angka kejadian persalinan preterm berat badan...
Post on 03-Mar-2019
218 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ANGKA KEJADIAN PERSALINAN PRETERM,
BERAT BADAN LAHIR, DAN KEMATIAN PERINATAL
DI RUMAH SAKIT PRIKASIH
TAHUN 2010-2014
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
Oleh :
Muhammad Ilyas Saputera
NIM: 1112103000082
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 M
ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 01 Oktober 2015
Materai
Rp 6000
M. Ilyas Saputera
iii
ANGKA KEJADIAN PERSALINAN PRETERM,
iv
LEMBAR PENGESAHAN
v
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan ridho-Nya serta shalawat dan salam selalu tercurah
kepada junjungan Nabi Muhammad SAW karena dengan rahmat dan ridho-Nya
saya dapat menyelesaikan penelitian dan laporan penelitian dengan judul “Angka
Kejadian Persalinan Preterm, Berat Badan Lahir, dan Kematian Perinatal
di Rumah Sakit Prikasih Tahun 2010-2014”
Penyusunan laporan penelitian ini dapat terselesaikan karena bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada
yang terhormat:
1. Prof. DR. (HC) Dr. MK Tajuddin, Sp. And dan Prof. Dr. H. Arif Sumantri,
M.Kes. selaku Dekan lama dan baru Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Keseharatan UIN Jakarta,
2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, Sp. GK dan dr. Achmad Zaki, M.Epid, Sp.OT
selaku Ketua lama dan baru Program Studi Pendidikan Dokter beserta
segenap dosen prodi ini yang selalu membimbing dan memberikan ilmu
kepada saya selama menjalani masa pendidikan di Program Studi
Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Flori Ratna Sari, Ph.D. dan dr. Nouval Shahab, SpU, PhD, FICS, FACS
selaku Penanggung Jawab Modul Riset Program Studi Pendidikan Dokter
2012.
4. dr. Taufik Zain, Sp.OG (K-Onk) selaku pembimbing pertama saya yang
walaupun dengan kesibukan yang padat tetap selalu memberikan
bimbingan, arahan, saran dan semangat kepada saya agar penelitian ini
berjalan dengan sebaik- baiknya.
5. dr. Nina Afiani, Sp.OG, M.Kes selaku pembimbing kedua saya yang
walaupun dengan kesibukan yang padat, masih selalu bersedia memberikan
bimbingan, arahan, saran dan semangat kepada saya agar penelitian ini
berjalan dengan sebaik- baiknya khususnya tentang kaidah penulisan.
vi
6. Kedua orang tua saya tercinta, H. M. Jamni (alm) dan Hj. Siti Fatimah, ke-
enam kakak perempuan saya, serta seluruh keluarga besar saya yang selalu
memberikan kasih sayang, doa, inspirasi, dan semangat, sehingga
memotivasi dan menguatkan saya dalam penelitian ini.
7. Direktur beserta jajaran Rumah Sakit Prikasih yang telah memberikan izin
untuk pengambilan data di rumah sakit tersebut.
8. Bu Desi selaku Kepala Bidang Rekam Medis Rumah Sakit Prikasih yang
telah memberikan arahan dan bantuan dalam pengambilan data rekam medis
dalam penelitian ini.
9. Teman seperjuangan penelitian, Ilham Murtala, A. Fahmi Akbar, Rivki
Wida Sarandi, M. Ramadhian Prawiro, dan Yunisa Khulqi yang telah
menyemangati, membantu, dan berjuang bersama di dalam penelitian ini.
10. Orang yang spesial buat saya dan teman- teman CSS 2012 dan PSPD 2012
untuk waktu yang telah dilalui bersama selama masa pendidikan saya di
FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, kalian adalah api semangat buat
saya.
11. Semua pihak yang telah memberi dukungan dan doa kepada saya yang tidak
dapat saya sebutkan satu persatu
Saya menyadari laporan ini jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak akan saya terima demi terwujudnya laporan
penelitian yang lebih baik. Saya berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak. Akhir kata, semoga segala bantuan dalam yang diberikan dalam
penelitian ini akan mendapat balasan, barokah dan ridho dari Allah SWT, Aamiin.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Ciputat, 01 Oktober 2015
Penulis
vii
ABSTRAK
Muhammad Ilyas Saputera. Program Studi Pendidikan Dokter. Angka
Kejadian Persalinan Preterm, Berat Badan Lahir, dan Kematian Perinatal
di RS Prikasih Tahun 2010-2014. 2015.
Kelahiran preterm masih menjadi masalah global, baik di Indonesia ataupun di
dunia. Kelahiran preterm menjadi masalah yang penting mengingat dampak dari
kelahiran ini sangat besar, diantaranya lahirnya bayi dengan berat badan lahir
rendah atau sangat rendah, dan risiko kematian perinatal yang jauh lebih tinggi
dibandingkan yang lahir aterm. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka
kejadian kelahiran preterm, berat badan lahir, dan kematian perinatal di Rumah
Sakit Prikasih pada tahun 2010-2014. Penelitian dilakukan dengan metode
deskriptif-analitik berdasarkan rekam medis seluruh subjek yang melahirkan di
Rumah Sakit Prikasih yang melahirkan dalam usia preterm pada tahun 2010-2014
yang berjumlah 13 orang pasien dari 4.063 kelahiran. Dari penelitian didapatkan
bahwa angka kejadian kelahiran preterm sebesar 0,3%, dengan BBLSR 69% dan
BBLR 31%. Angka kematian perinatal sebesar 69,2%. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa angka kejadian kelahiran preterm di Rumah Sakit Prikasih
cukup rendah dan angka kejadian bayi dengan berat badan di bawah normal dan
kematian perinatal pada bayi preterm masih tinggi. Dan kelahiran preterm secara
signifikan bermakna menyebabkan berat badan lahir rendah dan sangat rendah
dan kematian perinatal (P <0,05)
Kata Kunci: kelahiran preterm, berat badan lahir, kematian perinatal.
viii
ABSTRACT
Muhammad Ilyas Saputera. Study Program of Medical Education. The
Incidence of preterm labor, birth weight, and Perinatal Mortality in Prikasih
Hospital in the period 2010-2014. 2015.
Preterm birth remains a global problem, either in Indonesia or in the world.
Preterm birth become an important issue in view of the large impact of it, such as
the labor of low or very low birth weight babies, and the risk of perinatal mortality
is much higher than term labor. This study aimed to determine the incidence of
preterm birth, birth weight, and perinatal mortality in Prikasih Hospital in 2010-
2014. The study was conducted with descriptive-analytic methods based on
clinical records of all subjects who had preterm labor at the Prikasih Hospital in
the period 2010-2014 which amounts to 13 babies from 4063births. From this
study, we found that the incidence of preterm birth is 0.3%, with 69% of VLBW
infants and 31% of LBW, and the perinatal mortality rate is 69.2%. It can be
concluded that the incidence of preterm birth at Prikasih Hospital is quite low and
the incidence of low and very low birth weight and perinatal mortality of preterm
infants is still high. And preterm birth was significantly associated with low and
very low birth weight and perinatal mortality (P <0,05)
Keywords: preterm birth, birth weight, perinatal death.
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ............................................................................................i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .........................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN ..............................................................................iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................v
ABSTRAK .........................................................................................................vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................ix
DAFTAR TABEL .............................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xiv
DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................... ..................2
1.3 Tujuan Penelitian..... ................................................................... .................3
1.3.1 Tujuan Umum ....................................................................................3
1.3.2 Tujuan Khusus ....................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian....................................................................... .................3
1.4.1 Bagi Peneliti ........................................................................................3
1.4.2 Bagi Instansi Terkait ...........................................................................3
1.4.3 Bagi Masyarakat Umum .....................................................................4
1.4.4 Bagi Peneliti Lain ...............................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori ..............................................................................................5
2.1.1 Organ Reproduksi Wanita ...................................................................5
2.1.1.1 Organ Reproduksi Eksternal ...................................................6
2.1.1.2 Organ Reproduksi Internal .....................................................7
2.1.2 Prematuritas ........................................................................................12
x
2.1.2.1 Definisi ...................................................................................12
2.1.2.2 Epidemiologi ..........................................................................14
2.1.2.3 Etiologi dan Faktor Predisposisi .............................................15
2.1.3 Berat Badan Lahir ...............................................................................18
2.1.3.1 Definisi Berat Badan Lahir .....................................................18
2.1.3.2 Epidemiologi Berat Badan Lahir ............................................18
2.1.3.3 Klasifikasi Berat Badan Lahir ................................................19
2.1.3.4 Faktor yang Mempengaruhi Berat Badan Lahir .....................19
2.1.4 Kematian Perinatal ..............................................................................20
2.1.4.1 Definisi Kematian Perinatal ...................................................20
2.1.4.2 Epidemiologi Kematian Perinatal ...........................................21
2.1.4.3 Faktor yang Mempengaruhi Kematian Perinatal ....................22
2.2 Kerangka Teori..............................................................................................23
2.3 Kerangka Konsep ..........................................................................................24
2.4 Definisi Operasional......................................................................................25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Desain Penelitian ...........................................................................26
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian .......................................................................26
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ....................................................................26
3.4 Kriteria Sampel .............................................................................................26
3.4.1 Kriteria Inklusi ....................................................................................26
3.4.2 Kriteria Ekslusi ...................................................................................26
3.5 Sampel Penelitian ..........................................................................................27
3.6 Cara Kerja Penelitian ....................................................................................27
3.7 Alur Penelitian ..............................................................................................27
3.8 Rencana Analisis Data ..................................................................................28
3.8.1 Instrumen Penelitian ...........................................................................28
3.8.2 Pengumpulan Data ..............................................................................28
3.8.3 Pengolahan, Analisis, dan Penyajian Data ..........................................28
3.9 Manajemen Data ...........................................................................................28
xi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Hasil ..............................................................................................29
4.1.1 Gambaran Kelahiran di RS Prikasih ................................................29
