analisis wacana kritis tentang kekuasaan...
Post on 27-Mar-2021
12 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ANALISIS WACANA KRITIS TENTANG KEKUASAAN
DALAM NASKAH DRAMA KISAH PERJUANGAN SUKU
NAGA KARYA W. S. RENDRA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Muhammad Ihsan Fauzi
NIM: 1113051000118
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1442 H/ 2020 M
ANALISIS WACANA KRITIS TENTANG KEKUASAAN
DALAM NASKAⅡ DttA KISAIIPERJUANGAN SUKU
NAGA KARYA WoS.RENDRA
Skripsi
Dttukan Kcpada Fakultas 1lmu Dakwah dan 1lmu Komllnikasi
Untuk NIlemenuhi Pcrsyaratan Mempcrolch
Gelar Sttana SOSial(S.SOS)
Olch:
ⅣIuhallllllad lhsan Fauzi
NI市I:1113051000118
Drs,Masran,M.AgNIP.196012021995031001
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTASILMU DAKWAH DAN ILPIIU KOMUNIKASI
UNIVERSITASISLtt NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAⅡ JAKARTA
Pembimbing
1442111/2020 ⅣI
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul "ANALISIS WACANA KRITIS
TENTANG KEKUASAAI\ DALAM NASKAH DRAMA
KISAH PERJUANGAN SUKU NAGA KARYA W. S.
RENDRA'' telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta pada tanggal 27 Jnli 2020. Skripsi ini telah diterima
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial
(S.Sos) Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
Tillll Sidang ⅣIunaqosyah
Ketua
Dr.Edi Amin,M.ANIP.197609082009011010
Sekrctaris
Mittachur Rosvidah,M.Pd.INIP.197207201999032002
PcngⅦ lI
Ade Rina Farida,M.SiNIP.197705132007012018
Pengtti ⅡUmi Musvarofah,MANIP.197108161997032002
Tanggal
′71出 M
′マ1ユkんガ `
21 x\^\ 1O2O
′つ佃j炒
Mengetahui,Dekan
Jakarta 27 Juli 2020
3301998031004
LEMBAR PER}IYATAAN
Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Muhammad Ihsan Fatzi
NIM :1113051000118
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis
Wacana Kritis Tentang Kekuasaan Dalam Naskah Drama
Kisah Perjuangan Suku Naga Karya W. S. Rendra adalah
benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan plagiat
dalam penyusundnnya. Adapun kutipan yang ada dalam
penyusunan kwya ini telah saya cantumkan suber kutipannya
dalam skripsi. Saya bersedia melakukan proses yang semestinya
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku jika
temyata dalam skripsi ini Sebagian atau seluruhnya merupakan
plagiat dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini dibuat untuk digunakan seperlunya.
ⅣIuhamrnad lhsan Fauzi
NINII:1113051000118
Jttarta,尊li 2020
i
ABSTRAK
Muhammad Ihsan Fauzi
NIM: 111305100118
Analisis Wacana Kritis Tentang Kekuasaan dalam Naskah Drama
Kisah Perjuangan Suku Naga Karya W.S. Rendra
Drama menjadi cerminan dari kejadian nyata di
kehidupan. Naskah drama mengandung pesan yang berisi
sindiran sindiran. Naskah Drama Kisah Perjuangan Suku Naga
bercerita tentang Pemerintah Astinam yang korup dan represif
terhadap rakyatnya.
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah
sebagai objek pembahasan skripsi ini yaitu, Bagaimana
penyampaian wacana kekuasaan ditampilkan dalam naskah
Drama Kisah Perjuangan Suku Naga dilihat dari level teks,
kognisi sosial, dan konteks sosial?
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan
metode analisis wacana kritis Teun A. Van Dijk, terdapat tiga tiga
level pembentuk wacana yakni teks, kognisi sosial, dan konteks
sosial. Level teks melihat bagaimana struktur teks membentuk
wacana yang terdiri dari struktur makro, superstruktur, dan
struktur mikro. Kognisi sosial melihat bagaimana pembuat teks
memahami dan memaknai suatu peristiwa. Konteks sosial melihat
wacana yang berkembang di masyarakat.
Tema besar dalam naskah drama ini adalah kekuasaan,
demi pembangunan kota tambang pemerintahan Astinam
menggunakan kekuasaan koersif untuk menindak siapapun yang
menghalangi jalannya pembangunan. Kognisi sosial dalam
naskah ini menggamarkan kondisi yang terjadi pada
pemerintahan Soeharto. Dari segi konteks sosial dalam naskah
drama menguraikan bagaimana pejabat pemerintahan
menggunakan kekuasaannya untuk kepentingan pribadi.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirahiim
Alhamdulillahirobbil’alamin, dengan mengucap rasa
syukur kehadirat Allah SWT atas karunia dan rida-Nya yang
memberikan kenikmatan, kekuatan, kemudahan dan ilmu
pengetahuan hingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian
skripsi, serta selalu memberi harapan kepada peneliti bahwa
selalu ada jalan keluar yang tak disangka- sangka ketika peneliti
merasa tersesat dan resah. Sholawat beserta salam senantiasa
dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi
teladan terbaik bagi manusia dan membawa cahaya di tengah
kegelapan jahiliyah.
Dalam menyelesaikan penelitian ini, peneliti banyak
mendapat bantuan, baik yang disengaja maupun tidak disengaja.
Berbagai bantuan, baik berupa dukungan, motivasi maupun
arahan, sangat berharga bagi peneliti. Oleh karena itu, peneliti
ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Suparto, M,Ed., Ph.D sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah
dan Komunikasi.
2. Dr. Siti Napsiyah MSW sebagai Wakil Dekan Bidang
Akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi.
3. Dr. Sihabudin Noor, MA sebagai Wakil Dekan Bidang
Administrasi dan Huhum Fakultas Ilmu Dakwah dan
Komunikasi.
iii
4. Dr. Cecep Castrawijaya, M.Si sebagai Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi.
5. Dr. Armawati Arbi, M.Si sebagai Ketua Jurusan Komunikasi
dan Penyiaran Islam.
6. Dr. H. Edi Amin, M.A sebagai Sekertaris Jurusan Komunikasi
dan Penyiaran Islam.
7. Dr. Roudhonah, M.Ag sebagai Dosen Pembimbing Akademik
yang telah meluangkan waktunya dalam memberikan arahan,
saran dan kritik yang membangun.
8. Drs. Masran, M.Ag sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang
senantiasa memberikan masukan-masukan dan nasihat dalam
proses pembuatan skripsi.
9. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan bagi peneliti.
Semoga ilmu yang telah diberikan bermanfaat bagi peneliti
dalam menjalani kehidupan serta mejadi amal soleh bagi ibu
dan bapak sekalian.
10. Ibu Ken Zuraida telah berkenan menyediakan tempat dan
waktunya untuk berbincang mengenai masa lalu.
11. Zaky mubarok yang telah berkenan meminjamkan buku buku
reverensi sebagai referensi.
12. Segenap staff dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang telah membantu peneliti menjalani
kehidupan perkuliahan.
13. Orangtua peneliti, Papa Miftahulhadi dan Mama Winarti.
Terima kasih telah menjadi orangtua terbaik di dunia. Terima
kasih atas doa, kasih sayang, perjuangan, dukungan dan
iv
pelukan yang telah diberikan. Semoga peneliti bisa
memberikan alasan bagi kalian untuk selalu bahagia dan
tersenyum.
14. Keluarga peneliti, Ahmad Subhi Mubarak dan Amalina
Khairunnisa Mumtaz yang telah menjadi adik yang baik bagi
peneliti. Terima kasih atas doa dan motivasinya.
15. Sahabat perjuangan University Studio jatuh bangun menjalani
kehidupan bersama sampai sekarang. Terima kasih telah
menguatkan dan menyemangati.
16. Teman-teman KPI tahun 2013 dan Terkhusus KPI C 2013.
Terima kasih atas segala canda tawa, bantuan, sapaan dan
perjuangannya selama ini.
17. Rekan-rekan DNK TV. Terima kasih telah menjadi rumah
yang menyenangkan dan mengedukasi bagi peneliti. Kalian
telah memberikan pelajaran hidup yang sangat berharga.
18. Berbagai pihak yang terlibat yang belum penulis sebutkan satu
persatu yang telah membantu dalam kelancaran penulisan
skripsi ini.
Akhir penulis mengucapkan terima kasih dan memanjatkan
doa yang tulus untuk mereka tercinta, yang selalu ada disamping
penulis Ketika apapun keadaannya. Semoga Allah membalas
kebaikan yang telah diberikan.
Aamiin ya robbaal‟alamin.
Jakarta, 22 Juli 2020
v
Daftar Isi
ABSTRAK .............................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................... ii
BAB I ...................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................. 1
A. Latar Belakang .......................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................. 4
C. Batasan Masalah ....................................................... 4
D. Rumusan Masalah ..................................................... 4
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................... 4
F. Review Kajian Terdahulu ........................................ 5
G. Metodelogi Penelitian................................................ 7
H. Pedoman Penulisan Skripsi .................................... 10
I. Sistematika Penulisan ............................................. 10
BAB II .................................................................................. 13
KAJIAN TEORITIS ........................................................... 13
A. Analisis Wacana ...................................................... 13 1. Pengertian Analisis Wacana .................................. 13
2. Analisis Wacana Kritis .......................................... 17
3. Analisis Model Teun A. Van Dijk ........................ 21
B. Ruang Lingkup Drama ........................................... 29 1. Pengertain Drama .................................................. 29
2. Karakteristrik Drama ............................................. 32
C. Tinjauan Umum Kekuasaan .................................. 37 1. Pengertian Kekuasaan ........................................... 37
BAB III ................................................................................. 44
GAMBARAN UMUM ........................................................ 44
A. Latar Belakang Penulisan Drama Kisah Perjuangan
Suku Naga ........................................................................ 44
B. Isi Drama Kisah Perjuangan Suku Naga .............. 45
vi
C. Tokoh dan Penokohan ............................................ 46
D. Biografi Penulis W.S. Rendra ................................ 46
BAB IV ................................................................................. 52
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ............................. 52
A. Observasi dan Dokumentasi .................................. 52
B. Wawancara .............................................................. 58
BAB V ................................................................................... 59
PEMBAHASAN .................................................................. 59
A. Wacana Kekuasaan dalam Drama Kisah Perjuangan
Suku Naga ........................................................................ 59
B. Kognisi Sosial Naskah Drama Kisah Perjuangan Suku
Naga .................................................................................. 87
C. Konteks Sosial Naskah Drama Kisah Perjuangan
Suku Naga ........................................................................ 90
BAB VI ................................................................................. 95
PENUTUP ............................................................................ 95 A. Simpulan ............................................................... 95
B. Implikasi .................................................................. 99
C. Saran ...................................................................... 100
DAFTAR PUSTAKA ........................................................ 101
Lampiran ........................................................................... 105
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara hukum. Warga negaranya
memiliki kebebasan dalam berpendapat. Undang-Undang
Nomer 9 Tahun 1998 Pasal 1 ayat 1 bahwa kemerdekaan
menyampaikan pendapat adalah hak setiap warga negara
untuk menyampaikan pikiran dengan lisan, tulisan, dan
sebagainya secara bebas dan bertanggung jawab sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.1
Dalam kajian komunikasi menyampaikan pendapat
dilakukan melalui berbagai media. Everett M. Rogers (1986)
mengatakan bahwa dalam hubungan komunikasi di
masyarakat, dikenal empat era komunikasi, yaitu era tulis, era
media cetak, era media telekomunikasi, dan era komunikasi
interaktif.2
Penyampaian pendapat masyarakat tradisional dari
mulut ke mulut. Seiring perkembangan zaman muncul tulisan
sehingga tercipta alat tulis seperti tinta dan kertas. Pada tahun
1 Dpr.go.id,”Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1998
Tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum”,
http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/467.pdf, (diakses pada 27
Oktober 2019) 2 Muhammad Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma,
dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Kencana,
2011), h. 111.
2
1450 terciptalah mesin cetak oleh Elegi Gutenberg. Melalui
buku-buku Michael Faraday mampu menciptakan listrik yang
dikemudian hari menjadi sumber dari dunia elektronik.
Munculnya media elektronik sebagai inovasi baru, mengisi
kekurangan media cetak. Walaupun pada saat ini media
seperti televisi dan radio mengalami degradasi atas hadirnya
berbagai platform dari media internet atau media komunikasi
interaktif.
Dengan berbagai macam media tersebut, manusia
sangat dimudahkan untuk menyampaikan pendapat. Salah
satunya salah satunya melalui seni teater atau drama. Drama
merupakan media aktualisasi menyampaikan ide, gagasan,
maupun pemikiran. Menurut Melanie Budianta, dkk drama
merupakan kehidupan sehari-hari yang dipentaskan dengan
sistematis dan menarik.3
Dalam drama karya Rendra, tak jarang membahas
aspek sosial, budaya, politik, pendidikan, lingkungan dan lain
sebagainya. Salah satu karyanya yaitu Kisah Perjuangan Suku
Naga. Drama ini beberapa kali melakukan pentas di Jakarta,
Bandung, Surabaya, Jogyakarta. Drama yang rampung dibuat
tahun 1975 ini bercerita tentang sebuah negara yang memiliki
pemerintahan yang represif terhadap rakyat. Sehingga dalam
melaksanaan pementasannya mengalami perizinan yang sulit
dan mendapat pengawasan dari aparatur negara.
3Emzir, dkk, Tentang Sastra : Orkestrasi Teori dan Pembelajarannya,
(Yogyakarta: Garudhawaca,2018), h. 46.
3
“baru bisa pentas di Jogja setelah dua tahun dari pementasan
di Jakarta. Belom tentu perizinan di Jakarta bisa, di Bandung
bisa, Surabaya bisa. Namanya situasional”4
Kendala perizinan pementasan Drama Kisah
Perjuangan Suku Naga sangat sulit. Tahun 1975 pentas
pertama Kali di Taman Ismail Marzuki, Jakarta pada hari
Senin 26 Juli 1975 Jam 20.00 wib. Kala itu, ketua Dewan
Kesenian Jakarta Wahyu Sihombing menjadi jaminan dibawa
ke Komando Daerah Kepolisan selama pementasan. Di tahun
yang sama di susul pementasan di aula Universitas Padjajaran
dan Gedung Merdeka, Bandung. Selang dua tahun yaitu tahun
1977, baru bisa melakukan pentas di Sport Hall
Kridasono,Yogyakarta.
“ketika kami main di Surabaya, ini pangggug, itu anjing 20
ekor di depan panggung. Kita main itu mau pipis-pipis.
Anjing gede-gede. Di Jaga tentara.Kami di kawal terus.”5
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti berkeinginan
mengangkat dalam sebuah peneltian yang berjudul
“ANALISIS WACANA TENTANG KEKUASAAN DALAM
NASKAH DRAMA KISAH PERJUANGAN SUKU NAGA
KARYA WS RENDRA”.
4 Wawancara dengan Ibu Ken Zuraida di Bengkel Teater Rendra pada 6
November 2019. 5 Wawancara dengan Ibu Ken Zuraida di Bengkel Teater Rendra pada 6
November 2019.
4
B. Identifikasi Masalah
1. Naskah drama Kisah Perjuangan Suku Naga
menggambarkan kekuasaan pemerintahan terhadap
rakyatnya.
2. Kekuasaan dalam drama Kisah Perjuangan Suku Naga
dijadikan alat untuk menekan rakyat.
C. Batasan Masalah
Penulis membatasi masalah penelitian terhadap analisis
wacana kritis pada naskah Drama Kisah Perjuangan Suku
Naga karya WS Rendra.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah di atas, maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana wacana kekuasaan ditampilkan melalui
teks naskah kisah perjuangan suku naga?
2. Bagaimana kognisi sosial dalam naskah kisah
perjuangan suku naga?
3. Bagaimana konteks sosial masyarakat pada naskah
kisah perjuangan suku naga?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Mengacu pada rumusan masalah di atas, penelitian ini
bertujuan:
a. Untuk mengetahui bagaimana wacana kekuasaan
ditampilkan melalui teks naskah Drama Kisah
Perjuangan Suku Naga.
5
b. Untuk mengetahui bagaimana kognisi sosial pengarang
pada naskah Drama Kisah Perjuangan Suku Naga.
c. Untuk mengetahui bagaimana konteks sosial
masyarakat pada naskah Drama Kisah Perjuangan Suku
Naga.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pelengkap dan
rujukan bagi khazanah ilmu komunikasi, khususnya studi
tentang analisis wacana dengan fokus analisis wacana
sehingga dapat menjadi kontribusi bagi kajian
komunikasi penyiaran Islam.
b. Manfaat Praktis
Sebagai sumbangan pemikiran dan ide yang bisa
menjadi rujukan akademis sehingga dapat menjadi
bahan perbandingan bagi penelitian analisis wacana
tentang hegemoni kekuasaan, sehingga bermanfaat bagi
masyarakat Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
khususnya, serta masyarakat Indonesia umumnya.
F. Review Kajian Terdahulu
Sebelum mengadakan penelitian ini,terlebih dahulu
penulis melakukan tinjauan pustaka untuk mencari tahu
penelitian-penelitian terdahulu:
1. Wildah, mahasiswa jurusan Komunikasi Penyiaran
Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011,
6
menemukan Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam Naskah
Drama Qasidah Banzanji Karya W.S. Rendra.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian peneliti
adalah penggunaan karya sastra sebagai subjek
penelitian W.S. Rendra sebagai pengarang karya sastra.
Perbedaan penelian ini dengan penelitian peneliti adalah
menggunakan analisis isi.
2. Rizki Yanuarti, mahasiswa jurusan Komunikasi
Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
2018, menemukan Analisis Semiotik Pesan Moral Non
Verbal Melalui Teater dalam Pertunjukan Bib Bob
Karya W.S. Rendra. Persamaan penelitian ini dengan
penelitian peneliti adalah penggunaan karya sastra
sebagai subjek penelitian W.S. Rendra sebagai
pengarang karya sastra. Perbedaan penelian ini dengan
penelitian peneliti adalah menggunakan analisis
semiotik.
