan setiap individu dalam setiap bulan yang diukur dalam
satuan rupiah.
Tingkat Suku Bunga Obligasi Pemerintah (SBI)
Suku bunga dasar ialah suku bunga yang menjadi acuan awal dalam memberikan kredit kepemilikan rumah
yang disetujui Bank Indonesia. Biasanya pihak bank akan menentukan suku bunga baru untuk t ipe kredit pemilikan
rumah yang berbeda-beda. Sumber data suku bunga Kredit Pemilikan Rumah di dapat dari publikasi Bank BTN dari
berbagai edisi triwulan. Dinyatakan dalam persen.
Kebijakan Loan to Value (X3)
Kebijakan pembatasan pengambilan kredit konsumsi sektor Kredit Pemilikan Rumah yang diterapkan Bank
Indonesia sejak tahun 2012. Penetapan kebijakan LTV merupakan hal positif dalam rangka antisipasi property
bubble yang tinggi. Dalam penelitian ini, kebijakan Loan to Value berfungsi sebagai variabel dummy, dimana
periode sebelum kebijakan bulan Januari 2010 hingga bulan Desember 2011 bernilai nol (0) dan sesudah penetapan
kebijakan pada bulan Januari 2012 hingga bulan Oktober 2015 bernilai satu (1).
Jangka waktu kredit (X4)
Jangka waktu yang diperlukan calon debitur dalam mengembalikan dana pinjaman beserta bunga diukur
dengan satuan bulan.
Metode dan Tahapan Analisis Data
Analisis ekonometrika dalam penelitian menggunakan analisis regresi dengan penerapan model persamaan simultan. Dikarenakan variabel yang diteliti saling berkaitan satu sama lain yang menggambarkan saling bergantung
antar variabel. Analisis persamaan simultan merupakan persamaan dimana variabel tak bebas dalam satu atau lebih
persamaan juga merupakan variabel bebas di dalam persamaan lainnya. Maka, sebuah variabel memiliki dua
peranan sekaligus sebagai variabel bebas dan variabel tak bebas (Gujarati, 2012). Artinya variabel permintaan KPR
sebagai variabel dependen bisa menjadi variabel independen yang mempengaruhi. Dalam analisis ini dilakukan
dengan bantuan program Eviews.
Model Penelitian Permintaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) pada Bank Tabungan Negara di kota Malang dipengaruhi oleh
variabel bebas (independent variable) yang terdiri dari Pendapatan , Suku Bunga Kredit, Loan to Value dan jangka
waktu kredit. Metode analisis yang akan digunakan untuk menganalisis pemintaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
pada Bank Tabungan Negara di kota Malang dengan menggunakan model analisis inferensial, yaitu analisis regresi
berganda yang dinyatakan dalam bentuk fungsi sebagai berikut:
Dimana :
Y = Jumlah Permintaan Kredit Pemilikan Rumah
β0 = Konstanta
β1 , β2 , β3 , β4 = Parameter yang akan di estimasi
X1 = Pendapatan
X2 = Suku Bunga Kredit
X3 = Loan to Value
X4 = Jangka waktu kredit
μ = Error term
Uji Penyimpangan Asumsi Klasik Uji Multikoliniearitas
Dikemukakan pertama kali oleh Ragner Frish dalam bukunya ‟‟Statistical Confluence Analysis by Means of Complete Regression Systems‟‟. Frish menyatakan bahwa multikololinier adalah adanya lebih dari satu
hubungan linier yang sempurna. Uji Multikolinieritas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel
independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu model. Kemiripan antar variabel
independen dalam suatu model akan menyebabkan terjadinya korelasi yang sangat kuat antara suatu variabel
independen dengan variabel independen yang lain. Deteksi multikolinieritas pada suatu model dapat dilihat dari
beberapa hal, yaitu jika Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan jika Tolerance tidak kurang dari 0,1,
maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolinearitas.
Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas untuk menunjukkan nilai varian (Y – Y) antar nilai Y tidaklah sama atau hetero. Hal demikian sering terjadi pada data yang bersifat cross section, yaitu data yang dihasilkan pada suatu waktu dengan
responden yang banyak. Heterokedastisitas menguji terjadinya perbedaan variance residual suatu periode
pengamatan ke periode pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki
persamaan variance residual suatu periode pengamatan dengan periode pengamatan yang lain sehingga dapat
dikatakan model tersebut homokesdatisitas dan tidak terjadi heterokedastisitas. Cara memprediksi ada tidaknya
homokesdatisitas pada suatu model dapat dilihat dari pola gambar Scatterplot model tersebut, analisisnya dapat
dilihat jika:
a. Titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0.
b. Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja.
c. Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan
melebar kembali.
d. Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola
Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel dependen, variabel independen ataupun keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Jika tidak normal, maka uji statistik menjadi
tidak valid atau bias terutama untuk sampel kecil. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau
mendekati normal. Untuk menguji normalitas data ini menggunakan metode analisis grafik dan melihat norma
probability plot.