4.1.1.1 Jumlah Kelahiran dan Jenis Kelamin ...............................................29
4.1.1.2 Insidensi Berat Badan Lahir .............................................................30
4.1.1.3 Insidensi Kematian Perinatal ...........................................................31
4.1.1.4 Insidensi Kelahiran Preterm .............................................................32
4.1.2 Karakteristik Sampel ........................................................................34
4.1.2.1 Sebaran Sampel berdasarkan Demografi .........................................34
4.1.2.2 Sebaran Sampel berdasarkan Status Gestasi Ibu..............................35
4.1.3 Gambaran Berat Badan dan Kematian Perinatal pada
Kelahiran Preterm ............................................................................35
4.1.3.1 Gambaran Berat Badan Lahir pada Kelahiran Preterm ...................35
4.1.3.2 Gambaran Kematian Perinatal pada Kelahiran Preterm ..................36
4.2. Analisis Hasil ...............................................................................................39
4.2.1. Hubungan antara Jenis Kelahiran dengan Berat Badan Lahir .........39
4.2.2. Hubungan antara Jenis Kelahiran dengan Kematian Perinatal ........39
4.3. Keterbatasan Penelitian ................................................................................40
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ......................................................................................................41
5.2 Saran ....................................... .............. ........ ...... .................... ..................42
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................43
LAMPIRAN .......................................................................................................48
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Definisi Operasional .........................................................................25
Tabel 4.1 Jumlah Kelahiran dan Jenis Kelamin di RS Prikasih tahun
2010-2014 ..........................................................................................29
Tabel 4.2 Insidensi Berat Badan Lahir di RS. Prikasih tahun 2010-2014 ........30
Tabel 4.3 Insidensi Kematian Perinatal di RS Prikasih Tahun 2010-2014 .......31
Tabel 4.4 Insidensi Kelahiran Preterm di RS Prikasih Tahun 2010-2014 ........32
Tabel 4.5 Kategori Preterm Tahun 2010-2014 .................................................33
Tabel 4.6 Tingkat Pendidikan dan Sebaran Usia Ibu ........................................34
Tabel 4.7 Status Gestasi Ibu ..............................................................................35
Tabel 4.8 Gambaran Berat Badan lahir berdasarkan Kategori Preterm ............35
Tabel 4.9 Gambaran Kematian Perinatal berdasarkan Kategori Preterm .........36
Tabel 4.10 Gambaran Kematian Perinatal berdasarkan BBL Bayi Preterm .......37
Tabel 4.11 Gambaran Kematian Perinatal berdasarkan Kategori Preterm
dan BBL ...........................................................................................37
Tabel 4.12 Hubungan antara Jenis Kelahiran dengan Berat Badan Lahir
di Bawah Normal .............................................................................39
Tabel 4.13 Hubungan antara Jenis Kelahiran dengan Kematian Perinatal .........39
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Organ reproduksi wanita ..............................................................5
Gambar 2.2. Organ reproduksi eksternal wanita ...............................................6
Gambar 2.3. Organ reproduksi internal wanita .................................................8
Gambar 2.4. Anatomi dan histologi uterus .......................................................9
Gambar 2.5. Anatomi dan histologi tuba fallopii ..............................................10
Gambar 2.6. Struktur ovarium dan perkembangan folikel ................................11
Gambar 2.7. Perkembangan folikel dan oogenesis ...........................................12
Gambar 2.8. Definisi preterm dan hubungannya dengan hasil akhir
kehamilan .....................................................................................13
Gambar 2.9. Estimasi angka kelahiran preterm 2010 .......................................14
Gambar 2.10. Rute Potensial Infeksi Intrauterin .................................................16
Gambar 2.11. Kerangka Teori .............................................................................23
Gambar 2.12. Kerangka Konsep .........................................................................24
Gambar 3.1. Alur Penelitian .............................................................................27
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Riwayat Hidup ...............................................................................47
Lampiran 2. Output SPSS ....................................................................................48
xv
DAFTAR SINGKATAN
ACOG The American Congress of Obstetricians and Gynecologists
ANC Antenatal Care
BBLB Berat Badan Lahir Berlebih
BBLN Berat Badan Lahir Normal
BBLR Berat Badan Lahir Rendah
BBLSR Berat Badan Lahir Sangat Rendah
CDC Center for Disease Control and Prevention
DHS Demographic Health Survey
DKI Daerah Khusus Ibukota
HPHT Hari Pertama Haid Terakhir
IMT Indeks Massa Tubuh
NAPZA Narkoba, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya
POGI Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia
RJK Rasio Jenis Kelamin
ROS Reactive Oxygen Species
RS Rumah Sakit
SMA Sekolah Menengah Atas
SMP Sekolah Menengah Pertama
WHO World Health Organization
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Angka kematian bayi masih menjadi masalah yang harus terus
diperhatikan dan dicegah, mengingat kematian neonatus dan kematian
perinatal masih menjadi hal yang memiliki persentase tinggi di Indonesia.
Menurut WHO tahun 2012, angka kematian bayi umur dibawah 1 tahun
mencapai 15 bayi per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan berdasarkan
Demographic Health Survey (DHS) tahun 2012, angka kematian perinatal
masih mencapai angka 26 bayi per 1.000 Kelahiran. (1)
Dua pertiga dari kasus kematian neonatus di Indonesia disebabkan
oleh kelahiran preterm atau yang biasa disebut dengan prematur, tertinggi
kedua setelah gangguan atau kelainan napas, dan 48% kematian neonatus
kurang dari 1 bulan disebabkan oleh kelahiran preterm. Sedangkan di negara
barat, 80% dari kematian neonatus disebabkan oleh prematuritas. Dan yang
lebih buruk adalah 10% dari neonatus yang selamat memiliki kecacatan
jangka panjang. (1,2)
Kelahiran preterm merupakan salah salah satu faktor penting dalam
lahirnya neonatus dengan berat badan dibawah rata-rata, baik bayi dengan
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yang memiliki berat badan lahir kurang
dari 2.500 gram, ataupun bayi dengan Berat Badan Lahir Sangat Rendah
(BBLSR) yaitu bayi yang memiliki berat badan lahir kurang dari 1500
gram. Adapun angka prevalensi BBLR menurut Riskesdas tahun 2013
sebesar 10,2%. Dan berat badan rendah memiliki kontribusi 60%-80%
dalam terjadinya kematian perinatal. (4,5)
Dampak dari kelahiran preterm dan rendahnya berat badan lahir
adalah tingginya angka kematian perinatal. Kematian perinatal sendiri
diartikan sebagai kematian bayi mulai dari 20 minggu kehamilan sampai 7
hari kehidupan. (6)
Berdasarkan penelitian Allen J dkk, yang dilakukan pada 400.000
kelahiran di Norwegia, bahwa terdapat keterkaitan yang kuat antara berat
2
badan lahir dengan kematian perinatal yang disebabkan oleh usia
kehamilan, dan usia kehamilan merupakan faktor prediksi yang baik
terhadap berat badan lahir dan harapan hidup perinatal. Tindakan preventif
dari kelahiran preterm akan sangat bermanfaat dalam menurunkan angka
BBLR ataupun BBLSR, serta angka kematian perinatal. (7)
Berdasarkan kuatnya keterkaitan antara kelahiran preterm dan BBL
serta kematian perinatal, dan perlunya data epidemiologi tentang kelahiran
preterm, serta masih minimnya penelitian yang membahas tentang
keterkaitannya dengan BBL dan kematian perinatal, kami tertarik untuk
melakukan penelitian tentang angka kejadian persalinan preterm, berat
badan lahir, dan kematian perinatal. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui angka kejadian persalinan preterm, berat badan lahir, dan
kematian perinatal, serta hubungan dari variabel tersebut, sehingga
diharapkan dapat meningkatkan kepedulian masyarakat tentang kelahiran
preterm dan melakukan hal-hal preventif untuk menghindarinya. Serta
dengan peningkatan kepedulian masyarakat tersebut, akibat kasus
prematuritas berupa berat badan lahir rendah atau sangat rendah dan
mortalitas perinatal dapat diturunkan.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana angka kejadian persalinan preterm di RS Prikasih selama
tahun 2010 - 2014?
2. Bagaimana gambaran berat badan lahir dan kematian perinatal pada
bayi dengan persalinan preterm di RS Prikasih selama tahun 2010 -
2014?
3. Bagaimana hubungan antara kelahiran preterm, berat badan lahir, dan
kematian perinatal di RS Prikasih selama tahun 2010 - 2014?
3
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui angka kejadian persalinan preterm dan gambaran berat
badan lahir serta kematian perinatal di Rumah Sakit Prikasih tahun 2010 -
2014.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui jumlah persalinan preterm di Rumah Sakit Prikasih tahun
2010-2014
2. Mengetahui gambaran berat badan lahir bayi yang lahir di Rumah
Sakit Prikasih tahun 2010-2014
3. Mengetahui gambaran kematian perinatal di Rumah Sakit Prikasih
tahun 2010-2014
4. Mengetahui hubungan antara kelahiran preterm, berat badan lahir, dan
kematian perinatal di Rumah Sakit Prikasih tahun 2010-2014
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Peneliti
1. Untuk mengamalkan dan menerapkan ilmu pengetahuan yang
dipelajari di preklinik untuk memajukan kesehatan masyarakat
2. Untuk melatih dan meningkatkan kemampuan diri khususnya dalam
bidang penelitian
1.4.2. Bagi Instansi Terkait
Memberikan informasi tentang angka kejadian persalinan preterm,
gambaran berat badan lahir, dan kematian perinatal di Rumah Sakit
Prikasih tahun 2010 - 2014.
1.4.3. Bagi Masyarakat Umum
1. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap persalinan
preterm dan dampaknya
2. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam tindakan preventif
terhadap persalinan preterm
4
3. Untuk menurunkan angka mortalitas perinatal akibat persalinan
preterm.
1.4.4. Bagi Peneliti Lain
Hasil dari penelitian yang kami lakukan ini diharapkan dapat
menjadi suatu dasar dan acuan bagi peneliti lain dalam melakukan
penelitian selanjutnya demi kemajuan ilmu pengetahuan.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Organ Reproduksi Wanita
Organ reproduksi wanita memiliki peran yang penting dalam proses
kehamilan, dan organ ini lebih rumit jika dibandingkan dengan yang
dimiliki oleh pria. Terdapat banyak fungsi yang dimiliki oleh organ
tersebut, mulai dari pembentukan ovum (oogenesis) sampai menjamin
perkembangan janin dan melahirkannya. Organ reproduksi ini secara garis
besar dibagi menjadi:
a. Organ reproduksi interna
b. Organ reproduksi eksterna
Gambar 2.1. Organ reproduksi wanita.
Sumber: Sherwood L, 2010. (telah diolah kembali)
(10)
6
Kedua kelompok organ tersebut memiliki stuktur anatomi dan
histologi yang berbeda antara satu organ dengan organ lainnya, sesuai
dengan fungsi yang dimilikinya. (8-10)
2.1.1.1 Organ Reproduksi Eksternal
Organ reproduksi wanita yang masuk dalam organ reproduksi
eksternal antara lain labia mayora, labia minora dan klitoris. Genetalia
eksternal ini secara kolektif disebut dengan vulva atau pedendum. Selain
itu, kelenjar mamae juga banyak dianggap sebagai organ reproduksi
wanita eksternal, selain juga dianggap sebagai organ dalam sistem
integument, namun kita tidak akan membahasnya pada tulisan ini. (8-10)
Gambar 2.2. Organ reproduksi eksternal wanita.
Sumber: Tortora G J & Derrickson B, 2009. (telah diolah kembali) (8)
7
a. Labia Mayora
Labia mayora adalah lipatan kulit pada genitalia ekterna secara
longitudinal. Labia mayora ini memanjang ke bawah dan ke belakang.