3. Gasa Gitakassum, mahasiswa jurusan Sastra Indonesia,
Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada tahun
2014, menemukan Kisah Perjuangan Suku Naga Karya
W.S. Rendra: Tinjauan Semiotika Riffterre. Persamaan
penelitian ini dengan penelitian peneliti adalah
penggunaan Naskah Drama Kisah Perjuangan Suku
Naga karya WS Rendra sebagai subjek penelitian.
7
Perbedaan penelian ini dengan penelitian peneliti adalah
menggunakan analisis semiotik riffterre.
G. Metodelogi Penelitian
1. Paradigma penelitian
Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah
paradigma kritis. Pandangan kritis tidak hanya memandang
bahasa sebagai alat untuk memahami realitas belaka dan
hanya melihat wacana-wacana tertentu. Paradigma kritis jauh
meneliti aspek sosial, sejarah dan budaya dari wacana
tersebut.6
2. Pendekatan penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian
kualitatif. Penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada
suatu latar alamiah dengan maksud menafsirkan fenomena
yang terjadi.7
3. Metode Penelitian
Metode penelitian ini adalah analisis wacana kritis. Analisis
wacana kritis menurut Fairclough dan Wodak adalah
pemakaia bahasa dalam tuturan dan tulisan sebagai bentuk
dari praktek sosial sehingga menyebabkan hubungan dialektis
6 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media (Jakarta:
LKiS, 2017), h. 5-6. 7 Albi Anggito & Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif
(Sukabumi: Jejak, 2018), h. 8.
8
di antara peristiwa diskursif tertentu dengan situasi, institusi,
dan struktur sosial yang membentuknya.8
4. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah naskah drama
Kisah Perjuangan Suku Naga karya WS Rendra.
b. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah teks dalam Kisah
Perjuangan Suku Naga karya WS Rendra yang
berkaitan dengan makna kekuasaan.
5. Waktu dan tempat penelitian
Penelitian ini berlangsung di Bengkel Teater Rendra di
Jalan Cipayung Jaya No. 55, Cipayung Jaya, Kecamatan
Cipayung, Kota Depok, Jawa Barat. Waktu Penelitian ini
semenjak Oktober 2019 Sampai Juli 2020
6. Teknik pengumpulan data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa
metode teknik pengumpulan data sebagai berikut :
a. Observasi
Observasi merupakan kegiatan memerhatikan secara
akurat, mencatat fenomena yang muncul dan
mempertimbangkan hubungan antaraspek dalam
fenomena tersebut.9 Observasi dalam penelitian ini
8 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media (Jakarta:
LKiS, 2017), h. 7. 9 Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktek,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 143.
9
digunakan untuk mengumpulkan data berupa teks
dalam naskah Drama Kisah Perjuangan Suku Naga.
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi
naskah drama Kisah Perjuangan Suku Naga karya W.
S. Rendra.
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan
pada suatu masalah tertentu dan merupakan proses
tanya jawab lisan diaman dua orang atau lebih
berhadapan secara fisik.10
Dalam penelitian ini
menggunaan metode wawancara bertahap.
Wawancara digunakan untuk mengumpulkan data dari
informan sejelas dan selengkap mungkin guna menjadi
data penelitian. Dalam penelitian ini yang dibutuhkan
adalan mewawancarai narasumber yaitu Ken Zuraida
sebagai istri dari W.S. Rendra terkait dengan naskah
Drama Kisah Perjuangan Suku Naga.
c. Dokumentasi
Dalam hal ini peneliti, mengumpulkan data yang
berkaitan dengan subjek penelitian melalui berberapa
sumber, seperti buku-buku, artikel, website dan
literature lainnya. sehingga data yang diperoleh dapat
mendukung kebenaran data yang diperoleh melalui
observasi dan wawancara.
10
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktek, h.
160.
10
7. Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul kemudian dianalisis sesuai dengan
Analisis Wacana Kritis yang dikemukakan oleh Teun A. Van
Dijk. Van Dijk membagi analisis wacana menjadi 3 dimensi,
yaitu analisis teks, kognisi sosial, dan konteks sosial.
Analisis teks menganalisis bagaimana strategi wacana
dalam teks naskah drama Kisah Perjuangan Suku Naga karya
W. S. Rendra. kognisi sosial, menganalisis bagaimana wacana
diproduksi terkait dengan kekuasaan yang terkandung
didalam naskah. Konteks sosial, yaitu menganalisis
bagaimana wacanan berkembang di masyarakat.
H. Pedoman Penulisan Skripsi
Format penyajian skripsi ini disusun sesuai dengan
keputusan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta nomor 507
tahun 2017 tentang Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi,
Tesis, dan Desertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
I. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan serta teraturnya skripsi ini dan
memberikan gambaran yang jelas serta lebih terarah mengenai
pokok permasalahan yang ada dalam skripsi ini, maka peneliti
mengelompokan dalam lima bab pembahasan, yaitu sebagai
berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas mengenai latar belakang
masalah, identifikasi masalah, batasan
masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat
11
penelitian, review kajian terdahulu, landasan
teori dan kerangka pemikiran, metodelogi
penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN TEORITIS
Bab ini membahas tentang landasan teori, yaitu
teori analisis wacana kritis Teun Van A. Dijk,
konsep kekuasaan, konsep drama.
BAB III GAMBARAN UMUM
Bab ini menjelaskan gambaran umum naskah
drama Kisah Perjuangan Suku Naga mulai dari
sejarah pembuatan. Gambaran tentang
pengarangnya.
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Bab ini memaparkan data dan temuan yang
berkaitan dengan naskah drama Kisah
Perjuangan Suku Naga.
BAB V PEMBAHASAN
Bab ini membahas tentang data dan temuan
dikaitkan dengan teori untuk mendapatkan
hasil penelitian.
BAB VI PENUTUP
Bab ini meliputi kesimpulan dan saran yang
menjelaskan kesimpulan dari hegemoni
kekuasaan yang diwacanakan. juga saran yang
menjadi masukan bagi para pembaca maupun
pihak terkait.
13
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Analisis Wacana
1. Pengertian Analisis Wacana
Pengertian analisis wacana terdiri dari kata “analisis” dan
“wacana”. Analisis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah penyelidikan terhadap sebuah peristiwa (karangan,
perbuatan, dsb) untuk mengungkapkan keadaan yang
sebenarnya, pemecahan persoalan yang dimulai dengan
dugaan akan kebenarannya, penjabaran sesudah dikaji sebaik-
baiknya.11
Istilah wacana sekarang ini sering digunakan sebagai
terjemahan dari bahasa Inggris discourse. Dalam kamus bahasa
Inggris, wacana atau discourse berasal dari bahasa latin discursus
yang berarti lari kian-kemari (yang diturunkan dari dis-„dari,
dalam arah yang berbeda‟, dan currere „lari‟). Arti lain,
komunikasi pikiran dengan kata-kata; ekspresi ide-ide atau
gagasan-gagasan; konversasi atau percakapan.12
11
Kbbi Daring, https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/analisis (diakses
pada tanggal 28 Oktober 2019) 12
Sobur, Alex, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis
Wacana, Analisis Semiotik, Dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2015), h. 9-10.
14
Wacana secara etimologi diambil dari bahasa Sansekerta
yakni wac/wak/cak memiliki arti berucap. 13
Sehingga kata
wacana bisa diartikan sebagai perkataan atau tuturan. Kamus
13
Mulyana, Deddy, Kajian Wacana: Teori Metode, Aplikasi, dan Prinsip
Prinsip Analisis Wacana, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2005), h.3.
15
Besar Bahasa Indonesia mengartikan wacana sebagai
komunikasi verbal, percakapan; keseluruhan tutur yang
merupakan suatu kesatuan; satuan bahasa terlengkap yang
direalisasikan dalam bentuk karangan atau laporan utuh,
seperti novel, buku, artikel, pidato, atau khutbah; kemampuan
atau prosedur berpikir secara sistematis; kemampuan atau
proses memberikan pertimbangan berdasarkan akal sehat;
pertukaran ide secara verbal.
Dalam Longman Dictionary of the English Language (1984)
wacana memiliki dua arti.14
Wacana sebagai sebuah percakapan
khusus yang alamiah formal dan pengungkapannya diatur pada
ide dalam ucapan dan tulisan. Arti yang kedua, wacana sebagai
pengungkapan dalam bentuk sebuah nasihat, risalah, dan
sebagainya; sebuah unit yang dihubungkan ucapan dan tulisan.
Wacana menurut Menurut Roger Fowler adalah
komunikasi lisan atau tulisan yang dilihat dari titik pandang
kepercayaan, nilai, dan kategori yang masuk di dalamnya;
kepercayaan di sini mewakili pandangan dunia; sebuah
organisasi atau representasi dari pengalaman.15
Pendapat Foucault, wacana kadang kala sebagai bidang dari
semua pernyataan (statement), kadang kala sebagai sebuah
individualisasi kelompok pernyataan dan kadang kala sebagai
praktik regulatif yang dilihat dari jumlah pernyataan.16
14
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Jakarta:
LKiS, 2017), h.2. 15
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. h.2. 16
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. h.2.
16
Wacana terbentuk melalui proses kontruksi realitas.
Sebuah wacana muncul dari proses kontruksi realitas oleh
pelaku diimulai dari adanya realitas pertama berupa keadaan,
benda, pikiran, orang, peristiwa, dan sebagainya. Secara
umum sistem komunikasi adalah faktor yang mempengaruhi
pelaku dalam membuat wacana. Dalam sistem komunikasi
yang bebas (libertarian), wacana yang terbentuk akan berbeda
dalam sistem komunikasi yang otoritarian. Secara lebih
khusus dinamika internal dan eksternal diri pelaku tentu saja
mempengaruhi proses kontrusi. Hal ini menunjukkan bahwa
pembentukan wacana tidak berada dalam ruang vakum.
Pengaruh bisa datang dari dalam diri pelaku berupa idealis,
ideologis, maupun dari kepentingan eksternal seperti khalayak
sasaran sebagai pasar, sponsor, dan sebagainya.
Untuk melakukan kontruksi realitas, pelaku kontruksi
memakai strategi tertentu. Tidak terlepas dari pengaruh
eksternal dan internal, pilihan bahasa mulai dari kata hingga
paragraf; fakta yang digunakan dari wacana yang populer
disebut strategi framing; menaruh halaman muka atau
didalam, di prime time. Selanjutnya dikontruksikan berupa
tulisan, ucapan, tindakan, dan jejak. Keberadaan berbagai
macam bentuk wacana dapat ditemukan dalam media cetak,
elektronik, dan cyber.
17
2. Analisis Wacana Kritis
Analisis wacana kritis menggunakan bahasa (bahasa yang
digunakan untuk bertutur atau tulisan) untuk dianalisis. Tidak
semata mata hanya bahasa sebagai studi utama, tapi terkait
dengan konteks. Bagaimana bahasa tersebut dipakai untuk
tujuan dan praktek tertentu, termasuk praktek kekuasaan.
Itulah yang menjadi perbedaan dengan paradigma
kontsruktivisme. Anggapannya tidak ada faktor faktor
kekuasaan yang berkaitan dalam setiap wacana.
Menurut A. S. Hikam, analisis wacana dalam paradigma
kontruktivis, bahasa tidak lagi sebagai alat untuk memahami
realitas objek belaka dan yang dipisahkan dari subjek sebagai
penyampai pernyataan. Kontrukstivis justru menganggap subjek
(pelaku wacana) sebagai faktor sentral dalam kegiatan wacana
serta hubungan-hubungan sosialnya. Wacana sebagai upaya
pengungkapan maksud tersembunyi pelaku wacana yang
mengungkapkan suatu pernyataan dengan menempatkan diri
pada posisi pelaku wacana juga penafsiran mengukuti struktur
makna pelaku.17
Analisis wacana kritis menekankan pada konstelasi kekuatan
yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna.
Individu tidak dianggap sebagai subjek yang netral yang bisa
menafsirkan secara bebas sesuai dengan pikirannya, karena
sangat berhubungan dan dipengaruhi oleh kekuatan sosial yang
ada dalam masyarakat. Bahasa dalam aliran ini tidak dipahami
17
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. h. 5.
18
sebagai medium netral yang terletak di luar diri pelaku wacana.
Bahasa dalam pandangan kritis dipahami sebagai representasi
yang berperan dalam membentuk subjek tertentu, tema wacana
tertentu, maupun strategi di dalamnya. 18
Dengan pandangan
seperti ini, wacana melihat bahasa selalu terlibat dengan
hubungan kekuasaan di dalam kehidupan bermasyarakat.
Menurut Fairclough dan Wodak, analisis wacana kritis
menyelidiki bagaimana penggunaan bahasa kelompok sosial
yang ada saling bertarung dan mengajukan versinya masing-
masing. Berikut karakteristik analisis wacana kritis yang diambil
dari tulisan Teun A. Van Dijk, Fairclough, dan Wodak
diantaranya adalahah tindakan, konteks, historis, kekuasaan
dan Ideologi. 19
Tindakan. wacana dipahami sebagai sebuah tindakan.
Dengan pemahaman semacam ini mengasiosikan wacana
sebagai bentuk interaksi, wacana bukan ditempatkan seperti
dalam ruang tertutup dan internal. Orang berbicara atau
menulis bukan ditafsirkan sebagai ia menulis atau berbicara
untuk dirinya sendiri. Seseorang berbicara, menulis, dan
menggunakan bahasa untuk berinteraksi dan berhubungan
dengan orang lain. Dengan pemahaman seperti ini ada
beberapa konsekuensi bagaimana wacana harus dipandang.
Pertama, wacana dipandang sebagai sesuatu yang bertujuan,
apakah untuk memengaruhi, mendebat, membujuk,
18
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 6. 19
Badara, Aris, Analisis Wacana: Teori, Metode, Dan Penerapannya
Pada Wacana Media, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 29.
19
menyangga, bereaksi, dan sebaginya. Kedua, wacana
dipahami sebagai sesuatu yang di ekspresikan secara sadar,
terkontrol, bukan sesuatu yang diluar kendali, atau
diekspresikan di luar kesadaran.
Konteks. analisis wacana kritis mempertimbangkan
konteks dari wacana seperti latar, situasi, peristiwa dan
kondisi, wacana disini dipandang diproduksi, dimengerti, dan
dianalisis pada suatu konteks tertentu. Bahasa disini dipahami
dalam konteks tertentu. Menurut Guy Cook, ada tiga hal yang
sentral dalam pengertian wacana: teks, konteks, dan wacana.
Teks adalah semua bentuk bahasa, bukan hanya kata-kata
yang tercetak di lembar kertas, tetapi juga semua jenis ekspresi
komunikasi, ucapan, musik, gambar, efek suara, citra dan
sebagainya. Konteks memasukan semua situasi dan hal yang
berada di luar teks dan memengaruhi pemakaian bahasa,
seperti partisipan dalam bahasa, situasi di mana teks tersebut
diproduksi, fungsi yang dimaksudkan, dan sebagainya.
Wacana disini, kemudian dimaknai sebagai teks dan konteks
bersama-sama, namun, tidak semua konteks dimasukan dalam
analisis, hanya yang relevan dalam banyak hal berpengaruh
atas produksi dan penafsiran teks yang dimasukan dalam
analisis. Ada beberapa konteks yang penting karena
berpengaruh terhadap produksi wacana. Kedua, Setting sosial
tertentu, seperti tempat, waktu, posisi pembicara, dan
pendengar atau lingkungan fisik adalah konteks yang berguna
untuk mengerti suatu wacana.
20
Histori. Menempatkan wacana dalam konteks sosial
tertentu, berarti wacana di produksi dalam konteks tertentu
dan tidak dapat dimengerti tanpa menyertakan konteks yang
menyertainya, salah satu aspek penting untuk mengerti teks
ialah dengan menempatkan wacana itu dalam konteks historis
tertentu.
Kekuasaan. analisis wacana kritis juga
mempertimbangkan elemen kekuasaan (power) dalam
analisisnya, wacana disini tidak dipandang sebagai sesuatu
yang alamiah, wajar, dan netral tetapi merupakan bentuk
pertarungan kekuasaan, konsep kekuasaan ialah salah satu
kunci hubungan antar wacana dalam masyarakat, kekuasaan
itu dalam hubungannya dengan wacana, penting untuk
melihat apa yang disebut control. Satu orang atau kelompok
mengontrol orang atau kelompok lain melalui wacana. Control
disini tidaklah harus selalu dalam bentuk fisik dan langsung
tetapi juga control secara mental atau psikis. Kelompok yang
dominan mungkin membuat kelompok lain bertindak seperti
yang diinginkan olehnya, berbicara, dan bertindak sesuai yang
diinginkan.
Ideologi. Ideologi juga konsep yang sentral dalam analisis
wacana yang bersifat kritis, hal ini karena teks, percakapan,
dan lainnya adalah bentuk dari praktik ideologi atau
pencerminan dari ideologi tertentu, peran wacana dalam
kerangka ideologi, seperti yang dikatakan oleh Tean A. Van
Dijk, ideologi terutama dimaksudkan untuk mengatur masalah
21
tindakan dan praktik individu atau anggota suatu kelompok.
Ideologi mempunyai implikasi penting yakni ideologi secara
inheren bersifat sosial, tidak personal, atau individual; ia
membutuhkan share diantara anggota kelompok, organisasi
atau kolektivitas dengan orang lainnya. Hal yang di share-kan
tersebut bagi anggota kelompok digunakan untuk membentuk
solidaritas dan kesatuan langkah dalam bertindak dan
bersikap, dan ideologi meskipun bersifat sosial, ia digunakan
secara internal di antara anggota kelompok atau komunitas,
oleh karena itu, ideologi tidak hanya menyediakan fungsi
koordinatif dan kohesi tetapi juga membentuk identitas diri
kelompok yang membedakan dengan kelompok lain.
