analisis potensi wilayah kecamatan berbasis …/analisis... · skipsi dengan judul “analisis...
Post on 04-Apr-2019
223 Views
Preview:
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
ANALISIS POTENSI WILAYAH KECAMATAN BERBASIS
KOMODITAS PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN
DAERAH DI KABUPATEN KARANGANYAR
(Pendekatan Location Quotient dan Shift Share Analysis)
SKRIPSI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian
di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Program Studi
Agribisnis
Oleh :
RATNA NUR PRIHATI
H 0808039
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
ANALISIS POTENSI WILAYAH KECAMATAN BERBASIS
KOMODITAS PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN
DAERAH DI KABUPATEN KARANGANYAR
(Pendekatan Location Quotient dan Shift Share Analysis)
yang dipersiapkan dan disusun oleh:
RATNA NUR PRIHATI NIM. H0808039
telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
pada tanggal :
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Tim Penguji
Ketua
Prof. Dr. Ir. Darsono, M.Si NIP. 196606111991031002
Anggota I
Wiwit Rahayu, SP. MP
NIP. 197111097997032004
Anggota II
Dr. Ir. Joko Sutrisno, MP NIP. 196708241992031003
Surakarta,
Mengetahui, Universitas Sebelas Maret
Fakultas Pertanian Dekan
Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS. NIP. 19560225 198601 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahNya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
skipsi dengan judul “Analisis Potensi Wilayah Kecamatan Berbasis Komoditas
Pertanian dalam Pembangunan Daerah di Kabupaten Karanganyar (Pendekatan
Location Quotient dan Shift Share Analysis)”, sebagai salah satu syarat dalam
memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa selama penulisan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS. selaku Dekan Fakultas Pertanian
UNS Surakarta.
2. Dr. Ir. Mohd. Harisudin. M.Si selaku Ketua Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian UNS Surakarta.
3. Nuning Setyowati, SP, M.Sc selaku Ketua Komisi Sarjana Program Studi
Agribisnis Fakultas Pertanian UNS Surakarta.
4. Prof. Dr. Ir. Darsono, M.Si selaku Dosen Pembimbing Utama yang dengan
sabar dan kasih selalu memberikan pengarahan, nasehat, dan petunjuk
kepada penulis.
5. Wiwit Rahayu, SP, MP selaku Pembimbing Akademik sekaligus Dosen
Pembimbing Pendamping atas masukan, arahan, serta bimbingannya kepada
penulis.
Dr. Ir. Joko Sutrisno, MP selaku Dosen Penguji Tamu yang berkenan
memberikan saran guna perbaikan bagi penelitian ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta atas ilmu yang telah diberikan dan bantuannya selama masa
perkuliahan Penulis di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
7. Pihak Perpustakaan Fakultas Pertanian dan Perpusatakaan Universitas
Sebelas Maret Surakarta terimakasih atas pinjaman bukunya yang sangat
membantu dalam proses belajar dan penulisan skripsi Penulis.
8. Kepala Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten
Karanganyar beserta staf yang telah membantu dalam perijinan penelitian.
9. Badan Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar, BAPPEDA Kabupaten
Karanganyar, Dinas Kehutanan Kabupaten Karanganyar, Dinas Pertanian
Kabupaten Karanganyar, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten
Karanganyar, Badan Pusat Statistik Kabupaten Karanganyar, serta seluruh
Camat dan pegawai kecamatan di Kabupaten Karanganyar yang telah
memberikan ijin penelitian serta menyediakan data-data yang diperlukan
penulis.
10. Bapak dan Ibuku, Joko Prakoso dan Hartati tercinta yang telah memberi
segenap perhatian, doa, pengorbanan, kasih sayang, perlindungan, dukungan
materi dan spiritual kepada penulis.
11. Kakak-kakakku tercinta dan keluarga atas dukungan kalian.
12. M Wahyu Nugroho, Amd yang selama ini selalu membuat tersenyum dan
memberikan dukungan, doa serta motivasi bagi penulis dalam
menyelesaikan penelitian ini.
13. Keluarga Besar Agribisnis 2008 yang telah memberi doa dan semangat
untuk terus berjuang. Empat tahun bersama sungguh memberi warna
tersendiri dalam hidupku. Semoga Allah senantiasa memberikan kesuksesan
untuk kita semua. Amin.
14. Sahabatku tercinta Wieta dan Dewi atas waktu yang telah kita habiskan
bersama sebagai remaja dan selalu remaja hingga akhir hayat.
15. Seluruh teman – teman Fakultas Pertanian Angkatan 2007, 2008, 2009 yang
telah memberikan canda tawa, kenangan indah, semangat dan doa bagi
penulis.
16. Teman-teman magang BBPP Lembang (Ayyun, Lilis, Andri) yang telah
memberi kenangan indah selama magang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
17. Seluruh kakak tingkat dan adik tingkatku se-Fakultas Pertanian yang selalu
memberikan semangat.
18. Seluruh Karyawan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
(Pak Jarwo, Mbak Ira, Pak Mandimin, Mas Tomo, Mas Dwi dll) yang telah
memberikan bantuan selama di Fakultas Pertanian.
19. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, trima kasih.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun di
kesempatan yang akan datang. Akhirnya Penulis berharap semoga skripsi ini
berguna bagi para pembaca.
Surakarta, 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. ii
KATA PENGANTAR .............................................................................. iii
DAFTAR ISI ............................................................................................. vi
DAFTAR TABEL .................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xi
RINGKASAN ........................................................................................... xii
SUMMARY .............................................................................................. xiv
I. PENDAHULUAN............................................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................................... 1 B. Perumusan Masalah ....................................................................... 6 C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 9 D. Kegunaan Penelitian ...................................................................... 9
II. LANDASAN TEORI.......................................................................... 10 A. Penelitian Terdahulu ...................................................................... 10 B. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 11
1. Pembangunan dan Perencanaan Pembangunan ....................... 11 2. Pembangunan Ekonomi ........................................................... 13 3. Otonomi Daerah ....................................................................... 13 4. Pembangunan Daerah dan Perencanaan Pembangunan Daerah .. 14 5. Pembangunan Pertanian ........................................................... 15 6. Peran Sektor Pertanian ............................................................. 16 7. Teori Ekonomi Basis ................................................................ 18 8. Teori Komponen Pertumbuhan Wilayah ................................. 19
C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ............................................ 21 D. Pembatasan Masalah ...................................................................... 24 E. Asumsi-asumsi ............................................................................... 24 F. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel ................ 24
III. METODE PENELITIAN .................................................................. 27 A. Metode Dasar Penelitian ................................................................ 27 B. Metode Pengambilan Daerah Penelitian ........................................ 27 C. Jenis dan Sumber Data ................................................................... 28 D. Metode Analisis Data ..................................................................... 28
1. Analisis Komoditas Pertanian Basis ........................................ 28 2. Analisis Komponen Pertumbuhan Komoditas Pertanian Basis 29 3. Analisis Penentuan Prioritas Pengembangan Komoditas
Pertanian Basis ......................................................................... 31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
Halaman
IV. KONDISI UMUM KABUPATEN KARANGANYAR ................... 32 A. Kondisi Umum Daerah .................................................................. 32
1. Letak Geografis ........................................................................ 32 2. Luas Wilayah dan Pembagian Administrasi ............................ 32 3. Keadaan Topografi ................................................................... 33 4. Keadaan Iklim dan Curah Hujan .............................................. 34
B. Keadaan Penduduk ......................................................................... 35 1. Jumlah Penduduk ..................................................................... 35 2. Komposisi Penduduk ............................................................... 36
C. Keadaan Perekonomian .................................................................. 39 D. Keadaan Sektor Pertanian .............................................................. 40
1. Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan ..................................... 41 2. Sub Sektor Perkebunan ............................................................ 42 3. Sub Sektor Peternakan ............................................................. 44 4. Sub Sektor Perikanan ............................................................... 45 5. Sub Sektor Kehutanan .............................................................. 45
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................ 47 A. Komoditas Pertanian Basis di Masing-masing Kecamatan di Kabupaten Karanganyar............................................................. 47 B. Komponen Pertumbuhan Proporsional dan Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah Komoditas Pertanian Basis di Masing-masing Kecamatan di Kabupaten Karanganyar ............ 57
1. Komponen Pertumbuhan Proporsional (PP) Komoditas Pertanian Basis di Masing-masing Kecamatan di Kabupaten Karanganyar....................................................... ..... 57 2. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW) Komoditas
Pertanian Basis di Masing-masing Kecamatan di Kabupaten Karanganyar ...................................................... 82
C. Prioritas Pengembangan Komoditas Pertanian Basis di Masing-masing Kecamatan di Kabupaten Karanganyar ................ 104
1. Prioritas Pengembangan Komoditas Pertanian Basis di Masing-masing Kecamatan di Kabupaten Karanganyar
Berdasarkan Pendekatan LQ, PP, dan PPW .............................. .... 105 2. Perbandingan Komoditas Pertanian yang Diunggulkan
Antara Versi Penelitian dengan Versi Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar ........................................................... .... 114
VI. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 118 A. Kesimpulan .................................................................................... 118 B. Saran............................................................................................... 121
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 122
LAMPIRAN ............................................................................................. 124
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
Tabel 1. Nilai dan Kontribusi PDRB Kabupaten Karanganyar terhadap PDRB Provinsi Jawa Tengah Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Kabupaten / Kota di Jawa Tengah 2008-2010 (Juta Rupiah) .................................................................................... 2
Tabel 2. Nilai dan Kontribusi PDRB Masing-masing Sektor Perekonomian Kabupaten Karanganyar terhadap PDRB Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (Juta Rupiah) ................................................. 4
Tabel 3. Komposisi Penduduk 10 Tahun Ke Atas Menurut Mata Pencaharian di Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2010. .......... 6
Tabel 4. Produksi Beberapa Komoditas Subsektor Tabama di Kabupaten Karanganyar ..................................................................................... 8
Tabel 5. Penentuan Prioritas Pengembangan Komoditas Pertanian Basis di Kabupaten Karanganyar............................................................... ... 33
Tabel 6. Luas Kabupaten Karanganyar Dirinci Menurut Penggunaan Lahan Tahun 2010 ........................................................................... 35
Tabel 7. Ketinggian Di Atas Permukaan Laut Dirinci Menurut Per Kecamatan Di kabupaten Karanganyar tahun 2010 ................. 36
Tabel 8. Kepadatan Penduduk Kabupaten Karanganyar Tahun 2007-2010 ........................................................................................ 37
Tabel 9. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Karanganyar tahun 2006-2010 ........................................................ 38
Tabel 10. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kabupaten Karanganyar Tahun 2010............................................................... 39
Tabel 11. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2010.................................................... 40
Tabel 12. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Sektor Perekonomian di Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2010 ......................... .... 41
Tabel 13. Pendapatan Per Kapita di Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2010 ...................................................................................... 42
Tabel 14. Produksi dan Nilai Produksi Komoditas Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 ........................ 43
Tabel 15. Produksi dan Nilai Produksi Komoditas Tanaman Perkebunan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 ........................................ 45
Tabel 16. Produksi dan Nilai Produksi Komoditas Peternakan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 ............................................ 46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
Tabel 17. Produksi dan Nilai Produksi Perikanan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 .............................................................. 47
Tabel 18. Produksi dan Nilai Produksi Kehutanan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 .............................................................. 48
Tabel 19. Komoditas Pertanian Basis di Masing-masing Kecamatan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2009-2010 (LQ rata-rata) ....... 50
Tabel 20. Komponen Pertumbuhan Proporsional (PP) Komoditas Pertanian Basis di Masing-masing Kecamatan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2009-2010 .................................................. 60
Tabel 21. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW) Komoditas Pertanian Basis di Masing-masing Kecamatan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2009-2010 .................................................. 86
Tabel 22. Prioritas Pengembangan Komoditas Pertanian Basis di Masing-masing Kecamatan di Kabupaten Karanganyar Berdasarkan Analisis Location Quotient, Pertumbuhan Proporsional dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah Tahun 2009-2010 ....................................................................... 108
Tabel 23. Perbandingan Komoditas Pertanian yang Diunggulkan Menurut Versi Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar dengan Hasil Penelitian ................................................................ 117
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
Gambar 1. Alur Pemikiran ..................................................................... 23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Halaman
Lampiran 1. Harga Masing-masing Komoditas Pertanian di Kabupaten Karanganyar Tahun 2009-2010 (Tingkat Produsen) ........ 126
Lampiran 2. Jumlah Produksi Masing-masing Komoditas Pertanian Di Kabupaten Karanganyar Tahun 2009......................... 127
Lampiran 3. Jumlah Produksi Masing-masing Komoditas Pertanian Di Kabupaten Karanganyar Tahun 2010......................... 129
Lampiran 4. Nilai Produksi Masing-masing Komoditas Pertanian Di Kabupaten Karanganyar Tahun 2009......................... 131
Lampiran 5. Nilai Produksi Masing-masing Komoditas Pertanian Kabupaten Karanganyar Tahun 2010.............................. 135
Lampiran 6. Nilai LQ Komoditas Pertanian Masing-masing Kecamatan Kabupaten Karanganyar Tahun 2009 ................................ 139
Lampiran 7. Nilai LQ Komoditas Pertanian Masing-masing Kecamatan Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 ................................ 141
Lampiran 8. Nilai LQ Rata-Rata Komoditas Pertanian Masing-masing Kecamatan Kabupaten Karanganyar Tahun 2009-2010 ... 143
Lampiran 10. Analisis Shift Share Komoditas Pertanian Basis Masing-masing Kecamatan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2009-2010 .............................................................. 147
Lampiran 11. Peta Kabupaten Karanganyar ............................................ 181
Lampiran 12. Surat Ijin Penelitian ........................................................... 182
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
RINGKASAN
Ratna Nur Prihati, 2012. “Analisis Potensi Wilayah Kecamatan Berbasis Komoditas Pertanian dalam Pembangunan Daerah di Kabupaten Karanganyar (Pendekatan Location Quotient dan Shift Share Analysis)”. Di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Darsono, M. Si. dan Wiwit Rahayu, S.P., M.P. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah sangat tergantung pada kemampuan daerah untuk mengembangkan segenap potensi yang ada di daerahnya. Pengoptimalan potensi sektor pertanian dapat dilakukan dengan penentuan prioritas pengembangan komoditas pertanian yang menjadi basis di masing-masing kecamatan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui komoditas pertanian basis di masing-masing kecamatan di Kabupaten Karanganyar, mengetahui komoditas pertanian basis yang mempunyai pertumbuhan cepat dan daya saing yang baik di masing-masing kecamatan di Kabupaten Karanganyar, mengetahui komoditas pertanian basis yang diprioritaskan untuk dikembangkan di masing-masing kecamatan di Kabupaten Karanganyar.
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Metode pengambilan daerah penelitian dilakukan secara purposive. Data yang digunakan adalah data sekunder yang meliputi data produksi komoditas pertanian tiap kecamatan di Kabupaten Karanganyar tahun 2009 dan 2010, data harga rata-rata komoditas pertanian di tingkat produsen di Kabupaten Karanganyar tahun 2009 dan 2010, Kabupaten Karanganyar dalam Angka 2009 dan 2010, serta Properda Kabupaten Karanganyar. Metode analisis data yang digunakan yaitu LQ, analisis Shift Share, dan gabungan LQ dan Shift Share. Hasil penelitian menunjukkan komoditas pertanian yang menjadi basis di sebagian besar kecamatan di Kabupaten Karanganyar adalah padi sawah, jagung, kacang tanah, petai, pepaya, mangga, ketela pohon, ketela rambat, rambutan, kubis, cabe, melinjo, buncis, durian, belimbing, jambu biji, dan sukun (untuk sub sektor tabama), jahe, kencur, tebu, kunyit, cengkeh, kapuk, mete dan kelapa (untuk sub sektor tanaman perkebunan), jati dan mahoni (untuk sub sektor kehutanan), ayam kampung, ayam ras petelur, sapi potong, domba, kambing, itik, kelinci (untuk sub sektor peternakan), dan nila, tawes, gurami, lele (untuk sub sektor perikanan). Berdasarkan hasil analisis komponen pertumbuhan proporsional komoditas pertanian basis masing-masing kecamatan di Kabupaten Karanganyar, komoditas pertanian basis yang mempunyai pertumbuhan cepat adalah: padi sawah, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang panjang, melinjo, alpukat, terong, ketimun, tomat, rambutan, belimbing, manggis, jambu biji, sirsak, sawo, pepaya, pisang, nanas, durian, sukun, mangga, buncis, dan petai (Sub sektor tanaman bahan makanan), tebu, kapuk, mete, kunyit, kencur, jahe dan cengkeh (Sub sektor perkebunan), jati, mahoni, dan kayu lain (Sub sektor kehutanan), ayam kampung, ayam ras pedaging, itik, sapi potong, kambing, domba dan kelinci (Sub sektor peternakan), tawes, nila, lele, gurami dan ikan lain (Sub sektor perikanan). Berdasarkan hasil analisis komponen pertumbuhan pangsa wilayah komoditas pertanian basis masing-masing kecamatan di Kabupaten Karanganyar,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
komoditas pertanian basis yang mempunyai daya saing adalah: padi sawah, jagung, , ketela pohon, ketela rambat, kacang panjang, melinjo, alpukat, terong, ketimun, tomat, rambutan, belimbing, manggis, jambu biji, sirsak, sawo, pepaya, pisang, nanas, durian, sukun, mangga, buncis, dan petai (Sub sektor tanaman bahan makanan), kelapa, kapuk, cengkeh, mete, kunyit, kencur dan jahe (Sub sektor perkebunan), jati, mahoni, dan kayu lain (Sub sektor kehutanan), ayam kampung, ayam ras petelur, ayam pedaging, itik, sapi potong, kambing, domba, dan kelinci (Sub sektor peternakan), gurami, tawes, nila, lele, dan ikan lain (Sub sektor perikanan). Berdasarkan hasil analisis prioritas pengembangan komoditas pertanian basis masing-masing kecamatan di Kabupaten Karanganyar, komoditas pertanian yang perlu dipertimbangkan untuk di kembangkan di tiap kecamatan di Kabupaten Karanganyar adalah kacang tanah, durian, rambutan, jati, mahoni, ayam buras, itik, kambing, sapi potong ( Kecamatan Jatipuro), ketela pohon, rambutan, jahe, cengkeh, kelapa, mahoni, domba, ikan lain ( Kecamatan Jatiyoso), kacang tanah, mete, kapuk (Kecamatan Jumapolo), petai, jengkol, belimbing, durian, jambu biji, sirsak, sawo, pepaya, nanas, mangga, duku/langsat, kencur, mete, jati, ayam ras petelur (Kecamatan Jumantono), cabe, terong, sawi, pepaya, mangga, duku/langsat, jeruk keprok, kencur, kopi robusta, jati, kambing, kelinci, gurami, tawes, nila, ikan lain (Kecamatan Matesih), jagung, ketela rambat, alpukat, jeruk keprok, cengkeh, kopi robusta, kelapa, ayam buras, domba, kambing, puyuh, sapi potong, lele, karper (Kecamatan Ngargoyoso) jagung, ketela pohon, bawang putih, durian, cengkeh, kuda, kambing, ayam pedaging, kelinci, nila (Kecamatan Tawangmangu), padi sawah, ketela rambat, terong, buncis, belimbing, jambu biji, alpukat, salak, duku/langsat, kerbau, ayam buras, domba, sapi potong, karper (Kecamatan Karangpandan), padi sawah, jati (Kecamatan Karanganyar), melinjo, belimbing, jambu biji, pepaya, pisang, jati, kayu lain, kerbau, ayam buras, itik, domba, kelinci, sapi potong, lele, gurami (Kecamatan Tasikmadu), sawo, itik, sapi potong (Kecamatan Jaten), kapuk, kerbau, gurami, ikan lain (Kecamatan Colomadu), padi gogo, ayam pedaging, lele (Kecamatan Gondangrejo), Mahoni (Kecamatan Kebakkramat), padi sawah, kacang panjang, kapuk, kunyit, mahoni, kerbau, itik, gurami (Kecamatan Mojogedang), padi sawah, cabe, sawi, manggis, nangka, sukun, jeruk keprok, mahoni, domba, kelinci, sapi potong (Kecamatan Kerjo), bawang merah, bawang putih, petai, cabe, wortel, melinjo, kentang, kubis, buncis, nangka, pisang, salak, sukun, kencur, kopi robusta, panili, kelapa, kayu lain, ayam buras, sapi potong, lele (Kecamatan Jenawi).
Perlu penelitian lebih lanjut mengenai prioritas pengembangan komoditas pertanian basis di Kabupaten Karanganyar menggunakan pendekatan Tipologi Klassen untuk rencana pengembangan komoditas pertanian dalam jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
SUMMARY
Ratna Nur Prihati, 2012. “Potency Analysis of District Area Base on Agricultural Commodities in the Regional Development in Karanganyar Regency (Location Quotient and Shift Share Analysis Approach)". Under guidance of Prof. Dr. Ir. Darsono M.Si. and Wiwit Rahayu S.P., M.P. Faculty of Agriculture, Sebelas Maret University, Surakarta.
Success of regional autonomy implementation very depends on region ability to develop the existing potential in its area. Optimizing of potencial agricultural sector can be done with the determination of agricultural commodities development priority becoming bases in each district. The aims of this research are to know base agricultural commodity in each district in Karanganyar Regency, to know base agricultural commodity having growth quickly and having good competitiveness in each district in Karanganyar Regency, to know base agricultural commodity which priority to be developed in each district in Karanganyar Regency.
The basic method in this research is descriptive. Method of the research area conducted by purposive. The data which used is secondary data covering production of agricultural commodity data every district in Karanganyar Regency in 2009 and 2010, average price in producer storey of agricultural commodity data in Karanganyar Regency in 2009 and 2010, Karanganyar in Figure 2009 and 2010, and the regional development program of Karanganyar Regency. The data analysis which used are Location Quotient analysis, Shift Share analysis, and combine both Location Quotient and Shift Share analysis.
The result shows that commodity which becoming base commodity in this part of big district in Karanganyar Regency is paddy rice, corn, peanuts, holistic, papaya, mango, cassava, vines, rambutan, cabbage, chili, gnetum gnemon, chickpeas, durian, carambola, guava, and breadfruit (for food material crop sub sector), ginger, kaempferia galanga, sugar cane, turmeric, cloves, kapok, coconut and cashew (for plantation crop sub sector), teak and mahogany (for forestry sub sector), free-range chicken, purebred chicken laying, beef cattle, sheep, goat, ducks, rabbits (for livestock sub sector), nila, tawes, carp, catfish (for fishery sub sector). According to result analysis of the proportional growth component of bases agricultural commodities each district in Karanganyar Regency, bases agricultural commodity having growth quickly are: paddy rice, corn, cassava, cassava tree vines, long beans, gnetum gnemon, avocado, eggplant, cucumber, tomato, rambutan, mangosteen, carambola, guava, soursop, papaya, banana, sapota, pineapple, durian, breadfruit, mangoes, beans, and holistic (for food material crop sub sector), sugar cane, kapuk, cashew, turmeric, ginger and cloves, kaempferia galan (for plantation crop sub sector), teak, mahogany, and other wood (for forestry sub sector), free-range chicken, broiler, ducks, beef cattle, goats, sheep and rabbits (for livestock sub sector), tawes, tilapia, catfish, carp and other fish (for fishery sub sector). According to result analysis of the regional growth component of bases agricultural commodity each district in Karanganyar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
Regency, bases agricultural commodities having competitiveness are: paddy rice, corn, cassava, cassava tree vines, long beans, gnetum gnemon, avocado, eggplant, cucumber, tomato, rambutan, mangosteen, carambola, guava, soursop, papaya, banana, sapota, pineapple, durian, breadfruit, mangoes, beans, and holistic (for food material crop sub sector), Kapok, clove, coconut, cashew, turmeric, ginger and kaempferia galanga (for plantation crop sub sector), teak, mahogany, and other wood (for forestry sub sector), free-range chicken, chicken laying breed, broiler, ducks, beef cattle, goats, sheep, and rabbits (for livestock sub sector), tawes, carp, tilapia, catfish, and other fish (for fishery sub sector). According to result analysis the bases agricultural commodity development priority each district in Karanganyar Regency, agricultural commodity which require to be allowed for developing in every district in Karanganyar Regency is peanut, rambutan, durian, teak, mahogany, chickens day, ducks, goats, beef cattle (Jatipuro district), cassava trees, rambutan, ginger, clove, coconut, mahogany, sheep, other fish (Jatiyoso district), peanut, cashew, kapuk (Jumapolo district), parkia speciosa, djenkolic, carambola, durian, guava, soursop, sapota, mango, pineapple, papaya, lansium domesticum, kaempferia galanga, teak, cashew, chicken laying breeds (Jumantono district), pepper, eggplant, mustard greens, papaya, mango, lansium domesticum, citrus keprok, kaempferia galanga, robusta, teak, goats, rabbits, carp, tilapia, tawes, other fish (Matesih district), corn, cassava, vines, citrus avocado keprok, cloves, coffee, coconut, chicken robusta buras, sheep, goats, quail, beef cattle, catfish, carp (Ngargoyoso district) corn, cassava tree, garlic, durian, clove, horses, goats, rabbits, chickens broiler, nila (Tawangmangu district), paddy rice, cassava, vines, eggplant, string beans, carambola, guava, avocado, salak, lansium domesticum, buffalo, chicken day, sheep, beef cattle, carp (Karangpandan district), paddy rice, teak (Karanganyar district), gnetum gnemon, carambola, guava, papaya, banana, other wood, teak, buffalo, chicken, duck, lamb buras, rabbit, beef cattle, catfish, carp (Tasikmadu district), sapota, ducks, beef cattle (jaten district), kapuk, buffalo, carp, other fish (Colomadu district), gogo rice, broiler, catfish (Gondangrejo district), mahogany (Kebakkramat district), paddy rice, string beans, turmeric, kapok, mahogany, buffalo, carp, ducks, (Mojogedang district), paddy rice, chilli, mustard, mangosteen, jackfruit, breadfruit, citrus keprok, mahogany, lamb, rabbit, beef cattle (Kerjo district), onion, garlic, chilli, holistic, carrot, potato, cabbage, gnetum gnemon, beans, jackfruit, banana, breadfruit, salak, kaempferia galanga, robusta, panili, coconut, wood, chickens, beef cattle, buras catfish (Jenawi district).
Need more research regarding the priorities of the development of agricultural commodity bases in Karanganyar Regency using the Typology Klassen approach for the agricultural commodities of the development plan in the short term, medium term and long term.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
ANALISIS POTENSI WILAYAH KECAMATAN BERBASIS
KOMODITAS PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN
DAERAH DI KABUPATEN KARANGANYAR
(Pendekatan Location Quotient dan Shift Share Analysis)
SKRIPSI
Program Studi Agribisnis
Oleh :
RATNA NUR PRIHATI H 0808039
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Implementasi UU RI No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan
UU RI No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan
Daerah, membawa konsekuensi pembangunan tidak lagi dikendalikan secara ketat
dari pusat namun sudah diserahkan kepada daerah Kabupaten/kota dalam otonomi
daerah yang seluas-luasnya (Anonim, 2004). Otonomi daerah yang berkembang
saat ini, di satu sisi memberikan kewenangan yang lebih luas bagi pemerintah
daerah dalam mengatur dan melaksanakan program-program pembangunan di
daerahnya, namun di sisi lain juga menuntut kesiapan daerah dalam
mempersiapkan dan melaksanakan berbagai kebijakan yang kini bergeser menjadi
tanggung jawab daerah (Usman et.al., 2001).
Pembangunan daerah di era otonomi daerah perlu dilaksanakan secara
terpadu, selaras, serasi dan seimbang serta sesuai dengan prioritas dan potensi
daerah (Tjiptoherijanto, 1997 dalam Sundari dan Nuning 2006). Dengan
demikian, pemerintah daerah perlu mengetahui sektor-sektor yang mempunyai
peranan dominan dalam perekonomian daerahnya, sehingga akan lebih
memudahkan pemerintah daerah dalam menetapkan sasaran pembangunan dan
memajukan daerahnya. Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu daerah
otonom di provinsi Jawa Tengah, yang memberikan sumbangan kontribusi PDRB
Jawa Tengah terbesar peringkat keenam. Besarnya nilai dan kontribusi PDRB
masing-masing kabupaten terhadap PDRB Jawa Tengah pada tahun 2008-2010
dapat dilihat pada Tabel 1.
Pada tahun 2008-2010 Kabupaten Karanganyar dibandingkan dengan
kabupaten/kota yang lain di Jawa Tengah memberikan andil terbesar peringkat
keenam terhadap PDRB Provinsi Jawa Tengah dengan kontribusi berturut-turut
sebesar 3,46, 3,47, 3,49 persen. Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten
Karanganyar merupakan salah satu kabupaten yang masih mempunyai peranan
dominan dalam perekonomian di Jawa Tengah.
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Tabel 1. Nilai dan Kontribusi PDRB Kabupaten Karanganyar terhadap PDRB Provinsi Jawa Tengah Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 2008-2010 (Juta Rupiah)
No Kabupaten 2008 2009 2010
Nilai % Nilai % Nilai % 1. Kab. Cilacap 2. Kab. Banyumas 3. Kab. Purbalingga 4. Kab. Banjarnegara 5. Kab. Kebumen 6. Kab. Purworejo 7. Kab. Wonosobo 8. Kab. Magelang 9. Kab. Boyolali 10. Kab. Klaten 11. Kab. Sukoharjo 12. Kab. Wonogiri 13. Kab. Karanganyar 14. Kab. Sragen 15. Kab. Grobogan 16. Kab. Blora 17. Kab. Rembang 18. Kab. Pati 19. Kab. Kudus 20. Kab. Jepara 21. Kab. Demak 22. Kab. Semarang 23. Kab. Temanggung 24. Kab. Kendal 25. Kab. Batang 26. Kab. Pekalongan 27. Kab. Pemalang 28. Kab. Tegal 29. Kab. Brebes 30. Kota Magelang 31. Kota Surakarta 32. Kota Salatiga 33. Kota Semarang 34. Kota Pekalongan 35. Kota Tegal
11.689.092,90 4.171.468,95 2.257.392,77 2.619.989,61 2.721.254,09 2.737.087,13 1.741.148,31 3.761.388,59 3.899.372,86 4.567.200,96 4.540.751,53 2.770.435,78 4.900.690,40 2.729.450,32 2.948.793,80 1.913.763,35 2.093.412,59 4.162.082,37
11.683.819,73 3.889.988,85 2.787.524,02 5.079.003,74 2.219.155,63 4.821.181,52 2.169.854,55 2.970.214,98 3.142.808,70 3.286.263,44 4.998.528,19
993.835,20 4.549.342,95
832.154,88 19.156.814,29
1.887.853,70 1.116.587,87
8,24 2,94 1,59 1,85 1,92 1,93 1,23 2,65 2,75 3,19 3,20 1,95 3,46 1,92 2,18 1,35 1,47 2,93 8,24 2,74 1,97 3,58 1,56 3,40 1,53 2,08 2,22 2,31 3,52 0,69 3,21 0,58
13,51 1,32 0,79
12.302.859,95 4.400.542,23 2.390.244,57 2.753.935,73 2.828.395,07 2.872.723,79 1.811.092,67 3.938.764,68 4.100.520,26 4.761.018,67 4.756.902,50 2.901.577,44 5.172.268,33 2.893.427,19 3.097.093,25 2.010.908,67 2.186.736,49 4.357.144,03
12.144.952,38 4.085.438,36 2.901.151,51 5.300.723,41 2.309.841,53 5.090.286,60 2.250.616,82 3.098.071,49 3.293.056,25 3.460.131,60 5.247.897,41 1.044.650,24 4.817.877,63
869.452,99 20.180.577,95 1.978.082,25 1.225.102,11
8,27 2,96 1,61 1,85 1,90 1,93 1,22 2,65 2,76 3,20 3,20 1,95 3,47 1,94 2,08 1,35 1,47 2,93 8,16 2,74 1,95 3,56 1,55 3,42 1,51 2,08 2,21 2,32 3,53 0,70 3,24 0,58
13,56 1,33 0,82
12.998.128,80 4.654.634,02 2.525.872,73 2.888.524,12 2.945.829,46 3.016.597,82 1.888.808,28 4.116.390,07 4.248.048,24 4.843.247,28 4.978.263,31 2.992.794,29 5.452.435,49 3.068.863,66 3.253.398,56 2.115.369,93 2.283.965,70 4.579.852,54
12.650.309,16 4.270.256,90 3.020.821,04 5.560.551,90 2.409.386,40 5.392.965,71 2.362.482,41 3.230.351,23 3.455.713,42 3.627.198,20 5.507.402,71 1.108.603,69 5.103.886,25
913.020,04 21.365.817,80 2.087.114,17 1.281.528,20
8,31 2,98 1,62 1,85 1.89 1,93 1,21 2,64 2,72 3,10 3,19 1,92 3,49 1,95 2,08 1,35 1,46 2,93 8,19 2,73 1,93 3,56 1,54 3,44 1,51 2,07 2,21 2,32 3,53 0,71 3,26 0,58
13,65 1,33 0,82
Total PDRB 141.809.707,65 100,00 148.834.066,05 100,00 156.198.433,53 100,00
Sumber: BPS Jawa Tengah, 2011
Perekonomian Kabupaten Karanganyar ditopang oleh 9 sektor yaitu sektor
pertanian; sektor pertambangan dan penggalian; sektor industri pengolahan; sektor
listrik dan air minum; sektor bangunan; sektor perdagangan, hotel dan restoran;
sektor angkutan dan komunikasi; sektor keuangan, persewaan dan jasa; serta
sektor jasa-jasa. Sektor-sektor dominan dalam pembentukan Pendapatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Domestik Regional bruto (PDRB) di Kabupaten Karanganyar pada tahun 2010
adalah sektor industri pengolahan; sektor pertanian; serta sektor perdagangan,
hotel dan restoran. Besarnya kontribusi masing-masing sektor tersebut terhadap
PDRB Kabupaten Karanganyar pada tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Nilai dan Kontribusi PDRB Masing-masing Sektor Perekonomian Kabupaten Karanganyar Terhadap PDRB Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 (Juta Rupiah)
Lapangan Usaha PDRB
Rata-rata 2006 2007 2008 2009 2010
1. Pertanian
a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan d. Kehutanan e. Perikanan
2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik dan Air Bersih 5. Bangunan 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Angkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa 9. Jasa-jasa
858.106,43 (19,50)
568.939,25 (12,93)
71.368,66 (1,62)
208.769,38 (4,74)
4.513,51 (0,10)
4.515,62 (0,10)
37.296,16 (0,85)
2.320.190,58 (52,72)
61.677,76 (1,40)
106.244,46 (2,41)
451.040,34 (10,25)
125.699,88 (2,86)
94.453,55 (2,15)
346.592,57 (7,87)
905.914,29 (19,47)
599.775,76 (12,89)
76.175,69 (1,64)
220.653,36 (4,74)
4.650,72 (0,10)
4.658,76 (0,10)
38.519,48 (0,83)
2.460.944,82 (52,88)
64.416,42 (1,38)
111.684,18 (2,40)
469.806,10 (10,09)
130.215,96 (2,80)
98.632,69 (2,12)
373.920,56 (8,03)
988.203,76 (20,08)
663.837,46 (13,49)
83.880,40 (1,70)
230.847,55 (4,69)
4.805,35 (0,10)
4.833,00 (0,10)
39.547,95 (0,80)
2.563.118,36 (52,08)
66.863,21 (1,36)
116.419,59 (2,37)
506.353,94 (10,29)
135.392,91 (2,75)
102.673,88 (2,09)
402.881,12 (8,19)
996.230,41 (19,62)
658.689,92 (12,98)
85.523,45 (1,69)
241.743,55 (4,76)
5.014,38 (0,10)
5.259,09 (0,10)
42.249,08 (0,83)
2.646.368,64 (52,13)
70.052,49 (1,38)
124.149,85 (2,45)
518.411,95 (10,21)
141.756,51 (2,79)
108.271,02 (2,13)
429.059,93 (8,45)
1.147.090,09 (21,04)
783.027,32 (14,36)
98.019,44 (1,80)
254.985,24 (4,68)
5.318,20 (0,10)
5.739,89 (0,11)
43.817,82 (0,80)
2.769.046,93 (50,79)
73.016,74 (1,34)
129.900,06 (2,38)
560.665,60 (10,28)
151.172,77 (2,77)
114.698,80 (2,10)
463.026,68 (8,49)
979.108,99(19,94
654.853,94(13,33
82.993,53(1,69
231.399,82(4,72
4.860,43(0,10
5.001,27(0,10
40.286,09(0,81
2.551.933,87(52,12
67.205,32(1,37
117.679,63(2,40
506.655,59(10,22
136.847,61(2,79
103.745,99(2,12
403.096,17(8,21
Total PDRB 4.401.301,74 (100,00)
4.654.054,50 (100,00)
4.921.454,72(100,00)
5.076.549,88 (100,00)
5.452.435,49 (100,00)
4.906.559,26 (100,00)
Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar, 2011
Kontribusi sektor industri pengolahan; sektor pertanian; serta sektor
perdagangan, hotel dan restoran terhadap PDRB Kabupaten Karanganyar tahun
2010, masing-masing adalah 52,12%; 19,94%; dan 10,22%. Sektor pertanian
merupakan sektor yang memberikan andil terbesar kedua setelah sektor industri
pengolahan dalam pembentukan PDRB Kabupaten Karanganyar.
