analisis kelayakan pembiayaan kredit...
Post on 01-Sep-2018
227 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ANALISIS KELAYAKAN PEMBIAYAAN KREDIT USAHA
RAKYAT (KUR) PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA
SYARIAH KANTOR CABANG BSD CITY
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Disusun Oleh
Anya Kurniadi Putri
NIM: 1113053000058
KONSENTRASI MANAJEMEN LEMBAGA KEUANGAN ISLAM
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2017 M/1438 H
ANALISIS KELAYAKAN PEMBIAYAAN KREDIT USAHA RAKYAT
(KUR) PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA SYARIAH KANTOR
CABANG BSD CITY
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Disusun Oleh
Anya Kurniadi Putri
NIM: 1113053000058
Di Bawah Bimbingan:
Muhamad Zen, MA
NIP. 19780112 201411 1 001
KONSENTRASI MANAJEMEN LEMBAGA KEUANGAN ISLAM
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2017 M/1438 H
LEMBAR PERNYATAAN
Demgan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam tulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil saya atau hasil
jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang
berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 12 Juni 2017
Anya Kurniadi Putri
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Pembiayaan Kredit Usaha Rakyat
(KUR) pada PT. Bank Rakyat Indonesia Syariah Kantor Cabang BSD City” telah
diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 21 Juni 2017. Skripsi ini telah diterima
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program
Studi Manajemen Dakwah
Ciputat, 21 Juni 2017
Sidang Munaqasyah
Anggota,
Ketua Sidang,
Drs. Cecep Castrawijaya, MA
NIP. 19670818 199803 1 002
Sekretaris Sidang,
Ahmad Fatoni, S.Sos.I
Penguji I,
Drs.H.Hasanudin Ibnu Hibban,MA
NIP. 19660605 199403 1 005
Penguji II,
Drs. Sugiharto, MA
NIP. 1966080 199603 1 001
Pembimbing,
Muhamad Zen, MA
NIP. 19780112 201411 1 001
i
ABSTRAK
Anya Kurniadi Putri, NIM: 1113053000058, “Analisis Kelayakan
Pembiayaan Kredir Usaha Rakyat (KUR) Pada PT Bank Rakyat Indonesia
Syariah Kantor Cabang BSD City”. Dibimbing oleh Muhamad Zen, MA.
2017.
PT. Bank Rakyat Indonesia Syariah (BRISyariah) merupakan salah satu
perbankan syariah milik Negara (BUMN) yang berfokus kepada kegiatan
penghimpunan dana masyarakat dan kegiatan konsumer berdasarkan prinsip
syariah. KUR Mikro iB BRISyariah merupakan salah satu produk pembiayaan
mikro PT. Bank BRISyariah yang dikeluarkan pemerintah yang bertujuan untuk
memberdayakan Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKMK) dalam
rangka mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Pembiayaan merupakan
sebuah kegiatan penyediaan dana yang berlandaskan atas persetujuan dan
kesepakatan antara pihak bank dengan nasabah untuk keperluan usaha,
pembiayaan modal kerja atau konsumtif. Sebagian besar penghasilan bank syariah
didapatkan dari kegiatan usaha berupa pembiayaan. dalam memberikan
pembiayaan bank tidak boleh semena-mena. Bank harus mensortir kembali
pembiayaan yang diajukan oleh nasabah dan menentukan kelayakan pembiayaan
yang diajukan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui cara PT. Bank
BRISyariah dalam menganalisis kelayakan pembiayaan Kredit Usaha Rakyat
(KUR) Mikro iB BRISyariah Kantor Cabang BSD City yang diajukan oleh
nasabah dan untuk mengetahui alur prosedur pemberian Kredit Usaha Rakyat
(KUR) Mikro iB BRISyariah Kantor Cabang BSD City.
Pada penyusunan penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif
dengan metode analisis deskriptif, menurut Sugiyono metode ini memandu
penulis untuk mengeksplorasi dan memotret situasi yang akan diteliti secara luas
dan mendalam.
Hasil dari penelitian ini adalah prosedur pemberian Kredit Usaha Rakyat
(KUR) Mikro iB BRISyariah Kantor Cabang BSD City dilakukan dalam beberapa
tahap pembiayaan yaitu tahap permohonan pembiayaan, tahap analisis
pembiayaan, tahap pemberian putusan pembiayaan, tahap pencairan/akad
pembiayaan dan tahap pemantauan pembiayaan atau monitoring. Sedankan dalam
menganalisis kelayakan pembiayaan PT. Bank BRISyariah melihatnya dari 5
aspek yaitu karakter, modal, kapasitas usaha, kondisi ekonomi dan
jaminan/agunan. Pada implementasinya lebih mengedepankan tiga aspek yaitu
karakter, kapasitas dan jaminan/agunan. Akan tetapi untuk pembiayan KUR
Mikro iB BRISyariah bank lebih terfokus pada aspek karakter dan kapsitas karena
dalam produk ini agunan tidak diwajibkan, boleh saja memberikan agunan tapi
tidak terikat dan diperbolehkan meski tidak mengcover seluruh jumlah
pembiayaan.
Kata Kunci: Pembiayaan, Analisis Kelayakan Pembiayaan, Kredit Usaha
Rakyat (KUR), PT. Bank BRISyariah Kantor Cabang BSD City
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil ‘Alamin, puji dan syukur atas kehadirat Allah
Subhanahu wa Ta’ala sang pencipta alam semesta, karena atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis
Kelayakan Pembiayaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Pada PT. Bank Rakyat
Indonesia Syariah Kantor Cabang BSD City”. Shalawat dan salam tak lupa
penulis sampaikan kepada Baginda Nabi Besar Muhammad Shallalah ‘Alayhi wa
Sallam yang telah membimbing umatnya ke jalan yang benar yang diridhoi-Nya.
Tak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada orang tua penulis yaitu, H.
Nurhalim dan Yulyanah yang telah mengerahkan seluruh waktu, harta dan tenaga
hingga penulis dapat menempuh pendidikan sampai perguruan tinggi,
memberikan kasih sayang, perhatian, semangat dan do’anya sehingga penulis
dapat terus berusaha dan bersemangat dalam meraih cita-cita. Terkhusus untuk
ayahanda tercinta yang telah berpulang lebih dulu ke khadirat-Nya (Alm) Dedi
Kurniadi, atas cerita-cerita dan pengalaman semasa hidupnya menjadikan penulis
lebih bersemangat dan bertekad dalam belajar. Semoga Allah melapangkan
kuburnya dan menempatkannya di tempat yang layak di sisi-Nya.
Selanjutnya, penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini
banyak mendapatkan bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Maka pada
kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
iii
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi, Bapak Suparto M.Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan I
Bidang Akademik, Ibu Dr. Raudhonah, MA selaku Wakil Dekan II
Bidang Administrasi Umum dan Bapak Dr. Suhaimi, MA selaku Wakil
Dekan III Bidang Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi.
3. Bapak Drs. Cecep Castrawijaya, MA selaku Ketua Program Studi
Manajemen Dakwah dan Bapak Drs. Sugiharto, MA selaku Sekretaris
Program Studi Manajemen Dakwah.
4. Bapak Drs. Sugiharto, MA selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah membimbing dan mengarahkan penulis selama menjadi
mahasiswa.
5. Bapak Muhamad Zen, MA selaku Dosen Pembimbing yang telah
bersedia membimbing penulis dari awal hingga akhir penelitian skripsi
ini selesai.
6. Tim penguji penulis, Bapak Drs. Cecep Castrawijaya, MA selaku ketua
sidang, Bapak Ahmad Fatoni, S.Sos.I selaku sekretaris sidang, Bapak
Drs. H. Hasanudin Ibnu Hibban, MA selaku penguji I, Bapak Drs.
Sugiharto, MA selaku penguji II.
iv
7. Seluruh Dosen Program Studi Manajemen Dakwah yang telah
memberikan pengajaran dan pembelajaran baik teori maupun
pengalaman hidup yang sangat luar biasa.
8. Seluruh pimpinan dan jajaran PT. Bank BRISyariah Kantor Cabang
BSD City yang telah membantu dan menyemangati penulis dalam
melakukan penelitian skripsi ini.
9. Ibu Heny Dartianti selaku Unit Head Mikro yang telah bersedia penulis
wawancarai untuk kepentingan penelitian ini.
10. Kedua adik penulis, yang telah menjadi penyemangat dan penghibur
penulis selama penulisan skripsi ini.
11. Sahabat penulis tersayang, Zahrina Ega Syahrani, Sayi FC, Nabila
Salsabila, Suci Rahmawati dan teman-teman lainnya yang telah
memberikan dukungan dan do’a kepada penulis.
12. Teman-teman seperjuangan Program Studi Manajemen Dakwah
angkatan 2013, ksususnya MD B dan MD MLKS.
Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, sangat besar harapan penulis kepada pembaca untuk
memberikan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan laporan
penelitian ini. Demikian laporan penelitian ini penulis buat, semoga penulisan
laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Ciputat, 21 Juni 2017
Anya Kurniadi Putri
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... ix
DAFTAR BAGAN ........................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ............................................ 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... 5
D. Hasil Penelitian yang Relevan..................................................... 6
E. Metodologi Penelitan .................................................................. 8
F. Sistematika Penulisan ................................................................ 10
BAB II TINJAUAN TEORITIS ANALISIS KELAYAKAN PEMBIAYAAN
KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) ........................................................ 12
A. Analisis Kelayakan Pembiayaan ............................................... 12
1. Pengertian Analisis ............................................................... 12
2. Pengertian Kelayakan ........................................................... 13
3. Pengertian Pembiayaan ........................................................ 14
4. Tujuan Pembiayaan .............................................................. 16
vi
5. Fungsi Pembiayaan ............................................................... 19
6. Jenis-Jenis Pembiayaan ........................................................ 20
7. Produk-Produk Pembiayaan ................................................. 22
8. Analisis Kelayakan Pembiayaan .......................................... 27
B. Kredit Usaha Rakyat (KUR) ..................................................... 32
1. Pengertian Kredit Usaha Rakyat (KUR) .............................. 32
2. Skim Kredit Usaha Rakyat (KUR) ....................................... 35
3. Landasan Hukum Kredit Usaha Rakyat (KUR) ................... 35
BAB III TINJAUAN KHUSUS TENTANG PT. BANK BRISYARIAH
KANTOR CABANG BSD CITY .............................................................. 38
A. Sejarah ....................................................................................... 38
B. Visi dan Misi ............................................................................. 40
1. Visi ....................................................................................... 41
2. Misi ....................................................................................... 41
C. Produk BRISyariah ................................................................... 41
1. Consumer Banking ............................................................... 41
2. Business Banking .................................................................. 46
D. Struktur Organisasi PT. Bank BRISyariah Kantor Cabang
BSD City ......................................................................................... 55
BAB IV ANALISIS KELAYAKAN PEMBIAYAAN KREDIT USAHA
RAKYAT (KUR) PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA SYARIAH
(BRIS) KANTOR CABANG BSD CITY ................................................. 58
vii
A. Prosedur Pembiayaan KUR Mikro iB BRISyariah Kantor Cabang
BSD City ................................................................................... 58
B. Analisis Kelayakan Pembiayaan KUR Mikro iB BRISyariah pada PT.
Bank BRISyariah Kantor Cabang BSD City............................. 70
BAB V PENUTUP ...................................................................................... 85
A. Kesimpulan................................................................................ 85
B. Saran .......................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 87
DAFTAR LAMPIRAN
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1: Logo PT. Bank BRISyariah .................................................... 38
Gambar 3.2: Struktur Organisasi PT. Bank BRISyariah Kantor Cabang BSD
City ............................................................................................................... 57
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1: Rekomendasi Fasilitas Pembiayaan ............................................ 78
Tabel 4.2: Penilaian Tanah dan Bangunan ................................................... 81
x
DAFTAR BAGAN
Bagan 4.1: Alur Pemberian KUR Mikro iB BRISyariah ............................. 67
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 2 : Surat Izin Penelitian
Lampiran 3 : Surat Keterangan Hasil Penelitian
Lampiran 4 : Aplikasi Permohonan Pembiayaan
Lampiran 5 : Surat Pernyataan Fasilitas KUR Mikro iB BRISyariah
Lampiran 6 : Aplikasi Pembukaan Tabungan Faedah iB/ Mikro
Lampiran 7 : Surat Pernyataan NPWP
Lampiran 8 : Contoh Tabungan Mikro
Lampiran 9 : Hasil Wawancara
Lampiran 10 : Foto-Foto Wawancara
1
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
BUS 2 3 3 3 3 5 6 11 11 11 11 12 12 13
UUS 8 16 19 20 26 27 25 23 24 24 23 22 22 21
BPRS 84 88 92 105 114 131 138 150 155 158 163 163 163 166
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
BUS
UUS
BPRS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bank merupakan sebuah tempat yang digunakan oleh orang banyak
untuk menyimpan dan menginvestasikan uang mereka. Selain itu, banyak
juga orang yang memanfaatkan bank untuk melakukan pinjaman atau dalam
istilah syariah pembiayaan. Entah itu untuk perluasan usaha dan bisnis,
penyediaan modal kerja maupun untuk keperluan konsumtif.
Bank syariah adalah bank atau lembaga perbankan yang menjalankan
kegiatan usahanya sesuai dengan Al-Qur’an dan hadits, dan mengacu pada
prinsip-prinsip syariah.1 Setiap tahunnya bank syariah terus mengalami
perkembangan. Berikut adalah perkembangan bank syariah dari tahun 2003
hingga 2016.
Gambar 1.1: Perkembangan Bank Syariah Indonesia Tahun 2003-2016
(Sumber: Statistik Perbankan Syariah 2003-2016)
1 Andi Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana, 2001) h.61
2
Perkembangan bank syariah dari tahun ke tahun terus meningkat,
meskipun di beberapa tahun mengalami fluktuasi. Dari segi kinerja,
perbankan syariah masih berada dibawah kinerja bank konvensional.2
Selain sektor perbankan, Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) juga
memiliki peranan besar dalam perekonomian Indonesia. Karena sektor ini
telah terbukti memberikan lapangan kerja dan memberikan kesempatan bagi
UKM untuk berkembang di masyarakat. Keberadaan UMKM tidak dapat
diragukan karena terbukti mampu bertahan dan menjadi penggerak ekonomi,
terutama setelah krisis ekonomi tahun 1997. Di sisi lain, UKM juga
menghadapi banyak masalah, yaitu keterbatasan modal kerja, sumber daya
manusia yang rendah, dan kurang cakapnya penguasaan ilmu pengetahuan
dan teknologi,3 dan permasalahan yang paling sering ditemui adalah
keterbatasan modal kerja. Bank, khususnya bank syariah sebagai lembaga
keuangan memiliki peranan besar dalam mengembangkan UMKM yaitu
dengan memberikan pembiayaan. Pembiayaan merupakan produk perbankan
syariah dan salah satu bentuk peran perbankan dalam pembangunan ekonomi.
”Pembangunan ekonomi di suatu Negara sangat bergantung pada
perkembangan dinamis dan konstribusi nyata dari sektor perbankan.
Pasca krisis ekonomi dan moneter di Indonesia memberikan gambaran
nyata betapa peran sektor perbankan sangat penting. Ketika sektor
perbankan terpuruk, perekonomian nasional juga ikut terpuruk.
Demikian sebaliknya, ketika perekonomian nasional mengalami
stagnasi, sektor perbankan juga terkena imbasnya dimana fungsi
intermediasi tidak berjalan dengan normal.”4
2 Adwiarman A. Karim, Outlook 2017, Karim Consulting, h.6 diakses pada 14 Februari
2017 pukul 12.38 dari: http://karimconsulting.com/publikasi/buku/ 3 Sudaryono dan Anifatul Hanim, Evaluasi Kesiapan UKM Menyongsong Pasar bebas
Asean (AFTA): Analisis Perspektif dan Tinjauan Teoritis. Jurnal Ekonomi Akuntansi dan
Manajemen, Vol 1 No.2, Desember 2002, h.1 4 Ryan Kiryanto, Langkah Trobosan Ekspansi Kredit, Jurnal Hukum Bisnis, 2007, h. 6
3
Pada dasar kata “pembiayaan” yang digunakan oleh bank syariah
memiliki konsep yang sama dengan kredit yang digunakan oleh bank
konvensional. Bank syariah dalam memberikan pembiayaan membutuhkan
tahapan-tahapan dan analisis yang matang terhadap calon nasabah. Bank
harus merasa yakin bahwa pembiayaan yang diberikan benar-benar akan
kembali.5 Tahapan terpenting dalam memberikan pembiayaan yaitu tahap
analisis kelayakan yang merupakan salah satu alat dalam meminimalisir
pembiayaan bermasalah. Prinsip yang digunakan dalam menganalisis
kelayakan pembiayaan yaitu prinsip 5 C yang terdiri dari character, capacity,
capital, condition dan collateral. Sistem analisis kelayakan pembiayaan
dengan prinsip 5 C sendiri menyulitkan para pelaku UMKM untuk
mendapatkan pembiayaan, salah satu prinsip analisis kelayakan pembiayaan
yang sulit untuk dipenuhi adalah agunan atau collateral. Oleh karena itu
pemerintah mengeluarkan produk pembiayaan dengan pola penjaminan yaitu
Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang diluncurkan pada November 2007. Produk
ini dikeluarkan agar para pelaku UMKM yang feasible tapi belum bankable
dapat mengakses pembiayaan di bank syariah.6
Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang ada di perbankan syariah
menggunakan akad murabahah bil wakalah, yaitu jual beli yang diwakilkan.
Berikut adalah ayat menganai murabahah:
5 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2016), h.136
6 Buku Kumpulan Peraturan Tahun 2016 Kredit Usaha Rakyat (KUR), Kementrian
Koordinator Bidang Perekonomian Republik indonesia, h. 1
4
Yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan
yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu
membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu.” (QS. An-Nisa: 29)
PT. Bank Rakyat Syariah (BRISyariah) Kantor Cabang BSD City
merupakan cabang PT. Bank BRISyariah yang mengeluarkan produk
pembiayaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) berbasis syariah. Banyaknya
peminat produk pembiayaan ini mengharuskan PT. Bank BRISyariah lebih
menyaring lagi nasabah yang mengajukan pembiayaan agar meminimalisir
terjadinya resiko pembiayaan bermasalah.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengkaji
mengenai langkah PT. Bank BRISyariah Kantor Cabang BSD City dalam
menganalisis kelayakan pembiayaan untuk produk KUR Mikro Ib, hal ini
merupakan tahapan untuk mengetahui apakah nasabah yang mengajukan
pembiayaan layak atau tidak dalam mendapatkan pembiayaan. Tahap ini juga
membantu pihak bank dalam mengambil keputusan. Dengan prosedur dan
analisis yang baik maka bank dapat meminimalisir resiko pembiayaan. maka,
penulis membuat skripsi dengan judul: “ANALISIS KELAYAKAN
5
PEMBIAYAAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) PADA PT. BANK
RAKYAT INDONESIA SYARIAH KANTOR CABANG BSD CITY”.
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan tidak meluas dan mencapaikan fokus yang
diharapkan, penulis membatasi masalah penelitian ini pada analisis
kelayakan pembiayaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan mengkaji
aspek-aspek penilaian kelayakan pembiayaan oleh pihak PT. Bank
BRISyariah Kantor Cabang BSD City.
2. Perumusan Masalah
a. Bagaimana prosedur pembiayaan produk Kredit Usaha Rakyat (KUR)
pada PT. Bank BRISyariah Kantor Cabang BSD City?
b. Bagaimana analisis kelayakan pembiayaan produk Kredit Usaha
Rakyat (KUR) pada PT. Bank BRISyariah Kantor Cabang BSD City?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan pembatasan kasus penelitian, maka
penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk:
a. Mengetahui prosedur pembiayaan produk Kredit Usaha Rakyat
(KUR) di PT. Bank BRISyariah Kantor Cabang BSD City.
b. Untuk mengetahui analisis kelayakan pemberian pembiayaan produk
Kredit Usaha Rakyat (KUR) di PT. Bank BRISyariah Kantor Cabang
BSD City.
6
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:
a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian diharapkan dapat memperkaya
khazanah keilmuan dibidang ekonomi dan dapat memberikan
konstribusi pemikiran dan pengembangan ilmu dibidang ekonomi
umumnya, pada perbankan syariah dan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi pada khususnya.
b. Manfaat Praktis
Dengan tersusunnya skripsi ini, diharapkan dapat memberikan
informasi dan manfaat bagi masyarakat, akademisi, Bank Syariah, dan
penulis pada khususnya.
