arif saefudin, s.pd
Post on 05-Aug-2015
100 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal bertujuan menghasilkan siswa
yang berkualitas, baik dilihat dari prestasi bidang akademik maupun non
akademik. Keberhasilan pendidikan pada umumnya dinilai dengan hasil belajar
siswa yang mencakup tentang pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Semua itu
dapat melalui proses belajar yang yang efektif, efesien dan bermakna. Dalam
keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan pembelajaran merupakan
kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti berhasil atau tidaknya pencapaian
tujuan pendidikan tergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh
siswa sebagai peserta didik.
Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk meningkatkan
kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Untuk meningkatkan mutu pendidikan
bukan hanya berfokus pada input pendidikan saja, tetapi juga harus
mempersiapkan proses pendidikan yang dilakukan setiap harinya. Terkait dengan
proses belajar mengajar di sekolah, guru bukan lagi menjadi satu-satunya sumber
informasi. Pembelajaran yang berpusat pada guru (convensional) sudah tidak
relevan lagi. Seorang guru harus dapat menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan bagi siswa dan melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar
sehingga siswa tidak jenuh, mengantuk, atau mengobrol pada saat proses
pembelajaran.
1
2
Dalam era globalisasi dan pasar bebas, orang dihadapkan pada perubahan-
perubahan yang tidak menentu. Ibarat nelayan di lautan lepas yang dapat
menyesatkan jika tidak memiliki kompas sebagai pedoman untuk bertindak dan
mengarunginya. Hal tersebut mengakibatkan hubungan yang tidak linier antara
pendidikan dan lapangan kerja (Mulyasa, 2006: 18).
Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang mempunyai tugas untuk
mengantarkan peserta didik mengembangkan segala potensi yang dimilikinya.
Sekolah juga dipercaya sebagai salah satu cara agar manusia pada zaman sekarang
dapat hidup mantap di masa yang akan datang. Keberhasilan pendidikan sangat
tergantung pada proses belajar mengajar di kelas ditunjukkan dengan tingginya
prestasi belajar yang diperoleh siswa. Prestasi belajar siswa tidak hanya
ditunjukkan oleh kemampuan kognitif siswa, tetapi ditunjang pula oleh
kemampuan pada aspek avektif, dan psikomotor. Prestasi belajar merupakan
penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan dari materi belajar
dan lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru.
Peningkatan aspek kognitif siswa tercapai apabila siswa memahami materi yang
diajarkan dalam memperoleh pengalaman yang baru (Depdikbud, 1993: 787).
Hampir kegiatan pembelajaran di sekolah, khususnya pada jenjang
Sekolah Menengah Atas (SMA) diharapkan semua siswa memiliki hasil belajar
yang baik. Hal itupun berlaku pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS),
pada umumnya, dan khususnya pada mata pelajaran sejarah. Dalam hal ini
pelajaran sejarah mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi
yang berkaitan dengan ilmu sosial.
3
Persoalan di bidang pendidikan masih menjadi masalah yang utama di
Indonesia, terutama pada masalah mata pelajaran sejarah. Setidaknya ada tiga
faktor yang menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami peningkatan merata
(Depdiknas, 2001: 1-2), yaitu :
1. kebijakan dan pendidikan nasional menggunakan pendekatan education
production function yang tidak dilaksanakan secara konsekuen, yaitu hanya
melibatkan pada input pendidikan dan kurang memperhatikan pada proses
pendidikan;
2. penyelenggaraan pendidikan nasional dilakukan secara birokratik sentralistik
sehingga menempatkan sekolah sebagai penyelenggara pendidikan sangat
bergantung pada keputusan birokrasi yang mempunyai jalur yang sangat
panjang dan kadang-kadang kebijaksanaan yang dikeluarkan tidak sesuai
dengan kondisi lingkungan setempat;
3. peran serta masyarakat, khususnya orang tua siswa dalam menyelenggarakan
pendidikan selama ini masih sangat minim.
Pendidikan merupakan salah satu cara mengantisipasi perubahan dunia
yang begitu cepat. Melalui peningkatan pendidikan, kualitas SDM akan
mengalami perbaikan yang berpengaruh terhadap dunia pendidikan yang akan
terus semakin meningkat, semua itu akan menjadi nilai tambah bagi pertumbuhan
ekonomi di Indonesia.
Tujuan mempelajari sejarah adalah agar siswa dapat memahami apa yang
terjadi pada masa lampau sehingga dapat menarik simpulan dari apa yang sudah
dipelajari tersebut (Mustopo, 2006: III). Dengan demikian, sejarah merupakan
4
mata pelajaran yang sangat penting, pemahaman siswa sangat diperlukan untuk
memahami pelajaran sejarah, tidak hanya terbatas pada hafalan. Pemahaman
siswa terhadap materi pelajaran akan dapat membantu siswa supaya bisa
meningkatkan prestasi belajar. Siswa akan memahami suatu konsep, apabila
minat baca yang dimiliki siswa tinggi supaya dalam proses pembelajaran dapat
menemukan fakta dan penemuan baru. Keaktifan siswa dalam proses belajar
mengajar sangat membantu siswa untuk mengembangkan konsep dan dapat
menyelesaikan masalah yang dihadapi sehingga tujuan yang ditargetkan dapat
tercapai. Tanpa aktivitas siswa proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan
baik. Aktivitas itu dapat berupa membaca, menulis, mendengarkan, menanyakan
permasalahan yang dihadapi, menjawab pertanyaan, mengerjakan tugas, dan
menyampaikan pendapat. Sebagian siswa beranggapan bahwa sejarah adalah
pelajaran yang sangat membosankan, mereka berpikir pelajaran sejarah hanya
mempelajari masa lalu sehingga respon yang dimiliki siswa sangat rendah
terhadap pelajaran sejarah.
Menanggapi permasalahan tersebut, penulis mengadakan wawancara
dengan guru sejarah yang bernama Untung Sugiarto, S.Pd di SMA Negeri 1
Kemangkon yang dilakukan pada tanggal 13 Januari 2011, kelas yang memiliki
hasil belajar masih rendah adalah kelas X C SMA Negeri 1 Kemangkon. Dalam
proses pembelajaran, siswa kelas X C juga merupakan kelas yang memiliki peran
aktif yang cukup rendah. Untuk itu berdasarkan wawancara dengan Untung
Sugiarto, S.Pd memutuskan untuk melakukan penelitian terhadap kelas X C
tersebut, dikarenakan dalam proses pembelajaran terdapat beberapa permasalahan,
5
yaitu 1). Kurangnya aktivitas siswa dalam mengikuti pelajaran di dalam kelas. 2).
Sebagian besar siswa tidak dapat mengajukan pertanyaan kepada guru ketika
diberikan waktu untuk bertanya, padahal sebagian besar dari mereka mungkin
kurang memahami materi yang telah disampaikan. 3). Sebagian besar siswa tidak
dapat menjawab pertanyaan yang diberikan guru. 4). Sebagian siswa tidak
memberikan sanggahan atau menanggapi jawaban terhadap siswa lain. 5).
Sebagian siswa tidak mencari jalan untuk memecahkan masalah. 6). Sebagian
siswa tidak mendiskusikan suatu materi dengan temannya dalam proses
pembelajaran, hal ini dibuktikan ketika guru memberikan tugas yang harus
dikerjakan secara berkelompok, banyak siswa yang enggan mengerjakan sesuai
dengan kelompoknya, khususnya mereka yang duduk di barisan paling belakang.
Faktor lain yang berasal dari luar, misalnya, dengan adanya teknologi yang
semakin canggih membuat siswa malas untuk belajar. Ketidakaktifan siswa
tersebut ternyata berdampak pada perolehan nilai yang masih kurang baik.
Dengan melihat rata-rata nilai ujian semester pada mata pelajaran sejarah
semester ganjil pada kelas X C disajikan dalam tabel dibawah :
Tabel.1.1. Nilai kognitif siswa kelas X C pada semester ganjil
No.NIS Nama Siswa L/
PUH Tugas UTS UAS Rata-
Rata
1. 901 Agus Setyaningrum P 67,5 75 75 54 68
2. 903 Aji Widadi L 70 75 60 60 66
3. 906 Anjelika Apriani P 75 75 70 54 68,5
4. 907 Annisa Budi Asih P 65 75 60 62 65,5
5. 908 Aprelia Dwi Utami P 65 75 90 52 70,5
6. 916 Beti Anggraeni P 72,5 75 85 70 76
7. 917 Caesar Haindrian F L 60 75 60 46 60
8. 920 Cesio Vidiar L 72,5 75 80 46 68
6
9. 925 Devi Tri Arlianti P 70 75 85 80 77,5
10. 931 Elisa Rosalina P 75 75 75 66 73
11. 942 Jaro Pangestu L 67,5 75 70 62 69
12. 944 Laela Muj Tahidah P 70 75 60 50 64
13. 948 Linda Wijayanti P 72,5 75 60 54 65
14. 952 Marofiatul Nguluwi P 75 75 65 60 69
15. 953 Mei Trinaningtias P 62,5 75 70 70 69
16. 957 Mutia Darmita P 67,5 75 75 54 67
17. 958 Nadiasita Noor P P 60 75 70 52 64
18. 959 Neni Ari Wahyuni P 65 75 50 68 64,5
19. 962 Nurlela P 70 75 50 60 64
20. 971 Rani Wahyuningsih P 60 75 60 60 64
21. 972 Rasti Eka Anjarwati P 60 75 80 58 68
22. 973 Ratnawati P 80 75 75 66 74
23. 980 Selly Esmaningrum P 77,5 75 85 49 72
24. 982 Siti Muftikhatun N P 60 75 85 54 68,5
25. 983 Siti Ngaenu Rochmah P 67,5 75 80 80 76
26. 984 Siti Nur Ngazizah P 62,5 75 70 60 67
27. 985 Sri Novita Astini P 60 75 85 60 70
28. 986 Syaeful Fadillah L 75 75 60 72 70,5
29. 987 Syukron Wahyu H L 67,5 75 60 68 68
30. 989 Teguh Priambodo L 77,5 75 95 80 82
31. 990 Uut Ambaryani P 70 75 90 70 76
32. 991 Vikta Nuraini A P 70 75 70 68 70
33. 999 Wing Esti Dewi P P 68 75 35 73 68
34. 1005 Yuni Setyaningsih P 62,5 75 65 78 73
35. 1006 Yusuf Insan Robbani L 67,5 75 75 74 73
36. 1007 Zaka Dwi Pangestu L 70 75 65 56 66,5
37. Faizal Adi N L 77,5 75 45 58 64
Sumber . Daftar nilai mata pelajaran sejarah semester ganjil.
Berdasarkan hasil pengamatan pada Tabel 1.1, nilai 70 ke atas hanya 14
siswa dan selebihnya di bawah 70. Masih rendahnya prestasi belajar siswa
disebabkan oleh penggunaan metode pembelajaran dan faktor intern dari siswa
sendiri. Sebagian siswa hanya mencatat dan menghafal materi yang disampaikan
guru. Siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran, terutama pada siang
7
hari. Siswa belum aktif mencari sendiri pengetahuan yang diperoleh, tetapi hanya
mendapat informasi yang diberikan oleh guru sehingga prestasi belajar siswa
kelas X C SMA Negeri 1 Kemangkon masih terbilang rendah.
Salah satu alternative model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah
model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament).
Pembelajaran kooperatif tipe TGT dicirikan oleh suatu struktur tugas, tujuan, dan
penghargaan kooperatif seperti membutuhkan kerjasama untuk mencapai tujuan
bersama dan mengkoordinasikan usahanya untuk melaksanakan tugas.
Model pembelajaran TGT merupakan salah satu model pembelajaran
kooperatif yang dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dan semua tingkatan
usia anak didik. Dalam hal ini menurut Slavin (2010: 10), model pembelajaran
kooperatif sangat banyak macamnya di antaranya, yaitu Problem Solving, Group
Investigasion (GI), Student Teams Achievement Division (STAD), Number Head
Together (NHT) dan masih banyak yang lain, sedangkan peneliti menggunakan
pembelajaran tipe TGT (Teams Games Tournament).
Implikasi utama dalam pembelajaran menghendaki pengaturan kelas yang
berbentuk pembelajaran kooperatif dengan siswa berinteraksi dan saling
memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif pada masing-
masing jalur perkembangan terdekat mereka. Selain itu, pembelajaran kooperatif
tipe TGT dapat membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit yang bisa
menumbuhkan kemampuan bekerjasama dan mengembangkan sikap berpikir
kritis siswa. Pembelajaran kooperatif memiliki dampak positif terhadap siswa
8
yang rendah hasil belajarnya dapat meningkatkan motivasi, hasil belajar, dan
penyimpanan materi pelajaran lebih lama dalam ingatan.
Dalam kegiatan di kelas yang mengembangkan diskusi kelas berbagai
kemungkinan itu berimplikasi pada berbagai alternative jawaban dan argumentasi
berdasarkan pengalaman siswa, akibatnya adalah jawaban siswa tidak terlalu
tepat. Namun dari kesalahan itu, mereka bisa belajar dari kesalahan sendiri dengan
bertanya mengapa orang lain memproleh jawaban yang lain dari dirinya. Dengan
sikap keterbukaan yang harus dikembangkan dalam sikap investigasi tersebut.
Siswa belajar bukan hanya mencari kebenaran atas jawaban dari permasalahan itu,
tetepi juga mencari jalan kebenaran menggunakan akal sehat dan aktivitas mental
sendiri.
Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti ingin mengatasi permasalahan
yang dihadapi kelas X C SMA Negeri 1 Kemangkon pada mata pelajaran sejarah,
yaitu Peningkatan Prestasi Belajar Siswa kelas X C pada Pelajaran Sejarah
melalui Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Tipe TGT
(Teams Games Tournament) di SMA Negeri 1 Kemangkon Tahun Ajaran
2010/2011.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan di atas, permasalahan
yang diangkat dalam penelitian ini adalah apakah model pembelajaran kooperatif
tipe TGT (Teams Game Tournament) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa
9
pada mata pelajaran sejarah siswa kelas XC SMA Negeri 1 Kemangkon tahun
pelajaran 2010/2011?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut :
Berdasarkan permasalahan yang ada di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui peningkatan Prestasi belajar sejarah dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games
Tornament) pada siswa kelas X C SMA Negeri 1 Kemangkon Kabupaten
Purbalingga tahun pelajaran 2010/2011.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis :
Sebagai bahan kajian dalam menambah pengetahuan mengenai metode
pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) pada mata pelajaran sejarah.
2. Manfaat Praktis :
a. Manfaat yang diperoleh siswa :
1). memberikan motivasi belajar kepada siswa untuk meningkatkan minat serta
prestasi belajar khususnya pada mata pelajaran sejarah;
2). dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT siswa lebih
dapat memahami materi yang disampaikan;
10
3). dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam bekerjasama dengan teman
kelompok yang lain.
b. Manfaat yang diperoleh bagi guru :
1). memberikan alternative pemecahan permasalahan pembelajaran yang
dihadapi siswa dan menambah wawasan serta keterampilan pembelajaran
yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas siswa;
2). sebagai motivasi untuk meningkatkan keterampilan untuk memilih strategi
pembelajaran yang bervariasi;
3). memberikan pengetahuan/wacana tentang model pembelajaran kooperatif tipe
TGT dalam pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan minat dan prestasi
belajar pada mata pelajaran sejarah.
c. Manfaat yang diperoleh sekolah :
1). memberikan referensi kepada guru-guru yang lain, untuk lebih
mengembangkan diri dalam proses pembelajaran di sekolah sesuai dengan
mata pelajaran masing-masing;
2). dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk diterapkan di semua
jenjang kelas dan mata pelajaran sehingga mutu prestasi siswa akan meningkat
seiring dengan berkembangnya fisik dan psikis dari siswa sendiri.
11
d. Manfaat bagi mahasiswa :
1). mendapatkan pengalaman langsung, cara-cara meningkatkan prestasi belajar
siswa dalam mata pelajaran sejarah dengan menggnakan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT di sekolah.
e. Manfaat bagi program studi :
1). Memberikan Motivasi kepada program studi pendidikan Sejarah untuk dapat
mengaplikasikan pada mata kuliah kependidikan tentang model pembelajaran
kooperatif tipe TGT yang digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan kebutuhan pokok dan rutin yang dilakukan oleh setiap
manusia untuk memenuhi kebutuhan psikologis dan sekaligus mengembangkan
dirinya. Dalam Undang-Undang Sisdiknas bab V peserta didik tentang sistem
pendidikan nasional pasal 12 ayat 2 yang berbunyi setiap peserta didik pada
satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan
bakat, minat, dan kemampuannya dalam proses pembelajaran. Dalam proses
pembelajaran, unsur-unsur proses belajar memegang peranan sangat penting. Oleh
karena itu, penting sekali bagi guru memahami proses belajar siswa agar dapat
memberikan bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat bagi para
siswa. Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang sangat pokok dalam proses
pendidikan yang ada di sekolah.
Berhasil tidaknya tujuan pendidikan banyak tergantung pada proses belajar
yang dialami oleh siswa sebagai anak didik di sekolah. Menurut Slameto (2003:
2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkat laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya, sedangkan belajar
menurut Gagne (Suprijono, 2010: 2), belajar adalah perubahan disposisi atau
12
13
kemampuan yang dicapai oleh seseorang melalui aktivitas, perubahan disposisi
tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan secara alamiah.
Kegiatan belajar yang dilakukan seseorang menyebabkan terjadinya
perubahan ke arah yang lebih baik. Perubahan dari proses belajar akan bertahan
lama, bahkan sampai taraf tertentu tidak menghilang lagi. Menurut Winkel (1999:
53), belajar merupakan suatu aktivitas mental psikis yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu relatif
konstan dan berbekas.
Belajar merupakan kegiatan mental yang tidak disaksikan dari luar,
bahkan hasil belajar seseorang tidak langsung terlihat, jika siswa turut
berpartisipasi aktif secara emosional dan psikis. Siswa saling berinteraksi dengan
lingkungan di sekitar sehingga terjadi perubahan yang lebih baik. Belajar
merupakan upaya meningkatkan kemampuan intelektualnya sehingga terjadi
perubahan tingkah laku atau perubahan seluruh pribadi siswa akibat adanya
pengalaman dan latihan. Menurut Gagne (Purwanto, 2002: 3), belajar terjadi bila
situasi stimulan bersama isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa
sehingga penampilan berubah dari waktu sebelum mengalami situasi itu ke waktu
sesudah mengalami situasi tadi.
Belajar dalam idealisme berarti kegiatan psiko-fisik-sosio menunjukkan ke
perkembangan pribadi seutuhnya. Namun, realitas yang dipakai oleh sebagian
besar masyarakat tidaklah demikian, belajar dianggapnya properti sekolahan.
Kegiatan belajar selalu dikaitkan dengan tugas-tugas sekolah, anggapan demikan
14
tidak seluruhnya salah sebab belajar adalah proses mendapatkan pengetahuan.
Belajar sebagai konsep mendapatkan pengetahuan dalam prakteknya banyak
dianut (Suprijono, 2010: 3).
Dari definisi-definisi tersebut disimpulkan bahwa belajar merupakan
proses usaha yang dilakukan seseorang yang melibatkan aktivitas mental/psikis
untuk menghasilkan suatu perubahan tingkah laku baru yang menyangkut
pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap sebagai hasil pengalaman sendiri dalam
berinteraksi dengan lingkungan secara aktif.
Menurut Slameto (2003: 5-8) ada bermacam-macam jenis belajar yang
dapat dilakukan seseorang yaitu :
a. Belajar bagian (part learning, fractioned learning)
Belajar bagian dilakukan oleh seseorang bila dihadapkan pada materi
belajar yang bersifat luas dan ekstensif, misalnya, mempelajari sajak ataupun
mempelajari gerak-gerakan seperti bermain silat.
b. Belajar dengan wawasan (learning by insight)
Wawasan merupakan pokok utama dalam pembicaraan psikologi belajar
dan proses berpikir. Belajar wawasan merupakan proses mereorganisasikan pola-
pola tingkah laku yang telah terbentuk menjadi satu tingkah laku yang ada
hubunganya dengan penyelesaian atau persoalan.
c. Belajar diskriminatif (discriminative learning)
Belajar diskriminatif merupakan usaha untuk memilih beberapa sifat
situasi/stimulan dan menjadikanya sebagai pedoman dalam bertingkah laku.
15
Subyek yang belajar akan diminta untuk berespon secara berbeda-beda terhadap
stimulant yang berlainan.
d. Belajar global/keseluruhan (global whole learning)
Belajar global adalah mempelajari bahan secara keseluruhan berulang-
ulang sampai pelajaran menguasainya. Belajar global merupakan lawan dari
belajar bagian.
e. Belajar incidental (incidental learning)
Belajar incidental berlawanan dengan anggapan bahwa belajar itu selalu
berarah tujuan, karena dalam belajar insidental pada individu tidak ada sama
sekali keinginan untuk belajar dan jumlah frekuensi untuk belajar yang
diperlihatkan tidak memegang peranan penting.
f. Belajar instrumental (instrumental learning)
Reaksi-reaksi seseorang siswa yang diperlihatkan dalam belajar
instrumental ini diikuti oleh tanda-tanda yang mengarah pada apakah siswa
tersebut akan mendapat hadiah, hukuman, berhasil atau gagal. Individu diberi
hadiah bila ia bertingkah laku sesuai dengan tingkah laku yang dikehendaki,
sehingga akan terbentuk oleh tingkah laku tertentu.
g. Belajar intensional (intensional learning)
Belajar instensional adalah dalam arah tujuan. Belajar intensional
merupakan lawan dari belajar insidental.
16
h. Belajar laten (latent learning)
Perubahan-perubahan tingkah laku pada belajar laten tidak terjadi dengan
segera sehingga disebut laten. Belajar laten biasanya dalam bentuk belajar
incidental.
i. Belajar mental (mental learning)
Perubahan tingkah laku yang mungkin terjadi tidak nyata terlihat,
melainkan hanya berupa perubahan proses kognitif karena ada bahan yang
dipelajari. Belajar mental juga bisa diartikan belajar dengan cara melakukan
observasi dari tingkah laku orang lain.
j. Belajar produktif (productive learning)
Belajar produktif merupakan belajar dengan transfer yang maksimum
yaitu mengatur kemungkinan untuk melakukan transfer tingkah laku dari satu
situasi ke situasi lain. Belajar disebut produktif bila individu dapat mentransfer
prinsip menyelesaikan suatu persoalan dari satu situasi ke situasi lain.
k. Belajar verbal (verbal learning)
Belajar verbal merupakan belajar mengenai materi verbal dengan melalui
latihan ingatan. Dasar dari belajar verbal diperlihatkan dalam eksperimen klasik.
Sifat eksperimen ini meluas dari belajar asosiatif mengenai hubungan dua kata
yang tidak bermakna sampai pada belajar dengan wawasan mengenai
menyelesaikan persoalan yang kompleks yang harus diungkapkan secara verbal.
17
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menurut Slameto (2003: 54),
sebagai berikut :
a. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari individu itu sendiri. Faktor ini
terdiri dari faktor biologis (jasmaniah), faktor psikologis (rohaniah) dan
kelelahan.
b. Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar individu misalnya
lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
2. Pengertian Prestasi Belajar
Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa
dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam
belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi
yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. Adapun
prestasi dapat diartikan hasil diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah
dilakukan. Namun, banyak orang beranggapan bahwa yang dimaksud dengan
belajar adalah mencari ilmu dan menuntut ilmu. Ada lagi yang lebih khusus
mengartikan bahwa belajar adalah menyerap pengetahuan. Belajar adalah
perubahan yang terjadi dalam tingkah laku manusia. Proses tersebut tidak akan
terjadi apabila tidak ada suatu yang mendorong pribadi yang bersangkutan.
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan
belajar karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan
hasil dari proses belajar. Memahami pengertian prestasi belajar secara garis besar
harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu sendiri. Winkel (1996: 162)
18
mengatakan bahwa prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau
kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan
bobot yang dicapainya., sedangkan menurut Nasution (1997: 17), prestasi belajar
adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berpikir, merasa. dan berbuat.
Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek, yakni kognitif,
afektif, dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika
seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar
merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak
dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar.
Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam
mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau raport
setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar
siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat
memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.
Winkel (1996: 226), mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan
bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Maka prestasi belajar
merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan
usaha-usaha belajar.
Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran
terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif, dan psikomotor
setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan
instrumen tes atau instrumen yang relevan. Jadi, prestasi belajar adalah hasil
19
pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol,
huruf, dan kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak
pada periode tertentu. Prestasi belajar merupakan hasil dari pengukuran terhadap
peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah
mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes
yang relevan.
Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tes
prestasi belajar. Testing pada hakikatnya menggali informasi yang dapat
digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Tes prestasi belajar berupa tes
yang disusun secara terencana untuk mengungkap performasi maksimal subyek
dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan. Dalam kegiatan
pendidikan formal tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan harian, tes
formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas dan ujian-ujian masuk perguruan tinggi.
Menurut Winkel (Suprijono, 2010: 16) prestasi adalah hasil bukti
keberhasilan usaha yang telah dicapai atau dilakukan setelah melakukan proses
belajar mengajar. Prestasi belajar berfungsi sebagai indikator dari kualitas
pengetahuan yang dimiliki oleh siswa sebagai pemenuhan rasa ingin tahu, sebagai
perangsang atau pendorong untuk meningkatkan pengetahuan siswa dan indikator
daya serap kecerdasan siswa.
Menurut Slameto (2003: 54) prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh faktor
intern dan eksteren. faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam individu
yang sedang belajar, yang meliputi faktor jasmaniah, psikologis, dan faktor
kelelahan, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang mempengaruhi prestasi
20
belajar siswa yang datangnya dari luar siswa. faktor ini meliputi faktor keluarga,
sekolah, dan masyarakat.
Prestasi belajar digunakan untuk mengetahui keberhasilan dan ketuntasan
siswa dalam mengikuti dan menerima serangkaian kegiatan belajar yang telah
dilakukan. Selain itu, juga untuk memberikan umpan balik dari guru dan siswa.
Bagi siswa setelah menerima umpan balik akan mengetahui kemampuan dirinya
untuk menunjukkan keberhasilan pencapaian belajar yang telah diharapkan,
sedangkan bagi guru untuk memberikan informasi keberhasilan pembelajaran
yang telah dilakukan sehingga menjadi masukan agar guru memberikan
pembelajaran yang lebih baik untuk pembelajaran selanjutnya. Dalam penilaian
yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh oleh siswa
dalam hasil belajar yang ditunjukkan dengan perolehan nilai kognitif tersebut
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang akan
diterapkan tersebut.
3. Mata Pelajaran Sejarah di SMA
Manusia dikenal sebagai historical man (makhluk historis) atau makhluk
yang selalu berbuat, memiliki dan menjadi pelaku sejarah. Secara etimologi
sejarah berasal dari bahasa Arab, yaitu syajarah, yang berarti pohon silsilah dan
dalam bahasa Inggris adalah history, serta dalam bahasa Yunani, yaitu
history/istoy yang berari orang pandai (Kuntowijoyo, 1998: 1).
21
Menurut Muhammad Ali (2005: 12) sejarah didefinisikan kedalam 3 hal,
yaitu di antaranya :
a. sejarah merupakan kejadian-kejadian peristiwa yang seluruhnya berhubungan
dengan kejadian yang nyata di dalam manusia di sekitar manusia;
b. sejarah sebagai cerita yang tersusun secara sistematis dari kejadian-kejadian
dan peristiwa-peristiwa umum yang terjadi;
c. sejarah sebagai ilmu yang bertugas menyelidiki perkembangan negara-negera,
peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian masa lampau.
Sejarah juga dapat diartikan sebagai masa lampau umat manusia, masa
lampau merupakan unsur yang sangat penting. Dalam sejarah dan waktu adalah
aspek yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Dengan masa lampau,
manusia akan memperoleh identitas juga kesadarannya. Tanpa itu manusia tidak
dapat mengambil keputusan yang penting untuk memperbaiki kondisi kehidupan.
Pada kenyataannya, sejarah merupakan pelajaran dan pengalaman yang ada dalam
kehidupan manusia yang selalu berada dalam ruang lingkup sejarah.
