anestesi lokal fkuph2011 ppt
Post on 24-Dec-2015
66 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Disusun Oleh :
Silvestri
Andrew Sebastian Geraldyno Paago
ANATOMI RAHANG & GIGI NEUROANATOMICAL FARMAKOLOGI INSTRUMENT PRINCIPLES OF SURGERY
Rasa sakit : suatu sensasi yg tidak menyenangkan yg ditimbulkan oleh rangsangan yg merusak,
sensasi ini diteruskan oleh saraf khusus menuju SSP untuk di interpretasikan sebagai rasa sakit
Rasa sakit ini dianggap menguntungkan karena merupakan: - peringatan adanya bahaya yg merugikan
- mekanisme perlindungan tubuh
Dalam keadaan istirahat pd permukaan membran sel saraf terdapat perbedaan potensial antara anion (Na) di luar sel dg kation (K) didalam sel : resting potential - 70 -90 mv proses ini terjadi karena mekanisme sodium pump; memompa ion-ion Na dari konsentrasi rendah intra sel ke konsentrasi tinggi ekstra sel.
Pada saat sel saraf menerima rangsangan terjadi perubahan permeabilitas membran sel shg terjadi peningkatan difusi ion-ion Na ke dalam sel diikuti ion K keluar sel depolarisasi
Proses ini berlangsung sangat cepat & diteruskan dari node ke node berikutnya sepanjang sel saraf shg terjadi konduksi impuls sampai ke SSP
Konduksi impuls
Membran sel saraf Sodium pump
Blocking AL
1. Menghilangkan faktor penyebab2. Menghambat penghantaran impuls rasa sakit3. Meningkatkan nilai ambang rasa sakit4. Mencegah reaksi sakit dengan depresi korteks5. Metode psikosomatik
Analgesia : hilangnya sensasi rasa sakit tanpa disertai hilangnya kesadaran
Analgesia lokal: hilangnya sensasi rasa sakit pd bagian tertentu dari tubuh tanpa disertai hilangnya kesadaran
Anestesia lokal: hilangnya semua sensasi; rasa sakit, tekan, suhu, fungsi motorik pada suatu daerah tertentu dari tubuh tanpa disertai hilangnya kesadaran
DefinisiAnastesi lokal: suatu metode penanganan rasa sakit
yg bekerja secara lokal dg jalan memblokir penghantaran impuls pd serat saraf ke SSP
Analgesia lokal ≠ anastesi lokal
Anastesi umum: hilangnya sensasi secara menyeluruh disertai hilangnya kesadaran
Anastetikum: bahan/ obat yg digunakan untuk anastesi
1. Panjang serat saraf2. Ukuran serat saraf3. Konsentrasi larutan AL
Untuk hasil yg maksimal larutan AL harus kontak dg serat saraf minimal sepanjang 8-10 mm
Keuntungan AL1. Px masih sadar2. Gangguan fisiologis ↘3. Angka morbiditas ↘4. Px dapat segera pulang
sendiri5. Penerapan AL sederhana,
tanpa asisten6. Biaya murah7. Px tanpa harus puasa
Kerugian AL
1. Px takut berlebihan
2. Terdapat infeksi regio AL
3. Px alergi thd bahan AL
4. Px tidak kooperatif
5. Tindakan bedah besar
6. Terdapat anomali anatomi
Obat AL digolongkan berdasarkan struktur kimianya, hal ini penting dari sudut biotransformasi dan reaksi alergi yg mungkin terjadi, sebab px yg alergi terhadap suatu obat biasanya juga akan alergi terhadap obat lain yg struktur kimianya sama
I Golongan Ester1. Benzoid Acid Ester
a. piperocaineb. meprylcaine
2. Para Amino Acid Estera. tetracaineb. propaxycaine
3. Meta Amino Acid Estera. primacaineb. uncaine
II Golongan Amida a. lidocaine b. mepivacaine c. prylocaine
1. Bekerja secara reversible
2. Tidak mengiritasi jaringan
3. Derajat toksisitasnya rendah
4. mula kerja cepat, lama kerja panjang
5. Efek anastesi baik, tanpa konsentrasi tinggi
6. daya penetrasi baik
7. tidak menimbulkan reaksi alergi
8. Stabil dlm larutan
9. Dapat disterilkan dg panas
Obat ini terbuat dari golongan simpatomimetik, bila diberikan pada organ efektor akan memberi efek yg sama seperti pada rangsangan pd serat saraf simpatik adrenergik postganglionik.
