analisis pemanfaatan senayan library … · semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu...
Post on 05-Mar-2019
228 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
ANALISIS PEMANFAATAN SENAYAN LIBRARY MANAGEMENT SYSTEM (SLiMS) DI KANTOR PERPUSTAKAAN DAN
ARSIP DAERAH KOTA SALATIGA
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi
Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan
Oleh:
JEFRI EKO CAHYONO
NIM. A2D009009
PROGRAM STUDI S1 ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013
ii
PERNYATAAN
Dengan ini saya,
nama : Jefri Eko Cahyono
NIM : A2D0009009
jurusan : S1 Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro
menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan ini adalah benar-benar hasil karya
sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.
Selain itu, tidak terdapat karya serupa yang pernah diajukan untuk mendapatkan
gelar sarjana pada Program Studi S1 Ilmu Perpustakaan ataupun pada Program
Studi lainnya kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini serta disebutkan
dalam daftar pustaka. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam
skripsi ini dikutip berdasarkan tata cara penulisan karya ilmiah yang lazim.
Semarang, 30 Agustus 2013
Yang menyatakan,
Jefri Eko Cahyono
NIM A2D009009
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas
(Anonim)
Skripsi ini saya persembahkan untuk
kedua orang tuaku, adik, dan sahabat-sahabat yang senantiasa menyayangiku,
Undip almamaterku, serta untuk seluruh pejuang literasi Indonesia
iv
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul “Analisis Pemanfaatan Senayan Library Management System
(SLiMS) di Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga” telah diperiksa dan
disetujui pembimbing serta diperkenankan untuk diajukan ke sidang skripsi.
Hari : Jumat
Tanggal : 30 Agustus 2013
Semarang, 30 Agustus 2013
Dosen Pembimbing
Heriyanto, S.Sos, MIM
NIP 197704082010121001
v
HALAMAN PENGESAHAN
Nama Mahasiswa : Jefri Eko Cahyono
Nomor Induk Mahasiswa : A2D009009
Fakultas/Jurusan : Ilmu Budaya/ Ilmu Perpustakaan
Judul Skripsi : Analisis Pemanfaatan Senayan Library
Management System (SLiMS) di Kantor
Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga
Telah dinyatakan lulus dalam sidang skripsi pada tanggal 11 September 2013.
Tim Penguji
1. Dra. Sri Ati, M.Si. ( )
2. Bahrul Ulumi, S.Ag, M.Hum. ( )
3. Heriyanto, S.Sos., M.IM. ( )
vi
PRAKATA
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya dengan
limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini tepat waktu. Skripsi ini disusun guna memenuhi persyaratan mencapai
gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan pada program studi S1 Ilmu Perpustakaan
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang.
Penulis menyadari bahwa hanya dengan bimbingan serta bantuan dari
beberapa pihak, penulis dapat menyusun skripsi ini. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
yang terhormat:
1. Prof. Sudharto P. Hadi, MES, Ph.D, selaku Rektor Universitas Diponegoro
Semarang.
2. Dr. Agus Maladi Irianto, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Diponegoro Semarang, yang telah memberikan berbagai
kemudahan dan fasilitas dalam studi maupun penyusunan skripsi.
3. Dra. Sri Ati, M.Si, selaku Ketua Program Studi S1 Ilmu Perpustakaan dan
dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan kepada penulis.
4. Dra. Ngesti Lestari, M.Si. selaku dosen wali yang telah banyak
memberikan arahan dan masukan selama masa studi.
5. Heriyanto, S.Sos, M.IM., selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, petunjuk dan arahan kepada penulis selama
penyusunan skripsi.
6. Bahrul Ulumi, S.Ag, M.Hum. selaku dosen penguji yang telah
memberikan masukan demi perbaikan skripsi ini.
7. Seluruh dosen S1 Ilmu Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Univeritas
Diponegoro Semarang yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan
selama mengikuti kuliah.
vii
8. Staf-staf administrasi Jurusan Ilmu Perpustakaan yang telah banyak
membantu penulis selama ini.
9. Agus Parmadi PT, SE, M.Si., selaku Kepala Kantor Perpustakaan dan
Arsip Daerah Kota Salatiga yang telah memberikan ijin kepada penulis
untuk melakukan penelitian.
10. Bapak/Ibu staf dan karyawan Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota
Salatiga yang telah banyak membantu penulis selama penelitian.
11. Bapak dan Ibu tersayang yang telah memberikan motivasi dalam
penyelesaian skripsi ini.
12. Teman-teman seperjuangan S1 Ilmu Perpustakaan angkatan 2009, terima
kasih atas persahabatan kerjasamanya selama ini.
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu sehingga selesainya skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Semarang, 30 Agustus 2013
Penulis
Jefri Eko Cahyono
viii
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... v
PRAKATA ........................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... x
DAFTAR ISTILAH ............................................................................................ xi
ABSTRAK ......................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1 1.2. Rumusan dan Batasan Masalah ......................................................... 5 1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................... 6 1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................. 6 1.5. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 6 1.6. Kerangka Pikir ................................................................................... 7 1.7. Batasan Istilah .................................................................................... 8
BAB II TINJAUAN LITERATUR
2.1. Teknologi Informasi .......................................................................... 9 2.2. Aplikasi Teknologi Informasi di Perpustakaan ............................... 11 2.3. Senayan Library Management System (SLiMS) ............................. 18 2.4. Technology Acceptance Model (TAM) ............................................ 22
2.4.1 Persepsi Kebermanfaatan (Perceived Usefulness) ................. 24 2.4.2 Persepsi kemudahan (Perceived Ease of Use) ....................... 26
2.5. Penelitian Terdahulu ........................................................................ 28
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Desain dan Jenis Penelitian .............................................................. 33 3.2. Objek dan Subjek Penelitian ............................................................ 34 3.3. Jenis dan Sumber Data ..................................................................... 34 3.4. Informan ........................................................................................... 35 3.5. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 36 3.6. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ............................................. 38
DAFTAR ISI
ix
BAB IV GAMBARAN UMUM KANTOR PERPUSTAKAAN DAN ARSIP
DAERAH KOTA SALATIGA
4.1. Sejarah Singkat ................................................................................ 40 4.2. Visi dan Misi .................................................................................... 42 4.3. Struktur Organisasi .......................................................................... 43 4.4. Koleksi Perpustakaan ....................................................................... 44 4.5. Kegiatan di Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga . 44 4.6. Pemanfaatan Teknologi Informasi di Kantor Arsip dan
Perpustakaan Daerah Kota Salatiga ................................................. 55 4.7. Pemanfaatan SLiMS di Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah
Kota Salatiga .................................................................................... 57 4.8. Pengembangan Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota
Salatiga ............................................................................................ 60
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1. Identitas Informan ............................................................................ 63 5.2. Kebermanfaatan SLiMS di Perpustakaan ........................................ 64
5.2.1. Mempercepat Pekerjaan di Perpustakaan ............................... 65 5.2.2. Meningkatkan Performa Pekerjaan ........................................ 67 5.2.3. Peningkatan Produktifitas Kerja ............................................. 69 5.2.4. Adanya Efektifitas Kerja ........................................................ 71 5.2.5. Mempermudah Pekerjaan ....................................................... 72 5.2.6. SLiMS Secara Umum Bermanfaat untuk Perpustakaan ......... 74
5.3. Kemudahan dalam Pemanfaatan SLiMS di Perpustakaan ............... 76 5.3.1. SLiMS Mudah untuk Dipelajari ............................................. 76 5.3.2. Kemudahan Pengontrolan (Controllable) .............................. 78 5.3.3. SLiMS Jelas dan Mudah Dipahami ........................................ 81 5.3.4. Fleksibel dalam Penggunaan dan Pemodifikasian ................. 82 5.3.5. Dapat dikuasai dengan Cepat ................................................. 86 5.3.6. SLiMS Secara Umum Mudah Digunakan .............................. 88
5.4. Kendala dalam Pemanfaatan SLiMS ............................................... 90 5.5. Ringkasan Pembahasan .................................................................... 91
BAB VI PENUTUP
6.1. Simpulan .......................................................................................... 94 6.2. Saran ................................................................................................ 96
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A : Lembar Konsultasi Skripsi ........................................................ 101
Lampiran B : Pedoman Wawancara ................................................................ 103
Lampiran C : Reduksi Data ............................................................................. 105
Lampiran D : Dokumentasi Penelitian ............................................................. 128
Lampiran E : Surat Pengantar Penelitian ......................................................... 133
xi
DAFTAR ISTILAH
Barcode : Kode Batang; suatu kumpulan data optik yang dibaca mesin.
Sebenarnya, kode batang ini mengumpulkan data dalam lebar
(garis) dan spasi garis paralel dan dapat disebut sebagai kode
batang atau simbologi linear.
Barcode reader : Alat pembaca barcode.
Copy cataloging : Penyalinan data bibliografi (katalog) dari pangkalan data lain.
Interface : Tatap muka; tampilan.
Logika boolean : Dalam kontek penelusuran database, logika boolean mengarah
pada hubungan logis antar kata kunci dalam penelusuran data
elektronik. Di dalam SLiMS digunakan untuk memperluas atau
mempersempit hasil penelusuran dengan fungsi “and”, “or”,
atau “not”.
OPAC : Online Public Access Catalog; katalog elektronik dalam
jaringan internet.
Open source : Istilah yang digunakan untuk perangkat lunak yang
membuka/membebaskan kode sumbernya (source code) untuk
diketahui oleh orang lain dan memungkinkan orang
mengetahui cara kerja software tersebut dan sekaligus
memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada pada software
tersebut.
Otomasi : Penerapan mesin swatindak atau swakendali dalam suatu
proses.
P2P : Peer to peer; sistem komputerisasi client-server dimana suatu
mesin (komputer) berfungsi sebagai client sekaligus sebagai
xii
server, sehingga memungkinkan komunikasi dan pertukaran
resource antara dua computer secara langsung (real time).
Pemustaka : Pengunjung dan/atau pengguna layanan perpustakaan.
Plugin : Semacam fungsi atau fitur tambahan yang digabungkan ke
sebuah sistem untuk menambah kemampuan dan kinerja dari
sistem itu.
SLiMS : Senayan Library Management System; sebuah perangkat lunak
manajemen perpustakaan dengan kode sumber terbuka buatan
Indonesia.
TAM : Technology Acceptance Model; teori yang biasa digunakan
untuk memprediksi penerimaan sebuah teknologi baru.
Z39.50 : Protokol pertukaran data standar berbasis client-server yang
memungkinkan komputer client untuk mencari dan
mendapatkan informasi ke server data secara interaktif.
xiii
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pemanfaatan Senayan Library Management System (SLiMS) di Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga berdasarkan aspek kemanfaatan dan kemudahan dalam teori Technology Acceptance Model (TAM).
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif. Informan dipilih berdasarkan kriteria yang telah peneliti tentukan sebelumnya sejumlah 9 orang yang terdiri dari 6 orang pengelola perpustakaan dan 3 pemustaka. Kriteria informan untuk pengelola perpustakaan adalah mereka yang berhubungan langsung dengan SLiMS dalam kegiatan sehari-hari, sedangkan informan pemustaka adalah pemustaka yang menggunakan OPAC minimal 3 kali dalam satu bulan dan sedang melakukan penelusuran dengan OPAC saat peneliti melakukan observasi.
Analisis data yang diperoleh selama penelitian menunjukan hasil bahwa pemanfaatan Senayan Library Management System (SLiMS) di Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga telah memenuhi dua aspek utama dalam teori Technology Acceptance Model (TAM). SLiMS dinilai bermanfaat untuk membantu pekerjaan di perpustakaan termasuk untuk membantu pemustaka dalam proses penelusuran informasi. Dari penelitian ini diketahui pula bahwa pemanfaatan SLiMS belum maksimal dan masih dapat ditingkatkan dengan mengaktifkan visitor counter dan penggunaan fitur copy cataloging yang akan menambah manfaat dari SLiMS. SLiMS juga perangkat lunak yang mudah, baik dalam hal instalasi dan modifikasi serta mudah dalam hal pemakaian akan tetapi masih perlu adanya usaha untuk meningkatkan kemampuan pengguna untuk memanfaatkan SLiMS. Kata Kunci: Senayan Library Management System, SLiMS, Technology
Acceptance Model, TAM, Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi
berdampak besar terhadap perubahan pola pikir masyarakat. Pekerjaan yang
dulu sebagian besar bergantung ke otot kini lebih di dominasi penggunaan
otak. Segala sesuatu harus dilakukan dengan cepat, tepat, dan akurat.
Pekerjaan yang membutuhkan waktu lama dan tenaga yang besar dapat
dilakukan dengan lebih mudah dengan bantuan teknologi informasi.
Pemanfaatan teknologi informasi di segala sektor kehidupan tanpa sadar
telah membawa dunia memasuki era globalisasi lebih cepat dari yang
dibayangkan semula.
Menurut Sulistyo-Basuki, teknologi informasi adalah teknologi
yang digunakan untuk menyimpan, menghasilkan, mengolah, serta
menyebarkan informasi (1991:87). Informasi disini meliputi empat kategori,
yaitu informasi numerik, informasi audio, informasi teks, dan informasi citra
atau gambar. Teknologi informasi terus berkembang seiring dengan
perkembangan peradaban manusia. Perkembangan teknologi informasi saat
ini berupa perkembangan infrastruktur teknologi informasi, seperti
hardware, software, teknologi penyimpanan data (storage), dan teknologi
komunikasi.
1
2
Perkembangan teknologi informasi yang sedemikian hebatnya ini
telah membawa dampak besar terhadap bidang ekonomi, kesehatan,
pendidikan, pemerintahan, termasuk perpustakaan. Saat ini hampir semua
perpustakaan sudah menggunakan komputer dalam kegiatan keseharianya.
Penggunaannyapun beragam, ada yang digunakan sebagai media promosi
semisal melalui website, blog, jejaring social, dan lain-lain. Bentuk lain dari
pemanfaatan teknoloi informasi di perpustakaan adalah untuk pemesanan
dan pengadaan, pengolahan, klasifikasi menggunanan e-DDC, penyimpanan
data bibliografis, dan lain-lain. Tak hanya itu, pemanfaatan teknologi
informasi di perpustakaan juga mencakup bidang keanggotaan, layanan,
penelusuran dengan online public access catalog (OPAC), dan lain-lain.
Semua kegiatan rutin kerumahtanggaan perpustakaan tersebut
ditujukan untuk mengontrol koleksi suatu perpustakaan, mulai dari kegiatan
pengadaan, pengatalogan sampai kepada kegiatan sirkulasi (Rasiman:2008).
Gambaran umum rutinitas kerumahtanggaan perpustakaan mencakup
sejumlah pekerjaan sebagai berikut:
(a) Pengadaan (acquisitions) yaitu mencakup seluruh kegiatan yang
berhubungan dengan pengadaan bahan pustaka, baik yang dilakukan
melalui pembelian, pertukaran, maupun berupa hadiah. Kegiatan
pengecekan bibliografi yang dilakukan sebelum pemesanan dan
penerimaan bahan pustaka termasuk di dalamnya. Kegiatan lain yang
juga termasuk ke dalamnya, adalah mencakup pemrosesan dan
pemeliharaan administrasi atau arsip yang berhubungan dengan
3
pengadaan tersebut.
(b) Pengatalogan (cataloguing) yaitu seluruh kegiatan yang dilakukan untuk
mempersiapkan cantuman (record) bibliografi, dengan tujuan untuk
menghasilkan katalog yang digunakan sebagai sarana temu kembali
koleksi perpustakaan. Katalog tersebut dapat berbentuk kartu ataupun
dalam bentuk online (OPAC).
(c) Pengawasan sirkulasi (circulation control) yaitu seluruh kegiatan yang
berhubungan dengan transaksi peminjaman dan pengembalian bahan
pustaka. Kegiatan ini mencakup pencatatan peminjaman dan
pengembalian koleksi yang biasanya untuk penggunaan di luar
perpustakaan. Dengan kata lain, kegiatan ini berhubungan dengan
pengontrolan peredaran koleksi perpustakaan.
(d) Pengawasan Serial (serials control) yaitu seluruh kegiatan yang
berhubungan dengan pembuatan pesanan, penerimaan dokumen, akses
terhadap koleksi serial, pengajuan tuntutan (claim), peminjaman dan
penjilidan terbitan berkala atau serial.
(e) Katalog online (online public access catalog) atau OPAC yaitu
penyediaan fasilitas temu kembali koleksi perpustakaan melalui terminal
komputer untuk digunakan oleh pengguna perpustakaan.
(f) Statistik yaitu pencatatan kuantitas pekerjaaan yang mencakup jumlah
perolehan bahan pustaka, jumlah pengolahan bahan pustaka, jumlah
anggota perpustakaan, jumlah pengunjung, jumlah peminjam, jumlah
bahan pustakan yang dipinjamkan kepada pengguna, keterlambatan
4
pengembalian dan sebagainya. Sistem kerumahtanggaan perpustakaan
mengumpulkan dan mengolah data ini untuk keperluan informasi
manajemen dan pelaporan.
Menurut pemanfaatanya, penerapan teknologi informasi di
perpustakaan dapat dibedakan menjadi beberapa tingkatan. Hal ini
melahirkan berbagai istilah yang terkadang masih rancu. Ada istilah
perpustakaan terkomputerisasi, perpustakaan terotomasi, perpustakaan
digital, dan perpustakaan virtual. Penelian ini selanjutnya akan membatasi
pada pemanfaatan teknologi informasi untuk otomasi perpustakaan sesuai
pemanfaatan SLiMS yang ada di Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah
Kota Salatiga.
Otomasi perpustakaan adalah pemanfaatan mesin, komputer, dan
peralatan elektronik lainnya untuk memperlancar tugas-tugas perpustakaan
(Lasa HS: 1998). Dengan bantuan teknologi informasi maka beberapa
pekerjaan manual dapat dipercepat dan diefisienkan. Selain itu proses
pengolahan data koleksi menjadi lebih akurat dan cepat untuk ditelusur
kembali. Dengan demikian para pustakawan dapat menggunakan waktu
lebihnya untuk mengurusi pengembangan perpustakaan karena beberapa
pekerjaan yang bersifat berulang (repetable) sudah diambil alih oleh
komputer. Otomasi Perpustakaan bukanlah hal yang baru lagi dikalangan
pegiat dunia perpustakaan. Konsep dan implementasinya sudah dilakukan
sejak lama, namun di Indonesia baru populer baru-baru ini setelah
perkembangan teknologi informasi di Indonesia mulai berkembang pesat
5
ditambah adanya Senayan Library Management System yang melahirkan
komunitas di berbagai daerah.
Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga memakai
SLiMS sejak 2010 dan pada Maret 2013 melakukan upgrade perangkat
lunak otomasinya ke Senayan Library Management System (SLiMS) versi
Meranti. Hal ini bertujuan untuk menyesuaikan kebutuhan perangkat lunak
yang memadai dan selalu terkini. Upgrade ke SLiMS Meranti ini
memberikan beberapa menu baru dalam SLiMS misalnya menu untuk
mencetak katalog buku dan tampilan yang baru mengadopsi konsep metro.
Dari uraian diatas, penulis tertarik untuk mengkaji bagaimana
Pemanfaatan Senayan Library Automation System (SLiMS) yang baru di
Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga yang dalam hal ini
berdasarkan teori Technology Acceptance Model (TAM).
1.2 Rumusan dan Batasan Masalah
Berdasarkan pembahasan yang telah penulis ungkapkan diatas,
permasalahan yang penulis angkat dalam penelitian ini adalah Analisis
Pemanfaatan Senayan Library Management System (SLiMS) di Kantor
Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga.
6
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan
Senayan Library Management System (SLiMS) sebagai sarana otomasi di
Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga berdasarkan aspek
kemanfaatan dan kemudahan dalam teori Technology Acceptance Model
(TAM).
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai bahan pendalaman mengenai penerapan Teknologi Informasi di
perpustakaan, khususnya Senayan Library Management System (SLiMS)
bagi penulis maupun untuk pembaca.
2. Sebagai masukan dalam pengembangan Kantor Perpustakaan dan Arsip
Daerah Kota Salatiga maupun perpustakaan lainya.
3. Sebagai bahan masukan dalam pengembangan Senayan Library
AutomationSystem (SLiMS) selanjutnya.
4. Sebagai masukan dalam penelitian sejenis di masa yang akan datang.
1.5 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini penulis laksanakan di Kantor Perpustakaan dan Arsip
Daerah Kota Salatiga, Jalan Adi Sucipto No. 7 Salatiga selama 3 bulan
mulai Juli 2013.
7
1.6 Kerangka Pikir
Berdasarakan latar belakang yang penulis uraikan sebelumnya, maka
penulis dapat menguraikan kerangka pemikiran yang merupakan landasan dan
arah dalam penelitian ini sebagai berikut:
Peningkatan
Kebutuhan
Teknologi
Upgrade Sistem
SLiMS
Pemanfaatan
SLiMS di
Perpustakaan
Work More Quickly
Job Performance
Increase Productivity
Effectiveness
Makes Job Easier
Useful
Clear & Understanable
Ease to Learn
Controllable
Easy to Use
Flexible
Easy to Become Skillful
Ease of Use
Usefulness
TAM
Gambar 1.1: Kerangka Pikir Dikembangkan oleh Peneliti
8
1.7 Batasan Istilah
1. Senayan Library Management System (selanjutnya disebut SLiMS)
adalah sebuah perangkat lunak untuk perpustakaan dengan kode sumber
terbuka (open source) yang dikembangkan oleh pustakawan. SLiMS
dibangun menggunakan teknologi open source juga seperti PHP dan
MySQL. Pengembangan SLiMS dibiayai Pusat Informasi dan Humas
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan website resminya
beralamat http://slims.web.id. Saat penulisan skripsi ini, pengembangan
SLiMS sudah mencapai versi 5 yang dikenal dengan nama SLiMS
Meranti (http://slims.web.id).
2. Technology Acceptance Model (TAM) adalah teori yang dikembangkan
oleh Davis pada tahun 1985. Teori TAM ini merupakan adaptasi dari
model TRA (Theory of Reasoned Action) yang diperkenalkan Fishbein
dan Ajzen pada tahun 1975. TAM memiliki dua variabel kunci, yaitu
perceived usefulness (kebermanfaatan) dan perceived ease of use
(kemudahan) yang telah teruji untuk memprediksi sikap penerimaan
pengguna terhadap suatu teknologi (Davis, 1989).
9
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
2.1 Teknologi Informasi
Istilah teknologi informasi merupakan gabungan dari dua istilah
dasar yaitu teknologi dan informasi. Teknologi dapat didefinisikan sebagai
penerapan keilmuan yang mempelajari dan mengembangkan kemampuan
dari suatu rekayasa dengan langkah dan teknik tertentu dalam suatu bidang.
Sulistyo-Basuki (1991:87) dalam bukunya mengatakan bahwa teknologi ini
bersinonim dengan ilmu terapan. Menurut Holland dalam Sulistyo-Basuki,
informasi didefinisikan sebagai arti yang diungkapkan oleh manusia yang
merupakan hasil dari representasi suatu fakta. Dari uraian tersebut dapat
dipahami bahwa informasi merupakan suatu data yang diperoleh dari fakta,
diproses, disimpan dan dikomunikasikan.
Jadi pengertian teknologi informasi itu adalah hasil rekayasa
manusia terhadap proses penyampaian informasi dari pengirim ke penerima
sehingga pengiriman informasi tersebut lebih cepat, dengan area penyebaran
lebih luas dan dapat disimpan lebih lama. Dalam Dictionary of Information
and Library Management disebutkan bahwa teknologi informasi adalah
penggunaan teknologi dari komputasi, elektronik dan telekomunikasi untuk
memproses dan mendistribusikan informasi dalam format digital maupun
bentuk lainya. Sulistyo-Basuki (1991:87) mendefinisikan teknologi
9
10
informasi sebagai teknologi yang digunakan untuk menyimpan,
menghasilkan, mengolah serta menyebarkan informasi yang dapat berupa
informasi numerik, audio, teks, maupun citra.
Teknologi informasi tidak hanya terbatas pada penggunaan
teknologi komputer (perangkat keras dan perangkat lunak) yang digunakan
untuk memproses dan menyimpan informasi, tetapi juga mencakup
teknologi komunikasi untuk mengirim/menyebarkan informasi. Teknologi
informasi adalah perpaduan dari teknologi komputasi (komputer) dengan
jalur komunikasi kecepatan tinggi yang mentransmisikan data, suara, dan
video.
Dari uraian di atas, nampak bahwa teknologi informasi tidak hanya
terbatas pada teknologi komputer, tetapi mencakup teknologi
telekomunikasi. Dengan kata lain bahwa teknologi informasi merupakan
perpaduan antara teknologi komputer dan teknologi telekomunikasi.
Teknologi komputer merupakan teknologi yang berhubungan dengan
perangkat komputer seperti printer , pembaca sidik jari, CD-ROM, barcode
reader, disk, dan lain-lain. Teknologi komunikasi atau telekomunikasi
merupakan teknologi komunikasi jarak jauh. Contoh teknologi
telekomunikasi yang kita gunakan sehari-hari adalah telepon, televisi, radio,
handphone, dan internet di dalamnya.
Pada uraian sebelumnya dikatakan bahwa teknologi informasi
merupakan perpaduan antara teknologi komputer dan teknologi
telekomunikasi, saat ini teknologi telekomunikasi yang disebutkan di atas
11
telah dapat digunakan untuk menghubungkan sejumlah komputer baik
dalam lingkup lokal, lingkup satu kota, maupun di seluruh dunia. Sehingga
komputer dapat berkomunikasi satu sama lain melalui jaringan internet
dengan mudah.
2.2 Aplikasi Teknologi Informasi di Perpustakaan
Perkembangan teknologi informasi yang sedemikian pesat
memberikan dampak besar terhadap hampir semua bidang kehidupan tak
terkecuali perpustakaan. Perpustakaan berlomba-lomba menerapkan
teknologi informasi untuk memberikan pelayanan lebih baik kepada
pemustakanya bahkan Wahyu Suprianto (2008:14) dalam bukunya
menyebutkan bahwa kemajuan perpustakaan banyak diukur dari sejauh
mana penggunaan teknologi informasi di perpustakaan. Sulistyo-Basuki
(1991:91) menyebutkan setidaknya ada tujuh alasan yang melatarbelakangi
pengaplikasian teknologi informasi di perpustakaan, yaitu:
1. Mengatur informasi 'ing-griya' (in house information) serta membuat
informasi tersebut dapat ditemukembalikan dengan mudah. Maksudnya
teknologi informasi digunakan untuk mengelola informasi yang dimiliki
perpustakaan sehingga informasi yang dimiliki dapat ditemukembalikan
dengan mudah. Informasi dapat berupa informasi bibliografi koleksi
yang dimiliki perpustakaan, informasi keanggotaan, informasi terbitan
perpustakaan dan lain sebagainya.
