analisis nilai tambah dan strategi pengembangan …€¦ · industri kerajinan kulit di sentra...
Post on 19-Oct-2020
19 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI PENGEMBANGAN
INDUSTRI KERAJINAN KULIT DI SENTRA KERAJINAN
KULIT KABUPATEN MAGETAN
SKRIPSI
Oleh:
Yofita Putri Perwitasari
NIM.151510601158
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020
i
ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI PENGEMBANGAN
INDUSTRI KERAJINAN KULIT DI SENTRA KERAJINAN
KULIT KABUPATEN MAGETAN
SKRIPSI
diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1)
pada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Jember
Oleh:
Yofita Putri Perwitasari
NIM.151510601158
HALAMAN JUDUL
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020
ii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk :
1. Kedua orang tua tercinta, Ayahku Andi Yuana dan Ibuku Titi Windarti yang
telah memberikan seluruh cinta, kasih sayang, pengorbanan dan doa-doa yang
selalu mengiringi langkah dan keberhasilanku.
2. Adik-adikku tercinta Jovanka Adam dan Azam Muhamad Anugrah yang telah
memberikan cinta semangat, dukungan dan doa.
3. Guru-guruku sejak TK, SD, MTsN, MAN, serta dosen pengajar Fakultas
Pertanian Universitas Jember yang dengan ikhlas telah memberikan ilmu dan
bimbingan dengan penuh kesabaran dan dedikasi yang tinggi.
4. Almamater yang saya hormati dan saya banggakan, Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Jember.
iii
MOTTO
“Allah tidak akan membebani seseorang (hamba-Nya) melainkan sesuai dengan
kesanggupannya”
(Q.S. Al. Baqoroh: 286)
“Berjuang untuk orang lain itu akan memberikan semangat lebih untuk kita,
daripada berjuang untuk diri sendiri. Tapi terkadang kita harus bercermin dan
melihat diri kita sebagai orang ketiga yang juga harus dibahagiakan”.
(Dzawin Nur Ikram)
iv
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Yofita Putri Perwitasari
NIM : 151510601158
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul
“Analisis Nilai Tambah dan Strategi Pengembangan Industri Kerajinan Kulit
di Sentra Kerajinan Kulit Kabupaten Magetan” adalah benar-benar hasil karya
sendiri, kecuali kutipan yang sudah saya sebutkan sumbernya, belum pernah
diajukan pada institusi mana pun, dan bukan karya jiplakan. Saya
bertanggungjawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan sikap ilmiah
yang harus dijunjung tinggi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa ada tekanan
dan paksaan dari pihak mana pun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika
ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar.
Jember,23 Januari 2020
Yang Menyatakan,
Yofita Putri Perwitasari
NIM 151510601158
v
SKRIPSI
ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI PENGEMBANGAN
INDUSTRI KERAJINAN KULIT DI SENTRA KERAJINAN
KULIT KABUPATEN MAGETAN
Oleh :
Yofita Putri Perwitasari
NIM. 151510601158
Pembimbing:
Dosen Pembimbing Skripsi : Prof. Dr. Ir. Soetriono, MP.
NIP. 196403041989021001
vi
PENGESAHAN
Skripsi berjudul “Analisis Nilai Tambah dan Strategi Pengembangan Industri
Kerajinan Kulit di Sentra Kerajinan Kulit Kabupaten Magetan” karya Yofita
Putri Perwitasari telah diuji dan disahkan pada:
Hari, tanggal :
Tempat : Fakultas Pertanian Universitas Jember
Dosen Pembimbing Skripsi
Prof. Dr. Ir. Soetriono, MP.
NIP 196403041989021001
Tim Penguji
Dosen Penguji I,
Ati Kusmiati SP., MP.
NIP 197809172002122001
Dosen Penguji II,
Agus Supriono, SP., M.Si.
NIP 196908111995121001
Mengesahkan,
Dekan,
Ir. Sigit Soeparjono, M.S., Ph.D.
NIP 196005061987021001
vii
RINGKASAN
Analisis Nilai Tambah dan Strategi Pengembangan Industri Kerajinan Kulit
di Sentra Kerajinan Kulit Kabupaten Magetan. Yofita Putri Perwitasari,
151510601158, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis, Fakultas Pertanian
Universitas Jember.
Industri kerajinan kulit merupakan salah satu industri turunan dari
pemanfaatan hasil samping peternakan sapi potong, dimana hasil sampingnya
adalah kulit yang kemudian diolah menjadi kulit samak sehingga dapat digunakan
sebagai bahan baku kerajinan kulit. Kabupaten Magetan merupakan salah satu
sentra kerajinan kulit yang ada di Jawa Timur, terutama di Kawasan 2 berdasarkan
komoditi prioritas sapi potong yang terdapat pada Keputusan Menteri Pertanian
Nasional. Kabupaten Magetan memiliki 3 daerah sentra kerajinan kulit, yaitu: 1)
Kelurahan Selosari, 2) Kelurahan Mojopurno dan 3) Kelurahan Magetan.
Kelurahan Selosari merupakan sentra kerajinan alas kaki dari kulit. Indusrti
kerajinan alas kaki dari kulit ini mengolah beberapa produk seperti sepatu dan
sandal yang tentunya akan memberikan nilai tambah. Industri ini juga dekat dengan
bahan baku dan memberi batasan produksi setiap satu kali proses produksi,
sehingga akan mempengaruhi pendapatan dan biaya yang digunakan. Berdasarkan
hal tersebut penelitian bertujuan untuk mengetahui : (1) Pendapatan dan efisiensi
biaya produksi kerajinan alas kaki di sentra kerajinan kulit , (2) nilai tambah dari
produk kerajinan alas kaki di sentra kerajinan kulit, (3)Strategi pengembangan
industri kerajinan alas kaki di sentra kerajinan kulit.
Penentuan daerah penelitian dilakukan dengan purposive method di sentra
kerajinan alas kaki dari kulit Kabupaten Magetan. Metode pengambilan sampel
menggunakan metode total sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan metode
observasi, wawancara, kuesioner dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan
pada penelitian ini adalah deskriptif dan analitik. Rumusan masalah pertama,
pendapatan industri alas kaki menggunakan analisis pendapatan dan efisiensi
penggunaan biaya produksi menggunakan analisis R/C ratio. Rumusan masalah
viii
kedua nilai tambah produk kerajinan alas kaki menggunakan pendekatan metode
Hayami, rumusan masalah ketiga menggunakan analisis AHP.
Hasil dari penelitian ini menunjukkkan bahwa: (1) Industri kerajinan alas
kaki dari kulit di sentra kerajinan kulit Kabupaten Magetan menunjukkan
pendapatan yang menguntungkan dengaan nilai R/C ratio > 1, (2) Produk kerajinan
alas kaki dari kulit yaitu sepatu wanita, sepatu pria, sandal wanita dan sandal pria
memberikan nilai tambah, dan (3) strategi pengembangan yang dinilai relative tepat
adalah pada kriteria produksi, namun dengan alternatif pelatihan ketrampilan
teknis.
ix
SUMMARY
Value Added Analysis and Development Strategy of the Leather Craft
Industriy in Leather Craft Center of Magetan Regency, Yofita Putri
Perwitasari, 151510601158, Social Economics Departemen of Agricultural /
Agribussiness, Faculty of Agriculture, University of Jember.
The leather craft industry is one of the derivative industries from the
utilization of by-products of beef cattle farms, where the by-products are leather
which is then processed into leather, so that it can be used as a raw material for
leather craft. Magetan Regency is one of the leather craft centers in East Java,
especially in Region 2 basen on beef cattle priorty commodities contained in the
Decree of the Minister of Agriculure. Magetan Regency has 3 leather craft centers,
namely: 1) Selosari Village, 2) Mojopurno Village and 3) Magetan Village. Selosari
Village is a leather footwear center. This leather footwear handicraft industry
processes several products such as shoes and sandals which will certainly add value.
The industry is also close to raw materials and limits production every one time the
production process, so that it will affect the income and costs used. Based on this
research aims to determine: (1) Revenue and cost efficiency of footwear handicraft
production in leather craft centers, (2) added value of footwear handicraft products
in leather craft centers, (3) strategies for developing footwear handicraft industry in
centers leather craft.
The determination of study area was carried out using a purposive method in
the leather footwear center of Magetan Regency. The sampling method uses total
sampling methid. Data collection is done by observation, interviews, questionnaires
and documentation. Analysis of the data used in this study is descriptive and
analytic. The first problem statement, footwear industry income using income
analysis and efficiency of production costs ucing R/C ratio analysis. The second
problem formulation added value of footwear handicraft products uses the Hayami
method approach, the third problem formulation uses AHP analysis.
The results of thos study show that: (1) the leather footwear industry in
Magetan regency leather craft center shows a favorable income with an R/C raito >
x
1, (2) leather footwear handicraft products namely women’ shoes, men’s shoes,
women’s sandals and men’s sandals provide added value, and (3) the development
strategy which is considered relatively appropriate is the production criteria, but
with alternatif technical skills training.
xi
PRAKATA
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Nilai
Tambah dan Strategi Pengembangan Industri Kerajinan Kulit di Sentra
Kerajinan Kulit Kabupaten Magetan” Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah
satu syarat menyelesaikan pendidikan strata satu (S1) pada Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Jember.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Ir. Sigit Soeparjono, M.S., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Jember;
2. M. Rondhi, S.P., M.P., Ph.D., selaku Koordinator Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Jember;
3. Prof. Dr. Ir. Soetriono, MP., selaku Dosen Pembimbing Skripsi, Ati Kusmiati
SP., MP., selaku Dosen Penguji I, dan Agus Supriono, SP., M.Si selaku Dosen
Penguji II yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan,
nasihat, saran, dan motivasi, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini;
4. Agus Supriono, SP., M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
memberikan bimbingan, nasihat, dan motivasi selama masa studi;
5. Kedua orang tua saya tercinta Ayahanda Andi Yuana dan Ibunda Titi Windarti
yang senantiasa memberikan semangat, motivasi, dan doa yang tiada henti
kepada saya. Adik-adik saya Jovanka Adam dan Azam Muhamad Anugrah,
serta keluarga besar saya yang selalu memberikan semangat dan doa kepada
saya;
6. Keluarga besar Sentra Kerajinan Kulit di Jalan Sawo Desa Selosari Kecamatan
Magetan dan keluarga besar Dinas Perindustrian dan Perdagangan
(DISPERINDAG) Kabupaten Magetan yang telah mengizinkan dan
meluangkan waktunya untuk membantu saya dalam memperoleh data
penelitian selama di lapang dan penyelesaian skripsi ini;
xii
7. Sahabat dan teman-teman saya Depi, Poni, Riska, Elia, Evina, Wiwid, Desti,
Khusnul, Eva, Nindy, alm. Yaqin yang telah memberikan semangat, motivasi,
dan banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini;
8. Teman-teman satu Dosen Pembimbing Akademik dan Dosen Pembimbing
Skripsi yang telah memberikan semangat kepada saya selama ini;
9. Teman-teman seperjuangan Program Studi Agribisnis 2015 Fakultas Pertanian
Universitas Jember dan keluarga besar UKKM atas semangat dan kebersamaan
yang telah diberikan selama ini;
10. Teman-teman KKN 160 yang selalu memberi semangat, dan dorongan dalam
penyelesaian skripsi ini;
11. Teman-teman magang saya yang selalu memberi semangat dalam penyelesaian
skripsi ini;
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi
kesempurnaan skripsi ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat
bagi semua pihak.
Jember, 23 Januari 2020
Penulis
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
PERSEMBAHAN .................................................................................................. ii
MOTTO ................................................................................................................ iii
PERNYATAAN .................................................................................................... iv
SKRIPSI ................................................................................................................. v
PENGESAHAN .................................................................................................... vi
RINGKASAN ...................................................................................................... vii
SUMMARY .......................................................................................................... ix
PRAKATA ............................................................................................................ xi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xviii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xix
BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 8
1.3 Tujuan dan Manfaat ........................................................................ 9
1.3.1 Tujuan ........................................................................................ 9
1.3.2 Manfaat ...................................................................................... 9
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 10
2.1 Penelitian Terdahulu ................................................................ 10
2.2 Landasan Teori ......................................................................... 15
2.2.1 Kulit ......................................................................................... 15
2.2.2 Karakteristik Industri Kulit ...................................................... 17
2.2.3 Konsepsi Agroindustri ............................................................ 18
2.2.4 Teori Biaya .............................................................................. 19
2.2.5 Biaya Penyusutan ..................................................................... 21
2.2.6 Teori Penerimaan .................................................................... 23
2.2.7 Teori Pendapatan ..................................................................... 24
xiv
2.2.6 Teori Nilai Tambah ................................................................. 26
2.2.7 Teori Manajemen Strategi ....................................................... 28
2.2.8 Analytical Hierarchy Process (AHP) ...................................... 30
2.3 Kerangka Pemikiran ............................................................................... 34
2.4 Hipotesis .................................................................................................... 39
BAB 3. METODE PENELITIAN ...................................................................... 40
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ..................................................... 40
3.2 Metode Penelitian ...................................................................................... 40
3.3 Metode Pengambilan Contoh ................................................................... 41
3.4 Metode Pengumpulan Data ...................................................................... 42
3.5 Metode Analisis Data ................................................................................. 43
3.6 Definisi Operasional .................................................................................. 50
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 52
4.1 Gambaran Umum Industri Kerajinan Alas Kaki Dari Kulit di
Kabupaten Magetan ............................................................................... 52
4.2 Pendapatan Industri Alas Kaki dari Kulit di Kabupaten Magetan .... 64
4.3 Nilai Tambah Produk Kerajinan Alas Kaki yang Dihasilkan oleh
Industri Kerajinan Alas Kaki dari Kulit Kabupaten Magetan ......... 100
4.4 Strategi Pengembangan Industri Kerajinan Alas Kaki dari Kulit
Kabupaten Magetan .............................................................................. 104
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 111
5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 111
5.2 Saran ......................................................................................................... 116
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 117
LAMPIRAN ....................................................................................................... 122
DOKUMENTASI……………………………………………………………216
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
1.1 Jumlah Perusahaan Mikro menurut 2-digit KBLI…………………… 2
1.2 Jumlah Perusahaan Kecil Menurut 2-digit KBLI……………………. 3
1.3 Jumlah Populasi Sapi Potong di Kawasan Nasional Jawa Timur
(ekor)………………………………………………………………… 4
1.4 Industri Kulit di Kabupaten Magetan pada Tahun 2015-2017……….. 6
2.1 Klasifikasi Bidang Industri Penyamakan Kulit Subbidang Proses
Produksi Penyamakan Kulit…………………………………………. 17
2.2 Tingkat Kepentingan………………………………………………… 33
3.1 Jumlah Informan (Expert)…………………………………………… 41
3.2 Prosedur Perhitungan Nilai Tambah Industri Kerajinan Kulit di
Kabupaten Magetan…………………………………………………. 45
3.3 Skala Dasar………………………………………………………….. 47
4.1 Industri Unggulan Menurut Sub Kategori di Kabupaten Magetam
Tahun 2016………………………………………………………….. 52
4.2 Biaya Produksi Industri UD. Praktis per Produksi…………………… 64
4.3 Pendapatan Industri UD. Praktis per Produksi………………………. 65
4.4 Biaya Produksi Industri Figha Shoes per Produksi…………………... 67
4.5 Pendapatan Industri Figha Shoes per Produksi………………………. 68
4.6 Biaya Produksi Industri UD. Sempurna per Produksi……………….. 69
4.7 Pendapatan Industri UD. Sempurna per Produksi…………………… 70
4.8 Biaya Produksi Industri Toko Sepatu Menink per Produksi…………. 71
4.9 Pendapatan Industri Toko Sepatu Menink per Produksi……………... 72
4.10 Biaya Produksi Industri Kartika Exclusive per Produksi…………….. 73
4.11 Pendapatan Industri Kartika Exclusive per Produksi………………… 74
4.12 Biaya Produksi Industri PS. Ireng per Produksi……………………… 75
4.13 Pendapatan Industri PS. Ireng per Produksi…………………………. 76
4.14 Biaya Produksi Industri Soldate Leather per Produksi……………… 77
4.15 Pendapatan Industri Soldate Leather per Produksi…………………... 78
xvi
4.16 Biaya Produksi Industri Hidayah per Produksi……………………… 79
4.17 Pendapatan Industri Hidayah per Produksi………………………….. 80
4.18 Biaya Produksi Industri Rif’at per Produksi………………………… 80
4.19 Pendapatan Industri Rif’at per Produksi…………………………….. 82
4.20 Biaya Produksi Industri Nesha Shoes per Produksi…………………. 83
4.21 Pendapatan Industri Nesha Shoes per Produksi……………………… 84
4.22 Pendapatan Rata-rata Industri Kerajinan Alas Kaki dari Kuli
Kabupaten Magetan dalam Satu Kali Proses Produksi……………… 84
4.23 Rata-Rata Pendapatan Industri Kerajinan Alas Kaki dari Kuli
Kabupaten Magetan dalam Satu Kali Proses Produksi………………. 85
4.24 Efisiensi Penggunaan Biaya Kerajinan Alas Kaki dari Kulit pada UD.
Praktis per Produksi…………………………………………………. 86
4.25 Efisiensi Penggunaan Biaya pada Industri Figha Shoes per Produksi... 88
4.26 Efisiensi Penggunaan Biaya pada Industri UD. Sempurna per
Produksi................................................................................................ 89
4.27 Efisiensi Penggunaan Biaya pada Industri Toko Sepatu Menink per
Produksi................................................................................................ 90
4.28 Efisiensi Penggunaan Biaya pada Industri Kartika Exclusive per
Produksi................................................................................................ 91
4.29 Efisiensi Penggunaan Biaya pada Industri PS. Ireng per Produksi...... 92
4.30 Efisiensi Penggunaan Biaya pada Industri Soldate Leather per
Produksi................................................................................................ 93
4.31 Efisiensi Penggunaan Biaya pada Industri Hidayah per Produksi........ 94
4.32 Efisiensi Penggunaan Biaya pada Industri Rif’at per Produksi............ 95
4.33 Efisiensi Penggunaan Biaya pada Industri Nesha Shoes per
Produksi................................................................................................ 96
4.34 Rata-rata Efisiensi Biaya Industri Kerajinan Alas Kaki dari Kulit
Kabupaten Magetan dalam Satu Kali Proses Produksi………………. 97
4.35 Rata-Rata Efisiensi Penggunaan Biaya Produksi Industri Kerajinan
Alas Kaki dari Kulit Kabupaten Magetan……………………………. 98
4.36 Analisis nilai Tambah Produk Sepatu Wanita dan Sepatu Pria……… 100
4.37 Analisis Nilai Tambah Produk Sandal Wanita dan Sandal Pria……… 102
xvii
4.38 Besaran Skala Perbandingan Antar Kriteria Pengembangan Industri
Kerajinan Alas Kaki di Sentra Kerajinan Kulit Kabupaten Magetan… 105
4.39 Besaran Inkonsistensi Berdasarkan Kriteria Pengembangan Industri
Kerajinan Alas Kaki di Sentra Kerajinan Kabupaten Magetan……… 106
xviii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.1 Jumlah Industri Kulit di Kabupaten Magetan dan Kabupaten Ngawi
pada Tahun 2018………………………………..…………………… 5
2.1 Struktur Hirarki AHP………………………………………………… 14
2.2 Kerangka Hirarki Proses Pengambilan Keputusan…………………... 15
2.3 Kurva TFC, TVC dan TC…………………………………………….. 21
2.4 Kurva TR, TC dan Pendapatan Bersih……………………………….. 25
2.5 Proses Manaejemn Strategi………………………………………….. 30
2.6 Bagan Hirarki………………………………………………………... 32
2.7 Skema Kerangka Pemikiran…………………………………………. 38
3.1 Matriks untuk Pembanding Berpasangan……………………………. 47
3.2 Kerangka Hirarki Proses Pengambilan Keputusan…………………... 49
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Jumlah perusahaan mikro Menurut 2-digit KBLI….………………...... 118
2 Jumlah Perusahaan Kecil Menurut 2-digit KBLI……………………… 118
3 Populasi Sapi Potong di Jawa Timur (Kawasan Nasional).…………… 119
4 Jumlah Industri Kulit di Kabupaten Magetan…………………………… 119
5 Identitas Responden……………………………………………………. 120
6 Nilai Investasi Peralatan Industri Alas Kaki dari Kulit UD. Praktis….. 121
7 Nilai Investasi Peralatan Industri Alas Kaki dari Kulit FIGHA Shoes... 121
8 Nilai Investasi Peralatan Industri Alas Kaki dari Kulit UD. Sempurna.. 122
9 Nilai Investasi Peralatan Industri Alas Kaki dari Kulit MENINK…….. 122
10 Nilai Investasi Peralatan Industri Alas Kaki Kartika Exclussive………. 123
11 Nilai Investasi Peralatan Industri Alas Kaki dari Kulit PS. IRENG…… 123
12 Nilai Investasi Peralatan Industri Alas Kaki dari Kulit SOLDATE…… 124
13 Nilai Investasi Peralatan Industri Alas Kaki dari Kulit HIDAYAH…… 124
14 Nilai Investasi Peralatan Industri Alas Kaki dari Kulit RIF’AT………. 125
15 Nilai Investasi Peralatan Industri Alas Kaki dari Kulit NESHA………. 125
16 Biaya Penyusutan Peralatan Industri Alas Kaki dari Kulit…………….. 126
17 Biaya Bahan Baku……………………………………………………… 126
18 Biaya Tenaga Kerja Industri Alas Kaki dari Kulit…………………….. 128
19 Biaya Lain-lain Industri Alas Kaki dari Kulit UD. Praktis……………. 129
20 Biaya Lain-lain Industri Alas Kaki dari Kulit FIGHA Shoes…………... 130
21 Biaya Lain-lain Industri Alas Kaki dari Kulit UD. Sempurna………… 131
22 Biaya Lain-lain Industri Alas Kaki dari Kulit MENINK……………… 132
23 Biaya Lain-lain Industri Alas Kaki dari Kulit Kartika Exclusive……… 133
24 Biaya Lain-lain Industri Alas Kaki dari Kulit PS.IRENG…………….. 134
25 Biaya Lain-lain Industri Alas Kaki dari Kulit SOLDATE……………... 135
26 Biaya Lain-lain Industri Alas Kaki dari Kulit HIDAYAH……………. 136
27 Biaya Lain-lain Industri Alas Kaki dari Kulit RIF’AT………………… 137
28 Biaya Lain-lain Industri Alas Kaki dari Kulit NESHA………………… 138
xx
29 Biaya Variabel (TVC) Sepatu Wanita Industri Alas Kaki dari Kulit….. 139
30 Biaya Variabel (TVC) Sepatu Laki-laki Industri Alas Kaki dari Kulit… 139
31 Biaya Variabel (TVC) Sandal Wanita Industri Alas Kaki dari Kulit…. 140
32 Biaya Variabel (TVC) Sandal pria Industri Alas Kaki dari Kulit………. 140
33 Total Biaya (TC) Sepatu Wanita dan pria Industri Alas Kaki dari
Kulit……………………………………………………………………. 141
34 Total Biaya (TC) SANDAL Wanita dan pria Industri Alas Kaki dari
Kulit…………………………………………………………………….. 141
35 Penerimaan Sepatu Wanita dan pria Industri Alas Kaki dari
Kulit……………………………………………………………………. 142
36 Penerimaan Sepatu Wanita dan pria Industri Alas Kaki dari
Kulit……………………………………………………………………. 142
37 Pendapatan Sepatu Wanita dan Sepatu pria Industri Alas Kaki dari
Kulit………………………………………………………………. 143
38 Pendapatan Sandal Wanita dan Sandal pria Industri Alas Kaki dari
Kulit……………………………………………………………….. 143
39 Nilai Tambah Industri Alas Kaki dari Kulit UD. Praktis………………. 144
40 Nilai Tambah Industri Alas Kaki dari Kulit Figha Shoes……………… 145
41 Nilai Tambah Industri Alas Kaki dari Kulit UD. Sempurna…………… 146
42 Nilai Tambah Industri Alas Kaki dari Kulit Menink…………………… 147
43 Nilai Tambah Industri Alas Kaki dari Kartika Exclusive……………… 148
44 Nilai Tambah Industri Alas Kaki dari Kulit PS. Ireng…………………. 149
45 Nilai Tambah Industri Alas Kaki dari Kulit Soldate…………………… 150
46 Nilai Tambah Industri Alas Kaki dari Kulit HIDAYAH………………. 151
47 Nilai Tambah Industri Alas Kaki dari Kulit RIF’AT………………….. 152
48 Nilai Tambah Industri Alas Kaki dari Kulit NESHA………………….. 153
49 Rata-Rata Nilai Tambah Industri Alas Kaki………………………….... 154
50 Skala Perbandingan Kepentingan Antar Kriteria Strategi
Pengembangan Industri Kerajinan Alas Kaki dari Kulit di Kabupaten
Magetan……………………………………………………………….. 155
51 Tingkat Kepentingan Masing-Masing Kriteria Pengembangan Industri
Kerajinan Alas Kaki di Sentra Kerajinan Kulit Kabupaten Magetan….. 192
52 Tingkat Kepentingan Masing-Masing Alternatif Strategi
Pengembangan Industri Kerajinan Alas Kaki di Sentra Kerajinan Kulit
Kabupaten Magetan…………………………………………………… 192
53 Kuesioner A…………………………………………………………… 193
53 Kuesioner B…………………………………………………………… 203
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peternakan terbagi atas dua jenis, yaitu peternakan unggas dan peternakan
ruminansia. Peternakan unggas yang biasa dikonsumsi masyarakat seperti ayam,
puyuh dan itik. Peternakan unggas mampu memenuhi kebutuhan daging dan telur,
dengan hasil sampingnya bulu. Peternakan ruminansia terdiri dari hewan ternak
besar dan ternak kecil seperti sapi, kerbau dan kambing. Peternakan ruminansia
mampu memenuhi kebutuhan daging dan susu, dengan hasil sampingya seperti
kulit, tulang, dan tanduk. Menurut Wahyudi (2001:1), peternakan ruminansia
sebagai salah satu sub sektor pertanian dapat dijadikan suatu industri yang sangat
menguntungkan bagi masyarakat, dengan cara mengolah daging, susu, kulit, tulang
dan tanduk yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Salah satu peternakan
ruminansia yang dapat dimanfaatkan hasil utama dan hasil sampingnya adalah
peternakan sapi potong.
Peternakan sapi potong memiliki hasil utama yaitu daging dan hasil samping
yaitu kulit. Peternakan sapi potong memiliki hasil ikutan atau produk hasil samping
yang masih sangat berpotensi besar di Indonesia, hal ini disebabkan masih
sedikitnya industri besar yang mengelola secara intensif (Setyaningsih, 2017: 75).
Peternakan sapi potong dapat menjadi pendukung adanya pengembangan industri
kerajinan kulit dan penyamakan kulit. Bahan kulit dapat diolah menjadi bahan kulit
mentah (perkamen) dan kulit samak (Rizky, 2016:1).
Kulit perkamen dapat digunakan untuk bahan pembuatan wayang kulit, sekat
buku, gantungan kunci dan hiasan dinding dengan menggunakan teknik tatah
sungging. Kulit samak dapat digunakan sebagai bahan kerajinan kulit seperti tas,
sepatu, ikat pinggang dan jaket. Industri penyamakan kulit merupakan pengolahan
kulit mentah menjadi lembaran-lembaran kulit. Menurut Rosilawati (2017:1),
industri penyamakan kulit mempunyai peranan penting dalam perekonomian
nasional. Industri penyamakan kulit juga berperan penting terhadap industri
kerajinan kulit, dimana sebagai pemasok bahan baku . Umumnya kerajianan kulit
2
dilakukan industri atau pengusaha kerajinan dalam skala kecil dan mikro. Berikut
tabel jumlah perusahaan mikro dan kecil menurut 2-digit KBLI:
Tabel 1.1 Jumlah Perusahaan Mikro Menurut 2-digit KBLI Tahun 2013-2015
No Industri
Rata-rata/
Tahun Rata-Rata Share
Rata-Rata
Pertumbuhan
% Rangking % Rangking
10 Makanan 1.202.507 37,80 1 21,23 7
11 Minuman 44.907,67 1,43 10 0,60 12
12 Pengolahan Tembakau 45.136,67 1,44 9 -5,61 18
13 Tekstil 22.7964,7 7,33 4 -23,32 22
14 Pakaian Jadi 30.1957,7 9,48 3 22,43 6
15 Kulit, Barang dari Kulit dan
Alas Kaki 26.750,33 0,84 11 41,04 3
16 Kayu, Gabus (Tidak termasuk
furniture) dan anyaman dari
Bambu, Rotan dsj 729.503 23,18 2 -3,16 17
17 Kertas dan Barang dari kertas 7.069,67 0,23 17 -25,12 23
18 Pencetakan dan Reproduksi
Media Rekaman 25.220,67 0,80 12 15,64 8
19 Produk dari Batu Bara dan
Pengilangan Minyak Bumi - 24 0,00 14
20 Bahan Kimia dan Barang dari
Bahan Kimia 20.775,67 0,66 13 0,17 13
21 Farmasi, Produk Obat Kimia
dan Obat Tradisional 5.425,667 0,17 18 -8,69 20
22 Karet, Barang dari Karet dan
Plastik 14.818 0,48 14 -28,74 24
23 Barang Galian Bukan Logam 224.616,3 7,09 5 9,99 9
24 Logam Dasar 11.334,33 0,34 15 847,40 1
25 Barang Logam, Bukan Mesin
dan Peralatannya 76.224 2,39 7 27,89 5
26 Komputer, Barang Elektronik
dan Optik 130,33 0,00 23 2,83 11
27 Peralatan Listrik 172,667 0,01 22 158,06 2
28 Mesin dan Perlengkapannya 950 0,03 21 37,55 4
29 Kendaraan Bermotor, trailer
dan Semi Trailer 1.676,67 0,05 20 -1,94 16
30 Alat Angkut Lainnya 5.053 0,16 19 -13,17 21
31 Furniture 114.346,7 3,61 6 7,58 10
32 Pengolahan Lainnya 73.782,33 2,34 8 -1,38 15
33 Jasa Reparasi dan Pemasangan
Mesin dan Peralatan 7.487 0,24 16 -8,38 19
Total 3.164.476
Sumber: Badan Pusat Statistik (2018) (data diolah)
Berdasarkan tabel 1.1 mengenai jumlah industri mikro menurut 2-digit KBLI
industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki merupakan salah satu industri yang
memiliki pertumbuhan cukup baik pada tahun 2013-2015 dimana menduduki
rangking ke-tiga dengan rata-rata pertumbuhannya 41,04. Rata-rata jumlah industri
3
setiap tahunnya 26.750,33 per tahun. Data tersebut menunjukkan bahwa industri
kulit, barang dari kulit memiliki potensi yang cukup baik pada industri mikro,
sehingga perlu adanya pengolahan yang intensif untuk mempertahankan dan
meningkatkan pertumbuhan industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki.
Tabel 1.2 Jumlah Perusahaan Kecil Menurut 2-digit KBLI Tahun 2013-2015
No Industri Rata-rata/
Tahun Rata-Rata Share
Rata-Rata
Pertumbuhan
% Rangking % Rangking
10 Makanan 108.510,3 29,54 1 -12,77 10
11 Minuman 1.523,67 0,43 14 -21,18 14
12 Pengolahan Tembakau 18.721,00 5,78 6 18,56 5
13 Tekstil 14.658,33 3,65 9 -60,67 24
14 Pakaian Jadi 65311,67 17,58 2 -28,26 18
15 Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki 15.995,67 4,39 7 -21,83 16
16 Kayu, Gabus (Tidak termasuk furniture)
dan anyaman dari Bambu, Rotan dsj 31.271,00 8,11 4 -32,36 20
17 Kertas dan Barang dari kertas 1.228,67 0,35 16 -12,20 9
18 Pencetakan dan Reproduksi Media
Rekaman 7.430,33 2,14 11 -20,01 13
19 Produk dari Batu Bara dan Pengilangan
Minyak Bumi 0 - 24 0,00 7
20 Bahan Kimia dan Barang dari Bahan
Kimia 2.452,67 0,65 12 -34,30 21
21 Farmasi, Produk Obat Kimia dan Obat
Tradisional 557,67 0,15 19 23,60 4
22 Karet, Barang dari Karet dan Plastik 1.760,33 0,51 13 -21,40 15
23 Barang Galian Bukan Logam 44.033 11,73 3 -31,21 19
24 Logam Dasar 305,67 0,09 21 81,43 2
25 Barang Logam, Bukan Mesin dan
Peralatannya 14.891,00 4,26 8 -9,59 8
26 Komputer, Barang Elektronik dan Optik 204,00 0,06 22 27,75 3
27 Peralatan Listrik 188,33 0,05 23 -49,93 22
28 Mesin dan Perlengkapannya 610,00 0,15 18 -50,54 23
29 Kendaraan Bermotor, trailer dan Semi
Trailer 1.385,67 0,41 15 -13,23 11
30 Alat Angkut Lainnya 904,67 0,27 17 7,63 6
31 Furniture 23.682,67 6,65 5 -15,32 12
32 Pengolahan Lainnya 10.292,33 2,87 10 -22,12 17
33 Jasa Reparasi dan Pemasangan Mesin dan
Peralatan 372,67 0,11 20 168,98 1
Total 366.291,3
Sumber: Badan Pusat Statistik (2018) (data diolah)
Berdasarkan tabel 1.2 mengenai jumlah industri kecil menurut 2-digit KBLI
industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki merupakan salah satu industri yang
memiliki pertumbuhan tidak terlalu baik pada tahun 2013-2015 dimana rata-rata
pertumbuhannya -21,83 sehingga menduduki rangking ke-16 pada jumlah
perusahaan kecil. Data ini menunjukkan bahwa industri kecil kulit, barang dari kulit
4
dan alas kaki perlu diperhatikan sehingga mampu untuk berkembang karena pada
industri mikro masih memiliki potensi yang cukup baik. Sentra industri kerajinan
kulit di Jawa Timur berada pada 2 wilayah yaitu Kabupaten Sidoarjo dan
Kabupaten Magetan. Perkembangan industri kulit ini dapat didukung dengan
adanya petern akan sapi potong.
Menurut Keputusan Menteri Pertanian No. 472/Kpts/RC.040/6/2018 tentang
Lokasi Kawasan Pertanian Nasional (2018:46), lokasi Kawasan Pertanian Nasional
dibagi berdasarkan komoditas prioritas. Komoditas prioritas peternakan menjadi
salah satu Kawasan pertanian nasional, dengan salah satu komoditasnya adalah sapi
potong. Kawasan pertanian nasional berdasarkan komoditas peternakan sapi potong
salah satunya adalah provinsi Jawa Timur yang terbagi menjadi 7 kawasan, yaitu:
1. Kawasan 1 : Kabupaten Probolinggo dan Kota Probolinggo
2. Kawasan 2 : Kabupaten Magetan dan Kabupaten Ngawi
3. Kawasan 3 : Kabupaten Bojonegoro dan Kabupaten Tuban
4. Kawasan 4 : Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Sampang
5. Kawasan 5 : Kabupaten Pamekasan dan Kabupaten Sumenep
6. Kawasan 6 : Kabupaten Nganjuk
7. Kawasan 7 : Kabupaten Lamongan.
Sapi potong merupakan sumber utama untuk mendukung adanya industri
kulit. Berikut tabel jumlah populasi sapi potong di Kawasan Nasional Jawa Timur:
Tabel 1.3 Jumlah Populasi Sapi Potong di Kawasan Nasional Jawa Timur (ekor)
No Kab/Kota Rata-rata Rata-Rata Share*
Rata-rata
Pertumbuhan**
% Rangking % Rangking
1. Probolinggo 247.791,7 11,67 3 8,22 2
2. Kota Probolinggo 9.224,0 0,43 12 4,03 4
3. Magetan 108.274,7 5,11 9 1,54 9
4. Ngawi 82.573,0 3,89 11 0,55 12
5. Bojonegoro 187.162,7 8,81 6 8,15 3
6. Tuban 322.834,7 15,22 2 2,25 7
7. Bangkalan 196.399,7 9,26 5 2,34 6
8. Sampang 209.271,7 9,87 4 2,17 8
9. Pamekasan 165.922,0 7,81 7 12,46 1
10. Sumenep 353.209,0 16,66 1 1,19 11
11. Nganjuk 137.229,7 6,47 8 1,50 10
12. Lamongan 101.860,7 4,80 10 2,87 5
Sumber: Badan Pusat Statistik (2018) data diolah
5
Berdasarkan tabel 1.3 mengenai jumlah populasi sapi potong di K awasan
Nasional Jawa Timur Tahun 2014-2016 dimana Kawasan 2 (Kabupaten Magetan
dan Kabupaten Ngawi) yang memiliki rata-rata pertumbuhan yang kecil yaitu
Kabupaten Magetan 1,54 dan Kabupaten Ngawi 0,55 sehingga hanya menempati
rangking 9 dan 12. Data tersebut menunjukkan bahwa Kabupaten Magetan dan
Kabupaten Ngawi membutuhkan perhatian khusus untuk dapat meningkatkan
peternakan sapi potong, sehingga dapat dimanfaatkan hasil sampingnya yang
berupa kulit untuk kegiatan industri yang ada di Kawasan 2. Kawasan 2 merupakan
Kawasan yang terdapat sentra industri kerajinan kulit di Jawa Timur, dimana sentra
kerajinan kulit di Jawa Timur berada di Sidoarjo dan Kabupaten Magetan.
Menurut Hadinata (2014:174), Jawa Timur merupakan salah satu provinsi
yang mengandalkan UMKM dan koperasi dalam memajukan perekonomian
daerah. Salah satu UMKM yang mampu mendorong perekonomian daerah adalah
industri barang dari kulit. Berikut data jumlah industri kulit di Kabupaten Magetan
dan Kabupaten ngawi pada tahun 2018.
Gambar 1.1 Jumlah Industri Kulit di Kabupaten Magetan dan Kabupaten Ngawi
pada Tahun 2018
Sumber: BPS Kabupaten Magetan (data diolah) (2018:209-210) dan BPS
Kabupaten Ngawi (data diolah) (2018)
Berdasarkan gambar 1.1 mengenai jumlah industri kulit di Kabupaten
Magetan dan Kabupaten Ngawi, dapat diketahui bahwa Kabupaten Magetan
memiliki industri kerajinan kulit yang sebanyak 301 industri. Kabupaten Magetan
juga memiliki industri penyamakan kulit sebanyak 186. Industri penyamakan kulit
301
68
186
00
50
100
150
200
250
300
350
Kabupaten Magetan Kabupaten Ngawi
Jumlah Industri Kulit di Kabupaten Magetan dan Kabupaten
Ngawi
Kerajinan Kulit Penyamakan Kulit
6
ini tentu mampu mendorong industri kerajinan kulit. Kabupaten Magetan memiliki
potensi dalam pengembangan industri kerajinan kulit karena adanya dukungan dari
industri penyamakan kulit. Adapun Kabupaten Ngawi memiliki 86 industri
kerajinan kulit, namun tidak memiliki industri penyamakan kulit.
Menurut Erawati dan Kirwani (2014:2), Kabupaten Magetan merupakan
salah satu daerah yang sudah menerapkan peraturan mengenai pembangunan
industri. Industri penyamakan kulit dapat disebut sebagai industri hulu dan industri
kerajinan kulit sebagai industri hilir. Keterkaitan antar industri diharapkan dapat
mengembangkan potensi daerah dan meningkatkan investasi serta dapat
memberikan pendapatan dengan adanya lapangan kerja. Industri penyamakan kulit
berada di daerah Lingkungan Industri Kulit (LIK), namun ada beberapa industri
penyamakan kulit yang berada diluar daerah tersebut. Pemusatan lokasi industri
kulit ini bertujuan untuk memudahkan pembinaan dan pendampingan oleh UPT
Industri Kulit dan Produk Kulit. UPT Industri Kulit dan Produk Kulit bertugas
untuk menaungi dan memajukan perusahan atau industri penyamakan kulit di LIK
penyamakan kulit. Hasil dari kulit samakan nantinya akan digunakan sebagai bahan
baku pada industri kerajinan kulit. Berikut data industri kulit di Kabupaten Magetan
tahun 2015-2017.
Tabel 1.4 Industri Kulit di Kabupaten Magetan pada Tahun 2015-2017
No Jenis Industri
Rata-
rata Rata-Rata Share*
Rata-rata
Pertumbuhan**
% Rangking % Rangking
1. Penyamakan Kulit 154,67 38,51 2 16,90 3
2. Alas Kaki dari kulit 233,33 58,59 1 9,09 4
3. Kerajinan Tatah ukir
Kulit 1 0,16 5 0 5
4. Kerajinan Tas dari
kulit 20 1,37 3 50 1
5. Kerajinan Dompet dari
Kulit 20 1,37 4 50 2
Sumber: * ) BPS Kabupaten Magetan (2018:209-210)
**) BPS Kabupaten Magetan 2017
***) BPS Kabupaten Magetan 2016
Berdasarkan tabel 1.4 mengenai industri kulit di Kabupaten Magetan, dapat
diketahui bahwa industri alas kaki dari kulit merupakan salah satu industri yang
memiliki pertumbuhan tidak terlalu baik pada tahun 2015-2017. Pada tahun 2016
7
bahkan tidak terdapat pertumbuhan pada industri alas kaki dari kulit sedangkan
pada tahun 2017 mengalami pertumbuhan sebanyak 18,18% sehingga hanya
menempati ranking ke-5 dari semua jenis industri kulit yang ada di Kabupaten
Magetan. Data ini menunjukkan bahwa industri alas kaki dari kulit perlu perhatian
untuk bisa berkembang, mengingat Kabupaten Magetan merupakan salah satu
sentra industri kulit yang juga didukung dengan adanya penyamakan kulit.
Sentra industri kerajinan kulit di Kabupaten Magetan tersebar dalam 3
wilayah, yaitu: (a) Kelurahan Selosari, (b) Kelurahan Mojopurno dan (c) Kelurahan
Magetan. Salah satu sentra industri kerajinan kulit yang memiliki prospek
pengembangan yang baik berada di Kelurahan Selosari, dimana kelurahan ini
menjadi sentra kerajinan alas kaki dari kulit. Sentra yang berada di Kelurahan
Selosari ini memiliki karakteristik: Pertama, sentra ini berada di lokasi strategis
karena berada di jalan menuju ke tempat wisata, sehingga mudah dijangkau oleh
pengunjung. Kedua, sentra ini dekat dengan bahan baku yaitu kulit samakan hasil
industri penyamakan kulit. Pengolahan kulit samakan menjadi produk kreatif tentu
akan memberikan nilai tambah, sehingga dapat mempertahankan dan
meningkatkan kualitas produk olahan setengah jadi menjadi produk yang dapat
digunakan serta dapat meningkatkan nilai ekonomisnya.
Ketiga, alas kaki dari kulit sudah terkenal menjadi oleh-oleh khas daerah
Magetan. Ke-empat, kerajinan alas kaki dari kulit yang ada di sentra kerajinan kulit
ini beberapa proses pengolahannya masih handmade, namun ada beberapa bagian
produksi yang telah menggunakan teknologi.
Kelima, pengerajin alas kaki ini menjual produknya dengan cara pemesanan
secara eceran maupun dalam kuota besar. Ke-enam, produsen dari luar daerah
melakukan pemesanan kepada pengerajin di Magetan dengan menggunakan label
mereka sendiri, sehingga produk Magetan kurang terkenal di luar daerah sehingga
produk dari Magetan kurang bisa bersaing. Menurut pengerajin cara ini di nilai
lebih efektif daripada harus memajang di etalase. Hal ini juga karena daya beli
masyarakat Magetan terhadap alas kaki dari kulit ini masih rendah. Pengerajin juga
membuat toko untuk memajang produk di etalase, namun produk yang dipasang ini
kebanyakan hanya sebagai contoh model atau lebihan dari produk pesanan. Toko
8
juga digunakan untuk menampung kerajinan dari beberapa pengerajin daerah lain
baik dari Magetan maupun dari luar daerah.
Harga yang ditawarkan pun bervariasi, untuk sepatu wanita berkisar Rp
50.000 –Rp 700.000 sedangkan untuk pria berkisar Rp 150.000 – Rp 1.200.000,
bergantung pada ukuran, jenis dan kerumitan pembuatannya. Hal ini dikarenakan
sentra industri kerajinan kulit dekat dengan bahan baku, sehingga biaya produksi
dapat diminimalisir. Namun, pengerajin membatasi pembuatannya setiap hari. Hal
ini tentu berpengaruh terhadap biaya yang dikeluarkan, efisiensi biaya yang
digunakan, penerimaan hingga pendapatan industri alas kaki dari kulit.
Kerajinan alas kaki merupakan pengolahan lebih lanjut dari kulit samakan,
sehingga diharapkan mampu memberikan nilai tambah pada produk kulit samakan.
Saat ini kulit samakan belum bisa terserap penuh pada industri kerajinan kulit
nasional. Produk kulit samakan yang tidak terserap kemudian di ekspor dengan
harga Rp 25.000,- /feet pada 2018 (BPS, 2020:22). Padahal untuk menjadi bahan
baku di industri kerajinan kulit harganya bisa mencapai Rp 20.000,-/feet, dimana 1
lembar kulit sapi kira-kira 10-15 feet. Hal ini tentunya menarik untuk diulas untuk
mengetahui nilai tambah dari kulit samak atau barang setengah jadi menjadi produk
jadi seperti sepatu dan sandal.
Berdasarkan argument yang telah dipaparkan sebelumnya, peneliti sangat
tertarik untuk melakukan penelitian terkait dengan pendapatan dan efisiensi
penggunaan biaya pada industri kerajinan kulit di Kabupaten Magetan khususnya
di Kelurahan Selosari. Selain itu peneliti juga tertarik untuk mencermati bagaimana
nilai tambah yang diperoleh industri kerajinan kulit dari produk sepatu dan sandal
kulit serta ingin merumuskan alternatif strategi pengembangangan industri
kerajinan kulit di Kabupaten Magetan, agar lebih dapat berkembang.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pendapatan dan efisiensi biaya produksi pada industri kerajinan
alas kaki dari kulit di Sentra Kerajinan Kulit Kelurahan Selosari Kecamatan
Magetan Kabupaten Magetan?
9
2. Bagaimana nilai tambah pada industri kerajinan alas kaki dari kulit di Sentra
Kerajinan Kulit Kelurahan Selosari Kecamatan Magetan Kabupaten Magetan?
3. Bagaimana strategi pengembangan industri kerajinan alas kaki dari kulit di
Sentra Kerajinan Kulit Kelurahan Selosari Kecamatan Magetan Kabupaten
Magetan?
1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Tujuan
1. Untuk menganalisis pendapatan dan efisiensi penggunaan biaya produksi pada
industri kerajinan alas kaki dari kulit di Sentra Kerajinan Kabupaten Magetan.
2. Untuk menganalisis nilai tambah pada industri kerajinan kulit di Sentra
Kerajinan Kulit Kabupaten Magetan.
3. Untuk merumuskan strategi pengembangan industri alas kaki dari kulit di
Sentra Kerajinan Kulit Kabupaten Magetan.
1.3.2 Manfaat
1. Bagi pemerintah, sebagai referensi penyusunan kebijakan yang berkaitan
dengan pengembangan usaha industri kerajinan kulit di Kabupaten Magetan.
2. Bagi industri terkait, sebagai bahan informasi dan pertimbangan dalam
menjalankan dan mengembangkan usahanya.
3. Bagi peneliti, sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan dalam bidang
keilmuan yang dipelajari.
4. Bagi Ilmu Pengetahuan, sebagai bahan referensi untuk peneliti selanjutnya
yang ingin meneliti terkait industri kerajinan kulit di Kabupaten Magetan.
10
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Wibowo (2009: 45-46), melakukan penelitian guna menganalisis pendapatan
dan efisiensi usaha industri kerajinan sepatu pada CV. Anugerah Jaya. Judul
Penelitiannya adalah “Analisis Kinerja dan Strategi Pengembangan Usaha
Kerajinan Sepatu di Kabupaten Bogor (Studi Kasus Pada CV. Anugerah Jaya, Desa
Suka Makmur, Kecamatan Ciomas)”. Setelah dilakukan analisis dengan
menggunakan pendekatan pendapatan dan efisiensi biaya (R/C ratio), ternyata
dapat diketahui bahwa usaha kerajinan sepatu pada CV. Anugerah Jaya
menguntungkan untuk diusahakan. Hasil dari analisis pendapatan menunjukkan
bahwa pendapatan yang diterima perusahaan kerajinan kulit sebesar
Rp. 117.091.555 per tahun mengindikasikan tingkat keuntungan yang diperoleh
perusahaan cukup tinggi. Hasil analisis efisiensi biaya menunjukkan bahwa usaha
kerajinan sepatu sudah efisien karena nilai R/C rasionya adalah 1,15 per tahun,
artinya setiap dikeluarkan biaya sebesar 1 satuan maka akan diperoleh penerimaan
sebesar 1,15 satuan.
Wahyudi et al. (2016:8-9), melakukan penelitian guna menganalisis
pendapatan dan efisiensi usaha agroindustri kerupuk kulit di Kelurahan Tuah
Karya. Judul penelitiannya adalah “Analisis Usaha Agroindustri Kerupuk Kulit
Sapi di Kelurahan Tuah Karya Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru”. Setelah
dilakukan analisis dengan menggunakan pendekatan pendapatan dan efisiensi biaya
(R/C ratio), ternyata dapat diketahui bahwa usaha agroindustri kerupuk kulit sapi di
Kelurahan Tuah Karya menguntungkan untuk diusahakan. Hasil dari analisis
pendapatan menunjukkan bahwa pendapatan yang diterima pengusaha kerupuk
kulit sapi sebesar Rp 51.099.556,00 per bulan, dengan total penerimaan pengusaha
sebesar Rp 159.802.500,00 dan total biaya sebesar Rp 108.702.944,00 per bulan.
Hasil analisis efisiensi biaya menunjukkan bahwa usaha agroindustri kerupuk kulit
sapi sudah efisien karena nilai R/C rasio lebih dari 1 yaitu sebesar 1,47 berarti
bahwa dalam usaha agroindustri kerupuk kulit apabila dikeluarkan biaya sebesar 1
satuan maka akan diperoleh penerimaan sebesar 1,47 satuan.
11
Kusmiyati (1999:73-74) melakukan penelitian guna menganalisis nilai
tambah industri kecil sepatu. Judul penelitiannya adalah “Analisis Nilai Tambah
Produksi dan Peranan Pemerintah Terhadap Pengembangan Industri Kecil Sepatu
(Joan’s Shoes dan PD. Karya Dian Shoes Cibaduyut, Bandung)”. Setelah dilakukan
analisis dengan menggunakan pendekatan Hayami, dapat diketahui nilai tambah
yang dilakukan pada industri sepatu Joan’s Shoes dan PD. Karya Dian Shoes
menunjukkan hasil yang berbeda, hal ini dikarenakan kedua industri memproduksi
jenis sepatu yang berbeda. Nilai tambah yang dihasilkan Joan’s Shoes untuk pasar
ekspor adalah sebesar Rp 15.955,54 atau 49,86 % dari nilai produk, sedangkan
untuk pasar domestik nilai tambah yang dihasilkan sebesar Rp 8.345,84 atau
33,38% dari nilai produk. Analisis nilai tambah yang dihasilkan PD. Karya Dian
Shoes adalah sebesar Rp 8.300,00 atau 18,44% dari nilai produk. Nilai tambah yang
dihasilkan PD. Karya Dian Shoes terlihat lebih kecil di banding Joan’s Shoes, hal
ini dikarenakan penetapan harga jual produk PD. Karya Dian Shoes untuk pasar
ekspor tidak berdasarkan nilai dolar, sehingga kenaikan biaya produksi yang terjadi
pada saat krisis sekarang ini tidak dapat tertutupi oleh harga jual.
Hardiyanti et al. (2015:10), melakukan penelitian guna menganalisis nilai
tambah usaha agroindustri kerupuk kulit di Kota Mataram. Judul penelitiannya
adalah “Analisis Nilai Tambah Agroindustri Kerupuk Kulit di Kota Mataram”.
Setelah dilakukan analisis dengan menggunakan pendekatan Hayami, ternyata
dapat diketahui bahwa usaha agroindustri kerupuk kulit sapi di Kota Mataram
memberikan nlai tambah. Hasil dari analisis nilai tambah menunjukkan bahwa nilai
tambah yang diperoleh pada pengolahan kerupuk kulit adalah sebesar Rp 57.264,
artinya dengan menggunakan 1 kg bahan baku seharga Rp 23.567 dan biaya input
lain sebesar Rp 4.836 untuk setiap kg bahan baku, maka dapat menghasilkan 0,87
kg kerupuk kulit dengan nilai output kearupuk yang dihasilkan sebesar Rp 85.665
sehingga dapat meningkatkan nilai tambah kulit sapi sebesar Rp 57.263 dengan
rasio nilai tambah sebesar 66,84%.
Purwaningsih (2003:168) melakukan penelitian dengan judul “Penyusunan
Strategi Pengembangan Industri Penyamakan Kulit di Yogyakarta”, mengenai
strategi pengembangan industri penyamakan kulit di Yogyakarta dengan menyusun
12
matriks strategi menggunakan metode SWOT yaitu: PEKU (Peluang-Kekuatan),
PEKA (Peluang-Kelemahan), AKU (Ancaman-Kekuatan) dan AKA (Ancaman-
Kelemahan). Faktor kekuatan yang dimiliki adalah (a) keterseediaan bahan baku,
(b) SDM tersedia, (c) keberadaan Lembaga Pendidikan, (d) keberadaan Balai Besar
Kulit, Karet dan Plastik. Faktor kelemahan industri penyamakan kulit yaitu (a)
kuantitas pasokan bahan baku terbatas, (b) kualitas pasokan bahan baku rendah,
industri pendukung belum berkembang, (c) kurangnya tenaga ahli, (d) kurangnya
akses pasar. Faktor peluang yang dimiliki yaitu (a) potensi pasar dalam dan luar
negeri masih terbuka lebar, (b) pemanfaatan kulit non-konvensional atau kulit
alternatif, dengan ancaman yaitu (a) adanya tuntutan produk ramah lingkungan, (b)
produksi bersih dan ISO 14000 dsb serta (c) munculnya pesaing baru.
Berdasarkan matriks strategi ini kemudian dikelompokkan menjadi 5
kelompok alternatif strategi yaitu: (1) Peningkatan kualitas dan kuantitas bahan
baku (kulit mentah) baik kulit konvensioal, non konvensional maupun kulit
alternatif (a. Peningkatan populasi ternak, b. peningkatan kemampuan pengulitan,
c. peningkatan kemampuan pengawetan kulit); (2) Pengembangan industri
pendukung (a. pengembangan industri bahan pembantu, b. pengembangan industri
mesin pengolah kulit); (3) Peningkatan kualitas SDM (a. Peningkatan ketrampilan
teknis, b. peningkatan kemampuan finishing, c. peningkatan pengetahuan tentang
pengolahan limbah dan e. peningkatan jumlah tenaga kerja terdidik); (4)
Pengembangan teknologi dan produksi (a. penerapan produksi bersih, b.
pengembangan teknologi finishing, c. peningkatan kualitas proses produksi;
(5)Pengembangan pasar (a. peningkatan promosi dan eksibisi, b. penyediaan
informasi pasar, c. pengembangan e-commerce, d. pengembangan kemitraan).
Berdasarkan ke-lima kelompok strategi tersebut dilakukan pembobotan
prioritas strategi menggunakan AHP, dengan hasil pembobotannya yaitu: (1)
Pengembangan industri pendukung, dengan alternatif strategi (0,288); (2)
Peningkatan kualitas dan kuantitas bahan baku (kulit mentah) baik kulit
konvensioal, non konvensional maupun kulit alternatif (0,276); (3) Peningkatan
kualitas SDM (0,264); (4) Pengembangan pasar (0,112) dan; (5) Pengembangan
teknologi dan produksi (0,061).
13
Andriani et al. (2017:293-295), melakukan penetian dengan judul “Analisis
Pengambilan Keputusan Strategi Pengembangan Industri Kreatif Kulit Ikan Pari
Yogyakarta dengan Pendekatan SWOT dan AHP”, mengenai strategi
pengembangan industri kreatif kulit ikan pari di Yogyakarta memiliki faktor
internal dan eksternal. Faktor internal dan ekternal sendiri terbagi menjadi
Kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Faktor internal: faktor kekuatan yang
dimiliki adalah (a) SDM terpercaya dan berpengalaman, (b) mampu memberikan
layanan terbaik untuk customer, (c) memiliki variasi produk, (d) pendistribusian
produk ke negara lain, (e) ketersediaan bahan baku yang mudah, dengan kelemahan
yaitu: (a) hanya memiliki 1 showroom di rumah pribadi, (b) produk hanya terkenal
dikalangan pecinta kulit, (c) kurang maksimal pencapaian target dalam memenuhi
permintaan konsumen, (d) keterbatasan SDM. Faktor eksternal: faktor peluang
dimana (a) terdapat potensi pasar yang luas, (b) perkembangan teknologi yang
semakin pesat, (c) hubungan dengan pemasok berjalan baik, (d) tingkat permintaan
produk tinggi, namun memiliki ancaman yaitu (a) persaingan meningkat, (b) tidak
stabilnya harga bahan baku dan, (c) perubahan perilaku sosial masyarakat.
Strategi yang didapatkan adalah: (1) Strategi SO (a. membuat jalur distribusi
untuk memperluas pemasaran ke masyarakat, b. memanfaatkan perkembangan
teknologi dan dukungan pemerintah daerah untuk kegiatan promosi); (2) Strategi
ST (a. menambah inovasi produk sesuai trend, b. mempertahankan kualitas
produk); (3) Strategi WO (a. mem buka cabang baru, b. mengalokasikan dana untuk
katalog produk baru, c. melakukan publikasi di tempat yang sering dikunjungi calon
pembeli, d. mengadakan kerjasama antar pengusaha sejenis untuk memenuhi
permintaan pasar) dan; (4) Strategi WT (a. mengadakan expo untuk memperluas
pemasaran produk, b. memanfaatkan tenaga kerja sekitar dalam membantu proses
produksi dan c. mengadakan kerjasama dengan institusi lain dalam hal promosi).
Strategi yang didapatkan berdasarkan analisis SWOT dan kemudian
dilakukan pembobotan secara AHP adalah strategi pengembangan dengan
memanfaatkan kekuatan yang dimiliki UKM Kulit Pari untuk mengatasi ancaman
yang terdiri dari: (1) Menambah Inovasi produk sesuai dengan trend masyarakat
dan (2) mempertahankan kualitas produk agar mampu bersaing dengan produk lain.
14
Darodjat (2014:40-43) melakukan penelitian dengan judul “Pengembangan
Industri Tanduk Desa Pucang Kecamatan Secang Skala Mikro Kecil, Kabupaten
Magelang”, mengenai strategi pengembangan industri tanduk skala kecil
menggunakan pendekatan AHP. Kriteria yang digunakan pada penelitian ini adalah
(1) Produksi (a. melakukan pelatihan manajemen dan inovasi produk, b.
mempermudah pengadaan bahan baku, c. pemberian kredit dengan bunga lunak);
(2) Pemasaran (a. menyediakan fasilitas tempat penyajian produk (gallery), b.
membuka peluang pasar (keikutsertaan pameran)); (3) SDM (a. melakukan
pelatihan dalam meningkatan ketrampilan teknis, b. melakukaan pelatihan dalam
upaya membudayakan kewiraudahaan) dan; (4) Teknologi (a. memberikan bantuan
teknologi dengan harga terjangkau, b. memberikan bantuan teknologi pengolahan
limbah).
