analisis kinerja keuangan dan maqashid...
Post on 07-Feb-2018
231 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN MAQASHID SYARI’AH
BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA PERIODE 2011 - 2014
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
MUHAMMAD WAHYU SYAHPUTRA
NIM: 1111046100133
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015/ 1436 H
ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN MAQASIilD SYARI'AH
BANK T]MT]M SYARIAH DI INDONESIA PERIODE 2OII . ZOI4
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Syari'ah dan Hukum
Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Syari'ah
Oleh:Muhammad Wahvu Svahnutra
NIM. 1111046100133
Di Bawah BimbinganPembimbirr! I
NIP. 197s201200501 I 005
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAHPROGRAM STUDI MUAMALAT
FAKTILTAS SYARIAH DAi\ IIUKTJMT]NIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATT]LLAHJAKARTA
1436IV2015 M
LEMBAR PENGASAHAN
Skripsi yang berjudul "Analisis Kinerja Keuangan dan Maqashid Syari'ah
Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2011 - 2014" telah diujikan dalam Sidang
Munar4asyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri GII]il] Syarif
Hidayahrllah Jakarta pada 29 September 2015. Slaipsi ini telah diterima sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) pada Program
Studi Muamalat (Ekonomi Islam).
Jakarta, 20 Oktober 2015
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum,
Panitia Sidang:
Ketua
Sekretflris
Pembirnbing
Penguji I
Penguji ?
AM. $ssAn Ali. M.$.Mp. 197s201 20050 1 1005
H.Abdurraut Lc.. M.A.ttIIP. 19731215 200501 I 002
AFI. Hasan.Ali.M.A.NrP. 1975201 ?0050 I t005
Prqf, Dr. H. Fathurfrahman Djamil, M4,MP. 196011071985051S0
r
H. M. Dawud Arif Khan, $8, M.Si, Ako CPA
7
LEMBAR PERNYATAANI
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
l. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu pers yaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri
(Uf$ Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya canfumkan
sesual dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
ullah Jakarta.Hidayat
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku'di Universitas Islam Negeri Of$ Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 13 Septemb er 2015
yahputra
Abstrak
Muhammad Wahyu Syahputra. 1111046100133. Analisis Kinerja Keuangan
dan Maqashid Syari’ah Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2011 - 2014.
Konsentrasi perbankan syariah, Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam),
Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta. 2015.
Perkembangan perbankan syariah yang pesat saat ini tidak diimbangi dengan
pengukuran kinerjanya. perbankan syariah saat ini masih menggunakan pengukuran
kinerja keuangan konvensional yang hanya berorientasi kepada kepentingan
shareholder semata. Padahal perbankan syariah memiliki perbedaan dengan
perbankan konvensional baik secara teori, praktik maupun tujuannya. Oleh karena
itu, dibutuhkan pengukuran kinerja yang disesuaikan dengan tujuan-tujuan perbankan
syariah.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja bank umum syariah di
Indonesia dilihat dari aspek profitabilitas dengan menggunakan teknik CPI
(Comparative Performance Index) dan aspek Maqashid Syari’ah dengan
menggunakan teknik SMI (Sharia Maqasid Index). Penelitian ini juga
membandingkan kinerja bank umum syariah di Indonesia antara aspek
profitabilitasnya dengan aspek Maqashid Syari’ahnya melalui diagram kartesius.
Hasil dari penelitian ini menempatkan Bank Mega Syariah dengan nilai CPI tertinggi
dan Panin Bank Syariah dengan nilai SMI tertinggi, penelitian ini juga membagi
bank umum syariah ke dalam empat kuadran didalam diagram kartesius berdasarkan
kinerja profitabilitas dan Maqashid Syari’ahnya.
Kata Kunci : Pengukuran Kinerja, Maqashid Syari’ah, Profitabilitas, CPI, Maqasid
Index
Pembimbing : AM. Hasan Ali, MA.
Daftar Pustaka : Tahun 2006 – 2015.
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji dan syukur atas kehadirat ALLAH SWT yang tiada hentinya
melimpahkan segala nikmat, rahmat, karunia, serta hidayah-Nya yang tidak terhingga
yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik
yang berjudul “Analisis Kinerja Keuangan Dan Maqashid Syariah Bank Umum
Syariah Di Indonesia Periode 2011 – 2014”. Shalawat serta salam selalu tercurah
kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW sebagai Uswatun Hasanah yang telah
menuntun umatnya dari peradaban Jahiiliyah kepada peradaban Islam yang mulia.
Alhamdulillahirabbil alamin berkat rahmat ALLAH SWT penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini sebagai puncak dari proses Tholabul Ilmi penulis selama
berkuliah di UIN Jakarta. Penulis berharap skripsi yang penulisannya memakan
waktu yang tidak lama serta menuntut ketekunan dan kerja keras penulis ini dapat
berkontribusi dalam pengembangan ekonomi Islam khususnya perbankan syariah
kedepannya.
Rampungnya skripsi ini tentunya tidak terlepas dari berbagai pihak yang
memberikan sokongan kepada penulis untuk menghadapi segala tantangan dalam
vii
penyelesaian skripsi ini. Untuk itu izinkanlah penulis dengan hormat mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Bpk. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bpk. AM. Hasan Ali, M.A dan Abdurrauf, Lc, MA, selaku Ketua Program
Studi Muamalat dan Sekretaris Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan
Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bpk. AM. Hasan Ali, M.A, selaku Dosen Pembimbing yang ditengah
kesibukannya masih memberikan waktu untuk membimbing penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
4. Seluruh Dosen serta civitas akademika FSH UIN Jakarta, yang telah
membagikan ilmunya semoga menjadi amal Jariyyah di akhirat nanti.
5. Perpustakaan Utama UIN Jakarta, Perpustakaan FSH UIN Jakarta, Perpumda
DKI di Cikini dan Kuningan, tempat penulis memperoleh berbagai bahan dan
sumber-sumber referensi serta tempat penulis menjalankan proses penulisan
skripsi.
6. Kedua Orangtua penulis, yaitu Bapak Su’bah dan Ibu Nurwani yang
senantiasa mendoakan anaknya agar menjadi pribadi yang berakhlak mulia
serta selalu memberikan dukungan yang tiada henti baik moril maupun
materil. Tak lupa kepada adik Fitria Istiqomah serta keluarga besar lainnya.
7. Kawan-kawan perbankan syariah Angkatan 2011, Kelas PS-D 2011, Aufar,
Ferdi, Ken, Wiza, Asep, Hilda, Defri, Imam, Udon, Kemal, Aul, Nur, Aya,
viii
Zizah, Leo serta kawan-kawan lain. Suatu keberuntungan mengenal kalian,
semoga kita dapat mencapai sukses bersama dengan silaturahmi yang tetap
terjaga.
8. LiSEnSi UIN Jakarta, KOPMA UIN Jakarta, KKN SEPAKAT terimakasih
telah menjadi keluarga kecil bagi penulis dan menjadi tempat penulis
mendapat berbagai ilmu dan pengalaman berharga.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu
terselesaikannya Skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Akhir kata semoga ALLAH SWT membalas segala kebaikan semua pihak
yang turut andil dalam selesainya skripsi ini. Semoga skripsi ini semakin
memperkaya Khazanah keilmuan Ekonomi Islam demi kejayaan Ekonomi Islam di
masa yang akan datang.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 13 September 2015
Penulis
ix
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................ vi
DAFTAR ISI........................................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
B. Permasalahan ........................................................................................................................ 7
1. Identifikasi Masalah ...................................................................................................... 7
2. Pembatasan dan Perumusan Masalah............................................................................ 8
a. Pembatasan Masalah ................................................................................................. 8
b. Perumusan Masalah .................................................................................................. 9
C. Tujuan Penelitian ................................................................................................................ 10
D. Manfaat Penelitian ............................................................................................................. 10
E. Review Studi Terdahulu ..................................................................................................... 11
F. Kerangka Pemikiran ........................................................................................................... 16
G. Sistematika Penulisan ........................................................................................................ 18
BAB II TINJAUAN TEORITIS .......................................................................................... 20
A. Perbankan syariah .............................................................................................................. 20
1. Definisi Perbankan Syariah ......................................................................................... 20
2. Fungsi Perbankan Syariah ........................................................................................... 21
3. Prinsip Perbankan Syariah .......................................................................................... 22
x
B. Kinerja Keuangan Perbankan Syariah ................................................................................ 24
1. Pengukuran Kinerja .................................................................................................... 24
2. Pengukuran Profitabilitas ............................................................................................ 26
C. Kinerja Maqashid Syari’ah perbankan syariah................................................................... 28
1. Maqashid Syari’ah ...................................................................................................... 28
2. Sharia Maqasid Index (SMI) ....................................................................................... 31
BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................................... 34
A. Jenis Penelitian ................................................................................................................... 34
B. Metode pengumpulan data ................................................................................................. 34
C. Objek Penelitian ................................................................................................................. 36
D. Metode Analisis Kinerja .................................................................................................... 37
E. Analisis kinerja profitabilitas.............................................................................................. 38
F. Operasional variabel profitabilitas ...................................................................................... 38
G. Comparative Performance Index (CPI) .............................................................................. 40
H. Sharia Maqasid Index (SMI) .............................................................................................. 43
1. Konsep Maqashid Syari’ah Abu Zahrah ..................................................................... 43
2. Metode operasionalisasi sekaran ................................................................................. 44
3. Model pengukuran kinerja Maqashid Syari’ah ........................................................... 45
4. Verifikasi dan pembobotan model pengukuran kinerja Maqashid Syari’ah ............... 53
5. Tahapan pengukuran kinerja Maqashid Syari’ah ........................................................ 54
6. Perbandingan Profitabilitas dengan Sharia Maqasid Index ........................................ 59
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 62
A. Kinerja Profitabilitas Bank Umum Syariah ................................................................ 62
B. Kinerja Maqashid Syari’ah Bank Umum Syariah ....................................................... 65
C. Indikator Kinerja Bank Umum Syariah ...................................................................... 71
D. Sharia Maqasid Index (SMI) Bank Umum Syariah .................................................... 75
E. Perbandingan CPI dengan SMI. .................................................................................. 76
F. Pembahasan hasil penelitian ....................................................................................... 78
xi
BAB V PENUTUP ................................................................................................................. 96
A. Kesimpulan ................................................................................................................. 96
B. Saran ........................................................................................................................... 97
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 99
LAMPIRAN......................................................................................................................... 103
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perbandingan kinerja profitabilitas BUK & BUS .................................. …...4
Tabel 3.1 Matriks transformasi melalui teknik CPI .................................................... 42
Tabel 3.2 Model pengukuran kinerja Maqasid Syariah .............................................. 45
Tabel 3.3 Bobot rata-rata tujuan dan elemen pengukuran Maqashid Syari’ah........... 53
Tabel 4.1 Rasio profitabilitas rata-rata Bank Umum Syariah ..................................... 62
Tabel 4.2 Indeks kinerja profitabilitas Bank Umum Syariah. ..................................... 64
Tabel 4.3 Rasio kinerja Maqashid Syari’ah rata-rata tujuan pertama ........................ 65
Tabel 4.4 Rasio Kinerja Maqashid Syari’ah rata-rata tujuan kedua ........................... 68
Tabel 4.5 Rasio Kinerja Maqashid Syari’ah rata-rata tujuan ketiga ........................... 70
Tabel 4.6 Indikator kinerja Maqashid Syari’ah tujuan pertama ................................. 72
Tabel 4.7 Indikator kinerja Maqashid Syari’ah tujuan kedua..................................... 73
Tabel 4.8 Indikator kinerja Maqashid Syari’ah tujuan ketiga .................................... 74
Tabel 4.9 Sharia Maqasid Index Bank Umum Syariah. ............................................. 75
Tabel 4.10 Perbandingan CPI dan SMI Bank Umum Syariah .................................... 76
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran ................................................................................ 17
Gambar 3.1 Metode Operasionalisasi Sekaran ........................................................... 44
Gambar 3.2 Diagram Kartesius Profitabilitas dan Maqashid Syari’ah....................... 61
Gambar 4.1 Diagram Perbandingan (CPI) dengan SMI) ........................................... 77
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rasio Profitabilitas 2011 – 2014 ........................................................... 103
Lampiran 2 Data elemen rasio kinerja Maqashid Syari’ah ...................................... 105
Lampiran 3 Rasio kinerja Maqashid Syari’ah periode 2011 – 2014 ........................ 111
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ekonomi Islam saat ini tengah disorot oleh banyak ekonom. Banyak
yang beranggapan bahwa ekonomi Islam adalah solusi mutakhir untuk
kebaikan bersama terhadap masyarakat pada umumnya dan para ekonom
khususnya. Salah satu sektor yang memiliki peranan penting dalam kemajuan
Ekonomi Islam adalah sektor perbankan. Sektor ini adalah sebuah instrumen
penting yang berkontribusi terhadap kemajuan ekonomi Islam itu sendiri.
Pada dasarnya perbankan syariah memiliki tujuan-tujuan yang dapat dihitung
(dikuantifikasi) dengan pendekatan yang benar. Sebagai hasilnya, tujuan dari
perbankan syariah bisa diukur, didefinisikan, dioperasikan dan berkontribusi
kepada tujuan khusus atau umum.1
Siddiqi dan Shahul sebagaimana dikutip oleh Jumansyah dan Syafei
mengatakan bahwa bank syariah sebagai lembaga bisnis yang berjalan
berdasarkan kepada prinsip syariah tidak boleh diarahkan untuk
menghasilkan laba yang maksimum. Sebagai sebuah lembaga bisnis bank
syariah harus diarahkan untuk mencapai kesuksesan di dunia dan di
1 Thuba Jazil dan Syahruddin, “The Performance Measures of Selected Malaysian and Indonesian
Islamic Banks based on the Maqasid al-Shari’ah Approach”, Jurnal Hukum dan Ekonomi : Ijtihad,
Vol.7 No. 2, 2013: h.284.
2
akhirat.2 Siddiqi sebagaimana dikutip oleh Jumansyah dan Syafei menegaskan
bahwa pendiri bank syariah memiliki tujuan untuk memberikan kontribusi
dalam pencapaian maqhashid syariah, bank syariah harus memiliki tujuan
yang jauh lebih besar dibandingkan hanya untuk mencapai laba maksimum
dan juga harus berusaha untuk mewujudkan maqashid syari’ah3.
Pengukuran kinerja perbankan syariah pada saat ini mengadopsi
pengukuran konvensional. Hal ini terjadi dikarenakan ketiadaan kajian
mengenai tujuan perbankan syariah untuk mengukur kinerjanya. Sebagai
konsekuensinya, pengukuran yang digunakan mirip dengan pengukuran
konvensional. Akibatnya, terjadi ketidaksesuaian pengukuran dikarenakan
tujuannya yang berbeda, dimana pengukuran konvensional difokuskan untuk
mengukur kondisi keuangan, sedangkan pengukuran perbankan syariah
memiliki tujuan lain di samping tujuan keuangan.4
Perspektif maqashid syari’ah dalam konteks kinerja sangat penting
karena kebanyakan bank syariah menggunakan indikator dan pengukuran
yang sama dengan bank konvensional. Beberapa studi memperlihatkan bahwa
bank syariah kurang efisien dibandingkan dengan bank konvensional. Hal ini
setidaknya disebabkan oleh dua alasan. Pertama, kurangnya kajian terkait
2 Jumansyah dan Ade Wirman Syafei, “Analisis Penerapan Good Governance Business Syariah dan
Pencapaian Maqashid Sharia Bank Syariah di Indonesia”, Jurnal Al Azhar Indonesia seri pranata
sosial, Vol.2 No. 1, 2013: h.25. 3 Ibid., h.25. 4 Jazil dan Syahruddin, “The Performance Measures of Selected Malaysian and Indonesian Islamic
Banks based on the Maqasid al-Shari’ah Approach”, h.286.
3
kinerja institusi keuangan Islam yang mencakup perspektif multidimensi dari
maqashid syari’ah. Kedua, penggunaan indikator bank konvensional tidak
relevan karena sifat dari kedua bank berbeda. 5
Salah satu faktor penting yang menghambat pertumbuhan perbankan
syariah adalah kurangnya pengukuran kinerja keuangan yang disesuaikan
dengan lembaga keuangan Islam dan operasional kerja mereka. Hal ini telah
menyebabkan lambatnya kemunculan bank syariah di pasar global, karena
mereka tidak dapat dengan adil dan jelas merepresentasikan posisi keuangan
mereka.6
Perbankan syariah di Indonesia menggunakan pengukuran kinerja
konvensional untuk mengukur kinerjanya, perbandingan kinerja perbankan
syariah dengan perbankan konvensional sering dilakukan menggunakan alat
ukur konvensional. Perbandingan kinerja tersebut, salah satunya
menggunakan rasio keuangan seperti yang terdapat pada tabel 1.1 cenderung
menempatkan kinerja perbankan syariah di bawah perbankan konvensional.
5 M. Houssemeddine Bedoui dan Walid Mansour, “Islamic banks performance and Maqashid al
Shari’ah”. Paper dipresentasikan pada 9th Asia-Pacific Economic Association Conference 27-28 Juli
2013 di Osaka, Jepang, h.10. 6 Ahmed Mohamed Badreldin, “Measuring the performance of Islamic Banks by Adapting
Conventional Ratios”. Working Paper No.16 Faculty of Management Technology, German University
in Cairo (October 2009) h.2.
4
Tabel 1.1
Perbandingan Kinerja Profitabilitas Bank Umum Konvensional dan
Bank Umum Syariah (Statistik perbankan Indonesia, Desember 2014)
Bulan
ROA (%) BOPO (%) NIM/NOM (%)
BUK BUS BUK BUS BUK BUS
Jan-14 2,90 1,01 82,93 89,25 4,17 1,45
Feb-14 2,79 1,00 79,48 89,22 4,18 0,87
Mar-14 3,01 1,30 77,34 90,91 4,28 1,38
Apr-14 2,93 1,09 77,19 84,50 4,26 1,45
Mei-14 2,98 0,82 76,20 76,49 4,22 1,49
Jun-14 3,02 0,76 75,45 70,82 4,22 1,64
Jul-14 2,91 0,71 76,54 79,29 4,20 1,61
Ags-14 2,90 0,55 76,37 82,31 4,21 2,93
Sep-14 2,91 0,56 76,14 85,70 4,21 2,22
Okt-14 2,89 0,56 76,14 76,97 4,24 2,68
Nov-14 2,87 0,49 76,16 78,22 4,24 2,92
Des-14 2,85 0,51 76,29 81,32 4,23 2,92
Abdus Samad dan M. Kabir Hassan sebagaimana dikutip oleh Jazil dan
Syahruddin melakukan studi perbandingan antara efisiensi bank syariah dan
bank konvensional di Malaysia. Hasil penelitian dengan menggunakan uji
5
analisis varians ( ANOVA ) menggambarkan bahwa perbankan konvensional
memiliki efisiensi manajerial yang lebih tinggi dari perbankan syariah di
Malaysia. Naqvi sebagaimana dikutip oleh Jazil dan Syahruddin melakukan
studi dengan mensurvei pendapat ahli terhadap 30 bank syariah besar, yang
menunjukkan rendahnya kinerja perbankan syariah. Mengacu pada hasil dari
studi tersebut, ditemukan bahwa tingkat pengembalian yang ditawarkan oleh
bank syariah umumnya lebih rendah dari bank konvensional. Selain itu, Naqvi
juga mengungkapkan kasus kredit macet yang telah meningkat secara
dramatis di berbagai perbankan syariah.7
Dewasa ini usaha untuk mengukur kinerja perbankan syariah dari
pengukuran satu dimensi menjadi multi dimensi semakin berkembang. Shahul
Hameed dkk, sebagaimana dikutip oleh MS Antonio dkk, telah
mengembangkan pengukuran kinerja alternatif untuk perbankan syariah yang
dinamakan Islamicity Disclosure Index yang terdiri dari beberapa indikator
seperti kepatuhan syariah, tatakelola perusahaan dan lingkungan sosial.
Kupussamy dkk, sebagaimana dikutip oleh MS Antonio dkk, juga telah
mengembangkan pengukuran kinerja alternatif yang diberi nama Sharia
7 Jazil dan Syahruddin, “The Performance Measures of Selected Malaysian and Indonesian Islamic
Banks based on the Maqasid al-Shari’ah Approach”, h.286.