Sejarah merupakan ilmu yang diakronis. Sejarah disebut ilmu diakronis
karena sejarah meneliti gejala-gejala yang memanjang dalam waktu, tetapi dalam
ruang yang terbatas. Oleh karena itu, dalam penulisan judul dalam peristiwa
sejarah biasanya diberi angka tahun. Hal ini untuk menunjukkan sifatnya yang
diakronis. Selain itu, memanjang dalam waktu ini meliputi gejala yang ada dalam
waktu yang panjang tersebut (Kuntowijoyo, 1998: 5).
Sejarah juga diartikan sebagai ilmu. Sejarah sebagai ilmu memerlukan
langkah-langkah metodologis untuk menunjukkan eksistensinya, yaitu mencari
22
dan menemukan objek kajian dan ruang lingkup. Ilmu sejarah adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari proses perubahan kehidupan manusia dan
lingkungannya melalui dimensi waktu dan tempat. Aspek kajiannya berupa proses
perubahan dari aktivitas manusia dan lingkungan kehidupannya pada masa
lampau sejak manusia belum mengenal tulisan sampai perkembangan mutakhir
yang mencakup aspek politik sosial, ekonomi, dan kebudayaan.
Dalam konsep sejarah, perubahan itu mencakup tiga unsur penting, yaitu
manusia, ruang, dan waktu. Manusia dengan berbagai aspek kehidupannya yang
berasa pada setting ruang baru secara lokal, nasional, dan global yang akan
berubah dari waktu ke waktu. Hal ini menjadikan waktu dalam sejarah adalah
pandangan yanag utama dari kajian sejarah.
Sejarah merupakan mata pelajaran yang menemukan pengetahuan dan
nilai-nilai yang mengenai proses perubahan dan perkembangan masyarakat
Indonesia dan dunia dari masa lalu, sekarang, dan yang akan datang. Pelajaran
sejarah, pada umumnya, ialah suatu perkenalan dengan riwayat manusia di dunia
ataupun di Indonesia, yaitu riwayat perjuangan manusia untuk mencapai
kehidupan yang bebas, bahagia, adil, dan makmur, serta menyadarkan tentang
dasar dan tujuan kehidupan manusia tersebut (Ali, 2005: 350).
Pada tingkat SMA dan MA pelajaran sejarah mempunyai tujuan untuk:
a. mendorong siswa berpikir kritis-analisis dalam memanfaatkan pengetahuan
tentang masa lampau untuk memahami kehidupan masa kini dan masa yang
akan datang,
b. memahami bahwa sejarah merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari,
23
c. mengembangkan kemampuan intelektual dan ketrampilan untuk memahami
proses perubahan dan keberlanjutan masyarakat (Depdiknas, 2003: 6).
Menurut Mustopo (2006: III) mata pelajaran sejarah memiliki arti yang
strategis dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat serta
dalam pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta
tanah air. Dalam dunia pendidikan, sejarah mengandung nilai-nilai kearifan yang
dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak dan
kepribadian peserta didik. Oleh karena itu, mata pelajaran sejarah mempunyai
tujuan bagi peserta didik sebagai berikut :
a. membangun kesadaran tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan
proses dari masa lalu;
b. melatih daya kritis dalam memahami fakta sejarah dengan benar yang
didasarkan pada pendekatan ilmiah dan metodologi keilmuan;
c. menumbuhkan apresiasi dan penghargaan terhadap peninggalan masa lampau,
sebagai bukti peradaban Bangsa Indonesaia di masa lampau;
d. menumbuhkan pemahaman tentang proses terbentuknya bangsa Indonesia
melalui perjalanan sejarah yang panjang dan terus berproses hingga ke masa
kini dan masa datang;
e. menumbuhkan rasa bangga dan cinta tanah air yang diimplementasikan dalam
berbagai kehidupan, baik nasional maupun internasional.
Menurut Depdiknas (2003: 350), pengajaran sejarah di sekolah juga
berfungsi untuk menyadarkan siswa akan adanya proses perubahan dan
perkembangan masyarakat dalam dimensi waktu dan untuk membangun
24
perspektif, serta kesadaran sejarah dalam menemukan, memahami, dan
menjelaskan jati diri bangsa di masa lalu, masa kini dan masa depan di tengah-
tengah perubahan dunia. Dalam kehidupan masyarakat, sejarah memiliki banyak
kegunaan, yaitu kegunaan edukatif, memberi inspirasi, memberi kesadaran waktu,
membentuk rasa kebangsaan, rekreatif, dan rasa estetis, bentuk identitas nasional.
Manfaat dari belajar sejarah terletak pada daya pembentukannya yang terdiri atas
pembentukan sosial, kebangsaan, dan rasa keindahan daya inspirasi. Berdasarkan
atas manfaat nilai tersebut, maka mata pelajaran sejarah bertujuan untuk
menopang tercapainya hal tersebut bagi siswa yang mempelajarinya. Intinya
adalah, semua itu membawa siswa pada sasaran pokok, yaitu timbulnya minat
kepada sejarah.
Mempelajari sejarah bukan sekedar hapalan atau hanya sekedar cerita
tentang suatu peristiwa besar yang kemudian dilupakan dan tanpa memperoleh
pemahaman sedikitpun, peristiwa sejarah pasti mengandung nilai. Pada umumnya,
pada semester genap ini mata pelajaran sejarah yang ada di SMA Negeri 1
Kemangkon hanya terdiri dari dua jam pelajaran setiap minggunya, khusunya
kelas X C. Pelajaran pada semester genap yang dilaksanakan setiap hari senin jam
09.30 sampai jam 11.00 WIB. Materi yang akan di jadikan bahan penelitian
adalah bab VI, yaitu Persebaran Manusia di Kepulauan Indonesia. Standar
kopetensi dari bab VI ini adalah, menganalisis peradaban Indonesia dan dunia,
sedangkan kopetensi dasarnya adalah menganalisis asal usul dan persebaran
manusia di kepilauan Indonesia.
25
4. Pembelajaran kooperatif
Kooperatif menurut kamus besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1993:
729), mempunyai arti bersifat kerja sama atau bersedia membantu. Sedangkan
menurut Anita Lie (2005: 12), pembelajaran kooperatif merupakan suatu sistem
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk
bekerjasama dengan sesama dalam tugas-tugas yang terstruktur, dalam sistem ini
guru bertindak sebagai fasilitator.
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang
berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi
belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat
kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa
anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk
memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan
belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan
pelajaran.
Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut
(Slavin, 2010: 34), para siswa :
a. harus memiliki persepsi bahwa mereka bekerja sama mengatasi masalah
didalam kelompok bersama-sama;
b. harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam
kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari
materi yang dihadapi;
c. harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama;
26
d. membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para anggota kelompok;
e. diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh
terhadap evaluasi kelompok;
f. berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja
sama selama belajar;
g. di minta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani
dalam kelompok kooperatif.
Di dalam pembelajaran kooperatif, siswa belajar bersama dalam
kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain. Kelas di susun
dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 orang siswa, dengan kemampuan yang
heterogen. Maksud kelompok heterogen, adalah terdiri dari campuran kemampuan
siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima
perbedaan dan bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya. Pada
pembelajaran kooperatif, diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat
bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang
baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang
direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok
adalah mencapai ketuntasan (Slavin, 2010: 7).
Menurut Anita Lie (2005: 29), pelaksanaan prosedur model pembelajaran
kooperatif akan memungkinkan guru mengelola kelas dengan baik. Menurut
Jhonson dan Jhonson (Anita Lie, 2005: 18), ada lima unsur model pembelajaran
kooperatif yang harus diterapkan, yaitu saling ketergantungan positif, tanggung
27
jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses
kelompok.
Menurut Slavin (2010: 4), para siswa yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif lebih termotivasi untuk belajar keras guna mencapai
tujuan belajar secara bersama-sama. Jadi, model pembelajaran kooperatif adalah
suatu model pembelajaran dimana siswa bekerjasama dalam kelompok yang
dibentuk sedemikian rupa dalam rangka meningkatkan kemampuan akademik
siswa.
Menurut Slavin (2010: 11), ada beberapa variasi dalam pembelajaran
kooperatif, diantaranya yaitu :
a. TGT (Teams Games Tournaments)
TGT atau pertandingan permainan tim, merupakan jenis pembelajaran
kooperatif yang memberikan kesempatan pada siswa untuk memainkan permainan
dengan anggota-anggota tim lain, untuk memperoleh tambahan poin pada skor tim
mereka. Permainan di susun dari pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan
materi pelajaran, dan dirancang untuk mengetes pengetahuan yang diperoleh
siswa dari penyampaian pelajaran di kelas dan kegiatan-kegiatan kelompok.
Setelah permainan, anggota-anggota yang setingkat kemampuanya akan
ditemukan dalam suatu pertandingan/turnamen yang dikenal dengan Tournament
Table, yang diadakan setiap akhir unit pokok bahasan atau akhir pekan. Skor yang
di dapat akan memberikan kontribusi pada rata-rata skor kelompok.
28
b. STAD (Student Teams Achievement Division)
STAD merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang paling sederhana.
Dalam STAD siswa dikelompokan menjadi beberapa kelompok dengan anggota
4-5 orang, dan setiap kelompok haruslah heterogen. Guru menyajikan pelajaran,
kemudian siswa bekerja di dalam tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh
anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Seluruh siswa di kenal kuis
tentang materi tersebut, pada saat kuis siswa tidak boleh saling membantu.
c. Jigsaw II
Dalam penerapan Jigsaw, siswa di bagi berkelompok dengan anggota
kelompok 5-6 siswa heterogen. Materi pelajaran diberikan keapada siswa dalam
bentuk teks yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub-bab. Anggota dari
kelompok lain yang telah mempelajari sub-bab yang sama bertemu dalam
kelompok ahli untuk mendiskusikan sub-bab mereka. Setelah itu, siswa kembali
ke kelompok asal mereka dan bergantian mengajar teman satu kelompok mereka
tentang sub-bab mereka. Selesai diskusi siswa dikenai kuis secara individu
tentang materi yang sudah dipelajari.
d. TAI (Teams Accelerated Insruction)
Tipe ini mengkombinasikan belajar kooperatif dengan belajar individu.
Tiap anggota mengkombinasikan belajar individu. Tiap kelompok akan diberi
soal-soal bertahap yang harus dikerjakan terlebih dahulu. Setelah itu, mengecek
hasil kerjanya dengan anggota lain. Bila seorang siswa mampu mengerjakan suatu
soal pada suatu tahap, maka siswa dapat mengerjkan soal pada tahap berikutnya.
29
Pembelajaran yang dilaksanakan secara berkelompok belum tentu
mencerminkan pembelajaran kooperatif. Secara teknis memang tampak proses
belajar bersama, namun terkadang hanya merupakan belajar yang dilakukan
secara bersama dalam waktu yang sama, namun tidak mencerminkan kerjasama
antar anggota kelompok.
Untuk itu agar benar-benar mencerminkan pembelajaran kooperatif, maka
perlu diperhatikan elemen-elemen pembelajaran kooperatif sebagai berikut (Anita
Lie, 2005: 18-20) :
a. Saling ketergantungan positif
Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya.
Wartawan mencari dan menulis berita, redaksi mengedit, dan tukang ketik
mengetik tulisan tersebut. Rantai kerja sama ini berlanjut terus sampai dengan
mereka yang di bagian percetakan dan loper surat kabar. Semua orang ini bekerja
demi tercapainya satu tujuan yang sama, yaitu terbitnya sebuah surat kabar dan
sampainya surat kabar tersebut di tangan pembaca.
Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun
tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan
tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. Dalam metodel
Jigsaw, Aronson menyarankan jumlah anggota kelompok dibatasi sampai dengan
empat orang saja dan keempat anggota ini ditugaskan membaca bagian yang
berlainan. Keempat anggota ini lalu berkumpul dan bertukar informasi.
30
Selanjutnya, pengajar akan mengevaluasi mereka mengenai seluruh
bagian. Dengan cara ini, mau tidak mau setiap anggota merasa bertanggung jawab
untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain bisa berhasil.
Penilaian juga dilakukan dengan cara yang unik, setiap siswa mendapat
nilainya sendiri dan nilai kelompok. Nilai kelompok dibentuk dari sumbangan
setiap anggota. Untuk menjaga keadilan, setiap anggota menyumbangkan poin di
atas nilai rata-rata mereka. Misalnya, nilai rata-rata si A adalah 65 don kali ini dia
mendapat 72, dia akan menyumbangkan 7 poin untuk nilai kelompok mereka.
Dengan demikian, setiap siswa akan bisa mempunyai kesempatan untuk
memberikan sumbangan nilai kelompok. Selain itu, beberapa siswa yang kurang
mampu tidak akan merasa minder terhadap rekan-rekan mereka karena mereka
juga memberikan sumbangan.
b. Tanggung jawab perseorangan
Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas
dan pola penilaian di buat menurut prosedur model pembelajaran kooperatif,
setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik.
Kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan guru dalam
penyusunan tugasnya.
Pengajar yang efektif dalam model pembelajaran kooperatif membuat
persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota
kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya
dalam kelompok bisa dilaksanakan. Dalam teknik Jigsaw yang dikembangkan
Aronson, misalnya, bahan bacaan di bagi menjadi empat bagian dan masing-
31
masing siswa mendapat dan membaca satu bagian. Dengan cara demikian, siswa
yang tidak melaksanakan tugasnya akan diketahui dengan jelas dan mudah.
Rekan-rekan dalam satu kelompok akan menuntutnya untuk melaksanakan tugas
agar tidak menghambat yang lainnya.
c. Tatap muka
Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan
berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk
membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran
beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu kepala saja.
Lebih jauh lagi, hasil kerja sama ini jauh lebih besar daripada jumlah hasil
masing-masing anggota.
Inti dari model kooperatif ini adalah menghargai perbedaan,
memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing. Setiap anggota
kelompok mempunyai latar belakang pengalaman, keluarga, don sosial-ekonomi
yang berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan ini akan menjadi modal utama
dalam proses saling memperkaya antaranggota kelompok. Sinergi tidak
didapatkan begitu saja dalam sekejap, tetapi merupakan proses kelompok yang
cukup panjang. Para anggota kelompok perlu diberi kesempatan untuk saling
mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi
pribadi.
32
d. Komunikasi antar anggota
Unsur ini juga menghendaki agar para pembelaiar dibekali dengan
berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam
kelompok, guru perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap siswa
mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok
juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan
kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.
e. Evaluasi
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk
mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar
selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu
diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa
waktu setelah beberapa kali siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran
kooperatif.
Tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional
yang menerapkan sistem kompetisi, di mana keberhasilan individu diorientasikan
pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah
menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi
oleh keberhasilan kelompoknya (Slavin, 2010: 25).
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-
tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Slavin (2010:
26), yaitu:
33
a. Hasil belajar akademik
Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga
memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa
ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami
konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa
model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada
belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.
Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar,
pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa kelompok
bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas
akademik.
b. Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas
dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan,
dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa
dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung
pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan
belajar saling menghargai satu sama lain.
c. Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah, mengajarkan
kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-
keterampilan sosial, penting dimiliki oleh siswa sebab saat ini banyak anak muda
masih kurang dalam keterampilan sosial.
34
Dengan model pembelajaran kooperatif diharapkan dapat mengembalikan rasa
kerjasama diantara siswa. Harapan ini bukanlah hal yang berlebihan karena dengan
model pembelajaran ini siswa terlatih dan terbiasa untuk tidak sekedar bekerja sendiri
namun benar-benar bekerjasama dan masing-masing dari kita memberikan kontribusi
demi keberhasilan bersama. Selain itu, kita juga dibiasakan untuk saling menghargai dan
tidak merasa benar sendiri.
Jika model ini dilakukan disemua sekolah dari jenjang pendidikan paling
dasar sampai dengan jenjang tertinggi kita akan kembali menjadi manusia yang
humanis, bukan manusia yang arogan dan mudah menyalahkan orang lain. Jika
kebersamaan sudah menjadi kultur, maka persoalan apapun dan sebesar apapun
pasti akan dapat diselesaikan dengan mudah. Akhirnya, dengan kebersamaan akan
memjadikan hidup ini semakin indah dan bermakna.
5. Kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament)
Tipe TGT merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang
diteliti secara luas. Tipe TGT sangat terkenal dan popular dikalangan para ahli
pendidikan. Pembelajran kooperatif tipe TGT merupakan model yang sangat
mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan
status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur
permainan. Secara garis besar, uraian tentang model pembelajaran kooperatif tipe
TGT adalah sebagai berikut :
Menurut Slavin (2010: 166), ada 5 komponen utama dalam TGT yaitu:
penyajian kelas (class presentation), kelompok (team), kuis (games), kompetisi
35
(tournament) dan penghargaan kelompok (class recognition). Komponen itu bisa
dijabarkan sebagai berikut :
a. Penyajian kelas (class presentation)
Presentasi kelas digunakan guru untuk memperkenalkan materi pelajaran
dengan pengajaran langsung atau diskusi dapat juga dengan audiovisual. Fokus
presentasi kelas hanya menyangkut pokok-pokok materi dan tekhnik
pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan
memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekarja
lebih pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena akan menentukan skor
game dan ini akan menentukan pula pada skor kelompok.
b. Kelompok (team)
Dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT tim terdiri dari 5 sampai 7 siswa
anggota kelas. Anggota time mewakili kelompok yang ada dikelas dan hal
kemampuan akademik, jenis kelamin, rasa tau suku. Fungsi utama tim tersebut
adalah untuk memastikan bahwa semua anggota tim belajar, lebih khusus lagi
untuk menyiapkan anggotanya supaya dapat mempelajari LKS dan mengerjakan
soal-soal dalam turnamen dengan baik. Setelah presentasi kelas kegiatan tim
umumnya adalah diskusi antar anggotanya saling membandingkan, memeriksa
dan mengoreksi kesalahan konsep anggota lain.
c. Kuis (games)
Pertanyaan dalam games disusun dan dirancang dari materi-materi yang
relevan dengan materi yang telah diperoleh mewakili masing-masing kelompok.
36
Sebagian besar pertanyaan pada kuis adalah bentuk sederhana. Setiap siswa
mengambil sebuah kartu yang diberi nomor pada kartu tersebut.
d. Kompetisi (tournament)
Turnamen adalah dimana saat permainan berlangganan. Ilustrasi antara
tim-tim yang anggotanya heterogen dan meja-meja turnamen dengan anggota
yang homogen. Uraian ilustrasi turnamen dapat dilihat pada skema gambar
dibawah ini.
TIM A
Tinggi Sedang Sedang Rendah A1 A2 A3 A4
Gambar 2.1. Penempatan siswa dan tim ke meja turnamen (Slavin, 2010:
168)
Gambar 2.1, menunjukan bahwa penempatan siswa pada meja turnamen
berdasar rangking siswa dalam tim. Meja turnamen 1 adalah meja tempat
Meja 1
Turnamen I
A1 B1 C1
Meja 1
Turnamen II
A2 B2 C2
Meja 1
Turnamen III
A3 B3 C3
Meja 1
Turnamen IV
A4 B4 C4
Tinggi Sedang Sedang Rendah
B1 B2 B2 B4
TIM B
Tinggi Sedang Sedang Rendah
C1 C2 C2 C4
TIM C
37
berkompetisi siswa dengan kemampuan awal tertinggi dalam tim sebagai meja
yang tertinggi tingkatanya daripada meja turnamen II. Meja II lebih tinggi
tingkatannya daripada meja turnamen III. Meja IV adalah meja yang paling
rendah tingkatanya.
Setelah turnamen selesai dan dilakukan penilaian guru mengatur kembali
kedudujan siswa pada tiap meja turnamen, kecuali pemenang pada meja tertinggi.
Pemenang pada setiap meja dinaikan atau digeser satu tingkat ke meja yang lebih
tinggi tingkatanya dan yang mendapatkan skor terendah pada setiap meja
turnamen selain yang ada pada meja terendah tingkatanya diturunkan satu tingkat
ke meja yang lebih rendah tingkatanya. Pada akhirnya mereka akan mengalami
penaikan atau penurunan sehingga mereka akan sampai pada meja yang sesuai
dengan kinerja mereka.
e. Penghargaan kelompok (class recognition)
Tim-tim yang berhasil mendapatkan nilai rata-rata melebihi kriteria
tertentu diberi penghargaan berupa hadiah atas usaha yang telah dilakukan
kelompok selama belajar sehingga mencapai kriteria yang telah disepakati
bersama.
Menurut Slavin (2010: 169) langkah-langkah dalam pembelajaran
kooperatif tipe TGT meliputi pengaturan klasikal dan belajar kelompok, turnamen
akademik dan penskoran, pengakuan tim dan bumping (pemindahan), adapun
uraian persiapan masing-masing adalah sebagai berikut :
38
a. Pengaturan klasikal dan belajar kelompok
Pembelajaran diawali dengan menyampaikan pokok-pokok materi
selanjutnya diumumkan kepada siswa penugasan tim dan siswa diminta untuk
memindahkan bangku membentuk meja tim. Kepada siswa disampaikan bahwa
mereka akan bekerjasama dengan tim selama beberapa minggu dan mengikuti
turnamen akademik untuk memperoleh/menambah poin bagi nilai tim mereka.
b. Turnamen akademik dan penskoran
Setiap tim dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT sebanyak 4 sampai 5
siswa, yang terdiri dari siswa pandai, sedang dan kurang. Selain itu dalam
pembagian kelompok guru sebaiknya mempertimbangkan criteria lainya
misalnya, jenis kelamin, latar belakang sosial, kinerja, suka atau tidak suka lainya.
Siswa rangking pertama pada setiap tim pada meja I, empat rangking berikutnya
pada meja II dan empat rangking berikutnya pada meja III dan seterusnya.
Penempatan siswa pada meja turnamen dari contoh di atas tampak pada tabel.
Kegiatan dalam turnamen adalah persaingan pada meja turnamen dari 4-5
siswa dari tim yang berbeda dengan kemampuan yang setara. Pada permulaan
turnamen diumumkan penempatan meja bagi siswa. Siswa diminta mengatur meja
turnamen yang ditetapkan. Nomor meja turnamen bisa diacak. Setelah
kelengkapan dibagikan dapat dimulai kegiatan turnamen. Bagan dari putaran
permainan dengan 3 siswa dalam satu meja turnamen dapat dilihat dari skema
gambar dibawah ini.
39
Gambar 2.2. Putaran permainan TGT (Slavin, 2010: 173).
Pada akhr setiap putaran, pemenang mendapat satu kartu bernomer.
Penantang yang kalah mengembalikan perolehan kartunya bila sudah ada. Akan
tetapi, jika pembaca yang kalah kepadanya tidak dikenakan hukuman. Penskoran
didasarkan pada jumlah perolehan.
c. Pengakuan tim
Tim yang telah mencapai skor rata-rata melebihi kriteria tertentu diberi
penghargaan atau hadiah.
d. Bumping (pemindahan)
Menurut Slavin (2010: 176) bumping/penempatan kembali siswa pada
meja turnamen baru, dilakukan untuk mempersiapkan turnamen berikutnya.
Melakukan bumping lebih mudah ketika sedang menghitung skor.
Pembaca
1) Mengambil satu kartu dari tumpukan kartu yang telah diacak dan mencari pertanyaan yang sesuai pada lembar permainan.
2) Membaca dan menjawab pertanyaan dengan kertas
Penantang I
1) Ikut menjawab pertanyaan
2) Menantang atau memberi jawaban yang berbeda dengann pembaca jika mungkin
Penantang II
1) Ikut menjawab pertanyaan
2) Menantang atau memberi jawaban yang berbeda dengan pembaca dan penantang I jika menang
40
Kebaikan dan kelemahan pembelajaran kooperatif tipe TGT.
Kebaikan pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah sebagai berikut :
a. dalam kelas kooperatif siswa memiliki kebebasan untuk berinteraksi dan
menggunakan pendapatnya,
b. rasa percaya tinggi siswa menjadi lebih tinggi,
c. perilaku mengganggu terhadap siswa yang lain relativ lebih kecil,
d. motivasi belajar siswa menjadi lebih besar,
e. meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, toleransi antara siswa dengan siswa
dan antara siswa dengan guru.
Siswa dapat menelaah sebuah mata pelajaran atau pokok bahasan, bebas
mengaktualisasikan diri dengan seluruh potensi yang ada dalam diri siswa tersebut
dapat keluar. Selain itu kerjasama antar siswa dengan guru akan membuat
interaksi belajar dalam kelas menjadi hidup dan tidak membosankan.
Kelemahan pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah sebagai berikut :
a. sering terjadi dalam kegiatan pembelajaran tidak semua siswa ikut serta
mengembangkan pendapatnya,
b. kekurangan waktu untuk proses pembelajaran,
c. kemungkinan terjadi kegaduhan kalau guru tidak dapat mengelola kelas.
Guru yang kurang cerdas dalam mengelola kelas dan siswa akan menjadi
penyebab kegagalan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT, sebab dibutuhkan
kecerdasan emosi untuk memotifasi siswa dalam mengaktualisasi diri dan
mengelola waktu dengan sebaik-baiknya.
41
Ciri khas yang membedakan metode pembelajaran koopeatif tipe TGT
dengan metode pembelajaran kooperatif lainya adalah adanya turamen yang
mempertandingkan antar kelompok.
B. Hasil Penelitian Relevan
Model pembalajaran kooperatif merupakan sistem pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dan berkompetisi
dalam mengerjakan tugas. Model ini digunakan sebagai salah satu cara untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa. Penelitian tentang penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT pernah dilakukan oleh Khasanah (2008),
namun hanya membandingkan pengaruh penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT dengan tipe NHT terhadap prestasi belajar siswa. Hasilnya
menunjukan bahwa prestasi belajar pada siswa yang menggunakan pembelajaran
kooperatif tipe TGT lebih baik daripada yang menggunakan NHT. Penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT oleh Darseni (2006) mampu
mengaktifkan siswa pada proses pembelajaran dan meningkatkan pemahaman
siswa daripada yang menggunakan pembelajaran konvensional.
Penelitian tentang peningkatan prestasi belajar pernah dilakukan dengan
metode pembelajaran yang lain. Hasilnya penelitian Yuniati (2005) menunjukan
adanya peningkatan prestasi belajar Geografi dengan pemberian LKS. Sementara
Yulianti (2005) membandingkan pengaruh penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT dengan tipe STAD dan pembelajaran konvensional terhadap
prestasi hasil belajar siswa. Hasilnya menunjukan bahwa, prestasi belajar siswa
42
yang diajar menggunakan model kooperatif tipe TGT lebih tinggi dari pada yang
menggunakan STAD dan pembelajaran konvensional. Penelitian tentang upaya
meningkattkan prestasi belajar siswa pada materi Sejarah menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, perlu
dilakukan penetian tindakan kelas menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe TGT.
C. Kerngka Berfikir
Dalam dunia pendidikan hal yang pasti ada, yaitu adanya proses
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran tersebut terjadi interaksi antara guru
dan siswa. Guru sangat berperan penting dalam menentukan keberhasilan siswa
dalam proses belajar terutama prestasi yang telah dicapai siswa.
Dengan berkembang teknologi dan ilmu pengetahuan guru dituntut untuk
memiliki kreatifitas dalam proses pembelajaran, terutama menentukan metode
pembelajaran. Jika metode pembelajaran yang digunakan tepat maka akan
mempengaruhi prestasi belajar siswa. Salah satu metode pembelajaran yang dapat
melibatkan siswa berperan aktif serta melibatkan kerja sama antara siswa yang
satu dengan yang dengan metide pembelajaran kooperatif tipe TGT. Metode ini
berupa permainan atau games akademik yang membuat para siswa menjadi
senang dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga bisa menarik siswa agar
bisa senang terhadap pelajaran sejarah yang nantinya akan meningkatkan prestasi
siswa tersebut. Keinginan menjadikan tim mereka tim terbaik akan meningkatkan
prestasi belajar siswa sehingga diharapkan 80 % siswa akan tuntas KKM sebesar
43
6,5. Kerangka berfikir yang dilaksanakan pada penelitian ini disajikan pada
Gambar.2.3. dibawah ini :
Gambar 2.3. Kerangka berfikir
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berfikir diatas, dapat dirumuskan hipotesis tindakan
sebagai berikut :
Penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa kelas X C SMA Negeri 1 Kemangkon pada
semester genap tahun pelajaran 2010/2011.