Berdasarkan data BPS Kabupaten Karanganyar (2011), persentase
kontribusi sektor pertanian di Kabupaten Karanganyar terhadap PDRB atas dasar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
harga konstan tahun 2000 yaitu 19,50 % pada tahun 2006; 19,47% pada tahun
2007; 20,08% pada tahun 2008; 19,62% pada tahun 2009 dan 21,04% pada tahun
2010 sehingga dapat dikatakan bahwa kontribusi sektor pertanian cenderung
meningkat. (lihat tabel 2).
Sektor pertanian terbagi menjadi lima subsektor. Subsektor tanaman
bahan makanan menduduki peringkat pertama dalam kurun waktu 2006-2010
dengan memberikan kontribusi rata-rata PDRB sebesar 13,33 persen. Subsektor
peternakan menduduki peringkat kedua dengan kontribusi rata-rata PDRB sebesar
4,72 persen. Subsektor tanaman perkebunan rakyat menduduki peringkat ketiga
dengan kontribusi rata-rata PDRB sebesar 1,69 persen. Selanjutnya diikuti oleh
subsektor perikanan dan subsektor kehutanan yang menduduki peringkat terakhir
dengan kontribusi rata-rata PDRB 0,10 persen (lihat tabel 2).
Tantangan yang dihadapi Kabupaten Karanganyar dalam pelaksanaan
strategi pembangunannya adalah bagaimana mempertahankan dan meningkatkan
produktivitas dan efisiensi sektor pertanian dalam menghasilkan berbagai
komoditas pertanian agar dapat memberikan nilai tambah yang sebesar-besarnya
bagi masyarakat, dengan mengoptimalkan segala potensi yang dimiliki daerahnya.
Peningkatan produktivitas dan efisiensi sektor pertanian di Kabupaten
Karanganyar dapat dilakukan apabila pemerintah daerah mengetahui potensi
daerahnya di tiap kecamatan di Kabupaten Karanganyar karena besarnya
kontribusi sektor pertanian di tingkat kabupaten ditentukan oleh besarnya nilai
produksi komoditas pertanian di tingkat kecamatan.
Berdasarkan data BPS Kabupaten Karanganyar (2011), Kabupaten
Karanganyar memiliki luas wilayah 77.378,64 ha yang secara administratif terbagi
menjadi 17 kecamatan, yaitu Kecamatan Jatipuro, Jatiyoso, Jumapolo, Jumantono,
Matesih, Tawangmangu, Ngargoyoso, Karangpandan, Karanganyar, Tasikmadu,
Jaten, Colomadu, Gondangrejo, Kebakkramat, Mojogedang, Kerjo, Jenawi.
Kecamatan-kecamatan tersebut secara umum berada di atas permukaan laut yakni
sebesar 511m – 2000m, Masing-masing kecamatan memiliki karakteristik dan
keadaan alam yang berbeda-beda satu sama lain, sehingga Kabupaten
Karanganyar mampu menghasilkan komoditas pertanian yang beragam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Kabupaten Karanganyar memiliki jumlah penduduk yang besar. Jumlah
penduduk yang besar tersebut merupakan suatu potensi pendukung bagi
keberhasilan pembangunan di Kabupaten Karanganyar karena penduduk
merupakan pelaku sekaligus sasaran dari kegiatan pembangunan itu sendiri.
Penduduk di Kabupaten Karanganyar memiliki matapencaharian yang bervariasi.
Komposisi penduduk Kabupaten Karanganyar menurut matapencahariannya dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Komposisi Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Mata Pencaharian di Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2010
Mata pencaharian Tahun Rata-rata Persentase
2006 2007 2008 2009 2010 Petani Nelayan Pengusaha Buruh industri Buruh bangunan Pedagang Pengangkutan PNS/TNI/Polri Pensiunan Lain-lain
202.3670
8.519102.67748.36933.060
6.70420.050
9.276271.095
202.6530
8.985104.20449.09934.314
6.54620.013
9.593275.706
202.7940
9.384104.79849.36234.762
6.50120.169
9.764285.061
202.8110
9.846105.53649.61935.320
6.42719.908
9.976288.995
203.0970
10.312107.06350.34936.468
6.26920.16310.293
288.919
202.744,400,00
9.409,20104.855,60
49.359,6034.784,80
6.489,4020.060,60
9.780,40281.955,20
28,180
1,3114,57
6,864,830,902,791,36
39,19Jumlah 702.123 711.113 722.595 728.438 732.933 719.440,40 100,00
Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar, 2011
Pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 sebagian besar penduduk di
Kabupaten karanganyar bermatapencaharian sebagai petani sebesar 28,18 persen
dan diikuti oleh penduduk di Kabupaten Karanganyar yang bermatapencaharian
sebagai buruh industri yaitu sebesar 14,57 persen. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa Kabupaten Karanganyar merupakan kabupaten agraris dimana
sebagian besar penduduk Kabupaten Karanganyar menggantungkan hidupnya
pada sektor pertanian sehingga sektor pertanian merupakan penyumbang
kontribusi yang berarti dalam memberikan sumber kehidupan/pendapatan bagi
penduduk di Kabupaten Karanganyar.
Analisis potensi wilayah kecamatan berbasis komoditas pertanian melalui
pendekatan Locationt Quotient dan Shift Share Analysis merupakan salah satu
cara untuk mengenali dan menggali potensi daerah Kabupaten Karanganyar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
khususnya potensi di sektor pertanian. Melalui location quotient dan shift share
analysis dapat ditentukan prioritas pengembangan komoditas pertanian yang
menjadi basis di masing-masing kecamatan. Informasi mengenai prioritas
pengembangan komoditas pertanian yang menjadi basis di masing-masing
kecamatan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah dalam
menentukan rencana dan kebijakan pembangunan, sehingga pembangunan daerah
di Kabupaten Karanganyar dapat berjalan lebih efisien dan efektif.
B. Perumusan Masalah
Otonomi daerah memberikan kesempatan yang luas kepada daerah,
khususnya kabupaten atau kota dalam melaksanakan program-program
pembangunannya, sehingga pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan
pembangunan dan dapat berjalan lebih cepat dan lebih berkualitas. Keberhasilan
pelaksanaan otonomi daerah sangat tergantung pada kemampuan daerah untuk
mengembangkan segenap potensi yang ada di daerahnya baik yang berasal dari
sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia.
Sumberdaya alam merupakan modal utama untuk melaksanakan
pembangunan daerah, oleh sebab itu setiap daerah atau kabupaten perlu jeli dalam
memberdayakan dan mengoptimalkan sumberdaya alam yang dimiliki agar
memberikan kemanfaatan maksimal dalam jangka waktu yang panjang. Salah satu
potensi sumberdaya alam yang ada di Kabupaten Karanganyar adalah potensi di
sektor pertanian. Sektor pertanian di Kabupaten Karanganyar terdiri dari 5
subsektor, yaitu subsektor tanaman bahan makanan, subsektor perkebunan,
subsektor kehutanan, subsektor peternakan dan subsektor perikanan. Kelima
subsektor pertanian tersebut menghasilkan beragam komiditi pertanian yang
tersebar di 17 kecamatan di Kabupaten Karanganyar.
Komoditas sub sektor tanaman bahan makanan yang dihasilkan di masing-
masing kecamatan di Kabupaten Karanganyar antara lain: padi sawah (Oryza
sativa), jagung (Zea mays), ubi kayu (Manihot utilisima), ubi jalar (Ipomoea
batatas), kedelai (Glycine max), kacang tanah (Arachis hipogaea), durian (Durio
sibethinus), jeruk (Citrus sp), nangka (Artocarpus intrega), pisang (Musa
paradisiaca), rambutan (Nephelium napaceum), salak (Salaca edulis), sukun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
(Artocarpus communis), kacang panjang (Vigna sinensis), cabe (Capticum
annum), tomat (Licepersicum lesculetum), terong (Solanum melongena). Beberapa
komoditas subsektor tabama yang produksinya menonjol dapat dilihat pada tabel
4.
Table 4. Produksi Beberapa Komoditas Subsektor Tabama di Kabupaten Karanganyar
Komoditas Jumlah Produksi (ton) 2006 2007 2008 2009 2010
1. Padi sawah 2. Ubi Kayu 3. Ubi Jalar 4. Jagung 5. Kacang Tanah 6. Wortel 7. Rambutan 8. Mangga 9. Sawi 10. Pisang
223.284,00 100.452,00
11.061,00 26.314,00
6.781,00 7.192,4,00
3.594,30 938,20
2.019,50 12.747,70
246.033,00 96.739,00 13.836,00 26.867,00
6.965,00 9.863,50 4.631,40 1.305,80 2.003,40
41.487,80
279.341,00 158.048,00
16.849,00 33.595,00
7.755,00 11.092,00 11.559,10
8.372,90 692,50
8.283,20
281.234,00 159.837,00
10.012,00 65.675,00 6.328,00 9.851,70 2.056,70 9.110,20 3.433,40 5.059,60
292.698,00 101.891,00
9.990,00 63.379,00 10.739,00 13.480,80
2.452,90 17.330,90
3.172,80 3.986,40
Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar, 2011
Komoditas padi dari tahun 2006-2010 selalu mengalami peningkatan
produksi, akan tetapi produksi komoditas subsektor tabama yang lain cenderung
berfluktuasi. Produksi padi sawah pada tahun 2007 sebesar 246.033 ton,
mengalami peningkatan 10,19 % dari produksi tahun 2006. Produksi padi sawah
pada tahun 2008 sebesar 279.341 ton, mengalami peningkatan 13,54 % dari
produksi tahun 2007. Produksi padi sawah pada tahun 2009 sebesar 281.234 ton,
mengalami peningkatan 0,68% dari tahun sebelumnya dan produksi padi sawah
pada tahun 2010 sebesar 292.698 ton, mengalami penurunan 4,08 % dari tahun
2009.
Berdasarkan data BPS Kabupaten Karanganyar (2011), komoditas
subsektor perkebunan yang dihasilkan di Kabupaten Karanganyar antara lain
kelapa (Cocoa mucifera), kapuk (Ceiba pentrada Gaerin), cengkeh (Eugenia
aromatica), lada (Piper nigrum), kopi (Coffea sp). Komoditas subsektor
kehutanan yang tercatat di Kabupaten Karanganyar berupa jati (Tectona grandis
L), mahoni (Swietenia mahogany) dan kayu lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Komoditas sub sektor peternakan di Kabupaten Karanganyar antara lain
ayam buras, ayam pedaging, ayam ras (Galls sp), itik (Anas javanicus), sapi
potong (Bos sp), kerbau (Bubalus), dan kambing (Capra sp). Dari komoditas
peternakan tersebut yang paling banyak diusahakan adalah ayam pedaging.
Populasi ayam pedaging di Kabupaten Karanganyar pada tahun 2010 yaitu
1.488.404 ekor.
Subsektor perikanan di Kabupaten Karanganyar meliputi usaha perikanan
darat yang dihasilkan dari cek dam 60.890 kg, kolam air tenang 1.077.700 kg,
sungai 356.390 kg dan waduk 55.920 kg. Sementara itu telah dilakukan penebaran
benih karper, tawes, nila, gurami dan lele.
Pengoptimalan potensi sektor pertanian dapat dilakukan dengan penentuan
prioritas pengembangan komoditas pertanian yang menjadi basis di masing-
masing kecamatan. Berbagai komoditas pertanian yang dihasilkan oleh Kabupaten
Karanganyar, tentunya tidak semua memiliki potensi yang besar untuk
dikembangkan di tiap kecamatan. Komoditas-komoditas pertanian yang
mendapatkan prioritas untuk dikembangkan diharapkan dapat menjadikan sektor
pertanian sebagai pendorong perkembangan sektor perekonomian lainnya
sehingga pembangunan daerah di Kabupaten Karanganyar dapat berjalan lebih
efisien dan efektif.
Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah dalam penelitian
Analisis Potensi Wilayah Kecamatan Berbasis Komoditas Pertanian dalam
Pembangunan Daerah di Kabupaten Karanganyar (Pendekatan Location Quotient
dan Shift Share Analysis) adalah:
1. Komoditas pertanian apa saja yang menjadi komoditas pertanian basis
masing-masing kecamatan di Kabupaten Karanganyar?
2. Komoditas pertanian basis apa saja yang mempunyai pertumbuhan cepat dan
daya saing yang baik di masing-masing kecamatan di Kabupaten
Karanganyar dilihat dari nilai komponen pertumbuhan proporsional (PP) dan
nilai komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW)?
3. Komoditas pertanian basis apa saja yang diprioritaskan untuk dikembangkan
di masing-masing kecamatan di Kabupaten Karanganyar?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui komoditas pertanian basis di masing-masing kecamatan di
Kabupaten Karanganyar.
2. Mengetahui komoditas pertanian basis yang mempunyai pertumbuhan cepat
dan daya saing yang baik di masing-masing kecamatan di Kabupaten
Karanganyar.
3. Mengetahui komoditas pertanian basis yang diprioritaskan untuk
dikembangkan di masing-masing kecamatan di Kabupaten Karanganyar.
D. Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti, penelitian ini berguna sebagai sarana menambah pengetahuan
berkaitan dengan topik penelitian dan sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Bagi pemerintah Kabupaten Karanganyar, penelitian ini diharapkan dapat
menjadi pertimbangan dalam menetapkan kebijakan pembangunan pertanian,
khususnya dalam rangka pemetaan dan penentuan prioritas pengembangan
komoditas pertanian basis di Kabupaten Karanganyar.
3. Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan
informasi, wawasan ilmu pengetahuan terutama dalam hal keterkaitan potensi
wilayah dengan pembangunan daerah serta sebagai referensi bagi penelitian
sejenis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
II. LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian Hastutiningsih (2010), yang berjudul Pembangunan
Wilayah Kecamatan Berbasis Komoditas Pertanian di Kabupaten Sragen,
menyatakan bahwa komoditas pertanian yang paling menjadi basis di banyak
kecamatan Kabupaten Sragen adalah padi sawah, kelapa, wijen, domba, dan katak
hijau. Padi sawah menjadi basis pada sebelas kecamatan. Jenis padi yang ditanam
di Kabupaten Sragen meliputi padi IR64, Menthik, Pandhan Wangi, dan padi
organik. Kecamatan yang memiliki nilai LQ rata-rata tertinggi untuk komoditas
padi sawah adalah kecamatan Sidoharjo yaitu sebesar 1,77, artinya keseluruhan
produksi padi sawah yang ada sebanyak 1 bagian untuk memenuhi kebutuhan di
kecamatan Sidoharjo dan 0,77 bagian lainnya untuk ekspor atau memenuhi
kebutuhan di luar daerah Kecamatan Sidoharjo.
Yuliani (2005) dalam penelitiannya tentang “Analisis Identifikasi dan
Peranan Sektor Pertanian dalam Pembangunan Wilayah di Kabupaten
Karanganyar” menunjukkan bahwa yang menjadi sektor basis di Kabupaten
Karanganyar adalah Sektor Industri Pengolahan dan Sektor Perdagangan, Hotel
dan Restoran. Sektor pertanian dengan nilai LQ rata-rata dari tahun 1999-2003
sebesar 0,54 bukan merupakan sektor basis di Kabupaten Karanganyar. Subsektor
pertanian yang menjadi basis yaitu subsektor kehutanan dengan nilai LQ rata-rata
3,328, sedangkan subsektor tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan dan
perikanan bukan merupakan subsektor basis di Kabupaten Karanganyar.
Annisah (2007) dalam penelitiannya tentang “Identifikasi Sektor Pertanian
dalam Penentuan Sektor Unggulan di Kabupaten Cirebon” mengatakan bahwa
dari analisis LQ, sektor perekonomian yang menjadi sektor basis adalah sektor
pertanian; bangunan; perdagangan; pengangkutan dan komunikasi; keuangan; dan
jasa. Subsektor tanaman perkebuanan, peternakan dan perikanan merupakan
subsektor pertanian basis. Dengan menggunakan gabungan analisis LQ, PP dan
PPW dapat diketahui prioritas pengembangan sektor pertanian. Sektor yang
menjadi prioritas utama untuk dikembangkan tidak ada. Prioritas kedua adalah
10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
sektor pertanian; bangunan; keuangan; persewaan dan jasa perusahaan;
pengangkutan dan komunikasi; perdagangan; listrik, gas dan air bersih; serta jasa.
Prioritas ketiga adalah pertambangan dan penggalian. Prioritas keempat adalah
industri pengolahan. Subsektor pertanian yang menjadi prioritas pertama untuk
dikembangkan adalah subsektor tanaman perkebunan dan peternakan, prioritas
kedua yaitu perikanan, prioritas ketiga adalah kehutanan, prioritas keempat tidak
ada yang memenuhi, prioritas kelima adalah tanaman bahan makanan.
Beberapa penelitian tersebut diatas digunakan sebagai referensi karena
penelitian tersebut dilaksanakan menggunakan metode analisis yang sama dengan
penelitian ini yaitu analisis Location Quotient dan Shift Share.
B. Tinjauan Pustaka
1. Pembangunan dan perencanaan pembangunan
Pembangunan merupakan suatu kenyataan fisik sekaligus suatu tekad
masyarakat untuk berupaya sekeras mungkin melalui serangkaian kombinasi
proses sosial, ekonomi dan institusioanal demi mencapai kehidupan yang serba
lebih baik. Apapun komponen yang spesifik atas “kehidupan yang serba lebih
baik”, bertolak dari tiga nilai pokok proses perkembangan di semua masyarakat
harus memiliki tiga tujuan inti yaitu (Todaro, 2000):
a. Peningkatan ketersediaan serta peningkatan distribusi berbagai macam barang
kebutuhan hidup yang pokok seperti pangan, sandang, papan, kesehatan dan
perlindungan keamanan.
b. Peningkatan standar hidup yang tidak hanya berupa peningkatan pendapatan,
tetapi juga meliputi penambahan penyediaan lapangan kerja, perbaikan kualitas
pendidikan, serta peningkatan perhatian atas nilai-nilai cultural dan
kemanusiaan yang kesemuanya itu tidak hanya untuk memperbaiki jati diri
pribadi dan bangsa yang bersangkutan.
c. Perluasan pilihan-pilihan ekonomis dan sosial bagi setiap individu serta bangsa
secara keseluruhan yakni dengan membebaskan mereka dari belitan sikap
menghamba dan ketergantungan bukan hanya terhadap orang atau negara
bangsa lain namun juga terhadap setiap kekuatan yang berpotensi merendahkan
nilai-nilai kemanusiaan mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Perencanaan pembangunan yaitu suatu upaya pemerintah untuk
mengkoordinasi semua keputusan ekonomi dalam jangka panjang untuk
mempengaruhi secara langsung serta mengendalikan pertumbuhan variabel-
variabel ekonomi yang penting (penghasilan, konsumsi, lapangan kerja, investasi,
tabungan, ekspor-impor dan lain sebagainya) suatu negara dalam rangka mencapai
keputusan pendahuluan mengenai tujuan-tujuan pembangunan. Rancana bisa
bersifat komprehensif (multisektoral), bisa bersifat parsial (lokal). Rencana yang
komprehensif targetnya semua aspek penting yang menyangkut perekonomian
nasional, sedangkan yang parsial meliputi sebagian dari ekonomi nasional, seperti
sektor pertanian, perindustrian, sektor pemerintahan sektor swasta dan lain
sebagainya (Suryana, 2000).
Menurut Arsyad (2004), pemerintah harus menetapkan kebijakan
pembangunan yang tepat demi berhasilnya rencana pembangunan dan untuk
menghindari kesulitan yang mungkin timbul dalam proses pelaksanaanya, unsur-
unsur utama pembangunan meliputi:
a) Penyelidikan potensi pembangunan, survey sumber daya nasional, penelitian
ilmiah, penelitian pasar.
b) Penyediaan prasarana yang memadai (air, listrik, transportasi dan
telekomunikasi) apakah oleh badan usaha negara atau swasta.
c) Penyediaan fasilitas latihan khusus dan juga pendidikan umum yang memadai
untuk menyediakan keterampilan yang diperlukan.
d) Perbaikan landasan hukum bagi kegiatan perekonomian, khususnya peraturan
yang berkaitan dengan hak atas tanah, perusahaan dan transaksi ekonomi.
e) Bantuan untuk menciptakan pasar yang lebih banyak dan lebih baik.
f) Menemukan dan membantu pengusaha yang potensial, baik dalam negeri
maupun luar negeri.
g) Peningkatan pemanfaatan sumberdaya secara lebih baik, baik swasta maupun
negara.
Keberhasilan perencanaan pembangunan dapat dinilai terutama dengan
menguji berbagai usulan dari masing-masing unsur tersebut. Kebijaksanaan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
lebih baik dapat membantu keberhasilan suatu perencanaan, tetapi dia tidak dapat
menjamin keberhasilan.
2. Pembangunan Ekonomi
Menurut Suryana (2000), pembangunan ekonomi diartikan sebagai suatu
proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat
meningkat dalam jangka panjang. Definisi ini mengandung 3 unsur; (1)
pembangunan ekonomi sebagai suatu proses berarti yang terus-menerus yang di
dalamnya telah mengandung unsur-unsur kekuatan sendiri untuk investasi baru,
(2) usaha meningkatkan pendapatan per kapita, (3) kenaikan pendapatan per
kapita harus berlangsung dalam jangka panjang.
Pembangunan ekonomi adalah usaha-usaha untuk meningkatkan taraf
hidup suatu bangsa yang seringkali diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan
riil per kapita. Sehingga tujuan pembangunan ekonomi disamping untuk
meningkatkan pendapatan nasional riil juga untuk meningkatkan produksi. Pada
umumnya dapat dikatakan bahwa tingkat output pada suatu saat tertentu
ditentukan oleh tersedianya atau digunakannya baik sumber daya alam maupun
sumber daya manusia, tingkat teknologi, keadaan pasar dan kerangka kehidupan
ekonomi (sistem perekonomian) serta sikap dari output itu sendiri (Irawan dan
Suparmoko 2002).
Keberhasilan pembangunan ekonomi ditunjukkan oleh 3 pokok, yaitu: (1)
berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya
(basic needs), (2) meningkatnya rasa harga diri (self-esteem) masyarakat sebagai
manusia, (3) meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memilih (freedom from
servitude) yang merupakan salah satu dari hak manusia (Todaro, 2002).
3. Otonomi Daerah
Menurut Soenarto (2001), dengan otonomi daerah berarti memindahkan
sebagian besar kewenangan yang tadinya berada di pemerintah pusat menjadi
wewenang daerah otonom, sehingga pemerintah daerah otonom dapat lebih cepat
dalam merespon tuntutan masyarakat daerah sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki. Karena kewenangan membuat kebijakan (perda) sepenuhnya menjadi
wewenang daerah otonom, maka dengan otonomi daerah pelaksanaan tugas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
umum pemerintahan dan pembangunan akan dapat berjalan lebih cepat dan lebih
berkualitas. Keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah sangat tergantung pada
kemampuan keuangan daerah (PAD), sumber daya manusia yang dimiliki daerah,
serta kemampuan daerah untuk mengembangkan segenap potensi yang ada di
daerah otonom.
Otonomi daerah memberikan kesempatan yang luas kepada daerah,
khususnya kabupaten/kota dalam melaksanakan program-program
pembangunannya. Banyak aspek yang dapat dilakukan secara mandiri di tingkat
pertanggungjawaban suatu program pembangunan. Otonomi daerah di sisi lain
juga menuntut kesiapan daerah dalam mempersiapkan dan melaksanakan berbagai
kebijakan yang kini bergeser menjadi tanggung jawab daerah. Kesiapan sumber
daya manusia dan pemerintah daerah saja tidak cukup tanpa didukung oleh
komponen lain, misalnya kesiapan masyarakat di daerah dan kondisi sumber daya
alam. Daerah dalam konsep otonomi daerah mempunyai keunikan/karakteristik
tersendiri. Karakteristik tersebut antara lain masing-masing wilayah administratif
mempunyai potensi sumber daya alam, etnis, budaya/tradisi, sumber daya
manusia yang beragam dan khas. Dalam konsep otonomi daerah diharapkan
berbagai potensi yang ada di daerah dapat secara optimal mendukung pelaksanaan
pembangunan (Usman et.al., 2001).
4. Pembangunan Daerah dan Perencanaan Pembangunan Daerah
Masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada
penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada
kekhasan daerah yang bersangkutan (endogenous development) dengan
menggunakan potensi sumber daya manusia, kelembagaan dan sumber daya fisik
secara lokal (daerah). Orientasi ini mengarahkan kita kepada pengambilan inisiatif
yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan
kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan kegiatan ekonomi (Arsyad,
2004).
Pembangunan daerah pada umumnya mencakup berbagai dimensi
pembangunan yang dilaksanakan secara bertahap. Pada awalnya, kegiatan
pembangunan daerah biasanya ditekankan pada pembangunan fisik untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
mendorong pertumbuhan ekonomi, kemudian diikuti dengan pembangunan sosial
politik. Namun demikian, tahapan ini bukanlah merupakan suatu ketentuan yang
berlaku umum, karena setiap daerah mempunyai potensi pertumbuhan yang
berbeda dengan daerah lain. Potensi sumber daya alam, sumber daya manusia,
kondisi sosial, budaya, ekonomi, ketersediaan infrastruktur dan lainnya sangat
berpengaruh pada penerapan konsep pembangunan yang dilaksanakan
(Adisasmita, 2006).
Perencanaan pembangunan daerah dimaksudkan agar semua daerah dapat
melaksanakan pembangunan secara proporsional dan merata sesuai dengan
potensi yang ada di daerah tersebut. Manfaat perencanaan pembangunan daerah
adalah untuk pemerataan pembangunan atau perluasan dari pusat ke daerah. Bila
perencanaan pembangunan daerah dan pembangunan daerah berkembang dengan
baik maka diharapkan bahwa kemandirian daerah dapat tumbuh dan berkembang
sendiri (mandiri) atas dasar kekuatan sendiri. Dengan demikian maka kenaikan
pendapatan dan kesejahteraan masyarakat di daerah tersebut tidak terlalu
bergantung dari pusat tetapi relatif cukup didorong dari daerah yang bersangkutan
(Soekartawi, 1990).
5. Pembangunan Pertanian
Secara umum dapat dikemukakan bahwa pembangunan pertanian
diarahkan untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani dan nelayan,
memperluas lapangan kerja dan kesempatan usaha, serta mengisi dan memperluas
pasar, baik pasar dalam negeri maupun luar negeri. Ini dilakukan melalui
pertanian yang maju, efisien dan tangguh sehingga makin mampu meningkatkan
dan menganekaragamkan hasil, meningkatkan mutu dan derajad pengolahan
produksi dan menunjang pembangunan wilayah (Kamaluddin, 1998).
Pembangunan pertanian patut mengedepankan potensi kawasan dan
kemampuan masyarakatnya. Keunggulan komparatif yang berupa sumber daya
alam perlu diiringi dengan peningkatan keunggulan kompetitif yang diwujudkan
melalui penciptaan sumber daya manusia tani yang semakin profesional.
Masyarakat tani terutama masyarakat tani tertinggal sebagai sasaran
pemberdayaan masyarakat perlu terus didampingi sebagai manusia tani yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
makin maju, mandiri, sejahtera dan berkeadilan. Sumber daya alam dan manusia
patut menjadi dasar bagi pembangunan pertanian masa depan (Wibowo, 2002).
Rencana pembangunan pertanian di masa yang akan datang, khususnya di
era otonomi daerah, perlu disusun berdasarkan suatu konsep pembangunan
pertanian yang mengedepankan eksistensi petani sebagai produsen yang
memerlukan topangan infrastruktur dan kebijakan agar: (i) proses untuk
menghasilkan produk (massa hayati) dapat berlangsung secara efektif dan efisien,
(ii) produk yang dihasilkan dapat ditingkatkan nilai ekonominya melalui proses
pengolahan yang tepat, (iii) produk yang telah diolah memiliki ketahanan kualitas
terhadap rentang waktu selama proses pemasaran, (iv) produk memiliki daya
saing di pasaran dalam dan luar negeri (Usman et.al., 2001).
Pemerintah pusat dalam hal ini hanya merancang pelaksanaan yang
bersifat makro, sedangkan pemerintah daerah merancang pelaksanaan pencapaian
target sesuai dengan kondisi wilayah. Dalam perspektif kebijakan yang demikian,
maka pemerintah daerah benar-benar dituntut agar mampu melaksanakan
kebijakan tersebut secara maksimal, untuk mengelola sumber daya spesifik lokasi.
Sebagai bahan perencanaan diperlukan suatu analisis potensi wilayah baik dalam
aspek biofisik maupun sosial ekonomi. Dalam rangka memanfaatkan potensi
tersebut, peran serta masyarakat secara partisipatif perlu didorong dan
dikembangkan (Sudaryanto et.al., 2002).
6. Peranan Sektor Pertanian
Peranan sektor pertanian dirasa masih penting walaupun kemajuan sektor
industri berkembang begitu cepat dalam perekonomian disuatu daerah. Pentingnya
sektor pertanian dalam perekonomian dapat dilihat dari berbagai hal, antara lain
dilihat dari masih relatif besarnya pangsa sektor pertanian terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB), sektor pertanian juga merupakan pemasok bahan baku
bagi industri, mampunya sektor ini menyediakan pangan dan gizi, dapat menyerap
banyak tenaga kerja dan semakin signifikannya kontribusi sektor pertanian dalam
meningkatkan ekspor non migas (Soekartawi, 1996).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Menurut Kamaluddin (1998), peranan sektor pertanian dalam
pembangunan yang utama diantaranya adalah sehubungan dengan pertimbangan-
pertimbangan berikut:
a. Sebagian besar penduduk di negara-negara berkembang memiliki usaha yang
menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.
b. Sektor pertanian di negara-negara berkembang merupakan sumber utama
untuk pemenuhan kebutuhan pokok terutama pangan.
c. Sektor pertanian merupakan sumber atau penyedia input tenaga kerja yang
sangat besar untuk menunjang pembangunan sektor-sektor lainnya, terutama
industri.
d. Sektor pertanian dapat juga berperan sebagai sumber dana dan daya yang
utama dalam menggerakkan dan memacu pertumbuhan ekonomi di sebagian
besar negara berkembang.
e. Sektor pertanian merupakan pasar yang potensial bagi hasil output sektor
modern di perkotaan yang ditumbuhkembangkan.
Pengalaman pembangunan nasional sampai dengan munculnya krisis
ekonomi pada tahun 1997 menunjukkan betapa pentingnya posisi pembangunan
pertanian dalam mendukung perekonomian nasional. Ketahanan pangan nasional
menurun secara drastis, dimana impor beras nasional mencapai puncaknyapada
tahun 1998 dan munculnya krisis pangan (kelaparan) karena lemahnya akses
pangan (daya beli) di beberapa wilayah di tanah air. Krisis ekonomi dan pangan
tersebut merefleksikan bahwa pembangunan nasional yang tidak didasarkan atas
kondisi riil struktur perekonomian nasional akan rentan terhadap gejolak faktor
eksternal dan tidak berkelanjutan. Kondisi riil perekonomian nasional tersebut
dicirikan oleh dominasi sektor pertanian dan pedesaan dalam GDP dan
kesempatan kerja nasional. Karena itu pembangunan nasional perlu diarahkan
kepada pemanfaatan potensi sumber daya alam, peningkatan produktivitas tenaga
kerja pedesaan dan pengembangan potensi pasar dalam negeri yang sangat besar
(Sudaryanto dan I Wayan, 2002).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
7. Teori Ekonomi Basis
Teori ekonomi basis menyatakan bahwa faktor penentu utama
pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan
permintaan barang dan jasa dari suatu daerah. Proses produksi di sektor industri di
suatu daerah yang menggunakan sumber daya produksi (SDP) lokal, termasuk
tenaga kerja dan bahan baku, dan outputnya di ekspor akan menghasilkan
pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan per kapita, dan penciptaan
peluang kerja di daerah tersebut. Pertanyaan yang muncul dari teori ekonomi basis
adalah sanggupkah setiap provinsi memanfaatkan peluang ekspor yang ada,
terutama dalam era otonomi daerah dan era perdagangan bebas (Tambunan,
2001).
Teori ekonomi basis digunakan untuk mengetahui apakah suatu sektor
merupakan sektor basis atau non basis. Ada beberapa metode pengukuran dalam
teori ekonomi basis, yaitu metode pengukuran langsung dan metode pengukuran
tidak langsung. Metode pengukuran langsung dapat dengan survey langsung
untuk mengidentifikasikan sektor mana yang merupakan sektor basis. Metode ini
menentukan sektor basis dengan tepat. Akan tetapi metode ini memerlukan biaya,
waktu dan tenaga kerja lebih banyak. Mengingat hal tersebut di atas, maka
sebagian besar pakar ekonomi wilayah menggunakan metode pengukuran tidak
langsung. Beberapa metode pemgukuran tidak langsung, yaitu: (1) metode melalui
pendekatan asumsi, (2) metode Location Quotient, (3) metode kombinasi 1 dan 2,
(4) metode kebutuhan minimum (Budiharsono, 2005).
Menurut Arsyad (2004), Location Quotient merupakan suatu teknik yang
digunakan untuk memperluas analisis shift share. Teknik ini untuk mengukur
dalam menentukan kapasitas ekspor perekonomian daerah dan derajad self
sufficiency suatu sektor. Dalam teknik ini kegiatan ekonomi suatu daerah dibagi
menjadi 2 golongan;
a. Kegiatan industri yang melayani pasar di daerah itu sendiri maupun di luar
daerah yang bersangkutan. Industri seperti ini dinamakan industri basis.
b. Kegiatan ekonomi atau industri yang hanya melayani pasar di daerah tersebut.
Jenis ini disebut industri non basis atau industri lokal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
LQ adalah suatu metode untuk menghitung perbandingan relatif
sumbangan nilai tambah sebuah sektor di suatu daerah (Kabupaten/Kota) terhadap
sumbangan nilai tambah sektor yang bersangkutan dalam skala provinsi atau
nasional. Dengan kata lain, LQ dapat menghitung perbandingan antara share
output sektor i di kota dan share output sektor i di provinsi:
Xir/Xr LQ= ---------- Xin/Xn
Dengan X= output (PDRB); r= regional dan n= nasional.
LQ >1 mengindikasikan ada kegiatan ekspor di sektor tersebut atau sektor basis
(B), sedangkan LQ<1 disebut sektor non basis (NB).
Ada beberapa keunggulan dari metode LQ, antara lain:
a) Metode LQ memperhitungkan ekspor langsung dan ekspor tidak langsung
b) Metode LQ sederhana dan tidak mahal serta dapat ditrapkan pada data
historis untuk mengetahui trend.
Beberapa kelemahan metode LQ adalah (Bappenas, 2007):
a) Berasumsi bahwa pola permintaan di setiap daerah identik dengan pola
permintaan bangsa dan bahwa produktivitas tiap pekerja di setiap sektor
regional sama dengan produktivitas tiap pekerja dalam industri-industri
nasional.
b) Berasumsi bahwa tingkat ekspor bergantung pada tingkat disagregasi.
8. Teori Komponen Pertumbuhan Wilayah
Keragaman dalam struktur industri menimbulkan perbedaan pertumbuhan
output produksi dan kesempatan kerja. Wilayah yang tumbuh cepat disebabkan
karena struktur industri/sektornya mendukung dalam arti lain sebagian sektornya
mempunyai laju pertumbuhan yang cepat. Sedangkan bagi wilayah yang
pertumbuhannya lamban, sebagian besar sektornya mempunyai laju pertumbuhan
lamban. Untuk mengidentifikasi sumber atau komponen pertumbuhan wilayah
lazim digunakan analisis shift share (Budiharsono, 2005).
Analisis shift share merupakan teknik yang sangat berguna dalam
menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah dibandingkan dengan
perekonomian nasional. Tujuan analisis ini adalah untuk menentukan kinerja atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
produktivitas kerja perekonomian daerah dengan membandingkannya dengan
daerah yang lebih besar (regional atau nasional). Analisis ini memberikan data
tentang kinerja perekonomian dalam 3 bidang yang berhubungan satu sama lain,
yaitu (Arsyad, 2004):
a) Pertumbuhan ekonomi daerah diukur dengan cara menganalisis perubahan
pengerjaan agregat secara sektoral dibandingkan dengan perubahan pada
sektor yang sama di perekonomian yang dijadikan acuan
b) Pergeseran proporsional (proportional shift) mengukur perubahan relatif,
pertumbuhan atau penurunan pada daerah dibandingkan dengan
perekonomian yang lebih besar yang dijadikan acuan. Pengukuran ini
memungkinkan kita untuk mengetahui apakah perekonomian daerah
terkonsentrasi pada industri-industri yang tumbuh lebih cepat ketimbang
perekonomian yang dijadikan acuan
c) Pergeseran diferensial (differential shift) membantu kita dalam menentukan
seberapa jauh daya saing industri daerah (lokal) dengan perekonomian yang
dijadikan acuan. Oleh karena itu, jika pergeseran diferensial dari suatu
industri adalah positif, maka industri tersebut lebih tinggi daya saingnya
ketimbang industri yang sama pada perekonomian yang dijadikan acuan.
