analisis kinerja keuangan bumn yang melakukan … · analisis kinerja keuangan bumn yang melakukan...
Post on 11-Mar-2019
228 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ANALISIS KINERJA KEUANGAN BUMN YANG
MELAKUKAN PRIVATISASI MELALUI IPO
(Studi Kasus: PT. Wijaya Karya)
Oleh:
MIHROR DENDI PRASTYO
H24104053
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
RINGKASAN
MIHROR DENDI PRASTYO H24104053. Analisis Pengaruh Privatisasi
Melalui IPO Terhadap Kinerja Keuangan BUMN (Studi Kasus: PT. Wijaya
Karya). Dibawah bimbingan FARIDA RATNA DEWI.
Privatisasi merupakan program utama yang sedang dilakukan pemerintah
dalam membenahi Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Bank Dunia menilai
bahwa para birokrat (pemerintah) tidak mampu mengelola bisnis dengan baik, hal
tersebut disebabkan karena mereka mengahadapi kontradiksi, yaitu apakah
mereka berperan sebagai pemain bisnis atau sebagai pelayan publik. Wijaya
Karya merupakan BUMN bidang konstruksi yang diprivatisasi melalui IPO pada
tahun 2007. Privatisasi yang dilakukan perseroan bertujuan untuk memperkuat
struktur modal agar dapat meluaskan operasi usahanya hingga ke-luar negeri
sesuai dengan visi misi Wijaya Karya. Privatisasi yang dilakukan telah sesuai
dengan arsitektur strategi perusahaan untuk mencapai Visi Wijaya Karya. Tujuan
dalam penelitian ini adalah (1) Untuk menganalisis perbedaan kinerja keuangan
Wijaya Karya sebelum dan sesudah privatisasi melalui IPO. (2) Untuk
menganalisis pengaruh yang signifikan pada rata-rata kinerja keuangan Wijaya
Karya setelah perseroan diprivatisasi melalui IPO. (3) Bagaimana perbandingan
kinerja keuangan Wijaya Karya terhadap BUMN lain pada industri sejenis yang
sudah diprivatisasi melalui IPO
Penelitian ini termasuk dalam metode penelitian deskriptif komparatif
yang bersifat ex post facto. Peneliti membandingkan kinerja keuangan perseroan
empat tahun sebelum dan sesudah privatisasi, yang dimulai sejak tahun 2003
hingga tahun 2011, kinerja keuangan yang diukur sesuai keputusan Menteri
BUMN No KEP-100/MBU/2002 tentang tata cara pengukuran tingkat kesehatan
BUMN di Indonesia. Adapun kinerja keuangan yang diukur tersebut
menggunakan kinerja profitabilitas (ROA dan ROE), likuiditas (Cash Ratio dan
Current Ratio), aktivitas (Total Asset Turnover dan Total Modal Sendiri Terhadap
Total Aset), serta solvabilitas (Debt to Equity Ratio dan Debt to Total Asset).
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif,
analisis trend dan uji Paired-Samples t Test.
Berdasarkan hasil penelitian, Kondisi rata-rata Return On Equity Wijaya
Karya menurun 5,02% setelah perseroan diprivatisasi, dan Return On Assets
terdapat kenaikan 3,37%, Pada Cash Ratio terjadi kenaikan sedangkan pada rata-
rata Current Ratio juga terjadi kenaikan sebesar 3,33%. Pada rata-rata Total Asset
Turn Over mengalami penurunan sebesar 21,39%, berbeda dengan Total Modal
Sendiri Terhadap Total Aset yang justru mengalami kenanikan setelah privatisasi.
Sedangkan kinerja solvabilitas yang diukur melalui rata-rata Debt Equity Ratio
dan Debt Total Assets, keduanya mengalami penurunan setelah diprivatisasi,
untuk Debt Equity Ratio turun sebesar 242,12% dan Debt Total Assets turun
10.18%.
Untuk lebih memperkuat apakah perubahan kinerja keuangan tersebut
dipengaruhi oleh adanya privatisasi, maka dilakukan uji Paired-Samples t Test.
Hasil dari uji tersebut untuk kinerja profitabilitas diproksikan melalui dua
pengukuran, yaitu Return On Equity dan Return On Assets. Terdapat penurunan
yang signifikan terhadap Return On Equity sesudah privatisasi, sedangkan pada
Return On Assets tidak terdapat kenaikan yang signifikan. Pada kinerja Cash
Ratio terjadi kenaikan yang signifikan, sedangkan pada Current Ratio penurunan
yang terjadi tidak signifikan. Pada kinerja Total Assets Turn Over terdapat
penurunan yang signifikan, dan pada Total Modal Sendiri Terhadap Total Aset
terjadi kenaikan yang signifikan sesudah privatisasi. Hasil dari kinerja
profitabilitas diproksikan dengan dua pengukuran, yaitu Debt Equity Ratio dan
Debt to Total Assets menunjukkan hasil yang sama. Terdapat penurunan yang
signifikan terhadap tingkat Debt Equity Ratio dan Debt to Total Assets.
Rata-rata Return On Equity Wijaya Karya menempati posisi terendah baik
sebelum maupun setelah perseroan diprivatisasi terhadap BUMN pada industri
sejenis lainnnya. Sedangkan pada Return On Assets, posisi Return On Assets
Wijaya Karya setelah privatisasi memiliki nilai yang paling tinggi. Rata-rata Cash
Ratio dan Current Ratio Wijaya Karya setelah privatisasi nilainya paling tinggi
dibandingkan BUMN lainnya pada industri sejenis. Rata-rata Total Assets Turn
Over Wijaya Karya setelah privatisasi nilainya lebih rendah dibandingkan Adhi
Karya, akan tetapi lebih tinggi dibandingkan Pembangun Perumahan. Urutan
tersebut juga sama pada rata-rata Total Modal Sendiri Terhadap Total Aset.
Penurunan nilai rata-rata Debt Equity Ratio dan Debt to Total Assets setelah
privatisasi, menjadikan Wijaya Karya memiliki nilai rata-rata terendah
dibandingkan perseroan lainnya.
ANALISIS KINERJA KEUANGAN BUMN YANG
MELAKUKAN PRIVATISASI MELALUI IPO
(Studi Kasus: PT. Wijaya Karya)
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
Pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen
Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh:
MIHROR DENDI PRASTYO
H24104053
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
Judul Skripsi : Analisis Kinerja Keuangan BUMN yang Melakukan
Privatisasi Melalui IPO (Studi Kasus: PT. Wijaya
Karya)
Nama : Mihror Dendi Prastyo
NIM : H24104053
Menyetujui,
Pembimbing
Farida Ratna Dewi, SE.,MM.
NIP 19710307 200501 2 001
Mengetahui:
Ketua Departemen
Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc.
NIP 196101231986011002
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis merupakan putra kedua dari empat bersaudara
dari pasangan Drs. H. Tomtomi. MA dan Dra. Hj. Dwi
Hapsari. Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, Provinsi
Lampung, pada tanggal 25 Juli 1989.
Penulis mengawali pendidikan formal pada SD Dwi
Warna Panjang pada tahun 1995 hingga 2001. Penulis
memulai pendidikan menengah pertama pada SMP Negeri 2 Bandar lampung
pada tahun 2001-2004. Pada tahun 2004-2007, penulis menempuh pendidikan
menengah atas pada SMA Negeri 10 Bandar Lapung.
Tahun 2007 penulis diterima di Program Diploma Fakultas Ekonomika
dan Bisnis (FEB), Universitas Gadjah Mada melalui jalur seleksi masuk.
Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang Strata 1 (S1) pada
Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Manajemen (FEM), Institut Pertanian Bogor.
Pengalaman organisasi yang pernah dijalani semasa kuliah yaitu menjadi
Kepala Departemen Internal Unit Mahasiswa Muslim Diploma UGM (UMMATI)
periode 2008-2010, kepala Departemen Eksternal Ikatan Mahasiswa Manajemen
UGM (IKMM) periode 2009-2010, anggota HMI-MPO FEB UGM, dan Vice
President Executive of Management (EXOM) Program Sarjana Alih Jenis
Manajemen periode 2011-2012.
KATA PENGANTAR
Segala kalimat puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa
memberikan nikmat dan kemudahan tiada batasnya. Shalawat dan salam kepada
Nabi Muhhamad SAW sebagai tauladan sampai akhir zaman.
Tiada kemudahan kecuali apa yang Engkau jadikan mudah, terima kasih
kepada Allah SWT atas segala kesempatan dan kemudahan sehingga penulis
dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Analisis Kinerja Keuangan
BUMN yang Melakukan Privatisasi Melalui IPO (Studi Kasus: PT. Wijaya
Karya)” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen (FEM), Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan dan jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun dari berbagai pihak. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi
kita semua.
Bogor, Juni 2012
Penulis
UCAPAN TERIMAKASIH
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Farida Ratna Dewi, SE., MM. selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah begitu banyak membantu penulis dalam menyelesaikan permasalahan,
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, ilmu, saran, motivasi
dan pengarahan kepada penulis dalam proses penyusunan dan penyelesaian
skripsi ini.
2. Kepada Prof. Dr. Ir. Musa Hubeis, MS, Dipl-Ing, DEA dan Ibu Yusrina
Permana sari, S.Sos., MM selaku dosen penguji sidang yang bersedia
meluangkan waktunya menjadi penguji sidang dan memberikan bmbingan,
serta saran dalam penulisan skripsi ini.
3. Dr. Ir Jono M. Munandar, M.Sc.. selaku Ketua Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
4. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati di Program Sarjana Alih Jenis
Manajemen, Departemen Manajemen, FEM IPB.
5. Ayah dan Ibunda tercinta yang mencurahkan kasih sayangnya dan selalu
mendoakan penulis dengan tulus, serta memberikan semangat dan dorongan,
sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan penulisan skripsi ini.
6. Keluarga Tercinta: Kak Awi, Ayuk Ila, Indah, Febi, Mamah Atik, Mas Angga
dan Arum yang senantiasa memberikan dukungan dan do’a kepada penulis.
7. Kepada seluruh teman-teman seperjuangan di kampus Program Sarjana Alih
Manajemen yang selalu memberikan warna bagi kehidupan penulis, semoga
kita semua bisa memberikan kontribusi positif bagi kemajuan bangsa dan
negara ini.
8. Semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi, kepada
Akh Tom yang telah memberikan pinjaman buku, dan kepada mas Asep
teman seperjuangan saat seminar penelitian, semoga Allah SWT memberikan
pahala atas kebaikannya.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN
RIWAYAT HIDUP ............................................................................... iii
KATA PENGANTAR ........................................................................... iv
UCAPAN TERIMA KASIH .............................................................. v
DAFTAR GAMBAR ........................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xi
I PENDAHULUAN .................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................ 5
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................... 5
1.5 Ruang Lingkup Penelitian……………………………... ...... 6
II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 7
2.1 Badan Usaha Milik Negara ............................................................ 7
2.2 Privatisasi ............................................................................. 8
2.3 Penilaian Tingkat Kesehatan BUMN .................................. 10
2.4 Initial Public Offering (IPO) ................................................. 12
2.5 Laporan Keuangan .............................................................. 14
2.5.1 Neraca ........................................................................ 16
2.5.2 Laporan Laba-Rugi .................................................... 17
2.5.3 Laporan Perubahan Modal ......................................... 17
2.5.4 Laporan Arus Kas ...................................................... 18
2.5.5 Laporan Catatan Atas Laporan Keuangan ................. 18
2.6 Analisis Laporan Keuangan ........................................................... 18
2.7.1 Tujuan dan Manfaat Analisis Laporan Keuangan ....... 19
2.7.2 Prosedur Dalam Analisis Laporan Keuangan ............. 20
2.7.3 Analisis Rasio ............................................................ 21
2.7.4 Penggolongan Angka Rasio ........................................ 23
2.8 Bentuk Rasio Keuangan .............................................................. 23
2.8.1 Rasio Profitabilitas ...................................................... 27
2.8.2 Rasio Likuiditas ......................................................... 27
2.8.3 Rasio Aktivitas ........................................................... 28
2.8.4 Rasio Solvabilitas ........................................................ 29
2.9 Penelitian Terdahulu yang Relevan .......................................... 29
III METODE PENELITIAN ......................................................... 34
3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian ............................................ 34
3.2 Metode Penelitian ............................................................... 36
3.2.1 Jenis dan Sumber Data ............................................... 36
3.2.2 Metode Pengumpulan Data ........................................ 36
3.3 Metode Analisis Data .......................................................... 36
3.3.1 Analisis Rasio Keuangan ........................................... 36
3.3.2 Uji Normalitas ............................................................ 40
3.3.3 Statistik Deskriptif ..................................................... 41
3.3.4 Analisis Trend ............................................................ 41
3.3.4 Uji Beda Paired-Samples T Test ................................. 41
IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................ 44
4.1 Definisi Objek Penelitian ..................................................... 44
4.1.1 Profile Wijaya Karya................................................... 44
4.1.2 Road Map to WIKA 2010 ........................................... 45
4.1.3 Unit Bisnis Wijaya Karya .......................................... 46
4.2 Analisis Data ........................................................................ 50
4.2.1 Uji Normalitas ............................................................ 50
4.2.2 Perbedaan Kinerja Keuangan Wijaya Karya ............. 51
4.3 Analisis Perbedaan Rata-rata Uji Paired-Samples
t Test ................................................................................... 66
4.3.1 Uji Hipotesis Kinerja Profitabilitas ............................. 67
4.3.2 Uji Hipotesis Kinerja Likuiditas ................................. 69
4.3.3 Uji Hipotesis Kinerja Aktivitas ................................... 70
4.3.4 Uji Hipotesis Kinerja Solvabilitas ............................... 72
4.4 Perbandingan Kinerja Keuangan Wijaya Karya
Dengan BUMN Sejenis ........................................................ 74
4.4.1 Perbandingan Kinerja Profitabilitas ............................ 74
4.4.2 Perbandingan Kinerja Likuiditas................................. 76
4.4.3 Perbandingan Kinerja Aktivitas .................................. 77
4.4.4 Perbandingan Kinerja Solvabilitas .............................. 79
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 81
1. Kesimpulan ........................................................................................ 81
2. Saran .............................................................................................. 82
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 84
GLOSSARIUM ................................................................................... 86
LAMPIRAN .......................................................................................... 90
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1 Kerangka Pemikiran Penelitian .................................................... 35
2 Output Data Analisis Trend ROE Menggunakan
Minitab 15 ..................................................................................... 53
3 Output Data Analisis Trend ROA Menggunakan
Minitab 15 ..................................................................................... 55
4 Output Data Analisis Trend Cash Ratio
Menggunakan Minitab 15 ............................................................. 57
5 Output Data Analisis Trend CR Menggunakan
Minitab 15 ................................................................................... 59
6 Output Data Analisis Trend TATO Menggunakan
Minitab 15 ..................................................................................... 61
7 Output Data Analisis Trend TMSTTA Menggunakan
Minitab 15 ..................................................................................... 63
8 Output Data Analisis Trend DER Menggunakan
Minitab 15 ................................................................................... 64
9 Output Data Analisis Trend DTA Menggunakan
Minitab 15 ..................................................................................... 67
10 Output uji beda Paired-Samples t Test Data ROE Menggunakan
SPSS 15 ........................................................................................ 68
11 Output uji beda Paired-Samples t Test Data ROA Menggunakan
SPSS 15 ........................................................................................ 69
12 Output uji beda Paired-Samples t Test Data Cash Ratio
Menggunakan SPSS 15 ................................................................ 70
13 Output uji beda Paired-Samples t Test Data CR Menggunakan
SPSS 15 ........................................................................................ 70
14 Output uji beda Paired-Samples t Test Data TATO
Menggunakan SPSS 15 ................................................................ 71
15 Output uji beda Paired-Samples t Test Data TMSTTA
Menggunakan SPSS 15 ................................................................ 72
16 Output uji beda Paired-Samples t Test Data DER Menggunakan
SPSS 15 ........................................................................................ 73
17 Output uji beda Paired-Samples t Test Data DTA Menggunakan
SPSS 15 ........................................................................................ 74
18 Perbandingan ROE Wijaya Karya dengan Perseroan Lain .......... 75
19 Perbandingan ROA Wijaya Karya dengan Perseroan Lain ........... 75
20 Perbandingan Cash Ratio Wijaya Karya
dengan Perseroan Lain .................................................................. 76
21 Perbandingan CR Wijaya Karya dengan Perseroan Lain .............. 77
22 Perbandingan TATO Wijaya Karya dengan Perseroan Lain ......... 78
23 Perbandingan TMSTTA Wijaya Karya dengan Perseroan Lain .... 78
24 Perbandingan DER Wijaya Karya dengan Perseroan Lain ........... 79
25 Perbandingan DTA Wijaya Karya dengan Perseroan Lain ........... 80
DAFTAR TABEL
No Halaman
1 Laporan Posisi Keuangan Wijaya Karya
Sebelum Privatisasi ....................................................................... 3
2 Daftar Penelitian Terdahulu yang Relevan
(dalam jutaan rupiah) .................................................................... 32
3 Operasional Variabel ..................................................................... 39
4 Hasil Uji Normalitas ..................................................................... 51
5 Return On Equity Wijaya Karya Sebelum Privatisasi
(dalam jutaan rupiah) ................................................................... 52
6 Return On Equity Wijaya Karya Sesudah Privatisasi
(dalam jutaan rupiah) ................................................................... 52
7 Return On Assets Wijaya Karya Sebelum Privatisasi
(dalam jutaan rupiah) ................................................................... 54
8 Return On Assets Wijaya Karya Sesudah Privatisasi
(dalam jutaan rupiah) ................................................................... 54
9 Cash Ratio Wijaya Karya Sebelum Privatisasi
(dalam jutaan rupiah) ................................................................... 55
10 Cash Ratio Wijaya Karya Sesudah Privatisasi
(dalam jutaan rupiah) ................................................................... 56
11 Current Ratio Wijaya Karya Sebelum Privatisasi
(dalam jutaan rupiah) ................................................................... 57
12 Current Ratio Wijaya Karya Sesudah Privatisasi
(dalam jutaan rupiah) ................................................................... 57
13 Total Assets Turn Over Wijaya Karya Sebelum Privatisasi
(dalam jutaan rupiah) ................................................................... 59
14 Total Assets Turn Over Wijaya Karya Sesudah Privatisasi
(dalam jutaan rupiah) ................................................................... 60
15 TMSTTA Wijaya Karya Sebelum Privatisasi
(dalam jutaan rupiah) ................................................................... 61
16 TMSTTA Wijaya Karya Sesudah Privatisasi
(dalam jutaan rupiah) ................................................................... 62
17 Debt Equity Ratio Wijaya Karya Sebelum Privatisasi
(dalam jutaan rupiah) ................................................................... 63
18 Debt Equity Ratio Wijaya Karya Sesudah Privatisasi
(dalam jutaan rupiah) ................................................................... 64
19 Debt to Total Assets Wijaya Karya Sebelum Privatisasi
(dalam jutaan rupiah) ................................................................... 65
20 Debt to Total Assets Wijaya Karya Sesudah Privatisasi
(dalam jutaan rupiah) ................................................................... 65
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman
1 Ikhtisar Laporan Keuangan Wijaya Karya Sebelum
Privatisasi ...................................................................................... 91
2 Ikhtisar Laporan Keuangan Wijaya Karya Sesudah
Privatisasi ...................................................................................... 93
3 Perhitungan Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Test
Menggunakan SPSS 15 ................................................................. 95
4 Perhitungan Statistik Deskriptif Sebelum dan
Sesudah Privatisasi ........................................................................ 96
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dewasa ini kegiatan privatisasi Badan Usaha Milik Negara atau
disingkat BUMN menjadi isu yang sangat kontroversial. Privatisasi BUMN
yang banyak dijalankan terutama di negara berkembang sering menimbulkan
kontroversi terkait dengan tujuan, motivasi, serta implementasi yang disertai
banyak distorsi. Beberapa pemikiran yang muncul mendukung privatisasi
sebagai konsep untuk menciptakan perbaikan kinerja dan meningkatkan nilai
tambah BUMN, sementara pemikiran lain melihat langkah restrukturisasi
BUMN lebih tepat dilakukan untuk menghindarkan efek buruk privatisasi
(Pranoto, 2011). Menurut Bastian (2002), peran restrukturisasi pada BUMN
di Indonesia selama ini justru dilakukan untuk meningkatkan kemungkinan
keberhasilan memprivatisasi BUMN tersebut. Apabila kinerja perusahaan
BUMN membaik dengan direstrukturisasi, maka diharapkan proses
privatisasi BUMN dapat berjalan dengan lancar dan mencapai target yang
ditetapkan oleh pemerintah.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2003 tentang BUMN,
privatisasi didefinisikan sebagai penjualan saham persero, baik sebagian
maupun seluruhnya kepada pihak lain dalam rangka meningkatkan kinerja
dan nilai perusahaan, memperbesar manfaat bagi negara dan masyarakat,
serta memperluas kepemilikan saham oleh masyarakat. Penjualan saham
tersebut bisa dilakukan melalui mekanisme penawaran umum saham kepada
publik (IPO) atau dapat pula dilakukan melalui mekanisme strategic sales,
yaitu menjual langsung ke investor strategis tanpa melalui mekanisme pasar
modal.
Pemikiran yang mendukung perubahan status BUMN menjadi
perusahaan terbuka, melihat bahwa kinerja BUMN akan menjadi lebih baik
jika perusahaan tersebut menjadi perusahaan publik. Dengan menjadi
perusahaan publik, hal tersebut akan mendorong terciptanya transparansi
pada tata kelola perusahaan BUMN. Menurut studi yang dilakukan Bank
Dunia dalam IGCGS (2003), ada beberapa fenomena yang cenderung negatif
dalam tubuh BUMN yang belum diprivatisasi, yaitu antara lain:
a. Kebanyakan BUMN menyedot anggaran pemerintah yang sebenarnya bisa
dialokasikan untuk pelayanan sosial.
b. Kebanyakan BUMN mengambil kredit untuk investasi yang tidak tepat.
c. Kebanyakan BUMN lebih polutif daripada industri swasta.
d. Kebanyakan perbaikan BUMN menghasilkan manfaat dalam mengurangi
defisit fiskal.
Bank Dunia juga menilai bahwa para birokrat (pemerintah) tidak
mampu mengelola bisnis dengan baik, hal tersebut disebabkan bukan karena
birokrat tidak mempunyai kompetensi, akan tetapi karena mereka
menghadapi kontradiksi, yaitu apakah mereka berperan sebagai pemain bisnis
atau sebagai pelayan publik. Pemerintah yang melakukan privatisasi pada
perusahaan milik negara (BUMN) dapat dipastikan memiliki motif tertentu.
Menurut Sulistio dalam Soegiharto (2005), privatisasi yang dilakukan oleh
perusahaan milik negara akan merubah kultur BUMN tersebut, sehingga
BUMN benar-benar berkonsenstrasi untuk mencapai misi utamanya, yakni
memaksimalkan kekayaan pemegang saham atau memaksimalkam profit.
Dari sisi fiskal pemerintah, hal tersebut berarti akan meningkatkan
pendapatan negara dari sektor pajak. Oleh sebab itu menurut Soedjais dalam
Soegiharto (2005), secara umum privatisasi yang dilakukan oleh Badan
Usaha Milik Negara sesungguhnya lebih banyak berdampak positif terhadap
BUMN yang melakukannya.