D. Hasil Penelitian yang Relevan
Dalam penyusunan skripsi ini, langkah awal yang penulis tempuh
adalah mengkaji pustaka-pustaka yang ada sebelum penulis mengadakan
penelitian lebih lanjut dan menyusunnya menjadi suatu karya ilmiah. Adapun
kajian pustaka yang digunakan penulis adalah:
1. Nurul Wardani, Jurusan Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas
Sebelas Maret Surakarta, 2010
“Pelaksanaan Pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) Pada Bank
Rakyat Indonesia Unit Kuwarsan Cabang Jombang.” Skripsi ini
membahas tentang prosedur pelaksanaan pemberian Kredit Usaha Rakyat
(KUR) pada Bank Rakyat Indonesia Unit Kuwarsan Cabang Gombong
7
dan permasalahan hukum yang timbul dalam pelaksanaan pemberian
Kredit Usaha Rakyat ini serta tindakan dari Bank Rakyat Indonesia Unit
Kuwarsan Cabang Gombong dalam mengatasinya. Adapun persamaanya
penulis juga membahas mengenai prosedur pemberian kredit atau
pembiayaan. Perbedaannya penulis lebih terfokus pada aspek analisis
kelayakan pembiayaan.
2. Junish Fadhilah, Jurusan Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011
“Prospek Kredit Usaha Rakyat (KUR) Pada Bank Mandiri
Syariah.” skripsi ini membahas tentang mekanisme dan realisasi program
pola pembiayaan KUR di Bank Mandiri Syariah. selain itu membahas
perkembangan realisasi penyaluran KUR dan laba bersih yang diterima
oleh Bank Mandiri Syariah disetiap bulannya. Skripsi ini juga membahas
pengaruh penyaluran KUR terhadap laba bersih dan prospek KUR di
Bank Mandiri Syariah. Sedangkan penulis membahas analisis kelayakan
pembiayaan produk Kredit Usaha Rakyat (KUR).
3. Usman Fauzi, Jurusan Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009
“Strategi Pengembangan Usaha Mikro Kecil Menengah &
Koperasi Melalui Program Kredit Usaha Rakyat Di PT. Bank Bukopin
Cabang Kota Bekasi”. Skripsi ini membahas mengenai mekanisme,
realisasi dan strategi yang digunakan oleh PT. Bank Bukopin Cabang
Kota Bekasi. Selain itu memabahas tetang analisi SWOT terhadap
8
strategi pengembangan UMKMK di PT. Bank Bukopin dan aplikasi
KUR yang sesuai dengan pola syari’ah. Adapun perbedaan skripsi ini
adalah penulis meneliti tentang analisis kelayakan pembiayaan produk
Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang ada di Bank BRISyariah Kantor
Cabang BSD City.
E. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
analisis deskriptif. Bodgan dan Taylor mendefinisikan metodologi
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati.7 Menurut F.L. Whitney dalam bukunya yang berjudul The
Ellement of Research mengatakan bahwa metode deskriptif adalah
metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau
kejadian.8
2. Subjek dan Objek penelitian
Subjek penelitian ini adalah Bank BRISyariah Kantor Cabang BSD
City. Sedangkan objek penelitian adalah analisis kelayakan pembiayaan
Kredit Usaha Rakyat (KUR) di PT. Bank BRISyariah Kantor Cabang
BSD.
7 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya
2011, cet ke-29, h.4 8 F.L. Whitney, “The Ellement of Research,” dalam Moh. Nazir, Metode Penelitian (Bogor:
Ghalia Indonesia, 2013), cet ke-8, h. 55
9
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Kantor Bank BRISyariah KC BSD City,
Ruko Tol Boulevard Blok B10-12, Jl. Pahlawan Seribu, BSD City, Rawa
Buntu Serpong, Kota Tangerang Selatan. Telp. (021) 53156565. Dengan
waktu penelitian di mulai pada tanggal 13 Maret 2017 sampai dengan
tanggal 26 Mei 2017.
4. Teknik Pengumpulan Data
Jika dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat
menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Data primer adalah
data yang diambil dari sumber data primer atau sumber data pertama di
lapangan.9 Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua
atau sumber sekunder dari data yang kita butuhkan.10
a. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.11
Melakukan
tanya-jawab secara langsung Unit Head Micro PT. Bank BRISyariah
Kantor Cabang BSD City yang dilakukan pada Rabu, 17 Mei 2017.
Teknik yang digunakan yaitu tektik wawancara mendalam. Hal ini
bertujuan untuk memberikan kebebasan penulis untuk bertanya,
namun tetap terarah pada masalah penelitian yang diangkat.
b. Observasi atau pengamatan adalah metode pengumpulan data yang
digunakan untuk menghimpun data penelitian. Data-data penelitian
tersebut dapat diamati oleh peneliti. Dalam arti bahwa data tersebut
9 M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Kencana Prenada Media
Grup: Jakarta, 2013), h. 128 10
M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial, h. 122 11
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta 2011),
cet. Ke-13, h. 137
10
dihimpun melalui pengamatan peneliti melalui penggunaan panca
indra.12
Dalam hal ini penulis terjun langsung dan melakukan observasi
ke PT Bank BRISyariah Kantor Cabang BSD City untuk mengetahui
bagaimana analisis kelayakan pembiayaan Kredit Usaha Rakyat
(KUR) pada PT Bank BRISyariah Kantor Cabang BSD City.
c. Dokumentasi dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang
tertulis. Dalam metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-
benda tertulis, seperti buku-buku, majalah dokumen, peraturan-
peraturan, notulen rapat, catatan harian dan lain sebagainya, dapat
dilaksanakan dengan pedoman dokumentasi yang memuat garis-garis
besar atau kategori yang akan dicari datanya, dan cek list yaitu data
variabel yang akan dikumpulkan datanya.13
5. Teknik Analisis Data
Setelah data diperoleh, penulis melakukan klarifikasi dari temuan
yang didapat. Kemudian melakukan analisis dari hasil temuan dan teori
sehingga penulis dapat menyimpulkan penelitian ini berdasarkan hasil
analisis temuan yang telah dilakukan kemudian dideskriptifkan.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembahasan dalam proposal skripsi ini, penulis
menyusun Sistematika penulisan ke dalam Lima Bab. Dimana setiap Bab
terdiri dari sub-sub bab tersendiri. Agar pembaca dapat memahami uraian
12
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, h. 133 13
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: PT Rineka
Cipta), h.130
11
selanjutnya, maka penulis mensistematika pembahasan yang akan ditulis ke
dalam bab-bab sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN: Bab ini berisi uraian mengenai Latar
Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan
Manfaat Penelitian, Hasil Penelitian yang Relevan, Metodologi Penelitian dan
Sistematika Penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI: Bab ini meliputi Pengertian Analisis,
Pengertian Kelayakan, Pengertian Pembiayaan, Tujuan Pembiayaan, Fungsi
Pembiayaan, Jenis-Jenis Pembiayaan, Produk-Produk Pembiayaan, Analisis
Kelayakan Pembiayaan, Pengertian Kredit Usaha Rakyat Syariah (KUR),
Skim Kredit Usaha Rakyat (KUR), dan Landasan Hukum Kredit Usaha
Rakyat.
BAB III GAMBARAN UMUM PT. Bank BRISyariah: Bab ini
membahas mengenai gambaran umum PT. Bank BRISyariah, yang
mengemukakan tentang sejarah, visi, misi, tujuan, dan struktur organisasi.
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN BRISyariah:
Pembahasan tentang hasil penelitian yaitu dari Analisis Kelayakan
Pembiayaan Produk Kredit Usaha Rakyat (KUR) Pada PT. Bank BRISyariah
Kantor Cabang BSD City.
BAB V PENUTUP: Kesimpulan dan Saran-Saran.
12
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Analisis Kelayakan Pembiayaan
1. Pengertian Analisis
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, analisis adalah penyelidikan suatu
peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui apa sebab-sebanya,
bagaimana duduk perkaranya.1
Berikut adalah pengertian analisis dari beberapa ahli:
1. Menurut Komaruddin dalam buku “Ensiklopedia Manajemen” mengatakan
bahwa:
“Analisis adalah kegiatan berpikir untuk menguraikan suatu keseluruhan
menjadi komponen-komponen sehingga dapat mengenal tanda-tanda
komponen, hubungannya satu sama lain dan fungsi masing-masing dalam suatu
keseluruhan yang padu.”2
2. Menurut Harahap, analisis merupakan usaha menjabarkan suatu hal dengan
mendetail sehingga dapat memperoleh suatu hasil. Analisis juga dapat
diartikan memecahkan atau menguraikan sebuah unit menjadi unit-unit yang
lebih kecil lagi.3
3. Menurut Dwi Prastowo Darminto dan Rifka Julianty analisis diartikan
sebagai:
1 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: PT. Balai Pustaka
(Persero), 2014), Cet. 3, h. 37 2 Harahap, “Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan,” dalam Komarudin, Ensiklopedia
Manajemen (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), h. 31 3 Dwi Nur‟aini Ihsan, Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah ( Jakarta: UIN
JAKARTA PRESS, 2013), h. 55-56
13
“Penguraian suatu produk atas berbagai bagiannya dan penelaahan
bagian itu sendiri, serta hubugan antar bagian untuk memperoleh pengertian
yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.”4
Dari beberapa definisi analisis di atas penulis menyimpulkan analisis adalah
kegiatan penyelidikan untuk mengurai keseluruhan sesuatu menjadi bagian-bagian
kecil sehingga dapat diketahui kebenarannya.
2. Pengertian Kelayakan
Kata dasar “kelayakan” adalah layak. Dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia layak berarti wajar; pantas; patut. Sedangkan kelayakan berarti perihal
layak, patut, pantas; kepantasan, perihal yang dapat, pantas, patut dikerjakan.5
Adapun pengertian layak dalam penilaian studi kelayakan adalah
kemungkinan gagasan usaha/proyek yang akan dilaksanakan apakah memberikan
manfaat/benefit, baik itu financial benefit atau social benefit/economic benefit.6
Berikut adalah beberapa pengertian kelayakan menurut pakar yaitu:
a. Menurut Yacob Ibrahim, studi kelayakan bisnis yaitu suatu kegiatan dalam
menilai sejauh mana manfaat yang akan didapatkan dalam melaksanakan suatu
kegiatan usaha atau proyek.7
b. Menurut Kasmir dan Jakfar, studi kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang
mempelajari secara mendalam mengenai usaha atau bisnis yang akan
4 Dwi Prastowo Darminto dan Rifka Julianty, Analisis Laporan Keuangan (Yogyakarta:
YKPN, 2002), h. 52 5 Yandianto, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Bandung: Percetakan M2S Bandung, 2000),
h. 308 6 Sri Rahayu, dkk, Studi Kelayakan Bisnis Peternakan (Bandung: Fakultas Peternakan
Universitas Padjajaran, 2010), h. 1 7 Yakob Ibrahim, Studi Kelayakan Bisnis (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 1
14
dijalankan dalam rangka menentukan layak atau tidaknya bisnis tersebut
dijalankan.8
c. Menurut Subagyo, studi kelayakan bisnis adalah studi kelayakan yang
dilakukan untuk menilai kelayakan dalam mengembangkan sebuah usaha.9
d. Menurut Umar, studi kelayakan bisnis adalah sebuah penelitian untuk rencana
bisnis yang mana tidak hanya menganalisis layak atau tidaknya suatu bisnis
yang dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan atau dijalankan secara rutin
dalam rangka pencapaian keutungan yang maksimal untuk waktu yang tidak
ditentukan.10
Menurut penulis, kelayakan merupakan sebuah hal-hal yang menyangkut
tentang “pantas, patut” atau “tidak pantas, tidak patut” yang diberikan oleh
seseorang yang mana sebelumnya orang tersebut melakukan analisis dan
pembelajaran secara mendalam terlebih dahulu. Dalam kaitannya dengan
kelayakan pembiayaan, dalam hal ini pihak bank melakukan penilaian terhadap
usaha dan karakteristik nasabah yang mengajukan pembiayaan, apakah usaha
tersebut layak atau patut untuk dibiayai atau tidak.
3. Pengertian Pembiayaan
Pada dasarnya kegiatan usaha bank syariah dapat dikelolakan ke dalam 3
(tiga) jenis produk, yaitu produk simpanan (liability based product), seperti giro,
deposito dan tabungan, produk asset (asset based product), seperti pembiayaan
8 Kasmir dan Jakfar, Studi Kelayakan Bisnis (Jakarta: Kencana Prenada Grup, 2012), h. 7
9 Ahmad Subagyo, Studi Kelayakan Teori dan Aplikasi (Jakarta: PT. Gramedia, 2008), h. 6
10 Husein Umar, Studi Kelayakan Bisnis (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2005)h. 8
15
dan produk-produk jasa (service bades product), seperti pengiriman uang, save
deposit box, bank garansi, letter of credit, dan sebagainya.11
Dari kegiatan usaha tersebut bank syariah mendapatkan penghasilan
(income) berupa margin keuntungan, bagi hasil, fee (ujrah), dan pungutan lainnya,
seperti biaya administrasi. Namun, pendapatan bank syariah sebagian besar masih
berasal dari imbalan (bagi hasil/margin/fee). Imbalan tersebut diperoleh bank
syariah dari kegiatan usaha berupa pembiayaan. Oleh karenanya, pembiayaan
masih merupakan kegiatan paling dominan pada bank syariah.12
Pembiayaan atau financing, yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak
kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik
dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain pembiayaan adalah
pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan.13
Menurut UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan Bab I Pasal 1 No. 12
menyatakan bahwa pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah adalah penyediaan
uang atau tagihan yang berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank
dengan pihak lain (nasabah) yang mewajibkan pihak yang dibiayai
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan
imbalan atau bagi hasil.14
11
A. Wangsawidjaja Z, Pembiayaan Bank Syariah (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2012), h. 78 12
A. Wangsawidjaja Z, Pembiayaan Bank Syariah, h.78 13
Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep dan Aplikasi,
h. 681 14
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Pebankan Pasal 1
Nomor 12 dalam Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), h. 331
16
Pembiayaan adalah salah satu jenis kegiatan usaha bank syariah. yang
dimaksud dengan pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu berupa:
a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musharakah;
b. Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk
ijarah muntahiya bitttamlik;
c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna;
d. Transaksi pinjam-meminjam dalam bentuk piutang qard; dan
e. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi
multijasa.15
Dari beberapa pengertian pembiayaan di atas, penulis menyimpulkan bahwa
pembiayaan merupakan sebuah kegiatan penyediaan dana yang berlandaskan atas
persetujuan dan kesepakatan antara pihak bank dengan nasabah untuk keperluan
usaha, pembiayaan modal kerja atau konsumtif. Nasabah yang melakukan
pembiayaan diharuskan untuk mengembalikan dana yang telah dipinjam dengan
jangka waktu yang telah ditentukan dan disepakati oleh kedua belah pihak dengan
tambahan imbalan atau bagi hasil.
4. Tujuan pembiayaan
Secara umum, tujuan pembiayaan dibedakan menjadi dua kelompok besar,
yaitu tujuan pembiayaan untuk tingkat makro, dan tujuan pembiayaan untuk
tingkat mikro. Secara makro, pembiayaan bertujuan untuk:16
15
A. Wangsawidjaja Z, Pembiayaan Bank Syariah, h. 78
17
a. Peningkatan ekonomi umat, artinya masyarakat tidak dapat akses secara
ekonomi, dengan adanya pembiayaan mereka dapat melakukan akses
ekonomi.
b. Tersedianya dana bagi peningkatan usaha, artinya untuk pengembangan
usaha membutuhkan dana tambahan. Dana tambahan ini bisa saja
diperoleh dari produk-produk pembiayaan yang disediakan oleh bank
islam.
c. Meningkatkan produktivitas, maksudnya adalah dengan adanya
pembiayaan bank memberikan peluang bagi masyarakat yang ingin
meningkatkan produksinya.
d. Membuka lapangan kerja baru, artinya dengan dibukanya sektor-sektor
usaha melalui penambahan dana pembiayaan, maka sektor usaha tersebut
akan menyerap tenaga kerja. Hal ini berarti menambah atau membuka
lapangan kerja baru.
e. Terjadi distribusi pendapatan, artinya masyarakat usaha produktif mampu
melakukan aktivitas kerja, berarti mereka akan memperoleh pendapatan
dari hasil usahanya. Penghasilan merupakan bagian dari pendapatan
masyarakat. Jika ini terjadi maka akan terdistribusi pendapatan.17
Adapun secara mikro, pembiayaan diberikan dalam rangka untuk:
a. Upaya mengoptimalkan laba, artinya setiap usaha yang dibuka memiliki
tujuan tertinggi, yaitu menghasilkan laba usaha. Setiap pengusaha
16
Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep dan Aplikasi,
h. 681-682 17
Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep dan Aplikasi,
h. 681-682
18
menginginkan mampu mencapai laba maksimal. Untuk dapat
menghasilkan laba maksimal maka mereka perlu dukungan dana yang
cukup.
b. Upaya meminimalkan risiko, artinya usaha yang dilakukan agar mampu
menghasilkan laba maksimal, maka pengusaha harus mampu
meminimalkan risiko yang mungkin timbul.
c. Pendayagunaan sumber ekonomi, artinya sumber daya ekonomi dapat
dikembangkan dengan melakukan mixing antara sumber daya alam
dengan sumber daya manusia serta sumber daya modal. Jika sumber daya
alam dan sumber daya manusianya ada, dan sumber daya modal tidak
ada, maka dipastikan diperlukan pembiayaan. Dengan demikian,
pembiayaan pada dasarnya dapat meningkatkan daya guna sumber-
sumber daya ekonomi.
d. Penyaluran kelebihan dana, artinya dalam kehidupan masyarakat ini ada
pihak yang memiliki kelebihan sementara ada pihak yang kekurangan.
Dalam kaitannya dengan masalah dana, maka mekanisme pembiayaan
dapat menjadi jembatan dalam penyeimbangan dan penyaluran kelebihan
dana dari pihak yang kelebihan (surplus) kepada pihak yang kekurangan
(minus) dana.18
18
Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep dan Aplikasi,
h. 682
19
5. Fungsi Pembiayaan
Menurut Muhammad dalam bukunya yang berjudul “Manajemen Bank
Syariah” terdapat beberapa fungsi pembiayaan yang diberikan oleh bank untuk
masyarakat, yaitu:
a. Meningkatkan daya guna uang
Orang-orang yang menabung di bank dapat menyimpan uangnya di
bank dalam bentuk giro, tabungan dan deposito. Uang tersebut dalam
presentase tertentu akan ditingkatkan kegiatannya oleh bank untuk suatu
usaha peningkatan produktif.19
Pengusaha-pengusaha menggunakan pembiayaan yang diberikan oleh
bank untuk memperluas usahanya baik itu dengan meningkatkan produksi,
pembelian alat baru atau pun untuk memulai usahanya dari nol. Dengan
demikian, dana yang tersimpan di bank (tabungan, giro dan deposito nasabah)
tidak idle (diam), tapi disalurkan untuk usaha-usaha yang bermanfaat bagi
bank dan masyarakat.20
Hal tersebut sejalan dengan tujuan bank syariah
sebagai penggerak ekonomi umat dan mengentaskan kemiskinan.
b. Meningkatkan peredaran uang
Dalam hal ini uang yang disalurkan atau diberikan akan beredar dari
wilayah datu ke wilayah lainnya, sehingga suatu daerah yang kekurangan
19
Muhammad, Manajemen Bank Syariah (Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan
(UUP) AMP YKPN, 2005), H. 17 20
Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep dan Aplikasi,
h. 682
20
uang apabila ia memperoleh pembiayaan maka daerah tersebut memperoleh
tambahan uang yang beredar di daerahnya.21
c. Stabilitas ekonomi
Dalam ekonomi yang kurang sehat, langkah-langkah stabilisasi pada
dasarnya diarahkan pada usaha-usaha untuk antara lain:
1) Pengendalian inflasi
2) Peningkatan ekspor
3) Rehabiltasi prasarana
4) Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok rakyat.22
6. Jenis-Jenis Pembiayaan
Sesuai dengan pengembangan produknya, bank islam memiliki banyak
jenis pembiayaan. Jenis-jenis pembiayaan dikelompokan menurut beberapa
aspek, yaitu:
a. Pembiayaan menurut tujuan
Pembiayaan menurut tujuannya dibedakan menjadi:
1) Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan jangka pendek yang
diberikan kepada perusahaan untuk membiayai kebutuhan modal kerja
usahanya. Maksimal pembiayaan modal kerja adalah 1 (satu) tahun dan
dapat diperpanjang sesuai dengan kebutuhannya.23
21
Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012), h.118 22
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, H. 17 23
Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, h.86
21
2) Pembiayaan investasi, yaitu pembiayaan yang dimaksudkan untuk
melakukan investasi atau pengadaan barang konsumtif.24
b. Pembiayaan menurut jangka waktu
Pembiayaan menurut jangka waktu dibedakan menjadi:
1) Pembiayaan jangka waktu pendek, pembiayaan yang dilakukan dengan
waktu 1 bulan sampai dengan 1 tahun. Pembiayaan jangka pendek
biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja.25
2) Pembiayaan jangka waktu menengah, pembiayaan yang dilakukan
dengan waktu 1 tahun sampai dengan 5 tahun. Pembiayaan jangka
menengah biasanya digunakan untuk investasi.26
3) Pembiayaan jangka waktu panjang, pembiayaan yang dilakukan dengan
waktu lebih dari 5 tahun.27
c. Pembiayaan berdasarkan sifat penggunaannya:
1) Pembiayaan produktif adalah pembiayaan yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan produksi yang dalam arti luas yaitu untuk
peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan maupun investasi.