Analisis wilayah/regional merupakan kegiatan utama dalam proses
perencanaan pembangunan atau pengembangan wilayah. Analisis shift share
adalah salah satu teknik yang digunakan untuk menganalisis data statistik
regional, baik berupa pendapatan per kapita, output, tenaga kerja maupun data
lainnya. Metode ini juga dapat digunakan untuk mengamati struktur
perekonomian daerah dan perubahannya secara deskriptif, dengan cara
menekankan bagian-bagian dari pertumbuhan sektor atau industri di daerah, dan
memproyeksikan kegiatan ekonomi di daerah tersebut dengan data yang terbatas
(Firdaus, 2007).
Penentuan komoditas unggulan dapat dijelaskan menggunakan analisis
shift share. Penentuan komoditas unggulan dicirikan oleh komponen defferential
shift (D) dan proportional shift (P). Komponen ini digunakan sebagai kriteria
kinerja komoditas pada tahap pertama. Komponen D yang positif menunjukkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
keunggulan komoditas tertentu dibandingkan dengan komoditas serupa di daerah
lain, sedangkan komponen P yang positif menunjukkan komposisi industri yang
sudah relatif baik dibandingkan dengan nasional (Firdaus, 2007).
C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah
Kabupaten Karanganyar sebagai salah satu daerah otonom juga
mempunyai wewenang yang lebih luas untuk menentukan kebijakan dalam
pembangunan di daerahnya sesuai dengan potensi daerah yang dimiliki.
Pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Karanganyar dapat lebih efektif dan
lebih efisien jika perencanaan pembangunan daerah di Kabupaten Karanganyar
dilakukan dengan tepat dan sesuai dengan potensi di daerahnya. Untuk itu,
Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar harus mampu mengenali dengan baik
potensi daerah sendiri, menggalang kemampuan untuk menggali, mengoptimalkan
dan mengembangkan semua potensi daerah yang dimiliki dalam ruang lingkup
pemerintahannya.
Teori ekonomi basis dan teori komponen pertumbuhan merupakan teori
yang dapat digunakan untuk mengetahui komoditas pertanian yang layak
mendapat prioritas untuk dikembangkan di Kabupaten Karanganyar dengan cara
menganalisis data nilai produksi masing-masing komoditas pertanian. Teori
ekonomi basis dapat dilakukan dengan metode pengukuran langsung maupun
tidak langsung. Metode pengukuran langsung dilakukan dengan menggunakan
survey secara langsung terhadap objek yang diteliti. Sedangkan metode secara
tidak langsung ada 4 cara yaitu, metode pendekatan asumsi, metode Location
Quotient (LQ), metode kombinasi dan metode kebutuhan minimum. Dalam teori
ini metode ekonomi basis yang digunakan adalah metode Location Quotient (LQ).
Metode Location Quotient (LQ) digunakan untuk mengetahui komoditas
pertanian di Kabupaten Karanganyar termasuk komoditas pertanian basis atau non
basis di masing-masing kecamatan dengan cara menghitung nilai LQ dari setiap
komoditas pertanian yang dihasilkan di Kabupaten Karanganyar. Apabila nilai
LQ>1 maka komoditas pertanian tersebut termasuk komoditas pertanian basis.
Apabila nilai LQ<1 maka komoditas petanian tersebut termasuk komoditas
pertanian non basis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Teori komponen pertumbuhan (analisis shift share) digunakan untuk
mengetahui komponen pertumbuhan komoditas pertanian basis di Kabupaten
Karanganyar. Komponen pertumbuhan dalam analisis shift share meliputi
komponen pertumbuhan nasional (PN), komponen pertumbuhan proporsional
(PP), dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW). Namun dalam
penelitian “Analisis Potensi Wilayah Kecamatan Berbasis Komoditas Pertanian
Dalam Pembangunan Daerah di Kabupaten Karanganyar” ini, komponen yang
digunakan hanya komponen pertumbuhan proporsional (PP) dan komponen
pertumbuhan pangsa wilayah (PPW). Apabila PP positif maka komoditas
pertanian tersebut pertumbuhannya cepat dan sebaliknya apabila PP negatif, maka
komoditas pertanian tersebut pertumbuhannya lambat. Apabila PPW positif, maka
komoditas pertanian tersebut mempunyai daya saing baik jika dibandingkan
dengan komoditas yang sama di wilayah lainnya dan sebaliknya apabila PPW
negatif, maka komoditas pertanian tersebut tidak mempunyai daya saing jika
dibandingkan dengan komoditas pertanian yang ada di wilayah lainnya.
Penentuan prioritas komoditas pertanian basis yang layak untuk
dikembangkan dalam pembangunan daerah di Kabupaten Karanganyar dilakukan
dengan menggunakan gabungan ekonomi basis (Metode LQ) dan metode shift
share (analisis pertumbuhan proporsional/PP dan komponen pertumbuhan pangsa
pasar/PPW). Komoditas pertanian basis yang menjadi prioritas pertama untuk
dikembangkan adalah komoditas pertanian yang mempunyai nilai LQ>1, PP
positif dan PPW positif. Komoditas pertanian basis yang menjadi prioritas kedua
untuk dikembangkan adalah komoditas yang mempunyai nilai LQ>1, PP negatif,
PPW positif dan atau komoditas pertanian yang mempunyai nilai LQ>1, PP
positif, PPW negatif. Komoditas pertanian basis yang menjadi prioritas alternatif
untuk dikembangkan adalah komoditas pertanian yang mempunyai nilai LQ>1,
PP negatif dan PPW negatif.
Alur pemikiran penelitian sebagaimana yang dijelaskan di atas dapat
digambarkan seperti yang tercantum pada Gambar 1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Gambar 1. Kerangka Pemikiran dalam Penentuan Komoditas Pertanian Basis Masing-masing Kecamatan di Kabupaten Karanganyar
Pembangunan Daerah Kabupaten Karanganyar
Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Karanganyar
Analisis Potensi Wilayah Kecamatan
Sektor Pertanian
Sub Sektor Pertanian: 1. Sub sektor tabama 2. Sub sektor perkebunan 3. Sub sektor kehutanan 4. Sub sektot peternakan 5. Sub sektor prikanan
Sektor Non Pertanian
Komoditas
Nilai Produksi Komoditas
Teori Ekonomi Basis
Metode Pengukuran Tak Langsung
Metode Pengukuran Langsung
Pendekatan Asumsi
Metode Location Quotient
Metode Kombinasi
Metode Kebutuhan Minimum
LQ>1 Komoditas
Pertanian Basis
LQ<1 dan LQ=1 Komoditas
Pertanian Non Basis
Otonomi Daerah
Teori Komponen Pertumbuhan
Analisis Shift Share
PN PP PPW
PP positif, Pertumbuhan cepat PP negatif, Pertumbuhan lambat
PPW positif,Punya daya saing baikPPW negatiTidak punya daya saing
Prioritas Pengembangan Komoditas Pertanian Basis· Prioritas Pertama = LQ > 1, PP Positif, PPW · Prioritas Kedua = LQ > 1, PP Negatif, PPW
= LQ > 1, PP positif, PPW Negatif· Alternatif = LQ > 1, PP Negatif, PPW Positif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
D. Pembatasan Masalah
1. Penelitian ini memusatkan pada analisis data nilai produksi komoditas
pertanian di Kabupaten Karanganyar dan nilai produksi komoditas pertanian
di setiap kecamatan di Kabupaten Karanganyar.
2. Harga komoditas pertanian yang digunakan adalah harga rata-rata komoditas
pertanian di tingkat produsen periode tahun 2009-2010 di Kabupaten
Karanganyar.
3. Komoditas pertanian yang diteliti adalah komoditas pertanian yang dihasilkan
di Kabupaten Karanganyar selama tahun 2009-2010, yang datanya tersedia,
dipublikasikan, dan kontinuitasnya terjaga.
E. Asumsi-asumsi
1. Kebutuhan barang akan dipenuhi terlebih dahulu oleh produksi wilayah
sendiri dan kekurangannya akan dibeli dari kecamatan lain yang berada di
wilayah Kabupaten Karanganyar maupun di luar Kabupaten Karanganyar.
2. Terdapat pola permintaan yang sama antara kecamatan dengan Kabupaten
Karanganyar.
3. Biaya antara untuk masing-masing komoditas di setiap kecamatan di
Kabupaten Karanganyar dianggap sama.
F. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel
1. Analisis adalah penyelidikan terhadap data-data untuk mengetahui keadaan
sebenarnya.
2. Potensi adalah kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk
dikembangkan.
3. Wilayah adalah suatu unit geografi yang dibatasi oleh kriteria tertentu yang
bagian-bagiannya bergabung secara internal. Dalam penelitian ini, yang
dimaksud wilayah adalah kecamatan di Kabupaten Karanganyar.
4. Komoditas adalah produk yang dihasilkan oleh suatu usaha/kegiatan dengan
menggunakan sumberdaya yang tersedia di Kabupaten Karanganyar.
5. Komoditas pertanian adalah komoditas yang dihasilkan oleh suatu kegiatan di
sektor pertanian di Kabupaten Karanganyar yaitu sebanyak 73 komoditas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
6. Analisis potensi wilayah kecamatan berbasis komoditas pertanian adalah
penyelidikan terhadap potensi/kemampuan/keunggulan wilayah kecamatan di
Kabupaten Karanganyar yang didasarkan pada komoditas pertanian yang
dihasilkan oleh kecamatan tersebut.
7. Nilai produksi komoditas pertanian adalah hasil yang diterima suatu
komoditas pertanian, yang diperoleh dari perkalian antara jumlah produksi
suatu komoditas pertanian dalam satu tahun dengan harga rata-rata komoditas
pertanian ditingkat produsen dalam satu tahun di Kabupaten Karanganyar
yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp).
8. Komoditas pertanian basis adalah komoditas pertanian yang mampu
memenuhi kebutuhan suatu kecamatan di Kabupaten Karanganyar serta dapat
di ekspor di wilayah lain. Komoditas pertanian basis menurut metode
Location Quotient (LQ) adalah komoditas pertanian yang memiliki nilai LQ
>1.
9. Komoditas pertanian non basis adalah komoditas pertanian yang tidak
mempunyai kemampuan dalam memenuhi kebutuhan di wilayahnya maupun
yang hanya mampu memenuhi kebutuhan di wilayahnya dan tidak dapat
diekspor ke wilayah lain. Komoditas pertanian non basis menurut analisis
Location Quotient (LQ) adalah komoditas pertanian yang mempunyai nilai
LQ
10. Ekspor adalah menjual komoditas ke luar wilayah baik wilayah lain di dalam
negeri maupun ke luar negeri. Dalam penelitian ini ekspor adalah menjual
komoditas pertanian ke luar wilayah kecamatan baik di dalam wilayah
Kabupaten Karanganyar maupun di luar wilayah Kabupaten Karanganyar.
11. Pertumbuhan Proporsional (PP) adalah pertumbuhan suatu produksi
komoditas pertanian dibandingkan dengan komoditas pertanian lain di
Kabupaten Karanganyar yang disebabkan oleh faktor dari luar, misalnya
perbedaan ketersediaan faktor produksi, perbedaan kebijakkan pemerintah di
bidang pertanian, perbedaan struktur dan keragaman pasar. Nilai PP positif
menunjukkan bahwa komoditas pertanian yang diteliti pertumbuhannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
cepat, sedangkan nilai PP negatif menunjukkan bahwa komoditas pertanian
yang diteliti pertumbuhannya lambat.
12. Pertumbuhan pangsa wilayah (PPW) adalah pertumbuhan nilai produksi suatu
komoditas pertanian di wilayah kecamatan di Kabupaten Karanganyar
dibandingkan dengan komoditas pertanian yang sama di wilayah lain yang
disebabkan oleh faktor dari dalam wilayah tersebut (faktor lokasional)
misalnya kondisi alam, akses pasar, fasilitas ekonomi yang dimiliki suatu
wilayah. Nilai PPW positif menunjukkan komoditas pertanian yang diteliti
mempunyai daya saing yang baik, sedangkan nilai PPW negatif menunjukkan
komoditas pertanian yang diteliti tidak mempunyai daya saing.
13. Prioritas adalah yang didahulukan dan diutamakan daripada yang lain.
14. Prioritas pengembangan komoditas pertanian basis adalah penentuan prioritas
komoditas pertanian basis yang akan dikembangkan di Kabupaten
Karanganyar, dengan kriteria sebagai berikut:
a. Komoditas pertanian basis yang menjadi prioritas pertama untuk
dikembangkan di Kabupaten Karanganyar adalah komoditas pertanian
basis (LQ>1) yang mempunyai nilai PP positif dan PPW positif.
b. Komoditas pertanian basis yang menjadi prioritas kedua untuk
dikembangkan di Kabupaten Karanganyar adalah komoditas pertanian
basis (LQ>1) yang mempunyai nilai PP negatif, PPW positif dan atau
komoditas pertanian basis (LQ>1) yang mempunyai nilai PP positif, PPW
negatif.
c. Komoditas pertanian basis yang menjadi prioritas alternatif untuk
dikembangkan di Kabupaten Karanganyar adalah komoditas pertanian
basis (LQ>1) yang mempunyai nilai PP negatif dan PPW negatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar Penelitian
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yaitu
metode yang memusatkan diri pada pemecahan masalah yang ada pada masa
sekarang yang aktual kemudian data yang telah dikumpulkan mula-mula disusun,
dijelaskan dan di analisis (Surakhmad, 1998).
B. Metode Pengambilan Daerah Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Karanganyar, dengan
pertimbangan sebagai berikut:
1. Dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di provinsi Jawa Tengah,
Kabupaten Karanganyar pada tahun 2010 merupakan penyumbang nilai
PDRB Jawa Tengah terbesar peringkat keenam sebagaimana telah dijelaskan
pada Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1 tersebut dapat diketahui bahwa pada tahun
2010 Kabupaten Karanganyar dibandingkan dengan kabupaten/kota yang lain
di Jawa Tengah memberikan andil terbesar peringkat keenam terhadap PDRB
Provinsi Jawa Tengah dengan kontribusi sebesar 3,49 persen. Hal ini
menunjukkan bahwa Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu
kabupaten yang masih mempunyai peranan dominan dalam perekonomian di
Jawa Tengah.
2. Sektor pertanian di Kabupaten Karanganyar dibandingkan dengan sektor
lainnya merupakan sektor yang memberikan andil terbesar kedua setelah
sektor industri pengolahan dalam pembentukan Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) Kabupaten Karanganyar, yaitu sebesar 19,94 persen (Tabel 2).
Oleh karena itu sektor pertanian di Kabupaten Karanganyar masih merupakan
salah satu sektor yang mempunyai peranan dominan dalam perekonomian di
Kabupaten Karanganyar.
3. Sebagian besar penduduk di Kabupaten Karanganyar menggantungkan
kehidupannya pada sektor pertanian. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya
jumlah penduduk di Kabupaten Karanganyar yang bekerja di sektor pertanian
dalam kurun waktu lima tahun terakhir seperti yang tercantum pada Tabel 3.
27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Berdasarkan Tabel 3 tersebut dapat diketahui bahwa pada tahun 2006-2010
penduduk di Kabupaten Karanganyar yang bermatapencaharian sebagai
petani sebesar 28,18 persen, buruh industri sebesar 14,57 persen, buruh
bangunan sebesar 6,86 persen dan lain-lain sebesar 39,19 persen. Data
tersebut menunjukkan bahwa Kabupaten Karanganyar merupakan kabupaten
agraris dimana sebagian besar penduduk Kabupaten Karanganyar
menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.
C. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari Badan Pusat Statistika (BPS)
Kabupaten Karanganyar, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)
Kabupaten Karanganyar, Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten
Karanganyar, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Karanganyar, serta
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Karanganyar.
Data sekunder tersebut meliputi data jumlah produksi komoditas pertanian
tiap kecamatan di Kabupaten Karanganyar tahun 2009-2010, data harga rata-rata
komoditas pertanian di tingkat produsen di Kabupaten Karanganyar tahun 2009
dan 2010, Kabupaten Karanganyar dalam Angka 2010 dan 2011, Properda
Kabupaten Karanganyar.
D. Metode Analisis Data
1. Analisis Komoditas Pertanian Basis
Analisis yang digunakan untuk menentukan komoditas pertanian di
Kabupaten Karanganyar (73 komoditas) termasuk dalam komoditas pertanian
basis atau non basis adalah analisis Location Quotient (LQ). Besarnya nilai
LQ diperoleh dari persamaan berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
vi/vt LQ= ---------- Vi/Vt
Keterangan:
LQ : Indeks Location Quotient komoditas pertanian I di tingkat kecamatan di
Kabupaten Karanganyar
vt : Nilai produksi total komoditas pertanian di kecamatan j Kabupaten
Karanganyar
vi : Nilai produksi komoditas pertanian i di kecamatan j Kabupaten
Karanganyar
Vt : Nilai produksi total komoditas pertanian di Kabupaten Karanganyar
Vi : Nilai produksi komoditas pertanian i di Kabupaten Karanganyar
Dengan Kriteria :
Jika nilai LQ>1 artinya komoditas pertanian tersebut merupakan komoditas
pertanian basis. Komoditas pertanian tersebut tidak saja
hanya dapat memenuhi kebutuhan wilayah sendiri tetapi
juga dapat diekspor ke luar wilayah.
Jika nilai LQ=1 artinya komoditas pertanian tersebut tergolong komoditas
pertanian non basis. Produksinya hanya cukup untuk
memenuhi kebutuhan wilayah sendiri dan tidak mampu
untuk diekspor.
Jika nilai LQ<1 artinya komoditas pertanian tersebut termasuk komoditas
pertanian non basis. Produksinya tidak dapat memenuhi
kebutuhan wilayahnya sendiri sehingga perlu pasokan atau
impor dari luar.
2. Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah Komoditas Pertanian Basis
Analisis yang digunakan untuk mengetahui komponen pertumbuhan
wilayah komoditas pertanian basis di Kabupaten Karanganyar adalah analisis Shift
Share. Komponen pertumbuhan wilayah dalam analisis Shift Share meliputi
komponen Pertumbuhan Nasional (PN), pertumbuhan proporsional (PP), dan
pertumbuhan pangsa wilayah (PPW). Dalam penelitian ini komponen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
pertumbuhan wilayah yang digunakan hanya komponen pertumbuhan
proporsional (PP) dan pertumbuhan pangsa wilayah (PPW). Analisis Shift Share
secara matematik dapat dinyatakan sebagai berikut:
Kij = PNij + PPij + PPWij Atau secara rinci dapat dinyatakan sebagai berikut:
K’ij – Kij =
= Kij (Ra – 1) + Kij (Ri – Ra) + Kij (ri – Ri)
Keterangan:
ri = K’ij/Kij
Ri = K’i/Ki
Ra = K’../K..
Ppij = (Ri – Ra) x Kij
PPWij = (ri – Ri) x Kij
Kij = Perubahan nilai produksi komoditas pertanian i di Kecamatan j
Kij = Nilai produksi komoditas pertanian i di Kecamatan j pada tahun
analisis
K’ij = Nilai produksi komoditas pertanian i di Kecamatan j pada akhir tahun
analisis
Ki. = Nilai produksi komoditas pertanian i Kabupaten Karanganyar pada
tahun dasar analisis
K’i. = Nilai produksi komoditas pertanian i Kabupaten Karanganyar pada
tahun akhir analisis
K. = Nilai produksi komoditas sektor pertanian Kabupaten Karanganyar
pada tahun dasar analisis
K’.. = Nilai produksi komoditas sektor pertanian Kabupaten Karanganyar
pada tahun akhir analisis
PPij = Komponen pertumbuhan proporsional komoditas pertanian i di
Kecamatan j Kabupaten Karanganyar
PPWij = Komponen pertumbuhan pangsa wilayah komoditas pertanian i di
Kecamatan j Kabupaten Karanganyar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Ra-1 = Presentase perubahan nilai produksi komoditas pertanian i kecamatan j
yang disebabkan komponen nasional
Ri – Ra = Persentase perubahan nilai produksi komoditas pertanian i di
Kecamatan j yang disebabkan komponen pertumbuhan proporsional
ri – Ri = Persentase perubahan nilai produksi komoditas pertanian i di
Kecamatan j yang disebabkan komponen pertumbuhan pangsa
wilayah.
Dengan kriteria:
1) Apabila PPij Positif, maka komoditas pertanian i di Kecamatan j
pertumbuhannya cepat.
2) Apabila PPij Negatif, maka komoditas pertanian i di Kecamatan j
pertumbuhannya lambat.
3) Apabila PPWij Positif, maka komoditas pertanian i di Kecamatan j
mempunyai daya saing yang baik jika dibandingkan dengan komoditas
pertanian yang sama di wilayah lainnya.
4) Apabila PPWij Negatif, maka komoditas pertanian i di Kecamatan j tidak
mempunyai daya saing yang baik jika dibandingkan dengan komoditas
pertanian yang sama di wilayah lainnya.
3. Analisis penentuan Prioritas Pengembangan Komoditas Pertanian Basis
Analisis yang digunakan dalam penentuan prioritas pengembangan
komoditas pertanian basis di Kabupaten Karanganyar adalah analisis gabungan
Location Quotient dan Shift Share (dalam penelitian ini hanya komponen PP dan
PPW) dengan kriteria sebagai berikut:
Tabel 5. Penentuan Prioritas Pengembangan Komoditas Pertanian Basis di Kabupaten Karanganyar
Prioritas LQ PP PPW
Prioritas Pertama >1 Positif Positif
Prioritas Kedua >1 >1
Negatif Positif
Positif Negatif
Prioritas Alternatif >1 Negatif Negatif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
IV. KONDISI UMUM KABUPATEN KARANGANYAR
A. Kondisi Umum Daerah
1. Letak Geografis
Kabupaten Karanganyar adalah salah satu kabupaten yang terletak di
Propinsi Jawa Tengah. Letak Kabupaten Karanganyar secara geografis
antara 110.40’ dan 110.70’ BT serta 7.28’ dan 7.46’ LS. Letak Kabupaten
Karanganyar berada di perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Timur
sehingga merupakan Kabupaten yang terletak paling Timur di Propinsi
Jawa Tengah. Batas-batas wilayah Kabupaten Karanganyar adalah sebagai
berikut :
Sebelah Timur : Kabupaten Magetan (Propinsi Jawa Timur)
Sebelah Barat : Kabupaten Boyolali dan Kota Surakarta
Sebelah Selatan : Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Sukoharjo
Sebelah Utara : Kabupaten Sragen
Dilihat dari peta Jawa Tengah, Kabupaten Karanganyar adalah
salah satu kabupaten yang dilalui sungai Bengawan Solo, merupakan
sungai terpanjang di pulau Jawa dengan mata air dari daerah Wonogiri dan
bermuara di Laut Jawa di daerah Ujung Pangkah, Gresik. Kabupaten
Karanganyar menjadi gerbang utama sebelah Timur Propinsi Jawa
Tengah, yang berbatasan langsung dengan Propinsi Jawa Timur.
2. Luas Wilayah dan Pembagian Administrasi
Kabupaten Karanganyar memiliki luas wilayah sebesar 77.378,64
Ha. Penggunaan lahan di Kabupaten Karanganyar terbagi menjadi dua
yaitu lahan sawah sebesar 22.459,80 Ha (29,03%) dan lahan lahan kering
sebesar 54.917,84 Ha (70,97%). Luas lahan menurut penggunaanya secara
lebih terinci disajikan pada Tabel 6.
32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Tabel 6. Luas Kabupaten Karanganyar Dirinci Menurut Penggunaan Lahan Tahun 2010
Jenis Lahan Luas Lahan (Ha) Persentase (%) I. Lahan Sawah 22.459,80 29,03
a. Irigasi Teknis 12.923,17 16,70 b. Irigasi Non Teknis 7.584,22 9,80 c. Irigasi Tidak Berpengairan 1.952,41 2,53
II. Lahan Bukan Sawah 54.917,84 70,97 a. Pekarangan/bangunan 21.213,99 27,42 b. Tegal/kebun ladang/huma 17.836,49 23,05 c. Padang/gembala rumput 219,67 0,28 d. Kolam/Empang 25,54 0,03 e. Tanaman Kayu-kayuan dan
perkebunan negara/Swasta 3.251,51 4,20
f. Hutan Negara 9.729,50 12,57 g. Lain-lain 2.641,14 3,42
Jumlah (I + II) 77.378,64 100,00
Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar, 2011
Jenis tanah di Kabupaten Karanganyar adalah grummosol, alluvial
andosol, litosol, regosol dan mediteran. Jenis tanah yang berbeda maka
akan memiliki sifat yang berbeda, hal ini akan berpengaruh pada
keragaman komoditas pertanian yang diusahakan. Kesuburan tanah juga
akan berpengaruh pada keputusan dalam penggunaan lahan
Pembagian administrasi di Kabupaten Karanganyar terdiri dari 17
kecamatan, 15 kelurahan dan 162 desa. Kecamatan di Kabupaten
Karanganyar antara lain : Jatipuro, Jatiyoso, Jumapolo, Jumantono,
Matesih, Tawangmangu, Ngargoyoso, Karangpandan, Karanganyar,
Tasikmadu, Jaten, Colomadu, Gondangrejo, Kebakkramat, Mojogedang,
Kerjo, Jenawi. Pusat pemerintahan Kabupaten Karanganyar berada di
Kecamatan Karanganyar.
3. Keadaan Topografi
Kabupaten Karanganyar terletak pada ketinggian rata-rata 511 meter
di atas permukaan laut. Ketinggian tempat di berbagai wilayah kecamatan
di Kabupaten Karanganyar berkisar antara 90-2000 meter di atas
permukaan laut. Ketinggian tempat di rinci per kecamatan di Kabupaten
Karanganyar disajikan pada Tabel 7.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Tabel 7. Ketinggian di Atas Permukaan Laut dirinci Per Kecamatan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2010
Kecamatan Tinggi Daerah dari Permukaan Laut (meter)
1. Jatiyoso 2. Jatipuro 3. Jumapolo 4. Jumantono 5. Matesih 6. Tawangmangu 7. Ngargoyoso 8. Karangpandan 9. Karanganyar 10. Tasikmadu 11. Jaten 12. Colomadu 13. Gondangrejo 14. Kebakkramat 15. Mojogedang 16. Kerjo 17. Jenawi
770 950 470 450 450
1.200 880 500 320 140
98 140 150
95 403 450 750
Rata-rata 511
Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar, 2011
Kabupaten Karanganyar mempunyai relief yang beraneka ragam
yaitu pengunungan dan dataran rendah. Rata-rata ketinggian wilayah di
Kabupaten Karanganyar berada diatas permukaan laut sebesar 511 m,
adapun wilayah terendah di Kabupaten Karanganyar berada di Kecamatan
Jaten yang hanya 90 m dan wilayah tertinggi berada di Kecamatan
Tawangmangu yang mencapai 2000m diatas permukaan laut.
4. Keadaan Iklim dan Curah Hujan
Kabupaten Karanganyar beriklim tropis dan bertemperatur sedang.
Iklim tropis menyebabkan Kabupaten Karanganyar memiliki dua musim
yaitu musim hujan dan musim kemarau. Suhu harian di Kabupaten
Karanganyar berkisar antara 22-31oC.
Berdasarkan data dari 6 stasiun pengukur yang berada di Kabupaten
Karanganyar, banyaknya hari hujan selama tahun 2010 adalah 154,5 hari
dengan rata-rata curah hujan 9.307,5 mm, dimana curah hujan tertinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
terjadi pada Bulan Januari dan Maret sebesar 4685 mm. Sedangkan yang
terendah pada Bulan Juli dan Agustus sebesar 52,5 mm.
Stasiun pengamatan yang ada di Kabupaten Karanganyar tersebar di
6 kecamatan dan berjumlah 6 stasiun pengamatan. Stasiun pengamatan
Colomadu terdapat di Kecamatan Colomadu. Stasiun pengamatan
Tasikmadu terdapat di Kecamatan Tasikmadu. Stasiun pengamatan
Mojogedang terdapat di Kecamatan Mojogedang. Stasiun pengamatan
Jumapolo terdapat di Kecamatan Jumapolo. Stasiun Karangpandan
terdapat di Kecamatan Karangpandan. Stasiun pengamatan Tawangmangu
terdapat di Kecamatan Tawangmangu.
B. Keadaan Penduduk
1. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk yang besar pada suatu wilayah mempunyai potensi
untuk menjadi aset yang baik bagi keberhasilan pembangunan suatu
wilayah. Keberhasilan tersebut perlu didukung dengan kualitas penduduk
sebagai pelaku kegiatan pembangunan dan juga sebagai sasaran kegiatan
pembangunan. Kepadatan penduduk di Kabupaten Karanganyar disajikan
pada Tabel 8.
Tabel 8. Kepadatan Penduduk Kabupaten Karanganyar Tahun 2007-2010
Tahun Luas Wilayah (Km2)
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2)
2007 773,78 851.366 1.100 2008 773,78 865.580 1.119 2009 773,78 872.821 1.128 2010 773,78 878.210 1.135
Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar, 2011
Berdasarkan Tabel 8, diketahui bahwa jumlah penduduk di
Kabupaten Karanganyar meningkat setiap tahun dari tahun 2007 sampai
tahun 2010. Jumlah penduduk tertinggi pada tahun 2010 sebesar 878.210
jiwa. Seiring meningkatnya jumlah penduduk, maka kepadatan penduduk
akan meningkat pula. Kepadatan penduduk meningkat dari tahun 2007
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
sampai tahun 2010. Pada tahun 2007 kepadatan penduduk sebesar 1.100
jiwa/km2 dan tahun 2010 kepadatan penduduk sebesar 1.135 jiwa/km2.
Jumlah penduduk meningkat setiap tahunnya tetapi penyebarannya
tidak merata di Kabupaten Karanganyar. Penduduk banyak terpusat di
Kecamatan Karanganyar sejumlah 77.413 jiwa dan kepadatan penduduk
sejumlah 1.799 jiwa/km2. Kecenderungan terpusatnya penduduk ini
dikarenakan Kecamatan Karanganyar merupakan letak pusat pemerintahan
Kabupaten Karanganyar. Kecamatan Karanganyar selain menjadi pusat
pemerintahan Kabupaten Karanganyar juga menjadi pusat perekonomian.
2. Komposisi Penduduk
a. Komposisi Penduduk menurut Jenis Kelamin
Komposisi penduduk menurut jenis kelamin terbagi menjadi dua
yaitu laki-laki dan perempuan. Komposisi penduduk menurut jenis
kelamin di Kabupaten Karanganyar disajikan pada Tabel 10.
Tabel 9. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2010
Tahun Jumlah Penduduk Berjenis Kelamin
Laki-laki Perempuan 2006 418.183 426.451 2007 421.717 429.649 2008 429.852 435.728 2009 433.840 438.981 2010 436.901 441.309
Sumber :BPS Kabupaten Karanganyar, 2011
Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa jumlah penduduk laki-laki
dan penduduk perempuan meningkat dari tahun 2006 sampai tahun
2010. Jumlah penduduk terbesar pada tahun 2010, yaitu penduduk laki-
laki sejumlah 436.901 jiwa dan penduduk perempuan sejumlah 441.309
jiwa. Jumlah penduduk perempuan lebih banyak jumlahnya dibanding
jumlah penduduk laki-laki.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
b. Komposisi Penduduk menurut Kelompok Umur
Komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur membagi
penduduk dalam dua kelompok yaitu penduduk usia produktif dan
penduduk usia non produktif. Penduduk usia produktif adalah penduduk
yang berusia antara 0-14 tahun dan penduduk yang berusia lebih dari 65
tahun, sedangkan penduduk usia produktif adalah penduduk yang
berusia 15-64 tahun. Komposisi penduduk menurut kelompok umur di
Kabupaten Karanganyar disajikan di Tabel 10.
Tabel 10. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kabupaten Karanganyar Tahun 2010
Kelompok Umur (tahun)
Jumlah Penduduk (orang)
Angka Beban Tanggungan (%)
0 – 14 298.961 15 – 64 503.608 57.34
75.641 Jumlah 878.210
Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar, 2011
Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa jumlah penduduk usia
produktif lebih besar jumlahnya dibanding dengan jumlah penduduk
usia non produktif. Angka beban tanggungan di Kabupaten
Karanganyar sebesar 57,34% artinya bahwa 100 jiwa penduduk
kelompok umur produktif harus menanggung 57.34 jiwa penduduk
kelompok umur non produktif. Semakin kecil angka beban tanggungan
maka semakin besar sumberdaya manusia yang dapat digunakan untuk
pembangunan Kabupaten Karanganyar. Angka beban tanggungan di
Kabupaten Karanganyar perlu mendapat perhatian.
c. Komposisi Penduduk menurut Mata Pencaharian
Kabupaten Karanganyar memiliki sembilan sektor perekonomian
yang masing-masing menyediakan lapangan pekerjaan bagi penduduk
Kabupaten Karanganyar. Masing-masing sektor mampu menyerap dan
memberdayakan tenaga kerja yang tersedia. Komposisi penduduk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Kabupaten Karanganyar menurut mata pencaharian sesuai kesembilan
sektor perekonomian disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11. Komposisi Penduduk Kabupaten Karanganyar Menurut Mata Pencaharian Tahun 2006-2010
Mata pencaharian
Tahun Rata-rata Persentase
2006 2007 2008 2009 2010 Petani Nelayan Pengusaha Buruh industri Buruh bangunan Pedagang Pengangkutan PNS/TNI/Polri Pensiunan Lain-lain
202.3670
8.519102.67748.36933.060
6.70420.050
9.276271.095
202.6530
8.985104.20449.09934.314
6.54620.013
9.593275.706
202.7940
9.384104.79849.36234.762
6.50120.169
9.764285.061
202.8110
9.846105.53649.61935.320
6.42719.908
9.976288.995
203.0970
10.312107.06350.34936.468
6.26920.16310.293
288.919
202.744,400,00
9.409,20104.855,60
49.359,6034.784,80
6.489,4020.060,60
9.780,40281.955,20
28,180
1,3114,57
6,864,830,902,791,36
39,19
Jumlah 702.123 711.113 722.595 728.438 732.933 719.440,40 100,00
Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar, 2011
Berdasarkan Tabel 11 diketahui Pada tahun 2006 sampai dengan
tahun 2010 sebagian besar penduduk di Kabupaten karanganyar
bermatapencaharian sebagai petani sebesar 28,18 persen dan diikuti
oleh penduduk di Kabupaten Karanganyar yang bermatapencaharian
sebagai buruh industri yaitu sebesar 14,57 persen. Sedangkan
berdasarkan data BPS Kabupaten Karanganyar (2011), komposisi
penduduk yang bermatapencaharian lain-lain mencapai 39,9 persen
tidak dapat dikatakan sebagai komposisi penduduk 10 tahun keatas
menurut mata pencaharian paling dominan di kabupaten karanganyar
karena mata pencaharian lain-lain merupakan gabungan dari beberapa
mata pencaharian yang tidak termasuk dalam mata pencaharian yang
tercantum dalam tabel diatas seperti pengamen, pemulung, tukang pijat,
buruh cuci, pembantu rumah tangga dan sebagainya yang tidak dapat
disebutkan satu per satu. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
Kabupaten Karanganyar merupakan kabupaten agraris dimana sebagian
besar penduduk Kabupaten Karanganyar menggantungkan hidupnya
pada sektor pertanian sehingga sektor pertanian merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
penyumbang kontribusi yang berarti dalam memberikan sumber
kehidupan/pendapatan bagi penduduk di Kabupaten Karanganyar.
C. Keadaan Perekonomian
1. Struktur Perekonomian
Kabupaten Karanganyar memiliki sembilan sektor perekonomian
yang memberikan kontribusi PDRB yang berbeda satu dengan yang lain.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) setiap sektor perekonomian di
Kabupaten Karanganyar dari tahun 2006-2010 disajikan pada Tabel 12.
Tabel 12. Produk Domestik Regional Bruto Menurut Sektor Perekonomian di Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2010 (dalam jutaan Rupiah)
Lapangan Usaha PDRB Rata-rata
2006 2007 2008 2009 2010 1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik dan Air Bersih 5. Bangunan 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Angkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa 9. Jasa-jasa
858.106,43 37.296,16
2.320.190,58 61.677,76
106.244,46 451.040,34 125.699,88
94.453,55 346.592,57
905.914,29 38.519,48
2.460.944,82 64.416,42
111.684,18 469.806,10 130.215,96
98.632,69 373.920,56
988.203,76 39.547,95
2.563.118,36 66.863,21
116.419,59 506.353,94 135.392,91 102.673,88 402.881,12
996.230,41 42.249,08
2.646.368,64 70.052,49
124.149,85 518.411,95 141.756,51 108.271,02 429.059,93
1.147.090,09 43.817,82
2.769.046,93 73.016,74
129.900,06 560.665,60 151.172,77 114.698,80 463.026,68
979.108,99 40.286,09
2.551.933,87 67.205,32
117.679,63 506.655,59 136.847,61 103.745,99 403.096,17
Total PDRB 4.401.301,74 4.654.054,50 4.921.454,72 5.076.549,88 5.452.435,49 4.906.559,26
Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar, 2011
Berdasar Tabel 12 diketahui bahwa kegiatan perekonomian di
Kabupaten Karanganyar ditopang oleh kesembilan sektor perekonomian.