Autokorelasi
Autokorelasi dikenalkan oleh Maurice G. Kendall dan William R. Buckland. Autokorelasi merupakan korelasi antar anggota observasi yang disusun menurut aturan waktu. Autokorelasi umumnya terjadi pada data time
series. Hal ini karena observasi-observasi pada data timeserie mengukuti urutan alamiah antarwaktu sehingga
observasi-observasi secara berturut-turut mengandung interkorelasi, khususnya jika rentang waktu diantara
observasi yang berurutan adalah rentang waktu yang pendek, seperti hari, minggi atau bulan (Gujarati, 2012).
Menguji autokorelasi dalam suatu model bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara variabel
penganggu (et) pada periode tertentu dengan variabel penganggu periode sebelumnya (et-1). Cara mudah
mendeteksi autokerelasi dapat dilakukan dengan uji Durbin Watson.
Uji Hipotesis
Uji Hipotesis Parameter Individual (Uji t)
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel independen secara sendiri-sendiri mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Dengan kata lain, untuk mengetahui apakah
masing-masing variabel independen dapat menjelaskan perubahan yang terjadi pada variabel dependen secara nyata.
Untuk mengkaji pengaruh variabel independen terhadap dependen secara individu dapat dilihat hipotesis berikut: H0
: ß1 = 0 tidak berpengaruh, H1 : ß1 > 0 berpengaruh positif, H1 : ß1 < 0 berpengaruh negatif. Dimana ß1 adalah
koefisien variabel independen ke-1 yaitu nilaiparameter hipotesis. Biasanya nilai ß dianggap nol, artinya tidak ada
pengaruh variable X1 terhadap Y. Bila thitung > ttabel maka Ho diterima (signifikan) dan jika thitung < ttabel Ho
diterima (tidak signifikan). Uji t digunakan untuk membuat keputusan apakah hipotesis terbukti atau tidak, dimana
tingkat signifikan yang digunakan yaitu 5%.
Uji Hipotesis Koefisien Determinasi (R-square)
Koefisien Determinan (R2) pada intinya mengukur kebenaran model analisis regresi. Dimana analisisnya adalah apabila nilai R2 mendekati angka 1, maka variabel independen semakin mendekati hubungan dengan
variabel dependen sehingga dapat dikatakan bahwa penggunaan model tersebut dapat dibenarkan. Model yang baik
adalah model yang meminimumkan residual berarti variasi variabel independen dapat menerangkan variabel
dependennya dengan α sebesar diatas 0,75 (Gujarati, 2004), sehingga diperoleh korelasi yang tinggi antara variabel
dependen dan variabel independen. Akan tetapi ada kalanya dalam penggunaan koefisisen determinasi terjadi bias
terhadap satu variabel indipenden yang dimasukkan dalam model. Setiap tambahan satu variabel indipenden akan
menyebabkan peningkatan R2, tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara siginifikan terhadap varibel
dependen (memiliki nilai t yang signifikan).
Uji Hipotesis Simultan (Uji F)
Uji ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara signifikan terhadap variabel dependen. Dimana jika Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima atau variabel independen secara bersama-sama tidak
memiliki pengaruh terhadap variabel dependen (tidak signifikan) dengan kata lain perubahan yang terjadi pada
variabel terikat tidak dapat dijelaskan oleh perubahan variabel independen, dimana tingkat signifikansi yang
digunakan yaitu 5%.
Gambaran Umum Obyek D. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Undang–Undang Perbankan No 10 Tahun 1998 menyatakan Bank adalah badan usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak. Kredit yang diberikan atau disalurkan
pada masyarakat menempati porsi aset yang yang terbesar disetiap masyarakat. Sebagai masyarakat yang
membutuhkan dana untuk mencukupi kebutuhannya maka muncul permintaan kredit. Dan Pihak Bank yang
memiliki kelebihan dana maka akan menyalurkan kredit dalam bentuk penawaran kredit.