Tindakan Kelas : mengunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT
Tindakan Kelas : mengunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT
PBM :
Presentasi kelas
Diskusi kelompok
Games
Tournament
PBM :
Presentasi kelas
Diskusi kelompok
Games
Tournament
Kondisi awal siswa
(input)
Kondisi awal siswa
(input)
Kondisi akhir siswa
(output)
Kondisi akhir siswa
(output)
Suasana belajar :
Pemahaman konsep rendah
Partisipasi belajar siswa rendah
Prestasi belajar rendah
Suasana belajar :
Pemahaman konsep rendah
Partisipasi belajar siswa rendah
Prestasi belajar rendah
Hasil Belajar :
Siswa mudah memahami dan mengembangkan materi
Siswa aktif berpartisipasi dalam PBM
Prestasi belajar siswa meningkat
Hasil Belajar :
Siswa mudah memahami dan mengembangkan materi
Siswa aktif berpartisipasi dalam PBM
Prestasi belajar siswa meningkat
44
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas X C SMA Negeri 1
Kemangkon Kabupaten Purbalingga Tahun Ajaran 2010/2011 pada semester
genap mulai bulan Februari 2011 sampai April 2011.
B. Subyek Penelitian
Penelitian ini ditunjukan pada siswa kelas X C di SMA Negeri 1
Kemangkon Purbalingga. Jumlah subyek penelitian sebanyak 37 siswa, yang
terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 27 siswa perempuan dengan tingkat kemampuan
yang berbeda-beda. Subjek ini dibagi kedalam 9 (sembilan) kelompok kecil
beranggotakan masing-masing 4 siswa atau ada yang 5 siswa yang sudah diatur
sedemikian rupa sehingga kelompok mempunyai keadaan yang sama.
C. Prosedur Penelitian
Penelitain ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yaitu penelitian
yang bersifat kolaboratif dan didasarkan pada permasalahan yang muncul dalam
proses belajar mengajar pada mata pelajaran sejarah di kelas X C SMA 1 Negeri
Kemangkon.
Penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai dan
hasil refleksi yang dirumuskan sesuai dengan desain dari faktor yang diselidiki,
44
45
pada akhir diadakan evaluasi untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar dan
peran aktif siswa dalam pembelajaran setelah menggunakan model kooperatif tipe
TGT.
Hasil klarifikasi terhadap penyebab permasalahan yang disajikan pada
Tabel 3.1 dibawah ini.
Tabel 3.1. Tabel hasil klarifikasi akar penyebab permasalahan
No. MasalahAkar
PermasalahanTindakan
1. Tingkat pemahaman dan kemampuan pengembangan materi Sejarah masih rendah
a. Kurangnya keterlibatan siswa dan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran
b. Kurangnya fasilitas dan sumber belajar.
a. Penggunaan LKS yang terstruktur dan pemanfaatan sumber belajar yang tersedia.
b. Penggunaan model kooperatif tipe TGT.
2. Kurangnya partisipasi siswa dalam proses pembelajaran dan rendahnya prestasi belajar siswa.
a. Variasi metode pembelajaran yang digunakan kurang sesuai dengan materi dan kondisi siswa.
b. Siswa lebih memilih untuk menghafal materi daripada memahami materi.
c. Kondisi kelas yang kurang kondusif.
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
46
Pada akhir siklus diadakan evaluasi untuk mengetahui tingkat kontribusi
dan hasil belajar siswa secara aktif dapat ditingkatkan dan ada tindakan dampak
langsung penggunaan model pembelajaran kooperaatif tipe TGT terhadap hasil
belajar siswa.
Penelitian tindakan kelas menurut Stephen Kemmis dan Robin Mc Taggart
dalam Arikunto (2010: 16), seperti pada gambar berikut:
Gambar 3.1. Skema model penelitian (Model spiral dari Kemmis dan
Taggart)
47
Secara rinci, prosedur penelitiannya mengacu pada model penelitian
tindakan kelas (model Kemmis dan Taggart), yang dirinci sebagai berikut :
1. Persiapan (planning)
Kegiatan ini dilaksanakan secara bersama-sama antara peneliti dan guru
dalam menentukan langkah-langkah penelitain yang meliputi :
a. peneliti dan guru menetapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT untuk
meningkatkan keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran mata
pelajaran sejarah;
b. membuat rencana pembelajaran (RP), soal pre-tes, dan soal pos-tes;
c. mensosialisasikan mekanisme dan aturan-aturan dalam penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT;
d. membuat dan melengkapi alat, media pembelajaran dan mendisain ruang
kelas;
e. membuat lembar observasi;
f. mendisain alat evaluasi.
2. Pelaksanaan tindakan (acting)
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan
pembelajaran yang telah dilaksanakan, menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT. Penelitian ini bersifat kolaboratif, yaitu peneliti berperan
sebagai observer dan guru berperan sebagai pengajar dalam proses pembelajaran,
atau bisa bergantian sesuai kebutuhan yang diinginkan.
48
Langkah pembelajaran pada pertemuan pertama terdiri dari pre-tes,
presentasi kelas, diskusi dan permainan. Langkah-langkah pembelajaran pada
pertemuan yang kedua meliputi presentasi kelas, diskusi, turnamen dan pos-tes.
Langkah yang dilakukan untuk setiap siklusnya sama.
Tabel.3.2. Tabel pelaksanaan tindakan guru dan siswa dalam proses
pembelajaran.
No. Tindakan Guru Tindakan kelas1. Pendahuluan
a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
b. Guru mensosialisasikan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan mengumumkan pembagian tiap kelompok.
c. Guru memberikan pre-tes tentang materi yang akan diajarkan.
a. Siswa memperhatikan penjelasan Guru.
b. Siswa memperhatikan penjelasan guru dan mencatat nama anggota kelompok masing-masing.
c. Siswa menjawab pertanyaan yang diajukan guru.
2. Kegiatan intia. Guru melakukan presentasi
kelas.
b. Guru memberikan bahan diskusi untuk tiap kelompok, mengamati dan mencatat keaktifan siswa dalam diskusi kelompok.
c. Guru membagi kemampuan siswa yang berkemampuan setara dari tiap kelompok pada suatu meja permainan, memberikan bahan diskusi dan membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam proses pembelajran.
a. Siswa memperhatikan dan mencatat materi yang dismpaikan guru.
b. Siswa mempelajari materi dan aktif berpartisipasi dalam diskusi kelompok.
c. Menempati meja permainan dengan anggota kelompok lain yang berkemampuan setara dan berdiskusi membahas permasalahan yang diberikan guru.
49
d. Guru menempatkan siswa pada meja turnamen akademik tipe TGT.
d. Berpartisipasi dalam turnamen akademik.
3. Penutupa. Guru memberikan Pos-tes
b. Guru menyimpulkan materi dan memberikan motivasi dan siswa agar lebih aktif dalam proses pembelajaran.
a. Siswa mengerjakan pertanyaan yang diberikan guru.
b. Siswa mendengarkan dan mencatat penjelasan guru.
3. Observasi (observing)
Pada tahap ini dilaksanakan observasi oleh peneliti terhadap pelaksanaan
tindakan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan. Mekanisme
observasi tersebut disajikan pada Tabel 3.3 berikut :
Tabel 3.3. Observasi siswa
No. Obyek Pengamatan Prosedur Pengamatan1. Aktifitas siswa Aktifitas siswa dalam proses
pembelajaran yang meliputi diskusi kelompok, permainan dan turnamen diukur menggunakan lembar observasi.
2. Partisipasi siswa Partisipasi siswa diukur menggunakan lembar observasi yaitu partisipasi dalam mengajukan pertanyaan, pendapat dan sanggahan.
4. Refleksi (reflecting)
Berdasarkan data yang diperoleh melalui observasi dan evaluasi
dikumpulkan dan dianalisis. Berdasarkan hasil analisi, guru dapat melakukan
refleksi diri tentang langkah pembelajaran yang telah dilaksanakan. Pada tahap ini
50
peneliti dan guru dapat mengetahui besarnya tingkat partisipasi siwa dalam
kegiatan pembelajran yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil refleksi ini dapat
diketahui kelemahan kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru, sehingga dapat
digunakan unutk menentukan tindakan siklus berikutnya.
D. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan pada penelitian ini meningkatkan prestasi belajar
siswa sehingga diharapkan 80 % siswa akan tuntas KKM sebesar 6,5.
Berdasarkan pada perumusan dan identifikasi masalah pada tabel sebagai berikut :
Tabel.3.4. Identifikasi masalah dan indikator keberhasilan.
Identifikasi masalah Indikator keberhasilanKemampuan siswa dalam melakukan pembelajaran kooperatif tipe TGT kurang baik
Kemampuan siswa dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe TGT meningkat.
Siswa kurang tertarik dalam mengikuti pembelajran sejarah.
Siswa tertarik dan antusias dalam mengikuti pembelajaran sejarah.
Respon siswa terhadap penerapan perangkat pembelajaran dan model pembelajaran kooperatif tipe TGT kurang mendukung.
Respon siswa terhadap penerapan perangkat pembelajaran dan model pembelajaran kooperaatif tipe TGT meningkat.
E. Teknik Pengambilan Data
1. Tes
51
Dalam penelitian ini, untuk memperoleh data menggunakan tes hasil
belajar Sejarah. Menurut Coollegiate dalam Arikunto (1998: 139) tes adalah
serentetan pertanyaan, latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur
ketrampilan, pengetahun, intelligence, kemampuan/bakat yang dimiliki oleh
individu atau kelompok. Tujuan diadakanya tes untuk siswa kelas X C SMA
Negeri 1 Kemangkon adalah untuk mendapat informasi tentang kemampuan siswa
dalam mengikuti dan memahami isi pelajaran selama proses pembelajaran. Tes
dilaksanakan dua kali setiap siklusnya, yaitu:
a. Pre-tes adalah tes yang dilakukan sebelum proses pembelajaran dimulai.
Tujuanya adalah untuk mengetahui pengetahuan siswa terhadap materi yang
akan dibeerikan.
b. Pos-tes adalah tes yang diberikan setelah guru selesai menyaimpaikan materi
pelajaran. Tujuanya adalah untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
menerima dan memahami materi yang telah dipelajari.
2. Angket
Menurut Arikunto (1998: 140) angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis
yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan
tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui. Angket yang digunakan adalah
angket tertutup, yaitu angket disusun dengan menyediakan pilihan jawaban
lengkap sehingga hanya tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilih.
Pemberian angket diharapkan bisa mengetahui minat siswa atau seberapa besar
keberhasilan penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siswa kelas X C
SMA Negeri 1 Kemangkon.
52
3. Observasi
Menurut Arikunto (1998: 146) observasi adalah suatu teknik yang
dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan
secara sistematis. Observasi digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan
dengan prilaku siswa selama proses pembelajaran. Alat yang digunakan berupa
lembar observasi. Lembar observasi siswa dan guru ditujukan untuk mengetahui
seberapa baik pembelajaran yang dilakukan guru dan seberapa besar partisipasi
siswa kelas XC SMA Negeri 1 Kemangkon dalam mengikuti permainan dan
turnamen akademik.
4. Dokumentasi
Menurut Arikunto (1998: 149) dokumentasi dari kata dokumen yang
artinya barang-barang tertulis. dokumentasi tidak kalah penting dengan metode-
metode lain karena dalam dokumntasi untuk mencari data mengenai hal-hal atau
variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya. Dokumentasi yang dilakukan
peneliti bertujuan untuk mengetahui kegiatan siswa kelas X C SMA Negeri 1
Kemangkon selama penelitian berlangsung.
F. Teknik Analisis Data
Pada tahap ini dilakukan analisis data hasil yang telah dicapai oleh siswa
melalui evaluasi. Untuk menganalisis data yang telah terkumpul menggunakan
53
teknik analisis deskritif kualitatif dengan memberikan predikat pada fariabel yang
diteliti sesuai dengan kondisi sebenarnya. Hasil analisis pada siklus I digunakan
untuk merencanakan siklus berikutnya.
Semua data yang telah terkumpul dihitung dan dianalisis dengan rumus
sebagai berikut (Arikunto, 1998: 246) :
1. Analisis rata-rata prestasi siswa setiap siklus diambil dan evaluasi/post-tes.
I = x 100%
Keterangan :
I = rata-rata prestasi siswa
F = Jumlah nilai prestasi siswa
N = Jumlah siswa keseluruhan
2. Presentasi (%) untuk analisis aktivitas siswa.
Prosentase (%) =
Keterangan :
Frekuensi = Jumlah siswa yang ikut berpartisipasi.
N = Jumlah responden seluruhnaya.
3. Observasi guru
Rumus rata-rata =
Poin keterangan dinyatakan sebagai berikut ini :
1 = kurang
2 = cukup
54
3 = baik
4 = baik sekali
Keterangan jumlah nilai total dinyatakan sebagai berikut :
0 = pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe TGT kurang
= pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe TGT cukup
= pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe TGT baik
= pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe TGT baik
sekali.
55
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Hasil penelitian pada setiap siklusnya adalah sebagai berikut :
1. Pelaksanaan Siklus I
a. Perencanaan (planning)
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan meliputi :
1) peneliti dan guru menetapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT untuk
meningkatkan prestasi, dan partisipasi belajar siswa dalam proses
pembelajaran sejarah (asal usul dan persebaran manusia di kepilauan
Indonesia);
2) membagi siswa kelas X C menjadi 9 kelompok kecil, masing-masing
kelompok terdiri dari 4-5 siswa yang heterogen (jenis kelamin dan partisipasi
akademik) dengan keadaan tiap kelompok relatif sama (Lampiran 2);
3) menyusun rencana pembelajaran (RP) sesuai dengan materi yang akan
diajarkan pada setiap pertemuan. Dalam penyusunan RP dirumuskan semua
langkah-langkah pembelajaran yang direncanakan untuk setiap pertemuan
yang akan dilaksanakan dari berpedoman pada langkah-langkah pembelajaran
kooperatif tipe TGT (Lampiran 3a);
4) menyusun lembar kerja siswa (Lampiran 3b);
5) menyiapkan lembar observasi dan soal evaluasi siklus I (lampiran 4);
55
56
6) menyusun dan menyediakan media dan sumber belajar yang diperlukan (kartu
untuk permainan dan turnamen);
7) mensosialisasikan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TGT pada
siswa kelas X C SMA Negeri 1 Kemangkon.
b. Pelaksanaan tindakan (acting).
Proses pembelajaran yang dilakukan berpedoman pada RP yang telah
dipersiapkan. Sebelum pembelajaran dimulai guru memberikan pre-tes untuk
mengetahui keadaan awal siswa dan menentukan metode pembelajaran yang akan
digunakan. Pada awal pembelajaran, guru menyampaikan tujuan pembelajaran
dan membagikan LKS yang berisi ringkasan pokok-pokok materi yang akan di
ajarkan dan bahan untuk diskusi kelompok. Guru juga memberikan beberapa
pertanyaan yang berkaitan dengan materi asal usul dan persebaran manusia di
kepilauan Indonesia (pertemuan ke 1) dan penyusunan materi asal usul dan
persebaran manusia di kepilauan Indonesia (pertemuan ke 2) secara lisan.
Tahapan pembelajarannya terdiri dari :
1) Presentasi kelas
Guru menyampaikan pokok-pokok materi yang akan dipelajari. Guru
memotivasi siswa agar berani mengemukakan, pertanyaan, pendapat dan
sanggahan.
2) Diskusi kelompok
Setiap kelompok mendiskusikan permasalahan atau pertanyaan yang
terdapat pada LKS untuk mempersiapkan diri dalam kegiatan permainan dan
57
turnamen. Jika ada kelompok yang mengalami kesulitan dalam berdiskusi maka
guru membantu menyelesaikan masalah tersebut dengan diskusi kelas.
3) Permainan (games)
Anggota kelompok yang berkemampuan setara dari kelompok yang
berbeda menempati meja permainan yang sama untuk menjawab pertanyaan atau
menyelesaikan permasalahan yang terdapat dalam kartu (dilakukan pada
pertemuan pertama).
4) Turnamen (tournament)
Anggota kelompok yang berkemampuan sama atau setara dari kelompok
yang berbeda menempati meja turnamen yang sama. Siswa yang memperoleh skor
tertinggi pada setiap meja berhak naik ke meja yang lebih tinggi, kecuali yang ada
pada meja 1. Siswa yang memperoleh skor terindah pada masing-masing meja
turnamen meja turun ke meja yang lebih rendah (Lampiran 6b).
5) Pos-tes
Pos-tes dilakukan untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran yang
dibuat sesuai dengan pokok bahasan yang sudah diajarkan dan mengetahui
peningkatan prestasi belajar yang diperoleh siswa (Lampiran 5).
c. Observasi dan evaluasi
Observasi dilakukan untuk mengetahui kegiatan-kegiatan yang dilakukan
oleh siswa selama proses pembelajaran menggunakan instrument yang telah
dipersiapkan.
58
1) Aktivitas dan partisipasi siswa pada diskusi kelompok.
Hasil obseervasi terhadap aktivitas dan partisipasi siswa dalam diskusi
kelompok tertara dalam Tabel 4.1.
Tabel. 4.1. Tabel aktivitas dan partisipasi siswa dalam diskusi kelompok siklus 1.
Aktivitas dan Partisipasi Siswa
Rata-rata Presentase (%) Kategori
B C KPartisipasi Kontributif
Menyampaikan pertanyaan
Menyaimpaikan pendapat
Menyampaikan sanggahan
2 %
14 %
0 %
16 %
19 %
5 %
78 %
81 %
95 %
Partisipasi Inisiatif
Mengerjakan soal/tugas
32 % 54 % 14 %
Secara deskriptif, partisipasi siswa dalam diskusi kelompok masih rendah.
Akan tetapi, pada pertemuan ke 2 parisipasi siswa sudah mengalami peningkatan.
Siswa yang mengajukan pertanyaan pada pertemanan pertama hanya 5 % (2 siswa
dari 37 siswa) dan pada pertemuan ke 2 meningkat menjadi 14 % (5 siswa).
Partisipasi siswa dalam menyampaikan pendapat pada pertemuan pertama sebesar
14 % (5 siswa) dan pada pertemuan kedua meningkat menjadi 32 % (12 siswa).
Pada pertemuan pertama partisipasi siswa dalam mengajukan sanggahan belum
terlihat. Hal ini disebabkan, karena siswa belum terbiasa dan masih kurang
percaya diri untuk mengutarakan sanggahan. Pada pertemuan ke 2 partisipasi
siswa dalam mengajukan sanggahan sebesar 8 % (3 siswa). Siswa yang mampu
59
mengerjakan soal/tugas dengan baik pada pertemuan pertama sebesar 32 % (12
siswa) dan pada pertemuan ke 2 sebesar 40 % (15 siswa). (Tabel 4.1. dan
Lampiran 6a).
Pada diskusi kelompok ada beberapa kelompok yang masih tidak
memperhatikan terhadap anggota kelompok yang lain dan belum mampu
bekerjasama dengan baik.
2) Aktivitas siswa pada kegiatan permainan dan turnamen
Data hasil observasi aktivitas siswa dalam permainan dan turnamen tertera
dalam Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Tabel aktivitas dan partisipasi siswa dalam permainan dan
turnamen akadeik siklus I.
Aktivitas dan Partisipasi Siswa
Rata-rata Presentase (%) Kategori
B C KPartisipasi Kontributif
Menyampaikan pertanyaan
Menyaimpaikan pendapat
Menyampaikan sanggahan
5 %
3 %
3 %
35 %
46 %
13 %
59 %
51 %
62 %
Partisipasi Inisiatif
Mengerjakan soal
43 % 30 % 27 %
Setiap anggota kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama terhadap
perolehan skor klompoknya. Partisipasi siswa dalam mengajukan pertanyaan
sebesar 5 % (2 siswa). Partisipasi siswa dalam mengajukan pendapat sebesar 3 %
(1 siswa). Partisipasi siswa dalam mengajukan sanggahan sebesar 3 % (1 siswa)
60
dan siswa yang mampu mengerjakan soal dengan baik sebesar 43 % (16 siswa)
(Tabel 4.2. dan Lampiran 6a). Siswa masih belum memahami mekanisme
pelaksanaan kegiatan permainan, sehingga partisipasinya masih rendah. Masing-
masing anggota kelompok belum mampu bekerjasama dengan baik dan masih
kurang percaya diri karena kegiatan diskusinya kurang optimal.
Kegiatan turrnamen dilakukan pada pertemuan ke 2. Siswa masih belum
memahami mekanisme turnamen, sehingga partisipasi siswa masih rendah. Siswa
yang mengajukan pertanyaan dan pendapat sama besar yaitu 27 % (10 siswa).
Partisipasi siswa dalam mengajukan sanggahan sebesar 3 % (8 siswa), sedangkan
siswa yang mampu mengerjakan soal dengan baik sebesar 43 % (16 siswa).
(Tabel 4.2. dan Lampiran 6a).
Partisipasi siswa dalam permainan dan turnamen akademik masih rendah.
Hal ini disebabkan karena diskusi yang dilakukan masih kurang optimal, sehingga
pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari rendah.
3) Pos-tes
Pada akhir siklus I dilakukan pos-tes untuk mengukur keberhasilan
pembelajaran yang telah dilaksanakan. Hasil post-tes pada siklus I menunjukan
rata-rata skor sebesar 55,14. Keberhasilan proses pembelajaran yang diperoleh
masih rendah, karena belum memenuhi standar ketuntasan yaitu 65 (Arikunto,
2001), masih kurang 9,86 % untuk mencapai ketuntasan belajar. Akan tetapi, di
bandingkan dengan hasil pre-tes, hasil belajar siswa yang diperoleh siswa
mengalami kenaikan sebesar 9,73 % seperti terlihat pada Tabel 4.3. hasil
perhitungan dari Lampiran 5.
61
Tabel 4.3. Tabel nilai rata-rata pre-tes dan pos-tes siklus I
Jumlah Siswa
Nilai rata-rata Siklus I Persentase KenaikanPre-tes Pos-tes
37 45,41 55,14 14,15 %
Pada pelaksanaan siklus I, siswa belum memahami secara jelas mekanisme
pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Beberapa siswa masih
merasa canggung dan acuh untuk bekerjasama dengan anggota kelompok yang
lain. Sebagian besar siswa belum mampu menyimpulkan hasil diskusinya.
d. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi yang dilakukan terhadap
kegiatan pembelajaran siklus I diperoleh hasil sebagai berikut :
Pelaksanaan pembelajaran siklus I menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT belum banyak menunjukan peningkatan partisipasi belajar
siswa (Tabel 4.1, Tabel 4.2 dan Lampiran 6) dan presasi belajar siswa (Tabel
4.3.). Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa canggung dan belum
memahami mekanisme pembelajaran kooperatif tipe TGT, sehingga siswa belum
dapat memahami materi pelajaran yang sudah dipelajari dengan optimal. Siswa
yang pandai belum mau membagikan pengetahuannya kepada anggota yang lain.
Guru dalam membuka pelajaran dan menyampaikan tujuan pembelajaran
masih dilakukan dengan tergesa-gesa. Guru belum maksimal dalam mengelola
kelas dan kurang mampu menggali partisipasi siswa untuk aktif dalam
62
menyampaikan pertanyaan, pendapat dan sanggahan. Pembelajaran masih bersifat
satu arah, kurang bisa menggali kemampuan siswa untuk berpartisipasi secara
aktif dalam proses pembelajaran, meskipun dalam penyampaian materi pelajaran
guru sudah cukup komuikatif (Lampiran 6b).
Berdasarkan hasil tersebut, maka diperlukan langkah penyempurnaan
untuk dilakukan perbaikan pada siklus II dan untuk mengantisipasi permasalahan
yang ada pada siklus I, meliputi :
1) guru harus mengoptimalkan persiapan pemelajaran materi yang akan
diberikan;
2) guru memberikan arahan kepada siswa agar lebih bertanggung jawab dan
mudah bekerjasama dengan anggota kelompok yang lain;
3) guru menyampaikan materi dengan cara yang lebih komunikatif, sesuai
dengan permasalahan yang ada disekitar siswa. Agar lebih mudah memahami
materi yang disampaikan dan dipelajari siswa;
4) guru lebih mengoptimalkan kembali penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT, agar siswa lebih berani untuk mengungkapkan
pertanyaan, pendapat dan sanggahan;
5) guru lebih percaya diri dalam menerapkan model pembelajaran TGT didalam
kelas.
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
63
Hasil observasi dan evaluasi siklus I dijadikan sebagai acuan untuk
melaksanakan tindakan pada siklus II, agar hasil yang akan diperoleh lebih baik
lagi.
a. Perencanaan (planning)
Kegiatan yang akan dilakukan pada tahap perencanaan meliputi :
1) peneliti dan guru menentukan dan menetapkan metode dan strategi yang akan
digunakan untuk proses pembelajaran selanjutnya;
2) menyusun RP sesuai dengan aturan dalam penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT (Lampiran 3a);
3) membuat dan melengkapi alat dan media pembelajaran yang akan digunakan.
4) menyusun LKS (Lampiran 3b) dan alat evaluasi (Lampiran 4);
5) mendesain kegiatan permainan dan turnamen yang dapat mempermudah
siswa memahami materi pelajaran.
b. Pelaksanaan tindakan (acting)
Proses pembelajaran dimulai dengan memberikan pre-tes kepada siswa,
untuk mengetahui keadaan siswa dan untuk mengetahui keadaan awal siswa dan
untuk menentukan pelaksanaan pembelajaran selanjutnya. Hasil pre-tes dan pos-
tes siklus I dibagikan kepada siswa, sebagai feed back bagi siswa agar lebih giat
belajar, sehingga memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Guru mengumumkan
nama kelompok yang memperoleh skor tertinggi, untuk memotivasi siswa agar
lebih kompak dengan anggota kelompok masing-masing. Pada awal proses
pembelajaran, guru mengemukakan tujuan pembelajaran dan menjelaskan
mekanisme pembelajaran kooperatif tipe TGT.
64
Langkah-langkah pelaksanaan proses pembelajaran terdiri dari 4 (empat)
tahap, yaitu :
1) Presentasi kelas
Guru menyampaikan materi pelajaran secara global menggunakan metode
pembelajaran yang telah direncanakan yaitu ceramah, diskusi, tanyajawab dan
pemberian tugas. Pemberian pokok-pokok materi bertujuan agar siswa lebih
terarah dalam melakukan diskusi kelompok dan mudah bekerjasama dengan
anggota kelompok yang lain.
2) Diskusi kelompok
Diskusi kelompok dilakukan untuk menjawab soal/pertanyaan yang ada
pada LKS untuk mengoreksi jawaban anggota yang lain dan untuk menyamakan
persepsi anggota yang lain.
3) Permaina dan turnamen akademik
Siswa yang berkemampuan setara dari masing-masing kelompok
menempati meja permainan yang sama. Siswa yang memperoleh skor tertinggi
pada turnamen siklus I menempati meja turnamen 1. Siswa yang memperoleh skor
sedang pada meja ke 2 dan seterusnya. Masing-masing meja berisi anggota
kelompok yang berbeda-beda. Pada putaran berikutnya, siswa yang memperoleh
skor tertinggi pada masing-masing meja berhak naik ke meja yang lebih tinggi
(misalnya dari meja 2 naik ke meja 1), kecuali yang ada pada meja 1. Siswa yang
memperoleh skor terendah pada masing-masing meja berpindah ke meja yang
lebih rendah (Lampiran 6c).
4) Pos-tes
65
Pos-tes dilakukan pada akhir siklus II, untuk mengetahui peningkatan
prestasi belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT (Lampiran 5).
c. Observaasi dan evaluasi
Observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas dan partisipasi siswa
dalam proses pembelajaran.
1) Aktivitas dan partisipasi siswa dalam diskusi kelompok
Pada pelaksanaan siklus II siswa semakin aktif berpartisipasi dalam
diskusi kelompok. Data hasil aktivitas dan partisipasi siswa tertera dalam Tabel
4.4. dan Lampiran 6a.
Tabel 4.4. Tabel Aktivitas dan partisipasi siswa dalam diskusi kelompok siklus II.
Aktivitas dan Partisipasi Siswa
Rata-rata Presentase (%) Kategori
B C K
Partisipasi Kontributif
Menyampaikan pertanyaan
Menyaimpaikan pendapat
Menyampaikan sanggahan
19 %
30 %
22 %
35 %
38 %
32 %
46 %
32 %
58 %
Partisipasi Inisiatif
Mengerjakan soal/tugas
54 % 46 % 11 %
Siswa mulai dapat bekerjasama dengan anggota kelompok yang lain.
