analisis penggunaan bahasa indonesia yang baik dan benar pada spanduk, papan nama, baliho, dll
Post on 20-Oct-2015
1.443 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ANALISIS PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR PADA SPANDUK, PAPAN NAMA,
BALIHO, DLL.
Diajukan sebagai tugas akhir mata kuliah Bahasa Indonesia
Disusun oleh :
Ridha Rahmah Sufri 1207101010013Anita Purnama Sari 1207101010007Pocut Adilla Nadiva 1207101010160M. Siddiq Wananda 1207101010Nurmanisa 1207101010120Muharrir 1207101010031
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2013
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbilalamin. Segala puji bagi Allah yang telah menolong kami
menyelesaikan laporan ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan NYA mungkin
penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik. Selawat dan salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta yakni nabi Muhammad SAW.
Laporan ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang penulisan spanduk,
papan nama, baliho, dll. yang sesuai kaidah Bahasa indonesia, dan kami sajikan berdasarkan
pengamatan dari berbagai sumber. Laporan ini disusun oleh penyusun dengan berbagai
rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan
penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari allah SWT akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.
Semoga laporan ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan
kritiknya. Terima kasih.
Banda Aceh, 13 Januari 2013
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Laporan penelitian ini kami buat untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia. Dengan
dibuatnya laporan penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dari pembaca.
Sekarang ini, banyak sekali pelajar bahkan masyarakat yang masih rancu menempatkan
kata dalam kalimat. Disadari atau tidak, penggunaan kata sering sekali tidak tepat dalam
penggunaannya. Disamping itu kerancuan pun kerap membingungkan masyarakat dalam
penggunaan bahasa baku. Pelajar atau masyarakat sering kali tidak memperhatikan apakah
tulisannya sesuai aturan atau tidak. Yang penting tujuan dan maksud mereka tersampaikan.
Selain itu ketidakpahaman penggunaan tanda baca, menyebabkan banyak tulisan-tulisan di
spanduk, papan nama, selembaran, dan mading tidak sesuai kaidah Bahasa Indonesia. Banyak
ditemui kata yang tidak baku dan juga ditemukan kesalahan dalam penulisan tanda baca yang
tidak sesuai dengan ejaan yang disempurnakan. Hal itulah yang menyebabkan dalam sebuah
tulisan kerap tidak sesuai dengan EYD ataupun bahasa baku.
Sebagai bahasa baku, terdapat standar tertentu yang harus dipenuhi dalam penggunaan
ragam bahasa. Standar tersebut meliputi penggunaan tata bahasa dan ejaan bahasa Indonesia
yang disempurnakan. Tata bahasa Indonesia yang baku salah satunya meliputi penggunaan kata,
dan EYD yang sesuai dengan kaidah baku. Kaidah tata bahasa Indonesia yang baku adalah
kaidah tata bahasa Indonesia sesuai dengan aturan berbahasa yang ditetapkan oleh Pusat Bahasa
Indonesia. Sementara itu, kaidah ejaan bahasa Indonesia yang baku adalah kaidah ejaan bahasa
Indonesia yang disempurnakan.
B. Rumusan Masalah
Apa saja kesalahan pada spanduk, papan nama, baliho, dll. yang tidak sesuai kaidah
Bahasa indonesia, baik penulisan kata yang tidak baku maupun penggunaan tanda baca?
C. Tujuan Penelitian
Mendeskripsikan kesalahan-kesalahan penggunaan tata bahasa baku dan tanda baca, pada
spanduk, papan nama, baliho, dll.
D. Manfaat Penulisan
Semoga tulisan ini dapat memberikan informasi, bagaimana penggunaan bahasa baku dan
tanda baca yang sesuai dengan kaidah ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan. Sehingga
kesalahan-kesalahan tersebut tidak terulang lagi pada setiap kegiatan menulis.
