analisis pemilihan supplier komponen kayu jati …eprints.ums.ac.id/84634/1/naskah...
Post on 19-Nov-2020
26 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER KOMPONEN KAYU JATI DENGAN
METODE ANALYTICALiHIERARCHYiPROCESS (AHP)
(Studi Kasus: PT. Rakabu Sejahtera, Kalijambe, Sragen)
Disusun Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta
Oleh:
ADIKA FAJAR FATIMAH
D 600 160 037
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020
i
ii
iii
1
ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER KOMPONEN KAYU JATI DENGAN METODE
ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)
(Studi Kasus: PT. Rakabu Sejahtera, Kalijambe, Sragen)
ABSTRAK
PT. Rakabu Sejahtera merupakan perusahaan industri furniture, molding product, dan wooden
house yang mengekspor produknya ke berbagai negara. PT. Rakabu Sejahtera memproduksi furniture dengan bahan baku utama kayu jati. Hingga saat ini, PT. Rakabu Sejahtera terus
menjaga performansi baik dari segi produk, sumber daya maupun suppliernya. Untuk menjaga hal tersebut tetap dalam keadaan baik, diperlukan adanya pemilihan supplier yang sesuai dengan kebutuhan dan kriteria perusahaan. Tujuan dari penelitian ini adalah mencari kriteria
dalam memilih supplier, menentukan prioritas supplier komponen kayu jati, dan menentukan tindak lanjut pada seluruh supplier sesuai performansinya. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu Analytical Hierarchy Process (AHP). Metode AHP digunakan untuk pengambilan keputusan dengan efektif atas persoalan yang kompleks. Kriteria yang digunakan dalam memilih supplier antara lain harga, kualitas, pengiriman, responsibilitas, legalitas kayu
dan kerja sama. Hasil perhitungan dengan menggunakan AHP, diperoleh supplier komponen kayu jati dengan performansi terbaik yaitu Bapak Agung dengan bobot 0,275. Prioritas supplier
selanjutnya adalah Bapak Gito dengan bobot 0,269; kemudian Bapak Sugimin dengan bobot 0,183 dan yang Bapak Sungadi dengan bobot 0,162. Kata kunci: AHP, Pemasok, Kriteria, Mebel
ABSTRACT
PT. Rakabu Sejahtera is a furniture, molding product and wooden house company that exports
its products to various countries. PT. Rakabu Sejahtera produces furniture with teak wood as the main raw material. Until now, PT. Rakabu Sejahtera continues to maintain excellent performance in terms of products, resources and suppliers. To keep this in good condition, it is
necessary to choose suppliers that fit the needs and criteria of the company. The purpose of this study is to look for criteria in selecting suppliers, determine supplier priorities for teak wood
components, and determine follow-up on all suppliers according to their performance. The method used in this research is Analytical Hierarchy Process (AHP). The AHP method is used for effective decision making on complex issues. The criteria used in selecting suppliers include
price, quality, delivery, responsibility, wood legality and cooperation. The results of calculations using AHP, obtained suppliers of teak wood components with the best
performance, Agung with a weight of 0.275. The next supplier priorities are Gito with a weight of 0.269; then Sugimin with a weight of 0.183 and for Sungadi with a weight of 0.162.
Keywords: Analytical Hierarchy Proces, Supplier, Criteria, Furniture
2
1. PENDAHULUAN
Industri furniture saat ini menjadi salah satu industri kerajinan di Indonesia yang mampu
bersaing dengan negara lain dari segi kualitas produknya. Sebagai perusahaan berbadan hukum
yang melakukan ekspor furniture di Indonesia, khususnya di Sragen, PT. Rakabu Sejahtera
mempunyai peranan penting dalam melakukan pemilihan supplier lokal. PT. Rakabu Sejahtera
merupakan perusahaan industri furniture, molding product, dan wooden house yang
mengekspor produknya ke berbagai negara. PT. Rakabu Sejahtera memproduksi furniture
dengan bahan baku utama kayu jati. Kayu jati merupakan salah satu bahan pembuat furniture
yang menjadi kegemaran pelanggan karena kualitas kayu yang kuat dan mampu bertahan dalam
jangka panjang. Menurut Indraswara (2007), furniture adalah perabot yang mengisi suatu
interior, pemilihan dan penataan furniture sangat memperngaruhi kesan yang ditimbulkan oleh
suatu ruangan. Furniture merupakan istilah yang digunakan untuk perabotan rumah tangga
seperti tempat penyimpanan barang, kursi dan meja makan. Bahan baku yang dipasok oleh
supplier yaitu kayu jati yang sudah dipotong sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan oleh
perusahaan yang biasa disebut dengan komponen. Seluruh supplier memasok komponen
kepada perusahaan sebagai barang awal produksi.
