analisis kemampuan menulis kalimat deskriptif …
Post on 17-Nov-2021
11 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
ANALISIS KEMAMPUAN MENULIS KALIMAT DESKRIPTIF
SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata II
pada Jurusan Program Studi Pengkajian Bahasa Sekolah Pascasarjana
Oleh:
SUBROTO
S.200090033
MAGISTER PENGKAJIAN BAHASA
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
i
i
ii
ii
iii
iii
1
ANALISIS KEMAMPUAN MENULIS KALIMAT DESKRIPTIF
SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR
Abstrak
Penelitian ini bertujuan mengetahui kemampuan siswa SD dalam mengungkapkan
gagasan, pikiran, dan pengalamannya dalam bentuk tulisan karangan deskriptif
berdasarkan struktur kalimat, ejaan, dan kejelasan makna kalimat. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan tes
praktik. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 3 Tumang, Cepogo,
Boyolali. Melalui observasi, wawancara dan praktik penulisan karangan deskriptif
disimpulkan bahwa terdapat 166 kalimat dari 222 kalimat yang berstruktur
lengkap atau 74,8 % ; 56 kalimat berstruktur tidak lengkap atau 25,2 % , serta
ditemukan berbagai macam pola struktur kalimat. Berdasarkan hasil analisis
penerapan ejaan diketemukan 237 kesalahan dari 933 atau 25,4 % terdiri atas:
kesalahan penulisan huruf besar 117 dari 272 atau 43%, kesalahan tanda baca 32
dari 190 atau 16%, penggunaan kata yang kurang tepat 36 dari 190 atau 21%,
kesalahan penulisan kata depan 31 dari 91 atau 34%, dan penulisan kata dengan
kekurangan/kelebihan huruf 21 dari 190 atau 11%. Dari hasil penelitian tentang
kejelasan makna atau isi terdapat 77 atau 37% kalimat dari 206 yang ditulis siswa
sudah jelas makna atau isi kalimatnya, sedangkan kalimat yang tidak jelas
maknanya ada 162 atau 63%.
kata kunci: kemampuan siswa, menulis, karangan deskriptif
Abstract
The aim of this research is to know elementary students’ ability when expressing
their idea, concept, and experience in written descriptive text. Writing is a course
which have less attention at school. The technique of collecting data in this
research are using observation, interview, and practice test. The subject of this
research are five grade students of SDN 3 Tumang, Cepogo, Boyolali. Based on
observation, interview, and writing practice of making descriptive text, the result
shows there are 166 mistakes of 222 sentences having complete structure or
74,8% ; 56 sentences uncomplete structure or 25,2%, and there are some sentence
structure pattern. Based on the analysis result of spelling application, there are 237
mistakes of 933 or 25,4% consist of: 117 mistakes of 272 in using capitalize word
or 43%, 32 of 190 punctuation mistakes or 16%, 36 of 190 or 21% mistakes in
using unsuitable word, 31 of 91 or 34% preposition mistakes, and 21 of 190 or
11% mistakes in writing less or over word. Based on the research about obviously
of meaning or content, the result shows that there are 44 of 206 sentences written
by the students having obvious meaning or content, while 162 sentences having
unclear meaning or content.
keyword: students ability; writing ; descriptive text
2
1. PENDAHULUAN
Menulis sebagai salah satu keterampilan berbahasa, dalam kehidupan
modern ini masih sangat dibutuhkan. Keterampilan menulis tidak akan datang
secara otomatis, tetapi harus melalui latihan praktik yang banyak dan teratur.
Kiranya sudah saatnya keterampilan menulis mulai diajarkan sejak usia sekolah
dasar.
Pembelajaran keterampilan menulis yang termasuk di dalam pembelajaran
bahasa Indonesia sangat penting. Menulis merupakan suatu keterampilan
berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Dalam
Permendiknas Nomor 22 tahun 2006, dijelaskan salah satu tujuan pembelajaran
bahasa Indonesia agar peserta didik memiliki kemampuan berkomunikasi secara
efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun
tulis (Depdiknas,2008: 107). Menurut Tarigan (2008:3), menulis merupakan
suatu kegiatan yang produktif dan ekpresif . Dalam kegiatan menulis, penulis
haruslah terampil memanfaatkan grafolegi, struktur bahasa, dan kosa kata.
