analisis pengaruh rasio modal kerja ...repository.ub.ac.id/5568/1/febrian%c2%a0andre.pdfanalisis...
Post on 21-Oct-2020
4 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
ANALISIS PENGARUH RASIO MODAL KERJA
TERHADAP PROFITABILITAS
(Studi Pada Perusahaan Food and Beverage yang Listing di Bursa
Efek Indonesia Periode 2013-2015)
Skripsi
Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana
Pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya
FEBRIAN ANDRE
NIM. 105030207111036
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS
KONSENTRASI MANAJEMEN KEUANGAN
MALANG
2017
-
SEBUAH TANTANGAN AKAN SELALU MENJADI BEBAN,
JIKA ITU HANYA DIPIKIRKAN
SEBUAH CITA-CITA JUGA ADALAH BEBAN,
JIKA ITU HANYA ANGAN-ANGAN
JANGANLAH TAKUT UNTUK MELANGKAH,
KARENA 1000 MIL DIMULAI DARI LANGKAH PERTAMA
-
vi
RINGKASAN
Febrian Andre, 2017. Analisis Pengaruh Rasio Modal Kerja Terhadap
Profitabilitas (Studi pada Perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2015). Drs. Nengah Sudjana, M.Si dan Sri
Sulasmiyati S.Sos, M.AP, hal 161+xii
Setiap perusahaan pada dasarnya memiliki tujuan yang sama, yaitu
maksimalisasi laba. Pengelolaan yang dilakukan oleh perusahaan dalam
memaksimalkan laba mencakup banyak hal, salah satunya adalah pengelolaan
keuangan yaitu pengelolaan modal kerja. Pengelolaan modal kerja dapat
dikatakan efektif apabila perusahaan mampu menyeimbangkan antara sumber dan
juga penggunaan modal kerja. Apabila penggunaan modal kerja lebih tinggi dari
pada sumber modal kerja yang didapatkan, maka dapat dipastikan bahwa
perusahaan akan mengalami kerugian.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yang
terdiri dari Perputaran Kas (X1), Perputaran Persediaan (X2) dan Perputaran
Piutang (X3) secara simultan dan parsial terhadap variabel terikat yaitu Return On
Assets (Y1).
Jenis penelitian ini adalah penelitian penjelasan (Explanatory Research).
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan makanan dan minuman yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2015 dan didapat 14 perusahaan
sampel yang terpilih berdasarkan kriteria tertentu yang disesuaikan dengan tujuan
penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
linear berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Perputaran Kas, Perputaran
Persediaan dan Perputaran Piutang berpengaruh signifikan. Nilai Adjusted R
Square sebesar 0,555 yang menunjukkan bahwa 55,5% ROA dapat dijelaskan
melalui variabel Perputaran Kas, Perputaran Persediaan dan Perputaran Piutang,
sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian ini.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, saran yang dapat diberikan sekiranya
agar penelitian selanjutnya menambahkan variabel lain di luar model agar
memberikan hasil yang lebih akurat dan penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi yang dibutuhkan oleh investor, analisis dalam
pengambilan keputusan dan pihak lain yang tertarik untuk meneliti masalah ini.
Kata Kunci : Perputaran Kas, Perputaran Persediaan, Perputaran Piutang,
Return On Asset, Profitabilitas
-
vii
SUMMARY
Febrian Andre, 2017. Influence Analysis of Working Capital Ratio on
Profitability (Study on Sub Sector of Food and Beverage Companies listed in
Indonesia Stock Exchange Period 2013-2015). Drs. Nengah Sudjana, M.Si and Sri
Sulasmiyati S.Sos, M.AP, hal 161+xii
Every company basically has the same goal, that is profit maximization.
Management conducted by the company in maximizing the profit includes many
things, one of which is the financial management of working capital management.
Working capital management can be said to be effective if the company is able to
balance between the source and also the use of working capital. If the use of
working capital is higher than the source of working capital obtained, it can be
ascertained that the company will incur losses.
This study aims to determine the effect of independent variables consisting
of Cash Turnover (X1), Inventory Turnover (X2) and Account Receivables
Turnover (X3) simultaneously and partially to the dependent variable that is
Return On Asset (Y1).
This type of research is explanatory research. The population in this
research is food and beverage companies listed in Indonesia Stock Exchange
Period 2013-2015 and obtained 14 sample companies selected based on certain
criteria that adjusted to the purpose of research. The method used in this research
is multiple linear regression analysis.
The results of this study indicate that Cash Turnover, Inventory Turnover
and Receivable Turnover have a significant effect. Adjusted R Square value of
0,555 indicates that 55,5% ROA can be explained through Cash Turnover,
Inventory Turnover and Receivable Turnover, while the rest is explained by other
variable outside this research.
Based on the results of the research, suggestions can be given if the next
research to add other variables outside the model in order to provide more
accurate results and this study is expected to provide information needed by
investors, analysis in decision making and other interested parties to examine this
issue.
Keywords: Cash Turnover, Inventory Turnover, Accounts Receivable
Turnover, Return On Assets, Profitability
-
KATA PENGANTAR
Puji syukur yang tiada henti peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT,
karena atas limpahan rahmad, taufik, dan hidayah-NYA peneliti dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Modal Kerja
Terhadap Profitabilitas yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode 2013 –
2015)”. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Administrasi Bisnis pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya
Malang.
Peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud
tanpa adanya bantuan dan motivasi dari berbagai pihak, oleh karena itu peneliti
menyampaikan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Bambang Supriyono, M.S., selaku Dekan Fakultas Ilmu
Administrasi Universitas Brawijaya Malang.
2. Ibu Prof. Dr. Endang Siti Astuti, M.Si., selaku Ketua Jurusan Administrasi
Bisnis Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang.
3. Bapak Dr. Drs. Wilopo M.AB., selaku Ketua Program Studi Administrasi
Bisnis Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang.
4. Bapak Nengah Sudjana, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan Ibu Sri
Sulasmiyati, S.Sos., M.AP. selaku ketua komisi pembimbing yang telah
banyak membantu, dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan,
masukan, motivasi dan ilmu yang bermanfaat dalam menyelesaikan skripsi
ini.
-
5. Segenap jajaran dosen Jurusan Administrasi Bisnis, yang telah
memberikan ilmu yang sangat berharga selama masa perkuliahan.
6. Kedua orang tua tercinta yang selalu sabar, senantiasa mendoakan, dan
memotivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
7. Ayu Nitasari yang selalu memberi semangat dan membantu sampai
penulisan ini selesai.
8. Seluruh anggota The Legend, Argi Alvareza, Dony Apriyanto, Linggar
Eka, Herta Sandi, Fuad, Rizki Akbar, Hary Prima, Nikita Vireyto, Resi
Yanuesti, dan Widya K. Wardhani, Arnold Jansen yang selalu menebarkan
tawa, keceriaan, semangat dan motivasi serta memberikan banyak bantuan
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
9. Seluruh teman – teman Jurusan Administrasi Bisnis angkatan 2010, 2011
dan 2012 yang telah memberikan kenangan selama masa perkuliahan.
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Segala
bentuk kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi
perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Malang, 28 Juli 2017
Peneliti
-
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ............................................................................. i
MOTTO ................................................................................................... ii
TANDA PERSETUJUAN ..................................................................... iii
TANDA PENGESAHAN ...................................................................... iv
PERNYATAAN ORISINALITAS ......................................................... v
RINGKASAN ......................................................................................... vi
SUMMARY ........................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ......................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................. 9
C. Tujuan Penelitian ............................................................. 10
D. Kontribusi Penelitian ....................................................... 10
E. Sistematika Pembahasan ................................................. 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................... 13
A. Penelitian Terdahulu ........................................................ 13
B. Tinjauan Teori ................................................................. 18
1. Modal Kerja .............................................................. 18
2. Perputaran Modal Kerja ........................................... 30
a. Perputaran Kas .................................................. 31
b. Perputaran Persediaan ....................................... 34
c. Perputaran Piutang ............................................ 39
3. Rasio Profitabilitas ................................................... 44
C. Hubungan Antar Variabel................................................ 48
D. Model Konsep dan Hipotesis........................................... 50
BAB III METODE PENELITIAN ................................................... 53
A. Jenis Penelitian ................................................................ 53
B. Lokasi Penelitian ............................................................. 54
C. Variabel Penelitian .......................................................... 54
D. Definisi Operasional Variabel ......................................... 55
E. Populasi dan Sampel ....................................................... 56
-
xii
1. Populasi .................................................................... 56 2. Sampel ...................................................................... 56
F. Teknik Pengumpulan Data .............................................. 57
G. Metode Analisis Data ...................................................... 58
1. Analisis Statistik Deskriptif ...................................... 58 2. Analisis Statistik Inferensial ..................................... 58
a. Uji Asumsi Klasik ............................................... 58 b. Regresi Linier Berganda ...................................... 62 c. Koefisien Determinasi ......................................... 63 d. Uji F ..................................................................... 63 e. Uji t ...................................................................... 64
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . .............. 65
A. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia ......................... 65 B. Gambaran Umum Perusahaan dan Penyajian Data ......... 68 C. Analisis Data ................................................................... 89
1. Analisis Statistik Deskriptif ................................. 89 2. Analisis Statistik Inferensial ................................ 90
a) Uji Asumsi Klasik ......................................... 90 b) Analisis Regresi Berganda ............................ 97 c) Koefisien Determinasi ................................... 99 d) Uji F ............................................................. 100 e) Uji t .............................................................. 101
D. Interpretasi Hasil Penelitian .......................................... 103
BAB V PENUTUP ......................................................................... 107
A. Kesimpulan .................................................................... 107 B. Saran .............................................................................. 108
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 110
-
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Penelitian Terdahulu ................................................................. 16
Tabel 2.Definisi Operasional Variabel ................................................... 55
Tabel 3. Kriteria Seleksi Sampel. ............................................................ 57
Tabel 4. Sampel Penelitian ...................................................................... 57
Tabel 5. Perkembangan Bursa Efek Indonesia ...................................... 65
Tabel 6. Penyajian Data Perusahaan ....................................................... 81
Tabel 7. Tabel Return On Asset Periode 2013-2015 .............................. 84
Tabel 8. Tabel Perputaran Kas Periode 2013-2015 ................................ 85
Tabel 9. Tabel Perputaran Persediaan Periode 2013-2015 ..................... 86
Tabel 10. Tabel Perputaran Piutang Periode 2013-2015 ........................ 88
Tabel 11. Tabel Statistik Deskriptif ........................................................ 89
Tabel 12. Tabel Uji Normalitas ............................................................... 92
Tabel 13. Hasil Uji Multikolinieritas ...................................................... 94
Tabel 14. Hasil Uji Autokorelasi ............................................................ 97
Tabel 15. Tabel Regresi Linier Berganda ............................................... 98
Tabel 16. Tabel Uji Koefisien Determinasi R2 ....................................... 99
Tabel 17. Hasil Uji F ............................................................................. 100
Tabel 18. Hasil Uji t .............................................................................. 101
-
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Model Konsep ....................................................................... 50
Gambar 2. Model Hipotesis .................................................................... 51
Gambar 3. Uji Heteroskedastisitas .......................................................... 93
-
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran SPSS ..................................................................................... 112
Ikhtisar Keuangan ................................................................................. 118
Curriculum Vitae ................................................................................... 161
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap perusahaan pada dasarnya memiliki tujuan yang sama, yaitu
maksimalisasi laba (profit maximization). Maksimalisasi laba adalah usaha
memaksimalkan laba setelah pajak (earning after tax) dengan biaya seminimal
mungkin. Guna mencapai tujuan tersebut, pihak manajemen perusahaan dituntut
untuk bertanggung jawab dan cepat tanggap terhadap permasalahan-permasalahan
yang nantinya dapat menghambat jalannya kegiatan perusahaan. Selain
menghadapi masalah eksternal yang dapat bersumber dari persaingan perusahaan,
inflasi, dan pertumbuhan ekonomi, perusahaan juga tidak terlepas dari masalah
internal yang muncul dari dalam perusahaan itu sendiri, seperti masalah
pengelolaan. Pengelolaan yang dilakukan oleh perusahaan mencakup banyak hal,
salah satunya adalah pengelolaan keuangan yaitu pengelolaan modal kerja. Modal
kerja diartikan sebagai dana yang digunakan untuk membiayai kegiatan operasi
perusahaan sehari-hari (Martono dan Harjito, 2005:72). Pengelolaan modal kerja
dapat mencakup pengelolaan kas, bank, piutang, persediaan, dan penghasilan
yang masih dapat diterima. Ketersediaan dana modal kerja yang dibutuhkan setiap
perusahaan berbeda-beda sesuai dengan jenis usahanya, demikian pula
pengelolaan terhadap modal kerja tersebut.
