analisis rekonsiliasi fiskal atas laporan...
Post on 03-Mar-2019
252 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ANALISIS REKONSILIASI FISKAL ATAS LAPORAN KEUANGAN
KOMERSIAL DALAM MENENTUKAN PAJAK PENGHASILAN (PPh)
TERUTANG
(Studi kasus pada PT. Indomix Perkasa Tahun Pajak 2010)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh:
Asep Safaat Hidayat
NIM : 107082003442
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013
2
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
ANALISIS REKONSILIASI FISKAL ATAS LAPORAN KEUANGAN
KOMERSIAL DALAM MENENTUKAN PAJAK PENGHASILAN (PPh)
TERUTANG
(Studi Kasus pada PT. Indomix Perkasa Tahun Pajak 2010)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Asep Safaat Hidayat
NIM: 107082003442
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Yahya Hamja, Dr., MM Muhamad Yani, SE., MM
NIP. 19490602 197803 1 00 1
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013
i
3
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Selasa, 10 April 2012 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas
mahasiswa:
1. Nama : Asep Safaat Hidayat
2. NIM : 107082003442
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi : Analisis Rekonsiliasi Fiskal atas Laporan
Keuangan Komersial dalam Menentukan Pajak
Penghasilan (PPh) Terutang
(Studi Kasus pada PT. Indomix Perkasa Tahun
Pajak 2010)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 10 April 2012
1. Herni Ali HT, SE., MM (___________________)
NIDN.0422 1259 02 Ketua
2. Fitri Damayanti, SE., M.Si (___________________)
NIP.19810731 200604 2 003 Sekretaris
3. Yulianti, SE., M.Si (___________________)
NIP.19820318 201101 2 011 Penguji Ahli
ii
4
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Kamis, 20 Juni 2013 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Asep Safaat Hidayat
2. NIM : 107082003442
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi : Analisis Rekonsiliasi Fiskal atas Laporan Keuangan
Komersial dalam Menentukan Pajak Penghasilan (PPh)
Terutang (Studi Kasus pada PT. Indomix Perkasa
Tahun Pajak 2010).
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut diatas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 20 Juni 2013 1. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS (__________________)
NIP. 19570617 198503 1002 Ketua
2. Hepi Prayudiawan, SE., MM., Ak (__________________)
NIP. 19720516 200901 1 006 Sekretaris
3. Afif Sulfa, SE, M.Si, Ak (__________________)
Penguji Ahli
4. Yahya Hamja, Dr., MM (__________________)
NIP. 19490602 197803 1 00 1 Pembimbing I
5. Muhammad Yani, SE., MM (__________________)
Pembimbing II
iii
5
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama Mahasiswa : Asep Safaat Hidayat
NIM : 107082003442
Jurusan : Akuntansi
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan ini, saya :
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
tidak mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau
tanpa ijin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya
ini.
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan
telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti saya telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siap untuk
dikenakan sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, agar
dipergunakan sebagaimana mestinya.
Tangerang Selatan, 20 Maret 2013
Asep Safaat Hidayat
107082003442
iv
6
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. DATA PRIBADI
Nama : Asep Safaat Hidayat
Tempat, tanggal lahir : Ciamis, 26 Juli 1989
Jenis kelamin : Laki-laki
Nama Ayah : Badrun
Nama Ibu : Rodiah
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Status perkawinanan : Belum Nikah
Alamat : Jl. Puskesmas Rt.02/06 No.11 Kec. Kelapa Gading
Jakarta Utara 14240
No. Telepon : (021) 4514901 / 08999876226
Email : star_forever1989@yahoo.co.id
II. PENDIDIKAN FORMAL
1995-2001 : SDN 04 Pagi Jakarta Utara
2001-2004 : SMPN 123 Jakarta Utara
2004-2007 : Madrasah Aliyah Sabilil Muttaqien, Kalipucang –
Ciamis
2007-2013 : Mahasiswa (S-1) Fakultas Ekonomi dan Bisnis di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
v
7
ANALYSIS OF RECONCILIATION FISCAL TO THE COMMERCIAL
FINANCIAL STATEMENTS IN DETERMINING
INCOME TAX PAYABLE
(Case Study on PT. Indomix Perkasa for Fiscal Year 2010)
ABSTRACT
The Object of this study was PT. Indomix Perkasa, it produces for ready
mix concrete. The purpose of this study was to determine the value of income tax
payable by the company, with reconciling commercial financial statements to the
fiscal financial statements. By doing reconciliation, company did not need to
create two bookkeeping for different purposes. The company just made
corrections to items that were not in accordance with the provisions of the tax.
Positive correction would increase taxable income, a negative correction would
decrease taxable income.
This research, analyzed data with descriptive method. It describes the
financial statements of the phenomena that was happened by collecting data,
calculating income tax, fiscal correction in accordance with UU Number 36 Year
2008. Type of data which used are primary data and secondary data.
The result of study concluded that there are differences the value of profit
and loss according to the commercial and the fiscal. It occurs because the fiscal
correction on the costs and incomes in the commercial financial statements based
on tax regulations.
Keywords : Income Tax, Commercial Financial Statement, Fiscal Financial
Statement, Fiscal Correction.
vi
8
ANALISIS REKONSILIASI FISKAL ATAS LAPORAN KEUANGAN
KOMERSIAL DALAM MENENTUKAN PAJAK PENGHASILAN (PPh)
TERUTANG
(Studi Kasus pada PT. Indomix Perkasa Tahun Pajak 2010)
ABSTRAK
Objek penelitian ini adalah PT. Indomix Perkasa, sebuah perseroan yang
mempersiapkan permintaan atas adukan beton siap pakai.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan nilai pajak penghasilan
terutang perusahaan dengan melakukan rekonsiliasi laporan keuangan komersial
menjadi laporan keuangan fiskal. Dengan melakukan rekonsiliasi, perusahaan
tidak perlu membuat dua pembukuan untuk tujuan yang berbeda. Perusahaan
cukup melakukan koreksi terhadap pos-pos yang tidak sesuai dengan ketentuan
perpajakan. Koreksi positif akan menambah penghasilan kena pajak, sedang
koreksi negatif akan mengurangi penghasilan kena pajak.
Dalam penelitian yang dilakukan, penulis menganalisis data dengan
metode deskriptif yaitu dengan menggambarkan keadaan laporan keuangan atas
fenomena yang terjadi dengan melakukan pengumpulan data, menghitung PPh,
melakukan koreksi fiskal sesuai dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008.
Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara laba-
rugi menurut komersial dengan laba-rugi menurut fiskal. Perbedaan ini terjadi
karena dilakukan koreksi fiskal terhadap biaya-biaya dan penghasilan dalam
laporan keuangan komersial berdasarkan peraturan perpajakan.
Kata Kunci : Pajak Penghasilan, Laporan Keuangan Komersial, Laporan
Keuangan Fiskal, Koreksi Fiskal.
vii
9
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanyalah untuk Allah SWT. Tuhan Yang Maha
Mencintai, dengan pancaran cinta yang abadi. Yang selalu melimpahkan nikmat
dan karunia kepada hamba-Nya dengan adil dan sempurna. Shalawat dan salam
semoga selalu tercurah kepada baginda Rasulullah SAW, beserta keluarga dan
para sahabatnya. Untaian rasa syukur penulis panjatkan karena dengan izin-Nya
penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis
Rekonsiliasi Fiskal atas Laporan Keuangan Komersial dalam Menentukan
Pajak Penghasilan (PPh) Terutang (Studi Kasus pada PT. Indomix Perkasa
Tahun Pajak 2010)” tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak, sehingga penyusunan skripsi dapat terlaksana sesuai dengan yang
telah direncanakan. Untuk itu pada kesempatan ini penulis bermaksud
menyampaikan rasa terima kasih yang setulusnya kepada :
1. Kedua orang tua yang tercinta Bapak Badrun dan Ibu Rodiah sebagai
penyemangat dalam hidupku yang tiada hentinya memberikan motivasi,
doa, dukungan, dan kasih sayang yang tak dapat terlukiskan, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Rasa syukur yang tiada
terhingga atas anugerah yang begitu indah karena aku terlahir dari orang
tua terbaik, dibesarkan di lingkungan terbaik dengan didikan yang terbaik..
Semoga bapak dan ibu diberikan kesehatan, kasih sayang serta
perlindungan dari Allah SWT.
2. Bapak Yahya Hamja, Dr., MM sebagai dosen pembimbing I yang
memberikan bimbingan mengenai pengembangan judul skripsi ini. Terima
kasih pak.
3. Bapak Muhammad Yani, SE., MM sebagai dosen pembimbing II yang
memberikan banyak masukan dalam pengembangan skripsi ini. Terima
kasih pak.
viii
10
4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Rahmawati SE, M.M selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis.
6. Segenap jajaran pengajar atau dosen yang telah memberikan ilmu dan
motivasi bagi penulis yang sangat bermanfaat sebagai bekal menjalani
hidup ke depan.
7. Adik-adikku tersayang, Yuni dan Icha yang memberikanku semangat walaupun
kadang gemesin. Semoga kalian menjadi anak yang soleh dan berbakti kepada
orang tua.
8. Bibi Desi dan Ana, yang telah memberikan banyak bantuan dan doa
hingga selesainya skripsi ini dan dengan sabar mendengarkan banyak
permintaan maupun keluhan ku. ”Terima Kasih banyak yaa bii. ..”
9. Sahabat-sahabatku: Jumran, Ibnu, Andry, Al, Icha, Imam, dan Leegonk
yang banyak membantu dan membuat perkuliah di kampus menjadi rame
dan ngga ngebosenin. ”Thank’s yach bro and sis”, Semoga persahabatan ini tetap
terjaga walaupun suatu saat kita akan berpisah. U all are my inspiration.
10. Seluruh teman di kelas Akuntansi C dan kelas konsentrasi Pajak A
angkatan 2007, semoga Allah mempertemukan kita bersama kembali di
lain waktu.
11. Karyawan PT. Super Wahana Tehno: Bapak Wiewie yang telah
memberikanku kesempatan dan pengalaman bekerja dan Bapak Yadi yang
membimbingku dengan sabar. ”Terima kasih yaa pak”, teman-temanku: Olla,
Asep, Fitriana, Siesil, dan Nesty yang telah banyak membantuku, Thank’s
yach all, semoga kita dapat bertemu lagi.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua
pihak atas bantuan dan amal baik yang telah diberikan kepada penulis dalam
penyusunan skripsi ini sampai dengan selesai.
ix
11
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca
demi perbaikan penulisan kedepannya. Akhir kata dengan penuh rasa hormat dan
kerendahan hati, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis maupun pembaca.
Jakarta, 20 Maret 2013
Penulis
x
12
DAFTAR ISI
Keterangan Halaman
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ....................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ......................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .......................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .................. iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................... v
ABSTRACT .................................................................................................. vi
ABSTRAK ................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xx
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Penelitian ............................................................... 1
B. Perumusan Masalah ....................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 5
xi
13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 7
A. Konsep Dasar Akuntansi ................................................................ 7
1. Definisi Akuntansi ................................................................... 7
2. Laporan Keuangan ................................................................... 8
3. Tujuan Laporan Keuangan ....................................................... 10
B. Konsep Dasar Perpajakan .............................................................. 12
1. Definisi Pajak ........................................................................... 12
2. Fungsi, Syarat, dan Tata Cara Pemungutan Pajak ................... 14
3. Pembukuan ............................................................................... 15
C. Laporan Keuangan Komersial dan Laporan Keuangan Fiskal ...... 19
1. Pengertian Laporan Keuangan Komersial dan Laporan
Keuangan Fiskal ....................................................................... 19
2. Persamaan Akuntansi Komersial dan Akuntansi Fiskal .......... 20
3. Perbedaan Akuntansi Komersial dan Akuntansi Fiskal ........... 20
4. Perbedaan Mengenai Konsep Penghasilan atau Pendapatan ... 23
5. Perbedaan Konsep Biaya dan Bukan Biaya ............................. 25
6. Perbedaan Konsep Penyusutan dan Nilai Persediaan .............. 32
a. Konsep Penyusutan ............................................................ 32
b. Konsep Nilai Persediaan .................................................... 34
7. Koreksi Fiskal .......................................................................... 35
a. Beda Tetap ......................................................................... 37
b. Beda Waktu ........................................................................ 38
xii
14
8. Rekonsiliasi Laporan Keuangan Komersial ke Laporan
Keuangan Fiskal ....................................................................... 38
D. Pajak Penghasilan (PPh) Badan ..................................................... 40
1. Komponen Perhitungan PPh Badan ......................................... 40
2. Penguran PPh Badan yang Terutang ......................................... 41
a. PPh Pasal 22 ....................................................................... 41
b. PPh Pasal 23 ....................................................................... 41
c. PPh Pasal 24 ....................................................................... 41
d. PPh Pasal 25 ....................................................................... 42
3. Tarif Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan ............................. 44
E. Penelitian Sebelumnya ................................................................... 45
F. Kerangka Pemikiran ....................................................................... 48
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................. 49
A. Ruang Lingkup Penelitian .............................................................. 49
B. Metode Penentuan Sampel ............................................................. 49
C. Metode Pengumpulan Data ............................................................ 50
D. Metode Analisis Data ..................................................................... 50
E. Operasional Variabel Penelitian ...................................................... 52
1. Penghasilan Menurut Akuntansi dan Perpajakan ..................... 52
2. Beban Menurut Akuntansi dan Perpajakan .............................. 52
3. Rekonsiliasi Laporan Keuangan Fiskal .................................... 53
xiii
15
4. Beda Tetap dan Beda Waktu .................................................... 53
BAB IV PEMBAHASAN MASALAH ...................................................... 54
A. Gambaran Umum PT Indomix Perkasa ......................................... 54
1. Sejarah Singkat Perusahaan ..................................................... 54
2. Bidang Usaha Perusahaan ........................................................ 55
3. Struktur Organisasi Perusahaan ............................................... 56
a. Board of Director ................................................................ 57
b. Head of Operation .............................................................. 57
c. General Manager ................................................................ 58
d. Sales & Marketing Manager ............................................... 58
e. Head of Finance & Admin .................................................. 59
f. Secretary .............................................................................. 59
B. Laporan Keuangan PT Indomix Perkasa ....................................... 61
C. Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Tahun 2010 ................................ 64
D. Pajak Penghasilan PT Indomix Perkasa ......................................... 96
1. Perhitungan Penghasilan Netto Fiskal PT Indomix Perkasa
Tahun 2010 .............................................................................. 96
2. Pajak Penghasilan Terhutang PT Indomix Perkasa Tahun
2010 .......................................................................................... 98
a. PPh Pasal 22 ....................................................................... 98
b. PPh Pasal 23 ....................................................................... 99
xiv
16
c. PPh Pasal 25 ....................................................................... 100
E. Analisis dan Evaluasi Terhadap Rekonsiliasi Fiskal
PT Indomix Perkasa Tahun 2010 .................................................... 102
1. Evaluasi Perhitungan Penghasilan Netto Fiskal PT Indomix
Perkasa Tahun 2010 ................................................................. 118
2. Evaluasi Perhitungan PPh Kurang atau Lebih Bayar
PT Indomix Perkasa Tahun 2010 .............................................. 119
3. Ringkasan Evaluasi Terhadap Rekonsiliasi Fiskal
PT Indomix Perkasa Tahun 2010 ............................................. 120
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 121
A. Kesimpulan .................................................................................... 121
B. Implikasi ......................................................................................... 122
C. Saran ................................................................................................ 123
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 124
LAMPIRAN - LAMPIRAN ....................................................................... 126
xv
17
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Perbedaan Akuntansi Komersial dan Akuntansi Fiskal ............ 22
2.2 Kelompok Harta Berwujud, Metode, serta Tarif Penyusutan ... 33
2.3 Kelompok Harta Tak Berwujud, Metode, serta
Tarif Amortisasi ....................................................................... 34
2.4 Tinjauan Penelitian Sebelumnya ............................................... 45
4.1 Neraca Tahun 2010 ................................................................... 61
4.2 Laporan Laba-Rugi dan Akumulasi Laba Tahun 2010 ............. 63
4.3 Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Tahun 2010 ........................... 64
4.4 Ringkasan Rekonsiliasi Penyusutan Asset
PT Indomix Perkasa Tahun 2010 ............................................. 66
4.5 Rekonsiliasi Penyusutan Land .................................................. 67
4.6 Rekonsiliasi Amortisasi Land Rights ........................................ 68
4.7 Rekonsiliasi Penyusutan Building ............................................. 69
4.8 Rekonsiliasi Penyusutan Aktiva Lainnya ................................. 70
4.9 Rekonsiliasi Penyusutan Machinery ......................................... 70
4.10 Rekonsiliasi Penyusutan Heavy Equipment & Vehicles ........... 71
4.11 Rekonsiliasi Penyusutan Office Equipment .............................. 72
4.12 Rekonsiliasi Penyusutan Tool & Equipment ............................. 72
xvi
18
4.13 Ringkasan Evaluasi Rekonsiliasi Penyusutan Asset
PT Indomix Perkasa Tahun 2010 ............................................. 73
4.14 Rekonsiliasi Penyisihan Imbalan Pasca Kerja Tahun 2010 ...... 74
4.15 Rekonsiliasi Penyusutan Aktiva Tetap yang Digunakan
Karyawan Tertentu Tahun 2010................................................ 75
4.16 Evaluasi Rekonsiliasi Penyusutan Aktiva Tetap yang
Digunakan Karyawan Tertentu Tahun 2010 ............................ 76
4.17 Rekonsiliasi Biaya Perbaikan dan Perawatan Tahun 2010 ....... 77
4.18 Rekonsiliasi Biaya Travelling, Transport, & Meal
Tahun 2010 .............................................................................. 79
4.19 Ringkasan Evaluasi Biaya Travel, Transport, & Meal
Tahun 2010 .............................................................................. 81
4.20 Rekonsiliasi Biaya Bahan Bakar Tahun 2010 ........................... 82
4.21 Rekonsiliasi Biaya Parkir dan Toll Tahun 2010 ....................... 83
4.22 Rekonsiliasi Biaya Restore & Rehab Tahun 2010 .................... 84
4.23 Ringkasan Rekonsiliasi Biaya Restore & Rehab ....................... 85
4.24 Rekonsiliasi Biaya Telephone Tahun 2010 ............................... 86
4.25 Evaluasi Rekonsiliasi Biaya Telephone ..................................... 87
4.26 Rekonsiliasi Biaya Staff Amenities Tahun 2010 ....................... 88
4.27 Evaluasi Rekonsiliasi Biaya Staff Amenities Tahun 2010 ......... 90
4.28 Rekonsiliasi Biaya Asuransi (GA) Tahun 2010 ........................ 91
4.29 Evaluasi Rekonsiliasi Biaya Asuransi (GA) Tahun 2010 ......... 93
4.30 Rekonsiliasi Motor Vehicles Expense (COGS) Tahun 2010 .... 94
xvii
19
4.31 Evaluasi Rekonsiliasi Motor Vehicles Expense (COGS)
Tahun 2010 .............................................................................. 96
4.32 Perhitungan PPh Pasal 22 PT Indomix Perkasa Tahun 2010 .... 98
4.33 Rekapitulasi SSP PPh Pasal 25 Tahun 2010 ............................. 100
4.34 Ringkasan Evaluasi Terhadap Rekonsiliasi Fiskal
PT Indomix Perkasa Tahun 2010 ............................................. 120
xviii
20
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Siklus Akuntansi ....................................................................... 12
2.2 Perhitungan Penghasilan Kena Pajak ........................................ 43
2.3 Skema Kerangka Pemikiran ...................................................... 48
4.1 Struktur Organisasi PT Indomix Perkasa .................................. 60
xix
21
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
1 Daftar Pertanyaan Wawancara ............................................ 127
2 SPT Tahunan Pajak Penghasilan PT Indomix Perkasa
Tahun 2010 .......................................................................... 129
3 Laporan Keuangan PT Indomix Perkasa Tahun 2010 ......... 136
xx
22
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Kemandirian suatu bangsa, dapat diukur dari kemampuan bangsa untuk
melaksanakan dan membiayai pembangunan sendiri. Salah satu sumber
pembiayaan pembangunan berasal dari penerimaan pajak. Pajak merupakan
alat bagi pemerintah di dalam mencapai tujuan untuk mendapatkan
penerimaan baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung dari
masyarakat, guna membiayai pengeluaran rutin serta pembangunan sosial dan
ekonomi masyarakat. Pajak secara bebas dapat dikatakan sebagai suatu
kewajiban warga Negara berupa pengabdian serta peran aktif warga Negara
dan anggota masyarakat untuk membiayai berbagai keperluan Negara yang
berupa pebangunan nasional yang pelaksanaannya diatur dalam undang-
undang dan peraturan-peraturan untuk tujuan kesejahteraan bangsa dan
negara.
Saat ini ada 3 sistem yang diaplikasikan dalam pemungutan pajak yaitu
official assesment system, self assesment system, dan withholding tax system.
Untuk sistem pembayaran pajak penghasilan yang berlaku saat ini dilandasi
oleh sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan
tanggung jawab kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan,
membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar, yang
disebut dengan self assessment system (Thomas Sumarsan, 2013:14). Untuk
melaksanakan kewajiban perpajakan berdasarkan self assessment system maka
1
23
diperlukan pedoman untuk menghitung besarnya penghasilan kena pajak, yang
salah satu caranya dapat diketahui melalui penyelenggaraan catatan yang
sistematis yang disebut dengan pembukuan. Hasil akhir dari suatu proses
pembukuan berupa laporan keungan yang terdiri dari neraca, laporan laba
rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan
keuangan (IAI, 2007:1.2).
Laporan keuangan disusun dengan tujuan menyediakan informasi yang
menyangkut keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam
pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukan apa
yang telah dilakukan manajemen atau sebagai bentuk pertanggungjawaban
manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Laporan
keuangan yang selanjutnya disebut sebagai laporan keuangan komersial pada
dasarnya disusun dengan berpedoman pada Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK). Laporan keuangan komersial ditunjukan untuk pihak
intern dan ekstern. Bagi pihak intern, laporan keuangan digunakan untuk
menilai hasil kinerja dalam suatu periode akuntansi, apakah selama periode
tersebut terjadi kenaikan atau penurunan aktivitas usaha yang tercermin dari
pendapatan (hasil usaha), yang selanjutnya akan menghasilkan kenaikan
(penurunan) laba usaha dari periode sebelumnya. Dengan mengadakan analisa
laporan keuangan dari perusahaan, manajemen akan mengetahui keadaan dan
perkembangan financial dari perusahaannya, dimana hasil analisa historis
tersebut sangat penting artinya bagi penyusunan rencana ataupun kebijakan
2
24
yang akan dilakukan di waktu yang akan datang. Sedangkan untuk pihak
eksternal, dalam hal ini khususnya adalah pemegang saham yang tidak terlibat
secara langsung dalam operasional perusahaan, laporan keuangan digunakan
untuk menilai kinerja manajemen perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan, terutama berapa besar deviden yang akan diterima serta untuk
memutuskan apakah manajemen perusahaan tetap dipertahankan. Disamping
hal tersebut, laporan keuangan sudah pasti akan digunakan untuk memutuskan
apakah diperlukan ekspansi usaha pada periode-periode selanjutnya.
