analisis pengaruh debt to assets ratio, likuiditas
Post on 21-Jan-2017
219 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ANALISIS PENGARUH DEBT TO ASSETS RATIO, LIKUIDITAS, DAN PERPUTARAN
KAS TERHADAP RETURN ON EQUITY (ROE) PADA PERUSAHAAN MAKANAN
DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
PERIODE 2005-2010
(Skripsi)
Oleh
AYU VENIA MELLIZA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2012
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH DEBT TO ASSETS RATIO, LIKUIDITAS, DAN PERPUTARAN KAS TERHADAP RETURN ON EQUITY (ROE) PADA PERUSAHAAN MAKANAN
DAN MINUMAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2005-2010
Oleh
AYU VENIA MELLIZA
Setiap perusahaan dalam menjalankan usaha bertujuan untuk memaksimalkan kesejahteraan pemilik atau share holder, melalui keputusan atau kebijakan investasi, keputusan pendanaan, dan keputusan deviden. Return on equity (ROE) merupakan suatu pengukuran dari penghasilan atau income yang tersedia bagi para pemilik perusahaan atas modal yang mereka investasikan ke perusahaan. Untuk memperoleh tingkat ROE yang tinggi, perusahaan harus meningkatkan pengelolaan perusahaan, antara lain dalam memenuhi kebutuhan sumber modal untuk investasi, meningkatkan kemampuan membayar kewajibannya (likuiditas), dan pengelolaan modal kerja yang salah satunya berupa kas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh debt to assets ratio, likuiditas, dan perputaran kas terhadap ROE pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2005 hingga 2010. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 19 perusahaan makanan dan minuman (food and beverage) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2005-2010. Pengambilan sampel metode purposive sampling, yaitu pemilihan sampel yang didasarkan pada kriteria atau ciri tertentu yang dimiliki oleh sampel tersebut dan sampel yang diperoleh sebanyak 6 perusahaan. Metodelogi penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan analisis statistik melalui regresi linear berganda dan uji asumsi klasik. Pengujian hipotesis dilakukan dengan melihat nilai t hitung dan F hitung pada uji regresi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa debt to assets ratio secara signifikan berpengaruh positif terhadap ROE (0,003 < α 0,05) , maka peningkatan financial leverage akan meningkatkan ROE. Sedangkan likuiditas dan perputaran kas tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap ROE, dengan tingkat signifikansi masing-masing sebesar 0,280 dan 0,802. Namun, berbeda dengan hasil secara bersama-sama, debt to assets ratio, likuiditas, dan perputaran kas berpengaruh terhadap ROE.
Kata kunci: Return on Equity, Debt to Assets Ratio, Likuiditas, Perputaran Kas.
Nama : Ayu Venia Melliza
NPM : 0411031037
No Telepon : 085366130459
Email : aki_vmel@yahoo.com
Pembimbing 1 : Drs. A. Zubaidi Indra, M.M.,C.P.A
Pembimbing 2 : Komaruddin, S.E., M.Si., Akt.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap perusahaan dalam menjalankan usaha bertujuan untuk memaksimalkan kesejahteraan
pemilik atau share holder, melalui keputusan atau kebijakan investasi, keputusan pendanaan, dan
keputusan deviden yang tercermin dalam harga saham di pasar modal, demikian jika dilihat dari
sudut pandang manajemen keuangan. Dalam mencapai tujuan tersebut, perusahaan harus inovatif
dan mampu mengambil kebijakan-kebijakan yang tepat melalui pemanfaatan seluruh potensi
sumber daya perusahaan.
Salah satu ukuran untuk mengetahui sampai sejauh mana perusahaan mampu memberikan
kemakmuran kepada para pemilik atau share holder dapat dianalisis melalui tingkat return on
equity (ROE) perusahaan tersebut. ROE dapat dikatakan sebagai kemampuan perusahaan dalam
menyediakan laba bagi pemegang saham atas modal yang telah ditanam oleh investor. Semakin
tinggi ROE, efisiensi penggunaan modal sendiri oleh perusahaan akan semakin baik dan
kemampuan perusahaan untuk memaksimalkan kesejahteraan pemilik akan meningkat.
Setiap perusahaan membutuhkan modal untuk menjalankan usahanya. Menurut Brigham &
Houston (2004: 468) dalam Ramadhan (2008), terdapat kemungkinan untuk mendanai sebuah
perusahaan sepenuhnya dengan saham biasa. Akan tetapi, kebanyakan perusahaan mendapatkan
bagian yang substansial dari modal melalui utang, dan banyak juga yang menggunakan saham
preferen. Untuk melakukan pengembalian perjanjian untuk membayar sebuah return tetap atas
penggunaan dana utang atau saham, perusahaan dapat melakukan kebijakan leverage.
Dari pinjaman atau utang yang telah didapatkan, perusahaan dapat menambah investasinya. Dari
investasi tersebut, perusahaan mengharapkan pengembalian yang maksimal. Penggunaan utang
dalam investasi sebagai tambahan untuk mendanai aktiva perusahaan, diharapkan dapat
meningkatkan keuntungan yang akan diperoleh pemilik perusahaan dibandingkan hanya dengan
menggunakan modal sendiri yang jumlahnya terbatas.
Menurut Brigham dan Houston (2006), tingkat leverage operasi yang tinggi memiliki konsekuensi bahwa perubahan pendapatan dalam jumlah yang relatif kecil akan mengakibatkan perubahan yang besar dalam profitabilitas. Lebih lanjut lagi Brigham dan Houston menjelaskan bahwa entitas yang meningkatkan utangnya akan mengkonsentrasikan risiko bisnisnya kepada para pemilik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara leverage dan profitabilitas.
Dalam menjalankan usahanya, perusahaan membutuhkan modal yang cukup. Adanya modal
kerja yang cukup, memungkinkan perusahaan dapat beroperasi seekonomis mungkin, sehingga
perusahaan tidak mengalami kesulitan sebagai akibat adanya krisis atau kekacauan keuangan.