Banyaknya supplier yang bergerak dibidang manufaktur, PT. Rakabu Sejahtera dihadapkan
dengan beberapa alternatif supplier yang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Permasalahan yang terjadi di PT. Rakabu Sejahtera adalah terjadinya keterlambatan pengiriman
komponen kayu jati, terdapat komponen kayu jati yang tidak lolos quality control (QC)
sehingga harus dikembalikan dan menunggu barang kembali dikirimkan, pemberian order
kepada supplier dilakukan dengan membagi sama rata kepada seluruh supplier tanpa ada
pertimbangan tertentu. Beberapa permasalahan tersebut yang membuat pihak perusahaan
memutuskan untuk mengidentifikasi supplier mana saja yang membutuhkan evaluasi dan
perbaikan untuk menjaga performansinya. Untuk meningkatkan performa perusahaan, seleksi
supplier penting dilakukan perusahaan karena hal ini merupakan aktivitas strategis yang dapat
menentukan keberhasilan perusahaan. Apabila supplier tidak sesuai baik dari segi kualitas atau
kriteria lain, hal ini akan berpengaruh pada tingkat keberhasilan untuk memenuhi permintaan
pelanggan dan kepuasan konsumen. Dalam memenuhi permintaan tersebut, perusahaan yang
saling terkait dalam supply chain harus bekerja sinergis dalam manajemen rantai pasok atau
supply chain management (SCM). Manajemen Rantai Pasok (supply chain management) adalah
sebuah proses di mana produk diciptakan dan disampaikan kepada konsumen dari sudut
struktural (Manambing dkk., 2014). Banyak bagian yang terlibat dalam supply chain, seperti
3
hubungan antara bagian produksi dengan supplier, warehouse, atau antara retailer dengan
customer, serta perusahaan-perusahaan pendukung seperti perusahaan jasa logistik (Thanki,
2016).
Supply chain menurut Copra dan Meindl (2001) merupakan suatu proses aliran yang
dirangkai pada tahapan supply chain yang berbeda dan saling berkombinasi untuk memenuhi
permintaan konsumen atas suatu produk. Sedangkan Pujawan (2005) menyatakan bahwa supply
chain adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk
menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir. Dilihat secara
horizontal, terdapat lima komponen utama atau pelaku dalam supply chain, yaitu supplier
(pemasok), manufacturer (pabrik pembuat barang), distributor (pedagang besar), retailer
(pengecer), dan customer (pelanggan). Sedangkan secara vertikal, terdapat lima komponen
utama supply chain, yaitu buyer (pembeli), transpoter (pengangkut), warehouse (penyimpan),
seller (penjual) dan sebagainya (Soeratno dan Jan, 2016).
Pemilihan supplier menjadi bagian yang harus dikelola dengan baik pada supply chain,
karena hubungan antara perusahaan manufaktur dengan supplier akan berpengaruh pada
seluruh aktivitas supply chain (Bhatt, 2015). Pemilihan supplier memiliki banyak kriteria yang
harus diperhatikan, seperti harga, kualitas yang baik, pengiriman tepat waktu sampai dengan
kapasitas produksi yang memadai. Pemilihan supplier bukanlah suatu proses yang singkat
melainkan suatu proses yang cukup panjang dalam mengevaluasi beberapa kriteria (Ahmadi,
2017). Pada saat melakukan evaluasi dari beberapa kriteria sering terjadi trade off seperti
supplier yang menawarkan produk dengan kualitas yang baik tetapi membutuhkan waktu yang
tidak pasti (Singh dkk, 2012). Semakin banyak kriteria yang diinginkan perusahaan untuk
memilih supplier, maka semakin rumit pula pengambilan keputusan dalam memilih supplier
yang tepat (Rimantho dkk., 2017). Seiring berkembangnya jaman kebutuhan supplier pun juga
makin bervariasi. Banyaknya pertimbangan-pertimbangan dalam memilih, membuat proses
pemilihan supplier cukup rumit (Jain dkk., 2013). Dickson (1966) menyatakan bahwa terdapat
23 kriteria utama yaitu quality, delivery, performance history, warranties and claim policies,
production facilities and capacity, price, technical capability, financial position, procedural
compliance, communication system, reputation and position in industry, desire for business,
management and organization, operating controls, repair service, attitude, impression,
packaging ability, labor relations record, geographical location, amount of past business,
training aids, reciprocal arrangements. Secara keseluruhan, kriteria Dickson menjadi tolak
ukur atau panduan dalam memilih supplier yang dapat ditemui dalam banyak literature (Weber
4
dkk., 1991). Plebankiewicz dan Kubek (2016), mendapatkan kualitas sebagai kriteria utama
yang diinginkan oleh perusahaan konstruksi di Amerika, Taiwan, dan Vietnam.
Menurut Koul dan Verma (2009) proses pemilihan supplier adalah proses penyelesaian
masalah, yang mencakup pendefinisian masalah, formulasi kriteria dan subkriteria, kualifikasi,
dan pemilihan pemasok. Pemilihan supplier merupakan proses penting dalam suatu aliran
supply chain karena supplier yang tepat dapat mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan
dan biaya yang dikeluarkan perusahaan (Mardhikawarih dkk., 2012).
Pengambilan keputusan dalam memilih supplier yang tepat dan layak untuk dijadikan mitra
bisnis menjadi tugas PT. Rakabu Sejahtera dalam menganalisa masing-masing supplier. Saat
ini PT. Rakabu Sejahtera memiliki 4 supplier, diantaranya Bapak Agung, Bapak Sungadi,
Bapak Angga dan Bapak Gito. Seleksi supplier dilakukan untuk mengevaluasi, meninjau dan
memilih supplier yang menjadi pilihan dan prioritas untuk bekerja sama dengan perusahaan.
Salah satu metode dalam pengambilan keputusan adalah Analytical Hierarchy Process
(AHP). Teknik ini merupakan metode yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan
suatu masalah kompleks dengan aspek atau kriteria yang dipertimbangkan cukup banyak
(Saaty, 1980). AHP digunakan karena konsepnya sederhana, mudah dipahami, dan memiliki
kemampuan untuk mengukur kinerja yang berhubungan dari alternatif-alternatif supplier dalam
bentuk matematis yang sederhana.