3. Analisis Model Teun A. Van Dijk
Analisis model Van Dijk adalah model yang paling banyak
di pakai, dari sekian banyak ahli mengembangkan model analisis
wacana, pandangan Van Dijk mengenai kognisi sosial sepertinya
menjadi daya tarik kenapa model analisis wacana ini sering
digunakan.
a. Teks
Wacana Van Dijk dibagi dalam tiga dimensi, yaitu
teks, kognisi sosial, konteks sosial. Dalam tiap dimensi
masih dibagi dalam beberapa bagian. Seperti halnya
dimensi teks. Secara umum menganalisa struktur teks
22
(kosa kata, kalimat, proposisi, dan paragraf). Secara
khusus teks terdiri atas tiga struktur/ tingkatan.20
.
Struktur makro adalah makna global dari suatu teks
yang diamati dari topik/ tema yang diangkat oleh suatu
teks. Superstruktur merupakan struktur wacana yang
berhubungan dengan kerangka suatu teks, bagaimana
suatu teks tersusun. Struktur Mikro menjelaskan
mengenai makna wacana yang dapat diamati dari bagian
kecil suatu teks yakni kata, kalimat, proposisi, anak
kalimat, paraphrase, dan gambar.21
Menurut van Dijk, meskipun terdiri dari beberapa
elemen, semua elemen tersebut merupakan satu
kesatuan, saling berhubungan, dan saling mendukung
satu sama lain. Tema suatu teks didukung oleh kerangka
teks dan dipilih kata dan kalimat yang dipakai.
STRUKTUR HAL YANG ELEMEN
20
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Jakarta:
LKiS, 2017), h.225-226. 21
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 226.
23
WACANA DIAMATI
Struktur makro TEMATIK
Tema/ topik yang
dikedepankan dalam
suatu berita.
Topik
Superstruktur SKEMATIK
Bagaimana bagian
dan urutan berita
dikemaskan dalam
teks utuh.
Skema
Struktur mikro SEMANTIK
Makna yang ingin
ditekankan dalam
teks berita. Missal
dengan memberi
detil pada satu sisi
atau membuat
eksplisit satu sisi
dan mengurangi
detil sisi lain.
Latar, Detil,
Maksud,
Praanggapan,
Nominalisasi
Struktur mikro SINTAKSIS
Bagaimana kalimat
(bentuk, susunan)
yang dipilih.
Bentuk
Kalimat,
Koherensi,
Kata Ganti
Struktur Mikro STILISTIK
Bagaimana pilihan
Leksikon
24
kata yang dipakai
dalam berita.
Struktur Mikro RETORIS
Bagaimana dan
dengan cara
penekanan
dilakukan.
Grafis,
Metafora,
Ekspresi
Tematik menunjuk pada gambaran umum dari suatu
teks. Topik menggambarkan apa yang ingin disampaikan
pelaku wacana. untuk mengenali topik, contoh dalam
sebuah naskah drama perlu membaca dari awal hingga
akhir cerita. Sehingga mampu menyimpulkan mengenai
apa topik naskah tersebut.
Skematik. Teks atau wacana pada umumnya emiliki
skema atau alur dari pendahuluan sampai akhir. Alur
tersebut menunjukkan bagaimana bagian-bagian dalam
teks disusun dan diurutkan sehingga membentuk
kesatuan arti.22
Arti penting dari skematik adalah
mengatur bagian teks mana yang didahulukan.
Latar. Latar mampu mempengaruhi arti dari suatu
teks. Menjadi alasan pembenaran gagasan yang diajukan
dalam suatu teks. Sehingga latar dalam teks mampu
dibaca apa yang disampaikan pelaku wacana. kadang
teks tidak menampilkan isi utama, tetapi dengan melihat
latar yang ditampilkan dan bagaimana latar tersebut
22
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 232.
25
disajikan, bisa dengan mudah mengetahui maksud yang
disampaikan pelaku wacana.23
Detil. Elemen ini berkaitan dengan kontrol informasi
yang ditampilan seseorang. Komunikator menyampaikan
informasi yang berlebihan, menguntungkan dirinya atau
citra yang baik. Begitu pun sebaliknya. 24
Maksud. Hampir serupa dengan detil, elemen maksud
melihat informasi yang menguntungkan komunikator
akan diuraikan secara eksplisit dan jelas. Contoh dalam
berita, tujuan akhirnya adalah public hanya
mengonsumsi informasi yang menguntungkan
komunikator.25
Praanggapan. Praanggapan merupakan pernyataan
yang digunakan untuk mendukung makna suatu teks.
Kalau latar belakang upaya mendukung pendapat dengan
jalan memberi latar belakang, praanggapan adalah upaya
untuk memberikan premis yang dipercaya
kebenarannya.
Koherensi. Koherensi merupakan kaitan antar kata
atau kalimat dalam teks. Fakta yang sama sekali tidak
sama dapat di hubungkan sehingga tampak koheren.
Dengan penambahan kongjungsi sehingga fakta tersebut
dapat berkaitan. Kata hubung seperti, kausal (sebab
23
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 235. 24
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 238. 25
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 240.
26
akibat), hubungan keadaan, waktu, kondisi, dan
sebagainya.26
Bentuk kalimat. Bentuk kalimat adalah segi sintaksis
yang berhubungan dengan cara berpikir logis, yaitu
prinsip kausalitas. Bentuk kalimat bukan hanya persoalan
teknis kebenaran tata bahasa, tetapi menentukan makna
yang dibentuk oleh susunan kalimat. Dalam kalimat
berstruktur aktif, seseorang menjadi subjek dalam
pernyataannya. Begitu juga sebaliknya. Kalimat
berstruktuk pasif, seseorang menjadi objek.27
Kata ganti. Kata ganti mampu memberitahu dimana
posisi seseorang dalam wacana. dalam pengungkapan
sikap, seseorang dapat menggunakan kata ganti “saya”
atau “kami” yang menggambarkan bahwa sikap tersebut
merupakan sikap resmi komunikator. Akan tetapi, ketika
memakai kata ganti “kita” menjadikan sikap tersebut
sebagai representasi dari sikap Bersama.28
Grafis. Elemen ini merupakan bagi.an untuk
memeriksa apa yang ditekankan atau ditonjolkan oleh
seseorang yang dapat diamati dari teks.29
26
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 242.
27
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 251.
28
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 253. 29
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 257.
27
Metafora. Metafora dapat menjadi petunjuk utama
mengerti suatu teks. Karena menyampaikan pesan bisa
menggunakan kiasan. Kiasan atau metafora digunakan
sebagai landasan pikir, alasan pembenaran atas pendapat
atau gagasan tertentu kepada publik.30
b. Kognisi Sosial
Menurut pandangan Van Dijk, analisis wacana
tidak dibatasi hanya pada struktur teks, karena struktur
wacana itu sendiri menunjukan atau menandakan
sejumlah makna, pendapat, dan ideologi. Untuk
membongkar bagaimana makna tersembunyi dari teks,
dibutuhkan suatu analisis kognisi dan konteks sosial.31
Pendekatan kognisi didasarkan pada asumsi bahwa
teks tidak mempunyai makna, tetapi makna itu
diberikan oleh pemakai bahasa, atau lebih tepatnya
proses kesadaran mental dari pemakai bahasa. Pada
dasarnya setiap teks dihasilkan melalui kesadaran,
pengetahuan, prasangka, atau pengetahuan tertentu
atas suatu peristiwa.
Van Dijk beranggapan bahwa analisis kognisi
sosial memusatkan perhatian pada struktur mental,
proses pemaknaan, dan mental komunikator dalam
memahami sebuah fenomena dari proses produksi
30
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 259. 31
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. h. 260.
28
teks. 32
Kognisi sosial ini difokuskan pada efek kognisi
atau efek media massa terhadap pengetahuan. Sebuah
media tidak hanya mengubah sikap, tetapi juga.
mengubah pengetahuan seseorang akan suatu hal.
Kognisi sosial menjadi bagian terpenting dan tidak
terpisahkan untuk memahami teks media. Struktur ini
menekankan pada bagaimana peristiwa dipahami,
didefinisikan untuk kemudian ditampilkan dalam suatu
model. Oleh sebab itu, dibutuhkan penelitian atas
representasi kognisi dan strategi wartawan dalam
memproduksi suatu berita. Adapun cara pencarian data
ialah dengan melakukan proses wawancara kepada
narasumber yang bersangkutan.
c. Konteks Sosial
Konteks sosial mempelajari bangunan wacana
yang berkembang dalam masyarakat akan suatu
masalah dengan meneliti bagaimana wacana tentang
suatu hal diproduksi dan dikonstruksi dalam
masyarakat. Van Dijk mengatakan bahwa di dalam
menganalisis mengenai masyarakat ini ada dua poin
penting: kekuasaan (power) dan akses (acces).
Van Dijk mendefinisikan praktik kekuasaan
sebagai kepemilikan yang dimiliki oleh suatu
32
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. h. 266-267.
29
kelompok untuk mengontrol kelompok lain.
Kekuasaan ini umumnya didasarkan pada kepemilikan
atas sumber-sumber yang bernilai seperti uang, status,
dan pengetahuan. Van Dijk juga memperhatikan
bagaimana akses di antara masing-masing kelompok
yang ada dalam masyarakat. Kelompok elit
mempunyai akses yang lebih besar dibandingkan
dengan kelompok yang tidak berkuasa. Oleh karena
itu, mereka yang lebih berkuasa mempunyai
kesempatan lebih besar untuk mempunyai akses pada
media dan kesempatan lebih besar besar untuk
memengaruhi kesadaran khalayak.33
B. Ruang Lingkup Drama
1. Pengertain Drama
Berdasarkan etimologi, drama berasal dari bahasa Yunani
yaitu dram yang berarti gerak.34
Itu sebabnya drama yang
sering kali didapati selain dialog adalah gerak. Drama adalah
seni yang mengungkapkan pikiran atau perasaan orang
dengan mempergunakan laku jasmani dan ucapan kata kata.35
Mengaktualisasikan naskah drama dalam gerak dan dialog
menjadikan penonton dapat menikmati dan menghayati cerita
33
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. h. 272. 34
Asul Wiyanto, Terampil Bermain Drama, (Jakarta: Grasindo 2004), h. 1 35
Rendra, Seni Drama Untuk Remaja, (Bandung: Pustaka Jaya, 2013), h.
84
30
yang di sampaikan. Peragaan gerak mempermudah penonton
memproses bagaimana jalan cerita drama untuk dinikmati.
Selain drama, istilah lain yang sering digunakan adalah
sandiwara dan teater. Istilah sandiwara berasal dari bahasa
Jawa sandi yang berarti rahasia dan warah yang berarti
ajaran.36
Telah diserap ke dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, sandiwara berarti pertunjukan lakon atau cerita.
Sementara teater adalah kata serapan dari bahasa Inggris
theater yang berarti gedung pertunjukan dan theatre itu
sendiri menyerap dari bahasa Yunani yaitu theatron yang
artinya takjub melihat. Maka dari itu kata teater di Indonesia
memiliki dua makna. Makna pertama sebagai gedung
pertunjukan dan makna kedua sebagai teater sebagai
organisasi yang mementaskan drama atau sandiwara seperti
Teater Mandiri, Teater Koma, Bengkel Teater Rendra.
Menurut Melanie Budianata dkk, drama merupakan
kehidupan sehari-hari yang dipentaskan dengan sistematis dan
menarik.37
Drama memiliki cara pandang berbeda dalam
tatanan sosial masyarakat. Baik secara pribadi atau golongan,
dampak tersebut sangat berpengaruh teradap pembaca atau
penonton. Dampak yang muncul secara pribadi dari drama
pada umumnya seputar psikologi, teologi, bahkan mungkin
idologi. Begitu juga dengan dampak yang muncul pada
36
Asul Wiyanto, Terampil Bermain Drama, h. 1
37
Emzir, dkk, Tentang Sastra: Orkestra Teorian Dan pembelajarannya,
(Yogyakarta: Garudhawaca: 2018), h. 46.
31
golongan atau sekelompok kepentingan pada umumnya
bersifat sosiologis dan ideologis.38
Berbeda dengan karya
sastra seperti puisi atau cerita pendek, dialog pada drama
menuntun jalan cerita dan menunjukkan isi cerita, karena di
dalam dialog tersebut termuat apa yang ingin disampaikan
penulis seperti perwatakan, konflik, latar, dan juga amanat.
Dalam perkembangannya di Indonesia, drama dibagi
dalam dua masa yaitu drama tradisional dan drama modern.
Drama tradisional memiliki bentuk meniru adat kebiasaan.
Hal ini disebabkan tradisi di Timur sempat berkembang lama,
sehingga didukung penalaran yang lebih rumit.39
Drama
tradisional bertahan karena dorongan masyarakat sendiri yang
mau membeli tiket pementasan, ataupun menanggung biaya
pementasan sebagai suguhan dalam acara pernikahan, atau
acara lain.
Ada wayang orang, ketoprak, ludruk, dan sandiwara gaya
aneka warna bisa membuat rombongan professional menjual
tiket untuk pertunjukan. Sedangkan reog, calung, lenong,
topeng Cirebon, topeng Betawi, wayang golek, wayang kulit,
dan lawak selalu diborong orang untuk suguhan pesta atau
acara dibiayai pemilik acara atau pesta tersebut.40
Dan masih
banyak ragam drama tradisional yang berkembang Indonesia.
38
Zaky Mubarok, Kajian Ekokritik Pada Naskah Drama Kisah
Perjuangan Suku Naga Karya Rendra, Volume 5 Nomor 2 Desember
2017, diterbitkan Prodi Sastra Indonesia, Universitas Pamulang. 39
Rendra, Seni Drama Untuk Remaja, (Bandung: Pustaka Jaya, 2013), h.
95-96. 40
Rendra, Seni Drama Untuk Remaja. h. 96
32
Perbedaan antara drama tradisonal dengan drama modern
adalah adanya naskah. Teater tradisional tidak mengenal
naskah dalam pementasannya.
2. Karakteristrik Drama
a. Unsur Intrinsik
Menurut Emzir dan Saifur Rohman dalam drama
terdiri dari unsur entrinsik dan intrinsik, yaitu:
1) Alur
Alur atau plot adalah rentetean peristiwa yang
terjadi, yang membangun cerita dari awal sampai
akhir. Alur drama terdiri dari beberapa bagian. 41
Eksposisi, yakni perkenalan cerita kepada
menontonuntuk mendapatkan gambaran selintas
mengenai drama yang ditonton.
Konflik, yaitu pelaku cerita terlibat dalam suaatu
persoalan.
Komplikasi, yakni persoalan baru dalam sebuah
ceria.
Krisis, yakni pertentangan yang harus diimbangi
dengan jalan keluar, mana yang baik mana yang
buruk.
41
Emzir, dkk, Tentang Sastra: Orkestra Teorian Dan pembelajarannya,
(Yogyakarta: Garudhawaca: 2018), h. 47.
33
Resolusi, yakni penyelesaian persoalan atau
disebut juga falling-action.
Keputusan, yakni konflik terakhir menuju
penyelesaian.
2) Perwatakan
Dalam sebuah drama perwatakan adalah hal yang
penting karena tanpa adanya perwatakan maka tidak
aka nada jalan cerita. Masing-masing tokoh dalam
drama membawa tugas tertentu dan berdasarkan tugas
yang diembannya. Berikut penggolongan tokoh-
tokoh.42
Protagonis, tokoh utama dalam drama yang
muncul ingin mengatasi berbagai masalah didalam
mencapai cita-cita.
Antagonis, tokoh yang melawan cita-cita
protagonist.
Tritagonis, tokoh yang tidak miliki sifat baik dan
sifat antagonis. Dialah pihak ketiga yang menjadi
pihak pendamai.
3) Cakapan
Kata “Cakap” berarti omong atau bicara. Bercakap-
cakap berarti omong-omong atau berbicara. Cakapan
42
Emzir, dkk, Tentang Sastra: Orkestra Teorian Dan pembelajarannya. h.
47.
34
berarti omongan atau bicaraan. Dalam drama, cakapan
yang terjadi antara dua tokoh atau lebih disebut dialog.
Jika percakapan terjadi seorang diri, disebut
monolog.43
4) Konflik
Seorang pengkaji dan peneliti sastra akan melihat
konflik sebagai hakikat drama. Dalam praktik, konflik
tidak harus diikuti oleh cakapan atau lakuan; konflik
ini berada dalam diri tokoh, biasa disebut pembatinan.
Konflik ini terjadi bias antarmanusia, manusia dengan
alam semesta, dan bahkan manusia dengan Tuhan-nya.
Terjadi antarindividu, individu dengan kelompok,
antarkelompok. Manusia adalah sumber dari segala
konflik.44
Aristoteles mengartikan tragedi bahwa drama
menyebabkan para penonton merasa belas dan ngeri,
sehingga mereka mengalami pencucian jiwa.45
Yang
dituju dalam tragedi adalah kegoncangan jiwa
sehingga menimbulkan pengalaman belas dan ngeri
43
Soediro Satoto, Analisis Drama dan Teater. (Yogyakarta: Penerbit
Ombak, 2016) h 59. 44
Soediro Satoto, Analisis Drama dan Teater. h 59. 45
Rendra, Seni Drama Untuk Remaja, (Bandung: Pustaka Jaya, 2013), h.
92
35
tadi telah mencuci jiwanya sehingga mempunyai
kesadaran baru.46
Dan yang dimaksud dengan komedi ialah sandiwara
yang mengungkapkan cacat dan kelemahan sifat
manusia dengan cara yang lucu, sehingga para
penonton lebih bisa menghayati kenyataan hidup.47
Dalam perkembangannya, komedi berisikan
kekurangan dan kelemahan lingkungannya sehingga
lebih kritis.