Kulit pada organ ini ditutupi oleh rambut pubis, organ ini juga banyak
mengandung adiposit, kelenjar sebasea, dan kelenjar apokrin. Labia
mayora analog dengan skrotum pada organ genetalia pria. (10)
b. Labia Minora
Labia minora adalah lipatan kulit longitudinal yang terletak lebih
medial dan lebih kecil dari labia mayora yang lebih menonjol. Labia
minora berbeda dengan dengan labia minora karena tidak memiliki
rambut pubis, simpanan lemak, dan hanya memiliki sedikit kelenjar
apokrin. Organ ini analog dengan urethra. (8,10)
c. Klitoris
Klitoris adalah organ erektil kecil yang terdapat pada bagian
anterior labia minora, terdapat banyak saraf dan pembuluh darah pada
organ ini. Klitoris ditutupi oleh kulit yang disebut dengan preputium
klitoris, sedangkan bagian klitoris yang terlihat dari luar disebut dengan
glans klitoris. Organ ini analog dengan penis pada organ reproduksi pria.
(10)
2.1.1.2. Organ Reproduksi Internal
Selain organ eksternal, reproduksi wanita juga memiliki organ-
organ internal yang terdiri dari luar ke dalam yaitu vagina, uterus, tuba
fallopii, dan ovarium. Semua organ ini berperan penting dalam proses
haid, pembuahan, kehamilan, sampai pada proses kelahiran. (8-10)
8
Gambar 2.3. Organ reproduksi internal wanita.
Sumber: Tortora G J & Derrickson B, 2009. (telah diolah kembali) (8)
a. Vagina
Vagina adalah organ reproduksi internal wanita yang berukuran
panjang 6-8 cm pada bagian depan dan 7-10 cm pada bagian belakang
dan menghubungkan uterus dengan lingkungan eksternal. Pada bagian
atas dari vagina ditemukan bagian uterus yang menonjol ke dalam
vagina yang disebut dengan serviks atau leher rahim. Secara histologis
vagina dilapisi oleh mukosa yang terdiri dari epitel berlapis gepeng non
keratin dan terdapat lipatan-lipatan mukosa secara transversal yang
disebut dengan rugae. Vagina tidak memiliki kelenjar, namun
mengalami lubrikasi dengan adanya transudat dari flexus kapiler
subepitelial. (8-10)
b. Uterus
Uterus adalah organ berongga dan memiliki dinding yang tebal.
Uterus memiliki panjang 7,5 cm, lebar 5 cm, dan tebal 2,5 cm pada
wanita yang belum pernah hamil, ukuran ini berubah saat wanita hamil
dan akan mengecil pada keadaan menopause. (8,10)
9
Uterus merupakan organ penting dalam reproduksi wanita
karena berfungsi sebagai penghubung antara vagina dalam tuba fallopii
yang akan dilalui oleh sperma untuk melakukan fertilisasi, selain itu
juga berfungsi dalam proses implantasi dan perkembangan janin.
Uterus juga merupakan organ yang luruh secara periodik dalam tiap
bulannya dan menghasilkan darah haid atau yang disebut dengan
menstruasi. (8,9)
Secara anatomi, uterus dibagi menjadi 2 bagian, yaitu korpus
yang didalamnya juga termasuk fundus uteri, dan yang kedua yaitu
serviks. dan terdapat bagian yang mengalami kontriksi pada bagian
antara korpus uterus dan serviks yang disebut dengan istmus, bagian ini
penting karena istmus akan menjadi segmen bawah rahim saat terjadi
kehamilan. Dan secara histologis, uterus dari bagian luar dibagi menjadi
perimetrium yaitu bagian peritoneum visceral, miometrium yang
merupakan anyaman otot polos uterus, dan endometrium yang terdiri
dari stratum basal dan stratum fungsional yang akan luruh setiap 28 hari
berupa darah menstruasi. (8,9)
Gambar 2.4. Anatomi dan histologi uterus.
Sumber: Cunningham F G, Leveno K J, Bloom S L, Hauth J C, Rouse D J, Spong C Y.
2010. (telah diolah kembali) (9)
10
c. Tuba Fallopii
Tuba fallopii juga disebut dengan tuba uterina atau oviduct
adalah saluran bersilia yang terdapat pada bagian lateral uterus, dan
menghubungkan antara uterus dengan ovarium. Organ ini berfungsi
sebagai penangkap ovum yang diovulasikan oleh ovarium dan menjadi
tempat terjadinya pertemuan antara ovum dan sperma yang disebut
dengan fertilisasi. (8-10)
Gambar 2.5. Anatomi dan histologi tuba fallopii.
Sumber: Cunningham F G, Leveno K J, Bloom S L, Hauth J C, Rouse D J,
Spong C Y. 2010. (telah diolah kembali) (9)
Secara histologis, tuba fallopi terdiri lapisan mukosa,
muskularis, dan serosa. Sel pada organ ini terdiri dari sel yang
kolumnar bersilia yang berfungsi dalam proses fertilisasi dan transfer
zigot ke uterus setelahnya, dan sel yang tidak memiliki silia namun
11
memiliki mikrovili dan mensekresikan cairan sebagai nutrisi untuk
kelangsungan ovum setelah ovulasi. Tuba fallopi juga dibagi menjadi
infundibulum yang merupakan bagian terdekat dengan ovarium dan
pada bagian ujungnya terdapat fimbrae yang berfungsi menangkap
ovum yang telah diovulasikan, selanjutnya terdapat ampula yang
merupakan bagian terluas dari tuba fallopii, pada bagian inilah
terjadinya fertilisasi pada umumnya, kemudian dilanjutkan dengan
isthmus yang merupakan bagian tersempit dari tuba fallopi, dan terkahir
intramural yang merupakan bagian terdekat dengan uterus. (8)
d. Ovarium
Ovarium adalah organ yang analog dengan testis pada pria.
Organ ini berfungsi sebagai tempat dihasilkannya hormon-hormon
reproduksi wanita seperti estrogen dan progesteron, selain itu juga
berfungsi sebagai penghasil oosit sekunder yang akan matang menjadi
ovum setelah terjadi fertilisasi.
Gambar 2.6. Struktur ovarium dan perkembangan folikel
Sumber: Tortora G J, Derrickson B. Principle of Anatomy and Physiology. 2009.
(telah diolah kembali) (8)
Organ ini terdiri atas dua bagian yaitu korteks dan medula.
Korteks berisi folikel-folikel yang berkembang dan menghasilkan
12
hormon seks, sedangkan bagian medula terdiri dari jaringan ikat
longgar.
Gambar 2.7. Perkembangan folikel dan oogenesis.
Sumber: Tortora G J, Derrickson B. Principle of Anatomy and Physiology. 2009.
(telah diolah kembali) (8)
2.1.2. Prematuritas
2.1.2.1. Definisi
Prematur atau kelahiran preterm menurut WHO didefinisikan
sebagai sebagai kelahiran hidup dengan usia gestasi kurang dari 37
minggu, atau kurang dari 259 hari terhitung dari hari pertama haid terakhir
(HPHT). Sedangkan menurut The American Congress of Obstetricians
and Ginecologists (ACOG) dan Center for Disease Control and
Prevention (CDC) persalianan preterm didefinisikan sebagai kelahiran
pada usia gestasi antara 20 minggu sampai kurang dari 37 minggu. (1,3,11,12)
13
Definisi preterm ini dibagi kembali menjadi beberapa subdivisi,
yaitu sebagai berikut:
a. Extremely pretem, yaitu kelahiran pada usia gestasi dibawah 28
minggu
b. Very preterm, yaitu kelahiran pada usia gestasi antara 28 minggu
samapai dengan kurang dari 32 minggu
c. Moderate preterm, yaitu kelahiran pada usia antara 32 minggu
sampai kurang dari 37 minggu. (3,13)
Gambar 2.8. Definisi preterm dan hubungannya dengan hasil akhir
kehamilan.
Sumber: Howson, Kinney MV, Lawn JE, 2012. (telah diolah kembali) (3)
Definisi dan sub divisi ini didasarkan pada tingginya angka
mortalitas dan morbiditas yang akan diterima oleh noenatus yang
dilahirkan dalam usia tersebut. Risiko yang akan dialami oleh neonatus
dengan kelahiran preterm antara lain gangguan penglihatan, serebral palsy,
gangguan pendengaran, dan beberapa gangguan kesehatan lainnya yang
bersifat jangka panjang. (11,12)
Walaupun preterm didefinisikan hanya untuk neonatus yang lahir
pada usia gestasi sebelum 37 minggu sejak HPHT, namun neonatus yang
14
dilahirkan pada usia 37 sampai dengan 38 minggu pun masih memiliki
keadaan yang suboptimal. (11,13)
2.1.2.2. Epidemiologi
Angka kejadian kelahiran preterm masih menjadi salah satu
masalah yang memiliki angka prevalensi tinggi. Selain itu, angka
morbiditas dan mortalitas neonatus yang mengalami kelahiran preterm
juga masih tinggi. Hal ini dibuktikan dengan lahirnya kurang lebih 15
juta neonatus per tahunnya, dan lebih dari 1 dari 10 neonatus yang lahir
di dunia adalah preterm. Dan yang lebih memprihatinkan adalah setiap
tahunnya kurang lebih 1 juta bayi meninggal akibat dari komplikasi
kelahiran preterm tersebut. (3,11,13)
Gambar 2.9. Estimasi angka kelahiran preterm 2010.
Sumber: Howson, Kinney MV, Lawn JE, 2012. (telah diolah kembali)
(3)
Indonesia sendiri menduduki peringkat kelima dunia dalam hal
angka kejadian preterm setelah India, China, Nigeria, dan Pakistan. Yaitu
angka kejadian preterm pada tahun 2010 sebanyak 675.700 kejadian.
Prevalensi kejadian kelahiran preterm di Indonesia dilaporkan sebanyak
4,1%. Dan kejadian preterm ini merupakan salah satu penyebab utama
terjadinya kematian perinatal dengan prevalensi sebesar 28%, prematuritas
sendiri memiliki angka mortalitas dan morbiditas sebesar 60%-80%.(3,13-15)
15
2.1.2.3. Etiologi dan Faktor Predisposisi
Kelahiran preterm merupakan kejadian yang sering ditemukan di
masyarakat umum, tidak memandang sosioekonomi dari seseorang,
namun faktor risiko pasti dari proses ini masih sulit ditemukan karena
kejadian preterm ini memiliki beberapa faktor yang berkaitan alias
multifaktorial. Faktor-faktor tersebut meliputi faktor yang berhubungan
dengan keadaan medis, keadaan kehamilan, dan sosiodemografi dari sang
ibu. (1,16)
Beberapa faktor risiko yang diduga memiliki peran signifikan
dalam proses kelahiran preterm, diantaranya adalah sebagai berikut: (17)
a. Abortus Iminens
Abortus iminens atau yang disebut dengan threatened abortion
yaitu keluarnya darah pervaginam dari wanita hamil pada usia
kehamilan kurang dari 20 minggu atau taksiran berat badan janin
kurang dari 500 gram, dengan ditemukan ostium tertutup dan keadaan
janin dalam keadaan baik. (1,18)
Kejadian kelahiran preterm meningkat pada wanita yang
memiliki riwayat abortus iminens, baik pada perdarahan minimal
ataupun perdarahan yang masif. Proses terjadinya kelahiran preterm
sebagai komplikasi lanjut dari wanita yang mengalami abortus iminens
diduga disebabkan oleh adanya kerusakan pada plasenta dan
dikeluarkannya Reactive Oxigen Species (ROS) pada awal usia gestasi.