Berbeda dengan laporan keuangan komersial, laporan keuangan fiskal
adalah laporan keuangan yang disusun sesuai peraturan perpajakan dan
digunakan untuk keperluan perhitungan pajak (Erly Suandy, 2008:75).
Ketentuan perpajakan mempunyai kriteria tertentu tentang pengukuran dan
pengakuan terhadap unsur-unsur yang umumnya terdapat dalam laporan
keuangan. Ukuran itu, dapat saja kurang sejalan dengan prinsip akuntansi
(komersial). Contohnya: perbedaan dalam konsep penyusutan antara akuntansi
dengan peraturan perpajakan adalah dalam akuntansi (komersial) menentukan
umur aktiva berdasarkan taksiran umur ekonomis dan penggunaan metode
peyusutan dapat memilih salah satu, sesuai dengan PSAK No. 16 Tahun 2007
yaitu metode garis lurus, metode saldo menurun, dan metode jumlah unit.
Sedangkan dalam ketentuan perpajakan, aktiva dikelompokkan berdasarkan
jenis harta, masa manfaat, dan tarif yang ketentuannya diatur dengan
Peraturan Menteri Keuangan. Dalam hal metode penyusutan yang digunakan
dalam penyusunan laporan fiskal berdasarkan Undang-Undang Nomor 36
3
25
Tahun 2008 Pasal 11 tentang Pajak Penghasilan yaitu berdasarkan metode
garis lurus dan metode saldo menurun yang dilaksanakan secara konsisten.
Undang-undang pajak tidak mengatur secara khusus bentuk dari pelaporan
keuangan, hanya memberikan pembatasan untuk hal-hal tertentu, baik dalam
pengakuan penghasilan maupun biaya. Perusahaan dapat menyusun laporan
keuangan akuntansi (komersial) dan laporan keuangan fiskal secara terpisah
atau melakukan koreksi fiskal terhadap laporan keuangan komersial (Erly
Suandy, 2008:75).
Perbedaan antara laporan keuangan fiskal dengan laporan keuangan
komersial dikarenakan tujuan dan kegunaannya berbeda. Jika untuk
menyediakan laporan keuangan fiskal dan laporan komersial harus ditangani
oleh administrasi yang berbeda, maka biaya untuk menyediakan kedua laporan
keuangan tersebut menjadi sangat mahal. Maka perusahaan dapat melakukan
rekonsiliasi fiskal terhadap laporan keuangan komersial guna menentukan
besarnya pajak terutang sesuai dengan undang-undang perpajakan yang
berlaku.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis akan melakukan
penulisan dengan judul: “Analisis Rekonsiliasi Fiskal atas Laporan
Keuangan Komersial dalam Menentukan Pajak Penghasilan (PPh)
Terutang (Studi Kasus pada PT. Indomix Perkasa Tahun Pajak 2010)”.
4
26
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan fenomena latar belakang diatas, maka permasalahan yang
dibahas dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah pendapatan atau beban yang dikoreksi pada laporan keuangan
komersial PT. Indomix Perkasa sudah sesuai dengan peraturan
perpajakan?
2. Berapa jumlah penghasilan kena pajak pada PT. Indomix Perkasa yang
sebagai dasar penentuan pajak terhutang tahun pajak 2010?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah:
1. Mengetahui semua pendapatan atau beban yang dikoreksi telah sesuai
dengan peraturan perpajakan.
2. Mengetahui jumlah pajak penghasilan PT. Indomix Perkasa tahun 2010
serta penyebab terjadinya kenaikan (penurunan) pajak.
D. Manfaat penelitian
1. Bagi penulis, sebagai sarana pembelajaran untuk meningkatkan
kemampuan dibidang penelitian ilmiah dan melatih penulis untuk
mengungkapkan permasalahan tertentu secara sistematis, serta berusaha
memecahkan permasalahan tersebut secara sistematis sehingga dapat
menunjang perkembangan ilmu pengetahuan.
5
27
2. Bagi pihak perusahaan, penelitian ini diharapkan bermanfaat memberikan
pertimbangan atau masukan mengenai penyusunan koreksi fiskal yang
sesuai dengan peraturan perpajakan dalam menghitung besarnya jumlah
PPh terutang.
3. Bagi aparat pajak/fiskus, penelitian ini dapat memberikan gambaran
mengenai kepatuhan wajib pajak dan masukan-masukan guna
meningkatkan pendapatan pajak.
4. Bagi civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, hasil penelitian
ini dapat menjadi acuan referensi bagi beberapa penelitian dengan objek
peneliti yang sejenis.
6
28
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Akuntansi
1. Definisi Akuntansi
Ada beberapa definisi tentang ilmu akuntansi, antara lain:
Definisi yang diberikan oleh Accounting Principles Board Statement No. 4
(1970) menyatakan sebagai berikut,
“ Akuntansi adalah sebuah aktivitas jasa, dimana fungsinya
adalah memberikan informasi kuantitatif, terutama informasi
mengenai keuangan dan entitas ekonomi yang dimaksudkan akan
menjadi berguna dalam mengambil keputusan ekonomi (dalam
membuat pilihan diantara berbagai alternatif yang ada)”. (Hery,
2013:3)
Adapun definisi yang diberikan oleh American Accounting Association
(AAA) pada tahun 1966 adalah sebagai berikut,
“ Akuntansi adalah proses pengidentifikasian, mengukur, dan
menyampaikan informasi ekonomi bagi para penggunanya dalam
mempertimbangkan berbagai alternatif yang ada dan membuat
kesimpulan”. (Hery, 2013:3)
Dalam kedua definisi tersebut dapat diketahui bahwa:
1. Fungsi (peran) akuntansi adalah menyediakan informasi kuantitatif,
terutama yang bersifat keuangan, tentang “entitas” ekonomi.
2. Informasi yang dihasilkan oleh akuntansi dimaksudkan agar berguna
sebagai input yang dipertimbangkan dalam mengambil keputusan
ekonomi yang rasional.
Dalam ilmu akuntansi terdapat sistem pencatatan dan dasar
akuntansi. Adanya sistem pencatatan disebabkan oleh salah satu tahap
7
29
dalam akuntansi, yaitu tahap pencatatan. Terdapat beberapa system
pencatatan, yaitu single entry, double entry, dan triple entry. Dasar
akuntansi digunakan untuk menentukan saat pencatatan suatu transaksi
ekonomi. Pada dasarnya, terdapat dua basis atau dasar akuntansi, yaitu
dasar kas dan dasar akrual. Dasar-dasar lain diantara keduanya merupakan
transisi.
2. Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu
perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk
menggambarkan kinerja perusahaan tersebut.
Menurut Hery (2013:7) menyatakan sebagai berikut,
“ Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang
dapat digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan data
keuangan atau aktivitas perusahaan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan”.
Agar hasil suatu usaha dapat diketahui, setiap kurun waktu
(periode akuntansi) tertentu perusahaan perlu menyusun laporan keuangan.
Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan.
Sedangkan penyusunan laporan keuangan adalah tahap akhir dalam
akuntansi. Laporan keuangan harus memenuhi beberapa syarat, yaitu:
relevan, dapat dimengerti, dapat diuji, dapat dibandingkan, dapat
dipercaya, lengkap, penyampaian tepat waktu, akurat, dan objektif.
Laporan keuangan suatu perusahaan merupakan interpretasi
kondisi keuangan suatu perusahaan selama periode tertentu, sehingga
fungsi laporan keuangan memegang peranan yang sangat penting dalam
8
30
pengambilan suatu keputusan, baik di tingkat manajemen maupun di
tingkat shareholder/investor terutama yang tidak terlibat secara langsung
dalam operasional perusahaan.
Laporan keuangan perusahaan menunjukkan kondisi keuangan
perusahaan secara keseluruhan. Dari laporan ini terbaca bagaimana
kondisi perusahaan yang sesungguhnya, termasuk kelemahan dan
kekuatan yang dimiliki. Keuntungan dengan membaca laporan keuangan
ini, pihak manajemen dapat memperbaiki kelemahan yang ada serta
mempertahankan yang dimilikinya.
Laporan keuangan juga memiliki karakteristik kualitatif yang
merupakan cirri khas yang membuat informasi didalamnya dapat lebih
bermanfaat bagi tiap pemakainya dalam mengambil keputusan. Waluyo
(2008:21) menyebutkan terdapat empat karakteristik , yaitu:
1. Dapat dipahami
Laporan keuangan haruslah dapat dipahami oleh pengguna laporan,
sehingga dapat memberikan informasi mengenai aktivitas ekonomis
dan bisnis secara jelas.
2. Relevan
Informasi haruslah relevan agar memenuhi kebutuhan pengguna
laporan dalam proses pengambilan keputusan.
9
31
3. Materialitas
Menetapkan materialitas bergantung pada pos ataupun kesalahan yang
dinilai sehingga materialitas merupakan ambang batas agar informasi
mempunyai manfaat.
4. Keandalan
Informasi haruslah andal (reliable), artinya berkualitas dan tidak
menyesatkan.
Meskipun prinsip-prinsip pelaporan keuangan yang dirancang
untuk memberikan informasi yang relevan dan handal bagi pengguna
laporan keuangan, manajer dapat mempersiapkan laporan tersebut pada
beberapa kesempatan. Prinsip-prinsip pelaporan keuangan menekankan
konsistensi dari waktu ke waktu dalam sebuah perusahaan, tetapi mereka
mengizinkan fleksibilitas yang cukup dalam pemilihan metode dan
kebijaksanaan dalam estimasi, terutama ketika informasi tidak dianggap
"material", yaitu besarnya cukup untuk mempengaruhi pengguna laporan
(Lillian Mills dkk, 2002:8).
3. Tujuan Laporan Keuangan
Menurut PSAK (2007) tujuan laporan keuangan adalah
memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan
arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna
laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga
menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan
sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.
10
32
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan
menyajikan informasi mengenai perusahaan yang meliputi: asset,
laibilitas, ekuitas, pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan
kerugian, kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya
sebagai pemilik, dan arus kas.
Laporan keuangan perusahaan didasarkan pada aturan-aturan dan
konvensi-konvensi akuntansi. Untuk mencapai konsistensi dan
komparabilitas, pertimbangan-pertimbangan subjektif diminimalkan, tetapi
penilaian suatu perusahaan didasarkan pada proyeksi atau prakiraan
kinerjanya di masa depan. Hal ini melibatkan pertimbangan-pertimbangan
yang subjektif. Jadi, laporan akuntansi tidak mencatat nilai ekonomis.
Sebaliknya, laporan-laporan itu memberikan informasi historis kuantitatif
dasar yang merupakan sekumpulan input yang penting yang digunakan
dalam menghitung nilai-nilai ekonomis.
11
33
Gambar 2.1
Siklus Akuntansi
Sumber: data diolah
B. Konsep Dasar Perpajakan
1. Definisi Pajak
Definisi tentang pajak telah banyak dikemukakan oleh para ahli
dalam literature-literatur. Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya
tentang pengertian pajak, antara lain:
Definisi yang diberikan oleh Prof. Dr. H Rochmat Soemitro SH,
menyatakan sebagai berikut,
“ Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan
Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat
jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan
yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”.(Thomas
Sumarsan, 2013:3)
12
34
Adapun definisi yang diberikan oleh P. J. A. Andriani adalah sebagai
berikut,
“ Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan)
yang terutama oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-
peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung
dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran umum berhubung dengan tugas Negara untuk
menyelenggarakan pemerintahan”.(Gatot S.M Faisal, 2009:12)
Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) adalah sebagai berikut,
“ Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat”.
Dari definisi-definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa pajak
memiliki unsur-unsur, antara lain:
a. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan Undang-undang
serta aturan pelaksanaannya yang sifatnya dapat dipaksakan.
b. Tanpa jasa timbal (kontraprestasi) di Negara yang secara langsung
dapat ditunjukkan.
c. Pajak dipungut oleh Negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah.
d. Pajak dapat dipungut secara langsung atau tidak langsung.
e. Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi
pembiayaan-pembiayaan Negara.
13
35
2. Fungsi, Syarat, dan Tata Cara Pemungutan Pajak
Mardiasmo (2011:1-2) dalam buku Perpajakan: Edisi Revisi,
menuliskan bahwa ada dua fungsi pajak yaitu:
1. Fungsi Budgeter
Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluarannya.
2. Fungsi Mengatur (Regulerend)
Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan
pemerintah dibidang social dan ekonomi..
Mardiasmo (2011:2) menyebutkan agar pemungutan pajak tidak
menimbulkan hambatan atau perlawanan, pemungutan pajak harus
memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Pemungutan pajak harus adil (Syarat Keadilan)
2. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (Syarat Yuridis)
3. Tidak mengganggu perekonomian (Syarat Ekonomis)
4. Pemungutan pajak harus efisien (Syarat Finansiil)
5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana.
Mardiasmo (2011:6-7) juga menyebutkan, tata cara pemungutan
pajak dapat dilakukan berdasarkan 3 stelsel sebagai berikut:
1. Stelsel Nyata (Riel Stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan yang nyata),
sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak,
yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya diketahui.
14
36
2. Stelsel Anggapan (Fictieve Stelsel)
Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh
undang-undang.
3. Stelsel Campuran
Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel
anggapan. Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu
anggapan, kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan
dengan keadaan yang sebenarnya. Bila besarnya pajak menurut
kenyataan lebih besar daripada pajak menurut anggapan, maka Wajib
Pajak harus menambah. Sebaliknya, jika lebih kecil kelebihannya
dapat diminta kembali.
3. Pembukuan
Pasal 13 Undang-Undang Pajak Perseroan Tahun 1995
menyatakan bahwa pihak pengurus perseroan, perhimpunan, maskapai,
lembaga, dan badan yang menjalankan perusahaan yang labanya
dikenakan pajak harus menyelanggarakan pembukuan di Indonesia dengan
cara sedemikian rupa, sehingga dari pembukuan tersebut dapat diketahui
laba yang dikenakan pajak.
Undang-undang pajak menggunakan istilah pembukuan, tetapi
dalam akuntansi komersial seperti dalam SAK tidak menggunakan istilah
pembukuan. Waluyo (2008:5) dalam buku Akuntansi Pajak, menuliskan
bahwa beberapa buku teks akuntansi mendifinisikan pembukuan adalah
kegiatan mengumpulkan, mencatat, dan menganalisis data transaksi
15
37
keuangan ke dalam buku atau catatan yang telah disiapkan, serta
pengendalian proses akuntansi melalui prinsip pengendalian internal,
pengukuran nilai transaksi ke dalam nilai moneter berdasarkan standar
akuntansi yang berlaku, dan penyajian hasil transaksi keuangan menjadi
informasi keuangan yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan.
Pengertian pembukuan sendiri sesuai dengan Pasal 1 angka 29
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 menyatakan bahwa pembukuan
adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk
mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta,
kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan
dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan
keungan berupa neraca dan laporan laba rugi untuk periode tahun pajak
tersebut.
Menurut Pasal 28 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007
mengatur penyelenggaraan pembukuan untuk keperluan perpajakan yaitu
dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas dan Wajib Pajak badan di Indonesia wajib
menyelenggarakan pembukuan.
16
38
2. Wajib Pajak yang dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan
pembukuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tetapi wajib
melakukan pencatatan, adalah Wajib Pajak orang pribadi yang
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan diperbolehkan
menghitung penghasilan neto dengan menggunakan Norma
Penghitungan Penghasilan Neto dan Wajib Pajak orang pribadi yang
tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
3. Pembukuan atau pencatatan tersebut harus diselenggarakan dengan
memperhatikan iktikad baik dan mencerminkan keadaan atau kegiatan
usaha yang sebenarnya.
4. Pembukuan atau pencatatan harus diselenggarakan di Indonesia
dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang
Rupiah, dan disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa asing
yang diizinkan oleh Menteri Keuangan.
5. Pembukuan diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan
stelsel akrual atau stelsel kas.
6. Perubahan terhadap metode pembukuan dan/atau tahun buku harus
mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak.
7. Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta,
kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan
pembelian sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang terutang.
17
39
8. Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain
Rupiah dapat diselenggarakan oleh Wajib Pajak setelah mendapat izin
Menteri Keuangan.
9. Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas data yang
dikumpulkan secara teratur tentang peredaran atau penerimaan bruto
dan/atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung jumlah
pajak yang terutang, termasuk penghasilan yang bukan objek pajak
dan/atau yang dikenai pajak yang bersifat final.
10. Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau
pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari
pembukuan yang dikelola secara elektronik atau secara program
aplikasi on-line wajib disimpan selama 10 (sepuluh) tahun di
Indonesia, yaitu di tempat kegiatan atau tempat tinggal Wajib Pajak
orang pribadi, atau di tempat kedudukan Wajib Pajak badan.
11. Bentuk dan tata cara pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
18
40
C. Laporan Keuangan Komersial dan Laporan Keuangan Fiskal
1. Pengertian Laporan Keuangan Komersial dan Laporan Keuangan
Fiskal
Laporan keuangan komersial adalah laporan keuangan yang
disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku umum,
yang bertujuan untuk menyediakan informasi keuangan yang bermanfaat
bagi pengambilan keputusan bisnis dan ekonomi, khususnya informasi
tentang prospek arus kas, posisi keuangan, kinerja usaha dan aktivitas
pendanaan dan operasi.
Laporan keuangan fiskal adalah laporan keuangan yang disusun
sesuai peraturan perpajakan dan digunakan untuk keperluan perhitungan
pajak. Undang-Undang Pajak tidak mengatur secara khusus bentuk dari
laporan keuangan, hanya memberikan pembatasan untuk hal-hal tertentu,
baik dalam pengakuan penghasilan maupun biaya (Erly Suandy, 2008:75).
Akibat dari perbedaan pengakuan ini menyebabkan laba akuntansi dan
laba fiskal berbeda. Secara umum laporan keuangan disusun berdasarkan
Standar Akuntansi Keuangan (SAK), kecuali diatur secara khusus dalam
undang-undang.
Perusahaan dapat menyusun laporan keuangan akuntansi
(komersial) dan laporan keuangan fiscal secara terpisah atau melakukan
koreksi fiskal terhadap laporan keuangan akuntansi (komersial). Laporan
keuangan komersial yang direkonsiliasi dengan koreksi fiskal akan
19
41
menghasilkan laporan keuangan fiskal. Standar Akuntansi Keuangan
khusus PSAK Nomor 46 mengatur tentang Akuntansi Pajak Penghasilan.
2. Persamaan Akuntansi Komersial dan Akuntansi Fiskal
Menurut Erly Suandy (2008:35), persamaan akuntansi komersial
dan akuntansi fiskal adalah:
a. Aset/harta tetap yang memberikan manfaat lebih dari satu periode
tidak boleh langsung dibebankan pada tahun pengeluarannya tetapi
harus dikapitalisir dan disusutkan sesuai dengan masa manfaatnya.
b. Aset/harta yang dapat disusutkan adalah asset tetap, baik bangunan
maupun bukan bangunan.
c. Tanah pada prinsipnya tidak disusutkan, kecuali jika tanah tersebut
memiliki masa manfaat terbatas.
3. Perbedaan Akuntansi Komersial dan Akuntansi Fiskal
Pada umumnya, perusahaan yang bergerak di bidang bisnis akan
menyusun laporan keuangan yang berbeda antara laporan keuangan
komersial dengan laporan keuangan yang dilampirkan pada Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan yang disampaikan ke
Direktorat Jendral Pajak. Perbedaan tersebut tidaklah dimaksudkan untuk
tujuan-tujuan tertentu, seperti penyelundupan pajak, akan tetapi lebih
cenderung kepada penyesuaian dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
Standar akuntansi keuangan (komersial) dan undang-undang pajak
sering memberikan spesifik dan sering berbeda, aturan yang mana yang
20
42
digunakan untuk melaporkan penghasilan dan tujuan pajak, meskipun
kedua pendapatan dilaporkan berdasarkan pada transaksi dibawah
fundamental yang sama. Beberapa perbedaan laporan pajak dapat dilihat
secara mekanis karena mereka berhubungan dengan suatu perbedaan yang
jelas di dalam peraturan. Contoh materi laporan pajak yang berbeda
dihasilkan oleh perbedaan yang jelas di dalam aturan-aturan penyusutan,
opsi saham, dan konsolidasi (Lillian Mills dkk, 2002:3).
Salah satu alasan perbedaan akuntansi pajak dengan akuntansi
keuangan, antara lain karena: tujuan akuntansi keuangan adalah pemberian
informasi penting kepada para manajer, pemegang saham, pemberi kredit,
serta pihak-pihak yang berkepentingan lainnya dan merupakan tanggung
jawan para akuntan untuk melindungi pihak-pihak tersebut dari informasi
yang menyesatkan. Sebaliknya, tujuan utama system perpajakan (termasuk
akuntansi pajak) adalah pemungutan pajak yang adil dan merupakan
tanggung jawab Direktorat Jenderal Pajak untuk melindungi para
pembayar pajak dari tindakan semena-mena.
Sejalan dengan tujuan dan tanggung jawab tersebut di atas, prinsip
yang dianut oleh akuntansi keuangan adalah prinsip konservatif , sehingga
kemungkinan kesalahannya lebih cenderung kepada understatement
pelaporan penghasilan atas assetnya dibandingkan dengan pelaporan
overstatement. Disamping perbedaan acuan yang dianut dalam
penyusunan laporan keuangan untuk kepentingan perpajakan, dari sudut
pandang Direktorat Jenderal Pajak laporan keuangan yang understatement
21
43
tersebut tentunya tidak dapat dipakai sebagai dasar menetapkan pajak yang
terutang (Mohammad Zain, 2008:118-119).