Menurut publikasi Laporan Tahunan Bank Tabungan Negara, tercatat bahwa Bank Tabungan Negara masih
dominan dalam penguasaan pasar pembiayaan perumahan nasional, dengan memberikan pembiayaan KPR sebesar
Rp124,93 triliun, atau sebesar 89,90% dari total pembiayaan yang dikeluarkan bank BTN. Penguasaan bisnis
perumahan mencapai 30,6% ditahun 2015 dan terbesar di antara Perbankan Nasional. Bank BTN memiliki
relationships yang kuat dengan para stakeholders bisnis perumahan yang memungkinkan Bank BTN menjadi
integrator sisi supply dan sisi demand bisnis perumahan. Pada sisi supply Bank BTN telah menjalin kerjasama
dengan lebih dari 3.000 pengembang perumahan seluruh Indonesia untuk membiayai lebih dari 600.000 unit KPR di
tahun 2015. Sedangkan dari sisi demand, Bank BTN aktif menyelenggarakan pameran perumahan yang merupakan
rangkaian dari startegis korporasi menjaring masyarakat membeli rumah dengan KPR sekaligus sebagi pemenuhan
program Sejuta Rumah.
Bank Tabungan Negara terus melakukan terobosan untuk meningkatkan penyaluran kreditnya di sektor
perumahan. Bank BTN yang diberikan peran sentral dalam melaksanakan program perumahan nasional yang
diperuntukanbagi masyarakat telah mengembangkan pelayanan dan mendirikan outlet-outlet tersebar diberbagai
pelosok untuk memberikan kemudahan bagi nasabah menganbil kredit. BTN mempunyai komitmen meningkatkan
pembiayaan perumahan kelas menengah atas non subsidi, yang saat ini telah mencapai 57% dari total KPR yang
disalurkan perseroan. Bank BTN dalam meningkatkan penyaluran KPR dengan menyelenggarakan Indonesia
Property Expo 2015 dan hasilnya potensi penambahan kredit baru realisasi selama pameran lebih dari Rp 1,4
Triliun. Selain itu, Bank BTN meluncurkan portal online yang dapat digunakan konsumen untuk membeli rumah baru atau rumah second sekaligus mengajukan KPR.(Gold Bank, 2015) Perkembangan permintaan KPR sejak tahun
2011 hingga tahun 2015 dapat dilihat pada Gambar 4.1 sebagai berikut :
Gambar 4.1 : Grafik Perkembangan Produk Kredit 2011-2015
Sumber : Laporan Tahunan Bank BTN (2015)
Menurut hasil monitoring Bank Indonesia, pertumbuhan kredit pembiayaan konsumsi yaitu properti terus
mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Hal tersebut berpotensi meningkatkan risiko bagi perbankan pada kredit
macetnya dengan pertimbangan kejadian di Amerika Serikat yang berakibat krisis keuangan global. Sehingga Bank
Indonesia mulai menjalankan penetapan kebijakan Loan to Value sejak akhir tahun 2012. Rasio Loan to Value
sendiri ialah angka rasio antara nilai kredit yang diberikan terhadap nilai agunan pada awal pemberian kredit. Dalam
aturan Loan to Value Bank Indonesia menggunakan acuan luas rumah untuk menentukan penggolongan rumah KPR
yang diambil.
Hasil Analisis Data
Hasil Uji Penyimpangan Asumsi Klasik
Uji Asumsi Mulikolinearitas
Tabel 4.3 : Hasil Uji Multikolinearitas
LN _Jangka Waktu
IR_SBI LN_Pendapatan Loan to Value
LN _Jangka 1.000000 0.009197 0.019385 0.138315
IR_SBI 0.009197 1.000000 -0.219002 -0.410808
LN_Pendapatan 0.019385 -0.219002 1.000000 -0.150854
Loan to Value 0.138315 -0.410808 -0.150854 1.000000
Sumber : Olahan Penulis
Dari table diatas dapat dilihat bahwa dari semua variabel bebas tidak saling berhubungan satu sama lain
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat Multikolinearitas antar variabel.
Uji Asumsi Heteroskedastisitas
Gambar 4.3 : Hasil Uji Heteroskedastisitas
Sumber : Olahan Penulis
Berdasarkan gambar diatas didapatkan F-statistic 0.2325 hal ini menunjukkan bahwa nilai signifikan untuk
model lebih besar dari ( 10%), sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model tidak terdeteksi adanya
heteroskedastisitas.
Uji Asumsi Normalitas Gambar 4.4 : Hasil Uji Normalitas 10
8
6
4
2
0
-0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8
Series: Residuals
Sample 2010M01 2015M10
Observations 70
Mean 9.75e-16
Median 0.034109
Maximum 0.775379
Minimum -0.751945
Std. Dev. 0.356061
Skewness -0.102794
Kurtosis 2.541072
Jarque-Bera 0.737571
Probability 0.691574
Sumber : Olahan Penulis
Dari hasil pengujian normalitas dengan Jarque Bera pada gambar diatas didapatkan nilai signifikansi untuk
model regresi sebesar 0.737. Hal ini bahwa nilai signifikansi Jarque-Bera lebih besar dari 0.10 (10%), sehingga
ditunjukkan bahwa data yang digunakan berdistribusi normal. Dengan demikian asumsi normalitas telah terpenuhi.