Salah satu BUMN yang sudah melakukan privatisasi adalah PT
Wijaya Karya (Persero) Tbk, perseroan melakukan privatisasi melalui Initial
Public Offering (IPO) pada tahun 2007. Wijaya Karya merupakan BUMN
kedua bidang konstruksi bangunan yang melantai di Bursa Efek Indonesia
setelah Adhi Karya ditahun 2004. Sebagai perusahaan yang bergerak pada
bisnis jasa konstruksi, perekayasaan dan investasi bidang infrastruktur di
Indonesia. Wijaya Karya memiliki visi untuk menjadi perusahaan terkemuka
di Asia Tenggara pada tahun 2010. Untuk mencapai visi tersebut, Wijaya
Karya harus memperkuat struktur modal agar dapat meluaskan operasi
usahanya hingga ke luar negeri, serta terus mengembangkan kapasitas bisnis
Engineering Procurement and Construction (EPC) sesuai dengan visi misi
Wijaya Karya.
Oleh sebab itu, sesuai dengan arsitektur startegi perusahaan yang
disebut Road Map to WIKA 2010, maka untuk mengembangkan kapasitas
bisnis perseroan tesebut, Wijaya Karya harus melakukan privatisasi melalui
Initial Public Offering (IPO). Dana IPO tersebut diharapkan akan membuat
posisi Wijaya Karya semakin kuat, terutama ketika krisis ekonomi dunia
mulai memperlihatkan dampaknya di dalam negeri pada waktu itu. Dengan
dana segar yang didapat melalui IPO tersebut, perusahaan dapat berinvestasi
dan mengembangkan sejumlah proyek infrastruktur (Laporan tahunan Wijaya
Karya, 2008). Secara garis besar, privatisasi melalui IPO tersebut merupakan
usaha dalam memenuhi kebutuhan modal perseroan. Selain itu privatisasi
merupakan bagian dari tahapan yang harus dilakukan agar Wijaya Karya bisa
menjadi perusahaan terkemuka sesuai dengan visi perusahaan.
Tabel 1. Laporan Posisi Keuangan Wijaya Karya Sebelum Privatisasi
(dalam jutaan rupiah)
Indikator
Tahun
2003 2004 2005 2006
Aset lancar 1.105.950 1.610.988 1.700.320 2.246.164
Aset tetap 189.450 213.729 232.092 245.501
Total Aset 1.344.738 1.956.828 2.097.931 2.655.142
Total Hutang 1.100.733 1.622.418 1.718.220 2.197.879
Ekuitas 239.981 292.347 329.383 402.258
Jumlah Hutang
dan Ekuitas
1.344.738 1.956.828 2.097.931 2.655.142
Sumber : Laporan Keuangan PT. Wijaya Karya, (Persero) Tbk
Tabel diatas menunjukkan bagaimana posisi keuangan Wijaya Karya
sebelum privatisasi melalui IPO dilakukan. Sebelum dilakukannya privatisasi,
seluruh kepemilikan saham perseroan masih dikuasai oleh pemerintah 100%.
Akan tetapi setalah privatisasi dilakukan, komposisi kepemilikan saham
perseroan menjadi berubah, saham yang dimiliki oleh pemerintah berkurang
menjadi 68,4% sedangkan sisanya dikuasai oleh publik sebesar 31,6%.
Berdasarkan prospektus yang diterbitkan untuk Penawaran Umum pada
tanggal 29 Oktober 2007, perolehan dana hasil penawaran umum setelah
dikurangi biaya emisi tercatat sebesar Rp 759,59 miliar. Hasil dana yang
didapat melalui IPO disalurkan ke berbagai pos belanja sesuai dengan
kebutuhan perseroan. Jumlah dana Rp 152 miliar ditargetkan untuk modal
kerja proyek, lalu Rp 304 miliar akan disalurkan sebagai modal kerja proyek
di luar negeri dan EPC, serta jumlah dana sebesar Rp 303,59 miliar akan
digunakan untuk investasi dan pengembangan proyek infrastruktur. Hingga
30 September 2009, seluruh dana hasil penawaran umum telah digunakan
100% sesuai dengan rencana dan telah dilaporkan kepada Bapepam–LK,
melalui surat No. SE.01.01/A.DIR.0952/2010 tertanggal 22 Juni 2010 yang
merupakan laporan final penggunaan dana hasil penawaran umum.
Keputusan Wijaya Karya dalam melakukan privatisasi melalui IPO
merupakan suatu keputusan yang kompleks, hal tersebut dikarenakan
privatisasi melalui IPO dapat memunculkan adanya kerugian dan biaya baru,
sehingga hal tersebut dapat menggagalkan cita-cita perseroan. Selain itu
keputusan sebuah perusahaan baik BUMN maupun perusahaan milik swasta
untuk menjadi perusahaan publik merupakan suatu keputusan yang penuh
dengan pertimbangan dan perhitungan. Karena dengan menjadi perusahaan
publik, maka perusahaan tersebut akan dihadapkan pada beberapa
konsekuensi langsung baik yang bersifat menguntungkan maupun yang
merugikan. Disamping biaya yang harus ditanggung setelah menjadi
perusahaan publik, perseroan juga akan mendapat tekanan untuk
meningkatkan performansi dan membayarkan deviden kepada pemegang
saham yang jumlahnya bertambah. Untuk itu harus diwaspadai bahwa
keberhasilan pada jangka panjang mungkin akan terancam bila manajemen
dipaksakan untuk mengejar tujuan jangka pendek pemegang saham
(Sitompul, 2004).
Salah satu indikator terpenting untuk mengetahui pengaruh privatisasi
melalui IPO yang dilakukan Wijaya Karya adalah dengan menganalisa
kinerja keuangan BUMN tersebut. Berdasarkan uraian diatas, maka akan
menarik untuk diadakan penelitian mengenai pengaruh privatisasi melalui
IPO yang diakukan Wijaya Karya terhadap kinerja keuangannya. Kinerja
keuangan perseoran dapat dinilai melalui laporan keuangan yang dikeluarkan
oleh perusahaan, berdasarkan laporan keuangan tersebut maka dapat dihitung
sejumlah rasio keuangan yang lazim dijadikan dasar penilaian kinerja
perusahan. Rasio yang digunakan dalam penelitian ini meliputi kinerja
profitabilitas (return on equity dan return on assets), likuiditas (cash ratio dan
current ratio), aktivitas (total asset turnover dan total modal sendiri terhadap
total aset), dan solvabilitas (debt to equity ratio dan debt to total assets)
sesuai dengan keputusan Menteri BUMN No KEP-100/MBU/2002 tentang
tata cara pengukuran tingkat kesehatan BUMN di Indonesia.
1.2. Rumusan Masalah
Perubahan status perseroan menjadi perusahaan publik adalah sebagai
upaya untuk pengembangan perseroan dan peningkatan kinerja demi
mencapai visi perseroan. Maka setelah perubahan status tersebut, perseroan
diharapkan dapat menunjukkan kinerja keuangannya. Berdasarkan latar
belakang penelitian tersebut, maka yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini, adalah:
1. Bagaimana kinerja keuangan Wijaya Karya sebelum dan sesudah
privatisasi melalui IPO ?
2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan pada rata-rata kinerja keuangan
Wijaya Karya setelah perseroan diprivatisasi melalui IPO ?
3. Bagaimana perbandingan kinerja keuangan Wijaya Karya terhadap BUMN
lain pada industri sejenis yang sudah diprivatisasi melalui IPO ?
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, maka penelitian ini memiliki tujuan:
1. Menganalisis kinerja keuangan Wijaya Karya sebelum dan sesudah
privatisasi melalui IPO.
2. Menganalisis pengaruh yang signifikan pada rata-rata kinerja keuangan
Wijaya Karya setelah perseroan diprivatisasi melalui IPO.
3. Membandingkan kinerja keuangan Wijaya Karya terhadap BUMN lain
pada industri sejenis yang sudah diprivatisasi melalui IPO.
1.4. Manfaat Penelitian
Dari penelitian ilmiah ini, penulis berharap dapat memeberikan sedikit
kontribusi yang berguna bagi beberapa pihak diantaranya, yaitu:
1. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya karya ilmiah
dalam bidang msnsjemen keuangan dan juga memberikan kontribusi
empirik dalam hal menganalisa faktor-faktor yang berdampak pada kinerja
keuangan BUMN setelah melakukan privatisasi di Indonesia.
2. Bagi manajemen BUMN, penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah
satu refrensi dalam merencanakan pengembangan perusahaan untuk
menjadi perusahaan yang lebih maju dan profesional.
3. Bagi masyarakat, sebagai informasi sehingga meningkatkan pemahaman
mengenai privatisasi sehingga mampu mengarahkan respon terhadap
privatisasi secara bijaksana dan memadai.
4. Bagi pemegang saham dan calon investor, sebagai infomasi untuk
pertimbangan investasi pada saham perusahaan BUMN.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada apakah privatisasi melalui IPO
berpengaruh terhadap kinerja keuangan atau tidak, dengan membandingkan
kondisi keuangan sebelum privatisasi dengan sesudah privatisasi periode
2003-2011. Kondisi kinerja keuangan dianalisis dengan rasio keuangan dan
dibandingkan dengan analisis deskriptif serta analisis trend untuk melihat
kecenderungan kondisi dimasa depan. Selanjutnya untuk mengetahui ada atau
tidak adanya pengaruh privatisasi melalui IPO terhadap kinerja keuangan,
digunakan analisis dengan uji Paired-Samples t Test.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Badan Usaha Milik Negara
Dalam UU No.19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara,
BUMN didefinisikan sebagai badan usaha yang seluruh atau sebagian besar
modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang
berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Menurut Ruru dalam
Soegiharto (2005), latar belakang filosofis dari terciptanya UU BUMN adalah
didasarkan pada UUD 1945 pasal 33 yang mengatakan bahwa: Cabang-
cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang
banyak dikuasai oleh negara. Upaya mewujudkan sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat merupakan tugas konstitusi bagi Negara. Tugas
konstitusi dilakukan melalui regulasi sektoral dan kepemilikan Negara
terhadap unit-unit usaha (BUMN).
Pendirian BUMN di berbagai negara bila diteliti secara seksama
sebenarnya memiliki beberapa kesamaan. Salah satunya adalah sebagai agent
of development yang memiliki kemiripan dengan tugas dari amanat pasal 33
dalam UUD 1945. Pemerintah Republik Indonesia mendirikan BUMN
bertujuan untuk mendorong pengembangan perekonomian nasional, hal
tersebut sebagaimana yang tertulis dalam UU No.19 tahun 2003 terkait
maksud dan tujuan pendirian BUMN yaitu:
a. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada
umumnya dan penerimaan negara pada khususnya.
b. Mengejar keuntungan.
c. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang
dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat
hidup orang banyak.
d. Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan
oleh sektor swasta dan koperasi.
e. Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha
golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat.
Sedangkan bentuk dari Badan Usaha Milik Negara sendiri telah
tertuang dalam peraturan perundang-undangan. Menurut UU Nomor 19
Tahun 2003 BUMN terdiri dari dua jenis, yaitu:
1. Perusahaan Perseroan (Persero)
Adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi
dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51 % (lima puluh satu
persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan
utamanya mengejar keuntungan. Sedangkan Perusahaan Perseroan
Terbuka, yang selanjutnya disebut Persero Terbuka, adalah Persero yang
modal dan jumlah pemegang sahamnya memenuhi kriteria tertentu atau
Persero yang melakukan penawaran umum sesuai dengan peraturan
perundang-undangan di bidang pasar modal.
2. Perusahaan Umum (Perum)
Adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi
atas saham. Perusahaan Umum bertujuan untuk kemanfaatan umum yaitu
berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus
mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan.
2.2. Privatisasi
Privatisasi mulai banyak diterapkan pada awal dekade 1980an ketika
terjadi krisis ekonomi global, privatisasi dilakukan dalam rangka
menyehatkan unit bisnis yang dikelola oleh negara. Inggris merupakan negara
yang dianggap sebagai kiblat dari privatisasi global karena privatisasi dan
deregulasi yang dilakukan oleh pemerintah Inggris pada tahun 1980an
dianggap sukses. Merujuk pada sukses Inggris dalam memprivatisasi dan
karena tekanan krisis ekonomi global, pemerintah negara dunia ketiga dan
negara yang memiliki utang banyak mengikuti berbagai kebijakan privatisasi
tersebut. Kesuksesan yang dicapai Inggris telah memberikan inspirasi pada
sejumlah negara sebagai pertimbangan untuk melakukan privatisasi aset
negara (IGCGS, 2003).
Privatisasi menurut Bastian (2002) merupakan kebijakan publik yang
mengarahkan bahwa tidak ada alternatif lain selain pasar yang dapat
mengendalikan ekonomi secara efisien. Hal tersebut menyadarkan bahwa
sebagian besar kegiatan pembangunan ekonomi yang dilaksanakan selama ini
seharusnya diserahkan kepada sektor swasta.
Sedangkan UU No.19 tahun 2003 dan PP No.33 tahun 2003,
mendefinisikan privatisasi sebagai penjualan saham persero yang kegiatan
usahanya tidak harus dilakukan oleh BUMN, dan persero tersebut memiliki
unsur teknologi cepat berubah sehingga memerlukan investasi yang sangat
besar untuk menggantinya. Privatisasi dapat dilakukan dengan menjual
sebagian kepemilikan ataupun seluruhnya kepada pihak lain. Hal tesebut
dilakukan dalam rangka untuk meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan,
memperbesar manfaat bagi negara dan masyarakat, serta memperluas
kepemilikan saham oleh masyarakat. Privatisasi terhadap sebuah unit usaha
yang dikelola oleh negara dilakukan dengan beberapa metode (IGCGS,
2003), yaitu :
a. Initial Public Offering (IPO), adalah metode penjualan yang dilakukan di
pasar modal, sehingga semua masyarakat bisa menjadi pemilik unit usaha
yang diprivatisasi.
b. Strategic Sales, adalah metode penjualan unit usaha langsung kepada
investor strategis, tidak melalui lantai bursa.
c. Kerjasama Operasi (KSO), adalah konsep bagi hasil yang berimbang dan
konsisten antara pemerintah sebagai pemilik saham mayoritas yang meng-
outsource salah satu atau sebagian dari unit usaha yang dilakukan kepada
pihak swasta.
d. Employee Managemenet Buy Out (EMBO), adalah pembelian saham
mayoritas oleh suatu konsorsium yang diorganisasi dan dipimpin oleh
manajemen perusahaan yang berangkutan. Biasanya para manajer hanya
menempatkan sejumlah kecil dari modal yang dibutuhkan dan diikuti oleh
pemodal lainnya seperti perusahaan model ventura adau bank investasi.
Metode EMBO ini lebih banyak digunakan khusunya pada perusahaan
kecil yang asetnya lebih banyak terdiri atas keahlian tertentu daripada
berupa properti. Dalam rangka membantu supaya perseroan dapat dibeli
oleh manajemen atau karyawan, maka aset perusahaan dapat dijual lebih
dahulu oleh pemerintah kepada pihak lain dan disewakan kembali kepada
perusahaan tersebut.
2.3. Penilaian Tingkat Kesehatan BUMN
BUMN sebagai perusahaan yang dimiliki oleh negara perlu dikelola
secara profesional dan menguntungkan. Pemerintah sebagai pengelola perlu
memonitor kondisi kesehatannya terutama dari aspek keuangannya demi
menjaga eksistensi BUMN tersebut. Berdasarkan pasal 3 Keputusan Menteri
Badan Usaha Milik Negara No: KEP-100/MBU/2002 bahwa penilaian tingkat
kesehatan ditetapkan setiap tahun. Tingat kesehatan sebagaimana dimaksud
dalam ayat 1 dibedakan atas Sehat, Kurang Sehat dan Tidak Sehat. Tingkat
Kesehatan BUMN ditetapkan berdasarkan penilaian terhadap kinerja
Perusahaan untuk tahun buku yang bersangkutan yang meliputi penilaian
aspek keuangan, aspek operasional dan aspek administrasi.
Penilaian Tingkat Kesehatan BUMN tersebut berlaku bagi seluruh
BUMN non jasa keuangan maupun BUMN jasa keuangan kecuali Persero
Terbuka dan BUMN yang dibentuk dengan Undang Undang tersendiri serta
diatur dalam Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara No: KEP-
100/MBU/2002. Penilaian Tingkat Kesehatan BUMN yang bergerak dibidang
non jasa keuangan dibedakan antara BUMN yang bergerak dalam bidang
infrastruktur dan BUMN yang bergerak dalam bidang non infrastruktur.
Sedangkan BUMN jasa keuangan adalah BUMN yang bergerak dalam bidang
usaha perbankan, asuransi, jasa pembiayaan dan jasa penjaminan.
BUMN infrastruktur adalah BUMN yang kegiatannya menyediakan
barang dan jasa untuk kepentingan masyarakat luas, yang bidang usahanya
meliputi:
a. Pembangkitan, transmisi atau pendistribusian tenaga listrik.
b. Pengadaan dan atau pengoperasian sarana pendukung pelayanan angkutan
barang atau penumpang baik laut, udara atau kereta api.
c. Jalan dan jembatan tol, dermaga, pelabuhan laut atau sungai atau danau,
lapangan terbang dan bandara.
d. Bendungan dan irigasi.
Sedangkan BUMN non infrastruktur adalah BUMN yang bidang
usahanya diluar bidang diatas. Dengan dikeluarkannya peraturan baru pada
tahun 2002, maka Keputusan Menteri Keuangan Nomor 198/KMK.016/1998
dan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Badan Usaha Milik Negara
Nomor Kep.215/M- BUMN/1999 tentang Penilaian Tingkat Kinerja Badan
Usaha Milik Negara dinyatakan tidak berlaku lagi.
Berdasarkan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara No: KEP-
100/MBU/2002 yang baru, maka ditentukan bobot yang berbeda antara
BUMN Infrastruktur dan BUMN non infrastruktur dalam menilai
keberhasilan BUMN pada aspek keuangan. Hal tersebut dijelaskan dalam tata
cara penilaian tingkat kesehatan BUMN non jasa keuangan sebagai berikut
ini.
TATA CARA PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN
BUMN NON JASA KEUANGAN
Aspek Keuangan
1. Total Bobot
- BUMN INFRASTRUKTUR 50
- BUMN NON INFRASTRUKTUR 70
2. Indikator yang dinilai dari masing-masing bobotnya.
Dalam penilaian aspek keuangan ini, idikator yang dinilai dan masing-
masing bobotmya adalah seperti pada tabel dibawah ini :
Tabel 2. Daftar Indikator dan Bobot Aspek Keuangan
Indikator Bobot
Infrastruktur Non Infrastruktur
1. Imbalan kepada pemegang saham
(ROE)
15 20
2. Imbalan Investasi (ROI) 10 15
3. Rasio Kas 3 5
4. Rasio Lancar 4 5
5. Colection Periods 4 5
6. Perputaran persediaan 4 5
7. Perputaran total aset 5
8. Rasio modal sendiri terhadap total
aktiva
6 10
Total Bobot 50 70
Sumber : Keputusan Menteri BUMN No: KEP-100/MB
3. Metode Penilaian
a. Return On Equity (Imbalan Kepada Pemegang Saham)
Rumus ROE : x 100 %
b. Return on Ivestment (Imbalan Investasi)
Rumus ROI : x 100%
c. Cash Ratio (Rasio Kas)
Rumus Cash Ratio : x 100%
d. Current Ratio (Rasio Lancar)
Rumus Current Ratio : x 100%
e. Collection Periods
Rumus CP : x 100%
f. Perputaran Persediaan
Rumus PP : x 100%
g. Total Asset Turn Over (Perputaran Total Aset)
Rumus TATO : x 100%
h. Rasio Modal Sendiri Terhadap Total Aset (TMS Terhadap TA)
Rumus TMS terhadap TA : x 100%
2.4. Initial Public Offering (IPO)
Dalam modul Sekolah Pasar Modal, initial public offering atau yang
dikenal dengan istilah go pulik adalah kegiatan yang dilakukan oleh emiten
(perusahaan yang akan go publik) untuk menjual saham atau efek kepada
masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur oleh UU Pasar Modal dan
Peraturan Pelaksanaannya. Sedangkan menurut Sitompul (2004), Initial
Public Offering merupakan penjualan saham suatu perusahaan kepada para
investor (pemodal) yang dilakukan untuk pertama kalinya. Terdapat berbagai
macam manfaat dan konsekuensi yang harus ditanggung perusahaan ketika
melakukan go publik. Manfaat tersebut sebagaimana ditulis dalam modul
Panduan Go Publik yang dikeluarkan oleh JSX yaitu:
1. Memperoleh Sumber Pendanaan Baru
Dengan menjadi perusahaaan publik, perusahaan bisa memperoleh dana
dari penjualan saham yang dapat digunakan untuk pengembangan usaha,
baik untuk penambahan modal kerja maupun ekspansi usaha.
2. Memberikan Competitive Advantage dalam Pengembangan Usaha
Dengan menjadi perusahaan publik, perusahaan dituntut oleh banyak pihak
untuk dapat meningkatkan kualitas kinerja operasionalnya. Selain itu
melalui penjualan saham perusahaan juga berkesempatan untuk mengajak
para partner kerjanya untuk turut memegang saham perusahaan.
3. Peningkatan Kemampuan Going Concern
Kemampuan going concern bagi perusahaan adalah kemampuan untuk
tetap dapat bertahan dalam kondisi apapun termasuk kondisi yang dapat
membangkrutkan perusahaan. Sebagai contoh dengan menjadi perusahaan
publik, jika perusahaan tersebut mengalami gagal bayar hutang maka
tersedia jalan keluar bagi kreditur untuk mengkonversi hutang menjadi
saham yang selanjutnya saham tersebut bisa dijual melalui mekanisme
bursa.
4. Meningkatkan Citra Perusahaan
Dengan go publik prusahaan akan mendapatkan perhatian media dan
komunitas keuangan. Hal ini berarti perusahaan mendapat publikasi secara
cuma-cuma, sehingga dapat meningkatkan citranya.
Sedangakan konsekuensi yang harus ditanggung oleh perusahaan
yang melakukan Public Offering atau go publik diantaranya terjadi
pengurangan presentase saham pemilik perusahaan. Hal tersebut dikarenakan
pemilik sebelumnya telah menjual sebagian saham yang dimilikinya ke
publik. Lalu perusahaan juga dituntut untuk mematuhi segala peraturan
terkait dengan pasar modal dimana perusahaan tersebut melakukan go publik.
Di samping itu, setelah perusahaan menjadi perusaaaan publik maka
akan terdapat tekana untuk meningkatkan performansi dan membayarkan
deviden kepada pemegang saham, untuk itu harus diwaspadai bahwa
keberhasilan untuk jangka panjang mungkin akan terancam bila manajemen
dipaksakan untuk mengejar tujuan dalam jangka pendek oleh para pemegang
saham. Pemegang saham (pemodal) harus disuguhi laporan triwulan dan
tahunan pemegang saham tentang keadaan keuangan perusahaan, hal ini akan
menambah besarnya tekanan bagi peningkatan performansi peusahaan,
terutama di masa-masa sedang meningkatnya kondisi pasar. Para pemodal
tentunya menginginkan laba dari investasinya dan apabila mereka tidak puas
atau kecewa, akan dapat pula menurunkan harga saham di pasar modal karena
mereka akan menjual sahamnya secara besar-besaran (Sitompul, 2004).
