analisis nilai-nilai pendidikan naskah drama bunga...
Post on 02-Mar-2019
248 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN NASKAH DRAMA BUNGA SEMERAH
DARAH KARYA W.S. RENDRA
ARTIKEL E-JOURNAL
diajukan untuk memenuhi sebagiansalah satu persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
RIKA NILA VARIMA
NIM 130388201078
PROGAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2017
ABSTRAK
Rika Nila Varima. 2017. Analisis Nilai Pendidikan Dalam Naskah Drama Bunga Semerah
Darah oleh W.S. Rendra. Skripsi.Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia.Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Pembimbing I: Drs. Said Barakbah Ali, M.M. Pembimbing II: Indah Pujiastuti, M.Pd.
Naskah drama Bunga Semerah Darah ditulis oleh W.S. Rendra pada tahun 2009 yang terdiri
dari 103 halaman.Biasanya sebuah karya sastra memiliki unsur ekstrinsik berupa nilai-nilai
yang terkandung di dalamnya.Salah satu nilai pada karya sastra adalah nilai
pendidikan.Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis nilai pendidikan religius, moral,
sosial, dan budaya yang terkandung dalam naskah drama Bunga Semerah Darah karya
W.S.Rendra.Sumber data penelitian ini adalah naskah drama Bunga Semerah Darah.Objek
penelitian ini adalah nilai-nilai pendidikan yang terdapat pada naskah drama Bunga Semerah
Darah.Penggunaan metode penelitian adalah metode deksriptif kualitatif.Teknik
pengumpulan data dimuali membaca dan memahami naskah drama, menandai dan
menganalisis teks, mengelompokkan teks sesuai pembagian nilai.Teknik analisis data
penelitian ini adalah reduksi data, menyajikan data, dan menarik simpulan.Dari hasil
penelitian ditemukan nilai-nilai pendidikan. yakni terdapat 2 nilai religius, 44 nilai moral, 11
nilai sosial, dan 4 nilai budaya. Dapat disimpulkan bahwa nilai pendidikan terbanyak adalah
nilai moral, hal tersebut menandakan bahwa naskah drama Bunga Semerah Darah karya W.S
Rendra memang mengandung nilai-nilai pendidikan.
Kata kunci: nilai pendidikan, naskah drama
ABSTRACT
Rika Nila Varima. 2017. Analyze Educate Value in Script Drama Bunga Semerah Darah by
W.S Rendra. Thesis.Departement of Indonesian Education Language and
Literature.Faculty of Teacher Training and Knowledge. University of Maritim Raja Ali
Haji. Tutor I: Drs. Said Barakbah Ali, M.M. Tutor II: Indah Pujiastuti, M.Pd.
Script drama Bunga Semerah Darah was written by W.S Rendra in 2009 which had 103
pages. Usually literature work has extrinsic factor. The extrinsic factor is value, example
educate value. This research aims to anaylze educate values, are like religious, moral, social,
and culture in script drama Bunga Semerah Darah by W.S Rendra. Data source of research is
script drama. And the research’s object is educate values which had been found in script
drama. Method’s research is descriptive qualitative. Technique collecting data was started
from reading and understanding text, marking and analyzing data, grouping text based on
kind of educate value. For technique analyzing data was, reduction data, presenting data, and
giving conclusion. Based on results of research are found education values, were 2 values of
religious, 44 values of morality, 11 values of social, and 4 values of culture. The conclusion
is dominant educate value related with moral. That’s shown script drama Bunga Semerah
Darah which was written by W.S.Rendra had educate value.
Key word: script drama, educate value
1. PENDAHULUAN
Sastra merupakan wujud gagasan seseorang melalui pandangan terhadap lingkungan
sosial yang berada di sekelilingnya dengan menggunakan bahasa yang indah.Sastra sebagai
karya fiksi memiliki pemahaman yang lebih mendalam, bukan hanya cerita khayalan atau
angan dari pengarang saja, melakukan wujud dari kreativitas pengarang dalam menggali dan
mengelola gagasan yang ada di dalam pikirannya.
Karya sastra telah lama berkembang dan digunakan secara arif oleh masyarakat yang
berkiat didalam lingkungan seni dan budaya.Salah satu karya sastra yang berkembang
diruang lingkup masyarakat adalah drama.Drama merupakan karya seni yang berisi
gambaran kehidupan dari manusia yang memperlihatkan tindakan dan perilaku manusia pada
tempat dan zamannya saat dipentaskan.