Aspek yang paling diutamakan berdasarkan hasil analisi AHP adalah aspek
produksi (0,501), aspek pemasaran (0,236), aspek SDM (0,171) dan aspek
teknologi (0,093). Prioritas pengembangan industri kerajinan tanduk skala mikro
kecil dilakukan dengan melakukan pelatihan manajemen dan inovasi produk,
mempermudah pengadaan bahan baku, serta menyediakan galeri. Pengembangan
industri kerajinan tanduk skala mikro dapat dilakukan dengan strategi
pemberdayaan yang melibatkan secara aktif pemerintah, swasta dan pelaku industri.
Prioritas strategi jangka panjang dan jangka pendek yang perlu dilakukan adalah
Pemilihan Strategi Pengembangan Industri Kreatif Kulit Pari
Yogyakarta
Strength Weakness Opportunities Threats
S1 S2 W2 S3 S4 S5 W1 W3 O4 O1 O3 O2 W4 T3 T2 T1
Strategi SO Strategi SO Strategi SO Strategi SO
Gambar 2.1 Struktur Hirarki AHP
Sumber : Andriani et al. (2017:293)
15
memberikan pelatihan manajemen dan kreatifitas berproduksi, pelatihan penerapan
teknologi tepat guna dan partisipasi aktif dalam pameran produk kerajinan tanduk
skala nasional dan internasional.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Kulit
Menurut Marsudi dan Yunanto (2013:5), kulit adalah bagian terluar dari
struktur manusia, hewan atau tumbuhan. Kulit yang bisa digunakan dalam
pembuatan produk adalah kulit jadi, yaitu kulit yang sudah disamak atau diproses
menggunakan bahan kimia dengan takaran dan perhitungan waktu tertentu. Kulit
mempunyai sifat dan ciri yang unik yang tidak dimiliki oleh bahan yang lain. Satu
lembar kulit bisa memiliki sifat yang tidak sama. Kulit dikelompokkan menjadi 2,
yaitu kulit tersamak (jadi) dan kulit mentah. Kulit tersamak merupakan kulit yang
telah mengalami proses pengolahan penyamakan kulit. Kulit jenis ini digunakan
sebagai bahan baku industri persepatuan dan nonpersepatuan, pada umumnya
merupakan barang-barang terpakai. Kulit mentah merupakan kulit yang belum
mengalami pengolahan dengan bahan kimiawi. Jenis kulit ini digunakan untuk seni
tatah sungging sebagai bahan mentah.
Menurut Murtidjo (1990:115), kulit merupakan bahan baku industri, yang
tidak hanya dibutuhkan untuk industri dalam negeri, tetapi juga merupakan
komoditi ekspor yang menghasilkan devisa bagi negara. Sebagai komoditi yang
cukup baik, kulit sapi bias ditingkatkan kualitasnya. Perlu adanya penangan yang
Strategi Pengembangan Industri Tanduk Skala Mikro Kecil Kabupaten
Magetan
Produksi Produksi Produksi Produksi
A1 A2 A3 A6 A5 A4 A7 A8 A9
Gambar 2.2 Kerangka Hirarki Proses Pengambilan
Keputusan
Sumber : Darojat (2014:35)
16
cukup baik, sehingga kulit memiliki daya guna dan memberikan nilai tambah, selain
sanggup menembus persaingan pasar.
Menurut Nugraha (2018: 6-7), kulit berdasarkan jenis hewan dan teksturnya
dibagi menjadi 7, yaitu:
1. Kulit sapi adalah material paling umum dipakai kriyawan dan pengerajin kulit.
Kulit sapi memiliki kekuatan dan ketahanan yang baik. Ciri utamanya yaitu
memiliki ketebalan asal 1,55 mm - 5 mm. luas area kulit sapi dewasa secara
utuh 40-55 kaki persegi. Kulit terbaik adalah pada sapi muda (calf), karena
tingkat kelenturan dan ketebalan yang cocok untuk jadi produk premium.
2. Kulit domba memiliki kelenturan dengan ketebalan di bawah kulit sapi (0,8
mm- 1,2 mm). teksturnya lentur dan tipis cocok sebagai bahan produk seperti
jaket kulit. Luas area kulit domba secara utuh berkisar 6-15 kaki persegi.
3. Kulit kambing memiliki tekstur yang mirip dengan kulit domba, namun sedikit
lebih kaku. Kulit kambing digunakan untuk bahan luar jika menginginkan
tekstur tipis dan agak padat, karena ketebalannya 0,8mm – 1,2mm dan luas area
6-15 kaki persegi.
4. Kulit kuda memiliki tekstur dengan kulit sapi, bagian terbaik adalah bagian
bokongnya. Beberapa perusahaan kulit terkenal di dunia menjadikan bagian ini
(shell cordovan) sebagai kulit andalan dari perusahaannya.
5. Kulit babi memiliki tekstur unik pada permukaannya, ciri khasnya terdapat 3
titik yang berkumpul di permukaan kulitnya. Kulit babi cenderung tipis dan
sangat lentur, biasa digunakan untuk lapisan dalam sepatu atau jaket kulit
hingga sarung tangan. Produk yang menggunakan kulit babi biasanya memiliki
label khusus “pigskin”.
6. Kulit ular memiliki tekstur tipis, kaku dan bersisik tipis. Kulit ular menjadi
istimewa karena tekstur dan warna yang spesifik. Kulit ular biasa ditemukan
sebagai ornament pada produk tas, sepatu dan ikat pinggang.
7. Kulit buaya memiliki tekstur yang kaku, bagian yang umum digunakan adalah
bagian perutnya. Kulit buaya adalah salah satu kulit langka mengingat buaya
adalah hewan yang dilindungi.
17
2.2.2 Karakteristik Industri Kulit
Industri kulit meliputi industri penyamakan kulit, industri sepatu atau alas,
dan industri barang-barang yang terbuat dari bahan kulit. Industri penyamakan kulit
adalah industri yang mengolah bahan mentah (hides dan skins) menjadi kulit jadi
atau kulit tersamak (leather) dengan menggunakan bahan penyamak (Bapedal
dalam Syaf, 2005:11). Industri barang-barang kulit adalah yang mengelola kulit
samak menjadi barang untuk keperluan manusia seperti tas, koper, ikat pinggang,
sarung tangan, jaket kulit, wayang kulit serta hasil tatah dan ukir yang berasal dari
kulit perkamen (Wikanti dalam Syaf, 2005:12).
Menurut Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor
111 Tahun 2016 tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia
Kategori Industri Pengolahan Golongan Pokok Industri Kulit, Barang dari Kulit dan
Alas Kaki Bidang Industri Penyamakan Kulit Subbidang Proses Produksi (2016:1),
industri penyamakan kulit merupakan industri inti dari industri kulit secara luas.
Industri ini dalam perkembangannya dituntut untuk lebih maju dan modern, karena
kualitas dan kuantitas kulit hasil dari proses penyamakan kulit akan berpengaruh
besar pada perkembangan industri kulit. Bidang industri penyamakan kulit terbagi
menjadi beberapa subbidang proses produksi penyamkan kulit seperti pada tabel
berikut:
Tabel 2.1 Klasifikasi Bidang Industri Penyamakan Kulit Subbidang Proses
Produksi Penyamakan Kulit.
Klasifikasi Kode Judul
Kategori C Industri Pengolahan
Golongan Pokok 15 Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki
Golongan 151 Industri Kulit dan Barang dari kulit, termasuk
kulit buatan
Sub Golongan 1511 Industri Kulit dan Kulit buatan, termasuk
pencelupan kulit berbulu
Kelompok usaha 15112 Industri penyamakan kulit
Penjabaran
kelompok usaha
151120 Tidak ada penjabaran kelompok usaha dalam
KBLI
Sumber : Keputusan Menteri Ketenagakerjaan RI (2016:2)
Produk kerajnan kulit sesuai dengan perkembangan jaman dengan adanya
pengembangan desain, barang dan fungsinya. Produk fungsional seperti tas,
dompet, sepatu, ikat pinggang dan beberapa produk-produk baru yang berkembang
18
sesuai kemajuan jaman. Pembuatan karya tersebut tidak terlepas dari bahan baku
dan bahan pembantu ( Marsudi dan Yunanto, 2015:137-138).
2.2.3 Konsepsi Agroindustri
Menurut Saragih dalam Awantara (2014:11), agroindustri didefinisikan
sebagai suatu kegiatan industri yang memanfaatkan produk primer hasil pertanian
sebagai bahan bakunya untuk diolah sedemikian rupa sehingga menjadi produk
baru baik yang bersifat setengah jadi hingga dapat dikonsumsi. Agroindustri
sebagai salah satu subsistem penting dalam sistem agribisnis, memiliki potensi
untuk mendorong pertumbuhan yang tinggi karena pangsa pasar yang besar dalam
produk nasional. Agroindustri memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan baku,
merancang dan menyediakan peralatan serta jasa untuk kegiatan.
Menurut Soetriono et al. (2010:11), agroindustri diartikan sebagai semua
kegiatan industri yang terkait erat dengan kegiatan pertanian. Agroindustri
mencakup beberapa kegiatan antara lain:
1. Industri pengolahan hasil pertanian dalam bentuk setengah jadi dan produk
akhir seperti industri minyak kelapa sawit, industri pengolahan karet.
2. Industri penanganan hasil pertanian segera, seperti industri pembekuan ikan.
3. Industri pengadaan sarana produksi pertanian seperti pupuk.
4. Industri pengadaan alat-alat pertanian dan agroindustri lainnya, seperti traktor
pertanian dan industri mesin pengolah minyak sawit.
Menurut Santoso (2013:2-5), terdapat lima alasan yang mendasari
agroindustri menjadi lokomotif pengembangan ekonomi nasional di masa depan,
yaitu: (1) Industri pengolahan mampu mentransformasikan keunggulan komparatif
menjadi keunggulan bersaing (kompetitif), yang pada akhirnya akan memperkuat
daya saing agribisnis Indonesia; (2) produknya memiliki nilai tambah dan pangsa
pasar yang besar sehingga kemajuan yang dicapai dapat mempengaruhi
pertumbuhan perekonomian nasioal secara keseluruhan; (3) memiliki keterkaitan
yang besar baik ke hulu maupun hilir sehingga mampu menarik kemajuan sektor
lainnya; (4) memiliki baris bahan baku lokal (keunggulan komparatif) yang dapat
diperbaharui sehingga terjamin sustainabilitasnya; (5) memiliki kemampuan untuk
19
mentransformasikan struktur ekonomi nasional dari pertanian ke industri dengan
agroindustri sebagai motor penggeraknya.
Menurut Soetriono et al. (2006: 126-128), kegiatan agroindustri tetap akan
menghadapi berbagai tantangan, tantangan tersebut adalah: (1) keberhasilan usaha
peningkatan produksi menyebabkan adanya masalah surplus produksi, sehingga
pengolahan sisi penawaran dari produk pertanian masih membutuhkan perhatian
besar; (2) peningkatan penduduk pedesaan mendorong adanya fragmentasi yang
serius dalam kegiatan usaha pertanian seperti semakin kecilnya kepemilikan luas
lahan pertanian, sehingga agroindustri dengan skala kecil kurang efisien untuk
dikembangkan; (3) perkembangan globalisasi perekonomian yang terus bergulir;
(4) keterbatasan dalam ketersediaan sumberdaya manusia, terutama dilihat dari
tingkat ketrampilan dan pengetahuan serta kemampuan wiraswasta; (5)
keterbatasan teknologi yang secara khusus dikembangkan bagi kegiatan
agroindustri, khususnya yang berskala kecil di pedesaan; (6) infrastruktur dan
kelembagaan yang sekarang dikembangkan belum memberikan tunjangan yang
optimal bagi pengembangan agroindustri; (7) sosial budaya dan politik
menyebabkan manfaat yang diperoleh dari pengembangan agroindustri tidak
dirasakan sasaran pengembangan yaitu masyarakat pedesaan.
Menurut BPS (2019) perusahaan industri pengolahan dibagi menjadi 4
golongan yaitu:
1. Industri besar (tenaga kerja 100 orang atau lebih)
2. Industri Sedang (tenaga kerja 20-99 orang)
3. Industri Kecil (tenaga kerja 5-19 orang)
4. Industri Rumah tangga atau mikro (tenaga kerja 1-4 orang)
2.2.4 Teori Biaya
Biaya merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam proses
produksi, karena biaya langka dan harus digunakan seefisien mungkin agar
mendapatkan pendapatan yang optimal. Kegiatan produksi yang efisien adalah
kegiatan produksi yang dilakukan dengan menekan biaya serendah-rendahnya
dengan meningkatkan produksi setinggi-tingginya dan di investasikan sesuai hasil
20
yang ingin dicapai pada akhir produksi. Biaya produksi merupakan pengeluaran
selama proses produksi meliputi pengeluaran yang dilakukan untuk faktor produksi
dan jasa yang digunakan selama proses produksi (Soetriono et al., 2017:75).
Menurut Sarifuddin dalam Zira’ah (2017: 209), biaya sesuai dengan sifatnya
dibedakan menjadi biaya eksplisit dan biaya implisit.
1. Biaya eksplisit
Biaya yang benar-benar nyata dikeluarkan, meliputi biaya sarana produksi,
tenaga kerja luar keluarga, penyusutan alat, perlengkapan dan sewa alat, serta
bunga modal pinjaman.
2. Biaya implisit
Biaya yang tidak nyata dikeluarkan tetapi biaya diperhitungkan, biaya ini
meliputi biaya tenaga kerja dalam keluarga dan bunga atas modal sendiri.
Menurut Hariyati (2007: 92-94), biaya dapat dibedakan menjadi 3 konsep:
1. Biaya Tetap Total (Total Fixed Cost)
Biaya ini digunakan untuk faktor produksi tetap. Biaya ini hanya memiliki arti
dalam jangka pendek, dimana faktor produksi yang digunakan merupakan
faktor produksi tetap. Jumlah biaya tetap ini tidak bergantung pada jumlah
produk yang dihasilkan.
2. Biaya Variabel Total (Total Variable Cost)
Biaya variabel dapat berupa uang tunai, barang atau nilai jasa, biaya ini
ditentukan oleh fungsi produksi atau produk total. Secara keseluruhan dapat
disimpulkan bahwa jika jumlah produk semakin banyak maka akan semakin
besar pula biaya variabel yang diperlukan.
3. Biaya Total (Total Cost)
Biaya total merupakan penjumlahan biaya tetap dan biaya variabel. Tanpa
memperhatikan proses produksi langsung dengan kenaikan hasil bertambah
atau berkurang, secara umum dapat dikatakan bahwa, semakin banyak produk
yang dihasilkan semakin besar biaya yang digunakan. Kegunaan biaya total
yaitu untuk menentukan pendapatan dari suatu usaha. Apabila diperlihatkan
secara detail, kurva biaya total dicirikan pada saat produksi antara 0 – Y1.
Kurva biaya total meningkat dengan tambahan biaya yang semakin menurun,
21
begitu sebaliknya. Hal ini dikarenakan adanya keterkaitan antara kurva biaya
dengan kurva produksi yang mengikuti hukum Law of Diminishing Return.
Gambar 2.3 Kurva TFC, TVC dan TC
Sumber: Hariyati (2007: 93)
Kurva FC mendatar menunjukkan bahwa besarnya biaya tetap tidak
tergantung pada jumlah produksi. Kurva VC membentuk huruf S terbalik,
menunjukkan hubungan terbalik antara tingkat produktivitas dengan besarnya
biaya. Kurva TC sejajar dengan kurva VC menunjukkan bahwa dalam jangka
pendek perubahan biaya total semata-mata ditentukan oleh perubahan biaya
variabel (Soetriono et al., 2017:76).
2.2.5 Biaya Penyusutan
Menurut Zaharuddin (2006:241), penyusutan merupakan salah satu biaya
yang akan mengurangi penghasilan bersih dari suatu laba usaha. Lebih
sederhananya penyusutan dikatakan suatu metode perhitungan pengembalian
modal bertahap atas dana yang diinvestaasikan pada barang modal. Penyusutan
dilakukan tehadap benda atau barang berwujud yang dimiliki perusahaan dalam
rangka mendapatkan penghasilan bersih dengan pemanfaatan benda tersebut.
TC
TVC
TFC
0 Y1 Y2 Produksi
Biaya / Cost
22
Menurut Waluyo (2008:92-100), penyusutan atau jumlah disusutkan
(depreciable amount) adalah biaya perolehan suatu aset atau jumlah lain yang
didstribusikan untuk biaya dalam laporan keuangan dikurangi nilai sisa. Jumlah
penyusutan akan dialokasikan ke setiap periode akuntansi selama masa manfaat
asset tetap berwujud menggunakan berbagai metode yang sistematis. Penggunaan
metode penyusutan mempersyaratkan adanya penggunaan yang konsisten tanpa
memandang tingkat profitabilitas perusahaan, sehingga diharapkan dapat
menyediakan daya banding hasil operasi perusahaan dari periode ke periode.
Metode penyusutan dapat digunakan sesuai dengan pengelompokkan menurut
beberapa kriteria:
1. Dasar Waktu
a. Metode Garis Lurus ( Straight Line Method)
Biaya penyusutan dialokasikan berdasar berjalannya waktu dalam jumlah-
jumlah yang sama selama masa manfaat asset tetap berwujud tersebut.
b. Metode Pembebanan Menurun
1) Metode Jumlah angka tahun (sun of the year digit method)
2) Metode Saldo Menurun / Saldo Menurun Ganda (Declining/ Double
Declining Balance Method)
2. Dasar Penggunaan
a. Metode Jam Jasa (Service Hours Method)
Penyusutan dihitung dengan mendasarkan pada teori bahwa pembelian asset
tetao ditunjukkan dari jumlah jam jasa langsung dan dalam metode ini
mengakui estimasi masa manfaat asset yang diukur dalam jam jasa.
Biaya Penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar Perhitungan Penyusutan
Biaya Penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar Perhitungan Penyusutan
Dasar Perhitungan Penyusutan = Harga Perolehan -/- Nilai Residu
Biaya Penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar Perhitungan Penyusutan
Dasar Perhitungan Penyusutan = Harga Sisa Buku Awal Periode
Tarif Penyusutan Per Jam = Harga Perolehan−Nilai Residu
𝐸𝑠𝑡𝑖𝑚𝑎𝑡𝑒𝑑 𝑆𝑒𝑟𝑣𝑖𝑐𝑒 𝐿𝑖𝑓𝑒
23
b. Metode Unit Produksi (Productive Output Method)
3. Dasar Kriteria Lainnya
Penyusutan dapat dihitung dengan dasar jenis dan kelompok. Alokasi biaya
penyusutan tampak:
a. Tarif Penyusutan Grup
b. Tarif Penyusutan Gabungan
Menurut Alam (2007:234), aktiva tetap atau asset tetap yang dimiliki
perusahaan dan dipakai dalam kegiatan normal akan berkurang nilai ekonominya
secara berangsur-angsur. Berkurangnya nilai aktiva tersebut merupakan biaya yang
harus dicatat dalam laporan akuntansi yang dikenal dengan penyusutan. Penyusutan
dapat dihitung menggunakan beberapa metode. Metode yang paling umum
digunakan adalah metode penyusutan garis lurus (straight lines method), untuk
menghitung penyusutan dengna metode ini harus diketahui dulu nilai perolehan,
umur ekonomis dan nilai sisa (residu) aktiva.
2.2.6 Teori Penerimaan
Menurut Sitio dan Tamba (2001: 74-75), penerimaan tergantung dari
aktivitas: (1) penjualan atau permintaan atas output industri dan (2) harga produk.
Faktor-faktor tersebut perlu diperhatikan untuk dapat memaksimumkan
keuntungan. Penerimaan total (TR) dapat ditulis sebagai berikut:
TR = Q. P
Keterangan: TR = Total Revenue (Penerimaan Total)
Q = Jumlah (Quantity)
P = Harga (Price)
Tarif Penyusutan = Produksi Sebenarnya
Kapasitas Produksi
Biaya Penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar Penyusutan
Dasar Penyusutan = Harga Perolehan
Tarif Penyusutan Grup =1
Taksiran Rata−rata Umur Grup Set
Tarif Penyusutan Gabungan=Total Penyusutan Grup Set Tiap Tahun
Total Harga Perolehan Grup Set 𝑥 100%
24
Sifat penerimaan sangat berhubungan dengan unit barang yang dijual, jika
perusahaan tidak menghasilkan dan menjual barang maka penerimaan perusahaan
nol, sebaliknya semakin banyak jumlah barang terjual maka penerimaan semakin
besar, sehingga kurva penerimaan berupa garis lurus tak hingga. Namun, pada
beberapa kakus penerimaan justru makin menurun seiring bertambahnya jumlah
penjualan, hal ini tentu karena faktor permintaan atas barang dan juga keberhasilan
promosi. Istilah matematisnya adalah penerimaan yang semakin lama semakin
menurun nilainya seiring dengan bertambahnya penjualan adalah penerimaan
fungsi kuadrat, dimana penerimaan ini memiliki nilai ekstrim (Putong, 2015 :47).
2.2.7 Teori Pendapatan
Perusahaan merupakan organisasi yang bertujuan untuk memaksimumkan
keuntungan untuk tetap bertahan. Keuntungan ekonomis merupakan semua
penerimaan dikurangi seluruh biaya produksi. Perusahaan memiliki tujuan untuk
mencapai laba maksimum dengan memilih kombinasi input terbaik dengan tingkat
output paling menguntunkan. Perusahaan akan selalu memilih kuantitas dan harga
yang memiliki keuntungan ekonomis masksimum (Sumarsono, 1998: 108-109).
Pendapatan adalah total penerimaan (uang dan bukan uang) seseorang atau
suatu rumah tangga selama periode tertentu. Pendapatan akan menjadi lebih besar
apabila dapat menekan biaya variabel yang dikeluarkan diimbangi dengan produksi
yang tinggi. Secara sistematis analisi pendapatan dapat ditulis dan digambarkan
sebagai berikut (Soetriono et al., 2017:76):
Keterangan:
π = Pendapatan besrih (Rp)
TR = Total Penerimaan (Rp)
TC = Total Biaya (Rp)
P = Harga Persatuan (Rp)
Q = Produksi
TVC = Total Biaya Variabel (Rp)
TFC = Total Biaya Tetap (Rp)
π = TR – TC
TR = P. Q
TC = TFC + TVC
25
π Q
1 Q
2 Q
3
Q
4
Q
5 Kuantita
s
c1 b1
a1
a2 b2
c2
T
C
T
R
0
Rp
2.2.5 Efisiensi Penggunaan Biaya Produksi
Menurut Soetriono (2017: 44), efisiensi memiliki arti penting mengingat
didalamnya terkandung pengertian untung rugi, yaitu membandingkan besarnya
biaya dengan besarnya nilai produksi yang diperoleh dari kegiatan produksi.
Masalah efisiensi dalam analisis ekonomi merupakan masalah penting karena dapat
bertindak sebagai alat ukur untuk menilai pemilihan-pemilihan dalam keputusan
berproduksi. Efisiensi diartikan sebagai perbandingan antara nilai hasil (output) dan
nilai masukan (input). Suatu metode produksi dapat dikatakan lebih efisien dari
metode lainnya, bila metode itu menghasilkan output yang lebih tinggi nilainya
untuk tingkat korbanan yang sama.
Menurut Soetriono et al. (2017: 93), efisiensi biaya merupakan salah satu
kriteria untuk menentukan sejauh mana usaha tersebut menguntungkan untuk
diusahakan. Efisiensi biaya suatu usaha dipengaruhi oleh total penerimaan (Total
Revenue) dan total biaya (Total Cost) yang dikeluarkan selama proses produksi.
Gambar 2.4 Kurvs TR, TC dan Pendapatan Bersih (Soetriono,
2017:77)
26
Pencermatan terhadap kriteria ini baik manfaat (benefit) maupun biaya, dinyatakan
dalam nilai sekarang (present value).
Menurut Soekartawi (1995:85-86), R/C ratio adalah singkatan dari Return
Cost Ratio atau perbandingan antara penerimaan dan biaya. Nilai R/C ratio
menunjukkan besar pendapatan yang diterima untuk setiap rupiah yang digunakan
untuk kegiatan produksi. Tinginya nilai R/C ratio disebabkan oleh produksi yang
diperoleh dan harga komoditas yang sangat berpengaruh terhadap penerimaan
pelaku usaha. Secara matematik, hal ini dapat dituliskan sebagai berikut:
a = R/C
R = PQ . Q
C = FC +VC
a ={( PQ . Q) / (FC +VC )}
Keterangan:
R = Penerimaan (Rp)
C = Biaya (Rp)
PQ = Harga output (Rp)
Q = Output (Produk)
FC = Biaya Tetap (Fixed Cost) (Rp)
VC = Biaya Variabel (Variable Cost) (Rp)
Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
1. R/C Ratio >1, penggunaan biaya pada usaha tersebut efisien.
2. R/C Ratio <1, penggunaan biaya pada usaha tersebut tidak efisien.
3. R/C Ratio =1, penggunaan biaya pada usaha tersebut impas.
2.2.6 Teori Nilai Tambah
Menurut Marimin dan Maghfiroh (2010:129), konsep nilai tambah adalah
suatu perubahan nilai yang terjadi karena adanya perlakuan terhadap suatu input
pada suatu proses produksi. Arus peningkakatan nilai tambah komoditas pertanian
terjadi dari hulu ke hilir yang berawal dari petani dan berakhir di konsumen. Nilai
tambah secara kuantitatif dihitung dari peningkatan produktivitas, sedangkan nilai
tambah secara kualitatif dilihat dari meningkatnya kesempatan kerja, pengetahuan
dan ketrampilan SDM.
27
Ada dua cara untuk menghitung nilai tambah yaitu nilai tambah untuk
pengolahan dan nilai tambah untuk pemasaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi
nilai tambah untuk pengolahannya diantaranya adalah faktor teknis. Faktor teknis
yang berpengaruh adalah kapasitas produksi, jumlah bahan baku yang digunakan
dan tenaga kerja. Besarnya nilai tambah karena proses pengolahan didapat dari
pengurangan biaya bahan baku dan input lainnya terhadap nilai produk yang
dihasilkan, tidak termasuk tenaga kerja (Hayami et al., dalam Sudiyono,2002:149).
Nilai tambah merupakan nilai keuntungan dari proses pengolahan yang
diperoleh dari pengurangan nilai produk yang dihasilkan dengan biaya penunjang
(intermediate cost) tidak termasuk tenaga kerja manusia. Secara matematik, dapat
ditulis sebagai berikut:
Nilai Tambah = f { K, B, T, U, H, h, L}
Keterangan:
K = Kapasitas Produksi
B = Bahan baku yang digunakan
T = Tenaga kerja yang digunakan
U = Upah tenaga kerja
H = Harga output
h = Harga bahan baku
L = Nilai input lain (nilai dari semua korbanan yang terjadi selama proses
perlakuan untuk nilai tambah)
Menurut Sudiyono dalam Marimin dan Maghfiroh (2010: 130-131),
kelebihan dari analisis nilai tambah oleh Hayami adalah
1. Dapat diketahui besarnya nilai tambah
2. Dapat diketahui besarnya balas jasa terhadap pemilik faktor produksi.
3. Dapat diterapkan di luar subsistem pengolahan.
Konsep pendukung dalam analisis nilai tambah menurut Hayami untuk
subsistem pengolahan sebagai berikut:
a. Faktor konveksi : jumlah output yang dihasilkan satu satuan input.
b. Koefisien tenaga kerja langsung, menunjukkan jumlah tenaga kerja langsung
yang diperlukan untuk mengolah satu satuan input.
c. Nilai output, menunjukkan nilai output yang dihasilkan dari satuan input.
28
2.2.7 Teori Manajemen Strategi
Menurut Yunus (2016:3-4), mengatakan bahwa manajemen strategi berbeda
dengan lainnya, manajemen strategi senantiasa menyikapi dinamika terjadinya
suatu perubahan lingkungan sehingga dapat berpengaruh terhadap implementasi
manajemen itu sendiri serta berupaya untuk merealisasikan tujuan yang telah
ditetapkan. Manajemen strategis memiliki sembilan tugas penting. Tugas penting
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Merumuskan misi perusahaan, termasuk pernyataan yang luas mengenai
maksud, filosofi dan sasaran perusahaan.
2. Melakukan suatu analisis yang mencerminkan kondisi dan kapabilitas internal
perusahaan.
3. Menilai lingkungan eksternal perusahaan, termasuk faktor persaingan dan
faktor kontekstual umum lainnya.
4. Menganalisis pilihan-pilihan yang dimiliki oleh perusahaan dengan cara
menyesuaikan sumberdaya dengan lingkungan eksternal.
5. Mengidentifikasikan pilihan paling mendukung dengan cara mengevaluasi
setiap pilihan berdasarkan misi perusahaan.
6. Memilih satu set tujuan jangka panjang dan strategi utama yang akan
menghasilkan pilihan paling menguntungkan tersebut.
7. Mengembangkan tujuan tahunan dan strategi jangka pendek yang sesuai
dengan tujuan jangka panjang dan strategi utama yang telah ditentukan.
8. Mengimplementasikan strategi yang telah dipilih melalui alokasi sumberdaya
yang dianggarkan, dimana penyesuaian antara tugas kerja, manusia, struktur,
teknologi dan sistem penghargaan ditekankan.
9. Mengevaluasi keberhasilan proses strategis sebagai masukan pengambilan
keputusan di masa mendatang.
Menurut Anoraga (2004:358-360), masalah penetapan strategi perusahaan
sangat berhubungan dengan kondisi lingkungan yang ada atau dihadapi oleh
perusahaan. Perumusan strategi bersaing relative tidak mudah untuk
menghubungkan peusahaan dengan lingkungannya. Aspek utama dari lingkungan
per usahaan adalah industri-industri, dimana perusahaan tersebut bersaing. Struktur
29
industri berpengaruh kuat dalam menentukan aturan persaingan, serta strategi yang
tersedia bagi perusahaan. Kekuatan di luar industri relative penting karena dapat
mempengaruhi semua perusahaan dalam suatu industri. Kuncinya terletak pada
kemampuan yang berlainan diantara perusahaan yang bersangkutan untuk
menanggulanginya. Strategi persaingan dihubungkan dengan daur hidup produk
yang berbeda untu masing-masing perusahaan. Keadaan yang tidak diinginkan
dirasakan ketika produk memasuki tahap penurunan. Alternatif strategi yang dapat
digunakan meliputi:
a. Strategi Kepeloporan, diarahkan untuk memanfaatkan industri yang sedang
menurun, yang strukturnya sedemikian rupa sehingga perusahaan-perusahaan
yang masih bertahan mempunyai potensi meraih keuntungan di atas rata-rata.
Perusahaan bertujuan untuk menjadi satu-satunya perusahaan yang bertahan.
b. Sasaran strategi ceruk (niche) adalah mengenai segmen dalam industri yang
sedang menurun, tidak saja mempertahankan permintaan yang stabil atau
menurun secara lambat, memiliki karakteristik structural yang memungkinkan
laba tertinggi. Perusahaan melakukan investasi guna membangun posisinya di
segmen ini.
c. Strategi panen, perusahaan berusaha mengoptimalkan arus kas dan bisnis
bersangkutan, dengan menghilangkan atau mengurangi investasi baru,
mengurangi pemeliharaan fasilitas serta memanfaatkan sisa kekuatan guna
menaikkan harga atau meraih manfaat dari keunggulan masa lalu.
d. Strategi Tarik diri segera, bersandar pada pemikiran, perusahaan dapat
memaksimalkan pengendalian investasi nettonya dengan menjual bisnis
tersebut secara dini dalam masa penurunan.
Menurut Sule dan Saefullah (2005: 135), perusahaan melakukan strategi
untuk memenangkan bisnis yang dijalankannya dan mempertahankan
keberlangsungan kehidupan perusahaan dalam jangka Panjang. Penyusunan
strategi memiliki 3 fase, yaitu penilaian keperluan penyusunan strategi, analisis
situsasi, pemilihan strategi kemudian di implementasikan. Penilaian keperluan
penyusunan strategi dapat dilakukan dengan menilai strategi yang sedang
dijalankan, baik buruknya, dan hasil yang diperoleh perusahaan dengan
30
menggunankan strategi tersebut. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui perlu
atau tidaknya penyusunan strategi dan mengetahui strategi yang sesuai dengan
tuntutan lingkungan. Analisis situasi mengenai kekuatan dan kelemahan yang
dimiliki organisasi sekaligus menganalisis peluang dan ancaman. Pemilihan
strategi, pada dasarnya alternatif strategi terbagi ke dalam 3 bagian besar, yaitu: (1)
strategi mengambil risiko (strategi yang cenderung menyerang atau agresif atau
agrresive or offensive strategy); (2) strategi menghindari risiko ( strategi bertahan
atau defensive strategy); (3) strategi yang memadukan antara mengambil risiko dan
menghindari risiko (turn-around strategy). Proses manajemen strategi dapat dilihat
dalam gambar 2.5.
Gambar 2.5. Proses Manajemen Strategi
Sumber: Sule dan Saefullah (2005: 137)
2.2.8 Analytical Hierarchy Process (AHP)
Menurut Falatehan (2016:1), Analytical Hierarcy Process (AHP) pada
dasarnya didesain untuk menangkap secara rasional persepsi orang yang
berhungungan erat dengan permasalahan tertentu melalui prosedur yang didesain
untuk sampai pada skala preferensi diantara berbagai set alternatif. Peralatan utama
dari model ini adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya presepsi
manusia. Suatu masalah yang kompleks dan tidak terstruktur dipecah dalam
kelompok-kelompoknya, kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki. Model
AHP menggunakan presepsi manusia yang dianggap pakar atau ahli sebagai input
Penentuan tujuan
Penyusunan Strategi
Administrasi
Pengendalian Strategi
Perencanaan
Strategi
Implementasi
Strategi
31
utamanya. Kriteria pakar atau ahli yang digunakan dalam analisis AHP lebih
mengacu pada orang yang mengerti benar permasalahan yang diajukan, merasakan
akibat suatu masalah atau memiliki kepentingan terhadap masalah tersebut.
Falatehan (2016:2-4), mengungkapkan kelebihan dari model AHP adalah
kemampuannya yang dapat memecahkan masalah multiobjectives dan
multicriteria, karena adanya fleksibelitas tinggi terutama pada pembuatan
hirarkinya. Namun, model AHP juga memiliki kelemahan yang dapat berakibat
fatal jika keliru dalam membahasnya. Ketergantungan model ini adalah inputnya
berupa presepsi seorang pakar dan dapat membuat hasil akhir menjadi tidak berarti
jika pakar memberikan penilaian yang keliru. Kondisi ini ditambah dengan belum
adanya kriteria yang jelas untuk seorang pakar, membuat orang sering ragu-ragu
dalam menanggapi solusi yang dihasilkan model ini. Keragu-raguan ini tidak lain
diakibatkan oleh kenyataan bahwa setiap orang mempunyai presepsi yang berbeda
dengan orang lain. Karenanya untuk membuat AHP ini dapat diterima, perlu
diberikan batasan tegas dari seorang pakar serta meyakinkan masyarakat untuk
menganggap bahwa presepsi pakar dapat mewakili pendapat masyarakat, paling
tidak sebagian besar masyarakat.
Menurut Sumiyati et al. (2011:140), prinsip kerja AHP adalah
menyederhanakan suatu masalah kompleks yang tidak terstruktur, strategik dan
dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu hierarki. Kemudian
disesuaikan dengan tingkat kepentingan setiap variabel yang lain. Berdasarkan
berbagai pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan
variabel yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil
pada sistem tersebut
Menurut Mulyono (1996:119-123), Analytical Hierarcy Process (AHP)
merupakan suatu teori umum tentang pengukuran, digunakan untuk menemukan
skala rasio baik dari perbanding pasangan yang diskrit maupun kontinyu.
Perbandingan- perbandingan ini dapat diambil dari ukuran aktual atau dari suatu
skala dasar yang mencerminkan kekuatan perasaan dan preferensi relative. AHP
memiliki perhatian khusus tentang penyimpangan dari konsistensi, pengukuran dan
pada ketergantungan di dalam dan di antara kelompok elemen strukturnya.
32
Penyelesaian persoalan dengan AHP terdapat beberapa prinsip yang harus
dipahami, diantaranya adalah:
1. Decomposition
Setelah persoalan didefinisikan, maka perlu dilakukan decompotition yaitu
memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya. Jika ingin
mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan juga dilakukan terhadap unsur-
unsurnya sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut, sehingga
didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan tadi. Ada dua jenis hirarki, yaitu
lengkap dan tidak lengkap. Dalam hirarki lengkap, semua elemen pada suatu
tingkat memiliki semua elemen yang ada pada tingkat berikutnya. Jika tidak
demikian, dinamakan hirarki tidak lengkap.
Menurut Sari (2018: 130), dekomposisi masalah adalah langkah dimana suatu
tujuan (Goal) yang telah ditetapkan harus diuraikan secara sistematis kedalam
struktur yang menyusun rangkaian sistem hingga tujuan dapat dicapai secara
rasional. Kita harus mempertimbangkan agar kriteria yang dipilih benar-benar
mempunyai makna bagi pengambilan keputusan dan tidak memiliki makna
yang sama, sehingga kriteria yang sedikit dapat memberikan makna yang besar
terhadap tujuan. Apabila digambarkan dalam bentu bagan hirerki dapat dilihat
pada gambar 2.6:
Gambar 2.6 Bagan Hirarki
Sumber: Sari (2018:130)
Tujuan
Kriteria 1 Kriteria 2 Kriteria 3 Kriteria n
Pilihan 1
Pilihan 2
Pilihan 3
Pilihan 1
Pilihan 2
Pilihan 3
Pilihan 1
Pilihan 2
Pilihan 3
Pilihan 1
Pilihan 2
Pilihan 3
Hirarki 2
Hirarki 3
Hirarki 1
33
Hirarki 1 adalah tujuan (goal) yang akan dicapai atau penyelesaian persoalan.
Hirarki 2 adalah apa saja yang harus dipenuhi oleh semua penyelesaian agar
layak untuk menjadi pilihan yang paling ideal dan Hirarki 3 adalah pilihan
penyelesaian masalah. Penetapan hirarki adalah sesuatu yang sangat
bergantung dari persoalan yang dihadapi (Sari, 2018:131).
2. Comperative Judgment
Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan relative dua elemen
pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat diatasnya. Penilaian
ini merupakan inti dari AHP, karena ia akan berpengaruh terhadao prioritas
elemen-elemen. Hasil dari penilaian ini akan tampak lebih enak bila disajikan
dalam bentuk matriks pairwise comparison. Pertanyaan yang biasa diajukan
dalam penyusunan skala kepentingan adalah:
a. Elemen mana yang lebih (penting/disukai/mungkin/..)? dan
b. Berapa kali lebih (penting/ disukai/ mungkin/..)?si
Dalam penyusunan skala kepentingan ini, digunakan Patokan tabel tingkat
kepentingan.
Tabel 2.2 Tingkat Kepentingan
Tingkat
Kepentingan Definisi
1 Sama pentingnya dibanding yang lain
3 Moderat pentingnya dibanding yang lain.
5 Kuat pentingnya dibanding yang lain
7 Sangat kuat pentingnya dibanding yang lain
9 Ekstrim pentingnya dibanding yang lain
2,4,6,8 Nilai diantara dua penilaian yang berdekatan
Reciprocal Jika elemen i memiliki salah satu angka diatas ketika
dibandingkan elemen j, maka j memiliki nilai kebalikannya
ketika di banding elemen i.
Dalam penilaian kepentingan relative dua elemen berlaku aksioma
reciprocal (elemen i dinilai 3 kali lebih penting disbanding j, maka elemen j
harus sama dengan 1/3 kali pentingnya disbanding elemen i. Perbandingan dua
elemen yang sama akan menghasilkan angka 1 (sama penting). Jika terdapat n
elemen, maka akan diperoleh matriks pairwise comparison berukuran nxn.
Banyaknya penilaian yang diperlukan dalam menyusun matriks adalah n(n-
1)/2 karena matriksnya reciprocal dan elemen-elemen diagonal =1.
34
3. Synthesis of Priority
Berdasarkan matriks pairwise comparison kemudian dicari eigen vector-nya
untuk mendapat local priority. Untuk mendapatkan global priority harus
dilakukan sintesa diantara local priority, karena matriks pairwise comparison
berada disetiap tingkat. Pengurutan elemen menurut kepentingan relative
melalui prosedur sintesa dinamakan priority setting.
4. Logical Consistency
Konsistensi memiliki 2 makna, pertama adalah obyek yang serupa dapat
dikelompokkan sesuai keseragaman dan relevansi. Kedua adalah menyangkut
tingkat hubungan antara obyek yang berdasar pada kriteria tertentu.
2.3 Kerangka Pemikiran
Industri merupakan salah satu usaha yang dilakukan untuk menciptakan
masyarakat yang mandiri. Industri kulit terbesar di kawasan 2 adalah di Kabupaten
Magetan, didukung dengan adanya industri penyamakan kulit yang ada di
Lingkungan Industri Kulit (LIK). Hasil dari LIK nantinya akan didistribusikan ke
Industri Kerajinan Kulit. Industri Kerajinan Kulit merupakan sebuah usaha untuk
mengubah kulit samakan menjadi barang-barang yang dapat digunakan.
Pengolahan bahan baku setengah jadi menjadi produk jadi tentu akan memberikan
nilai tambah, dimana hal tersebut dapat menambahkan nilai ekonomis dari suatu
produk. Produk alas kaki dari kulit ini sudah menjadi salah satu ciri khas dari
Kabupaten Magetan.
Kabupaten Magetan memiliki 3 sentra industri kerajinan kulit yaitu
Kelurahan Selosari, Kelurahan Mojopurno dan Kelurahan Magetan. Kelurahan
Selosari merupakan salah satu sentra yang cukup potensial. Sentra kerajinan yang
ada di Kelurahan Selosari ini merupakan sentra kerajinan alas kaki dari kulit. Sentra
ini berada di lokasi strategis karena berada di jalan menuju ke tempat wisata,
sehingga mudah dijangkau oleh pengunjung selain itu juga dekat dengan bahan
baku. Umumnya industri kerajinan kulit ini masih berskala rumah tangga atau kecil.
Tentunya penggunaan teknologi dalam proses pembuatan kerajinan kulit
menggunakan teknologi yang sederhana atau homemade.
35
Saat ini produk homemade memang tengah menjadi perbincangan hangat
pada masyarakat. Kualitas yang ditawarkan oleh industri kerajinan kulit juga tidak
kalah dengan kualitas pabrikan seperti di Kabupaten Sidoarjo. Produk homemade
ini menjadi daya tarik sendiri bagi pengunjung karena konsumen nantinya akan
dapat memilih sendiri model produk yang diinginkan. Tentunya hal ini merupakan
prospek kerja yang menguntungkan bagi yang mampu membaca peluangnya.
Sistem penjualan yang dilakukan di sentra kerajinan alas kaki dari kulit ini lebih
mengarah pada pemesanan baik retail maupun dalam jumlah besar dan pemesan
dapat menggunakan label mereka sendiri, sehingga produk alas kaki kulit dari
Kabupaten Magetan kurang terkenal di konsumen akhir.
Pengerajin juga membuat toko untuk memajang produk di etalase, namun
produk yang dipasang ini kebanyakan hanya sebagai contoh model atau lebihan dari
produk pesanan. Toko juga digunakan untuk menampung kerajinan dari beberapa
pengerajin daerah lain baik di Magetan maupun di luar daerah. Sentra industri
kerajinan kulit dekat dengan bahan baku, sehingga biaya produksi dapat
diminimalisir. Pengerajin membatasi produksi septau sebanyak 10 pasang per hari
karena kurangnya SDM yang digunakan dan terbatasnya permintaan. Hal ini tentu
akan berpengaruh terhadap biaya yang dikeluarkan, efisiensi biaya, penerimaan dan
pendapatan industri.
Tujuan pertama dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pendapatan
dan efisiensi penggunaan biaya produksi pada industri kerajinan alas kaki dari kulit
di Kabupaten Magetan dengan menggunakan pendekatan analisis pendapatan dan
efisiensi penggunaan biaya produksi (R/C ratio). Seperti yang telah dilakukan oleh
Wibowo (2009) yang melakukan penelitian guna mengetahui pendapatan dan
efisiensi penggunaan biaya produksi pada industri kerajinan kulit sepatu pada CV.
Anugerah Jaya pendapatan usahanya menguntunkan dan sudah efisiennya dimana
hasil R/C rasio sudah lebih dari 1. Efisiensi biaya yang memiliki R/C ratio lebih
dari satu, yang artinya setiap pengeluaran satu rupiah biaya produksi maka akan
menerima lebih dari satu rupiah.
Tujuan kedua dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya nilai
tambah pada industri kerajinan alas kaki dari kulit di Kabupaten Magetan dengan
36
menggunakan pendekatan metode Hayami. Pendekatan tersebut digunakan untuk
mengetahui apakah industri kerajinan alas kaki dari kulit memiliki nilai tambah atau
belum. Seperti yang dilakukan oleh Kusmiyati (1999) yang melakukan penelitian
di industri kecil sepatu (joan’s Shoes dan PD. Karya Dian Shoes Cibaduyut,
Bandung) yang juga menggunakan pendekatan metode Hayami. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa berdasarkan analisis metode Hayami, industri
kecil sepatu memiliki nilai tambah meskipun berbeda, dimana Joan’s Shoes
memiliki nilai tambah untuk pasar ekspor seberar 49,86% dan pasar domestic
sebesar 33,38, sedangkan untuk PD. Karya Dian Shoes hanya memiliki nilai tambah
sebesar 18,44%. Hal ini disebabkan oleh penetapan harga yang dilakukan kedua
industri ini berbeda, Joan’s Shoes menetapkan harga ekspor berdasarkan dollar,
sedangkan PD. Karya Dian tidak, sehingga kenaikan biaya produksi tidak dapat
tertutupi oleh harga jual.
Tujuan ketiga dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui prioritas strategi
pengembangan industri kerajianan alas kaki dari kulit dengan melihat potensi yang
ada dan kemudian disusun alternatif-alternatif strategi. Penentuan prioritas strategi
pengembangan ini mengunakan pendekahan Analytical Hierarcy Process (AHP),
dimana alternatif strateginya didapatkan dari penelitian terdahulu dan dari peneliti.
Seperti yang telah dilakukan oleh Darojat (2014) yang menggunakan pendekatan
AHP pada industri tanduk skala mikro kecil dengan 4 kriteria pokok yaitu produksi,
pemasaran, SDM dan Teknologi.
Pada penelitian Andriani et al. (2017) dan Purwaningsih (2003)
menggunakan metode SWOT untuk mengetahui strategi pengembangannya dan
kemudian di prioritaskan menggunakan metode AHP, sedangkan penelitian ini
hanya menggunakan metode AHP dalam penentuan strategi dengan mengetahui
variabel- variabel yang menjadi masalah utama. Alternatif strategi diperoleh dari
beberapa penelitian terdahulu, antara lain: 1. Penelitian Darojat (2014): a.
melakukan pelatihan manajemen dan inovasi produk; b. pelatihan dalam
meningkatkan ketrampilan teknis; c. memberikan bantuan teknologi pengolahan
limbah; d. memberikan bantuan teknologi dengan harga terjangkau, 2. Penelitian
Purwaningsih (2003): a. pengembangan industri pengolah kulit; b. peningkatan
37
pengetahuan tentang pengolahan limbah; c. penyediaan informasi pasar (katalog),
3. Penelitian Andriani (2017): a. mempertahankan kualitas produk, serta ada 2
alternatif strategi dari peneliti yang di dapat dari survei pendahuluan yaitu: a.
memanfaatkan promosi pemerintah daerah, b mengadakan balai latihan kerja
khusus kerajinan kulit. Strategi yang dirumuskan berdasarkan skala prioritas
menggunakan metode AHP. Hal ini diharapkan untuk mengetahui strategi yang
perlu dilakukan untuk mengembangkan industri kerajinan kulit di Kabupaten
Magetan. Berikut adalah kerangka pemikiran peneliti:
38
38
Sentra industri kerajinan kulit di Kelurahan Selosari Kecamatan Magetan
Produk Usaha Industri Kerajinan Alas Kaki dari Kulit
Karakteristik:
1. Lokasi Industri Strategis
2. Dekat dengan bahan baku
3. Oleh-oleh khas Magetan
4. Produk Handmade
5. Pemesanan secara retail dan eceran
6. Branding Ulang
7. Harga ekspor kulit samak sama dengan harga jual nasional
Pendapatan Efisiensi penggunaan
biaya produksi Nilai Tambah Strategi
Pengembangan Hasil Penelitian Terdahulu:
1. Kusmiyati (1990) pada
industri kecil sepatu:
a. Nilai tambah pada Joan’s
Shoes : 49,86% untuk
pasar ekspor dan 33,38%
untuk pasar domestic
b. Nilai tambah pada PD.
Karya Dian Shoes:
18,44%.
2. Hardiyanti et al. (2015) pada
agroindustri kerupuk kulit
dengan nilai tambah yang
dihasilkan adalah 66,84%.
5 untuk
Hasil Penelitian Terdahulu:
1. Purwaningsih (2003), prioritas
pembobotan AHP:
a. Pengembangan industri pendukung
b. Peningkatan kualitas dan kuantitas
bahan baku
c. Peningkatan kualitas SDM
d. Pengembangan pasar
e. Pengembangan pasar
2. Andriani et al. (2017), alternatif strategi
yang digunakan:
a. Menambah inovasi produk sesuai
dengan trend masyarakat
b. Mempertahankan kualitas produk
3. Darojat (2014), kriteria strategi:
a. Produksi
b. Pemasaran
c. SDM
d. Teknologi
Π = TR-TC a = R/C VA = NP -IC
Kriteria:
1. Produksi
2. Pemasaran
3. SDM
4. Teknologi
Rumusan Alternatif Strategi Kebijakan Pengembangan Industri Kerajinan Kulit di Sentra Kerajinan Kulit
Kelurahan Selosari Kecamatan Magetan Kabupaten Magetan
Gambar 2.7 Skema Kerangka Pemikiran
Kerangka Pemikiran
Analisis AHP
1. Penelitian Wibowo
(2009) pada usaha
kerajinan sepatu
memiliki nilai R/C
ratio sebesar 1,15.
2. Penelitian Wahyudi et
al. (2016) pada
agroindustri kerupuk
kulit memiliki nilai
R/C ratio 1,47
1. Penelitian Wibowo
(2009) pada usaha
kerajinan sepatu
memiliki pendapatan
yang menguntungkan
2. Penelitian Wahyudi
et al. (2016) pada
agroindustri kerupuk
kulit memiliki
pendapatan yang
menguntungkan
39
2.4 Hipotesis
1. Pendapatan industri kerajinan alas kaki dari kulit di Sentra Kerajinan Kulit
Kelurahan Selosari Kecamatan Magetan Kabupaten Magetan menguntungkan.
2. Efisiensi penggunaan biaya pada industri kerajinan alas kaki dari kulit di Sentra
Kerajinan Kulit Kelurahan Selosari Kecamatan Magetan Kabupaten
Kabupaten Magetan adalah efisien.
3. Nilai tambah produk kerajinan alas kaki dari kulit di Sentra Kerajinan Kulit
Kelurahan Selosari Kecamatan Magetan Kabupaten Kabupaten Magetan
adalah positif atau dapat memberikan nilai tambah.
40
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (purposive method).
Menurut Hamidi (2007:139), purposive method merupakan metode penentuan
daerah secara sengaja berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu yang
diyakini mewakili semua unit analisis yang ada. Salah satu pertimbangannya adalah
Jalan Sawo Kelurahan Selosari Kecamatan Magetan Kabupaten Magetan
merupakan salah satu daerah yang memiliki sentra kerajinan kulit. Daerah tersebut
dekat daerah Lingkungan Industri Kulit (LIK) yang bertujuan untuk mempermudah
koordinasi dan menambah kekuatan industri kulit mikro. Adanya industri kerajinan
kulit dapat memperbaiki ekonomi masyarakat, khususnya daerah Kabupaten
Magetan. Peneliti mengharapkan adanya nilai tambah yang tinggi dengan
penggunaan biaya produksi yang efisien serta dapat menentukan strategi yang tepat
terkait pengembangan industri kerajinan kulit. Berdasarkan pertimbangan tersebut,
peneliti akan melakukan penelitian di Kelurahan Selosari Kecamatan Magetan
Kabupaten Magetan.
3.2 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu menggunakan metode
deskriptif dan metode analitik. Menurut Bungin (2005:44), metode deskriptif
bertujuan untuk menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau
berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian
berdasarkan apa yang terjadi. Penelitian deskriptif berkaitan dengan pengumpulan
data untuk memberi gambaran mengenai strategi pengembangan industri kerajinan
alas kaki dari kulit di Kabupaten Magetan. Metode analitik adalah metode
penyelesaian model matematika dengan rumus aljabar yang sudah biasa atau
dengan aturan-aturan kalkulus. Metode analitik dapat digunakan untuk menganalisa
pendapatan, efisiensi biaya produksi dan nilai tambah industri kerajinan alas kaki
dari kulit di Kabupaten Magetan.
41
3.3 Metode Pengambilan Contoh
Metode penentuan responden pada penelitian ini yaitu menggunakan
metode total sampling. Menurut Sugiyono (2014:85), total sampling merupakan
teknik penentuan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi. Alasan
mengambil total sampling karena jumlah populasi yang kurang dari 100 maka
seluruh populasi dijadikan sampel penelitian. Sampel yang digunakan untuk
menjawab rumusan masalah pertama dan kedua adalah 10 industri.
Sedangkan untuk menjawab rumusan masalah ketiga menggunakan expert.
Responden yang terpilih dianggap expert atau mengetahui secara luas dan detail
mengenai objek yang akan diteliti oleh peneliti, sehingga hal tersebut dapat
memudahkan peneliti untuk memperoleh data informasi mengenai objek
penelitiannya. Kriteria penentuan informan atau expert:
1. Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses enkulturasi,
sehingga sesuatu itu bukan sekedar diketahui, tetapi juga dihayatinya.
2. Merupakan mereka yang masih sedang berkecimpung atau terlibat pada kegiatan
yang tengah diteliti.
3. Mempunyai waktu yang memadai untuk dimintai informasi
4. Penyampain informasi tidak merupakan informasi hasil kemasannya sendiri.
5. Mereka yang lebih menggairahkan menjadi semacam guru atau narasumber bagi
peneliti yang merupakan orang yang tergolong asing bagi peneliti.
Responden (Expert) yang dipilih untuk menjawab rumusan masalah ketiga
adalah:
Tabel 3.1 Jumlah Informan (Expert)
No. Expert Jumlah
(Orang)
1. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Magetan 1
2. Penyuluh 1
3. Ketua Sentra Industri Kerajinan Alas Kaki Kulit 1
4. Pengusaha Industri Kerajinan Alas Kaki Kulit 2
Jumlah 5
42
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah langkah yang paling utama dalam sebuah
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah untuk mendapatkan sebuah
data. Metode pengumpulan data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk
mengumpulkan data yang ingin dipakai peneliti untuk sebuah penelitian baik
melalui angket, wawancara, observasi, dokumentasi dan sebagainya. Metode
pengumpulan data ini dapat berupa suatu pernyataan (statement) tentang sifat,
keadaan, kegiatan tertentu dan sejenisnya. Pengumpulan data dilakukan untuk
memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam 2 rangka mencapai tujuan
penelitian. Menurut Rianse dan Abdi (2012: 211-219), pengambilan data dalam
penelitian ini dapat dilakukan dengan menggunakan metode observasi, wawancara,
kuesioner atau angket dan studi pustaka yang disertai dengan dokumentasi.
a. Observasi
Pengamatan merupakan alat pengumpul data yang dilakukan dengan cara
mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselediki.
Observasi yang dilakukan dengan mengamati secara langsung pada kegiatan
industri kerajinan alas kaki dari kulit.
b. Wawancara
Wawancara merupakan kegiatan mencari bahan (keterangan dan pendapat)
melalui tanya jawab lisan dengan siapa saja yang diperlukan. Wawancara
diadakan untuk mengungkapkan latar belakang, motif-motif yang ada disekitar
masalah yang diobservasi. Sasaran dari teknik wawancara ini yaitu responden
yang dijadikan informan pada penelitian. Wawancara dapat dilakukan dengan
bentuk pertanyaaan lisan yang sesuai dengan permasalahan yang ada di dalam
penelitian yang dilakukan di Kabupaten Magetan. Informasi yang diharapkan
oleh peneliti adalah informasi mengenai kegiatan industri kerajinan alas kaki
dari kulit, biaya yang digunakan pengerajin untuk industri kerajinan alas kaki
dari kulit, pendapatan pengerajin industri alas kaki dari kulit, hambatan dan
peluang yang terjadi di industri kerajinan alas kaki dari kulit serta informasi
lain yang dapat menjawab permasalahan dari peneliti, sehingga akan diperoleh
data primer yang di dapat langsung dari lokasi penelitian.
43
c. Kuisoner atau angket
Kuesioner adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai
sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti. Untuk memperoleh data, angket
disebarkan kepada responden, terutama pada penelitian survei. Tujuannya
untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitan dan
memperoleh informasi mengenai suatu masalah secara serentak. Kuesioner ini
akan diberikan kepada responden yang dianggap menjadi expert dalam
penelitian mengenai permasalahan yang ada di industri kerajinan kulit
Kabupaten Magetan untuk mengetahui strategi yang perlu dilakukan.
d. Dokumentasi
Dokumentasi adalah catatan tertulis baik berupa foto, data sekunder maupun
rekaman tentang berbagai kegiatan atau peristiwa pada waktu yang lampau.
Metode dokumentasi ini dilakukan ketika peneliti melakukan wawancara, foto
bersama responden, melakukan observasi lapang dan mengcopy dokumen-
dokumen yang diperoleh dari sumber-sumber yang terkait, dengan melihat data
yang berada di badan pusat statistik (BPS), Dinas Perindustrian dan
Perdagangan mengenai produksi industri kerajinan kulit, buku dan jurnal
penelitian mengenai industri kerajinan kulit dan penelitian-penelitian
terdahulu. Berdasarkan studi dokumen maka peniliti mendapatkan data
sekunder dari pihak-pihak terkait.
3.5 Metode Analisis Data
Guna menguji rumusan masalah pertama tentang pendapatan dan efisiensi
biaya produksi industri kerajinan alas kaki dari kulit di sentra kerajinan kulit
Kabupaten Magetan dapat menggunakan analisis pendapatan dimana harus
mengetahui biaya investasi (penyusutan) serta menggunakan analisis R/C ratio.
