analisis masalah
Post on 04-Jan-2016
16 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Analisis Masalah
1.a. Apa yang dimaksud dengan lansia? eca pipi alman
Batasan lansia menurut WHO meliputi usia pertengahan (Middle age) antara 45 - 59
tahun, usia lanjut (Elderly) antara 60 - 74 tahun, dan usia lanjut tua (Old) antara 75 –
90 tahun, serta usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun (Nugroho, 2000).
Menurut Depkes RI batasan lansia terbagi dalam empat kelompok yaitu pertengahan
umur usia lanjut/ virilitas yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan
keperkasaan fisik dan kematangan jiwa antara 45 – 54 tahun, usia lanjut dini/
prasenium yaitu kelompok yang mulai memasuki usia lanjut antara 55 – 64 tahun,
kelompok usia lanjut/ senium usia 65 tahun keatas dan usia lanjut dengan resiko tinggi
yaitu kelompok yang berusia lebih dari 70 tahun atau kelompok usia lanjut yang hidup
sendiri, terpencil, tinggal di panti, menderita penyakit berat, atau cacat (Mutiara,
1996).
Saat ini berlaku UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia yang
menyebutkan lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas (Deputi I
Menkokesra, 1998).
b. Bagaimana perubahan anatomi dan fisiologi pada lansia? cika aan pput
Perubahan Fisiologis pada Usia Lanjut
merupakan suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan
untuk memperbaiki, mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi
normalnya. Dengan demikian menua ditandai dengan kehilangan secara progresif lean
body mass (LBM = jaringan aktif tubuh) yang sudah dimulai sejak usia 40 tahun
disertai dengan menurunnya metabolisme basal sebesar 2% setiap tahunnya yang
disertai dengan perubahan disemua sistem didalam tubuh manusia.
Beberapa perubahan fisiologis yang terjadi ketika memasuki usia lanjut adalah :
A. Perubahan pada panca indera terutama rasa
Sekresi saliva berkurang mengakibatkan pengeringan rongga mulut. Papil-papil pada
permukaan lidah mengalami atrofi sehingga terjadi penurunan sensitivitas terhadap
rasa terutama rasa manis dan asin. Keadaan ini akan mempengaruhi nafsu makan, dan
dengan demikian asupan gizi juga akan terpengaruh. Keadaan ini mulai pada usia 70
tahun. Perubahan indera penciuman, penglihatan dan pendengaran juga mengalami
penurunan fungsi seiring dengan bertambahnya usia.
B. Esofagus
Lapisan otot polos esofagus dan sfingter gastro esofageal mulai melemah yang akan
menyebabkan gangguan kontraksi dan refluk gastrointestinal spontan sehingga terjadi
kesulitan menelan dan makan menjadi tidak nyaman.
C. Lambung
Pengosongan lambung lebih lambat, sehingga orang akan makan lebih sedikit karena
lambung terasa penuh, terjadilah anoreksia. Penyerapan zat gizi berkurang dan
produksi asam lambung menjadi lebih sedikit untuk mencerna makanan. Diatas umur
60 tahun, sekresi HCl dan pepsin berkurang, akibatnya absorpsi protein, vitamin dan
zat besi menjadi berkurang. Terjadi overgrowth bakteri sehingga terjadi penurunan
faktor intrinsik yang juga membatasi absorbsi vitamin B12, Penurunan sekresi asam
lambung dan enzim pankreas, fungsi asam empedu menurun menghambat pencernaan
lemak dan protein, terjadi juga malabsorbsi lemak dan diare.
D. Tulang
Kepadatan tulang akan menurun, dengan bertambahnya usia. Kehilangan massa
tulang terjadi secara perlahan pada pria dan wanita dimulai pada usia 35 tahun yaitu
usia dimana massa tulang puncak tercapai. Dampaknya tulang akan mudah rapuh
(keropos) dan patah, mengalami cedera, trauma yang kecil saja dapat menyebabkan
fraktur.
E. Otot
Penurunan berat badan sebagai akibat hilangnya jaringan otot dan jaringan lemak
tubuh. Presentasi lemak tubuh bertambah pada usia 40 tahun dan berkurang setelah
usia 70 tahun. Penurunan Lean Body Mass ( otot, organ tubuh, tulang) dan
metabolisme dalam sel-sel otot berkurang sesuai dengan usia. Penurunan kekuatan
otot mengakibatkan orang sering merasa letih dan merasa lemah, daya tahan tubuh
menurun karena terjadi atrofi. Berkurangnya protein tubuh akan menambah lemak
tubuh. Perubahan metabolisme lemak ditandai dengan naiknya kadar kolesterol total
dan trigliserida.
F. Ginjal
Fungsi ginjal menurun sekitar 55% antara usia 35 – 80 tahun. Banyak fungsi yang
mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan reabsorbsi oleh ginjal.
Reaksi asam basa terhadap perubahan metabolisme melambat. Pembuangan sisa-sisa
metabolisme protein dan elektrolit yang harus dilakukan ginjal menjadi beban
tersendiri.
G. Jantung dan Pembuluh darah
Perubahan yang terkait dengan ketuaan sulit dibedakan dengan perubahan yang
diakibatkan oleh penyakit. Pada lansia jumlah jaringan ikat pada jantung (baik katup
maupun ventrikel) meningkat sehingga efisien fungsi pompa jantung berkurang.
Pembuluh darah besar terutama aorta menebal dan menjadi fibrosis. Pengerasan ini,
selain mengurangi aliran darah dan meningkatkan kerja ventrikel kiri,juga
mengakibatkan ketidakefisienan baroreseptor (tertanam pada dinding aorta, arteri
pulmonalis, sinus karotikus). Kemampuan tubuh untuk mengatur tekanan darah
berkurang.
H. Paru-paru
Elastisitas jaringan paru dan dinding dada berkurang,kekuatan kontraksi otot
pernapasan menurun sehingga konsumsi oksigen akan menurun pada
lansia.Perubahan ini berujung pada penurunan fungsi paru.
I. Kelenjar endokrin
Terjadi perubahan dalam kecepatan dan jumlah sekresi,respon terhadap stimulasi serta
struktur kelenjar endokrin. Pada usia diatas 60 tahun terjadi penurunan sekresi
testosteron,estrogen,dan progesteron.
J. Kulit dan rambut
Kulit berubah menjadi tipis,kering,keriput dan tidak elastis lagi.Rambut rontok dan
berwarna putih,kering dan tidak mengkilat.