(9,18)
b. Berat Badan Rendah
Indeks massa tubuh (IMT) merupakan klasifikasi yang
digunakan untuk mengelompokkan orang berdasarkan perhitungan
antara berat badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan
dalam meter. Berdasarkan klasifikasi Asia-Pasifik, termasuk berat
badan rendah jika IMT kurang dari 18,5 kg/m2. (19)
16
Berat badan rendah merupakan salah satu faktor risiko dalam
terjadinya kelahiran preterm khususnya pada wanita-wanita dengan
selain ras hitam. Mekanisme terjadinya kelahiran preterm akibat berat
badan rendah masih belum jelas, namun diduga berat badan rendah
berkaitan dengan tingginya pH vagina dan neutrofil pada vagina pada
usia awal gestasi yang akan meningkatkan risiko infeksi dan inflamasi.
(20,21)
c. Infeksi intrauterin
Infeksi intrauterin merupakan salah satu faktor penting dalam
terjadinya kelahiran preterm, menurut beberapa referensi didapatkan
bahwa 25%-40% dari kasus kelahiran preterm disebabkan oleh
terjadinya infeksi intrauterin. Mekanisme yang mendasari ini semua
diduga berkaitan dengan diproduksinya sitokin-sitokin proinflamasi
seperti IL-8, IL-1β, dan TNF-α. Sitokin-sitokin tersebut akan
mengaktifkan prostaglandin. Adanya prostaglandin akan menyebabkan
terjadinya kontraksi uterus, selain itu, dengan adanya endotoksin dari
bakteri itu sendiri, kemudian prostaglandin yang dihasilkan, dan
berbagai faktor lain akan mendegradasi ekstraseluler matriks dari
membran fetus akan mencetuskan terjadinya kelahiran preterm. (9,22)
Gambar 2.10. Rute Potensial Infeksi Intrauterin
Sumber: Goldenberg RL, Iams JD, Mercer BM, Meis PJ, Moawad AH, Copper
RL, et al. 1998. (telah diolah kembali)
(20)
17
Dua mikroorganisme yang sering menjadi penyebab adalah
Ureaplasma urealyticum and Mycoplasma hominis, adapun jalur
masuknya bakteri tersebut sebelum menginfeksi dapat melalui
beberapa jalur, diantaranya melalui vagina secara asendens, saat
melakukan amniosentesis, ataupun secara hematogen. (9,22)
d. Bakterial Vaginosis
Bakterial vaginosis merupakan salah satu faktor risiko penting
dalam proses terjadinya kelahiran preterm, bahkan wanita yang
mengalami bakterial vaginosis memiliki risiko untuk mengalami
kelahiran pretem 1,5-3 kali lebih besar, selain itu wanita yang
mengalami bakterial vaginosis dan memiliki genotif kerentanan TNF-α
memiliki risiko sembilan kali lebih besar dibandingkan dengan wanita
normal lainnya. (9,22)
Bakterial vaginosis terjadi karena adanya perubahan ekosistem
dalam vagina dan didiagnosis dengan adanya clue cell, ditemukan
fishy odour, dan pH meningkat menjadi lebih dari 4,5. Adapun
mekanisme terjadinya preterm akibat bakterial vaginosis ini juga
masih belum jelas, tetapi diduga adanya bakteri yang masuk ke dalam
uterus baik sebelum atau awal kehamilan. (22-24)
e. Infeksi Saluran Kemih
Sekitar 40% dari kasus kelahiran preterm disebabkan oleh
infeksi. Salah satu infeksi yang berhubungan dengan terjadinya
kelahiran preterm adalah infeksi saluran kemih. Mekanisme terjadinya
kelahiran preterm akibat infeksi saluran kemih tidak jauh berbeda
dengann infeksi pada saluran genital dan infeksi intrauterin. (9,22,25)
Mekanisme yang diduga berperan dalam proses ini yaitu
adanya mikroorganisme yang langsung masuk secara asenden ke
dalam uterus. Mekanisme lainnya yaitu melalui sitokin, yaitu
diantaranya IL-1β, IL-6, dan prostaglandin. IL-1β akan menyebabkan
sintesis IL-6 dan IL-8 yang selanjutnya akan menyebabkan sintesis
18
prostaglandin dan akhirnya akan menyebabkan kontraksi uterus, dan
menjadi salah satu sebab terjadinya kelahiran preterm. (9,22,25)
f. Kelahiran Preterm Sebelumnya
Wanita yang memiliki riwayat kelahiran preterm sebelumnya
lebih berisiko mengalami kelahiran preterm dibandingkan dengan yang
tidak. Risiko yang dimiliki wanita yang sudah pernah mengalami
kelahiran preterm untuk mengalami hal serupa pada kelahiran
setelahnya adalah tiga kali lipat dibandingkan dengan wanita yang
melahirkan cukup bulan. (9)
Mekanisme terjadinya hal ini masih belum jelas, namun diduga
bahwa persisten ataupun rekuren infeksi merupakan faktor terjadinya
kelahiran preterm berulang. Selain itu penyakit-penyakit seperti
hipertensi, diabetes, ataupun obesitas juga diduga menjadi penyebab
pada kejadian ini. (22)
2.1.3. Berat Badan Lahir
2.1.3.1 Definisi Berat Badan Lahir
Berat Badan Lahir adalah berat badan yang didapatkan pada saat
bayi yang baru lahir, dan berat badan ini dipengaruhi oleh berbagai
faktor, baik dari faktor maternal, faktor janin, ataupun faktor palsenta
yang merupakan saluran penghubung antara ibu dan janin. Berat badan
lahir ini merupakan faktor yang sangat penting dalam mempengaruhi
kematian perinatal ataupun neonatal. Selain itu, berat badan lahir juga
mempengaruhi kesehatan seseorang di masa selanjutnya. (26,27)
2.1.3.2 Epidemiologi Berat Badan lahir
Berat badan lahir masih menjadi permasalahan global, termasuk di
Indonesia. Menurut Riskesdas tahun 2013, didapatkan bahwa persentase
berat badan lahir rendah (BBLR) mencapai angka 10,2 %, angka ini
sudah mengalami penurunan dari angka sebelumnya yaitu 11,1% pada
tahun 2010. Persentase BBLR pada perempuan (11,2%) lebih tinggi
19
daripada presentase laki-laki (9,2%). Di daerah DKI Jakarta sendiri
persentase BBLR masih berkisar pada angka 10%. (4)
2.1.3.3 Klasifikasi Berat Badan Lahir
Berat badan lahir diklasifikasikan dalam beberapa kategori.
a. Berat Badan Lahir Berlebih (BBLB)
Bayi dengan berat badan berlebih adalah bayi yang memiliki berat
badan lahir lebih atau sama dengan 4000 gram.
b. Berat Badan Lahir Normal (BBLN)
Bayi dengan berat badan normal adalah bayi yang memiliki berat
badan lahir pada kisaran 2.500 gram sampai dengan 3999 gram
c. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Bayi dengn berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan
lahir dibawah 2.500 gram.
d. Berat Badan Lahir Sangat Rendah (BBLSR)
Bayi dengan berat badan sangat rendah adalah bayi yang memiliki
berat badan lahir kurang dari 1.500 gram. (27)
2.1.3.4 Faktor yang Mempengaruhi Berat Badan Lahir
Berat badan lahir seorang neonatus dipengaruhi oleh berbagai
faktor, baik dari faktor ibu, faktor plasenta ataupun dari faktor dari
neonatal itu sendiri saat masih menjadi janin. Berikut adalah faktor-
faktor yang dapat menghambat pertumbuhan janin sehingga akan
menyebabkan pertumbuhan janin terhambat, dan akhirnya menyebabkan
bayi dengan berat badan lahir rendah.
a. Faktor Maternal
Malnutrisi
Memiliki penyakit kronik
Anemia
Toksemia
Hipoksemia
Hipertensi
20
Obat-obatan (NAPZA, alkohol, kokain)
Merokok
b. Faktor Janin
Gangguan kromosom
Gangguan kongenital
Kehamilan multipel
Infeksi intrauterin
Kekurangan insulin
c. Faktor Plasenta
Gangguan plasenta (berat, diameter, jumlah sel)
Infeksi plasenta
Solusio Plasenta
Twin transfusion syndrome. (27)
2.1.4 Kematian Perinatal
2.1.4.1 Definisi Kematian Perinatal
Kematian perinatal yang merupakan indikator kualitas asuhan
antenatal dan perawatan perinatal memiliki beberapa pengertian, diantara
3 pengertian yang sering digunakan adalah sebagai berikut:
a. Definisi I
Kematian perinatal didefinisikan sebagai kematian bayi kurang dari 7
hari kelahiran dan kematian janin pada lebih atau sama dengan 28
minggu kehamilan.
b. Definisi II
Kematian perinatal didefinisikan sebagai kematian janin pada usia
lebih atau sama dengan 20 minggu kehamilan, sampai dengan 28 hari
kelahiran.
c. Definisi III
21
Kematian perinatal didefinisikan sebagai kematian janin dari usia
kehamilan lebih atau sama dengan 20 minggu sampai dengan 7 hari
kelahiran.
Walaupun National Center for Health Statistic dan World Health
Organization menggunakan definisi I, definisi kedua merupakan definisi
yang sangat baik digunakan untuk mengetahui dan memonitoring
kematian perinatal karena lebih inklusif, selain itu kebanyakan kematian
janin terjadi pada usia kurang dari 28 minggu. (1,6)
Selain dari definisi kematian perinatal terdapat definisi lain yang
perlu kita ketahui, yaitu kematian bayi (infant) yang didefinisikan
sebagai kematian pada bayi dalam tahun pertama kelahiran (<365 hari),
kematian bayi ini dibagi kembali menjadi beberapa pembagian yaitu
early neonatal (<7 hari), late neonatal (7-27 hari), neonatal (<28 hari),
dan post-neonatal (28-364 hari). Definisi lainnya yaitu stillbirth yang
diartikan sebagai kematian janin pada usia kehamilan lebih dari sama
dengan 20 minggu. (6)
Adapun pada penelitian ini, definisi kematian perinatal yang
digunakan adalah definisi yang digunakan oleh WHO Indonesia yaitu,
kematian early neonatal ditambah dengan stillbirth. (1)
2.1.4.2 Epidemiologi Kematian Perinatal
Kematian perinatal masih menjadi masalah dalam kesehatan
Indonesia, angka kematian perintal pun masih tinggi yaitu 26 bayi per
1.000 kelahiran, dengan rincian 15,6 dari kematian early neonatal rate
dan 10,6 dari stillbirth rate. (1)
Adapun kematian perinatal pada daerah DKI Jakarta lebih rendah
dari rata-rata nasional yaitu 18 bayi per 1.000 kelahiran, dengan data
tertinggi berada pada Papua Barat yaitu 51 bayi per 1.000 kelahiran, dan
data terendah terdapat pada Kepulauan Riau dan Bali yaitu 15 bayi per
1.000 kelahiran. (1)
22
2.1.4.3 Faktor yang Mempengaruhi Kematian Perinatal
Kematian perinatal dan kematian neonatal dipengaruhi oleh
beberapa faktor, adapun faktor yang memiliki pengaruh penting dalam
hal tersebut yaitu usia kehamilan dan berat badan lahir.