Adapun yang disebut melodrama, drama yang
isinya mengupas suka duka kehidupan dengan cara
yang menimbulkan rasa haru kepada penonton.48
Dalam kesenian, menimbulkan rasa haru harus
diperhatikan dengan jelas, karena saat rasa haru
berlebihan akan menjadi kecengengan dan itu merusak
kepekaan penonton dalam menghadapi masalah
kehidupan.
b. Unsur Ekstrinsik
Unsur ekstrinsik dalam drama merupakan unsur
unsur pendukung jalannya sebuah drama yang berasal
dari luar struktur sastra drama tersebut. Unsur unsur
pendukung tersebut antara lain pimpinan produksi,
46
Rendra, Seni Drama Untuk Remaja. h. 93 47
Rendra, Seni Drama Untuk Remaja. h. 93 48
Rendra, Seni Drama Untuk Remaja. h. 93.
36
sutradara, tim kreatif, penata rias dan kostum,
penyandang dana, serta unsur unsur pendukung
lainnya dalam pementasan suatu drama. Selain itu
unsur ekstrinsik dapat berupa faktor faktor yang
tengah berkembang dalam masyarakat, seperti
perkembangan ekonomi, situasi politik, situasi sosial
budaya, tingkat pendidikan, akses terhadap
masyarakat, hal ini dikarenakan unsur unsur tersebut
dapat mempengaruhi penulis dalam menentukan jenis
cerita yang akan dipentaskan serta mempengaruhi
bagaimana tanggapan penonton terhadap suatu
pertunjukan drama. Selain itu faktor psikologis baik
dari pemain, kru, maupun menonton juga termasuk
dalam unsur ekstrinsik yang dapat mempengaruhi
jalannya sebuah drama.49
c. Struktur Drama
William Henry Hudson membagi struktur drama
ke dalam 6 tahap yaitu : eksposisi, komplikasi, krisis
resolusi, dan keputusan.
Eksposisi. Cerita diperkenalkan agar penonton
dapat menggambarkan selintas mengenai drama
yang ditontonnya, agar mereka terlibat dalam
peristiwa cerita
49
Ratna Sumarni. “17 Jenis-Jenis Drama-Pengertian, Unsur, Struktur dan
Contohnya”. Dosenbahasa.com. https://dosenbahasa.com/jenis-jenis-
drama (diakses pada tanggal 7 Januari 2020).
37
Konflik. Pelaku cerita terlibat dalam suatu pokok
persoalan. di sini Sebenarnya mula pertama terjadi
insiden akibat timbulnya konflik.
Komplikasi. Terjadinya persoalan baru dalam
cerita atau disebut juga rising action.Di sini persoalan
mulai merumit dan gawat. maka tahap ini sering
disebut perumitan.
Krisis. Dalam tahap ini persoalan telah mencapai
puncaknya. pertikaian harus diimbangi dengan
mencari jalan keluar.
Resolusi. Kalau dalam tahap komplikasi persoalan
mulai merumit, maka dalam tahap resolusi persoalan
telah mengalami peleraian. tegangan akibat terjadinya
pertikaian atau konflik telah menurun.
Keputusan. dalam tahap ini persoalan telah
dititik penyelesaian. Tikaian atau konflik sudah dapat
diakhiri.
C. Tinjauan Umum Kekuasaan
1. Pengertian Kekuasaan
Istilah kekuasaan berasal dari kata kuasa mendapat
imbuhan awalan ke dan imbuhan akhiran an. Dalam KBBI
Daring, kuasa bermakna kemampuan atau kesanggupan
(untuk berbuat sesuatu); kekuatan; wewenang atas sesuatu
atau untuk menentukan (memerintah, mewakili, mengurus,
dan sebagainya) sesuatu; pengaruh (gengsi, kesaktian, dan
38
sebagainya) yang ada pada seseorang karena jabatannya;
mampu; sanggup; orang yang diserahi wewenang.50
Dalam
pengertian yang paling umum, kekuasaan mengacu pada suatu
jenis pengaruh yang dimanfaatkan oleh di objek, individu atau
kelompok terhadap yang lain.
Max Weber, kekuasaan adalah kemampuan dalam suatu
hubungan sosial, melaksanakan kemauan sendiri sekalipun
menghadapi perlawanan, dan apapun dasar kemampuan ini.51
Harold D Lasswell dan Abraham Kaplan, mengemukakan
bahwa kekuasaan adalah suatu hubungan dimana seorang
atau sekelompok orang dapat menentukan tindakan seseorang
atau kelompok lain, kearah tujuan pihak pertama.52
Menurut
para sarjana ilmu politik, kekuasaan merupakan inti dari
politik, sedangkan politik dapat diartikan sebagai semua
kegiatan yang menyangkut masalah dan mempertahankan
kekuasaan.53
Bentuk kekuasaan menurut Frech dan Reven Yaitu:
d. Reward Power
Reward power yaitu kekuasaan memberi penghargaan
atau imbalan, di mana sumber kekuasaan didasarkan pada
kemampuan orang atau pemimpin mengontrol sumber daya
50
KBBI Daring, “Kekuasaan”,
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/kekuasaan, (diakses pada tanggal 7
Januari 2020). 51
Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2008), h. 60. 52
Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik. h. 60. 53
M Yoesoef, Sastra dan Kekuasaan: Pembicaraan atas Drama-Drama
Karya WS. Rendra (Jakarta: Wedatama Widya Sastra, 2007), h. 33.
39
dan memberi penghargaan kepada orang lain. Pendekatan
kekuasaan penghargaan atau imbalan digunakan pemimpin
mendukung kekuasaan legitimasi. Jika pengikut menilai
penghargaan dan imbalan kemungkinan dapat diperoleh
seseorang seperti pengakuan, mendapat imbalan karena
menyelesaikan tugas dengan baik, kenaikan upah,
tambah sumber daya untuk menyelesaikan tugas,dan
sejumlah keberhasilan lainnya.54
e. Coersive Power
Coersive power yaitu kekuasaan memaksa, di mana
sumber kekuasaan ini tergantung pada ketakutan. orang
dengan kekuasaan memaksa mempunyai kemampuan
menimbulkan konsekuensi hukuman atau aversif ada orang
lain, atau melakukan apa yang di yakini orang lain atau hasil
yang tidak diinginkan. Pendekatan kekuasaan paksaan masih
dipakai untuk memperoleh pemenuhan akan permintaan atau
mengoreksi Perilaku tidak produktif dalam organisasi.55
f. Legitimate Power
Legitimate power yaitu kekuasaan yang memiliki
legitimasi, di mana sumber kekuasaan yang diidentifikasi
berakar dari nilai terinternalisasi dari orang lain yang
memberikan legitimasi kepada seseorang (pemimpin) untuk
memenuhi pengikut atau anggota atau bawahan.
54
Syaiful Sagala, Pendekatan dan model kepemimpinan, (Jakarta:
Kencana, 2018), h. 205. 55
Syaiful Sagala, Pendekatan dan model kepemimpinan. h. 205.
40
Perbedaannya kekuasaan legitimasi tidak tergantung pada
hubungan dengan orang lain, tapi lebih pada posisi atau
peranan yang dimiliki pemimpin yang diberi amanah jabatan
yang dapat mempengaruhi orang lain.56
2. Kekuasaan dalam pandangan Islam
Prinsip dasar ajaran Islam adalah tauhid dan konsep tauhid
tersebut memiliki dua fungsi fungsi pertama menyatukan
hubungan antara Tuhan, manusia, dan alam, dan kedua
menyatukan kesadaran orang-orang Islam mengenai hidup
dan kehidupan yang akan datang. fungsi pertama
mengarahkan pemikiran pada ilmu kalam, fikih, sufisme, dan
pemikiran politik. Pada komitmen dan orientasi pemikiran
politik Islam dari fungsi ini melahirkan konsep kewajiban
manusia untuk membangun masyarakat ideal yang relaksasi
realisasinya membentuk institusi politik dan mendorong
munculnya konsep konsep kewajiban manusia dalam
menciptakan suatu peradaban yang didasarkan pada nilai-nilai
ilahiyah.57
Telah disebutkan dalam mengenai kekuasaan didalam Al-
qur‟an surah Ali Imran ayat 26 :
56
Syaiful Sagala, Pendekatan dan model kepemimpinan. h. 206. 57
Syarifuddin Jurdi, Sosiologi Islam dan Masyarakat Modern: Teori,
Fakta, dan Aksi Sosial (Jakarta: Kencana, 2010), h. 232.
41
ت سع الولك هوي قل اللن هلك الولك تؤتى الولك هي تشاء
ترل هي تشاء بيدك الخير اك على تعس هي تشاء تشاء
كل شيء قدير
Artinya : “Katakanlah (Muhammad), “Wahai Tuhan
pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa
pun yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan
dari siapa pun yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan
siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa
pun yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala
kebajikan. Sungguh, Engkau Mahakuasa atas segala
sesuatu.”
Tidak seorang pun mampu mengangkat derajat orang
lain dan memuliakannya kecuali atas izin Allah SWT, dan
tidak seorang pun mampu menjatuhkan kekuasaan orang lain
dan menghinakannya kecuali atas izin Allah SWT.58
Sebagai orang yang memiliki kekuasaan, dalam
pandangan Islam sudah seharusnya selaras dengan Al qur’an
seperti yang di jelaskan dalam QS. An-Nisa ayat 58-59,
sebagai berikut:
58
Qur‟an Kemenag. Quran.kemenag.go.id.
https://quran.kemenag.go.id/sura/3 (diakses pada hari Kamis, 10 Juli 2020,
pukul 05.48 wib).
42
اذا حكوتن بيي ا ل يأهركن اى تؤدا الاهت الى ا اى الل
عوا يعظكن بالاش ا ا بالعدل اى الل ى تحكو اى الل
كاى سويعا بصيرا
Artinya : sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat
kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu
menetapkan hukum di antara manusia hendaknya kamu
menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah sebaik-baik yang
memberi pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah Maha
Mendengar, Maha Melihat.59
الى الاهر ل اطيعا الرس ا اطيعا الل ا الريي اه ياي
كن تن ه ل اى ك الرس الى الل فاى تازعتن في شيء فرد
يلا احسي تأ م الاخر ذلك خير الي ى بالل تؤه
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah
dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang
kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda
pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah
(Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman
59
Qur‟an Kemenag. Quran.kemenag.go.id. https://quran.kemenag.go.id/sura/4/58 (diakses pada hari Kamis, 10 Juli
2020, pukul 05.48 wib).
43
kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.60
Ayat tersebut memerintahkan untuk amanah. Saat
menjadi pengusasa harus mampu menjadikan adil dalam
penentuan keputusan. Allah telah mengatur bagaimana
manusia harus bertindak karena telah diatur oleh Allah SWT
dalam Al-Qur‟an.
Pengertian "amanat" dalam ayat ini, ialah sesuatu yang
dipercayakan kepada seseorang untuk dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya. Kata "amanat" dengan pengertian ini sangat
luas, meliputi "amanat" Allah kepada hamba-Nya, amanat
seseorang kepada dirinya sendiri, amanat Allah terhadap
hamba-Nya, dan seseorang terhadap sesamannya.61
Termasuk Sifat adil penguasa terhadap rakyat dalam bidang
apa pun dengan tidak membeda-bedakan antara satu dengan
yang lain di dalam pelaksanaan hukum, sekalipun terhadap
keluarga dan anak sendiri, sebagaimana ditegaskan Allah
dalam ayat ini.
60
Qur‟an Kemenag. Quran.kemenag.go.id.
https://quran.kemenag.go.id/sura/4/58 diakses pada hari Kamis, 10 Juli
2020, pukul 05.48 wib. 61
Qur‟an Kemenag. Quran.kemenag.go.id.
https://quran.kemenag.go.id/sura/4/58 diakses pada hari Kamis, 10 Juli
2020, pukul 05.50 wib
44
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Latar Belakang Penulisan Drama Kisah
Perjuangan Suku Naga
Atas pengalaman dan pengamatan Rendra dalam hidup
Bersama masyarakat desa. Rendra menyaksikan sendiri
bagaimana masyarakat desa mampu membeli kendaraan
berkat hasil menjual tanah di desa. Ini adalah salah satu dari
pembangunan yang tidak terencana dan bengkoknya
pandangan mengenai modernitas. Kisah Perjuangan Suku
Naga adalah gambaran sebagian kecil masyarakat Indonesia
dan gambaran umum pemerintahan Indonesia ketika itu dan
mungkin masih relevan saat ini.62
“Rendra memunguti data dengan telaten sejak 1969 di
dalam sistem kemasyarakatan kita (Indonesia)”63
Ada beberapa tempat observasi di desa daerah
Yogyakarta, Mojokerto, Banjarnegara. Data yang digali
adalah persoalan yang ada di masyarakat. Bagaimana cara
hidup masyarakatnya. Rendra mulai menulis drama Kisah
Perjuangan Suku Naga tahun 1972 dan selesai tahun 1975.
62
Zaky Mubarok, Kajian Ekokritik Pada Naskah Drama Kisah
Perjuangan Suku Naga Karya Rendra, Volume 5 Nomor 2 Desember
2017, diterbitkan Prodi Sastra Indonesia, Universitas Pamulang. 63
Wawancara dengan Ibu Ken Zuraida di Bengkel Teater Rendra pada 6
November 2019.
45
B. Isi Drama Kisah Perjuangan Suku Naga
Kisah tentang kerajaan bernama Astinam. Kerajaan ini
diperintah oleh Ratu yang didampingi Perdana Menteri dan
kabinetnya. Disamping itu, kerajaan ini juga memiliki
parlemen dan undang-undang dasar.
Drama Kisah Perjuangan Suku naga terdiri dari 18 babak,
yaitu:
1. Prolog
2. Koor Mesin
3. Koor kedutaan Besar
4. Suku Naga
5. Abivara Pulang ke Desanya
6. Jejer Astinampuram
7. Koor Perlemen
8. Abivara dan Setyawati
9. Abisavam Berdebat Dengan Supaka
10. Berita Dari Paman
11. Insinyur Mengukur
12. Kesaksian Carlos
13. Sri Ratu Marah-Marah
14. Gaya Menteri Pertambangan
15. Renungan Abisavam
16. Kesaksian Surat-Surat Kabar Asing
17. The Big Boss
18. Carlos Pulang
46
C. Tokoh dan Penokohan
1. Ratu
2. Perdana Menteri
3. Kolonel Srenggi
4. Ketua Parlemen
5. Menteri Pertambangan
6. Boss
7. Mr. Joe
8. Abisavam
9. Abivara
10. Setyawati
11. Supaka
12. Paman
13. Insinyur
14. Carlos
15. Duta Besar
D. Biografi Penulis W.S. Rendra
Willibrordus Surendra Bhawana Rendra lahir di Kampung
Jayengan, Kota Surakarta pada tanggal 7 November 1935 dan
meninggal di Depok, 6 Agustus 2009. Putra dari pasangan
Raden Cyprianus Sugeng Brotoadmojo dan Raden Ayu
Ismadillah itu lebih dikenal dengan panggilan W.S. Rendra.
Rendra tumbuh dengan menganut agama Khatolik. Hingga di
tahun 1970 Renda pindah agama. Secara resmi mengucapkan
sahadat di depan Kyai Haji Ghafar Ismail, Taufik Ismail, Ajip
47
Rosidi, di rumah Taufiq di lingkungan Taman Ismail
Marzuki.64
Setelah masuk Islam, nama Willibrordus Surendra
Bhawana Rendra berubah menjadi Wahyu Sulaiman Rendra.
Ayahnya, Raden Cyprianus Sugeng Brotoadmojo adalah
seorang guru Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa Kuna pada
sebuah SMA Khatolik di Surakarta, sekaligus seorang
dramawan dan guru silat. Ibunya, Raden Ayu Ismadillah
adalah seorang penari srimpi di Keraton Yogyakarta. Sejak
kecil Rendra dididik ayahnya untuk menghargai kehidupan
yang mandiri sebagai swasta, bebas dari lembaga eksekutif
pemerintahan. Selain itu, Rendra didik dengan keras agar
menghargai disiplin analisis dan menghormati fakta-fakta
obyektif di dalam alam dan di dalam kehidupan.65
Ibunya mengajarkan bagaimana mensyukuri panca indra
dan melatih kepekaan melewati olah kelana, olah tapa, dan
samadhi menghayati nafas, kelenjar badan, tata syaraf, daya
intuisi, dan kehadiran jiwa. Gabungan dua macam Pendidikan
yang didapat Rendra sangat berpengaruh kepada wawasannya
mengenai dinamika budaya bangsa, emansipasi individu,
kedaulatan rakyat, hak asasi manusia, pembelaan kepada daya
hidup, dan daya kreatif manusia sebagai individu dan sebagai
64
Hendri F Isnaeni. “Kisah Si Burung Merak Masuk Islam”. Historia.
https://www.google.com/amp/s/historia.id/amp/agama/articles/kisah-si-
burung-merak-masuk-islam-DEZx4 (Diakses pada tanggal 9 November
2019). 65
Rendra, Panembahan Reso, (Malang: Sava Media, 2004), h. 173.
48
masyarakat, dan juga kepekaan kepada masalah pendidikan
dan keadialan sosial.66
Rendra menimba ilmu dari SD sampai SMA Khatolik, di
St. Yosef, Solo. Setelah tamat SMA tahun 1955 sempat
mendaftarkan dan tidak diterima dalam akademi militer.
Rendra melanjutkan pendidikan ke Universitas Gajah Mada,
Fakultas Sastra dan Kebudayaan, Jurusan Sastra Inggris.
Karena mendapatkan beasiswa, tahun 1964 sampai tahun
1967 belajar drama di American Academy of Dramatical Art
di New York.
Bakat seni Rendra sudah muncul sejak masih kecil.
