apses periodontal, dan perikoronitis
Post on 16-Feb-2015
206 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Abses Periodontal
Definisi
Suatu inflamasi purulent yang telokalisir pada jaringan periodonsium. Lesi
ini disebut juga dengan abses periodontal lateral atau abses parietal. Abses
periodontal diketahui sebagai lesi yang dapat dengan cepat merusak jaringan
periodonsium terjadi selama periode waktu yang terbatas serta mudah diketahui
gejala klinis dan tanda-tandanya seperti akumulasi local pus dan terletak dalam
saku periodontal. Abses periodontal merupakan infeksi lokal purulen di dalam
dinding gingivapada saku periodontal yang dapat menyebabkan destruksi ligamen
periodontal dan tulang alveolar.
Abses periodontal secara khusus ditemukan pada pasien dengan
periodontitis yang tidak dirawat dan berhubungan dengan saku periodontal yang
sedang dan dalam, biasanya terletak diluar daerah mukogingiva.
Gambaran klinisnya terlihat licin, pembengkakan gingiva mengkilat
disertai rasa sakit, daerah pembengkakan gingivanya lunak karena adanya eksudat
purulen dan meningkatnya kedalaman probing, gigi menjadi sensitif bila diperkusi
dan mungkin menjadi mobiliti serta kehilangan perlekatan periodontal dengan
cepat dapat terjadi.
Abses periodontal sering muncul sebagai eksaserbasi akut dari saku
periodontal yang ada sebelumnya terutama terkait pada ketidak sempurnaan dalam
menghilangkan kalkulus dan tindakan medis seperti pada pasien setelah perawatan
bedah periodontal, setelah pemeliharaan preventif, setelah terapi antibiotik
sistemik dan akibat dari penyakit rekuren.
Abses periodontal yang tidak berhubungan dengan inflamasi penyakit
periodontal termasuk perforasi gigi, fraktur dan impaksi benda asing. Kurangnya
kontrol terhadap diabetes mellitus merupakan faktor predisposisi dari
pembentukan abses periodontal. Pembentukan abses periodontal merupakan
penyebab utama kehilangan gigi. Namun, dengan perawatan yang tepat dan
perawatan preventif yang konsisten, gigi dengan kehilangan tulang yang
signifikan dapat dipertahankan selama bertahun-tahun.
Gambar Abses Periodontal
2. Berdasarkan jalannya lesi
a. Abses periodontal akut
Suatu abses periodontal akut mengakibatkan rasa sakit dan bengkak.
Abses ini sering keliru dengan abses alveolar akut . Meskipun abses alveolar akut
timbul baik dengan pulpa vital maupun pulpa nekrotik , sumbernya biasanya
adalah eksaserbasi infeksi dengan pembentukan nanah di dalam poket infraboni
yang dalam . Bila tes pulpa menunjukan vitalitas pulpa dalam jangkauan normal,
maka perawatan darurat terdiri atas kuretase, debridement dan pembuatan
drainase poket infraboni melalui krevis sulkular. Kadang-kadang diperlukan insisi
jaringan lunak.
Bila pulpa terpengaruh maka harus juga di ekstirpasi . Bila pulpa abnormal
dan vital, gigi dirawat sebagai pada pulpitis ireversibel akut. Bila pulpa nekrotik,
gigi hendaknya dirawat sebagai pada abses alveolar akut. Pada setiap kasus
perawatan periodontal darurat harus dikerjakan secara serempak ; kalau tidak ,
pasien tidak akan terbebas dari rasa sakit dan bengkak.
Abses periodontal akut biasanya menunjukkan gejala seperti sakit,
edematous,lunak, pembengkakan, dengan penekanan yang lembut di jumpai
adanya pus, peka terhadap perkusi gigi dan terasa nyeri pada saku, sensitifitas
terhadap palpasi dan kadang disertai demam dan limfadenopati.
Gambar Abses Periodontal Akut
Gambar Abses Periodontal Akut, pada pemeriksaan klinisnya tanda-tanda dan gejala sangat jelas terlihat( S.
schward.Periodontal Disease, a different diagnostic.Periodontics.1986:1:76)
b. Abses periodontal kronis
Abses periodontal kronis biasanya berhubungan dengan saluran sinus danc
asimtomatik, walaupun pada pasien didapatkan gejala-gejala ringan.2 Abses
inicterbentuk setelah penyebaran infeksi yang disebabkan oleh drainase spontan,
respon host atau terapi. Setelah hemeostatis antara host dan infeksi tercapai, pada
pasienchanya sedikit atau tidak terlihat gejalanya. Namun rasa nyeri yang tumpul
akan timbul dengan adanya saku periodontal, inflamasi dan saluran fistula
Abses Periodontal Kronis
Etiologi abses periodontal dibagi atas 2, yaitu:
a. Abses periodontal berhubungan dengan periodontitis
Hal- hal yang menyebabkan abses periodontal yang berhubungan dengan
periodontitis adalah:
1. Adanya saku periodontal yang dalam dan berliku.
2. Penutupan marginal saku periodontal yang dapat mengakibatkan perluasan
infeksi ke jaringan periodontal sekitarnya karena tekanan pus di dalam saku
tertutup.