Adapun angka survival pada janin dengan usia kehamilan 22
minggu hampir mencapai 0%, 23 minggu sekitar 15%, 24 minggu sekitar
56%, dan 25 minggu sekitar 79%, hal ini membuktikan bahwa semakin
lama usia kehamilan, semakin tinggi angka survival bayi tersebut. Selain
itu, berdasarkan penelitian oleh Rush R W, et al didapatkan bahwa
kelahiran preterm menyebabkan 85% dari kematian perinatal. (27,28)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Pakistan secara Kohort,
didapatkan bahwa faktor yang mempengaruhi kematian neonatal yang
85% nya adalah kematian bayi kurang dari 7 hari (early neonatal death)
dan merupakan bagian dari kematian perinatal adalah sebagai berikut
kelahiran preterm (26%), asfiksia atau hipoksia (26%), dan infeksi
(23%). Selain itu, 54% kematian neonatal adalah bayi dengan berat
badan lahir kurang dari 2.500 gram, dan 87% bayi dengan berat badan
lahir rendah tersebut adalah bayi dengan kelahiran preterm. (1,29)
Salah satu faktor lain yang memepengaruhi kematian perinatal
adalah berat badan lahir. Menurut WHO, berat badan lahir rendah
menyumbang angka 60-80% dari seluruh kematian neonatus. Angka
tersebut sangat tinggi, dan menunjukkan bahwa kematian bayi erat
hubungannya dengan berat badan lahirnya. (30)
23
Kerangka Teori
Gambar 2.11. Kerangka Teori
24
Kerangka Konsep
Gambar 2.12. Kerangka Konsep
25
Definisi Operasional
Tabel 2.1. Definisi Operasional
No Variabel Definisi Cara
Ukur Alat Ukur
Skala
Pengukuran
1 Kelahiran
preterm
Kelahiran pada usia
gestasi kurang dari 37
minggu. Extreme
preterm (20-27
minggu), very
preterm 28-31
minggu), Late
Preterm 32-36
minggu)
Observasi
dokumen
Data proses
persalinan
berdasarkan
rekam medis
RS. Prikasih
Ordinal (extreme
preterm, very
preterm, late
preterm)
2 Berat
Badan
Lahir
Berat badan saat baru
lahir. BBLB (>3999
gram), BBLN (2500-
3999 gram), BBLR
(1500-2499 gram),
BBLSR (<1500
gram)
Observasi
dokumen Data proses
persalinan
berdasarkan
rekam medis
RS. Prikasih
Ordinal (BBLB,
BBLN, BBLR,
BBLN)
3 Kematian
Perinatal
Kematian janin usia
kehamilan lebih atau
sama dengan 20
minggu sampai
kematian bayi kurang
7 hari
Observasi
dokumen Data ANC dan
proses
persalinan
berdasarkan
rekam medis
RS. Prikasih
Nominal
(meninggal saat
perintal, tidak
meninggal saat
perinatal)
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian yang dipergunakan adalah penelitian deskriptif-
analitik untuk mengetahui angka kejadian persalinan preterm, gambaran
berat badan lahir, dan kematian perinatal di Rumah Sakit Prikasih pada
periode 1 Januari 2010 sampai 31 Desember 2014.
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada :
Waktu : April - Juni 2015
Tempat : Rumah Sakit Prikasih, Pondok Labu, Cilandak,
Jakarta Selatan
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian
Penelitian dilakukan pada data rekam medis pasien Rumah Sakit
Prikasih yang melahirkan dari tahun 2010-2014. Sampel yang diambil
berasal dari populasi penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan
terlepas dari kriteria ekslusi. Pengambilan subjek penelitian dilakukan
dengan cara total sampling. (31-33)
3.4. Kriteria Sampel
3.4.1. Kriteria Inklusi
Pasien yang melahirkan sejak 1 Januari 2010 sampai dengan 31
Desember 2014 di RS. Prikasih
Pasien yang melakukan persalinan di RS. Prikasih.
Pasien yang memiliki catatan persalinan preterm di RS. Prikasih.
27
3.4.2. Kriteria Eksklusi
Pasien yang mengalami malnutrisi
Pasien yang memiliki serviks inkompeten, panjang serviks kurang dari
1 cm.
3.5. Sampel Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah deskriptif dan cara pengambilannya
dengan cara total sampling. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah semua bayi preterm yang lahir dari tanggal 1 Januari 2010 sampai 31
Desembar 2014.
3.6. Cara Kerja Penelitian
Hal yang pertama kali dilakukan oleh peneliti adalah mempersiapkan
proposal penelitian, kemudian setelah proposal sudah selesai dilanjutkan
dengan pembuatan izin untuk pengambilan data berdasarkan rekam medis
pasien yang melahirkan pada 1 Januari 2010 sampai dengan 31 Desember
2014 di RS. Prikasih. Setelah data didapatkan dilanjutkan dengan analisis
data dan menentukan hasil serta kesimpulan dari penelitian ini.
3.7. Alur Penelitian
Gambar 3.1 Alur Penelitian
Persiapan penelitian
Pemilihan sampel
Kriteria inklusi
Kriteria ekslusi Tidak memenuhi kriteria inklusi
Masuk dalam kriteria ekslusi Pengolahan data
Hasil
28
3.8. Rencana Analisis Data
3.8.1. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder menggunakan rekam medis pasien yang melakukan persalinan
pada 1 Januari 2010 sampai dengan 31 Desember 2014 di RS. Prikasih.
3.8.2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan mencatat data rekam medis
yang didapat dari RS. Prikasih
3.8.3. Pengolahan, Analisis, dan Penyajian Data
Semua data dari data rumah sakit dan rekam medis dikumpulkan,
kemudian diolah dengan menggunakan program SPSS 22 for windows dan
Microsoft Excel 2013.
Langkah awal dimulai dengan editing, coding, data entry, dan
dilanjutkan dengan tabulasi. Selanjutnya akan dilakukan analisis univariat
untuk melihat frekuensi dan proporsi dari setiap karakteristik responden,
serta angka kejadian persalinan preterm dan gambaran berat badan lahir
serta kematian perinatal.
3.9. Manajemen Data
Penelitian ini menggunakan analisis univariat untuk mengetahui:
Sebaran atau frekuensi dan proporsi dari setiap karakteristik dari
masing-masing responden.
Angka kejadian persalinan preterm
Gambaran berat badan lahir bayi
Gambaran kematian perinatal. (17,32)
29
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis data rekam medis pasien
yang melahirkan preterm dan bayi dari kelahiran pretem dari tanggal 1 Januari
2010 sampai 31 Desembar 2014 di Rumah Sakit Prikasih, Pondok Labu,
Cilandak, Jakarta Selatan. Penelitian ini menggunakan metode diskriptif dengan
metode pengambilan sampel yaitu total sampling. Dari hasil pengambilan data
dengan cara tersebut didapatkan bahwa bayi yang dilahirkan pada RS Prikasih
dari tanggal 1 Januari 2010 sampai 31 Desember 2014 sebanyak 4036 orang dan
yang mengalami kelahiran preterm sebanyak 13 orang.
4.1 Deskripsi Hasil
4.1.1 Gambaran Kelahiran di RS Prikasih
4.1.1.1 Jumlah kelahiran dan Jenis Kelamin
Tabel 4.1 Jumlah Kelahiran dan Jenis Kelamin di RS Prikasih Tahun
2010-2014
Tahun
Jumlah
Kelahiran
(Orang)
Jenis Kelamin
Laki-laki
(orang)
Perempuan (Orang)
2010 861 453 408
2011 906 486 420
2012 927 486 441
2013 699 356 343
2014 643 330 313
Total 4036 2111 1925
Rerata 807 422 385
Dari Tabel 4.1 didapatkan bahwa jumlah kelahiran di Rumah Sakit
Prikasih dari 2010-2014 sebanyak 4.036 kelahiran, dengan rerata 807
kelahiran per tahun. Jumlah kelahiran terendah terjadi pada tahun 2014
30
(643 Kelahiran) dan yang paling tertinggi pada tahun 2012 (927
kelahiran). Dari gambaran diatas juga dapat dilihat bahwa terjadi
peningkatan jumlah kelahiran dari tahun 2010-2012, kemudian mengalami
penurunan dari tahun 2013-2014.
Berdasarkan jenis kelamin, dari 4.036 kelahiran terdapat 2.111
bayi laki-laki yang lahir, dan 1.925 bayi perempuan yang lahir. Dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa rasio jenis kelamin (RJK) bayi laki-laki
terhadap bayi perempuan sebesar 110, jadi setiap kelahiran 100 bayi
perempuan terdapat kelahiran 110 bayi laki-laki. Angka ini lebih tinggi
dari RJK Indonesia tahun 2010 yaitu sekitar 101, dan RJK Jakarta Selatan
tahun 2013 yaitu sebesar 101, serta RJK Kecamatan Cilandak sendiri yang
sebesar 98. (34,35)
4.1.1.2 Insidensi Berat Badan Lahir
Tabel 4.2 Insidensi Berat Badan Lahir di RS. Prikasih tahun 2010-2014
Tahun
Kategori Berat Badan Lahir
Jumlah
(orang) BBLSR BBLR BBLN BBLB
N* % N* % N* % N* %
2010 9 1% 94 11% 744 86% 14 2% 861
2011 6 1% 78 8% 824 89% 19 2% 927
2012 28 3% 79 9% 774 85% 25 3% 906
2013 8 1% 65 9% 618 88% 8 1% 699
2014 7 1% 43 7% 578 90% 15 2% 643
Rerata 12 1% 72 9% 708 88% 16 2% 799
* Jumlah bayi (orang)
Dari Tabel 4.2 di atas dapat kita lihat bahwa terjadi peningkatan
angka bayi yang lahir dengan berat badan normal, yang pada tahun 2010
hanya sebesar 86%, menjadi 90% pada tahun 2014, dan secara rerata dapat
kita lihat bahwa bayi dengan BBLN sebesar 88%.
Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) dan bayi dengan
berat badan lahir sangat rendah (BBLSR) mengalami penurunan dari tahun
2010 sampai tahun 2014. Bayi dengan BBLSR tahun 2010 sebesar 1% dan
31
pada tahun 2014 hanya sebesar 1%, dan secara rata-rata dari tahun 2010
sampai tahun 2014 sebesar 1%. Sedangkan bayi dengan BBLR pada tahun
2010 sebesar 11% dan pada tahun 2014 hanya sekitar 7%, dan secara
rerata sebesar 9%, hal ini tidak jauh berbeda dengan hasil Riskedas tahun
2013 yang menyatakan bahwa angka kejadian BBLR di Indonesia sebesar
10,2% dan di DKI Jakarta sekitar 10%.(4)
4.1.1.3 Insidensi Kematian Perinatal
Angka kematian perinatal yang merupakan kematian janin dari usia
kehamilan 20 minggu sampai usia kelahiran kurang dari 7 hari biasanya
ditunjukkan dengan insidensi per 1.000 kelahiran. Adapun angka kematian
perinatal di Rumah Sakit Prikasih adalah sebagai berikut.
Tabel 4.3 Insidensi Kematian Perinatal di RS Prikasih Tahun 2010-2014
Tahun Jumlah Kelahiran
(orang)
Kematian Perinatal
(orang)
Angka Insidensi
(per 1.000 kelahiran)
2010 861 37 43
2011 906 27 30
2012 927 30 32
2013 699 22 31
2014 643 17 26
Total 4036 133 32
Dari Tabel 4.3 dapat kita lihat bahwa angka kelahiran jumlah
kematian setiap tahun mengalami penurunan. Dari angka insidensi sebesar
43 per 1.000 kelahiran pada tahun 2010, menurun menjadi 26 per 1.000
kelahiran pada tahun 2014, walaupun sempat terjadi kenaikan pada tahun
2012 yaitu 32 per 1.000 kelahiran. Penurunan angka kematian perinatal ini
merupakan hal yang baik, dan menunjukkan bahwa terdapat peningkatan
kualitas penanganan perinatal. Salah satu faktor penyebabnya yaitu
terdapatnya kebijakan rumah sakit yang mengharuskan merujuk pasien
dengan janin risiko tinggi ke rumah sakit yang memiliki fasilitas yang
32
lebih baik, sehingga risiko-risiko yang mungkin terjadi dapat ditangani
dengan baik.
Insidensi kematian perinatal dari tahun 2010-2014 sebesar 32 per
1.000 kelahiran, dan angka ini lebih tinggi dari data epidemiologi
Indonesia dan DKI Jakarta yang berturut-turut sebesar 26 dan 18 per 1.000
kelahiran. Tingginya angka kematian perinatal di rumah sakit ini
dibandingkan dengan angka insidensi Nasional dan DKI Jakarta, karena
angka epidemiologi Nasional dan DKI Jakarta tersebut merupakan angka
keseluruhan kelahiran yang termasuk di dalamnya kelahiran-kelahiran
yang tidak berisiko yang dilakukan di bidan atau fasilitas kesehatan tingkat
pertama, sedangkan angka insidensi di rumah sakit akan lebih tinggi
karena sebagian besar kelahiran yang dilakukan di rumah sakit adalah
kelahiran-kelahiran yang berisiko yang tentunya risiko angka kematian
perinatal juga akan meningkat. Namun demikian, angka insidensi
kematian perinatal tahun 2014 sudah sama dengan angka insidensi
Nasional. Oleh karena itu, hal ini perlu dipertahankan, bahkan
ditingkatkan agar dapat menurunkan angka kematian perinatal serendah
mungkin. (1)
4.1.1.4 Insidensi Kelahiran Preterm
Tabel 4.4 Insidensi Kelahiran Preterm di RS Prikasih Tahun 2010-2014
Tahun Jumlah Kelahiran (orang) Kelahiran Pretem (orang) Persentase (%)
2010 861 1 0,1
2011 906 2 0,2
2012 927 3 0,3
2013 699 3 0,4
2014 643 4 0,6
Total 4063 13 0,3
Dari Tabel 4.3 di atas dapat kita lihat bahwa terjadi peningkatan
insidensi kelahiran preterm dari tahun 2010 hingga tahun 2014. Dan secara
rerata persentase kelahiran preterm sebesar 0,3%. Angka ini lebih rendah
dari data analisis Riskesdas tahun 2010 yang menunjukkan data 4,1%.
Yang mungkin menjadi salah satu penyebab rendahnya angka kelahiran
33
preterm ini adalah kebijakan rumah sakit yang merujuk pasien dengan
janin risiko tinggi ke rumah sakit yang memiliki fasilitas lebih baik, yang
termasuk di dalamnya pasien yang memiliki usia kehamilan di bawah 37
minggu atau kehamilan preterm, hal ini dibuktikan dari penelitian Deswita
pada tahun 2010 yang menyatakan bahwa angka kejadian bayi prematur
dan berat badan lahir rendah rerata 14-16 bayi perbulan di RSAB Harapan
Kita dan sekitar 26-30 bayi perbulan di RSUP Fatmawati Jakarta Selatan.
(15,39)
Tabel 4.5 Kategori Preterm Tahun 2010-2014
Kategori Preterm Jumlah (orang) Persentase (%)
Extreme (<28 minggu) 7 53,8
Very (28-31 minggu) 2 15,4
Late (32-36 minggu) 4 30,8
Jumlah 13 100
Dari tabel diatas didapatkan bahwa kategori kelahiran pretem
terbanyak yaitu kategori extereme pretem yaitu sebesar 53,8% atau 7
orang, diikuti oleh late preterm (30,8% atau 4 orang), dan very preterm
(15,4% atau 2 orang).
Dari data diatas dapat kita simpulkan bahwa angka kelahiran
pretem sudah cukup rendah, dan ini merupakan hal yang baik, karena
dengan rendahnya angka preterm, angka kematian perinatal dan neonatal
pun akan semakin menurun. (15,29)
34
4.1.2 Karakteristik Sampel
4.1.2.1 Sebaran Sampel berdasarkan Demografi
Tabel 4.6 Tingkat Pendidikan dan Sebaran Usia Ibu dengan Bayi Preterm
tahun 2010-2014
Demografi Ibu Jumlah (orang) Persentase (%)
Tingkat Pendidikan Ibu
Sarjana (S1, S2, atau S3) 4 30,8
SMA 7 53,8
SMP 2 15,4
Usia Ibu (tahun)
21 1 8
22 1 8
23 0 0
24 2 15
25 0 0
26 0 0
27 1 8
28 3 23
29 1 8
30 2 15
31 1 8
Jumlah 13 100
Dari Tabel 4.5 didapatkan bahwa persentase tingkat pendidikan ibu
tertinggi yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 53,8%, diikuti
dengan Sarjana (S1, S2, atau S3) sebanyak 30,8%, dan Sekolah Menengah
Pertama (SMP) sebanyak 15,4%. Dari penelitian Morgen C S, dkk
didapatkan bahwa tingkat pendidikan merupakan faktor prediksi yang kuat
untuk terjadinya kelahiran preterm, pendidikan ibu yang lebih dari 12
tahun secara signifikan memiliki tingkat kelahiran preterm yang lebih
rendah dibandingkan yang lain, dan hal ini sesuai dengan penelitian ini
yang didapatkan bahwa angka kelahiran preterm untuk pasien dengan
pendidikan lebih dari 12 tahun (sarjana) hanya 30,8%, sedangkan sisanya
dialami oleh pasien dengan pendidikan yang lebih rendah. (40)
Selanjutnya secara sebaran usia ibu didapatkan bahwa usia
terbanyak ibu yang mengalami kelahiran preterm yaitu 28 tahun (23%).
Dari hasil ini tidak terdapat usia yang dominan, walaupun di berbagai
35
jurnal dijumpai bahwa usia kehamilan mempengaruhi kelahiran preterm,
namun usia yang dimaksud adalah terlalu muda (<18 tahun) atau terlalu
tua (>35 tahun). (36)
4.1.2.2 Sebaran Sampel berdasarkan Status Gestasi Ibu
Tabel 4.7 Status Gestasi Ibu dengan Bayi Preterm tahun 2010-2014
Status Gestasi Jumlah (orang) Persentase (%)
Pertama 5 38
Kedua 6 46
Ketiga 2 15
Jumlah 13 100
Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa persentase kelahiran
preterm terbanyak pada gestasi kedua (46%), diikuti oleh gestasi pertama
(38%), dan yang paling rendah yaitu gestasi ketiga (15%). Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Shaikh K dkk, didapatkan bahwa jumlah
kelahiran yang lebih banyak berpengaruh dengan kelahiran preterm. (37)
4.1.3 Gambaran Berat Badan dan Kematian Perinatal pada Kelahiran
Preterm
4.1.3.1 Gambaran Berat Badan Lahir pada Kelahiran Preterm
Tabel 4.8 Gambaran Berat Badan lahir berdasarkan Kategori Preterm
tahun 2010-2014
Kategori
Berat
Badan
Lahir
Kategori Preterm
Jumlah Extreme
(<28 minggu)
Very
(28-31 minggu)
Late
(32-36 minggu)
N* % N* % N* % N* %
BBLSR 7 100% 1 50% 1 25% 9 69%
BBLR 0 0% 1 50% 3 75% 4 31%
BBLN 0 0% 0 0% 0 0% 0 0%
BBLB 0 0% 0 0% 0 0% 0 0%
Jumlah 7 100% 2 100% 4 100% 13 100%
* Jumlah bayi Preterm (orang)
36
Berdasarkan Tabel 4.7 didapatkan bahwa semua kelahiran preterm
berada pada kategori berat badan di bawah normal, baik di berat badan lahir
sangat rendah (BBLSR) ataupun berat badan lahir rendah (BBLSR). Dan
dapat kita lihat pula bahwa angka persentase BBLSR semakin menurun
dengan bertambahnya usia preterm, sebaliknya angka persentase BBLR
semakin meningkat.
Secara rerata, kelahiran preterm menyebabkan bayi dengan kategori
BBLSR sebanyak 69%, dan sisanya menyebabkan bayi dengan kategori
BBLR yaitu sebanyak 31%. Dan ini memang sesuai dengan beberapa
referensi yang menyatakan bahwa kelahiran preterm adalah penyebab utama
dalam terjadinya berat badan lahir rendah (BBLR). (27)
4.1.3.2 Gambaran Kematian Perinatal pada Kelahiran Preterm
Tabel 4.9 Gambaran Kematian Perinatal berdasarkan Kategori Preterm
tahun 2010-2014
Kategori Preterm
Status Perinatal Jumlah
(orang)
Presentase
Kematian
Perinatal Hidup
(orang)
Meninggal
(orang)
Extreme (<28 minggu) 1 6 7 85,7%
Very (28-31 minggu) 0 2 2 100%
Late (32-36 minggu) 3 1 4 25%
Jumlah 4 9 13 69,2%
Dari Tabel 4.8 didapatkan bahwa walaupun persentase kematian
perinatal tertinggi terjadi pada usia kelahiran 28-31 minggu, namun angka
kematian perinatal semakin menurun dengan bertambahnya usia janin.