2.5. Laporan Keuangan
Laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil refleksi dari sekian
banyak transaksi yang terjadi dalam suatu perusahaan. Transaksi dan
peristiwa yang bersifat finansial dicatat, digolongkan, dan diringkaskan
dengan cara setepat-tepatnya dalam satuan uang, dan kemudian diadakan
penafsiran untuk berbagai tujuan. Laporan keuangan merupakan hasil
tindakan pembuatan ringkasan data keuangan perusahaan. Laporan keuangan
ini disusun dan ditafsirkan untuk kepentingan manajemen dan pihak lain yang
menaruh perhatian atau mempunyai kepentingan dengan data keuangan
perusahaan (Jumingan, 2008).
Sedangkan menurut Munawir (1995) laporan keuangan pada dasarnya
adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk
berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusaaan dengan
pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan
tersebut. Pada mulanya laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah
sebagai “alat penguji” dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk
selanjutnya laporan keuangan tidak hanya sebagai alat penguji saja tetapi
sebagai dasar untuk dapat menentukan atau menilai posisi keuangan
perusahaan tersebut, dimana dengan hasil analisa tersebut pihak-pihak yang
berkepentingan dapat mengambil suatu keputusan. Jadi untuk mengetahui
posisi keuangan suatu perusahaan serta hasil-hasil yang telah dicapai oleh
perusahaan perlu adanya laporan keuangan dari perusahaan tersebut.
Dalam praktiknya laporan keuangan oleh perusahaan tidak dibuat
secara serampangan, tetapi harus dibuat dan disusun sesuai dengan aturan dan
standar yang berlaku. Hal ini perlu dilakukan agar laporan keuangan mudah
dibaca dan dimengerti. Laporan Keuangan yang disajikan perusahaan sangat
penting bagi manajemen dan pemilik perusahaan. Disamping itu, banyak
pihak yang memerlukan dan berkepentingan terhadap laporan keuangan yang
dimiliki perusahaan, seperti pemerintah, kreditor, investor, maupun para
supplier (Kasmir, 2010).
Laporan keuangan perusahaan merupakan salah satu sumber informasi
yang penting di samping informasi lain seperti informasi industri, kondisi
perekonomian, pangsa pasar perusahaan, kulitas manajemen dan lainnya. Ada
tiga macam laporan keuangan pokok yang dihasilkan (1) Neraca, (2) Laporan
rugi laba, dan (3) Laporan aliran kas. Disamping ketiga laporan pokok
tersebut, dihasilkan juga laporan pendukung seperti laporan laba ditahan,
perubahan modal sendiri, dan diskusi-diskusi oleh pihak manajemen (Halim
dan Hanafi, 2007).
Menurut Jumingan (2008) laporan keuangan disusun dengan maksud
untuk menyajikan laporan kemajuan perusahaan secara periodik. Manajemen
perlu mengetahui bagaimana perkembangan keadaaan investasi dalam
perusahaan dan hasil-hasil yang dicapai selama jangka waktu yang diamati.
Laporan kemajuan perusahaan tersebut pada hakikatnya merupakan
kombinasi dari fakta-fakta yang tidak dicatat (recorded facts), kesepakatan-
kesepakatan akuntansi (accounting conventions), dan pertimbangan-
pertimbangan pribadi (personal judgments). Pertimbangan atau pendapat
pribadi berkaitan dengan kompetensi dan integritas pihak-pihak yang
menyusun laporan keuangan, sedang kesepakatan akuntansi akan bersumber
pada prinsip dan konsep akuntansi yang lazim diterima umum.
Fakta-fakta yang telah dicatat (recorded facts) menunjuk pada data
yang berasal dari catatan akuntansi. Sebagai contoh, data tentang jumlah kas
yang ada di tangan dan disimpan di bank, jumlah wesel tagih dan piutang
dagang kepada langganan dan debitur lain, jumlah aktiva tetap, jumlah utang
kepada kreditur, jumlah penjualan barang dagangan, dan lain-lain. Pos-pos
tersebut dicatat berdasarkan harga historisnya (original cost), yakni jumlah
yang dibayarkan pada waktu transaksi itu terjadi, bukan dinilai berdasarkan
jumlah yang harus dikorbankan jika aktiva tersebut akan diganti (replacement
cost). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa neraca itu tidak
mencerminkan keadaan keuangan perusahaan menurut kondisi perekonomian
yang paling akhir karena segala sesuatunya bersifat historis.
Perlu diketahui juga bahwa terdapat faktor-faktor tertentu yang
mungkin mempengaruhi keadaaan keuangan perusahaan tetapi tidak dicatat
dalam catatan-catatan seperti terlihat pada neracanya, karena faktor tersebut
tidak dapat dinyatakan dalam jumlah uang. Faktor-faktor tersebut misalnya
order-order yang tidak dapat dipenuhi, kontrak-kontrak pembelian dan
penjualan yang telah disepakati, kemampuan dan kejujuran manajemen dan
sebagainya.
2.5.1 Neraca
Menurut Manurung (2006) neraca adalah sebuah laporan keuangan
yang berisikan kekayan yang dikenal dengan asset dan hutang serta modal
perusahaan. Bentuk neraca seperti huruf T dimana besaran aktiva terletak
pada sisi kiri dan besaran pasiva disebelah kanan. Neraca memperlihatkan
kekayaan, hutang dan modal pada satu waktu tertentu.
Neraca merupakan laporan yang menunjukan posisi keuangan
perusahaan pada tangal tertentu. Arti dari posisi keuangan dimaksudkan
adalah posisi jumlah dan jenis aktiva dan pasiva suatu perusahaan.
Penyusunan komponen di dalam neraca didasarkan pada tingkat likuiditas
dan jatuh tempo. Artinya penyusunan komponen neraca harus didasarkan
likuiditasnya atau komponen yang paling mudah dicairkan. Misalnya kas
disusun lebih dulu karena merupakan komponen yang paling likuid
dibandingkan dengan aktiva lancar lainnya. Sementara itu berdasarkan jatuh
tempo, yang menjadi pertimbangan adalah jangka waktu terutama untuk sisi
pasiva. Contohnya untuk kewajiban (utang) disusun dari yang paling pendek
sampai yang paling panjang (Kasmir, 2010).
2.5.2 Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi (income statement) merupakan laporan keuangan
yang menggambarkan hasil usaha perusahaan dalam suatu periode tertentu.
Dalam laporan laba rugi ini tergambar jumlah pendapatan dan sumber-
sumber pendapatan yang diperoleh. Kemudian juga tergambar jumlah biaya
dan jenis-jenis biaya yang dikeluarkan selama periode tertentu. Dari jumlah
pendapatan dan jumlah biaya ini terdapat selisih yang disebut laba atau rugi.
Jika jumlah pendapatan lebih besar dari jumlah biaya, perusahaan dikatakan
laba. Sebaliknya bila jumlah pendapatan lebih kecil dari jumlah biaya maka
perusahaan dikatakan rugi (Kasmir, 2010).
Sedangkan menurut Hanafi dan Halim (2007), laporan laba rugi
adalah meringkaskan hasil dari kegiatan perusahaan selama periode akuntansi
tertentu. Laporan ini seing dipandang sebagai apran akuntansi yang paling
enting dalam laporan tahunan. Kegiatan perusahaan selama periode tertentu
mencakup aktivitas rutin atau operasional, di samping aktivitas-aktivitas yang
sifatnya tidak rutin dan jarang muncul. Di samping itu perusahaan mungkin
memtuskan untuk menghentikan lini bisnis tertentu, melakukan perubahan
metode akuntansi, melaporkan item-item luar biasa. Aktivitas-aktivitas ini
perlu dilaporkan dengan semestinya agar pembaca laporan keuangan
memperoleh informasi yang relevan.
2.5.3 Laporan Perubahan Modal
Laporan perubahan modal menurut Manurung (2006) adalah laporan
perubahan mengenai perubahan modal karena adanya laba atau rugi,
pembayaran devidend serta adanya penjualan saham dalam satu periode.
Periode laporan perubahan modal ini harus sama dengan periode laporan rugi
laba, karena kedua laporan ini saling berkaitan.
2.5.4 Laporan Arus Kas
Laporan aru kas merupakan laporan yang menunjukkan semua aspek
yang berkaitan dengan kegiatan perusahaa, baik yang berpengaruh langsung
atau tidak langsung terhadap kas. Laporan arus kas harus disusun berdasarkan
konsep kas selama peiode laporan keuangan. Laporan kas terdiri dari arus kas
masuk dan arus kas keluar selama periode tertentu. Kas masuk terdiri dari
uang yang masuk ke perusahaan, seperti hasil penjualan atau hasil
penerimaan lainnya. Sedangkan kas keluar merupakan sejumlah pengeluaran
dan jenis-jenis pengeluarannya, seperi pembayaran biaya operasional
perusahaan (Kasmir, 2010).
2.5.5 Laporan Catatan atas Laporan Keuangan
Laporan catatan atas laporan keuangan merupakan laporan yang
memberikan informasi apabila ada laporan yang memerlukan penjelasan
tertentu. Artinya terkadang ada komponen atau nilai dalam laporan keuangan
yang perlu diberi penjelasan terlebih dahulu sehingga jelas. Hal ini perlu
dilakukan agar pihak-pihak yang berkepentingan tidak salah dalam
menafsirkan (Kasmir, 2010).
2.6. Analisis Laporan Keuangan
Sebelum pihak manajemen perusahaan mengambil keputusan
keuangan, terlebih dahulu perlu memahami kondisi keuangan perusahaan
tersebut. Untuk memahami kondisi keuangan perusahaan, maka diperlukan
analisis terhadap laporan keuangan perusahaan. Disamping pihak manajemen
perusahaan, beberapa pihak di luar perusahaan juga perlu memahami kondisi
keuangan perusahaan. Pihak-pihak tersebut diantaranya adalah para kreditur
dan calon investor. Kepentingan mereka mungkin berbeda, tetapi mereka
mengharapkan untuk memperoleh informasi dari laporan keuangan
perusahaan. Bagi perusahaan, laporan keuangn perusahaan tersebut akan
disusun menurut prinsip-prinsip akuntansi, dan karenanya para pemakai
laporan keuangan perlu memahami cara penyajian informasi keuangan
tersebut (Husnan dan Pudjiastuti, 1994).
Oleh sebab itu agar laporan keuangan menjadi lebih berarti sehingga
dapat dipahami dan dimengerti oleh berbagai pihak, perlu dilakukan analisis
laporan keuangan. Bagi pihak pemilik dan manajemen tujuan utama analisis
laporan keuangan adalah agar dapat mengetahui posisi keuangan perusahan
saat ini. Dengan mengetahui posisi keuangan, maka setelah dilakukan analisis
laporan keuangan akan terlihat apakah perusahaan dapat mencapai target
yang telah direncanakan sebelumnya atau tidak. (Kasmir, 2010)
Menurut Halim dan Hanafi (2007) analisis terhadap laporan keuangan
suatu perusahaan pada dasarnya karena ingin mengetahui tingkat
profitabilitas (keuntungan) dan tingkat resiko atau tingkat kesehatan suatu
perusahaan. Pekerjaan yang paling mudah dalam analisis keuangan tentu saja
menghitung rasio-rasio keuangan suatu perusahaan. Bahkan dengan
tersedianya program-program komputer, seperti spreadsheet atau program-
program akuntansi dan program yang khusus ditulis untuk tujuan laporan
keuangan, perhitungan raasio-rasio keuangan menjadi hal yang mudah
dilakukan dan bisa dilakukan secara rutin. Tantangan analis bukan melakukan
peritungan semacam itu melainkan melakukan anlisis dan
menginterpretasikan rasio-rasio keuangan yang muncul. Analisis semacam itu
mengharuskan seorang analis untuk melakukan beberapa hal, yaitu :
1. Menentukan dengan jelas tujuan dari analisis.
2. Memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang mendasari laporan-
laporan keuangan dan rasio-rasio keuangan yang diturunkan dari laporan
keuangan tersebut.
3. Memahami kondisi perekonomian dan kondisi bisnis lain pada umumnya
yang berkaitan dengan perusahaan dan mempengaruhi usaha perusahaan.
Sebelum melakukan analisis, seorang analis harus memahami ketiga
langkah diatas terlebih dahulu. Setelah itu baru kemudian melakukan analisis
dengan menggunakan alat analisis seperti rasio-rasio keuangan atau rasio-
rasio lainnya.
2.6.1 Tujuan dan Manfaat Analisis Laporan Keuangan
Ada beberapa tujuan dan manfaat bagi berbagai pihak dengan adanya
analisis laporan keuangan. Secara umum dikatakan bahwa tujuan dan manfaat
anlisis laporan euangan (Kasmir, 2010), yaitu:
1. Untuk mengetahu posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu,
baik harta, kewajiban, model, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk
beberapa periode.
2. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi
kekurangan perusahaan.
3. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki perusahaan.
4. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu
dilakukan kedepan yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat
ini.
5. Untuk mengetahui penilaian kinerja manajemen kedepan apakah perlu
penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal.
6. Dapat juga sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil
yang mereka capai.
2.6.2 Prosedur Dalam Analisis Laporan Keuangan
Sebelum melakukan analisis laporan keuangan, diperlukan langkah
atau prosedur tertentu. Langkah atau prosedur ini diperlukanagar urutan
proses analisis mudah untuk dilakukan. Adapun prosedur yang dilakukan
dalm analisis laporan keuangan (Kasmir, 2010), yaitu:
1. Mengumpulkan data keuangan dan data pendukung yang diperlukan
selengkap mungkin, baik untuk satu periode maupun beberapa periode.
2. Melakukan pengukuran-pengukuran atau perhitungan dengan rumus-
rumus tetentu, sesuai dengan standar yang biasa digunakan secara cermat
dan teliti, sehingga hasil yang diperolh benar-benar tepat.
3. Melakukan perhitungan dengan memasukkan angka-angka yang ada dalam
laporan keuangan secara cermat.
4. Memberikan intrepretasi terhadap hasil perhitungan dan pengukuran yang
telah dibuat.
5. Membuat laporan tentang posisi keuangan perusahaan.
6. Memberikan rekomendasi yang dibutuhkan sehubungan dengan hasil
analisis tersebut.
2.6.3 Analisis Rasio
Laporan keuangan melaporkan aktivitas yang sudah dilakukan
perusahaan dalam sutu periode tertentu. Aktivitas yang sudah dilakukan
tersebut dituangkan kedalam angka-angka, baik dalam bentuk mata uang
rupiah maupun dalam mata uang asing. Angka-angka yang ada dalam laporan
keuangan menjadi kurang berarti jika hanya dilihat satu sisi saja. Angka-
angka ini akan menjadi lebih berguna apabila dapat kita bandingkan antara
satu komponen dengan komponen lainnya. Caranya adalah dengan
membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan atau antar
laporan keuangan. Setelah melakukan perbandingan, dapat disimpulkan
posisi keuangan suatu perusahaan untuk periode tertentu. Pada akhirnya kita
dapat menilai kinerja manajemen dalam periode tertentu. Perbandingan ini
kita kenal dengan analisis rasio keuangan (Kasmir, 2010).
Menurut Jumingan (2008), rasio dalam analisis laporan keuangan
adalah angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur
lainnya dalam laporan keuangan. Hubungan antara unsur-unsur laporan
keuangan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis yang sederhana.
Secara individual rasio itu kursng berarti, kecuali jika dibandingkan dengan
suatu rasio standar yang layak dijadikan sebagai dasar pembanding. Apabila
tidak ada standar yang dipakai sebagai dasar pembanding dari penafsiran
rasio-rasio suatu perusahaan, penganalisis tidak dapat menyimpulkan apakah
rasiio-rasio itu menunjukan kondisi yang menguntungkan atau tidak
menguntungkan. Rasio standar itu dapat ditentukan berdasarkan alternatif
dibawah ini :
1. Didasarkan pada catatan kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan
tahun-tahun yang telah lampau.
2. Didasarkan pada rasio dari perusahaan lain yang menjadi pesaingnya,
dipilih satu perusahaan yang tergolong maju dan berhasil
3. Didasarkan pada data laporan keuangan yang dibudgetkan (disebutkan
goal ratio).
4. Didasarkan pada rasio industri, di mana perusahaan yang bersangkutan
masuk sebagai anggotanya.
Dengan perbandingan rasio standar ini akan diketahui apakah rasio
perusahaan yang bersangkutan terletak di atas average, average, atau di
bawah average. Rasio standar yang baik adalah yang memberikan gambaran
rata-rata. Gambaran rata-rata yang paling tepat adalah rasio industri
(gabungan perusahaan sejenis). Rasio ini dipertimbangkan sebagai
satisfactory condition atau representative condition.
Analisa rasio seperti halnya alat-alat analisa yang lain menurut
Munawir (1995) adalah future oriented, oleh karena itu penganalisa harus
mampu untuk menyesuaikan faktor-faktor yang ada pada periode saat ini
dengan faktor-faktor dimasa yang akan datang yang mungkin akan
mempengaruhi psisi keuangan atau hasil operasi perusahaan yang
bersangkutan. Dengan demikian kegunaan atau manfaat angka rasio
sepenuhnya tergantung pada kemampuan atau kecerdasan penganalisa dalam
mengintrepretasikan data yang bersangkutan.
Untuk melakukan anlisis rasio keuangan, diperlukan perhitungan
rasio-rasio keuangan yang mencerminkan aspek-aspek tertentu. Rasio-rasio
keuangan mungkin dihitung berdasarkan atas angka-angka yang ada dalam
neraca saja, dalam laporan rugi laba, atau hanya kombnasi keduanya. Setiap
analis keuangan bisa saja merumuskan rasio tertentu yang dianggap
mencerminkan aspek tertentu. Karena itu pertanyaan pertama yang perlu
diajawab adalah aspek-aspek apa yang akan dinilai. Pemilihan aspek-aspek
yang akan dinilai perlu diakitkan dngan tujuan analisis. Apabila analisis
dilakukan oleh pihak kreditor, aspek yang dinilai akan berbeda dengan
penilaian yang dilakukan oleh calon pemodal. Kreditor akan lebih
berkepentingan dengan kemampuan perusahaan melunasi kewajiban finansial
tepat pada waktunya, sedangkan pemodal akan lebih berkepentingan dengan
kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan. Secara keseluruhan,
aspek-aspek yang dinilai biasanya diklasifikasikan menjadi aspek-aspek
leverage, aspek likuiditas, aspek profitabilitas atau efisiensi, dan rasio-rasio
nilai pasar (Husnan dan Pudjiastuti, 1994)
2.6.4 Penggolongan Angka Rasio
Pada dasarnya jumlah dari angka-angka rasio itu banyak sekali karena
rasio dapat dibuat menurut kebutuhan penganalisa, namun angka-angka rasio
yang ada pada dasarnya dapat digolongkan menjadi dua golongan. Golongan
pertama adalah berdasarkan sumber data keuangan yang merupakan unsur
atau elemen dari angka rasio tersebut dan golongan yang kedua adalah
berdaarkan pada tujuan penganalisa (Munawir, 1995).
Berdasarkan sumber datanya maka rasio itu dapat dibedakan menjadi
tiga jenis (Jumingan, 2008), yaitu sebagai berikut :
1. Rasio-rasio neraca (balance sheet ratios), yaitu rasio yang disusun dari
data yang berasal dari neraca, misalnya rasio lancar (current ratio), rasio
tunai (quick ratio), rasio modal sendiri dengan total aktiva, rasio tetap
dengan utang jangka panjang, dan sebagainya.
2. Rasio-rasio laporan laba rugi (income statement ratios), yaitu rasio-rasio
yang disusun dari data yang berasal dari laporan perhitungan laba-rugi,
misalnya rasio laba bruto dengan penjuala neto, rasio laba usaha dengan
penjualan neto, operating ratio, dan sebagainya.
3. Rasio-rasio antar laporan (inter-statement ratios), yaitu rasio-rasio yang
disusun dari data yang berasal dari neraca dan laporan laba rugi, misalnya
rasio penjualan neto dengan aktiva usaha, rasio penjualan kredit dengan
piutang rata-rata, rasio harga pokok penjualan dengan persediaan rata-rata
dan sebagainya.
Menurut Munawir (1995), penggolongan angka rasio yang didasarkan
pada sumber datanya sebenarnya kurang bermanfaat bagi penganalisa. Sebab
yang dibutuhkan bagi penganalisa bukan dari mana data itu diperoleh,
melainkan kegunaan dari angka rasio tersebut dan kesimpulan apa yang dapat
diperoleh dari angka rasio tersebut.
2.7. Bentuk Rasio Keuangan
Untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan
bentuk rasio maka dapat dilakukan dengan beberapa rasio keuangan. Setiap
rasio keuangan memiliki tujuan, kegunaan, dan arti tertentu. Kemudian,
setiap hasil rasio yang diukur diinterpretasikan sehingga menjadi berarti bagi
pengambil keputusan. Berikut ini adalah bentuk-bentuk rasio keuangan
menurut bebarapa ahli yang dialih bahasakan oleh Kasmir (2010).
Menurut J. Fred Weston, bentuk-bentuk rasio keuangan adalah
sebagai berikut.
1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)
- Rasio lancar (Current Ratio)
- Rasio sangat lancar (Quick Ratio)
2. Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio)
- Total utang dibandingkan dengan total aktiva atau rasio utang (Debt
Ratio)
- Jumlah kali perolehan bunga (Times Interest Earned)
- Lingkup biaya tetap (Fixed Charge Coverage)
- Lingkup arus kas (Cash Flow Coverage)
3. Rasio Aktivity (Activity Ratio)
- Perputaran sediaan (Inventory Turn Over)
- Rata-rata jangka waktu penagihan piutang (Average Collection Period)
- Perputaran aktiva tetap (Fixed Asset Turn Over)
- Perputaran total aktiva (Total Asset Turn Over)
4. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)
- Margin laba penjualan (Profit Margin on Salaes)
- Daya laba dasar (Basic Earning Power)
- Hasil pengembalian total aktiva (Return on Total Asset)
- Hasil pengembalian ekuitas (Return on Total Equity)
5. Rasio pertumguan (Growth Ratio) merupakan ratio yang menggambarkan
kemampuan perusahaan mempertahankan posisi ekonominya di tengah
pertumbuhan perekonomian dan sektor usahanya.
- Pertumbuhan penjualan
- Pertumbuhan laba bersih
- Pertumbuhan pendpatan per-saham
- Pertumbuhan pendapatan per-saham
6. Rasio penialian (Valuation Ratio) adalah rasio yang memberikan ukuran
kemampuan manajemen dalam menciptakan nilai pasar usahanya di atas
biaya investasi.
- Rasio harga saham terhadap penjualan
- Rasio nilai pasar saham terhadap nilai buku
Kemudian menuru James C van Horne, jenis rasio dibagi menjadi
lima rasio dibawah ini.