Uji Asumsi Autokorelasi
Gambar 4.5 : Hasil uji Autokorelasi
Sumber : Olahan Penulis
Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat dari nilai Prob Chi-Square sebesar 0.1321. Hal ini menunjukkan
bahwa model telah memenuhi asumsi autokorelasi karena nilai Prob chi-square lebih besar dari ( 10%), sehingga
dapat disimpulkan bahwa dalam model tidak terdeteksi adanya Autokorelasi diantara variabel bebas.
Pengujian Hipotesis
Gambar 4.6 : Hasil uji Hipotesis
Sumber : Olahan Penulis
Pengujian Hipotesis Simultan (Uji F)
Tabel 4.4 : Hasil Uji Hipotesis Simultan
Variabel Bebas Variabel Terikat F Hitung F Tabel Keterangan
Pendapatan, SBI, LTV, Jangka waktu
Permintaan KPR 8.046642 2.76 Signifikan
Sumber : Olahan Penulis Pada tabel diatas didapatkan nilai F hitung sebesar 8.046642 dan nilai F Tabel sebesar 2.76. Karena nilai F
hitung lebih besar dari nilai F tabel (8.046642>2.76) atau nilai signifikansi lebih kecil dari alpha 5% (0.000<0.050),
maka hipotesis H0 ditolak dan dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama terdapat pengaruh yang nyata dari
Pendapatan, SBI, LTV dan Jangka waktu terhadap Permintaan KPR dengan tingkat kesalahan 10%.
Koefisien Determinasi (Uji R2)
Koefisien determinasi menunjukkan besarnya keragaman dari variabel terikat yang dapat dijelaskan oleh
variabel bebas. Besarnya koefisien determinasi berkisar antara 0 hingga 1. Semakin tinggi koefisien determinasi
maka semakin tinggi pula keragaman dari variabel terikat yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas.
Koefisien determinasi (adjusted R-squared) pada model antara Pendapatan, SBI, LTV dan Jangka waktu
terhadap Permintaan KPR adalah 0.33 atau besarnya Permintaan KPR yang dapat dijelaskan oleh Pendapatan, SBI,
LTV dan Jangka waktu adalah sebesar 33% dan yang diterangkan oleh variabel lain sebesar 67%.
Pengujian Hipotesis Parsial (Uji t)
Tabel 4.5 : Hasil Uji Pengaruh Pendapatan Terhadap Permintaan KPR
Variabel Bebas Variabel Terikat Koefisien t hitung Signifikansi Pendapatan Permintaan KPR 0.206407 1.924739 0.0586
Sumber : Olahan Penulis Hasil pengaruh parsial antara Pendapatan terhadap Permintaan KPR dengan t hitung (1.924) dan lebih besar
dari t tabel (1.670) atau tingkat signifikansi (0.0586) lebih kecil dari alpha 10% (0.10) menyatakan bahwa terdapat
pengaruh antara Pendapatan terhadap Permintaan KPR pada batas tingkat kesalahan sebesar 10%
Tabel 4.6 : Hasil Uji Pengaruh SBI Terhadap Permintaan KPR
Variabel Bebas Variabel Terikat Koefisien t hitung Signifikansi SBI Permintaan KPR -0.093702 -1.851112 0.0687
Sumber : Olahan Penulis Hasil pengaruh parsial antara SBI terhadap Permintaan KPR dengan t hitung (-1.851) dan lebih besar dari t
tabel (1.670) atau tingkat signifikansi (0.0687) lebih kecil dari alpha 10% (0.10) menyatakan bahwa terdapat
pengaruh antara SBI terhadap Permintaan KPR pada batas tingkat kesalahan sebesar 10%.
Tabel 4.7 : Hasil Uji Pengaruh LTV Terhadap Permintaan KPR
Variabel Bebas Variabel Terikat Koefisien t hitung Signifikansi LTV Permintaan KPR -0.481297 -4.524306 0.0000
Sumber : Olahan Penulis Hasil pengaruh parsial antara LTV terhadap Permintaan KPR dengan t hitung (-4.524) dan lebih besar dari t
tabel (1.670) atau tingkat signifikansi (0.0000) lebih kecil dari alpha 10% (0.10) menyatakan bahwa terdapat
pengaruh antara LTV terhadap Permintaan KPR pada batas tingkat kesalahan sebesar 10%.