-
2
Pengelolaan modal kerja sangat penting karena menyangkut penetapan
kebijakan modal kerja maupun pelaksanaan kebijakan modal kerja tersebut dalam
operasi sehari-hari. Manajemen modal kerja berkepentingan terhadap keputusan
investasi pada aktiva lancar dan hutang lancar terutama mengenai bagaimana
menggunakan dan juga komposisi keduanya akan mempengaruhi resiko. Modal
kerja yang dipergunakan perusahaan untuk membiayai kegiatan operasi
perusahaan. Seperti yang disebutkan di atas bahwa modal kerja terdiri dari empat
komponen utama, yaitu kas, surat berharga, persediaan dan piutang usaha, dimana
komponen- komponen tersebut akan menjamin kontinuitas dan likuiditas
perusahaan. Menurut Munawir (2007:114) adanya modal kerja yang cukup sangat
penting bagi suatu perusahaan karena dengan modal kerja yang cukup itu
memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi dengan seekonomis mungkin
dan perusahaan tidak mengalami kesulitan atau menghadapi bahaya-bahaya yang
timbul karena adanya krisis.
Pengelolaan modal kerja dapat dikatakan efektif apabila perusahaan mampu
menyeimbangkan antara sumber dan juga penggunaan modal kerja. Apabila
penggunaan modal kerja lebih tinggi dari pada sumber modal kerja yang
didapatkan, maka dapat dipastikan bahwa perusahaan akan mengalami kerugian.
Sumber modal kerja yang berlebih juga tidak baik bagi perusahaan. Pada intinya
antara keduanya harus seimbang. Penggunakan ukuran ratio antara sumber dan
penggunaan modal kerja untuk mengetahui efektivitas dari pengelolaan modal
kerja dilakukaan karena dengan membandingkan antara dua item tersebut, maka
akan dapat diketahui perubahan yang terjadi pada modal kerja untuk menganalisis
-
3
seberapa besar sumber modal kerja yang terdapat pada perusahaan dan
penggunaan modal kerja yang dilakukan oleh perusahaan untuk menjalankan
kegiatan operasional dalam satu periode. Pemantauan laporan sumber dan
penggunaan modal kerja sangat penting bagi suatu perusahaan, informasi tersebut
sangat berguna bagi manajemen dalam melakukan penilaian kemampuan
perusahaan dalam mengelola modal kerja untuk membiayai kegiatan operasional
sehari-hari suatu perusahaan.
Perusahaan mempunyai kesulitan untuk menentukan jumlah modal kerja
yang dibutuhkan. Perusahaan tidak bisa begitu saja menetapkan bahwa asalkan
modal kerja yang dimiliki dapat digunakan untuk membayar hutang lancar maka
modal kerja tersebut dikatakan telah optimal, sehingga dengan seenaknya
perusahaan menentukan modal kerja yang begitu banyak melebihi hutang lancar,
karena hanya menyebabkan adanya opportunity cost bagi perusahaan dengan
adanya kas yang menganggur yang mungkin dapat diinvestasikan pada aktiva lain
yang bermanfaat. Modal kerja yang diperlukan oleh perusahaan hanya perlu untuk
memenuhi kelayakan financial menurut aktifitas yang ada, sehingga perusahaan
tidak mengalami kesulitan keuangan. Karena jika perusahaan mengalami
kekurangan modal kerja untuk meningkatkan produksinya akan menyebabkan
kehilangan pendapatan dan keuntungan (Prihadi, 2008: 34). Adapun cara yang
dapat digunakan perusahaan untuk mengukur efektifitas modal kerja yang
dimiliki, yaitu melalui periode penagihan utang, periode konversi persediaan dan
periode pembayaran hutang. Analisis terhadap modal kerja sangat penting bagi
pihak intern maupun pihak ekstern perusahaan. Karena hubungannya sangat erat
-
4
dengan kebijakan manajemen keuangan yang diterapkan perusahaan dan hal ini
menunjukkan margin of safety para kreditur jangka pendek (Sudana, 2011: 33).
Profitabilitas merupakan hal yang penting bagi perusahaan, hal tersebut
karena disamping dapat menilai efektivitas kerja juga merupakan alat yang
digunakan untuk memprediksikan seberapa besar laba yang akan diperoleh
perusahaan di masa mendatang serta digunakan sebagai alat pengendalian bagi
manajemen untuk menganalisis variabel penyebab kenaikan atau penurunan suatu
usaha pada periode tertentu (Husnan, 2001:109-110).
Siwi (2005) melakukan penelitian dengan judul analisis pengaruh
efisiensi modal kerja, likuiditas dan solvabilitas terhadap profitabilitas pada
perusahaan properti dan real estate yang go public di bursa efek Jakarta pada
tahun 1998-2002. Rasio-rasio yang digunakan adalah rasio working capital
turnover (WCT), current ratio, debt to equity ratio (DTA) dan return on
investment (ROI). Sampel yang digunakan sebanyak 37 perusahaan properti dan
real estate yang sudah listing dari tahun 1998-2001. Dengan analisis regresi linier
berganda menunjukkan bahwa secara parsial hanya variabel modal kerja (working
capital turnover) dan solvabilitas (total debt to total capital assets) yang
mempunyai pengaruh terhadap profitabilitas (return on investment) sedangkan
variabel likuiditas (current ratio) tidak mempunyai pengaruh terhadap
profitabilitas, sedangkan secara simultan semua variabel berpengaruh terhadap
profitabilitas.
Haidatul Ula (2006) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Rasio
Likuiditas, Solvabilitas, dan Aktivitas dalam memprediksi Return On Asset (ROA)
-
5
pada perusahaan properti dan real estate yang listing di BEJ tahun 2001-2004.
Menyimpulkan bahwa variabel Quick Ratio, Cash Ratio, Debt to Equity Ratio,
Fixed Asset Ratio dan Inventory Turnover secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap ROA dan dapat digunakan untuk memprediksi ROA. Secara parsial
Quick Ratio, Cash Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Fixed Asset Ratio memiliki
pengaruh yang signifikan searah dengan ROA, semakin tinggi Quick Ratio, Cash
Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Fixed Asset Ratio maka semakin tinggi ROA,
begitu pula sebaliknya. Sementara Inventory Turnover memiliki pengaruh yang
signifikan tidak searah dengan ROA. Sehingga variabel Quick Ratio, Cash Ratio,
Debt to Equity Ratio, dan Fixed Asset Ratio dan Inventory Turnover secara parsial
dapat digunakan untuk memprediksi ROA.
Perusahaan dalam memperoleh laba dapat dilihat dari kesuksesan dan
kemampuan perusahaan menggunakan modal kerja secara produktif. Hal ini
dikarenakan perputaran modal kerja merupakan hal yang penting dalam aktiva
yang memang harus dikelola oleh perusahaan dengan efektif dan efisien
(Munawir, 2010). Modal kerja merupakan jumlah dana yang digunakan untuk
membiayai kegiatan operasional perusahaan dan untuk menghasilkan pendapatan.
Investasi yang dikeluarkan oleh perusahaan diharapkan dapat kembali dalam
waktu singkat. Pengelolaan modal kerja berpengaruh pada kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba (profitabilitas) berpengaruh pada perusahaan
dalam mengelolah modal kerja.
Munawir (2010:80) menyatakan bahwa rasio perputaran modal kerja
menunjukkan hubungan antara modal kerja dengan penjualan. Faktor modal kerja
-
6
mempengaruhi tinggi rendahnya profitabilitas. Setiap perusahaan dalam
operasionalnya membutuhkan modal karena modal berpengaruh terhadap
perusahaan untuk mencapai tujuannya, sehingga profitabilitas tinggi sangat
mendukung operasional perusahaan secara maksimal (Bramasto, 2007).