6
Conformity and Profitabilty (SCnP) yang merupakan kombinasi dari indikator
kinerja keuangan konvensional maupun syariah.8
Pengukuran kinerja perbankan syariah yang berfokus pada pencapaian
maqashid syari’ah dikembangkan oleh Mustafa Omar Mohammed, Dzuljastri
Abdul Razak dan Fauziah MD Taib. Mereka telah mengembangkan sebuah
pengukuran kinerja perbankan syariah dalam bentuk sharia maqasid index
(SMI). SMI yang dikembangkan oleh Mustafa Omar Mohammed dkk,
tersebut dikembangkan dari konsep maqashid syari’ah yang dijelaskan oleh
Prof. Muhammad Abu Zahrah dalam kitabnya “Ushul Fiqh”. Beliau
menjelaskan konsep maqashid syari’ah dengan membaginya ke dalam tiga
tujuan utama yaitu : tahzib al-fardi (mendidik manusia), iqamah al-adl
(menegakkan keadilan), dan jalb al-maslahah (kepentingan publik). Konsep
tersebut oleh Mustafa Omar Mohammed dkk, kemudian dioperasionalkan
melalui metode sekaran sehingga menjadi parameter yang bisa diukur.9
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan menggabungkan dua metode pengukuran, yakni pengukuran
kinerja keuangan terutama kinerja profitabilitas dan kinerja syariah melalui
sharia maqasid index (SMI). Kedua metode di atas dipilih penulis untuk
8 Muhammad Syafii Antonio, Yulizar D. Sanrego dan Muhammad Taufiq,“An Analysis of Islamic
Banking Performance: Maqashid Index Implementation in Indonesia and Jordania’’, Journal of
Islamic Finance, Vol.1 No. 1, 2012: h.16-17. 9 Mustafa Omar Mohammed, Dzuljastri Abdul Razak, dan Fauziah Md Taib,“The Performance
Measures of Islamic Banking Based on the Maqasid Framework”, paper dipresentasikan pada IIUM
INTAC IV 25 Juni 2008 di Putrajaya, Malaysia, h. 1-17.
7
melihat seperti apa kinerja profitabilitas bank umum syariah dibandingkan
dengan kinerja syariah bank umum syariah. Sehingga penelitian ini
mengambil judul :
ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN MAQASHID SYARI’AH
BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA PERIODE 2011 – 2014
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas dapat dilakukan
identifikasi masalah. Berikut ini dikemukakan masalah-masalah yang
ada pada objek yang diteliti, antara lain :
a. Apakah penilaian kinerja perbankan syariah dengan indikator-
indikator keuangan selama ini telah merepresentasikan tujuan-tujuan
dari eksistensi perbankan syariah ?
b. Bagaimana keandalan sharia maqasid index (SMI) dalam mengukur
pelaksanaan tujuan-tujuan syariah di perbankan syariah ?
c. Bagaimana peluang sharia maqasid index (SMI) agar dapat diterapkan
sebagai metode pengukuran perbankan syariah yang resmi oleh
regulator ?
d. Bagaimana kaitan antara profitabilitas dengan pelaksanaan tujuan-
tujuan syariah di perbankan syariah ?
8
2. Pembatasan dan Perumusan Masalah
a. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah
dideskripsikan, maka penulis membatasi permasalahan pada:
(1) Objek penelitian dibatasi hanya pada bank syariah di
Indonesia yang telah berbentuk Bank Umum Syariah
(BUS).
(2) Rentang waktu penelitian dibatasi hanya selama empat
tahun, yakni pada periode 2011, 2012,2013 dan 2014.
Hal ini dilakukan karena adanya keterbatasan data
yang diperoleh penulis serta agar data yang diolah
merupakan data perbankan syariah terbaru.
Keterbatasan dalam rentang waktu tersebut tidak
mengganggu proses pengukuran karena metode
pengukuran kinerja (CPI dan SMI) tidak mensyaratkan
rentang waktu yang panjang dan juga penelitian ini
tidak menggunakan uji statistik.
(3) Metode pengukuran kinerja bank hanya dibatasi
pada pengukuran berdasarkan aspek profitabilitas.
Aspek profitabilitas meliputi pengukuran rasio ROA,
9
ROE, BOPO dan NOM. Sedangkan untuk metode
pengukuran kinerja syariah menggunakan sharia
maqasid index (SMI). Dari 10 rasio yang digunakan
untuk menghitung SMI, penelitian ini hanya
menggunakan 9 rasio dikarenakan tidak adanya data
untuk mengukur salah satu rasio dalam SMI yaitu rasio
profit equalization reserves (PER) pada perbankan
syariah di Indonesia.
b. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah penelitian di atas, maka
untuk mempermudah pembahasan, penulis merumuskan
masalah sebagai berikut:
(1) Bagaimana kinerja keuangan dari bank umum syariah
di Indonesia berdasarkan aspek profitabilitas ?
(2) Bagaimana kinerja maqashid syari’ah dari bank
umum syariah di Indonesia berdasarkan sharia maqasid
index (SMI) ?
(3) Bagaimana hasil perbandingan pengukuran kinerja
perbankan syariah di Indonesia antara kinerja
keuangannya dengan pelaksanaan maqashid syari’ah
?
10
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini ditujukan untuk :
1. Mengetahui kondisi kinerja bank umum syariah di Indonesia ditinjau
dari aspek maqashid syari’ah dengan menggunakan pendekatan
sharia maqasid index (SMI).
2. Mengetahui kondisi kinerja 11 bank umum syariah di Indonesia
ditinjau dari aspek profitabilitas.
3. Mengetahui perbandingan kinerja 11 bank umum syariah di Indonesia
baik ditinjau dari aspek pelaksanaan maqashid syari’ah maupun
aspek profitabilitas.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan-tujuan penelitian di atas maka penulis berharap
penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi :
1. Kalangan Akademisi :
Memberikan pengetahuan mengenai alternatif pengukuran kinerja
perbankan syariah ditinjau dari aspek maqashid syari’ah serta dapat
dijadikan sebagai referensi literatur untuk penelitian selanjutnya.
2. Industri perbankan syariah
Memberikan alternatif pengukuran dalam mengukur kinerja perbankan
syariah yang tidak hanya berorientasi pada profit semata tetapi juga
11
terhadap pelaksanaan maqashid syari’ah. Selain itu dapat menjadi
bahan evaluasi bagi industri perbankan syariah untuk mengetahui
kelemahan dan untuk meningkatkan kinerja.
3. Masyarakat umum
Memberikan wawasan dan pengetahuan mengenai kinerja perbankan
syariah di Indonesia berdasar aspek maqashid syari’ah maupun
profitabilitas, serta dapat dijadikan referensi dalam memilih bank
syariah sebagai penyedia jasa keuangan.
E. Review Studi Terdahulu
1. Paper Mustafa Omar Mohammed, dkk. yang berjudul : The Performance
Measures of Islamic Banking Based on the Maqashid Framework.10
Mereka mengusulkan tujuan-tujuan perbankan syariah dari teori maqashid
syari’ah yang diturunkan menjadi sebuah model pengukuran kinerja
perbankan syariah berdasarkan tujuan-tujuan tersebut. Objek pada
penelitian ini adalah Bank Muamalat Malaysia (BMM), Islamic Bank
Bangladesh (IBB), Bank Syariah Mandiri Indonesia (BSMI), Bahrain
Islamic Bank (BIB), Islamic International Arab Bank Jordan (IIABJ),
Sudanese Islamic Bank (SIB) pada periode 2000 – 2005. Dalam
penelitiannya IIABY menempati posisi pertama dengan sharia maqasid
index sebesar 0,8877 diikuti oleh BSMI, BIB, IBB, BMM dan SIB dengan
10 M. Omar Mohammed dkk, “The Performance Measures of Islamic Banking Based on the Maqasid
Framework”, h. 1-17.
12
sharia maqasid index berturut turut sebesar : 0,1081; 0,1003; 0,0974;
0,0851; 0,0308.
Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang kinerja
maqashid syari’ah menggunakan sharia maqasid index. Perbedaan pada
penelitian ini adalah adanya penambahan metode pengukuran kinerja
berdasarkan aspek profitabilitas serta fokus objek penelitian ini adalah
Bank Umum Syariah di Indonesia dengan rentang periode 2011 – 2014.
2. Paper Muhammad Syafi’i Antonio, dkk. yang berjudul An Analysis of
Islamic Banking Performance: Maqashid Index Implementation in
Indonesia and Jordania11 bertujuan untuk mengaplikasikan pendekatan
maqashid index untuk mengukur kinerja industri perbankan syariah. Selain
itu penelitian ini juga ingin membuktikan bahwa kinerja maqashid syari’ah
perbankan syariah di Indonesia lebih baik dibandingkan dengan perbankan
syariah di Yordania. Objek pada penelitian ini adalah Bank Syariah
Mandiri (BSM), Islamic International Arab Bank Jordan (IIABJ), dan
Jordan Islamic Bank (JIB) pada periode 2008 -2010. Dalam penelitiannya
menempatkan BMI di posisi pertama dengan sharia maqasid index sebesar
17,497 dan berturut-turut diikuti oleh BSM, IIABJ, dan JIB.
11 M. Syafii Antonio dkk, “An Analysis of Islamic Banking Performance: Maqashid Index
Implementation in Indonesia and Jordania’’, h.12-29.
13
Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang kinerja
maqashid syari’ah menggunakan sharia maqasid index. Perbedaan pada
penelitian ini adalah adanya penambahan metode pengukuran kinerja
berdasarkan aspek profitabilitas serta fokus objek penelitian ini adalah
Bank Umum Syariah di Indonesia dengan rentang periode 2011 – 2014.
3. Paper Afrinaldi yang berjudul Analisa Kinerja Perbankan syariah
Indonesia Ditinjau Dari Maqashid Syari’ah : Pendekatan Sharia Maqasid
Index (SMI) dan Profitabilitas Bank Syariah.12Bertujuan untuk
menganalisa kinerja perbankan syariah di Indonesia dilihat dari aspek
maqashid syari’ah dengan menggunakan pendekatan sharia maqasid index
dan profitabilitas bank syariah. Objek penelitiannya adalah beberapa Bank
Umum Syariah di Indonesia yaitu Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank
Muamalat Indonesia (BMI), Bank Mega Syariah (BMS) BRI Syariah
(BRIS), Bank Syariah Bukopin (BSB) pada periode 2009 - 2011. Dalam
aspek profitabiltas peneitian ini menempatkan BSM diurutan pertama
dengan nilai 95,62 dan berturut-turut diikuti oleh BMS, BMI, BSB dan
BRIS. Sedangkan dari aspek maqashid syari’ah penelitian ini
12 Afrinaldi, “Analisa Kinerja perbankan syariah Indonesia Ditinjau dari Maqasid Syariah:
Pendekatan Sharia Maqasid Index (SMI) dan Profitabilitas Bank Syariah”, Paper dipresentasikan
pada Forum Riset Ekonomi dan Keuangan Syariah 2013 di UIN Syarif Hidayatullah, Indonesia, h. 2.
14
menempatkan BMI diurutan pertama dengan indeks sebesar 0,3027 dan
berturut-turut diikuti oleh BSM, BRIS, BMS dan BSB.
Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang kinerja
maqashid syari’ah menggunakan sharia maqasid index dan kinerja
profitabilitas menggunakan comparative profitability index. Perbedaan
pada penelitian ini adalah terletak pada rasio yang digunakan dalam
pengukuran profitabilitas. Penelitian Afrinaldi menggunakan rasio ROA,
ROE dan profit expense ratio (PER) dalam pengukuran profitabilitasnya
sedangkan penelitian ini menggunakan ROA, ROE, BOPO dan NOM
dalam pengukuran profitabilitasnya. Selain itu objek pada penelitian ini
diperluas menjadi 11 bank umum syariah dengan rentang waktu 2011-
2014.
4. Skripsi Dzikron Abdillah yang berjudul Kinerja perbankan syariah
Indonesia ditinjau dari Maqashid Syarī’ah : Pendekatan Sharia Maqasid
Index (SMI) Dan Profitabilitas13 bertujuan untuk menganalisa kinerja
perbankan syariah di Indonesia dilihat dari aspek maqashid syari’ah
dengan menggunakan pendekatan sharia maqasid index (SMI) dan
profitabilitas. Serta untuk mengetahui perbandingan pengukuran kinerja
dari masing-masing perbankan syariah yang ada di Indonesia antara
13 Dzikron Abdillah, ”Kinerja perbankan syariah Indonesia ditinjau dari Maqasid Syari’ah :
Pendekatan Syari’ah Maqasid Index”, (Skripsi S1 Fakultas Syari’ah dan Hukum, UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta, 2014), h.84.
15
kinerja profitabilitasnya dengan pelaksanaan maqashid syari’ah. Objek
penelitiannya adalah beberapa Bank Umum Syariah di Indonesia yaitu
Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank Muamalat Indonesia(BMI), BNI
Syariah (BNIS), Bank Mega Syariah (BMS), BRI Syariah (BRIS), Bank
Syariah Bukopin (BSB), Panin Bank Syariah (PBS), BCA Syariah (BCS)
pada tahun 2010 – 2012. Dalam aspek profitabiltas penelitian ini
menempatkan BMS diurutan pertama dengan nilai 85,05 dan berturut-turut
diikuti oleh BSM, BMI, BNIS, BCS, BRIS, PBS dan BSB. Sedangkan dari
aspek maqashid syari’ah penelitian ini menempatkan BMI diurutan
pertama dengan sharia maqasid index (SMI) sebesar 0,2476 dan berturut-
turut diikuti oleh BNIS, BSM, BMS, BRIS, BCS, PBS dan BSB.
Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang kinerja
maqashid syari’ah menggunakan sharia maqasid index dan kinerja
profitabilitas menggunakan comparative profitability index. Perbedaan
pada penelitian ini adalah terletak pada rasio yang digunakan dalam
pengukuran profitabilitas. Penelitian Dzikron Abdillah menggunakan rasio
ROA, GPM dan NPM dalam pengukuran profitabilitasnya sedangkan
penelitian ini menggunakan ROA, ROE, BOPO dan NOM dalam
pengukuran profitabilitasnya. Selain itu objek pada penelitian ini diperluas
menjadi 11 bank umum syariah dengan rentang waktu 2011-2014.
16
F. Kerangka Pemikiran
Sebagai sebuah entitas bisnis, bank syariah tidak hanya dituntut
sebagai perusahaan yang mencari keuntungan belaka (high profitability),
tetapi juga harus menjalankan fungsi dan tujuannya sebagai sebuah entitas
syariah yang dilandaskan kepada konsep maqashid syariah (good shariah
objectives).14 Mustafa Omar Muhammed dkk, dalam penelitiannya
merumuskan sebuah pengukuran yang berguna untuk mengukur kinerja
perbankan syari’ah yang dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip
maqashid syari’ah dengan tujuan agar ada sebuah pengukuran bagi bank
syariah yang sesuai dengan tujuannya. Penelitiannya tersebut menghasilkan
sebuah pengukuran kinerja keuangan perbankan syariah yang disebut
sharia maqasid index. Model ini telah banyak diaplikasikan dalam penelitian-
penelitian ilmiah selanjutnya untuk mengukur kinerja perbankan syariah
diberbagai negara.15
Berdasarkan teori yang akan digunakan dan analisis yang akan
dilakukan, maka penulis mencoba membangun kerangka berpikir yang
tepat yang dapat dilihat dari bagan sistematis di bawah ini :
14 Afrinaldi, “Analisa Kinerja perbankan syariah Indonesia Ditinjau dari Maqasid Syariah:
Pendekatan Sharia Maqasid Index (SMI) dan Profitabilitas Bank Syariah”, h. 2. 15 Aam Slamet Rusydiana, “Maqasid Syariah Index sebagai ukuran kinerja perbankan , Jurnal
Ekonomi Islam, Vol. 3:1 (2013) : h.1.
17
Kinerja Bank Umum Syariah di Indonesia
Pengukuran kinerja keuangan berdasarkan aspek profitabilitas
Penghitungan rasio profitabilitas (ROA, ROE, NOM dan BOPO)
dan menentukan peringkat kinerja melalui metode
Comparative Performance Index (CPI)
Laporan keuangan (audited) Bank Umum Syariah periode
2011- 2014
Pengukuran kinerja
Maqasid syariah melalui metode Sharia Maqasid Index (SMI)
Penghitungan rasio kinerja maqasid syariah berdasarkan penelitian Omar (2008) dan
menentukan peringkat kinerja melalui metode Simple Additive
Weighting (SAW)
Laporan keuangan (audited) Bank Umum Syariah periode
2011- 2014
Perbandingan kinerja perbankan syariah dari aspek profitabilitas
dan pelaksanaan maqashid syariah menggunakan diagram
kartesius
Gambar 1.1 : Kerangka Pemikiran
18
G. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran terkait penelitian serta membuat
penelitian tertib dan terarah maka penulis menyusun sistematika penulisan
yang terdiri dari lima bab dengan rincian sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini memuat tentang latar belakang masalah, permasalahan, tujuan
dan manfaat penelitian, review studi terdahulu, kerangka pemikiran dan
sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN TEORITIS
Bab ini membahas teori-teori yang berkaitan dengan penilaian kinerja
perbankan syariah. Pembahasan mengenai teori tersebut meliputi definisi
pengukuran kinerja, penjelasan mengenai analisis profitabilitas beserta rasio-
rasio di dalamnya, penjelasan mengenai maqashid syari’ah serta sharia
maqashid index.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini berisi tentang penjelasan mengenai jenis penelitian, jenis dan
sumber data, objek penelitian, metode pengumpulan data, teknik
19
pengolahan data, definisi operasional variabel beserta pengukurannya serta
metode analisis data yang akan digunakan.
BAB IV : ANALISIS HASIL PENELITIAN
Bab ini memuat hasil pengukuran kinerja profitabilitas dan kinerja syariah
serta analisis dan interpretasinya. Pengukuran kinerja profitabilitas
dilakukan dengan metode comparative profitability index (CPI) Pengukuran
kinerja syariah dilakukan dengan metode sharia maqashid index (SMI)
BAB V : PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan penulis dari pembahasan-pembahasan yang telah
diuraikan, serta saran untuk penelitian sejenis.
20
1. BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Perbankan syariah
1. Definisi Perbankan Syariah
Menurut Undang Undang (UU) No. 21 tahun 2008 tentang
perbankan syariah, perbankan syariah adalah segala sesuatu yang
menyangkut tentang bank syariah dan unit usaha syariah (UUS),
mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya.1
Bank Syariah dalam UU tersebut didefinisikan sebagai bank
yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan
menurut jenisnya terdiri atas bank umum syariah (BUS) dan bank
pembiayaan rakyat syariah (BPRS). Dari definisi yang telah dijelaskan
sebelumnya dapat diketahui bahwa dari sisi kelembagaan ada tiga
bentuk perbankan syariah di Indonesia yaitu bank umum syariah
(BUS), unit usaha syariah (UUS) dan bank pembiayaan rakyat syariah
(BPRS).
Dari UU tersebut dapat diketahui perbedaan antara ketiga
bentuk perbankan syariah tersebut. BUS adalah bank syariah yang
dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran
1 UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
21
(pasal 1 angka 8) sedangkan BPRS tidak memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran (pasal 1 angka 9).
Adapun UUS adalah unit kerja dari kantor pusat bank
umum konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari
kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu bank
yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari
kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit syariah (pasal 1 angka
10), UUS juga memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Perbedaan antara BUS dan UUS terdapat pada aspek kegiatan
usaha, kegiatan usaha lainnya, pimpinan dan modal yang disetor.
Berdasarkan Statistik Otoritas Jasa Keuangan sampai dengan April
2015, terdapat 12 BUS dengan 2.135 kantor, 22 UUS dengan 323
kantor serta terdapat 162 BPRS dengan 433 kantor di Indonesia.
2. Fungsi Perbankan Syariah
Perbankan syariah memiliki tiga fungsi utama yaitu :
a. Menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana. Bank
syariah menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana.
Bank Syariah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
22
titipan dengan menggunakan akad al-Wadiah dan dalam bentuk
investasi dengan menggunakan akad al-Mudharabah.
b. Menyalurkan dana kepada masyarakat yang membutuhkan (user of
fund). Masyarakat dapat memperoleh pembiayaan dari bank syariah
asalkan dapat memenuhi semua ketentuan dan persyaratan yang
berlaku.
c. Memberikan pelayanan jasa perbankan. Pelayanan jasa bank syariah
ini diberikan dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dalam
menjalankan aktivitasnya. Berbagai jenis produk pelayanan jasa yang
dapat diberikan oleh bank syariah antara lain jasa pengiriman uang
(transfer), pemindahanbukuan, penagihan surat berharga, kliring,
letter of credit, inkaso, garansi bank, dan pelayanan jasa bank
lainnya.2
3. Prinsip Perbankan Syariah
Perbankan syariah dalam melakukan kegiatan usahanya
berdasarkan prinsip syariah, meliputi kegiatan usaha yang tidak
mengandung unnsur-unsur riba, maisir, gharar, haram dan zalim.
Karena itu, dalam transaksi penghimpunan dana simpanan berupa giro
dan tabungan, serta investasi dalam bentuk deposito, maupun dalam
2 Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta : Kencana, 2011), Hal 39-42.
23
penyaluran dana berupa pembiayaan oleh perbankan syariah tidak
boleh mengandung unsur-unsur tersebut.3
Secara umum, setiap bank syariah dalam menjalankan usahanya
minimal mempunyai lima prinsip operasional, yaitu sebagai berikut :
a. Prinsip simpanan giro, yaitu fasilitas yang diberikan oleh bank untuk
memberikan kesempatan kepada pihak yang kelebihan dana untuk
menyimpan dananya dalam bentuk al-Wadiah, yang diberikan untuk
tujuan keamanan dan pemindahbukuan.
b. Prinsip bagi hasil, yaitu meliputi tata cara pembagian hasil usaha
antara pemilik dana (shahibul mal) dan pengelola dana (mudharib).
Pembagian hasil usaha ini dapat terjadi antara bank dengan
penyimpan dana maupun antara bank dengan nasabah penerima dana.