Jumlah PDRB dari tahun 2006 terus mengalami peningkatan hingga tahun
2010. Sektor pertanian merupakan penyumbang PDRB terbesar setiap
tahunnya. Sumbangan PDRB sektor pertanian selalu meningkat dari tahun
2006 sampai tahun 2010. Hal ini dikarenakan sektor pertanian memberikan
output yang besar dari hasil usahatani berupa komoditas pertanian.
Komoditas pertanian antara lain komoditas tanaman bahan makanan,
komoditas perkebunan, komoditas kehutanan, komoditas peternakan dan
komoditas perikanan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
2. Pendapatan Per Kapita
Pendapatan per kapita adalah besarnya nilai pendapatan per
penduduk di suatu wilayah. Nilai pendapatan ini diperoleh dari nilai PDRB
dibagi dengan jumlah penduduk. Pendapatan per kapita menjadi indikator
untuk mengukur tingkat kemakmuran penduduk suatu daerah dalam
periode tahun tertentu. Pendapatan per kapita di Kabupaten Karanganyar
Tahun 2006-2010 disajikan pada tabel 13.
Tabel 13. Pendapatan Per Kapita di Kabupaten Karanganyar Tahun 2006-2010
Uraian 2006 2007 2008 2009 2010 PDRB (Jutaan Rupiah) Jumlah Penduduk (Jiwa) PDRB Perkapita (Jutaan Rupiah)
4.401.301,74 841.051,00
5,23
4.654.054,50 848.166,00
5,49
4.921.454,72 862.027,00
5,71
5.076.549,88 869.340,00
5,84
5.452.435,49 876.571,00
6,22
Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar, 2011
Berdasarkan Tabel 13 diketahui bahwa PDRB per kapita mengalami
peningkatan dari tahun 2006 ke tahun 2010 di Kabupaten Karanganyar.
Peningkatan PDRB per kapita disebabkan oleh PDRB yang jumlahnya
meningkat namun jumlah penduduk cenderung tetap. Dengan demikian
dapat diketahui bahwa pembangunan ekonomi daerah di Kabupaten
Karanganyar telah mampu meningkatkan pendapatan per kapita
penduduknya.
D. Keadaan Sektor Pertanian
Sektor pertanian merupakan sektor perekonomian yang memiliki peran
yang penting bagi pembangunan ekonomi daerah Kabupaten Karanganyar.
Sektor pertanian memberikan kontribusi PDRB tertinggi dibanding kedelapan
sektor perekonomian di Kabupaten Karanganyar. Kontribusi yang besar dari
sektor pertanian disokong oleh keenam subsektor yaitu subsektor tanaman
bahan makanan, subsektor tanaman perkebunan, subsektor peternakan,
subsektor kehutanan, dan subsektor perikanan. Adapun produksi dan nilai
produksi pertanian yang dihasilkan setiap subsektor di Kabupaten
Karanganyar pada tahun 2010 yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
1. Subsektor Tanaman Bahan Makanan
Komoditas dalam subsektor tanaman bahan makanan terdiri dari
padi dan palawija, sayur mayur dan buah-buahan. Produksi dan nilai
produksi komoditas tanaman bahan makanan di Kabupaten Karanganyar
pada tahun 2010 disajikan pada Tabel 14.
Tabel 14. Produksi dan Nilai Produksi Komoditas Tanaman Bahan Makanan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2010
No Jenis Komoditas Produksi Nilai Produksi 1. Padi Sawah (ton) 292,698.00 1,423,975,770,000.00 2. Padi Gogo (ton) 3,195.00 18,371,250,000.00 3. Jagung (ton) 63,379.00 224,995,450,000.00 4. Ketela Pohon (ton) 101,891.00 178,307,500,000.00 5. Ketela Rambat (ton) 9,990.00 17,482,500,000.00 6. Kedelai (ton) 527.00 5,006,500,000.00 7. Kacang Tanah (ton) 10,739.00 155,730,000,000.00 8. Bawang merah (kw) 8,201.00 16,147,769,000.00 9. Bawang Putih (kw) 3,398.00 8,155,200,000.00
10. Petai (kw) 42,551.00 40,636,205,000.00 11. Cabe (kw) 8,765.00 14,020,494,000.00 12. Wortel (kw) 732.00 207,961,200.00 13. Jengkol (kw) 2,166.00 1,061,340,000.00 14. Terong (kw) 4,210.00 1,198,587,000.00 15. Melinjo (kw) 43,018.00 29,897,510,000.00 16. Tomat (kw) 93.00 35,646,900.00 17. Kacang Panjang (kw) 3,319.00 1,321,625,800.00 18. Kentang (kw) 1,575.00 787,500,000.00 19. Kubis (kw) 22,974.00 7,625,070,600.00 20. Sawi (kw) 31,728.00 7,605,201,600.00 21. Buncis (kw) 7,588.00 2,183,826,400.00 22. Manggis (kw) 872.00 976,640,000.00 23. Belimbing (kw) 695.00 456,198,000.00 24. Nangka (kw) 39,253.00 20,607,825,000.00 25. Durian (kw) 15,435.00 59,424,750,000.00 26. Jambu Biji (kw) 2049.00 1,004,010,000.00 27. Sirsak (kw) 312.00 156,000,000.00 28. Alpukat (kw) 5,220.00 5,481,000,000.00 29. Sawo (kw) 1,677.00 1,257,750,000.00 30. Pepaya (kw) 13,645.00 3,411,250,000.00 31 Pisang (kw) 39,864.00 10,962,600,000.00 32. Nanas (kw) 2,063.00 515,750,000.00 33. Salak (kw) 1,854.00 741,600,000.00 34. Sukun (kw) 1,548.00 309,600,000.00 35. Mangga (kw) 173,309.00 95,319,950,000.00 36. Rambutan (kw) 24,529.00 6,132,250,000.00 37. Duku/Langsat (kw) 9,935.00 6,904,825,000.00 38. Jeruk Keprok (kw) 8,789.00 4,394,500,000.00
Sumber : Analisis Data Sekunder (Lampiran 3 dan 5)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Berdasarkan Tabel 14, diketahui bahwa produksi dan nilai produksi
komoditas terbesar untuk komoditas padi dan palawija di Kabupaten
Karanganyar pada tahun 2010 adalah padi dengan produksi sebesar
295.893.000 kg dan nilai produksi sebesar Rp 1.442.347.020.000,00.
Sedangkan nilai produksi terkecil adalah kedelai yaitu Rp
5.006.500.000,00 dengan produksi sebesar 527.000 kg. kedelai hanya
diusahakan di 5 kecamatan, yaitu Kecamatan Jumapolo, Jumantono,
Karanganyar, Colomadu dan Mojogedang dengan luas lahan produksi
pada tahun 2010 masing-masing seluas 36 ha, 5 ha, 6 ha, 7 ha dan 234 ha.
Padi banyak dihasilkan di Kecamatan Kebakkramat karena 57,66%
dari luas lahan Kecamatan Kebakkramat dimanfaatkan sebagai lahan
sawah. Tingginya produksi padi didukung oleh topografi Kecamatan
Kebakkramat yang merupakan daerah dataran rendah dan dilalui aliran
sungai. Kebutuhan air terpenuhi dengan baik juga karena terdapat sarana
irigasi untuk memasok air ke lahan persawahan.
Komoditas sayuran dengan hasil produksi paling banyak dan
mempunyai nilai produksi tertinggi di antara komoditas sayuran lainnya di
Kabupaten Karanganyar pada tahun 2010 adalah komoditas wortel.
Komoditas wortel ini mampu diproduksi sebesar 13.480.800 kg dengan
nilai produksi Rp 207.961.200,00. Produsen wortel terbesar adalah
Kecamatan Tawangmangu dengan produksi 8.909.000 kg.
Buah-buahan yang paling banyak diproduksi di Kabupaten
Karanganyar adalah Mangga yaitu sebesar 17.330.900 kg dengan nilai
produksi sebesar Rp 95.319.950.000,00. Kecamatan yang paling banyak
memproduksi mangga adalah Kecamatan Jumantono yaitu 15.795.200 kg.
Mangga banyak diproduksi di Kabupaten Karanganyar karena tanaman
Mangga dapat tumbuh baik di jenis tanah apapun pada dataran rendah
maupun dataran tinggi.
2. Subsektor Tanaman Perkebunan
Subsektor tanaman perkebunan di Kabupaten Karanganyar terdiri
dari tanaman perkebunan tebu (gula pasir), kelapa, kopi Arabica, kopi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
robusta, mete, kapuk randu, lada, tembakau, vanili, jahe, kencur, kunir dan
cengkeh. Produksi dan nilai produksi dari masing-masing komoditas
tanaman perkebunan di Kabupaten Karanganyar disajikan pada Tabel 15.
Tabel 15. Produksi dan Nilai Produksi Komoditas Tanaman Perkebunan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2010
No Jenis Komoditas Produksi Nilai produksi 1. Jahe (kg) 1,514,393.00 109,793,492,500.00 2. Kencur (kg) 59,682.00 417,774,000.00 3. Tebu (kw) 8,717.83 6,822,137,866.50 4. Kopi arabica (kg) 3.71 33,019.00 5. Cengkeh (kg bunga kering) 277.70 24,993,000.00 6. Lada (kg biji kering) 0.53 58,300.00 7. Kopi robusta kg (wose kering) 34.95 373,965.00 8. Mete (kg) 156.96 10,987,200.00 9. Panili (kg) 0.15 20,250.00
10. Kelapa (butir) 2,538.44 8,884,540.00 11. Kapuk(kg) 4.47 99,918.00 12. Kunyit (kg) 2,004,239.00 8,618,227,700.00 13. Tembakau (ton) 1,335.23 96,136,560,000.00 14. Jati (m3) 4,002.83 7,405,235,500.00 15. Mahoni (m3) 97.24 102,099,900.00 16. Kayu Lain (m3) 349.52 34,952,250.00
Sumber : Analisis Data Sekunder (Lampiran 3 dan 5)
Berdasakan Tabel 15 diketahui bahwa komoditas yang produksi dan
nilai produksinya tertinggi adalah kunir. Tanaman kunir dikembangkan di
Kabupaten Karanganyar, kecuali kecamatan Tawangmangu, Ngargoyoso,
Tasikmadu, Jaten, Colomadu, Gondangrejo dan Kebakkramat.
Tanaman kunir banyak dibudidayakan oleh masyarakat di Kabupaten
Karanganyar. Adanya Pabrik Jamu Air Mancur dan pabrik jamu skala
rumah tangga yang tersebar di Kabupaten Karanganyar mendorong
masyarakat untuk mengembangkan tanaman kunir di tegalan mereka
yanag kemudian digunakan untuk menyediakan bahan baku bagi pabrik
jamu tersbut. Pabrik Jamu Air Mancur telah berperan dalam meningkatkan
kesejahteraan hidup masyarakat Kabupaten Karanganyar dengan
membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Tanaman tebu juga banyak dibudidayakan oleh masyarakat di
Kabupaten Karanganyar karena didukung adanya Pabrik Gula Tasikamdu
di Kabupaten Karanganyar. Pabrik Gula Tasikmadu milik PT Perkebunan
Nusantara IX ini, membutuhkan bahan baku utama yaitu tebu untuk
melangsungkan proses produksi. Hal ini yang mendorong masyarakat
untuk menyediakan bahan baku dengan mengembangkan tanaman tebu di
tegalan mereka. Pabrik Gula Tasikmadu telah berperan dalam
meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat Kabupaten Karanganyar
dengan membeli hasil panen tebu tegalan. Selain itu Pabrik Gula
Tasikmadu juga membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar
sebagai karyawan tetap maupun karyawan musiman. Karyawan musiman
dibutuhkan ketika Pabrik Gula Tasikmadu sedang berproduksi karena
proses produksi hanya dilakukan setahun dua kali.
3. Subsektor Peternakan
Peternakan di Kabupaten Karanganyar terdiri dari peternakan sapi,
ayam kampung, ayam ras dan itik. Hasil peternakan tersebut berupa telur
dan susu. Produksi dan nilai produksi dari subsektor peternakan di
Kabupaten Karanganyar tahun 2010 disajikan pada Tabel 16.
Tabel 16. Produksi dan Nilai Produksi Komoditas Peternakan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2010
No Jenis Komoditas Produksi Nilai Produksi 1. Ayam Buras 847.834 42.162.299.000 2. Ayam Ras 1.853.142 240.097.103.360 3. Itik 105.906 15.308.568.232 4. 5.
Sapi Potong Ayam Pedaging
49.930 2.574.500
761.178.672.310 54.064.500.000
Sumber : Analisis Data Sekunder (Lampiran 9)
Berdasarkan Tabel 16 diketahui bahwa komoditas sapi potong
memiliki nilai produksi tertinggi dibanding dengan jenis komoditas lain.
Peternakan sapi potong terdapat di beberapa kecamatan di Kabupaten
Karanganyar dengan banyak ternak sejumlah 49.930 ekor pada tahun
2010. Sapi potong diusahakan oleh peternak karena kebutuhan pangan
semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Sapi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
potong merupakan sapi potong yang dapat dimanfaatkan daging dan
kulitnya sebagai bahan pangan.
4. Subsektor Perikanan
Perikanan di Kabupaten Karanganyar merupakan perikanan air
tawar. Komoditas perikanan terdiri dari ikan Kutuk, Lele, Mujaher, Ikan
Mas, Tawes, Gurameh, Nila Merah, Belut, Udang, Katak, dan ikan
lainnya. Produksi dan nilai produksi masing-masing komoditas berbeda
satu dengan yang lain. Produksi dan nilai produksi komoditas perikanan di
Kabupaten Karanganyar Tahun 2010 disajikan pada Tabel 17.
Tabel 17. Produksi dan Nilai Produksi Komoditas Perikanan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2010
No Jenis Komoditas Produksi (kg) Nilai Produksi (Rp) 1 Lele (kg) 9.735.126,00 136.294.564.000,00 2 Gurami (kg) 221.157,00 8.182.809.000,00 3 Tawes (kg) 833.439,00 20.835.975.000,00 4 Nila (kg) 4.576.321,00 118.984.346.000,00 5 Karper (kg) 659.347,00 11.538.222.500,00
Sumber : Analisis Data Sekunder (Lampiran 3 dan 5)
Berdasarkan Tabel 17, diketahui bahwa komoditas ikan Lele
memiliki nilai produksi yang tertinggi yaitu Rp 136.294.564.000,00
dengan produksi sejumlah 9.735.126,00 kg. Komoditas perikanan yang
memiliki nilai produksi terkecil adalah Gurami yaitu Rp 8.182.809.000,00
dengan produksi 221.157,00 kg. Lele dan Gurami diusahakan di seluruh
wilayah kecamatan di Kabupaten Karanganyar. Potensi perikanan di
Kabupaten Karanganyar didukung dengan adanya suhu antara 22-31oC
sehingga sangat cocok untuk budidaya ikan.
5. Subsektor Kehutanan
Subsektor kehutanan di Kabupaten Karanganyar menghasilkan
berbagai macam kayu pertukangan yaitu kayu jati dan kayu mahoni.
Produksi dan nilai produksi dari komoditas kehutanan di Kabupaten
Karanganyar tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 18.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Tabel 18. Produksi dan Nilai Produksi Komoditas Kehutanan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2010
No Jenis Komoditas Produksi (m3) Nilai Produksi (Rp) 1 Kayu Jati 4.002,83 6.667.199.840,00 2 Kayu Mahoni 97,24 113.411.000,00
Sumber : Analisis Data Sekunder (Lampiran 3 dan 5)
Berdasarkan Tabel 18 diketahui bahwa komoditas yang produksi dan
nilai produksi tertinggi adalah kayu jati yaitu Rp 6.667.199.840,00 dengan
produksi sejumlah 4.002,83 m3 . Sedangkan komoditas yang produksi dan
nilai produksi terendah adalah kayu mahoni yaitu Rp 113.411.000,00
dengan produksi sejumlah 97,24 m3.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Komoditas Pertanian Basis di Masing-masing Kecamatan di Kabupaten
Karanganyar
Sektor pertanian di Kabupaten Karanganyar yang meliputi sub sektor
tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan, kehutanan, peternakan, dan
perikanan mampu menghasilkan berbagai komoditas pertanian yang beragam
yang tersebar di 17 kecamatan. Setiap kecamatan dengan karakteristiknya
masing-masing mempunyai potensi yang berbeda-beda dalam menghasilkan
suatu komoditas pertanian yang dapat dijadikan basis ekonomi wilayahnya.
Komoditas pertanian yang dapat dijadikan basis ekonomi wilayahnya disebut
komoditas pertanian basis, yang dalam hal ini komoditas yang tidak hanya
mampu memenuhi kebutuhan daerahnya sendiri tetapi juga dapat diekspor ke
luar wilayah. Komoditas pertanian basis ini diharapkan mampu mendorong
tumbuhnya sektor perekonomian lain sehingga dapat meningkatkan laju
pertumbuhan ekonomi wilayahnya. Tarigan (2005) menyatakan laju pertumbuhan
ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dari
wilayah tersebut.
Teori ekonomi basis khususnya metode Location Quotient (LQ) dapat
digunakan untuk mengetahui komoditas pertanian yang dihasilkan oleh suatu
kecamatan termasuk komoditas pertanian basis atau non basis. Komoditas
pertanian basis ditunjukkan dengan nilai LQ>1, sedangkan komoditas
pertanian non basis ditunjukan dengan nilai LQ
produksi suatu komoditas pertanian di suatu kecamatan dibandingkan dengan
wilayah himpunannya (dalam penelitian ini Kabupaten Karanganyar) dan
komoditas pertanian lain di kecamatan tersebut ikut berperan dalam
menentukan komoditas pertanian tersebut termasuk komoditas basis atau non
basis. Semakin besar proporsi nilai produksi komoditas pertanian tersebut,
semakin besar peluangnya untuk menjadi komoditas pertanian basis.
47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Karanganyar, dapat dilihat pada hasil penelitian yang disajikan dalam Tabel
19.
Tabel 19. Komoditas Pertanian Basis di Masing-masing Kecamatan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2009-2010 (LQ Rata-rata)
Komoditas Pertanian Basis Kecamatan Jumlah Komoditas
Jagung, Ketela Pohon, Ketela Rambat, Bawang Merah, Bawang Putih, Petai, Cabe, Wortel, Melinjo, Tomat, Kacang Panjang, Kentang, Kubis, Sawi, Buncis, Belimbing, Nangka, Jambu Biji, Sirsak, Alpukat, Pepaya, Pisang, Nanas, Salak, Sukun, Rambutan, Jeruk Keprok, Jahe, Kencur, Cengkeh, Kopi Robusta, Panili, Kelapa, Kunyit, Jati,Kayu Lain, Ayam Buras, Itik, Domba, Kambing, Kelinci, Sapi Potong, Lele, Tawes, Nila, Karper, Ikan Lain
Jenawi 47
Padi Sawah, Jagung, Ketela Pohon, Ketela Rambat, Kacang Tanah, Petai, Cabe, Terong, Melinjo, Tomat, Kacang Panjang, Sawi, Manggis, Belimbing, Nangka, Durian, Sirsak, Alpukat, Sawo, Pepaya, Sukun, Rambutan, Jeruk Keprok, Jahe, Kencur, Cengkeh, Mete, Kelapa, Kunyit, Jati, Mahoni, Kayu lain, Ayam Buras, Itik, kambing, Domba, Kelinci, Sapi Potong, lele, Gurame, Tawes, Nila, Karper, Ikan Lain
Kerjo 44
Padi Sawah, Ketela Rambat, Cabe, Jengkol, Terong, Melinjo, Tomat, Kacang Panjang, Sawi, Buncis, Manggis, Belimbing, Durian, Jambu Biji, Sirsak, Alpukat, Sawo, Pepaya, Nanas, Salak, Sukun, Mangga, Rambutan, Duku/Langsat, Jeruk Keprok, Kencur, Cengkeh, Kopi Robusta, Jti, Kayu Lain, Kerbau, Ayam Buras, Itik, Domba, Kambing, Kelinci, Sapi Potong, Lele, Gurami, Tawes, Nila, Ikan Lain
Matesih 42
Sumber: Diolah dan Diadopsi dari Lampiran 8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Lanjutan Tabel 19. Komoditas Pertanian Basis di Masing-masing Kecamatan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2009-2010 (LQ Rata-rata)
Komoditas Kecamatan Jumlah Komoditas
Padi Sawah, Jagung, Ketela Pohon, Ketela Rambat, Bawang Merah, Bawang Putih, Cabe, Wortel, Jengkol, Tomat, Kentang, Kubis, Sawi, Buncis, Durian, Jambu Biji, Alpukat, Pepaya, Pisang, Salak, Duku/Langsat, Kopi Arabica, Kopi Robusta, Cengkeh, Mete, Kelapa, Jati, Kayu Lain, Ayam Buras, Itik, Domba, Kambing, Puyuh, Kelinci, Sapi Potong, Lele, Gurami, Tawes, Nila, Karper, Ikan Lain.
Ngargoyoso 41
Jagung, Ketela Pohon, Ketela Rambat, Bawang Merah, Bawang Putih, Cabe, Wortel, Tomat, Kentang, Kobis, Sawi, Buncis, Manggis, Belimbing, Durian, Jambu Biji, Alpukat, Pepaya, Pisang, Salak, Jeruk Keprok, Jahe, Cengkeh, Kunyit, Kayu lain, Kuda, Ayam Buras, Domba, Kambing, Ayam Pedaging, Kelini, Sapi Potong, Lele, Nila, Ikan Lain
Tawangmangu 35
Padi Sawah, Ketela Rambat, Cabe, Terong, Tomat, Sawi, Buncis, Manggis, Belimbing, Nangka, Durian, Jambu Biji, Sirsak, Alpukat, Salak, Sukun, Rambutan, Duku/Langsat, Jahe, Kopi Arabica, Kerbau, Ayam Buras, Ayam Ras, Itik, Domba, kambing, Kelinci, Sapi Potong, Lele, Gurame, Tawes, Nila, Karper, Ikan Lain
Karangpandan 34
Padi Sawah, Jagung, Ketela Pohon, Bawang Putih, Kacang Panjang, Buncis, Nangka, Sirsak, Alpukat, Rambutan, Jeruk Keprok, Jahe, Kopi Arabica, Kopi Robusta, Cengkeh, Kelapa, Kapuk, Mahoni, Ayam Buras, Itik, Domba, Kambing, Sapi Potong, Ikan Lain.
Jatiyoso 24
Sumber: Diolah dan Diadopsi dari Lampiran 8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Lanjutan Tabel 19. Komoditas Pertanian Basis di Masing-masing Kecamatan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2009-2010 (LQ Rata-rata)
Komoditas Kecamatan Jumlah Komoditas
Ketela Pohon, Kacang Tanah, Petai, Jengkol, Melinjo, Manggis, Belimbing, Durian, Jambu Biji, Sirsak, Sawo, Pepaya, Nanas, Mangga, Duku/Langsat, Kencur, Tebu, Mete, jati, Ayam Ras, Ayam Pedaging.
Jumantono 21
Jagung, Ketela Pohon, Kacang Tanah, Petai, Durian, Sawo, Pisang, Rambutan, Kencur, Kopi Arabica, Cengkeh, Kelapa, Kapuk, Jati, Mahoni, Ayam Buras, Itik, Domba, Kambing, Sapi Potong, Ikan Lain
Jatipuro 21
Padi Sawah, Melinjo, Belimbing, Jambu Biji, Pepaya, Pisang, Tebu, Jati, Kayu Lain, Kerbau, Ayam Buras, Itik, Domba, Ayam Pedaging, Kelinci, Sapi Potong, Lele, Gurame, Nila, Ikan Lain
Tasikmadu 20
Padi Gogo, Jagung, Ketela Pohon, Kacang Tanah, Jengkol, Pepaya, Nanas, Sukun, Rambutan, Tebu, Kopi Arabica, Lada, Mete, Kapuk, Domba, Kambing.
Jumapolo 16
Melinjo, Sirsak, Tebu, Kopi Arabica, Kapuk, Tembakau, Jati, Kerbau, Kuda, Puyuh, Lele, Gurami, Tawes, Nila, Ikan Lain
Colomadu 15
Padi Sawah, Kedelai, Kacang Tanah, Kacang Panjang, Sukun, Jahe, Tebu, Kapuk, Kunyit, Mahoni, Kerbau, Itik, Gurame
Mojogedang 13
Padi Sawah, Sawo, Mahoni, Kerbau, Babi, Kuda, Ayam Buras, Ayam Ras Petelur, Kerbau, Lele, Nila, Ikan Lain
Jaten 12
Padi Gogo, Kacang Tanah, Tebu, Kopi Arabica, Mete, Kapuk, Ayam Ras Petelur, Ayam Pedaging, Sapi Potong, Lele
Gondangrejo 10
Padi Sawah, Tebu, Jati, Ayam Ras, Gurame, Tawes Karanganyar 6 Padi Sawah, Melinjo, Tebu, Mahoni, Lele, Gurami Kebakkramat 6
Sumber: Diolah dan Diadopsi dari Lampiran 8
Berdasarkan hasil analisis penelitian, tiap kecamatan di Kabupaten
Karanganyar mempunyai komoditas pertanian basis yang berbeda-beda sesuai
dengan kondisi alam yang dimiliki oleh wilayah kecamatan yang
bersangkutan. Komoditas pertanian yang diusahakan di masing-masing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
kecamatan, pada umumnya menjadi komoditas pertanian basis di kecamatan
tersebut. Kecamatan yang paling banyak menghasilkan komoditas pertanian
basis adalah Kecamatan Jenawi, yaitu dengan 47 komoditas pertanian basis,
kemudian disusul oleh Kecamatan Kerjo dengan 44 komoditas.
Komoditas pertanian basis di Kecamatan Jenawi didominasi oleh
komoditas dari sub sektor tabama terutama komoditas hortikultura, dimana
komoditas hortikultura yang menjadi komoditas pertanian basis di kecamatan
ini mencapai 25 komoditas. Hal ini dikarenakan Kecamatan Jenawi memiliki
bentang alam dengan ketinggian tempat 750 mdpl sehingga suhu udara daerah
tersebut mendukung bagi kelangsungan hidup tanaman hortikultura.
Kecamatan Kerjo merupakan daerah perbukitan yang mempunyai 11
desa yang tersebar antara lembah dan perbukitan dengan jenis tanah aluvial,
podsolik merah, regosol coklat kelabu, dan latosol yang relatif subur.
Ketinggian tempat di kecamatan ini yaitu 380-520 mdpl. Kondisi alam
tersebut menyebabkan kecamatan ini menjadi basis berbagai komoditas
pertanian terutama komoditas tabama, perkebunan dan kehutanan.
Kecamatan yang paling sedikit menghasilkan komoditas pertanian basis
adalah Karanganyar, Kebakkramat dan Kecamatan Gondangrejo, masing-
masing dengan 6, 6 dan 10 komoditas pertanian basis. Kecamatan
Karanganyar dan Kebakkramat merupakan kecamatan dengan ketinggian
tempat 80-187 mdpl. Kecamatan ini sebenarnya memiliki lahan sawah
(2.102,19 Ha) dan lahan kering (1.542,80 Ha) yang tergolong luas jika
dibandingkan dengan kecamatan lain di Kabupaten Karanganyar. Jenis tanah
di kecamatan ini adalah aluvial coklat yang umumnya bertekstur kasar dengan
daya menahan air rendah dan permeabilitas makanan kurang baik. Jenis tanah
ini kurang dapat memberikan cukup nutrisi bagi tanaman sehingga hanya
sedikit tanaman yang mampu beradaptasi dengan tanah jenis ini. Hal tersebut
juga mengakibatkan sedikitnya komoditas Sedangkan Kecamatan
Gondangrejo sebenarnya memiliki lahan pertanian yang cukup luas
dibandingkan dengan kecamatan lain, namun hanya sedikit komoditas
pertanian di wilayah ini yang menjadi komoditas pertanian basis. Hal ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
dikarenakan proporsi luas lahan kering (4.605,41 Ha) di kecamatan ini sangat
dominan dibandingkan luas lahan di kecamatan lain, yaitu mencapai 81,08%
dari total luas lahan yang ada di Kecamatan Gondangrejo (5.679,95 Ha)
sehingga komoditas pertanian yang dapat dikembangkan hanya komoditas
pertanian yang dapat ditanam di lahan kering seperti padi gogo, kacang tanah,
tebu.
Dari analisis hasil penelitian, komoditas pertanian dari tiap sub sektor
pertanian yang paling banyak menjadi komoditas pertanian basis di Kabupaten
Karanganyar adalah:
a) Padi sawah untuk sub sektor tanaman bahan makanan, yang menjadi
komoditas pertanian basis di 10 kecamatan
b) Tebu untuk sub sektor tanaman perkebunan, yang menjadi komoditas
pertanian basis di 9 kecamatan
c) Jati untuk sub sektor kehutanan, yang menjadi komoditas pertanian basis
di 9 kecamatan
d) Ayam kampung dan sapi potong untuk sub sektor peternakan, yang
menjadi komoditas pertanian basis di 10 kecamatan
e) Lele untuk sub sektor perikanan, yang menjadi komoditas pertanian basis
di 11 kecamatan.
Komoditas pertanian dari golongan padi-palawija yang menjadi
komoditas pertanian basis di Kabupaten Karanganyar adalah padi sawah,
dimana komoditas ini tersebar di 10 kecamatan (Jatiyoso, Matesih,
Ngargoyoso, Karangpandan, Karanganyar, Jaten, Tasikmadu, Kebakkramat,
Mojogedang, Kerjo), komoditas ketela pohon menjadi komoditas pertanian
basis di 8 kecamatan (Jatipuro, Jatiyoso, Jumapolo, Jumantono,
Tawangmangu, Ngargoyoso, Kerjo, Jenawi), komoditas jagung menjadi
komoditas pertanian basis di 7 kecamatan (Jatipuro, Jatiyoso, Jumapolo,
Tawangmangu, Ngargoyoso, Kerjo, Jenawi), komoditas ketela rambat menjadi
komoditas pertanian basis di 6 kecamatan (Matesih, Tawangmangu,
Ngargoyoso, Karangpandan, Kerjo, Jenawi), komoditas kacang tanah menjadi
komoditas pertanian basis di 6 kecamatan (Jatipuro, Jumantono, Jumapolo,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Gondangrejo, Mojogedang, Kerjo), komoditas padi gogo menjadi komoditas
pertanian basis di 2 kecamatan (Jumapolo, Gondangrejo), sedangkan
komoditas kedelai menjadi komoditas pertanian basis di 1 kecamatan
(Mojogedang). Produksi padi di Kabupaten Karanganyar telah mampu
menjadikan kabupaten ini sebagai daerah penyangga pangan, karena setiap
tahunnya mengalami surplus produksi. Komoditas padi sawah yang dihasilkan
di Kabupaten Karanganyar sangat mampu digunakan untuk mencukupi
daerahnya sendiri sehingga tidak perlu mengimpor dari daerah lain.
Kecamatan yang menjadi basis untuk komoditas padi sawah yaitu Kecamatan
Jatiyoso, Matesih, Ngargoyoso, Karangpandan, Karanganyar, Jaten,
Kebakkramat, Mojogedang, dan Kerjo. Nilai LQ rata-rata tertinggi untuk
komoditas padi sawah pada tahun 2009 dan 2010 berada di Kecamatan
Matesih, yaitu sebesar 2,13 (lihat Lampiran 8). Nilai LQ 2,13 artinya1 bagian
(dari nilai LQ) digunakan untuk mencukupi kebutuhan di Kecamatan Matesih
itu sendiri, dan sisanya (1,13 bagian) dapat diekspor ke daerah lain. Nilai LQ
padi sawah di Kecamatan Matesih tersebut juga menunjukkan bahwa peranan
komoditas padi sawah di Kecamatan Matesih lebih menonjol daripada peranan
komoditas padi sawah di kecamatan lain.
Komoditas sayuran yang menjadi komoditas pertanian basis di
sebagian besar kecamatan adalah komoditas melinjo, dimana komoditas ini
menjadi basis di 7 kecamatan di Kabupaten Karanganyar. Komoditas ini pada
umumnya ditanam di lahan kering. Komoditas ini paling banyak dihasilkan di
Kecamatan Tasikmadu. Produksi melinjo di kecamatan tersebut 330 kw atau
senilai Rp 204.600.000,00 pada tahun 2009 dan 4.984 kw atau senilai
Rp7.228.000.000 pada tahun 2010.
Komoditas buah-buahan yang banyak menjadi komoditas pertanian
basis di sebagian besar kecamatan di Kabupaten Karanganyar adalah pepaya,
rambutan, alpukat, sirsak, jambu biji, dan durian. Komoditas pepaya menjadi
komoditas pertanian basis di 8 kecamatan, komoditas rambutan, alpukat,
sirsak, jambu biji dan durian menjadi komoditas pertanian basis di 7
kecamatan. Komoditas buah-buahan tersebut merupakan komoditas yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
sebarannya luas, mudah dibudidayakan, dan tidak memerlukan perawatan atau
pemeliharaan yang rumit. Komoditas tersebut di Kabupaten Karanganyar
banyak ditanam di sekitar rumah atau pekarangan. Besarnya produksi pepaya
di beberapa kecamatan seperti Kecamatan Jumantono, Jumapolo, Matesih,
Tawangmangu, Ngargoyoso Tasikmadu, Kerjo dan Jenawi. Produksi durian
yang besar di wilayah Jatipuro, Jumantono, Matesih, Tawangmangu,
Ngargoyoso, Karangpandan dan Kerjo telah mampu mendorong
berkembangnya industri pengolahan durian (industri pengolahan durian siap
makan dalam kemasan) yang banyak dipasok ke swalayan/kota-kota besar
seperti Jakarta, Bandung dan Bogor.
Komoditas sub sektor tanaman perkebunan di Kabupaten Karanganyar
meliputi tanaman perkebunan seperti cengkeh, mete, kapuk, tembakau, kelapa,
kopi, lada, panili dan tanaman obat-obatan seperti kunyit, jahe, kencur.
Komoditas tanaman tahunan yang banyak diusahakan dan menjadi komoditas
pertanian basis di sebagian besar kecamatan adalah komoditas tebu. Tanaman
tebu merupakan tanaman yang sebarannya luas, tanaman ini bisa tumbuh di
dataran rendah dan lahan kering/sawah sehingga menjadi komoditas pertanian
basis di sebagian besar kecamatan di Kabupaten Karanganyar. Selain itu,
tanaman tebu banyak dibudidayakan oleh masyarakat di Kabupaten
Karanganyar karena didukung adanya Pabrik Gula Tasikamdu di Kabupaten
Karanganyar. Pabrik Gula Tasikmadu milik PT Perkebunan Nusantara IX ini,
membutuhkan bahan baku utama yaitu tebu untuk melangsungkan proses
produksi. Hal ini yang mendorong masyarakat untuk menyediakan bahan baku
dengan mengembangkan tanaman tebu di tegalan mereka. Pabrik Gula
Tasikmadu telah berperan dalam meningkatkan kesejahteraan hidup
masyarakat Kabupaten Karanganyar dengan membeli hasil panen tebu tegalan.
Selain itu Pabrik Gula Tasikmadu juga membuka lapangan pekerjaan bagi
masyarakat sekitar sebagai karyawan tetap maupun karyawan musiman.
Karyawan musiman dibutuhkan ketika Pabrik Gula Tasikmadu sedang
berproduksi karena proses produksi hanya dilakukan setahun dua kali.
Kecamatan yang mempunyai nilai LQ tertinggi untuk komoditas tebu adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Kecamatan Tasikmadu, yaitu 1,68 (lihat Lampiran 8) artinya 1 bagian dari
nilai LQ komoditas tebu di Kecamatan Tasikmadu digunakan untuk
memenuhi kebutuhan lokal daerahnya dan sisanya 0,68 dari nilai LQ dapat
diekspor ke daerah lain.
Tanaman kunyit juga banyak dibudidayakan oleh masyarakat di
Kabupaten Karanganyar. Adanya Pabrik Jamu Air Mancur dan pabrik jamu
skala rumah tangga yang tersebar di Kabupaten Karanganyar mendorong
masyarakat untuk mengembangkan tanaman kunyit di tegalan mereka yanag
kemudian digunakan untuk menyediakan bahan baku bagi pabrik jamu tersbut.
Pabrik Jamu Air Mancur telah berperan dalam meningkatkan kesejahteraan
hidup masyarakat Kabupaten Karanganyar dengan membuka lapangan
pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Kunyit merupakan komoditas yang
memberikan sumbangan yang cukup besar pada PDRB sub sektor perkebunan.
Nilai produksi komoditas kunir di Kabupaten Karanganyar yaitu sebesar Rp
1.589.000.000,00 pada tahun 2009 dan Rp 8.618.227.700,00 pada tahun 2010.
Namun, komoditas kunir ini menjadi komoditas pertanian basis hanya di 4
kecamatan dari 17 kecamatan yang mengusahakan kunir, yaitu di Kecamatan
Tawangmangu, Mojogedang, Kerjo, dan Jenawi. Nilai rata-rata LQ komoditas
kunir di Kabupaten Karanganyar tersebut adalah 1,33 (lihat Lampiran 8).