1. Rasio Likuiditas (Likuidity Ratio)
- Rasio lancar (Current Ratio)
- Rasio sangat lancar (Quick Ratio)
2. Rasio Pengungkit (Leverage Ratio)
- Total utang terhadap ekuitas
- Total utang terhadap total aktiva
3. Rasio Pencakupan (Coverage Ratio)
- Bunga penutup
4. Rasio Aktivitas (Activity Ratio)
- Perputaran piutang (Receivable Turn Over)
- Rata-rata penagih piutang (Average Collection Period)
- Perputaran sediaan (Inventory Turn Over)
- Perputaran total aktiva (Total Asset Turn Over)
5. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)
- Margin laba bersih
- Pengembalian investasi
- Pengembalian ekuitas
Sementara itu menurut Gerald, terdapat empat kategori dari bentuk
rasio yaitu.
1. Activity Analysis, evaluasi pendapatan dan output secara umum dari aset
perusahaan.
2. Liquidity Analysis, mengukur keseimbangan sumber kas perusahaan.
3. Long Term Debt and Solvency Analysis
4. Provitability Analysis.
Kemudian menurut Gerald, Activity Analysis terdiri dari masing-
masing rasio sebagai berikut.
1. Short-term (Operating) Activity Ratios
a. Inventory Turn Over
b. Average No. Days Inventory In Stock
c. Receivables Turn Over
d. Average No. Days Receivables Outstanding
e. Payables Turn Over
f. Average No. Days Payable Outstanding
g. Working Capital Turn over
2. Long-term (Investment) Activity Ratios
a. Fixed Assets Turn Over
b. Total Assets Turn Over
Selanjutnya menurut James O. Gill, jenis jenis rasio keuangan terdiri
dari masing-masing rasio sebagai berikut.
1. Rasio Likuiditas (Likuidity Ratio)
- Rasio Lancar
- Rasio perputaran kas
- Rasio utang terhadap kekayaan bersih
2. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)
- Rasio laba bersih
- Tingkat laba atas penjualan
- Tingkat laba atas investasi
3. Rasio Efisiensi (Activity Ratio)
- Waktu pengumpulan piutang
- Perputaran sediaan
- Rasio aktiva terhadap nilai bersih (Total Assets Turn Over)
- Rasio perputaran investasi
Dari pengrtian dan jenis rasio yang diemukaan di atas, hampir
seluruhnya sama dalam menggolongkan rasio keuangan. Jika terdapat
perbedaan, hal tersebut tidak terlalu menjadi masalah karena masing-masing
ahli keuangan hanya berbeda dalam penempatan kelompok rasionya, namun
esensi dari penilaian rasio keuangan tidak menjadi masalah.
2.7.1 Rasio Profitabilitas
Rasio pofitabilitas meupakan rasio untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran
tingkat efektivitas manajemen suatu perusahan. Hal ini ditunjukkan oleh laba
yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah
penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan. Tujun penggunaan
rasio pofitabilitas bagi perusahan maupun bagi pihak luar perusahaan
(Kasmir, 2010), yaitu:
1. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam
satu periode tertentu.
2. Untuk menilai posisi laba perusahaann tahun sebelunya dengan tahun
sekarang.
3. Untuk menilai perkembangan laba.
4. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.
5. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan
baik modal pinjaman maupun modal sendiri.
6. Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahan yang
digunakan.
Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan
perbandingan antara berbagai koponen yang ada dilaporan leuangan, teutama
laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi. Pengukuran dapat dilakukan
untuk beberapa periode operasi. Tujuannya adalah agar telihat perkembangan
perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik penurunan atau kenaikan,
sekaligus penyebab perubahan tersebut. Jenis-jenis rasio profitabilitas seperti
profit margin on sales, return on investment, return on equity, serta earning
per-share of common stock.
2.7.2 Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas atau sering juga disebut dengan nama rasio modal
kerja merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa likuidnya
suatu perusahaan (Kasmir, 2010). Caranya adalah dengan membandingkan
komponen yang ada di neraca, yaitu total aktiva lancar dengan total pasiva
lancar (untuk jangka pendek). Penilaian dapat dilakukan untuk beberapa
periode sehingga terlibat perkembangan likuiditas perusahaan dari waktu ke
waktu. Jenis-jenis dari rasio likuiditas adalah seperti current rastio, cash rati,
dan juga quick ratio.
Terdapat dua hasil penilaian terhadap terhadap pengukuran rasio
likuiditas, yaitu apabila perusahaan mampu memenuhi kewajibannya,
dikatakan perusahaan tersebut dalam keadaan likuid. Sebaliknya, apabila
perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban tersebut dikatakan perusahaan
dalam keadaan ilikuid. Berikut ini adalah tujuan dan manfaat yang dapat
dipetik dari hasil rasio likuiditas (Kasmir, 2010):
1. Untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban atas
hutang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih.
2. Untuk mengukur kemampuan perusaahaaan membayar kewajiban jangka
pendeknya dengan aktiva lancar secara keseluruhan.
3. Untuk mengukur kemampuan perusahaaan membayar kewajiban jangka
pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan.
4. Untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah sediaan yang ada
dengan modal kerja perusahaan.
5. Untuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar
hutang.
6. Sebagai alat perencanaan kedepan, terutama yang berkaitan dengan
perencanaan kas dan hutang.
7. Untuk melihat kondisi dan posisi likuiditas perusahaan dari waktu ke-
waktu dengan membandingkannya untuk beberapa periode.
2.7.3 Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Atau
dapat pula dikatakan rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi
(efektivitas) pemanfaatan sumber daya perusahaan (Kasmir, 2010). Efisiensi
yang dilakukan misalnya dibidang penjualan, persediaan, penaghian piutang
dan efisiensi dibidang lainnya. Rasio aktivitas juga digunakan untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Dari hasil
pengukuran dengan rasio aktivitas akan terlihat apakah perusahaan lebih
efisien dan efektif dalam mengelola asset yang dimilikinya atau mungkin
justru sebaliknya. Jenis-jenis rasio aktivitas seperti receivable turnover,
inventory turnover, dan days of inventory.
2.7.4 Rasio Solvabilitas
Rasio ini mengukur seberapa jauh perusahaan menggunakan hutang,
yang berarti mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban
keuangannya (Husnan dan Pudjiastuti, 1994). Sedangkan menurut Kasmir
(2010) rasio solvabilitas atau leverage ratio merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang.
Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dbandingkan
dengan aktivanya. Dalam arti yang luas dikatakan bahwa rasio solvabilitas
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh
kewajibannya, baik janka pendek maupun jangka panjang apabila dilikuidasi.
Berikut ini adalah beberapa tujuan perusahaan menggunakan rasio
solvabilitas menurut Kasmir (2010), yaitu:
1. Untuk mengetahui posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak
lain.
2. Untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang
bersifat tetap.
3. Untuk menilai keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap
dengan modal.
2.8. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Beberapa penelitian tentang privatisasi Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) telah banyak dilakukan dari berbagai macam sudut pandang,
contohnya sebagai berikut. Kurniawati dan Lestari (2007) melakukan studi
atas kinerja perusahaan setelah privatisasi. Peneliti mencoba menilai kinerja
beberapa BUMN baik kinerja keuangan maupun kinerja sahamnya setalah
melakukan privatisasi melalui IPO. Adapun kinerja keuangan yang diukur
antara lain adalah Likuiditas (Current Ratio, Cash Ratio, Acid Test Ratio),
Profitabilitas (GPM, ROA, ROE dan NPM), Leverage (Debt Ratio, Debt to
Equity Ratio dan Long Term to Debt Ratio), sedangkan kinerja saham diukur
dengan indikator Abnormal Return (AR). Berdasarkan hasil penelitian
diketahui bahwa kinerja keuangan yang diukur dengan rasio Likuiditas,
Profitabilitas dan Leverage sesudah privatisasi tidak lebih baik dibanding
sebelum privatisasi. Sedangkan kinerja saham BUMN dapat memberikan
pendapatan diatas rata-rata pasar (Abnormal Return Psitive).
Munggaran (2007) melakukan penelitian tentang analisa perbandingan
kinerja keuangan BUMN sebelum dan sesudah privatisasi. Penulis mengukur
kinerja keuangan dengan menggunakan aspek keuangan yang terdapat dalam
SK Menteri BUMN No: KEP-100/MBU/2002 yang terdiri dari delapan
indikator yaitu ROE, ROI, Cash Ratio, Current Ratio, Collection Period,
Perputaran Persediaan, Perputaran Total Aset, dan Total Modal Sendiri
terhadap Total Aset. Setelah dilakukan pengujian hipotesis diketahui bahwa
tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari tingkat kinerja BUMN sebelum
dan sesudah privatisasi.
Antoni dan Hasnawati (2009) melakukan penelitian tentang analisis
kinerja keuangan BUMN sebelum dan setelah privatisasi. Data penelitian
yang diambil adalah semua BUMN yang go public selain bank dan lembaga
keuangan bukan bank. Penelitian ini menggunakan 3 macam ukuran kinerja
keuangan yaitu rasio Profitabilitas (ROS, ROA dan ROE), Efisiensi (Ratio
Sales Efficiency dan Net Income Efficiency), Investasi (Capital Expenditure to
Sales dan Capital Expenditure per Total Asset). Berdasarkan hasil uji
hipotesis dengan menggunakan uji peringkat bertanda Wilcoxon disimpulkan
bahwa tidak ada perbedaan kineja BUMN sesudah dan sebelum dilakukannya
privatisasi.
Fitrianti dan Wardani (2010) melakukan penelitian mengenai analisis
komparasi profitabilitas sebelum dan sesudah penawaran saham perdana.
Data penelitian yang digunakan adalah laporan keuangan PT Adhi Karya
(persero) Tbk tahun 2000-2008. Tujuan penelitian ini adalah melakukan
analisa komparasi profitabilitas sebelum dan sesudah penawaran umum
saham perdana (initial public offering) pada PT Adhi Karya (Persero) Tbk.
Berdasarkan hasil penelitian, secara umum diperoleh kesimpulan bahwa
penawaran umum saham perdana atau IPO pada Adhi Karya dapat
mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan menjadi lebih baik daripada
sebelumnya.
Setiyowati (2010) melakukan penelitian mengenai pengaruh
privatisasi terhadap perbedaan efisiensi, profitabilitas, leverage dan likuiditas
sebelum dan setelah Privatisasi terhadap 10 BUMN non bank yang
melakukan privatisasi melalui IPO tahun 1995-2007. Peneliti
membandingkan ROA, ROE, ROS, TATO, dan DTA sebelum dan sesudah
privatisasi. Berdasarkan paired sample t-Test terdapat peningkatan efisiensi,
likuiditas dan penurulan leverage. Akan tetapi tidak terdapat peningkatan
pada profitabilitas peusahaan.
Penelitian mengenai dampak privatisasi telah banyak dilakukan oleh
beberapa peneliti terdahulu, seperti yang dilakukan oleh Kurniawati dan
Lestari (2007), Munggaran (2007), Antoni dan Hasnawati (2009), Fitrianti
dan Wardani (2010), serta Asyikin dan Tanu (2011). Perbedaan penelitian ini
dengan penilitian sebelumnya adalah terletak pada objek penelitian, selain itu
periode waktu serta rasio yang digunakan dalam mengukur kinerja keuangan
ini juga berbeda. Penelitian ini menganalisis pengaruh privatisasi yang
dilakukan oleh Wijaya Karya dengan membandingkan kinerja keuangan
sebelum dan sesudah privatisasi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
data laporan keuangan empat tahun sebelum privatisasi dan empat tahun
sesudah privatisasi, yaitu menggunakan data laporan keuangan yang dimulai
sejak tahun 2003 hingga tahun 2011.
Tabel 2. Daftar Penelitian Terdahulu yang Relevan
No Peneliti Metodologi Hasil
1 Kurniawati dan
Lestari (2007)
Membandingkan 2
tahun kinerja keuangan
sebelum dan sesudah
privatisasi BUMN
yang diprivatisasi
melalui IPO hingga
tahun 2006.
Kinerja keuangan yang
diukur dengan rasio
Likuiditas, Profitabilitas
dan Leverage sesudah
privatisasi tidak lebih baik
disbanding sebelum
privatisasi. Serdangkan
kinerja saham BUMN
dapat memberikan
pendapatan diatas rata-rata
pasar (Abnormal Return
Positive).
2 Munggaran
(2007)
Membandingkan
kinerja 2 tahun
sebelum dan sesudah
privatisasi PT.
Tambang Batubara
Bukit Asam, Tbk dan
PT. Perusahaan Gas
Negara, Tbk
menggunakan t-test.
Profitabilitas, likuiditas,
leverage, dan efisiensi
tidak mengalami
perubahan yang
signifikan.
3 Antoni dan
Hasnawati
(2009)
Membandingkan
kinerja keuangan
semua BUMN yang go
public selain bank dan
lembaga keuangan
bukan bank 3 tahun
sebelum dan sesudah
dipivatisasi.
Berdasarkan hasil uji
hipotesis dengan
menggunakan uji peringkat
bertanda Wilcoxon
disimpulkan bahwa tidak
ada perbedaan kineja
BUMN sesudah dan
sebelum dilakukannya
privatisasi.
4 Fitrianti dan
Wardani (2010)
Memabandingkan
kinerja keuangan
keuangan PT. Adhi
Karya (persero), Tbk
tahun 2000-2008.
Penawaran umum saham
perdana atau IPO pada
Adhi Karya dapat
mempengaruhi kinerja
keuangan perusahaan
menjadi lebih baik
daripada sebelumnya.
5 Setiyowati
(2010)
Peneliti
membandingkan
ROA,ROE,ROS,
TATO, dan DTA
sebelum dan sesudah
privatisasi terhadap 10
BUMN non bank yang
melakukan privatisasi
melalui IPO tahun
1995-2007.
Berdasarkan paired
sample t-Test terdapat
peningkatan efisiensi,
likuiditas dan penurulan
leverage. Akan tetapi
tidak terdapat
peningkatan pada
profitabilitas perusahaan.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Bank Dunia menilai bahwa para birokrat (pemerintah) tidak mampu
mengelola bisnis dengan baik, hal tersebut disebabkan bukan karena tidak
memiliki kompetensi, akan tetapi karena mereka mengahadapi kontradiksi,
yaitu apakah mereka berperan sebagai pemain bisnis atau sebagai pelayan
publik. Undang-Undang Nomor 19 tahun 2003 tentang BUMN membolehkan
unit usaha BUMN untuk dijual sebagian ataupun seluruh saham yang
dimilikinya, kepada pihak lain dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai
perusahaan, memperbesar manfaat bagi negara dan masyarakat, serta
memperluas pemilikan saham oleh masyarakat. Pemikiran yang mendukung
privatisasi melihat bahwa kinerja perusahaan BUMN akan menjadi lebih baik
jika perusahaan tersebut menjadi perusahaan publik. Dengan menjadi
perusahaan publik hal tersebut akan mendorong terciptanya transparansi pada
tata kelola perusahaan BUMN.
Selain untuk mendapatkan tambahan modal, hal tersebut menjadikan
alasan bagi Wijaya Karya untuk melakukan privatisasi pada tahun 2007.
Privatisasi yang dilakukan perseroan telah sesuai dengan arsitektur strategi
perusahaan untuk mencapai Visi Wijaya Karya pada tahun 2010. Penelitian
ini menganalisis dengan membandingkan variabel fundamental kinerja
keuangan sebelum dan sesudah privatisasi.
Adapun kinerja keuangan yang diukur menggunakan rasio
profitabilitas, likuiditas, aktivitas dan solvabilitas sesuai dengan keputusan
Menteri BUMN No KEP-100/MBU/2002 tentang tata cara pengukuran
tingkat kesehatan BUMN di Indonesia. Rasio profitabilitas diukur
menggunakan return on equity dan return on assets. Rasio likuiditas diukur
menggunakan cash ratio dan current ratio. Rasio aktivitas diukur
menggunakan total asset turnover dan total modal sendiri terhadap total aset.
Sedangkan rasio solvabilitas mengukur seberapa jauh perusahaan
menggunakan hutang, rasio ini diukur menggunakan debt to equity ratio dan
debt to total assets.
Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian
PT. Wijaya Karya
(Persero) Tbk
Laporan keuangan
Laporan keuangan
Sebelum privatisasi
Laporan keuangan
sesudah privatisasi
Pengukuran kinerja keuangan :
1. Profitabilitas 3. Aktivitas
2. Likuiditas 4. Solvabilitas
Kinerja keuangan
sesudah privatisasi
Kinerja keuangan
sebelum privatisasi
Investor
Perbandingan Kinerja Keuangan
Sebelum dan Sesudah Privatisasi
- Uji Normalitas
- Analisis Deskriptif
- Analisis Trend
- Paired-Samples t-Test
Hasil
Rekomendasi
3.2. Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam metode penelitian deskriptif komparatif
yang bersifat ex post facto. Artinya, data dikumpulkan setelah semua kejadian
yang telah selesai berlangsung. Peneliti dapat melihat akibat dari suatu
fenomena dan menguji hubungan sebab akibat dari data-data yang tersedia
(Nazir, 2003).
3.2.1 Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang telah diolah
dan disajikan melalui berbagai media seperti buku, jurnal, majalah dan
sumber lain yang berhubungan dengan penelitian ini. Jenis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data yang berupa
angka atau bilangan. Sumber data kuantitatif yang digunakan dalam
penelitian ini adalah laporan keuangan peusahaan yang telah diaudit.
3.2.2 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
dilakukan dengan studi pustaka yaitu :
1. Mengkaji buku, artikel, jurnal, dan penelitian terdahulu.
2. Mengumpulkan data laporan tahunan yang didapat dari situs resmi
perusahaan.
3. Mengakses data melalui website di internet yang berkaitan dengan
penelitian.
3.4. Metode Analisis Data
3.4.1 Analisis Rasio Keuangan
Peneliti melakukan pemberian batasan-batasan terhadap variabel yang
diteliti dalam pengujian hipotesis, maka dapat diketahui terdapat dua variabel
dalam penelitian ini, yaitu:
1. Variabel kinerja keuangan Wijaya Karya sebelum melakukan privatisasi
(X1). Variabel kinerja keuangan yang digunakan antara lain rasio
profitabilitas (ROA dan ROE ), likuiditas (Cash Ratio dan Current Ratio),
aktivitas (Total Asset Turnover dan Total Modal Sendiri Terhadap Total
Aset), dan solvabilitas (Debt to Equity Ratio dan Debt to Total Asset)
dalam jagka waktu empat tahun mulai dari tahun 2003 hingga 2006.
2. Variabel kinerja keuangan Wijaya Karya setelah melakukan privatisasi
(X2). Variabel kinerja keuangan yang digunakan antara lain rasio
profitabilitas (ROA dan ROE), likuiditas (Cash Ratio dan Current Ratio),
aktivitas (Total Asset Turnover dan Total Modal Sendiri Terhadap Total
Aset), dan solvabilitas (Debt to Equity Ratio dan Debt to Total Asset)
dalam jagka waktu empat tahun mulai dari tahun 2008 hingga 2011.
Rasio kinerja keuangan yang digunakan peneliti untuk menguji
hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Profitabilitas
Rasio ini menunjukan seberapa besar tingkat keberhasilan perusahaan di
dalam menghasilkan keuntungan. Semakin besar profitabilitas maka
semakin baik kinerja keuangan perusahaan. Profitabilitas diukur dengan
menggunakan, Return on Asset dan Return on Equity.
Operasionalisasi variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Return on Asset (ROA)
Merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dari modal
yang diinvestasikan untuk menghasilkan keuntungan bersih.
Rumus ROA = x 100 %...............................................(1)
b. Return On Equity (ROE)
Merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dari modal
sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi pemegang sahamnya.
Rumus ROE = x 100 %..............................................(2)
2. Likuiditas
Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
jangka pendeknya. Likuiditas diukur dengan menggunakan Current Ratio.
Operasionalisasi variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Operasionalisasi variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Cash Ratio
Rasio ini menunjukkan sejauh mana kemampuan kas dan setara kas
dalam melunasi kewajiban lancarnya.
Rumus Cash Ratio = x 100 %........................................(3)
b. Current Ratio
Rasio ini menunjukkan sejauh mana aktiva lancar dapat menutupi
kewajiban lancar. Semakin besar hasil perbandingan aktiva lancar
dengan hutang lancar, semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk
menutupi kewajiban jangka pendek.
Rumus Current Ratio = x 100 %..........................................(4)
3. Aktivitas
Merupakan kemampuan serta efisiensi perusahaan di dalam memanfaatkan
aset-aset yang dimiikinya. Aktivitas diukur dengan menggunakan Total
Asset Turnover.
Operasionalisasi variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Total Assets Turn Over
Total asset turn over merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan
mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap aktiva
(Kasmir, 2010).
Rumus Total Assets Turnover = x 100 %...........................(5)
b. Total Modal Sendiri Terhadap Total Aset
Rasio ini digunakan untuk mengukur perbandingan modal sendiri
yang dimiliki perusahaan terhadap total aset.
Rumus TMSTTA = x 100 %.....................................................(6)
4. Sovabilitas (leverage)
Adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka
panjangnya, rasio ini biasa juga disebut rasio leverage. Semakin rendah
tingkat leverage semakin baik kinerja keuangan perusahaan. Rasio ini
mengukur seberapa jauh perusahaan menggunakan hutang, yang berarti
mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban keuangannya
(Husnan dan Pudjiastuti, 1994). Solvabilitas diukur dengan menggunakan
Debt Equity Ratio dan Debt Total Asset.
Operasionalisasi variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Debt Equity Ratio
Merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dngan ekuitas.
Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang,
termauk utang lancar dengan seluruh equitas. Rasio ini berguna untuk
mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam dengan pemilik
perusahaan (Kasmir, 2010).
Rumus Debt Equity Ratio = x 100 %...........................(7)
b. Debt Total Assets
Menggambarkan aktiva yang digunakan oleh perusahaan untuk
menutup hutang baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Rumus Debt Total Assets = x 100 %.....................................(8)
Tabel 3. Operasional Variabel
Variabel
Indikator Skala
Kinerja keuangan BUMN
yang diukur sebelum
Return on Asset (ROA)
x 100 %
Rasio
lanjutan tabel 3.
dan sesudah privatisasi Return On Equity (ROE)
x 100 %
Rasio
Cash Ratio
x 100 %\
Rasio
Current Ratio
x 100 %
Rasio
Total Asset Turn Over
x 100 %
Rasio
TMSTTA
x 100 %
Rasio
Debt Equity Ratio
x 100 %
Rasio
Debt Total Assets
x 100 %
Rasio
3.4.3 Uji Normalitas
Penelitian ini menggunakan uji statistik non-parametrik
Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui kenormalan data dengan hipotesis.
Kolmogorov-Smirnov digunakan karena jumlah data penelitian kurang dari
30. Intrepretasi output dari Kolmogorov-Smirnov menggunakan level of
significant ( ) 5 %. Intrepretasi outputnya (Nugroho, 2006), sebagai berikut:
Ho = Data variable tidak terdistribusi secara normal.
Ha = Data variabel terdistribusi secara normal.