Prinsip ini dapat digunakan sebagai dasar untuk produksi pendanaan
(tabungan dan deposito) maupun pembiayaan.
c. Prinsip jual-beli dan mark-up, yaitu pembiayaan bank yang
diperhitungkan secara lump sum dalam bentuk nominal di atas nilai
kredit yang diterima nasabah penerima kredit dari bank. Biaya bank
tersebut ditetapkan sesuai dengan kesepakatan antara bank dengan
nasabah.
d. Prinsip sewa, terdiri dari dua macam, yaitu sewa murni (operating
lease/Ijarah) dan sewa beli (financial lease/bai’ al ta’jir)
3 A. Wangsawidjaja Z., Pembiayaan Bank Syariah (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2012), h.62.
24
e. Prinsip jasa (fee), meliputi seluruh kekayaan non pembiayaan yang
diberikan bank, seperti kliring, inkaso, transfer, dan sebagainya.4
B. Kinerja Keuangan Perbankan Syariah
1. Pengukuran Kinerja
Sebagaimana layaknya suatu perusahaan yang setiap saat atau secara
berkala perlu melakukan analisis terhadap kinerja perusahaan tersebut,
demikian pula halnya dengan bank yang selain untuk kepentingan
manajemen, pemilik ataupun pemerintah (melalui Bank Indonesia)
sebagai upaya untuk mengetahui kondisi usaha saat ini sekaligus untuk
memudahkan dalam menentukan kebijakan bisnisnya di masa yang akan
datang.5 Perkembangan metodologi penilaian kondisi bank bersifat
dinamis sehingga sistem penilaian kesehatan bank senantiasa disesuaikan
agar lebih mencerminkan kondisi bank yang sesungguhnya, baik saat ini
maupun waktu yang akan datang.6
Metode penilaian kondisi bank yang paling umum digunakan adalah
dengan menggunakan rasio keuangan, rasio keuangan merupakan kegiatan
membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan
cara membagi satu angka dengan angka yang lainnya. Perbandingan dapat
4 Amir Machmud dan H.Rukmana, Bank Syariah : Teori, Kebijakan dan Studi Empiris di Indonesia
(Jakarta : Erlangga, 2010), h.27-28. 5 Veithzal Rivai, dkk., Bank and Financial Institution Management : Conventional and Sharia System
(Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007), h.699. 6 Ibid, h.705.
25
dilakukan antara satu komponen dengan komponen dalam satu laporan
keuangan atau antarkomponen yang ada di antara laporan keuangan.
Kemudian angka yang diperbandingkan dapat berupa angka-angka dalam
satu periode maupun beberapa periode7.
Bentuk-bentuk rasio keuangan yang paling umum digunakan dalam
menilai kinerja bank adalah sebagai berikut8 :
a. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)
Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya.
b. Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio)
Rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang.
Artinya besarnya jumlah utang yang digunakan perusahaan untuk
membiayai kegiatan usahanya jika dibandingkan dengan
menggunakan modal sendiri.
c. Rasio Aktivitas (Activity Ratio)
Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan (penjualan,
persediaan, penagihan piutang dan lainnya) atau rasio untuk
7 Kasmir, Analisis Laporan Keuangan (Jakarta : Rajawali Pers, 2009), h.104. 8 Ibid, h. 110 – 115.
26
menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas
sehari-hari.
d. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)
Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam mencari keuntungan atau laba dalam suatu
periode tertentu. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat
efektifitas manajemen suatu perusahaan yang ditunjukkan dari laba
yang dihasilkan dari penjualan atau dari pendapatan investasi.
e. Rasio Pertumbuhan (Growth Ratio)
Rasio pertumbuhan merupakan rasio yang menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam mempertahankan posisi
ekonominya dan sektor usahanya.
f. Rasio penilaian (Valuation Ratio)
Rasio penilaian, yaitu rasio yang memberikan ukuran kemampuan
manajemen menciptakan nilai pasar usahanya di atas biaya
investasi.
2. Pengukuran Profitabilitas
Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang
terpenting adalah memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal,
di samping hal-hal lainnya. Dengan memperoleh laba yang maksimal
seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi
27
kesejahteraan pemilik, karyawan serta meningkatkan mutu produk dan
melakukan investasi baru. Oleh karena itu, manajemen perusahaan
dalam praktiknya dituntut harus mampu untuk memenuhi target yang
telah ditetapkan. Artinya besarnya keuntungan haruslah dicapai sesuai
dengan yang diharapkan dan bukan berarti asal untung. Untuk
mengukur tingkat keuntungan suatu perusahaan, digunakan rasio
keuntungan atau rasio profitabilitas.
Rasio Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga
memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan.
Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan
pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini
menunjukkan efisiensi perusahaan.
Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan
menggunakan perbandingan antara berbagai komponen yang ada di
laporan keuangan, terutama laporan keuangan neraca dan laporan laba
rugi. Pengukuran dapat dilakukan untuk beberapa periode operasi.
Tujuannya adalah agar terlihat perkembangan perusahaan dalam
rentang waktu tertentu, baik penurunan atau kenaikan, sekaligus
mencari penyebab perubahan tersebut.
Hasil pengukuran tersebut dapat dijadikan alat evaluasi kinerja
manajemen selama ini, apakah mereka telah bekerja secara efektif atau
28
tidak. Jika berhasil mencapai target yang telah ditentukan, mereka
dikatakan telah berhasil mencapai target untuk periode atau beberapa
periode. Namun, sebaliknya jika gagal atau tidak berhasil mencapai
target yang telah ditentukan, ini akan menjadi pelajaran bagi
manajemen untuk periode ke depan.
Kegagalan ini harus diselidiki dimana letak kesalahan dan
kelemahannya sehingga kejadian tersebut tidak terulang. Kemudian,
kegagalan atau keberhasilan dapat dijadikan sebagai bahan acuan
untuk perencanaan laba ke depan, sekaligus kemungkinan untuk
menggantikan manajemen yang baru terutama setelah manajemen laba
mengalami kegagalan. Oleh karena itu, rasio ini sering disebut sebagai
salah satu alat ukur kinerja manajemen.9
C. Kinerja Maqashid Syari’ah perbankan syariah
1. Maqashid Syari’ah
Secara etimologi maqashid al-syari’ah terdiri dari dua kata, yakni
maqashid dan syari’ah. Maqashid adalah bentuk jamak dari maqshud
yang berarti kesengajaan, atau tujuan. Adapun syari’ah artinya jalan
menuju air, atau bisa dikatakan dengan jalan menuju ke arah sumber
kehidupan. Adapun secara terminologi, beberapa pengertian tentang
9 Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, h.196-197.
29
maqashid syari’ah yang dikemukakan oleh beberapa ulama terdahulu
antara lain10 :
a. Al-Imam al-Ghazali :
فرعاية المقاصد عبارة حاوية لال بقاء و دفع القواطع
و التحصيل على سبيل الال بتداء
“Penjagaan terhadap maksud dan tujuan syari’ah adalah upaya
mendasar untuk bertahan hidup, menahan faktor-faktor kerusakan
dan mendorong terjadinya kesejahteraan”.
b. Ahmad al-Raysuni
الغا يا ت التي و ضغت الشريعة أل جل تحقيقها , لمصلحة العباد
“Maqashid al-Syari’ah merupakan tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan oleh syari’ah untuk dicapai demi kemaslahatan
manusia”
c. Abdul Wahab Khallaf
والمقصود العام للشارع من تشريعة األحكام هو تحقيق مصا لح
الناس بكفالة ضر ورياتهم , وتوفير حاجياتهم , وتحسينياتهم
10 Ika Yunia Fauzia dan Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif Maqashid al-
Syariah (Jakarta : Kencana, 2014), h.41-43.
30
“Tujuan umum ketika Allah menetapkan hukum-hukum-Nya
adalah untuk mewujudkan kemaslahatan manusia dengan
terpenuhinya kebutuhan yang dlaruriyah, hajiyah dan tahsiniyah.
d. Al-Imam al-Syathibi
Kematangan konsep maqashid syari’ah mencapai puncaknya di
tangan al-Syathibi. Menurut Syathibi sesungguhnya syari’ah
bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan manusia sebagai hamba
Allah di dunia dan akhirat. Maka dari itu, ketika hamba-Nya
dibebani kewajiban (al-taklif), tak lain untuk merealisasikan
kemaslahatan. Sehingga dalam pandangannya, tidak ada satu
hukum pun yang tidak mempunyai suatu tujuan.11
Masih menurut Syathibi, kemaslahatan dapat diwujudkan apabila
terpeliharanya lima unsur, yaitu : agama, jiwa, akal, keturunan, dan
harta. Dalam rangka untuk mewujudkan kelima unsur pokok
tersebut, Syathibi membagi maqashid syari’ah menjadi tiga
tingkatan yaitu maqashid al-dlaruriyat, maqashid al-hajiyat, dan
maqashid al-tahsiniyat. Penjagaan terhadap lima unsur di atas bisa
ditempuh dengan dua cara : 1) Dari segi ada (min nahiyah al-
wujud), yaitu dengan cara menjaga dan memelihara hal-hal yang
dapat melanggengkan keberadaan lima unsur tersebut. 2) Dari segi
11 Ibid., h.88
31
tidak ada (min nahiyah al-adam) yaitu dengan cara mencegah hal-
hal yang menyebabkan ketiadaan lima unsur tersebut.12
Dengan demikian, maqashid al-syari’ah dapat diartikan sebagai tujuan
Allah sebagi shari’ dalam menetapkan hukum yang terintegrasi
terhadap hambanya. Inti dari maqashid al-syari’ah adalah untuk
mewujudkan kebaikan sekaligus menghindarkan keburukan atau
menarik manfaat (maslahah).13
2. Sharia Maqasid Index (SMI)
Sharia Maqasid Index (SMI) merupakan metode pengukuran kinerja
perbankan syariah yang dikembangkan oleh Mustafa Omar
Mohammed, Dzuljastri Abdul Razak dan Fauziah Md Taib. Dalam
penelitian mereka yang berjudul : The Performance Measures of
Islamic Banking Based on the Maqashid Framework telah dirumuskan
evaluasi kinerja untuk perbankan syariah yang mengacu pada konsep
maqashid syari’ah. Pengembangan sharia maqasid index didasari oleh
ketidaksesuaian penggunaan indikator kinerja konvensional di
perbankan syariah. Ketidaksesuaian tersebut disebabkan oleh
berbedanya tujuan antara indikator konvensional yang menitikberatkan
12 Ika Yunia F. dan Abd. K. Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif Maqashid al-Syariah,
h.89. 13 Agustianto Mingka, Maqashid Syariah Dalam Ekonomi dan Keuangan Syariah (Jakarta : Iqtishad
Publlishing,2013), h. 40.
32
hanya pada pengukuran keuangan sedangkan tujuan perbankan syariah
bersifat multidimensional. 14
Variabel yang digunakan mengacu kepada teori maqashid syari’ah
oleh Abu Zahrah sebagaimana dikutip oleh Mohammed dan Taib yang
mencakup Tahdzib al-Fard (Mendidik individu), Iqamah al-Adl
(Menegakkan keadilan), dan Maslahah (Kesejahteraan). Melalui
konsep Sekaran, ketiga tujuan tersebut diterjemahkan ke dalam
dimensi lalu diklasifikasikan menjadi beberapa elemen.15
Ketiga maqashid tersebut dapat ditransformasikan ke dalam 9 dimensi
dan 10 elemen. Kesepuluh elemen kemudian ditransformasikan ke
dalam rasio kinerja. Mendidik individu adalah maqashid pertama yang
berarti pengembangan pengetahuan dan keahlian individu sehinga
nilai-nilai spiritual meningkat. perbankan syariah harus merencang
program pendidikan dan pelatihan dengan nilai-nilai moral supaya
mereka bisa meningkatkan pengetahuan dan keahlian pegawai-
pegawainya. Bank juga harus menyediakan informasi kepada
stakeholder bahwa produk-produk yang ditawarkan telah sesuai
dengan prinsip syariah. Rasio dalam maqashid pertama adalah bantuan
pendidikan, riset, pelatihan dan publikasi (promosi). Maqashid kedua
adalah keadilan, perbankan syariah harus memastikan kejujuran dan
14 M. Omar Mohammed dkk,“The Performance Measures of Islamic Banking Based on the Maqasid
Framework,”, h.5. 15 Ibid., h.4.
33
keadilan dalam setiap transaksi dan aktivitas bisnis yang tercakup
dalam produk, harga dan ketentuan kontrak. Selain itu seluruh kontrak
(aqad) harus bebas dari unsur ketidakadilan seperti maysir, gharar dan
riba. Rasio di tujuan kedua ini adalah rasio PER (profit equalization
reserve), porsi pembiayaan dengan skema mudharabah dan
musyarakah (fungsi bagi hasil) serta rasio pendapatan bebas bunga.
Maqashid yang ketiga disebut maslahah, dalam hal ini bank harus
mengembangkan proyek-proyek investasi dan pelayanan sosial untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal ini bisa dilihat dari rasio
zakat yang dikeluarkan oleh bank dan investasi di sektor riil. Rasio di
maqashid ketiga ini adalah profit returns, personal income transfer
(Zakat), dan rasio investasi di sektor riil.16
16 M. Syafii Antonio, dkk, “An Analysis of Islamic Banking Performance: Maqashid Index
Implementation in Indonesia and Jordania”, h.15.
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan
studi deskriptif. Pada penelitian ini proses analisis data yang dikerjakan pada
umumnya ditujukan untuk menggambarkan kejadian-kejadian, ataupun
hubungan variabel yang diamati saja. Studi deskriptif pada dasarnya tidaklah
memerlukan pengujian lebih lanjut.32
Metode kuantitatif yaang digunakan pada penelitian ini menggunakan
metode angka indeks (Index number). Metode angka indeks berguna bila kita
ingin mengetahui perkembangan keadaan secara makro, atau menyeluruh dari
variabel atau kejadian yang kita amati. Alat ini relatif banyak dipakai oleh
para praktisi dan ahli ekonomi guna menggambarkan keadaan perkembangan
perekonomian.33
B. Metode pengumpulan data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
bersifat time series, data sekunder mengacu pada informasi yang dikumpulkan
oleh seseorang, dan bukan peneliti yang melakukan studi mutakhir. Data
32 Muhammad Teguh, Metode Kuantitatif untuk analisis Ekonomi dan Bisnis (Jakarta : Rajawali Pers,
2014), h.21. 33 Ibid, h.26.
35
tersebut bisa merupakan internal atau eksternal organisasi dan diakses melalui
internet, penelusuran dokumen, atau publikasi informasi.34
Adapun rangkaian kegiatan yang dilakukan peneliti untuk memperoleh data
sekunder tersebut adalah sebagai berikut :
1. Studi kepustakaan (Library Research)
Studi kepustakaan bertujuan untuk memperoleh konsep dan landasan
teori dengan mempelajari berbagai literatur, buku, referensi, dan
dokumen-dokumen yang berkaitan dengan obyek pembahasan sebagai
bahan analisis yang dicari pada perpustakaan. Mengumpulkan,
memilih, memahami dengan cara membaca penelitian terdahulu yaitu
Jurnal, Skripsi, Tesis dan lain sebagainya yang berkaitan dengan
penelitian ini.
2. Teknik Dokumentasi
Teknik ini merupakan cara untuk memperoleh data langsung di tempat
penelitian yang diperoleh melalui buku-buku, peraturan-peraturan,
laporan relevan yang ada pada objek penelitian. Data yang diperoleh
biasanya berupa data sekunder. Dalam hal ini, peneliti tinggal
mengambil data yang telah diolah oleh pihak lain. Atau dilakukan
dengan menyalin data atau dokumen yang dihasilkan oleh pihak lain.35
34 Uma Sekaran, Research Methods for Business (Metode penelitian untuk bisnis) Buku 2 Edisi 4
(Jakarta : Salemba Empat, 2006), h.65. 35Supriyanto, Metodologi Riset Bisnis (Jakarta : PT Indeks, 2009), h.137.
36
Data yang diperoleh dengan teknik ini terdapat dalam laporan tahunan
yang telah diaudit dari bank yang menjadi objek penelitian selama
periode 2011- 2014. Laporan tahunan tersebut diperoleh peneliti
melalui website masing-masing bank yang menjadi objek penelitian.
C. Objek Penelitian
Perbankan syariah yang menjadi objek dalam penelitian ini ditentukan
melalui Purposive Sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu.36 Adapun pertimbangan dalam menentukan sampel
pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Perbankan syariah yang telah berbentuk bank umum syariah (BUS)
pada periode 2011 – 2014.
2. Laporan tahunan bank umum syariah menggunakan Bahasa Indonesia
dalam pelaporan keuangannya dan mata uang rupiah dalam pelaporan
unit moneternya.
3. Bank umum syariah yang telah mempublikasikan laporan keuangan
yang telah diaudit untuk tahun buku yang berakhir pada tanggal 31
Desember 2011, 31 Desember 2012, 31 Desember 2013, dan 31
Desember 2014.
Dari pertimbangan-pertimbangan tersebut diperoleh bank syariah yang
menjadi objek dalam penelitian ini yaitu :
36 Ety Rochaety, dkk., Metodologi Penelitian Bisnis dengan aplikasi SPSS (Jakarta : Mitra Wacana
Media, 2007), h.66.
37
a. Bank Central Asia Syariah (BCAS)
b. Bank Jabar Banten Syariah (BJBS)
c. Bank Mega Syariah (BMS)
d. Bank Muamalat Indonesia (BMI)
e. Bank Negara Indonesia Syariah (BNIS)
f. Bank Rakyat Indonesia Syariah (BRIS)
g. Bank Syariah Bukopin (BSB)
h. Bank Syariah Mandiri (BSM)
i. Bank Victoria Syariah (BVS)
j. Maybank Syariah Indonesia (MSI)
k. Panin Bank Syariah (PBS)
Adapun bank umum syariah yang tidak memenuhi kriteria di atas adalah
BTPN Syariah. BTPN Syariah tidak memenuhi ketiga persyaratan di atas
terutama persyaratan pertama dikarenakan BTPN Syariah baru resmi
berbentuk BUS pada Juli tahun 2014 sehingga dikecualikan dari objek
penelitian.
D. Metode Analisis Kinerja
Dalam menganalisis data untuk mengukur kinerja profitabilitas digunakan
metode comparative profitability index, sedangkan untuk mengukur kinerja
maqashid syari’ah digunakan metode sharia maqasid index. Kedua hasil
pengukuran tersebut pada akhirnya akan diperbandingkan dalam sebuah
diagram kartesius.
38
E. Analisis kinerja profitabilitas
Ada 2 tahap yang akan dilakukan dalam mengukur kinerja
profitabilitas bank syariah, yaitu:
a. Menjelaskan rasio kinerja profitabilitas bank syariah secara rata-
rata.
b. Menentukan peringkat bank syariah dengan menggunakan metode
comparative performance index (CPI).
F. Operasional variabel profitabilitas
Variabel-variabel yang digunakan untuk mengukur kinerja profitabilitas
pada penelitian ini adalah ROA, ROE, NOM, dan BOPO. Adapun operasional
dari variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut :
1. ROA (Return on Asset)
Rasio laba sebelum pajak dalam 12 bulan terakhir terhadap rata-rata
volume usaha (ROA) dalam periode yang sama. ROA
menggambarkan perputaran aktiva yang diukur dari volume penjualan.
Ukuran atau rumus yang digunakan adalah rasio perbandingan antara
laba sebelum pajak dengan total aset. Rasio ini digunakan untuk
mengukur kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan secara
keseluruhan. Rasio ini dirumuskan dengan37 :
37 Veithzal Rivai, dkk., Bank and Financial Institution Management : Conventional and Sharia System
(Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007), h.720.
39
𝑅𝑂𝐴 = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑥 100 %
2. ROE (Return on Equity)
Return on Equity merupakan indikator yang amat penting bagi para
pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan
bank dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan
pembayaran deviden. Kenaikan rasio ini berarti terjadi kenaikan laba
bersih dari laba yang bersangkutan yang selanjutnya dikaitkan dengan
peluang kemungkinan pembayaran dividen (terutama bagi bank yang
telah go public). Rasio ini sebagai perbandingan antara laba bersih
setelah pajak dengan modal sendiri (equity). Rasio ini dirumuskan
sebagai berikut38 :
𝑅𝑂𝐸 = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑑𝑖𝑠𝑒𝑡𝑜𝑟 𝑥 100 %
3. NOM (Net Operating Margin)
Rasio ini adalah rasio rentabilitas untuk mengetahui kemampuan
aktiva produktif dalam menghasilkan laba melalui perbandingan
pendapatan operasional dan beban operasional dengan rata-rata aktiva
produktif.39
38 Ibid., h. 721. 39 Dwi Nur’aini Ihsan, Analisis Laporan Keuangan perbankan syariah (Tangerang Selatan : UIN
Jakarta Press, 2013), h.101.
