analisis hukum islam dan hukum perdata tentang … · 2018-05-22 · neneknya tidak mau menjadi...
Post on 08-Mar-2019
216 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
ANALISIS HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA
TENTANG TANGGUNG JAWAB PERWALIAN ANAK YANG
LAHIR DARI IBU DI BAWAH UMUR AKIBAT PEMERKOSAAN
OLEH AYAH TIRI
(Studi Kasus di Kelurahan Jemurwonosari Kecamatan Wonocolo
Kota Surabaya)
SKRIPSI
Oleh:
Siti Mukaromah
NIM. C71214060
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Fakultas Syariah Dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam
Progam Studi Hukum Keluarga Islam
SURABAYA
2018
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
vi
ABSTRAK
Skripsi yang berjudul Analisis Hukum Islam dan Hukum Perdatatentang Tanggung Jawab Perwalian Anak yang Lahir dari Ibu di BawahUmur Akibat Pemerkosaan oleh Ayah Tiri (Studi Kasus di KelurahanJemurwonosari Kecamatan Wonocolo Kota Surabaya) ini merupakanhasil penelitian lapangan untuk menjawab pertanyaan: 1) Bagaimanatanggung jawab perwalian anak yang lahir dari ibu di bawah umur akibatpemerkosaan oleh ayah tiri di kelurahan Jemurwonosari kecamatanWonocolo kota Surabaya? 2) Bagaimana analisis hukum Islam dan hukumperdata terhadap tanggung jawab perwalian anak yang lahir dari ibu dibawah umur akibat pemerkosaan oleh ayah tiri di KelurahanJemurwonosari Kecamatan Wonocolo kota Surabaya?
Untuk menjawab rumusan masalah di atas maka data yangdiperoleh melalui wawancara dengan Bu Sugiani (tetangga korban), BuSulis (saudara korban) dan Pak Darmudji sebagai ketua RT 06 KelurahanJemurwonosari. Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalahmenganalisa data yang bersifat kualitatif, dengan teknik deskriptif,dengan menggunakan pola pikir induktif.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa tanggung jawab perwaliananak yang lahir dari ibu di bawah umur akibat pemerkosaan oleh ayah tiridi Kelurahan Jemurwonosari Kecamatan Wonocolo Kota Surabayadiampu oleh saudara perempuan dari nenek sang anak. Menurut hukumIslam, tanggung jawab perwalian anak tersebut jatuh kepada saudara laki-laki dari pihak nenek. Akan tetapi, dalam kasus ini saudara laki-laki darisang nenek kurang begitu harmonis dengan keluarga Melati (Ibu RA).Maka demi kemaslahatan sang anak saudara perempuan nenek (bibi sangibu) diperbolehkan untuk menjadi wali atas anak tersebut. Sedangkanmenurut Hukum Perdata perwalian anak tersebut jatuh kepada ibunya.Namun, ibu dalam kasus ini tidak cakap hukum karena masih berusia 14tahun. Maka ia tidak dapat menjadi wali atas anak tersebut. Sementaraneneknya tidak mau menjadi wali atas anak tersebut dikarenakan tidakkuasa menanggung malu. Sehingga, anak tersebut diampu oleh saudaraperempuan neneknya. Saudara perempuan dari sang nenek tersebutdiperbolehkan menjadi wali atas anak tersebut karena telah memenuhisyarat-syarat menjadi seorang wali. Perihal urutan siapa saja yang berhakmenjadi wali atas diri seorang anak tidak diatur dalam KUH Perdata.
Adapun saran yang penulis sampaikan antara lain, hendaknyahukuman bagi pemerkosa di Indonesia harus lebih diperberat lagi, agarlebih memberi rasa takut bagi seseorang untuk tidak mencoba melakukanperbuatan pemerkosaan. Terlebih pemerkosaan di lingkup keluargasendiri.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
vii
DAFTAR ISI
PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................................ii
ABSTRAK.......................................................................................................................iii
MOTTO ........................................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... v
DAFTAR ISI...................................................................................................................vii
DAFTAR TABEL............................................................................................................xi
DAFTAR TRANSLITERASI .......................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1B. Identifikasi dan Batasan Masalah ...................................................... 9C. Rumusan Masalah .............................................................................. 9D. Kajian Pustaka ................................................................................ 10E. Tujuan Penelitian ............................................................................. 14F. Kegunaan Hasil Penelitian............................................................... 14G. Definisi Operasional ........................................................................ 14H. Metode Penelitian ............................................................................ 17I. Sistematika Pembahasan ................................................................. 20
BAB II KONSEP PERWALIAN DALAM HUKUM ISLAMDAN HUKUM PERDATA.................................................................... 22
A. Pengertian Perwalian ...................................................................... 22B. Dasar Hukum Perwalian Anak ......................................................... 26C. Sebab-Sebab Terjadinya Perwalian ................................................ 31D. Syarat-Syarat dan yang Berhak Menjadi Wali ................................. 38E. Tugas dan Tanggung Jawab Wali ..................................................... 48F. Pengangkatan dan Berakhirnya Perwalian ....................................... 51G. Kajian Pemerkosaan.......................................................................... 61
BAB II HASIL PENELITIAN TENTANG TANGGUNG JAWABPERWALIAN ANAK YANG LAHIR DARI IBU DI BAWAHUMUR AKIBAT PEMERKOSAAN OLEH AYAH TIRI .................... 65
A. Gambaran Umum tentang Kelurahan Jemurwonosari ..................... 65
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
viii
B. Deskripsi Anak yang Lahir dari Ibu di Bawah UmurAkibat Pemerkosaan oleh Ayah Tiri ................................................ 75
BAB IV ANALISA TERHADAP TANGGUNG JAWAB PERWALIANANAK YANG LAHIR DARI IBU DI BAWAH UMUR AKIBATPEMERKOSAAN OLEH AYAH TIRI ................................................. 81
A. Analisis tentang Pemerkosaan yang Dilakukan AyahTerhadap Anak Tiri ......................................................................... 81
B. Analisis Hukum Islam tentang Tanggung JawabPerwalian Anak yang Lahir dari Ibu di Bawah UmurAkibat Pemerkosaan oleh Ayah Tiri ............................................... 83
C. Analisis Hukum Perdata tentang Tanggung JawabPerwalian Anak yang Lahir dari Ibu di Bawah UmurAkibat Pemerkosaan oleh Ayah Tiri............................................... 87
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 91A. Kesimpulan ...................................................................................... 91B. Saran ................................................................................................ 92
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Data Jumlah Penduduk .................................................................... 662. Data Fasilitas Pendidikan ................................................................ 673. Jenis Mata Pencaharian Penduduk .................................................. 694. Data Jumlah Pemeluk Agama......................................................... 725. Data Jenis Sarana Peribadatan ........................................................ 736. Lembaga Keagamaan Kelurahan Jemurwonosari........................... 74
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pernikahan merupakan peristiwa penting dalam kehidupan manusia
yang menimbulkan akibat hukum terhadap hubungan antara pihak yang
melangsungkan pernikahan itu sendiri, maupun dengan pihak lain yang
mempunyai kepentingan tertentu. Apabila dari pernikahan tersebut
dilahirkan anak, maka timbul hubungan hukum antara anak dengan orang
tuanya. Berdasarkan pasal 45 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang
Pernikahan, hukum antara orang tua dengan anak menimbulkan kewajiban
orang tua, antara lain tanggung jawab untuk memelihara dan mendidik anak-
anaknya sampai mereka mandiri. 1
Kewajiban orang tua ini berlaku terus meskipun perkawinan antara
kedua orang tua putus. Sebaliknya, anak juga mempunyai kewajiban
terhadap kedua orang tuanya, yang diatur dalam pasal 46 Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, yakni anak wajib menghormati
orang tua dan mentaati kehendak mereka yang baik, dan jika anak telah
dewasa ia wajib memelihara menurut kemampuannya, yaitu memelihara
orang tua dan keluarga dalam garis lurus ke atas bila mereka memerlukan
bantuan. Hal ini membuktikan adanya hubungan hukum dengan timbulnya
hak dan kewajiban antara orang tua dan anak dari suatu perkawinan.
1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2
Seorang anak yang lahir di dunia ini serta merta membutuhkan
kepada orang lain yang akan memeliharanya, baik dirinya maupun harta
bendanya, hak miliknya, karena ia membutuhkan orang lain yang akan
menguasai penyusuan dan pengasuhannya. Demikian juga membutuhkan
orang lain yang menjaga dan memeliharanya, serta mendidik dan
mengajarinya, dan melaksanakan bermacam-macam urusan yang
berhubungan dengan jasmaniah dan pembentukan kepribadiannya, dan juga
membutuhkan orang yang akan mewarisi urusan hak miliknya, agar supaya
dipelihara dan diperkembangkan. Orang tua, keluarga, dan masyarakat
betanggung jawab untuk menjaga dan memelihara sesuai kewajiban yang
dibebankan oleh hukum agama. Pengertian kekuasaaan orang tua yaitu
kekuasaan yang dilakukan oleh ayah dan ibu selama mereka berdua terikat
dalam ikatan perkawinan terhadap anak-anaknya yang belum dewasa.2
Sedangkan perwalian adalah pengawasan terhadap anak yang di bawah
umur, yang tidak berada di bawah kekuasaan orang tuanya serta pengurusan
benda atau kekayaan anak tersebut diatur oleh undang-undang. Dengan
demikian anak yang berada di bawah perwalian adalah:
1. Anak sah yang kedua orang tuanya telah dicabut kekuasaannya sebagai
orang tua
2. Anak sah yang orang tuanya telah bercerai
3. Anak yang lahir di luar perkawinan3
2 Zakariya Ahmad Al-Barry, Hukum Anak-Anak dalam Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1977), 106.
3 Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata (Jakarta: Intermasa, 1989), 52-53.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
3
Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
yang terdapat dalam pasal 50 ayat (1) , dikatakan bahwa anak yang belum
mencapai umur 18 (delapan belas) tahun atau belum pernah melangsungkan
pernikahan, yang tidak berada di bawah kekuasaan orang tua berada di
bawah kekuasaan wali.4 Dalam Pasal 107 Kompilasi Hukum Islam
perwalian hanya terdapat pada anak yang belum berusia 21 (dua puluh satu)
tahun atau belum pernah melangsungkan perkawinan.5
Pada prinsipnya seorang wali dengan kewenangannya harus
senantiasa berorientasi kepada pemeliharan dan kemaslahatan orang yang
berada di bawah perwaliannya.6
Adapun persyaratan untuk menjadi seorang wali atas diri seseorang
antara lain:
1. Sudah baligh
2. Berakal
3. Mampu mendidik anak
4. Amanah atas akhlak anak
5. Beragama Islam untuk muslim dan muslimah7
Dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 107 ayat (4) dan dalam
Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 51 ayat (2)
dinyatakan bahwa wali sedapat-dapatnya diambil dari keluarga anak tersebut
4Lihat Pasal 50 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.
5Lihat Pasal 107 Kompilasi Hukum Islam.
6 Muhammad Amin Summa, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam (Jakarta: Rajawali Press,
2004), 135. 7 Wahbah Al Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islami Wa Adillatuhu, Abdul Hayyie al-Kattani, dkk, Volume 10
(Jakarta: Gema Insani, 2011), 83.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4
atau orang lain yang sudah dewasa, berpikiran sehat, adil, jujur dan
berkelakuan baik.
Sedangkan di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tidak
diatur secara eksplisit syarat-syarat seseorang menjadi wali. Namun dalam
pasal 380 di jelaskan, seseorang dapat dicabut hak perwaliannya jika:
1. Berkelakuan buruk
2. Ketika dalam perwalian menunjukkan ketidakcakapan, menyalahkan
kekuasaan dan mengabaikan kewajiban
3. Telah dipecat dari perwalian lain menurut nomor 1 dan nomor 2 pasal
ini atau telah dipecat dari kekuasaan orang tua menurut pasal 319 alenia
kedua Nomor 1 dan nomor 2
4. Berada dalam keadaan pailit
5. Jika dirinya atau bapaknya, ibunya, isteri/suaminya atau anak-anaknya
berperkara di muka hakim melawan anak belum dewasa dalam hal yang
melibatkan kedudukan, harta kekayaan atau sebagian besar harta
kekayaan anak belum dewasa.
6. Dihukum dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum yang pasti, karena dengan sengaja telah ikut serta dalam suatu
kejahatan terhadap anak belum dewasa yang ada dalam kekuasaannya.
7. Mendapat hukuman yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap,
karena melakukan suatu kejahatan yang tercantum dalam Bab XIII,
XIV, XV, XVI, XIX, dan XX buku kedua Kitab Undang-Undang
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
5
Hukum Pidana, yang dilakukan terhadap anak belum dewasa yang ada
dalam kekuasaan mereka.
8. Mendapat hukuman badan yang tidak dapat diubah lagi selama dua
tahun atau lebih.
Selain itu dalam pasal 379 disebutkan 5 golongan yang tidak bisa
menjadi wali yakni:
1. Orang yang sakit ingatan
2. Orang belum dewasa
3. Orang yang ada di bawah pengampuan
4. Mereka yang telah dipecat, baik dalam kekuasaan orang tua, maupun
dari perwalian, akan tetapi yang demikian itu hanya terdapat anak belum
dewasa, yang dalam ketetapan hakim kehilangan kekuasaan orang tua
atau perwalian tanpa mengurangi ketentaun-ketentuan dalam Pasal 319
g dan Pasal 382 d
5. Ketua, wakil ketua, anggota, panitera, panitera pengganti, bendahara,
pemegang buku, dan agen balai harta peninggalan, kecuali terhadap
anak-anak atau anak-anak tiri mereka sendiri.8
Dalam perkembangannya sikap perilaku manusia semakin tidak
terkendali. Banyak manusia yang mulai meninggalkan nilai-nilai agamanya,
dan lebih mengikuti hawa nafsunya. Hawa nafsu yang bagi orang-orang yang
tidak memiliki iman sangat sulit dikendalikan membuat manusia terjerumus
8 Lihat Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 379.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
6
ke lembah kekejian. Perzinaan merupakan salah satu bukti nyata dari
hancurnya iman-iman manusia. Tidak bisa dipungkiri banyak anak zina yang
dilahirkan tanpa adanya tanggung jawab dari pelaku zina tersebut.
Zina bukan hal yang memalukan lagi bagi sebagian manusia.
Bahkan oleh orang-orang tertentu perzinaan dijadikan sebagai ladang bisnis
untuk mendapatkan keuntungan. PSK (Pekerja Seks Komersial), begitu
sebutan yang sering kali diucapkan bagi para wanita yang berprofesi sebagai
pelacur. Dalam QS. Al Isra>’: 32 dikatakan dengan tegas larangan zina.
Artinya: “Dan jangan kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu
adalah suatu perbuatan keji. Dan suatu jalan yang buruk”.
Mengenai hukumannya pun tegas diterangkan dalam QS. Al-Nu>r:
2-3 yaitu:
Artinya: “perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka
deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan
janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu
untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada
Allah dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
7
mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang
beriman. Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan
perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik, dan
perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-
laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian
itu diharamkan atas orang-orang yang mukmin.”
Dalam ayat-ayat di atas Allah secara tegas melarang umat manusia
untuk mendekati zina. Mendekati saja sudah merupakan dosa besar apalagi
perbuatan zina tersebut dijadikan sebuah profesi, sungguh sudah merupakan
dosa yang berkali-kali lipat besarnya. Dalam suran al-Nu>r ayat 2-3 Allah
menjelaskan hukuman yang akan dikenakan bagi pelaku zina yaitu seratus
kali dera tanpa ampun.
Selain zina terdapat perbuatan yang hampir serupa yang disebut
dengan pemerkosaan. Zina merupakan hubungan seksual yang dilakukan oleh
seorang laki-laki dengan seorang perempuan yang tidak terikat dalam
perkawinan yang sah secara syariah Islam, atas dasar suka sama suka dari
kedua belah pihak, tanpa keraguan dari pelaku atau para pezina yang
bersangkutan.9 Sementara pemerkosaan atau perkosaan seperti yang diambil
dari Wikipedia.com, merupakan suatu tindakan kriminal berwatak seksual
yang terjadi ketika seorang manusia (atau lebih) memaksa manusia lain
untuk melakukan hubungan seksual dalam bentuk penetrasi vagina atau anus
dengan penis, anggota tubuh lainnya seperti tangan, atau dengan benda-
benda tertentu secara paksa baik dengan kekerasan atau ancaman kekerasan.
9 Neng Djubaedah, Perzinahan dalam Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia Ditinjau dari
Hukum Islam (Jakart: Kencana, 2010), 119
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
8
Persamaan keduanya terletak pada perbuatan yang dilakukan di luar
pernikahan dan perbedaannya terletak pada dasar pelaksanaannya.
Mengenai perbuatan pemerkosaan, ditinjau dari hukum Islam,
hukum bagi pihak yang diperkosa adalah tidak berdosa dan ia tidak
dikenakan sanksi apapun, ia bebas.10
Dari beberapa kasus yang terjadi, terdapat kasus pemerkosaan yang
dilakukan oleh ayah terhadap anak tirinya dan menyebabkan anak tersebut
melahirkan seorang anak, seperti kasus yang penulis teliti yang berada di
Gang Benteng 1 Rt. 06 Rw. 05 Kelurahan Jemurwonosari Kecamatan
Wonocolo Kota Surabaya. Seorang ayah bernama AN (nama disamarkan)
tega memperkosa anak tirinya RA (nama disamarkan) hingga melahirkan
seorang bayi.