2) Pembiayan konsumsi adalah pembiayaan yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi yang akan habis digunakan untuk
memenuhi kebutuhan. 28
24
Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep dan Aplikasi,
h. 686 25
Kasmir, Dasar-Dasar Manajemen, h. 121 26
Kasmir, Dasar-Dasar Manajemen, h. 121 27
Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep dan Aplikasi,
h. 686 28
M. Syafi‟I Antonio, Bank Syariah dari Teori Ke Praktik (Jakarta: Gema Insani, 2001), h.
160
22
7. Produk-Produk Pembiayaan
Untuk menyalurkan dana yang telah dihimpun dari nasabah atau
masyarakat, bank menyediakan dan menawarkan beberapa produk perbankan,
yaitu:
a. Pembiayaan dengan prinsip jual-beli (ba’i)
Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan
kepemilikan barang atau benda (transfer of property). Tingkat keuntungan bank
ditentukan di depan dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual.29
Transaksi jual-beli dapat dibedakan berdasarkan bentuk pembayaranya dan
waktu penyerahan barangnya, yakni sebagai berikut:30
1) Pembiayaan Murabahah
Murabahah, yang berasal dari kata ribhu (keuntungan), adalah transaksi
jual-beli dimana bank menyebut jumlah keuntungannya. Bank bertindak
sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga
beli bank dari pemasok ditambah keuntungan (margin).31
Pembiayaan
murabahah merupakan salah satu konsep pembiayaan yang berdasarkan jual
beli yang bersifat amanah. Landasan Islam mengenai pembiayaan murabahah
ini terdapat pada surat An-Nisa ayat 29:32
29
Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan (Jakarta: IIIT Indonesia,
2003), h.86 30
Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, h. 86 31
Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, h.86 32
Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam: Teori dan Praktik
(Jakarta: Kencana Prenada Grup, 2010), h. 41-42
23
Yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan
yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu
membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu.” (QS. An-Nisa: 29)
Dalam teknis yang ada pada perbankan islam, murabahah merupakan
akad jual dan beli yang terjadi antara bank islam yang selaku penyedia barang
yang menjual dengan nasabah yang memesan dalam rangka pembelian barang
itu. Keuntungan yang diperoleh bank dalam transaksi ini merupakan
keuntugan jual beli yang telah disepakati bersama.33
Dari beberapa pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwasannya
murabahah merupakan akad jual beli (ba’i) antara bank dengan nasabah dan
pihak bank dapat mengambil keuntungan dari jual beli tersebut sesuai dengan
kesepakatan yang telah ditetapkan antara kedua belah pihak (bank dengan
nasabah).
Aplikasi: pembiayaan investasi/barang modal, pembiayaan konsumtif,
pembiayaan modal kerja, dan pembiayaan ekspor.34
33
Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam: Teori dan Praktik, h. 43 34
Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep dan Aplikasi,
h.687
24
2) Pembiayaan salam
Salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang diperjual
belikan belum ada. Oleh karena itu barang diserahkan secara tangguh,
sedangkan pembayaran dilakukan secara tunai. Bank bertindak sebagai
pembeli, sementara nasabah sebagai penjual.35
Dalam praktik perbankan, ketika barang telah diserahkan kepada bank,
maka bank akan menjualnya kepada rekan nasabah atau kepada nasabah itu
sendiri secara tunai atau secara cicilan. Harga jual yang ditetapkan oleh bank
adalah harga beli bank dari nasabah ditambah keuntungan. Dalam hal ini
bank menjualnya secara tunai biasanya disebut pembiayaan talangan
(bridging financing). Sedangkan dalam hal bank menjualnya secara cicilan,
kedua belah pihak harus menyepakati harga jual dan jangka waktu
pembayaran.36
Jadi, secara sederhana pembiayaan salam merupakan
pembiayaan dengan metode pesanan yang mana pembayarannya bisa secara
tunai atau cicilan.
Aplikasi: Pembiayaan sektor pertanian dan manufacturing.37
3) Pembiayaan istishna’
Produk istishna’ menyerupai produk salam, namun dalam istishna’
pembayaran dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali (termin)
35
Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, h.87 36
Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, h.87 37
Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep dan Aplikasi,
h.687
25
pembayaran. Skim istishna’ umumnya diaplikasikan pada pembiayaan
manufaktur dan konstruksi.38
b. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil
1) Musyarakah
Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk
suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi
dana (atau amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko
akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.39
Musyarakah dalam konteks perbankan berarti perjanjian kesepakatan
bersama antara beberapa pemilik modal untuk menyertakan modal sahamnya
pada suatu proyek. Mekanisme akad musyarakah di perbankan syariah terjadi
pada tahapan penyaluran dana, yang produknya biasa disebut dengan
pembiayaan musyarakah, yakni penyertaan modal yang diberikan bank
syariah terhadap nasabah yang memiliki sebagian modal.40
Jadi
sederhananya, pembiayaan musyarakah merupakan akad kerja sama yang
dilakukan oleh dua pihak atau lebih yang mana masing-masing pihak
memberikan kontribusinya. Keuntungan dan resiko yang terjadi ditanggung
bersama sesuai dengan kesepakatan.
2) Mudharabah
Secara teknis, mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua
pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%)
38
Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, h.88 39
Muhammad Syari‟I Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani,
2007), Cet. 11, h. 90 40
Yadi Janwari, Lembaga Keuangan Syariah (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), h.
80-81
26
modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara
mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak,
sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu
bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan
karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus
bertanggung jawab atas kerugian tersebut41
Pembiayaan mudharabah adalah bank menyediakan pembiayaan modal
investasi atau modal kerja secara penuh (trusty financing), sedangkan nasabah
menyediakan proyek atau usaha lengkap dengan manajemennya.42
c. Pembiayaan dengan prinsip sewa. Untuk jenis ini diklasifikasikan menjadi
pembiayaan:
1) Pembiayaan ijarah
Ijarah adalah akad penyaluran dana untuk memindahkan hak guna
(manfaat) atas suatu barang dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa
(ujrah), antara perusahaan pembiayaan sebagai pemberi sewa (mu’ajjir)
dengan penyewa (musta’jir) tanpa diikuti pengambilan kepemilikan barang
itu sendiri.43
2) Pembiayaan Ijarah Muntahiya Bitamlik/Wa Iqtina
Ijarah Muntahiya Bitamlik memiliki makna yang sama dengan ijarah
iqtina’, yang berarti sewa-beli, yaitu perjanjian sewa-menyewa yang disertai
41
Muhammad Syari‟I Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktik, Cet. 11, h. 95 42
A. Djazuli dan Yadi Janwari, Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat (Jakarta: Raja
Grafindo persada, 2002), h. 67 43
Yadi Janwari, Lembaga Keuangan Syariah, h. 94
27
dengan opsi pemindahan hak milik atas benda yang disewa kepada penyewa
setelah selesai masa sewa.44
d. Pembiayaan dalam bentuk pinjaman
1) Qardh
Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau
diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan
imbalan.
Qardh dalam perspektif perbankan syariah diartikan dengan produk
pembiayaan dalam bentuk transaksi pinjam meminjam. Implementasi qardh di
perbankan syariah ini merupakan salah satu bentuk dari fungsi bank syariah
sebagai institusi sosial. Selain sebagai lembaga bisnis di bidang keuangan,
bank syariah juga berfungsi sebagai lembaga sosial yang mengembangkan
produk perbankan yang bersifat tabarru’. Namun demikian, sekalipun qardh
sebagai produk sosial, bank tidak boleh merugi karena produk ini, sehingga
biaya administrative yang berkaitan dengannya ditanggung sepenuhnya oleh
nasabah.45
8. Analisis Kelayakan Pembiayaan
Salah satu aspek penting dalam perbankan syariah adalah proses
pembiayaan yang sehat. Yang dimaksud dengan proses pembiayaan yang sehat
adalah proses pembiayaan yang berimplikasi kepada investasi halal dan baik serta
menghasilkan return sebagaimana yang diharapkan, atau bahkan lebih. Pada bank
44
Yadi Janwari, Lembaga Keuangan Syariah, h. 90 45
Yadi Janwari, Lembaga Keuangan Syariah, h. 149-150
28
syariah, proses pembiayaan yang sehat tidak hanya berimplikasi kondisi bank
yang sehat tetapi juga berimplikasi pada peningkatan kinerja sektor riil yang
dibiayai.46
Salah satu usaha bank agar kondisi bank tetap sehat dan terus adanya
peningkatan kinerja pada sektor riil yaitu dengan analisis pembiayaan. Adapun
manfaat yang didapatkan dari analisis pembiayaan adalah untuk mengurangi
resiko pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing) yang nantinya akan
berpengaruh kepada kesehatan dan kinerja bank.
Analisis pembiayaan adalah kegiatan yang menelaah aspek-aspek penting
dan patut diketahui dari nasabah yang akan dibiayai oleh bank. Tujuan analisis
pembiayaan untuk memperoleh gambaran yang jelas dan sesungguhnya terhadap
kondisi nasabah yang akan dibiayai. Dengan demikian, rekomendasi yang benar
dan objektif dapat diberikan.47
Dari pengertian analisis pembiayaan di atas, penulis mengambil kesimpulan
bahwa analisis pembiayaan merupakan kegiatan bank dalam mencari tahu aspek-
asek penting tentang nasabah yang mengajukan pembiayaan. Nasabah yang
mengajukan pembiayaan akan disaring kembali apakah ia layak untuk dibiayai
atau tidak.
Analisis pembiayaan dilakukan dengan tujuan untuk meyakinkan pihak
manajemen apakah nasabah mempunyai kemampuan dan kemauan untuk
46
Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Transaksi perbankan Syariah (Jakarta: Zikrul Hakim,
2003), h. 138 47
Gita Danupranata, Manajemen Perbankan Syariah (Jakarta: 2013, Salemba Empat), h.
121
29
memenuhi kewajiban pada bank secara baik. Adapun menurut Kasmir penilaian
dilakukan dengan menggunakan pendekatan 5C‟s Analisis meliputi:
a. Character
Character merupakan sifat atau watak seseorang. Sifat atau watak dari
orang-orang yang akan diberikan pembiayaan harus dapat dipercaya. Kegunaan
dari penilaian terhadap karakter ini adalah untuk mengetahui sejauh mana
kemauan nasabah untuk memenuhi kewajibannya (willingness to pay) sesuai
dengan perjanjian yang telah disepakati.48
Penilaian ini dilakukan untuk
mengetahui kejujuran dan itikad baik calon debitur untuk melunasi atau
mengembalikan pinjaman, sehingga tidak menyulitkan bank dikemudian hari.49
Media untuk mendapatkan kesimpulan calon debitur berkepribadian,
berakhlak baik didapat dengan mengumpulkan data dan informasi dari pihak
ketiga, apakah yang bersangkutan terlilit utang, apakah yang bersangkutan
pemium, penjudi atau penipu. Pihak ketiga yang dapat diminta informasinya
baik langsung atau tidak langsung, adalah mitra bisnis dari calon nasabah.50
b. Capital
Capital digunakan untuk melihat penggunaan modal apakah efektif atau
tidak, dapat dilihat dari laporan keuangan (neraca dan laporan laba rugi) yang
disajikan dengan melakukan pengukuran seperti segi likuiditas dan
solvabilitasnya, rentabilitas dan ukuran lainnya. Capital juga harus dianalisis
48
Kashmir, Dasar-Dasar Perbankan, h. 137 49
Sumar‟in, Konsep Kelembagaan Bank Syariah (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), Cet.1, h.
116 50
Syarif Arbi, Perbankan Keuangan Pembiayaan Lembaga (Yogyakarta: BPFE, 2013),
Edisi pertama, h. 132
30
dari sumber mana saja modal yang ada sekarang ini, termasuk presentase modal
yang digunakan untuk membiayai modal usaha yang akan dijalankan, berapa
modal sendiri dan berapa modal pinjaman.51
c. Capacity
Capacity adalah analisis untuk mengetahui kemampuan nasabah dalam
membayar pembiayaan.52
Dari penilaian ini dapat terlihat kemampuan nasabah
dalam mengelola bisnis. Kemampuan ini dihubungkan dengan latar belakang
pendidikan dan pengalamannya selama ini dalam mengelola usahanya, sehingga
akan terlihat kemampuannya dalam mengembalikan pembiayaan yang
disalurkan. Capacity sering disebut juga dengan capability.53
Penghasilan nasabah adalah sumber penghasilan yang akan menjadi
menjadi sumber pelunasan kredit atau pembiayaan. Indikasi yang menunjukan
kemampuan memperoleh laba ini, dapat diamati dari kapasitas terpasang alat
produksi yang bersangkutan, dan juga terlihat dari pembukuan dan catatan-
catatan operasional calon debitur masa lalu dan dibuat proyeksi yang akan
datang. Untuk kredit konsumsi ukuran capacity ini dilihat penghasilan yang
bersangkutan, bila calon debitur pegawai sektor formal dilihat daftar gaji yang
bersangkutan.54
51
Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, h. 137 52
Muchdarsyah Sinungan, Manajemen Dana Bank (Jakarta: PT. Bumu Aksara, 1997), h.
243 53
Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, h. 137 54
Syarif Arbi, Perbankan Keuangan Pembiayaan Lembaga, Edisi pertama, h. 132
31
d. Collateral
Collateral adalah jaminan yang diberikan oleh nasabah kepada pihak bank
baik itu bersifat fisik maupun non fisik.55
Untuk menanggung pembayaran kredit
macet, calon nasabah umumnya menyediakan jaminan berupa agunan yang
berkualitas tinggi dan mudah dicairkan yang nilainya minimal sebesar jumlah
kredit atau pembiayaan yang diberikan kepadanya.56
Bank harus memberikan pengertian kepada debitur bahwa agunan untuk
bank tidak sama dengan agunan di rumah gadai. sebelum kredit diberikan bank
harus yakin tidak adanya itikad nasabah untuk meminjam kredit hanya untuk
memperhitungkan agunannya akhirnya dilelang untuk melunasi kredit.57
e. Condition
Dalam menilai pembiayaan hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi, sosial
politik yang ada sekarang dan diprediksi di masa yang akan datang. Penilaian
kondisi atau prospek bidang usaha yang dibiayai hendaknya benar-benar
memiliki prospek yang baik, sehingga kemungkinan pembiayaan tersebut
bermasalah relative kecil.58
Bank juga harus menganalisis keadaan pasar di dalam dan di luar negri
baik masa lalu maupun masa yang akan datang, sehingga masa depan pemasaran
dan hasil proyek atau usaha calon nasabah debitur yang dibiayai dapat
diketahui.59
55
Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, h. 137 56
Sumar‟in, Konsep Kelembagaan Bank Syariah, Cet.1, h. 117 57
Syarif Arbi, Perbankan Keuangan Pembiayaan Lembaga, Edisi pertama, h. 134 58
Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, h. 137 59
Sumar‟in, Konsep Kelembagaan Bank Syariah, Cet.1, h. 117
32
Kondisi ekonomi ini termasuk dampak lingkungan dan sosial masyarakat
setempat. Bila bank membiayai suatu usaha akan bermasalah terhadap
lingkungan dan sosial masyarakat, akan berujung menjadi kredit bermasalah.
Masih dalam pembicaraan analisis kondisi ekonomi, perlu sekali analis bank
mempunyai referensi yang cukup tentang formula dari suatu hasil produk calon
debitur yang memproduksi barang untuk makanan/minuman. Apakah formula
tersebut tidak terdapat unsur-unsur yang membahayakan kesehatan, misalnya zat
pewarna atau sesuatu pengawet yang membahayakan.60
Dalam perbankan islam,
bank dituntut untuk menjauhi usaha yang mengandung unsur maghrib (maisir,
gharar dan riba).
A. Kredit Usaha Rakyat (KUR)
1. Pengertian Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Dalam rangka pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan
Koperasi (UMKMK), penciptaan lapangan kerja dan penanggulangan
kemiskinan, pemerintah menerbitkan Paket Kebijakan yang bertujuan
meningkatkan Sektor Riil dan memberdayakan UMKMK. Kebijakan
pengembangan dan pemberdayaan UMKMK mencangkup:
a) Peningkatan akses pada sumber pembiayaan
b) Pengembangan kewirausahaan
c) Peningkatan pasar produk UMKMK
60
Syarif Arbi, Perbankan Keuangan Pembiayaan Lembaga, Edisi pertama, h. 133-134
33
d) Reformasi regulasi UMKMK.61
Upaya meningkatkan akses pada sumber pembiayaan antara lain
dilakukan dengan memberikan penjaminan kredit bagi UMKM (Usaha Mikro
Kecil Menengah) melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR). Pada tanggal 5
November 2007, Presiden meluncurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR), dengan
fasilitas penjamin kredit dari pemerintah melalui PT Askrindo dan Perum
Jamkrindo.62
Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah kredit/pembiayaan yang diberikan
oleh perbankan kepada UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) yang feasible
tapi belum bankable. Maksudnya adalah usaha tersebut memiliki prospek bisnis
yang baik dan memiliki kemampuan untuk mengembalikan.63
KUR adalah program yang dicanangkan oleh pemerintah namun sumber
dananya berasal sepenuhnya dari dana bank. Pemerintah memberikan
peminjaman terhadap resiko KUR sebesar 70% sementara sisanya sebesar 30%
ditanggung oleh bank pelaksana penjaminan KUR diberikan dalam rangka
meningkatkan akses UMKMK pada sumber pembiayaan dalam rangka
mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. KUR disalurkan oleh 6 bank
pelaksana yaitu Mandiri, BRI, BNI, Bukopin, BTN, dan Bank Mandiri Syariah
(BSM).64
61
www.kur.ekon.go.id/maksud-dan-tujuan, diakses pada 22 Maret 2017 pukul 14.46 62
www.kur.ekon.go.id/maksud-dan-tujuan, diakses pada 22 Maret 2017 pukul 14.46 63
www.kur.ekon.go.id/maksud-dan-tujuan, diakses pada 22 Maret 2017 pukul 14.46 64
Aidil, “Analisis Pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) Pada Bank BRI Kanca Tebing
Tinggi Unit Serampah”, Jurnal Ilmiah Accounting Changes, April 20014, Volume 2, No. 1, 26-38,
h. 31
34
UMKM dan Koperasi diharapkan dapat mengakses KUR adalah yang
bergerak di sektor usaha produktif antara lain: pertanian, perikanan dan kelautan,
perindustrian, kehutanan, dan jasa keuangan simpan pinjam. Penyaluran KUR
dapat dilakukan langsung, maksudnya UMKM dan Koperasi dapat langsung
mengakses KUR di Kantor Cabang atau Kantor Cabang Pembantu Bank
Pelaksana. Untuk lebih mendekatkan pelayanan kepada usaha mikro, maka
penyalur KUR dapat juga dilakukan secara tidak langsung, maksudnya usaha
mikro dapat mengakses KUR melalui Lembaga Keuangan Mikro dan KSP/USP
Koperasi, atau melalui kegiatan linkage program lainnya yang bekerjasama
dengan Bank Pelaksana.65
Meurut penulis, Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan salah satu usaha
pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup rakyat (dengan cara membuka
peluang lapangan pekerjaan dan perluasan bisnis melalui UMKM) dengan cara
memberikan fasilitas pembiayaan dengan margin rendah dan persyaratan yang
dapat dengan mudah dipenuhi oleh para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) yang memiliki potensi bisnis yang baik tapi belum bankable.