40
𝑁𝑂𝑀 = (𝑃𝑂 − 𝐷𝐵𝐻) − 𝐵𝑂
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓 𝑥 100 %
4. BOPO (Biaya Operasional Pendapatan Operasional)
Rasio ini adalah perbandingan antara biaya operasional dengan
pendapatan operasional dalam mengukur tingkat efisiensi dan
kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Dalam hal
ini perlu diketahui bahwa usaha utama bank adalah menghimpun dana
dari masyarakat dan selanjutnya menyalurkan kembali kepada
masyarakat dalam bentuk kredit/pembiayaan, sehingga beban
bunga/bagi hasil dan hasil bunga/bagi hasil/marjin merupakan porsi
terbesar bagi bank. Rasio ini dirumuskan dengan40 :
𝐵𝑂𝑃𝑂 = 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑥 100 %
G. Comparative Performance Index (CPI)
Untuk dapat membandingkan kinerja profitabilitas bank syariah dengan
sharia maqasid index (SMI), maka proses yang akan dilakukan adalah
dengan menghitung nilai masing-masing pengukuran profitabilitas bank
syariah dan menentukan peringkat dari kinerja bank syariah tersebut. Hal ini
40 Veithzal Rivai, dkk., Bank and Financial Institution Management : Conventional and Sharia
System, h. 722.
41
dapat dilakukan dengan menggunakan metode comparative performance
index (CPI).41
Comparative Performance Index atau juga dikenal sebagai composite
performance index (CPI) merupakan salah satu metode yang dapat
digunakan dalam pengambilan keputusan berbasis indeks kinerja. CPI adalah
indeks gabungan yang dapat digunakan untuk menentukan penilaian atau
peringkat dari berbagai alternatif. CPI mentransformasi nilai dari variabel
dengan jangkauan berbeda menjadi suatu indeks gabungan yang dapat
dibandingkan. Metode ini bisa mengakomodasi kriteria tren positif
(semakin tinggi nilainya semakin baik) dan tren negatif (semakin rendah
nilainya semakin baik). Formula yang digunakan untuk teknik CPI
adalah42:
Aij = Xij (min) x 100 / Xij (min)
(i=1.j) = (X(i+1.j)) / Xij (min) x 100
1ij = Aij x Pj
Ii = ∑ (Iij)
Keterangan :
Aij = nilai alternatif ke-i pada kriteria ke-j
Xij (min) = nilai alternatif ke-i pada kriteria awal
minimum ke-j
A(i + 1.j) = nilai alternatif ke-i +1 pada kriteria ke-j
(X(l + 1.j) = nilai alternatif ke-i +1 pada kriteria awal ke-j
Pj = bobot kepentingan kriteria ke – j
41 Afrinaldi, “Analisa Kinerja perbankan syariah Indonesia Ditinjau dari Maqasid Syariah: Pendekatan Sharia Maqasid Index (SMI) dan Profitabilitas Bank Syariah”, h. 4. 42 Rofi’atul Adawiyah, dkk., Decision support system perencanaan studi lanjut bagi tenaga pendidik berdasarkan kualifikasi bidang dengan metode Composite Performance Index”, Repositori Jurnal Mahasiswa PTIIK Universitas Brawijaya Volume 4 Nomor 5, 2014. h.5
42
Iij = indeks alternatif ke-I
Ii = indeks gabungan kriteria pada alternatif ke-I
i = 1,2,3,…,n dan j = 1,2,3,…,m
Tabel 3.1
Matriks transformasi melalui teknik Comparative Profitability Index (CPI)
Alternatif Kriteria Nilai
Alternatif Peringkat
ROA ROE NOM BOPO
BCAS
BJBS
BMS
BMI
BNIS
BRIS
BSB
BSM
BVS
MSI
PBS
Bobot
Kriteria
43
Prosedur dalam metode CPI adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi kriteria tren yaitu tren positif (semakin tinggi
nilainya semakin baik) dan tren negatif (semakin rendah
nilainya semakin baik).
2. Untuk kriteria tren positif, nilai maksimum pada setiap
kriteria ditransformasi ke seratus, sedangkan nilai lainnya
ditransformasi secara proporsional lebih tinggi.
3. Untuk kriteria tren negatif, nilai minimum pada setiap
kriteria ditransformasi ke seratus, sedangkan nilai lainnya
ditransformasi secara proporsional lebih rendah.
4. Perhitungan nilai alternatif merupakan jumlah dari
perkalian antara nilai kriteria dengan bobot kriteria.
H. Sharia Maqasid Index (SMI)
1. Konsep Maqashid Syari’ah Abu Zahrah
Abu Zahrah dalam kitab Ushul Fiqihnya merumuskan konsep
maqashid syari’ah dengan mengklasifikasikannya ke dalam tiga
tujuan utama yaitu43 :
a. Tahdzib al fard (Pendidikan bagi individu)
b.Iqamah al-adl (Menegakkan keadilan)
c. Jalb al maslahah (Mewujudkan kemaslahatan)
43 Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqih (Jakarta : Pustaka Firdaus,2014), h. 574-578.
44
Ketiga konsep di ataslah yang dikembangkan oleh Omar Mohammed
dkk, sebagai pijakan dalam mengembangkan sharia maqasid index.
2. Metode operasionalisasi sekaran
Untuk dapat mengoperasionalkan, atau secara operasional
mendefinisikan sebuah konsep untuk membuatnya bisa diukur,
dilakukan dengan melihat pada dimensi perilaku, aspek, atau sifat
yang ditunjukkan oleh konsep. Hal tersebut kemudian diterjemahkan
ke dalam elemen yang dapat diamati dan diukur sehingga
menghasilkan suatu indeks pengukuran konsep. Mendefinisikan
sebuah konsep secara operasional meliputi serangkaian tahap. Model
operasionalisasi sekaran ditunjukan oleh ilustrasi berikut ini dimana D
adalah Dimensi dan E adalah Elemen.44
44 Uma Sekaran, Research Methods for Business (Metode penelitian untuk bisnis) Buku 2 Edisi 4
(Jakarta : Salemba Empat, 2006), h.4.
Gambar 3.1 : Metode Operasionalisasi Sekaran
45
3. Model pengukuran kinerja Maqashid Syari’ah
Dengan menggunakan metode operasionalisasi Sekaran tersebut,
konsep maqashid syari’ah dari Abu Zahrah diterjemahkan oleh
Mustafa Omar Mohammed dkk. ke dalam dimensi atau karakteristik
dan akhirnya menjadi elemen yang dapat diukur sebagaimana
ditunjukkan oleh tabel berikut45 :
Tabel 3.2 : Model pengukuran kinerja Maqashid Syari’ah
Tujuan
Syariah Dimensi (D) Elemen (E) Rasio Kinerja
Tahżīb Al-
Fard
(Educating
Individual)
D1.
Advancement
of Knowledge
E1. Education
Grant
R1. Education
Grant/Total Expense
E2. Research R2. Research Expense/
Total Expense
D2. Instilling
New Skill and
Improvement
E3. Training R3. Training
Expense/Total Expense
D3. Creating
Awareness of
Islamic
Banking
E4. Publicity R4. Publicity
Expense/Tota Expense
Iqāmah
Al-‘Adl
(Establishi
D4. Fair
Returns E5. Fair Returns
R5. Profit Equalization
Reserves (PER) / Net or
Investment Income
45 Mustafa Omar Mohammed, dan Fauziah Md Taib, “Developing Islamic Banking Performance
Measures Based on Maqasid Al-Shariah Framework : Cases of 24 selected banks”, paper
dipresentasikan pada 9th Australian Society of Heterodox Economists Conference, UNSW, Sydney,
Australia. h. 63.
46
ng
Justice)
D5. Cheap
Products &
Services
E6. Functional
Distribution
R6. Mudharabah and
Musyarakah Modes/Total
Investment Mode
D6.
Elimination
of Injustices
E7. Interest Free
Product
R7. Interest Free
Income/Total Income
3. Jalb al
Maṣlahah
(Public
Interest)
D7.
Profitability
of Bank
E8. Profit Ratios R8. Net Income/Total
Asset
D8.
Redistributio
n of Income
and Wealth
E9. Personal
Income
R9. Zakah Paid/ Net
Income
D9.
Investment in
Real Sector
E10. Investment
Ratios in Real
Sector
R10. Investment in Real
Economic Sectors/ Total
Investment
Kesepuluh rasio kinerja di atas dipilih berdasarkan kriteria-kriteria
berikut ini46 :
a. Diskusi mengenai tujuan-tujuan perbankan syariah, dimensi-
dimensi serta elemen-elemen diidentifikasikan dari tujuan-
tujuan tersebut.
46 M. Omar Mohammed, dkk, “The Performance Measures of Islamic Banking Based on the Maqasid
Framework”, h. 8.
47
b. Penelitian sebelumnya yang sejenis menggunakan rasio-rasio
yang sama untuk mengukur kinerja perbankan syariah dan
perbankan Konvensional.
c. Kemudahan dalam sumber data (Laporan Keuangan) dan
metode riset (multi attribute decision making)
d. Kemungkinan mengukur implementasi konsep maqashid
syari’ah lebih akurat dengan menggunakan rasio-rasio ini.
Penjelasan dari variabel-variabel sharia maqasid index pada tabel 3.2
di atas adalah sebagai berikut47 :
a. (D1) Advancement Knowledge
Bank syariah dituntut untuk ikut berperan serta dalam
mengembangkan pengetahuan tidak hanya untuk pegawainya
tetapi juga untuk masyarakat banyak. Peran ini dapat
diukur melalui elemen seberapa besar bank syariah
memberikan beasiswa pendidikan (E1.Education Grant) dan
melakukan penelitian dan pengembangan (E2. Research).
Rasio pengukurannya dapat diukur melalui seberapa besar
dana beasiswa terhadap total biayanya (R1. Education Grant/
Total Expense) dan rasio biaya penelitian terhadap total
biayanya (R2.Research Expense/Total Expense). Semakin
47 Afrinaldi, “Analisa Kinerja Perbankan Syariah Indonesia ditinjau dari Maqasid Syariah:
Pendekatan Sharia Maqasid Index (SMI) dan Profitabilitas Bank Syariah”, h. 7-9.
48
besar dana beasiswa dan biaya penelitian yang dikeluakan
bank syariah, menunjukkan bahwa bank syariah peduli
terhadap pengembangan ilmu pengetahuan.
b. (D2) Instilling New Skill and Improvement
Bank syariah memiliki kewajiban untuk meningkatkan skill
dan pengetahuan pegawainya, hal ini dapat diukur dengan
seberapa besar perhatian bank syariah terhadap pelatihan dan
pendidikan bagi pegawainya. (E3.Training). Rasio
pengukurannya dapat diukur melalui seberapa besar biaya
pelatihan terhadap total biayanya (R3. Training Expense/Total
expense). Semakin besar rasio biaya training yang
dikeluarkan oleh bank syariah artinya semakin besar
perhatian bank terhadap pengembangan sumber daya insaninya.
c. (D3) Creating Awareness of Islamic Banking
Peran bank syariah dalam meningkatkan pengetahuan
masyarakat khususnya tentang perbankan syariah adalah
dengan melakukan sosialisasi dan publikasi perbankan
syariah dalam bentuk informasi produk bank syariah,
operasional dan sistem ekonomi syariah. (E4. Publicity) Hal
ini dapat diukur melalui seberapa besar biaya publikasi
49
atau promosi yang dikeluarkan bank terhadap total biaya
yang dikeluarkannya (R4. Publicity Expense/ Total
expense). Semakin besar promosi dan publisitas yang
dilakukan bank syariah akan berdampak pada peningkatan
kesadaran masyarakat terhadap perbankan syariah.
d. D4) Fair Returns
Bank syariah dituntut untuk dapat melakukan transaksi
secara adil yang tidak merugikan nasabahnya. Salah satu
yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan hasil yang
adil dan setara (Fair return). Ukuran yang digunakan
adalah rasio profit equalization reserve (PER) bank syariah.
Untuk kasus bank syariah di Indonesia, PER belum
diterapkan secara penuh dan belum ada bank syariah yang
melaporkan tingkat PER dalam laporan tahunannya. Hal ini
tentunya berbeda dengan perbankan syariah di Malaysia yang
telah menggunakan PER tersebut. oleh karena itu, rasio PER
(R5. Profit Equalization Reserves (PER)/ Net or Investment
income) tidak dapat digunakan karena belum adanya data
terkait dengan hal tersebut.
50
e. (D5) Cheap Products and Services
Elemen pengukuran yang dilakukan adalah E6. functional
distribution dengan rasio kinerja pengukuran (R6.
Mudharabah or Musyarakah Modes / Total Investment
Mode), berapa besar pembiayaan dengan skim bagi hasil
mudharabah dan musyarakah terhadap seluruh model
pembiayaan yang diberikan bank syariah. Semakin tinggi
model pembiayaan bank syariah menggunakan mudharabah
dan musyarakah menunjukkan bahwa Bank syariah
meningkatkan fungsinya untuk mewujudkan keadilan sosio
ekonomi melalui transaksi bagi hasil.
f. (D6) Elimination of Injustices
Riba (suku bunga) merupakan salah satu instrumen yang
dilarang dalam sistem perbankan dan keuangan syariah. Hal
ini disebabkan riba memberikan dampak buruk terhadap
perekonomian dan menyebabkan ketidakadilan dalam
transaksi ekonomi. Riba memberikan kesempatan yang luas
kepada golongan kaya untuk mengeksploitasi golongan
miskin. Bank syariah dituntut untuk menjalankan aktivitas
perbankan khususnya investasi yang dilakukan terbebas dari
riba. Semakin tinggi rasio investasi yang bebas riba terhadap
51
total investasinya, akan berdampak positif terhadap
berkurangnya kesenjangan pendapatan dan kekayaan dalam
kehidupan bermasyarakat. Hal ini dapat diukur melalui rasio
Interest free income terhadap total income.
g. (D7) Profitability of Bank
Semakin besar keuntungan yang diperoleh bank syariah maka
akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan tidak hanya
pemilik dan pegawai bank syariah tetapi dapat berdampak pada
semua stakeholder perbankan syariah. Hal ini dapat terlihat
dari rasio profitabilitas bank syariah dan dapat diukur melalui
seberapa besar net profit terhadap total asset bank syariah.
h. (D8) Redistribution of Income & Wealth
Salah satu peran penting keberadaan bank syariah adalah
untuk mendistribusikan kekayaan kepada semua golongan.
Peran ini dapat dilakukan bank syariah melalui
pendistribusian dana zakat yang dikeluarkan oleh bank syariah.
Peran ini dapat diukur melalui seberapa besar rasio zakat
yang dibayar bank syariah terhadap net income bank
syariah tersebut.
52
i. (D9) Investment in Real Sector
Keberadaan bank syariah diharapkan dapat mendorong
pertumbuhan sektor riil yang selama ini tidak seimbang
dengan sektor keuangan. Prinsip dan akad-akad bank
syariah dinilai lebih sesuai dalam pengembangan sektor
rill, sehinggga tingkat pembiayaan bank syariah diharapkan
lebih banyak pada sektor riil tersebut seperti sektor
pertanian, pertambangan, konstruksi, manufaktur dan usaha
mikro. Salah satu cara pengukuran yang dilakukan untuk
melihat hal ini adalah dengan melihat seberapa besar
pembiayaan bank syariah terhadap sektor riil dibandingkan
dengan total pembiayaan bank tersebut (R10. Investment in
Real Economic Sectors / total Investment). Semakin tinggi
pembiayaan yang disalurkan ke sektor riil yang dilakukan
perbankan syariah akan mendorong terjadinya pengembangan
ekonomi sektor ril yang akan memberikan kemaslahatan
kepada seluruh lapisan masyarakat.
53
4. Verifikasi dan pembobotan model pengukuran kinerja Maqashid
Syari’ah
Untuk mendapatkan hasil yang terbaik dari pengukuran di atas,
maka dilakukan verifikasi dari model dan pembobotan pada
setiap konsep dan elemen pengukuran melalui wawancara dengan 16
pakar syariah di Asia dan Timur Tengah (pembobotan tersebut
berdasarkan hasil penelitian dari Mustafa Omar Muhammed,
sebagaimana terdapat pada tabel berikut ini48:
Tabel 3.3
Bobot rata-rata tujuan dan elemen pengukuran Maqashid Syari’ah
Tujuan
Syariah
Bobot
(Weighting)
Rata-rata
(100 %)
Elemen (E) Bobot (Weighting)
Rata-rata (100 %)
Tahżīb Al-
Fard
(Educating
Individual)
30
E1. Education
Grant 24
E2. Research 27
E3. Training 26
E4. Publicity 23
Total 100
Iqāmah
Al-‘Adl
(Establishi
41
E5. Fair Returns 30
E6. Functional
Distribution 32
48 M. Omar Mohammed, dan Fauziah Md Taib,“Developing Islamic Banking Performance Measures
Based on Maqasid Al-Shariah Framework : Cases of 24 selected banks”, h. 63.
54
ng
Justice)
E7. Interest Free
Product 38
Total 100
3. Jalb al
Maṣlahah
(Public
Interest)
29
E8. Profit Ratios 33
E9. Personal
Income 30
E10. Investment
Ratios in Real
Sector
37
Total 100
Total 100
5. Tahapan pengukuran kinerja Maqashid Syari’ah
Ada tiga tahap yang akan dilakukan untuk mengukur kinerja
maqashid syariah bank syariah, yaitu49 :
a. Menilai setiap rasio kinerja maqashid syari’ah yang terdiri dari 10
rasio kinerja yaitu:
(1) Education Grant/Total Expense (R11)
(2) Research expense/Total Expense (R21)
(3) Training expense/Total Expense (R31)
(4) Publicity expense/ Total Expense (R41)
49 Afrinaldi, “Analisa Kinerja Perbankan Syariah Indonesia ditinjau dari Maqasid Syariah:
Pendekatan Sharia Maqasid Index (SMI) dan Profitabilitas Bank Syariah”, h. 10-12.
55
(5) Profit Equalization Reserves (PER) / Net or Investment
Income (R12)
(6) Mudharabah and Musyarakah Modes/ Total Investment
Mode (R22)
(7) Interest Free Income/Total Income (R32)
(8) Net Income/ Total Asset (R13)
(9) Zakah paid / Net Asset (R23)
(10) Investment in Real Economic Sectors / Total
Investment (R33)
b. Menentukan peringkat dari bank syariah berdasarkan Indikator
Kinerja (IK)
Proses menentukan peringkat dari setiap bank syariah
dilakukan melalui Indikator Kinerja (IK) setiap bank syariah.
Proses tersebut menggunakan simple additive weighting method
(SAW) dengan cara pembobotan, agregat dan proses menentukan
peringkat (weighting, aggregating and ranking processes).SAW
merupakan metode multiple atribute decision making (MADM)
yang dilakukan sebagai berikut:
(1) Pengambil keputusan (decision maker) mengidentifikasi
setiap nilai atribut dan nilai intraatribut. Dalam
penelitian ini yang menjadi atribut adalah tiga tujuan
maqashid syariah dan intra-atribut adalah 10 elemen
56
dan 10 indikator kinerja (rasio) sebagaimana pada
tabel sebelumnya (tabel 3.2).
(2) Para pembuat keputusan menentukan bobot setiap atribut
dan intra–atribut. Bobot dari 3 tujuan maqashid syariah
dan 10 elemen (intra-atribut) telah diberikan bobot oleh
pakar syariah sebagaimana pada tabel 3.3 di atas.
Evaluasi dari 10 rasio kinerja diperoleh dari laporan
tahunan 11 bank syariah yang menjadi objek penelitian
periode 2011 – 2014.
(3) Kemudian akan diperoleh skor total untuk setiap bank
dengan cara mengalikan setiap rasio skala setiap atribut.
Secara matematis, proses menentukan Indikator kinerja
dan tingkat sharia maqashid index tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
(1) Tujuan pertama yaitu Tahzib al-Fard (Mendidik Individu)
Indikator Kinerja (IK) untuk Tujuan 1 (T1) adalah sebagai
berikut:
IK (T1) = IK11 + IK21 + IK31 + IK41
Dimana :
IK11 = W11 x E11 x R11
57
IK21 = W11 x E21 x R21
IK31= W11 x E31 x R31
IK41= W11 x E41 x R41
Atau;
W11 (E11 x R11 + x E21 x R21 + x E31 x R31 + x E41 x R41)
Dimana;
T1 = Tujuan pertama dari maqashid syari’ah (Tahzib al
Fardi)
W11= Bobot rata-rata untuk tujuan pertama (Tahzib al
Fardi)
E11= Bobot rata-rata untuk elemen pertama tujuan 1
(E1.Education Grant)
E21 = Bobot rata-rata untuk elemen kedua tujuan 1
(E2.Research)
E31 = Bobot rata-rata untuk elemen ketiga tujuan 1
(E3.Training)
E41 = Bobot rata-rata untuk elemen ke empat tujuan 1
(E4.Publicity)
R11 = Rasio kinerja untuk elemen pertama tujuan 1
R21 = Rasio kinerja untuk elemen kedua tujuan 1
58
R31 = Rasio kinerja untuk elemen ketiga tujuan 1
R41 = Rasio kinerja untuk elemen ke empat tujuan 1
(2) Tujuan kedua (T2) yaitu Iqamah al- Adl (Menegakkan
Keadilan). Indikator Kinerja (IK) untuk Tujuan 2 adalah
sebagai berikut:
IK (T2) = IK12 + IK22 + IK32
Dimana :
IK12 = W22 x E12 x R12
IK22 = W22 x E22 x R22
IK32 = W22 x E32 x R32
atau; W22 ( E12 x R12 + E22 x R32 + E32 x R32)
(3) Jalb al Maslahah (Kemaslahatan umum) = Tujuan 3 (T3)
Indikator Kinerja (IK) untuk Tujuan 3 sebagai berikut:
IK (T3) = IK13 + IK23 + IK33
Dimana :
IK13 = W33 x E13 x R13
IK23 = W33 x E23 x R23
IK33 = W33 x E33 x R33
atau; W33 ( E13 x R13 + E23 x R23 + E33 x R33)
59
c. Menentukan Sharia Maqasid Index
Sharia Maqasid Index (SMI) untuk setiap bank syariah
merupakan total semua kinerja indikator dari 3 tujuan maqashid
syariah. Sehingga SMI setiap bank syariah dapat dirumuskan
sebagai berikut:
IMS = IK(T1) + IK(T2) + IK(T3)
Dengan kata lain SMI untuk setiap bank syariah adalah jumlah
total dari indikator kinerja maqashid syari’ah tujuan 1, tujuan 2
dan tujuan 3.