Sewaktu SMP Rendra pernah menampilkan sebuah drama
yang ia namakan “Kaki Palsu“. Dan di SMA beliau juga
menampilkan sebuah drama dengan judul “Orang-Orang di
Tikungan Jalan” yang menjadi juara satu di Kantor Wilayah
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Yogyakarta. Pada
1952 puisi-puisi ciptaan Rendra mulai dimuat di sebuah
majalah yang bernama majalah Siasat. Sejak saat itu puisi-
puisi Rendra kerap mewarnai kolom-kolom majalah. Antara
lain yang paling terkenal dari puisi-puisi Rendra adalah
adalah Kisah, Seni, Basis, Konfrontasi, dan Siasat Baru.67
Pengalaman-pengalaman ilmiah selama di Amerika
Serikat sangant mempengaruhi keseniannya, sehingga sebagai
66
Rendra, Panembahan Reso, (Malang: Sava Media), h. 174. 67
Biografi.id, “Biografi W.S. Rendra”, http://biografi.id/biografi-w-s-
rendra/ Diakses pada tanggal 9 November 2019
49
seniman ia lebih terlibat kepada masalah-masalah sosial-
politik-budaya. Itulah periode ia mencari bentuk seni yang
tepat untuk tema tema sosial-politik dari insporasinya. Ia tidak
bisa menerima kredo sosial-realisme yang banyak dianut para
seniman pada waktu itu. Akhirnya, ia menemukan rumusan
estetik untuk sajak-sajak yang bertemakan sosial politik yaitu,
metafora bersifat grafik dan plastik. Dan dalam bentuk
semacam itu ternyata bisa menciptakan sajak-sajak yang enak
dibaca di muka umum.68
Karya Rendra sebagai penyair:69
1. Balada Orang-Orang Tercinta (1957)
2. Rendra: Empat Kumpulan Sajak (1961)
3. Blues Untuk Bonnie (1971)
4. Sajak-Sajak Sepatu Tua (1972)
5. Potret Pembangunan Dalam Puisi (1980)
6. Nyanyian Orang Urakan (1985)
7. Nine Poems (1988)
8. Orang-Orang Rangkas Bitung (1990)
9. Penabur Benih (1992)
10. Disebabkan Oleh Angin (1993)
11. Mencari Bapa (1996)
12. Ten Poems (1997)
Karya Rendra sebagai penulis naskah drama:70
1. Orang-Orang Di Tikungan Jalan
68
Rendra, Panembahan Reso, (Malang: Sava Media), h. 174. 69
Rendra, Panembahan Reso. h. 177. 70
Rendra, Panembahan Reso. h. 177.
50
2. Mastodon Dan Burung Kondor
3. Kisah Perjuangan Suku Naga
4. Sekda
5. Panembahan Reso
Rendra menerjemahkan:71
1. Oidious Rex karya Sophocles
2. Kolonus karya Sophocles
3. Antigone karya Sophocles
4. Hamlet karya W Shakespeare
5. Macbeth karya W Shakespeare
Penghargaan yang diterima Rendra:72
1. Hadiah Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional
untuk kumpulan sajak Ballada Orang-orang Tercinta
tahun 1957.
2. Anugerah Seni dari Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia atas eksperimen
teater tahun 1969.
3. Hadiah Akademi Jakarta, untuk karya-karyanya
selama kurun 1970-1975 dan 1975.
4. Penghargaan Adam Malik, dalam bidang kesenian
1989.
5. Wertheim Award untuk perjuangan hak-hak asasi
manusia dalam karya karyanya, 1991.
71
Rendra, Panembahan Reso. h. 177. 72
Rendra, Panembahan Reso. h. 177.
51
6. Anugerah Hendar Fahmi Ananda, dari senat
MahasiswaUniversitas Mataram, untuk perjuangan
hak-hak asasi manusia dan demokrasi. 1991.
7. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Indonesia, sebagai sastrawan terbaik,1997.
8. The SEA Writte Award dari Putera Mahkota Thailand,
untuk kumpulan sajaknya “Orang-Orang Dari Rangkas
Bitung”, 1997.
9. Medali Jos Kaj Tyl, dari Duta Besar Czech untuk
Indonesia untuk perannya mempererat kebudayaan
Indonesia dan Czeko.
10. The Habibie Award, dalam bidang filsafat, seni dan
agama, 2000.
52
BAB IV
DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Observasi dan Dokumentasi
Observasi merupakan pengamatan terhadap subjek
penelitian. Subjek dalam penelitian ini yaitu naskah Drama
Kisah Perjuangan Suku Naga. Dokumentasi merupakan hasil
dari pengumpulan data melalui observasi. Dokumentasi
merupakan hasil dari pengumpulan data melalui observasi.
Dokumentasi dalam penelitian ini berupa naskah teks dalam
Drama Kisah Perjuangan Suku Naga.
Tabel 4.1.1 Kekuasaan Babak Prolog
POTONGAN DIALOG
Dalang : Kerajaan Astinam diperintah oleh seorang Ratu. ia
memerintah didampingi oleh Perdana Menteri dan
kabinetnya. disamping itu, kerajaan ini juga punya
parlemen dan undang-undang dasar. maksudnya, kerajaan
itu bersifat demokratis.
Tabel 4.2.1 Kekuasaan Babak Jejer Astinampuram
POTONGAN DIALOG
Perdana Menteri : Beres, Sri Ratu, kebetulan banyak
perusahaan asing yang ingin menanamkan uangnya di sini,
disini untuk mendirikan pabrik obat-obatan.
53
Ratu : Permohonan mereka harus diberi prioritas utama.
Asal juga penuh pengertian.
Perdana Menteri : Wah, pengertian Mereka cukup besar Sri
Ratu. Mereka akan menyediakan 10% dari modal untuk
hal-hal yang tidak terduga, yang pemakaiannya terserah
seluruhnya kepada Sri Ratu, dan langsung akan dimasukkan
ke dalam rekening bank Sri Ratu di Singapura.
Ratu : Itu bagus.
Tabel 4.2.2 Kekuasaan Babak Jejer Astinampuram
POTONGAN DIALOG
Perdana Menteri : Sri Ratu, jalannya pembangunan harus kita
amankan.
Serenggi : Betul Sri Ratu saya sebagai Menteri keamanan
akan segera mengumumkan pernyataan. Bahwa mengkritik
pembangunan adalah sabotase. Oleh karena itu subversif.
Ratu : Dengan begitu tidak akan ada lagi oposisi.
Srenggi : Oposisi adalah musuh pembangunan.
Ratu : Lalu, kita akan dengan bebas membangun dengan
lancar.
54
Tabel 4.3.1 Kekuasaan Babak Koor Parlemen
POTONGAN DIALOG
Srenggi : Saudara-saudara, untuk mengamankan jalannya
pembangunan, kita harus membuat undang-undang yang
menyatakan bahwa menjelang parlemen mengesahkan
rencana pembangunan 4 tahun maka tidak boleh ada suara-
suara negatif yang berusaha mempengaruhi jalannya
persidangan.
B : Apakah yang disebut suara-suara negatif.
Srenggi : Luas...luas…!!!
Ketua Parlemen : Pendeknya, yang subversif.
Tabel 4.3.2 Kekuasaan Babak Koor Parlemen
POTONGAN DIALOG
Mr. Joe : Inilah yang sungguh utama. Ada satu perusahaan
besar di negara yang saya ingin menanamkan modal di sini
dalam bidang pertambangan. Tentu saja iya akan
menggunakan saluran resmi. Ia sangat menghargai saluran
resmi. Saya semata-mata hanya beri dukungan saja, karena
saya tahu betul pribadi presiden direktur perusahaan itu. Ia
adalah seorang yang juta-juta-jutawan,dan di dalam ilmu
kehidupan sudah ma'rifat. selain bidang pertambangan, Ia juga
mempunyai usaha di bidang obat-obatan, perhotelan, dan
55
kerohanian! Ia telah membangun gereja gereja, masjid-masjid,
vihara-vihara di sebuah dunia. bahkan akhir-akhir ini ia telah
membangun Wihara sendiri di pegunungan yang indah
lengkap dengan pelajaran yoga, semedi, silat tai chi dan lain
sebagainya.
Ratu : Ya... Asal orang penuh pengertian, kami pasti
menghargainya.
Mr. Joe : Wah, pengertian beliau sungguh besar.
Menteri Pertambangan : Maaf Sri Ratu, Saya memberanikan
diri untuk memberi dukungan pada beliau. pengertian beliau
benar-benar besar! untuk membuktikan bahwa ia benar-benar
ahli di bidang pertambangan, ia telah memilih hasil tambang
mulia, untuk dipersembahkan kepada Sri Ratu. sebuah Intan...
Ratu : Intan?
Menteri Pertambangan : Harganya tidak kurang dari dua juta
dolar dengan mutu alam mimpi.
Ratu : ini benar-benar art!!!
Menteri Pertambangan : Sri Ratu, The Big Boss, begitu biasa
kami panggil teman kami itu. Sangat kagum dan terpikat
56
pada alam negeri kita. Terdorong oleh rasa kagumnya itu, Ia
telah lama membuat survei pada hasil hasil tambang kita,
sehingga ia tahu bahwa di bukit Saloka di wilayah kaum Suku
Naga ada tambang tembaga yang cukup kaya. Demi kemajuan
negeri kita, Ia akan menanamkan modalnya yang besar untuk
mengaduk tambang itu. Wah, Mesin mesinnya sungguh
modern.
Tabel 4.4.1 Kekuasaan Babak Sri Ratu Marah-Marah
POTONGAN DIALOG
Ratu : Apa ini!
Perdana Menteri : Tenanglah Sri Ratu, media semacam ini
tidak akan berbuat banyak.
Ratu : Apa katamu? tidak bisa berbuat banyak? orang-orang
UNESCO sudah mulai nyindir-nyindir program kita ini! tidak
bisa berbuat banyak katamu? setidak-tidaknya bluderku
sudah mulai kumat lagi.
Srenggi : Maaf si ratu kami tidak pernah lalai semua koran
dan majalah luar negeri yang memuat mengenai perjuangan
suku naga sudah saya blokir. nomor-nomor yang memuat
perjuangan itu sudah saya suruh Sita. anak buah anak buah
saya telah mengguntingi bagian-bagiannya yang gawat lalu
dibakar. sedangkan sisanya mereka jual sebagai kiloan.
57
Perdana Menteri : Cerdas Sekali
Tabel 4.5.1 Kekuasaan Babak Gaya Menteri Pertambangan
POTONGAN DIALOG
Abisavam : Apa yang saudara senangi dari kami?
Menteri Pertambangan : Saya senang tarian-tarian saudara,
saya senang bentuk rumah rumah saudara, Saya senang
bentuk kebudayaan dan kepribadian Suku Naga.
Abisavam : tapi semuanya itu akan lenyap begitu desa ini
diubah menjadi kota pertambangan.
Menteri Pertambangan : Tidak perlu lenyap! waduh, jangan
sampai lenyap. semua itu bisa diselamatkan. Coba
bayangkan, di kota pertambangan yang penuh dengan
gedung-gedung modern Akan terdapat di situ, kuburan
kuburan kuno, rumah adat yang lengkap dengan peralatan
upacara dan lain sebagainya. Telaga keramat, tempat-
tempat ibadah, pohon keramat, semuanya akan kita
upgrade, supaya bisa dinikmati oleh orang banyak, menjadi
unggulan pariwisata.
Tabel 4.6.1 Kekuasaan Babak Kesaksian Surat-Surat Kabar Asing
POTONGAN DIALOG
Ketua Parlemen : Iya, saya ketua parlemen.
58
Abisavam : Wakil rakyat?
Ketua Parlemen : Oh, iya… sudah dilantik.
Abisavam : Dandananya kok begitu
Ketua Parlemen : Maaf?
Abisavam : Saya tadi juga saudara duta dari Eropa.
Ketua Parlemen : Saya datang untuk meninjau.
Abisavam : Kok bawa tentara?
Ketua Parlemen : Sekedar teman seperjalanan.
B. Wawancara
Wawancara merupakan proses mengumpulkan data
dari informan sejelas dan selengkap mungkin guna
menjadi data penelitian. Dalam penelitian ini yang
dibutuhkan adalan mewawancarai narasumber yaitu Ken
Zuraida sebagai istri dari W.S. Rendra terkait dengan
naskah Drama Kisah Perjuangan Suku Naga. Berikut hasil
wawancara yang didapatkan :
59
Dari pertanyaan yang penulis ajukan kepada
narasumber terkait dengan latar belakang pembuatan
drama Kisah Perjuangan Suku Naga adalah kondisi
Indonesia pada kisaran tahun 1972 sampai 1975. Dimana
dalam kurun tiga tahun lamanya rendra menyusun drama
tersebut melalui kejadian kejadian di Indonesia. Mulai
secara terang terangan pada masa Repelita I adanya
represif, sensorsif. Dwifungsi ABRI, dimana tentara
menjabat dalam perpolitikan dalam parlemen maupun
kementerian sehingga dalam menyelesaikan masalan
menggunakan cara pandang tentara. Hal ini tercermin
dalam drama Kisah Perjuangan Suku Naga, dimana
pejabat negara seperti Menteri Pertambangan, ketua
Parlemen adalah tentara yang telah dikaryakan.
Disi lain bentuk Suku Naga di dalam drama tercermin
dari observasi langsung di tiga wilayah yaitu Yogyakarta,
Mojokerto, Banjarnegara untuk mendapatkan cara hidup
juga pola pikir masyarakat desa maupun kota. Sangat
jelas tergambar dalam dialog Abisavam, Abiwara,
Setyawati, Supaka.
BAB V
PEMBAHASAN
A. Wacana Kekuasaan dalam Drama Kisah Perjuangan
Suku Naga
Analisis yang dipakai penulis dalam penelitian ini
yaitu wacana Teun A. Van Dijk. Analisis ini menitik beratkan
60
pada proses pembentukan teks dalam arti lain adalah kondisi
psikologis dalam menciptakan teks. Struktur teks dalam
analisis wacana Teun A. Van Dijk dibagi dalam tiga bagian
yaitu struktur makro, superstruktur, dan struktur mikro.
1. Struktur Makro (Tematik)
Stuktur makro menunjuk pada gambaran umum dari
suatu teks. Topik menggambarkan apa yang ingin
disampaikan pelaku wacana, dalam penelitian ini adalah
naskah drama Kisah Perjuangan Suku Naga. Berikut hasil
analisisnya :
Pada tabel Tabel 4.1.1 terdapat teks dialog menunjukkan
struktur pemerintahan dan dasar hukum negara Astinam.
Dalang : Kerajaan Astinam diperintah oleh seorang Ratu.
ia memerintah didampingi oleh Perdana Menteri dan
kabinetnya. disamping itu, kerajaan ini juga punya
parlemen dan undang-undang dasar. maksudnya,
kerajaan itu bersifat demokratis.
Topik yang dikedepankan dalam teks ini yaitu negara
Astinam memiliki undang-undang dasar yang mana
kepemerintahannya demokratis. Negara ini dipimpin oleh
seorang Ratu yang didampingi Perdana Menteri dan
kabinetnya. Selain itu juga memiliki parlemen.
Pada tabel Tabel 4.2.1 terdapat teks dialog berisi tentang
pertemuan Perdana menteri dengan Ratu negara Astinam.
61
Perdana Menteri melaporkan perusahaan asing yang ingin
menanamkan modal.
Perdana Menteri : Beres, Sri Ratu, kebetulan banyak
perusahaan asing yang ingin menanamkan uangnya di
sini, untuk mendirikan pabrik obat-obatan.
Ratu : Permohonan mereka harus diberi prioritas utama.
asal juga penuh pengertian.
Perdana Menteri : Wah ah, pengertian mereka cukup
besar Sri Ratu. mereka akan menyediakan 10% dari
modal untuk hal-hal yang tidak terduga, yang
pemakaiannya terserah seluruhnya kepada Sri Ratu, dan
dan langsung akan dimasukkan ke dalam rekening bank
Sri Ratu di Singapura.
Ratu : Itu bagus.
Pada teks dialog tersebut terlihat bagaimana Ratu sebagai
Pemerintahan yang sah, menggunakan kekuasaannya untuk
mendapatkan bagian dari perusahaan yang ingin menanamkan
modalnya.
Pada tabel Tabel 4.2.2 terdapat teks dialog berisi
pernyataan Menteri Keamanan Srenggi mengenai
pembangunan.
62
Perdana Menteri: Sri Ratu, jalannya pembangunan harus
kita amankan.
Serenggi : Betul Sri Ratu saya sebagai Menteri keamanan
akan segera mengumumkan pernyataan. Bahwa
mengkritik pembangunan adalah sabotase. Oleh karena
itu subversif.
Ratu : Dengan begitu tidak akan ada lagi oposisi.
Srenggi : Oposisi adalah musuh pembangunan.
Pada teks dialog tersebut terlihat bahwa Menteri
Keamanan mendukung jalannya pembangunan. Akan tetapi,
pemerintahan yang seharusnya demokratis, mampu menerima
kritik dan masukan malah sebaliknya. Mengganggap siapapun
yang mengganggu jalannya pembangunan akan dicap sebagai
subversif.
Pada tabel Tabel 4.3.1 terdapat teks dialog bahwa Srenggi
kritik yang mengganggu jalannya
pembangunan.pertemuannya ini dihadiri Ratu, Perdana
Menteri, Ketua Parlemen dan anggotanya.
Srenggi : Saudara-saudara, untuk mengamankan jalannya
pembangunan, kita harus membuat undang-undang yang
menyatakan bahwa menjelang parlemen mengesahkan
63
rencana pembangunan 4 tahun maka tidak boleh ada
suara-suara negatif yang berusaha mempengaruhi
jalannya persidangan.
B : Apakah yang disebut suara-suara negatif.
Srenggi : Luas...luas…!!!
Ketua Parlemen : Pendeknya, yang subversif.
Pada teks dialog tersebut terlihat bagaimana pejabat
negara seperti Menteri Keamanan, Perdana Menteri, Parlemen
menggunakan kekuasaan untuk mengamankan jalannya
pembangunan. Negara berkembang memerlukan modal untuk
melakukan pembangunan. Pembangunan yang dilakukan
tidak mencerminkan kepentingan rakyat. Kekuasaan yang
dimiliki para pejabat negara hanya digunakan untuk
mengamankan segelintir kepentingan, membuat undang-
undang anti kritik.