Penggunaan kata „kredit‟ pada produk ini tidak mempengaruhi pada sistem
pembiayaan yang dilaksanakan. Pemggunaan kata „kredit‟ bukan berarti bank
menggunakan sistem bunga dalam pelaksanaan pembiayaan. Pelaksanaan
pembiayaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) di bank syariah dirubah dan disesuaikan
dengan prinsip-prinsip syariah yang ditetapkan.
65
Maksud dan Tujuan Kredit Usaha Rakyat (KUR), diakses pada 22 Maret 2017 pukul
14.46 dari: www.kur.ekon.go.id/maksud-dan-tujuan
35
2. Skim Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Kredit Usaha Rakyat (KUR) dilaksanakan dalam 3 skim. Adapun yang
membedakan skim satu dengan yang lainnya adalah jumlah plafond.
a. KUR Ritel: Plafon sampai dengan Rp 500 juta dilayani di Kantor
Cabang dan Kantor Cabang Pembantu.
b. KUR Mikro: Plafond kredit sampai dengan Rp 25 juta per Debitur.
Dapat diberikan tambahan sumplesi, rekstrukturisasi sampai dengan Rp
75 juta per Debitur.
c. KUR Penempatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI): Plafond Kredit
sampai dengan Rp 25 juta per Debitur. Jangka waktu kredit paling lama
sama dengan masa kontrak kerja dan tidak melebihi jangka waktu 3
tahun.66
Saat ini PT. Bank BRISyariah Kantor Cabang BSD City hanya menyalurkan
KUR Mikro saja yang plafond kreditnya hanya sampai Rp 25 juta.
3. Landasan Hukum Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Landasan operasional Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah Inpres Nomor 6
tanggal 8 Juni 2007 tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Rill dan
Pemberdayaan UMKM dan Nota Kesepahaman Bersama antara Departemen
Teknis, Perbankan, dan Perusahaan Penjaminan yang ditandatangani pada tanggal
66
Kementrian Koordinasi Bidang Perekonomian Republik Indonesia, Program Kredit
Usaha Rakyat, diakses pada 22 Maret 2017 dari: www.ekon.go.id
36
9 Oktober 2007. Pihak yang terkait terdiri atas: Unsur Pemerintahan (6 Mentri),
Unsur Perbankan (6 Bank) dan Perusahaan Penjamin Kredit.67
Ada beberapa peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan hukum
Kredit Usaha Rakyat (KUR), yaitu:68
a. Keputusan Presiden No.19 Tahun 2015 (KEPPRES)
Keputusan Presiden No.19 Tahun 2015 sebagai revisi Keputusan
Presiden No.14 Tahun 2015 tentang Komite Kebijakan Pembiayaan
Bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang ditetapkan pada tanggal
15 Juli 2015
b. Peraturan Mentri Koordinator Bidang Perekonomian (PERMENKO)
1) Permenko No. 6 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan KUR,
diaundangkan 7 Agustus 2015.
2) Permenko No. 8 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan KUR,
diundangkan 26 Oktober 2015.
3) Permenko No. 13 Tahun 2015 tentang perubahan atas Permenko 8
Tahun 2015.
c. Peraturan Mentri Keuangan (PMK)
1) Peraturan Mentri Keuangan No.146/PMK.05/2015 tentang Tata
Cara Pembayaran Subsidi Bunga Kredit Usaha Rakyat,
diundangkan tanggal 30 juli 2015.
67
Indra Idris, “Kajian Dampak Kredit Usaha Rakyat (KUR)”, Jurnal Volume 5, Agustus:
49-73, h. 55 68
Landasan Hukum Kredit Usaha Rakyat (KUR), diakses pada 22 Maret 2017 pukul 3.51
dari: www.kur.ekon.go.id/landasan-hukum
37
2) Peraturan Mentri Keuangan No.20/PMK.05/2016 tentang Tata
Cara Pelaksanaan Subsidi Bungan untuk Kredit Usaha Rakyat,
diaundangkan tanggal 17 Februari 2016.
d. Keputusan Mentri Koordinator Bidang Perekonomian (Kepmenko)
1) Keputusan Menko Perekonomian No. 170 Tahun 2015 tentang
Bank Pelaksana dan Perusahaan Penjamin KUR, ditetapkan
tanggal 11 Agustus 2015.
2) Keputusan Menko Perekonomian No. 188 Tahun 2015 tentang
Penetapan Penyalur KUR dan Perusahaan Penjamin KUR,
ditetapkan tanggal 30 Oktober 2015.
e. Keputusan Mentri Keuangan (KMK)
1) Kmk Nomor 844/KMK.02/2015 tentang penunjukan Kuasa
Penggunaan Anggaran Subsidi Bunga KUR, ditetapkan tanggal 7
Agustus 2015.
2) KMK Nomor 1355/KMK.05/2015 tentang Besaran Subsidi Bunga
KUR Tahun 2016.
38
BAB III
TINJAUAN UMUM TENTANG PT. BANK BRISYARIAH KANTOR
CABANG BSD CITY
A. Sejarah
Pada awalnya PT. Bank Bank Rakyat Indonesia Syariah (BRIS) merupakan
Unit Usaha Syariah (UUS) dari PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang didirikan
pada tahun 2001.
Perkembangan dan persaingan bisnis perbankan yang semakin hari semakin
pesat pendorong PT. Bank Rakyat Indonesia untuk melakukan spin off. Spin off
merupakan strategi alternatif yang dipilih oleh berbagai perusahaan untuk
memastikan stabilitas usaha serta memaksimalkan profit. Salah satu keuntungan
dari spin off dalam dunia perbankan syariah diharapkan dapat memaksimalkan
pangsa pasarnya di sektor perbankan nasional.1
Berawal dari akuisisi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk, terhadap
Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah mendapatkan izin dari Bank
Indonesia pada 16 Oktober 2008 melalui suratnya No.
10/67/KEP.GBI/DpG/2008, maka pada tanggal 17 November 2008 PT. Bank
BRISyariah secara resmi beroperasi. Kemudian PT. Bank BRISyariah merubah
kegiatan usaha yang semula beroperasional secara konvensional, kemudian diubah
menjadi kegiatan perbankan berdasarkan prinsip syariah Islam.2
1 Amzul Rifin, Pemilihan Metode Spin Off Unit Bisnis Syariah Dengan Pendekatan Analisa
Faktor (Studi Kasus PT. BNI Syariah dan PT. Bank Syariah BRI), Jurnal Al-Muzara’ah, 2016, h.
124 2 http://www.brisyariah.co.id diakses pada tanggal 4 April 2017
39
Kegiatan usaha BRISyariah semakin kokoh setelah ditandatangani Akta
Pemisahan Unit Usaha Syariah PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., untuk
melebur ke dalam PT Bank BRISyariah (proses spin off) pada tanggal 19
Desember 2008. Penandatanganan yang bernilai strategis sebagai bentuk
dukungan nyata induk perusahaan kepada kegiatan operasional Bank
BRISyariah.3
Dua tahun lebih PT. Bank BRISyariah hadir mempersembahkan sebuah
bank ritel modern terkemuka dengan layanan finansial sesuai kebutuhan nasabah
dengan jangkauan termudah untuk kehidupan lebih bermakna. Melayani nasabah
dengan pelayanan prima (service excellence) dan menawarkan beragam produk
yang sesuai harapan nasabah dengan prinsip syariah.4
Gambar 3.1: Logo PT. Bank BRISyariah
Kehadiran PT. Bank BRISyariah di tengah-tengah industri perbankan
nasional dipertegas oleh makna pendar cahaya yang mengikuti logo perusahaan.
Logo ini menggambarkan keinginan dan tuntutan masyarakat terhadap sebuah
bank modern sekelas PT. Bank BRISyariah yang mampu melayani masyarakat
dalam kehidupan modern. Kombinasi warna yang digunakan merupakan turunan
3 Tim BRISyariah, Laporan Tahunan 2015 (Jakarta: PT. Bank BRISyariah, 2015), h. 4
4 http://www.brisyariah.co.id diakses pada tanggal 4 April 2017
40
dari warna biru dan putih sebagai benang merah dengan brand PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero), Tbk.
Sesuai dengan visinya, saat ini PT. Bank BRISyariah merintis sinergi
dengan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk, sebagai Kantor Layanan
Syariah dalam mengembangkan bisnis yang berfokus kepada kegiatan
penghimpunan dana masyarakat dan kegiatan konsumer berdasarkan prinsip
Syariah.5
PT. Bank BRISyariah Kantor Cabang BSD City merupakan salah satu
Kantor Layanan Syariah yang berlokasi di BSD City yang didirikan pada
September 2008. PT. Bank BRISyariah Kantor Cabang (KC) BSD City
membawahi 8 Kantor Cabang Pembantu (KCP) yang tersebar di wilayah
Tangerang Selatan. Kantor Cabang ini berlokasi di Ruko Tol Boulevard Blok
B10-12, Jl. Pahlawan Seribu, BSD City, Rawa Buntu Serpong, Kota Tangerang
Selatan. Keberadaan PT. BRISyariah Kantor Cabang (KC) BSD City diharapkan
dapat memberikan pelayanan dan menjangkau masyarakat dalam transaksi
perbankan.
B. Visi dan Misi
PT. Bank BRISyariah telah memiliki visi, misi dan nilai-nilai budaya kerja
sebagai landasan terciptanya budaya unggul perusahaan dan menjaganya agar
tetap fokus pada tujuan yang ingin dicapainya.6
5 http://www.brisyariah.co.id diakses pada tanggal 4 April 2017
6 Tim BRISyariah, Laporan Tahunan 2015, h. 8
41
1. Visi
Visi PT. Bank BRISyariah Kantor Cabang (KC) BSD City sejalan dengan
Visi PT. BRISyariah Pusat yang tertuang dalam profile company.
“Menjadi bank ritel modern terkemuka dengan ragam layanan finansial
sesuai kebutuhan nasabah dengan jangkauan termudah untuk kehidupan lebih
bermakna.”7
2. Misi
Begitu pun dengan Misi PT. Bank BRISyariah Kantor Cabang BSD City
sama dengan Misi PT. Bank BRISyariah Pusat, yaitu:
a. Memahami keragaman individu dan mengakomodasi beragam
kebutuhan finansial nasabah.
b. Menyediakan produk dan layanan yang mengedepankan etika sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah.
c. Menyediakan akses ternyaman melalui berbagai sarana kapan pun dan
dimana pun.
d. Memungkinkan setiap individu untuk meningkatkan kualitas hidup dan
menghadirkan ketentraman pikiran.8
C. Produk BRISyariah
1. Consumer Banking
a. Dana Pihak Ketiga
1) Tabungan Faedah BRISyariah iB
7 Tim BRISyariah, Laporan Tahunan 2015, h.8
8 Tim BRISyariah, Laporan Tahunan 2015, h. 8
42
Tabungan Faedah iB merupakan tabungan dari BRISyariah yang
ditujukan untuk nasabah perorangan yang menggunakan prinsip titipan
atau wadi’ah yad dhamanah.9 Tabungan atau simpanan ini dapat
diambil setiap saat sesuai dengan kebutuhan nasabah. Tabungan Faedah
merupakan produk andalan PT. Bank BRISyariah.
2) Tabungan Haji BRISyariah iB
Produk simpanan dari BRISyariah bagi calon jemaah Haji
Reguler yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan Biaya Perjalanan
Ibadah Haji (BPIH) dengan menggunakan akad mudharabah
mutlaqah.10
3) Tabungan Haji Valas BRIS yariah iB
Produk simpanan dari BRISyariah bagi calon jemaah Haji
Khusus yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan Biaya Perjalanan
Ibadah Haji (BPIH). Produk ini menggunakan akad mudharabah
mutlaqah.11
Adapun perbedaan Tabungan Haji BRISyariah iB dengan
Tabungan Haji Valas BRISyariah iB terletak pada mata uang yang
digunakan. Produk Tabungan Haji Valas BRISyariah iB menggunakan
mata uang USD. Selain itu pengguna Tabungan Haji Valas hanya dapat
digunakan untuk Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) yang
terdaftar telah bekerja sama dengan pihak PT. Bank BRISyariah.
9 Tim BRISyariah, Brosur Tabungan Faedah iB (BSD City: PT. Bank BRISyariah, 2017),
h. 2 10
Tim BRISyariah, Brosur Tabungan Haji BRISyariah iB (BSD City: PT. Bank
BRISyariah, 2017), h. 2 11
http://www.brisyariah.co.id diakses pada tangga; 4 April 2017
43
4) Tabungan Impian BRISyariah iB
Tabungan Impian BRISyariah iB adalah tabungan berjangka dari
Bank BRISyariah dengan prinsip bagi hasil.12
Tabungan ini dirancang
untuk nasabah perorangan yang dirancang untuk mewujudkan impian
nasabahnya (kurban, pendidikan, liburan, belanja) dengan terencana
memakai mekanisme autodebet setoran rutin bulanan.13
5) TabunganKu
Tabungan untuk perorangan dengan persyaratan mudah dan
ringan yang diterbitkan secara bersama oleh bank-bank di Indonesia
guna menumbuhkan budaya menabung serta meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Tabungan ini menggunakan akad wadi’ah
yad dhamanah.14
6) Simpanan Pelajar (SimPel) BRISyariah iB
SimPel iB kependekan dari Simpanan Pelajar
iB adalah tabungan untuk siswa yang diterbitkan secara nasional oleh
bank-bank di Indonesia dengan persyaratan mudah dan sederhana serta
fitur yang menarik untuk mendorong budaya menabung sejak dini.
Tabungan ini menggunakan akad wadi’ah.15
7) Giro BRISyariah iB
Produk simpanan dari BRISyariah bagi nasabah perorangan
maupun perusahaan untuk kemudahan transaksi bisnis sehari-hari
12
Tim BRISyariah, Brosur Tabungan Impian BRISyariah iB (BSD City: PT. Bank
BRISyariah, 2017), h. 2 13
http://www.brisyariah.co.id diakses pada tanggal 4 April 2017 14
Tim BRISyariah, Brosur TabunganKU (BSD City: Pt. Bank BRISyariah, 2017) h. 2 15
Tim BRISyariah, Brosur SimPel iB (BSD City: PT. Bank BRISyariah, 2017), h. 2
44
dimana penarikan dana menggunakan cek & bilyet giro. Produk ini
menggunakan akad wadi’ah yad dhamanah.16
8) Deposito BRISyariah iB
Produk investasi berjangka dari BRISyariah bagi nasabah
perorangan maupun perusahaan yang memberikan keuntungan optimal.
Produk ini menggunakan akad mudharabah mutlaqah.17
Adapun
persyaratan penting sebelum memiliki deposito di PT. Bank
BRISyariah, nasabah sebelumnya diharuskan untuk memiliki Tabungan
Faedah BRISyariah ib.
b. Pembiayaan
1) Qardh Beragun Emas BRISyariah
Gadai BRISyariah iB hadir untuk memberikan solusi memperoleh
dana tunai untuk memenuhi kebutuhan dana mendesak ataupun untuk
keperluan modal usaha dengan proses cepat, mudah, aman dan sesuai
syariah.18
2) KKB BRISyariah iB
Pembiayaan Kepemilikan Kendaraan Bermotor dengan skim
pembiayaan jual beli (MURABAHAH). Murabahah adalah akad jual
beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan
(margin) yang disepakati oleh Bank dan Nasabah (fixed margin).19
16
Tim BRISyariah, Brosur Giro iB (BSD City: PT. Bank BRISyariah, 2017,h. 1-3 17
http://www.brisyariah.co.id diakses pada tanggal 4 April 2017 18
http://www.brisyariah.co.id diakses pada tanggal 4 April 2017 19
Tim BRISyariah, Laporan Tahunan 2011 (Jakarta: PT. Bank BRISyariah, 2011), h. 37
45
3) KPR BRISyariah iB
Pembiayaan Kepemilikan Rumah kepada perorangan untuk
memenuhi sebagian atau keseluruhan kebutuhan akan hunian dengan
mengunakan prinsip jual beli (Murabahah) atau prinsip sewa menyewa
(Ijarah) dimana pembayarannya secara angsuran dengan jumlah
angsuran yang telah ditetapkan di muka dan dibayar setiap bulan. KPR
BRISyariah iB bukan hanya untuk pembelian rumah saja tapi bisa juga
apartemen, ruko, rukan, tanah kavling, pembangunan serta renovasi.
Yang dijadikan jaminan pada produk ini adalah objek pembiayan
KPR.20
4) KMG BRISyariah iB
Salah satu produk untuk memenuhi kebutuhan karyawan
khususnya karyawan dari perusahaan yang bekerjasama dengan PT.
Bank BRISyariah dalam Program Kesejahteraan Karyawan (EmBP),
dimana produk ini dipergunakan untuk berbagai keperluan karyawan
dan bertujuan untuk meningkatkan loyalitas karyawan Program
Kesejahteraan Karyawan (EmBP).21
5) Pembiayaan Umrah BRISyariah
Pembiayaan yang ditujukan untuk nasabah yang ingin beribadah
ke Tanah Suci. Produk Pembiayaan Umrah BRISyariah iB mengunakan
prinsip akad jual beli manfaat/jasa (ijarah Multijasa).22
20
Tim BRISyariah, Brosur KPR BRISyariah iB (BSD City: PT. Bank BRISyariah, 2017) 21
Tim BRISyariah, Laporan Tahunan 2011, h. 37 22
Tim BRISyariah, Brosur Pembiayaan Umrah BRISyariah (BSD City: PT. Bank
BRISyariah, 2017)
46
2. Business Banking
a. Commercial Product
1) Corporate Funding
a) Deposito
Merupakan pilihan investasi dengan prinsip bagi hasil
(Mudharabah al-Muthlaqah) bagi nasabah perorangan atau perusahaan
yang dananya dapat ditarik pada saat jatuh tempo. Produk ini hanya bisa
digunakan apabila sebelumnya nasabah telah memiliki Tabungan
Faedah BRISyariah iB.
b) Giro
Merupakan produk untuk kemudahan berbisnis dengan
pengelolaan dana berdasarkan prinsip titipan (wadi’ah yad dhamanah)
yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan Cek/Bilyet
Giro.23
2) Corporate Financing24
a) Pembiayaan Modal Kerja
Memenuhi kebutuhan modal kerja perusahaan, baik modal kerja
regular maupun musiman. Adapun manfaat pembiayaan ini yaitu:
Struktur pembiayaan yang sesuai dengan kebutuhan dan jadwal
Pembayaran berdasarkan cashflow yang disepakati bersama
b) Pembiayaan Investasi
23
Tim BRISyariah, Brosur Giro iB (BSD City: PT. Bank BRISyariah, 2017), h. 1-3 24
http://www.brisyariah.co.id diakses pada tanggal 4 April 2017
47
Manfaat pembiayaan ini adalah untuk memenuhi kebutuhan
investasi/capex nasabah. Keuntungan yang didapatkan yaitu membelian
investasi sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan cashflow
perusahaan.
b. Treasury
SUKUK NEGARA RITEL: “Investasi Rakyat Penuh.”
Bank BRISyariah telah berpartisipasi aktif sebagai Agen Penjual
Sukuk Negara Ritel di Pasar Perdana sejak tahun 2012 hingga sekarang.
Dari tahun ke tahun, penjualan Sukuk Negara Ritel melalui PT. Bank
BRISyariah memenuhi target bahkan pada tahun 2015 penjualan SR007
melampaui target yang ditetapkan sehingga harus mengajukan penambahan
penjualan.
1) Pengertian Sukuk Negara Ritel
Sukuk Negara adalah Surat
Berharga Negara yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai
bukti atas bagian penyertaan terhadap aset SBSN, baik dalam mata uang
rupiah maupun valuta asing. Dijual khusus kepada individu atau
perseorangan Warga Negara Indonesia melalui Agen Penjual di Pasar
Perdana dalam negeri.25
2) Tujuan Penerbitan Sukuk Negara Ritel
Tujuan penerbitan SBSN adalah untuk membiayai Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), termasuk membiayai
25
Kementrian Keuangan, Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara (Sukuk Negara):
Instrumen Keuangan Berbasis Syariah (Jakarta: Kementrian Keuangan, 2010), h. 16
48
pembangunan proyek (seperti proyek infrastruktur dalam sektor energi,
telekomunikasi, perhubungan, pertanian, industri manufaktur, dan
perumahan rakyat).26
3) Bentuk Sukuk Negara Ritel
Sukuk Negara Ritel diterbitkan dalam bentuk tanpa warkat (scriptless)
yang dapat diperdagangkan di Pasar Sekunder, sehingga investor nantinya
hanya akan memperoleh Konfirmasi Kepemilikan Surat Utang Negara yang
diterbitkan oleh Sub Registry.