Pedoman yang digunakan untuk menerima atau menolak hipotesa
adalah:
1. Ho diterima jika nilai p-value pada kolom Sig.(2-tailed) < level of
significant ( ).
2. Ha diterima jika nilai p-value pada kolom Sig.(2-tailed) > level of
significant ( ).
3.4.4 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan karakteristik
mengenai nilai rata-rata dari return on equity, return on assets, current ratio,
total asset turnover, dan debt to equity ratio dan debt to total assets sebelum
dan sesudah privatisasi.
3.4.5 Analisis Trend
Analisis trend merupakan suatu metode analisis yang ditujukan untuk
melakukan suatu estimasi atas peramalan pada masa yang akan datang.
Penelitian ini menggunakan program minitab 15 untuk menganalisa trend dari
kinerja keuangan perusahaan. Secara umum untuk melakukan peramalan
dengan baik maka dibutuhkan berbagai macam informasi (data) yang cukup
banyak dan diamati dalam periode waktu yang cukup panjang, sehingga dari
hasil analisis tersebut dapat diketahui sampai berapa besar fluktuasi yang
terjadi dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terhadap perubahan
tersebut.
3.4.6 Uji Paired-Samples t Test
Selanjutnya setelah melakukan uji normalitas data dilanjutkan dengan
uji Paired-Samples t Test untuk menguji hipotesis. Uji Paired-Samples t Test
digunakan untuk menentukan ada tidaknya perbedaaan rata-rata dua sampel
bebas. Dua Sampel yang dimaksud di sini adalah sampel yang sama namun
mengalami perlakuan yang berbeda.
Data perlakuan yang berbeda dalam penelitian ini adalah sampel
pertama sebelum dilakukan IPO dan sampel kedua setelah dilakukan IPO,
sehingga output-nya akan terlihat ada atau tidaknya perbedaan rata-rata dari
kinerja keuangan Wijaya Karya sebelum dan sesudah privatisasi. Sehingga
berdasarkan kesimpulan dan teori-teori sebelumnya maka hipotesis penelitian
yang akan diuji adalah:
Ho1: Diduga tidak Terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata
Return On Equity Wijaya Karya antara sebelum privatisasi dengan
sesudah privatisasi melalui IPO.
Ha1: Diduga terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata Return On
Equity Wijaya Karya antara sebelum privatisasi dengan sesudah
privatisasi melalui IPO
Ho2: Diduga tidak Terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata
Return On Assets Wijaya Karya antara sebelum privatisasi dengan
sesudah privatisasi melalui IPO.
Ha2: Diduga terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata Return On
Assets Wijaya Karya antara sebelum privatisasi dengan sesudah
privatisasi melalui IPO.
Ho3: Diduga tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata Cash
Ratio Wijaya Karya antara sebelum privatisasi dengan sesudah
privatisasi melalui IPO.
Ha3: Diduga Terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata Cash
Ratio Wijaya Karya antara sebelum privatisasi dengan sesudah
privatisasi melalui IPO.
Ho4: Diduga tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata
Current Ratio Wijaya Karya antara sebelum privatisasi dengan
sesudah privatisasi melalui IPO.
Ha4: Diduga Terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata Current
Ratio Wijaya Karya antara sebelum privatisasi dengan sesudah
privatisasi melalui IPO.
Ho5: Tidak Terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata Total
Asssets Turn Over Wijaya Karya antara sebelum privatisasi dengan
sesudah privatisasi melalui IPO.
Ha5: Terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata Total Asssets Turn
Over Wijaya Karya antara sebelum privatisasi dengan sesudah
privatisasi melalui IPO.
Ho6: Tidak Terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata Total
Modal Sendiri Terhadap Total Aset Wijaya Karya antara sebelum
privatisasi dengan sesudah privatisasi melalui IPO.
Ha6: Terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata Total Modal
Sendiri Terhadap Total Aset Wijaya Karya antara sebelum
privatisasi dengan sesudah privatisasi melalui IPO.
Ho7: Diduga tidak Terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata Debt
Equity Ratio Wijaya Karya antara sebelum privatisasi dengan
sesudah privatisasi melalui IPO.
Ha7: Diduga terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata Debt
Equity Ratio Wijaya Karya antara sebelum privatisasi dengan
sesudah privatisasi melalui IPO.
Ho8: Diduga tidak Terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata Debt
Total Assets Wijaya Karya antara sebelum privatisasi dengan
sesudah privatisasi melalui IPO.
Ha8: Diduga terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata Debt Total
Assets Wijaya Karya antara sebelum privatisasi dengan sesudah
privatisasi melalui IPO.
Intrepretasi output dapat dilihat dari nilai t dan Sig.(2-tailed).
Kesimpulan dapat diambil melalui penerimaan dan penolakan hipotesis yang
diusulkan (Nugroho, 2006), yaitu:
1. Ho diterima jika t-hitung < t-tabel, atau nilai p-value pada kolom
Sig.(2-tailed) > level of significant ( ).
2. Ha diterima jika t-hitung > t-tabel, atau nilai p-value pada kolom
Sig.(2-tailed) < level of significant ( ).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Definisi Objek Penelitian
4.1.1 Profil Wijaya Karya
Sejarah Wijaya Karya (WIKA) dimulai 52 tahun yang lalu ketika
pemerintah Republik Indonesia menasionalisasikan perusahaan Belanda yang
bernama Naamloze Vennotschap Technische Handel Maatschappij en
Bouwbedijf Vis en Co. atau NV Vis en Co. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 2 tahun 1960 dan Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum
dan Tenaga Listrik No. 5 tanggal 11 Maret 1960, WIKA lahir dengan nama
Perusahaan Negara Bangunan Widjaja Karja. Seiring dengan upayanya untuk
terus-menerus bertransformasi, WIKA terus mencari jalan untuk memperluas
operasinya.Tidak puas hanya menjadi sub-kontraktor dari kontraktor-
kontraktor besar, WIKA pun berkembang menjadi pemborong pemasangan
jaringan listrik tegangan rendah, menengah dan tinggi di akhir dasawarsa
1960-an. Kemudian, pada awal 1970, WIKA memperluas usahanya menjadi
perusahaan kontraktor sipil dan bangunan perumahan.
Keinginan untuk terus berinovasi dan bertumbuh mendorong
perusahaan kembali memasuki babak baru, yakni dengan berganti status
menjadi Perseroan Terbatas Wijaya Karya (Persero) atau WIKA (Perseroan)
melalui Akta No. 110 tanggal 20 Desember 1972, yang dibuat di hadapan
Notaris Djojo Muljadi di Jakarta. Perubahan status perusahaan tersebut
memacu WIKA untuk terus berkembang, baik dari segi kemampuan sumber
daya manusia, bidang usaha, dan jangkauan operasinya. WIKA mencatatkan
sahamnya di Bursa Efek Jakarta, yang sekarang berubah menjadi Bursa Efek
Indonesia (BEI), pada tanggal 29 Oktober 2007. Kode saham Perseroan di
bursa adalah WIKA. Pencatatan saham ini berhasil dilakukan berkat adanya
persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) No.
KD. 01/3406/DPRRI/2007 tanggal 26 April 2007, dan Rapat Pemegang
Saham Luar Biasa No. RIS-15/D2.MBU/2007, yang diselenggarakan pada
tanggal 14 Juni 2007 serta surat persetujuan Menteri Negara BUMN No. F-
717/MBU/2007 tanggal 8 Oktober 2007 tentang persetujuan program
Employee Stock Allocation (ESA) dan Employee Stock Option Plan &
Management Stock Option Plan (ESOP/MSOP).
Melalui IPO tersebut, WIKA memperoleh dana segar yang siap
digunakan untuk terus berinovasi dan bertumbuh. Dana IPO diharapkan dapat
membuat posisi WIKA semakin kuat, terutama ketika krisis ekonomi dunia
mulai memperlihatkan dampaknya di dalam negeri. Dengan dana segar
ditangan, WIKA dapat memperkuat struktur modal, siap meluaskan operasi
usahanya ke luar negeri, dan terus mengembangkan Engineering
Procurement and Construction (EPC), serta berinvestasi dan
mengembangkan sejumlah proyek infrastruktur, terutama proyek-proyek
yang menjadi program pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Initial Public Offering (IPO) merupakan salah satu agenda yang telah
ditetapkan dalan arsitektur strategi perusahaan, strategi untuk mencapai visi
tersebut oleh perusahaan disebut juga Road Map to WIKA 2010. Road Map
to WIKA 2010 disusun pada tahun 2002, yaitu berupa pandangan ke depan
dimana setiap periode memiliki tahap-tahap pencapaian tersendiri, dan
merupakan tonggak sejarah (milestone) perusahaan.
4.1.2 Road Map to WIKA 2010
Pada tahun 2002, Perseoan mengawali Road Map to WIKA 2010
sebagai perusahaan dengan bisnis inti konstruksi skala nasional dan memiliki
anak-anak perusahaan yaitu: PT Wijaya Karya Beton, PT Wijaya Karya
Realty, dan PT Wijaya Karya Intrade serta perusahaan afiliasi PT WIKA-
NGK Insulator, dan mencanangkan bisnis EPC untuk jangka pendeknya.
Periode 2003-2004, merupakan tonggak sejarah kedua yang ditandai dengan
perolehan proyek Petrochemical TPPI di Tuban. Pada periode ini WIKA
mulai melakukan transformasi bisnis dari sebuah perusahaan kontraktor
nasional menuju perusahaan EPC, dengan semakin mengandalkan sinergi
antara perseroan dengan anak perusahaan. Pada tahap ini dicanangkan ruang
lingkup bisnis merambah ke luar negeri.
Tonggak sejarah ketiga terjadi pada periode tahun 2005- 2007, saat itu
WIKA melakukan restrukturisasi usaha dengan menawarkan 35 persen saham
kepada publik melalui Initial Public Offering (IPO). Seiring dengan
kegiatannya sebagai perusahaan terbuka, WIKA terus melangkah menembus
pasar konstruksi internasional dengan mengerjakan berbagai proyek di luar
negeri, di Uni Emirat Arab (Dubai) dan Aljazair. Kekuatan kompetensi
sumber daya manusia WIKA dipadu dengan perbaikan kinerja keuangan
Perseroan membuat WIKA semakin mantap melangkah ke depan. Setelah
berhasi IPO langkah strategis selanjutnya adalah memasuki bisnis investasi
untuk memperkuat sisi pendapatan dan laba.
Pada tonggak sejarah keempat di periode 2008-2010 yang merupakan
tahapan terakhir dari Road Map WIKA 2010, hampir seluruh bidang usaha
konstruksi WIKA telah mengarah kepada kegiatan perusahaan EPC, baik di
bidang konstruksi sipil umum, bangunan gedung, maupun di bidang
mekanikal. Prospek usaha di bidang konstruksi dengan pola Public Private
Partnership sebagai kontraktor EPC, Design and Build dan Turnkey Project
menjadi peluang bagi WIKA untuk mempertajam dan memantapkan
transformasi bisnisnya sebagai kontraktor EPC yang berbasis investasi. Pada
tahap ini WIKA telah masuk pada bisnis investasi di jalan tol dan pembangkit
listrik (IPP). Hal ini memberikan keyakinan kepada WIKA untuk
mempersiapkan visi lanjutan Perseroan yaitu VISI 2020 untuk menjadi salah
satu perusahaan EPC dan Investasi terbaik di Asia Tenggara.
4.1.3 Unit Bisnis Wijaya Karya
WIKA saat ini memiliki 4 Strategic Business Unit (SBU) dalam
bidang infrastruktur yang meliputi konstruksi sipil, konstruksi bangunan
gedung, utilitas dan energi, yang ke depannya akan semakin terintegrasi
menjadi perusahaan Engineering Procurement Construction (EPC) dan
Investasi.
1. Konstruksi Sipil
SBU Konstruksi Sipil terdiri dari sub-sub bidang usaha: jalan dan
jembatan, pengairan, prasarana perhubungan, dan ketenagaan. Saat ini,
kegiatan usaha SBU Konstruksi Sipil tidak sekadar kontraktor. Didukung
oleh tim enjinering yang mumpuni, SBU ini berkemampuan mengerjakan
rancang bangun (design and build) dari mulai proses perencanaan sampai
proses konstruksi. Beberapa proyek yang telah dikerjakan diantaranya adalah
Jetty Batubara PLTU Cilacap, Jetty Wood Chip Pulau Laut, serta
Removeable Trashrack Banjir Kanal Manggarai. Untuk sub bidang usaha
jalan, jalan tol, dan jembatan, SBU ini telah berhasil menyelesaikan berbagai
proyek berskala besar dan berteknologi tinggi, diantaranya:
a. Jembatan Layang Sudirman pada tahun 1993 dan KS Tubun pada tahun
1996 dengan menggunakan teknologi Incremental Launching Method
(ILM).
b. Jembatan Layang Pasupati Bandung yang merupakan jembatan layang
terpanjang di Indonesia pada tahun 2005 dengan teknologi Cable Stayed.
c. Jembatan Layang Cikubang-Tol Cipularang Jawa Barat yang merupakan
jembatan dengan pilar tertinggi di Indonesia pada tahun 2006.
d. Jembatan Surabaya Madura (Suramadu) pada tahun 2009.
Sub bidang pengairan meliputi pembangunan prasarana dan sarana
dasar bidang engairan antara lain bendung, bendungan/dam, saluran irigasi,
penyediaan air baku, instalasi pengolahan air bersih, dan penanggulangan
banjir. Di bidang ini, WIKA berhasil merampungkan sejumlah proyek antara
lain:
a. Bendung Gerak Klambu Barrage pada tahun 1991 dan Bendung Gerak
Serayu pada tahun 1995 di propinsi Jawa Tengah.
b. Di tahun 2009 WIKA antara lain mengerjakan proyek: Banjir Kanal
Timur, Normalisasi Sungai Bengawan Solo, Bendung Amandit di
Kalimantan, dan Waduk Jatigede di Jawa Barat.
Sub bidang usaha prasarana perhubungan meliputi jasa konstruksi
prasarana perhubungan darat, laut, dan udara, seperti bandara, pelabuhan laut,
termasuk jetty dan terminal peti kemas, dan stasiun kereta api. Beberapa
proyek yang telah diselesaikan antara lain:
a. Pelabuhan Peti Kemas dan Car Terminal Tanjung Priok.
b. Depo Kereta Api Depok dan Double Track Yogyakarta-Kroya.
2. Konstruksi Bangunan Gedung
SBU Konstruksi Bangunan Gedung memiliki anak perusahaan
tersendiri. SBU konstruksi bangunan gedung meliputi Sub Bidang Usaha
Bangunan Hunian dan Bangunan Fasilitas. Saat ini, dengan dukungan
kemampuan di bidang enjinering, telah melakukan pekerjaan rancang bangun
atau design and build, yaitu melakukan pekerjaan sejak proses perencaaan
sampai proses konstruksi. Sub bidang usaha jasa konstruksi bangunan hunian,
meliputi pembangunan apartemen, kondominium, hotel, rumah susun, dan
kompleks perumahan. Sejumlah proyek yang dikerjakan diantaranya:
a. Bangunan Apartemen: Apartemen Permata Berlian dan Apartemen
Belezza-Jakarta, Apartemen Adhi Wangsa-Surabaya, Apartemen Paragon-
Solo.
b. Bangunan Hotel: Hotel Paragon City, Semarang.
Sub bidang usaha bangunan fasilitas menggarap bangunan fasilitas
seperti rumah sakit, terminal penumpang bandara dan stasiun, sarana
pendidikan, sarana olahraga, perkantoran, mal dan sarana rekreasi lainnya.
Sejumlah proyek yang dikerjakan antara lain:
a. Rumah Sakit Sahid Sahirman, Jakarta.
b. Terminal Bandar Udara Adi Soemarmo, Solo.
c. Mal Lucky Square-Bandung, Mal Adhiwangsa-Surabaya, Mal Solo
Paragon-Solo, Plaza Balikpapan.
d. Kantor Pemerintahan Riau, Soho Group.
3. Utilitas
SBU Utilitas terdiri dari sub-sub bidang usaha jasa konstruksi
mekanikal dan elektrikal yang meliputi sub bidang usaha minyak dan gas,
sarana industri, dan pabrikasi baja. Sub bidang usaha minyak dan gas
meliputi jasa konstruksi mekanikal dan elektrikal di sektor hulu, hilir, dan
distribusi dari kegiatan operasi di sektor minyak dan gas. Di sektor hulu
terkait dengan pekerjaan platform rig offshore, crude oil & gas pipeline
distribution. Di sektor hilir terkait dengan pekerjaan konstruksi baja kilang
minyak, CO2 removal (amine plant), LPG plant, tangki kilang, dan
pipanisasi. Sedangkan di sektor distribusi yang terkait dengan pemasaran
meliputi pekerjaan jasa konstruksi jaringan pipa dan tangki/terminal minyak
dan gas. Sejumlah proyek yang berhasil diselesaikan antara lain:
a. Proyek Pipanisasi Jaringan Distribusi Gas Jawa Barat Paket 14 Cilamaya.
b. Proyek Pipanisasi Distribusi Bahan Bakar Minyak Balongan-Jakarta.
c. LPG Terminal 4 x 2500 MT di Tanjung Sekong.
d. Avtur Terminal & Filling Point Bandara Kualanamu dan Bandara
Soekarno Hatta.
Sub bidang usaha sarana industri meliputi jasa konstruksi di bidang
bangunan industri pabrik seperti pabrik pengolahan kelapa sawit, pabrik
biofuels, pabrik granulasi pupuk NPK, pabrik semen, pabrik farmasi, instalasi
pengolahan air bersih dan limbah. Sejumlah proyek yang dikerjakan
diantaranya:
a. Raw Water Clarification (RWC) Pertamina Plaju.
b. Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit.
c. Pabrik Granulasi Pupuk NPK, RFO, Petrokimia Gresik.
d. Konstruksi Pabrik Biodiesel Ciliandra Perkasa Dumai.
e. Rekondisi Pabrik Semen Indocement.
f. Pabrik CPO di Malingping, Jawa Barat.
g. Palimanan Cement Mill di Cirebon.
Sub bidang usaha pabrikasi baja pada awalnya merupakan sarana
pabrikasi pendukung. Sejak tahun 2009 ditingkatkan menjadi sub bidang
usaha yang dapat mengelola sendiri usahanya mulai dari pemasaran,
produksi, dan pengiriman dengan rentang produk yang besar dalam
menghasilkan produk konstruksi baja seperti struktur rangka baja, menara
telekomunikasi, menara transmisi listrik, jembatan baja, tangki baja, silo,
hopper baja, pressure vessel, welded beam, dan steel plate work lainnya. Saat
ini, selain memproduksi produk-produk di atas, sedang dijajaki produk-
produk baja terkait dengan industri perminyakan dengan target pasar
kontraktor KKKS seperti pekerjaan on-shore steel platform, juga sudah
dimulai pengembangan pabrik untuk memproduksi boiler untuk pembangkit
skala kecil (dibawah 100 MW).
4. Energi
SBU Energi menjalankan usaha dalam bidang konstruksi berbasis
EPC (Engineering Procurement Construction) yang terintegrasi. Lingkup
pekerjaan yang dilakukan mulai dari pekerjaan rekayasa dasar, rekayasa
proses, rekayasa detil, procurement terkait pengadaan equipment, dan
construction atau pelaksanaan konstruksi dari proyek-proyek yang telah
direncanakan. Saat ini, yang dikerjakan adalah EPC Power Plant, baik yang
terkait dengan konstruksi sipil maupun EPC dari Power Plant. Beberapa
proyek yang dikerjakan terkait power plant antara lain:
a. Kontruksi Sipil Power Plant: PLTU Labuhan Angin, PLTU Labuan, PLTU
Pelabuhan Ratu, PLTG Muara Karang, PLTGU Tanjung Priok, dan PLTU
Pacitan.
b. EPC Power Plant: PLTU Amurang 2 x 25 MW, PLTD Bali 50 MW, PLTU
Asam-Asam 2x65MW, Kalimantan Selatan.
4.2. Analisis Data
4.2.1 Uji Normalitas
Uji Normalitas dilakukan untuk menguji kenormalan data pada
variabel penelitian, yaitu Return On Equity, Return On Assets, Cash Ratio,
Current Ratio, Total Assets Turn Over, Total Modal Sendiri Terhadap Total
Aset, Debt to Equity Ratio, dan Debt to Total Assets sehingga dapat
digunakan untuk menentukan analisis hipotesis yang akan digunakan.
Pengujian normalitas yang digunakan adalah one-sample Kolmogorov-
Smirnov.
Uji normalitas menggunakan One Sample Kolmogorov-Smirnov
memperlihatkan signifikansi masing-masing untuk Return On Equity sebesar
0.959>0,05; Return On Assets sebesar 0.982>0,05; Cash Ratio sebesar
0.985>0,05; Current Ratio sebesar 0.789>0,05; Total Assets Turn Over
sebesar 0.876>0.05; Total Modal Sendiri Terhadap Total Aset sebesar
0.867>0.05; Debt to Equity Ratio sebesar 0.720>0,05 dan Debt to Total
Assets sebesar 0.505>0,05. Artinya semua variabel terdistribusi normal
karena memiliki nilai lebih besar dari 0,05.
Tabel 4. Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov test
Variabel Kolmogorov-Smirnov
Z
Asymp. Sig. (2-
tailed)
Return On Equity 0.507 0.959
Return On Assets 0.466 0.982
Cash Ratio 0.457 0.985
Current Ratio 0.652 0.876
Total Assets Turn
Over
0.591 0.876
Total Modal Sendiri
Terhadap Total Aset
0.598 0.867
Debt to Equity Ratio 0.695 0.720
Debt to Total Assets 0.824 0.505
Sumber : Output Kolmogorov-Smirnov SPSS 15
4.2.2 Perbedaan Kinerja Keuangan Wijaya Karya
Berikut ini merupakan analisis kondisi kinerja keuangan PT. Wijaya
Karya, (Persero) Tbk sebelum dan sesudah privatisasi berdasarkan
penggolongan rasio sesuai tujuan penganalisa menurut Munawir (1995).
Adapun indikator yang digunakan meliputi rasio profitabilitas (return on
equity dan return on assets), likuiditas (cash ratio dan current ratio), aktivitas
(total asset turnover dan total model sendiri terhadap total aset), serta
solvabilitas (debt equity ratio dan debt to total assets). Untuk mengetahui
nilai rata-rata dari masing-masing rasio tersebut, penulis menggunakan
analisis deskriptif SPSS 15 for Windows.