Pada tabel Tabel 4.3.2 terdapat teks dialog Mr. Joe,
Menteri Pertambangan, dan Ratu membicarakan perusahaan
asing yang ingin menanamkan modalnya di wilayah
kekuasaan Ratu.
Mr. Joe : Inilah yang sungguh utama. Ada satu
perusahaan besar di negara yang saya ingin menanamkan
64
modal di sini dalam bidang pertambangan. Tentu saja iya
akan menggunakan saluran resmi. Ia sangat menghargai
saluran resmi. Saya semata-mata hanya beri dukungan
saja, karena saya tahu betul pribadi presiden direktur
perusahaan itu. Ia adalah seorang yang juta-juta-
jutawan,dan di dalam ilmu kehidupan sudah ma'rifat.
selain bidang pertambangan, Ia juga mempunyai usaha di
bidang obat-obatan, perhotelan, dan kerohanian! Ia telah
membangun gereja gereja, masjid-masjid, vihara-vihara
di sebuah dunia. bahkan akhir-akhir ini ia telah
membangun Wihara sendiri di pegunungan yang indah
lengkap dengan pelajaran yoga, semedi, silat tai chi dan
lain sebagainya.
Ratu : Ya... Asal orang penuh pengertian, kami pasti
menghargainya.
Mr. Joe : Wah, pengertian beliau sungguh besar.
Menteri Pertambangan : Maaf Sri Ratu, Saya
memberanikan diri untuk memberi dukungan pada beliau.
pengertian beliau benar-benar besar! untuk membuktikan
bahwa ia benar-benar ahli di bidang pertambangan, ia
telah memilih hasil tambang mulia, untuk
dipersembahkan kepada Sri Ratu. sebuah Intan...
65
Ratu : Intan?
Menteri Pertambangan : Harganya tidak kurang dari dua
juta dolar dengan mutu alam mimpi.
Ratu : ini benar-benar art!!!
Menteri Pertambangan : Sri Ratu, The Big Boss, begitu
biasa kami panggil teman kami itu. Sangat kagum dan
terpikat pada alam negeri kita. Terdorong oleh rasa
kagumnya itu, Ia telah lama membuat survei pada hasil
hasil tambang kita, sehingga ia tahu bahwa di bukit
Saloka di wilayah kaum Suku Naga ada tambang
tembaga yang cukup kaya. Demi kemajuan negeri kita, Ia
akan menanamkan modalnya yang besar untuk mengaduk
tambang itu. Wah, Mesin mesinnya sungguh modern.
Pada teks dialog tersebut terlihat bahwa Mr. Joe sebagai
pihak dari perusahaan asing yang ingin menanamkan
modalnya. Ternyata, Menteri Pertambangan telah kenal
terlebih dahulu dengan The Big Boss dari perusahaan
tersebut. Sebagai pejabat negara menggunakan kekuasaannya
untuk meminta Sri Ratu menerima hadiah yang diberikan
perusahaan untuk memperlancar proses mendirian tambang di
bukit Saloka.
66
Pada tabel Tabel 4.4.1 terdapat teks dialog berisi tentang
pertemuan Ratu, Perdana Menteri dan Menteri Keamanan
Srenggi menyikapi berita yang tersebar.
Ratu : Apa ini!
Perdana Menteri : Tenanglah Sri Ratu, media semacam
ini tidak akan berbuat banyak.
Ratu : Apa katamu? tidak bisa berbuat banyak? orang-
orang UNESCO sudah mulai nyindir-nyindir program
kita ini! tidak bisa berbuat banyak katamu? setidak-
tidaknya bluderku sudah mulai kumat lagi.
Srenggi : Maaf Sri Ratu, kami tidak pernah lalai. Semua
koran dan majalah luar negeri yang memuat mengenai
perjuangan suku naga sudah saya blokir. Nomor-nomor
yang memuat perjuangan itu sudah saya suruh Sita. Anak
buah anak buah saya telah mengguntingi bagian-
bagiannya yang gawat lalu dibakar. Sedangkan sisanya
mereka jual sebagai kiloan.
Perdana Menteri : Cerdas Sekali.
Pada teks dialog tersebut berisi bagaimana Ratu geram
karena banyak pemberitaan yang tidak menguntungkan
67
keinginannya. Ratu menggunakan kekuasaannya untuk
menggunakan segala cara agar berita berita tersebut tidak
tersebar. Srenggi sebagai Menteri Keamanan, menggunakan
kekuasaannya untuk memblokir semua koran dan majalan
yang memberitakan negatif tentang pembangunan kota
pertambangan.
Pada tabel Tabel 4.5.1 terdapat teks dialog berisi tentang
kunjungan Menteri Pertambangan ke desa tempat Suku Naga
tinggal.
Abisavam : Apa yang saudara senangi dari kami?
Menteri Pertambangan : Saya senang tarian-tarian
saudara, saya senang bentuk rumah rumah saudara, Saya
senang bentuk kebudayaan dan kepribadian Suku Naga.
Abisavam : tapi semuanya itu akan lenyap begitu desa ini
diubah menjadi kota pertambangan.
Menteri Pertambangan : Tidak perlu lenyap! waduh,
jangan sampai lenyap. semua itu bisa diselamatkan. Coba
bayangkan, di kota pertambangan yang penuh dengan
gedung-gedung modern Akan terdapat di situ, kuburan
kuburan kuno, rumah adat yang lengkap
dengan peralatan upacara dan lain sebagainya. Telaga
keramat, tempat-tempat ibadah, pohon keramat,
68
semuanya akan kita upgrade, supaya bisa dinikmati oleh
orang banyak, menjadi unggulan pariwisata.
Pada teks dialog tersebut Menteri pertambangan
memberikan gambaran bagaimana kota pertambangan yang
direncanakan. Menjanjikan megahnya gedung-gedung, segala
aspek kebudayaan Suku Naga akan dijadikan pariwisata.
Pada tabel Tabel 4.6.1 terdapat teks dialog berisi
kunjungan Ketua Parlemen ke ke desa tempat Suku Naga
tinggal.
Ketua Parlemen : Iya, saya ketua parlemen.
Abisavam : Wakil rakyat?
Ketua Parlemen : Oh, iya… sudah dilantik.
Abisavam : Dandananya kok begitu
Ketua Parlemen : Maaf?
Abisavam : Saya tadi juga saudara duta dari Eropa.
Ketua Parlemen : Saya datang untuk meninjau.
Abisavam : Kok bawa tentara?
69
Ketua Parlemen : Sekedar teman seperjalanan.
Pada teks dialog diatas Ketua Parlemen melakukan
kunjungan ke tempat Suku Naga tinggal dan bertemu dengan
kepala suku, yaitu Abisavam. Ketua Parlemen datang tidak
hanya sendiri, melainkan membawa tentara. Abisavam merasa
Tindakan yang dilakukan wakil rakyat ini merupakan bentuk
tekanan agar pembangunan kota pertambangan tidak terhalang
oleh orang-orang Suku Naga.
2. Superstruktur (Skematik)
Skematik merupakan Teknik untuk menganalisis suatu
wacana karena pada umumnya dalam suatu teks atau wacana
terdapat bagian bagian seperti pendahuluan, isi, penutup yang
bertujuan untuk memberikan penekanan pesan yang
diinginkan. Dalam Naskah drama ini dibagi dalam 6 tahapan
yaitu eksposisi, komplikasi, krisis, resolusi, dan keputusan.
a. Eksposisi
Eksposisi dalam naskah drama Kisah Perjuangan Suku
Naga di sampaikan oleh dalang. Dalang memperkenalkan
antara pemerintahan Astinam, Suku Naga, dan negara
negara tetangga. Dijelaskan bagaimana perbedaan antara
Astinam negara yang kaya akan sumberdaya alam dan
negara lain yang kaya akan modal dan barang dagangan.
70
Selamat datang para hadirin semuanya. Perkenalkan
aku mulai bercerita. Ceritaku ini tidak, sekali lagi,
tidak terjadi di Indonesia. Jadi jangan terlalu tegang
menyensor cerita. Lebih dahulu aku meminta maaf
sebesar-besarnya akan sindiran-sindiran yang
disengaja maupun yang seakan-akan tidak disengaja.
Soalnya sindiran itu tidak melanggar undang-undang
dan menjadi bumbu yang sehat untuk pergaulan.
Sekarang ceritanya adalah sebuah kerajaan, Astinam
namanya. letaknya di dalam khayalan, kerajaan ini
berada di sebelah selatan Negeri Prasangka. di sebelah
barat Negeri Fantasi dan berbatasan dengan Laut Ada-
Ada Saja. pendeknya letaknya strategis.
Kerajaan Astinam diperintah oleh seorang Ratu. Ia
memerintah didampingi oleh Perdana Menteri dan
kabinetnya. disamping itu, kerajaan ini juga punya
parlemen dan undang-undang dasar. Maksudnya,
kerajaan itu bersifat demokratis. saya ini rakyat
Astinam. Nama saya.. Gak usah ya... dikasih nama
nanti minta alamat lagi!
Kembali lagi ke cerita cerita ini adalah cerita
pergaulan orang-orang tidak bisa hidup sendiri, harus
bergaul dengan orang-orang lain, dan pergaulan antar
manusia itu kadang bersifat adil, kadang bersifat tidak
adil. Ini yang mau dikisahkan.
71
Syahdan, dan di tanah seberang, di negeri-negeri
para raksasa, maksud saya di Eropa dan Amerika, ya
di Jepang juga, kehidupan agak lain di sana.
Di sini Negeri pertanian, kaya akan hasil bumi dan
barang tambang. disana Negeri industri kaya akan
uang modal dan mesin-mesin yang menghasilkan
barang dagangan. Perbedaan itu akan nyata bila kita
lihat dalam bentuk-bentuk adegan adegan, dan
selanjutnya kita lihat juga Bagaimana sifat pergaulan
antar mereka.
b. Konflik
Konflik dalam dalam naskah drama Kisah Perjuangan
Suku Naga dimulai sejak munculnya berita tentang
pembangunan kota pertambangan di Bukit Saloka. Hal
tersebut terdengan sampai kepada Ratu.
Ratu : Apa ini!
Perdana Menteri : Tenanglah Sri Ratu, media
semacam ini tidak akan berbuat banyak.
Ratu : Apa katamu? tidak bisa berbuat banyak? orang-
orang UNESCO sudah mulai nyindir-nyindir program
kita ini! tidak bisa berbuat banyak katamu? setidak-
tidaknya bluderku sudah mulai kumat lagi.
72
Srenggi : Maaf Sri Ratu kami tidak pernah lalai semua
koran dan majalah luar negeri yang memuat mengenai
perjuangan suku naga sudah saya blokir. nomor-nomor
yang memuat perjuangan itu sudah saya suruh Sita.
anak buah anak buah saya telah mengguntingi bagian-
bagiannya yang gawat lalu dibakar. sedangkan sisanya
mereka jual sebagai kiloan.
Perdana Menteri : Cerdas Sekali
c. Komplikasi
Komplikasi yaitu dimana kondisi meulai merumit.
Setelah munculnya konflik, muncul masalah yang mana
Suku Naga tidak menginginkan tawaran dari Menteri
Pertambangan yaitu kebudayaan Suku Naga dijadkan
Pariwisata.
Abisavam : Apa yang saudara senangi dari kami?
Menteri Pertambangan : Saya senang tarian-tarian
saudara, saya senang bentuk rumah rumah saudara,
Saya senang bentuk kebudayaan dan kepribadian Suku
Naga.
Abisavam : tapi semuanya itu akan lenyap begitu desa
ini diubah menjadi kota pertambangan.
73
Menteri Pertambangan : Tidak perlu lenyap! waduh,
jangan sampai lenyap. semua itu bisa diselamatkan.
Coba bayangkan, di kota pertambangan yang penuh
dengan gedung-gedung modern Akan terdapat di situ,
kuburan kuburan kuno, rumah adat yang lengkap
dengan peralatan upacara dan lain sebagainya. Telaga
keramat, tempat-tempat ibadah, pohon keramat,
semuanya akan kita upgrade, supaya bisa dinikmati
oleh orang banyak, menjadi unggulan pariwisata.
d. Krisis
Persoalan mencapai puncaknya ketika kedatangan
Ketua Parlemen tidak disambut baik oleh Suku Naga
karena dianggap menekan dengan membawa tentara.
Ketua Parlemen : Iya, saya ketua parlemen.
Abisavam : Wakil rakyat?
Ketua Parlemen : Oh, iya… sudah dilantik.
Abisavam : Dandananya kok begitu
Ketua Parlemen : Maaf?
74
Abisavam : Saya tadi juga saudara duta dari Eropa.
Ketua Parlemen : Saya datang untuk meninjau.
Abisavam : Kok bawa tentara?
Ketua Parlemen : Sekedar teman seperjalanan.
e. Resolusi
Mulai ada titik penyelesaian. Mr. Joe merencanakan
untuk menuduh anak kepala suku melakukan subversi.
Mr. Joe : Anak kepala suku itu baru saja pulang dari
negeri kita. Tetapi dia malah makin lebih dekat dengan
lingkungannya. Iya tidak memerlukan gitar listrik, air
conditioning, atau kakus porselen. Iya Malah berbicara
tentang polusi dan pentingnya para arsitek untuk
memikirkan sistem ventilasi yang lebih baik.
Sebagaimana yang telah dirintis oleh para arsitek dari
Spanyol dan Portugis di abad 17 yang kemudian
dikembangkan oleh para arsitek dari Belanda di abad
19 di daerah jajahan mereka di negeri tropis.
Boss : Usahakan saja supaya dia diangkat menjadi
dirjen umpamanya.
75
Mr. Joe : Ia tidak ingin menjadi pembesar ia ingin
menjadi pemimpin.
Boss : Kasih saja dia massa. Suruhlah dia untuk
membikin organisasi massa. Lalu jatuhkan dia
melewati Pengurus organisasi itu sendiri atau
doronglah dia untuk memimpin demonstrasi massa,
ya... ya membakar toko-toko... dan kemudian kamu
bisa menyuruh orang lain untuk membuat kekacauan,
dan nantinya, pemimpinnya lah yang akan ditangkap
sebagai pengacau.
Mr. Joe :Ttidak bisa jalan Boss. Ia tidak suka
berorganisasi, dia tidak suka massa. Ia membenci
Anarki dan kekacauan, ya malah melatih disiplin diri
dengan meditasi meditasi, keuletan bekerja dan
keberanian melahirkan pikiran. Jalan satu-satunya
untuk menyingkirkan dia adalah…
Boss : Apa?
Mr. Joe :Menuduh dia melakukan subversi.
f. Keputusan
76
The Big Boss meminta Mr. Joe untuk melobi Ratu
agar mengusir wartawan luar negeri bernama Carlos yang
tinggal bersama Suku Naga.
Carlos : Jangan berlebihan. Saudara-saudaraku Suku
Naga, terima kasih untuk kehangatan ini. Mereka telah
mengusirku. Aku akan pergi, tetapi perjuangan kita
bersama-sama, tidak akan berhenti di sini. Justru di
luar negeri saya akan lebih banyak menulis tentang
perjuangan saudara-saudara. Nilai-nilai yang kita
perjuangkan akan terpahat di langit, akan terpahat di
bumi, tercetak di koran koran, dan akan disiarkan di
radio juga di televisi bahkan akan tersebar dari mulut
ke mulut.
3. Struktur Mikro
a. Semantik
1) Latar
Dalam naskah drama Kisah Perjuangan Suku
Naga bahwa penulis mengarahkan pada penonton
atau pembaca melihat kondisi bagaimana sebuah
sebuah praktek kekuasaan dalam tatanan negara.
Dialog dialog yang menggambarkan kekuasaan
pemerintahan terhadap rakyatnya tergambar sejak
awal naskah. Ratu sebagai menentu keputusan
menggunakan kekasaannya tersebut untuk
77
kepentingan pribadinya tergambar dalam babak
Jejer Astinampuram, Ratu mau melancarkan
perusahaan manapun yang ingin menanamkan
modal di negara Astinam dengan persyaratan mau
memberi pinjaman dan komisi.
Hal tersebut berimbas pada rakyat suku naga
yang terkena dampak atas represifnya pemerintah
Astinam untuk melancarkan pembangunan yang
telah disepakati Ratu dengan Big Boss tanpa
mendengar masukan rakyatnya.
2) Detil
Elemen ini berkaitan dengan kontrol informasi
yang ditampilan seseorang. Komunikator
menyampaikan informasi yang berlebihan,
menguntungkan dirinya atau citra yang baik.
Begitu pun sebaliknya.73
Srenggi : Saudara-saudara, untuk
mengamankan jalannya pembangunan, kita
harus membuat undang-undang yang
menyatakan bahwa menjelang parlemen
mengesahkan rencana pembangunan 4 tahun
maka tidak boleh ada suara-suara negatif yang
berusaha mempengaruhi jalannya persidangan.
73
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 238
78
B : Apakah yang disebut suara-suara negatif.
Srenggi : Luas...luas…!!!
Ketua Parlemen : Pendeknya, yang subversif.
Detil yang hendak disampaikan penulis naskah
adalah pemerintah menggunakan segala cara untuk
dapat merealisasikan pembangunan tersebut.
Dengan kekuasaannya sebagai pejabat
pemerintahan bersepakat membuat undang-undang
untuk kepentingan lancarnya pembangunan.
3) Maksud
Hampir serupa dengan detil, elemen maksud
melihat informasi yang menguntungkan
komunikator akan diuraikan secara eksplisit dan
jelas. Contoh dalam berita, tujuan akhirnya adalah
public hanya mengonsumsi informasi yang
menguntungkan komunikator.74
Abisavam : Apa yang saudara senangi dari kami?
Menteri Pertambangan : Saya senang tarian-
tarian saudara, saya senang bentuk rumah
rumah saudara, Saya senang bentuk
kebudayaan dan kepribadian Suku Naga.
74
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 240.