Sesuai dengan hasil penelitian terdahulu, maka variabel independen
dalam penelitian ini adalah Perputaran Kas (Cash Turnover), Perputaran
Persediaan (Inventory Turnover), Perputaran Piutang (Account Receivable
Turnover). Ketiga variabel tersebut tidak sama persis dengan penelitian yang ada.
Variabel tersebut diambil secara acak agar diketahui pengaruhnya apabila variabel
yang diambil tersebut berbeda.
Alasan mengapa dipilih rasio-rasio tersebut, diantaranya yaitu pertama
perputaran kas adalah perbandingan antara penjualan dengan jumlah kas rata-rata
(Riyanto, 2011:95). Perputaran kas dipilih karena merupakan ukuran efisiensi
penggunaan kas yang dilakukan oleh perusahaan. Tingkat perputaran kas sendiri
menggambarkan kecepatan kembalinya arus kas yang telah ditanamkan didalam
modal kerja. Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat perputaran kas berarti
semakin cepat kembalinya kas masuk pada perusahaan. Dengan demikian kas
akan dapat dipergunakan kembali untuk membiayai kegiatan operasional.
Perputaran persediaan menentukan berapa kali persediaan terjual atau
digantikan dengan persediaan yang baru selama satu tahun, dan memberikan
beberapa pengukuran mengenai likuiditas dan kemampuan suatu perusahaan
untuk mengkonversikan barang persediaannya menjadi uang secara tepat (Suharli,
2006:303). Perputaran persediaan dipilih karena berfungsi mengukur aktivitas
-
7
atau likuiditas dari persediaan perusahaan. Persediaan berhubungan langsung
dengan kegiatan produksi maupun penjualan, dimana kedua kegiatan tersebut bagi
perusahaan adalah termasuk aktivitas yang dilakukan menghasilkan laba atau
profit. Terakhir, perputaran piutang merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode atau berapa kali
dana yang ditanam dalam piutang ini berputar dalam satu periode (Kasmir,
2011:176). Perputaran piutang dipilih karena menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam mengelola piutangnya. Terlihat jelas bahwa piutang berfungsi
untuk meningkatkan penjualan perusahaan yang pada akhirnya akan
meningkatkan profit perusahaan.
Variabel dependen sebagai pengukur profitabilitas dalam penelitian ini
adalah Return On Asset (ROA) karena ROA dapat lebih mencerminkan
keuntungan dan aktiva yang didapatkan operasional perusahaan yang mencakup
penjualan, harga pokok penjualan dan biaya produksi. Karakteristik modal kerja
yang sifatnya tidak lebih dari satu tahun maka akan sangat tepat jika penelitian
lebih terfokus pada industri Food and Beverage, karena sifat persediaan pada
perusahaan Food and Beverage adalah tidak lebih dari satu tahun maka perhatian
industri ini akan lebih fokus pada pengelolaan modal kerja yang dimiliki.
Ditengah usaha pemerintah untuk bangkit dari keterpurukan krisis
ekonomi yang selama ini melanda bangsa Indonesia, peran serta dukungan dari
berbagai industri yang ada sangatlah penting. Salah satu asset yang dimiliki
bangsa Indonesia adalah dari industri Food and Beverage. Hal ini dikarenakan
sejak terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1998, industri Food and Beverage
-
8
tidak terpengaruh secara signifikan, penyebabnya adalah makanan merupakan
salah satu kebutuhan pokok manusia yang tidak dapat tergantikan, sehingga jika
ada seseorang dengan penghasilan yang tidak mencukupi maka prioritas atau hal
utama yang akan dibeli adalah makanan. Secara otomatis hal ini membuat industri
Food and Beverage semakin berkembang (Sufiana dan Purnawati. 2013).
Ditinjau dari minat konsumen, bahwa industri Food and Beverage
diperkirakan sangat diminati konsumen dan tetap eksis ditengah krisis ekonomi
dan moneter, sehingga tidak salah digunakan sebagai salah satu motor penggerak
roda perekonomian untuk bangkit dari keterpurukan akibat krisis ekonomi yang
terjadi. Disisi lain apabila ditinjau dari pangsa pasar, industri food and beverage
tidak hanya dituntut bersaing di dalam negeri saja melainkan bisa bersaing di luar
negeri. Dalam perkembangan sekarang ini, banyak muncul produk-produk baru
baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri yang mampu tampil beda dari
produk sebelumnya, baik mutu, harga dan rasa. Oleh karena itu diperlukan
berbagai kesiapan dari perusahaan dalam negeri untuk dapat memberikan
keunggulan bersaing dengan perusahaan lain. Salah satu cara tersebut adalah
dengan penggunaan modal kerja yang efektif (Satriya dan Lestari, 2014).
Menurut penelitian yanga dilakukan Ani, Okwo, dan Ugwuntan tahun
(2012) dengan judul penelitian Effects Of Working Capital Management On
Profitability; Evidence From The Topfive Beer Brewery Firms In The Word. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan modal kerja seperti yang ditunjukkan
oleh siklus konversi tunai, dimana pertumbuhan penjualan dan periode penagihan
debitur yang lebih rendah akan berdampak pada nilai profitabilitas perusahaan bir.
-
9
Dengan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, peneliti akan
menilai bagaimana kinerja perusahaan Food and Beverage di Indonesia. Sehingga
judul yang dapat diambil adalah “Analisis Pengaruh Rasio Modal Kerja
Terhadap Profitabilitas (Studi pada perusahaan Food and Beverage yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode tahun 2013-2015)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka permasalahan yang akan
dibahas adalah sebagai berikut:
1. Apakah Perputaran Kas (Cash turnover), Perputaran Persediaan (Inventory
Turn Over), Perputaran Piutang (Account Receivable Turn Over)
berpengaruh secara simultan terhadap profitabilitas (ROA) perusahaan
Food and Beverage yang terdaftar di BEI?
2. Apakah Perputaran Kas (Cash turnover), berpengaruh secara parsial
terhadap profitabilitas (ROA) perusahaan Food and Beverage yang
terdaftar di BEI?
3. Apakah Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over), berpengaruh secara
parsial terhadap profitabilitas (ROA) perusahaan Food and Beverage
yang terdaftar di BEI?
4. Apakah Perputaran Piutang (Account Receivable Turn Over) berpengaruh
secara parsial terhadap profitabilitas (ROA) perusahaan Food and
Beverage yang terdaftar di BEI?
-
10
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Perputaran Kas (Cash turnover), Perputaran Persediaan
(Inventory Turn Over), Perputaran Piutang (Account Receivable Turn
Over) berpengaruh secara simultan terhadap profitabilitas (ROA)
perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di BEI
2. Untuk mengetahui Perputaran Kas (Cash turnover), berpengaruh secara
parsial terhadap profitabilitas (ROA) perusahaan Food and Beverage yang
terdaftar di BEI.
3. Untuk mengetahui Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over),
berpengaruh secara parsial terhadap profitabilitas (ROA) perusahaan Food
and Beverage yang terdaftar di BEI.
4. Untuk mengetahui Perputaran Piutang (Account Receivable Turn Over),
berpengaruh secara parsial terhadap profitabilitas (ROA) perusahaan Food
and Beverage yang terdaftar di BEI.
D. Kontribusi Penelitian
1. Kontribusi Praktis
a. Perusahaan, untuk dijadikan pertimbangan dalam menentukan kebijakan
pengelolaan modal kerja guna meningkatkan profitabilitas perusahaan.
b. Peneliti, untuk memperoleh gambaran mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi kebijakan pengelolaan modal kerja guna meningkatkan
profitabilitas perusahaan.
-
11
c. Pihak lain, diharapkan dapat bermanfaat dan mendapat pengetahuan bagi
pihak yang tertarik pada masalah ini.
E. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah dalam memahami materi, penulis membagi
sistematika penulisan kedalam tiga bab terlebih dahulu dengan beberapa
sub bab didalamnya. Sistematika penulisan skripsi ini tersusun sebagai
berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini mengemukakan latar belakang penelitian,
perumusan masalah yang berkaitan dengan judul skripsi,
tujuan penelitian, kontribusi penelitian dan sistematika
penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan beberapa penelitian terdahulu serta
landasan teoritis yang digunakan dalam pembahasan
masalah yang disajikan dalam bab satu, antara lain rasio
modal kerja dan profitabilitas, serta hubungan antara
variabel yaitu hubungan antara perputaran kas terhadap
profitabilitas, hubungan antara perputaran persediaan
terhadap profitabilitas dan hubungan antara perputaran
piutang terhadap profitabilitas, serta model konseptual dan
hipotesis.
-
12
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini menguraikan tentang jenis penelitian, lokasi
penelitian, variabel dan pengukuran, populasi dan sampel,
teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang uraian yang merupakan jawaban
dari rumusan permasalahan penelitian. Bab ini akan akan
diuraikan mengenal Analisis Rasio Modal Kerja Terhadap
Perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di BEI
BAB V : PENUTUP
Bab penutup terdiri dari kesimpulan dan saran mengenai
tema penelitian dan permasalahan yang diangkat.
Kesimpulan diuraikan tentang tujuan dari penelitian,
sedangkan saran yang diberikan adalah yang berkaitan
dengan kesimpulan yang didaptkan serta hal-hal lainnya
yang bersifat praktis.
-
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulu
Siwi (2005) melakukan penelitian tentang analisis pengaruh efisiensi
modal kerja, likuiditas, dan solvabilitas terhadap profitabilitas pada perusahaan
properti dan real estate yang go publik di Bursa Efek Jakarta pada tahun 1998-
2002. Rasio-rasio yangdigunakan adalah rasio working capital turnover (WCT),
current ratio, debt to equity ratio (DTA) dan return on investment (ROI). Sampel
yang digunakan sebanyak 37 perusahaan properti dan real estate yang sudah
listing dari tahun 1998-2002. Dalam penelitiannya Siwi (2005) menggunakan
analisis regresi berganda linier yang hasilnya menunjukkan bahwa secara parsial
hanya variabel efisiensi modal kerja (working capital turnover) dan solvabilitas
(total debt to total capital assets) yang mempunyai pengaruh terhadap
profitabilitas (return on investment) sedangkan variabel likuiditas (current ratio)
tidak mempunyai pengaruh terhadap profitabilitas (ROI). Sedangkan secara
simultan semua variabel berpengaruh terhadap profitabilitas.