K. Fungsi imunologik
Penurunan fungsi imunologik sesuai dengan umur yang berakibat tingginya
kemungkinan terjadinya infeksi dan keganasan. Ada kemungkinan jika terjadi
peningkatan pemasukan vitamin dan mineral termasuk zinc, dapat meniadakan reaksi
ini.
Perubahan anatomi Sistem Pernafasan Lansia
a. Dinding dada
Tulang-tulang mengalami osteoporosis, tulang rawan mengalami osifikasi, perubahan
bentuk dada. Sudut epigastrik relative mengecil dan volume rongga dada mengecil.
b. Otot-otot pernafasan
Mengalami kelemahan akibat atrofi.
c. Saluran pernafasan
Akibat kelemahan otot, berkurang jarinagn elastic bronkus dan alveoli menyebabkan
lumen bronkus mengecil. Cincin tulang rawan bronkus mengalami perkapuran.
d. Struktur jaringan parenkim
Bronkiolus, duktur alveolaris, dan alveolus membesar secara progresif terjadi
emfisema sinilis. Struktur kolagen dan elastin didnding saluran nafas perifer kualitas
berkurang sehingga menyebabkan elasitasnya jarinagn parenkim berkurang.
Penurunan elastisitas jaringan parenkim paru pada usia lanjut dapat karena
penurunannya tegangan permukaan akibat pengurangan daerah permukaan alveolus.
Perubahan fisiologi system pernafsan Lansia
a. Gerakan pernafasan
Adanya perubahan bentuk, ukuran, maupun volume rongga dada akan berubah
mekanika pernafsan, amplitude pernafasan menjadi dangkal, timbul keluhan sesak
nafas. Kelemahan otot pernafasan menimbulkan penurunan kekuatan gerak nafas,
lebih pada terdapat deformitas rangka dada akibat penuaan.
b. Distribusi gas
Perubahan struktur anatomic saluran pernafasan akan menimbulkan penumpukan
udara dan alveolus (air trapping) ataupun gangguan pendistribusian udara nafas dalam
cabang-cabang bronkus.
c. Volume dan kapasitas paru menurun
Hal ini disebabkan karena beberapa factor :
1. Kelemahan otot nafas
2. Elastisitas jaringan parenkim paru menrun
3. Resistensi saluran nafas (menurun sedikit).
Secara umum dikatakan pada usia lanjut terjadi pengurangan ventilasi paru.
d. Gangguan transport gas
Pada usia lanjut terjadi penurunan Pa CO 2 secara bertahap, yang penyebabnya
terutama disebabkan oleh adanya ketidak sembangan ventilasi perfusi. Selain tiu
diketahui bahwa pengambilan O2 oleh darah dari alveoli (difusi) dan transport O2
kejarinagn-jaringan berkurang terutama terjadi pada saat melakukan olah raga.
Penurunan pengambilan O2 maksimal disebabkan antara lain karena :
1. Berbagai perubahan pada jaringan paru yang menghambat difusi gas
2. Karena berkurangnya aliran darah keparu akibat turunnya curang jantung
e. Gangguan perubahan ventilasi paru
Pada usia lanjut mengalami gangguan pengaturan ventilasi paru, akibat adanya
penurunan kepekkaan kemoreseptor perifer, kemoreseptor sentral ataupun pusat
pernafsan di medulla oblongata dan spon terhadapan rangasangn berupa penurunan Pa
O2, peningkatan Pa CO2, perubahan pH darah arteri dsb.
Perubahan Fisiologis pada Proses Penuaan
Dalam Maryam (2008), perubahan fisik yang terjadi dalam proses penuaan antara lain
sebagai berikut:
1. Sel : jumlah berkurang, ukuran membesar, cairan tubuh menurun, dan intraseluler
menurun.
2. Kardiovaskuler : katup jantung menebal dan kaku, kemampuan memompa darah
menurun (menurunnya kontraksi dan volume), elastisitas pembuluh darah menurun,
serta meningkatnya retensi pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah
meningkat.
3. Respirasi : otot-otot pernapasan kekuatannya menurun dan kaku, elastisitas paru
menurun, kapasitas residu meningkat sehingga menarik napas lebih berat, alveoli
melebar dan jumlahnya menurun, kemampuan batuk menurun, serta terjadi
penyempitan pada bronkus.
4. Persarafan : saraf pancaindra mengecil sehingga fungsinya menurun serta lambat
dalam merespon dan waktu bereaksi khususnya yang berhubungan dengan stres.
Berkurang atau hilangnya lapisan mielin akson, sehingga menyebabkan berkurangnya
respon motorik dan reflex.
5. Musculoskeletal : cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh (osteoporosis),
bungkuk (kifosis), persendian membesar dan menjadi kaku (atrofi otot), kram, tremor,
tendon mengerut, dan mengalami sklerosis.
6. Gastrointestinal : esophagus melebar, asam lambung menurun, lapar menurun, serta
peristaltic menurun sehingga daya absorpsi juga menurun. Ukuran lambung mengecil
serta fungsi organ aksesoris menurun sehingga menyebabkan berkurangnya produksi
hormon dan enzim pencernaan.
7. Genitourinaria : ginjal: mengecil, aliran darah ke ginjal menurun, penyaringan di
glomerulus menurun, dan fungsi tubulus menurun sehingga kemampuan
mengonsentrasi urine ikut menurun.
8. Vesika urinaria : otot-otot melemah, kapasitasnya menurun, dan retensi urine.
Prostat: hipertrofi pada 75% lansia.
9. Vagina : selaput lendir mengering dan sekresi menurun.
10. Pendengaran : membrane timpani atrofi sehingga terjadi gangguan pendengaran.
Tulang-tulang pendengaran mengalami kekakuan.
11. Pengelihatan : respon terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap gelap menurun,
akomodasi menurun, lapang pandang menurun, dan katarak.
12. Endokrin : produksi hormon menurun.
13. Kulit : keriput serta kulit kepala dan rambut menipis. Rambut dalam hidung dan
telinga menebal. Elastisitas menurun, vaskularisasi menurun, rambut memutih (uban),
kelenjar keringat menurun, kuku keras dan rapuh, serta kuku kaki tumbuh berlebihan
seperti tanduk.
14. Belajar dan memori : kemampuan belajar masih ada tetapi menurun. Memori
(daya ingat) menurun karena proses encoding menurun.