1. Rasio Profitabilitas
a. Return on Equity
Tabel 5. Return On Equity Wijaya Karya Sebelum Privatisasi (dalam
jutaan rupiah)
Indikator Tahun
2003 2004 2005 2006
Laba setelah
pajak
40.738 71.727 68.382 93.897
Modal sendiri 239.981 292.347 329.383 402.258
Return On
Equity
16,97% 24,53% 20,76% 23,34%
Rata-rata 21,40%
Sumber : Laporan Keuangan PT. Wijaya Karya, (Persero) Tbk
Tabel 6. Return On Equity Wijaya Karya Sesudah Privatisasi (dalam
jutaan rupiah)
Indikator Tahun
2008 2009 2010 2011
Laba setelah pajak 156.035 189.222 284.922 354.499
Modal sendiri 1.384.641 1.532.941 1.801.624 2.076.561
Return On Equity 11,27% 12,34% 15,81% 17,11%
Rata-rata 14,13%
` Sumber : Laporan Keuangan PT. Wijaya Karya, (Persero) Tbk
Dari kedua tabel diatas dapat dilihat bahwa, pada saat sebelum
privatiasi melalui IPO, rata-rata Return On Equity Wijaya Karya dari tahun
2003-2006 sebesar 21,40%. Menurut keputusan Menteri BUMN No KEP-
100/MBU/2002 tentang tata cara pengukuran tingkat kesehatan BUMN,
Return On Equity BUMN memiliki skor paling tinggi sebesar 20 poin apabila
memiliki nilai lebih dari 15%. Hal ini mengindikasikan bahwa Return On
Equity Wijaya Karya sebelum diprivatisasi memiliki skor yang sangat tinggi.
Sedangkan rata-rata Return On Equity Wijaya Karya sesudah
privatisasi adalah sebesar 14,38%, yang berarti terjadi penurunan 7,02%.
Penurunan ini menyebabkan skor penilaian menurut keputusan Menteri
BUMN turun menjadi 18 poin disebabkan oleh penurunan rata-rata Return
On Equity. Rasio Return On Equity digunakan untuk mengukur kemampuan
dari modal sendiri dalam menghasilkan keuntungan bagi seluruh pemegang
saham, baik saham biasa maupun saham preferen. Penurunan rata-rata Return
On Equity Wijaya Karya merupakan penurunan yang tidak diinginkan oleh
investor, hal tersebut dikarenakan setiap 100 rupiah modal sendiri yang
diinvestasikan akan menghasilkan laba setelah pajak turun menjadi 14,38
rupiah sesudah perseroan diprivatisasi. Penurunan ini konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh Setiyowati (2010) yang meneliti sepuluh
BUMN bidang non bank.
Berdasarkan Gambar 2 dari analisa trend menggunakan Minitab 15,
terlihat kecenderungan menurun pada nilai rata-rata Return On Equity Wijaya
karya dimasa depan. Penurunan tersebut dapat dilihat pada garis forecast
berwarna hijau untuk tahun 2012-2013. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
kecenderungan sumbangan keuntungan terhadap pemegang saham pada masa
depan akan menurun.
20132012201120102009200820072006200520042003
26
24
22
20
18
16
14
12
10
Year
RO
E
MAPE 26.7217
MAD 3.9871
MSD 18.4895
Accuracy Measures
Actual
Fits
Forecasts
Variable
Trend Analysis Plot for ROELinear Trend Model
Yt = 21.45 - 0.908500*t
Gambar 2. Output data analisis trend ROE menggunakan Minitab 15
b. Return On Assets
Tabel 7. Return On Assets Wijaya Karya Sebelum Privatisasi (dalam
jutaan rupiah)
Indikator Tahun
2003 2004 2005 2006
Laba setelah
pajak
40.738 71.727 68.382 93.897
Total Aset 1.344.738 1.956.828 2.097.931 2.655.142
Return On
Assets
3,03% 3,67% 3,26% 3,54%
Rata-rata 3,37%
Sumber : Laporan Keuangan PT. Wijaya Karya, (Persero) Tbk
Tabel 8. Return On Assets Wijaya Karya Sesudah Privatisasi (dalam
jutaan rupiah)
Indikator Tahun
2008 2009 2010 2011
Laba setelah
pajak
156.035 189.222 284.922 354.499
Total Aset 5.771.424 5.700.614 6.286.305 8.322.980
Return On
Assets
2,70% 3,32% 4,53% 4,26%
Rata-rata 3,70%
Sumber : Laporan Keuangan PT. Wijaya Karya, (Persero) Tbk
Pada perbandingan rata-rata Return On Assets dari kedua tabel diatas,
dapat dilihat bahwa pada saat sebelum privatiasi melalui IPO, rata-rata Return
On Assets Wijaya Karya dari tahun 2003-2006 adalah sebesar 3,37%. Rasio
ini menggambarkan kemampuan aset dalam menghasil laba setelah pajak,
artinya semakin besar rasio Return On Assets maka semakin baik efektifitas
aset dalam menghasilkan laba bagi perusahaan.
Sedangkan rata-rata Return On Assets setelah privatisasi adalah
sebesar 3,70% yang berarti terjadi kenaikan sebesar 0,33% dibandingkan
sebelum melakukan privatisasi. Pada kedua tabel diatas, terlihat kenaikan
total aset Wijaya Karya yang selalu konsisten setiap tahunnya. Kenaikan total
aset tertinggi adalah pada tahun 2008 jika dibandingkan dengan tahun 2006,
hal tersebut dikarenakan pada tahun 2008 Wjaya Karya sudah melakukan
IPO.
Pada Gambar 3 dari analisa trend menggunakan Minitab 15,
kecenderungan Return On Assets Wijaya karya yang digambarkan pada garis
forecast berwarna hijau menunjukkan kenaikan nilainya pada tahun 2012-
2013. Hal tersebut meramalkan bahwa rasio total aset dalam menghasilkan
laba setelah pajak akan canderung meningkat pada masa depan.
20132012201120102009200820072006200520042003
4.5
4.0
3.5
3.0
2.5
Year
RO
A
MAPE 11.0490
MAD 0.3760
MSD 0.2220
Accuracy Measures
Actual
Fits
Forecasts
Variable
Trend Analysis Plot for ROALinear Trend Model
Yt = 2.927 + 0.113*t
Gambar 3. Output data analisis trend ROA menggunakan Minitab 15
2. Rasio Likuiditas
a. Cash Ratio
Tabel 9. Cash Ratio PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk Sebelum Privatisasi
(dalam jutaan rupiah)
Indikator Tahun
2003 2004 2005 2006
Kas dan setara kas 121.736 95.664 194.620 336.744
Hutang Lancar 798.541 1.166.320 1.331.080 1.850.445
Cash Ratio 15,24% 8,20% 14,62% 18,19%
Rata-rata 14,06%
Sumber : Laporan Keuangan PT. Wijaya Karya, (Persero) Tbk
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, pada saat sebelum privatiasi
melalui IPO rata-rata Cash Ratio Wijaya Karya dari tahun 2003-2006 adalah
sebesar 14,06%. Cash Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan Kas
yang dimiliki perseroan dalam melunasi hutang lancarnya. Menurut keputusan
Menteri BUMN No KEP-100/MBU/2002 tentang tata cara pengukuran tingkat
kesehatan BUMN, Cash Ratio BUMN yang memiliki nilai antara 10%
sampai15% mendapat skor penilaian sebesar 2 poin.
Tabel 8. Cash Ratio PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk Sebelum Privatisasi
(dalam jutaan rupiah)
Indikator Tahun
2008 2009 2010 2011
Kas dan
setara kas
1.051.432 1.210.888 1.227.705 1.244.316
Hutang
Lancar
3.620.587 3.435.525 3.642.027 5.127.209
Cash Ratio 29,04% 35,24% 33,71% 23,88%
Rata-rata 30,46%
Sumber : Laporan Keuangan PT. Wijaya Karya, (Persero) Tbk
Sedangkan rata-rata Cash Ratio Wijaya Karya sesudah privatisasi
adalah sebesar 30,46%, yang berarti terjadi kenaikan 16,04%. Kenaikan ini
menyebabkan skor penilaian menurut keputusan Menteri BUMN No KEP-
100/MBU/2002 sesudah perseroan diprivatisasi menjadi 4 poin, kenaikan ini
dikarenakan Cash Ratio Wijaya Karya setelah privatisasi memiliki nilai
diantara 25% sampai 35%. BUMN non infrastruktur mendapat skor penilaian
tertinggi sebesar 5 poin apabila memiliki nilai rata-rata Cash Ratio lebih dari
35%.
Berdasarkan Gambar 4 dari analisa trend menggunakan Minitab 15,
terlihat kecenderungan pada nilai rata-rata Cash Ratio Wijaya karya dimasa
depan meningkat. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada garis forecast
berwarna hijau untuk tahun 2012-2013.
Gambar 4. Output data analisis trend Cash Ratio menggunakan Minitab 15
b. Current Ratio
Tabel 11. Current Ratio PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk Sebelum
Privatisasi (dalam jutaan rupiah)
Indikator Tahun
2003 2004 2005 2006
Aset Lancar 1.105.950 1.610.988 1.700.320 2.246.164
Hutang
Lancar
798.541 1.166.320 1.331.080 1.850.445
Current
Ratio
138,50% 138,13% 127,74% 121.38%
Rata-rata 131,44%
Sumber : Laporan Keuangan PT. Wijaya Karya, (Persero) Tbk
Tabel 12. Current Ratio PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk Sesudah
Privatisasi (dalam jutaan rupiah)
Indikator Tahun
2008 2009 2010 2011
Aset
Lancar
5.229.930 4.962.530 4.954.287 5.838.852
20132012201120102009200820072006200520042003
60
50
40
30
20
10
Year
C2
MAPE 36.682
MAD 8.395
MSD 174.480
Accuracy Measures
Actual
Fits
Forecasts
Variable
Cash RatioLinear Trend Model
Yt = 13.0 + 2.72*t
lanjutan tabel 12.
Hutang
Lancar
3.620.587 3.435.525 3.642.027 5.127.209
Current
Ratio
144,45% 144,45% 136,03% 113,88%
Rata-rata 134,70%
Sumber : Laporan Keuangan PT. Wijaya Karya, (Persero) Tbk
Berdasarkan Tabel 11 dan 12 tabel diatas dapat dilihat bahwa, pada
saat sebelum privatisasi melalui IPO, rata-rata Current Ratio Wijaya Karya
dari tahun 2003-2006 adalah sebesar 131,44%, yang berarti setiap satu
rupiah hutang lancar akan dijamin oleh aset lancar sebesar Rp. 1,31. Rasio
dari Current Ratio ini menunjukkan sejauh mana aset lancar dapat menutupi
kewajiban lancarnya, semakin besar hasil perbandingannya maka semakin
tinggi kemampuan perusahaan untuk menutupi kewajiban jangka pendeknya.
Menurut keputusan Menteri BUMN No KEP-100/MBU/2002, Current Ratio
BUMN bidang non infrastruktur mendapat skor tertinggi apabila berada
diatas 125%. Jadi rata-rata Current Ratio Wijaya Karya sebelum diprivatisasi
melalui IPO mendapat skor tertinggi yaitu sebesar 5 poin.
Sedangkan rata-rata Current Ratio Wijaya Karya setelah privatisasi
adalah sebesar 134,70%, yang berarti terjadi kenaikan sebesar 3,33%
dibandingkan sebelum perseroan melakukan privatisasi. Hasil tersebut
mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam menutupi kewajiban jangka
pendeknya setelah privatisasi menjadi lebih baik. Akan tetapi kenaikan
tersebut tidak merubah poin penilaian menurut keputusan Menteri BUMN,
dikarenakan Current Ratio Wijaya Karya telah mencapai skor tertinggi yaitu
jika nilainya lebih dari 125%.
Berdasarkan Gambar 5 dari analisa trend menggunakan Minitab 15,
hasil peramalan nilai Current Ratio Wijaya Karya pada masa depan
menunjukkan hasil yang berbeda jika dibandingkan pada tabel analisa
sebelumnya. Jika analisa perbandingan rata-rata pada tabel yang
menggunakan statistik deskriptif terjadi kenaikan sesudah privatisasi, akan
tetapi pada analisa trend justru terjadi kecenderungan penurunan pada masa
yang akan datang. Hal tersebut terlihat pada garis forecast berwarna hijau
yang menurun ditahun 2012-2013. Kecenderungan penurunan nilai rata-rata
Current Ratio pada analisa trend ini, kemungkinan disebabkan oleh nilai
Current Ratio ditahun 2011 yang turun sangat signifikan.
20132012201120102009200820072006200520042003
170
160
150
140
130
120
110
Year
Cu
rre
nt
Ra
tio MAPE 7.930
MAD 10.756
MSD 192.800
Accuracy Measures
Actual
Fits
Forecasts
Variable
Trend Analysis Plot for Current RatioLinear Trend Model
Yt = 140.7 - 0.805000*t
Gambar 5. Output data analisis trend Current Ratio menggunakan
Minitab 15
3. Rasio Aktivitas
a. Total Assets Turn Over
Tabel 13. Total Assets Turn Over Wijaya Karya Sebelum Privatisasi
(dalam jutaan rupiah)
Indikator Tahun
2003 2004 2005 2006
Penjualan
Bersih
1.857.753 2.476.226 2.601.509 3.049.427
Total Aset 1.344.738 1.956.828 2.097.931 2.655.142
TATO 138,25% 126,54% 124,00% 114,84%
Rata-rata 125,91%
Sumber : Laporan Keuangan PT. Wijaya Karya, (Persero) Tbk
Dari Tabel 13 diatas dapat dilihat bahwa rata-rata perputaran total
asset sebelum privatiasi dari tahun 2003-2006 adalah sebesar 125,91%,
berarti bahwa setiap satu rupiah aset yang digunakan menghasilkan rata-rata
pendapatan Rp. 1,25. Menurut keputusan Menteri BUMN No KEP-
100/MBU/2002, Total Assets Turn Over BUMN bidang non infrastruktur
mendapat skor penilaian tertinggi apabila berada diatas 120%. Jadi rata-rata
Total Assets Turn Over Wijaya Karya sebelum privatisasi telah mendapat
skor tertinggi yaitu sebesar 5 poin.
Tabel 14. Total Assets Turn Over Wijaya Karya Sesudah Privatisasi
(dalam jutaan rupiah)
Indikator Tahun
2008 2009 2010 2011
Penjualan
Bersih
6.559.077 6.590.857 6.022.921 7.741.827
Total Aset 5.771.424 5.700.614 6.286.305 8.322.980
TATO 113,65% 115,62% 95,81% 93,02%
Rata-rata 104,52%
Sumber : Laporan Keuangan PT. Wijaya Karya, (Persero) Tbk
Sedangkan rata-rata Total Assets Turn Over setelah privatisasi yang
dapat dilihat pada tabel diatas adalah sebesar 104,52%, hasil tersebut
menunjukkan penurunan sebesar 21,39% dibanding sebelum melakukan
privatisasi. Hal itu menyebabkan setiap satu rupiah aset yang digunakan
Wijaya Karya, terjadi penurunan dalam menghasilkan rata-rata pendapatan
menjadi Rp. 1,04 setelah privatisasi. Rata-rata Total Assets Turn Over setelah
diprivatisasi mendapat nilai skor turun menjadi 4 poin menurut keputusan
Menteri BUMN No KEP-100/MBU/2002, karena Total Assets Turn Over
Wijaya berada diantara 90% sampai 105%.
Hasil penelitian ini, konsisten dengan rata-rata sepuluh BUMN non
bank yang diteliti oleh Setiyowati (2010). Penurunan tersebut dapat
dijelasakan dengan teori property rights. Dimana revenue privatization yang
menciptakan sebagian besar kontrol masih berada ditangan pemerintah, baik
dalam penentuan alokasi sumber daya maupun reward. Hal tersebut
menyebabkan pihak manajemen kekurangan insentif dalam memanfaatkan
sumber daya yang dimiliki perusahaan secara efisien.
Berdasarkan Gambar 6 dari analisa trend menggunakan Minitab 15,
maka terlihat kecenderungan menurun dari nilai Total Assets Turn Over
Wijaya Karya dimasa depan. Kecenderungan tersebut meramalkan nilai Total
Assets Turn Over pada tahun 2012-2013 akan menurun, hal tersebut dapat
dilihat pada garis forecast berwarna hijau. Interpretasi dari garis forecast ini
adalah bahwa setiap rupiah aset yang digunakan perseroan, ternyata akan
mengalami penurunan dalam menghasilkan rata-rata pendapatan pada masa
depan.
20132012201120102009200820072006200520042003
140
130
120
110
100
90
80
Year
TA
TO
MAPE 4.2164
MAD 4.7196
MSD 34.9717
Accuracy Measures
Actual
Fits
Forecasts
Variable
Trend Analysis Plot for TATOLinear Trend Model
Yt = 138.19 - 4.85100*t
Gambar 6. Output data analisis trend TATO menggunakan Minitab 15
b. Total Modal Sendiri Terhadap Total Aset
Tabel 15. TMSTTA Wijaya Karya Sesudah Privatisasi (dalam jutaan
rupiah)
Indikator Tahun
2003 2004 2005 2006
Modal Sendiri 239.981 292.347 329.383 402.258
Total Aset 1.344.738 1.956.828 2.097.931 2.655.142
Total Modal
Sendiri
Terhadap Total
Aset
17,84% 14,94% 15,70% 15,15%
Rata-rata 15,91%
Sumber : Laporan Keuangan PT. Wijaya Karya, (Persero) Tbk
Berdasarkan Tabel 15 diatas dapat dilihat bahwa rata-rata
perbandingan modal sendiri terhadap total aset sebelum Wijaya Karya
diprivatiasi, dari tahun 2003-2006 adalah sebesar 15,91%. Menurut keputusan
Menteri BUMN No KEP-100/MBU/2002, rasio Total Modal Sendiri
Terhadap Total Aset Wijaya Karya sebelum diprivatisasi mendapat skor
penilaian sebesar 6 poin, karena berada diantara 10% sampai 20%.
Tabel 16. TMSTTA Wijaya Karya Sesudah Privatisasi (dalam jutaan
rupiah)
Indikator Tahun
2008 2009 2010 2011
Modal sendiri 1.384.641 1.532.941 1.801.624 2.076.561
Total Aset 5.771.424 5.700.614 6.286.305 8.322.980
Total Modal
Sendiri
Terhadap
Total Aset
23,99% 26,89% 28,66% 24,95%
Rata-rata 26,12%
Sumber : Laporan Keuangan PT. Wijaya Karya, (Persero) Tbk
Sedangkan rata-rata perbandingan modal sendiri terhadap total aset
setelah privatisasi yang dapat dilihat pada tabel diatas didapat 26,12%, hasil
tersebut menunjukkan kenaikan sebesar 10,21% dibanding sebelum
melakukan privatisasi. Skor penilaian dari rata-rata Total Modal Sendiri
Terhadap Total Aset Wijaya Karya setelah diprivatisasi menurut keputusan
Menteri BUMN mengalami peningkatan menjadi 7,25 poin, hal tersebut
dikarenakan Total Modal Sendiri Terhadap Total Aset Wijaya Karya berada
diantara 20% sampai 30%.
Berdasarkan gambar 7 dari analisa trend menggunakan Minitab 15,
dapat dilihat bahwa kecenderungan dari nilai Total Modal Sendiri Terhadap
Total Wijaya Karya dimasa depan akan meningkat. Kecenderungan tersebut
digambarkan pada garis forecast berwarna hijau untuk tahun 2012-2013.
Gambar 7. Output data analisis trend TMSTTA menggunakan Minitab 15
4. Rasio Solvabilitas
a. Debt Equity Ratio
Tabel 17. Debt Equity Ratio Wijaya Karya Sebelum Privatisasi (dalam
jutaan rupiah)
Indikator Tahun
2003 2004 2005 2006
Total Hutang 1.100.733 1.622.418 1.718.220 2.197.879
Modal
sendiri
239.981 292.347 329.383 402.258
Debt to
Equity Ratio
458,67% 554,96 521,65 546,39
Rata-rata 520,41%
Sumber : Laporan Keuangan PT. Wijaya Karya, (Persero) Tbk
Pada perbandingan rata-rata Debt Equity Ratio dari tabel diatas, dapat
dilihat bahwa pada saat sebelum privatiasi melalui IPO, rata-rata Debt Equity
Ratio Wijaya Karya dari tahun 2003-2006 adalah sebesar 520,41%. Rasio ini
menggambarkan struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan untuk melihat
struktur resiko tidak tertagihnya hutang, semakin kecil angka rasio ini maka
semakin baik bagi perusahaan.
20132012201120102009200820072006200520042003
32.5
30.0
27.5
25.0
22.5
20.0
17.5
15.0
Year
TMS
TTA
MAPE 15.3960
MAD 3.2231
MSD 16.7170
Accuracy Measures
Actual
Fits
Forecasts
Variable
TMSTTALinear Trend Model
Yt = 13.75 + 1.68*t
Tabel 18. Debt Equity Ratio Wijaya Karya Sesudah Privatisasi (dalam
jutaan rupiah)
Indikator Tahun
2008 2009 2010 2011
Total Hutang 4.304.026 4.064.899 4.369.537 6.103.604
Modal sendiri 1.384.641 1.532.941 1.801.624 2.076.561
Debt to
Equity Ratio
310,84% 265,17% 242,53% 294,64%
Rata-rata 278,29%
Sumber : Laporan Keuangan PT. Wijaya Karya, (Persero) Tbk
Sedangkan rata-rata Debt Equity Ratio sesudah privatisasi adalah
sebesar 278,29%, yang berarti terjadi penurunan sebesar 242,12%
dibandingkan sebelum melakukan privatisasi. Hasil penurunan dari rata-rata
Debt Equity Ratio setelah privatisasi ini, menjadikan struktur modal
perseroan sesudah privatisasi menjadi lebih baik, hal tersebut kemungkinan
disebabkan oleh meningkatnya nilai modal sendiri dibandingkan total hutang
setelah perusahaan melakukan privatisasi melalui IPO.
Pada Gambar 8 dari analisa trend menggunakan Minitab 15, terlihat
kecenderungan menurun nilai Debt Equity Ratio Wijaya karya pada masa
depan. Kecenderungan tersebut dapat dilihat pada garis forecast berwarna
hijau untuk tahun 2012-213. Semakin menurun garis forecast berwarna hijau
ini, menunjukkan struktur modal perseoran semakin baik.
20132012201120102009200820072006200520042003
600
500
400
300
200
100
Year
DER
MAPE 21.61
MAD 72.02
MSD 7165.56
Accuracy Measures
Actual
Fits
Forecasts
Variable
Trend Analysis Plot for DERLinear Trend Model
Yt = 574.0 - 39.0327*t
Gambar 8. Output data analisis trend DER menggunakan Minitab 15
b. Debt to Total Assets
Tabel 19. Debt to Total Assets Wijaya Karya Sebelum Privatisasi (dalam
jutaan rupiah)
Indikator Tahun
2003 2004 2005 2006
Total
Hutang
1.100.733 1.622.418 1.718.220 2.197.879
Total Aset 1.344.738 1.956.828 2.097.931 2.655.142
Debt to
Total Asets
81,85% 82,91% 81,90% 82,78%
Rata-rata 82,36%
Sumber : Laporan Keuangan PT. Wijaya Karya, (Persero) Tbk
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, pada saat sebelum privatiasi
melalui IPO, rata-rata Debt to Total Assets Wijaya Karya dari tahun 2003-
2006 adalah sebesar 82,36%. Rasio Debt to Total Assets ini menggambarkan
kemampuan aset yang dipergunakan oleh perusahaan dalam menutup
hutangnya, baik jangka panjang maupun jangka pendek. Oleh sebab itu,
semakin kecil rasio dari Debt to Total Assets, mengindikasikan struktur aset
perusahaan semakin baik.