Partisipasi siswa dalam diskusi kelompok mengalami peningkatan. Pada
pertemuan pertama siswa yang mengajukan pertanyaan sebesar 19 % (7 siswa)
dan pada pertemuan ke 2 sebesar 24 % (9 siswa). Partisipasi siswa dalam
66
mengajukan pendapat pada pertemuan ke 2 sebesar 30 % (11 siswa) dan pada
pertemuan ke 2 sebesar 41 % (15 siswa). Pada siklus II, partisipasi siswa dalam
mengajukan sanggahan mengalami peningkatan, pada pertemuan pertama sebesar
22 % (8 siswa) dan pada pertemuan ke 2 sebesar 24 % (9 siswa). Partisipasi siswa
dalam mengerjakan soal pada pertemuan pertama sebesar 54 % (20 siswa) dan
pada pertemuan ke 2 sebesar 78 % (29 siswa). (Tabel 4.4 dan Lampiran 6a).
2) Aktivitas dan partisipasi dalam permainan turnamen
Data aktivitas dan partisipasi siswa dalam permainan dan turnamen siklus
II tertera dalam Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Tabel aktivitas dan partisipasi siswa dalam permainan akademik
siklus II.
Aktivitas dan Partisipasi Siswa
Rata-rata Presentase (%) Kategori
B C K
Partisipasi Kontributif
Menyampaikan pertanyaan
Menyaimpaikan pendapat
Menyampaikan sanggahan
11 %
14 %
8 %
38 %
51 %
54 %
51 %
35 %
38 %
Partisipasi Inisiatif
Mengerjakan soal 51 % 38 % 11 %
Pada kegiatan permainan akademik masing-masing siswa mempunyai
kesempatan yang lebih besar untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran,
dibandingkan pada saat presentasi kelas dan diskusi. Siswa terlihat lebih antusias,
karena masing-masing bertanggung jawab atas nilai individu dan nilai kelompok.
67
Pada kegiatan permainan akademik, partisipasi siswa dalam mengajukan
pertanyaan sebesar 11 % (4 siswa), siswa yang mengajukan pendapat sebesar 14
% (5 siswa), partisipasi siswa dalam mengajukan sanggahan sebesar 8 % (3
siswa). siswa yang mampu mengerjakan soal dengan baik sebesar 51 % (19
siswa). (Tabel 4.5 dan Lampiran 6a).
Pada turnamen akademik, partisipasi siswa dalam mengajukan pertanyaan
dan pendapat sebesar 32 % (12 Siswa), siswa yang mengajukan sanggahan
sebesar 22 % (8 siswa). Siswa yang mengerjakan soal dengan baik sebesar 49 %
(18 siswa). (Tabel 4.5 dan Lampiran 6a).
3) Pos-tes
Peningkatan prestasi belajar diperoleh siswa dapat diketahui dari nilai pos-
tes yang diperoleh pada akhir siklus.
Tabel 4.6. Tabel nilai rata-rata pre-tes dan pos-tes.
Jumlah Siswa
Nilai rata-rata Siklus II Persentase KenaikanPre-tes Pos-tes
37 61,08 68,65 7,57 %
Dari data dalam Tabel 4.6. dapat di deskripsikan bahwa, prestasi belajar
siswa mulai ada peningkatan. Peningkatannya masih rendah, tapi sudah
memenuhi standar ketuntasan, skor yang diperoleh lebih dari 65 (Arikunto, 2001)
rata-rata pre-tes siklus II sebesar 61,08 dan skor rata-rata pos-tes yang dihasilkan
meningkat menjadi 68,65. Skor rata-rata pos-tes siklus II lebih besar dibandingkan
68
dengan skor rata-rata pre-tes siklus II dan skor rata-rata pos-tes siklus I. (Tabel
4.6 dan Lampiran 5).
d. Refleksi
Berdasarkan hasil oservasi dan evaluasi yang dilakukan terhadap kegiatan
pembelajaran pada suklus II diperoleh hasil sebagai berikut :
Pembelajaran pokok bahasan menganalisis asal usul dan persebaran
manusia di kepilauan Indonesia menggunakan model kooperatif tipe TGT sudah
mampu meningkatkan prestasi belajar dan partisipasi belajar siswa, tapi
peningkatannya masih relatif kecil (Tabel 4.4. dan Tabel 4.6.). Peningkatan
partisipasi belajar siswa dalam proses pembelajaran mempermudah siswa
memahami materi yang dipelajari, sehingga prestasi belajarnya meningkat.
Aktivitas dan partisipasi siswa dalam diskusi kelompok, permainan, dan
turnamen akademik pada siklus II lebih besar daripada siklus I. Prestasi belajar
siswa mulai ada peningkatan (Tabel 4.6). Skor rata-rata pos-tes yang diperoleh
siswa lebih besar dari skor rata-rata pre-tes dan sudah memenuhi standar
ketuntasan belajar (lebih dari 65). Sebagian siswa masih belum dapat memahami
materi yang sudah dipelajari.
Hasil observasi oleh observer (Peneliti) terhadap aktivitas guru
menunjukan bahwa guru dalam menyampaikan materi sudah lebih komunikatif,
contoh yang diberikan mempermudah siswa memahami materi yang diberikan.
Peneliti sudah mampu mengelola kelas dan mampu memotivasi siswa menjadi
berpartisipasi dalam proses pembelajaran (Lampiran 6b).
69
Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi maka diperlukan langkah-
langkah penyempurnaan untuk melaksanakan siklus III, yang meliputi:
1. guru lebih mengoptimalkan lagi penggunaan model pembelajaran kooperatif
tipe TGT;
2. peneliti menyusun kegiatan permainan yang lebih menarik dan mempermudah
siswa memahami materi;
3. peneliti dan guru mencari alternatif jenis permainan dan media yang relevan
dengan materi agar dapat mengembangkan pengetahuan siswa dan
mengurangi kebosanan dalam belajar di sekolah;
4. guru harus mampu memotivasi siswa siswa agar lebih percaya diri, berani,
mudah bekerjasama dengan anggota kelompoknya dan memiliki kemauan
untuk lebih aktif dalam mengajukan pertanyaan, pendapat, dan sanggahan
sehingga mudah dalam mengerjakan soal dan tugas yang diberikan guru.
3. Pelaksanaan Tindakan Siklus III
Hasil observasi dan evaluasi siklus II dijadikan sebagai acuan untuk
melaksanakan tindakan pada siklus III, agar hasilnya lebih baik dari siklus I dan
siklus II.
Tahapan dalam pelaksanaan siklus III ada 4 (empat) tahap, yaitu:
a. Perencanaan (planning)
70
Kegiatan yang akan dilakukan pada tahap perencanaan meliputi :
1) peneliti dan guru menentukan dan menetapkan metode dan strategi yang akan
digunakan untuk proses pembelajaran;
2) membuat dan melengkapi alat dan media pembelajaran yang akan digunakan;
3) menyusun RP (Lampiran 3a), Menyusun LKS, instrumen evaluasi dan
lembar observasi (Lampiran 4);
4) mendesain kegiatan permainan dan turnamen yang dapat mempermudah
siswa memahami materi pelajaran.
b. Pelaksanaan tindakan (acting)
Proses pembelajaran dilaksanakan berdasarkan perencanaan yang telah
dibuat. Sebelum pembelajaran dimulai, guru memberikan pre-tes, membagi hasil
pre-tes dan pos-tes siklus II. Guru mengumumkan nama kelompok yang
memperoleh skor tertinggi dan paling bagus dalam bekerjasama.
Langkah-langkah pelaksanaan proses pembelajaran terdiri dari 4 (empat)
tahap yaitu :
1) Presentasi kelas
Guru menyampaikan materi pelajaran secara global menggunakan metode
pembelajaran yang telah direncanakan yaitu ceramah, diskusi, tanyajawab dan
pemberian tugas. Pemberian pokok-pokok materi bertujuan agar siswa lebih
terarah dalam melakukan diskusi kelompok dan mudah bekerjasama dengan
anggota kelompok yang lain.
2) Diskusi kelompok
71
Setiap kelompok mendiskusikan bahan diskusi yang ada dalam LKS,
sebagai persiapan dalam kegiatan permainan dan turnamen.
3) Permainan dan turnamen akademik
Anggota kelompok yang memperoleh skor tertinggi pada putaran terakhir
turnamen siklus II, menempati meja permainan. Masing-masing meja permainan
dan turnamen ditempati oleh siswa dari kelompok yang berbeda. Pada turnamen
akademik, siswa yang memperoleh skor tertinggi dari masing-masing meja berhak
naik ke meja yang lebih tinggi, kecuali yang ada pada meja 1. Siswa yang
memperoleh skor terendah turun ke meja yang lebih rendah. Siswa yang sudah
turun ke meja yang lebih rendah akan berusaha untuk naik lagi ke meja yang
sebelumnya atau yang lebih tinggi lagi.
4) Pos-tes
Pos-tes dilakukan pada akhir siklus III, untuk mengetahui peningkatan
prestasi belajar yang diperoleh siswa setelah menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT.
c. Observaasi dan evaluasi
Observasi dilakukan untuk mengamati aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran.
1) Aktivitas dan partisipasi siswa dalam diskusi kelompok
Hasil observasi tentang aktivitas dan partisipasi siswa dalam diskusi
kelompok tertera pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7. Tabel Aktivitas dan partisipasi siswa dalam diskusi kelompok siklus III.
72
Aktivitas dan Partisipasi Siswa
Rata-rata Presentase (%) Kategori
B C K
Partisipasi Kontributif
Menyampaikan pertanyaan
Menyaimpaikan pendapat
Menyampaikan sanggahan
43 %
38 %
30 %
32 %
46 %
43 %
24 %
16 %
27 %
Partisipasi Inisiatif
Mengerjakan soal/tugas
76 % 19 % 5 %
Dari data tersebut menunjukan adanya peningkatan pemahaman siswa
yang dilihat dari peningkatan partisipasi dan aktivitas siswa dalam diskusi
kelompok. Meningkatnya pemahaman siswa berdampak pada peningkatan
prestasi belajar. Pada pelaksanaan siklus III, siswa semakin mudah bekerjasama
dengan kelompok masing-masing. Siswa semakin aktif berpartisipasi dalam
diskusi kelompok. Keaktifan dalam diskusi kelompok membantu siswa untuk
memahami materi yang sudah dipelajari dan mempermudah siswa dalam
permainan dan turnamen akademik.
Partisipasi kontributif dan inisiatif siswa semakin meningkat. Pada
pertemuan pertama siswa yang mengejutkan pertanyaan sebesar 43 % (16 siswa)
dan pada pertemuan ke 2 sebesar 51 % (19 siswa). Partisipasi siswa dalam
mengajukan pendapat sebesar 38 % (14 siswa) (pertemuan pertama) dan
pertemuan ke 2 sebesar 49 % (18 siswa). Siswa yang mampu mengerjakan soal
dengan baik pada pertemuan pertama sebesar 76 % (28 siswa) dan pada
pertemuan ke 2 sebesar 78 % (29 siswa). (Tabel 4.7 dan Lampiran 6a).
73
2) Permainan dan turnamen akademik
Data aktivitas dan partisipasi siswa dalam permainan dan turnamen
akademik tertera dalam Tabel 4.8.
Tabel 4.8. Tabel aktivitas dan partisipasi siswa dalam permainan dan
turnamen akademik siklus III
Aktivitas dan Partisipasi Siswa
Rata-rata Presentase (%) Kategori
B C K
Partisipasi Kontributif
Menyampaikan pertanyaan
Menyaimpaikan pendapat
Menyampaikan sanggahan
30 %
32 %
24 %
57 %
51 %
57 %
14 %
16 %
19 %
Partisipasi Inisiatif
Mengerjakan soal/tugas 70 % 30 % 0 %
Pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari mempermudah siswa
dalam kegiatan permainan dan turnamen. Partisipasi siswa dalam permainan
akademik mengalami peningkatan. Partisipasi siswa dalam mengajukan
pertanyaan sebesar 30 % (11 siswa) dan partisipasi siswa dalam mengajukan
pendapat sebesar 32 % (12 siswa). Partisipasi siswa dalam mengajukan sanggahan
sebesar 24 % (9 siswa). Siswa yang mengerjakan soal dengan baik sebesar 70 %
(26 siswa). (Tabel 4.8. dan Lampiran 6a).
Pada saat turnamen akademik, partisipasi siswa dalam mengajukan
pertanyaan sebesar 30 % (11 siswa) dan dalam mengajukan pendapat sebesar 32
% (12 siswa). partisipasi siswa dalam mengajukan sanggahan sebesar 24 % (9
74
siswa) dan siswa yang mengerjakan soal dengan baik sebesar 70 % (26 siswa).
(Tabel 4.8. dan Lampiran 6a).
3) Pos-tes
Keaktifan dan partisipasi dalam proses pembelajaran menentukan
pemahaman dan prestasi belajar yang diperoleh siswa.
Tabel 4.9. Tabel nilai rata-rata pre-tes dan pos-tes.
Jumlah Siswa
Nilai rata-rata Siklus I Persentase KenaikanPre-tes Pos-tes
37 77,30 81,63 4,33 %
Peningkatan pemahaman siswa berdampak pada peningkatan prestasi
belajar siswa. berdasarkan data dalam Tebel 4.9 dapat dideskripsikan bahwa
prestasi belajar siswa mengalami peningkatan. Rata-rata skor pre-tes sebesar
77,30 dan rata-rata pos-tes yang diperoleh sebesar 81,63. Rata-rata skor pos-tes
siklus III lebih besar dari rata-rata pre-tes siklus II dan pos-tes siklus I (Tabel 4.9
dan Lampiran 5).
Aktifitas guru dalam proses pembelajaran berpengaruh pada peningkatan
partisipassi dan pemahaman siswa. hasil observasi terhadap aktivitas guru pada
proses pembelajaran menunjukan bahwa guru sudah menguasai materi dengan
baik, dan suaranya sudah cukup jelas. Guru mampu memotivasi siswa, sehingga
siswa aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Suasana kelas menjadi
kondusif dan siswa aktif berpartisipasi dalam pembelajaran. Penjelasan yang
75
diberikan guru mudah dipahami siswa. guru mampu menyampaikan materi
dengan cara yang lebih komunikatif dan mudah dipahami siswa (Lampiran 6b).
Berdasarkan analisis terhadap aktivitas, partisipasi dan hasil prestasi
belajar siswa yang diperoleh dari siklus I, II dan III menunjukan adanya
peningkatan prestasi belajar siswa kelas X C SMA Negeri 1 Kemangkon
Kabupaten Purbalingga pada pokok bahasan menganalisis asal usul dan
persebaran manusia di kepilauan Indonesia dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT.
B. PEMBAHASAN
Pembelajaran sejarah pokok bahasan menganalisis asal usul dan
persebaran manusia di kepilauan Indonesia menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT yang dilakukan pada siswa kelas X C SMA Negeri 1
Kemangkon Kabupaten Purbalingga secara umum dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi dan evaluasi pada setiap
siklusnya. Partisipasi siswa dalam diskusi kelompok siklus II mengalami
peningkatan baik partisipasi kontributif maupun inisiatif. Terdapat peningkatan
partisipasi dalam mengajukan pertanyaan menjadi 19 %, siswa yang
menyampaikan pendapat menjadi 30 %, partisipasi siswa dalam mengajukan
sanggahan menjadi 22 %, dan siswa yang mampu mengerjakan soal dengan baik
menjadi 54 % (Tabel 4.4). Hal ini terjadi karena pada siklus II siswa mulai
merasa nyaman belajar secara kelompok, kecanggungan siswa dalam belajar
76
mulai hilang dan siswa semakin sadar bahwa masing-masing siswa memberikan
sumbangan poin untuk memajukan kelompoknya.
Peningkatan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran mempermudah
siswa dalam memahami materi yang dipelajari. Meningkatnya pemahaman siswa
berdampak pada peningkatan prestasi belajar siswa. hal ini ditunjukan dengan
adanya peningkatan skor rata-rata pos-tes yang diperoleh di setiap akhir siklus.
Prestasi belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus berikutnya.
Perolehan skor rata-rata pre-tes siklus I sebesar 45,41 meningkat pada siklus II
menjadi 61,08 dan siklus III menjadi 77,30. Sedangkan perolehan skor rata-rata
pos-tes pada siklus I sebesar 55,14 meningkat pada siklus II menjadi 68,65 dan
siklus III menjadi 81,62. Data di bawah ini menunjukan peningkatan presatasi
belajar yang diperoleh siswa setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe TGT.
Peningkatan prestasi belajar siswa ditunjukan pada Tebel 4.10 dan
Gambar 4.1.
Tabel 4.10. Tabel presentase kenaikan prestasi belajar siswa
Siklus Pre-tes Pos-tes Persentase kenaikanIIIIII
45,41 61,08 77,30
55,14 68,65 81,82
9,73 %7,57 %4,52 %
77
Gambar 4.1. Grafik peningkatan prestasi belajar siswa
Data pada Tabel 4.10 dan Gambar 4.1 menunjukan adanya peningkatan
prestasi belajar sejarah siswa kelas X C SMA Negeri 1 Kemangkon Kabupaten
Purbalingga setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
Aktivitas dan partisipasi siswa dalam pembelajaran meningkat, siswa semakin
mudah bekerjasama dengan anggota kelompok lain. Keadaan ini membantu siswa
dalam mengembangkan kemampuan kognifif, afektif, dan psikomotorik siswa.
penggunaan model pembelajaramampu memotivasi siswa, agar lebih giat lagi
dalam proses pembelajaran, sehinga siswa mudah memahami dan
mengembangkan materi yang telah dipelajari. Hal ini terbukti dengan
meningkatnya skor rata-rata pre-tes dan pos-tes yang diperoleh dari siklus I
sampai siklus III (Lampiran 5).
Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus I, II dan III menunjukan
adanya peningkatan partisipasi dan prestasi belajar siswa (Lampiran 5 dan 6a).
78
Hal ini terjadi karena penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
membuat siswa senag dalam belajar, tidak ada rasa takut dan canggung karena
mereka berdiskusi dengan teman sendiri. Siswa diberi tanggungjawab untuk
menyelesaikan permasalahan yang diberikan guru dengan anggota kelompok
masing-masing. Setiap anggota kelompok berkewajiban untuk memajukan
kelompoknya, sehingga setiap anggota kelompok berusaha untuk berdiskusi
dengan baik dan memahami materi serta permasalahan yang dipelajari.
Siklus III, siswa mulai terbiasa mendapatkan tanggungjawab untuk
bekerjasama menyelesaikan tugas yang diberikan guru, sehingga siswa yang
kurang pandai mudah memahami materi denganarahan dari siswa yang lebih
pandai. Sistem penghargaan kelompok mampu memotivasi siswa agar dapat
bekerjasama lebih baik lagi. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
melatih siswa agar mampu berkompetisi secara sehat.
Model pembelajaran kooperatif tipe TGT memfokuskan pada kegiatan
kerja kelompok untuk memahami materi pelajaran dengan menerjakan soal/tugas
yang diberikan guru. Siswa tidah hanya mengerjakan soal/tugas, tapi juga
memahami meteri yang dipelajari. Apabila ada kelompok yang kurang memahami
materi, maka tugas anggota kelompok yang lain harus menjelaskan materi
pelajaran tersebut. Jika ada kelompok yang kesulitan dalam mengerjakan soal-
soal/tugas, maka guru akan membantu dengan melakukan diskusi kelas. Akan
tetapi, berdasarkan hasil observasi dan evaluasi, model pembelajaran kooperatif
tipe TGT kurang efektif bila diterapkan pada kelas yang besar karena
membutuhkan waktu yang cukup banyak dan pengawaaasan yang cukup dari
79
guru. Waktu yang dibutuhkan untuk diskusi kelompok banyak dan membutuhkan
waktu untuk mengatur tempat untuk permainan dan turnamen. Kemampuan guru
dalam mengelola kelas sangat dibutuhkan agar tidak terjadi keributan ketika
diskusi kelompok dan perpindahan meja pada kegiatan turnamen akademik.
Rekapitulasi rata-rata skor pengamatan aktivitas guru berdasarkan hasil
observasi oleh peneliti disajikan dalam Tabel 4.11 sebagai berikut :
Tabel 4.11. Rekapitulasi rata-rata skor pengamatan aktivitas guru dalam
melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe TGT.
Observasi guru Siklus I Siklus II Siklus IIIRata-rata skor aktivitas guru
2,5 3,4 3,9
Berdasarkan Tabel 4.11 terlihat bahwa guru mengalami peningkatan
kemampuan dalam melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT. Kemampuan-kemampuan tersebut adalah menggunakan
ketrampilan membuka pelajaran, menguasai bahan pelajaran, menggunakan
pengelolaan kelas, menggunakan ketrampilan bertanya dengan baik, suara tidak
monoton, melakukan pemusatan (fokus), interaksi guru dengan siswa, melakukan
selang diam untuk memberikan siswa berfikir, memberikan dorongan untuk siswa
berpartisipasi, menutup pelajaran.
Berdasarkan hasil dari rekapitulasi angket yang dibagikan kepada seluruh
siswa kelas X C, menunjukan bahwa 89,1 % siswa menyatakan bahwa
pembelajaran kooperatif tipe TGT sesuai digunakan pada mata pelajaran sejarah.
Dan 94,6 % siswa menyatakan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif
tipe TGT dapat memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam mengajukan
80
pertanyaan, pendapat dan sanggahan. Sebanyak 78,38 % siswa menyatakan bahwa
model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat digunakan pada mata pelajaran
sejarah secara keseluruhan dari awal sampai akhir. Sebesar 91,89 % siswa
menyatakan bahwa model pembalajaean kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan
minat atau motivasi dalam mengikuti pembelajaran sejarah. Siswa yang
menyatakan peningkatan pemahamanya dengan pembelajaran kooperatif tipt TGT
sebesar 81,08 %. Dan 21,6 % siswa menyatakan bahwa penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT memberatkan siswa dalam proses
pembelajaran. Hal ini disebabkan karena siswa sudah terbiasa hanya mencatat dan
menghafal materi yang disampaikan guru, tanpa ada partisipasi aktif siswa dalam
proses pembelajaran (Lampiran 3c).
Dilihat dari hasil yang sudah dijelaskan diatas, secara keseluruhan siswa
lebih termotivasi untuk belajar dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT, meningkatkan partisipasi siswa dalam mengajukan
pertanyaan, pendapat dan sanggahan terhadap siswa yang lain serta terhadap guru.
Pembelajaran kooperatif tipe TGT melatih siswa agar berani bertanggungjawab
terhadap diri sendiri dan kelompok serta melatih siswa untuk berkompetisi secara
sehat. Penggunaan model kooperatif tipe TGT pada pokok bahasan menganalisis
asal usul dan persebaran manusia di kepilauan Indonesia mempermudah siswa
memahami dan mengembangkan materi, sehingga prestasi belajar siswa
meningkat.
81
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan
bahwa :
Pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan partisipasi
kontributif siswa. Partisipasi tersebut dalam hal menyampaikan pertanyaan,
menyampaikan pendapat, menyampaikan sanggahan. Unutuk partisipasi inisiatif,
siswa dapat meningkatkan mengerjakan soal/tugas dengan baik.
Prestasi belajar sejarah siswa kelas XC SMA Negeri 1 Kemangkon yang
ditunjukkan oleh hasil pre-tes dari 45,41 % menjadi 77,30 % dan post-tes dari
55,14 % menjadi 81,62 %. Hasil dari setiap siklusnya mengalami peningkatan,
dengan demikian pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan prestasi
belajar sejarah. Kualitas pembelajaran sejarah pada pokok bahasan persebaran
manusia di kepulauan Indonesia kelas X C di SMA Negeri 1 Kemangkon
Purbalingga tahun ajaran 2010/2011, dapat ditingkatkan dengan penerapan
metode pembelajaran kooperatif tipe TGT.
81
82
B. SARAN
1. Pembelajaran kooperatif tipe TGT membutuhkan banyak waktu dan persiapan
yang matang baik berupa RP, media pembelajaran, maupun alat evaluasi. Oleh
karena itu, dalam pelaksanaanya guru harus memperhatikan dan mengatur
waktu yang proposional.
2. Teknik permainan dalam model pembelajaran ini membutuhkan variasi jenis
kelamin, persiapan anak dalam menguasai materi dan pengawasan yang cukup
dari guru agar tidak terjadi kegaduhan yang berlebihan.
83
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 2005. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, Supardi. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumu Aksara.
Darseni. 2006. “Kemampuan Pemahaman Matematika pada Pokok Bahasan Statistika Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Siswa Kelas XI MAN Baturaden”. Skripsi. Purwokerto: UMP.
Depdikbud. 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Depdiknas.2003.Undang-Undang Sisdiknas No.20 tahun 2003 disertai penjelasan. Jakarta: Absolut.
Khasanah, Nur. 2006. “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dan NHT terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa di SMP Negeri 1 Padamara Purbalingga”. Skripsi. Purwokerto: UMP.
Lie, Anita. 2005. Mempraktekan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Bina Aksara.
Mulyasa, M. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mustopo, Habib.dkk. 2006. Sejarah I SMA Kelas X. Jakarta: Yudistira.
Nasution. 1997. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Purwanto, Ngalim. 2002. Prinsip-prinsip Teknik Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Kuntowijoyo, 1998. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Benten Budaya.
Seifert, Kelvin. 2008. Manajemen Pembelajaran dan Instruksi Pendidikan. Yogyakarta: IRCiSoD.
Slameto. 2003. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.
83
84
Slavin. R.E. 2010. Cooperative Learning, Teori, Riset dan Praktek. Bandung: Nusa Media.
Sudjana, Nana. 2010. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Winkel. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia.
Yulianti, Festi Indah. 2006. “Perbandingan Prestasi Belajar Matematika Antara Siswa yang Diajar dalam Pembelajaran Kooperatif tipe TGT pada pokok Bahasan Peluang Siswa kelas II Semester 2 SMP Negeri 3 Punggelan Banjarnegara”. Skripsi. Purwokerto. UMP.
Yuniati, Sri. 2006. “Peningkatan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Biologi dengan Pemberian LKS pada siswa Kelas VII C SMP Negeri 7 Purwokerto Semester Genap tahun Ajaran 2005/2006”. Skripsi. Purwokerto. UMP.
85
86
LAMPIRAN 1
SURAT IJIN PENELITIAN
87
86
88
89
90
91
92
LAMPIRAN 2
PEMBAGIAN KELOMPOK TGT
93
DAFTAR KELOMPOK TGT SISWA KELAS X C
SMA NEGERI 1 KEMANGKON
KELOMPOK I
Geologi
1. Teguh Priambodo
2. Marofiatul Nguluwiyah
3. Mutia Darmita
4. Zaka Dwi Pangestu
KELOMPOK III
Paleozoikum
1. Uut Ambaryani
2. Agus Setyaningrum
3. Aji Widadi
4. Linda Wijayanti
KELOMPOK II
Azoikum
1. Devi Tri Arlianti
2. Mei Trinaningtias
3. Siti Nur Ngazizah
4. Annisa Budi Asih
KELOMPOK IV
Mesozoikum
1. Siti Ngaenu Rochmah
2. Sri Novita Astini
3. Syukron Wahyu H
4. Rani Wahyuningsih
KELOMPOK V
Neozoikum
1. Beti Anggraeni
2. Vikta Nuraini A
3. Rasti Eka Anjarwati
4. Nurlela
KELOMPOK VI
Tersier
1. Ratnawati
2. Jaro Pangestu
3. Wing Esti Dewi P
4. Neni Ari Wahyuni
92
94
KELOMPOK VII
Kuarter
1. Yusuf Insan Robbani
2. Syaeful Fadillah
3. Anjelika Apriani
4. Nadiasita Noor P
KELOMPOK VIII
Pleistosen
1. Yuni Setyaningsih
2. Aprelia Dwi Utami
3. Cesio Vidiar
4. Laela Muj Tahidah
KELOMPOK IX
Holosen
1. Elisa Rosalina
2. Selly Esmaningrum
3. Siti Muftikhatun N
4. Faizal Adi N
5. Caesar Haindrian
95
LAMPIRAN 3
a. RPP (Rencanan Pelaksanaan
Pembelajaran)
b. LKS (Lembar Kerja Siswa)
c. ANGKET
96
LAMPIRAN 3a
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Siklus ke 1
Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Kemangkon
Kelas/Semester : X/2
Mata Pelajaran : Sejarah Nasional dan Umum
Pertemuan ke : 1-2
Standar Kopetensi : 2.1. Menganalisis peradaban Indonesia dan Dunia
Kopetensi Dasar : 3.3. Menganalsis asal usul dan persebaran manusia di kepulauan Indonesia.