Tabel 4.8 : Hasil Uji Pengaruh Jangka Waktu Terhadap Permintaan KPR
Variabel Bebas Variabel Terikat Koefisien t hitung Signifikansi Jangka Waktu Permintaan KPR 0.141082 1.431752 0.1570
Sumber : Olahan Penulis
Hasil pengaruh parsial antara Jangka Waktu terhadap Permintaan KPR dengan t hitung (1.431) dan lebih
kecil dari t tabel (1.670) atau tingkat signifikansi (0.1570) lebih besar dari alpha 10% (0.10) menyatakan bahwa
tidak terdapat pengaruh antara Jangka waktu terhadap Permintaan KPR pada batas tingkat kesalahan sebesar 10%.
Pembahasan
Pengaruh Pendapatan terhadap KPR Semakin tinggi pendapatan yang diperoleh nasabah maka peluang dalam mendapatkan kredit semakin
besar. Pendapatan merupakan salah satu faktor penting setelah Loan to Value yang diperhatikan BTN dalam
memberikan Kredit Pemilikan Rumah. Hal ini dikarenakan pendapatan merupakan parameter ukuran bank dalam
menilai capacity nasabah dalam mengembalikan pinjaman yang diberikan bank. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan Gantiah (2005) bahwa pemberian kredit konsumsi sangat dipengaruhi oleh pendapatan debitur
dimana pemberian kredit lebih ditentukan oleh prediksi kemampuan membayar kembali dari debitur.
Pengaruh Suku Bunga SBI terhadap KPR
Suku bunga merupakan salah satu variabel yang banyak diamati karena keputusan pribadi, seperti
menabung atau mengkonsumsi, membeli rumah atau tidak. Suku bunga juga mempengaruhi ekonomi usaha dan
rumah tangga, seperti memutuskan untuk berinvestasi dalam peralatan baru untuk pabrik atau disimpan di bank
(Pohan, 2008). Bank Tabungan Negara mencatatkan kinerja memuaskan, ditengah perlambatan pertumbuhan
industri perbankan dengan kemampuannya mampu membiayai KPR bagi masyarakat Indonesia sebanyak 3.5 Juta
unit. Dan Bank Tabungan Negara memiliki marketshare untuk KPR bersubsidi lebih dari 90%. Program Pemerintah
yang tercatat dimulai tahun 2015 tersebut ialah pembiayaan rumah lewat skema Fasilitas Likuiditas Pembiayaan
Perumahan (FLPP) yang ditujukan pada masyarakat berpenghasilan rendah. Program ini dipercaya untuk dijalankan
oleh Bank Tabungan Negara. Harga rumah FLPP ditentukan batas atasnya oleh Pemerintah lewat Peraturan Menteri
Keuangan. Program FLPP 2015 ini hanya dengan uang muka 1% yang sebelumnya sebesar 5%. Diharapkan dengan
adanya kebijakan LTV Bank Tabungan Negara sebagai KPR dengan market share tertinggi bisa mengendalikan
angka NPL yang tinggi pada KPR bersubsidi, karena tercatat penyumbang NPL tertinggi dari sektor subsidi.
Dengan meningkatkan prinsip kehati-hatian.
Pengaruh Kebijakan Loan to Value terhadap KPR
Semakin tinggi nilai Loan to Value maka potensi bank dalam menyalurkan Kredit Pemilikan Rumah semakin besar. Hal ini dikarenakan dapat menilai obyek KPR semakin tinggi. Selain itu, dapat meringankan nasabah dalam
menyediakan dana untuk melakukan pembelian rumah. Dengan adanya aturan kebijakan Loan to Value, bank harus
memperhitungkan rasio LTV sehingga nasabah dalam mengajukan kredit telah memiliki dana dalam pemenuhan
uang muka diluar kredit yang nantinya akan diberikan bank. Peluang untuk mendapatkan kredit semakin besar
dikarenakan nasabah telah memenuhi uang muka pembelian rumah tanpa mempergunakan KPR. Penelitian ini
sejalan dengan penelitian Canner (1991) dimana tingginya tingkat uang muka terbukti secara signifikan
meningkatkan kemungkinan mendapatkan pinjaman bank. Meskipun aturan pembatasan kebijakan Loan to Value
dengan membatasi pinjaman yang diberikan bank sebesar 70% terhadap nilai agunannya telah menurunkan bank
dalam menyalurkan kredit. Namun, hal ini dapat meningkatkan aspek prudential bank dalam menyalurkan kredit
properti. Kebijakan Loan to Value juga meminimalisir kerugian bank yang disebabkan kemungkinan kurangnya
dalam mengcover jaminan dikarenakan bank telah mengikat jaminan sebesar 80% dari taksiran harga lelang/sita
(THLS) pada saat pemberian kredit. Agunan berupa rumah pada umumnya memiliki nilai melebihi nilai KPR
sehingga jaminan pun melampaui jumlah pinjaman yang diberikan bank.