Alwasilah (dalam Rohmadi dan Nasucha, 2010: 4) mengatakan bahwa menulis
merupakan mata pelajaran yang paling diabaikan di sekolah-sekolah.
Kegiatan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang paling sulit
dikuasai siswa. Keterampilan menulis juga paling sulit diajarkan oleh para guru.
Hampir sebagian besar guru menganggap pembelajaran bahasa yang berkaitan
dengan keterampilan menulis (mengarang) gagal. Kekurangberhasilan
pembelajaran menulis tersebut disebabkan banyak faktor, khususnya yang
menyangkut siswa dan guru.
Faktor yang berasal dari siswa adalah siswa belum mampu mengungkapkan
gagasan, pikiran, dan pengalamannya dalam bentuk tulisan. Hal ini disebabkan
oleh penguasaan kosa kata atau perbendaraan kata masih sangat rendah,
pemahaman struktur kalimat yang masih kurang, dan penguasaan ejaan maupun
tanda baca yang minim akibatnya tulisan yang dihasilkan siswa termasuk
karangan deskriptif masih banyak kesalahaan ejaan, tanda baca, pilihan kata yang
kurang tepat, struktur kalimat yang kacau serta pengembangan paragraf yang tidak
kohesif dan koheren.
3
Faktor lain dalam pembelajaran menulis adalah guru. Masih banyak guru
yang hanya menitik beratkan pembelajaran menulis pada materi menulis pada
ranah pengetahuan (ingatan) semata dengan menggunakan metode konvesional,
yaitu metode ceramah. Pembelajaran menulis dengan metode ceramah pada
umumnya hanya bersifat teoritis, monoton, dan menjemukan.
Melihat fenomena ini, penulis mencoba menganalisis tingkat kemampuan
siswa sekolah dasar dalam menulis karangan deskriptif melalui media gambar
foto. Analisis penulis akan berfokus pada kemampuan menulis kalimat deskriptif
berdasarkan struktur kalimat, berdasarkan penerapan ejaan, dan berdasarkan
kejelasan isi atau makna kalimat.
Penelitian terdahulu yang relevan adalah pertama, hasil penelitian Maria
Helena Dane Namang (2004) berjudul” Analisis Sintaksis dalam Karangan
Argumentasi Kelas II SMAK Frateran Podor Larantuka. Penelitian ini
menghasilkan temuan bahwa hasil karangan yang ditulis para siswa masih
terdapat banyak kesalahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesalahan yang
paling banyak dilakukan oleh siswa adalah kesalahan pada klausa, khususnya
yang berkaitan dengan unsur subjek dan predikat. Data yang diperoleh
menunjukkan ada 137 kalimat tidak bersubjek dan 47 kalimat tidak berpredikat.
Penelitian terdahulu kedua adalah hasil penelitian Milka Esteryati
Simanjuntak (2010) berjudul “ Kesalahan Berbahasa dalam Karangan yang
Ditulis oleh Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri I Yogyakarta.” Penelitian ini
menghasilkan temuan bahwa hasil karangan yang ditulis para siswa masih
terdapat banyak kesalahan. Hasil penelitian menunjukkan adanya kesalahan pada
ejaan, pilihan kata, dan bentuk kalimat.
Penelitian terdahulu ketiga adalah hasil penelitian Heni Setya Purwandari dkk
(2014) berjudul “ Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia Pada Surat Dinas
Kantor Kepala Desa Jladri “. Penelitian ini menghasilkan temuan bahwa bentuk
kesalahan berbahasa Indonesia pada surat dinas Kantor Kepala Desa Jladlri
diantaranya dalam bidang morfologi, sintaksis, diksi, dan ejaan. Bentuk kesalahan
yang paling dominan terdapat dalam bidang ejaan.