Tabel 20. Debt to Total Assets Wijaya Karya Sesudah Privatisasi (dalam
jutaan rupiah)
Indikator Tahun
2008 2009 2010 2011
Total
Hutang
4.304.027 4.064.899 4.369.537 6.103.604
Total Aset 5.771.424 5.700.614 6.286.305 8.322.980
Debt to
Total Asets
74,57% 71,31% 69,51% 73,33%
Rata-rata 72,18%
Sumber : Laporan Keuangan PT. Wijaya Karya, (Persero) Tbk
Sedangkan rata-rata Debt to Total Assets setelah privatisasi adalah
sebesar 72,18%, yang berarti terjadi penurunan sebesar 10.18% dibandingkan
sebelum perseroan melakukan privatisasi. Hasil ini mengindikasikan rasio
aset yang dipergunakan oleh perusahaan untuk menutup hutang, baik jangka
panjang maupun jangka pendek setelah perseroan diprivatisasi semakin baik.
Jika melihat nilai total aset pada tabel, kenaikan tertinggi total aset adalah
pada periode 2006-2008, hal tersebut dikarenakan pada tahun 2008 perseroan
mendapatkan modal dari penjualan saham setelah preivatisasi melalui IPO.
Penurunan rasio ini merupakan penurunan yang diinginkan oleh pemegang
saham perseroan, karena pemegang saham menilai perbandingan total aset
yang dimiliki perseroan semakin besar setelah privatisasi jika dibandingkan
dengan kewajiban yang dimilikinya.
Berdasarkan Gambar 9 dari analisa trend menggunakan Minitab 15,
terlihat kecenderungan menurun dari nilai Debt to Total Assets Wijaya karya
pada masa depan. Hasil ini meramalkan bahwa kemampuan perseroan dalam
melunasi hutangnya, baik jangka panjang maupun jangka pendek
menggunakan total asetnya, akan menjadi semakin baik pada masa depan.
20132012201120102009200820072006200520042003
85
80
75
70
65
Year
DTA
MAPE 3.9171
MAD 2.8916
MSD 14.9253
Accuracy Measures
Actual
Fits
Forecasts
Variable
Trend Analysis Plot for DTALinear Trend Model
Yt = 84.79 - 1.72783*t
Gambar 9. Output data analisis trend DTA menggunakan Minitab 15
4.3. Analisis Perbedaan Rata-rata Uji Beda Paired-Samples t Test
Untuk lebih memperkuat apakah peubahan-perubahan kinerja
keuangan pada Wijaya Karya tersebut dipengaruhi oleh adanya privatisasi
melalui IPO, maka selanjutnya dilakukan uji lanjutan, yaitu uji beda Paired-
Samples t Test menggunakan SPSS 15 for Windows terhadap seluruh data-
data yang memiliki parameter yang sama. Adapun kinerja keuangan yang
digunakan adalah kinerja profitabilitas (return on equity dan return on
assets), likuiditas (cash ratio dan current ratio), aktivitas (total asset turnover
dan total modal sendiri terhadap total aset), dan solvabilitas (debt to equity
ratio dan debt to total assets).
4.3.1 Uji Hipotesis Kinerja Profitabilitas
Hipotesis kinerja profitabilitas dalam penelitian ini diproksikan
dengan dua pengukuran yaitu Return On Equity dan Return On Assets Wijaya
Karya. Kedua rasio dalam penelitian ini menunjukkan pengaruh yang berbeda
antara sebelum dengan sesudah privatisasi melalui IPO untuk periode 2003-
2011.
Hasil uji beda Paired-Samples t Test pada Return On Equity,
menunjukkan terdapat perbedaan signifikansi antara sebelum dengan sesudah
privatisasi. Terlihat pada Gambar 10, t hitung sebesar 4,374 dan signifikansi
0,022. Diperoleh t tabel pada signifikansi α = 0,05 dalam penelitian ini
sebesar 3,182. Jadi t hitung > t tabel (4,374 > 3,182). Sedangkan signifikansi
0,022 < 0,05 sehingga Ha1 diterima. Berarti penurunan rata-rata Return On
Equity Wijaya Karya setelah diprivatisasi sangat signifikan.
Hasil ini berbeda dengan penelitian Kurniawati dan Lestari (2007)
yang meneliti seluruh BUMN yang diprivatisasi hingga tahun 2006. Akan
tetapi, penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Setiyowati (2010) yang
menggunakan data sepuluh BUMN, dimana kesepuluh BUMN tersebut
terdapat perbedaan rata-rata sebesar 0,19741, dengan t hitung didapat sebesar
2,23062 < t tabel yaitu 2,365, sehingga Ha ditolak dan Ho diterima.
Paired Samples Test
Pair 1
ROE_Sebelum_Priv
atisasi -
ROE_Sesudah_Priva
tisasi
Paired Differences Mean 7.26750
Std. Deviation 3.32342
Std. Error Mean 1.66171
95% Confidence Interval of
the Difference
Lower 1.97920
Upper 12.55580
t 4.374
df 3
Sig. (2-tailed) .022
Gambar 10. Output beda Paired-Samples t Test data ROE menggunakan
SPSS 15
Sedangkan hasil uji beda Paired-Samples t Test pada Return On
Assets, menunjukkan tidak adanya perbedaan kinerja antara sebelum
privatisasi dengan sesudah privatisasi melalui IPO untuk periode 2003-2011.
Gambar 11 menunjukkan t hitung sebesar –0,816 dan signifikansi 0,474.
Selanjutnya diperoleh t tabel pada signifikansi α = 0,05 untuk data penelitian
ini sebesar 3,182. Jadi t hitung < t tabel (-0,816 < 3,182). Sedangkan
signifikansi 0,474 > 0,05 sehingga Ho2 diterima. Berarti kenaikan rata-rata
Return On Assets Wijaya Karya setelah diprivatisasi tidak signifikan.
Hasil ini konsisten dengan penelitian Antoni dan Hasnawati (2009)
yang meniliti seluruh BUMN non Bank dan Lembaga Keuangan non Bank
yang sudah diprivatisasi melalui IPO. Selain itu penelitian ini juga konsisten
dengan penelitian Kurniawati dan Lestari (2007) yang meneliti seluruh
BUMN yang diprivatisasi hingga tahun 2006.
Paired Samples Test
Pair 1
ROA_Sebelum_Privatisasi -
ROA_Sesudah_Privatisasi
Paired
Differences
Mean -.32750
Std. Deviation .80284
Std. Error Mean .40142
95% Confidence Interval of
the Difference
Lower -1.60500
Upper .95000
t -.816
df 3
Sig. (2-tailed) .474
Gambar 11. Output uji Paired-Samplest t Test data ROA menggunakan
SPSS 15
4.3.2 Uji Hipotesis Kinerja Likuiditas
Hipotesis kinerja likuiditas dalam penelitian ini diproksikan dengan
dua pengukuran yaitu Cash Ratio dan Current Ratio Wijaya Karya. Kedua
rasio dalam penelitian ini menunjukkan pengaruh yang berbeda antara
sebelum dengan sesudah privatisasi melalui IPO untuk periode 2003-2011.
Hasil uji beda Paired-Samples t Test pada cash ratio, menunjukkan
terdapat perbedaan signifikansi antara sebelum dengan sesudah privatisasi.
Terlihat pada Gambar 12, t hitung sebesar -3,654 (nilai mutlak +/-) dan
signifikansi 0,035. Diperoleh t tabel pada signifikansi α = 0,05 dalam
penelitian ini sebesar 3,182. Jadi t hitung > t tabel (3,654 > 3,182).
Sedangkan signifikansi 0,035 < 0,05 sehingga Ha3 diterima. Berarti kenaikan
rata-rata cash ratio Wijaya Karya setelah diprivatisasi sangat signifikan.
Paired Samples Test
Pair 1
Cash_Ratio_Sebelum -
Cash_Ratio_Sesudah
Paired
Differences
Mean -16.40500
Std. Deviation 8.97979
Std. Error Mean 4.48989
95% Confidence Interval of
the Difference
Lower -30.69384
Upper -2.11616
t -3.654
df 3
Sig. (2-tailed) .035
Gambar 12. Output uji Paired-Samples t Test data Cash Ratio menggunakan
SPSS 15
Sedangkan pada hasil uji beda Paired-Samples t Test dengan
menggunakan SPSS 15 for Windows, menunjukkan tidak adanya perbedaan
kinerja likuiditas yang diproksikan dengan Current Ratio Wijaya Karya
antara sebelum dengan sesudah privatisasi. Berdasarkan pada Gambar 13,
pada hasil uji beda didapat nilai t hitung sebesar –0,899 dan signifikansi
0,435. Selain itu diperoleh t tabel pada signifikansi α = 0,05 sebesar 3,182.
Jadi t hitung < t tabel (-0,899 < 3,182). Sedangkan signifikansi 0,435 > 0,05
sehingga Ho2 diterima. Artinya kenaikan rata-rata Current Ratio Wijaya
Karya setelah diprivatisasi tidak signifikan.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Setiyowati (2010) yang
meneliti sepuluh BUMN non bank, dimana t hitung pada penelitian tersebut
sebesar -2,75063 < t tabel (9; 0,05) yaitu 2,365 dan Sig.(2tailed) atau
probabilitas sebesar 0,02245 lebih kecil dari α= 0,05, sehingga Ha4 diterima.
Akan tetapi hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Kurniawati dan
Lestari (2007) yang meneliti seluruh BUMN yang diprivatisasi hingga tahun
2006.
Paired Samples Test
Pair 1
CR_Sebelum_Privatisasi -
CR_Sesudah_Privatisasi
Paired
Differences
Mean -3.26250
Std. Deviation 7.25473
Std. Error Mean 3.62737
95% Confidence Interval of
the Difference
Lower -14.80640
Upper 8.28140
t -.899
df 3
Sig. (2-tailed) .435
Gambar 13. Output uji Paired-Samples t Test data Current Ratio
menggunakan SPSS 15
4.3.3 Uji Hipotesis Kinerja Aktivitas
Hipotesis kinerja likuiditas dalam penelitian ini diproksikan dengan
dua pengukuran yaitu Cash Ratio dan Current Ratio Wijaya Karya. Kedua
rasio dalam penelitian ini menunjukkan pengaruh yang berbeda antara
sebelum dengan sesudah privatisasi melalui IPO untuk periode 2003-2011.
Hasil uji beda Paired-Samples t Test dengan menggunakan SPSS 12
for Windows, menunjukkan adanya perbedaan kinerja aktivitas yang
diproksikan dengan Total Assets Turn Over Wijaya Karya. Gambar 14
Memperlihatkan t hitung sebesar 5,743 dan signifikansi 0,010. Diperoleh t
tabel pada signifikansi α = 0,05 sebesar 3,182. Jadi t hitung > t tabel, (5,743 >
3,182). Sedangkan signifikansi 0,010 < 0,05 sehingga Ha5 diterima. Berarti
penurunan nilai Total Assets Turn Over Wijaya Karya setelah diprivatisasi
signifikan. Hasil ini berbeda dengan penelitian Munggaran (2007) dan
Setiyowati (2010) yang meneliti pengaruh privatisasi pada kinerja keuangan
sepuluh BUMN non bank.
Paired Samples Test
Pair 1
TATO_sebelum_Privatisasi -
TATO_Sesudah_Privatisasi
Paired
Differences
Mean 21.38250
Std. Deviation 7.44647
Std. Error Mean 3.72323
95% Confidence Interval of
the Difference
Lower 9.53351
Upper 33.23149
t 5.743
df 3
Sig. (2-tailed) .010
Gambar 14. Output uji Paired-Samples t Test data TATO menggunakan SPSS
15
Sedangkan pada hasil uji beda Paired-Samples t Test pada Total
Modal Sendiri Terhadap Total Aset, menunjukkan terdapat perbedaan
signifikansi antara sebelum dengan sesudah privatisasi. Terlihat pada Gambar
15, t hitung sebesar -6,780 (nilai mutlak +/-) dan signifikansi 0,007.
Diperoleh t tabel pada signifikansi α = 0,05 dalam penelitian ini sebesar
3,182. Jadi t hitung > t tabel (6,780 > 3,182). Sedangkan signifikansi 0,007 <
0,05 sehingga Ha6 diterima. Berarti kenaikan rata-rata Total Modal Sendiri
Terhadap Total Aset Wijaya Karya setelah diprivatisasi sangat signifikan.
Paired Samples Test
Pair 1
TMSTTA_Ratio_Sebelum -
TMSTTA_Sesudah
Paired
Differences
Mean -10.21500
Std. Deviation 3.01340
Std. Error Mean 1.50670
95% Confidence Interval of
the Difference
Lower -15.00999
Upper -5.42001
t -6.780
df 3
Sig. (2-tailed) .007
Gambar 15. Output uji Paired-Samples t Test data TMSTTA menggunakan
SPSS 15
4.3.4 Uji Hipotesis Kinerja Solvabilitas
Hipotesis kinerja solvabilitas dalam penelitian ini diproksikan dengan
2 pengukuran, yaitu Debt Equity Ratio dan Debt to Total Assets Wijaya
Karya. Kedua rasio dalam penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan
kinerja yang signifikan antara sebelum dengan sesudah privatisasi melalui
IPO untuk periode 2003-2011.
Untuk Debt Equity Ratio, hasil uji beda Paired-Samples t Test dengan
menggunakan SPSS 15 for Windows, menunjukkan adanya perbedaan kinerja
Debt Equity Ratio. Terlihat pada Gambar 16, t hitung sebesar 7,465 dan
signifikansi 0,005. Diperoleh t tabel pada signifikansi α = 0,05 dalam
penelitian ini sebesar 3,182. Jadi t hitung > t tabel (7,465 > 3,182).
Sedangkan signifikansi 0,005 < 0,05 sehingga Ha7 diterima. Berarti
penurunan Debt Equity Ratio perseroan sesudah diprivatisasi sangat
signifikan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Kurniawati dan
Lestari (2007), dimana peneliti meneliti kinerja seluruh BUMN yang sudah
diprivatisasi sampai tahun 2006.
Paired Samples Test
Pair 1
DER_Sebelum_privatisasi -
DER_Sesudah_Privatisasi
Paired
Differences
Mean 242.12250
Std. Deviation 64.87108
Std. Error Mean 32.43554
95% Confidence Interval of
the Difference
Lower 138.89814
Upper 345.34686
t 7.465
df 3
Sig. (2-tailed) .005
Gambar 16. Output uji Paired-Samples t Test data DER menggunakan SPSS
15
Hasil yang sama juga ditunjukkan pada Debt to Total Assets, terlihat
pada Gambar 17, didapat nilai t hitung sebesar 8,860 dan signifikansi 0,003.
Selanjutnya diperoleh t tabel pada signifikansi α = 0,05 untuk data penelitian
ini sebesar 3,182. Jadi t hitung > t tabel (8,860 > 3,182). Sedangkan
signifikansi 0,003 < 0,05 sehingga Ha8 diterima. Artinya Debt to Total Assets
Wijaya Karya setelah diprivatisasi mengalami penurunan yang signifikan.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Setiyowati (2010)
yang menganalisis kinerja keuangan sepuluh BUMN non bank sebelum dan
sesudah privatisasi. Sun et al (2002) dalam Setiyowati (2010), menyatakan
bahwa leverage menurun akibat penyertaan dari pemerintah sebagai jaminan
pinjaman menurun sehingga biaya pinjaman meningkat, selain itu terbukanya
akses pada investor swasta menyebabkan jumlah penyertaan modal dari
investor swasta meningkat. Dana yang diperoleh dari privatisasi digunakan
untuk memenuhi kewajiban perusahaan yang selanjutnya mempengaruhi
leverage.
Paired Samples Test
Pair 1
DTA_Sebelum_Privatisasi -
DTA_Sesudah_Privatisasi
Paired
Differences
Mean 10.18000
Std. Deviation 2.29807
Std. Error Mean 1.14904
95% Confidence Interval of
the Difference
Lower 6.52326
Upper 13.83674
t 8.860
df 3
Sig. (2-tailed) .003
Gambar17. Output uji Paired-Samples t Test data DTA menggunakan SPSS
15
4.3. Perbandingan Kinerja Keuangan Wijaya Karya Dengan BUMN Sejenis
4.4.1 Perbandingan Kinerja Profitabilitas
Kinerja profitabilitas Wijaya Karya dalam penelitian ini dibandingkan
dengan BUMN bidang konstruksi bangunan lainnya yang sudah diprivatisasi.
BUMN tersebut antara lain Adhi Karya dan Pembangun Perumahan.
Perbandingan diproksikan dengan dua pengukuran, yaitu menggunakan
Return On Equity dan Return On Assets pada BUMN bidang konstruksi
bangunan yang sudah diprivatisasi.
Berdasarkan pada Gambar 18, dapat dilihat hasil perbandingan Return
On Equity Wijaya Karya dengan BUMN pada industri sejenis lainnya yang
sudah diprivatisasi. Rata-rata Return On Equity Wijaya Karya sebelum
diprivatisasi masih berada dibawah Adhi Karya dan Pembangun Perumahan.
Penurunan rata-rata Return On Equity Wijaya Karya sesudah privatisasi
masih lebih baik jika dibandingkan dengan Pembangun Perumahan yang
turun hingga 19.94%. Hanya Adhi Karya saja BUMN bidang konstruksi
bangunan yang setelah melakukan privatisasi mengalami kenaikan pada
gambar tersebut.
Gambar 18. Perbandingan ROE Wijaya Karya dengan perseroan lain
Sedangkan pada Gambar 19 dibawah ini, terlihat bahwa nilai rata-rata
Return On Assets Wijaya Karya sesudah diprivatisasi mengalami peningkatan
nilainya dibandingkan dengan perseroan lainnya. Sedangkan pada Adhi
Karya dan Pembangun Perumahan, nilai rata-rata Return On Assets sesudah
diprivatisasi justru mengalami penurunan.
Gambar 19. Perbandingan ROA Wijaya Karya dengan perseroan lain
21,4 16,38
25,22 27,15
40,39
20,45
SebelumPrivatisasi
SesudahPrivatisasi
Rata-rata ROE (%)
Wijaya Karya
Adhi Karya
Pembangun Perumahan
21,4 25,22
40,39
16,38
27,15
20,45
Wijaya Karya Adhi Karya PembangunPerumahan
Rata-rata ROE (%)
Sebelum Privatisasi
Sesudah Privatisasi
3,37 3,7 3,59
3,28
4,25
3,46
Sebelum Privatisasi Sesudah Privatisasi
Rata-rata ROA (%)
Wijaya Karya
Adhi Karya
Pembangun Perumahan
3,37 3,59
4,25
3,7 3,28 3,46
Wijaya Karya Adhi Karya PembangunPerumahan
Rata-rata ROA (%)
Sebelum Privatisasi
4.4.2 Perbandingan Kinerja Likuiditas
Kinerja likuiditas Wijaya Karya dalam penelitian ini dibandingkan
dengan BUMN bidang konstruksi bangunan lainnya yang sudah diprivatisasi.
BUMN tersebut antara lain Adhi Karya dan Pembangun Perumahan.
Perbandingan diproksikan dengan dua pengukuran, yaitu menggunakan Cash
Ratio dan Current Ratio pada BUMN bidang konstruksi bangunan yang
sudah diprivatisasi.
Nilai rata-rata Cash Ratio Wijaya Karya yang ditunjukkan oleh
Gambar 20 dibawah ini, menunjukkan nilai yang hampir sama dengan
BUMN pada industri sejenis lainnya. Akan tetapi setelah perseroan
diprivatisasi, Nilai rata-rata Cash Ratio Wijaya Karya menjadi paling tinggi
dibandingkan perseoran lainnya.
Gambar 20. Perbandingan Cash Ratio Wijaya Karya dengan perseroan
lain
Jika melihat Gambar 21 dibawah ini, nilai rata-rata Current Ratio
Wijaya Karya sebelum diprivatisasi lebih rendah dibandingkan Adhi Karya.
Akan tetapi setelah kedua perseroan tersebut diprivatisasi, nilai rata-rata
Current Ratio Wijaya Karya menjadi lebih baik dibandingkan Adhi Karya
yang emngalami penurunan. Sedangkan rata-rata Current Ratio Pembangun
Perumahan sebelum dan sesudah privatisasi, memiliki nilai rata-rata Current
Ratio berada dibawah Wijaya Karya.
14,06
30,46
14,76 12,96 14,57
26,22
SebelumPrivatisasi
Sesudah Privatisasi
Rata-rata Cash Ratio (%)
Wijaya Karya
Adhi Karya
Pembangun Perumahan
14,06 14,76 14,57
30,46
12,96
26,22
Wijaya Karya Adhi Karya PembangunPerumahan
Rsta-rata Cash Ratio (%)
Sebelum Privatisasi
Sesudah Privatisasi
Gambar 21. Perbandingan CR Wijaya Karya dengan perseroan lain
4.4.3 Perbandingan Kinerja Aktivitas
Kinerja Aktivitas Wijaya Karya dalam penelitian ini dibandingkan
dengan BUMN bidang konstruksi bangunan lainnya yang sudah diprivatisasi.
BUMN tersebut antara lain Adhi Karya dan Pembangun Perumahan.
Perbandingan diproksikan dengan dua pengukuran, yaitu menggunakan Total
Assets Turn Over dan Total Modal Sendiri Terhadap Total Aset pada BUMN
bidang konstruksi bangunan yang sudah diprivatisasi.
Pada Gambar 22 dibawah ini, Wijaya Karya merupakan BUMN yang
memiliki nilai rata-rata Total Assets Turn Over paling rendah jika
dibandingkan dengan BUMN lainnya pada industri sejenis. Setelah BUMN
bidang konstruksi tersebut diprivatisasi, hampir semua BUMN pada gambar
tersebut mengalami penurunan nilai rata-rata Total Assets Turn Over.
Penurunan yang paling dalam dialami oleh Pembangun Perumahan.
131,44 134,7
149,77
126,83 127,21 130,24
Sebelum Privatisasi Sesudah Privatisasi
Rata-rata CR (%)
Wijaya Karya
Adhi Karya
Pembangun Perumahan
131,44
149,77
127,21
134,7
126,83 130,24
WijayaKarya
Adhi Karya PembangunPerumahan
Rata-rata CR (%)
Sebelum Privatisasi
Sesudah Privatisasi
Gambar 22. Perbandingan TATO Wijaya Karya dengan perseroan lain
Jika melihat Gambar 23 dibawah ini, kenaikan tertinggi nilai rata-rata
Total Modal Sendiri Terhadap Total Aset setelah diprivatisasi pada BUMN
bidang konstruksi dialami oleh Wijaya Karya. Sedangkan pada Adhi Karya
nilai rata-rata Total Modal Sendiri Terhadap Total Aset setelah diprivatisasi
justru mengalami penurunan. Posisi Wijaya Karya setelah diprivatisasi,
memiliki nilai rata-rata Total Modal Sendiri Terhadap Total Aset yang paling
baik dibandingkan BUMN bidang konstruksi lainnya.