2. Mengakses data dari pangkalan data eksternal. Seperti yang telah kita
12
ketahui, saat ini banyak pangkalan data yang menyediakan informasi
berupa buku elektronik, jurnal, dan artikel secara online. Ada yang
diterbitkan secara lengkap, ada juga yang diterbitkan abstraknya saja.
Selain itu dengan pengaplikasian teknologi informasi perpustakaan juga
dapat mengakses pangkalan data bibliografi perpustakaan lain.
3. Bertambahnya beban kerja perpustakaan. Dengan adanya ledakan
informasi seperti sekarang ini beban kerja perpustakaan semakin
meningkat dengan peningkatan jumlah informasi yang harus ditangani.
Selain itu beban kerja perpustakaan juga dapat meningkat dengan
semakin tingginya akses informasi di perpustakaan atau karena
perpustakaan membuka layanan baru.
4. Perlunya efisiensi yang lebih besar dan perlunya menghemat waktu dan
tenaga. Perekaman informasi secara elektronik lebih mudah dan apabila
sudah direkam jauh lebih mudah untuk ditelusur dibandingkan dengan
dokumen cetak meskipun sudah diindeks. Perekaman informasi baru
menjadi lebih mudah dengan kemampuan copy cataloging yang banyak
diterapkan pada perangkat lunak perpustakaan melalui protokol Z39.50
atau melalui P2P.
5. Perpustakaan mendapatkan fungsi baru dengan penerapan teknologi
informasi juga dapat membuka jasa atau layanan baru, misal membuka
layanan jurnal online, penelusuran secara elektronik dan sebagainya.
6. Membentuk jaringan kerjasama perpustakaan. Tidak ada perpustakaan
yang dapat memenuhi kebutuhan pemustakanya secara mandiri, oleh
13
karena itu diperlukan adanya kerjasama dengan perpustakaan lain yang
dapat dilakukan dengan bantuan teknologi informasi. Kerjasama yang
dibentuk dapat berupa kerjasama penyediaan akses informasi, kerjasama
pengolahan, kerjasama pengembangan sistem dan sebagainya.
7. Ada juga alasan penerapan teknologi informasi di perpustakaan lain yang
bagi sebagian orang kurang rasional, misal karena dana tersedia, masuk
dalam bagian proyek, untuk alasan prestise, atau untuk membangun citra
positif perpustakaan.
Banyak alasan yang mendasari penerapan teknologi informasi di
perpustakaan. Secara garis besar, pemanfaatan teknologi informasi di
perpustakaan ada dua seperti yang diutarakan oleh Supriyanto (2008:33).
1. Teknologi informasi digunakan sebagai sistem informasi manajemen
perpustakaan.
Banyak bidang yang dapat diintegrasikan dengan sistem
informasi manajemen ini, misalnya pengadaan, pengolahan, layanan,
keanggotaan, statistik, dan lain sebagainya. Fungsi ini pada akhirnya
dikenal dengan konsep otomasi perpustakaan. Dalam Kamus
Kepustakawanan Indonesia tulisan Lasa HS, Otomasi perpustakaan
diartikan sebagai proses atau hasil penciptaan mesin swatindak atau
swakendali tanpa campur tangan manusia dalam proses tersebut
(2009:223). Otomasi ini dapat diterapkan di berbagai pekerjaan rutin di
perpustakaan sehingga pekerjaan tersebut hanya membutuhkan sedikit
sumber daya manusia sebagai pelaksananya.
14
Otomasi perpustakaan terdiri dari berbagai komponen. Untuk
membangun otomasi perpustakaan setidaknya dibutuhkan tiga komponen
berikut (Lasa HS, 2009:224).
a. Pangkalan Data
Setiap perpustakaan pasti tidak akan terlepas dari proses pengelolaan
koleksi. Tujuan dari proses ini untuk memperoleh data dari semua
koleksi yang dimiliki dan kemudian mengorganisirnya dengan
menggunakan kaidah-kaidah ilmu perpustakaan. Pada sistem manual,
proses ini dilakukan dengan menggunakan bantuan media kertas atau
buku. Pencatatan pada kertas atau buku merupakan pekerjaan yang
sangat mudah namun tidak efektif. Penelusuran data yang ada akan
sulit apabila data jumlahnya sangat besar meskipun sudah dilakukan
pengindeksan. Dengan menggunakan bantuan teknologi informasi,
proses temu kembali informasi dapat dipermudah dengan memasukkan
kata kunci pada perangkat lunak pengolah data yang digunakan.
Perangkat lunak ini akan membantu untuk mengelola pangkalan data
perpustakaan, dengan demikian proses pengindeksan dapat dilakukan
secara otomatis dan proses penelusuran informasi dapat dilakukan
dengan cepat dan akurat karena perangkat lunak ini akan menampilkan
semua data sesuai kriteria yang kita tentukan.
b. User/Pengguna
Sebuah sistem otomasi tidak terlepas dari pengguna sebagai penerima
layanan maupun pengguna sebagai pengelola sistem. Pada sistem
15
automasi perpustakaan saat ini, pengguna administrator dibedakan
tingkatananya berdasarkan wewenang dan tanggung jawabnya yang
bisa berbeda antara sistem satu dengan sistem lainya. Demi kelancaran
otomasi pengguna perlu diberikan pelatihan khusus dalam penggunaan
perangkat otomasi, termasuk pemustaka yang nantinya menggunakan
sistem untuk proses temu kembali informasi.
c. Perangkat Otomasi
Perangkat automasi yang dimaksud disini adalah perangkat atau alat
yang digunakan untuk membantu kelancaran proses automasi.
Perangkat ini terdiri dari tiga bagian, yaitu perangkat keras, perangkat
lunak dan jaringan. Tanpa adanya tiga perangkat ini secara memadai
maka proses otomasi tidak akan dapat berjalan dengan baik.
1). Perangkat Keras (Hardware)
Yang dimaksud perangkat keras disini adalah komputer dan alat
bantunya seperti printer, barcode reader, scanner, dan sebagainya.
Kebutuhan akan perangkat keras ini sangat bergantung pada skala
perpustakaan. Semakin besar perpustakaan akan membutuhkan
perangkat semakin komplek dengan spesifikasi yang yang semakin
tinggi pula. Spesifikasi minimal perangkat keras komputer ini juga
tergantung dari perangkat lunak yang digunakan.
2). Perangkat Lunak Automasi (Software)
Tanpa perangkat lunak, komputer tidak akan dapat digunakan.
Sebuah perpustakaan yang hendak menerapkan otomasi harus
16
menyiapkan sebuah perangkat lunak sebagai alat bantu. Perangkat
lunak ini mutlak diperlukan keberadaannya karena digunakan
sebagai alat bantu pengolahan seluruh kegiatan perpustakaan.
Untuk mendapatkan perangkat lunak ada berbagai cara yang dapat
dilakukan oleh perpustakaan (Sulistyo-Basuki, 1991:98).
a). Membangun perangkat lunak sendiri. Hal ini bisa dilakukan
apabila perpustakaan mempunyai sumber daya manusia yang
memadai. Selain itu bisa juga membangun perangkat lunak
dengan bantuan pengembang perangkat lunak. Cara ini
membutuhkan dana relatif besar, namun keuntunganya
perangkat lunak dapat disesuaikan dengan kebutuhan
perpustakaan.
b). Mengembangkan sistem melalui kerjasama perpustakaan. Cara
ini dapat dilakukan dengan cara beberapa perpustakaan
mengembangkan sistem secara bersama-sama kemudian
hasilnya diterapkan di perpustakaan pelaku kerjasama tersebut.
c). Menggunakan sistem yang dikembangkan oleh perpustakaan
nasional. Beberapa perpustakaan mengembangkan peranngkat
lunak perpustakaan yang hasilnya juga dapat digunakan oleh
perpustakaan-perpustakaan lain dibawah naungan perpustakaan
nasional tersebut.
d). Membeli perangkat lunak komersial dari pihak ketiga. Untuk
mendapatlan perangkat lunak ini membutuhkan dana yang lebih
17
besar. Namun, semua proses aplikasi dilakukan oleh vendor
segingga perpustakaan tinggal menerima hasil yang sudah jadi.
Pada umumnya pembelian perangkat lunak ini disertai fasilitas
training dan support selama beberapa periode waktu tertentu.
e). Menggunakan perangkat lunak yang dikembangkan organisasi
nonprofit yang pada umumnya tersedia dengan kode sumber
terbuka (open source). Aplikasi dengan kode sumber terbuka
banyak tersedia di internet dan umumnya dapat diperoleh secara
gratis, misalnya CDS/ISIS, WinISIS, KOHA, OtomigenX,
Senayan Library Management System (SLiMS), dan sebagainya.
Selain gratis, perangkat lunat tersebut juga relatif mudah untuk
dimodifikasi lebih lanjut sesuai dengan kebutuhan masing-
masing perpustakaan.
Dalam menentukan perangkat lunak kita dituntut untuk
teliti. Berbagai hal harus diperhatikan dalam menentukan perangkat
lunak terkait operasional dan legalitas. Dalam memilih perangkat
lunak hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan
perpustakaan, mempertimbangkan adanya dukungan teknis,
pelatihan, dokumentasi yang relevan serta pemeliharaan,
menggunakan perangkat yang disertai ijin atau lisensi pemakaian
dan yang terakhir adalah menentukan staf yang bertanggung jawab
atas pemilihan dan evaluasi perangkat lunak tersebut.
18
d. Jaringan (Network)
Dengan otomasi setiap bagian kerja di perpustakaan harus
terintegrasi, untuk itu dibutuhkan jaringan komputer. Untuk
perpustakaan yang berada di satu lokasi dapat menggunakan jaringan
lokal (LAN), sedangkan untuk perpustakaan yang terpisah oleh jarak
dapat menggunakan jaringan metropolitan area network (MAN) atau
wide area network (WAN).
2. Penerapan teknologi informasi di perpustakaan sebagai sarana
mendapatkan, menyimpan, dan menyebarluaskan informasi dalam
bentuk digital. Bentuk penerapan inilah yang kita kenal dengan istilah
perpustakaan digital.
2.3 Senayan Library Management System (SLiMS)
Senayan Library Management System yang lebih dikenal dengan
nama Senayan atau SLiMS adalah sebuah sofware untuk manajemen
perpustakaan yang bersifat gratis dan kode sumber terbuka (free and open
source sofware atau FOSS). Lisensi SLiMS adalah General Public Lisence
(GPL) versi 3 yang menjamin kebebasan untuk mendapatkan, menggunakan,
mempelajari, mengubah dan mendistribusikan ke pihak lain dengan syarat
tidak menghilangkan keterangan kepengarangan dan merubah dengan lisensi
lainya.
SLiMS dibangun menggunakan teknologi FOSS seperti PHP dan
MySQL. Proyek pengembangan SLiMS dibiayai Pusat Informasi dan
19
Humas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia dan mulai rilis
ke publik 29 November 2007. SLiMS dibangun di atas platform GNU/Linux,
meskipun demikian SLiMS bisa berjalan hampir di semua sistem operasi
komputer, termasuk Windows dan Unix. Untuk memudahkan interaktifitas
pengguna, aplikasi ini juga memakai teknologi AJAX (Asynchronous
JavaScript and XML) untuk tampilannya di peramban. Beberapa software
bersumber terbuka lain juga dipasang di Senayan untuk memperkaya
fiturnya, seperti genbarcode dan genbarcode untuk pembuatan barcode,
PhpThumb untuk menampilkan gambar, dan TinyMCE untuk penyuntingan
teks berbasis web.
Selain terus memperkaya fitur-fitur SLiMS, tim pengembang juga
membuat paket program untuk memudahkan pemasangan. Paket yang
disebut Portable Senayan (psenayan) ini berisi program Senayan, Apache
(program untuk server), PHP, dan MySQL. Pengguna tinggal mengopi,
mengekstrak, dan langsung menggunakannya pada komputer atau server
masing-masing. Selain pengembang dari Indonesia, SLiMS juga mendapat
bantuan dari Tobias Zeumer, programer dari Jerman yang mengganti
program multibahasa SLiMS dengan PHP Gettext, standar program
multibahasa di lingkungan peranti lunak sistem terbuka. Selain itu Tobias
juga menambahkan fitur bahasa Jerman pada SLiMS.
SLiMS dikembangkan oleh orang yang mempunyai pendidikan
formal perpustakaan sehingga pengembang berani menjamin SLiMS sesuai
dengan standar yang berlaku di perpustakaan. Standar pendeskripsian
20
katalog dirancang berdasarkan ISBD yang juga sesuai dengan aturan
pengatalogan Anglo-American Cataloging Rules umum dipakai di seluruh
dunia.
Saat ini SLiMS sudah jauh berkembang, tak hanya menampilkan
data buku, tapi juga dapat menampilkan gambar, suara, buku elektronik, dan
bahkan video. Tidak hanya itu SLiMS juga dapat berkomunikasi dengan
sistem lain melalui protokol Z39.50 atau P2P untuk copy cataloging data
bibliografi. Beberapa kelebihan SLiMS lainya adalah sebagai berikut
(Wicaksono, 2011, 2012):
1. Open source: SLiMS berlisensi GPLv3 yang menjamin kebebasan dalam
mendapatkan, mempelajari, menggunakan, memodifikasi dan
mendistribusikan kembali, http://www.gnu.org/lisence/gpl-3.0.html
2. Aktif dikembangkan dengan transparan. Untuk mengetahui update
terbaru SLiMS dapat diunduh dari http://github.com/slims sedangkan
untuk rilis resmi dapat diunduh di situs resminya, http://slims.web.id.
3. Mengikuti standar yang berlaku di perpustakaan dalam membangun
pangkalan data. Standard pendeskripsian katalog dirancang berdasarkan
ISBD yang juga sesuai dengan aturan pengatalogan Anglo-American
Cataloging Rules, menggunakan standar metadata MARC. Untuk servis
OAI menggunakan standar metadata Dublin Core sedangkan untuk web
services di OPAC menggunakan ModsXML.
4. SLiMS adalah aplikasi berbasis web (web based aplication) sehingga
mudah diintegrasikan dengan aplikasi web lainya.
21
5. SLiMS adalah aplikasi multibahasa, mencakup bahasa Inggris, Indonesia,
Jerman, Spanyol, Arab, Thailand, Srilanka, Bangladesh, dan Brazilian
Portuguise.
6. Mudah membangun katalog bersama dengan Union Catalog Server
(UCS). Katalog bersama memudahkan proses penelusuran dari
pangkalan data perpustakaan-perpustakaan yang terlibat kerjasama.
Selain UCS ada juga Nayanes yang memungkinkan untuk melakukan
penelusuran ke banyak pangkalan data sekaligus.
7. Memungkinkan copy cataloging melalui protokol Z39.50, Z39.50 SRU,
P2P. Selain itu bisa juga bisa melakukan pertukaran data dengan aplikasi
lain dengan data berformat ModsXML, MARC dan CSV.
8. Dengan Sphink SLiMS mampu melakukan penelusuran record dalam
jumlah besar hingga ukuran terabyte.
9. Bisa mengambil foto anggota langsung dari webcam.
10. Mendukung versi mobile dan masih banyak keunggulan lainya.
Ketika dirilis pertama kali, SLiMS diunduh 704 kali. Angka ini
melonjak menjadi 6.000 kali lebih pada Desember 2007 dan 11 ribu lebih
Januari 2008. Sampai Maret 2009, SLiMS telah diunduh lebih dari 500.000
kali (Wicaksono, 2012). Karena dapat diunduh secara bebas, pengembang
tidak tahu persis berapa banyak pengguna aplikasi ini. Saat ini sedikitnya
ada sekitar 387 perpustakaan dan lembaga lain yang melapor memakai
SLiMS (http://slims.web.id/web/?q=node/36, 27 Juli 2013), termasuk 10
perpustakaan di luar wilayah Indonesia, seperti Pusat Studi Jepang UI,
22
Perpustakaan SMA Kesatrian 1 Semarang, Sekolah Indonesia-Kairo di
Mesir, Perpustakaan Indonesian Visual Art Archive, Lembaga Bantuan
Hukum Jakarta, Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta, Institut
Bisnis dan Informatika Indonesia, serta Perpustakaan Umum Kota Salatiga.
2.4 Technology Acceptance Model (TAM)
Sekitar tahun 1970 kebutuhan akan teknologi terus meningkat,
tetapi di sisi lain banyak organisasi yang gagal dalam menerapkan teknologi.
Banyak peneliti yang mencoba mengkaji fenomena itu tetapi kebanyakan
penelitian yang dilakukan gagal memberikan penjelasan mengenai
penerimaan atau penolakan sebuah sistem (Davis, 1989). Tahun 1985 Davis
merumuskan sebuah teori baru, Technology Acceptance Model (TAM)
dalam disertasi yang berjudul “A Technology Acceptance Model for
Empirically Testing New End-user Information Systems: Theory and Result”.
Teori TAM merupakan pengembangan dari Theory of Reasoned
Action (TRA) yang dikembangkan Fishbein dan Ajzen (1975) dengan satu
premis bahwa reaksi dan persepsi seseorang terhadap sesuatu hal, akan
mempengaruhi sikap dan prilaku orang tersebut. TAM adalah model yang
banyak dikutip dalam penelitian mengenai penerimaan suatu teknologi dan
TAM telah mengalami beberapa kali revisi sejak dirumuskan pertama kali.
Versi final teori TAM dapat digambarkan sebagai berikut.
23
Gambar 2.1: Technology Acceptance Model Final (Chuttur, 2010 hlm. 10)
Dari gambar di atas dapat dipahami hubungan antar konstruksi
yang terdapat dalam TAM. Konstruksi eksternal variable dinilai akan
mempengaruhi konstruksi perceived ease of use dan konstruksi perceived
usefulness. Konstruksi perceived ease of use dianggap akan berpengaruh
terhadap konstruksi perceived usefulness. Dilain pihak kedua konstruksi
tersebut (perceived ease of use dan perceived usefulness) mempengaruhi
konstrusksi behavioral intention to use yang mana behavioral intention to
use akan mempengaruhi konstruksi actual system use. Kesimpulannya TAM
dapat menjelaskan bahwa persepsi pengguna terhadap suatu sistem akan
mempengaruhi sikap pengguna. Selain itu juga jelas tergambar bahwa
penerimaan suatu teknologi sangat dipengaruhi oleh kemanfaatan
(usefulness) dan kemudahan penggunaan (ease of use). Keduanya memiliki
determinan yang tinggi dan validitas yang sudah teruji secara empiris (Davis,
1989).
Actual System
Use
External Variable
Perceived Ease of Use
Perceived Usefulness
Behavioral Intention
24
2.4.1 Persepsi Kebermanfaatan (Perceived Usefulness)
Davis (1985) mendefinisikan perceived usefulness adalah
sejauh mana seseorang meyakini bahwa penggunaan sistem informasi
tertentu akan meningkatkan kinerjanya. Dari definisi tersebut dapat
diketahui bahwa perseived usefulness membentuk suatu kepercayaan
untuk pengambilan keputusan untuk menggunakan atau tidak. Jika
seseorang merasa percaya bahwa sistem berguna maka dia akan
menggunakannya. Sebaliknya jika seseorang mempunyai kepercayaan
bahwa suatu sistem kurang berguna maka dia tidak akan
menggunakannya. Menurut Davis (1989) suatu sistem dikatakan
bermanfaat oleh penggunanya dengan indikator sebagai berikut:
1. Mempercepat pekerjaan (Work More Quickly)
Suatu sistem baru dianggap bermanfaat apabila dapat memangkas
waktu yang dibutuhkan untuk melakukan suatu pekerjaan.
Pengguna juga akan menilai SLiMS bermanfaat kalau mampu
mempercepat pekerjaan yang ada, misal mempersingkat waktu
yang diperlukan untuk mencetak kartu anggota.
2. Meningkatkan performa (Improve Job Performance)
Sistem baru dikatakan bermanfaat kalau dapat meningkatkan
performa penggunanya. Pengguna harus dapat memberikan
kualitas pekerjaan yang lebih bagus. Melakukan pekerjaan secara
manual memungkinkan adanya banyak kesalahan, dengan SLiMS
kesalahan dapat diminimalisir karena segala sesuatunya sudah
25
berjalan secara otomatis.
3. Meningkatkan Produktifitas (Increase Productivity)
Pemanfaatan sistem baru diharapkan dapat meningkatkan
produktifitas pengguna. Dalam waktu yang sama, dengan SLiMS
pengguna dapat menghasilkan sesuatu dalam jumlah lebih banyak
dibandingkan ketika dikerjakan secara manual.
4. Efektifitas (Effectiveness)
Efektifitas kerja harus semakin meningkat seiring dengan
penerapan sistem baru. SLiMS harus mampu meningkatkan
keberhasilan dalam melakukan suatu pekerjaan dengan
memanfaatkanya.
5. Mempermudah pekerjaan (Make Job Easier)
Salah satu tujuan pemanfaatan sistem baru adalah untuk
mempermudah pekerjaan. Kalau dengan sistem baru justru
mempersulit pekerjaan dapat dikatakan bahwa sistem yang
digunakan tidak berguna. SLiMS dikatakan bermanfaat kalau
menjadikan pekerjaan yang awalnya sulit menjadi lebih mudah
dengan adanya SLiMS.
6. Bermanfaat (Useful)
Pengguna yang merasa terbantu dengan adanya suatu sistem akan
menilai bahwa sistem yang digunakanya secara umum bermanfaat.
Pengguna akan menganggap SLiMS bermanfaat kalau pengguna
merasa terbantu dalam pekerjaan sehari-hari dengan adanya SLiMS.
26
2.4.2 Persepsi kemudahan (Perceived Ease of Use)
Persepsi kemudahan didefinisikan Davis (1985) sebagai
tingkat keyakinan seseorang bahwa dalam menggunakan sistem
tertentu tidak diperlukan usaha yang keras. Sistem harus dapat
digunakan dengan mudah tanpa usaha yang dianggap memberatkan
pengguna untuk menghindari penolakan dari pengguna. Persepsi
kemudahan penggunaan merupakan salah satu faktor dalam model
TAM yang telah diuji dalam penelitian Davis (1989). Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa faktor persepsi kemudahan terbukti
dapat menjelaskan alasan seseorang dalam menggunakan sistem dan
menjelaskan bahwa sistem baru yang sedang dikembangkan dapat
diterima oleh pengguna. Faktor-faktor yang mempengaruhi anggapan
kemudahan suatu sistem adalah sebagai berikut:
1. Mudah dipelajari (Easy to Learn)
Sistem yang baik salah satunya ditentukan oleh kemudahan untuk
mempelajarinya. Apabila sistem terlalu sulit untuk dipelajari
pengguna akan enggan untuk menggunakanya. Anggapan
kemudahan pemakaian SLiMS salah satunya ditentukan dengan
kemudahan untuk mempelajarinya.
2. Dapat dikontrol (Contollable)
Sistem dianggap mudah apabila dapat dikendalikan sesuai yang
diinginkan oleh penggunanya dan ia dapat menemukan apa yang
ingin mereka lakukan. Misalnya pengguna ingin melakukan
27
sirkulasi harus dapat menenukan dengan mudah dimana menu
sirkulasi berada.
3. Jelas dan dapat dipahami (Clear and Understantable)
Kemudahan suatu sistem juga dipegaruhi oleh kejelasan tatap muka
(interface) dan menu-menu yang ada si dalamnya sehingga
memudahkan interaksi pengguna dengan sistem, termasuk pada
SLiMS.
4. Fleksibel (Flexible)
Sistem yang fleksible akan sangan memudahkan penggunanya.
Pengguna akan lebih suka menggunakan sistam yang dapat
disesuaikan dengan kebutuhan dirinya maupun kebutuhan tempat
ia bekerja. SLiMS juga dituntut untuk dapat disesuaikan dengan
kebutuhan, baik dari segi kemampuan maupun dari segi tampilan.
5. Mudah mahir (Easy to become skillful)
Apabila pengguna sudah mahir menggunakan suatu sistem dalam
waktu yang cepat, pengguna akan menilai kalau sistem yang
digunakanya itu mudah digunakan. Hal ini dapat dilihat dari berapa
lama waktu yang dibutuhkan untuk mahir menggunakan program
yang berkaitan dengan bidang pekerjaan pengguna SLiMS.
6. Mudah digunakan (Easy to Use)
Secara umum sistem dianggap mudah apabila tidak memerlukan
usaha keras untuk menggunakan sistem itu dan berlaku sebaliknya.
Bila pengguna harus mengeluarkan usaha keras sistem itu berarti
28
tidak mudah. Pengguna akan menganggap bahwa memanfaatkan
SLiMS itu mudah kalau SLiMS mampu memenuhi kriteria tersebut
di atas.
2.5 Penelitian Terdahulu
Pemanfaatan teknologi informasi di perpustakaan beberapa tahun
terakhir semakin meningkat. Hal ini tidak terlepas dengan semakin murah
dan mudahnya untuk mendapatkan akses terhadap suatu teknologi apalagi
dengan banyaknya perangkat lunak yang banyak tersedia secara gratis di
internet. Hal ini menimbulkan banyak ketertarikan sebagian orang untuk
melakukan penelitian tentang pemanfaatan teknologi informasi di
perpustakaan. Berikut beberapa penelitian terdahulu terkait penerapan
teknologi informasi di perpustakaan.
1. Tahun 2010 Ery Setyo Pramudi melakukan penelitian yang berjudul
“Pengembangan Perpustakaan Digital Berbasis Senayan Library
Management System (SLiMS)”. Penelitian ini mengangkat permasalahan
mengenai bagaimana penerapan perpustakaan digital (digital library)
berbasis SLiMS di Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Unnes.
Model Penelitian yang digunakan adalah model penelitian research and
development. Website perpustakaan digital berbasis SLiMS yang telah
dikembangkan selanjutnya di uji cobakan kepada 25 mahasiswa Jurusan
Kurikulum dan Teknologi Pendidikan. Data dikumpulkan melalui
kuesioner dan diperoleh hasil bahwa perpustakaan digital berbasis
29
SLiMS cocok diterapkan di Jurusan Kurikulum dan Teknologi
Pendidikan, dimana penerapannya diposisikan sebagai sarana penunjang
pengelolaan perpustakaan.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Maharani Rachmaningsih (2012)
mengkaji Kepuasan Pemustaka Terhadap Pemanfaatan Software Senayan
di Perpustakaan Perguruan Tinggi Fakultas Kedokteran Bagian
Neurologi Universias Diponegoro. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kepuasan pemustaka terhadap pemanfaatan Senayan Library
Management System (SLiMS) versi portabel di perpustakaan. Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif
yang menggunakan teknik analisis data model interaktif. Kesimpulan
terakhir dari penelitian adalah para informan merasa puas terhadap
software SLiMS dikarenakan kemudahan yang ditawarkanya untuk
mencari koleksi perpustakaan.