Tabel 2.1
Perbedaan Akuntansi Komersial dan Akuntansi Fiskal
Akuntansi Komersial Akuntansi Fiskal
Masa manfaat:
a. Masa manfaat ditentukan asset
berdasarkan taksiran umur ekonomis
maupun umur teknis
b. Ditelaah ulang secara periodic
c. Nilai residu bias diperhitungkan
Harga perolehan:
a. Untuk pembelian menggunakan
harga sesungguhnya
b. Untuk pertukaran asset tidak sejenis
menggunakan harga wajar
c. Untuk pertukaran sejenis berdasarkan
nilai buku asset yang dilepas
d. Aset sumbangan berdasarkan harga
pasar
Masa manfaat:
a. Ditetapkan berdasarkan keputusan
Menteri Keuangan
b. Nilai residu tidak diperhitungkan
Harga Perolehan:
a. Untuk transaksi yang tidak
mempunyai hubungan istimewa
berdasarkan harga yang
sesungguhnya
b. Untuk transaksi yang mempunyai
hubungan istimewa berdasarkan
harga pasar
c. Untuk transaksi tukar-menukar
adalah berdasarkan harga pasar
d. Dalam rangka likuidasi, peleburan,
pemekaran, pemecahan, atau
penggabungan adalah harga pasar
kecuali ditentukan lain oleh Menteri
Keuangan
e. Jika direvaluasi adalah sebesar nilai
revaluasi.
Bersambung ke halaman 23,,,
22
44
Akuntansi Komersial Akuntansi Fiskal
Metode penyusutan:
a. Garis lurus
b. Jumlah angka tahun
c. Saldo menurun/menurun ganda
d. Metode jam jasa
e. Unit produksi
f. Anuitas
g. Sistem persediaan
Perusahaan dapat memilih salah satu
metode yang dianggap sesuai, namun
harus diterapkan secara konsisten dan
harus ditelaah secara periodik.
Sistem penyusutan:
a. Penyusutan individual
b. Penyusutan gabungan/kelompok
Saat dimulainya penyusutan:
a. Saat perolehan
b. Saat penyelesaian
Metode penyusutan:
a. Untuk asset tetap bangunan adalah
garis lurus
b. Untuk asset tetap bukan bangunan
Wajib Pajak dapat memilih garis
lurus atau saldo menurun ganda asal
diterapkan secara taat asas
Sistem penyusutan:
a. Penyusutan secara individual
kecuali untuk peralatan kecil, boleh
secara golongan
Saat dimulainya penyusutan:
a. Saat perolehan.
b. Dengan izin Menteri Keuangan
dapat dilakukan pada tahun
penyelesaian atau tahun mulai
menghasilkan.
Sumber: Erly Suandy, 2008:35-36
4. Perbedaan Mengenai Konsep Penghasilan atau Pendapatan
Menurut konsep akuntansi, penghasilan (income) adalah
penambahan aset atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan
ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Penghasilan
meliputi pendapatan (revenues) dan keuntungan (gains). Pendapatan
adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa dan
23
45
dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa
(fees), bunga, deviden, royalty, dan sewa (Erly Suandy, 2008:115-116).
Dari sisi fiskal, konsep penghasilan tidak jauh berbeda dengan
konsep akuntansi, yaitu: Segala tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima/diperoleh Wajib Pajak baik yang berasal dari Indonesia maupun
dari Luar Indonesia yang bisa dikonsumsi atau menambah kekayaan Wajib
Pajak dengan nama dan dalam bentuk apapun. Lebih lanjut fiskal
membedakan penghasilan tersebut menjadi tiga kelompok yang sesuai
dengan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan, yaitu:
a. Penghasilan yang merupakan Objek Pajak Penghasilan
b. Penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan Final
c. Penghasilan yang bukan merupakan Objek Pajak Penghasilan
Pengelompokan penghasilan tersebut akan berakibat adanya
perbedaan mengenai konsep penghasilan antara SAK dan Fiskal.
Penghasilan yang bukan objek pajak berarti atas penghasilan tersebut tidak
dikenakan pajak (tidak menambah laba fiskal), lebih jelasnya tentang
pengelompokan penghasilan tersebut diuraikan dalam UU PPh No. 36
Tahun 2008 Pasal 4 ayat (1),(2), dan (3).
24
46
5. Perbedaan Konsep Biaya dan Bukan Biaya
Undang-Undang Pajak Penghasilan menganut pemajakan berbasis
neto (net basis of taxation) yang berarti pajak didasarkan pada penghasilan
bruto (gross income) dikurangi dengan pengeluaran-pengeluaran dan
pengurangan lainnya yang diperkenankan oleh undang-undang.
Secara komersial sebagaimana diatur dalam SAK bahwa dalam
laporan laba rugi biaya diakui apabila terjadi penurunan manfaat ekonomis
pada masa mendatang sehubungan dengan penurunan asset atau
peningkatan kewajiban yang dapat diukur dengan modal. Alternatif
lainnya, biaya juga diakui dengan mendasarkan pada analisis hubungan
antara biaya yang timbul dan penghasilan tertentu yang diperoleh
(Waluyo, 2008:222).
Untuk tujuan perpajakan, yaitu atas dasar penerimaan dan
pengaruh social ekonomi, tidak seluruh biaya dapat dikurangkan terhadap
penghasilan sehingga apabila dibandingkan, komponen biaya menurut
akuntansi komersial dapat dikoreksi yang mempengaruhi penghasilan.
Beban-beban yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto bagi
Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap dibagi dalam 2 golongan
yaitu:
1. Beban atau biaya yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari 1
(satu) tahun. Beban yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari 1
(satu) tahun merupakan biaya pada tahun yang bersangkutan,
misalnya gaji, biaya administrasi dan bunga.
25
47
2. Beban atau biaya yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu)
tahun. Pengeluran yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu)
tahun, pembebanannya dilakukan melalui penyusutan atau melalui
amortisasi.
Waluyo (2008:223) juga menyebutkan, pengeluaran-pengeluaran
yang dilakukan oleh wajib pajak dapat pula dibedakan menjadi:
1. Pengeluaran yang dapat dibebankan sebagai biaya (deductible
expenses)
Pengeluaran yang dapat dibebankan sebagai biaya adalah
pengeluaran yang mempunyai hubungan langsung dengan usaha atau
kegiatan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan
yang merupakan Objek Pajak yang pembebanannya dapat dilakukan
dalam tahun pengeluaran atau selama masa manfaat dari pengeluaran
tersebut.
2. Pengeluaran yang tidak dapat dibebankan sebgai biaya
(nondeductible expenses)
Pengeluaran yang tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
atau tidak dapat dibebankan sebagai biaya adalah pengeluaran untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang bukan
merupakan Objek Pajak.
Menurut Pasal 6 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang
Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 menyatakan bahwa untuk
26
48
menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak Dalam
Negeri dan Bentuk Usaha Tetap, ditentukan berdasarkan penghasilan bruto
dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan, termasuk:
a. Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan
kegiatan usaha, antara lain:
1) Biaya pembelian bahan;
2) Biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji,
honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan
dalam bentuk uang;
3) Bunga, sewa, dan royalty;
4) Biaya perjalanan;
5) Biaya pengolahan limbah;
6) Premi asuransi;
7) Biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan;
8) Biaya administtrasi;
9) Pajak kecuali Pajak Penghasilan;
b. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan
amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain
yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 11A
27
49
c. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan
d. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan
digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan
e. Kerugian selisih kurs mata uang asing
f. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di
Indonesia
g. Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan
h. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat:
1) Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial
2) Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat
ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak, dan
3) Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri
atau instansi pemerintah yang menangani piutang negara; atau
adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/
pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang bersangkutan;
atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus;
atau adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah
dihapuskan untuk jumlah utang tertentu.
4) syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk
penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf k.
28
50
i. Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
j. Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang
dilakukan di Indonesia yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah
k. Biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur
dengan Peraturan Pemerintah
l. Sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan
Peraturan Pemerintah; dan
m. sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya
diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Tidak setiap pengeluaran itu boleh dibebankan sebagai biaya sesuai
ketentuan perundang-undangan perpajakan. Pasal 9 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaiamana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2008 mengatur bahwa untuk menentukan besarnya Penghasilan
Kena Pajak bagi Wajib Pajak Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap tidak
boleh dikurangkan yaitu:
a. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti
dividen, termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi
kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi
b. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi
pemegang saham, sekutu, atau anggota
29
51
c. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali:
1) Cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha
lain yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi,
perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang
2) Cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial
yang dibentuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
3) Cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan
4) Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan
5) Cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan, dan
6) cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan
limbah industri untuk usaha pengolahan limbah industri,
yang ketentuan dan syarat-syaratnya diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan
d. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna, dan asuransi bea siswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang
pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut
dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak yang bersangkutan
e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan
makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau
imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan
yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
30
52
f. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang
saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai
imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan
g. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b,
kecuali sumbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1)
huruf i, huruf j, huruf k, huruf l, dan huruf m serta zakat yang diterima
oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau
disahkan oleh pemerintah atau sumbangan keagamaan yang sifatnya
wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima
oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh
pemerintah, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Pemerintah
h. Pajak penghasilan
i. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi
Wajib Pajak atau orang yang menjadi tanggungannya
j. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau
perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham
k. Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi
pidana berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-
undangan di bidang perpajakan.
31
53
6. Perbedaan Konsep Penyusutan dan Nilai Persediaan
Perbedaan dalam konsep antara akuntansi dengan peraturan
perpajakan terutama menyangkut konsep penyusutan dan penilaian
persediaan barang dagangan.
a. Konsep Penyusutan
Perbedaan utama antara akuntansi dengan undang-undang
perpajakan adalah penentuan umur aktiva dan metode penyusutan yang
boleh digunakan. Akuntansi menentukan umur aktiva berdasarkan
umur sebenarnya walaupun penentuan umur tersebut tidak terlepas dari
tafsiran Judgement.
Menurut Johar Arifin (2009:132), metode menurut akuntansi
komersial mengacu pada PSAK No. 16 tentang Aset Tetap (Revisi
2007). Metode penyusutan komersial antara lain:
1) Metode garis lurus (Straight line method) yaitu, menghasilkan
pembebanan yang tetap selama umur manfaat asset jika dinilai
residunya tidak berubah.
2) Metode saldo menurun (Diminishing balance method) yaitu,
menghasilkan pembebanan yang menurun selama umur manfaat
asset.
3) Metode jumlah unit (Sum of the unit method), yaitu menghasilkan
pembebanan berdasarkan pada penggunaan atau output yang
diharapkan dari suatu aset.
32
54
Ketentuan perpajakan hanya menetapkan dua metode penyusutan
yang harus dilaksanakan wajib pajak berdasarkan pasal 11 Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan yaitu
berdasarkan metode garis lurus dan metode saldo menurun yang
dilaksanakan secara konsisten, kemudian aktiva (harta berwujud)
dikelompokkan berdasarkan jenis harta dan masa manfaat sebagai
berikut:
Tabel 2.2
Kelompok Harta Berwujud, Metode, serta Tarif Penyusutan
Sumber : UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 11 ayat (6)
Amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh harta tidak
berwujud dan pengeluaran lainnya yang mempunyai manfaat lebih dari
1 tahun dilakukan juga dengan memakai 2 metode yaitu: metode garis
lurus dan metode saldo menurun, dengan penglempokan sebagai
berikut:
33
55
Tabel 2.3
Kelompok Harta Tak Berwujud, Metode, serta Tarif Amortisasi
Sumber : UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 11A ayat (2)
Penentuan masa manfaat, jenis harta, metode, serta tariff
dimaksudkan untuk memberikan keseragaman bagi wajib pajak dalam
melakukan penyusutan maupun amortisasi.
b. Konsep Nilai Persediaan
Dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan Indonesia, persediaan
dan pemakaian persediaan untuk menghitung harga pokok dinilai
berdasarkan perolehan (cost) yang dilakukan dengan metode rata-rata
(average) atau dengan metode mendahulukan persediaan yang
diperoleh pertama yang dikenal dengan firs in first out (FIFO).
Penggunaan metode tersebut harus dilakukan secara konsisten.
Apabila kita meninjau secara akuntansi maka ada 3 jenis metode
yang dilakukan untuk menilai persediaan yang sesuai dengan SAK No.
14 Tahun 2007 yaitu dengan menggunakan rumus biaya masuk
pertama keluar pertama (MPKP atau FIFO), kemudian rata-rata
tertimbang (weigh average cost method) dan masuk terakhir keluar
pertama (MTKP atau LIFO). Kemudian untuk barang yang lazimnya
34
56
tidak dapat digantikan dengan barang lain (not ordinary
interchangeable) dan barang serta jasa yang dihasilkan dan dipisahkan
untuk proyek khusus harus diperhitungkan berdasarkan identifikasi
khusus terhadap biayanya masing-masing.
7. Koreksi Fiskal
Koreksi fiskal adalah proses penyesuaian atas laba komersial yang
berbeda dengan ketentuan fiskal untuk menghasilkan penghasilan netto
atau laba yang sesuai dengan ketentuan pajak. Perbedaan-perbedaan antara
akuntansi dan fiskal tersebut dapat dikelompokkan menjadi beda tetap atau
permanen dan beda waktu atau sementara.
Menurut Agus Setiawan dan Basri Musri (2006 : 421) menyatakan sebagai
berikut,
“ Rekonsiliasi fiskal adalah penyesuaian ketentuan menurut
pembukuan secara komersial atau akuntansi yang harus
disesuaikan menurut ketentuan perpajakan”.
Secara keseluruhan tujuan dari suatu akuntansi keuangan adalah
melakukan perbandingan yang tetap antara penghasilan dan pengeluaran
yang bersangkutan. Oleh karena itu, apabila terdapat perbedaan antara
jumlah penghasilan yang dihitung berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan dengan jumlah penghasilan yang dihitung
untuk keperluan akunting keuangan, maka menurut ketentuan yang
berlaku umum bahwa perhitungan pajak penghasilan pertama-tama
didasarkan pada penghasilan yang dibuat untuk tujuan akunting tersebut
(Einde Evana dan R. Weddie, 2008:102).
35
57
Koreksi fiskal secara akuntansi tidak memerlukan perlakuan jurnal
khusus, karena pada prinsipnya koreksi fiskal tidak mengubah besarnya
saldo pada rekening nominal atau rekening rill pada neraca ataupun
laporan rugi laba.
Siti Resmi (2009:397) dalam buku Perpajakan: Teori dan Kasus,
menuliskan bahwa teknik rekonsiliasi fiskal dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
1. Jika suatu penghasilan diakui menurut akuntansi tetapi tidak diakui
menurut fiskal, rekonsiliasi dilakukan dengan mengurangkan
sejumlah penghasilan tersebut dari penghasilan menurut akuntansi,
yang berarti mengurangi laba menurut akuntansi.
2. Jika suatu penghasilan tidak diakui menurut akuntansi tetapi diakui
menurut fiskal, rekonsiliasi dilakukan dengan menambahkan
sejumlah penghasilan tersebut pada penghasilan menurut
akuntansi, yang berarti menambah laba menurut akuntansi.
3. Jika suatu biaya/pengeluaran diakui menurut akuntansi tetapi tidak
diakui sebagai pengurang penghasilan bruto menurut fiscal,
rekonsiliasi dilakukan dengan mengurangkan sejumlah
biaya/pengeluaran tersebut dari biaya menurut akuntansi, yang
berarti menambah laba menurut akuntansi.
4. Jika suatu biaya/pengeluaran tidak diakui menurut akuntansi tetapi
diakui sebagai pengurang penghasilan bruto menurut fiscal,
rekonsiliasi dilakukan dengan menambahkan sejumlah
36
58
biaya/pengeluaran tersebut pada biaya menurut akuntansi, yang
berarti mengurangi laba menurut akuntansi.
Koreksi fiskal terjadi karena adanya perbedaan pengakuan secara
komersial dan secara fiskal. Perbedaan tersebut dapat berupa:
a. Beda Tetap
Beda tetap terjadi karena adanya perbedaan pengakuan terhadap
beban dan pendapatan antara pelaporan komersial dan fiskal.
Menurut Erly Suandy (2008:79) menyebutkan bahwa:
“ Perbedaan tetap/permanent (permanent differences) adalah
perbedaan yang terjadi karena peraturan perpajakan menghitung
laba fiskal berbeda dengan perhitungan laba menurut SAK tanpa
ada koreksi di kemudian hari”.
Perbedaan tersebut disebabkan adanya pendapatan dan beban
tertentu yang diakui pada Surat Pemberitahuan (SPT) tetapi tidak
diakui pada laporan keuangan, demikian pula sebaliknya. Hal ini
mengakibatkan laba fiskal berbeda dengan laba komersial. Koreksi
fiskal terkait dengan beda tetap akan berakhir (terminated) pada tahun
buku yang bersangkutan dan tidak membawa dampak pada tahun-
tahun berikutnya (Setiadi Alim, 2010:26).
Beda permanen dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu positif dan
negatif. Beda permanen positif terjadi apabila terdapat laba komersial
yang tidak diakui oleh ketentuan perpajakan. Sementara beda
permanen negatif terjadi apabila terdapat pengeluaran sebagai beban
laba komersial yang tidak diakui oleh ketentuan perpajakan.
37
59
b. Beda Waktu
Beda waktu merupakan perbedaan yang bersifat sementara
karena adanya ketidaksamaan waktu pengakuan penghasilan dan
beban antara peraturan perpajakan dengan Standar Akuntansi
Keuangan. Beda waktu terjadi karena adanya perbedaan waktu dan
metode pengakuan penghasilan dan beban tertentu menurut akuntansi
dengan ketentuan perpajakan. Perbedaan waktu ini mengakibatkan
terjadinya pergeseran pengakuan antara satu tahun pajak ke tahun
pajak lainnya. Perbedaan waktu dapat dikelompokkan menjadi dua
yaitu positif dan negatif. Perbedaan waktu positif terjadi apabila
pengakuan beban menurut SAK lebih lambat dari pengakuan beban
menurut ketentuan perpajakan (Erly Suandy, 2008:79).
8. Rekonsiliasi Laporan Keuangan Komersial ke Laporan Keuangan
Fiskal
Ketentuan perpajakan mempunyai kriteria tertentu tentang
pengukuran dan pengakuan terhadap unsur-unsur yang umumnya terdapat
dalam laporan keuangan. Ukuran tersebut dapat saja kurang sejalan
dengan prinsip akuntansi (komersial). Solusi antara penerapan standar
akuntansi keuangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan adalah dengan dilakukan suatu rekonsiliasi.
38
60
Mohammad Zain (2008:222) dalam buku Manajemen Perpajakan,
menuliskan bahwa untuk menyusun rekonsiliasi antara laporan keuangan
komersial dengan laporan keuangan fiskal, urutan penyusunannya dapat
dilakukan sebagai berikut:
a. Buat terlebih dahulu daftar penyusunan fiskal sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
b. Penyusutan fiskal tersebut kemudian dialokasikan sesuai dengan
pengalokasian yang dilakukan oleh perusahaan.
c. Susun rekonsiliasi harga pokok produksi.
d. Susun rekonsiliasi biaya operasional.
e. Susun rekonsiliasi pendapatan/beban lain-lain.
f. Susun rekonsiliasi laba rugi, yang dihimpun dan jumlah-jumlah akhir
masing-masing rekonsiliasi sebelumnya.
Mohammad Zain juga menyatakan bahwa banyaknya rekonsiliasi yang
harus disusun disesuaikan dengan tipe perusahaan dan laporan keuangan
perusahaan yang bersangkutan.
39
61
D. Pajak Penghasilan (PPh) Badan
1. Komponen Perhitungan PPh Badan
Dalam menghitung PPh Badan, diperlukan minimal 7 (tujuh)
komponen yang sangat penting, yaitu:
1. Penghasilan yang menjadi objek pajak
Berdasarkan Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang PPh No. 36 Tahun 2008,
yang menjadi Objek Pajak adalah penghasilan, yang dapat dipakai
untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang
bersangkutan, dengan nama dan dalam berntuk apapun.
2. Penghasilan yang dikecualikan sebagai Objek Pajak. Pengecualian ini
diatur dalam Pasal 4 ayat (3) Undang-Undang PPh No. 36 Tahun 2008.
3. Penghasilan yang pajaknya dikenakan secara final, yaitu penghasilan
yang pajaknya telah final/selesai sesuai dengan Pasal 4 ayat (2)
Undang-Undang PPh No. 36 Tahun 2008.
4. Biaya yang boleh dikurangi dari penghasilan bruto sesuai dengan
Pasal 6 Undang-Undang PPh No. 36 Tahun 2008.
5. Biaya yang tidak boleh dikurangi dari penghasilan bruto sesuai dengan
Pasal 9 Undang-Undang PPh No. 36 Tahun 2008.
6. Biaya yang boleh dibiayakan sebesar 50% berdasarkan Keputusan
Dirjen Pajak Nomor KEP-220/PJ/2002 tanggal 18 April 2002.
7. Biaya yang menggunakan daftar nominatif sesuai dengan surat edaran
Dirjen Pajak No. SE-27/PJ.22/1986.
40
62
2. Pengurang PPh Badan yang Terutang
a. PPh Pasal 22
Pajak Penghasilan Pasal 22 adalah salah satu bentuk pemotongan
dan pemungutan Pajak Penghasilan yang dilakukan oleh
Bendaharawan Pemerintah Pusat/Daerah, instansi atau lembaga
pemerintah dan lembaga-lembaga lainnya, berkenaan dengan
pembayaran atas penyerahan barang, dan kegiatan di bidang impor
atau kegiatan usaha dibidang lain.
b. PPh Pasal 23
Pajak Penghasilan Pasal 23 adalah pajak yang dipotong atas
penghasilan yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau hadiah dan
penghargaan, selain yang telah dipotong PPh Pasal 21 (Thomas
Sumarsan, 2013:295).
c. PPh Pasal 24
Pajak Penghasilan Pasal 24 atau Objek Pajak Luar Negeri yang
dapat dikreditkan adalah penghasilan dari luar negeri, baik sehubungan
dengan pekerjaan, jasa, kegiatan maupun penghasilan dari modal
(Thomas Sumarsan, 2013:214).
Konsep Umum:
1) Pajak yang telah dibayar di luar negeri dapat dikreditkan.
2) Syarat untuk dapat mengkreditkan pajak yang telah dibayar di luar
negeri:
41
63
(a) Menyampaikan laporan keuangan dari penghasilan yang
berasal dari luar ngeri
(b) Menyampaikan fotocoy Surat Pemberitahuan Pajak yang
disampaikan di luar negeri.
(c) Menyampaikan dokumen pembayaran pajak luar negeri.