Obat ini bekerja dengan merangsang reseptor alfa yg terdapat pd dinding pembuluh darah yg menyebabkan kontriksi pembuluh darah lokalisir obat AL
Masa kerja AL berbanding langsung dg waktu kontak aktifnya dg saraf, akibatnya tindakan yg dapat melokalisasi obat pd saraf akan memperpanjang waktu AL
Epineprin (adrenalin) 1:50.000-250.000 levarterenol (nor adrenalin;nor epineprin) 1:30.000 levonordefrin (neo-cobefrin) 1:50.000-250.000 Phenylephrine Hcl (neo-synephrine) vasophresin Bp (pitersin) felypressin Ornipressin
Keuntungan pemberian vasokonstriktor
- Mengurangi toksisitas AL- Meningkatkan lama kerja AL- Memerlukan volume kecil larutan AL- Meningkatkan efisiensi AL
Larutan ALLarutan AL Dosis maksimumDosis maksimumo BupivicaineBupivicaineo Bupivicaine-adrenalinBupivicaine-adrenalino EtidocaineEtidocaineo Etidocaine-adrenalinEtidocaine-adrenalino LinguocaineLinguocaineo Linguocaine-adrenalinLinguocaine-adrenalino MepivacaineMepivacaineo Mepivacaine-adrenalinMepivacaine-adrenalino ProlocaineProlocaineo Prolocaine-adrenalinProlocaine-adrenalin
150 mg150 mg
150 mg150 mg
300 mg300 mg
400 mg400 mg
200 mg200 mg
500 mg500 mg
350 mg350 mg
350 mg350 mg
400 mg400 mg
400 mg400 mg
Larutan ALLarutan AL % % MaxMax mlml
ProcaineProcaine 2 – 42 – 4 400 mg400 mg 20 ml20 ml
LidocaineLidocaine 22 300 mg300 mg 15 ml15 ml
MepivacaineMepivacaine 33 300 mg300 mg 15 ml15 ml
PrilocainePrilocaine 44 400 mg400 mg 20 ml20 ml
TetracaineTetracaine 0,250,25 30 Mg30 Mg 1,5 ml1,5 ml
1. Status kardiovaskular
2. Sistem respiratorik
3. Sistem neurologik
4. Defisiensi metabolik
5. Ketidak seimbangan endokrin
6. Manifestasi alergi
7. Kelainan hematologi
Berdasarkan : area yg teranastesi & tempat insersi jarum
Area yang teranastesi:Nerve Block : larutan AL dideponer pd atau sekitar batang saraf utama, efek AL meliputi area yg cukup luasField block : larutan AL dideponer pd atau sekitar cabang saraf terminal Local infiltration: larutan AL dideponer di sekitar ujung saraf terminalTopical Anastesia: bahan AL dioleskan pd permukaan mukosa atau kulit untuk meniadakan stimuli pd ujung saraf bebas
1. Submucosal injectionjarum diinjeksikan & larutan AL dideponer ke dalam jar. dibawah mukosa
2. Paraperiosteal injectionjarum diinjeksikan sampai mendekati/ kontak dg periosteum. Larutan AL dideponer shg terjadi difusi menembus periosteum & porositas tulang alveolar
3. Intra Osseous injectioninjeksi dilakukan ke dlm struktur tulang,
setelah dibuat jalan masuk dg bur
4. Intraseptal injectionmodifikasi dari teknik 3. Jarum diinjeksikan ke dlm tulang alveolar bagian intraseptal diantara kedua gigi yg akan dianastesi
5. Intra periodontal injectionjarum langsung diinjeksikan pada membran
periodontal dari akar gigi yg bersangkutan
Keberhasilan dari metode AL tergantung pd kemampuan operator dlm melaksanakan prosedur anastesi dg benar ; tempat deponasi benar & volume yg memadai.
