arahan adaptasi kawasan rawan abrasi berdasarkan...
Post on 02-Feb-2021
16 Views
Preview:
TRANSCRIPT
-
ARAHAN ADAPTASI KAWASAN RAWAN ABRASI BERDASARKAN KERENTANAN MASYARAKAT DI
PESISIR KABUPATEN TUBAN
Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 2013
Oleh :Veranita Hadyanti Utami (3609100055)
Dosen Pembimbing :
Adjie Pamungkas, ST. M. Dev. Plg. PhD
-
WILAYAH PENELITIAN
No. Kecamatan Nama DesaLuasWilayah (km2)
1. Palang Panyuran 1,82Tasikmadu 2,99Kradenan 2,23Gesikharjo 2,13Palang 0,14Glodog 1,74Leran Kulon 4,42
Karangagung 0,56
2. Jenu Beji 3,43Mentoso 3,50Remen 5,49Kaliuntu 3,21
Socorejo 5,47
Sugihwaras 52,3
Tasikharjo 54,4,8
Jenu 20,89
Wadung 46,8
3. Tambakboyo Gadon 0,68
Tambakboyo 0,59
Pabean 0,464. Bancar Bancar 2,81
Sukolilo 4,75
-
LATAR BELAKANG
Rumah yang hancur akibat abrasi Nelayan pun mulai terancamPermukiman di dekat laut
• Dari hasil hasil overlay selama 1993 hingga 2009, ada 3,6 juta m2 wilayah
pesisir Kabupaten Tuban hilang akibat abrasi
• Rata-rata setiap tahun abrasi memakan 5-6 meter wilayah pesisir
• Dalam rentang tahun 2002-2012 total panjang pantai yang mengalami abrasi
sebesar 7.630 m dengan total lebar abrasi sebesar 272 m.
-
Sepanjang pesisir Kabupaten Tuban terdapatbanyak infrastruktur dan pusat-pusat kegiatan, antara lain jalan arteri primer Pantura yang menghubungkan Jawa Timur- Jawa Barat, pelabuhan, pergudangan, industri, permukiman, dan pariwisata
Pesisir Kabupaten Tuban juga merupakan kawasanyang bernilai ekonomi tinggi
Kawasan pesisir Tuban direncanakan sebagaikawasan Industri Terpadu Jawa Timur, yaitudengan adanya rencana pembangunanpelabuhan di Kecamatan Jenu, pengembangankota perikanan dan pelabuhan di KecamatanBancar, serta pengembangan kawasanminapolitan di Kecamatan Bancar dan TambakBoyo (RTRW Kabupaten Tuban, 2010).
LATAR BELAKANG
-
PERTANYAAN PENELITIAN
Bagaimana pola adaptasi kawasan untuk
mengurangi kerentanan masyarakat terhadap
abrasi di pesisir Kabupaten Tuban?
-
TUJUAN DAN SASARAN PENELITIAN
Menentukan derajat pengaruh faktor-faktoryang mempengaruhi kerentanan masyarakatterhadap bencana abrasi di pesisir KabupatenTuban.
Menentukan tipologi kawasan berdasarkankarakteristik kerentanan terhadap abrasi
Merumuskan arahan adaptasi kawasan rawan abrasi berdasarkan tingkat kerentanan masyarakat
Menentukan arahan adaptasi kawasan rawan
abrasi berdasarkan tingkat kerentanan masyarakat
di pesisir Kabupaten Tuban
-
Sasaran 1 Kerentanan Lingkungan, Fisik, Sosial, Ekononomi
Purposive Sampling Analisa Stakeholder
Analisa
AHP
Analisa Deskriptif
Sasaran 2
Tipologi Kawasan
Sasaran 3
Derajat Pengaruh Faktor yg
Mempengaruhi Kerentanan
SPSS
Cluster Analysis
AdaptasiAnalisa
Triangulasi
Analisa Weighted
Overlay
GIS
Zona Tingkat
Kerentanan
DIAGRAM ALIR PENELITIAN
-
METODE PENELITIAN
Penelitian Deskriptif
Penelitian Rasionalistik
Teknik Sampling Purposive Sampling
Pendekatan Penelitian
Jenis Penelitian
-
Sub Indikator Faktor
Kerentanan LingkunganTutupan Kawasan Resapan Air
Tutupan Kawasan Hutan Mangrove
Tutupan Kawasan Terumbu Karang
Kerentanan Fisik Presentase Kawasan Terbangun
Kepadatan Bangunan
Rasio Panjang Jalan
Jaringan Listrik
Jaringan Telekomunikasi
Jaringan Pipa PDAM
Kerentanan Sosial Kepadatan Penduduk
Laju Pertumbuhan Penduduk
Presentase Penduduk Usia Lansia-Balita
Kerentanan Ekonomi Presentase Rumah Tangga yang Bekerja di
Sektor Rentan
Presentase Rumah Tangga Miskin
SUB INDIKATOR DAN FAKTOR
-