Menurut Waluyo (2008:92), biaya penyusutan dialokasikan berdasar berjalannya
waktu dalam jumlah-jumlah yang sama selama masa manfaat asset tetap berwujud
tersebut. Metode penyusutan yang digunakan adalah metode garis lurus:
Biaya Penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar Perhitungan Penyusutan
44
Pendapatan adalah total penerimaan (uang dan bukan uang) seseorang atau
suatu rumah tangga selama periode tertentu. Pendapatan akan menjadi lebih besar
apabila dapat menekan biaya variable yang dikeluarkan diimbangi dengan produksi
yang tinggi. Secara sistematis analisis pendapatan dapat ditulis dan digambarkan
sebagai berikut (Soetriono et al., 2017:76):
Keterangan:
π = Pendapatan bersih (Rp)
TR = Total Penerimaan (Rp)
TC = Total Biaya (Rp)
P = Harga Persatuan (Rp)
Q = Produksi
TVC = Total Biaya Variabel (Rp)
TFC = Total Biaya Tetap (Rp)
Menurut Soekartawi (1995:85-86), R/C ratio adalah singkatan dari Return
Cost Ratio atau perbandingan antara penerimaan dan biaya. Nilai R/C ratio
menunjukkan besar pendapatan yang diterima untuk setiap rupiah yang digunakan
untuk kegiatan produksi. Tinginya nilai R/C ratio disebabkan oleh produksi yang
diperoleh dan harga komoditas yang sangat berpengaruh terhadap penerimaan
pelaku usaha. Secara matematik, hal ini dapat dituliskan sebagai berikut:
a = R/C
R = Py . Y
C = FC +VC
a ={( Py . Y) / (FC +VC )}
Keterangan:
R = Penerimaan
C = Biaya
Py = Harga output
Y = Output
FC = Biaya Tetap (Fixed Cost)
VC = Biaya Variabel (Variable Cost)
π = TR – TC
TR = P. Q
TC = TFC + TVC
45
Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
1. R/C Ratio >1, penggunaan biaya pada usaha tersebut efisien.
2. R/C Ratio <1, penggunaan biaya pada usaha tersebut tidak efisien.
3. R/C Ratio =1, penggunaan biaya pada usaha tersebut impas.
Guna menguji rumusan masalah kedua tentang pendapatan dan efisiensi biaya
produksi industri kerajinan alas kaki dari kulit di sentra kerajinan kulit Kabupaten
Magetan dapat menggunakan metode Hayami.
Nilai Tambah = f { K, B, T, U, H, h, L}
Keterangan:
K = Kapasitas Produksi
B = Bahan baku yang digunakan
T = Tenaga kerja yang digunakan
U = Upah tenaga kerja
H = Harga output
h = Harga bahan baku
L = Nilai input lain (nilai dari semua korbanan yang terjadi selama proses
perlakuan untuk nilai tambah)
Tabel 3.2 Prosedur Perhitungan Nilai Tambah Insdustri Kerajinan Kulit di
Kabupaten Magetan
No Variabel Nilai
Output, Input dan Harga
1. Output (Pasang/Produksi) (1)
2. Bahan baku (Feet/Produksi) (2)
3. Tenaga kerja langsung (Jam/Produksi) (3)
4. 4. Faktor Konversi (4) = (1)/(2)
5. 5. Koefisien tenaga kerja (5) = (3)/(2)
6. 6. Harga Output (RP/pasang) (6)
7. 7. Upah Tenaga kerja langsung(RP/Jam) (7)
Penerimaan dan Keuntungan
8. 8 Harga bahan baku (Rp/) (8)
9. 9. Harga input lain (Rp/ Pasang) (9)
10. 10. Nilai produk (Rp/pasang) (10) =(4) x (6)
11. 11. b. 11a. Nilai tambah (Rp/pasang)
c. 11b. Rasio nilai tambah (%)
(11a) = (10)- (8) – (9)
(11b) = (11a)/ (10) x 100
12. 12. a. 12a. Pendapatan tenaga kerja (Rp/pasang)
b. 12b. Rasio tenaga kerja langsung (%)
(12a) = (5)x(7)
(12b) = (12a)/(11a) x 100
13. 13. a. 13a. Keuntungan (Rp/Pasang)
b. 13b. Rasio Keuntungan (%)
(13a) = (11a)- (12a)
(13b) = (13a)/(10) x 100
Sumber: Metode Hayami dalam Marimin dan Maghfiroh (2010).
46
Berdasarkan tabel 3.2 terkait prosedur perhitungan nilai tambah dengan
metode Hayami dapat dijelaskan bahwa peneliti dapat mengetahui nilai tambah
suatu produk, jumlah pendapatan tenaga kerja dan keuntungan untuk pihakn
industri kerajinan kulit. Dapat dilihat bahwa keuntungan diperoleh dari nilai output
dikurangi nilai input dan biaya tenaga kerja untuk proses pengolahan kerajinan kulit
yang diformulasikan sebagai berikut:
VA = NP -IC
Keterangan:
VA = Value Added atau nilai tambah pada hasil olahan (Rp/Kg bahan baku)
NP = Product Value atau pengolahan hasil produkso (Rp/Kg bahan baku)
IC = Intermediate Cost atau biaya yang menunjang dalam proses produksi
selain biaya tenaga kerja (Rp/ Kg Bahan Baku)
Penarikan kesimpulan dapat dilakukan dengan menjelaskan besarnya nilai
tambah yang diterima pada pengolahan kerajinan kulit. Adapun kriteria
pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
1. Apabila nilai tambah lebih dari 0 artinya industri tersebut dapat memberikan
nilai tambah.
2. Apabila nilai tambah kurang dari 0 artinya industri tersebut tidak dapat
memberikan nilai tambah.
Metode yang digunakan untuk menjawab pertanyaan ketiga mengenai
strategi pengembangan industri kerajinan kulit yaitu dengan analisis hirarki atau
Analitical Hierarcy Process (AHP). Menurut Mulyono ( 1996: 119-123) Analytical
Hierarcy Process (AHP) merupakan suatu teori umum tentang pengukuran,
digunakan untuk menemukan skala rasio baik dari perbanding pasangan yang
diskrit maupun kontinyu. Perbandingan- perbandingan ini dapat diambil dari
ukuran aktual atau dari suatu skala dasar yang mencerminkan kekuatan perasaan
dan preferensi relative. AHP memiliki perhatian khusus tentang penyimpangan dari
konsistensi, pengukuran dan pada ketergantungan di dalam dan di antara kelompok
elemen strukturnya.
Menurut Saaty (1991: 84), pada penetapan prioritas elemen-elemen dalam
suatu pengambilan keputusan adalah dengan membuat pembanding berpasangan,
47
yaitu: elemen-elemen dibandingkan berpasangan terhadap kriteria yang ditentukan.
Matriks merupakan bentuk yang paling disukai dalam pembanding berpasangan ini.
Matriks merupakan alat yang sederhana dan biasa dipakai serta memberi kerangka
untuk konsistensi, memperoleh informasi tambahan dengan jalan membuat segala
pembanding yang mungkin dan menganalisis kepekaan prioritas menyeluruh
terhadap perubahan dalam pertimbangan. Ancaman matriks ini secara unik
mencerminkan dwi segi prioritas: mendominasi dan didominasi. Susunan elemen-
elemen ini pada sebuah matriks seperti dalam gambar 3.1.
C A1 A2 . . . A14
A1 1
A2 1
.
.
.
A14 1
Gambar 3.1: Matriks untuk Pembanding Berpasangan
Sumber: Saatty (1991:84)
Tabel 3.3 Skala Dasar
Tingkat
Kepentingan Definisi
1 Sama pentingnya dibanding yang lain
3 Moderat pentingnya dibanding yang lain.
5 Kuat pentingnya dibanding yang lain
7 Sangat kuat pentingnya dibanding yang lain
9 Ekstrim pentingnya dibanding yang lain
2,4,6,8 Nilai diantara dua penilaian yang berdekatan
Reciprocal Jika elemen i memiliki salah satu angka diatas ketika
dibandingkan elemen j, maka j memiliki nilai kebalikannya
ketika di banding elemen i.
Dalam penilaian kepentingan relative dua elemen berlaku aksioma reciprocal
(elemen I dinilai 3 kali lebih penting disbanding j, maka elemen j harus sama
dengan 1/3 kali pentingnya disbanding elemen i. Perbandingan dua elemen yang
sama akan menghasilkan angka 1 (sama penting). Jika terdapat n elemen, maka
akan diperoleh matriks pairwise comparison berukuran nxn. Banyaknya penilaian
48
yang diperlukan dalam menyusun matriks adalah n(n-1)/2 karena matriksnya
reciprocal dan elemen-elemen diagonal =1. Variabel yang digunakan dalam
metode AHP berdasarkan penelitian terdahulu yang digunakan sebagai acuan
dalam penelitian ini. Variabel – variabel tersebut adalah:
1. Pelatihan manajemen dan inovasi produk, produk alas kaki tiap tahun akan
memiliki style yang berbeda sehingga penting untuk mengadakan manajemen
dan inovasi produk untuk mengikuti trend dan minat konsumen.
2. Mempertahankan kualitas produk, kualitas produk dapat ditentukan dari bahan
baku dan cara pengolahan sehingga perlu memperhatikan keduanya.
3. Memanfaatkan promosi Pemerintah Daerah, Pemerintah Daerah saat ini
melakukan promosi terhadap produk-produk asli daerah Magetan sehingga
perlu memanfaatkan kesempatan tersebut untuk memperkenalkan produk
kerajinan alas kaki dari kulit.
4. Penyediaan informasi pasar (katalog), informasi pasar untuk konsumen dapat
diberikan ketika ada pameran atau promosi.
5. Pelatihan untuk meningkatkan ketrampilan teknis, ketrampilan teknis perlu
diterapkan baik kepada pemiliki maupun karyawan.
6. Mengadakan Balai Pelatihan Kerja, BLK diperlukan untuk meningkatkan
tenaga kerja yang terdidik dan mengurangi masa training.
7. Meningkatkan pengetahuan pengolahan limbah, limbah dari kerajinan kulit
saat ini tidak digunakan bahkan di berikan secara Cuma-Cuma kepada orang
lain.
8. Memberikan bantuan teknologi dengan harga terjangkau, bantuan teknologi ini
dilakukan oleh pemerintah setempat.
9. Memberikan bantuan teknologi pengolahan limbah, bantuan teknologi
pengolahan limbah digunakan untuk mengolah limbah agar dapat memberikan
nilai tambah yang lain bagi perusahaan.
10. Pengembangan industri mesin pengolah kulit, industri mesin pengolah kulit ini
merupakan alat penunjang utama bagi industri kerajinan kulit.
49
Gambar 3.2. Kerangka Hirarki Proses Pengambilan Keputusan
Sumber: Darojat (2014:35)
Keterangan:
A1 = Melakukan Pelatihan Manajemen dan Inovasi Produk
A2 = Mempertahankan Kualitas Produk
A3 = Memanfaatkan Promosi Pemerintah Daerah
A4 = Penyediaan informasi pasar (katalog)
A5 = Pelatihan untuk meningkatkan ketrampilan teknis
A6 = Mengadakan Balai Latihan Kerja khusus kerajinan kulit
A7= Meningkatkan pengetahuan pengolahan limbah
A8= Memberikan bantuan teknologi dengan harga terjangkau
A9= Pengembangan industri pengolahan limbah
A10= Pengembangan industri mesin pengolah kulit
Strategi Pengembangan Industri
Kerajinan Kulit Kabupaten Magetan
Produksi Pemasaran SDM Teknologi
A8 A9 A10 A1 A2 A5 A6 A7 A3 A4
49
50
3.6 Definisi Operasional
1. Kulit merupakan hasil samping dari sapi yang digunakan untuk bahan baku
kerajinan kulit (lembar).
2. LIK merupakan Lingkungan Industri Kulit yang ada di Magetan yang
menaungi industri penyamakan kulit.
3. Industri penyamakan kulit merupakan industri pengolahan kulit mentah
menjadi bahan setengah jadi atau kulit samak.
4. Kulit tersamak merupakan hasil pengolahan kulit setengah jadi yang digunakan
untuk bahan baku industri kerajinan kulit dalam satuan feet.
5. Industri kerajinan kulit adalah industri yang melakukan pengolahan dari kulit
samak menjadi kerajinan seperti sandal, sepatu, tas dan ikat pinggang.
6. Skala industri alas kaki dari kulit adalah industri dengan skala kecil dan mikro.
7. Alas Kaki dari kulit merupakan kerajinan kulit berupa sandal atau sepatu yang
digunakan untuk melindungi kaki khususnya telapak kaki dalam satuan pasang.
8. Tenaga Kerja adalah orang yang sudah memasuki usia kerja dan bekerja pada
industri kerajinan alas kaki dari kulit.
9. Keuntungan ekonomis merupakan semua penerimaan dikurangi seluruh biaya
produksi kerajinan alas kaki kaki dari kulit dalam satuan Rp .
10. Penyusutan merupakan pengembalian modal secara bertahap terhadap alat atau
mesin-mesin produksi kerajinan alas kaki yang diinvestasikan dalam satuan Rp
11. Total penerimaan (Rp) yang diterima industri kerajinan kulit yang merupakan
perkalian antara produk alas kaki (pasang) yang dijual dengan harga jual (Rp).
12. Efisiensi usaha adalah perbandingan antara penerimaan total dengan biaya total
yang digunakan pada industri kerajinan alas kaki dari kulit yang kemudian
dinyatakan dalam angka.
13. Pendapatan adalah selisih antara total penerimaan produk alas kaki dengan
total biaya produksi dalam satuan Rp.
14. Biaya merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam proses
produksi dalam satuan Rp.
15. Biaya variabel (TVC) adalah biaya yang dikeluarkan saat proses pengolahan,
biaya variabel dapat berupa bahan baku kulit dan lem dalam satuan Rp.
51
16. Biaya Tetap (TFC) adalah biaya ynag tidak tergantung pada besar kecilnya
kuantitas, biaya tetap dapat berupa mesin-mesin untuk pembuatan alas kaki
dalam satuan Rp.
17. Faktor konversi yaitu perbandingan bahan baku kulit dalam satuan feet dengan
produk yang alas kaki yang dihasilkan dalam satuan pasang.
18. Nilai tambah produk kerajinan alas kaki dari kulit merupakan nilai produksi
hasil olahan kulit samak setelah dikurangi biaya total
19. Nilai produksi adalah nilai penjualan hasil produksi dari produk kerajinan
pertanian dinyatakan dalam satuan rupiah.
20. Intermediate cost adalah biaya yang dibutuhkan dalam pembuatan alas kaki
selain biaya tenaga kera yang dinyatakan dalam satuan Rp.
21. BLK merupakan Balai Latihan Kerja yang dibutuhkan oleh industri alas kaki
kulit untuk mempersingkat masa training.
22. Strategi merupakan prioritas kriteria dan alternative yang digunakan untuk
pengembang industri kerajinan alas kaki dari kulit.
23. AHP adalah metode pengambilan keputusan yang digunakan dalam
menentukan strategi pengembangan industri kerajinan alas kaki.
52
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Industri Kerajinan Alas Kaki Dari Kulit di Kabupaten
Magetan
4.1.1 Potensi Kegiatan Industri Kabupaten Magetan
Kabupaten Magetan merupakan daerah yang sedang berkembang. Terdapat
banyak unit usaha industri dengan berbagai skala baik industri besar, menengah,
kecil dan mikro. Memberdayakan industri pendorong berbahan baku lokal
utamanya dari produk pertanian menjadi salah satu kebijakan yang ada di RPJMD
Kabupaten Magetan. Industri yang tidak bergantung pada bahan baku impor
terbukti mampu bertahan terhadap krisis moneter (1998) dan krisis global (2008).
Hasil SE2016 menunjukkan bahwa industri yang berbasis pertanian dapat menjadi
salah satu sektor unggulan di Kabupaten Magetan. Berikut merupakan subkategori
industri unggulan di Kabupaten Magetan Tahun 2016:
Tabel 4.1 Industri Unggulan Menurut Sub Kategori di Kabupaten Magetan
Tahun 2016. No Sub Kategori Mikro Kecil Menengah dan
Besar
Usaha Tenaga
Kerja
Usaha Tenaga
Kerja
Usaha Tenaga
Kerja
1 Industri Kulit, Barang
dari Kulit dan Alas Kaki
317 674 100 812 6 163
2 Industri Kayu, Barang
dari Kayu dan Gabus dan
Industri Barang
Anyamana dari Bambu,
Rotan dan sejenisnya
10.616 12.506 60 466 2 315
Sumber: Sensus Ekonomi (2016: 72)
Berdasarkan tabel sub kategori industri unggulan di Kabupaten Magetan
dapat diketahui bahwa penyerapan tenaga kerja tertinggi berada pada industri kecil
yang kemudian diikuti industri mikro dan menengah hingga besar. Sub kategori
yang sering diusahakan juga pada industri mikro baik subkategori industri kulit,
barang dari kulit dan alas kaki maupun industri kayu, barang dari kayu dan gabus
dan industri barang anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya.
53
Industri barang-barang dari kulit dan alas kaki dari kulit ini berada di kaki
gunung Lawu dengan ketinggian 600 - 1360 mdpl dengan luas 688,85 Km² yang
tepatnya berada di Kabupaten Magetan. Kabupaten Magetan memiliki 3 daerah
sentra kerajinan kulit yaitu daerah Sentra (1) yang memproduksi sepatu dan sandal
berada di Kelurahan Selosari, daerah Sentra (2) dan daerah Sentra (3) yang
memproduksi tas, dompet, koper dan ikat pinggang berada di Kelurahan Magetan
dan Kelurahan Mojopurno. Industri kerajinan kulit daerah Sentra (1) dipusatkan di
Jalan Sawo Kelurahan Selosari yang berada pada ± 1 Km arah barat Kota Magetan.
Industri kerajinan kulit pada awalnya ditujukan untuk pembuatan
perlengkapan berkuda dan berperang yang dipicu oleh berakhirnya perang
Diponegoro sehingga pengikut setia Pangeran Diponegoro yang tersebar ke
Kabupaten Magetan memulai usaha penyamakan kulit pada tahun 1830. Para
perajin kulit di Kabupaten Magetan mulai berani berkreasi dengan beragam model
kerajinan seperti sepatu kulit dan sandal kulit setelah kemerdekaan. Pada tahun
1950-1960-an mengalami masa-masa terbaik, namun pada tahun 1970-an industri
kulit Magetan mengalami penurunan karena penggunaan barang-barang berbahan
plastik serta kebijakan pemerintah yang memberi kebebasan ekspor kulit mentah
seluas-luasnya sehingga industri kerajinan kulit dalam negeri tidak berkembang.
4.1.2 Profil Industri UD. Praktis
UD. Praktis merupakan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang
menjadi salah satu produsen alas kaki dari kulit di Kabupaten Magetan. UD. Praktis
mulai didirikan pada tahun 1989 dengan luas area usaha ±200m². Letak industri
UD.Praktis ini berada di Jalan Sawo no.09 Kelurahan Selosari Kecamatan Magetan
Kabupaten Magetan. Lokasi tersebut dipilih karena dinilai strategis dimana terletak
dekat dengan Pasar, Jalan utama menuju wisata dan tempat bahan baku (LIK).
UD.Praktis merupakan produsen alas kaki dari kulit yang mengolah kulit box atau
kulit yang telah disamak sebelumnya di LIK,sehingga industri ini cukup mudah
untuk mendapatkan bahan baku dan bahan pendukung kegiatan industri lainnya.
UD. Praktis saat ini memiliki 24 tenaga kerja yang terdiri dari 20 tenaga
kerja pria pada bagian produksi dan 4 tenaga kerja perempuan pada bagian toko.
54
UD. Praktis juga memiliki beberapa tenaga kerja yang tidak tetap pada bagian toko.
Tenaga kerja yang digunakan juga terdiri dari tenaga kerja harian, bulanan dan
Borongan. UD. Praktis memproduksi alas kaki sebanyak 6 kali dalam seminggu,
setiap satu kali proses produksi menghasilkan ±35 pasang baik sepatu, sandal, dll.
UD. Praktis mengalami peningkatan permintaan pada hari-hari tertentu seperti
Tahun Baru, Natal, Hari Raya Idul Fitri, Semester baru atau saat weekend. Proses
produksi alas kaki ini dilakukan selama 8 jam yaitu mulai pukul 07.00-17.00.
Pemasaran alas kaki industri UD. Praktis dilakukan dengan menjual sendiri
(etalase), melalui pedangang/ pengecer dan juga melalui sistem online. Pemasaran
produk juga dapat dipesan secara retail meskipun hanya 1 pasang, selain itu
pelanggan juga dapat memesan menggunakan model atau pola sendiri. Produk yang
dipasarkan melalui pedangan atau pengecer biasanya tidak menggunakan merk
UD.Praktis melainkan disesuaikan dengan permintaan pasar.
4.1.3 Profil Industri Figha Shoes
Figha Shoes mulai didirikan pada tahun 1988 dengan luas area usaha
±400m². Letak industri Figha Shoes ini berada di Jalan Sawo no.86 Kelurahan
Selosari Kecamatan Magetan Kabupaten Magetan. Lokasi tersebut dipilih karena
merupakan tempat tinggal pemilik sehingga memudahkan untuk proses produksi
dan pengawasan. Figha Shoes merupakan produksen alas kaki dari kulit yang
mengolah kulit box atau kulit yang telah disamak sebelumnya di LIK,sehingga
industri ini cukup mudah untuk mendapatkan bahan baku dan bahan pendukung
kegiatan industri lainnya.
Figha Shoes saat ini memiliki 25 tenaga kerja yang terdiri dari 20 tenaga
kerja pria pada bagian produksi dan 5 tenaga kerja pria pada bagian toko. Tenaga
kerja yang digunakan juga terdiri dari tenaga kerja harian. Figha Shoes
memproduksi alas kaki sebanyak 6 kali dalam seminggu, setiap satu kali proses
produksi menghasilkan ±50 pasang baik sepatu, sandal, dll. Figha Shoes mengalami
peningkatan permintaan pada hari-hari besar atau libur Panjang. Proses produksi
pada industri ini dilakukan selama 8 jam yaitu mulai pukul 07.00-17.00.
55
Pemasaran alas kaki industri Figha Shoes dilakukan dengan menjual sendiri,
melalui pedangang/ pengecer dan juga melalui sistem online. Pelanggan juga dapat
memesan produk meskipun hanya 1 pasang, selain itu pelanggan juga dapat
memesan menggunakan model atau pola sendiri. Produk yang dipasarkan melalui
pedangan atau pengecer biasanya tidak menggunakan merk Figha Shoes melainkan
disesuaikan dengan permintaan pasar. Pemasaran produk di wilayah lokal, pasar
dan juga menggunakan sistem kemitraan serta ke luar Kabupaten Magetan.
4.1.4 Profil Industri UD. Sempurna
UD. Sempurna mulai didirikan pada tahun 1980 dengan luas area usaha
±480m². Letak industri UD.Sempurna ini berada di Jalan Sawo Kelurahan selosari
Kecamatan Magetan Kabupaten Magetan. Lokasi tersebut dipilih karena adanya
program pemerintah dimana pemerintah Kabupaten Magetan mengadakan
penyuluhan mengenai industri kerajinan kulit yang kemudian sekarang menjadi
salah satu sentra. UD.Sempurna merupakan produsen alas kaki dari kulit yang
mengolah kulit box atau kulit yang telah disamak sebelumnya di LIK,sehingga
industri ini cukup mudah untuk mendapatkan bahan baku dan bahan pendukung
kegiatan industri lainnya.
UD. Sempurna saat ini memiliki 13 tenaga kerja yang terdiri dari 10 tenaga
kerja pria pada bagian produksi dan 4 tenaga kerja perempuan pada bagian desain,
finishing dan toko. Tenaga kerja yang digunakan juga terdiri dari tenaga kerja
harian, bulanan dan Borongan. UD. Sempurna memproduksi alas kaki sebanyak 6
kali dalam seminggu, setiap satu kali proses produksi menghasilkan ±40 pasang
baik sepatu, sandal, dll. UD. Sempurna mengalami peningkatan permintaan pada
hari-hari tertentu seperti Hari Raya Idul Fitri dan penerimaan siswa baru. Proses
produksi dilakukan selama 8 jam yaitu mulai pukul 07.00-17.00.
Pemasaran alas kaki industri UD. Sempurna dilakukan dengan menjual
sendiri, melalui pedangang/ pengecer dan juga melalui sistem online. Pemasaran
produk juga dapat dipesan secara retail meskipun hanya 1 pasang, selain itu
pelanggan juga dapat memesan menggunakan model atau pola sendiri. Produk yang
dipasarkan melalui pedangan atau pengecer biasanya tidak menggunakan merk
56
UD.Sempurna melainkan disesuaikan dengan permintaan pasar. Pemasaran
UD.Sempurna ini telah memasarkan produknya ke wilayah lokal dimana
tersedianya toko atau etalase dan juga ke luar Kabupaten Magetan. UD.Sempurna
selalu meningkatkan kualitas produk, mengembangkan inovasi produk dan
diferensiasi produk untuk mengatasi persaingan pasar.
4.1.5 Profil Toko Sepatu Menink
Toko Sepatu Menink mulai didirikan pada tahun 1994 dengan luas area
usaha ±100m². Letak industri Toko Sepatu Menink ini berada di Jalan Sawo no.33
Kelurahan selosari Kecamatan Magetan Kabupaten Magetan. Lokasi tersebut
dipilih karena merupakan tempat tinggal pemilik sehingga memudahkan dalam
pengawasan produksi. Toko Sepatu Menink merupakan produksen alas kaki dari
kulit yang mengolah kulit box atau kulit yang telah disamak sebelumnya di LIK,
sehingga industri ini cukup mudah untuk mendapatkan bahan baku dan bahan
pendukung kegiatan industri lainnya.
Toko Sepatu menink saat ini memiliki 11 tenaga kerja yang terdiri dari 10
tenaga kerja pria pada bagian produksi dan 1 tenaga kerja perempuan pada bagian
toko, sedangkan untuk bagian desain industri ini menggunakan tenaga kerja pemilik
usaha atau tenaga kerja dari dalam keluarga. Tenaga kerja yang digunakan juga
terdiri dari tenaga kerja bulanan dan Borongan. Toko Sepatu Menink memproduksi
alas kaki sebanyak 6 kali dalam seminggu, setiap satu kali proses produksi
menghasilkan ±35 pasang baik sepatu, sandal, dll. Toko Sepatu Menink mengalami
peningkatan permintaan pada hari-hari tertentu seperti lebaran dan penerimaan
siswa baru. Proses produksi alas kaki ini dilakukan selama 8 jam yaitu mulai pukul
07.00-17.00.
Pemasaran alas kaki industri Toko Sepatu Menink dilakukan dengan
menjual sendiri dan pesanan. Pemasaran produk juga dapat dipesan secara retail
meskipun hanya 1 pasang, selain itu pelanggan juga dapat memesan menggunakan
model atau pola sendiri. Wilayah pemasarannya masih di wilayah lokal yaitu di
Kabupaten Magetan.
57
4.1.6 Profil Kartika Exclusive
Kartika Exclusive mulai didirikan pada tahun 1980 dengan luas area usaha
±200m². Letak industri Kartika Exclusive ini berada di Jalan Sawo no.81 Kelurahan
selosari Kecamatan Magetan Kabupaten Magetan. Lokasi tersebut dipilih karena
dinilai strategis dimana terletak dekat Jalan Utama menuju wisata sehingga
memudahkan pelanggan untuk singgah. Kartika Exclusive merupakan produsen
alas kaki dari kulit yang mengolah kulit box atau kulit yang telah disamak
sebelumnya di LIK, sehingga industri ini cukup mudah untuk mendapatkan bahan
baku dan bahan pendukung kegiatan industri lainnya.
Kartika Exclusive saat ini memiliki 9 tenaga kerja yang terdiri dari 7 tenaga
kerja pria pada bagian produksi dan 2 tenaga kerja perempuan pada bagian
Finishing dan toko. Tenaga kerja yang digunakan juga terdiri dari tenaga kerja
bulanan dan Borongan. Kartika Exclusive memproduksi alas kaki sebanyak 6 kali
dalam seminggu, setiap satu kali proses produksi menghasilkan ±20 pasang baik
sepatu, sandal, dll. Kartika Exclusive mengalami peningkatan permintaan pada hari-
hari tertentu seperti tahun ajaran baru. Proses produksi dilakukan selama 8 jam yaitu
mulai pukul 07.00-17.00.
Pemasaran alas kaki industri Kartika Exclusive dilakukan dengan menjual
sendiri dan melalui pedangang/ pengecer serta pesanan. Pemasaran produk juga
dapat dipesan secara retail meskipun hanya 1 pasang, selain itu pelanggan juga
dapat memesan menggunakan model atau pola sendiri. Wilayah pemasaran yaitu
wilayah lokal (Kabupaten Magetan) dan kemitraan dengan alasan lebih hemat
mudah dan adanya ikatan sosial. Kartika Exclusive juga belum memasarkan produk
pada pasar online, namun industri ini selalu membuat model yang beragam.
4.1.7 Profil PS. Ireng
PS. Ireng mulai didirikan pada tahun 1995 dengan luas area usaha ±40m².
Letak industri Ps. Ireng ini berada di Jalan Sawo no.38 Kelurahan selosari
Kecamatan Magetan Kabupaten Magetan. Lokasi tersebut dipilih karena
merupakan tempat tinggal pemilik industri sehingga memudahkan dalam proses
produksi dan pengawasan dinilai strategis dan memiliki peluang pasar yang bagus.
58
PS. Ireng merupakan produksen alas kaki dari kulit yang mengolah kulit box atau
kulit yang telah disamak sebelumnya di LIK,sehingga industri ini cukup mudah
untuk mendapatkan bahan baku dan bahan pendukung kegiatan industri lainnya.
PS. Ireng saat ini memiliki 5 tenaga kerja yang terdiri dari 5 tenaga kerja
pria pada bagian produksi (Upper dan Assembling) dan untuk tenaga kerja bagian
desain, finishing serta toko di lakukan oleh pemilik industri. Tenaga kerja yang
digunakan juga terdiri dari tenaga kerja Borongan. Ps. Ireng memproduksi alas kaki
sebanyak 6 kali dalam seminggu, setiap satu kali proses produksi menghasilkan ±15
pasang baik sepatu, sandal, dll. Proses produksi alas kaki ini dilakukan selama 8
jam yaitu mulai pukul 07.00-17.00.
Pemasaran alas kaki industri PS. Ireng dilakukan dengan menjual sendiri
(etalase), melalui pedangang/ pengecer dan pedagang besar. Pemasaran produk juga
dapat dipesan secara retail meskipun hanya 1 pasang. Wilayah pemasarannya masih
wilayah lokal dan juga mengikuti sistem kemitraan, dengan alasan lebih mudah dan
hemat serta adanya ikatan sosial.
4.1.8 Profil SOLDATE Leather
Soldate merupakan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang menjadi
salah satu produsen alas kaki dari kulit di Kabupaten Magetan. Soldate Leather
mulai didirikan pada tahun 2013 dengan luas area usaha ±72m². Letak industri
Soldate Leather ini berada di Jalan Sawo no.15 Kelurahan selosari Kecamatan
Magetan Kabupaten Magetan. Lokasi tersebut dipilih karena merupakan tempat
tinggal pribadi sehingga memudahkan produksi. Soldate Leather merupakan
produsen alas kaki dari kulit yang mengolah kulit box atau kulit yang telah disamak
sebelumnya di LIK,sehingga industri ini cukup mudah untuk mendapatkan bahan
baku dan bahan pendukung kegiatan industri lainnya.
Soldate saat ini memiliki 4 tenaga kerja yang terdiri dari 3 tenaga kerja pria
pada bagian produksi dan 1 tenaga kerja perempuan pada bagian finishing. Tenaga
kerja yang digunakan juga terdiri dari tenaga Borongan. Soldate memproduksi alas
kaki sebanyak 6 kali dalam seminggu, setiap satu kali proses produksi
menghasilkan ±10 pasang baik sepatu, sandal, dll..
59
Pemasaran alas kaki industri Soldate Leather dilakukan dengan sistem
online. Pemasaran produk juga dapat dipesan secara retail meskipun hanya 1
pasang, selain itu pelanggan juga dapat memesan menggunakan model atau pola
sendiri. Pemesanannya dapat melalui berbagai aplikasi seperti whatsapp dan
Instagram, sehingga dapat memahami permintaan pasar dan lebih tepat sasaran.
Usaha ini mengalami peningkatan ketika menjelang hari raya idul fitri. Namun
dengan adanya sistem tentu memiliki kendala yaitu bertemu dengan customer yang
tidak serius, sehingga perlu adanya DP (Down Payment) untuk pemesanan.
4.1.9 Profil Hidayah
Hidayah mulai didirikan pada tahun 2016 dengan luas area usaha ±10m².
Letak industri Hidayah ini berada di Jalan Sawo Kelurahan selosari Kecamatan
Magetan Kabupaten Magetan. Lokasi tersebut dipilih karena merupakan tempat
tinggal pribadi dan strategis. Hidayah merupakan produksen alas kaki dari kulit
yang mengolah kulit box atau kulit yang telah disamak sebelumnya di LIK,sehingga
industri ini cukup mudah untuk mendapatkan bahan baku dan bahan pendukung
kegiatan industri lainnya.
Hidayah saat ini memiliki 2 tenaga kerja yang terdiri dari 2 tenaga kerja pria
pada bagian produksi. Hidayah menggunakan tenaga kerja dari dalam keluarga
untuk desain, finishing dan juga penjaga toko. Tenaga kerja yang digunakan juga
terdiri dari tenaga kerja Borongan. UD. Praktis setiap satu kali proses produksi
menghasilkan ±10 pasang baik sepatu, sandal, dll. Hidayah mengalami peningkatan
permintaan pada hari-hari tertentu seperti lebaran, liburan semester dan weekend.
Pemasaran alas kaki industri Hidayah dilakukan dengan menjual sendiri
(etalase) dan pemesanan. Pemasaran produk juga dapat dipesan secara retail
meskipun hanya 1 pasang, selain itu pelanggan juga dapat memesan menggunakan
model atau pola sendiri. Wilayah pemasaran produknya masih dalam cakupan lokal
yaitu daerah Kabupaten Magetan.
60
4.1.10 Profil RIF’at
Rif’at mulai didirikan pada tahun 2000 dengan luas area usaha ±108m².
Letak industri Rif’at ini berada di Jalan Sawo no.43 Kelurahan selosari Kecamatan
Magetan Kabupaten Magetan. Lokasi tersebut dipilih karena merupakan tempat
tinggal pribadi. Rif’at merupakan produsen alas kaki dari kulit yang mengolah kulit
box atau kulit yang telah disamak sebelumnya di LIK,sehingga industri ini cukup
mudah untuk mendapatkan bahan baku dan bahan pendukung lainnya.
Rif’at saat ini memiliki 2 tenaga kerja yang terdiri dari 2 tenaga kerja pria
pada bagian produksi, sedangkan untuk kegiatan desain, finishing dan menjaga toko
dilakukan oleh pemilik usaha. Tenaga kerja yang digunakan juga terdiri dari tenaga
kerja Borongan. Rif’at memproduksi alas kaki sebanyak 6 kali dalam seminggu,
setiap satu kali proses produksi menghasilkan ±15 pasang baik sepatu, sandal, dll.
Rif’at mengalami peningkatan permintaan pada hari-hari tertentu seperti Tahun
Baru, Natal, Hari Raya Idul Fitri, Semester baru atau saat weekend. Proses produksi
alas kaki ini dilakukan mulai pukul 08.00-16.00, karena biasanya dilakukan oleh
pemilik usaha sendiri kecuali jika pada hari-hari ramai.
Pemasaran alas kaki industri Rif,at dilakukan dengan menjual sendiri
(etalase) dan melalui pedangang/ pengecer. Pemasaran produk juga dapat dipesan
secara retail meskipun hanya 1 pasang, selain itu pelanggan juga dapat memesan
menggunakan model atau pola sendiri. Produk yang dipasarkan melalui pedangan
atau pengecer biasanya tidak menggunakan merk RIF’AT melainkan disesuaikan
dengan permintaan pasar.
4.1.11 Profil NESHA SHOES
NESHA SHOES mulai didirikan pada tahun 2008 dengan luas area usaha
±56m². Letak industri NESHA SHOES ini berada di Diponegoro 8B Kelurahan
selosari Kecamatan Magetan Kabupaten Magetan. Lokasi tersebut dipilih karena
merupakan tempat NESHA SHOES merupakan produksen alas kaki dari kulit yang
mengolah kulit box atau kulit yang telah disamak sebelumnya di LIK,sehingga
industri ini cukup mudah untuk mendapatkan bahan baku dan bahan pendukung
kegiatan industri lainnya.
61
NESHA SHOES saat ini memiliki 2 tenaga kerja yang terdiri dari 2 tenaga
kerja pria pada bagian produksi, sedangkan kegiatan lain dilakukan oleh pemilik
usaha. Tenaga kerja yang digunakan juga terdiri dari tenaga kerja borongan.
NESHA SHOES memproduksi alas kaki sebanyak 3 kali dalam seminggu, setiap
satu kali proses produksi menghasilkan ±10 pasang baik sepatu, sandal, dll.
NESHA SHOES mengalami peningkatan permintaan pada hari-hari tertentu seperti
Tahun Baru, Natal, Hari Raya Idul Fitri, Semester baru atau saat weekend.
Pemasaran alas kaki industri NESHA SHOES dilakukan dengan menjual
sendiri (etalase) dan pesanan. Pemasaran produk juga dapat dipesan secara retail
meskipun hanya 1 pasang, selain itu pelanggan juga dapat memesan menggunakan
model atau pola sendiri. Produk yang dipasarkan melalui pedangan atau pengecer
biasanya tidak menggunakan merk NESHA SHOES melainkan disesuaikan dengan
permintaan pasar.
4.1.12 Struktur Organisasi
Industri kerajinan kulit di Kelurahan Selosari ini merupakan industri kecil
yang berbasis home industry, sehingga masih memiliki sistem manajemen yang
sangat sederhana. Usaha ini dikelola sendiri oleh Pemilik Usaha yang bertindak
sebagai manajer tunggal serta sebagai pemilik usaha. Industri Kerajinan Kulit
memiliki bagian yang bertanggung jawab pada masing-masing pekerjaan dalam
menjalankan proses produksinya, yaitu:
a. Pemilik yang menjadi manajer tunggal
Bertanggung jawab atas semua kegiatan yang berjalan dalam industrinya,
diantaranya: kebijakan pembelian bahan atau peralatan yang dibutuhkan,
menentukan kebijakan ke dalam dan ke luar industri serta mengawasi dan
memeriksa semua kegiatan operasional dan administrasi industri.
b. Bagian produksi
Bertanggung jawab dalam melaksanakan proses produksi dan
berkewajiban menjaga kualitas serta stabilitas produksi
62
c. Bagian Keuangan dan Personalia
Bertanggung jawab mengatur dan mengawasi aliran keluar masuknya kas,
mencatat administrasi, serta mengelola kebutuhan dan mengawasi
kesejahteraan karyawan.
d. Bagian pemasaran
Bertanggung jawab melayani proses jual beli dengan pelanggan dan
memberikan seluruh keterangan yang dibutuhkan pelanggan mengenai produk
yang dipasarkan.
4.2.2 Proses Produksi
Industri Kerajinan Kulit memproduksi berbagai macam produk yang tebuat
dari kulit samak yang berupa produk sepatu dan sandal. Variasi produknya yaitu:
sepatu putra, sepatu putri, sandal putra, sandal putri, dll. Bahan baku dan bahan
penolong yang digunakan dalam proses produksi adalah:
a. Box kulit : bahan utama pembuatan sepatu dan sandal yang terbuat dari kulit
sapi yang telah diolah atau disamak.
b. Sol : alas atau dasar sepatu atau sandal.
c. Lining : digunakan untuk meningkatkan kenyamanan pemakai sepatu dan
membantu menambah umur sepatu, terbuat dari kulit imitasi yang melapisi
bagian dalam dari sepatu.
d. Insole : sebagai bantalan kaki (sol dalam)
e. Lem :
1) Lem Latex : digunakan pada proses upper (membentuk/menjahit pola)
2) Kuning : untuk mencetak bentuk paa proses Assembling atau tarik.
3) Primer : digunakan untuk lem dasar sol.
f. Paku : mempertahankan posisi upper yang sudah ditarik dan dibungkus
pada acuan sehingga tidak lepas.
g. Kain Keras: membentuk bagian depan dan belakang sepatu
h. Spons :
1) Spons 2mm: sebagai spons isi digunakan untuk semua produk
2) Spons 3mm: sebagai spons sol dalam digunakan untuk sandal
63
i. Tiner : sebagai campuran semir atau gotan (pengencer)
j. Minyak (Primer): digunakan untuk membersihkan sol/ karet yang telah
diamplas.
k. Cat (Gotan): digunakan pada proses finishing untuk disemprotkan pada produk
l. Benang : digunakan untuk menjahit upper dan lining
m. Tamsin : penguat dasar atau alas, digunakan pada sepatu
n. Variasi : sebagai hiasan pada produk
Proses Pembuatan Sepatu atau Sandal adalah sebagai berikut:
a. Tahap gambar pola atau desain
Tahap desain dimulai dengan membuat gambar model sepatu atau sandal
yang telah dipesan atau yang akan dipasarkan. Model ini digambarkan pada
kertas karton yang kemudian disalin pada box kulit yang telah disediakan untuk
digunting dan masuk proses selanjutnya.
b. Tahap Upper atau pembuatan Kap
Menjahit kap sesuai pola dengan bantuan mesin jahit dan mesin seset
untuk kemudian dilanjutkan pada proses berikutnya.
c. Tahap Tarik atau Assembling
Membuat sepatu atau sandal sesuai dengan upper atau kap yang diterima
dan dirakit dengan sol yang sesuai. Perakitan menggunakan lem kuning untuk
mencetak atau menarik kap dengan sol. Lem latex digunakan sebagai dasar
sebelum penggunaan lem primer sebanyak 2 kali sebelum dirakit dengan sol.
d. Tahap Finishing
Setelah semua proses selesai, sepatu di press menggunakan mesin press
untuk menguatkan lem sementara sendal hanya menggunakan palu. Proses
selanjutnya menarik acuan dari sepatu atau sandal yang sudah jadi untuk
kemudian diwarna.
64
4.2 Pendapatan Industri Alas Kaki dari Kulit di Kabupaten Magetan
4.2.1 Pendapatan Industri Kerajinan Alas Kaki dari Kulit di Kabupaten Magetan
Pendapatan bertujuan untuk mengetahui besarnya pendapatan yang
diperoleh industri kerajinan alas kaki dari kulit dalam melakukan kegiatan usaha
yang dijalankan. Besarnya pendapatan industri kerajinan alas kaki dapat dianalisis
menggunakan analisis pendapatan. Pendapatan dari industri kerajinan alas kaki dari
kulit dipengaruhi oleh beberapa unsur seperti biaya tetap, biaya variabel dan harga
jual produk yang dihasilkan, sehingga pendapatan setiap industri berbeda-beda.
Tabel 4.2 Biaya Industri UD. Praktis per Produksi
No Uraian Sepatu Wanita Sepatu Pria Sandal Wanita Sepatu Pria
Biaya % Biaya % Biaya % Biaya %
1 Biaya Tetap 33.896,86 2,48 21.570,73 2,41 21.570,73 3,04 9.244,60 3,01
2 Bahan Baku 440.000,00 32,18 350.000,00 39,08 210.000,00 29,64 105.000,00 34,17
3. Biaya Tenaga
Kerja:
a. Desain
b. Upper
c. Assembling
d. Finishing
e. Toko
37.459,93
82.500,00
88.000,00
17.187,50
56.666,67
2,74
6,03
6,44
1,26
4,14
23.838,14
52.500,00
56.000,00
50.000,00
56.666,67
2,66
5,86
6,25
1,22
6,33
19.070,52
52 .500,00
56.000,00
7.291,67
56.666,67
2,69
7,41
7,90
1,03
8,00
8.173,07
22.500,00
24.000,00
12.500,00
3.541,67
2,66
7,32
7,81
4,07
1,15
4. Biaya
Variabel
a. Sol
b. Lining
c. Insol
d. Lem
kuning
e. Lem
Primer
f. Lem Latex
g. Paku
h. Kain Keras
i. Spon
(2mm)
j. Spon
(3mm)
k. Thinner
l. Minyak
(Primer)
m. Variasi
n. Cat/Gotan
o. Benang
p. Tamsin
q. Listrik
165.000,00
85.800,00
132.000,00
16.500,00
27.500,00
11.000,00
11.000,00
41.250,00
8.250,00
-
5.280,00
8.140,00
55000,00
19.250,00
1.540,00
22.000,00
1934,13
12,07
6,28
9,66
1,21
2,01
0,80
0,80
3,02
0,60
-
0,39
0,60
4,02
1,41
0,11
0,61
0,14
105.000,00
42.000,00
84.000,00
10.500,00
17.500,00
7.000,00
7.000,00
8.750,00
5.250,00
-
3.360,00
5.180,00
-
12.250,00
980,00
14.000,00
1.230,81
11,73
4,69
9,38
1,17
1,95
0,78
0,78
0,98
0,56
-
0,38
0,58
-
1,37
0,11
1,56
0,14
105.000,00
-
70.000,00
10.500,00
17.500,00
7.000,00
7.000,00
-
5.250,00
5.250,00
3.360,00
5.180,00
35.000,00
12.250,00
980,00
-
1.230,81
14,82
-
9,88
1,48
2,47
0,99
0,99
-
0,74
0,74
0,47
0,73
4,94
1,73
0,14
-
0,17
45.000,00
-
30.000,00
4.500,00
7.500,00
3.000,00
3.000,00
-
2.250,00
2.250,00
1.440,00
2.220,00
15.000,00
5.250,00
420,00
-
527,49
14,64
-
9,76
1,46
2,44
0,98
0,98
0,73
0,73
0,47
0,72
4,88
1,71
0,14
-
0,17
Sumber: Data Primer diolah Tahun 2019
65
Berdasarkan tabel 4.2 mengenai biaya produksi alas kaki dari kulit pada
industri UD. Praktis dalam satu kali proses produksi, dimana bahan baku kulit
memiliki prosentase biaya terbesar pada pembuatan alas kaki, baik sepatu wanita
(32,18), sepatu pria (39,08), sandal wanita (29,64) dan sandal pria (34,17). Biaya
variabel menjadi biaya memiliki prosentasi terbanyak kedua. Hal ini disebabkan
karena biaya variabel bergantung dengan jumlah produk yang dihasilkan, kemudian
biaya tenaga kerja, dimana pada tahap upper dan assembling menjadi biaya
tebanyak. Hal ini disebabkan karena sistem pembayaran yang digunakan yaitu
sistem borongan, selanjutnya yaitu biaya tetap yang tidak bergantung pada jumlah
produk yang dihasilkan.
Tabel 4.3 Pendapatan Industri UD. Praktis per Produksi
No Uraian
Nilai Rata-
rata Sepatu
Wanita
Sepatu
Pria
Sandal
Wanita
Sandal
Pria
1 Jumlah produksi (Pasang) 11 7 7 3 7
2 Harga per Pasang 175.000 225.000 125.000 100.000 156.250
3 Total Penerimaan (Rp) 1.925.000 1.575.000 875.000 375.000 1.187.500
4 Total Biaya (Rp) 1.367.155 895.514 708.601 307.317 819.646,75
5 Pendapatan (Rp) 557.845 679.486 166.399 67.683 367.853,25
Sumber: Data Primer diolah tahun 2019
Tabel 4.3 merupakan tabel pendapatan industri UD. Praktis dalam satu kali
proses produksi. Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa dalam
satu kali proses produksi UD.Praktis dapat memproduksi sepatu wanita sebanyak
11 pasang dengan harga Rp 175.000,- per pasang, sehingga penerimaan yang
diperoleh UD. Praktis dalam satu kali proses sebesar RP 1.925.000,-. Total biaya
yang dikeluarkan UD. Praktis dalam satu kali produksi sepatu wanita sebesar Rp
1.367.155,- dan pendapatan dari produk sepatu wanita diperoleh dari pengurangan
penerimaan dengan total biaya yaitu sebesar Rp 557.845,-.
Pendapatan UD. Praktis pada produk sepatu pria setiap satu kali proses
produksi sebesar Rp 679.486,- diperoleh dari pengurangan penerimaan produk
sebesar Rp 1.575.000,- dengan total biaya produksi sebesar Rp 895.514,-.
Penerimaan sendiri diperoleh perkalian antara jumlah produksi sebesar 7 pasang
dengan harga per pasang sebesar Rp 225.000,-. Pendapatan sandal wanita pada
UD.Praktis sebesar 166.399, sedangkan pendapatan sandal pria sebesar Rp 67.683.
66
Rata-rata jumlah produksi alas kaki dari kulit pada UD. Praktis sebesar 7 pasang
setiap produksi dengan rata-rata harga Rp 156.250,-. Penerimaan rata-rata industri
UD. Praktis sebesar Rp 1.187.500,- dengan biaya yang dikeluarkan oleh industri
sebesar Rp 819.646,75, sehingga pendapatan industri sebesar Rp 367.853,25.
Pendapatan pada industri UD. praktis berbeda pada setiap produknya, hal ini
disebabkan oleh perbedaan jumlah produk yang dihasilkan. Masing-masing produk
menggunakan jumlah bahan baku yang berbeda serta bahan pendukung yang
digunakan juga berbeda, sehingga penggunaan biaya yang diperlukan juga berbeda.
Sedangkan untuk harrga sepatu pria memiliki harga tertinggi dibanding dengan
sepatu wanita, sandal wanita dan sandal pria.
Hal-hal yang mempengaruhi perbedaan pendapatan dapat dilihat pada
beberapa faktor, yaitu: jumlah bahan baku, penggunaan lining, spon, kain keras dan
juga variasi. Pada produk sandal baik pria dan wanita tidak menggunakan lining,
sedangkan pada produk sepatu wanita dan sepatu pria menggunakan. Sebaliknya
produk sepatu hanya menggunakan spon 2mm dan kain keras, sedangkan pada
produk sandal pria dan sandal wanita menggunakan spon 3 mm namun tidak
menggunakan kain keras. Pada produk sepatu wanita, sandal wanita dan sandal pria
menggunakan variasi atau hiasan, sedangkan pada sepatu pria tidak menggunakan.
Penggunaan bahan pendukung lainnya ini menyebabkan total biaya yang
digunakan menjadi semakin banyak, sedangkan untuk harga produk tertinggi
adalah sepatu pria kemudian diikuti oleh sepatu wanita, sandal pria dan sandal
wanita. Jumlah produk yang dihasilkan menyebutkan bahwa sepatu wanita lebih
banyak diproduksi dibanding sepatu pria, sandal wanita dan sandal pria.
Penerimaan pada sepatu wanita memang tertinggi namun juga memiliki biaya yang
cukup tinggi sehingga pendapatannya masih dibawah sepatu pria. Penerimaan
sepatu pria masih dibawah sepatu wanita, namun pada biaya yang digunakan lebih
sedikit dibanding sepatu wanita, sehingga pendapatan yang diterima oleh produk
sepatu pria lebih tinggi.
67
Tabel 4.4 Biaya Industri Figha Shoes per Proses Produksi
No Uraian Sepatu Wanita Sepatu Pria Sandal Wanita Sandal Pria
Biaya % Biaya % Biaya % Biaya %
1 Biaya Tetap 18.884,84 1,17 12.589,89 1,11 13.848,88 1,39 5.035,95 1,21
2 Bahan Baku 450.000,00 27,87 375.000,00 33,06 247.500,00 24,80 105.000,00 25,24
3 Tenaga
Kerja
a. Desain
b. Upper
c. Assem-
bling
d. Finishing
e. Toko
38.942,31
118.990,39
129.807,69
32.451,92
60.000,00
2,41
7,37
8,04
2,01
3,72
25.961,54
86.538,46
72.115,38
21.634,61
60.000,00
2,29
7,63
6,36
1,91
5,29
23.798,07
79.326,92
109.471,15
15.865,39
60.000,00
2,38
7,95
10,97
1,59
6,01
8.653,84
28.846,15
39.807,69
5.769,23
60.000,00
2,08
6,93
9,57
1,39
14,42
4 Variabel
a. Sol
b. Lining
c. Insole
d. Lem
kuning
e. Lem
Primer
f. Lem
Latex
g. Paku
h. Kain
Keras
i. Spon
(2mm)
j. Spon
(3mm)
k. Thinner
l. Minyak
(Primer)
m. Variasi
n. Cat/Gotan
o. Benang
p. Tamsin
q. Listrik
225.000,00
117.000,00
180.000,00
22.500,00
37.500,00
15.000,00
15.000,00
18.750,00
11.250,00
-
7.200,00
11.100,00
75.000,00
26.250,00
2.100,00
30.000,00
1.923,15
13,93
7,25
11,15
1,39
2,32
0,93
0,93
1,16
0,70
-
0,45
0,69
4,64
1,63
0,13
1,86
0,12
165.000,00
85.800,00
132.000,00
16.500,00
27.500,00
11.000,00
11.000,00
13.750,00
8.250,00
-
5.280,00
8.140,00
-
19.250,00
1.540,00
22.000,00
1.410,31
14,55
7,56
11,64
1,45
2,42
0,97
0,97
1,21
0,73
-
0,47
0,72
-
1,70
0,14
1,94
0,12
150.000,00
-
100.000,00
15.000,00
25.000,00
10.000,00
10.000,00
-
7.500,00
7.500,00
4.800,00
7.400,00
50.000,00
17.500,00
1.400,00
-
1.282,10
15,03
-
10,02
1,50
2,51
1,00
1,00
-
0,75
0,75
0,48
0,74
5,01
1,75
0,14
-
0,13
60.000,00
-
40.000,00
6.000,00
10.000,00
4.000,00
4.000,00
-
3.000,00
3.000,00
1.920,00
2.960,00
20.000,00
7.000,00
560,00
-
512,84
14,42
-
9,61
1,44
2,40
0,96
0,96
-
0,72
0,72
0,46
0,71
4,81
1,68
0,13
-
0,12
Sumber: Data Primer diolah tahun 2019
Berdasarkan tabel 4.4 mengenai biaya produksi alas kaki dari kulit pada
industri Figha Shoes dalam satu kali proses produksi, dimana bahan baku kulit
memiliki prosentase biaya terbesar pada pembuatan alas kaki, baik sepatu wanita
(27,87), sepatu pria (33,06), sandal wanita (24,80) dan sandal pria (25,24). Biaya
variabel menjadi biaya memiliki prosentasi terbanyak kedua. Hal ini disebabkan
karena biaya variabel bergantung dengan jumlah produk yang dihasilkan, dimana
sol dan Insole menjadi biaya terbanyak. Kemudian biaya tenaga kerja, dimana pada
68
tahap upper dan assembling menjadi biaya tebanyak. Selanjutnya yaitu biaya tetap
yang tidak bergantung pada jumlah produk yang dihasilkan.
Tabel 4.5 Pendapatan Industri Figha Shoes per Produksi
No Uraian
Nilai Rata-rata
Sepatu
Wanita
Sepatu
Pria
Sandal
Wanita
Sandal
Pria
1 Jumlah produksi (Pasang) 15 10 11 4 10
2 Harga per Pasang 175.000 200.000 100.000 125.000 150.000
3 Total Penerimaan (Rp) 2.625.000 2.000.000 1.100.000 500.000 1.556.250
4 Total Biaya (Rp) 1.614.650 1.134.222 997.931 416.066 1.040.717,3
5 Pendapatan (Rp) 1.010.350 865.778 102.069 83.934 515.532,75
Sumber: Data Primer diolah tahun 2019
Tabel 4.5 merupakan tabel pendapatan industri FIGHA SHOES dalam satu
kali proses produksi. FIGHA SHOES memproduksi sepatu wanita sebanyak 15
pasang dengan harga sebesar Rp 175.000,- per pasang, sehingga memperoleh
penerimaan sebesar Rp 2.625.000,-. Biaya yang dibutuhkan untuk satu kali proses
produksi sepatu wanita adalah sebesar Rp 1.614.650,- sehingga pendapatan yang
diperoleh sebesar Rp 1.010.350,-. Produk sepatu pria diproduksi sebanyak 10
pasang setiap satu kali proses produksi dengan harga jual sebesar Rp 200.000,- dan
memperoleh penerimaan sebesar Rp 2.000.000,-. Biaya yang digunakan untuk
proses pembuatan sepatu pria adalah sebesar Rp 1.134.222,- sehingga
menghasilkan pendapatan sebesar Rp 865.778,-.
Setiap satu kali proses produksi sebanyak 11 pasang sandal wanita dengan
harga Rp 100.000,- per pasang, sehingga penerimaan sebesar Rp 1.100.000.
Pendapatan dari produk sandal wanita adalah sebesar Rp 102.069,- dengan total
biaya sebesar Rp 997.931,-. Penerimaan produk sandal pria adalah sebesar Rp
500.000, karena dapat memproduksi sebanyak 4 pasang sandal pria dalam setiap
kali proses dengan harga Rp 125.000,-. Total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp
416.066 sehingga pendapatan dari produk sandal pria sebesar Rp 83.934.
Pendapatan rata-rata industri adalah sebesar Rp 515.532,75 dengan penerimaan
rata-rata 1.556.250 dan biaya rata-rata yang digunakan sebesar Rp 1.040.717,3.
Perbedaan pendapatan pada produk-produk yang dihasilkan disebabkan perbedaan
jumlah penggunaan bahan baku serta bahan lainnya.
69
Tabel 4.6 Biaya Industri UD. Sempurna per Proses Produksi
No Uraian Sepatu Wanita Sepatu Pria Sandal Wanita Sandal Pria
Biaya % Biaya % Biaya % Biaya %
1 Biaya Tetap 21005,73 1,46 14.003,82 1,42 14.003,82 1,95 7.001,91 1,75
2 Bahan Baku 480.000,00 33,41 375.000,00 37,98 240.000,00 33,48 140.000,00 35,06
3 Tenaga
Kerja
a. Desain
b. Upper
c. Assem-
bling
d. Finishing
e. Toko
28.846,15
69.230,77
86.538,46
14.423,07
37.500,00
2,01
4,82
6,02
1,00
2,61
23.076,92
55.384,62
69.230,77
17.307,69
25.000,00
2,34
5,61
7,01
1,75
2,53
17.307,69
36.923,08
79.615,39
11.538,46
25.000,00
2,41
5,15
11,11
1,61
3,49
8.653,85
18.461,54
39.807,69
5.769,23
12.500,00
2,17
4,62
9,97
1,44
3,13
4 Variabel
a. Sol
b. Lining
c. Insole
d. Lem
kuning
e. Lem
Primer
f. Lem
Latex
g. Paku
h. Kain
Keras
i. Spon
(2mm)
j. Spon
(3mm)
k. Thinner
l. Minyak
(Primer)
m. Variasi
n. Cat/Gotan
o. Benang
p. Tamsin
q. Listrik
240.000,00
90.000,00
144.000,00
18.000,00
30.000,00
12.000,00
9.600,00
15.000,00
15.000,00
-
5.760,00
8.880,00
60.000,00
21.000,00
1.920,00
24.000,00
4.038,48
16,70
6,26
10,02
1,25
2,09
0,84
0,67
1,04
1,04
-
0,40
0,62
4,18
1,46
0,13
1,67
0,28
120.000,00
60.000,00
96.000,00
12.000,00
20.000,00
8.000,00
6.400,00
10.000,00
10.000,00
-
3.840,00
5.920,00
-
14.000,00
1.280,00
16.000,00
2.692,32
12,15
6,08
9,72
1,22
2,03
0,81
0,65
1,01
1,01
-
0,39
0,60
-
1,42
0,13
1,62
0,27
120.000,00
80.000,00
12.000,00
20.000,00
8.000,00
-
6.400,00
-
10.000,00
10.000,00
3.840,00
5.920,00
40.000,00
14.000,00
1.280,00
-
2.692,32
16,74
11,16
1,67
2,79
1,12
-
0,89
-
1,40
1,40
0,54
0,83
5,58
1,95
0,18
-
0,38
60.000,00
40.000,00
6.000,00
10.000,00
4.000,00
-
3.200,00
-
5.000,00
5.000,00
1.920,00
2.960,00
20.000,00
7.000,00
640,00
-
1.346,16
15,03
10,02
1,50
2,50
1,00
-
0,80
-
1,25
1,25
0,48
0,74
5,01
1,75
0,16
-
0,34
Sumber: Data Primer diolah Tahun 2019
Berdasarkan tabel 4.6 mengenai biaya produksi alas kaki dari kulit pada
industri UD. Sempurna dalam satu kali proses produksi, diketahui bahwa bahan
baku kulit menjadi prosentase biaya terbesar pada pembuatan alas kaki, baik sepatu
wanita (33,41%), sepatu pria (37,98%), sandal wanita (33,48%) dan sandal pria
(35,06%). Biaya variabel menjadi biaya yang memiliki prosentasi terbanyak kedua.