Indikator : 1. Menjelaskan Zaman Azoikum
2. Menjelaskan Zaman Paleozoikum
3. Menjelaskan Zaman Mesozoikum
4. Menjelaskan Zaman Neozoikum
Jumlah Pertemuan : 4 X 45 Menit
I. Tujuan Pembelajaran1. Siswa bisa menjelaskan pengertian zaman Azoikum, Paleozoikum,
Mesozoikum dan Neozoikum.2. Siswa mampu menjelaskan keadaan alam dan perkembangan makhluk
hidup pada kehidupan awal dunia.3. Siswa dapat memahami dan mengeri proses kehidupan awal dunia.
II. Materi Pembelajaran
Ringkasan Materi :
95
97
Dengan bantuan ilmu geologi (ilmu yang mempelajari kulit bumi) perkembangan bumi dari awal terbentuknya sampai dengan sekarang, terbagi menjadi beberapa zaman yaitu :
1. Zaman Azoikum (tidak ada kehidupan)
Zaman ini berlangsung sekitar 2.500 juta tahun, keadaan bumi masih belum stabil dan masih panas karena sedang dalam proses pembentukan. oleh karena itu pada Zaman ini tidak ada tanda-tanda kehidupan.
2. Zaman Paleozoikum (kehidupan tertua)
Zaman ini berlangsung sekitar 340 juta tahun, keadaan bumi masih belum stabil dan masih terus berubah. Akan tetapi menjelang akhir dari zaman ini mulai ada tanda-tanda kehidupan yaitu dari hewan bersel satu, hewan kecil yang tidak bertulang belakang, jenis ikan, amfhibi, reptuil dan beberapa jenis tumbuhan ganggang. Karena itulah maka zaman ini dinamakan pula dengan zaman primer (zaman kehidupan pertama).
3. Zaman Mesozoikum (kehidupan pertengahan).
Zaman ini di perkirakan berlangsung sekitar 140 juta tahun, pada zaman ini kehidupan telah mengalami perkembangan yang sangat pesat .pohon-pohon besar muncul, amfhibi mengalami perkembangan, bahkan jenis reftil mencapai bentuk yang sangat besar sekali seperti Dinosaurus, Tyrannosaurus, Brontosaurus, Atlantosaurus. Ada pula jenis reptil yang memiliki sayap dan dapat terbang selama berjam-jam, jenis ini dinamakan dengan Pteranodon. Zaman ini dinamakan zaman sekunder (kehidupan ke-2), adapula yang menyebut zaman ini dengan istilah zaman reptil, karena jenis hewan di dominasi oleh reptil, karena jenis hewan didominasi oleh reptil dengan bentuk yang sangat besar. pada akhir zaman ini mulai muncul jenis mamalia.
4. Zaman Neozoikum (kehidupan muda)
Zaman ini di perkirakan berlangsung sekitar 60 juta tahun, zaman ini terbagi lagi menjadi zaman tersier (kehidupan ke-3) dan kuarter (kehidupan ke-4). pada zaman ini keadaan bumi telah
98
membaik, perubahan cuaca tidak begitu besar dan kehidupan berkembang dengan pesat.
a. Zaman Tersier (Zaman Ketiga)
Pada zaman tersier, reptil raksasa mulai lenyap, mamalia berkembang pesat, mahluk primate sejenis kera mulai ada kemudian muncul jenis orang utan sekitar 10 juta tahun yang lalu muncul jenis hewan primate yang lebih besar dari pada golira sehingga disebut giganthropus (kera manusia raksasa). hewan ini menyebar dari Afrika ke Asia Selatan dan Asia Tenggara, tetapi kemudian punah. pada masa itu pulau Kalimantan masih bersatu dengan benua asia, sebagai buktinya jenis babi purba (choeromous) dari zaman ini ditemukan pula di asia daratan.
b. Zaman Kuarter (Zaman Keempat)
Berlangsung sekitar 600 ribu tahun lalu, di tandai dengan adanya tanda-tanda kehidupan manusia. zaman ini terbagi atas zaman diluvium (pleistosen) dan zaman Alluvium (holosen).
1). Zaman Pleistosen (diluvium)
Berlangsung sekitar 600 ribu tahun yang lalu, mulai muncul kehidupan manusia purba. Zaman ini dinamakan pula Zaman glacial (jaman es) karena es di kutub utara mencair sehingga menutupi sebagian wilayah eropa utara asia utara dan amerika utara .
Pada masa ini Sumatera, Jawa, Kalimantan masih menyatu dengan daratan Asia, sedangkan Indonesia timur dengan Australia. mencairnya es dikutub telah mengakibatkan pulau-pulau di Indonesia di pisahkan oleh lautan baik denga Asia maupun Australia. Bekas daratan Asia yang sekarang menjadi dasar laut di sebut paparan sunda, sedangkan bekas daratan Australia yang terendam air laut di sebut paparan sahul, kedua paparan tersebut di pisahkan oleh zone Wallace. Pada masa ini hewan-hewan yang berbulu tebal seperti mamouth (gajah besar berbulu tebal ) mampu bertahan hidup. Sedangkan yang berbulu tipis migrasi ke wilayah tropis. perpindahan hewan dari daratan asia ke Indonesia terbagi atas dua jalur. pertama melalui Malaysia ke Sumatra dan Jawa, kedua melalui Taiwan, Philipina ke Kalimantan dan Jawa.
99
Pada zaman ini terjadi pula perpindahan manusia dari daratan Asia ke Indonesia, yaitu Pitechanthropus Erectus (ditemukan di trinil) yang sama dengan Sinanthropus Pekinensis. Demikian juga dengan hasil kebudayaan pacitan yang banyak di temukan di Cina, Malaysia, Birma. Homo Wajakensis yang menjadi nenek moyang bangsa Austroloid ikut pula menyebar dari Asia ke selatan sampai ke Australia dan menurunkan penduduk asli Australia yaitu bangsa Aborigin
2). Zaman Holosen (Alluvium)
Pada masa ini kepulauan Indonesia telah terbentuk dan tidak lagi menyatu dengan Asia maupun Australia. jenis manusia pertama yang migrasi dari asia ke Indonesia telah tidak ada dan digantikan oleh jenis manusia cerdas (homo sapiens).
III. Model/pendekatan/model Pembelajaran1. Model pembelaaran : Pembelajaran kooperatif tipe TGT2. Metode pembelajaran : Ceramah, diskusi, Tanya jawab dan
penugasan3. Pendekatan pembelajaran : Pemahaman konsep dan kuis materi
IV. Kegiatan inti pembelajaran
No. Kegiatan Pembelajaran Waktu
1. Tatap MukaKegiatan awal (pendahuluan)
1. Pembukaaan salam dan perkenalan2. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan
memotivasi siswa dengan memberikan pertanyaan ringan tentang materi yang akan disampaikan
3. Mengarahkan siswa untuk flashback tentang keadaan alam dan perkembangan makhluk hidup.
10 Menit
2. Kegiatan intia. Eksplorasi Siswa memperhatikan penjelasan tentang
zaman Neozoikum, Mesozoikum, Azoikum, Paleozoikum
70 menit
100
Menggunakan teknik pembelajaran kooperatif tipe TGT.
b. Elaborasi Siswa mengkaji tentang perkembangan awal
alam dan makhluk hidup Membagi siswa dalam beberapa kelompok
kecil Siswa berdiskusi dalam kelompok dan
membantu jika mengalami kesulitan Menempatkan pada turnamen dan memberi
soal bernomer. Menyampaikan hasil dan pemberian post test
c. Konfirmasi Refleksi dilakukan dengan menjelaskan
keadaan alam dan perkembangan makhluk hidup
Memberikan konfirmasi terhadap jalanya turnament
Memberikan motivasi kepada siswa yang kurang berpartisipasi
3. Kegiatan penutup1. Evaluasi2. Penenangan atau pendinginan
- Penugasan terstruktur
10 menit
V. Penilaian Hasil BelajarA. Kognitif1. Jelaskan keadaan alam pada masa zaman azoikum?2. Jelaskan dan sebutkan makhluk hidup yang hidup dan berkembang pada
zaman paleozoikum?3. Sebutkan ciri-ciri kehidupan pada zaman mesozoikum?4. Jelaskan Kehidupan yang berkembang pada masa zaman tersier?5. Jelaskan keadaan alam pada kala holosen?
VI. Kunci jawaban1. Zaman ini berlangsung sekitar 2.500 juta tahun, keadaan bumi masih
belum stabil dan masih panas karena sedang dalam proses pembentukan. oleh karena itu pada Zaman ini tidak ada tanda-tanda kehidupan.
101
2. Hewan bersel satu, hewan kecil yang tidak bertulang belakang, jenis ikan, amfhibi, reptuil dan beberapa jenis tumbuhan ganggang.
3. Pada zaman ini kehidupan telah mengalami perkembangan yang sangat pesat .pohon-pohon besar muncul, amfhibi mengalami perkembangan, bahkan jenis reftil mencapai bentuk yang sangat besar sekali seperti Dinosaurus, Tyrannosaurus, Brontosaurus, Atlantosaurus. Ada pula jenis reptil yang memiliki sayap dan dapat terbang selama berjam-jam, jenis ini dinamakan dengan Pteranodon.
4. Ada zaman tersier, reptil raksasa mulai lenyap, mamalia berkembang pesat, mahluk primate sejenis kera mulai ada kemudian muncul jenis orang utan sekitar 10 juta tahun yang lalu muncul jenis hewan primate yang lebih besar dari pada golira sehingga disebut giganthropus (kera manusia raksasa).
5. Pada masa ini kepulauan Indonesia telah terbentuk dan tidak lagi menyatu dengan Asia maupun Australia. jenis manusia pertama yang migrasi dari asia ke Indonesia telah tidak ada dan digantikan oleh jenis manusia cerdas (homo sapiens).
B. Afektif
Aktifitas dan Partisipasi Siswa
NoNN.
Nama siswa
Aktifitas
Partisipasi KontributifPartisipasi Inisiatif
Menyampaikan Pertanyaan
Menyampaikan Pendapat
Menyaimpaikan Sanggahan
Mengerjakan Soal
B C B B C
Teknik penskoranMasing-masing skor mendapat nilai 20. Jadi betul dikalikan 100.
102
VII. Sumber Belajar1. Dwi Ari Listiyani, 2010. Sejarah untuk SMA kelas X, Klaten. Intan
Pariwisata.2. Habib Mustopo dkk.2007. Sejarah SMA kelas X. Jakarta. Yudistira.3. Internet
Kemangkon, Februari 2011
Guru Sejarah X C
Untung Sugiarto, S.PdNIP. 19690325 200501 1 008
Peneliti
Arif SaefudinNIM. 0701020013
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
103
Siklus ke 2
Nama Sekolah : SMA Negeri 1 kemangkon
Kelas/Semester : X/2
Mata Pelajaran : Sejarah Nasional dan Umum
Pertemuan ke : 3-4
Standar Kopetensi : 2.1. Menganalisis peradaban Indonesia dan Dunia
Kopetensi Dasar : 3.3. Menganalsis asal usul dan persebaran manusia di kepulauan Indonesia.
Indikator : 1. Menjelaskan asal usul manusia
2. Menjelaskan perkembangan biologis manusia Indonesia
3. Menjelaskan nenek moyang bangsa Indonesia
Jumlah Pertemuan : 4 X 45 Menit
I. Tujuan Pembelajaran1. Siswa bisa menjelaskan asal usul manusia.2. Siswa mampu menjelaskan perkembangan manusia Indonesia.3. Siswa dapat menjelaskan nenek moyang bangsa Indonesia.
II. Materi Pembelajaran
Ringkasan Materi :
Bangsa yang berimigrasi ke Indonesia berasal dari daratan Asia tepatnya Yunan Utara bergerak menuju ke Selatan memasuki daerah Hindia Belakang (Vietnam)/Indochina dan terus ke Kepulauan Indonesia, dan bangsa tersebut adalah:
1. Bangsa Melanesia atau disebut juga dengan Papua Melanosoide yang merupakan rumpun bangsa Melanosoide/Ras Negroid. Bangsa ini merupakan gelombang pertama yang berimigrasi ke Indonesia.
2. Bangsa Melayu yang merupakan rumpun bangsa Austronesia yang termasuk golongan Ras Malayan Mongoloid. Bangsa ini melakukan perpindahan ke Indonesia melalui dua gelombang yaitu:
104
a. Gelombang pertama tahun 2000 SM, menyebar dari daratan Asia ke Semenanjung Melayu, Indonesia, Philipina dan Formosa serta Kepulauan Pasifik sampai Madagaskar yang disebut dengan Proto Melayu. Bangsa ini masuk ke Indonesia melalui dua jalur yaitu Barat dan Timur, dan membawa kebudayaan Neolithikum (Batu Muda) seperti pada gambar 13.b. Gelombang kedua tahun 500 SM, disebut dengan bangsa Deutro Melayu. Bangsa ini masuk ke Indonesia membawa kebudayaan logam (perunggu).
Dengan adanya migrasi/perpindahan bangsa dari daratan Asia ke Indonesia, maka pada zaman prasejarah Kepulauan Indonesia sudah dihuni oleh berbagai bangsa yang terdiri dari:a. Bangsa Melanisia/Papua Melanosoide yang merupakan Ras Negroid
memiliki ciriciriantara lain: kulit kehitam-hitaman, badan kekar, rambut keriting, mulut lebar dan hidung mancung. Bangsa ini sampai sekarang masih terdapat sisa-sisa keturunannya seperti Suku Sakai/Siak di Riau, dan suku-suku bangsa Papua Melanosoide yang mendiami Pulau Irian dan pulau-pulau Melanesia.
b. Bangsa Melayu Tua/Proto Melayu yang merupakan ras Malayan Mongoloid memilikiciri-ciri antara lain: Kulit sawo matang, rambut lurus, badan tinggi ramping, bentuk mulut dan hidung sedang. Yang termasuk keturunan bangsa ini adalah Suku Toraja (Sulawesi Selatan), Suku Sasak (Pulau Lombok), Suku Dayak (Kalimantan Tengah), Suku Nias (Pantai Barat Sumatera) dan Suku Batak (Sumatera Utara) serta Suku Kubu (Sumatera Selatan).
c. Bangsa Melayu Muda/Deutro Melayu yang merupakan rasa Malayan Mongoloid sama dengan bangsa Melayu Tua, sehingga memiliki ciri-ciri yang sama. Bangsa ini berkembang menjadi Suku Aceh, Minangkabau (Sumatera Barat), Suku Jawa, Suku Bali, Suku Bugis dan Makasar di Sulawesi dan sebagainya.
III. Model/pendekatan/model Pembelajaran1. Model pembelaaran : Pembelajaran kooperatif tipe TGT2. Metode pembelajaran : Ceramah, diskusi, Tanya jawab dan
penugasan3. Pendekatan pembelajaran : Pemahaman konsep dan turnamen
akademik
IV. Kegiatan inti pembelajaran
105
No. Kegiatan Pembelajaran Waktu
1. Tatap MukaKegiatan awal (pendahuluan)
1. Pembukaan salam2. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan
memotivasi siswa dengan memberikan pertanyaan ringan tentang materi yang akan disampaikan
3. Mengarahkan siswa untuk flashback tentang kronologis perkembangan biologis manusia
4. Mengaitkan hasil brainstorming dengan materi yang akan disampaikan
10 Menit
2. Kegiatan intia. Eksplorasi Siswa memperhatikan penjelasan tentang asal
usul manusia Menggunakan teknik pembelajaran kooperatif
tipe TGT. Memberikan kuis pre-tes
b. Elaborasi Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang
asal usul manusia Membagi siswa dalam beberapa kelompok
kecil Siswa berdiskusi dalam kelompok dan
membantu jika mengalami kesulitan Menempatkan pada turnamen dan memberi
soal bernomer Menyampaikan hasil dan pemberian post testc. Konfirmasi Refleksi dilakukan dengan menjelaskan
kronologis perkembangan biologis manusia Memberikan konfirmasi terhadap jalanya
turnament Memberikan motivasi kepada siswa yang
70 menit
106
kurang berpartisipasi
3. Kegiatan penutup1. Evaluasi2. Penenangan atau pendinginan
- Penugasan terstruktur
10 menit
V. Penilaian Hasil BelajarA. Kognitif
1. Jelaskan teori evolusi menurut Charles Darwin?2. Jelaskan perkembangan kronologis biologis manusia Indonesia?3. Jelaskan asal usul nenek moyang manusia?
VI. Kunci jawaban1. Teori evolusi menurut Darwin adalah manusia dan kera adalah satu
keturunan.2. Perkembangan manusia Indonesia adalah :
a. Holosin : Homo Sapienb. Plestosin atas : Homo Soloensis dan Homo Wajakensisc. Plestosin tengah : Picthecantropus Erectusd. Plestosen bawah : Pichtecantropus Robustus, Meganthropus
3. Menurut pendapat kern dan Hein Geldern bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari daratan Asia yang semula berdiam di Yunan (Cina Selatan) bergerak dari arah selatan sampai ke Indonesia.
B. AfektifLembar pengamatan sikapMata pelajaran : SejarahKelas : X C
Aktifitas dan Partisipasi Siswa
Nonnn.
Nama siswa Aktifitas
Partisipasi Kontributif Partisipasi Inisiatif
107
Menyampaikan Pertanyaan
Menyampaikan Pendapat
Menyaimpaikan Sanggahan
Mengerjakan Soal
B C B B C
Tekhnik penskoranMasing-masing skor mendapat nilai 20. Jadi betul dikalikan 100.
VII. Sumber Belajar1. Dwi Ari Listiyani, 2010. Sejarah untuk SMA kelas X, Klaten. Intan
Pariwisata.2. Habib Mustopo dkk.2007. Sejarah SMA kelas X. Jakarta. Yudistira.3. Internet
Kemangkon, Maret 2011
Guru Sejarah X C
Untung Sugiarto, S.PdNIP. 19690325 200501 1 008
Peneliti
Arif SaefudinNIM. 0701020013
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Siklus ke 3
Nama Sekolah : SMA Negeri 1 kemangkon
Kelas/Semester : X/2
108
Mata Pelajaran : Sejarah Nasional dan Umum
Pertemuan ke : 5-6
Standar Kopetensi : 2.1. Menganalisis peradaban Indonesia dan Dunia
Kopetensi Dasar : 3.3. Menganalsis asal usul dan persebaran manusia di kepulauan Indonesia.
Indikator : 1. Menjelaskan jenis-jenis manusia purba di Indonesia
2. Menjelaskan peta penemuan manusia purba
3. Menjelaskan nama-nama penemu manusia purba
Jumlah Pertemuan : 4 X 45 Menit
I. Tujuan Pembelajaran1. Siswa bisa menjelaskan pengertian jenis-jenis manusia purba di Indonesia2. Siswa mampu menjeleskan peta penemuan manusia purba di Indonesia3. Siswa dapat menjelakan nama-nama penemu manusia purba di Indonesia
II. Materi Pembelajaran
Jenis-jenis Manusia purba di Indonesia
Manusia yang hidup pada zaman prasejarah sekarang sudah berubah menjadi fosil. Fosil manusia yang ditemukan di Indonesia dalam perkembangan terdiri dari beberapa jenis. Hal ini diketahui dari kedatangan para ahli dari Eropa pada abad ke-19, di mana mereka tertarik untuk mengadakan penelitian tentang fosil manusia di Indonesia.
Fosil manusia yang ditemukan pertama kali berasal dari Trinil Jawa Timur oleh Eugene Dubouis, sehingga menarik para ahli lain untuk datang ke Pulau Jawa mengadakan penelitian yang serupa. Selanjutnya penyelidikan fosil manusia dilakukan oleh GRH Von Koenigswald, Ter Har, dan Oppenoorth serta F. Weidenrech. Mereka berhasil menemukan fosil manusia di daerah Sangiran, Ngandong, di lembah Sungai Bengawan Solo.
Atas temuan fosil tersebut, Von Koenigswald membagi zaman Dilluvium/Pleistocen di Indonesia menjadi 3 lapisan yaitu Pleistocen bawah/lapisan Jetis, Pleistocen tengah/lapisan Trinil dan Pleistocen atas/lapisan Ngandong.
109
Penyelidikan fosil manusia selain dilakukan oleh orang-orang eropa, juga dilakukan oleh para ahli dari Indonesia, yaitu seperti Prof. Dr. Sartono, Prof. Dr. teuku Jacob, Dr. Otto Sudarmadji dan Prof. Dr. Soejono. Lokasi penyelidikan adalah Sangiran dan lembah Sungai Bengawan Solo. Dari hasil penyelidikan tersebut dapat diketahui jenis manusia purba yang hidup di Indonesia. Untuk itu silahkan Anda pelajari uraian berikut ini.
a. MeganthropusSeperti yang telah diuraikan pada materi sebelumnya, Von Koenigswald
menemukan tengkorak di Desa Sangiran tahun 1941. Tengkorak yang ditemukan berupa tulang rahang bawah, dan gigi geliginya yang tampak mempunyai batang yang tegap dan geraham yang besar-besar. Dari penemuan tersebut, maka oleh Von Koenigswald diberi nama Meganthropus Palaeojavanicus yang artinya manusia raksasa tertua dari Pulau Jawa. Fosil tersebut diperkirakan hidupnya antara 20 juta - 15 juta tahun yang lalu, dan berasal dari lapisan Jetis. Untuk lebih menambah pemahaman Anda tentang jenis manusia purba di Indonesia, maka bandingkanlah jenis Meganthropus ini dengan jenis fosil yang lain seperti pada uraian materi berikut ini.
b. Pithecanthropus/Homo ErectusDengan kedatangan Eugene Dubouis ke Pulau jawa tahun 1890 di Trinil,
Ngawi ditemukan tulang rahang, kemudian tahun 1891 bagian tengkorak dan tahun 1892 ditemukan tulang paha kiri setelah disusun hasil penemuan fosil-fosil tersebut oleh Eugene Dubouis diberi nama Pithecanthropus Eractus artinya manusia kera yang berjalan tegak. Dan sekarang fosil tersebut dinamakan sebagai Homo Erectus dari Jawa. Homo Erectus hidupnya diperkirakan antara 1,5 juta - 500.000 tahun yang lalu dan berasal dari Pleistocen tengah atau lapisan Trinil. Dari penjelasan di atas, apakah Anda sudah memahami bahwa Homo Erectus ternyata usianya lebih muda jika dibandingkan dengan Meghanthropus Plaeojavanicus.
Para ilmuwan awalnya menganggap hasil temuan E. Dubouis (Homo Erectus) bukan termasuk garis keturunan manusia, tetapi setelah adanya temuan fosil oleh Von Koenigswald dari lapisan jetis/pleistocen bawah, maka seluruh ilmuwan mengakui bahwa fosil-fosil yang ditemukan Von Koenigswald lebih tua umurnya jika dibandingkan dengan Homo Erectus yang ditemukan oleh E. Dubouis. Fosil manusia yang ditemukan Von Koenigswald di lapisan jetis adalah:1. Fosil manusia yang ditemukan di Perning (Mojokerto) Jawa Timur tahun 1936 - 1941, diberi nama Pithecanthropus Mojokertensis yang artinya manusia kera dari Mojokerto, dan sekarang disebut dengan Homo Mojokertensis.
110
2. Fosil manusia yang ditemukan tahun 1936 di Sangiran lembah Sungai Bengawan Solo, diberi nama Pithecanthropus Robustus yang artinya manusia kera yang besar dan kuat tubuhnya atau disebut dengan Homo Robustus.
c. Homo SapiensHomo Sapiens adalah jenis manusia purba yang memiliki bentuk tubuh
yang sama dengan manusia sekarang. Mereka telah memiliki sifat seperti manusia sekarang. Kehidupan mereka sangat sederhana, dan hidupnya mengembara.
Jenis fosil Homo Sapiens yang ditemukan di Indonesia terdiri dari:1. Fosil manusia yang ditemukan di daerah Ngandong lembah Sungai Bengawan Solo tahun 1931 - 1934. Fosil ini setelah diteliti oleh Von Koenigswald dan Weidenreich diberi nama Homo Sapiend Soloensis (Homo Soloensis).2. Fosil manusia yang ditemukan di Wajak (Tulung Agung) tahun 1889 oleh Van Reitschotten diteliti oleh Eugene Dubouis kemudian diberi nama menjadi Homo Sapiens Wajakensis.Tempat penemuan kedua fosil manusia di atas adalah lapisan Ngandong atau Pleistocen Atas dan hidupnya diperkirakan 100.000 - 50.000 tahun yang lalu
III. Model/pendekatan/model Pembelajaran1. Model pembelaaran : Pembelajaran kooperatif tipe TGT2. Metode pembelajaran : Ceramah, diskusi, Tanya jawab dan
penugasan3. Pendekatan pembelajaran : Pemahaman konsep dan kuis materi
IV. Kegiatan inti pembelajaran
No. Kegiatan Pembelajaran Waktu
1. Tatap MukaKegiatan awal (pendahuluan)
1. Pembukaaan salam dan perkenalan2. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan
memotivasi siswa dengan memberikan pertanyaan ringan tentang materi yang akan disampaikan
3. Mengarahkan siswa untuk flashback tentang keadaan alam dan perkembangan makhluk hidup.
10 Menit
111
2. Kegiatan intia. Eksplorasi Siswa memperhatikan penjelasan tentang
zaman Neozoikum, Mesozoikum, Azoikum, Paleozoikum
Menggunakan teknik pembelajaran kooperatif tipe TGT.
b. Elaborasi Siswa mengkaji tentang perkembangan awal
alam dan makhluk hidup Membagi siswa dalam beberapa kelompok
kecil Siswa berdiskusi dalam kelompok dan
membantu jika mengalami kesulitan Menempatkan pada turnamen dan memberi
soal bernomer. Menyampaikan hasil dan pemberian post test
c. Konfirmasi Refleksi dilakukan dengan menjelaskan
keadaan alam dan perkembangan makhluk hidup
Memberikan konfirmasi terhadap jalanya turnament
Memberikan motivasi kepada siswa yang kurang berpartisipasi
70 menit
3. Kegiatan penutup1. Evaluasi2. Penenangan atau pendinginan
- Penugasan terstruktur
10 menit
V. Penilaian Hasil BelajarA. Kognitif1. Sebutkan jenis manusia purba yang di temukan di Indonesia?2. Jelaskan apa arti dari Megantropus?3. Siapa penemu dan dimanakah Pithecantropus di temukan?4. Jelaskan arti dari Homo Sapiens?5. Jelaskan daerah penemuan fosil manusia purba di Indonesia?
112
VI. Kunci jawaban1. Meganthropus, Pithecanthropus/Homo Erectus, dan Homo Sapiens.2. Seperti yang telah diuraikan pada materi sebelumnya, Von Koenigswald
menemukan tengkorak di Desa Sangiran tahun 1941. Tengkorak yang ditemukan berupa tulang rahang bawah, dan gigi geliginya yang tampak mempunyai batang yang tegap dan geraham yang besar-besar. Dari penemuan tersebut, maka oleh Von Koenigswald diberi nama Meganthropus Palaeojavanicus yang artinya manusia raksasa tertua dari Pulau Jawa. Fosil tersebut diperkirakan hidupnya antara 20 juta - 15 juta tahun yang lalu, dan berasal dari lapisan Jetis. Untuk lebih menambah pemahaman Anda tentang jenis manusia purba di Indonesia, maka bandingkanlah jenis Meganthropus ini dengan jenis fosil yang lain seperti pada uraian materi berikut ini.
3. Dengan kedatangan Eugene Dubouis ke Pulau jawa tahun 1890 di Trinil, Ngawi ditemukan tulang rahang, kemudian tahun 1891 bagian tengkorak dan tahun 1892 ditemukan tulang paha kiri setelah disusun hasil penemuan fosil-fosil tersebut oleh Eugene Dubouis diberi nama Pithecanthropus Eractus artinya manusia kera yang berjalan tegak. Dan sekarang fosil tersebut dinamakan sebagai Homo Erectus dari Jawa. Homo Erectus hidupnya diperkirakan antara 1,5 juta - 500.000 tahun yang lalu dan berasal dari Pleistocen tengah atau lapisan Trinil. Dari penjelasan di atas, apakah Anda sudah memahami bahwa Homo Erectus ternyata usianya lebih muda jika dibandingkan dengan Meghanthropus Plaeojavanicus.