Modal adalah sumber dana yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha. Modal yang sudah
dihimpun, digunakan untuk keperluan operasi (jangka pendek) dan untuk investasi jangka
panjang. Dalam penentuan kebijakan modal kerja yang efisien, perusahaan di hadapkan pada
masalah adanya pertukaran antara faktor likuiditas dan profitabilitas. Jika perusahaan
memutuskan menetapkan modal kerja dalam jumlah yang besar, kemungkinan likuiditas akan
terjaga namun kesempatan untuk memperoleh laba yang besar akan menurun pada akhirnya
berdampak pada menurunnya profitabilitas. Sebaliknya jika perusahaan ingin memaksimalkan
profitabilitas, kemungkinan dapat mempengaruhi tingkat likuiditas perusahaan. Makin tinggi
likuiditas, maka makin baiklah posisi perusahaan di mata kreditur. Oleh karena terdapat
kemungkinan yang lebih besar bahwa perusahaan akan dapat membayar kewajibannya tepat
pada waktunya.
Likuiditas (Riyanto, 2001: 25) adalah berhubungan dengan masalah kemampuan suatu
perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi. Jumlah alat-
alat pembayaran (alat likuid) yang dimiliki oleh suatu perusahaan pada suatu saat merupakan
kekuatan membayar dari perusahaan yang bersangkutan. Suatu perusahaan yang mempunyai
kekuatan membayar sedemikian besarnya sehingga mampu memenuhi segala kewajiban
finansialnya yang segera harus dipenuhi, dikatakan bahwa perusahaan tersebut adalah likuid, dan
sebaliknya yang tidak mempunyai kemampuan membayar adalah illikuid.
Menurut Munawir (2007:71), suatu perusahaan dikatakan mempunyai posisi keuangan yang kuat
apabila mampu memenuhi kewajiban-kewajibannya tepat pada waktunya, yaitu pada waktu
ditagih (kewajiban kepada pihak ekstern); memelihara modal kerja yang cukup untuk operasi
yang normal (kewajiban kepada pihak intern); membayar bunga dan deviden yang dibutuhkan;
memelihara tingkat kredit yang menguntungkan.
Selain tingkat likuiditas, perputaran kas yang tinggi juga dapat menimbulkan keuntungan yang
maksimal. Perputaran kas adalah perputaran sejumlah modal kerja yang tertanam dalam kas dan
bank dalam satu periode akuntansi. Perputaran kas diketahui dengan membandingkan antara
jumlah pendapatan dan pemberian pinjaman dengan jumlah kas rata-rata. Dengan demikian,
tingkat perputaran kas menunjukkan kecepatan kembalinya modal kerja yang tertanam pada kas
atau setara kas menjadi kas kembali melalui penjualan atau pendapatan. Semakin tinggi
perputaran kas, maka akan semakin baik. Hal ini berarti semakin tinggi efisiensi penggunaan kas
tersebut.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul “Analisis
Pengaruh Debt to Assets Ratio, Likuiditas, dan Perputaran Kas terhadap Return on
Equity (ROE) pada Perusahaan Makanan dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode 2005-2010”.
1.2 Perumusan Masalah
Masalah yang akan diuji dalam penelitian ini yaitu:
1. Apakah debt to assets ratio berpengaruh signifikan terhadap return on equity?
2. Apakah likuiditas berpengaruh signifikan terhadap return on equity?
3. Apakah perputaran kas berpengaruh signifikan terhadap return on equity?
4. Apakah debt to assets ratio, likuiditas, dan perputaran kas secara bersama-sama
berpengaruh terhadap return on equity?
1.3 Batasan Masalah
Penelitian ini hanya menguji pengaruh debt to assets ratio, likuiditas, dan perputaran kas
terhadap ROE pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI periode 2005-2010.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah melakukan pengujian empiris mengenai pengaruh debt to
assets ratio, likuiditas, dan perputaran kas terhadap return on equity. Penelitian ini dapat
memeberikan manfaat sebagai berikut:
1. Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi teori dan metodologi bagi peneliti lain
untuk mengembangkan teori atau penelitian lain mengenai pengaruh debt to assets ratio,
likuiditas, dan perputaran kas terhadap ROE.
2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi perusahaan dalam menggunakan
sumber dana pinjaman yang mempunyai beban tetap untuk memperbesar tingkat
penghasilan bagi pemegang saham.
3. Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi perusahaan dalam menggunakan
modal seefisien mungkin sehingga dapat dimanfaatkan secara maksimal dalam
menghasilkan output bagi perusahaan serta meningkatkan laba.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Modal2.1.1 Pengertian Modal
Modal sangat berperan sebagai sumber pendanaan perusahaan yang menggambarkan perusahaan
dalam memenuhi dapat didanai oleh modal sendiri secara keseluruhan atau didanai dengan
modal sendiri dan ditambah dengan modal berasal dari pinjaman. Definisi modal menurut
Warren, Reeve dan Philip (2005:5), modal atau ekuitas pemegang saham adalah jumlah total dari
dua sumber utama ekuitas saham, yaitu modal disetor dan laba ditahan. Berdasarkan pengertian
di atas maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan dapat memperoleh dana untuk menjalankan
kegiatan usahanya dengan memperoleh dari modal disetor yang berupa saham biasa, saham
preferen, dan laba ditahan yang berasal dari operasi perusahaan.
2.1.2 Sumber Modal
Menurut Riyanto (2001:209), modal dapat dilihat dari asalnya, sumber modal terdiri:
1. Sumber Intern (Internal Sources)
Sumber intern adalah modal yang dihasilkan dari dalam perusahaan. Sumber intern dapat berasal
dari laba ditahan dan akumulasi penyusutan.
2. Sumber Ekstern (External Sources)
Adalah sumber yang berasal dari luar perusahaan atau dana yang diperoleh dari para kreditur
atau pemegang saham yang merupakan bagian dalam perusahaan.
2.1.3 Jenis-jenis Modal
Sumber modal eksternal, terdiri dari dua jenis, yaitu:
1. Modal Asing
Modal asing atau utang terbagi atas tiga golongan, yaitu:
a. Utang Jangka Pendek (Short-term Debt)
Utang jangka pendek atau lancar suatu kewajiban atau utang yang terjadi dalam kaitannya
dengan operasi normal perusahaan (Harnanto, 2003:5). Utang jangka pendek terdiri dari:
1. Utang Dagang
2. Utang Wesel
3. Utang Jangka Panjang Jatuh Tempo dalam Periode Kini
b. Utang Jangka Menengah (Intermediate-term Debt)
Menurut Riyanto (2001:227), utang jangka menengah adalah utang yang jangka waktunya antara
satu sampai sepuluh tahun. Utang jangka menengah terdiri dari:
1. Term Loan
2. Leasing
c. Utang Jangka Panjang (Long-term Debt)
Menurut Riyanto (2001:238), jenis utang jangka panjang, yaitu:
1. Pinjaman Berjangka
Pinjaman berjangka (long-term) merupakan suatu perjanjian dimana peminjam setuju
untuk melakukan pembayaran bunga dan pembayaran pokok pinjaman pada tanggal
tertentu sesuai dengan perjanjian kepada pihak yang meminjamkan..