Hal ini disebabkan karena biaya variabel bergantung dengan jumlah produk yang
dihasilkan, dimana sol dan Insole menjadi biaya terbanyak pada biaya variabel.
Kemudian biaya tenaga kerja, dimana pada tahap upper dan assembling menjadi
70
biaya tebanyak. Selanjutnya yaitu biaya tetap yang tidak bergantung pada jumlah
produk yang dihasilkan.
Tabel 4.7 Pendapatan Industri UD. Sempurna per Produksi
No Uraian
Nilai Rata-rata
Sepatu
Wanita
Sepatu
Pria
Sandal
Wanita
Sandal Pria
1 Jumlah produksi (Pasang) 12 8 8 4 8
2 Harga per Pasang 175.000 200.000 100.000 125.000 150.000
3 Total Penerimaan (Rp) 2.100.000 1.600.000 800.000 500.000 1.250.000
4 Total Biaya (Rp) 1.436.743 987.448 716.761 399.264 885.054
5 Pendapatan (Rp) 663.257 612.552 83.239 100.736 364.946
Sumber: Data Primer diolah tahun 2019
Tabel 4.7 merupakan tabel pendapatan UD. Sempurna setiap kali proses
produksi. UD. Sempurna dapat memproduksi 12 pasang sepatu wanita setiap kali
proses dengan harga sebesar Rp 175.000,-, sehingga mendapatkan penerimaan
sebesar Rp 2.100.000,-. Pendapatan dari produk sepatu wanita sebesar Rp 663.257
dengan total biaya sebesar Rp 1.436.743,-. Sepatu pria dapat diproduksi sebanyak
8 pasang setiap satu kali proses produksi dengan harga Rp 200.000,- per pasang dan
memperoleh penerimaan sebesar Rp 1.600.000,-. Total biaya yang dikeluarkan
sebesar Rp 987.448,- dan memperoleh pendapatan Rp 612.552,-.
Pendapatan yang diperoleh pada produk sandal wanita adalah Rp 83.239,-
dengan memproduksi 8 sandal wanita, sedangkan produk sandal pria memperoleh
pendapatan sebesar Rp 100.736,- dengan memproduksi 4 sandal pria. Produksi UD.
Sempurna rata-rata menghasilkan 8 produk setiap satu kali proses produksi, dengan
harga jual rata-rata Rp 150.000,- sehingga penerimaan rata-rata adalah
Rp 1.250.000. Pendapatan rata-rata sebesar Rp 364.946,- dengan penggunaan biaya
rata-rata sebesar Rp 885.054,-. Pendapatan yang dihasilkan dari setiap produk
berbeda karena jumlah penggunaan bahan baku serta bahan pendukung yang
digunakan setiap produk berbeda. Penerimaan yang diperoleh oleh sepatu wanita
lebih tinggi dibanding penerimaan sepatu pria, namun penggunaan biaya sepatu
wanita lebih tinggi juga dibanding sepatu pria. Hal tersebut menjelaskan bahwa
pendapatan yang diterima oleh sepatu wanita akan lebih rendah dibanding
pendapatan pada sepatu pria.
71
Tabel 4.8 Biaya Industri Toko Sepatu Menink per Proses Produksi
No Uraian Sepatu Wanita Sepatu Pria Sandal Wanita Sandal Pria
Biaya % Biaya % Biaya % Biaya %
1 Biaya Tetap 18.009,62 3,10 10.805,77 3,04 10.805,77 3,74 3.601,92 3,63
2 Bahan Baku 140.000,00 24,12 105.000,00 29,50 63.000,00 21,79 24.500,00 24,67
3 Tenaga
Kerja
a. Desain
b. Upper
c. Assem-
bling
d. Finishing
e. Toko
18.028,85
37.500,00
40.000,00
6.009,62
25.000,00
3,11
6,46
6,89
1,04
4,31
10.817,31
22.500,00
24.000,00
3.605,77
16.666,67
3,04
6,32
6,74
1,01
4,68
9.014,42
22.500,00
24.000,00
2.403,85
16.666,67
3,12
7,78
8,30
0,83
5,77
3.004,81
7.500,00
8.000,00
801,28
5.000,00
3,03
7,55
8,06
0,81
5,04
4 Variabel
a. Sol
b. Lining
c. Insole
d. Lem
kuning
e. Lem
Primer
f. Lem
Latex
g. Paku
h. Kain
Keras
i. Spon
(2mm)
j. Spon
(3mm)
k. Thinner
l. Minyak
(Primer)
m. Variasi
n. Cat/Gotan
o. Benang
p. Tamsin
q. Listrik
100.000,00
39.000,00
60.000,00
7.500,00
12.500,00
5.000,00
5.000,00
6.250,00
3.750,00
-
2.400,00
3.700,00
25.000,00
8.750,00
700,00
10.000,00
6.410,25
17,23
6,72
10,34
1,29
2,15
0,86
0,86
1,08
0,65
-
0,41
0,64
4,31
1,51
0,12
1,72
1,10
60.000,00
23.400,00
36.000,00
4.500,00
7.500,00
3.000,00
3.000,00
3.750,00
2.250,00
-
1.440,00
2.220,00
-
5.250,00
420,00
6.000,00
3.846,15
16,86
6,57
10,11
1,26
2,11
0,84
0,84
1,05
0,63
-
0,40
0,62
-
1,47
0,12
1,69
1,08
60.000,00
-
30.000,00
4.500,00
7.500,00
3.000,00
3.000,00
-
2.250,00
2.250,00
1.440,00
2.220,00
15.000,00
5.250,00
420,00
6.000,00
3.846,15
20,76
-
10,38
1,56
2,59
1,04
1,04
-
0,78
0,78
0,50
0,77
5,19
1,82
0,15
2,08
1,33
20.000,00
-
10.000,00
1.500,00
2.500,00
1.000,00
1.000,00
-
750,00
750,00
480,00
740,00
5.000,00
1.750,00
140,00
2.000,00
1.282,05
20,14
-
10,07
1,51
2,52
1,01
1,01
-
0,76
0,76
0,48
0,75
5,04
1,76
0,14
2,01
1,29
Sumber: Data Primer diolah tahun 2019
Berdasarkan tabel 4.8 mengenai biaya produksi alas kaki dari kulit pada
industri Toko Sepatu Menink dalam satu kali proses produksi, dimana bahan baku
kulit memiliki prosentase biaya terbesar pada pembuatan alas kaki, baik sepatu
wanita (24,12%), sepatu pria (29,50%), sandal wanita (21,79%) dan sandal pria
(24,67%). Biaya variabel menjadi biaya memiliki prosentasi terbanyak kedua. Hal
ini disebabkan karena biaya variabel bergantung dengan jumlah produk yang
dihasilkan. Kemudian biaya tenaga kerja, dimana pada tahap upper dan assembling
72
menjadi biaya tebanyak. Selanjutnya yaitu biaya tetap yang tidak bergantung pada
jumlah produk yang dihasilkan.
Tabel 4.9 Pendapatan Industri Menink Toko Sepatu per Produksi
No Uraian
Nilai Rata-rata
Sepatu
Wanita
Sepatu
Pria
Sandal
Wanita
Sandal
Pria
1 Jumlah produksi (Pasang) 5 3 3 1 3
2 Harga per Pasang 150.000 175.000 100.000 125.000 137.500
3 Total Penerimaan (Rp) 750.000 525.000 300.000 125.000 425.000
4 Total Biaya (Rp) 580.508 355.972 289.067 99.300 331.211,75
5 Pendapatan (Rp) 169.492 169.028 10.933 25.700 93.788,25
Sumber: Data Primer diolah tahun 2019
Tabel 4.9 merupakan tabel pendapatan industri Menink Toko Sepatu dalam
satu kali proses produksi. Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa
dalam satu kali proses produksi Menink Toko Sepatu dapat memproduksi sepatu
wanita sebanyak 5 pasang dengan harga Rp 150.000,- per pasang, sehingga
penerimaan yang diperoleh Menink Toko Sepatu dalam satu kali proses sebesar
Rp 750.000,-. Total biaya yang dikeluarkan Menink Toko Sepatu dalam satu kali
produksi sepatu wanita sebesar Rp 580.508,- dan pendapatan dari produk sepatu
wanita yaitu sebesar Rp 169.492,-.
Pendapatan Menink Toko Sepatu pada produk sepatu pria setiap satu kali
proses produksi sebesar Rp 169.028,- diperoleh dari pengurangan penerimaan
produk sebesar Rp 525.000,- dengan total biaya produksi sebesar Rp 355.972,-.
Penerimaan sendiri diperoleh perkalian antara jumlah produksi sebesar 3 pasang
dengan harga per pasang sebesar Rp 175.000,-. Pendapatan sandal wanita pada
Menink Toko Sepatu sebesar Rp 10.933, sedangkan pendapatan sandal pria sebesar
25.700,-. Rata-rata jumlah produksi alas kaki dari kulit pada Menink Toko Sepatu
sebesar 3 pasang setiap produksi dengan rata-rata harga Rp 137.500,-. Penerimaan
rata-rata industri Menink Toko Sepatu sebesar Rp 425.000,- dengan biaya yang
dikeluarkan oleh industri sebesar Rp 331.211,75, sehingga pendapatan rata-rata
Menink Toko Sepatu adalah sebesar Rp 93.788,25. Pendapatan yang dihasilkan
berbeda karena penggunaan jumlah bahan baku berbeda. Menink Toko Sepatu
menggunakan beberapa tenaga kerja dari dalam keluarga dalam proses produksi
sehingga dapat mengurangi biaya produksi dan menambah pendapatan.
73
Tabel 4.10 Biaya Industri Kartika Exclussive per Proses Produksi
No Uraian Sepatu Wanita Sepatu Pria Sandal Wanita Sandal Pria
Biaya % Biaya % Biaya % Biaya %
1 Biaya Tetap 7.863,14 1,23 5.242,09 1,18 5.242,09 1,50 2.621,05 1,46
2 Bahan Baku 180.000,00 28,12 150.000,00 33,89 90.000,00 25,73 52.200,00 29,15
3 Tenaga
Kerja
a. Desain
b. Upper
c. Assem-
bling
d. Finishing
e. Toko
14.423,08
45.000,00
48.000,00
7.211,54
28.333,33
2,25
7,03
7,50
1,13
4,43
9.615,39
30.000,00
32.000,00
4.807,69
16.666,67
2,17
6,78
7,23
1,09
3,77
8.653,85
30.000,00
32.000,00
3.205,13
16.666,67
2,47
8,58
9,15
0,92
4,76
4.326,92
15.000,00
16.000,00
1.602,56
5.000,00
2,42
8,38
8,93
0,89
2,79
4 Variabel
a. Sol
b. Lining
c. Insole
d. Lem
kuning
e. Lem
Primer
f. Lem
Latex
g. Paku
h. Kain
Keras
i. Spon
(2mm)
j. Spon
(3mm)
k. Thinner
l. Minyak
(Primer)
m. Variasi
n. Cat/Gotan
o. Benang
p. Tamsin
q. Listrik
90.000,00
46.800,00
72.000,00
9.000,00
15.000,00
6.000,00
6.000,00
9.000,00
4.500,00
-
2.880,00
4.440,00
30.000,00
10.500,00
960,00
-
2.307,66
14,06
7,31
11,25
1,41
2,34
0,94
0,94
1,41
0,70
-
0,45
0,69
4,69
1,64
0,15
0,00
0,36
60.000,00
31.200,00
48.000,00
6.000,00
10.000,00
4.000,00
4.000,00
6.000,00
3.000,00
-
1.920,00
2.960,00
-
7.000,00
640,00
8.000,00
1.538,44
13,56
7,05
10,85
1,36
2,26
0,90
0,90
1,36
0,68
-
0,43
0,67
-
1,58
0,14
1,81
0,35
60.000,00
-
40.000,00
6.000,00
10.000,00
4.000,00
4.000,00
-
3.000,00
3.000,00
1.920,00
2.960,00
20.000,00
7.000,00
640,00
0,00
1.538,44
17,15
-
11,43
1,72
2,86
1,14
1,14
-
0,86
0,86
0,55
0,85
5,72
2,00
0,18
0,00
0,44
30.000,00
-
20.000,00
3.000,00
5.000,00
2.000,00
2.000,00
-
1.500,00
1.500,00
960,00
1.480,00
10.000,00
3.500,00
320,00
0,00
769,22
16,75
-
11,17
1,68
2,79
1,12
1,12
-
0,84
0,84
0,54
0,83
5,58
1,95
0,18
0,00
0,43
Sumber: Data Primer diolah tahun 2019
Berdasarkan tabel 4.10 mengenai biaya produksi alas kaki dari kulit pada
industri Kartika Exclussive dalam satu kali proses produksi, dapat diketahui bahwa
bahan baku kulit memiliki prosentase biaya terbesar pada pembuatan alas kaki, baik
sepatu wanita (28,12%), sepatu pria (33,89%), sandal wanita (25,73%) dan sandal
pria (29,15%). Biaya variabel menjadi biaya memiliki prosentasi terbanyak kedua.
Hal ini disebabkan karena biaya variabel bergantung dengan jumlah produk yang
dihasilkan, dimana sol dan Insole menjadi biaya terbanyak. Kemudian biaya tenaga
kerja, dimana pada tahap upper dan assembling menjadi biaya tebanyak.
74
Selanjutnya yaitu biaya tetap yang tidak bergantung pada jumlah produk yang
dihasilkan.
Tabel 4.11 Pendapatan Industri Kartika Exclusive per Produksi
No Uraian
Nilai Rata-rata
Sepatu
Wanita
Sepatu
Pria
Sandal
Wanita
Sandal
Pria
1 Jumlah produksi (Pasang) 6 4 4 2 4
2 Harga per Pasang 125.000 150.000 90.000 100.000 116.250
3 Total Penerimaan (Rp) 750.000 600.000 360.000 200.000 477.500
4 Total Biaya (Rp) 640.225 442.594 349.830 179.082 402.932,8
5 Pendapatan (Rp) 109.775 157.406 10.170 20.918 74.567,25
Sumber: Data Primer diolah tahun 2019
Tabel 4.11 merupakan tabel pendapatan industri Kartika Exclusive dalam
satu kali proses produksi. Kartika Exclusive memproduksi sepatu wanita sebanyak
6 pasang dengan harga sebesar Rp 125.000,- per pasang, sehingga memperoleh
penerimaan sebesar Rp 750.000,-. Biaya yang dibutuhkan untuk satu kali proses
produksi sepatu wanita adalah sebesar Rp 640.225,- sehingga pendapatan yang
diperoleh sebesar Rp 109.775,-. Produk sepatu pria diproduksi sebanyak 4 pasang
setiap satu kali proses produksi dengan harga jual sebesar Rp 150.000,- dan
memperoleh penerimaan sebesar Rp 600.000,-. Biaya yang digunakan untuk proses
pembuatan sepatu pria adalah sebesar Rp 442.594,- sehingga menghasilkan
pendapatan sebesar Rp 157.406,-.
Setiap satu kali proses produksi sandal wanita dapat memproduksi sebanyak
4 pasang dengan harga Rp 90.000,- per pasang, sehingga penerimaan sebesar
Rp 360.000. Pendapatan dari produk sandal wanita adalah sebesar Rp 10.170,-
dengan total biaya sebesar Rp 349.830,-. Penerimaan produk sandal pria adalah
sebesar Rp 200.000,-, karena Kartika Exclusive dapat memproduksi sebanyak 2
pasang sandal pria dalam tiap kali proses dengan harga sebesar Rp 100.000,-. Total
biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 179.082 sehingga pendapatan dari produk
sandal pria sebesar Rp 20.918. Pendapatan rata-rata yang diperoleh Kartika
Exclusive adalah sebesar Rp 74.567,25 dengan penerimaan rata-rata Rp 477.500
dan biaya rata-rata yang digunakan sebesar Rp 402.932,8,-. Kartika Exclusive
menggunakan tenaga kerja dari dalam keluarga yang dimana dapat mengurangi
biaya produksi dan menambah pendapatan industri ini.
75
Tabel 12. Tabel Biaya Industri PS. Ireng per Produksi
No Uraian Sepatu Wanita Sepatu Pria Sandal Wanita Sandal Pria
Biaya % Biaya % Biaya % Biaya %
1 Biaya Tetap 11.258,78 2,09 6.755,27 2,00 6.755,27 2,54 2.251,76 2,36
2 Bahan Baku 150.000,00 27,91 112.500,00 33,32 67.500,00 25,35 26.250,00 27,52
3 Tenaga
Kerja
a. Desain
b. Upper
c. Assem-
bling
d. Finishing
e. Toko
18.028,85
37.500,00
40.000,00
6.009,62
25.000,00
3,35
6,98
7,44
1,12
4,65
10.817,31
22.500,00
24.000,00
3.605,77
16.666,67
3,20
6,66
7,11
1,07
4,94
9.014,42
22.500,00
24.000,00
2.403,85
16.666,67
3,39
8,45
9,01
0,90
6,26
3.004,81
7.500,00
8.000,00
801,28
8.333,33
3,15
7,86
8,39
0,84
8,74
4 Variabel
a. Sol
b. Lining
c. Insole
d. Lem
kuning
e. Lem
Primer
f. Lem
Latex
g. Paku
h. Kain
Keras
i. Spon
(2mm)
j. Spon
(3mm)
k. Thinner
l. Minyak
(Primer)
m. Variasi
n. Cat/Gotan
o. Benang
p. Tamsin
q. Listrik
65.000,00
39.000,00
60.000,00
7.500,00
12.500,00
5.000,00
5.000,00
7.500,00
3.000,00
-
2.400,00
3.700,00
25.000,00
8.750,00
800,00
-
4.487,20
12,09
7,26
11,16
1,40
2,33
0,93
0,93
1,40
0,56
-
0,45
0,69
4,65
1,63
0,15
-
0,83
39.000,00
23.400,00
36.000,00
4.500,00
7.500,00
3.000,00
3.000,00
4.500,00
1.800,00
-
1.440,00
2.220,00
-
5.250,00
480,00
6.000,00
2.692,32
11,55
6,93
10,66
1,33
2,22
0,89
0,89
1,33
0,53
-
0,43
0,66
-
1,55
0,14
1,78
0,80
39.000,00
-
30.000,00
4.500,00
7.500,00
3.000,00
3.000,00
-
1.800,00
1.800,00
1.440,00
2.220,00
15.000,00
5.250,00
480,00
0,00
2.692,32
14,65
-
11,27
1,69
2,82
1,13
1,13
-
0,68
0,68
0,54
0,83
5,63
1,97
0,18
0,00
1,01
13.000,00
-
10.000,00
1.500,00
2.500,00
1.000,00
1.000,00
-
600,00
600,00
480,00
740,00
5.000,00
1.750,00
160,00
0,00
897,44
13,63
-
10,49
1,57
2,62
1,05
1,05
-
0,63
0,63
0,50
0,78
5,24
1,83
0,17
0,00
0,94
Sumber : Data Primer diolah Tahun 2019
Berdasarkan tabel 4.12 mengenai biaya produksi alas kaki dari kulit pada
industri PS. Ireng dalam satu kali proses produksi, dimana bahan baku kulit
memiliki prosentase biaya terbesar pada pembuatan alas kaki, baik sepatu wanita
(27,91%), sepatu pria (33,32%), sandal wanita (25,35%) dan sandal pria (27,52%).
Biaya variabel menjadi biaya memiliki prosentasi terbanyak kedua. Hal ini
disebabkan karena biaya variabel bergantung dengan jumlah produk yang
dihasilkan, dimana sol dan Insole menjadi biaya terbanyak. Kemudian biaya tenaga
kerja, dimana pada tahap upper dan assembling menjadi biaya tebanyak.
76
Selanjutnya yaitu biaya tetap yang tidak bergantung pada jumlah produk yang
dihasilkan.
Tabel 4.13 Pendapatan Industri PS. Ireng per Produksi
No Uraian
Nilai Rata-rata
Sepatu
Wanita
Sepatu
Pria
Sandal
Wanita
Sandal Pria
1 Jumlah produksi (Pasang) 5 3 3 1 3
2 Harga per Pasang 120.000 150.000 100.000 100.000 117.500
3 Total Penerimaan (Rp) 600.000 450.000 300.000 100.000 362.500
4 Total Biaya (Rp) 537.434 337.627 266.523 95.369 309.238,75
5 Pendapatan (Rp) 62.566 112.373 33.477 4.631 53.261,25
Sumber: Data Primer diolah tahun 2019
Tabel 4.13 merupakan tabel pendapatan PS. Ireng setiap kali proses produksi.
PS. Ireng dapat memproduksi 5 pasang sepatu wanita setiap kali proses dengan
harga sebesar Rp 120.000,-, sehingga mendapatkan penerimaan sebesar
Rp 600 .000,-. Pendapatan dari produk sepatu wanita sebesar Rp 62.566,- dengan
total biaya sebesar Rp 537.434,-. Sepatu pria dapat diproduksi sebanyak 3 pasang
setiap satu kali proses produksi dengan harga Rp 150.000,- per pasang dan
memperoleh penerimaan sebesar Rp 450.000,-. Total biaya yang dikeluarkan
sebesar Rp 337.627,- dan memperoleh pendapatan Rp 112.373,-.
Pendapatan yang diperoleh pada produk sandal wanita adalah Rp 33.477,-
dengan memproduksi 3 sandal wanita, sedangkan produk sandal pria memperoleh
pendapatan sebesar Rp 4.631,- dengan memproduksi 1 sandal pria. Produksi PS.
Ireng rata-rata menghasilkan 3 produk setiap satu kali proses produksi, dengan
harga jual rata-rata Rp 117.500,- sehingga penerimaan rata-rata adalah Rp 362.500.
bPendapatan rata-rata sebesar Rp 53.261,75,- dengan penggunaan biaya rata-rata
sebesar Rp 309.238,25,-. PS. Ireng menggunakan beberapa tenaga kerja dari dalam
keluarga pada proses produksi sehingga dapat menambah pendapatan dan
mengurangi biaya produksi, selain itu juga mendapatkan bantuan berupa mesin
seset dan mesing jahit. Selain itu jumlah bahan baku yang digunakan juga dapat
mempengaruhi biaya yang dibutuhkan. Pada sepatu wanita, sandal wanita dan
sandal pria menggunakan variasi, sedangkan pada sepatu pria tidak menggunakan
variasi.
77
Tabel 4.14 Biaya Industri Soldate Leather per Produksi
No Uraian Sepatu Wanita Sepatu Pria Sandal Wanita Sandal Pria
Biaya % Biaya % Biaya % Biaya %
1 Biaya Tetap 11.925,00 3,21 7.950,00 3,11 7.950,00 3,92 3.975,00 3,75
2 Bahan Baku 108.000,00 29,07 90.000,00 35,20 54.000,00 26,61 31.500,00 29,73
3 Tenaga
Kerja
a. Desain
b. Upper
c. Assem-
bling
d. Finishing
e. Toko
14.423,08
45.000,00
30.000,00
4.687,50
-
3,88
12,11
8,08
1,26
-
9.615,39
30.000,00
20.000,00
3.125,00
-
3,76
11,73
7,82
1,22
-
8.413,46
30.000,00
20.000,00
2.083,33
-
4,15
14,78
9,86
1,03
-
4.206,73
15.000,00
10.000,00
1.041,67
-
3,97
14,16
9,44
0,98
-
4 Variabel
a. Sol
b. Lining
c. Insole
d. Lem
kuning
e. Lem
Primer
f. Lem
Latex
g. Paku
h. Kain
Keras
i. Spon
(2mm)
j. Spon
(3mm)
k. Thinner
l. Minyak
(Primer)
m. Variasi
n. Cat/Gotan
o. Benang
p. Tamsin
q. Listrik
45.000,00
23.400,00
36.000,00
4.500,00
7.500,00
3.000,00
3.000,00
2.700,00
1.350,00
-
1.440,00
2.220,00
15.000,00
5.250,00
420,00
-
692,31
12,11
6,30
9,69
1,21
2,02
0,81
0,81
0,73
0,36
-
0,39
0,60
4,04
1,41
0,11
-
0,19
30.000,00
15.600,00
24.000,00
3.000,00
5.000,00
2.000,00
2.000,00
1.800,00
900,00
-
960,00
1.480,00
-
3.500,00
280,00
4.000,00
461,54
11,73
6,10
9,39
1,17
1,96
0,78
0,78
0,70
0,35
-
0,38
0,58
-
1,37
0,11
1,56
0,18
30.000,00
-
20.000,00
3.000,00
5.000,00
2.000,00
2.000,00
-
900,00
900,00
960,00
1.480,00
10.000,00
3.500,00
280,00
-
461,54
14,78
-
9,86
1,48
2,46
0,99
0,99
-
0,44
0,44
0,47
0,73
4,93
1,72
0,14
-
0,23
15.000,00
-
10.000,00
1.500,00
2.500,00
1.000,00
1.000,00
-
450,00
450,00
480,00
740,00
5.000,00
1.750,00
140,00
-
230,77
14,16
-
9,44
1,42
2,36
0,94
-
0,42
0,42
0,45
0,70
4,72
1,65
0,13
-
0,22
Sumber: Data Primer diolah tahun 2019
Berdasarkan tabel 4.14 mengenai biaya produksi alas kaki dari kulit pada
industri Soldate Leather dalam satu kali proses produksi, dimana bahan baku kulit
samak menjadi biaya dengan prosentase terbesar pada pembuatan alas kaki, baik
sepatu wanita (29,07%), sepatu pria (35,20%), sandal wanita (26,61%) dan sandal
pria (29,73%). Biaya variabel menjadi biaya memiliki prosentasi terbanyak kedua.
Hal ini disebabkan karena biaya variabel bergantung dengan jumlah produk yang
dihasilkan, dimana sol dan Insole menjadi biaya terbanyak. Kemudian biaya tenaga
kerja, dimana pada tahap upper dan assembling menjadi biaya dengan prosentasi
78
terbanyak setelah biaya variabel. Selanjutnya yaitu biaya tetap yang tidak
bergantung pada jumlah produk yang dihasilkan, dimana terdapat penyusutan pada
alat-alat yang digunakan.
Tabel 4.15 Pendapatan Industri Soldate Leather per Produksi
No Uraian
Nilai Rata-rata
Sepatu
Wanita
Sepatu
Pria
Sandal
Wanita
Sandal
Pria
1 Jumlah produksi (Pasang) 3 2 2 1 2
2 Harga per Pasang 175.000 250.000 135.000 150.000 177.500
3 Total Penerimaan (Rp) 525.000 500.000 270.000 150.000 361.250
4 Total Biaya (Rp) 371.511 255.674 202.928 105.964 234.019,25
5 Pendapatan (Rp) 153.489 224.326 67.072 44.036 122.230,75
Sumber: Data Primer diolah tahun 2019
Tabel 4.15 merupakan tabel pendapatan pada industri Soldate Leather setiap
satu kali proses produksi. Soldate Leather mampu memproduksi sekitar 3 pasang
sepatu wanita dengan harga Rp 175.000 dan memperoleh penerimaan sebesar Rp
525.000,-. Total biaya yang digunakan sebesar Rp 371.511,- dan pendapatannya
sebesar Rp 153.489,-. Sepatu pria dapat diproduksi sebanyak 2 pasang dengan
harga jual sebesar Rp 250.000,- per pasang dan penerimaan sebesar Rp 500.000,-.
Pendapatan dari produk sepatu pria sebesar Rp 224.326 dengan total biaya yang
digunakan sebesar Rp 255.674.
Pendapatan dari produk sandal wanita pada industri Soldate Leather setiap
satu kali proses adalah sebesar Rp 67.072,-, sedangkan untuk produk sandal pria
sebesar Rp 44.036,-. Rata-rata pendapatan yang dihasilkan oleh industri Soldate
Leather setiap satu kali proses produksi adalah Rp 122.230,75 dengan rata-rata
penerimaan Rp 361.250 dan rata-rata biaya produksi sebesar Rp 234.019,3. Hal-hal
yang mempengaruhi perbedaan pendapatan dapat dilihat pada beberapa faktor,
yaitu: jumlah bahan baku, penggunaan lining, spon, kain keras dan juga variasi.
Pada produk sandal baik pria dan wanita tidak menggunakan lining,
sedangkan pada produk sepatu wanita dan sepatu pria menggunakan. Sebaliknya
produk sepatu hanya menggunakan spon 2mm dan kain keras, sedangkan pada
produk sandal pria dan sandal wanita menggunakan spon 3 mm namun tidak
menggunakan kain keras. Pada produk sepatu wanita, sandal wanita dan sandal pria
menggunakan variasi atau hiasan, sedangkan pada sepatu pria tidak menggunakan.
79
Tabel 4.16 Biaya Industri Hidayah per Proses Produksi
No Uraian Sepatu Wanita Sepatu Pria Sandal Wanita Sandal Pria
Biaya % Biaya % Biaya % Biaya %
1 Biaya Tetap 6.878,12 2,23 4.585,42 2,12 4.585,42 2,86 2.292,71 2,57
2 Bahan Baku 81.000,00 26,22 75.000,00 34,62 45.000,00 28,04 26.250,00 29,45
3 Tenaga
Kerja
a. Desain
b. Upper
c. Assem-
bling
d. Finishing
e. Toko
14.423,08
21.000,00
21.000,00
4.687,50
9.000,00
4,67
6,80
6,80
1,52
2,91
9.615,39
14.000,00
14.000,00
3.125,00
6.000,00
4,44
6,46
6,46
1,44
2,77
8.413,46
14.000,00
14.000,00
2.083,33
6.000,00
45,24
8,72
8,72
1,30
3,74
4.206,73
7.000,00
7.000,00
1.041,67
3.000,00
4,72
7,85
7,85
1,17
3,37
4 Variabel
a. Sol
b. Lining
c. Insole
d. Lem
kuning
e. Lem
Primer
f. Lem
Latex
g. Paku
h. Kain
Keras
i. Spon
(2mm)
j. Spon
(3mm)
k. Thinner
l. Minyak
(Primer)
m. Variasi
n. Cat/Gotan
o. Benang
p. Tamsin
r. Listrik
39.000,00
23.400,00
36.000,00
4.500,00
7.500,00
3.000,00
3.000,00
1.800,00
1.350,00
-
1.440,00
2.220,00
15.000,00
5.250,00
420,00
6.000,00
576,93
12,63
7,58
11,65
1,46
2,43
0,97
0,97
0,58
0,44
-
0,47
0,72
4,86
1,70
0,14
1,94
0,19
26.000,00
15.600,00
24.000,00
3.000,00
5.000,00
2.000,00
2.000,00
1.200,00
900,00
-
960,00
1.480,00
-
3.500,00
280,00
4.000,00
384,62
12,00
7,20
11,08
1,38
2,31
0,92
0,92
0,55
0,42
-
0,44
0,68
-
1,62
0,13
1,85
0,18
26.000,00
-
20.000,00
3.000,00
5.000,00
2.000,00
2.000,00
-
900,00
900,00
960,00
1.480,00
10.000,00
3.500,00
280,00
0,00
384,62
16,20
-
12,46
1,87
3,12
1,25
1,25
-
0,56
0,56
0,60
0,92
6,23
2,18
0,17
0,00
0,24
13.000,00
-
10.000,00
1.500,00
2.500,00
1.000,00
1.000,00
-
450,00
450,00
480,00
740,00
-
1.750,00
140,00
-
192,31
14,58
-
11,22
1,68
2,80
1,12
1,12
-
0,50
0,50
0,54
0,83
-
1,96
0,16
-
0,22
Sumber: Data Primer diolah Tahun 2019
Berdasarkan tabel 4.16 mengenai biaya produksi alas kaki dari kulit pada
industri Hidayah dalam satu kali proses produksi, dimana bahan baku kulit
memiliki prosentase biaya terbesar pada pembuatan alas kaki,. Biaya variabel
menjadi biaya memiliki prosentasi terbanyak kedua. Hal ini disebabkan karena
biaya variabel bergantung dengan jumlah produk yang dihasilkan, dimana sol dan
Insole menjadi biaya terbanyak. Kemudian biaya tenaga kerja, dimana pada tahap
upper dan assembling menjadi biaya tebanyak. Selanjutnya yaitu biaya tetap yang
tidak bergantung pada jumlah produk yang dihasilkan.
80
Tabel 4.17 Pendapatan Industri Hidayah per Produksi
No Uraian
Nilai
Rata-rata Sepatu
Wanita
Sepatu
Pria
Sandal
Wanita
Sandal
Pria
1 Jumlah produksi (Pasang) 3 2 2 1 2
2 Harga per Pasang 115.000 130.000 85.000 90.000 105.000
3 Total Penerimaan (Rp) 345.000 260.000 170.000 90.000 216.250
4 Total Biaya (Rp) 308.896 216.630 160.487 89.143 193.789
5 Pendapatan (Rp) 36.104 43.370 9.513 857 22.461
Sumber: Data Primer diolah tahun 2019
Tabel 4.17 merupakan tabel pendapatan 4 produk dari industri Hidayah setiap
kali proses produksi. Pendapatan produk sepatu wanita sebesar Rp 36.104,- dengan
memproduksi sekitar 3 pasang dan harga sebesar Rp 115.000 sehingga memperoleh
penerimaan sebesar Rp 345.000,- serta menggunakan biaya sebesar Rp 308.896,-.
Produk sepatu pria memberikan pendapatan sebesar Rp 43.370,- dengan
memproduksi 2 pasang sepatu. Harga untuk 1 pasang sepatu pria berkisar Rp
130.000,- sehingga memberikan penerimaan sebesar Rp 260.000 dengan biaya
produksi sebesar Rp 216.630,-.
Pendapatan produk sandal wanita dengan produksi 2 pasang sandal adalah
sebesar Rp 9.513,-, sedangkan untuk produk sandal pria diproduksi sebanyak 1
pasang dengan pendapatan sebesar Rp 857,-. Rata-rata pendapatan yang didapatkan
oleh industri Hidayah sebesar Rp 22.461 dengan total penerimaan sebesar Rp
216.250,- dan rata-rata biaya produksi sebesar Rp 193.789,-. Pendapatan yang
diperoleh dari setiap produk berbeda, bergantung dengan jumlah bahan baku yang
digunakan serta penggunaan bahan-bahan pendukung lainnya. Hidayah
menggunakan beberapa tenaga kerja dari dalam keluarga dalam proses produksi
sehingga dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan dan menambah pendapatan.
Tabel 4.18 Biaya Industri Rif’at per Proses Produksi
No Uraian Sepatu Wanita Sepatu Pria Sandal Wanita Sandal Pria
Biaya % Biaya % Biaya % Biaya %
1 Biaya Tetap 9.566,24 1,98 5.739,74 1,71 5.739,74 2,18 1.913,25 2,07
2 Bahan Baku 160.000,00 33,14 120.000,00 35,69 72.000,00 27,34 28.000,00 30,35
3 Tenaga
Kerja
a. Desain
b. Upper
c.Assembling
d. Finishing
e. Toko
18.028,85
37.500,00
50.000,00
6.009,62
9.000,00
3,73
7,77
10,36
1,24
1,86
10.817,31
22.500,00
30.000,00
3.605,77
6.000,00
3,22
6,69
8,92
1,07
1,78
9.014,42
22.500,00
30.000,00
2.403,85
6.000,00
3,42
8,55
11,39
0,91
2,28
3.004,81
7.500,00
10.000,00
801,28
3.000,00
3,26
8,13
10,84
0,87
3,25
81
Lanjutan Tabel 4.18 Biaya Industri Rif’at per Proses Produksi
4 Variabel
a. Sol
b. Lining
c. Insole
d. Lem
kuning
e. Lem
Primer
f. Lem
Latex
g. Paku
h. Kain
Keras
i. Spon
(2mm)
j. Spon
(3mm)
k. Thinner
l. Minyak
(Primer)
m. Variasi
n. Cat/Gotan
o. Benang
p. Tamsin
q. Listrik
70.000,00
25.000,00
60.000,00
7.500,00
12.500,00
5.000,00
5.000,00
4.500,00
2.250,00
-
2.400,00
3.700,00
-
8.750,00
800,00
10.000,00
1.851,85
14,50
5,18
12,43
1,55
2,59
1,04
1,04
0,93
0,47
-
0,50
0,77
-
1,81
0,17
2,07
0,38
39.000,00
15.000,00
36.000,00
4.500,00
7.500,00
3.000,00
3.000,00
2.700,00
1.350,00
-
1.440,00
2.220,00
15.000,00
5.250,00
480,00
6.000,00
1.111,11
11,60
4,46
10,71
1,34
2,23
0,89
0,89
0,80
0,40
-
0,43
0,66
4,46
1,56
0,14
1,78
0,33
37.500,00
-
30.000,00
4.500,00
7.500,00
3.000,00
3.000,00
-
1.800,00
1.350,00
1.440,00
2.220,00
15.000,00
5.250,00
480,00
-
1.111,11
14,24
-
11,39
1,71
2,85
1,14
1,14
-
0,68
0,51
0,55
0,84
5,70
1,99
0,18
-
0,42
13.000,00
-
10.000,00
1.500,00
2.500,00
1.000,00
1.000,00
-
600,00
450,00
480,00
740,00
5.000,00
1.750,00
160,00
-
370,37
14,09
-
10,84
1,63
2,71
1,08
1,08
-
0,65
0,49
0,52
0,80
5,42
1,90
0,17
-
0,40
Sumber: Data Primer diolah Tahun 2019
Berdasarkan tabel 4.18 mengenai biaya produksi alas kaki dari kulit pada
industri Rif’at dalam satu kali proses produksi, dimana bahan baku kulit memiliki
prosentase biaya terbesar pada pembuatan alas kaki,. Biaya variabel menjadi biaya
memiliki prosentasi terbanyak kedua. Hal ini disebabkan karena biaya variabel
bergantung dengan jumlah produk yang dihasilkan, dimana sol dan Insole menjadi
biaya terbanyak. Kemudian biaya tenaga kerja, dimana pada tahap upper dan
assembling menjadi biaya tebanyak. Selanjutnya yaitu biaya tetap yang tidak
bergantung pada jumlah produk yang dihasilkan. Penggunaan biaya ini tentunya
akan berpengaruh pada pendapatan industri tersebut.
Pendapatan dapat diketahui melalui pengurangan penerimaan dengan total
biaya, penerimaan sendiri diperoleh dari jumlah produk dikali harga. Harga untuk
masing-masing produk alas kaki dari kulit yang berbeda-beda, serta biaya yang
digunakan juga berbeda sehingga penerimaan dan pendapatan setiap produk juga
berbeda.
82
Tabel 4.19 Pendapatan Industri Rif’at per Produksi
No Uraian
Nilai Rata-rata
Sepatu
Wanita
Sepatu
Pria
Sandal
Wanita
Sandal
Pria
1 Jumlah produksi (Pasang) 5 3 3 1 3
2 Harga per Pasang 125.000 175.000 100.000 100.000 125.000
3 Total Penerimaan (Rp) 625.000 525.000 300.000 100.000 387.500
4 Total Biaya (Rp) 482.857 336.214 263.309 92.270 293.662,5
5 Pendapatan (Rp) 142.143 188.786 36.691 7.730 93.387,5
Sumber: Data Primer diolah tahun 2019
Berdasarkan tabel 4.19 dapat diketahui pendapatan industri kerajinan alas
kaki dari kulit Rif’at setiap satu kali proses produksi. Setiap satu kali proses
produksi Rif’at dapat menghasilkan 5 pasang sepatu wanita dengan harga Rp
125.000,- sehingga memperoleh penerimaan sebesar Rp 625.000,-. Total biaya
yang digunakan sebesar Rp 482.857,- sehingga pendapatan dari sepatu wanita
sebesar Rp 142.143,-. Rif’at juga menghasilkan 3 pasang sepatu pria dengan kisaran
harga sebesar Rp 175.000,- dan penerimaan sebesar Rp 525.000,-. Pendapatan yang
dihasilkan dari sepatu pria pada industri ini sebesar Rp 188.786,- dengan biaya
produksi sebesar 336.214,-.
Rif’at juga dapat menghasilkan 3 pasang sandal wanita dan 1 pasang sandal
pria dengan pendapatan masing-masing sebesar Rp 36.691,- dan Rp 7.730,-.
Pendapatan rata-rata pada Rif’at yaitu sebesar Rp 93.387,5 dengan rata-rata biaya
produksi sebesar Rp 293.662,5 dan penerimaan sebesar Rp 387.500,-. Pendapatan
Rif’at juga masih bisa bertambah dikarenakan terdapat biaya tenaga kerja yang
digunakan dari dalam keluarga serta mendapatkan bantuan berupa mesin jahit,
mesin seset mesin press dan mesin embost.
Pendapatan pada industri Rif’at berbeda pada setiap produknya, hal ini
disebabkan oleh perbedaan jumlah produk yang dihasilkan. Masing-masing produk
menggunakan jumlah bahan baku yang berbeda serta bahan pendukung yang
digunakan juga berbeda, sehingga penggunaan biaya yang diperlukan juga berbeda.
Sedangkan untuk harrga sepatu pria memiliki harga tertinggi dibanding dengan
sepatu wanita, sandal wanita dan sandal pria.
83
Tabel 4.20. Biaya Industri Nesha Shoes per Proses Produksi
No Uraian Sepatu Wanita Sepatu Pria Sandal Wanita Sandal Pria
Biaya % Biaya % Biaya % Biaya %
1 Biaya Tetap 6.426,75 2,01 4.284,50 1,87 4.284,50 2,16 2.142,25 2,09
2 Bahan Baku 78.000,00 24,38 65.000,00 28,36 39.000,00 19,67 22.750,00 22,18
3 Tenaga
Kerja
a. Desain
b. Upper
c. Assem-
bling
d. Finishing
e. Toko
10.817,31
45.000,00
45.000,00
3.605,77
9.000,00
3,38
14,07
14,07
1,13
2,81
7.211,54
30.000,00
30.000,00
2.403,85
6.000,00
3,15
13,09
13,09
1,05
2,62
6.009,62
30.000,00
30.000,00
1.602,56
6.000,00
3,03
15,13
15,13
0,81
3,03
3.004,81
15.000,00
15.000,00
801,28
3.000,00
2,93
14,62
14,62
0,78
2,92
4 Variabel
a. Sol
b. Lining
c. Insole
d. Lem
kuning
e. Lem
Primer
f. Lem
Latex
g. Paku
h. Kain
Keras
i. Spon
(2mm)
j. Spon
(3mm)
k. Thinner
l. Minyak
(Primer)
m. Variasi
n. Cat/Gotan
o. Benang
p. Tamsin
q. Listrik
45.000,00
7.500,00
36.000,00
4.500,00
7.500,00
3.000,00
2.400,00
2.070,00
2.070,00
-
1.440,00
2.220,00
15.000,00
5.250,00
420,00
6.000,00
1.153,83
14,07
2,34
11,25
1,41
2,34
0,94
0,75
0,65
0,65
-
0,45
0,69
4,69
1,64
0,13
1,88
0,36
30.000,00
5.000,00
24.000,00
3.000,00
5.000,00
2.000,00
1.600,00
1.380,00
1.380,00
-
960,00
1.480,00
-
3.500,00
280,00
4.000,00
769,22
13,09
2,18
10,47
1,31
2,18
0,87
0,70
0,60
0,60
-
0,42
0,65
-
1,53
0,12
1,75
0,34
30.000,00
-
20.000,00
3.000,00
5.000,00
2.000,00
1.600,00
-
1.380,00
1.380,00
960,00
1.480,00
10.000,00
3.500,00
280,00
-
769,22
15,13
-
10,09
1,51
2,52
1,01
0,81
-
0,70
0,70
0,48
0,75
5,04
1,77
0,14
-
0,39
15.000,00
-
10.000,00
1.500,00
2.500,00
1.000,00
1.000,00
-
690,00
690,00
480,00
740,00
5.000,00
1.750,00
140,00
-
384,61
14,62
-
9,75
1,46
2,44
0,97
0,97
-
0,67
0,67
0,47
0,72
4,87
1,71
0,14
-
0,37
Sumber: Data Primer diolah tahun 2019
Berdasarkan tabel 4.20 mengenai biaya produksi alas kaki dari kulit pada
industri Rif’at dalam satu kali proses produksi, dimana bahan baku kulit memiliki
prosentase biaya terbesar pada pembuatan alas kaki,. Biaya variabel menjadi biaya
memiliki prosentasi terbanyak kedua. Hal ini disebabkan karena biaya variabel
bergantung dengan jumlah produk yang dihasilkan, dimana sol dan Insole menjadi
biaya terbanyak. Kemudian biaya tenaga kerja, dimana pada tahap upper dan
assembling menjadi biaya tebanyak. Selanjutnya yaitu biaya tetap yang tidak
84
bergantung pada jumlah produk yang dihasilkan. Penggunaan biaya ini tentunya
akan berpengaruh pada pendapatan industri tersebut.
Tabel 4.21 Pendapatan Industri Nesha Shoes per Produksi
No Uraian
Nilai Rata-rata
Sepatu
Wanita
Sepatu
Pria
Sandal
Wanita
Sandal
Pria
1 Jumlah produksi (Pasang) 3 2 2 1 2
2 Harga per Pasang 120.000 150.000 100.000 115.000 121.250
3 Total Penerimaan (Rp) 420.000 300.000 200.000 115.000 258.750
4 Total Biaya (Rp) 319.877 229.195 198.246 102.573 212.472,25
5 Pendapatan (Rp) 40.123 70.805 1.754 12.427 31.227,25
Sumber: Data Primer diolah tahun 2019
Tabel 4.11 merupakan tabel pendapatan Nesha Shoes setiap kali proses
produksi. Nesha Shoes dapat memproduksi 3 pasang sepatu wanita setiap kali
proses dengan harga sebesar Rp 120.000,-, sehingga mendapatkan penerimaan
sebesar Rp 420.000,-. Pendapatan dari produk sepatu wanita sebesar Rp 40.123,-
dengan total biaya sebesar Rp 319.877,-. Sepatu pria dapat diproduksi sebanyak 2
pasang setiap satu kali proses produksi dengan harga Rp 150.000,- per pasang dan
memperoleh penerimaan sebesar Rp 300.000,-. Total biaya yang dikeluarkan
sebesar Rp 229.195,- dan memperoleh pendapatan Rp 70.805,-.
Pendapatan yang diperoleh pada produk sandal wanita adalah Rp 1.754,-
dengan memproduksi 2 sandal wanita, sedangkan produk sandal pria memperoleh
pendapatan sebesar Rp 12.427,- dengan memproduksi 1 sandal pria. Produksi
Nesha Shoes rata-rata menghasilkan 2 produk setiap satu kali proses produksi,
dengan harga jual rata-rata Rp 121.250,- sehingga penerimaan rata-rata adalah
258.750,-. Pendapatan rata-rata sebesar Rp 212.472,75,- dengan penggunaan biaya
rata-rata sebesar Rp 31.277,25,-. Nesha Shoes menggunakan beberapa tenaga kerja
dari dalam keluarga dalam proses produksi, sehingga mengurangi biaya produksi.
Tabel 4.22 Pendapatan Rata-rata Industri Kerajinan Alas Kaki dari Kulit
Kabupaten Magetan dalam Satu Kali Proses Produksi
No Uraian
Nilai
UD.
Praktis
Figha
Shoes
UD.
Sempurna
Toko Sepatu
Menink
Kartika
Exclusive
1 Jumlah produksi (Pasang) 7 10 8 3 4
2 Harga per Pasang 156250 150.000 150.000 137.500 116.250
3 Total Penerimaan (Rp) 1187500 1.556.250 1.250.000 425.000 477.500
4 Total Biaya (Rp) 819646,8 1.040.717 885.054 331.211,75 402.932,75
5 Pendapatan (Rp) 367853,3 515.532,75 364.946 93.788,25 74.567,25
85
No Uraian
Nilai
PS. Ireng Soldate
Leather
Hidayah Rif’at Nesha
Shoes
1 Jumlah produksi (Pasang) 3 2 2 3 2
2 Harga per Pasang 117.500 177.500 105.000 125.000 121.250
3 Total Penerimaan (Rp) 362.500 361.250 216.250 387.500 258.750
4 Total Biaya (Rp) 309.238,25 234.019,25 193.789 293.662,50 212.472,75
5 Pendapatan (Rp) 53.261,75 122.230,75 22.461 93.837,50 31.277,25
Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2019
Tabel 4.22 merupakan tabel pendapatan rata-rata industri kerajinan alas kaki
dari kulit Kabupaten Magetan. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa
dari 10 industri yang mengolah kulit box atau kulit samak menjadi alas kaki
pendapatan paling tinggi adalah pada industri Figha Shoes dengan rata-rata
pendapatan sebesar Rp 515.532,75 per prodes produksi. Pendapatan paling rendah
adalah pada industri Hidayah dengan nilai rata-rata pendapatan sebesar Rp 22.461
per proses produksi.
Tabel 4.23 Rata-Rata Pendapatan Industri Kerajinan Alas Kaki dari Kulit
Kabupaten Magetan dalam Satu Kali Proses Produksi
No Industri Penerimaan (Rp) Biaya (Rp) Pendapatan (Rp)
1 UD.Praktis 1.187.500 819.646,80 367.853,3
2 Figha Shoes 1.556.250 1.040.717,00 515.532,75
3 UD. Sempurna 1.250.000 885.054,00 364.946,00
4 Toko Sepatu Menink 425.000 331.211,75 93.788,25
5 Kartika Exclussive 477.500 402.932,75 74.567,25
6 PS. Ireng 362.500 309.238,25 53.261,75
7 Soldate Leather 361.250 234.019,25 122.230,75
8 Hidayah 216.250 193.789,00 22.461,00
9 Rif’at 387.500 293.662,50 93.837,50
10 Nesha Shoes 258.750 212.472,75 31.277,25
Jumlah 6.482.500 4.722.745,05 1.759.755,90
Rata-rata 648.250 472.274,50 175.975,59
Sumber : Data Primer diolah Tahun 2019
Berdasarkan tabel 4.23 dapat diketahui bahwa pendapatan yang diterima
pengerajin alas kaki di sentra kerajinan alas kaki dari kulit Kabupaten Magetan
setiap kali produksi rata-rata sebesar Rp 175.975,59. Artinya pengerajin masih
mendapatkan keuntungan setiap kali proses produksi. Pendapatan terbesar
diperoleh pada industri Figha Shoes yaitu sebesar Rp 515.532,75, sedangkan
pendapatan terendah pada Hidayah yaitu Rp 22.461,-. Perbedaan pendapatan ini
disebabkan oleh beberapa hal, seperti harga yang ditetapkan, jumlah produk yang
86
dihasilkan, penggunaan jumlah bahan baku, bahan pendukung, biaya tenaga kerja
dan juga penyusutan alat. Penerimaan dapat menjadi tinggi ketika harga lebih tinggi
dan jumlah produk lebih banyak, sedangkan untuk penggunaan biaya semakin
rendah, sehingga memperoleh pendapatan yang tinggi.
Berdasarkan analisis pendapatan usaha industri kerajinan alas kaki dari kulit
Kabupaten Magetan dengan produk olahan sepatu wanita, sepatu pria, sandal
wanita dan sandal pria, dapat diketahui bahwa keempat produk tersebut
memberikan keuntungan untuk industri kerajinan alas kaki dari kulit Kabupaten
Magetan. Hal tersebut dikarenakan hasil penerimaan dapat menutupi sejumlah
biaya produksi yang dikeluarkan untuk setiap kali proses produksi. Pendapatan
olahan kulit box yang menjadi alas kaki yang menguntungkan juga sesuai dengan
penelitian sejenis yang dilakukan oleh Wibowo (2009: 45), yang menyatakan
bahwa usaha kerajinan sepatu menguntungkan. Berdasarkan hasil analisis dan
penelitian terdahulu terkait dengan pendapatan kerajinan alas kaki adalah sesuai
dengan hipotesis penelitian yaitu pendapatan industri kerajinan alas kaki dari kulit
di Kabupaten Magetan menguntungkan.
4.1.2 Efisiensi Penggunaan Biaya pada Industri Kerajinan Alas Kaki dari Kulit
Kabupaten Magetan
Analisis yang digunakan untuk mengetahui efisiensi penggunaan biaya yang
dihasilkan oleh industri kerajinan alas kaki dari kulit Kabupaten Magetan adalah
analisis R/C ratio. Analisis R/C ratio digunakan dengan membandingkan antara
total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan dalam suatu usaha.
Tabel 4.24 Efisiensi Penggunaan Biaya Kerajinan Alas Kaki dari Kulit pada UD.
Praktis per Produksi
No Uraian
Nilai Rata-rata
Sepatu
Wanita
Sepatu
Pria
Sandal
Wanita
Sandal
Pria
1 Jumlah produksi (Pasang) 11 7 7 3 7
2 Harga per Pasang 175.000 225.000 125.000 100.000 156.250
3 Total Penerimaan (Rp) 1.925.000 1.575.000 875.000 375.000 1.187.500
4 Total Biaya (Rp) 1.367.155 895.514 708.601 307.317 819.646,75
5 R/C ratio 1,41 1,76 1,23 1,22 1,41
Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2019
87
Berdasarkan tabel 4.24 dapat diketahui bahwa semua produk dari
UD.Praktis memiliki R/C ratio lebih dari 1, dimana jika R/C ratio > 1 maka
penggunaan biaya pada usaha tersebut efisien. Nilai R/C ratio pada produk sepatu
wanita adalah sebesar 1,41 yang berarti setiap penggunaan 1 rupiah biaya maka
akan memberikan penerimaan sebesar Rp 1,41, sehingga memperoleh keuntungan
sebesar 0,41 rupiah. Nilai R/C ratio pada produk sepatu adalah sebesar 1,76 yang
artinya setiap penggunaan 1 rupiah biaya maka akan memperoleh penerimaan
sebesar Rp 1,76, sehingga keuntungan yang diperoleh adalah sebesar 0,76 rupiah.
Produk sandal wanita memiliki nilai R/C ratio sebesar 1,23 yang berarti setiap
penggunaan biaya sebesar 1 rupiah akan memberikan penerimaan sebesar Rp 1,23
dan keuntungan sebesar 0,23 rupiah. Produk sandal pria juga menghasilkan nilai
R/C ratio sebesar 1,22 dengan arti bahwa setiap penggunaan 1 rupiah biaya
produksi menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,22 dan memberikan keuntungan
sebesar 0,22 rupiah.
Berdasarkan analisis efisiensi biaya kerajinan sepatu wanita, sepatu pria,
sandal wanita dan sandal pria pada UD.Praktis dapat diketahui bahwa keempat
produk kerajinan alas kaki telah efisien dalam penggunaan biaya produksi. Rata-
rata R/C ratio pada UD. Praktis adalah sebesar 1,41, dengan penggunaan biaya yang
paling efisien adalah pada produk sepatu pria dengan nilai R/C rasio sebesar 1,76.
Perbedaan efisiensi penggunaan biaya produksi tersebut disebabkan oleh
beberapa faktor dari adanya perbedaan penggunaan bahan baku dimana pada
produk sepatu wanita membutuhkan 2 feet kulit samak dengan prosentase 32,18%.
Pengguanaan bahan baku pada produk sepatu pria sebesar 3 feet kulit samak dengan
prosentase 39,08%, sedangkan untuk sandal wanita dan pria membutuhkan 1,5 feet
(29,64%) dan 1,75 feet (34,17%). Selain penggunaan bahan baku, penggunaan
bahan-bahan lainnya juga berpengaruh, dimana pada sepatu, sandal wanita dan
sandal pria menggunakan variasi atau hiasan, sedangkan untuk produk sepatu pria
tidak menggunakan variasi. Variasi sendiri memberikan tambahan biaya pada
proses produksi sebesar 4,02%-4,94%. Selain itu produk sepatu wanita dan sepatu
pria tidak menggunakan spon 3mm, dimana pada produk sandal menggunakan spon
3mm dengan prosentase 0,74%.
88
Tabel 4.25 Efisiensi Penggunaan Biaya pada Industri Figha Shoes per Produksi
No Uraian
Nilai
Rata-rata Sepatu
Wanita
Sepatu
Pria
Sandal
Wanita
Sandal
Pria
1 Jumlah produksi (Pasang) 15 10 11 4 10
2 Harga per Pasang 175.000 200.000 100.000 125.000 150.000
3 Total Penerimaan (Rp) 2.625.000 2.000.000 1.100.000 500.000 1.556.250
4 Total Biaya (Rp) 1.614.650 1.134.222 997.931 416.066 1.040.717,3
5 R/C ratio 1,63 1,76 1,10 1,20 1,42
Sumber: Data Primer diolah tahun 2019
Berdasarkan tabel 4.25 dapat diketahui bahwa semua produk dari Figha
Shoes memiliki R/C ratio lebih dari 1. Nilai R/C ratio pada produk sepatu wanita
adalah sebesar 1,63 yang berarti setiap penggunaan 1 rupiah biaya maka akan
memberikan penerimaan sebesar Rp 1,63, sehingga memperoleh keuntungan
sebesar 0,63 rupiah. Nilai R/C ratio pada produk sepatu pria adalah sebesar 1,76
yang artinya setiap penggunaan 1 rupiah biaya maka akan memperoleh penerimaan
sebesar Rp 1,76, sehingga keuntungan yang diperoleh adalah sebesar 0,98 rupiah.
Produk sandal wanita memiliki nilai R/C ratio sebesar 1,10, sedangkan sandal pria
juga menghasilkan nilai R/C ratio sebesar 1,20.
Berdasarkan analisis efisiensi biaya kerajinan sepatu wanita, sepatu pria,
sandal wanita dan sandal pria pada Figha Shoes dapat diketahui bahwa keempat
produk kerajinan alas kaki telah efisien dalam penggunaan biaya produksi. Rata-
rata R/C ratio pada Figha Shoes adalah sebesar 1,42, dengan penggunaan biaya
paling efisien adalah pada produk sepatu pria dengan nilai R/C rasio sebesar 1,76.