Pengaruh Jangka Waktu Kredit terhadap KPR
Jangka waktu kredit merupakan rentang waktu dalam mengembalikan dana yang dipinjam. Jangka waktu
kredit tidak mempengaruhi BTN dalam keputusan pemberian kredit pemilikan rumah dikarenakan terdapat faktor -
faktor yang lebih dipertimbangkan bank dalam memutuskan pemberian kredit pemilikan rumah. Jangka waktu kredit
dipergunakan untuk menghitung jumlah angsuran serta mendukung perhitungan maksimal plafond kredit yang dapat
diberikan bank dalam memberikan kredit sehingga variabel ini tidak berpengaruh terhadap keputusan bank dalam
memberikan kredit pemilikan rumah. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Mario (2012) dimana jangka waktu
pinjaman tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pemberian kredit. Hal ini dikarenakan bank
telah menentukan sendiri batas maksimal jangka waktu.
Kesimpulan
E. Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan hasil penelitian ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN KREDIT
PEMILIKAN RUMAH (KPR) DI KOTA MALANG (STUDI KASUS PADA BANK TABUNGAN NEGARA
CABANG MALANG TAHUN 2010-2015) maka disimpulkan bahwa:
1. Loan to Value memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan pemberian kredit pemilikan rumah pada
Bank Tabungan Negara daerah Jawa Timur Cabang Malang. Variabel ini menjadi faktor yang paling
berpengaruh dalam terhadap keputusan pemberian kredit pemilikan rumah dikarenakan dapat
meningkatkan aspek prudential bank dalam memberikan kredit pemilikan rumah. Besaran pinjaman
diberikan oleh bank sangat dipengaruhi oleh Loan to Value dikarenakan adanya kebijakan Bank Indonesia
yang mengatur rasio Loan to Value dalam memberikan kredit perumahan atau non perumahan. Bank
Tabungan Negara Malang dapat memberikan pinjaman KPR sebesar Loan to value ataupun dibawah nilai
loan to Value dengan berpedoman terhadap kemampuan maksimum pengembalian nasabah (repayment
capacity).
2. Pendapatan memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan pemberian kredit pemilikan rumah pada
Bank Tabungan Negara daerah Jawa Timur Cabang Malang. Variabel ini menjadi faktor dalam
menentukan kemampuan nasabah dalam mengembalikan pinjaman yang diberikan oleh pihak bank.
3. Suku Bunga memiliki pengaruh signifikan terhadap keputusan pemberian kredit pemilikan rumah pada
Bank Tabungan Negara daerah Jawa Timur Cabang Malang. Variabel ini menjadi faktor pendukung dalam
mempengaruhi bank memberikan pinjaman kepada nasabah dikarenakan dapat menggambarkan jumlah
kredit yang akan diambil oleh nasabah.
4. Jangka waktu kredit tidak menjadi faktor yang terlalu berpengaruh terhadap keputusan pemberian kredit
pemilikan rumah pada Bank Tabungan Negara daerah Jawa Timur Cabang Malang. Hal ini dikarenakan
ada beberapa faktor yang lebih penting yang harus diperhatikan pihak bank seperti Loan to Value. Jangka
waktu kredit dipergunakan untuk menghitung besaran angsuran kredit serta mendukung jumlah maksimal
plafond kredit yang dapat diberikan dan memerlukan suku bunga yang dikenakan dalam meminjam kredit
pemilikan rumah.
Saran Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka peneliti dapat memberikan saran yakni :
1. Pada Permintaan Bank Tabungan Negara yang mengalami kenaikan dari tiap periodenya, maka dipelukan
peraturan yang tepat untuk mencegah property bubble juga kredit macet apalagi pihak Bank Tabungan
Negara akan melakukan program pemerintah KPR bersubsidi 1 juta rumah
2. Pihak analis operasional kredit Bank Tabungan Negara Cabang Malang diharapkan menjalankan prosedur
pemberian KPR sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan Bank Tabungan Negara Cabang Malang dan
Bank Indonesia. Selain itu, Pihak analis operasional kredit Bank Tabungan Negara Cabang Malang
diharapkan juga perlu memperhatikan faktor Loan to Value Suku Bunga, Pendapatan dan Jangka waktu
dalam memberikan kredit sehingga dapat meminimalisir terjadinya tunggakan kredit ataupun risiko gagal
bayar.