4
Penelitian terdahulu keempat adalah hasil penelitian Nur Endah Ariningsih
dkk (2015) berjudul “Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia Dalam Karangan
Eksposisi Siswa Sekolah Menengah Atas”. Penelitian ini menghasilkan temuan
bahwa kesalahan bahasa yang sering terjadi dalam karangan siswa antara lain
kesalahan ejaan, kesalahan kesalahan diksi, kesalahan kalimat, dan kesalahan
paragraf.
Penelitian terdahulu kelima adalah hasil penelitian Anisa Nur Septiana dkk
(2015) berjudul “Analisis Kesalahan Struktur Teks Dan Pemakaian Bahasa
Indonesia Pada Teks Biografi Karya Siswa SMP”. Simpulan penelitian ini
menemukan bahwa kesalahan pada teks biografi yang dibuat siswa adalah
kesalahan struktur teks, kesalahan ejaan, kesalahan diksi, dan keslahan kalimat.
Penelitian terdahulu keenam adalah hasil penelitian Chori Latifah dkk (2016)
berjudul “Penggunaan Diksi Dalam Karangan Berita Siswa Sekolah Menengah
Pertama”. Hasil penelitian ini menemukan jenis-jenis diksi yang digunakan dalam
karangan berita siswa. Penggunaan diksi yang paling banyak ditemukan adalah
jenis diksi denotatif.
Penelitian terdahulu ketujuh adalah hasil penelitian Ayudia dkk (2016)
berjudul “Analisis Kesalahan Penggunaan Bahasa Indonesia Dalam Laporan Hasil
Observasi Pada Siswa SMP”. Hasil penelitian ini ditemukan dalam laporan hasil
observasi siswa kelas VIII SMPN 8 Surakarta bentuk kesalahan berbahasa yaitu
kesalahan ejaan, kesalahan diksi, kesalahan penyusunan kalimat, dan kesalahan
paragraf.
Penelitian terdahulu kedelapan adalah hasil penelitian Syamsul Ghufron
(2016) berjudul “ Kesalahan Berbahasa Siswa Sekolah Dasar Di Kabupaten
Lamongan”. Hasil penelitian menunjukkan adanya kesalahan berbahasa dalam
tulisan siswa yang meliputi kesalahan pemakaian ejaan (kesalahan penulisan kata
dasar, kesalahan pemakaian huruf kapital, kesalahan penulisan awalan, kesalahan
penulisan preposisi, kesalahan penulisan singkatan, kesalahan pemilihan kata, dan
kesalahan penyusunan kalimat.
Penelitian ini dapat dikatakan relevan dengan kedelapan penelitian di atas
karena secara umum sama-sama meneliti tentang kemampuan berbahasa.
5
Penelitian ini juga sebagai pengembang dari penelitian-penelitian yang sudah
dilakukan karena kesepuluh penelitian di atas belum ada yang mengkaji
kemampuan berbahasa dalam kalimat deskriptif siswa sekolah dasar. Dengan
adanya penelitian ini diharapkan dapat memperkaya penelitian mengenai
kemampuan berbahasa siswa sekolah dasar.
2. METODE
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan jenis
penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah sebuah penelitian yang
dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kejadian, atau peristiwa tertentu, dan
setelah selesai lalu memaparkan hasilnya dalam bentuk laporan penelitian (
Depdiknas, 2007: 7 )
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa dan guru SDN 3 Tumang,
Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali. Siswa yang dijadikan subjek penelitian
adalah siswa kelas V SD tersebut. Penelitian ini menggunakan tiga teknik
pengumpulan data yaitu wawancara (interview), Pengamatan ( Observation ),
dan menganalisis isi dokumen (Content Analysis). Dokumen atau arsip berupa
gambar/foto , hasil karangan siswa, dan hasil analisis. Aktivitas dalam analisis
data yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/ verification
(Miles and Huberman dalam Sugiyono, 2009: 246). Dari analisis data ini
diharapkan memberikan informasi tingkat keterampilan siswa menulis kalimat
deskripsi dalam mengembangkan suatu paragraf karangan. Guru kelas
bertanggung jawab terhadap keberhasilan proses belajar mengajar di kelas
asuhannya.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Data yang terkumpul diuraikan dan dianalisis berdasarkan struktur kalimat,
penerapan ejaan yang disempurnakan, dan kejelasan isi kalimat.