Wardana (2007) melakukan penelitian tentang pengaruh manajemen
modal kerja terhadap profitabilitas pada perusahaan Food and Beverage yang
terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode 2002-2005. Menyimpulkan bahwa variabel
periode penagihan piutang, periode konversi persediaan, periode pembayaran
hutang jangka pendek, dan siklus konversi kas berpengaruh secara signifikan
-
14
terhadap tingkat Return On Investment perusahaan, sehingga dapat dikatakan
bahwa manajemen modal kerja berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat
profitabilitas perusahaan. Namun jika dilihat dari uji parsial, variabel periode
penagihan utang dan konversi persediaan berpengaruh negatif terhadap Return On
Investment, sedangkan periode pembayaran hutang dan siklus konversi kas
memiliki pengaruh positif yang tidak signifikan.
Sariyana, Yudiaatmaja, dan Suwendra (2016) melakukan penelitian
tentang Pengaruh Perputaran Modal Kerja Dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas
(Studi Pada Perusahaan Food And Beverages) Penelitian ini bertujuan untuk
memperoleh temuan tentang (1) pengaruh perputaran modal kerja dan likuiditas
secara simultan terhadap profitabilitas, (2) pengaruh perputaran modal kerja dan
likuiditas secara parsial terhadap profitabilitas. Desain penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kuantitatif kausal. Subjek penelitian ini adalah
Perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dan
objek penelitian adalah perputaran modal kerja, likuiditas, dan profitabilitas. Data
dikumpulkan dengan pencatatan dokumen, kemudian dianalisis menggunakan
analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Ada
pengaruh yang positif dan signifikan secara simultan dari perputaran modal kerja
dan likuiditas terhadap profitabilitas, (2) Ada pengaruh yang positif dan signifikan
secara parsial dari perputaran modal kerja terhadap profitabilitas, sedangkan
likuiditas berpengaruh negatif dan signifikan secara parsial terhadap profitabilitas.
Firdausiah (2016) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh
Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas (Studi pada Perusahaan Food
-
15
and Beverages yang Terdaftar di BEI Tahun 2009-2013)” penelitian ini termasuk
jenis explanatory research (penjelasan).Populasi yang digunakan dalam penelitian
ini adalah 16 perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di BEI periode 2009
sampai dengan 2013. Analisis terhadap hipotesis yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1). Variabel
periode persediaan, periode perputaran piutang dan periode utang usaha
berepengarahu simultan terhadap NPM perusahaan. 2). Secara parsial hanya
variabel periode persediaan dan periode utang usaha yang berpengaruh terhadap
NPM perusahaan. Periode persediaan memiliki pengaruh negative terhadap NPM
sedangkan periode utang usaha memiliki pengaruh positif terhadap NPM. 3). Dari
kedua variabel periode persediaan dan periode utang usaha yang berpengaruh
signifikan terhadap NPM, periode utang usaha memiliki pengaruh yang paling
dominan terhadap NPM.
Utami dan Dewi (2016) melakukan penelitian tentang “Pengaruh
Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia” Penelitian ini dilakukan pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2014 yang
berjumlah 142 perusahaan. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 81 perusahaan.
Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive
sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel perputaran kas, perputaran piutang
dan perputaran persediaan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
profitabilitas.
-
16
Sebagai bahan referensi dan perbandingan dalam penelitian ini, maka
dalam hal ini dikemukakan mengenai penelitian terdahulu yang pembahasan atau
topiknya sesuai dengan permasalahan dalam penelitian yang akan dilaksanakan.
Tabel 1. Penelitian Terdahulu
No Nama Judul Tahun Hasil Penelitian
Perbedaan Persamaan
1. Siwi “analisis pengaruh
efisiensi modal kerja,
likuiditas, dan
solvabilitas terhadap
profitabilitas pada
perusahaan properti dan
real estate yang go
publik di Bursa Efek
Jakarta pada tahun
1998-2002”.
2005 - Pada penelitian terdahulu
terdapat
variabel
efisiensi modal
kerja, likuiditas,
dan solvabilitas.
- Studi yang dilakukan pada
perusahaan
properti dan real
estate yang go
publik di Bursa
Efek Jakarta
pada tahun
1998-2002
Persamaan
dengan penelitian
terdahulu yaitu
mengetahui
pengaruh
profitabilitas
2. Dian Kesuma Wardana
pengaruh manajemen
modal kerja terhadap
profitabilitas pada
perusahaan Food and
Beverage yang terdaftar
di Bursa Efek Jakarta
periode 2002-2005.
2007 - Pada penelitian terdahulu tujuan
penelitian yaitu
mencari
pengaruh
manajemen
modal kerja
- Periode yang digunakan yaitu
tahun 2002-
2005
- Persamaan penelitian saat
ini dan
penelitian
terdahulu
terdapat pada
variabel
profitabilitas
- Perusahaan yang digunakan
yaitu
perusahaan
food and
beverage yang
terdafatar pada
BEI
-
17
Lanjutan Tabel 1.
3. Bagus Mangdahita Sariyana, Fridayana
Yudiaatmaja, I Wayan
Suwendra
Pengaruh Perputaran
Modal Kerja Dan
Likuiditas Terhadap
Profitabilitas (Studi
Pada Perusahaan Food
And Beverages)
2016 - Pada penelitian terdahulu tujuan
penelitian untuk
mengetahui
pengaruh
perputaran
modal kerja dan
likuiditas
Persamaan
terdapat
persamaan yaitu
dalam penelitian
terdahulu dan
penelitian ini
sama-sama
mengetahui
pengaruh
profitabilitas
Selain itu
persamaan juga
terdapat pada
perusahaan yang
digunakan dalam
penelitian yaitu
Perusahaan Food
And Beverages
4. Rr Ayu Firdausiah Pengaruh Manajemen
Modal Kerja Terhadap
Profitabilitas (Studi
Pada Perusahaan Food
And Beverages yang
Terdaftar Di Bei Tahun
2009-2013)
2016 - Perbedaan terdapat pada
variabel yang
digunakan, pada
penelitian
terdahulu
menggunakan
manajemen
modal kerja
- catatan perusahaan
yang digunakan,
pada penelitian
terdahulu
menggunakan
perusahaan
yang terdaftar di
BEI tahun
2009-2013
Persamaan
terdapat pada
variabel
profitabilitas dan
perusahaan food
and beverages
-
18
Lanjutan Tabel 1.
5. Made Sri Utami, Made Rusmala Dewi S.
Pengaruh Manajemen
Modal Kerja Terhadap
Profitabilitas
Perusahaan Manufaktur
Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia
2016 - Perbedaan terdapat pada
variabel
manajemen
modal kerja
- Selain itu perusahaan
yang digunakan
pada penelitian
terdahulu yaitu
perusahaan
manufaktur.
- Persamaan terdapat pada
variabel
profitabilitas
Sumber Data Diolah (2017)
B. Tinjauan Teori
1. Modal Kerja
a. Pengertian Modal Kerja
Modal kerja adalah investasi total perusahaan pada aktiva lancar atau
aktiva yang diharapkan dapat dikonversi menjadi kas dalam waktu satu
tahun atau kurang dari satu tahun (Keown et al, 2010: 125). Modal kerja
juga didefinisikan sebagai modal yang digunakan untuk membiayai
operasional perusahaan sehari-hari, terutama yang memiliki jangka waktu
pendek. Apabila perusahaan kekurangan modal kerja untuk memperluas
penjualan dan meningkatkan produksinya, maka besar kemungkinan
akan kehilangan pendapatan dan keuntungan.
Perusahaan yang tidak memiliki modal kerja yang cukup, tidak dapat
membayar kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya dan akan
menghadapi masalah likuiditas. Investasi modal kerja merupakan proses
terus-menerus selama perusahaan beroperasi. Mengenai pengertian
-
19
modal kerja ini dapat dikemukaan adanya beberapa konsep, yaitu
(Riyanto, 2011:98) :
1) Konsep Kuantitatif
Konsep ini berdasarkan pada kuantitas dari dana yang tertanam pada
unsur–unsur aktiva lancar di mana aktiva ini merupakan aktiva yang
sekali berputar kembali dalam bentuk semula atau aktiva di mana dana
yang tertanam di dalamnya akan dapat bebas lagi dalam waktu yang
pendek. Modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah
aktiva lancar dan sering disebut sebagai modal kerja bruto (Gross
Working Capital).
2) Konsep Kualitatif
Pengertian modal kerja ini dikaitkan dengan besarnya jumlah hutang
lancar atau hutang yang segera harus dibayar. Dengan demikian maka
sebagian dari aktiva lancar harus disediakan untuk memenuhi kewajiban
finansial yang segera harus dilakukan, dimana bagian aktiva lancar ini
tidak boleh digunakan untuk membiayai operasi perusahaan untuk
menjaga likuiditasnya. Modal kerja menurut konsep ini adalah sebagian
dari aktiva lancar yang benar–benar dapat digunakan untuk membiayai
operasi perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya, yaitu yang
merupakan kelebihan aktiva lancar di atas utang lancarnya, sering disebut
modal kerja neto (Net Working capital).
-
20
3) Konsep Fungsional
Konsep fungsional mendasarkan pada fungsi dari dana dalam
menghasilkan pendapatan. Setiap dana yang digunakan dalam perusahaan
adalah dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Modal kerja dalam
konsep ini adalah keseluruhan aktiva lancar ditambah penyusutan dari
aktiva tetap pada tahun bersangkutan.
b. Macam-Macam Modal Kerja
Taylor dan Riyanto ( 2011: 112) mengklasifikasikan modal kerja menjadi
dua yaitu :
1) Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)
Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital) yaitu modal
kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan
fungsinya, atau modal kerja yang secara terus menerus diperlukan untuk
kelancaran usaha. Modal kerja ini dapat dibedakan menjadi:
a) Modal Kerja Primer (Primary Working Capital) yaitu jumlah modal kerja
minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas
usahanya.
b) Modal Kerja Normal (Normal Working Capital) yaitu jumlah modal
kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang
normal atau dinamis.