2. Obligasi
Obligasi adalah instrumen (surat) utang yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan
obligasi untuk membayar pemegang obligasi sejumlah nilai pinjaman beserta bunga pada
saat jatuh tempo yang telah ditetapkan. Pada umumnya diterbitkan dengan jangka waktu
berkisar antara 5 sampai 10 tahun.
3. Hipotik
Hipotik merupakan pinjaman berjangka, dimana pemberi uang diberi hak hipotik
terhadap suatu barang yang tidak bergerak. Apabila pihak peminjam (debitur) tidak
memenuhi kewajibannya, barang tersebut dapat dijual dan dari hasil penjualan tersebut
dapat digunakan untuk menutupi tagihannya.
2. Modal Sendiri
Menurut Riyanto (2001:240), modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan
dan juga tertanam di dalam perusahaan untuk waktu yang tidak terbatas. Modal sendiri di dalam
suatu perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas terdiri dari:
a. Modal Saham
Saham adalah bukti tanda kepemilikan atas suatu perusahaan. Semakin banyak persentase saham
yang dimiliki, maka semakin besar hak suara yang dimiliki untuk mengontrol operasional
perusahaan.
Saham dapat dibedakan dalam beberapa jenis, yaitu:
1. Saham Biasa (Common Stock)
Menurut Skousen, Stice, dan Stice (2004:734), saham biasa adalah jenis saham yang
merupakan jenis saham dasar perusahaan, memungkinkan pemegang saham untuk
memiliki suara dan jumlah kepemilikan tertentu dalam perusahaan.
2. Saham Preferen (Preferred Stock)
Saham preferen adalah saham yang para pemegang sahamnya mempunyai prioritas
terlebih dahulu dalam pembagian atas asset atau kekayaan perusahaan, bila perusahaan
(emiten) dilikuidasi.
b. Laba Ditahan (Retained Earning)
Laba ditahan merupakan penahanan keuntungan yang mempunyai tujuan, maka disebut dengan
cadangan. Cadangan disini dimaksudkan sebagai cadangan yang dibentuk dari keuntungan yang
diperoleh oleh perusahaan selama beberapa tahun berjalan. Sedangkan penahanan keuntungan
tersebut belum mempunyai tujuan tertentu, maka keuntungan tersebut merupakan keuntungan
yang ditahan.
2.2 Leverage
Leverage merupakan penggunaan aset dalam sumber dana oleh perusahaan yang memiliki biaya
tetap (beban bunga) dengan maksud agar meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham.
Dengan kata lain, leverage adalah penggunaan dana yang menuntut peningkatan untuk
membayar biaya tetap. Leverage keuangan menunjukkan proporsi atas penggunaan hutang untuk
membiayai investasinya.
2.2.1 Operating Leverage
Menurut Brigham dan Houston (2006:12), operating leverage adalah tingkat sampai sejauh mana
biaya-biaya tetap digunakan di dalam operasi sebuah perusahaan. Operating leverage juga dapat
diartikan sebagai penggunaan dana dengan biaya tetap dengan harapan pendapatan yang
dihasilkan dari penggunaan dana tersebut dapat menutup biaya tetap dan biaya variabel.
2.2.2 Financial Leverage
Menurut Brigham dan Houston (2006:17), financial leverage adalah tingkat sampai sejauh mana
sekuritas dengan laba tetap (utang dan saham preferen) digunakan dalam struktur modal sebuah
perusahaan. Menurut Garrison dan Noreen (2001:790), financial leverage merupakan
pemerolehan aktiva dengan dana yang diperoleh dari kreditur atau pemegang saham preferen
dengan tingkat pengembalian tertentu. Sedangkan definisi menurut Riyanto (2001:375), financial
leverage adalah penggunaan dana dengan beban tetap dengan harapan untuk memperbesar
pendapatan per lembar saham biasa atau earning per share.
2.3 Debt to Assets Ratio
Debt to assets ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah aktiva
perusahaan yang dibiayai oleh hutang. Meningkatnya debt to total assets disebabkan oleh meningkatnya total utang (debt) dan meningkatnya total aset, tetapi peningkatan total utang lebih besar daripada peningkatan total aset (Wild, Subramanyam, dan Halsey, 2007). Semakin tinggi rasio ini, semakin besar jumlah
modal pinjaman yang digunakan untuk investasi pada aktiva, guna menghasilkan keuntungan
bagi perusahaan.
2.4 Likuiditas
Likuiditas menurut Riyanto (2001) adalah berhubungan dengan masalah kemampuan suatu
perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi. Jumlah alat-
alat pembayaran (alat likuid) yang dimiliki oleh suatu perusahaan pada suatu saat merupakan
kekuatan membayar dari perusahaan yang bersangkutan.
Current ratio biasanya digunakan sebagai alat untuk mengukur keadaan likuiditas suatu
perusahaan, dan juga merupakan petunjuk untuk dapat mengetahui dan menduga sampai
dimanakah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya. Dasar
perbandingan itu menunjukkan apakah jumlah aktiva lancar itu cukup melampaui besarnya
kewajiban lancar, sehingga dapat diperkirakan bahwa pada suatu saat dilakukan likuiditas dari
aktiva lancar dan ternyata nilainya lebih rendah dari yang tercantum di neraca, namun masih
terdapat cukup kas ataupun yang dapat dikonversikan menjadi uang kas di dalam waktu singkat,
sehingga dapat memenuhi kewajibannya, menurut Tunggal (1995) dalam Ramadhan (2008).
2.5 Perputaran Kas
Perputaran kas merupakan merupakan kemampuan kas dalam menghasilkan pendapatan
sehingga dapat dilihat berapa kali uang kas berputar dalam satu pereode tertentu. Tingkat
perputaran kas menunjukkan kecepatan perubahan kembali aktiva lancar menjadi kas melalui
penjualan makin tinggi tingkat perputaran kas, piutang dan persediaan menunjukkan tingginya
volume penjualan. Perputaran kas diketahui dengan membandingkan antara jumlah pendapatan
dan pemberian pinjaman dengan jumlah kas rata-rata.