15. Intelegensi : secara umum tidak banyak berubah.
16. Personality dan Adjustment (pengaturan) : tidak banyak perubahan, hamper
seperti saat muda.
17. Pencapaian (achievement) : sains, filosofi, seni, dan musik sangat mempengaruhi.
C. Perubahan Anatomi dan Fisiologi Sistem Endokrin pada Lansia
2. Perubahan Sistem Endokrin pada Lansia
Dalam http://ismar71.wordpress.com (2008), efek dan usia pada sistem endokrin
sedikit lebih sulit untuk mendeteksi dengan organ tubuh lain. Walaupun demikian
gangguan endokrin lebih banyak pada usia 40 tahun. Pada wanita, produksi hormon
meningkat dibanding dengan menopause. Dari pria dan wanita, output anterior
pituitary mengalami penurunan.
Umur yang relatif terjadi perubahan pada struktur dan fungsi dan kelenjar endokrin
adalah sebagai berikut :
1. Kelenjar thiroid mengalami derajat yang sama dengan atropfi, fibrosis dan
nodularity.
2. Hormon thiroid mengalami level penurunan dan hypoparatiroidisme biasanya
sering pada orang dewasa.
3. Kelenjar adrenal kehilangan beberapa berat badan dan menjadi makin buruk,
fibrotik.
4. Pada bagian anterior, kelenjar pituitary mengalami penurunan ukuran dan menjadi
mati/fibrotik.
Dalam Stockslager (2007), perubahan fungsi sistem endokrin secara khusus yaitu :
1. Penurunan kemampuan mentoleransi stress.
2. Konsentrasi glukosa darah meningkat dan tetap naik lebih lama dibandingkan orang
yang lebih muda.
3. Penurunan kadar ekstrogen dan peningkatan kadar FSH selama menopouse, yang
menyebabkan trombosis dan osteoporosis.
4. Penurunan produksi progeteron.
5. Penurunan kadar aldosteron serum sebanyak 50%.
6. Penurunan laju sekresi kortisol sebanyak 25%.
D. Masalah-Masalah dalam Perubahan Sistem Endokrin pada Lansia
Dalam Nugroho (1995), penyakit metabolik pada lanjut usia terutama disebabkan oleh
karena menurunnya produksi hormon dari kelenjar-kelenjar hormon. Pria dan wanita
pada akhir masa dewasa memasuki apa yang dinamakan kimakterium; perubahan-
perubahan dalam keseimbangan hormonal yang menyebabkan berkurangnya
kekurangan hormon seks. Menurunnya produksi hormon ini antara lain terlihat pada
wanita mendekati usia 50 tahun, yang ditandai mulainya menstruasi yang tidak teratur
sampai berhenti sama sekali (menopouse), prosesnya merupakan proses ilmiah. Pada
pria proses tersebut biasanya terjadi secara lambat laun dan tidak disertai gejala-gejala
psikologis yang luar biasakecuali sedikit kemurungan dan rasa lesu serta
berkurangnya kemampuan seksualitasnya. Terdapat pula penurunan kadar hormon
testosteronnya.
Penyakit metabolik yang banyak dijumpai adalah diabetes melitus atau kencing manis
dan osteoporosis (berkurangnya zat kapur dan bahan-bahan mineral sehingga tulang
lebih mudah rapuh dan menipis). Diabetes melitus sering dijumpai pada lanjut usia
yang berumur 70 tahun keatas, akibatnya terjadi degenerasi pembuluh darah dengan
kompliksai pembuluh darah koroner, perubahan pembuluh darah otak ini dapat
menyebabkan stroke yang bisa mengakibatkan kelumpuhan separuh badan.
Berikut perubahan dan penyakit pada sistem endokrin yang disebabkan oleh proses
penuaan, yaitu:
1. Menopouse
a. Konsep
Dalam Boedhi-Darmojo dan Hadi Martono (1999), menopouse adalah berhentinya
haid. Menopouse menurut pengertian awam adalah perubahan masa muda ke masa
tua. Berhentinya haid sebagai akibat tidak berfungsinya ovarium merupakan peristiwa
dan bukan satu periode waktu. Di Indonesia monepouse terjadi antara 49-50 tahun
(Samil dan Ichramsyah, 1991).
Periode mendahului menopouse ditandai oleh perubahan somatif dan psikologik. Hal
tersebut mencerminkan perubahan normal yang terjadi di ovarium. Meskipun ada
gejala atau keluhan, periode ini sering dilupakan oleh pasien maupun dokter. Gejala
yang paling sering terjadi pada masa transisi pra-menopouse ini adalah haid yang
tidak teratur.
Meskipun menopouse atau tidak lagi datang haid, terjadi setelah terhentinya fungsi
ovarium merupakan keadaan yang paling dapat diidentifikasi, namun periode sebelum
dan 10 tahun setelah menopouse mempunyai arti klinis yang lebih penting. Menurut
Hurd, periode transisi ini biasanya berlangsung sampai periode pasca menopouse.
Periode pasca menopouse biasanya disertai dengan insidensi kondisi kelainan yang
erat hubungannya dengan usia lanjut. Karena hal tersebut, pelayanan kesehatan
ginekologik pada wanita pasca menopouse perlu mengetahui tentang seluk beluk
pengobatan pengganti hormon.
b. Gejala-Gejala yang sering timbul
Ada beberapa gejala yang timbul dengan menopouse pada lansia (Nugroho, 1995), di
antaranya :
1) Gangguan pada haid: haid menjadi tidak teratur, kadang-kadang terjadi perdarahan
yang terlalu banyak atau terlalu sedikit.
2) Gelombang rasa panas (Hot Flush). Kadang-kadang timbul rasa panas pada muka,
leher dan dada bagian atas, disusul dengan keluarnya keringat yang banyak. Peasaan
panas ini bisa berlangsung beberapa detik saja, namun bisa berlangsung sampai 1 jam.
3) Rasa lelah hebat (Fatigue).
4) Rasa gatal-gatal pada genitalia disebabkan kulit yang menjadi kering dam keriput.
5) Sakit-sakit bisa dirasakan seluruh badan atau pada bagian tubuh tersebut.
6) Pusing atau sakit kepala. Keluhan ini bisa disebabkan oleh banyak hal, misalnya
karena meningginya tekanan darah, adanya gangguan penglihatan atau bisa juga oleh
adanya stres mental.
7) Insomnia atau keluhan susah tidur, hal ini bisa disebabkan oleh penyebab fisik
maupun psikis.