4) Risiko Investasi
a) Risiko Pasar (Market Risk), yaitu potensi kerugian apabila terjadi
penurunan harga SR. Risiko ini dapat dihindari dengan cara
memegang SR sampai jatuh tempo.
b) Risiko Likuiditas (Liquidity Risk) yaitu potensi kerugian jika
investor kesulitan melakukan penjualan di Pasar Sekunder. Risiko ini
dapat dimitigasi karena PT. Bank BRISyariah sekaligus
sebagai standy buyer (pembeli siaga) di Pasar Sekunder.27
c. SME & Linkage
1) Koperasi28
a) Pembiayaan Koperasi
Pembiayaan yang diberikan melalui Koperasi Karyawan atau
Koperasi Pegawai RI dengan mekanisme executing, yang ditujukan
26
Kementrian Keuangan, Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara (Sukuk Negara):
Instrumen Keuangan Berbasis Syariah , h. 16 27
http://www.brisyariah.co.id diakses pada tanggal 4 April 2017 28
http://www.brisyariah.co.id diakses pada tanggal 4 April 2017
49
kepada karyawan suatu perusahaan atau Pegawai Negeri Sipil (PNS)
suatu instansi yang memiliki pendapatan tetap bulanan berupa gaji dan
menjadi anggota koperasi. Pembiayaan ini menggunakan akad
mudharabah.
b) Pembiayaan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
Pembiayaan yang diberikan kepada BPRS dengan tujuan untuk
disalurkan lebih lanjut kepada para nasabahnya dengan mekanisme
executing. Pembiayaan ini menggunakan akad mudharabah.
2) Auto
Pembiayaan dberikan kepada sektor yang terkait dengan otomotif dalam
2 (dua) pola, yaitu pembiayaan secara kemitraan (linkage) dan pembiayaan
secara langsung (direct).
Pembiayaan secara kemitraan (linkage), pembiayaan diberikan
bekerjasama dengan perusahaan pembiayaan (multifinance company) untuk
meyalurkan pembiayaan kepemilikan kendaraan dan/atau alat berat kepada
nasabah (end-user). Pembiayaan kemitraan dengan multifinance ini dapat
bersifat Executing maupun Channeling/Joint Financing.
Pembiayaan secara langsung (direct), menyalurkan pembiayaan kepada
pengusaha-pengusaha yang terkait pada dunia otomotif, seperti pembiayaan
kepada pengusaha jual-beli kendaraan (showroom/dealer) dan pembiayaan
kepada pengusaha rental kendaraan. Pembiayaan yang diberikan dapat berupa
pembiayaan modal kerja dan/atau investasi.29
29
http://www.brisyariah.co.id diakses pada tanggal 4 April 2017
50
3) Pembiayaan Small Medium Enterprise (SME)
Pembiayaan diberikan kepada sektor riil dengan plafond pembiayaan
diatas Rp 500 juta sampai dengan Rp 5 milyar. Pembiayaan ini menggunakan
akad musyarakah.
d. Pembiayaan Mikro
1) Mikro 25iB → Plafond 5-25, Tenor 6-36
2) Mikro 75iB → Plafond 5-75, Tenor 6-60*
3) Mikro 500iB → Plafond ≥75-500, Tenor 6-60*30
*Tenor dapat hingga 60 bulan dengan ketentuan khusus
4) KUR Mikro iB → Plafond maksimal 25 juta31
KUR Mikro iB BRISyariah yaitu penyaluran KUR Mikro yang
berlandaskan pada prinsip syariah dan penyalurannya dilakukan oleh PT.
Bank BRISyariah.32
Produk Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang dikeluarkan
oleh PT. Bank BRISyariah terhitung masih baru. Direktur Bisnis Mikro dan
Pendanaan PT. Bank Rakyat Indonesia Erdianto Sigit menyatakan
penyaluran KUR baru dimulai awal Maret 2017 akan tetapi izin penyaluran
KUR diresmikan di awal Februari. Pada tahun ini PT. Bank BRISyariah
mendapatkan jatah penyaluran KUR oleh pemerintah sebesar Rp 500 miliar.
Tercatat per 21 Maret, PT. Bank BRISyariah telah menyalurkan KUR
30
Tim BRISyariah, Brosur Unit Mikro BRISyariah iB (BSD City: PT. Bank BRISyariah,
2017), h. 1-3 31
http://www.brisyariah.co.id diakses pada tanggal 4 April 2017 32
Wawancara Pribadi dengan Unit Head Micro, Ibu Heny Dartiyanti, BSD City, 17 Mei
2017.
51
Syariah sebesar Rp 58,1 miliar dengan jumlah nasabah sebesar 2.578
nasabah.33
PT. Bank BRISyariah Kantor Cabang BSD City sendiri memiliki
target dana KUR sebanyak Rp 3,55 miliar yang saat ini yang telah
disalurkan sebanyak Rp 1,8 miliar.34
PT. Bank BRISyariah Kantor Cabang
BSD City memerlukan strategi dan kebijakan untuk dapat memenuhi target
tersebut dengan menerapkan kebijakan dalam analisis kelayakan
pembiayaan.
3. E- Banking
a. E-Banking
1) Kartu ATM dan kartu debit BRIS
Kartu ATM dan kartu Debit BRIS adalah kartu khusus yang diberikan
oleh BRIS kepada pemilik rekening yang dapat digunakan untuk
bertransaksi secara elektronis atas rekening tersebut. Pada saat kartu
digunakan bertransaksi akan langsung mengurangi dana yang tersedia pada
rekening.
Apabila digunakan untuk bertransaksi di mesin ATM, maka disbut
sebagai kartu ATM. Sedangkan apabila digunakan untuk transaksi
pembayaran dan pembelanjaan non tunai dengan menggunakan mesin EDC
(Electronic Data Capture) maka kartu tersebut dikenal sebagai kartu debit.
2) Kartu Co-Branding BRIS
33
http://keuangan.kontan.co.id/news/bri-syariah-sudah-salurkan-kur-rp-581-miliar diakses
pada tanggal 17 Mei 2017 pukul 21.05 34
Wawancara Pribadi dengan Unit Head Micro, Ibu Heny Dartiyanti, BSD City, 17 Mei
2017.
52
Kartu Co-Branding BRIS dalah kartu ATM yang diterbitkan oleh
BRIS bekerjasama dengan nasabah institusi untuk para anggota atau
konsumennya. Kartu co-branding mempunyai manfaat yang sama dengan
kartu ATM atau kartu Debit BRIS, dengan keunggulannya adalah desain
kartu yang sepenuhnya ditentukan oleh nasabah institusi.
3) Cash Management System
Transaksi perbankan baik financial maupun non financial
melalui komputer Anda yang terhubung dengan jaringan system BRIS.
Jenis Transaksi yang dapat dilakukan :
a) Informasi Saldo Rekening
b) Informasi Mutasi Rekening
c) Transfer dana ke rekening BRIS
d) E-Payroll
e) Pembayaran tagihan, misalnya PLN, Telkom dan lainnya.35
4) University / School Payment system (SPP)
System pembayaran (bill payment) sekolah atau universitas yang
dibuatkan BRIS untuk memudahkan para siswa / mahasiswa untuk
melakukan pembayaran biaya pendidikannya melalui layanan perbankan
secara online.
5) SMS Banking
35
Tim BRISyariah, Laporan Tahunan 2011, h. 47
53
Layanan informasi perbankan yang dapat diakses langsung melalui
telepon selular/handphone dengan menggunakan media SMS (short
message services).
6) BRIS Remittance
Layanan pengiriman/penerimaan uang dengan metode notifikasi
melalui telepon seluler/handphone (Short Message Service, SMS) dimana
penerima dapat mencairkan uang tersebut dengan menunjukkan notifikasi
SMS yang diterima di telepon selular yang didaftarkannya.
7) Electronic Data Capture (EDC) mini ATM BRIS
EDC Mini ATM Adalah alat transaksi berbentuk Electronic Data
Capture untuk menerima transaksi baik berbasis tunai maupun berbasis
kartu.36
b. smsBRIS
Transaksi perbankan dapat dilakukan kapan dan dimana saja, tidak
tergantung dengan jam operasional Bank dan dapat diakses 24 jam. Dengan
hanya mengetikkan SMS dan mengirimkan ke 3338, transaksi perbankan
semakin mudah dilakukan kapan dan dimana saja. smsBRIS (SMSBanking
BRIS) adalah fasilitas layanan perbankan bagi Nasabah Tabungan BRIS
yang memudahkan anda untuk melakukan isi ulang pulsa, bayar tagihan,
transfer sampai pembayaran Zakat, Infaq, Shodaqah (ZIS).37
36
http://www.brisyariah.co.id diakses pada tanggal 4 April 2017 37
Tim BRISyariah, Brosur smsBRIS (BSD City: PT. Bank BRISyariah, 2017), h. 1
54
c. CMS BRISyariah iB
Salah satu produk unggulan PT. Bank BRISyariah, dalam rangka
mengusung visinya sebagai bank ritel modern terkemuka, adalah Cash
Management BRISyariah iB (CMS). Produk yang disegmentasikan bagi
nasabah korporat ini memberikan solusi terbaik bagi nasabah korporat
dalam rangka pengelolaan keuangan dan monitoring arus kas. Didukung
dengan teknologi mutakhir, sistem pengamanan yang maksimal, serta
didukung oleh pelayanan yang prima, CMS BRISyariah iB diharapkan
mampu memberikan solusi terbaik bagi nasabah segmen korporat.38
d. mobileBRIS
mobileBRIS adalah aplikasi berbasis SMS untuk mengakses rekening
tabungan BRISyariah iB kapanpun dan dimanapun. Aplikasi mobile ini
memudahkan Anda untuk melakukan transfer dana, pembelian isi ulang
pulsa, pembayaran tagihan dan pembayaran donasi (Zakat, Infaq, Shodaqoh,
Wakaf, Qurban).39
mobileBRIS menggunakan teknologi SMS binary untuk memastikan
keamanan dan kenyamanan pengguna. Walaupun aplikasi ini menggunakan
jalur SMS, namun mobileBRIS dapat membuat pesan dan verifikasi PIN
Anda terenkripsi. Pesan dan verifikasi PIN Anda akan secara aman terkirim
tanpa harus menyimpan di sent items ponsel Anda. Jangan khawatir akan
kehilangan pesan transaksi mobileBRIS, karena seluruh pesan notifikasi
transaksi akan di simpan di inbox mobileBRIS.
38
Tim BRISyariah, Laporan Tahunan 2011, h. 47 39
Tim BRISyariah, Brosur mobileBRIS (BSD City: PT. Bank BRISyariah, 2017), h.1
55
Untuk memulai menggunakan aplikasi ini, Anda mendaftarkan diri
menjadi pengguna smsBRIS (SMS Banking BRISyariah) terlebih dahulu
melalui ATM atau Kantor Cabang BRISyariah terdekat.40
e. Internet Banking BRIS
Internet Banking BRIS adalah fasilitas layanan transaksi perbankan
melalui jaringan internet yang dapat diakses selama 24 jam, kapan dan
dimanapun nasabah berada menggunakan Personal Computer, Laptop,
Notebook atau PDA.
Internet Banking BRIS akan memberikan Anda kemudahan,
kepraktisan, keamanan serta kenyamanan bagi nasabah dalam melakukan
transaksi secara online. Dengan layanan Internet Banking, transaksi dapat
dilakukan dimana saja dan kapan saja, selama terdapat koneksi jaringan
internet.41
D. Struktur Organisasi PT. BRISyariah Kantor Cabang BSD City
Dalam sebuah organisasi, struktur organisasi merupakan bagian yang
sangat penting. Menurut S. Reksohadiprodjo dan T. H. Handoko struktur
organisasi adalah suatu kerangka yang nantinya menunjukan seluruh kegiatan-
kegiatan yang dapat menghantarkan suatu organisasi pada tujuannya, hubungan
antar fungsi, wewenang dan tanggung jawabnya.42
40
http://www.brisyariah.co.id diakses pada tanggal 4 April 2017 41
Tim BRISyariah, Brosur Internet Banking BRIS (BSD City: PT. Bank BRISyariah,
2017), h. 2 42
T. Hani Handoko dan Sukanto Reksohadiprodo, Organisasi Perusahaan: Teori, Struktur
dan Perilaku (Yogyakarta: BPFE-UGM, 1992), ed. 2, h. 74
56
Begitupun dengan PT. BRISyariah Kantor Cabang BSD City memiliki
struktur organisasi yang nantinya akan menggerakan dan memudahkan bank
untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Struktur organisasi PT. Bank
BRISyariah Kantor Cabang BSD City adalah sebagai berikut:
57
Gambar 3.2: Struktur Organisasi PT. Bank BRISyariah Kantor Cabang BSD City43
43
Struktur Organisasi Desember 2016, dokumen dalam bentuk soft file Microsoft Excel
yang diberikan oleh Branch Administrator PT. Bank BRISyariah Kantor Cabang BSD City pada
tanggal 11 Januari 2017
58
BAB IV
ANALISIS KELAYAKAN PEMBIAYAAN KREDIT USAHA RAKYAT
(KUR) PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA SYARIAH (BRIS)
KANTOR CABANG BSD CITY
A. Prosedur Pembiayaan KUR Mikro iB BRISyariah Kantor Cabang BSD
City
Berdasarkan wawancara dengan Ibu Heny selaku Unit Head Mikro, penulis
mengemukakan bahwa prosedur pembiayaan dilakukan secara bertahap.
1. Pengajuan permohonan pembiayaan
Pada tahap ini calon nasabah mengajukan permohonan pembiayan KUR
Mikro iB BRISyariah kepada pihak PT. Bank BRISyariah. Pada tahap ini
diperbolehkan juga bagi nasabah yang ingin mengajukan penambahan fasilitas
pembiayaan. Penambahan fasilitas pembiayaan adalah nasabah yang mengajukan
pembiayaan KUR Mikro iB BRISyariah tambahan. Setiap nasabah hanya dapat
menerima KUR Mikro iB dengan total akumulasi plafond termasuk penambahan
fasilitas hingga Rp. 75 Juta. Akumulasi total plafon bukan hanya dihitung dari
KUR Mikro iB BRISyariah saja, akan tetapi apabila sebelumnya nasabah telah
melakukan pembiayaan KUR Mikro di bank lain maka pembiayaan tersebut juga
diakumulasikan.
Calon nasabah yang mengajukan permohonan pembiayaan datang ke kantor
dan mengisi aplikasi pendaftaran atau aplikasi pengajuan permohonan
pembiayaan yang telah disediakan oleh bank. Selain nasabah yang mengunjungi
59
bank, pihak bank juga bisa menghampiri nasabah yang dalam hal ini Account
Officer Micro (AOM) yang mengunjungi nasabah. AOM mengunjungi calon
debitur di tempat usahanya lalu menawarkan produk, apabila calon debitur setuju
maka AOM meminta dokumen persyaratan lalu diproses.
Calon nasabah harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan bank.
persyaratan terdiri dari:1
a. Memiliki Usaha Produktif berupa: Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
b. Usia minimal 21 tahun atau telah menikah untuk usia lebih besar atau
sama dengan 18 tahun. Maksimal usia 65 tahun pada saat akhir jangka
waktu pembiayaan.
c. Lama menjalani usaha sejenis minimal 6 (enam) bulan, dengan
dibuktikan kunjungan on the spot dan dituangkan ke dalam LKN.
d. Untuk pekerja yang terkena PHK telah mengikuti pelatihan
kewirausahaan dan telah memiliki usaha minimal 3 (tiga) bulan.
e. Tidak sedang memiliki pembiayaan produktif (modal kerja atau
investasi) di lembaga keuangan lain atau pembiayaan program dari
pemerintah yang dibuktikan dengan Sistem Informasi Debitur Bank
Indonesia (SID BI) pada saat permohonan pembiayaan diajukan.
f. Dapat sedang menerima pembiayaan konsumtif (KPR, KKB dan kartu
kredit serta sedang menerima KUR Mikro iB di BRISyariah dengan
kolektibilitas 6 bulan terakhir lancar.
1 Wawancara Pribadi dengan Unit Head Micro, Ibu Heny Dartiyanti, BSD City, 17 Mei
2017.
60
g. Dapat sedang menerima KUR Mikro iB di BRISyariah sepanjang total
eksposure pembiayaan KUR Mikro iB maksimal sebesar Rp 25 juta dan
total akumulatif plafon pebiayaan KUR maksimal adalah Rp 75 juta.
h. Untuk nasabah yang pernah memiliki fasilitas KUR dari bank lain akan
diperhitungkan dalam total akumulasi plafond KUR (sesuai hasil SID
BI).
i. Nasabah tidak diperkenankan sedang menikmati fasilitas pembiayaan
KUR di tempat lain.
j. Jika nasabah sudah melunasi pembiayaan produktif atau pembiayaan
KUR di lembaga lain, maka wajib melampirkan cetakan rekening dari
pemberi pembiayaan dan surat keterangan lunas/roya dari bank pemberi
pembiayaan.
k. Dapat diberikan kepada nasabah yang belum memiliki fasilitas
pembiayaan baik di bank atau lembaga keuangan bukan bank.
Persyaratam dokumen yang dibutuhkan yaitu:2
a. Aplikasi permohonan KUR Mikro iB.
b. Lampiran identitas diri (E-KTP) dan pasangan jika telah menikah.
c. Copy Kartu Keluarga (KK)/ Surat Nikah/ Surat Keterangan Belum
Menikah dari kelurahan.
d. Surat ijin Usaha Mikro dan Kecil (IUMK) atau surat ijin Keterangan
Usaha dari pemerintah setempat yaitu kelurahan/kecamatan.
2 Wawancara Pribadi dengan Unit Head Micro, Ibu Heny Dartiyanti, BSD City, 17 Mei
2017.
61
e. Nasabah yang memiliki pembiayaan produktif dan atau pembiayaan
program pemerintah termasuk KUR yang tercatat pada SID IB, tetapi
sudah melunasinya, maka wajib ada Surat Keterangan Lunas/ROYA
dengan lampiran cetakan rekening koran dari bank pemberi pembiayaan
sebelumnya.
f. wajib menyerahkan surat pernyataan tidak sedang menikmati fasilitas
Kredit Usaha Rakyat (KUR) di lembaga keuangan lainnya dan
pembiayaan produktif di lembaga keuangan lainnya.
g. Wajib menyerahkan Daftar Rencana Pembiayaan (DRP) untuk tujuan
pembiayaan modal kerja dan Rencana Anggaran Biaya (RAB) untuk
tujuan pembiayaan investasi.
Pada pembiayaan KUR Mikro iB BRISyariah nasabah tidak diwajibkan
melampirkan NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak). NPWP merupakan kartu yang
dikeluarkan oleh pemerintah bagi WNI yang telah bekerja dan memiliki
kewajiban untuk membayar pajak. Selain itu, nasabah juga tidak harus
melampirkan aguan. Agunan diperkenankan tetapi tidak wajib dan tanpa ikatan.
Penilaian agunan dihitung sesuai ketentuan yang berlaku di PT. Bank BRISyariah
dan tidak wajib mengcover seluruh pembiayaan KUR Mikro iB/ tidak
diperhitungkan sebagai collateral coverage. Jadi, misalnya nasabah memberikan
agunan berupa STNK motor Honda Beat tahun 2006. Penilaian bank untuk jumlah
agunan ini hanya pada kisaran Rp5.500.000-Rp6.500.000, maka hal tersebut
diperkenankan meski tidak mengcover seluruh pembiayaan yang berjumlah
62
Rp25.000.000. barang yang diagunkan pun tidak terikat, jadi statusnya hanya
titipan saja.