3. Arie Muhammad S.B. (2010) melakukan penelitian dengan judul
“Analisis Penerimaan Komputer Mikro dengan Menggunakan
Technology Acceptance Model (TAM) pada Kantor Akuntan Publik
(KAP) di Jawa Tengah”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji
tingkat penerimaan komputer mikro oleh auditor pada beberapa Kantor
Akuntan Publik (KAP) di Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan
metode kuantitatif dengan 72 sampel yang pengujianya menggunakan
teknik analisis SEM (Structural Equatio Model) dan dilakukan dengan
perangkat Partial Least Square (PLS) versi 1:10. Hasil dari penelitian ini
30
adalah sebagai berikut: (1) persepsi pengguna terhadap kemudahan
berpengaruh signifikan terhadap persepsi pengguna terhadap kegunaan;
(2) persepsi pengguna terhadap kegunaan berpengaruh signifikan
terhadap sikap pengguna terhadap penggunaan (3) persepsi pengguna
terhadap kemudahan berpengaruh signifikan terhadap sikap pengguna
terhadap penggunaan; (4) persepsi pengguna terhadap kemudahan
berpengaruh signifikan terhadap penerimaan pengguna; (5) sikap
pengguna terhadap penggunaan tidak berpengaruh signifikan terhadap
penerimaan pengguna.
Penelitian ini memiliki kesamaan dengan ketiga penelitian tersebut.
Kesamaan dari penelitian ini dengan penelitian Pramudi dan Rachmaningsih
adalah menjadikan penerapan teknologi informasi di perpustakaan sebagai
objek kajianya. Menariknya ketiganya meneliti pemanfaatan SLiMS di
perpustakaan hanya saja masih tetap ada perbedaan diantara ketiganya.
Penelitian ini juga memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Muhammad yaitu pada penggunaan Technology Acceptance Model di
dalam penelitianya. Perbedaan masing-masing penelitian tersebut dengan
penelitian ini disajikan dalam tabel dibawah ini.
Tabel 2.1. Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu 1
Perbedaan
Penelitian ini Penelitian terdahulu (Pramudi)
• Mengkaji pemanfaatan SLiMS • Mengkaji SLiMS untuk
31
untuk otomasi perpustakaan
• Penelitian ini dilaksanakan di
Kantor Perpustakaan dan Arsip
Kota Salatiga
• Menggunakan metode
penelitian naturalistik atau
kualitatif
membangun perpustakaan
digital
• Penelitian sebelumnya di
Perpustakaan Jurusan Kurikulum
dan Teknologi Pendidikan
• Menggunakan metode penelitian
research and development
Tabel 2.2. Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu 2
Perbedaan
Penelitian ini Penelitian terdahulu
(Rachmaningsih)
• Obyek penelitian ini adalah
pemanfaatan SLiMS di semua
bagian perpustakaan
• Subjek penelitian ini adalah
pengelola perpustakaan yang
berhubungan langsung dengan
SLiMS
• Penelitian ini dilaksanakan di
Kantor Perpustakaan dan Arsip
• Obyek penelitian sebelumnya
terfokus pada pemanfaatan
SLiMS untuk penelusuran
• Subjek dari penelitian ini
adalah pemustaka yang
menggunakan menu OPAC
SLiMS untuk penelusuran
informasi
• Penelitian sebelumnya di
32
Kota Salatiga perpustakaan Fakultas
Kedokteran Bagian Neurologi
Universias Diponegoro
Tabel 2.3. Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu 3
Perbedaan
Penelitian ini Penelitian terdahulu (Muhammad)
• Mengkaji pemanfaatan SLiMS
KPAD Kota Salatiga
• Menggunakan metode kualitatif
deskriptif (studi kasus)
• Subjek penelitian ini adalah
pengelola perpustakaan yang
berhubungan langsung dengan
SLiMS
• Penelitian ini dilaksanakan di
Kantor Perpustakaan dan Arsip
Kota Salatiga
• Mengkaji Penerimaan
Komputer Mikro pada Kantor
Akuntan Publik di Jateng
• Menggunakan metode
penelitian kuantitatif
• Sampel diambil dari auditor
Kantor Akuntan Publik
• Penelitian dilakukan di
beberapa Kantor Akuntan
Publik di Jawa Tengah
33
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik untuk mencapai
maksud, cara kerja sistematis untuk memudahkan pelaksanaan sebuah kegiatan
untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Dengan demikian metode penelitian
mengemukakan secara teknis tentang metode yang digunakan dalam penelitian
(Sulistyo-Basuki, 2010: 22).
3.1 Desain dan Jenis Penelitian
Desain penelitian ini adalah kualitatif, hal itu menyebabkan data
dan analisis yang digunakan dalam penelitian ini juga bersifat kualitatif.
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang berhubungan dengan ide,
persepsi, pendapat, kepercayaan orang yang akan diteliti. Dalam penelitian
kualitatif segala sesuatunya tidak dapat di ukur dengan angka dan teori yang
digunakan dalam penelitian tidak dipaksakan untuk memperoleh gambaran
seutuhnya mengenai suatu hal menurut pandangan manusia yang telah
diteliti (Sulistyo-Basuki,2006:78). Penelitian jenis ini juga tidak
menggunakan kuesioner sebagai instrumen pengumpulan data, instrumen
pengumpulan data adalah peneliti itu sendiri.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif jenis studi
kasus. Menurut Sulistyo-Basuki (2010:110), penelitian deskriptif mencoba
mencari deskripsi yang tepat yang cukup dari semua aktivitas, objek, proses,
33
34
dan manusia. Penelitian deskriptif berkaitan dengan pengumpulan fakta dan
data secara valid untuk memberikan gambaran mengenai objek yang diteliti.
3.2 Objek dan Subjek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah pemanfaatan Senayan Library
Management System (SLiMS), sedangkan yang menjadi subjek dalam
penelitian ini adalah pengelola Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota
Salatiga yang berhubungan langsung dengan SLiMS dan pemustaka yang
menggunakan SLiMS untuk penelusuran koleksi.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Dalam setiap penelitian, peneliti dituntut untuk menguasai teknik
pengumpulan data sehingga menghasilkan data yang relevan dengan
penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis data kualitatif
dari sumber primer dan sumber sekunder.
1. Sumber Primer
Sumber primer adalah sumber data yang secara langsung
memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2012:225). Sumber
primer ini berupa catatan hasil wawancara yang diperoleh melalui
wawancara yang penulis lakukan. Selain itu, penulis juga melakukan
observasi lapangan dan mengumpulkan data dalam bentuk catatan
tentang situasi dan kejadian di perpustakaan.
35
2. Sumber Sekunder
Sumber data sekunder merupakan sumber data yang tidak
memberikan informasi secara langsung kepada pengumpul data. Sumber
data sekunder ini dapat berupa hasil pengolahan lebih lanjut dari data
primer yang disajikan dalam bentuk lain atau dari orang lain (Sugiyono,
2012:225). Data ini digunakan untuk mendukung infomasi dari data
primer yang diperoleh baik dari wawancara, maupun dari observasi
langsung ke lapangan. Penulis juga menggunakan data sekunder hasil
dari studi pustaka. Dalam studi pustaka, penulis membaca literatur-
literatur yang dapat menunjang penelitian, yaitu literatur-literatur yang
berhubungan dengan penelitian ini.
3.4 Informan
Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi, karena
penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi
sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan pada populasi,
tetapi ditransferkan ke tempat lain pada situasi sosial dalam kasus yang
dipelajari. Sampel dalam penelitian kualitatif tidak disebut responden
melainkan narasumber, partisipan atau informan (Sugiyono, 2012:216).
Subjek penelitian ini menjadi informan yang akan memberikan
berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian melalui
wawancara. Informan adalah seseorang yang benar-benar mengetahui suatu
persoalan atau permasalahan tertentu yang darinya dapat diperoleh informasi
36
yang jelas, akurat, dan terpercaya (Moleong, 2000:97). Informasi tersebut
dapat berupa pernyataan, keterangan, atau data-data yang dapat membantu
dalam memahami persoalan atau permasalahan yang diteliti.
Informan dalam penelitian ini, penulis tentukan dengan metode
purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel
dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2012:216). Dengan menggunakan
purposive sampling, diharapkan kriteria sampel yang diperoleh benar-benar
sesuai dengan penelitian yang dilakukan dan mampu menjelaskan keadaan
sebenarnya tentang obyek yang diteliti.
Kriteria informan yang penulis pilih adalah pengelola perpustakaan
yang berhubungan langsung dengan pemanfaatan SLiMS di perpustakaan
dan pemustaka yang sedang menggunakan OPAC untuk penelusuran saat
penelitian berlangsung. Informan terdiri dari tiga orang pengelola
perpustakaan PNS, tiga orang pengelola perpustakaan dari tenaga harian
lepas dan tiga orang pemustaka yang minimal memakai OPAC tiga kali
dalam satu bulan. Informan pemustaka dipilih dari tipe keanggotaan yang
berbeda, masing-masing satu orang anggota umum, satu anggota mahasiswa
dan satu anggota pelajar.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Data merupakan faktor penting dalam penelitian, untuk itu
diperlukan teknik tertentu dalam pengumpulan data. Teknik pengumpulan
data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
37
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk mendekatkan peneliti ke orang-orang
yang ditelitinya dan ke situasi atau lingkungan mereka yang sebenarny.
Dan peneliti dapat masuk ke lingkungan yang ditelitinya atau yang
dikenal dengan observasi partisipatif. Pada observasi ini, peneliti
mengamati peristiwa, kejadian, pose, dan sejenisnya disertai dengan daftar
yang perlu diobservasi (Sulistyo-Basuki, 2010:149).
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh dua pihak
yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan
terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan
(Moleong, 2012:118). Melalui wawancara ini pula peneliti menggali
informasi secara mendalam dari informan mengenai pemanfaatan SLiMS
di Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga. Penelitian ini
menggunakan wawancara semiterstruktur dengan harapan dapat
menemukan informasi lebih terbuka dari informan.
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang
datanya diperoleh dari buku, internet, atau dokumen lain yang menunjang
penelitian yang dilakukan. Dokumen merupakan catatan mengenai
peristiwa yang sudah berlalu. Peneliti mengumpulkan dokumen yang
dapat berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang (Sugiyono, 2012:240). Dalam hal ini peneliti menggunakan
38
dokumen berupa catatan migrasi ke SLiMS Meranti, buku tahunan, buku
panduan perpustakaan, dan dari website resmi perpustakaan.
3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Setelah melakukan pengumpulan data, seluruh data yang terkumpul
kemudian diolah oleh peneliti. Data dianalisis menggunakan metode
deskriptif kualitatif yaitu dengan mendeskripsikan secara menyeluruh data
yang didapat selama proses penelitian. Miles dan Huberman dalam
Sugiyono (2012:246) mengungkapkan bahwa dalam mengolah data
kualitatif dilakukan melalui tahap reduksi, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan.
1. Reduksi
Mereduksi berarti merangkum, memilih hal-hal pokok dan
penting kemudian dicari tema dan polanya (Sugiyono, 2012:247). Pada
tahap ini peneliti memilah informasi mana yang relevan dan mana yang
tidak relevan dengan penelitian. Setelah direduksi data akan mengerucut,
semakin sedikit dan mengarah ke inti permasalahan sehingga mampu
memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai objek penelitian.
2. Penyajian Data
Setelah dilakukan direduksi data, langkah selanjutnya adalah
menyajikan data. Data disajikan dalam bentuk tabel dan uraian penjelasan
yang bersifat deskriptif.
39
3. Penarikan Kesimpulan
Tahap akhir pengolahan data adalah penarikan kesimpulan.
Setelah semua data tersaji permasalahan yang menjadi objek penelitian
dapat dipahami dan kemudian ditarik kesimpulan yang merupaan hasil
dari penelitian ini.
40
BAB IV
GAMBARAN UMUM KANTOR PERPUSTAKAAN
DAN ARSIP DAERAH KOTA SALATIGA
4.1 Sejarah Singkat
Sejarah Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga
dimulai dari tahun 1981. Pembentukan nomenklatur perpustakaan tertuang
dalam Perda Nomor 1 Tahun 1981 tentang Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Sekretariat Kodya Dati II Salatiga dan Sekretariat DPRD Kodya Dati
II Salatiga. Tahun 1983 perda tersebut diperbaharui dengan diterbitkanya
Perda Nomor 1 tahun 1983 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Sekretariat Kodya Dati II Salatiga dan Sekretariat DPRD Kodya Dati II
Salatiga. Perpustakaan menjadi Sub Bagian Perpustakaan yang berada di
bawah Bagian Hukum dan Organisasi dan Tata Laksana.
Perda tentang perpustakaan mengalami beberapa kali pembaharuan
lagi, pada tahun 1990, 1992, 1994 dan tahun 1996. Tahun 1997 menjadi
tonggak baru sejarah Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga.
Perpustakaan Umum Kota Salatiga menjadi institusi mandiri dengan
diterbitkanya Perda Nomor 10 tahun 1997 tentang Pembentukan Organisasi
dan Tata Kerja Kantor Perpustakaan Umum Kodya Dati II Salatiga. Pada
tahun ini pula perpustakaan pindah alamat ke Jl. Diponegoro No.10 dari
alamat sebelumnya di Jl. Letjend Sukowati No.7 Salatiga.
40
41
Tahun 2002 terjadi perubahan Struktur Organisasi dan Tata Kerja
di Pemkot Salatiga. Perpustakaan umum masih dipertahankan sebagai
kantor, namun kali ini digabung dengan bidang Arsip dan Data Elektronik.
Nomenklatur yang dipakai adalah Kantor Perpustakaan, Arsip Daerah, dan
Pengolahan Data Elektronik Kota Salatiga. Perpustakaan umum ditanggani
oleh seorang Kepala Seksi Perpustakaan yang dijabat oleh Sungkono, BA
dengan kantor di Jl. Letjend Sukowati No.51, sedangkan pelayanan dan
koleksi perpustakaan umum berada di Jl. Diponegoro No.37 Salatiga.
Tahun 2005 nomenklatur kembali diperbarui menjadi Kantor
Pengolahan Data Elektronik, Perpustakaan dan Arsip Daerah. Selang empat
tahun kemudian terjadi perubahan nomenklatur kantor menjadi Kantor
Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga berdasarkan Peraturan Daerah
Kota Salatiga Nomor 11 tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Lembaga Teknis Daerah, Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu dan Satuan
Polisi Pamong Praja Kota Salatiga, sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 2 Tahun 2010.
Tahun 2010 kepala kantor dijabat oleh Darmon, SH. Perpustakaan
Umum masih dipimpin oleh Kepala Seksi Perpustakaan yang dijabat oleh
Yohanes Widodo (tahun 2005-2011), sampai saat ini Kasi Perpustakaan
dijabat oleh Heru Susanto, SE. Dalam nomenklatur baru ini terbentuk seksi
baru yaitu Seksi Bina Perpustakaan dan Kearsipan yang dijabat oleh Sri
Swasty, S.S., MH. (2009-2010) dilajutkan oleh Ign. Bagus Indarto SWE, A.
42
Md. (2010-sekarang). Pada tanggal 17 Oktober 2011 Agus Parmadi PT, SE,
M.Si. resmi menjadi kepala perpustakaan menggantikan Darmono,S.H.
Awal tahun 2013, Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah
menempati gedung baru di Jl. Adi Sucipto No. 7 Salatiga. Letak Kantor
Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga sangat strategis, berdekatan
dengan sekolah mulai dari TK sampai SMA bahkan dekat dengan UKSW
dan STAIN Salatiga. Tidak hanya itu, perpustakaan juga dekat dengan pusat
keramaian seperti lapangan Pancasila dan Selasar Kartini. Lokasi yang
strategis ini menjadikan perpustakaan selalu ramai pengunjung.
4.2 Visi dan Misi
Visi dari Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga
adalah untuk menjadikan perpustakaan dan arsip sebagai pusat informasi,
pengetahuan dan kebudayaan yang mendukung visi Kota Salatiga. Untuk
mencapai visi tersebut disusunlah rencana strategis yang dituangkan dalam
misi perpustakaan. Misi Kantor Perpustakaan dan Arsip daerah Kota
Salatiga adalah:
a. Meningkatkan sarana dan prasarana perpustakaan dan kearsipan.
b. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dibidang Perpustakaan dan
Kearsipan.
c. Menyelamatkan, memelihara dan mengamankan arsip sebagai sarana
informasi utama.
d. Menarik, memelihara dan melestarikan karya cetak dan karya rekam
hasil budaya bangsa khususnya karya budaya daerah Kota Salatiga.
43
4.3 Struktur Organisasi
Dalam sebuah organisasi diperlukan adanya struktur organisasi.
Hal ini dimaksudkan agar alur instruksi dan koordinasi antar bagian dalam
organisasi menjadi jelas. Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota
Salatiga memiliki struktur yang terdiri dari kepala kantor, kelompok jabatan
fungsional, sub bagian tata usaha, seksi perpustakaan, seksi arsip daerah,
serta seksi bina perpustakaan dan kearsipan. Berikut adalah struktur
organisasi Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga.
Bagan 4.1 Struktur organisasi di Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah
Kota Salatiga (Sumber: Arsip Kantor Perpustakaan dan Arsip
Daerah Kota Salatiga)
Seksi Bina Perpustakaan dan Kearsipan
Seksi Arsip Daerah Seksi Perpustakaan
Kelompok Jabatan Fungsional
KEPALA
Sub Bagian Tata Usaha
44
4.4 Koleksi Perpustakaan
Perpustakaan mempunyai koleksi yang cukup banyak yang terdiri
dari berbagai macam koleksi. Sampai 1 Agustus 2013 tercatat ada 16.548
judul koleksi yang keseluruhanya ada 21.348 eksemplar. Koleksi ini terdiri
dari koleksi referensi sebanyak 1.076 judul (1.497 eksemplar), buku teks
13.958 judul (19.382 eksemplar) dan koleksi fiksi sebanyak 1.675 judul
(2222 eksemplar). Selain koleksi tersebut perpustakaan juga mempunyai
koleksi multimedia berupa CD film dan koleksi huruf braile untuk mereka
yang berkebutuhan khusus.
4.5 Kegiatan di Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota
Salatiga
Banyak hal yang dilakukan oleh Kantor Perpustakaan dan Arsip
Daerah kota Salatiga dalam rangka menyediakan informasi bagi
pemustakanya. Perpustakaan melakukan pengadaan sumber informasi
kemudian diolah untuk selanjutnya dilayankan ke pemustaka.
1. Pengadaan
Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota Salatiga banyak mengadakan bahan
pustaka dengan menggunakan dana dari APBD (Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah) karena Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota
Salatiga berdiri di bawah naungan pemerintah kota Salatiga. Selain itu
Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga juga menerima
pemberian hibah/hadiah, dari pihak lain.
45
a. Pembelian
Metode pembelian dilakukan melalui rekanan yang akan mengadakan
buku atau dengan lelang melalui ULP (Unit Layanan Pengadaan).
Untuk pengadaan ini perpustakaan menerima usulan judul bahan
pustaka melalui formulir usulan bahan pustaka yang disediakan di
perpustakaan.
b. Hadiah/hibah
Pengadaan melalui hibah yaitu pengadaan bahan pustaka yang
sumbernya dari hadiah atau sumbangan pihak lain secara cuma-cuma.
Pemberi hibah dapat perseorangan atau organisasi seperti dari
Paguyuban Warga Salatiga di Jakarta (Pawarsa), Ikatan Alumni SMA
1 Salatiga, dan dari Yayasan Abiyoso untuk koleksi braile untuk
mereka yang berkebutuhan khusus.
2. Pengolahan
Pengolahan wajib dilakukan setiap perpustakaan. Tujuanya jelas, yaitu
agar koleksi yang ada dapat ditelusuri dengan mudah dengan tingkat
akurasi tinggi. Kegiatan pengolahan meliputi kegiatan pengecekan
koleksi baru, pengecapan kepemilikan, pemberian nomor inventaris,
penentuan klasifikasi, input data buku ke pangkalan data perpustakaan,
memberikan label dan barcode, memberikan lembar tanggal kembali,
memberikan stiker warna, dan memberikan sampul buku. Secara rinci
proses pengolahan di Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota
Salatiga meliputi:
46
a. Penerimaan bahan pustaka dan pengecekan kembali bahan pustaka
yang diterima.
Semua koleksi baru baik yang diperoleh melalui pembelian
maupun dari hibah semuanya diperiksa kembali isi dan fisiknya. Hal
ini bertujuan untuk menyediakan bahan pustaka yang terkontrol
isinya dan dalam kondisi yang baik. Apabila dalam proses ini
ditemukan koleksi yang bertentangan dengan peraturan yang berlaku
koleksi akan disortir. Selain pengecekan isi dilakukan juga
pengecekan fisik bahan pustaka. Kalau koleksi cacat fisik selanjutnya
akan dilakukan klaim dan dikembalikan untuk diganti dengan yang
baik.
b. Pemberian nomor inventaris
Setelah bahan pustaka diterima dan diperiksa selanjutnya
diberi nomor inventaris. Nomor inventaris di Kantor Perpustakaan
dan Arsip Daerah Kota Salatiga terdiri dari 8 karakter, misalnya
A1103844, B1100499 dan C1100014.
Untuk kode data pertama (A, B atau C), A berarti bahan
pustaka untuk koleksi layanan referensi, sedangkan B untuk bahan
pusaka di layanan sirkulasi dan C untuk terbitan berkala. Dua digit
setelah kode pertama adalah kode untuk tahun pengadaan, misal 11,
12, 10 (11 berarti pengadaan tahun 2011, 12 berarti pengadaan tahun
2012, dan 10 berarti tahun pengadaan 2010). Lima digit setelah kode
tahun pengadaan adalah kode bahan pustaka.
47
c. Mengklasifikasikan bahan pustaka
Klasifikasi bahan pustaka di Kantor Perpustakaan dan Arsip
Daerah Kota Salatiga menggunakan sistem klasifikasi persepuluhan
Dewey (Dewey Decimal Classification). DDC memiliki sepuluh
kelas utama yaitu, 000 (Komputer, Informasi, dan karya umum), 100
(Filsafat dan Psikologi), 200 (Agama), 300 (Ilmu Sosial), 400
(Bahasa), 500 (Sains dan Matematika), 600 (Teknologi), 700
(Olahraga, Kesenian dan Rekreasi), 800 (Sastra), 900 (Sejarah dan
Geografi).
d. Pengkatalogisasian
Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga sudah
tidak menggunakan katalog cetak. Katalog yang digunakan adalah
katalog daring menggunakan SLiMS, jadi proses katalogisasi yang
dilakukan berupa input data ke database perpustakaan.
Proses input data ini meliputi deskripsi tentang,
1) Nomor Inventaris
2) Judul buku
3) Nama pengarang dan keterangan penanggung jawab
4) Tahun terbit
5) ISBN (International Serial Book Number)
6) Catakan/edisi
7) Data fisik buku (tinggi, dan halaman buku)
8) Nomor klasifikasi dan Nomor Panggil/Call Number
48
9) Jenis Koleksi
10) Gambar Sampul
Setelah proses input data, proses selanjutnya adalah
pencetakan label dan barcode bahan pustaka. Label dan barcode
yang telah dicetak selanjutnya ditempelkan pada bahan pustaka yang
bersangkutan sebagai identitas koleksi di perpustakaan.
e. Pemberian perlengkapan bahan pustaka
Pemberian perlengkapan bahan pustaka ini meliputi
pemberian kantong buku, lembar tanggal kembali (date due slip),
stiker warna (untuk membedakan antara satu kelas klasifikasi dengan
kelas klasifikasi yang lain) serta pemasangan sampul buku.
f. Shelving
Shelving adalah kegiatan penempatan buku ke dalam rak
koleksi sesuai dengan nomor klasifikasi. Proses ini dilakukan setelah
bahan pustaka siap dilayankan kepada pengguna perpustakaan.
3. Layanan
Inti dari sebuah perpustakaan adalah pada layananya. Tanpa
adanya layanan perpustakaan tak ada bedanya dengan gudang buku.
Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga mempunyai
layanan yang memadai termasuk untuk mereka yang berkebutuhan
khusus. Secara garis besar layanan ini dibedakan menjadi dua, yaitu
layanan teknis dan layanan pembaca.
49
a. Layanan Teknis
Layanan teknis adalah pekerjaan dalam suatu sistem
perpustakaan yang berfungsi untuk mempersiapkan bahan pustaka
sebelum bahan pustaka tersebut dilayankan kepada pemustaka.
b. Layanan Pembaca
Layanan pembaca adalah layanan yang berhubungan
langsung dengan pemustaka. Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah
Kota Salatiga melayani pemustaka setiap hari dengan waktu
pelayanan hari Senin sampai Jumat pukul 08.00 – 20.00 WIB dan
pukul 08.00 – 16.00 untuk hari Sabtu dan Minggu. Layanan pembaca
yang ada di Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga
meliputi layanan kenaggotaan, layanan sirkulasi, layanan referensi
dan lain-lain.
1). Layanan Keanggotaan
Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga melayani
pendaftaran dan pembuatan kartu anggota kepada masyarakat kota
Salatiga. Sampai 1 Agustus 2013 tercatat ada 8.434 anggota
perpustakaan yang terdiri dari 2781 laki-laki dan 2.786
perempuan. Dengan menjadi anggota pemustaka dapat
peminjaman koleksi perpustakaan dan membawanya pulang untuk
dibaca dirumah. Layanan anggota ini tidak terbatas untuk warga
Salatiga tetapi juga untuk mereka yang dari luar Salatiga bahkan
untuk WNA yang tinggal di Salatiga. Syarat-syarat untuk menjadi
50
anggota telah diatur dan tersedia di website perpustakaan dan
untuk menjadi anggota tidak dikenakan biaya pendaftaran.
2). Layanan Sirkulasi
a). Peminjaman
Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga
menerapkan sistem layanan terbuka, artinya pemustaka dapat
langsung melihat, mencari dan meminjam bahan pustaka di rak
buku sesuai dengan kebutuhannya. Peminjaman buku di
Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga dibatasi
sebanyak dua buku selama tiga hari. Hal ini dilakukan karena
tingginya angka peminjaman sehingga dengan pembatasan
jumlah hari perpustaran koleksi semakin cepat.
b). Pengembalian
Pengembalian dilakukan melalui konter pengembalian yang
berada di bagian paling dekat dengan pintu masuk. Apabila
anggota perpustakaan mengalami keterlamabatan maka
dikenakan sanksi berupa penundaan anggota sebanyak jumlah
hari yang sama dengan jumlah hari keterlambatan.
c). Perpanjangan peminjaman
Waktu peminjaman di Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah
Kota Salatiga terbilang sangat singkat. Apabila pemustaka
belum selesai membaca maka dapat dilakukan perpanjangan
peminjaman. Perpanjangan peminjaman ini dapat dilakukan
51
dengan ketentuan koleksi yang dipinjam tidak sedang dipesan
oleh orang lain.