8) Palpitasi dan perubahan gerak seksual. Hal ini disebabkan oleh pengaruh hormonal
maupun pengaruh psikis. Gejala-gejala jiwa yang timbul sangat bervariasi dari ringan
sampai yang berat. Keluhan yang sering timbul adalah adanya rasa takut, tegang
gelisah, lekas marah, mudah gugup, sukar berkonsentrasi, lekas lupa, dan susah tidur.
Adanya wanita yang mengalami monepouse manfsirkannya sebagai kehilangan
fungsinya sebagai wanita, karena ia tidak bisa hamil dan mendapatkan anak lagi. Di
lain pihak ada yang menafsirkan sebagai akan terhentinya kehidupan seksualnya, hal
ini adalah keliru sekali. Selain dari pada itu ada yang berpendapat bahwa kegiatan
seksual itu kurang pantas dilakukan bagi mereka yang sudah tua, maskipun dorongan
ke arah itu tetap ada. Dengan demikian dapat terlihat bahwa kerisauan menghadapi
masa tua seringkali juga menyangkut kahidupan seksual.
2. Andropouse
a. Konsep
Dalam Baziad (2003), pada laki-laki tua, testis masih berfungsi memproduksi sperma
dan hormon testosteron meskipun jumlahnya tidak sebanyak usia muda. Pada wanita
produksi estrogen berhenti mendadak, sedangkan pada laki-laki dengan meningkatnya
usia produksi testosteron turun perlahan-lahan, sehingga membuat definisi andropouse
pada laki-laki sedikit sulit. Kadar hormon testosteron sampai dengan usia 55-60 tahun
relatif stabil dan baru setelah usia 60 tahun terjadi penurunan yang berarti.
Meskipun kadar testosteron darah turun, keluhan tidak segera muncul. Keluhan dapat
muncul setelah beberapa tahun kemudian. Oleh karena itu, para ahli berpendapat
bahwa tidak ada hubungan langsung antara keluhan dengan kadar hormon. Meskipun
sudah lanjut usia, orang laki-laki masih saja aktif baik secara fisik maupun seksual,
bahakan tidak jarang masih dapat mendapatkan keturunan.
b. Gejala
Dalam Baziad (2003), testosteron adalah hormon laki-laki yang menjadikan laki-laki
berfungsi menjadi seorang laki-laki. Gejala klinis andropouse antara lain:
1) Gejala vasomotorik, berupa gejolak panas, berkeringat, susah tidur, gelisah,
dan takut.
2) Gejala yang berkaitan dengan aspek virilitas, berupa kurang tenaga, berkurangnya
massa otot, bulu-bulu rambut seksual berkurang, penumpukan lemak di perut, dan
osteoporosis.
3) Gejala yang berhubungan dengan fungsi kognitif dan suasana hati, berupa mudah
lelah, menurunnya aktivitas tubuh, rendahnya motivasi, berkurangnya ketajaman
mental/intuisi, depresi hilangnya rasa percaya diri dan menghargai dirinya sendiri.
4) Gejala yang berhubungan dengan masalah seksual, berupa turunnya libido,
menurunnya aktivitas seksual, kualitas orgasme menurun, berkurangnya
kemampuan ereksi, dan berkurangnya volume ejakulasi.
3. Diabetes Melitus
a. Konsep
Pada diabetes tipe 2 terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin,
yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat
dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan
reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam
sel. Resistensi insulin pada diabetes mellitus tipe 2 disertai dengan penurunan reaksi
intrasel. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi
pengambilan glukosa.
Seiring pertambahan usia, sel-sel tubuh menjadi lebih resistant terhadap insulin, yang
mengurangi kemampuan lansia untuk memetabolisme glukosa. Selain itu, pelepasan
insulin dari sel beta pankreas berkurang dan melambat. Hasil dari kombinasi proses
ini adalah hiperglikemia. Pada lansia, konsentrasi glukosa yang mendadak dapat
meningkatkan dan lebih memperpanjang hiperglikemia. Diabetes tipe 2 pada lansia
disebabkan oleh sekresi insulin yang tidak normal, resistansi terhadap kerja insulin
pada jaringan target, dan kegagalan glukoneogenesis hepatic. Penyebab utama
hiperglikemia pada lansia adalah peningkatan resistansi insulin pada jaringan perifer.
Meskipun jumlah reseptor insulin sebenarnya sedikit menurun seiring pertambahan
usia, resistansi dipercaya terjadi setelah insulin berikatan dengan reseptor tersebut.
Selain itu, sel-sel beta pulau Langerhans kurang sensitif terhadap kadar glukosa yang
tinggi, yang memperlambat produksi glukosa di hati (http://aqies.wordpress.com,
2009).
b. Tanda dan Gejala
Beberapa tanda dan gejala yang timbul dengan adanya andropouse
(http://aqies.wordpress.com, 2009), yaitu :
1. Penurunan berat badan dan kelelahan.
2. Kehilangan selera makan.
3. Inkontinensia.
4. Penurunan penglihatan.
5. Konfusi atau derajat delirium.
6. Konstipasi atau kembung abdomen.
7. Retinopati atau pembentukan katarak.
8. Perubahan kulit; penurunan nadi perifer, kulit dingin, penurunan refleks, dan
kemungkinan nyeri perifer atau kebas.
9. Hipotensi ortostatik.
c. Apa penyebab susah tidur dan berkeringat pada malam hari? pipi alman vera
PENYEBAB SUSAH TIDUR
1. Faktor Ekstrinsik (luar) misal: lingkungan yang kurang tenang.
2. faktor intrinsik, misal bisa organik dan psikogenik.
Organik, misal: nyeri, gatal-gatal dan penyakit tertentu yang membuat
gelisah.
Psikogenik, misal: depresi, kecemasan dan iritabilitas.
Lansia dengan depresi, stroke, penyakit jantung, penyakit paru, diabetes, artritis, atau
hipertensi sering melaporkan bahwa kualitas tidurnya buruk dan durasi tidurnya
kurang bila dibandingkan dengan lansia yang sehat.