Dan didapatkan bahwa rerata angka mortalitas perinatal pada kelahiran
preterm cukup tinggi yaitu sebesar 69,2%. Dari Tabel 4.3 dan Tabel 4.9
didapatkan bahwa kelahiran preterm menjadi penyebab sekitar 10% dari
kematian kematian perinatal (13 bayi dari 133 bayi) di Rumah Sakit
Prikasih tahun 2010-2014. Dengan tingginya angka mortalitas perinatal
ini, menurut penelitian Rush R W kelahiran preterm menyebabkan 85%
kematian perinatal. (28)
37
Tabel 4.10 Gambaran Kematian Perinatal berdasarkan BBL Bayi Preterm
tahun 2010-2014
Kategori Berat
Badan Lahir
Status Perinatal Jumlah
(orang)
Presentase
Kematian
Perinatal Hidup
(orang)
Meninggal
(orang)
BBLSR 2 7 9 77,8%
BBLR 2 2 4 50,0%
Jumlah 4 9 13 69,2%
Berdasarkan tabel di atas, dapat kita lihat bahwa pada kelahiran
preterm, kematian perinatal tertinggi terjadi pada bayi dengan Berat Badan
Sangat Rendah (BBLSR) yaitu sebesar 77,8%. Angka presentase kematian
menurun dengan meningkatnya berat badan lahir bayi preterm. Dengan
tingginya angka tersebut, sesuai dengan laporan WHO yang menyatakan
bahwa berat badan dibawah normal memiliki kontribusi sebesar 60-80%
dari seluruh kematian bayi. (30)
Tabel 4.11 Gambaran Kematian Perinatal berdasarkan Kategori Preterm
dan BBL tahun 2010-2014
Kategori
Berat
Badan
Lahir
Kategori Preterm
Extreme (<28 minggu)
Very (28-31 minggu)
Late (32-36 minggu)
N*
+**
%
N*
+**
%
N*
+**
%
BBLSR
7
6
86%
1
1
100%
1
0
0%
BBLR
0
0
0%
1
1
100%
3
1
33%
Jumlah
7
6
86%
2
2
100%
4
1
25%
* Jumlah bayi Preterm (orang)
** Jumlah kematian perinatal (orang)
Dari Tabel 4.11 didapatkan bahwa walaupun seorang janin lahir dengan
usia antara 20 sampai kurang dari 28 minggu, masih terdapat harapan
untuk hidup, walaupun sedikit. Al-Qur’an ternyata telah menjelaskan
tentang hal tersebut, yaitu bahwa usia minimal janin bisa bertahan hidup
38
yaitu sekitar 24 minggu. Usia minimal tersebut didapatkan dari dua ayat di
dalam al-Qur’an, yaitu ayat 15 surat al-Ahqaf yang berbunyi:
وحمله وفصاله ثلاثىن شهرا
Artinya:
“Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan”. (QS.
Al-Ahqaf: 15)
Dari ayat tersebut, al-Qur’an menjelaskan bahwa durasi minimal
untuk mengandung dan menyusui adalah 30 bulan, di ayat lain Allah SWT
berfirman bahwa durasi minimal untuk menyusui saja yaitu 24 bulan (2
tahun penuh), sebagaimana tercantum dalam surat al-Baqarah ayat 233,
Allah SWT berfirman:
والىالدات يرضعه أوالدهه حىليه كامليه لمه
م الرضاعةأراد أن يت
Artinya:
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh,
yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan.” (QS. Al-Baqarah:
233)
Dari 2 ayat di atas dapat disimpulan bahwa waktu minimal untuk
mengandung yaitu sekitar 6 bulan (30 bulan-24 bulan) atau sekitar 24
minggu, dan hal ini sesuai dengan yang didapatkan dalam penelitian ini.
Berdasarkan penelitian ini, walaupun seorang bayi termasuk dalam
kategori extreme preterm (20-<28 minggu), bayi tersebut masih memiliki
harapan hidup yaitu sebesar 14,3%.(41)
Namun demikian, walaupun terdapat bayi yang dapat melewati
masa perinatal, namun karena keterbatasan data, kami tidak dapat
mengetahui bagaimana kualitas hidup atau outcome dari bayi tersebut,
39
karena bayi yang lahir preterm selain memiliki risiko yang lebih untuk
mengalami kematian perinatal juga memiliki risiko untuk mengalami
komplikasi baik yang jangka pendek seperti gangguan pernapasan,
gangguan saraf, ataupun jangka panjang seperti gangguan kognitif dan
neurologi saat usia sekolah. (38)
4.2 Analisis Hasil
4.2.1 Hubungan antara Jenis Kelahiran dengan Berat Badan Lahir
Tabel 4.12 Hubungan antara Kelahiran Preterm dengan Kejadian Berat
Badan Lahir di Bawah Normal (BBLR/SR)
Berat Badan lahir
Jumlah P-Value
BBLR/SR
N (%)
BBLN
N (%)
Kelahiran Preterm 13 (100%) 0 (0%) 13
0,00 Normal 404 (10,2%) 3565 (89,8%) 3969
Jumlah 417 (10,5%) 3565 (89,5%) 3982
Dari Tabel 4.12 didapatkan bahwa jumlah kelahiran yang memiliki
berat badan lahir rendah/sangat rendah (BBLR/SR) dan berat badan lahir
normal (BBLN) sebanyak 3982 bayi. Terdapat 81 kelahiran dari seluruh
kelahiran (4.063 kelahiran) yang tidak dimasukkan, karena memiliki berat
badan lahir besar (BBLB). Dari analisis diatas, didapatkan bahwa
kelahiran preterm memiliki hubungan yang signifikan bermakna dalam
menyebabkan berat badan lahir dibawah normal (BBLR/SR) dengan nilai
P<0,05.
4.2.2 Hubungan antara Jenis Kelahiran dengan Kematian Perinatal
Tabel 4.13 Hubungan antara Kelahiran Preterm dengan Kematian
Perinatal
Kematian Perinatal
Jumlah P-Value
Meninggal
N (%)
Hidup
N (%)
Kelahiran Preterm 9 (69,2%) 4 (30,8%) 13
0,00 Normal 124 (3,1%) 3926 (96,9%) 4050
Jumlah 133 (3,3%) 3930 (96,7%) 4063
40
Dari Tabel 4.13 didapatkan bahwa jumlah kematian perinatal
sebesar 133 bayi (3,3%). Dari analisis diatas, didapatkan bahwa kelahiran
preterm memiliki hubungan yang signifikan bermakna dalam
menyebabkan kematian perinatal dengan nilai P<0,05.
4.3. Keterbatasan Penelitian
1. Data yang diambil berasal dari rumah sakit swasta yang tentunya angka
kelahirannya lebih sedikit dari angka kelahiran di rumah sakit
pemerintah, sehingga angka kelahiran pretemnya pun sedikit.
2. Terdapat keterbatasan data, sehingga tidak dapat mencari faktor-faktor
apa saja yang dapat menjadi faktor risiko terjadinya preterm serta tidak
dapat mengetahui kualitas hidup ataupun outcome dari bayi preterm
yang dapat melewati masa perinatalnya.
41
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Pada penelitian ini diketahui bahwa angka kejadian kelahiran preterm
pada tahun 2010-2014 di Rumah Sakit Prikasih sebesar 0,3%. Dengan
kategori terbanyak extreme preterm (53,8%), diikuti dengan late
preterm (30,8%) dan very preterm (15,4%).
2. Berdasarkan berat badan lahir, semua bayi dengan kelahiran preterm
memiliki berat badan lahir di bawah nomal. Bayi preterm yang
termasuk BBLSR (69%), 77,8% mengalami kematian perinatal dan
bayi dengan BBLR (31%), 50% mengalami kematian perinatal.
Berdasarkan kategori kelahiran preterm, bayi dengan kategori extreme
preterm (53,8 %), semua bayi memiliki BBLSR dan 86% mengalami
kematian perinatal. Bayi dengan kategori very preterm (15,4%), 50%
termasuk BBLSR dan 50% termasuk BBLR, serta semuanya
mengalami kematian perinatal. Dan bayi dengan kategori late preterm
(30,8%), 25% termasuk dalam kategori BBLSR, dan 75% termasuk
BBLR, serta terdapat 33% kematian perinatal pada bayi dengan
BBLR. Angka kematian perinatal akibat kelahiran preterm sebesar
69,2%, sedangkan kualitas hidup atau outcome dari bayi preterm yang
dapat melewati masa perinatal belum bisa ditunjukkan dalam
penelitian ini.
3. Kelahiran preterm secara signifikan bermakna dalam menyebabkan
berat badan lahir di bawah normal dan kematian perinatal (P<0,05).
42
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, terdapat beberapa saran yang
diberikan sebagai berikut:
a. Masyarakat Umum
Pada penelitian ini, didapatkan kesimpulan bahwa kelahiran preterm
memiliki dampak yang sangat besar dalam lahirnya bayi dengan berat
badan di bawah normal dan kematian perinatal. Oleh karena itu,
walaupun faktor risiko pasti dari persalinan preterm masih belum
diketahui dan masih dalam proses penelitian, diharapkan masyarakat
menghindari faktor-faktor terjadinya kelahiran preterm dan lebih
waspada apabila memiliki faktor-faktor tersebut, sehingga angka
kelahiran preterm dapat diturunkan dan dampak lebih lanjut seperti
lahirnya bayi dengan berat badan lahir di bawah normal serta angka
kematian perinatal dapat dihindari.
b. Rumah Sakit
Pihak rumah sakit diharapkan memiliki dan mendokumentasikan
rekam media yang lengkap, agar data yang dibutuhkan untuk proses
penelitian menjadi lebih lebih lengkap, sehingga hasil dari penelitian
dapat optimal demi pengembangan ilmu pengetahuan.
c. Peneliti
Penelitian selanjutnya diharapkan dilakukan pada rumah sakit atau
tempat pelayanan kesehatan dengan pasien yang melakukan kelahiran
lebih banyak, sehingga sampel penelitian yang mengalami kelahiran
preterm lebih banyak. Dan juga penelitian selanjutnya, diharapkan
dapat mencari faktor-faktor prediksi kelahiran preterm serta dampak
dan outcome jangka pendek ataupun jangka panjang pada bayi preterm
yang dapat bertahan hidup.
43
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO. Maternal and perinatal country profil Indonesia: Department of
Maternal, Newborn, Child and Adolescent Health.