3). Layanan Membaca
Layanan membaca adalah layanan berupa penyediaan tempat
membaca bagi pemustaka. Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah
Kota Salatiga memberikan kesempatan mencari informasi kepada
yang bukan anggota perpustakaan untuk membaca bahan pustaka
di dalam perpustakaan, namun tidak boleh meminjam bahan
pustaka tersebut.
4). Layanan Referensi
Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga mempunyai
layanan referensi. Layanan referensi menyediakan bahan pustaka
seperti kamus, ensiklopedia, dan sumber referensi lainya. Disini
ada juga koleksi-koleksi terbitan dari pemerintah, bahkan terbitan
pemerintah Belanda yang pernah menguasai Kota Salatiga
sebelum kemerdekaan. Bahan koleksi yang ada di layanan
referensi hanya boleh dibaca di tempat dan apabila pemustaka
ingin memperoleh salinan bahan pustaka pada layanan referensi
harus menyerahkan kartu identitas kepada pustakawan kemudian
bahan pustaka tersebut dapat difoto kopi di luar perpustakaan.
5). Layanan Perpustakaan Keliling
Layanan perpustakaan keliling adalah layanan perpustakaan yang
berfungsi memberikan akses yang lebih mudah kepada
52
pemustaka. Perpustakaan keliling menggunakan mobil yang telah
dimodifikasi menjadi perpustakaan lengkap dengan rak dan buku-
bukunya. Layanan ini dilakukan Senin sampai Kamis dan Sabtu di
lokasi yang cukup jauh dari perpustakaan. Terdapat 16 pos
pelayanan yang didatangi mobil perpustakaan keliling yang
masing-masing pos mendapatkan kunjungan satu kali dalam dua
minggu.
6). Layanan Bercerita (Story Telling)
Layanan story telling adalah kegiatan bercerita yang disampaikan
pustakawan kepada pemustaka khususnya siswa Play Group,
Taman Kanak-kanak dan siswa-siswi Sekolah Dasar khususnya
kelas satu sampai tiga. Kegiatan ini bisa juga dilakukan dengan
menonton film edukatif yang mengandung pesan moral yang baik.
7). Layanan Pencarian Bahan Pustaka
Layanan Pencarian Bahan Pustaka yang ada di Kantor
Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga menggunakan
sistem Online Public Access Catalog (OPAC) yang terintegrasi
dengan SLiMS. Perpustakaan menyediakan dua komputer untuk
melakukan penelusuran dengan mudah. Pemustaka hanya
memasukan kata kunci dan semua koleksi yang berkaitan dengan
kata kunci yang dimasukan akan muncul.
53
8). Layanan Audio Visual
Layanan audio visual merupakan layanan yang berorientasi pada
penggunaan media elektronik. Perpustakaan mempunyai ruang
multimedia yang dapat digunakan untuk menikmati layanan ini.
Ruang multimedia ini dilengkapi dengan sebuah televisi dan
speaker untuk menunjang pelayanan audio visual.
9). Layanan Bimbingan Pemakai
Layanan bimbingan pemakai adalah layanan yang berfungsi untuk
membantu pemustaka dalam memanfaatkan seluruh fasilitas yang
ada si perpustakaan. Melalui layanan ini Kantor Perpustakaan dan
Arsip Daerah Kota Salatiga mensosialisasikan fasilitas dan
layanan yang dimiliki untuk digunakan oleh pemustaka.
10). Layanan Internet
Layanan internet berupa penyediaan akses internet untuk
pemustaka. Perpustakaan menyediakan 6 komputer untuk akses
internet yang penggunaanya dibatasi maksimal satu jam setiap
orang. Selain menggunakan komputer yang disediakan,
pemustaka juga dapat menikmati layanan internet melalui wifi
yang disediakan di perpustakaan dengan membawa perangkat
sendiri.
11). Layanan Koleksi Serial
Layanan serial ini berupa penyediaan akses terbitan berseri
kepada pemustaka. Koleksi yang dilanggan berupa surat kabar
54
dan majalah, seperti Intisari, Tempo, Trubus dan Femina. Kolesi
serial ini hanya dapat dibaca di ruang serial.
12). Layanan Koleksi Digital
Selain koleksi cetak Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota
Salatiga juga mempunyai koleksi elektronik. Koleksi tersebut
tersedia di website perpustakaan http://persipda.salatigakota.go.id
dan dapat diakses dari dalam maupun dari luar perpustakaan.
Koleksi yang tersedia berupa folklore, kebudayaan dan majalah
jendela pustaka.
13). Layanan Koleksi Anak
Anak anak mendapat prioritas cukup besar di Kantor
Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga. Disini disediakan
ruang anak, koleksi yang diperuntukan untuk anak-anak lengkap
dengan permainan anak-anak. Di layanan anak ini pula mereka
dapat menikmati koleksi anak dalam format digital dengan
didampingi petugas.
14). Layanan Koleksi Buku Braile dan Komputer Bicara
Pemustaka yang berkebutuhan khusus dengan keterbatasan dalam
hal penglihatan juga dilayani di perpustakaan. Kantor
Perpustakaan dan Arsip daerah Kota Salatiga mempunyai koleksi
buku braile yang dapat mereka manfaatkan. Tidak hanya itu, ada
juga audio book yang dapat diputar dengan bantuan komputer.
Komputer yang disediakan juga dapat mereka akses secara
55
mandiri. Hal ini karena perintah dalam komputer tersebut dapat
didengarkan lewat suara, oleh karena itu disebut komputer bicara.
Semua fasilitas ini berada di ruang berkebutuhan khusus.
4.6 Pemanfaatan Teknologi Informasi di Kantor Arsip dan
Perpustakaan Daerah Kota Salatiga
Pemanfaatan Teknologi Informasi di Kantor Perpustakaan dan
Arsip Daerah Kota Salatiga sudah dimulai sekitar tahun 1990. Saat itu
pemakaian komputer masih sangat sederhana, masih sebatas untuk membuat
daftar inventaris, mencetak label, mencetak katalog dan lain-lain. Saat itu
pemanfaatan teknologi informasi belum sampai taraf otomasi karena
infrastruktur belum memungkinkan bahkan komputer yang ada di satu
bagian dengan bagian belum terhubung melalui sebuah jaringan.
Tahun 2010 Perpustakaan Daerah Kota Salatiga memulai babak
baru dalam pemanfaatan teknologi informasi. Sejak saat itu perpustakaan
mulai merancang sistem otomasi perpustakaan dengan Senayan 3.12. Proses
instalasi SLiMS dibantu pengelola perpustakaan STAIN Salatiga. SLiMS
diinstal dalam jaringan lokal dengan server Windows Server 2008. Tahap
awal yang dilakukan setelah instalasi ini adalah kustomisasi SLiMS mulai
dari tampilan sampai di dalam program seperti persiapan tipe anggota dan
pembatasan akses pengguna sesuai bidang kerjanya.
Setelah instalasi dan kustomisasi pengelola perpustakaan
melakukan input koleksi perpustakaan. Proses ini memakan waktu lebih dari
56
satu tahun mengingat jumlah koleksi yang sudah mencapai belasan ribu
eksemplar. Tahun 2012 otomasi mulai berjalan meski semua koleksi belum
masuk database perpustakaan khususnya koleksi referensi. Pada tahun ini
pula perpustakaan mulai membangun katalog online yang dapat diakses
melalui jaringan internet dengan alamat http://perpusda.pemkot-
salatiga.go.id/. Katalog online ini menggunakan SLiMS 3.15 atau yang
dikenal dengan nama SLiMS Matoa. Katalog online tersebut tidak
menggambarkan koleksi perpustakaan secara real time. Hal ini dikarenakan
pangkalan data perpustakaan terpisah dari pangkalan data OPAC, jadi
pangkalan data OPAC diperbarui secara berkala. Sampai saat ini database
perpustakaan hanya tersedia di jaringan lokal dengan pertimbangan
keamanan.
Perpustakaan menyadari adanya tuntutan akan teknologi yang
selalu terkini. Menjawab tantangan itu bulan Maret 2013 perpustakaan
malakukan upgrade perangkat lunak ke versi 5 atau yang lebih dikenal
dengan sebutan SLiMS Meranti. Upgrade sistem ini didasari atas beberapa
alasan, diantaranya perubahan drastis yang ada di SLiMS Meranti ini yang
dirasa sangat membantu pekerjaan di perpustakaan seperti kemampuan
untuk mencetak katalog, untuk input banyak item sekaligus, pengelompokan
hasil pencarian dan tentu saja tampilan yang dinilai jauh lebih memudahkan
pengguna.
57
4.7 Pemanfaatan SLiMS di Kantor Perpustakaan dan Arsip
Daerah Kota Salatiga
Pada awalnya SLiMS didesain untuk membangun otomasi
perpustakaan namun sekarang juga dapat digunakan untuk membangun
perpustakaan digital. Di Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota
Salatiga SLiMS digunakan untuk otomasi perpustakaan meliputi bidang
pengadaan, pengolahan, keanggotaan, sirkulasi dan pelaporan serta
penelusuran. Demi memaksimalkan manfaat yang diperoleh, dilakukan
modifikasi SLiMS pada bagian kartu anggota, penggabungan label dengan
barcode dan tampilan OPAC SLiMS.
1. Bidang Pengadaan
Bagian pengadaan menggunakan SLiMS untuk melakukan perencanaan.
Sebelum membeli koleksi baru, mereka membuat daftar buku yang akan
dibeli dengan melihat daftar judul di pangkalan data perpustakaan.
Dengan demikian koleksi yang dibeli merupakan koleksi yang memang
belum dimiliki perpustakaan dan tidak terjadi duplikasi judul.
2. Bidang Pengolahan
Setelah koleksi yang baru diperikasa langkah selanjutnya adalah
mengolah koleksi tersebut. Koleksi yang diolah selanjutnya dimasukan
ke pangkalan data perpustakaan melalui menu bibliografi SLiMS. Selain
input data secara menual, SLiMS sebenarnya mampu melakukan copy
cataloging secara peer to peer (P2P) ke database perpustakaan lain
berbasis SLiMS atau dengan perangkat lunak lain yang mendukung
58
protokol Z39.50, sayangnya disini belum digunakan. Setelah data
bibliografi koleksi baru masuk ke database, selanjutnya koleksi baru
tersebut dibuatkan kelengkapan bukunya yaitu label dan barcode
menggunakan menu pencetakan label. Barcode sendiri posisinya menjadi
satu dengan label berkat modifikasi yang dilakukan pada menu
pencetakan label (label printing).
3. Bidang Keanggotaan
Anggota perpustakaan disimpan dalam pangkalan data anggota SLiMS
melalui menu keanggotaan. Pendaftar anggota baru yang telah memenuhi
persyaratan didata dan dibuatkan kartu anggota secara langsung.
Pencetakan kartu anggota ini juga dilakukan menggunakan SLiMS menu
kartu anggota yang telah dimodifikasi. Kartu anggota dibuat dua sisi
memanfaatkan plugin yang disediakan oleh komunitas SLiMS. Dalam
kartu anggota juga disertakan foto anggota yang diambil langsung
dengan SLiMS saat menambahkan daftar anggota baru.
4. Bidang Sirkulasi
Sirkulasi menjadi lebih mudah dan cepat dengan adanya SLiMS. Saat
peminjaman dan pengembalian tidak perlu mencatat secara manual,
petugas tinggal membaca barcode kode anggota dan kode buku dengan
barcode reader. Cara yang sama juga digunakan untuk melakukan
perpanjangan peminjaman dan pemesanan koleksi perpustakaan.
Membaca barcode menjadi lebih praktis karena posisi barcode yang
dulunya terpisah dan berada di halaman judul sekarang dibuat menyatu
59
dengan label sehingga tidak perlu membuka sampul untuk memindai
barcode dengan barcode reader.
5. Bidang Pelaporan
Membuat laporan data statistik perpustakaan menjadi sangat mudah
dengan menu pelaporan SLiMS. Menu pelaporan digunakan untuk
membuat laporan koleksi, laporan keanggotaan, laporan peminjaman,
bahkan aktifitas staf juga dapat dibuat dengan menu ini. Pelaporan ini
dapat dibuat sesuai keinginan dengan penerapan filter yang ada. Misal
menampilkan semua anggota SMP, SMA, mahasiswa dan sebagainya.
6. Bidang Penelusuran
Untuk mempermudah penelusuran koleksi, perpustakaan menyediakan
dua komputer OPAC. Pemustaka dapat melakukan pencarian dengan
memasukan kata kunci yang dikehendakinya. Pada OPAC ini juga
disertakan bantuan penelusuran dan informasi perpustakaan sehingga
memudahkan pemustaka. Selain komputer OPAC jaringan lokal di
perpustakaan ada juga OPAC yang dapat diakses dari luar perpustakaan
dengan alamat http://perpusda. pemkot-salatiga.go.id/, hanya saja pangkalan
data terpisah sehingga data yang ditampilkan tidak realtime, melainkan
diperbarui secara berkala. Menu OPAC sendiri juga telah mengalami
modifikasi tampilan dengan logo dan gambar latar Kantor Perpustakaan dan
Arsip Daerah Kota Salatiga.
60
4.8 Pengembangan Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah
Kota Salatiga
Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga mempunyai
seksi Bina Perpustakaan dan Kearsipan yang bertanggung jawab dalam hal
pengembangan perpustakaan dan kearsipan. Pengembangan dilakukan pada
berbagai lini mulai dari sumber daya manusia, sarana prasarana dan layanan.
Dalam rangka pengembangan sumber daya manusia Kantor Perpustakaan
dan Arsip Daerah Kota Salatiga aktif mengirimkan wakilnya untuk
mengikuti seminar, diklat dan bintek yang diselenggarakan oleh IPI maupun
oleh pihak lain.
Sarana prasarana Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota
Salatiga juga terus dikembangkan. Mulai Maret 2013, Kantor Perpustakaan
dan Arsip Daerah menempati gedung baru di Jl. Adi Sucipto No. 7 Salatiga
yang sebelumnya sempat mengalami beberapa kali perpindahan lokasi.
Pembangunan gedung baru ini dibiayai dari perpusnas dan pemerintah kota
yang pelaksanaanya dilakukan oleh Dinas Cipta Karya dan perpustakaan
terlibat dalam perencanaanya sehingga gedung ini cukup ideal untuk sebuah
perpustakaan kota. Dari segi sarana perpustakaan juga mendapat hibah
mobil perpustakaan keliling lengkap dengan isinya yang digunakan untuk
melayani target pemustaka yang jauh dari lokasi perpustakaan.
Koleksi perpustakaan juga menjadi salah satu prioritas
pengembangan perpustakaan. Saat ini sebagian besar koleksi perpustakaan
berasal dari APBD Kota Salatiga. Di luar dari dana APBD, perpustakaan
61
juga aktif menjalin kerjasama dengan pihak luar untuk menambah koleksi
perpustakaan. Perpustakaan mendapat hibah koleksi dari perpustakaan
nasional, dari perseorangan, juga dari organisasi kemasyarakatan seperti dari
Ikatan Alumni SMA Negeri 1 Salatiga dan Paguyuban Warga Salatiga di
Jakarta (Pawarsa). Perpustakaan juga melakukan kerjasama pengembangan
koleksi dengan Yayasan Abiyasa, khusus untuk koleksi braille dan koleksi
lain yang diperuntukan bagi mereka yang berkebutuhan khusus. Sampai 1
Agustus 2013 tercatat ada 16.548 judul koleksi yang keseluruhanya ada
21.348 eksemplar.
Seiring perpindahan ke gedung baru layanan perpustakaan juga
terus berkembang. Awalnya perpustakaan hanya mempunyai layanan
minimalis sebuah perpustakaan, layanan keanggotaan, sirkulasi, referensi,
dan penelusuran informasi. Gedung yang baru terbilang cukup besar dengan
peruntukan ruang yang didesain sesuai kebutuhan perpustakaan sehingga
memungkinkan untuk menambah layanan baru. Layanan yang baru ada
setelah menempati gedung baru antara layanan multimedia, layanan audio
visual, layanan internet, layanan koleksi digital dan layanan kebutuhan
khusus dengan menyediakan koleksi baille dan komputer bicara. Tidak
hanya sampai disitu, bulan Agustus 2013 ini perpustakaan mendapat hibah
dari PT. Telkom berupa Broadband Learning Center (BLC) yang digunakan
sebagai media pelatihan berbasis TI memanfaatkan jaringan internet.
Untuk terus memantapkan posisinya di hati masyarakat,
perpustakaan terus membuat inovasi-inovasi baru dan menerima masukan
62
dari masyarakat. Dalam pengembangan selanjutnya perpustakaan akan
mengadakan bimbingan pemakai secara klasikal kepada pemustaka,
menyediakan pojok laktasi, dan mengembangkan website perpustakaan
untuk keanggotaan dan perpanjangan peminjaman. Selain itu perpustakaan
juga akan mengadakan rapat koordinasi untuk menindaklanjuti pengaduan
dari masyarakat.
63
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini penulis menyajikan data yang diperoleh selama penelitian
berkaitan dengan pemanfaatan Senayan Library Management System (SLiMS) di
Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga menutut teori Technology
Acceptance Model (TAM). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
apakah pemanfaatan SLiMS di perpustakaan memenuhi dua aspek utama
penerimaan teknologi dalam teori TAM yaitu aspek kebermanfatan dan aspek
kemudahan. Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif yang salah satu
cara pengumpulan datanya melalui wawancara dengan mereka yang bersedia
menjadi informan dan telah memenuhi kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.
5.1 Identitas Informan
Penulis melakukan observasi untuk menentukan informan. Dari hasil
observasi tersebut penulis memperoleh sembilan orang yang sesuai dengan
kriteria yang telah ditentukan dan bersedia menjadi informan. Sembilan
informan tersebut terdiri dari terdiri dari tiga orang pengelola perpustakaan
PNS, tiga orang pengelola perpustakaan dari tenaga harian lepas dan tiga
orang pemustaka yang minimal memakai OPAC tiga kali dalam satu
minggu. Informan pemustaka dipilih dari tipe keanggotaan yang berbeda,
masing-masing satu orang anggota umum, satu anggota mahasiswa dan satu
anggota pelajar. Kesembilan informan tersebut adalah sebagai berikut.
63
64
Tabel 5.1: Daftar Informan Pengelola Perpustakaan
No Nama Status
1 Budi Santoso Pegawai Negeri Sipil
2 Dwi Ratna Nurani Pegawai Negeri Sipil
3 Yum Rini Rumingtyas Pegawai Negeri Sipil
4 Nunuk Ichda N. Tenaga Harian Lepas
5 Candra Febrianto Widodo Tenaga Harian Lepas
6 M. Kholid Baror Abadi Tenaga Harian Lepas
Sumber data: Data olahan penulis 2013
Tabel 5.2: Tabel Informan Pemustaka
No Nama Tipe Keanggotaan
1 Eka Chandra Satria Umum
2 Dewi Susanti Mahasiswa
3 Ajeng Dian Wulandari Pelajar - SMP
Sumber data: Data olahan penulis 2013
5.2 Kebermanfaatan SLiMS di Perpustakaan
Pemanfaatan SLiMS sebagai sarana otomasi perpustakaan
berdampak besar terhadap Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota
Salatiga. Manfaat dari penerapan SLiMS itu tidak hanya dirasakan oleh
pengelola perpustakaan tetapi juga dirasakan pemustaka khususnya untuk
penelusuran informasi melalui OPAC.
65
5.2.1 Mempercepat Pekerjaan di Perpustakaan
Pemanfaatan SLiMS di Kantor Perpustakaan dan Arsip
Daerah Kota Salatiga menjadikan hampir seluruh kegiatan di
perpustakaan menjadi terotomasi. Dampak dari adanya otomasi
perpustakaan ini sangat dirasakan oleh pengelola perpustakaan. Semua
bidang yang dilakukan dengan bantuan SLiMS menjadi jauh lebih
cepat dibandingkan dengan ketika perpustakaan belum terotomasi. Hal
ini diungkapkan secara eksplisit oleh Budi Santoso dalam wawancara
tanggal 1 Agustus 2013.
“Ya, tentunya pekerjaan yang dulunya manual sekarang menjadi lebih cepat dengan adanya program SLiMS yang kita gunakan sekarang ini. Semisal untuk membuat kelengkapan buku seperti label dan katalog, yang dulu harus membuat satu-persatu sekarang bisa jauh lebih cepat karena hanya satu kali input kita sudah bisa membuat label dan kelengkapan buku lainya.” (Wawancara dengan Budi 1 Agustus 2013).
Hal senada juga diungkapkan oleh informan lain yang
mengaku pekerjaanya di perpustakaan menjadi jauh lebih cepat
dengan memanfaatkan SLiMS sebagai sarana otomasi perpustakaan.
Berikut ini pernyataan dari informan tersebut:
“Ya kalau untuk saat ini SLiMS sangat membantu pekerjaan di perpustakaan. Hal ini sangat terasa karena perpustakaan sini mempunyai banyak anggota dengan tingkat sirkulasi yang tinggi. Nah berkat SLiMS semua pekerjaan itu dapat ditangani dengan lebih cepat tentunya.” (Wawancara dengan Candra 2 Agustus 2013).
Manfaat penerapan SLiMS untuk otomasi juga dirasakan oleh
pemustaka. Sebelum ada OPAC dari SLiMS mereka terbiasa mencari
koleksi langsung ke rak. Hal itu dirasa sangat memakan waktu dan
66
dapat dipersingkat dengan adanya OPAC SLiMS di perpustakaan.
Berikut pernyataan salah seorang informan:
“Iya, dulu sebelumnya biasa nyari langsung ke rak dan itu membutuhkan waktu yang cukup lama. Kalau sekarang mencari buku bisa lebih cepat dengan memakai OPAC yang ada di perpustakaan.” (Wawancara dengan Ajeng 2 Agustus 2013).
Pemanfaatan SLiMS di perpustakaan mampu memangkas
waktu yang dibutuhkan untuk melakukan suatu pekerjaan di
perpustakaan. Hal ini tentunya membuat pekerjaan-pekerjaan itu dapat
dilakukan dengan lebih cepat. Seperti yang diungkapkan oleh
informan di atas percepatan pekerjaan dirasakan dalam hal pembuatan
kelengkapan buku. Sebelum ada SLiMS kelengkapan dibuat satu
persatu, sekarang hanya dengan satu kali input data ke pangkalan data
SLiMS sudah dapat digunakan untuk membuat berbagai kelengkapan
buku seperti barcode dan label buku.
Percepatan pekerjaan juga sangat terasa untuk sirkulasi.
Untuk perpustakaan dengan tingkat sirkulasi tinggi seperti Kantor
Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga akan sangat merepotkan
sekali kalau pencatatan dilakukan secara manual. Pemanfaatan SLiMS
ini membuat sirkulasi dapat dilakukan dengan lebih cepat. Petugas
dapat melayani satu peminjam kurang dari 2 menit dan untuk
pengembalian bisa kurang dari 1 menit berkat adanya menu
pengembalian kilat pada SLiMS. Peningkatan kecepatan terkait
pemanfaatan SLiMS juga sangat dirasakan oleh pemustaka untuk
67
melakukan penelusuran koleksi perpustakaan oleh pemustaka karena
hanya dengan memasukan kata kunci dalam kolom pencarian,
informasi terkait koleksi yang dicari sudah ditampilkan.
5.2.2 Meningkatkan Performa Pekerjaan
Pemanfaatan SLiMS di perpustakaan serta-merta
meningkatkan performa pengelola perpustakaan. Seluruh informaan
sependapat bahwa pemanfaatan SLiMS di perpustakaan dapat
meningkatkan performa pekerjaan mereka, termasuk meningkatkan
performa penelusuran koleksi. Berikut pernyataan sebagian informan:
“Sejak mulai memakai otomasi ini lebih memudahkan daripada yang manual karena dulu saya pernah mengalami bagaimana rasanya bekerja di perpustakaan yang masih manual. Nah dari situ saya merasa adanya peningkatan performa yang cukup signifikan.” (Wawancara dengan Candra 2 Agustus 2013). “Peningkatan sangat terasa sekali. Kalau dulu inventarisasi pakai buku induk sering salah dengan SLiMS semuanya berjalan dengan lebih mudah dan minim kesalahan.” (Wawancara dengan Rini. 1 Agustus 2013). “Iya, pencarian saya menjadi lebih akurat dengan informasi yang saya dapatkan dari OPAC. Kalaupun buku yang kita cari tidak ada karena dipinjam kita juga bisa langsung tahu sehingga tidak mencari-carinya lagi di rak buku.” (Wawancara dengan Dewi 3 Agustus 2013).
Semua informan pernah merasakan bekerja di perpustakaan
yang belum terotomasi. Saat perpustakaan memakai SLiMS untuk
otomasi mereka merasakan adanya peningkatan performa pekerjaan.
Sebagai contoh adalah untuk inventarisasi koleksi baru dulu harus
dicatat secara manual di buku induk, sekarang tinggal memasukan ke
68
pangkalan data perpustakaan dengan ruas-ruas metadata yang sudah
sangat jelas. Karena semua pekerjaan diproses oleh program, kualitas
pekerjaan menjadi lebih bagus, hal ini karena pengelola perpustakaan
hanya berperan untuk memasukan data selanjutnya dilakukan SLiMS.
Hal inilah yang mengurangi adanya human error sehingga pekerjaan
yang dilakukan memberikan hasil yang lebih baik. Sebenarnya
SLiMS mempunyai kemampuan untuk copy cataloging ke pangkalan
data perpustakaan lain yang dipilih, dengan demikian dapat
meningkatkan kualitas data di pangkalan data perpustakaan,
sayangnya belum dimanfaatkan di Kantor Perpustakaan dan Arsip
Daerah Kota Salatiga.
Sejak adanya SLiMS di perpustakaan, pemustaka juga sangat
terbantu dalam melakukan penelusuran koleksi dengan adanya menu
OPAC. Pencarian yang mereka lakukan mampu memberikan hasil
yang lebih baik, dan kalaupun koleksi yang dicari tidak tersedia
mereka dapat mencari koleksi pengganti dengan subyek sejenis.
Berbeda dengan dua informan pemustaka lainya, satu
pemustaka menyatakan bahwa dirinya memang dapat mengetahui
secara cepat koleksi yang dicarinya ada di kelas berapa dan rak berapa,
namun ada kalanya koleksi yang dicarinya tidak dapat ditemukanya.
Berikut pengakuan informan tersebut:
“Menggunakan OPAC kita bisa tahu dimana lokasi buku yang kita cari dan kita bisa mencarinya dengan lebih cepat. Buku yang saya cari biasanya ketemu, tetapi kadang buku
69
yang saya cari masih belum ketemu di lokasi yang ditunjukan oleh OPAC.” (Wawancara dengan Ajeng 2 Agustus 2013).