Analisis berdasarkan struktur kalimat bersifat sintaksis, artinya
berkaitan dengan urutan kata atau frase dalam kalimat. Fungsi sintaksis utama
dalam bahasa adalah predikat, subjek, objek, pelengkap, dan keterangan
(Putrayasa, 2010). Unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah kalimat, tidak
selalu bersama-sama ada dalam satu kalimat. Peneliti mengelompokkan hasil
6
analisisis menjadi dua kelompok yaitu kalimat lengkap dan kalimat tidak
lengkap.
Contoh analisis kalimat: Melukis di Pagi yang Cerah . (1)
P K W
kak Santi melihat-lihat. (2)
S P
Kalimat pertama merupakan kalimat yang berstruktur tidak lengkap
dengan pola P-KW (keterangan waktu). Kalimat kedua merupakan kalimat
berstruktur lengkap dengan pola S-P.
Berdasarkan hasil analisis terdapat 166 kalimat yang berstruktur lengkap
atau 74,8 % dengan berbagai macam pola kalimat. Kalimat berstruktur tidak
lengkap ada 56 atau 25,2 % dengan berbagai macam pola kalimat. Agar lebih
jelas jumlah selengkapnya penulis masukkan pada tabel berikut.
Tabel 1. Rekapitulasi hasil analisis kalimat berdasarkan struktur fungsi
Pola Kalimat Lengkap Pola Kalimat
Tidak Lengkap
K-S-P-K S-P-O S-P-K S-P-O-
K
S-K-P-
K
P-K K-S-K
Jm
l
% Jm
l
% Jm
l
% Jm
l
% Jm
l
% Jm
l
% Jm
l
%
33 14,
9
24 10,
8
59 26,
6
31 1
4
20 9 32 14,
4
24 10,
8
Dari analisis terdapat struktur kalimat tidak sesuai dengan unsur kalimat
yang diharapkan. Pola struktur kalimat tidak teratur. Banyak ditemukan kalimat
yang tidak bersubjek maupun tidak berpredikat. Struktur kalimat yang kacau
menyebabkan pengembangan paragraf tidak kohesif dan koheren.
Analisis kalimat berdasarkan penerapan ejaan yang disempurnakan
meliputi banyak hal. Peneliti berfokus pada penggunaan huruf kapital, tanda
baca, penggunaan istilah yang tidak tepat, penulisan kata depan, dan
kelengkapan huruf dalam penulisan kata. Peneliti akan mengelompokkan hasil
analisis sesuai fokus tersebut.
7
Contoh analisis berdasarkan penerapan ejaan: kak Santi melihat-lihat
pemandangan yang indah, Disana ada banyak pepohonan yg hijau.
Pada kalimat pertama, awal kalimat masih menggunakan huruf kecil k,
akhir kalimat tanpa tanda titik (.). Pada kalimat kedua, penulisan kata depan
masih digandeng. Kata Disana seharusnya ditulis Di sana. Masih terdapat
penulisan singkatan yang tidak baku. Kata yg seharusnya ditulis yang.
Penulisan kata depan juga masih banyak terjadi kesalahan. Masih ada
siswa yang belum membedakan penulisan kata depan dengan awalan. Penulisan
kata depan dipisah dengan kata berikutnya. Salah satu ciri kata depan adalah
setelah kata depan menunjukkan tempat. Misalnya di pasar, di rumah, ke Solo,
dari Yogya. Penulisan awalan digandeng dengan kata selanjutnya. Misalnya
direnungkan, kemampuan, dan seterusnya.
Dalam penulisan suatu kata atau kalimat masih terjadi kekurangan huruf.
Hal ini terjadi pada beberapa siswa. Misalnya meggambar hanya ditulis
megambar, pemandangan hanya ditulis pemadangan, dan seterusnya.