3) Kerugian dari usaha yang berasal dari luar negeri tidak diakui
sebagai kerugian
4) Mekanisme pengkreditan di Indonesia menggunakan metode
Ordinary Credit Method.
d. PPh Pasal 25
Pajak Penghasilan Pasal 25 adalah angsuran Pajak Penghasilan
yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan dalam
tahun pajak berjalan.(Waluyo, 2008:255)
Konsep Umum:
1. Angsuran pajak penghasilan yang harus dibayar sendiri oleh
Wajib Pajak setiap bulan dalam tahun pajak berjalan.
2. Besarnya angsuran pajak dihitung dengan rumus:
Pajak penghasilan terutang menurut SPT tahun lalu dikurangi
dengan pajak penghasilan yang telah dipotong dan atau serta
pajak penghasilan yang di bayar atau terutang di luar negeri yang
boleh dikreditkan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 21,
22, 23, dan 24, kemudian dibagi dengan 12 atau banyaknya bulan
dalam tahun pajak.
42
64
Gambar 2.2
Perhitungan Penghasilan Kena Pajak
Sumber: data diolah
43
65
3. Tarif Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan
Menurut Pasal 17 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008
menyatakan bahwa tarif pajak untuk Wajib Pajak badan dalam negeri dan
bentuk usaha tetap adalah sebesar 28% (dua puluh delapan persen),
berlaku untuk tahun 2008 dan 2009. Sedangkan untuk tahun 2010 dan
selanjutnya tarif yang berlaku ialah 25% (dua puluh lima persen). Dalam
Pasal 31E ayat (1) Undang-undang Pajak Penghasilan Tahun 2008 apabila
wajib pajak dalam negeri memiliki peredaran bruto sampai dengan Rp
50.000.000.000 (lima puluh miliar rupiah) maka mendapatkan fasilitas
berupa pengurangan tarif sebesar 50% dari tariff normal.
44
66
E. Penelitian Sebelumnya
Beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan koreksi fiskal
dan Pajak Penghasilan (PPh) Badan dapat dilihat didalam table berikut ini:
Tabel 2.4
Tinjauan Penelitian Sebelumnya
Nama
Peneliti Judul
Rumusan
Masalah
Metode
Penelitian Hasil Penelitian
Aston L.
Situmorang
Analisa
Rekonsiliasi
Laporan
Keuangan
Komersial
dengan
Laporan
Keuangan
Fiskal dalam
Perhitungan
Pajak
Penghasilan
Terhutang
(PPh) pada
PT. Alamjaya
Wirasentosa
(Tahun Pajak
2006)
Apa yang
menyebabkan
laba komersial
dalam laporan
komersial jauh
lebih besar
dibandingkan
dengan laba
komersial
dalam laporan
fiskal?
Penelitian
deskriptif Perbedaan tersebut
disebabkan adanya
sebagian biaya yang
diakui oleh ketentuan
perpajakan tetapi tidak
diakui oleh ketentuan
akuntansi. Adapun akun
biaya-biaya yang
menyebabkan
perbedaan laba
komersial dan laba
fiskal adalah biaya
perjalanan, perbaikan
dan pemeliharaan, biaya
seragam, biaya
representasi, dan
sumbangan yang tidak
ada hubungan langsung
dengan kegiatan
operasional perusahaan.
Besar Penghasilan kena
pajak menurut laporan
laba rugi fiskal adalah
sebesar
Rp4.396.917.623
sedangkan riilnya
sebesar
Rp1.260.246.560
perbedaan tersebut
menyebabkan besar
pajak penghasilan
terutang riil yang
dibayarkan lebih rendah
dibandingkan dengan
besar pajak penghasilan
terutang menurut
laporan laba rugi fiskal
peruhaan.
Bersambung ke halaman 46,,,
45
67
Nama
Peneliti Judul
Rumusan
Masalah
Metode
Penelitian Hasil Penelitian
Dewi
Yuniarti
(2008)
Rekonsiliasi
Fiskal atas
Laporan
Keuangan
Komersial
untuk
Menentukan
Pajak
Penghasilan
(Studi pada
Laporan
Keuangan
2007 PT.
BPR
Nusamba
Ngunut
Tulungagung
)
Apa perbedaan
pendapatan dan
biaya menurut
Undang-undang
Perpajakan
Tahun 2000
dengan SAK?
Bagaimana
rekonsiliasi
fiskal atas
laporan
komersialnya?
Berapa jumlah
pajak
penghasilan
tahun 2007 PT.
BPR Nusamba
Ngunut
Tulungagung?
Penelitian
deskriptif
Perbedaan laporan
komersial dan laporan
fiskal terdapat pada pos-
pos sebagai berikut:
Sumbangan/hadiah
Keanggotaan
Biaya seragam
Biaya non operasioanl
lainnya
Selisih pembebanan
penghapusan aktiva
produktif
Bunga tabungan
Perbedaan tersebut
menyebabkan jumlah
laba menurut perhitungan
komersial sebesar
Rp843.127.403
sedangkan laba menurut
perhitungan fiskal
sebesar
Rp895.131.426,62 yang
berarti terdapat selisih
sebesar Rp52.004.023,62
Dengan koreksi fiskal ini,
dapat diketahui nilai
pajak penghasilan tahun
2007 sebesar
Rp251.582.085.
Mindo S.
Sianipar
(2008)
Analisis
Perhitungan
Pajak
Penghasilan
Badan Pasal
25
Berdasarkan
Laba
Komersial
dengan Laba
Fiskal pada
PT.
Indograha
Nusa Sarana
Medan
Apa penyebab
terjadinya
perbedaan
antara laba
komersial
dengan laba
fiskal?
Bagaimana cara
melakukan
koreksi fiskal
untuk membuat
laporan
keuangan
fiskal?
Bagaimana
menentukan
besarnya pajak
penghasilan
terhutang sesuai
undang-undang
perpajakan?
Penelitian
deskriptif
Pengakuan pendapatan
yang dilakukan telah
sesuai dengan prinsip
akuntansi maupun
Undang-Undang Pajak
No.17 Tahun 2000,
metode penyusutan
yang diterapkan
perusahaan sesuai
dengan UU Pajak No.17
Tahun 2000, dan
perbedaan antara laba
komersial dan laba
fiskal disebabkan oleh
perbedaan tariff
penyusutan menurut
akuntansi komersial
dengan akuntansi fiskal
serta adanya perbedaan
pengakuan biaya.
Bersambung ke halaman 47,,,
46
68
Nama
Peneliti Judul
Rumusan
Masalah
Metode
Penelitian Hasil Penelitian
Gindo M.
Sigalingging
(2010)
Rekonsiliasi
Laporan
Keuangan
Untuk
Menghitung
PPh
Terhutang
pada PT.
Jamsostek
(Persero)
Cabang
Medan
Bagaimanakah
pengaruh
koreksi fiskal
dalam
menghitung
PPh badan
yang terutang?
Penelitian
deskriptif
Secara umum perusahaan
telah melakukan koreksi
fiskal dengan baik.
Pengelompokan terhadap
biaya dan pendapatan yang
akan dikoreksi
memudahkan koreksi pada
akhir tahun, sehingga tidak
perlu lagi dihitung mana
biaya yang dapat
dikurangkan atau yang
tidak bisa dikurangkan
Abda
Darminta
Siregar
(2011)
Analisis
Koreksi
Fiskal untuk
Menghitung
Besarnya PPh
Terutang pada
PT
Perkebunan
Nusantara III
(Persero)
Medan
Bagaimana
koreksi fiskal
di PT
Perkebunan
Nusantara III
(Persero)
Medan?
Apakah
ketepatan
koreksi fiskal
sudah sesuai
dengan
peraturan
pajak yang
berlaku?
Penelitian
deskriptif
Untuk kepentingan pajak,
perusahaan membuat
koreksi fiskal atas
perhitungan laba rugi
sesuai dengan UU
perpajakan untuk
menghasilkan penghasilan
kena pajak yang menjadi
dasar dalam menghitung
besarnya pajak yang
terutang perusahaan.
Perusahaan menemukan
perbedaan temporer dan
perbedaan tetap dalam hal
pengakuan penghasilan
dan beban antara Standar
Akuntansi Keuangan dan
undang-undang
perpajakan.
Sumber: data diolah
47
69
F. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan uraian di atas, gambaran menyeluruh tentang rekonsiliasi
fiskal atas laporan keuangan komersial dalam menentukan pajak penghasilan
terutang yang merupakan kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Gambar 2.3
Skema Kerangka Pemikiran
48
70
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini mencakup mengenai rekonsiliasi laporan
keuangan komersial ke laporan keuangan fiskal guna menghitung besarnya
PPh badan yang terhutang menurut peraturan yang berlaku masa pajak tahun
2010. Peraturan yang digunakan dalam penelitian ini adalah SAK 2007, UU
PPh No. 36 Tahun 2008, UU KUP No. 28 Tahun 2007, dan peraturan-
peraturan lainnya yang relevan dengan penelitian ini.
Adapun tempat penelitian dilakukan di PT. Indomix Perkasa yang
berlokasi di Jl. Mayor Oking Citeureup Bogor. Dan waktu penelitian dimulai
pada bulan Oktober 2011 sampai dengan selesai.
B. Metode Penentuan Sampel
Metode yang digunakan dalam penentuan sampel pada penelitian ini
adalah dengan teknik pengambilan sampel non-probabilitas, yaitu
pengambilan sampel mudah (convenience sampling). Sampel dipilih karena
faktor kondisi, seperti keberadaan sampel pada tempat dan waktu yang tepat.
Atau dengan kata lain, responden adalah orang yang kebetulan ditemukan
dilapangan ataupun mudah untuk ditemui atau dijangkau (Danang Sunyoto,
2013:76).
49
71
C. Metode Pengumpulan Data
1. Data Primer (Primary Data)
Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh
secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data
primer secara khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab
pertanyaan penelitian. Data primer dapat berupa opini subyek (orang)
secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda
(fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian.
2. Data Sekunder (Secondary Data)
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh
dengan tidak langsung (melalui media perantara). Data tersebut dapat
berupa literature research, yaitu data-data yang diambil dari literature
berupa buku, jurnal-jurnal, peraturan perundang-undangan, peraturan
pemerintah dan referensi yang terkait dengan judul penelitian.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif dengan studi kasus.
Penelitian deskriptif diartikan sebagai suatu penelitian yang berusaha
mendeskripsikan suatu fenomena/peristiwa secara sistematis sesuai dengan
apa adanya. Penelitian deskriptif dilakukan untuk memperoleh informasi
mengenai keadaan saat ini. Dalam penelitian semacam itu, peneliti mencoba
menentukan sifat situasi sebagaimana adanya pada waktu penelitian
dilakukan.(Nyoman Dantes, 2012:51)
50
72
Analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengumpulkan data dari perusahaan berupa laporan keuangan komersial
yang meliputi neraca, laporan laba rugi, rekonsiliasi fiskal, daftar aktiva
tetap serta data lain yang diperlukan.
2. Mengevaluasi tiap-tiap akun laporan keuangan komersial khususnya
laporan laba rugi yang terdiri dari penjualan, harga pokok penjualan,
beban penjualan, beban umum dan administrasi, pendapatan dan beban
lain-lain berdasarkan data yang sudah dikumpulkan penulis dari
perusahaan.
3. Melihat kesesuaian tiap-tiap akun laporan laba rugi dengan ketentuan
perpajakan yang berlaku untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan
koreksi fiskal dan menentukan besarnya koreksi jika ternyata dilakukan
koreksi fiskal
4. Mengevaluasi daftar aktiva tetap perusahaan berikut penyusutan aktiva
tetap secara komersial.
5. Melakukan perhitungan penyusutan aktiva tetap secara fiskal berdasarkan
ketentuan peraturan perpajakan yang berlaku untuk menentukan besarnya
koreksi fiskal atas biaya penyusutan aktiva tetap.
6. Menyusun rekonsiliasi fiskal atas koreksi fiskal beda tetap dan beda waktu
yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan yang
berlaku.
7. Menghitung laba kena pajak dan menentukan jumlah Pajak Penghasilan
yang harus dibayar perusahaan pada tahun 2010.
51
73
8. Mengidentifikasi penyebab kenaikan (penurunan) jumlah pajak terhutang
tahun 2010.
E. Operasional Variabel Penelitian
1. Penghasilan Menurut Akuntansi dan Perpajakan
a. Penghasilan menurut Akuntansi
Penghasilan (income) adalah penambahan aset atau penurunan
kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal
dari kontribusi penanaman modal. Penghasilan meliputi pendapatan
(revenues) dan keuntungan (gains).
b. Penghasilan menurut Perpajakan
Penghasilan adalah segala tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima/diperoleh Wajib Pajak baik yang berasal dari Indonesia
maupun dari Luar Indonesia yang bisa dikonsumsi atau menambah
kekayaan Wajib Pajak dengan nama dan dalam bentuk apapun.
2. Beban Menurut Akuntansi dan Perpajakan
a. Beban menurut Akuntansi
Beban adalah penurunan manfaat ekonomis pada masa mendatang
sehubungan dengan penurunan asset atau peningkatan kewajiban yang
dapat diukur dengan modal.
b. Beban menurut Perpajakan
Beban adalah pengeluaran biaya yang dapat dikurangkan dari
penghasilan untuk menentukan besarnya penghasilan kena pajak atau
laba kena pajak.
52
74
3. Rekonsiliasi Laporan Keuangan Fiskal
Rekonsiliasi laporan keungan fiskal adalah penyesuaian ketentuan
menurut pembukuan secara komersial atau akuntansi yang harus
disesuaikan menurut ketentuan perpajakan
4. Beda Tetap dan Beda Waktu
a. Beda tetap adalah perbedaan yang terjadi karena peraturan perpajakan
menghitung laba fiskal berbeda dengan perhitungan laba menurut SAK
tanpa ada koreksi di kemudian hari.
b. Beda waktu adalah perbedaan yang bersifat sementara karena adanya
ketidaksamaan waktu pengakuan penghasilan dan beban antara
peraturan perpajakan dengan Standar Akuntansi Keuangan.
53
75
BAB IV
PEMBAHASAN MASALAH
A. Gambaran Umum PT Indomix Perkasa
1. Sejarah Singkat Perusahaan
Pada awal tahun 1992 PT. Indomix Perkasa telah didirikan sebagai
anak perusahaan dari PT. Indocement Tunggal Prakarsa (ITP) yang
mempersiapkan permintaan atas adukan beton siap pakai baik untuk
proyek bersama maupun pihak lainnya.
Sebenarnya PT. Indomix Perkasa mulai mempersiapkan mengenai
beton sejak tahun 1977 dimulai dengan pengembangan proyek semen Fase
III PT. ITP, yang dilengkapi dengan penyelesaian Fase VIII. PT Indomix
mengembangkan produksinya dari mulai 125 Kg/cm2 sampai dengan 600
Kg/cm2, baik untuk kontraktor asing maupun kontraktor local, seperti :
Balfour Beaty Sakti, Jatim Mustika, John Holand, Murinda
Kontruksitama, Total Bangun Persada, Waskita Karya, Kawasaki Heavy
Industries Ltd, dan lainnya dengan total volume 1,500,000 m3.
Semakin lama PT. Indomix semakin berpengalaman dalam industri
dan selalu siap dengan berbagai macam kelas dari beton maupun jenisnya
seperti slipforms, silo semen, tiang pancang, tiang beton untuk gedung
bertingkat, bendungan, terminal truck container, precast untuk jalan
flyover dan lain-lain.
PT. Indomix Perkasa telah mengembangkan wilayahnya sampai ke
Pulau Wetar di Maluku untuk melayani proyek tambang emas Henry
54
76
Walker, Ujung Pandang untuk mensuplai proyek pabrik tepung terigu
dengan kontraktor PT. Ting Tai Kontruksi Indonesia yang pertama di
Surabaya, dan pada saai ini proyek yang masih ditanggani adalah proyek
Fase X PT. Indocement Tunggal Prakarsa di Cirebon dengan kontraktor
utama Sumitomo – Sumicon Construction Joint Operation, kemudian
setelah selesai dilanjutkan dengan pembangunan proyek Fase XI PT.
Indocement di Citeureup, Bogor dengan kontraktor utama Kawasaki
Heavy Ltd. Batching Plant PT. Indomix Perkasa saat ini berada di
Cirebon, Bandung, Tanjung Priok, Citeureup, Landmark, Semarang, Setia
Budi, Surabaya, Gresik, Pasuruan, dan Ujung Pandang.
Berbekal pengalaman dan kemampuan untuk mensuplai
bermacam-macam kelas beton siap pakai, PT Indomix Perkasa berharap
dapat meyakinkan para customer bahwa PT. Indomix dapat memenuhi
permintaan dengan servis yang memuaskan.
2. Bidang Usaha Perusahaan
Adapun aktivitas perusahaan yang dilakukan dapat diperinci sebagai
berikut :
1. Perusahaan membeli material berupa pasir, split, semen, dari
supplier lalu dijual kepada kontraktor seperti PT. Wijaya Karya,
Pembangunan Perumahan atau kepada pihak lain yang
membutuhkan.
55
77
2. Perusahaan menyediakan barang sesuai pesanan dari pelanggan
dan perusahaan harus memenuhi mutu beton yang ada di dalam
Purchase Order (PO) para pelanggan, baik ukuran, slump, mutu,
strength, dan harus sesuai dengan tes kubus beton.
Dalam melakukan aktivitasnya tersebut PT. Indomix Perkasa menjual
barangnya kepada kontraktor bangunan berupa PT atau CV, perorangan,
semua jenis usaha yang membutuhkan beton ataupun tiang pancang.
Adapun jenis barang yang dibeli oleh PT. Indomix Perkasa dalam
melakukan aktivitasnya antara lain : spare part kendaraan, truck loader,
mixer truck, pasir, split atau batu kerikil beton, semen, obat-obatan seperti
: air kimia (HCL), sikamet VZ, pozzolite, daratard concrete pump atau
pompa, BBM (solar, oli dan bensin).
3. Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi merupakan kerangka dan susunan perwujudan
pola tetap hubungan-hubungan diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian, atau
posisi-posisi, maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas,
wewenang, dan tanggungjawab yang berbeda dalam suatu organisasi.
Struktur organisasi PT. Indomix Perkasa berbentuk bagan dengan type
organisasi lini yang menghubungkan langsung secara vertical antara atasan
dengan bawahan, dari pemimpin tertinggi sampai dengan jabatan-jabatan
yang terendah yang masing-masing dihubungkan dengan garis wewenang
atau komando. Tugas dan tanggungjawab setiap jabatan disesuaikan
dengan tingkatan dalam struktur organisasi perusahaan.
56
78
a. Board of Director
Board of Director merupakan jajaran direksi yang berada di kantor
pusat (head office). Board of Director membagi tugasnya pada Head
of Operations, Sales & Marketting Manager, Head of Finance &
Admin. Adapun tugas Board of Director adalah :
1. Mengadakan hubungan kerja sama dengan pihak luar baik pihak
pemerintah maupun pihak swasta,
2. Mengambil keputusan dan tindakan yang tepat demi kepentingan
kelangsungan jalannya perusahaan sehingga segala aktivitas
organisasi menuju tujuan utama perusahaan,
3. Memilih, menetapkan, mengawasi tugas dari karyawan dan kepala
bagian (manajer),
4. Menyampaikan laporan kepada pemegang saham atas kinerja
perusahaan.
b. Head of Operations
Bertanggung jawab terhadap semua kegiatan yang berhubungan
dengan operasional dan control terhadap pelaksanaan proyek induk.
Tugas dan wewenang Head of Operations adalah :
1. Memimpin semua kegiatan dan perencanaan mengenai aktivitas
produksi dan distribusi,
2. Persiapan perencanaan dan design pekerjaan yang akan
dilaksanakan, penyusunan rencana kerja dan pelaksanaannya,
57
79
3. Memberikan keputusan untuk menyelesaikan soal prinsipil dalam
bidangnya,
4. Membuat laporan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan.
c. General Manager
General Manager juga berfungsi sebagai wakil dari pihak pemilik
untuk memimpin, bertanggung jawab terhadap kebijakan operasional,
dan mengawasi operasional harian perusahaan. Dalam menjalankan
tugas-tugasnya General Manager membentuk beberapa divisi
manajemen yaitu Control Operational Planning & Coordination
Manager, Maintenance Manager, Transport Manager, Production
Manager, Technical Manager, dan Instrumentasi Computer System
Manager.
d. Sales & Marketting Manager
Adapun tugas dan wewenang Sales & Marketting Manager adalah :
1. Mengadakan hubungan dengan pihak pengguna jasa.
2. Menyetujui kontrak pengguna jasa dengan pihak pengguna.
3. Merencanakan, mengkoordinir dan mengawasi kegiatan
perusahaan dalam bidang pemasaran produk.
4. Menyusun rencana dalam meningkatkan pemasaran dan penjualan.
58
80
e. Head of Finance & Admin
Tugas dan tanggungjawabnya adalah bertanggungjawab dalam hal
penerimaan dan pengeluaran uang, membantu pengendalian dalam
melaksanakan perencanaan dan monitoring pelaksanaan pekerjaan
yang diperlukan proyek, dan mengelola tugas-tugas perencanaan teknis
dan material. Dalam menjalankan tugas-tugasnya Head of Finance &
Admin membentuk beberapa divisi manajemen yaitu CC Manager, AR
Manager, Accounting & Controling Manager, Treasury Manager, HR
& GA Manager, dan Purchasing Manager.
f. Secretary
Adapun tugas dan wewenang Secretary adalah
1. Sumber dan filter informasi bagi pimpinan.
2. Perantara bagi pimpinan dan pihak-pihak yang ingin berhubungan
dengan pimpinan.
3. Mediator pimpinan dengan bawahan.
4. Penyusunan jadwal, persiapan dan penyelenggaraan rapat
perusahaan.