BAB II
HASIL ANALISIS
1. Kesalahan penulisan kata serapan jemaah.
Kata
serapan
adalah
kata dalam
Bahasa
Indonesia
yang
bersumber atau diserap dari bahasa asing untuk keperluan mencari padanan kata yang tepat.
Penyerapan bahasa dilakukan berdasarkan ketentuan berikut :
1. Istilah serapan yang dipilih lebih cocok karena konotasinya.
2. Istilah serapan yang dipilih lebih singkat dibandingkan dengan terjemahan
Indonesianya.
3. Istilah serapan yang dipilih dapat mempermudah tercapainya kesepakatan jika istilah
Indonesia terlalu banyak sinonimnya.
Kata-kata serapan tersebut kebanyakan telah disesuaikan dengan kondisi Bahasa
Indonesia, baik lafal maupun ejaannya. Jika kita ragu-ragu atau belum tau arti dan penggunaan
kata serapan tersebut, kita dapat melihatnya di kamus, misalnya Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Dilihat dari taraf penyerapannya ada tiga macam kata serapan, yaitu :
1. Kata asing yang sudah diserap sepenuhnya ke dalam Bahasa Indonesia.
Misalnya : kab, sirsak, iklan, perlu, hadir, badan, waktu, kamar, botol, sekolah, ember.
2. Kata asing yang dipertahankan karena sifat keinternasionalan-nya, penulisan dan
pengucapan masih mengikuti cara asing .
Misalnya : shuttle cock, knock out, time out, check in, built up, complete knock down,
fitnes, chip, server, web, linux, gigabyte, microsoft word, dan lain-lain.
3. Kata asing yang berfungsi untuk memperkaya peristilahan, ditulis sesuai EYD,
Misalnya : komputer (computer), matematika (mathemathic), bisnis (bussines), karakter
(character), tim (team), aset (asset), praktik (practice).
Berdasarkan gambar di atas, jelas terlihat di sana terdapat kesalahan dalam penulisan kata
serapan jemaah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata serapan untuk penulisan di atas
adalah :
jemaah /je·ma·ah/ n 1 kumpulan atau rombongan orang beribadah; -- haji; 2 orang
banyak; publik.
berjemaah /ber·je·ma·ah/ v bersama-sama (salat dsb).
Jadi, untuk penulisan kata “jama’ah” pada gambar di atas harus diganti menjadi kata
“jemaah”.
2. Kesalahan penulisan kata praktik, penempatam kata jam, dan
penulisan singkatan sampai dengan.
a. Penulisan kata praktik
Telah dijelaskan pada poin pertama tentang penulisan kata serapan. Dengan begitu untuk
penulisan kata “praktek” pada gambar di atas harus diganti menjadi kata “praktik”. Karena kata
praktik diserap dari Bahasa Inggris practice.
Berdasarkan Kamus Basar Bahasa Indonesia, penulisan yang baku untuk kata serapan
praktik adalah :
praktik /prak·tik/ n 1 pelaksanaan secara nyata apa yg disebut dl teori; 2 pelaksanaan
pekerjaan (tt dokter, pengacara, dsb); 3 perbuatan menerapkan teori (keyakinan dsb).
berpraktik /ber·prak·tik/ v melakukan (melaksanakan) pekerjaan (tt dokter, pengacara,
dsb).
mempraktikkan /mem·prak·tik·kan/ v melakukan (apa yg tsb dl teori, pelajaran, dsb);
melaksanakan; menunaikan.
a. Penulisan singkatan sampai dengan
Menurut Ejaan yang Disempurnakan (EYD), singkatan adalah bentuk singkat yang terdiri
atas satu huruf atau lebih. Bentuk yang mirip dengan singkatan adalah akronim yang oleh EYD
didefiniskan sebagai singkatan dari dua kata atau lebih yang diperlakukan sebagai sebuah kata.
Secara sederhana, untuk membedakan singkatan dengn akronim adalah dari cara membacanya.