6. Perbandingan Profitabilitas dengan Sharia Maqasid Index
Setelah didapatkan hasil perhitungan dari indeks profitabilitas dan
sharia maqasid index untuk setiap bank umum syariah, maka akan
dilakukan perbandingan dari pelaksanaan kedua aspek tersebut dalam
bentuk diagram kartesius. Pengolahan diagram kartesius tersebut akan
menggunakan program SPSS statistic version 17.0 dan program
Microsoft Excel 2013. Beberapa tahapan yang dilakukan dalam
analisis ini adalah sebagai berikut50:
50 Ibid., h.13.
60
a. Menghitung nilai atau skor rata-rata dari tingkat
profitabilitas dan sharia maqasid index.
b. Membuat plot berdasarkan nilai atau skor rata-rata dari
masing-masing aspek ke dalam diagram kartesius,
dalam hal ini tingkat profitabilitas berlaku sebagai
sumbu vertikal dengan simbol (y) dan tingkat sharia
maqasid index berlaku sebagai sumbu horizontal
dengan simbol (x) dapat disederhanakan menggunakan
rumus sebagai berikut:
�̅� = ∑ xi
n .......................................................................... (1)
𝑦 ̅ = ∑ yi
𝑛 ......................................................................... (2)
Keterangan:
�̅� = Skor rata-rata tingkat profitabilitas bank syariah
𝑦 ̅ = Skor rata-rata sharia maqasid index
𝑥𝑖 = Total skor setiap tingkat profitabilitas dari seluruh sampel
bank syariah
𝑦𝑖 = Total skor setiap tingkat sharia maqasid index dari seluruh
sampel bank syariah.
61
Gambar 3.2
Diagram Kartesius Profitabilitas dan Maqashid Syari’ah perbankan
syariah Indonesia
62
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Kinerja Profitabilitas Bank Umum Syariah
Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, ada dua tahapan
yang akan dilakukan dalam menganalisis kinerja profitabilitas. Pertama adalah
menjelaskan rasio kinerja profitabilitas bank syariah secara rata-rata,
selanjutnya menentukan peringkat bank syariah dengan menggunakan
metode comparative performance index (CPI). Berikut adalah rata-rata kinerja
profitabilitas bank umum syariah periode 2011 – 2014 beserta penjelasannya :
Tabel 4.1
Rasio profitabilitas rata-rata Bank Umum Syariah periode 2011 -2014
Bank ROA (%) ROE (%) NOM (%) BOPO (%)
BCAS 0,88 3,08 8,75 89,40
BJBS 0,57 2,19 7,56 92,80
BMS 2,00 25,90 12,07 87,95
BMI 1,15 21,24 4,41 88,11
BNIS 1,35 10,63 9,41 85,56
BRIS 0,66 5,56 6,61 94,02
BSB 0,51 5,90 3,50 93,62
BSM 1,48 16,53 7,04 82,99
BVS 1,75 3,51 2,70 102,39
MSI 3,23 5,43 5,99 61,59
PBS 2,02 5,66 5,95 68,71
63
Dari tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa Maybank Syariah
Indonesia (MSI) memiliki nilai rata – rata return on asset (ROA) tertinggi
selama periode 2011 – 2014 yaitu sebesar 3,23 % artinya MSI mampu
menghasilkan laba bersih dengan aset yang dimiliki lebih baik dibanding bank
umum syariah lainnya. Bank Mega Syariah (BMS) memiliki kinerja yang
lebih baik dalam menghasilkan laba untuk para pemegang sahamnya, hal ini
ditandai dengan perolehan nilai rata-rata return on equity (ROE) sebesar 25,90
% yang merupakan yang tertinggi selama periode 2011 – 2014 di antara bank
umum syariah. BMS juga mampu memanfaatkan aktiva produktifnya untuk
mendapatkan laba lebih baik dibanding bank umum syariah lainnya pada
periode 2011 – 2014 yakni dengan memperoleh nilai rata-rata net operating
Margin sebesar 12,07 %. Sedangkan dalam efisiensi operasional, MSI
menunjukkan kinerja yang lebih baik dibanding bank umum syariah lainnya
dengan nilai rata-rata BOPO (biaya operasional pendapatan operasional)
selama periode 2011 – 2014 paling rendah yaitu sebesar 61,59 %.
Selanjutnya berdasarkan perhitungan rata-rata profitabilitas bank
umum syariah periode 2011 – 2014 pada tabel 4.1 di atas maka dapat dihitung
nilai composite index masing-masing bank umum syariah agar dapat
dilakukan pemeringkatan kinerja profitabilitas bank umum syariah di
Indonesia selama periode 2011 – 2014 dan agar dapat dibandingkan dengan
sharia maqasid index (SMI). Metode perhitungan nilai composite index telah
64
dijelaskan pada bab sebelumnya, berikut hasil perhitungan dengan
menggunakan metode comparative performance index (CPI) untuk 11 bank
umum syariah selama periode 2011 -2014.
Tabel 4.2
Indeks kinerja profitabilitas Bank Umum Syariah periode 2011 -2014.
Alternatif Kriteria Nilai
Alternatif
Peringkat
ROA ROE NOM BOPO
BCAS 27,07 11,87 72,48 68,89 45,08 7
BJBS 17,56 8,47 62,66 66,37 38,76 9
BMS 61,95 100 100 70,03 82,99 1
BMI 35,58 82,00 36,57 69,90 56,01 5
BNIS 41,84 41,04 78,01 71,98 58,22 4
BRIS 20,26 21,47 54,81 65,50 40,51 8
BSB 15,70 22,76 28,99 65,78 33,31 11
BSM 45,63 63,82 58,37 74,21 60,51 3
BVS 54,06 13,53 22,34 60,15 37,52 10
MSI 100 20,97 49,65 100 67,66 2
PBS 62,34 21,86 49,34 89,63 55,79 6
Bobot
Kriteria
25 % 25 % 25 % 25 %
Dari tabel di atas BMS menempati peringkat pertama dengan nilai CPI
sebesar 82,99. Keunggulan BMS tersebut terutama bersumber dari tingginya
nilai rata-rata ROE dan NOM. Sementera MSI menempati peringkat kedua
dengan nilai CPI sebesar 67,66, kinerja ROA dan BOPO yang tinggi
menempatkan MSI dengan nilai CPI tertinggi kedua dibandingkan dengan
bank umum syariah lainnya.
65
B. Kinerja Maqashid Syari’ah Bank Umum Syariah
Untuk mengetahui sejauh mana sebuah bank syariah melaksanakan
setiap tujuan-tujuan maqashid syari’ah dapat diukur melalui rasio kinerja
maqashid syari’ah yang telah dibagi ke dalam tiga tujuan yaitu :
1. Mendidik individu (Tahzib al-Fard)
2. Menegakkan keadilan (Iqamah al-‘adl)
3. Kemaslahatan (Jalb al-Maslahah)
Berikut adalah rasio kinerja maqashid syari’ah 11 bank umum syari’ah
periode 2011 – 2014 untuk setiap tujuannya :
1. Tujuan pertama : Mendidik Individu (Tahzib al-Fard). Pada tujuan
pertama ini terdapat empat elemen yang diukur dalam tujuannya untuk
mengetahui seberapa besar kepedulian bank syariah untuk memajukan
pendidikan dan ilmu pengetahuan untuk para stakeholdernya. Berikut
adalah tabel rasio kinerja maqashid syari’ah untuk tujuan pertama :
Tabel 4.3:
Rasio kinerja Maqashid Syari’ah rata-rata tujuan pertama
Bank Umum Syariah periode 2011 -2014.
Bank Rasio Kinerja Tujuan 1
R11
(%)
R21
(%)
R31
(%)
R41
(%)
BCAS 0,005 0 1,48 1,28
BJBS 0,01 0,002 0 2,20
BMS 0,03 0 0,26 0,51
BMI 0,72 0,21 1,29 3,70
BNIS 0,38 0 2,76 5,61
BRIS 0,01 0 1,60 2,75
BSB 0 0 1,81 2,50
66
BSM 0,38 0,11 1,52 3,03
BVS 0 0 0,42 1,19
MSI 0,26 0 1,74 2,03
PBS 0,02 0 0,98 0,77
Dari tabel 4.3 dapat diketahui bahwa pada rasio pertama
(Education Grant) Bank Muamalat Indonesia (BMI) memiliki nilai rasio
tertinggi yaitu sebesar 0,72 %, artinya 0,72 % dari total pengeluarannya
ditujukan untuk donasi pendidikan. Rasio yang tinggi tersebut tak lepas
dari program pendidikan yang dijalankan oleh Baitulmal Muamalat
(BMM), sebuah lembaga amil zakat (LAZ) yang diprakarsai oleh BMI
sendiri. Program pendidikan andalan yang dijalankan oleh BMM antara
lain : Beasiswa Pendidikan, Orphan Kafala, Islamic Solidarity School
serta Madinah al-Munawarah Solidarity School.
Rasio kedua (Research), hanya dijalankan oleh 3 bank saja
yaitu BJBS, BMI dan BMS. BMI mengalokasikan dana terbesar untuk
kegiatan riset dan pengembangan selama periode 2011 – 2014 yaitu
sebesar 0,21 %. Riset dan pengembangan sangat dibutuhkan oleh
perbankan syariah dalam mendukung kemajuan dan keberlangsungan
perusahaan dalam menghadapi persaingan.
Rasio ketiga (Training), pada rasio ini BNI Syariah (BNIS)
mendapatkan rasio tertinggi yaitu 2,76 %. Jumlah pelatihan, jumah
peserta maupun alokasi dana yang digunakan oleh BNIS setiap tahunnya
67
memiliki tren meningkat. BNIS menyadari bahwa investasi untuk
meningkatkan kompetensi dan profesionalitas sumber daya insani yang
dimiliki meurpakan kunci kesuksesan sebuah perusahaan yang
berkualitas.
Rasio keempat (Publicity), didalam rasio ini BNIS kembali
mendapatkan nilai yang tinggi selama periode 2011 – 2014, yaitu 5,61
%. Artinya 5,61 % dari total pengeluaran BNIS ditujukan untuk
kegiatan promosi atau publikasi. Kegiatan promosi ini sangat penting
dilakukan oleh perbankan syariah, selain untuk mengenalkan produk-
produk perbankan syariah juga untuk mengenalkan sistem operasional
perbankan syariah maupun sistem ekonomi syariah kepada masyarakat.
Dengan publikasi dan promosi yang gencar diharapkan kesadaran
masyarakat akan perbankan syariah akan semakin meningkat. Kegiatan
promosi yang dilakukan oleh BNIS dilakukan dengan berbagai strategi,
di antaranya dengan mengadakan kerjasama keuangan dengan asosiasi,
perusahaan, komunitas atau yayasan, melakukan sponsorship, di media
masa atau melakukan marketing communication.
2. Tujuan kedua : Menegakkan keadilan (Iqamah –al-‘adl). Pada tujuan
kedua ini ada tiga elemen yang diukur. Pengukuran ketiga elemen ini
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana komitmen bank syariah untuk
menegakkan keadilan ekonomi agar tercipta hubungan yang saling
68
menguntungkan antara bank syariah dengan masyarakat. Berikut adalah
tabel rasio kinerja maqashid syari’ah untuk tujuan kedua :
Tabel 4.4:
Rasio kinerja Maqashid Syari’ah rata-rata tujuan kedua
Bank Umum Syariah periode 2011 -2014.
Elemen pertama yaitu Fair return yang dicerminkan oleh
penggunakan PER. Dari tabel 4.4 dapat diketahui bahwa tidak terdapat
bank umum syariah di Indonesia yang melaporkan alokasi dana untuk
PER pada laporan keuangannya. Ketika bank syariah menetapkan
sebagian pendapatannya untuk PER maka bank tersebut dianggap
memungkiri hak deposan atas keuntungannya, hal ini merupkan
sebuah bentuk ketidakadilan. Maka rasio PER yang tinggi merupakan
bentuk ketidakadilan bank syariah, sedangkan jika rasio PER
mendekati 1 atau tidak ada cadangan untuk PER tersebut maka bank
tersebut berkomitmen untuk menegakkan keadilan. Oleh karena itu
Bank
Rasio Kinerja Tujuan 2
R12
(%)
R22
(%)
R32
(%)
BCAS 0 44,14 99,99
BJBS 0 32,64 99,99
BMS 0 0,90 99,99
BMI 0 47,59 99,97
BNIS 0 16,82 99,99
BRIS 0 25,63 99,99
BSB 0 18,26 99,95
BSM 0 23,60 99,99
BVS 0 28,46 99,97
MSI 0 3,92 99,92
PBS 0 58,53 99,99
69
rasio untuk mengukur PER adalah (1- PER/Net Income or Investment
Income).
Elemen kedua yaitu functional distrbution yang dijelaskan oleh
rasio pembiayaan dengan skim bagi hasil (mudharabah dan
musyarakah) terhadap skim lainnya. Pada elemen kedua ini Panin
Bank Syariah (PBS) memiliki rasio tertinggi, yaitu sebesar 58,53 %
dari total pembiayaannya menggunakan skim bagi hasil (mudharabah
dan musyarakah). Pada tahun 2014 PBS mengalami kenaikan
signfikan dalam pembiayaan berbasis bagi hasil yaitu mudharabah dan
musyarakah yaitu masing-masing sebesaar 29,60 % dan 371 %.
Pembiayaan dengan skim bagi hasil dianggap lebih mencerminkan
keadilan dikarenakan bank turut merasakan kondisi di sektor riil
apakah untung atau rugi. Skim bagi hasil juga mencerminkan
hubungan kemitraan jangka panjang yang mengandalkan kepercayaan.
Elemen ketiga yaitu interest free income yang dicerminkan
melalui rasio pendapatan bebas bunga dibandingkan dengan total
pendapatan. Pada rasio ketiga ini dapat terlihat bahwa pendapatan
bank syariah di Indonesia secara garis besar bukan berasal dari
kegiatan membungakan uang yang terlarang, akan tetapi masih
terdapat pendapatan bunga dari penempatan dana maupun giro di bank
konvensional.
70
3. Tujuan ketiga : Kemaslahatan (Jalb al-Maslahah)
Tabel 4.5
Rasio kinerja Maqashid Syari’ah rata-rata tujuan ketiga
Bank Umum Syariah periode 2011 -2014.
Bank Rasio Kinerja Tujuan 3
R13
(%)
R23
(%)
R33
(%)
BCAS 0,53 0,001 65,74
BJBS 0,40 0,00002 71,57
BMS 1,28 0,06 80,90
BMI 0,53 0,02 75,58
BNIS 0,84 0,04 73,85
BRIS 0,40 0,03 81,86
BSB 0,39 0 77,17
BSM 0,94 0,04 79,99
BVS 0,86 0 61,38
MSI 2,10 0 64,47
PBS 1,05 0,01 71,41
Dari tabel 4.5 di atas dapat diketahui bahwa MSI memperoleh rasio
tertinggi pada elemen pertama yaitu profit ratios. Kemampuan sebuah
bank syariah untuk mengelola kekayaannya secara optimal dan bijaksana
untuk memperoleh laba yang tinggi merupakan sebuah bentuk dari hifzhul
maal (penjagaan terhadap harta). Laba yang tinggi memungkinkan bank
syariah berkontribusi lebih terhadap pajak untuk pembangunan negara
serta memungkinkan kontribusi yang lebih tinggi untuk kemaslahatan
masyarakat.
Elemen kedua adalah personal income yang dicerminkan oleh rasio
zakat yang dikeluarkan oleh bank syariah terhadap aset bersihnya.
71
Beberapa bank umum syariah tidak mempublikasikan nominal zakatnya di
laporan keuangan, sedangkan untuk rasio tertinggi diraih oleh BMS yaitu
besaran zakat yang dikeluarkan setara dengan 0,06 % dari aset bersihnya.
Penyebut yang digunakan pada rasio ini tidak menggunakan net profit
melainkan net asset (total asset – total liabilities). Net asset dianggap lebih
mencerminkan kekayaan sebuah bank syariah. Peningkatan pada kekayaan
bank diyakini akan meningkatkan nominal pembayaran zakat.
Elemen ketiga adalah investment in real sector yang dicerminkan
oleh rasio Investasi bank syariah di sektor riil dibandingkan dengan
keseluruhan investasi bank syariah. Pada tabel 4.5 diketahui bahwa 81,86
% dari investasi yang dilakukan oleh BRIS disalurkan di sektor riil sisanya
di sektor keuangan, dan merupakan yang tertinggi di antara bank syariah
lain. Aktivitas investasi di sektor riil diyakini memberikan dampak
langsung yang positif kepada perekonomian masyarakat dibandingkan
dengan aktivitas investasi di sektor keuangan.
C. Indikator Kinerja Bank Umum Syariah
Setelah diketahui hasil perhitungan rasio kinerja maqashid syari’ah
rata-rata, maka proses selanjutnya adalah menentukan peringkat kinerja
maqashid syari’ah dari setiap bank umum syariah. Proses tersebut dilakukan
melalui Indikator Kinerja (IK) setiap bank umum syariah. Untuk mengetahui
IK digunakanlah metode simple sdditive weighting method (SAW) dengan
72
cara pembobotan, agregat dan proses menentukan peringkat seperti yang telah
dijelaskan dalam bab sebelumnya.
Berikut adalah indikator kinerja setiap bank umum syariah
berdasarkan tujuan-tujuan maqashid syari’ah :
Tabel 4.6:
Indikator kinerja Maqashid Syari’ah tujuan pertama
Bank Umum Syariah periode 2011 -2014.
Bank Indikator Kinerja Tujuan 1 (IK – T1)
IK11
IK21
IK31
IK41
Total
BCAS 0,000003 0 0,001151 0,000884 0,00204
BJBS 0,000004 0,000002 0 0,001521 0,00153
BMS 0,00002 0 0,00020 0,00035 0,00058
BMI 0,00052 0,00017 0,00101 0,00255 0,00425
BNIS 0,00028 0 0,00216 0,00387 0,00630
BRIS 0,00001 0 0,00125 0,00190 0,00316
BSB 0 0 0,00141 0,00173 0,00314
BSM 0,00027 0,00009 0,00118 0,00209 0,00364
BVS 0 0 0,00032 0,00082 0,00115
MSI 0,00019 0 0,00135 0,00140 0,00294
PBS 0,00001 0 0,00076 0,00053 0,00131
Tujuan pertama yaitu mendidik indivdu (Tahzib al-Fard), dari tabel
4.6 dapat diketahui bahwa BMI adalah bank umum syariah yang memiliki
indikator kinerja tertinggi dalam menyalurkan donasi untuk tujuan
pendidikan bagi masyarakat, selain itu BMI juga merupakan bank umum
syariah yang memiliki alokasi dana untuk riset dan pengembangan yang
73
paling tinggi di antara bank umum syariah lain. Dalam bidang pelatihan dan
pengembangan skill untuk karyawan, BNIS mencatatkan indikator kinerja
yang paling tinggi, selain itu BNIS merupakan bank umum syariah yang
memiliki indikator kinerja tertinggi dalam hal publikasi. Secara keseluruhan,
BNIS lebih baik dalam mencapai tujuan pertama (tahzib al-fard)
dibandingkan dengan bank umum syariah lainnya.
Tabel 4.7
Indikator kinerja Maqashid Syari’ah tujuan kedua
Bank Umum Syariah periode 2011 -2014.
Bank Indikator Kinerja Tujuan 2 (IK – T2)
IK12 IK22 IK32 Total
BCAS 0 0,05792 0,15580 0,21372
BJBS 0 0,04283 0,15578 0,19861
BMS 0 0,00118 0,15579 0,15697
BMI 0 0,06244 0,15575 0,21819
BNIS 0 0,02207 0,15579 0,17785
BRIS 0 0,03363 0,15579 0,18941
BSB 0 0,02396 0,15573 0,17968
BSM 0 0,03096 0,15579 0,18675
BVS 0 0,03733 0,15576 0,19309
MSI 0 0,00514 0,15567 0,16082
PBS 0 0,07679 0,15580 0,23259
Tujuan kedua yaitu menegakkan keadilan (Iqamah al-‘Adl), dari tabel
4.7 di atas terlihat keunggulan PBS dalam melaksanakan tujuan kedua yaitu
menegakkan keadilan. Keunggulan PBS disebabkan oleh tingginya skim
pembiayaan berbasis bagi hasil yang disalurkan oleh PBS selama periode
2011 – 2014. Selanjutnya secara garis besar pendapatan yang diterima oleh
74
perbankan syariah telah bebas dari riba yang diharamkan, akan tetapi masih
terdapat pendapatan bunga yang berasal dari penempatan di bank
konvensional. Porsi pendapatan bunga terbesar dimiliki oleh MSI serta BSB.