Penelitian ini melibatkan lebih dari satu kriteria dalam menentukan supplier, sehingga
untuk membuat keputusan yang tepat diperlukan metode Multi Criteria Decision Making
(MCDM) yang mampu melakukan pengambilan keputusan dengan memunculkan
perangkingan di setiap alternatif terhadap kriteria dan pembobotan yang diberikan pada setiap
kriteria. Metode MCDM yang digunakan pada penelitian ini adalah metode AHP.
2. METODE
Penelitian ini menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) yang merupakan
metode yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty sekitar tahun 1970, metode ini merupakan
sebuah kerangka untuk pengambilan keputusan dengan efektif atas persoalan yang kompleks.
Permasalahan pengambilan keputusan dapat menjadi kompleks karena adanya perlibatan
beberapa tujuan maupun kriteria (Wulandari, 2014). AHP adalah alat yang efektif untuk
menangani pengambilan keputusan yang rumit, dan dapat membantu pengambil keputusan
untuk menetapkan prioritas dan membuat keputusan terbaik (Saaty, 2008).
Pada dasarnya AHP hanya membutuhkan satu jawaban untuk satu matriks perbandingan.
Oleh karena itu, Saaty (1993) memberikan metode perataan jawaban responden dengan
5
Geometric Mean. Geometric Mean Theory menyatakan bahwa jika terdapat n partisipan
melakukan perbandingan berpasangan, maka terdapat n jawaban (nilai) numerik untuk setiap
pasangan (Wirdianto, 2008).
Prinsip-prinsip dasar dalam menyelesaikan persoalan dengan metode AHP yang harus
dipahami menurut Magdalena (2012) antara lain:
a. Decomposition, memecahkan atau membagi problem yang utuh menjadi unsur-unsurnya
ke dalam bentuk hierarki proses pengambilan keputusan, dimana setiap unsur atau elemen
saling berhubungan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Hierarki AHP
b. Comparative Judgement, dilakukan dengan penilaian tentang kepentingan relatif dua
elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkatan diatasnya. Penilaian
ini merupakan inti dari AHP karena akan berpengaruh pada urutan prioritas dari elemen -
elemennya. Hasil dari penilaian ini disajikan dalam bentuk matriks paiwise comparison,
matriks perbandingan berpasangan yang memuat tingkat preferensi beberapa alternatif
untuk tiap kriteria.
c. Synthesis of Priority, dilakukan dengan menggunakan eigen vector method untuk
mendapatkan bobot relatif bagi unsur-unsur pengambilan keputusan.
d. Logical Consistency, merupakan karakteristik penting AHP menyatakan ukuran tentang
konsisten tidaknya suatu penilaian atau pembobotan perbandingan berpasangan.
Langkah-langkah metode AHP menurut Magdalena (2012) adalah sebagai berikut:
a. Lakukan perkalian pada setiap nilai pada kolom pertama dengan prioritas relatif elemen
pertama, nilai pada kolom kedua dengan prioritas relatif elemen kedua, dan seterusnya.
b. Jumlahkan setiap baris yang ada.
c. Hasil dari penjumlahan baris dibagi dengan elemen prioritas relatif yang bersangkutan.
6
d. Jumlahkan hasil bagi dengan banyaknya elemen yang ada, kemudian hasilnya disebut λ
maks.
e. Hitung Consistency Index (CI) dengan rumus:
CI=λ maks-n
n-1 (1)
Keterangan: n = banyaknya elemen
Dalam perhitungan consistency index, jika CI ≤ 1, maka data tersebut adalah konsisten dan
jika CI ≥ 1, maka kembali pada tahap pengumpulan data (Purwatiningsih, 2007).
f. Hitung Concistency Ratio (CR) dengan rumus:
CR=CI
RI (2)
Keterangan:
CR = Concistency Ratio RI = Random Concistency Index
CI = Consistency Index
Besarnya CR harus ≤ 0,10, jika lebih dari 0,10 maka kembali lagi ke tahap pengumpulan
data sedangkan apabila nilai rasio konsistensinya ≤ 0,10 maka diteruskan ke tahap
berikutnya (Purwatiningsih, 2007). Daftar RI dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Daftar Random Concistency Index (Kusrini dan Gole, 2007)
Ukuran Matriks Nilai IR
1,2 0
3 0,58
4 0,9
5 1,12
6 1,24
7 1,32
8 1,41
9 1,45
10 1,49
11 1,51
12 1,48
13 1,56
14 1,57
15 1,59
7
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Penentuan Kriteria dan Subkriteria Pemilihan Supplier
Penentuan kriteria dan subkriteria supplier dilakukan dengan melakukan wawancara
kepada responden ahli yang dapat memberikan penilaian dan keputusan mengenai proses
pemilihan supplier. Hasil wawancara digunakan sebagai dasar kriteria dan subkriteria dalam
pemilihan supplier. Responden yang dipilih adalah beberapa orang yang berpengalaman pada
proses penilaian supplier, yaitu Bapak Gabul (Kepala Bagian Furniture), Bapak Sukhoiri
(Kepala Bagian QC dan PPIC) dan Bapak Pariyanto (Kepala Bagian Pengadaan Bahan Baku).
Ketiga responden telah bekerja bertahun-tahun dalam bidang pengadaan bahan baku dari
supplier.
Hasil wawancara dengan Bapak Pariyanto selaku Kabag. Pengadaan Bahan Baku
mengatakan bahwa kriteria supplier yang dibutuhkan perusahaan meliputi kualitas kayu, harga,
kemudahan dalam dihubungi (responsibilitas) dan penggantian barang, legalitas kayu, dan
kemampuan bekerja sama dengan baik. Wawancara kedua dengan Bapak Gabul selaku Kabag.