Berdasarkan dugaan etiologinya, gangguan tidur dibagi menjadi empat
kelompok yaitu, gangguan tidur primer, gangguan tidur akibat gangguan mental lain,
gangguan tidur akibat kondisi medik umum, dan gangguan tidur yang diinduksi oleh
zat. Gangguan tidur-bangun dapat disebabkan oleh perubahan fisiologis misalnya
pada proses penuaan normal. Riwayat tentang masalah tidur, higiene tidur saat ini,
riwayat obat yang digunakan, laporan pasangan, catatan tidur, serta polisomnogram
malam hari perlu dievaluasi pada lansia yang mengeluh gangguan tidur. Keluhan
gangguan tidur yang sering diutarakan oleh lansia yaitu insomnia, gangguan ritme
tidur,dan apnea tidur
KLASIFIKASI GANGGUAN TIDUR
I. Gangguan tidur primer
Gangguan tidur primer adalah gangguan tidur yang bukan disebabkan oleh gangguan
mental lain, kondisi medik umum, atau zat. Gangguan tidur ini dibagi dua yaitu
disomnia dan parasomnia. Disomnia ditandai dengan gangguan pada jumlah, kualitas,
dan waktu tidur. Parasomnia dikaitkan dengan perilaku tidur atau peristiwa fisiologis
yang dikaitkan dengan tidur, stadium tidur tertentu atau perpindahan tidur-bangun.
Disomnia terdiri dari insomnia primer, hipersomnia primer, narkolepsi, gangguan
tidur yang berhubungan dengan pernafasan, gangguan ritmik sirkadian tidur, dan
isomnia yang tidak dapat diklasifikasikan. Parasomnia terdiri dari gangguan mimpi
buruk, gangguan teror tidur, berjalan saat tidur, dan parasomnia yang tidak dapat
diklasifikasikan. Cermin Dunia Kedokteran No. 157, 200719
II. Gangguan tidur terkait gangguan mental lain
Gangguan tidur terkait gangguan mental lain yaitu terdapatnya keluhan gangguan
tidur yang menonjol yang diakibatkan oleh gangguan mental lain (sering karena
gangguan mood) tetapi tidak memenuhi syarat untuk ditegakkan sebagai gangguan
tidur tersendiri. Ada dugaan bahwa mekanisme patofisiologik yang mendasari
gangguan mental juga mempengaruhi terjadinya gangguan tidur-bangun. Gangguan
tidur ini terdiri dari: Insomnia terkait aksis I atau II dan Hipersomnia terkait aksis I
atau II.
III. Gangguan tidur akibat kondisi medik umum
Gangguan akibat kondisi medik umum yaitu adanya keluhan gangguan tidur yang
menonjol yang diakibatkan oleh pengaruh fisiologik langsung kondisi medik umum
terhadap siklus tidur-bangun.
IV. Gangguan tidur akibat zat
Yaitu adanya keluhan tidur yang menonjol akibat sedang menggunakan atau
menghentikan penggunaan zat (termasuk medikasi). Penilaian sistematik terhadap
seseorang yang mengalami keluhan tidur seperti evaluasi bentuk gangguan tidur yang
spesifik, gangguan mental saat ini, kondisi medik umum, dan zat atau medikasi yang
digunakan, perlu dilakukan
PENYEBAB BERKERINGAT MALAM
d. Bagaimana mekanisme susah tidur dan berkeringat malam hari pada lansia? aan pput mira
Mekanisme terjadinya andropause adalah karena menurunnya fungsi reproduksi pria yang
berakibat menurunnya kadar testosteron dalam darah di bawah angka normal gangguan
vasomotor (Vasomotor adalah sistem saraf dan otot yang mengontrol diameter pembuluh darah.
Saraf mengirim sinyal ke otot-otot yang mengelilingi pembuluh darah untuk mempersempit atau
memperlebar pembuluh darah)
e. Apa hubungan umur dan jenis kelamin dengan keluhan yang dialami Tn. J?alman vera reyki
Terdapat hubungan umumr dan jenis kelamin pada kasus ini, yaitu :
UMUR : TN J berusia 70 tahun ( lansia) Dalam Baziad (2003), pada laki-laki tua, testis masih
berfungsi memproduksi sperma dan hormon testosteron meskipun jumlahnya tidak sebanyak usia
muda. Pada wanita produksi estrogen berhenti mendadak, sedangkan pada laki-laki dengan
meningkatnya usia produksi testosteron turun perlahan-lahan, sehingga membuat definisi
andropouse pada laki-laki sedikit sulit. Kadar hormon testosteron sampai dengan usia 55-60
tahun relatif stabil dan baru setelah usia 60 tahun terjadi penurunan yang berarti.
Dalam Baziad (2003), testosteron adalah hormon laki-laki yang menjadikan laki-laki berfungsi
menjadi seorang laki-laki. Gejala klinis andropouse antara lain:
1) Gejala vasomotorik, berupa gejolak panas, berkeringat, susah tidur, gelisah, dan takut.
2) Gejala yang berkaitan dengan aspek virilitas, berupa kurang tenaga, berkurangnya massa otot,
bulu-bulu rambut seksual berkurang, penumpukan lemak di perut, dan osteoporosis.
3) Gejala yang berhubungan dengan fungsi kognitif dan suasana hati, berupa mudah lelah,
menurunnya aktivitas tubuh, rendahnya motivasi, berkurangnya ketajaman mental/intuisi,
depresi hilangnya rasa percaya diri dan menghargai dirinya sendiri.
4) Gejala yang berhubungan dengan masalah seksual, berupa turunnya libido,
menurunnya aktivitas seksual, kualitas orgasme menurun, berkurangnya kemampuan
ereksi, dan berkurangnya volume ejakulasi.
JENIS KELAMIN : Adropause Terjadi pada pria yang dapat diartikan Andropause adalah
kondisi pria diatas usia tengah baya yang mempunyai kumpulan gejala, tanda dan keluhan yang
mirip dengan menopause pada wanita. Istilah andropause berasal dari bahasa Yunani, Andro
artinya pria sedangkan Pause artinya penghentian. Jadi secara harfiah andropause adalah
berhentinya fungsi fisiologis pada pria.Berbeda dengan wanita yang mengalami menopause,
dimana produksi ovum, produksi hormon estrogen dan siklus haid yang akan berhenti dengan
cara yang relatif mendadak, pada pria penurunan produksi spermatozoa, hormon testosteron dan
hormon – hormon lainnya sedemikian perlahan.
f. Organ apa yang terganggu pada keluhan susah tidur dan berkeringat malam hari pada Tn. J?
pput mira jeffri
Gejala vasomotorik, berupa gejolak panas, berkeringat, susah tidur, gelisah, dan takut.