Tabel 4.8
Indikator kinerja Maqashid Syari’ah tujuan ketiga
Bank Umum Syariah periode 2011 -2014.
Bank Indikator Kinerja Tujuan 3 (IK – T3)
R13
(%)
R23
(%)
R33
(%)
Total
BCAS 0,00051 0 0,07054 0,07105
BJBS 0,00038 0 0,07680 0,07718
BMS 0,00122 0,00005 0,08681 0,08808
BMI 0,00050 0,00002 0,08110 0,08162
BNIS 0,00081 0,00003 0,07924 0,08008
BRIS 0,00038 0,00003 0,08783 0,08825
BSB 0,00037 0 0,08280 0,08317
BSM 0,00090 0,00003 0,08583 0,08676
BVS 0,00082 0 0,06586 0,06669
MSI 0,00201 0 0,06918 0,07119
PBS 0,00101 0,00001 0,07662 0,07764
Tujuan ketiga yaitu kemaslahatan, dari tabel 4.8 dapat dilihat MSI
memperoleh nilai tertinggi pada indeks kinerja terkait profitabilitas, sementara
itu BMS memperoleh indeks kinerja zakat tertinggi, sedangkan BRIS
mencapai indeks kinerja yang paling tinggi pada penyaluran pembiayaan pada
sektor riil dan secara umum BRIS lebih baik dalam mencapai tujuan ketiga
ini.
75
D. Sharia Maqasid Index (SMI) Bank Umum Syariah
Sharia Maqasid Index (SMI) merupakan total penjumlahan dari setiap
indikator kinerja tiga tujuan maqashid syari’ah. Berikut tabel SMI bank
umum syariah di Indonesia periode 2011 – 2014 :
Tabel 4.9
Sharia Maqasid Index Bank Umum Syariah periode 2011 -2014.
Dari tabel 4.9 diketahui bahwa pelaksanaan tujuan pertama dilakukan
paling baik oleh BNIS, pada tujuan kedua pelaksanaan terbaik diraih oleh
PBS, sedangkan untuk pelaksanaan tujuan ketiga dilakukan paling baik oleh
BRIS. Secara umum PBS mendapatkan nilai SMI tertinggi untuk semua
tujuan, hal ini terutama didukung oleh pelaksanaan tujuan ke dua yang paling
baik.
Bank Sharia Maqasid Index (SMI)
IK – T1 IK – T2 IK – T3 SMI Peringkat
BCAS 0,00204 0,21372 0,07105 0,28680 3
BJBS 0,00153 0,19861 0,07718 0,27731 5
BMS 0,00058 0,15697 0,08808 0,24563 10
BMI 0,00425 0,21819 0,08162 0,30406 2
BNIS 0,00630 0,17785 0,08008 0,26423 8
BRIS 0,00316 0,18941 0,08825 0,28082 4
BSB 0,00314 0,17968 0,08317 0,26599 7
BSM 0,00364 0,18675 0,08676 0,27716 6
BVS 0,00115 0,19309 0,06669 0,26093 9
MSI 0,00294 0,16082 0,07119 0,23495 11
PBS 0,00131 0,23259 0,07764 0,31154 1
76
E. Perbandingan Comparative Performance Index (CPI) dengan Sharia
Maqasid Index (SMI).
Berdasarkan nilai CPI dan SMI yang telah didapat pada pembahasan
sebelumnya, maka dapat dilakukan perbandingan atas kedua variabel tersebut.
Berikut data CPI dan SMI dari 11 bank umum syariah di Indonesia periode
2011 – 2014 :
Tabel 4.10
Perbandingan CPI dan SMI Bank Umum Syariah
periode 2011 -2014.
Bank CPI (Y) SMI
(X)
BCAS 45,08 0,28680
BJBS 38,76 0,27731
BMS 82,99 0,24563
BMI 56,01 0,30406
BNIS 58,22 0,26423
BRIS 40,51 0,28082
BSB 33,31 0,26599
BSM 60,51 0,27716
BVS 37,52 0,26093
MSI 67,66 0,23495
PBS 55,79 0,31154
Rata - Rata 52,40 0,27358
Untuk membentuk diagram kuadran perbandingan (Diagram
Kartesius) sebagaimana dibahas pada bab sebelumnya, maka diperlukan nilai
rata-rata dari axis Y (CPI) dan axis x (SMI). Artinya semakin ke atas
koordinat bank dari rata-rata axis Y (CPI) maka semakin tinggi tingkat
profitabilitas bank tersebut dan sebaliknya, serta semakin ke kanan koordinat
77
bank dari rata-rata axis X (SMI) maka semakin tinggi tingkat pelaksanaan
maqashid syari’ah bank tersebut.
Dengan menggunakan program SPSS versi 17.0, maka didapatkan
diagram perbandingan antara tingkat profitabilitas bank syariah (CPI) dengan
SMInya untuk periode 2011 – 2014 sebagai berikut :
Gambar 4.1: Diagram Perbandingan kinerja profitabilitas (CPI)
dengan kinerja Maqashid Syari’ah ( SMI) Bank Umum Syariah
periode 2011 -2014.
78
Dari diagram di atas dapat terlihat bagaimana perbandingan antara
kinerja profitabilitas dengan pelaksanaan maqashid syari’ah dari masing-
masing bank umum syariah yang terlihat dari kuadran yang ditempati bank
syariah tersebut.
F. Pembahasan hasil penelitian
Pada bagian ini akan dilakukan pembahasan dari hasil perbandingan
kinerja yang digambarkan pada diagram di atas, serta akan dilakukan
pembahasan kembali melalui analisa laporan keuangan setiap bank umum
syariah di Indonesia. Berikut akan dijelaskan hasil analisis kinerja
profitabilitas dan maqashid syari’ah bank umum syariah yaitu :
1. Bank Central Asia Syariah (BCAS)
BCAS berada pada kuadran kanan bawah yang berarti BCAS
merupakan bank umum syariah dengan tingkat profitabilitas di bawah
rata-rata dengan sharia maqasid index yang baik.
a. Aspek Profitabilitas
Perhitungan CPI menempatkan BCA pada peringkat ke tujuh
dengan nilai CPI sebesar 45,08 atau berada di bawah nilai rata-rata
CPI sebesar 52,40. Nilai CPI yang berada di bawah rata-rata tersebut
disebabkan oleh kurang optimalnya indikator profitabilitas BCAS
selama periode 2011-2014 dimana rata-rata ROA pada periode
tersebut berada pada nilai 0,88 %, ROE pada nilai 3,08 %, dan BOPO
79
pada nilai 88,11% dan hanya nilai rata-rata NOM BCA yang
menunjukkan kinerja yang baik dengan nilai 8,75 %. Pada tahun 2014
BCAS mengalami pelemahan dalam indikator profitabilitas yaitu
ROA, ROE, NOM dan BOPO. Walaupun terjadi pelemahan pada
beberapa rasio profitabilitasnya BCAS tetap mencatatkan
pertumbuhan yang positif dengan kenaikan pembiayaan, laba bersih
maupun asetnya dari tahun sebelumnya.
b. Aspek Maqashid Syari’ah
BCAS berada pada peringkat ke tiga dalam perhitungan CPI
dengan nilai sebesar 0,28680 atau lebih tinggi dari nilai rata-rata SMI
sebesar 0,27358. Faktor utama yang menyebabkan tingginya nilai SMI
BCAS adalah tingginya skim pembiayaan bagi hasil BCAS yang
mencapai 44,14 %. Selain itu BCAS juga rutin melaporkan
pengeluaran zakat tiap tahunn. Akan tetapi masih ada beberapa aspek
maqashid syari’ah yang harus BCAS tingkatkan seperti rasio
education grant, publicity, training dan terutama rasio investasi di
sektor riil karena pada rasio ini BCAS menempati peringkat terendah
ketiga dengan rata-rata rasio investasi di sektor riil selama periode
2011 hanya sebesar 65,74 %. Akan tetapi rasio ini setiap tahunnya
mengalami peningkatan, yang artinya BCAS terus berusaha untuk
meningkatkan pembiayaannya pada sektor riil yang berdampak
langsung pada perekonomian.
80
2. Bank Jabar Banten Syariah (BJBS)
BJBS berada pada kuadran kanan bawah yang berarti BJBS
merupakan bank umum syariah dengan tingkat profitabilitas di bawah
rata-rata dengan pelaksanaan maqashid syari’ah yang baik.
a. Aspek Profitabilitas
BJBS berada pada posisi ke 9 dalam perhitungan CPI dengan
nilai CPI sebesar 38,76 atau berada di bawah rata-rata nilai CPI
sebesar 52,40. Rendahnya nilai tersebut diakibatkan oleh kurang
baiknya nilai ROA, ROE dan BOPO dari BJBS, terlebih pada tahun
2012 dimana BJBS mengalami kerugian sebesar Rp. 18,18 miliar yang
diakibatkan besarnya biaya pencadangan kerugian pembiayaan dari
nasabah besar. Akan tetapi di tahun selanjutnya BJBS berhasil
memerbaiki kinerja profitabilitasnya walaupun kembali menghadapi
tantangan di tahun 2014. Meskipun terganjal dalam rasio ROA, ROE
dan BOPO, BJBS mencatatkan performa yang cemerlang dalam rasio
NOM dengan berada pada posisi ke 4 selama periode 2011 – 2014, hal
tersebut merupakan sebuah prestasi yang cukup mengesankan untuk
sebuah bank syariah yang masih sangat muda.
b. Aspek Maqashid Syari’ah
81
BJBS berada pada posisi ke 5 dalam perhitungan SMI, atau
berada di atas rata-rata. Posisi tersebut terutama didukung oleh
pembiayaan BJBS dengan skim bagi hasil dengan porsi terbesar ke 4
selama periode 2011 – 2014 selain itu BJBS juga satu dari sedikit bank
yang mengalokasikan dana untuk kegiatan riset dan pengembangan
yaitu pada tahun 2012. Di samping keunggulannya tersebut BJBS
masih memiliki beberapa kekurangan dari aspek maqashid
syari’ahnya seperti pelaporan zakat yang hanya dilakukan pada tahun
2013 saja, serta tidak dicantumkannya biaya untuk pendidikan dan
pelatihan karyawannya. Padahal kedua komponen tersebut dapat
mengungkit nilai SMI dari sebuah bank.
3. Bank Mega Syariah (BMS)
BMS berada pada kuadran kiri atas yang berarti BMS merupakan bank
umum syariah dengan tingkat profitabilitas yang tinggi tetapi memiliki
tingkat pelaksanaan maqashid syari’ah yang rendah.
a. Aspek Profitabilitas
Berdasarkan perhitungan CPI, BMS merupakan bank dengan
tingkat profitabilitas tertinggi di antara bank syariah lainnya selama
periode 2011-2014. Selama periode tersebut indikator rata-rata
profitabilitas BMS selalu menempati peringkat 5 besar, seperti rasio
ROA yang menempati peringkat 3, rasio ROE yang menempati
82
peringkat pertama, rasio NOM yang menempati peringkat pertama,
dan rasio BOPO yang menempati peringkat ke 5. Pada tahun 2012
BMS bahkan pernah mencatatkan rasio ROE sebesar 57,98 % yang
tumbuh signifikan dari tahun sebelumnya seiring dengan kenaikan
signifikan laba bersihnya. Akan tetapi setelah tahun 2012 BMS tidak
dapat mempertahankan tren positif indikator profitabilitasnya, karena
sejak tahun 2013 sampai dengan tahun 2014 indikator profitabilitasnya
terus menurun seiring dengan perlambatan ekonomi di Indonesia.
b. Aspek Maqashid Syari’ah
Berbeda dengan perhitungan CPI, perhitungan SMI
menempatkan BMS pada posisi terendah kedua. Rendahnya posisi
tersebut terutama disebabkan oleh sangat rendahnya pembiayaan
dengan skim bagi hasil yang hanya mencapai 0,90 % sedangkan skim
jual beli mencapai 91 %. Selain itu BMS juga memiliki alokasi yang
rendah terhadap kegiatan training dan publicity selama periode 2011 -
2014 yang hanya sebesar 0,26 % dan 0,51 %. Akan tetapi dalam hal
pembayaran zakat terhadap aset bersihnya, BMS memiliki nilai yang
tertinggi dibanding bank syariah lainnya selain itu dalam perhitungan
rasio profit pada tujuan ketiga BMS memperoleh nilai tertinggi kedua
serta BMS meraih posisi tertinggi kedua dalam investasi di sektor riil.
4. Bank Muamalat Indonesia (BMI)
83
BMI berada pada kuadran kanan atas yang berarti BMI memiliki
tingkat profitabilitas yang tinggi dan memiliki tingkat pelaksanaan
maqashid syari’ah yang tinggi pula.
a. Aspek Profitabilitas
Berdasarkan CPI, BMI merupakan bank dengan tingkat
profitabilitas tertinggi ke 5 selama periode 2011 – 2014. Profitabilitas
yang tinggi tersebut terutama didukung oleh nilai ROE BMI yang
merupakan tertinggi kedua selama periode 2011 – 2014, bahkan pada
tahun 2013 ROE BMI merupakan yang tertinggi di antara bank umum
syariah lainnya. Sementara untuk indikator profitabilitas lainnya
seperti ROA, NOM dan BOPO berada pada level pertengahan dan
harus diperbaiki lagi oleh BMI. Perlambatan ekonomi nasional juga
turut berimbas pada laba bersih BMI, sejak tahun 2013 hingga tahun
2014 laba bersih BMI terus terkoreksi terutama disebabkan oleh biaya
dana dan biaya operasional yang naik sehingga menyebabkan
pelemahan indikator profitabilitas BMI. Walaupun terjadi pelemahan
indikator profitabilitas tersebut BMI masih menunjukkan pertumbuhan
positif pada aset, pembiayaan maupun DPKnya.
b. Aspek Maqashid Syari’ah
BMI merupakan bank dengan tingkat SMI tertinggi kedua pada
periode 2011 – 2014. SMI yang tinggi tersebut adalah hasil
pelaksanaan ketiga tujuan maqashid syari’ah oleh BMI secara
84
komprehensif. Pada tujuan pertama BMI menunjukkan kepeduliannya
terhadap kegiatan pendidikan melalui Baitulmaal Muamalat dan
kegiatan riset sehingga menjadi bank dengan alokasi dana tertinggi
untuk donasi pendidikan dan juga riset. BMI juga menjadi bank
dengan alokasi dana untuk publikasi tertinggi kedua. Dalam tujuan
kedua untuk menegakkan keadilan BMI berhasil menjadi bank dengan
penyalur pembiayaan berbasis bagi hasil terbesar kedua dengan porsi
rata-rata sebesar 47,59 % dari total pembiayaan selama periode 2011 –
2014. Untuk mewujudkan kemaslahatan dalam tujuan ketiga BMI juga
melaporkan pengeluaran zakatnya tiap tahun serta BMI memiliki rasio
investasi di sektor riil tertinggi ke lima selama periode 2011 – 2014.
5. Bank Negara Indonesia Syariah (BNIS)
BNIS berada pada kuadran kiri atas yang berarti BNIS memiliki
tingkat profitabilitas yang cukup tinggi akan tetapi memiliki tingkat
pelaksanaan maqashid syari’ah di bawah rata-rata.
a. Aspek Profitabilitas
Perhitungan CPI menempatkan BNIS pada posisi ke empat,
artinya tingkat profitabilitas BNIS cukup tinggi. Hal ini terlihat dari
pencapaian indikator profitabilitasnya selama periode 2011 – 2014,
dimana ROA BNIS berada posisi ke 6, ROE pada posisi ke 4, NOM
pada posisi ke 2, dan BOPO pada posisi ke 4. Tingkat profitabilitas
BNIS selama periode 2011 – 2014 tergolong stabil, artinya dinamika
85
pada rasio profitabilitas setiap tahunnya tidak terlalu besar. Pada tahun
2014 dimana terjadi perlambatan ekonomi nasional BNIS pun
merasakan efeknya dengan menurunnya beberapa indikator
profitabilitasnya, akan tetapi penurunan indikator tersebut tidak terlalu
signifikan dan tergolong wajar. Bahkan rasio ROE mengalami
kenaikan pada tahun 2014.
b. Aspek Maqashid Syari’ah
BNIS berada pada posisi ke 8 pada perhitungan SMI, BNIS
mendapatkan nilai SMI sebesar 0,26423 atau di bawah nilai rata-rata
sebesar 0,27358. Posisi BNIS yang di bawah rata-rata tersebut
terutama disebabkan oleh rendahnya pembiayaan dengan skim bagi
hasil yang hanya mencapai 16,82 % dari total pembiayaan selama
periode 2011 – 2014. Walaupun memiliki kelemahan dalam rasio
pembiayaan berbasis bagi hasil, BNIS memiliki beberapa keunggulan
lain dalam aspek maqashid syari’ah seperti pemberian donasi
pendidikan yang dilakukan tiap tahunnya, porsi training dan publicity
yang terbesar di antara bank umum syariah lainnya dan bahkan
menjadikan BNIS sebagai bank syariah dengan pelaksanaan tujuan
pertama maqashid syari’ah yang terbaik. Selain itu BNIS juga
memiliki rasio profitabilitas, zakat, dan investasi di sektor riil yang
cukup baik. Akan tetapi keunggulan-keunggulan BNIS masih kurang
86
cukup untuk meningkatkan nilai SMInya yang sedikit di bawah nilai
rata-rata.
6. Bank Rakyat Indonesia Syariah (BRIS)
BRIS berada pada kuadran kanan bawah yang berarti BRIS merupakan
bank umum syariah dengan tingkat profitabilitas yang kurang baik tetapi
memiliki tingkat pelaksanaan maqashid syari’ah yang baik.
a. Aspek Profitabilitas
BRIS berada pada posisi ke 8 dalam perhitungan CPI dengan
nilai 40,51 atau lebih rendah di bawah nilai rata-rata yaitu 52,40.
Rendahnya posisi BRIS diakibatkan masih belum optimalnya
pencapaian kinerja profitabilitas BRIS selama periode 2011 – 2014.
Selama periode tersebut indikator profitablitas BRIS tergolong cukup
rendah seperti ROA yang berada di posisi 9, ROE di posisi 7, NOM di
posisi 6, dan BOPO di posisi 10. Selain itu ada tren penurunan pada
indikator profitabilitas mulai tahun 2013 setelah pada tahun 2012
terjadi kenaikan, akan tetapi BRIS masih bisa meraih laba. Penurunan
rasio tersebut lebih disebabkan oleh beban usaha BRIS untuk
perekrutan karyawan dan investasi di bidang IT yang menyebabkan
beban bertambah signifikan dan laba terkoreksi yang berimbas kepada
melemahnya rasio profitabilitas terutama pada tahun 2014.
b. Aspek Maqashid Syari’ah
87
Berdasarkan perhitungan SMI, BRIS berada posisi ke empat
hal ini terutama didukung oleh porsi investasi BRIS di sektor riil
sebesar 81,86 % dibanding total investasinya dan merupakan yang
terbesar di antara bank syariah lainnya, hal ini sejalan dengan fokus
BRIS yang menggarap bisnis mikro. Selain itu BRIS juga memiliki
alokasi dana terbesar ke empat untuk training dan publikasi, BRIS
juga rutin melaporkan pengeluaran zakat setiap tahunnya.
7. Bank Syariah Bukopin (BSB)
BSB berada pada kuadran kiri bawah yang berarti BSB merupakan
bank umum syariah dengan tingkat profitabilitas yang rendah serta
pelaksanaan maqashid syari’ah di bawah rata-rata.
a. Aspek Profitabilitas
Perhitungan CPI menempatkan BSB sebagai bank umum
syariah dengan tingkat profitabilitas paling rendah dengan nilai CPI
sebesar 33,31, lebih rendah dari rata-rata CPI sebesar 52,40.
Rendahnya CPI tersebut turut dipengaruhi oleh kurang baiknya rasio
rata-rata ROA, NIM dan BOPO BSB selama periode 2011 – 2014.
Tahun 2014 merupakan tahun yang cukup menantang bagi BSB,
seluruh indikator profitabilitasnya mengalami penurunan. Hal ini tidak
lepas dari turunnya laba bersih pada 2014 yang hanya mencapai 8,6
miliar rupiah saja, padahal selama tahun 2010 – 2013 BSB mampu
mencetak laba bersih mulai dari 10,2 miliar di tahun 2010 hingga 19,5
88
miliar di tahun 2013. Penurunan laba ditengarai disebabkan oleh
perlambatan ekonomi Indonesia yang menyebabkan perlambatan
pembiayaan ditambah dengan kenaikan biaya dana. Hal tersebut
berimbas pada penurunan indikator profitabilitas BSB.
b. Aspek Maqashid Syari’ah
Perhitungan SMI menempatkan BSB pada posisi 7 dengan SMI
sebesar 0,26599 atau lebih rendah dari rata-rata SMI sebesar 0,27358.
Rendahnya SMI dari BSB tersebut disebabkan oleh :
(1) Rendahnya porsi pembiayaan dengan skim bagi hasil yang
hanya mencapai 18,26 % selama periode 2011 – 2014. Hal ini
disebabkan oleh BSB yang baru menyalurkan pembiayaan
dengan akad bagi hasil pada tahun 2013.