Dengan lahirnya anak dari hasil perbuatan tersebut, maka hal ini
menimbulkan berbagai permasalahan yang pelik. Salah satunya dalam segi
perwalian anak yang dilahirkannya. Di salah satu sisi orang tua adalah orang
yang betanggung jawab atas perwalian anak-anaknya. Namun disisi lain,
terdapat banyak hal yang menjadikannya tidak bisa menjadi wali atas
anaknya sendiri. Salah satunya karena sang ibu yang masih di bawah umur.
Hal inilah mengapa penulis tertarik untuk mengangkat skripsi yang berjudul
“Analisis Hukum Islam dan Hukum Perdata tentang Tanggung Jawab
Perwalian Anak yang Lahir dari Ibu di Bawah Umur Akibat Pemerkosaan
10
Neng Djubaedah, Perzinahan Dalan Peraturan Perundang-Undangan..., (Jakarta: Prenada
Media, 2003), 180
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
9
oleh Ayah Tiri (Studi Kasus di Kelurahan Jemurwonosari Kecamatan
Wonocolo Kota Surabaya)”.
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
1. Perwalian anak
2. Hal-hal yang menghalangi seseorang menjadi wali
3. Deskripsi kasus anak yang lahir dari ibu di bawah umur akibat
pemerkosaan oleh ayah tiri
4. Analisis hukum Islam tentang tanggung jawab perwalian anak yang lahir
dari ibu di bawah umur akibat pemerkosaan oleh ayah tiri
5. Analisis hukum perdata tentang tanggung jawab perwalian anak yang
lahir dari ibu di bawah umur akibat pemerkosaan oleh ayah tiri
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tanggung jawab perwalian anak yang lahir dari ibu di bawah
umur akibat pemerkosaan oleh ayah tiri di Kelurahan Jemurwonosari
Kecamatan Wonocolo Kota Surabaya?
2. Bagaimana analisis hukum Islam dan hukum perdata tentang tanggung
jawab perwalian anak yang lahir dari ibu di bawah umur akibat
pemerkosaan oleh ayah tiri di Kelurahan Jemurwonosari Kecamatan
Wonocolo Kota Surabaya?
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
10
D. Kajian Pustaka
Sejauh penelusuran yang telah dilakukan, dari perpustakaan maupun
media elektronik belum ada skripsi yang membahas tentang “Analisis
Hukum Islam dan Hukum Perdata tentang Tanggung Jawab Perwalian Anak
yang Lahir dari Ibu di Bawah Umur Akibat Pemerkosaan oleh Ayah Tiri
(Studi Kasus di Kelurahan Jemurwonosari Kecamatan Wonocolo Kota
Surabaya)”. Namun penulis menemukan beberapa skripsi yang membahas
tentang perwalian anak di antaranya adalah: `
Konsep Perwalian Anak dalam al Quran yang di tulis oleh Siti
Sholihah (Jurusan Tafsir Hadits, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Surabaya) pada tahun 2002. Skripsi ini membahas tentang konsep perwalian
anak yang terdapat pada ayat-ayat dalam al-Quran. Dengan hasil
penelitiannya menyatakan bahwa perwalian anak dalam al-Quran adalah
orang yang ditunjuk untuk mengurus dan mengawasi harta anak yang berada
dalam kekuasaan mereka sampai mereka cukup umur atau sudah dewasa
sebagaimana yang tertulis dalam al-Quran surat Al-Nisa>’ ayat 5. Atau
perwalian adalah penguasaan penuh yang diberikan oleh agama kepada
seseorang untuk menguasai dan melindungi orang/barang. Skripsi ini jelas
berbeda dengan skripsi penulis, karena keduanya menggunakan disiplin ilmu
yang berbeda, yakni ilmu tafsir dan ilmu hukum.11
11
Siti Sholihah, “Konsep Perwalian Anak dalam Al Quran” (Skripsi—Universitas Islam Negeri
Sunan Ampel, Surabaya, 2002).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
11
Analisis Hukum Islam dan Hukum Perdata terhadap Penetapan
Permintaan Perwalian Anak Akibat Perkawinan Beda Agama di PA Sidoarjo
yang ditulis oleh Hilda Cholidah (Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Surabaya, Prodi Hukum Keluarga) pada tahun 2005. Skripsi ini membahas
tentang putusan PA Sidoarjo mengenai penetapan perwalian terhadap anak
yang lahir dari pasangan beda agama dengan hasil penelitian: Pengadilan
Agama Sidoarjo (hakim) dalam menangani perkara No 19 Pdt.P/2004/P.A
Sda menggunakan pasal 50 dan 51 ayat (2) UU No 1 tahun 1974 tentang
Perkawinan serta pertimbangan hakim/keyakinan hakim itu sendiri.
Disamping itu bahwa penetapan Pengadilan Agama Sidoarjo tentang
permohonan perwalian anak akibat perkawinan beda agama tersebut telah
melalui proses persidangan serta pertimbangan hukum keterangan para saksi
dan bukti-bukti yang diajukan di muka persidangan, sehingga penetapan
tersebut tidak bertentangan dengan hukum Islam dan perundang-undangan
yang berlaku di Indonesia. Skripsi ini berbeda dengan skripsi yang penulis
tulis, dalam hal anak yang ditetapkan perwaliannya berbeda asal. Dalam
skripsi ini anak yang di maksud adalah anak hasil dari perkawinan beda
agama. Sedangkan anak yang dimaksud dalam skripsi penulis adalah anak
dari hasil pemerkosaan oleh ayah tiri.12
Perwalian Sebagai Akibat dari Orang Tua yang Tidak Bertanggung
Jawab Pasca Perceraian: Studi Kasus di Desa Bangun Kecamatan Pungging
12
Hilda Cholidah, “Analisis Hukum Islam dan Hukum Perdata terhadap Penetapan Permintaan
Perwalian Anak Akibat Perkawinan Beda Agama di PA Sidoarjo” (Skripsi—Universitas Islam
Negeri Sunan Ampel, Surabaya, 2005).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
12
Kabupaten Mojokerto yang ditulis oleh Ifa Rachmawati (Universitas Islam
Negeri Sunan Ampel Surabaya, Ahwal Al Syakhsiyah) pada tahun 2006.
Skripsi ini membahas tentang perwalian anak yang kedua orang tuanya pasca
bercerai tidak bertanggung jawab atas anak tersebut. Akibat dari sikap orang
tuanya tersebut sang anak diasuh oleh kakek dan neneknya. Dan perwalian
atas anak tersebut di butuhkan ketika pada saaat sang anak berusia 9 tahun
kakek dan neneknya merasa sudah tidak lagi mampu untuk mengasuh sang
anak. Perwalian yang di maksud dalam skripsi ini adalah perwalian terhadap
anak yang terlantar. Sedangkan perwalian yang di maksud dalam skripsi
penulis adalah perwalian anak yang lahir diluar ikatan perkawinan dan anak
tersebut merupakan akibat dari pemerkosaan.13
Studi Komparasi Terhadap Konsep Perwalian Dalam Hukum Islam
dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang di tulis
oleh Lis Susanti (Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Ahwal
Al Syakhsiah) pada tahun 2014. Skripsi ini membahas tentang konsep
perwalian yang ada dalam hukum Islam dan ketentuan perwalian yang ada di
dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dengan
hasil penelitian: persamaan dalam konsep perwalian dalam hukum Islam dan
Undang-Undang no 1 tahun 1974 tentang Perkawinan berbicara mengenai
kewajiban dan tanggung jawab seorang wali untuk menjaga kesejahteraan
anak yang masih di bawah umur pengurusannya dibebankan kepada hukum
13
Ifa Rachmawati, “Perwalian Sebagai Akibat dari Orang Tua yang Tidak Bertanggung Jawab
Pasca Perceraian: Studi Kasus di Desa Bangun Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto”
(Skripsi—Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya, 2006).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
13
Islam yang sudah dikodefikasi yakni Kompilasi Hukum Islam. Skripsi ini
jelas berbeda dengan skripsi yang penulis tulis, karena skripsi ini
mengkomparasikan dua ketentuan perwalian dalam hukum Islam dan UU No
1 tahun 1974, sedangkan penulis membahas tentang tanggung jawab
perwalian anak yang lahir dari ibu di bawah umur akibat pemerkosaan oleh
ayah tiri dengan menggunakan pisau analisis hukum Islam dan hukum
perdata.14
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana tanggung jawab perwalian anak yang lahir
dari ibu di bawah umur akibat pemerkosaan oleh ayah tiri di Kelurahan
Jemurwonosari Kecamatan Wonocolo Kota Surabaya.
2. Untuk menganalisa tinjauan hukum Islam terhadap tanggung jawab
perwalian anak yang lahir dari ibu di bawah umur akibat pemerkosaan
oleh ayah tiri di Kelurahan Jemurwonosari Kecamatan Wonocolo Kota
Surabaya.
3. Untuk menganalisa tinjauan hukum perdata terhadap tanggung jawab
perwalian anak yang lahir dari ibu di bawah umur akibat pemerkosaan
oleh ayah tiri di Kelurahan Jemurwonosari Kecamatan Wonocolo Kota
Surabaya.
14
Lis Susanti, “Studi Komparasi Terhadap Konsep Perwalian Dalam Hukum Islam dan Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan” (Skripsi--Universitas Islam Negeri Sunan
Ampel, Surabaya, 2014).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
14
F. Kegunaan Hasil Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan khazanah
keilmuan bagi peneliti pribadi maupun pembaca dan agar dapat dijadikan
acuan bagi peneliti-peneliti yang hendak mengkaji suatu hal yang berkaitan
dengan masalah ini. Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
menjadi pedoman bagi masyarakat yang tengah mengalami permasalahan
serupa dalam hal perwalian.
G. Definisi Operasional
Definisi operasional dari judul skripsi “Analisis Hukum Islam dan
Hukum Perdata tentang Tanggung Jawab Perwalian Anak yang Lahir Dari
Ibu di Bawah Umur Akibat Pemerkosaan oleh Ayah Tiri (Studi Kasus di
Kelurahan Jemurwonosari Kecamatan Wonocolo Kota Surabaya)” adalah:
Hukum Islam : Peraturan yang dirumuskan berdasarkan wahyu
Allah dan sunah rasul tentang tingkah laku
mukallaf (dalam hal ini yang berkaitan dengan
perwalian) yang diakui dan diyakini berlaku
menngikat bagi semua pemeluk Islam.15
Hukum Perdata : keseluruhan dari ketentuan-ketentuan hukum
yang mengatur hubungan antara orang yang
diperbolehkan memelihara atau memperjuangkan
15
Fathurahman Djalil, Filsafat Hukum Islam (Jakarta: Logor Wacana Ilmu, 1999), 12.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
15
kepentingannya, termasuk badan hukum, mengatur
pula hak-hak orang atas kebendaan.16
Tanggung Jawab Perwalian Anak yang Lahir dari Ibu di Bawah Umur
Akibat Pemerkosaan oleh Ayah Tiri :
perwalian sendiri adalah suatu kewenangan yang
diberikan kepada seseorang untuk melakukan
suatu perbuatan hukum sebagai wakil untuk
kepentingan dan atas nama anak yang tidak
mempunyai kedua orang tua atau orang tuanya
masih hidup tetapi tidak cakap melakukan
perbuatan hukum.17
Sedangkan anak yang lahir
dari ibu di bawah umur adalah anak yang
dilahirkan oleh seorang ibu yang usianya belum
mencukupi batas minimal usia perkawinan. Dalam
pasal 7 UU No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan,
batas minimal usia perkawinan seorang wanita
adalah 16 tahun.18
Dan pemerkosaan adalah suatu
tindakan kriminal berwatak seksual yang terjadi
ketika seorang manusia (atau lebih) memaksa
manusia lain untuk melakukan hubungan seksual
dalam bentuk penetrasi vagina atau anus dengan
16
R. Subekti, Tirtosubidio, Kamus Hukum, Cetakan IV (Jakarta: Djambatan, 1995), 57. 17
Hander Johan Nasution, Sri warjiyati, Hukum Perdata Islam (Bandung: Mandar Maju, 1997),
42. 18
Undang Undang No 1 tahun 1974 tentang Perkawinan.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
16
penis, anggota tubuh lainnya seperti tangan, atau
dengan benda-benda tertentu secara paksa baik
dengan kekerasan atau ancaman kekerasan.19
Jadi
yang dimaksud dengan tanggung jawab perwalian
anak yang lahir dari ibu dibawah umur akibat
pemerkosaan oleh ayah tiri adalah tanggung jawab
untuk menjadi wakil dari seorang anak yang
dilahirkan oleh seorang ibu yang belum mencapai
batas minimal usia perkawinan dan ia merupakan
anak hasil pemerkosaan ayah tiri untuk melakukan
suatu perbuatan hukum. Jadi, ibu anak tersebut
(anak yang dibahas perwaliannya) merupakan
korban perkosaan oleh ayah tirinya. Dan ibu dari
anak (anak yang dibahas perwaliannya) dalam
skripsi ini masih berumur di bawah batas minimal
usia perkawinan, yakni belum berusia 16 tahun.
H. Metode Penelitian
Dalam metode penelitain ini, metode yang digunakan penyusun
adalah:
1. Jenis Penelitian
19
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemerkosaan, diakses pada selasa 7 November 2017 jam 10;52
WIB.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
17
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian lapangan (field
research) yang datanya ditemukan dari data-data lapangan sebagai objek
penelitian untuk memperoleh data validitas. Data yang diperlukan antara
lain:
a. Lahirnya anak dari ibu di bawah umur akibat pemerkosaan oleh
ayah tiri.
b. Penanggung jawab perwalian atas anak tersebut.
2. Sumber Data
Sumber data adalah sumber darimana data diperoleh.20
Maka
sumber data yang diperoleh adalah:
a. Sumber data primer, yaitu sumber data yang sifatnya penting dan
memungkinkan untuk mendapatkan sejumlah informasi yang
diperlukan dan berkaitan dengan penelitian lapangan.21
Yang merupakan sumber data primer dalam penelitian ini adalah kasus
tanggung jawab perwalian anak yang lahir dari ibu di bawah umur
akibat pemerkosaan oleh ayah tiri di Kelurahan Jemurwonosari
Kecamatan Wonocolo Kota Surabaya. Namun penulis tidak
mendapatkan sumber primer yang dimaksud, dikarenakan yang
bersangkutan sulit ditemui dan tidak dapat diwawancarai. Namun
penulis hanya mendapat sumber data tentang kasus tanggung jawab
20
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Bina Aksara,
2002), 102. 21
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: PT Raja Grasindo, 1997), 116.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
18
perwalian anak yang lahir dari ibu di bawah umur akibat pemerkosaan
oleh ayah tiri di Kelurahan Jemurwonosari Kecamatan Wonocolo kota
Surabaya dari Sulis (sanak saudara korban), Sugiani (tetangga korban)
dan Pak Darmudji (ketua Rt 06). Penulis memilih ketiga informan
tersebut karena mereka adalah orang yang mengetahui peristiwa
tersebut dan ketua Rt adalah orang yang mempunyai pengaruh di
kalangan masyarakat gang Benteng I.
c. Sumber data sekunder, yaitu sumber data yang diperoleh atau
dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-
sumber yang telah ada. Data ini biasanya diperoleh dari perpustakaan
atau laporan-laporan penelitian terdahulu.22
Adapun sumber data sekunder dalam penelitain ini adalah buku
atau artikel-artikel yang berkaitan dengan penelitian tersebut, yaitu:
1) Wahbah Al Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu 10, Penerjemah ,
Abdul Hayyie al-Kattani, dkk; Penyunting, Budi Permadi,
(Jakarta: Gema Insani, 2011)
2) H. F. A Vollmar, Pengantar Studi Hukum Perdata jilid I, (Jakarta:
Rajawali, 1992)
3) Kompilasi Hukum Islam
4) Undang-Undang No 1 tahun 1974 tentang Perkawinan
5) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
22
Iqbal Hasal, Analisis Data penelitian Dengan Statistik (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), 19.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
19
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam hal ini proses pengumpulan data menggunakan beberapa
teknik pengumpulan data sebagai berikut:
a. Observasi
Yaitu pengamatan secara langsung terhadap lokasi tempat
kasus yang akan diteliti. Dalam hal ini kasus tersebut berlokasi di
Kelurahan Jemurwonosari Kecamatan Wonocolo Kota Surabaya.
Penulis melakukan observasi sekitar pertengahan bulan November
tahun 2017 dan mengetahui keadaan RA saat hamil. Namun pada
observasi kedua, akhir Maret 2018 penulis tidak bertemu dengan RA
karena ia dan kedua orang tuanya telah pergi meninggalkan rumah.
b. Interview (wawancara)
Yaitu teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti
untuk mendapatkan keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan
berhadapan secara langsung dengan orang yang dapat memberikan
keterangan pada si peneliti.23
Wawancara yang dilakukan untuk
memperoleh data dari wawancara dengan beberapa responden, yang
peneliti gunakan dalam skripsi ini adalah wawancara langsung
dengan Ibu Sulis selaku saudara korban, Ibu Sugiani selaku tetangga
korban dan Pak Darmudji sebagai ketua Rt 06.