-
21
2) Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital)
Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital) yaitu modal
kerja yang jumlahnya berubah–ubah sesuai dengan perubahan keadaan.
Modal kerja ini dibedakan antara lain :
a) Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Capital) yaitu modal kerja
yang jumlahnya berubah–ubah disebabkan karena fluktuasi musiman.
b) Modal Kerja Siklis (Cyclical Working Capital) yaitu modal kerja yang
jumlahnya berubah–ubah disebabkan karena fluktuasi konjungtur.
c) Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital) yaitu modal kerja
yang jumlahnya berubah–ubah disebabkan karena adanya keadaan
darurat yang tidak diketahui sebelumnya (misalnya adanya pemogokan
buruh, banjir, perubahan keadaan ekonomi yang mendadak).
c. Pentingnya Modal Kerja
Tersedianya modal kerja yang segera dapat dipergunakan dalam operasi
tergantung pada sifat dari aktiva lancar yang dimiliki seperti: kas, efek, piutang
dan persediaan. Tetapi modal kerja harus cukup jumlahnya dalam arti harus
mampu membiayai pengeluaran-pengeluaran atau operasi perusahaan sehari-
hari, karena dengan modal kerja yang cukup akan menguntungkan bagi
perusahaan, disamping memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi
secara ekonomis atau efisien dan perusahaan tidak mengalami kesulitan
keuangan, juga akan memberikan beberapa keuntungan.
Pentingnya modal kerja dalam perusahaan menurut Munawir (2004:116)
adalah sebagai berikut:
-
22
1) melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai
dari aktiva lancar.
2) memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban-kewajiban tepat
pada waktunya.
3) memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup
untuk melayani para konsumennya.
4) menjamin dimilikinya kredit standing perusahaan semakin besar dan
memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya-bahaya
atau kesulitan keuangan yang mungkin terjadi.
5) memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang
lebih menguntungkan kepada para langganannya.
6) memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih
efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang dan atau jasa
yang dibutuhkan.
3) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Modal Kerja
Modal kerja yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan tergantung atau
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain (Djarwanto, 2011:89):
a) Sifat umum atau tipe perusahaan
Modal kerja yang dibutuhkan perusahaan jasa (public utility) relatif
rendah karena investasi dalam persediaan dan piutang pencairannya
menjadikan relatif cepat. Untuk beberapa perusahaan jasa tertentu
malahan langganan membayar dimuka sebelum jasa dinikmati, misalnya
jasa transpor, kereta api, bus malam, pesawat udara dan kapal laut.
-
23
Proporsi modal kerja dari total aktiva, pada perusahaan jasa relatif
kecil. Berbeda dengan perusahaan industri, investasi dalam aktiva lancar
cukup besar dengan tingkat perputaran persediaan dan piutang yang
relatif rendah. Perusahaan industri memerlukan modal kerja yang cukup
besar, yakni untuk melakukan investasi dalam bahan baku, barang dalam
proses, dan barang jadi.
b) Waktu yang diperlukan untuk memproduksi atau mendapatkan barang
dan ongkos produksi per unit atau harga beli per unit barang itu. Jumlah
modal kerja tidak langsung dengan waktuyang dibutuhkan mulai dari
bahan baku atau barang jadi dibeli sampai barang-barang dijual kepada
langganan. Makin panjang waktu yang diperlukan untuk memproduksi
barang atau untuk memperoleh barang makin besar kebutuhan akan modal
kerja. Selain itu harga pokok per unit barang yang semakin besar akan
membutuhkan modal kerja yang besar pula.
c) Syarat pembelian dan penjualan
Syarat kredit pembelian barang dagangan atau bahan baku akan
mempengaruhi besar kecilnya modal kerja. Syarat kredit pembelian yang
menguntungkan akan memperkecil kebutuhan uang kas yang harus
ditanamkan dalam persediaan, sebaliknya bila pembayaran harus
dilakukan segera setelah barang diterima maka kebutuhan uang kas untuk
membelanjai volume perdagangan menjadi lebih besar. Disamping itu,
modal kerja juga dipengaruhi oleh syarat kredit penjualan barang. Semakin
lunak kredit (jangka kredit lebih panjang) yang diberikan kepada
-
24
langganan akan semakin besar kebutuhan modal kerja yang harus
ditanamkan dalam piutang. Untuk mengurangi kebutuhan modal kerja dan
mengurangi risiko kerugian karena adanya piutang yang tidak terbayar,
biasanya perusahaan memberikan rangsangan potongan tunai (cash
discount).
d) Tingkat perputaran persediaan
Semakin sering persediaan diganti dalam arti dibeli dan dijual
kembali maka kebutuhan modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk
persediaan barang akan semakin rendah. Untuk mencapai tingkat
perputaran persediaan yang tinggi diperlukan perencanaan dan
pengawasan persediaan yang efisien. Semakin tinggi tingkat perputaran
persediaan akan mengurangi risiko kerugian karena penurunan harga,
perubahan permintaan atau perubahan mode, juga menghemat ongkos
penyimpanan dan pemeliharaan dari persediaan.
e) Tingkat perputaran piutang
Kebutuhan modal kerja juga tergantung pada periode waktu yang
diperlukan untuk mengubah piutang menjadi uang kas. Apabila piutang
terkumpul dalam waktu pendek berarti kebutuhan dalam modal kerja
menjadi semakin rendah atau kecil. Untuk mencapai tingkat perputaran
piutang yang tinggi diperlukan pengawasan piutang yang efektif dan
kebijaksanaan yang tepat sehubungan dengan perluasan kredit, syarat
kredit penjualan, maksimum kredit bagi langganan, serta penagihan
piutang.
-
25
f) Pengaruh konjungtur (Business Cycle)
Pada periode makmur aktivitas perusahaan meningkat dan
perusahaan cenderung membeli barang lebih banyak memanfaatkan harga
yang lebih rendah. Ini berarti perusahaan memperbesar tingkat
persediaan. Peningkatan jumlah persediaan membutuhkan modal kerja
yang lebih banyak. Sebaliknya pada periode depresi volume perdagangan
menurun, perusahaan cepat-cepat berusaha menjual barangnya dan
menarik piutangnya. Uang yang diperoleh digunakan untuk membeli
surat-surat berharga, melunasi utang, atau untuk menutup kerugian.
g) Derajat risiko kemungkinan menurunnya harga jual aktiva jangka pendek
Menurunnya nilai riil dibanding dengan harga buku dari surat-surat
berharga, persediaan barang, dan piutang akan menurunkan modal kerja.
Apabila risiko kerugian ini semakin besar berarti diperlukan tambahan
modal kerja untuk membayar bunga atau melunasi utang jangka pendek
yang sudah jatuh tempo. Untuk melindungi diri dari hal yang tidak
terduga dibutuhkan modal kerja yang relatif besar dalam bentuk kas atau
surat-surat berharga.
h) Pengaruh musim
Banyak perusahaan dimana penjualannya hanya terpusat pada
beberapa bulan saja. Perusahaan yang dipengaruhi oleh musim
membutuhkan jumlah maksimum modal kerja untuk periode yang relatif
pendek. Modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk persediaan barang-
-
26
barang berangsur-angsur meningkat dalam bulan-bulan menjelang puncak
penjualan
i) Credit rating dari perusahaan
Jumlah modal kerja, dalam bentuk kas termasuk surat-surat
berharga yang dibutuhkan perusahaan untuk membiayai operasinya
tergantung pada kebijaksanaan penyediaan uang kas. Penyediaan uang kas
ini tergantung pada:
(1) Credit rating dari perusahaan atau kemampuan meminjam uang
dalam jangka pendek
(2) Perputaran persediaan dan piutang
(3) Kesempatan mendapatkan potongan harga dalam pembelian.
4) Sumber Modal Kerja
Pada dasarnya modal kerja terdiri dari dua bagian pokok, yaitu:
a) Bagian yang tetap atau bagian yang permanen yaitu jumlah minimum
yang harus tersedia agar perusahaan dapat berjalan dengan lancar tanpa
kesulitan keuangan.
b) Jumlah modal kerja yang variabel yang jumlahnya tergantung pada
aktivitas musim dan kebutuhan-kebutuhan diluar aktivitas yang biasa.
Kebutuhan modal kerja yang permanen sebaiknya dibiayai oleh
pemilik perusahaan atau para pemegang saham. Semakin berjumlah
modal kerja yang dibiayai atau yang berasal dari investasi pemilik
perusahaan akan semakin baik bagi perusahaan tersebut karena akan
semakin besar kemampuan perusahaan memperoleh kredit, dan semakin
-
27
besar jaminan bagi kreditor jangka pendek. Disamping dari investasi para
pemilik perusahaan, kebutuhan modal kerja yang permanen dapat pula
dibiayai dari penjualan obligasi atau jenis hutang jangka panjang lainnya,
tetapi dalam hal itu perusahaan harus mempertimbangkan jatuh tempo
dari hutang jangka panjang ini disamping juga harus mempertimbangkan
beban bunga yang harus dibiayai oleh perusahaan.