4. Homo Sapiens adalah jenis manusia purba yang memiliki bentuk tubuh yang sama dengan manusia sekarang. Mereka telah memiliki sifat seperti manusia sekarang. Kehidupan mereka sangat sederhana, dan hidupnya mengembara.
5. Fosil manusia yang ditemukan pertama kali berasal dari Trinil Jawa Timur oleh Eugene Dubouis, sehingga menarik para ahli lain untuk datang ke Pulau Jawa mengadakan penelitian yang serupa. Selanjutnya penyelidikan fosil manusia dilakukan oleh GRH Von Koenigswald, Ter Har, dan Oppenoorth serta F. Weidenrech. Mereka berhasil menemukan fosil manusia di daerah Sangiran, Ngandong, di lembah Sungai Bengawan Solo.
B. Afektif
Aktifitas dan Partisipasi Siswa
NoNama siswa Aktifitas
113
Partisipasi KontributifPartisipasi Inisiatif
Menyampaikan Pertanyaan
Menyampaikan Pendapat
Menyaimpaikan Sanggahan
Mengerjakan Soal
B C B B C
Tekhnik penskoranMasing-masing skor mendapat nilai 20. Jadi betul dikalikan 100.
VII. Sumber Belajar1. Dwi Ari Listiyani, 2010. Sejarah untuk SMA kelas X, Klaten. Intan
Pariwisata.2. Habib Mustopo dkk.2007. Sejarah SMA kelas X. Jakarta. Yudistira.3. Internet
Kemangkon, April 2011
Guru Sejarah X C
Untung Sugiarto, S.PdNIP. 19690325 200501 1 008
Peneliti
Arif SaefudinNIM. 0701020013
LAMPIRAN 3b
LEMBAR KERJA SISWA (LKS)
PEMBABAKAN ZAMAN PRASEJARAH BERDASARKAN GEOLOGI
A. STANDAR KOMPETENSI
Menganalisis peradaban Indonesia dan Dunia.
114
B. KOMPETENSI DASAR
Menganalsis asal usul dan persebaran manusia di kepulauan Indonesia.
C. DASAR TEORI
Dengan bantuan ilmu geologi (ilmu yang mempelajari kulit bumi) perkembangan bumi dari awal terbentuknya sampai dengan sekarang, terbagi menjadi beberapa zaman yaitu :
1. Zaman Azoikum (tidak ada kehidupan)
Zaman ini berlangsung sekitar 2.500 juta tahun, keadaan bumi masih belum stabil dan masih panas karena sedang dalam proses pembentukan. oleh karena itu pada Zaman ini tidak ada tanda-tanda kehidupan.
2. Zaman Paleozoikum (kehidupan tertua)
Zaman ini berlangsung sekitar 340 juta tahun, keadaan bumi masih belum stabil dan masih terus berubah. Akan tetapi menjelang akhir dari zaman ini mulai ada tanda-tanda kehidupan yaitu dari hewan bersel satu, hewan kecil yang tidak bertulang belakang, jenis ikan, amfhibi, reptuil dan beberapa jenis tumbuhan ganggang. Karena itulah maka zaman ini dinamakan pula dengan zaman primer (zaman kehidupan pertama).
3. Zaman Mesozoikum (kehidupan pertengahan).
Zaman ini di perkirakan berlangsung sekitar 140 juta tahun, pada zaman ini kehidupan telah mengalami perkembangan yang sangat pesat .pohon-pohon besar muncul, amfhibi mengalami perkembangan, bahkan jenis reftil mencapai bentuk yang sangat besar sekali seperti Dinosaurus, Tyrannosaurus, Brontosaurus, Atlantosaurus. Ada pula jenis reptil yang memiliki sayap dan dapat terbang selama berjam-jam, jenis ini dinamakan dengan Pteranodon. Zaman ini dinamakan zaman sekunder (kehidupan ke-2), adapula yang menyebut zaman ini dengan istilah zaman reptil, karena jenis hewan di dominasi oleh reptil, karena jenis hewan didominasi oleh reptil dengan bentuk yang sangat besar. pada akhir zaman ini mulai muncul jenis mamalia.
4. Zaman Neozoikum (kehidupan muda)
Zaman ini di perkirakan berlangsung sekitar 60 juta tahun, zaman ini terbagi lagi menjadi zaman tersier (kehidupan ke-3) dan kuarter (kehidupan ke-4). pada zaman ini keadaan bumi telah membaik, perubahan cuaca tidak begitu besar dan kehidupan berkembang dengan pesat.
115
c. Zaman Tersier (Zaman Ketiga)
Pada zaman tersier, reptil raksasa mulai lenyap, mamalia berkembang pesat, mahluk primate sejenis kera mulai ada kemudian muncul jenis orang utan sekitar 10 juta tahun yang lalu muncul jenis hewan primate yang lebih besar dari pada golira sehingga disebut giganthropus (kera manusia raksasa). hewan ini menyebar dari Afrika ke Asia Selatan dan Asia Tenggara, tetapi kemudian punah. pada masa itu pulau Kalimantan masih bersatu dengan benua asia, sebagai buktinya jenis babi purba (choeromous) dari zaman ini ditemukan pula di asia daratan.
d. Zaman Kuarter (Zaman Keempat)
Berlangsung sekitar 600 ribu tahun lalu, di tandai dengan adanya tanda-tanda kehidupan manusia. zaman ini terbagi atas zaman diluvium (pleistosen) dan zaman Alluvium (holosen).
1). Zaman Pleistosen (diluvium)
Berlangsung sekitar 600 ribu tahun yang lalu, mulai muncul kehidupan manusia purba. Zaman ini dinamakan pula Zaman glacial (jaman es) karena es di kutub utara mencair sehingga menutupi sebagian wilayah eropa utara asia utara dan amerika utara .
Pada masa ini Sumatera, Jawa, Kalimantan masih menyatu dengan daratan Asia, sedangkan Indonesia timur dengan Australia. mencairnya es dikutub telah mengakibatkan pulau-pulau di Indonesia di pisahkan oleh lautan baik denga Asia maupun Australia. Bekas daratan Asia yang sekarang menjadi dasar laut di sebut paparan sunda, sedangkan bekas daratan Australia yang terendam air laut di sebut paparan sahul, kedua paparan tersebut di pisahkan oleh zone Wallace. Pada masa ini hewan-hewan yang berbulu tebal seperti mamouth (gajah besar berbulu tebal ) mampu bertahan hidup. Sedangkan yang berbulu tipis migrasi ke wilayah tropis. perpindahan hewan dari daratan asia ke Indonesia terbagi atas dua jalur. pertama melalui Malaysia ke Sumatra dan Jawa, kedua melalui Taiwan, Philipina ke Kalimantan dan Jawa.
Pada zaman ini terjadi pula perpindahan manusia dari daratan Asia ke Indonesia, yaitu Pitechanthropus Erectus (ditemukan di trinil) yang sama dengan Sinanthropus Pekinensis. Demikian juga dengan hasil kebudayaan pacitan yang banyak di temukan di Cina, Malaysia, Birma. Homo Wajakensis yang menjadi nenek moyang bangsa Austroloid ikut pula menyebar dari Asia ke selatan sampai ke Australia dan menurunkan penduduk asli Australia yaitu bangsa Aborigin
116
2). Zaman Holosen (Alluvium)
Pada masa ini kepulauan Indonesia telah terbentuk dan tidak lagi menyatu dengan Asia maupun Australia. jenis manusia pertama yang migrasi dari asia ke Indonesia telah tidak ada dan digantikan oleh jenis manusia cerdas (homo sapiens).
D. ALAT DAN BAHAN
Keras, alat tulis
E. CARA KERJA
Selanjutnya untuk Anda adalah melengkapi tabel 2 pembabakan zaman prasejarah berikut ini.
No. ZAMANKURUN
WAKTUCIRI-CIRI KEHIDUPAN
1. AZOIKUM
1………….………………………..
2.PALAEOZOIKUM
2………….……………………….
MESOZOIKUM 3………… ……………………….
117
3.
4.
N
E
O
Z
O
I
K
U
M
TERSIER
4………….………………………..
KUARTER
PLEISTOSEN5………….
……………………….
HOLOSEN
6………….
…………………………
NAMA KELOMPOK :
NAMA ANGGOTA : 1.
2.
3.
4.
F. SUMBER BACAAN
1. Dwi Ari Listiyani, 2010. Sejarah untuk SMA kelas X, Klaten. Intan Pariwisata.
2. Habib Mustopo dkk.2007. Sejarah SMA kelas X. Jakarta. Yudistira.3. Internet
118
LEMBAR KERJA SISWA (LKS)
MENJELASKAN NENEK MOYANG BANGSA INDONESIA
A. STANDAR KOMPETENSI
Menganalisis peradaban Indonesia dan Dunia.
B. KOMPETENSI DASAR
Menganalsis asal usul dan persebaran manusia di kepulauan Indonesia.
C. DASAR TEORI
119
Bangsa yang berimigrasi ke Indonesia berasal dari daratan Asia tepatnya Yunan Utara bergerak menuju ke Selatan memasuki daerah Hindia Belakang (Vietnam)/Indochina dan terus ke Kepulauan Indonesia, dan bangsa tersebut adalah:1. Bangsa Melanesia atau disebut juga dengan Papua Melanosoide yang
merupakan rumpun bangsa Melanosoide/Ras Negroid. Bangsa ini merupakan gelombang pertama yang berimigrasi ke Indonesia.
2. Bangsa Melayu yang merupakan rumpun bangsa Austronesia yang termasuk golongan Ras Malayan Mongoloid. Bangsa ini melakukan perpindahan ke Indonesia melalui dua gelombang yaitu:a. Gelombang pertama tahun 2000 SM, menyebar dari daratan Asia ke Semenanjung Melayu, Indonesia, Philipina dan Formosa serta Kepulauan Pasifik sampai Madagaskar yang disebut dengan Proto Melayu. Bangsa ini masuk ke Indonesia melalui dua jalur yaitu Barat dan Timur, dan membawa kebudayaan Neolithikum (Batu Muda) seperti pada gambar 13.b. Gelombang kedua tahun 500 SM, disebut dengan bangsa Deutro Melayu. Bangsa ini masuk ke Indonesia membawa kebudayaan logam (perunggu).
Dengan adanya migrasi/perpindahan bangsa dari daratan Asia ke Indonesia, maka pada zaman prasejarah Kepulauan Indonesia sudah dihuni oleh berbagai bangsa yang terdiri dari:
a. Bangsa Melanisia/Papua Melanosoide yang merupakan Ras Negroid memiliki ciriciriantara lain: kulit kehitam-hitaman, badan kekar, rambut keriting, mulut lebar dan hidung mancung. Bangsa ini sampai sekarang masih terdapat sisa-sisa keturunannya seperti Suku Sakai/Siak di Riau, dan suku-suku bangsa Papua Melanosoide yang mendiami Pulau Irian dan pulau-pulau Melanesia.
b. Bangsa Melayu Tua/Proto Melayu yang merupakan ras Malayan Mongoloid memilikiciri-ciri antara lain: Kulit sawo matang, rambut lurus, badan tinggi ramping, bentuk mulut dan hidung sedang. Yang termasuk keturunan bangsa ini adalah Suku Toraja (Sulawesi Selatan), Suku Sasak (Pulau Lombok), Suku Dayak (Kalimantan Tengah), Suku Nias (Pantai Barat Sumatera) dan Suku Batak (Sumatera Utara) serta Suku Kubu (Sumatera Selatan).
c. Bangsa Melayu Muda/Deutro Melayu yang merupakan rasa Malayan Mongoloid sama dengan bangsa Melayu Tua, sehingga memiliki ciri-ciri yang sama. Bangsa ini berkembang menjadi Suku Aceh, Minangkabau
120
(Sumatera Barat), Suku Jawa, Suku Bali, Suku Bugis dan Makasar di Sulawesi dan sebagainya.
D. CARA KERJA
Demikianlah uraian materi migrasi bangsa-bangsa ke Indonesia, maka untuk meningkatkan pemahaman Anda, lengkapilah tabel 4 berikut ini.
Gelombang
MigrasiJenis Bangsa Rumpun Bangsa Jenis Ras
1. Papua Melanosoid
1………………. 2………………..
2. 3………………. Austronesia 4………………..
3. 5……………….. Austronesia Mongoloid
NAMA KELOMPOK :
NAMA ANGGOTA : 1. 3.
2. 4.
E. SUMBER BACAAN
1. Dwi Ari Listiyani, 2010. Sejarah untuk SMA kelas X, Klaten. Intan Pariwisata.
2. Habib Mustopo dkk.2007. Sejarah SMA kelas X. Jakarta. Yudistira.3. Internet
121
LEMBAR KERJA SISWA (LKS)
JENIS-JENIS MANUSIA PURBA DI INDONESIA
A. STANDAR KOMPETENSI
Menganalisis peradaban Indonesia dan Dunia.
B. KOMPETENSI DASAR
Menganalsis asal usul dan persebaran manusia di kepulauan Indonesia.
C. DASAR TEORI
122
Jenis-jenis Manusia purba di Indonesia
Manusia yang hidup pada zaman prasejarah sekarang sudah berubah menjadi fosil. Fosil manusia yang ditemukan di Indonesia dalam perkembangan terdiri dari beberapa jenis. Hal ini diketahui dari kedatangan para ahli dari Eropa pada abad ke-19, di mana mereka tertarik untuk mengadakan penelitian tentang fosil manusia di Indonesia.
Fosil manusia yang ditemukan pertama kali berasal dari Trinil Jawa Timur oleh Eugene Dubouis, sehingga menarik para ahli lain untuk datang ke Pulau Jawa mengadakan penelitian yang serupa. Selanjutnya penyelidikan fosil manusia dilakukan oleh GRH Von Koenigswald, Ter Har, dan Oppenoorth serta F. Weidenrech. Mereka berhasil menemukan fosil manusia di daerah Sangiran, Ngandong, di lembah Sungai Bengawan Solo.
Atas temuan fosil tersebut, Von Koenigswald membagi zaman Dilluvium/Pleistocen di Indonesia menjadi 3 lapisan yaitu Pleistocen bawah/lapisan Jetis, Pleistocen tengah/lapisan Trinil dan Pleistocen atas/lapisan Ngandong.
Penyelidikan fosil manusia selain dilakukan oleh orang-orang eropa, juga dilakukan oleh para ahli dari Indonesia, yaitu seperti Prof. Dr. Sartono, Prof. Dr. teuku Jacob, Dr. Otto Sudarmadji dan Prof. Dr. Soejono. Lokasi penyelidikan adalah Sangiran dan lembah Sungai Bengawan Solo. Dari hasil penyelidikan tersebut dapat diketahui jenis manusia purba yang hidup di Indonesia. Untuk itu silahkan Anda pelajari uraian berikut ini.
a. MeganthropusSeperti yang telah diuraikan pada materi sebelumnya, Von Koenigswald
menemukan tengkorak di Desa Sangiran tahun 1941. Tengkorak yang ditemukan berupa tulang rahang bawah, dan gigi geliginya yang tampak mempunyai batang yang tegap dan geraham yang besar-besar. Dari penemuan tersebut, maka oleh Von Koenigswald diberi nama Meganthropus Palaeojavanicus yang artinya manusia raksasa tertua dari Pulau Jawa. Fosil tersebut diperkirakan hidupnya antara 20 juta - 15 juta tahun yang lalu, dan berasal dari lapisan Jetis. Untuk lebih menambah pemahaman Anda tentang jenis manusia purba di Indonesia, maka bandingkanlah jenis Meganthropus ini dengan jenis fosil yang lain seperti pada uraian materi berikut ini.
b. Pithecanthropus/Homo Erectus
123
Dengan kedatangan Eugene Dubouis ke Pulau jawa tahun 1890 di Trinil, Ngawi ditemukan tulang rahang, kemudian tahun 1891 bagian tengkorak dan tahun 1892 ditemukan tulang paha kiri setelah disusun hasil penemuan fosil-fosil tersebut oleh Eugene Dubouis diberi nama Pithecanthropus Eractus artinya manusia kera yang berjalan tegak. Dan sekarang fosil tersebut dinamakan sebagai Homo Erectus dari Jawa. Homo Erectus hidupnya diperkirakan antara 1,5 juta - 500.000 tahun yang lalu dan berasal dari Pleistocen tengah atau lapisan Trinil. Dari penjelasan di atas, apakah Anda sudah memahami bahwa Homo Erectus ternyata usianya lebih muda jika dibandingkan dengan Meghanthropus Plaeojavanicus.
Para ilmuwan awalnya menganggap hasil temuan E. Dubouis (Homo Erectus) bukan termasuk garis keturunan manusia, tetapi setelah adanya temuan fosil oleh Von Koenigswald dari lapisan jetis/pleistocen bawah, maka seluruh ilmuwan mengakui bahwa fosil-fosil yang ditemukan Von Koenigswald lebih tua umurnya jika dibandingkan dengan Homo Erectus yang ditemukan oleh E. Dubouis. Fosil manusia yang ditemukan Von Koenigswald di lapisan jetis adalah:1. Fosil manusia yang ditemukan di Perning (Mojokerto) Jawa Timur tahun 1936 - 1941, diberi nama Pithecanthropus Mojokertensis yang artinya manusia kera dari Mojokerto, dan sekarang disebut dengan Homo Mojokertensis.2. Fosil manusia yang ditemukan tahun 1936 di Sangiran lembah Sungai Bengawan Solo, diberi nama Pithecanthropus Robustus yang artinya manusia kera yang besar dan kuat tubuhnya atau disebut dengan Homo Robustus.
c. Homo SapiensHomo Sapiens adalah jenis manusia purba yang memiliki bentuk tubuh
yang sama dengan manusia sekarang. Mereka telah memiliki sifat seperti manusia sekarang. Kehidupan mereka sangat sederhana, dan hidupnya mengembara.Jenis fosil Homo Sapiens yang ditemukan di Indonesia terdiri dari:1. Fosil manusia yang ditemukan di daerah Ngandong lembah Sungai Bengawan Solo tahun 1931 - 1934. Fosil ini setelah diteliti oleh Von Koenigswald dan Weidenreich diberi nama Homo Sapiend Soloensis (Homo Soloensis).2. Fosil manusia yang ditemukan di Wajak (Tulung Agung) tahun 1889 oleh Van Reitschotten diteliti oleh Eugene Dubouis kemudian diberi nama menjadi Homo Sapiens Wajakensis.Tempat penemuan kedua fosil manusia di atas adalah lapisan Ngandong atau Pleistocen Atas dan hidupnya diperkirakan 100.000 - 50.000 tahun yang lalu
D. CARA KERJA
124
Setelah Anda mengamati gambar peta lokasi penemuan fosil manusia purba, selanjutnya Anda dapat melengkapi tabel berikut ini.
Lapisan Pleistocen
Jenis Fosil Penemu Lokasi
Penemuan
Tahun
Atas/Ngandong
Tengah/Trinil
1…………… 2…………….. 3…………… 4……………..
5…………… 6……………. 7…………… 8……………..
9…………… 10………….. Trinil(Ngawi) 12…………….
Bawah/JetisHomo
Robustus
14…………. 15………….. 16……………
17………….. Von Koenigswald
19…………… 20……………
21………….. 22…………… 23…………..1947
NAMA KELOMPOK :
NAMA ANGGOTA : 1.
2.
3.
4.
F. SUMBER BACAAN
125
1. Dwi Ari Listiyani, 2010. Sejarah untuk SMA kelas X, Klaten. Intan Pariwisata.
2. Habib Mustopo dkk.2007. Sejarah SMA kelas X. Jakarta. Yudistira.3. Internet
LAMPIRAN 3c
KISI-KISI ANGKET
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT
No. Indikator No. soal
1. Manfaat 5, 7, 8
2. Suasana belajar 1, 4, 6
3. Penggunaan 2, 3
126
Angket pembelajaran kooperatif tipe TGT
Petunjuk pengisian :
Berilah tanda centang (√) pada kolom jawaban yang menurut pendapat saudara paling benar.
No. Pertanyaan Ya (%) Tidak (%)1. Menurut kamu, apakah pembelajaran
kooperatif tipe TGT sesuai digunakan pada mata pelajaran sejarah?Jika ya, berikan alasannya:
Jika tidak, berikan alasannya :
2. Menurut kamu, apakah pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat digunakan pada mata pelajaran sejarah secara
127
keseluruhan dari awal sampai akhir?Jika ya, berikan alasannya:
Jika tidak, berikan alasannya :
3. Apakah selama mengikuti pembelajaran sejarah dengan metode kooperatif tipe TGT kamu merasa nyaman?Jika ya, berikan alasannya:
Jika tidak, berikan alasannya :
4. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan pemahamanmu dalam mengikuti pembelajaran sejarah?Jika ya, berikan alasannya:
Jika tidak, berikan alasannya :
5. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada mata pelajaran sejarah memberatkan beban belajarmu?Jika ya, berikan alasannya:
Jika tidak, berikan alasannya :
6. Apakah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan minat atau motivasi dalam mengikuti
128
pembelajaran sejarah?Jika ya, berikan alasannya:
Jika tidak, berikan alasannya :
7. Apakah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada mata pelajaran sejarah dapat memotivasi untuk mengungkapkan pendapat, pertanyaan, usul, atau sanggahan?Jika ya, berikan alasannya:
Jika tidak, berikan alasannya :
= ISILAH SESUAI HATI NURANI=
REKAPITULASI ANGKET
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT
No. Pertanyaan Ya (%) Tidak (%)
1. Menurut kamu, apakah pembelajaran kooperatif tipe TGT sesuai digunakan pada mata pelajaran sejarah?
89,1
(33 anak)
10,8
(4 anak)
2. Menurut kamu, apakah pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat digunakan pada mata pelajaran sejarah secara keseluruhan dari awal sampai akhir?
78,38
(29 anak)
21,6
(8 anak)
3. Apakah selama mengikuti pembelajaran sejarah dengan metode kooperatif tipe TGT kamu
94,6 5,4
129
merasa nyaman? (35 anak) (2 anak)
4. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan pemahamanmu dalam mengikuti pembelajaran sejarah?
81,08
(30 anak)
27,02
(10 anak)
5. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada mata pelajaran sejarah memberatkan beban belajarmu?
78,38
(29 anak)
21,6
(8 anak)
6. Apakah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan minat atau motivasi dalam mengikuti pembelajaran sejarah?
91,89
(34 anak)
8,1
(3 anak)
7. Apakah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada mata pelajaran sejarah dapat memotivasi untuk mengungkapkan pendapat, pertanyaan, usul, atau sanggahan?
94,6
(35 anak)
5,4
(2 anak)
130
131
LAMPIRAN 4
A. SOAL POS-TES
B. KUNCI JAWABAN
LAMPIRAN 4a
SOAL POS-TES SIKLUS I
A. Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar!
1. Perkembangan bumi dapat diketahui melalui penelitian ...
a. Geologi d. Geomorfologib. Geografi e. Pedologic. Oceanografi
2. Ciri dari zaman Arkaekum adalah ...
131
132
a. Munculnya tanda-tanda kehidupan d. Munculnya kehidupan manusiab. Belum ada tanda-tanda kehidupan e. Proses awal terbentuknya bumic. Munculnya binatang-binatang besar
3. Zaman Palaeozoikum disebut juga dengan zaman ...
a. Tertier d. Quartierb. Sekunder e. Dilluviumc. Primer
4. Munculnya binatang-binatang besar terjadi pada zaman ...
a. Arkaekum d. Kainozoikumb. Palaeozoikum e. Neozoikumc. Mesozoikum
5. Berdasarkan tarikh bumi,tanda-tanda kehidupan manusia terjadi pada zaman ..
a. Arkaekum d. Neozoikum tersierb. Palaeozoikum e. Neozoikum quartierc. Mesozoikum
6. Perbedaan pembabakan zaman prasejarah berdasarkan Arkeologi dan Geologi
pada tabel di bawah ini adalah ...
Menurut Arkeologi Menurut Geologi
Kajian berdasarkan :a) Sumber bahan tertulis b) Benda-benda peninggalan kuno.c) Benda/artefak.d) Penemuan prasasti.e) Benda-benda peninggalan
Kajian berdasarkan :a) Sumber benda peninggalan.b) Komposisi, struktur, sejarah bumi.c) Flora, fauna, hasil bumi.d) Asal usul kehidupan manusia.e) Fosil dan lapisan bumi.
7. Zaman Quartier terdiri dari dua bagian, yaitu ...
a. Pleistocen dan Holocen d. Plustocen dan Tersier
133
b. Pleistocen dan Dilluvium e. Tersier dan Holocenc. Holocen dan Alluvium
8. Perhatikan data di bawah ini!
1. Zaman Neozoikum 4. Zaman Mesolithikum2. Zaman Mesozoikum 5. Zaman Neolithikum3. Zaman Paleolithikum
Dari data di atas, yang termasuk pembagian prasejarah Indonesia berdasarkanArkeologinya ...
a. 1, 2, 3 d. 2, 3, 4b. 1, 3, 4 e. 3, 4, 5c. 1, 3, 5
9. Perhatikan data di bawah ini!
1. Beternak 4. Berladang2. Berburu dan mengumpulkan makanan 5. Perundagian3. Bercocok tanam
Dari data di atas, yang merupakan zaman prasejarah berdasarkan ciri kehidupanmasyarakatnya meliputi ...
a. 1, 2, 3 d. 2, 3, 5b. 1, 3, 4 e. 2, 4, 5c. 1, 3, 5
10. Zaman logam di Indonesia diawali dengan logam yang terbuat dari ...
a. perunggu d. perakb. tembaga e. emasc. besi
B. Jawablah pertanyaan di bawah dengan tepat!!
1. Jelaskan keadaan alam pada masa zaman azoikum?
2. Jelaskan dan sebutkan makhluk hidup yang hidup dan berkembang pada
zaman paleozoikum?
3. Sebutkan ciri-ciri kehidupan pada zaman mesozoikum?
4. Jelaskan Kehidupan yang berkembang pada masa zaman tersier?
5. Jelaskan keadaan alam pada kala holosen?
134
SOAL POS-TES SIKLUS II
A. Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar!
1. Asal bangsa yang berimigrasi ke Indonesia adalah ...
a. Indochina d. Yunan Utarab. Vietnam e. Nepalc. Jepang
2. Bangsa yang melakukan migrasi ke Indonesia tahun 2000 SM adalah ...
a. Melanesia d. Austronesiab. Proto Melayu e. Malayan Mongoloidec. Deutro Melayu
3. Bangsa Melayu Muda melakukan migrasi ke Indonesia pada tahun ....
135
a. 2000 SM d. 500 SMb. 1500 SM e. 500 Mc. 1000 SM
4. Perhatikan nama-nama suku di bawah ini!
1. Suku Nias 4. Suku Sawu2. Suku Tugutil 5. Suku Dayak3. TorajaDari nama suku di atas yang merupakan bangsa Proto Melayu adalah nomor ...a. 1, 2, 3 d. 1, 3, 5b. 1, 2, 4 e. 3, 4, 5c. 1, 2, 5
5. Bangsa Proto Melayu dan Deutro Melayu termasuk dari golongan ras ...
a. Austaloid d. Mongoloidb. Kaukasoid e. Melanesianc. Negroid
6. Bangsa yang pertama melakukan migrasi ke Indonesia adalah ...
a. Mongoloid d. Melayu Tuab. Australoid e. Melanesiac. Melayu Muda
7. Bangsa Melanisia disebut juga bangsa…
a. Papua Melanosoide d. Melayub. Austronesia e. Madagaskarc. Mongoloid
8. Bangsa yang melakukan migrasi ke Indonesia tahun 5000 SM adalah…
a. Deutro Melayu d. Papuab. Proto Melayu e. Negroidc. Madagaskar
9. Bangsa Deutro Melayu pada masa bermigrasi membawa kebudayaan yang
berupa…
a. Logam d. Batu muda
136
b. Emas e. Batu Tuac. Batu
10. Di bawah ini bukan termasuk gelombang pertama yang melakukan migrasi
pada tahun 2000 SM adalah…
a. Semenanjung Melayu d. Formosab. Indonesia e. Indiac. Philipina
B. Jawablah pertanyaan di bawah dengan tepat!!
1. Jelaskan teori evolusi menurut Charles Darwin?2. Jelaskan perkembangan kronologis biologis manusia Indonesia?3. Jelaskan asal usul nenek moyang manusia?
SOAL PRO-TES SIKLUS III
A. Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar!