Sasaran 1Menentukan derajat pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi kerentanan masyarakat
terhadap abrasi
Kerentanan Lingkungan
Kerentanan Fisik
Kerentanan Sosial
Kerentanan Ekonomi
HASIL DAN PEMBAHASAN
-
Rasio Konsistensi (CR) Stakeholder
Pakar
Rasio Konsistensi Faktor Kerentanan
Lingku-ngan
Fisik Ekonomi Sosial Overall
Pakar 1 0,08 0,09 0,06 0,00 0,08
Pakar 2 0,06 0,08 0,06 0,00 0,08
Pakar 3 0,05 0,05 0,08 0,00 0,07
Pakar 4 0,00 0,04 0,00 0,00 0,01
Pakar 5 0,00 0,04 0,04 0,00 0,04
Pakar 6 0,00 0,08 0,07 0,00 0,07
Pakar 7 0,07 0,09 0,04 0,00 0,09
Pakar 8 0,05 0,09 0,00 0,00 0,08
Combine 0,00 0,01 0,00 0,00 0,00
Catatan:
Bila nilai CR > 0,1, maka tidak konsisten
Bila CR ≤ 0,1 maka matriks perbandingan tersebut bisa diterima (Saaty,
1986)
-
“ Bobot faktor-faktor tersebut nantinya akan
menjadi input untuk analisa selanjutnya,
yaitu analisa Weighted Overlay yang
digunakan untuk menentukan zonasi
kerentanan terhadap abrasi”
-
Tahap 1
Analisa Weighted
Overlay
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penentuan nilai dan
parameter masing-
masing faktor. Dalam
penelitian ini, klasifikasi
dilakukan dengan 5 kelas
faktor
Bobot masing-masing
faktor
Sasaran 2
Menentukan tipologi kawasan berdasarkan karakteristik kerentanan
terhadap abrasi
Menentukan zona kerentanan
terhadap abrasi
-
ANALISA WEIGHTED OVERLAY PADA KERENTANAN LINGKUNGAN
Nilai dan parameter masing-masingfaktor
Bobot masing-masing faktor
Luasan Kawasan ResapanAir
16,2 %
Luasan Hutan Mangrove 63,7 %
Luasan Terumbu Karang 20,1%
-
KERENTANAN LINGKUNGAN
Kerentanan lingkungan sangat tinggi (warna merah) berada di
Desa Glodog, Panyuran, Tasikmadu, Wadung, Mentoso, Remen,
Pabean, Tambakboyo, dan Sukolilo
-
ANALISA WEIGHTED OVERLAY PADA KERENTANAN FISIK
Nilai dan Parameter Masing-
masing VariabelBobot Masing-
Masing Variabel
Presentase kawasanterbangun: 27,1% Kepadatan bangunan
: 18,1%Panjang jalan
: 28,9%Jaringan listrik
: 15,6%Jaringan telekomuNikasi : 5,0%Jaringan PDAM
: 5,4%
-
KERENTANAN FISIK
Kerentanan Fisik sedang (warna kuning) berada di Desa
Gesikharjo, Palang, Tasikharjo, Socorejo, dan Sukolilo
-
ANALISA WEIGHTED OVERLAY PADA KERENTANAN SOSIAL
Nilai dan parameter masing-masing
variabel
Bobot masing-masingvariabel
Kepadatan Penduduk : 29,5%Laju Pertumbuhan Penduduk : 35,7%Presentase Penduduk usia Lansia- Balita : 34,8%
-
KERENTANAN SOSIAL
Kerentanan Sosial sedang (warna kuning) berada di Desa
Mentoso
-
ANALISA WEIGHTED OVERLAY PADA KERENTANAN EKONOMI
Nilai dan parameter masing-masing
variabel
Bobot masing-masingvariabel
Presentase Penduduk yang Bekerja di Sektor
Rentan: 64,1%
Presentase Penduduk Miskin: 35,9%
-
KERENTANAN EKONOMI
Kerentanan Ekonomi sedang (warna kuning) berada di Desa
Sugihwaras, Beji, dan Socorojo, Sementara desa-desa lainnya
memiliki kerentanan ekonomi yang tinggi
-
Zona kerentanan sangat rendah 1
Zona kerentanan rendah 2
Zona kerentanan sedang 3
Zona kerentanan tinggi 4
Zona kerentanan sangat tinggi 5
Kerentanan lingkungan : 28,3%
Kerentanan fisik : 37,1%
Kerentanan sosial : 15,2%
Kerentanan ekonomi : 19,4%
ZONASI KERENTANAN
Kelas Kerentanan
Bobot
{28,3 * (Lingkungan_raster) + 37,1 * (Fisik_raster) + 15,2 * (Sosial_raster) + 19,4 * (Ekonomi_raster) }
-
• Kerentanan rendah terdapat di Desa Karangagung, Glodok, Leren Kulon, Gesikharjo, Kradenan, Tasikmadu, Panyuran, Beji, Kaliuntu, Wadung, Mentoso, Remen, Tambakboyo, Pabean, Gadon, Bancar, Sukolilo.