3. Perubahan dalam komposisi mikroflora, virulensi bakteri, atau dalam
pertahanan host bisa juga membuat lumen saku tidak efisien dalam meningkatkan
pengeluaran suppurasi.
4. Pengobatan dengan antibiotik sistemik tanpa debridemen subgingiva
padapasien dengan periodontitis lanjut juga dapat menyebabkan pembentukan
abses.
b. Abses periodontal tidak berhubungan dengan periodontitis
Hal-hal yang menyebabkan abses periodontal yang tidak berhubungan dengan
periodontitis adalah:
1. Impaksi dari benda asing seperti potongan dental floss, biji popcorn,
potongan tusuk gigi, tulang ikan, atau objek yang tidak diketahui.
2. Perforasi dari dinding gigi oleh instrumen endodontik.
3. Infeksi lateral kista.
4. Faktor-faktor lokal yang mempengaruhi morfologi akar dapat menjadi
predisposisi pembentukan abses periodontal. Adanya cervical cemental tears
dapat memicu pekembangan yang cepat dari periodontitis dan perkembangan
abses.
Keadaan Darurat Pada Waktu Perawatan
Keadaan darurat endodontic dapat terjadi pada waktu melakukan
perawatan endodontic . Biasanya disebabkan karena instrumensasi yang melebihi
apeks akar, yang mengakibatkan trauma pada jaringan periapikal, atau bila debris
dan mikroorganisme didorong melalui foramen apical kedalam jaringan periapikal
dan menyebabkan suatu hal yang dapat menular.
Penyebab ini dapat berupa iritasi kimiawi , seperti larutan irigasi atau
medikamen intra kanal , penetrasi jaringan periapikal , debridement semua saluran
akar yang tidak sempurna atau tidak cukup, penutup lubang kavitas yang hilang
atau tertekan yang dapat menyebabkan rekontaminasi saluran akar, atau saluran
akar yang telah diisi berlebih sehingga menyebabkan saluran inflamasi periapikal.
Semua keadaan darurat ini dapat dihindari bila alat-alat larutan irigasi,
obat-obatan, bahan semen dan bahan tumpatan dibatasi pada saluran akar saja dan
gigi yang dirawat dilakukan dengan baik diantara dua kunjungan dan dikontur
seperti semula untuk mencegah trauma.
Bila terjadi periodontitis gawat, rasa nyeri pasien dapat dikurangi dengan
membuka kembali gigi dengan pemasangan isolator karet, mengambil obat-obat
yang digunakan sebagai penutup, dengan hati-hati menyeka kering saluran akar
dengan poin absorben steril, dan menutup kembali saluran akar dengan gulungan
kecil kapas yang telah diberi obat obtunden (menghilangkan rasa sakit ringan)
seperti eugenol (kresatin), dan jika perlu oklusi hendaknya disesuaikan.
Bila timbul rasa sakit atau bengkak, obat yang digunakan sebagai penutup
diambil dan gigi dibuka untuk drainase. Sebaiknya diberi analgesika opioid dan
non opioid, tergantung parahnya reaksi.
Bila diindikasikan dapat juga diberi antibiotic. Insisi dan drainase
pembengkakan yang lunak dan berfluktuasi hendaknya dipertimbangkan jika
drainase tidak mencukupi jika rasa sakit berat bertahan.
Jika saluran akar sudah diisi dan timbul rasa tidak enak, oklusi sebaiknya
di cek dan perawatan serta pengisian saluran akar yang telah dikerjakan dievaluasi
kembali. Pengisian saluran akar yang agak berlebih baik dengan care maupun
semen sering menyebabkan rasa mengganggu yang bersifat sementara, tetapi hal
ini mungkin timbul pada beberapa kasus.
PERIKORONITIS
Perikoronitis adalah peradangan dari jaringan lunak di sekitar mahkota
gigi yang erupsi sebagian atau impaksi. Umumnya hal ini berkaitan dengan molar
ketiga bawah yang sedang bererupsi tetapi dibatasi oleh ruang yang tidak cukup.