Produksi bagian furniture mengatakan bahwa kriteria dalam memilih supplier antara lain harga,
kualitas kayu yang dilihat dari tingkat alur minyak kayu, warna kayu, dan tingkat kekuatan
kayu, serta kecepatan pengiriman. Sedangkan hasil wawancara dengan Bapak Sukhoiri selaku
Kabag. QC dan PPIC berpendapat bahwa kriteria pemilihan supplier terdiri dari kualitas kayu
yang meliputi jumlah cacat pada kayu, harga, ketepatan jumlah order yang dikirim dan kapasitas
pengiriman.
Berdasarkan hasil wawancara dari ketiga responden ahli akan diperoleh kriteria dimana
beberapa kriteria tersebut dapat dibagi dalam subkriteria yang ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Kriteria dan Subkriteria Pemilihan Supplier PT. Rakabu Sejahtera
No. Kriteria Subkriteria
1 Harga -
2
Kualitas Kekuatan kayu
Warna kayu
Tingkat alur minyak
Jumlah cacat
3 Pengiriman Ketepatan waktu pengiriman
Ketepatan jumlah pengiriman
Kapasitas pengiriman
4 Responsibilitas Kemudahan dihubungi
Kecepatan penggantian barang
5 Legalitas Kayu -
6 Kerja sama -
8
3.2 Penyusunan Struktur Hierarki
Setelah menentukan kriteria dan subkriteria apasaja dalam memilih supplier, selanjutnya
dibuat struktur hierarki untuk memecahkan masalah kompleks dalam bentuk hirarkis agar
mudah dipahami dan membantu proses pegambilan keputusan dari seluruh kriteria dalam
sistem. Masalah yang terdapat di PT. Rakabu Sejahtera dapat disusun dalam tiga level hierarki.
Level 0 merupakan tujuan yang akan dicapai yaitu melakukan pemilihan supplier komponen
kayu jati dengan performansi terbaik. Level 1 berisi kriteria-kriteria yang diperlukan dalam
memilih supplier. Level 2 merupakan subkriteria atau penjabaran dari beberapa kriteria. Level
3 yaitu alternatif supplier yang akan dipilih oleh perusahaan.
Berdasarkan kriteria dan subkriteria pada Tabel 2 dapat dibuat struktur hierarki yang
ditunjukkan pada Gambar 2 dan keterangan gambar pada Tabel 3.
S1 S2 S3 S4
Pemilihan Supplier Bahan Baku Kayu Jati di PT. Rakabu Sejahtera
A B C D
C1 C2 C3 D1 D2
E F
B1 B2 B3 B4
Gambar 2. Struktur Hierarki Pemilihan Supplier PT. Rakabu Sejahtera
Tabel 3. Keterangan Gambar Struktur Hierarki
Kode Keterangan Kode Keterangan
A Harga D Responsibilitas
B Kualitas D1 Kemudahan Dihubungi
B1 Kekuatan Kayu D2 Kecepatan Penggantian Barang
B2 Warna Kayu E Legalitas Kayu
B3 Tingkat alur minyak kayu F Kerja sama
B4 Jumlah cacat S1 Bapak Agung
C Pengiriman S2 Bapak Sungadi
C1 Ketepatan Waktu Pengiriman S3 Bapak Angga
C2 Ketepatan Jumlah Pengiriman S4 Bapak Gito
C3 Kapasitas Pengiriman
9
3.3 Pengumpulan Data dan Perhitungan Bobot Kriteria
Setelah melakukan penyusunan struktur hirarki, tahap selanjutnya yaitu melakukan
pengumpulan data yang dilakukan dengan melakukan penyebaran kuesioner kepada responden
untuk melakukan pembobotan dari masing-masing kriteria dan supplier. Responden yang
dipilih adalah para ahli (expert) dibidang penerimaan bahan baku khususnya komponen kayu
jati di PT. Rakabu Sejahtera. Dalam pendekatan AHP, jumlah responden tidak dijadikan suatu
hal yang penting, melainkan pengetahuan dan kualitas dari respoden yang penting dalam
menentukan pembobotan. Pihak perusahaan yang dijadikan responden yaitu Bapak Pariyanto
(Kepala Divisi Pengadaan Barang) dan Bapak Sukhoiri (Kepala Bagian QC dan PPIC).
Perhitungan bobot dilakukan dengan menilai tingkat kepentingan antara dua kriteria yang
kemudian dituliskan dalam bentuk matriks perbandingan berpasangan. Data yang diperoleh dari
penyebaran kuesioner yang diisi oleh dua responden kemudian dihitung rataannya
menggunakan geometric mean. Matriks perbandingan berpasangan antar kriteria dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4. Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria
Kriteria Harga Kualitas Pengiriman Responsibilitas Legalitas Kayu Kerja sama
Harga 1,00 0,38 0,22 0,26 0,13 0,58
Kualitas 2,65 1,00 2,65 5,92 0,38 1,00
Pengiriman 4,58 0,38 1,00 2,65 0,38 0,58
Responsibilitas 3,87 0,17 0,38 1,00 0,14 0,45
Legalitas Kayu 7,94 2,65 2,65 7,00 1,00 2,65
Kerja sama 1,73 1,00 1,73 2,24 0,38 1,00
Total 21,77 5,57 8,62 19,06 2,40 6,25
Perhitungan geometric mean untuk pengisian tabel matriks perbandingan berpasangan
antar kriteria sesuai dengan perhitungan dibawah ini:
Harga-kualitas = √(𝒙𝟏(𝒉𝒂𝒓𝒈𝒂−𝒌𝒖𝒂𝒍𝒊𝒕𝒂𝒔))(𝒙𝟐(𝒉𝒂𝒓𝒈𝒂−𝒌𝒖𝒂𝒍𝒊𝒕𝒂𝒔))𝟐
= √(1)(0,14)𝟐
= 0,38
Seluruh perbandingan berpasangan yang telah dinilai oleh responden dihitung dengan
menggunakan geometric mean untuk memperoleh matriks rataan perbandingan berpasangan.