4. Identitas Informan
23
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Cet III (Jakarta: Bumi Aksara, 1995),
64.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
20
Dalam penelitian ini, penulis mendapatkan informasi mengenai
kasus perwalian anak yang lahir dari ibu di bawah umur akibat
pemerkosaan oleh ayah tiri dari tiga informan, yakni Ibu Sulis selaku
sanak saudara dari korban (RA), Ibu Sugiani selaku tetangga korban dan
Pak Darmudji selaku ketua Rt 06 gang Benteng I.
5. Teknik Analisis Data
Setelah semua data terkumpul, langkah selanjutnya adalah
menganalisis data. Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis
data kualitatif yang bersifat deskriptif, yakni penelitian yang bertujuan
menggambarkan suatu keadaan yang dipandang dari sudut sosial.24
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pola pikir induktif,
yaitu menggambarkan kasus tanggung jawab perwalian anak yang lahir
dari ibu di bawah umur akibat pemerkosaan oleh ayah tiri di Kelurahan
Jemurwonosari Kecamatan Wonocolo Kota Surabaya, kemudian dianalisa
dengan hukum Islam dan hukum perdata kemudian disimpulkan.
I. Sistematika Pembahasan
Agar penulisan skripsi ini lebih sistematis dan terarah maka
sistematika pembahasan dapat dibagi menjadi lima bab dengan pembagian:
Bab pertama dalam skripsi ini merupakan pendahuluan yang berisi:
latar belakang, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah,
24
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Cet. IX (Yogyakarta:
Rineka Cipta, 1998), 146.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
21
kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi
operasional, metode penelitain, dan sistematika pembahasan.
Bab kedua dalam skripsi ini merupakan tinjauan teoritis tentang
perwalian anak yang meliputi: definisi perwalian anak, ketentuan perwalian
anak dalam hukum Islam (Al Quran, hadits, pendapat fuqoha, Kompilasi
Hukum Islam dan Undang-Undang No I tahun 1974 tentang Perkawinan),
ketentuan perwalian anak dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,
serta hal-hal yang berkaitan dengan perwalian anak.
Bab ketiga dalam skripsi ini berisi data yang berkenaan dengan
hasil penelitian. Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran umum dari
lokasi penelitian, yaitu gambaran umum tentang Kelurahan Jemurwonosari
Kecamatan Wonocolo Kota Surabaya, serta deskripsi tentang Tanggung
Jawab Perwalian Anak yang Lahir dari Ibu di Bawah Umur Akibat
Pemerkosaan oleh Ayah Tiri.
Bab keempat dalam skripsi ini berisi tentang analisis pembahasan
tentang Tanggung Jawab Perwalian Anak yang Lahir dari Ibu di Bawah
Umur Akibat Pemerkosaan oleh Ayah Tiri yang meliputi:
a. Analisis hukum Islam
b. Analisis hukum perdata
Bab kelima dalam skripsi ini merupakan penutup yang meliputi
kesimpulan dan saran. Kesimpulan yang menjadi jawaban dari beberapa
pokok permasalahan yang ada pada rumusan masalah dan saran-saran yang
akan menjadi alasan adanya pembahasan yang lebih lanjut.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
22
BAB II
KONSEP PERWALIAN DALAM HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA
A. Pengertian Perwalian
1. Pengertian Perwalian dalam Hukum Islam
Istilah wali berasal dari bahasa arab waliy, yang berarti
“pemegang suatu wilayah, yaitu kuasa menangani suatu urusan, baik
umum maupun khusus”. Dalam fikih, wali berarti “kewenangan
melakukan akad tanpa harus menunggu persetujuan orang lain”.1
Perwalian ialah suatu keadaan dimana orang yang menjadi
pengampu anak yang belum dewasa diberi beban untuk menjadi
pengawas dan pengelola atas diri dan harta anak..2
Perwalian dalam arti umum yaitu segala sesuatu yang
berhubungan dengan wali. Wali mempunyai banyak arti, antara lain:
a. Orang yang menurut hukum (agama, adat), diserahi kewajiban
mengurus anak yatim serta hartanya, sebelum anak itu dewasa.
b. Penguasa pengantin perempuan pada waktu nikah (yaitu yang
melakukan janji nikah dengan pengantin laki-laki).
c. Orang sholeh (suci), penyebar agama.
d. Kepala pemerintah dan lain sebagainya.3
1Perpustakaan Nasional RI: Katalog dalam Terbitan (KDT), Ensiklopedi Islam (Jakarta: Ichtiar
Baru Van Hoeve, 2005), 243. 2H. F. A VÖllmar, Pengantar Studi Hukum Perdata, I. S Adiwimarta (Jakarta: Rajawali, 1992),
150. 3Tihami, Sohari Sahrani, Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers,
2010), 207.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
Perwalian adalah pengaturan orang dewasa terhadap urusan
orang yang “kurang” dalam kepribadian dan hartanya.Yang dimaksud
kurang disini adalah orang yang tidak sempurna ahliyah al ada>’-nya,
baik itu kehilangan ahliyah al ada>’-nya sama sekali, seperti anak yang
belum mumayyiz, maupun yang ahliyah al ada>’-nya kurang, seperti
anak yang mumayyiz. Orang ini untuk disebut alqa>s}ir atau orang
yang tidak sempurna ahliyah al ada>’-nya.4
Menurut ulama Hanafiyyah, perwalian adalah melaksanakan
ucapan atas orang lain, baik ia setuju maupun tidak.5
Dalam KHI (Kompilasi Hukum Islam) pasal 1 huruf h
dinyatakan bahwa perwalian adalah kewenangan yang diberikan
kepada seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan hukum sebagai
wakil untuk kepentingan dan atas nama anak yang tidak mempunyai
kedua orang tua, orang tua yang masih hidup, tidak cakap melakukan
perbuatan hukum.6
Menurut Subekti, perwalian berasal dari wali yang
mempunyai arti bahwa orang lain sebagai pengganti orang tua
menurut hukum diwajibkan mewakili anak yang belum dewasa atau
belum baligh dalam melakukan perbuatan hukum.7
4Wahbah, Azzuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu juz 10, Abdul Hayyie Al-Kattani, dkk (Jakarta:
Gema Insani, 2011), 82 5Ibid. 82. 6Kompilasi Hukum Islam Pasal 1 Huruf h (Jakarta: Pertama Press, Tt), 2.
7Soedaryono Soimin, Hukum Orang dan Keluarga Perspektif Hukum Perdata Barat/BW, Hukum Islam, dan Hukum Adat, (Jakarta: Sinar Grafika, 2002), 55.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
24
Wahbah Zuhaili dalam bukunya Fiqih Islam Waadillatuhu
membagi perwalian menjadi dua macam yaitu:
a. Perwalian atas diri seseorang
Perwalian atas diri seseorang yaitu mengatur urusan orang
yang kurang ahliyathu al ada>’-nya, baik manjaga, merawat,
mendidik, menikahkan, dan lain-lain.
b. Perwalian atas harta benda
Perwalian atas harta benda adalah mengatur perputaran
harta seseorang yang kurang ahliyathu al ada>’-nya, baik dalam
perdagangan, sewa, gadai, dan lain-lain.8
Dari beberapa pengertian perwalian di atas dapat
disimpulkan bahwa perwalian adalah kekuasaan seseorang untuk
memelihara dan mengurus diri anak yang belum dewasa termasuk
juga memelihara dan mengurus harta bendanya.
2. Pengertian Perwalian dalam KUH Perdata
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pasal 330 ayat
3 dinyatakan: “Mereka yang belum dewasa dan tidak berada di bawah
kekuasaan orang tua, berada di bawah perwalian atas dasar dan cara
8Wahbah Al Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu juz 10..., 82.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
25
sebagaimana teratur dalam bagian ketiga, kelima, dan keenam bab
ini”.9
Menurut Abdulkadir Muhammad, perwalian merupakan
kewajiban hukum yang dilakukan seorang wali untuk melakukan
pengawasan dan mengurus diri anak yang belum dewasa serta harta
bendanya.10
Perwalian menurut Ali Afandi adalah pengawasan terhadap
pribadi dan pengurusan harta kekayaan seorang anak yang belum
dewasa jika anak tersebut tidak berada di bawah kekuasaan orang tua.
Jadi dengan demikian anak yang orang tuanya telah bercerai atau jika
salah satu dari mereka atau semuanya meninggal dunia, ia berada di
bawah perwalian.11
Menurut Subekti perwalian adalah pengawasan terhadap anak
yang di bawah umur, yang tidak berada di bawah kekuasaan orang tua
serta pengawasan benda atau kekayaan anak tersebut diatur oleh
undang-undang.12
Dengan demikian, pada intinya perwalian adalah pengawasan
atas orang sebagaimana diatur dalam undang-undang dan pengelolaan
barang-barang dari anak yang belum dewasa. Dalam artian bahwa
9R. Subekti, R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta: Pradnya Paramita,
2004), 90. 10
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, (Bandung: PT. Citra Aditya bakti, 2000),
98. 11
Ali Afandi, Hukum Waris Hukum Keluarga Hukum Pembuktian, (Jakarta: Bina Aksara, 1986),
156. 12
Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Bandung: PT. Intermasa, 1980), 52.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
26
perwalian itu diperuntukkan bagi seseorang dan perwalian itu
dijalankan oleh seseorang.13
B. Dasar Hukum Perwalian Anak
1. Dasar Hukum Perwalian Anak dalam Hukum Islam
Artinya: “ dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang
sudah dewasa) harta mereka, janganlah kamu
menukar yang baik dengan yang buruk, dan
janganlah kamu makan harta mereka bersama
hartamu. Sungguh, (tindakan memakan dan
menukar) itu adalah dosa yang besar. (QS Al-Nisa>’:
04) 14
Ayat ini menjelaskan tentang kewajiban para wali dan
penerima wasiat untuk menjaga dan menggunakan harta anak yatim
dengan baik.15
Serta larangan mengambil harta yang bernilai untuk
pribadi si wali dan menukarnya dengan yang buruk untuk diberikan
kepada anak yatim.16
13
Vollmar, Pengantar Studi Hukum Perdata, (Jakarta: Rajawali,1992), 150. 14
M. Quraisy Shihab, Al-Qur’andan Ma’nanya, (Tangerang: Lentera Hati, 2010), 77. 15
Ahmad Mustafa Al-Maragi, Terjemah tafsir Maragi, juz 4, terj. Bahrun Abu Bakar, Hery Noer
Aly, (Semarang: CV. Toha Putra, 1974), 33. 16
M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Volume 2, 321.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
27
Artinya: “dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang
yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang
ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah
sebagai pokok kehidupan. berilah mereka belanja
dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah
kepada mereka kata-kata yang baik”. (Al-Nisa>’;
05)17
Ayat ini melarang memberi harta kepada para pemilik yang
tidak mampu mengelola hartanya dengan baik. Quraish Shihab dalam
kitabnya Tafsir Mishbah menyatakan bahwa himbauan ini ditujukan
kepada para wali, suami, atau siapa saja yang mengampu harta
seseorang yang belum sempurna akalnya baik yatim, anak kecil,
orang dewasa, pria ataupun wanita.18
Dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir diterangkan, bahwa Allah
Swt melarang untuk menyerahkan harta kepada orang-oang yang
belum sempurna akalnya, yaitu anak yang belum baligh, orang gila
dan orang dewasa yang tidak dapat mengatur harta bendanya. Mereka
seharusnya tidak diberi kesempatan untuk mengatur sendiri harta
benda yang menjadi sandaran hidupnya. Dilarang memberi harta
kepada mereka, namun wajib bagi sang waris yang menguasai
hartanya memberi pakaian dan belanja dari harta mereka itu dengan
disertai ucapan serta perkataan yang baik kepada mereka.19
17
M. Quraisy Shihab, Al-Qur’an dan Ma’nanya...,77. 18
M. Quraish Shihab, Tafsir Al Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an (Jakarta: Lentera
Hati, 2002), 417-418. 19
Salim Bahreisyi, Said Bahreisy, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir Jilid II, (Surabaya: PT
Bina Ilmu, 1990), 307.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
28
2. Dasar Hukum Perwalian Anak dalam KUH Perdata
Mengenai pewalian anak diatur dalam KUH Perdata Bab XV
(Pasal 330-417). Pasal 330 menyatakan bahwa yang belum dewasa
adalah mereka yang belum mencapai umur genap 21 tahun dan tidak
lebih dahulu kawin.
Pada pasal 331 KUH Perdata mengatakan bahwa dalam tiap-
tiap perwalian, kecuali apa yang ditentukan dalam pasal 351 dan 361,
hanya ada satu orang wali. Perwalian terhadap anak-anak dari bapak
dan ibu yang sama, sekedar anak-anak pun mempunyai seorang wali
pula, harus dianggap sebagai satu perwalian.20
Pasal 345 berbunyi:
apabila salah satu dari kedua orang tua meninggal dunia, maka
perwalian terhadap anak-anak kawin yang belum dewasa, demi hukum
dipangku oleh orang tua yang hidup terlama, sekedar ini tidak telah
dibebaskan atau dipecat dari kekuasaan orang tuanya. Pasal 355
menyatakan bahwa masing-masing orang tua, yang melakukan
kekuasaan orang tua, atau wali bagi seorang anak atau lebih, berhak
mengangkat seorang wali bagi anak-anak itu. Jika kiranya perwalian
itu setelah ia meninggal dunia demi hukum atau karena penetapan
hakim, menurut ayat terakhir pasal 353, tidak harus dilakukan oleh
orang tua yang lain. Pasal 383 menyatakan bahwa setiap wali harus
menyelenggarakan pemeliharaan dan pendidikan terhadap pribadi si
belum dewasa sesuai dengan harta kekayaannya pun ia harus
20
R. Subekti, R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata..., 91.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
29
mewakilkannya dengan segala tindak perdata, sebelum dewasa harus
menghormati walinya.
Sementara pada pasal 385 dijelaskan bahwa wali harus
mengurus harta kekayaan si belum dewasa laksana seorang bapak
rumah tangga yang baik, dan karenanya pun bertanggung jawab atas
biaya, rugi dan bunga yang timbul kiranya karena taat
pemeliharaannya yang buruk.
Bagi seorang wali pada dasarnya diwajibkan melaksanakan
tugasnya dengan baik, kalaupun terjadi kelalaian maka seorang wali
juga harus bertanggung jawab atas semua yang ia lakukan, dan jika
sampai merugikan anak yang berada di bawah perwaliannya maka ia
harus mengganti kerugian tersebut karena itu adalah hak dari anak
tersebut.
C. Sebab-Sebab Terjadinya Perwalian
1. Sebab-Sebab Terjadinya Perwalian dalam Hukum Islam
Sebab-sebab perwalian itu pada pokoknya menitik beratkan
pada tiga hal yakni yang belum dewasa, orang bodoh dan idiot (orang
yang dewasa serta mengobralkan kekayaan/hartanya) dewasa
menderita sakit ingatan.
a. Belum Dewasa
Ketentuan tentang kedewasaan seseorang menurut hukum
Islam dapat ditentukan melalui beberapa jalan yaitu:
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
30
1) Ditetapkan dengan adanya ciri khas kedewasaan. Seperti
menstruasi bagi orang wanita atau ih}tila>m (keluar sperma)
bagi laki-laki.
2) Ditetapkan dengan tercapainya umur tertentu. Apabila ciri-
ciri kedewasaan tersebut di atas tidak didapatkan pada
seseorang, karena ia mendapat gangguan jasmaniah, maka
kedewasaan itu dapat ditetapkan dengan tercapainya umur
tertentu.21
Menurut ulama Malikiyah dan Hanafiyah apabila
seorang laki-laki telah mencapai umur 18 tahun dan seorang
perempuan mencapai umur 17 tahun, maka mereka adalah orang
dewasa. Sedangkan menurut ulama’ Syafi’iyyah dan Hanabilah
kedewasaan seseorang laki-laki maupun perempuan dengan
tercapainya umur 15 tahun.22
Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa untuk
menentukan suatu kedewasaan seseorang yang telah mencapai
pada usia tertentu, dari kalangan ulama madzhab menentukan
kedewasaan seseorang lebih menitik beratkan pada tanda-tanda
dari segi biologisnya, sehingga kedewasaan selalu dilihat dari
keumuman apabila seseorang telah mengeluarkan mani, baik itu
21
Muhammad Yahya dan Fatchur Rahman, Dasar-Dasar Pembinaan Fiqih Islam, (Bandung: AL-
MA’ARIF, 1986), 168. 22
Ibid. 168
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
31
dalam keadaan tidur maupun tidak serta telah haid (menstruasi
bagi seorang perempuan).
b. Orang yang pelupa
Sebab terjadinya juga berlaku bagi anak yang belum
dewasa namun yang pelupa juga merupakan salah satu sebab
terjadinya perwalian sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-
Baqarah: 282.
...