Perikoronitis berawal dari keradangan follicle dan selanjutnya dapat meluas ke
jaringan lunak di sekitarnya.
ETIOLOGI
Perikoronitis merupakan infeksi bakteri pada gingiva, meskipun organisme
penyebab yang spesifik tidak diketahui secara pasti. Penyebab infeksi ini dapat
berupa flora normal rongga mulut yaitu kuman streptokokkus dan beberapa jenis
kuman anaerob serta dapat terjadi akibat trauma gigitan dari gigi molar ketiga
rahang atas. Operkulum dari mahkota gigi molar ketiga rahang bawah dapat
menjadi bengkak karena tergigit dari gigi molar ketiga rahang atas.
Faktor penyebab tersering pada perikoronitis adalah karena gigi molar 3
tidak dapat erupsi dengan baik dikarenakan tidak cukup ruang untuk
pertumbuhannya, sehingga sulit untuk erupsi dinamakan impaksi . Impaksi
bertendensi menimbulkan infeksi ( perikoronitis ), dikarenakan adanya karies
pada gigi geraham depannya. Cukup banyak kasus karies pada gigi molar 2
dikarenakan gigi molar 3 mengalami impaksiAda sejumlah faktor yang
menyebabkan gigi mengalami impaksi. Karena jaringan sekitarnya yang terlalu
padat, adanya retensi gigi susu yang berlebihan, tanggalnya gigi susu terlalu awal.
Bisa juga karena tidak adanya tempat untuk erupsi. Rahang “kesempitan”
dikarenakan pertumbuhan tulang rahang yang kurang sempurna.
Teori lain mengatakan Pertumbuhan rahang dan gigi mempunyai tendensi
bergerak maju ke arah depan. Apabila pergerakan ini terhambat oleh sesuatu yang
merintangi, bisa terjadi impaksi gigi. Misalnya, karena infeksi, trauma, malposisi
gigi, atau gigi susu tanggal sebelum waktunya.
Sementara, menurut teori Mendel, pertumbuhan rahang dan gigi
dipengaruhi oleh faktor keturunan. Jika salah satu orang tua (ibu) mempunyai
rahang kecil, dan bapak bergigi besar-besar, ada kemungkinan salah seorang
anaknya berahang kecil dan bergigi besar-besar. Akibatnya, bisa terjadi
kekurangan tempat erupsi gigi molar 3, dan terjadilah impaksi.
Sempitnya ruang erupsi gigi molar 3, menurut drg. Danardono, itu karena
pertumbuhan rahangnya kurang sempurna. Hal ini bisa karena perubahan pola
makan. Manusia sekarang cenderung menyantap makanan lunak, sehingga kurang
merangsang pertumbuhan tulang rahang.
Makanan lunak yang mudah ditelan menjadikan rahang tak aktif
mengunyah. Sedangkan makanan banyak serat perlu kekuatan rahang untuk
mengunyah lebih lama. Proses pengunyahan lebih lama justru menjadikan rahang
berkembang lebih baik. Seperti diketahui, sendi-sendi di ujung rahang merupakan
titik tumbuh atau berkembangnya rahang. Kalau proses mengunyah kurang, sendi-
sendi itu pun kurang aktif, sehingga rahang tidak berkembang semestinya. Rahang
yang harusnya cukup untuk menampung 32 gigi menjadi sempit. Akibatnya, gigi
bungsu yang selalu tumbuh terakhir itu tidak kebagian tempat untuk tumbuh
normal. Ada yang tumbuh dengan posisi miring, atau bahkan “tidur” di dalam
karena tidak ada tempat untuk nongol.
Ada 3 sumber utama infeksi gigi, yaitu :
1. Dari periapikal ( ujung akar gigi ) sebagai akibat kerusakan pulpa
dan masuknya kuman ke jaringan periapikal
2. Dari jaringan periodontal ( jaringan pengikat akar gigi ) sebagai
akibat saku gusi semakin dalam karena penumpukan karang gigi
sehingga penetrasi kuman semakin mudah.
3. Dari Perikoroner akibat akumulasi kuman di sekeliling mahkota gigi
saat erupsi / tumbuh.
Impaksi gigi molar kadang – kadang tampak pada waktu dilakukan
pemeriksaan roentgen rutin seputar daerah tidak bergigi pada rahang bawah.
Penekanan selaput lender antara mahkota molar 3 dan prothesa menyebabkan rasa
sakit. Tekanan pada gusi yang menutupi menyebabkan kematian sel dan dapat
menimbulkan penyebaran infeksi.