Tanda baca dalam suatu kalimat belum banyak diterapkan. Kalimat yang
ditulis umumnya masih terlalu panjang, banyak kata yang diulang-ulang. Kalimat
yang panjang pada dasarnya masih dapat dipecah menjadi beberapa kalimat
dengan cara memberi tanda baca titik (.) atau tanda baca lainya. Minimnya
penguasaan ejaan maupun tanda baca berdampak tulisan yang dihasilkan siswa
pada karangan deskriptif masih banyak kesalahaan ejaan, tanda baca, pilihan kata
yang kurang tepat.
Berdasarkan hasil analisis penerapan ejaan didapatkan data seperti dalam
tabel berikut:
Tabel 2. Rekapitulasi hasil analisis kalimat berdasarkan ejaan
Kod
e
Data
Analisis Data Jumlah
Kesalaha
n
Kesalaha
n Huruf
Besar
dari
Kesalaha
n Tanda
Baca
dari
Kata
Yang
Tidak
Tepat
Kesalaha
n
Penulisa
n Kata
Depan
Kekuranga
n/
Kelebihan
Huruf
8
dari dari dari
dari
Jum
lah
117 /
272
32 / 190
36 / 190
31 / 91
21 / 190
237 / 933
Berdasarkan hasil analisis penerapan ejaan didapatkan data berbagai
kesalahan. Kesalahan dalam penulisan dan penggunaan huruf kapital diketemukan
117 dari 272 atau 43 %. Kesalahan siswa dalam menuliskan huruf kapital
terdapat pada awal kalimat, penulisan nama, dan kesalahan penulisan huruf
kapital pada kata yang seharusnya ditulis dengan huruf kecil. Kesalahan penulisan
tanda baca diketemukan 32 dari 190 atau 16 %. Penulisan tanda baca dalam satu
kalimat belum banyak diterapkan. Kalimat yang ditulis masih terlalu panjang,
banyak kata yang diulang-ulang. Kalimat yang panjang pada dasarnya masih
dapat dipecah menjadi beberapa kalimat dengan cara memberi tanda baca titik (.)
maupun tanda baca lainya. Penggunaan istilah kata yang tidak tepat terdapat 36
dari 190 atau 21 %. Penggunaan pilihan kata dalam satu kalimat masih sering
terjadi kesalahan. Misalnya menyebutkan satu orang dengan kata sebuah orang,
menyebutkan kata (di papan) dengan kata (di sebuah papan), dan seterusnya.
Masih terjadi penulisan singkatan yang tidak baku, misalnya kata (yang) disingkat
(yg). Hal ini menunjukkan bahwa penguasaan kosa kata atau perbendaraan kata
masih sangat rendah. Kesalahan penulisan kata depan 31 dari 91 atau 34 %.
Penulisan kata depan juga masih banyak terjadi kesalahan. Siswa belum
membedakan penulisan kata depan dengan awalan. Penulisan kata depan selalu
dipisah dengan kata berikutnya. Salah satu ciri kata depan adalah setelah kata
depan menunjukkan tempat. Misalnya (di pasar), (di rumah), (ke Solo), (dari
Yogya). Penulisan awalan selalu digandeng dengan kata selanjutnya. Misalnya
(direnungkan), (kemampuan), dan seterusnya. Kekurangan huruf dalam penulisan
suatu kata 21 dari 190 atau 11 %. Dalam penulisan suatu kata atau kalimat masih
terjadi kekurangan huruf. Hal ini terjadi pada beberapa siswa. Misalnya
(menggambar) hanya ditulis (megambar), (pemandangan) hanya ditulis
(pemadangan), dan seterusnya.
9
Analisis berdasarkan kejelasan isi atau makna juga sangat luas.