Vasomotor adalah sistem saraf dan otot yang mengontrol diameter pembuluh darah. Saraf
mengirim sinyal ke otot-otot yang mengelilingi pembuluh darah untuk mempersempit atau
memperlebar pembuluh. Hal ini akan menyebabkan tekanan darahnaik atau turun.
Pusat VasomotorPusat vasomotor adalah pusat pengendalian tekanan darah yang terdapat pada dua pertiga proksimal medula oblongata dan sepertiga distal pons. Pusat vasomotor ini bertanggung jawab atas vasokonstriksi pembuluh darah dan peningkatan frekuensi denyut jantung dan selalu berdeyut otomatis karena sel-selnya memiliki potensial istirahat yang labil dan impuls atau rangsangan yang terjadi dikirim melalui jalur saraf di medula spinalis dan melalui saraf simpatis menuju ke organ yang dipeliharanya, seperti jantung dan pembuluh darah.
Pusat Uraian
Sistem sarafTediri dari pusat-pusat yang terdapat dibatang otak, misalnya pusat vasomotor dan diluar susunan saraf pusat, misalnya baroreseptor dan sistemik.
Sistem humoral atau kimia
Berlangsung lokal atau sistemik, misalnya renin-angiotensi, vasopresin, epinefrin, asetilkolin, serotinin, adenosin, dan kalsium, magnesium, hidrogen, kalium dan sebagainya
Sistem hemodinamikLebih banyak dipengaruhi oleh volume darah, susunan kapiler, perubahan tekanan osmotik, dan hidrostatik bagian luar dan dalam sistem vaskuler.
Pusat vasokonstriksi terdapat secara bilateral pada dua pertiga proksimal medial oblongata dan sepertiga distal pons, sedangkan di bagian medial dan distal medula oblongata terdapat pusat vasidilatator( inhibiator ) ang mampu menghambat impuls vasokonstriktor dan efeknya yang menyebabkan dilatasi pembuluh darah. Kedua pusat tersebut saling mempengaruhi kontraktilitas miokardium, isi akhir diastolik, dan pacu jantung. Di lain pihak, kedua pusat itu mampu memelihara tahanan perifer total agar tetap berada dalam batas-batas normal.
1. HipotalamusBerperan dalam mengatur emosi dan tingkah laku yang berhubungan dengan pengaturan kardiovaskuler. Rangsangan pada hipotalamus anterior menyebabkan penurunan tekanan darah dan bradikardi, sedangkan rangsangan pada hipotalamus posterior dapat meningkatkan tekanan darah dan takikardia. Hipotalamus dapat mengatur keseimbangan suhu tubuh dengan mempengaruhi pembuluh darah kulit, pendinginan kulit, atau hipotalamus dapat menimbulkan vasokonstruksi pembuluh darah kulit, sedangkan pemanasan dapat menimbulkan vasidilatasi pembuluh darah kulit untuk meningkatkan pelepasan panas.
Keseimbangan Panas Panas secara terus menerus dihasilkan oleh tubuh sebagai hasil sampingan metabolisme, dan panas juga dibuang ke lingkungan sekitar.
Bila kecepatan pembentukan panas tepat sama dengan kehilangan panas maka tubuh dalam keadaan keseimbangan panas.
Tetapi bila keduanya diluar keseimbangan, maka suhu tubuh akan meningkat atau menurun.
Jika suhu tubuh > suhu lingkungan → panas akan hilang dengan cara radiasi dan konduksi
Jika suhu tubuh < suhu lingkungan → tubuh dapat panas dari radiasi dan konduksi lingkungan → membuang panas dengan Evaporasi.
Pengaturan Suhu Tubuh Pusat pengatur suhu tubuh →Termostat Hipotalamus
Reseptor suhu tubuh :
Neuron di area Preoptika Hipotalamus
Reseptor suhu kulit
Reseptor suhu didalam Medulla spinalis, Abdomen.
Mekanisme Pembuangan Panas Perangsangan kelenjar keringat → pembuangan panas secara penguapan.
Menghambat pusat simpatis di Hipotalamus posterior, sehingga menghilangkan tonus vasokonstriksi normal pada pembuluh kulit →terjadi vasodilatasi dan kehilangan banyak panas dari tubuh
Mekanisme Pembentukan Panas Vasokonstriksi pada kulit → mencegah konduksi panas dari dalam tubuh ke kulit.
Piloereksi “rambut berdiri“ → membentuk isolator pada kulit, efek ini tidak begitu penting pada manusia.
Peniadaan keringat → penguapan terhenti.
Peningkatan pembentukan panas : Menggigil (Pusat motorik efek menggigil terletak pada bagian Dorsomedial Hipotalamus Posterior)
Peningkatan rangsangan simpatis pembentukan panas → Hormon epinefrin dan norepinefrin meningkatkan metabolisme.
Peningkatan pengeluaran Hormon Tiroksin → meningkatkan metabolisme.
g. Apa faktor- faktor yang mempengaruhi keluhan yang terjadi pada lansia? vera reyki echa
Andropause dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain :
1) Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang berperan dalam terjadinya andropause ialah adanya pencemaran
lingkungan yang bersifat kimia, psikis, dan faktor diet atau makanan. Faktor yang bersifat kimia
yaitu pengaruh bahan kimia yang bersifat estrogenic. Bahan kimia tersebut antara lain DDT,
asam sulfur, difocol, pestisida, insektisida, herbisida, dan pupuk kimia. Efek estrogenik yang
ditimbulkan dari bahan-bahan tersebut dapat menyebabkan penurunan hormon testosteron.
Sedangkan faktor psikis yang berperan yaitu kebisingan, ketidaknyamanan, dan keamanan
tempat tinggal (Susilo, 1998). Dan faktor diet yang berpengaruh yaitu kebiasaan mengkonsumsi
alkohol dan diet yang tidak seimbang (Nayla, 2007).6
2) Faktor Organik
Faktor organik yang berperan dalam terjadinya andropause yaitu adanya perubahan hormonal.
Pada pria yang telah mengalami penuaan, perubahan hormonal yang terjadi antara lain:
a) Hormon Testosteron
b) Hormon dehydroepiandrosteron (DHEA) dan dehydroepiandrosteron sulphate
(DHEAS)
(3) Faktor Psikogenik
Faktor-faktor psikogenik yang sering dianggap dapat mendorong timbulnya keluhan adropause
antara lain:
a) Pensiun
b) Penolakkan terhadap kemunduran
c) Stress tubuh/fisik.