Artinya: “Jika yang berhutang itu orang yang lemah
akalnya atau lemah (keadannya) atau dia sendiri
tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah
walinya mengimlakkan dengan adil.” (QS. Al-
Baqarah: 282)23
Dari ayat di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa
seorang yang bodoh atau lemah karena telah tua, hendaknya dia
mengangkat seorang wali yang dapat mewakilinya dalam segala
hal baik itu untuk dirinya sendiri maupun untuk hartanya.
Menurut Imamiyah, Hambali dan Hanafi, apabila seorang
anak kecil telah menginjak masa baligh dan dalam keadaan
mengerti lalu terkena ke-safih-an (idiot), maka perwaliannya
23
M. Quraisy Shihab, Al-Qur’an dan Ma’nanya..., 48.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
32
berada di tangan hakim, tidak pada ayah dan kakek, apabila tidak
ada orang-orang yang menerima wasiat dari mereka berdua.24
Maksud dari orang yang lupa adalah orang yang tidak
mampu mengurus dirinya sendiri, sehingga perbuatannya sering
merugikan dirinya sendiri dan masalah fikih orang yang pelupa
disamakan dengan orang yang bodoh, karena orang yang lupa itu
lemah ingatannya.
c. Orang yang menderita sakit ingatan
Orang yang sakit ingatan tidak dapat berfikir dengan baik,
maka hendaknya mengangkat seorang wali untuk mengurus
dirinya dan hak miliknya. Sebab orang yang gila atau idiot atau
setengah gila tidak dapat memberikan kemaslahatan untuk dirinya
sendiri juga terhadap hartanya.
Orang yang gila dari sebab tanggung jawab, sebagaimana
h}adith Nabi saw:
ودعن عن ي مإب راىحادعن عن هااللهعائشةرضياألس علي واللرسهو لأنعن ت ي قظحتالنائمهثلث عن القلمهرهفعقالوسلم وعني تلمحتالصبيوعنيس
ن هو ن ج (ومسلمالبخارىرواه)يهفي قحتامل
Artinya: “Diangakatlah hukum itu dari tiga perkara dari
seorang yang tidur hingga ia bangun dari anak-
anak hingga ia bermimpi (dewasa) dari orang-
orang gila hingga ia sembuh.” (HR. Bukhari dan
Muslim).25
24
Abd Rahman Ghazaly, Fiqih Munakahat, (Bbogor: Kencana, 2003), 168-169. 25
Kamal Muchtar, Asas-Asas Hukum Islam tentang Perkawinan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1994),
94-95.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
33
Dari h}adith di atas dapat dipahami bahwa yang dapat
dibebani pertanggung jawaban hukum hanyalah mereka yang
berakal fikiran dan kemauan sendiri karena orang yang tidak
berakal fikiran merupakan orang yang tidak mengetahui
pertimbangan sama sekali dalam segala tindakannya yang disertai
tanggung jawab, sehingga merugikan dirinya sendiri dan orang
lain.
2. Sebab-Sebab Perwalian Anak dalam KUH Perdata
Sebab-sebab perwalian pada hukum perdata menitik beratkan
pada anak yang belum dewasa. Sebagaimana dalam pasal 330
dinyatakan bahwa mereka yang belum dewasa adalah mereka yang
belum mencapai umur genap 21 tahun dan tidak lebih dahulu menikah.
Apabila perkawinan itu dibubarkan sebelum umur mereka genap dua
puluh satu tahun, maka mereka tidak kembali lagi dalam kedudukan
belum dewasa.26
Menurut Ali Afandi orang yang belum dewasa adalah orang
yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum pernah kawin. Karena
dia telah kawin, jadi unsur penting sebelum menentukan kedewasaan
seseorang adalah:
a. Mereka yang belum mencapai umur 21 tahun
26
R. Subekti, R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta: Pradnya Paramita,
2004), 90.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
34
b. Mereka yang belum kawin.27
Menurut Vollmar terlepas dari batas-batas umur dalam hal-hal
khusus, ada suatu batas khusus dengan suatu pribadi di dalam yang
sudah dan yang belum dewasa jika dahulu kedewasaan orang adalah 23
tahun dengan Undang-Undang Anak tahun 1901 sebagaimana
disebutkan dalam nomor terdahulu, batasnya diturunkan menjadi 21
tahun. Orang dapat memperoleh kedudukan sebagai orang dewasa
lebih awal dengan surat-surat pernyataan sudah dewasa, suatu
kedewasaan akan segera ada dikarenakan terjadinya suatu
perkawinan.28
Adapun menurut Kansil seseorang yang dianggap telah
dewasa adalah mereka yang telah dapat/telah memiliki hak untuk
dapat mengeluarkan pendapatnya sendiri untuk dirinya sendiri maupun
untuk orang lain. Atau caranya melalui pemilihan umum dan salah satu
syarat utama bagi seorang pemilih dalam pemilihan umum adalah
sudah genap 17 tahun atau sudah pernah kawin sehingga dia memiliki
hak untuk memilih atau mengeluarkan pendapatnya.29
Disamping itu kedewasaan seseorang dapat diketahui pada
saat dia akan melakukan perkawinan, sebagaimana tercantum pada
pasal 6 ayat (2) Undang-Undang tentang Perkawinan berbunyi: ”untuk
27
Ali Afandi, Hukum Waris Hukum Keluarga dan Hukum Pembuktian, 153. 28
Vollmar, Pengantar Studi Hukum Perdata..., 137. 29
Cst. Kansil, Hukum Tata Negara Republik Indonesia, (Jakarta: Bina Aksara, 1987), 19.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
35
melangsungkan perkawinan seseorang yang belum mencapai umur 21
tahun harus mendapat izin dari orang tua.” Juga pada pasal 7 ayat (1)
Undang-Undang tentang Perkawinan yang berbunyi : “perkawinan
hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan
pihak wanita mencapai umur 16 tahun.”30
Sama halnya pada BW pasal 29 yang berbunyi : “seorang
jejaka belum mencapai umur genap 18 tahun dan seorang gadis belum
mencapai umur genap 15 tahun maka ia tidak boleh mengikat dirinya
dalam ikatan perkawinan.”31
Dari pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa untuk
menentukan seseorang telah dewasa terdapat perbedaan antara undang-
undang dan ahli fiqih dimana hukum fiqih untuk menentukan
kedewasaan seseorang lebih menitik beratkan pada tanda-tanda dari
segi biologisnya sehingga untuk menentukan umur kedewasaan
seseorang selalu dilihat dari kedewasaannya seseorang telah
mengeluarkan mani untuk pria dan wanita telah haid (menstruasi).
Adapun menurut undang-undang lebih menitik beratkan kedewasaan
seseorang pada segi usianya/umurnya, umur 21 tahun adalah pendapat
paling kuat untuk menentukan kedewasaan pada saat sekarang
sebagaimana KUH Perdata pasal 330.
D. Syarat-Syarat dan yang Berhak Menjadi Wali
30
Undang-Undang Perkawinan di Indonesia, 7-8. 31
R. Subekti, R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata..., 8.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
36
1. Syarat-Syarat dan yang Berhak Menjadi Wali dalam Hukum Islam
a. Syarat-Syarat Menjadi Wali
Adapun syarat-syarat seseorang bisa menjadi wali adalah:
1) Sudah baligh
2) Berakal
3) Mampu mendidik anak
4) Amanah atas akhlak anak
5) Dan beragama Islam bagi muslim dan muslimah32
Orang yang menjadi wali dan diwasiati menjadi wali
disyaratkan harus baligh, mengerti, seagama dan adil.33
demikian
menurut ulama para ulama madzhab sepakat bahwa seorang wali
maupun orang yang diwasiati oleh si wali harus baligh, mengerti dan
adil. Para ulama madzhab juga bersepakat bahwa tindakan yang
dilakukan wali selama dalam memanfaatkan harta orang yang berada
dalam perwaliannya itu baik dan manfaat maka itu sah.34
Syarat bagi seorang wali yang pertama harus baligh atau
dewasa. Hal ini disebabkan karena anak kecil sekalipun sudah
mumayyiz anak tersebut masih membutuhkan orang lain untuk
mengurus serta mengasuhnya sehingga bila seorang wali belum
32
Wahbah, Azzuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu juz 10, (Jakarta: Gema Insani, 2011), 83. 33
H. M. A. Tuhami dan Sohari sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap, (Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2010), 210. 34
Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqh Lima Madzhab, (Jakarta: Basrie Press, 1994), 454.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
37
dewasa maka tidak boleh menangani urusan orang lain.35
Adapun
orang atau wali yang sudah dewasa, hak perwaliannya serta
ucapannya dianggap sah dan dapat dipertanggung jawabkan.36
Adapun syarat yang kedua adalah megerti (faham) atau
berakal. Syarat ini disepakati oleh para fuqaha sebagai syarat sahnya
perwalian. Orang yang tidak berakal atau gila tidak sah menjadi wali.
Hal ini disebabkan karena ia tidak dapat membedakan antara yag
benar dan yang salah juga tidak dapat mengurus dirinya sendiri.
Sehingga mana mungkin ia mengurus urusan orang lain padahal
mengurus urusannya sendiri dia tidaklah mampu. Selain itu juga
mereka yang tidak berakal tidak berhak melakukan suatu akad
(transaksi jual beli dan sebagainya) karena apa yang diucapkan
olehnya itu tidak mempunyai implikasi hukum.37
Syarat yang terakhir untuk menjadi seorang wali yaitu adil.
Adapun pengertian adil sendiri para ulama berbeda pendapat namun
tetap semakna. Menurut ulama Syafi’iyyah, adil yaitu menjauhkan
diri dari dosa besar dan meninggalkan kebiasaan melakukan dosa-
dosa kecil. Ulama Hanafiyah mendefinisikan adil cukup dilihat dari
keIslamannya dan dikenal tidak pernah melakukan hal yang
diharamkan. Dari kalangan ulama Malikiyyah mengartikan adil yaitu
35
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 8, terj. Mohammad Thalib, (Bandnung: Alma’arif, 1980), 179. 36
Muhammad Abid Abdullah Al-Kabisi, Hukum Wakaf Kajian Kontenporer Pertama dan
Terlengkap tentang Fungsi dan Pengelolaan Wakaf serta Penyelesaian Atas sengketa wakaf,
(Jakarta: Dompet Dhuafa Republika dan IMAN, 2004), 463. 37
Ibid. 461.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
38
patuh terhadap perintah agama dengan senantiasa menjauhkan diri
dari dosa-dosa besar maupun dosa-dosa kecil serta menjalankan
amanah dan berperilaku baik. Sedangkan menurut ulama Hanabilah
menyatakan adil itu baik sikap keagamaannya serta menjaga
kehormatan dirinya dengan senantiasa memperindah perilakunya dan
meninggalkan hal yang akan mengotorinya. Menurut ulama
Imamiyah adil merupakan sikap konsisten dalam beramal baik
(melaksanakan yang diperintahkan dan menjauhi yang dilarang). Jadi
dari perbedaan definisi di atas dapat diambil kesimpulannya bahwa
orang yang adil itu memiliki ciri dia selalu menjauhkan diri dari dosa
besar maupun kecil, kebaikannya melebihi kejahatannya dan
kebenarannya lebih banyak dari salahnya.38
Wahbah Zuhaili dalam
bukunya Fiqih Islam Waadillatuhu mengartikan adil adalah menjauhi
maksiat dan dosa besar seperti zina, qadzaf, minum khamar, mencuri,
tidak terus menerus dalam dosa kecil, seperti selalu mengintip
wanita.39
b. Yang Berhak menjadi Wali
Urutan wali atas diri seseorang menurut ulama
Hanafiyyah adalah:
1) Anak
38
Muhammad Abid Abdullah Al-Kabisi, Hukum Wakaf Kajian Kontenporer Pertama dan
Terlengkap,,, 464-466. 39
Wahbah, Al Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu juz 10..., 87-88.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
39
2) Bapak
3) Saudara laki-laki
4) Paman
Adapun dalam madzhab Maliki adalah:
1) Anak
2) Bapak
3) Orang yang diwasiati
4) Saudara laki-laki
5) Kakek
6) Paman
Para ulama sepakat bahwa wali anak kecil adalah
ayahnya, sedangkan ibunya tidak mempunyai hak perwalian
kecuali menurut sebagian kecil pendapat sebagian ulama
Syafi’iyyah. Selanjutnya para ulama madzhab berbeda pendapat
tentang wali yang bukan ayah.
Hambali dan Maliki mengatakan : wali sesudah ayah,
adalah orang yang menerima wasiat dari ayah. Kalau ayah tidak
mempunyai orang yang diwasiati, maka perwalian jatuh ke tangan
hakim syar’i. Sementara kakek, sama sekali tidak mempunyai hak
dalam perwalian, sebab kakek-menurut mereka- tidak bisa
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
40
menempati posisi ayah. Kalau posisi kakek dari pihak ayah sudah
seperti itu, maka apalagi kakek dari pihak ibu.
Hanafi mengatakan: para wali sesudah ayah adalah orang
yang menerima wasiat dari ayah. Sesudah itu kakek dari pihak
ayah, lalu orang yang menerima wasiat darinya, dan kalau tidak
ada, maka perwalian jatuh ke tangan qa>d{i>.
Sementara Syafi’i mengatakan: perwalian beralih dari
ayah kepada kakek, dan dari kakek kepada orang yang menerima
wasiat dari ayah. Seterusnya, kepada penerima wasiat kakek, dan
sesudah itu kepada qa>ḍi>.40
Dalam KHI tidak dijelaskan secara eksplisit tentang
urutan siapa saja yang berhak menjadi wali. Hanya dijelaskan
dalam pasal 107 ayat (4) bahwa: “Wali sedapat-dapatnya diambil
dari keluarga anak tersebut atau orang lain yang sudah dewasa,
berpikiran sehat, adil, jujur dan berkelakuan baik, atau badan
hukum.” Di pasal berikutnya (108) bahwa: “Orang tua dapat
mewasiatkan kepada seseorang atau badan hukum untuk
melakukan perwalian atas diri dan kekayaan anak atau atau anak-
anaknya sesudah ia meninggal dunia”
40
Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab: Ja’fari, Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hambali,
Masykur A. B, Afif Muhammad, Idrus Al-Kaff (Jakarta: Lentera, 1996), 693-694.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
41
2. Syarat-Syarat dan yang Berhak Menjadi Wali dalam KUH Perdata
a. Syarat-Syarat Menjadi Wali
Di dalam KUH Perdata tidak secara eksplisit menerangkan
tentang syarat-syarat apa sajakah untuk seseorang bisa diangkat
menjadi seorang wali. Hanya saja di dalam KUH Perdata pasal
379 disebutkan mengenai orang yang sama sekali tidak boleh
menjadi wali, yaitu:
1) Pejabat-pejabat pengadilan
2) Orang yang sakit ingatan
3) Orang yang belum dewasa
4) Orang yang di bawah pengampuan
5) Orang yang dipecat dari kekuasaan orang tua perwalian
6) Para anggota pimpinan Balai Peninggalan Harta
Selain itu Lili Rasjidi dalam bukunya Hukum Perkawinan dan
Perceraian di Malaysia dan Indonesia menyebutkan bahwa seseorang
dapat juga dipecat dari hak perwaliannya karena alasan-alasan di
bawah ini:41
1) Berkelakuan buruk
2) Tidak cakap, menyalahgunakan wewenang, melalaikan
kewajibannya
41
Lili Rasjidi, Hukum Perkawinan dan Perceraian di Malaysia dan Indonesia (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 1991), 150.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
42
3) Karena dipecat dari perwalian lain karena alasan nomor (1) dan
(2) di atas, atau dipecat dari kekuasaan orang tua menurut pasal
319 (a) atau (2) nomor 1 dan 2
4) Dalam keadaan pailit
5) Melancarkan perkara di muka hakim terhadap anak di bawah
umur yang melibatkan kedudukan si anak dan harta bendanya
6) Mendapat hukuman karena kejahatan yang dilakukannya
terhadap anak yang berada di bawah kekuasaannya
7) Dihukum karena kejahatannya yang melanggar Bab XIII, XIV,
XVIII, XIX, XX Buku kedua Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana dilakukan terhadap anak belum dewasa yang berada di
bawah kekuasaannya.
8) Mendapat hukuman badan selama dua tahun atau lebih.
Dari ketentuan-ketentuan tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa seseorang dapat diangkat menjadi seorang wali
apabila tidak memiliki kriteria sebagaimana tersebut di atas.
b. Yang Berhak Menjadi Wali
Tentang siapa yang bisa ditetapkan sebagai wali dalam
KUH Perdata ada ketentuan sebagai berikut:
Pasal 332 : tiap orang wajib menerima penetapan sebagai
wali, kecuali beberapa orang yang boleh mengajukan keberatan yaitu,
sesuai yang tercantum dalam pasal 332a : seseorang yang diangkat
menjadi wali oleh salah satu dari kedua orang tua, seorang perempuan
yang bersuami. Keberatan ini harus dinyatakan di kepaniteraan
Pengadilan Negeri. Juga dalam pasal 347 orang-orang yang berada di
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
43
luar negeri dengan tugas pemerintah, anggota-anggota ketentaraan dan
angkatan laut.