Perbedaan efisiensi penggunaan biaya produksi tersebut disebabkan oleh
beberapa faktor dari adanya perbedaan penggunaan bahan baku. Selain penggunaan
bahan baku, penggunaan bahan-bahan lainnya juga berpengaruh, dimana pada
sepatu, sandal wanita dan sandal pria menggunakan variasi, sedangkan untuk sepatu
pria tidak menggunakan variasi. Variasi memberikan tambahan biaya pada proses
produksi sebesar 4,64%-4,5,01%. Selain itu produk sepatu wanita dan sepatu pria
tidak menggunakan spon 3mm, dimana pada produk sandal menggunakan spon
3mm dengan prosentase 0,75%. Jumlah produk yang dihasilkan serta harga produk
juga dapat menentukan efisien tidaknya penggunaan biaya pada suatu proses
produksi, hal ini disebabkan oleh perbandingan penerimaan dan total biaya.
89
Tabel 4.26 Efisiensi Penggunaan Biaya pada Industri UD. Sempurna per Produksi
No Uraian
Nilai
Rata-rata Sepatu
Wanita
Sepatu
Pria
Sandal
Wanita
Sandal
Pria
1 Jumlah produksi (Pasang) 12 8 8 4 8
2 Harga per Pasang 175.000 200.000 100.000 125.000 150.000
3 Total Penerimaan (Rp) 2.100.000 1.600.000 800.000 500.000 1.250.000
4 Total Biaya (Rp) 1.436.743 987.448 716.761 399.264 885.054
5 R/C ratio 1,46 1,62 1,12 1,25 1,36
Sumber: Data Primer diolah tahun 2019
Berdasarkan tabel 4.26 dapat diketahui bahwa semua produk dari
UD.Sempurna memiliki R/C ratio lebih dari 1, dimana jika R/C ratio > 1 maka
penggunaan biaya pada usaha tersebut efisien. Nilai R/C ratio pada produk sepatu
wanita adalah sebesar 1,46 yang berarti setiap penggunaan 1 rupiah biaya maka
akan memberikan penerimaan sebesar Rp 1,46, sehingga memperoleh keuntungan
sebesar 0,46 rupiah. Nilai R/C ratio pada produk sepatu pria adalah sebesar 1,62
yang artinya setiap penggunaan 1 rupiah biaya maka akan memperoleh penerimaan
sebesar Rp 1,62, sehingga keuntungan yang diperoleh adalah sebesar 0,62 rupiah.
Produk sandal wanita memiliki nilai R/C ratio sebesar 1,12 yang berarti setiap
penggunaan biaya sebesar 1 rupiah akan memberikan penerimaan sebesar Rp 1,12
dan keuntungan sebesar 0,12 rupiah. Produk sandal pria juga menghasilkan nilai
R/C ratio sebesar 1,25 dengan arti bahwa setiap penggunaan 1 rupiah biaya
produksi menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,25 dan memberikan keuntungan
sebesar 0,25 rupiah.
Berdasarkan analisis efisiensi biaya kerajinan sepatu wanita, sepatu pria,
sandal wanita dan sandal pria pada UD.Sempurna dapat diketahui bahwa keempat
produk kerajinan alas kaki telah efisien dalam penggunaan biaya produksi. Rata-
rata R/C ratio pada UD. Sempurna adalah sebesar 1,36, dengan penggunaan biaya
yang paling efisien adalah pada produk sepatu wanita dengan nilai R/C rasio
sebesar 1,62. Perbedaan efisiensi penggunaan biaya produksi tersebut disebabkan
oleh beberapa faktor dari adanya perbedaan penggunaan bahan baku. Selain
penggunaan bahan baku, penggunaan bahan-bahan lainnya juga berpengaruh,
dimana pada sepatu, sandal wanita dan sandal pria menggunakan variasi, sedangkan
untuk sepatu pria tidak menggunakan variasi.
90
Tabel 4.27 Efisiensi Penggunaan Biaya pada Industri Toko Sepatu Menink per
Produksi
No Uraian
Nilai
Rata-rata Sepatu
Wanita
Sepatu
Pria
Sandal
Wanita
Sandal Pria
1 Jumlah produksi (Pasang) 5 3 3 1 3
2 Harga per Pasang 150.000 175.000 100.000 125.000 137.500
3 Total Penerimaan (Rp) 750.000 525.000 300.000 125.000 425.000
4 Total Biaya (Rp) 580.508 355.972 289.067 99.300 331.211,75
5 R/C ratio 1,29 1,47 1,04 1,26 1,26
Sumber: Data Primer diolah tahun 2019
Berdasarkan tabel 4.27 dapat diketahui bahwa semua produk dari Toko
Sepatu Menink memiliki R/C ratio lebih dari 1, dimana jika R/C ratio > 1 maka
penggunaan biaya pada usaha tersebut efisien. Nilai R/C ratio pada produk sepatu
wanita adalah sebesar 1,29 yang berarti setiap penggunaan 1 rupiah biaya maka
akan memberikan penerimaan sebesar Rp 1,29, sehingga memperoleh keuntungan
sebesar 0,29 rupiah. Nilai R/C ratio pada produk sepatu pria adalah sebesar 1,47
yang artinya setiap penggunaan 1 rupiah biaya maka akan memperoleh penerimaan
sebesar Rp 1,47, sehingga keuntungan yang diperoleh adalah sebesar 0,47 rupiah.
Produk sandal wanita memiliki nilai R/C ratio sebesar 1,04 yang berarti setiap
penggunaan biaya sebesar 1 rupiah akan memberikan penerimaan sebesar Rp 1,04
dan keuntungan sebesar 0,04 rupiah. Produk sandal pria juga menghasilkan nilai
R/C ratio sebesar 1,26 dengan arti bahwa setiap penggunaan 1 rupiah biaya
produksi menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,26 dan memberikan keuntungan
sebesar 0,26 rupiah.
Berdasarkan analisis efisiensi biaya kerajinan sepatu wanita, sepatu pria,
sandal wanita dan sandal pria pada Toko Sepatu Menink dapat diketahui bahwa
keempat produk kerajinan alas kaki telah efisien dalam penggunaan biaya produksi.
Rata-rata R/C ratio pada Toko Sepatu Menink adalah sebesar 1,26, dengan
penggunaan biaya yang paling efisien adalah pada produk sepatu pria dengan nilai
R/C rasio sebesar 1,47. Perbedaan efisiensi penggunaan biaya produksi tersebut
disebabkan oleh beberapa faktor dari adanya perbedaan penggunaan bahan baku.
Selain penggunaan bahan baku, penggunaan bahan-bahan lainnya juga
berpengaruh, dimana pada sepatu, sandal wanita dan sandal pria menggunakan
91
variasi, sedangkan untuk sepatu pria tidak menggunakan variasi. Variasi
memberikan tambahan biaya pada proses produksi sebesar 4,31%-5,19%. Jumlah
produk yang dihasilkan serta harga produk juga dapat menentukan efisien tidaknya
penggunaan biaya pada suatu proses produksi, hal ini disebabkan oleh
perbandingan penerimaan dan total biaya.
Tabel 4.28 Efisiensi Penggunaan Biaya pada Industri Kartika Exclusive per
Produksi
No Uraian
Nilai
Rata-rata Sepatu
Wanita
Sepatu
Pria
Sandal
Wanita
Sandal
Pria
1 Jumlah produksi (Pasang) 6 4 4 2 4
2 Harga per Pasang 125.000 150.000 90.000 100.000 116.250
3 Total Penerimaan (Rp) 750.000 600.000 360.000 200.000 477.500
4 Total Biaya (Rp) 640.225 442.594 349.830 179.082 402.932,8
5 R/C ratio 1,17 1,36 1,03 1,12 1,17
Sumber: Data Primer diolah tahun 2019
Berdasarkan tabel 4.28 dapat diketahui bahwa nilai R/C ratio pada produk
sepatu wanita adalah sebesar 1,17 yang berarti setiap penggunaan 1 rupiah biaya
maka akan memberikan penerimaan sebesar Rp 1,17, sehingga memperoleh
keuntungan sebesar 0,17 rupiah. Nilai R/C ratio pada produk sepatu pria adalah
sebesar 1,36 yang artinya setiap penggunaan 1 rupiah biaya maka akan
memperoleh penerimaan sebesar Rp 1,36, sehingga keuntungan yang diperoleh
adalah sebesar 0,36 rupiah. Produk sandal wanita memiliki nilai R/C ratio sebesar
1,03 yang berarti setiap penggunaan biaya sebesar 1 rupiah akan memberikan
penerimaan sebesar Rp 1,03 dan keuntungan sebesar 0,03 rupiah. Produk sandal
pria juga menghasilkan nilai R/C ratio sebesar 1,12 dengan arti bahwa setiap
penggunaan 1 rupiah biaya produksi menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,12 dan
memberikan keuntungan sebesar 0,12 rupiah.
Berdasarkan analisis efisiensi biaya kerajinan sepatu wanita, sepatu pria,
sandal wanita dan sandal pria pada Kartika Exclusive dapat diketahui bahwa
keempat produk kerajinan alas kaki telah efisien dalam penggunaan biaya produksi.
Rata-rata R/C ratio pada Kartika Exclusive adalah sebesar 1,17, dengan penggunaan
biaya yang paling efisien adalah pada produk sepatu pria dengan nilai R/C rasio
sebesar 1,36.
92
Perbedaan efisiensi penggunaan biaya produksi tersebut disebabkan oleh
beberapa faktor dari adanya perbedaan penggunaan bahan baku. Selain penggunaan
bahan baku, penggunaan bahan-bahan lainnya juga berpengaruh, dimana pada
sepatu, sandal wanita dan sandal pria menggunakan variasi, sedangkan untuk sepatu
pria tidak menggunakan variasi. Variasi memberikan tambahan biaya pada proses
produksi sebesar 4,69%-5,58%. Selain itu produk sepatu wanita dan sepatu pria
tidak menggunakan spon 3mm, dimana pada produk sandal menggunakan spon
3mm dengan prosentase 0,86%. Jumlah produk yang dihasilkan serta harga produk
juga dapat menentukan efisien tidaknya penggunaan biaya pada suatu proses
produksi, hal ini disebabkan oleh perbandingan penerimaan dan total biaya.
Tabel 4.29 Efisiensi Penggunaan Biaya pada Industri PS. Ireng per Produksi
No Uraian
Nilai
Rata-rata Sepatu
Wanita
Sepatu
Pria
Sandal
Wanita
Sandal
Pria
1 Jumlah produksi (Pasang) 5 3 3 1 3
2 Harga per Pasang 120.000 150.000 100.000 100.000 117.500
3 Total Penerimaan (Rp) 600.000 450.000 300.000 100.000 362.500
4 Total Biaya (Rp) 537.434 337.627 266.523 95.369 309.238,75
5 R/C ratio 1,12 1,33 1,13 1,05 1,16
Sumber: Data Primer diolah tahun 2019
Berdasarkan tabel 4.29 dapat diketahui bahwa nilai R/C ratio pada produk
sepatu wanita adalah sebesar 1,12 yang berarti setiap penggunaan 1 rupiah biaya
maka akan memberikan penerimaan sebesar Rp 1,12, sehingga memperoleh
keuntungan sebesar 0,12 rupiah. Nilai R/C ratio pada produk sepatu pria adalah
sebesar 1,33 yang artinya setiap penggunaan 1 rupiah biaya maka akan
memperoleh penerimaan sebesar Rp 1,33, sehingga keuntungan yang diperoleh
adalah sebesar 0,33 rupiah. Produk sandal wanita memiliki nilai R/C ratio sebesar
1,13 yang berarti setiap penggunaan biaya sebesar 1 rupiah akan memberikan
penerimaan sebesar Rp 1,13 dan keuntungan sebesar 0,13 rupiah. Produk sandal
pria juga menghasilkan nilai R/C ratio sebesar 1,05 dengan arti bahwa setiap
penggunaan 1 rupiah biaya produksi menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,05 dan
memberikan keuntungan sebesar 0,05 rupiah.
Berdasarkan analisis efisiensi biaya kerajinan sepatu wanita, sepatu pria,
sandal wanita dan sandal pria pada PS. Ireng dapat diketahui bahwa keempat
93
produk kerajinan alas kaki telah efisien dalam penggunaan biaya produksi. Rata-
rata R/C ratio pada PS.Ireng adalah sebesar 1,16, dengan penggunaan biaya yang
paling efisien adalah pada produk sepatu pria dengan nilai R/C rasio sebesar 1,33.
Perbedaan efisiensi penggunaan biaya produksi tersebut disebabkan oleh
beberapa faktor dari adanya perbedaan penggunaan bahan baku. Selain penggunaan
bahan baku, penggunaan bahan-bahan lainnya juga berpengaruh, dimana pada
sepatu, sandal wanita dan sandal pria menggunakan variasi, sedangkan untuk sepatu
pria tidak menggunakan variasi. Jumlah produk yang dihasilkan serta harga produk
juga dapat menentukan efisien tidaknya penggunaan biaya pada suatu proses
produksi, hal ini disebabkan oleh perbandingan penerimaan dan total biaya.
Tabel 4.30 Efisiensi Penggunaan Biaya pada Industri Soldate Leather per Produksi
No Uraian
Nilai Rata-rata
Sepatu
Wanita
Sepatu
Pria
Sandal
Wanita
Sandal
Pria
1 Jumlah produksi (Pasang) 3 2 2 1 2
2 Harga per Pasang 175.000 250.000 135.000 150.000 177.500
3 Total Penerimaan (Rp) 525.000 500.000 270.000 150.000 361.250
4 Total Biaya (Rp) 371.511 255.674 202.928 105.964 234.019,25
5 R/C ratio 1,41 1,96 1,33 1,42 1,53
Sumber: Data Primer diolah tahun 2019
Berdasarkan tabel 4.30 dapat diketahui bahwa semua produk dari Soldate
Leather memiliki R/C ratio lebih dari 1, dimana jika R/C ratio > 1 maka penggunaan
biaya pada usaha tersebut efisien. Nilai R/C ratio pada produk sepatu wanita adalah
sebesar 1,41 yang berarti setiap penggunaan 1 rupiah biaya maka akan memberikan
penerimaan sebesar Rp 1,41, sehingga memperoleh keuntungan sebesar 0,41
rupiah. Nilai R/C ratio pada produk sepatu pria adalah sebesar 1,96 yang artinya
setiap penggunaan 1 rupiah biaya maka akan memperoleh penerimaan sebesar Rp
1,96, sehingga keuntungan yang diperoleh adalah sebesar 0,96 rupiah. Produk
sandal wanita memiliki nilai R/C ratio sebesar 1,33 yang berarti setiap penggunaan
biaya sebesar 1 rupiah akan memberikan penerimaan sebesar Rp 1,33 dan
keuntungan sebesar 0,33 rupiah. Produk sandal pria juga menghasilkan nilai R/C
ratio sebesar 1,42 dengan arti bahwa setiap penggunaan 1 rupiah biaya produksi
menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,42 dan memberikan keuntungan sebesar
0,42 rupiah.
94
Berdasarkan analisis efisiensi biaya kerajinan sepatu wanita, sepatu pria,
sandal wanita dan sandal pria pada Soldate Leather dapat diketahui bahwa keempat
produk kerajinan alas kaki telah efisien dalam penggunaan biaya produksi. Rata-
rata R/C ratio pada Soldate Leather adalah sebesar 1,53, dengan penggunaan biaya
yang paling efisien adalah pada produk sepatu pria dengan nilai R/C rasio sebesar
1,96. Efisiensi penggunaan biaya produksi tersebut disebabkan oleh beberapa faktor
dari adanya perbedaan penggunaan bahan baku. Selain penggunaan bahan baku,
penggunaan bahan-bahan lainnya juga berpengaruh, dimana pada sepatu, sandal
wanita dan sandal pria menggunakan variasi, sedangkan untuk sepatu pria tidak
menggunakan variasi.
Tabel 4.31 Efisiensi Penggunaan Biaya pada Industri Hidayah per Produksi
No Uraian
Nilai
Rata-rata Sepatu
Wanita
Sepatu
Pria
Sandal
Wanita
Sandal
Pria
1 Jumlah produksi (Pasang) 3 2 2 1 2
2 Harga per Pasang 115.000 130.000 85.000 90.000 105.000
3 Total Penerimaan (Rp) 345.000 260.000 170.000 90.000 216.250
4 Total Biaya (Rp) 308.896 216.630 160.487 89.143 193.789
5 R/C ratio 1,12 1,20 1,06 1,01 1,09
Sumber: Data Primer diolah tahun 2019
Berdasarkan tabel 4.31 dapat diketahui bahwa nilai R/C ratio pada produk
sepatu wanita adalah sebesar 1,12 yang berarti setiap penggunaan 1 rupiah biaya
maka akan memberikan penerimaan sebesar Rp 1,12, sehingga memperoleh
keuntungan sebesar 0,12 rupiah. Nilai R/C ratio pada produk sepatu pria adalah
sebesar 1,20 yang artinya setiap penggunaan 1 rupiah biaya maka akan
memperoleh penerimaan sebesar Rp 1,20, sehingga keuntungan yang diperoleh
adalah sebesar 0,20 rupiah. Produk sandal wanita memiliki nilai R/C ratio sebesar
1,06 yang berarti setiap penggunaan biaya sebesar 1 rupiah akan memberikan
penerimaan sebesar Rp 1,06 dan keuntungan sebesar 0,06 rupiah. Produk sandal
pria juga menghasilkan nilai R/C ratio sebesar 1,01 dengan arti bahwa setiap
penggunaan 1 rupiah biaya produksi menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,01 dan
memberikan keuntungan sebesar 0,01 rupiah.
Berdasarkan analisis efisiensi biaya kerajinan sepatu wanita, sepatu pria,
sandal wanita dan sandal pria pada Hidayah dapat diketahui bahwa keempat produk
95
kerajinan alas kaki telah efisien dalam penggunaan biaya produksi. Rata-rata R/C
ratio pada Hidayah adalah sebesar 1,09, dengan penggunaan biaya yang paling
efisien adalah pada produk sepatu pria dengan nilai R/C rasio sebesar 1,20.
Perbedaan efisiensi penggunaan biaya produksi tersebut disebabkan oleh beberapa
faktor dari adanya perbedaan penggunaan bahan baku. Selain penggunaan bahan
baku, penggunaan bahan-bahan lainnya juga berpengaruh. Jumlah produk yang
dihasilkan serta harga produk juga dapat menentukan efisien tidaknya penggunaan
biaya pada suatu proses produksi, hal ini disebabkan oleh perbandingan penerimaan
dan total biaya.
Tabel 4.32 Efisiensi Penggunaan Biaya pada Industri Rif’at per Produksi
No Uraian
Nilai
Rata-rata Sepatu
Wanita
Sepatu
Pria
Sandal
Wanita
Sandal
Pria
1 Jumlah produksi (Pasang) 5 3 3 1 3
2 Harga per Pasang 125.000 175.000 100.000 100.000 125.000
3 Total Penerimaan (Rp) 625.000 525.000 300.000 100.000 387.500
4 Total Biaya (Rp) 482.857 336.214 263.309 92.270 293.662,5
5 R/C ratio 1,29 1,56 1,14 1,08 1,27
Sumber: Data Primer diolah tahun 2019
Berdasarkan tabel 4.32 dapat diketahui bahwa nilai R/C ratio pada produk
sepatu wanita adalah sebesar 1,29 yang berarti setiap penggunaan 1 rupiah biaya
maka akan memberikan penerimaan sebesar Rp 1,29, sehingga memperoleh
keuntungan sebesar 0,29 rupiah. Nilai R/C ratio pada produk sepatu pria adalah
sebesar 1,56 yang artinya setiap penggunaan 1 rupiah biaya maka akan
memperoleh penerimaan sebesar Rp 1,56, sehingga keuntungan yang diperoleh
adalah sebesar 0,56 rupiah. Produk sandal wanita memiliki nilai R/C ratio sebesar
1,14 yang berarti setiap penggunaan biaya sebesar 1 rupiah akan memberikan
penerimaan sebesar Rp 1,14 dan keuntungan sebesar 0,14 rupiah. Produk sandal
pria juga menghasilkan nilai R/C ratio sebesar 1,08 dengan arti bahwa setiap
penggunaan 1 rupiah biaya produksi menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,08 dan
memberikan keuntungan sebesar 0,08 rupiah. Berdasarkan analisis efisiensi biaya
kerajinan alas kaki pada Rif’at dapat diketahui bahwa keempat produk kerajinan
alas kaki telah efisien dalam penggunaan biaya produksi. Rata-rata R/C ratio pada
Rif’at adalah sebesar 1,27, dengan penggunaan biaya yang paling efisien adalah
96
pada produk sepatu pria dengan nilai R/C rasio sebesar 1,56. Perbedaan efisiensi
penggunaan biaya produksi tersebut disebabkan oleh beberapa faktor dari adanya
perbedaan penggunaan bahan baku. Selain penggunaan bahan baku, penggunaan
bahan-bahan lainnya juga berpengaruh, dimana pada sepatu, sandal wanita dan
sandal pria menggunakan variasi, sedangkan untuk sepatu pria tidak menggunakan
variasi. Variasi memberikan tambahan biaya pada proses produksi sebesar 4,64%-
5,70%. Selain itu produk sepatu wanita dan sepatu pria tidak menggunakan spon
3mm, dimana pada produk sandal menggunakan spon 3mm dengan prosentase
0,75%. Jumlah produk yang dihasilkan serta harga produk juga dapat menentukan
efisien tidaknya penggunaan biaya pada suatu proses produksi, hal ini disebabkan
oleh perbandingan penerimaan dan total biaya.
Tabel 4.23 Efisiensi Penggunaan Biaya Industri Nesha Shoes per Produksi
No Uraian
Nilai
Rata-rata Sepatu
Wanita
Sepatu
Pria
Sandal
Wanita
Sandal
Pria
1 Jumlah produksi (Pasang) 3 2 2 1 2
2 Harga per Pasang 120.000 150.000 100.000 115.000 121.250
3 Total Penerimaan (Rp) 420.000 300.000 200.000 115.000 258.750
4 Total Biaya (Rp) 319.877 229.195 198.246 102.573 212.472,25
5 R/C ratio 1,13 1,31 1,01 1,12 1,14
Sumber: Data Primer diolah tahun 2019
Berdasarkan tabel 4.23 dapat diketahui bahwa nilai R/C ratio pada produk
sepatu wanita adalah sebesar 1,13 yang berarti setiap penggunaan 1 rupiah biaya
maka akan memberikan penerimaan sebesar Rp 1,13, sehingga memperoleh
keuntungan sebesar 0,13 rupiah. Nilai R/C ratio pada produk sepatu pria adalah
sebesar 1,31 yang artinya setiap penggunaan 1 rupiah biaya maka akan
memperoleh penerimaan sebesar Rp 1,31, sehingga keuntungan yang diperoleh
adalah sebesar 0,31 rupiah. Produk sandal wanita memiliki nilai R/C ratio sebesar
1,01 yang berarti setiap penggunaan biaya sebesar 1 rupiah akan memberikan
penerimaan sebesar Rp 1,01 dan keuntungan sebesar 0,01 rupiah. Produk sandal
pria juga menghasilkan nilai R/C ratio sebesar 1,12 dengan arti bahwa setiap
penggunaan 1 rupiah biaya produksi menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,12 dan
memberikan keuntungan sebesar 0,12 rupiah.
97
Berdasarkan analisis efisiensi biaya kerajinan sepatu wanita, sepatu pria,
sandal wanita dan sandal pria pada Nesha Shoes dapat diketahui bahwa keempat
produk kerajinan alas kaki telah efisien dalam penggunaan biaya produksi. Rata-
rata R/C ratio pada Nesha Shoes adalah sebesar 1,14, dengan penggunaan biaya
paling efisien adalah pada produk sepatu pria dengan nilai R/C rasio sebesar 1,31.
Perbedaan efisiensi penggunaan biaya produksi tersebut disebabkan oleh
beberapa faktor dari adanya perbedaan penggunaan bahan baku. Selain penggunaan
bahan baku, penggunaan bahan-bahan lainnya juga berpengaruh, dimana pada
sepatu, sandal wanita dan sandal pria menggunakan variasi, sedangkan untuk sepatu
pria tidak menggunakan variasi. Variasi memberikan tambahan biaya pada proses
produksi sebesar 4,69%-5,08%. Jumlah produk yang dihasilkan serta harga produk
juga dapat menentukan efisien tidaknya penggunaan biaya pada suatu proses
produksi, hal ini disebabkan oleh perbandingan penerimaan dan total biaya.
Tabel 4.34 Rata-rata Efisiensi Biaya Industri Kerajinan Alas Kaki dari Kulit
Kabupaten Magetan dalam Satu Kali Proses Produksi
No Uraian
Nilai
UD.
Praktis
Figha
Shoes
UD.
Sempurna
Toko Sepatu
Menink
Kartika
Exclusive
1 Jumlah produksi (Pasang) 7 10 8 3 4
2 Harga per Pasang 156250 150.000 150.000 137.500 116.250
3 Total Penerimaan (Rp) 1187500 1.556.250 1.250.000 425.000 477.500
4 Total Biaya (Rp) 819646,8 1.040.717 885.054 331.211,75 402.932,75
5 R/C Ratio 1,41 1,42 1,36 1,26 1,17
No Uraian
Nilai
PS. Ireng Soldate
Leather
Hidayah Rif’at Nesha
Shoes
1 Jumlah produksi (Pasang) 3 2 2 3 2
2 Harga per Pasang 117.500 177.500 105.000 125.000 121.250
3 Total Penerimaan (Rp) 362.500 361.250 216.250 387.500 258.750
4 Total Biaya (Rp) 309.238,25 234.019,25 193.789 293.662,50 212.472,75
5 R/C ratio 1,16 1,53 1,09 1,27 1,14
Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2019
Berdasarkan tabel 4.24 dapat diketahui bahwa nilai efisiensi biaya rata-rata
dari produk kerajinan alas kaki dari kulit memiliki R/C ratio lebih dari 1. UD.Praktis
memiliki nilai R/C ratio sebesar 1,41, artinya setiap pengeluaran biaya produksi
sebesar 1 rupiah akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 1,41 sehingga
mendapatkan keuntungan sebesar 0,41 rupiah. Figha Shoes memiliki nilai R/C ratio
98
sebesar 1,42, artinya setiap penggunaan biaya sebesar 1 rupiah akan diperoleh
penerimaan sebesar Rp 1,42 dan mendapatkan keuntungan sebesar 0,42 rupiah.
UD.Sempurna memiliki nilai R/C ratio sebesar 1,36, artinya setiap pengeluaran
biaya produksi sebesar 1 rupiah akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 1,36
sehingga mendapatkan keuntungan sebesar 0,36 rupiah.Toko Sepatu Menink
memiliki rata-rata nilai R/C ratio sebesar 1,26, yang berarti bahwa setiap
pengeluaran 1 rupiah biaya produksi maka akan memperoleh penerimaan sebesar
Rp 1,26 dan keuntungan sebesar 0,26 rupiah.
Kartika Exclusive memiliki rata-rata nilai R/C ratio sebesar 1,17, hal ini
menunjukkan bahwa setiap penggunaan 1 rupiah biaya akan memperoleh
penerimaan sebesar Rp 1,17 dengan keuntungan sebesar 0,17 rupiah. Pada Ps. Ireng
rata-rata nilai R/C rationya sebesar 1,49 dimana setiap pengeluaran 1 rupiah biaya
maka akan diperoleh penerimaan sebesar Rp 1,16 dengan keuntungan 0,16 rupiah.
Soldate Leather memiliki nilai R/C ratio sebesar 1,53, artinya setiap pengeluaran
biaya produksi sebesar 1 rupiah akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 1,53
sehingga mendapatkan keuntungan sebesar 0,53 rupiah. Hidayah rata-rata nilai R/C
rationya sebesar 1,09 yang artinya setiap penggunaan biaya 1 rupiah maka
diperoleh penerimaan sebesar Rp 1,09 dengan keuntungan sebesar 0,09 rupiah.
Rif’at memiliki nilai R/C ratio sebesar 1,27, sedangkan Nesha Shoes memiliki rata-
rata nilai R/C ratio sebesar 1,14.
Tabel 4.35 Rata-Rata Efisiensi Penggunaan Biaya Produksi Industri Kerajinan
Alas Kaki dari Kulit Kabupaten Magetan
No Industri Penerimaan (Rp) Biaya (Rp) R/C
Ratio
1 UD.Praktis 1.187.500 819.646,80 1,41
2 Figha Shoes 1.556.250 1.040.717,00 1,42
3 UD. Sempurna 1.250.000 885.054,00 1,36
4 Toko Sepatu Menink 425.000 331.211,75 1,26
5 Kartika Exclussive 477.500 402.932,75 1,17
6 PS. Ireng 362.500 309.238,25 1,16
7 Soldate Leather 361.250 234.019,25 1,53
8 Hidayah 216.250 193.789,00 1,09
9 Rif’at 387.500 293.662,50 1,27
10 Nesha Shoes 258.750 212.472,75 1,14
Rata-rata 648.250 472.274,50 1,28
Sumber : Data Primer diolah Tahun 2019
99
Berdasarkan tabel 4.35. dapat dilihat bahwa nilai efisiensi biaya rata-rata dari
produk kerajinan alas kaki dari kulit memiliki R/C ratio 1,28, dimana artinya R/C
ratio lebih dari 1 maka penggunaan biaya pada usaha tersebut sudah efisien. Nilai
R/C ratio 1,28 menunjukkan bahwa setiap pengeluaran biaya produksi sebesar 1
rupiah akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 1,28 sehingga mendapatkan
keuntungan sebesar 0,28 rupiah. Nilai R/C ratio tertinggi diperoleh pada industri
Soldate Leather dengan nilai sebesar 1,53, sedangkan untuk nilai R/C ratio terendah
diperoleh pada industri Hidayah dengan nilai sebesar 1,09.
Hasil analisis pendapatan dan efisiensi penggunaan biaya produksi memiliki
hasil yang berbeda pada nilai tertinggi, dimana pada pendapatan nilai tertinggi
diperoleh oleh industri Figha Shoes, sedangkan pada efisiensi penggunaan biaya
tertinggi diperoleh industri Soldate Leather. Hal ini disebabkan oleh perbedaan
penggunaan tenaga kerja, dimana pada industri Figha Shoes menggunakan sistem
pembayaran perbulan, sedangkan pada industri Soldate Leather sistem pembayaran
perbulan pada bagian desain dan finshing serta sistem borongan pada bagian upper
dan assembling. Industri Soldate Leather tidak menggunakan tenaga kerja untuk
bagian toko, karena fokus pemasarannya menggunakan sistem online. Hal ini tentu
mengurangi penggunaan biaya produksi, karena tenaga kerja bagian toko
memberikan tambahan biaya 3,72%- 14,42%.
Berdasarkan analisis efisiensi biaya pada industri kerajinan alas kaki dari
kulit Kabupaten Magetan dapat diketahui bahwa nilai R/C ratio pada produk
kerajinan alas kaki dari kulit adalah lebih besar dari 1. Nilai R/C ratio seluruh
produk alas kaki pada industri kerajinan alas kaki dari kulit Kabupaten Magetan
dapat dikatakan sudah efisien. Hasil amalisis tersebut juga sesuai dengan penelitian
Wibowo (2009: 46) yang menyatakan bahwa usaha kerajinan sepatu sudah efisien.
Hasil analisis dan penelitian terdahulu menyatakan bahwa pada industri kerajinan
alas kaki dari kulit penggunaan biayanya sudah efisien, sehingga hasil analisis
efisiensi penggunaan biaya produksi sudah seesuai dengan hipotesis penelitian
yaitu efisisensi penggunaan biaya pada industri kerajinan alas kaki dari kulit
Kabupaten Magetan adalah efisien.
100
4.3 Nilai Tambah Produk Kerajinan Alas Kaki yang Dihasilkan oleh
Industri Kerajinan Alas Kaki dari Kulit Kabupaten Magetan
Nilai tambah merupakan perubahan nilai yang terjadi karena adanya
perlakuan terhadap suatu input pada suatu proses produksi. Nilai tambah
merupakan proses pengolahan yang diperoleh dari pengurangan nilai produk yang
dihasilkan dengan biaya penunjang (intermediate cost) tidak termasuk tenaga kerja
manusia. Pada usaha kerajinan alas kaki dari kulit di Kabupaten Magetan terdapat
sepuluh industri dengan 4 produk yang memiliki jumlah biaya tetap dan biaya
variabel yang berbeda, sehingga nilai tambah dari setiap produk juga berbeda.
4.3.1 Nilai Tambah Produk Sepatu Wanita dan Sepatu Pria
Produk sepatu wanita dan sepatu pria dapat menambah nilai produk kulit
samak . Nilai tambah sepatu dapat dilihat selengkapnya pada tabel 4.36.
Tabel 4.36 Analisis Nilait Tambah Produk Sepatu Wanita dan Sepatu Pria
No Analisis Nilai Tambah Formula Sepatu
Wanita
Sepatu Pria
1. Output (Pasang/Produksi) (a) 6,80 4,40
2. Input Bahan Baku (Feet/Produksi) (b) 13,60 13,10
3. Input Tenaga Kerja (HOK/Produksi) ( c) 1,29 1,08
4. Faktor Konversi (d) = (a)/(b) 0,50 0,34
5. Koefisien Tenaga Kerja ( e) = (c )/(b) 0,13 0,12
6. Harga Produk (Rp/Pasang) (f) 145.500,00 180.500,00
7. Upah Tenaga Kerja (Rp/HOK) (g) 2.684,19 2.207,84
Penerimaan dan Keuntungan
(Rp/Feet)
8. Harga Bahan Baku (Rp/Feet (h) 15.950,00 15.950,00
9 Harga Input Lain (Rp/ Feet) (i) 26.092,29 15.753,66
10. Nilai Produk (Rp/Pasang) (j)=(d)x( f) 72.750,00 61.833,33
11. a. Nilai Tambah (Rp/feet) (k) = (j)–(h)–(i) 30.707,71 30.129,68
b. Rasio Nilai Tambah (%) (l)= (k/j)x 100 41,15 46,62
12 a. Pendapatan Tenaga Kerja (Rp/feet) (m) = (e ) x (k) 369,65 270,91
b. Rasio Tenaga Kerja (%) (n)=(m/k)x100 1,39 1,03
13 a. Keuntungan (Rp/feet) (o)=(k)-(m) 30.338,06 29.858,77
b. Rasio Keuntungan (%) (p)=(o)/(j)x 100 40,61 46,16
Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2019
Tabel 4.36 menunjukkan bahwa setiap pengolahan satu feet bahan baku kulit
box atau kulit samak akan menghasilkan 0,50 pasang sepatu wanita dan 0,34 pasang
sepatu pria, sehingga 2 feet bahan baku dapat menghasilkan 1 pasang sepatu wanita
dan 3 feet bahan baku dapat menghasilkan 1 pasang sepatu pria . Harga sepatu
wanita rata-rata Rp 145.500 dan sepatu pria rata-rata Rp 180.500 per pasang. Biaya
yang digunakan dalam pembuatan produk sepatu adalah biaya bahan baku dan
101
biaya bahan input lain. Harga satu feet bahan baku kulit box Rp 15.950,- sedangkan
harga input lain untuk mengolah 1 feet bahan baku kulit box produk sepatu wanita
adalah sebanyak Rp 26.092,29 sedangkan sepatu pria sebanyak Rp 15.753,66.
Input tenaga kerja pembuatan sepatu wanita dan sepatu pria adalah masing-
masing sebesar 1,29 HOK dengan upah per HOK sebesar Rp 2.684,19. Nilai
koefisien tenaga kerja pada pembuatan sepatu wanita sebesar 0,13. Hasil koefisien
tenaga kerja menunjukkan bahwa rata-rata kebutuhan input tenaga kerja untuk
mengolah 1 feet bahan baku kulit box produk sepatu wanita adalah sebesar 0,13,
sedangkan nilai koefisien tenaga kerja pada pembuatan sepatu pria sebesar 0,12.
Hasil koefisen tenaga kerja ini menunjukkan bahwa rata-rata kebutuhan input
tenaga kerja untuk mengolah 1 feet bahan baku kulit box pada produk sepatu pria
sebesar 0,12. Pendapatan tenaga kerja langsung sebesar Rp 369,65 dan Rp 270,91
dengan rasio tenga kerja sebesar 1,39% dan 1,03%. Pendapatan yang diperoleh dari
produk sepatu wanita dan sepatu pria adalah sebesar Rp 30.338,06,39 dan Rp
29.858,77 atau sebesar 40,61% dan 46,16% dari nilai output yang dihasilkan.
Harga input bahan baku sepatu wanita dan sepatu pria adalah Rp 20.000 per
feet, sedangkan total harga input lain adalah Rp 26.092,29 per feet bahan baku
untuk sepatu wanita dan Rp 15.753,66 per feet bahan baku untuk sepatu pria. Nilai
produk yang dihasilkan pada sepatu wanita dan sepatu pria masing-masing sebesar
Rp 72.750,00 dan Rp 51.833,31. Nilai output dikurangi dengan total harga input
bahan baku dan total harga input lain sehingga menghasilkan nilai sebesar Rp
30.707,71 untuk sepatu wanita dan Rp 30.129,68 untuk sepatu pria. Rasio nilai
tambah yang dihasilkan per feet bahan baku sepatu wanita dan pria masing-masing
sebesar 41,15% dan 46,62% dari harga produk sepatu wanita dan pria.
Nilai tambah produk sepatu wanita dan pria dapat dianalisis dengan
mengurangkan nilai output yang dihasilkan dengan biaya-biaya yang digunakan
dalam proses produksi sepatu. Nilai tambah dapat diketahui dengan menjumlahkan
nilai pendapatan tenaga kerja langsung dengan tingkat keuntungan yang diterima
oleh industri. Produk sepatu wanita memperoleh nilai tambah sebesar Rp 30.707
per feet bahan baku atau 41,15% dari nilai output, sedangkan pada produk sepatu
102
pria memperoleh nilai tambah sebesar Rp 30.129,68 per feet bahan baku atau
46,62% dari nilai output.
4.3.2 Nilai Tambah Produk Sandal Wanita dan Sandal Pria dari kulit
Produk sandal wanita dan sandal pria dapat menambah nilai produk kulit
samak . Nilai tambah sandal dapat dilihat selengkapnya pada tabel 4.37.
Tabel 4.37. Analisis Nilai Tambah Produk Sandal Wanita dan Sandal Pria
No Analisis Nilai Tambah Formula Sandal
Wanita
Sandal Pria
1. Output (Pasang/Produksi) (a) 4,50 1,90
2. Input Bahan Baku (Feet/Produksi) (b) 6,75 3,33
3. Input Tenaga Kerja (HOK/Produksi) ( c) 1,62 1,38
4. Faktor Konversi (d) = (a)/(b) 0,67 0,57
5. Koefisien Tenaga Kerja ( e) = (c )/(b) 0,34 0,58
6. Harga Produk (Rp/Pasang) (f) 102.000,00 115.500,00
7. Upah Tenaga Kerja (Rp/HOK) (g) 3.536,25 3.176,03
Penerimaan dan Keuntungan
(Rp/Feet)
8. Harga Bahan Baku (Rp/Feet) (h) 15.950,00 15.950,00
9 Harga Input Lain (Rp/ Feet) (i) 28.574,39 24.768,02
10. Nilai Produk (Rp/Pasang) (j)=(d)x( f) 68.000,00 66.000,00
11. a. Nilai Tambah (Rp/Feet) (k) = (j) – (h) – (i) 23.475,61 25.281,98
b. Rasio Nilai Tambah (%) (l)= (k/j)x 100 33,53 37,76
12 c. Pendapatan Tenaga Kerja (Rp/Feet) (m) = (e ) x (k) 1.251,03 1.895,42
d. Rasio Tenaga Kerja (%) (n)=(m/k)x100 5,39 7,62
13 c. Keuntungan (Rp/Feet) (o)=(k)-(m) 22.224,58 23.386,56
d. Rasio Keuntungan (%) (p)=(o)/(j)x 100 31,69 34,85
Sumber: Data Primer Diolah Tahun 2019
Tabel 4.37 menunjukkan bahwa setiap pengolahan satu feet bahan baku kulit
box atau kulit samak akan menghasilkan 0,67 pasang sandal wanita dan 0,57 pasang
sandal pria, sehingga 1,5 feet bahan baku dapat menghasilkan 1 pasang sandal
wanita dan 1,75 feet bahan baku dapat menghasilkan 1 pasang sandal pria. Harga
sandal wanita rata-rata Rp 102.000 dan sandal pria rata-rata Rp 115.500 per pasang.
Biaya yang digunakan dalam pembuatan kulit box adalah biaya bahan baku dan
biaya bahan input lain. Harga satu feet bahan baku kulit box Rp 15.950,- sedangkan
harga input lain untuk mengolah 1 feet bahan baku kulit box produk sandal wanita
adalah sebesar Rp 28.574,39 sedangkan sandal pria sebesar Rp 24.768,02.
Input tenaga kerja pembuatan sandal wanita dan sandal pria adalah masing-
masing sebesar 1,62 HOK dengan upah per HOK sebesar Rp 3.536,25. Nilai
koefisien tenaga kerja pada pembuatan sandal wanita sebesar 0,34. Hasil koefisien
tenaga kerja menunjukkan bahwa rata-rata kebutuhan input tenaga kerja untuk
103
mengolah 1 feet bahan baku kulit box produk sandal wanita adalah sebesar 0,34,
sedangkan nilai koefisien tenaga kerja pada pembuatan sandal pria sebesar 0,58.
Hasil koefisen tenaga kerja ini menunjukkan bahwa rata-rata kebutuhan input
tenaga kerja untuk mengolah 1 feet bahan baku kulit box pada produk sepatu pria
sebesar 0,58. Pendapatan tenaga kerja langsung sebesar Rp 1.251,03 dan
Rp 1.895,42 dengan rasio tenga kerja sebesar 5,39% dan 7,62%. Pendapatan yang
diperoleh dari produk sandal wanita dan sandal pria adalah sebesar Rp 22.224,58
dan Rp 23.386,56 atau sebesar 31,69% dan 34,85% dari nilai output yang
dihasilkan.
Harga input bahan baku sandal wanita dan sandal pria adalah Rp 15.950 per
feet, sedangkan total harga input lain adalah Rp 28.574,61 per feet bahan baku
untuk sepatu wanita dan Rp 15.950,00 per feet bahan baku untuk sandal pria. Nilai
produk yang dihasilkan pada sandal wanita dan sandal pria masing-masing sebesar
Rp 68.000,00 dan Rp 66.000,00. Nilai output dikurangi dengan total harga input
bahan baku dan total harga input lain sehingga menghasilkan nilai sebesar
Rp 23.475,61 untuk sandal wanita dan Rp 25.281,98 untuk sandal pria. Rasio nilai
tambah yang dihasilkan per feet bahan baku sandal wanita dan pria masing-masing
sebesar 33,53% dan 37,76% dari harga produk sandal wanita dan pria.
Nilai tambah produk sandal wanita dan pria dapat dianalisis dengan
mengurangkan nilai output yang dihasilkan dengan biaya-biaya yang digunakan
dalam proses produksi sepatu. Nilai tambah dapat diketahui dengan menjumlahkan
nilai pendapatan tenaga kerja langsung dengan tingkat keuntungan yang diterima
oleh industri. Produk sandal wanita memperoleh nilai tambah sebesar Rp 23.475,61
per feet bahan baku atau 33,53% dari nilai output, sedangkan pada produk sepatu
pria memperoleh nilai tambah sebesar Rp 25.281,98 per feet bahan baku atau
37,76% dari nilai output.
Berdasarkan hasil analisis nilai tambah dari produk kerajinan alas kaki berupa
sepatu wanita, sepatu pria, sandal wanita dan sandal pria yang diproduksi oleh
industri kerajinan alas kaki dari kulit Kabupaten Magetan memiliki nilai tambah
produk. Hal tersebut juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusmiyati
(1999: 73-74) yang menyatakan bahwa kulit box atau kulit samak yang diolah
104
menjadi sepatu akan memberikan nilai tambah. Produk kerajinan alas kaki dari kulit
memiliki nilai tambah dibuktikan dengan jumlah nilai output yang dihasilkan
ternyata lebih besar dibandingkan nilai total biaya yang digunakan untuk proses
produksi. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian ini sesuai dengan hipotesis
penelitian yaitu nilai tambah produk kerajinan kulit di Kabupaten Magetan adalah
positif atau memberikan nilai tambah.
Nilai tambah yang paling tinggi diperoleh dari produk sepatu wanita dengan
nilai tambah sebesar Rp 30.129,68 per feet bahan baku. Nilai tambah terendah
diperoleh dari produk sandal wanita dengan nilai tambah sebesar Rp 23.475,61 per
feet bahan baku. Hal ini disebabkan faktor konversi, koefisien tenaga kerja dan rasio
tenaga kerja pada sepatu pria paling rendah sehingga dapat memberikan rasio nilai
tambah lebih besar, sedangkan pada sandal wanita memiliki nilai paling tinggi
sehingga rasio nilai tambah yang dihasilkan lebih rendah dibanding produk lainnya.
4.4 Strategi Pengembangan Industri Kerajinan Alas Kaki dari Kulit
Kabupaten Magetan
Kerajinan alas kaki dari kulit di Kabupaten Magetan memang sudah menjadi
salah satu oleh-oleh khas dari Kabupaten Magetan, sehingga adanya sentra industri
kerajinan alas kaki dari kulit ini menjadi sangat penting. Hal ini dikarenakan
industri kerajinan alas kaki memiliki peluang usaha yang baik, karena produk-
produknya sangat diminati oleh pasar domestik maupun pasar internasional. Oleh
karena itu, masyarakat dan pemerintah berusaha untuk melakukan pengembangan
usaha kerajinan alas kaki dari kulit guna mendapatkan keuntungan untuk
peningkatan pendapatan baik rumah tangga maupun pendapatan daerah. Peneliti
mencoba membantu merumuskan strategi pengembangan industri kerajinan kulit
yang dirasa efektif dan efisien. Perumusan strategi ini menggunakan pendekatan
Analitycal Hierarcy Process (AHP).
AHP menentukan prioritas pilihan dengan menggunakan banyak kriteria dan
alternatif strategi. Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah 4 kriteria,
yaitu: (a) Produksi, (b) Pemasaran, (c) Sumber Daya Manusia (SDM), dan (d)
Teknologi. Alternatif strategi yang dianggap cukup berpengaruh guna
105
pengembangan industri kerajinan alas kaki dari kulit di sentra kerajinan kulit
Kabupaten Magetan yaitu: (a) melakukan pelatihan manajemen dan inovasi produk,
(b) mempertahankan kualitas produk, (c) memanfaatkan promosi pemerintah
daerah, (d) penyediaan informasi pasar (katalog), (e) pelatihan untuk meningkatkan
ketrampilan teknis, (f) mengadakan balai latihan kerja khusus kerajinan kulit, (g)
meningkatkan pengetahuan pengolahan limbah, (h) memberikan bantuan teknologi
dengan harga terjangkau, (i) pengembangan industri pengolahan limbah, (j)
pengembangan industri mesin pengolah kulit. Berdasarkan hasil komputasi dengan
bantuan software Expert Choice 11, maka hasil analisis sebagai berikut:
Tabel 4.38. Besaran Skala Perbandingan Antar Kriteria Pengembangan Industri
Kerajinan Alas Kaki di Sentra Kerajinan Kulit Kabupaten Magetan
Kriteria Produksi Pemasaran SDM Teknologi
Produksi 2,825 3,177 3,063
Pemasaran 1,379 2,371
SDM 3,426
Teknologi Incon: 0,06
Berdasarkan tabel 4.38 dapat diketahui bahwa rata-rata nilai skala
perbandingan yang diberikan oleh kelima expert penelitian adalah:
1. Baris Pertama
a. Kriteria Produksi 2,825 kali lebih penting dibandingkan kriteria
permasaran.
b. Kriteria produksi 3,177 kali lebih penting dibandingkan kriteria SDM.
c. Kriteria produksi 3,063 kali lebih penting dibandingkan kriteria teknologi.
2. Baris Kedua
a. Kriteria SDM 1,379 kali lebih penting dibanding kriteria pemasaran.
b. Kriteria pemasaran 2,371 kali lebih penting disbanding kriteria teknologi.
3. Baris Ketiga
a. Kriteria SDM 3,426 kali lebih penting dibandingkan kriteria teknologi
Berdasarkan angka rerata geometri skala kepentingan antar kriteria
pengembangan industri kerajinan alas kaki dari kulit di Sentra Kerajinan Kulit
Kabupaten Magetan, diperoleh hasil analisis sebagai berikut:
106
Tabel 4.39 Besaran Inkonsistensi Berdasarkan Kriteria Pengembangan Industri
Kerajinan Alas Kaki di Sentra Kerajinan Kabupaten Magetan
PID Name Overall Goal: Strategi Pengembangan Industri Kerajinan Alas
Kaki di Kabupaten Magetan
#Factors 4
0 Facilitator -
1 Combined 0,06
2 X1 0,24
3 X2 0,08
4 X3 0,19
5 X4 0,22
6 X6 0,10
Berdasarkan tabel 4.39 dapat diketahui bahwa besaran indeks inkonsistensi
kelima expert penelitian terhadap kriteria pengembangan industri kerajinan kulit di
sentra kerajinan kulit Kabupaten Magetan berkisar antara 0,08 sampai 0,24 atau
sekitar 8% sampai 24%, dengan rerata geomotri indeks inkonsistensi sebesar 0,06
atau 6%. Besaran angka indeks inkonsistensi menunjukkan bahwa kurang dari 0,25
atau 25% yang artinya penilaian yang diberikan oleh masing-masing expert tidak
perlu dilakukan perbaikan ulang. Berdasarkan indeks inkonsistensi tersebut, dapat
diketahui besaran vektor prioritas pada masing-masing kriteria pengembanga
industri kerajinan alas kaki dari kulit di sentra kerajinan kulit Kabupaten Magetan.
Tabel 4.40 Tabel Pengambilan Keputusan Pengembangan Industri Kerajinan Alas
Kaki di Sentra Kerajinan Kulit Kabupaten Magetan
Kriteria Pengembangan Besaran Vektor Prioritas
Produksi 0,490
Pemasaran 0,181
SDM 0,233
Teknologi 0,096
Hasil analisis menunjukkan bahwa kriteria produksi merupakan kriteria
pengembang dengan nilai vektor prioritas tertinggi dengan angka vektor prioritas
sebesar 0,490 kemudian diikuti oleh kriteria SDM (0,233), pemasaran (0,181) dan
teknologi (0,096), sehingga kriteria yang menjadi prioritas pengembangan industri
kerajinan alas kaki di sentra kerajinan kulit Kabupaten Magetan adalah kriteria
produksi. Sedangkan kriteria SDM, pemasaran dan teknologi menjadi kriteria
pendukung. Hasil komputasi software expert choice 11, diketahui tingkat besaran
vektor prioritas pada masing-masing alternatif.
107
Strategi Pengembangan Industri
Kerajinan Kulit Kabupaten Magetan
Produksi Pemasaran SDM Teknologi
A8 A9 A10 A1 A2 A5 A6 A7
A3 A4
0,149 0,068 0,077 0,165
0,131 0,189 0,056 0,087 0,038 0,040
108
Keterangan
a. A5 (Pelatihan untuk meningkatkan ketrampilan teknis)
Partisipan menilai bahwa pelatihan untuk meningkatkan ketrampilan
teknis merupakan faktor utama yang harus dilakukan dalam
pengembangan industri kerajinan kulit di sentra kerajinan kulit
Kabupaten Magetan. Pelatihan ketrampilan teknis diperlukan untuk
perbaikan kualitas SDM, karena semakin tahun SDM yang bersedia
bekerja di industri kerajinan kulit semakin menurun. Oleh karena itu perlu
adanya ketrampilan teknis untuk SDM yang telah bekerja di industri
kerajinan kulit. Pelatihan ketrampilan teknis ini mencakup pelatihan
untuk kecakapan pengerajin dalam membuat kerajinan alas kaki pada
proses upper atau pembuatan kap, assembling dan juga finishing. Ketiga
proses ini memerlukan ketrampilan dari pengerajin untuk memudahkan
saat proses produksi. Selanjutnya alternatif strategi yang digunakan
adalah melakukan pelatihan manajemen dan inovasi produk yang dapat
menunjang alternatif ketrampilan teknis ini.
b. A2 (Mempertahankan Kualitas Produk)
Mempertahankan kualitas produk dinilai sebagai alternatif ketiga untuk
pengembangan industri kerajinan alas kaki di sentra kerajinan kulit
Kabupaten Magetan. Kualitas produk tentu akan mempengaruhi harga
produk dan kepercayaan konsumen terhadap produk alas kaki dari kulit
tersebut. Kualitas produk memiliki ciri-ciri yang awet, tidak terdapat
cacat produk dan nyaman digunakan.
c. A1 (Melakukan Pelatihan Manajemen dan Inovasi Produk)
Pelatihan manajemen dan inovasi produk menempati urutan kedua pada
pengembangan industri kerajinan alas kaki di sentra kerajinan kulit
Kabupaten Magetan. Pelatihan manajemen dan inovasi produk perlu
diadakan guna mengembangkan kemampuan perajin alas kaki dalam
pembuatan desain produk, sehingga produk yang dihasilkan dapat
mengikuti tren dan tetap menjadi pilihan konsumen. Alternatif
selanjutnya yaitu mempertahankan kualitas produk.
109
d. A6 (Mengadakan Balai Latihan Kerja Khusus Kerajinan Kulit)
Mengadakan balai latihan kerja khusus kerajinan kulit dinilai sebagai
alternatif strategi yang menempati urutan ke-empat pada pengembangan
industri kerajinan alas kaki di sentra kerajinan kulit Kabupaten Magetan.
Balai latihan kerja khusus kerajinan kulit ini sangat berperan penting guna
menumbuhkan kemauan masyarakat untuk mempelajari pembuatan
kerajinan kulit. Selama ini SDM dilatih setelah masuk pada industri,
sehingga kurang tersedianya perajin yang mumpuni. Adanya balai
pelatihan kerja khusus kerajinan kulit diharapkan bisa lebih efektif dan
dapat menyediakan tenaga kerja yang memadai untuk industri kerajinan
kulit.
e. A8 (Memberikan bantuan teknologi dengan harga terjangkau)
Memberikan bantuan teknologi dengan harga terjangkau dinilai menjadi
alternatif strategi kelima pada pengembangan industri kerajinan alas kaki
di sentra kerajinan kulit Kabupaten Magetan. Bantuan teknologi ini
diperlukan untuk meningkatkan produksi industri kerajinan alas kaki.
Bantuan teknologi diberikan oleh pihak dinas terkait dengan bergantian.
Bantuan teknologi yang selama ini diberikan oleh dinas terkait dengan
memberikan pada kelompok usaha dan diberikan secara bergilir. Bantuan
teknologi yang sudah di berikan seperti mesin jahit.
f. A3 (Memanfaatkan Promosi Pemerintah Daerah)
Promosi Pemerintah Daerah dinilai sebagai alternatif strategi keenam
pada pengembangan industri kerajinan alas kaki di sentra kerajinan kulit
Kabupaten Magetan. Promosi pemerintah daerah biasanya dilakukan oleh
beberapa Dinas Pariwisata dengan mengadakan event expo, sehingga
dapat memperkenalkan produk daerah Kabupaten Magetan ke masyarakat
umum.
g. A4 (Penyediaan Informasi Pasar atau Katalog)
Penyediaan informasi pasar dinilai sebagai alternatif strategi ketujuh pada
pengembangan industri kerajinan alas kaki di sentra kerajinan kulit
Kabupaten Magetan. Penyediaan informasi atau katalog berperan untuk
110
memberikan gambaran kepada konsumen untuk melakukan pemesanan
produk.
h. A7 (Meningkatkan Pengetahuan Pengolahan Limbah)
Meningkatan pengetahuan pengolahan limbah dinilai sebagai alternatif
strategi kedelapan pada pengembangan industri kerajinan alas kaki di
sentra kerajinan kulit Kabupaten Magetan. Pengetahuan pengolahan
limbah berperan untuk meningkatkan nilai tambah pada limbah kerajinan
alas kaki yang berupa serpihan-serpihan kulit samak. Selama ini limbah
yang dihasilkan masih belum diolah kembali karena kurangnya
pengetahuan masyarakat dalam pengolahan limbah tersebut.
i. A10 (Pengembangan Industri Mesin Pengolah Kulit)
Pengembangan industri mesin pengolah kulit dinilai sebagai alternatif
strategi kesembilan pada pengembangan industri kerajinan alas kaki di
sentra kerajinan kulit Kabupaten Magetan. Pengembangan industri mesin
pengolah kulit berperan sebagai penunjang industri kerajinan kulit.
j. A9 (Pengembangan Industri Pengolahan Limbah)
Pengembangan industri pengolahan limbah dinilai sebagai alternatif
stratego terakhir pada pengembangan industri kerajinan alas kaki di sentra
kerajinan kulit Kabupaten Magetan. Pengembangan industri pengolahan
limbah berperan sebagai pengolah limbah dari industri kerajinan kulit,
sehingga mampu memberikan nilai tambah baru.
111
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Pendapatan dan efisiensi penggunaan biaya produksi pada usaha industri
kerajinan alas kaki dari kulit di Kabupaten Magetan:
a. UD. Praktis:
Pada sepatu wanita menguntungkan dengan pendapatan sebesar
Rp 557.845,00 serta nilai R/C ratio sebesar 1,41, sedangkan sepatu pria
menguntungkan dengan pendapatan sebesar Rp 679.486,00 serta nilai R/C
ratio sebesar 1,76 Pada sandal wanita menguntunkan dengan pendapatan
sebesar Rp 166.339,00 serta nilai R/C ratio sebesar 1,23. Pada sandal pria
menguntungkan dengan pendapatan sebesar Rp 67.683,00 serta nilai R/C
Ratio sebesar 1,22
b. Figha Shoes:
Pada sepatu wanita menguntungkan dengan pendapatan sebesar
Rp 1.010.350 serta nilai R/C ratio sebesar 1,63, sedangkan sepatu pria
menguntungkan dengan pendapatan sebesar Rp 865.778,00 serta nilai R/C
ratio sebesar 1,76. Pada sandal wanita menguntunkan dengan pendapatan
sebesar Rp 102.069,00 serta nilai R/C ratio sebesar 1,10. Pada sandal pria
menguntungkan dengan pendapatan sebesar Rp 83.934,00 serta nilai R/C
Ratio sebesar 1,20.
c. UD. Sempurna:
Pada sepatu wanita menguntungkan dengan pendapatan sebesar
Rp 663.257,00 serta nilai R/C ratio sebesar 1,46, sedangkan pada sepatu
pria menguntungkan dengan pendapatan sebesar Rp 612.552,00 serta nilai
R/C ratio sebesar 1,62. Pada sandal wanita menguntunkan dengan
pendapatan sebesar Rp 83.239,00 serta nilai R/C ratio sebesar 1,12. Pada
sandal pria menguntungkan dengan pendapatan sebesar Rp 100.736,00
serta nilai R/C Ratio sebesar 1,25.