2. Prawirohardjo S. Ilmu kebidanan. Edisi 4. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2008
3. Howson, Kinney MV, Lawn JE. Born Too Soon: The Global Action
Report on Preterm Birth. Geneva: World Health Organization; 2012.
4. Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan; 2013.
5. WHO. Pelayanan kesehatan anak di rumah sakit, pedoman bagi rumah
sakit rujukan tingkat pertama di kabupaten/kota. Jakarta: WHO Indonesia;
2008
6. American Academy of Pediatrics. Clinical report – Standar terminology of
fetal, infant, and perinatal deaths. American Academy of Pediatrics. 2011.
7. Wilcox A J, Skjaerven R. Birth Weight and Perinatal Mortality: The Effect
of Gestational Age. Am J Public Health. 1992;82:378-382
8. Tortora G J, Derrickson B. Principle of anatomy and physiology. 12th
ed.
USA: John Wiley & Sons, Inc; 2009.
9. Cunningham F G, Leveno K J, Bloom S L, Hauth J C, Rouse D J, Spong C
Y. Williams Obstetrics. 23th ed. US: McGraw-Hill Companies. 2010.
10. Sherwood L. Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Edisi 6. Jakarta: ECG;
2012.
11. Beck S, Wojdyla D, Say L, Betran A P, Meraildi M, Requejo J H, et al.
The worldwide incidence of preterm birth: a systematic review of maternal
mortality and morbidity. Bull World Health Organ 2010;88:31–38
12. ACOG. Preterm (prematur) labor and birth. FAQ 087, 2014.
13. WHO. Preterm Birth, 2014. Available from:
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs363/en/ (31/01/2015. Pukul
15:47)
14. Purwahati N W R, Mardiyaningsih E, Wulansari. Hubungan antara pecah
ketuban dini dengan persalinan prematur di Rumah Sakit Mutiara Bunda
44
Salatiga. 2014. Available from:
jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn12012010/article/view/1233/1286
(02/02/2015.Pukul 21.55)
15. Agustiana T. Faktor-faktor yang berhubungan dengan persalinan prematur
di Indonesia tahun 2010 (analisis data Riskesdas 2010). Jakarta: FKM UI;
2012.
16. NIH. What are the risk faktors for preterm labor and birth?. 2014.
Available from:
http://www.nichd.nih.gov/health/topics/preterm/conditioninfo/Pages/who_
risk.aspx (02/02/2015.Pukul 22.35)
17. Kiran P, Ajay B, Neena G, Geetanjaly K. Predictive Value of Various
Risk Faktor for Preterm labor. J Obstet Gynecol India. 2010;60:141-145
18. Ahmed S R, El-Sammani M E, Al-Sheeha M A, Aitallah A S, Khan F J,
Ahmed S R. Pregnancy Outcome in Women with Threatened Miscarriage:
a Year Study. Mat Soc Med. 2012; 24(1): 26-28
19. WHO expert consultant. Appropriate body-mass index for Asian
populations and its implications for policy and intervention strategies.
Lancet. 2004; 363: 157–63
20. Goldenberg RL, Iams JD, Mercer BM, Meis PJ, Moawad AH, Copper
RL, et al. The preterm prediction study: the value of new vs standard risk
faktors in predicting early and all spontaneous preterm births. NICHD
MFMU Network. Am J Public Health. 1998 Feb; 88(2): 233–238.
21. Al-Salami KS, Alyasin ZT, Hussain RN. Influence of body mass index on
the incidence of preterm labour. Bas J Surg. 2009.
22. Goldenberg R L, Culhane J F, Lams J D, Romero R. Epidemiology and
causes of preterm birth. 2008: 371
23. Krohn MA, Hillier SL, Nugent RP, et al. The genital fl ora of women with
intraamniotic infection. J Infect Dis. 1995; 171: 1475–80.
24. Hillier SL, Krohn MA, Cassen E, et al. The role of bacterial vaginosis and
vaginal bacteria in amniotic fl uid infection in women in preterm labor
with intact fetal membranes. Clin Infect Dis. 1994; 20: S276–78.
45
25. Cram LF, Zapata MI, Toy EC, Baker B 3rd. Genitourinary infections and
their association with preterm labor. Am Fam Physician. 2002 Jan
15;65(2):241-8.
26. Wilcox A J. Reformulations on the importence and the unimportance of
birthweight. Great Britain: International Epidemiological Association.
2001;30:1233-1241.
27. Behrman R E, Kliegman R M, Jenson H B. Nelson texbook of pediatrics.
17th
ed. USA: Saunders, An Imprint of Elsevier. 2014.
28. Rush RW, Keirse MJ, Howat P, Baum JD, Anderson AB, Turnbull AC.
Contribution of preterm delivery to perinatal mortality. British Medical
Journal. 1976;2(6042):965-968.
29. Jehan M, Harris H, Salat S, Zeb A. Mobeen N, Pasha O, McClure, et al.
Meonatal Mortality, risk factors and causes: a prospective population-
based cohort study in urban Pakistan. Bulletin of the World Health
Organization. 2009;87:130-138. Available from:
http://www.who.int/bulletin/volumes/87/2/08-050963/en/
30. WHO. Care of the preterm and/or low-birth-weight newborn. Available
from:
http://www.who.int/maternal_child_adolescent/topics/newborn/care_of_pr
eterm/en/
31. Dahlan S. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Edisi 4. Jakarta:
Salemba Medika; 2009
32. Dahlan S. Langkah-langkah membuat proposal penelitian bidang
kedokteran dan kesehatan. Edisi 2. Jakarta: Sagung Seto; 2010
33. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi
3. Jakarta: Sagung Seto; 2010
34. Junaidi H. Analisis kuantitas dan kualitas penduduk sebagai modal dasar
dan orientasi pembangunan di Provinsi Jambi. Jambi; 2011.
35. Badan Pusat Statistik Jakarta Selatan. Jumlah penduduk menurut
kecamatan, jenis kelmin, dan rasio jenis kelamin 2013. Jakarta, 2013.
Available from: http://jakselkota.bps.go.id/index.php?hal=tabel&id=4
46
36. Lisonkova S, Janssen P A, Sheps S B, Lee S K, Dehlgren L. The effect of
maternal age on adverse birth outcome: Does parity matter? J Obstet
Gynaecol Can. 2010;32(6):541–548.
37. Shaikh K, Premji S S, Rose M S, Kazi A, Khowaja S, Tough S. The
Association between parity, infant gender, higher level of paternal
education and preterm birth in Pakistan: a cohort study. BMC Pregnancy
and Childbirth. 2011, 11:88
38. Marlow N, Wolke D, Bracewell MD, et al. Neurologic and developmental
disability at six years of age after extremely preterm birth. New England
Journal of Medicine. 2005;352(1) :9-19.
39. Deswita. Pengaruh perawatan metode kangguru terhadap respon fisiologis
bayi prematur dan kepercayaan diri ibu dalam merawat bayi di dua rumah
sakit di Jakarta. Jakarta: FIK UI; 2010.
40. Morgen C S, Bjork C, Andersen P K, Mortensen L H, Andersen A N.
Sosioeconomic position and the risk of preterm birth: a study within the
Danish National Birth Cohort. International Journal of Epidemiology.
2008;37:1109-1120.
41. Departemen Agama RI. Qur’an Tajwid dan Terjemahnya. Jakarta:
Magfirah Pustaka; 2006.
47
Lampiran 1. Riwayat Hidup
Riwayat Hidup
1. Identitas Diri
Nama Lengkap : M. Ilyas Saputera
Nama Panggilan : Ilyas
Tempat, Tanggal Lahir : Negara, 15 April 1994
Golongan Darah : B
Agama : Islam
Alamat : Jl. Pekapuran Kecil, No. 30, RT 02/III,
Negara, Kalimantan Selatan
Alamat Domisili : Jl. Tarumanegara, No. 100, Ciputat,
Tanggerang Selatan
No. Telp/Hp : 0856 844 7904
Email : ilyasyzb@gmail.com
2. Riwayat Pendidikan
TK Melati, Kalimantan Selatan (1999-2000)
SDN 1 Pekapuran Kecil, Kalimantan Selatan (2000-2006)
SMP Darul Hijrah Putra, Kalimantan Selatan (2006-2009)
MA Darul Hijrah Putra, Kalimantan Selatan (2009-2012)
PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta (2012-Sekarang)
3. Riwayat Organisasi
Ketua Lulusan ke-20 Pondok Pesantren Darul Hijrah Putra (2011-2012)
Ketua Fungsional BEMPD (2014)
Wakil Ketua DEMA FKIK (2014-Sekarang)
Wakil Koordinator Nasional Bidang Pendidikan dan Profesi ISMKI (2015-
Sekarang)
Ketua Delegasi Indonesia di APRM IFMSA, Filipina (2015)
Ketua MedProbe 2015 (Join Project ISMKI-CIMSA-AMSA) (2015)
48
Lampiran 2. Output SPSS
Jenis Kelahiran dengan BBL
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Kelahiran * BBLahir 3982 100,0% 0 0,0% 3982 100,0%
Kelahiran * BBLahir Crosstabulation
BBLahir
Total BBLR/SR Normal
Kelahiran Preterm Count 13 0 13
Expected Count 1,4 11,6 13,0
% within Kelahiran 100,0% 0,0% 100,0%
% within BBLahir 3,1% 0,0% 0,3%
Normal Count 404 3565 3969
Expected Count 415,6 3553,4 3969,0
% within Kelahiran 10,2% 89,8% 100,0%
% within BBLahir 96,9% 100,0% 99,7%
Total Count 417 3565 3982
Expected Count 417,0 3565,0 3982,0
% within Kelahiran 10,5% 89,5% 100,0%
% within BBLahir 100,0% 100,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 111,503a 1 ,000
Continuity Correctionb 102,128 1 ,000
Likelihood Ratio 59,035 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear
Association 111,475 1 ,000
N of Valid Cases 3982
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,36.
b. Computed only for a 2x2 table
49
Jenis Kelahiran dengan Kematian Perinatal
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Kelahiran * Kematian 4063 100,0% 0 0,0% 4063 100,0%
Kelahiran * Kematian Crosstabulation
Kematian
Total Meninggal Hidup
Kelahiran Preterm Count 9 4 13
Expected Count ,4 12,6 13,0
% within Kelahiran 69,2% 30,8% 100,0%
% within Kematian 6,8% 0,1% 0,3%
Normal Count 124 3926 4050
Expected Count 132,6 3917,4 4050,0
% within Kelahiran 3,1% 96,9% 100,0%
% within Kematian 93,2% 99,9% 99,7%
Total Count 133 3930 4063
Expected Count 133,0 3930,0 4063,0
% within Kelahiran 3,3% 96,7% 100,0%
% within Kematian 100,0% 100,0% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square 179,189a 1 ,000
Continuity Correctionb 158,900 1 ,000
Likelihood Ratio 46,352 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear
Association 179,145 1 ,000
N of Valid Cases 4063
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,43.
b. Computed only for a 2x2 table
top related