Sementara dalam pasal 379 adalah mengenai orang yang
sama sekali tidak boleh menjadi wali, yaitu:
1) Pejabat-pejabat pengadilan
2) Orang yang sakit ingatan
3) Orang yang belum dewasa
4) Orang yang di bawah pengampuan
5) Orang yang dipecat dari kekuasaan orang tua perwalian
6) Para anggota pimpinan Balai Harta Peninggalan42
Badan-badan hukum tidak boleh diangkat menjadi wali.
Pengangkatan dilakukan dengan wasiat, atau dengan akta notaris
yang dibuat untuk keperluan itu semata-mata.43
Dalam pokok-pokok hukum perdata ada golongan orang
yang tidak dapat diangkat menjadi wali. Mereka itu ialah orang
yang sakit ingatan, orang yang belum dewasa, orang yang berada
di bawah curatele, orang yang telah dicabut kekuasaan sebagai
orang tua, jika pengangkatan sebagai wali untuk anak yang
menyebabkan pencabutan tersebut. Lain daripada itu, kepala dan
anggota-anggota lain Balai Harta Peninggalan (weeskamer) juga
tidak dapat menjadi wali, kecuali dari anak-anaknya sendiri.
42
Ali Afandi, Hukum Waris, Hukum Keluarga, Hukum Pembuktian..., 158. 43
Sudarsono, Hukum Kekeluargaan Nasional..., 31.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
44
Orang yang berwenang menjadi wali dalam hukum orang
dan keluarga, disebutkan:
1) Pengecualian menjadi wali
Pada asasnya dapat diterangkan bahwa setiap orang
yang dikecualikan oleh Undang-Undang untuk menjadi wali.
2) Wewenang seseorang menjadi wali
Seorang wali tidak dapat menerima perwalian tanpa
bantuan atau pendampingan atau izin tertulis dari suaminya.
Tetapi dapat disimpulkan bahwa bantuan atau pendampingan
itu dapat diganti dengan kuasa dari hakim.
3) Wewenang badan hukum menjadi wali
Sebagaimana dikatakan dalam pasal 355 (2) BW bahwa
badan hukum tidak boleh diangkat sebagai wali, kecuali jika
perwalian itu diperintahkan oleh Pengadilan.44
E. Tugas dan Tanggung Jawab Wali
1. Tugas dan Tanggung Jawab Wali dalam Hukum Islam
Adapun tugas dan tanggung jawab wali antara lain:
a. Wali wajib mengurus anak yang berada di bawah kekuasaannya
dan harta bendanya sebaik-baiknya dengan menghormati agama
dan kepercayaan anak itu.
44
Soetojo Prawirohamidjojo-Marthalana Pohan, Hukum Orang dan Keluarga, (Surabaya:
Airlangga University Press, 1995), 226.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
45
b. Wali wajib membuat daftar harta benda anak yang berada di
bawah kekuasaannya pada waktu memulai jabatannya dan
mencatat semua perubahan harta benda anak atau anak-anak itu.
c. Wali bertanggung jawab tentang harta benda anak yang berada
dibawah perwaliannya serta kerugian yang ditimbulkan karena
kesalahan atau kelalaiannya.
d. Wali tidak diperbolehkan memindahkan hak atau menggadaikan
barang-barang tetap yang dimiliki oleh anak yang berada di bawah
perwaliannya kecuali jika kepentingan anak mengharuskannya.45
Mengenai tugas dan tanggungjawab seorang wali dijelaskan
pada bab XV KHI:
Pasal 110 “(1) Wali berkewajiban mengurus diri dan harta orang
yang berada di bawah perwaliannya dengan sebaik-baiknya dan
berkewajiban memberikan bimbingan agama, pendidikan dan keterampilan
lainnya untuk masa depan orang yang berada di bawah perwaliannya. (2)
Wali dilarang mengikatkan, membebani dan mengasingkan harta orang
yang berada di bawah perwaliannya, kecuali bila perbuatan tersebut
menguntungkan bagi orang yag berada di bawah perwalianya yang tidak
dapat dihindarkan. (3) Wali bertanggung jawab terhadap harta orang yang
berada di bawah perwaliannya, dan mengganti kerugian yang timbul sebagai
akibat kesalahan atau kelalaiannya. (4) Dengan tidak mengurangai
ketentuan yang diatur dalam pasal 51 ayat (4) Undang-Undang No 1 tahun
1974, pertanggung jawaban wali tersebut ayat (3) harus dibuktikan dengan
pembuktian yang ditutup tiap satu tahun sekali.” Pada pasal berikutnya
(Pasal 111) dijelaskan bahwa: “(1) Wali berkewajiban mengembalikan
semua harta orang yang berada di bawah perwaliannya, bila yang
bersangkutan telah berumur 21 tahun atau telah menikah. (2) Apabila
perwalian telah berakhir, maka Pengadilan Agama berwenang mengadili
perselisihan antara wali dan orang yang berada di bawah perwaliannya
tentang harta yang diserahkan kepadanya.”
45
Lili Rasjidi, Hukum Perkawinan dan Perceraian di Malaysia dan Indonesia (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 1991), 145.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
46
2. Tugas dan Tanggung Jawab Wali dalam KUH Perdata
Pada pasal 383 hingga 408 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata mengatur tentang tugas dan kewajiban seorang wali,
diantaranya:
a. Menyelenggarakan pemeliharaan dan pendidikan terhadap anak
yang berada di bawah perwaliannya.
b. Mewakili anak dalam segala tindak perdata
c. Memohon ke pengadilan untuk memasukkan anak ke lembaga
pendidikan negara dalam hal kelakuan anak tidak terkendali.
d. Mengadakan pengurusan secara cermat atas segala harta benda
milik anak dan bertanggung jawab atas segala kerugian yang
ditimbulkannya.
e. Dilarang meminjam uang, mengasingkan barang-barang milik anak
tanpa persetujaun Pegadilan Negeri. Kalau ada izin, harus
dilakukan dengan cara lelang dihadapan umum.
f. Setiap akhir perwaliannya wajib membuat perhitungan tanggung
jawab penutup dan lain-lain.46
F. Pengangkatan dan Berakhirnya Perwalian
1. Pengangkatan dan Berakhirnya Perwalian dalam Hukum Islam
46
Lili Rasjidi, Hukum Perkawinan dan Perceraian di Malaysia dan Indonesia (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 1991), 150-151.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
47
a. Pengangkatan wali
Cara untuk mendapatkan seorang wali diatur dalam pasal
51 ayat (1) Undang-Undang No 1 tahun 1974 tentang Perkawinan
yang menentukan bahwa: “wali dapat ditunjuk oleh satu orang tua
yang menjalankan kekuasaan orang tua sebelum meninggal,
dengan surat wasiat atau dengan lisan di hadapan dua orang
saksi”
Sehingga dapat dipahami dari ketentuan tersebut di atas
bahwa cara penunjukan wali terdapat tiga macam:
1) Melalui lisan di hadapan dua orang saksi
2) Secara tertulis melalui surat wasiat
3) Dengan cara tertulis melalui penetapan hakim dalam hal
pencabutan.
Tentang siapa yang berhak menjadi wali, Undang-Undang
No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menyebutkan bahwa yang
akan menjadi wali dapat ditunjuk oleh satu orang tua yang
menjalankan kekuasaan orang tua sebelum ia meninggal dunia,
baik dengan surat wasiat maupun dengan lisan dengan dua orang
saksi (pasal 51 ayat (1) Undang-Undang No. 1 tahun 1974).
Dianjurkan agar orang yang ditunjuk sebagai wali berasal dari
keluarga sendiri, jika dimungkinkan, orang lain pun dapat menjadi
wali.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
48
Pemilihan wali yang masih mempunyai hubungan keluarga
ini dilakukan mengingat wali melakukan semua tugas, kewajiban
dan tugas kekuasaan orang tua yang meliputi juga penguasaan
terhadap harta si anak. Diharapkan wali yang masih mempunyai
hubungan keluarga maka kemungkinan terjadinya hal-hal yang
tidak diinginkan terhadap penyelewengan pemakaian harta untuk
keperluan pribadi oleh wali tidak akan terjadi.47
Dalam penunjukan melalui surat wasiat atau lisan bersifat
imperatif. Oleh karena itu, sebaiknya dilaksanakan dengan cara
yang memiliki kekuatan autentik. Agar tidak terjadi hal-hal yang
dapat merugikan anak, selain itu, pasal 51 ayat (2) menekankan
penunjukan wali diambil dari keluarga anak tersebut, atau orang
lain yang berkelakuan baik.
Menurut Ahrum Haerudin, penunjukan orang lain sebagai
wali oleh Pengadilan Agama, karena wali yang ada dicabut
kekuasaannya oleh Pengadilan Agama. Dengan demikian terjadi
adanya penunjukan wali (yang baru) dalam hal kekuasaan wali
yang telah dicabut.48
Wali tersebut ditunjuk oleh Pengadilan Agama yang
didahului dengan adanya permohonan kepada Pengadilan Agama,
permohonan mana didasarkan pada kepentingan anak yang
47
Abdurraman dan Riduan, Hukum Perkawinan, (Bandung: Alumni, 1978), 45. 48
Ahrum Haerudin, Pengadilan Agama..., 40.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
49
merupakan tanggung jawab seorang wali yang di tunjuk.49
Namun
apabila terjadi pencabutan kekuasaan seorang wali dikarenakan
kelalaiannya dalam menjalankan kewajibannya atau berkelakuan
tidak baik, hakim melalui keputusannya dapat menunjuk orang
lain untuk menjadi wali atas anak yang berada di bawah
perwaliannya. Hal ini dilakukan apabila si anak tidak lagi
mempunyai keluarga yang lain atau apabila hakim memandang
bahwa keluarga si anak tidak layak menjadi seorang wali karena
alasan-alasan tertentu.50
b. Berakhirnya Perwalian
Pada umumnya perwalian itu berakhir disebabkan oleh
beberapa hal yaitu:
1) Anak yang berada dibawah perwalian itu telah dewasa
2) Anak yang berada dalam perwalian itu meninggal dunia
3) Wali anak tersebut meninggal dunia
4) Wali itu dicabut haknya untuk melakukan perwalian51
Menurut ulama Hanafiyyah, habisnya masa perwalian
atas diri seorang anak adalah ketika mencapai usia lima belas
tahun, atau munculnya tanda keremajaan secara natural, dan anak
tersebut berakal serta dapat dipercaya untuk mengurus dirinya
49
Ibid, 40-41. 50
Bahder Johan Nasution-Sri Warjiyati, Hukum Perdata islam, (Bandung: Mandar Maju, 1997),
45. 51
Maratus Sholichah, Analisis Hukum Islam dan Hukum Positif terhadap Perkara Perwalian Anak
Kepada Ibu Tiri (Studi Kasus di Pengadilan Agama Tuban, No. 03/Pdt. P/2006/PA. Tuban),
(Skripsi--- IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2007), 38.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
50
sendiri, namun jika tidak maka tetap berada dibawah bimbingan
walinya.
Adapun untuk anak perempuan, masa perwaliannya habis
setelah ia menikah, karena setelah itu haknya menjadi tanggung
jawab suaminya. Jika belum menikah maka ia masih dalam
bimbingan walinya hingga usia tua dan dapat dipercaya untuk
membawa diri. Ulama Hanafiyyah tidak menjelaskan detail usia
tersebut, namun dilihat dari pendapat mereka menunjukkan usia
senja yang sudah tidak menginginkan laki-laki.
Adapun menurut madzhab Malikiyyah, habisnya masa
perwalian atas diri seseorang itu jika sebabnya sudah hilang. Dan
sebab itu adalah usia anak-anak atau sejenisnya seperti gila, idiot,
dan sakit. Adapun bagi perempuan, masa perwaliannya tidak habis
kecuali setelah melakukan hubungan badan dengan suaminya.52
Menurut KHI, perwalian berakhir bila anak yang berada
dalam perwalian telah berumur 21 tahun atau telah menikah dan
apabila hak perwaliannya dicabut oleh Pengadilan. Sedangkan
menurut UU No. 1 Tahun 1974, perwalian berakhir bila anak yang
berada dalam perwaliannya berumur 18 tahun atau telah menikah
dan apabila hak perwaliannya dicabut oleh Pengadilan serta
apabila anak yang ada dalam perwaliannya meninggal dunia.53
52
Wahbah, Al Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu juz 10, (Jakarta: Gema Insani, 2011), 84. 53
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia..., 101.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
51
Dalam hal pencabutan kekuasaan perwalian oleh
Pengadilan Agama karena permohonan kerabat anak yang berada
dalam perwalian itu disebabkan oleh beberapa hal yaitu:
1) Tidak sungguh-sungguhnya wali dalam memelihara anak yang
di bawah perwaliannya.
2) Terlantarnya pendidikan si anak dan tidak diberikannya
bimbingan agama terhadap anak.
3) Memindahtangankan harta benda si anak yang tidak untuk
kepentingan anak tersebut.
4) Si wali mempunyai perilaku yang tidak baik dan tidak patut
dicontoh oleh anak kecil.
5) Perbuatan dan keadaan lainnya yang semuanya dapat
merugikan kepentingan anak yang berada dalam
perwaliannya.54
2. Pengangkatan dan Berakhirnya Perwalian dalam KUH Perdata
a. Pengangkatan wali
Telah dijelaskan bahwa bagi sebagian anak belum dewasa
yang tidak bernaung di bawah kekuasaan orang tua dan yang
perwaliannya tidak telah diatur dengan cara yang sah, maka
Pengadilan Negeri harus mengangkat seorang wali, setelah
54
Ervan Hari Nugroho, Analisis Hukum Islam terhadap Perwalian Anak Oleh Ibu Tiri (Studi Kasus
Penetapan PA Tuban Dalam Perkara NO. 003/Pdt. P/2006/PA. Tuban), (Skripsi---,IAIN Sunan
Ampel, Surabaya, 2010), 44.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
52
mendengar atau memanggil dengan sah para keluarga sedarah atau
semenda. Pengangkatan itu diperlukan karena ada atau tidaknya si
bapak atau si ibu tidak diketahui, atau karena tempat tinggal atau
kediaman mereka tidak diketahui, maka oleh pengadilan diangkat
juga seorang wali.55
Secara garis besar pengangkatan perwalian itu ada dua
macam:
1) Perwalian oleh undang-undang
Ketentuan perwalian oleh undang-undang
dibedakan antara anak-anak sah dan anak-anak luar kawin.
Untuk anak-anak sah, maka sesudah salah satu dari kedua
orang tua meninggal dunia, maka yang berhak menjadi wali
adalah orang tua yang hidup terlama. Kecuali jika ia telah
dicabut dari kekuasaan menjadi wali atas anak-anaknya.
Jika saat terjadi perceraian istrinya hamil maka perwalian
atas anaknya yang belum lahir tidak diatur oleh undang-
undang. Perwalian atas anak-anak luar kawin adalah
kepada ibunya.56
2) Perwalian karena surat wasiat
Syarat-syarat perwalian karena surat wasiat yakni:
55
Sudarsono, Hukum Kekeluargaan Nasional, (Jakarta: Rineka Cipta,1991), 31. 56
Elise T. Sulistini, Rudy T. Erwin, Petunjuk Praktis Menyelesaikan Perkara Perdata (Jakarta:
BINA AKSARA, 1987), 153-154.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
53
a) Pengangkatan wali karena surat wasiat harus telah
terjadi oleh seorang orang tua yang pada saat itu
menjalankan kekuasaan orang tua atau perwalian
b) Sesudah kematiannya, perwalian itu tidak beralih baik
karena hukum ataupun berdasarkan ketetapan hakim
kepada orang tua yang lainnya
c) Orang yang mengadakan pengangkatan itu pada waktu
kematiannya memang memiliki kekuasaan orang tua
atau perwalian
d) Perwalian itu pada kematian orang yang mengadakan
pengangkatan harus betul-betul lowong.57
Perwalian Dalam KUH Perdata terdapat tiga macam
perwalian, yaitu:
1) Perwalian oleh suami atau istri yang hidup lebih lama, pasal
345-354 KUH Perdata. Pasal 345 KUH Perdata disebutkan:
“apabila salah satu dari kedua orang tua meninggal dunia, maka
perwalian terhadap anak-anak kawin yang belum dewasa, demi
hukum dipangku oleh orang tua yang hidup terlama, sekadar ini
tidak telah dibebaskan atau dipecat dari kekuasaan orang
tuanya.”
2) Perwalian yang ditunjuk oleh bapak atau ibu dengan surat
wasiat atau akta tersendiri.
57
Ibid. 154.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
54
Pasal 355 ayat 1 KUH Perdata menyatakan bahwa:
“orang tua masing-masing yang melakukan kekuasaan orang
tua atau perwalian atas seorang anak atau lebih berhak
mengangkat seorang wali atas anak itu apabila setelah ia
meninggal dunia perwalian itu tidak ada pada orang tua yang
lain baik dengan sendirinya ataupun karena putusan hakim
seperti termasuk dalam pasal 353 ayat 5 KUH Perdata.”