1. Jenis fosil manusia yang tertua di Indonesia adalah ...a. Homo Erectus d. Homo Mojokertensisb. Meganthropus Palaeojavanicus e. Homo Sapiensc. Homo Robustus
2. Fosil manusia yang ditemukan pada lapisan tengah adalah ...a. Homo Erectus d. Homo Sapiens Soloensisb. Homo Robustus e. Homo Sapiens Wajakensisc. Homo Mojokertensis
3. Yang membagi zaman Pleistocen Indonesia menjadi 3 lapisan adalah ...a. Van Koenigswald d. Eugene Dubouisb. Van Reichhotten e. Weidenreichc. Van Stein Callenfels
137
4. Fosil manusia Homo Mojokertensis ditemukan oleh ...a. Weidenrisch d. Eugene Dubouisb. Teuku Jacob e. Van Koenigswaldc. Van Reitschotten
5. Megantropus mempunyai arti...a. Manusia raksasa d. Kera tegakb. Manusia kerdil e. Kera bungkukc. Kera cerdas
B. Jawablah pertanyaan di bawah dengan tepat!!1. Sebutkan jenis manusia purba yang di temukan di Indonesia?2. Jelaskan apa arti dari Megantropus?3. Siapa penemu dan dimanakah Pithecantropus di temukan?4. Jelaskan arti dari Homo Sapiens?5. Jelaskan daerah penemuan fosil manusia purba di Indonesia?
LAMPIRAN 4b
KUNCI JAWABAN POS-TES 1
1. A2. B3. C4. C5. E6. B7. A8. E9. D10. A
138
1. Zaman ini berlangsung sekitar 2.500 juta tahun, keadaan bumi masih belum stabil dan masih panas karena sedang dalam proses pembentukan. oleh karena itu pada Zaman ini tidak ada tanda-tanda kehidupan.
2. Hewan bersel satu, hewan kecil yang tidak bertulang belakang, jenis ikan, amfhibi, reptuil dan beberapa jenis tumbuhan ganggang.
3. Pada zaman ini kehidupan telah mengalami perkembangan yang sangat pesat .pohon-pohon besar muncul, amfhibi mengalami perkembangan, bahkan jenis reftil mencapai bentuk yang sangat besar sekali seperti Dinosaurus, Tyrannosaurus, Brontosaurus, Atlantosaurus. Ada pula jenis reptil yang memiliki sayap dan dapat terbang selama berjam-jam, jenis ini dinamakan dengan Pteranodon.
4. Ada zaman tersier, reptil raksasa mulai lenyap, mamalia berkembang pesat, mahluk primate sejenis kera mulai ada kemudian muncul jenis orang utan sekitar 10 juta tahun yang lalu muncul jenis hewan primate yang lebih besar dari pada golira sehingga disebut giganthropus (kera manusia raksasa).
5. Pada masa ini kepulauan Indonesia telah terbentuk dan tidak lagi menyatu dengan Asia maupun Australia. jenis manusia pertama yang migrasi dari asia ke Indonesia telah tidak ada dan digantikan oleh jenis manusia cerdas (homo sapiens).
KUNCI JAWABAN POS-TES 1I
1. E2. D3. B4. D5. D6. D7. A8. A9. A10. E
139
1. Teori evolusi menurut Darwin adalah manusia dan kera adalah satu keturunan.2. Perkembangan manusia Indonesia adalah :
a. Holosin : Homo Sapienb. Plestosin atas : Homo Soloensis dan Homo Wajakensisc. Plestosin tengah : Picthecantropus Erectusd. Plestosen bawah : Pichtecantropus Robustus, Meganthropus
3. Menurut pendapat kern dan Hein Geldern bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari daratan Asia yang semula berdiam di Yunan (Cina Selatan) bergerak dari arah selatan sampai ke Indonesia.
KUNCI JAWABAN POS-TES III
1. B2. A3. A4. E5. A
1. Meganthropus, Pithecanthropus/Homo Erectus, dan Homo Sapiens.
140
2. Seperti yang telah diuraikan pada materi sebelumnya, Von Koenigswald menemukan tengkorak di Desa Sangiran tahun 1941. Tengkorak yang ditemukan berupa tulang rahang bawah, dan gigi geliginya yang tampak mempunyai batang yang tegap dan geraham yang besar-besar. Dari penemuan tersebut, maka oleh Von Koenigswald diberi nama Meganthropus Palaeojavanicus yang artinya manusia raksasa tertua dari Pulau Jawa. Fosil tersebut diperkirakan hidupnya antara 20 juta - 15 juta tahun yang lalu, dan berasal dari lapisan Jetis. Untuk lebih menambah pemahaman Anda tentang jenis manusia purba di Indonesia, maka bandingkanlah jenis Meganthropus ini dengan jenis fosil yang lain seperti pada uraian materi berikut ini.
3. Dengan kedatangan Eugene Dubouis ke Pulau jawa tahun 1890 di Trinil, Ngawi ditemukan tulang rahang, kemudian tahun 1891 bagian tengkorak dan tahun 1892 ditemukan tulang paha kiri setelah disusun hasil penemuan fosil-fosil tersebut oleh Eugene Dubouis diberi nama Pithecanthropus Eractus artinya manusia kera yang berjalan tegak. Dan sekarang fosil tersebut dinamakan sebagai Homo Erectus dari Jawa. Homo Erectus hidupnya diperkirakan antara 1,5 juta - 500.000 tahun yang lalu dan berasal dari Pleistocen tengah atau lapisan Trinil. Dari penjelasan di atas, apakah Anda sudah memahami bahwa Homo Erectus ternyata usianya lebih muda jika dibandingkan dengan Meghanthropus Plaeojavanicus.
4. Homo Sapiens adalah jenis manusia purba yang memiliki bentuk tubuh yang sama dengan manusia sekarang. Mereka telah memiliki sifat seperti manusia sekarang. Kehidupan mereka sangat sederhana, dan hidupnya mengembara.
5. Fosil manusia yang ditemukan pertama kali berasal dari Trinil Jawa Timur oleh Eugene Dubouis, sehingga menarik para ahli lain untuk datang ke Pulau Jawa mengadakan penelitian yang serupa. Selanjutnya penyelidikan fosil manusia dilakukan oleh GRH Von Koenigswald, Ter Har, dan Oppenoorth serta F. Weidenrech. Mereka berhasil menemukan fosil manusia di daerah Sangiran, Ngandong, di lembah Sungai Bengawan Solo.
141
LAMPIRAN 5
DAFTAR NILAI PRE-TES
DAN POS-TES
DAFTAR NILAI PRE-TES DAN POS-TES
No. NAMAPRE-TES POST-TES
1 2 3 1 2 3
141
142
1. Agus Setyaningrum 40 80 80 60 70 75
2. Aji Widadi 40 60 60 40 75 85
3. Anjelika Apriani 60 60 80 80 80 100
4. Annisa Budi Asih 40 40 80 40 70 80
5. Aprelia Dwi Utami 40 60 80 60 75 80
6. Beti Anggraeni 40 60 80 60 60 85
7. Caesar Haindrian F 40 60 100 60 100 90
8. Cesio Vidiar 60 60 80 60 70 85
9. Devi Tri Arlianti 40 60 80 60 75 80
10. Elisa Rosalina 40 60 80 60 70 80
11. Jaro Pangestu 40 40 60 40 70 75
12. Laela Muj Tahidah 40 80 80 60 75 80
13. Linda Wijayanti 40 60 80 60 70 75
14. Marofiatul Nguluwiyh 60 60 80 60 60 70
15. Mei Trinaningtias 40 60 80 60 75 75
16. Mutia Darmita 60 60 80 80 75 95
17. Nadiasita Noor P 60 60 80 80 60 80
18. Neni Ari Wahyuni 40 60 80 40 70 90
19. Nurlela 40 60 100 40 70 80
20. Rani Wahyuningsih 40 60 80 40 60 80
21. Rasti Eka Anjarwati 40 60 80 60 60 70
22. Ratnawati 60 80 80 80 80 90
23. Selly Esmaningrum 40 60 80 60 60 70
24. Siti Muftikhatun N 60 60 80 60 60 70
25. Siti Ngaenu Rochmah 40 80 80 60 70 80
26. Siti Nur Ngazizah 60 60 80 60 80 100
143
27. Sri Novita Astini 60 60 60 60 80 100
28. Syaeful Fadillah 40 60 60 40 75 80
29. Syukron Wahyu H 40 40 60 40 75 80
30. Teguh Priambodo 40 40 60 40 80 80
31. Uut Ambaryani 60 60 80 80 80 90
32. Vikta Nuraini A 40 60 80 60 70 85
33. Wing Esti Dewi P 40 60 80 60 80 80
34. Yuni Setyaningsih 40 80 100 60 60 75
35. Yusuf Insan Robbani 40 80 80 40 70 80
36. Zaka Dwi Pangestu 40 80 60 40 80 75
37. Faizal Adi N 40 40 60 40 60 75
Jumlah 1680 2260 2860 2020 2540 3020
Rata-rata 45,41 61,08 77,30 54,59 68,65 81,62
LAMPIRAN 6
144
A. DAFTAR PARTISIPASI SISWA
DALAM DISKUSI, PERMAINAN
DAN TURNAMEN AKADEMIK
B. PENGAMATAN DAN
PENEMPATAN MEJA
TURNAMEN
LAMPIRAN 6a
Standar Penilaian Aktivitas dan Partisipasi Siswa
BAIK
a. Mengajukan pertanyaan/pendapat/sanggahan lebih dari 1 kali dengan pengembangan konsep berdasarkan permasalahan yang ada dilingkungan.
b. Mengajukan pertanyaan/pendapat/sanggahan lebih dari 1 kali sesuai konsep yang diajarkan.
c. Mengajukan pertanyaan pertanyaan/pendapat/sanggahan dengan pengembangan konsep berdasarkan permasalahan yang ada dilingkungan.
CUKUP
a. Mengajukan pertanyaan/pendapat/sanggahan 1 kali sesuai materi yang dibahas.
b. Mengajukan pertanyaan/pendapat/sanggahan 1 kali tapi materi yang disampaikan tidak terlalu mendasar.
144
145
c. Mengajukan pertanyaan/pendapat/sanggahan 1 kali yang diajukan tidak spesifik.
KURANG
a. Mengajukan pertanyaan tapi yang diajukan tidak sesuai dengan materi yang dipelajari.
b. Tidak mengajukan pertanyaan/pendapat/sanggahan terhadap materi yang dibahas.
Standar Penilaian Mengerjakan Soal
BAIK
a. Mengerjakan soal 60 % soal/tugas yang diberikan kesalahan 0 %.b. Mengerjakan lebih dari 60 % soal/tugas yang diberikan dengan kesalahan
10 %.
CUKUP
a. Mengerjakan 50 % soal/tugas yang diberikan kesalahan maksimal 10 %.b. Mengerjakan 40 % soal/tugas yang diberikan kesalahan 0 %.
KURANG
a. Mengerjakan kurang dari 40 % soal/tugas yang diberikan.b. Tidak mengerjakan tugas/tugas yang diberikan guru.
146
AKVITAS DAN PARTISIPASI SISWA PADA DISKUSI AKADEMIK
PERTEMUAN I PERTEMUAN IIBAIK CUKUP KURANG BAIK CUKUP KURANG
SISWA % SISWA % SISWA % SISWA % SISWA % SISWA %SIKLUS IMengajukan pertanyaan 2 5% 6 16% 29 78% 5 14% 9 24% 25 68%Mengajukan pendapat 5 14% 7 19% 30 81% 12 32% 7 19% 18 49%Mengajukan sanggahan 0 0% 2 5% 35 95% 3 8% 11 30% 23 62%Mengerjakan soal/tugas 12 32% 20 54% 5 14% 15 40% 19 51% 3 8%SIKLUS II
Mengajukan pertanyaan 7 19% 13 35% 17 46% 9 24% 12 32% 16 43%Mengajukan pendapat 11 30% 14 38% 12 32% 15 41% 9 24% 17 46%Mengajukan sanggahan 8 22% 12 32% 21 58% 9 24% 13 35% 15 40%Mengerjakan soal/tugas 20 54% 17 46% 4 11% 29 78% 5 14% 3 8%SIKLUS III
Mengajukan pertanyaan 16 43% 12 32% 9 24% 19 51% 12 32% 6 16%Mengajukan pendapat 14 38% 17 46% 6 16% 18 49% 13 35% 6 16%Mengajukan sanggahan 11 30% 16 43% 10 27% 17 46% 10 27% 10 27%Mengerjakan soal/tugas 28 76% 7 19% 2 5% 29 78% 8 22% 0 0%
147
148
Aktifitas dan Partisipasi Siswa dalam Diskusi Kelompok
Pertemuan Ke 1 Siklus I
No. Nama
Aktivitas
Partisipasi KontributifPartisipasi
Inisiatif
Menyampaikan Pertanyaan
Menyampaikan Pendapat
Menyaimpaikan Sanggahan
Mengerjakan Soal
B C K B C K B C K B C K
1. Agus Setyaningrum √ √ √ √
2. Aji Widadi √ √ √ √
3. Anjelika Apriani √ √ √ √
4. Annisa Budi Asih √ √ √ √
5. Aprelia Dwi Utami √ √ √ √
6. Beti Anggraeni √ √ √ √
7. Caesar Haindrian F √ √ √ √
8. Cesio Vidiar √ √ √ √
9. Devi Tri Arlianti √ √ √ √
10. Elisa Rosalina √ √ √ √
11. Jaro Pangestu √ √ √ √
12. Laela Muj Tahidah √ √ √ √
13. Linda Wijayanti √ √ √ √
14. Marofiatul N √ √ √ √
15. Mei Trinaningtias √ √ √ √
16. Mutia Darmita √ √ √ √
17. Nadiasita Noor P √ √ √ √
18. Neni Ari Wahyuni √ √ √ √
19. Nurlela √ √ √ √
149
20. Rani Wahyuningsih √ √ √ √
21. Rasti Eka Anjarwati √ √ √ √
22. Ratnawati √ √ √ √
23. Selly Esmaningrum √ √ √ √
24. Siti Muftikhatun N √ √ √ √
25. Siti Ngaenu R √ √ √ √
26. Siti Nur Ngazizah √ √ √ √
27. Sri Novita Astini √ √ √ √
28. Syaeful Fadillah √ √ √ √
29. Syukron Wahyu H √ √ √ √
30. Teguh Priambodo √ √ √ √
31. Uut Ambaryani √ √ √ √
32. Vikta Nuraini A √ √ √ √
33. Wing Esti Dewi P √ √ √ √
34. Yuni Setyaningsih √ √ √ √
35. Yusuf Insan R √ √ √ √
36. Zaka Dwi Pangestu √ √ √ √
37. Faizal Adi N √ √ √ √
Kemangkon, Februari 2011
Guru Sejarah X C
Untung Sugiarto, S.PdNIP. 19690325 200501 1 008
Peneliti
Arif SaefudinNIM. 0701020013
150
Aktifitas dan Partisipasi Siswa dalam Diskusi Kelompok
Pertemuan Ke 2 Siklus I
No. Nama
Aktivitas
Partisipasi KontributifPartisipasi
Inisiatif
Menyampaikan Pertanyaan
Menyampaikan Pendapat
Menyaimpaikan Sanggahan
Mengerjakan Soal
B C K B C K B C K B C K
1. Agus Setyaningrum √ √ √ √
2. Aji Widadi √ √ √ √
3. Anjelika Apriani √ √ √ √
4. Annisa Budi Asih √ √ √ √
5. Aprelia Dwi Utami √ √ √ √
6. Beti Anggraeni √ √ √ √
7. Caesar Haindrian F √ √ √ √
8. Cesio Vidiar √ √ √ √
9. Devi Tri Arlianti √ √ √ √
10. Elisa Rosalina √ √ √ √
11. Jaro Pangestu √ √ √ √
12. Laela Muj Tahidah √ √ √ √
13. Linda Wijayanti √ √ √ √
14. Marofiatul N √ √ √ √
15. Mei Trinaningtias √ √ √ √
16. Mutia Darmita √ √ √ √
17. Nadiasita Noor P √ √ √ √
18. Neni Ari Wahyuni √ √ √ √
19. Nurlela √ √ √ √
151
20. Rani Wahyuningsih √ √ √ √
21. Rasti Eka Anjarwati √ √ √ √
22. Ratnawati √ √ √ √
23. Selly Esmaningrum √ √ √ √
24. Siti Muftikhatun N √ √ √ √
25. Siti Ngaenu R √ √ √ √
26. Siti Nur Ngazizah √ √ √ √
27. Sri Novita Astini √ √ √ √
28. Syaeful Fadillah √ √ √ √
29. Syukron Wahyu H √ √ √ √
30. Teguh Priambodo √ √ √ √
31. Uut Ambaryani √ √ √ √
32. Vikta Nuraini A √ √ √ √
33. Wing Esti Dewi P √ √ √ √
34. Yuni Setyaningsih √ √ √ √
35. Yusuf Insan R √ √ √ √
36. Zaka Dwi Pangestu √ √ √ √
37. Faizal Adi N √ √ √ √
Kemangkon, Februari 2011
Guru Sejarah X C
Untung Sugiarto, S.PdNIP. 19690325 200501 1 008
Peneliti
Arif SaefudinNIM. 0701020013
152
Aktifitas dan Partisipasi Siswa dalam Diskusi Kelompok
Pertemuan Ke 1 Siklus 2
No. Nama
Aktivitas
Partisipasi KontributifPartisipasi
Inisiatif
Menyampaikan Pertanyaan
Menyampaikan Pendapat
Menyaimpaikan Sanggahan
Mengerjakan Soal
B C K B C K B C K B C K
1. Agus Setyaningrum √ √ √ √
2. Aji Widadi √ √ √ √
3. Anjelika Apriani √ √ √ √
4. Annisa Budi Asih √ √ √ √
5. Aprelia Dwi Utami √ √ √ √
6. Beti Anggraeni √ √ √ √
7. Caesar Haindrian F √ √ √ √
8. Cesio Vidiar √ √ √ √
9. Devi Tri Arlianti √ √ √ √
10. Elisa Rosalina √ √ √ √
11. Jaro Pangestu √ √ √ √
12. Laela Muj Tahidah √ √ √ √
13. Linda Wijayanti √ √ √ √
14. Marofiatul N √ √ √ √
15. Mei Trinaningtias √ √ √ √
16. Mutia Darmita √ √ √ √
17. Nadiasita Noor P √ √ √ √
18. Neni Ari Wahyuni √ √ √ √
19. Nurlela √ √ √ √
153
20. Rani Wahyuningsih √ √ √ √
21. Rasti Eka Anjarwati √ √ √ √
22. Ratnawati √ √ √ √
23. Selly Esmaningrum √ √ √ √
24. Siti Muftikhatun N √ √ √ √
25. Siti Ngaenu R √ √ √ √
26. Siti Nur Ngazizah √ √ √ √
27. Sri Novita Astini √ √ √ √
28. Syaeful Fadillah √ √ √ √
29. Syukron Wahyu H √ √ √ √
30. Teguh Priambodo √ √ √ √
31. Uut Ambaryani √ √ √ √
32. Vikta Nuraini A √ √ √ √
33. Wing Esti Dewi P √ √ √ √
34. Yuni Setyaningsih √ √ √ √
35. Yusuf Insan R √ √ √ √
36. Zaka Dwi Pangestu √ √ √ √
37. Faizal Adi N √ √ √ √
Kemangkon, Maret 2011
Guru Sejarah X C
Untung Sugiarto, S.PdNIP. 19690325 200501 1 008
Peneliti
Arif SaefudinNIM. 0701020013
154
Aktifitas dan Partisipasi Siswa dalam Diskusi Kelompok
Pertemuan Ke 2 Siklus 2
No. Nama
Aktivitas
Partisipasi KontributifPartisipasi
Inisiatif
Menyampaikan Pertanyaan
Menyampaikan Pendapat
Menyaimpaikan Sanggahan
Mengerjakan Soal
B C K B C K B C K B C K
1. Agus Setyaningrum √ √ √ √
2. Aji Widadi √ √ √ √
3. Anjelika Apriani √ √ √ √
4. Annisa Budi Asih √ √ √ √
5. Aprelia Dwi Utami √ √ √ √
6. Beti Anggraeni √ √ √ √
7. Caesar Haindrian F √ √ √ √
8. Cesio Vidiar √ √ √ √
9. Devi Tri Arlianti √ √ √ √
10. Elisa Rosalina √ √ √ √
11. Jaro Pangestu √ √ √ √
12. Laela Muj Tahidah √ √ √ √
13. Linda Wijayanti √ √ √ √
14. Marofiatul N √ √ √ √
15. Mei Trinaningtias √ √ √ √
16. Mutia Darmita √ √ √ √
17. Nadiasita Noor P √ √ √ √
18. Neni Ari Wahyuni √ √ √ √
19. Nurlela √ √ √
155
20. Rani Wahyuningsih √ √ √ √
21. Rasti Eka Anjarwati √ √ √ √
22. Ratnawati √ √ √ √
23. Selly Esmaningrum √ √ √ √
24. Siti Muftikhatun N √ √ √ √
25. Siti Ngaenu R √ √ √ √
26. Siti Nur Ngazizah √ √ √ √
27. Sri Novita Astini √ √ √ √
28. Syaeful Fadillah √ √ √ √
29. Syukron Wahyu H √ √ √ √
30. Teguh Priambodo √ √ √ √
31. Uut Ambaryani √ √ √ √
32. Vikta Nuraini A √ √ √ √
33. Wing Esti Dewi P √ √ √ √
34. Yuni Setyaningsih √ √ √ √
35. Yusuf Insan R √ √ √ √
36. Zaka Dwi Pangestu √ √ √ √
37. Faizal Adi N √ √ √ √
Kemangkon, Maret 2011
Guru Sejarah X C
Untung Sugiarto, S.PdNIP. 19690325 200501 1 008
Peneliti
Arif SaefudinNIM. 0701020013
156
Aktifitas dan Partisipasi Siswa dalam Diskusi Kelompok
Pertemuan Ke 1 Siklus 3
No. Nama
Aktivitas
Partisipasi KontributifPartisipasi
Inisiatif
Menyampaikan Pertanyaan
Menyampaikan Pendapat
Menyaimpaikan Sanggahan
Mengerjakan Soal
B C K B C K B C K B C K
1. Agus Setyaningrum √ √ √ √
2. Aji Widadi √ √ √ √
3. Anjelika Apriani √ √ √ √
4. Annisa Budi Asih √ √ √ √
5. Aprelia Dwi Utami √ √ √ √
6. Beti Anggraeni √ √ √ √
7. Caesar Haindrian F √ √ √ √
8. Cesio Vidiar √ √ √ √
9. Devi Tri Arlianti √ √ √ √
10. Elisa Rosalina √ √ √ √
11. Jaro Pangestu √ √ √ √
12. Laela Muj Tahidah √ √ √ √
13. Linda Wijayanti √ √ √ √
14. Marofiatul N √ √ √ √
15. Mei Trinaningtias √ √ √ √
16. Mutia Darmita √ √ √ √
17. Nadiasita Noor P √ √ √ √
18. Neni Ari Wahyuni √ √ √ √
19. Nurlela √ √ √ √
157
20. Rani Wahyuningsih √ √ √ √
21. Rasti Eka Anjarwati √ √ √ √
22. Ratnawati √ √ √ √
23. Selly Esmaningrum √ √ √ √
24. Siti Muftikhatun N √ √ √ √
25. Siti Ngaenu R √ √ √ √
26. Siti Nur Ngazizah √ √ √ √
27. Sri Novita Astini √ √ √ √
28. Syaeful Fadillah √ √ √ √
29. Syukron Wahyu H √ √ √ √
30. Teguh Priambodo √ √ √ √
31. Uut Ambaryani √ √ √ √
32. Vikta Nuraini A √ √ √ √
33. Wing Esti Dewi P √ √ √ √
34. Yuni Setyaningsih √ √ √ √
35. Yusuf Insan R √ √ √ √
36. Zaka Dwi Pangestu √ √ √ √
37. Faizal Adi N √ √ √ √
Kemangkon, April 2011
Guru Sejarah X C
Untung Sugiarto, S.PdNIP. 19690325 200501 1 008
Peneliti
Arif SaefudinNIM. 0701020013
158
Aktifitas dan Partisipasi Siswa dalam Diskusi Kelompok
Pertemuan Ke 2 Siklus 3
No. Nama
Aktivitas
Partisipasi KontributifPartisipasi
Inisiatif
Menyampaikan Pertanyaan
Menyampaikan Pendapat
Menyaimpaikan Sanggahan
Mengerjakan Soal
B C K B C K B C K B C K
1. Agus Setyaningrum √ √ √ √
2. Aji Widadi √ √ √ √
3. Anjelika Apriani √ √ √ √
4. Annisa Budi Asih √ √ √ √
5. Aprelia Dwi Utami √ √ √ √
6. Beti Anggraeni √ √ √ √
7. Caesar Haindrian F √ √ √ √
8. Cesio Vidiar √ √ √ √
9. Devi Tri Arlianti √ √ √ √
10. Elisa Rosalina √ √ √ √
11. Jaro Pangestu √ √ √ √
12. Laela Muj Tahidah √ √ √ √
13. Linda Wijayanti √ √ √ √
14. Marofiatul N √ √ √ √
15. Mei Trinaningtias √ √ √ √
16. Mutia Darmita √ √ √ √
17. Nadiasita Noor P √ √ √ √
18. Neni Ari Wahyuni √ √ √ √
19. Nurlela √ √ √ √
159
20. Rani Wahyuningsih √ √ √ √
21. Rasti Eka Anjarwati √ √ √ √
22. Ratnawati √ √ √ √
23. Selly Esmaningrum √ √ √ √
24. Siti Muftikhatun N √ √ √ √
25. Siti Ngaenu R √ √ √ √
26. Siti Nur Ngazizah √ √ √ √
27. Sri Novita Astini √ √ √ √
28. Syaeful Fadillah √ √ √ √
29. Syukron Wahyu H √ √ √ √
30. Teguh Priambodo √ √ √ √
31. Uut Ambaryani √ √ √ √
32. Vikta Nuraini A √ √ √ √
33. Wing Esti Dewi P √ √ √ √
34. Yuni Setyaningsih √ √ √ √
35. Yusuf Insan R √ √ √ √
36. Zaka Dwi Pangestu √ √ √ √
37. Faizal Adi N √ √ √ √
Kemangkon, April 2011
Guru Sejarah X C
Untung Sugiarto, S.PdNIP. 19690325 200501 1 008
Peneliti
Arif SaefudinNIM. 0701020013
160
AKTIVITAS DAN PARTISIPASI SISWA PADA PERMAINAN DAN TURNAMEN AKADEMIK
PERTEMUAN I(PERMAINAN)
PERTEMUAN II(TURNAMEN)
BAIK CUKUP KURANG BAIK CUKUP KURANGSISWA % SISWA % SISWA % SISWA % SISWA % SISWA %
SIKLUS IMengajukan pertanyaan 2 5% 13 35% 22 59% 10 27% 9 24% 18 49%Mengajukan pendapat 1 3% 17 46% 19 51% 10 27% 13 35% 14 38%Mengajukan sanggahan 1 3% 13 35% 23 62% 3 8% 15 41% 28 76%Mengerjakan soal/tugas 16 43% 11 30% 10 27% 16 43% 12 32% 9 24%SIKLUS II
Mengajukan pertanyaan 4 11% 14 38% 19 51% 12 32% 17 46% 8 22%Mengajukan pendapat 5 14% 19 51% 13 35% 10 27% 20 54% 7 19%Mengajukan sanggahan 3 8% 20 54% 14 38% 8 22% 11 30% 18 49%Mengerjakan soal/tugas 19 51% 14 38% 4 11% 18 49% 17 46% 2 5%SIKLUS III