112
d. Toko Sepatu Menink:
Pada sepatu wanita menguntungkan dengan pendapatan sebesar
Rp 169.492,00 serta nilai R/C ratio sebesar 1,29. Pada sepatu pria
menguntungkan dengan pendapatan sebesar Rp 169.028 serta nilai R/C
ratio sebesar 1,47. Pada sandal wanita menguntunkan dengan pendapatan
sebesar Rp 10.933,00 serta nilai R/C ratio sebesar 1,04. Pada sandal pria
menguntungkan dengan pendapatan sebesar Rp 25.700,00 serta nilai R/C
Ratio sebesar 1,26.
e. Kartika Exclusive:
Pada sepatu wanita menguntungkan dengan pendapatan sebesar
Rp 109.775,00 serta nilai R/C ratio sebesar 1,17.Pada sepatu pria
menguntungkan dengan pendapatan sebesar Rp 157.406,00 serta nilai R/C
ratio sebesar 1,36.Pada sandal wanita menguntunkan dengan pendapatan
sebesar Rp 10.170,00 serta nilai R/C ratio sebesar 1,03.Pada sandal pria
menguntungkan dengan pendapatan sebesar Rp 20.918,00 serta nilai R/C
Ratio sebesar 1,12
f. PS. Ireng:
Pada sepatu wanita menguntungkan dengan pendapatan sebesar
Rp 62.566,00 serta nilai R/C ratio sebesar 1,12. Pada sepatu pria
menguntungkan dengan pendapatan sebesar Rp 112.373,00 serta nilai R/C
ratio sebesar 1,33. Pada sandal wanita menguntunkan dengan pendapatan
sebesar Rp 33.477,00 serta nilai R/C ratio sebesar 1,13.Pada sandal pria
menguntungkan dengan pendapatan sebesarRp 4.631,00 serta nilai R/C
Ratio sebesar 1,05
g. Soldate Leather:
Pada sepatu wanita menguntungkan dengan pendapatan sebesar
Rp 153.489,00 serta nilai R/C ratio sebesar 1,41.Pada sepatu pria
menguntungkan dengan pendapatan sebesar Rp 224.236,00 serta nilai R/C
ratio sebesar 1,96. Pada sandal wanita menguntunkan dengan pendapatan
sebesar Rp 67.072,00 serta nilai R/C ratio sebesar 1,33.Pada sandal pria
113
menguntungkan dengan pendapatan sebesar Rp 44.036,00 serta nilai R/C
Ratio sebesar 1,42
h. Hidayah:
Pada sepatu wanita menguntungkan dengan pendapatan sebesar
Rp 36.104,00 serta nilai R/C ratio sebesar 1,17. Pada sepatu pria
menguntungkan dengan pendapatan sebesar Rp 43.370,00 serta nilai R/C
ratio sebesar 1,20. Pada sandal wanita menguntunkan dengan pendapatan
sebesar Rp 9.513,00 serta nilai R/C ratio sebesar 1,06. Pada sandal pria
menguntungkan dengan pendapatan sebesar Rp 857,00 serta nilai R/C
Ratio sebesar 1,01
i. Rif’at:
Pada sepatu wanita menguntungkan dengan pendapatan sebesar
Rp 142.143,00 serta nilai R/C ratio sebesar 1,29. Pada sepatu pria
menguntungkan dengan pendapatan sebesar Rp 188.786,00 serta nilai R/C
ratio sebesar 1,56. Pada sandal wanita menguntunkan dengan pendapatan
sebesar Rp 36.691,00 serta nilai R/C ratio sebesar 1,14. Pada sandal pria
menguntungkan dengan pendapatan sebesar Rp 7.730,00 serta nilai R/C
Ratio sebesar 1,08.
j. NESHA Shoes:
Pada sepatu wanita menguntungkan dengan pendapatan sebesar
Rp 40.123,00 serta nilai R/C ratio sebesar 1,13. Pada sepatu pria
menguntungkan dengan pendapatan sebesar Rp 70.805,00 serta nilai R/C
ratio sebesar 1,31. Pada sandal wanita menguntunkan dengan pendapatan
sebesar Rp 1.754,00 serta nilai R/C ratio sebesar 1,01. Pada sandal pria
menguntungkan dengan pendapatan sebesar Rp 12.472,00 serta nilai R/C
Ratio sebesar 1,12.
k. – Pada Sepatu wanita yang memiliki pendapatan paling besar adalah
industri Figha Shoes yaitu sebesar Rp 1.010.350,00 serta memiliki nilai R/C
ratio tertinggi sebesar 1,96. Hal ini dikarenakan perbedaan penggunaan
biaya tenaga kerja, dimana pada sedangkan untuk industri yang memiliki
pendapatan paling rendah adalah Hidayah yaitu sebesar Rp 36.104,00,
114
namun untuk efisiensi penggunaan biaya terendah yaitu PS. Ireng dengan
nilai R/c ratio 1,12.
- Pada Sepatu pria yang memiliki pendapatan paling besar adalah
industri Figha Shoes yaitu sebesar Rp 865.778,00, namun yang memiliki
nilai R/C ratio tertinggi sebesar 1,63, dimana setiap pengeluaran 1 rupiah
biaya maka akan mendapat penerimaan sebesar Rp 1,63 dengan
keuntungan yaitu Rp 0,63. sedangkan untuk industri yang memiliki
pendapatan paling rendah adalah Hidayah yaitu sebesar Rp 36.104,00,
namun untuk efisiensi penggunaan biaya terendah yaitu PS. Ireng dengan
nilai R/c ratio 1,12.
- Pada sandal wanita yang memilliki pendapatan paling tinggi adalah
industri UD. Praktis yaitu sebesar Rp 166.139,00, namun yang memiliki
nilai R/C ratio tertinggi adalah industri Soldate Leather yaitu sebesar 1,33.
Industri yang memiliki paling rendah adalah Nesha Shoes yaitu sebesar Rp
1.754,00 dengan nilai R/C ratio sebesar 1,01.
- Pada sandal pria yang memiliki pendapatan paling tinggi adalah
industri UD. Sempurna yaitu sebesar Rp 100.736,00, namun yang
memiliki nilai R/C ratio tertinggi adalah industri Soldate Leather yaitu
sebesar 1,42. Industri yang memiliki paling rendah adalah industri
Hidayah yaitu sebesar Rp 857 dengan nilai R/C ratio 1,01.
l. Dari semua produk sepatu wanita, sepatu pria, sandal wanita dan sandal
pria, sepatu wanita menjadi produk yang paling menguntungkan di 3
industri, karena harga sepatu wanita di ketiga industri ini lebih tinggi
dibanding dengan industri lainnya, namun pada 7 industri lainnya produk
sepatu pria menjadi produk yang memiliki pendapatan paling tinggi, karena
harga dari sepatu pria tinggi dengan penggunaan biaya variabel yang lebih
sedikit dibanding ketiga produk lainnya. Sedangkan untuk produk paling
rendah pendapatannya yaitu produk sandal pria, karena jumlah produk
yang diproduksi lebih sedikit dibanding 3 produk lainnya, namun
penggunaan biayanya sama dengan sandal wanita.
115
m. Produk sepatu pria memiliki nilai efisiensi penggunaan biaya produksi
paling tinggi dengan nilai R/C ratio tertinggi yaitu 1,96 , yang artinya setiap
penggunaan biaya sebesar 1 rupiah maka akan mendapatkan penerimaan
sebesar Rp 1,96 dan keuntungan sebesar 0,96 rupiah. Sedangkan untuk
produk yang paling rendah efisiensi penggunaan biaya nya adalah sandal
wanita. Hal ini dikarenakan penggunaan biaya pada bahan input lain lebih
rendah, dimana sepatu pria tidak menggunakan variasi atau hiasan yang
memberikan tambahan biaya sebesar 4%-6%.
2. Produk kerajinan alas kaki dari kulit Kabupaten Magetan memberikan nilai
tambah. Nilai tambah tertinggi pada produk sepatu pria dengan rasio nilai
tambah sebesar 46,62% dengan nilai tambah sebesar Rp 30.129,60 per feet
bahan baku dimana artinya adalah nilai tambah dari produk sepatu wanita
setiap satu feet bahan baku adalah sebesar Rp 30.129,60 . Nilai tambah kedua
adalah produk sepatu wanita yang memiliki rasio nilai tambah sebesar 41,15%
dengan nilai tambah sebesar Rp Rp 30.707,71 per feet bahan baku. Nilai
tambah ketiga adalah produk sandal pria yang memiliki rasio nilai tambah
37,76% dengan nilai tambah sebesar Rp 25.281,98, sedangkan nilai tambah
terendah adalah produk sandal wanita yang memiliki rasio nilai tambah sebesar
33,53% dengan nilai tambah sebesar Rp 23.475,61.
116
3. Strategi pengembangan yang dipandang relative tepat untuk industri kerajinan
kulit Kabupaten Magetan di Kabupaten Magetan adalah kriteria produksi
dengan bobot 0,490, kemudian kriteria SDM (0,233), kriteria pemasaran
(0,181) dan teknologi (0,096), sedangkan alternatif yang perlu diperhatikan
dari kriteria produksi adalah alternative mempertahankan kualitas produk
(0,165), dari kriteria pemasaran adalah alternative memanfaatkan promosi
pemerintah daerah (0,077), dari kriteteria SDM adalah alternative melakukan
pelatihan ketrampilan teknis (0,189), dari kriteria teknologi adalah alternative
bantuan teknologi dengan harga terjangkau (0,087).
5.2 Saran
1. Apabila industri kerajinan alas kaki dari kulit Kabupaten Magetan
menginginkan pendapatan, efisiensi penggunaan biaya dan nilai tambah yang
cenderung tinggi maka sebaiknya menambah produksi pada produk sepatu
pria, sedangkan untuk produk lain agar bisa memiliki pendapatan, nilai
efisiensi penggunaan biaya dan nilai tambah yang lebih tinggi sebaiknya
menekan pada biaya produksi atau meningkatkan harga dari produk.
2. Industri kerajinan alas kaki dari kulit Kabupaten Magetan sebaiknya
melakukan pelatihan ketrampilan teknis dalam proses upper atau pembuatan
kap, assembling dan finishing untuk SDM-nya sehingga dapat meningkatkan
kinerja dan kualitas produk, karena prioritas kriteria yang dipandang relative
tepat yaitu kriteria produksi .
117
DAFTAR PUSTAKA
Alam. 2007. Ekonomi untuk SMA dan MA Kelas XI KTSP Standar Isi 2006. Jakarta:
Erlangga.
Andriani, F. Y., D. I. Astari., D. Budhiarti., dan K. M. Zachary. 2017. Analisis
Pengambilan Keputusan Strategi Pengembangan Industri Kreatif Kulit Ikan
Pari Yogyakarta dengan Pendekatan SWOT dan AHP. IENACO, 288-295.
Anoraga, P. 2004. Manajemen Bisnis. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Awantara, I. G. P. D. 2014. Sistem Manajemen Lingkungan: Perspektif
Agrokompleks. Yogyakarta: Deepublish.
Badan Pusat Statistik. 2018. Jumlah Industri Kecil dan Mikro Menurut 2-digit
KBLI. http://Bps.go.id [Diakses pada 11 Februari 2019]
Badan Pusat Statistik. 2018. Populasi Sapi Potong di Jawa Timur.
http://Bps.Jatim.go.id [Diakses pada 03 Maret 2019]
Badan Pusat Statistik. 2018. Kabupaten Ngawi dalam Angka 2018. Ngawi: Badan
Pusat Statistik.
Badan Pusat Statustik. 2016. Kabupaten Magetan dalam Angka 2015. Magetan:
Badan Pusat Statistik
Badan Pusat Statustik. 2017. Kabupaten Magetan dalam Angka 2016. Magetan:
Badan Pusat Statistik
Badan Pusat Statustik. 2018. Kabupaten Magetan dalam Angka 2017. Magetan:
Badan Pusat Statistik
Bungin, B. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Komunikasi, Ekonomi dan
Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.
Darojat, N. I. 2014. Pengembangan Industri Tanduk Desa Pucang Kecamatan
Secang Skala Mikro Kecil, Kabupaten Magelang. Jejak, 7(1): 29-45.
Erawati, R. V., dan Kirwani. 2014. Kontribusi Industri Kerajinan Kulit Bagi
Pendapatan Tenaga Kerja di Kabupaten Magetan. JUPE, 2(3): 1-13.
Falatehan, A. F. 2016. Analytical Hierarchy Process (AHP) Teknik Pengambilan
Keputusan untuk Pembangunan Daerah. Yogyakarta: Indomedia Pustaka.
118
Hadinata, R. 2014. Analisis Strategi Pengerajin Kulit dalam Mengembangkan
Usaha (Studi Kasus di Sentra Industri Kerajinan Kulit Kelurahan Selosari
Magetan). JSEP,6(2):173-182.
Hamidi. 2007. Metode Penelitian dan Teori Komunikasi. Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang Press.
Hardiyanti, I., Suparmin dan Maryati, S. 2015. Analisis Nilai Tambah Agroindustri
Kerupuk Kulit di Kota Matar am.
Hariyati, Y. 2007. Ekonomi Mikro (Pendekatan Matematis dan Grafis). Jember:
CSS.
Keputusan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 111 Tahun 2016.
2016. Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Kategori
Industri Pengolahan Golongan Pokok Industri Kulit, Barang dari Kulit dan
Alas Kaki Bidang Industri Penyamakan Kulit Subbidang Proses Produksi.
Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 472 Tahun 2018. 2018.
Lokasi Kawasan Pertanian Nasional.
Kusmiyati, Y. 1999. Analisis Nilai Tambah Produksi dan Peranan Pemerintah
Terhadap Pengembangan Industri Kecil Sepatu (Joan’s Shoes dan PD.
Karya Dian Shoes Cibaduyut, Bandung). Skripsi. Bogor: Jurusan Ilmu-Ilmu
Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Lubis, B.A., Rahmanta., dan Supriadi. 2014. Analisis Produksi Peternakan Sapi
dalam Pengembangan Wilayah di Kabupaten Deli Serdang. Ekonom, 17(2):
54-67.
Marimin dan Maghfiroh, N. 2010. Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan dalam
Manajemen Rantai Pasok. Bogor: Unit Penerbit dan Percetakan IPB.
Marsudi dan Yunanto, D. 2013. Produk Kulit, Non Alas Kaki dan Non Busana.
Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan.
Mulyono, S. 1996. Teori Pengambilan Keputusan.Jakarta: Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia Jakarta.
Murtidjo, B. A. 1990. Seri Budi daya : Sapi Potong. Yogyakarta: Kanusius.
Nugraha, A. W. 2018. Belajar Membuat Kerajinan Tangan dari Kulit. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
119
Pradana, F. Y. 2012. Analisis Nilai Tambah Susu dan Strategi Pengembangan
Agroindustri Olahan Susu “Rumah Yoghurt” di Kota Batu. Skripsi. Jember:
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jember.
Purwaningsih, I. 2003. Penyusunan Strategi Pengembangan Industri Penyamakan
Kulit di Yogyakarta. Tek.Per.4(3):155-168.
Putong, I. 2015. Ekonomi Mikro: Konvensional dan Syariah.
Rianse, U., dan Abdi. 2012. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi: Teori dan
Aplikasi. Bandung: Alfabeta.
Rizky, A. M. 2016. Kerajinan Dompet Kulit Ikan Pari pada Usaha Kecil Menengah
“Pari Radja” Bantul Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi
Pendidikan Kriya Jurusan Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni,
Universitas Negeri Yogyakarta.
Rosilawati, I. 2017. Analisis Strategi Pemasaran Industri Penyamakan Kulit PT
Mandiri Karya di Kabupaten Garut. Skripsi. Bogor: Sekolah Pascasarjana
Institut Pertanian Bogor.
Saaty, T. L. 1991. Pengambilan Keputusan-Bagi Para Pemimpin. Jakarta: PT.
Dharma Aksara Perkasa.
Santoso, I. 2013. Pengantar Agroindustri. Malang: Universitas Brawijaya Press
(UB Press)
Sari, F. 2018. Metode dalam Pengambilan Keputusan. Yogyakarta: Deepublish.
Setyaningsih, D. W. 2017. Nilai Ekonomis Kulit Sapi Sebagai Bahan Baku
Pembuatan Alas Kaki. Media Soerjo, 20(1): 74-84.
Sitio, A. dan Tamba H. 2001. Koperasi: Teori dan Praktik. Jakarta: Erlangga.
Soekartawi. 1995. Analisis Usaha Tani. Jakarta: Rajawali Pers.
Soetriono., Suwandari, A. dan Rijanto. 2006. Pengantar Ilmu Pertanian. Malang:
Banyumedia Publishing.
Soetriono. 2017. Daya Saing Pertanian dalam Tinjauan Analisis. Malang:
Intimedia.
Soetriono., Marta, F., Hidayat, A., dan Ratna, D. 2010. Daya Saing Agribisnis Kopi
Robusta Sebuah Prespektif Ekonomi. Malang: Surya Pena Gemilang.
120
Soetriono., Marta, F., Hidayat, A., dan Ratna, D. 2017. Daya Saing Agribisnis Kopi
Robusta Sebuah Prespektif Ekonomi. Malang: Intimedia.
Sudiyono, I. 2002. Pemasaran Pertanian. Malang: Universitas Muhammadiyah
Malang.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&DI. Bandung:
Alfabeta, CV.
Sule, E. T., dan Saefullah, K. 2005. Pengantar Manajemen. Jakarta: Kencana.
Sumarsono, S. 1998. Pengantar Ekonomi Bagian Mikro. Jember: Universitas
Jember.
Sumiyati., Sutiarso, L., Windia, I. W., dan Sudira, P. 2011. Aplikasi Analytical
Hierarchy Process (AHP) untuk penentuan Strategi Pengembangan Subak.
Agritech,31(2):138-145.
Syaf, A. H. 2005. Karakteristik Industri Pengolahan Kulit dan Dampak Limbah
Terhadap Lingkungan Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar (Studi Kasus
Sentra Industri Kulit Sukarageng Kabupaten Garut Jawa Barat). Tesis. Bogor:
Sekolah Pascarajana Institut Pertanian Bogor.
Syarif, M. S. H. M., Rauf, R. A., dan Howara, D. 2013. Analisis Nilai Tambah
Abon Sapi pada Industri Rumah Tangga Mutiara Hj. Mbok Sri di Kota PAlu.
Agrotekbis, 1(4): 370-376.
Wahyudi, D., Sayamar, E., dan Eliza. 2016.Analisis Usaha Agroindustri Kerupuk
Kulit Sapi di Kelurahan Tuah Karya Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru.
Jom Faperta UR, 3(2):1-10.
Wahyudi, E. A. 2001. Strategi Pengembangan Industri Pengerajin Kulit Domba di
Sentra Industri Kulit Sukaregang Kabupaten Garut. Skripsi. Bogor: Jurusan
Sosial Ekonomi Industri Peternakan Fakultas Peternakan Institus Pertanian
Bogor.
Waluyo. 2008. Akuntansi Pajak. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
Wibowo, A. 2009. Analisis Kinerja dan Strategi Pengembangan Usaha Kerajinan
Sepatu di Kabupaten Bogor (Studi Kasus Pada Cv. Anugerah Jaya, Desa Suka
Makmur, Kecamatan Ciomas). Skripsi. Bogor: Departemen Ilmu Ekonomi
Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Yulia., L. M. Baga dan N. Tinaprilla. 2015. Peran dan Strategi Subsektor
Peternakan dalam Pembangunan Kabupaten Agam Sumatera Barat.
Agribisnis Indonesia, 3(2) : 159-176.
121
Yunus, E. 2016. Manajemen Strategi. Yogyakarta: Andi Offset.
Zaharuddin, H. 2006. Menggali Potensi Wirausaha. Bekasi: CV Dian Anugerah
Prakasa.
122
LAMPIRAN
Lampiran 1. Jumlah perusahaan mikro Menurut 2-digit KBLI
No Industri 2013 2014 2015 Rata-rata
/ tahun
10 Makanan 1.008.890 1.125.425 1.473.205 1.202.507
11 Minuman 45.508 43.293 45.922 44.907,67
12 Pengolahan Tembakau 48.887 43.152 43.371 45.136,67
13 Tekstil 265.498 291.151 127.245 22.7964,7
14 Pakaian Jadi 240.833 304.418 360.622 30.1957,7
15 Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki 17.326 30.789 32.136 26.750,33
16 Kayu, Gabus (Tidak termasuk furniture) dan
anyaman dari Bambu, Rotan dsj 728.786 784.753 674.970 729.503
17 Kertas dan Barang dari kertas 8.672 7.904 4.633 7.069,67
18 Pencetakan dan Reproduksi Media Rekaman 22.918 22.719 30.025 25.220,67
19 Produk dari Batu Bara dan Pengilangan
Minyak Bumi - - - -
20 Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia 20.181 22.065 20.081 20.775,67
21 Farmasi, Produk Obat Kimia dan Obat
Tradisional 5.607 6.206 4.464 5.425,667
22 Karet, Barang dari Karet dan Plastik 19.999 14.300 10.155 14.818
23 Barang Galian Bukan Logam 196.845 242.242 234.762 224.616,3
24 Logam Dasar 1.080 1.801 31.122 11.334,33
25 Barang Logam, Bukan Mesin dan
Peralatannya 61.801 67.825 99.046 76.224
26 Komputer, Barang Elektronik dan Optik 121 224 46 130,33
27 Peralatan Listrik 324 32 162 172,667
28 Mesin dan Perlengkapannya 633 1.265 952 950
29 Kendaraan Bermotor, trailer dan Semi Trailer 1.800 1.530 1.700 1.676,67
30 Alat Angkut Lainnya 5.537 5.546 4.076 5.053
31 Furniture 102.957 122.182 117.901 114.346,7
32 Pengolahan Lainnya 75.071 73.274 73.002 73.782,33
33 Jasa Reparasi dan Pemasangan Mesin dan
Peralatan 7.741 8.467 6.253 7.487
Total 2.887.015 3.220.563 3.385.851 3.164.476
sumber: BPS (2018)
Lampiran 2. Jumlah Perusahaan Kecil Menurut 2-digit KBLI
No Industri 2013 2014 2015 Rata-rata/
tahun
10 Makanan 158.651 73.066 93.814 108.510,3
11 Minuman 1.962 1.401 1.208 1.523,67
12 Pengolahan Tembakau 14.823 21.590 19.750 18.721,00
13 Tekstil 27.541 12.246 4.188 14.658,33
14 Pakaian Jadi 99.169 50.165 46.601 65.311,67
15 Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki 22.824 12.477 12.686 15.995,67
16 Kayu, Gabus (Tidak termasuk furniture) dan
anyaman dari Bambu, Rotan dsj 53.130 20.729 19.954 31.271,00
17 Kertas dan Barang dari kertas 1.430 1.160 1.096 1.228,67
18 Pencetakan dan Reproduksi Media Rekaman 8.666 8.295 5.330 7.430,33
123
No Industri 2013 2014 2015 Rata-rata/
tahun
19 Produk dari Batu Bara dan Pengilangan Minyak
Bumi - - - 0
20 Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia 3.987 1.813 1.558 2.452,67
21 Farmasi, Produk Obat Kimia dan Obat Tradisional 909 238 526 557,67
22 Karet, Barang dari Karet dan Plastik 1.999 2.790 492 17.60,33
23 Barang Galian Bukan Logam 69.017 33.324 29.758 44.033,00
24 Logam Dasar 310 146 461 305,67
25 Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya 17.934 12.749 13.990 14.891,00
26 Komputer, Barang Elektronik dan Optik 218 134 260 204,00
27 Peralatan Listrik 291 220 54 188,33
28 Mesin dan Perlengkapannya 1.178 394 258 610,00
29 Kendaraan Bermotor, trailer dan Semi Trailer 1.449 2.042 666 1.385,67
30 Alat Angkut Lainnya 839 903 972 904,67
31 Furniture 30.874 19.475 20.699 23.682,67
32 Pengolahan Lainnya 13.723 9.031 8.123 10.292,33
33 Jasa Reparasi dan Pemasangan Mesin dan
Peralatan 427 113 578 372,67
Total 532.351 284.501 283.022 366.291,3
Lampiran 3. Populasi Sapi Potong di Jawa Timur (Kawasan Nasional)
No. Kab/Kota Populasi Sapi Potong (ekor)
2014 2015 2016 Rata-rata
1. Probolinggo 224718 256249 262408 247791,7
2. Kota Probolinggo 8863 9217 9592 9224
3. Magetan 106913 107683 110228 108274,7
4. Ngawi 81373 84149 82197 82573
5. Bojonegoro 172673 186861 201954 187162,7
6. Tuban 314937 324295 329272 322834,7
7. Bangkalan 191245 197675 200279 196399,7
8. Sampang 203863 211176 212776 209271,7
9. Pamekasan 152045 155086 190635 165922
10. Sumenep 349081 353124 357422 353209
11. Nganjuk 134566 138522 138601 137229,7
12. Lamongan 99013 101790 104779 101860,7
Sumber: BPS (2018) data diolah
Lampiran 4. Jenis Industri Kulit di Kabupaten Magetan
No Jenis Industri 2015 2016 201
7
Rata-rata*
1. Penyamakan Kulit 139 139 186 154,67
2. Alas Kaki dari kulit 220 220 260 233,33
3. Kerajinan Tatah ukir Kulit TD 1 1 1
4. Kerajinan Tas dari kulit TD TD 20 20
5. Kerajinan Dompet dari Kulit TD TD 20 20
Sumber : BPS (2018)
124
Lampiran 5. Identitas Responden
No Nama Responden Umur
(Tahun)
Pekerjaan Jumlah Anggota
Keluarga (Orang)
Nama Industri
1 Eko Patrianto 44 Wiraswasta 5 UD. Praktis
2 Figha Setya 30 Wiraswasta 6 FIGHA Shoes
3 Vivien Rahmawati 36 Wiraswasta 4 UD. Sempurna
4 Warsiyem 51 Wiraswasta 4 Toko Sepatu Menink
5 Suwito 60 Wirasawsta 4 Kartika Exclusive
6 Purwanto 47 Wiraswasta 4 PS. Ireng
7 Wulan Purnama Sari 33 Wiraswasta 6 SOLDATE
8 Triyono 45 Wiraswasta 3 HIDAYAH
9 Sugeng 52 Wiraswasta 6 Rif’at
10 Andik 40 Wiraswasta 4 NESHA SHOES
125
Lampiran 6. Nilai Investasi Peralatan Industri Alas Kaki dari Kulit UD. Praktis
No Jenis Investasi Umur Ekonomis
(Tahun)
Jumlah
(Buah)
Harga (Rp) Sub Total
(Rp)
Biaya Penyusutan
/ Tahun (Rp)
Biaya Penyusutan /
Bulan (Rp)
Biaya Penyusutan
/ Produksi (Rp)
1 Mesin Press 20 1 5.500.000 5.500.000 275.000 22.916,67 881,41
2 Mesin Seset 20 3 8.000.000 24.000.000 1.200.000 100.000,00 3.846,15
3 Gerinda 10 2 3.000.000 6.000.000 600.000 50.000,00 1.923,08
4 Mesin Jahit 15 8 10.000.000 80.000.000 5.333.333 444.444,44 17.094,02
5 Mesin Emboss 20 1 4.000.000 4.000.000 200.000 16.666,67 641,02
6 Acuan 5 1000 120.000 120.000.000 24.000.000 2.000.000,00 76.923,07
7 Palu 5 16 50.000 800.000 160.000 13.333,33 512,82
8 Gunting 2 20 35.000 700.000 350.000 29.166,67 1.121,79
9 Cutter 2 2 30.000 60.000 30.000 2500,00 96,15
10 Meteran 5 9 10.000 90.000 18.000 1.500,00 57,69
11 Penggaris (30 cm) 5 3 35.000 105.000 21.000 1750,00 67,31
12 Penggaris ( 1 m) 5 4 60.000 240.000 48.000 4.000,00 153,85
13 Tanah 30 200 150.000 30.000.000 1.000.000 83.333,33 3.205,13
14 Pajak 1 1 415.000 415.000 415.000 34.583,33 1.330,13
TOTAL 1053 271.910.000 33.650.333 2.804.194,44 107.853,63
Lampiran 7. Nilai Investasi Peralatan Industri Alas Kaki dari Kulit FIGHA Shoes
No Jenis Investasi Umur Ekonomis
(Tahun)
Jumlah
(Buah)
Harga (Rp) Sub Total
(Rp)
Biaya Penyusutan
/ Tahun (Rp)
Biaya Penyusutan /
Bulan (Rp)
Biaya Penyusutan
/ Produksi (Rp)
1 Mesin Press 20 2 5.000.000 10.000.000 500.000 41.666,67 1.602,56
2 Mesin Seset 15 3 6.000.000 18.000.000 1.200.000 100.000,00 3.846,15
3 Mesin Jahit 10 9 3.000.000 27.000.000 2.700.000 225.000,00 8.653,85
4 Mesin Emboss 10 1 2.000.000 2.000.000 100.000 8.333,33 320.51
5 Mesin Kompresor 10 2 2.000.000 4.000.000 400.000 33.333,33 1.282,05
6 Mesin Amplas 10 3 6.000.000 18.000.000 300.000 25.000,00 961,54
7 Acuan 5 500 120.000 60.000.000 12.000.000 1.000.000 38.461,50
126
No Jenis Investasi Umur Ekonomis
(Tahun)
Jumlah
(Buah)
Harga (Rp) Sub Total
(Rp)
Biaya Penyusutan
/ Tahun (Rp)
Biaya Penyusutan /
Bulan (Rp)
Biaya Penyusutan
/ Produksi (Rp)
8 Palu 5 18 50.000 900.000 180.000 15.000,00 576,92
9 Gunting 2 20 35.000 700.000 350.000 29.166,67 1.121,79
10 Cutter 2 2 30.000 60.000 30.000 2.500,00 96,15
11 Meteran 5 9 10.000 90.000 18.000 1.500,00 57,69
12 Penggaris (30 cm) 8 3 35.000 280.000 56.000 4.666,67 179,48
13 Tanah 31 400 125.000 50.000.000 1.612.903,2 134.408,6 5.169,56
14 Pajak 1 1 160.000 160.000 160.000 13.33,33 512,82
Total 978 176.190.000 19.640.237 1.636.686,38 62.949,50
Lampiran 8. Nilai Investasi Peralatan Industri Alas Kaki dari Kulit UD. Sempurna
No Jenis Investasi Umur Ekonomis
(Tahun)
Jumlah
(Buah)
Harga (Rp) Sub Total
(Rp)
Biaya Penyusutan
/ Tahun (Rp)
Biaya Penyusutan /
Bulan (Rp)
Biaya Penyusutan
/ Produksi (Rp)
1 Mesin Press 20 1 10.000.000 10.000.000 5.000.000 41.666,67 1.602,56
2 Mesin Seset 15 1 6.000.000 6.000.000 400.000 33.333,33 1.282,05
3 Gerinda 10 2 2.000.000 4.000.000 400.000 33.333,33 1.282,05
4 Mesin Jahit 15 6 4.000.000 24.000.000 1.600.000 133.333,33 5.128,21
5 Acuan 5 700 120.000 84.000.000 16.800.000 140.000,00 53.846,20
6 Palu 5 11 50.000 550.000 110.000 9.166,67 352,56
7 Gunting 2 13 35.000 455.000 227.500 18.958,30 729,17
8 Cutter 2 2 30.000 60.000 30.000 2.500,00 96,15
9 Meteran 5 6 10.000 60.000 12.000 1.000 38,46
10 Penggaris (30 cm) 5 4 35.000 140.000 28.000 2.333,33 89,74
11 Tanah 39 480 125.000 60.000.000 1.538.462 128.205 4.930,97
12 Pajak 1 1 200.000 200.000 200.000 16.666,67 641,03
Total 1.227 189.465.000 21.845.962 1.820.4971 70.019,10
127
Lampiran 9. Nilai Investasi Peralatan Industri Alas Kaki dari Kulit MENINK
No Jenis Investasi Umur Ekonomis
(Tahun)
Jumlah
(Buah)
Harga (Rp) Sub Total
(Rp)
Biaya Penyusutan
/ Tahun (Rp)
Biaya Penyusutan /
Bulan (Rp)
Biaya Penyusutan
/ Produksi (Rp)
1 Mesin Press 15 1 4.000.000 4.000.000 266.666,7 22.222,22 854,71
2 Mesin Seset 15 1 5.000.000 5.000.000 333.333,3 27.777,78 1.068,38
3 Mesin Jahit 10 5 3.500.000 17.500.000 1.750.000 145.833,00 5.608,97
4 Mesin Gerinda 10 3 1.500.000 4.500.000 450.000 37.500,00 1.442,31
5 Mesin Label/Embost 15 1 2.500.000 2.500.000 166.666,7 13.888,89 534,19
6 Mesin Kompresor 15 1 5.000.000 5.000.000 333.333,3 27.777,78 1.068,38
7 Mesin Amplas 15 3 1.500.000 4.500.000 300.000 25.000,00 961,54
8 Acuan 5 500 120.000 60.000.000 12.000.000 1.000.000 38.461,50
9 Palu 5 16 50.000 500.000 100.000 83.333,33 320,51
10 Gunting 2 12 35.000 420.000 210.000 17.500,00 673,07
11 Cutter 2 2 30.000 60.000 30.000 2.500,00 96.15
12 Meteran 5 2 10.000 20.000 4.000 333,33 12,82
13 Penggaris (30 cm) 5 9 35.000 315.000 63.000 5.250,00 201,92
14 Tanah 25 100 125.000 12.500.000 500.000 41.666,67 1.602,56
15 Pajak 1 1 350.000 350.000 350.000 29.166,67 1.121,79
Total 651 117.165.000 16.857.000 1.404.750 54.028,85
Lampiran 10. Nilai Investasi Peralatan Industri Alas Kaki dari Kulit KARTIKA EXCLUSSIVE
No Jenis Investasi Umur Ekonomis
(Tahun)
Jumlah
(Buah)
Harga (Rp) Sub Total
(Rp)
Biaya Penyusutan
/ Tahun (Rp)
Biaya Penyusutan /
Bulan (Rp)
Biaya Penyusutan
/ Produksi (Rp)
1 Mesin Press 20 1 7.000.000 7.000.000 350.000,00 29.166,67 1.121,79
2 Mesin Seset 15 2 5.000.000 10.000.000 666.666,67 55.555,56 2.136,75
3 Mesin Gerinda 10 2 750.000 1.500.000 150.000,00 12.500,00 480,77
4 Mesin Jahit 15 3 1.500.000 4.500.000 300.000,00 25.000,00 961,54
5 Mesin Label/Emboss 10 1 2.500.000 2.500.000 250.000,00 20.833,33 801,28
128
No Jenis Investasi Umur Ekonomis
(Tahun)
Jumlah
(Buah)
Harga (Rp) Sub Total
(Rp)
Biaya Penyusutan
/ Tahun (Rp)
Biaya Penyusutan /
Bulan (Rp)
Biaya Penyusutan
/ Produksi (Rp)
6 Acuan 5 250 120.000 30.000.000 6.000.000,00 500.000,00 19.230,77
7 Palu 5 7 50.000 350.000 70.000,00 5.833,33 224,36
8 Gunting 2 10 35.000 350.000 175.000,00 14.583,33 560,89
9 Cutter 2 1 30.000 30.000 15.000,00 1.250,00 48,08
10 Meteran 5 1 10.000 10.000 2.000,00 166,67 6,41
11 Penggaris (30 cm) 5 7 35.000 245.000 49.000,00 4083,33 157,05
12 Tanah 39 150 0 0 0 0 0
13 Pajak 1 1 150.000 150.000 150.000 12.500,00 480,77
Total 463 56.635.000 8.177.667 681.472,20 26.210,47
Lampiran 11. Nilai Investasi Peralatan Industri Alas Kaki dari Kulit PS. IRENG
No Jenis Investasi Umur Ekonomis
(Tahun)
Jumlah
(Buah)
Harga (Rp) Sub Total
(Rp)
Biaya Penyusutan
/ Tahun (Rp)
Biaya Penyusutan /
Bulan (Rp)
Biaya Penyusutan
/ Produksi (Rp)
1 Mesin Press 20 1 5.000.000 5.000.000 500.000 41.666,67 1.602,56
2 Mesin Seset 18 2(1*) 17.780.000 35.560.000 1.975.555 164.630,00 6.331,91
3 Mesin Gerinda 25 3 1.250.000 4.500.000 150.000 12.500,00 480,77
4 Mesin Jahit 25 3(1*) 12.500.000 37.725.000 1.509.000 125.750,00 4.836,54
5 Mesin Label (Sablon) 3 6 75.000 450.000 150.000 12.500,00 480,77
6 Acuan 5 250 120.000 30.000.000 6.000.000 500.000 19.230,8
7 Palu 5 5 50.000 250.000 50.000 4.166,67 160,26
8 Gunting 2 6 35.000 210.000 105.000 8.750,00 336,54
9 Cutter 2 1 30.000 30.000 15.000 1.250,00 48,08
10 Meteran 5 1 10.000 10.000 2.000 166,67 6,41
11 Penggaris (30 cm) 5 7 35.000 175.000 35.000 2.916,67 112,18
12 Tanah 24 40 130.000 5.200.000 216.666,67 18.055,56 694,44
13 Pajak 1 1 100.000 100.000 100.000 8.333,33 320,51
Total 324 118.460.000 10.558.222 879.852 33.480,50
Ket : (*) Bantuan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Magetan
129
Lampiran 12. Nilai Investasi Peralatan Industri Alas Kaki dari Kulit SOLDATE
No Jenis Investasi Umur Ekonomis
(Tahun)
Jumlah
(Buah)
Harga (Rp) Sub Total
(Rp)
Biaya Penyusutan
/ Tahun (Rp)
Biaya Penyusutan /
Bulan (Rp)
Biaya Penyusutan
/ Produksi (Rp)
1 Mesin Press 5 1 400.000 400.000 80.000 6.666,67 256,41
2 Mesin Gerinda 20 1 2.500.000 2.500.000 125.000 10.416,67 400,64
3 Mesin Label/Embost 5 1 350.000 350.000 70.000 5.833,33 224,36
4 Mesin Jahit 10 1 2.500.000 2.500.000 250.000 20.833,33 801,28
5 Acuan 5 200 120.000 24.000.000 4.800.000 400.000,00 15.384,60
6 Palu 5 3 50.000 150.000 30.000 2.500 96,15
7 Gunting 2 4 35.000 140.000 70.000 5.833,33 224,36
8 Cutter 2 1 30.000 30.000 15.000 1.250,00 48,07
9 Meteran 5 1 10.000 10.000 2.000 166,67 6,41
10 Penggaris (30 cm) 5 2 35.000 70.000 14.000 1.167,67 44,87
11 Tanah 6 72 0 0 0 0 0
12 Pajak 1 1 268.000 268.000 268.000 22.333,33 858,97
Total 228 30.418.000 5.724.000 477.000 18.346,20
Lampiran 13. Nilai Investasi Peralatan Industri Alas Kaki dari Kulit HIDAYAH
No Jenis Investasi Umur Ekonomis
(Tahun)
Jumlah
(Buah)
Harga (Rp) Sub Total
(Rp)
Biaya Penyusutan
/ Tahun (Rp)
Biaya Penyusutan /
Bulan (Rp)
Biaya Penyusutan
/ Produksi (Rp)
1 Mesin Jahit 5 1 2.500.000 2.500.000 500.000 41.666,67 1.602,56
2 Acuan 5 100 120.000 12.000.000 2.400.000 200.000 7.692,31
3 Palu 5 1 50.000 50.000 10.000 833,33 32,05
4 Gunting 2 1 35.000 35.000 17.500 1.458,33 56,09
5 Cutter 2 1 30.000 30.000 15.000 1.250,00 48,08
6 Meteran 5 1 10.000 10.000 2.000 166,67 6,41
7 Penggaris 5 1 35.000 35.000 7.000 583,33 22,44
8 Tanah 3 10 150.000 1.500.000 500.000 41.667,67 1.602,56
9 Pajak 1 1 100.000 100.000 100.000 8.33,33 320,51
Total 117 16.260.000 3.301.500 275.125,00 10.581,70
130
Lampiran 14. Nilai Investasi Peralatan Industri Alas Kaki dari Kulit RIF’AT
No Jenis Investasi Umur Ekonomis
(Tahun)
Jumlah
(Buah)
Harga (Rp) Sub Total
(Rp)
Biaya Penyusutan
/ Tahun (Rp)
Biaya Penyusutan /
Bulan (Rp)
Biaya Penyusutan
/ Produksi (Rp)
1 Mesin Press 20 1* 5.000.000 5.000.000 250.000 20.833,33 801,28
2 Mesin seset 20 1* 6.000.000 6.000.000 300.000 25.000,00 961,54
3 Mesin Jahit 10 2(1*) 3.000.000 6.000.000 300.000 50.000,00 1.923,07
4 Mesin Label/Embost 20 1* 2.000.000 2.000.000 100.000 8.333,33 320,51
5 Acuan 5 250 120.000 30.000.000 6.000.000 500.000,00 19.230,08
6 Palu 5 2 50.000 100.000 20.000 1.666,67 64,10
7 Gunting 2 2 35.000 70.000 35.000 2.916,67 112,18
8 Cutter 2 1 30.000 30.000 15.000 1.250,00 48,07
9 Meteran 5 1 10.000 10.000 2.000 166,67 6,41
10 Penggaris 5 1 35.000 35.000 7.000 583,33 22,44
11 Tanah 9 108 130.000 14.040.000 1.560.000 130.000,00 5.000,00
12 Pajak 1 1 65.000 65.000 65.000 5.416,67 208,33
Total 371 63.350.000 8.954.000 746.167,00 28.698,70
Ket: *Bantuan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Lampiran 15. Nilai Investasi Peralatan Industri Alas Kaki dari Kulit NESHA
No Jenis Investasi Umur Ekonomis
(Tahun)
Jumlah
(Buah)
Harga (Rp) Sub Total
(Rp)
Biaya Penyusutan /
Tahun (Rp)
Biaya Penyusutan /
Bulan (Rp)
Biaya Penyusutan /
Produksi (Rp)
1 Mesin seset 15 1 3.500.000 3.500.000 233.333 19.444,44 747,86
2 Mesin Jahit 10 1 3.000.000 3.000.000 300.000 25.000,00 961,54
3 Acuan 5 100 120.000 12.000.000 2.400.000 200.000,00 7.692,31
4 Palu 5 1 50.000 50.000 10.000 833,33 32,05
5 Gunting 2 1 35.000 35.000 17.500 1.458,33 56,09
6 Cutter 2 1 30.000 30.000 15.000 1.250,00 48,08
7 Meteran 5 1 10.000 10.000 2.000 166,67 6,41
8 Penggaris 5 1 35.000 35.000 7.000 583,33 22,43
9 Tanah 11 56 0 0 0 0 0
10 Pajak 1 1 100.000 100.000 100.000 8.333,33 320,51
Total 164 18.760.000 3.083.833 257.069,00 9.887,29
131
Lampiran 16. Biaya Penyusutan Peralatan Industri Alas Kaki dari Kulit
No Nama Industri Nilai Investasi
(Rp)
Nilai Penyusutan/ Tahun
(Rp)
Nilai Penyusutan/ Bulan
(Rp)
Nilai Penyusutan/ Produksi (Rp)
1. UD. Praktis 271.910.000 33.650.333 2.804.194,44 107.853,63
2. FIGHA 176.190.000 19.640.237 1.636.686,38 62.949,50
3. UD. Sempurna 189.465.000 21.845.962 1.820.4971 70.019,10
4. Menink 117.165.000 16.857.000 1.404.750 54.028,85
5. Kartika Exclusive 56.635.000 8.177.667 681.472,20 26.210,47
6. PS. Ireng 118.460.000 10.558.222 879.852 33.480,50
7. Soldate 30.418.000 5.724.000 477.000 18.346,20
8. Hidayah 16.260.000 3.301.500 275.125,00 10.581,70
9. Rif’at 63.350.000 8.954.000 746.167,00 28.698,70
10. Nesha 18.760.000 3.083.833 257.069,00 9.887,29
Jumlah 1.058.613.000 131.792.754 27.367.287,02 422.055,94
Rata-rata 105.861.300 13.179.275 2.736.728,90 42.205,59
Lampiran 17. Biaya Bahan Baku
No Nama Industri Harga Kulit
(Rp/Feet)
Sepatu Wanita Sepatu Laki-Laki Sandal Wanita Sandal Laki-Laki
Jumlah Harga
(Rp/Pasang)
Jumlah Harga
(Rp/Pasang)
Jumlah Harga
(Rp/Pasang
Jumlah Harga
(Rp/Pasang
1 UD. Praktis 20.000 2 40.000 2,5 50.000 1,5 30.000 1,75 35.000
2 Figha Shoes 15.000 2 30.000 2,5 37.500 1,5 22.500 1,75 26.250
3 UD. Sempurna 20.000 2 40.000 2,5 50.000 1,5 37.500 1,75 43.750
4 Menink 14.000 2 28.000 2,5 35.420 1,5 21.000 1,75 24.500
5 Kartika Exclusive 15.000 2 30.000 2,5 37.500 1,5 22.500 1,75 26.250
6 PS. Ireng 15.000 2 30.000 2,5 37.500 1,5 22.500 1,75 26.250
7 Soldate 18.000 2 36.000 2,5 45.000 1,5 27.000 1,75 31.500
8 Hidayah 13.500 2 27.000 2,5 33.750 1,5 20.250 1,75 23.625
9 Rif’at 16.000 2 32.000 2,5 40.000 1,5 24.000 1,75 28.000
10 Nesha 13.000 2 26.000 2,5 32.500 1,5 19.500 1,75 22.750
132
Lampiran 18. Biaya Tenaga Kerja Industri Alas Kaki dari Kulit
No Nama Industri Tenaga Kerja Total (Rp)
Produksi Finishing Toko
Jumlah
(Orang)
Upah/Produksi
(Rp)
Sub Total
(Rp)
Jumlah
(Orang)
Upah/Produksi
(Rp)
Sub Total
(Rp)
Jumlah
(Orang)
Upah/Produksi
(Rp)
Sub Total
(Rp)
1 UD. Praktis 18 260.884,62 853.269,20 2 50.000 50.000 19 80.666,67 586.666,67 1.539.936,89
2 FIGHA Shoes 17 69.230,77 1.176.923,07 3 69.230,77 207.692,31 5 60.000,00 300.000,00 1.684.615,38
3 UD. Sempurna 9 173.076,92 519.230,77 3 38.461,54 38.461,54 2 50.000,00 100.000,00 734.615,00
4 Menink 10(1*) 110.192,30 290.192,31 1(*) 38.461,54 38.461,54 1(*) 33.333,33 33.333,33 361.987,18
5 Kartika Exclusive 8(1*) 150.192,31 375.192,31 1(*) 38.461,54 38.461,54 1(*) 33.333,33 33.333,33 446.987,18
6 PS. IRENG 6(1*) 159.192,30 298.192,30 1(*) 38.461,54 38.461,54 1(*) 33.333,33 33.333,33 369.987,18
7 SOLDATE 3 307.692,31 307.692,31 1 50.000,00 50.000,00 0 0 0 357.692,31
8 HIDAYAH 3(1*) 197.692,31 197.692,31 1(*) 50.000,00 50.000,00 1(*) 24.000,00 24.000,00 271.692,31
9 RIF’AT 3(1*) 320.192,31 320.192,31 1(*) 38.461,00 38.461,54 1(*) 24.000,00 24.000,00 382.654,00
10 NESHA 3(1*) 357.692,31 357.692,31 1(*) 38.461,54 38.461,54 1(*) 24.000,00 24.000,00 300.000,00
TOTAL 47 2.106.038,46 4.696.269,20 9 449.999,47 588.461,55 26 362.666,67 1.158.666,66 6.450,167,43
RATA-RATA 11,75 210.603,85 469.626,92 2,25 44.999,95 58.846,16 6,50 36.266,66 115.866,66 645.016,74
Ket: (*) Tenaga Kerja dari Dalam Keluarga
133
Lampiran 19. Biaya Lain-lain Industri Alas Kaki dari Kulit UD. Praktis
No Jenis Bahan Satuan Harga
Sepatu Laki-Laki Sepatu Wanita Sandal Laki-Laki Sandal Wanita
Jumlah/
Pasang Biaya
Jumlah/
Pasang Biaya
Jumlah/
Pasang Biaya
Jumlah/
Pasang Biaya
1 Sol Pasang 15.000 1 15.000,00 1 15.000,00 1 15.000,00 1 15.000,00
2 Lining Meter 60.000 0,13 7.800,00 0,13 7.800,00 - 0 - 0
3 Insole Pasang 12.000 1 12.000,00 1 12.000,00 1 10.000,00 1 10.000,00
4 Lem Kuning Botol 15.000 0,1 1.500,00 0,1 1.500,00 0,1 1.500,00 0,1 1.500,00
5 Lem Primer L 25.000 0,1 2.500,00 0,1 2.500,00 0,1 2.500,00 0,1 2.500,00
6 Lem Latex Botol 10.000 0,1 1.000,00 0,1 1.000,00 0,1 1.000,00 0,1 1.000,00
7 Paku Kg 20.000 0,05 1.000,00 0,05 1.000,00 0,05 1.000,00 0,05 1.000,00
8 Kain Keras Meter 25.000 0,05 1.250,00 0,05 1.250,00 - 0 - 0
9 Spon 2mm Lembar 25.000 0,03 750,00 0,03 750,00 0,03 750,00 0,03 750,00
10 Spon 3mm Lembar 25.000 - 0 - 0 0,03 750,00 0,03 750,00
11 Thinner L 24.000 0,02 480,00 0,02 480,00 0,02 480,00 0,02 480,00
12 Minyak
(Primer) L 37.000 0,02 740,00 0,02 740,00 0,02 740,00 0,02 740,00
13 Cat/Gotan L 35.000 0,05 1.750,00 0,05 1.750,00 0,05 1.750,00 0,02 1.750,00
14 Benang Roll 7.000 0,02 140,00 0,02 140,00 0,02 140,00 0,02 140,00
15 Tamsin Pasang 2.000 1 2.000,00 1 2.000,00 - 0 - 0
16 Listrik Tahun 1.900.000 175,83 175,83 175,83 175,83
17 Variasi Pasang 5.000 - 0 1 5.000,00 1 5.000,00 1 5.000,00
TOTAL 46.285,83 55.585,83 40.785,83 40.785,83
134
Lampiran 20. Biaya Lain-lain Industri Alas Kaki dari Kulit FIGHA Shoes
No Jenis Bahan Satuan Harga
Sepatu Laki-Laki Sepatu Wanita Sandal Laki-Laki Sandal Wanita
Jumlah/
Pasang Biaya
Jumlah/
Pasang Biaya
Jumlah/
Pasang Biaya
Jumlah/
Pasang Biaya
1 Sol Pasang 15.000 1 15.000,00 1 15.000,00 1 15.000,00 1 15.000,00
2 Lining Meter 60.000 0,13 7.800,00 0,13 7.800,00 - 0 - 0
3 Insole Pasang 12.000 1 12.000,00 1 12.000,00 1 10.000,00 1 10.000,00
4 Lem Kuning Botol 15.000 0,1 1.500,00 0,1 1.500,00 0,1 1.500,00 0,1 1.500,00
5 Lem Primer L 25.000 0,1 2.500,00 0,1 2.500,00 0,1 2.500,00 0,1 2.500,00