5. Menyusun laporan kegiatan tahunan.
59
81
Gambar 4.1
STRUKTUR ORGANISASI PT INDOMIX PERKASA
60
82
B. Laporan Keuangan PT Indomix Perkasa
PT Indomix Perkasa merupakan wajib pajak yang menyelenggarakan
pembukuan berdasarkan standar akuntansi keuangan untuk memenuhi
kebutuhan informasi pemilik, manajemen, karyawan, dan yang memiliki
kepentingan. Adapun laporan keuangan khususnya Neraca dan Laba-Rugi
dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 4.1
Neraca Tahun 2010
PT INDOMIX PERKASA NERACA
PER : 31 DESEMBER 2010
Keterangan Rupiah
AKTIVA
Aktiva Lancar :
Kas dan Bank
Piutang :
- Hubungan Istimewa
- Pihak Ketiga – net
Persediaan
Aktiva Lancar Lainnya
Jumlah Aktiva Lancar
Aktiva Tidak Lancar :
Aktiva Tetap-nilai buku
Pajak Ditangguhkan
Investasi saham penyertaan
Aktiva tidak lancer lainnya
Jumlah Aktiva Tidak Lancar
TOTAL AKTIVA
2,870,313,841
16,150,783,075
13,266,339,463
1,338,330,265
1,160,788,969
34,786,555,613
3,433,215,945
1,080,737,412
18,113,917,233
1,144,930,483
23,772,801,073
58,559,356,686
61
83
KEWAJIBAN DAN MODAL SAHAM
Kewajiban Jangka Pendek :
Hutang :
- Hubungan Istimewa
- Pihak Ketiga – net
Hutang lainnya
Biaya yang masih harus dibayar
Hutang Pajak
Uang muka diterima
Finance Lease
Jumlah Kewajiban Lancar
Kewajiban Jangka Panjang
Penyisihan jasa karyawan
Jumlah Kewajiban Jangka Panjang
Modal Saham :
Modal Disetor
Keuntungan / Kerugian dari Surat berharga
Akumulasi Laba
Jumlah Modal Saham
TOTAL KEWAJIBAN DAN MODAL
SAHAM
1,466,755,782
2,061,611,564
107,205,600
826,154,766
98,661,752
448,460,755
-
5,008,850,219
3,296,253,859
3,296,253,859
107,046,000,000
(67,532,421,474)
10,740,674,082
50,254,252,608
58,559,356,686
Sumber : PT Indomix Perkasa Tahun 2010
62
84
Tabel 4.2
Laporan Laba-Rugi dan Akumulasi Laba Tahun 2010
PT INDOMIX PERKASA
LAPORAN LABA RUGI
Untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember 2010
Keterangan ( Dalam Rupiah )
Penjualan
Harga Pokok Penjualan
Laba Kotor
Biaya Operasi
Laba / (Rugi) Operasi
Pendapatan / (Biaya) Lain-lain
Laba / (Rugi) Sebelum Pajak
Pajak Penghasilan
Laba (Rugi) Setelah Pajak
Akumulasi Awal Tahun
Akumulasi Laba
72,214,654,901
82,081,242,292
(9,866,587,397)
8,495,549,538
(18,362,136,935)
3,558,914,044
(14,803,222,891)
-
(14,803,222,891)
25,543,896,973
10,740,674,082
Sumber : PT Indomix Perkasa Tahun 2010
63
85
C. Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Tahun 2010
Rekonsiliasi merupakan usaha menyesuaikan perbedaan yang terdapat
dalam laporan keuangan komersial (yang disusun berdasarkan Standar
Akuntansi Keuangan) dengan perbedaan yang terdapat dalam laporan
keuangan fiskal (yang disusun berdasarkan Peraturan Perpajakan).
Tabel 4.3
Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Tahun 2010
PT INDOMIX PERKASA
REKONSILIASI LAPORAN LABA RUGI
Yang Berakhir 31 Desember 2010
(dalam rupiah)
Keterangan Saldo
Komersial
Koreksi Fiscal Urutan
Koreksi
Fiskal Saldo Fiskal
Positif Negatif
PEREDARAN USAHA
Penjualan Conrete 72,214,654,901 72,214,654,901
HARGA POKOK PENJUALAN
Direct Material :
Cement 42,220,313,567 42,220,313,567
Fly Ash 235,196,756 235,196,756
Crushed Rock 10,028,155,918 10,028,155,918
Screening 8,467,900 8,467,900
B-Sand 14,907,222,819 14,907,222,819
M-Sand 646,420,800 646,420,800
Additives 1,725,401,343 1,725,401,343
Direct Labor 3,849,006,980 40,919,060 (2a) 3,808,087,920
Cartages :
Fuel 398,317,290 398,317,290
Expenses Sparepart, Tyres 287,703,962 287,703,962
MV - Fuel, parking & tolls 14,003,500 14,003,500
Rent, taxes, trafic fine & Insurance 235,121,414 235,121,414
Other 4,905,800 4,905,800
External Cartage 3,551,135,573 3,551,135,573
Manufacturing Overhead :
Expenses Sparepart, Tyres 894,446,899 18,316,507 (12b) 876,130,392
Travel - Transport & meal 56,458,529 2,315,000 (3b) 54,143,529
MV - Fuel, parking & tolls 53,553,719 53,553,719
64
86
Third Party Laboratory 1,624,867,949 1,624,867,949
Handling & Transportation 8,400,000 8,400,000
General 458,525 458,525
Restore & rehab provided 358,178,400 100,822,400 (7b) 257,356,000
Health, safety, security, staff amenities 326,621,400 2,140,200 (9b) 324,481,200
Postage, printing, stationary & kurir 122,589,954 122,589,954
Rent, taxes, trafic fine & Insurance,
Consumable 94,546,409 94,546,409
3rd party production cost 0
Fuel Genset, Loader 312,001,047 312,001,047
Light, power, elect, water, telephone 117,745,844 9,311,880 (8b) 108,433,964
82,081,242,297 81,907,417,250
BIAYA USAHA LAINNYA :
Biaya Pegawai 7,057,865,294 934,869,943 (2a) 6,122,995,351
Biaya Perbaikan & Perawatan 52,259,484 2,560,350 (2b) 49,699,134
Travelling - transport & meal 118,726,260 7,606,914 (3b) 111,119,346
MV - Fuel, parking, & tolls 205,201,812 77,198,750 (4b),(5b),
&(6b) 128,003,062
Restore & rehab provided 42,900,725 14,770,500 (7b) 28,130,225
Health, safety, security, staff amenities 72,191,932 27,058,257 (9b) 45,133,675
Training, seminar, subscription 2,200,000 2,200,000
Electricity, telephone and water 45,539,080 21,587,809 (8b) 23,951,271
Legal & Profesional fees 105,150,000 105,150,000
Postages, printing, stationary & kurir 126,608,150 126,608,150
Rental, taxes, traffic line & insurance 34,147,798 6,284,717 (10b) 27,863,081
Biaya Penghapusan Piutang (708,487,201) 708,487,201 (3a) 0
Biaya Penyusutan & amortisasi 748,215,423 79,023,377 (1a)&(1b) 669,192,046
Site Preparation 591,089,481 591,089,481
General 1,941,300 1,941,300
8,495,549,538 8,033,076,122
JUMLAH PENGHASILAN DARI USAHA (18,362,136,934) (17,725,838,471)
PENGHASILAN DARI LUAR USAHA
Gain/ Loss on disposal of assets 240,332,983 240,332,983
Interest income 65,393,154 65,393,154 (11b) 0
Surchage Income 5,933,804,839 5,933,804,839
6,239,530,976 6,174,137,822
BIAYA DARI LUAR USAHA
Management Fee 1,000,000,000 1,000,000,000
Biaya Bank, SKBDN 95,897,823 95,897,823
Selisih Kurs 56,856,105 56,856,105
Others - net 1,527,863,004 1,527,863,004
2,680,616,932 2,680,616,932
JUMLAH PENGHASILAN DARI LUAR
USAHA 3,558,914,044 3,493,520,890
65
87
JUMLAH PENGHASILAN KOMERSIAL (14,803,222,890)
1,344,785,664
773,880,355 (14,232,317,581)
Pajak Penghasilan Tahun 2010
25% x Rp _ (Nihil)
Sumber : PT Indomix Perkasa Tahun 2010
Di dalam rekonsiliasi Laporan Laba Rugi terdapat beda waktu berupa :
1a. Koreksi positif sebesar Rp 102.773.381 atas beban penyusutan aktiva
tetap yang disebabkan adanya perbedaan dalam hal penerapan umur
ekonomis aktiva tetap dan penerapan harga perolehan yang digunakan,
perbedaan perhitungan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.4
Ringkasan Rekonsiliasi Penyusutan Asset PT Indomix Perkasa Tahun 2010
Sumber : data diolah
Dari tabel 4.4 dijelaskan bahwa jumlah penyusutan aktiva tahun 2010
menurut laporan keuangan komersial adalah sebesar Rp 748.215.421,
sedangkan jumlah penyusutan menurut undang-undang perpajakan atau
fiskal yang dapat diakui sebagai biaya adalah sebesar Rp 645.442.040
66
88
sehingga terjadi selisih perbedaan yang harus dikoreksi dalam laporan
keuangan komersial yaitu sebesar Rp 102.773.381.
Analisis Penulis :
1) Land
Tabel 4.5
Rekonsiliasi Penyusutan Land
Aktiva Nilai
Perolehan
Penyusutan
Umur
Ekonomis Komersial
Tarif
(%) Fiskal
Koreksi
Fiskal
Land - Jati padang
66,580,000 ~ - - - -
Land - Waskita Karya
198,936,000 ~ - - - -
Jumlah
265,516,000 - - -
Sumber : data diolah
Tanah umumnya memiliki masa manfaaat yang tidak
terbatas dan tidak dianggap sebagai suatu aktiva yang dapat
disusutkan. Demikian pula dengan ketentuan fiskal, tanah termasuk
aktiva yang tidak dapat disusutkan. Hal ini sesuai dengan Pasal 11
ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 yang selanjutnya
disebut Undang-Undang PPh No. 36 Tahun 2008.
67
89
2) Land Rights
Tabel 4.6
Rekonsiliasi Amortisasi Land Rights
Aktiva Nilai Perolehan
Amortisasi
Umur
Ekonomis Komersial
Tarif
(%) Fiskal
Koreksi
Fiskal
Land Rights - Ciater
114,432,400 22
5,201,473 5 5,721,620
(520,147)
Jumlah
114,432,400
5,201,473 5,721,620 (520,147)
Sumber : data diolah
Land Rights – Ciater merupakan harta tak berwujud berupa
hak pakai dan hak guna usaha pada suatu tanah yang dimiliki
perusahaan. Harta ini diamortisasi karena hak atas penggunaan
tanah tersebut memiliki jangka waktu pakai dan pihak manajemen
memiliki kepastian bahwa perpanjangan atau pembaharuan hak
tidak diperoleh setelah habis masa pakainya sesuai dengan PSAK
47 Paragraf 17 tentang Akuntansi Tanah.
Berdasarkan ketentuan fiskal Land Rights digolongkan
sebagai harta tak berwujud kelompok 4 yang memiliki masa
manfaat 20 tahun dan diamortisasi secara garis lurus dengan tariff
sebesar 5% . Dari perhitungan table 4.6, menunjukan koreksi
negatif sebesar Rp 520.147 karena nilai penyusutan fiskal lebih
besar dari penyusutan komersial.
68
90
3) Building
Tabel 4.7
Rekonsiliasi Penyusutan Building
Aktiva Nilai
Perolehan
Penyusutan
Umur
Ekonomis Komersial
Tarif
(%) Fiskal
Koreksi
Fiskal
Office
22,196,726 10
- 5 - -
Workshop
37,066,990 10
- 5 - -
Welfare Building
9,862,493 8
- 5 - -
Storage Open (Ground)
76,013,881 30
2,533,796 5 3,800,694
(1,266,898)
Mess + Kantor +
Workshop
22,821,400 10
- 5 - -
Jumlah
167,961,490
2,533,796
3,800,694
(1,266,898)
Sumber : data diolah
Office, Workshop, dan Welfire Building tidak disusutkan
dalam laporan komersial karena nilai bukunya sudah habis namun
aktiva tersebut masih ada. Perusahaan mengakui adanya
penyusutan aktiva Storage Open sebesar Rp 2.533.796, namun
berdasarkan ketetuan fiskal penyusutan yang dapat diakui adalah
sebesar Rp 3.800.694 menggunakan metode garis lurus. Sehingga
menyebabkan koreksi fiskal negatif sebesar Rp 1.266.898. Hal ini
sesuai dengan Pasal 11 ayat (1) Undang-undang PPh No. 36 Tahun
2008.
69
91
4) Aktiva Lainnya
Tabel 4.8
Rekonsiliasi Penyusutan Aktiva Lainnya
Aktiva Nilai
Perolehan
Penyusutan
Umur
Ekonomis Komersial
Tarif
(%) Fiskal
Koreksi
Fiskal
Rumah Tinggal Jati
Padang
32,283,858 20
1,614,193 5 -
1,614,193
Rumah Tinggal Jati
Padang
46,529,950 20
2,326,498 5 -
2,326,498
Jumlah
78,813,808
3,940,691 -
3,940,691
Sumber : data diolah
Rumah tinggal merupakan aktiva hasil dari sitaan yang
dimiliki perusahaan. Menurut ketentuan fiskal aktiva yang dapat
disusutkan adalah mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun dan
digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan serta hal-hal lain yang diatur dalam peraturan
perpajakan. Oleh karena itu penulis menyimpulkan untuk
melakukan koreksi fiskal positif terhadap aktiva rumah tinggal
sebesar Rp 3.940.691.
5) Machinery
Tabel 4.9
Rekonsiliasi Penyusutan Machinery
Aktiva Nilai
Perolehan
Penyusutan Koreksi Fiskal
Tarif (%)
Komersial Gol Tarif (%)
Fiskal
Machinery 1
60,355,001 UE
7,872,567 1 25
7,873,168 (601)
Machinery 2
5,953,682,140 UE
270,112,554 2 12,5
226,871,712
43,240,842
Jumlah
6,014,037,141 277,985,122
234,744,880 43,240,241
Sumber : data diolah *UE : Umur Ekonomis
70
92
Terdapat perbedaan antara penyusutan komersial dan
penyusutan fiskal, dimana menurut komersial penyusutan aktiva
machinery sebesar Rp 277.985.122 sedangkan fiskal hanya
mengakui sebesar Rp 234.744.880 sehingga menyebabkan koreksi
fiskal positif sebesar Rp 43.240.241. Hal ini disebabkan adanya
perbedaan dalam hal perhitungan penyusutan tersebut, dimana
menurut komersial aktiva tetap disusutkan sepanjang masa manfaat
atau umur ekonomis. Berbeda dengan fiskal bahwa aktiva
disusutkan berdasarkan penggolongan jenis harta sesuai dengan
Pasal 11 ayat (6) Undang-undang PPh No. 36 Tahun 2008.
6) Heavy Equipment & Vehicles
Tabel 4.10
Rekonsiliasi Penyusutan Heavy Equipment & Vehicles
Heavy Equipment
Nilai Perolehan
Penyusutan Koreksi Fiskal
Tarif (%)
Komersial Gol Tarif (%)
Fiskal
Aktiva 1
137,198,110 UE
5,762,500 1 25
-
5,762,500
Aktiva 2
18,195,208,674 UE
359,795,712 2 12,5
278,713,887
81,081,825
Jumlah
18,332,406,784
365,558,212
278,713,887
86,844,325
Sumber : data diolah *UE: Umur Ekonomis
Terdapat perbedaan antara penyusutan komersial dan
penyusutan fiskal, dimana menurut komersial penyusutan aktiva
Heavy Equipment & Vehicles sebesar Rp 365.558.212 sedangkan
fiskal hanya mengakui adanya penyusutan sebesar Rp
278.713.887, sehingga menyebabkan koreksi fiskal positif sebesar
Rp 86.844.325.
71
93
7) Office Equipment
Tabel 4.11
Rekonsiliasi Penyusutan Office Equipment
Office Equipment
Nilai Perolehan
Penyusutan Koreksi Fiskal Tarif
(%) Komersial Gol
Tarif (%)
Fiskal
Aktiva 1
1,018,134,379 UE
57,931,446 1 25
57,517,744 413,702
Aktiva 2
106,990,000 UE
22,686,248 2 12,5
12,082,083
10,604,165
Jumlah
1,125,124,379 80,617,694
69,599,827
11,017,867
Sumber : data diolah *UE: Umur Ekonomis
Terdapat perbedaan antara penyusutan komersial dan
penyusutan fiskal, dimana menurut komersial penyusutan aktiva
Office Equipment sebesar Rp 80.617.694 sedangkan fiskal hanya
mengakui sebesar Rp 69.599.827, sehingga menyebabkan koreksi
fiskal positif sebesar Rp 11.017.867.
8) Tools & Equipment
Tabel 4.12
Rekonsiliasi Penyusutan Tool & Equipment
Tools & Equipment
Nilai Perolehan
Penyusutan Koreksi Fiskal Tarif
(%) Komersial Gol
Tarif (%)
Fiskal
Aktiva 1
300,554,052 UE
4,097,180 1 25
9,737,500
(5,640,320)
Aktiva 2
106,441,000 UE
8,281,250 2 12,5
11,018,000
(2,736,750)
Jumlah
406,995,052 12,378,430
20,755,500
(8,377,070)
Sumber : diolah oleh penulis *UE: Umur Ekonomis
Terdapat perbedaan antara penyusutan komersial dan
penyusutan fiskal, dimana menurut komersial penyusutan aktiva
Tools & Equipment sebesar Rp 12.378.430 sedangkan fiskal hanya
72
94
mengakui sebesar Rp 20.755.500, sehingga menyebabkan koreksi
fiskal negatif sebesar Rp 8.377.070.
Tabel 4.13
Ringkasan Evaluasi Rekonsiliasi Penyusutan Asset PT Indomix
Perkasa Tahun 2010
Aktiva Nilai Perolehan Penyusutan/Amortisasi Koreksi
Fiskal Komersial Fiskal
Land
265,516,000
-
-
-
Land Rights
114,432,400
5,201,473
5,721,620
(520,147)
Building
167,961,490
2,533,796
3,800,694
(1,266,898)
Aktiva Lainnya
78,813,808
3,940,691
-
3,940,691
Machinery
6,014,037,141
277,985,122
234,744,880
43,240,242
Heavy Equipment &
Vehicles
18,332,406,784
365,558,212
278,713,887
86,844,325
Office Equipment
1,125,124,379
80,617,694
69,599,827
11,017,867
Tools & Equipment
406,995,052
12,378,430
20,755,500
(8,377,070)
Jumlah
26,505,287,054
748,215,418
613,336,408
134,879,010
Sumber : data diolah
2a. Koreksi positif sebesar Rp 975.789.000 atas imbalan pasca kerja
berdasarkan cadangan menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan.
PSAK No. 24 Tahun 2004 menyangkut Akuntansi Imbalan Kerja
mensyaratkan tentang penggunaan metode perhitungan aktuaria.
Perusahaan menunjuk PT Mercer Indonesia, aktuaris independent, untuk
menghitung taksiran kewajiban atas imbalan pasca-kerja dan kewajiban
atas uang pesangon, uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian
73
95
hak bagi karyawan tetapnya untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31
Desember 2010.
Tabel 4.14
Rekonsiliasi Penyisihan Imbalan Pasca Kerja Tahun 2010
Sumber : data diolah
Koreksi fiskal sebesar Rp 975.789.000 terjadi akibat perusahaan
membuat cadangan atau penyisihan imbalan pasca kerja. Menurut
ketentuan fiskal pembentukan dana cadangan tidak diakui kecuali yang
telah disebutkan dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c Undang-Undang PPh
No. 6 Tahun 2008.
3a. Koreksi negatif sebesar Rp 708.487.201 terjadi akibat kelebihan realisasi
penghapusan piutang tak tertagih tahun 2010 sebesar Rp 818.487.201
Opening balance Rp 2.292.968.994
Allowance for Debt Exp 2010 Rp 110.000.000
Ending Balance Rp 2.402.968.994
Allowance for Doubtful Accounts 31 December 2010 Rp 1.584.481.793
Realization of removal receivables 2010 Rp (818.487.201)
74
96
Di dalam rekonsiliasi Laporan Laba Rugi terdapat beda tetap berupa :
1b. Koreksi negatif sebesar Rp 23.750.000 atas beban penyusutan aktiva
tetap milik perusahaan yang digunakan atau boleh dibawa pulang oleh
pegawai sehingga ketentuan penyusutannya menurut fiskal hanya diakui
sebesar 50% dari total penyusutan fiskal yang berlaku berdasarkan
Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-220/PJ./2002 tanggal 18 April
2002.
Tabel 4.15
Rekonsiliasi Penyusutan Aktiva Tetap yang Digunakan Karyawan
Tertentu Tahun 2010
Sumber : data diolah
Menurut penulis beban penyusutan aktiva tetap milik perusahaan yang
digunakan atau dibawa pulang pegawai seharusnya dikoreksi positif dan
terdapat beberapa aktiva tetap yang belum terhitung. Berikut ini
merupakan perhitungan penyusutan aktiva tetap yang digunakan
karyawan tertentu menurut penulis :
75
97
Tabel 4.16
Evaluasi Rekonsiliasi Penyusutan Aktiva Tetap yang Digunakan
Karyawan Tertentu Tahun 2010
Aktiva Nilai
Perolehan Category
Penyusutan
Gol Tarif (%) Fiskal
Hyundai Trajet B8962EN
80,000,000 Hev-Veh 2 12,5 10,000,000
Suzuki APV Coklat (B8084L)
100,000,000 Hev-Veh 2 12,5 12,500,000
Suzuki APV Coklat (B80855L)
100,000,000 Hev-Veh 2 12,5 12,500,000
Suzuki APV Coklat (B8086L)
100,000,000 Hev-Veh 2 12,5 12,500,000
Laptop for P' S
10,970,000 Off Eqp 1 25 2,742,500
Laptop for P' D H
12,357,055 Off Eqp 1 25 3,089,264
CAMERA SAMSUNG SMO 72569
1,530,000 Off Eqp 1 25 382,500
Notebook u/Pak "H"
9,140,000 Off Eqp 1 25 2,285,000
Lidojaya, 120, 1 Unit Digital Camera
1,650,000 Off Eqp 1 25 412,500
Lidojaya, 120, 1 Unit Digital Camera
1,650,000 Off Eqp 1 25 412,500
Sepeda Motor Grinsing
9,600,000 Hev-Mtr 1 25 2,400,000
Sepeda Motor Kawasaki Kaze
13,600,000 Hev-Mtr 1 25 3,400,000
Sepeda Motor Supra Fit for
Bandung
10,050,000 Hev-Mtr 1 25 2,512,500
Jumlah
450,547,055
65,136,764
Sumber : data diolah
Dari perhitungan tabel 4.16 dijelaskan bahwa jumlah penyusutan fiskal
aktiva tetap yang digunakan karyawan tertentu karena jabatannya
sebesar Rp 65.136.764, menurut peraturan perpajakan yang dapat diakui
hanya sebesar 50% dari total penyusutan fiskal yang berlaku, sehingga
harus dikoreksi fiskal positif sebesar Rp 32.568.382.