Untuk mekanisme pasti mengenai hubungan berbagai gangguan psikologis dalam terjadinya
berbagai keluhan pria andropause, belumlah begitu jelas. Akan tetapi berbagai gangguan
psikologis tersebut dapat menurunkan kadar testosteron dalam darah perifer
2.a. Apa penyebab mudah lelah dan tidak sanggup berkebun seperti biasa? mira jeffri cika
Testosteron adalah hormon steroid dengan sifat anabolik (Anabolik adalah suatu fase dimana
tubuh memperbaiki dan mengembangkan sel-sel sebagai bagian dari proses metabolisme) dan
androgenik (bertugas mempertahankan sifat dan ciri fisik pria). Ini adalah hormon utama
bertanggung jawab dalam peningkatan jaringan otot, meningkatkan libido, energi, tulang dan
imunitas. Testosteron di sekresi di testis pria dan sejumlah kecil di adrenal. Testosteron berasal
dari kolesterol. Dalam aliran darah testosteron beredar dalam presentase yang besar terikat
dengan protein pengikat (binding protein) selain itu testosteron juga berikatan dengan Sex
Hormon Binding Globulin (SHBG), ketika testosteron berikatan dengan SHBG dia tidak lagi
mampu melakukan fungsi anabolik karena testosteron tidak mampu mencapai jaringan dan
reserptor sel.
Salah satu yang menyebabkan peningkatan produksi SHBG adalah Hipogonadisme
(Hipogonadisme adalah istilah medis untuk merujuk simtoma penurunan aktivitas kelenjar
gonad. Kelenjar gonad, ovarium atau testis, merupakan kelenjar produksi hormon reproduksi
beserta sel gamet, ovum atau spermatozoid.
Beberapa manifestasi dari Hipogonadisme,
Andropause sebuah sindrom yang terjadi pada sebagian pria akibat turunnya produksi
hormon testosteron sejalan dengan bertambahnya usia
Karena tidak ada lagi testosteron bebas menyebabkan testosteron tidak mampu mencapai
jaringan dan reserptor sel
b. Bagaimana mekanisme mudah dan tidak sanggup berkebun seperti biasa? reyki echa pipi
3.a. Apa penyebab Tn. J merasa gelisah dan mudah gugup saat mengendarai kendaraan sendiri?
jeffri cika aan
b. Bagaimana mekanisme Tn. J merasa gelisah dan mudah gugup saat mengendarai kendaraan
sendiri?echa pipi alman
c. Organ apa yang terganggu pada keluhan mudah gelisah dan mudah gugup pada Tn. J? chika
aan pput
4.a. Apa penyebab Tn. J merasa kehidupan rumah tangganya tidak bergairah?pipi alman vera
b. Sistem apa yang terganggu pada Tn. J? aan pput mira
Sistem Hormonal
c. Apa akibat dari kehidupan rumah tangga tidak bergairah? alman vera reyki
d. Apa yang dimaksud dengan hormon steroid? puput mira jeffri
MEKANISME KERJA dan METABOLISME HORMON STEROID
MEKANISME KERJA STEROID
Hormon steroid bekerja melalui satu mekanisme dasar : penyatuan hasil sintesis protein
yang baru diinduksi oleh hormon steroid dengan sel target.
Setelah hormon steroid di sekresi oleh kelenjar endokrin, 95 - 98% akan berada dalam sirkulasi
atau terikat dengan protein transpor yang spesifik. 2 – 5% sisanya bebas berdifusi ke dalam
semua sel. Setelah berada dalam sel, steroid hanya dapat menghasilkan respon dalam sel yang
memiliki reseptor intraseluler yang spesifik untuk hormon yang bersangkutan. Ikatan antara
hormon dengan reseptor yang spesifik merupakan kunci untuk kerja hormon pada jaringan
target. Dengan demikian maka :
Reseptor estrogen dapat ditemukan dalam otak dan sel target spesifik untuk reproduksi
wanita seperti uterus dan payudara.
Folikel rambut pada wajah, jaringan erektil pada penis mengandung reseptor androgen
Reseptor glukokortikoid dijumpai pada semua sel oleh karena glukokortikoid diperlukan
untuk mengatur fungsi umum seperti metabolisme dan stres
Semua anggauta kelompok utama steroid seks (androgen, progestindan estrogen) bekerja
melalui rangkaian kerja serupa untuk menghasilkan respon seluler berupa :
1. Pemindahan steroid ke dalam nukleus
2. Pengikatan intra nuklear
3. Mengaktivasi reseptor dari bentuk tidak aktif menjadi aktif
4. Pengikatan kompleks reseptor-steroid ke elemen regulator dalam DNA
(desoksiribunukleic acid)
5. Transkripsi dan sintesis messenger asam ribonukleat (mRNA) yang baru
6. Translasi mRNA dengan sintesis protein baru dalam sel
Mekanisme kerja glukokortikoid dan mineralokortikoid berbeda dengan mekanisme kerja steroid
seks. Keduanya terikat pada reseptor dalam sitoplasma sel. Kompleks reseptor-hormon secara
berturutan dipindahkan ke nukleus dan akan berikatan dengan DNA.
AGONIS dan ANTAGONIS
Potensi hormon steroid tergantung pada :
1. Kombinasi antara afinitas reseptor dengan hormon atau obat tertentu
2. Afinitas kompleks hormon-reseptor terhadap SRE-steroid reseptor element
3. Efisiensi kompleks hormon-reseptor yang sudah aktif dalam mengatur transkripsi gen
Molekul dengan afinitas tinggi terhadap reseptor dan yang kompleks hormon-reseptornya
memiliki afinitas tinggi untuk SRE akan bekerja sebagai AGONIS terhadap senyawa induknya.
Molekul lain dengan afinitas tinggi terhadap reseptor, namun ikatan antara kompleks hormon-
reseptor dengan SRE kurang efisien akan bekerja secara ANTAGONIS dengan senyawa
induknya.
Tamoksifen adalah senyawa dengan campuran sifat agonis dan antagonis.
Tamoksifen adalah antiestrogen yang bekerja secara antagonis kuat terhadap reseptor estrogen
pada payudara dan agonis pada uterus dan tulang.