• Kerentanan sedang berada di Desa Palang, Desa Sugihwaras, DesaJenu, Desa Tasikharjo, dan Desa Socorejo.
ZONASI KERENTANAN
-
Tahap 2 Analisa
Kluster
Menentukan tipologi kawasan
berdasarkan karakteristik
kerentanan
-
Output
Nama Desa
Tipologi 1 Tipologi 2 Tipologi 3 Tipologi 4 Tipologi 5
- Panyuran- Tasikmadu- Kradenan- Gesikharjo- Glodog- Leren Kulon- Mentoso
- Palang - Karangagung- Beji- Kaliuntu- Gadon- Tambakboyo- Pabean
- Remen- Jenu- Wadung- Bancar- Sukolilo
- Socorejo- Sugihwaras- Tasikharjo
Tipologi 1 (Kawasan Yang Memiliki Tingkat Kerentanan Lingkungan Dan Ekonomi
Tinggi, Namun Kerentanan Fisik Sedang Dan Kerentanan Sosial Rendah)
Tipologi 2 (Kawasan Yang Memiliki Tingkat Kerentanan Lingkungan Dan Ekonomi
Sangat Tinggi, Sementara Kerentanan Fisik Dan Kerentanan Sosial Sedang)
Tipologi 3 (Kawasan Yang Memiliki Tingkat Kerentanan Lingkungan Dan Ekonomi
Tinggi, Sedangkan Kerentanan Fisik Dan Kerentanan Sosial Rendah)
Tipologi 4 (Kawasan Yang Memiliki Kerentanan Lingkungan, Kerentanan Ekonomi, Dan
Kerentanan Fisik Tinggi, Namun Kerentanan Sosial Rendah)
Tipologi 5 (Kawasan Yang Memiliki Kerentanan Lingkungan Rendah, Kerentanan
Ekonomi Tinggi, Kerentanan Fisik Sedang, Dan Kerentanan Sosial Rendah)
Output
ZONASI KERENTANAN
-
Kompilasi Hasil Analisa Weighted Overlay dan Analisa Klaster
Nama Desa
Hasil AnalisaKluster
Hasil AnalisaWeight Overlay
Tipologi KawasanZona
KerentananPanyuran 1 Rendah
Tasikmadu 1 RendahKradenan 1 RendahGesikharjo 1 RendahGlodog 1 RendahLeran Kulon 1 RendahMentoso 1 RendahPalang 2 SedangKarangagung 3 RendahBeji 3 RendahKaliuntu 3 RendahGadon 3 RendahTambakboyo 3 RendahPabean 3 RendahRemen 4 RendahJenu 4 SedangWadung 4 RendahBancar 4 RendahSukolilo 4 RendahSocorejo 5 SedangSugihwaras 5 SedangTasikharjo 5 Sedang
Kesimpulan:
Zona kerentanan rendah
berada pada kawasan
dengan tipologi 1, 3, dan
4.
Sementara zona
kerentanan sedang
berada pada kawasan
dengan tipologi 2 dan
tipologi 5.
-
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sasaran 3Merumuskan arahan adaptasi
kawasan rawan abrasi berdasarkan tingkat kerentanan
masyarakat
Hasil Penelitian
Teori
Triangulasi
Kebijakan
-
Contoh Proses Triangulasi untuk Tipologi 2
Faktor Hasil Studi Tinjauan TeoriTinjauan
KebijakanKesimpulan
PresentaseKawasanTerbangun
Presentase kawasanterbangun padatipologi inidikategorikan tinggi, yaitu antara 79,3%. Presentase kawasanterbangun yang tinggimerupakan indikasibahwa kerentananfaktor ini terhadapabrasi tergolong besar, sehingga perludirumuskan arahanadaptasinya.