76
98
2b. Koreksi positif sebesar Rp 2.560.350 atas biaya perbaikan dan perawatan
kendaraan perusahaan yang diberikan sebagai fasilitas untuk digunakan
pegawai tertentu karena jabatannya, sehingga ketentuan menurut fiskal
hanya diakui sebesar 50% dari total biaya Rp 5.120.699. Hal ini
berdasarkan Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-220/PJ/2002 tanggal
18 April 2002.
Tabel 4.17
Rekonsiliasi Biaya Perbaikan dan Perawatan Tahun 2010
Komersial Fiskal Koreksi Fiskal
Januari 5,751,350 5,736,350 15,000
Februari 3,526,150 3,526,150 -
Maret 5,048,500 5,048,500 -
April 4,451,100 4,413,600 37,500
Mei 6,168,000 6,168,000 -
Juni 8,608,500 8,523,500 85,000
Juli 3,655,314 2,897,907 757,407
Agustus 4,689,600 4,557,100 132,500
September 4,903,885 4,509,885 394,000
Oktober 1,130,025 820,012 310,013
November 1,307,000 1,307,000 -
Desember 3,020,060 2,191,130 828,930
Jumlah 52,259,484 49,699,134 2,560,350
Sumber : data diolah
77
99
Analisis Penulis :
Biaya perbaikan dan perawatan merupakan biaya yang dikeluarkan
perusahaan tekait perbaikan dan perawatan kendaraan dan equipment
kantor. Berikut ini adalah elemen-elemen dari biaya perbaikan dan
perawatan :
Biaya Perbaikan & Perawatan
3525 Exp - Fixed Plant & Equipment 25,570,300
3550 Exp - S Part Loader 50,500
3565 Exp - Mobile Plant Trucks 256,000
3570 Exp - S Part Genset 1,938,400
3575 Exp - Motor Vehicles 20,834,784
3580 Exp - Office & Comp Equipmen 3,609,500
52,259,484
Menurut ketentuan fiskal semua biaya yang berkaitan dengan
kegiatan usaha dapat dibebankan sebagai biaya fiskal kecuali hal-hal lain
yang diatur dalam peraturan perpajakan. Fixed plant, sparepart loader,
mobile plant trucks, sparepart genset, motor vehicle, dan office
equipment merupakan biaya yang berkaitan dan digunakan dalam
kegiatan usaha dan dapat diakui sebagai biaya fiskal, namun terdapat
biaya motor vehicles yang harus dikoreksi fiskal sebesar Rp 2.560.350
atas biaya perbaikan dan perawatan kendaraan perusahaan yang dibawa
pulang oleh pegawai tertentu karena jabatannya.
3b. Koreksi positif sebesar Rp 9.921.914 atas biaya perjalanan dinas dan
transportasi karyawan perusahaan. Koreksi tersebut dikenakan karena
biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk kepentingan pribadi
karyawan.
78
100
Tabel 4.18
Rekonsiliasi Biaya Travelling, Transport, & Meal Tahun 2010
Komersial Fiskal
Koreksi Fiskal
COGS GA
Januari
17,641,012
17,393,512
-
247,500
Februari
21,731,116
20,516,702
-
1,214,414
Maret
59,351,580
59,101,580
-
250,000
April
11,628,300
11,052,800
-
575,500
Mei
9,716,631
9,016,631
-
700,000
Juni
13,240,200
12,550,200
-
690,000
Juli
4,466,550
3,896,550
-
570,000
Agustus
9,628,700
8,913,700
715,000 -
September
4,087,000
1,607,500
700,000
1,779,500
Oktober
9,113,700
7,113,700
900,000
1,100,000
November
9,129,500
9,129,500
- -
Desember
5,450,500
4,970,500
-
480,000
Jumlah
175,184,789
165,262,875
2,315,000
7,606,914
Sumber : data diolah
Analisis Penulis :
Travelling, transport, & meal merupakan biaya pegawai yang
ditanggung perusahaan sehubungan dengan dinas di luar kantor atau
disebut juga biaya perjalanan dinas. Biaya perjalanan dinas umumnya
terdiri dari tiga biaya yaitu biaya transportasi, biaya akomodasi, dan
uang saku. Berikut ini adalah elemen dari biaya travelling, transport, &
meal :
79
101
Travelling - transport & meal GA COGS
3705 Travel - Transport 30,617,328
46,980,000
3710 Travel - Accomodation 81,316,682
6,963,531
3715 Travel - Meals 6,792,250
2,514,998
118,726,260
56,458,529
Travel – transport merupakan komponen pengeluaran untuk
membiayai transportasi untuk sampai ke tempat tujuan. Unsur
transportasi ini dapat diberikan dalam bentuk uang maupun dalam
bentuk tiket. Travel – accommodation merupakan komponen
pengeluaran untuk membiayai penginapan selama karyawan melakukan
perjalanan dinas dan biayanya diberikan dalam bentuk uang ataupun
voucher. Biaya yang ketiga adalah travel - meals merupakan
penggantian uang makan selama perjalanan dinas yang direimburst
karyawan.
Menurut narasumber perusahaan memberikan biaya perjalanan
dinas secara reimbursement. Apabila diberikan secara reimbursement
maka perusahaan dapat membebankan biaya perjalanan dinas sebagai
biaya fiskal dengan syarat tidak ada mark up, disertai dengan bukti asli,
dan diusahakan atas nama perusahaan. Berikut ini adalah ringkasan hasil
analisis penulis terhadap rekonsiliasi biaya travel, transport, & meal :
80
102
Tabel 4.19
Ringkasan Evaluasi Biaya Travel, Transport, & Meal Tahun 2010
Komersial
Deductible Expense Koreksi Fiskal
COGS GA COGS GA
Travel - Transport
77,597,328
45,380,000
19,528,000
1,600,000
11,089,328
Travel - Accomodation
88,280,213
6,963,531
81,316,682
-
-
Travel - Meals
9,307,248
2,514,998
6,673,750 -
118,500
Jumlah
175,184,789
54,858,529
107,518,432
1,600,000
11,207,828
Sumber : data diolah
Berdasarkan analisis penulis terdapat koreksi fiskal terhadap biaya
travel - transport sebesar Rp 12.689.328, merupakan biaya untuk
kepentingan dari pegawai tersebut dan tidak berhubungan dengan
aktivitas perusahaan dalam menghasilkan pendapatan, sehingga harus
dikoreksi positif. Menurut ketentuan fiskal biaya untuk kepentingan
pribadi tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto sesuai dengan
Pasal 9 ayat (1) huruf b Undang-undang PPh No. 36 Tahun 2008. Biaya
meals perjalanan dinas sebesar Rp 118,500 harus dikoreksi karena tidak
didukung oleh bukti-bukti bahwa biaya tersebut benar-benar
dikeluarkan.
4b. Koreksi positif sebesar Rp 51.903.400 atas biaya bahan bakar kendaraan
bermotor yang diberikan perusahaan sebagai fasilitas untuk digunakan
pegawai tertentu karena jabatannya, sehingga menurut ketentuan fiskal
hanya diakui sebesar 50% dari jumlah biaya bahan bakar yang
dibebankan.
81
103
Tabel 4.20
Rekonsiliasi Biaya Bahan Bakar Tahun 2010
Sumber : data diolah
Menurut analisis penulis koreksi fiskal terhadap biaya Motor
Vehicles – Fuel sudah benar dan sesuai dengan Keputusan Dirjen Pajak
Nomor KEP-220/PJ/2002 tanggal 18 April 2002.
5b. Koreksi positif sebesar Rp 16.559.850 atas biaya parkir dan toll yang
dikeluarkan perusahaan sehubungan dengan biaya kendaraan yang
diberikan sebagai fasilitas pegawai tertentu karena jabatannya, sehingga
menurut ketentuan fiskal hanya diakui sebesar 50% dari jumlah biaya
parkir dan toll yang dibebankan.
82
104
Tabel 4.21
Rekonsiliasi Biaya Parkir dan Toll Tahun 2010
Sumber : data diolah
Menurut analisis penulis terdapat kekeliruan perhitungan pada
biaya koreksi fiskal bulan November sebesar Rp 383.000 yang belum
dikoreksi 50%. Sehingga biaya yang seharusnya dikoreksi untuk bulan
November adalah sebesar Rp 191.500 dan total keseluruhan biaya parkir
dan toll yang dikoreksi fiskal adalah sebesar Rp 16.368.350.
6b. Koreksi positif sebesar Rp 8.735.500 atas biaya registrasi kendaraan
bermotor. Menurut penulis biaya registrasi kendaraan seharusnya tidak
dilakukan koreksi positif dikarenakan biaya tersebut sehubungan dengan
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan sesuai dengan
Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang PPh No. 36 Tahun 2008.
83
105
7b. Koreksi positif sebesar Rp 115.592.900 atas biaya sumbangan dan
koordinasi yang tidak berhubungan dengan biaya untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan, sehingga biaya tersebut harus
dikoreksi seluruhnya dari laporan keuangan komersial.
Tabel 4.22
Rekonsiliasi Biaya Restore & Rehab Tahun 2010
Sumber : data diolah
Berdasarkan penjelasan tabel 4.22 menunjukan bahwa di dalam
laporan komersial mengakui adanya biaya restore & rehab sebesar Rp
401.079.125, namun yang dapat dibebankan sebagai biaya fiskal
(deductible expense) adalah sebesar Rp 285.486.225. Selisih dari biaya
tersebut menyebabkan koreksi fiskal positif sebesar Rp 115.592.900.
Analisis Penulis :
Biaya restore & rehab provided merupakan biaya donasi
(koordinasi) dan retribusi yang digunakan untuk kelancaran operasional
plant dalam pengiriman ready mix atau beton ke proyek-proyek yang
84
106
dituju dengan memberikan meal atau retribusi kepada aparat, penjabat,
dan anggota tertentu. Menurut ketentuan fiskal biaya sumbangan dan
koordinasi merupakan biaya yang tidak dapat dibebankan sebagai biaya
fiskal kecuali hal-hal lain yang diatur dalam peraturan perpajakan.
Berikut ini merupakan hasil perhitungan rekonsiliasi biaya restore &
rehab menurut penulis :
Tabel 4.23
Ringkasan Evaluasi Rekonsiliasi Biaya Restore & Rehab
Sumber : data diolah
Menurut analisis penulis, biaya restore & rehab yang seharusnya
dikoreksi positif adalah sebesar Rp 124.186.400, dengan rincian Rp
124.020.400 merupakan biaya sumbangan dan koordinasi, dan biaya
entertaint sebesar Rp 166.000 yang tidak memiliki daftar nominatifnya.
Dalam surat edaran Dirjen Pajak No. SE-27/PJ.22/1986, yang berkaitan
dengan biaya entertainment representasi dan jamuan tamu, wajib pajak
harus membuktikan bahwa biaya-biaya tersebut benar-benar
berhubungan dengan kegiatan untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan perusahaan.
Biaya fiskal yang dapat dibebankan sebesar Rp 276.892.725,
merupakan biaya terkait gaji/upah pegawai harian. Gaji ataupun upah
Komersial Fiskal Koreksi Fiskal
COGS
358,178,400
240,243,000
117,935,400
GA
42,900,725
36,649,725
6,251,000
Jumlah 401,079,125 276,892,725 124,186,400
85
107
adalah obyek PPh Pasal 21 dan merupakan pengurang penghasilan bruto
sesuai dengan Pasal 6 ayat (1) huruf a Undang-Undang PPh No. 36
Tahun 2008.
8b. Koreksi positif sebesar Rp 30.899.689 atas biaya telephone berikut
pengisian ulang pulsa, perbaikan telepon seluler dan layanan internet
yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk pegawai tertentu
karena jabatan atau pekerjaannya.
Tabel 4.24
Rekonsiliasi Biaya Telephone Tahun 2010
Sumber : data diolah
Analisis Penulis :
Biaya telephone merupakan elemen dari biaya electricity,
telephone, & water. Biaya ini pada dasarnya merupakan biaya overhead
yang secara tidak langsung berhubungan dengan kegiatan usaha dan
dapat diakui sebagai biaya fiskal, namun peraturan perpajakan mengatur
86
108
lain terhadap biaya telephone yang boleh diakui menurut fiskal . Berikut
ini merupakan elemen dari biaya electricity, telephone, & water :
COGS GA
3850 Telephone
111,493,132
45,539,080
3905
Light and Power -
Electricity
5,480,812
-
3925 Water
771,900
-
Jumlah
117,745,844
45,539,080
Tabel 4.25
Evaluasi Rekonsiliasi Biaya Telephone
Sumber : data diolah
Terdapat biaya telephone (manufacturing) sebesar Rp
18.725.796 termasuk pengisian ulang pulsa, perbaikan telepon seluler
dan layanan internet yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk
pegawai tertentu karena jabatan atau pekerjaannya, sehingga menurut
ketentuan fiskal hanya dapat diakui sebesar 50% dari jumlah biaya
87
109
berlangganan atau pengisian ulang pulsa dan perbaikan. Oleh karena itu
harus dikoreksi positif atas biaya telephone sebesar Rp 9.362.898. Dan
juga biaya telephone (general administration) sebesar Rp 43.073.581
yang dimiliki dan dipergunakan perusahaan untuk pegawai tertentu
karena jabatan atau pekerjaannya, sehingga harus dikoreksi positif atas
biaya telephone tersebut sebesar Rp 21.536.791. Hal ini berdasarkan
Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-220/PJ/2002 tanggal 18 April
2002.
9b. Koreksi positif sebesar Rp 29.198.457 atas biaya penggantian
sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk
natura dan kenikamatan termasuk makanan dan minuman untuk office,
biaya makan siang pegawai, dan minuman untuk tamu.
Tabel 4.26
Rekonsiliasi Biaya Staff Amenities Tahun 2010
Sumber : data diolah
88
110
Analisis Penulis :
Staff Amenities merupakan elemen dari biaya health, safety,
security, dan staff amenities. Berikut ini adalah elemen-elemen dari
biaya health, safety, security, dan staff amenities :
COGS GA
3870 Staff Amenities
243,791,600
70,776,432
3875 Securities
54,000,000
-
3880 Health and Safety
28,829,800
1,415,500
Jumlah
326,621,400
72,191,932
Dari elemen biaya diatas dapat dijelaskan bahwa Securities
adalah biaya keamanan yang dibayarkan perusahaan sehubungan
penggunaan tenaga kerja dari outsourcing. Health & safety adalah biaya
yang dikeluarkan perusahaan sehubungan dengan pembelian perangkat
keamanan dan persediaan obat-obatan bagi karyawannya. Kedua biaya
tersebut dapat dibebankan sebagai biaya fiskal dikarenakan keamanan,
kesehatan, dan keselamatan pegawai adalah keharusan dalam
pelaksanaan pekerjaan sebagai sarana keselamatan kerja atau karena
sifat pekerjaan tersebut mengharuskannya sesuai dengan penjelasan
Pasal 9 ayat (1) huruf e Undang-Undang PPh No. 36 Tahun 2008.
Staff amenities adalah biaya natura yang diberikan perusahaan
kepada karyawannya sehubungan dengan pekerjaan baik dalam
penggantian sejumlah uang maupun kenikmatan konsumsi barang,
seperti; uang makan siang, uang makan lembur, dan jamuan tamu.
89
111
Menurut ketentuan fiskal bahwa penggantian atau imbalan sehubungan
dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan
kenikamatan tidak boleh dikurangkan dari besarnya penghasilan kena
pajak kecuali hal-hal lain yang diatur dalam peraturan perpajakan.
Berikut ini adalah tabel hasil analisis rekonsiliasi biaya staff amenities
menurut penulis :
Tabel 4.27
Evaluasi Rekonsiliasi Biaya Staff Amenities Tahun 2010
Sumber : data diolah
Berdasarkan perhitungan tabel 4.27 bahwa biaya staff amenities
yang seharusnya dikoreksi fiskal adalah sebesar Rp 301.499.932, karena
biaya tersebut merupakan biaya natura, meals, jamuan tamu, dan uang
makan bagi karyawan. Uang makan merupakan tambahan penghasilan
bagi karyawan namun berdasarkan hasil wawancara, uang makan
90
112
tersebut tidak dilaporkan sebagai obyek PPh Pasal 21 sehingga penulis
menyimpulkan biaya tersebut harus dikoreksi positif dari staff amenities.
Dari tabel 4.27 juga menyebutkan biaya staff amenities yang
dapat dibebankan sebagai biaya fiskal (deductible expense) adalah
sebesar Rp 13.068.100. Biaya ini merupakan pembelian air minum bagi
karyawan. Menurut narasumber, air minum tersebut disediakan untuk
seluruh karyawannya oleh karena itu penulis menyimpulkan biaya ini
dapat dibebankan sebagai biaya fiskal sebagaimana yang telah
disebutkan dalam penjelasan Pasal 9 ayat (1) huruf e Undang-Undang
PPh No. 36 Tahun 2008 bahwa pemberian atau penyediaan makanan dan
atau minuman bagi seluruh pegawai yang berkaitan dengan pelaksanaan
pekerjaan dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
10b. Koreksi positif sebesar Rp 6.284.717 atas biaya asuransi sehubungan
dengan biaya kendaraan yang diberikan sebagai fasilitas pegawai
tertentu oleh perusahaan karena jabatannya.
Tabel 4.28
Rekonsiliasi Biaya Asuransi (GA) Tahun 2010
Sumber : data diolah
91
113
Analisis Penulis :
Biaya asuransi merupakan elemen dari biaya rent, taxes, traffic line
& insurance. Berikut ini adalah elemen dari biaya-biaya tersebut:
COGS GA
4215 Rental - Machinery, etc 51,388,886 -
4221 Loader Rental 28,406,250 -
4225 Taxes, Duties & Levies 6,543,350 21,641,178
4230 Registration & Road Tax - -
4235 Traffic Fine & Facilitations - -
4245 Insurance - Other 8,207,923 12,506,620
Jumlah 94,546,409
34,147,798
Rental – Machinery & Loader merupakan biaya terkait aktiva yang
disewa perusahaan dari pihak lain. Sedangkan Isurance - Other
merupakan biaya terkait asuransi kendaraan yang digunakan perusahaan.
Taxes, Duties & Levies merupakan biaya terkait pajak, perijinan untuk
pengambilan air bawah tanah, dan perijinan bangunan atas asset
perusahaan seperti ; PBB, ijin domisili perusahaan, dan perpanjangan
IMTA untuk tenaga asing
Biaya-biaya tersebut dapat diakui sebagai biaya fiskal karena
berhubungan dengan mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan kecuali biaya asuransi (general administration) yang diatur
lain dalam peraturan perpajakan. Berikut ini adalah hasil analisis penulis
terhadap rekonsiliasi biaya asuransi :
92
114
Tabel 4.29
Evaluasi Rekonsiliasi Biaya Asuransi (GA) Tahun 2010
Sumber : data diolah
Berdasarkan tabel 4.29 laporan komersial mengakui adanya biaya
asuransi (general administration) sebesar Rp 12.506.620, namun
menurut fiskal terdapat biaya asuransi sebesar Rp 6.557.704 yang harus
dikoreksi karena biaya tersebut berhubungan dengan kendaraan
perusahaan yang dibawa pulang oleh pegawai tertentu karena jabatannya
sehingga hanya dapat diakui sebesar 50% dari jumlah biaya yang
dibebankan sesuai dengan Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-
220/PJ/2002 tanggal 18 April 2002. Hal ini menyebabkan koreksi fiskal
positif atas biaya asuransi sebesar Rp 3.278.852.
11b. Koreksi negatif sebesar Rp 65.393.154 atas penghasilan bunga karena
sudah dikenakan PPh Final. Hal ini berdasarkan Pasal 4 ayat (2)
Undang-Undang PPh No. 36 Tahun 2008.
93
115
12b. Koreksi positif sebesar Rp 18.316.507 atas biaya kendaraan bermotor
(manufacturing overhead) yang diberikan sebagai fasilitas untuk
digunakan pegawai tertentu karena jabatannya.
Tabel 4.30
Rekonsiliasi Motor Vehicles Expense (COGS) Tahun 2010
Sumber : data diolah
Analisis Penulis :
Motor vehicles expenses merupakan elemen dari biaya sparepart &
tyres. Sparepart & tyres expenses dikeluarkan perusahaan berkaitan
dengan pemeliharaan dan perbaikan kendaraan plant yang berhubungan
dalam aktivitas produksi beton dan pengiriman bahan baku material.
Berikut ini adalah elemen-elemen dari biaya sparepart & tyres :
94
116
Manufacturing Overhead
3505 Exp - Batching Plant/Sparepart 120,857,888.58
3524 Exp - Plant & Equip/Service 106,910,000.00
3525 Exp - Fixed Plant & Equipment 145,474,528.70
3549 Exp - Loader/Service 40,833,333.00
3550 Exp - S Part Loader 159,458,641.96
3551 Exp - Oil Loader 148,460,067.28
3560 Exp - Mobile Plant Mixers 2,902,240.00
3561 Exp - Oil Mixers 1,219,810.40
3565 Exp - Mobile Plant Trucks 5,156,666.67
3569 Exp - Vehicles Other/Service 400,000.00
3570 Exp - S Part Genset 62,512,320.64
3571 Exp - M P Oli Genset 48,091,124.47
3575 Exp - Motor Vehicles 36,380,377.48
3580 Exp - Office & Comp Equipmen 4,857,400.00
3581 Inventaries 1,902,500.00
3585 Exp - Testing Equipment 170,000.00
3595 Exp - Tools 8,770,000.00 Repair & Maintenance
3605 Exp - Tyres 90,000.00
Jumlah 894,446,899.18
Semua biaya yang timbul yang menyebabkan penurunan manfaat
ekonomi dan ekuitas perusaahan dapat disebut biaya dalam akuntansi
komersial sedangkan tidak demikian menurut ketentuan perpajakan,
biaya yang tidak berkaitan dalam menghasilkan, menjaga, dan
memelihara penghasilan tidak diakui biayanya dan biaya-biaya lain yang
diatur dalam peraturan perpajakan.
Biaya-biaya sparepart & tyres dapat diakui menurut fiskal karena
berkaitan dalam aktivitas produksi perusahaan, namun terdapat elemen
exp – motor vehicle yang diatur lain oleh peraturan perpajakan. Didalam
exp – motor vehicle terdapat biaya perbaikan dan pembelian sparepart
kendaraan yang dibawa pulang oleh karyawan tertentu karena
jabatannya sebesar Rp 18.316.507, sehingga menurut ketentuan fiskal
95
117
hanya dapat diakui sebesar 50% dari jumlah biaya yaitu sebesar Rp
9.158.253. Hal ini berdasarkan Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-
220/PJ/2002 tanggal 18 April 2002.