Karena itu operator dituntut untuk memahami neuroanatomical yg dapat digunakan sebagai petunjuk untuk tindakan AL
Merupakan Nervus cranialis V yg menginervasi sebagian besar jar. orofacial
Ada 3 cabang:-N. Opthalmicus (dvs.1)-N. Maxillaris (dvs.2)-N. Mandibularis (dvs.3)
Merupakan cabang terkecil dari ganglion gasseri keluar dari cranium melalui fissura orbitalis superior
Menginervasi struktur di dalam; orbita, dahi, kulit kepala, sinus frontalis, palpebra superior
Keluar dari cranium melalui foramen rotundum menuju fossa pterygopalatina terus berjalan melalui fissura orbitalis inferior ke anterior canalis infra orbitalis. Keluar melalui foramen infra orbitalis; N. infra orbitalis.
N. Infra orbitalis menginervasi:palpebra inferior, sisi lateral hidung & labium oris superior
Cabang pertama N. Maxillaris meliputi:- n. pharyngeus- n. palatinus mayus- n. palatinus minor- n. nasopalatinus- n. nasalis superior
Keluar melalui foramen palatinus mayorInervasi; mucoperiosteum sebelah palatal molar & premolar RA & beranastomosis dg
n. nasopalatinal
n. NasopalatinusKeluar dari kanalis nasopalatinus Inervasi; mucoperiosteum palatal regio gigi anterior RA (caninus ka-ki)
N. Alveolaris Superior PosteriorInervasi: semua akar gigi molar ke-2, 3 & akar gigi molar pertama kecuali akar mesiobukal
Cabang ketiga N. MaxillarisN. Alveolaris Superior MediusInervasi: gigi premolar pertama & ke-2
akar mesiobukal gigi molar pertama RA
Cabang keempat N. MaxillarisN. Alveolaris Superior AnteriorInervasi: gigi insisivus sentral, insisivus lateral, caninus, membran mukosa labial, periosteum, alveolus semua pada satu sisi RA
Cabang terbesar keluar dari ganglion gasseri.Dari cranium keluar melalui foramen ovale membentuk 3 cabang;
- n. buccalis longus- n. lingualis- n. alveolaris inferior
Berjalan diantara kedua caput m. pterygoideus externus menyilang ramus dan masuk ke pipi melalui m. buccinatorInervasi: membran mukosa bukal, mucoperiosteum lateral gigi molar atas dan bawah
n. LingualisBerjalan ke bawah superfisial dari m. pterygoideus internus berlanjut kelingual apeks gigi molar ke-3 RB. Masuk ke basis lidah melalui dasar mulutInervasi: 2/3 anterior lidah, mucoperiosteum & membran mukosa lingual
Cabang terbesar N. Mandibularis. Turun dibalik m. pterygoideus externus disebelah posterior-lateral n.lingualis, berjalan antara ramus mandibula & ligamentum sphenomandibularis masuk ke canalis mandibula.Bersama arteri alveolaris inferior berjalan di dalam canalis mandibula & mengeluarkan percabangan untuk inervasi geligi RB dan keluar melalui foramen mentale
Cabang n. Alveolaris inferior:n. mylohyoideus, r. dentalis brevis, r. mentalis & r. incisivus
n. MylohyoideusInervasi: m. Mylohyoideus, venter anterior m.
digastrici di dasar mulut.