Menurut Jumingan (2006:72) pada umumnya sumber modal kerja suatu
perusahaan dapat berasal dari berbagai sumber, yakni sebagai berikut :
a) Pendapatan bersih
Modal kerja diperoleh dari hasil penjualan barang dan hasil-hasil
lainnya yang meningkatkan uang kas dan piutang. Akan tetapi, sebagian
dari modal kerja ini harus digunakan untuk menutup harga pokok
penjualan dan biaya usaha yang telah dikeluarkan untuk memperoleh
revenue, yakni berupa biaya penjualan dan biaya administrasi. Jadi,
sebenarnya yang merupakan sumber modal kerja adalah pendapatan
bersih dan jumlah modal kerja yang diperoleh dari operasi jangka
pendek.
b) Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga
Surat-surat berharga sebagai salah satu pos aktiva lancar dapat
dijual dan dari penjualan ini akan timbul keuntungan. Penjualan surat-
surat berharga menunjukkan pergeseran bentuk pos aktiva lancar dari pos
surat-surat berharga menjadi pos kas. Keuntungan yang diperoleh
-
28
merupakan sumber penambahan modal kerja. Sebaliknya, jika terjadi
kerugian maka modal kerja akan berkurang.
c) Penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang, dan aktiva tidak lancar
lainnya
Sumber lain untuk menambah modal kerja adalah hasil penjualan
aktiva tetap, investasi jangka panjang, dan aktiva tidak lancar lainnya
yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan aktiva tidak lancar
itu menjadi kas yang akan menambah modal kerja sebanyak hasil bersih
penjualan aktiva tidak lancar tersebut.
d) Penjualan obligasi dan saham serta kontribusi dana dari pemilik Utang
hipotik, obligasi, dan saham dapat dikeluarkan oleh perusahaan apabila
diperlukan sejumlah modal kerja, misalnya untuk ekspansi perusahaan.
Pinjaman jangka panjangberbentuk obligasi biasanya tidak begitu disukai
karena adanya beban bunga disamping mengembalikan pokok
pinjamannya.
e) Dana pinjaman dari bank dan pinjaman jangka pendek lainnya
Pinjaman jangka pendek seperti kredit bank bagi beberapa
perusahaan merupakan sumber penting dari aktiva lancarnya, terutama
tambahan modal kerja yang diperlukan untuk membelanjai kebutuhan
modal kerja musiman, siklis, keadaan darurat, atau kebutuhan jangka
pendek lainnya.
f) Kredit dari supplier atau trade creditor
-
29
Salah satu sumber modal kerja yang penting adalah kredit yang
diberikan oleh supplier. Material, barang-barang, supplies, dan jasa-jasa
biasa dibeli secara kredit atau dengan wesel bayar. Apabila perusahaan
kemudian dapat mengusahakan menjual barang dan menarik pembayaran
piutang sebelum waktu utang harus dilunasi, perusahaan hanya
memerlukan sejumlah kecil modal kerja.
5) Penggunaan Modal Kerja
Penggunaan atau pemakaian modal kerja akan menyebabkan perubahan
bentuk maupun penurunan jumlah aktiva lancar yang dimiliki oleh
perusahaan, tetapi penggunaan aktiva lancar tidak selalu diikuti dengan
berubahnya atau turunnya jumlah modal kerja yang dimiliki oleh perusahaan.
Penggunaan-penggunaan aktiva lancar yang mengakibatkan turunnya
modal kerja adalah sebagai berikut (Tunggal, 2005:92):
a) Pembayaran biaya atau ongkos- ongkos operasi perusahaan, meliputi
pembayaran upah, gaji, pembelian bahan baku barang dagangan, supplies
kantor dan pembayaran biaya-biaya lainnya.
b) Menanggulangi kerugian- kerugian yang diderita oleh perusahaan karena
adanya penjualan surat-surat berharga maupun kerugian lainnya.
c) Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk tujuan
tertentu dalam jangka panjang.
d) Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap, investasi jangka
panjang atau aktiva tidak lancar lainnya.
-
30
e) Pembayaran hutang-hutang jangka panjang yang meliputi hutang hipotik,
hutang obligasi maupun bentuk hutang jangka panjang lainnya.
2. Perputaran Modal Kerja
Perputaran modal kerja merupakan perbandingan antara penjualan
dengan modal kerja bersih. Dimana modal kerja bersih adalah aktiva lancar
dikurangi utang lancar. Perputaran modal kerja merupakan rasio mengukur
aktivitas bisnis terhadap kelebihan aktiva lancar atas kewajiban lancar serta
menunjukkan banyaknya penjualan (dalam rupiah) yang dapat diperoleh
perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja (Sawir, 2009:16).
Working capital turn over merupakan kemampuan modal kerja
(neto) berputar dalam suatu periode siklus kas (cash cycle) dari perusahaan
(Riyanto, 2008:335). Modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau
berputar dalam perusahaan selama perusahaan yang bersangkutan dalam
keadaan usaha.periode perputaran modal kerja ( working capital turn over
period ) dimulai dari saat dimana kas diinvestasikan dalam komponen-
komponen modal kerja sampai dimana saat kembali menjadi kas.
Makin pendek, periode tersebut berarti makin cepat perputaran atau
makin tinggi perputarannya (turn over rate-nya). Berapa lama periode
perputaran modal kerja adalah tergantung berapa lama periode perputaran
dari masing-masing komponen dari modal kerja tersebut.
Penjualan
(aktiva lancar − kewajiban lancar)
Sumber: Riyanto (2008-64)
-
31
a. Perputaran Kas (Cash turnover)
Setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya selalu
membutuhkan kas. Kas diperlukan baik untuk membiayai operasi
perusahaan sehari-hari maupun untuk mengadakan investasi baru dalam
aktiva tetap. Pengeluaran kas untuk suatu perusahaan dapat bersifat
terusmenerus atau kontinyu, misalkan pengeluaran kas untuk pembelian
bahan mentah, pembayaran upah buruh dan gaji, dan lain sebagainya. Tetapi
disamping itu juga ada aliran kas keluar (cash out flow) yang bersifat tidak
kontinyu atau bersifat intermittent misalnya pengeluaran untuk membayar
bunga, devident, pajak penghasilan atau laba, pembayaran angsuran utang,
pembelian kembali saham perusahaan, pembelian aktiva tetap dan lain
sebagainya. Disamping aliran kas keluar juga terdapat aliran kas masuk
(cash inflow) di dalam perusahaan. Seperti halnya pada cash out flow,
dimana cash inflow pun terdapat aliran aliran yang bersifat kontinyu dan
yang bersifat intermittent. Penerimaan dan pengeluaran kas dalam
perusahaan akan berlangsung terus menerus selama hidupnya perusahaan,
(Riyanto, 2011:93).
Dan berikut ini beberapa sumber penerimaan kas yang dapat
dipenuhi diluar pinjaman yang disediakan kreditor yaitu :
1. Penjualan barang secara tunai. Artinya perusahaan menjual
produknya, baik berupa barang maupun jasa dengan pembayaran
secara tunai, sehingga menghasilkan uang kas.
-
32
2. Pembayaran piutang oleh pelanggan. Dalam hal ini perusahaan
harus berupaya untuk mengintensifkan pembayaran piutang dari
pelanggan. Terutama piutang yang sudah jatuh tempo, jangan
sampai pelanggan menunggak, sehingga menghambat penerimaan
kas.
3. Hasil penjualan aktiva tetap. Kondisi seperti ini jarang terjadi
kecuali perusahaan sedang benar-benar mengalami kesulitan.
Kalaupun terjadi biasanya aktiva tetap yang dijual diprioritaskan
aktiva tetap yang kurang atau sudah tidak produktif lagi.
4. Penjualan saham dalam bentuk kas. Artinya perusahaan
mengeluarkan saham yang belum dijual kemudian dilepas ke
pemegang saham dengan syarat pembayarannya dilakukan secar
tunai.
5. Pengeluaran surat utang jangka pendek, dalam hal ini perusahaan
yang menerbitkan surat utang jangka pendek seperti wesel yang
jangka waktunya tidak lebih dari 1 tahun.
6. Pengeluaran surat utang jangka panjang. Artinya perusahaan
menerbitkan surat utang yang memiliki jangka waktu lebih dari 1
tahun.
7. Penerimaan dari sewa, sumber ini diperoleh perusahaan dari hasil
sewa terhadap aktiva yang dimiliki kepada pihak lain dalam waktu
tertentu.
-
33
8. Penerimaan dari sumbangan. Dalam praktiknya untuk perusahaan
komersial penerimaan sumbangan jarang terjadi, namun untuk
usaha sosial hal ini sering terjadi.
9. Pengembalian kelebihan pajak. Arinya, adanya kelebihan
pembayaran pajak masa lalu akibat salah perhtungan dan
kemudian dikembalikan ke perusahaan.
10. Dan bentuk penerimaan lainnya
Dalam ulasan ekonomi klasik, John Maynard Keynes membagi
kebutuhan akan kas perusahaan, atau unit ekonomi apapun, ke dalam tiga
kategori : (Kasmir, 2015:195)
a. Motif transaksi, saldo yang dipegang untuk transaksi memungkinkan
perusahaan memenuhi kebutuhan kas yang terjadi dalam kegiatan
bisnis biasa.
b. Motif berjaga-jaga, saldo untuk berjaga-jaga merupakan buffer stock
aktiva likuid. Motif memegang kas ini berkaitan dengan usaha
menjaga saldo yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang
mungkin tapi masih belum tentu.
c. Motif spekulatif, kas dipegang untuk keperluan spekulatif supaya bias
mendapatkan keuntungan dari situasi profit taking yang potensial.
Rasio Perputaran Kas (cash Turnover), menurut James O. Gill,
digunakan untuk mengukur tingkat kecukupan modal kerja perusahaan
yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan membiayai penjualan.
Artinya Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat ketersediaan kas
-
34
untuk membayar tagihan (utang) dan biaya biaya yang berkaitan dengan
penjualan, (Kasmir, 2015:114).
𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝐾𝑎𝑠 =𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
𝑅𝑎𝑡𝑎 −𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑘𝑎𝑠x 1
b. Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over)
Persediaan adalah aktiva yang tersedia untuk dijual untuk kegiatan
normal, aktiva dalam proses produksi maupun dalam bentuk bahan baku.
Persediaan juga meliputi barang yang dibeli dan disimpan untuk dijual
kembali. Misalnya, seperti barang dagang yang dibeli oleh pengecer untuk
dijual kembali, pengadaan tanah dan properti lainnya untuk dijual kembali.
Pokok penting bagi suatu managemen persediaan adalah mengembangkan
kebijakan inventory yaitu dapat meminimumkan total biaya yang
berhubungan dengan proses produksi dari suatu perusahaan. Dua dasar
keputusan inventory yang harus dilakukan yaitu: banyaknya order (pesanan)
dalam satu waktu, dan banyaknya order (pesanan) saat ini. Untuk mendekati
dua keputusan ini ada dua cara: pesanan dalam jumlah besar dengan
meminimumkan biaya pesanan, dan pesanan dalam jumlah kecil dengan
meminimumkan inventory carrying cost (Thierauf and Grosse, 1999:135).