Drama adalah salah satu karya sastra yang sangat diminati oleh masyarakat.Umumnya
sekarang drama sudah dikembangkan lagi menjadi drama-drama modern yang terus
mengikuti perkembangan zaman yang semakin lama semakin maju.Di dalam drama memiliki
nilai-nilai pendidikan yang dapat dijadikan pengetahuan dan pengajaran bagi semua orang
membacanya.Nilai-nilai pendidikan tersebut mencakup pada nilai pendidikan religius, nilai
pendidikan moral, nilai pendidikan sosial, dan nilai pendidikan budaya.
Nilai pendidikan merupakan batasan segala sesuatu yang mendidik kearah kedewasaan,
bersifat baik maupun buruk sehingga berguna bagi kehidupannya yang diperoleh melalui
proses pendidikan.Menurut Ratna (2009:447) nilai pendidikan adalah sesuatu yang diyakini
kebenarannya dan mendorong orang untuk berbuat positif di dalam kehidupannya sendiri
atau bermasyarakat.Sehingga nilai pendidikan dalam karya sastra di sini yang dimaksud
adalah nilai-nilai yang bertujuan mendidik seseorang atau individu agar menjadi manusia
yang baik.
Nilai religius adalah nilai yang berkaitan dengan kebaikan, ajaran tauhid, aqidah, dan
keagamaan. Nilai religius juga merupakan nilai yang memberi pengetahuan tentang dasar
agama supaya bersyukur kepada Sang Penguasa (Allah).Dan juga memberi pengetahuan
tentang sikap dan perilaku dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya. Menurut
Narwanti (2011:29) mengemukakan nilai religius adalah sikap dan perilaku dalam
melaksakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain,
dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
Nilai pendidikan moral adalah dasar, nilai yang dapat dijadikan pedoman, tolak ukur
untuk menentukantidakan baik atau buruk dari sifat dan perilaku yang diberikan atau
diajarkan kepada seseorang bertujuan untuk mendidik manusia agar dapat memanusiakan
manusia.Menurut Hasbullah (2005:194) moral merupakan kemampuan seseorang
membedakan antara yang baik dan yang buruk.
Nilai sosial merupakan acuan dalam kehidupan masyarakat untuk menentukan sesuatu
itu dikatakan baik atau buruk, pantas atau tidak pantas untuk dilakukan masyarakat. Sehingga
dapat dikatakan bahwa nilai sosial diluar dari nilai agama dapat dijadikan sebagai acuan
untuk melakukan kontrol sosial atas segala aktivitas yang dilakukan manusia dalam suatu
komunitas masyarakat.Hasbullah (1997: 57) juga mengemukakan “pendidikan sosial
merupakan proses yang diusahakan dengan sengaja di dalam masyarakat untuk mendidik
individu dalam lingkungan sosial, supaya bebas dan bertanggungjawab menjadi pendorong
kearah perubahan dan kemajuan”.
Nilai pendidikan budaya dapat disimpulkan bahwa sistem nilai budaya menempatkan
pada posisi sentral dan penting dalam kerangka suatu kebudayaan yang sifatnya abstrak dan
hanya dapat diungkapkan atau dinyatakan melalui pengamatan pada gejala-gejala yang lebih
nyata seperti tingkah laku dan benda-benda material sebagai hasil dari penuangan konsep-
konsep nilai melalui tindakan berpola.Menurut Rosyadi (1995:74) nilai pendidikan budaya
merupakan sesuatu yang dianggap baik dan berharga oleh suatu kelompok masyarakat atau
suku bangsa yang belum tentu dipandanag baik pula oleh kelompok masyarakat atau suku
bangsa lain, sebab nilai budaya membatasi dan memberikan karakteristik pada suatu
masyarakat dan kebudayaannya.
Sedangkan menurut Suwardi (2011:13) sendiri mendefenisikan drama adalah karya
yang memiliki daya rangsang cipta, rasa, dan karsa yang amat tinggi.Sesungguhnya, dalam
drama juga terkandung aspek negatif, diantaranya drama yang memuat kekerasan dan adegan
seksual, kadang memicu penonton untuk meniru.
2. METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini, subjek yang digunakan adalah buku naskah drama Bunga Semerah
Darah karya W. S. Rendra.Buku naskah drama Bunga Semerah Darah yang jumlah
halamannya 103 halaman, dan memiliki empat babak. Buku ini merupakan cetakan pertama
November 2009, penerbit Burungmerak Press.