Umumnya, sebuah singkatan dibaca satu per satu huruf, tidak sekaligus, sedangkan akronim
dibaca sekaligus, dianggap sebuah kata utuh.
Aturan pemakaian singkatan sebagai berikut :
1. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti tanda titik dibelakang
tiap-tiap singkatan itu.
Contoh:
A.H. Nasution
M.B.A.
M.Hum.
Bpk.
Sdr.
Kol.
2. Singkatan yang berupa gabungan huruf diikuti dengan tanda titik.
Contoh:
jml. (jumlah)
kpd. (kepada)
tgl. (tanggal)
yg. (yang)
dl. (dalam)
No. (nomor)
3. Singkatan gabungan kata yang terdiri atas tiga huruf diakhiri titik.
Contoh:
dll. (dan lain-lain)
dsb. (dan sebagainya)
Yth. (yang terhormat)
4. Singkatan gabungan kata yang terdiri atas dua huruf (lazim digunakan dalam surat menyurat)
masing-masing diikuti tanda titik.
Contoh:
a.n. (atas nama)
s.d.(sampai dengan)
u.b. (untuk beliau)
u.p. (untuk perhatian)
5. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta
nama dokumen resmi yang terdiri atas gabungan huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan
tidak diikuti dengan tanda titik.
Contoh:
DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)
PBB (Perserikatan Bangsa Bangsa)
WHO (World Health Organization)
PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia)
6. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti
dengan titik.
Contoh:
Cu (kuprum)
cm (sentimeter)
kg (kilogram)
kVA (kilovolt ampere)
Rp (rupiah)
TNT (trinitrotoluene)
Jadi, kalau diperhatikan dengan seksama, tanda baca yang boleh ada dalam penulisan
singkatan adalah titik (.), tanda baca lain tidak diperkenankan, seperti garis miring (/). Sebab itu,
penulisan s/d (sampai dengan) tidak sesuai ejaan, yang benar adalah s.d.
b. Penempatan kata jam
Menurut Buku Praktis Bahasa Indonesia Jilid 2 (BPBI 2), kata jam dan pukul masing-
masing mempunyai makna sendiri yang berbeda satu sama lain (Sugono, 2007). Kata jam
menunjukkan makna ‘jangka waktu’, sedangkan kata pukul mengandung pengertian ‘saat
tertentu’. Pertanyaan “berapa jam?” (untuk menanyakan jangka waktu) dan ”pukul berapa?”
(untuk menanyakan saat tertentu) merupakan contoh singkat yang dapat menggambarkan
perbedaan penggunaan kedua kata ini.
Sebenarnya, KBBI tidak secara tegas ‘melarang’ penggunaan jam untuk menyatakan
‘saat tertentu’. Inilah pengertian KBBI untuk jam dan pukul ini:
1jam n 1 alat untuk mengukur waktu (spt arloji, lonceng dinding); 2 waktu yg lamanya 1/24 hari
(dr sehari semalam); 3 saat tertentu, pd arloji jarumnya yg pendek menunjuk angka tertentu dan
jarum panjang menunjuk angka 12 (pd lonceng disertai dng dentang suara bandul memukul
logam atau bel); pukul: ia bangun — lima pagi; 4 waktu; saat: – berangkat kereta api senja ke
Yogyakarta ialah pukul enam sore.
2pu·kul n saat yg menyatakan waktu.
Kata jam berasal dari bahasa Arab zām (Jones, 2008), sedangkan kata pukul tampaknya
merupakan kosakata asli bahasa Melayu.
Dengan begitu kata “jam” pada gambar di atas jelas bukan menunjukan waktu.
Seharusnya kata “jam” diganti menjadi kata “pukul” yang merupakan menunjukan waktu. Jadi
kata “jam” di atas kurang tepat penempatannya yang seharusnya menggunakan kata “pukul”.