Pernyataan di atas menggambarkan bahwa sebagian besar
informan meyakini ada peningkatan performa mereka dalam bekerja
dan dalam melakukan penelusuran koleksi. Kegiatan yang mereka
lakukan dengan bantuan SLiMS memberikan hasil yang lebih baik dan
memuaskan.
5.2.3 Peningkatan Produktifitas Kerja
Produktifitas kerja di perpustakaan mengalami peningkatan
yang cukup signifikan dengan memanfaatkan SLiMS untuk otomasi
perpustakaan. Dalam waktu yang sama, dengan memanfaatkan SLiMS
membuat pengelola mampu melakukan pekerjaan dengan hasil yang
lebih banyak seperti diungkapkan oleh informan berikut:
“Ya, merasakan. Karena semuanya sudah dilakukan secara otomasi pekerjaan yang ada dapat dikerjakan dengan lebih cepat. Dengan demikian saya dapat melakukan pekerjaan lebih banyak dalam waktu yang sama dibandingkan kalau saya lakukan secara manual.” (Wawancara dengan Nunuk 1 Agustus 2013). “Produktifitas jauh lebih meningkat karena semuanya sudah otomasi. Kalau dulu dalam satu hari bisa mengolah sekitar 20 buku sekarang bisa sampai 5 kali lipat dengan adanya SLiMS.” (Wawancara dengan Budi 1 Agustus 2013).
Dari pengakuan Budi di atas menunjukan adanya peningkatan
produktifitas dalam hal pengolahan yang sangat besar. Sebelum
menggunakan SLiMS dalam sehari hanya dapat mengolah sekitar 20
buku, setelah adanya SLiMS angka itu meningkat sampai lima kali
70
lipat. Dalam bidang sirkulasi juga terjadi peningkatan produktifitas.
Sebelum memakai SLiMS hanya mampu melayani satu peminjaman
dalam waktu lima menit, setelah ada SLiMS dapat melayani 3
peminjam dalam lima menit.
Pemanfaatan SLiMS untuk penelusuran koleksi menggunakan
menu OPAC juga telah mampu memberikan pengalaman baru bagi
pemustaka. Dengan sistem penelusuran baru ini mereka merasa ada
peningkatan kemampuan untuk menemukan informasi apa yang
mereka butuhkan, tidak harus dengan judul yang sama karena
penelusuran dengan OPAC memungkinkan mereka menemukan
koleksi-koleksi lain dengan subyek sejenis. Pemustaka senang akan
hal ini karena dengan ini mereka dapat mengetahui koleksi sejenis
yang dapat digunakan sebagai sumber informasi tambahan. Pengakuan
akan hal ini diungkapkan oleh salah seorang informan sebagai berikut:
“Ada peningkatan produktifitas pencarian. Dengan SLiMS kita bisa tau buku-buku lain dengan pokok bahasan sama, itu bisa menjadi referensi tambahan atau menjadi bahan bandingan sebelum akhirnya kita memutuskan untuk memutuskan buku mana yang mau kita pinjam.” (Wawancara dengan Satria 2 Agustus 2013).
Pernyataan diatas menunjukan bahwa pengelola perpustakaan
merasakan adanya peningkatan produktifitas dalam pekerjaan mereka
dengan adanya otomasi perpustakaan menggunakan SLiMS. Hal
serupa juga dirasakan oleh pemustaka yang mengaku mengalami
peningkatan produktifitas dalam melakukan pencarian informasi.
71
5.2.4 Adanya Efektifitas Kerja
Dari wawancara yang penulis lakukan terlihat bahwa semua
informan meyakini bahwa pemanfaatan SLiMS dalam kegiatanya
mampu meningkatkan efektifitas kegiatan di perpustakaan.
Memanfaatkan SLiMS untuk kegiatan sehari-hari di perpustakaan
menjadikan segala sesuatunya berjalan dengan baik dan tidak ada
kesalahan-kesalahan yang tidak perlu. Ketika perpustakaan belum
terotomasi dengan SLiMS semua kegiatan perpustakaan memang
sudah dilakukan dengan bentuan komputer, hanya saja semuanya
masih membutuhkan peran yang sangat besar dari pengelola
perpustakaan.
Pengelolaan kegiatan di perpustakaan secara terkomputerisasi
diakui mampu mempercepat kegiatan hanya saja masih rentan terjadi
kesalahan-kesalahan yang diakibatkan oleh kesalahan pengguna
(human error). Sejak perpustakaan menerapkan sistem otomasi
menggunakan SLiMS kesalahan-kesalahan semacam ini dapat
diminimalisir karena semuanya dikerjakan secara otomatis oleh
SLiMS, SLiMS yang bertindak sebagai pengolah data yang dimasukan
oleh pengguna. Terkait dengan efektifias SLiMS, salah seorang
informan memberikan jawaban sebagai berikut saat ditanya apakah
pemanfaatan SLiMS berpengaruh terhadap peningkatan efektifitas
pekerjaanya.
“Ya tentu saja. Dengan SLiMS ini saya dapat melakukan pekerjaan dengan hasil yang lebih bagus dibandingkan secara
72
manual. Karena semuanya sudah terotomasi ini tentunya meminimalisir adanya human error dalam pekerjaan.” (Wawancara dengan Budi, 1 Agustus 2013).
Tidak hanya itu, pengakuan terkait peningkatan efektifitas
juga dirasakan oleh informan lainya. Informan mengaku tingkat
keberhasilanya dalam mencari suatu koleksi di perpustakaan
meningkat, kalau dulu sebelum ada SLiMS di perpustakaan ia harus
mencari langsung ke rak koleksi sekarang bisa mencari melalui OPAC
dulu. Berikut pengakuan informan tersebut:
“Iya mas, pencarian menjadi lebih efektif dan buku yang saya cari jadi lebih mudah ditemukan. Dulu sebelum pakai ini kan saya sering mencari buku ke rak dan sering tidak ketemu buku yang saya cari itu. Kalau sekarang pakai SLiMS buku yang saya cari lebih sering ketemu karena informasinya tepat dan kalaupun buku sedang dipinjam kita bisa langsung tau itu sehingga kita bisa memesan koleksi tersebut.” (Wawancara dengan Dewi, 3 Agustus 2013).
Dari jawaban di atas kita pahami bahwa pemustaka
merasakan adanya peningkatan efektifitas penelusuran koleksi
menggunakan SLiMS. Selain koleksi yang dicarinya lebih mudah
ditemukan ia juga dapat langsung mengetahui status koleksi, kalau
koleksi sedang dipinjam ia selanjutnya dapat melakukan pemesanan
koleksi sehingga ketika koleksi tersebut dikembalikan dapat segera
meminjamnya.
5.2.5 Mempermudah Pekerjaan
Salah satu indikator sebuah perangkat lunak dianggap
bermanfaat adalah kemampuanya untuk mempermudah pekerjaan
penggunanya. Sejak memanfaatkan SLiMS kegiatan di perpustakaan
73
yang membutuhkan usaha dan proses panjang telah dapat dikerjakan
dengan lebih mudah. Kemudahan yang diberikan oleh SLiMS ini
dapat dirasakan oleh semua bagian di perpustakaan yang
menggunakan bantuan SLiMS dalam operasionalnya. Sebagai contoh
adalah pada bagian pengolahan. Kalau untuk menyisipkan koleksi baru
dengan judul yang sudah ada dilakukan secara manual ditulis ulang
pada buku induk, sekarang tinggal input data ke pangkalan data
SLiMS. Pengguna bisa langsung mengedit data bibliografi yang sudah
ada dengan menambahkan kode item (nomor inventaris) dan itu sudah
dapat digunakan untuk membuat label koleksi. Hal ini sesuai dengan
pernyataan informan berikut.
“Ya tentu dengan SLiMS ini semua pekerjaan saya menjadi lebih mudah. Sebagai contoh kalau ada koleksi baru dengan judul sama, saya tidak perlu input dari awal lagi. Saya tinggal menambahkan item baru saja dan saya sekaligus dapat membuat label dan barcodenya. Hal ini tentu berbeda kalau perpustakaan belum terotomasi, untuk menyisipkan koleksi baru dengan judul sama tentunya lebih susah.” (Wawancara dengan Ratna 1 Agustus 2013).
Tidak hanya pengelola perpustakaan, pemustaka juga
merasakan kemudahan dalam penelusuran koleksi perpustakaan.
Sebelum ada SLiMS di perpustakaan penelusuran koleksi dilakukan
secara manual dan langsung ke rak. Hal ini sangat menyulitkan apalagi
buku yang dicari belum tentu tersedia di rak. Sejak perpustakaan
menyediakan katalog online penelusuran koleksi menjadi jauh lebih
mudah, tinggal memasukan kata kunci di OPAC informasi tentang
74
ketersediaan koleksi yang dicari sudah muncul. Hal ini sesuai yang
disampaikan oleh seorang informan dalam sebuah wawancara.
“Memudahkan sekali mas. Yang dulunya mencari koleksi butuh waktu lama sekarang menjadi sangat mudah. Tinggal ketikan judul yang kita cari kalau ketemu tinggal klik sudah keluar informasi raknya, bukunya tersedia atau sedang dipinjam. Kalau tersedia ya tinggal dicari di rak bukunya, itu kan sudah ada tandanya juga di rak, jadi lebih mudah.” (Wawancara dengan Satria 2 Agustus 2013).
5.2.6 SLiMS Secara Umum Bermanfaat untuk Perpustakaan
Salah satu faktor yang mempengaruhi penerimaan sebuah
teknologi adalah adanya pandangan bahwa teknologi itu bermanfaat
untuk penggunanya. Sejalan dengan hal itu, perpustakaan membangun
otomasi perpustakaan menggunakan SLiMS karena pemanfaatan
SLiMS di perpustakaan diyakini bermanfaat untuk perpustakaan, baik
pengelola maupun pemustaka misal untuk penelusuran koleksi.
Dengan memanfaatkan SLiMS pekerjaan di perpustakaana menjadi
lebih produktif, efektif dan efisien. Hal ini sesuai dengan pengakuan
Adi dalam wawancara tanggal 3 Agustus 2013 sebagai berikut,
“Sangat bermanfaat karena bidang pekerjaan apapun di perpustakaan
dapat dikerjakan dengan bantuan SLiMS secara cepat, efektif dan
efisien.” Pengakuan Adi juga dikuatkan oleh informan lainya dalam
sebuah wawancara terpisah. Berikut pernyataan informan tersebut.
“Sangat bermanfaat. Ini kan hampir semua pekerjaan di perpustakaan memakai SLiMS, kalau tidak memakai SLiMS saya pikir semua pekerjaan ini tidak dapat dikerjakan dengan sebaik ini. Jadi pada dasarnya SLiMS sangat bermanfaat
75
untuk pekerjaan saya di perpustakaan.” (Wawancara dengan Ratna 1 Agustus 2013).
Secara umum SLiMS bermanfaat untuk pekerjaan di Kantor
Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga. Hampir semua bidang
pekerjaan memanfaatkan SLiMS dalam keseharianya dan hal ini
mampu mempercepat pekerjaan, meningkatkan kualitas hasil
pekerjaan, meningkatkan produktifitas, pekerjaan menjadi lebih efektif
dan juga lebih mudah.
Pemustaka juga merasakan hal yang sama bahwa SLiMS
secara umum bermanfaat untuk kegiatanya di perpustakaan khususnya
menu OPAC yang memang disediakan untuk penelusuran koleksi.
Pemustaka merasa OPAC sangat membantu mereka dalam melakukan
penelusuran koleksi. Hal ini menjadikan mereka beranggapan bahwa
OPAC SLiMS bermanfaat untuk mereka seperti pernyataan berikut.
“Bermanfaat. SLiMS ini manfaatnya terasa banget untuk pencarian buku. Pencarian yang kita lakukan menjadi lebih mudah, cepat dan akurat. Kalaupun tidak ada buku yang kita cari kita bisa mencari buku lain dengan subyek yang sama dengan cukup mudah juga.” (Wawancara denga Satria 2 Agustus 2013).
Berdasarkan data yang diperoleh, informan meyakini bahwa
secara umum SLiMS sangat bermanfaat untuk kegiatan mereka di
perpustakaan. Pada dasarnya mereka semua sepakat bahwa aplikasi
SLiMS sagat bermanfaat untuk kegiatan mereka di perpustakaan.
Mereka merasa terbantu dengan adanya fitur-fitur yang ditawarkan
oleh SLiMS.
76
5.3 Kemudahan dalam Pemanfaatan SLiMS di Perpustakaan
Banyak faktor mempengaruhi penggunaan sebuah perangkat lunak.
Teori TAM bahkan menggambarkan bahwa kemudahan merupakan satu dari
dua faktor utama penentu penerimaan sebuah produk teknologi. Perangkat
lunak yang mudah akan mudah diterima oleh pengguna dan berlaku
sebaliknya termasuk pada SLiMS ini. Kemudahan yang ditawarkan pada
SLiMS tidak hanya terbatas pada kemudahan untuk menggunakanya tetapi
juga kemudahan untuk mempelajari, kemudahan untuk mengontrol dan lain-
lain.
5.3.1 SLiMS Mudah untuk Dipelajari
SLiMS adalah perangkat lunak yang mudah untuk dipelajari.
Banyak cara dapat dilakukan untuk belajar SLiMS baik itu melalui
pelatihan yang banyak diadakan oleh komunitas SLiMS yang tersebar
di berbagai daerah. Komunitas SLiMS aktif membuat acara untuk
lebih memasyarakatkan SLiMS dengan memberikan kemudahan untuk
belajar SLiMS kepada mereka yang berminat. Selain belajar melalui
komunitas SLiMS, belajar SLiMS juga dapat dilakukan secara mandiri
melalui buku panduan yang tersedia di web resmi SLiMS atau melalui
slide presentasi yang banyak tersedia di internet. Berikut pernyataan
dari salah seorang informan ketika ditanya bagaimana mempelajari
SLiMS.
“Tidak terlalu sulit karena SLiMS memiliki buku panduan yang dapat diunduh di web resmi http://slims.web.id dan saya belajar dari buku panduan itu. Sebelumnya saya juga pernah mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh komunitas
77
SLiMS Jogja, dan sekarang saya bertanya melalui grup facebook kalau saya mengalami kendala dalam mempelajari SLiMS.” (Wawancara dengan Adi 3 Agustus 2013).
Pernyataan dari informan diatas menunjukan bahwa ada
banyak cara yang dapat dilakukan untuk mempelajari SLiMS. Selain
belajar melalui komunitas dan buku panduan, dapat juga belajar
melalui jejaring sosial khususnya menggunakan grup facebook seperti
yang dilakukan oleh informan tersebut. Berbeda dengan Adi, Nunuk
telah mengenal SLiMS dari bangku kuliah, berikut pernyataanya
ketika diwawancarai.
“Tidak. Saya pertama mengenal SLiMS di kampus. Meski penyampaian secara singkat saya sudah dapat memahami karena program sangat sederhana. Ketika saya mulai bekerja di perpustakaan saya hanya butuh sedikit adaptasi lagi dengan penerapan SLiMS di perpustakaan sini.” (Wawancara dengan Nunuk, 1 Agustus 2013).
Materi tentang SLiMS juga diberikan di bangku kuliah
sehingga memudahkan mahasiswa ilmu perpustakaan lebih mengenal
SLiMS. Materi tentang SLiMS diberikan secara singkat, meski
demikian sudah sangat membantu mahasiswa untuk mengenal SLiMS.
Sedikit berbeda dengan pengelola perpustakaan, pemustaka justru
tidak membutuhkan banyak proses pembelajaran untuk menggunakan
menu OPAC yang dimiliki SLiMS. Tampilan OPAC yang sederhana
sangat membantu pemustaka untuk memahami bagaimana cara
menggunakanya untuk penelusuran koleksi seperti pernyataan
informan berikut.
78
“Untuk mempelajari OPAC mudah, programnya simple apalagi tampilanya kan seperti pencarian di google yang sudah biasa saya gunakan. Menurut saya orang awam juga akan langsung bisa menggunakan ini karena kesederhanaanya itu, apalagi ada bantuan pencarianya juga di OPAC.” (Wawancara dengan Dewi, 3 Agustus 2013).
Faktor kesederhanaan tampilan OPAC sangat memudahkan
bagi pemustaka. Begitu mereka menghadapi OPAC mereka akan
langsung tahu bagaimana menggunakanya karena pada umumnya
mereka semua sudah familiar dengan tampilan mesin pencari google.
Selain faktor kesederhanaan tampilan, mempelajari OPAC SLiMS ini
lebih mudah lagi dengan adanya bantuan pencarian di bagian atas
halaman pencarian dan panduan yang ditempel di meja OPAC.
5.3.2 Kemudahan Pengontrolan (Controllable)
Kemampuan setiap orang untuk menggunakan sebuah
perangkat lunak berbeda antara satu individu dengan individu lainya.
Perbedaan itu dapat disebabkan karena perbedaan latar belakang
pendidikan maupun perbedaan tingkat interaksi dengan teknologi
khususnya interaksi dengan perangkat lunak yang dimaksud.
Pengguna yang telah terbiasa menggunakan perangkat lunak sejenis
merasa lebih mudah untuk mengontrol penggunaan sebuah perangkat
lunak. Ia dapat mengendalikan perangkat lunak itu sesuai yang ia
inginkan dan tidak mengalami kesulitan untuk menemukan apa yang
ingin ia lakukan dengan perangkat lunak tersebut.
79
Di Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga
penggunaan SLiMS dinilai dapat dikontrol dengan mudah oleh
pengelola perpustakaan. Sebagian besar informan mengaku dapat
menemukan dengan mudah bagaimana melakukan suatu pekerjaan
menggunakan SLiMS. Berikut ini pernyataan dari salah satu informan.
“Saya tidak kesulitan untuk menemukan apa yang ingin saya lakukan. Interface sangat user-friendly dan menu-menu dikelompokan sesuai bidang kerja masing-masing.” (Wawancara dengan Adi, 3 Agustus 2013).
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengguna
merasa mudah menemukan menu apa yang harus ia gunakan untuk
melakukan pekerjaan dengan SLiMS karena interface SLiMS sangat
bersahabat dengan pengguna. Sebagai contoh pengguna dapat
mengetahui bahwa untuk melakukan pencetakan label dan barcode
menggunakan menu pencetakan label dan untuk menggunakan menu
itu harus masuk ke menu bibliografi terlebih dulu. Sedikit berbeda
dengan Adi, informan lainya masih ada yang merasa kesulitan untuk
menemukan apa yang ingin dilakukanya dengan SLiMS terutama
untuk menu yang jarang digunakanya. Berikut pernyataan dari
informan tersebut.
“Kalau yang sudah biasa dipakai seperti menu bibliografi itu sudah hafal dan bisa menemukan dengan mudah, tapi kalau menu yang gak biasa saya pakai seperti statistik itu masih harus nyari-nyari lagi untuk menemukan model pelaporan yang kita inginkan. Intinya masalah kebiasaan saja sih mas.” (Wawancara dengan Ratna 1 Agustus 2013).
80
Informan di atas mengaku dapat mengontrol penggunaan
SLiMS untuk bidang pekerjaan yang digelutinya sehari-hari, tetapi
kalau harus menggunakan menu diluar yang dipakainya setiap hari
masih harus mencari dulu menggunakan menu apa dan posisi menu
tersebut di dalam menu utama apa. Informan ini selanjutnya
menambahkan bahwa hal ini masalah kebiasaan saja, kalau sudah
terbiasa juga dapat menggunakan menu-menu yang sebelumnya asing
sekalipun.
Dari segi OPAC, pemustaka tidak mengalami kesulitan
berarti untuk menggunakan OPAC SLiMS. Ketiga informan mangaku
dapat memahami bagaimana melakukan pencarian dengan OPAC yang
disediakan. Berikut salah satu jawaban dari informan ketika
diwawancarai.
“Tidak karena saya sudah familiar dengan mesin pencarian google. Tampilan OPAC kan mirip banget dengan mesin pencari google, ada kolom pencarian di tengah dan ada menu-menu di atasnya.” (Wawancara dengan Dewi 3 Agustus 2013).
Dari pernyataan informan tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa menggunakan OPAC sangat mudah. Pemustaka dapat
menemukan apa yang harus ia lakukan dengan menu OPAC itu.
Kesederhanaan tampilan adalah salah satu faktor utama yang membuat
pemustaka dapat memahami OPAC dengan relatif mudah. Harus
diakui pula bahwa tampilan OPAC dengan mesin pencari milik
google, hal ini juga sangat membantu karena hampir semua orang
81
sudah terlebih dahulu familiar dengan mesin pencarian yang paling
populer tersebut.
5.3.3 SLiMS Jelas dan Mudah Dipahami
Salah satu indikator sebuah program dikatakan mudah adalah
apabila program itu jelas dan dapat dipahami oleh penggunaya.
Kejelasan disini dapat berupa kejelasan dari tampilan dan tata letak
menu dalam perangkat lunak yang digunakan. Di Kantor Perpustakaan
dan Arsip Daerah Kota Salatiga, pengelola perpustakaan menilai
bahwa interaksinya dengan SLiMS jelas dan dapat dipahami. Mereka
merasa telah dapat berinteraksi dengan SLiMS secara jelas. Sebagai
contoh adalah pengguna dapat menggunakan menu-menu yang ada di
dalam SLiMS secara mudah.
SLiMS sebenarnya mempunyai menu yang sangat banyak dan
kompleks, hanya saja pengembang membuat tampilanya menjadi
sesederhana mungkin. Menu-menu di dalam SLiMS dibagi ke dalam
beberapa kelompok besar, yang masing masing kelompok itu masih
terdapat sejumlah menu di dalamnya. Pengguna sangat diuntungkan
dengan pengelompokan ini, mereka menjadi dapat menggunakan
program dengan jelas dan dapat dipahami dengan mudah seperti
pernyataan informan berikut ini.
“Saya pikir sangat jelas dan mudah dipahami. Seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya kalau menu-menu dalam SLiMS dibagi dalam beberapa kelompok besar seperti bibliografi, sirkulasi, keanggotaan dan lain-lain. Dari masing-masing menu itu ada sub-sub menu lainya yang tentunya
82
berhubungan dengan menu utamanya itu.” (Wawancara dengan Candra 2 Agustus 2013).
Selain dari segi tata letak dan pengelompokan menu, adanya
keterangan pada setiap menu juga memperjelas penggunaan. Setiap
menu akan muncul keterangan tertentu apabila menu tersebut ditunjuk
dengan mouse. Hal ini diungkapkan secara terpisah oleh informan
lainya, berikut pernyataanya.
“Kalau untuk memahaminya bisa. Itu kan ada keterangan juga, kalau ditunjuk menunya muncul keterangan yang menjelaskan menu itu digunakan untuk apa.” (Wawancara dengan Rini, 1 Agustus 2013).
Kejelasan interaksi dengan SLiMS juga dirasakan oleh
pemustaka yang menggunakan menu OPAC untuk penelusuran
koleksi. Menu OPAC sendiri tampilanya sangat sederhana dan mirip
dengan mesin pencari paling populer saat ini, google. Bagian tengah
halaman OPAC merupakan kolom pencarian sederhana, di bawahnya
ada menu pencarian spesifik dan di atasnya ada beberapa menu yang
juga sangat memudahkan untuk diakses. Pada bagian atas juga
terdapat pilihan bahasa yang memungkinkan pemustaka untuk
mengganti bahasa standar pada OPAC sehingga ia lebih mudah
memahami menu-menu yang ada sehingga pemustaka dapat
berinteraksi dengan SLiMS dengan jelas.
5.3.4 Fleksibel dalam Penggunaan dan Pemodifikasian
Salah satu keuntungan dari program dengan kode sumber
terbuka (open source) adalah fleksible. SLiMS yang merupakan
83
perangkat lunak kode sumber terbuka menewarkan kemudahan untuk
memodifikasi dengan mudah menyesuaikan dengan kebutuhan
perpustakaan. SLiMS di Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota
Salatiga telah mengalami modifikasi pada beberapa bagian. Modifikasi
dilakukan pada menu pencetakan kartu anggota, label buku dan pada
tampilan halaman OPAC SLiMS.
Modifikasi kartu anggota dilakukan untuk membuat kartu
anggota perpustakaan menjadi dua sisi. Hal ini bertujuan untuk
membuat kartu anggota lebih bagus dan informatif karena pada bagian
belakang disertakan tata tertib perpustakaan. Dengan modifikasi ini
anggota baru dapat langsung memperoleh kartu anggota hanya dalam
waktu 5 menit. Modifikasi juga dilakukan pada label buku. Label buku
digabungkan dengan barcode koleksi sehingga lebih praktis dalam
mencetak kelengkapan buku juga pada saat memasang dan membaca
barcode saat sirkulasi. Modifikasi tampilan hanya dilakukan dengan
memasang logo Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga
dan mengganti gambar latar pada OPAC.
Untuk melakukan modifikasi kartu anggota dan
penggabungan label dan barcode dilakukan dengan memanfaatkan
plugin yang disediakan oleh komunitas SLiMS di http://goslims.net.
Admin SLiMS hanya perlu melakukan sedikit penyesuaian pada kode
sumber SLiMS menggunakan plugin yang telah tersedia. Hal ini
84
menjadi salah satu sisi positif dari SLiMS, yaitu fleksibel untuk
digunakan sesuai yang diungkapkan oleh informan berikut ini.
“Sangat fleksible. Kebetulan saya yang selama ini mengelola sistem termasuk yang memodifikasi SLiMS disini. SLiMS sangat mudah disesuaikan dengan perpustakaan apalagi dukungan kuat dari komunitas yang juga menyediakan plugin untuk memodifikasi SLiMS.” (Wawancara dengan Budi, 1 Agustus 2013).
Sisi fleksibel SLiMS tidak hanya terlihat dari sisi programnya
saja tetapi juga dari sisi pemakaian. Banyak hal bisa dilakukan dengan
SLiMS untuk menyesuaikan dengan keadaan perpustakaan, misal tipe
keanggotaan, desain pembagian lokasi koleksi dan lokasi rak serta
adanya aturan yang bisa dibuat dan diterapkan di perpustakaan
masing-masing secara otomatis. Memang belum semua hal dapat
diakomodasi oleh SLiMS misalnya anggota yang telat mengembalikan
secara otomatis mendapat sanksi tidak dapat meminjam koleksi selama
sejumlah hari keterlambatanya. Hal ini tidak menjadi masalah besar
dengan SLiMS, masih ada cara yang bisa dilakukan seperti yang
diungkapkan oleh informan berikut ini.
“Fleksibel. Untuk hal-hal yang belum bisa secara otomatis dilakukan dengan SLiMS kita bisa mengambil alternatif lain. Misalnya di dalam SLiMS sebenarnya ada aturan yang bisa diterapkan tapi belum bisa secara otomatis membuat peminjam yang telat mengembalikan jadi tidak bisa pinjam. Nah untuk mengatasi celah ini kita biasa memakai “tunda keanggotaan” dengan mengedit data anggota yang terlambat mengembalikan buku.” (Wawancara dengan Nunuk 1 Agustus 2013).