Jadi, dapat disimpulkan persediaan adalah persiapan untuk
menyiapkan barang-barang baik yang mencakup persiapan bahan baku,
persiapan dalam menyiapkan bahan pembantu dan persiapan barang dalam
proses. Adapun persiapan untuk menyiapkan barang jadi yang semua dari
persiapan itu akan disimpan dan dirawat dalam suatu tempat dengan
-
35
dibutuhkan biaya penyimpanan, sehingga jika konsumen membutuhkan
barang tersebut maka dapat dikeluarkan kapan saja sesuai dengan
permintaan.
Parameter-parameter masalah persediaan mempunyai dua
karakteristik utama, yaitu tingkat permintaan dan periode kedatangan
pesanan. Model-model persediaan dibedakan menjadi dua model yaitu
model Deterministik dan model Probabilistik. Kelompok model
Deterministik ditandai oleh karakteristik tingkat permintaan dan periode
kedatangan pesanan yang bisa diketahui sebelumnya secara pasti.
Sebaliknya, jika salah satu atau kedua parameter itu tidak dapat diketahui
secara pasti sebelumnya, sehingga harus didekati dengan distribusi
probabilitas, maka hal itu termasuk kelompok model Probabilistik (Hillier
and Lieberman, 2000:90).
Tujuan yang hendak dicapai dalam suatu penyelesaian masalah
persediaan adalah akan meminimumkan biaya total persediaan. Biaya-biaya
yang digunakan adalah (Hillier and Lieberman, 2000:89):
1. Biaya Pesan (Ordering Cost)
Biaya pesan timbul pada saat terjadi proses pemesanan suatu barang. Biaya-
biaya pembuatan surat, telepon, fax dan biaya-biaya overhand lain yang
secara proporsional timbul karena proses pembuatan sebuah pesanan barang
adalah contoh biaya pesan.
-
36
2. Biaya Simpan (Carrying Cost)
Biaya simpan timbul pada saat terjadi proses penyimpanan suatu barang.
Biaya-biaya sewa gedung, premi asuransi, biaya keamanan dan biaya-biaya
overhand lain yang timbul karena proses penyimpanan suatu barang, maka
dikenakan biaya simpanan.
3. Biaya Kehabisan Persediaan (Stockout Cost)
Biaya kehabisan pesanan timbul pada saat persediaan habis atau tidak
tersedia.Termasuk dalam kategori biaya ini adalah kerugian karena mesin
berhenti atau karyawan tidak bekerja dan peluang yang hilang untuk
memperoleh keuntungan.
4. Biaya Pembeli (Purchase Cost)
Biaya pembelian yang timbul pada saat pembelian suatu barang.Identifikasi
dan penetapan biaya-biaya tersebut sebagai parameter-parameter model
merupakan langkah kritis pertama sebelum penerapan model itu sendiri
(Siswanto,2007:87).
Pengelolaan persediaan barang sangat penting untuk menjaga agar
persediaaan barang yang ada tidak terlalu banyak tetapi juga tidak terlalu
sedikit. Masalah penentuan jumlah dana atau alokasi dana dalam persediaan
mempunyai dampak langsung terhadap keuntungan perusahaan, Freddy
Rangkuti (2007:2) dalam Setiawan (2009:18). Persediaan barang yang
terlalu banyak memerlukan biaya-biaya penyelenggaraan, resiko-resiko dan
investasi yang sangat tinggi.Sehingga terlalu banyaknya uang yang tertanam
-
37
dalam persediaan barang dapat merugikan perusahaan karena uang tersebut
tidak menghasilkan keuntungan.
Sebaliknya investasi dalam persediaan yang terlalu kecil akan
mempunyai dampak yang menekan keuntungan, juga karena kekurangan
bahan baku akan mengakibatkan perusahaan tidak dapat bekerja dengan
kapasitas penuh yang berarti tenaga kerja dan aktiva perusahaan tidak dapat
dimanfaatkan secara penuh, sehingga akan mempertinggi biaya produksi
rata-rata, yang akhirnya akan menekan keuntungan yang diperoleh
perusahaan. Tingkat persediaan yang tidak memadai mungkin akan
menimbulkan kerugian karena adanya permintaan yang tidak terpenuhi,
(Bambang Riyanto, 2001:69) dalam Setiawan (2009:18).
Menurut Hanafi (2010:82) analisis efisiensi dan efektifitas
persediaan dapat diketahui dari perputaran persediaan (inventory turnover)
dan rata-rata hari persediaan (average day’s inventory).Rasio ini digunakan
untuk mengukur efektif tidaknya perusahaan dalam menggunakan dan
mengendalikan persediaan.Kemudian membandingkan dengan ratio rata-
rata industrinya, apabila ratio perusahaan lebih rendah dari rata-rata
industrinya, maka dapat dikatakan perusahaan memiliki banyak persediaan
yang telah usang atau persediaan yang terlalu tinggi.Tinggi rendahnya
perputaran persediaan mempunyai pengaruh langsung terhadap modal
perusahaan yang diinvestasikan pada persediaan.Makin tinggi perputaran
persediaan berarti makin rendah modal yang terikat pada persediaan.
-
38
Menurut Copeland (2000:230) dalam Furdani (2011:25)
mengungkapkan bahwa inventory turnover adalah penjualan barang selama
periode tertentu dibagi dengan persediaan pada periode tersebut. Perputaran
persediaan merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali
dana yang ditanam dalam persediaan (inventory) ini berputar dalam suatu
periode. Rasio ini dikenal dengan nama rasio perputaran persediaan
(inventory turnover). Dapat diartikan pula bahwa perputaran persediaan
merupakan rasio yang menunjukan beberpa kali jumlah barang persediaan
diganti dalam satu tahun, semakin kecil rasio ini semakin jelek begitupula
sebaliknya (Kasmir, 2011:180).
Munawir (2002:64) dalam Furdani (2011:25) Inventory turnover
merupakan ratio antara jumlah harga pokok barang yang dijual dengan nilai
rata-rata yang dimilki oleh perusahaan.Turnover ini menunjukan berapa kali
jumlah persediaan barang dagangan diganti dalam satu tahun (dijual dan
diganti). Sedangkan Prastowo dan Rifka Juliyanti (2008:87) menjelaskan
rasio perputaran persediaan mengukur berapa kali persediaan perusahaan
telah dijual selama periode tertentu, misalnya selama satu tahun. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa tingkat perputaran persediaan adalah
lamanya waktu rata-rata berapa kali persediaan tersebut diganti dalam
kurung waktu tertentu.
Perputaran persediaan barang merupakan salah satu teknik
pengendalian jumlah barang adalah dengan menggunakan rasio perputaran
persediaan barang. Suatu tingkat perputaran persediaan yang rendah dapat
-
39
menunjukan adanya investasi yang terlalu besar dalam persediaan barang.
Sebaliknya tingkat perputaran persediaan barang yang tinggi menunjukan
makin pendek waktu terikatnya modal dalam persediaan barang pada suatu
periode tertentu. Menurut Kasmir (2011:180) cara menghitung rasio
perputaran persediaan dilakukan dengan dua cara yaitu: Pertama, dengan
membandingkan antara harga pokok barang yang dijual denga nilai
persediaan. Dan yang kedua dengan cara membandingkan nilai penjualan
dengan persediaan. Apabila rasio yang diperoleh lebih tinggi, ini
menunjukan perusahaan bekerja secara efisien dan likuid persedian semakin
membaik. Demikian pula apabila perputaran persediaan rendah berarti
persediaan bekerja secara tidak efisien atau tidak produktif dan banyak
barang persediaan yang menumpuk, hal ini akan mengakibatkan investasi
dalam tingkat pengendalian yang rendah. Adapun secara jelas rumus untuk
mencari perputaran persediaan dapat digunakan denganInventory turn over
𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 =𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑜𝑘𝑜𝑘 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 𝑥1
Sumber: Kasmir, 2011:180
c. Perputaran Piutang (Account Receivable Turn Over)
1. Pengertian Piutang
Secara umum istilah piutang timbul karena adanya kebijakan
penjualan kredit di dalam perusahaan. Penjualan kredit ini tidak segera
menghasilkan penerimaan kas pada saat penjualan dilakukan, tetapi
menimbulkan piutang dan akan berubah menjadi kas pada saat terjadi
pelunasan piutang oleh pelanggan. Piutang tersebut meliputi semua
-
40
klaim dalam bentuk uang terhadap peroranngan atau organisasi.Reeve
dan Fess (2005:404) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan piutang
adalah sebagai berikut “Piutang meliputi semua klaim dalam bentuk
uang terhadap pihak lainnya, termasuk individu, perusahaan, atau
organisasi lainnya.”
Yusuf (2005:52) mengemukakan bahwa pengertian dari
piutang adalah sebagai berikut :“Piutang merupakan hak untuk
menagih sejumlah uang dari si penjual kepada si pembeli yang timbul
karena adanya suatu transaksi.”Sedangkan Muslich (2003:109)
mengemukakan yang dimaksud dengan piutang adalah sebagai
berikut “Piutang terjadi karena penjualan barang dan jasa tersebut
dilakukan secara kredit yang umumnya dilakukan untuk memperbesar
penjualan. Tetapi disisi lain, peningkatan piutang juga membutuhkan
penambahan pembiayaan, biaya untuk analisis kredit dan penagihan
piutang serta kemungkinan piutang yang macet dan tak dapat ditagih.”
Penjualan secara kredit tidak segera menghasilkan penerimaan
kas, tetapi menimbulkan piutang kemudian pada hari jatuh tempo
yang telah disyaratkan terjadi aliran kas masuk (cash inflows) yang
berasal dari pengumpulan piutang tersebut. Dengan demikian maka
piutang merupakan elemen modal kerja yang selalu dalam keadaan
berputar secara terus menerus dalam rantai perputaran modal kerja.