Klomifen sitrat dapat digunakan untuk meng induksi ovulasi. Interaksi klomifen sitrat dengan
reseptor estrogen hipofisis dan hipotalamus akan menghasilkan pengikatan reseptor tanpa
disertai dengan stimulasi lanjutan yang efisien dari transkripsi gen yang berhubungan dengan
estrogen. Hipotalamus mengenali keadaan ini sebagai keadaan hipoestrogen sehingga frekuensi
denyut GnRH meningkat. Produksi FSH hipofisis akan di stimulasi dan menyebabkan
meningkatkan kadar estrogen ovarium. Estrogen tersebut akan bekerja secara lokal untuk
rekruitmen folikel ovarium agar ber ovulasi. Saat klomifen dihentikan, reseptor estrogen di
hipotalamus siap berikatan kembali dengan estrogen dan memberikan respon SRE yang sesuai.
Hipotalamus dapat merespon secara normal terhadap kadar estrogen yang tinggi dalam sirkulasi
serta lonjakan LH sehingga terjadi ovulasi.
HORMON STEROID DALAM SIRKULASI
Hormon steroid dalam sirkulasi berada dalam bentuk ikatan dengan protein yang spesifik.
Hormon yang terikat oleh protein tidak menembus membran plasma sel. Hampir 70% testosteron
dan estradiol dalam sirkulasi terikat dengan globulin β yang dikenal sebagaiSHBG-sex hormon –
binding globulin. 30% berada dalam ikatan yang longgar dengan albumin dan sebagian kecil ( 1
– 2 % ) dalam keadaan bebas dan dapat masuk kedalam sel.
Sintesis SHBG akan meningkat pada kehamilan, hiperestrogenemia dan hipertiroidisme.
Androgen, progestin, hormon pertumbuhan dan kortikoid akan menurunkan sintesa SHBG.
Perubahan konsentrasi SHBG akan mempengaruhi jumlah steroid dalam sirkulasi yang bebas
dan tidak terikat sehingga mempengaruhi kerja biologis steroid dengan mengubah jumlah steroid
yang bebas masuk kedalam sel.
METABOLISME STEROID
Kecuali progestin, androgen adalah prekursor obligat dari semua hormon steroid sehingga
androgen dibuat di seluruh jaringan penghasil steroid termasuk testis, ovarium dan kelenjar
adrenal. Androgen utama dalam sirkulasi pada pria adalah testosteron yang diproduksi testis.
Kerja hormonal androgen dihasilkan secara langsung melalui pengikatan ke reseptor androgen
atau secara tidak langsung setelah konversi menjadi DHT-dihydrotestosteron dalam jaringan
target. Testosteron berkeja pada saluran genitalia interna janin laki laki dan otot untuk memacu
pertumbuhan. Pada pria dewasa, DHT bekerja secara lokal untuk mempertahankan maskulinisasi
genitalia eksterna dan cic seksual sekunder seperti rambut wajah dan pubis.
Jenis androgen lain pada pria adalah : androstenedione, androstenediol,
dehidroepiandrosterone (DHEA) dandehidroepiandrosteron sulfat (DHEA-S).
Semua jenis androgen dijumpai dalam sirkulasi wanita, kecuali androstenedione, konsentrasi
androgen pada wanita lebih sedikit dibanding pada pria. Androstenedione pada wanita berperan
sebagai prohormon dan dikonversi dalam jaringan target menjadi testosteron, estron dan
estradiol.
Estradiol (E2) adalah estrogen utama yang disekresi ovarium. Estron (E1 ) juga di sekresi oleh
ovarium dalam jumlah banyak. Estriol ( E3) tidak dihasilkan oleh ovarium namun diproduksi dari
estradiol dan estron di jaringan perifer, dari androgen plasenta ; estriol diperkirakan adalah
metabolit kurang aktif dari estrogen.
Kelenjar adrenal merupakan sumber utama steroid seks pada pria dan wanita. Androgen adrenal
berperan penting pada wanita pasca menopause.
Progestin dalam sirkulasi yang paling banyak adalah progesteron. Progesteron dihasilkan oleh
ovarium,testis, plasenta dan kelenjar adrenal. 17-hidroksiprogesteron dari adrenal dan ovarium
adalah jenis yang paling banyak dijumpai dalam sirkulasi
EKSKRESI STEROID
Ekskresi steroid terjadi melalui urine dan empedu. Sebelum di eleminasi, terjadi konjugasi
sebagai sulfat atau glukoronida. Beberapa jenis konjugat dalam bentuk seperti DHEA-S di
sekresi secara aktif.
Hormon yang di konjugasi tersebut berperan sebagai prekursor terhadap metabolit hormon aktif
pada jaringan target yang memiliki enzim untuk melakukan hidrolisis ikatan ester yang terlibat
dalam konjugasi.
e. Bagaimana klasifikasi obat- obat hormon steroid? vera reyki echa
5.a Mengapa berat badan Tn. J menurun sejak memasuki masa pensiun 5 tahun yang lalu?mira
jeffri chika
Hilangnya kemampuan untuk menikmati makanan seperti pada saat seseorang bertambah tua
mungkin dirasakan sebagai kehilangan salah satu keniknatan dalam kehidupan. Perubahan yang
terjadi pada pengecapan akibat proses menua yaitu penurunan jumlah dan kerusakan papila atau
kuncup-kuncup perasa lidah. Implikasi dari hal ini adalah sensitivitas terhadap rasa (manis,
asam, asin, dan pahit) berkurang.
6. Apa intepretasi dari Pemeriksaan Fisik Vital Sign? reyki echa pipi
7.a. Apa intepretasi dari pemeriksaan laboratorium?jeffri chika aan
Kimia darah GDS 110 mg/dl , ureum 35 mg/dl, creatinin 1,0 mg/dl , asam urat 6
mg/dl ,kolesterol total 180 mg/dl
b. Bagaimana cara pemeriksaan kimia darah?echa pipi alman
8. Bagaimana cara mendiagnosis kasus ini? cika aan pput
9. Apa DD kasus ini? pipi alman vera
10. Pemeriksaan penunjang apa yang dibutuhkan pada kasus ini?aan pput mira
11. Apa WD kasus ini? alman vera reyki
12 Apa etiologi kasus ini? puput mira jeffri
13. Apa epidemiologi kasus ini? vera reyki echa
14 Apa penatalaksanaan kasus ini? mira jeffri chika
15. Apa komplikasi kasus ini?reyki echa pipi
16. Apa prognosis kasus ini?jeffri chika aan
17. Apa KDU kasus ini? echa pipi alman
18. Apa pandangan Islam tentang penuaan? chika aan pput
Hipotesis
Tn. J, 70 tahun, mengalami Andropause karena gangguan produksi hormon steroid.
top related