Komoditas kehutanan yang menjadi komoditas basis di wilayah
Karanganyar adalah kayu jati. Kayu jati menjadi komoditas pertanian basis di
8 kecamatan, yaitu Kecamatan Jatipuro, Jumantono, Matesih, Ngargoyoso,
Tasikmadu, Colomadu, Kerjo dan Jenawi. Kecamatan-kecamatan tersebut
merupakan kecamatan-kecamatan yang mempunyai wilayah perbukitan,
sehingga di kecamatan tersebut banyak ditanami tanaman jati selain karena
alasan ekologis yaitu untuk mengurangi bahaya erosi juga ada alasan
ekonomis, yaitu nilai produksi komoditas jati yang tinggi.
Komoditas sub sektor peternakan yang menjadi komoditas pertanian
basis di sebagian besar kecamatan di Kabupaten Karanganyar adalah ayam
kampung, itik, domba, kambing, dan sapi potong. Komoditas tersebut
diusahakan di semua kecamatan di Kabupaten Karanganyar. Komoditas ayam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
kampung merupakan komoditas sub sektor peternakan yang populasinya
paling banyak diantara komoditas sub sektor peternakan lainnya, komoditas
pertanian ini juga yang paling banyak menjadi komoditas pertanian basis di
Kabupaten Karanganyar, yaitu di 11 kecamatan. Komoditas ayam kampung
merupakan komoditas yang mudah pemeliharaanya dan tidak membutuhkan
modal yang besar dalam pengusahaannya, sehingga banyak petani di
Kabupaten Karanganyar yang memelihara ayam kampung sebagai usaha
sampingan untuk menambah pendapatan. Selain itu harga jual dari ayam
kampung juga relatif tinggi jika dibandingkan dengan jenis ayam lain dan
pangsa pasar ayam kampung relatif bagus baik di Jawa Tengah maupun
daerah lain karena ayam kampung mempunyai rasa yang khas, berbeda
dengan ayam lainnya.
Komoditas sub sektor perikanan meliputi komoditas perikanan air tawar
baik yang berupa cek dam, sungai, waduk, KJA dan kolam air tenang.
Komoditas perikanan air tawar yang menjadi komoditas pertanian basis di
sebagian besar kecamatan adalah lele. Lele menjadi komoditas pertanian basis
di 11 kecamatan. Kecamatan Ngargoyoso merupakan kecamatan yang
mempunyai nilai rata-rata LQ terbesar untuk komoditas lele, yaitu 2,80 (lihat
Lampiran 8), artinya 1 bagian dari rata-rata produksi lele di Kecamatan
Ngargoyoso digunakan untuk mencukupi kebutuhan daerahnya sendiri dan
sisanya (1,80 bagian dari nilai LQ) dapat diekspor ke daerah lain. Komoditas
perikanan air tawar lain yang menjadi komoditas pertanian basis di sebagian
besar kecamatan di Kabupaten Karanganyar adalah Gurame (di 9 kecamatan),
Nila (di 9 kecamatan), Tawes (di 7 kecamatan) dan Karper (di 4 kecamatan).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
B. Komponen Pertumbuhan Proporsional dan Komponen Pertumbuhan
Pangsa Wilayah Komoditas Pertanian Basis di Masing-masing
Kecamatan di Kabupaten Karanganyar
1. Komponen Pertumbuhan Proporsional (PP) Komoditas Pertanian
Basis di Masing-masing Kecamatan Di Kabupaten Karanganyar
Komponen pertumbuhan proposinal (PP) merupakan suatu alat ukur
dalam analisis Shift Share yang menunjukkan perubahan relatif,
pertumbuhan atau penurunan produktivitas suatu komoditas pertanian
dibandingkan dengan komoditas pertanian lain di Kabupaten Karanganyar
akibat pengaruh unsur-unsur eksternal yang bekerja secara regional
(kabupaten). Komoditas yang mempunyai nilai PP positif di suatu
kecamatan berarti komoditas tersebut terkonsentrasi di kecamatan tersebut
dan mempunyai pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan komoditas
lain di tingkat kabupaten, sebaliknya komoditas yang mempunyai nilai PP
negatif berarti tingkat pertumbuhan komoditas tersebut relatif lebih lambat
dibandingkan komoditas lain di tingkat kabupaten.
Menurut Ropingi dan Agustono (2007), komoditas pertanian basis
yang mempunyai nilai PP positif menunjukkan bahwa komoditas tersebut
tumbuh relatif lebih cepat dibandingkan komoditas lain di tingkat
kabupaten atau kecamatan-kecamatan tersebut berspesialisasi dalam
menghasilkan komoditas pertanian yang secara regional/kabupaten
tumbuh cepat. Tambunan (2001) menyebutkan bahwa pertumbuhan
proporsional timbul karena perbedaan permintaan output akhir,
ketersediaan bahan baku, kebijakan sektoral, serta perilaku dan kinerja
struktur pasar setiap sektor nasional.
Komoditas-komoditas pertanian basis yang mempunyai
pertumbuhan cepat (mempunyai nilai PP positif) dan komoditas-
komoditas pertanian basis yang mempunyai pertumbuhan lambat
(mempunyai nilai PP negatif) di tiap kecamatan Kabupaten Karanganyar
diketahui dari hasil penelitian yang disajikan dalam Tabel 20.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Tabel 20. Komponen Pertumbuhan Proporsional (PP) Komoditas Pertanian Basis di Masing-masing Kecamatan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2009-2010
Komoditas dengan PP Positif Komoditas dengan
PP Negatif Kecamatan
Jagung, Ketela Pohon, Kacang Tanah, Petai, Durian, Sawo, Pisang, Kopi Arabica, Rambutan, Kencur, Cengkeh, Kelapa, Kapuk, Jati, Mahoni, Ayam Buras, Itik, Domba, Kambing, Sapi Potong, Ikan lain
Jatipuro
Padi Sawah, Jagung, Ketela Pohon, Bawang Putih, Kacang Panjang, Buncis, Nangka, Alpukat, Sirsak, Jeruk Keprok, Rambutan, Jahe, Kopi Arabica, Cengkeh, Kopi Robusta, Kelapa, Kapuk, Mahoni, Ayam Buras, Itik, Domba, Kambing, Sapi Potong, Ikan Lain
Jatiyoso
Jagung, Ketela Pohon, Kacang Tanah, Pepaya, Sukun, Rambutan, Lada, Mete, Kapuk, Domba, Kambing
Tebu Jumapolo
Ketela Pohon, Kacang Tanah, Petai, Jengkol, Melinjo, Manggis, Belimbing, Durian, Jambu Biji, Sirsak, Sawo, Pepaya, Nanas, Mangga, Duku/Langsat, Kencur, Mete, Jati, Ayam Ras Petelur, Ayam Pedaging
Tebu Jumantono
Padi Sawah, Ketela Rambat, Cabe, Jengkol, Terong, Melinjo, Kacang Panjang, Sawi, Buncis, Manggis, Belimbing, Durian, Jambu Biji, Sirsak, Alpukat, Sawo, Pepaya, Nanas, Salak, Sukun, Mangga, Rambutan, Duku/Langsat, Jeruk Keprok, Kencur, Cengkeh, Kopi Robusta, Jati, Kayu Lain, Kerbau, Ayam Buras, Itik, Domba, Kambing, Kelinci, Sapi Potong, Lele, Gurame, Tawes, Nila, Ikan Lain
Tomat Matesih
Jagung, Ketela Pohon, Ketela Rambat, Bawang Merah, Bawang Putih, Cabe, Kubis, Sawi, Buncis, Nangka, Durian, Alpukat, Pisang, Salak, Jeruk Keprok, Cengkeh, Kayu Lain, Kuda, Ayam Buras, Domba, Kambing, Ayam Pedaging, Kelinci, Sapi Potong, Lele, Nila, Ikan Lain
Wortel, Kentang Tawangmangu
Sumber: Diadopsi dan Diolah dari Lampiran 9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Lanjutan Tabel 20. Komponen Pertumbuhan Proporsional (PP) Komoditas Pertanian Basis di masing Kecamatan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2009-2010
Komoditas dengan PP Positif Komoditas dengan
PP Negatif Kecamatan
Jagung, Ketela Pohon, Ketela Rambat, Bawang Merah, Bawang Putih, Cabe, Kubis, Sawi, Buncis, Durian, Jambu Biji, Alpukat, Pepaya, Pisang, Jeruk Keprok, Cengkeh, Kopi Robusta, Mete, Kelapa, Jati, Kayu Lain, Ayam Buras, Itik, Domba, Kambing, Puyuh, Kelinci, Sapi Potong, Lele, Gurame, Tawes, Nila, Karper, Ikan Lain
Wortel, Tomat, Kentang Ngargoyoso
Padi Sawah, Ketela Rambat, Cabe, Terong, Buncis, Belimbing, Nangka, Durian, Jambu Biji, Alpukat, Salak, Sukun, Rambutan, Duku/Langsat, Jahe, Cengkeh, Kerbau, Ayam Ras Petelur, Ayam Buras, Itik, Domba, Kambing, Kelinci, Sapi Potong, Lele, Gurame, Tawes, Nila, Karper, Ikan Lain
Tomat Karangpandan
Padi Sawah, Jati, Ayam Ras Petelur, Gurame, Tawes
Tebu Karanganyar
Padi Sawah, Melinjo, Belimbing, Jambu Biji, Pepaya, Pisang, Jati, Kayu Lain, Kerbau, Ayam Buras, Itik, Domba, Ayam Pedaging, Kelinci, Sapi Potong, lele, Gurame, Nila, Ikan Lain
Tebu Tasikmadu
Padi Sawah, Sawo, Kayu Lain, Kerbau, Ayam Buras, Itik, Domba, Ayam Pedaging, Kelinci, Sapi Potong, Lele, Nila, Ikan Lain
Jaten
Melinjo, Sirsak, kapuk, Tembakau, Jati, Kerbau, Kuda, Puyuh, Lele, Gurame, Tawes, Nila, Ikan Lain
Tebu Colomadu
Padi Gogo, Kacang Tanah, Mete, kapuk, Ayam Ras Petelur, Ayam Pedaging, Sapi Potong, Lele
Tebu Gondangrejo
Padi Sawah, Melinjo, Mahoni, Lele, Gurame Tebu Kebakkramat Padi Sawah, Kedelai, Kacang Tanah, Kacang Panjang, Sukun, Jahe, Kapuk, Kunyit, Mahoni, Kerbau, Itik, Gurame
Tebu Mojogedang
Sumber: Diadopsi dan Diolah dari Lampiran 9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Lanjutan Tabel 20. Komponen Pertumbuhan Proporsional (PP) Komoditas Pertanian Basis di Masing-masing Kecamatan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2009-2010
Komoditas dengan PP Positif Komoditas dengan
PP Negatif Kecamatan
Padi Sawah, Jagung, Ketela Pohon, Ketela Rambat, Kacang Tanah, Petai, Cabe, Terong, Melinjo, Kacang Panjang, Sawi, Manggis, Belimbing, Nangka, Durian, Sirsak, Alpukat, Sawo, Pepaya, Sukun, rambutan, Jeruk Keprok, Jahe, Kencur, Cengkeh, Mete, Kunyit, Jati, Mahoni, Kayu Lain, Ayam Buras, Itik, Domba, Kambing, Kelinci, Sapi Potong, Lele, Gurame, Tawes, Nila, Karper, Ikan Lain
Tomat Kerjo
Jagung, Ketela Pohon, Ketela Rambat, Bawang Merah, Bawang Putih, Petai, Cabe, Melinjo, Kacang Panjang, Kubis, Sawi, Buncis, Belimbing, Nangka, Jambu Biji, Sirsak, Alpukat, Pepaya, Pisang, Nanas, Salak, Sukun, Rambutan, Jeruk keprok, Jahe, Kencur, Cengkeh, Kopi Robusta, panili, Kelapa, Kunyit, Jati, Kayu Lain, Ayam Buras, Itik, Domba, Kambing, Kelinci, Sapi Potong, Lele, Tawes, Nila, Karper, Ikan Lain
Kentang, Wortel Jenawi
Sumber: Diadopsi dan Diolah dari Lampiran 9 Nilai komponen pertumbuhan proporsional (dalam satuan rupiah)
dari komoditas pertanian basis beragam di tiap-tiap kecamatan. Hal ini
menunjukkan adanya perbedaan dalam ketersediaan bahan mentah,
perbedaan kebijakan di masing-masing sektor, serta perbedaan stuktur dan
keragaman pasar di masing-masing kecamatan di Kabupaten Karanganyar.
Komoditas pertanian basis yang mempunyai nilai PP positif di masing-
masing kecamatan menunjukkan bahwa komoditas pertanian tersebut
tumbuh relatif cepat.
a. Kecamatan Jatipuro
Berdasarkan hasil analisis komponen pertumbuhan proporsional
(PP) komoditas pertanian basis di Kabupaten Karanganyar, dari 21
komoditas pertanian basis yang ada di Kecamatan Jatipuro, seluruhnya
mempunyai nilai PP positif. Komoditas pertanian yang mempunyai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
nilai PP positif tersebut adalah jagung, ketela pohon, kacang tanah,
petai, durian, sawo, pisang, rambutan, kencur, kopi arabica, cengkeh,
kelapa, kapuk, jati, mahoni, ayam buras, itik, domba, kambing, sapi
potong, ikan lain. Nilai PP positif yang dimiliki komoditas pertanian
basis menunjukkan bahwa komoditas pertanian basis tersebut tumbuh
relatif cepat dibandingkan dengan komoditas lain di Kabupaten
Karanganyar karena pengaruh kebijakan antar komoditas yang
menguntungkan komoditas pertanian basis tersebut atau dapat
dikatakan Kecamatan Jatipuro berkemampuan dalam menghasilkan
komoditas pertanian basis tersebut yang secara regional tumbuh cepat.
Komoditas pertanian basis di Kecamatan Jatipuro yang
mempunyai nilai PP terbesar adalah sapi potong, yaitu degan nilai PP
sebesar Rp 24.470.013.716,65 (lihat Lampiran 9) yang berarti sapi
potong di Kecamatan Jatipuro mengalami peningkatan nilai produksi
sebesar Rp 24.470.013.716,65. Peningkatan produksi pangan utama
khususnya daging sapi melalui intensifikasi dan rehabilitasi sarana dan
prasarana, peningkatan pengembangan teknologi spesifik lokal yang
ramah lingkungan seperti pemanfaatan limbah ternak menjadi pupuk
bokashi merupakan upaya yang pada umumnya dilakukan oleh
masyarakat Kecamatan Jatipuro yang beternak sapi potong. Upaya
peningkatan produksi daging sapi sangat mendukung dalam
meningkatnya nilai produksi daging sapi itu sendiri. Selain hal tersebut,
harga daging sapi yang tinggi serta banyaknya jumlah konsumen daging
sapi menyebabkan banyaknya masyarakat yang mulai mengusahakan
usaha ternak sapi potong dengan tujuan mencari keuntungan yang besar
sehingga nilai produksi daging sapi semakin meningkat.
Komoditas pertanian basis yang mempunyai nilai PP negatif
tidak ditemukan di Kecamatan Jatipuro. Hal ini dapat disebabkan
karena adanya produksi komoditas pertanian di Kecamatan Jatipuro
yang selalu meningkat sehingga komoditas-komoditas pertanian basis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
tersebut tumbuh relatif cepat dibandingkan dengan komoditas lain di
Kabupaten Karanganyar.
b. Kecamatan Jatiyoso
Kecamatan Jatiyoso terdapat 24 komoditas pertanian basis.
Semua komoditas tersebut pertumbuhannya cepat, hal ini ditunjukkan
dengan nilai PP positif dari semua komoditas yang ada di Kecamatan
Jatiyoso. Komoditas pertanian basis tersebut adalah padi sawah,
jagung, ketela pohon, bawang putih, kacang panjang, buncis, nangka,
alpukat, rambutan, jahe, kopi arabica, cengkeh, kopi robusta, kelapa,
kapuk, mahoni, ayam buras, itik, domba, kambing, sapi potong, ikan
lain. Komoditas pertanian basis di Kecamatan Jatiyoso yang
mempunyai nilai PP terbesar adalah padi sawah, yaitu Rp
53.235.113.260,29 (lihat Lampiran 9). Nilai PP yang dimiliki
komoditas padi sawah tersebut menunjukkan besarnya keuntungan
atau pertumbuhan nilai produksi yang dialami komoditas padi sawah
karena pengaruh kebijakan yang menguntungkan komoditas padi
sawah. Kebijakan yang menguntungkan komoditas padi sawah tersebut
misalnya kebijakan harga dasar gabah, kebijakan peningkatan
produktivitas dan produksi pangan utama khususnya beras melalui
intensifikasi dan rehabilitasi sarana dan prasarana penunjang usahatani,
peningkatan pengembangan teknologi spesifik lokal yang ramah
lingkungan seperti pemanfaatan limbah panen dan limbah ternak
menjadi pupuk. Selain itu, keadaan alam di Kecamatan Jatiyoso sangat
mendukung pertumbuhan padi sawah, lahan persawahan yang luas,
ketinggian tempat rata-rata 950 mdpl serta adanya bantuan pemerintah
tentang subsidi pupuk dan bibit menjadikan masyarakat Kecamatan
Jatiyoso banyak yang mengusahakan usahatani padi sawah.
c. Kecamatan Jumapolo
Kecamatan Jumapolo mempunyai 11 komoditas pertanian basis
yang memiliki pertumbuhan cepat yang ditunjukkan dengan nilai PP
positif. Komoditas tersebut adalah jagung, ketela pohon, kacang tanah,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
pepaya, sukun, rambutan, lada, mete, kapuk, domba, kambing.
Komoditas pertanian basis yang mempunyai nilai PP terbesar adalah
jagung, yaitu Rp 30.822.039.620,64 (lihat Lampiran 9), yang artinya
komoditas jagung mengalami peningkatan nilai produksi sebesar Rp
30.822.039.620,64 karena adanya pengaruh kebijakan yang
menguntungkan komoditas jagung, misalnya kebijakan peningkatan
produksi jagung melalui diversifikasi tanaman pangan dan program
pengembangan kemitraan antara petani dengan pengelola usaha
pengolahan dimana di kecamatan ini terdapat pabrik tepung mayzena
skala rumah tangga yang dapat menyerap produk jagung di kecamatan
ini.
Komoditas pertanian basis di Kecamatan Jumapolo yang
pertumbuhannya lambat yang ditunjukkan dengan nilai PP negatif
adalah tebu. Komoditas tebu mempunyai nilai PP sebesar Rp -
175.105.531.922,05 (lihat Lampiran 9), yang artinya tebu mengalami
penurunan nilai produksi sebesar Rp -175.105.531.922,05 karena
adanya penurunan produksi tebu. Penurunan produksi tebu ini
disebabkan karena pergeseran fungsi lahan pertanian menjadi lahan
untuk pendirian bangunan, dimana hal tersebut sangat mempengaruhi
produksi tebu karena semakin sempitnya lahan untuk penanaman.
Adanya usaha rehabilitasi lahan yang sudah berumur tua karena sudah
ditanami tebu sejak bertahun-tahun dahulu sehingga membutuhkan
perbaikan untuk meningkatkan permiabilitas tanah agar dapat subur
kembali. Rehabilitasi lahan ini mengakibatkan menurunnya produksi
tebu karena lahan tersebut tidak boleh ditanami tebu untuk kurun waktu
tertentu. Penurunan produksi akan mengakibatkan menurunnya nilai
produksi sehingga laju pertumbuhan akan semakin lambat.
d. Kecamatan Jumantono
Kecamatan Jumantono mempunyai 20 komoditas pertanian basis
yang mempunyai nilai PP positif, komoditas tersebut adalah ketela
pohon, kacang tanah, petai, jengkol, melinjo, manggis, belimbing,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
durian, jambu biji, sirsak, sawo, pepaya, nanas, mangga, duku/langsat,
kencur, mete, jati, ayam ras petelur, ayam pedaging. Nilai PP positif
yang dimiliki oleh komoditas tersebut menunjukkan bahwa komoditas
tersebut bahwa tumbuh relatif lebih cepat dibandingkan dengan
komoditas lain di Kabupaten Karanganyar atau dapat dikatakan
Kecamatan Jumantono berkemampuan dalam menghasilkan komoditas
pertanian basis tersebut yang secara regional tumbuh cepat. Mangga
merupakan komoditas yang mempunyai nilai PP terbesar, yaitu Rp
66.038.093.644,62 (lihat Lampiran 9), yang artinya mangga
mengalami pertumbuhan nilai produksi sebesar Rp 66.038.093.644,62
karena pengaruh keadaan tanah dan iklim yang mendukung usahatani
mangga.
Komoditas pertanian basis yang mempunyai nilai PP negatif
sehingga tergolong komoditas yang pertumbuhannya lambat adalah
tebu. Tebu merupakan komoditas yang mempunyai nilai PP terendah,
yaitu Rp -445.377.614.988,93 (lihat Lampiran 9), yang artinya tebu
mengalami penurunan nilai produksi sebesar Rp -445.377.614.988,93
karena adanya penurunan produksi tebu. Penurunan produksi tebu ini
disebabkan karena pergeseran fungsi lahan pertanian menjadi lahan
untuk pendirian bangunan, dimana hal tersebut sangat mempengaruhi
produksi tebu karena semakin sempitnya lahan untuk penanaman.
Adanya usaha rehabilitasi lahan yang sudah berumur tua karena sudah
ditanami tebu sejak bertahun-tahun dahulu sehingga membutuhkan
perbaikan untuk meningkatkan permiabilitas tanah agar dapat subur
kembali. Rehabilitasi lahan ini mengakibatkan menurunnya produksi
tebu karena lahan tersebut tidak boleh ditanami tebu untuk kurun waktu
tertentu. Penurunan produksi akan mengakibatkan menurunnya nilai
produksi sehingga laju pertumbuhan akan semakin lambat.
e. Kecamatan Matesih
Kecamatan Matesih mempunyai 41 komoditas pertanian basis
yang pertumbuhannya cepat yang ditunjukkan dengan nilai PP positif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Komoditas tersebut adalah padi sawah, ketela rambat, cabe, jengkol,
terong, melinjo, kacang panjang, sawi, buncis, manggis, belimbing,
durian, jambu biji, sirsak, alpukat, sawo, pepaya, nanas, salak, sukun,
mangga, rambutan, duku/langsat, jeruk keprok, kencur, cengkeh, kopi
robusta, jati, kayu lain, kerbau, ayam buras, itik, domba, kambing,
kelinci, sapi potong, lele, gurame, tawes, nila, ikan lain.
Komoditas padi sawah adalah komoditas pertanian basis yang
mempunyai nilai PP terbesar, yaitu Rp 37.229.930.028,58 (lihat
Lampiran 9), yang artinya padi sawah mengalami peningkatan nilai
produksi sebesar Rp 37.229.930.028,58. Nilai PP yang dimiliki
komoditas padi sawah tersebut menunjukkan besarnya keuntungan
atau pertumbuhan nilai produksi yang dialami komoditas padi sawah
karena pengaruh kebijakan yang menguntungkan komoditas padi
sawah. Kebijakan yang menguntungkan komoditas padi sawah tersebut
misalnya kebijakan harga dasar gabah, kebijakan peningkatan
produktivitas dan produksi pangan utama khususnya beras melalui
intensifikasi dan rehabilitasi sarana dan prasarana penunjang usahatani,
peningkatan pengembangan teknologi spesifik lokal yang ramah
lingkungan seperti pemanfaatan limbah panen dan limbah ternak
menjadi pupuk.
Komoditas pertanian basis di Kecamatan Matesih yang
pertumbuhannya lambat yang ditunjukkan dengan nilai PP negatif
adalah tomat dengan nilai PP sebesar Rp -430.832.294,91 (lihat
Lampiran 9), yang artinya tomat mengalami penurunan nilai produksi
sebesar Rp -430.832.294,91. Menurunnya jumlah konsumen tomat
dipasar karena bersaing dengan tomat impor menyebabkan penurunan
produksi tomat.
f. Kecamatan Tawangmangu
Kecamatan Tawangmangu mempunyai 27 komoditas pertanian
basis yang pertumbuhannya cepat yang ditunjukkan dengan nilai PP
positif. Komoditas tersebut adalah jagung, ketela pohon, ketela rambat,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
bawang merah, bawang putih, cabe, kubis, sawi, buncis, nangka,
durian, alpukat, pisang, salak, jeruk keprok, cengkeh, kayu lain, kuda,
ayam buras, domba, kambing, ayam pedaging, kelinci, sapi potong,
lele, nila, ikan lain. Komoditas pertanian basis yang mempunyai nilai
PP terbesar adalah sapi potong, yaitu Rp 19.024.744.543,07 (lihat
Lampiran 9), artinya sapi potong mengalami kenaikan nilai produksi
sebesar Rp 19.024.744.543,07. Upaya peningkatan produksi daging
sapi seperti peningkatan produksi pangan utama khususnya daging sapi
melalui intensifikasi dan rehabilitasi sarana dan prasarana, peningkatan
pengembangan teknologi spesifik lokal yang ramah lingkungan seperti
pemanfaatan limbah ternak menjadi pupuk bokashi yang pada
umumnya dilakukan oleh masyarakat Kecamatan Tawangmangu yang
beternak sapi potong. sangat mendukung dalam meningkatnya nilai
produksi daging sapi itu sendiri. Selain hal tersebut, harga daging sapi
yang tinggi serta banyaknya jumlah konsumen daging sapi
menyebabkan banyaknya masyarakat yang mulai mengusahakan usaha
ternak sapi potong dengan tujuan mencari keuntungan yang besar
sehingga nilai produksi daging sapi semakin meningkat. Kecamatan
Tawangmangu terkenal dengan daerah penghasil sayuraan dan buah-
buahan sehingga sebagian besar penduduk di Kecamatan Tawangmangu
justru mencari sumber makanan selain sayur dan buah-buahan karena
bagi mereka mengkonsumsi sayuran yang mereka hasilkan sendiri
sangat membosankan. Hal tersebut mendorong masyarakat di daerah ini
mencari sumber makanan lain seperti daging sapi. Banyaknya konsumen
akan meningkatkan para peternak sapi potong untuk meningkatkan
produksinya. Adanya peningkatan produksi akan memperngaruhi
peningkatan nilai produksi daging sapi sehingga laju pertumbuhannya
semakin cepat dibandingkan dengan komoditas lainnya.
Komoditas pertanian basis di Kecamatan Tawangmangu yang
mempunyai nilai negatif yaitu wortel dan kentang. Nilai negatif yang
dimiliki oleh komoditas pertanian basis tersebut menunjukkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
komoditas pertanian basis tersebut pertumbuhannya lambat karena
dirugikan oleh kebijakan pada suatu komoditas. Komoditas kentang
dan wortel mempunyai nilai PP masing-masing yaitu Rp -
8.714.332.108,23 dan Rp -128.779.871.02 (lihat Lampiran 9), yang
artinya wortel mengalami penurunan nilai produksi sebesar Rp -
8.714.332.108,23, kentang mengalami penurunan nilai produksi
sebesar Rp -128.779.871.02 karena kebijakan pada suatu komoditas,
misalnya karena adanya kebijakan impor sayuran yang membuka
kesempatan pedagang luar negeri untuk merampas pasar domestik.
Kebijakan ini menyebabkan penurunan produksi wortel dan kentang.
g. Kecamatan Ngargoyoso
Kecamatan Ngargoyoso mempunyai 35 komoditas pertanian
basis yang bernilai PP positif. Komoditas tersebut adalah jagung,
ketela pohon, ketela rambat, bawang merah, bawang putih, cabe, kubis,
sawi, buncis, durian, jambu biji, alpukat, pepaya, pisang, jeruk keprok,
cengkeh, kopi robusta, mete, kelapa, jati, kayu lain, ayam buras, itik,
domba, kambing, puyuh, kelinci, sapi potong, lele, gurame, tawes, nila,
karper, ikan lain. Nilai PP positif yang dimiliki komoditas pertanian
basis tersebut menunjukkan bahwa komoditas pertanian basis tersebut
pertumbuhannya cepat karena adanya kebijakan antar pada suatu
komoditas yang menguntungkan komoditas pertanian basis tersebut,
sehingga komoditas tersebut mengalami kenaikan produksi sebesar
nilai PPnya. Komoditas sapi potong merupakan komoditas yang
mempunyai nilai PP terbesar di Kecamatan Ngargoyoso, yaitu Rp
21.359.041.921.20 (lihat Lampiran 9), yang artinya sapi potong
mengalami peningkatan nilai produksi sebesar Rp 21.359.041.921.20.
Upaya peningkatan produksi daging sapi seperti peningkatan produksi
pangan utama khususnya daging sapi melalui intensifikasi dan
rehabilitasi sarana dan prasarana, peningkatan pengembangan
teknologi spesifik lokal yang ramah lingkungan seperti pemanfaatan
limbah ternak menjadi pupuk bokashi yang pada umumnya dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
oleh masyarakat Kecamatan Ngargoyoso yang beternak sapi potong.
sangat mendukung dalam meningkatnya nilai produksi daging sapi itu
sendiri. Selain hal tersebut, harga daging sapi yang tinggi serta
banyaknya jumlah konsumen daging sapi menyebabkan banyaknya
masyarakat yang mulai mengusahakan usaha ternak sapi potong dengan
tujuan mencari keuntungan yang besar sehingga nilai produksi daging
sapi semakin meningkat. Kecamatan Ngargoyoso terkenal dengan
daerah penghasil sayuraan dan buah-buahan sehingga sebagian besar
penduduk di Kecamatan Ngargoyoso justru mencari sumber makanan
selain sayur dan buah-buahan karena bagi mereka mengkonsumsi
sayuran yang mereka hasilkan sendiri sangat membosankan. Hal
tersebut mendorong masyarakat di daerah ini mencari sumber makanan
lain seperti daging sapi. Banyaknya konsumen akan meningkatkan para
peternak sapi potong untuk meningkatkan produksinya. Adanya
peningkatan produksi akan memperngaruhi peningkatan nilai produksi
daging sapi sehingga laju pertumbuhannya semakin cepat dibandingkan
dengan komoditas lainnya.
Komoditas pertanian basis di Kecamatan Ngargoyoso yang
mempunyai nilai PP negatif sehingga tergolong komoditas yang
pertumbuhannya lambat adalah wortel, tomat dan kentang. Komoditas
yang mempunyai nilai PP terkecil adalah kentang, yaitu Rp –
994.695.723,76 (lihat Lampiran 9), yang artinya kentang mengalami
penurunan nilai produksi sebesar Rp -994.695.723,76 karena perubahan
kebijakan di komoditas lain yang berupa kebijakan peningkatan
produksi tanaman hortikultura jenis sayuran yang lain seperti sawi dan
kubis, karena menurut badan penyuluh pertanian Kecamatan
Ngargoyoso, sawi dan kubis lebih cocok ditanam di lahan Kecamatan
Ngargoyoso dibandingkan dengan jenis sayuran lain. Selain itu
keuntungan ekonominya lebih tinggi karena menurut mereka sawi dan
kobis tidak membutuhkan modal yang banyak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
h. Kecamatan Karangpandan
Kecamatan Karangpandan mempunyai 30 komoditas pertanian
basis yang nilai PPnya positif. Komoditas tersebut adalah: padi sawah,
ketela rambat, cabe, terong, buncis, belimbing, nangka, durian, jambu
biji, alpukat, salak, sukun, rambutan, duku/langsat, jahe, cengkeh,
kerbau, ayam ras petelur, ayam buras, itik, domba, kambing, kelinci,
sapi potong, lele, gurame, tawes, nila, karper, ikan lain. Nilai PP positif
yang dimiliki oleh komoditas pertanian basis tersebut menunjukkan
bahwa komoditas pertanian basis tersebut pertumbuhannya cepat atau
dapat dikatakan bahwa Kecamatan Karangpandan berkemampuan
dalam menghasilkan komoditas pertanian tersebut yang secara
regional/kabupaten tumbuh cepat. Komoditas pertanian basis yang
mempunyai nilai PP terbesar adalah padi sawah, yaitu Rp
46.862.422.534,67 (lihat Lampiran 9), yang artinya padi sawah
mengalami peningkatan nilai produksi sebesar Rp 46.862.422.534,67
karena adanya pengaruh kebijakan yang menguntungkan komoditas
padi sawah, misalnya kebijakan harga dasar gabah, kebijakan
peningkatan produktivitas dan produksi pangan utama khususnya beras
melalui intensifikasi dan rehabilitasi sarana dan prasarana penunjang
usahatani, subsidi pupuk dan bibit dari pemrintah, peningkatan
pengembangan teknologi spesifik lokal yang ramah lingkungan seperti
pemanfaatan limbah panen dan limbah ternak menjadi pupuk. Hal ini
mendorong semangat masyarakat daerah ini mengusahakan padi sawah
disamping keadaan alam Kecamatan Karangpandan yang sangat cocok
digunakan untuk usahatani persawahan padi.
Komoditas pertanian basis di Kecamatan Karangpandan yang
mempunyai pertumbuhan lambat yang ditunjukkan dengan nilai PP
negatif adalah tomat. Tomat mempunyai nilai PP sebesar Rp -
86.033.280,53 (lihat Lampiran 9), yang artinya tomat dirugikan dengan
adanya perubahan kebijakan pada suatu komoditas sehingga komoditas
tomat mengalami penurunan nilai produksi sebesar Rp -86.033.280,53.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Kebijakan tersebut misalnya adalah kebijakan impor tomat yang
memungkinkan tomat asal luar negeri masuk ke pasar domestik.
Kebijakan ini menyebabkan penurunan produksi tomat. Selain itu, harga
tomat domestik yang tidak dapat bersaing dengan harga tomat luar negri
yang lebih murah, akan menyebabkan matinya produktivitas tomat
domestik.
i. Kecamatan Karanganyar
Kecamatan Karanganyar mempunyai 5 komoditas pertanian
basis yang bernilai PP positif. Komoditas tersebut adalah padi sawah,
jati, ayam ras petelur, gurame, tawes. Nilai PP positif yang dimiliki
oleh komoditas pertanian basis tersebut menunjukkan bahwa
komoditas pertanian basis tersebut tumbuh cepat karena adanya
pengaruh faktor eksternal, atau dapat dikatakan bahwa Kecamatan
Karanganyar berkemampuan dalam menghasilkan komoditas pertanian
basis tersebut yang secara regional/kabupaten tumbuh cepat.
Komoditas yang mempunyai nilai PP terbesar adalah padi sawah, yaitu
sebesar Rp 67.992.923.361,71 (lihat Lampiran 9), yang artinya padi
sawah mengalami peningkatan nilai produksi sebesar Rp
67.992.923.361,71 karena adanya pengaruh kebijakan yang
menguntungkan komoditas padi sawah, misalnya kebijakan harga
dasar gabah, kebijakan peningkatan produktivitas dan produksi pangan
utama khususnya beras melalui intensifikasi dan rehabilitasi sarana dan
prasarana penunjang usahatani, peningkatan pengembangan teknologi
spesifik lokal yang ramah lingkungan seperti pemanfaatan limbah
panen dan limbah ternak menjadi pupuk.
Komoditas pertanian basis di Kecamatan Karanganyar yang
mempunyai nilai PP negatif sehingga tergolong komoditas yang
pertumbuhannya lambat yaitu tebu dengan nilai PP sebesar Rp -
372.296.804.529,80 (lihat Lampiran 9), yang artinya tebu dirugikan
dengan adanya perubahan kebijakan sehingga tebu mengalami
penurunan nilai produksi sebesar Rp -372.296.804.529,80. Penurunan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
produksi tebu ini disebabkan karena pergeseran fungsi lahan pertanian
menjadi lahan untuk pendirian bangunan, dimana hal tersebut sangat
mempengaruhi produksi tebu karena semakin sempitnya lahan untuk
penanaman. Adanya usaha rehabilitasi lahan yang sudah berumur tua
karena sudah ditanami tebu sejak bertahun-tahun dahulu sehingga
membutuhkan perbaikan untuk meningkatkan permiabilitas tanah agar
dapat subur kembali. Rehabilitasi lahan ini mengakibatkan menurunnya
produksi tebu karena lahan tersebut tidak boleh ditanami tebu untuk
kurun waktu tertentu. Penurunan produksi akan mengakibatkan
menurunnya nilai produksi sehingga laju pertumbuhan akan semakin
lambat.
j. Kecamatan Tasikmadu
Kecamatan Tasikmadu mempunyai 19 komoditas pertanian basis
yang bernilai PP positif. Komoditas tersebut adalah: padi sawah,
melinjo, belimbing, jambu biji, pepaya, pisang, jati, kayu lain, kerbau,
ayam buras, itik, domba, ayam pedaging, kelinci, sapi potong, lele,
gurame, nila, ikan lain. Nilai PP positif yang dimiliki oleh komoditas
pertanian basis tersebut menunjukkan bahwa komoditas pertanian basis
tersebut tumbuh cepat karena adanya pengaruh kebijakan di suatu
komoditas yang menguntungkan komoditas tersebut, atau dapat
dikatakan bahwa Kecamatan Tasikmadu berkemampuan dalam
menghasilkan komoditas pertanian basis tersebut yang secara
regional/kabupaten tumbuh cepat.