Mengajukan pertanyaan 11 30% 21 57% 5 14% 16 43% 14 38% 7 19%Mengajukan pendapat 12 32% 19 51% 6 16% 18 49% 15 41% 4 11%Mengajukan sanggahan 9 24% 21 57% 7 19% 15 41% 13 35% 9 24%Mengerjakan soal/tugas 26 70% 11 30% 0 0% 32 86% 5 14% 0 0%
162
Aktifitas dan Partisipasi Siswa dalam Permainan Akademik
Pertemuan Ke 1 Siklus I
No. Nama
Aktifitas
Partisipasi KontributifPartisipasi
Inisiatif
Menyampaikan Pertanyaan
Menyampaikan Pendapat
Menyaimpaikan Sanggahan
Mengerjakan Soal
B C K B C K B C K B C K
1. Agus Setyaningrum √ √ √ √
2. Aji Widadi √ √ √ √
3. Anjelika Apriani √ √ √ √
4. Annisa Budi Asih √ √ √ √
5. Aprelia Dwi Utami √ √ √ √
6. Beti Anggraeni √ √ √ √
7. Caesar Haindrian F √ √ √ √
8. Cesio Vidiar √ √ √ √
9. Devi Tri Arlianti √ √ √ √
10. Elisa Rosalina √ √ √ √
11. Jaro Pangestu √ √ √ √
12. Laela Muj Tahidah √ √ √ √
13. Linda Wijayanti √ √ √ √
14. Marofiatul N √ √ √ √
15. Mei Trinaningtias √ √ √ √
16. Mutia Darmita √ √ √ √
17. Nadiasita Noor P √ √ √ √
18. Neni Ari Wahyuni √ √ √ √
19. Nurlela √ √ √ √
163
20. Rani Wahyuningsih √ √ √ √
21. Rasti Eka Anjarwati √ √ √ √
22. Ratnawati √ √ √ √
23. Selly Esmaningrum √ √ √ √
24. Siti Muftikhatun N √ √ √ √
25. Siti Ngaenu R √ √ √ √
26. Siti Nur Ngazizah √ √ √ √
27. Sri Novita Astini √ √ √ √
28. Syaeful Fadillah √ √ √ √
29. Syukron Wahyu H √ √ √ √
30. Teguh Priambodo √ √ √ √
31. Uut Ambaryani √ √ √ √
32. Vikta Nuraini A √ √ √ √
33. Wing Esti Dewi P √ √ √ √
34. Yuni Setyaningsih √ √ √ √
35. Yusuf Insan R √ √ √ √
36. Zaka Dwi Pangestu √ √ √ √
37. Faizal Adi N √ √ √ √
Kemangkon, Februari 2011
Guru Sejarah X C
Untung Sugiarto, S.PdNIP. 19690325 200501 1 008
Peneliti
Arif SaefudinNIM. 0701020013
164
Aktifitas dan Partisipasi Siswa dalam Permainan Akademik
Pertemuan Ke 1 Siklus 2
No. Nama
Aktivitas
Partisipasi KontributifPartisipasi
Inisiatif
Menyampaikan Pertanyaan
Menyampaikan Pendapat
Menyaimpaikan Sanggahan
Mengerjakan Soal
B C K B C K B C K B C K
1. Agus Setyaningrum √ √ √ √
2. Aji Widadi √ √ √ √
3. Anjelika Apriani √ √ √ √
4. Annisa Budi Asih √ √ √ √
5. Aprelia Dwi Utami √ √ √ √
6. Beti Anggraeni √ √ √ √
7. Caesar Haindrian F √ √ √ √
8. Cesio Vidiar √ √ √ √
9. Devi Tri Arlianti √ √ √ √
10. Elisa Rosalina √ √ √ √
11. Jaro Pangestu √ √ √ √
12. Laela Muj Tahidah √ √ √ √
13. Linda Wijayanti √ √ √ √
14. Marofiatul N √ √ √ √
15. Mei Trinaningtias √ √ √ √
16. Mutia Darmita √ √ √ √
17. Nadiasita Noor P √ √ √ √
18. Neni Ari Wahyuni √ √ √ √
19. Nurlela √ √ √ √
165
20. Rani Wahyuningsih √ √ √ √
21. Rasti Eka Anjarwati √ √ √ √
22. Ratnawati √ √ √ √
23. Selly Esmaningrum √ √ √ √
24. Siti Muftikhatun N √ √ √ √
25. Siti Ngaenu R √ √ √ √
26. Siti Nur Ngazizah √ √ √ √
27. Sri Novita Astini √ √ √ √
28. Syaeful Fadillah √ √ √ √
29. Syukron Wahyu H √ √ √ √
30. Teguh Priambodo √ √ √ √
31. Uut Ambaryani √ √ √ √
32. Vikta Nuraini A √ √ √ √
33. Wing Esti Dewi P √ √ √ √
34. Yuni Setyaningsih √ √ √ √
35. Yusuf Insan R √ √ √ √
36. Zaka Dwi Pangestu √ √ √ √
37. Faizal Adi N √ √ √ √
Kemangkon, Maret 2011
Guru Sejarah X C
Untung Sugiarto, S.PdNIP. 19690325 200501 1 008
Peneliti
Arif SaefudinNIM. 0701020013
166
Aktifitas dan Partisipasi Siswa dalam Permainan Akademik
Pertemuan Ke 1 Siklus 3
No. Nama
Aktivitas
Partisipasi KontributifPartisipasi
Inisiatif
Menyampaikan Pertanyaan
Menyampaikan Pendapat
Menyaimpaikan Sanggahan
Mengerjakan Soal
B C K B C K B C K B C K
1. Agus Setyaningrum √ √ √ √
2. Aji Widadi √ √ √ √
3. Anjelika Apriani √ √ √ √
4. Annisa Budi Asih √ √ √ √
5. Aprelia Dwi Utami √ √ √ √
6. Beti Anggraeni √ √ √ √
7. Caesar Haindrian F √ √ √ √
8. Cesio Vidiar √ √ √ √
9. Devi Tri Arlianti √ √ √ √
10. Elisa Rosalina √ √ √ √
11. Jaro Pangestu √ √ √ √
12. Laela Muj Tahidah √ √ √ √
13. Linda Wijayanti √ √ √ √
14. Marofiatul N √ √ √ √
15. Mei Trinaningtias √ √ √ √
16. Mutia Darmita √ √ √ √
17. Nadiasita Noor P √ √ √ √
18. Neni Ari Wahyuni √ √ √ √
19. Nurlela √ √ √ √
167
20. Rani Wahyuningsih √ √ √ √
21. Rasti Eka Anjarwati √ √ √ √
22. Ratnawati √ √ √ √
23. Selly Esmaningrum √ √ √ √
24. Siti Muftikhatun N √ √ √ √
25. Siti Ngaenu R √ √ √ √
26. Siti Nur Ngazizah √ √ √ √
27. Sri Novita Astini √ √ √ √
28. Syaeful Fadillah √ √ √ √
29. Syukron Wahyu H √ √ √ √
30. Teguh Priambodo √ √ √ √
31. Uut Ambaryani √ √ √ √
32. Vikta Nuraini A √ √ √ √
33. Wing Esti Dewi P √ √ √ √
34. Yuni Setyaningsih √ √ √ √
35. Yusuf Insan R √ √ √ √
36. Zaka Dwi Pangestu √ √ √ √
37. Faizal Adi N √ √ √ √
Kemangkon, Maret 2011
Guru Sejarah X C
Untung Sugiarto, S.PdNIP. 19690325 200501 1 008
Peneliti
Arif SaefudinNIM. 0701020013
168
Aktifitas dan Partisipasi Siswa dalam Turnamen Kelompok
Pertemuan Ke 2 Siklus I
No. Nama
Aktivitas
Partisipasi KontributifPartisipasi
Inisiatif
Menyampaikan Pertanyaan
Menyampaikan Pendapat
Menyaimpaikan Sanggahan
Mengerjakan Soal
B C K B C K B C K B C K
1. Agus Setyaningrum √ √ √ √
2. Aji Widadi √ √ √ √
3. Anjelika Apriani √ √ √ √
4. Annisa Budi Asih √ √ √ √
5. Aprelia Dwi Utami √ √ √ √
6. Beti Anggraeni √ √ √ √
7. Caesar Haindrian F √ √ √ √
8. Cesio Vidiar √ √ √ √
9. Devi Tri Arlianti √ √ √ √
10. Elisa Rosalina √ √ √ √
11. Jaro Pangestu √ √ √ √
12. Laela Muj Tahidah √ √ √ √
13. Linda Wijayanti √ √ √ √
14. Marofiatul N √ √ √ √
15. Mei Trinaningtias √ √ √ √
16. Mutia Darmita √ √ √ √
17. Nadiasita Noor P √ √ √ √
18. Neni Ari Wahyuni √ √ √ √
19. Nurlela √ √ √ √
169
20. Rani Wahyuningsih √ √ √ √
21. Rasti Eka Anjarwati √ √ √ √
22. Ratnawati √ √ √ √
23. Selly Esmaningrum √ √ √ √
24. Siti Muftikhatun N √ √ √ √
25. Siti Ngaenu R √ √ √ √
26. Siti Nur Ngazizah √ √ √ √
27. Sri Novita Astini √ √ √ √
28. Syaeful Fadillah √ √ √ √
29. Syukron Wahyu H √ √ √ √
30. Teguh Priambodo √ √ √ √
31. Uut Ambaryani √ √ √ √
32. Vikta Nuraini A √ √ √ √
33. Wing Esti Dewi P √ √ √ √
34. Yuni Setyaningsih √ √ √ √
35. Yusuf Insan R √ √ √ √
36. Zaka Dwi Pangestu √ √ √ √
37. Faizal Adi N √ √ √ √
Kemangkon, Maret 2011
Guru Sejarah X C
Untung Sugiarto, S.PdNIP. 19690325 200501 1 008
Peneliti
Arif SaefudinNIM. 0701020013
170
Aktifitas dan Partisipasi Siswa dalam Turnamen Kelompok
Pertemuan Ke 2 Siklus 2
No. Nama
Aktifitas
Partisipasi KontributifPartisipasi
Inisiatif
Menyampaikan Pertanyaan
Menyampaikan Pendapat
Menyaimpaikan Sanggahan
Mengerjakan Soal
B C K B C K B C K B C K
1. Agus Setyaningrum √ √ √ √
2. Aji Widadi √ √ √ √
3. Anjelika Apriani √ √ √ √
4. Annisa Budi Asih √ √ √ √
5. Aprelia Dwi Utami √ √ √ √
6. Beti Anggraeni √ √ √ √
7. Caesar Haindrian F √ √ √ √
8. Cesio Vidiar √ √ √ √
9. Devi Tri Arlianti √ √ √ √
10. Elisa Rosalina √ √ √ √
11. Jaro Pangestu √ √ √ √
12. Laela Muj Tahidah √ √ √ √
13. Linda Wijayanti √ √ √ √
14. Marofiatul N √ √ √ √
15. Mei Trinaningtias √ √ √ √
16. Mutia Darmita √ √ √ √
17. Nadiasita Noor P √ √ √ √
18. Neni Ari Wahyuni √ √ √ √
19. Nurlela √ √ √ √
171
20. Rani Wahyuningsih √ √ √
21. Rasti Eka Anjarwati √ √ √
22. Ratnawati √ √ √ √
23. Selly Esmaningrum √ √ √ √
24. Siti Muftikhatun N √ √ √ √
25. Siti Ngaenu R √ √ √ √
26. Siti Nur Ngazizah √ √ √ √
27. Sri Novita Astini √ √ √ √
28. Syaeful Fadillah √ √ √ √
29. Syukron Wahyu H √ √ √ √
30. Teguh Priambodo √ √ √ √
31. Uut Ambaryani √ √ √ √
32. Vikta Nuraini A √ √ √ √
33. Wing Esti Dewi P √ √ √ √
34. Yuni Setyaningsih √ √ √ √
35. Yusuf Insan R √ √ √ √
36. Zaka Dwi Pangestu √ √ √ √
37. Faizal Adi N √ √ √ √
Kemangkon, Maret 2011
Guru Sejarah X C
Untung Sugiarto, S.PdNIP. 19690325 200501 1 008
Peneliti
Arif SaefudinNIM. 0701020013
172
Aktifitas dan Partisipasi Siswa dalam Turnamen Kelompok
Pertemuan Ke 2 Siklus 3
No. Nama
Aktivitas
Partisipasi KontributifPartisipasi
Inisiatif
Menyampaikan Pertanyaan
Menyampaikan Pendapat
Menyaimpaikan Sanggahan
Mengerjakan Soal
B C K B C K B C K B C K
1. Agus Setyaningrum √ √ √√ √
2. Aji Widadi √ √ √ √
3. Anjelika Apriani √ √ √ √
4. Annisa Budi Asih √ √ √ √
5. Aprelia Dwi Utami √ √ √ √
6. Beti Anggraeni √ √ √ √
7. Caesar Haindrian F √ √ √ √
8. Cesio Vidiar √ √ √ √
9. Devi Tri Arlianti √ √ √ √
10. Elisa Rosalina √ √ √ √
11. Jaro Pangestu √ √ √ √
12. Laela Muj Tahidah √ √ √ √
13. Linda Wijayanti √ √ √ √
14. Marofiatul N √ √ √ √
15. Mei Trinaningtias √ √ √ √
16. Mutia Darmita √ √ √ √
17. Nadiasita Noor P √ √ √ √
18. Neni Ari Wahyuni √ √ √ √
19. Nurlela √ √ √ √
173
20. Rani Wahyuningsih √ √ √ √
21. Rasti Eka Anjarwati √ √ √ √
22. Ratnawati √ √ √ √
23. Selly Esmaningrum √ √ √ √
24. Siti Muftikhatun N √ √ √ √
25. Siti Ngaenu R √ √ √ √
26. Siti Nur Ngazizah √ √ √ √
27. Sri Novita Astini √ √ √ √
28. Syaeful Fadillah √ √ √ √
29. Syukron Wahyu H √ √ √ √
30. Teguh Priambodo √ √ √ √
31. Uut Ambaryani √ √ √ √
32. Vikta Nuraini A √ √ √ √
33. Wing Esti Dewi P √ √ √ √
34. Yuni Setyaningsih √ √ √ √
35. Yusuf Insan R √ √ √ √
36. Zaka Dwi Pangestu √ √ √ √
37. Faizal Adi N √ √ √ √
Kemangkon, April 2011
Guru Sejarah X C
Untung Sugiarto, S.PdNIP. 19690325 200501 1 008
Peneliti
Arif SaefudinNIM. 0701020013
174
LAMPIRAN 6b
TABEL PENGAMATAN KEGIATAN PENELITI
Pertemuan 1 Siklus Ke I
No Komponen MengajarHasil Pengamatan
1 2 3 4
1. Menggunakan ketrampilan membuka pelajaran √
2. Menguasai bahan Pelajaran √
3. Menggunakan Pengelolaan Kelas √
4. Menggunakan ketrampilan bertanya dengan baik √
5. Suara guru tidak monoton (bervariasi) √
6. Melakukan pemusatan perhatian (fokus) √
7. Ada pola interaksi antara guru dengan siswa √
8. Melakukan selang diam (Pause) untuk memberikan kesempatan siswa befikir
√
9. Memberikan dorongan siswa untuk berpartisipasi √
10. Menutup pelajaran √
Jumlah 14 9
Kemangkon, Februari 2011
Guru Sejarah X C
Untung Sugiarto, S.PdNIP. 19690325 200501 1 008
Peneliti
Arif SaefudinNIM. 0701020013
Keterangan :
1. Tidak dilaksanakan sama sekali2. Kurang dilaksanakan3. Dilaksanakan4. Dilaksanakan dengan baik
Skor total 23 : 10 = 2,3. berarti tergolong pembelajaran baik.
175
TABEL PENGAMATAN KEGIATAN PENELITI
Pertemuan 2 Siklus Ke I
No Komponen MengajarHasil Pengamatan
1 2 3 4
1. Menggunakan ketrampilan membuka pelajaran √
2. Menguasai bahan Pelajaran √
3. Menggunakan Pengelolaan Kelas √
4. Menggunakan ketrampilan bertanya dengan baik √
5. Suara guru tidak monoton (bervariasi) √
6. Melakukan pemusatan perhatian (fokus) √
7. Ada pola interaksi antara guru dengan siswa √
8. Melakukan selang diam (Pause) untuk memberikan kesempatan siswa befikir
√
9. Memberikan dorongan siswa untuk berpartisipasi √
10. Menutup pelajaran √
Jumlah 6 21
Kemangkon, Februari 2011
Guru Sejarah X C
Untung Sugiarto, S.PdNIP. 19690325 200501 1 008
Peneliti
Arif SaefudinNIM. 0701020013
Keterangan :
1. Tidak dilaksanakan sama sekali2. Kurang dilaksanakan3. Dilaksanakan4. Dilaksanakan dengan baik
Skor total 27 : 10 = 2,7 berarti tergolong pembelajaran baik.
Rata – rata skor observasi guru = pertemuan 1 + pertemuan 2 = 2,3 + 2,7 = 2,5.
176
2 2TABEL PENGAMATAN KEGIATAN PENELITI
Pertemuan 1 Siklus Ke 2
No Komponen MengajarHasil Pengamatan
1 2 3 4
1. Menggunakan ketrampilan membuka pelajaran √
2. Menguasai bahan Pelajaran √
3. Menggunakan Pengelolaan Kelas √
4. Menggunakan ketrampilan bertanya dengan baik √
5. Suara guru tidak monoton (bervariasi) √
6. Melakukan pemusatan perhatian (fokus) √
7. Ada pola interaksi antara guru dengan siswa √
8. Melakukan selang diam (Pause) untuk memberikan kesempatan siswa befikir
√
9. Memberikan dorongan siswa untuk berpartisipasi √
10. Menutup pelajaran √
Jumlah 24 8
Kemangkon, Maret 2011
Guru Sejarah X C
Untung Sugiarto, S.PdNIP. 19690325 200501 1 008
Peneliti
Arif SaefudinNIM. 0701020013
Keterangan :
1. Tidak dilaksanakan sama sekali2. Kurang dilaksanakan3. Dilaksanakan4. Dilaksanakan dengan baik
Skor total 32 : 10 = 3,2. berarti tergolong pembelajaran sangat baik.
177
TABEL PENGAMATAN KEGIATAN PENELITI
Pertemuan 2 Siklus Ke 2
No Komponen MengajarHasil Pengamatan
1 2 3 4
1. Menggunakan ketrampilan membuka pelajaran √
2. Menguasai bahan Pelajaran √
3. Menggunakan Pengelolaan Kelas √
4. Menggunakan ketrampilan bertanya dengan baik √
5. Suara guru tidak monoton (bervariasi) √
6. Melakukan pemusatan perhatian (fokus) √
7. Ada pola interaksi antara guru dengan siswa √
8. Melakukan selang diam (Pause) untuk memberikan kesempatan siswa befikir
√
9. Memberikan dorongan siswa untuk berpartisipasi √
10. Menutup pelajaran √
Jumlah 15 20
Kemangkon, Maret 2011
Guru Sejarah X C
Untung Sugiarto, S.PdNIP. 19690325 200501 1 008
Peneliti
Arif SaefudinNIM. 0701020013
Keterangan :
1. Tidak dilaksanakan sama sekali2. Kurang dilaksanakan3. Dilaksanakan4. Dilaksanakan dengan baik
Skor total 35 : 10 = 3,5 berarti tergolong pembelajaran sangat baik.
Rata – rata skor observasi guru = pertemuan 1 + pertemuan 2 = 3,2 + 3,5 = 3,4.2 2
178
TABEL PENGAMATAN KEGIATAN PENELITI
Pertemuan 1 Siklus Ke 3
No Komponen MengajarHasil Pengamatan
1 2 3 4
1. Menggunakan ketrampilan membuka pelajaran √
2. Menguasai bahan Pelajaran √
3. Menggunakan Pengelolaan Kelas √
4. Menggunakan ketrampilan bertanya dengan baik √
5. Suara guru tidak monoton (bervariasi) √
6. Melakukan pemusatan perhatian (fokus) √
7. Ada pola interaksi antara guru dengan siswa √
8. Melakukan selang diam (Pause) untuk memberikan kesempatan siswa befikir
√
9. Memberikan dorongan siswa untuk berpartisipasi √
10. Menutup pelajaran √
Jumlah 6 32
Kemangkon, April 2011
Guru Sejarah X C
Untung Sugiarto, S.PdNIP. 19690325 200501 1 008
Peneliti
Arif SaefudinNIM. 0701020013
Keterangan :
1. Tidak dilaksanakan sama sekali2. Kurang dilaksanakan3. Dilaksanakan4. Dilaksanakan dengan baik
Skor total 38 : 10 = 3,8. berarti tergolong pembelajaran sangat baik.
179
TABEL PENGAMATAN KEGIATAN PENELITI
Pertemuan 2 Siklus Ke 3
No Komponen MengajarHasil Pengamatan
1 2 3 4
1. Menggunakan ketrampilan membuka pelajaran √
2. Menguasai bahan Pelajaran √
3. Menggunakan Pengelolaan Kelas √
4. Menggunakan ketrampilan bertanya dengan baik √
5. Suara guru tidak monoton (bervariasi) √
6. Melakukan pemusatan perhatian (fokus) √
7. Ada pola interaksi antara guru dengan siswa √
8. Melakukan selang diam (Pause) untuk memberikan kesempatan siswa befikir
√
9. Memberikan dorongan siswa untuk berpartisipasi √
10. Menutup pelajaran √
Jumlah 40
Kemangkon, April 2011
Guru Sejarah X C
Untung Sugiarto, S.PdNIP. 19690325 200501 1 008
Peneliti
Arif SaefudinNIM. 0701020013
Keterangan :
1. Tidak dilaksanakan sama sekali2. Kurang dilaksanakan3. Dilaksanakan4. Dilaksanakan dengan baik
Skor total 40 : 10 = 4 berarti tergolong pembelajaran sangat baik.
Rata – rata skor observasi guru = pertemuan 1 + pertemuan 2 = 3,8 + 4,0 = 3,9.2 2
180
LEMBAR PENEMPATAN MEJA TURNAMEN
Pertemuan ke 2 Siklus I
No. Nama KelompokMeja Turnamen
Putaran I Putaran II
1. Teguh Priambodo
Devi Tri Arlianti
Uut Ambaryani
Siti Ngaenu Rochmah
I 1- 2
2. II 1 1
3. III 1 1
4. IV 1 1
5. Beti Anggraeni
Ratnawati
Yusuf Insan Robbani
Yuni Setyaningsih
V 2^ 1
6. VI 2 2
7. VII 2- 3
8. VIII 2 2
9. Elisa Rosalina
Marofiatul Nguluwiyah
Mei Trinaningtias
Agus Setyaningrum
IX 3- 4
10. I 3 3
11. II 3^ 2
12. III 3 3
13. Sri Novita Astini
Vikta Nuraini A
Jaro Pangestu
Syaeful Fadillah
IV 4 4
14. V 4- 5
15. VI 4^ 3
16. VII 4 4
17. Aprelia Dwi Utami
Selly Esmaningrum
Mutia Darmita
Siti Nur Ngazizah
VIII 5^ 4
18. IX 5 5
19. I 5- 6
20. II 5 5
21. Aji Widadi
Syukron Wahyu H
III 6- 7
22. IV 6 6
181
Rasti Eka Anjarwati
Wing Esti Dewi P
23. V 6^ 5
24. VI 6 6
25. Anjelika Apriani
Cesio Vidiar
Siti Muftikhatun N
Zaka Dwi Pangestu
VII 7^ 6
26. VIII 7 7
27. IX 7- 8
28. I 7 7
29. Annisa Budi Asih
Linda Wijayanti
Rani Wahyuningsih
Nurlela
II 8^ 7
30. III 8- 9
31. IV 8 8
32. V 8 8
33. Neni Ari Wahyuni
Nadiasita Noor P
Laela Muj Tahidah
Faizal Adi N
Caesar Haindrian F
VI 9 9
34. VII 9 9
35. VIII 9^ 8
36. IX 9 9
37. IX 9 9
Ket :
2^ = Pemain pada meja ke 2 naik ke meja yang lebih tinggi (1) pada putaran ke dua.
2- = Pemain pada meja ke 2 turun ke meja yang lebih rendah pada putaran ke dua.
182
LEMBAR PENEMPATAN MEJA TURNAMEN
Pertemuan ke 2 Siklus 2
No. Nama KelompokMeja Turnamen
Putaran I Putaran II
1. Devi Tri Arlianti
Uut Ambaryani
Siti Ngaenu Rochmah
Beti Anggraeni
II 1 1
2. III 1- 2
3. IV 1 1
4. V 1 1
5. Teguh Priambodo
Ratnawati
Mei Trinaningtias
Yuni Setyaningsih
I 2^ 1
6. VI 2 2
7. II 2 2
8. VIII 2- 3
9. Jaro Pangestu
Marofiatul Nguluwiyah
Yusuf Insan Robbani
Agus Setyaningrum
VI 3 3
10. I 3- 4
11. VII 3 3
12. III 3^ 2
13. Sri Novita Astini
Aprelia Dwi Utami
Mei Trinaningtias
Syaeful Fadillah
IV 4 4
14. VIII 4- 5
15. III 4 4
16. VII 4^ 3
17. Vikta Nuraini A
Selly Esmaningrum
Rasti Eka Anjarwati
Siti Nur Ngazizah
V 5 5
18. IX 5^ 4
19. IV 5 5
20. II 5- 6
21. Anjelika Apriani
Syukron Wahyu H
VII 6^ 5
22. IV 6 6
183
Mutia Darmita
Wing Esti Dewi P
23. I 6 6
24. VI 6- 7
25. Annisa Budi Asih
Cesio Vidiar
Rasti Eka Anjarwati
Zaka Dwi Pangestu
II 7- 8
26. VIII 7 7
27. V 7 7
28. I 7^ 6
29. Nadiasita Noor P
Laela Muj Tahidah
Rani Wahyuningsih
Nurlela
VII 8 8
30. VIII 8 8
31. IV 8- 9
32. V 8^ 7
33. Neni Ari Wahyuni
Siti Muftikhatun N
Linda Wijayanti
Faizal Adi N
Caesar Haindrian F
VI 9 9
34. IX 9 9
35. III 9 9
36. IX 9 9
37. IX 9^ 8
Ket :
2^ = Pemain pada meja ke 2 naik ke meja yang lebih tinggi (1) pada putaran ke dua.
2- = Pemain pada meja ke 2 turun ke meja yang lebih rendah pada putaran ke dua.
184
LEMBAR PENEMPATAN MEJA TURNAMEN
Pertemuan ke 2 Siklus 3
No. Nama KelompokMeja Turnamen
Putaran I Putaran II
1. Devi Tri Arlianti
Teguh Priambodo
Siti Ngaenu Rochmah
Beti Anggraeni
II 1 1
2. I 1- 2
3. IV 1 1
4. V 1 1
5. Uut Ambaryani
Ratnawati
Mei Trinaningtias
Agus Setyaningrum
III 2^ 1
6. VI 2 2
7. II 2- 3
8. III 2 2
9. Jaro Pangestu
Yuni Setyaningsih
Yusuf Insan Robbani
Syaeful Fadillah
VI 3 3
10. VIII 3- 4
11. VII 3^ 2
12. VII 3 3
13. Sri Novita Astini
Marofiatul Nguluwiyh
Mei Trinaningtias
Selly Esmaningrum
IV 4 4
14. I 4 4
15. III 4- 5
16. II 4^ 3
17. Vikta Nuraini A
Aprelia Dwi Utami
Rasti Eka Anjarwati
Anjelika Apriani
V 5^ 4
18. VII 5 5
19. IV 5- 6
20. VII 5 5
21. Siti Nur Ngazizah
Syukron Wahyu H
II 6^ 5
22. IV 6 6
185
Mutia Darmita
Zaka Dwi Pangestu
23. I 6 6
24. II 6- 7
25. Nurlela
Cesio Vidiar
Rasti Eka Anjarwati
Wing Esti Dewi P
V 7 7
26. VIII 7^ 6
27. V 7 7
28. VI 7- 8
29. Nadiasita Noor P
Laela Muj Tahidah
Caesar Haindrian F
Annisa Budi Asih
VII 8 8
30. VIII 8^ 9
31. IX 8- 9
32. II 8 8
33. Neni Ari Wahyuni
Siti Muftikhatun N
Linda Wijayanti
Faizal Adi N
Rani Wahyuningsih
VI 9^ 8
34. IX 9 9
35. III 9 9
36. IX 9 9
37. IV 9 9
Ket :
2^ = Pemain pada meja ke 2 naik ke meja yang lebih tinggi (1) pada putaran ke dua.
2- = Pemain pada meja ke 2 turun ke meja yang lebih rendah pada putaran ke dua.
186
LAMPIRAN 7
DOKUMENTASI SAAT PENELITIAN
186
187
SISWA SEDANG MENJAWAB PERTANYAAN
188
PENGAMATAN YANG DILAKUKAN OLEH PENELITI
PENJELASAN TENTANG PEMBELAJARAN TGT TERHADAP SISWA
189
SISWA SEDANG MENGAJUKAN PERTANYAAN
top related