6 Lem Latex Botol 10.000 0,1 1.000,00 0,1 1.000,00 0,1 1.000,00 0,1 1.000,00
7 Paku Kg 20.000 0,05 1.000,00 0,05 1.000,00 0,05 1.000,00 0,05 1.000,00
8 Kain Keras Meter 25.000 0,05 1.250,00 0,05 1.250,00 - 0 - 0
9 Spon 2mm Lembar 25.000 0,03 750,00 0,03 750,00 0,03 750,00 0,03 750,00
10 Spon 3mm Lembar 25.000 - 0 - 0 0,03 750,00 0,03 750,00
11 Thinner L 24.000 0,02 480,00 0,02 480,00 0,02 480,00 0,02 480,00
12 Minyak
(Primer) L 37.000 0,02 740,00 0,02 740,00 0,02 740,00 0,02 740,00
13 Cat/Gotan L 35.000 0,05 1.750,00 0,05 1.750,00 0,05 1.750,00 0,02 1.750,00
14 Benang Roll 7.000 0,02 140,00 0,02 140,00 0,02 140,00 0,02 140,00
15 Tamsin Pasang 2.000 1 2.000,00 1 2.000,00 - 0 - 0
16 Listrik Tahun 2.000.000 128,21 128,21 128,21 128,21
17 Variasi Pasang 5.000 - 0 1 5.000,00 1 5.000,00 1 5.000,00
TOTAL 48.038,21 51.038,21 40.738,21 40.738,21
135
Lampiran 21. Biaya Lain-lain Industri Alas Kaki dari Kulit UD. Sempurna
No Jenis Bahan Satuan Harga
Sepatu Laki-Laki Sepatu Wanita Sandal Laki-Laki Sandal Wanita
Jumlah/
Pasang Biaya
Jumlah/
Pasang Biaya
Jumlah/
Pasang Biaya
Jumlah/
Pasang Biaya
1 Sol Pasang 15.000 1 15.000,00 1 15.000,00 1 15.000,00 1 15.000,00
2 Lining Meter 60.000 0,13 7.800,00 0,13 7.800,00 - 0 - 0
3 Insole Pasang 12.000 1 12.000,00 1 12.000,00 1 10.000,00 1 10.000,00
4 Lem Kuning Botol 15.000 0,1 1.500,00 0,1 1.500,00 0,1 1.500,00 0,1 1.500,00
5 Lem Primer L 25.000 0,1 2.500,00 0,1 2.500,00 0,1 2.500,00 0,1 2.500,00
6 Lem Latex Botol 10.000 0,1 1.000,00 0,1 1.000,00 0,1 1.000,00 0,1 1.000,00
7 Paku Kg 20.000 0,05 1.000,00 0,05 1.000,00 0,05 1.000,00 0,05 1.000,00
8 Kain Keras Meter 25.000 0,05 1.250,00 0,05 1.250,00 - 0 - 0
9 Spon 2mm Lembar 25.000 0,05 1.250,00 0,05 1.250,00 0,05 1.250,00 0,05 1.250,00
10 Spon 3mm Lembar 25.000 - 0 - 0 0,05 1.250,00 0,05 1.250,00
11 Thinner L 24.000 0,02 480,00 0,02 480,00 0,02 480,00 0,02 480,00
12 Minyak
(Primer) L 37.000 0,02 740,00 0,02 740,00 0,02 740,00 0,02 740,00
13 Cat/Gotan L 35.000 0,05 1.750,00 0,05 1.750,00 0,05 1.750,00 0,02 1.750,00
14 Benang Roll 8.000 0,02 160,00 0,02 160,00 0,02 160,00 0,02 160,00
15 Tamsin Pasang 2.000 1 2.000,00 1 2.000,00 - 0 - 0
16 Listrik Bulan 350.000 336,54 336,54 336,54 336,54
17 Variasi Pasang 5.000 - 0 1 5.000,00 1 5.000,00 1 5.000,00
TOTAL 47.930,54 58.266,54 41.767,54 41.767,54
136
Lampiran 22. Biaya Lain-lain Industri Alas Kaki dari Kulit MENINK
No Jenis Bahan Satuan Harga
Sepatu Laki-Laki Sepatu Wanita Sandal Laki-Laki Sandal Wanita
Jumlah/
Pasang Biaya
Jumlah/
Pasang Biaya
Jumlah/
Pasang Biaya
Jumlah/
Pasang Biaya
1 Sol Pasang 20.000 1 20.000,00 1 20.000,00 1 20.000,00 1 20.000,00
2 Lining Meter 60.000 0,13 7.800,00 0,13 7.800,00 - 0 - 0
3 Insole Pasang 12.000 1 12.000,00 1 12.000,00 1 10.000,00 1 10.000,00
4 Lem Kuning Botol 15.000 0,1 1.500,00 0,1 1.500,00 0,1 1.500,00 0,1 1.500,00
5 Lem Primer L 25.000 0,1 2.500,00 0,1 2.500,00 0,1 2.500,00 0,1 2.500,00
6 Lem Latex Botol 10.000 0,1 1.000,00 0,1 1.000,00 0,1 1.000,00 0,1 1.000,00
7 Paku Kg 20.000 0,05 1.000,00 0,05 1.000,00 0,05 1.000,00 0,05 1.000,00
8 Kain Keras Meter 25.000 0,05 1.250,00 0,05 1.250,00 - 0 - 0
9 Spon 2mm Lembar 25.000 0,03 750,00 0,03 750,00 0,03 750,00 0,03 750,00
10 Spon 3mm Lembar 25.000 - 0 - 0 0,03 750,00 0,03 750,00
11 Thinner L 24.000 0,02 480,00 0,02 480,00 0,02 480,00 0,02 480,00
12 Minyak
(Primer) L 37.000 0,02 740,00 0,02 740,00 0,02 740,00 0,02 740,00
13 Cat/Gotan L 35.000 0,05 1.750,00 0,05 1.750,00 0,05 1.750,00 0,02 1.750,00
14 Benang Roll 7.000 0,02 140,00 0,02 140,00 0,02 140,00 0,02 140,00
15 Tamsin Pasang 2.000 1 2.000,00 1 2.000,00 - 0 - 0
16 Listrik Bulan 500.000 1.282,05 1.282,05 1.282,05 1.282,05
17 Variasi Pasang 5.000 - 0 1 5.000,00 1 5.000,00 1 5.000,00
TOTAL 54.192,05 59.192,05 46.892,05 46.892,05
137
Lampiran 23. Biaya Lain-lain Industri Alas Kaki dari Kulit Kartika Exclusive
No Jenis Bahan Satuan Harga
Sepatu Laki-Laki Sepatu Wanita Sandal Laki-Laki Sandal Wanita
Jumlah/
Pasang Biaya
Jumlah/
Pasang Biaya
Jumlah/
Pasang Biaya
Jumlah/
Pasang Biaya
1 Sol Pasang 15.000 1 15.000,00 1 15.000,00 1 15.000,00 1 15.000,00
2 Lining Meter 60.000 0,13 7.800,00 0,13 7.800,00 - 0 - 0
3 Insole Pasang 12.000 1 12.000,00 1 12.000,00 1 10.000,00 1 10.000,00
4 Lem Kuning Botol 15.000 0,1 1.500,00 0,1 1.500,00 0,1 1.500,00 0,1 1.500,00
5 Lem Primer L 25.000 0,1 2.500,00 0,1 2.500,00 0,1 2.500,00 0,1 2.500,00
6 Lem Latex Botol 10.000 0,1 1.000,00 0,1 1.000,00 0,1 1.000,00 0,1 1.000,00
7 Paku Kg 20.000 0,05 1.000,00 0,05 1.000,00 0,05 1.000,00 0,05 1.000,00
8 Kain Keras Meter 30.000 0,05 1.500,00 0,05 1.500,00 - 0 - 0
9 Spon 2mm Lembar 25.000 0,03 750,00 0,03 750,00 0,03 750,00 0,03 750,00
10 Spon 3mm Lembar 25.000 - 0 - 0 0,03 750,00 0,03 750,00
11 Thinner L 24.000 0,02 480,00 0,02 480,00 0,02 480,00 0,02 480,00
12 Minyak
(Primer) L 37.000 0,02 740,00 0,02 740,00 0,02 740,00 0,02 740,00
13 Cat/Gotan L 35.000 0,05 1.750,00 0,05 1.750,00 0,05 1.750,00 0,02 1.750,00
14 Benang Roll 8.000 0,02 160,00 0,02 160,00 0,02 160,00 0,02 160,00
15 Tamsin Pasang 2.000 1 2.000,00 1 2.000,00 - 0 - 0
16 Listrik Bulan 200.000 384,61 384,61 384,61 384,61
17 Variasi Pasang 5.000 - 0 1 5.000,00 1 5.000,00 1 5.000,00
TOTAL 48.565,61 51.565,61 41.015,61 41.015,61
138
Lampiran 24. Biaya Lain-lain Industri Alas Kaki dari Kulit PS.IRENG
No Jenis Bahan Satuan Harga
Sepatu Laki-Laki Sepatu Wanita Sandal Laki-Laki Sandal Wanita
Jumlah/
Pasang Biaya
Jumlah/
Pasang Biaya
Jumlah/
Pasang Biaya
Jumlah/
Pasang Biaya
1 Sol Pasang 13.000 1 13.000,00 1 13.000,00 1 13.000,00 1 13.000,00
2 Lining Meter 60.000 0,13 7.800,00 0,13 7.800,00 - 0 - 0
3 Insole Pasang 12.000 1 12.000,00 1 12.000,00 1 10.000,00 1 10.000,00
4 Lem Kuning Botol 15.000 0,1 1.500,00 0,1 1.500,00 0,1 1.500,00 0,1 1.500,00
5 Lem Primer L 25.000 0,1 2.500,00 0,1 2.500,00 0,1 2.500,00 0,1 2.500,00
6 Lem Latex Botol 10.000 0,1 1.000,00 0,1 1.000,00 0,1 1.000,00 0,1 1.000,00
7 Paku Kg 20.000 0,05 1.000,00 0,05 1.000,00 0,05 1.000,00 0,05 1.000,00
8 Kain Keras Meter 30.000 0,05 1.500,00 0,05 1.500,00 - 0 - 0
9 Spon 2mm Lembar 20.000 0,03 600,00 0,03 600,00 0,03 600,00 0,03 600,00
10 Spon 3mm Lembar 20.000 - 0 - 0 0,03 600,00 0,03 600,00
11 Thinner L 24.000 0,02 480,00 0,02 480,00 0,02 480,00 0,02 480,00
12 Minyak
(Primer) L 37.000 0,02 740,00 0,02 740,00 0,02 740,00 0,02 740,00
13 Cat/Gotan L 35.000 0,05 1.750,00 0,05 1.750,00 0,05 1.750,00 0,02 1.750,00
14 Benang Roll 8.000 0,02 160,00 0,02 160,00 0,02 160,00 0,02 160,00
15 Tamsin Pasang 2.000 1 2.000,00 1 2.000,00 - 0 - 0
16 Listrik Bulan 350.000 897,44 897,44 897,44 897,44
17 Variasi Pasang 5.000 - 0 1 5.000,00 1 5.000,00 1 5.000,00
TOTAL 46.927,44 49.927,27 40.227,27 40.227,27
139
Lampiran 25. Biaya Lain-lain Industri Alas Kaki dari Kulit SOLDATE
No Jenis Bahan Satuan Harga
Sepatu Laki-Laki Sepatu Wanita Sandal Laki-Laki Sandal Wanita
Jumlah/
Pasang Biaya
Jumlah/
Pasang Biaya
Jumlah/
Pasang Biaya
Jumlah/
Pasang Biaya
1 Sol Pasang 15.000 1 15.000,00 1 15.000,00 1 15.000,00 1 15.000,00
2 Lining Meter 60.000 0,13 7.800,00 0,13 7.800,00 - 0 - 0
3 Insole Pasang 12.000 1 12.000,00 1 12.000,00 1 10.000,00 1 10.000,00
4 Lem Kuning Botol 15.000 0,1 1.500,00 0,1 1.500,00 0,1 1.500,00 0,1 1.500,00
5 Lem Primer L 25.000 0,1 2.500,00 0,1 2.500,00 0,1 2.500,00 0,1 2.500,00
6 Lem Latex Botol 10.000 0,1 1.000,00 0,1 1.000,00 0,1 1.000,00 0,1 1.000,00
7 Paku Kg 20.000 0,05 1.000,00 0,05 1.000,00 0,05 1.000,00 0,05 1.000,00
8 Kain Keras Meter 18.000 0,05 900,00 0,05 900,00 - 0 - 0
9 Spon 2mm Lembar 15.000 0,03 450,00 0,03 450,00 0,03 450,00 0,03 450,00
10 Spon 3mm Lembar 15.000 - 0 - 0 0,03 450,00 0,03 450,00
11 Thinner L 24.000 0,02 480,00 0,02 480,00 0,02 480,00 0,02 480,00
12 Minyak
(Primer) L 37.000 0,02 740,00 0,02 740,00 0,02 740,00 0,02 740,00
13 Cat/Gotan L 35.000 0,05 1.750,00 0,05 1.750,00 0,05 1.750,00 0,02 1.750,00
14 Benang Roll 7.000 0,02 140,00 0,02 140,00 0,02 140,00 0,02 140,00
15 Tamsin Pasang 2.000 1 2.000,00 1 2.000,00 - 0 - 0
16 Listrik Bulan 60.000 230,77 230,77 230,77 230,77
17 Variasi Pasang 5.000 - 0 1 5.000,00 1 5.000,00 1 5.000,00
TOTAL 47.491,77 52.591,77 40.241,77 40.271,77
140
Lampiran 26. Biaya Lain-lain Industri Alas Kaki dari Kulit HIDAYAH
No Jenis Bahan Satuan Harga
Sepatu Laki-Laki Sepatu Wanita Sandal Laki-Laki Sandal Wanita
Jumlah/
Pasang Biaya
Jumlah/
Pasang Biaya
Jumlah/
Pasang Biaya
Jumlah/
Pasang Biaya
1 Sol Pasang 13.000 1 13.000,00 1 13.000,00 1 13.000,00 1 13.000,00
2 Lining Meter 60.000 0,13 7.800,00 0,13 7.800,00 - 0 - 0
3 Insole Pasang 12.000 1 12.000,00 1 12.000,00 1 10.000,00 1 10.000,00
4 Lem Kuning Botol 15.000 0,1 1.500,00 0,1 1.500,00 0,1 1.500,00 0,1 1.500,00
5 Lem Primer L 25.000 0,1 2.500,00 0,1 2.500,00 0,1 2.500,00 0,1 2.500,00
6 Lem Latex Botol 10.000 0,1 1.000,00 0,1 1.000,00 0,1 1.000,00 0,1 1.000,00
7 Paku Kg 20.000 0,05 1.000,00 0,05 1.000,00 0,05 1.000,00 0,05 1.000,00
8 Kain Keras Meter 12.000 0,05 600,00 0,05 600,00 - 0 - 0
9 Spon 2mm Lembar 15.000 0,03 450,00 0,03 450,00 0,03 450,00 0,03 450,00
10 Spon 3mm Lembar 15.000 - 0 - 0 0,03 450,00 0,03 450,00
11 Thinner L 24.000 0,02 480,00 0,02 480,00 0,02 480,00 0,02 480,00
12 Minyak
(Primer) L 37.000 0,02 740,00 0,02 740,00 0,02 740,00 0,02 740,00
13 Cat/Gotan L 35.000 0,05 1.750,00 0,05 1.750,00 0,05 1.750,00 0,02 1.750,00
14 Benang Roll 7.000 0,02 140,00 0,02 140,00 0,02 140,00 0,02 140,00
15 Tamsin Pasang 2.000 1 2.000,00 1 2.000,00 - 0 - 0
16 Listrik Bulan 50.000 192,31 192,31 192,31 192,31
17 Variasi Pasang 5.000 - 0 1 5.000,00 1 5.000,00 1 5.000,00
TOTAL 45.152,31 50.302,31 33.202,31 33.202,31
141
Lampiran 27. Biaya Lain-lain Industri Alas Kaki dari Kulit RIF’AT
No Jenis Bahan Satuan Harga
Sepatu Laki-Laki Sepatu Wanita Sandal Laki-Laki Sandal Wanita
Jumlah/
Pasang Biaya
Jumlah/
Pasang Biaya
Jumlah/
Pasang Biaya
Jumlah/
Pasang Biaya
1 Sol Pasang 16.000 1 16.000,00 1 14.000,00 1 13.000,00 1 12.500,00
2 Lining Meter 60.000 0,13 7.800,00 0,13 7.800,00 - 0 - 0
3 Insole Pasang 12.000 1 12.000,00 1 12.000,00 1 10.000,00 1 10.000,00
4 Lem Kuning Botol 15.000 0,1 1.500,00 0,1 1.500,00 0,1 1.500,00 0,1 1.500,00
5 Lem Primer L 25.000 0,1 2.500,00 0,1 2.500,00 0,1 2.500,00 0,1 2.500,00
6 Lem Latex Botol 10.000 0,1 1.000,00 0,1 1.000,00 0,1 1.000,00 0,1 1.000,00
7 Paku Kg 20.000 0,05 1.000,00 0,05 1.000,00 0,05 1.000,00 0,05 1.000,00
8 Kain Keras Meter 18.000 0,05 900,00 0,05 900,00 - 0 - 0
9 Spon 2mm Lembar 15.000 0,03 450,00 0,03 450,00 0,03 450,00 0,03 450,00
10 Spon 3mm Lembar 15.000 - 0 - 0 0,03 450,00 0,03 450,00
11 Thinner L 24.000 0,02 480,00 0,02 480,00 0,02 480,00 0,02 480,00
12 Minyak
(Primer) L 37.000 0,02 740,00 0,02 740,00 0,02 740,00 0,02 740,00
13 Cat/Gotan L 35.000 0,05 1.750,00 0,05 1.750,00 0,05 1.750,00 0,02 1.750,00
14 Benang Roll 8.000 0,02 160,00 0,02 160,00 0,02 160,00 0,02 160,00
15 Tamsin Pasang 2.000 1 2.000,00 1 2.000,00 - 0 - 0
16 Listrik Bulan 200.000 370,37 370,37 370,37 370,37
17 Variasi Pasang 5.000 - 0 1 5.000,00 1 5.000,00 1 5.000,00
TOTAL 45.850,37 46.450,37 38.550,37 38.050,37
142
Lampiran 28. Biaya Lain-lain Industri Alas Kaki dari Kulit NESHA
No Jenis Bahan Satuan Harga
Sepatu Laki-Laki Sepatu Wanita Sandal Laki-Laki Sandal Wanita
Jumlah/
Pasang Biaya
Jumlah/
Pasang Biaya
Jumlah/
Pasang Biaya
Jumlah/
Pasang Biaya
1 Sol Pasang 15.000 1 15.000,00 1 15.000,00 1 15.000,00 1 15.000,00
2 Lining Meter 20.000 0,125 2.500,00 0,125 2.500,00 - 0 - 0
3 Insole Pasang 12.000 1 12.000,00 1 12.000,00 1 10.000,00 1 10.000,00
4 Lem Kuning Botol 15.000 0,1 1.500,00 0,1 1.500,00 0,1 1.500,00 0,1 1.500,00
5 Lem Primer L 25.000 0,1 2.500,00 0,1 2.500,00 0,1 2.500,00 0,1 2.500,00
6 Lem Latex Botol 10.000 0,1 1.000,00 0,1 1.000,00 0,1 1.000,00 0,1 1.000,00
7 Paku Kg 20.000 0,05 1.000,00 0,05 1.000,00 0,05 1.000,00 0,05 1.000,00
8 Kain Keras Meter 23.000 0,03 690,00 0,03 690,00 - 0 - 0
9 Spon 2mm Lembar 23.000 0,03 690 0,03 690,00 0,03 690,00 0,03 690,00
10 Spon 3mm Lembar 23.000 - 0 - 0 0,03 690,00 0,03 690,00
11 Thinner L 24.000 0,02 480,00 0,02 480,00 0,02 480,00 0,02 480,00
12 Minyak
(Primer) L 37.000 0,02 740,00 0,02 740,00 0,02 740,00 0,02 740,00
13 Cat/Gotan L 35.000 0,05 1.750,00 0,05 1.750,00 0,05 1.750,00 0,02 1.750,00
14 Benang Roll 7.000 0,02 140,00 0,02 140,00 0,02 140,00 0,02 140,00
15 Tamsin Pasang 2.000 1 2.000,00 1 2.000,00 - 0 - 0
16 Listrik Bulan 100.000 384,61 384,61 384,61 384,61
17 Variasi Pasang 5.000 - 0 1 5.000,00 1 5.000,00 1 5.000,00
TOTAL 42.175,61 47.175,61 40.675,61 40.875,61
143
Lampiran 29. Biaya Variabel (TVC) Sepatu Wanita Industri Alas Kaki dari Kulit
No Nama Industri Biaya Bahan Baku
(Rp/ Produksi)
Biaya TK
(Rp/Produksi)
Biaya Lain-lain
(Rp/ Produksi)
Total
(Rp/Produksi)
1 UD. Praktis 440.000 281.814,10 611.444,13 1.333.258,23
2 FIGHA Shoes 450.000 380.192,31 765.573,15 1.595.765,46
3 UD. Sempurna 480.000 236.538,47 699.198,48 1.415.736,95
4 Menink 140.000 126.538,46 295.960,25 562.498,71
5 Kartika Exclusive 180.000 142.967,95 309.393,66 632.361,61
6 PS. IRENG 150.000 126.538,46 249.637,20 526.175,66
7 SOLDATE 108.000 94.110,58 157.475,31 395.585,89
8 HIDAYAH 81.000 70.110,58 150.906,93 302.017,51
9 RIF’AT 160.000 120.538,46 192.751,85 192.751,85
10 NESHA 78.000 113.423,08 122.026,83 313.449,91
TOTAL 2.267.000 1.692.772,50 3.554.367,80 7.514.140,24
RATA-RATA 226.700 169.277,25 355.436,78 355.436,79
Lampiran 30. Biaya Variabel (TVC) Sepatu Laki-laki Industri Alas Kaki dari Kulit
No Nama Industri Biaya Bahan Baku
(Rp/ Produksi)
Biaya TK
(Rp/Produksi)
Biaya Lain-lain
(Rp/ Produksi)
Total
(Rp/Produksi)
1 UD. Praktis 350.000 199.942,31 324.000,81 873.943,12
2 FIGHA Shoes 375.000 266.250,00 480.382,10 1.121.632,10
3 UD. Sempurna 400.000 190.000,00 383.444,32 973.444,32
4 Menink 105.000 77.589,74 162.576,15 345.165,89
5 Kartika Exclusive 150.000 93.089,74 194.262,44 437.352,18
6 PS. IRENG 112.500 77.589,74 140.782,32 330.872,06
7 SOLDATE 90.000 62.740,39 94.983,54 247.723,93
8 HIDAYAH 75.000 46.740,39 90.304,62 212.045,01
9 RIF’AT 120.000 72.923,08 137.551,11 330.474,19
10 NESHA 65.000 75.615,39 84.295,22 224.910,61
TOTAL 1.842.500 1.162.480,80 2.092.582,60 5.097.563,41
RATA-RATA 184.250 116.248,08 109.258,26 509.756,34
144
Lampiran 31. Biaya Variabel (TVC) Sandal Wanita Industri Alas Kaki dari Kulit
No Nama Industri Biaya Bahan Baku
(Rp/ Produksi)
Biaya TK
(Rp/Produksi)
Biaya Lain-lain
(Rp/ Produksi)
Total
(Rp/Produksi)
1 UD. Praktis 210.000 191.529,00 285.500,81 687.029,81
2 FIGHA Shoes 247.500 288.461,54 448.120,31 984.081,85
3 UD. Sempurna 240.000 170.384,62 292.372,78 702.757,40
4 Menink 63.000 74.584,93 140.676,15 278.261,08
5 Kartika Exclusive 90.000 90.525,64 164.062,44 344.588,08
6 PS. IRENG 67.500 74.584,93 117.682,32 259.767,25
7 SOLDATE 54.000 60.496,80 80.481,54 194.978,34
8 HIDAYAH 45.000 44.496,80 66.404,62 155.901,42
9 RIF’AT 72.000 69.918,27 115.651,11 257.569,38
10 NESHA 39.000 73.612,18 81.349,22 192.961,40
TOTAL 1.128.000 1.138.594,71 1.792.301,30 4.058.896,01
RATA-RATA 112.800 113.859,47 179.230,13 405.889,60
Lampiran 32. Biaya Variabel (TVC) Sandal Laki-Laki Industri Alas Kaki dari Kulit
No Nama Industri Biaya Bahan Baku
(Rp/ Produksi)
Biaya TK
(Rp/Produksi)
Biaya Lain-lain
(Rp/ Produksi)
Total
(Rp/Produksi)
1 UD. Praktis 105.000 70.714,70 122.357,49 298.072,19
2 FIGHA Shoes 105.000 143.076,92 162.952,84 411.029,76
3 UD. Sempurna 140.000 85.192,31 167.070,16 392.262,47
4 Menink 24.500 24.306,09 46.892,05 95.698,14
5 Kartika Exclusive 52.500 41.929,49 82.031,22 176.460,71
6 PS. IRENG 26.250 27.639,42 39.227,44 93.116,86
7 SOLDATE 31.500 30.248,40 40.340,77 101.989,17
8 HIDAYAH 26.500 22.248,40 38.352,31 86.850,71
9 RIF’AT 28.000 24.306,09 38.050,37 90.356,46
10 NESHA 22.750 36.806,09 40.874,61 100.430,70
TOTAL 561.750 506.467,91 778.049,26 1.846.267,17
RATA-RATA 56.175 50.646,79 77.804,92 184.626,71
145
Lampiran 33. Total Biaya (TC) Sepatu Wanita dan Laki-Laki Industri Alas Kaki dari Kulit
No Nama Industri
SEPATU WANITA SEPATU LAKI-LAKI
Total Biaya Tetap
(TFC) (Rp/Produksi)
Total Biaya Variabel
(TVC) (Rp/Produksi)
Total Biaya (TC)
(Rp/Produksi)
Total Biaya Tetap
(TFC) (Rp/Produksi)
Total Biaya Variabel
(TVC) (Rp/Produksi)
Total Biaya (TC)
(Rp/Produksi)
1 UD. Praktis 33.896,86 1.333.258,23 1.367.155 21.570,73 873.943,12 895.514,00
2 FIGHA Shoes 18.884,84 1.595.765,46 1.614.650 12.589,90 1.121.632,10 1.134.222,00
3 UD. Sempurna 21.005,73 1.415.736,95 1.436.743 14.003,82 973.444,32 987.448
4 Menink 18.009,62 562.498,71 580.508 10.805,77 345.165,89 355.972
5 Kartika Exclusive 7.863,14 632.361,61 640.225 5.242,09 437.352,18 442.594
6 PS. IRENG 11.258,78 526.175,66 537.434 6.755,27 330.872,06 337.627
7 SOLDATE 11.925,00 395.585,89 371.511 7.950,00 247.723,93 255.674
8 HIDAYAH 6.878,12 302.017,51 308.896 4.585,42 212.045,01 216.630
9 RIF’AT 9.566,24 192.751,85 482.857 5.739,74 330.474,19 336.214
10 NESHA 6.426,75 313.449,91 319.877 4.284,50 224.910,61 229.195
TOTAL 145.715,08 7.514.140,24 7.659.855,32 93.527,24 5.097.563,41 5.191.090,64
, RATA-RATA 14.572,51 355.436,79 765.985,53 9.352,72 509.756,34 519.109,06
Lampiran 34. Total Biaya (TC) SANDAL Wanita dan Laki-Laki Industri Alas Kaki dari Kulit
SANDAL WANITA SANDAL LAKI-LAKI
No Nama Industri Total Biaya Tetap
(TFC) (Rp/Produksi)
Total Biaya Variabel
(TVC) (Rp/Produksi)
Total Biaya (TC)
(Rp/Produksi)
Total Biaya Tetap
(TFC) (Rp/Produksi)
Total Biaya Variabel
(TVC) (Rp/Produksi)
Total Biaya (TC)
(Rp/Produksi)
1 UD. Praktis 21.570,73 687.029,81 708.601 9.244,60 298.072,19 307.317
2 FIGHA Shoes 13.848,89 984.081,85 997.931 5.035,96 411.029,76 416.066
3 UD. Sempurna 14.003,82 702.757,40 716.761 7.001,91 392.262,47 399.264
4 Menink 10.805,77 278.261,08 289.067 3.601,92 95.698,14 99.300
5 Kartika Exclusive 5.242,09 344.588,08 349.830 2.621,05 176.460,71 179.082
6 PS. IRENG 6.755,27 259.767,25 266.523 2.251,76 93.116,86 95.369
7 SOLDATE 7.950,00 194.978,34 202.928 3.975,00 101.989,17 105.964
8 HIDAYAH 4.585,42 155.901,42 160.487 2.292,71 86.850,71 89.143
9 RIF’AT 5.739,74 257.569,38 263.309 1.913,25 90.356,46 92.270
10 NESHA 4.284,50 192.961,40 198.246 2.142,25 100.430,70 102.573
TOTAL 94.786,23 4.058.896,01 4.153.682,23 40.080,40 1.846.267,17 1.886.347,57
, RATA-RATA 9.478,62 405.889,60 415.368,22 4.008,04 184.626,71 188.634,76
146
Lampiran 35. Penerimaan Sepatu Wanita dan Laki-Laki Industri Alas Kaki dari Kulit
No Nama Industri
Sepatu Wanita Sepatu Laki-Laki
Volume Produksi
(Pasang/Produksi)
Harga
(Rp/Produksi)
Total Penerimaan
(Rp/Produksi)
Volume Produksi
(Pasang/Produksi)
Harga (Rp/Produksi) Total Penerimaan
(Rp/Produksi)
1. UD. Praktis 11 175.000 1.925.000 7 225.000 1.575.000
2. FIGHA Shoes 15 175.000 2.625.000 10 200.000 2.000.000
3. UD. Sempurna 12 175.000 2.100.000 8 200.000 1.600.000
4. Menink 5 150.000 750.000 3 175.000 525.000
5. Kartika Exclusive 6 125.000 750.000 4 150.000 600.000
6. PS. IRENG 5 120.000 600.000 3 150.000 450.000
7. SOLDATE 3 175.000 525.000 2 250.000 500.000
8. HIDAYAH 3 115.000 345.000 2 130.000 260.000
9. RIF’AT 5 125.000 625.000 3 175.000 525.000
10 NESHA 3 120.000 360.000 2 150.000 300.000
TOTAL 68 1.455.000 10.605.000 44 1.805.000 8.335.000
RATA-RATA 6,8 145.500 1.060.500 4,4 180.500 833.500
Lampiran 36. Penerimaan Sepatu Wanita dan Laki-Laki Industri Alas Kaki dari Kulit
No Nama Industri
Sandal Wanita Sandal Laki-Laki
Volume Produksi
(Pasang/Produksi)
Harga
(Rp/Produksi)
Total Penerimaan
(Rp/Produksi)
Volume Produksi
(Pasang/Produksi)
Harga (Rp/Produksi) Total Penerimaan
(Rp/Produksi)
1. UD. Praktis 11 125.000 875.000 3 125.000 375.000
2. FIGHA Shoes 15 100.000 1100.000 4 125.000 500.000
3. UD. Sempurna 12 100.000 800.000 4 125.000 500.000
4. Menink 5 100.000 300.000 1 125.000 125.000
5. Kartika Exclusive 6 90.000 360.000 2 100.000 200.000
6. PS. IRENG 5 100.000 300.000 1 100.000 100.000
7. SOLDATE 3 135.000 270.000 1 150.000 150.000
8. HIDAYAH 3 85.000 170.000 1 90.000 90.000
9. RIF’AT 5 100.000 300.000 1 100.000 100.000
10 NESHA 3 100.000 200.000 1 115.000 115.000
TOTAL 68 1.035.000 4.675.000 19 1.155.000 2.255.000
RATA-RATA 6,8 103.500 467.500 1,9 115.500 225.500
147
Lampiran 37. Pendapatan Sepatu Wanita dan Sepatu Laki-Laki Industri Alas Kaki dari Kulit
No Nama Industri
Sepatu Wanita Sepatu Laki-Laki
Total Penerimaan (TR)
(Rp/Produksi)
Total Biaya (TC)
(Rp/Produksi)
Pendapatan
(Rp/Produksi)
R/C
Ratio
Total Penerimaan (TR)
(Rp/Produksi)
Total Biaya (TC)
(Rp/Produksi)
Pendapatan
(Rp/Produksi)
R/C
Ratio
1. UD. Praktis 1.925.000 1.367.155 557.845 1,41 1.575.000 895.514,00 679.486 1,76
2. FIGHA Shoes 2.625.000 1.614.650 1.010.350 1,63 2.000.000 1.134.222,00 865.778 1,76
3. UD. Sempurna 2.100.000 1.436.743 663.257 1,46 1.600.000 987.448 612.552 1,62
4. Menink 750.000 580.508 169.492 1,29 525.000 355.972 169.028 1,47
5. Kartika Exclusive 750.000 640.225 109.775 1,17 600.000 442.594 157.406 1,36
6. PS. IRENG 600.000 537.434 62.566 1,12 450.000 337.627 112.373 1,33
7. SOLDATE 525.000 371.511 153.489 1,41 500.000 255.674 244.326 1,96
8. HIDAYAH 345.000 308.896 36.104 1,12 260.000 216.630 43.370 1,20
9. RIF’AT 625.000 482.857 142.143 1,29 525.000 336.214 188.786 1,56
10 NESHA 360.000 319.877 40.123 1,13 300.000 229.195 70.805 1,31
TOTAL 10.605.000 7.659.855,32 2945145 8.335.000 5.191.090,64 3143909
RATA-RATA 1.060.500 765.985,53 294.514 833.500 519.109,06 314.391
Lampiran 38. Pendapatan Sandal Wanita dan Sandal Laki-Laki Industri Alas Kaki dari Kulit
No Nama Industri
Sandal Wanita Sandal Laki-Laki
Total Penerimaan (TR)
(Rp/Produksi)
Total Biaya (TC)
(Rp/Produksi)
Pendapatan
(Rp/Produksi)
R/C Ratio Total Penerimaan
(TR) (Rp/Produksi)
Total Biaya (TC)
(Rp/Produksi)
Pendapatan
(Rp/Produksi)
R/C Ratio
1. UD. Praktis 875.000 708.601 166.399 1,23 375.000 307.317 67.683 1,22
2. FIGHA Shoes 1100.000 997.931 102.069 1,10 500.000 416.066 83.934 1,20
3. UD. Sempurna 800.000 716.761 83.239 1,12 500.000 399.264 100.736 1,25
4. Menink 300.000 289.067 10.933 1,04 125.000 99.300 25.700 1,26
5. Kartika Exclusive 360.000 349.830 10.170 1,03 200.000 179.082 20.918 1,12
6. PS. IRENG 300.000 266.523 33.477 1,13 100.000 95.369 4.631 1,05
7. SOLDATE 270.000 202.928 67.072 1,33 150.000 105.964 44.036 1,42
8. HIDAYAH 170.000 160.487 9.513 1,06 90.000 89.143 857 1,01
9. RIF’AT 300.000 263.309 36.691 1,14 100.000 92.270 7.730 1,08
10 NESHA 200.000 198.246 1.754 1,01 115.000 102.573 12.427 1,12
TOTAL 4.675.000 4.153.682,23 521.318 2.255.000 1.886.347,57 368652,4
RATA-RATA 467.500 415.368,22 52.132 225.500 188.634,76 36.865
148
Lampiran 39. Nilai Tambah Industri Alas Kaki dari Kulit UD. Praktis
No Analisis Nilai Tambah Formula Sepatu Wanita Sepatu Laki-
Laki
Sandal Wanita Sandal Laki-
Laki
1. Output (Pasang/Produksi) (a) 11,00 7,00 7,00 3,00
2. Input Bahan Baku (Feet/Produksi) (b) 22,00 21,00 10,50 5,25
3. Input Tenaga Kerja (HOK/Produksi) ( c) 1,45 1,20 1,72 1,47
4. Faktor Konversi (d) = (a)/(b) 0,50 0,33 0,67 0,57
5. Koefisien Tenaga Kerja ( e) = (c )/(b) 0,07 0,06 0,16 0,28
6. Harga Produk (Rp/Pasang) (f) 175.000,00 225.000,00 125.000,00 125.000,00
7. Upah Tenaga Kerja (Rp/HOK) (g) 2.561,96 2.152,59 3.083,95 2.676,64
Penerimaan dan Keuntungan
(Rp/Feet)
8. Harga Bahan Baku (Rp/ feet (h) 20.000,00 20.000,00 20.000,00 20.000,00
9 Harga Input Lain (Rp/ feet) (i) 27.792,92 15.428,60 27.190,55 23.306,19
10. Nilai Produk (Rp/Pasang) (j)=(d)x( f) 87.500,00 75.000,00 83.333,33 71.428,57
11. a. Nilai Tambah (Rp/ feet) (k) = (j) – (h) –
(i) 39.707,09 39.571,40 36.142,78 28.122,38
b. Rasio Nilai Tambah (%) (l)= (k/j)x 100 45,38 52,76 43,37 39,37
12 e. Pendapatan Tenaga Kerja (Rp/feet) (m) = (e ) x (k) 168,86 123,01 505,18 749,46
f. Rasio Tenaga Kerja (%) (n)=(m/k)x100 0,43 0,31 1,40 2,66
13 e. Keuntungan (Rp/ feet) (o)=(k)-(m) 39.538,23 39.448,39 35.637,60 27.372,92
f. Rasio Keuntungan (%) (p)=(o)/(j)x 100 45,19 52,60 42,77 38,32
149
Lampiran 40. Nilai Tambah Industri Alas Kaki dari Kulit Figha Shoes
No Analisis Nilai Tambah Formula Sepatu Wanita Sepatu Laki-
Laki
Sandal Wanita Sandal Laki-
Laki
1. Output (Pasang/Produksi) (a) 15,00 10,00 11,00 4,00
2. Input Bahan Baku (Feet/Produksi) (b) 30,00 30,00 16,50 7,00
3. Input Tenaga Kerja (HOK/Produksi) ( c) 1,23 1,02 1,60 1,37
4. Faktor Konversi (d) = (a)/(b) 0,50 0,33 0,67 0,57
5. Koefisien Tenaga Kerja ( e) = (c )/(b) 0,04 0,03 0,10 0,20
6. Harga Produk (Rp/Pasang) (f) 175000,00 200000,00 100000,00 125000,00
7. Upah Tenaga Kerja (Rp/HOK) (g) 2534,62 2130,00 3496,50 4087,91
Penerimaan dan Keuntungan
(Rp/Feet)
8. Harga Bahan Baku (Rp/ feet (h) 15000,00 15000,00 15000,00 15000,00
9 Harga Input Lain (Rp/ feet) (i) 25519,11 16012,74 40738,21 40738,21
10. Nilai Produk (Rp/Pasang) (j)=(d)x( f) 87500,00 66666,67 66666,67 71428,57
11. a. Nilai Tambah (Rp/ feet) (k) = (j) – (h) –
(i) 46980,90 35653,93 10928,46 15690,36
b. Rasio Nilai Tambah (%) (l)= (k/j)x 100 53,69 53,48 16,39 21,97
12 a. Pendapatan Tenaga Kerja (Rp/feet) (m) = (e ) x (k) 103,92 72,42 339,05 800,06
b. Rasio Tenaga Kerja (%) (n)=(m/k)x100 0,22 0,20 3,10 5,10
13 a. Keuntungan (Rp/ feet) (o)=(k)-(m) 46876,98 35581,51 10589,40 14890,30
b. Rasio Keuntungan (%) (p)=(o)/(j)x 100 53,57 53,37 15,88 20,85
150
Lampiran 41. Nilai Tambah Industri Alas Kaki dari Kulit UD. Sempurna
No Analisis Nilai Tambah Formula Sepatu Wanita Sepatu Laki-
Laki
Sandal Wanita Sandal Laki-
Laki
1. Output (Pasang/Produksi) (a) 12,00 8,00 8,00 4,00
2. Input Bahan Baku (Feet/Produksi) (b) 24,00 24,00 12,00 7,00
3. Input Tenaga Kerja (HOK/Produksi) ( c) 1,19 0,90 1,40 1,20
4. Faktor Konversi (d) = (a)/(b) 0,50 0,33 0,67 0,57
5. Koefisien Tenaga Kerja ( e) = (c )/(b) 0,05 0,04 0,12 0,17
6. Harga Produk (Rp/Pasang) (f) 175000,00 200000,00 100000,00 125000,00
7. Upah Tenaga Kerja (Rp/HOK) (g) 1971,15 1900,00 2839,74 2434,06
Penerimaan dan Keuntungan
(Rp/Feet)
8. Harga Bahan Baku (Rp/ feet (h) 20000,00 20000,00 20000,00 20000,00
9 Harga Input Lain (Rp/ feet) (i) 29133,27 15976,85 27845,03 23867,17
10. Nilai Produk (Rp/Pasang) (j)=(d)x( f) 87500,00 66666,67 66666,67 71428,57
11. a. Nilai Tambah (Rp/ feet) (k) = (j) – (h) –
(i) 38366,73 30689,82 18821,64 27561,41
b. Rasio Nilai Tambah (%) (l)= (k/j)x 100 43,85 46,03 28,23 38,59
12 a. Pendapatan Tenaga Kerja (Rp/feet) (m) = (e ) x (k) 97,74 71,25 331,30 417,27
b. Rasio Tenaga Kerja (%) (n)=(m/k)x100 0,25 0,23 1,76 1,51
13 a. Keuntungan (Rp/ feet) (o)=(k)-(m) 38268,99 30618,57 18490,34 27144,14
b. Rasio Keuntungan (%) (p)=(o)/(j)x 100 43,74 45,93 27,74 38,00
151
Lampiran 42. Nilai Tambah Industri Alas Kaki dari Kulit Menink
No Analisis Nilai Tambah Formula Sepatu Wanita Sepatu Laki-
Laki
Sandal Wanita Sandal Laki-
Laki
1. Output (Pasang/Produksi) (a) 5,00 3,00 3,00 1,00
2. Input Bahan Baku (Feet/Produksi) (b) 10,00 9,00 4,50 1,75
3. Input Tenaga Kerja (HOK/Produksi) ( c) 1,45 1,22 1,84 1,58
4. Faktor Konversi (d) = (a)/(b) 0,50 0,33 0,67 0,57
5. Koefisien Tenaga Kerja ( e) = (c )/(b) 0,15 0,14 0,41 0,90
6. Harga Produk (Rp/Pasang) (f) 150000,00 175000,00 100000,00 125000,00
7. Upah Tenaga Kerja (Rp/HOK) (g) 2530,77 2069,05 3314,88 3158,79
Penerimaan dan Keuntungan
(Rp/Feet)
8. Harga Bahan Baku (Rp/ feet (h) 14000,00 14000,00 14000,00 14000,00
9 Harga Input Lain (Rp/ feet) (i) 29596,03 18064,02 31261,37 26846,89
10. Nilai Produk (Rp/Pasang) (j)=(d)x( f) 75000,00 58333,33 66666,67 71428,57
11. a. Nilai Tambah (Rp/ feet) (k) = (j) – (h) –
(i) 31403,98 26269,32 21405,30 30581,69
b. Rasio Nilai Tambah (%) (l)= (k/j)x 100 41,87 45,03 32,11 42,81
12 a. Pendapatan Tenaga Kerja (Rp/feet) (m) = (e ) x (k) 366,96 280,47 1355,42 2851,94
b. Rasio Tenaga Kerja (%) (n)=(m/k)x100 1,17 1,07 6,33 9,33
13 a. Keuntungan (Rp/ feet) (o)=(k)-(m) 31037,01 25988,85 20049,88 27729,75
b. Rasio Keuntungan (%) (p)=(o)/(j)x 100 41,38 44,55 30,07 38,82
152
Lampiran 43. Nilai Tambah Industri Alas Kaki dari Kartika Exclusive
No Analisis Nilai Tambah Formula Sepatu Wanita Sepatu Laki-
Laki
Sandal Wanita Sandal Laki-
Laki
1. Output (Pasang/Produksi) (a) 6,00 4,00 4,00 2,00
2. Input Bahan Baku (Feet/Produksi) (b) 12,00 12,00 6,00 3,50
3. Input Tenaga Kerja (HOK/Produksi) ( c) 1,29 1,08 1,65 1,42
4. Faktor Konversi (d) = (a)/(b) 0,50 0,33 0,67 0,57
5. Koefisien Tenaga Kerja ( e) = (c )/(b) 0,11 0,09 0,28 0,41
6. Harga Produk (Rp/Pasang) (f) 125000,00 150000,00 90000,00 100000,00
7. Upah Tenaga Kerja (Rp/HOK) (g) 2382,78 1861,79 3373,08 2395,97
Penerimaan dan Keuntungan
(Rp/Feet)
8. Harga Bahan Baku (Rp/ feet (h) 15000,00 15000,00 15000,00 15000,00
9 Harga Input Lain (Rp/ feet) (i) 25782,81 16188,54 27343,74 23437,49
10. Nilai Produk (Rp/Pasang) (j)=(d)x( f) 62500,00 50000,00 60000,00 57142,86
11. a. Nilai Tambah (Rp/ feet) (k) = (j) – (h) –
(i) 21717,20 18811,46 17656,26 18705,37
b. Rasio Nilai Tambah (%) (l)= (k/j)x 100 34,75 37,62 29,43 32,73
12 a. Pendapatan Tenaga Kerja (Rp/feet) (m) = (e ) x (k) 256,15 167,56 927,60 972,08
b. Rasio Tenaga Kerja (%) (n)=(m/k)x100 1,18 0,89 5,25 5,20
13 a. Keuntungan (Rp/ feet) (o)=(k)-(m) 21461,05 18643,90 16728,66 17733,29
b. Rasio Keuntungan (%) (p)=(o)/(j)x 100 34,34 37,29 27,88 31,03
153
Lampiran 44. Nilai Tambah Industri Alas Kaki dari Kulit PS. Ireng
No Analisis Nilai Tambah Formula Sepatu Wanita Sepatu Laki-
Laki
Sandal Wanita Sandal Laki-
Laki
1. Output (Pasang/Produksi) (a) 5,00 3,00 3,00 1,00
2. Input Bahan Baku (Feet/Produksi) (b) 10,00 9,00 4,50 1,75
3. Input Tenaga Kerja (Jam/Produksi) ( c) 1,30 1,15 1,71 1,42
4. Faktor Konversi (d) = (a)/(b) 0,50 0,33 0,67 0,57
5. Koefisien Tenaga Kerja ( e) = (c )/(b) 0,13 0,13 0,38 0,81
6. Harga Produk (Rp/Pasang) (f) 120000,00 150000,00 100000,00 100000,00
7. Upah Tenaga Kerja (Rp/Jam) (g) 2530,77 2069,06 3314,89 3158,79
Penerimaan dan Keuntungan
(Rp/Feet)
8. Harga Bahan Baku (Rp/Pasang (h) 15000,00 15000,00 15000,00 15000,00
9 Harga Input Lain (Rp/ Pasang) (i) 24963,72 15642,48 26151,63 22415,68
10. Nilai Produk (Rp/Pasang) (j)=(d)x( f) 60000,00 50000,00 66666,67 57142,86
11. a. Nilai Tambah (Rp/Pasang) (k) = (j) – (h) –
(i) 20036,28 19357,52 25515,04 19727,18
b. Rasio Nilai Tambah (%) (l)= (k/j)x 100 33,39 38,72 38,27 34,52
12 a. Pendapatan Tenaga Kerja
(Rp/Pasang)
(m) = (e ) x (k)
329,00 264,38 1259,66 2563,13
b. Rasio Tenaga Kerja (%) (n)=(m/k)x100 1,64 1,37 4,94 12,99
13 a. Keuntungan (Rp/Pasang) (o)=(k)-(m) 19707,28 19093,14 24255,38 17164,04
b. Rasio Keuntungan (%) (p)=(o)/(j)x 100 32,85 38,19 36,38 30,04
154
Lampiran 45. Nilai Tambah Industri Alas Kaki dari Kulit Soldate
No Analisis Nilai Tambah Formula Sepatu Wanita Sepatu Laki-
Laki
Sandal Wanita Sandal Laki-
Laki
1. Output (Pasang/Produksi) (a) 3,00 2,00 2,00 1,00
2. Input Bahan Baku (Feet/Produksi) (b) 6,00 5,00 3,00 1,75
3. Input Tenaga Kerja (HOK/Produksi) ( c) 1,29 1,08 1,62 1,39
4. Faktor Konversi (d) = (a)/(b) 0,50 0,40 0,67 0,57
5. Koefisien Tenaga Kerja ( e) = (c )/(b) 0,22 0,22 0,54 0,79
6. Harga Produk (Rp/Pasang) (f) 175000,00 250000,00 135000,00 150000,00
7. Upah Tenaga Kerja (Rp/HOK) (g) 3921,27 3137,02 5041,40 4321,20
Penerimaan dan Keuntungan
(Rp/Feet)
8. Harga Bahan Baku (Rp/ feet (h) 18000,00 18000,00 18000,00 18000,00
9 Harga Input Lain (Rp/ feet) (i) 26245,89 15830,59 26827,85 22995,30
10. Nilai Produk (Rp/Pasang) (j)=(d)x( f) 87500,00 100000,00 90000,00 85714,29
11. a. Nilai Tambah (Rp/ feet) (k) = (j) – (h) –
(i) 43254,12 66169,41 45172,15 44718,99
b. Rasio Nilai Tambah (%) (l)= (k/j)x 100 49,43 66,17 50,19 52,17
12 a. Pendapatan Tenaga Kerja (Rp/feet) (m) = (e ) x (k) 843,07 677,60 2722,36 3432,27
b. Rasio Tenaga Kerja (%) (n)=(m/k)x100 1,95 1,02 6,03 7,68
13 a. Keuntungan (Rp/ feet) (o)=(k)-(m) 42411,04 65491,81 42449,80 41286,72
b. Rasio Keuntungan (%) (p)=(o)/(j)x 100 48,47 65,49 47,17 48,17
155
Lampiran 46. Nilai Tambah Industri Alas Kaki dari Kulit HIDAYAH
No Analisis Nilai Tambah Formula Sepatu Wanita Sepatu Laki-
Laki
Sandal Wanita Sandal Laki-
Laki
1. Output (Pasang/Produksi) (a) 3,00 2,00 2,00 1,00
2. Input Bahan Baku (Feet/Produksi) (b) 6,00 6,00 3,00 1,75
3. Input Tenaga Kerja (HOK/Produksi) ( c) 1,29 1,08 1,62 1,39
4. Faktor Konversi (d) = (a)/(b) 0,50 0,33 0,67 0,57
5. Koefisien Tenaga Kerja ( e) = (c )/(b) 0,22 0,18 0,54 0,79
6. Harga Produk (Rp/Pasang) (f) 115000,00 130000,00 85000,00 90000,00
7. Upah Tenaga Kerja (Rp/HOK) (g) 2217,02 1789,62 2883,12 2542,67
Penerimaan dan Keuntungan
(Rp/Feet)
8. Harga Bahan Baku (Rp/ feet (h) 13500,00 13500,00 13500,00 13500,00
9 Harga Input Lain (Rp/ feet) (i) 25076,16 15050,77 25568,21 18972,75
10. Nilai Produk (Rp/Pasang) (j)=(d)x( f) 57500,00 43333,33 56666,67 51428,57
11. a. Nilai Tambah (Rp/ feet) (k) = (j) – (h) –
(i) 18923,85 14782,56 17598,46 18955,82
b. Rasio Nilai Tambah (%) (l)= (k/j)x 100 32,91 34,11 31,06 36,86
12 a. Pendapatan Tenaga Kerja (Rp/feet) (m) = (e ) x (k) 476,66 322,13 1556,88 2019,61
b. Rasio Tenaga Kerja (%) (n)=(m/k)x100 2,52 2,18 8,85 10,65
13 a. Keuntungan (Rp/ feet) (o)=(k)-(m) 18447,19 14460,43 16041,58 16936,22
b. Rasio Keuntungan (%) (p)=(o)/(j)x 100 32,08 33,37 28,31 32,93
156
Lampiran 47. Nilai Tambah Industri Alas Kaki dari Kulit RIF’AT
No Analisis Nilai Tambah Formula Sepatu Wanita Sepatu Laki-
Laki
Sandal Wanita Sandal Laki-
Laki
1. Output (Pasang/Produksi) (a) 5,00 3,00 3,00 1,00
2. Input Bahan Baku (Feet/Produksi) (b) 10,00 9,00 4,50 1,75
3. Input Tenaga Kerja (HOK/Produksi) ( c) 1,21 1,00 1,51 1,29
4. Faktor Konversi (d) = (a)/(b) 0,50 0,33 0,67 0,57
5. Koefisien Tenaga Kerja ( e) = (c )/(b) 0,12 0,11 0,34 0,74
6. Harga Produk (Rp/Pasang) (f) 125000,00 175000,00 85000,00 100000,00
7. Upah Tenaga Kerja (Rp/HOK) (g) 2410,77 1944,62 3107,48 2777,84
Penerimaan dan Keuntungan
(Rp/Feet)
8. Harga Bahan Baku (Rp/ feet (h) 16000,00 16000,00 16000,00 16000,00
9 Harga Input Lain (Rp/ feet) (i) 23225,19 15283,46 25700,25 21743,07
10. Nilai Produk (Rp/Pasang) (j)=(d)x( f) 62500,00 58333,33 56666,67 57142,86
11. a. Nilai Tambah (Rp/ feet) (k) = (j) – (h) –
(i) 23274,82 27049,88 14966,42 19399,79
b. Rasio Nilai Tambah (%) (l)= (k/j)x 100 37,24 46,37 26,41 33,95
12 a. Pendapatan Tenaga Kerja (Rp/feet) (m) = (e ) x (k) 291,70 216,07 1042,73 2047,66
b. Rasio Tenaga Kerja (%) (n)=(m/k)x100 1,25 0,80 6,97 10,56
13 a. Keuntungan (Rp/ feet) (o)=(k)-(m) 22983,11 26833,81 13923,69 17352,12
b. Rasio Keuntungan (%) (p)=(o)/(j)x 100 36,77 46,00 24,57 30,37
157
Lampiran 48. Nilai Tambah Industri Alas Kaki dari Kulit NESHA
No Analisis Nilai Tambah Formula Sepatu Wanita Sepatu Laki-
Laki
Sandal Wanita Sandal Laki-
Laki
1. Output (Pasang/Produksi) (a) 3,00 2,00 2,00 1,00
2. Input Bahan Baku (Feet/Produksi) (b) 6,00 6,00 3,00 1,75
3. Input Tenaga Kerja (HOK/Produksi) ( c) 1,21 1,02 1,51 1,29
4. Faktor Konversi (d) = (a)/(b) 0,50 0,33 0,67 0,57
5. Koefisien Tenaga Kerja ( e) = (c )/(b) 0,20 0,17 0,50 0,74
6. Harga Produk (Rp/Pasang) (f) 120000,00 150000,00 100000,00 115000,00
7. Upah Tenaga Kerja (Rp/HOK) (g) 3780,77 3024,62 4907,48 4206,41
Penerimaan dan Keuntungan
(Rp/Feet)
8. Harga Bahan Baku (Rp/ feet (h) 13000,00 13000,00 13000,00 13000,00
9 Harga Input Lain (Rp/ feet) (i) 23587,81 14058,54 27117,07 23357,49
10. Nilai Produk (Rp/Pasang) (j)=(d)x( f) 60000,00 50000,00 66666,67 65714,29
11. a. Nilai Tambah (Rp/ feet) (k) = (j) – (h) –
(i) 23412,20 22941,46 26549,59 29356,79
b. Rasio Nilai Tambah (%) (l)= (k/j)x 100 39,02 45,88 39,82 44,67
12 a. Pendapatan Tenaga Kerja (Rp/feet) (m) = (e ) x (k) 762,46 514,19 2470,10 3100,73
b. Rasio Tenaga Kerja (%) (n)=(m/k)x100 3,26 2,24 9,30 10,56
13 a. Keuntungan (Rp/ feet) (o)=(k)-(m) 22649,74 22427,28 24079,50 26256,07
b. Rasio Keuntungan (%) (p)=(o)/(j)x 100 37,75 44,85 36,12 39,95
158
Lampiran 49. Rata-Rata Nilai Tambah Industri Alas Kaki
No Analisis Nilai Tambah Formula Sepatu Wanita Sepatu Laki-
Laki
Sandal Wanita Sandal Laki-
Laki
1. Output (Pasang/Produksi) (a) 6,80 4,40 4,50 1,90
2. Input Bahan Baku (Feet/Produksi) (b) 13,60 13,10 6,75 3,33
3. Input Tenaga Kerja (HOK/Produksi) ( c) 1,29 1,08 1,62 1,38
4. Faktor Konversi (d) = (a)/(b) 0,50 0,34 0,67 0,57
5. Koefisien Tenaga Kerja ( e) = (c )/(b) 0,13 0,12 0,34 0,58
6. Harga Produk (Rp/Pasang) (f) 145500,00 180500,00 102000,00 115500,00
7. Upah Tenaga Kerja (Rp/HOK) (g) 2684,19 2207,84 3536,25 3176,03
Penerimaan dan Keuntungan
(Rp/Feet)
8. Harga Bahan Baku (Rp/ feet (h) 15950,00 15950,00 15950,00 15950,00
9 Harga Input Lain (Rp/ feet) (i) 26092,29 15753,66 28574,39 24768,02
10. Nilai Produk (Rp/Pasang) (j)=(d)x( f) 72750,00 61833,33 68000,00 66000,00
11. a. Nilai Tambah (Rp/ feet) (k) = (j) – (h) –
(i) 30707,71 30129,68 23475,61 25281,98
b. Rasio Nilai Tambah (%) (l)= (k/j)x 100 41,15 46,62 33,53 37,76
12 a. Pendapatan Tenaga Kerja (Rp/feet) (m) = (e ) x (k) 369,65 270,91 1251,03 1895,42
b. Rasio Tenaga Kerja (%) (n)=(m/k)x100 1,39 1,03 5,39 7,62
13 a. Keuntungan (Rp/ feet) (o)=(k)-(m) 30338,06 29858,77 22224,58 23386,56
b. Rasio Keuntungan (%) (p)=(o)/(j)x 100 40,61 46,16 31,69 34,85
159
Lampiran 50. Skala Perbandingan Kepentingan Antar Kriteria Strategi
Pengembangan Industri Kerajinan Alas Kaki dari Kulit di
Kabupaten Magetan.