Dengan demikian piutang adalah suatu akun yang timbul akibat
adanya transaksi penjualan barang atau jasa secara kredit dengan
-
41
tujuan untuk meningkatkan penjualan. Piutang biasanya mempunyai
waktu jatuh tempo kurang dari satu tahun dan termasuk kedalam
aktiva lancar.
2. Klasifikasi Piutang
Reeve dan Fess (2006: 76) mengklasifikasikan piutang ke dalam
tiga kategori yaitu piutang usaha, wesel tagih dan piutang lain-lain
sebagai berikut :
a. Piutang Usaha
Piutang usaha timbul dari penjualan secara kredit agar dapat menjual
lebih banyak produk atau jasa kepada pelanggan. Transaksi paling umum
yang menciptakan piutang usaha adalah penjualan barang dan jasa secara
kredit. Piutang tersebut dicatat dengan mendebit akun piutang usaha.
Piutang usaha semacam ini normalnya diperkirakan akan tertagih dalam
periode waktu yang relatif pendek, seperti 30 atau 60 hari. Piutang usaha
diklasifikasikan di neraca sebagai aktiva lancar.
b. Wesel tagih
Wesel tagih adalah jumlah yang terutang bagi pelanggan di saat
perusahaan telah menerbitkan surat utang formal. Sepanjang wesel tagih
diperkirakan akan tertagih dalam setahun, maka biasanya diklasifikasikan
dalam neraca sebagai aktiva lancar. Wesel biasanya digunakan untuk
periode kredit lebih dari enam puluh hari. Wesel bisa digunakan untuk
menyelesaikan piutang usaha pelanggan. Bila wesel tagih dan piutang
-
42
usaha berasal dari transaksi penjualan maka hal itu kadang-kadang
disebut piutang dagang (trade receivable).
c. Piutang Lain-lain
Piutang lain-lain biasanya disajikan secara terpisah dalam neraca.
Jika piutang ini diharapkan akan tertagih dalam satu tahun, maka piutang
tersebut diklasifikasikan sebagai aktiva lancar. Jika penagihannya lebih
dari satu tahun maka piutang ini diklasifikasikan sebagai aktiva tidak
lancar dan dilaporkan di bawah judul investasi. Piutang lain-lain (other
receivable) meliputi piutang bunga, piutang pajak, dan piutang dari
pejabat atau karyawan perusahaan.
3. Pengukuran Perputaran Piutang
Menurut Soemarso (2010:393), menyatakan bahwa perputaran
piutang (receivable turnover) menunjukkan berapa kali suatu perusahaan
menagih piutangnya dalam suatu periode. Perputaran piutang
menunjukkan efisiensi perusahaan dalam mengelola piutangnya.
Perputaran piutang rendah menunjukkan efisiensi penagihan makin buruk
selama periode itu karena lamanya penagihan dilakukan.
Menurut Reeve dan Warren (2009:457), terdapat dua ukuran
keuangan yang berguna dalam mengevaluasi efisiensi penagihan piutang,
yaitu :
a. Perputaran piutang usaha (account receivable turnover)
-
43
Menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menangani atau
mengumpulkan piutangnya. Semakin besar rasio ini semakin besar
pula resiko kemungkinan tidak tertagihnya piutang, dan jika
perusahaan tidak membuat cadangan terhadap kemungkinan kerugian
yang timbul karena tidak tertagihnya piutang berarti perusahaan telah
memperhitungkan laba terlalu besar.
Mengukur berapa kali piutang dapat diubah menjadi kas selama
tahun berjalan. Piutang usaha rata-rata dihitung dengan menggunakan
data bulanan, dengan menambahkan saldo awal dan saldo akhir
piutang usaha dan membaginya menjadi dua. Dapat dirumuskan
dengan rumus:
b. Jumlah hari penjualan dalam piutang usaha (number of days sales
in receivables)
Merupakan estimasi lamanya piutang belum dibayar. Penjualan
harian rata-rata dihitung dengan membagi penjualan bersih dengan 365
hari.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan
bahwa perputaran piutang adalah menunjukkan berapa kali suatu
perusahaan menagih piutangnya dan berapa kali piutang tersebut dapat
diubah menjadi kas selama tahun berjalan.
Perputaran Piutang (Account Receivable Turn Over) = Penjualan
Piutangx 1
-
44
3. Rasio Profitabilitas
a. Pengetian Profitabilitas
Profitabilitas menurut Riyanto (2011:45) menjelaskan bahwa
menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui
semua kemampuan dan sumber yang ada seperti penjualan, kas, modal,
jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya Sedangkan Brigham
dan Daves (2010:56) menyatakan bahwa profitabilitas adalah hasil
akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang telah dilakukan oleh
suatu perusahaan.
Ada beberapa pengukuran terhadap profitabilitas perusahaan
dimana masing-masing pengukuran dihubungkan dengan volume
penjualan, total aktiva dan modal sendiri. Secara keseluruhan
pengukuran ini akan memungkinkan untuk mengevaluasi tingkat
earning dalam hubungannya dengan volume penjualan, jumlah aktiva
dan investasi tertentu dari pemilik perusahaan. Tanpa adanya
keuntungan akan sangat sulit bagi perusahaan untuk menarik modal
dari luar. Husnan (2012: 103) menyatakan bahwa rasio profitabilitas
digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva perusahaan
yang dapat dikaitkan dengan tingkat penjualan yang dapat diciptakan.
b. Hubungan Profitabilitas Dengan Modal Kerja
Semakin tinggi jumlah modal kerja yang penggunaannya diatur
untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran untuk kegiatan operasi
perusahaan sehari-hari akan menguntungkan bagi perusahaan karena di
-
45
samping memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi secara
ekonomis dan perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan.
Pendeknya periode perputaran modal kerja, maka profitabilitas
perusahaan akan semakin meningkat. Sebaliknya semakin lamaperiode
perputaran modal kerja, maka profitabilitas perusahaan akan
semakinmenurun.
Penggunaan modal kerja harus dikelola seefektif mungkin agar
profitabilitas perusahaan dapat ditingkatkan. Kebijakan perusahaan
dalam mengelola jumlah modal secara tepat akan mengakibatkan
keuntungan, sedangkan akibat dari penanaman modal kerja yang
kurang tepat akan mengakibatkan kerugian.
c. Alat Ukur Profitabilitas Menggunakan Return On Asset (ROA)
1. Pengertian Return on Asset (ROA)
Return on Assets (ROA) merupakan salah satu rasio
profitabilitas. Dalam analisis laporan keuangan, rasio ini paling
sering disoroti, karena mampu menunjukkan keberhasilan
perusahaan menghasilkan keuntungan. ROA mampu mengukur
kemampuan perusahaan manghasilkan keuntungan pada masa
lampau untuk kemudian diproyeksikan di masa yang akan datang.
Assets atau aktiva yang dimaksud adalah keseluruhan harta
perusahaan, yang diperoleh dari modal sendiri maupun dari modal
asing yang telah diubah perusahaan menjadi aktiva-aktiva
perusahaan yang digunakan untuk kelangsungan hidup perusahaan.
-
46
Menurut Brigham dan Houston (2001:90), “Rasio laba
bersih terhadap total aktiva mengukur pengembalian atas total
aktiva (ROA) setelah bunga dan pajak”.Menurut Horne dan
Wachowicz (2005:235), “ROA mengukur efektivitas keseluruhan
dalam menghasilkan laba melalui aktiva yang tersedia; daya untuk
menghasilkan laba dari modal yang diinvestasikan”. Horne dan
Wachowicz menghitung ROA denganmenggunakan rumus laba
bersih setelah pajak dibagi dengan total aktiva.
Riyanto (2001:336) menyebut istilah ROA dengan Net
Earning Power Ratio (Rate of Return on Investment / ROI) yaitu
kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan
aktiva untuk menghasilkan keuntungan neto. Keuntungan neto
yang beliau maksud adalah keuntungan neto sesudah pajak.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ROA dalam
penelitian ini adalah mengukur perbandingan antara laba bersih
setelah dikurangi beban bunga dan pajak (Earning After Taxes /
EAT) yang dihasilkan dari kegiatan pokok perusahaan dengan total
aktiva (assets) yang dimiliki perusahaan untuk melakukan aktivitas
perusahaan secara keseluruhan dan dinyatakan dalam persentase.
2. Perhitungan Return On Assets
Menurut Brigham dan Houston (2001: 98), pengembalian
atas total aktiva (ROA) dihitung dengan cara membandingkan laba
-
47
bersih yang tersedia untuk pemegang saham biasa dengan total
aktiva.
𝑅𝑂𝐴 =𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
Sumber: Brigham dan Houston (2001: 98)
Semakin besar nilai ROA, menunjukkan kinerja perusahaan
yang semakin baik pula, karena tingkat pengembalian investasi
semakin besar. “Nilai ini mencerminkan pengembalian perusahaan
dari seluruh.
3. Kelebihan dan Kelemahan ROA
a) Kelebihan ROA diantaranya sebagai berikut:
(1) ROA mudah dihitung dan dipahami.
(2) Merupakan alat pengukur prestasi manajemen yang sensitif
terhadap setiap pengaruh keadaan keuangan perusahaan.
(3) Manajemen menitikberatkan perhatiannya pada perolehan
laba yang maksimal.
(4) Sebagai tolok ukur prestasi manajemen dalam
memanfaatkan assets yang dimiliki perusahaan untuk
memperoleh laba.
(5) Mendorong tercapainya tujuan perusahaan.
(6) Sebagai alat mengevaluasi atas penerapan kebijakan-
kebijakan manajemen.
-
48
b) Di samping beberapa kelebihan ROA di atas, ROA juga
mempunyai kelemahan di antaranya:
(1) Kurang mendorong manajemen untuk menambah assets
apabila nilai ROA yang diharapkan ternyata terlalu tinggi.
(2) Manajemen cenderung fokus pada tujuan jangka pendek
bukan pada tujuan jangka panjang, sehingga cenderung
mengambil keputusan jangka pendek yang lebih
menguntungkan tetapi berakibat negatif dalam jangka
panjangnya.
C. Hubungan Antar Variabel
1. Hubungan antar Perputaran Kas (Cash turnover) dengan ROA
Perputaran kas merupakan pengeluaran kas untuk suatu per
top related