2.6 Return on Equity
Return on equity (ROE) menurut Garrison dan Noreen (2001:789) adalah membagi earning after
tax (EAT) yang tersedia untuk pemegang saham biasa dengan rata-rata ekuitas yang dimiliki
oleh pemegang saham biasa pada tahun tersebut. Sedangkan menurut Sundjaja dan Barlian
(2002:122), ROE adalah ukuran pengembalian yang diperoleh para pemilik (baik pemegang
saham biasa dan saham preferen) atas investasi mereka di perusahaan.Rasio ini menunjukkan
kemampuan modal pemilik yang ditanamkan oleh investor untuk menghasilkan laba bersih yang
menjadi bagian dari pemilik. Semakin tinggi rasio ini, semakin tinggi keuntungan para investor
karena semakin efisien modal yang ditanamkannya dalam perusahaan tersebut.
2.7 Kerangka Pemikiran
Tingkat profitabilitas yang tinggi pada perusahaan menandakan pertumbuhan perusahaan pada
masa yang akan datang. Setiap perusahaan akan melakukan pengukuran terhadap profitabilitas
yang diperolehnya. Pengukuran terhadap profitabilitas akan memungkinkan bagi perusahaan,
dalam hal ini pihak manajemen untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya dengan
volume penjualan, jumlah aktiva, dan investasi tertentu dari pemilik perusahaan. Profitabilitas
dinilai sangat penting, karena untuk melangsungkan hidupnya, suatu perusahaan haruslah berada
dalam keadaan yang menguntungkan atau profitable. Tanpa keuntungan akan sulit bagi
perusahaan untuk menarik modal dari luar.Terdapat beberapa rasio untuk mengukur
profitabilitas, tetapi dalam penelitian ini hanya akan membahas satu rasio profitabilitas, yaitu
return on equity.
Return on equity merupakan suatu pengukuran dari penghasilan atau income yang tersedia bagi
para pemilik perusahaan atas modal yang mereka investasikan ke perusahaan. Secara umum,
semakin tinggi return atau penghasilan yang diperoleh, semakin baik kedudukan pemilik
perusahaan. Menurut Sartono (2001:124), Return on equity atau return on net worth mengukur
kemamupuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham. Rasio ini juga
dipengaruhi oleh besar kecilnya perusahaan, apabila proporsi utang makin besar maka rasio ini
juga makin besar.
Untuk mengembangkan usahanya, salah satu cara yang dilakukan perusahaan untuk menambah
modalnya yaitu dengan penggunaan utang. Menurut Jensen (1986), utang memainkan peran
penting dalam memotivasi manajer untuk meningkatkan efisiensi organisasi dan rasio utang yang
optimal diperoleh ketika tambahan manfaat (marginal benefit) dari utang tersebut sama dengan
tambahan biayanya (marginal cost). Pada range tertentu, yaitu pada saat marginal benefit lebih
besar daripada marginal cost, profitabilitas meningkat sampai titik tertentu seiring dengan
meningkatnya utang. Akan tetapi, profitabilitas menurun seiring dengan meningkatnya utang
pada saat marginal cost lebih besar daripada marginal benefit. Meningkatnya debt to total assets
disebabkan oleh meningkatnya total utang (debt) dan meningkatnya total aset, tetapi peningkatan
total utang lebih besar daripada peningkatan total aset (Wild, Subramanyam, dan Halsey, 2007).
Selain itu, penggunaan modal kerja yang efisien dan perputaran kas yang tinggi berpengaruh
juga terhadap peningkatan profitabilitas.
Salah satu faktor yang menentukan sukses atau gagalnya perusahaan adalah likuiditas. Menurut
Munawir (2007:31), likuiditas adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Sebuah perusahaan dikatakan mampu
memenuhi kewajiban keuangan tepat waktu apabila perusahaan tersebut mempunyai alat
pembayaran ataupun aktiva lancar yang lebih besar daripada utang jangka pendeknya.
Perusahaan dihadapkan pada permasalahan adanya pertukaran antara faktor likuiditas dan
profitabilitas pada saat penentuan kebijakan modal kerja yang efisien. Jika perusahaan
memutuskan menetapkan modal kerja dalam jumlah yang besar, kemungkinan likuiditas akan
terjaga namun kesempatan untuk memperoleh laba yang besar akan menurun pada akhirnya
berdampak pada menurunnya profitabilitas. Sebaliknya jika perusahaan ingin memaksimalkan
profitabilitas, kemungkinan dapat mempengaruhi tingkat likuiditas perusahaan. Makin tinggi
likuiditas, maka makin baiklah posisi perusahaan di mata kreditur. Oleh karena terdapat
kemungkinan yang lebih besar bahwa perusahaan akan dapat membayar kewajibannya tepat
pada waktunya.
Penelitian yang dilakukan Dani (2003) mengenai pengaruh likuiditas, leverage dan efisiensi
modal kerja terhadap profitabilitas, hasilnya menunjukkan bahwa secara simultan faktor
likuiditas, leverage dan efisiensi modal kerja terbukti memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap tingkat profitabilitas, sedangkan secara parsial hanya variabel leverage yang tidak
berpengaruh positif terhadap variabel profitabilitas. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan
oleh Hernawati (2007) yang menunjukkan bahwa likuiditas tidak mempunyai pengaruh terhadap
profitabilitas. Sedangkan Siwi (2005) mengenai analisis pengaruh efisiensi modal kerja,
likuiditas, dan solvabilitas terhadap profitabilitas, menunjukkan bahwa secara parsial likuiditas
tidak berpengaruh terhadap profitabilitas, namun secara simultan berpengaruh terhadap
profitabilitas. Rosmiati (2009) melakukan penelitian mengenai pengaruh tingkat perputaran kas,
piutang, dan persediaan terhadap profitabilitas. Dari penelitian tersebut menyimpulkan bahwa
profitabilitas dipengaruhi oleh perputaran kas dan perputaran piutang. Sedangkan hasil penelitian
Wartini (2006) dan Menuh (2008) mempunyai hasil yang berbeda yaitu perputaran kas tidak
mempunyai pengaruh terhadap ROI.