Pada penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah nilai-nilai pendidikan yang
terkandung dalam naskah drama Bunga Semerah Darah karya W. S. Rendra.Nilai-nilai
pendidikan yang terkandung dalam naskah tersebut ada beberapa macam yaitu nilai
pendidikan religius, nilai pendidikan moral, nilai pendidikan sosial, dan nilai pendidikan
budaya.
Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Menurut Sugiyono
(2014:9) metode penelitian kualitatif yaitu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai
lawannya adalah eksperimen) di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada
generalisasi.
Selain menggunakan metode penelitian berjenis penelitian kualitatif, pendekatan
penelitian yang digunakan adalah pendekatan penelitian deksriptif.Menurut Narbuko dan
Achmadi (2015:44) penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan
pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data, jadi ia juga menyajikan data,
menganalisis dan menginterpretasi.Penelitian deskriptif bertujuan untuk memecahkan
masalah secara sistematis dan faktual mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi.
Sejalan dengan pendapat Chaer (2007:9) tentang metode deskriptif kualitatif artinya
dilakukan dengan mengumpulkan data, mengklasifikasikan data, lalu merumuskan kaidah-
kaidah terhahadap keteraturan yang terdapat pada data itu. Pada dasarnya rumusan kaidah
terhadap keteraturan yang terdapat pada data itu tidak lain dari pada “teori” terhadap data itu.
Dalam hal ini peneliti berusaha mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan yang
terkandung dalam naskah drama Bunga Semerah Darah karya W. S. Rendra.Oleh karena itu,
metode penelitian yang digunakan terhadap “Analisis Nilai-nilai Pendidikan dalam Naskah
Drama Bunga Semerah Darah karya W. S. Rendra” adalah metode deskriptif
kualitatif.Metode ini digunakan untuk memecahkan masalah dan menjawab permasalahan
yang dihadapi sekarang. Metode ini menempuh langkah-langkah pengumpulan, analisis data,
membuat kesimpulan, dan laporan dengan tujuan utama untuk membuat penggambaran
tentang naskah drama Bunga Semerah Darah karya W. S. Rendra sesuai dengan teori yang
digunakan.
Menurut Sugiyono (2014:224) teknik pengumpulan data merupakan langkah yang
paling strategis dalam penelitian.Karena tujuan penelitian ini adalah mendapatkan data.
Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data
yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Langkah-langkah yang digunakan untuk
pengumpulan data penelitian terhadap buku naskah Drama Bunga Semerah Darah Karya W.
S. Rendra sebagai berikut :
1. Membaca dan memahami isi cerita naskah drama Bunga Semerah Darah karya W. S.
Rendra
2. Menandai dan menganalisis teks bacaan naskah drama Bunga Semerah Darah karya W.
S. Rendra yang di dalamnya terkandung nilai-nilai pendidikan
3. Mengelompokkan teks bacaan yang telah dianalisis sesuai dengan pembagian macam-
macam nilai-nilai pendidikan yaitu nilai pendidikan religius, nilai pendidikan moral,
nilai pendidikan sosial, dan nilai pendidikan budaya.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis data. Teknik analisis data
merupakan proses untuk mencari dan menyusun data yang diperoleh secara sistematis. Dalam
menganalisis data diperlukan tahap-tahap yang hasilnya akan memperoleh data yang aktual.
Adapun tahap-tahap penelitian mengenai analisis nilai-nilai pendidikan dalam naskah drama
Bunga Semerah Darah karya W. S. Rendra sebabai berikut:
a) Reduksi data
Reduksi data penelitian diperoleh dari analisis macam-macam nilai pendidikan dari
naskah drama Bunga Semerah Darah Karya W. S. Rendra.Reduksi data berarti
merangkum, memilih, mencari, dan mengklarifikasi macam-macam nilai pendidikan
dalam naskah drama Bunga Semerah Darah Karya W. S. Rendra.
b) Penyajian data
Peneliti menyajikan dan memasukkan data pada tabel instrument penelitian.
c) Setelah mereduksi dan menyajikan data peneliti melakukan penarikan kesimpulan.
Instrumen penelitian ini adalah peneliti itu sendiri. Sesuai dengan apa yang dinyatakan
oleh Sugiyono (2014:59) bahwa dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat
penelitian adalah peneliti itu sendiri. Dalam penelitian kualitatif tidak ada pilihan laindengan
dari pada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama.