Setelah memperoleh seluruh hasil geometric mean maka dilanjutkan pengujian normalisasi
untuk mencari nilai eigen atau bobot dari masing-masing kriteria. Nilai eigen diperoleh dengan
membagi total nilai setiap baris dari masing-masing kriteria dengan total nilai dari seluruh
10
kriteria. Perhitungan nilai eigen dari hasil normalisasi matriks ditunjukkan pada Tabel 5. Hasil
nilai eigen kriteria dapat dilihat pada Gambar 3.
Tabel 5. Perhitungan Nilai Eigen (Bobot) Antar Kriteria
Kriteria Harga Kualitas Pengiriman Responsi-bilitas Legalitas Kayu Kerja-sama Total Eigen
Harga 6,00 1,79 2,87 5,50 0,73 2,11 19,00 0,044
Kualitas 45,06 6,00 10,84 24,40 3,31 8,70 98,31 0,225
Pengiriman 24,41 4,51 6,00 12,65 2,07 6,36 56,01 0,128
Responsibilitas 11,83 2,77 3,20 6,00 1,15 3,90 28,85 0,066
Legalitas Kayu 66,69 13,12 21,25 44,62 6,00 17,18 168,86 0,387
Kerja sama 25,71 4,69 8,33 18,06 2,33 6,00 65,12 0,149
Total 436,14 1,00
Gambar 3. Nilai Eigen Antar Kriteria
Berdasarkan perhitungan nilai eigen, diperoleh bobot terbesar yang dijadikan sebagai
prioritas kriteria pemilihan supplier komponen kayu jati yaitu kriteria legalitas kayu dengan
bobot 0,387. Legalitas kayu menjadi kriteria paling penting bagi PT. Rakabu Sejahtera karena
setiap supplier wajib memiliki izin legal atas kayu yang dipasok dan usaha yang dijalankan.
Sehingga dalam menajalankan produksi furniture tidak melanggar hukum yang berlaku.
Kriteria yang menjadi prioritas kedua yaitu kualitas kayu dengan bobot 0,225. Kualitas
menjadi prioritas kedua setelah legalitas kayu karena dapat berpengaruh terhadap produk yang
akan dihasilkan. Semakin tinggi kualitas kayu yang dipasok oleh supplier maka akan semakin
bagus produk yang dihasilkan oleh PT. Rakabu Sejahtera. Kriteria dengan bobot tertinggi
selanjutnya secara berurutan yaitu kerja sama, pengiriman, responsibilitas dan yang terakhir
kriteria harga dengan bobot 0,044.
Langkah selanjutnya yaitu melakukan uji konsistensi dengan menghitung nilai CI
(Consistency Index) dan CR (Consistency Ratio). Uji konsistensi dilakukan dengan mengalikan
0.000
0.100
0.200
0.300
0.400
Nilai Eigen Antar Kriteria
11
matriks perbandingan berpasangan dengan normalisasi eigen vector pertama. Kemudian
hasilnya dibagi dengan nilai eigen masing-masing kriteria. Setelah itu, mencari nilai lambda
degan cara menghitung rata-rata hasil uji konsistensi dari seluruh kriteria. Nilai lambda
digunakan untuk menghitung nilai CI, dan selanjutnya mencari nilai CR untuk mengetahui
apakah data yang diperoleh konsisten atau tidak. Perhitungan uji konsistensi dapat dilihat pada
Tabel 6.
Tabel 6. Perhitungan Uji Konsistensi Antar Kriteria
Kriteria (A x E1)i ((A x E1)i )/E1i CI CR
Harga 0,309 7,088
0,109 0,088
Kualitas 1,367 6,066
Pengiriman 0,821 6,392
Responsibilitas 0,444 6,706
Legalitas Kayu 2,527 6,527
Kerja sama 0,967 6,476
Rata-Rata (λ) 6,543 < 0,1 maka Konsisten
Hasil perhitungan uji konsistensi diperoleh nilai CI sebesar 0,109 dan CR sebesar 0,088
dimana CR<0,1 sehingga menunjukkan bahwa data yang diperoleh konsisten dan dapat
diterima. Setelah melakukan uji konsistensi terhadap seluruh subkriteria dan supplier maka
diperoleh hasil rekap uji konsistensi pada Tabel 7.