Dari informasi di atas terungkap bahwa SLiMS dapat
dimanfaatkan dengan fleksibel, bahkan ketika program belum bisa
85
melakukan, masih ada peluang yang bisa menutup celah yang ada.
Berhubung SLiMS belum bisa memberikan sanksi berupa tidak bisa
meminjam selama jumlah hari keterlambatanya, hal ini dilakukan
dengan mengedit data anggota dengan memunda keanggotaan anggota
tersebut. Petugas menambahkan keterangan sampai kapan anggota
tersebut tidak dapat melakukan peminjaman pada data anggota. Sama
seperti menu-menu lainya, menu OPAC SLiMS juga sangat fleksible
untuk melakukan penelusuran koleksi. Secara default ada dua cara
yang dapat dilakukan untuk melakukan pencarian, yakni pencarian
sederhana dan pencarian spesifik. Sebenarnya masih ada lagi cara
pencarian untuk meningkatkan akurasi hasil yakni menggunakan
logika boolean “and”, “or” dan “not” . Sayangnya dari ketiga
informan yang diwawancarai belum memanfaatkanya untuk
melakukan penelusuran seperti yang diungkapkan oleh informan
berikut ini.
“Saya belum pernah memakai pencarian kustom dengan logika boolean tapi kalau pencarian spesifiknya cukup fleksibel. Di pencarian spesifik ini kita dapat melakukan pencarian hanya dengan judulnya saja, pengarang saja atau mengkombinasikan beberapa kata kunci.” (Wawancara dengan Satria, 2 Agustus 2013).
Informan tersebut belum pernah menggunakan logika boolean
untuk penelusuran. Ketika menghendaki hasil yang lebih spesifik ia
menggunakan menu pencarian spesifik menggunakan kata kunci judul
saja, penulis saja, atau menggunakan gabungan dari beberapa kata
86
kunci sehingga hasilnya lebih mengerucut ke koleksi yang
dikehendaki.
5.3.5 Dapat Dikuasai dengan Cepat
Kemampuan setiap individu dalam memakai sebuah
perangkat lunak sangat dipengaruhi oleh faktor tinggi rendahnya
interaksi dengan perangkat lunak. Semakin tinggi “jam terbang”
seseorang menggunakan aplikasi teknologi membuat orang itu lebih
mudah dalam menggunakan suatu perangkat yang baru. Tentu faktor
kebiasaan bukanlah satu-satunya yang berpengaruh terhadap
kemampuan seseorang untuk mengoperasikan perangkat lunak baru.
Perangkat lunak yang mudah digunakan akan tetap menjadi pilihan
pengguna.
Telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya bahwa SLiMS
merupakan program yang fleksibel, jelas dan dapat dipahami. Dengan
segala kelebihanya itu, pengguna SLiMS dapat menjadi mahir dengan
waktu yang relatif singkat. Waktu yang dibutuhkan pengelola
perpustakaan untuk mahir menggunakan SLiMS dalam kegiatan
sehari-hari adalah sekitar satu minggu. Berikut salah satu pernyataan
dari informan.
“Tidak lama, paling satu minggu sudah bisa menggunakan dengan lancar. Tapi ya masih sebatas menu-menu yang berhubungan dengan pengolahan, kalau menu yang lainya saya tidak pernah memakai ya tidak bisa.” (Wawancara dengan Rini, 1 Agustus 2013).
87
Dari pernyataan Rini tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
dalam waktu satu minggu pengguna sudah dapat menggunakan SLiMS
untuk kegiatan sehari-hari. Tidak semua menu memang, dalam waktu
satu minggu tersebut Rini sudah dapat mengoperasikan SLiMS pada
menu-menu yang berhubungan langsung dengan pekerjaanya, tetapi
kalau untuk menu lain yang tidak biasa digunakan masih harus
mencari-cari dulu meski pada akhirnya juga ketemu. Berbeda dengan
pengelola perpustakaan yang harus menggunakan banyak menu,
pemustaka yang hanya berhubungan dengan menu OPAC
membutuhkan waktu yang lebih singkat untuk mahir menggunakan
menu OPAC itu. Pemustaka menggunakan menu OPAC hanya untuk
penelusuran koleksi saja, sedangkan menu area anggota belum
digunakan.
Dalam pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa
pemustaka tidak mengalami kesulitan berarti untuk melakukan
penelusuran dengan OPAC. Pada umumnya pemustaka dapat
memahami menu OPAC secara langsung. Hal ini selaras dengan apa
yang disampaikan oleh informan berikut ini.
“Sekali pakai saya sudah langsung ngerti pemakaian OPAC, justru untuk memahami keterangan di dalam hasil pencarian OPAC yang awalnya masih masih sedikit bingung. Dulu awalnya belum tau apa maksudnya angka nomor panggil yang angka-angka dan huruf itu tapi setelah itu ya tau maksudnya.” (Wawancara dengan Dewi, 3 Agustus 2013).
Kesimpulan yang dapat kita ambil dari pernyataan tersebut
adalah pemustaka dapat menggunakan OPAC secara langsung
88
meskipun belum sampai pada penggunaan pencarian kustom dengan
logika boolean seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Pemustaka
dapat memahami penggunaan OPAC hanya dalam satu kali
pemakaian, kesulitan awalnya justru ada pada informasi yang
dicantumkan pada hasil pencarian koleksi (record details). Pemustaka
belum dapat memahami informasi nomor panggil dan lokasi rak,
namun pada akhirnya mereka mengerti dengan sendirinya meskipun
tidak bertanya ke pengelola perpustakaan.
5.3.6 SLiMS Secara Umum Mudah Digunakan
Faktor kemudahan merupakan salah satu faktor penerimaan
suatu teknologi dalam teori TAM. Penilaian akan kemudahan sebuah
teknologi dapat dilihat dari berbagai indikator yaitu kemudahan untuk
mempelajari, kejelasan program, fleksibel atau tidaknya sebuah
program. SLiMS sebagai perangkat lunak manajemen perpustakaan
telah memenuhi kriteria tersebut sesuai penjelasan di poin-poin
sebelumnya. Indikator kemudahan sebuah perangkat lunak sudah
dipenuhi oleh SLiMS, maka tidak wajar kalau semua informan satu
suara memberikan penilaian bahwa secara umum SLiMS adalah
perangkat lunak yang mudah untuk digunakan. Semua informan
mengganggap SLiMS ini mudah untuk digunakan karena
kesederhanaan tampilan dan menu-menunya yang cukup mudah untuk
dipahami khususnya untuk yang sudah kenal dengan bidang
perpustakaan, berikut selengkapnya pernyataan informan tersebut.
89
“Saya rasa mudah untuk memakai SLiMS ini. Tampilanya sangat sederhana dan menu-menunya juga cukup mudah untuk dipahami. Secara garis besar mudah lah untuk dipahami khususnya untuk mereka yang sudah kenal dengan bidang perpustakaan.” (Wawancara dengan Nunuk, 1 Agustus 2013).
Kesan mudah juga dirasakan oleh pemustaka. Ketiga
informan memberikan penjelasan mengenai kemudahan SLiMS salah
satunya adalah Ajeng dalam sebuah wawancara tanggal 2 Agustus
2013. Ajeng menilai OPAC SLiMS ini mudah sekali digunakan karena
tampilanya yang menyerupai mesin pencarinya google, jadi ia
langsung dapat memahami bagaimana cara menggunakan menu OPAC
itu untuk melakukan penelusuran koleksi perpustakaan. Satria
menambahkan, penggunaan OPAC memang sangat mudah karena
tampilanya yang sederhana. Selain itu, di OPAC juga ada bantuan
pencarian yang berisi panduan bagaiana melakukan pencarian koleksi
di perpustakaan. Berikut pernyataan Satria selengkapnya.
“Sangat mudah. Orang yang menghadapi OPAC pasti juga langsung tau bagaimana cara penggunakanya. Apalagi disitu ada bantuan pencarianya juga yang tentunya sangat memudahkan penggunanya.” (Wawancara dengan Satria, 2 Agustus 2013).
Dari penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
secara umum SLiMS adalah perangkat lunak yang mudah digunakan.
Baik pengelola perpustakaan maupun pemustaka dapat menggunakan
SLiMS untuk membantu kegiatan di perpustakaan tanpa mangalami
kesulitan yang berarti, baik itu untuk mempelajari maupun untuk
menggunakanya.
90
5.4 Kendala dalam Pemanfaatan SLiMS
SLiMS merupakan perangkat lunak dengan kode sumber terbuka.
Lisensi open source ini menjadikan SLiMS dapat dimodifikasi secara bebas
disesuaikan dengan kebutuhan perpustakaan untuk memaksimalkan manfaat
yang diperoleh dari SLiMS. Untuk sistem perpustakaan yang tidak terlalu
kompleks, SLiMS tidak mengharuskan melakukan modifikasi besar-besaran
cukup menggunakan plugin yang banyak tersedia di internet.
Untuk mendapatkan manfaat optimal dari SLiMS pemanfaatan
SLiMS, semua fitur di dalam SLiMS harus dimaksimalkan. Sampai saat ini
pemanfaatan SLiMS di Kantor Perpustakaan dan Arsip Darah Kota Salatiga
belum maksimal, masih ada fitur SLiMS yang belum dimanfaatkan. Fitur
SLiMS yang belum dimanfaatkan antara lain menu area anggota (member
area), kendali terbitan berseri (serial control), copy cataloging dan
penghitung pengunjung (visitor counter). Menu penghitung jumlah
pengunjung awalnya sempat diaktifkan sehingga pengunjung dapat dihitung
dengan membacakan nomor anggotanya dengan barcode reader yang
disediakan. Menu penghitung jumlah pengunjung perpustakaan dalam
SLiMS dinilai kurang efektif sehingga dinonaktifkan kembali dengan
pertimbangan pengunjung perpustakaan tidak semuanya anggota
perpustakaan.
Selain dengan perluasan penerapan program ke bagian lain,
kemampuan pengelola perpustakaan juga masih harus ditingkatkan. Selama
ini sebagian besar pengelola mahir menggunakan SLiMS hanya pada menu-
91
menu yang berkaitan dengan bidang kerjanya. Pengelola perpustakaan
masih harus berusaha sedikit lebih keras untuk menggunakan menu dalam
SLiMS yang belum biasa digunakanya.
Kendala dalam pemanfaatan SLiMS juga terjadi pada pemustaka.
Meski secara umum pemustaka menilai bahwa menu OPAC dalam SLiMS
bermanfaat dan mudah digunakan. Akan tetapi pemustaka belum dapat
memaksimalkan pencarian dengan OPAC. Dari hasil wawancara diperoleh
hasil bahwa belum semua pemustaka pernah melakukan penelusuran
spesifik bahkan seluruh informan megaku belum pernah memakai logika
boolean untuk melakukan penelusuran koleksi.
5.5 Ringkasan Pembahasan
TAM adalah teori yang paling banyak digunakan untuk
memprediksi penerimaan sebuah teknologi baru. Teori ini dipengaruhi oleh
dua variabel utama yaitu kemanfaatan dan kemudahan dalam penggunaan
yang dalam penelitian ini penulis melakukan analisis terhadap pemanfaatan
SLiMS untuk mengetahui apakah pemanfaatan SLiMS di Kantor
Perpustakaan dan Arsip Kota Salatiga telah memenuhi aspek
kebermanfaatan dan kemudahan dalam penggunaanya.
Analisis tentang kebermanfaatan SLiMS dapat dilihat dari 5 faktor
berikut:
1. Mempercepat pekerjaan (Work More Quickly)
2. Meningkatkan performa (Improve Job Performance)
92
3. Meningkatkan Produktifitas (Increase Productivity)
4. Efektifitas (Effectiveness)
5. Mempermudah pekerjaan (Make Job Easier), dan
6. Bermanfaat secara keseluruhan (Useful)
Variabel selanjutnya adalah kemudahan. Kemudahan tentang
SLiMS dianalisis dari 6 indikator berikut:
1. Mudah dipelajari (Easy to Learn)
2. Dapat dikontrol (Contollable)
3. Jelas dan dapat dipahami (Clear and Understantable
4. Fleksibel (Flexible)
5. Cepat mahir SLiMS (Easy to become skillful)
6. Mudah digunakan (Easy to Use)
Dari data yang diperoleh selama penelitian, SLiMS sangat
bermanfaat di perpustakaan. Pengelola perpustakaan merasakan adanya
manfaat yang sangat besar dalam menjalankan kegiatan sehari-hari.
Pemustaka juga merasakan hal yang sama. Pemustaka merasakan manfaat
SLiMS untuk penelusuran koleksi maupun dalam hal layanan lain seperti
sirkulasi dan keanggotaan.
Berdasarkan data yang diperoleh selama penelitian ini juga didapati
bukti-bukti bahwa SLiMS mudah untuk dimanfaatkan. Kemudahan sudah
terasa saat mempelajari SLiMS dengan kesederhanaan pada program
maupun karena ketersediaan fasilitas pembelajaran yang beraneka ragam
termasuk adanya dukungan komunitas apabila mengalami kendala dalam
93
penggunan SLiMS di perpustakaan. Kemudahan dalam pemanfaatan SLiMS
juga dirasakan pemustaka. Pemustaka merasa mudah untuk menggunakan
menu OPAC SLiMS untuk melakukan penelusuran koleksi karena
kesederhanaan interface OPAC yang mengadopsi konsep mesin pencarian
google. Disamping kesederhanaanya, yang membuat pemustaka merasa
mudah unuk menggunakan OPAC adalah adanya bantuan pencarian di
bagian atas OPAC dan panduan pencarian yang ditempel di meja OPAC.
Sayangnya masih ada beberapa fitur dalam SLiMS yang belum dapat
dimaksimalkan karena keterbatasan pengetahuan pengguna seperti yang
telah diuraikan sebelumnya.
94
BAB VI
PENUTUP
6.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang penulis uraikan
dalam bab sebelumnya, penulis dapat merumuskan simpulan bahwa SLiMS
telah memenuhi dua aspek utama dalam teori Technology Acceptance Model
(TAM).
1. Penerapan SLiMS di Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota
Salatiga mampu memberikan manfaat yang sangat besar baik itu untuk
pengelola perpustakaan maupun untuk pemustaka. Manfaat yang
diperoleh dari penerapan SLiMS untuk otomasi di perpustakaan ini
meliputi kemampuan untuk bekerja lebih cepat, adanya peningkatan
performa pekerjaan dan adanya peningkatan produktivitas kerja. Hal ini
salah satunya dapat dilihat dari kemampuan pengelola perpustakaan
untuk mengolah koleksi perpustakaan lebih banyak yang peningkatanya
sampai lima kali lipat dibandingkan sebelum memakai SLiMS.
2. Manfaat lain dari penerapan SLiMS adalah meningkatkan efektifitas
kerja dan membuat pekerjaan yang dilakukan menjadi lebih mudah. Hal
ini ditunjukan dengan minimnya kesalahan yang terjadi karena yang
berperan sebagai pengolah data adalah SLiMS, pengguna hanya sebagai
pemberi masukan. Hal ini juga membuat pekerjaan menjadi sangat
94
95
mudah karena hanya dengan input data bibliografi satu kali, kelengkapan
buku sudah dapat dicetak tanpa harus menyeting secara manual
menggunakan aplikasi pengolah kata (word prosessor) seperti
sebelumnya.
3. Pengelola perpustakaan menilai SLiMS adalah perangkat lunak yang
mudah digunakan untuk otomasi. Kemudahan SLiMS untuk otomasi di
Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kota Salatiga ini dapat dilihat
dari kemudahan untuk mempelajari SLiMS, kemudahan untuk
mengontrol dan kejelasan program yang membantu pengguna dalam
memahami SLiMS. Untuk mempelajari SLiMS ada banyak alternatif
yang dapat ditempuh, bisa dengan mengikuti pelatihan yang diadakan
komunitas SLiMS atau belajar mandiri menggunakan buku panduan
yang ada. Adanya sosial media seperti grup facebook dan forum diskusi
online juga lebih memudahkan mempelajari SLiMS disamping interface
aplikasi yang memang mudah dipahami.
4. Faktor lain yang membuat SLiMS dinilai mudah adalah programnya
yang fleksibel dan singkatnya waktu yang dibutuhkan untuk terampil
menggunakan SLiMS. Kemudahan SLiMS ini tidak hanya untuk
menggunakan, tetapi juga mudah untuk proses awal mulai dari instalasi
dan modifikasi program, bahkan untuk memodifikasi tidak harus
menguasai bahasa pemrograman PHP yang digunakan untuk
membangun SLiMS. Modifikasi SLiMS menjadi jauh lebih mudah
berkat adanya dukungan komunitas yang menyediakan plugin yang
96
banyak dibutuhkan seperti untuk modifikasi kartu anggota dan label
koleksi.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diperoleh,
maka penulis menyampaikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Demi meningkatkan manfaat yang diperoleh dari SLiMS, pemanfaatan
SLiMS harus dimaksimalkan seperti pemanfaatan copy cataloging
dengan peer to peer ke database perpustakaan lain atau melalui protokol
Z39.50. Peningkatan manfaat juga dapat diperoleh dengan memperluas
penerapan SLiMS ke bagian lain yang saat belum memanfaatkan SLiMS
seperti untuk presensi pengunjung perpustakaan. Untuk pengunjung yang
belum menjadi anggota dapat diberikan kartu kunjung sekali pakai
sehingga dapat dibuat laporan pengunjung dengan lebih baik berdasarkan
frekuensi kunjungan, kunjungan berdasarkan tipe keanggotaan termasuk
pengunjung yang belum menjadi anggota perpustakaan.
2. Kemampuan pengelola perpustakaan dalam menggunakan SLiMS masih
harus ditingkatkan. Ada berbagai cara dapat dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan pengelola perpustakaan dalam menggunakan
SLiMS ini misal melalui pengiriman delegasi untuk mengikuti seminar,
bimbingan teknis atau sejenisnya dan menularkan ilmu yang
diperolehnya ke pengelola perpustakaan lainya.
97
3. Dari penelitian ini diketahui pula bahwa pemanfaatan OPAC oleh
pemustaka belum maksimal. Sampai saat ini pemustaka baru
menggunakan OPAC untuk melakukan pencarian secara sederhana dan
sebagian kecil yang memanfaatkan menu pencarian spesifik, belum ada
yang menggunakan teknik pencarian khusus seperti penggunaan logika
boolean. Melihat kondisi ini perpustakaan hendaknya memberikan
bimbingan kepada pemustaka untuk melakukan pencarian dan mengenai
layanan serta fasilitas lain yang ada di perpustakaan.
98
DAFTAR PUSTAKA
A & C Black Publishers. 2006. Dictionary of Information and Library
Management Second Edition. London.
Chuttur M.Y. 2009. Overview of the Technology Acceptance Model: Origins,
Developments and Future Directions, Indiana University, USA . Sprouts:
Working Papers on Information Systems, 9(37).
http://sprouts.aisnet.org/9-37 [Diakses 25 Juni 2013].
Davis, Fred D. 1985. “A Technology Acceptance Model for Empirically Testing
New End-user Information Systems: Theory and Result”. Disertasi,
Program Doktoral Manajemen MIT Sloan School of Management.
Cambridge. http://www.researchgate.net/publication/35465050_A_tech
nology_acceptance_model_for_empirically_testing_ new_end-user_infor
mation_system s__theory_and_results _/file/9c960519fbaddf3ba7.pdf
[Diakses 25 Juni 2013].
Davis, Fred D. 1989. Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use, and User
Acceptance of Information Technology. MIS Quarterly, September,
Vol.13 Issue 3 hlm. 319-340 http://www.jstor.org/stable/249008 [Diakses
pada 7 Juli 2013].
Davis, Gordon B. 1988. Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen: Bagian I
Pengantar. Dalam Seri Manajemen No. 90-A. Jakarta: PT. Pustaka
Binaman Pressindo.
Davis, Gordon B. 1988. Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen: Bagian II
Struktur dan Pengembangannya. Dalam Seri Manajemen No. 90-B.
Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo.
Dhiman, Anil K. 2003. Basics of Information Technology for Librarians and
Information Scientists. New Delhi: Ess Ess Publications.
98
99
Lasa Hs. 2009. Kamus Kepustakawanan Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Book
Publisher.
Moleong, Lexy J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Muhammad S.B., Arie. 2010. Analisis Penerimaan Komputer Mikro dengan
Menggunakan Technology Acceptance Model (TAM) pada Kantor
Akuntan Publik (KAP) di Jawa Tengah. Skripsi, Universitas Diponegoro.
Pendit, Putu Laxman. 2008. Perpustakaan Digital dari A sampai Z. Jakarta: Cipta
Karyakarsa Mandiri.
Pendit, Putu Laxman. 2009. Perpustakaan Digital: Kesinambungan dan
Dinamika. Jakarta: Cipta Karyakarsa Mandiri.
Pramudi, Ery Setyo. 2010. Pengembangan Perpustakaan Digital Berbasis Senayan
Library Management System (SLiMS). Skripsi, Universitas Negeri
Semarang.
Qalyubi, Syihabuddin, dkk. 2007. Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi.
Yogyakarta: Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Fakultas Adab
UIN Sunan Kalijaga.
Rachmaningsih, Dewi Maharani. 2012. Kepuasan Pemustaka Terhadap
Pemanfaatan Software Senayan di Perpustakaan Perguruan Tinggi
Fakultas Kedokteran Bagian Neurologi Universias Diponegoro. Skripsi,
Universitas Diponegoro.
Ridho, M. Rasyid. 2012. Senayan Library Management System for Dummies.
http://slims.web.id/download/docs/slims4dummies_edisi_revisi.pdf
[Diunduh 16 Maret 2013].
SLiMS. [s.n.]. Sejarah SLiMS. http://slims.web.id/web/?q=node/70 [Diakses 27
Juli 2013].
100
SLiMS. [s.n.]. SLiMS Users. http://slims.web.id/web/?q=node/36 [Diakses 27 Juli
2013].
Sugiyono. 2012. Metode Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Sulistyo-Basuki. 1991. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Sulistyo-Basuki. 2006. Metodologi Penelitian. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.
Sulistyo-Basuki. 2010. Metode Penelitian. Jakarta: Penaku.
Supriyanto, Wahyu dan Ahmad Muhsin. 2008. Teknologi Informasi Perpustakaan:
Strategi Perancangan Perpustakaan Digital. Yogyakarta: Kanisius.
Suryanto, Muhammad. 2005. Pengantar Teknologi Informasi untuk Bisnis.
Yogyakarta: Andi.
Sutarman. 2009. Pengantar Teknologi Informasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Wicaksono, Hendro, dkk. 2012. Dokumentasi SLiMS Berdasar SLiMS-5
(MERANTI). http://slims.web.id/download/docs/s5-doc-id-meranti-v2.pdf
[Diunduh 16 Maret 2013].
Wicaksono, Hendro. 2011. Otomasi Perpustakaan Menggunakan Senayan
Library Management System (SLiMS). http://slims.web.id/download/
docs/presentasi/Hendro_senayan.ppt [Diunduh 16 Maret 2012].
Wicaksono, Hendro. 2012. Isu-isu Seputar Implementasi dan Development SLiMS.
Disampaikan dalam SLiMS Community Meet Up 2012 di Jogjakarta.
100
LAMPIRAN
101
LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI
LAMPIRAN A
102
103
Pedoman Wawancara Pengelola Perpustakaan
Aspek Kebermanfaatan
1. Apakah SLiMS membuat anda dapat menyelesaikan pekerjaan dengan lebih
cepat?
2. Apakah anda merasa performa pekerjaan anda meningkat dengan
pemanfaatan SLiMS di perpustakaan?
3. Salah satu tujuan penerapan TI adalah untuk meningkatkan produktifitas.
Apakan anda merasakan adanya peningkatan produktifitas berkat SLiMS?
4. Apakah dengan SLiMS pekerjaan yang anda lakukan menjadi lebih efektif?
5. Apakah SLiMS memudahkan pekerjaan anda?
6. Secara umum apakah SLiMS bermanfaat untuk pekerjaan anda?
Aspek Kemudahan
1. Ketika baru pertama kali mengenal SLiMS, apakah anda kesulitan untuk
mempelajarinya? Bagaimana anda belajar?
2. Apakah anda mengalami kesulitan untuk menemukan apa yang ingin anda
lakukan dengan SLiMS?
3. Apakah anda merasa menu-menu di dalam SLiMS jelas dan dapat dipahami?
4. Apakah menurut anda SLiMS fleksibel untuk digunakan?
5. Berapa lama waktu yang anda perlukan untuk mahir menggunakan SLiMS
sesuai bidang pekerjaan anda?
6. Secara garis besar, apakah SLiMS mudah untuk digunakan?
LAMPIRAN B
104
Pedoman Wawancara Pemustaka
Aspek Kebermanfaatan
1. Apakah OPAC membuat anda dapat melakukan pencarian koleksi
perpustakaan dengan lebih cepat?
2. Apakah anda merasa performa pencarian anda meningkat dengan
pemanfaatan komputer OPAC di perpustakaan?
3. Salah satu tujuan penerapan TI adalah untuk meningkatkan produktifitas.
Apakan anda merasakan adanya peningkatan produktifitas pencarian berkat
OPAC?
4. Apakah dengan OPAC pencarian yang anda lakukan menjadi lebih efektif?
5. Apakah OPAC memudahkan pencarian yang anda lakukan?
6. Secara umum apakah OPAC bermanfaat untuk pekerjaan anda?
Aspek Kemudahan
1. Ketika baru pertama kali mengenal OPAC, apakah anda kesulitan untuk
mempelajarinya? Bagaimana anda belajar?
2. Apakah anda mengalami kesulitan untuk menemukan apa yang ingin anda
lakukan dengan OPAC?
3. Apakah anda merasa interface OPAC jelas dan dapat dipahami?
4. Apakah menurut anda OPAC fleksibel untuk digunakan? Pernah memakai
logika bolean “and,” “or,” dan “not” untuk pencarian di OPAC?
5. Berapa lama waktu yang anda perlukan untuk dapat menggunakan OPAC
secara mandiri untuk melakukan pencarian?
6. Secara garis besar, apakah OPAC mudah untuk digunakan?
105
Reduksi Data
1
No. Pertanyaan Informan Jawaban Interpretasi
1 Apakah SLiMS
membuat anda
dapat menyelesaikan
pekerjaan dengan
lebih cepat?
Budi
Ya, tentunya pekerjaan
yang dulunya manual
sekarang menjadi lebih
cepat dengan adanya
program SLiMS yang kita
gunakan sekarang ini.
Semisal untuk membuat
kelengkapan buku seperti
label dan katalog, yang
dulu harus membuat
satu-persatu sekarang
bisa jauh lebih cepat
karena hanya satu kali
input kita sudah bisa
membuat label dan
kelengkapan buku lainya.