3. Kesalahan penulisan kata penghubung.
Kata depan (preposisi) yang terletak di tengah penulisan judul tidak ditulis dengan huruf
besar pada huruf pertamanya. Apabila kata depan ditulis di awal penulisan judul, maka
menggunakan huruf besar pada huruf pertamanya.
Daftar Kata-kata Depan: di, ke, pada, kepada, dari, daripada, terhadap, dll.
Contoh:
- Di Hampar Biru Tudung Langit
- Keluhan Petani Pantura terhadap Kelangkaan Pupuk SP 36
- Dukungan Pelaksanaan FFI 2007 di Pekanbaru
Jadi, untuk penulisan kalimat di atas yang benar adalah “Buanglah Sampah pada
Kontainer yang Telah Disediakan”.
4. Kesalahan penulisan kata november.
Dari spanduk yang ada pada gambar tersebut, dapat kita lihat kesalahan yang sangat
umum terjadi pada penulisan kata november. Pada spanduk tersebut tertulis “nopember”,
seharusnya penulisan baku untuk kata nopember adalah november.
Kita juga dapat melihat bahwa pemakain tanda hubung (-) setelah angka 2012 tidak perlu
digunakan. Mereka dapat mengmbil alternatif lain seperti tanda koma (,).
5. Kesalahan penulisan kata elite, dan preposisi di.
a. Penulisan preposisi di
Menurut Warsidi (2005:20) “Preposisi adalah
kata yang berfungsi untuk mengintrodusir kata/frase
benda, dan membentuk frase baru bernama frase
preposisional. Umumnya, preposisi digunakan sebagai
penanda waktu, lokasi, posisi, dan arah”. Sedangkan,
menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, “kata depan
atau preposisi adalah kata yang biasanya terdapat di
depan nomina, msl, dari, dengan, di, dan ke” (Pusat
Bahasa, 1990 : 700). Dari pengertian menurut Warsidi
dan KBBI, dapat disimpulkan bahwa kata depan adalah
kata yang membentuk frase preposisional di dalam kalimat yang penulisannya biasanya
mendahului nomina (kata benda) sebagai penanda waktu, lokasi, posisi dan arah.
Menurut Edi Warsidi (2005:20), penggunaan preposisi di ada beberapa macam, yaitu :
Preposisi, di ditulis terpisah dari keterangan tempat yang mengikutinya. Contoh : di rumah, di
pasar, di jalan, di restoran, di Manado.
Untuk keterangan tempat yang lebih spesifik, preposisi di mendapat tambahan kata yang sesuai
dengan kekhususan tersebut, seperti atas, bawah, luar, dalam, muka. Dalam konteks ini,
preposisi di tetap ditulis terpisah dari kata tambahan tersebut. Contoh: di atas meja, di bawah
ranjang, di luar rumah, di dalam kamar, di muka toko.
Preposisi di juga ditulis terpisah jika diikuti kata-kata seperti antara (di antara), samping (di
samping), mana (di mana), sana (di sana).
Jika menunjukan waktu (senja,masa), kata ganti orang (saya, kamu), kata benda abstrak
(pertandingan, pertemuan), keterangan tempat yang didahului oleh angka (sebuah rumah, dua
kamar), keterangan tempat yang tidak sebenarnya (wajahmu, dagu) kata depan di tidak boleh
dipakai tetapi menggunakan kata depan pada
Menurut KBBI, kata depan di, ke, dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya,
kecuali di dalam gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata, seperti kepada dan
daripada” (Pusat Bahasa, 1990 : 1028)
Perbedaan Kata Depan Di Dengan Imbuhan (prefiks) Di- adalah prefiks "di-" selalu
diikuti oleh verba (kata kerja) dan ditulis serangkai dengan verba tersebut. Sedangkan sebagai
preposisi, "di" selalu diikuti oleh kata yang menerangkan tempat. Dalam hal ini, "di" ditulis
terpisah dari keterangan tempat yang mengikutinya. Contoh prefiks: ditulis, dimakan, dan
didorong. Contoh preposisi: di jalan, di kantor, dan di Bandung (Keraf, 1984 : 81).