Tabel 7. Hasil Rekap Uji Konsistensi Subkriteria dan Supplier
Perbandingan Berpasangan CR Tingkat Konsistensi
Kriteria 0.088 Konsisten
Kualitas 0.018 Konsisten
Pengiriman 0.000 Konsisten
Responsibilitas 0.000 Konsisten
Harga 0.069 Konsisten
Kekuatan Kayu 0.057 Konsisten
Warna Kayu 0.058 Konsisten
Tingkat Alur Minyak 0.050 Konsisten
Jumlah Cacat 0.052 Konsisten
Ketepatan Waktu Pengiriman 0.031 Konsisten
Ketepatan Jumlah Pengiriman 0.093 Konsisten
Kapasitas Pengiriman 0.031 Konsisten
Kemudahan Dihubungi 0.020 Konsisten
Kecepatan Penggantian Barang 0.037 Konsisten
Legalitas Kayu 0.048 Konsisten
Kerjasama 0.073 Konsisten
12
3.4 Analisis Pembobotan Subkriteria dan Supplier
Pemilihan supplier komponen kayu jati PT. Rakabu Sejahtera dipengaruhi oleh beberapa
kriteria dan subkriteria yang mempunyai nilai eigen (bobot) masing-masing. Kriteria dan
subkriteria dalam melakukan pemilihan supplier seperti pada Gambar 4. diurutkan sesuai
dengan bobot masing-masing untuk mengetahui prioritas kriteria maupun subkriteria. Urutan
prioritas dilakukan dengan mengalikan bobot kriteria dengan bobot subkriteria seperti pada
Tabel 8.
S1 S2 S3 S4
Pemilihan Supplier Bahan Baku Kayu Jati di PT. Rakabu Sejahtera
A
0,044
B
0,225
C
0,128
D
0,066
C1
0,461
C2
0,461
C3
0,078
D1
0,13
D2
0,87
E
0,387
F
0,149
B1
0,138
B2
0,098
B3
0,320
B4
0,444
Gambar 4. Pembobotan Seluruh Kriteria dan Sub Kriteria
Tabel 8. Urutan Prioritas Kriteria dan Subkriteria Pemilihan Supplier
Kriteria Bobot Kriteria Sub-kriteria Bobot Subkriteria Bobot Akhir Urutan Prioritas
Harga 0,044 - 0,044 8
Kualitas 0,225
Kekuatan kayu 0,138 0,031 9
Warna kayu 0,098 0,022 10
Tingkat alur minyak 0,320 0,072 4
Jumlah cacat 0,444 0,100 3
Pengiriman 0,128
Ketepatan waktu pengiriman 0,461 0,059 5
Ketepatan jumlah pengiriman 0,461 0,059 6
Kapasitas pengiriman 0,078 0,010 11
Responsibilitas 0,066 Kemudahan dihubungi 0,130 0,009 12
Kecepatan penggantian barang 0,870 0,057 7
Legalitas Kayu 0,387 - 0,387 1
Kerja sama 0,149 - 0,149 2
Berdasarkan hasil urutan prioritas kriteria dan subkriteria pada Tabel 7, diperoleh prioritas
pertama yaitu legalitas kayu dengan bobot tertinggi sebesar 0,387 karena supplier wajib
memiliki Surat Verifikasi dan Legalitas Kayu (SVLK). Semua kayu harus menjalani verifikasi
legalitas sampai kayu tersebut menjadi produk jadi. Selain SVLK, supplier juga harus memiliki
13
Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) untuk menjamin legalitas usaha yang dijalankan. Prioritas
kedua yaitu kerja sama dengan bobot 0.149 karena supplier harus dapat menjalin kerja sama
dengan baik dalam jangka panjang. Kerja sama yang baik dapat menjaga komunikasi dan
membuat kesepakatan yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Prioritas ketiga yaitu
jumlah cacat dengan bobot 0,100 karena cacat pada kayu jati sangat tidak diharapkan untuk
proses produksi. Adanya cacat pada kayu jati dapat menurunkan kualitas dan daya tarik dari
produk yang dihasilkan. Kayu jati yang tidak cacat yaitu kayu yang tidak memiliki doreng, mata
mati dan kisot. Prioritas selanjutnya yaitu tingkat alur minyak dengan bobot 0,072; ketepatan
waktu pengiriman dengan bobot 0,059; ketepatan jumlah pengiriman dengan bobot 0,059;
kecepatan penggantian barang dengan bobot 0,057; harga dengan bobot 0,044; kekuatan kayu
dengan bobot 0,031; warna kayu dengan bobot 0,022; kapasitas pengiriman dengan bobot
0,010; dan terakhir yaitu kemudahan dihubungi dengan bobot 0,009.
Selanjutnya mencari urutan prioritas supplier dengan cara mengalikan bobot masing-
masing supplier dengan bobot akhir dari hasil perkalian bobot kriteria dan subkriteria. Hasil
urutan prioritas supplier dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Urutan Prioritas Supplier
Kriteria dan Subkriteria Bobot Prioritas Supplier
Bp. Agung Bp. Sungadi Bp. Sugimin Bp. Gito
Harga 0,021 0,005 0,002 0,016
Kekuatan kayu 0,019 0,002 0,002 0,008
Warna kayu 0,012 0,001 0,002 0,007
Tingkat alur minyak 0,012 0,030 0,015 0,016
Jumlah cacat 0,019 0,036 0,015 0,029
Ketepatan waktu pengiriman 0,032 0,011 0,004 0,012
Ketepatan jumlah pengiriman 0,021 0,004 0,006 0,028
Kapasitas pengiriman 0,004 0,002 0,001 0,004
Kemudahan dihubungi 0,002 0,004 0,001 0,002
Kecepatan penggantian barang 0,012 0,018 0,003 0,025
Legalitas Kayu 0,059 0,141 0,138 0,050
Kerja sama 0,070 0,016 0,012 0,051
Total 0,284 0,269 0,200 0,247
Proses penentuan prioritas supplier dengan menggunakan metode AHP memilih supplier
dengan performansi terbaik yaitu supplier yang memiliki bobot tertinggi dari bobot supplier
lainnya. Berdasarkan hasil perhitungan urutan prioritas supplier pada Tabel 8 diatas dapat
diketahui bahwa Bapak Agung adalah supplier dengan bobot tertinggi yaitu sebesar 0,284 yang
14
artinya Bapak Agung memiliki performansi terbaik dari supplier lainnya. Selanjutnya supplier
yang memiliki bobot dibawah Bapak Agung yaitu Bapak Sungadi dengan bobot 0,269,
kemudian Bapak Gito dengan bobot 0,247 dan yang terakhir yaitu Bapak Sugimin dengan bobot
0,200.