Budi merasa SLiMS dapat
membuatnya
menyelesaikan pekerjaan
dengan lebih cepat
dibandingkan sebelumnya
ketika belum ada SLiMS.
2 Ratna Iya, kan semua pekerjaan
jadi lebih gampang
jadinya ya dapat selesai
lebih cepat.
Ratna merasa SLiMS dapat
membuatnya lebih mudah
sehingga pekerjaan dapat
diselesaikan dengan lebih
cepat.
3 Rini Saya sendiri belum
pernah memakai selain
SLiMS, tapi kalau
dibandingin dulu yang
masih manual tentunya
pekerjaan dapat
diselesaikan dengan lebih
cepat. Kalau dengan
SLiMS yang dulu saya
belum merasakan
perbedaan yang berarti.
Rini merasa SLiMS
membuatnya mampu
menyelesaikan pekerjaan
dengan lebih cepat
dibandingkan saat masih
bekerja secara manual.
4 Nunuk Ya, pekerjaan saya
sekarang menjadi lebih
cepat karena segala
sesuatunya dilakukan
dengan bantuan SLiMS
dan sudah otomatis
semuanya.
Nunuk merasa SLiMS
mampu membuatnya
menyelesaikan pekerjaan
dengan lebih cepat karena
semuanya sudah dilakukan
dengan otomatis.
5 Candra Ya kalau untuk saat ini
SLiMS sangat membantu
pekerjaan di
perpustakaan. Hal ini
sangat terasa karena
perpustakaan sini
mempunyai banyak
anggota dengan tingkat
sirkulasi yang tinggi. Nah
Candra merasa SLiMS
mampu membuatnya
menyelesaikan pekerjaan
dengan lebih cepat.
LAMPIRAN C
106
berkat SLiMS semua
pekerjaan itu dapat
ditangani dengan lebih
cepat tentunya.
6 Adi Ya, hampir semua aspek
pekerjaan di
perpustakaan diproses
dengan SLiMS. Hal ini
membuat pekerjaan saya
selesai lebih cepat.
Adi merasa SLiMS mampu
membuat dirinya mampu
menyelesaikan pekerjaan
dengan lebih cepat karena
semuanya diproses secara
otomatis.
2
No. Pertanyaan Informan Jawaban Interpretasi
1 Apakah anda merasa
performa pekerjaan
anda meningkat
dengan pemanfaatan
SLiMS di
perpustakaan?
Budi Otomatis dengan adanya
SLiMS ini kualitas dari
pekerjaan kita menjadi
lebih efektif dan efisien.
Hal ini karena pekerjaan
rutin seperti sirkulasi
dapat ditangani jauh lebih
cepat dengan
menggunakan SLiMS ini
dibandingkan dulu ketika
masih manual.
Budi merasakan adanya
peningkatan performa
pekerjaan setelah
perpustakaan
menggunakan SLiMS.
2 Ratna Pekerjaan jadi lebih
praktis. Sekali inventaris
buku pakai SLiMS sudah
dapat membuat label dan
barcode juga. Nah ini
semua kan sudah
otomastis jadi dengan ini
dapat meningkatkan
performa pekerjaan saya.
Ratna merasakan adanya
peningkatan performa
pekerjaan yang dilakukanya
dengan menggunakan
SLiMS.
3 Rini Peningkatan sangat
terasa sekali. Kalau dulu
inventarisasi pakai buku
induk sering salah dengan
SLiMS semuanya berjalan
dengan lebih mudah dan
minim kesalahan.
Rini merasa performa
pekerjaanya meningkat
setelah ada SLiMS di
perpustakaan.
4 Nunuk Ya. Dengan menggunakan
SLiMS ini saya yakin
kualitas hasil pekerjaan
saya lebih baik
dibandingkan kalau saya
lakukan secara manual.
Nunuk merasa bahwa
performa dalam
pekerjaanya meningkat
dengan adanya SLiMS.
5 Candra Sejak mulai memakai
otomasi ini lebih
memudahkan daripada
yang manual karena dulu
saya pernah mengalami
Candra merasakan adanya
peningkatan performa
pekerjaanya dibandingkan
dulu ketika masih bekerja
secara manual.
107
bagaimana rasanya
bekerja di perpustakaan
yang masih manual. Nah
dari situ saya merasa
adanya peningkatan
performa yang cukup
signifikan.
6 Adi Sangat meningkat. SLiMS
sangat mudah digunakan
dan performa saya
meningkat karena
menggunakan SLiMS di
hampir seluruh pekerjaan
di perpustakaan.
Adi merasakan adanya
oeningkatan performa
pekerjaanya dengan adanya
SLiMS di perpustakaan.
3
No. Pertanyaan Informan Jawaban Interpretasi
1 Salah satu tujuan
penerapan TI adalah
untuk meningkatkan
produktifitas.
Apakah anda
merasakan adanya
peningkatan
produktifitas berkat
SLiMS?
Budi Produktifitas jauh lebih
meningkat karena
semuanya sudah otomasi.
Kalau dulu dalam satu
hari bisa mengolah
sekitar 20 buku sekarang
bisa sampai 5 kali lipat
dengan adanya SLiMS.
Budi merasakan adanya
peningkatan produktifitas
kerjanya sebanyak lima kali
lipat dibandingkan sebelum
memakai SLiMS.
2 Ratna Iya, kalau yang masih
manual mungkin satu hari
hanya bisa mengolah
sepuluh sampai dua
puluh buku, kalau pakai
SLiMS bisa lebih dari itu,
mungkin bisa sampai dua
kali lipat.
Ratna merasakan adanya
peningkatan produktifitas
kerja dengan
memanfaatkan SLiMS.
3 Rini Sangat terasa, yang
dulunya manual sekarang
sudah otomasi. Kalau
dulu ada buku baru kita
buatkan indeks buku baru
satu per satu sekarang
sudah tidak perlu.
Sekarang sekali input kita
sudah bisa membuat
indeks buku baru, daftar
judul buku dan laporan
lainya.
Rini merasa produktifitas
kerjanya meningkat seiring
dengan penerapan SLiMS di
perpustakaan.
4 Nunuk Ya, merasakan. Karena
semuanya sudah
dilakukan secara otomasi
pekerjaan yang ada dapat
dikerjakan dengan lebih
cepat. Dengan demikian
Nunuk merasakan adanya
produktifitas kerja dengan
memanfaatkan SLiMS
dalam pekerjaanya.
108
saya dapat melakukan
pekerjaan lebih banyak
dalam waktu yang sama
dibandingkan kalau saya
lakukan secara manual.
5 Candra Iya jelas. Dengen SLiMS
ini saya dapat
memberikan hasil yang
lebih banyak. Sebagai
contoh untuk melayani
satu peminjaman pada
layanan manual
membutuhkan waktu 5
menit, nah dengan SLiMS
ini saya dapat melayani
sampai 5 orang dalam
waktu yang sama.
Candra merasakan adanya
peningkatan produktifitas
sampai lima kali lipat
semenjak perpustakaan
menerapkan SLiMS.
6 Adi Ya. Saya mampu
memberikan hasil yang
lebih banyak ketika
menggunakan SLiMS
dibandingkan dengan
dikerjakan secara manual.
Adi mengalami peningkatan
produktifitas kerja
dibandingkan ketika ia
bekerja tanpa SLiMS.
4
No. Pertanyaan Informan Jawaban Interpretasi
1 Apakah dengan SLiMS pekerjaan yang anda lakukan menjadi lebih efektif?
Budi Ya tentu saja. Dengan
SLiMS ini saya dapat
melakukan pekerjaan
dengan hasil yang lebih
bagus dibandingkan
secara manual. Karena
semuanya sudah
terotomasi ini tentunya
meminimalisir adanya
human error dalam
pekerjaan.
Budi merasa dapat bekerja
dengan lebih efektif setelah
perpustakaan
menggunakan SLiMS.
2 Ratna Iya, menggunakan SLiMS
ini menjadikan pekerjaan
saya lebih efektif. SLiMS
programnya sederhana
dan mengikuti standar
yang berlaku umum di
perpustakaan. Ini
membuat hasil kerja saya
juga menjadi lebih baik.
Ratna merasa dapat bekerja
dengan lebih efektif karena
SLiMS didesain sesuai
standar ilmu perpustakaan.
3 Rini Iya, sangat. Kalau dulu
dalam bekerja masih
sering ada salah-salah
dan harus membenarkan
itu sekarang tidak perlu
Rini merasa dapat bekerja
dengan lebih efektif dan
sangat jarang ada kesalahan
karena adanya SLiMS.
109
mangalami itu lagi.
4 Nunuk Ya, SLiMS ini saya rasa
sangat efektif untuk saya
dan teman-teman lain di
perpustakaan.
Pemanfaatan SLiMS
membuat pekerjaan rutin
di perpustakaan dapat
dikerjakan dengan lebih
baik dan minim kesalahan
karena segala sesuatunya
dikerjakan dengan
bantuan komputer.
Nunuk merasa dengan
SLiMS pekerjaanya menjadi
lebih efektif karena
semuanya dikerjakan secara
otomatis oleh program
SLiMS ini.
5 Candra Saya pernah mencoba
menggunakan software
lain, saya rasa masih
sedikit ribet karena
kompleknya ruas-ruas
yang ditampilkan untuk
input data. Nah SLiMS ini
jauh lebih efektif karena
saya dapat melakukan
sesuatu yang tidak dapat
dilakukan dengan
program lain, misal
mengambil foto anggota
secara langsung dengan
webcam.
Candra merasa SLiMS
efektif untuk membantunya
menyelesaikan pekerjaan di
perpustakaan.
6 Adi Ya lebih efektif. SLiMS
didesain sesuai dengan
standar yang berlaku di
dunia perpustakaan
sehingga dengan SLiMS
saya mampu melakukan
pekerjaan dengan lebih
efektif.
Adi merasa SLiMS dapat
membuat dirinya
menyelesaikan pekerjaan
dengan lebih efektif.
5
No. Pertanyaan Informan Jawaban Interpretasi
1 Apakah SLiMS memudahkan pekerjaan anda?
Budi SLiMS sangat
memudahkan pekerjaan
saya, semua pekerjaan
yang dulunya harus
dilakukan secara manual
sekarang menjadi lebih
mudah. Sebagai contoh
dalam sirkulasi, kalau
dulu harus dicatat di buku
pinjam dan di kartu buku
sekarang pencatatan bisa
lebih mudah, tinggal scan
Budi merasa SLiMS telah
mempermudah pekerjaan
yang dilakukanya di
perpustakaan.
110
barcede bukunya saja.
2 Ratna Ya tentu dengan SLiMS ini
semua pekerjaan saya
menjadi lebih mudah.
Sebagai contoh kalau ada
koleksi baru dengan judul
sama, saya tidak perlu
input dari awal lagi. Saya
tinggal menambahkan
item baru saja dan saya
sekaligus dapat membuat
label dan barcodenya. Hal
ini tentu berbeda kalau
perpustakaan belum
terotomasi, untuk
menyisipkan koleksi baru
dengan judul sama
tentunya lebih susah.
Ratna merasakan adanya
kemudahan yang
didapatnya dengan
penerapan SLiMS di
perpustakaan.
3 Rini Tentu saja sangat
memudahkan. Pekerjaan
sekarang rasanya menjadi
jauh lebih ringan
dibandingkan dulu yang
segala sesuatunya masih
manual. Sekarang juga
rasanya lebih nyaman
dan semangat untuk
bekerja.
Rini merasa dengan SLiMS
pekerjaanya menjadi lebih
mudah, ia juga merasa lebih
nyaman bekerja dengan
SLiMS.
4 Nunuk SLiMS sangat
memudahkan saya dalam
bekerja karena dengan
SLiMS ini pekerjaan-
pekerjaan yang
membutuhkan banyak
waktu dan tenaga dapat
dilakukan dengan mudah
dan hemat tenaga juga
waktu.
Nunuk merasa dimudahkan
dengan adanya SLiMS,
dengan SLiMS ia dapat
menghemat tenaga dan
waktu.
5 Candra Ya sangat memudahkan.
Dibandingkan software
yang saya kenal
sebelumnya SLiMS ini
sederhana tampilanya
tetapi kemampuanya
tidak kalah dengan yang
kompleks sekalipun.
Dengan software seperti
ini saya dapat
mengerjakan pekerjaan
saya dengan lebih
mudah.
Candra merasa dapat
bekerja dengan lebih
mudah dengan
memanfaatkan SLiMS.
111
6 Adi Sangat memudahkan
karena SLiMS memiliki
fitur-fitur yang sesuai
dengan kebutuhan
pustakawan dalam
manajemen
perpustakaan.
Adi merasa SLiMS sangat
memudahkan pengelolaan
perpustakaan karena fitur
yang ditawarkan memang
didesain menyesuaikan
dengan kebutuhan
manajemen perpustakaan.
6
No. Pertanyaan Informan Jawaban Interpretasi
1 Secara umum apakah SLiMS bermanfaat untuk pekerjaan anda?
Budi Ya manfaatnya sangat
banyak. Hampir semua
pekerjaan saya terbantu
dengan adanya SLiMS,
bahkan selain petugas
SLiMS juga membantu
pemustaka dengan
adanya SLiMS
penelusuran informasi
menjadi lebih mudah.
Budi merasa bahwa SLiMS
secara umum bermanfaat
untuk bidang pekerjaanya
dan merasa terbantu
dengan adanya SLiMS.
2 Ratna Sangat bermanfaat. Ini
kan hampir semua
pekerjaan di
perpustakaan memakai
SLiMS, kalau tidak
memakai SLiMS saya pikir
semua pekerjaan ini tidak
dapat dikerjakan dengan
sebaik ini. Jadi pada
dasarnya SLiMS sangat
bermanfaat untuk
pekerjaan saya di
perpustakaan.
Ratna merasa SLiMS sangat
bermanfaat untuk
pekerjaanya dan
beranggapan bahwa ia tidak
dapat bekerja sebagus
sekarang ini tanpa SLiMS.
3 Rini Sangat bermanfaat. Saya
tidak perlu lagi
melakukan pekerjaan-
pekerjaan ini secara
manual. Tadinya
pekerjaan saya
membutuhkan banyak
waktu dan energi
sekarang hanya dengan
sekali input sudah bisa
menghasilkan beberapa
produk.
Rini merasa SLiMS sangat
bermanfaat untuk dirinya
karena ia dapat menghemat
waktu dan energi dalam
pekerjaanya.
4 Nunuk Bermanfaat sekali. SLiMS
adalah program yang
bagus dan sesuai dengan
standar baku ilmu
perpustakaan. Memakai
SLiMS untuk kegiatan
Nunuk menilai SLiMS sangat
bermanfaat untuk dirinya di
bidang perpustakaan
karena SLiMS memang
didesain oleh pustakawan
dan sesuai dengan standar
112
sehari-hari rasanya
menjadi lebih mudah
karena semuanya
memang sudah sesuai
standar.
baku yang berlaku di
perpustakaan.
5 Candra Sangat bermanfaat
khususnya untuk
pustakawan. SLiMS kan
memang awalnya
dikhususkan untuk
memudahkan
pustakawan dalam
menjalankan
pekerjaanya.
Candra menganggap SLiMS
sangat bermanfaat karena
memang ditujukan untuk
mempermudah pekerjaan
pustakawan.
6 Adi Sangat bermanfaat
karena bidang pekerjaan
apapun di perpustakaan
dapat dikerjakan dengan
bantuan SLiMS secara
cepat, efektif dan efisien.
Adi merasa SLiMS sangat
bermanfaat karena hampir
semua bidang di
perpustakaan dapat
dikerjakan dengan bantuan
SLiMS.
7
No. Pertanyaan Informan Jawaban Interpretasi
1 Ketika baru pertama kali mengenal SLiMS, apakah anda kesulitan untuk mempelajarinya? Bagaimana anda belajar?
Budi Tidak, dibanding dengan
software lain SLiMS ini
adalah software yang
sangat sederhana
sehingga sangat
memudahkan untuk
dipelajari termasuk oleh
mereka yang tidak
mempunyai basic ilmu
perpustakaan.
Menurut Budi SLiMS mudah
untuk dipelajari karena
kesederhanaanya sehingga
mudah dipelajari bahkan
untuk yang tidak
mempunyai dasar ilmu
perpustakaan.
2 Ratna Enggak kesulitan. Tapi
kadang masih lupa
masukin kode
eksemplarnya. Soalnya
itu kan harus disimpan
dulu bibliografinya baru
diedit lagi untuk
menambahkan
eksemplarnya.
Ratna tidak kesulitan
mempelajari SLiMS, tetapi
terkadang masih lupa untuk
menambahkan kode
eksemplar ketika
menambahkan data
bibliografi baru.
3 Rini Mempelajari SLiMS hanya
masalah kebiasaan saja.
SLiMS ini menurut saya
bukan program yang
rumit, kalo dibiasakan
digunakan ya bisa sendiri.
Rini tidak kesulitan
mempelajari SLiMS karena
SLiMS tidak rumit, kalau
sudah terbiasa juga bisa
dengan sendirinya.
4 Nunuk Tidak. Saya pertama
mengenal SLiMS di
kampus. Meski
Nunuk tidak kesulitan
mempelajari SLiMS karena
materi tentang SLiMS
113
penyampaian secara
singkat saya sudah dapat
memahami karena
program sangat
sederhana. Ketika saya
mulai bekerja di
perpustakaan saya hanya
butuh sedikit adaptasi
lagi dengan penerapan
SLiMS di perpustakaan
sini.
diajarkan di perkuliahan
yang telah diambilnya.
5 Candra Saya rasa tidak,
tampilanya SLiMS ini kan
sangat sederhana dan
menurut saya sudah
sangat jelas juga menu
yang ada di dalamnya.
Saya belajar pertama ya
dari sini, langsung
melihat-lihat programnya
dan langsung bisa
menggunakan menu-
menu dasar yang ada di
SLiMS ini.
Candra tidak kesulitan
mempelajari program SLiMS
karena kesederhanaan
tampilanya, ia belajar
secara otodidak tidak
kesulitan.
6 Adi Tidak terlalu sulit karena
SLiMS memiliki buku
panduan yang dapat
diunduh di web resmi
http://slims.web.id dan
saya belajar dari buku
panduan itu. Sebelumnya
saya juga pernah
mengikuti pelatihan yang
diselenggarakan oleh
komunitas SLiMS Jogja,
dan sekarang saya
bertanya melalui grup
facebook kalau saya
mengalami kendala
dalam mempelajari
SLiMS.
Adi tidak kesulitan belajar
SLiMS karena ada banyak
cara untuk mempelajari
SLiMS baik itu melalui buku
panduan, melalui
komunitas dan melalui
sosial media khususnya
grup facebook.
8
No. Pertanyaan Informan Jawaban Interpretasi
1 Apakah anda mengalami kesulitan untuk menemukan apa yang ingin anda
Budi Tidak. Tampilanya SLiMS
sangat sederhana dan
pembagian menu-
menunya juga jelas.
Ketika kita klik satu menu,
sub menu sudah ada di
Budi tidak kesulitan untuk
menemukan apa yang akan
dikerjakanya di dalam SLiMS
karena adanya
pengelompokan menu di
dalam SLiMS.
114
lakukan dengan SLiMS?
sebelah kiri layar.
2 Ratna Kalau yang sudah biasa
dipakai seperti menu
bibliografi itu sudah hafal
dan bisa menemukan
dengan mudah, tapi kalau
menu yang gak biasa saya
pakai seperti statistik itu
masih harus nyari-nyari
lagi untuk menemukan
model pelaporan yang
kita inginkan. Intinya
masalah kebiasaan saja
sih mas.
Ratna dapat menemukan
apa yang ingin dilakukanya
dengan SLiMS meski
membutuhkan waktu untuk
beradaptasi dengan suatu
menu dan submenu yang
ada di dalamnya.
3 Rini Kalau menu yang sudah
biasa digunakan bisa, tapi
kadang-kadang masih ada
menu yang harus tanya
dulu karena tidak biasa
saya gunakan.
Rini dapat menemukan apa
yang ingin dilakukanya
dengan SLiMS, tetapi
terkadang masih harus
tanya dulu untuk menu
yang tidak biasa ia gunakan.
4 Nunuk Tidak. Menu-menu yang
paling sering saya
gunakan ada di halaman
utama admin seperti
untuk menambah
anggota baru, menambah
koleksi baru dan untuk
sirkulasi dan
pengembalian cepat. Jadi
kalau sudah login menu
itu sudah ada di layar
utama.
Nunuk tidak kesulitan untuk
menemukan apa yang ingin
dilakukanya karena menu-
menu yang sering ia
gunakan sudah ada di
sebelah kiri halaman utama
admin SLiMS.
5 Candra Enggak. Ketika saya ingin
melakukan apa saya
sudah ada gambaran itu
letaknya dimana. Menu-
menu dalam SLiMS kan
dibagi dalam beberapa
kelompok besar yang
didalam menu itu masih
ada sub-sub menu lainya.
Candra tidak kesulitan
menemukan menu yang
dibutuhkanya untuk
melakukan suatu pekerjaan
karena adanya
pengelompokan menu ke
dalam beberapa menu
utama.
6 Adi Saya tidak kesulitan untuk
menemukan apa yang
ingin saya lakukan.
Interface sangat user-
friendly dan menu-menu
dikelompokan sesuai
bidang kerja masing-
masing.
Adi tidak kesulitan
menemukan apa yang ingin
dilakukanya dengan SLiMS
karena interface SLiMS
sangat sederhana dan
adanya pengelompokan
menu sesuai bidang kerja
masing-masing.
9
115
No. Pertanyaan Informan Jawaban Interpretasi
1 Apakah anda merasa menu-menu di dalam SLiMS jelas dan dapat dipahami?
Budi Jelas sekali. Menu-menu
utama SLiMS ada di
bagian atas menjadikanya
mudah diakses dari menu
apapun, dan apabila kita
klik salah satu menu itu
submenu akan muncul di
sebelah kiri layar.
Budi merasa menu-menu di
dalam SLiMS sudah jelas
dan mudah untuk dipahami
karena tata letak menu
mudah dipahami.
2 Ratna Pada dasarnya jelas dan
dapat dipahami. Tapi
kembali lagi ke faktor
kebiasaan, kalau sudah
biasa dipakai ya bisa
ngerti banget sedangkan
yang jarang dipakai ya
masih harus menerawang
dulu dimana posisinya
dan menu itu digunakan
untuk apa.
Ratna menilai SLiMS jelas
dan mudah dipahami, tetapi
tergantung kebiasaan dalam
penggunaan sehari-hari
juga.
3 Rini Kalau untuk
memahaminya bisa. Itu
kan ada keterangan juga,
kalau ditunjuk menunya
muncul keterangan yang
menjelaskan menu itu
digunakan untuk apa.
Rini dapat memahami
menu-menu di dalam SLiMS
karena apabila menu
ditunjuk dengan mouse
akan muncul keterangan
yang menjelaskan
penggunaan sebuah menu.
4 Nunuk Ya jelas. Tampilan menu-
menunya jelas dan ada
keteranganya jika
ditunjuk dengan kursor.
Ini sangat memudahkan
ketika masih belajar dulu,
kalau sekarang saya
sudah bisa beradaptasi
dengan SLiMS.
Nunuk dapat memahami
menu-menu di dalam SLiMS
karena apabila menu
ditunjuk dengan mouse
akan muncul keterangan
menu itu digunakan untuk
apa.
5 Candra Saya pikir sangat jelas dan
mudah dipahami. Seperti
yang sudah saya sebutkan
sebelumnya kalau menu-
menu dalam SLiMS dibagi
dalam beberapa
kelompok besar seperti
bibliografi, sirkulasi,
keanggotaan dan lain-
lain. Dari masing-masing
menu itu ada sub-sub
menu lainya yang
tentunya berhubungan
dengan menu utamanya
itu.
Candra menilai SLiMS jelas
dan mudah untuk dipahami
karena tata letak bagus dan
adanya pembagian menu-
menu di dalam SLiMS ke
dalam beberapa menu
utama sesuai bidang kerja
di perpustakaan.
116
6 Adi Sangat jelas dan dapat
dipahami. Tampilanya
sederhana dan ada
pilihan bahasa yang
sangat memudahkan
penggunaan khususnya
untuk yang kurang
nyaman dengan bahasa
default SLiMS disini.
Adi merasa SLiMS jelas dan
mudah dipahami karena
tampilanya yang sederhana
dan adanya menu pemilihan
bahasa yang memudahkan
pengguna apabila kurang
nyaman dengan bahasa
default yang dipakai di
perpustakaan.
10
No. Pertanyaan Informan Jawaban Interpretasi
1 Apakah menurut anda SLiMS fleksibel untuk digunakan?
Budi Sangat fleksibel.
Kebetulan saya yang
selama ini mengelola
sistem termasuk yang
memodifikasi SLiMS
disini. SLiMS sangat
mudah disesuaikan
dengan perpustakaan
apalagi dukungan kuat
dari komunitas yang juga
menyediakan plugin
untuk memodifikasi
SLiMS.
Budi menilai SLiMS sangat
fleksibel karena mudah
dimodifikasi tanpa harus
menguasai bahasa
pemrograman hanya cukup
memanfaatkan plugin yang
telah disediakan oleh
komunitas SLiMS dari
berbagai daerah.
2 Ratna Sangat fleksibel. Ini kan
Saya kan lebih banyak di
bagian pengolahan yang
setiap hari input data
bibliografi. Ketika input
data bibliografi kan kita
bisa menentukan untuk
mempublikasikan atau
tidak judul barunya dan
semacamnya.
Ratna menilai SLiMS sangat
fleksibel karena disediakan
pilihan-pilihan di dalamnya
yang dapat dipilih sesuai
dengan kehendak
pemakainya.
3 Rini Cukup fleksibel. SLiMS
dapat disesuaikan dengan
kebutuhan perpustakaan.
Misal dalam
menambahkan data
bibliografi baru kita bisa
memilih untuk
manampilkan atau
menyembunyikan dari
OPAC. Bisa juga untuk
menampilkan di halaman
utama atau tidak. Tapi
kalau di SLiMS yang
sekarang yang ini sudah
tidak bisa.
Rini menilai SLiMS cukup
fleksibel karena tersedia
pilihan-pilihan di dalamnya
yang dapat disesuaikan
dengan kebutuhan
penggunanya.
4 Nunuk Fleksibel. Untuk hal-hal Nunuk merasa SLiMS adalah
117
yang belum bisa secara
otomatis dilakukan
dengan SLiMS kita bisa
mengambil alternatif lain.