Apabila permohonan nasabah baik secara lisan dan tulisan telah diterima,
pihak bank melakukan investigasi dengan mencari informasi mengenai calon
nasabah ke berbagai sumber. Dalam investigasi calon nasabah pembiayaan KUR
Mikro iB BRISyariah Account Officer Mikro (AOM) menjadi investigator.3
2. Tahap Analisis Pembiayaan
Pada tahap ini setelah seluruh persyaratan telah dilengkapi, pihak bank
dalam hal ini AOM akan melakukan penilaian terhadap calon nasabah/debitur
apakah layak atau tidak nasabah/debitur tersebut diberikan pembiayaan. AOM
langsung melakukan tinjauan langsung ke lapangan untuk menanyakan hal-hal
yang berkaitan dengan nasabah dan usaha yang dimilikinya. Apabila AOM yang
mengunjungi dan menawarkan produk terlebih dahulu kepada calon
nasabah/debitur, penilaian calon nasabah/debitur dilakukan saat pertama kali
AOM dan calon nasabah/debitur bertemu. Penawaran akan dilanjutkan apaila
kriteria calon nasabah/debitur sesuai. Apabila calon nasabah/debitur mengatakan
“ok” menggunakan KUR Mikro iB BRISyariah, maka dokumen akan diproses.4
Hal- hal yang ditanyakan saat tinjauan lapangan seperti tujuan pembiayaan,
hal-hal yang menyangkut dengan jenis dan aktivitas usaha, jumlah pembiayaan,
jumlah pembayaran, keberadaan tempat usaha meliputi siapa pemilik usaha,
tempat usaha milik pribadi atau sewa serta rumah yang ditinggali rumah pribadi
3 Wawancara Pribadi dengan Unit Head Micro, Ibu Heny Dartiyanti, BSD City, 17 Mei
2017. 4 Wawancara Pribadi dengan Unit Head Micro, Ibu Heny Dartiyanti, BSD City, 17 Mei
2017.
63
atau sewa, sumber pembayaran kembali, sistem penjualannya apakah dengan cash
(Tunai) atau tempo (Angsuran), rencana pengembalian yang akan datang, lamanya
usaha yang dijalani, aktivitas keuangan seperti informasi bank atau pinjaman ke
pihak ketiga.
Pihak AOM menganalisa permohonan pembiayaan berdasarkkan analisis
kelayakan pembiayaan 5 C yang meliputi character, capacity (capability),
collateral, condition of economic, dan capital. Kelima analisis tersebut dilakukan
agar bank dapat mengetahui sampai mana keinginan dan kemampuan nasabah
dalam memenuhi kewajibannya terhadap bank (willingness to pay). Hal ini juga
berdampak pada menipisnya tingkat pembiayaan bermasalah di masa yang akan
datang.
Selain menganalisis calon nasabah dengan analisis 5C bank juga
sebelumnya melakukan BI Checking.5 BI Checking merupakan laporan riwayat
kredit/pembiayaan nasabah yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Dengan
melakukan BI Checking bank akan mengetahui informasi pembiayaan yang
pernah dilakukan. Selain itu bank juga dapat mengetahui masalah kelancaran
pembayaran pembiayaan yang telah dilakukan apakah masuk daftar hitam atau
tidak. Baik dan buruknya pembiayaan yang dilakukan oleh calon nasabah/debitur
terdata dalam BI Checking pada Sistem Informasi Debitur (SID) Bank Indonesia.
Dengan melakukan BI Checking juga bank dapat melihat track record nasabah
apakah ia pernah menggunakan pembiayaan KUR sebelumnya atau tidak. BI
5 Wawancara Pribadi dengan Unit Head Micro, Ibu Heny Dartiyanti, BSD City, 17 Mei
2017.
64
Checking sendiri, pada PT. Bank BRISyariah dilakukan oleh bagian Area Support
(AS).
Apabila analisis telah selesai, calon nasabah/debitur sesuai dan dokumen
lengkap maka AOM akan menginput data calon nasabah ke APPEL (Aplikasi
Penunjang Pembiayaan Elektronik) yang nantinya data calon akan diterima oleh
KUR Center. KUR Center merupakan bagian dari Micro Banking Goup yang
bertugas khusus untuk menangani pembiayaan KUR Mikro iB BRISyariah.
Setelah itu, KUR Center akan mengupload data calon nasabah ke SIKP (Sistem
Informasi Kredit Program) yang nantinya data tersebut akan diterima oleh
pemerintah.
3. Tahap Pemberian Putusan Pembiayaan
Setelah analisis dilaksanakan dan kriteria nasabah telah sesuai, AOM akan
mengajukan permohonan pembiayaan KUR Mikro iB BRISyariah kepada
pengutus. Pengutus permohonan pembiayaan KUR Mikro iB BRISyariah adalah
Unit Head (UH). Setelah permohonan pembiayaan disetujui maka langkah
selanjutnya adalah AOM membuat akad dilanjutkan dengan proses akad dan
penandatanganan akad maka pembiayaan bisa langsung dicairkan.6
4. Tahap Pencairan/ Akad Pembiayaan
Setelah putusan diberikan oleh Unit Head (UH) dan nasabah telah
menandatangani akad maka pembiayaan dapat dicairkan. Verifikasi pencairan
dilakukan oleh bagian ADP (Administrasi Pembiayaan). Jangka waktu pencairan
adalah satu hari karena penandatanganan akad dan pencairan harus dilakukan di
6 Wawancara Pribadi dengan Unit Head Micro, Ibu Heny Dartiyanti, BSD City, 17 Mei
2017.
65
hari yang sama. Akan tetapi terdapat peraturan baru yang baru saja diedarkan
yang mengatakan bahwa batas waktu pencairan pembiayaan KUR Mikro iB
BRISyariah maksimal 3 hari, jadi tandatangan akad dan pencairan tidak apa-apa
jika tidak dilakukan di hari yang sama.
Pencairan dana KUR Mikro iB BRISyariah akan dikirimkan ke rekening
tabungan Mikro BRISyariah milik nasabah. Pengambilan dana dari rekening tidak
dapat melalui ATM, melainkan pengambilan secara manual.Tabungan mikro
merupakan Tabungan Faedah yang diberi cap “MIKRO” dan tidak diberi ATM.
Adapun syarat dokumentasi saat pencairan yaitu:
a. Akad Pembiayaan beserta lampiran-lampiran akad.
b. Surat Pengakuan Hutang (SPH) yang ditulis tangan oleh nasabah sendiri
sesuai format PT. Bank BRISyariah.
c. Jadwal angsuran.
Jika dihitung-hitung, proses pembiayaan KUR Mikro iB BRISyariah ini
dapat dikatakan cepat. Proses pembiayaan hanya memerlukan 1-3 hari kerja sejak
dokumen yang disyaratkan telah lengkap dan diterima oleh UMS (Unit Mikro
Syariah, dan jika menggunakan peraturan baru terhitung sekitar 4-5 hari.7
5. Tahap Pemantauan Pembiayaan (Monitoring)
Monitoring sangat perlu dilakukan oleh bank. Monitoring berfungsi untuk
meminimalisisr terjadinya pembiayaan bermasalah, khususnya penyalahgunaan
pembiayaan yang telah dicairkan oleh bank.
7 Wawancara Pribadi dengan Unit Head Micro, Ibu Heny Dartiyanti, BSD City, 17 Mei
2017.
66
Kegiatan monitoring KUR Mikro iB BRISyariah dilakukan setelah 3 hari
pencairan pembiayaan. AOM akan datang ke tempat usaha nasabah pembiayaan
KUR Mikro iB BRISyariah dengan membawa Lembar Kunjungan Nasabah
(LKN). AOM akan melihat dan memastikan apakah nasabah menggunakan
uangnya dengan tujuan yang benar apa tidak. Akan tetapi pada praktiknya rata-
rata AOM tidak melakukan monitoring hari ketiga pasca pencairan, dan akan
datang kembali pada saat jatuh tempo.8
Berikut adalah bagan mengenai prosedur pembiayaan KUR Mikro iB
BRISyariah mulai dari tahap permohonan pembiayaan, analisis kelayakan,
pemberian putusan pembiayaan, tahap pencairan/akad pembiayaan hingga tahap
pemantauan.
8 Wawancara Pribadi dengan Unit Head Micro, Ibu Heny Dartiyanti, BSD City, 17 Mei
2017.
67
Bagan 4.1: Alur Pemberian KUR Mikro iB BRISyariah
MULAI
(1) AOM
Melakukan prospek terhadap calon
nasabah baru KUR Mikro iB
BRISyariah
(1b) AOM
Menerima calon nasabah baru yang
mengajukan KUR Mikro iB
BRISyariah
(2) AOM
Melakukan analisa karakter calon
nasabah
(3) AOM
Apabila calon nasabah setuju, AOM
meminta data-data yang diperlukan
untuk mengajukan permohonan
pembiayaan. Aplikasi permohonan
pembiayaa diberikan kepada calon
nasabah untuk diisi dan
ditandatangani
(4) AOM
Analisis kelayakan nasabah
(Karakter, Kapasitas, Modal, Kondisi
Ekonomi dan Jaminan) dan
mengadakan survei ke lokasi usaha
nasabah. Untuk memastikan
kebenaran informasi yang diberikan.
Selain itu dilakukan juga BI
Checking—dalam hal ini AS (Area
Support) yang melakukannya—
untuk melihat track record calon
nasabah KUR Mikro iB BRISyariah.
(5) AOM
Apabila data-data calon nasabah
telah terpenuhi, data tersebut akan
diinput AOM ke APPEL yang
nantinya data tersebut akan diterima
oleh KUR Center dan SIKP
(Pemerintah)
Patikan bahwa lokasi usaha calon
nasabah masuk dalam radius 10 KM
dari UMS
Ke proses 2
Tolak/Selesai
Ya
Tidak
(1c) AOM
Menerima form aplikasi penambahan
fasilitas yang telah diisi lengkap oleh
nasabah
Penambahan Fasilitas
68
(6) AOM
AOM mengajukan permohonan
pembiayaan ke pengutus. Pengutus
KUR Mikro iB BRISyariah adalah
Unit Head (UH)
(7) UH
Memutuskan apakah nasabah
tersebut berhak mendapatkan KUR
atau tidak
(8) AOM
Setelah putusan diterima, AOM
menginput data akan ke APPEL dan
KUR Center akan menerima akad
tersebut lalu mengupload ke SIKP
(Pemerintah). Lalu KUR Center
mendownload data dari SIKP dan
menyampaikannya ke Kantor
Cabang
(9) AOM
Melakukan penandatanganan akad
dan pembuatan rekening Mikro
untuk pencairan dana.
(10)ADP
Verifikasi pencairan KUR Mikro iB
BRISyariah
(11) AOM
KUR Mikro iB BRISyariah dicairkan
melalui rekening
(12)AOM
Monitoring 3 hari pasca pencairan
dengan membawa LKN.
Perbulannya akan melakukan
monitoring untuk pembayaran
angsuran
Selesai
(Sumber: Data diolah dari berbagai sumber)
69
Jadi kesimpulannya terdapat lima tahap prosedur pembiayaan. Pertama,
pengajuan permohonan pembiayaan. Pada tahap ini AOM memprospek calon
nasabah KUR Mikro iB atau bisa saja nasabah yang datang sendiri ke bank. pada
tahap ini dokumen-dokumen pengajuan KUR Mikro iB BRISyariah harus
dilengkapi agar dapat menlanjutkan tahap berikutnya. Kedua, analisis
pembiayaan. Pada tahap ini pihak bank mulai melakukan penilian terhadap calon
nasabah, mulai dari karakter, modal, kapasitas usaha, kondisi ekonomi dan
jaminan. Apabila hasilnya positif maka dilanjutkan. Ketiga, tahap pemberian
putusan pembiayaan yang dalam putusan pembiayaan KUR Mikro iB adalah UH
dan pada tahap ini juga dilakukan penandatanganan akad. Keempat, tahap
pencairan/akad pembiayaan. Pada tahap ini dana sudah bisa dicairkan oleh bank
yang dikirim ke rekening mikro nasabah. Terakhir, tahap monitoring. Pada tahap
ini AOM melakukan monitoring tiga hari pasca pencairan dengan membawa
lembar kunjungan nasabah (LKN). Akan tetapi sayangnya jarang sekali AOM
yang melakukan monitoring pasca pencairan, padahal tujuan adanya monitoring
adalah untuk memeriksa kembali apakah uang yang telah dicairkan digunakan
dengan benar atau tidak.
70
B. Analisis Kelayakan Pembiayaan KUR Mikro iB BRISyariah pada PT.
Bank BRISyariah Kantor Cabang BSD City
Analisis kelayakan pembiayaan merupakan faktor penting yang harus dilalui
dalam proses pemberian pembiayaan kepada calon nasabah. Analisis kelayakan
pembiayaan berfungsi untuk mengetahui sampai mana keinginan dan kemauan
nasabah untuk membayar kewajibannya kepada bank (willingness to pay). Menilai
keinginan dan kemauan nasabah akan berdampak pada sedikitnya jumlah
pembiayaan bermasalah atau resiko pembiayaan.
PT. Bank BRISyariah dalam menganalisis kelayakan pembiayaan Kredit
Usaha Rakyat (KUR) Mikro iB BRISyariah menggunakan prinsip 5C yang terdiri
dari aspek character (karakter), capacity (kemampuan membayar), capital
(modal), condition of economic (kondisi perekonomian) dan collateral (agunan).
1. Character
Character merupakan sifat atau watak seseorang. Sifat atau watak dari
orang-orang yang akan diberikan pembiayaan harus dapat dipercaya.9 Bagi PT.
Bank BRISyariah karakter merupakan assessment terpenting karena karekter yang
baik dapat diasumsikan bahwa nasabah akan membayar kewajibannya kepada
bank dengan tepat waktu, eksekusi jaminan atau penjualan jaminan karena disita
dapat diminimalkan, meminimalkan kerugian pada pembiayaan, hubungan yang
harmonis terhadap nasabah akan meningkatkan portfolio pembiayaan. Maksudnya
9 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, h. 137
71
adalah semakin baik hubungan bank dengan nasabah maka pembiayaan yang cair
akan semakin banyak.10
Pada setiap analisia karakter yang dilakukan oleh AOM, ia harus
memastikan bahwa calon nasabah tidak boleh berpredikat pemabuk, penjudi,
pencuri atau penipu. Pendek katanya calon nasabah pembiayaan wajib memiliki
reputasi yang baik.
Cara PT. Bank BRISyariah dalam menganalisa karakter nasabah yang
pertama adalah dengan melakukan interview atau wawancara dengan cara tanya
jawab. Interview atau wawancara dilakukan saat pertama kali AOM dan nasabah
bertemu dan pada saat itu juga AOM akan langsung menganalisis karakter
nasabah yang mengajukan pembiayaan dan yang menjadi target pembiayaan
(apabila AOM yang mendatangi nasabah). Pada saat wawancara AOM akan
menilai dari kejujuran nasabah dalam menjawab pertanyaan, konsistensi nasabah
dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh AOM dengan formulir aplikasi
yang telah diisi, penguasaan usaha yang dijalaninya, sikap nasabah saat
wawancara, disiplin terhadap pembayaran kewajiban rekening listrik, telepon, air
dan tidak terlibat aktifitas melanggar hukum. Selain itu AOM juga harus
menanyakan riwayat kredit nasabah di bank/lembaga lainnya, riwayat usaha yang
akan dibiayai baik itu lamanya usaha atau pengalaman usaha, tempat usaha
apakah nasabah menyewa apa milik pribadi, tempat tinggal nasabah apakah
mengontrak atau milik pribadi dan yang terakhir adalah kondisi keluarga nasabah
apakah sedang proses cerai atau tidak. Untuk tempat usaha dan tempat tinggal,
10
Wawancara Pribadi dengan Unit Head Micro, Ibu Heny Dartiyanti, BSD City, 17 Mei
2017.
72
bank akan mengutamakan nasabah yang memiliki tempat usaha dan tempat tingal
pribadi.
Setelah itu bank akan melakukan BI Checking. Dengan melihat track record
BI Checking, bank akan mengetahui riwayat pembayaran nasabah di bank lain,
apakah ia termasuk nasabah dengan pembayaran yang lancar atau tidak. Hal
selanjutnya yang dilakukan adalah cek lingkungan. Bank juga tidak hanya
mewawancarai nasabah, agar info lebih valid bank juga menanyakan kepribadian
dan keabsahan informasi nasabah kepada pihak ketiga yang ada di lingkungan
seperti tetangga dan RT/RW. Selain itu untuk kepastian usaha yang dimiliki
nasabah, bank—yang dalam hal ini AOM yang melaksanakan—meminta
informasi usaha nasabah dari supplier jika ada.
Contoh Kasus:
Kasus ini terjadi pada Ibu Lia seorang calon nasabah KUR Mikro iB
BRISyariah. Dari semua persyaratan dan analisis kelayakan pembiayaan seperti
kapasitas, modal dan kondisi ekonomi dinyatakan sangat baik. Akan tetapi, ketika
AOM mengecek BI Checking Ibu Lia—yang dalam hal ini dapat menjadi patokan
karakter seseorang—pada pembiayaan sebelumnya beliau mendapatkan call 5
atau dalam hal ini masuk kriteria kredit macet. Hal tersebut menjadi salah satu
alasan bahwa Ibu Lia tidak diperkenankan untuk mendapatkan pembiayaan KUR
Mikro iB BRISyariah karena dikhawatirkan telatnya pembayaran angsuran hingga
kredit macet akan terulang kembali. Meskipun pembiayaan tersebut telah lunas
bank tetap tidak diperkenankan untuk memberilan pembiayaan kecuali
pembiayaan macet tersebut telah lewat dari 1 tahun.
73
2. Capital
Capital adalah modal atau kekayaan yang dimiliki oleh nasabah yang dalam
hal ini lebih terfokus pada stok barang atau inventory yang dimiliki oleh nasabah,
dapat juga dilihat dari barang produksi yang dimiliki oleh nasabah. penilaian
terhadap capital yaitu untuk mengetahui keadaan permodalan sumber-sumber
dana dan bagaimana penggunaannya, apakah modal cukup untuk menggerakan
sumber daya secara efektif dan baik tidaknya pengaturan modal kerja. Untuk
analisis kelayakan pembiayaan KUR Mikro iB BRISyariah, bank tidak terlalu
terfokus pada masalah permodalan akan tetapi penting juga untuk dianalisis.11
Contoh kasus:
Salah seorang nasabah yang mengajukan pembiayaan sudah menjalankan
usahanya sebagai pemilik toko potokopi selama 3 tahun. Selama 3 tahun, aset
yang dimiliki nasabah bertambah, seperti bertambahnya mesin potokopi yang
tadinya hanya memiliki 1 menjadi 2, memiliki kendaraan bermotor dan perluasan
tempat usaha.
3. Capacity
Capacity adalah analisis untuk mengetahui kemampuan nasabah dalam
membayar pembiayaan.12
Dalam hal ini bank melihat kemampuan penjual untuk
mengelola usahanya. Seberapa mampu nasabah menjual capital/stok barang yang
ia miliki.
Untuk mengukur kemampuan nasabah dalam membayar pembiayaan bank
mengumpulkan data-data yang menyangkut usaha nasabah seperti data penjualan
11
Wawancara Pribadi dengan Unit Head Micro, Ibu Heny Dartiyanti, BSD City, 17 Mei
2017. 12
Muchdarsyah Sinungan, Manajemen Dana Bank, h. 243
74
yang bisa dilihat dari bon-bon yang dimiliki oleh nasabah. Lalu, bagaimana sistem
penjualannya apakah tunai atau tempo (kredit). Apabila kredit harus ditanyakan
berapa lama. Selain data penjualan bank, yang dalam hal ini AOM diminta juga
untuk mengumpulkan data piutang nasabah (bagi nasabah yang menggunakan
sistem kredit pada penjualannya).13
Setelah itu, AOM juga harus menanyakan data pembelian nasabah.
Misalnya total pembelian perbulan. Semakin sering nasabah membeli barang ke
supplier semakin tinggi kapasitas nasabah untuk membayar pembiayaan. Karena
semakin sering nasabah membeli semakin banyak barang yang dijual. Data
pembelian nasabah tidak hanya didapatkan dari nasabah saja, akan tetapi pihak
AOM juga dapat mendapatkan data pembelian dari supplier. AOM dapat
membandingkan beberapa harga barang yang dijual dan dibandingkan dengan
harga jual nasabah, dan nantinya akan ketemu margin/rata-rata yang diperoleh.
AOM juga dapat meminta data hutang nasabah. Sistem pembelian nasabah
dengan tunai dan kredit dapat diketahui dari rekap bon merah yang ada di nasabah
(karena biasanya jika sudah lunas bon merah akan ditukar dengan bon putih/asli).
AOM juga harus menanyakan kepada nasabah supplier mana yang biasa
memberikan kredit. AOM dapat melakukan pengecekan untuk melihat
kedisiplinan nasabah dalam membayar hutang. Ini juga dapat menjadi acuan bank
untuk memprediksi nasabah apakah nantinya nasabah tersebut akan menyebabkan
resiko pembiayaan atau tidak.
13
Wawancara Pribadi dengan Unit Head Micro, Ibu Heny Dartiyanti, BSD City, 17 Mei
2017.