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis perikoronitis dapat digolongkan menjadi 3 bagian, yaitu
perikoronitis akut, sub akut, dan kronis.
Perikoronitis Akut
Pasien mengeluh tentang rasa sakit spontan berdenyut terlokalisasi di
daerah radang. Gerakan rahang bawah seperti pengunyahan, membuat nyeri
semakin bertambah. Nyeri tidak dipengaruhi oleh rangsangan suhu panas atau
dingin. Berdasarkan hasil pengamatan visual dan palpasi didapatkan
pembengkakan, peradangan dan terdapat segmen jaringan lunak yang menutupi
satu atau lebih permukaan koronal termasuk permukaan oklusal.
Pada ekstraoral terdapat suatu pembengkakan edematous ringan di daerah
pipi, ventral dari perlekatan otot masseter yang melintasi pinggir rahang bawah ke
daerah submandibular. Hampir selalu terdapat trismus ringan dan besarnya
trismus tergantung luas pembengkakan. Kelenjar limfe submandibular dapat
diraba dan nyeri pada tekanan. Selain itu, nyeri dapat menyebar di daerah wajah,
telinga atau angulus mandibula.
Perikoronitis Subakut dan Kronik
Keluhan subyektif pada perikoronitis subakut adalah lebih ringan daripada
yang berbentuk akut. Terdapat keluhan nyeri ringan di daerah geraham sulung
bawah, yang dapat bertambah keras pada gerakan pengunyahan dan menjalar ke
telinga. Tidak terdapat pembengkakan pipi dan trismus, namun rasa kaku yang
tidak menyenangkan pada gerakan rahang bawah. Bila menyedot di daerah
tersebut, pus dapat sampai di mulut dan terdapat fetor oris. Kelenjar limfa
submandibular dapat diraba dengan jelas dan seringkali nyeri ringan pada tekanan.
Jaringan perikoronal dan operkulum membengkak, nyeri pada tekanan dan
dapat menunjukkan ulserasi karena traumatik oklusi dengan gigi antagonis. Bila
ditekan, pus muncul dari bawah operkulum atau dari dalam pseudopocket.
Pada perikoronitis kronik, gejala intra oral ini terdapat hanya sedikit atau
tidak sama sekali. Kadang-kadang perikoronitis kronik menunjukkan eksaserbasi.
GAMBARAN RADIOLOGI
Radiograf dari daerah tersebut menggambarkan radiolusen di sekeliling
giginya, dengan batas kortikal pada sisi distal dari lusensi menghilang atau sangat
menebal karena deposisi tulang yang sangat reaktif.
KOMPLIKASI
Perikoronitis dapat menyebabkan terjadinya abses perikoronal. Penjalaran
infeksi pada rahang bawah dapat membentuk abses sublingual, abses submental,
abses submandibular, abses submaseter, dan angina Ludwig. Ujung akar molar
kedua dan ketiga terletak di belakang bawah linea mylohyoidea yang terletak di
aspek dalam mandibula, sehingga jika molar kedua dan ketiga terinfeksi dan
membentuk abses, pusnya dapat menyebar ke ruang submandibula dan dapat
meluas ke ruang parafaringal. Selain itu, juga ditemukan sebuah selulitis dari pipi
atau jaringan submandibular, dengan trismus kuat merupakan suatu gambaran
penyakit yang banyak ditemui.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan awal yang harus dilakukan adalah penangan secara
simptomatik dengan menghilangkan gejala radang akut dengan pemberian
analgesik dan antibiotik.
Pada perikoronitis akut mutlak diberikan terapi antibiotik untuk
mengurangi infeksi yang ada, mengurangi komplikasi infeksi yang serius dan
mempercepat perawatan perikoronitis yang ada. Di samping perawatan umum di
atas, perlu disertai pula perawatan lokal pada daerah perikorona, yaitu:
1. Irigasi pocket dengan H2O2 3% untuk foaming action. Irigasi juga
dapat digunakan dengan larutan chlorhexidine 0.05%.
2. Bila terdapat trauma dari gigi molar rahang atas, dilakukan
pemendekan tontol oklusal gigi tersebut dan bila memungkinkan dapat
dilakuakan pencabutan gigi tersebut.
3. Bila terbentuk abses pada jaringan perikoronal, perlu dilakuakn insisi.
Penanganan perikoronitis terdiri dari debridemen dan drainase pada pocket
perikoronal dengan kuretase gentle dan eksternal pressure. Setelah peradangan
hilang, penanganan selanjutnya dapat dilakukan perawatan dengan cara
operkuloktomy atau ekstraksi/odontektomi.
top related