79
Abisavam : tapi semuanya itu akan lenyap
begitu desa ini diubah menjadi kota
pertambangan.
Menteri Pertambangan : Tidak perlu lenyap!
waduh, jangan sampai lenyap. semua itu bisa
diselamatkan. Coba bayangkan, di kota
pertambangan yang penuh dengan gedung-
gedung modern Akan terdapat di situ, kuburan
kuburan kuno, rumah adat yang lengkap
dengan peralatan upacara dan lain sebagainya.
Telaga keramat, tempat-tempat ibadah, pohon
keramat, semuanya akan kita upgrade, supaya
bisa dinikmati oleh orang banyak, menjadi
unggulan pariwisata.
Menurut Abisavam desa akan lenyap karena
segala aspek kebudayaan Suku naga akan hilang.
Menjadikan pariwisata itu bukan budaya
seutuhnya. Makanya segalanya akan lenyap ketika
diubah menjadi kota bertambangan.
4) Praanggapan
Praanggapan merupakan pernyataan yang
digunakan untuk mendukung makna suatu teks.
Kalau latar belakang upaya mendukung pendapat
80
dengan jalan memberi latar belakang, praanggapan
adalah upaya untuk memberikan premis yang
dipercaya kebenarannya.
Dalam naskah drama Kisah perjuangan Suku
Naga babak kesaksian surat surat kabar asing
Ketua parlemen mengunjungi Abisavam sebagai
ketua suku di Desa suku Naga. Kunjungannya pun
membawa tentara. Pemerintah secara terang
terangan represif kepada rakyatnya. Yang
seharusnya parlemen sebagai wakil rakyat menjadi
pengarahan terhadap rakyat.
b. Sintaksis
1) Koherensi
Koherensi merupakan kaitan antar kata atau
kalimat dalam teks. Fakta yang sama sekali tidak
sama dapat di hubungkan sehingga tampak
koheren. Dengan penambahan kongjungsi
sehingga fakta tersebut dapat berkaitan. Kata
hubung seperti, kausal (sebab akibat), hubungan
keadaan, waktu, kondisi, dan sebagainya.75
Pada naskah Drama Kisah Perjuanan Suku
Naga babak Koor parlemen dapat diliha bentuk
koherensi yang menampilkan dialog Srenggi
sebagai Menteri Keamanan Astinam.
75
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 242.
81
Srenggi : Saudara-saudara, untuk
mengamankan jalannya pembangunan, kita
harus membuat undang-undang yang
menyatakan bahwa menjelang parlemen
mengesahkan rencana pembangunan 4 tahun
maka tidak boleh ada suara-suara negatif yang
berusaha mempengaruhi jalannya persidangan.
Kalimat di atas menggunakan kata hubung
“maka”. Proposisi “Saudara-saudara, untuk
mengamankan jalannya pembangunan, kita harus
membuat undang-undang yang menyatakan
bahwa menjelang parlemen mengesahkan rencana
pembangunan 4 tahun” dan “tidak boleh ada
suara-suara negatif yang berusaha mempengaruhi
jalannya persidangan”. Tetapi dengan
menggunakan kata hubung “maka” dua hal
tersebut menjadi tampak koheren dan saling
menguatkan satu sama lain.
2) Bentuk Kalimat
Bentuk kalimat adalah segi sintaksis yang
berhubungan dengan cara berpikir logis, yaitu
prinsip kausalitas. Bentuk kalimat bukan hanya
persoalan teknis kebenaran tata bahasa, tetapi
menentukan makna yang dibentuk oleh susunan
kalimat. Dalam kalimat berstruktur aktif, seseorang
82
menjadi subjek dalam pernyataannya. Begitu juga
sebaliknya. Kalimat berstruktuk pasif, seseorang
menjadi objek.76
Dalam naskah Drama Kisah Perjuangan Suku
Naga babak Jejer Astinampuram dialog antara
Ratu dengan Perdana Menteri menyampaikan
tentang komisi 10% untuk perusahaan manapun
yang mau menanamkan modalnya di Astinam.
Ratu : Permohonan mereka harus diberi
prioritas utama. Asal juga penuh pengertian.
Perdana Menteri : Wah, pengertian Mereka
cukup besar Sri Ratu. Mereka akan
menyediakan 10% dari modal untuk hal-hal
yang tidak terduga, yang pemakaiannya
terserah seluruhnya kepada Sri Ratu, dan
langsung akan dimasukkan ke dalam rekening
bank Sri Ratu di Singapura.
Ratu : Itu bagus.
Kalimat Srenggi diatas menggunakan kalimat
Deduktif. Srenggi melaporkan banyakknya
perusahaan yang mau menamkan modalnya
beserta komisi 10% yang penggunaannya
bebas terserah Ratu.
76
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 251.
83
3) Kata Ganti
Kata ganti. Kata ganti mampu memberitahu
dimana posisi seseorang dalam wacana. dalam
pengungkapan sikap, seseorang dapat
menggunakan kata ganti “saya” atau “kami” yang
menggambarkan bahwa sikap tersebut merupakan
sikap resmi komunikator. Akan tetapi, ketika
memakai kata ganti “kita” menjadikan sikap
tersebut sebagai representasi dari sikap Bersama.
Srenggi : Saudara-saudara, untuk
mengamankan jalannya pembangunan, kita
harus membuat undang-undang yang
menyatakan bahwa menjelang parlemen
mengesahkan rencana pembangunan empat
tahun maka tidak boleh ada suara-suara negatif
yang berusaha mempengaruhi jalannya
persidangan.
Kata ganti “kita” dalam dialog diata
merupakan kata ganti yang mewakili seluruh
pejabat untuk mengamankan jalannya
pembangunan.
Menteri Pertambangan : Maaf Sri Ratu, Saya
memberanikan diri untuk memberi dukungan
pada beliau. pengertian beliau benar-benar
besar! untuk membuktikan bahwa ia benar-
84
benar ahli di bidang pertambangan, ia telah
memilih hasil tambang mulia, untuk
dipersembahkan kepada Sri Ratu. sebuah
Intan...
Kata ganti “beliau” merupakan kata ganti
untuk The Big Boss yang menginginkan untuk
bisa menambang di bukit Saloka.
c. Stilistik
Leksikon ini merupakan elemen Bagaimana
seorang penulis melakukan pemilihan kata atas
berbagai kemungkinan kata yang tersedia. pemilihan
kata tersebut tidak semata hanya kebetulan saja, tetapi
bisa jadi mengandung unsur ideologis yang
menunjukkan Bagaimana pemaknaan seseorang yang
terhadap suatu fakta.77
Dalam dialog Ratu pada babak Jejer
Astinampuram “Permohonan mereka harus diberi
prioritas utama. Asal juga penuh pengertian.” Kata
“permohonan” menggambarkan sifat Ratu yang
angkuh, karena dalam posisi ratu dengan perusahaan
asing saling membutuhkan.
77
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 255.
85
Dalam babak yang lain seperti babak Koor
Parlemen terdapat dialog Srenggi “Saudara-saudara,
untuk mengamankan jalannya pembangunan, kita
harus membuat undang-undang yang menyatakan
bahwa menjelang parlemen mengesahkan rencana
pembangunan empat tahun maka tidak boleh ada
suara-suara negatif yang berusaha mempengaruhi
jalannya persidangan.” Kata “suara-suara negatif”
memiliki arti aktifitas yang mengganggu atau
menghambat jalannya pembangunan. Sehingga disebut
sebagai hal yang negatif.
d. Retoris
1) Grafis
Elemen ini merupakan bagian untuk
memeriksa apa yang ditekankan atau ditonjolkan
oleh seseorang yang dapat diamati dari teks. Ada
beberapa teks yang menonjol dari hasil observasi.
Dialog “Perdana Menteri : Sri Ratu, jalannya
pembangunan harus kita amankan.” dan “Menteri
Pertambangan : Sri Ratu, The Big Boss, begitu
biasa kami panggil teman kami itu. Sangat kagum
dan terpikat pada alam negeri kita. Terdorong
oleh rasa kagumnya itu, Ia telah lama membuat
survei pada hasil hasil tambang kita, sehingga ia
tahu bahwa di bukit Saloka di wilayah kaum Suku
86
Naga ada tambang tembaga yang cukup kaya.
Demi kemajuan negeri kita, Ia akan menanamkan
modalnya yang besar untuk mengaduk tambang
itu. Wah, Mesin mesinnya sungguh modern.”
Keduanya dialog tersebut menggambarkan
Perdana Menteri dan Menteri Pertambangan
merayu Ratu agar mengikuti kemauan mereka.
Karena ketika Ratu menyetujui banyak perusahaan
asing masuk akan menguntungkan untuk Perdana
Menteri dan Menteri Pertambangan.
2) Metafora
Metafora dapat menjadi petunjuk utama
mengerti suatu teks. Karena menyampaikan pesan
bisa menggunakan kiasan. Kiasan atau metafora
digunakan sebagai landasan pikir, alasan
pembenaran atas pendapat atau gagasan tertentu
kepada publik.78
Terlihat dalam dialog berikut ini\
Ketua Parlemen : Iya, saya ketua parlemen.
Abisavam : Wakil rakyat?
Ketua Parlemen : Oh, iya… sudah dilantik.
Abisavam : Dandananya kok begitu
Ketua Parlemen : Maaf?
78
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h. 259.
87
Abisavam : Saya tadi juga saudara duta dari
Eropa.
Ketua Parlemen : Saya datang untuk meninjau.
Abisavam : Kok bawa tentara?
Ketua Parlemen : Sekedar teman seperjalanan.
Unsur metaphor yang terdapat dalam dialog
diatas yaitu “sekedar teman seperjalanan” memiliki
makna bahwa Perdana Menteri dan tentara
memiliki tujuan yang sama dalam kunjungan ke
desa Suku Naga.
B. Kognisi Sosial Naskah Drama Kisah Perjuangan
Suku Naga
Menurut Van Dijk bahwa analisis kognisi sosial
memusatkan perhatian pada struktur mental, proses
pemaknaan, dan mental komunikator dalam memahami
sebuah fenomena dari proses produksi teks.79
Kisah Perjuangan Suku Naga merupakan karya Rendra
yang dilahirkan dari berbagai hasil wawancara yang dilakukan
oleh Rendra dan juga oleh anak-anak Bengkel Teater Yogya,
dengan pemimpin-pemimpin desa, petani, ibu-ibu desa, anak-
anak kecil, anak-anak desa yang sekolah di kota, ditambah
lagi dengan pengendara-pegendara Honda, Yamaha yang
79
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. h. 266-267
88
membeli kendaraannya dari hasil panen atau jual tanah di
desa, dan wawancara-wawancara lainnya.80
Hal tersebut selaras dengan wawancara yang dilakukan
dengan Ken Zuraida selaku sebagai murid bengkel kala itu
“Rendra itu memunguti data dengan telaten mulai tahun 69
(1969). Memunguti data di dalam sistem kemasyarakatan
kita”.81
Ada di beberapa wilayah dilakukannya tempat
wawancara untuk menggali data yaitu Yogyakarta,
Mojokerto, dan Banjarnegara.
Seorang pemuda Jerman bertamu ke rumah Rendra
mengatakan “Peradaban kami dalam krisis. Hampir-hampir
taka da harapan lagi. Hidup kami terlalu dikuasai oleh mesin.
Sistem Pendidikan kami sungguh celaka. Setiap anggota
masyarakat dipersiapkan untuk menjadi skrup, gir, atau gotri,
sehingga bisa cocok untuk mesin-mesin industrialisasi. Kami
tau mau ini. Kami tak mau dididik untuk menjadi skrup dari
sebuah mesin. Kami ingin jadi manusia”.82
Terlihat dalam
naskah Kisah Perjuangan Suku Naga babak Koor Mesin.
Dalang : Ayo mesin, tunjukkan kerjamu
Koor : Siiip…
Bam bam bam
Gedebam gedebam gedebam
80
Edi Haryono & Bela Studio, “Menonton Bengkel Teater Rendra”,
(Yogyakarta: Kepel Press, 2005), h. 1007. 81
Wawancara pribadi dengan Ken Zuraida, Murid bengkel Teater Yogya
dan istri Rendra, Rabu, 6 November 2019. 82
Rendra, “Mempertimbangkan Tradisi”, (Jakarta: Gramedia, 1983)
89
Kami kerja siang malam
Tanpa lelah tanpa pejam
Bam bim bum
Jas jis jos, jas jis jos
Gudang penuh, gudang untung
Hasil banyak tapi bingung
Kiprak kiprak kiprak,
Getar getar getar
Kami bisa jual murah
Kami butuh pasar lebar
Dalang : Selebar apa?
Koor: Kerja cepat pasar lebar
Barang urah jauh perginya
Dalang : Astaga, bisa bisa ia minta selebar dunia.
Dalam potongan babak diatas merupakan penggambaran
mesin negara industri yang fokus dengan barang dagangannya
dan membutuhkan pasar untuk menjualnya. Rendra
mengkritik sistem pemerintahan yang memanfaatkan
kekuasaannya untuk kepentingan pribadi bejabat.
Perdana Menteri : Wah, pengertian Mereka cukup besar
Sri Ratu. Mereka akan menyediakan 10% dari modal
untuk hal-hal yang tidak terduga, yang pemakaiannya
terserah seluruhnya kepada Sri Ratu, dan langsung akan
dimasukkan ke dalam rekening bank Sri Ratu di
Singapura.
90
C. Konteks Sosial Naskah Drama Kisah Perjuangan
Suku Naga
Konteks sosial mempelajari bangunan wacana yang
berkembang dalam masyarakat. Van Dijk mengatakan
bahwa di dalam menganalisis mengenai masyarakat ini ada
dua poin penting: kekuasaan (power) dan akses (acces).
Van Dijk mendefinisikan praktik kekuasaan sebagai
kepemilikan yang dimiliki oleh suatu kelompok untuk
mengontrol kelompok lain. Kekuasaan ini umumnya
didasarkan pada kepemilikan atas sumber-sumber yang
bernilai seperti uang, status, dan pengetahuan.83
Naskah drama Kisah Perjuangan Suku Naga berisi
kritikan dan sindiran yang tajam mengenai korupsi,
bantuan modal asing, dan eksplorasi lahan. Walaupun
bentuk kerajaan yang dipimpin oleh Ratu, sistem
pemerintahannya menggunakan demokrasi. Kritik
penyalahgunaan kekuasaan oleh pemerintahan sangat
tajam dalam naskah.
Carlos : Laporan dari negeri Astinam.
Perusahaan The Big Boss telah melakukan joint
venture dengan sebuah perusahaan negara Astinam,
untuk mengerjakan penggalian dan pengolahan
tambang tembaga di bukit Saloka, di dekat desa Suku
83
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. h. 271-272
91
Naga. pemerintah Astinam, akan mengosongkan Desa
Suku Naga dan akan mengubahnya menjadi kota
pertambangan, lengkap dengan perumahan-perumahan
tempat untuk para pekerja tambang, tempat-tempat
hiburan, masjid, gereja, lahan parkir, bengkel, pabrik
pengolahan, gudang tempat, dan sebagainya. Hal ini
berarti lenyapnya tempat-tempat ibadah para Suku
Naga. tempat-tempat keramat mereka akan dinodai.
rumah-rumah adat mereka akan disingkirkan. ini
berarti bahwa demi keuntungan yang akhirnya akan
dipakai secara tidak merata, satu kebudayaan dan
agama golongan minoritas akan didesak dan
dilenyapkan. tembaga, yang pengolahannya di pabrik
itu memerlukan banyak acid, akan menyebabkan
polusi dan akhirnya bisa merubah Desa suku naga
menjadi padang pasir. Contoh yang nyata dari
kelengahan semacam ini sudah ada. Lihatlah Copper
Basin di Tennesse, Amerika Serikat. Sekarang
menjadi padang pasir, dahulu hutan yang lebat . Inilah
akibat polusi Acid yang ditimbulkan oleh pabrik
tembaga mereka, sebab mereka membuang kotoran
pabrik itu seenaknya. Kerusakan alam selalu dimulai
dengan kerusakan rumputan dan semak belukar. Lalu
lenyapnya serangga, ikan disungai, dan binatang-
binatang kecil lainnya yang sebenarnya merupakan
perantara di dalam proses peremajaan alam. Dari
92
kerusakan kecil-kecil ini akan sampai pada kerusakan
hutan. Tanpa zaat hijau daun yang dimiliki oleh hutan-
hutan, pemurnian udara akan berkurang. Bumi, air,
dan udara akan kotor. Sehingga akhirnya manusia
akan menderita juga. Tindakan mengejar keuntungan
dengan mengorbankan alam dan peradaban ini, pada
hakikatnya bukan pembangunan melainkan perusakan.
Hal ini tidak boleh dibiarkan, peradaban Suku Naga
lebih matang dan dewasa daripada peradaban yang
akan dipaksakan kepada mereka.
Drama Kisah Perjuangan Suku Naga sebagai kritik atas
kondisi yang terjadi di Indonesia pada zaman pemerintahan
Soeharto. Langkah Presiden Soeharto dalam merubah
kebijakan-kebijakan ekonomi untuk mempermudah modal
asing masuk dengan bergabung kembali dengan IMF,
Persatuaan Bangsa-Bangsa, dan Bank Dunia. Hal ini memulai
aliran bantuan keuangan dan bantuan asing dari negara-negara
Barat dan Jepang masuk ke Indonesia.
Selain menanggung utang, Indonesia harus menanggung
kesepakatan-kesepatan yang terjadi. Pengakuan John Perkins,
Ia tiba di Indonesia pada tahun 1971, tujuan kebijakan AS
(Amerika Serikat) sudah jelas, yaitu menghentikan
komunisme dan mendukung sang presiden. Berharap Soeharto
melayani Washington seperti halnya Shah Iran. Kedua orang
itu serupa tamak, angkuh, dan bengis. Selain mendambakan
93
minyaknya, AS menjadikan Indonesia sebagai contoh bagi
negara-negara di Asia lainnya.84
John Perkins berprofesi
sebagai bandit ekonomi.