Komoditas padi sawah adalah komoditas pertanian basis yang
mempunyai nilai PP terbesar, yaitu Rp 89.309.924.540,18 (lihat
Lampiran 9), yang artinya padi sawah mengalami peningkatan nilai
produksi sebesar Rp 89.309.924.540,18. Nilai PP yang dimiliki
komoditas padi sawah tersebut menunjukkan besarnya keuntungan
atau pertumbuhan nilai produksi yang dialami komoditas padi sawah
karena pengaruh kebijakan yang menguntungkan komoditas padi
sawah. Kebijakan yang menguntungkan komoditas padi sawah tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
misalnya kebijakan harga dasar gabah, kebijakan peningkatan
produktivitas dan produksi pangan utama khususnya beras melalui
intensifikasi dan rehabilitasi sarana dan prasarana penunjang usahatani,
peningkatan pengembangan teknologi spesifik lokal yang ramah
lingkungan seperti pemanfaatan limbah panen dan limbah ternak
menjadi pupuk. Selain itu, adanya bantuan pemerintah tentang subsidi
pupuk dan bibit menjadikan masyarakat Kecamatan Tasikmadu banyak
yang mengusahakan usahatani padi sawah.
Komoditas pertanian basis yang mempunyai nilai PP negatif
sehingga tergolong komoditas yang pertumbuhannya lambat yaitu tebu
dengan nilai PP sebesar Rp -365.942.953.820,77 (lihat Lampiran 9),
yang artinya tebu dirugikan dengan adanya perubahan kebijakan
sehingga mengalami penurunan nilai produksi sebesar Rp -
365.942.953.820,77. Penurunan produksi tebu ini disebabkan karena
pergeseran fungsi lahan pertanian menjadi lahan untuk pendirian
bangunan, dimana hal tersebut sangat mempengaruhi produksi tebu
karena semakin sempitnya lahan untuk penanaman. Adanya usaha
rehabilitasi lahan yang sudah berumur tua karena sudah ditanami tebu
sejak bertahun-tahun dahulu sehingga membutuhkan perbaikan untuk
meningkatkan permiabilitas tanah agar dapat subur kembali. Rehabilitasi
lahan ini mengakibatkan menurunnya produksi tebu karena lahan
tersebut tidak boleh ditanami tebu untuk kurun waktu tertentu.
Penurunan produksi akan mengakibatkan menurunnya nilai produksi
sehingga laju pertumbuhan akan semakin lambat.
k. Kecamatan Jaten
Kecamatan Jaten mempunyai 13 komoditas pertanian basis yang
bernilai PP positif dan tidak ada yang memiliki nilai PP negatif.
Komoditas tersebut adalah: padi sawah, sawo, kayu lain, kerbau, ayam
buras, itik, domba, ayam pedaging, kelinci, sapi potong, lele, nila, ikan
lain. Padi sawah merupakan komoditas pertanian basis di Kecamatan
Jaten yang mempunyai nilai PP terbesar yaitu, Rp 64.126.066.657,82
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
(lihat Lampiran 10), yang artinya komoditas padi sawah mengalami
pertumbuhan nilai produksi sebesar Rp 64.126.066.657,82. Nilai PP
yang dimiliki komoditas padi sawah tersebut menunjukkan besarnya
keuntungan atau pertumbuhan nilai produksi yang dialami komoditas
padi sawah karena pengaruh kebijakan yang menguntungkan
komoditas padi sawah. Kebijakan yang menguntungkan komoditas
padi sawah tersebut misalnya kebijakan harga dasar gabah, kebijakan
peningkatan produktivitas dan produksi pangan utama khususnya beras
melalui intensifikasi dan rehabilitasi sarana dan prasarana penunjang
usahatani, peningkatan pengembangan teknologi spesifik lokal yang
ramah lingkungan seperti pemanfaatan limbah panen dan limbah
ternak menjadi pupuk. Selain itu, keadaan alam di Kecamatan Jaten
sangat mendukung pertumbuhan padi sawah, lahan persawahan yang
luas, ketinggian tempat rata-rata 98 mdpl serta adanya bantuan
pemerintah tentang subsidi pupuk dan bibit menjadikan masyarakat
Kecamatan Jaten banyak yang mengusahakan usahatani padi sawah.
Banyaknya masyarakat Kecamatan Jaten yang mengusahakan padi
sawah juga dikarenakan keadaan alam daerah ini yang tidak dapat
ditanamani tanaman jenis lain seperti sayuran dan buah-buahan
sehingga padi sawah memiliki jumlah produksi yang lebih besar
dibandingkan dengan komoditas lainnya sehingga laju
pertumbuhannya juga cepat.
l. Kecamatan Colomadu
Kecamatan Colomadu mempunyai 13 komoditas pertanian basis
yang bernilai PP positif. Komoditas tersebut adalah melinjo, sirsak,
kapuk, tembakau, jati, kerbau, kuda, puyuh, lele, gurame, tawes, nila,
ikan lain. Nilai PP positif yang dimiliki oleh komoditas pertanian basis
tersebut menunjukkan bahwa komoditas pertanian basis tersebut
tumbuh cepat atau dapat dikatakan bahwa Kecamatan Colomadu
berkemampuan dalam menghasilkan komoditas pertanian basis
tersebut yang secara regional/kabupaten tumbuh cepat. Komoditas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
yang mempunyai nilai PP terbesar adalah lele, yaitu Rp
8.422.009.315,63 (lihat Lampiran 9), yang artinya komoditas lele
mengalami peningkatan nilai produksi sebesar Rp 8.422.009.315,63
karena pengaruh kebijakan yang menguntungkan komoditas lele,
misalnya kebijakan peningkatan produksi lele melalui diversifikasi
tanaman pangan dan program pengembangan kemitraan antara petani
dengan pengelola usaha pengolahan dimana di kecamatan ini terdapat
industri keripik lele dan abon lele “Mandiri” skala rumah tangga yang
dapat menyerap produk lele di kecamatan ini.
Tebu merupakan komoditas pertanian basis yang mempunyai
nilai PP negatif sehingga tergolong komoditas yang pertumbuhannya
lambat. Nilai PP komoditas tebu adalah Rp -199.074.257.936,70. Nilai
PP tersebut menunjukkan besarnya penurunan nilai produksi yang
dialami komoditas karena adanya perubahan kebijakan yang
merugikan komoditas tersebut. Penurunan produksi tebu ini disebabkan
karena pergeseran fungsi lahan pertanian menjadi lahan untuk pendirian
bangunan, dimana hal tersebut sangat mempengaruhi produksi tebu
karena semakin sempitnya lahan untuk penanaman. Adanya usaha
rehabilitasi lahan yang sudah berumur tua karena sudah ditanami tebu
sejak bertahun-tahun dahulu sehingga membutuhkan perbaikan untuk
meningkatkan permiabilitas tanah agar dapat subur kembali. Rehabilitasi
lahan ini mengakibatkan menurunnya produksi tebu karena lahan
tersebut tidak boleh ditanami tebu untuk kurun waktu tertentu.
Penurunan produksi akan mengakibatkan menurunnya nilai produksi
sehingga laju pertumbuhan akan semakin lambat.
misalnya kebijakan rehabilitasi lahan tanaman perkebunan seperti
tanaman tebu yang sudah tua. Kebijakan rehabilitasi ini menyebabkan
penurunan produksi tebu dalam jangka pendek. Selain itu, adanya alih
fungsi lahan pertanian menjadi lahan untuk pendirian bangunan sangat
mempengaruhi produksi tebu karena semakin sempitnya lahan untuk
penanaman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
m. Kecamatan Gondangrejo
Kecamatan Gondangrejo mempunyai 8 komoditas pertanian
basis yang bernilai PP positif. Komoditas tersebut padi gogo, kacang
tanah, mete, kapuk, ayam ras petelur, ayam pedaging, sapi potong, lele.
Komoditas pertanian basis yang mempunyai nilai PP positif tersebut
menunjukkan bahwa komoditas tersebut tumbuh relatif lebih cepat
dibandingkan komoditas lain di tingkat Kabupaten atau Kecamatan
Gondangrejo berkemampuan dalam menghasilkan komoditas pertanian
tersebut yang secara nasional/kabupaten tumbuh cepat. Komoditas
pertanian basis di Kecamatan Gondangrejo yang mempunyai nilai PP
terbesar adalah sapi potong, yaitu Rp 50.457.260.161,87 (lihat
Lampiran 9), yang artinya komoditas sapi potong mengalami
peningkatan nilai produksi sebesar Rp 50.457.260.161,87. Upaya
peningkatan produksi daging sapi seperti peningkatan produksi pangan
utama khususnya daging sapi melalui intensifikasi dan rehabilitasi
sarana dan prasarana, peningkatan pengembangan teknologi spesifik
lokal yang ramah lingkungan seperti pemanfaatan limbah ternak
menjadi pupuk bokashi yang pada umumnya dilakukan oleh
masyarakat Kecamatan Gondangrejo yang beternak sapi potong. sangat
mendukung dalam meningkatnya nilai produksi daging sapi itu sendiri.
Selain hal tersebut, harga daging sapi yang tinggi serta banyaknya
jumlah konsumen daging sapi menyebabkan banyaknya masyarakat
yang mulai mengusahakan usaha ternak sapi potong dengan tujuan
mencari keuntungan yang besar sehingga nilai produksi daging sapi
semakin meningkat. Banyaknya konsumen akan meningkatkan para
peternak sapi potong untuk meningkatkan produksinya. Adanya
peningkatan produksi akan memperngaruhi peningkatan nilai produksi
daging sapi sehingga laju pertumbuhannya semakin cepat dibandingkan
dengan komoditas lainnya.
Tebu merupakan komoditas pertanian basis di Kecamatan
Gondangrejo yang mempunyai nilai PP negatif sehingga tergolong
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
komoditas yang pertumbuhannya lambat. Nilai PP komoditas tebu
yaitu Rp -215.859.455.439,74 (lihat Lampiran 9), artinya komoditas
tebu mengalami penurunan nilai produksi sebesar Rp -
215.859.455.439,74 karena adanya perubahan kebijakan pada
komoditas lain yang merugikan komoditas ini.
n. Kecamatan Kebakkramat
Kecamatan Kebakkramat mempunyai 5 komoditas pertanian
basis yang bernilai PP positif. Komoditas tersebut adalah padi sawah,
melinjo, mahoni, lele, gurame. Komoditas pertanian basis yang
mempunyai nilai PP positif tersebut menunjukkan bahwa komoditas
tersebut tumbuh relatif lebih cepat dibandingkan komoditas lain di
tingkat Kabupaten atau Kecamatan Kebakkramat berkemampuan
dalam menghasilkan komoditas pertanian tersebut yang secara
regional/kabupaten tumbuh cepat. Komoditas padi sawah mempunyai
nilai PP terbesar, yaitu Rp 112.008.563.219,04 (lihat Lampiran 9),
yang artinya padi sawah mengalami peningkatan nilai produksi sebesar
Rp 112.008.563.219,04. Nilai PP yang dimiliki komoditas padi sawah
tersebut menunjukkan besarnya keuntungan atau pertumbuhan nilai
produksi yang dialami komoditas padi sawah karena pengaruh
kebijakan yang menguntungkan komoditas padi sawah. Kebijakan
yang menguntungkan komoditas padi sawah tersebut misalnya
kebijakan harga dasar gabah, kebijakan peningkatan produktivitas dan
produksi pangan utama khususnya beras melalui intensifikasi dan
rehabilitasi sarana dan prasarana penunjang usahatani, peningkatan
pengembangan teknologi spesifik lokal yang ramah lingkungan seperti
pemanfaatan limbah panen dan limbah ternak menjadi pupuk. Selain
itu, keadaan alam di Kecamatan Kebakkramat sangat mendukung
pertumbuhan padi sawah, lahan persawahan yang luas, ketinggian
tempat rata-rata 95 mdpl serta adanya bantuan pemerintah tentang
subsidi pupuk dan bibit menjadikan masyarakat Kecamatan
Kebakkramat banyak yang mengusahakan usahatani padi sawah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Komoditas pertanian basis di Kecamatan Kebakkramat yang
mempunyai nilai PP negatif sehingga tergolong komoditas yang
pertumbuhannya lambat yaitu tebu, yaitu Rp -185.455.611.213,35
(lihat Lampiran 9), yang artinya tebu dirugikan dengan adanya
perubahan pada komoditas lain sehingga mengalami penurunan nilai
produksi sebesar Rp -185.455.611.213,35. Penurunan produksi tebu ini
disebabkan karena pergeseran fungsi lahan pertanian menjadi lahan
untuk pendirian bangunan, dimana hal tersebut sangat mempengaruhi
produksi tebu karena semakin sempitnya lahan untuk penanaman.
Adanya usaha rehabilitasi lahan yang sudah berumur tua karena sudah
ditanami tebu sejak bertahun-tahun dahulu sehingga membutuhkan
perbaikan untuk meningkatkan permiabilitas tanah agar dapat subur
kembali. Rehabilitasi lahan ini mengakibatkan menurunnya produksi
tebu karena lahan tersebut tidak boleh ditanami tebu untuk kurun waktu
tertentu. Penurunan produksi akan mengakibatkan menurunnya nilai
produksi sehingga laju pertumbuhan akan semakin lambat.
o. Kecamatan Mojogedang
Kecamatan Mojogedang mempunyai 12 komoditas pertanian
basis yang bernilai PP positif. Komoditas tersebut adalah padi sawah,
kedelai, kacang tanah, kacang panjang, sukun, jahe, kapuk, kunyit,
mahoni, kerbau, itik, gurame. Komoditas pertanian basis yang
mempunyai nilai PP positif tersebut menunjukkan bahwa komoditas
tersebut tumbuh relatif lebih cepat dibandingkan komoditas lain di
tingkat Kabupaten atau dengan kata lain Kecamatan Mojogedang
berkemampuan dalam menghasilkan komoditas pertanian tersebut yang
secara regional/kabupaten tumbuh cepat. Komoditas padi sawah
mempunyai nilai PP terbesar, yaitu Rp 82.642.627.791,84 (lihat
Lampiran 9), yang artinya padi sawah mengalami peningkatan nilai
produksi sebesar Rp 82.642.627.791. Nilai PP yang dimiliki
komoditas padi sawah tersebut menunjukkan besarnya keuntungan
atau pertumbuhan nilai produksi yang dialami komoditas padi sawah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
karena pengaruh kebijakan yang menguntungkan komoditas padi
sawah. Kebijakan yang menguntungkan komoditas padi sawah tersebut
misalnya kebijakan harga dasar gabah, kebijakan peningkatan
produktivitas dan produksi pangan utama khususnya beras melalui
intensifikasi dan rehabilitasi sarana dan prasarana penunjang usahatani,
peningkatan pengembangan teknologi spesifik lokal yang ramah
lingkungan seperti pemanfaatan limbah panen dan limbah ternak
menjadi pupuk. Selain itu, keadaan alam di Kecamatan Mojogedang
sangat mendukung pertumbuhan padi sawah, lahan persawahan yang
luas, ketinggian tempat rata-rata 403 mdpl serta adanya bantuan
pemerintah tentang subsidi pupuk dan bibit menjadikan masyarakat
Kecamatan Mojogedang banyak yang mengusahakan usahatani padi
sawah.
Komoditas pertanian basis di Kecamatan Mojogedang yang
mempunyai nilai PP negatif sehingga tergolong komoditas yang
pertumbuhannya lambat yaitu tebu, yaitu Rp -348.366.694.988,07
(lihat Lampiran 9), yang artinya tebu dirugikan dengan adanya
perubahan kebijakan sehingga mengalami penurunan nilai produksi
sebesar Rp --348.366.694.988,07. Penurunan produksi tebu ini
disebabkan karena pergeseran fungsi lahan pertanian menjadi lahan
untuk pendirian bangunan, dimana hal tersebut sangat mempengaruhi
produksi tebu karena semakin sempitnya lahan untuk penanaman.
Adanya usaha rehabilitasi lahan yang sudah berumur tua karena sudah
ditanami tebu sejak bertahun-tahun dahulu sehingga membutuhkan
perbaikan untuk meningkatkan permiabilitas tanah agar dapat subur
kembali. Rehabilitasi lahan ini mengakibatkan menurunnya produksi
tebu karena lahan tersebut tidak boleh ditanami tebu untuk kurun waktu
tertentu. Penurunan produksi akan mengakibatkan menurunnya nilai
produksi sehingga laju pertumbuhan akan semakin lambat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
p. Kecamatan Kerjo
Kecamatan Kerjo mempunyai 42 komoditas pertanian basis
yang bernilai PP positif. Komoditas tersebut adalah: padi sawah,
jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, petai, cabe, terong,
melinjo, kacang panjang, sawi, manggis, belimbing, nangka, durian,
sirsak, alpukat, sawo, pepaya, sukun, rambutan, jeruk keprok, jahe,
kencur, cengkeh, mete, kunyit, jati, mahoni, kayu lain, ayam buras,
itik, domba, kambing, kelinci, sapi potong, lele, gurame, tawes, nila,
karper, ikan lain. Nilai PP positif yang dimiliki komoditas pertanian
basis tersebut menunjukkan bahwa komoditas pertanian basis tersebut
pertumbuhannya cepat karena adanya kebijakan yang menguntungkan
komoditas pertanian basis tersebut, sehingga komoditas tersebut akan
mengalami kenaikan produksi sebesar nilai PPnya. Komoditas padi
sawah merupakan komoditas yang mempunyai nilai PP terbesar di
Kecamatan Kerjo, yaitu Rp 49.875.521.629,39 (lihat Lampiran 9),
yang artinya padi sawah mengalami peningkatan nilai produksi sebesar
Rp 49.875.521.629,39. Nilai PP yang dimiliki komoditas padi sawah
tersebut menunjukkan besarnya keuntungan atau pertumbuhan nilai
produksi yang dialami komoditas padi sawah karena pengaruh
kebijakan yang menguntungkan komoditas padi sawah. Kebijakan
yang menguntungkan komoditas padi sawah tersebut misalnya
kebijakan harga dasar gabah, kebijakan peningkatan produktivitas dan
produksi pangan utama khususnya beras melalui intensifikasi dan
rehabilitasi sarana dan prasarana penunjang usahatani, subsidi pupuk
dan bibit dari pemrintah, adanya kemudahan akses bantuan dana dari
koperasi petani Kecamatan Kerjo, peningkatan pengembangan
teknologi spesifik lokal yang ramah lingkungan seperti pemanfaatan
limbah panen dan limbah ternak menjadi pupuk. Selain itu, keadaan
alam di Kecamatan Kerjo sangat mendukung pertumbuhan padi sawah,
lahan persawahan yang luas, ketinggian tempat rata-rata 450 mdpl
serta adanya bantuan pemerintah tentang subsidi pupuk dan bibit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
menjadikan masyarakat Kecamatan Kerjo banyak yang mengusahakan
usahatani padi sawah.
Komoditas pertanian basis di Kecamatan Kerjo yang mempunyai
nilai negatif yaitu tomat. Nilai negatif yang dimiliki oleh komoditas
tomat tersebut menunjukkan komoditas pertanian basis tersebut
pertumbuhannya lambat karena dirugikan oleh faktor-faktor eksternal
yang bekerja secara regional. Komoditas tomat mempunyai nilai PP
sebesar Rp -101.215.624,15 (lihat Lampiran 9), yang artinya tomat
dirugikan karena perubahan kebijakan pada suatu komoditas sehingga
mengalami penurunan nilai produksi sebesar Rp -101.215.624,15.
Kebijakan tersebut misalnya adalah kebijakan impor tomat yang
menyebabkan adanya peluang bagi pedagang dari negara lain untuk
menjual tomat di pasar domestik sehingga harga tomat domestik tidak
dapat bersaing dengan harga tomat luar negeri yang lebih murah dan
wujudnya yang bagus. Selain itu menurunnya jumlah konsumen tomat
dipasar karena bersaing dengan tomat impor menyebabkan penurunan
produksi tomat.
q. Kecamatan Jenawi
Kecamatan Jenawi mempunyai 45 komoditas pertanian basis
yang bernilai PP positif. Komoditas tersebut adalah: jagung, ketela
pohon, ketela rambat, bawang merah, bawang putih, petai, cabe,
wortel, melinjo, kacang panjang, kubis, sawi, buncis, belimbing,
nangka, jambu biji, sirsak, alpukat, pepaya, pisang, nanas, salak,
sukun,rambutan, jeruk keprok, jahe, kencur, cengkeh, kopi robusta,
panili, kelapa, kunyit, jati, kayu lain, ayam buras, itik, domba,
kambing, kelinci, sapi potong, lele, tawes, nila, karper, ikan lain. Nilai
PP positif yang dimiliki komoditas pertanian basis tersebut menunjukkan
bahwa komoditas pertanian basis tersebut pertumbuhannya cepat karena
adanya perubahan kebijakan yang menguntungkan komoditas pertanian
basis tersebut, sehingga komoditas tersebut mengalami kenaikan
produksi sebesar nilai PPnya. Komoditas sapi potong merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
komoditas yang mempunyai nilai PP terbesar di Kecamatan Jenawi,
yaitu Rp 20.733.555.840,11 (lihat Lampiran 9), yang artinya
komoditas sapi potong mengalami peningkatan nilai produksi sebesar
Rp 20.733.555.840,11. Upaya peningkatan produksi daging sapi seperti
peningkatan produksi pangan utama khususnya daging sapi melalui
intensifikasi dan rehabilitasi sarana dan prasarana, peningkatan
pengembangan teknologi spesifik lokal yang ramah lingkungan seperti
pemanfaatan limbah ternak menjadi pupuk bokashi yang pada
umumnya dilakukan oleh masyarakat Kecamatan Jenawi yang
beternak sapi potong. sangat mendukung dalam meningkatnya nilai
produksi daging sapi itu sendiri. Selain hal tersebut, harga daging sapi
yang tinggi serta banyaknya jumlah konsumen daging sapi
menyebabkan banyaknya masyarakat yang mulai mengusahakan usaha
ternak sapi potong dengan tujuan mencari keuntungan yang besar
sehingga nilai produksi daging sapi semakin meningkat. Kecamatan
Jenawi terkenal dengan daerah penghasil sayuraan dan buah-buahan
sehingga sebagian besar penduduk di Kecamatan Jenawi justru mencari
sumber makanan selain sayur dan buah-buahan karena bagi mereka
mengkonsumsi sayuran yang mereka hasilkan sendiri sangat
membosankan. Hal tersebut mendorong masyarakat di daerah ini
mencari sumber makanan lain seperti daging sapi. Banyaknya konsumen
akan meningkatkan para peternak sapi potong untuk meningkatkan
produksinya. Adanya peningkatan produksi akan memperngaruhi
peningkatan nilai produksi daging sapi sehingga laju pertumbuhannya
semakin cepat dibandingkan dengan komoditas lainnya.
Komoditas pertanian basis di Kecamatan Jenawi yang
mempunyai nilai negatif yaitu wortel dan kentang. Nilai negatif yang
dimiliki oleh komoditas pertanian basis tersebut menunjukkan
komoditas pertanian basis tersebut pertumbuhannya lambat karena
dirugikan oleh faktor-faktor eksternal yang bekerja secara nasional.
Wortel dan kentang masuing-masing memiliki nilai PP sebesar Rp -
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
259.648.349,15 dan Rp -111.265.808,56 (lihat lampiran 9) artinya
wortel dan kentang masing-masing dirugikan karena perubahan
keijakan pada suatu komoditas sehingga mengalami penurunan nilai
produksi sebesar Rp -259.648.349,15 dan Rp -111.265.808,56.
Kebijakan tersebut misalnya adalah kebijakan impor wortel dan
kentang yang memungkinkan wortel dan kentang asal luar negeri masuk
ke pasar domestik. Kebijakan ini menyebabkan penurunan produksi
wortel dan kentang karena konsumen dalam negeri lebih memilih
produk dari luar negeri karena bentuk buah lebih menarik. Selain itu,
harga tomat domestik yang tidak dapat bersaing dengan harga tomat luar
negri yang lebih murah, akan menyebabkan matinya produktivitas tomat
domestik.
2. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW) Komoditas
Pertanian Basis di Masing-masing Kecamatan di Kabupaten
Karanganyar
Komponen pertumbuhan pangsa wilayah (PPW) merupakan salah
satu komponen dalam analisis shift share yang dapat digunakan untuk
mengetahui daya saing komoditas pertanian di suatu wilayah dibandingkan
dengan komoditas pertanian yang sama di wilayah lain yang disebabkan
oleh adanya keuntungan lokasional yang dimiliki oleh suatu wilayah.
Menurut Tarigan (2005), Komponen pertumbuhan pangsa wilayah
diakibatkan oleh adanya sektor perekonomian tertentu yang tumbuh lebih
cepat atau lambat di suatu wilayah yang disebabkan oleh faktor-faktor
lokasional intern, sedangkan Tambunan (2001), menyatakan bahwa
pertumbuhan pangsa wilayah (differential shift) terjadi karena peningkatan
atau penurunan output suatu wilayah yang lebih cepat/lambat
dibandingkan wilayah-wilayah lain atau nasional yang ditentukan oleh
keunggulan komparatif, akses ke pasar input dan output, dukungan
kelembagaan, infrastruktur sosial dan ekonomi, dan kebijakan ekonomi
nasional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Komoditas pertanian di suatu wilayah yang mempunyai nilai PPW
positif menunjukan bahwa komoditas pertanian tersebut lebih tinggi daya
saingnya dibanding komoditas pertanian yang sama di wilayah lain karena
adanya keuntungan lokasional yang dimiliki wilayah tersebut. Sebaliknya,
komoditas pertanian yang mempunyai nilai PPW negatif menunjukan
bahwa komoditas pertanian tersebut tidak memiliki daya saing yang baik
karena faktor lokasi yang kurang menguntungkan di wilayah
pertumbuhannya. Komoditas pertanian basis yang mempunyai nilai PPW =
0, mempunyai pertumbuhan yang sama dengan wilayah lain, sehingga
tidak dapat dikatakan mampu atau tidak mampu bersaing. Hasil analisis
komponen pertumbuhan pangsa wilayah komoditas pertanian basis di tiap
kecamatan di Kabupaten Karanganyar dapat diketahui dari tabel di bawah
ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Tabel 21. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW) Komoditas Pertanian Basis di Masing-masing Kecamatan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2009-2010
Komoditas dengan PPW Positif
Komoditas dengan PPW Negatif
Komoditas dengan
PPW = 0 Kecamatan
Kacang Tanah, Durian, Rambutan, Jati, Mahoni, Ayam Buras, Itik, Kambing, Sapi Potong
Jagung, Ketela Pohon, Petai, Sawo, Pisang, Kencur, Cengkeh, Kelapa, Kapuk, Domba, Ikan Lain
Jatipuro
Ketela Pohon, Rambutan, Jahe, Cengkeh, Kelapa, Mahoni, Domba, Ikan Lain
Padi Sawah, Jagung, Bawang Putih, Kacang Panjang, Buncis, Nangka, Alpukat, Kopi Arabica, Kopi Robusta, Kapuk, Ayam Buras, Itik, Kambing, Sapi Potong
Jatiyoso
Kacang Tanah, Tebu, Mete, Kapuk
Jagung, Ketela Pohon, Pepaya, Sukun, Rambutan, Lada, Domba, Kambing
Jumapolo
Kacang Tanah, Petai, Jengkol, Belimbing, Durian, Jambu Biji, Sirsak, Sawo, Pepaya, Nanas, Mangga, Duku/Langsat, Kencur, Tebu, Mete, Jati, Ayam Ras Petelur
Ketela Pohon, Melinjo, Manggis, Ayam Pedaging
Jumantono
Padi Sawah, Ketela Rambat, Jengkol, Melinjo, Kacang Panjang, Buncis, Manggis, Belimbing, Durian, Jambu Biji, Sirsak, Alpukat, sawo, nanas, Salak, Sukun, Rambutan, Cengkeh, Kayu Lain, Kerbau, Ayam Buras, Itik, Domba, Sapi Potong, Lele
Cabe, Terong, Tomat, Sawi, Pepaya, Mangga, Duku/Langsat, Jeruk Keprok, Kencur, Kopi Robusta, Jati, Kambing, Kelinci, Gurami, Tawes, Nila, Ikan Lain
Matesih
Jagung, Ketela Pohon, Bawang Putih, Kentang, Durian, Cengkeh, Kuda, Kambing, Ayam Pedaging, Kelinci, Nila
Ketela Rambat, Bawang Merah, Cabe, Wortel, Kubis, Sawi, Buncis, Nangka, Alpukat, Pisang, Salak, Jeruk Keprok, Kayu Lain, Ayam Buras, Domba, Sapi Potong, Lele, Ikan Lain
Tawangmangu
Sumber: Diolah dan Diadopsi dari Lampiran 9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Lanjutan Tabel 21. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW) Komoditas Pertanian Basis di Masingmasing Kecamatan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2009-2010
Komoditas dengan PPW Positif
Komoditas dengan PPW Negatif
Komoditas dengan PPW 0 Kecamatan
Jagung, Ketela Rambat, Wortel, Tomat, Alpukat, Jeruk Keprok, Cengkeh, Kopi Robusta, Kelapa, Ayam Buras, Domba, Kambing, Puyuh, Sapi Potong, Lele, Karper
Padi Sawah, Ketela Pohon, Bawang Merah, Bawang Putih, Cabe, Kentang, Kubis, Sawi, Buncis, Durian, Jambu iji, Pepaya, Pisang, Mete, Jati, Kayu Lain, Itik, Kelinci, Gurami, Tawes, Nila, Ikan Lain
Ngargoyoso
Padi Sawah, Ketela Rambat, Terong, Buncis, Belimbing, Jambu Biji, Alpukat, Salak, Duku/Langsat, Kerbau, Ayam Buras, Domba, Sapi Potong, Karper
Cabe, Tomat, Nangka, Durian, Sukun, Rambutan, Jahe, Cengkeh, Ayam Ras Petelur, Itik, Kambing, Kelinci, Lele, Gurami, Tawes, Nila, Ikan Lain
Karangpandan
Padi sawah, Tebu, Jati Ayam Ras Petelur, Gurami, Tawes
Karanganyar
Melinjo, Belimbing, Jambu Biji, Pepaya, Pisang, Jati, Kayu Lain, Kerbau, Ayam Buras, Itik, Domba, Kelinci, Sapi Potong, Lele, Gurami
Padi Sawah, Tebu, Ayam Pedaging, Nila, Ikan Lain
Tasikmadu
Sawo, Itik, Sapi Potong Padi Sawah, Kayu Lain, Kerbau, Ayam Buras, Domba, Ayam Pedaging, Kelinci, Lele, Nila, Ikan Lain
Jaten
Kapuk, Kerbau, Gurami, Ikan Lain
Melinjo, Sirsak, Tebu, Tembakau, Jati, Kuda, Puyuh, Lele, Tawes, Nila
Colomadu
Padi Gogo, Ayam Pedaging, Lele
Kacang Tanah, Tebu, Mete, Kapuk, Ayam Ras Petelur, Sapi Potong
Gondangrejo
Mahoni, Tebu Padi Sawah, Melinjo, Lele, Gurami Kebakkramat Padi Sawah, Kancang Panjang, Kapuk, Kunyit, Mahoni, Kerbau, Itik, Gurami
Kedelai, Kacang Tanah, Sukun, Jahe, Tebu
Mojogedang
Sumber: Diolah dan Diadopsi dari Lampiran 9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Lanjutan Tabel 21. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW) Komoditas Pertanian Basis diMasing-masing Kecamatan di Kabupaten Karanganyar Tahun 2009-2010
Komoditas dengan PPW Positif
Komoditas dengan PPW Negatif
Komoditas dengan PPW = 0 Kecamatan
Padi Sawah, Cabe, Sawi, Manggis, Nangka, Sukun, Jeruk Keprok, Mahoni, Domba, Kelinci, Sapi Potong
Jagung, Ketela Pohon, Ketela Rambat, Kacang Tanah, Petai, Terong, Melinjo, Tomat, Kacang Panjang, Belimbing, Durian, Sirsak, Alpukat, Sawo, Pepaya, Rambutan, Jahe, Kencur, Cengkeh, Mete, Kunyit, Jati, Kayu Lain, Ayam Buras, Itik, Kambing, Lele, Gurami, Tawes, Nila, Karper, Ikan Lain
Kerjo
Bawang Merah, Bawang Putih, Petai, Cabe, Wortel, Melinjo, Kentang, Sawi, Kubis, Buncis, Nangka, Pisang, Salak, Sukun, Kencur, Kopi Robusta, Panili, Kelapa, Kayu Lain, Ayam Buras, Sapi Potong, Lele
Jagung, Ketela Pohon, Ketela Rambat, Kacang Panjang, Belimbing, Jambu Biji, Sirsak, Alpukat, Pepaya, Nanas, Rambutan, Jeruk Keprok, Jahe, Cengkeh, Kunyit, Jati, Itik, Domba, Kambing, Kelinci, Tawes, Nila, Karper, Ikan Lain
Jenawi
Sumber: Diolah dan Diadopsi dari Lampiran 9
Tabel 21 di atas menunjukkan bahwa tiap kecamatan mempunyai
daya saing untuk komoditas pertanian basis yang berbeda dengan
kecamatan yang lain. Hal ini dikarenakan setiap kecamatan mempunyai
keuntungan lokasional yang berbeda-beda. Pada umumnya tiap kecamatan
di Kabupaten Karanganyar mempunyai lebih dari satu komoditas pertanian
basis yang mempunyai daya saing yang baik. Untuk itu perlu dilakukan
perangkingan nilai PPW untuk menentukan urutan prioritas
pengembangannya di tiap kecamatan. Semakin besar nilai PPW yang
dimiliki oleh suatu komoditas maka semakin besar pula daya saingnya dan
sebaliknya semakin kecil nilai PPW suatu komoditas maka semakin kecil
pula daya saingnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
a. Kecamatan Jatipuro
Kecamatan Jatipuro mempunyai 20 komoditas pertanian basis
yang memiliki daya saing wilayah yang baik, yang ditunjukkan dengan
nilai PPW positif. Di sub sektor tanaman bahan makanan, komoditas
pertanian basis yang mempunyai daya saing wilayah yang baik adalah
kacang tanah, durian, rambutan. Kacang tanah merupakan komoditas
pertanian basis dari sektor tanaman bahan makanan yang mempunyai
nilai PPW tertinggi di bandingkan dengan komoditas pertanian dari
sektor tanaman bahan makanan lainnya. Nilai PPW komoditas kacang
tanah adalah sebesar Rp 6.458.928.661,72 (lihat Lampiran 9) yang
artinya komoditas kacang tanah mengalami kenaikan nilai produksi
sebesar Rp 6.458.928.661,72 karena keuntungan lokasional yang
dimiliki oleh kecamatan Jatipuro. Jenis tanah litosol dan ketinggian
tempat rata-rata di Kecamatan Jatipuro 770 mdpl sehingga cocok untuk
budidaya kacang tanah. Tanaman kacang tanah mampu tumbuh pada
segala tipe tanah, asal cukup mengandung bahan organik, kacang tanah
tumbuh baik pada tanah yang subur, gembur, pH tanah 6,5 – 7 dengan
tinggi tempat antara 50 - 800 mdpl.
Komoditas pertanian basis dari sub sektor kehutanan di
Kecamatan Jatipuro yang mempunyai daya saing wilayah yang baik
adalah jati dan mahoni. Di sub sektor tanaman kehutanan, komoditas
jati merupakan komoditas kehutanan yang mempunyai nilai PPW
tertinggi di Kecamatan Jatipuro. Hal ini dikarenakan Kecamatan
Jatipuro mempunyai topografi dan agroklimat yang sangat sesuai
untuk tanaman jati, dimana Kecamatan Jatipuro mempunyai ketinggian
770 mdpl dan tipe iklim C (menurut Oldeman serta Schmidt dan
Ferguson). Nilai PPW untuk komoditas jati di kecamatan ini adalah Rp
9.378.757,59 yang artinya komoditas jati mengalami kenaikan nilai
produksi sebesar Rp 9.378.757,59 karena keuntungan lokasional yang
dimiliki kecamatan ini. Kecamatan Jatipuro merupakan kecamatan
dengan daerah perbukitan dan pegunungan dengan jenis tanah podsolik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
merah kuning (ultisol) yang rentan terhadap erosi, sehingga di daerah
ini dikembangkan tanaman kehutanan seperti mahoni untuk
mengurangi bahaya erosi.
Komoditas pertanian basis dari sub sektor peternakan yang
memiliki daya saing wilayah yang baik di Kecamatan Jatipuro adalah
itik, kambing dan sapi potong. Nilai PPW komoditas sub sektor
peternakan yang tertinggi yaitu sapi potong, sebesar Rp
12.208.565.659,05 (lihat Lampiran 9), yang artinya karena keuntungan
lokasional yang dimiliki kecamatan ini, komoditas sapi potong
mengalami kenaikan nilai produksi sebesar Rp 12.208.565.659,05
Kecamatan Jatipuro merupakan kawasan pengembangan agribisnis
peternakan sapi potong karena kondisi daerahnya yang jauh dari
kebisingan. Sapi potong merupakan jenis sapi yang membutuhkan
persyaratan lokasi khusus yang jauh dari kebisingan agar tidak
menyebabkan sapi ini stres. Apabila ayam ini mengalami stres maka
akan banyak sapi yang kurus dan mati.