Berdasarkan hasil urutan prioritas supplier diatas, Bapak Agung selaku supplier dengan
performansi terbaik diharapkan dapat mempertahankan dan meningkatkan performansinya
dalam memasok komponen kayu jati di PT. Rakabu Sejahtera. Sedangkan supplier lain yang
memiliki tingkat performansi dibawah Bapak Agung maka perlu dilakukan adanya evaluasi
atau tindakan terkait dengan beberapa kriteria yang dapat meningkatkan performansi masing-
masing supplier. Keputusan untuk mempertahankan atau mengganti supplier yang memiliki
performansi yang kurang dengan supplier baru yang memiliki performansi lebih baik tentunya
menjadi kebijakan perusahaan. PT. Rakabu Sejahtera merupakan perusahaan besar sehingga
akan cenderung mempertahankan supplier karena jika mengganti supplier baru maka akan
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mencapai kriteria yang dibutuhkan oleh
perusahaan. Untuk mempertahankan supplier dengan performansi yang kurang membutuhkan
tindakan yang dapat dilakukan segera mungkin agar performansi supplier mengalami
peningkatan. Tindakan yang harus dilakukan oleh PT. Rakabu Sejahtera dapat berupa evaluasi
bertahap sesuai dengan kepada supplier. Evaluasi bertahap dilakukan setiap supplier mengirim
komponen kayu jati kepada perusahaan dari semua aspek sesuai dengan kriteria yang telah
digunakan sebagai acuan dalam memilih supplier. Hasil dari evaluasi bertahap ini dapat
dijadikan sebagai pertimbangan dalam melakukan pengiriman komponen kayu jati selanjutnya
sampai performansi supplier menjadi lebih baik. Selain evaluasi terhadap supplier, pihak
perusahaan juga sebaiknya melakukan evaluasi internal, baik dari segi tempat penyimpanan
komponen, kapasitas pengiriman yang diberikan kepada supplier, maupun hal-hal lain yang
berkaitan langsung dengan komponen kayu jati. Evaluasi supplier dan evaluasi internal
perusahaan diharapkan dapat menguntungkan kedua belah pihak dan khususnya dapat
meningkatkan performansi seluruh supplier yang bekerja sama dengan PT. Rakabu Sejahtera.
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan yang telah dilakukan dalam menentukan
prioritas supplier kayu jati di PT. Rakabu Sejahtera dengan menggunakan metode AHP, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
15
a. Kriteria yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam melakukan pemilihan supplier di PT.
Rakabu Sejahtera terdiri dari harga, kualitas, pengiriman, responsibilitas, legalitas kayu dan
kerja sama. Subkriteria kualitas terdapat kekuatan kayu, warna kayu, tingkat alur minyak
dan jumlah cacat. Subkriteria pengiriman terdiri dari ketepatan waktu pengiriman,
ketepatan jumlah pengiriman dan kapasitas pengiriman. Subkriteria responsibilitas terdiri
dari kemudahan dihubungi dan kecepatan penggantian barang.
b. Hasil perhitungan menggunakan metode AHP diperoleh supplier dengan performansi
terbaik yaitu Bapak Agung dengan bobot 0,284. Prioritas supplier selanjutnya adalah
Bapak Sungadi dengan bobot 0,269; kemudian Bapak Gito dengan bobot 0,247 dan yang
Bapak Sugimin dengan bobot 0,200. Sedangkan kriteria yang memiliki bobot tertinggi
yaitu legalitas kayu dengan bobot 0,387 disusul dengan prioritas kedua yaitu kerja sama
dengan bobot 0.149 dan prioritas ketiga yaitu jumlah cacat dengan bobot 0,100; selanjutnya
tingkat alur minyak dengan bobot 0,072; ketepatan waktu pengiriman dengan bobot 0,059;
ketepatan jumlah pengiriman dengan bobot 0,059; kecepatan penggantian barang dengan
bobot 0,057; harga dengan bobot 0,044; kekuatan kayu dengan bobot 0,031; warna kayu
dengan bobot 0,022; kapasitas pengiriman dengan bobot 0,010; dan kemudahan dihubungi
dengan bobot 0,009.
c. Tindak lanjut yang dilakukan setelah mengetahui urutan prioritas supplier komponen kayu
jati di PT. Rakabu Sejahtera yaitu melakukan evaluasi supplier dan evaluasi internal
perusahaan. Evaluasi supplier dilakukan secara bertahap setiap supplier melakukan
pengiriman komponen ke perusahaan. Evaluasi internal dilakukan oleh perusahaan
mengenai semua aspek yang berkaitan langsung dengan komponen kayu jati dari supplier,
seperti pengecekan tempat penyimpanan komponen, pengecekan alur proses penerimaan
komponen kayu jati dari supplier dan melakukan pengecekan secara langsung kepada
supplier sebelum komponen kayu jati dikirimkan ke perusahaan. Evaluasi lain yang dapat
dilakukan seperti memberikan batas kapasitas pengiriman yang sesuai dengan kemampuan
supplier¸ memberikan batasan atau ketentuan mengenai tingkat alur minyak, warna kayu
dan kriteria lainnya yang dapat dijadikan dasar untuk meningkatkan performansi supplier.