r. Dentalis brevisInervasi; molar, premolar, proc. Alveolaris &
periosteum, membran mukosa bukal
r. MentalisInervasi: kulit dagu, membran mukosa labium
oris inferior
r. IncisivusInervasi: gigi incisivus sentral-lateral, caninus
Anastesi lokal dapat dilakukan pada N. maksilaris dan cabangnya;☞ lokal infiltrasi (sering digunakan)☞ field block☞ blok N. alveolaris superior anterior dan medius (blok N. infra orbital)☞ blok N. alveolaris superior posterior ☞ blok N. nasopalatina☞ blok N. palatina mayor
- saraf : cabang terminal/ free nerve ending
- area teranastesi : terbatas dimana larutan AL dilakukan
- pedoman anatomis : tidak ada pedoman khusus - indikasi : bila hanya sebatas mukosa & jaringan ikat dibawahnya - teknik : jarum diinsersikan dibawah mukosa ke dalam jaringan ikat simptom: tidak ada simptom subyektif
b. Blok cabang saraf terminal
- saraf : cabang saraf terminal besar - Area yg teranastesi : semua area yg diinervasi - pedoman anatomi : tergantung area yg diinginkan, pedoman umum; letak gigi & akarnya serta periosteum tulang alveolar yg bersangkutan
- indikasi : untuk LA satu/dua gigi RA & sekitarnya
Tehnik
Paraperiosteal/ supraperiosteal. tehnik ini sering digunakan karena porositas tulang RA; jarum diinsersikan menembus membran mukosa & jar.ikat dibawahnya sampai menyentuh periosteum lalu larutan dideponer
- saraf : cabang saraf terminal besar - Area yg teranastesi : semua area yg diinervasi - pedoman anatomi : tergantung area yg diinginkan, pedoman umum; letak gigi & akarnya serta periosteum tulang alveolar yg bersangkutan
- indikasi : untuk LA satu/dua gigi RA & sekitarnya
Tehnik
Paraperiosteal/ supraperiosteal. tehnik ini sering digunakan karena porositas tulang RA; jarum diinsersikan menembus membran mukosa & jar.ikat dibawahnya sampai menyentuh periosteum lalu larutan dideponer
Saraf : cabang saraf terminal besar; n. infra orbitalis, n. alveolaris superior anterior & medius, n. palpebra inferior
Area : gigi insisive, caninus, premolar & akar mesio bukal gigi molar pertama bibir atas , pelupuk mata bawah & sebagian hidung
Pedoman anatomi: infraorbital ridge, infraorbital depression, supraorbital notch, gigi anterior & pupil mata
Indikasi: untuk bedah yg melibatkan gigi insisive, caninus, premolar & akar mesio bukal molar pertama RA
px diminta melihat lurus kedepan lalu dipalpasi bag supraorbital & infraorbital notch, ditarik garis khayal dari orbita pupil mata, foramen infraorbitalis, gigi premolar ke-2 & foramen mentalis. Jarum diinsersikan di mukolabial fold ± 1,9 mm
Simptom:
Kebas pd bibir atas, kelopak mata bawah & sebagian hidung pd satu sisi
- saraf : N. Alveolar Superior Posterior
- Area : Gigi molar RA kecuali akar mesiobukal molar pertama, periosteum, jar.ikat & mukosa bukal
- pedoman anatomi: mukobukal fold, batas anterior & proc. Coronoideus mandibula, tuberositas maksila
- indikasi: operasi gigi molar RA & jar. penyangga
Jari telunjuk meraba mukobukal fold sampai mencapai proc. Zygomaticus hingga mendapatkan cekungan, jari telunjuk diputar hingga kuku jari menghadap mukosa & jari digeser kelateral membentuk sudut 45o dg bidang sagital px & px diminta menutup sedikit mulutnya. Jarum diinsersikan ditengah ujung jari paralel dg ujung jari lalu dideponir
Symptom Tidak ada symptom subyektif
Blok N. alveolaris Superior Posterior
- Saraf : Nervus palatinus yg keluar dari foramen insisivus
- Area : bagian anterior palatum durum & mukosa yg menutupi sampai daerah premolar
- Pedoman anatomi: gigi insisive pertama RA & papila insisiva
- indikasi : operasi bagian palatal
- teknik : jarum diinsersikan pada foramen insisivus
- Simptom : kebas pd mukosa palatum
- Saraf : N. palatinus mayor
- area : bag. Posterior palatum durum & mukosa yg menutupi sampai daerah premolar pertama RA
- pedoman anatomi: molar kedua & ketiga RA, margin gingiva gigi molar, garis median palatum,
garis berjarak 1 cm dari marginal gingiva kegaris median palatum
Jarum diinsersikan pada foramen yg terletak di antara gigi molar ke-2 & ke-3 RA sejauh 1 cm dari marginal gingiva bagian palatal.