3. Dalam hal pengajuan Kredit Pemilikan Rumah berpeluangnya kredit diterima atau ditolak bergantung pada
Loan to Value dan Pendapatan. Semakin ketatnya penyaluran Kredit Pemilikan Rumah maka peneliti
menyarankan calon debitur dalam mengajukan Kredit Pemilikan Rumah mempersiapkan uang muka (down
payment) yang lebih tinggi serta pendapatan yang mencukupi untuk meningkatkan peluang kredit dapat
diterima.
4. Bagi penelitian selanjutnya, dapat menggunakan variabel dari sisi Permintaan dan Penawaran untuk melihat
pengaruh pada permintaan KPR, bisa melalui pelayanan bank, atau kemampuan debitur dalam mengambil
kredit. Supaya bisa mengetahui variabel yang berpengaruh menaikkan jumlah permintaan KPR selain dari
sisi mikro ataupun makroekonomi atau keadaan perekonomian Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Alawi, M. Darsul. 2013. Kajian Yuridis Pelaksanaan Perjanjian KPR di BTN Mataram. Universitas Mataram.
Bank Indonesia. 2009. Peraturan bank Indonesia No.9/7/PBI/2007 Perubahan PBI No. 8/3/PBI/2006 tentang
Perubahan Bank Umum Konvensional Menjadi Bank Umum Syariah.
http:www.bi.go.id/id/peraturan/perbankan/Pages/pbi
Diakses pada 20 Agustus 2016
Bank Indonesia. 2015. Suku Bunga Dasar Kredit. http://www.bi.go.id/en/perbankan /suku-bunga-dasar. Diakses
pada 20 Agustus 2016
Bank Indonesia. 2015. Kajian Stabilitas Keuangan Jilid 2 2015. Jakarta: Bank Indonesia. www.bi.go.id. Diakses
pada 20 Agustus 2016
Bank Indonesia. 2013. Kebijakan LTV/FTV. http://www.bi.go.id/id/ruang-media/info-
terbaru/Pages/edukasi_ltv_ftv.aspx. Diakses pada 20 Agustus 2016
Bank Tabungan Negara. 2015. Penyaluran Kredit Bank Tabungan Negara. 2011-2015. Laporan Publikasi Bank
Tabungan Negara. www.btn.co.id. Diakses pada 20 Agustus 2016
Boediono. 2011. Ekonomi Moneter. Yogyakarta: Badan Penerbit Fakutas Ekonomi (BPFE)
Dawali, Clara Safitri, dkk. 2014. Analisis Estimasi Permintaan dan Penawaran Kredit Konsumsi Bank Umum
Provinsi Sulawesi Utara Periode 2007-2013. Jurnal Berkala Efisiensi. Vol.3. (No.11).
Fransisca dan Hasan Sakti Siregar. 2008. Pengaruh Faktor Internal Bank Terhadap Volume Kredit Pada Bank yang
Go Publik di Indonesia. Jurnal Akuntansi 6.
Gantiah Wuryandani, Martinus Jony Hermanto dan Reska Prasetya. 2005.
Prilaku Pembiayaan dalam Industri Properti. Paper Properti Bank Indonesia.
http://www.bi.go.id/id/publikasi/perbankan-dan-stabilitas/riset/Documents
diakses pada 20 Agustus 2016
Gujarati, Damodar N. 2004. Dasar-Dasar Ekonometrika (Edisi Kelima). Jakarta: Salemba Empat.
Gujarati, Damodar N. 2012a. Dasar-Dasar Ekonometrika: Buku 1 Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat.
Gujarati, Damodar N. 2012b. Dasar-Dasar Ekonometrika: Buku 2 Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat.
Gold Bank. 2015. BTN Siap Melayani Masyarakat Akan Kebutuhan Rumah.
http://www.goldbank.co.id/channel/laput/top_isu/btn-siap.html. Diakses pada tanggal 20 Agustus 2016
.
Habiby, Tri Rahmat. 2013. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nasabah dalam meminjam Kredit
Kepemilikan Rumah (KPR) Studi kasus Di Kota Malang. Universitas Brawijaya. Malang.
Kasmir. 2004. Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Khanida, Marisha. 2014. Faktor-faktor yang mempengaruhi Keputusan Pemberian KPR di BTN Cabang Surabaya.
Universitas Pembangunan Nasional.