3. HASIL dan PEMBAHASAN
Nilai pendididkan mencangkup pada beberapa jenis nilai pendidikan yaitu nilai
pendidikan religius, nilai pendidikan moral, nilai pendidikan sosial, dan nilai pendidikan
budaya. Sesuai hasil analisis dan pengelompokan data maka didapatkan 2 kutipan nilai
pendidikan religius, 44 kutipan nilai pendidikan moral, 10 kutipan nilai pendidikan sosial,
dan 4 kutipan nilai pendidikan budaya yang terkandung dalam naskah drama Bunga Semerah
Darah karya W. S. Rendra. Di sini jelas bahwa naskah drama Bunga Semerah Darah Karya
W. S. Rendra merupakan karya sastra yang baik karena, mengandung nilai-nilai pendidikan
di dalamnya. Dari hasil pengelompokan tersebut didapatkan pembahasan masing-masing nilai
pendidikan yang akan dijabarkan pada nilai pendidikan religius, nilai pendidikan moral, nilai
pendidikan sosial, dan nilai pendidikan budaya. Pembahasan yang peneliti lakukan terhadap
data hasil penelitian tersebut peneliti jabarkan sebagai berikut:
Nilai Pendidikan Religius
1. Babak 1 halaman 21
MIRAH : aduhhhh. BATUK-BATUK. Kau tak percaya pada ibumu.MENANGIS. Kau
menyiksa saya. BATUK-BATUK.Tuhan Maha Tahu. BATUK-BATUK. saya tak
bedosa. Kau tak percaya. BATUK-BATUK DAN MENANGIS LALU REBAH KE
BALAI-BALAI. Tapi aku tak bisa berbuat apa-apa. Aku tak berdosa. Aku tak berdosa.
Dalam kutipan di atas terdapat kalimat yang mengandung nilai religius, nilai religius
tersebut dapat dilihat dalam kalimat yang diucapkan mirah yaitu tuhan maha tahu.
2. Babak 2 halaman 28
ALI : Diamlah! Aku tak mau mencopet lagi. Itu tak boleh. Itu pekerjaan salah. Ibuku
berkata begitu dan aku akan menurut.
Kalimat “aku tak mau mencopet lagi.Itu tak boleh.itu pekerjaan yang salah”. Ali disini
berusaha untuk menyampaikan pesan untuk kebaikan agar tidak untuk melakukan hal yang
buruk seperti mencopet.Mencopet merupakan perilaku yang tidak baik dan jalan yang salah
untuk menghasilkan uang. Karena agama tidak hanya mengajarkan tentang cara bersyukur
terhadap Sang Penguasa saja, melainkan memberi pengetahuan tentang sikap dan perilaku
dalam melaksanakan ajaran agama yang yang dianut.
Nilai Pendidikan Moral
1. Babak 1 halaman 3
DEN HARDJO : Baiklah, kau boleh menolak usulku, tapi awas! Uang sewa rumah 5 (lima)
bulan harus dibayar! Kalau tak kau bayar, kau akan ku usir dari rumah ini, dan kalau kau
sekalian tak mau pergi, akan ku panggil polisi. Biarlah kau sekalian masuk penjara. Ha ha
ha, memang kau sekalian cocok buat isi penjara. Ha ha ha, sekali lagi pikirlah usulku, kau
tak kan kecewa!
Dalam kutipan diatas Den Hardjo mencoba memujuk Mirah untuk menceraikan
suaminya dan hidup bersamanya, Den Hardjo berjanji akan memberikan kemewahan kepada
mirah jika ia mau menjadi istrinya. Dia akan menjadikan mirah kaya raya. Tapi mirah tidak
sedikitpun tergoda akan janji yang Den Harjo berikan padanya, dia tetap setia dengan
suaminya dan hidup apa adanya. Atas penolakan Mirah ini Den Hardjo sangat marah dan
langsung menagih uang kontrakan mirah yang sudah telat selama 5 bulan harus dibayar. Den
Hardjo juga Mengancam Mirah, kalau dia tidak membayarnya Den Hardjo akan
mengusirnya. Jika Mirah tidak mau pergi juga dari rumah itu Den Hardjo akan memanggil
polisi biar mirah sekalian masuk penjara.