(2) BSB tidak melaporkan pengeluaran untuk zakat, beasiswa
pendidikan serta riset. Walaupun demikian, BSB telah
melakukan kegiatan CSR akan tetapi BSB tidak melakukan
perincian dana dan klasifikasi atas pengeluaran untuk kegiatan
CSRnya tersebut.
8. Bank Syariah Mandiri (BSM)
BSM berada pada kuadran kanan atas yang berarti BSM merupakan
bank umum syariah yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi
dengan pelaksanaan maqashid syari’ah yang tinggi pula.
a. Aspek Profitabilitas
89
BSM mendapatkan nilai CPI sebesar 60,51 dan berada pada
posisi ketiga. Artinya kinerja profitabilitas tergolong tinggi, hal ini
dibuktikan dengan indikator rata-rata profitabilitasnya selama periode
2011 – 2014 dimana rata-rata ROAnya adalah sebesar 1,48 %, ROE
16,53 %, NOM 7,04 % dan BOPO 82,99 %. Walaupun menikmati
tingkat profitabilitas yang tinggi BSM tetap menghadapi tantangan
sejak tahun 2013 hingga tahun 2014 akibat pelemahan ekonomi
nasional. Pelemahan ekonomi tersebut berdampak pada menurunnya
kualitas aktiva produktif BSM dan mengakibatkan meningkatnya nilai
PPAP sehingga pada akhirnya menurunkan laba bersih dari BSM.
Penurunan laba bersih tersebut tentu saja berimbas pada menurunnya
indikator profitabilitas BSM, akan tetapi BSM masih dapat
meningkatkan aset, DPK, dan modal walaupun tidak sesignifikan
tahun-tahun sebelumnya.
b. Aspek Maqashid Syari’ah
Perhitungan SMI menempatkan BSM pada posisi ke lima
dengan nilai SMI 0,27716 atau berada di atas rata-rata nilai SMI yang
sebesar 0,27358. BSM merupakan bank yang meraih posisi tertinggi
ketiga dalam menjalankan maqashid syari’ah yang pertama. BSM
menunjukkan kepeduliannya terhadap pendidikan melalui LAZNAS
BSM tiap tahunnya, BSM juga menjadi sedikit bank yang
mengalokasikan dana untuk riset dan pengembangan selain itu BSM
90
juga memiliki rasio publicity tertinggi ketiga untuk kepentingan
promosi dan edukasi masyarakat. Dalam tujuannya untuk memberikan
kemaslahatan, BSM setiap tahunnya melaporkan pengeluaran
zakatnya serta BSM juga memiliki porsi investasi untuk sektor riil
yang besar yaitu sekitar 80 %. Akan tetapi BSM diharapkan
memperbesar skim pembiayaan berbasis bagi hasil dalam rangka
penegakkan keadilan. Skim pembiayaan berbasis bagi hasil yang
dilakukan BSM setiap tahunnya memiliki kecenderungan untuk terus
menurun.
9. Bank Victoria Syariah (BVS)
BVS berada pada kuadran kiri bawah yang berati BVS memiliki kineja
profitabilitas yang rendah dengan pelaksanaan maqashid syari’ah yang
rendah pula.
a. Aspek Profitabilitas
BVS menempati posisi terendah kedua menurut perhitungan
CPI dengan nilai CPI sebesar 37,52 atau di bawah nilai rata-rata
sebesar 52,40. BVS sempat menjadi bank dengan profitabilitas tinggi
pada tahun 2011 dengan perolehan ROA sebesar 6,93 % yang menjadi
tertinggi di antara bank umum syariah saat itu serta memperoleh ROE
sebesar 18,69 %. Akan tetapi ditahun-tahun selanjutnya tiga indikator
profitabilitas dari BVS mengalami pelemahan, hanya NOM yang
bergerak positif itupun masih berada di bawah industri perbankan
91
syariah. Puncaknya pada tahun 2014 BVS mengalami kerugian
sebesar 25,48 miliar rupiah. Kerugian tersebut merupakan imbas dari
naiknya biaya dana pihak ketiga ditambah dengan NPF yang tinggi
ditengah perlambatan ekonomi Indonesia yang memaksa bank untuk
membentuk CKPN-AP yang sangat besar pada tahun 2014. Akan
tetapi upaya untuk memulihkan PPAP tersebut telah dilakukan oleh
BVS ditambah dengan NOM yang terus meningkat setiap tahunnya
diharapkan dapat meningkatkan tingkat profitabilitas BVS di tahun
2015.
b. Aspek Maqashid Syari’ah
Perhitungan SMI pada BVS menempatkannya pada posisi
terendah ketiga dengan nilai 0,26093 atau berada di bawah nilai rata-
rata yaitu 0,27358. Faktor yang menyebabkan rendahnya nilai SMI
dari BVS tersebut antara lain rendahnya investasi BVS di sektor riil
selama periode 2011 – 2014 yang rata-rata hanya sebesar 61,38 %,
terendah di antara bank umum syariah lainnya. Akan tetapi porsi
investasi BVS untuk sektor riil tiap tahunnya selalu meningkat sejak
tahun 2011 sampai 2014 yang berturut-turut sebesar : 34,39 %, 52,17
%, 77,98 % dan 80,89 %. Selain porsi investasi di sektor riil yang
meningkat tiap tahunnya, porsi pembiayaan dengan skim bagi hasil
BVS juga meningkat tiap tahunnya sejak 2011 sampai 2014 yang
berutrut-turut sebesar : 8,60 %, 16,69 %, 32,40 % dan 56,13 %.
92
Rendahnya SMI BVS juga karena BVS yang tidak melaporkan
pengeluaran zakatnya pada tahun 2013 & 2014, rasio training dan
publicity yang rendah serta ketiadaan donasi pendidikan yang
dipublikasikan.
10. Maybank Syariah Indonesia (MSI)
MSI berada pada kuadran kiri atas yang berarti MSI memiliki kinerja
profitabilitas yang tinggi akan tetapi memiliki sharia maqasid index yang
rendah.
a. Aspek Profitabilitas
Berdasarkan CPI, MSI merupakan bank dengan tingkat
profitabilitas tertinggi kedua setelah BMS selama periode 2011 –
2014. MSI bahkan memperoleh tingkat pengembalian atas aset (ROA)
tertinggi di antara bank umum syariah lain pada tahun 2013 dan 2014
yaitu sebesar 2,87 % dan 3,61 % selain itu MSI juga menjadi bank
paling efisien selama periode 2011 - 2014 di antara bank syariah lain
dengan rata-rata nilai BOPO sebesar 61,59 %. Pada tahun 2014,
ditengah perlambatan ekonomi yang menyebabkan turunnya berbagai
indikator profitabilitas bank umum syariah dari tahun sebelumnya,
MSI mampu mempertahankan tren positif dengan kenaikan indikator
profitabilitasnya seperti ROA, ROE, dan NOM.
b. Aspek Maqashid Syari’ah
93
Tingginya tingkat profitabilitas MSI agaknya tidak diimbangi
dengan pelaksanaan maqashid syari’ahnya. Perhitungan SMI
menempatkan MSI di posisi paling rendah di antara bank syariah
lainnya. Faktor yang menyebabkan rendahnya nilai SMI dari MSI
antara lain :
(1) Rendahnya porsi pembiayaan dengan skim bagi hasil yang
rata-rata hanya berkisar 3,92 % selama periode 2011 – 2014
dan lebih banyak didominasi oleh skim jual beli serta ijarah,
bahkan pembiayaan dengan skim bagi hasil (Musyarakah) baru
dilakukan pada tahun 2014.
(2) Porsi investasi di sektor riil yang rata-rata hanya berkisar 64,47
% selama periode 2011 – 2014, porsi tersebut merupakan yang
terendah kedua setelah BVS. MSI masih banyak menempatkan
dananya pada sektor keuangan.
(3) MSI tidak melaporkan pengeluaran untuk zakat serta biaya
riset pada laporan keuangannya. Padahal dengan profitabilitas
yang semakin meningkat diharapkan nominal zakat yang
dikeluarkan akan semakin besar. Walaupun tidak melaporkan
adanya pengeluaran zakat, MSI tetap mengadakan kegiatan
CSRnya secara rutin dalam program Global CR Day setiap
tahunnya.
94
11. Panin Bank Syariah (PBS)
PBS berada pada kuadran kanan atas, PBS memiliki kinerja
profitabilitas di atas rata-rata serta memiliki sharia maqasid index
tertinggi di antara bank syariah lainnya.
a. Aspek Profitabilitas
Dari perhitungan CPI, PBS memiliki poin 55,79 dan berada
pada posisi ke enam, atau sedikit di atas rata-rata CPI yang sebesar
52,40. Nilai CPI PBS yang berada di atas rata-rata terutama didukung
oleh rasio ROA dan rasio BOPO yang merupakan tertinggi kedua pada
periode 2011 – 2014. PBS juga berhasil mempertahankan tren positif
ditengah perlambatan ekonomi pada tahun 2014 dengan semakin
membaiknya rasio keuangan mereka. Bahkan BOPO pada tahun 2014
mengalami penurunan yang sangat signifikan dari 81,31 % di tahun
2013 menjadi 68,47 % di tahun 2014, hal tersebut menjadikan PBS
sebagai bank umum syariah dengan efisiensi paling tinggi. Kinerja
PBS yang baik menjadi landasan PBS untuk melakukan Initial Public
Offering (IPO) di bursa efek pada Januari 2014 dan mencatatkan PBS
sebagai bank syariah pertama yang melantai di bursa.
b. Aspek Maqashid Syari’ah
Perhitungan SMI pada PBS menempatkan PBS sebagai bank syariah
dengan pelaksanaan maqashid syari’ah terbaik selama periode 2011 –
2014. Hal ini tidak lepas dari dominasi pembiayaan berbasis bagi hasil
95
yang disalurkan oleh PBS selama periode 2011 – 2014 yaitu rata-rata
sebesar 58,53 % dari total pembiayaan dan merupakan yang tertinggi
dibanding bank syariah lainnya. Signifikansi pembiayaan dengan skim
bagi hasil tersebut merupakan hasil dari pengalihan fokus PBS dari
pembiayaan berbasis jual beli menjadi bagi hasil pada tahun 2014. Hal
ini ditandai dengan naiknya pembiayaan berbasis bagi hasil dari
sebelumnya yang hanya 52,29 % di tahun 2013 menjadi 86,72 % di
tahun 2014. Keputusan strategis PBS ini dilakukan karena
menganggap akad jual beli tidak fleksibel dalam menghadapi
perubahan BI Rate di banding akad bagi hasil. Walaupun angka
SMInya paling tinggi, PBS tercatat tidak melaporkan pengeluaran
zakat pada tahun 2011 – 2013 dan baru melaporkan pengeluran zakat
pada tahun 2014. Pada tahun 2014 pula PBS mulai meningkatkan
pemberian beasiswa secara signifikan.
96
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan pada
bab sebelumnya maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengukuran kinerja profitabilitas bank umum syariah (BUS) dapat
diukur menggunakan teknik CPI (comparative performance index).
Nilai rata-rata CPI BUS di Indonesia pada periode 2011 – 2014 adalah
sebesar 52,40. BUS yang mendapatkan nilai CPI tertinggi adalah BMS
dengan nilai CPI sebesar 82,99 sedangkan BUS dengan nilai CPI
terendah adalah BSB dengan nilai CPI sebesar 33,31.
2. Pengukuran kinerja maqashid syari’ah BUS dapat diukur
menggunakan teknik SMI (sharia maqasid index). Nilai rata-rata SMI
BUS di Indonesia pada periode 2011 – 2014 adalah sebesar 0,27358.
BUS yang mendapatkan nilai SMI tertinggi adalah PBS dengan nilai
SMI sebesar 0,31154 sedangkan BUS dengan nilai SMI terendah
adalah MSI dengan nilai SMI sebesar 0,23495.
3. Perbandingan antara pengukuran kinerja keuangan (CPI) dengan
kinerja sharia maqasid index (SMI) BUS di Indonesia dapat dilihat
menggunakan diagram kartesius. Diagram kartesius membagi BUS ke
97
dalam empat kuadran, kuadran kiri atas (CPI tinggi dengan SMI
rendah), kuadran kiri bawah (CPI rendah dengan SMI rendah),
kuadran kanan atas (CPI tinggi dengan SMI tinggi) dan kuadran kanan
bawah (CPI rendah dengan SMI tinggi). Hasil pengolahan data
menempatkan 3 BUS berada pada kuadran kiri atas yaitu BNIS, MSI
dan BMIS. 2 BUS berada pada kuadran kiri bawah yaitu BVS dan
BSB. 3 BUS berada pada kuadran kanan atas yaitu PBS, BMI dan
BSM. Serta 3 BUS berada pada kuadran kanan bawah yaitu BJBS,
BCAS dan BRIS.
B. Saran
Setelah melakukan proses pengolahan data dan mendapatkan
kesimpulan dari penelitian ini maka saran-saran yang dapat disampaikan oleh
penulis adalah sebagai berikut :
1. Dewan Pengawas Syariah (DPS) diharapkan memiliki andil yang lebih
besar dalam memastikan terlaksananya maqashid syari’ah di industri
perbankan syariah. Peran DPS untuk memastikan operasional BUS
yang sesuai kaidah syariah perlu ditingkatkan agar operasional BUS
tidak semata menaati halal-haram yang diamanatkan syariat tetapi
operasional BUS harus diilhami oleh maqashid syari’ah yang bersifat
fleksibel dan dinamis serta memberikan kemaslahatan yang lebih luas.
98
2. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) diharapkan memiliki peran dalam
mengawasi BUS terutama dalam transparansi laporan keuangan. OJK
harus memastikan agar BUS mempublikasikan laporan keuangannya
tepat waktu selain itu OJK harus mewajibkan BUS untuk
mencantumkan komponen tentang sharia maqasid index dalam
laporan keuangannya. Karena terdapat temuan dimana ada beberapa
BUS yang tidak mempublikasikan laporan tahunannya maupun
komponen-komponen menyangkut sharia maqasid index dalam
laporan keuangannya.
3. Industri perbankan syariah. Sebagai institusi perbankan, perbankan
syariah diharapkan mampu mencetak laba demi tumbuh kembang dan
keberlangsungan perusahaan. Sebagai entitas syariah, perbankan
syariah diharapkan untuk mentaati kaidah syariah dalam
operasionalnya serta memberikan kemaslahatan kepada shareholder
maupun stakeholdernya. Industri perbankan syariah tidak boleh
timpang sebelah dalam menjalankan perannya, perbankan syariah
harus memiliki kinerja yang seimbang antara mencari laba dengan
memberikan kemaslahatan.
99
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, Dzikron. ” Kinerja perbankan syariah Indonesia ditinjau dari Maqashid
Syari’ah : Pendekatan Syari’ah Maqashid Index.” Skripsi S1 Fakultas
Syariah dan Hukum, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2014.
Abu Zahrah, Muhammad. Ushul Fiqih. Jakarta : Pustaka Firdaus, 2014
Adawiyah, Rofi’atul dkk. Decision support system perencanaan studi lanjut bagi
tenaga pendidik berdasarkan kualifikasi bidang dengan metode Composite
Performance Index”, Repositori Jurnal Mahasiswa PTIIK Universitas
Brawijaya Volume 4 Nomor 5, 2014.
Afrinaldi, “Analisa Kinerja perbankan syariah Indonesia Ditinjau dari Maqashid
Syari’ah : Pendekatan Sharia Maqasid Index (SMI) dan Profitabilitas Bank
Syariah,” Proceeding Paper 24 Finalis Forum Riset Ekonomi dan Keuangan
Syariah kedua, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 13-14 November 2013.
Antonio, Muhammad Syafii, dkk. “An Analysis of Islamic Banking Performance:
Maqashid Index Implementation in Indonesia and Jordania, Journal of Islamic
Finance, Vol.1 No. 1, 2012.
Badreldin, Ahmed Mohamed “Measuring the performance of Islamic Banks by
Adapting Conventional Ratios”. Working Paper Faculty of Management
Technology, German University in Cairo. No. 16 (October 2009).
100
Bedoui, M. Houssem Eddine dan Walid Mansour, “Islamic banks performance and
Maqashid al Shari’ah”. 9th Asia-Pacific Economic Association Conference,
Osaka University. 27-28 Juli 2013.
Fauzia, Ika Yunia & Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif
Maqashid al-Syariah. Jakarta : Kencana, 2014.
Ihsan, Dwi Nuraini. Analisis Laporan Keuangan perbankan syariah. Tangerang
Selatan : UIN Jakarta Press, 2013.
Ismail. perbankan syariah. Jakarta : Kencana, 2011.
Jazil, Thuba & Syahruddin, “The Performance Measures of Selected Malaysian and
Indonesian Islamic Banks based on the Maqashid al-Shari’ah Approach”,
Jurnal Hukum dan Ekonomi : Ijtihad, Vol.7 No. 2, 2013.
Jumansyah & Ade Wirman Syafei, “Analisis Penerapan Good Governance Business
Syariah dan Pencapaian Maqashid Sharia Bank Syariah di Indonesia”, Jurnal
Al Azhar Indonesia seri pranata sosial, Vol.2 No. 1, 2013.
Kasmir. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : Rajawali Pers, 2009.
Machmud, Amir & H.Rukmana, Bank Syariah : Teori, Kebijakan dan Studi Empiris
di Indonesia. Jakarta : Erlangga, 2010.
Mingka, Agustianto. Maqashid Syari’ah Dalam Ekonomi dan Keuangan Syariah.
Jakarta : Iqtishad Publlishing, 2013.
101
Rivai, Veithzal, dkk. Bank and Financial Institution Management : Conventional and
Sharia System. Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007.
Rochaety,Ety dkk. Metodologi Penelitian Bisnis dengan aplikasi SPSS. Jakarta :
Mitra Wacana Media, 2007.
Rusydiana, Aam Slamet. “Maqashid Syari’ah Indeks sebagai ukuran kinerja
perbankan ”, artikel diakses pada 15 Januari 2015 dari
http://www.aamslametrusydiana.com/2014/03/maqhasid-syariah-indeks-
sebagai-ukuran.html
Sekaran, Uma. Research Methods for Business (Metode penelitian untuk bisnis)
Buku 2 Edisi 4. Jakarta : Salemba Empat, 2006.
Supriyanto. Metodologi Riset Bisnis. Jakarta : PT Indeks, 2009.
Teguh, Muhammad. Metode Kuantitatif untuk analisis Ekonomi dan Bisnis. Jakarta :
Rajawali Pers, 2014.
Undang – undang Republik Indonesia Nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan
syariah
Wangsawidjaja Z, A. Pembiayaan Bank Syariah. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama,
2012.
Omar, dkk.“The Performance Measures of Islamic Banking Based on the Maqashid
Framework,” 4th International Islamic University Malaysia (IIUM),
International Accounting Conference (INTAC), Putra Jaya Marroit. 24-26
Juni 2008.
102
Omar dan Taib,“Developing Islamic Banking Performance Measures Based on
Maqasid Al-Shariah Framework : Cases of 24 selected banks”, 9th Australian
Society of Heterodox Economists Conference, UNSW, Sydney, Australia 6-7
Desember 2010.
Otoritas Jasa Keuangan. Statistik perbankan Indonesia, Desember 2014. Jakarta :
OJK, 2015.