Gambar 23. Perbandingan TMSTTA Wijaya Karya dengan perseroan lain
125,91
104,52
155,05 138,11 132,16
89,88
Sebelum Privatisasi Sesudah Privatisasi
Rata-rata TATO (%)
Wijaya Karya
Adhi Karya
Pembangun Perumahan
125,91
155,05 132,16
104,52
138,11
89,88
Wijaya Karya Adhi Karya PembangunPerumahan
Rata-rata TATO (%)
Sebelum Privatisasi
Sesudah Privatisasi
15,91
26,12
17,8 15,35 14,27
20,55
Sebelum Privatisasi Sesudah Privatisasi
Rata-rata TMSTTA (%)
Wijaya Karya
Adhi Karya
Pembangun Perumahan
15,91 17,8
14,27
26,12
15,35
20,55
Wijaya Karya Adhi Karya PembangunPerumahan
Rata-rata TMSTTA (%)
Sebelum Privatisasi
Sesudah Privatisasi
4.4.4 Perbandingan Kinerja Solvabilitas
Kinerja solvabilitas Wijaya Karya dalam penelitian ini dibandingkan
dengan BUMN bidang konstruksi bangunan lainnya yang sudah diprivatisasi.
BUMN tersebut antara lain Adhi Karya dan Pembangun Perumahan.
Perbandingan diproksikan dengan dua pengukuran, yaitu menggunakan Total
Assets Turn Over dan Total Modal Sendiri Terhadap Total Aset pada BUMN
bidang konstruksi bangunan yang sudah diprivatisasi.
Berdasarkan Gambar 24 yang membandingkan rata-rata Debt Equity
Ratio Wijaya Karya terhadap BUMN lainnya pada industri sejenis. Rasio
hutang terhadap modal sendiri Wijaya Karya sesudah privatisasi ternyata
lebih baik dibandingkan Adhi Karya dan Pembangun Perumahan. Hal itu
disebabkan karena penurunan rata-rata Debt Equity Ratio sesudah privatisasi
lebih signifikan disbanding BUMN lainnya. Sedangkan rata-rata Debt Equity
Ratio Adhi Karya sesudah rivatisasi justru tejadi kenaikan dibandingkan
sebelum privatisasi.
Gambar 24. Perbandingan DER Wijaya Karya dengan perseroan lain
Berdasarkan pada Gambar 25 di bawah ini, jika dibandingkan dengan
BUMN bidang konstruksi bangunan lainnya yang sudah diprivatisasi. Rata-
rata Debt to Total Assets Wijaya Karya dan Pembangun Perumahan setelah
diprivatisasi mengalami penurunan. Sedangkan Adhi Karya justru mengalami
kenaikan. Hal ini mengindikasikan, bahwa kemampuan aset yang dimiliki
520,41
278,29
458,18 550,13 579,15
386,4
Sebelum Privatisasi Sesudah Privatisasi
Rata-rata DER (%)
Wijaya Karya
Adhi Karya
Pembangun Perumahan520,41
458,18
579,15
278,29
550,13
386,4
Wijaya Karya Adhi Karya PembangunPerumahan
Rata-rata DER (%)
Sebelum Privatisasi
Sesudah Privatisasi
oleh Wijaya Karya dan Pembangun Perumahan untuk menutupi seluruh
kewajibannya semakin baik setelah perseroan diprivatisasi. Penurunan yang
sangat dalam terjadi pada Pembangun Perumahan sebesar 11,69%.
Gambar 25. Perbandingan DTA Wijaya Karya dengan perseroan lain
82,36
72,18
81,36 84,49 85,19
73,5
SebelumPrivatisasi
Sesudah Privatisasi
Rata-rata DTA (%)
Wijaya Karya
Adhi Karya
Pembangun Perumahan
82,36 81,36
85,19
72,18
84,49
73,5
Wijaya Karya Adhi Karya PembangunPerumahan
Rata-rata DTA (%)
Sebelum Privatisasi
Sesudah Privatisasi
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
1) Perbedaan kinerja keuangan sebelum dan sesudah privatisasi melalui IPO :
NIlai rata-rata dari Return On Assets, Cash Ratio, Current Ratio dan Total
Modal Sendiri Terhadap Total Aset Wijaya Karya meningkat setelah
perseroan diprivatisasi. Peningkatan nilai yang terjadi setelah privatisasi ini
berdampak positif terhadap kinerja keuangan perseroan. Sedangkan nilai
rata-rata dari Return On Equity dan Total Assets Turn Over setelah
perseroan diprivatisasi justru terjadi penurunan, dan berdampak negatif
terhadap kinerja keuangan perseroan. Untuk Debt Equity Ratio dan Debt
Total Assets juga terjadi penurunan nilai rata-rata setelah perseroan
diprivatisasi. Akan tetapi penurunan dari kedua rasio tersebut justru
berdampak positif terhadap struktur modal perseroan.
2) Bagaimana pengaruh yang signifikan pada rata-rata kinerja keuangan Wijaya
Karya setelah perseroan diprivatisasi :
Peningkatan nilai setelah setelah privatisasi yang dialami oleh rata-rata
Return On Assets dan Current Ratio ternyata tidak berpengaruh secara
signifikan setelah diuji menggunakan Paired Sample t Test. Peningkatan
nilai yang berpengaruh secara signifikan terjadi pada rata-rata Cash Ratio
dan Total Modal Sendiri Terhadap Total Aset. Sedangkan pada Return On
Equity, Total Assetes Turn Over, Debt Equity Ratio dan Debt Total Assets,
penurunan nilai keempat rasio ini setelah privatisasi berpengaruh secara
signifikan.
3) Perbandingan kinerja keuangan Wijaya Karya terhadap BUMN lain pada
industri sejenis yang sudah diprivatisasi melalui IPO :
Rata-rata Return On Equity Wijaya Karya menempati posisi terendah baik
sebelum maupun setelah perseroan diprivatisasi terhadap BUMN pada
industri sejenis lainnnya. Sedangkan pada Return On Assets, Cash Ratio dan
Current Ratio setelah privatisasi, nilainya justru paling tinggi dibandingkan
BUMN lainnya pada industri sejenis. Rata-rata Total Assets Turn Over
Wijaya Karya setelah privatisasi nilainya lebih rendah dibandingkan Adhi
Karya, akan tetapi lebih tinggi dibandingkan Pembangun Perumahan.
Urutan tersebut juga sama pada rata-rata Total Modal Sendiri Terhadap
Total Aset. Penurunan nilai rata-rata Debt Equity Ratio dan Debt to Total
Assets setelah privatisasi, menyebabkan Wijaya Karya memiliki nilai rata-
rata terendah dibandingkan perseroan lainnya setelah privatisasi.
2. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diambil, penulis mengajukan
beberapa saran yang diharapkan dapat membantu dalam memperbaiki kinerja
perseroan dan Badan Usaha Milik Negara lainnya dikemudian hari:
1. Penulis menyarankan agar perseroan memperhatikan tingkat Return On
Equity dan Total Assets Turn Over, karena setelah privatisasi dilakuakn
kedua rasio ini menurun. Rasio ini menjadi daya tarik utama yang
ditawarkan kepada investor dan perbankan. Tingkat Return On Equity
pada perseroan dapat ditingkatkan dengan meningkatkan laba setelah
pajak, sedangkan tingkat Total Assets Turn Over dapat ditingkatkan
dengan meningkatkan pejualan bersih. Artinya perusahaan harus
meningkatkan tingkat pendapatannya dan mengefisiensikan proses operasi
perseroan.
2. Untuk penelitian selanjutnya, data perusahaan pembanding pada industri
sejenis harus lebih diperbanyak. Hal tersebut agar mendapatkan
perbandingan kinerja keuangan yang lebih lengkap dan komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA
Antonia, dan Hasnawati. 2009. “Analisis Kinerja keuangan BUMN Sebelum dan
Sesudah Privatisasi Di Indonesia”. Jurnal Telaah Manajemen, Vol.4 No.2
November 2009 hal 125-140.
Asyikin, J. dan Tanu. 2008. “Analsisi Perbandingan Kinerja Keuangan Antara
Perusahaan Farmasi Milik Pemerintah (BUMN) dengan Perusahaan
Farmasi Swsata yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Spread,
Vol.1 No.1 April 2011 hal 36-48. http://jurnalistiei-kayutangi.ac.id.pdf.
Diakses 6 Maret 2012
Bastian, I. 2002. Privatisasi di Indonesia Teori dan Implementasi, Jakarrta:
Salemba Empat,
Husnan, S, 2002, Manajemen Keuangan Teori Dan Praktek. Yogyakarta: Yayasan
Badan Penerbit Gajah Mada Yogyakarta.
IGCGS. 2003. Apa dan Bagaimana Privatisasi BUMN. Jakarta: penerbit IGCGS
Lestari, K. dan Lestari. 2008. ”Studi Atas Kinerja BUMN setelah Privatisasi.”
Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.12 No.2 Mei 2008 hal 263-272.
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/12208263272.pdf. Diakses 6 Maret
2012.
Kasmir. 2010. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Press.
Hanafi, M. dan Halim. 2007. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: Unit
Penerbit dan Percetakkan STIM YKPN.
Jumingan. 2008. Analisa Laporan keuangan. Jakarta: Bumi Aksara.
Manurung, A. 2006. Cara Menilai Perusahaan. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo-Gramedia.
Munawir, S. 1995. Analisa Laporan keuangan. Yogyakarta: Penerbit Libery.
Munggaran, A.K. 2007. ”Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan BUMN
Sebelum dan Sesudah Privatisasi”. Skripsi Universitas Widyatama,
http://dspace.widyatama.ac.id/bitstream/handle/10364/517/cover.pdf?sequ
ence=6. Diakses 6 Maret 2012.
Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia.
Pranoto, T. 2011. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Privatisasi
BUMN”. Paper presentasi FEUI Research Day. 13 Desember 2011.
Setiyowati, R. 2010. ”Analisis Perbedaan Efisiensi, Profitabilitas, Leverage dan
Likuiditas Sebelum dan Setelah Privatisasi (Studi Empiris pada BUMN
Sektor Non Infrastruktur dan Non Jasa Keuangan yang Go Public Tahun
1995-2007)”. Skripsi Universitas Diponegoro Semarang,
http://eprints.undip.ac.id/22449/1/RiriSetiyowatiC2C006126.pdf Diakses 6
Maret 2012
Sitompul, A. 2004. Pasar Modal, Penawaran Umum dan permasalahannya.
Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Soegiharto, dkk. 2005. BUMN Indonesia, BUMN Incorporated. Jakarta: Elex
Media Komputindo.
Wardhani, S dan Fitriati. 2010. ”Analisis Komparasi Profitabilitas Sebelum dan
Sesudah Penawaran Perdana Saham”. Ilmu Administrasi dan
Organisasi.Vol.17 No.2 Mei 2010 hal 91-100.
journal.ui.ac.id/jbb/article/view/630/615.
www.wika.co.id. [10 - 17 April 2012]
http://portal.bumn.go.id. [diakses 20 April 2012]
GLOSSARIUM
Aktiva :
Merupakan harta atau kekayaan yang dimiliki oleh perushaan, baik pada saat
tertentu maupun periode tertentu.
Aktiva Lancar :
Merupaan harta atau kekayaan yang segera dapat dituanikan pada saaat
dibubutuhkan dan paling lama satu tahun.
Aktiva Tetap :
Merupakan harta atau kekayaan perusahaan yang digunakan dalam jangka
waktu panjang.
Akun :
Kumpulan semua transaksi keuangan.
Akuntan :
Ahli yg pekerjaannya menyusun, membimbing, mengawasi, memperbaiki tata
buku dan administrasinya
Akuntansi :
Teori dan praktik yg berkenaan dng transaksi keuangan, termasuk tanggung
jawab, prinsip, standar, kelaziman dan semua kegiatannya
Analisis :
Penyelidikan thd suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk
mengetahui keadaan yg sebenarnya (sebab- musabab, duduk perkaranya,
dsb).
Annual Report :
Laporan tahunan keuangan perusahaan
Assets Turn Over :
Jumlah penjualan yang didapat tiap nilai aset dimana didapatkan dengan cara
membagi penjualan dengan nilai aset.
Badan Uaha Milik Negara (BUMN) :
Didefinisikan sebagai badan usaha yang seluruh atau sebagian besar
modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang
berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.
Bursa :
Tempat berlansungnya perdagangan surat berharga.
Devidend :
Pembagian keuntungan suatu peusahaan kepada para pemegang sahamnya.
Efisiensi :
Kemampuan perusahaan mengukur efektivitas perusahaan dalam
menggunakan aktiva yang dimilikinya.
Kas :
Uang tunai yang dimiliki erusahaan dan dapat segera digunakan.
Laba :
Keuntungan yang didapat perusahaaan.
IPO (Initial Public Offering) :
Penjualan saham suatu perusahaan kepada para investor, yang dilakukan
untuk pertama kali.
Kerjasama Operasi (KSO) :
Adalah konsep bagi hasil yang berimbang dan konsisten antara pemerintah
sebagai pemilik saham mayoritas yang meng-outsource salah satu atau
sebagian dari unit usaha yang dilakukan kepada pihak swasta.
Laporan keuangan :
Adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk
berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusaaan dengan
pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan
tersebut
Likuiditas :
Kemampuan perusahaan mengukur mengukur seberapa likuidnya suatu
perusahaan
Manajemen :
Proses pemakaian sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran yg
telah ditentukan; penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai
sasaran.
Modal (Ekuitas) :
Merupakan hak yang dimiliki perusahaan
Neraca :
Adalah sebuah laporan keuangan yang berisikan kekayan yang dikenal
dengan asset dan hutang serta modal perusahaan
Obligasi :
Surat hutang yang diterbitkan oleh pemerintah atau perusahaan yang akan
membayar kupon tertentu dan melunasi pokok hutang tersebut pada saat jatuh
tempo
Pemerintah :
Sistem menjalankan wewenang dan kekuasaan mengatur kehidupan sosial,
ekonomi, dan politik suatu negara atau bagian-bagiannya.
Piutang :
Meupakan tagihan perusahaan kepada pihak lainnya yang memiliki jangka
waktu tidak lebih dari satu tahun.
Portfolio :
Sekumpulan surat berharga dari beberapa jenis.
Privatisasi :
Penjualan saham persero, baik sebagian maupun seluruhnya kepada pihak
lain dalam rangka meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan, memperbesar
manfaat bagi negara dan masyarakat, serta memperluas kepemilikan saham
oleh masyarakat.
Pofitabilitas :
Kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan.
Prospektus :
Dokumen penawaran, yang berisikan seluruh aspek penting yang harus
diketahui oleh calon pemodal
Rasio :
Angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya
dalam laporan keuangan. Hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan
tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis yang sederhana
Saham Biasa (common stock) :
Bukti kepemilikan dalam suatu perusahaan , dimana pemilik saham biasa
memiliki hak untuk menerima dividend
Strategic Sales :
adalah metode penjualan unit usaha langsung kepada investor strategis, tidak
melalui lantai bursa
Solvabilitas :
Mengukur seberapa jauh perusahaan menggunakan hutang
.
LAMPIRAN
Lampran 1. Ikhtisar Laporan Keuangan Sebelum Privatisasi
Uraian
Dalam Juta Rupiah, kecuali data saham
2003 2004 2005 2006
LAPORAN POSISI KEUANGAN
KONSOLIDASIAN
Aset Lancar 1,005,090 1,616,988 1,700,320 2,272,818
Aktiva Tidak Lancar 3,848 5,219 154,249 88,403
Investasi pada
Perusahaan
Asosiasi
2,023 2,023 2,023 1,708
Aktiva Tetap 128,828 189,450 213,729 230,153
Aktiva Lain-lain 103,089 149,148 27,610 63,999
Jumlah Aktiva 1,343,738 1,956,828 2,097,931 2,655,143
Kewajiban Lancar 798,541 1,166,320 1,331,080 1,820,445
Kewajiban Tidak
Lancar
302,192 456,098 387,140 377,434
Total Kewajiban 1,100,733 1,622,418 1,718,220 2,197,879
Hak Kepemilikan
Minoritas dalam Anak
Perusahaan
3,024 42,063 50,328 55,005
Modal Sendiri 209,911 292,347 329,383 457,263
Jumlah Kewajiban dan
Modal
1,343,738 1,956,828 2,097,931 2,655,143
Modal Kerja Bersih 307,409 444,668 369,240 452,373
Investasi 21,483 40,863 39,286 39,286
LAPORAN LABA RUGI
Penjualan Bersih 1,857,783 2,476,226 2,601,509 3,049,427
Harga Pokok Penjualan (1,715,076) (2,286,056) (2,396,359) (2,803,582)
Laba Kotor Sebelum
Bagian Laba
Kerjasama Operasi
(KSO)
142,707 190,170 205,150 245,845
Bagian Laba KSO 0 30,201 29,344 (7,606)
Laba Kotor Setelah
Bagian Laba
KSO
142,707 220,371 234,494 238,240
Biaya Usaha (73,051) (88,617) (99,305) (114,475)
Laba Usaha 53,050 131,754 135,189 123,765
Beban Bunga (31,706) (53,006) (58,407) (53,376)
Pendapatan/Beban
lain-lain
17,969 16,897 19,180 64,827
Laba Sebelum Pajak 55,919 95,646 95,962 135,215
lanjutan lampiran 1.
Pajak Penghasilan Final 0 0 0 0
Pajak Penghasilan
Terhutang
(8,640) (16,111) (18,145) (29,722)
Pajak Tangguhan (5,898) 0 475 0
Laba Bersih Sebelum
Hak Minoritas Anak
Perusahaan
41,381 79,535 78,293 105,494
Hak Minoritas Pada
Perusahaan
Anak
(643) (7,811) (9,910) (11,596)
Laba Bersih 40,738 71,724 68,382 93,897
Laba Bersih Per
Saham
0.586 1.032 0.984 1.351
Lampran 2. Ikhtisar Laporan Keuangan Sesudah Privatisasi
Uraian
Dalam Juta Rupiah, kecuali data saham
2007 2008 2009 2010 2011
LAPORAN POSISI KEUANGAN
KONSOLIDASIAN
Aset Lancar 3.687.320 5.229.930 4.962.530 4.954.287 5.838.852
Investasi pada
Entitas Asosiasi
1.708 19.709 121.509 147.800 152.036
Aset Tetap 245.501 335.878 332.207 405.546 753.148
Aset Tidak Lancar
Lainnya
198.535 185.907 284.367 778.671 1.578.943
Total Aset 4.133.064 5.771.424 5.700.61
4
6.286.30
5
8.322.980
Liabilitas Jangka
Pendek
2.231.957 3.620.587 3.435.525 3.642.027 5.127.209
Liabilitas Jangka
Panjang
544.947 683.440 629.374 727.510 976.395
Total Liabilitas 2.776.904 4.304.026 4.064.89
9
4.369.53
7
6.103.604
Kepentingan Non
Pengendali
64.947 82.756 102.774 115.144 147.815
Ekuitas 1.291.212 1.384.641 1.532.94
1
1.801.62
4
2.071.561
Jumlah Liabilitas
dan Ekuitas
4.133.064 5.771.424 5.700.614 6,286.305 8,322.980
Modal Kerja Bersih 1.455.363 1.609.344 1.527.00
5
1.312.26
0
711.643
Investasi 42.308 127.975 45.024 622.085 848.353
LAPORAN LABA RUGI
KOMPREHENSIF KONSOLIDASIAN
Penjualan Bersih 4.284.58
1
6.559.077 6.590.85
7
6.022.92
1
7.741.827
Beban Pokok
Penjualan
(3.925.624) (6.113.047) (5.967.732) (5.390.011) (6.978.414)
Laba Kotor 358.957 446.031 623.125 632.910 763.413
Laba (Rugi) Proyek
KSO
17.349 (3.099) 22.608 40.158 101.522
Beban Usaha 135.694) (155.001) (160.782) (195.457) (211.194)
Laba Usaha 240.612 287.930 484.951 477.611 653.741
Beban Bunga (51.044) (44.024) (51.764) (9.611) (15.696)
Pendapatan (Beban)
lain-lain
(1.620) 12.509 (85.078) 5.326 (8.438)
lanjutan lampiran 2.
Laba Sebelum Pajak
Penghasilan
187.948 256.415 348.109 473.326 629.607
Pajak Kini
- Pajak Tidak Final (40.352) (72.727) (37.459) (38.757) (62.938)
- Pajak Final 0 0 (123.866) (132.425) (186.631)
- Pajak Tangguhan (3.973) (9.035) 19.740 9.097 10.908
Laba Bersih 143.623 174.654 206.524 311.241 390.946
Pendapatan
Komprehensif
Lainnya
0 0 0 0 10.881
Laba Komprehensif 143.623 174.654 206.524 311.241 401.828
Laba yang dapat
diatribusikan ke
Kepentingan Non
Pengendali
(14.484) (18.619) (17.302) (26.319) (36.447)
Laba yang dapat
diatribusikan ke
Pemilik Entitas
Induk
129.139 156.035 189.222 284.922 354.499
Laba Bersih Per
Saham Dasar
(Rupiah)
45,09 26,75 33,37 50,15 60,59
Lampran 3. Perhitungan Uji Normalitas Kolmogoro-Smirnov Test
Menggunakan SPSS 15
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
NERACA/BALANCE SHEET 2004 (*) 20
N
Normal Parameters(a,b)
Most Extreme Differences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig.
(2-tailed)
Mean Std.
Deviation Absolut
e Positive Negati
ve Mean
Std. Deviat
ion Absol
ute
ROE 8 17.7663 4.81537 .179 .179 -.126 .507 .959
ROA 8 3.5387 .61037 .165 .165 -.131 .466 .982
Cash_RATIO
8 22.2650 9.78391 .161 .161 -.131 .457 .985
Current_Ratio
8 133.0713 11.0579
4 .230 .152 -.230 .652 .789
TATO 8 115.2163
15.15618
.209 .150 -.209 .591 .876
TMSTA 8 21.0150 5.69373 .211 .211 -.199 .598 .867
DER 8 399.3563
134.00766
.246 .246 -.194 .695 .720
DTA 8 77.2700 5.64593 .291 .184 -.291 .824 .505
Lampran 4. Perhitungan Statistik Deskriptif Sebelum dan Sesudah
Privatisasi
Sebelum Privatisasi
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ROE 4 16.97 24.53 21.4000 3.34639
ROA 4 3.03 3.67 3.3750 .28665
Cash_RATIO 4 8.20 18.19 14.0625 4.20723
Current_Ratio 4 121.38 138.50 131.4375 8.35650
TATO 4 114.84 138.25 125.9075 9.64133
TMSTA 4 14.94 17.84 15.9075 1.32759
DER 4 458.67 554.96 520.4175 43.52022
DTA 4 81.85 82.91 82.3600 .56291
Valid N (listwise) 4
Sesudah Privatisasi
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ROE 4 11.27 17.11 14.1325 2.77407
ROA 4 2.70 4.53 3.7025 .84595
Cash_RATIO 4 23.88 35.24 30.4675 5.12261
Current_Ratio 4 113.88 144.45 134.7025 14.43799
TATO 4 93.02 115.62 104.5250 11.75700
TMSTA 4 23.99 28.66 26.1225 2.07768
DER 4 242.53 310.84 278.2950 30.42881
DTA 4 69.51 74.57 72.1800 2.23013
Valid N (listwise) 4
top related