75
Ketika data penjualan, pembelian dan hutang piutang didapatkan dan
dianalisis, AOM juga harus menanyakan pengeluaran bulanan dan usaha. Jika
nasabah memiliki karyawan, maka harus ditanyakan berapa gajinya. Sama juga
halnya untuk seluruh kegiatan rumah tangga usaha, seperti pengeluaran untuk
sewa tempat usaha (bila sewa) dan pengeluaran untuk listrik dan air. Lalu AOM
juga harus menanyakan pengeluaran bulanan pribadi nasabah, gaya hidup, jumlah
anak, biaya sekolah anak, biaya jajan anak dan lain-lain. Hal tersebut agar bank
dapat menggambarkan mengenai kemampuan membayar nasabah dengan melihat
laba bersih perbulannya.14
Setelah Menurut Ibu Heny, capacity menjadi faktor yang sangat penting
untuk dianalisa, karena capacity menentukan kemampuan nasabah untuk
membayar dan meminimalkan resiko pembiayaan.
Contoh kasus:
Seorang nasabah pemilik warung mie ayam mengajukan pembiayaan KUR
Mikro dengan plafond sebesar Rp15.000.000,- untuk keperluan investasi. Setelah
dilakukan BI Checking nasabah tersebut tidak bermasalah. Di lingkungannya,
nasabah tersebut tidak pernah terjerat hukum dan mempunyai karakter dan
reputasi yang baik. Nasabah tinggal bertiga dan dengan anak mereka yang masih
sekolah. Rumah yang dimilikinya adalah rumah pribadi, akan tetapi tempat usaha
nasabah masing menyewa. Berikut adalah perhitungannya:
14
Wawancara Pribadi dengan Unit Head Micro, Ibu Heny Dartiyanti, BSD City, 17 Mei
2017.
76
1. ANALISA KEUANGAN (Per Bulan)
Merupakan penjumlahan dari semua usaha calon nasabah
Pendapatan Usaha : Rp37,500,000,-
Harga Pokok Penjualan : Rp20,140,000,-
Sewa/Kontrak : Rp 1,000,000,-
Gaji Pegawai : Rp 1,000,000,-
Telepon, Listrik & Air : Rp 250,000,-
Transportasi : Rp 100,000,-
Pengeluaran Lainnya : Rp 0
Pengeluaran Usaha : Rp22,490,000,-
Keuntungan Usaha : Rp15,010,000,-
Penghasilan lainnya : Rp 0
Total Penghasilan : Rp15,010,000,-
Pajak dan Retribusi : Rp 0,-
Belanja Rumah Tangga : Rp 4,500,000,-
Sewa/Kontrakan Rumah : Rp 0,-
Pendidikan : Rp 1,800,000,-
Telepon, Listrik & Air : Rp 300,000,-
Transportasi : Rp 500,000,-
Pengeluaran Lainnya : Rp 2,900,000,-
Total Pengeluaran RT : Rp 8,500,000,-
Sisa Penghasilan : Rp 5,010,000,-
77
Angsuran Pinjaman Saat Ini : Rp 0,-
Rekomendasi Angsuran : Rp 685,000,-
Pembiayaan
Disposable Income : Rp 4,325,000,-
IDIR : 15 %
2. ANALISA KEBUTUHAN MODAL KERJA
Cara 1:
Persediaan/Inventory : Rp 700,000,- DOH (hari) 1
Piutang Dagang : Rp 0,- DOH (hari) 0
Utang Dagang : Rp 0,- DOH (hari) 0
WI Neraca : Rp 700,000,- Gross Profit 46.2933349609375%
Margin
Cara 2:
Diisi sesuai usaha yang akan dibiayai
Perputaran Persediaan Barang : 1 hari
Perputaran Piutang Dagang : 0 hari
Perputaran Utang Dagang : 0 hari
Kebutuhan Modal Kerja DOH : 1 hari
WI Normal : Rp 671,333
78
3. Rekomendasi Fasilitas Pembiayaan
Tabel 4.1: Rekomendasi Fasilitas Pembiayaan
Rekomendasi Fasilitas Pembiayaan Jangka Waktu Pembiayaan
Modal Kerja Rp 0,- Modal Kerja 0 Bulan
Investasi Rp15,000,000,- Investasi 24 Bulan
Konsumtif Rp 0,- Konsumtif 0 Bulan
Take Over Rp 0,- Take Over 0 Bulan
Total
Rekomendasi
Komite
Rp15,000,000,- Margin Flat Per
Bulan
0.4%
Diterimanya permohonan nasabah tersebut karena laba bersih yang terpakai
hanya 15%. Batas pemakaian laba bersih hingga 75% dan paling maksimal
sampai 80%.
d. Condition of Economy
Kondisi ekonomi merupakan sebuah keadaan sosial ekonomi yang nanti
akan mempengaruhi usaha nasabah. Penilaian ini dilakukan untuk memprediksi
kondisi usaha nasabah di masa yang akan datang apakah akan bertahan atau tidak.
hal yang dianalisis diantaranya adalah persaingan yang terjadi antar sesama
pengusaha apakah masih dalam batas wajar atau tidak, prospek usaha dan jumlah
pesaing yang ada, semakin banyak pesaing maka akan mempengaruhi penjualan
nasabah.15
15
Wawancara Pribadi dengan Unit Head Micro, Ibu Heny Dartiyanti, BSD City, 17 Mei
2017.
79
Contoh kasus seorang nasabah KUR Mikro iB BRISyariah mengajukan
pembiayaan untuk usaha baju muslim. Dalam kasus ini, ibu tersebut merupakan
penjual musiman. Pihak PT. Bank BRISyariah tidak dapat menerima permohonan
nasabah tersebut, karena dikhawatirkan akan beresiko pembiayaan macet. Jika
dilihat dari keadaan saat ini mungkin tidak terjadi, mengingat peminat baju
muslim membludak dan calon nasabah diperkirakan mendapatkan keuntungan
besar. Akan tetapi penilaian untuk kondisi usaha calon nasabah dimasa yang akan
datang agak meragukan. Untuk menghindari risiko pembiayaan, maka pihak bank
memutuskan untuk menolak permohonan pembiayaan tersebut.
e. Collateral
Collateral merupakan barang yang dijadikan jaminan atau agunan oleh
nasabah pembiayaan. Nilai barang yang dijaminkan oleh nasabah haruslah
melebihi jumlah pembiayaan yang dicairkan oleh bank. Jaminan atau agunan
berfungsi sebagai pelindung bank dari resiko kerugian yang disebabkan oleh
nasabah yang wanprestasi. Agunan atau jaminan merupakan aspek yang
diperhitungkan oleh PT. Bank BRISyariah dalam analisis pembiayaan.16
Agunan atau jaminan yang biasa digunakan adalah barang bergerak seperti
kendaraan bermotor dan barang tak bergerak seperti tanah, rumah dan lain
sebagainya. Yang digunakan bukanlah barangnya, akan tetapi surat
kepemilikannya. Misalnya untuk kendaraan bermotor berupa BPKB/STNK/Faktur
dan untuk tanah dan bangunan berupa SHM/SHGB/IMB/PBB.
16
Wawancara Pribadi dengan Unit Head Micro, Ibu Heny Dartiyanti, BSD City, 17 Mei
2017.
80
Penilaian agunan dilihat dari nilai barang yang diagunkan. Nilai barang
yang diagunkan apakah lebih dari pembiayaan yang dicairkan atau tidak, legalitas
dokumen yang diagunkan dan kepemilikan dokumen yang diagunkan apakah
nama yang tertera milik nasabah atau bukan. Penilaian tanah dan bangunan dilihat
dari letak agunan. Apakah bangunan atau tanah mempunyai akses jalan yang
mudah dijangkau atau tidak (rumah atau tanah yang berada dipinggir jalan lebih
bernilai tinggi dibandingkan yang berada di dalam gang dan jalannya sempit) ,
letak bangunan tidak berada di sekitar sutet, kuburan dan tempat yang tidak
memiliki nilai jual, dan tanah dan bangunan harus memiliki nilai jual dan
produktif (khusus untuk tanah kosong).
Setelah penilaian lokasi, kondisi agunan pun perlu diperhatikan. Kondisi
tanah dan bangunan tidak dalam sengketa dan tidak terkena proyek
pemerintah/swasta, tidak digunakan untuk fasilitas sosial, keagamaan dan yang
melanggar hukum, ukuran phikis tanah dengan yang tercantum pada sertifikat
harus sama dan ukuran fisik bangunan dengan yang tercantum di IMB sama.
Untuk menaksir nilai jaminan PT. Bank BRISyariah biasanya menaksirnya
secara internal terlebih dahulu lalu melihat harga pasar dan NJOP, setalah itu
seluruh harga dibandingkan dan akan menemukan harga tengahnya. Hal
terpenting yang harus dimiliki oleh semua jaminan adalah memiliki nilai
“marketable”. Maksud dari marketable adalah barang yang diagunkan gampang
untuk dijual.17
17
Wawancara Pribadi dengan Unit Head Micro, Ibu Heny Dartiyanti, BSD City, 17 Mei
2017.
81
Untuk pembiayaan Mikro lainnya, apabila nilai agunan tidak mengcover
seluruh pembiayaan yang dilakukan, maka pihak bank akan menyarankan nasabah
untuk mengurangi jumlah plafond. Misalnya nasabah mengajukan pembiayaan
sebesar Rp200 juta sedangkan agunan yang diberikan adalah BPKB mobil Avanza
tahun 2008. Setelah ditaksir, nilai mobil tersebut hanya Rp113 juta. Maka pihak
bank akan mengurangi plafond yang diajukan oleh nasabah.
Untuk penilaian jaminan yang menggunakan sertifikat tanah dan AJB bank
akan menilainya hingga 80%. Untuk menaksir harga bangunan bank akan melihat
apakah nasabah memiliki sertifikat IMB (Izin Mendirikan Bangunan) atau tidak.
apabila memiliki maka penilaian 100% namun jika tidak hanya 50%.
Contoh kasus jaminan dengan sertifikat tanah, seperti Pak Walno, nasabah
Mikro iB 75. Setelah melakukan perbandingan antara harga pasar dan NJOP, bank
menilai bahwa:
Tabel 4.2: Penilaian Tanah dan Bangunan
Obyek Luas (m²) Nilai/m² Nilai pasar wajar Nilai Likuidasi
Tanah 67 Rp1,100,000 Rp73,000.,000 Rp.-
Bangunan 0 Rp0 Rp0 Rp.-
Total Nilai Obyek Rp73.000.000
Obyek Luas (m²) Nilai/m² Nilai pasar wajar Nilai Likuidasi
Tanah 67 Rp1,100,000 Rp73,000,000 Rp.-
Bangunan 62 Rp750,000 Rp46,500,000 Rp.-
Total Nilai Obyek Rp120,200,000
Luas Total Bangunan : 62 Meter²
NPW Tanah : Rp 73,700,000,-
NPW Bangunan : Rp 46,500,000,-
82
Total Tanah dan Bangunan : Rp120,200,000,-
Nilai Likuidasi Rp 84,000.,000,-
Nilai Pengikatan : Rp16,500,000,-
Jenis Pengikatan : SKMHT Setara APHT
No. Bukti Pengikatan : -
Pendapatan Tentang Harga: Penilai merekomendasikan harga tanah untuk
jaminan yang dimaksud sebesar Rp1,100,000,-/m². Sedangkan untuk harga
bangunan penilai merekomendasikan harga sebesar Rp1,500,000,-/m², namun
karena tidak ada IMB menjadi Rp750,000,-/m².
Kondisi Lingkungan Sekitar: Kondisi lingkungan sekitar jaminan
merupakan pemukiman padat penduduk, dimana di daerah sekitar banyak berdiri
rumah kontrakan. Akses menuju jaminan tidak jauh dari jalan raya utama.
Pendapatan mengenai kondisi jaminan: kondisi jaminan sangat terawat.
Bangunan telah direnovasi ulang oleh yang bersangkutan. Struktur bangunan
terlihat kokoh, tembok telah diplester dengan rapi dan telah di cat, jaminan masih
layak dijaminkan dan marketable. Terdapat ruang keluarga, 2 kamar tidur dan
dapur.
Contoh kasus untuk nasabah KUR Mikro iB BRISyariah:
Seorang nasabah KUR Mikro ingin menggunakan BPKB Motor Beat tahun
2007 sebagai agunan. Jika dihitung-hitung harga pasar motor Beat tahun 2007
berada di sekitaran harga Rp6,000,000,- sampai Rp6.500.000,-. Untuk kendaraan
bermotor PT. Bank BRISyariah mematok harga dibawah harga pasar, jadi untuk
83
motor Beat ini PT. Bank BRIsyariah hanya mematok Rp4.000.000,- sampai
Rp.5.000.000,-. Total agunan tersebut sebenarnya tidak mengcover seluruh
pembiayaan yang sebesar Rp25.000.000,-. Akan tetapi hal tersebut diperbolehkan,
karena dalam persyaratan KUR Mikro iB BRISyariah tidak diperkenankan adanya
agunan, meskipun calon nasabah ingin menggunakan agunan, barang tersebut
hanya bersifat titipan saja dan tidak terikat.
Jadi kesimpulannya, PT. Bank BRISyariah dalam menganalisis kelayakan
pembiayaan nasabah mengacu pada 5C yaitu character, capital, capacity,
condition of economy dan collateral. Akan tetapi, dalam prakteknya PT. Bank
BRISyariah Kantor Cabang BSD City lebih mengutamakan 3 aspek, yaitu
character, capacity dan collateral, yang lainnya seperti condition of economy dan
capital merupakan aspek pendukung. Untuk KUR Mikro iB BRISyariah karena
tidak menggunakan jaminan maka lebih menekankan pada 2 aspek yaitu
character dan capacity.
Pembiayaan yang diajukan dianggap layak apabila nasabah dan usahanya
memenuhi kriteria 5C yaitu character, capital, capacity, condition of economy
dan collateral. Pertama, dari segi karakter, nasabah yang mengajukan bebas dari
daftar hitam Bank Indonesia yang artinya selama dia mengajukan pembiayaan
lainnya dia tidak pernah mengalami pembiayaan macet. Selain itu calon nasabah
memiliki reputasi yang baik dan bukan pembohong, hal tersebut dibuktikan
dengan cek lingkungan—menyanyakan perihal calon nasabah ke tetangga terdekat
atau RT/RW—yang dilakukan pada saat survei. Kedua, dilihat dari kapsitas
usahanya, bank dapat melihatnya dari analisa keuangan nasabah. Analisa
84
keuangan dengan melihat IDIR, apabila pemakaian laba bersih setelah dikurangi
angsuran tidak melebihi 75-80% maka ia layak mendapatkan pembiayaan. Ketiga
modal/capital, PT. Bank BRISyariah melihat permodalan dari inventory/aset yang
dimiliki. Apabila selama berjalannya usaha calon nasabah dapat menambah
asetnya—misalnya perluasan tempat usaha, pembelian peralatan baru—maka
nasabah layak dibiayai. Keempat kondisi ekonomi, ukuran kelayakannya dapat
dilihat dari jenis usaha calon nasabah dan bank menghindari memberikan
pembiayaan untuk usaha musiman. Kelima agunan/jaminan, ukuran kelayakan
agunan/jaminan yaitu nilai jaminan harus lebih tinggi dari pembiayaan yang akan
dicairkan, bangunan/tanah/barang yang akan diagunkan harus marketable atau
mudah untuk dijual dan legalitas dokumen.
85
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Terdapat lima tahapan prosedur pembiayaan KUR Mikro iB BRISyariah.
Pertama, tahap permohonan pembiayaan yaitu tahap pengajuan permohonan
pembiayaan KUR Mikro iB. Kedua, analisis pembiayaan. Pada tahap ini pihak
AOM melakukan pengecekan nasabah yang mengacu pada 5C (character,
capital, capacity, condition of economy dan collateral). Ketiga, tahap
pemberian putusan pembiayaan yaitu pemberian putusan mengenai persetujuan
pencairan pembiayaan oleh Unit Head (UH), setelah disetujui dilanjutkan
dengan akad dan penandatanganannya. Keempat, tahap pencairan/akad
pembiayaan. Pada tahap ini dana telah dicairkan dan dikirimkan ke rekening
mikro nasabah. Kelima, tahap monitoring. AOM melakukan monitoring 3 hari
pasca pencairan dengan membawa LKN (Lembar Kunjungan Nasabah).
2. Dalam menganalisa kelayakan pembiayaan KUR Mikro iB BRISyariah,
BRISyariah mengacu pada 5c (character, capital, capacity, condition dan
collateral). Pertama character, yaitu penilaian dari segi watak dan
kepribadian calon nasabah. Salah satu caranya dengan melakukan BI Checking.
Kedua capacity, yaitu penilaian kemampuan nasabah dalam membayar
kewajibannya, dilihat dari seberapa mampu nasabah menjual stok barang yang
dimilikinya. Ketiga collateral merupakan barang yang dijaminkan oleh
nasabah. Penaksiran harga agunan dilihat dari nilai tengah antara harga pasar
dan NJOP. Keempat capital yaitu inventory nasabah, yang dapat dilihat dari
86
stok barang dan alat-alat produksi yang dimiliki. Kelima condition yaitu
kondisi sosial ekonomi yang akan mempengaruhi usaha nasabah, yang dapat
dilihat dari jenis usaha, prospek usaha dan jumlah pesaing usaha. Dalam
praktinya PT. Bank BRISyariah Kantor Cabang BSD City lebih
mengedepankan 3 aspek yaitu character, capacity dan collateral. Kedua aspek
lainnya (capital dan condition) adalah aspek pendukung. Untuk KUR sendiri,
karena jaminan tidak dianjurkan, maka lebih terfokus pada aspek character dan
capacity.
B. Saran
1. Alangkah lebih baiknya apabila semua kelima aspek analisis diutamakan,
bukan hanya aspek karakter, kapasitas usaha dan agunan saja—yang mana
untuk KUR sendiri hanya karakter dan kapasitas usaha saja—karena agar lebih
meminimalisir dan menghindari risiko pembiayaan bermasalah.
2. Monitoring 3 hari pasca pencairan harus benar-benar diterapkan. Karena jika
benar-benar diterapkan kegiatan ini akan meminimalisir risiko penyalahgunaan
dana yang bisa saja dilakukan oleh nasabah.