I. Skala Perbandingan Kepentingan Antara Kriteria Produksi dan Pemasaran
Expert
Skala Perbandingan
Input Pemasaran
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
II. Skala Perbandingan Kepentingan Antara Kriteria Produksi dan SDM
Expert
Skala Perbandingan
Produksi SDM
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √ √
X5 √
III. Skala Perbandingan Kepentingan Antara Produksi dan Teknologi
Expert
Skala Perbandingan
Produksi Teknologi
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
IV. Skala Perbandingan Kepentingan Antara Pemasaran dan SDM
Expert
Skala Perbandingan
Pemasaran SDM
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
V. Skala Perbandingan Kepentingan Antara Pemasaran dan Teknologi
Expert
Skala Perbandingan
Pemasaran Teknologi
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
160
VI. Skala Perbandingan Kepentingan Antara SDM dan Teknologi
Expert
Skala Perbandingan
SDM Teknologi
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
VII. Skala Perbandingan Kepentingan pada Kriteria Produksi Antara Sub
Kriteria (Alternatif)
a. Pelatihan Manajemen dan Inovasi Produk (A1) dan Mempertahankan
Kualitas Produk (A2)
Expert
Skala Perbandingan
A1 A2
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
b. Pelatihan Manajemen dan Inovasi Produk (A1) dan Memanfaatkan
Promosi Pemerintah Daerah (A3)
Expert
Skala Perbandingan
A1 A3
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
c. Pelatihan Manajemen dan Inovasi Produk (A1) dan Penyediaan
Informasi Pasar (Katalog) (A4)
Expert
Skala Perbandingan
A1 A5
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
d. Pelatihan Manajemen dan Inovasi Produk (A1) dan Pelatihan untuk
Meningkatkan Ketrampilan Teknis (A5)
Expert
Skala Perbandingan
A1 A5
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
161
e. Pelatihan Manajemen dan Inovasi Produk (A1) dan Mengadakan Balai
Pelatihan Kerja Khusus Kerajinan Kulit (A6)
Expert
Skala Perbandingan
A1 A6
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
f. Pelatihan Manajemen dan Inovasi Produk (A1) dan Meningkatkan
Pengetahuan Pengolahan Limbah (A7)
Expert
Skala Perbandingan
A1 A7
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4
X5 √
g. Pelatihan Manajemen dan Inovasi Produk (A1) dan Memberikan
Bantuan Teknologi dengan Harga Terjangkau (A8)
Expert
Skala Perbandingan
A1 A8
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
h. Pelatihan Manajemen dan Inovasi Produk (A1) dan Memberikan
Bantuan Teknologi Pengolahan Limbah (A9)
Expert
Skala Perbandingan
A1 A9
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
i. Pelatihan Manajemen dan Inovasi Produk (A1) dan Pengembangan
Industri Mesin Pengolahan Kulit (A10)
Expert
Skala Perbandingan
A1 A10
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
162
j. Mempertahankan Kualitas Produk (A2) dan Memanfaatkan Promosi
Pemerintah Daerah (A3)
Expert
Skala Perbandingan
A2 A3
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
k. Mempertahankan Kualitas Produk (A2) dan Penyediaan Informasi Pasar
(Katalog) (A4)
Expert
Skala Perbandingan
A2 A4
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
l. Mempertahankan Kualitas Produk (A2) dan Pelatihan untuk
Meningkatkan Ketrampilan Teknis (A5)
Expert
Skala Perbandingan
A2 A5
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
m. Mempertahankan Kualitas Produk (A2) dan Mengadakan Balai
Pelatihan Kerja Khusus Kerajinan Kulit (A6)
Expert
Skala Perbandingan
A2 A4
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √ √
X4 √
X5 √
n. Mempertahankan Kualitas Produk (A2) dan Meningkatkan Pengetahuan
Pengolahan Limbah (A7)
Expert
Skala Perbandingan
A2 A7
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
163
o. Mempertahankan Kualitas Produk (A2) dan Memberikan Bantuan
Teknologi dengan Harga Terjangkau (A8)
Expert
Skala Perbandingan
A2 A8
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
p. Mempertahankan Kualitas Produk (A2) dan Memberikan Bantuan
Teknologi Pengolahan Limbah (A9)
Expert
Skala Perbandingan
A2 A9
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
q. Mempertahankan Kualitas Produk (A2) dan Pengembangan Industri
Mesin Pengolahan Kulit (A10)
Expert
Skala Perbandingan
A2 A10
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
r. Memanfaatkan Promosi Pemerintah Daerah (A3) dan Penyediaan
Informasi Pasar (Katalog) (A4)
Expert
Skala Perbandingan
A3 A4
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
s. Memanfaatkan Promosi Pemerintah Daerah (A3) dan Pelatihan untuk
Meningkatkan Ketrampilan Teknis (A5)
Expert
Skala Perbandingan
A3 A5
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
164
t. Memanfaatkan Promosi Pemerintah Daerah (A3) dan Mengadakan Balai
Pelatihan Kerja Khusus Kerajinan Kulit (A6)
Expert
Skala Perbandingan
A3 A6
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √ √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
u. Memanfaatkan Promosi Pemerintah Daerah (A3) dan Meningkatkan
Pengetahuan Pengolahan Limbah (A7)
Expert
Skala Perbandingan
A3 A7
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
v. Memanfaatkan Promosi Pemerintah Daerah (A3) dan Memberikan
Bantuan Teknologi dengan Harga Terjangkau (A8)
Expert
Skala Perbandingan
A3 A8
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
w. Memanfaatkan Promosi Pemerintah Daerah (A3) dan Memberikan
Bantuan Teknologi Pengolahan Limbah (A9)
Expert
Skala Perbandingan
A3 A9
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
x. Memanfaatkan Promosi Pemerintah Daerah (A3) dan Pengembangan
Industri Mesin Pengolahan Kulit (A10)
Expert
Skala Perbandingan
A3 A10
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
165
y. Penyediaan Informasi Pasar (Katalog) (A4) dan Pelatihan untuk
Meningkatkan Ketrampilan Teknis (A5)
Expert
Skala Perbandingan
A4 A5
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
z. Penyediaan Informasi Pasar (Katalog) (A4) dan Mengadakan Balai
Pelatihan Kerja Khusus Kerajinan Kulit (A6)
Expert
Skala Perbandingan
A4 A6
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
aa. Penyediaan Informasi Pasar (Katalog) (A4) dan Meningkatkan
Pengetahuan Pengolahan Limbah (A7)
Expert
Skala Perbandingan
A4 A7
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
bb. Penyediaan Informasi Pasar (Katalog) (A4) dan Memberikan Bantuan
Teknologi dengan Harga Terjangkau (A8)
Expert
Skala Perbandingan
A4 A8
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
cc. Penyediaan Informasi Pasar (Katalog) (A4) dan Memberikan Bantuan
Teknologi Pengolahan Limbah (A9)
Expert
Skala Perbandingan
A4 A9
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
166
dd. Penyediaan Informasi Pasar (Katalog) (A4) dan Pengembangan
Industri Mesin Pengolahan Kulit (A10)
Expert
Skala Perbandingan
A4 A10
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
ee. Pelatihan untuk Meningkatkan Ketrampilan Tekni (A5) dan
Mengadakan Balai Pelatihan Kerja Khusus Kerajinan Kulit (A6)
Expert
Skala Perbandingan
A5 A6
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
ff. Pelatihan untuk Meningkatkan Ketrampilan Teknis (A5) dan
Meningkatkan Pengetahuan Pengolahan Limbah (A7)
Expert
Skala Perbandingan
A5 A7
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
gg. Pelatihan untuk Meningkatkan Ketrampilan Teknis (A5) dan
Memberikan Bantuan Teknologi dengan Harga Terjangkau (A8)
Expert
Skala Perbandingan
A5 A8
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
hh. Pelatihan untuk Meningkatkan Ketrampilan Teknis (A5) dan
Memberikan Bantuan Teknologi Pengolahan Limbah (A9)
Expert
Skala Perbandingan
A5 A9
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
167
ii. Pelatihan untuk Meningkatkan Ketrampilan Teknis (A5) dan
Pengembangan Industri Mesin Pengolahan Kulit (A10)
Expert
Skala Perbandingan
A5 A10
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
jj. Mengadakan Balai Pelatihan Kerja Khusus Kerajinan Kulit (A6) dan
Meningkatkan Pengetahuan Pengolahan Limbah (A7)
Expert
Skala Perbandingan
A6 A7
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
kk. Mengadakan Balai Pelatihan Kerja Khusus Kerajinan Kulit (A6) dan
Memberikan Bantuan Teknologi dengan Harga Terjangkau (A8)
Expert
Skala Perbandingan
A6 A8
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
ll. Mengadakan Balai Pelatihan Kerja Khusus Kerajinan Kulit (A6) dan
Pengembangan Industri Pengolahan Limbah (A9)
Expert
Skala Perbandingan
A6 A9
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
mm. Mengadakan Balai Pelatihan Kerja Khusus Kerajinan Kulit (A6) dan
Pengembangan Industri Mesin Pengolahan Kulit (A10)
Expert
Skala Perbandingan
A6 A10
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
168
nn. Meningkatkan Pengetahuan Pengolahan Limbah (A7) dan Memberikan
Bantuan Teknologi dengan Harga Terjangkau (A8)
Expert
Skala Perbandingan
A7 A8
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
oo. Meningkatkan Pengetahuan Pengolahan Limbah (A7) dan Memberikan
Bantuan Teknologi Pengolahan Limbah (A9)
Expert
Skala Perbandingan
A7 A9
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
pp. Meningkatkan Pengetahuan Pengolahan Limbah (A7) dan
Pengembangan Industri Mesin Pengolahan Kulit (A10)
Expert
Skala Perbandingan
A7 A10
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
qq. Memberikan Bantuan Teknologi dengan Harga Terjangkau (A8) dan
Memberikan Bantuan Teknologi Pengolahan Limbah (A9)
Expert
Skala Perbandingan
A8 A9
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
rr. Pelatihan untuk Memberikan Bantuan Teknologi dengan Harga
Terjangkau (A8) dan Pengembangan Industri Mesin Pengolahan Kulit
(A10)
Expert
Skala Perbandingan
A8 A10
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
169
ss. Memberikan Bantuan Teknologi Pengolahan Limbah (A9) dan
Pengembangan Industri Mesin Pengolahan Kulit (A10)
Expert
Skala Perbandingan
A9 A10
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
VIII. Skala Perbandingan Kepentingan pada Kriteria Pemasaran Antara Sub
Kriteria (Alternatif)
a. Pelatihan Manajemen dan Inovasi Produk (A1) dan Mempertahankan
Kualitas Produk (A2)
Expert
Skala Perbandingan
A1 A2
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
b. Pelatihan Manajemen dan Inovasi Produk (A1) dan Memanfaatkan
Promosi Pemerintah Daerah (A3)
Expert
Skala Perbandingan
A1 A3
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
c. Pelatihan Manajemen dan Inovasi Produk (A1) dan Penyediaan
Informasi Pasar (Katalog) (A4)
Expert
Skala Perbandingan
A1 A5
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
d. Pelatihan Manajemen dan Inovasi Produk (A1) dan Pelatihan untuk
Meningkatkan Ketrampilan Teknis (A5)
Expert
Skala Perbandingan
A1 A5
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
170
e. Pelatihan Manajemen dan Inovasi Produk (A1) dan Mengadakan Balai
Pelatihan Kerja Khusus Kerajinan Kulit (A6)
Expert
Skala Perbandingan
A1 A6
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
f. Pelatihan Manajemen dan Inovasi Produk (A1) dan Meningkatkan
Pengetahuan Pengolahan Limbah (A7)
Expert
Skala Perbandingan
A1 A7
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
g. Pelatihan Manajemen dan Inovasi Produk (A1) dan Memberikan
Bantuan Teknologi dengan Harga Terjangkau (A8)
Expert
Skala Perbandingan
A1 A8
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
h. Pelatihan Manajemen dan Inovasi Produk (A1) dan Memberikan
Bantuan Teknologi Pengolahan Limbah (A9)
Expert
Skala Perbandingan
A1 A9
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
i. Pelatihan Manajemen dan Inovasi Produk (A1) dan Pengembangan
Industri Mesin Pengolahan Kulit (A10)
Expert
Skala Perbandingan
A1 A10
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
171
j. Mempertahankan Kualitas Produk (A2) dan Memanfaatkan Promosi
Pemerintah Daerah (A3)
Expert
Skala Perbandingan
A2 A3
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
k. Mempertahankan Kualitas Produk (A2) dan Penyediaan Informasi
Pasar (Katalog) (A4)
Expert
Skala Perbandingan
A2 A4
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
l. Mempertahankan Kualitas Produk (A2) dan Pelatihan untuk
Meningkatkan Ketrampilan Teknis (A5)
Expert
Skala Perbandingan
A2 A5
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
m. Mempertahankan Kualitas Produk (A2) dan Mengadakan Balai
Pelatihan Kerja Khusus Kerajinan Kulit (A6)
Expert
Skala Perbandingan
A2 A6
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
n. Mempertahankan Kualitas Produk (A2) dan Meningkatkan
Pengetahuan Pengolahan Limbah (A7)
Expert
Skala Perbandingan
A2 A7
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
172
o. Mempertahankan Kualitas Produk (A2) dan Memberikan Bantuan
Teknologi dengan Harga Terjangkau (A8)
Expert
Skala Perbandingan
A2 A8
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
p. Mempertahankan Kualitas Produk (A2) dan Memberikan Bantuan
Teknologi Pengolahan Limbah (A9)
Expert
Skala Perbandingan
A2 A9
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
q. Mempertahankan Kualitas Produk (A2) dan Pengembangan Industri
Mesin Pengolahan Kulit (A10)
Expert
Skala Perbandingan
A2 A10
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
r. Memanfaatkan Promosi Pemerintah Daerah (A3) dan Penyediaan
Informasi Pasar (Katalog) (A4)
Expert
Skala Perbandingan
A3 A4
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
s. Memanfaatkan Promosi Pemerintah Daerah (A3) dan Pelatihan untuk
Meningkatkan Ketrampilan Teknis (A5)
Expert
Skala Perbandingan
A3 A5
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
173
t. Memanfaatkan Promosi Pemerintah Daerah (A3) dan Mengadakan Balai
Pelatihan Kerja Khusus Kerajinan Kulit (A6)
Expert
Skala Perbandingan
A3 A6
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
u. Memanfaatkan Promosi Pemerintah Daerah (A3) dan Meningkatkan
Pengetahuan Pengolahan Limbah (A7)
Expert
Skala Perbandingan
A3 A7
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
v. Memanfaatkan Promosi Pemerintah Daerah (A3) dan Memberikan
Bantuan Teknologi dengan Harga Terjangkau (A8)
Expert
Skala Perbandingan
A3 A8
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
w. Memanfaatkan Promosi Pemerintah Daerah (A3) dan Memberikan
Bantuan Teknologi Pengolahan Limbah (A9)
Expert
Skala Perbandingan
A3 A9
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
x. Memanfaatkan Promosi Pemerintah Daerah (A3) dan Pengembangan
Industri Mesin Pengolahan Kulit (A10)
Expert
Skala Perbandingan
A3 A10
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
174
y. Penyediaan Informasi Pasar (Katalog) (A4) dan Pelatihan untuk
Meningkatkan Ketrampilan Teknis (A5)
Expert
Skala Perbandingan
A4 A5
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
z. Penyediaan Informasi Pasar (Katalog) (A4) dan Mengadakan Balai
Pelatihan Kerja Khusus Kerajinan Kulit (A6)
Expert
Skala Perbandingan
A4 A6
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
aa. Penyediaan Informasi Pasar (Katalog) (A4) dan Meningkatkan
Pengetahuan Pengolahan Limbah (A7)
Expert
Skala Perbandingan
A4 A7
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
bb. Penyediaan Informasi Pasar (Katalog) (A4) dan Memberikan Bantuan
Teknologi dengan Harga Terjangkau (A8)
Expert
Skala Perbandingan
A4 A8
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
cc. Penyediaan Informasi Pasar (Katalog) (A4) dan Memberikan Bantuan
Teknologi Pengolahan Limbah (A9)
Expert
Skala Perbandingan
A4 A9
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
175
dd. Penyediaan Informasi Pasar (Katalog) (A4) dan Pengembangan
Industri Mesin Pengolahan Kulit (A10)
Expert
Skala Perbandingan
A4 A10
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
ee. Pelatihan untuk Meningkatkan Ketrampilan Teknis (A5) dan
Mengadakan Balai Pelatihan Kerja Khusus Kerajinan Kulit (A6)
Expert
Skala Perbandingan
A5 A6
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
ff. Pelatihan untuk Meningkatkan Ketrampilan Teknis (A5) dan
Meningkatkan Pengetahuan Pengolahan Limbah (A7)
Expert
Skala Perbandingan
A5 A7
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
gg. Pelatihan untuk Meningkatkan Ketrampilan Teknis (A5) dan
Memberikan Bantuan Teknologi dengan Harga Terjangkau (A8)
Expert
Skala Perbandingan
A5 A8
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
hh. Pelatihan untuk Meningkatkan Ketrampilan Teknis (A5) dan
Memberikan Bantuan Teknologi Pengolahan Limbah (A9)
Expert
Skala Perbandingan
A5 A9
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
176
ii. Pelatihan untuk Meningkatkan Ketrampilan Teknis (A5) dan
Pengembangan Industri Mesin Pengolahan Kulit (A10)
Expert
Skala Perbandingan
A5 A10
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
jj. Mengadakan Balai Pelatihan Kerja Khusus Kerajinan Kulit (A6) dan
Meningkatkan Pengetahuan Pengolahan Limbah (A7)
Expert
Skala Perbandingan
A6 A7
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
kk. Mengadakan Balai Pelatihan Kerja Khusus Kerajinan Kulit (A6) dan
Memberikan Bantuan Teknologi dengan Harga Terjangkau (A8)
Expert
Skala Perbandingan
A6 A8
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
ll. Mengadakan Balai Pelatihan Kerja Khusus Kerajinan Kulit (A6) dan
Pengembangan Industri Pengolahan Limbah (A9)
Expert
Skala Perbandingan
A6 A9
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
mm. Mengadakan Balai Pelatihan Kerja Khusus Kerajinan Kulit (A6) dan
Pengembangan Industri Mesin Pengolahan Kulit (A10)
Expert
Skala Perbandingan
A6 A10
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
177
nn. Meningkatkan Pengetahuan Pengolahan Limbah (A7) dan Memberikan
Bantuan Teknologi dengan Harga Terjangkau (A8)
Expert
Skala Perbandingan
A7 A8
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
oo. Meningkatkan Pengetahuan Pengolahan Limbah (A7) dan Memberikan
Bantuan Teknologi Pengolahan Limbah (A9)
Expert
Skala Perbandingan
A7 A9
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
pp. Meningkatkan Pengetahuan Pengolahan Limbah (A7) dan
Pengembangan Industri Mesin Pengolahan Kulit (A10)
Expert
Skala Perbandingan
A7 A10
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
qq. Memberikan Bantuan Teknologi dengan Harga Terjangkau (A8) dan
Memberikan Bantuan Teknologi Pengolahan Limbah (A9)
Expert
Skala Perbandingan
A8 A9
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
rr. Pelatihan untuk Memberikan Bantuan Teknologi dengan Harga
Terjangkau (A8) dan Pengembangan Industri Mesin Pengolahan Kulit
(A10)
Expert
Skala Perbandingan
A8 A10
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
178
ss. Memberikan Bantuan Teknologi Pengolahan Limbah (A9) dan
Pengembangan Industri Mesin Pengolahan Kulit (A10)
Expert
Skala Perbandingan
A9 A10
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
IX. Skala Perbandingan Kepentingan pada Kriteria SDM Antara Sub Kriteria
(Alternatif)
a. Pelatihan Manajemen dan Inovasi Produk (A1) dan Mempertahankan
Kualitas Produk (A2)
Expert
Skala Perbandingan
A1 A2
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
b. Pelatihan Manajemen dan Inovasi Produk (A1) dan Memanfaatkan
Promosi Pemerintah Daerah (A3)
Expert
Skala Perbandingan
A1 A3
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
c. Pelatihan Manajemen dan Inovasi Produk (A1) dan Penyediaan
Informasi Pasar (Katalog) (A4)
Expert
Skala Perbandingan
A1 A5
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
d. Pelatihan Manajemen dan Inovasi Produk (A1) dan Pelatihan untuk
Meningkatkan Ketrampilan Teknis (A5)
Expert
Skala Perbandingan
A1 A5
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
179
e. Pelatihan Manajemen dan Inovasi Produk (A1) dan Mengadakan Balai
Pelatihan Kerja Khusus Kerajinan Kulit (A6)
Expert
Skala Perbandingan
A1 A6
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
f. Pelatihan Manajemen dan Inovasi Produk (A1) dan Meningkatkan
Pengetahuan Pengolahan Limbah (A7)
Expert
Skala Perbandingan
A1 A7
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
g. Pelatihan Manajemen dan Inovasi Produk (A1) dan Memberikan
Bantuan Teknologi dengan Harga Terjangkau (A8)
Expert
Skala Perbandingan
A1 A8
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
h. Pelatihan Manajemen dan Inovasi Produk (A1) dan Memberikan
Bantuan Teknologi Pengolahan Limbah (A9)
Expert
Skala Perbandingan
A1 A9
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
i. Pelatihan Manajemen dan Inovasi Produk (A1) dan Pengembangan
Industri Mesin Pengolahan Kulit (A10)
Expert
Skala Perbandingan
A1 A10
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
180
j. Mempertahankan Kualitas Produk (A2) dan Memanfaatkan Promosi
Pemerintah Daerah (A3)
Expert
Skala Perbandingan
A2 A3
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
k. Mempertahankan Kualitas Produk (A2) dan Penyediaan Informasi Pasar
(Katalog) (A4)
Expert
Skala Perbandingan
A2 A4
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
l. Mempertahankan Kualitas Produk (A2) dan Pelatihan untuk
Meningkatkan Ketrampilan Teknis (A5)
Expert
Skala Perbandingan
A2 A5
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
m. Mempertahankan Kualitas Produk (A2) dan Mengadakan Balai
Pelatihan Kerja Khusus Kerajinan Kulit (A6)
Expert
Skala Perbandingan
A2 A6
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
n. Mempertahankan Kualitas Produk (A2) dan Meningkatkan Pengetahuan
Pengolahan Limbah (A7)
Expert
Skala Perbandingan
A2 A7
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
181
o. Mempertahankan Kualitas Produk (A2) dan Memberikan Bantuan
Teknologi dengan Harga Terjangkau (A8)
Expert
Skala Perbandingan
A2 A8
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
p. Mempertahankan Kualitas Produk (A2) dan Memberikan Bantuan
Teknologi Pengolahan Limbah (A9)
Expert
Skala Perbandingan
A2 A9
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
q. Mempertahankan Kualitas Produk (A2) dan Pengembangan Industri
Mesin Pengolahan Kulit (A10)
Expert
Skala Perbandingan
A2 A10
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
r. Memanfaatkan Promosi Pemerintah Daerah (A3) dan Penyediaan
Informasi Pasar (Katalog) (A4)
Expert
Skala Perbandingan
A3 A4
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
s. Memanfaatkan Promosi Pemerintah Daerah (A3) dan Pelatihan untuk
Meningkatkan Ketrampilan Teknis (A5)
Expert
Skala Perbandingan
A3 A5
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3
X4 √
X5 √
182
t. Memanfaatkan Promosi Pemerintah Daerah (A3) dan Mengadakan
Balai Pelatihan Kerja Khusus Kerajinan Kulit (A6)
Expert
Skala Perbandingan
A3 A6
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
u. Memanfaatkan Promosi Pemerintah Daerah (A3) dan Meningkatkan
Pengetahuan Pengolahan Limbah (A7)
Expert
Skala Perbandingan
A3 A7
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
v. Memanfaatkan Promosi Pemerintah Daerah (A3) dan Memberikan
Bantuan Teknologi dengan Harga Terjangkau (A8)
Expert
Skala Perbandingan
A3 A8
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
w. Memanfaatkan Promosi Pemerintah Daerah (A3) dan Memberikan
Bantuan Teknologi Pengolahan Limbah (A9)
Expert
Skala Perbandingan
A3 A9
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
x. Memanfaatkan Promosi Pemerintah Daerah (A3) dan Pengembangan
Industri Mesin Pengolahan Kulit (A10)
Expert
Skala Perbandingan
A3 A10
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
183
y. Penyediaan Informasi Pasar (Katalog) (A4) dan Pelatihan untuk
Meningkatkan Ketrampilan Teknis (A5)
Expert
Skala Perbandingan
A4 A5
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
z. Penyediaan Informasi Pasar (Katalog) (A4) dan Mengadakan Balai
Pelatihan Kerja Khusus Kerajinan Kulit (A6)
Expert
Skala Perbandingan
A4 A6
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
aa. Penyediaan Informasi Pasar (Katalog) (A4) dan Meningkatkan
Pengetahuan Pengolahan Limbah (A7)
Expert
Skala Perbandingan
A4 A7
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
bb. Penyediaan Informasi Pasar (Katalog) (A4) dan Memberikan Bantuan
Teknologi dengan Harga Terjangkau (A8)
Expert
Skala Perbandingan
A4 A8
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
cc. Penyediaan Informasi Pasar (Katalog) (A4) dan Memberikan Bantuan
Teknologi Pengolahan Limbah (A9)
Expert
Skala Perbandingan
A4 A9
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
184
dd. Penyediaan Informasi Pasar (Katalog) (A4) dan Pengembangan Industri
Mesin Pengolahan Kulit (A10)
Expert
Skala Perbandingan
A4 A10
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
ee. Pelatihan untuk Meningkatkan Ketrampilan Teknis (A5) dan
Mengadakan Balai Pelatihan Kerja Khusus Kerajinan Kulit (A6)
Expert
Skala Perbandingan
A5 A6
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
ff. Pelatihan untuk Meningkatkan Ketrampilan Teknis (A5) dan
Meningkatkan Pengetahuan Pengolahan Limbah (A7)
Expert
Skala Perbandingan
A5 A7
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2
X3 √
X4 √
X5 √
gg. Pelatihan untuk Meningkatkan Ketrampilan Teknis (A5) dan
Memberikan Bantuan Teknologi dengan Harga Terjangkau (A8)
Expert
Skala Perbandingan
A5 A8
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
hh. Pelatihan untuk Meningkatkan Ketrampilan Teknis (A5) dan
Memberikan Bantuan Teknologi Pengolahan Limbah (A9)
Expert
Skala Perbandingan
A5 A9
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
185
ii. Pelatihan untuk Meningkatkan Ketrampilan Teknis (A5) dan
Pengembangan Industri Mesin Pengolahan Kulit (A10)
Expert
Skala Perbandingan
A5 A10
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
jj. Mengadakan Balai Pelatihan Kerja Khusus Kerajinan Kulit (A6) dan
Meningkatkan Pengetahuan Pengolahan Limbah (A7)
Expert
Skala Perbandingan
A6 A7
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
kk. Mengadakan Balai Pelatihan Kerja Khusus Kerajinan Kulit (A6) dan
Memberikan Bantuan Teknologi dengan Harga Terjangkau (A8)
Expert
Skala Perbandingan
A6 A8
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
ll. Mengadakan Balai Pelatihan Kerja Khusus Kerajinan Kulit (A6) dan
Pengembangan Industri Pengolahan Limbah (A9)
Expert
Skala Perbandingan
A6 A9
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
mm. Mengadakan Balai Pelatihan Kerja Khusus Kerajinan Kulit (A6) dan
Pengembangan Industri Mesin Pengolahan Kulit (A10)
Expert
Skala Perbandingan
A6 A10
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
186
nn. Meningkatkan Pengetahuan Pengolahan Limbah (A7) dan Memberikan
Bantuan Teknologi dengan Harga Terjangkau (A8)
Expert
Skala Perbandingan
A7 A8
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
oo. Meningkatkan Pengetahuan Pengolahan Limbah (A7) dan Memberikan
Bantuan Teknologi Pengolahan Limbah (A9)
Expert
Skala Perbandingan
A7 A9
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
pp. Meningkatkan Pengetahuan Pengolahan Limbah (A7) dan
Pengembangan Industri Mesin Pengolahan Kulit (A10)
Expert
Skala Perbandingan
A7 A10
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
qq. Memberikan Bantuan Teknologi dengan Harga Terjangkau (A8) dan
Memberikan Bantuan Teknologi Pengolahan Limbah (A9)
Expert
Skala Perbandingan
A8 A9
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
rr. Pelatihan untuk Memberikan Bantuan Teknologi dengan Harga
Terjangkau (A8) dan Pengembangan Industri Mesin Pengolahan Kulit
(A10)
Expert
Skala Perbandingan
A8 A10
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
187
ss. Memberikan Bantuan Teknologi Pengolahan Limbah (A9) dan
Pengembangan Industri Mesin Pengolahan Kulit (A10)
Expert
Skala Perbandingan
A9 A10
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
X. Skala Perbandingan Kepentingan pada Kriteria Teknologi Antara Sub
Kriteria (Alternatif)
a. Pelatihan Manajemen dan Inovasi Produk (A1) dan Mempertahankan
Kualitas Produk (A2)
Expert
Skala Perbandingan
A1 A2
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
b. Pelatihan Manajemen dan Inovasi Produk (A1) dan Memanfaatkan
Promosi Pemerintah Daerah (A3)
Expert
Skala Perbandingan
A1 A3
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
c. Pelatihan Manajemen dan Inovasi Produk (A1) dan Penyediaan
Informasi Pasar (Katalog) (A4)
Expert
Skala Perbandingan
A1 A4
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4
X5 √
d. Pelatihan Manajemen dan Inovasi Produk (A1) dan Pelatihan untuk
Meningkatkan Ketrampilan Tekni s (A5)
Expert
Skala Perbandingan
A1 A5
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4
X5 √
188
e. Pelatihan Manajemen dan Inovasi Produk (A1) dan Mengadakan Balai
Pelatihan Kerja Khusus Kerajinan Kulit (A6)
Expert
Skala Perbandingan
A1 A6
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
f. Pelatihan Manajemen dan Inovasi Produk (A1) dan Meningkatkan
Pengetahuan Pengolahan Limbah (A7)
Expert
Skala Perbandingan
A1 A7
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
g. Pelatihan Manajemen dan Inovasi Produk (A1) dan Memberikan
Bantuan Teknologi dengan Harga Terjangkau (A8)
Expert
Skala Perbandingan
A1 A8
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
h. Pelatihan Manajemen dan Inovasi Produk (A1) dan Memberikan
Bantuan Teknologi Pengolahan Limbah (A9)
Expert
Skala Perbandingan
A1 A9
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
i. Pelatihan Manajemen dan Inovasi Produk (A1) dan Pengembangan
Industri Mesin Pengolahan Kulit (A10)
Expert
Skala Perbandingan
A1 A10
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
189
j. Mempertahankan Kualitas Produk (A2) dan Memanfaatkan Promosi
Pemerintah Daerah (A3)
Expert
Skala Perbandingan
A2 A3
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
k. Mempertahankan Kualitas Produk (A2) dan Penyediaan Informasi Pasar
(Katalog) (A4)
Expert
Skala Perbandingan
A2 A4
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
l. Mempertahankan Kualitas Produk (A2) dan Pelatihan untuk
Meningkatkan Ketrampilan Teknis (A5)
Expert
Skala Perbandingan
A2 A5
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
m. Mempertahankan Kualitas Produk (A2) dan Mengadakan Balai
Pelatihan Kerja Khusus Kerajinan Kulit (A6)
Expert
Skala Perbandingan
A2 A4
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
n. Mempertahankan Kualitas Produk (A2) dan Meningkatkan Pengetahuan
Pengolahan Limbah (A7)
Expert
Skala Perbandingan
A2 A7
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
190
o. Mempertahankan Kualitas Produk (A2) dan Memberikan Bantuan
Teknologi dengan Harga Terjangkau (A8)
Expert
Skala Perbandingan
A2 A8
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
p. Mempertahankan Kualitas Produk (A2) dan Memberikan Bantuan
Teknologi Pengolahan Limbah (A9)
Expert
Skala Perbandingan
A2 A9
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
q. Mempertahankan Kualitas Produk (A2) dan Pengembangan Industri
Mesin Pengolahan Kulit (A10)
Expert
Skala Perbandingan
A2 A10
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
r. Memanfaatkan Promosi Pemerintah Daerah (A3) dan Penyediaan
Informasi Pasar (Katalog) (A4)
Expert
Skala Perbandingan
A3 A4
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
s. Memanfaatkan Promosi Pemerintah Daerah (A3) dan Pelatihan untuk
Meningkatkan Ketrampilan Teknis (A5)
Expert
Skala Perbandingan
A3 A5
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
191
t. Memanfaatkan Promosi Pemerintah Daerah (A3) dan Mengadakan
Balai Pelatihan Kerja Khusus Kerajinan Kulit (A6)
Expert
Skala Perbandingan
A3 A6
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √ √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
u. Memanfaatkan Promosi Pemerintah Daerah (A3) dan Meningkatkan
Pengetahuan Pengolahan Limbah (A7)
Expert
Skala Perbandingan
A3 A7
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
v. Memanfaatkan Promosi Pemerintah Daerah (A3) dan Memberikan
Bantuan Teknologi dengan Harga Terjangkau (A8)
Expert
Skala Perbandingan
A3 A8
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
w. Memanfaatkan Promosi Pemerintah Daerah (A3) dan Memberikan
Bantuan Teknologi Pengolahan Limbah (A9)
Expert
Skala Perbandingan
A3 A9
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
x. Memanfaatkan Promosi Pemerintah Daerah (A3) dan Pengembangan
Industri Mesin Pengolahan Kulit (A10)
Expert
Skala Perbandingan
A3 A10
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
192
y. Penyediaan Informasi Pasar (Katalog) (A4) dan Pelatihan untuk
Meningkatkan Ketrampilan Teknis (A5)
Expert
Skala Perbandingan
A4 A5
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
z. Penyediaan Informasi Pasar (Katalog) (A4) dan Mengadakan Balai
Pelatihan Kerja Khusus Kerajinan Kulit (A6)
Expert
Skala Perbandingan
A4 A6
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
aa. Penyediaan Informasi Pasar (Katalog) (A4) dan Meningkatkan
Pengetahuan Pengolahan Limbah (A7)
Expert
Skala Perbandingan
A4 A7
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
bb. Penyediaan Informasi Pasar (Katalog) (A4) dan Memberikan Bantuan
Teknologi dengan Harga Terjangkau (A8)
Expert
Skala Perbandingan
A4 A8
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
cc. Penyediaan Informasi Pasar (Katalog) (A4) dan Memberikan Bantuan
Teknologi Pengolahan Limbah (A9)
Expert
Skala Perbandingan
A4 A9
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
193
dd. Penyediaan Informasi Pasar (Katalog) (A4) dan Pengembangan Industri
Mesin Pengolahan Kulit (A10)
Expert
Skala Perbandingan
A4 A10
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
ee. Pelatihan untuk Meningkatkan Ketrampilan Teknis (A5) dan
Mengadakan Balai Pelatihan Kerja Khusus Kerajinan Kulit (A6)
Expert
Skala Perbandingan
A5 A6
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
ff. Pelatihan untuk Meningkatkan Ketrampilan Teknis (A5) dan
Meningkatkan Pengetahuan Pengolahan Limbah (A7)
Expert
Skala Perbandingan
A5 A7
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
gg. Pelatihan untuk Meningkatkan Ketrampilan Teknis (A5) dan
Memberikan Bantuan Teknologi dengan Harga Terjangkau (A8)
Expert
Skala Perbandingan
A5 A8
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
hh. Pelatihan untuk Meningkatkan Ketrampilan Teknis (A5) dan
Memberikan Bantuan Teknologi Pengolahan Limbah (A9)
Expert
Skala Perbandingan
A5 A9
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
194
ii. Pelatihan untuk Meningkatkan Ketrampilan Teknis (A5) dan
Pengembangan Industri Mesin Pengolahan Kulit (A10)
Expert
Skala Perbandingan
A5 A10
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
jj. Mengadakan Balai Pelatihan Kerja Khusus Kerajinan Kulit (A6) dan
Meningkatkan Pengetahuan Pengolahan Limbah (A7)
Expert
Skala Perbandingan
A6 A7
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
kk. Mengadakan Balai Pelatihan Kerja Khusus Kerajinan Kulit (A6) dan
Memberikan Bantuan Teknologi dengan Harga Terjangkau (A8)
Expert
Skala Perbandingan
A6 A8
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
ll. Mengadakan Balai Pelatihan Kerja Khusus Kerajinan Kulit (A6) dan
Pengembangan Industri Pengolahan Limbah (A9)
Expert
Skala Perbandingan
A6 A9
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
mm. Mengadakan Balai Pelatihan Kerja Khusus Kerajinan Kulit (A6) dan
Pengembangan Industri Mesin Pengolahan Kulit (A10)
Expert
Skala Perbandingan
A6 A10
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
195
nn. Meningkatkan Pengetahuan Pengolahan Limbah (A7) dan Memberikan
Bantuan Teknologi dengan Harga Terjangkau (A8)
Expert
Skala Perbandingan
A7 A8
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
oo. Meningkatkan Pengetahuan Pengolahan Limbah (A7) dan Memberikan
Bantuan Teknologi Pengolahan Limbah (A9)
Expert
Skala Perbandingan
A7 A9
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
pp. Meningkatkan Pengetahuan Pengolahan Limbah (A7) dan
Pengembangan Industri Mesin Pengolahan Kulit (A10)
Expert
Skala Perbandingan
A7 A10
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
qq. Memberikan Bantuan Teknologi dengan Harga Terjangkau (A8) dan
Memberikan Bantuan Teknologi Pengolahan Limbah (A9)
Expert
Skala Perbandingan
A8 A9
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
rr. Pelatihan untuk Memberikan Bantuan Teknologi dengan Harga
Terjangkau (A8) dan Pengembangan Industri Mesin Pengolahan Kulit
(A10)
Expert
Skala Perbandingan
A8 A10
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
196
ss. Memberikan Bantuan Teknologi Pengolahan Limbah (A9) dan
Pengembangan Industri Mesin Pengolahan Kulit (A10)
Expert
Skala Perbandingan
A9 A10
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
X1 √
X2 √
X3 √
X4 √
X5 √
Lampiran 51. Tingkat Kepentingan Masing-Masing Kriteria Pengembangan
Industri Kerajinan Alas Kaki di Sentra Kerajinan Kulit Kabupaten
Magetan.
Lampiran 52. Tingkat Kepentingan Masing-Masing Alternatif Strategi
Pengembangan Industri Kerajinan Alas Kaki di Sentra Kerajinan
Kulit Kabupaten Magetan.
197
Lampiran 53.Kuesioner A
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
KUISIONER A
JUDUL : Analisis Nilai Tambah dan Strategi Pengembangan Industri
Kerajinan Kulit di Sentra Kerainan Kulit Kabupaten
Magetan
LOKASI : Kabupaten Magetan
Identitas Responden
Nama :
Umur :
Pendidikan :
Nama Industri :
Alamat :
Pekerjaan Utama :
Pekerjaan Sampingan :
Jumlah Anggota Keluarga :
Pewawancara
Nama : Yofita Putri Perwitasari
NIM : 151510601158
Hari/ Tanggal Wawancara :
198
A. KONDISI UMUM AGROINDUSTRI
1. Apakah bentuk industri alas kaki dari kulit yang anda usahakan?
Jawab:..................................................................................................................
2. Sejak kapan industri tersebut didirikan?
Jawab:..................................................................................................................
3. Dimana lokasi industri alas kaki dari kulit yang anda jalankan?
Jawab:..................................................................................................................
4. Mengapa anda memilih lokasi tersebut?
Jawab:..................................................................................................................
5. Berapa luas area yang anda gunakan untuk usaha industri tersebut?
Jawab:..................................................................................................................
6. Apakah area yang anda gunakan milik pribadi atau sewa?
Jawab:..................................................................................................................
7. Apa alasan anda memilih untuk menjalankan industri alas kaki dari kulit?
Jawab:..................................................................................................................
8. Apakah usaha ini menjadi pekerjaan utama anda atau hanya usaha sampingan?
Jawab: .................................................................................................................
9. Apakah bapak mengusahakan usaha lain selain industri ini?
a. Ya b. Tidak
10. Jika ya, jenis pekerjaan apa yang anda usahakan?
Jawab: .................................................................................................................
11. Bagaimana struktur pengelolaan usaha pada industri alas kaki dari kulit?
Jawab: .................................................................................................................
12. Bagaiamana perkembangan industri anda sejak berdiri hingga saat ini?
Jawab:..................................................................................................................
13. Apakah dalam berusaha industri alas kaki dari kulit tersebut berdiri sendiri atau
bekerjasama dengan orang lain?
Jawab:..................................................................................................................
14. Jika ada, dengan siapakah industri anda miliki ini bekerjasama?
Jawab:..................................................................................................................
199
15. Apakah nama usaha ini sudah terdaftar di Dinas terkait?
Jawab: .................................................................................................................
16. Berapakah jumlah tenaga kerja yang dimiliki industri alas kaki dari kulit?
Jawab: .................................................................................................................
17. Apa yang menjadi hambatan selama menjalankan usaha industri alas kaki dari
kulit?
Jawab: .................................................................................................................
18. Siapakah pengambil keputusan dalam industri anda?
Jawab: .................................................................................................................
B. PRODUKSI INDUSTRI ALAS KAKI DARI KULIT
a. Proses Pembuatan Sandal
1. Bahan baku apa saja yang anda perlukan dalam melakukan proses produksi?
a. Bahan baku utama: .......................................................................................
b. Bahan baku pendukung: ...............................................................................
2. Berapa jumlah bahan baku yang anda butuhkan dalam satu kali proses
produksi?
a. Bahan baku utama: .......................................................................................
b. Bahan baku pendukung: ...............................................................................
3. Apakah pengadaan bahan baku tergantung pemasok?
Jawab:..................................................................................................................
Alasan,.................................................................................................................
4. Apakah ada standard khusus yang anda tetapkan dalam memilih bahan baku?
Jawab: .................................................................................................................
5. Jika iya, standard apa saja yang anda tetapkan tersebut?
Jawab: .................................................................................................................
6. Apakah ketersediaan bahan baku bisa kontinyu?
Jawab: .................................................................................................................
7. Jika tidak bagaimana cara mengatasinya?
Jawab: .................................................................................................................
200
8. Bagaimana sistem pembayaran pembelian bahan baku?
Jawab: .................................................................................................................
9. Siapa penentu harga bahan baku tersebut?
Jawab: .................................................................................................................
10. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membuat sandal kulit dalam satu
kali proses produksi?
Jawab: .................................................................................................................
11. Dalam satu minggu berapa kali proses produksi sandal kulit?
Jawab: .................................................................................................................
12. Bagaimana teknologi yang digunakan dalam proses produksi sandal kulit?
a. Tradisional, bagaimana Teknik pengolahannya? .........................................
b. Modern, bagaimana Teknik pengolahannya? ..............................................
13. Kendala apa yang sering dialami selama proses produksi sandal kulit?
Jawab: .................................................................................................................
14. Bagaimana cara anda mengatasinya?
Jawab: .................................................................................................................
15. Apa nama label produk sandal kulit yang dipasarkan?
Jawab: .................................................................................................................
16. Apakah harga produk sandal kulit dipasaran sering mengalami perubahan?
Jawab: .................................................................................................................
17. Berapa lama waktu kerja tenaga kerja yang anda gunakan dalam satu kali
proses produksi?
Jawab: .................................................................................................................
18. Apakah terdapat perbedaann waktu kerja untuk setiap tenaga kerja pada
masing-masing bidang pekeraan?
Jawab: .................................................................................................................
19. Bahan bakar apa saja yang anda gunakan untuk melakukan produksi?
Jawab: .................................................................................................................
20. Darimana anda memperoleh bahan bakar tersebut?
Jawab: .................................................................................................................
201
21. Apakah anda pernah mengalami kesulitan dalam menjual produk?
Jawab: .................................................................................................................
22. Bagaimana cara anda mengatasinya?
Jawab: .................................................................................................................
23. Apakah anda pernah mengalami kerugian dalam usaha anda?
Jawab: .................................................................................................................
24. Jika ya, apa penyebab kerugian tersebut?
Jawab: .................................................................................................................
25. Berapa hasil produksi anda dalam satu kali proses produksi?
Volume produksi
(pasang)
Harga
(Rp/pasang)
Total (Rp) Penerimaan (Rp)
b. Proses Pembuatan Sepatu Kulit
1. Bahan baku apa saja yang anda perlukan dalam melakukan proses produksi?
a. Bahan baku utama: .......................................................................................
b. Bahan baku pendukung: ...............................................................................
2. Berapa jumlah bahan baku yang anda butuhkan dalam satu kali proses
produksi?
a. Bahan baku utama: .......................................................................................
b. Bahan baku pendukung: ...............................................................................
3. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membuat sepatu kulit dalam satu
kali proses produksi?
Jawab: .................................................................................................................
4. Dalam satu minggu berapa kali proses produksi sepatu kulit?
Jawab: .................................................................................................................
5. Bagaimana teknologi yang digunakan dalam proses produksi sepatu kulit?
a. Tradisional, bagaimana Teknik pengolahannya? .........................................
b. Modern, bagaimana Teknik pengolahannya? ..............................................
6. Kendala apa yang sering dialami selama proses produksi sepatu kulit?
202
Jawab: .................................................................................................................
7. Bagaimana cara anda mengatasinya?
Jawab: .................................................................................................................
8. Apakah harga produk sepatu kulit dipasaran sering mengalami perubahan?
Jawab: .................................................................................................................
9. Berapa hasil produksi anda dalam satu kali proses produksi?
Volume produksi
(pasang)
Harga
(Rp/pasang)
Total (Rp) Penerimaan (Rp)
C. PENGGUNAAN BIAYA PRODUKSI (satu kali proses produksi)
1. Biaya Tetap
a. Penyusutan peralatan
a b c d=(axb)/c
No Peralatan Harga
(Rp)
Jumlah Umur
Pemakaian
Umur
Ekonomis
Biaya Penyusutan
(Rp/bulan)
1. Mesin Press
2. Mesin Seset
3. Mesin Label
4. Mesin Gerinda
5. Mesin Jahit
6.
7.
8.
9.
10.
Jumlah
203
b. Biaya tetap
No Uraian Jumlah/Tahun Harga
(Rp/Satuan)
Total/Tahun
1 Pajak
2 Listrik
3
4
Total Keseluruhan :
c. Biaya lain-lain: .............................................................................................
d. Total biaya tetap (TFC)= .............................................................................
2. Biaya Variabel
a. Biaya variabel bahan baku
No. Jenis Bahan Baku Satuan Jumlah Harga Total
1. Kulit
2. Sol
3.
4.
5.
6.
Jumlah
b. Biaya tenaga kerja
No Jenis Kegiatan Jam Kerja
/ hari
Jumlah TK
(jiwa)
Upah (Rp) Total
Lk Pr Lk Pr
1 Desain
2 Upper
3 Assembling
4 Finishing
5 Toko
6
7
204
c. Biaya lain-lain
No. Jenis Bahan Baku Satuan Jumlah Biaya Persatuan Total
1. Purring
2. Liring
3. Insol
4. Paku
5. Kain Keras
6. Spons
7. Lem
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Jumlah
d. Total Biaya Variabel (TVC)= .....................................................................
3. Biaya Total (TC) = TFC + TVC = ...................................................................
4. Penerimaan
No Produk Jumlah
(Bulan)
Jumlah
(Tahun)
Harga (Rp/
Pasang)
Total penerimaan (Rp)
1. Sepatu
a. Laki-laki
b. Perempuan
2. Sandal
a. Laki-laki
b. Perempuan
3.
Total
D. MODAL
1. Darimana modal yang digunakan dalam menjalankan industri ini?
Jawab: .................................................................................................................
205
2. Berapakan besarnya modal yang harus dikeluarkan dalam satu kali proses
produksi sandal kulit?
Jawab: .................................................................................................................
3. Berapakan besarnya modal yang harus dikeluarkan dalam satu kali proses
produksi sepatu kulit?
Jawab: .................................................................................................................
4. Apakah industri kerajinan alas kaki dari kulit yang dijalankan saat ini dirasa
sudah menguntungkan?
Jawab: .................................................................................................................
5. Apakah sudah melakukan pembukuan keuangan secara teratur?
Jawab: .................................................................................................................
E. PEMASARAN
1. Bagaimana sistem pemasaran yang dilakukan?
a. Dijual sendiri
b. Melalui pedagang/ pengecer
c. Lainnya ........................................................................................................
2. Mengapa memilih sistem pemasaran itu?
Jawab: .................................................................................................................
3. Berapa banyak anda menjual hasil kerajinan alas kaki dari kulit dalam sehari?
Jawab: .................................................................................................................
4. Bagaimana sistem pembayaran produk kerajinan alas kaki dari kulit?
Jawab: .................................................................................................................
5. Kepada siapa anda menjual hasil produksi kerajinan alas kaki dari kulit?
a. Pedagang besar
b. Pengecer
c. Lainnya, ........................................................................................................
6. Dimana anda menjual hasil produksi kerajinan alas kaki dari kulit tersebet?
a. Wilayah lokal (Desa atau Kecamatan setempat)
b. Pasar
c. Kemitraan
206
d. Lainnya, ........................................................................................................
7. Mengapa anda menjual hasil produksi kerajinan alas kaki ke pihak tersebut?
a. Lebih mudah
b. Hemat biaya
c. Ikatan sosial
d. Lainnya, ........................................................................................................
8. Jenis transportasi apa yang digunakan untuk mendistribusikan produk?
Jawab: .................................................................................................................
9. Apa yang akan dilakukan terhadap produk yang tidak terjual?
Jawab: .................................................................................................................
10. Kendala apa saja yang dihadapi saat menjalankan proses pemasaran produk ?
Jawab: .................................................................................................................
11. Bagaimana solusi untuk menghadapi kendala tersebut?
Jawab: .................................................................................................................
12. Selama menjalankan usaha ini, kapan industri ini mendapatkan keuntungan
penjualan tertinggi?
Jawab: .................................................................................................................
F. KEBIJAKAN PEMERINTAH
1. Adakah kebijakan atau peraturan pemerintah yang berkaitan dengan industri
kerajinan alas kaki dari kulit?
Jawab: .................................................................................................................
2. Pernahkah mendapatkan bantuan dan pembinaan dari pemerintah atau
Lembaga perkembangan industri kerajinan alas kaki dari kulit?
Jawab: .................................................................................................................
3. Bagaimana pengaruh adanya peraturan-peraturan atau kebijakan pemerintah
terhadap perkembangan industri kerajinan alas kaki dari kulit?
Jawab: .................................................................................................................
4. Adakah penyuluhan atau pelatihan yang diberikan oleh pemerintah?
Jawab: .................................................................................................................
207
Lampiran 54. Kuesioner AHP
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
KUISIONER B
JUDUL : Analisis Nilai Tambah dan Strategi Pengembangan Industri
Kerajinan Kulit di Sentra Kerajinan Kulit Kabupaten
Magetan
LOKASI : Kabupaten Magetan
Identitas Expert
Nama :
Umur :
Nama Industri :
Alamat :
Pekerjaan Utama :
Pekerjaan Sampingan :
Jumlah Anggota Keluarga :
Pewawancara
Nama : Yofita Putri Perwitasari
NIM : 151510601158
Hari/ Tanggal Wawancara :
208
Penentuan Prioritas Strategi Pengembangan Industri Kerajinan Kulit di
Sentra Kerajinan Kulit Kabupaten Magetan
Petunjuk Pengisian Kuisioner:
1. Penentuan prioritas elemen strategi pengembangan industri kerajinan alas kaki
dari kulit di sentra kerajinan kulit Kabupaten Magetan di nilai dengan skor antara
1 sampai dengan 9.
2. Skala tersebut merupakan angka perbandingan dari dua elemen yang
dibandingkan guna memperoleh tingkat kepentingan dari masing-masing
elemen yang ditentukan.
Skala 1 : elemen satu sama penting dengan elemen lainnya.
Skala 3 : elemen satu sedikit lebih penting dibanding elemen lainnya.
Skala 5 : elemen satu esensial atau sangat penting dibanding elemen lainnya.
Skala 7 : elemen satu jelas lebih penting dibanding elemen lainnya.
Skala 9 : elemen satu mutlak lebih penting dibanding elemen lainnya.
Skala (2, 4, 6, 8) : elemen satu mempunyai nilai diantara nilai elemen yang
berdekatan.
Penentuan Strategi Pengembangan Industri Kerajinan Kulit di Sentra
Kerajinan Kulit Kabupaten Magetan
Tingkat 1:
Tingkat satu menunjukkan tujuan yang ingin dicapai. Tujuan yang ingin
dicapai adalah pengembangan industri alas kaki dari kulit di sentra kerajinan kulit
Kabupaten Magetan agar menjadi industri unggulan.
Tingkat 2:
Tingkat dua merupakan kriteria yang digunakan dalam pengembangan industri alas
kaki dari kulit di Kabupaten Magetan. Terdapat 4 kriteria yang digunakan dalam
pengembangan industri alas kaki dari kulit di Kabupaten Magetan, yaitu:
K1 : kriteria Produksi
K2 : kriteria Pemasaran
K3 : kriteria SDM
K4 : kriteria Teknologi
209
Tabel Pengisian Tingkat Kepentingan Kriteria Pengembangan Industri
Kerajinan Alas Kaki dari Kulit di Sentra Kerajinan Kulit Kabupaten
Magetan
Kriteria
(K)
Skala Perbandingan Kriteria
(K)
2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9
K1 K2
K1 K3
K1 K4
K2 K3
K2 K4
K3 K4
Tingkat 3:
Tingkat ketiga dalam struktur hirarki analisis AHP menunjukkan alternatif
yang digunakan dalam pengembangan industri kerajinan alas kaki dari kulit di
sentra kerajinan kulit Kabupaten Magetan guna meningkatkan industri kerajinan
alas kaki dari kulit. Terdapat 10 alternatif yang digunakan dalam pengembangan
industri kerajinan alas kaki dari kulit di sentra kerajinan kulit Kabupaten Magetan.
Kesepuluh alternatif tersebut antara lain:
a. Pelatihan Manajemen dan Inovasi Produk (A1)
b. Mempertahankan Kualitas Produk (A2)
c. Memanfaatkan Promosi Pemerintah Daerah (A3)
d. Penyediaan Informasi Pasar (Katalog) (A4)
e. Pelatihan untuk Meningkatkan Ketrampilan Teknis (A5)
f. Mengadakan Balai Latihan Kerja Khusus Kerajinan Kulit (A6)
g. Meningkatkan Pengetahuan Pengolahan Limbah (A7)
h. Memberikan Bantuan Teknologi dengan Harga Terjangkau (A8)
i. Memberikan Bantuan Teknologi Pengolahan Limbah (A9)
j. Pengembangan Industri Mesin Pengolahan Kulit (A10)
210
Penentuan Bobot Perbandingan Antar Alternatif Pengembangan Industri
Kerajinan Alas Kaki dari Kulit di Sentra Kerajinan Kulit Kabupaten
Magetan:
1. Berdasarkan Kriteria Produksi
a. Menurut Bapak/ Ibu, alternatif manakah yang lebih penting dalam mendukung
pengembangan industri kerajinan alas kaki dari kulit di Kabupaten Magetan?
Alternatif
(A)
Skala Perbandingan Alternatif
(A) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
A1 A2
A1 A3
A1 A4
A1 A5
A1 A6
A1 A7
A1 A8
A1 A9
A1 A10
b. Menurut Bapak/ Ibu, alternatif manakah yang lebih penting dalam mendukung
pengembangan industri kerajinan alas kaki dari kulit di Kabupaten Magetan?
Alternatif
(A)
Skala Perbandingan Alternatif
(A) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
A2 A3
A2 A4
A2 A5
A2 A6
A2 A7
A2 A8
A2 A9
A2 A10
c. Menurut Bapak/ Ibu, alternatif manakah yang lebih penting dalam mendukung
pengembangan industri kerajinan alas kaki dari kulit di Kabupaten Magetan?
Alternatif
(A)
Skala Perbandingan Alternatif
(A) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
A3 A4
A3 A5
A3 A6
A3 A7
211
A3 A8
A3 A9
A3 A10
d. Menurut Bapak/ Ibu, alternatif manakah yang lebih penting dalam mendukung
pengembangan industri kerajinan alas kaki dari kulit di Kabupaten Magetan?
Alternatif
(A)
Skala Perbandingan Alternatif
(A) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
A4 A5
A4 A6
A4 A7
A4 A8
A4 A9
A4 A10
e. Menurut Bapak/ Ibu, alternatif manakah yang lebih penting dalam mendukung
pengembangan industri kerajinan alas kaki dari kulit di Kabupaten Magetan?
Alternatif
(A)
Skala Perbandingan Alternatif
(A) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
A5 A6
A5 A7
A5 A8
A5 A9
A5 A10
f. Menurut Bapak/ Ibu, alternatif manakah yang lebih penting dalam mendukung
pengembangan industri kerajinan alas kaki dari kulit di Kabupaten Magetan?
Alternatif
(A)
Skala Perbandingan Alternatif
(A) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
A6 A7
A6 A8
A6 A9
A6 A10
g. Menurut Bapak/ Ibu, alternatif manakah yang lebih penting dalam mendukung
pengembangan industri kerajinan alas kaki dari kulit di Kabupaten Magetan?
Alternatif
(A)
Skala Perbandingan Alternatif
(A) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
A7 A8
212
A7 A9
A7 A10
h. Menurut Bapak/ Ibu, alternatif manakah yang lebih penting dalam mendukung
pengembangan industri kerajinan alas kaki dari kulit di Kabupaten Magetan?
Alternatif
(A)
Skala Perbandingan Alternatif
(A) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
A8 A9
A8 A10
i. Menurut Bapak/ Ibu, alternatif manakah yang lebih penting dalam mendukung
pengembangan industri kerajinan alas kaki dari kulit di Kabupaten Magetan?
Alternatif
(A)
Skala Perbandingan Alternatif
(A) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
A9 A10
2. Berdasarkan Kriteria Pemasaran
j. Menurut Bapak/ Ibu, alternatif manakah yang lebih penting dalam mendukung
pengembangan industri kerajinan alas kaki dari kulit di Kabupaten Magetan?
Alternatif
(A)
Skala Perbandingan Alternatif
(A) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
A1 A2
A1 A3
A1 A4
A1 A5
A1 A6
A1 A7
A1 A8
A1 A9
A1 A10
k. Menurut Bapak/ Ibu, alternatif manakah yang lebih penting dalam mendukung
pengembangan industri kerajinan alas kaki dari kulit di Kabupaten Magetan?
Alternatif
(A)
Skala Perbandingan Alternatif
(A) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
A2 A3
A2 A4
A2 A5
A2 A6
213
A2 A7
A2 A8
A2 A9
A2 A10
l. Menurut Bapak/ Ibu, alternatif manakah yang lebih penting dalam mendukung
pengembangan industri kerajinan alas kaki dari kulit di Kabupaten Magetan?
Alternatif
(A)
Skala Perbandingan Alternatif
(A) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
A3 A4
A3 A5
A3 A6
A3 A7
A3 A8
A3 A9
A3 A10
m. Menurut Bapak/ Ibu, alternatif manakah yang lebih penting dalam mendukung
pengembangan industri kerajinan alas kaki dari kulit di Kabupaten Magetan?
Alternatif
(A)
Skala Perbandingan Alternatif
(A) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
A4 A5
A4 A6
A4 A7
A4 A8
A4 A9
A4 A10
n. Menurut Bapak/ Ibu, alternatif manakah yang lebih penting dalam mendukung
pengembangan industri kerajinan alas kaki dari kulit di Kabupaten Magetan?
Alternatif
(A)
Skala Perbandingan Alternatif
(A) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
A5 A6
A5 A7
A5 A8
A5 A9
A5 A10
214
o. Menurut Bapak/ Ibu, alternatif manakah yang lebih penting dalam mendukung
pengembangan industri kerajinan alas kaki dari kulit di Kabupaten Magetan?
Alternatif
(A)
Skala Perbandingan Alternatif
(A) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
A6 A7
A6 A8
A6 A9
A6 A10
p. Menurut Bapak/ Ibu, alternatif manakah yang lebih penting dalam mendukung
pengembangan industri kerajinan alas kaki dari kulit di Kabupaten Magetan?
Alternatif
(A)
Skala Perbandingan Alternatif
(A) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
A7 A8
A7 A9
A7 A10
q. Menurut Bapak/ Ibu, alternatif manakah yang lebih penting dalam mendukung
pengembangan industri kerajinan alas kaki dari kulit di Kabupaten Magetan?
Alternatif
(A)
Skala Perbandingan Alternatif
(A) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
A8 A9
A8 A10
r. Menurut Bapak/ Ibu, alternatif manakah yang lebih penting dalam mendukung
pengembangan industri kerajinan alas kaki dari kulit di Kabupaten Magetan?
Alternatif
(A)
Skala Perbandingan Alternatif
(A) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
A9 A10
3. Berdasarkan Kriteria SDM
s. Menurut Bapak/ Ibu, alternatif manakah yang lebih penting dalam mendukung
pengembangan industri kerajinan alas kaki dari kulit di Kabupaten Magetan?
Alternatif
(A)
Skala Perbandingan Alternatif
(A) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
A1 A2
A1 A3
A1 A4
215
A1 A5
A1 A6
A1 A7
A1 A8
A1 A9
A1 A10
t. Menurut Bapak/ Ibu, alternatif manakah yang lebih penting dalam mendukung
pengembangan industri kerajinan alas kaki dari kulit di Kabupaten Magetan?
Alternatif
(A)
Skala Perbandingan Alternatif
(A) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
A2 A3
A2 A4
A2 A5
A2 A6
A2 A7
A2 A8
A2 A9
A2 A10
216
u. Menurut Bapak/ Ibu, alternatif manakah yang lebih penting dalam mendukung
pengembangan industri kerajinan alas kaki dari kulit di Kabupaten Magetan?
Alternatif
(A)
Skala Perbandingan Alternatif
(A) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
A3 A4
A3 A5
A3 A6
A3 A7
A3 A8
A3 A9
A3 A10
v. Menurut Bapak/ Ibu, alternatif manakah yang lebih penting dalam mendukung
pengembangan industri kerajinan alas kaki dari kulit di Kabupaten Magetan?
Alternatif
(A)
Skala Perbandingan Alternatif
(A) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
A4 A5
A4 A6
A4 A7
A4 A8
A4 A9
A4 A10
w. Menurut Bapak/ Ibu, alternatif manakah yang lebih penting dalam mendukung
pengembangan industri kerajinan alas kaki dari kulit di Kabupaten Magetan?
Alternatif
(A)
Skala Perbandingan Alternatif
(A) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
A5 A6
A5 A7
A5 A8
A5 A9
A5 A10
x. Menurut Bapak/ Ibu, alternatif manakah yang lebih penting dalam mendukung
pengembangan industri kerajinan alas kaki dari kulit di Kabupaten Magetan?
Alternatif
(A)
Skala Perbandingan Alternatif
(A) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
A6 A7
A6 A8
217
A6 A9
A6 A10
y. Menurut Bapak/ Ibu, alternatif manakah yang lebih penting dalam mendukung
pengembangan industri kerajinan alas kaki dari kulit di Kabupaten Magetan?
Alternatif
(A)
Skala Perbandingan Alternatif
(A) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
A7 A8
A7 A9
A7 A10
z. Menurut Bapak/ Ibu, alternatif manakah yang lebih penting dalam mendukung
pengembangan industri kerajinan alas kaki dari kulit di Kabupaten Magetan?
Alternatif
(A)
Skala Perbandingan Alternatif
(A) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
A8 A9
A8 A10
aa. Menurut Bapak/ Ibu, alternatif manakah yang lebih penting dalam mendukung
pengembangan industri kerajinan alas kaki dari kulit di Kabupaten Magetan?
Alternatif
(A)
Skala Perbandingan Alternatif
(A) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
A9 A10
4. Berdasarkan Kriteria Teknologi
bb. Menurut Bapak/ Ibu, alternatif manakah yang lebih penting dalam mendukung
pengembangan industri kerajinan alas kaki dari kulit di Kabupaten Magetan?
Alternatif
(A)
Skala Perbandingan Alternatif
(A) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
A1 A2
A1 A3
A1 A4
A1 A5
A1 A6
A1 A7
A1 A8
A1 A9
A1 A10
218
cc. Menurut Bapak/ Ibu, alternatif manakah yang lebih penting dalam mendukung
pengembangan industri kerajinan alas kaki dari kulit di Kabupaten Magetan?
Alternatif
(A)
Skala Perbandingan Alternatif
(A) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
A2 A3
A2 A4
A2 A5
A2 A6
A2 A7
A2 A8
A2 A9
A2 A10
dd. Menurut Bapak/ Ibu, alternatif manakah yang lebih penting dalam mendukung
pengembangan industri kerajinan alas kaki dari kulit di Kabupaten Magetan?
Alternatif
(A)
Skala Perbandingan Alternatif
(A) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
A3 A4
A3 A5
A3 A6
A3 A7
A3 A8
A3 A9
A3 A10
ee. Menurut Bapak/ Ibu, alternatif manakah yang lebih penting dalam mendukung
pengembangan industri kerajinan alas kaki dari kulit di Kabupaten Magetan?
Alternatif
(A)
Skala Perbandingan Alternatif
(A) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
A4 A5
A4 A6
A4 A7
A4 A8
A4 A9
A4 A10
ff. Menurut Bapak/ Ibu, alternatif manakah yang lebih penting dalam mendukung
pengembangan industri kerajinan alas kaki dari kulit di Kabupaten Magetan?
219
Alternatif
(A)
Skala Perbandingan Alternatif
(A) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
A5 A6
A5 A7
A5 A8
A5 A9
A5 A10
gg. Menurut Bapak/ Ibu, alternatif manakah yang lebih penting dalam mendukung
pengembangan industri kerajinan alas kaki dari kulit di Kabupaten Magetan?
Alternatif
(A)
Skala Perbandingan Alternatif
(A) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
A6 A7
A6 A8
A6 A9
A6 A10
hh. Menurut Bapak/ Ibu, alternatif manakah yang lebih penting dalam mendukung
pengembangan industri kerajinan alas kaki dari kulit di Kabupaten Magetan?
Alternatif
(A)
Skala Perbandingan Alternatif
(A) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
A7 A8
A7 A9
A7 A10
ii. Menurut Bapak/ Ibu, alternatif manakah yang lebih penting dalam mendukung
pengembangan industri kerajinan alas kaki dari kulit di Kabupaten Magetan?
Alternatif
(A)
Skala Perbandingan Alternatif
(A) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
A8 A9
A8 A10
jj. Menurut Bapak/ Ibu, alternatif manakah yang lebih penting dalam mendukung
pengembangan industri kerajinan alas kaki dari kulit di Kabupaten Magetan?
Alternatif
(A)
Skala Perbandingan Alternatif
(A) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9
A9 A10
220
DOKUMENTASI
Gambar 1. Contoh Produk Alas Kaki (Sepatu Dan Sandal Wanita)
Gambar 2. Kegiatan Pemindahan Pola Dari Kertas Ke Bahan Baku (Kulit Samak)
221
Gambar 3. Kegiatan menjahit/ upper
Gambar 4. Contoh Pola Alas Kaki yang telah dijahit
222
Gambar 5. Kegiatan Tarik atau Assembling
Gambar 6. Mesin Press
223
Gambar 7. Kegiatan Finishing
Gambar 8. Wawancara dengan Ketua Sentra Industri di Jl. Sawo Kelurahan Selosari
224
Gambar 9. Kegiatan Wawancara Bersama Responden dari Dinas Perindustrian
dan Perdagangan Kabupaten Magetan
Gambar 10. Kegiatan Wawancara kepada salah satu pemilik industri
top related