2.8 Pengembangan HipotesisBerdasarkan penjelasan di atas, maka hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah:
H1: Debt to assets ratio berpengaruh signifikan terhadap return on equity
H2: Likuiditas berpengaruh secara signifikan terhadap return on equity.
H3: Perputaran kas berpengaruh signifikan terhadap return on equity.
H4: Debt to assets ratio, likuiditas, dan perputaran kas secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap return on equity.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kuantitatif, hanya menggunakan data sekunder
berupa laporan keuangan dari perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) selama periode 2005-2010.
3.2 Populasi dan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Kriteria
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEI dan mempublikasikan laporan
keuangan auditan secara konsisten dan lengkap selama periode 2005-2010.
b. Perusahaan makanan dan minuman yang tidak mengalami delisting dari BEI selama
periode 2005-2010.
c. Memiliki saldo laba positif dan ekuitas positif.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 variabel, yaitu:
a. Variabel Dependen
Dalam penelitian ini, variabel dependen (Y) yaitu profitabilitas yang diproksikan dengan return
on equity (ROE) dengan rumus:
Return on Equity = Earning After TaxEquity
Debt to assets ratio = Total Utang Total Aktiva
Rasio Lancar = Aktiva Lancar Utang Lancar
Perputaran Kas = Penjualan tunai
Kas Rata-rata
Keterangan:Earning After Tax : Laba setelah pajakEquity : Modal sendiri
b. Variabel Independen
Dalam penelitian ini variabel independen terdiri dari tiga variabel, yaitu:
1. Debt to assets ratio
Variabel ini merupakan rasio yang menunjukkan besarnya perbandingan antara total utang
dengan total aktiva. Indikatornya adalah total utang dan total aktiva, dengan gambaran rumus:
2. Likuiditas
Variabel ini merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya. Likuiditas dapat
diproksikan dengan menggunakan current ratio atau rasio lancar:
3. Perputaran Kas
Variabel ini merupakan rasio yang menunjukkan tingkat kecepatan kembalinya modal kerja yang
tertanam pada kas atau setara kas menjadi kas kembali melalui penjualan atau pendapatan.
Perputaran kas dapat dihitung dengan rumus:
3.5. Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi berganda merupakan analisis yang digunakan untuk mencari adanya hubungan
antara dua variabel independen atau lebih terhadap satu variabel dependen. Pengujian ini untuk
mengetahui arah dan intensitas pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen.
Arah yang ditunjukkan oleh tanda positif atau negatif dilihat pada koefisien regresi, sedangkan
intensitas ditunjukkan oleh besarnya koefisien regresi. Model yang digunakan dalam penelitian
ini adalah:
Keterangan:ROE : Return on Equitya : Konstantab1, b2, b3 : Koefisien regresiDAR : Debt to assets ratioCR : Current ratioPK : Perputaran kasε : Error
3.5.2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya
korelasi yang tinggi atau sempurna antar variabel independen. Adanya multikolinearitas dapat
dideteksi dengan melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Tolerance
mengukur variabilitas variabel independen terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel
independen lainnya. Nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi karena
. Jika nilai tolerance > 0.10 atau sama dengan VIF < 10, maka tidak terdapat
multikolinearitas. Tetapi jika nilai tolerance < 0.10 atau sama dengan VIF > 10, maka terdapat
multikolinearitas (Ghozali, 2005).
b. Uji Heteroskedastisitas
Model regresi harus memenuhi beberapa asumsi klasik, salah satunya yaitu tidak terjadi
heteroskedastisitas. Nilai residual atau error dalam model regresi adalah homoskedastisitas atau
memiliki variance yang sama. Heteroskedastisitas dapat disebabkan karena adanya data yang
outlier, dapat juga timbul karena adanya pelanggaran terhadap asumsi klasik. Untuk mendeteksi
ada tidaknya heteroskedastisitas dengan melihat pola diagram scatterplot atau diagram pencar.
ROE = a + b1 DAR + b2 CR + b3 PK + ε
Ketentuannya, jika titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang,
melebar, kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
Sebaliknya, jika tidak terdapat pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah
angka nol sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terdapat korelasi antar
kesalahan pengganggu (residual) pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (periode
sebelum). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk
mendeteksi adanya autokorelasi digunakan uji Durbin – Watson (DW Test). Berikut ini tabel
pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi:
Tabel 3.1 Kriteria Autokorelasi Durbin-Watson
Hipotesis Nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positifTidak ada autokorelasi positifTidak ada autokorelasi negatifTidak ada autokorelasi negatifTidak ada autokorelasi positif atau negatif
TolakNo decisionTolakNo decisionTidak ditolak
0 < d < dL
dL ≤ d ≤ dU
4 – dL < d < 44 – dU ≤ d ≤ 4 – dL
dU < d < 4 – dU
Keterangan: dU = Durbin-Watson Upper; dL = Durbin-Watson Lower
Sumber: Ghozali, 2005
Bila nilai DW terletak antara batas atas atau upper bound (dU) dan (4 – dU), maka koefisien
autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi.
Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound (dL), maka koefisien
autokorelasi lebih besar daripada nol, berarti ada autokorelasi positif.
Bila nilai DW lebih besar daripada (4 – dL), maka koefisien autokorelasi lebih kecil daripada
nol, berarti ada autokorelasi negatif.
Bila nilai DW terletak di antara batas atas (dU) dan batas bawah (dL) atau DW terletak antara
(4 – dU) dan (4 – dL), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.
d. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau
residual mempunyai distribusi normal. Terdapat dua cara untuk mendeteksi nilai residual
memiliki distribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Analisis grafik
dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari data
sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Sedangkan uji statistik dapat
dilakukan dengan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (KS).
3.5.3. Pengujian Hipotesis
Dalam melakukan uji hipotesis, yang dilakukan adalah menghitung besarnya masing-masing
variabel independen dari setiap perusahaan. Setelah data variabel dependen dan independen
tersedia, dilakukan uji asumsi klasik untuk melihat apakah data layak untuk regresi. Untuk
memutuskan apakah hipotesis diterima atau tidak, maka dapat dilihat dari nilai t hitung dan f
hitung beserta nilai probabilitas atau signifikansi pada uji regresi.
Untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara
parsial dapat dilihat melalui nilai t hitung. Pengujian ini dilakukan pada tingkat keyakinan 95%
dengan ketentuan: apabila p-value > 0,05, maka Ha ditolak, artinya secara individual variabel
independen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Sebaliknya, apabila p-
value < 0,05, maka Ha diterima, artinya secara individual masing- masing variabel independen
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Sedangkan untuk menguji apakah variabel independen (debt to assets ratio, likuiditas dan
perputaran kas) secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen
(ROE) atau untuk mengetahui apakah model regresi dapat digunakan untuk memprediksi
variabel dependen atau tidak, dapat dilihat melalui nilai F hitung dan signifikansi. Jika nilai
signifikan (α) di atas 5% berarti secara bersama-sama variabel independen tidak mempunyai
pengaruh terhadap variabel dependen. Jika nilai signifikan (α) kurang dari 5% berarti secara
bersama-sama variabel dependen mempunyai pengaruh terhadap variabel independen. Analisis
ini juga bisa dilihat dengan membandingkan antara F tabel dengan F hitung . Jika F tabel > F
hitung maka Ho diterima dan Ha ditolak, dan jika F hitung > F tabel maka Ha diterima dan Ho
ditolak.
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Objek Penelitian
Objek Penelitian yang digunakan adalah perusahaan makanan dan minuman (Food and
Beverage) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan yang memenuhi kriteria selama
periode 2005-2010. Setelah populasi disaring dengan beberapa kriteria yang telah ditetapkan,
maka diperoleh sampel sebanyak 6 perusahaan. Berikut ini hasil dari penyaringan kriteria
pengambilan sampel dan nama perusahaan yang dipilih menjadi objek penelitian ini.
Tabel 4.1 Pengambilan Sampel
No Keterangan Jumlah1 Perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di BEI selama
2005-2010
19
2 Perusahaan yang tidak terdaftar dan terklarifikasi selama 2005-2010 (7)
3 Perusahaan dengan laba negatif dan ekuitas negatif (6) Jumlah akhir sampel 6
Tabel 4.2 Nama Perusahaan Sampel
No Nama Emiten1 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. INDF2 PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. MLBI
3 PT. Mayora Indah Tbk. MYOR4 PT. Siantar Top Tbk. STTP5 PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk. ULTJ
6 PT. Delta Jakarta Tbk. DLTA
4.2 Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif
Bedarasarkan pengolahan data dengan bantuan SPSS (Statistical Product and Services Solution)
versi 16.0, diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut:
Tabel 4.3 Hasil Uji Statistik DeskriptifDescriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ROE 36 ,10 323,60 27,3200 54,13897Debt to Assets Ratio 36 ,16 ,89 ,4400 ,17885Likuiditas 36 52,84 633,08 217,4783 133,79779Perputaran Kas 36 1,73 116,68 26,7892 33,34621Valid N (listwise) 36
Sumber: Data yang diolah penulis
Berikut ini adalah perincian data deskriptif yang telah diolah:
1. Variabel ROE memiliki nilai rata-rata sebesar 27,32%, dengan standar deviasi sebesar
54,1389%. Hal ini menunjukkan bahwa adanya fluktuasi ROE yang besar pada
perusahaan-perusahaan di BEI selama periode 2005-2010. Rentang nilai maksimum
sebesar 323,60% dan nilai minimum sebesar 0,10%, menunjukkan bahwa kemampuan
perusahaan sampel dalam menghasilkan laba berbeda-beda.
2. Variabel debt to assets ratio memiliki nilai rata-rata sebesar 0,44, standar deviasi sebesar
0,17885, nilai maksimum sebesar 0,89 dan nilai minimum sebesar 0,16 dengan jumlah
pengamatan sebanyak 32.
3. Variabel likuiditas yang diproksikan dengan current ratio memiliki nilai rata-rata sebesar
217,4783%, standar deviasi sebesar 133,79779%, nilai maksimum sebesar 633,08% dan
nilai minimum sebesar 52,84%.
4. Variabel perputaran kas memiliki nilai rata-rata sebesar 26,7892, standar deviasi sebesar
33,3462, nilai maksimum sebesar 116,68 dan nilai minimum sebesar 1,73.
4.2.2 Uji Asumsi Klasik
4.2.2.1 Uji Normalitas
jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka H0 ditolak.
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov TestOne-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 36Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 43.59873187Most Extreme Differences Absolute .220
Positive .220Negative -.104
Kolmogorov-Smirnov Z 1.318Asymp. Sig. (2-tailed) .062
a. Test distribution is Normal.
Sumber: Data yang diolah penulis
Dari hasil pengolahan data tersebut, diperoleh besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov yaitu 1,318
dan signifikansi pada 0,062. Nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05, maka H0 diterima
yang berarti data residual tidak berdistribusi normal. Selain itu, uji normalitas juga dapat
dilakukan dengan menggunakan grafik normal p-plot pada gambar berikut:
Gambar 4.1. Grafik Normal P-Plot
4.2.2.2 Uji Multikolinearitas
Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficientsa
Model
Unstandardized CoefficientsStandardized Coefficients Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -94.465 53.890
Debt to Assets Ratio 227.496 70.386 .752 .375 2.668
Likuiditas .108 .098 .267 .344 2.906
Perputaran Kas -.067 .266 -.041 .754 1.326
a. Dependent Variable: ROE
Sumber: Data yang diolah penulis
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa tidak ada variabel yang memiliki nilai tolerance
kurang dari 0,10 dan VIF lebih dari 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam model
regresi tidak terjadi multikolinearitas antar variabel independen.
4.2.2.3 Uji Autokorelasi
Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi Durbin-WatsonModel Summaryb
Model R R Square Adjusted R SquareStd. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .593a .351 .291 45,59665 2.309
a. Predictors: (Constant), Perputaran Kas, Debt to Assets Ratio, Likuiditasb. Dependent Variable: ROE
Sumber: Data yang diolah penulis
Dari hasil pengujian terlihat bahwa nilai d sebesar 2,309, sedangkan tabel DW untuk k=3 dan
n=36 memiliki batas luar (dl) sebesar 1,2953; batas dalam (du) sebesar 1, 6539; nilai 4-
du=2,3461; dan nilai 4-dl=2,7047. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nilai DW berada
diantara du dan 4-du (du < d < dl) atau berada di daerah yang tidak terdapat autokorelasi positif
ataupun negatif dengan keputusan “Tidak Ditolak”.