Berbagai macam industri masuk ke Indonesia.
Melansir catatan USAID/Indonesia, dalam periode 1967
hingga 1971 saja, pemerintah Indonesia sudah membuka pintu
untuk 428 investor asing dengan total nilai investasi mencapai
US$ 1,6 miliar, di luar sektor minyak bumi.85
Disisi lain,
karena masuknya modal asing, tumbuh berbagai industri yang
mempengaruhi gaya hidup dan pola pikir masyarakat. Disisi
lain, masa pembangunan terjadi seperti kasus Kedung Ombo
Jawa Tengah dan kasus Sampang Madura alasan pemerintah
membangun Bendungan Kedung Ombo untuk mengairi lahan
non produktif di sekitar daerah itu artinya pembangunan yang
didanai Bank Dunia itu ditujukan untuk kepentingan rakyat.
Gejolak yang terjadi kemudian lebih disebabkan kan oleh cara
penanganan proses pembebasan tanah di samping tidak
mempertimbangkan secara matang aspek-aspek sosial dan
budaya masyarakat setempat. 86
84
John Perkins, Pengakuan Bandit Ekonomi, (Jakarta: Ufuk Press, 2007)
h. 6. 85
Danang Sugianto.”Investasi Asing Mengalir ke RI Sejak Era Orde
Baru”. Detik Finance. https://finance.detik.com/berita-ekonomi-
bisnis/d-4310869/investasi-asing-mengalir-ke-ri-sejak-era-orde-baru
(Diakses pada tanggal 9 November 2019). 86
M. Yoesoef, “Sastra dan Kekuasaan” (Jakarta: Wedatama Widya
Sastra, 2007), h. 71.
94
95
BAB VI
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis dapat
disimpulkan bahwa wacana kekuasaan pada naskah Drama
Kisah Perjuangan Suku Naga sebagai berikut:
1. Teks
Dilihat dari segi teks pada naskah drama, penulis
menyimpulkan:
a. Struktur Makro
Tema besar yang terdapat pada naskah Drama
Kisah Perjuangan Suku Naga mengenai Pemerintahan
Astinam yang korup dan berkolusi, mulai dari Ratu,
Perdana Menteri, Srenggi dan jajaran parlemen. Demi
melancarkan aksinya dengan memanfaatkan
kekuasaan sebagai pejabat. Disetiap babak terdapat
sub tema yang menjadi bagian dari keseluruhan
naskah.
Diawali dengan pengenalan mesin mesin negara
indrustri yang mau menjual barang dagangan dan
mampu meminjamkan uang, hal tersebut dilakukan
oleh para duta besar tiap negara. Astinam sebagai
negara berkembang menjadi peminjam modal. Suku
Naga adalah rakyat Astinam, yang penghidupannya
dari alam sekitar sebagai petani. Dengan begitu sangat
menjaga alam untuk keseimbangan. Saat Suku Naga
96
mendengar bahwa desanya akan dijadikan kota
pertambangan, Suku Naga melalui Carlo melakukan
perlawanan dengan merilis berita tentang dampak
kerusakan yang akan terjadi. Hingga Ratu harus
melakukan represif kepada Suku Naga dan Carlos.
b. Superstruktur
Superstruktur atau tematik merupakan skema alur
dari awal hingga akhir cerita. dalam kisah perjuangan
suku naga terdapat lima tahapan yaitu dimulai dengan
eksposisi disampaikan oleh dalang.
Dalang memperkenalkan antara Pemerintahan
Astinam, suku naga, dan negara-negara Tetangga.
dijelaskan bagaimana perbedaan antara Astinam
negara yang kaya akan sumber daya alam ditinggali
oleh rakyat seperti suku naga yang sangat menjaga
keseimbangan alam dan negara lain yang kaya akan
modal, mesin, barang dagangan. Masuklah ke alur
konflik saat munculnya berita kata-kata tentang
pembangunan kota pertambangan di bukit Saloka yang
ditulis oleh Carlos teman dari abiwara anak kepala
suku naga. berita tersebut sampai kepada Ratu. Pada
tahap berikutnya komplikasi yaitu dimana kondisi
mulai merumit. pemerintahan Astinam menggunakan
koersif power agar pembangunan kota bisa berjalan
lancar dengan memblokir semua koran, majalah yang
memuat berita tersebut agar tidak tersebar luas. Pada
97
tahap krisis yaitu menteri pertambangan mencoba
melobi kepala suku naga dengan reward power
memberikan gambaran rencana kota
pertambangan yang di dalamnya akan ada pariwisata
mengenai kebudayaan suku naga. akan tetapi kepala
suku menolak. Krisis. Berlanjut hingga kedatangan
ketua parlemen dengan membawa tentara mendatangi
kepala suku naga. Meskipun begitu kepala suku naga
abisavam tetap menolak kalau Desa suku naga harus
dijadikan kota pertambangan. dalam resolusi, Boss
sebagai pengusaha yang telah melihat potensi
kekayaan alam di bukit Saloka tempat Desa suku naga
tinggal tidak menyerah untuk bisa menambang di
bukit tersebut. Mr Joe sebagai tangan kanan Boss
Berencana untuk menuduh anak kepala suku
melakukan subversi dan meminta Ratu untuk
mengusir Carlos wartawan dari luar negeri yang
tinggal di desa suku naga.
c. Struktur Micro
Struktur mikro merupakan penjelasan lebih
mendalam mengenai teks yang terdiri dari
semantik, sintaksis, stilistik, dan retoris. Pada point
semantik, penulis menitiberatkan pada kejadian-
kejadian pemerintah menggunakan
kekuasaannya dalam menjalankan roda pemerintahan.
98
Bagaimana terlihan kekuasaan koersif yang digunakan
pemerintah Astinam dalam melancarkan
pembangunan kota pertambangan. Selanjutnya yaitu
sintaksis. sintaksis berisi koherensi, bentuk kalimat,
dan kata ganti. koherensi dan kata ganti yang dipakai
oleh penulis naskah drama lebih banyak menggunakan
dan, Kita, dan kami. Selain itu ada pula kata ganti
yang bersifat ambigu yaitu saudara. selanjutnya yaitu
stilistik. Stilidtik atau gaya bahasa yang dipakai dalam
naskah drama ini ini berupa bahasa Indonesia. Selain
itu banyak terdapat gaya bahasa sindiran dan
perumpamaan. kemudian yang terakhir yaitu elemen
retoris di mana Naskah drama ini menonjolkan
pergaulan pejabat astinam seperti Srenggi dan Perdana
Menteri merayu Ratu agar mengikuti kemauan
mereka. Karena ketika Ratu menyetujui banyak
perusahaan asing masuk akan menguntungkan untuk
Perdana Menteri dan Menteri Pertambangan juga.
2. Kognisi Sosial
Naskah drama ini digunakan sebagai sindiran
sekaligus kritik terhadap pemerintahan yang melakukan
korupsi kolusi menghancur peradaban kebudayaan dan
lingkungan. Dalam naskah Rendra yang lain yang juga
mengkritik tentang kekuasaan pemerintah seperti di
naskah Panembahan Reso.
99
3. Konteks Sosial
Naskah drama ini dibuat karena melihat kondisi
Indonesia sampai sebelum tahun 1975. kebijakan-
kebijakan yang dilakukan masa pemerintahan Soeharto
menimbulkan keresahan karena semenjak
diberlakukannya dwifungsi ABRI, banyak pejabat yang
menangani kasus sipil dengan cara represif.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis
dapat disimpulkan menjadi implikasi teoritis dan implikasi
praktis:
1. implikasi teoritis
Implikasi teoritis berhubungan dengan kontribusi teori
wacana dalam membahas sejarah atau kejadian penting yang
pernah terjadi pada masa lalu. selain itu juga diharapkan
implikasi teoritis dalam penelitian dapat mengembangkan
analisis wacana menjadi diskusi ilmu yang lebih tajam dan
mendalam dalam membahas sebuah masalah.
2. implikasi praktis
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan peran untuk
penelitian selanjutnya khususnya mengenai wacana yang
berhubungan dengan sastra dan sejarah.
100
C. Saran
Berdasarkan hasil penemuan dan penelitian yang
dilakukan oleh penulis penulis ingin memberikan saran
sebagai berikut:
1. untuk Almarhum Rendra, semoga naskah ini tidak
relevan di masa penelitian ini dibuat.
2. kepada seluruh pembaca tulisan ini agar dapat
mempelajari setiap hal positif yang timbul dari
tersusunnya tulisan ini dan mampu menggali
informasi lebih dalam lagi mengenai sastra dan
sejarah.
101
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Anggito, Albi & Johan Setiawan. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Sukabumi: Jejak, 2018.
Badara, Aris. Analisis Wacana: Teori, Metode, Dan
Penerapannya Pada Wacana Media. Jakarta:
Kencana, 2012.
Budiarjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2008.
Bungin, Muhammad Burhan. Sosiologi Komunikasi: Teori,
Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di
Masyarakat. Jakarta: Kencana, 2011.
Emzir, dkk. Tentang Sastra : Orkestrasi Teori dan
Pembelajarannya. Yogyakarta: Garudhawaca, 2018.
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media.
Jakarta: LKiS, 2017.
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan
Praktek. Jakarta: Bumi Aksara, 2013.
Haryono, Edi & Bela Studio. Menonton Bengkel Teater
Rendra. Yogyakarta: Kepel Press, 2005.
Jurdi, Syarifuddin. Sosiologi Islam dan Masyarakat Modern:
Teori, Fakta, dan Aksi Sosial. Jakarta: Kencana,
2010.
M Yoesoef. Sastra dan Kekuasaan: Pembicaraan atas
Drama-Drama Karya WS. Rendra. Jakarta:
Wedatama Widya Sastra, 2007.
102
Mulyana, Deddy. Kajian Wacana: Teori Metode, Aplikasi,
dan Prinsip Prinsip Analisis Wacana. Yogyakarta:
Tiara Wacana, 2005.
Perkins, John. Pengakuan Bandit Ekonomi. Jakarta: Ufuk
Press, 2007.
Rendra. Mempertimbangkan Tradisi. Jakarta: Gramedia,
1983.
Rendra. Panembahan Reso. Malang: Sava Media, 2004.
Rendra. Seni Drama Untuk Remaja. Bandung: Pustaka Jaya,
2013.
Sagala, Syaiful. Pendekatan dan model kepemimpinan.
Jakarta: Kencana, 2018.
Satoto, Soediro. Analisis Drama dan Teater. Yogyakarta:
Penerbit Ombak, 2016.
Sobur, Alex. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk
Analisis Wacana, Analisis Semiotik, Dan Analisis
Framing. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015.
Wiyanto, Asul. Terampil Bermain Drama. Jakarta: Grasindo
2004.
Website
Biografi.id. Biografi W.S. Rendra. http://biografi.id/biografi-
w-s-rendra/. Diakses pada tanggal 9 November 2019.
Dpr.go.id. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9
Tahun 1998 Tentang Kemerdekaan Menyampaikan
Pendapat Di Muka Umum.
http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/467.pdf.
Diakses pada 27 Oktober 2019.
103
Isnaeni, Hendri F. Kisah Si Burung Merak Masuk Islam.
Historia.
https://www.google.com/amp/s/historia.id/amp/agam
a/articles/kisah-si-burung-merak-masuk-islam-
DEZx4. Diakses pada tanggal 9 November 2019.
Kbbi Daring. Analisis.
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/analisis. Diakses
pada tanggal 28 Oktober 2019.
Kbbi Daring. Kekuasaan.
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/kekuasaan.
Diakses pada tanggal 7 Januari 2020.
Sugianto, Danang. Investasi Asing Mengalir ke RI Sejak Era
Orde Baru. Detik Finance.
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-
4310869/investasi-asing-mengalir-ke-ri-sejak-era-
orde-baru . Diakses pada tanggal 9 November 2019.
Sumarni, Ratna. 17 Jenis-Jenis Drama-Pengertian, Unsur,
Struktur dan Contohnya. Dosenbahasa.com.
https://dosenbahasa.com/jenis-jenis-drama. Diakses
pada tanggal 7 Januari 2020.
Qur‟an Kemenag. Quran.kemenag.go.id.
https://quran.kemenag.go.id/sura/3. Diakses pada
hari Kamis, 10 Juli 2020.
Qur‟an Kemenag. Quran.kemenag.go.id.
https://quran.kemenag.go.id/sura/4/58. Diakses pada
hari Kamis, 10 Juli 2020.
Jurnal
Mubarok, Zaky. Kajian Ekokritik Pada Naskah Drama Kisah
Perjuangan Suku Naga Karya Rendra, Volume 5
104
Nomor 2 Desember 2017, diterbitkan Prodi Sastra
Indonesia, Universitas Pamulang.
Skripsi
Wildah. Analisis Isi Pesan Dakwah Dalam Naskah Drama
Qasidah Banzanji Karya W.S. Rendra. Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. 2011.
Yanuarti , Rizki. Analisis Semiotik Pesan Moral Non Verbal
Melalui Teater dalam Pertunjukan Bib Bob Karya
W.S. Rendra. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2018.
Gitakassum, Gasa. Kisah Perjuangan Suku Naga Karya W.S.
Rendra: Tinjauan Semiotika Riffterre. Fakultas
Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada. 2014.
105
Lampiran Hasil Wawancara
Narasumber : Ken Zuraida
Hari/Tanggal : Rabu, 6 November 2019
Tempat : Bengkel Teater Rendra, Jl. Raya Cipayung
Jaya No.55, Cipayung Jaya, Kec. Cipayung,
Kota Depok, Jawa Barat 16437
1. Bagaimana latar belakang pembuatan Kisah
Perjuangan Suku Naga?
Kalau data masuk sudah bertahun-tahun sebelumnya,
dicicil gitu ya. Rendra itu memunguti data dengan telaten
mulai tahun 69 (1969). Memunguti data di dalam sistem
kemasyarakatan kita. Orangnya kan sangat telaten. Sangat
telaten. Dia kesana disangkanya ya sekedar penulis seniman
gitu aja. Trigernya adalah mulai secara terang terangan
pemerintahan orde baru itu melakukan banyak kebijakan akhir
repelita satu. Tengah tengah, setelah repelita satu. Mulai ada
represif, sensorsif, mulai aneh gitu ya seperti itu, pengledahan
buku gitu gitu.
Trigernya waktu itu banyak orang asing di Jogja ahli
ekonomi, ahli sosiologi, ahli antropologi, ahli kesehatan,
dokter semua kaitannya dengan PBB. Unicef, unesco. Ada
satu orang diantara mereka max laine ahli ekonomi dari
asutralia, membicarakan resesi dunia. Resesi pertama, resesi
106
kedua dua duanya menyebaban perang imperialis. Terus
terbukak kita. Terus ada temen wartawan tidak bisa masuk ke
Indonesia. Dari Afrika Selatan tapi berangkat dari Australia.
Nggak welcome ke Indonesia karena pernah mengkritik
tentang pembangunan kita. waktu itu mulai diteguhkan
dwifungsi ABRI. Membabi buta dwifungsi ini, membabi-buta
Kamu tidak bisa membayangkan betapa yang saya katakan
membabi buta itu. makanya ada dialog di Suku naga kan kok
bawa tentara, menteri turun nih ke daerah kok bawa tentara
karena dia juga tentara tetapi sudah dikaryakan, di dwifungsi
kan.ini kritik Rendra bagai bagaimana militer memasuki
wilayah sipil, militer tidak boleh memasuki wilayah sipil
undang-undang internasional. ganjil, di kritiklah dia dengan
baik. Tidak bermaksud menyebut oknum, tetapi sistem bukan
oknum, sistem ini tidak benar. kalau jabatan-jabatan strategis
diduduki tentara wajib dong hukumnya. karena mereka
Bhayangkara dengan Sumpah Prajurit Dan sumpah segala
macam, jadi Conform tidak benar ini sistem. ini
manipulasi.Saya yakin semua angkatan TNI itu bingung kan
ini prerogratif seseorang jenderal digituin kan nggak ada
yang bisa nolak karena hirarkinya begitu. Gagap dong tentara
juga, ujug-ujug jadi Bupati, ujug-ujug jadi menteri, ujug-ujug
jadi ketua MPR kan panik. orang taunya perang, strategi
perang, filsafat perang, Kimia Fisika, disuruh ngurusin
kantor,Kan enggak bisa disalahin kalau enggak bisa Tapi mau
107
protes Namanya komandannya kan gitu Kalau tentara mau
ngomong apa selain menurut.
Itu Rendra mulai menulis detail kejadian di anu,
kejadiannya gini Tentara menangani hal-hal praktis sehari-
hari, dia disumpah dengan disiplin seperti itu yang menangani
apa-apa dengan cara tentara hancur dong. bukan Indonesia
dihancurkan tentara, sistem membuat seseorang yang tidak
ahli dibidangnya disuruh menangani itu wajib karena dia
disumpah sebagai Jabatan itu ya hancur dong bukan orang itu
yang salah tapi yang nyuruh gitulah kira-kira. ini kerepotan 1
negara. Lalu Rendra pd pd pd dia lihat, dia suka diundang di
Embassy mana. mulailah ada Ambassador. sementara Dia kan
ke desa juga.tim yang pertama Jogja tim yang kedua di
Mojokerto Jawa Timur, tim yang ketiga di Banjarnegara yang
digali adalah persoalan-persoalan yang di masyarakat.Jogja
saja yang dilindungi Daerah Istimewa aja kayak gitu itu
apalagi yang di bawah provinsi kayak apa ternyata sama.
Bikinlah itu kira-kira.
2. Data yang diperoleh tim?
Cara hidup masyarakatnya seperti apa, nilai apa Nah itu
yang menjadi tulang punggung suku naganya, data yang lain
itu diperoleh di perkotaan. kalau di pedesaan itu pola yang
mengacu pada ada bagaimana nanti menjadi bentuk suku
naganya itu di bukit Wonorejo dekat Pegunungan menoreh,
jogja.
109
top related