Tabel 4.31
Evaluasi Rekonsiliasi Motor Vehicles Expense (COGS) Tahun 2010
Sumber : data diolah
D. Pajak Penghasilan PT Indomix Perkasa
1. Perhitungan Penghasilan Netto Fiskal PT Indomix Perkasa Tahun
2010
Dalam menghitung pajak penghasilan badan perlu diketahui dahulu
penghasilan netto fiskal. Penghasilan netto fiskal merupakan hasil dari
laba komersial yang telah dilakukan koreksi fiskal berdasarkan undang-
undang perpajakan dan nantinya akan menjadi dasar dalam menghitung
96
118
pajak penghasilan badan terhutang. Dari pembahasan diatas, maka
penghasilan netto fiskal dapat dihitung sebagai berikut :
PENGHASILAN NETTO KOMERSIAL
Peredaran Usaha Rp 72.214.654.901
Harga Pokok Penjualan Rp (82.081.242.297)
Biaya Usaha Lainnya Rp (8.495.549.538)
Penghasilan Netto dari Usaha Rp (18.362.136.934)
Penghasilan dari Luar Usaha Rp 6.239.530.976
Biaya dari Luar Usaha Rp (2.680.616.932)
Jumlah Penghasilan Netto Komersial Rp (14.803.222.890)
KOREKSI FISKAL
Koreksi Positif :
Biaya penyusutan aktiva tetap Rp 102.773.381
Imbalan pasca kerja Rp 975.789.000
Biaya perbaikan dan perawatan Rp 2.560.350
Biaya traveling & transport Rp 9.921.914
Biaya bahan bakar Rp 51.903.400
Biaya parkir dan toll Rp 16.559.850
Biaya registrasi kendaraan Rp 8.735.500
Biaya sumbangan dan koordinasi Rp 115.592.900
Biaya telephone Rp 30.899.689
Staff amenities Rp 29.198.457
Biaya asuransi Rp 6.284.717
Biaya kendaraan bermotor Rp 18.316.507
Jumlah Koreksi Positif Rp 1.368.535.665
Koreksi Negatif :
Biaya penghapusan piutang Rp 708.487.201
Biaya penyusutan Rp 23.750.000
Pendapatan bunga Rp 65.393.154
Jumlah Koreksi Negatif Rp (797.630.355)
Jumlah Penghasilan Netto Fiskal Rp (14.232.317.580)
97
119
2. Pajak Penghasilan Terhutang PT Indomix Perkasa Tahun 2010
Karena pada tahun pajak 2010 PT Indomix Perkasa mengalami
kerugian maka tidak dikenai pajak terhutang atau nihil. Dari kerugian
yang di derita perusahaan pada tahun 2010 tersebut nantinya dapat
dikompensasikan di tahun berikutnya maksimal 5 tahun.
a. PPh Pasal 22
PPh pasal 22 yang menjadi kredit pajak bagi perusahaan berasal
dari pembelian bahan baku semen dari PT Indocement Tunggal
Prakarsa untuk tahun 2010 sebesar Rp 45.172.444.068 dan
pembelian solar dari PT Pertamina sebesar Rp 323.501.666. Atas
objek pasal 22 tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 154/PMK.03/2010 tanggal 31 Agustus 2010 bahwa badan
usaha industri semen dikenakan pajak sebesar 0,25% dari dasar
pengenaan pajak pertambahan nilai dan atas penjualan solar dari
Pertamina kepada Non SPBU dikenakan pajak sebesar 0,3% dari
penjualan. Perhitungan PPh Pasal 22 PT Indomix Perkasa tahun
pajak 2010 adalah sebagai berikut :
Tabel 4.32
Perhitungan PPh Pasal 22 PT Indomix Tahun 2010
Keterangan Jumlah Transaksi (Rp) Tarif PPh 22 PPh 22 yang dipotong
Pembelian solar dari Pertamina
323,501,666 0.30%
970,505
Pembelian semen dari PT Indocement
45,172,444,068
0.25%
112,931,110
Jumlah PPh 22 Yang Dipotong
113,901,615
Sumber : data diolah
98
120
b. PPh Pasal 23
PPh pasal 23 yang menjadi kredit pajak bagi perusahaan berasal
dari pendapatan sewa kendaraan dan penghasilan lain atas
penggunaan harta yang disewakan PT Indomix Perkasa kepada PT
Pionir Beton Industri selama tahun 2010 sebesar Rp 7.517.875.059.
Berdasarkan Pasal 23 ayat (1) huruf c Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan bahwa sewa dan penghasilan
lain sehubungan dengan penggunaan harta dikenakan pajak sebesar
2% (dua persen). Perhitungan PPh pasal 23 untuk tahun 2010 adalah
sebagai berikut :
Rp 7.517.875.059 x 2% = Rp 150.357.501
99
121
c. PPh Pasal 25
Tabel 4.33
Rekapitulasi SSP PPh Pasal 25 Tahun 2010
Bulan Surat Setoran Pajak
Tgl setor tgl lapor Rp.-
JANUARI 10-Jun-10 19-Feb-10 22,916,616
FEBRUARI Kompesasi LB 2008 19-Mar-10 22,916,616
MARET 9-Apr-10 20-Apr-10 22,916,616
APRIL 10-May-10 21-May-07 49,633,047
MEI 9-Jun-10 21-Jun-10 49,633,047
JUNI 9-Jul-10 19-Jul-10 49,633,047
JULI 10-Aug-10 20-Aug-10 49,633,047
AGUSTUS 7-Sep-10 20-Sep-10 49,633,047
SEPTEMBER 8-Oct-10 18-Oct-10 49,633,047
OKTOBER 10-Nov-10 18-Nov-10 49,633,047
NOPEMBER 10-Nov-10 20-Dec-10 49,633,047
DESEMBER 10-Jan-10 20-Jan-10 49,633,047
Jumlah 465,814,224
Sumber : PT Indomix Perkasa Tahun 2010,
Berdasarkan tabel 4.33 diatas terdapat kesalahan perhitungan
jumlah PPh Pasal 25 yang disetor dikarenakan tidak ikut
terhitungnya angsuran PPh Pasal 25 masa Desember sehingga
100
122
menyebabkan jumlah PPh Pasal 25 Bulanan Tahun 2010 kurang
sebesar Rp 49.633.047.
Setelah semua komponen kredit pajak perusahaan tahun 2010
diperoleh, maka dapat dihitung PPh kurang bayar (PPh Pasal 29) atau PPh
lebih bayar (PPh Pasal 28A) yang dikenakan terhadap PT Indomix
Perkasa. Berikut merupakan perhitungan PPh kurang atau lebih bayar PT
Indomix Perkasa tahun 2010 :
Penghasilan Netto Fiskal Rp (14.232.317.580)
Penghasilan Kena Pajak Rp (Nihil)
PPh Terutang Rp (Nihil)
Kredit Pajak :
PPh Pasal 22 Rp 113.901.615
PPh Pasal 23 Rp 150.357.501
PPh Pasal 25 Bulanan Rp 465.814.224
Jumlah Kredit Pajak Rp 730.073.340
PPh Lebih Bayar (PPh Ps.28A) Rp 730.073.340
Dari perhitungan diatas menyatakan bahwa perusahaan memiliki
pajak lebih bayar sebesar Rp 730.073.340 yang nantinya dapat
mengajukan restitusi atas kelebihan pembayaran pajak tersebut.
101
123
E. Analisis dan Evaluasi Terhadap Rekonsiliasi Fiskal PT Indomix Perkasa
Tahun 2010
Dari hasil koreksi fiskal yang dilakukan oleh perusahaan untuk tahun
pajak 2010, masih terdapat banyak kesalahan perhitungan dan kekeliruan
terhadap biaya-biaya yang seharusnya dikoreksi fiskal oleh perusahaan.
Penulis mencoba untuk menganlisis mengenai komponen-komponen dalam
laporan rekonsiliasi fiskal tersebut dan melakukan evaluasi untuk mengetahui
semua biaya-biaya dan penghasilan telah dilakukan koreksi dengan benar
sesuai dengan ketentuan perpajakan :
1. Peredaran Usaha
Penghasilan menurut komersial meliputi pendapatan (revenues)
dan keuntungan (gains) yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak
berasal dari kontribusi penanaman modal. Dalam hal ini penghasilan
utama perusahaan berasal dari penjualan adukan beton siap pakai, baik
secara tunai maupun kredit. Berikut dibawah ini adalah penjualan ready
mix concrete selama tahun 2010 :
- Concrete sales (credit) Rp 86.589.292.616
- Uninvoiced concrete sales Rp (15.656.079.560)
- Concrete sales (cash) Rp 1.281.441.845
Jumlah Penjualan Ready Mix Concrete Rp 72.214.654.901
2. Harga Pokok Penjualan
Merupakan komponen vital dalam perhitungan pajak, karena tinggi
rendahnya pajak penghasilan sangat dipengaruhi oleh Harga Pokok Penjualan
(HPP). Untuk nilai penjualan yang sama, jika semakin tinggi HPP nya, maka
semakin rendah labanya, dan tentu pajaknyapun semakin rendah. Fiskal
102
124
mengakui adanya biaya bersamaan dengan penghasilan yang dihasilkan sesuai
dengan prinsip matching cost against revenue. Maka menurut penulis terdapat
biaya HPP yang seharusnya dikoreksi positif sebesar Rp 4.606.861.519
karena sejalan dengan penghasilan yang belum diakui sebesar Rp
15.656.079.560 atau 5,6126%.
a. Direct Material
Direct material merupakan bahan baku yang digunakan
perusahaan dalam proses produksi beton. Perusahaan menggunakan
bahan baku antara lain ; cement, fly ash, crushed rock, screening, sand,
dan additives (bahan tambahan seperti air kimia (HCL), sikamet VZ,
dan pozzolite).
Direct material merupakan biaya yang dapat dibiayakan menurut
fiskal atau deductible expense. Karena biaya ini berhubungan langsung
dalam menghasilkan pendapatan. Hal ini sesuai dengan Pasal 6 ayat
(1) Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.
b. Direct Labor
Direct labor merupakan biaya tenaga kerja langsung yang
dikeluarkan perusahaan dalam melakukan proses produksi beton. Di
bawah ini adalah komponen biaya direct labor tahun 2010 :
103
125
Direct Labor : Wages & salaries – Normal Rp 2.081.484.179
Wages & salaries – Bonus Rp 246.644.669
Wages & salaries – Overtime Rp 1.373.452.312
Wages & salaries – Prov Gratuity & Other Com Rp 47.990.156
Wages & salaries – Allowance Rp 2.550.000
Wages & salaries – On Cost Medical Rp 283.945
Wages & salaries – On Cost Payroll Taxes Rp 12.271.459
Wages & salaries – On Cost Pen/Soc Sec Rp 84.330.260
Jumlah Rp 3.849.006.980
Menurut akuntansi komersial semua pengeluaran yang timbul
akibat aktivitas perusahaan merupakan biaya, namun dalam ketentuan
fiskal tidak semua biaya tersebut dapat diakui biayanya kecuali biaya
yang berhubungan dengan mendapatkan, menjaga, dan memelihara
penghasilan.
Wages & salaries – normal merupakan gaji pokok karyawan dan
menurut ketentuan fiskal gaji pokok dapat menjadi pengurang
penghasilan bruto.
Wages & salaries – bonus merupakan tambahan penghasilan
diluar gaji pokok. Berdasarkan hasil wawancara perusahaan
membentuk bonus dengan mengaccrue biaya bonus, maka penulis
berkesimpulan untuk melakukan koreksi biaya bonus seluruhnya
sebesar Rp 246.644.669.
Wages & salaries – overtime diberikan kepada karyawan yang
bekerja di luar jam kerja, atau pada hari libur. Menurut penulis
overtime dapat menjadi pengurang penghasilan bruto karena
104
126
merupakan penghasilan tambahan bagi karyawan dan merupakan
Objek PPh Pasal 21.
Wages & salaries - Prov Gratuity & Other Com merupakan
pembentukan penyisihan terkait imbalan pasca kerja bagi karyawan. Dari
biaya tersebut diantaranya sebesar Rp 40.919.060 merupakan biaya
provision for gratuity dan biaya reclaim provision for gratuity sebesar
Rp 7.071.096. Menurut penulis biaya provision for gratuity sebesar
Rp 40.919.060 harus dikoreksi seluruhnya karena berdasarkan
ketentuan fiskal biaya pembentukan penyisihan tidak dapat diakui
sampai benar-benar biaya tersebut dikeluarkan.
Wages & salaries – allowance merupakan tunjangan lain-lain yang
diberikan kepada karyawan tertentu seperti membiayai sewa kost
bulanan karyawan. Menurut penulis biaya ini boleh dibebankan
sebagai pengurang penghasilan bruto karena merupakan tambahan
penghasilan bagi karyawan dan merupakan Obyek PPh Pasal 21.
Wages & salaries – On Cost Medical merupakan biaya pengobatan
karyawan yang direimburst dan ditanggung perusahaan. Biaya ini
dapat dikurangkan dari penghasilan bruto karena menjadi tambahan
penghasilan bagi karyawan dan merupakan Objek PPh Pasal 21.
Wages & salaries – On Cost Payroll Taxes merupakan tunjangan
PPh 21 yang diberikan kepada karyawan. Biaya ini dapat dikurangkan
dari penghasilan bruto karena menjadi tambahan penghasilan bagi
karyawan dan merupakan Objek PPh Pasal 21.
105
127
Wages & salaries – On Cost Pen/Soc Sec merupakan tunjangan
asuransi kecelakaan dan iuran JHT yang ditanggung perusahaan. Biaya
ini dapat dikurangkan dari penghasilan bruto karena menjadi tambahan
penghasilan bagi karyawan dan merupakan Objek PPh Pasal 21.
c. Cartage
Biaya cartage dikeluarkan sehubungan dengan biaya kendaraan
yang digunakan dalam pengiriman material dan produksi. Biaya-biaya
ini meliputi perbaikan, bahan bakar, asuransi, sparepart, dan biaya
lainnya yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan
kendaraan tersebut.
Menurut ketentuan perpajakan semua biaya cartage dapat
dibiayakan dikarenakan biaya tersebut berhubungan dengan aktivitas
perusahaan dalam menghasilkan pendapatan. Hal ini sesuai dengan
Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan.
d. Manufacturing Overhead
1) Expenses Sparepart , Tyres
Sudah dibahas pada halaman 94-96.
2) Travel – Transport & Meal
Sudah dibahas pada halaman 78-81.
106
128
3) MV- Fuel, Parking & Tolls
MV – fuel, parking & tolls merupakan biaya kendaraan
bermotor yang timbul sehubungan dengan penggunaannya dalam
aktivitas pabrik dan semua biaya tersebut dapat dibiayakan
menurut fiskal karena secara langsung maupun tidak langsung
digunakan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan.
4) Third Party Laboratory
Third party laboratory merupakan biaya yang dikeluarkan
sehubungan dengan penelitian yang dilakukan di Indonesia kepada
pihak ketiga (PT. Bhumi Prasasti). Menurut ketentuan fiskal biaya
penelitian dapat diakui sebagai biaya sesuai dengan Pasal 6 ayat
(1) huruf f Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan.
5) Handling & Transportation
Biaya ini timbul sehubungan dengan ongkos angkut kendaraan
untuk menghandle pengiriman barang karena waktu yang
mendesak dan tidak ada pilihan alternative kendaraan yang dapat
digunakan perusahaan. Berikut ini General Ladger untuk transaksi
handling & transportation :
Account No. :
Cost Ctr
3680 - Handling & Transportation
Keterangan Debit Kredit
21/01/2010 130 APIN-103-1 RENCIT, 061-JO.010, Ong.Angkut Loader CLG 842 7,500,000 0
31/01/2010 131 GLAD-10001013-26 APIN-219 RETATEC, M52379, 52363, Ongkos Angkut AC 900,000 0
Net Change 8,400,000 Transaction 8,400,000 0
Sumber : General Ladger, PT Indomix Perkasa Tahun 2010
107
129
Biaya handling & transportation dapat dibiayakan menurut
fiskal karena biaya tersebut berkaitan dengan asset perusahaan
dalam menghasilkan, menjaga, dan memelihara penghasilan.
6) General
General merupakan biaya umum lainnya untuk keperluan
pabrik yang tidak secara langsung berhubungan dengan aktivitas
perusahaan namun hanya bersifat sebagai fasilitas penunjang.
Contohnya ; batu baterai untuk security. Biaya general dapat
dibiayakan menurut fiskal jika perusahaan dapat melengkapi bukti-
bukti dan dokumen transaksi pendukung yang menyatakan biaya
ini benar-benar dikeluarkan. Hal ini sesuai dengan penjelasan Pasal
9 ayat (1) huruf e Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang
Pajak Penghasilan.
7) Restore & Rehab Provided
Sudah dibahas pada halaman 84-86.
8) Health, Sefety, Security, Staff Amenities
Sudah dibahas pada halaman 88-91.
9) Postage, Printing, Stationary & Kurir
Merupakan biaya pembelian ATK pabrik dan biaya jasa
pengiriman dokumen untuk operasional perusahaan. Seluruh biaya
ini dapat dibebankan secara fiskal karena berkaitan secara tidak
langsung dengan kegiatan usaha.
108
130
10) Rent, Taxes, Traffic line & Insurance, Consumable
Sudah dibahas pada halaman 91-93.
11) Fuel Genset, Loader
Merupakan biaya bahan bakar yang dikeluarkan perusahaan
sehubungan digunakannya genset dan loader dalam proses
produksi. Biaya bahan bakar ini dapat dibebankan sebagai biaya
fiskal dikarenakan berhubungan secara tidak langsung dalam
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan.
12) Light, Power, Elect, Water, Telephone
Sudah dibahas pada halaman 86-88.
3. Biaya Usaha Lainnya
a. Biaya Pegawai
Biaya ini terkait gaji para staff kantor dan selain biaya tenaga kerja
produksi maupun manufacturing. Berikut ini elemen-elemen dari biaya
pegawai :
3405 W & S - Normal 3,505,499,752
3410 W & S - Bonuses 422,539,457
3415 W & S - Overtime 1,655,301,308
3417 Prov. for Gratuity & Other Com 927,798,844
3420 W & S - Allow 248,780,470
3422 Wages & Salaries - Con & Temp 3,437,825
3440 On Costs - Medical 6,771,500
3445 On Costs - Payroll Taxes 157,686,005
3450 On Costs - Pen/Soc Sec 130,050,133
Jumlah 7,057,865,294
109
131
Wages & salaries – Normal merupakan gaji pokok karyawan dan
menurut ketentuan fiskal gaji pokok dapat menjadi pengurang
penghasilan bruto.
Wages & salaries – Bonus merupakan tambahan penghasilan
diluar gaji pokok. Berdasarkan hasil wawancara perusahaan
membentuk bonus dengan mengaccrue biaya bonus, maka penulis
berkesimpulan untuk melakukan koreksi biaya bonus seluruhnya
sebesar Rp 422.539.457.
Wages & salaries – Overtime diberikan kepada karyawan yang
bekerja di luar jam kerja, atau pada hari libur. Menurut penulis
overtime dapat menjadi pengurang penghasilan bruto karena
merupakan penghasilan tambahan bagi karyawan dan merupakan
Objek PPh Pasal 21.
Wages & salaries - Prov Gratuity & Other Com merupakan
pembentukan penyisihan terkait imbalan pasca kerja bagi karyawan. Dari
biaya tersebut diantaranya merupakan biaya provision for gratuity sebesar
Rp 934.869.940 dan biaya reclaim provision for gratuity sebesar (Rp
7.071.096). Menurut penulis biaya provision for gratuity sebesar Rp
934.869.940 harus dikoreksi seluruhnya karena berdasarkan ketentuan
fiskal biaya pembentukan penyisihan tidak dapat diakui sampai benar-
benar biaya tersebut dikeluarkan.
Wages & salaries – Allow merupakan tunjangan lain-lain yang
diberikan kepada karyawan tertentu seperti membiayai sewa kost
110
132
bulanan karyawan dan terdapat honorarium aktuaris (PT Mercer
Indonesia) sebesar Rp 203.226.380. Menurut penulis biaya ini boleh
dibebankan sebagai pengurang penghasilan bruto karena merupakan
tambahan penghasilan bagi karyawan dan merupakan Obyek PPh
Pasal 21.
Wages & salaries – Con & Temp merupakan upah yang
dibayarkan kepada pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas. Biaya
ini dapat dikurangkan dari penghasilan bruto karena menjadi tambahan
penghasilan bagi pegawai dan merupakan Obyek PPh Pasal 21.
Wages & salaries – On Cost Medical merupakan biaya pengobatan
karyawan yang direimburst dan ditanggung perusahaan. Biaya ini
dapat dikurangkan dari penghasilan bruto karena menjadi tambahan
penghasilan bagi karyawan dan merupakan Obyek PPh Pasal 21.
Wages & salaries – On Cost Payroll Taxes merupakan tunjangan
PPh 21 yang diberikan kepada karyawan. Biaya ini dapat dikurangkan
dari penghasilan bruto karena menjadi tambahan penghasilan bagi
karyawan dan merupakan Obyek PPh Pasal 21.
Wages & salaries – On Cost Pen/Soc Sec merupakan tunjangan
asuransi kecelakaan dan iuran JHT yang ditanggung perusahaan. Biaya
ini dapat dikurangkan dari penghasilan bruto karena menjadi tambahan
penghasilan bagi karyawan dan merupakan Obyek PPh Pasal 21.
b. Biaya Perbaikan & Perawatan
Sudah dibahas pada halaman 77-78.
111
133
c. Travelling – Transport & Meal
Sudah dibahas pada halaman 78-81.
d. MV – Fuel, Parking, & Tolls
Merupakan biaya kendaraan bermotor yang timbul sehubungan
dengan penggunaannya dalam aktivitas perusahaan dan semua biaya
tersebut secara umum dapat dibiayakan menurut fiskal apabila
digunakan dalam kegiatan usaha untuk menghasilkan pendapatan.
Berikut ini adalah elemen biaya MV – Fuel, parking, & tolls :
Fuel, Car Rental, Carpark Rental, Registration, Parking, & Tolls
merupakan biaya yang dapat menjadi pengurang penghasilan bruto
karena secara langsung maupun tidak langsung digunakan perusahaan
untuk menghasilkan pendapatan, namun pada biaya tersebut terdapat
biaya yang diatur lain dalam peraturan perpajakan yang telah penulis
bahas sebelumnya pada halaman 81-82.
e. Restore & Rehab Provided
Sudah dibahas pada halaman 84-86.
f. Health, Safety, Security, Staff Amenities
Sudah dibahas pada halaman 88-91.