4.2 Saran
Saran yang dapat peneliti berikan kepada perusahaan dan peneliti untuk melakukan
penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut:
a. Sebaiknya pihak perusahaan memberikan pembagian Purchased Order (PO) kepada
supplier sesuai dengan kapasitas masing-masing supplier.
16
b. Sebaiknya untuk penelitian selanjutnya menggunakan software yang lebih update untuk
pengolahan data AHP.
c. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian pada perusahaan lain
dengan pengembangan metode lain khususnya dalam melakukan pemilihan supplier.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, H.B., Petrudi, S.H.H. and Wang, X., 2017. Integrating sustainability into supplier
selection with analytical hierarchy process and improved grey relational analysis: a case
of telecom industry. The International Journal of Advanced Manufacturing
Technology, 90(9-12), pp.2413-2427.
Bhatt, N., 2015. An integrated AHP-TOPSIS approach in supplier selection: An automotive
industry as a case study. The International Journal of Business & Management, 3(8),
p.160.
Copra, S. dan Meindl, P., 2001. Supply Chain Management: Strategy. Planning and Operation,
15(5):71-85.
Dickson, G. W. 1966. An analysis of vendor selection systems and decisions. Journal of
Purchasing. 2(1):5–17.
Indraswara, M. S. 2007. Kajian penempatan furniture dan pemakaian warna studi kasus pada
kamar tidur hotel nugraha wisata bandungan ambarawa. Jurnal Ilmiah Perancangan Kota
Dan Permukiman. 6(1):22–31.
Jain, R., A. R. Singh, dan P. K. Mishra. 2013. Prioritization of supplier selection criteria: a
fuzzy-ahp approach. MIT International Journal of Mechanical Engineering. 3(1):34–42.
Koul, S. dan R. Verma. 2009. Dynamic vendor selection: a fuzzy ahp approach. Journal of
Manufacturing Systems. 22(8):963–971.
Kusrini dan A. W. Gole. 2007. Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Prestasi Pegawai
Nakertrans Sumba Barat Di Waikabubak. Seminar Nasional Teknologi Informasi Dan
Komunikasi. (1907–5022). 2007. 47–52.
Magdalena, H. 2012. Sistem Pendukung Keputusan Untuk Menentukan Mahasiswa Lulusan
Terbaik Di Perguruan Tinggi (Studi Kasus Stmik Atma Luhur Pangkalpinang). Seminar
Nasional Teknologi Informasi Dan Komunikasi 2012. (2089–9815). 2012. 49–56.
Manambing, M., P. Tumade, dan J. Sumarauw. 2014. Analisis perencanaan supply chain
management (scm) pada pt. sinar galesong pratama. Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen,
Bisnis Dan Akuntansi. 2(2):1570–1578.
17
Mardhikawarih, D. A., W. A. Jauhari, dan C. N. Rosyidi. 2012. Pemilihan pemasok drum
pelumas industri menggunakan fuzzy analytical hierarchy Process studi kasus: pt.
pertamina pusat dan production unit gresik. Performa. 11(1):67–74.
Plebankiewicz, E. dan D. Kubek. 2016. Multicriteria selection of the building material supplier
using ahp and fuzzy ahp. Journal of Construction Engineering and Management. 142(1)
Pujawan, I Nyoman. 2005. Supply Chain Management. Penerbit Guna Widya, Surabaya.
Purwatiningsih, D.R., 2008. Aplikasi AHP Dalam Pengambilan Keputusan Pada Seleksi
Karyawan. Jurnal Teknik Industri, 8(1), pp.1-11.
Rimantho, D., Fathurohman, B. Cahyadi, dan Sodikun. 2017. Pemilihan supplier rubber parts
dengan metode analytical hierarchy Process di pt.xyz. Jurnal Rekayasa Sistem Industri.
6(2):93–104.
Saaty T. L., 1980. The Analytical Hierarchy Process: Planning, Priority Setting, Resource
Allocation, McGraw-Hill Book Company, United States of America.
Saaty, T. L. 2008. Decision making with the analytic hierarchy Process. International Journal
of Services Sciences. 1(1):83–98.
Singh, R., Rajput, H., Chaturvedi, V. dan Vimal, J., 2012. Supplier Selection by Technique of
Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS) Menthod for Automotive
Industry. International Journal of Advanced Technology & Engineering Research,
2(2):157-169.
Soeratno, D. dan A. H. Jan. 2016. Analisis model supply chain ikan cakalang di kota manado.
Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi. 4(2):602–612.
Thanki, S., Govindan, K. and Thakkar, J., 2016. An investigation on lean-green implementation
practices in Indian SMEs using analytical hierarchy process (AHP) approach. Journal of
Cleaner Production, 135, pp.284-298.
Weber, C. A., J. R. Current, dan W. C. Benton. 1991. Vendor selection criteria and methods.
European Journal of Operational Research. 50(1):2–18.
Wirdianto, E. and Unbersa, E., 2008. Aplikasi Metode Analytical Hierarchy Process Dalam
Menentukan Kriteria Penilaian Supplier. Jurnal Teknik Industri, 2(29), pp.6-13.
Wulandari, N. 2014. Perancangan sistem pendukung keputusan pemilihan supplier di pt .
alfindo dengan metode analytical hierarchy Process (ahp). Jurnal Sistem Informasi.
1(1):4–7.
top related