Dengan kata lain, orang tua masing-masing yang menjadi wali
atau memegang kekuasaan orang tua berhak mengangkat wali
kalau perwalian tersebut memang masih terbuka.
c. Perwalian yang diangkat oleh hakim
Pasal 359 KUH Perdata menentukan: “semua
minderjarige yang tidak berada di bawah kekuasaan orang tua
dan yang diatur perwaliannya secara sah akan ditunjuk seorang
wali oleh Pengadilan.”
b. Berakhirnya Perwalian
Berakhirnya sebuah perwalian yakni:
1) Jika mereka yang belum dewasa, setelah berada di bawah
suatu perwalian dipulangkan kembali di bawah kekuasaan
orang tua, pada saat penetapan untuk keperluan itu
diberitahukan kepada si wali
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
55
2) Jika mereka yang belum dewasa, setelah berada dibawah suatu
perwalian, dipulangkan kembali di bawah kekuasaan orang tua
menurut pasal 206 b atau 232 b, pada saat berlangsungnya
perkawinan
3) Jika anak-anak belum dewasa luar kawin dan telah diakui
menurut undang-undang, disahkan pada saat berlangsungnya
perkawinan yang mengakibatkan absahnya anak-anak itu,
atau saat pemberian surat-surat pengesahan.
4) Jika dalam hal teratur dalam pasal 453, orang yang berada di
bawah pengampuan, memperoleh kembali kekuasaan orang
tuanya, pada saat pengampuan itu berakhir.58
Selain dari pengunduran diri, seseorang dapat juga dipecat
dari hak perwaliannya karena alasan-alasan di bawah ini:
1) Berkelakuan buruk
2) Tidak cakap, menyalahgunakan wewenang, melalaikan
kewajibannya
3) Karena dipecat dari perwalian lain karena alasan nomor (1) dan
(2) di atas, atau dipecat dari kekuasaan orang tua menurut pasal
319 (a) atau (2) nomor 1 dan 2
4) Dalam keadaan pailit
58
Ibid. 62.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
56
5) Melancarkan perkara di muka hakim terhadap anak di bawah
umur yang melibatkan kedudukan si anak dan harta bendanya
6) Mendapat hukuman karena kejahatan yang dilakukannya
terhadap anak yang berada dibawah kekuasaannya
7) Dihukum karena kejahatannya yang melangar Bab XIII, XIV,
XVIII, XIX, XX Buku kedua Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana dilakukan terhadapa anak belum dewasa yang berada di
bawah kekuasannya.
8) Mendapat hukuman badan selama dua tahun atau lebih.59
G. Kajian Pemerkosaan
Perkosaan berasal dari kata “perkosa” yang berarti gagah, paksa
dan mendapat akhiran “an” perkosaan berarti “paksa”, dengan kekerasan.
Memperkosa yaitu menundukkan dengan kekerasan, menggagahi,
memaksa dengan kekerasan. Setelah mendapat akhiran “an” menjadi
“perkosaan” yaitu perbuatan memperkosa, penggagahan, pelanggaran
dengan kekerasan.
Pemerkosaan menurut R Soegandhi yaitu seorang pria yang
memaksa seorang wanita bukan istrinya untuk melakukan persetubuhan
dengannya dengan ancaman kekerasan, diharuskan kemaluan pria masuk
kedalam kemaluan wanita dengan mengeluarkan air mani.60
59
Ibid. 150. 60
Wirjono Prodjodikoro, Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, 117.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
57
Sedangkan yang dimaksud perkosaan dalam KUHP sebagaimana
yang tercantum dalam pasal 285 KUHP yang isinya “barang siapa dengan
kekerasan atau ancaman kekerasan, memaksa perempuan yang bukan
istrinya bersetubuh dengan dia, dihukum karena memperkosa dengan
hukuman penjara selama-lamanya dua belas tahun”.61
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut diatas, dapat
disimpulkan bahwa perkosaan adalah hubungan seksual yang dilakukan
seorang laki-laki terhadap seorang perempuan yang bukan istrinya secara
paksa atau dengan kekerasan di luar kerelaan perempuan tersebut yang
oleh Undang-Undang maupun Agama telah dilarang dan diancam dengan
sanksi atau hukuman bagi yang melakukannya.
Selain dari KUHP, UU No 23 tahun 2003 tentang perlindungan
anak juga mengatur mengenai kekerasan seksual yang dilakukan terhadap
anak. Tepatnya terdapat dalam pasal 81, yaitu: “Setiap orang yang
dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa
anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan
paling singkat 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp. 300. 000. 000,
00 (tiga ratus juta rupiah)”.62
Untuk kekerasan seksual yang dilakukan terhadap anak akan
dijatuhi hukuman yang lebih berat, karena jiwa seorang anak dianggap
61
R. Soesilo, KUHP Serta Komentar-Komentarnya, (Bogor: Politea, 1989), pasal 285. 62
UU No 23 tahun 2003 tentang Perlindungan Anak
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
58
masih labil dan jika mendapat kekerasan seksual maka akan memberikan
dampak yang lebih besar pada kejiwaan dan mental anak tersebut.
Dalam Islam bagi orang yang melakukan paksaan bersetubuh atau
bagi pemerkosa maka ia dikenai hukuman had zina, karena ia melakukan
hubungan seksual di luar perkawinan dengan suka rela sedangkan bagi
wanita yang diperkosa maka ia bebas dari hukuman had. Firman Allah
Swt dalam QS. Al-Baqarah:173.
Artinya: “Barangsiapa dalam Keadaan terpaksa (memakannya)
sedang Dia tidak menginginkannya dan tidak (pula)
melampaui batas, Maka tidak ada dosa baginya.
Sesungguhnya Allah maha pengampun lagi maha
penyayang”.
Menurut R.Soesilo yang diancam hukuman dalam pasal 285
KUHP adalah laki-laki yang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan
memaksa perempuan yang bukan istrinya untuk bersetubuh
dengannya.63
Undang-undang tidak menetapkan bagi perempuan yang
diperkosa karena wanita disini posisinya sebagai korban.
Dalam hal perkosaan ini tidak ada bedanya antara perkosaan yang
dilakukan dengan jalan memakai kekuatan dan pemerkosaan yang
63
R Soesilo, KUHP Serta Komentar-Komentarnya (Bogor: Politea, 1989), 210.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
59
dilakukan dengan jalan menakut-nakuti dengan ancaman. Para ulama
tidak berbeda pendapat mengenai kedua jenis pemerkosaan ini.64
64
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah,Vol 9 (Bandung: Al Maarif, 1984), 148.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
60
BAB III
HASIL PENELITIAN TENTANG TANGGUNG JAWAB PERWALIAN ANAK
YANG LAHIR DARI IBU DI BAWAH UMUR AKIBAT PEMERKOSAAN
OLEH AYAH TIRI
A. Gambaran Umum tentang Kelurahan Jemurwonosari
1. Gambaran Geografis
Daerah Jemurwonosari merupakan salah satu daerah yang
berada di bawah Kelurahan Jemurwonosari Kecamatan Wonocolo
berada pada posisi 15 Km dari Ibu kota Propinsi Jawa Timur dan 10
Km dari Balai Kota Madya Surabaya. Posisi demikian memungkinkan
kampung Jemurwonosari cepat berkembang apalagi berada di sekitar
Perguruan Tinggi Negeri (Universitas Islam Negeri Sunan Ampel dan
Universitas Negeri Surabaya) maupun perguruan tinggi swasta seperti
UBHARA (Universitas Bhayangkara), UNUSA (Universitas
Nahdlatul Ulama Surabaya) dan lain sebagainya dibandingkan dengan
kampung-kampung lain di sekitar wilayah Surabaya Selatan.
Dengan suhu udara antara 30-34 derajat celcius menjadikan
daerah Jemurwonosari berhawa cukup panas. Hal ini diakibatkan oleh
kondisi Surabaya yang tingkat pencemaran udaranya cukup tinggi.
Adapun batas-batas wilayah yang melingkupi Kelurahan
Jemurwonosari yaitu:
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
61
- Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Ketintang
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan
Kendangsari
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan
Siwalankerto
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Margorejo
(Sumber: Monografi Desa tahun 2017)
Luas wilayah Kelurahan Jemurwonosari seluruhnnya
berjumlah 164.321 Ha.
Tanah kas desa tidak seberapa banyak jumlahnya,
dikarenakan lahan di perkotaan seperti di Surabaya ini sangat mahal.
Oleh karena itu mata pencaharian penduduknya sebagaian besar
sebagai PNS, karyawan dan wiraswasta.
2. Keadaan Penduduk
Daerah Jemurwonosari memiliki luas wilayah 164.321 Ha,
berpenduduk 21.049 jiwa dengan 6. 295 KK. Adapun rincian tentang
penduduk berdasarkan jenis kelamin yakni
Tabel I
Data Jumlah Penduduk
No Jenis Kelamin Jumlah
1. Laki-Laki 11. 029 jiwa
2. Perempuan 10. 020 jiwa
Jumlah 21. 049
(Sumber Data: Monografi Kelurahan tahun 2017)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
62
3. Keadaan Penduduk
Pembangunan pendidikan di titik beratkan pada peningkatan
mutu setiap jenjang dan jenis pendidikan serta perluasan kesempatan
kerja pada jenjang pendidikan menengah.
Adapun fasilitas pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel II
Data Fasilitas Pendidikan
No Jenis Pendidikan Jumlah
1. Taman Kanak-Kanak (TK) 8
2. Sekolah Dasar (SD) 4
3. SLTP 6
4. SLTA 5
5. PT 2
(Sumber Data: Monografi kelurahan 2017)
Dengan sarana pendidikan yang ada, menjadikan daerah
Jemurwonosari tidak ketinggalan dengan kampung-kampung yang
lain dalam hal pendidikan dari jenjang kanak-kanak sampai Perguruan
Tinggi. Demikian juga untuk sekolah tingkat lanjutan seperti Sekolah
Dasar (SD), SLTP dan SLTA.
Sarana pendidikan di daerah Jemurwonosari tergolong cukup
lengkap. Hal ini menjadikan daerah Jemurwonosari rata-rata
merupakan warga terpelajar, karena pada awalnya mereka merupakan
alumni Perguruan Tinggi di sekitar Jemurwonosari seperti UIN Sunan
Ampel, UBHARA, UNUSA dan lain sebagainya yang telah lama dan
menetap atau berumah tangga di daerah Jemurwonosari kemudian
menjadi warga Jemurwonosari.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
63
4. Keadaan Ekonomi
Perekonomian adalah sesuatu yang vital bagi manyarakat, tidak
terkecuali masyarakat daerah Jemurwonosari. Dalam mewujudkan
suatu perekonomian yang maju diperlukan berbagai fasilitas untuk
menunjangnya.
Daerah Jemurwonosari merupakan daerah yang strategis untuk
aktifitas perekonomian. Karena daerah Jemurwonosari ini diapit oleh
berbagai perguruan tinggi negeri maupun swasta. Apalagi juga dekat
dengan Hypermarket Giant, Royal Plaza, dan Jatim Expo yang cukup
diperhitungkan keberadaannya.
Dengan demikian taraf perekonomian masyarakat daerah
Jemurwonosari tergolong makmur. Hal ini dilihat dari rumah-rumah
para penduduknya. Selain itu penghasilan masyarakat cukup besar
yang diperoleh dari berbagai sektor usaha khususnya pedagang
maupun sektor lainnya. (Sumber: Monografi kelurahan tahun 2017)
Adapun mata pencaharian penduduk dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel III
Jenis Mata Pencaharian Penduduk
NO. Jenis Mata Pencaharian Jumlah
1. PNS 426
2. TNI 329
3. POLRI 142
4. Dagang 931
5. Belum bekerja 443
6. Swasta 6.528
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
64
7. Wiraswasta 1.162
8. Pensiunan ABRI/ Sipil 10.211
(Sumber Data: Monografi Kelurahan tahun 2017)
5. Keadaan Sosial Budaya
Keadaan sosial pada masyarakat daerah Jemurwonosari tidak
jauh berbeda dengan masyarakat perkotaan lainnya, yakni cenderung
individualis, bahkan menurut Darmansyah ciri-ciri orang kota
dideskripsikan sebagai berikut:
1. Kehidupan keagamaannya kurang, hanya tampak pusat tempat
peribadatannya saja. Di luar itu mereka berada dalam kehidupan
ekonomi, perdagangan dan bisnis (condong kearah keduniawian).
2. Dapat mengurus diri sendiri tanpa bergantung kepada orang lain
(umumnya)/heterogen/individual. Di kota, keluarga sukar
disatukan karena perbedaan yang beraneka ragam.
3. Pembagian kerjanya lebih tegas dan memiliki batas-batas nyata.
Seperti mereka bergaul harus dengan seorang yang sesuai dengan
dirinya, seorang pegawai bergaul dengan pegawai dan lain-lain.
4. Kemungkinan mendapatkan pekerjaan lebih banyak diperoleh oleh
warga kota karena pekerjaan tidak terbatas pada satu faktor saja
melainkan bermacam-macam mulai dari sederhana sampai pada
yang lebih tinggi.
5. Jalan pikiran berdasarkan pada faktor kepentingan daripada faktor
pribadi.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
65
6. Waktu yang sangat penting (time is money) untuk bisa mengejar
kebutuhan individu.
7. Rawan terjadi konflik/perubahan sosial yang secara nyata karena
di kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh-pengaruh dari
luar.1
Hal ini juga nampak pada masyarakat kota Surabaya
umumnya dan masyarakat daerah Jemurwonosari pada khususnya.
Meskipun masyarakatnya individualis akan tetapi nilai-nilai
kegotong royongan tidak luntur secara total, hal ini dapat dilihat dari
banyaknya aktifitas yang mengarah kepada jalinan komunikasi antar
warga seperti kerja bakti membersihkan selokan/got, musyawaroh
RT/RW dan kegiatan-kegiatan lainnya yang banyak melibatkan
warga Jemurwonosari.
Selanjutnya pola interaksi antar sesama masyarakatnya cukup
menonjol, pola interaksi tersebut dapat dilihat dari sikap pergaulan
antara sesama yang tua atau sebaliknya antara yang tua dengan yang
muda.Meskipun kebanyakan masyarakat berwiraswasta (bidang jasa),
tapi masih tampak pola kehidupan kekeluargaan, dimana jalinan
dalam masyarakat ditandai dengan saling mengenal baik antar warga
yang satu dengan yang lainnya. Rasa persaudaraan dan persahabatan
warga sangat tinggi yang hal ini didominasi oleh orang-orang Madura
1Damansyah, Ilmu Sosial Dasar (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), 10.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
66
atau keturunan Madura yang memang sudah lama menetap di daerah
Jemurwonosari. Seperti diketahui bersama bahwa jalinan
kekeluargaan antar sesama warga Madura sangat tinggi.
6. Keadaan Keagamaan
Masyarakat Jemurwonosari sebagian besar jumlah penduduknya
80% beragama Islam dan sisanya merupakan pemeluk Agama atau
kepercayaan lain. Dalam realitasnya antar umat beragama terdapat
tenggang rasa dan saling menghormati. Komposisi pemeluk agama-
agama yang ada di daerah Jemurwonosari dapat dilihat tabel sebagai
berikut:
Tabel IV
Data Jumlah Pemeluk Agama
No Jenis Agama Jumlah
1. Islam 18. 801
2. Kristen 1. 173
2. Katholik 1. 352
3. Hindu 339
4. Budha 384
Jumlah 21. 049
(Sumber Data: Monografi Kelurahan Tahun 2017)
Dilihat dari tabel di atas dapat diketahui bahwa
warga/penduduk daerah Jemurwonosari mayoritas beragama Islam.
Walaupun demikian penduduk pada umumnya mempunyai sifat
terbuka dan mempunyai sikap toleransi yang tinggi. Kehidupan
beragama dan pemeluk antar agama terpelihara dengan baik. Mereka
hidup berdampingan, saling bantu membantu dan selalu berupaya
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
67
bermusyawarah untuk mufakat, bilamana timbul permasalan-
permasalahan tertentu di antara mereka.
Keadaan toleransi yang cukup tinggi ini disebabkan adanya
penerangan dan penyuluhan yang intensif yang diberikan oleh tokoh-
tokoh masyarakat seperti ulama’ dan kyai setempat.
Adapun sarana peribadatan yang terdapat di daerah
Jemurwonosari ini hanya ada untuk dua pemeluk agama saja, yakni
Islam dan Kristen. Sarana untuk pemeluk agama Islam adalah 9 unit
dan Mushalla sebanyak 26 unit. Sedangkan sarana untuk pemeluk
agama kristen berupa dua buah gereja. Sarana keagamaan ini
umumnya digunakan sebagai sarana peribadatan.
Tabel V
Data Jenis Sarana Peribadatan
No. Jenis Sarana Peribadatan Jumlah
1. Masjid 9
2. Musholla 26
3. Gereja 2
4. Wihara 0
5. Pura 0
Jumlah 37
(Sumber data: Monografi Kelurahan Tahun 2017)
Dari tabel di atas dapat dikatakan bahwa sarana peribadatan
yang terbanyak adalah mushalla sebanyak 26 unit. Mengingat
mushalla yang dibangun lokasinya lebih dekat dengan tempat tinggal
maka untuk pelaksanaan ibadah keseharian masyarakat mushalla
memiliki fungsi yang lebih penting daripada masjid. Masyarakat yang
tempat tinggalnya jauh dari masjid, dapat memanfaatkan mushalla
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
68
yang lebih dekat denagn tempat tinggal mereka untuk melaksanakan
kegiatan keagamaan seperti shalat lima waktu secara berjamaah,
belajar mengaji, acara pengajian dan sebagainya. Mereka tidak perlu
jauh-jauh datang ke masjid kecuali ketika akan melaksanakan ibadah
shalat jum’at dan shalat hari raya.