Dari kutipan di atas dalam kalimat tapi awas! Uang sewa rumah 5 (lima) bulan harus
dibayar! Kalau tak kau bayar, kau akan ku usir dari rumah ini, dan kalau kau sekalian tak
mau pergi, akan ku panggil polisi. Biarlah kau sekalian masuk penjara. Ha ha ha, memang
kau sekalian cocok buat isi penjara. Ha ha ha, sekali lagi pikirlah usulku, kau tak kan
kecewa!Mengandung nilai moral yang tidak baik. Sesuai dengan teori yang dikemuka kan
diatas bahwa tokoh Den Hardjo ini memiliki sifat dan perilaku yang buruk.
2. Babak 1 halaman 4
DEN HARDJO : Karena kau sudah datang, maka aku harus pulang. Nah, Mirah, ma’af aku
harus pulang. Selamat tinggal. Eh, jangan lupa uang sewa rumah. O, ya, Mirah, baju merah
itu cocok benar buat potongan badanmu, ha ha ha ha …
Den Hardjo pamit pulang karena amat suaminya Mirah telah datang.Tapi Den Hardjo
masih saja menggoda Mirah didepan suaminya dengan kata pujiannya mengenai pakaian
yang dikenakan oleh Mirah. Den Hardjo berusaha membuat kesalah pahaman antara Amat
dan Mirah jelas terdapat pada kalimat “baju merah itu cocok benar buat potongan badanmu,
ha ha ha ha …”
Sesuai dengan teori yang dikemukakan di atas nilai moral merupakan tolak ukur
untuk menentukan tindakan baik atau buruk dari sifat dan perilaku yang diberikan atau
diajarkan kepada seseorang. Kalimat yang ada pada kutipan diatas seperti kalimat “ma’af aku
harus pulang” merupakan sikap yang baik karena mengucapkan kata ma’af sebelum pergi
pulang.Sedangkan kalimat “O, ya, Mirah, baju merah itu cocok benar buat potongan
badanmu, ha ha ha ha …” Den Hardjo mencoba untuk memberi pujian kepada Mirah bahwa
dia sangat cocok dan cantik saat menggunakan baju merah tersebut.Pujian merupakan
perilaku yang baik. Tapi sifat Den Hardjo tidaklah baik karena pujian yang ia berikan
memiliki arti yang lain karena setelah memuji dia tertawa dan menanyakan kembali tawaran
yang ia berikan tadi. Tujuan dari Perilaku Den Hardjo membuat kesalahpahaman antara Amat
dan Mirah. Itu merupakan prilaku yang tidak baik
3. Babak 1, halam 10
AMAT : Pipimu merah! Kau gincu, ya? MENAMPAR
Di dalam kutipan di atas menjelaskan bahwa Amat marah dan juga menampar ketika
mengetahui Mirah yaitu istrinya menggunakan pemerah pipi dan gincu di bibirnya.Karena dia
curiga kalau mirah itu berselingkuh di belakangnya dengan Den Hardjo.“Menampar”
merupakan moral yang tidak baik, karena menyakiti seseorang melalui fisik merupakan
perilaku yang buruk.Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Hasbullah.
4. Babak 1, halaman 11
AMAT : Jadi kau marah padaku, ya? Perempuan hina! MENAMPAR.
Dalam kutipan diatas Mirah mencoba untuk menjelaskan kalau dia tidak memakai
pemerah pipi, sebab dari merah pipinya adalah karena dia sedang marah.Ali mulai marah lagi
mendengar penjelasan Mirah tersebut, dia mengira Mirah sedang marah kepadanya.Lalu Ali
mencaci maki Mirah lagi dan menampar Mirah lagi untuk yang kedua kalinya.Perilaku yang
ditunjukkan oleh Ali dalam kutipan naskah drama diatas menunjukkan kalau Ali memiliki
moral yang buruk.Sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Hasbullah.
5. Babak 1, halam 11
AMAT :Nah, lihat ibumu orang hina! Aku mau ceraikan dia! MENAMPAR
Mencaci maki seseorang merupakan nilai pendidikan moral yang tidak baik, dan
perilaku menyakiti seseorang secara fisik seperti menampar orang lain itu merupakan
perilaku yang sangat buruk. Terlebih dalam naskah tersebut tokoh yang bernama Amat
adalah seorang suami dari wanita yang bernama Mirah. Dalam teks ini menceritakan Amat
bukan hanya menampar Mirah saja, tapi dia juga mencaci maki Mirah di depan anaknya.
6. Babak 2, halaman 26
ALI : Bukan begitu. Sekarang saya harus mengurus ibu, ia sakit keras. Tahu kau?
Tetangga-tetangga bilang ia sakit tebese.