4.2.2.4 Uji Heteroskedastisitas
Gambar 4.2 Grafik Scatterplot
Dari grafik di atas, terlihat bahwa titik menyebar secara acak baik di atas maupun di bawah
angka nol pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada
model regresi sehingga model tersebut layak dipakai untuk memprediksi.
4.2.3 Hasil Analisis Data4.2.3.1 Analisis Regresi Linier Berganda
Pengujian regresi linier berganda dilakukan untuk mengetahui hubungan dan pengaruh antara
variabel independen (X) dan variabel dependen (Y). Hasil pengolahan regresi linier berganda
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.7 Hasil Uji Regresi Linier BergandaCoefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) -94.465 53.890 -1.753 .089
Debt to Assets Ratio 227.496 70.386 .752 3.232 .003
Likuiditas .108 .098 .267 1.100 .280
Perputaran Kas -.067 .266 -.041 -.253 .802
a. Dependent Variable: ROE
Sumber: Data yang diolah penulis
Berdasarkan tabel tersebut, dapat diperoleh persamaan regresi:
ROE= -94,47 + 227,49DAR + 0,108CR – 0,067 PK + e
Dari hasil persamaan regresi linier berganda di atas, maka dapat dianalisis sebagai berikut:
1. Nilai konstanta a = -94,47
Nilai konstanta persamaan regresi sebesar -94,47 atau -9.447% berarti ROE memiliki
nilai sebesar -9.447% apabila variabel-variabel independen (debt to assets ratio,
likuiditas, dan perputaran kas) nilainya sama dengan nol. Nilai konstanta yang negatif
tetap berpengaruh terhadap nilai ROE, namun setiap peningkatan 1 satuan variabel
independen, akan mengurangi ROE, atau ROE semakin menurun.
2. Variabel debt to assets ratio
Nilai koefisien variabel debt to assets ratio sebesar 227,49 atau 22.479%. Ini berarti
setiap peningkatan sebesar 1% variabel debt to assets ratio, maka ROE akan meningkat
sebesar 22.479% dengan asumsi variabel lainnya dianggap tetap atau sama dengan nol.
3. Variabel likuiditas
Nilai koefisien variabel likuiditas sebesar 0,108 atau 10,8%. Ini berarti setiap peningkatan
sebesar 1% variabel likuiditas, maka ROE akan meningkat sebesar 10,8% dengan asumsi
variabel lainnya dianggap tetap atau sama dengan nol.
4. Variabel perputaran kas
Nilai koefisien variabel perputaran kas sebesar -0,253 atau -25,3%. Ini berarti jika
variabel perputaran kas meningkat sebesar 1%, maka ROE akan menurun sebesar 25,3%
dengan asumsi variabel lainnya dianggap tetap atau sama dengan nol.
Selain analisis di atas, untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel
dependen, dapat dilihat melalui nilai koefisien korelasi (R) dan koefisien determinasi (R2).
Koefisien korelasi dikatakan kuat jika nilai R berada di atas 0,5 dan mendekati 1. Apabila nilai
R2 semakin mendekati 1, maka variabel independen memberikan semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Sebaliknya, jika nilai R2 semakin
kecil maka kemampuan tersebut semakin terbatas. Kelemahan nilai R2 yaitu nilainya akan
meningkat setiap ada penambahan 1 variabel independen, meskipun variabel independen tersebut
tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu, Adjusted R2 digunakan
untuk mengevaluasi model regresi.
Pada penelitian ini, nilai koefisien determinasi (Adjusted R2) yaitu sebesar 0,291 atau 29,1%
yang berarti 29,1% variasi ROE yang bisa dijelaskan oleh variasi ketiga variabel independen
(debt to assets ratio, likuiditas, dan perputaran kas), sedangkan sisanya sebesar 70,9% dijelaskan
oleh faktor lain di luar persamaan model. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.8 Uji Kelayakan ModelModel Summaryb
Model R R Square Adjusted R SquareStd. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .593a .351 .291 45,59665 2.309
a. Predictors: (Constant), Perputaran Kas, Debt to Assets Ratio, Likuiditasb. Dependent Variable: ROE
4.2.3.2 Pengujian Hipotesis
Tabel 4.9 Hasil F-TestANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 36056.250 3 12018.750 5.781 .003a
Residual 66529.730 32 2079.054
Total 102585.980 35
a. Predictors: (Constant), Perputaran Kas, Debt to Assets Ratio, Likuiditas
b. Dependent Variable: ROE
Sumber: Data yang diolah penulis
Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai F sebesar 5,781 dengan nilai signifikansi 0,003. Karena
nilai tersebut lebih kecil dari 0,05, maka hipotesis dapat diterima. Ini berarti variabel debt to
assets ratio, likuiditas dan perputaran kas secara bersama-sama berpengaruh terhadap ROE.
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) -94.465 53.890 -1.753 .089
Debt to Assets Ratio 227.496 70.386 .752 3.232 .003
Likuiditas .108 .098 .267 1.100 .280
Perputaran Kas -.067 .266 -.041 -.253 .802
a. Dependent Variable: ROE
Sumber: Data yang diolah penulis
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Variabel debt to assets ratio memiliki nilai t hitung sebesar 3,232 dengan nilai
signifikansi sebesar 0,003. Dapat disimpulkan bahwa H1 diterima, debt to assets ratio
berpengaruh signifikan terhadap ROE. Menurut Sartono (2000:296), penggunaan hutang
dalam struktur modal maka ROE suatu perusahaan semakin meningkat, sehingga tujuan
perusahaan untuk memaksimalkan kesejahteraan shareholder dapat tercapai. Hal ini
sejalan dengan penelitian yg dilakukan Triyanti (2011) mengenai pengaruh current ratio
dan debt to assets ratio terhadap ROE, bahwa kedua variabel independen tersebut
berpengaruh terhadap ROE.