- Perbaikanpenataanruang dankelembagaan- Mengurangi
pertumbuhankawasanterbangundenganmemperketatproses ijinmendirikanbangunan(IMB) (Suhardidan Barus,2010)
Permen No. 06 Tahun 2007 Tentang RTBL:- Pengendalian
pembangunanbangunandengan ketatuntukmengantisipasiterjadinyapeningkatankepadatanyang ekstrim di masa yang akandatangmelaluiperaturan zonasi
- Perbaikanpenataan ruangdan kelembagaan- Mengurangi
pertumbuhankawasan terbangundengan memperketat proses ijin mendirikan bangunan (IMB)- Pengendalian
pembangunanbangunan denganketat melaluiperaturan zonasi
-
FAKTOR LINGKUNGAN:
Pemeliharaan kelangsungan fungsi resapan air dan daerah tangkapan air;
Penanaman vegetasi yang memiliki sistem perakaran kuat dan mampu mempercepatpenyerapan air
Pengaturan kepadatan bangunan pada kawasan resapan air
Pembuatan breakwater jenis offshore brakwater di depan hutan Mangrove
Perbaikan pola penanaman mangrove sesuai ketahanan jenis dalam adaptasinya dengankondisi lingkungan habitat pesisir. Pada bagian yang berbatasan langsung dengan lautsebaiknya ditanam dengan jenis-jenis Avicennia sp dan Sonneratia sp, kemudian di bagianbelakangnya dengan Rhizophora sp dan Bruguiera sp.
Menguatkan penetapan dan pelaksanaan kebijakan mengenai perlindungan lingkunganlaut;
Konservasi terumbu karang, baik berupa terumbu karang alami atau buatan
Pembuatan rumpon sebagai habitat terumbu karang buatan
FAKTOR FISIK:
Perbaikan penataan ruang dan kelembagaan
Mengurangi pertumbuhan kawasan terbangun dengan memperketat proses ijin mendirikanbangunan (IMB)
Pengendalian pembangunan bangunan dengan ketat melalui peraturan zonasi
Pengarahan distribusi kepadatan lahan sesuai daya dukung dan karakter kawasan
ARAHAN ADAPTASI UNTUK TIPOLOGI 2
-
Pengarahan penataan kawasan padat sebagai kawasan pembangunan kompak danterpadu melalui pengaturan peruntukan campuran serta jenis kepadatan yang beragam
Pemberian insentif-disinsentif berupa penyediaan fasilitas bagi kepentingan publik
Penguatan struktur dan material jalan yang tahan terhadap bencana.
Perlindungan infrastruktur jalan berupa tanggul laut
Pembangunan infrastruktur dan utilitas tahan bencana
Faktor Sosial:
Melakukan program pendidikan bencana di sekolah- sekolah, baik pendidikan formal maupun informal
Sosialisasi bencana kepada masyarakat melalui musrenbang dan forum warga
Perbaikan kualitas SDM melalui perbaikan sistem pendidikan
Peningkatan ketangguhan masyarakat rentan melalui mekanisme dukungan ekonomi (kredit skala kecil, pinjaman tunai untuk memulai usaha) dan sistem dukungan sosial.
Faktor Ekonomi:
Merumuskan mata pencaharian alternatif yang tidak rentan
Pengadaan kemitraan antara masyarakat, dunia usaha, dan pemerintah dalam perbaikanekonomi masyarakat
Mengurangi beban pengeluaran masyarakat miskin;
Meningkatkan kemampuan dan pendapatan masyarakat miskin melalui bantuan dana;
Mengembangkan dan menjamin keberlanjutan usaha ekonomi mikro dan kecil; dan
Mensinergikan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan.
ARAHAN ADAPTASI UNTUK TIPOLOGI 2 (C’td)
-
Terdapat dua zona kerentanan, yaitu zona kerentanan rendah dan kerentanan sedang, serta lima tipologi kawasan.
Zona kerentanan rendah berada pada tipologi 1, 3,dan 4. Sedangkan zona kerentanansedang berada pada tipologi 2 dan 5.
Arahan adaptasi kawasan dengan zona kerentanan sedang antara lain untuk tipologi 2 yaitu dengan penanaman vegetasi yang memiliki sistem perakaran kuat, pengaturan kepadatan bangunan pada kawasan resapan air, pembuatan offshore brakwater di depan hutan mangrove, perbaikan pola penanaman mangrove, menguatkan penetapan dan pelaksanaan kebijakan mengenai perlindungan lingkungan laut, pembuatan rumpon terumbu karang, perbaikan penataan ruang dan kelembagaan, memperketat proses ijin mendirikan bangunan (IMB), pengarahan distribusi kepadatan lahan, pemberian insentif-disinsentif berupa penyediaan fasilitas bagi kepentingan publik, pengadaan program pendidikan bencana, sosialisasi bencana melalui musrenbang dan forum warga, pengadaan kemitraan antara masyarakat, dunia usaha, dan pemerintah dalam perbaikan ekonomi masyarakat.
Sedangkan arahan adaptasi untuk tipologi 5 antara lain: penguatan struktur dan material jalan yang tahan terhadap bencana, pembangunan tanggul laut dan infrastruktur tahan bencana, pembuatan tampungan air hujan, kolam, embung, atau waduk, perbaikankualitas SDM melalui perbaikan sistem pendidikan, mengembangkan dan menjamin keberlanjutan usaha ekonomi mikro dan kecil; dan, mensinergikan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan.
KESIMPULAN
top related