Ali mencoba untuk menjelaskan kepada temannya kalau bukannya dia tak perduli lagi
dengan teman-tamannya tapi dia sedang dihadapkan dengan masalah lain yaitu menyakut
tentang ibunya. Tetangga-tengganya bilang kalau ibunya terkena sakit tebese.Maka dari itu
dia ingin mengurus ibunya yang lagi sakit keras.Nilai moral di dalam kutipan naskah drama
diatas terdapat dalam kalimat “sekarang saya harus mengurus ibu.Ia sakit keras”.Sikap yang
diperlihatkan Ali merupakan sikap perduli dengan keadaan ibunya yang sekarang sedang
sakit keras.Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh hasbullah diatas kutipan di atas
mengandung nilai pendidikan moral yang baik.
Nilai Pendidikan Sosial
1. Babak 1, halam 8
AMAT :JENGKEL Mirah, memang alasan banyak sekali. Teman-temanku supir becak
yang lain selalu mengatakan, bahwa Den Hardjo sering main mata dengan kau.
Dalam kutipan teks naskah drama di atas menjelaskan tentangAmat yang terlalu
percaya dengan perkataan-perkataan orang lain dibandingkan perkataan dari istrinya sendiri.
Anggapan orang yang terlalu penting baginya ketimbang istrinya telah membuatnya marah.
Dalam kutipan ini terkandung nilai sosial yaitu individu sekitar masih mencampuri kehidupan
orang lain dan membuat suatu hubungan rusak dengan isu-isu yang tidak jelas kebenarannya.
Penjelasan ini sesuai dengan teori di atas yang mengatakan bahwa nilai sosial merupakan
acuan dalam kehidupan masyarakat untuk menentukan sesuatu itu dikatakan baik atau buruk,
pantas atau tidak pantas untuk dilakukan masyarakat
2. Babak 1, halaman 19
ALI : Tak kusangka sama sekali. Orang-orang tetangga memang banyak yang mengatakan,
bahwa Den Hardjo sering main mata dengan mak, saya kira ayah juga mendengar tentang
ini dari mereka. Tetapi mula-mula saya tak percaya, tentu ayah sendiri juga tak percaya,
pada mulanya. Tapi sekarang ini? Bagaimana bisa jadi?
Nilai sosial yang terkandung dalam kutipan naskah drama di atas berupa ketidak
benaran isu-isu yang disampaikan oleh masyarakat yang ada di sekitar lingkungan Ali.Bahwa
Den Hardjo sering mengganggu dan menggoda Mirah, ibunya.Kabar yang diterimanya itu
dari masyarakat sekitar tidaklah berdampak baik untuk keluarganya.Karena dengan kabar
tersebut banyak terjadi kesalahpahaman antara Mirah dan Amat yaitu ibu dan bapak dari
Ali.Penjelasan di atas sesuai dengan teori yang dikemukan oleh Hasbullah.
3. Babak 2, halaman 24
ANAK 1 :Biarlah si Ali tak usah diberi bagian. Sekarang ia tak mau kerjasama dengan
kita.LEKAS-LEKAS MAKAN
Ali yang dikucilkan oleh teman-temannya karena dia tidak lagi bekerjasama dengan
temannya untuk mencari uang.Karena Ali harus mencari uang sendiri dan juga dia tak dapat
harus sering bersama teman-temannya lagi karena dia harus menjaga ibunya yang lagi
sakit.Nilai sosial yang terkandung dalam kutipan naskah drama diatas adalah tidak ingin
saling berbagi antar individu.Hal ini merupakan perilaku yang tidak baik antar berhubungan
sesama manusia. Ali dengan tegas menolak akan menjadi pencopet dan ia dianggap sebagai
pengkhianat, hal tersebut menunjukkan nilai moral tidak baik. Analisis di atas sesuai dengan
teori yang dikemukakan oleh Hasbullah di atas.
4. Babak 2, halaman 40
UJANG :Hal-hal semacam inilah yang akan kutulis. Biar mereka tahu keadaan rakyat
rendah senyata-nyatanya, biar mereka tahu apa sebenarnya yang berada di balik tempat-
tempat dansa, apa yang ada di balik rumah-rumah mewah. Akan kutelanjangi dunia ini dari
kepalsuan. Kita hidup dalam masyarakat, jadi harus ada kerja sama. Dan kalau ada orang
yang mau kaya sendiri, kalau ada orang yang mau mewah sendiri, biarlah ia hidup di hutan
saja, bagi orang biadab.
Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Hasbullah di atas, dalam kutipan kalimat
diatas mengandung nilai sosial.Yaitu Kepedulian yang ditunjukkan oleh Ujang merupakan
nilai sosial yang baik. Karena dalam kutipan di atas Ujang ingin mengangkat penderitaan-
penderitan orang-orang yang hidup dipinggiran kota jauh berbeda dengan kehidupan mereka
yang mewah. Pada kutipan naskah di atas Ujang ingin menyadarkan kemewahan yang
mereka rasakan itu tak sebanding dengan mereka yang banyak menderita disebabkan oleh
orang-orang kaya tersebut.
5. Babak 2, halaman 43
UJANG :Maka dari itu, yang dapat ditolong, seharusnya lekas-lekas ditolong. Yang tak
dapat ditolong digaruk dan diberi pendidikan yang baik. Mereka yang tak lekas-lekas
ditolong, akan membuat keturunan lagi. Dan anak cucu mereka yang belakangan ini, akan
tambah mekarat, tambah bobrok dan tambah tak dapat diperbaiki lagi. Tentu saja untuk
menolong mereka dibutuhkan tenaga badan amal yang besar, dan kerja sama yang besar
juga. Dan aku, aku sendiri akan mengarang untuk memberi dorongan bagi mereka yang
harus menolong.
Sikap saling tolong menolong merupakan nilai sosial yang baik dalam
bermasyarakat.Kepedulian ini diciptakan agar dapat merendahkan lagi perkembangan
masyarakat yang terbiasa dengan hidup liar di tepi jalan. Jika hanya dibiarkan saja semakin
lama akan semakin banyak karena mereka makin lama akan berkembang sesuai dengan
zaman. Jadi sebelum terlambat maka masyarakat harus lebih bijak lagi mengatasi hal ini.Agar
mereka terdidik.Berikanlah mereka pendidikan yang semestinya mereka dapatkan dari
kecil.Kutipan diatas mengandung nilai sosial. Penjelasan tersebut sejalan dengan pendapat
Hasbullah yang mengemukakan “pendidikan sosial merupakan proses yang diusahakan
dengan sengaja di dalam masyarakat untuk mendidik individu dalam lingkungan sosial,
supaya bebas dan bertanggungjawab menjadi pendorong kearah perubahan dan kemajuan”.
Nilai Pendidikan Budaya
1. Babak 2, halaman 31
ALI :Aku tak sakit apa-apa. Huk, huk, huk. Saya sehat, tetapi aku memang betul-betul
butuh dukun untuk mengobati penyakit ibu. Ia sudah beberapa hari ini demam keras.
Bentuk-bentuk sepanjang hari saja ia.
Kebiasaan orang-orang yang berada di desa mencari dukun ketika mereka sakit.Mereka
tidak mencari dokter untuk bisa mengobati penyakitnya.Kutipan dari naskah di atas “Aku tak
sakit apa-apa.Huk, huk, huk.Saya sehat, tetapi aku memang betul-betul butuh dukun untuk
mengobati penyakit ibu” terkadung nilai budaya didalamnya.Penjelasan tersebut sesuai
dengan teori yang dikemukakan oleh Maswardi.
2. Babak 2, halaman 36
UJANG : Bukan, bukan. Maksud saya menulis untuk dicetak jadi buku tebal. Seperti yang
sering disobeki orang-orang buat bungkus kacang itu. Terangkah?
Tulisan orang yang dibuat dalam buku tidak terlalu diperhatikan orang-orang
kebanyakan.Mereka memiliki kebiasaan yang buruk sering tidak menghargai hasil karya
seseorang dengan baik.Ini merupkan nilai sosial yang tidak baik dalam
bermasyarakat.Sejatinya buku yang ditulis oleh Ujang merupakan buku sastra yang berisikan
nilai kehidupan, namun kebiasaan di masyarakat buku hanyalah kertas biasa dan dijadikan
bungkus makanan.
3. Babak 2, halaman 41
ALI : Huahahahahaha, huk, huk, huk … kami rakyat rendahan hampir tak pernah tahu akan
susila dalam kehidupan kami.
Kebiasaan orang yang memiliki cara berfikir seperti halnya kalau orang yang
derajatnya di atas, mereka suka merendahkan orang yang derajatnya yang berada di bawah
mereka. Orang-orang yang merasa diri mereka itu rendah Sering beranggapan semua orang
kaya itu sama kejamnya. Selalu berfikir orang kaya banyak yang tidak memiliki hati nurani
lagi. Jadi mereka yang merasa rendah tidak terlalu mau perduli akan susila dalam hidup
mereka. Kutipan diatas jelas mengandung nilai budaya sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Maswardi.