Kholisudin, Akhmad. 2011. Determinan Permintaan Kredit Pada Bank Umum Dii Jawa Tengah. 2006-2010.
Universitas Negeri Semarang.
Lasmarohana, Dona Nove. 2015. Analisis Pengaruh Loan to Value, Jangka Waktu Kredit, Tingkat Pendapatan dan
Jumlah Tanggungan Keluarga dalam Keputusan pemberian KPR (studi kasus PT. Bank Pembangunan
Daerah Jawa Timur Cabang Malang). Universitas Brawijaya Malang.
Lubis, Arlina Nurbaity. 2008. Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Permintaan Kredit pada PT
Bank Tabungan Negara Medan. Jurnal Managemen Bisnis. Vol.1, (No.2).
Mangeswuri, Dewi Restu. 2013. Kebijakan Loan to Value Guna Membatasi Pemberian KPR. Jurnal Ekonomi dan
Kebijakan Publik. Vol.5, (No.19).
Mankiw. 2000. Makroekonomi. Edisi Keenam. Jakarta : Penerbit Erlangga
Mankiw N. Gregory. 2012. Principles Economics: Pengantar Ekonomi Makro Edisi 3. Jakarta: Penerbit Salemba
Empat.
Marchat, Dewi Wulandari. 2010. Keefektivan Kebijakan Pemberian Subsidi KPR/BTN serta Sarana dan Prasarana
Permukiman di Perumnas Pucang Gading cabang Semarang. Universitas Negeri Semarang.
Nuryakin, Chaikal dan Perry Warjiyo. 2006. Perilaku Penawaran Kredit bank di Indonesia: Kasus Pasar Oligopoli
Periode Januari 2001 – Juli 2005. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan. Vol.9, (No.2).
Oktavianingrum, Yesi. 2016. Analisis Preferensi Nasabah Terhadap Pembiayaan KPR antara Bank Umum Syariah
dan Bank Umum Konvensional ( Studi Kasus di Kota Malang). Universitas Brawijaya Malang.
Pasha, Ri’fat. 2009. Analisis Penawaran dan Permintaan Kredit Serta Identifikasi Peluang Ekspansi Pembiyaan
Kredit Sektoral di Wilayah Kerja KBI Malang. Jurnal Keuangan dan Perbankan. Vol.13 (No 1).
Peraturan Bank Indonesia No. 17/10/PBI/2015 tentang Rasio Loan To Value atau Rasio Financing To Value untuk
kredit atau pembiayaan property dan uang muka kredit ata pembiayaan kendaraan bermotor.
Pohan, Aulia. 2008. Potret Kebijakan Moneter Indonesia. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Pratiwi, Julie Nada. 2011. Pelaksanaan Perjanjian KPR Multi Guna untuk PNS ( studi kasus pada Bank Negeri
cabang Utama Padang). Universitas Andalas.
Rahmawati, Okky. 2015. Analisis Determinan Harga Properti Residensial dii Indonesia. Universitas Brawijaya
Malang.
Septiani, Nurul. 2016. Analisis Kebijakan Penyelesaian KPR (Studi Kasus Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat
dan Banten). Universitas Brawiajaya Malang.
Siamat, Dahlan. 1995. Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta: Intermedia.
Simanungkalit, P. 2002. Riset Properti Indonesia. Pusat Studi Properti Indonesia,
Sishadiyati. 2010. “Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan KPR Type 36 pada BTN di Surabaya”.
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Surabaya.
Soeharjoto. 1998. Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Pembelian RS/RSS, 1976-1996 (Studi Kasus KPR-
BTN), Media Ekonomi 5/1: 590-602.
Stiglitz, Joseph E. 2003. Globalization And Its Discontents. New York: W.W. Norton & Company,
Sugiyono. 2011. Metode Peneltian Kuantitatif, Kualitatif, R&D. Bandung: Alfabeta.
Sukirno, Sadono. 2000. Ekonomi Pembangunan, Proses, Masalah Dan Dasar Kebijakan Pembangunan. Jakarta:
UI-Press.
Sukirno, Sadono, 2003. Pengantar Makro Ekonomi, Edisi Kedua. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Utama, Mario Pramudya. 2012. Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi
Keputusan Pemberian Kredit Usaha Rakyat. Skripsi tidak diterbitkan.
Malang: Program Sarjana UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan Sebagaimana Telah Diubah Dengan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998.
Utami, Juwani Pratiwi. 2013. Analisis Faktor yang mempengaruhi Permintaan KPR pada Bank Umum di Kota
Makassar. Universitas Hasanuddin.
W, Perry dan M, Solikin. 2016. Buku Kebijakan Bank Sentral. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada
top related