103
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Rasio Profitabilitas 2011 – 2014 (Dalam %)
BNIS 2011 2012 2013 2014 Rata- rata
ROA 1,29 1,48 1,37 1,27 1,35
ROE 6,63 10,18 11,73 13,98 10,63
NOM 8,07 11,03 9,51 9,04 9,41
BOPO 87,86 85,39 83,94 85,03 85,56
BCAS 2011 2012 2013 2014 Rata- rata
ROA 0,90 0,80 1,00 0,80 0,88
ROE 2,30 2,80 4,30 2,90 3,08
NOM 11,30 9,60 7,70 6,38 8,75
BOPO 91,72 90,87 86,91 88,11 89,40
BMS 2011 2012 2013 2014 Rata- rata
ROA 1,58 3,81 2,33 0,29 2,00
ROE 16,89 57,98 26,23 2,50 25,90
NOM 15,33 13,94 10,66 8,33 12,07
BOPO 90,80 77,28 86,09 97,61 87,95
BJBS 2011 2012 2013 2014 Rata- rata
ROA 1,23 -0,59 0,91 0,72 0,57
ROE 3,65 -3,26 4,65 3,73 2,19
NOM 7,84 7,41 6,65 8,34 7,56
BOPO 84,07 110,34 85,76 91,01 92,80
BMI 2011 2012 2013 2014 Rata- rata
ROA 1,52 1,54 1,37 0,17 1,15
ROE 20,79 29,16 32,87 2,13 21,24
NOM 5,01 4,64 4,64 3,36 4,41
BOPO 85,52 84,47 85,12 97,33 88,11
104
BSB 2011 2012 2013 2014 Rata- rata
ROA 0,52 0,55 0,69 0,27 0,51
ROE 6,19 7,32 7,63 2,44 5,90
NOM 3,43 3,94 3,86 2,76 3,50
BOPO 93,86 91,59 92,29 96,73 93,62
BRIS 2011 2012 2013 2014 Rata- rata
ROA 0,20 1,19 1,15 0,08 0,66
ROE 1,19 10,41 10,20 0,44 5,56
NOM 6,99 7,15 6,27 6,04 6,61
BOPO 99,56 86,63 90,42 99,47 94,02
BSM 2011 2012 2013 2014 Rata- rata
ROA 1,95 2,25 1,53 0,17 1,48
ROE 24,24 25,05 15,34 1,49 16,53
NOM 7,48 7,25 7,25 6,19 7,04
BOPO 76,44 73,00 84,03 98,49 82,99
BVS 2011 2012 2013 2014 Rata- rata
ROA 6,93 1,43 0,50 -1,87 1,75
ROE 18,69 9,24 3,70 -17,61 3,51
NOM 2,12 2,36 2,96 3,34 2,70
BOPO 86,40 87,90 91,95 143,31 102,39
MSI 2011 2012 2013 2014 Rata- rata
ROA 3,57 2,88 2,87 3,61 3,23
ROE 4,92 4,93 5,05 6,83 5,43
NOM 5,92 5,78 5,61 6,65 5,99
BOPO 55,18 53,77 67,79 69,6 61,59
PBS 2011 2012 2013 2014 Rata- rata
ROA 1,75 3,29 1,03 1,99 2,02
ROE 2,80 7,75 4,44 7,66 5,66
NOM 7 6,67 4,26 5,88 5,95
BOPO 74,30 50,76 81,31 68,47 68,71
105
Lampiran 2 : Data elemen rasio kinerja Maqashid Syari’ah (dalam jutaan rupiah)
BCAS 2011 2012 2013 2014
Education Grant 10 0 0 0
Research Expense 0 0 0 0
Training Expense 1,170 1,047 0,937 1,034
Publicity Expense 806 1,203 649 1,064
Total Expense 54,573 70,165 79,476 95,223
PER 0 0 0 0
Net or Investment Income 0 0 0 0
Mudharabah & Musyarakah Modes 206,686 464,381 734,409 999,276
Total Investment Modes 675,875 999,375 1.405,834 2.113,136
Interest Free Income 99,871 131,489 170,709 245,588
Total Income 99,871 131,490 170,710 245,589
Zakah Paid 9 26 26 33
Net Asset 1.046,882 1.345,387 1.766,419 2.670,032
Net Income 6,773 8,360 12,701 12,950
Total Asset 1.217,097 1.602,181 2.041,419 2.994,449
Investment in real economic sector 675,875 999,375 1.405,834 2.113,136
Total Investment 1.183,882 1.571,851 1.997,061 2.939,494
106
BJBS 2011 2012 2013 2014
Education Grant 0 19 12 38
Research Expense 0 22 0 0
Training Expense 0 0 0 0
Publicity Expense 1,838 1,848 7,062 13,947
Total Expense 136,301 243,824 248,582 360,167
PER 0 0 0 0
Net or Investment Income 0 0 0 0
Mudharabah & Musyarakah Modes 489,835 1.070,668 1.247,135 1.257,250
Total Investment Modes 1.732,793 2.833,960 3.533,815 4.300,969
Interest Free Income 265,207 371,052 528,198 742,496
Total Income 265,208 371,056 528,296 742,716
Zakah Paid 0 0 3 0
Net Asset 2.499,183 3.666,866 3.983,901 3.691,108
Net Income 18,395 -0,018 28,316 14,473
Total Asset 2.849,451 4.239,449 4.695,088 4.275,097
Investment in real economic sector 1.732,793 2.833,960 3.533,815 4.300,969
Total Investment 2.791,493 4.023,977 4.435,058 5.803,836
BMS 2011 2012 2013 2014
Education Grant 0 200 1,185 1,252
Research Expense 0 0 0 0,000
Training Expense 5,369 4,526 2,866 4,271
Publicity Expense 9,655 10,282 8,175 6,077
Total Expense 1.343,845 1.722,559 2.232,290 1.707,274
PER 0,000 0,000 0,000 0,000
Net or Investment Income 0,000 0,000 0,000 0,000
Mudharabah & Musyarakah Modes 68,114 33,276 41,907 39,553
Total Investment Modes 4.009,987 6.077,426 7.018,021 5.301,184
Interest Free Income 982,606 1.302,342 1.692,134 1.381,129
Total Income 982,683 1.302,394 1.692,263 1.381,295
Zakah Paid 1,848 6,326 5,121 598
Net Asset 3.745,393 6.046,617 7.216,234 5.750,144
Net Income 53,867 184,872 149,540 17,396
Total Asset 5.564,662 8.163,668 9.121,576 7.042,486
Investment in real economic sector 4.009,987 6.077,426 7.018,021 5.301,184
Total Investment 5.289,356 7.203,091 8.574,954 6.498,485
107
BMI 2011 2012 2013 2014
Education Grant 15,363 17,300 1,916 5,474
Research Expense 4,419 2,351 2,869 3,520
Training Expense 17,481 15,272 45,044 14,535
Publicity Expense 47,291 59,548 75,227 70,811
Total Expense 1.167,037 1.422,213 2.390,933 2.070,349
PER 0 0 0 0
Net or Investment Income 0 0 0 0
Mudharabah & Musyarakah Modes 9.675,116 14.805,385 20.026,125 21.273,144
Total Investment Modes 22.052,784 32.419,670 40.037,854 41.864,263
Interest Free Income 2.695,441 3.401,995 4.726,744 5.546,278
Total Income 2.696,051 3.404,276 4.727,699 5.547,915
Zakah Paid 4,406 6,841 9,735 11,896
Net Asset 28.206,077 36.738,925 43.848,292 52.950,167
Net Income 273,622 389,414 165,144 57,173
Total Asset 32.479,507 44.854,413 53.723,979 62.413,310
Investment in real economic sector 22.052,784 32.419,670 40.037,854 41.864,263
Total Investment 31.033,309 42.769,080 49.250,708 56.435,803
BNIS 2011 2012 2013 2014
Education Grant 6,266 2,012 0,150 1,210
Research Expense 0 0 0 0
Training Expense 7,816 30,630 29,779 27,349
Publicity Expense 30,706 50,420 46,928 59,685
Total Expense 548,970 735,620 923,584 1.219,259
PER 0 0 0 0
Net or Investment Income 0 0 0 0
Mudharabah & Musyarakah Modes 945,336 1.253,595 1.768,300 2.421,699
Total Investment Modes 5.189,589 7.513,233 11.051,094 14.786,638
Interest Free Income 847,578 1.024,339 1.480,709 2.133,481
Total Income 847,578 1.024,593 1.480,830 2.133,482
Zakah Paid 2,579 2,596 4,538 5,524
Net Asset 7.164,904 8.459,655 10.869,832 16.407,565
Net Income 66,354 101,892 117,462 163,251
Total Asset 8.466,887 10.645,313 14.708,504 19.492,112
Investment in real economic sector 5.189,589 7.513,233 11.051,094 14.786,638
Total Investment 8.106,170 10.109,843 14.031,538 18.886,534
108
BRIS 2011 2012 2013 2014
Education Grant 0 0 304 250
Research Expense 0 0 0 0
Training Expense 19,840 6,262 15,821 11,862
Publicity Expense 26,923 12,399 27,614 29,333
Total Expense 675,298 851,756 931,831 1.136,432
PER 0 0 0 0
Net or Investment Income 0 0 0 0
Mudharabah & Musyarakah Modes 1.721,836 2.597,083 3.970,205 4.881,619
Total Investment Modes 9.031,860 11.165,356 13.917,594 15.414,781
Interest Free Income 1.153,904 1.517,403 1.882,602 2.149,880
Total Income 1.153,931 1.517,450 1.882,939 2.150,041
Zakah Paid 1,649 2,965 5,541 6,934
Net Asset 8.970,533 10.657,175 12.896,399 14.734,659
Net Income 11,654 101,888 129,564 6,577
Total Asset 11.200,823 14.088,914 17.400,914 20.343,249
Investment in real economic sector 9.031,860 11.165,356 13.917,594 15.414,781
Total Investment 10.674,933 13.698,369 16.908,105 19.511,497
BSB 2011 2012 2013 2014
Education Grant 0 0 0 0
Research Expense 0 0 0 0
Training Expense 1,866 2,393 2,839 2,504
Publicity Expense 1,709 3,169 4,821 4,182
Total Expense 97,699 123,611 157,597 158,510
PER 0 0 0 0
Net or Investment Income 0 0 0 0
Mudharabah & Musyarakah Modes 5,459 5,723 1.072,100 1.433,741
Total Investment Modes 1.900,994 2.596,229 3.224,736 3.649,936
Interest Free Income 245,306 311,220 401,503 502,834
Total Income 245,604 311,295 401,561 502,964
Zakah Paid 0 0 0 0
Net Asset 255,774 273,072 3.324,176 4.331,621
Net Income 12,209 17,298 19,548 8,662
Total Asset 2.730,027 3.616,108 4.343,069 5.161,300
Investment in real economic sector 1.900,994 2.596,229 3.224,736 3.649,936
Total Investment 2.479,222 3.376,886 4.050,851 4.834,196
109
BSM 2011 2012 2013 2014
Education Grant 14,432 9,250 9,453 12,517
Research Expense 2,952 5,785 1,997 2,408
Training Expense 56,504 49,211 42,887 27,761
Publicity Expense 108,094 107,456 81,185 55,512
Total Expense 2.312,115 2.792,164 3.653,577 4.000,801
PER 0 0 0 0
Net or Investment Income 0 0 0 0
Mudharabah & Musyarakah Modes 9.702,953 10.210,578 10.752,405 10.337,085
Total Investment Modes 35.752,211 43.492,879 48.936,950 47.394,688
Interest Free Income 4.859,777 5.830,994 6.641,018 6.564,712
Total Income 4.860,388 5.831,448 6.641,209 6.565,154
Zakah Paid 19,178 28,132 22,662 2,815
Net Asset 41.630,811 45.060,765 52.935,676 58.612,466
Net Income 551,070 805,691 651,240 71,778
Total Asset 48.671,950 54.229,396 63.965,361 66.942,422
Investment in real economic sector 35.752,211 43.492,879 48.936,950 47.394,688
Total Investment 45.726,269 51.106,765 60.197,756 62.869,464
BVS 2011 2012 2013 2014
Education Grant 0 0 0 0
Research Expense 0 0 0 0
Training Expense 0 0 650 282
Publicity Expense 199 146 407 1,733
Total Expense 16,638 34,369 50,600 74,266
PER 0 0 0 0
Net or Investment Income 0 0 0 0
Mudharabah & Musyarakah Modes 18,428 79,562 275,053 585,405
Total Investment Modes 214,281 476,814 848,898 1.042,883
Interest Free Income 69,000 88,615 112,741 153,584
Total Income 69,072 88,615 112,741 153,584
Zakah Paid 30 91 0 0
Net Asset 577,373 777,724 1.203,764 1.355,746
Net Income 20,559 10,164 6,363 -19,338
Total Asset 642,026 939,472 1.323,398 1.439,983
Investment in real economic sector 214,281 476,814 848,898 1.042,883
Total Investment 621,234 913,946 1.088,577 1.289,269
110
MSI 2011 2012 2013 2014
Education Grant 13 300 385 50
Research Expense 0 0 0 0
Training Expense 819 1,199 1,323 1,338
Publicity Expense 1,117 1,021 1,279 2,006
Total Expense 53,749 67,360 75,093 71,304
PER 0 0 0 0
Net or Investment Income 0 0 0 0
Mudharabah & Musyarakah Modes 0 0 0 253,528
Total Investment Modes 998,637 1.372,138 1.435,989 1.617,548
Interest Free Income 106,627 135,607 156,994 176,847
Total Income 106,927 135,618 157,022 176,874
Zakah Paid 0 0 0 0
Net Asset 1.079,523 1.524,168 1.763,186 1.936,279
Net Income 40,269 40,352 41,367 55,953
Total Asset 1.692,959 2.062,552 2.299,971 2.449,723
Investment in real economic sector 998,637 1.372,138 1.435,989 1.617,548
Total Investment 1.656,221 2.033,919 2.264,426 2.424,503
PBS 2011 2012 2013 2014
Education Grant 0 0 9 192
Research Expense 0 0 0 0
Training Expense 712 481 1,019 2,462
Publicity Expense 255 331 1,188 4,098
Total Expense 35,568 87,832 177,335 312,345
PER 0 0 0 0
Net or Investment Income 0 0 0 0
Mudharabah & Musyarakah Modes 318,246 747,315 1.350,048 4.107,127
Total Investment Modes 696,408 1.512,042 2.581,882 4.736,314
Interest Free Income 75,005 152,602 283,846 560,465
Total Income 75,005 152,602 283,846 560,465
Zakah Paid 0 0 0 2,455
Net Asset 988,442 1.927,243 3.650,091 5.315,932
Net Income 9,233 35,057 21,332 70,939
Total Asset 1.016,879 2.136,576 4.052,701 6.207,678
Investment in real economic sector 696,408 1.512,042 2.581,882 4.736,314
Total Investment 974,006 2.095,545 3.997,636 6.120,083
111
Lampiran 3 : Rasio kinerja Maqashid Syari’ah periode 2011 – 2014 (%)
BCAS 2011 2012 2013 2014 Rata-Rata
Education Grant 0,02% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Research 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Training 2,14% 1,49% 1,18% 1,09% 1,48%
Publicity 1,48% 1,71% 0,82% 1,12% 1,28%
Fair Returns 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Functional Distribution 30,58% 46,47% 52,24% 47,29% 44,14%
Interest Free Product 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00%
Bank's Profit Ratios 0,56% 0,52% 0,62% 0,43% 0,53%
Personal Income 0,001% 0,002% 0,001% 0,001% 0,001%
Investment in real sector 57,09% 63,58% 70,40% 71,89% 65,74%
BJBS 2011 2012 2013 2014 Rata-Rata
Education Grant 0,00% 0,01% 0,00% 0,01% 0,01%
Research 0,00% 0,01% 0,00% 0,00% 0,002%
Training 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Publicity 1,35% 0,76% 2,84% 3,87% 2,20%
Fair Returns 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Functional Distribution 28,27% 37,78% 35,29% 29,23% 32,64%
Interest Free Product 100,00% 100,00% 99,98% 99,97% 99,99%
Bank's Profit Ratios 0,65% 0,00% 0,60% 0,34% 0,40%
Personal Income 0,00% 0,00% 0,00008% 0,00% 0,00002%
Investment in real sector 62,07% 70,43% 79,68% 74,11% 71,57%
112
BMI 2011 2012 2013 2014 Rata-Rata
Education Grant 1,32% 1,22% 0,08% 0,26% 0,72%
Research 0,38% 0,17% 0,12% 0,17% 0,21%
Training 1,50% 1,07% 1,88% 0,70% 1,29%
Publicity 4,05% 4,19% 3,15% 3,42% 3,70%
Fair Returns 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Functional Distribution 43,87% 45,67% 50,02% 50,81% 47,59%
Interest Free Product 99,98% 99,93% 99,98% 99,97% 99,97%
Bank's Profit Ratios 0,84% 0,87% 0,31% 0,09% 0,53%
Personal Income 0,02% 0,02% 0,02% 0,02% 0,02%
Investment in real sector 71,06% 75,80% 81,29% 74,18% 75,58%
BNIS 2011 2012 2013 2014 Rata-Rata
Education Grant 1,14% 0,27% 0,02% 0,10% 0,38%
Research 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Training 1,42% 4,16% 3,22% 2,24% 2,76%
Publicity 5,59% 6,85% 5,08% 4,90% 5,61%
Fair Returns 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Functional Distribution 18,22% 16,69% 16,00% 16,38% 16,82%
Interest Free Product 100,00% 99,98% 99,99% 100,00% 99,99%
Bank's Profit Ratios 0,78% 0,96% 0,80% 0,84% 0,84%
Personal Income 0,04% 0,03% 0,04% 0,03% 0,04%
Investment in real sector 64,02% 74,32% 78,76% 78,29% 73,85%
BMS 2011 2012 2013 2014 Rata-Rata
Education Grant 0,00% 0,01% 0,05% 0,07% 0,03%
Research 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Training 0,40% 0,26% 0,13% 0,25% 0,26%
Publicity 0,72% 0,60% 0,37% 0,36% 0,51%
Fair Returns 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Functional Distribution 1,70% 0,55% 0,60% 0,75% 0,90%
Interest Free Product 99,99% 100,00% 99,99% 99,99% 99,99%
Bank's Profit Ratios 0,97% 2,26% 1,64% 0,25% 1,28%
Personal Income 0,05% 0,10% 0,07% 0,01% 0,06%
Investment in real sector 75,81% 84,37% 81,84% 81,58% 80,90%
113
BSM 2011 2012 2013 2014 Rata-Rata
Education Grant 0,62% 0,33% 0,26% 0,31% 0,38%
Research 0,13% 0,21% 0,05% 0,06% 0,11%
Training 2,44% 1,76% 1,17% 0,69% 1,52%
Publicity 4,68% 3,85% 2,22% 1,39% 3,03%
Fair Returns 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Functional Distribution 27,14% 23,48% 21,97% 21,81% 23,60%
Interest Free Product 99,99% 99,99% 100,00% 99,99% 99,99%
Bank's Profit Ratios 1,13% 1,49% 1,02% 0,11% 0,94%
Personal Income 0,05% 0,06% 0,04% 0,00% 0,04%
Investment in real sector 78,19% 85,10% 81,29% 75,39% 79,99%
BRIS 2011 2012 2013 2014 Rata-Rata
Education Grant 0,00% 0,00% 0,03% 0,02% 0,01%
Research 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Training 2,94% 0,74% 1,70% 1,04% 1,60%
Publicity 3,99% 1,46% 2,96% 2,58% 2,75%
Fair Returns 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Functional Distribution 19,06% 23,26% 28,53% 31,67% 25,63%
Interest Free Product 100,00% 100,00% 99,98% 99,99% 99,99%
Bank's Profit Ratios 0,10% 0,72% 0,74% 0,03% 0,40%
Personal Income 0,02% 0,03% 0,04% 0,05% 0,03%
Investment in real sector 84,61% 81,51% 82,31% 79,00% 81,86%
BSB 2011 2012 2013 2014 Rata-Rata
Education Grant 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Research 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Training 1,91% 1,94% 1,80% 1,58% 1,81%
Publicity 1,75% 2,56% 3,06% 2,64% 2,50%
Fair Returns 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Functional Distribution 0,29% 0,22% 33,25% 39,28% 18,26%
Interest Free Product 99,88% 99,98% 99,99% 99,97% 99,95%
Bank's Profit Ratios 0,45% 0,48% 0,45% 0,17% 0,39%
Personal Income 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Investment in real sector 76,68% 76,88% 79,61% 75,50% 77,17%
114
BVS 2011 2012 2013 2014 Rata-Rata
Education Grant 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Research 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Training 0,00% 1,29% 0,38% 0,00% 0,42%
Publicity 0,42% 0,81% 2,33% 0,00% 0,89%
Fair Returns 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Functional Distribution 8,60% 16,69% 32,40% 56,13% 28,46%
Interest Free Product 99,90% 100,00% 100,00% 100,00% 99,97%
Bank's Profit Ratios 3,20% 1,08% 0,48% -1,34% 0,86%
Personal Income 0,01% 0,01% 0,00% 0,00% 0,00%
Investment in real sector 34,49% 52,17% 77,98% 80,89% 61,38%
MSI 2011 2012 2013 2014 Rata-Rata
Education Grant 0,02% 0,45% 0,51% 0,07% 0,26%
Research 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Training 1,52% 1,78% 1,76% 1,88% 1,74%
Publicity 2,08% 1,52% 1,70% 2,81% 2,03%
Fair Returns 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Functional Distribution 0,00% 0,00% 0,00% 15,67% 3,92%
Interest Free Product 99,72% 99,99% 99,98% 99,98% 99,92%
Bank's Profit Ratios 2,38% 1,96% 1,80% 2,28% 2,10%
Personal Income 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Investment in real sector 60,30% 67,46% 63,42% 66,72% 64,47%
PBS 2011 2012 2013 2014 Rata-Rata
Education Grant 0,00% 0,00% 0,00% 0,06% 0,02%
Research 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Training 2,00% 0,55% 0,57% 0,79% 0,98%
Publicity 0,72% 0,38% 0,67% 1,31% 0,77%
Fair Returns 0,00% 0,00% 0,00% 0,00% 0,00%
Functional Distribution 45,70% 49,42% 52,29% 86,72% 58,53%
Interest Free Product 100,00% 100,00% 100,00% 100,00% 100,00%
Bank's Profit Ratios 0,91% 1,64% 0,53% 1,14% 1,05%
Personal Income 0,00% 0,00% 0,00% 0,05% 0,01%
Investment in real sector 71,50% 72,16% 64,59% 77,39% 71,41%
115
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Muhammad Wahyu Syahputra
NIM : 1111046100133
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 19 Maret 1994
Program Studi : Muamalat (Ekonomi Islam)
Konsentrasi : perbankan syariah
Alamat Rumah : Jl. Kemandoran VIII No.32a RT.007/003
Kelurahan Grogol Utara, Kecamatan
Kebayoran Lama. Kota Jakarta Selatan.
Nomor Hp : 0857-1860-8758
Nama Ayah : Su’bah
Nama Ibu : Nurwani
Alamat Orangtua : Jl. Kemandoran VIII No.32a RT.007/003
Kelurahan Grogol Utara, Kecamatan
Kebayoran Lama. Kota Jakarta Selatan.
Nomor Hp Orangtua : 0815-1062-5422 (Ayah)
0857-1146-9737 (Ibu)
top related