4. Babak 2, halaman 43
UJANG : Ya, anak-anak melarat yang sudah tak dapat diperbaiki lagi itu, akibat dari
pengaruh lingkungan yang jelek dan pendidikan yang tak bisa baik dari orang tuanya.
Kebiasaan dari masyarakat yang sering beranggapan terbentuknya akhlak baik maupun
buruk itu bisa dilihat dari lingkungan mereka hidup dan lingkungan mereka untuk
bersosialisai.Namun anggapan tersebut tidak tepat, karena pengembangan diri dipengaruhi
oleh kepribadian masing-masing.Cara berfikir dalam kutipan diatas mengandung nilai sosial,
sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Maswardi.
4. PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti dalam naskah drama Bunga
Semerah Darah karya W.S Rendra memiliki nilai-nilai pendidikan. Nilai pendidikan
didefinisikan sebagai batasan segala sesuatu yang mendidik kearah kedewasaan, bersifat baik
maupun buruk sehingga berguna bagi kehidupannya yang diperoleh melalui proses
pendidikan. Dari naskah drama tersebut, terdapat 4 bagian yang termasuk dalam nilai-nilai
pendidikan yaitu nilai pendidikan religius, nilai pendidikan moral, nilai pendidikan sosial,
dan nilai pendidikan budaya.Berdasarkan kajian teori, hasil analisis dan pembahasan yang
telah dilakukan dapat ditarik simpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam naskah drama
Bunga Semerah Darah karya W. S. Rendra terdapat 2 kutipan yang mengandung nilai
pendidikan religius. Dalam naskah drama ini tidak terlalu memeberi pengaruh kearah
pendidikan religius.
2. Dalam naskah drama Bunga Semerah Darah karya W. S. Rendra didapatkan sebagian
besar penggunaan nilai pendidikan adalah nilai pendidikan moral, yaitu 44 kutipan.
Dalam naskah drama W. S. Rendra banyak memberi pengaruh dalam segi pendidikan
moral dari pada nilai pendidikan lainnya. Pengaruh yang disampaikan lewat drama ini
juga mendidik bagi pembaca atau penonton.
3. Nilai pendidikan sosial dalam naskah drama Bunga Semerah Darah karya W.S. Rendra
terdapat 10 kutipan. Pada umumnya nilai sosial dalam drama menunjukkan individu Ali
selalu menjadi sasaran masyarakat.
4. Nilai pendidikan budaya dalam naskah drama Bunga Semerah Darah karya W.S
Rendra terdapat 4 kutipan.
Berdasarkan simpulan di atas, maka peneliti memberikan saran-saran terkait penelitian
analisis nilai-nilai pendidikan pada naskah drama Bunga Semerah Darah karya W.S
Rendra.Saran peneliti kepada pembaca adalah untuk mampu memahami secara khusus nilai-
nilai pendidikan yang terdapat pada karya sastra.Karya sastra tidak hanya dinikmati dari sisi
makna namun nilai yang terkandung di dalamnya.Penelitian ini juga masih perlu
dikembangkan untuk ke peneliti selanjutnya.Pengembangan penelitian analisis nilai-nilai
pendidikan tidak hanya dikaji dari novel dan cerpen melainkan naskah drama yang tidak
memiliki pendeksripsian latar yang lengkap.
5. DAFTAR PUSTAKA
Abdul chaer.2006. Tata Baha Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Renika Cipta.
Moleong, Lexy J. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif :Edisi Revisi. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Narbuko dan Abu Cholid Achmadi. 2015. Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.
Narwanti, Sri. 2011. Pendidikan Karakter : Pengintegrasian 18 Nilai Pembentuk Karakter
dalam Mata Pelajaran. Yogyakarta: Familia.
Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Kajian Puitika Bahasa, Sastra dan Budaya. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Sadulloh, Uyoh. 2012. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suhardi. 2011. Sastra Kita, Kritik, dan Lokalitas. Depok: Komodo Books.
Yusanfri, Yosefinus. 2013. Analisis Nilai-nilai Pendidikan dalam Novel Sang Pemimpi
Karya Andrea Hirata. Skripsi S-1. Surabaya: Universitas Putra Wijaya (tidak
dipublikasikan).
top related