Komoditas pertanian basis di Kecamatan Jatipuro yang
mempunyai nilai PPW negatif sehingga tergolong komoditas yang
tidak dapat bersaing dengan baik jika dibandingkan dengan komoditas
pertanian yang sama di wilayah kecamatan lainnya yaitu: jagung,
ketela pohon, petai, sawo, pisang (dari sub sektor tabama); kencur,
cengkeh, kelapa dan kapuk (dari sub sektor perkebunan); domba (dari
sub sektor peternakan), serta ikan lain (dari sub sektor perikanan).
Komoditas yang mempunyai nilai PPW terendah adalah jagung.
Populasi jagung di kecamatan ini mengalami penurunan yang sangat
drastis dari tahun 2009 ke 2010, yaitu dari 10.641 ton menjadi 7.547
ton.
b. Kecamatan Jatiyoso
Berdasarkan Tabel 21 dapat diketahui bahwa Kecamatan
Jatiyoso memiliki 22 komoditas pertanian basis yang mempunyai daya
saing yang baik yang ditunjukan dengan nilai PPW positif. Komoditas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
yang mempunyai nilai PPW terbesar di kecamatan ini adalah jahe.
Komoditas jahe mempunyai nilai PPW sebesar Rp 35.509.277.200,29
(lihat Lampiran 10), yang artinya komoditas jahe mengalami
peningkatan nilai produksi sebesar Rp 35.509.277.200,29 karena
keuntungan lokasional yang dimiliki oleh kecamatan ini. Di
Kecamatan Jatiyoso ini terdapat jenis tanah litosol coklat merah yang
potensial untuk pengembangan jahe. Kecamatan Jatiyoso ini
mempunyai jumlah populasi jahe terbesar dibandingkan dengan
kecamatan yang lain di Kabupaten Karanganyar. Populasi jahe di
kecamatan ini yaitu 86.660 kg pada tahun 2009 meningkat menjadi
615.300 kg pada tahun 2010.
Komoditas pertanian basis lainnya yang mempunyai daya saing
yang baik yaitu: a) dari sub sektor tanaman bahan makanan: ketela
pohon dan rambutan; b) dari sub sektor tanaman perkebunan: kelapa
dan cengkeh; c) dari sub sektor peternakan: domba; d) dari sub sektor
perikanan: ikan lain.
Komoditas pertanian basis di Kecamatan Jatiyoso yang tidak dapat
bersaing dengan baik jika dibandingkan dengan komoditas pertanian
yang sama wilayah kecamatan lainnya yaitu: a) dari sub sektor tabama:
padi sawah, jagung, bawang putih, kacang panjang, buncis, nangka,
alpukat; b) dari sub sektor tanaman perkebunan: kopi arabica, kopi
robusta, kapuk; c) dari sub sektor peternakan: ayam buras, itik,
kambing dan sapi potong. Komoditas kehutanan di kecamatan ini tidak
mempunyai daya saing yang baik karena mulai tahun 2008 terjadi
penggundulan hutan dan penebangan liar hutan produksi sehingga
mengakibatkan kerusakan hutan di kecamatan ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
c. Kecamatan Jumapolo
Kecamatan Jumapolo mempunyai 4 komoditas pertanian basis
yang berdaya saing baik, yang ditunjukkan dengan nilai PPW positif.
Komoditas yang mempunyai nilai PPW terbesar adalah kacang tanah
yaitu Rp 4.240.999.130,98 (lihat Lampiran 9) yang artinya komoditas
kacang tanah mengalami peningkatan nilai produksi sebesar Rp
4.240.999.130,98 karena keuntungan lokasional yang dimiliki
Kecamatan Jumapolo. Kecamatan ini mempunyai jenis tanah latosol
dan ketinggian tempat rata-rata di Kecamatan Jumapolo 770 mdpl
sehingga cocok untuk budidaya kacang tanah. Tanaman kacang tanah
mampu tumbuh pada segala tipe tanah, asal cukup mengandung bahan
organik, kacang tanah tumbuh baik pada tanah yang subur, gembur, pH
tanah 6,5 – 7 dengan tinggi tempat antara 50 - 800 mdpl. Produksi
kacang tanah di Kecamatan Jumapolo yaitu 1.470 ton (atau senilai Rp
20.365.380.000,00) pada tahun 2009, dan mengalami peningkatan
yang drastis pada tahun 2010 menjadi 2.787 ton (atau senilai Rp
40.411.500.000,00). Komoditas pertanian basis lainnya yang
mempunyai daya saing yang baik yaitu dari sub sektor tanaman
perkebunan: tebu, kapuk dan mete.
Komoditas pertanian basis di Kecamatan Jumapolo yang tidak dapat
bersaing dengan baik jika dibandingkan dengan komoditas pertanian
yang sama di wilayah kecamatan lain, yaitu: a) dari sub sektor tabama:
jagung, ketela pohon, pepaya, sukun, dan rambutan; b) dari sub sektor
tanaman perkebunan: lada; c) dari sub sektor peternakan: domba dan
kambing.
d. Kecamatan Jumantono
Kecamatan Jumapolo mempunyai 16 komoditas pertanian basis
yang berdaya saing baik, yang ditunjukkan dengan nilai PPW positif.
Komoditas tersebut adalah petai, jengkol, belimbing, durian, jambu
biji, sirsak, sawo, pepaya, nanas, mangga, duku/langsat, kencur, tebu,
mete, jati, ayam ras petelur. Komoditas yang mempunyai nilai PPW
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
terbesar adalah kacang tanah, yaitu sebesar Rp 22.667.293.964,29
(lihat Lampiran 9) yang artinya komoditas kacang tanah mengalami
peningkatan nilai produksi sebesar Rp 22.667.293.964,29 karena
keuntungan lokasional yang dimiliki Kecamatan Jumantono.
Kecamatan ini mempunyai jenis tanah litosol coklat merah dan
ketinggian tempat rata-rata di Kecamatan Jumantono 450 mdpl
sehingga cocok untuk budidaya kacang tanah. Tanaman kacang tanah
mampu tumbuh pada segala tipe tanah, asal cukup mengandung bahan
organik, kacang tanah tumbuh baik pada tanah yang subur, gembur, pH
tanah 6,5 – 7 dengan tinggi tempat antara 50 - 800 mdpl. Kecamatan
Jumantono merupakan kecamatan dengan produksi kacang tanah
terbesar di Kabupaten Karanganyar pada tahun 2010. Produksi kacang
tanah pada tahun 2009 yaitu di 1.004 ton atau senilai Rp
13.909.416.000,00 dan produksi pada tahun 2010 yaitu 3.267 ton atau
senilai Rp 47.371.500.000,00 (lampiran 2,3,4 dan 5).
Komoditas pertanian basis di Kecamatan Jumantono yang tidak
mempunyai daya saing yang baik adalah ketela pohon, melinjo,
manggis, ayam pedaging. Nilai PPW negatif menunjukkan besarnya
penurunan nilai produksi yang dialami oleh komoditas tersebut yang
disebabkan oleh faktor internal atau lokasional Kecamatan Jumantono.
e. Kecamatan Matesih
Kecamatan Matesih mempunyai 25 komoditas pertanian basis
yang berdaya saing baik, yang ditunjukkan dengan nilai PPW positif.
Komoditas yang termasuk dalam kelompok ini adalah padi sawah,
ketela rambat, jengkol, melinjo, kacang panjang, buncis, manggis,
belimbing, durian, jambu biji, sirsak, alpukat, sawo, nanas, salak,
sukun, rambutan, cengkeh, kayu lain, kerbau, ayam buras, itik, domba,
sapi potong, lele. Komoditas pertanian basis yang mempunyai nilai
PPW terbesar yaitu padi sawah. Nilai PPW padi sawah yaitu Rp
18.171.720.339.38 yang artinya karena keuntungan lokasional yang
dimiliki Kecamatan Matesih, yaitu 48,43% (10272,02 Ha) dari luas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
wilayah total kecamatan ini (2.626,63 Ha) merupakan area persawahan
serta adanya kondisi ketinggian tanah rata-rata 450 mdpl maka
komoditas padi sawah di kecamatan ini dapat tumbuh subur sehingga
mengalami peningkatan produksi yaitu sebesar Rp 18.171.720.339.38.
Produksi padi sawah pada tahun sebelumnya (2009) yaitu 13.431 ton
sedangkan pada tahun 2010 yaitu 16.704 ton.
Komoditas pertanian basis di Kecamatan Matesih yang tidak
dapat bersaing dengan baik jika dibandingkan dengan komoditas
pertanian yang sama wilayah kecamatan lainnya yang ditunjukkan
dengan nilai PPW negatif adalah cabe, terong, tomat, sawi, pepaya,
mangga, duku/langsat, jeruk keprok, kencur, kopi robusta, jati,
kambing, kelinci, gurami, tawes, nila, ikan lain. Komoditas tersebut
akan mengalami penurunan nilai produksi karena pengaruh faktor
lokasional kecamatan ini.
f. Kecamatan Tawangmangu
Kecamatan Tawangmangu mempunyai 11 dari 29 komoditas
pertanian basis yang mempunyai nilai PPW positif, komoditas tersebut
adalah jagung, ketela pohon, bawang putih, kentang, durian, cengkeh,
kuda, kambing, ayam pedaging, kelinci, nila. Nilai positif yang
dimiliki komoditas pertanian basis tersebut menunjukkan bahwa
Kecamatan Tawangmangu mempunyai keunggulan kompetitif dalam
menghasilkan komoditas pertanian basis tersebut jika dibandingkan
dengan kecamatan lain di Kabupaten Karanganyar.
Komoditas pertanian basis yang mempunyai nilai PPW positif
sebagian besar berasal dari komoditas pertanian basis dari sub sektor
tanaman bahan makanan dari kelompok palawija (jagung dan ketela
pohon), hortikultura (bawang putih, durian dan kentang), perkebunan
(cengkeh), peternakan (kuda, kambing, ayam pedaging) dan perikanan
(nila). Hal ini dikarenakan daerah Tawangmangu merupakan daerah
perbukitan kaki Gunung Lawu yang subur dengan jenis tanah litosol
andosol, sehingga cocok untuk pengembangan pertanian terutama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
tanaman bahan makanan dari kelompok palawija dan sayuran. Selain
itu kecamatan ini memiliki fasilitas pasar yang penggunanya bukan
hanya masyarakat Tawangmangu sendiri tetapi juga masyarakat dari
luar kecamatan maupun kabupaten, sehingga dengan keberadaan pasar
ini sangat membantu pemasaran komoditas pertanian yang dihasilkan
Kecamatan Tawangmangu. Komoditas pertanian basis yang memiliki
nilai PPW terbesar juga berasal dari sub sektor tanaman bahan
makanan yaitu komoditas jagung, dengan nilai PPW Rp
7.303.137.501,52 (lihat Lampiran 9), yang artinya komoditas jagung
mengalami peningkatan nilai produksi sebesar Rp 7.303.137.501,52
karena keuntungan lokasional yang dimiliki oleh Kecamatan
Tawangmangu.
Komoditas pertanian basis di Kecamatan Tawangmangu yang
tidak dapat bersaing dengan baik jika dibandingkan dengan komoditas
pertanian yang sama wilayah kecamatan lainnya yang ditunjukkan
dengan nilai PPW negatif, yaitu a) ketela rambat, bawang merah, cabe,
wortel, kubis, sawi, buncis, nangka, alpukat, pisang, salak, jeruk
keprok dari sub sektor tabama; b) kayu lain dari sub sektor tanaman
perkebunan; c) kayu lain dari sub sektor kehutanan; d) ayam buras,
domba, sapi potong dari sub sektor peternakan; e) lele, ikan lain dari
sub sektor perikanan. Nilai PPW negatif menunjukkan besarnya
penurunan nilai produksi yang dialami oleh komoditas tersebut yang
disebabkan oleh faktor internal atau lokasional Kecamatan
Tawangmangu.
g. Kecamatan Ngargoyoso
Kecamatan Ngargoyoso mempunyai 16 dari 38 komoditas
pertanian basis yang berdaya saing baik yang ditunjukkan dengan nilai
PPW positif, komoditas tersebut adalah jagung, ketela rambat, wortel,
tomat, alpukat, jeruk keprok, cengkeh, kopi robusta, kelapa, ayam
buras, domba, kambing, puyuh, sapi potong, lele, karper, sehingga bisa
dikatakan bahwa kecamatan ngargoyoso mempunyai keunggulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
kompetitif dalam menghasilkan komoditas-komoditas tersebut.
Komoditas yang mempunyai nilai PPW terbesar adalah jagung dengan
nilai PPW Rp 8.222.110.535,81 (lihat Lampiran 9), yang artinya
komoditas jagung mengalami kenaikan nilai produksi sebesar Rp
8.222.110.535,81 karena keuntungan lokasional yang dimiliki oleh
Kecamatan Ngargoyoso. Kecamatan Ngargoyoso memiliki daerah
perbukitan dengan lahan kering yang luas yaitu 89,44% (5.843,64 Ha)
dari luas wilayah kecamatan ini (6.533,94 Ha) merupakan lahan kering
dengan jenis tanah andosol dan litosol sehingga potensial untuk
pengembangan jagung. Produksi jagung di Kecamatan Ngargoyoso
yaitu 1.089 ton pada tahun 2009 dan meningkat pada tahun 2010
menjadi 3.367 ton.
Komoditas pertanian basis di Kecamatan Ngargoyoso yang tidak
dapat bersaing dengan baik jika dibandingkan dengan komoditas
pertanian yang sama wilayah kecamatan lainnya yang ditunjukkan
dengan nilai PPW negatif, yaitu padi sawah, ketela pohon, bawang
merah, bawang putih, cabe, kentang, kunis, sawi, buncis, durian, jambu
iji, pepaya, pisang, mete, jati, kayu lain, itik, kelinci, gurami, tawes,
nila, ikan lain. nilai ppw negatif menunjukkan besarnya penurunan
nilai produksi yang dialami oleh komoditas tersebut yang disebabkan
oleh faktor internal atau lokasional Kecamatan Ngargoyoso..
h. Kecamatan Karangpandan
Kecamatan Karangpandan mempunyai 14 komoditas pertanian
basis yang mempunyai nilai PPW positif, komoditas tersebut adalah
padi sawah, ketela rambat, terong, buncis, belimbing, jambu biji,
alpukat, salak, duku/langsat, kerbau, ayam buras, domba, sapi potong,
karper. Nilai PPW yang positif yang dimiliki oleh komoditas tersebut
menunjukkan bahwa komoditas tersebut mempunyai daya saing yang
baik jika dibandingkan dengan komoditas yang sama di wilayah
kecamatan lain atau dapat dikatakan bahwa Kecamatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Karangpandanmempunyai keunggulan kompetitif untuk komoditas
tersebut apabila dibandingkan dengan wilayah kecamatan lainnya.
Komoditas pertanian basis yang mempunyai nilai PPW terbesar
adalah padi sawah dengan nilai PPW sebesar Rp 31.417.088.796,63
(lihat Lampiran 9), yang artinya padi sawah di Kecamatan
Karangpandan mengalami kenaikan nilai produksi sebesar nilai
PPWnya karena keuntungan lokasional yang dimiliki oleh Kecamatan
Karangpandan. Kecamatan Karangpandan mempunyai lahan sawah
yang luas, yaitu 3.797 Ha yang ditunjang dengan sarana irigasi yang
memadai sehingga lahan sawah di daerah ini bisa diusahakan secara
intensif dengan frekuensi pengusahaan rata-rata 2 kali dalam satu
tahun. Produksi padi sawah di kecamatan ini, yaitu 16.906 ton pada
tahun 2009 dan pada tahun 2010 mengalami peningkatan yang
signifikan menjadi 22.782 ton.
Komoditas pertanian basis di Kecamatan Karangpandan yang
tidak dapat bersaing dengan baik jika dibandingkan dengan komoditas
pertanian yang sama wilayah kecamatan lainnya yang ditunjukkan
dengan nilai PPW negatif, yaitu cabe, tomat, nangka, durian, sukun,
rambutan, jahe, cengkeh, ayam ras petelur, itik, kambing, kelinci, lele,
gurami, tawes, nila, ikan lain. Nilai PPW negatif menunjukkan
besarnya penurunan nilai produksi yang dialami oleh komoditas
tersebut..
i. Kecamatan Karanganyar
Kecamatan Karanganyar mempunyai 3 komoditas pertanian
basis yang berdaya saing baik yang ditunjukkan dengan nilai PPW
positif. Komoditas pertanian tersebut, yaitu padi sawah, tebu dan jati.
Komoditas padi sawah merupakan komoditas yang mempunyai nilai
PPW terbesar, yaitu Rp 5.502.822.232,49 (lihat Lampiran 9) yang
artinya padi sawah di Kecamatan Karanganyar akan mengalami
kenaikan nilai produksi sebesar nilai PPWnya karena keuntungan
lokasional yang dimiliki oleh Kecamatan Karanganyar tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Kecamatan Karanganyar mempunyai lahan sawah yang luas, yaitu
22.782 Ha yang ditunjang dengan sarana irigasi yang memadai
sehingga lahan sawah di daerah ini bisa diusahakan secara intensif
dengan frekuensi pengusahaan rata-rata 2-3 kali dalam satu tahun.
Produksi padi sawah di kecamatan ini, yaitu 24.529 ton pada tahun
2009 dan pada tahun 2010 mengalami peningkatan yang sedikit
menjadi 24.816 ton.
Komoditas pertanian basis di Kecamatan Karanganyar yang
tidak dapat bersaing dengan baik jika dibandingkan dengan komoditas
pertanian yang sama wilayah kecamatan lainnya yang ditunjukkan
dengan nilai PPW negatif adalah ayam ras petelur, gurami, tawes.
Komoditas buah-buahan di daerah ini pada umumnya tidak
berdaya saing baik karena komoditas tersebut pada umunya ditanam di
pekarangan tanpa pemeliharaan yang baik/intensif. Hal ini disebabkan
masyarakat di kecamatan ini menanam komoditas buah-buahan
tersebut tanpa tujuan ekonomis secara khusus. Komoditas tersebut
mereka tanam untuk memenuhi kebutuhan keluarga sendiri, namun
jika produksinya banyak mereka jual untuk menambah pendapatan
keluarga.
Komoditas sub sektor peternakan seperti ayam as petelur tidak
berdaya saing baik baik karena masyarakat di kecamatan bukan
merupakan peternak tetapi hanya sebagai pemelihara ternak ayam ras
petelur dan jumlah tenak yang dimiliki hanya beberapa (sedikit).
Komoditas perikanan khususnya gurami dan tawes tidak memiliki
daya yang baik (nilai PPWnya negatif) karena untuk mengembangkan
atau meningkatkan produksi perikanan membutuhkan modal yang
besar sedangkan modal yang dimiliki oleh petani terbatas dan untuk
mendapatkan pinjaman juga sulit.
j. Kecamatan Tasikmadu
Berdasarkan Tabel 19 dapat dilihat bahwa Kecamatan
Tasikmadu mempunyai 15 komoditas pertanian basis yang berdaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
saing baik (yang ditunjukkan dengan nilai PPW positif). Komoditas
yang termasuk dalam kelompok ini adalah melinjo, belimbing, jambu
biji, pepaya, pisang, jati, kayu lain, kerbau, ayam buras, itik, domba,
kelinci, sapi potong, lele, gurami. Komoditas pertanian basis yang
mempunyai nilai PPW terbesar adalah komoditas sapi potong. Nilai
PPW untuk komoditas sapi potong adalah Rp 9.825.726.253,74 (lihat
Lampiran 10) yang artinya komoditas sapi potong mengalami kenaikan
nilai produksi sebesar Rp 9.825.726.253,74 karena keuntungan
lokasional yang dimiliki kecamatan ini. Kecamatan Tasikmadu
memiliki ketinggian rata-rata 140 mdpl sehingga mempunyai suhu
yang sedang sehingga cocok untuk mendukung kehidupan sapi di
kecamatan ini. Disamping hal tersebut banyaknya lahan kering di
Kecamatan Tasikmadu ini di manfaatkan oleh masyarakat sekitar
untuk bertanam tanaman rumput alng-alang untuk pakan ternak sapi.
Komoditas pertanian basis di Kecamatan Tasikmadu yang tidak
dapat bersaing dengan baik jika dibandingkan dengan komoditas
pertanian yang sama wilayah kecamatan lainnya yang ditunjukkan
dengan nilai PPW negatif adalah: padi sawah, tebu, ayam pedaging,
nila, ikan lain.
k. Kecamatan Jaten
Kecamatan Jaten mempunyai 3 komoditas pertanian basis yang
mempunyai daya saing baik. Komuditi tersebut adalah sawo, itik, sapi
potong. Komoditas sapi potong merupakan komoditas pertanian basis
yang mempunyai nilai PPW terbesar di Kecamatan Jaten. Nilai PPW
komoditas sapi potong di kecamatan ini adalah Rp 650.284.638,90
yang artinya karena keuntungan lokasional yang dimiliki kecamatan
ini, komoditas sapi potong mengalami peningkatan nilai produksi
sebesar Rp 650.284.638,90. Kecamatan ini kurang memiliki
lahan pertanian yang luas. Banyaknya pergeseran fungsi lahan petanian
yang dijadikan sebagai pemukiman dan bangunan pabrik industri
semakin menutup usaha pertanian di kecamatan ini. Kecamatan Jaten
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
merupakan kecamatan di Kabupaten Karanganyar yang dijadikan
sebagai kawasan industri. Adanya kawasan industri yang terdapat di
daerah ini mengakibatkan kurang suburnya tanah di Kecamatan Jaten
ini karena pengaruh suhu dan limbah dari industri. Oelh karena itu, di
daerah ini jarang dibudidayakan usaha pertanian melainkan usaha
peternakan sehingga banyak masyarakat Kecamatan Jaten yang
mengusahakan ternak sapi potong yang dinilai memiliki keuntungan
ekonomis yang lebih tinggi daripada ternak lainnya dilihat dari harga
jual hasil produksinya.
Komoditas pertanaian basis di Kecamatan Jaten yang tidak
mempunyai daya saing yang baik jika dibandingkan dengan komoditas
pertanian yang sama di kecamatan lain yaitu padi sawah, kayu lain,
kerbau, ayam buras, domba, ayam pedaging, kelinci, lele, nila, ikan
lain. Nilai PPW negatif menunjukkan besarnya penurunan nilai
produksi yang dialami oleh komoditas tersebut karena faktor internal
atau faktor lokasional Kecamatan Jaten.
l. Kecamatan Colomadu
Kecamatan Colomadu mempunyai 4 komoditas pertanian basis
yang berdaya saing baik yang ditunjukkan dengan nilai PPW positif.
Komoditas pertanian tersebut, yaitu kapuk, kerbau, gurame, dan ikan
lain. Komoditas gurami merupakan komoditas yang mempunyai nilai
PPW terbesar, yaitu Rp 266.840.747,53 (lihat Lampiran 9) yang
artinya gurami di Kecamatan Colomadu akan mengalami kenaikan
nilai produksi sebesar nilai PPWnya karena keuntungan lokasional
yang dimiliki oleh Kecamatan Colomadu tersebut, yaitu daerah yang
memiliki ketinggian rata-rata sebesar 140 mdpl yang merupakan
daerah rendah sangat cocok digunakan untuk usaha perikanan gurami.
Komoditas pertanian basis di Kecamatan Karanganyar yang
tidak dapat bersaing dengan baik jika dibandingkan dengan komoditas
pertanian yang sama wilayah kecamatan lainnya yang ditunjukkan
dengan nilai PPW negatif adalah melinjo, sirsak, tebu, tembakau, jati,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
kuda, puyuh, tawes, nila. Komoditas buah-buahan di daerah ini pada
umumnya tidak berdaya saing baik karena komoditas tersebut pada
umunya ditanam di pekarangan tanpa pemeliharaan yang baik/intensif.
Hal ini disebabkan masyarakat di kecamatan ini menanam komoditas
buah-buahan tersebut tanpa tujuan ekonomis secara khusus. Komoditas
tersebut mereka tanam untuk memenuhi kebutuhan keluarga sendiri,
namun jika produksinya banyak mereka jual untuk menambah
pendapatan keluarga.
m. Kecamatan Gondangrejo
Padi gogo, ayam pedaging, lele merupakan komoditas pertanian
basis di Kecamatan Gondangrejo yang mempunyai daya saing yang
baik, yang ditunjukkan dengan nilai PPW positif. Nilai PPW terbesar
adalah dari komoditas padi gogo. Nilai PPW tersebut menunjukkan
besarnya peningkatan nilai produksi yang dialami komoditas tersebut
karena keuntungan lokasional yang dimiliki oleh Kecamatan
Gondangrejo.
Kecamatan Gondangrejo mempunyai keunggulan kompetitif
dalam menghasilkan padi gogo. Hal ini ditunjukkan dengan nilai PPW
padi gogo yang positif, yaitu Rp 11.408.937.485,69 (lihat Lampiran 9).
Kecamatan Gondangrejo juga mempunyai daerah perbukitan dengan
lahan kering yang luas sehingga cocok untuk pengembangan padi
gogo. Kecamatan Gondangrejo merupakan kecamatan dengan luas
lahan padi gogo terbesar dibandingkan dengan kecamatan lain di
Kabupaten Karanganyar, sehingga produksi padi gogo di kecamatan
ini juga menduduki peringkat pertama di Kabupaten Karanganyar,
yaitu 1.655 ton pada tahun 2009 dan 3.195 ton pada tahun 2010.
Kecamatan Gondangrejo juga merupakan kecamatan dengan jumlah
populasi ayam pedaging terbesar di Kabupaten Karanganyar, yaitu
504.400 ekor, sehingga kecamatan ini mampu menghasilkan ayam
pedaging dengan jumlah terbesar di Kabupaten Karanganyar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
Komoditas pertanian basis di Kecamatan Gondangrejo yang
tidak dapat bersaing dengan baik jika dibandingkan dengan komoditas
pertanian yang sama wilayah kecamatan lainnya yang ditunjukkan
dengan nilai PPW negatif adalah kacang tanah, tebu, mete, kapuk,
ayam ras dan sapi potong. Komoditas buah-buahan di daerah ini pada
umumnya tidak berdaya saing baik karena komoditas tersebut pada
umunya ditanam di pekarangan tanpa pemeliharaan yang baik/intensif.
Hal ini disebabkan masyarakat di kecamatan ini menanam komoditas
buah-buahan tersebut tanpa tujuan ekonomis secara khusus. Komoditas
tersebut mereka tanam untuk memenuhi kebutuhan keluarga sendiri,
namun jika produksinya banyak mereka jual untuk menambah
pendapatan keluarga.
n. Kecamatan Kebakkramat
Kecamatan Kebakkramat mempunyai 2 komoditas pertanian
basis yang berdaya saing baik, yang ditunjukkan dengan nilai PPW
positif. Komoditas tersebut adalah tebu dan mahoni. Nilai PPW positif
yang dimiliki oleh komoditas tersebut menunjukkan bahwa Kecamatan
Kebakkramat mempunyai keunggulan kompetitif untuk komoditas
pertanian tersebut apabila dibandingkan dengan wilayah kecamatan
lainnya. Tebu dan maahoni memiliki nilai PPW sebesar Rp
77.047.600,78 dan Rp 361.153,91. Nilai PPW tersebut menunjukkan
bahwa karena keuntungan lokasional yang dimiliki oleh Kecamatan
Kebakkramat maka komoditas tebu dan mahoni mengalami kenaikan
nilai produksi sebesar Rp 77.047.600,78 dan Rp 361.153. Kecamatan
ini memiliki ketinggian tempat rata-rata 95 mdpl dengan jenis tanah
aluvial. Ketinggian tempat yang tergolong rendah ini menyebabkan
keadaan udara di Kecamatan Kebakkramat tidak terlalu dingin atau
bersuhu panas. Hak ini berpengaruh terhadap jenis tanaman yang dapat
bertahan di daerah ini. Selain hal tersebut, sepertiga (1.542,80 Ha) dari
luas wilayah kecamatan ini (3.645,63 Ha) merupakan lahan kering
dimana dupertiga wilayah sisanya (2.102,19 Ha) banyak digunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
untuk pemukiman dan industri sehingga hanya lahan kering yang dapat
digunakan untuk usaha pertanian. Tanaman tebu dan mahoni mampu
bertahan dalam lahan kering dan suhu yang panas. Sedangkan tanaman
jenis lain seperti sayuran dan buah tidak mampu bertahan lama untuk
dibudidayakan di daerah ini.
Padi sawah, melinjo, tebu, lele, gurami merupakan komoditas
pertanian basis di Kecamatan Kebakkramat yang tidak mempunyai
daya saing yang baik, yang ditunjukkan dengan nilai PPW negatif.
Nilai PPW untuk masing-masing komoditas pertanian tersebut adalah
Rp -19.146.011.047,31; Rp -3.230.370.240,86; Rp -587.601.777,14;
Rp 572.737.409,39 (lihat Lampiran 10). Nilai PPW tersebut
menunjukkan besarnya penurunan nilai produksi yang dialami oleh
komoditas tersebut.
o. Kecamatan Mojogedang
Kecamatan Mojogedang mempunyai 8 komoditas pertanian
basis yang mempunyai daya saing wilayah yang baik yang ditunjukkan
dengan nilai PPW positif. Komoditas pertanian basis yang mempunyai
nilai PPW terbesar adalah padi sawah, yaitu Rp 1.897.225.137,98
(lihat Lampiran 9). Nilai PPW tersebut menunjukkan besarnya
peningkatan nilai produksi yang dialami oleh komoditas padi sawah
karena keuntungan lokasional yang dimiliki oleh Kecamatan
Mojogedang. Kecamatan Mojogedang memiliki jenis tanah litosol dan
ketinggian tempat rata-rata 403 mdpl sehingga bagus untuk
pertumbuhan padi sawah. Kecamatan Mojogedang memiliki luas
sawah sebesar 4.863 ha untuk pengembangan padi sawah. Komoditas
pertanian basis lain yang mempunyai daya saing yang baik adalah
kacang panjang, kapuk, kunyit, mahoni, kerbau, itik dan gurami.
Nilai PPW untuk masing-masing komoditas tersebut adalah Rp
131.481.155,67; Rp 2.934,44; Rp 4.114.763.676,62; Rp 2.385.671,59;
Rp 725.490.000,00; Rp 10.277.450,70 dan 1.079.137.085,99 (lihat
Lampiran 9).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Kedelai, kacang tanah, sukun, jahe dan tebu merupakan
komoditas pertanian basis yang mempunyai nilai PPW negatif. Nilai
PPW untuk masing-masing komoditas tersebut adalah Rp -
799.802.107,73; Rp -9.276.224.364,04; Rp -33.551.020,41; Rp –
20.914.984.374,63 dan Rp -107.596.512,62 (lihat Lampiran 9). Nilai
PPW yang negatif tersebut menunjukkan bahwa komoditas tersebut
tidak mempunyai daya saing yang baik jika dibandingkan dengan
komoditas pertanian yang sama di kecamatan lain dan komoditas
pertanian tersebut mengalami penurunan nilai produksi sebesar nilai
PPWnya.
p. Kecamatan Kerjo
Kecamatan Kerjo mempunyai 11 komoditas pertanian basis
yang mempunyai nilai PPW positif dan 32 komoditas pertanian basis
yang mempunyai nilai PPW negatif. Komoditas yang mempunyai nilai
PPW terbesar adalah padi sawah, yaitu Rp 6.315.665.882,39 (lihat
Lampiran 9). Nilai PPW padi sawah positif berarti bahwa padi sawah
mempunyai daya saing yang baik jika dibandingkan dengan padi
sawah wilayah kecamatan lainnya atau dapat dikatakan bahwa
Kecamatan Kerjo mempunyai keunggulan kompetitif untuk padi
sawah apabila dibandingkan dengan wilayah kecamatan lainnya. Nilai
PPW padi sawah sebesar Rp 6.315.665.882,39 menunjukkan bahwa
padi sawah mengalami kenaikan nilai produksi sebesar Rp
6.315.665.882,39. Komoditas pertanian basis lain yang mempunyai
daya saing yang baik yaitu cabe, sawi, manggis, nangka, sukun, jeruk
keprok, mahoni, domba, kelinci dan sapi potong.
Kecamatan Kerjo merupakan salah satu kecamatan di
Kabupaten Karanganyar yang terletak di daerah perbukitan dengan
ketinggian tempat rata-rata 450 mdpl dan memiliki tanah dengan jenis
litosol coklat. Kecamatan ini memiliki luas wilayah total sebesar
4.682,27 Ha dimana 78,88% dari luas wilayah kecamatan ini
merupakan lahan kering. Namiun karena letak dari kecamatan ini pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
daerah perbukitan maka daerah ini sangat cocok ditanami berbagai
jenis komoditas pertanian serta budidaya ternak.
Komoditas pertanian basis di Kecamatan Kerjo yang mempunyai
nilai PPW negatif adalah jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang
tanah, petai, terong, melinjo, tomat, kacang panjang, belimbing,
durian, sirsak, alpukat, sawo, pepaya, rambutan, jahe, kencur, cengkeh,
mete, kunyit, jati, kayu lain, ayam buras, itik, kambing, lele, gurami,
tawes, nila, karper, ikan lain. Nilai PPW negatif yang dimiliki oleh
komoditas tersebut menunjukkan bahwa komoditas tersebut tidak
mempunyai daya saing yang baik apabila dibandingkan dengan
komoditas pertanian yang sama di wilayah kecamatan lain, dan
komoditas tersebut mengalami penurunan nilai produksi sebesar nilai
PPWnya karena faktor lokasional yang dimiliki oleh Kecamatan Kerjo.
q. Kecamatan Jenawi
Kecamatan Jenawi mempunyai 22 komoditas pertanian basis
yang mempunyai nilai PPW positif dan 24 komoditas pertanian basis
yang mempunyai nilai PPW negatif. Komoditas yang mempunyai nilai
PPW positif tersebut adalah: bawang merah, bawang putih, petai, cabe,
wortel, melinjo, kentang, kubis, buncis, nangka, pisang, salak, sukun,
kencur, kopi robusta, panili, kelapa, kayu lain, ayam buras, sapi
potong, lele. Nilai PPW positif yang dimiliki komoditas tersebut
menunjukan bahwa komoditas tersebut mempunyai daya saing yang
baik jika dibandingkan dengan komoditas yang sama di wilayah
kecamatan lain dan komoditas tersebut sehingga mengalami
peningkatan nilai produksi sebesar nilai PPWnya karena keuntungan
lokasional yang dimiliki oleh Kecamatan Jenawi. Komoditas yang
mempunyai nilai PPW terbesar adalah bawang merah, yaitu Rp
5.135.423.224,30 (lihat Lampiran 9), yang artinya bawang merah
mengalami peningkatan nilai produksi sebesar Rp 5.135.423.224,30
karena keuntungan lokasional yang dimiliki Kecamatan Jenawi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Kecamatan Jenawi meripakan salah satu kecamatan yang
terletak di daerah perbukitan di Kabupaten Karanganyar. Kecamatan
Jenawi memiliki ketinggian rata-rata sebesar 750 mdpl dengan jenis
tanahnya yaitu litosol dan andosol. Suhu di daerah ini tergolong sejuk
dan dingin karena ketinggian tempat yang dimiliki oleh daerah ini.
Tanah di daerah ini dapat memberikan nutrisi yang cukup bagi
tanaman yang tumbuh di atasnya. Andosol dan litosol merupakan jenis
tanah yang memeiliki daya permiabilitas baik dan drainase baik
sehingga tanah ini cocok ditanami tanman. Adanya keuntungan
lokasional yang dimiliki Kecamatan Jenawi ini mengakibatkan
Kecamatan Jenawi ditumbuhi beranekaragam jenis tanaman terutama
tanaman sayuran khususnya bawang merah.
Komoditas pertanian basis di Kecamatan Jenawi yang
mempunyai nilai PPW negatif adalah jagung, ketela pohon, ketela
rambat, kacang panjang, belimbing, jambu biji, sirsak, alpukat, pepaya,
nanas, rambutan, jeruk keprok, jahe, cengkeh, kunyit, jati, itik, domba,
kambing, kelinci, tawes, nila, karper, ikan lain. Nilai PPW negatif yang
dimiliki oleh komoditas tersebut menunjukkan bahwa komoditas
tersebut tidak mempunyai daya saing yang baik apabila dibandingkan
dengan komoditas pertanian yang sama di wilayah kecamatan lain, dan
komoditas tersebut mengalami penurunan nilai produksi sebesar nilai
PPWnya karena faktor lokasional yang dimiliki oleh Kecamatan
Jenawi.
C. Prioritas Pengembangan Komoditas Pertanian Basis di Masing-masing
Kecamatan di Kabupaten Karanganyar
Komoditas pertanian yang diprioritaskan untuk dikembangkan di suatu
kecamatan haruslah mempunyai keunggulan dibandingkan dengan komoditas
lainnya sehingga komoditas pertanian tersebut dapat menunjukkan
karakteristik dan memberikan ciri khas kecamatan yang bersangkutan.
Informasi mengenai komoditas pertanian yang dapat diprioritaskan untuk
dikembangkan di tiap kecamatan di Kabupaten Karanganyar diharapkan dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
dimanfaatkan oleh pemerintah untuk menetapkan sasaran dalam
mengembangkan wilayah kecamatan, sehingga dapat lebih efisien dan efektif
dalam melaksanakan pembangunan daerah.