Jadi, penulisan kata DIKAWASAN dan DIBANDA ACEH yang benar untuk gambar di
atas adalah DI KAWASAN dan DI BANDA ACEH.
b. Penulisan kata elite
Telah dijelaskan pada poin pertama tentang penulisan kata serapan. Dengan begitu untuk
penulisan kata “elit” pada gambar di atas harus diganti menjadi kata “elite”. Karena kata elite
diserap dari Bahasa Inggris elite
Berdasarkan Kamus Basar Bahasa Indonesia, penulisan yang baku untuk kata serapan
Elit adalah :
elite /eli·te/ /élité/ n 1 orang-orang terbaik atau pilihan dl suatu kelompok; 2 kelompok
kecil orang-orang terpandang atau berderajat tinggi (kaum bangsawan, cendekiawan,
dsb).
6. Kesalahan penulisan kata fotokopi.
Dari gambar tersebut, dapat kita lihat kesalahan yang sangat umum terjadi pada penulisan
kata fotokopi. Pada gambar tersebut tertulis “foto copy” yang merupakan gabungan dari
penulisan kata indonesia dan inggris, seharusnya penulisan baku Bahasa Indonesia untuk kata
foto copy adalah fotokopi. Karena kata fotokopi diserap dari Bahasa Inggris photo copy.
Berdasarkan Kamus Basar Bahasa Indonesia, penulisan yang baku untuk kata fotokopi
adalah :
fotokopi /fo·to·ko·pi/ n hasil reproduksi (penggandaan) fotografis thd barang cetakan
(tulisan).
memfotokopi /mem·fo·to·ko·pi/ v membuat reproduksi dng mesin fotokopi.
7. Kesalahan penulisan kata apotek.
Dari gambar tersebut, dapat kita lihat kesalahan yang sangat umum terjadi pada penulisan
kata apotek. Pada gambar tersebut tertulis “apotik”, seharusnya penulisan baku untuk kata apotik
adalah apotek.
Berdasarkan Kamus Basar Bahasa Indonesia, penulisan yang baku untuk kata apotek
adalah :
apotek /apo·tek/ /apoték/ n toko tempat meramu dan menjual obat berdasarkan resep
dokter serta memperdagangkan barang medis; rumah obat.
8. Kesalahan penulisan kata dijual.
Telah dijelaskan pada penjelasan
gambar 5 tentang penggunaan prefiks di,
prefiks "di-" selalu diikuti oleh verba
(kata kerja) dan ditulis serangkai dengan
verba tersebut. Contoh prefiks: ditulis,
dimakan, dan didorong.
Maka, jelas terlihat penggunaan
prefiks di pada gambar salah. Seharusnya,
penulisan kata DI JUAL yang benar pada
gambar adalah DIJUAL.
9. Kesalahan penulisan harga.
Bilangan mata uang dapat ditulis dengan
angka ataupun huruf. Penulisan bilangan dengan
angka menggunakan tanda titik sebagai pemisah
ribuan (thousands separator) dan tanda
koma sebagai penanda desimal (decimal mark),
misalnya Rp50.000,00. Jika bilangan ditulis
dengan huruf, lambang mata uang tidak dapat
dipakai dan digunakan ejaan mata uang,
misalnya lima puluh ribu rupiah tidak dapat
ditulis Rp lima puluh ribu. Kedua cara penulisan
bilangan (dengan angka atau dengan huruf) ini
tidak perlu digunakan sekaligus, kecuali dalam dokumen resmi seperti akta atau kuitansi,
misalnya, “Nilai kontrak ini adalah Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah).”