Menurut Abdul Chaer (2007: 68) pada hakikatnya orang berbahasa untuk
menyampaikan konsep-konsep atau makna-makna. Berbahasa tanpa
mempedulikan makna tidak masuk akal. Bahasa itu digunakan untuk
menyampaikan makna, maka sesungguhnya objek kajian semantik itu sangat
luas. Banyak aspek dari bahasa yang dapat diteliti maknanya. Dalam penelitian
ini hanya fokus pada kejelasan makna hubungan antar kata dalam satu kalimat
maupun kejelasan makna hubungan antarklausa.
Contoh analisis berdasarkan kejelasan isi atau makna: Setelah sampai
di rumah gambarannya di pajang di rumah, pada saat ada pameran gambar
Kak Santi mengikuti pamerannya, Setelah selesai Kak Santi pulang.
Pada kalimat pertama, hubungan antar klausa sebelum dan sesudah
tanda koma (,) tidak jelas. Berbeda dengan kalimat kedua, sudah jelas sekali isi
atau maknanya.
Penggunaan pilihan kata dalam satu kalimat masih sering terjadi
kesalahan. Misalnya menyebutkan satu orang dengan kata sebuah orang,
menyebutkan kata di papan dengan kata di sebuah papan), dan seterusnya. Masih
terjadi penulisan singkatan yang tidak baku, misalnya kata yang disingkat yg. Hal
ini menunjukkan bahwa penguasaan kosa kata atau perbendaraan kata masih
sangat rendah.
Dari hasil analisis kejelasan isi/makna hubungan antar kata dalam satu
kalimat maupun antar klausa dalam paragraf didapatkan data sebagai berikut.
Tabel 3. Rekapitulasi hasil analisis kalimat berdasar kejelasan isi/makna
Kode
Data
Kejelasan Isi Hubungan Antar Klausa
Jelas Tidak Jelas
Jumlah 44 162
Terdapat 44 kalimat dari 206 yang sudah jelas makna atau isinya,
sedangkan kalimat yang tidak jelas maknanya ada 162. Hubungan antarfrase
dalam satu kalimat masih sering terjadi ketidakharmonisan. Hal ini menyebabkan
10
makna kalimat tersebut tidak jelas atau bias. Demikian juga hubungan antar
klausa baik sebelum dan sesudahnya sering tidak nyambung atau putus.
Hubungan antar klausa seperti tersebut menyebabkan makna kalimat menjadi
kabur atau tidak jelas, akhirnya paragraf yang terbentuk pun tidak menjadi
paragraf yang padu. Contoh: Setelah sampai di rumah gambarannya di pajang
di rumah, pada saat ada pameran gambar Kak Santi mengikuti pamerannya.,
Setelah kita mengetahui kebudayaan di Bali, kita harus bisa mngembangkan
dan melestarikan kebudayaan Bali
Pada kalimat pertama ada kata yang selalu diulang, selain menjadikan
kalimat tidak efektif , makna juga menjadi bias atau tidak jelas. Pada kalimat
kedua merupakan contoh penelitian terdahulu mencerminkan pengulangan kata
yang tidak perlu karena telah disebutkan sebelumnya sehingga
sebaiknya dihilangkan.
4. PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis terdapat 166 kalimat dari 222 yang berstruktur lengkap
atau 74,8 % dan 56 kalimat berstruktur tidak lengkap atau 25,2 %. Terdapat
bermacam-macam pola struktur kalimat. Kalimat yang berpola P-K dan S-K ada
32 atau 14,4 %, kalimat yang berpola K-S-P-K ada 33 atau 14,9 %, kalimat yang
berpola S-P-O ada 24 atau 10,8 %, kalimat yang berpola K-S-K dan K-O-K ada
24 atau 10,8 %, kalimat yang berpola S-P-K ada 59 atau 26,6 %, kalimat yang
berpola S-P-O-K ada 31 atau 14 %, dan kalimat yang berpola S-K-P-K ada 20
atau 9 %.
Berdasarkan hasil analisis penerapan ejaan diketemukan 237 kesalahan dari
933 atau 25,4 % terdiri atas: kesalahan penulisan huruf besar 117 dari 272 atau
43%, kesalahan tanda baca 32 dari 190 atau 16%, penggunaan kata yang kurang
tepat 36 dari 190 atau 21%, kesalahan penulisan kata depan 31 dari 91 atau 34%,
dan penulisan kata dengan kekurangan/kelebihan huruf 21 dari 190 atau 11%.