Terkait dengan keberadaan sarana keagamaan berupa masjid
dan gereja, terdapat pula lembaga keagamaan yang dibentuk, yakni
majelis taklim dan majelis gereja dengan sejumlah anggota yang
menjalankan lembaga keagamaan tersebut. Selain itu ada juga
lembaga pemuda keagamaan yang disebut Remaja Masjid dan Remaja
Gereja yang terbagi dalam beberapa kelompok. Keterangan yang lebih
rinci terdapat dalam tabel berikut:
Tabel VI
Lembaga Keagamaan Kelurahan Jemurwonosari
Lembaga
Agama Kelompok Anggota
Lembaga
Pemuda
Keagamaan
Kelompok Anggota
Majelis
Taklim 1
365
orang
Remaja
masjid 55
2005
orang
Majelis
Gereja 1
135
orang
Remaja
Gereja 1 55 orang
Majelis
Katholik - -
Remaja
Katholik - -
Majelis
Budha - -
Remaja
Budha - -
Majelis
Hindu - -
Remaja
Hindu - -
(Sumber Data: Monografi Kelurahan tahun 2017)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
69
B. Deskripsi Anak yang Lahir dari Ibu di Bawah Umur Akibat Pemerkosaan
oleh Ayah Tiri
Setelah membahas tentang gambaran umum Kelurahan
Jemurwonosari, dalam bab ini akan dibahas anak yang lahir dari ibu di
bawah umur akibat pemerkosaan oleh ayah tiri di Kelurahan
Jemurwonosari Kecamatan Wonocolo Kota Surabaya, yang merupakan
inti dari skripsi ini.
Terjadinya pemerkosaan yang dilakukan oleh ayah terhadap
anak tirinya hingga sang anak melahirkan seorang bayi ini sangat menarik
perhatian penulis, karena dengan adanya kejadian tersebut akan
menimbulkan berbagai permasalahan salah satunya tentang perwalian
atas anak tersebut.
Dari hasil penelitian ini penulis belum berhasil mendapatkan
keterangan dari korban pemerkosaan, karena terlalu sulit ditemui dan
merasa kurang berkenan untuk memberikan keterangan, sehingga penulis
mencoba mencari keterangan dari sumber-sumber lain, yaitu Ketua RT
tempat korban tinggal, keluarga serta tetangga dekat.
Berikut ini penulis paparkan hasil wawancara tentang anak
yang lahir dari ibu di bawah umur akibat pemerkosaan oleh ayah tiri di
Kelurahan Jemurwonosari Kecamatan Wonocolo Kota Surabaya.
Menurut penuturan Bapak Darmudji (Ketua RT. 06) peristiwa
pemerkosaan terhadap anak tiri tersebut memang benar-benar terjadi.
Peristiwa tersebut terjadi sekitar bulan Mei tahun 2017. Namun peristiwa
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
70
tersebut diketahui lima bulan setelah terjadi. Awalnya tidak ada yang
mengetahui kejadian tersebut. Kecurigaan terjadi saat RA (14 th) yang
masih duduk di kelas 2 SLTP semakin hari semakin jarang terlihat
bermain di lingkungan rumahnya. Dan perubahan tubuhnya yang semakin
hari semakin membesar.“Dia (RA) itu memang dasarnya anak yang
pendiam. Tetapi biasanya meskipun pendiam masih sering bermain
dengan teman-temannya. Sering juga lewat di depan rumah saya dan
menyapa saya. Tapi akhir2 ketika sebelum diketahui itu anaknya jarang
kelihatan lewat sini (depan rumah)”, tutur Pak Darmudji.
Di daerah Gang Benteng sering diadakan pengajian. Untuk
para kaum laki-laki sering diadakan pengajian satu minggu sekali bergilir
di setiap rumah warga gang benteng I. Hal itu dilakukan untuk
menumbuhkan jiwa-jiwa Islami untuk masyarakat Gang Benteng I.
Namun AN tidak pernah terlihat mengikuti acara pengajian tersebut.
Menurut Pak Darmudji AN (43) temasuk orang yang kurang
faham agama. Dia tidak pernah ikut kegiatan pengajian RT maupun
keagamaan lainnya. Bahkan dia sering mabuk-mabukan dan pernah
mendekam di sel tahanan negara karena kasus narkoba.“Dia (AN)
orangnya memang tidak faham agama.Tidak pernah ikut pengajian dan
sering mabuk-mabukan. Bahkan dulu sempat mendekam di jeruji besi
karena kasus narkoba. Warga di sini pun tidak begitu heran, kalau sampai
dia bisa melakukan perbuatan bejat itu. Apalagi memang anak tersebut
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
71
bukan anak kandungnya. Tetapi anak hasil selingkuhan istrinya saat
dahulu”, ungkapnya.
AN memiliki seorang istri yang bernama Melati (nama
disamarkan). Dahulu ketika AN mendekam di jeruji besi, istrinya sempat
serong dengan lelaki lain hingga hamil dan melahirkan RA. Namun
keberadaan lelaki selingkuhan istrinya tersebut tidak diketahui
keberadaannya hingga kini.
“Setelah kejadian pemerkosaan tersebut diketahui oleh istri,
keluarga dan masyarakat Gang Benteng. Akhirnya AN pergi dari rumah,
sedangkan istri dan anaknya (RA) pergi ke rumah saudaranya di
Mojokerto. Informasi terakhir RA sudah melahirkan, namun saya kurang
tahu keadaan anaknya. Apakah dirawat sendiri atau diberikan kepada
orang lain”, tutur Pak Darmudji.2
Wawancara selanjutnya kepada Ibu Sulis selaku sanak famili
dari korban. Ia menuturkan memang kejadian pemerkosaan tersebut
benar-benar terjadi. Anehnya, istrinya sendiri tidak mengetahui kejadian
tersebut. Bahkan setiap pagi, AN menyuruh istrinya untuk membelikan
sari kedelai untuk diberikan kepada selingkuhannya yang sedang hamil,
katanya. Istrinya tidak mengetahui jika ternyata selingkuhan yang
dimaksud suaminya adalah anaknya sendiri.
Melati memang istri yang penurut dan selalu menerima
kekurangan suaminya. Padahal suaminya sering main tangan (melakukan
2Darmudji Ketua RT 06, Wawancara, Kelurahan Jemurwonosari, 31 Maret 2018.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
72
KDRT) ketika mereka sedang bertengkar. Tetapi entah mungkin terlalu
cintanya sang istri kepada suaminya hingga ia tidak pernah berfikir untuk
bercerai. Atau mungkin dia trauma karena suaminya pernah pergi tanpa
kabar bertahun-tahun lamanya.
Sebagaimana keterangan yang dituturkan oleh Pak RT bahwa
peristiwa pemerkosaan tersebut diketahui oleh istrinya lima bulan setelah
kejadian. Ketika itu RA sedang mengandung lima bulan. Namun
kandungannya tidak begitu terlihat karena RA memiliki tubuh yang
bongsor (besar dan gemuk). Saat ini RA sudah melahirkan dan kemarin
saat Ibu Sulis menjenguk di Mojokerto anaknya berjenis kelamin
perempuan dalam keadaan sehat. Menurut penuturan Bu Sulis, anak
tersebut dirawat oleh budenya di Mojokerto. Namun penulis tidak
diperkenankan untuk mengkonfirmasi kepada budenya di Mojokerto.3
Sugiani, tetangga dekat rumah RA menuturkan hal yang tidak
jauh berbeda dengan keterangan Bu Sulis dan Pak Darmudji sebelumnya.
Ia menuturkan bahwa keluarga AN memang keluarga yang bisa dibilang
keluarga kacau. Karena jarang terlihat harmonis. Suami yang sering
berjudi, mabuk-mabukan, kerja serabutan dan istri yang pernah selingkuh
saat suaminya pernah terjerat kasus narkoba dan mendekam di sel tahanan
negara. Dari hasil selingkuhannya tersebut ia hamil dan lahirlah RA yang
menjadi korban pemerkosaan oleh AN.
3Sulis, Wawancara, Kelurahan Jemurwonosari, 31 Maret 2018.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
73
“Istrinya dulu sempat berjualan nasi pecel setiap pagi di Gang
Lebar dekat Alfamart. Setiap pagi itu kata tetangga-tetangga sering
membeli susu sari kedelai. Ketika ditanya katanya membelikan suaminya
untuk dibawa ke tempat kerja. Para tetangga tidak ada yang berfikiran
negatif. Hanya saat suatu hari RA lewat di depan rumah dan saya bersama
ibu-ibu yang lain sedang duduk-duduk itu melihat sempat curiga ketika
melihat kondisi RA yang berjalan dengan badan yang tegap. Biasanya
seorang wanita berjalan dengan posisi tubuh yang rileks. Namun RA ini
ketika berjalan tubuhnya terlihat tegap. Terlebih raut wajahnya yang
terlihat murung. Saat kami sapa dan menanyakan mengapa terlihat
murung, RA menjawab tidak apa-apa hanya lelah saja. Setelah kami
mendengar kabar bahwa RA hamil, kami (masyarakat Gang Benteng)
sangat terkejut dan sangat menyayangkan perbuatan bejat AN. Karena
meskipun RA bukan anak kandungnya, setidaknya dari kecil RA berada di
bawah pengasuhannya. Seharusnya dia (AN) mempunyai rasa kasih
sayang dan rasa melindungi terhadap RA. Namun ternyata justru dia
(AN) tega berbuat demikian.” Tutur Bu Sugiani.
Perihal anak yang dikandung RA, sugiani mengaku tidak
mengetahui keadaannya. Entah telah dilahirkan dan diasuh sendiri oleh
RA dan ibunya atau diberikan kepada orang lain Bu Sugini tidak
mengetahui secara pasti. Mengingat setelah Bu Melati mengetahui bahwa
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
74
suaminya telah menghamili anaknya, mereka sudah pergi meninggalkan
rumah. Begitupun dengan AN.4
4Sugiani, Wawancara, Kelurahan Jemurwonosari, 31 Maret 2018.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
75
BAB IV
ANALISA TENTANG TANGGUNG JAWAB PERWALIAN ANAK YANG
LAHIR DARI IBU DI BAWAH UMUR AKIBAT PEMERKOSAAN OLEH
AYAH TIRI
A. Analisis tentang Pemerkosaan yang Dilakukan Ayah Terhadap Anak Tiri
Pemerkosaan merupakan suatu tindak kejahatan yang dilarang.
Di negara manapun, semua melarang adanya tindak kejahatan
pemerkosaan atau bentuk kekerasan seksual terhadap wanita. Kekerasan
seksual terhadap wanita dalam bentuk pemerkosaan merupakan salah satu
kasus yang perlu mendapat perhatian khusus, karena kasus ini merupakan
masalah sosial yang bisa membawa dampak buruk di masyarakat.
Indonesia juga mengatur larangan mengenai tindak kejahatan
pemerkosaan. Aturan tersebut terdapat dalam KUHP ayat 285 dikatakan
bahwa “barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan,
memaksa perempuan yang bukan istrinya bersetubuh dengan dia,
dihukum karena memperkosa dengan hukuman penjara selama-lamanya
dua belas tahun.”1
Selain kekerasan seksual yang dimaksud dalam KUHP,
kekerasan seksual pada anak juga mendapat perhatian dari pemerintah
dengan diundangkannya UU No 23 tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak. Ketentuan pidana mengenai kekerasan seksual anak diatur dalam
1R. Soesilo, KUHP serta Komentar-Komentarnya (Bogor: Politeia, 1989), pasal 285.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
76
BAB XII pasal 81 yang menyatakan bahwa “setiap orang yang dengan
sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa anak
melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain, dipidana
dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan paling
singkat 3(tiga) tahun dan denda paling banyak Rp. 300. 000. 000, 00 (tiga
ratus juta rupiah) dan paling sedikit Rp. 60. 000. 000, 00 (enam puluh juta
rupiah).”2
Kasus yang penulis sorot kali ini adalah kasus pemerkosaan
yang dilakukan ayah kepada anak tirinya. Anak tiri yang pada dasarnya
telah ia rawat semenjak kecil. Dalam KUHP maupun UU Perlindungan
Anak tidak ada klasifikasi terhadap pemerkosaan yang dilakukan oleh
orang lain maupun keluarga sendiri. Karena hukuman memandang sama
kejahatan pemerkosaan pada siapapun. Padahal pemerkosaan yang
dilakukan di lingkup keluarga akan membawa dampak yang lebih besar
daripada pemerkosaan pada umumnya.
Menurut hukum Islam, seorang pemerkosa akan dikenakan had
zina. Untuk korban pemerkosaan tidak dikenai had zina, meskipun ia juga
melakukan hubungan seksual di luar perkawinan tetapi perbuatan tersebut
dilakukan bukan atas kehendaknya melainkan karena dipaksa atau
diancam oleh pemerkosa. Islam memahami keadaan tersebut, oleh karena
itu Islam menetapkan bagi pemerkosa untuk membayar ganti rugi atas
perbuatannya. Para ulama Imamiah, Syafi’i dan Hambali berpendapat
2UU No 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak BAB XII pasal 81.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
77
bahwa barang siapa yang memperkosa seorang wanita, maka ia harus
membayar mahar mishil, tetapi bila wanita tersebut bersedia
melakukannya (dengan rela), maka laki-laki tersebut tidak harus
membayar mahar apapun.3 Karena dalam kasus ini sudah jelas bahwa sang
anak dipaksa oleh ayahnya, maka sang ayah wajib memberi mahar pada
anak tiri yang telah diperkosanya, sebagai ganti rugi atas vaginanya.
Dalam KUHP, hukum bagi pelaku pemerkosaan hanya
dikenakan hukuman maksimal 12 tahun kurungan penjara, sedangkan
untuk pelaku kekerasan seksual terhadap anak di bawah umur hanya
diganjar maksimal 15 tahun penjara. Untuk sebuah kejahatan yang dapat
menghancurkan masa depan seseorang menurut penulis itu tidaklah
cukup. Sehingga menurut penulis perlu adanya pembaharuan undang-
undang tentang kejahatan pemerkosaan agar diganjar dengan hukuman
yang lebih berat. Apalagi untuk kasus ayah yang memperkosa anaknya
sendiri hingga hamil agar perlu mendapat perhatian lebih dari pemerintah
maupun penegak hukum, melihat banyaknya dampak yang ditimbulkan
dari perbuatan tersebut.
B. Analisis Hukum Islam tentang Tanggung Jawab Perwalian Anak yang
Lahir dari Ibu di Bawah Umur Akibat Pemerkosaan oleh Ayah Tiri
Dalam hukum Islam perwalian adalah kewenangan yang diberikan
kepada seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan hukum sebagai
3Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab (edisi lengkap), diterjemahkan oleh Masykur
A. A, Afif Muhammad, dan Idrus Al-Kaff (Jakarta: Lentera Baristama, 1996), 367.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
78
wakil untuk kepentingan dan atas nama anak yang tidak mempunyai
kedua orang tua, orang tua yang masih hidup, tidak cakap melakukan
hukum.4Senada dengan Firman-Nya dalam QS. Al-Nisa>’: 05
Artinya: “dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang
belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada
dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai
pokok kehidupan. berilah mereka belanja dan pakaian
(dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka
kata-kata yang baik”. (Al-Nisa >’; 05)5
Dalam KHI disebutkan bahwa mereka yang berada di bawah
kekuasaan wali adalah mereka yang belum berusia 21 tahun atau belum
menikah. Sedangkan menurut para ulama madzhab, mereka yang berada
di bawah kekuasaan wali adalah mereka yang belum baligh. Baik baligh
dari sisi biologis maupun baligh dari sisi usia.
Perihal siapa saja yang dapat menjadi wali para imam madzhab
sepakat bahwa mereka adalah ayah, kakek, orang yang diwasiati dan
keluarga terdekat. Meskipun terdapat perbedaan pendapat dalam masalah
urutan antara kakek dan orang yang diwasiati. Dalam KHI tidak
disebutkan dengan jelas tentang siapa saja yang dapat dianga\kat untuk
menjadi seorang wali. Hanya saja, dalam pasal 107 ayat (4) disebutkan
bahwa “wali sedapat-dapatnya diambil dari keluarga anak tersebut atau
4Kompilasi Hukum Islam Pasal 1 Huruf h (Jakarta: Permata Press, Tt), 02.
5M. Quraisy Shihab, Al-Qur’an dan Ma’nanya..., 77.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
79
orang lain yang sudah dewasa, berpikiran sehat, adil, jujur dan
berkelakuan baik, atau badan hukum.
Wahbah Zuhaili dalam bukunya Fiqih Islam Waadillatuhu
menyebutkan bahwa syarat-syarat seseorang untuk bisa menjadi wali
adalah:
1) Sudah baligh
2) Berakal
3) Mampu mendidik anak
4) Amanah atas akhlak anak
5) Dan beragama Islam bagi muslim dan muslimah6
Dalam kasus pemerkosaan anak oleh ayah tirinya, ayah sekaligus
kakek tersebut tidak dapat menjadi wali atas anak yang dilahirkan.