Terkait dengan penulisan bilangan dengan huruf, besaran kelipatan ribuan yang cukup
umum dikenal adalah ribu, juta, miliar, dan biliun. Sebenarnya kita masih punya sistem bilangan
besar berikutnya, yaitu kuadriliun, kuintiliun, sekstiliun, septiliun, oktiliun, noniliun,
dan desiliun.
Jadi, penulisan harga yang tepat untuk gambar di atas adalah Rp10.000,00 (sepuluh ribu
rupiah).
10.Kesalahan penulisan harga, dan kalimat.
Telah dijelaskan pada penjelasan gambar 9 tentang penulisan harga yang sesuai EYD.
Dari gambar terlihat kesalahan penulisan harga. Seharusnya harga pada gambar di atas ditulis
Rp269.000,00 (dua ratus enam puluh sembilan ribu rupiah).
Penulisan beberapa kalimat pada gambar di atas juga terdapat kesalahan. Penulisan
kalimat “3x sehari”, seharusnya penulisan kalimat tersebut ditulis “3 kali sehari” atau “tiga kali
sehari”. Juga pada kalimat “Rute Baru dari Jakarta (gambar pesawat) Surabaya”, kalimat ini
dapat memusingkan orang karena maknanya tidak jelas. Seharusnya penulisan kalimat tersebut
adalah “Rute Baru dari Jakarta ke Surabaya”. Penulisan ke tidak perlu diganti dengan gambar
pesawat.
11.Kesalahan penulisan kata fotokopi dan ekspres.
Dari gambar tersebut, dapat kita lihat kesalahan yang sangat umum terjadi pada penulisan
kata ekspres. Pada gambar tersebut tertulis “express” yang merupakan penulisan kata dalam
Bahasa Inggris, seharusnya penulisan baku Bahasa Indonesia untuk kata express adalah ekspres.
Berdasarkan Kamus Basar Bahasa Indonesia, penulisan yang baku untuk kata fotokopi
adalah :
ekspres /eks·pres //éksprés/ a cepat; pesat
Kesalahan kata fotokopi telah di jelaskan pada penjelasan gambar 6.
12.Kesalahan penulisan kata disewakan.
Telah dijelaskan pada penjelasan gambar 5
tentang penggunaan prefiks di, prefiks "di-"
selalu diikuti oleh verba (kata kerja) dan
ditulis serangkai dengan verba tersebut.
Contoh prefiks: ditulis, dimakan, dan
didorong.
Maka, jelas terlihat penggunaan prefiks di
pada gambar salah. Seharusnya, penulisan
kata DI SEWAKAN yang benar pada gambar
adalah DISEWAKAN. Antara kata di dan
sewakan tidak perlu diberi spasi.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Sudah selayaknyalah kalau semua orang/warga negara Indonesia mempunyai sikap
positif terhadap Bahasa Indonesia. Dalam berkomunikasi menggunakan Bahasa Indonesia baik
tulisan maupun lisan, haruslah mempertimbangkan tepat tidaknya ragam bahasa yang digunakan.
Kita sebagai warga negara Indonesia harus mempunyai sikap seperti itu karena siapa lagi yang
menghargai Bahasa Indonesia selain warga negara Indonesia. Menggunakan Bahasa Indonesia
yang baik dan benar memang sudah seharusnya diterapkan, karena hal itu akan menunjukan jati
diri kita sebagai bangsa Indonesia.
B. Saran
Penggunan Bahasa Indonesia yang sesuai kaidah memang seharusnya kita terapkan.
Didalam penulisan memang seharusnya mengikuti kaidah-kaidah penulisan. Untuk itu sabaiknya
kita harus mengikuti peraturan yang sudah disepakati tersebut. Saran saya kepada pembaca
setiap kali pembaca ingin menulis. Ada baiknya pembaca memahami dulu kaidah-kaidah
penulisan, salah-satunya yaitu penggunaan kata yang baku dan penggunaan EYD. Agar
tulisannya sesuai dengan kaidah penulisan yang sudah disepakati penggunaan kata dan tanda
bacanya.
top related