Symptom: kebas pada gingiva palatum posterior
Blok N. Alveolaris Inferior
Blok N. Bukalis
Blok N. Lingualis
Blok N. mentalis
Blok N. Insisivus
Blok cabang terminal
Infiltrasi
- Saraf: N.alveolaris inferior dan subdivisi; n. mentalis & n. insisivus
- area: corpus mandibula & bagian inferior ramus seluruh RB, seluruh gigi RB, mukosa & jar. di bawahnya anterior dari molar pertama RB
- pedoman anatomi: lipatan mukobukal fold, batas anterior ramus mandibula, linea obliqua interna, trigonum retromolar, linea obliqua eksterna, ligamen pterygomandibula
1. Kepala px menghadap ke depan atau waktu membuka mulut mandibula sejajar dg lantai
2. Dilakukan perabaan pd mukobukal fold sampai linea obliqua eksterna & batas anterior ramus ascenden
3. Cari cekungan terdalam pd ramus anterior; coronoid notch
4. Jari digerakkan dari trigonum retromolar sampai linea obliqua interna yag merupakan perlekatan raphe pterygomandibula
5. Jarum diinsersikan dari arah kontra lateral antara premolar pertama & kedua setinggi kuku jari 0,5 cm kearah medial sampai menyentuh tulang permukaan dalam ramus
6. Jarum ditarik 1mm & dideponir sebanyak 1-1,5 cc
7. Jarum ditarik sampai tersisa 1 cm, dideponir untuk N lingualis 0,5 cc
1. Ujung jarum berakhir pd linea obliqua eksterna
2. Jarum diinsersikan dari araah kontra lateral tepat pd pertengahan kuku sampai menyentuh tulang
3. Arah syringe diubah hingga sejajar dg gigi posterior pd sisi yg sama & jarum diinsersikan lagi ke posterior melewati linea obliqua interna
4. Arah syringe diubah keposisi semula & insersi jarum diteruskan sampai menyentuh tulang
5. Jarum ditarik 1 mm & dideponir 1-1,5 cc
6. Untuk N. lingualis sama dg teknik direct
- saraf : N lingualis
- area : 2/3 anterior lidah & mukosa dasar mulut, mukosa & mukoperiosteum pd mandibula sisi lingual
- Pedoman anatomi: sama dg teknik blok N alveolaris Inferior
- symptom : kebas pd 2/3 anterior lidah
- saraf: N. bukalis longus
- area : mukosa bukal dari periosteum daerah molar RB
- pedoman anatomi: linea obliqua eksterna, tyrigonum retromolar,
- teknik : insersi jarum pd mukosa bukal fold di distal gigi molar ke-3 RB atau
langsung pd trigonum retromolar
- symtom: tidak ada
Saraf : N. mentalis
area : bibir bawah & mukosa labial fold disebelah anterior foramen mentalis pedoman anatomi: premolar RB, foramen mentalis terletak di sebelah anterior apeks gigi tsb.
Teknik:
pipi ditarik ke arah bukal lalu jarum diinsersikan pd mukosa labial fold, penetrasi jarum sampai menyentuh periosteum dari mandibula sebelah anterior dari apeks premolar kedua, deponir obat 0,5- 1 cc
symptom kebas pd bibir bawah satu sisi
- Saraf: n. insisivus, n. mentalis
- area : mandibula & struktur labialnya sebelah anterior dari foramen mentalis, gigi premolar, caninus, insisive pd satu sisi, bibir bawah satu sisi
- Pedoman anatomi: sama dg blok n. mentalis, bedanya ujung jarum harus di insersikan tepat kedalam foramen mentalis
- symptom : tidak ada
- Saraf : ujung saraf bebas
- area : mukosa & mukoperiosteum pd area yg
dianastesi
- pedoman anatomi: tidak ada
- indikasi : operasi jar. lunak pd daerah yg terbatas
- teknik : sama dg injeksi submukosa
- symptom : tidak ada
Injeksi Intraligament
Infiltrasi N.Lingual Infiltrasi N. Palatinus Mayor
Obat AL
- Toksik
- Idiosinkrasi : reaksi obat yg timbul tidak berhubungan dengan sifat farmakologi obat
- Alergi & reaksi anafilaktoid
Teknik AL
- Sinkop
- Trismus
- Rasa sakit
- Infeksi
- Jarum patah
- Hematoma
- parastesi
top related