Kesalahan penulisan huruf besar terdapat pada awal kalimat, penulisan nama, dan
penulisan huruf kapital pada kata yang seharusnya ditulis dengan huruf kecil.
Kesalahan penulisan tanda baca dalam satu kalimat belum banyak diterapkan.
Kalimat yang ditulis umumnya masih terlalu panjang, banyak kata yang diulang-
11
ulang. Minimnya penguasaan ejaan maupun tanda baca berdampak tulisan yang
dihasilkan siswa pada karangan deskriptif masih banyak kesalahaan ejaan, tanda
baca, pilihan kata yang kurang tepat. Kesalahan penulisan kata depan, siswa
belum membedakan penulisan kata depan dengan awalan.
Dari data hasil penelitian tentang kejelasan makna atau isi dapat disimpulkan
sebagai berikut. Ada 206 kalimat yang ditulis siswa. Dari kalimat tersebut
terdapat 77 atau 37 % kalimat yang sudah jelas makna atau isinya. Kalimat yang
tidak jelas maknanya atau bias ada 129 atau 63 %.
Keterampilan menulis (mengarang) perlu dilatihkan dan dipraktikkan
dalam jumlah yang banyak dan teratur. Siswa perlu dibekali pemahaman
tentang struktur bahasa, ejaan, tanda baca, dan kosa kata.
DAFTAR PUSTAKA
Astriningsih, Nur E. 2015. Tesis “Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia
dalam Karangan Eksposisi Siswa Sekolah Menengah Atas”. Surakarta :
Universitas Negeri Sebelas Maret
Ayudia. 2016. Tesis “Analisis Kesalahan Penggunaan Bahasa Indonesia
dalam Laporan Hasil Observasi pada Siswa SMP” Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Chaer, Abdul. 2007. Kajian Bahasa Struktur Internal. Pemakaian dan
Pemelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
---------------------------. 1989. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta:
Depdikbud.
Depdiknas. 2007. Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah pada Kegiatan
Pengembangan Profesi Pengawas Sekolah.
Depdiknas. 2008. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Farida, Setyati. 2009. Tesis “ Peningkatan Keterampilan Menulis Kalimat
Efektif dalam Paragraf dengan Pendekatan Kooperatif Teknik STAD
pada Siswa Kelas V SDN 2 Bade Klego Boyolali.” Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Gufron, Syamsul. 2016. Tesis “ Kesalahan Berbahasa Siswa Sekolah Dasar Di
Kabupaten Lamongan” Lamongan : Universitas Islam Darul Ulum
12
Latifah, Chori. 2016. Jurnal “ Penggunaan Diksi dalam Karangan Berita
Siswa Sekolah Menengah Pertama” Surakarta : Universitas Negeri
Sebelas Maret
Moleong, Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya.
Muchith, M. Saeckhan. 2008. Pembelajaran Kontekstual. Semarang: RaSAIL
Nugrahani, Farida dan AM, Ali Imron. 2008. Metode Penulisan Karya
Ilmiah. Yogyakarta: Pilar Media.
Purwandari, Heni S. 2014. “ Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia pada
Surat Dinas Kantor Kepala Desa Jladri“. Surakarta : Universitas Negeri
Sebelas Maret
Putrayasa, Ida Bagus. 2010. Analisis Kalimat Fungsi, Kategori, dan Peran.
Bandung: Refika Aditama.
Septiana, Nur A. 2015. Tesis “ Analisis Kesalahan Struktur Teks Dan
Pemakaian Bahasa Indonesia pada Teks Biografi Karya Siswa SMP”.
Surakarta : Universitas Negeri Sebelas Maret
Tukiman. 2005. “ Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis Argumentasi
dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Menggunakan Media Gambar
Foto pada Siswa Kelas XII IPA SMAN 1 Mojolaban tahun 2007/2008.”
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta
top related