2. Variabel likuiditas memiliki nilai t hitung sebesar 1,100 dengan nilai signifikansi sebesar
0,280. Berdasarkan nilai tersebut, dapat disimpulkan bahwa H2 ditolak, likuiditas tidak
berpengaruh signifikan terhadap ROE. Hal ini sejalan dengan penelitian yng dilakukan
oleh Siwi (2005) dan Hernawati (2007) yang menyatakan bahwa likuiditas tidak
berpengaruh terhadap profitabilitas. Berlawanan dengan penelitian yang dilakukan Dani
(2003) mengenai pengaruh likuiditas, leverage dan efisiensi modal kerja terhadap
profitabilitas. Secara simultan, semua variabel independen berpengaruh signifikan
terhadap profitabilitas. Secara parsial, variabel likuiditas dan efisiensi modal kerja
berpengaruh positif terhadap profitabilitas, sedangkan leverage tidak berpengaruh positif
terhadap profitabilitas. Dengan meningkatnya likuiditas tidak menjamin akan diikuti
dengan meningkatnya profitabilitas.
3. Variabel perputaran kas memiliki nilai t hitung sebesar -0,253 dengan signifikansi
sebesar 0,802. Karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka H3 ditolak, perputaran
kas tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROE. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Rosmiati (2009) mengenai pengaruh tingkat perputaran
kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan terhadap profitabilitas. Secara
bersama-sama, diperoleh kesimpulan bahwa perputaran kas, perputaran piutang, dan
perputaran persediaan memiliki korelasi yang sangat rendah dengan profitabilitas dan tidak
terdapat pengaruh yang signifikan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Tujuan penelitian ini adalah melakukan pengujian empiris mengenai pengaruh debt to assets
ratio, likuiditas, dan perputaran kas terhadap return on equity. Berdasarkan analisis data dan
pembahasan yang telah dikemukakan pada Bab IV, hasilnya dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini terdistribusi normal, tidak terdapat
multikolinieritas, bebas heteroskedastisitas dan autokorelasi. Dari empat hipotesis yang diajukan
terdapat tiga (3) hipotesis yang dapat diterima yaitu hipotesis 1, 2, dan 4.
1. Berdasarkan pengujian hipotesis pertama (H1), hasilnya menunjukkan bahwa secara
parsial variabel debt to assets ratio berpengaruh signifikan terhadap variabel ROE pada
perusahaan makanan dan minuman dengan pengaruh sebesar 28 persen, sehingga H1
diterima.
2. Berdasarkan pengujian hipotesis kedua (H2), hasilnya menunjukkan bahwa secara parsial
variabel likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel ROE pada perusahaan
makanan dan minuman dengan pengaruh sebesar 40,8 persen, sehingga H2 ditolak.
3. Berdasarkan pengujian hipotesis ketiga (H3), hasilnya menunjukkan bahwa secara parsial
variabel perputaran kas berpengaruh signifikan terhadap variabel ROE pada perusahaan
makanan dan minuman, sehingga H3 diterima.
4. Berdasarkan pengujian hipotesis 4, hasilnya menunjukkan secara bersama-sama variabel
independen (debt to assets ratio, likuiditas dan perputaran kas) berpengaruh signifikan
terhadap ROE dengan pengaruh sebesar 53,8 persen, sehingga hipotesis 4 diterima.
5.2 Keterbatasan
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu:
1. Pemilihan sampel hanya menggunakan perusahaan yang tergolong dalam Perusahaan
Makanan dan Minuman, sehingga belum bisa digunakan untuk menggeneralisasikan hasil
penelitian untuk kelompok selain Perusahaan Makanan dan Minuman.
2. Kurang banyaknya sampel penelitian yang dapat menyebabkan kurangnya keakuratan
hasil penelitian.
3. Variabel yang digunakan kurang memadai dan bervariasi.
5.3 Saran
Penelitian selanjutnya diharapkan mempertimbangkan beberapa saran di bawah ini demi hasil
penelitian yang lebih baik dan akurat, yaitu:
1. Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan sampel lebih banyak dan lebih luas agar
dapat diperoleh kesimpulan yang lebih luas dan menyeluruh.
2. Penggunaan sampel yang lebih banyak diharapkan dapat memberikan hasil penelitian
yang lebih akurat.
3. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan variabel yang lebih bervariasi
sehingga dapat memberikan informasi yang lebih bermanfaat bagi pemakai laporan
keuangan dalam pengambilan keputusan.
DAFTAR PUSTAKA
Dani. 2003. Pengaruh Likuiditas, Leverage dan Efisiensi Modal Kerja Terhadap Profitabilitas (Studi Kasus Pada PT. Modern Toolsindo Bekasi). Skripsi. Universitas Negeri Semarang.
Garrison, Ray H. 2001. Akuntansi Manajemen. Terjemahan A. Totok Budisantoro, S.E. ,Akt, dari Managerial Accounting. Jakarta: Salemba Empat.
Ghozali, Imam.2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: BPFE Universitas Diponegoro.
Hernawati, Ima. 2007. Analisis Pengaruh Efisiensi Modal Kerja, Likuiditas dan Solvabilitas terhadap Profitabilitas Studi Kasus pada Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Jakarta). Skripsi. Jurusan Manajemen. Fakultas Ekonomi. Universitas negeri Semarang.
Munawir, S. 2007. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Liberty.
Nurgraeni, Siwi. 2005. Analisis Pengaruh Efisiensi Modal Kerja, Likuiditas, dan Solvabilitas Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Go Publik di bursa Efek Jakarta Pada Tahun 1998–2002. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.
Riyanto, Bambang. 2001. Dasar – dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Empat. Yogyakarta: BPFE.
Rosmiati, Elis. 2009. Pengaruh Perputaran Kas Perputaran Piutang Perputaran Persedian Terhadap Profitabilitas. Universitas Widyatama Bandung.
Sartono, Agus.2001. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi.Yogyakarta:BPFE.
Sundjadja, Ridwan dan Inge Barlian. 2002. Manajemen Keuangan. Edisi Sepuluh. Bandung: Prehallindo.
Susani, Krisna. 2005. Pengaruh Tingkat Perputaran Kas, Piutang, dan Pesediaan terhadap Rentabilitas pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) di Kabupaten Jepara. Skripsi. Jurusan Ekonomi. Fakultas Ilmu Sosial.Universitas Negeri Semarang
Triyanti, Lina. 2011. Pengaruh Current Ratio dan Debt to Asset terhadap Return On Equity pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia 2007-2009 . Skripsi. Jurusan Akuntansi. Fakultas Ekonomi. Universitas Mercu Buana. Jakarta
Tunggal, Amin Wijaya. 1995. Akuntansi Kontemporer. Jakarta: Harvarindo.
www.google.comwww.idx.co.id
top related