Misalnya di dalam SLiMS
sebenarnya ada aturan
yang bisa diterapkan tapi
belum bisa secara
otomatis membuat
peminjam yang telat
mengembalikan jadi tidak
bisa pinjam. Nah untuk
mengatasi celah ini kita
biasa memakai “tunda
keanggotaan” dengan
mengedit data anggota
yang terlambat
mengembalikan buku.
program yang fleksibel
karena apabila ada celah
yang tidak dapat dilakukan
oleh SLiMS pengguna masih
dapat dicari alternatif lain.
5 Candra SLiMS ini fleksibel untuk
dipakai, bisa dimodifikasi
sesuai perpustakaan kita
dengan cukup mudah.
Enaknya untuk
memodifikasi itu tidak
membutuhkan menguasai
bahasa pemrograman
karena adanya dukungan
kuat dari komunitas
SLiMS dari berbagai
daerah.
Candra menilai SLiMS
sebagai program yang
fleksibel karena mudah
untuk dimodifikasi tanpa
penguasaan bahasa
pemrograman karena
adanya dukungan kuat dari
komunitas SLiMS di
berbagai daerah.
6 Adi Sangat fleksibel mas.
Selain dapat diunduh
secara bebas SLiMS ini
juga dapat dimodifikasi
dengan relatif mudah.
Gak harus ngerti bahasa
pemrograman karena kita
dapat mengunduh plugin
yang juga tersedia secara
gratis.
Adi menilai SLiMS sangat
fleksibel karena dapat
diunduh secara gratis dan
mudah untuk dimodifikasi
sidesuaikan dengan
kebutuhan perpustakaan.
11
No. Pertanyaan Informan Jawaban Interpretasi
1 Berapa lama waktu yang anda perlukan untuk mahir menggunakan SLiMS sesuai bidang pekerjaan anda?
Budi Kesederhanaan program
menjadikan SLiMS sangat
nyaman digunakan.
Kurang lebih satu minggu
saja saya sudah dapat
menggunakan SLiMS
dengan lancar.
Budi sudah mahir
menggunakan SLiMS dalam
waktu kurang lebih satu
minggu.
2 Ratna Saya belajar SLiMS sambil Ratna mempelajari SLiMS
118
jalan, butuh sekitar satu
minggu untuk dapat
menggunakan SLiMS
dengan lancar. Kalau ada
kesulitan saya minta
bantuan ke teman lain
yang lebih paham SLiMS.
sambil jalan, dan
membutuhkan waktu
sekitar satu minggu untuk
mahir menggunakan SLiMS.
3 Rini Tidak lama, paling satu
minggu sudah bisa
menggunakan dengan
lancar. Tapi ya masih
sebatas menu-menu yang
berhubungan dengan
pengolahan, kalau menu
yang lainya saya tidak
pernah memakai ya tidak
bisa.
Rini mampu menggunakan
SLiMS dengan lancar dalam
waktu satu minggu. Namun,
hal itu terbatas pada menu-
menu yang ia gunakan
dalam pekerjaan sehari-
hari.
4 Nunuk Tidak lama saya sudah
bisa mamakai SLiMS.
Awalnya diperkenalkan di
kelas dua pertemuan dan
ketika mulai bekerja disini
saya tinggal beradaptasi
sedikit. Mungkin 2 – 3
hari sudah bisa memakai
SLiMS ini dengan lancar
untuk kegiatan sehari-
hari.
Nunuk dapat menggunakan
SLiMS dengan lancar dalam
waktu 2-3 hari karena
sebelumnya sudah
mendapat materi tentang
SLiMS si bangku
perkuliahan.
5 Candra Hanya beberapa jam saya
sudah bisa memakai
SLiMS untuk kegiatan
sehari-hari, khususnya
menu yang sering dipakai
seperti keanggotaan,
bibliografi dan sirkulasi.
Untuk menu lainya
seperti stok opname
memang belum pernah
digunakan disini.
Candra dapat menggunakan
SLiMS dengan lancar hanya
dalam hitungan jam meski
terbatas untuk menu-menu
yang digunakan di KPAD
Kota Salatiga.
6 Adi Saya sudah kenal SLiMS
sebelumnya di kampus,
tetapi tidak sampai
praktek. Meskipun
demikian, saya tidak
membutuhkan waktu
terlalu lama untuk
menggunakan SLiMS ini.
Hanya dalam waktu satu
hari saya sudah dapat
beradaptasi dalam
menggunakan SLiMS di
Adi dapat menggunakan
SLiMS dalam waktu satu
hari karena sebelumnya
sudah mengenal SLiMS di
bangku perkuliahan.
119
perpustakaan ini.
12
No. Pertanyaan Informan Jawaban Interpretasi
1 Secara garis besar, apakah SLiMS mudah untuk digunakan?
Budi SLiMS sangat mudah
untuk digunakan,
tampilan sederhana
ditambah lagi
penempatan menu dan
submenu juga sangat
mudah untuk diakses.
Budi merasa secara
keseluruhan SLiMS mudah
untuk digunakan karena
tampilanya sederhana dan
penempatan menu dan
submenu juga sangat
mudah untuk diakses.
2 Ratna Mudah. Dibandingkan
beberapa software yang
saya kenal sebelumnya
SLiMS adalah yang paling
sederhana tampilanya
sehingga mudah untuk
dipahami.
Ranta menilai SLiMS mudah
digunakan dibandingkan
dengan perangkat lunak
yang telah ia kenal
sebelumnya karena
tampilan SLiMS paling
sederhana.
3 Rini Mudah kok. Pada
dasarnya masih bisa
dipelajari dan tidak begitu
sulit. Kalau dibiasakan
untuk memakai ya lama-
lama lancar dengan
sendirinya.
Rini menilai SLiMS secara
umum mudah dan bila
dibiasakan lama-kelamaan
akan mahir dengan
sendirinya.
4 Nunuk Saya rasa mudah untuk
memakai SLiMS ini.
Tampilanya sangat
sederhana dan menu-
menunya juga cukup
mudah untuk dipahami.
Secara garis besar mudah
lah untuk dipahami
khususnya untuk yang
sudah kenal dengan
dunia ilmu perpustakaan.
Nunuk menganggap SLiMS
adalah perangkat lunak
yang mudah khususnya
untuk pengguna yang telah
mengenal ilmu
perpustakaan.
5 Candra Menurut saya SLiMS
sangat mudah digunakan.
Programnya simple
sehingga tidak membuat
bingung pemakainya
termasuk mereka yang
baru kenal SLiMS
sekalipun.
Candra menilai SLiMS
mudah karena programnya
sederhana dan tidak
membingungkan
pemakainya termasuk yang
baru mengenal SLiMS
sekalipun.
6 Adi Sangat mudah. SLiMS
adalah program yang
sangat sederhana
interfacenya sehingga
mudah digunakan
termasuk untuk mereka
yang baru mengenal
Adi beranggapan SLiMS
secara umum mudah
karena kesederhanaan
interface dan banyaknya
fasilitas yang dapat
digunakan untuk
mempelajari SLiMS.
120
SLiMS. Selain itu SLiMS
disertai tutorial yang
dapat diunduh dan ada
grup facebook untuk
bertanya apabila saya
mengalami kesulitan.
Reduksi Data: Pemustaka
1
No. Pertanyaan Informan Jawaban Interpretasi
1 Apakah OPAC
membuat anda
dapat melakukan
pencarian koleksi
perpustakaan
dengan lebih cepat?
Satria Iya, tentu saja lebih
cepat. Kita tidak perlu
muterin satu persatu
sampai 900 itu ya.
Dengan adanya OPAC itu
kita tinggal ketik apa
judul yang kita cari disitu
akan keluar langsung
kode rak, sehingga kita
bisa menuju langsung ke
raknya. Kalau dulu belum
ada teknologi OPAC harus
tanya ke petugasnya dulu
baru mencari ke rak, dan
itu memakan waktu yang
jauh lebih lama.
Satria merasa penggunaan
OPAC membuatnya dapat
melakukan penelusuran
koleksi dengan lebih cepat.
2 Dewi Kalau saya merasakan
pencarian jadi jauh lebih
cepat. Biasanya di
perpustakaan kan
mencari koleksinya
langsung ke rak dan itu
mambutuhkan waktu
yang jauh lebih lama.
Kalau di sini kita bisa tahu
dimana lokasi raknya
sehingga dapat langsung
menuju ke rak dan
mencarinya dengan lebih
cepat.
Dewi merasa pencarian
koleksi perpustakaan
menjadi jauh lebih cepat
karena ia dengan mudah
dapat mengetahui lokasi rak
koleksi yang dicarinya.
3 Ajeng Iya, dulu sebelumnya
biasa nyari langsung ke
rak dan itu membutuhkan
waktu yang cukup lama.
Kalau sekarang mencari
buku bisa lebih cepat
dengan memakai OPAC
yang ada di
perpustakaan.
Ajeng merasa pencarian
menggunakan SLiMS jauh
lebih cepat dibandingkan
ketika dulu belum ada OPAC
ia mencari langsung ke rak
koleksi.
121
2
No. Pertanyaan Informan Jawaban Interpretasi
1 Apakah anda merasa
performa pencarian
anda meningkat
dengan pemanfaatan
komputer OPAC di
perpustakaan?
Satria Perbedaan tadi sudah
disebutkan, kalau dulu
sebelum ada SLiMS harus
tanya ke petugas dulu
baru mancari ke rak.
Itupun belum tentu
ketemu buku yang saya
cari. Nah kalau sekarang
dengan adanya OPAC kita
bisa langsung tau apakah
buku yang kita cari
tersedia di rak atau
sedang dipinjam orang
lain. Dari situ terlihat
adanya peningkatan
performa pencarian
setelah memakai SLiMS.
Satria merasa performa
pencarian koleksinya
meningkat berkat adanya
OPAC, karena sekarang
dengan mudah ia dapat
mengetahui status koleksi
tersedia atau tidak dan
lokasinya di rak mana kalau
tersedia.
2 Dewi Iya, pencarian saya
menjadi lebih akurat
dengan informasi yang
saya dapatkan dari OPAC.
Kalaupun buku yang kita
cari tidak ada karena
dipinjam kita juga bisa
langsung tahu sehingga
tidak mencari-carinya lagi
di rak buku.
Dewi merasa OPAC
meningkatkan performa
pencarianya karena ia
mampu mengetahui lokasi
koleksi yang dicarinya
dengan akurat.
3 Ajeng Menggunakan OPAC kita
bisa tahu dimana lokasi
buku yang kita cari dan
kita bisa mencarinya
dengan lebih cepat. Buku
yang saya cari biasanya
ketemu, tetapi kadang
buku yang saya cari masih
belum ketemu di lokasi
yang ditunjukan oleh
OPAC.
Ajeng merasa ada
peningkatan performa
pencarian koleksi
perpustakaan meski
terkadang koleksi yang ia
cari tidak ada di rak yang
ditunjukan oleh OPAC.
3
No. Pertanyaan Informan Jawaban Interpretasi
1 Salah satu tujuan
penerapan TI adalah
untuk meningkatkan
produktifitas.
Apakah anda
merasakan adanya
peningkatan
produktifitas
Satria Ada peningkatan
produktifitas pencarian.
Dengan SLiMS kita bisa
tau buku-buku lain
dengan pokok bahasan
sama, itu bisa menjadi
referensi tambahan atau
menjadi bahan bandingan
Satria merasa mengalami
peningkatan produktifitas
pencarian dan ia dapat
memperoleh informasi
tentang koleksi lain dengan
subjek yang dicarinya.
122
pencarian berkat
OPAC?
sebelum akhirnya kita
memutuskan untuk
memutuskan buku mana
yang mau kita pinjam.
2 Dewi Menggunakan SLiMS ini
saya bisa melakukan
pencarian dengan hasil
yang lebih banyak. Kalau
judul yang saya cari tidak
ada saya bisa segera
mencari buku dengan
judul lain yang sejenis.
Dewi merasa ada
peningkatan produktifitas
pencarian, dengan OPAC ia
dapat menemukan lebih
banyak koleksi dengan
subjek sejenis.
3 Ajeng Iya, dengan OPAC saya
bisa melakukan pencarian
dengan hasil yang lebih
banyak yang selanjutnya
saya pilih-pilih buku mana
yang akan saya pinjam.
Ajeng mampu menemukan
koleksi lebih banyak dengan
subjek yang ia cari yang
kemudian dipilih mana yang
akan ia pinjam.
4
No. Pertanyaan Informan Jawaban Interpretasi
1 Apakah dengan
OPAC pencarian
yang anda lakukan
menjadi lebih
efektif?
Satria Pasti ada perbedaan,
apabila kita sibuk mencari
tanpa OPAC kan waktu
kita habis buat mencari
apalagi koleksi disini
cukup banyak. Nah
dengan adanya OPAC ini
waktu pencarian semakin
singkat dan kemungkinan
kita menemukan buku
yang kita cari juga
semakin besar.
Satria merasa pencarianya
menjadi lebih efektif
dengan adanya OPAC,
sekarang kemungkinan
menemukan koleksi yang ia
cari semakin besar.
2 Dewi Iya mas, pencarian
menjadi lebih efektif dan
buku yang saya cari jadi
lebih mudah ditemukan.
Dulu sebelum pakai ini
kan saya sering mencari
buku ke rak dan sering
tidak ketemu buku yang
saya cari itu. Kalau
sekarang pakai SLiMS
buku yang saya cari lebih
sering ketemunya.
Pencarian koleksi yang Dewi
lakukan menjadi lebih
efektif dan koleksi yang ia
cari menjadi lebih banyak
ditemukan daripada yang
gagal menemukan koleksi
yanng dicarinya.
3 Ajeng Ya, sekarang dengan
bantuan OPAC buku yang
saya cari menjadi lebih
mudah ditemukan.
Kalaupun buku itu sedang
dipinjam saya bisa tau
Dewi dapat melakukan
pencarian dengan lebih
efektif, kalaupun koleksi
yang dicarinya sedang
dipinjam Dewi dapat
langsung mengetahuinya
123
kapan buku itu harus
dikembalikan jadi bisa
saya cari lagi setelahnya.
dari status koleksi di OPAC.
5
No. Pertanyaan Informan Jawaban Interpretasi
1 Apakah OPAC
memudahkan
pencarian yang anda
lakukan?
Satria Memudahkan sekali mas.
Yang dulunya mencari
koleksi butuh waktu lama
sekarang menjadi sangat
mudah. Tinggal ketikan
judul yang kita cari kalau
ketemu tinggal klik sudah
keluar informasi raknya,
bukunya tersedia atau
sedang dipinjam. Kalau
tersedia ya tinggal dicari
di rak bukunya, itu kan
sudah ada tandanya juga
di rak, jadi lebih mudah.
Satria dapat melakukan
pencarian koleksi dengan
lebih mudah menggunakan
OPAC yang disediakan.
2 Dewi Sangat memudahkan.
Untuk mencari sebuah
buku sekarang saya
tinggal mengetikan judul
yang saya mau lalu klik
enter saja. Kalau judul
yang saya cari ada saya
klik judulnya saya sudah
tau lokasi raknya dan
status buku itu tersedia
atau tidak, Kalau buku
tersedia saya tinggal
mencarinya di rak buku.
Dewi dapat melakukan
penelusuran koleksi
perpustakaan dengan lebih
mudah menggunakan
komputer OPAC yang
disediakan.
3 Ajeng Ya, menurut saya
sekarang mencari buku
menjadi lebuh mudah.
Kalau dulu sulit banget
karena harus nyari
langsung ke rak buku.
Itupun buku yang kita cari
belum tentu ada di rak.
Ajeng merasa lebih mudah
untuk melakukan
penelusuran koleksi
perpustakaan dengan
menggunakan OPAC.
6
No. Pertanyaan Informan Jawaban Interpretasi
1 Secara umum
apakah OPAC
bermanfaat untuk
pekerjaan anda?
Satria Bermanfaat. SLiMS ini
manfaatnya terasa
banget untuk pencarian
buku. Pencarian yang kita
lakukan menjadi lebih
mudah, cepat dan akurat.
Kalaupun tidak ada buku
Satria merasa OPAC sangat
bermanfaat untuk
melakukan pencarian
koleksi di perpustakaan
karena kemudahan,
kecepatan dan akurasi yang
ditawarkanya.
124
yang kita cari kita bisa
mencari buku lain dengan
subjek yang sama dengan
cukup mudah juga.
2 Dewi Bermanfaat banget mas.
Kita jadi bisa mencari
buku denga lebih cepat
dan juga jelas ada atau
tidaknya buku yang kita
cari itu.
Dewi mendapati OPAC
sangat bermanfaat untuk
penelusuran koleksi,
termasuk untuk mengetahui
status ketersediaan koleksi
di perpustakaan.
3 Ajeng Bermanfaat karena
denganSLiMS ini
pencarian buku menjadi
lebih mudah dilakukan
dan mencari buku
menjadi lebih cepat.
Ajeng merasa OPAC sangat
bermanfaat untuk
membantu pencarian
koleksi perpustakaan.
7
No. Pertanyaan Informan Jawaban Interpretasi
1 Ketika baru pertama
kali mengenal OPAC,
apakah anda
kesulitan untuk
mempelajarinya?
Bagaimana anda
belajar?
Satria Tidak pernah. Itu kan
tampilanya sederhana
dan ada pilihan bahasa
petunjuk yang ada bisa
diikuti. Terus disitu kan
juga ada bantuan
pencarian yang dapat
diikuti untuk melakukan
proses pencarian buku
perpustakaan.
Satria tidak mengalami
kesulitan untuk
mempelajari OPAC karena
tempilanya sederhana dan
ada petunjuk untuk
melakukan pencarian
menggunakan OPAC.
2 Dewi Untuk mempelajari OPAC
mudah, programnya
simple apalagi tampilanya
kan seperti pencarian di
google yang sudah biasa
saya gunakan. Menurut
saya orang awam juga
akan langsung bisa
menggunakan ini karena
kesederhanaanya itu,
apalagi ada bantuan
pencarianya juga di
OPAC.
Dewi menilai OPAC SLiMS
sangat sederhana dan mirip
mesin pencarian google
sehingga ia tidak kesulitan
untuk mempelajari
bagaimana cara
menggunakanya.
3 Ajeng Awalnya saya belum bisa
memakai, terus tanya ke
orang yang sedang
memakai dan saya diajari
cara memakai OPAC
untuk mencari buku. Saya
rasa tidak sulit, setelah
ditunjukan carannya saya
bisa langsung
Ajeng tidak mengalami
kesulitan untuk
mempelajari OPAC, awalnya
ia bertanya kepada orang
yang sedang menggunakan
OPAC dan setelah
ditunjukan caranya Ajeng
langsung dapat memahami
penggunaan OPAC.
125
menggunakan OPAC
untuk mencari buku yang
saya inginkan.
8
No. Pertanyaan Informan Jawaban Interpretasi
1 Apakah anda mengalami kesulitan untuk menemukan apa yang ingin anda lakukan dengan OPAC?
Satria Tidak ada kesulitan.
Untuk melakukan
pencarian tinggal
memasukan judul atau
pengaran yang kita cari
lalu tekan enter. Sekali
melakukan pencarian kan
sudah menghasilkan
informasi satu paket
termasuk judu buku,
pengarang, nomor rak
dan sebagainya.
Satria tidak mengalami
kesulitan untuk
menemukan apa yang harus
ia lakukan dengan OPAC
untuk melakukan
penelusuran koleksi.
2 Dewi Tidak karena saya sudah
familiar dengan mesin
pencarian google.
Tampilan OPAC kan mirip
banget dengan mesin
pencari google, ada
kolom pencarian di
tengah dan ada menu-
menu di atasnya.
Dewi tidak kesulitan
menemukan apa yang harus
ia lakukan dengan OPAC
karena tampilanya sangat
mirip dengan mesin
pencarinya google.
3 Ajeng Tidak, memakai OPAC
sangat mudah. Kalau saya
biasanya cuma memakai
pencarian sederhana jadi
tinggal memasukan judul
buku yang saya cari.
Kalau buku yang saya cari
ada saya tinggal mencari
bukunya di rak buku.
Ajeng tidak mengalami
kesulitan untuk
menemukan apa yang ingin
ia lakukan dengan OPAC.
9
No. Pertanyaan Informan Jawaban Interpretasi
1 Apakah anda merasa interface OPAC jelas dan dapat dipahami?
Satria Mudah dipahami, kan
Cuma ada kolom untuk
pancarian, pilihan bahasa,
informasi perpustakaan
dan bantuan pencarian.
Di sini menu area anggota
belum digunakan.
Satria merasa tatap muka
OPAC SLiMS sudah jelas dan
dapat dipahami karena
kesederhanaan yang
ditampilkan oleh OPAC.
2 Dewi Jelas dan mudah untuk
dipahami. Di OPAC kan
Cuma ada beberapa
menu dan itupun
letaknya sangat jelas, jadi
Dewi merasa OPAC SLiMS
sudah jelas sehingga dapat
dipahami dengan mudah.
126
saya mudah untuk
memahaminya.
3 Ajeng Jelas dan bisa saya
pahami, tapi saya cuma
memakai OPAC untuk
pencarian saja. Saya tidak
pernah masuh ke area
anggota karena saya tidak
diberi kata sandinya oleh
petugas perpustakaan.
Ajeng merasa OPAC SLiMS
jelas dan dapat dipahami
untuk melakukan
pencarian, sedang area
anggota memang belum
dimanfaatkan.
10
No. Pertanyaan Informan Jawaban Interpretasi
1 Apakah menurut
anda OPAC fleksibel
untuk digunakan?
Satria Saya belum pernah
memakai pencarian
kustom dengan logika
bolean tapi kalau
pencarian spesifiknya
cukup fleksibel. Di
pencarian spesifik ini kita
dapat melakukan
pencarian hanya dengan
judulnya saja, pengarang
saja atau
mengkombinasikan
beberapa kata kunci.
Satria belum pernah
melakukan pencarian
dengan logika bolean, tetapi
ia merasa OPAC SLiMS
cukup fleksibel dengan
adanya kolom pencarian
spesifik.
2 Dewi Fleksibel. Saya belum
pernah memakai
pencarian kustom dengan
logika bolean. Paling ya
memakai pencarian
spesifik yang ada di
bawah kolom pencarian
itu saja.
Dewi belum pernah
melakukan pencarian
kustom menggunakan
logika bolean, tetapi ia
merasa OPAC SLiMS cukup
fleksibel dengan adanya
kolom pencarian spesifik.
3 Ajeng Belum pernah memakai
logika bolean untuk
melakukan pencarian
ataupun pencarian
spesifik dalam OPAC.
Dewi hanya melakukan
penelusuran koleksi dengan
pencarian sederhana.
11
No. Pertanyaan Informan Jawaban Interpretasi
1 Berapa lama waktu
yang anda perlukan
untuk dapat
menggunakan OPAC
secara mandiri untuk
melakukan
pencarian?
Satria Sekali pakai sudah dapat
melakukan pencarian
dengan OPAC ini. Untuk
menggunakanya kan
sangat mudah apalagi kita
sudah populer dengan
mesin pencari google.
Tampilan awal dan cara
pencarianya kan sama.
Satria dapat menggunakan
OPAC SLiMS setelah satu
kali memakai karena ia
telah terbiasa
menggunakan mesin
pencarian milik google.
127
2 Dewi Sekali pakai saya sudah
langsung ngerti
pemakaian OPAC, justru
untuk memahami
keterangan di dalam hasil
pencarian OPAC yang
awalnya masih masih
sedikit bingung. Dulu
awalnya belum tau apa
maksudnya angka nomor
panggi yang angka-angka
dan huruf itu tapi setelah
itu ya tau maksudnya.
Dewi dapat memahami
OPAC SLiMS untuk
pencarian hanya dengan
satu kali memakai, hanya
saja awalnya ia merasa
kesulitan memahami
informasi detail koleksi yang
dicantumkan dalam OPAC.
3 Ajeng Simpel banget
programnya, paling
sekitar 10 menit sudah
bisa melakukan pencarian
sendiri dan mengerti cara
melakukan pencarian
menggunakan OPAC itu.
Ajeng membutuhkan waktu
sekitar 10 menit uuntuk
mahir menggunakan OPAC
untuk melakukan
penelusuran koleksi.
12
No. Pertanyaan Informan Jawaban Interpretasi
1 Secara garis besar,
apakah OPAC mudah
untuk digunakan?
Satria Sangat mudah. Orang
yang menghadapi OPAC
pasti juga langsung tau
bagaimana cara
penggunakanya. Apalagi
disitu ada bantuan
pencarianya juga yang
tentunya sangat
memudahkan
penggunanya.
Satria menilai OPAC SLiMS
secara garis besar mudah
untuk digunakan, apalagi
dengan adanya bantuan
pencarian yang disediakan.
2 Dewi Mudah dipakai, tetapi
masih perlu adanya
sosialisasi dari
perpustakaan mengenai
informasi yang
dicantumkan dalam
SLiMSnya (detail record).
Dewi menilai OPAC SLiMS
mudah digunakan. Namun
demikian, perlua adanya
sosialisasi mengenai
pemahaman informasi
detail koleksi yang
ditampilkan dalam OPAC.
3 Ajeng Mudah sekali, tampilanya
kan mirip sekali dengan
google jadi tinggal ketik
judul buku yang dicari lalu
tekan enter.
Ajeng menilai SLiMS mudah
sekali digunakan karena
tampilanya mirip sekali
dengan mesin pencari
google.
128
DOKUMENTASI PENELITIAN
Gambar 1. Tampilan OPAC SLiMS sangat sederhana memudahkan penelusuran oleh pemustaka.
Gambar 2. Menu-menu di halaman beranda admin dibagi dalam beberapa kelompok besar.
LAMPIRAN D
129
Gambar 3. Pencetakan kartu anggota dengan menu “kartu anggota” yang telah dimodifikasi.
Gambar 4. Menu statistik yang memudahkan pembuatan laporan perpustakaan.
130
Gambar 5. Menampilkan diagram lingkaran dari statistik koleksi perpustakaan.
Gambar 6. Kesederhanaan ruas-ruas pada menu bibliografi yang memudahkan untuk menambahkan
daftar bibliografi baru.
131
Gambar 7. Pembuatan label dan barcode menjadi sangat mudah dan cepat dengan menu pencetakan
label yang telah dimodifikasi.
Gambar 8. Penelusuran dengan kata kunci "informasi" menghasilkan 60 cantuman bibliografi.
132
Gambar 9. Hasil pencarian dapat dipersempit menggunakan logika "AND". Contoh pada gambar
penggunaan kata kunci “informasi AND teknologi” memunculkan hasil lebih sedikit (<60) karena
hanya memunculkan cantuman yang mengandung kata "informasi" dan "teknologi".
Gambar 10. Hasil pencarian dapat dipersempit menggunakan logika "NOT". Contoh pada gambar
penggunaan kata kunci “informasi NOT teknologi” memunculkan hasil lebih sedikit (< 60) karena
hanya memunculkan cantuman yang mengandung kata "informasi" tanpa unsur kata "teknologi".
133
SURAT PENGANTAR PENELITIAN
LAMPIRAN E
134
top related