87
DAFTAR PUSTAKA
Aidil, Analisis Pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) Pada Bank BRI Kanca
Tebing Tinggi Unit Serampah, Jurnal Ilmiah Accounting Changes, April
20014, Volume 2, No. 1, 26-38
Antonio, Muhammad Syari’I, Bank Syariah Dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema
Insani, 2007)
Arbi, Syarif, Perbankan Keuangan Pembiayaan Lembaga (Yogyakarta: BPFE,
2013), Edisi pertama
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: PT
Rineka Cipta)
Arifin, Zainul, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah (Jakarta: Azkia Publisher,
2009)
Bungin, M. Burhan, Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi (Jakarta: Kencana
Prenada Media Grup, 2013)
Danupranata, Gita, Manajemen Perbankan Syariah (Jakarta: Salemba Empat,
2013)
Darminto, Dwi Prastowo dan Julianty, Rifka, Analisis Laporan Keuangan
(Yogyakarta: YKPN, 2002)
Dewi, Gemala, Aspek-Aspek Hukum dalam perbankan dan Perasuransian Syariah
di Indonesia (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2007), Edisi Revisi,
Cetakan Ke-4
Djamil, Faturrahman, Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah,
(Jakarta: Sinar Grafika, 2012)
Djazuli, A. dan Janwari, Yadi, Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat (Jakarta:
Raja Grafindo persada, 2002)
Handoko, T. Hani dan Reksohadiprodo, Sukanto, Organisasi Perusahaan: Teori,
Struktur dan Perilaku (Yogyakarta: BPFE-UGM, 1992), ed. 2
http://karimconsulting.com, 14 Februari 2017
Husen, Syarifuddin, Pengaruh pengeluaran Agregat Dalam Mendorong
Pertumbuhan Produk Domestik Bruto dan Implikasinya Pada
88
Kesejahteraan Sosial. Jurnal Ekonomi Pembangunan: Kajian Masalah
Ekonomi dan Pembangunan, Volume 12, Nomor 1, Juni 2011
Huda, Nurul dan Heykal, Mohamad, Lembaga Keuangan Islam: Teori dan
Praktik (Jakarta: Kencana Prenada Grup, 2010)
Ibrahim, Yakob, Studi Kelayakan Bisnis (Jakarta: Rineka Cipta, 2009)
Idris, Indra, Kajian Dampak Kredit Usaha Rakyat (KUR), Jurnal Volume 5,
Agustus: 49-73
Ihsan, Dwi Nur’aini, Analisis Laporan Keuangan Perbankan Syariah ( Jakarta:
UIN JAKARTA PRESS, 2013
Janwari, Yadi, Lembaga Keuangan Syariah (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2015)
Karim, Adiwarman, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan (Jakarta: IIIT
Indonesia, 2003)
Kasmir dan Jakfar, Studi Kelayakan Bisnis (Jakarta: Kencana Prenada Grup,
2012)
______, Dasar-Dasar Perbankan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003)
Kementrian Keuangan, Tanya Jawab Surat Berharga Syariah Negara (Sukuk
Negara): Instrumen Keuangan Berbasis Syariah (Jakarta: Kementrian
Keuangan, 2010)
Kiryanto, Ryan, Langkah Trobosan Ekspansi Kredit, Jurnal Hukum Bisnis, 2007
Komarudin, Ensiklopedia Manajemen (Jakarta: Bumu Aksara, 1994)
kur.ekon.go.id, diakses pada 22 Maret 2017
Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya 2011, cet ke-29
Muhammad, Bank Syariah: Problem dan Prospek Perkembangan di Indonesia
(Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu, 2005)
__________, Manajemen Bank Syariah (Yogyakarta: Unit Penerbit dan
Percetakan (UUP) AMP YKPN, 2005)
Nazir, Moh., Metode Penelitian (Bogor: Ghalia Indonesia, 2013), cet ke-8
89
Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: PT. Balai
Pustaka (Persero), 2014), Cet. 3
Rifin, Amzul, Pemilihan Metode Spin Off Unit Bisnis Syariah Dengan
Pendekatan Analisa Faktor (Studi Kasus PT. BNI Syariah dan PT. Bank
Syariah BRI), Jurnal Al-Muzara’ah, 2016
Rivai, Veithzal dan Arifin, Arviyan, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep dan
Aplikasi (Jakarta : Bumi Aksara, 2010)
______________________________, Islamic Risk Management For Islamic
Banking (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2013)
Sinungan, Muchdarsyah, Manajemen Dana Bank (Jakarta: PT. Bumu Aksara,
1997)
Soemitra, Andi, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Kencana, 2001)
Subagyo, Ahmad, Studi Kelayakan Teori dan Aplikasi (Jakarta: PT. Gramedia,
2008)
Sudarsono, Heri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi”
(Yogyakarta: Penerbit Ekonisa, 2008), edisi ke-3
Sudaryono dan Hanim, Anifatul, , Evaluasi Kesiapan UKM Menyongsong Pasar
bebas Asean (AFTA): Analisis Perspektif dan Tinjauan Teoritis. Jurnal
Ekonomi Akuntansi dan Manajemen, Vol 1 No.2, Desember 2002
Sudaryanto, dkk, Strategi Pemberdayaan UMKM Menghadapi Pasar Bebas
ASEAN. Artikel diakses pada 22 Februari 2017 dari
http://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/Strategi%20Pemberdayaan%
20UMKM.pdf
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta
2011), cet. Ke-13
Sumar’in, Konsep Kelembagaan Bank Syariah (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012),
Cet.1
Tim Penyusun. Buku Kumpulan Peraturan Tahun 2016 Kredit Usaha Rakyat
(KUR), Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia
Tim BRISyariah, Laporan Tahunan 2011 (Jakarta: PT. Bank BRISyariah, 2011)
______________, Laporan Tahunan 2015 (Jakarta: PT. Bank BRISyariah, 2015)
90
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Pebankan
Pasal 1 Nomor 12
Yandianto, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Bandung: Percetakan M2S
Bandung, 2000)
www.bi.go.id, diakses pada 14 Maret 2017
www.brisyariah.co.id, diakses pada 4 April 2017
www.jdih.kemenkeu.go.id, diakses 14 Februari 2017
www.ojk.go.id, diakses pada 14 Maret 2017
Zulkifli, Sunarto, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah (Jakarta: Zikru;
Hakim, 2003)
Z, A. Wangsawidjaja , Pembiayaan Bank Syariah (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2012)
Lampiran 1: Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 2: Surat Izin Penelitian
Lampiran 3: Surat Keterangan Hasil Penelitian
Lampiran 4: Aplikasi Permohonan Pembiayaan
Lampiran 5: Surat Pernyataan Fasilitas KUR Mikro iB BRISyariah
Lampiran 6: Aplikasi Pembukaan Tabungan Faedah iB/ Mikro
Lampiran 7: Surat Pernyataan NPWP
Lampiran 8: Contoh Tabungan Mikro
Lampiran 9: Hasil Wawancara
TRANSKIP WAWANCARA UNIT HEAD MICRO
Pewawancara : Anya Kurnadi Putri
Narasumber : Heny Dartiyanti
Hari/Tanggal : Rabu, 17 Mei 2017
Waktu : 09.30-10.30 WIB
Tempat Wawancara : Kantor PT. Bank Rakyat Indonesia Syariah Kantor
Cabang BSD City, BSD-Tangerang Selatan
Pekerjaan : Unit Head Micro
P : Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
N : Wa’alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh
P : Mba Heny, Saya Anya Kurniadi Putri mahasiswa dari Manajemen
Lembaga Keuangan Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya ingin
mewawancarai Mba terkait dengan analisis kelayakan pembiayaan KUR yang ada
di BRISyariah ini. Oia Mba, pada saat wawancara saya akan merekam seluruh
jawaban untuk kepentingan dokumentasi penelitian ini.
P : Untuk pertanyaan pertama. KUR itu apa sih Mba?
N : Nah, KUR Mikro iB BRISyariah adalah penyaluran KUR Mikro yang
didasarkan pada prinsip syariah dan penyalurnya dilakukan oleh PT.Bank
BRISyariah.
P : Kalau prosedur pembiayaan KUR ini seperti apa, Mba?
N : Untuk prosedur awal sih biasanya AOM mendatangi si nasabah ke
tempat usaha beliau. Nah, setelah si nasabah, eh.. AOM menawarkan produk kita,
tentang KUR, tujuannya dan lainnya, nanti apabila nasabah udah oke langsung
kita maintenance dokumennya seperti KTP, terus KK, surat nikah dan NPWP
apabila memiliki. Kalaupun tidak memiliki tidak apa-apa. Karena kan memang itu
tidak wajib. Setelah persyaratan lengkap semua, persyaratan itu langsung kita BI
Checking nih.. BI Checking ke bagian.. a… Kalo yang ngejalanin di BRISyariah
sih AS (Area Support), dengan Mas Dion kan.. Itu nanti di BI Checking. setelah
BI Checking selesai langsung kita input di APPEL, masukan data nasabah kita
cek apakan nasabah itu sudah memiliki KUR atau belum nanti kan ke record di
situ. Untuk nasabah yang menanyakan sendiri analisisnya dilakukan ketika
wawancara awal pengajuan KUR. Setelah semuanya ke input langsung kita proses
lagi. Setelah APPEL selesai, kita komite kan.. Si AOM mengajukan permohonan
ke pengutus. Pengutusnya kan UH (Unit Head) nih. Setelah putusan selesai, AOM
langsung membuat akadnya dilanjutkan dengan proses akad, tandatangan akad.
kalau untuk ketentuan yang kemarin, itu kan antara akad dengan pencairan harus
di hari yang sama tapi dengan adanya SE yang terbaru itu boleh.. misalnya tanda
tangan akad hari ini, pencairannya besok boleh. Maksimalnya itu 3 hari batas
waktunya. Nah seperti itu, setelah proses akad langsung ke ADP (Administrasi
Pembiayaan) untuk proses pencairan. Jadi gak lama sebenarnya./Terus kalo
pencairannya langsung masuk ke rekening?/ Iya, pencairannya langsung masuk ke
rekening mikro si nasabah. Karena kan sebelum pencairan ini nanti nasabah kita
bukain rekening dulu. Karena kan untuk proses pencairan itu wajib di
rekening./Terus untuk tugas yang menganalisa pembiayaan itu siapa, mba?/ Untuk
yang bertugas menganalisa tetap AOM. Jadi AOM di awal tadi, yang kunjungan
ke nasabah kan sekalian konfirmasi. Pertama itu usaha, usahanya itu sudah berapa
lama, usahanya itu milik siapa, tempat usahanya itu milik sendiri apa kontrak, itu
kan dianalisa di awal oleh AOM. Setelah itu ditanya juga usaha ini omsetnya
sehari berapa, bu pak? Nah, ngambilnya jangan terlalu yang tinggi, yang rata-rata
aja. Apakah bapak itu punya karyawan atau enggak, karyawan digajinya berapa.
Pokoknya semua udah di awal itu. Setelah ditanya-tanya, kalau oke maka input
data ke APPEL seperti yang di awal tadi. Nanti AOM tinggal maintenance untuk
masalah angsurannya dan tidak boleh sampai telat sehari, dua hari soalnya ini kan
uang pemerintah, beda dengan produk mikro yang biasa./untuk masalah
monitoring itu perbulan?/ sebenarnya sih dari pencairan itu tiga hari, AOM harus
sudah mengunjungi nasabah lagi dengan membawa Lembar Kunjungan Nasabah
(LKN) untuk memverifikasi apakah benar tujuan dari pembiayaan tadi. Misalnya
tujuan awal modal kerja, pengajuannya 10 juta. Dari hasil pencairannya itu kan
kita hanya pake akad murabahah yang diwakilkan dengan wakalah. Harusnya
kan, misal sebako sebenarnya bank yang harusnya menyediakan kalau syariah,
akan tetapi di Indonesia belum ada maka ada akad wakalah itu diwakilkan ke
nasabah dan setelah pencairan tiga hari AOM mengunjungi nasabah dan harus
memastikan apakah uang tersebut digunakan untuk itu atau tidak. Jadi monitoring
itu harus tiga hari setelah pencairan dan selanjutnya bulanan untuk angsuran.
Yang benar seperti itu, tapi terkadang AOM kalau udah cair yaudah, diingatkan
lagi pas jatuh tempo ketika nama nasabah sudah muncul di sistem. Sering kali
AOM seperti itu.
P : Persyaratan apa saja yang harus dipenuhi nasabah untuk mengajukan
pembiayaan KUR ini?
N : Untuk persyaratan KUR sih, kalo untuk dokumen itu KTP, KK, Surat
Nikah dan NPWP kalau si nasabah memiliki, tapi kalau gak punya juga gak apa-
apa. NPWP tidak diwajibkan. Bagi yang sudah pernah menikmati fasilitas KUR di
tempat lain harus ada surat pernyataan bahwa nasabah sudah atau belum
mendapatkan fasilitas KUR dan nanti dikasih materai 6000. Kalau persyaratan
pribadi nasabah, pertama si nasabah harus punya usaha, minimal sudah dikelola
selama 6 bulan. Usia si nasabah yang mengajukan KUR Mikro minimal 21 tahun
atau sudah menikah atau berusia 18 tahun, maksimal 65 tahun di akhir jangka
waktu pembiayaannya
P : Akad apa yang digunakan oleh produk KUR?
N : Akad yang digunakan itu akad murabahah bil wakalah.
P : Kira-kira berapa target dana Bank BRISyariah dalam menyalurkan KUR?
Lalu hingga saat ini berapa dana yang telah tersalurkan?
N : Untuk Kantor Cabang BSD City target pertahunnya itu 3,55 Miliar, dan
dan yang sudah tersalurkan 1,8 Miliar./Wah, cepet juga ya, mbak./ Iya, dibagi 8
unit kan? Kan area BSD ini sendiri dibagi ke dalam 8 unit, BSD, Bintaro, Ciputat,
Pamulang, Meruya, Cileduk./ Oh, jadi dibagi ke dalam 8 KCP?/ Iya, 8 ini unit
yang KC BSD Miliki.
P : Terdapat beberapa faktor yang dapat menjadi acuan untuk menganalisis
kredit/pembiayaan. Faktor pertama adalah karakter. Bagaimana cara menganalisis
karakter nasabah?
N : Karakter nasabah itu bisa kita lihat dengan… track record BI Checking.
jadi dengan BI Checking itu kita bisa melihat pembayaran dia di bank lain. Oia
pembayarannya gimana seperti itu <<suara tidak jelas>>. Abis itu kalau analisis
karakter selain track record BI Checking apa, mas?/ Ke… Checking lingkungan/
Kanan, kiri tadi ya?/ Tanya sama tetangganya, kalau misalkan dia usaha
berartikan berarti <<suara tidak jelas>> harusnya nanya sama yang deket
usahanya <<suara tidak jela>>, apa dia doang yang dagang di situ kan, tanyain di
depannya, di sampingnya, bisa juga tanya ke pak RT dan supplier barang. Jadi
bukan hanya dari BI Checking. Jadi harus tanya juga tetangganya, rekan usaha,
lingkungan sekitar yang ada/ Karena intinya karakter yang baik itu dapat
diasumsikan nasabah akan membayar angsuran yang baik juga.. makannya itu
faktor pentingkan.. Setelah itu harus dipastikan kalau si nasabah tidak boleh
berpredikat pemabuk, penjudi, pencuri atau penipu, intinya calon nasabah
pembiayaan wajib memiliki reputasi yang baik.
P : Bagaimana cara menganalisa capital/ modal?
N : Kalau untuk menganalisa modal lebih ke stok barang atau inventory yang
dimiliki nasabah. Ia dapat menjual modal itu menjadi berapa yang nantinya
capital atau modal ini berkaitan dengan kapasitas. Kita lihat stock barangnya dulu
yang dijual itu kan <<suara tidak jelas>> harus mengalami, yang kita liat
permodalan dia adalah barang. Barang itu bisa kita si nasabah jual itu nanti masuk
ke kapasitas.
P : Bagaimana cara menganalisis faktor capacity/ kapasitas nasabah?
N : Kalau analisa kapasitas usaha berkaitan dengan nasabah itu mampu
menjual barang itu dalam kondisi barang berapa. Jadi nasabah dapat menjual
berapa sih dengan modal yang sekian. Berbicara kapasitas juga bagaimana cara
kita mengumpulkan data dan verifikasi data salesnya dia. Sales dari hasil
penjualan tadi kan. Kalau bicara dengan KUR ini berbicara dengan nasabah kecil
kan otomatis itu diperoleh dari rekap penjualannya tersebut, catatan harian sama
rekening tabungan, tapi jarang rekening tabungan begitu. Lebih dominan ke bon-
bon. Ya… itu kalau penjualannya ya/ huum/ itu masih berkaitan dengan inventory.
Untuk sistem penjualannya sendiri itu dilihat tunai atau tempo. Tunai berarti kan
cash, kalau tempo kan biasanya menimbulkan yang piutang karena dari situ bisa
di <<suara tidak jelas>> kebutuhan modalnya berapa, seperti itu. Jadi lebih ke
penjualannya ya sama dari data pembeliannya dia. Maksudnya pembelian itu
nasabah dalam satu bulan itu bisa belanja berapa kali. Nah, dengan begitu kan
ketauan kapasitasnya berapa kali./ Berarti makin dia sering belanja makin bagus
ya?/ iya, betul seperti itu. Dari situ kan ketauan dari persediannya juga, dari
penjualan, pembelian.. otomatis kan menyangkut dengan yang inventory tadi dan
inventory itu menyangkut yang modal tadi. Jadi masih berkaitan antara modal dan
kapasitas usaha ini.
P : Bagaimana cara menganalisa faktor jaminan?
N : Jaminan adalah collateral. Biasanya sih kita kalo meriksa faktor jaminan
itu lebih ke lokasinya itu dimana. Terus kalo jaminannya rumah itu di gang apa
ada jalannya. Kalau di gang itu biasanya agak rendah, kalau di jalan tinggi. Selain
itu bisa kita liat juga dari PBBnya. PBB itu Pajak Bumi dan Bangunan jadi NJOP
(Nilai Jual Objek Pajak) nya dia berapa. Biasanya sih paling rendah dari NJOP
dan paling tinggi dua kali lipat NJOP. Tapi paling penting harus melihat ke harga
pasar karena kalau perkiraan NJOP lebih rendah dari harga pasar. Jadi selain liat
dari NJOP kita juga lihat dari harga pasaran sekitar berapa. Kalau ada rumah, ada
tanah dan ada kendaraan, kalau bicara jual cepet lakunya di harga berapa sih. Oh..
harganya sekian… Ya pasti harganya murah, dan siapa sih yang gak mau beli
dengan harga yang murah. Jadi analisa dari NJOP, harga pasar dan harga cepet
lakunya berapa.. Nah.. nanti kombinasi tuh. Jadi kita dapat tahu harga berapa yang
cocoknya. Paling penting itu jaminan itu marketable. Marketable itu yang paling
laku dan paling cepet dijual. Tapi untuk KUR itu sendiri tidak diperkenankan
mengguakan jaminan. Tapi kalo penilaian agunan tersebut dihitung sesuai yang
berlaku di BRISyariah dan tidak wajib mengcover seluruh pembiayaan KUR
Mikro tidak diperhitungkan sebagaimana collateral coverage. Jadi intinya
memang KUR ini tanpa jaminan, kalau pun ada jaminan boleh perhitungannya
mengikuti dengan yang aturan mikro tadi. Kalau pun jaminan itu tidak masuk
dengan yang di KUR, misalnya jaminannya hanya BPKB motor tahun 2006, kan
BPKB motor Beat hanya berapa gitu kan.. sebenarnya gak masuk dong, tapi gak
apa-apa. Tapi tetap dinilai seperti itu. Itu hanya sebagai sebagai titipan aja dan
tanpa perikatan.
P : Bagaimana cara menganalisa faktor condition/kondisi nasabah?
N : Kondisi nasabah ya, sebenarnya itu kondisi ekonomi sih. Sebenernya
usaha itu terpengaruh dengan kondisi yang sekarang apa enggak. Mislanya usaha
baju-baju muslim itu bisanya menjelang lebaran kan.
P : Apa faktor utama yang menjadi tolak ukur kelayakan pembiayaan?
N : Untuk tolak ukur dilihat dari karakter, kapasitas usahanya bagus apa
engga, setelah itu kalau parametering melihat fasilitas dia di bank lain. Itu
menjadi tolak ukur ini nasabah layaknya di plafond berapa juta. A… fasilitas
nasabah di bank lain sebenarnya pembayarannya sepertia apa sih begitu kan..
lancar apa enggak, jadi kapasitas dulu dilihat. Selain kapasitas ada tempat tinggal.
Jangan tempat usaha ngontrak terus rumahnya juga ngontrak terus kita kasih.
Karena resiko pembiayaan KUR besar karena gak pake jaminan. Kalo tempat
usaha ngontrak, rumah juga ngontrak terus kita kasih, emang kita sedekah? Kalau
dia kabur, nanti gimana? Walaupun dia tidak menjaminkan tapi kalau rumahnya
milik sendiri masih ada sisi risiko yang dapat menjadi pegangan. Jadi pertama
karakter, kapasitas terus jaminan.
P : Apa faktor penghambat dalam pelaksanaan pemberian KUR?
N : Pertama, kita gak bisa ngasih pembiayaan ini ke sembarang usaha. Harus
bebas dari praktek gharar dan riba. Kedua, orang yang mengajukan KUR harus
memiliki usaha.
P : Berapa lama waktu pencairan KUR?
N : Kalau dari proses droping itu pencairan hanya satu hari, karena akad dan
pencairan harus dihari yang sama. Tapi kalo mau dari proses awal sampai akhir,
dari pengumpulan data, survei dan segala macem ya itu 3 hari. Jadi, kalo mau
digabung semua kira-kira 3-4 hari. Tapi ada SE terbaru untuk akad jadi gak apa-
apa kalau akad hari ini tapi dicairkan besok, boleh. Maksimalnya itu 3 hari, batas
waktunya. Itu ketentuan yang baru ya.
P : Apa kelebihan dan kekurangan produk KUR ini?
N : Kelebihannya sih karena emang produk pemerintah marginnya rendah
dan prosesnya cepat. Untuk kelemahan-kelemahannya sih, karena lebih selektif
dan lebih diawasi sama OJK. Makanya harus benar-benar serius dan gak boleh
sembarangan.
P : Bagaimana respon masyarakat terhadap produk KUR?
N : Responnya sih oke banget, nasabah dan masyarakat pada tertarik. Cuman
emang karena ada kriteria-kriteria yang kita berikan jadi gak semua bisa kita
kasih. Karena yang selektif tadi kan?/ Iya, mba/
BSD City, 17 Mei 2017
Unit Head Micro PT. Bank BRISyariah KC BSD City
(Heny Dartiyanti)
Lampiran 10: Foto-Foto Wawancara
top related