1. Prioritas Pengembangan Komoditas Pertanian Basis di Masing-masing
Kecamatan di Kabupaten Karanganyar Berdasarkan Pendekatan LQ, PP, dan
PPW
Berdasarkan gabungan pendekatan Location Quotient (LQ) dan
Shift Share Analysis (SSA), Komoditas pertanian yang diprioritas untuk
dikembangkan dalam penelitian ini dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu
komoditas prioritas pertama, komoditas prioritas kedua, dan komoditas
prioritas alternatif. Komoditas pertanian basis yang menjadi prioritas
pertama untuk dikembangkan adalah komoditas pertanian dengan nilai LQ
> 1, PP positif, dan PPW positif. Komoditas pertanian basis yang menjadi
prioritas kedua untuk dikembangkan adalah komoditas pertanian dengan
nilai LQ > 1, PP negatif, dan PPW positif atau LQ > 1, PP positif, dan
PPW negatif,. Sedangkan komoditas pertanian basis yang menjadi
alternatif pengembangan adalah komoditas pertanian dengan nilai LQ > 1,
PP negatif, dan PPW negatif. Prioritas pengembangan komoditas pertanian
basis di Kabupaten Karanganyar berdasarkan pendekatan LQ, PP, dan
PPW dapat dilihat pada Tabel 22 berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
Tabel 22. Prioritas Pengembangan Komoditas Pertanian Basis di Masing-masing Kecamatan di Kabupaten Karanganyar Berdasarkan Analisis Location Quotient, Pertumbuhan Proporsional dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah Tahun 2009-2010
Komoditas Prioritas Pertama Komoditas Prioritas Kedua
Komoditas Prioritas Alternatif
Kecamatan
Kacang Tanah, Durian, Rambutan, Jati, Mahoni, Ayam Buras, Itik, Kambing, Sapi Potong
Jagung, Ketela Pohon, Petai, Sawo, Pisang, Kencur, Cengkeh, Kelapa, Kapuk, Domba, Ikan Lain
Jatipuro
Keteka Pohon, Rambutan, Jahe, Cengkeh, Kelapa, Mahoni, Domba, Ikan Lain
Padi Sawah, Jagung, Bawang Putih, Kacang Panjang, Buncis, nangka, Alpukat, Kopi Arabica, Kopi Robusta, Kapuk, Ayam Buras, Itik, Kambing, Sapi Potong
Jatiyoso
Kacang Tanah, Mete, Kapuk Jagung, Ketela Pohon, Pepaya, Sukun, Rambutan, Lada, Domba, Kambing, Tebu
Jumapolo
Petai, Jengkol, Belimbing, Durian, Jambu Biji, Sirsak, Sawo, Pepaya, Nanas, Mangga, Duku/Langsat, Kencur, Mete, Jati, Ayam Ras Petelur
Ketela Pohon, Melinjo, Manggis, Ayam Pedaging, Tebu
Jumantono
Cabe, Terong, Sawi, Pepaya, Mangga, Duku/Langsat, Jeruk Keprok, Kencur, Kopi Robusta, Jati, Kambing, Kelinci, Gurami, Tawes, Nila, Ikan Lain
Padi Sawah, Ketela Rambat, Jengkol, Melinjo, Kacang Panjang, Buncis, Manggis, Belimbing, Durian, Jambu Biji, Sirsak, Alpukat, sawo, nanas, Salak, Sukun, Rambutan, Cengkeh, Kayu Lain, Kerbau, Ayam Buras, Itik, Domba, Sapi Potong, Lele
Tomat Matesih
Sumber: Diolah dan Diadopsi dari Lampiran 10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
Lanjutan Tabel 22. Prioritas Pengembangan Komoditas Pertanian Basis di Masing-masing Kecamatan di Kabupaten Karanganyar Berdasarkan Analisis Location Quotient, Pertumbuhan Proporsional dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah Tahun 2009-2010
Komoditas Prioritas Pertama Komoditas Prioritas Kedua Komoditas Prioritas Alternatif
Kecamatan
Jagung, Ketela Rambat, Alpukat, Jeruk Keprok, Cengkeh, Kopi Robusta, Kelapa, Ayam Buras, Domba, Kambing, Puyuh, Sapi Potong, Lele, Karper
Wortel, Tomat, Padi Sawah, Ketela Pohon, Bawang Merah, Bawang Putih, Cabe, Kunis, Sawi, Buncis, Durian, Jambu iji, Pepaya, Pisang, Mete, Jati, Kayu Lain, Itik, Kelinci, Gurami, Tawes, Nila, Ikan Lain
Kentang, Ngargoyoso
Jagung, Ketela Pohon, Bawang Putih, Durian, Cengkeh, Kuda, Kambing, Ayam Pedaging, Kelinci, Nila
Ketela Rambat, Bawang Merah, Cabe, Kentang, Kubis, Sawi, Buncis, Nangka, Alpukat, Pisang, Salak, Jeruk Keprok, Kayu Lain, Ayam Buras, Domba, Sapi Potong, Lele, Ikan Lain
Wortel Tawangmangu
Padi Sawah, Ketela Rambat, Terong, Buncis, Belimbing, Jambu Biji, Alpukat, Salak, Duku/Langsat, Kerbau, Ayam Buras, Domba, Sapi Potong, Karper
Cabe, Nangka, Durian, Sukun, Rambutan, Jahe, Cengkeh, Ayam Ras Petelur, Itik, Kambing, Kelinci, Lele, Gurami, Tawes, Nila, Ikan Lain
Tomat Karangpandan
Padi sawah, Jati Ayam Ras Petelur, Gurami, Tawes, Tebu
Karanganyar
Melinjo, Belimbing, Jambu Biji, Pepaya, Pisang, Jati, Kayu Lain, Kerbau, Ayam Buras, Itik, Domba, Kelinci, Sapi Potong, Lele, Gurami
Padi Sawah, Ayam Pedaging, Nila, Ikan Lain
Tebu Tasikmadu
Sawo, Itik, Sapi Potong Padi Sawah, Kayu Lain, Kerbau, Aayam Buras, Domba, Ayam Pedaging, Kelinci, Lele, Nila, Ikan Lain
Angsa Jaten
Sumber: Diolah dan Diadopsi dari Lampiran 10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
Lanjutan Tabel 22. Prioritas Pengembangan Komoditas Pertanian Basis di Masing-masing Kecamatan di Kabupaten Karanganyar Berdasarkan Analisis Location Quotient, Pertumbuhan Proporsional dan Pertumbuhan Pangsa Wilayah Tahun 2009-2010
Komoditas Prioritas Pertama Komoditas Prioritas Kedua
Komoditas
Prioritas Alternatif
Kecamatan
Kapuk, Kerbau, Gurami, Ikan Lain
Melinjo, Sirsak, Tembakau, Jati, Kuda, Puyuh, Tawes, Nila
Tebu Colomadu
Padi Gogo, Ayam Pedaging, Lele
Kacang Tanah, Mete, Kapuk, Ayam Ras Petelur, Sapi Potong
Tebu, Gondangrejo
Mahoni Padi Sawah, Melinjo, Lele, Gurami
Tebu Kebakkramat
Padi Sawah, Kancang Panjang, Kapuk, Kunyit, Mahoni, Kerbau, Itik, Gurami
Kedelai, Kacang Tanah, Sukun, Jahe
Tebu Mojogedang
Padi Sawah, Cabe, Sawi, Manggis, Nangka, Sukun, Jeruk Keprok, Mahoni, Domba, Kelinci, Sapi Potong
Jagung, Ketela Pohon, Ketela Rambat, Kacang Tanah, Petai, Terong, Melinjo, Tomat, Kacang Panjang, Belimbing, Durian, Sirsak, Alpukat, Sawo, Pepaya, Rambutan, Jahe, Kencur, Cengkeh, Mete, Kunyit, Jati, Kayu Lain, Ayam Buras, Itik, Kambing, lele, Gurami, Tawes, Nila, Karper, Ikan Lain
Tomat Kerjo
Bawang Merah, Bawang Putih, Petai, Cabe, Wortel, Melinjo, Sawi, Kubis, Buncis, Nangka, Pisang, Salak, Sukun, Kencur, Kopi Robusta, Panili, Kelapa, Kayu Lain, Ayam Buras, Sapi Potong, Lele
Jagung, Ketela Pohon, Ketela Rambat, Kacang Panjang, Belimbing, Jambu Biji, Sirsak, Alpukat, Pepaya, Nanas, Rambutan, Jeruk Keprok, Jahe, Cengkeh, Kunyit, Jati, Itik, Domba, Kambing, Kelinci, Tawes, Nila, Karper, Ikan Lain, Kentang
Jenawi
Sumber: Diolah dan Diadopsi dari Lampiran 10
Komoditas pertanian basis yang menjadi prioritas pertama
merupakan komoditas yang sebaiknya mendapatkan diprioritaskan terlebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
dahulu untuk dikembangkan di masing-masing kecamatan. Komoditas
prioritas kedua dan alternatif bisa dijadikan komoditas pendukung
komoditas prioritas pertama, atau apabila suatu kecamatan tidak
mempunyai prioritas pertama untuk dikembangkan maka kecamatan
tersebut bisa mengembangkan komoditas prioritas kedua dan atau prioritas
alternatif.
Berdasarkan Tabel 22 di atas, dapat diketahui bahwa tiap kecamatan
mempunyai komoditas pertanian basis prioritas pertama, sehingga
komoditas prioritas kedua dan komoditas prioritas alternatif bisa dijadikan
pendukung komoditas prioritas pertama. Kecamatan yang paling banyak
mempunyai komoditas pertanian basis prioritas pertama untuk
dikembangkan adalah Kecamatan Jenawi yaitu sebanyak 23 komoditas.
Semua kecamatan yang berada di Kabupaten Karanganyar memiliki
komoditas pertanian prioritas pertama untuk dikembangkan, yaitu:
Kecamatan Jatipuro dengan 9 komiditi prioritas pertama, 11 komoditas
prioritas kedua dan 0 komoditas prioritas alternatif; Kecamatan Jatiyoso
dengan 8 komiditi prioritas pertama, 14 komoditas prioritas kedua dan 0
komoditas prioritas alternatif; Kecamatan Jumapolo dengan 3 komiditi
prioritas pertama, 9 komoditas prioritas kedua dan 0 komoditas prioritas
alternatif; Kecamatan Jumantono dengan 15 komiditi prioritas pertama, 5
komoditas prioritas kedua dan 0 komoditas prioritas alternatif; Kecamatan
Matesih dengan 16 komiditi prioritas pertama, 25 komoditas prioritas
kedua dan 1 komoditas prioritas alternatif; Kecamatan Tawangmangu
dengan 10 komiditi prioritas pertama, 18 komoditas prioritas kedua dan 1
komoditas prioritas alternatif; Kecamatan Ngargoyoso dengan 14 komiditi
prioritas pertama, 23 komoditas prioritas kedua dan 1 komoditas prioritas
alternatif; Kecamatan Karangpandan dengan 14 komiditi prioritas
pertama, 16 komoditas prioritas kedua dan 1 komoditas prioritas alternatif;
Kecamatan Karanganyar dengan 2 komiditi prioritas pertama, 4 komoditas
prioritas kedua dan 0 komoditas prioritas alternatif; Kecamatan Tasikmadu
dengan 15 komiditi prioritas pertama, 4 komoditas prioritas kedua dan 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
komoditas prioritas alternatif; Kecamatan Jaten dengan 3 komiditi prioritas
pertama, 10 komoditas prioritas kedua dan 0 komoditas prioritas alternatif;
Kecamatan Colomadu dengan 4 komiditi prioritas pertama, 8 komoditas
prioritas kedua dan 1 komoditas prioritas alternatif; Kecamatan
Gondangrejo dengan 3 komiditi prioritas pertama, 5 komoditas prioritas
kedua dan 1 komoditas prioritas alternatif; Kecamatan Kebakkramat
dengan 1 komiditi prioritas pertama, 4 komoditas prioritas kedua dan 1
komoditas prioritas alternatif; Kecamatan Mojogedang dengan 8 komiditi
prioritas pertama, 4 komoditas prioritas kedua dan 1 komoditas prioritas
alternatif; Kecamatan Kerjo dengan 11 komiditi prioritas pertama, 31
komoditas prioritas kedua dan 1 komoditas prioritas alternatif; Kecamatan
Jenawi dengan 21 komiditi prioritas pertama, 25 komoditas prioritas kedua
dan 0 komoditas prioritas alternatif;
Kecamatan yang mempunyai komoditas pertanian basis prioritas
kedua yang paling banyak adalah Kecamatan Kerjo, yaitu dengan 31
komoditas, sedangkan kecamatan yang paling sedikit mempunyai
komoditas pertanian basis prioritas kedua adalah Kecamatan Tasikmadu
dengan 3 komoditas. Kecamatan yang merupakan kecamatan dengan
komoditas prioritas alternatif berjumlah 11 kecamatan, yaitu Kecamatan
Matesih, Kecamatan Tawangmangu, Kecamatan Ngargoyoso, Kecamatan
Karangpandan, Kecamatan Tasikmadu, Kecamatan Colomadu, Kecamatan
Gondangrejo, Kecamatan Kebakkramat, Kecamatan Mojogedang dan
Kecamatan Kerjo
Komoditas pertanian basis yang menjadi prioritas pertama di satu
kecamatan bisa menjadi prioritas pertama juga di kecamatan lain.
Komoditas pertanian basis yang menjadi prioritas pertama di banyak
kecamatan antara lain ketela pohon, padi sawah, ketela rambat, ayam ras ,
itik, domba dan sapi potong. Namun ada juga komoditas pertanian basis
yang menjadi prioritas pertama hanya di satu kecamatan saja, misalnya
komoditas mete di Kecamatan Jumapolo; padi gogo di Kecamatan
Gondangrejo dan jeruk keprok di Kecamatan Kerjo. Komoditas yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
menjadi komoditas basis prioritas pertama di satu kecamatan bisa
dijadikan trade mark atau ciri khas kecamatan bersangkutan.
Setiap kecamatan mempunyai peluang dan kesempatan untuk
mengembangkan komoditas pertanian sesuai dengan kondisi yang dimiliki
kecamatan bersangkutan. Bagi kecamatan yang mempunyai banyak
komoditas pertanian basis prioritas pertama akan mempunyai banyak
alternatif pilihan dalam menentukan komoditas andalan yang dapat
mendukung pembangunan di daerahnya. Kecamatan yang memiliki
banyak komoditas prioritas utama tersebut perlu mempertimbangkan
aspek-aspek lain yang juga dimiliki oleh kecamatan lain, seperti akses
pasar, fasilitas atau sarana dan prasana produksi pertanian. Selain itu,
besarnya nilai PPW komoditas pertanian basis dapat digunakan sebagai
pertimbangan dalam pengambilan keputusan, semakin besar nilai PPW
menunjukkan adanya keuntungan lokasional yang besar yang dimiliki
kecamatan yang bersangkutan dalam menghasilkan suatu komoditas
pertanian tertentu, sehingga kecamatan tersebut mempunyai daya saing
yang lebih besar dalam menghasilkan komoditas pertanian tertentu
dibandingkan dengan kecamatan lain.
Berdasarkan analisis LQ, PP, dan PPW masing-masing kecamatan di
Kabupaten Karanganyar, Komoditas pertanian yang perlu
dipertimbangkan untuk di kembangkan di tiap kecamatan di Kabupaten
Karanganyar adalah sebagai berikut:
a. Jatipuro: Kacang Tanah, Durian, Rambutan, Jati, Mahoni, Ayam
Buras, Itik, Kambing, Sapi Potong
b. Jatiyoso: Ketela Pohon, Rambutan, Jahe, Cengkeh, Kelapa, Mahoni,
Domba, Ikan Lain
c. Jumapolo: Kacang Tanah, Mete, Kapuk
d. Jumantono: Petai, Jengkol, Belimbing, Durian, Jambu Biji, Sirsak,
Sawo, Pepaya, Nanas, Mangga, Duku/Langsat, Kencur, Mete, Jati,
Ayam Ras Petelur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
e. Matesih: Cabe, Terong, Sawi, Pepaya, Mangga, Duku/Langsat, Jeruk
Keprok, Kencur, Kopi Robusta, Jati, Kambing, Kelinci, Gurami,
Tawes, Nila, Ikan Lain
f. Ngargoyoso: Jagung, Ketela Rambat, Alpukat, Jeruk Keprok,
Cengkeh, Kopi Robusta, Kelapa, Ayam Buras, Domba, Kambing,
Puyuh, Sapi Potong, Lele, Karper
g. Tawangmangu: Jagung, Ketela Pohon, Bawang Putih, Durian,
Cengkeh, Kuda, Kambing, Ayam Pedaging, Kelinci, Nila
h. Karangpandan: Padi Sawah, Ketela Rambat, Terong, Buncis,
Belimbing, Jambu Biji, Alpukat, Salak, Duku/Langsat, Kerbau, Ayam
Buras, Domba, Sapi Potong, Karper
i. Karanganyar: Padi sawah, Jati
j. Tasikmadu: Melinjo, Belimbing, Jambu Biji, Pepaya, Pisang, Jati,
Kayu Lain, Kerbau, Ayam Buras, Itik, Domba, Kelinci, Sapi Potong,
Lele, Gurami
k. Jaten: Sawo, Itik, Sapi Potong
l. Colomadu: Kapuk, Kerbau, Gurami, Ikan Lain
m. Gondangrejo: Padi Gogo, Ayam Pedaging, Lele
n. Kebakkramat: Mahoni
o. Mojogedang: Padi Sawah, Kacang Panjang, Kapuk, Kunyit, Mahoni,
Kerbau, Itik, Gurami
p. Kerjo: Padi Sawah, Cabe, Sawi, Manggis, Nangka, Sukun, Jeruk
Keprok, Mahoni, Domba, Kelinci, Sapi
q. Jenawi: Bawang Merah, Bawang Putih, Petai, Cabe, Wortel, Melinjo,
Kentang, Kubis, Buncis, Nangka, Pisang, Salak, Sukun, Kencur, Kopi
Robusta, Panili, Kelapa, Kayu Lain, Ayam Buras, Sapi Potong, Lele.
Pengembangan komoditas pertanian bisa dilakukan dengan
meningkatkan produksi dengan memanfaatkan lahan yang belum
digunakan (ekstensifikasi), program intensifikasi, pemberian bantuan
modal dan fasilitas pada petani dan nelayan, dan dapat juga dengan
pengembangan agroindustri untuk menambah nilai jual produk dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
pendapatan masyarakat. Selain itu pemberian bantuan modal pada industri
kecil berbahan baku komoditas pertanian yang sudah ada perlu dilakukan
untuk mengembangkan industri tersebut dan memacu peningkatan
produksi pertanian yang digunakan sebagai bahan bakunya.
Kabupaten Karanganyar selalu surplus beras. Sayangnya, kondisi ini
belum didukung dengan penyebaran teknologi pada para petani. Padahal
Kabupaten Karanganyar mempunyai lahan pertanian yang sangat luas,
terdata di Dinas Pertanian dan Peternakan setempat, Karanganyar memiliki
sekitar 48.783 hektar sawah. Peningkatan produksi melalui intensifikasi
pertanian, pengembangan teknologi seperti padi hibrida dan penguasaan
teknologi oleh petani mutlak diperlukan untuk mempertahankan dan
meningkatkan surplus beras di kabupaten ini. Untuk itu perlu dibentuk
Badan Penyuluhan Pertanian untuk menyebarkan dan mengenalkan
teknologi baru pada petani.
Kabupaten Karanganyar memiliki kondisi alam berupa perbukitan
yang rentan terhadap bahaya erosi dan tanah longsor menyebabkan
beberapa daerah ini potensial untuk pengembangan komoditas kehutanan
seperti jati dan mohoni. Kedua jenis komoditas ini, selain dapat
mengurangi bahaya erosi juga mempunyai nilai ekonomis yang tinggi
(harganya mahal) karena kualitasnya yang bagus dan permintaannya yang
besar baik di pasar domestik maupun dunia sehingga dapat menjadi
sumber pendapatan daerah yang bisa diandalkan. Jati dikenal sebagai kayu
yang memiliki struktur dan karakteristik kuat sehingga sangat cocok
digunakan untuk berbagai keperluan, seperti: furniture, konstruksi
bangunan, dek kapal dsb. Sementara mahoni merupakan kayu terbaik
dunia untuk furniture kelas tinggi. Kebutuhan kayu jati dan mahoni di
pasar dunia dan pasar domestik cukup besar seiring dengan tingkat
kemajuan masyarakat terhadap barang berkualitaskritis di wilayah bagian
Timur, karena banyak hutan yang rusak, padahal di Wilayah Karanganyar
bagian Timur tersebut rawan bahaya banjir dan longsor. Untuk itu
pengembangan komoditas kehutanan di Wilayah Karanganyar bagian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
timur perlu dilakukan melalui program rehabilitasi. Peningkatan produksi
komoditas kehutanan melalui rehabilitasi hutan rakyat terdapat potensi
lahan yang tersebar di daerah Karanganyar bagian Timur. Selain itu,
jumlah produksi hasil hutan rakyat yang cukup besar berupa kayu jati dan
mahoni terbuka peluang di bidang industri permebelan/furniture.
Kabupaten Karanganyar memiliki tanah yang gembur, subur serta
potensi alam yang cukup besar dengan keberadaan posisi Kabupaten
Karanganyar di lereng Gunung lawu yang merupakan perbatasan antara
Jawa Tengah dengan Jawa Timur, namun pemanfaatannya masih belum
optimal, sehingga masih banyak komoditas pertanian yang hanya menjadi
prioritas kedua dan prioritas alternatif berdasarkan nilai LQ, PP, dan PPW.
Hal ini disebabkan karena kurangnya modal dan fasilitas yang dimiliki
oleh pelaku usaha tani di Kabupaten Karanganyar.
2. Perbandingan Komoditas Pertanian yang Diunggulkan antara Versi
Penelitian dengan Versi Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar
Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar juga mempunyai
komoditas pertanian yang diunggulkan untuk dikembangkan berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan tertentu. Perbandingan antara komoditas
pertanian yang diunggulkan versi Pemerintah Daerah Kabupaten
Karanganyar dengan hasil penelitian prioritas pengembangan komoditas
pertanian basis di Kabupaten Karanganyar pada masing-masing sub sektor
pertanian dapat dilihat pada Tabel 23.
Berdasarkan Tabel 23 dapat diketahui bahwa terdapat sedikit
perbedaan komoditas pertanian unggulan versi Pemerintah Daerah
Kabupaten Karanganyar dengan hasil penelitian, namun perbedaan
tersebut tidak mutlak karena ada beberapa komoditas pertanian yang
diunggulkan yang sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
Tabel 23. Perbandingan Komoditas Pertanian yang Diunggulkan Menurut Versi Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar dengan Hasil Penelitian
Sub Sektor Pertanian
Komoditas Pertanian Unggulan Pemerintah Daerah Hasil Penelitian
Tanaman Bahan Makanan
Padi Sawah, Padi Gogo, Jagung, Ketela Pohon, Kedelai, Pisang, Kacang Panjang, Rambutan, , Mangga, Sukun, Durian, Ketela Rambat, Kacang Tanah
Padi Sawah, Padi Gogo, Ketela Pohon, Ketela Rambat, Kacang Panjang, Pisang, Sukun, Rambutan, Manggis, Nangka, Salak, Belimbing, Jambu Biji, , Sirsak, Sawo, Pepaya, Nanas, Petai, Jengkol, Durian,Kacang Tanah, Duku/Langsat, Buncis
Tanaman Perkebunan
Kelapa, Jahe, Kencur, Kunyit,Tembakau, Kopi Arabica
Panili, Kunyit, Jambu Mete, kencur, Kelapa, Jahe, Kapuk,
Peternakan Sapi Potong, Kambing, Domba, Buras, Itik, Ayam Ras Pedaging
Sapi Potong, Kambing, Domba, Ayam Buras, Itik, Ayam Ras Pedaging, Kerbau, Kelinci
Perikanan Gurami, Lele, Nila, Tawes Lele, Nila , Karper, Gurami Kehutanan Jati, Mahoni Jati, Mahoni
Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Perkebunan dan Kehutanan
Keterangan : Komoditas pertanian yang dicetak miring merupakan komoditas yang sama antara Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar dengan hasil penelitian.
Komoditas pertanian yang diunggulkan Pemerintah Daerah
Kabupaten Karanganyar pada sub sektor tanaman bahan makanan adalah
padi sawah, padi gogo, jagung, ketela pohon, kedelai, pisang, kacang
panjang, rambutan, mangga, sukun, durian, ketela rambat, kacang tanah,
sedangkan menurut hasil penelitian adalah padi sawah, padi gogo, ketela
pohon, ketela rambat, kacang panjang, pisang, sukun, rambutan, manggis,
nangka, salak, belimbing, jambu biji, , sirsak, sawo, pepaya, nanas, petai,
jengkol, durian,kacang tanah, duku/langsat, buncis. Padi sawah, padi gogo,
jagung, ketela pohon, kedelai, pisang, kacang panjang, rambutan, mangga,
sukun, durian, ketela rambat, kacang tanah merupakan tanaman pangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
yang diunggulkan Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar karena
produksinya yang besar.
Komoditas pertanian yang diunggulkan Pemerintah Daerah
Kabupaten Karanganyar pada sub sektor perkebunan adalah kelapa, jahe,
kencur, kunyit, tembakau, kopi arabica karena produksi yang besar di
Kabupaten Karanganyar sedangkan menurut hasil penelitian adalah panili,
kunyit, jambu mete, kencur, kelapa, jahe, kapuk.
Komoditas pertanian yang diunggulkan Pemerintah Daerah
Kabupaten Karanganyar pada sub sektor peternakan adalah adalah sapi
potong, kambing, domba, buras, itik, ayam ras pedaging sedangkan
menurut hasil penelitian adalah sapi potong, kambing, domba, ayam buras,
itik, ayam ras pedaging, kerbau, kelinci. Pemerintah Daerah Kabupaten
Karanganyar menilai bahwa sapi potong, kambing, domba, ayam
kampung, itik, dan ayam ras pedaging merupakan komoditas-komoditas
yang layak diunggulkan karena mempunyai prospek pasar yang bagus,
kebutuhan masyarakat akan daging dan telur terus meningkat, sehingga
sudah selayaknya peningkatan produksi komoditas tersebut dilakukan
untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat di Kabupaten Karanganyar
sendiri maupun daerah lain.
Komoditas pertanian pada sub sektor perikanan yang menjadi
unggulan di Kabupaten Karanganyar menurut hasil penelitian lele, nila ,
karper, gurami. Komoditas pertanian unggulan pada sub sektor perikanan
versi Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar adalah gurami, lele, nila,
tawes. Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar menilai bahwa
komoditas perikanan tersebut merupakan komoditas yang banyak diminta
oleh masyarakat. Di sisi lain Kabupaten Karanganyar juga mempunyai
fasilitas pendukung yang memadai, kolam air tenang di Kecamatan
Karangpandan, cek DAM serta sungai di daerah Ngargoyoso.
Komoditas pertanian dari sub sektor kehutanan yang diunggulkan
oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar dan hasil penelitian
sama, yaitu jati dan mahoni. Komoditas jati dan mahoni selain dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
digunakan untuk fungsi ekologis yaitu mencegah bahaya erosi di kawasan
perbukitan Kabupaten Karanganyar, juga merupakan komoditas yang
mempunyai prospek pasar yang bagus. Jati dikenal sebagai kayu yang
memiliki struktur dan karakteristik kuat sehingga sangat cocok digunakan
untuk berbagai keperluan, seperti: furniture, konstruksi bangunan, dek
kapal dsb. Sementara mahoni merupakan kayu terbaik dunia untuk
furniture kelas tinggi. Kebutuhan kayu jati dan mahoni di pasar dunia dan
pasar domestik cukup besar seiring dengan tingkat kemajuan masyarakat
terhadap barang berkualitas.
Perbedaan komoditas pertanian yang diunggulkan antara Pemerintah
Daerah Kabupaten Karanganyar dengan hasil penelitian wajar karena
adanya perbedaan kriteria. Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar
cenderung mendasarkan pada jumlah produksi, harga jual, maupun
prospek pasar dari komoditas pertanian tersebut. Tidak menutup
kemungkinan apabila kriteria yang digunakan adalah bersifat subyektif.
Kriteria yang digunakan dalam penelitian untuk menentukan komoditas
pertanian unggulan atau prioritas pengembangan komoditas pertanian
adalah nilai LQ, nilai komponen pertumbuhan PP dan PPW komoditas
pertanian basis.
Informasi mengenai prioritas pengembangan komoditas pertanian
basis di Kabupaten Karanganyar dapat memberikan kontribusi dalam
pertimbangan pengambilan kebijakan perencanaan pembangunan wilayah,
khususnya dalam pemetaan dan penentuan komoditas pertanian basis yang
menjadi prioritas pengembangan di Kabupaten Karanganyar sehingga
diharapkan Pemerintah Kabupaten Karanganyar dapat mengoptimalkan
sektor pertanian daerahnya dengan mengacu pada potensi daerah yang
dimiliki dan komoditas pertanian basis yang diprioritaskan untuk
dikembangkan di di masing-masing kecamatan Kabupaten Karanganyar.
Dengan demikian, proses pembangunan dapat berjalan lebih efektif dan
efisien.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian “Analisis Potensi
Wilayah Kecamatan Berbasis Komoditas Pertanian dalam Pembangunan
Daerah di Kabupaten Karanganyar (Pendekatan Location Quotient dan Shift
Share Análisis) adalah sebagai berikut:
1. a. Berdasarkan hasil analisis komoditas pertanian basis di masing-masing
kecamatan di Kabupaten Karanganyar, komoditas pertanian yang
menjadi komoditas pertanian basis di sebagian besar kecamatan di
Kabupaten Karanganyar adalah:
1) Sub sektor tabama: padi sawah, jagung, kacang tanah, petai, pepaya,
mangga, ketela pohon, ketela rambat, rambutan, kubis, cabe,
melinjo, buncis, durian, belimbing, jambu biji, dan sukun
2) Sub sektor tanaman perkebunan: jahe, kencur, tebu, kunyit,
cengkeh, kapuk, mete dan kelapa
3) Sub sektor kehutanan: jati dan mahoni
4) Sub sektor peternakan: ayam kampung, ayam ras petelur, sapi
potong, domba, kambing, itik, kelinci
5) Sub sektor peternakan nila, tawes, gurami, lele.
b. Kecamatan yang mempunyai komoditas pertanian basis paling banyak
adalah Kecamatan Jenawi, yaitu dengan 47 komoditas, sedangkan
kecamatan yang mempunyai komoditas pertanian basis paling sedikit
adalah Kecamatan Karanganyar dan Kebakkramat, yaitu dengan 6
komoditas.
2. a. Berdasarkan hasil analisis komponen pertumbuhan proporsional
komoditas pertanian basis di masing-masing kecamatan di Kabupaten
Karanganyar, komoditas pertanian basis yang mempunyai
pertumbuhan cepat adalah:
118
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
1) Sub sektor tanaman bahan makanan : padi sawah, jagung, , ketela
pohon, ketela rambat, kacang panjang, melinjo, alpukat, terong,
ketimun, tomat, rambutan, belimbing, manggis, jambu biji, sirsak,
sawo, pepaya, pisang, nanas, durian, sukun, mangga, buncis, dan
petai
2) Sub sektor perkebunan : tebu, kapuk, mete, kunyit, kencur, jahe
dan cengkeh.
3) Sub sektor kehutanan : jati, mahoni, dan kayu lain
4) Sub sektor peternakan : ayam kampung, ayam ras pedaging, itik,
sapi potong, kambing, domba dan kelinci.
5) Sub sektor perikanan : tawes, nila, lele, gurami dan ikan lain.
b. Berdasarkan hasil analisis komponen pertumbuhan pangsa wilayah
komoditas pertanian basis di masing-masing kecamatan di Kabupaten
Karanganyar, komoditas pertanian basis yang mempunyai daya saing
adalah:
1) Sub sektor tanaman bahan makanan : padi sawah, jagung, , ketela
pohon, ketela rambat, kacang panjang, melinjo, alpukat, terong,
ketimun, tomat, rambutan, belimbing, manggis, jambu biji, sirsak,
sawo, pepaya, pisang, nanas, durian, sukun, mangga, buncis, dan
petai.
2) Sub sektor perkebunan : kelapa, kapuk, cengkeh, mete, kunyit,
kencur dan jahe.
3) Sub sektor kehutanan : jati, mahoni, dan kayu lain
4) Sub sektor peternakan : ayam kampung, ayam ras petelur, ayam
pedaging, itik, sapi potong, kambing, domba, dan kelinci.
5) Sub sektor perikanan : gurami, tawes, nila, lele, dan ikan lain
c. Kecamatan yang paling banyak mempunyai komoditas pertanian basis
yang pertumbuhannya cepat adalah Kecamatan Jenawi (44 komoditas),
sedangkan yang paling sedikit adalah Kecamatan Kebakkramat dan
Karanganyar (5 komoditas).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
d. Kecamatan yang paling banyak mempunyai komoditas pertanian basis
yang berdaya saing baik adalah Kecamatan Matesih (25 komoditas),
sedangkan yang paling sedikit adalah Kecamatan Kebakkramat (2
komoditas).
3. Berdasarkan hasil analisis prioritas pengembangan komoditas pertanian
basis di masing-masing kecamatan di Kabupaten Karanganyar, Komoditas
pertanian yang perlu dipertimbangkan untuk dikembangkan di tiap
kecamatan di Kabupaten Karanganyar adalah sebagai berikut:
a. Jatipuro: Kacang Tanah, Durian, Rambutan, Jati, Mahoni, Ayam Buras,
Itik, Kambing, Sapi Potong
b. Jatiyoso: Ketela Pohon, Rambutan, Jahe, Cengkeh, Kelapa, Mahoni,
Domba, Ikan Lain
c. Jumapolo: Kacang Tanah, Mete, Kapuk
d. Jumantono: Petai, Jengkol, Belimbing, Durian, Jambu Biji, Sirsak,
Sawo, Pepaya, Nanas, Mangga, Duku/Langsat, Kencur, Mete, Jati,
Ayam Ras Petelur
e. Matesih: Cabe, Terong, Sawi, Pepaya, Mangga, Duku/Langsat, Jeruk
Keprok, Kencur, Kopi Robusta, Jati, Kambing, Kelinci, Gurami,
Tawes, Nila, Ikan Lain
f. Ngargoyoso: Jagung, Ketela Rambat, Alpukat, Jeruk Keprok, Cengkeh,
Kopi Robusta, Kelapa, Ayam Buras, Domba, Kambing, Puyuh, Sapi
Potong, Lele, Karper
g. Tawangmangu: Jagung, Ketela Pohon, Bawang Putih, Durian,
Cengkeh, Kuda, Kambing, Ayam Pedaging, Kelinci, Nila
h. Karangpandan: Padi Sawah, Ketela Rambat, Terong, Buncis,
Belimbing, Jambu Biji, Alpukat, Salak, Duku/Langsat, Kerbau, Ayam
Buras, Domba, Sapi Potong, Karper
i. Karanganyar: Padi sawah, Jati
j. Tasikmadu: Melinjo, Belimbing, Jambu Biji, Pepaya, Pisang, Jati, Kayu
Lain, Kerbau, Ayam Buras, Itik, Domba, Kelinci, Sapi Potong, Lele,
Gurami
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
k. Jaten: Sawo, Itik, Sapi Potong
l. Colomadu: Kapuk, Kerbau, Gurami, Ikan Lain
m. Gondangrejo: Padi Gogo, Ayam Pedaging, Lele
n. Kebakkramat: Mahoni
o. Mojogedang: Padi Sawah, Kacang Panjang, Kapuk, Kunyit, Mahoni,
Kerbau, Itik, Gurami
p. Kerjo: Padi Sawah, Cabe, Sawi, Manggis, Nangka, Sukun, Jeruk
Keprok, Mahoni, Domba, Kelinci, Sapi
q. Jenawi: Bawang Merah, Bawang Putih, Petai, Cabe, Wortel, Melinjo,
Kentang, Kubis, Buncis, Nangka, Pisang, Salak, Sukun, Kencur, Kopi
Robusta, Panili, Kelapa, Kayu Lain, Ayam Buras, Sapi Potong, Lele.
B. Saran
Saran yang bisa diberikan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Komoditas pertanian basis prioritas pertama bernilai ekonomi tinggi
seperti padi sawah, tembakau, mahoni dan jati perlu dikembangkan
melalui program peningkatan penguasaan teknologi oleh petani dan
program perluasan areal perkebunan dengan memanfaatkan dan
mengoptimalkan lahan yang tersedia dengan tetap menjaga kelestarian
lingkungan tanpa mengabaikan komoditas pertanian yang lain.
2. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai prioritas pengembangan komoditas
pertanian basis di Kabupaten Karanganyar menggunakan pendekatan
Tipologi Klassen untuk rencana pengembangan komoditas pertanian
dalam jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.
3. Komoditas pertanian basis yang menjadi prioritas pertama disuatu
kecamatan perlu diperhatikan pengembangannya dalam perencanaan
pembangunan pertanian demi mendukung keberhasilan pembangunan
daerah Kabupaten Karanganyar.
top related