MV - Fuel, parking, & tolls
3720 MV - Fuel 149,719,404
3725 MV - Car Rental 442,708
3730 MV - Carpark Rental 300,000
3735 Motor Vehicles - Registration 18,003,900
3750 MV - Parking & Tolls 36,735,800
Jumlah 205,201,812
112
134
g. Training, Seminar, Subscription
Merupakan investasi pengembangan sumber daya manusia yang
dilakukan perusahaan dengan mengikutkan karyawan ke dalam suatu
pelatihan atau seminar.
Account No. :
Cost Ctr
3855 - Training & Seminars
Keterangan Debit Kredit
3/3/2010 601 CDHO-8-94 Desi M, Workshop SPT PPH Badan di PPA UI (2org) 2,200,000 0
Net Change 2,200,000 Transaction 2,200,000 0
Sumber : General Ladger, PT Indomix Perkasa 2010
Biaya pelatihan karyawan dapat dijadikan pengurang penghasilan
bruto (deductible expense) dan harus melampirkan bukti-bukti tekait
biaya tersebut. Hal ini sesuai dengan Pasal 6 ayat (1) hurug g Undang-
undang PPh No. 36 Tahun 2008.
h. Electricity, Telephone, & Water
Sudah dibahas pada halaman 86-88.
i. Legal & Profesional Fees
Merupakan biaya terkait jasa untuk konsultasi dan audit. Biaya
tersebut dapat dibebankan sebagai biaya fiskal dan digolongkan
sebagai honorarium atas imbalan jasa yang diberikan kepada tenaga
ahli. Hal ini sesuai dengan Pasal 6 ayat (1) huruf a Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.
j. Postages, Printing, Stationary, & Kurir
Merupakan biaya pembelian materai, ATK kantor, dan biaya jasa
pengiriman dokumen untuk operasional perusahaan. Seluruh biaya ini
113
135
dapat dibebankan secara fiskal karena berkaitan secara tidak langsung
dengan kegiatan usaha.
k. Rental, Taxes, Traffic Line, & Insurance
Sudah dibahas pada halaman 91-93.
l. Biaya Penghapusan Piutang
Sama dengan koreksi perusahaan pada halaman 74.
m. Biaya Penyusutan & Amortisasi
Sudah dibahas pada halaman 66-73.
n. Site Preparation
Merupakan biaya-biaya terkait pembangunan batching plant yang
belum beroprasi atau belum menghasilkan produksi. Biaya ini dapat
dimasukan juga sebagai biaya pengembangan usaha oleh karena itu
menurut penulis dapat dibiayakan sesuai dengan Pasal 6 ayat (1) huruf
f Undang-Undang PPh No. 36 Tahun 2008.
o. General
Merupakan biaya umum lainnya untuk keperluan office yang tidak
secara langsung berhubungan dengan aktivitas perusahaan namun
hanya bersifat sebagai penunjang fasilitas kantor atau disebut juga
sebagai biaya rumah tangga. Contohnya ; batu baterai untuk security,
tisu, wipol, dan pencuci piring untuk office.
Account
No. :
Cost
Ctr
3825 -
General Keterangan Debit Kredit
3/3/2010 601 CDHO-8-60
Tissu, Wipol, Pencuci Piring, dll u/
office 1,982,300 0
Net Change 1,982,300 Transaction 1,982,300
Sumber : General Ladger, PT Indomix Perkasa Tahun 2010
114
136
Biaya general dapat dibiayakan menurut fiskal jika perusahaan
dapat melengkapi bukti-bukti dan dokumen transaksi pendukung yang
menyatakan biaya ini benar-benar dikeluarkan.
4. Panghasilan dari Luar Usaha
a. Gain/Loss on Disposal of Assets
Merupakan pendapatan atau kerugian dari hasil penjualan asset
perusahaan. Pada dasarnya, perusahaan tidak bermaksud dan
merencanakan untuk menjual asetnya, karena asset dibeli dimaksudkan
untuk dipergunakan selama umur ekonomisnya untuk menjaga
kelangsungan usaha. Laba/rugi atas penjualan asset adalah obyek
pajak PPh Badan, sehingga dalam laporan fiskal akan bernilai positif
jika untung, dan bernilai negatif jika rugi dan dimasukan sebagai
pendapatan lain-lain.
b. Interest Income
Merupakan penghasilan dari luar usaha berupa bunga. Penghasilan
ini diakui menurut laporan komersial namun telah dikenakan pajak
final sehingga tidak termasuk sebagai obyek pajak PPh Badan. Maka
penghasilan bunga sebesar Rp 65.393.154 harus dikoreksi negatif
seluruhnya. Hal ini sesuai dengan Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang
PPh No. 36 Tahun 2008.
115
137
c. Surchage Income
Merupakan penghasilan yang diperoleh dari tenaga kerja (tenaga
lapangan) yang dipekerjakan atau yang digunakan oleh perusahaan
lain dalam satu afiliasi (PT. Pionir Beton).
5. Biaya dari Luar Usaha
a. Management Fee
Merupakan biaya manajemen yang dikeluarkan perusahaan terkait
pemakaian tenaga kerja dari perusahaan lain dalam satu afiliasi (PT.
Pionir Beton). Biaya ini dapat dibebankan sebagai biaya fiskal karena
berkaitan dengan kegiatan usaha dalam memperoleh penghasilan.
b. Biaya Bank, SKBDN
Merupakan biaya sehubungan dengan penggunaan jasa perbankan.
Biaya ini dapat dibebankan sebagai biaya fiskal karena berhubungan
dengan kegiatan usaha dalam mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan.
c. Selisih Kurs
Kerugian ini terjadi karena adanya fluktuasi yang terjadi sehari-
hari atau oleh adanya kebijakan pemerintah di bidang moneter.
Kerugian yang terjadi akibat selisih kurs dapat diakui sebagai
pengurang penghasilan pajak tahunan sepanjang wajib pajak
menggunakan system pembukuan, berdasarkan bukti dan berkaitan
dengan usahanya. Hal ini sesuai dengan Pasal 6 ayat (1) huruf e
Undang-Undang PPh No. 36 Tahun 2008.
116
138
d. Others –Net
Merupakan biaya terkait selisih kurang atau lebih dari akun lainnya
saat tercatatnya atau merupakan adjust dari transaksi-transaksi yang
kurang atau lebih dicatat. Misalnya: kelebihan catat pembelian
material dari supplier, maka kelebihan catat tersebut perusahaan
memasukannya sebagai biaya lainnya. Biaya lainnya dapat dibiayakan
sebagai pengurang penghasilan bruto apabila biaya tersebut berkaitan
dengan kegiatan usaha dan didukung oleh bukti-bukti transaksi
tersebut.
117
139
1. Evaluasi Perhitungan Penghasilan Netto Fiskal PT Indomix Perkasa
Tahun 2010
PENGHASILAN NETTO KOMERSIAL
Peredaran Usaha Rp 72.214.654.901
Harga Pokok Penjualan Rp (82.081.242.297)
Biaya Usaha Lainnya Rp (8.495.549.538)
Penghasilan Netto dari Usaha Rp (18.362.136.934)
Penghasilan dari Luar Usaha Rp 6.239.530.976
Biaya dari Luar Usaha Rp (2.680.616.932)
Jumlah Penghasilan Netto Komersial Rp (14.803.222.890)
KOREKSI FISKAL
Koreksi Positif :
Imbalan pasca kerja Rp 975.789.000
Exp – Motor Vehicles Rp 9.158.253
Travel, transport, & meal Rp 12.807.828
Restore & rehab provided Rp 124.186.400
Staff amenities Rp 301.499.932
Telephone Rp 30.899.689
Biaya perbaikan & perawatan Rp 2.560.350
Fuel, parking, & toll Rp 68.271.750
Harga Pokok Penjualan Rp 4.606.861.519
Biaya asuransi Rp 3.278.852
Bonus Rp 669.184.126
Penyusutan aktiva tetap Rp 167.447.392
Jumlah Koreksi Positif Rp 6.971.945.091
Koreksi Negatif :
Biaya penghapusan piutang Rp 708.487.201
Pendapatan bunga Rp 65.393.154
Jumlah Koreksi Negatif Rp (773.880.355)
Jumlah Penghasilan Netto Fiskal Rp (8.605.158.154)
118
140
2. Evaluasi Perhitungan PPh Kurang atau Lebih Bayar PT Indomix
Perkasa Tahun 2010
Penghasilan Netto Fiskal Rp (8.605.158.154)
Penghasilan Kena Pajak Rp (Nihil)
PPh Terutang Rp (Nihil)
Kredit Pajak :
PPh Pasal 22 Rp 113.901.615
PPh Pasal 23 Rp 150.357.501
PPh Pasal 25 Bulanan Rp 515.447.271
Jumlah Kredit Pajak Rp 779.706.387
PPh Lebih Bayar (PPh Ps. 28A) Rp 779.706.387
119
141
3. Ringkasan Evaluasi Terhadap Rekonsiliasi Fiskal PT Indomix
Perkasa Tahun 2010
Tabel 4.34
Ringkasan Evaluasi Terhadap Rekonsiliasi Fiskal PT Indomix Perkasa
Tahun 2010
Keterangan Menurut WP Menurut Penulis Selisih
Evaluasi
Penghasilan Netto Komersial
(14,803,222,890)
(14,803,222,890)
Jumlah Koreksi Positif
1,368,535,665
6,971,945,091
5,603,409,426
Jumlah Koreksi Negatif
(797,630,355)
(773,880,355) 23,750,000
Penghasilan Netto Fiskal
(14,232,317,580)
(8,605,158,154) 5,627,159,426
PPh Badan Terutang
-
-
Kredit Pajak :
PPh Pasal 22
113,901,615
113,901,615
PPh Pasal 23
150,357,501
150,357,501
PPh Pasal 25 Bulanan
465,814,224
515,447,271
49,633,047
Jumlah Kredit Pajak
730,073,340
779,706,387 49,633,047
Sumber : data diolah
120
142
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa dan evaluasi yang dilakukan oleh penulis terhadap
laporan rekonsiliasi fiskal PT Indomix Perkasa, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Rekonsiliasi laporan laba rugi yang disusun oleh perusahaan masih tedapat
kesalahan koreksi fiskal untuk biaya-biaya yang seharusnya dikoreksi dan
perhitungan dari biaya yang dikoreksi tersebut.
2. Perbedaan yang ada pada Laporan Keuangan Komersial dan Laporan
Keuangan Fiskal PT Indomix Perkasa tahun 2010 terdapat pada pos-pos
berikut ini:
Biaya penyusutan aktiva tetap
Imbalan pasca kerja
Pembentukan cadangan piutang tak tertagih
Biaya perbaikan dan perawatan
Penghasilan bunga
Biaya asuransi
Biaya telephone
Biaya traveling & transport
Biaya bahan bakar, parkir, dan toll
Biaya sumbangan dan koordinasi
Staff aminities
121
143
Perbedaan ini terjadi karena dilakukan koreksi fiskal terhadap biaya-biaya
dan penghasilan dalam laporan keuangan komersial tersebut.
3. Dari hasil analisis penulis ditemukan jumlah koreksi positif terlalu rendah
sebesar Rp 5.603.409.426, dan juga koreksi negatif terlalu tinggi sebesar Rp
23.750.000.
4. Perusahaan memiliki pajak yang lebih dibayar, yaitu PPh Pasal 22, PPh
Pasal 23, dan PPh Pasal 25 Bulanan. Sehingga perusahaan berhak
mendapatkan restitusi atas kelebihan pembayaran pajak tersebut.
B. Implikasi
1. Bagi Perusahaan
Adanya penelitian ini bisa memberikan masukan agar jumlah pajak
penghasilan terutang yang dilaporkan dalam SPT telah sesuai dengan
peraturan perpajakan yang berlaku, sehingga perusahaan dapat terhindar
dari kerugian akibat sanksi maupun kesalahan-kesalahan koreksi fiskal.
Perusahaan dapat melakukan penghematan pajak terutama mengurangi
pengeluaran-pengeluaran yang sifatnya pemberian atau sumbangan
kepada pihak ketiga yang tidak ada kaitannya dengan kegiatan
perusahaan.
122
144
2. Bagi Fiskus
Penelitian ini diharapkan memberikan kemudahan dan
pertimbangan bagi fiskus dalam melakukan pemeriksaan Wajib Pajak.
Meminimalisir terjadinya kerugian negara akibat kesalahan dalam
melakukan koreksi fiskal terhadap biaya dan pendapatan. Menambah
pemahaman fiskus dalam mengantisipasi terjadinya kecurangan pajak.
C. Saran
1. Rekonsiliasi fiskal merupakan sarana yang paling tepat digunakan
perusahaan dalam menentukan jumlah pajak penghasilan terutang dan dapat
diterapkan bagi setiap wajib pajak yang menyelenggarakan pembukuan.
2. Bagi pihak lainnya yang akan melakukan penelitian sejenis, sebaiknya
untuk memperhatikan ketersediaan akses data. Karena data yang digunakan
umumnya bersifat rahasia dan tidak ditujukan untuk khalayak ramai,
khususnya pada perusahaan tertutup.
123
145
DAFTAR PUSTAKA
Alim, Setiadi. Deferred Tax Asset and Defferred Tax Liability: Studi
Eksistensinya Ditinjau dari Sudut Teori Akuntansi. Jurnal Bisnis Perspektif
(BIP’s) Vol 2 No.1, Januari 2010.
Andriyanto, R.Weddie, Einde Evana. Perbedaan Laporan Keuangan Komersial
dengan Laporan Keuangan Fiskal, Jurnal Akuntansi Keuangan &
Perpajakan Vol. 1 No 2, Maret 2008.
Arifin, Johar. 2009. Akuntansi Pajak dengan Microsoft Excel. Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo.
Dantes, Nyoman. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Darminta Siregar, Abda, 2011. Analisis Koreksi Fiskal untuk Menghitung
Besarnya PPh Terutang pada PT. Perkebunan Nusantara III. Medan:
Universitas Sumatera Utara
Faisal, Gatot S.M, 2009. How To Be A Smarter Taxpayer? Bagaimana Menjadi
Wajib Pajak yang Lebih Cerdas. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Hery. 2013. Teori Akuntansi Suatu Pengantar. Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standard Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba
Empat.
L. Situmorang, Aston. Analisa Rekonsiliasi Laporan Keuangan Komersial dengan
Laporan Keuangan Fiskal dalam Perhitungan Pajak Penghasilan
Terhutang (PPh) pada PT. Alamjaya Wirasentosa (Tahun Pajak 2006).
Medan: Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi IBBI.
Mardiasmo. 2011. Perpajakan, Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Mills, Lillian et al. 2002. Trends in Book-Tax Income and Balance Sheet
Differences. Tucson: University of Arizona.
Resmi, Siti. 2009. Perpajakan: Teori dan Kasus, Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat.
Setiawan, Agus, Musri Basri. 2006. Perpajakan Umum. Edisi Revisi, Cetakan
Kedua. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
124
146
Sianipar, Mindo S. 2008. Analisis Perhitungan Pajak Penghasilan Badan Pasal
25 Berdasarkan Laba Komersial dengan Laba Fiskal pada PT. Indograha
Nusa Sarana Medan. Medan: Universitas Sumatra Utara.
Sigalingging, Gindo M. 2010. Rekonsiliasi Laporan Keuangan Untuk Menghitung
PPh Terhutang pada PT. Jamsostek (Persero) Cabang Medan. Medan:
Universitas Sumatera Utara.
Suandy, Erly. 2008. Perencanaan Pajak. Jakarta: Salemba Empat.
Suherlan, Heri. 2007. Sanding UU Pajak Penghasilan 2008. Jakarta: Kanwil DJP
Jakarta Pusat
Suherlan, Heri. 2007. Sandingan Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
Tahun 2000 dan Tahun 2007. Jakarta: Kanwil DJP Jakarta Pusat.
Sumarsan, Thomas. 2013. Perpajakan Indonesia: Edisi 3, Pedoman Perpajakan
yang lengkap Berdasarkan Undang-undang Terbaru. Jakarta: PT Indeks.
Sunyoto, Danang. 2013. Metode dan Instrumen Penelitian (Untuk Ekonomi dan
Bisnis). Cetakan Pertama. Jakarta: CAPS (Center for Academic Publishing
Service)
Waluyo. 2008. Akuntansi Pajak. Jakarta: Salemba Empat.
Yuniarti, Dewi. 2008. Rekonsiliasi Fiskal atas Laporan Keuangan Komersial
untuk Menentukan Pajak Penghasilan (Studi pada Laporan Keuangan
Tahun 2007 PT. BPR Nusamba Ngunut Tulungagung). Malang: Universitas
Brawijaya.
Zain, Mohammad. 2008. Manajemen Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat.
125
147
LAMPIRAN - LAMPIRAN
126
148
LAMPIRAN 1
Daftar Pertanyaan Wawancara
127
149
Daftar Pertanyaan Wawancara
1. Mengapa akun biaya penghapusan piutang pada laporan komersial memiliki
saldo negatif?
2. Bagaimana mekanisme perusahaan dalam membiayai perjalanan dinas
karyawannya? Apakah secara lumpsum atau reimbursement? Apakah uang
saku yang diterima nantinya dilaporkan sebagai tambahan penghasilan bagi
karyawan tersebut?
3. Apakah uang makan dan meals pada staff amenities dilaporkan sebagai
tambahan penghasilan bagi karyawan? Adakah biaya natura yang disediakan
untuk seluruh karyawan perusahaan?
4. Apakah semua komponen dalam elemen biaya gaji merupakan tambahan
penghasilan bagi karyawan dan dilaporkan sebagai Objek PPh Pasal 21? Di
dalam biaya gaji terdapat komponen elemen bonus, bagaimana system
pembentukan biaya bonus tersebut? Secara actual atau akrual?
128
150
LAMPIRAN 2
SPT Tahunan Pajak Penhasilan
PT Indomix Perkasa Tahun 2010
129
151
130
152
131
153
132
154
133
155
134
156
135
157
LAMPIRAN 3
Laporan Keuangan
PT Indomix Perkasa Tahun 2010
136
158
137
159
138
160
139
161
PT.INDOMIX PERKASA
NPWP No. : 01.583.076.3-062.000
PENJELASAN LAPORAN RUGI - LABA
Untuk Tahun Yang Berakhir 31 Desember 2010
Rupiah
11 Penjualan :
72,214,654,901
Merupakan penjualan ready mix concrete tunai dan kredit.
1105 Concrete Sales (Credit) 86,589,292,616
1106 Uninvoiced Concrete Sales (15,656,079,560)
1120 Concrete Sales (Cash) 1,281,441,845
12 Harga Pokok Penjualan :
82,081,242,298
HPP Direct Material 69,771,179,103
HPP Direct Labor 3,849,006,980
HPP Cartage 4,491,187,540
HPP Manufacturing Overhead 3,969,868,675
13 Biaya Operasi :
8,495,549,538
Biaya Pegawai
3405 W & S - Normal 3,505,499,752
3410 W & S - Bonuses 422,539,457
3415 W & S - Overtime 1,655,301,308
3417 Prov. for Gratuity & Other Com 927,798,844
3420 W & S - Allow 248,780,470
3422 Wages & Salaries - Con & Temp 3,437,825
3440 On Costs - Medical 6,771,500
3445 On Costs - Payroll Taxes 157,686,005
3450 On Costs - Pen/Soc Sec 130,050,133
7,057,865,294
Biaya Perbaikan & Perawatan
3525 Exp - Fixed Plant & Equipment 25,570,300
3550 Exp - S Part Loader 50,500
3565 Exp - Mobile Plant Trucks 256,000
3570 Exp - S Part Genset 1,938,400
3575 Exp - Motor Vehicles 20,834,784
3580 Exp - Office & Comp Equipmen 3,609,500
52,259,484
140
162
Travelling - transport & meal
3705 Travel - Transport 30,617,328
3710 Travel - Accomodation 81,316,682
3715 Travel - Meals 6,792,250
118,726,260
MV - Fuel, parking, & tolls
3720 MV - Fuel 149,719,404
3725 MV - Car Rental 442,708
3730 MV - Carpark Rental 300,000
3735 Motor Vehicles - Registration 18,003,900
3750 MV - Parking & Tolls 36,735,800
205,201,812
Restore & rehab provided
3835 Restore & Rehab Provided For 42,900,725
42,900,725
Health, safety, security, staff amenities
3870 Staff Amenities 70,776,432
3880 Health and Safety 1,415,500
72,191,932
Training and seminar
3855 Training and seminar 2,200,000
2,200,000
Electricity, telephone and water
3850 Telephone 45,539,080
45,539,080
Legal & Profesional fees
4020 Audit Fees - Other Auditors 89,400,000
4060 Legal & Prof - Mgt Consulting 15,750,000
105,150,000
Postages, printing & stationary
4105 Postage 101,379,200
4110 Printing 8,497,250
4115 Stationery 13,620,100
4120 Couriers 3,111,600
126,608,150
Rental, taxes, traffic line & insurance
4225 Taxes, Duties & Levies 21,641,178
4245 Insurance - Other 12,506,620
34,147,798
141
163
Biaya Penghapusan Piutang
4505 Bad Debt Exp - Trade DR's (708,487,201)
(708,487,201)
Site Preparation
3840 Site Preparation 591,089,481
591,089,481
Biaya Penyusutan
4305 Dep - Land Right 7,163,849
4310 Dep - Buildings 8,828,652
4320 Dep - Machinery And Equip 280,228,151
4330 Dep - Furniture And Fixtures 75,303,249
4355 Dep - Mobile Plant - Pumps 3,143,420
4375 Dep - Vehicles 347,737,734
4380 Dep - Tools & Equipment 25,810,367
748,215,423
General
3825 General 1,941,300
1,941,300
14 Pendapatan / (Biaya) Lain-lain :
3,558,914,044
Gain/ Loss on disposal of assets
2505 Profit On Disposal 240,332,983
240,332,983
Interest income
2325 Int Rec - Jasa Giro & PPh 65,393,154
65,393,154
Surchage Expense / Income
2125 Surchage Exp / (Income) 5,933,804,839
5,933,804,839
Bank Charges
3810 Bank Charges (95,897,823)
(95,897,823)
Gain/ Loss on Foreign Exchange
2325 Int Rec - Jasa Giro & PPh (445,962,875)
2405 Ext FX Gain Realised 389,106,770
(56,856,105)
142
164
Management Fee
2115 Management Fee (1,000,000,000)
(1,000,000,000)
Others - net
2115 Others - net (1,527,863,004)
(1,527,863,004)
143
top related