Mengingat anak tersebut dilahirkan tidak dalam ikatan perkawinan yang
sah. Sehingga, ia bukanlah anak sah. Sebagaimana penjelasan dalam KHI
pasal 99 bahwa “anak yang sah adalah: (a) anak yang dilahirkan dalam
atau akibat perkawinan yang sah. (b) hasil perbuatan suami istri yang sah
diluar rahim dan dilahirkan oleh istri tersebut.” Sementara dalam UU No
1 tahun 1974 tentang Perkawinan disebutkan pada pasal 43 bahwa “(1)
anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan
perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya.” Akan tetapi, dalam KHI
tidak dijelaskan apakah seorang perempuan (termasuk ibunya) bisa
menjadi seorang wali atas anak yang dilahirkannya ataukah tidak.
6Wahbah, Al Zuhaili, Fiqih Islam WaAdillatuhujuz 10, (Jakarta: Gema Insani, 2011), 83.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
80
Sementara para imam madzhab bersepakat bahwa seorang perempuan
tidak dapat diangkat untuk menjadi seorang wali. Dengan demikian
perwalian tersebut beralih kepada kakek dari ibu sang anak. Namun,
kakek dari ibunya tersebut bukanlah ayah kandung sang ibu. Sehingga
tidak mempunyai hubungan keperdataan dengannya. Karena sang ibu
hanya mempunyai hubungan keperdataan dengan neneknya, maka yang
berhak menjadi wali atas anak tersebut adalah saudara laki-laki dari
pihak nenek. Akan tetapi, dalam kasus ini saudara laki-laki dari sang
nenek kurang begitu harmonis dengan keluarga Melati (Ibu RA). Karena
sejak dahulu tidak setuju dengan pernikahan Melati dan AN terlebih
setelah menikah hingga sekarang, AN selalu berperilaku buruk. Seperti
berjudi, minum-minuman keras dan pernah terjerat kasus narkoba. Karena
ketidak harmonisan tersebut, maka demi kemaslahatan sang anak saudara
perempuan nenek (bibi sang ibu) diperbolehkan untuk menjadi wali atas
anak tersebut.
Dengan demikian pemilihan saudara perempuan nenek menjadi
wali atas anak tersebut diperbolehkan dan ia memiliki kewajiban untuk
melakukan tugas-tugasnya sebagai seorang wali yakni:
a. Wali wajib mengurus anak yang berada di bawah kekuasaannya dan
harta bendanya sebaik-baiknya dengan menghormati agama dan
kepercayaan anak itu.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
81
b. Wali wajib membuat daftar harta benda anak yang berada di bawah
kekuasaannya pada waktu memulai jabatannya dan mencatat semua
perubahan harta benda anak atau anak-anak itu.
c. Wali bertanggung jawab tentang harta benda anak yang berada di
bawah perwaliannya serta kerugian yang ditimbulkan karena
kesalahan atau kelalaiannya.
d. Wali tidak diperbolehkan memindahkan hak atau menggadaikan
barang-barang tetap yang dimiliki oleh anak yang berada di bawah
perwaliannya kecuali jika kepentingan anak mengharuskannya.7
C. Analisa Hukum Perdata tentang Tanggung Jawab Perwalian Anak yang
Lahir dari Ibu di Bawah Umur Akibat Pemerkosaan oleh Ayah Tiri
Perwalian adalah pengawasan atas orang sebagaimana diatur
dalam undang-undang dan pengelolaan barang-barang dari anak yang
belum dewasa. Dalam artian bahwa perwalian itu diperuntukkan bagi
seseorang dan perwalian itu dijalankan oleh seseorang.8
Perwalian pada hukum perdata menitik beratkan pada anak yang
belum dewasa. Sebagaimana dalam pasal 330 dinyatakan bahwa mereka
yang belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur genap 21
tahun dan tidak lebih dahulu menikah. Dan ketika perkawinan itu belum
genap mencapai umur 21 tahun dan dibubarkan setelah mereka genap
7Lili Rasjidi, Hukum Perkawinandan Perceraian di Malaysia dan Indonesia (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 1991), 145. 8Vollmar, Pengantar Studi Hukum Perdata, (Jakarta: Rajawali,1992), 150.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
82
berusia 21 tahun, maka ia tidak lagi dianggap belum dewasa.9 Dalam
kasus ini maka anak yang baru lahir tersebut termasuk dalam kategori
anak yang membutuhkan wali atas dirinya.
Berkaitan dengan syarat-syarat apa sajakah untuk seseorang bisa
diangkat menjadi seorang wali, KUH Perdata tidak menyebutkannya
secara eksplisit. Hanya saja dalam KUH Perdata pasal 379 disebutkan
mengenai orang yang sama sekali tidak boleh menjadi wali, yaitu:
1. Pejabat-pejabat pengadilan
2. Orang yang sakit ingatan
2. Orang yang belum dewasa
3. Orang yang di bawah pengampuan
4. Orang yang dipecat dari kekuasaan orang tua/perwalian
5. Para anggota pimpinan Balai Peninggalan Harta
Selain itu Lili Rasjidi dalam bukunya Hukum Perkawinan dan
Perceraian di Malaysia dan Indonesia menyebutkan bahwa seseorang
dapat juga dipecat dari hak perwaliannya karena alasan-alasan di bawah
ini:
1. Berkelakuan buruk
2. Tidak cakap, menyalahgunakan wewenang, melalaikan
kewajibannya
9R. Subekti, R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta: Pradnya Paramita,
2004), 90.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
83
3. Karena dipecat dari perwalian lain karena alasan nomor (1) dan (2)
di atas, atau dipecat dari kekuasaan orang tua menurut pasal 319 (a)
atau (2) nomor 1 dan 2
4. Dalam keadaan pailit
5. Melancarkan perkara di muka hakim terhadap anak di bawah umur
yang melibatkan kedudukan si anak dan harta bendanya
6. Mendapat hukuman karena kejahatan yang dilakukannya terhadap
anak yang berada di bawah kekuasaannya
6. Dihukum karena kejahatannya yang melanggar Bab XIII, XIV,
XVIII, XIX, XX Buku kedua Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
dilakukan terhadap anak belum dewasa yang berada di bawah
kekuasannya.
7. Mendapat hukuman badan selama dua tahun atau lebih.10
Dalam KUH Perdata semua orang mempunyai hak untuk
diangkat menjadi wali selama sesuai dengan syarat-syarat untuk menjadi
wali dan pengampu perwalian dalam keluarga diutamakan adalah seorang
ayah selama tidak dicabut kekuasaannya sebagai orang tua atau wali.
Namun, dalam kasus ini, status sang anak adalah anak luar kawin yang
pada dasarnya hanya memiliki hubungan keperdataan kepada ibunya.
Sehingga, ibunyalah yang berhak menjadi wali atas dirinya. Namun ibu
dalam kasus ini tergolong belum dewasa dikarenakan usianya yang belum
mencapai 21 tahun. Sementara dalam pasal 353 disebutkan bahwa wali
10
Lili Rasjidi, Hukum Perkawinan dan Perceraian di Malaysia dan Indonesia (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 1991), 150.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
84
haruslah dewasa dan ukuran kedewasaan ketika ia telah berusia 21 tahun.
Terlebih tugas seorang wali adalah menjadi wakil dalam segala hal tindak
perdata atas anak tersebut sebagaimana ketentuan pasal 383 KUH
Perdata: “ Setiap wali harus menyelenggarakan pemeliharaan dan
pendidikan terhadap pribadi si belum dewasa sesuai dengan harta
kekayaannya, pun ia harus mewakilinya dalam segala hal tindak perdata”.
Selain itu salah satu golongan mereka yang tidak boleh sama
sekali diangkat menjadi wali adalah mereka yang belum dewasa (pasal
379 (3)).
Sementara neneknya tidak mau menjadi wali atas anak tersebut
dikarenakan tidak kuasa menanggung malu. Sehingga, anak tersebut
diampu oleh saudara perempuan neneknya.
Perihal urutan siapa saja yang berhak menjadi wali atas diri
seorang anak tidak diatur dalam KUH Perdata. Maka selama seseorang
memenuhi syarat-syarat untuk menjadi wali ia dapat diangkat menjadi
seorang wali.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
85
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan hasil penelitian serta analisis hukum
Islam dan hukum perdata tentang tanggung jawab perwalian anak yang
lahir dari ibu di bawah umur akibat pemerkosaan oleh ayah tiri di
Kelurahan Jemurwonosari Kecamatan Wonocolo Kota Surabaya, maka
dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Tanggung jawab perwalian anak yang lahir dari ibu di bawah umur
akibat pemerkosaan oleh ayah tiri di Kelurahan Jemurwonosari
Kecamatan Wonocolo Kota Surabaya diampu oleh saudara perempuan
dari nenek sang anak. Dalam kasus ini, Melati (Ibu RA) tidak mau
menjadi wali atas anak tersebut karena tidak kuasa menanggung malu.
Sementara ibu kandungnya masih berusia di bawah umur.
2. Menurut hukum Islam, tanggung jawab perwalian anak tersebut jatuh
kepada saudara laki-laki dari pihak nenek. Akan tetapi, dalam kasus
ini saudara laki-laki dari sang nenek kurang begitu harmonis dengan
keluarga Melati (Ibu RA). Maka demi kemaslahatan sang anak,
saudara perempuan nenek (bibi sang ibu) diperbolehkan untuk
menjadi wali atas anak tersebut. Adapun menurut Hukum Perdata
perwalian anak tersebut jatuh kepada ibunya. Namun, ibu dalam kasus
ini tidak cakap hukum dan neneknya tidak mau menjadi wali atas
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
86
anak tersebut dikarenakan tidak kuasa menanggung malu. Sehingga,
anak tersebut diampu oleh saudara perempuan neneknya.
B. Saran
Sebagai bagian akhir dari penutup skripsi ini, penulis
memberikan saran, bahwa:
1. orang tua harus lebih meningkatakan komunikasi antar keluarga, baik
dari komunikasi hubungan suami istri, maupun hubungan orang tua
dan anak. Agar tidak sampai terjadi hal-hal yang tidak di inginkan
sepertihalnya kasus dalam skripsi ini.
2. Untuk sang ayah, sadarilah anakmu adalah amanah yang harus dijaga,
dididik, dilimpahi kasih sayang, dirawat dan yang terpenting ia
adalah amanah yang kelak akan dimintai pertanggung jawabannya.
Maka berikanlah hak-haknya dan jangan engkau cederai fisik maupun
mentalnya. Agar kelak ia menjadi dhurriyyah qurrotu a’yun bagi
orang tua.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Daftar Pustaka
Abdurraman dan Riduanm Hukum Perkawinan. Bandung: Alumni, 1978.
Al-barry Zakariya Ahmad. Hukum Anak-Anak Dalam Islam. Jakarta: Bulan
Bintang, 1977.
Afandi Ali, Hukum Waris Hukum Keluarga Hukum Pembuktian, Jakarta: Bina
Aksara, 1986.
Ali Zainudin. Hukum Perdata Islam di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika, 2012.
Al-Kabisi Muhammad Abid Abdullah. Hukum Wakaf Kajian Kontenporer
Pertama dan Terlengkap tentang Fungsi dan Pengelolaan Wakaf serta
Penyelesaian Atas sengketa wakaf. Jakarta: Dompet Dhuafa Republika dan
IMAN, 2004.
Al-Maragi Ahmad Mustafa. Terjemah tafsir Maragi, juz 4, terj. Bahrun Abu
Bakar, Hery Noer Aly. Semarang: CV. Toha Putra, 1974.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Bina Aksara, 2002.
Azzuhaili, Wahbah, Fiqih Islam Wa Adillatuhu juz 10. Jakarta: Gema Insani,
2011.
Cholidah, Hilda, “Analisis Hukum Islam dan Hukum Perdata Terhadap
Penetapan Permintaan Perwalian Anak Akibat Perkawinan Beda Agama di
PA Sidoarjo”. Skripsi—Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya,
2005.
Damansyah, Ilmu Sosial Dasar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001.
Djalil, Fathurahman. Filsafat Hukum Islam. Jakarta: Logor Wacana Ilmu, 1999.
Djubaedah Neng, Perzinahan dalam Peraturan Perundang-Undangan di
Indonesia ditinjau dari Hukum Islam. Jakart: Kencana, 2010.
Elise T. Sulistini, Rudy T. Erwin. Petunjuk Praktis Menyelesaikan Perkara
Perdata. Jakarta: BINA AKSARA, 1987.
Ghazaly Abd Rahman. Fiqih Munakahat. Bbogor: Kencana, 2003.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Hasal Iqbal, Analisis Data penelitian Dengan Statistik. Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2006.
Kansil Cst. Hukum Tata Negara Republik Indonesia. Jakarta: Bina Aksara,
1987.
Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, Cet III. Jakarta: Bumi
Aksara, 1995.
Mohd. Idris Ramulyo. Hukum Perkawinan Islam Suatu Analisis dari Undang-
Undang No. I Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam. Jakarta: Bumi
Aksara
Muchtar Kamal. Asas-Asas Hukum Islam tentang Perkawinan. Jakarta: Bulan
Bintang, 1994.
Mughniyah Muhammad Jawad. Fiqh Lima Madzhab. Jakarta: Basrie Press,
1994.
Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab: Ja’fari, Hanafi, Maliki,
Syafi’I, Hambali, Masykur A. B, Afif Muhammad, Idrus Al-Kaff (Jakarta:
Lentera, 1996)
Nasution, Hander Johan, Sri warjiyati, Hukum Perdata Islam, (Bandung:
Mandar Maju, 1997).
Nugroho Ervan Hari. Analisis hukum Islam Terhadap Perwalian Anak Oleh Ibu
Tiri (Studi Kasus Penetapan PA Tuban Dalam Perkara NO. 003/Pdt.
P/2006/PA. Tuban). Skripsi---,IAIN Sunan Ampel, Surabaya, 2010.
Perpustakaan Nasional RI: Katalog dalam Terbitan (KDT). Ensiklopedi Islam
.Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2005.
Prawirohamidjojo Soetojo -Marthalana Pohan. Hukum Orang dan Keluarga.
Surabaya: Airlangga University Press, 1995.
Rachmawati, Ifa, “Perwalian Sebagai Akibat dari Orang Tua yang Tidak
Bertanggung Jawab Pasca Perceraian: Studi Kasus di Desa Bangun
Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto”. Skripsi—Universitas Islam
Negeri Sunan Ampel, Surabaya, 2006.
Rasjidi,Lili Hukum Perkawinan dan Perceraian di Malaysia dan Indonesia.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1991.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Sabiq Sayyid, Fikih Sunnah 8, terj. Mohammad Thalib. Bandnung: Alma’arif,
1980.
Salim Bahreisyi., Said Bahreisy. Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir Jilid II.
Surabaya: PT Bina Ilmu, 1990.
Salim Hs, Elis Septaina Nurbani. Perbandingan Hukum Perdata. Jakarta:
Rajawali Pers, 2014.
Shihab M. Quraish. Tafsir Al Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an.
Jakarta: Lentera Hati, 2002.
Shihab M. Quraisy, Al-Quran dan Ma’nanya, Tangerang: Lentera Hati, 2010.
Sholichah Maratus, Analisis Hukum Islam daan Hukum Positif Terhadap
Perkara Perwalian Anak Kepada Ibu Tiri (Studi Kasus di Pengadilan
Agama Tuban, No. 03/Pdt. P/2006/PA. Tuban). Skripsi--- IAIN Sunan
Ampel Surabaya, 2007.
Sholihah, Siti, “Konsep Perwalian Anak dalam Al Quran”. Skripsi—
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya, 2002.
Soedaryo Soimin. Hukum Orang dan Keluarga. Jakarta: SINAR GRAFIKA,
1992.
Soesilo R., KUHP serta Komentar-Komentarnya. Bogor: Politeia, 1989.
Subekti. Pokok-Pokok Hukum Perdata. Bandung: PT. Intermasa, 1980.
Subekti R., R. Tjitrosudibio. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Jakarta:
Pradnya Paramita, 2004.
Sulistini Elise T., Rudy T. Erwin, Petunjuk Praktis Menyelesaikan Perkara
Perdata. Jakarta: BINA AKSARA, 1987.
Summa, Muhammad Amin, Hukum Keluarga Islam di Dunkia Islam. Jakarta:
Rajawali Press, 2004.
Sunggono Bambang, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: PT Raja Grasindo,
1997)
Susanti, Lis, “Studi Komparasi Terhadap Konsep Perwalian Dalam Hukum
Islam dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan”.
Skripsi--Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya, 2014.
Tihami, Sohari Sahrani. Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap.
Jakarta: Rajawali Pers, 2010.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Tuhami H. M. A dan Sohari sahrani. Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah
Lengkap. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010.
VÖllmar H. F. A, Pengantar Studi Hukum Perdata, I. S Adiwimarta (Jakarta:
Rajawali, 1992)
Yahya Muhammad dan Fatchur Rahman. Dasar-Dasar Pembinaan Fiqih Islam.
Bandung: AL-MA’ARIF, 1986.
Kompilasi Hukum Islam
Undang Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
UU No 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak BAB XII
https://kbbi.web.id/
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemerkosaan
top related